uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang … · penyusunan skripsi berjudul ”uji daya...
Post on 10-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG ASAMJAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP ISOLAT BAKTERI
EKSUDAT JERAWAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Raden Pradipta Satriyajati
NIM : 058114086
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2010
ii
UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG ASAMJAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP ISOLAT BAKTERI
EKSUDAT JERAWAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Raden Pradipta Satriyajati
NIM : 058114086
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2010
iii
iv
v
Halaman Persembahan
Orang yang tidak pernah salah adalah orang yang tidak pernah
melakukan apa-apa...
Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena kita tidak punya cukup
waktu untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri...
Life is not as simple as it looks.. I will keep moving on, no matter what in front of
me.. let everybody think what they want to think about me.. you will be the only one..
Nobody’s perfect
I’m nobody
So I’m perfect...
Karya ini aku dedikasikan kepada:
My Dad n My Mom
My two little sisters, Thira and Aya
Fairy, Angel and Devils on my side
Almamaterku
And last but not least, to Myself
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan bimbingan-
Nya yang penuh Kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi berjudul ”UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL KULIT BATANG ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.)
TERHADAP ISOLAT BAKTERI EKSUDAT JERAWAT”.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
sendiri tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, arahan, kritik, dan saran dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan
ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua penulis atas bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan dan
kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan evaluasi kepada
penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Ibu Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt., selaku dosen penguji, atas
bimbingan, arahan, dan penjelasannya.
5. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., selaku dosen penguji, atas
bimbingan, arahan, dan penjelasannya.
viii
6. Ibu Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M. Si., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberi bimbingan dan arahan pada penulis selama
menjalani masa kuliah.
7. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing kelompok
PKM yang memberi gagasan sehingga penulis dapat melakukan penelitian
ini.
8. Susthira Astasari dan Gratsia Kancanamaya, adik-adik penulis yang telah
memberi warna pada hari-hari penulis, dan meramaikan suasana di rumah.
9. Ade Entyna atas segala bantuan, dukungan, ketabahan, kasih sayang, dan
senyumannya yang membuat penulis tidak pernah menyerah hingga
akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
10. Omega Bagus Pamuji, Ong Hengky S.S., dan Gadissa Meiheritta selaku
anggota kelompok PKM Asam Jawa atas bantuan, dukungan, dan
semangatnya yang menjadi motivasi bagi penulis.
11. Tobias Timothy Budiman, Vincent Mananda H., Susilo Aji Saputro,
Andreas Agung Laksono, Hernawan dan teman-teman ex-JB 2005 lainnya
atas dukungannya.
12. Stephanie Pramasanti dan Helena Angelina yang telah memberikan
dukungan terbaiknya kepada penulis, sehingga penulis dapat tetap
bersemangat sekalipun dalam keadaan yang dapat membuat seseorang
menyerah.
13. Mas Sarwanto, Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri dan seluruh staf
laboran yang telah bersedia membantu penulis mengerjakan penelitian.
ix
14. Teman-teman kelas B 2005, kelompok praktikum E FST, dan seluruh
teman angkatan 2005, atas suka duka, kenangan dan kebersamaan yang
membuat saat-saat kuliah menjadi saat-saat yang indah.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala
bantuannya hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak luput dari kekurangan dalam
penulisan naskah skripsi ini mengingat segala keterbatasan wawasan dan
kemampuan penulis. Untuk itu, penulis membuka diri untuk adanya kritik dan
saran yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata,
dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi
semua pihak, terutama untuk kemajuan pengetahuan dalam bidang ilmu Farmasi.
Penulis
x
xi
INTISARI
Asam jawa (Tamarindus indica Linn.) merupakan salah satu tanaman obatyang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Kandungan kimia dalamkulit batang asam jawa adalah tanin dan alkaloid. Diketahui bahwa kulit batangasam jawa memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas yang berarti dapatmembunuh bakteri Gram positif maupun Gram negatif, sehingga memiliki potensidigunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri,seperti jerawat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteriekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap isolat bakteri eksudat jerawat sertauntuk menentukan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar BunuhMinimum (KBM) terhadap isolat bakteri eksudat jerawat.
Penentuan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri dilakukan denganmetode difusi sumuran. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan KadarBunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode dilusi padat. Data-data hasilpenelitian yang didapatkan dianalisis secara eksploratif deskriptif. Data hasilpengukuran diameter zona hambat kemudian dianalisis dengan analisis statistikone way ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang asamjawa memiliki daya antibakteri terhadap isolat bakteri eksudat jerawat, dengannilai KHM sebesar 20 mg/ml dan nilai KBM sebesar 30 mg/ml.
Kata kunci : kulit batang asam jawa (Tamarindus indica Linn.), daya antibakteri,isolat bakteri eksudat jerawat, Kadar Hambat Minimum (KHM),Kadar Bunuh Minimum (KBM).
xii
ABSTRACT
Tamarind (Tamarindus indica Linn.) is a medicinal plant that often beused as an alternative medication. Chemical constituents on tamarind’s bark isalkaloids and tannins. A research on a tamarind’s bark shows that tamarind’s barkhas a broad spectrum of antibacterial activity, so it is potential to be used as analternative medication of diseases caused by bacteria, such as acne.
The purpose of this research was to determine the antibacterial activity oftamarind’s bark extract and to defined the Minimum Inhibitory Concentration(MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against acne’s exudatebacteria.
The determination of the inhibitory diameter zone of bacterial growthusing diffusion method. The determination of Minimum Inhibitory Concentration(MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) using solid dilutionmethod. The experimental data was analyzed by descriptive explorative. Theresults of inhibitory diameter zone was analyzed with a one way ANOVA andthen continued with LSD test.
The results showed that extract of tamarind’s bark had an antibacterialactivity against acne’s exudate bacteria, with MIC value of: 20 mg/ml and MBCvalue of: 30 mg/ml.
Keywords: tamarind’s bark (Tamarindus indica Linn.), antibacterial activity,acne’s bacteria, Minimum Inhibitory Concentration (MIC), MinimumBactericidal Concentration (MBC).
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................................vi
PRAKATA................................................................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... x
INTISARI.................................................................................................................... xi
ABSTRACT................................................................................................................. xii
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
1. Perumusan Masalah .................................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA........................................................................... 6
xiv
A. Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)........................................... 6
B. Jerawat dan Bakteri Jerawat.......................................................................... 10
C. Ekstraksi........................................................................................................ 11
D. Antibakteri .................................................................................................... 13
E. Keterangan Empiris ...................................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 17
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 17
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................... 17
1. Variabel penelitian.................................................................................... 17
2. Definisi operasional .................................................................................. 18
C. Bahan dan Alat Penelitian............................................................................. 19
1. Bahan ........................................................................................................ 19
2. Alat............................................................................................................ 19
D. Tata Cara Penelitian...................................................................................... 19
1. Pengumpulan bahan kulit batang asam jawa ............................................ 19
2. Pembuatan serbuk kulit batang asam jawa ............................................... 20
3. Pembuatan ekstrak etanol kulit batang asam jawa.................................... 20
4. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa........................ 21
5. Isolasi bakteri eksudat jerawat .................................................................. 22
6. Identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat ................................................ 23
xv
7. Uji daya antibakteri ekstrak dengan metode difusi sumuran.................... 24
8. Penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol kulit batang asam jawa
dengan metode dilusi padat ...................................................................... 26
9. Uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa
dengan metode difusi sumuran................................................................. 28
E. Analisis Data................................................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 30
A. Pengumpulan Bahan Kulit Batang Asam Jawa ............................................ 30
B. Pembuatan Serbuk Kulit Batang Asam Jawa................................................ 31
C. Ekstraksi Serbuk Kulit Batang Asam Jawa .................................................. 31
D. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa....................... 33
1. Uji alkaloid ............................................................................................... 34
2. Uji saponin................................................................................................ 35
3. Uji tanin .................................................................................................... 35
4. Uji steroid ................................................................................................. 36
5. Uji antrakuinon ......................................................................................... 37
E. Isolasi Bakteri Eksudat Jerawat .................................................................... 38
F. Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat................................................... 39
1. Morfologi Koloni pada Media Cair .......................................................... 39
2. Morfologi Sel............................................................................................ 40
xvi
3. Uji biokimia .............................................................................................. 41
G. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa dengan
Metode Difusi Sumuran................................................................................ 47
H. Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa
dengan Metode Dilusi Padat ......................................................................... 50
I. Uji Penegasan Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa
dengan Metode Difusi Sumuran ................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 56
A. Kesimpulan ................................................................................................... 56
B. Saran ............................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ..57
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 78
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa..............33
Tabel II. Hasil reisolasi bakteri eksudat jerawat berdasarkan pengecatan Gram...38
Tabel III. Hasil identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat......................................46
Tabel IV. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri eksudat jerawat yangterbentuk pada uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asamjawa......................................................................................................... 48
Tabel V. Hasil pengamatan penentuan nilai KHM dan KBM............................... 52
Tabel VI. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri eksudat jerawat yangterbentuk pada uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulitbatang asam jawa.................................................................................... 53
Tabel VII. Hasil analisis dengan menggunakan metode LSD test ...........................54
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Probandus .................................. 60
Lampiran 2. Kulit Batang Asam Jawa (Tamarindus indica Linn) ........................... 61
Lampiran 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa .....62
Lampiran 4. Hasil Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat ………….................64
Lampiran 5. Hasil Uji Daya Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran............... 69
Lampiran 6. Hasil Uji Penentuan KHM dan KBM .................................................. 70
Lampiran 7. Hasil Uji Penegasan Daya Antibakteri dengan Metode DifusiSumuran............................................................................................... 74
Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik One Way ANOVA dan LSD Test .................. 76
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Jerawat merupakan jenis penyakit kulit yang biasa ditemukan di semua
kalangan, terutama remaja. Penyebab umumnya adalah stress, hormon dan udara
lembab yang dapat memicu kulit memproduksi minyak secara berlebih sehingga
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri. Folikel rambut, terutama yang
memiliki kelenjar sebasea yang besar, menjadi tersumbat karena hiperkeratosis
yang menyebabkan penumpukan minyak di bawah kulit. Bakteri bereaksi pada
produksi minyak berlebih tersebut dengan melepaskan lipase. Kombinasi antara
lipase dan asam lemak menimbulkan respon kulit berupa peradangan akut, maka
terbentuklah jerawat (Burns, 2005).
Doughari (2006) melakukan penelitian daya antibakteri ekstrak kulit
batang dan ekstrak daun asam jawa terhadap beberapa bakteri patogen dan
didapatkan hasil bahwa ekstrak kulit batang dan ekstrak daun asam jawa memiliki
aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas, yang artinya dapat membunuh
banyak macam bakteri, baik itu bakteri Gram positif maupun bakteri Gram
negatif. Beberapa bakteri uji yang digunakan dalam penelitian Doughari (2006)
adalah Escherichia coli, Proteus mirabilis, Pseudomonas aerugenosa,
Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis. Diketahui kandungan kulit batang
asam jawa tersebut adalah alkaloid, tanin, saponin, seskuiterpen, dan phlobatanin.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
maserasi, menggunakan pelarut air, aseton, dan etanol.
2
Kemampuan antibakteri ekstrak kulit batang asam jawa memberi gagasan
untuk menguji kemampuan ekstrak tersebut terhadap bakteri jerawat, sehingga
dapat diketahui potensi ekstrak kulit batang asam jawa sebagai alternatif
pengobatan jerawat. Kulit batang asam jawa dipilih karena daya antibakterinya
yang lebih besar daripada daun asam jawa. Data penelitian menunjukkan rata-rata
zona hambat ekstrak etanol daun asam jawa pada bakteri Gram negatif sebesar 0,7
cm dan pada bakteri Gram positif sebesar 0,9 cm. Sedangkan rata-rata zona
hambat ekstrak etanol kulit batang asam jawa pada bakteri Gram negatif dan
bakteri Gram positif yang digunakan sebagai bakteri uji sama besar, yaitu sebesar
2,2 cm (Doughari, 2006).
Obat tradisional untuk jerawat biasanya menggunakan ramuan daun lidah
buaya, sirih, dan sambiloto kering, atau menggunakan belimbing wuluh (Haryana,
2009). Kulit batang asam jawa menarik untuk diteliti karena bahan tersebut belum
banyak penggunaannya sebagai obat tradisional, terutama sebagai pengobatan
jerawat. Hal ini mendorong untuk melakukan eksplorasi tentang aktivitas dan
kegunaan dari kulit batang asam jawa, sehingga nantinya dapat dikembangkan
menjadi obat tradisional. Ekstraksi kulit batang asam jawa menggunakan pelarut
etanol 70% karena lebih selektif untuk mendapatkan senyawa yang terkandung
dalam kulit batang asam jawa, yaitu alkaloid, tanin, dan saponin sehingga zat
pengganggu yang terlarut hanya terbatas (Anonim, 1986a).
Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa bertujuan untuk
mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak, karena kandungan suatu
tanaman yang sama dapat berbeda bila ditumbuhkan pada dua daerah yang
3
berbeda. Perbedaan dapat meliputi perbedaan jenis senyawa ataupun konsentrasi
senyawa. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh iklim atau cuaca, jenis tanah,
keadaan lingkungan, dan jumlah curah hujan. Kulit batang asam jawa yang
digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari pohon asam jawa yang terdapat di
Wonosari, Yogyakarta.
Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit batang asam jawa dalam
membunuh isolat bakteri eksudat jerawat, sehingga dapat diketahui konsentrasi
minimal yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek daya antibakteri yang
diinginkan.
Penelitian Doughari (2006) menggunakan beberapa bakteri patogen
sebagai bakteri uji, tetapi tidak terdapat bakteri eksudat jerawat. Contoh bakteri
yang sering terdapat dalam jerawat misalnya Propionibacterium acnes,
Propionibacterium granulosum, dan Staphylococcus epidermidis (Oakley, 2009).
Bakteri uji yang digunakan dalam suatu penelitian dapat menggunakan bakteri
hasil isolasi dari alam. Asal bakteri dapat bervariasi, menyesuaikan kebutuhan
penelitian. Isolasi bakteri dapat dilakukan dari tanah, air, atau dari jaringan tubuh
manusia. Bakteri eksudat jerawat yang digunakan sebagai bakteri uji dalam
penelitian ini diisolasi dari jerawat probandus yang berbentuk pustule yang
memiliki cairan di dalamnya dengan tujuan mendapatkan bakteri yang ada dalam
eksudat jerawat, bukan yang terdapat pada permukaan kulit. Isolat bakteri eksudat
jerawat tersebut akan digunakan sebagai bakteri uji dalam uji daya antibakteri
ekstrak etanol kulit batang asam jawa, sehingga kemampuan ekstrak etanol kulit
4
batang asam jawa dalam mengobati jerawat yang disebabkan bakteri dapat
diamati.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki daya
antibakteri terhadap isolat bakteri eksudat jerawat?
b. Berapakah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap
isolat bakteri eksudat jerawat?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa
(Tamarindus indica Linn.) pernah dilakukan terhadap beberapa bakteri patogen
dan didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki daya
antibakteri spektrum luas dan kandungan kulit batang asam jawa tersebut adalah
alkaloid, tanin, dan saponin (Doughari, 2006). Kulit batang asam jawa yang
digunakan berasal dari Nigeria, sedangkan belum pernah dilakukan uji daya
antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa yang didapatkan dari daerah
Wonosari, Yogyakarta.
5
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis: menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai
pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional di masyarakat,
khususnya kulit batang asam jawa.
b. Manfaat praktis: mengetahui kegunaan kulit batang asam jawa sebagai
obat tradisional bagi pengobatan terhadap jerawat.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa
terhadap bakteri eksudat jerawat.
2. Mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap
bakteri eksudat jerawat.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)
1. Keterangan botani
Asam jawa (Tamarindus indica Linn.) biasa disebut tamarind
(Inggris), tamarinier (Perancis), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan
nama asam jawa (Arisandi, 2006). Asam jawa termasuk dalam famili
Fabaceae, subfamily Caesalpiniaceae dan digolongkan dalam genus
Tamarindus, dengan nama spesies Tamarindus indica Linn. (Anonim, 2009;
Doughari, 2006).
2. Deskripsi
Asam jawa merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk
tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh
menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang dan
bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah
polongnya berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong
selain terdapat kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji
berjumlah 2 - 5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman
(Thomas, 1989).
7
3. Kegunaan
Bagian tanaman asam jawa yang sering digunakan dalam
pengobatan tradisional adalah daun, buah, dan bijinya. Diketahui daun asam
jawa berguna dalam pengobatan demam, reumatik, luka, eksim, dan bisul.
Buah asam jawa dapat digunakan dalam pengobatan batuk, sariawan, dan
morbili. Biji asam jawa digunakan dalam pengobatan luka borok, bengkak
karena disengat lipan atau lebah, mencegah rambut rontok, dan mengobati
gigitan ular berbisa (Anonim, 2009).
Kulit batang asam jawa masih belum umum digunakan dalam
masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satu yang diketahui adalah kulit
batang asam jawa digunakan sebagai obat asma dengan diramu bersama adas
pulawaras kemudian direbus hingga mendidih (Anonim, 2009). Belum ada
keterangan empiris yang dipublikasikan mengenai kegunaan kulit batang
asam jawa dalam mengobati jerawat.
4. Kandungan Kimia Kulit Batang Asam Jawa
Menurut Doughari (2006), kulit batang asam jawa mengandung
alkaloid, saponin, tanin, seskuiterpen, dan phlobatanin. Sumber lain, yaitu
Duke (2010), menyebutkan kandungan kulit batang asam jawa adalah tanin
dan hordenin.
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam
tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologi tertentu
sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat. Pada
8
umumnya alkaloid mengandung satu atom nitrogen, akan tetapi beberapa
alkaloid mempunyai lebih dari satu nitrogen dalam molekulnya. Peran
alkaloid bagi tumbuhan penghasil antara lain sebagai (1) zat racun yang
melindungi tumbuhan dari gangguan serangga dan hewan, (2) produk akhir
detoksifikasi hasil metabolisme, (3) faktor pengatur tumbuhan, dan (4)
persediaan unsur nitrogen yang mungkin diperlukan bagi tumbuhan
(Mursyidi, 1989). Alkaloid juga diketahui memiliki aktivitas antibakteri,
tetapi mekanisme aksinya terhadap mikrobia masih belum diketahui secara
pasti (Ezekiel, Anokwuru, Nsofor, Odusanya dan Adebanjo, 2009).
Tanin secara kimia dibagi menjadi dua golongan yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya berupa
senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air
membentuk larutan koloid (Robinson, 1991). Tanin terhidrolisis terdiri dari
dua kelas yaitu galotanin dan elagitanin. Tanin terkondensasi atau flavolan
secara biosintesis dapat terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal
yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Nama lain untuk tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila
direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung
satuan terputus dan dibebaskan monomer antosianidin (Harborne, 1996).
Tanin dapat membentuk kompleks, baik dengan protein maupun
polisakarida. Pembentukan kompleks itu berdasarkan pada pembentukan
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik antara tanin (golongan polifenol)
dengan protein. Kemampuan antimikroba dari senyawa tanin berdasarkan
9
pada kemampuan senyawa ini menghambat kerja enzim tertentu secara
selektif, seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase atau
kemampuannya dalam menghambat ikatan antar ligan dengan suatu reseptor
(Mahtuti, 2004; Robinson, 1991).
Keberadaan saponin ditandai dengan pembentukan koloidal dalam
air yang berbuih pada penggojokan. Glikosida saponin tersebar luas pada
tanaman tinggi dan pada hidrolisa, saponin menghasilkan aglikon yang
disebut sapogenin. Menurut struktur aglikon atau sapogenin dapat dibedakan
menjadi dua macam saponin, yaitu tipe steroida dan triterpenoida. Obat-obat
yang mengandung saponin biasanya menimbulkan bersin atau merangsang
selaput lendir. Saponin menghancurkan butir darah merah secara hemolisa
dan bersifat racun terutama terhadap binatang berdarah dingin. Pereaksi
Liebermann-Burchard dapat digunakan untuk mengidentifikasi saponin.
Terbentuknya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida
saponin dan pada triterpenoida akan terbentuk warna merah, ungu merah,
atau ungu (Anonim, 1978).
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3
unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka
dasar naftalen. Terpenoid sendiri adalah salah satu senyawa yang terdapat
dalam tumbuhan yang memiliki bau khas dan dapat diisolasi serta disuling
yang kemudian disebut minyak atsiri. Senyawa seskuiterpenoid memiliki
aktivitas sebagai antimikroba, antibiotik, toksin, dan regulator pertumbuhan
tanaman serta pemanis (Lenny, 2006).
10
Phlobatanin yang diungkapkan oleh Doughari (2006), merupakan
senyawa golongan tanin, sedangkan hordenin yang diungkapkan Duke (2010)
merupakan senyawa golongan alkaloid (Robinson, 1991). Dapat disimpulkan,
menurut kedua pustaka tersebut, kulit batang asam jawa mengandung
alkaloid, tanin, saponin, dan seskuiterpen.
B. Jerawat dan Bakteri Jerawat
Jerawat adalah manifestasi inflamasi lokal pada kulit sebagai akibat dari
infeksi bakteri yang dipicu oleh produksi minyak yang berlebih. Patogenesis
jerawat dimulai dari meningkatnya produksi minyak. Folikel rambut terutama
yang memiliki kelenjar sebasea besar menjadi tersumbat karena hiperkeratosis,
yang menyebabkan penumpukan minyak di bawah kulit. Bakteri bereaksi pada
produksi minyak berlebih tersebut dengan melepaskan lipase. Kombinasi antara
lipase dan asam lemak menimbulkan respon kulit berupa peradangan akut, maka
terbentuklah jerawat (Burns, 2005).
Pengobatan yang sering digunakan adalah antibiotik, karena jerawat
disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik yang sering digunakan adalah
klindamisin, tetrasiklin, atau eritromisin (Burns, 2005).
Bakteri yang biasa terdapat pada jerawat antara lain Propionibacterium
acnes, Propionibacterium granulosum, dan Staphylococcus epidermidis (Oakley,
2009). Penelitian ini menggunakan bakteri uji hasil isolasi dari jerawat yang
berbentuk pustule yang memiliki cairan nanah di dalamnya, sehingga bila
dipecahkan, cairan tersebut akan keluar kemudian dapat diusap menggunakan
11
cotton bud steril dan kemudian diinokulasikan pada media Nutrien Agar secara
streak plate. Hasil reisolasi pada pertumbuhan bakteri pada media tersebut yang
akan digunakan sebagai bakteri uji (Bonang dan Koeswandono, 1982).
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung zat
aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein,
dan lain-lain (Anonim, 1986a).
Metode yang digunakan untuk ekstraksi antara lain:
1. Infundasi
Infundasi adalah proses ekstraksi yang umumnya digunakan untuk
mengekstrak senyawa kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan
nabati. Ekstraksi dengan cara ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh bakteri dan kapang. Maka ekstrak yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986a).
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut ekstraksi. Pelarut
ekstraksi akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang kemudian akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel,
12
maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di
dalam sel. Maserasi digunakan untuk ekstraksi simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam pelarut ekstraksi, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam pelarut ekstraksi, tidak mengandung
benzoin, stirak, dan lain-lain (Anonim, 1986a).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Pelarut ekstraksi
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Pelarut ekstraksi akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui hingga mencapai keadaan jenuh.
Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di
atasnya, dikurangi daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim,
1986a).
Pelarut ekstraksi yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lain. Bila sebagai pelarut ekstraksi digunakan air maka untuk mencegah
timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
proses ekstraksi (Anonim, 1986a).
13
Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan
kering, kental, atau cair dibuat dengan ekstraksi simplisia menurut cara yang
cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk (Anonim, 2000).
Ekstrak diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing
bahan obat, menggunakan pelarut yang cocok, uapkan semua atau hampir semua
dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya
(Ansel, 1989).
Ekstrak dapat dibuat menjadi 3 bentuk, yaitu ekstrak setengah cair atau
kental seperti sirup, butir-butir atau ekstrak padat yang dibuat dengan
menguapkan hampir semua pelarutnya, dan ekstrak kering (serbuk) yang dibuat
dengan cara menguapkan semua pelarutnya (Ansel, 1989).
D. Antibakteri
Antibakteri sebagai obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan. Suatu antibakteri diharuskan memiliki sifat toksisitas selektif, yaitu
kemampuan antibakteri untuk membunuh bakteri tanpa merusak sel inang
(Setiabudy dan Gan, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan
ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisida. Kadar
minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM)
14
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila kadar antibakterinya
ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswarna, 1995).
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan salah satu dari
dua metode utama berikut :
1. Metode dilusi
Sejumlah senyawa antibakteri tertentu dicampurkan pada media
pertumbuhan cair atau padat sehingga disebut dilusi cair atau dilusi padat. Media
tersebut diinokulasi dengan bakteri yang diuji kemudian diinkubasi. Konsentrasi
senyawa antibakteri yang dicampurkan sejumlah yang dibutuhkan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Media
kemudian diinkubasi, lalu diamati. Yang menjadi parameter dalam penentuan
KHM dan KBM adalah kekeruhan media karena pertumbuhan bakteri. Semakin
keruh, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh. Sebaliknya, semakin jernih,
maka pertumbuhan bakteri semakin terhambat, yang menunjukkan aktivitas
antibakteri dari senyawa yang diujikan. KHM adalah konsentrasi terendah dalam
suatu seri larutan uji yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Ditunjukkan
dengan media yang jernih yang tidak nampak pertumbuhan bakteri dibandingkan
dengan kontrol negatif. Setelah ditemukan nilai KHM, dilakukan pengujian
berikutnya untuk mendapatkan nilai KBM dengan cara memindahkan bakteri dari
setiap media ke media yang baru secara streak plate. Nilai KBM dapat diketahui
dengan mengamati hasil streak plate, di mana KBM adalah konsentrasi terkecil
yang dapat membunuh bakteri, ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan pada
15
hasil streak plate yang menandakan bakteri uji mati karena larutan uji dengan
konsentrasi tersebut (McKane dan Kandel, 1996; Koneman, Allen,
Schreckenbergerr, dan Winn, 1997).
2. Metode difusi
Paper disk, lubang sumuran, atau silinder tidak beralas, yang
mengandung senyawa antibakteri dalam jumlah tertentu ditempatkan pada media
padat yang telah ditanami dengan bakteri yang diuji. Setelah inkubasi, diameter
daerah hambatan jernih yang mengelilingi senyawa antibakteri dianggap sebagai
ukuran kekuatan hambatan senyawa tersebut terhadap bakteri uji (Jawetz dkk,
1995).
E. Keterangan Empiris
Asam jawa diketahui banyak digunakan sebagai obat tradisional. Bagian-
bagian yang sering digunakan adalah daun, buah, dan biji asam jawa. Bagian kulit
batang asam jawa belum banyak digunakan. Daun dan kulit batang asam jawa
diketahui memiliki aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas. Dari kedua
bagian tersebut, kulit batang asam jawa memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
besar dibandingkan dengan daun asam jawa. Senyawa yang terkandung dalam
kulit batang asam jawa antara lain adalah tanin, saponin, dan alkaloid (Doughari,
2006).
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari hasil isolasi
bakteri yang terdapat dalam eksudat jerawat probandus untuk mendapatkan
16
bakteri yang benar-benar ada dalam jerawat, bukan bakteri yang terdapat di
permukaan kulit.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol
kulit batang asam jawa terhadap bakteri jerawat, sehingga untuk selanjutnya dapat
dikembangkan menjadi obat tradisional bagi jerawat. Pengujian yang dilakukan
meliputi uji daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dan penentuan
Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
menggunakan metode dilusi padat.
Data hasil uji daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran
berupa data diameter zona hambat dianalisis secara statistik menggunakan analisis
one way ANOVA yang dilanjutkan LSD test dengan tujuan mengetahui
kebermaknaan hasil tiap konsentrasi ekstrak. Data hasil penentuan Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) menggunakan metode
dilusi padat dideskripsikan dengan disertai data pendukung berupa foto-foto dan
disajikan dalam bentuk tabel.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif deskriptif. Analisis
statistik one way ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD test dilakukan untuk
mengetahui adanya kebermaknaan dalam perbedaan hasil tiap sampel. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi-
Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan
berbagai macam variasi konsentrasi (Uji daya antibakteri: 5, 10, 20,
25, 50, 100 mg/ml; Penentuan KHM dan KBM: 10, 15, 20, 25, 30
mg/ml; Uji penegasan daya antibakteri: 25, 30, 35, 40, 45 mg/ml).
b. Variabel tergantung: diameter zona hambat ekstrak etanol kulit
batang asam jawa pada pertumbuhan bakteri jerawat, nilai KHM,
nilai KBM.
c. Variabel pengacau terkendali: asal tanaman dari Wonosari,
Yogyakarta, proses isolasi bakteri eksudat jerawat secara aseptis,
waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37°C, volume larutan uji yang
diinokulasikan 30 µl.
d. Variabel pengacau tak terkendali: umur tanaman, suhu pengeringan.
18
2. Definisi operasional
a. Kulit batang asam jawa adalah korteks tanaman asam jawa yang
telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 32-35°C yang diperoleh
dari daerah Wonosari, Yogyakarta.
b. Zona hambat adalah suatu daerah jernih di sekitar sumuran yang
telah diinokulasi ekstrak yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri
atau terhambat pertumbuhannya, dibandingkan dengan kontrol
negatif aquadest.
c. Ekstrak etanol kulit batang asam jawa adalah ekstrak kulit batang
asam jawa yang disari dengan cara maserasi menggunakan penyari
etanol 70%, dilanjutkan dikeringkan dalam oven hingga bobot tetap.
d. Isolat bakteri eksudat jerawat adalah bakteri yang diisolasi dari
jerawat probandus yang berbentuk pustule dengan nanah atau cairan
di dalamnya dan ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar secara
streak plate lalu dilakukan reisolasi bakteri hingga didapatkan kultur
murni.
e. Kultur murni adalah biakan isolat bakteri eksudat jerawat dengan
warna dan bentuk pertumbuhan koloni yang dominan pada hasil
isolasi, kemudian direisolasi secara streak plate, lalu pada hasil
identifikasi menggunakan pengecatan Gram sudah memiliki bentuk
dan warna sel yang seragam.
f. Daya antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol kulit batang asam
jawa untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh
19
bakteri dibandingkan dengan kontrol negatif yang disimpulkan
melalui uji difusi sumuran dan penentuan Kadar Hambat Minimum
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Kulit batang asam jawa yang diperoleh dari daerah Wonosari,
Yogyakarta. Etanol 70% sebagai pelarut untuk maserasi, asam tartrat 3%,
reagen Mayer, FeCl3, KOH, media Nutrien Agar (Oxoid) dan Nutrien
Broth (Oxoid) sebagai media pertumbuhan bakteri uji, larutan Standar Mc
Farland 0,5. Klindamisin fosfat 10 mg/ml sebagai kontrol positif, dan
aquadest sebagai kontrol negatif.
2. Alat
Alat-alat gelas (Pyrex), jarum ose, mikropipet, pipet ukur (Pyrex),
inkubator (Heraeus), autoclave tipe KT-40 (ALP), neraca analitik, shaker
(Innova 2100), Microbiological Safety Cabinet, oven (Memmert),
mikroskop (BOECO Germany).
D. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan bahan kulit batang asam jawa
Kulit batang asam jawa diperoleh dari pohon asam jawa di daerah
Wonosari, Yogyakarta. Pohon asam jawa yang dipilih adalah pohon yang
tidak terlalu tua. Peridermis jaringan gabus batang asam jawa dihilangkan
20
terlebih dahulu dengan cara dikerok menggunakan alat bermata pisau,
kemudian bagian korteks dikupas menggunakan alat tersebut, dibersihkan,
kemudian dikumpulkan. Kulit batang yang dibutuhkan kurang lebih 2-3
kilogram.
2. Pembuatan serbuk kulit batang asam jawa
Kulit batang asam jawa yang sudah terkumpul kemudian dipotong
menjadi bagian kecil-kecil menggunakan gunting atau dipatahkan untuk
memudahkan pengeringan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
32-350C (Doughari, 2006) selama 4 hari. Simplisia dikatakan kering bila
simplisia tersebut sudah dapat dipatahkan dengan mudah menggunakan
tangan. Sejumlah simplisia kering diserbuk menggunakan blender
kemudian diayak untuk mendapatkan serbuk halus. Tidak digunakan
ayakan ukuran tertentu. Tujuan pengayakan untuk memisahkan bagian-
bagian simplisia yang masih belum hancur untuk kembali diserbuk.
3. Pembuatan ekstrak etanol kulit batang asam jawa
Maserasi dilakukan pada 25 g serbuk kulit batang asam jawa/100
ml pelarut etanol 70%. Serbuk dimaserasi dengan kecepatan 120 rpm
selama 24 jam. Setelah diekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas
saring dengan bantuan pompa vacuum. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan
menggunakan vacuum rotary evaporator. Ekstrak dikeringkan dalam oven
hingga pelarut penyari hilang (Doughari, 2006). Pelarut penyari dikatakan
21
sudah hilang bila didapatkan bobot ekstrak tidak berkurang saat
pengeringan dalam oven dilanjutkan selama kurang lebih 1 jam.
4. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa
a. Uji alkaloid. Satu gram ekstrak dilarutkan dalam etanol yang
mengandung asam tartrat 3%. Filtrat kemudian dipindahkan ke
dalam tabung reaksi dan diuji keberadaan alkaloid dengan cara
menambahkan reagen Mayer ke dalam tabung reaksi. Bila terjadi
pengendapan menunjukkan keberadaan alkaloid.
b. Uji saponin. Kira-kira 0,5 gram ekstrak tanaman dimasukkan dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan air, lalu digojok. Adanya buih
yang bertahan saat tabung reaksi dibiarkan menjadi bukti adanya
saponin.
c. Uji tanin. Ekstrak dari sampel diberi perlakuan larutan uji FeCl3.
Warna yang terbentuk kemudian diamati. Warna biru menunjukkan
adanya tanin terhidrolisis. Atau 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke
dalam 10 ml KOH yang baru dibuat, kemudian digojok hingga larut.
Adanya endapan mengindikasikan keberadaan tanin.
d. Uji steroid. Kira-kira 100 mg ekstrak dilarutkan dalam 2 ml
kloroform. Secara hati-hati ditambahkan asam sulfat untuk
membentuk lapisan bawah. Warna merah kecoklatan pada
permukaan menunjukkan keberadaan cincin steroid.
22
e. Uji antrakuinon. Kira-kira 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 ml kloroform dan digojok
selama 5 menit. Ekstrak kemudian disaring lalu ditambahkan larutan
amonia 10%. Munculnya warna merah keunguan pada lapisan
amonia (lapisan bawah) menunjukkan keberadaan antrakuinon
(Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009).
5. Isolasi bakteri eksudat jerawat
Disiapkan terlebih dahulu cotton bud steril yang dibasahi dengan
aquadest steril. Permukaan kulit yang ditumbuhi jerawat dibersihkan
dengan menggunakan alkohol 70%. Jerawat yang tumbuh tersebut
kemudian dipecahkan dengan cara menekan permukaan kulit yang
ditumbuhi jerawat hingga nanah yang ada di dalam jerawat keluar. Cotton
bud diusapkan pada nanah dari jerawat yang pecah tersebut, kemudian
diinokulasikan pada media NA dalam cawan petri secara streak plate.
Cawan petri yang sudah diinokulasi nanah jerawat kemudian diinkubasi
secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam, diamati pertumbuhannya
dan diamati adanya koloni yang terpisah. Dilakukan reisolasi dari koloni
yang terpisah dengan bentuk dan warna yang mendominasi dari
pertumbuhan tersebut. Reisolasi dilakukan hingga didapatkan kultur murni
yang dapat diketahui dengan mengamati bentuk dan warna bakteri yang
seragam berdasarkan hasil pengecatan Gram (Bonang dan Koeswandono,
1982).
23
6. Identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat
a. Morfologi koloni. Dilakukan identifikasi morfologi koloni bakteri
pada media cair. Bakteri diinokulasikan pada media cair, kemudian
diamati morfologi koloninya setelah diinkubasi 24 jam. Diamati sifat
pertumbuhan bakteri pada bagian permukaan, di bawah permukaan,
dan dasar tabung. Pengamatan meliputi terbentuknya pelikel atau
jernih pada bagian permukaan. Pada bagian bawah permukaan
diamati adanya kekeruhan, bentuk menyerupai granul, atau keruh.
Pada dasar dilihat adanya endapan menyerupai granul atau endapan
yang lengket, atau tidak ada endapan sama sekali. Media yang
digunakan adalah Nutrien Broth (Lay, 1994).
b. Morfologi sel. Dilakukan pengecatan Gram dan uji motilitas bakteri.
1) Pengecatan Gram. Isolat ditempatkan pada gelas obyek steril
lalu dibuat polesan bakteri dan difiksasi dengan panas. Olesan
hasil fiksasi digenangi dengan kristal ungu selama 1 menit,
kemudian kelebihan kristal ungu dibuang dan dibilas dengan
air mengalir. Olesan digenangi dengan iodium selama 2 menit.
Olesan digenangi dengan alkohol 95% selama 30 detik sampai
warna ungu tidak tampak lagi. Tahap berikutnya, olesan
digenangi dengan safranin selama 30 detik, kelebihan safranin
dibuang dan dicuci dengan air mengalir. Bila diamati secara
mikroskopis menggunakan minyak immersi, bakteri Gram
24
positif mengikat kristal ungu sehingga berwarna ungu
sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah karena
mengikat safranin.
2) Uji motilitas bakteri. Media Nutrien Agar semisolid
diinokulasikan dengan bakteri yang akan diuji secara tusukan,
kemudian diinkubasi selama 24 jam. Pengamatan dilakukan
pada pertumbuhan bakteri sepanjang bekas tusukan.
c. Uji biokimia. Untuk mengetahui sifat biokimia bakteri, dilakukan uji
biokimia yang meliputi uji katalase, oksidase, sitrat, lisin, gelatin,
H2S, indol, dan MR-VP. Hasil uji identifikasi yang telah didapatkan
kemudian dibandingkan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bakteri
jerawat berdasarkan Holt et al. (1994), antara lain
Propionibacterium acnes, Propionibacterium granulosum, dan
Staphylococcus epidermidis (Oakley, 2009).
7. Uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan
metode difusi sumuran
a. Pembuatan stok. Diambil 1-3 ose bakteri dari bakteri yang sudah
dibiakkan, diinokulasikan ke dalam 5 ml NB dan divortex agar
tercampur merata, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam. Dibuat suspensi bakteri uji dan disetarakan dengan larutan
standar Mc Farland 0,5.
25
b. Pembuatan double layer pada media NA. Media yang akan
digunakan dibagi menjadi 2 dengan kira-kira perbandingan volume
1:3. 1 bagian digunakan sebagai layer bawah, dituang ke dalam
cawan petri steril dan dibiarkan memadat terlebih dahulu. 3 bagian
digunakan sebagai layer atas, yang dituang setelah media diinokulasi
dengan bakteri uji.
c. Penanaman isolat bakteri secara pour plate. Diambil 1 ml dari
suspensi bakteri uji yang sudah disetarakan dengan larutan standar
Mc Farland 0,5, diinokulasikan ke media NA secara pour plate.
Media NA yang mengandung bakteri dibiarkan beberapa saat supaya
memadat. Kemudian dengan menggunakan pelubang sumuran,
dibuat lubang-lubang pada media NA yang telah memadat dengan
diameter 6 mm, sebagai tempat ekstrak dengan berbagai variasi
konsentrasi, serta kontrol positif dan kontrol negatif. Pembuatan
lubang hanya menembus layer atas, layer bawah digunakan sebagai
alas supaya ekstrak tidak menyebar pada dasar cawan petri.
d. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak kulit batang asam jawa.
Dibuat beberapa variasi konsentrasi ekstrak kulit batang asam jawa,
meliputi konsentrasi 100 dan 50 mg/ml, dengan cara melarutkan
ekstrak ke dalam aquadest steril hingga mencapai konsentrasi yang
diinginkan.
e. Uji daya antibakteri ekstrak kulit batang asam jawa terhadap bakteri
jerawat secara difusi sumuran. Ekstrak dengan berbagai konsentrasi
26
(0, 5, 10, 20, 25, 50, 100 mg/ml) diinokulasikan pada lubang
sumuran yang tersedia. Kontrol positif yang digunakan adalah
klindamisin fosfat 10 mg/ml dan kontrol negatif yang digunakan
adalah aquadest steril. Volume yang diinokulasikan adalah 30 µl.
Diinkubasi 37°C, 24 jam, kemudian diamati hasilnya.
Penentuan konsentrasi yang digunakan dalam orientasi
berdasarkan penelitian Doughari (2006). Digunakan konsentrasi 100
mg/ml dan 50 mg/ml lalu konsentrasi diturunkan terus menerus hingga
ditemukan konsentrasi di mana ekstrak etanol kulit batang asam jawa
sudah tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri jerawat sebagai
bakteri uji. Daya antibakteri diamati berdasarkan diameter zona hambat
yang terbentuk dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest steril.
8. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap
bakteri jerawat dengan metode dilusi padat
Diambil 1 ose bakteri uji, kemudian disuspensikan ke dalam 5 ml
NB, dicampur sampai rata dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24
jam. Hasil suspensi dibandingkan dengan standar Mc Farland 0,5 hingga
kekeruhannya sama, lalu diambil 0,5 ml. Kemudian ekstrak dengan kadar
tertentu, sesuai dengan hasil pada uji sebelumnya, ditambahkan dalam
suspensi tadi dan dicampur rata dengan 10 ml NA yang dicairkan (suhu
45-50°C). Setelah itu dituang dalam cawan petri secara pour plate. Setelah
27
diinkubasikan selama 24 jam dalam suhu 37°C, dilakukan pengamatan.
Pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan kekeruhan media. Semakin subur
pertumbuhan bakteri pada media, maka semakin keruh media tersebut.
KHM dan KBM dapat diketahui dengan cara membandingkan kejernihan
media yang diinokulasi larutan uji dengan kontrol negatif aquadest steril
secara visual. Setelah didapatkan media pertumbuhan yang jernih,
dilakukan pengujian berikutnya dengan melakukan pemindahan bakteri
secara streak dari setiap media yang jernih ke media yang baru. KHM
adalah konsentrasi terkecil di mana ekstrak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan media pertumbuhan yang jernih,
tetapi masih menunjukkan adanya pertumbuhan pada hasil streak. KBM
adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh bakteri, ditandai dengan
tidak adanya pertumbuhan pada hasil streak plate yang menandakan
bakteri uji mati karena larutan uji dengan konsentrasi tersebut (McKane
dan Kandel, 1996; Koneman et al., 1997).
Uji ini menggunakan tiga macam kontrol, yaitu kontrol
kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri, dan kontrol negatif
(kontrol pelarut). Kontrol kontaminasi media dibuat dengan menuang
media NA pada cawan petri steril. Kontrol pertumbuhan bakteri dibuat
dengan menambahkan bakteri uji pada media NA kemudian dilakukan
pour plate pada cawan petri steril. Kontrol pelarut dibuat dengan
menambahkan pelarut ekstrak, yaitu aquadest steril pada media NA
kemudian dilakukan pour plate pada cawan petri steril.
28
Penentuan rentang konsentrasi uji yang digunakan dalam uji ini
mengacu pada hasil uji sebelumnya di mana didapatkan konsentrasi
ekstrak kulit batang asam jawa sudah tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, yang ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat
yang terbentuk.
9. Uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa
dengan metode difusi sumuran
Diambil 1-3 ose bakteri dari bakteri yang sudah kita biakkan,
diinokulasikan ke dalam 5 ml NB dan divortex agar tercampur merata,
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Dibuat suspensi
bakteri uji dan disetarakan dengan larutan standar Mc Farland 0,5. Lalu
diambil 1 ml dari suspensi bakteri uji yang sudah disetarakan dengan
larutan standar Mc Farland 0,5, diinokulasikan ke media NA secara pour
plate.
Media NA yang mengandung bakteri dibiarkan beberapa saat
supaya memadat. Kemudian dengan menggunakan pelubang sumuran
dibuat lubang-lubang pada media NA yang telah memadat dengan
diameter 6 mm sebanyak 7 lubang, sebagai tempat ekstrak dengan
berbagai variasi konsentrasi (25, 30, 35, 40, 45 mg/ml), serta kontrol
positif dan kontrol negatif. Kontrol positif yang digunakan adalah
klindamisin fosfat 10 mg/ml dan kontrol negatif yang digunakan adalah
aquadest steril. Volume yang diinokulasikan adalah 30 µl. Penentuan
29
konsentrasi uji yang digunakan mengacu dari nilai KBM yang didapatkan
dari uji sebelumnya.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil skrining
fitokimia, data hasil identifikasi isolat bakteri jerawat, dan data nilai KHM
dan KBM dideskripsikan dengan disertai data pendukung berupa foto-foto
dan disajikan dalam bentuk tabel.
Data diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri dianalisis
kebermaknaan beda tiap hasil dengan ANOVA satu arah pada taraf
kepercayaan 95% dengan H1 yaitu terdapat perbedaan antar sampel,
kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Bahan Kulit Batang Asam Jawa
Kulit batang asam jawa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari daerah Wonosari, Yogyakarta. Asal tanaman dipilih dari daerah Wonosari,
Yogyakarta untuk membedakan dengan penelitian Doughari (2006) yang
menggunakan bahan yang berasal dari Nigeria. Perbedaan tempat tumbuh suatu
tanaman dapat mempengaruhi kandungan kimia tanaman tersebut, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Hal-hal yang menyebabkan perbedaan
tersebut antara lain iklim atau cuaca, jenis tanah, keadaan lingkungan, dan jumlah
curah hujan.
Saat pengumpulan bahan, peridermis jaringan gabus pohon asam jawa
dikupas terlebih dahulu. Bagian kulit batang yang diambil adalah korteks pohon
asam jawa pada bagian batang utama. Bahan dikumpulkan pada bulan Februari
2009. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan
dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur (Anonim, 1985). Pohon dipilih
yang tidak terlalu tua karena diperkirakan senyawa yang terkandung dalam
tanaman optimal pada usia tersebut. Bahan yang didapatkan berwarna coklat
muda, berbentuk lembaran kulit batang, berbau khas kulit batang.
31
B. Pembuatan Serbuk Kulit Batang Asam Jawa
Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperbesar luas permukaan kontak
antara bahan dengan pelarut ekstraksi yang digunakan, sehingga hasil ekstraksi
dapat maksimal (Anonim, 1986a). Saat bahan telah terkumpul, dilakukan sortasi
kering untuk membersihkannya dari kotoran dan tanah yang menempel. Kulit
batang segar kemudian diperkecil ukurannya, dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas pengeringan, dengan cara dipatahkan dengan tangan atau dipotong
menggunakan gunting, lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 32-35°C. Suhu
tersebut disesuaikan dengan penelitian Doughari (2006) yang melakukan
pengeringan bahan dengan suhu 32-35°C. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam bahan sehingga dapat mencegah tumbuhnya bakteri,
jamur, dan reaksi enzimatik (Doughari, 2006; Anonim, 1986b). Bahan yang telah
kering kemudian diserbuk menggunakan blender. Ayakan digunakan untuk
memisahkan serbuk yang sudah halus dengan yang masih kasar yang nantinya
akan diserbuk kembali menggunakan blender. Tidak digunakan ayakan dengan
ukuran tertentu. Berdasarkan pengamatan secara organoleptik terhadap hasil yang
diperoleh, pemerian serbuk kulit batang asam jawa yang didapatkan berwarna
coklat muda, berbau khas kulit batang, berbentuk serbuk halus.
C. Ekstraksi Serbuk Kulit Batang Asam Jawa
Ekstraksi serbuk kulit batang asam jawa dilakukan untuk menarik
senyawa yang terkandung dalam bahan. Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi dengan pelarut etanol 70% (Doughari, 2006). Beberapa keuntungan
32
metode maserasi adalah caranya sederhana, peralatan yang digunakan sederhana,
dan juga mudah dilakukan. Prinsip maserasi adalah perbedaan konsentrasi antara
larutan senyawa aktif di dalam sel dengan pelarut ekstraksi, yang menyebabkan
terjadinya difusi hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel. Keuntungan utama maserasi dibanding perkolasi adalah,
dengan sampel yang kecil seperti dalam skala laboratorium dapat dipreparasi
dengan perlakuan yang sama seperti dalam skala industri (List dan Schmidt,
2000), maka dipilih maserasi sebagai metode ekstraksi dalam penelitian ini karena
keuntungan tersebut. Alasan penggunaan etanol 70% sebagai pelarut ekstraksi
karena dapat mencegah tumbuhnya kapang dan kuman, tidak beracun, lebih
selektif, dan lebih sedikit panas yang diperlukan untuk pemekatan. Farmakope
Indonesia III (1979) juga menyebutkan bahwa pelarut ekstraksi yang diijinkan
adalah air, eter, atau campuran etanol dan air.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak
100 ml untuk setiap 25 gram serbuk. Sejumlah simplisia kering beserta pelarut
dimasukkan dalam erlenmeyer bertutup. Proses ekstraksi dilakukan di atas shaker
dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam (Doughari, 2006). Penggunaan shaker
bertujuan untuk meratakan konsentrasi senyawa aktif dalam pelarut penyari,
sehingga perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel tetap
terjaga.
Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan kertas saring menggunakan
corong Buchner dengan bantuan pompa vacuum, lalu dikeringkan dalam oven
hingga pelarut penyari hilang. Didapatkan ekstrak kering kulit batang asam jawa
33
sebanyak 14,287 g, dari 200 g serbuk kulit batang asam jawa. Rendemen yang
didapatkan dari hasil ekstraksi satu kali sebesar 0,0714%. Berdasarkan
pengamatan secara organoleptik terhadap hasil yang diperoleh, pemerian ekstrak
etanol kulit batang asam jawa dalam penelitian ini berwarna coklat tua, tidak
berbau, berbentuk serbuk.
D. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa
Bahan yang digunakan dalam skrining fitokimia adalah ekstrak etanol
kulit batang asam jawa. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa
yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit batang asam jawa. Uji kualitatif yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa alkaloid, saponin,
tanin, steroid, dan antrakuinon. Hasil studi literatur mengungkapkan keberadaan
alkaloid, saponin, dan tanin dalam ekstrak etanol kulit batang asam jawa. Uji
adanya kandungan steroid dan antrakuinon dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan adanya senyawa lain yang memiliki aktivitas antibakteri.
Tabel I. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa
Uji Hasil (Lampiran 3) Penafsiran hasilAlkaloid Terbentuk endapan (+)Saponin Tidak muncul buih (-)Tanin Dengan KOH menunjukkan endapan (+)Steroid Tidak terbentuk warna merah kecoklatan pada
permukaan(-)
Antrakuinon Tidak terbentuk warna merah ungu pada bagianbawah tabung reaksi
(-)
34
1. Uji alkaloid
Pereaksi yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi alkaloid
adalah reagen Mayer, karena pereaksi ini menghasilkan endapan saat bereaksi
dengan hampir semua alkaloid. Prinsip uji ini adalah menggunakan sifat dasar
alkaloid yang reaktif terhadap logam berat. Reagen yang digunakan untuk uji
ini adalah reagen Mayer yang mengandung logam Bi (bismut). Hasil uji yang
dilakukan menunjukkan adanya endapan setelah dilakukan penambahan
reagen Mayer (lampiran 3). Munculnya endapan karena alkaloid dalam
ekstrak etanol kulit batang asam jawa bereaksi dengan bismut kemudian
membentuk endapan. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang asam
jawa diduga mengandung alkaloid (Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009).
Keterbatasan dalam uji ini adalah, dibutuhkan 3 reaksi positif dari beberapa
reagen yang berbeda untuk dapat menyimpulkan keberadaan alkaloid pada
sampel, sedangkan dalam uji yang dilakukan hanya pada 1 reagen saja, maka
hanya dapat disimpulkan dugaan bahwa ekstrak kulit batang asam jawa
mengandung alkaloid. Reagen yang biasa digunakan antara lain reagen
Dragendorf, reagen Hagar, reagen Wagner. Beberapa uji dilakukan
menggunakan reagen berbeda untuk memastikan adanya alkaloid dalam
sampel, karena komponen tumbuhan selain alkaloid juga dapat mengendap
setelah ditambahkan reagen tersebut, sehingga memberikan hasil yang bias.
35
2. Uji saponin
Saponin diketahui memiliki aktivitas antifungi, dan juga memiliki
aktivitas antibakteri (Robinson, 1991). Saponin adalah senyawa yang
menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Hal itu pula yang diamati pada uji
ini. Sejumlah ekstrak dikocok bersama dengan air dan diamati terbentuknya
busa setinggi 3 cm, dan tidak segera hilang setelah didiamkan beberapa
menit. Hasil uji menunjukkan tidak tampaknya busa (lampiran 3), sehingga
disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa diduga tidak
mengandung saponin (Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009). Hal ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian Doughari (2006) yang menemukan saponin
sebagai kandungan ekstrak kulit batang asam jawa. Hal tersebut
dimungkinkan karena kadar saponin dalam ekstrak etanol kulit batang asam
jawa terlalu kecil, sehingga tidak terdeteksi oleh metode uji. Alasan lain
dimungkinkan karena perbedaan asal sampel yang memungkinkan adanya
perbedaan konsentrasi kandungan kimia dalam tumbuhan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian Doughari (2006) berasal dari Nigeria, sedangkan
sampel dalam penelitian ini didapatkan dari daerah Wonosari, Yogyakarta.
3. Uji tanin
Tanin diketahui memiliki aktivitas antivirus, antibakteri, dan anti-
tumor. Tanin merupakan senyawa polifenol. Pereaksi yang sering digunakan
untuk identifikasi senyawa fenol adalah FeCl3. Warna biru yang ditimbulkan
dari reaksi dengan FeCl3 menunjukkan adanya kandungan tanin terhidrolisis.
36
Hasil uji tidak menunjukkan warna biru, sehingga disimpulkan bahwa ekstrak
etanol kulit batang asam jawa tidak mengandung tanin terhidrolisis
(Lampiran 3). Uji lain dilakukan dengan mengamati terbentuknya endapan
saat direaksikan dengan KOH yang menunjukkan adanya tanin. Sehingga
disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang asam jawa diduga mengandung tanin
(Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009). Tanin direaksikan dengan KOH dapat
membentuk endapan karena gugus dalam tanin bergabung dengan KOH yang
menghasilkan senyawa yang tidak larut air, sehingga menjadi endapan.
Kemampuan antimikroba dari senyawa tanin berdasarkan pada kemampuan
senyawa ini menghambat kerja enzim tertentu secara selektif, seperti reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase atau kemampuannya dalam
menghambat ikatan antar ligan dengan suatu reseptor (Mahtuti, 2004;
Robinson, 1991).
4. Uji steroid
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya cincin steroid pada
kandungan ekstrak. Pembentukan warna merah kecoklatan menjadi indikator
adanya cincin steroid. Hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan hasil
negatif, karena tidak ditemukan pembentukan warna merah kecoklatan
(lampiran 3). Disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa
diduga tidak mengandung steroid. Penelitian Doughari (2006) juga tidak
menemukan adanya steroid sebagai kandungan ekstrak kulit batang asam
jawa, akan tetapi diketahui bahwa steroid pada tanaman diketahui memiliki
37
aktivitas sebagai insektisida dan antibakteri, maka dilakukan uji untuk
mengetahui keberadaan steroid untuk memperkirakan senyawa aktif yang
berperan dalam aktivitas antibakteri ekstrak kulit batang asam jawa
(Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009).
5. Uji antrakuinon
Pembentukan warna merah keunguan menjadi indikator adanya
antrakuinon. Hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan hasil negatif,
karena tidak ditemukan pembentukan warna merah keunguan setelah
penambahan amonia (lampiran 3). Disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang
asam jawa diduga tidak mengandung antrakuinon. Penelitian Doughari
(2006) juga tidak menemukan adanya antrakuinon sebagai kandungan ekstrak
kulit batang asam jawa, akan tetapi diketahui antrakuinon pada umumnya
digunakan sebagai pewarna dan juga diketahui memiliki aktivitas antibakteri,
maka dilakukan uji untuk mengetahui keberadaan antrakuinon dalam ekstrak
etanol kulit batang asam jawa (Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009).
Dari hasil skrining fitokimia yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa diduga mengandung tanin dan
alkaloid sebagai komponen utama (Lampiran 3). Menurut penelitian
Doughari (2006), kandungan ekstrak kulit batang asam jawa adalah alkaloid,
saponin, dan tanin. Pada penelitian ini tidak ditemukan saponin mungkin
karena konsentrasi saponin dalam ekstrak yang terlalu kecil sehingga tidak
terdeteksi oleh metode uji.
38
E. Isolasi Bakteri Eksudat Jerawat
Tujuan dilakukan isolasi bakteri jerawat adalah untuk mendapatkan
bakteri yang benar-benar berasal dari jerawat dengan memecahkan jerawat
berbentuk pustule untuk mengeluarkan eksudatnya, bukan hanya bakteri yang
tumbuh di kulit, tapi ada di dalam jerawat.
Bakteri diisolasi dari jerawat probandus berusia 23 tahun. Isolasi
dilakukan secara streak plate. Metode streak plate merupakan metode isolasi
secara goresan dengan tujuan mendapatkan koloni terpisah yang dapat diduga
merupakan satu spesies yang sama. Koloni adalah kumpulan sel bakteri dengan
spesies yang sama dan berasal dari perbanyakan satu sel tunggal. Koloni terpisah
dari hasil streak plate kemudian direisolasi, hingga didapatkan kultur murni.
Koloni yang dipilih untuk reisolasi adalah koloni yang memiliki bentuk dan warna
yang mendominasi seluruh populasi hasil streak plate, yaitu koloni berwarna
putih kekuningan dengan bentuk bulat cembung. Kultur murni adalah suatu
biakan bakteri yang terdiri dari satu spesies yang sama dan merupakan
perbanyakan dari satu sel tunggal. Pengecatan Gram dilakukan pada setiap hasil
reisolasi untuk melihat apakah sudah didapatkan kultur murni atau belum. Yang
diamati pada hasil pengecatan Gram adalah bentuk dan warna sel yang seragam.
Tabel II. Hasil Reisolasi Bakteri Jerawat Berdasarkan Pengecatan Gram
Reisolasi Hasil pengamatan
ITerdapat sel yang berbentuk batang dan kokus, serta terdapat sel
yang berwarna ungu dan merahII Semua sel berbentuk kokus dan berwarna ungu
Pada reisolasi I, terdapat campuran antara bakteri Gram positif dan
negatif, yang berbentuk batang dan kokus, maka dilakukan reisolasi lagi.
39
Reisolasi II sudah menunjukkan bentuk sel dan warna yang seragam, dengan
bentuk bakteri kokus dan warna sel ungu, yang menandakan bakteri tersebut
bersifat Gram positif, lalu selanjutnya hasil reisolasi II digunakan sebagai bakteri
uji.
F. Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat
1. Morfologi Koloni pada Media Cair
Uji yang dilakukan untuk mengetahui morfologi koloni adalah
identifikasi morfologi koloni bakteri pada media cair. Bakteri uji dibiakkan
dalam media cair, kemudian diinkubasi. Hasil inkubasi diamati sifat
pertumbuhan bakteri pada bagian permukaan, di bawah permukaan, dan dasar
tabung. Beberapa hasil pengamatan yang mungkin didapatkan pada bagian
permukaan antara lain terbentuknya pelikel, atau jernih. Pada bagian bawah
permukaan hasil yang mungkin didapatkan adalah terlihat pertumbuhan yang
keruh, atau menyerupai granul, atau jernih. Pada dasar permukaan dapat
dilihat adanya endapan seperti granul, atau endapan yang lengket, atau tidak
ada endapan sama sekali (Lay, 1994). Hasil pengamatan pada identifikasi ini
menunjukkan pada bagian permukaan terbentuk pelikel. Pada bagian bawah
permukaan terlihat pertumbuhan yang keruh, sedangkan pada dasar tabung
terlihat adanya endapan berupa granula.
Berdasarkan pengamatan, juga dapat disimpulkan bahwa bakteri
tersebut bersifat anaerob fakultatif, di mana bakteri tersebut dapat tumbuh
40
tanpa adanya oksigen, tetapi juga dapat bertahan hidup pada lingkungan yang
kaya akan oksigen.
2. Morfologi Sel
a. Pengecatan Gram. Uji ini dilakukan untuk mengetahui bentuk sel bakteri
dan mengetahui sifat Gram dari bakteri tersebut. Hasil pengecatan Gram
yang telah dilakukan kemudian diamati di bawah mikroskop. Hasilnya
tampak warna ungu pada bakteri yang menunjukkan bahwa bakteri
tersebut merupakan bakteri Gram positif, dan bakteri berbentuk kokus.
Bakteri Gram positif tampak berwarna ungu setelah pengecatan Gram
karena memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tebal dibanding bakteri
Gram negatif. Kristal ungu yang menjadi pewarna utama dalam
pengecatan Gram diikat kuat oleh lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram
positif, kemudian saat dicuci dengan alkohol 95%, cat kristal ungu tetap
tidak hilang dari peptidoglikan, sehingga saat ditambahkan safranin,
dinding sel tidak mampu mengikat safranin. Hasilnya, sel berwarna ungu.
b. Uji motilitas bakteri. Uji motilitas dilakukan dengan melakukan inokulasi
bakteri secara tusukan pada media Nutrien Agar semisolid, kemudian
diinkubasi selama 24 jam. Hasil inkubasi diamati, terutama pada bekas
tusukan. Hasil pengamatan menunjukkan bakteri tidak hanya tumbuh pada
bekas tusukan, tetapi menyebar di sekitar bekas tusukan. Berarti terdapat
pergerakan bakteri ke sekitar bekas tusukan, karena bakteri berkembang
biak lalu membutuhkan nutrisi yang sudah habis pada bekas tusukan,
41
maka bergerak ke sekitar untuk mencari nutrisi yang masih tersedia di
media. Disimpulkan bahwa bakteri tersebut motil. Berdasarkan
kesimpulan, dapat diperkirakan bahwa bakteri uji memiliki flagel atau
struktur lain yang berfungsi sebagai alat gerak.
3. Uji biokimia
Uji biokimia yang dilakukan meliputi uji katalase, uji oksidase, uji
penggunaan sitrat, uji dekarboksilasi lisin, hidrolisis gelatin, uji hidrogen
sulfida, uji indol, dan uji MR-VP. Uji biokimia didasarkan pada berbagai hasil
metabolisme yang disebabkan oleh daya kerja enzim yang khas untuk setiap
spesies bakteri (Lay, 1994).
a. Uji Katalase. Katalase adalah enzim yang mengkatalisasi penguraian
hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan O2. Hidrogen peroksida
bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini menginaktivasi enzim dalam
sel. Uji ini menggunakan hidrogen peroksida sebagai reagen. Hasil positif
uji ini ditandai oleh pembentukan buih seketika setelah penambahan H2O2
pada kultur bakteri. Hasil uji yang dilakukan tidak menunjukkan adanya
buih seketika, maka hasil uji ini negatif (Lay, 1994).
b. Uji Oksidase. Uji ini berfungsi utuk menentukan adanya sitokrom oksidase
yang ditemukan pada mikroorganisme tertentu. Hasil positif uji ini
ditunjukkan dengan perubahan warna kultur menjadi hitam dalam waktu
30 menit setelah ditambahkan reagen oksidase yaitu tetrametil-
42
parafenildiamin. Perubahan warna disebabkan sitokrom oksidase
mengoksidasi larutan reagen. Hasil pengamatan tidak menunjukkan
perubahan warna setelah 30 menit, maka disimpulkan hasil uji ini negatif
(Lay, 1994).
c. Uji Penggunaan Sitrat. Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan
mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi. Media yang digunakan dalam uji ini adalah media Simmon’s
citrate yang mengandung Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon,
dan brom thymol blue sebagai indikator pH. Bila mikroorganisme mampu
menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari media, sehingga
menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna hijau menjadi biru.
Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media dari hijau
menjadi biru. Hasil pengamatan menunjukkan hasil negatif, karena tidak
adanya perubahan warna media (Lay, 1994).
d. Uji Dekarboksilasi Lisin. Dekarboksilasi merupakan penguraian gugus
karboksil dari suatu molekul organik. Media yang digunakan dalam uji ini
adalah media yang mengandung lisin, karbohidrat, dan indikator pH brom
cresol purple. Mekanisme proses dekarboksilasi lisin dimulai dari asam
yang dihasilkan dari proses fermentasi glukosa akan menurunkan pH
media biakan dan menyebabkan perubahan warna indikator pH dari ungu
menjadi kuning. Proses dekarboksilasi berlangsung dalam suasana asam
43
ini sehingga terjadi pembentukan amin yang menetralkan suasana asam
media pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
perubahan warna media dari kuning kembali menjadi ungu. Uji yang telah
dilakukan menunjukkan hasil negatif, karena adanya perubahan warna
media menjadi kuning setelah inkubasi 24 jam, tetapi tidak berubah
menjadi ungu kembali setelah inkubasi 48 jam (Lay, 1994).
e. Hidrolisis Gelatin. Gelatin merupakan salah satu protein yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk kemudian dihidrolisiskan oleh enzim
gelatinase sehingga asam amino yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
zat hara. Gelatin yang telah dicerna tidak mampu membentuk gel dan
bersifat cair. Hasil positif uji hidrolisis gelatin adalah mencairnya media
pada suhu 35°C dan tetap mencair ketika dimasukkan ke dalam lemari es
selama 30 menit. Bila mikroorganisme mampu mencerna gelatin, maka
media tidak mampu memadat walaupun sudah dimasukkan dalam lemari
es. Uji yang telah dilakukan menunjukkan hasil negatif, karena media
gelatin membeku setelah dimasukkan ke dalam lemari es (Lay, 1994).
f. Uji Hidrogen Sulfida. Uji ini untuk mengetahui apakah suatu
mikroorganisme mengandung enzim desulfurase atau tidak. Media yang
digunakan adalah TSIA (Triple Sugar Iron Agar) dengan indikator warna
phenol red. Media ini mengandung tiga macam gula, yaitu glukosa,
laktosa, dan sukrosa. Reaksi yang mungkin terlihat dalam medium TSIA
44
adalah, bagian butt berwarna kuning karena suasana berubah menjadi asam
dan bagian slant berwarna merah karena suasana basa, menandakan
terjadinya fermentasi glukosa. Pada seluruh media terlihat berwarna
kuning, pembentukan gas di bagian butt, menandakan terjadinya
fermentasi laktosa atau sukrosa atau keduanya dan pembentukan gas,
misalnya CO2 dan H2S. Endapan hitam pada bagian butt menandakan
pembentukan H2S. Mikroorganisme yang menghasilkan desulfurase saat
ditumbuhkan dalam media yang mengandung banyak asam amino akan
membentuk H2S. Fe yang terdapat dalam media pertumbuhan bereaksi
dengan H2S dan menghasilkan senyawa FeS yang berwarna hitam dan
tidak larut air. Senyawa itulah yang akan terlihat berwarna hitam pada
bagian butt. Seluruh media berwarna merah, menandakan tidak terjadi
fermentasi ketiga macam gula. Uji yang dilakukan menunjukkan hasil
negatif, dilihat dari tidak adanya perubahan warna media yang berwarna
merah, dan tidak terdapat endapan hitam pada bagian butt, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi fermentasi ketiga gula dan tidak terjadi
pembentukan H2S (Lay, 1994).
g. Uji indol. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu
mikroorganisme menggunakan asam amino triptofan atau tidak. Media
yang digunakan adalah media yang kaya dengan triptofan. Reagen
digunakan untuk mengetahui terbentuknya indol sebagai produk buangan
dari aktivitas mikroorganisme menggunakan triptofan. Hasil positif
45
ditunjukkan dengan pembentukan senyawa yang tidak larut air dan
berwarna merah pada permukaan medium setelah ditambahkan reagen
kovac. Uji yang telah dilakukan menunjukkan hasil negatif, karena tidak
terjadinya pembentukan senyawa tidak larut air yang berwarna merah
(Lay, 1994).
h. Uji MR. Uji MR digunakan untuk menentukan adanya fermentasi
karbohidrat yang menghasilkan asam campuran. Perubahan pH karena
fermentasi tersebut diamati menggunakan indikator methyl red. Indikator
ditambahkan pada media berisi bakteri yang telah diinkubasi sebelumnya.
Hasil positif bila media berwarna merah setelah penambahan indikator,
sedangkan bila hasil uji negatif maka media berubah menjadi kuning. Uji
yang telah dilakukan menunjukkan hasil negatif, karena media berwarna
kuning setelah ditambah dengan indikator (Lay, 1994).
i. Uji VP. Uji dilakukan untuk identifikasi mikroorganisme yang melakukan
fermentasi 2,3-butanadiol. Reagen yang digunakan dalam uji ini adalah
KOH 40% dan 5% alphanaphtol yang dapat menentukan adanya asetoin
yang merupakan senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol. Uji VP
sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui adanya 2,3-
butanadiol karena yang ditentukan adalah keberadaan asetoin. Asetoin
adalah senyawa pendahulu 2,3-butanadiol dan selalu didapatkan serentak,
sehingga uji VP dapat digunakan untuk menentukan adanya 2,3-
46
butanadiol. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media
menjadi merah muda setelah penambahan reagen. Uji yang telah dilakukan
menunjukkan hasil negatif, karena tidak terjadi perubahan warna media
setelah penambahan reagen (Lay, 1994).
Berikut hasil uji identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat akan
disajikan dalam bentuk tabel, disertai perbandingan sifat-sifat bakteri jerawat
yang umum ditemukan.
Tabel III. Perbandingan Hasil Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawatdengan Beberapa Bakteri Jerawat
UjiIsolat bakteri
eksudatjerawat
Sifat-sifat bakteri jerawat (Holt et al.,1994)
P. acnesP.
granulosumS.
epidermidisKebutuhan akan O2 Anaerob
fakultatifAnaerobfakultatif
Anaerobfakultatif
Anaerobfakultatif
Pengecatan Gram Gram positif,bentuk sel kokus
Grampositif,batang
Gram positif,batang
Grampositif,kokus
Motilitas bakteri Motil Nonmotil
Non motil Non motil
Katalase (-) negatif (+)positif
(+) positif (+) positif
Oksidase (-) negatif (-) negatifPenggunaan sitrat (-) negatifDekarboksilasi lisin (-) negatifHidrolisis gelatin (-) negatif (+)
positif21-79% (+)positif
Hidrogen sulfida (-) negatifIndol (-) negatifMR (-) negatifVP (-) negatif
Tabel di atas menunjukkan perbandingan hasil identifikasi isolat bakteri
eksudat jerawat dengan beberapa bakteri yang sering ditemukan pada jerawat.
Sifat-sifat biokimiawi bakteri jerawat yang digunakan sebagai pembanding
47
didapatkan dari Holt et al. (1994), bukan dari hasil uji. Berdasarkan perbandingan,
dapat diduga bahwa isolat bakteri eksudat jerawat yang digunakan sebagai bakteri
uji dalam penelitian merupakan bakteri jerawat karena memiliki beberapa ciri
yang dimiliki oleh bakteri jerawat yang sering ditemukan, akan tetapi butuh
identifikasi lebih lanjut untuk menentukan identitas isolat bakteri eksudat jerawat.
G. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa
terhadap Isolat Bakteri Eksudat Jerawat dengan Metode Difusi
Sumuran
Uji ini bertujuan untuk menentukan rentang konsentrasi yang akan
digunakan dalam penentuan nilai KHM dan KBM. Uji dilakukan dengan metode
difusi sumuran. Ekstrak kulit batang asam jawa dibuat dalam variasi konsentrasi
uji yang mengacu pada penelitian Doughari (2006) yaitu 100 mg/ml dan 50 mg/ml
yang kemudian diturunkan hingga didapatkan konsentrasi di mana ekstrak kulit
batang asam jawa sudah tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri jerawat.
Konsentrasi yang digunakan dalam uji ini adalah 5, 10, 20, 25, 50, 100 mg/ml.
Dalam uji ini digunakan kontrol positif klindamisin fosfat 10 mg/ml, dan kontrol
negatif aquadest steril. Dipilih kontrol negatif aquadest karena berdasarkan
beberapa orientasi, telah dilakukan percobaan melarutkan ekstrak dengan
beberapa pelarut seperti CMC-Na, DMSO, etanol 5%, etanol 10%, dan etanol
70%, diketahui bahwa aquadest dapat melarutkan ekstrak kulit batang asam jawa
dengan baik, lebih cepat dan lebih baik daripada etanol, karena untuk etanol
dibutuhkan waktu beberapa jam dan bahkan mungkin satu hari untuk dapat
48
melarutkan ekstrak dengan baik. Maka dalam uji yang dilakukan, digunakan
aquadest steril sebagai pelarut ekstrak dan sebagai kontrol negatif.
Fungsi dari kontrol negatif adalah untuk melihat apakah pelarut ekstrak
yang digunakan memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
uji. Kontrol positif digunakan sebagai perbandingan daya antibakteri dengan
perlakuan ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan mengamati diameter zona
hambat yang terbentuk, sehingga dapat dilihat potensi daya antibakteri ekstrak
etanol kulit batang asam jawa. Saat didapatkan hasil diameter zona hambat
ekstrak etanol kulit batang asam jawa lebih besar dari diameter zona hambat
kontrol positif, maka ekstrak kulit batang asam jawa memiliki potensi yang kuat
sebagai antibakteri dan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi obat tradisional
skala industri.
Tabel IV. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri jerawat yangterbentuk pada uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa
Konsentrasi ekstrak (mg/ml)Diameter zona hambat
(cm) ̅ ± SDI II III
Kontrol negatif (aquadest) 0 0 0 0±0Kontrol positif (klindamisin 10) 2,5 2,6 2,5 2,53±0,06
100 1,5 1,55 1,45 1,5±0,0550 0,9 1 0,85 0,92±0,0825 0,7 0,7 0,65 0,68±0,0320 0,5 0,45 0,5 0,48±0,0310 - - - -5 - - - -
Konsentrasi yang digunakan dalam uji ini dimulai dari 100 mg/ml dan 50
mg/ml kemudian diturunkan menjadi 25, 20, 10, dan 5 mg/ml. Hasilnya, pada
kontrol positif terbentuk zona hambat yang besar, yaitu rata-rata 2,53 cm,
49
sedangkan pada kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat, yang berarti zona
hambat yang muncul pada perlakuan ekstrak etanol kulit batang asam jawa adalah
benar-benar berasal dari kemampuan ekstrak, bukan karena pengaruh pelarut
ekstrak. Pada ekstrak kulit batang asam jawa juga terbentuk zona hambat pada
konsentrasi 100, 50, 25, dan 20 mg/ml, tetapi pada konsentrasi 10 dan 5 mg/ml
sudah tidak terlihat adanya zona hambat yang terbentuk. Dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi 10 mg/ml adalah konsentrasi di mana ekstrak kulit batang
asam jawa sudah tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji, maka
konsentrasi ini digunakan sebagai acuan konsentrasi terendah untuk penentuan
nilai KHM dan KBM. Hasil perhitungan standar deviasi menunjukkan deviasi
yang kecil pada setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa uji yang dilakukan
reprodusibel, sehingga dapat menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda saat
dilakukan pengulangan (Lampiran 5).
Ekstrak etanol kulit batang asam jawa dapat memiliki daya antibakteri
karena senyawa yang terkandung di dalamnya yang telah teridentifikasi, yaitu
alkaloid dan tanin. Alkaloid diketahui memiliki aktivitas antibakteri, tetapi belum
diketahui mekanisme aksinya (Ezekiel et al., 2009). Tanin memiliki kemampuan
menghambat kerja enzim yang dibutuhkan oleh bakteri, seperti enzim reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase (Mahtuti, 2004; Robinson, 1991).
50
H. Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa
dengan Metode Dilusi Padat
Uji ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit batang asam
jawa dalam membunuh isolat bakteri eksudat jerawat, sehingga dapat diketahui
konsentrasi minimal yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek daya antibakteri
yang diinginkan.
Konsentrasi larutan uji yang digunakan dalam uji ini mengacu pada hasil
uji sebelumnya. Sebagai perlakuan, digunakan 5 konsentrasi larutan uji, yaitu 10,
15, 20, 25, dan 30 mg/ml. Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak
menggunakan aquadest. Kontrol yang digunakan adalah kontrol kontaminasi
media, kontrol pertumbuhan bakteri uji dan kontrol negatif (kontrol pelarut).
Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri jerawat hasil isolasi pada langkah
sebelumnya.
Kontrol kontaminasi media dibuat dengan menuang media NA pada
cawan petri steril. Kontrol kontaminasi media berfungsi untuk melihat apakah
proses uji yang sudah dilakukan aseptis atau tidak dan juga untuk mengetahui
apakah media yang digunakan terkontaminasi atau tidak. Hasil pengamatan
menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada media, maka dapat disimpulkan
bahwa media yang digunakan dalam uji tidak terkontaminasi. Media yang
terkontaminasi menunjukkan media yang tidak steril, atau perlakuan yang tidak
aseptis, sehingga memungkinkan kontaminan masuk. Kontrol pertumbuhan
bakteri dibuat dengan menambahkan bakteri uji pada media NA kemudian
dilakukan pour plate pada cawan petri steril. Kontrol ini berfungsi untuk melihat
51
pertumbuhan normal bakteri uji tanpa penghambatan. Kontrol negatif dibuat
dengan menambahkan pelarut ekstrak pada media NA kemudian dilakukan pour
plate pada cawan petri steril. Kontrol ini berfungsi untuk melihat apakah pelarut
ekstrak yang digunakan memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri uji. Hasil pengamatan menunjukkan pelarut tidak memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Pelarut yang memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri uji akan mengacaukan hasil uji karena
kemampuan antibakteri yang ditimbulkan tidak hanya dari ekstrak etanol kulit
batang asam jawa, namun juga dari pelarut yang digunakan.
Penentuan KHM dan KBM dilakukan dengan cara mengamati secara
visual hasil dilusi padat larutan uji dan bakteri uji dengan media NA. Adanya
pertumbuhan bakteri ditandai dengan media yang menjadi keruh. Pengamatan
secara visual akan menggolongkan kekeruhan bakteri tersebut, apakah sangat
keruh (+++), keruh (++), agak keruh (+), atau jernih (-) yang berarti tidak ada
pertumbuhan bakteri. Pada petri yang nampak jernih, dilakukan pemindahan
bakteri secara streak ke media Nutrien Agar dalam cawan petri, untuk kemudian
diinkubasi dan diamati setelah 24 jam untuk menentukan nilai KHM dan KBM.
Suatu konsentrasi larutan uji dikatakan merupakan KHM apabila pada hasil dilusi
menunjukkan hasil yang jernih yang berarti larutan uji dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, tetapi masih menunjukkan pertumbuhan pada hasil streak
plate. KBM ditentukan dengan melihat konsentrasi terkecil hasil pemindahan
bakteri secara streak yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan setelah
diinkubasi 24 jam.
52
Tabel V. Hasil pengamatan penentuan nilai KHM dan KBM
Konsentrasi (mg/ml)Kekeruhan
Replikasi I Replikasi II Replikasi IIIKontrol negatif (aquadest) +++ +++ +++
10 ++ ++ ++15 + + +20 - - -25 - - -30 - - -
Kontrol positif (klindamisin 10) - - -Keterangan: +++ : sangat keruh, ++ : keruh, + : agak keruh, - : jernih
Uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 20, 25,
dan 30 mg/ml tidak tampak pertumbuhan bakteri uji. Kemudian dilakukan streak
dari ketiga konsentrasi tersebut. Hasilnya, pada konsentrasi 20 mg/ml dan 25
mg/ml bakteri masih dapat tumbuh, sedangkan pada konsentrasi 30 mg/ml tidak
terlihat adanya pertumbuhan bakteri, maka disimpulkan bahwa nilai KHM ekstrak
etanol kulit batang asam jawa adalah 20 mg/ml dan nilai KBM dari ekstrak etanol
kulit batang asam jawa adalah 30 mg/ml (Lampiran 6).
I. Uji Penegasan Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam
Jawa dengan Metode Difusi Sumuran
Berdasar nilai KBM yang didapatkan pada uji sebelumnya, dilakukan uji
daya antibakteri dengan metode difusi sumuran. Konsentrasi larutan uji yang
digunakan adalah 25, 30, 35, 40, dan 45 mg/ml. Konsentrasi tersebut dipilih
mengacu pada nilai KBM yaitu 30 mg/ml, maka dipilih konsentrasi di bawahnya
sebagai pembanding, dan konsentrasi di atasnya yang akan diuji. Kontrol positif
yang digunakan adalah klindamisin fosfat dengan konsentrasi 10 mg/ml,
sedangkan untuk kontrol negatif digunakan aquadest steril. Klindamisin fosfat
53
digunakan sebagai kontrol positif karena merupakan salah satu obat di pasaran
yang digunakan untuk mengobati jerawat yang disebabkan oleh bakteri.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol kulit
batang asam jawa dalam aplikasinya sebagai obat jerawat yang disebabkan oleh
bakteri. Untuk tujuan tersebut, maka pada uji ini digunakan nilai KBM ekstrak
etanol kulit batang asam jawa, karena saat mengobati jerawat, aksi obat yang
diharapkan adalah dapat membunuh bakteri, tidak hanya menghambat
pertumbuhan bakteri.
Uji yang telah dilakukan dengan kondisi kontrol positif, yaitu
klindamisin fosfat 10 mg/ml memiliki zona hambat paling besar, dengan rata-rata
2,5 cm, sedangkan kontrol negatif, yaitu aquadest steril tidak memiliki zona
hambat. Hasil pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri dengan
metode difusi sumuran menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
yang digunakan, maka semakin besar pula diameter zona hambat pertumbuhan
bakteri yang terbentuk.
Tabel VI. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri jerawat yangterbentuk pada uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang
asam jawa
Konsentrasiekstrak (mg/ml)
Diameter zona hambat (cm)̅ ± SD
I II III IV VKontrol negatif
(aquadest)0 0 0 0 0 0±0
Kontrol positif(klindamisin
fosfat 10)2,4 2,15 2,7 2,6 2,65 2,5±0,23
25 0,6 0,65 0,5 0,5 0,55 0,6±0,0730 0,65 0,65 0,5 0,5 0,55 0,6±0,0835 0,7 0,65 0,6 0,6 0,6 0,6±0,0440 0,7 0,65 0,7 0,6 0,65 0,7±0,0445 0,8 0,7 0,7 0,65 0,7 0,7±0,05
54
Data hasil uji (tabel II) kemudian dianalisis menggunakan one way
ANOVA pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah ada perbedaan
antar perlakuan. Hnull dalam uji ini adalah tidak ada perbedaan antar perlakuan dan
H1 adalah terdapat perbedaan antar perlakuan. Diperoleh F hitung 317,142 lebih
besar daripada F tabel 2,44 sehingga Hnull ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan yang diujikan.
Uji statistik dilanjutkan menggunakan LSD test untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang bermakna antar perlakuan. Hasil uji tersebut
menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna pada kontrol, baik kontrol
positif maupun kontrol negatif terhadap setiap perlakuan. Pada perlakuan larutan
uji, terdapat perbedaan secara bermakna hanya pada konsentrasi 25 mg/ml dengan
45 mg/ml dan 35 mg/ml dengan 45 mg/ml, sedangkan untuk konsentrasi lain tidak
menunjukkan perbedaan secara bermakna (Lampiran 8).
Tabel VII. Hasil analisis dengan menggunakan metode LSD test
PerlakuanKontrolNegatif
KontrolPositif
25mg/ml
30mg/ml
35mg/ml
40mg/ml
45mg/ml
Kontrol negatif(aquadest)
Kontrol positif(klindamisin
fosfat 10mg/ml)
2,50*
25 mg/ml 0,56* -1,94*30 mg/ml 0,57* -1,93* 0,0135 mg/ml 0,63* -1,87* 0,07 0,0640 mg/ml 0,66* -1,84* 0,10 0,09 0,0345 mg/ml 0,71* -1,79* 0,15* 0,14* 0,08 0,05
Keterangan:berbeda * berbeda bermakna
55
Hasil perbandingan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam
jawa dengan kontrol positif (klindamisin fosfat 10 mg/ml) menunjukkan
perbedaan yang bermakna (Tabel III), dengan nilai perbedaan yang negatif
menunjukkan bahwa daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa lebih
kecil dibanding kontrol positif (klindamisin fosfat 10 mg/ml), sehingga ekstrak
etanol kulit batang asam jawa tidak potensial pada konsentrasi yang diujikan.
Ekstrak etanol kulit batang asam jawa menunjukkan perbedaan bermakna
dibandingkan dengan kontrol negatif (Tabel III). Artinya ekstrak etanol kulit
batang asam jawa memiliki daya antibakteri terhadap bakteri jerawat, tetapi daya
antibakteri yang dimiliki tidak sekuat daya antibakteri kontrol positif (klindamisin
fosfat 10 mg/ml). Hal ini dimungkinkan karena ekstrak etanol kulit batang asam
jawa masih merupakan campuran dari banyak senyawa yang belum seluruhnya
teridentifikasi, sehingga dimungkinkan adanya interaksi antar senyawa tersebut
yang saling antagonis sehingga menghambat kemampuan antibakteri dari ekstrak
kulit batang asam jawa. Berbeda dengan klindamisin fosfat, yang sudah
merupakan obat jadi, adalah senyawa tunggal yang sudah melalui berbagai uji
sehingga khasiatnya sudah dipastikan sebagai senyawa antibakteri yang kuat. Dari
hasil yang telah diperoleh, bila akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
daya antibakteri kulit batang asam jawa, maka perlu dilakukan isolasi senyawa
aktif yang terdapat dalam kulit batang asam jawa. Untuk ekstrak etanol kulit
batang asam jawa, dapat disimpulkan kurang potensial untuk dikembangkan
sebagai obat tradisional bagi pengobatan jerawat.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Ekstrak kulit batang asam jawa memiliki daya antibakteri terhadap bakteri
jerawat.
2. Ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki nilai KHM sebesar 20 mg/ml
dan nilai KBM sebesar 30 mg/ml.
B. Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut terhadap isolat bakteri jerawat yang
didapatkan untuk mengetahui identitasnya dibandingkan dengan standar
Propionibacterium acnes, Propionibacterium granulosum, dan
Staphylococcus epidermidis.
2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mendapatkan kepastian kandungan
kimia utama yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit batang asam jawa
menggunakan metode identifikasi yang lebih spesifik dan kepastian senyawa
yang menyebabkan efek antibakteri.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978, Analisis Obat Tradisional, Jilid I, 117-118, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 5, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta
Anonim, 1986a, Sediaan Galenik, 1, 2, 10, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta
Anonim, 1986b, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 24-27, Bagian Biologi FakultasFarmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Anonim, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Edisi 1, 7-8, Ditjen POM-DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2007, Tanaman Obat Indonesia: Asam Jawa,http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=132, diakses26 September 2007
Anonim, 2009, Asam Jawa, http://www.plantamor.com/index.php?plant=1229,diakses tanggal 15 Agustus 2009
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, 616-618, PenerbitUniversitas Indonesia Press, Jakarta
Arisandi, 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan, 36, Eska Media,Jakarta
Burns, T., 2005, Lecture Notes Dermatology, 59-61, Erlangga, Jakarta
Bonang, G. dan Koeswandono, E.S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran UntukLaboratorium dan Klinik, 114-116, Penerbit PT Gramedia, Jakarta
Doughari, J.H., 2006, Antimicrobial Activity of Tamarindus indica Linn, TropicalJournal Pharmaceutical Research, 5 (2), 597-603
Duke, J., 2010, Phytochemical and Ethnobotanical Databases, http://www.ars-grin.gov/duke, diakses tanggal 6 Maret 2010
Ezekiel, C.N., Anokwuru, C.P., Nsofor, E., Odusanya, O.A, Adebanjo, O., 2009,Antimicrobial Activity of The Methanolic and Crude Alkaloid Extractsof Acalypha wilkesiana cv. macafeeana Copper Leaf, Research Journal ofMicrobiology, 4, 269-277
58
Ganiswarna, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 571, BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan, 102-109, Penerbit ITB, Bandung
Haryana, A., 2009, Obat Tradisional Jerawat, http://www.tanaman-obat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=258&Itemid=57,diakses tanggal 9 Februari 2010
Holt, J. G., Krieg, N. R., Sneath, P. H. A., Staley, J. T., and Williams, S. T., 1994,Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 528. Lippincott Williams& Wilkins, Philadelphia
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, 1995, Medical Microbiology, diterjemahkanoleh Edi Nugroho, Edisi 20, 54, 160, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
Koneman, E.W., Allen, S.D., Schreckenbergerr, P.C., Winn, W.C., 1997, ColorAtlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 5th Ed, 840-841, LippincottWilliams and Wilkins, Philadelphia, USA
Lay, B.W., 1994, Analisis Mikrobiologi di Laboratorium, 20, 77-102, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Lenny, S., 2006, Senyawa Terpenoida dan Steroida, 7-14,http://library.usu.ac.id/download/fmipa/, diakses 26 Februari 2010
List, P.H. and Schmidt, P.C., 2000, Phytopharmaceutical Technology, 107-112,CRC Press Inc., Florida
Mahtuti, E. Y., 2004, Pengaruh Daya Antimikroba Asam Tanat TerhadapPertumbuhan Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro: PenelitianEksperimental Laboratoris, http://adln.lib.unair.ac.id, diakses 20 Februari2010
McKane, L., and J. Kandel, 1996, Microbiology: Essentials and Applications,397-398 Mc Graw Hill Inc., New York
Mursyidi, A., 1989, Analisis Metabolit Sekunder, 63, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
Oakley, A., 2009, Bacteria in Acne, http://dermnetnz.org/acne/acne-bacteria.html,diakses tanggal 10 Agustus 2009
59
Osamudiamen, P.M and Aiyelaagbe, O.O, 2009, Phytochemical Screening forActive Compounds in Mangifera indica Leaves from Ibadan, Oyo State,Plant Science Research, 2 (1), 11-13
Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, diterjemahkanoleh Kosasih Padmawinata, Edisi 6, 71-78, 157-158, ITB, Bandung
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 563-567, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Thomas, 1989, Tanaman Obat Tradisional 1, 20, Kanisius, Yogyakarta
Setiabudy, R. dan Gan, V.H.S., 1995, Pengantar Anti Mikroba, dalamGaniswarna, S.G., (Ed), 571, Farmakologi dan Terapi, Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
60
Lampiran 1
Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Probandus
61
Lampiran 2
Kulit Batang Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)
Gambar 1. Kulit batang asam jawa (Tamarindus indica Linn.)
Keterangan:Tanda panah menunjukkan korteks pohon asam jawa yang digunakan dalampenelitian
62
Lampiran 3
Hasil Uji Tabung dari Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Kulit BatangAsam Jawa
Gambar 2. Alkaloid
Keterangan:Tanda panah menunjuk adanya endapanKesimpulan:ekstrak mengandung alkaloid (+)
Gambar 3. Saponin
Keterangan:Tidak muncul buih pada permukaanKesimpulan: ekstrak tidakmengandung saponin (-)
Gambar 4. Tanin dengan KOH
Keterangan:Tanda panah menunjuk adanya endapanKesimpulan:ekstrak mengandung tanin (+)
Gambar 5. Tanin dengan FeCl3
Keterangan:Larutan berwarna kehijauanKesimpulan: ekstrak tidakmengandung tanin terhidrolisis (-)
63
Gambar 6. Steroid
Keterangan:Tidak ditemukan pembentukan warnamerah kecoklatan pada daerah yangditunjuk anak panahKesimpulan: ekstrak tidak mengandungsteroid (-)
Gambar 7. Antrakuinon
Keterangan:Tidak ditemukan pembentukanwarna merah keunguan pada lapisanbawah yang ditunjuk anak panahKesimpulan: ekstrak tidakmengandung antrakuinon (-)
64
Lampiran 4
Hasil Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat
Gambar 8. Morfologi koloni pada mediacair (NB)
Keterangan:a = perlakuanb = kontrolKesimpulan:seluruh media menjadi keruh dan terdapatendapan di dasar tabung, maka bakteribersifat anaerob fakultatif
Gambar 9. Uji motilitas bakteri
Keterangan:Tanda panah menunjuk pertumbuhanbakteri yang menyebar tidak hanyatumbuh pada bekas tusukanKesimpulan: bakteri bersifat motil
gambar 10. Uji katalase
Keterangan:a = perlakuan. Tanda panah menunjuk tidak terbentuknya buihb = kontrol. Tanda panah menunjuk tidak terbentuknya buihKesimpulan: katalase negatif (-)
65
Gambar 11. Uji oksidase
Keterangan:a = perlakuan. Tanda panah menunjuk tidak terbentuknya warna hitamb = kontrol. Tanda panah menunjuk tidak terbentuknya warna hitamKesimpulan: oksidase negatif (-)
Gambar 12. Uji penggunaan sitrat (pengamatan 24 jam setelah perlakuan)
Keterangan:a = perlakuan (tampak depan). Tidak terlihat perubahan warna media menjadi birub = kontrol (tampak depan). Tidak terlihat perubahan warna media menjadi biruc = perlakuan (tampak samping). Tidak terlihat perubahan warna media menjadi birud = kontrol (tampak samping). Tidak terlihat perubahan warna media menjadi biruKesimpulan: penggunaan sitrat negatif (-).
66
Gambar 13. Uji dekarboksilasi lisin
Keterangan:a = perlakuan (0 jam). Media berwarna ungub = kontrol (0 jam). Media berwarna unguc = perlakuan (24 jam). Media berubah warna menjadi kuningd = kontrol (24 jam). Media berwarna ungue = perlakuan (48 jam). Media tidak kembali berwarna unguf = kontrol (48 jam). Media berwarna unguKesimpulan: dekarboksilasi lisin positif (-)
gambar 14. Uji hidrolisis gelatin
Keterangan:a = perlakuan. Tidak terjadi pencairan gelatin setelah disimpan di kulkasb = kontrol. Tidak terjadi pencairan gelatin setelah disimpan di kulkasKesimpulan: hidrolisis gelatin negatif (-)
67
Gambar 15. Uji H2S
Keterangan:a = perlakuan (tampak depan). Tidak terjadi perubahan warna mediab = kontrol (tampak depan). Tidak terjadi perubahan warna mediac = perlakuan (tampak samping). Tidak terjadi perubahan warna mediad = kontrol (tampak samping). Tidak terjadi perubahan warna mediaKesimpulan: uji H2S negatif (-). Tidak terjadi fermentasi gula pada media TSIA
Gambar 16. Uji indol
Keterangan:a = perlakuan. Tanda panah menunjuk cincin berwarna hijau pada permukaanb = kontrol. Tanda panah menunjuk cincin berwarna hijau pada permukaanKesimpulan: indol negatif (-).
68
Gambar 17. Uji MR
Keterangan:a = perlakuan. Tidak terjadi pembentukan
warna merah setelah ditambahindikator methyl red
b = kontrol. Tidak terjadi pembentukanwarna merah setelah ditambahindikator methyl red
Kesimpulan: MR negatif (-)
Gambar 18. Uji VP
Keterangan:a = perlakuan. Tidak terjadi
perubahan warna mediamenjadi merah muda
b = kontrol. Tidak terjadi perubahanwarna media menjadi merahmuda
Kesimpulan: VP negatif (-)
69
Lampiran 5
Hasil Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa denganMetode Difusi Sumuran
Gambar 19. Uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa denganmetode difusi sumuran dan waktu inkubasi 24 jam
Keterangan:K- = kontrol negatif (aquadest)K+ = kontrol positif (klindamisin fosfat 10 mg/ml)1 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 25 mg/ml2 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 50 mg/ml3 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 100 mg/ml
70
Lampiran 6
Hasil Uji Penentuan KHM dan KBM
Gambar 20. Kontrol dalam uji penentuan KHM dan KBM
Keterangan:A = kontrol kontaminasi media. Dapat dilihat bahwa media jernihB = kontrol pelarut. Aquadest diinokulasikan pada media, hasilnya media keruh
karena pertumbuhan bakteri tidak terhambat oleh aquadestC = kontrol pertumbuhan bakteri. Dapat dilihat pertumbuhan normal bakteri tanpa
dihambat
71
Gambar 21. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang asam jawa konsentrasi 10 mg/ml
Keterangan:A = hasil streak tiap replikasi B = hasil pour plate1 = replikasi 1 2 = replikasi 2 3 = replikasi 3
Gambar 22. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang asam jawa konsentrasi 15 mg/ml
Keterangan:A = hasil streak tiap replikasi B = hasil pour plate1 = replikasi 1 2 = replikasi 2 3 = replikasi 3
72
Gambar 23. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang asam jawa konsentrasi 20 mg/ml
Keterangan:A = hasil streak tiap replikasi B = hasil pour plate1 = replikasi 1 2 = replikasi 2 3 = replikasi 3
Gambar 24. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang asam jawa konsentrasi 25 mg/ml
Keterangan:A = hasil streak tiap replikasi B = hasil pour plate1 = replikasi 1 2 = replikasi 2 3 = replikasi 3
73
Gambar 25. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang asam jawa konsentrasi 30 mg/ml
Keterangan:A = hasil streak tiap replikasi B = hasil pour plate1 = replikasi 1 2 = replikasi 2 3 = replikasi 3
74
Lampiran 7
Hasil Uji Penegasan Daya Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran
Gambar 26. Kontrol kontaminasi media
Gambar 27. Kontrol pertumbuhan bakteri uji
75
Gambar 28. Hasil uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawadengan metode difusi sumuran dan waktu inkubasi 24 jam
Keterangan:K- = kontrol negatif (aquadest)K+ = kontrol positif (klindamisin fosfat 10 mg/ml)1 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 25 mg/ml2 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 30 mg/ml3 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 35 mg/ml4 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 40 mg/ml5 = ekstrak etanol kulit batang asam jawa 45 mg/ml
76
Lampiran 8
Hasil Analisis Statistik One Way ANOVA dan LSD Test
Descriptives
zona
N MeanStd.
DeviationStd.Error
95% ConfidenceInterval for Mean Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
kontrol negatif 5 ,6000 ,00000 ,00000 ,6000 ,6000 ,60 ,60
kontrol positif 5 3,1000 ,22638 ,10124 2,8189 3,3811 2,75 3,30
25 mg/ml 5 1,1600 ,06519 ,02915 1,0791 1,2409 1,10 1,25
30 mg/ml 5 1,1700 ,07583 ,03391 1,0758 1,2642 1,10 1,25
35 mg/ml 5 1,2300 ,04472 ,02000 1,1745 1,2855 1,20 1,30
40 mg/ml 5 1,2600 ,04183 ,01871 1,2081 1,3119 1,20 1,30
45 mg/ml 5 1,3100 ,05477 ,02449 1,2420 1,3780 1,25 1,40
Total 35 1,4043 ,74275 ,12555 1,1491 1,6594 ,60 3,30
Test of Homogeneity of Variances
zona
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
8,041 6 28 ,000
ANOVA
zona
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18,485 6 3,081 317,142 ,000
Within Groups ,272 28 ,010
Total 18,757 34
77
Multiple Comparisons
Dependent Variable: zona
LSD
-2,50000* ,06234 ,000 -2,6277 -2,3723
-,56000* ,06234 ,000 -,6877 -,4323
-,57000* ,06234 ,000 -,6977 -,4423
-,63000* ,06234 ,000 -,7577 -,5023
-,66000* ,06234 ,000 -,7877 -,5323
-,71000* ,06234 ,000 -,8377 -,5823
2,50000* ,06234 ,000 2,3723 2,6277
1,94000* ,06234 ,000 1,8123 2,0677
1,93000* ,06234 ,000 1,8023 2,0577
1,87000* ,06234 ,000 1,7423 1,9977
1,84000* ,06234 ,000 1,7123 1,9677
1,79000* ,06234 ,000 1,6623 1,9177
,56000* ,06234 ,000 ,4323 ,6877
-1,94000* ,06234 ,000 -2,0677 -1,8123
-,01000 ,06234 ,874 -,1377 ,1177
-,07000 ,06234 ,271 -,1977 ,0577
-,10000 ,06234 ,120 -,2277 ,0277
-,15000* ,06234 ,023 -,2777 -,0223
,57000* ,06234 ,000 ,4423 ,6977
-1,93000* ,06234 ,000 -2,0577 -1,8023
,01000 ,06234 ,874 -,1177 ,1377
-,06000 ,06234 ,344 -,1877 ,0677
-,09000 ,06234 ,160 -,2177 ,0377
-,14000* ,06234 ,033 -,2677 -,0123
,63000* ,06234 ,000 ,5023 ,7577
-1,87000* ,06234 ,000 -1,9977 -1,7423
,07000 ,06234 ,271 -,0577 ,1977
,06000 ,06234 ,344 -,0677 ,1877
-,03000 ,06234 ,634 -,1577 ,0977
-,08000 ,06234 ,210 -,2077 ,0477
,66000* ,06234 ,000 ,5323 ,7877
-1,84000* ,06234 ,000 -1,9677 -1,7123
,10000 ,06234 ,120 -,0277 ,2277
,09000 ,06234 ,160 -,0377 ,2177
,03000 ,06234 ,634 -,0977 ,1577
-,05000 ,06234 ,429 -,1777 ,0777
,71000* ,06234 ,000 ,5823 ,8377
-1,79000* ,06234 ,000 -1,9177 -1,6623
,15000* ,06234 ,023 ,0223 ,2777
,14000* ,06234 ,033 ,0123 ,2677
,08000 ,06234 ,210 -,0477 ,2077
,05000 ,06234 ,429 -,0777 ,1777
(J) perlakuankontrol positif
25 mg/ml
30 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
25 mg/ml
30 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
kontrol positif
30 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
kontrol positif
25 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
kontrol positif
25 mg/ml
30 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
kontrol positif
25 mg/ml
30 mg/ml
35 mg/ml
45 mg/ml
kontrol negatif
kontrol positif
25 mg/ml
30 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
(I) perlakuankontrol negatif
kontrol positif
25 mg/ml
30 mg/ml
35 mg/ml
40 mg/ml
45 mg/ml
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
78
BIOGRAFI PENULIS
Raden Pradipta Satriyajati, lahir di Semarang pada tanggal 9 Februari 1988,
merupakan anak pertama dari pasangan Dhira Satwika dan Minarni Svasthasari
serta memiliki dua orang adik. Penulis telah menempuh pendidikan di TK Wijaya
Kusuma Sleman tahun ajaran 1992/1993, SD Kanisius Sengkan Sleman
1993/1994 sampai dengan 1998/1999, SLTP N 8 Yogyakarta 1999/2000 sampai
dengan 2001/2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Kolese de Britto
2002/2005, selepas dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis juga aktif
mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya menjabat subdivisi
UKF Olahraga BEMF Farmasi periode 2005-2006, panitia sie Acara dalam
Pharmacy Event Cup (2006), Ketua Panitia Pelepasan Wisuda April 2007, dan sie
Acara dalam Pharmacy Performance (2007). Penulis juga pernah menjadi asisten
Praktikum Farmakognosi Fitokimia I (2007, 2008, dan 2009), Praktikum
Toksikologi Dasar (2008 dan 2009), Praktikum Analisis Sediaan Obat Tradisional
(2008 dan 2009), Praktikum Mikrobiologi (2009), Praktikum Spektroskopi
(2009), dan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid Liquid (2009).
Penulis juga pernah menjadi Ketua tim PKM yang mewakili Universitas Sanata
Dharma dalam PIMNAS XXI di UNISSULA Semarang (2008).
top related