typoit
Post on 27-Jan-2016
225 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tipoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang
buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. (M.
Ardiansyah, 2012 : 224). Data Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
tahun 2013, memperkirakan terapat sekitar 17 juta kasus kematian tiap tahun. Anak
merupakan paling rentan terkena demam tipoid. Di hampir semua daerah endemik,
insiden demam tipoid banyak terjadi pada anak usia 3-9 tahun. Morbilitas diseluruh
dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap
tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan sekitar 150 kasus (juta populasi) 1 tahun
di Amerika Latin 1.000 kasus perjuta populasi pertahun dibeberapa negara Asia. Di
Indonesia di perkirakan anatara 800-100.000 orang yang terkena penyakit tifus atau
demam tipoid sepanjang tahun. Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5
tahun. Berdasarkan hasil-hasil survei yang telah dilakukan peneliti sebelumnya pada
suatu daerah terdapat subjek peneliti berjumlah 196 penderita yang terdiri dari 89 laki-
laki dan 80 perempuan. Angka kejadian tertinggi terjadi pada bulan November 2013
(43,8%) yang diikuti curah hujanyanmg tertinggi. Kecamatan dengan insiden tertinggi
pada kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Genuk dengan 21 kasus (12,4%). Umur
penderita berkisar antara 0-86 tahun dengan angka tertinggi pada kelompok umur 0-10
tahun (43,8%). Profil Kesehatan Prevalensi Demam Typhoid di Sulawesi Selatan tahun
2012 adalah 537.60 kasus. Berdasarkan laporan tahunan bidang P2PL. Pada tahun 2012
penyakit typus tercatat 17.287 penderita, dengan 2 penderita meninggal kasus tertinggi
adalah Kota Makassar (2,379 kasus) dan terendah di Kabupaten Selayar (25 kasus)
insiden rate 2,08%. (hhtp://dinkes-sulsel.go.id/pdF/profil-dinkes,2012.PDF).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.1 Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang
dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.2 Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
2.3 Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu: Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat),
dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis
typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
2.4 Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,
obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran
.
2.5 Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
2.6 Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
2.7 Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah
dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas
2.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,
yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan
darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan
dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
2.9 Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan
stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan
keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress meliputi ;
a. Psikososial, Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan
peran
b. Fisiologis, Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
c. Lingkungan asing, Kebiasaan sehari-hari berubah
d. Pemberian obat kimia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada An.T dengan Thypoid di ruang Inayah Kamar 11 PKU
Muhammadiyah Gambong
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
Pengkaji : Ira Indra Imawati
A. Identitas Klien
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
B. Keluhan Utama
Pasien panas .
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang
lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300
g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital
Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg Pasien dibawa ke bangsal
inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak lemas,akral
hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m,
R:20x/m.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Prenatal, selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai
dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita
ibu klien
2. Perinatal dan post natal, An. T lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung
menangis.
3. Penyakit yang pernah diderita , ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang
mengharuskan dirawat di RS, baru kali ini.
4. Hospitalisasi/tindakan operasi, klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum
sakit yang sekarang.
5. Injuri/kecelakaan, ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami
kecelakaan.
6. Alergi, ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga
dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
7. Imunisasi dan tes laboratorium, ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi lengkap.
8. Pengobatan, apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.
E. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuhang klien adalah ibunya sendiri
2. Hubungan dengan anggota keluargan dan orang lain baik, komunikasi masih belum
lancar karena masih dalam taraf perkembangan.
3. Hubungan dengan teman sebaya baik
4. Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas
F. Riwayat Keluarga
1. Sosial ekonomi : Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai
buruh.
2. Lingkungan rumah : Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih
dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada
sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3. Penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai
penyakit menular ataupun menurun.
G. Pengkajian Tingkat Perkembangan Saat Ini
1. Personal sosial, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju,
gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama
temanya.
2. Motorik halus, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara
dari 6 kubus,meniru garis vertikal.
3. Bahasa, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti,
menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
4. Motorik kasar, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan
melempar bola lengan ke atas
5. Interpretasi, Pertumbuhan dan perkembangan normal
H. Pengkajian Pola Kesehatan Klien
1. Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan
priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
2. Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan
sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10
sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok.
Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
3. Cairan
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum susu 1
gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4. Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan
teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas
seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
5. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan konsistensi 1 jam ,
pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan
konsistensi 1 jam.
6. Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
7. Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
8. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-
temannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat.
9. Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien berumur
4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
10. Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.
11. Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.
12. Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.
9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum :
1. Tingkat kesadaran : composmentis.
2. S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3. BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
8. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10. Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
12. Genetalia :
Tak ada keluhan.
13. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
14. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
a.Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative Negative
Gol. Darah O -
Widal (+)
C. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
Paracetamol 250 mg
Ctm 3x1
Curliv 2x1
Ceftriaxon 2x 3 mg
Dexa 3 x2 mg
Sotatic 2x 1 ½
N. 500 /drip
Inffus RL 20 tpm
D5 15 tpm
1. ANALISA DATA
No Data Etiologi
1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas
DO :
klien tampak lemas,
akral teraba hangat
Suhu: 3880C
Nadi: 100x/ menit
RR: 20x/ menit
Proses infekksi salmonella
thypi
2 DS:
P: ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila untuk
beraktifitas/bergerak hilang apabila saat beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan
atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps tampak gelisah, ps merintih kesakitan
Proses inflamasi
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : - ibu klien mengatakan klien makan susah hanya 1-3 sendok.
Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x setiap makan
ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas
DO :
klien muntah
BB : 11 kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3 sendok
Anoreksia ( mual dan muntah)
2. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
salmonella thypi
2. Nyeri b.d proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
anoreksia ( mual & muntah)
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi berhubungan
dengan proses ifeksi
salmonella thypi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh normal engan
KH: Mempertahaankan suhu tubuh
dalam batas normal
Mengobserfasi tanda – tanda vital
Pantau aktifitas kejang
Pantau hidrasi
Berikan kompres air biasa
Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai program
2 Nyeri b.d proses
inflamasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan nyeri berkurang,dengan
a.monitor KU
b.kaji tingkat nyeri intensitas dan skala nyeri
c.jelaskan penyebab nyeri
KH:
Skala nyeri menjadi 3
Pasien nampak lebih rileks
Pasien mampu mengontrol nyeri
d.ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas dalam)
e.posisikan pasien senyaman mungkin
f.kolaborasi dengan tim medis pemberian obat analgesik
3 Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d
anoreksia ( mual,
muntah)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
kebutuhan nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil :
Klien tidak muntah
3. Porsi makan yang disediakan habis
Kaji pola dan kebiasaan makan
Observasi adanya muntah
Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam
(biskuit)
Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai
program
Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program
1. IMPLEMENTASI
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-
2011
Mengukur tanda – tanda vital
Memantau aktifitas kejang
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan sedikit minum tapi
sering
memberikan kompres hangat
memberikan terapi sesuai
program
S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
Pasien tidak mengalami kejang
Klien sedikit-sedikit mau minum
Pasien dikompres pake air hangat
Terapi diberikan
16-05-
2011
Mengukur kembali tanda –
tanda vital
Memantau kembali aktifitas
kejang
Menganjurkan kembali
keluarga untuk memberikan
sedikit minum tapi sering
memberikan kompres hangat
memberikan kembali terapi
sesuai program
S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
Pasien tidak mengalami kejang
Klien sedikit-sedikit mau minum
Pasien sudah tidak dikompres
Terapi diberikan
2. Nyeri b.d proses inflamasi
Tgl Implementasi Respon pasien
15-05-2011 Monitor KU / TTV
Mengkaji skala nyeri
Memberikan posisi yang nyaman.
Mengajarkan teknik relaksasi
Memberikan motivasi untuk kompres air hangat
pada bagian yang sakit
Memberikan terapi obat analgesik
Keadaan pasien lemah
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C
Skala nyeri 4
-terapi masuk
1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-2011
Mengkaji pola dan kebiasaan
makan
Mengobservasi adanya
muntah
Menganjurkan keluarga untuk
memberi makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan tidak
merangsang produksi asam
(biskuit)
Memberikan terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
Memberikan terapi
pemberian anti emetik sesuai
program
Klien makan hanya 1-3sdm
klien sudah muntah 1x
Ibu klien mengatakan anaknya masih
susah makan
Infus RL terpasang 20tpm
Terapi diberikan
16-05-2011 Mengkaji kembali pola dan Klien menghabiskan ¼ porsi dari RS
kebiasaan makan
Mengobservasi kembali
adanya muntah
Menganjurkan kembali pada
keluarga untuk memberi
makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan tidak merangsang
produksi asam
Memberikan kembali terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
Memberikan kembali terapi
pemberian obat anti emetik
sesuai program
Klien sudah tidak muntah terus
Klien terlihat makan biskuit,pisang
Infus RL terpasang 20 tpm
Terapi diberikan
2. EVALUASI
Hari / tanggal SOAP Ttd
Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
18-05-2011 O: klien masih tampak lemas,
klien sudah tdak muntah
Suhu: 36 C
Nadi: 90x/ menit
RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi
Rabu
18-05-2011
S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri
perut
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan
sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
BB : 11kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disajikan Sebagai Tugas
Pada Pembelajaran Anak
Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Gombong
Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
PENGESAHAN
Lembar pengesahan :
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG INAYAH
KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
Telah disetujui pada hari / tanggal :
Pembimbing lahan Mahasiswa
( Tulo Bariyem, S.Kep ) (Puput Dwi Utami)
Pembimbing Akademik
(Tyas, S.kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering
bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu
kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai
penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD
Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien
anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
2. Konsep Dasar
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi
( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis
( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C.PATOLOGI ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus
besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus
halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 cm, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari :
lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan
otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut
juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang
membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar
brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang 23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m. Lekukan yeyenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan
dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub
mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh
epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini
terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat
kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis
20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter.
Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada
demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.
Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E..KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma
Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
2. Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
top related