uji organoleptik perendaman telur asin …repositori.uin-alauddin.ac.id/13552/1/rezkiyanti...
Post on 15-Jan-2020
55 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
UJI ORGANOLEPTIK PERENDAMAN TELUR ASIN dengan
MENGGUNAKAN EKSTRAK JERUK PURUT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana (S1) Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan
pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
REZKIYANTI ISNANI
60700114019
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
1. Yang menyatakan dibawah ini:
Nama : REZKIYANTI ISNANI
Nim : 60700114019
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau keseluruhnya dalam karya skripsi ini terutama Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiat, maka bersedia dikenakan
sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikianlah surat pernyataan ini yang dibuat untuk dapat digunakan
seperlunya
Samata, Agustus 2018
Penyusun
REZKIYANTI ISNANI
Nim: 60700114019
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas berkat dan
bimbingannya serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji Organoleptik
Perendaman Telur Asin dengan Menggunakan Ekstrak Jeruk Purut” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Penulis
menyadari bahwa karya ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberi dukungan, doa, semangat, pelajaran dan pengalaman
berharga pada penulis sejak penulis menginjak bangku perkuliahan hingga proses
penyusunan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi, tentunya tidak lepas dari berbagai hambatan
dan tantangan, namun berkat petunjuk, bimbingan, arahan, do’a serta dukungan
moril dari berbagai pihak maka hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi.
Untuk itu, perkenankanlah penulis menghanturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang istimewa kepada Ayahanda tercinta H. Alimuddin, S.Pd,.M.M
dan Ibunda tercinta Hj. Suraedah, S.Pd,. M.M karena mereka saya bisa sampai
ketahap ini yang pastinya tidak lepas dari doa dan dukungan tanpa pamrih, penuh
v
kasih sayang membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga
menyelesaikan pendidikan seperti saat ini. Satu hal yang memotvasi saya untuk
menyelasaikan skripsi karna saya adalah satu-satunya harapan mereka yang bisa
membahagiakan mereka kelak dihari tua, Amin.
Terselesaikannya skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pabbabari, M.Si selaku rektor Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr.H. Arifuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Dr. Wasilah,
S.T, M.T Selaku wakil dekan 1 bidang akademik Fakultas Sains, Dr. M.
Thahir Maloko, M.Th.I Selaku wakil dekan 2 bidang administrasi
Fakultas Sains dan Teknologi, dan Dr. Ir. Andi Suarda, M. Si selaku
wakil dekan 3 bidang kemahasiswaan Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Bapak Dr. Ir. M. Basir Paly, M.Si sebagai ketua Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar dan dan ibu Astati, S.Pt., M. Si selaku sekretaris
jurusan Ilmu Peternakan.
4. Ibunda Khaerani Kiramang S.Pt., MP. selaku Dosen Pembimbing
pertama, dan Ibunda Hj. Irmawaty S.Pt,. M.P selaku Dosen
Pembimbing kedua, atas bimbinganya selama ini dan banyak meluangkan
vi
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari
penyusunan proposal sampai penyelesaian skripsi ini.
5. Ibunda Khaifa Asgaf, Sp dan Bapak ,Dr. M. Thahir Maloko, M.Th.I
selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritikan yang konstruktif
demi kesempurnaan penulisan dan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Peternakan atas bimbingan dalam
kegiatan perkuliahan, baik dalam tatap muka maupun arahan-arahan diluar
perkuliahan.
7. Ibu Drh. Aminah Hajah M.Si, Bapak Muh. Arsan Jamili S.Pt., M.Si
dan, Ibu Hikmawati S.Pt selaku Laboran Jurusan Ilmu Peternakan yang
telah memberikan ilmunya selama menjadi asisten laboratorium sampai
dengan proses selesainya penelitian.
8. Kak Andi Afriana, S.E selaku Staf Jurusan Ilmu Peternakan yang telah
membantu segala persuratan dari proposal hingga skripsi.
9. Sahabat saya Eka Fitriani, Mukhlisani, Nurul Nadyah Putri, Isra
Nurfadilah Haris, Hilmiati dan Nurbaya yang selama ini telah hadir
dalam suka dan duka mulai dari awal perkuliahan sampai proses
selesainya skripsi ini.
10. Buat teman-teman Ilmu Peternakan Angkatan 2014 terima kasih atas
bantuan, kebersamaan dan canda tawa yang selama ini terjalin.
11. Senior dan Adik-adik di jurusan Ilmu Peternakan.
12. Keluarga yang selama ini telah membantu dalam penyelesaian skripsi
vii
13. Sahabat saya Iin Handayani, Musdalifah, Rifka Magfirah, Fandy, Andi
Imam Dwi Resky, Andi Fajar dan Firman Maulana Al-irfan, terima
kasih juga atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.
14. Bapak Kepala Desa, Ibu Desa dan teman-teman KKN Angkatan 57 Desa
Sicini Kecamatan. Parigi, Kab. Gowa terima kasih yang selalu
memeberi semangat selama ini.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Makassar, Agustus 2018
Rezkiyanti Isnani
viii
DAFTAR ISI
Hal.
SAMPUL............................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................ xii
ABSTRAC ........................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
E. Defenisi Operasional .............................................................................. 4 F. Hipotesis ................................................................................................ 4
G. Ruang Lingkup ........................................................................................ 4 H. Kajian Terdahulu ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7 A. Tinjauan Al-Qur’an ................................................................................ 7 B. Telur Bebek ............................................................................................. 10
C. Kandungan Gizi Telur ............................................................................. 17 D. Pengawetan ............................................................................................. 18
E. Jeruk Purut .............................................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 26 A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 26
B. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 26 C. Jenis Penelitian ....................................................................................... 26
D. Metode Penelitian ................................................................................... 26 E. Prosedur Penelitian .................................................................................. 27
F. Parameter yang diukur ............................................................................. 30 G. Analisis Data .......................................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 34 A. Uji Organoleptik ...................................................................................... 34
1. Aroma ............................................................................................... 34
2. Kemasiran ......................................................................................... 36 3. Rasa .................................................................................................. 37
4. Warna ............................................................................................... 39
ix
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 41 A. Kesimpulan ............................................................................................ 41
B. Saran ...................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42 LAMPIRAN ........................................................................................................ 45 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 62
x
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Hal
1. Telur Bebek................................................................................................10
2. Struktur Telur ............................................................................................ 13
3. Jeruk Purut ................................................................................................ 22
4. Pohon Jeruk Purut ..................................................................................... 23
5. Diagram Alir Pembuatan Telur Asin ........................................................ 29
xi
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
1. Mutu Telur Asin ........................................................................................ 21
2. Uji Organoleptik Telur Asin Berdasarkan Aroma ................................... 34
3. Uji Organoleptik Telur Asin Berdasarkan Kemasiran .............................. 36
4. Uji Organoleptik TelurAsin Berdasarkan Rasa......................................... 37
5. Uji Organoleptik Telur Asin Berdasarkan Warna ..................................... 39
xii
ABSTRAK
Nama : Rezkiyanti Isnani
Nim : 60700114019
Jurusan : Ilmu Peternakan
Judul : Uji Organoleptik Perendaman Telur Asin dengan
Menggunakan Ekstrak Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas telur melalui uji
organoleptik telur bebek yang diasinkan dengan penambahan ekstrak jeruk purut
(citrus hystrix). Dilaksanakan pada 27 Juni sampai dengan 9 Juli 2018, bertempat
di laboratorium teknologi hasil ternak (THT) jurusan ilmu peternakan fakultas
sains dan teknologi. Penelitian ini menggunakan telur segar yang berumur
dibawah 7 hari. Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Setiap ulangan
menggunakan 5 buah telur bebek. Perlakuan yang digunakan yaitu dengan
menggunakan konsentrasi larutan ekstrak jeruk purut 0%, 10%, 20% dan 30%
serta lama simpan 10 hari. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
yang berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap aroma, kemasiran, rasa, dan warna.
Kata kunci : Jeruk purut (citrus hystrix), telur itik.
xiii
ABSTRACT
Name : Rezkiyanti Isnani
Nim : 60700114019
Jurusan : Ilmu Peternakan
Title : Uji Organoleptik Perendaman Telur Asin dengan
Menggunakan Ekstrak Jeruk Purut (Citrus hystrix)
This study aims to determine the quality of eggs through organoleptic tests
of duck eggs which are marinated with the addition of kaffir lime extract (citrus
hystrix). Conducted on June 27 to July 9, 2018, held at the livestock technology
laboratory (ENT) majoring in science and technology faculties of science and
technology. This study uses fresh eggs that are under 7 days old. This research
method was carried out using a completely randomized design (CRD) 4
treatments and 5 replications. Each test uses 5 duck eggs. The treatment used is by
using a concentration of lime solution of 0%, 10%, 20% and 30% and a shelf life
of 10 days. The results of the study concluded that there was no significant effect
(p <0,05) on aroma, taste, taste, and color.
Keywords: kaffir lime (citrus hystrix), duck egg.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur merupakan suatu produk utama yang dihasilkan unggas, bahan
pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi
pertumbuhan makhluk hidup baru. Kegunaan yang paling umum adalah untuk
lauk pauk sebagai pengganti ikan, sebagai campuran pembuatan martabak dan
campuran pembuatan kue di mana memiliki rasa yang enak serta mudah di dapat.
Telur umumnya akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua
minggu diruang terbuka, baik kerusakan secara fisik, kimiawi maupun biologis
yang disebabkan mikroorganisme.
Telur asin merupakan teknologi hasil peternakan yang peminatnya cukup
banyak.Sebagian besar telur asin dibuat dari telur bebek. Dimana telur merupakan
salah satu pengolahan telur dengan penambahan garam untuk memperpanjang
daya siman telur. Penambahan garam dalam jumlah tertentu mempengaruhi rasa
asin pada telur yang diasinkan. Semakin banyak yang dicampurkan semakin
panjang juga daya simpannya, namun telur akan semakin terasa asin.
Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kualitas
telur, menjaga telur bebek supaya tidak rusak dan memperpanjang masa simpan
telur bebek. Pengawetan telur bebek yang paling sederhana yaitu dengan cara
pengasinan atau diolah menjadi telur asin, dengan melakukan perendaman dengan
penambahan ekstrak jeruk purut sebagai cita rasa.
1
2
Jeruk purut (Citrus histrix DC) merupakan tanaman yang dikenal
masyarakat memiliki kegunaan. Hampir setiap dari bagian jeruk purut dapat di
manfaatkan mulai dari daun kulit buah dan dan rantingnya. Umumnya jeruk dapat
digunakan sebagai flavour alami pada berbagai produk makanan dan minuman.
Minyak atsiri yang dihasilkan oleh jeruk purut telah diketahui memilki
kemampuan antibakteri karena kandungan senyawa yang dimilkinya. Minyak
atsiri kulit jeruk purut memiliki bobot jenis 0,8766 g/cm3, indeks bias 1,4730,
angka asam 0,8275, dan kadar minyak 2,13%. Minyak atsiri adalah zat cair yang
mudah menguap bercampur dengan persenyawa komposisi padat yang berbeda
dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan
kelarutan dalam air yang di peroleh air di bagian tanaman, kulit, buah, maupun
biji ( Agusta, 2000).
Jeruk purut memiliki banyak manfaat diantaranya adalah air perasan
daging buah jeruk purut dapat digunakan sebagai obat batuk, obat kulit, dan
antiseptik. Selain itu buah jeruk purut digunakan untuk menghilangkan bau amis
pada ikan, pengharum tepung tawar, dan pencuci rambut, jeruk purut memilik rasa
yang kecut dan sedikit asam, namun ternyata dibalik rasanya tersebut terkandung
banyak nutrisi yang baik untuk dikonsumsi oleh tubuh. Buah ini mengandung
serat, gula, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalori, zat besi, sodium, dan juga
kalsium. Dengan melihat semua kandungan tersebut, buah ini dapat digolongkan
sebagai buah bergizi.(Mifta, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang bagaimana
pengguna ekstrak jeruk purut terhadap kualitas telur asin.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
Bagaimana kualitas telur asin melalui uji organoleptik telur bebek yang
diasinkan dengan ekstrak jeruk purut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kualitas telur asin
melalui uji organoleptik telur bebek yang diasinkan dengan ekstrak jeruk purut.
D. Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk
menunjang penelitian lain dan memberikan masukan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pengendalian mutu dan keamanan pangan
dibidang peternakan khususnya cara penggunaan jeruk purut sebagai
bahawan pengawet telur.
2. Menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan bagi perusahaan peternakan
telur bebek sehingga dapat menerapkan perendaman jeruk purut sebagai
bahan pengawet guna dapat memperpanjang daya simpan telur jika tidak
terjual.
3. Pemerintah dapat mengembangkan dan melakukan penyuluhan kepada para
peternak, masyarakat atau pedagang telur sehingga memeperpanjang masa
penyimpanan telur.
4
E. Defenisi Operasional
1. Ekstrak jeruk purut merupakan bahan yang diperoleh dari proses ekstrasi.
Yang digunakan sebagai pelarut serta menghasilkan minyak atsiri, dan
bermanfaat sebagai penyedap rasa.
2. Telur asin adalah telur segar yang diolah dalam keadaan utuh dan
diawetkan, sekaligus diasinkan dengan menggunakan bahan utama garam.
3. Kualitas telur asin adalah kualitas telur yang baik, dimana keadaan telur
asin ditandai dengan putih telurnya berwarna putih cerah, tingkat
keasinannya meskipun tinggi masih bisa di tolerir oleh lidah, bagian
kuningnya berwarna kuning tua berstektur seperti paasir dan aroma
bagian putih maupun kuning segar khas telur asin.
F. Hipotesis
Diduga pemanfaatan ekstrak jeruk purut mempertahankan kualitas telur
bebek.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi uji organoleptik peredaman telur asin dengan
menambahkan ekstrak jeruk purut.
H. Kajian Terdahulu
Menurut (Ristanto, 2013) Uji Organoleptik dan Mikrobiologi Telur Asin
Menggunakan Perendaman Lumpur Sawah dengan tujuan dari penelitian ini
adalah: 1) Untuk mengetahui sifat organoleptik telur bebek yang diasinkan dengan
lumpur sawah dan telur bebek yang diasinkan dengan serbuk batu bata merah. 2)
Untuk mengetahui populasi bakteri. Metode penelitian ini adalah eksperimen
5
dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola 1 faktor yaitu media untuk
perendaman telur asin. Populasi dalam penelitian ini adalah telur bebek di daerah
Janti, Polanharjo, Klaten, dengan jumlah sampel 20 telur. Teknik pengambilan
data yang digunakan metode eksperimen dan angket. Parameter penelitian ini
adalah uji organoleptik dan mikrobiologi. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis uji organoleptik dan uji populasi bakteri. Berdasarkan dari analisis
uji organoleptik telur dengan perendaman lumpur sawah diperoleh hasil warna
putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma agak amis, rasa asin, tekstur agak
kenyal dan agak masir. Perendaman telur asin dengan menggunakan serbuk batu
bata merah diperoleh hasil warna putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma
sedikit amis, rasa asin, tekstur kenyal dan masir, yang berarti bahwa ada
perbedaan sifat organoleptik telur asin dengan menggunakan perendaman lumpur
sawah dan serbuk batu bata merah, yaitu aroma dan tekstur telur asin. Analisis uji
populasi bakteri telur asin dengan perendaman lumpur sawah diperoleh jumlah
bakteri lebih banyak dibandingkan dengan perendaman menggunakan serbuk batu
bata merah. Jumlah bakteri pada telur dengan perendaman lumpur sawah 292.500
bakteri/gram sedangkan telur dengan perendaman serbuk batu bata merah jumlah
bakteri 14.000 bakteri/gram.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah : 1) Organoleptik telur asin hasil
perendaman lumpur sawah dan serbuk batu bata merah hampir sama yaitu warna
putih telur putih, kuning telur kemerahan dan rasa asin, kecuali aroma dan tekstur.
Aroma telur asin hasil perendaman lumpur sawah agak amis sedangkan telur asin
hasil perendaman serbuk batu bata merah sedikit amis. Tekstur telur sawah hasil
6
perendaman lumpur sawah agak kenyal dan agak masir sedangkan telur asin hasil
perendaman serbuk batu bata merah kenyal dan masir. 2) Telur asin hasil
perendaman lumpur sawah mengandung lebih banyak mengandung bakteri yaitu
292.500 bakteri/gram, dibandingkan telur asin hasil serbuk batu bata merah
sebesar 14.000 bakteri/gram.
Menurut (Sariati, 2017), Isolasi Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)
dengan Metode Maserasi. Diketahui bahwa Tanaman jeruk purut (Citrus hystrix)
adalah tanaman tropis yang banyak memiliki manfaat salah satunya sebagai
penghasil minyak atsiri. Limonena merupakan salah satu senyawa hasil isolasi
dari kulit jeruk purut (Citrus hystrix). Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari
kulit jeruk purut (Citrus hystrix) melalui metode maserasi kemudian disaring dan
dilakukan destilasi sederhana (alat vacum evaporator). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk purut
(Citrus hystrix) dapat dimaserasi selama 6 jam. Minyak atsiri yang didapat dari
minyak atsiri untuk 50 gram kulit jeruk purut (Citrus hystrix) adalah 1.528 gram
dengan rendemen 6.112 %.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Ilmu Alquran
Ternak ayam merupakan ternak penghasil telur. Telur merupakan produk
asal hewan yang memiliki kandungan zat gizi yang lengkap. Dari telur terteslah
ciptaan baru yang sepadan, secara biologis sebelum diteteskan telur berada di
dalam sistem reproduksi selama 24 jam dalam sehari. Dalam penciptaan telur
dijelaskan dalam QS al-Imran/3:27 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Engkau masukkan malam kedalam siang dan engkau masukkan siang ke
dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan engkau beri rezeki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas) (Kementrian Agama,RI; 2012).
Dalam ”Tafsir Al-Misbah” Allah mendatangkan sesuatu yang memiliki
sifat hidup dari sesuatu yang tidak memilikinya dan mendatangkan sesuatu yang
mati dari sesuatu yang hidup. Siklus kehidupan dan kematian merupakan rahasia
keajaiban alam dan rahasia kehidupan. Ciri utama siklus ini adalah bahwa zat-zat
hidrogen, karbondioksida, nitrogen dan garam yang nonorganik di bumi, berubah
menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan pada hewan dan
tumbuh-tumbuhan, berkat bantuan sinar matahari. Begitulah, Sang Pencipta Yang 7
8
Maha Kuasa mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian
dari kehidupan di setiap saat.
Maksud dari ayat tersebut yaitu Allah menggilirkan peredaran waktu siang
dan malam selama 24 jam dimana 12 jam untuk siang dan 12 jam untuk malam.
Dalam edaran waktu tersebut segala hal dapat terjadi dari siang ke malam dan dari
malam ke siang hari, seperti peristiwa pembentukan telur didalam sistem
reproduksi yang normalya anak ayam terbentuk kurang dari 24-26 jam. Ditinjau
dari segi ilmiah terdapat telur yang tidak bernyawa kemudian menetas menjadi
seekor anak ayam yang hidup.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memasukkan malam kedalam
siang seperti halnya pada saat ternak ayam masih dalam bentuk telur didalam alat
reproduksi yang dalam keaadaan gelap kemudian menetas dan menjadi keadaan
terang yang penuh dengan cahaya, semua itu dapat terjadi sebagai bukti
kekuasaan Allah supaya kita bersyukur dan tidak ada yang tidak mungkin selama
Allah mengkhendakinya.
Kebutuhan gizi masyarakat dapat dipenuhi, maka proses pengembangan
pengendalian mutu dan keamanan pangan, mengenai produk pengelolaan telur
harus memperhatikan unsur nutrisi yang ada di dalam telur. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah melakukan proses pengawetan dengan memanfaatkan bahan
alam salah satunya adalah dengan kulit buah. Hal ini dijelaskan dalam QS an -
Nahl/16: 11 yaitu :
9
Terjemahnya:
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan (Kementrian Agama,RI; 2012).
Ayat ini menyebut beberapa manfaat atau populer dalam masyarakat arab
tempat dimana turunnya al-Qur’an dengan menyatakan bahwa Dia, yakni Allah
swt., menumbuhkan bagi kamu dengannya, yakni dengan air hujan itu, tanaman -
tanaman, dari yang mulai cepat layu sampai dengan yang paling panjang dan
dengan yang paling panjang usianya dan paling banyak manfaatnya. Dia
menumbuhkan Zaitun yang paling panjang usianya, demikian juga kurma, yang
dapat dimakan mentah atau matang, mudah dipetik, dan sangat bergizi lagi
berkalori tinggi, juga anggur yang dapat kamu dijadikan makanan yang halal atau
minuman yang haram, dan dari segala macam atau sebagian buah-buahan, selain
yang disebut itu. Sesungguhnya pada yang demikian, yakni pada curahan hujan
dan akibat-akibatnya itu benar-benar ada tanda yang sangat jelas bahwa yang
mengaturnya seperti itu adalah Maha Esa lagi Maha Kuasa. Tanda itu berguna
bagi kaum yang memikirkan. Betapa tidak, sumber airnya sama, tanah tempat
tumbuhnya berdempet, tetapi ragam dan rasanya berbeda-beda.
Ayat ini menunjuk buah kurma dengan nama an-nakhil yang digunakan
untuk menunjuk pohon dan buahnya secara keseluruhan, berneda dengan al-a’nab
yang menunjuk kepada kepada buah anggur saja. Hal ini menurut Al-Biqa’i, untuk
10
mengisyaratkan bahwa terdapat banyak sekali manfaat pada pohon kurma, bahkan
hanya pada buahnya, berbeda dengan anggur yang manfaatnya selain buahnya
hanya sedikit.
B. Telur Bebek
Telur sebagai salah satu produk peternakan unggas yang bergizi tinggi dan
sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena merupakan sumber protein, asam lemak
vitamin dan mineral. Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang
memiliki rasa yang lezat. Selain itu telur mudah diperolah dan harganya relative
murah. Ada bermacam- macam jenis telur unggas yang dikomsumsi, diantaranya
telur ayam, telur bebek, dan telur puyuh (Lukito dkk, 2012).
Gambar 1. Telur bebek
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi bagi
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Telur merupakan bahan pangan asal
11
hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena
memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infasi mikroba. Mekanisme ini
sebenarnya dibuat untuk melindungi embrio unggas sehingga terjamin
pertumbuhannya sampai telur menjadi anak unggas (Astawan, 2008).
Telur unggas yang paling banyak di komsumsi salah satunya adalah telur
bebek. Telur bebek sebagai bahan pangan yang cukup sempurna mengandung zat
gizi tinggi yang mudah di cerna, kaya protein lemak dan zat- zat gizi lain yang
dibutuhkan tubuh. Kandungan protein dalam telur bebek sangat tinggi. Yakni 13,1
gram per 100 garam dibandingkan dengan telur ayam 12,8 gram. Telur bebek
memiliki sifat yang mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi, maupun akibat
serangan mikroorganisme melalui pori- pori cangkang telur (Warisno, 2005).
Telur bebek rata-rata lebih berat dibandingkan dengan telur ayam (telur
ayam antara 55-60 gram sedangkan telur bebek antara 65-70 gram).Kulit telur
bebek lebih tebal dibandingkan dengan telur ayam, jumlah porinya juga lebih
sedikit dengan membran dalam yang lebih tebal pula. Hal ini memungkinkan
lebih lambat berlangsungnya proses dehidrasi sehingga telur bebek dapat bertahan
lebih lama dalam penyimpanan. Daya simpan telur bebek kira-kira 20% lebih
lama dibandingkan dengan daya simpan telur ayam dalam kondisi lingkungan
yang sama (Suprapti, 2002).
1. Struktur Telur
12
Struktur telur terdiri atas sel yang hidup, yang dikelilingi oleh kuning telur
sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen ini dikelilingi oleh putih
telur yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Hal ini mengakibatkan adanya
perbedaan tekanan osmose antara kuning dan putih telur. Telur mempunyai
struktur yang sangat khas, dan mengandung zat gizi yang cukup untuk
pertumbuhan sel telur yang sudah dibuahi menjadi seekor anak. Bagian-bagian
utama telur adalah putih telur (albumen); kuning telur (yolk), dan kulit telur (egg
shell) (Hintono, 1997).
Secara lebih terinci struktur telur dapat dibagi menjadi 9 bagian, yaitu:
1. Kulit telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik
2. Membran kulit luar dan dalam yang tipis, terpisah pada ujung yang tumpul
dan membentuk ruang udara
3. Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan
4. Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk kantung albumen
5. Putih telur bagian dalam yang tipis dan berupa cairan
6. Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur, yang
dikenal sebagai khalaza dan berfungsi memantapkan posisi kuning telur
7. Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur, dan disebut membranfitelin
8. Benih atau blastodisc yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan
9. Kuning telur, yang terbagi menjadi kuning telur berwarna putih berbentuk
vas, bermula dari benih ke pusat kuning telur, dan kuning telur yang
berlapis yang merupakan bagian terbesar (Buckle dkk, 1987).
13
Gambar 2 Struktur Telur
2. Kulit Telur (egg shell)
Kulit telur terdiri atas 94 – 97 % kalsium karbonat, sedangkan sisanya
berupa bahan organik dan pigmen. Di seluruh bagian kulit telur terdapat banyak
pori-pori dengan ukuran yang berbeda-beda. Umumnya pada setiap cm2 kulit
telur terdapat 7500 buah pori-pori dengan penyebaran yang berbeda-beda. Pori-
pori telur ayam mempunyai ukuran lebar sekitar 9 - 38 mikron dan panjang sekitar
14 - 54 mikron (Sirait, 1986).
Kulit telur merupakan bahan alami yang dapat melindungi telur dari
masuknya bakteri, tetapi karena kulit telur berpori maka hal ini tidak menjamin
bahwa telur akan bebas dari kontaminasi bakteri. Adanya membran pada telur
(shell membran), empat lapis putih telur (the four layers of the white) dan
membran kuning telur (yolk membrane) atau disebut pula dengan vitelline dapat
mencegah bakteri menembus kuning telur yang merupakan media yang cocok
untuk pertumbuhan bakteri (Hintono, 1997).
14
Menurut (Sudaryani, 2003) menyatakan bahwa kulit telur terdiri atas 4
bagian utama pembentuk kulit, yaitu kutikula, lapisan bunga karang, lapisan
mamila dan lapisan membrana.
a. Kutikula merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi seluruh
permukaan kulit telur. Lapisan ini sangat tipis, berkisar antara 3 - 10
mikron. Bahan atau zat yang membentuk lapisan ini adalah zat protein
kreatin yaitu mucin. Permukaan kulit terlihat agak berbintik-bintik.
Lapisan kutikula yang melapisi permukaan telur ini, tanpa ada pori-pori
yang terbuka tapi sifatnya bisa dilalui gas, sehingga keluarnya uap air dan
gas CO2 dari isi telur masih bisa terjadi.
b. Lapisan Bunga Karang atau calcareus merupakan bagian terbesar dari
lapisan kulit telur, letaknya di bawah kutikula. Lapisan ini terdiri atas
protein serabut yang berbentuk anyaman dan lapisan kapur yang terdiri
atas senyawa kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2),
magnesium karbonat (MgCO3) dan magnesium fosfat (Mg3(PO4)2).
Apabila lapisan ini dihilangkan bagian kapurnya (caranya dengan
menambahkan asam kuat), maka akan terlihat suatu bentuk anyaman
seperti bunga karang, sehingga lapisan ini disebut lapisan bunga karang.
c. Lapisan Mamila merupakan lapisan ketiga dari kulit telur yang terdiri atas
lapisan berbonggol-bonggol berbentuk kerucut dengan penampang bulat
atau lonjong. Lapisan ini sangat tipis, tebalnya kurang lebih sepertiga dari
lapisan seluruh kulit dan terdiri atas bagian protein anyaman dan mineral.
15
d. Lapisan membrana merupakan bagian lapisan kulit telur yang terdalam,
terdiri atas dua lapisan selaput yang berbentuk seperti kertas perkamen.
Lapisan ini menyelubungi seluruh isi telur, tebalnya sekitar 65 mikron
yang terbuat dari keratin. Semakin ke arah bagian yang tumpul semakin menebal.
Lapisan membrana yang melekat pada lapisan mamilla lebih tebal bila
dibandingkan dengan lapisan membrana dibawahnya yang berhubungan dengan
putih telur. Segera setelah dikeluarkan oleh induknya, telur mengalami
pendinginan dan kehilangan gas serta air yang menyebabkan pengkerutan. Pada
saat ini, terjadi pemisahan kedua lapisan membrana sehingga terbentuk ruang
udara. Sesaat setelah ditelurkan, besarnya ruang udara kira-kira 1/8 inci dan terus
bertambah besar seiring dengan semakin lamanya waktu penyimpanan yang
menyebabkan kehilangan air dan CO2 (Sudaryani, 2003).
3. Putih Telur (albumen)
Putih telur terdiri atas empat lapisan. Lapisan luar terdiri atas cairan kental
yang banyak mengandung serat-serat musin. Lapisan tengah merupakan anyaman
musin setengah padat.Lapisan ketiga merupakan cairan yang lebih
encer,sedangkan khalazifera berbentuk serat-serat musin yang terjalin seperti
anyaman tali dan membatasi antara putih dan kuning telur, berfungsi untuk
menahan kuning telur agar tetap pada tempatnya. Putih telur bersifat lebih alkalis
dengan pH sekitar 7,6. Komponen utama dari putih telur adalah protein,
sedangkan lemak terdapat dalam jumlah kecil. Protein putih telur utama terdiri
atas ovalbumin, conalbumin, ovomucoid, lizozime, dan globulin. Senyawa
antimikroba yang terdapat pada telur adalah lizozime, conalbumin, dan
16
ovoinhibitor yang berfungsi untuk membantu memperlambat proses kerusakan
telur (Yuwanta, T.2010).
Putih telur tersusun atas 86,8 % air, 11,3 % protein, 0,08 % lemak, 1 %
karbohidrat, dan 0,8 % abu (Romanof, 1963). Kadar air yang tinggi pada putih
telur akan mempermudah garam larut pada putih telur bila dibandingkan dengan
kuning telur ketika telur diasin. Sirait (1986) menyatakan bahwa karena banyak
mengandung air, maka selama penyimpanan putih telur merupakan bagian yang
paling mudah rusak (Yuwanta, 2010).
4. Kuning Telur (yolk)
Kuning telur merupakan bagian yang terpenting pada telur, karena kuning
telur mengandung zat yang bergizi tinggi untuk menunjang kehidupan embrio.
Bentuk kuning telur hampir bulat, terletak ditengah-tengah dan berwarna jingga
atau kuning. Pigmen pemberi warna kuning terdiri atas kriptoxantin, xantofil,
karoten dan lutein. Kecerahan pada kuning telur merupakan indikator yang
digunakan untuk menentukan kualitas telur. Penilaian warna kuning dapat
dilakukan secara visual dengan membandingkan warna kuning telur dengan alat
yolk color fun yang memiliki skala Roche yaitu standar warna 1-15 dari warna
pucat sampai warna pekat atau orange tua. Warna kuning telur sangat erat
kaitannya dengan vitamin A yang terdapat didalam pakan sehingga semakin besar
kroten yang akan terdeposisi dalam kuning yang akhirnya akan mempengaruhi
warna kuning telur. Karotenoid berupa xantophyl akan memberi warna kuning
telur semakin berwarna jingga kemerahan (Sudaryani, 2003).
17
Kuning telur terbungkus oleh selaput tipis, kuat dan elastis yaitu
“membran vitelin” dengan ketebalan sekitar 24 mikron, terbuat dari protein
musindan keratin. Di samping itu, kuning telur tersusun dari lapisan-lapisan putih
dan kuning, biasanya berjumlah 6 lapisan berselang-seling dengan lapisan kuning
yang lebih lebar.Pada bagian pusat kuning telur terdapat bagian yang berwarna
putih yang disebut “latebra” dengan diameter sekitar 6 mm dan jumlahnya 0.6 %
dari seluruh kuning telur. pH kuning telur sekitar 6.0, lebih asam bila
dibandingkan dengan putih telur. Pada kuning telur yang baru ditetaskan, dapat
terlihat dengan jelas membran vitelin, benih/blastodisc dan membran khalaza
(Sudaryani, 2003).
C. Kandungan Gizi Telur
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang
diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan
enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak
menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin
bisa mencapai 30 hari (Apriadjie, 2008).
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan
harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur
berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari
protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat
pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang
dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
18
kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur
(Mietha, 2008).
Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur
mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Hampir semua lemak dalam
sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan
di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida
(lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Fungsi
trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram
lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi
(bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi,
anak-anak, maupun golongan lanjut usia. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat
mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan
mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat
penting untuk mempertahankan kualitas telur (Winarno, 2008).
D. Pengawetan
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan pengawetan.
Pengawetan merupakan cara untuk mempertahankan kualitas telur, menjaga telur
bebek supaya tidak rusak dan memperpanjang masa simpan telur bebek.
Pengawetan telur bebek yang paling sederhana yaitu dengan cara pengasinan atau
diolah menjadi telur asin (Lukito dkk, 2012)
Pengasinan merupakan salah untuk upaya mengawetkan telur bebek,
mengurangi bau amis dan menciptakan bau khas. Proses pengasinan telur yang
umum dilakukan masyarakat dengan menggunakan garam dapur sebagai bahan
19
pengawetnya. Garam merupakan factor utama dalam proses pengasinan telur yang
berfungsi sebagai bahan pangawet untuk mencegah pembusukan telur, sehingga
meningkatkan daya simpannya (Prihantari, 2010).
Telur asin adalah telur segar yang diolah dalam keadaan utuh, diawetkan
sekaligus diasinkan dengan menggunakan garam, dimana garam kandungan dapat
menghambat perkembangan mikrorganisme sehingga telur dapat disimpan lebih
lama. Syarat telur yang diasinkan adalah telur yang masih segar dan baru, sudah
dibersihkan, kulit telur masih utuh tidak retak, dan sebelum pengasinan telur harus
diamplas untuk memudahkan proses pengasinan (Warisno, 2005).
Telur yang akan diawetkan harus mempunyai mutu awal yang baik yaitu
masih masuk ke dalam kualitas AA. Ciri-ciri yang masuk dalam kualitas AA
adalah kulit telur bersih, tidak retak, bentuk normal, kedalaman kantung udara 0,3
cm atau kurang, putih telur pekat dan jernih, kuning telur terletak di pusat dengan
baik, kuning telur jernih dan bebas dari noda (Romanoff, 1963).
Berdasarkan metode pengolahannya, ada dua metode yang digunakan
yaitu perendaman dengan menggunakan larutan garam jenuh dan pembalutan
dengan mencampur garam, serbuk bata merah atau abu gosok. Pembuatan telur
asin dengan menggunakan metode perendaman dalam larutan garam jenuh sangat
mudah dan praktis. Keunggulan pembuatan telur asin dengan perendaman adalah
prosesnya singkat, sedangkan dengan cara pembalutan prosesnya rumit. Garam
dapur mengandung 91.62% NaCl, dan sisanya adalah Ca, Mg, dan Fe dalarn
bentuk garam klorida (Warisno, 2005).
20
Garam mempunyai sifat higroskopis sehingga dapat menyebabkan
plasmolisis dan dehidrasi pada sel bakteri, menghambat kerja enzim proteolitik,
mengurangi daya larut oksigen serta menurunkan daya aktivitas air (Frazier dan
Westhoff, 1983). Garam yang digunakan dalam proses pengawetan telur
membutuhkan konsentrasi lebih besar dari 15% (Sukendra, 1976).
Pengasinan telur adalah salah satu cara pengawetan yang banyak
dilakukan oleh masyarakat. Tujuan dari proses pengasinan ini adalah untuk
mencegah kerusakan dan kebusukan telur serta memberi citarasa khas dari telur
(Sirait, 1986). Selain itu juga pengasinan banyak menghasilkan keuntungan antara
lain mudah untuk dilakukan, biayanya mudah murah, praktis, serta dapat
meningkatkan kesukaan konsumen (Sarwono, 1994).
Menurut ( Harimurti, 1992) menyatakan bahwa metode pembuatan telur asin
yaitu:
1. Perendaman dengan larutan garam jenuh
a. Buat larutan garam jenuh, caranya dengan garam dilarutkan ke
dalam air hingga ada garam tersisa yang tidak larut dalam air.
b. Pilih telur yang baik
c. Telur dicuci bersih , selanjutnya masukkan kedalam larutan garam
d. Telur diangkat dari larutan garam setelh 10-12 hari perendaman,
makin ama perendaman telur yang dihasilkan semakin tinggi kadar
garamnya sehingga rasanya semakin asin.
2. Membalut telur dengan adonan garam dan batu bata merah atau abu
21
a. Buat adonan garam dan abu atau bata merah dengan pebandingan
1:2
b. Telur dipilih selanjutnya dicuci hingga bersih
c. Telur dibalut dengan adonan abu atau bata merah
d. Susun telur yang telah dibalut di dalam ember
e. Setelah 10 hari telur dibersihkan dan dicuci.
Proses pembuatan telur asin dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Namun kebanyakan pembuat telur asin lebih memilih dengan cara direndam atau
dibalut dalam adonan garam dicampur dengan serbuk batu merah dan abu gosok.
cara tersebut bertujuan untuk membuat telur bebek menjadi telur terasa asin.
Tetapi ada juga yang mencoba membuat telur asin dengan ditambahkan rasa jahe,
rasa jeruk, bahkan rasa cabai kedalam adonan pasta pengasinannya, sehingga rasa
telur tersebut tidak hanya asin, melainkan berpadu dengan rasa lain yang telah
ditambahkan kedalam adonan pasta pengasinan tersebut (Harimurti, 1992).
Mutu telur asin menurut (Badan Standar Nasional Indonesia, 1996)
meliputi bau warna, kenampakan kadar garam, cemaran mikroba Salmonella dan
Staphylococcus aureus. Syarat mutu telur asin berdasarkan telur asin berdasarkan
SNI 01-4277-1996 (Badan Standar Nasional Indonesia) dapat dilihat pada table.
Tabel 1 Mutu telur asin menurut Badan Standar Nasional
Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
Bau - Normal
Warna - Normal
Kenampakan - Normal
2. Garam b/b % 2,0
3. Cemaran mikroba
Salmonella Koloni/ 25 g
22
Staphylococcus Koloni / g Negatif <10 Sumber: Badan Standar Nasional, 1996.
Beberapa keunggulan telur asin yang dapat diperoleh dari pembuatan telur
asin adalah telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami
keruskan selama 3 minggu dan dengan pengasinan rasa amis pada telur akan
berkurang, tidak berbaau busuk dan rasanya enak (Badan Standar Nasional
Indonesia, 1996).
E. Jeruk purut (Citrus hystrix DC)
Jeruk purut (Citrus hystrix DC) merupakan salah satu keanekaragaman
flora di Indonesia. Jeruk purut oleh masyarakat Indonesia dimanfaatkan sebagai
penyedap masakan dan aroma terapi. Penelitian mengenai jeruk purut masih
terbatas dilakukan dibandingkan ketersediaan jeruk purut di alam yang melimpah,
daun jeruk purut mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid,
tanin dan saponin (Rahmi, 2013).
Gambar.3 Jeruk Purut
23
Menurut Rahmi (2013) menyatakan bahwa deskripsi dan klasifikasi jeruk purut
yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Sub divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Spimdales
Famili : Rutaceae
Genus : Citus
Spesies : Citrus hystrix DC
Gambar 4 Pohon Jeruk Purut
24
Pohon jeruk purut berukuran rendah atau pardu namun dialam pohon jeruk
perut bisa tumbuh sampai 12 meter. Batang yang tua berwarna hijau tua berbentuk
bulat, polos atau berbintik. Tata letak tajuk tanaman tidak beraturan dan cabanya
rapat. Dahan dan rantingnya bersudut tajam, berwarna hijau tua berbinti dan
berduri di ketiak daunnya. Duri- durinya pendek, kaku, hitam, ujungnya coklat
dan panjangnya 0,2 cm – 1 cm. Letak daun jeruk purut berpencar atau tersebar
dan bertangkai agak panjang serta bersayap panjang. Buah jeruk purut berbentuk
bulat sampai bundar, ukurannya relatif kecil dibanding lainnya. Kulit jeruk purut
tidak rata atau tidak halus, rasanya asam dan berbau sedap (AAK, 1992).
Jeruk purut adalah jenis buah jeruk yang bentuknya berbeda sangat unik.
Keunikan ini juga diimbangi dengan manfaat dan khasiatnya yang baik untuk
kesehatan. Jeruk purut bentuknya lebih mengerucut dengan permukaan kulit buah
yang lebih kasar. Buah ini juga bukan buah yang bisa dikonsumsi secara langsung
seperti jenis jeruk lainnya, sehingga sering diolah terlebih dahulu menjadi bagian
dari kuliner, seperti sayur dan juga sambal (AAK, 1992).
Meskipun jeruk purut memilik rasa yang kecut dan sedikit asam, namun
ternyata dibalik rasanya tersebut terkandung banyak nutrisi yang baik untuk
dikonsumsi oleh tubuh. Buah ini mengandung serat, gula, karbohidrat, vitamin A,
vitamin C, kalori, zat besi, sodium, dan juga kalsium. Dengan melihat semua
kandunga tersebut, buah ini dapat digolongkan sebagai buah bergizi yang perlu
Anda konsumsi (Miftahendrawati, 2014).
Kulit buah jeruk purut mngandung komponen utama β-pinen (21,44%),
sitronelal (20,91% ), limonene ( 12,59%) dan terpinen -4- ol ( 11,93 %). Minyak
25
atsiri pada jeruk mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus muants pada
konsentrasi 25%). Kulit buah jeruk purut mengandung komponen utama β-pinen
(21,44%) monoterpene senyawa organik ditemukan dalam tanaman, β-pinen
merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam alkohol, tapi tidak larut dalam
air. Sitronelal (20,91% ) Kandungan sitronellal yang tinggi menjadi salah satu
kelebihan minyak daun jeruk purut di bidang industri, khususnya industri parfum
dan kosmetik. Limonene (12,59%) adalah satu cairan hidrokarbon yang tidak
berwarna dan diklasifikasikan sebagai senyawa siklis terpena. Umumnya, isomer
dari limonena memiliki bau yang kuat dari jeruk dan digunakan sebagai pelarut
dan Terpine n -4- ol (11,93%) (Herawaty, 2005).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni sampai dengan 9 Juli
2018, di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Terpadu, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti baskom, toples, timbangan
analitik, amplas, kompor, periuk, pisau, belender, plastik, dan label.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu telur bebek sebanyak 60
butir, air, garam dan jeruk purut.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen yaitu metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3 butir telur
sehingga terdapat 60 butir telur dengan perlakuan sebagai berikut:
P0 = Kadar jeruk purut 0 % + garam + air, lama perendaman 10 hari.
P1 =Kadar jeruk purut 10 % + air + garam, lama perendaman 10 hari
P2 = Konsentrasi jeruk purut 20 % + air + garam, lama perendaman 10 hari
P3 = Konsentrasi jeruk purut 30 % + air + garam, lama perendaman 10 hari
26
27
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian yaitu, dipersiapkan telur
bebek sebanyak 60 butir yang peroleh dari salah satu penjual telur bebek
petelur yang berada di Gowa. Jeruk purut yang belum matang diperoleh
dari rumah tangga dan di pasar.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Pemilihan Telur
Pemilihan telur merupakan suatau pilihan dengan cara direndam agar telur
yang dipakai dalam penelitian dalam kondisi yang baik. Dimana pemilihan
dilakukan karena biasanya rata- rata dalam 1 rak telur ada yang mengalami
kerusakan. Setelah memilih itu telur harus dicuci sampai bersih.
b. Pengamplasan
Pengamplasan merupakan pekerjaan yang dilakukkan setelah memilih
telur. Amplas seluruh permukaan telur secara merata agar pori – porinya
terbuka. Pada saat mengamplas jangan terlalu lama sebab kulit telur akan
semakin tipis sehingga akan semakin mudah retak atau pecah.
c. Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan garam dengan menambahkan air 4.900 ml + 750 garam
dengan kadar yang berbeda. Dilakukan pencampuran ekstrak jeruk purut
(P0) control, ( P1) 10%, ( P2) 20% dan ( P1) 30%. Cara pembuatan
ekstrak jeruk purut tersebut adalah dengan membelah dua jeruk purut lalu
28
membuang biji, kemudian di belender dengan air, lalu dijadikan ekstrak
jeruk purut. Kemudian ekstrak inilah yang akan dicampurkan kedalam
larutan garam jenuh yang sudah dingin, lalu diaduk rata.
Ekstrak jeruk purut
d. Perendaman
Perendaman dalam perlakuan pembutan telur asin menggunakan ekstrak
jeruk purut, agar bau amis telur hilang dan memiliki cita rasa yang khas.
Perendaman dilakukan dalam 10 hari, dengan tujuan agar proses osmosis
garam dalam larutan, diharapkan sudah masuk ke kuning telur.
e. Panen
Panen adalah kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan pada tahap akhir
peroses pembuatan telur asin setelah direndam selama 10 hari. Setelah itu
perebusan dilakukan dengan metode kukus selama 30 menit. Kemudian
telur diangkat dan dinginkan ±15 menit. Kemudian sampel dimasukkan ke
dalam plastik. Selanjutnya di berikan kepada panelis.
29
f. Pengukuran
Uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, tekstur. Dilakukan dengan
menggunakan panelis sebanyak 20 orang.
3. Diagram alir uji organoleptik perendaman telur bebek dengan ekstrak jeruk
purut.
Gamabar 1 Diagram alir pembuatan telur asin
Telur
bebek
Jeruk purut Garam
Dicuci Dilarutkan
Di cuci
Di belah
dua Amplas
Perendaman 10 hari Dibelender
Pengukusan
Uji organoleptik
30
F. Parameter yang Diukur
Adapun parameter yang diukur pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Aroma
Aroma merupakan faktor yang berperan penting dalam pengujian
produk,dimana aroma dapat memberikan kualitas pada produk dengan
menggunakanindra penciuman yaitu bau yang terkandung dalam produk
tersebut.
Uji organoleptik
Keterangan:
1. Tidak harum
2. Kurang harum
3. Cukup harum
4. Harum
5. Sangat harum
2. Rasa
Cita rasa merupakan salah satu faktor yang penting dalam produk
pangan. Dengan rasa masyarakat dapat membuat produk dengan banyak
keanekaragaman produk dan rasa menjadi faktor untuk menentukan
kualitas produk.
5 4 3 2 1
31
Uji organoleptik
Keterangan:
1. Tidak asin
2. Kurang asin
3. Cukup asin
4. asin
5. Sangat asin
3. Warna Yolk
Warna penting bagi banyak makanan bersama sama dengan bau,
rasa,aroma dan tekstur. Warna memegang peran penting dalam
keterterimaanmakanan. Selain itu, warna dapat memberi petunjuk
mengenai perubahan kimia dalam makanan.
Uji organoleptik
Keterangan:
1. Tidak kuning
2. Kurang kuning
3. Cukup kuning
4. kuning
5. Sangat kuning
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
32
4. Kemasiran
Kemasiran merupakan parameter yang sangat penting dalam
menjaga mutu telur. Kemasiran telur asin adalah karakter yang krusial
bagi daya terima konsumen.Kesan kemasiran pada produk secara
keseluruhan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah atau tidaknya
gigi berpenetrasi awal ke dalam produk, mudah atau tidaknya di kunyah
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan dalam jumlah residu
yang tertinggal setelah dikunyah.
Uji organoleptik
Keterangan:
1. Tidak berpasir
2. Kurang berpasir
3. Cukup berpasir
4. Berpasir
5. Sangat berpasir
G. Analis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisa sidik ragam. Apabila
perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji wilayah berganda
Duncan untuk melihat perbedaan terhadap setiap sampel perlakuan. Hasil
penelitian ini akan dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
5 4 3 2 1
33
Menurut Steel dan Torrie (1991), model matematika dari Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yaitu sebagai berikut :
Yij = μ + αi + ϵij
i = 1,2…, t
j = 1,2…, t
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-ike-j.
μ = Nilai rata-rata sesungguhnya
αi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
ϵij = Galat
i = P0, P1, P2, P3 (perlakuan)
j = 1,2,3,4,5 (ulangan)
Adapun bagan analisis ragam yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Sumber
keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat Bebas Kuadrat
Tengah
F Hitung
0,05/0,01
Perlakuan JKP Dbp-1 JKP/dbp KTP/KTG
Galat JK Dbt-dbp JKG/dbG
Bila hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan nyata maka dilanjutkan
dengan uji BNT (Steel and Torrie 1991).
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik telur asin dilakukan terhadap 20 orang panelis.
Parameter yang diuji yaitu aroma, kemasiran, rasa dan warna yolk. Hasil uji
organoleptik telur asin.
1. Aroma
Hasil Penelitian perendaman ekstrak jeruk purut yang berbeda terhadap
rata-rata nilai aroma pada telur asin menggunakan ekstrak jeruk purut selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Nilai rataan Uji Organoleptik telur asin berdasarkan aroma
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 2 2 2 2 2 10 2
Jeruk purut
10 %
3 3 3 2 2 13 2,6
Jeruk purut
20 %
4 5 3 2 4 17 3,6
Jeruk purut
30 %
2 2 2 4 5 15 3
Total 11 12 10 10 12 55 11,2
Rata-rata 2,75 3 2,5 2,5 3,25 4,75
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jeruk purut 20%
berdasarkan aroma lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ekstrak jeruk
purut dengan konsentrasi 30% dan yang paling rendah pemberian ekstrak jeruk
34
35
purut dengan konsentrasi 10%. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh pemberian ekstrak jeruk purut terhadap aroma.
Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menujukkan bahwa perendaman dengan
ekstrak jeruk purut terhadap aroma tidak berpengaruh nyata (P<0,05), secara
rataan terlihat adanya kecendrungan peningkatan terhadap penambahan ekstrak
jeruk purut, ini disebabkan karena jeruk yang digunakan jeruk purut segar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Herawaty (2005) bahwa jeruk purut mengandung minyak
atsiri seperti dari isomer dari limonene memiliki bau yang kuat dari jeruk. Aroma
memiliki fungsi yang penting dalam produk pangan, karena sebelum
mengkomsumsi biasanya terlebih dahulu aroma makanan tercium oleh indra
hidung, apabila aroma pada produk terlalu menyengat atau kerkesan hambar akan
membuat komsumen tidak tertarik mengkosumsi (Lesmayanti, 2014).
Hal tersebut sesuai pendapat Koswara (2009) yang menyatakan bahwa
konsentrasi garam memberikan pengaruh terhadap karakteristik aroma telur. Telur
bebek sangat cocok untuk diasinkan, karena aroma amis dari telur akan berkurang
dengan pegasinan, selain itu pori-pori telur bebek lebih besar dibandingkan
dengan telur ayam (Koswara, 2009).
36
2. Kemasiran
Hasil Penelitian perendaman ekstrak jeruk purut yang berbeda terhadap
rata-rata nilai kemasiran pada telur asin menggunakan ekstrak jeruk purut selama
penelitian dilihat pada tabel 2
Tabel 2 Nilai rataan Uji Organoleptik telur asin berdasarkan kemasiran
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 2 3 2 4 3 14 2,8
Jeruk purut
10 %
4 3 3 2 3 15 3
Jeruk purut
20 %
3 2 2 4 3 15 3
Jeruk purut
30 %
4 2 4 4 5 19 3,8
Total 13 10 11 14 14 63 12,4
Rata-rata6 3,25 2,5 2,75 3,5 3,5 3,8
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jeruk purut 30%
berdasarkan kemasiran lebih tinggi dan jika dibandingkan dengan pemberian
ekstrak jeruk purut dengan konsentrasi 10% dan 20%. Analisis ragam dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian ekstrak jeruk purut terhadap
kemasiran.
Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menujukkan bahwa metode pemberian
ekstrak jeruk purut tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kemasiran, tetapi
secara rataan terlihat adanya kecendrungan peningkatan terhadap penambahan
ekstrak jeruk purut, disebabkan kurangnya garam yang di berikan pada proses
perendaman, sehingga tidak berpasir.Lama perendaman telur dalam pembuatan
telur asin dengan waktu perendaman selama 10 hari dalam toples kedaaan tertutup
37
dengan menggunakan metode larutan. Hal ini disebabkan karena pengamplasan
pori-pori cangkang telur yang belum sempurna sehingga kandungan kadar garam
dan air pada perendaman belum meresap sempurna sampai ke bagian kuning telur.
Menurut Chi (1998) menyatakan bahwa terjadinya proses kuning telur
memiliki tekstur yang masir yang dipengaruhi oleh adanya proses garam yang
masuk bersama air (larutan garam) ke dalam granul-granul yang berada dalam
kuning telur karena kemampuan Nacl yang dapat mengikat air pada protein
kuning telur, sehingga kandungan air tersebut akan keluar dan mengalami
dehidrasi pada kuning telur serta muncul tekstur berpasir.
3. Rasa
Hasil Penelitian perendaman ekstrak jeruk purut yang berbeda terhadap
rata-rata nilai rasa pada telur asin menggunakan ekstrak jeruk purut selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rataan Uji Organoleptik telur asin berdasarkan rasa
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 3 5 4 4 4 20 4
Jeruk purut
10 %
4 3 3 3 4 17 3,4
Jeruk purut
20 %
4 3 3 5 3 18 3,6
Jeruk purut
30 %
4 4 4 5 4 21 4,2
Total 15 15 14 17 15 76 15,2
Rata-rata 3,75 3,75 3,5 4,25 3,75 4,75
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jeruk purut 0%
berdasarkan aroma lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ekstrak jeruk
38
purut dengan konsentrasi 30% dan jika 20% dibandingkan dengan 10%
menujukkan rata-rata lebih rendah dibandingkan yang lainnya disebabkan
kurangnya ekstrak jeruk purut jika dibandingkan dengan garam yang di berikan
pada proses perendaman, sehingga tidak ada rasa jeruk purut namun rasa asin
sedikit terasa. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
pemberian ekstrak jeruk purut terhadap rasa.
Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menujukkan bahwa metode perendaman
tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa pada telur asin, tetapi secara
rataan terlihat adanya kecendrungan peningkatan terhadap penambahan ekstrak
jeruk purut. Hal ini disebabkan karena kadar garam dan jeruk purut yang kurang
pada saat pembuatan ekstrak jeruk purut sehingga kadar garam tidak terlalu
menyerap, selain itu pengamplasan pori-pori cangkang juga menjadi pendukung
terjadinya perbedaan rasa asin pada telur asin. Faktor- faktor yang menyebabkan
tidak adanya pengaruh terhadap tingkat keasinan telur adalah karena rendahnya
kadar NaCl pada perlakuan sehingga kriteria rasa asin yang dihasilkan masih
kurang baik pada kuning telur maupun putih (Budiman dkk, 2012)
Menurut Harry (2004) menyatakan bahwa garam berfungsi sebagai
pencipta rasa asin dan sekaligus sebagai bahan pengawet dan mengurangi
kelarutan oksigen, menghambat kerja enzim reteolik dan menyerap air dalam
telur. Rasa masir dari kuning telur juga dipengaruhi oleh besaran minyak yang
keluar, kekuatan gel dari kuning telur dan diameter granula kuning telur, semakin
tinggi nilai ketiga kriteria mutu tersebut rasa masir kuning telur dihasilkan
semakin tinggi (Novia dkk, 2011).
39
4. Warna yolk
Hasil Penelitian perendaman ekstrak jeruk purut yang berbeda terhadap
rata-rata nilai warna yolk pada telur asin menggunakan ekstrak jeruk purut selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai rataan Uji Organoleptik telur asin berdasarkan warna yolk
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol P0 3 4 3 5 5 20 4
Jeruk purut
10 % (P1)
4 3 3 4 3 17 3,4
Jeruk purut
20 % (P2)
5 3 3 4 4 19 3,8
Jeruk purut
30 % (P3)
4 4 4 4 4 20 4
Total 16 14 4,25 4 15,2 3,8 15,2
Rata-rata6 4 3,5 3,25 4,25 4 4,75
Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jeruk purut 30%
berdasarkan warna lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ekstrak jeruk
purut dengan konsentrasi 20%, dan paling rendah dengan konsentrasi 10%. Hal
ini disebabkan zat warna jeruk purut terdapat B-pinen merupakan cairan yang
tidak berwarna sehingga tidak ada warna khas dari jeruk purut pada telur asin.
Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian
ekstrak jeruk purut terhadap warna yolk.
Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menujukkan bahwa pemberian ekstrak
jeruk purut tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna pada telur asin,
40
tetapi secara rataan terlihat adanya kecendrungan peningkatan terhadap
penambahan ekstrak jeruk purut. Hal ini disebabkan jeruk purut mengandung zat
hijau daun atau klorofil akan tetapi klorifil yang terdapat pada jeruk perut tidak
memiliki pengaruh dengan telur asin karena warna yolk telur asin berwarna
kuning sedangkan klorofil berwarna hijau, jadi dari kolerasi warna tidak
berpengaruh, serta jeruk purut mengandung β-pinen merupakan cairan yang tidak
berwarna, larut dalam alkohol, tapi tidak larut dalam air. Kunng telur telur
sebelum mengalami proses pengasinan adalah kuning, warna akan berubah
menjadi kuning kecoklatan, coklat tua, orange atau kuning cerah setlah melalui
proses pengasinan (Oktavani, 2012).
Menurut (Winarti, 2004), penambahan ekstrak apapun yang mampu
memberikan rasa pada telur asin yang dicampurkan pada garam hanya akan
mempengaruhi rasa pada telur asin tetapi tidak mempengaruhi warna.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kesimpulan bahwa pemberian
ekstrak jeruk purut terhadap kualitas aroma tidak berpengaruh nyata (P<0,5)
begitupun pada kemasiran, rasa dan warna yolk tidak berpengaruh nyata (P<0,5).
B. Saran
Sebaiknya pada penelitian selanjutnya perlu penambahan konsentrasi
garam dan penambahan ekstrak jeruk purut, sehingga dapat memberikan pengaruh
terhadap aroma, kemasiran, rasa dan warna yolk. Selain itu sebaiknya dari pihak
jurusan ilmu peternakan menentukan panelis yang berpengalaman untuk meniliai
kualitas telur asin.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1992, Bertanam Pohon Buah-buahan 2, Penerbit Kanisius; Jogjakarta
Agusta A, 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia,2,113,Penerbit ITB,
Bandung
Astawan, M.W dan Astawan, M. 1998, Teknologi Pengolahan Pangan Hewani
Tepat Guna. CV. Akamedia Presindo, Jakarta
Astawan, 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya
Apriadjie WH. 2008 Telur Asin, Tapi Berkalsium Tinggi.
Badan Standar Nasional 2006. SNI 01-2346-2006: Petunjuk Pengujian
Orhanoleptik dan atau Uji Sensori. Jakarta: Badan Standarsasi Nasional
Indonesia.
Buckle, K.A. R. A. Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu
Pangan.Universitas Indonesia. Jakarta
Budiman, A,. A. Hintono dan Kusrahayu 2012. Pengaruh Lama Penyaringan
Telur Asin Setelah Perebusan Terhadap Kadar NaCl, Tingkat Keasinan dan
Tingkat Kekenyalan. Animal Agricultur Journal, 1(2):219-227
Harimurti. 1992. Pengolahan Telur, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah
Mada
Herawaty, G. 2005. Karakteristik Simplisia dan Analisis Komponen Minyak Atsiri
dari Kulit Jeruk Purut (Cytrux hystrix DC) Kering Jurnal Penelitian Bidang
Ilmu Pertanian vol 3 (1): 15 – 17. Farmasi FMIPA-USU. Medan
Hintono, A. 1997.Kualitas Telur yang Disimpan dalam Kemasan Atmosfer
Termodifikasi. Jurnal Sainteks. Vol. IV no.3 Juni 1997.
Lesmayanti, S dan E. S Rohaeni. 2014. Pengaruh Lama Pemeraman Telur Asin
Terhadap Tingkat Kekuasaan Konsumen.Prosisding Seminar Nasional
@Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. 695-601
Lukointo, G.A., A. Suwarastuti dan A. Hintono 2008. Pengaruh Berbagai Metode
Pengasinan Terhadap Kadar NaCl, Kekenyalan dan Tingkat Kesukaaan
Konsumen pada Telur Puyuh Asin. Jurnal Animal Agriculture, 1 (1):829-
838
42
43
Kementrian Agama RI, 2012. Jakarta. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (teori dan praktek). Universitas
Muhammadiyah, Semarang.
Mietha, 2008. Kandungan gizi telur, http//mietha. Wordpress.com/2008/11/26
telur.Makanan. Berlimpah Gizi. Diakases 12 Desember 2016.
Mifta Hendrawati. 2014. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix) Terhadap Bakteri Streptococcus muatans.Skripsi. Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin, Makassar
Ni Kadek Sariati.2017. Isolasi Ekstrak Jeruk Purut (Citrux Hystix) dengan
Metode Maserai. Universitas Pendidikan Ganesha
Novia, D., S. Melia dan N.Z Ayuza. 2011. Kajian Suhu Pengovenan Terhadap
Kadar Protein dan Nilai Organoleptik Telur Asin. Jurnal Peternakan, 8(2)
70-76
Prihantari, Dkk. 2010.Pengaruh Lama Perendaman Abu Pelapah Kelapa
terhadap Sifat Fisik, Organoleptik, Daya Simpan dan Kadar Kalsium Telur
Asin. Yogyakarta: Poltekes Yogyakarta Press.
Rahmi Unzila, Yunazar Manjang, dan Adlis Santoni. 2013. Profil Fitokimia
Metabolit Sekunder dan Uji Aktivitas Antioksidan Tanaman Jeruk Purut
(Citrus hystix DC) dan Jeruk Bali (Citrux maxima)(Burm.f.)Merr).
JurnalKimia Unad (ISSN No. 2303-3401). Vol 2, No. 2, Hal : 112
Romanoff, A.L & AJ.Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York John Willey
and Sons Inc.
Sarwono, B. 1994.Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Setyo Ristanto, 2013. Uji Organoleptik dan Mikrobiologi Telur Asin
Menggunakan Perendaman Lumpur Sawah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sirait, C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Sukenda L. 1976. Pengaruh Cuaca Pengasinan Telur Bebek (Muscovy sp) dengan
Menggunakan Adonan Campuran Garam dan Bata Terhadap Mutu Telur
Asin Selama Penyimpanan
44
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Cetakan ke-4. Jakarta
Steel, R. G. D. Dan Torrie.Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta. PT.Gramedia
Suprapati, M. L. 2002. Pengawetan Telur. Yogyakarta: Kanisius.
Warisno 2005. Membuat Telur Asin Aneka Rasa. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramdia Pustaka
Utama
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
45
L
A
M
P
I
R
A
N
46
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Uji Organoleptik parameterpemberian ekstrak
jeruk purut berdasarkan aroma
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 2 2 2 2 2 10 2
Jeruk purut
10 %
3 3 3 2 2 13 2,6
Jeruk purut
20 %
4 5 3 2 4 17 3,6
Jeruk purut
30 %
2 2 2 4 5 15 3
Total 11 12 10 10 12 55 11,2
Rata-rata 2,75 3 2,5 2,5 3,25 4,75
Perhitungan
(55)2
1. Faktor Koreksi =
20
= 156,8
2. JK Total = (2)2
+ (2)2
+ ............... (5)2
- FK
= 18,2
(10)2 + (13)
2 + (18)
2 + (15)
2 - FK
3. JK Perlakuan =
4
= 6,8
4. JK Galat = 18,2–6,8
= 11,4
5. KT Perlakuan = 6,8
3
= 2,266667
47
6. KT Galat = 11,4
16
= 0,9
7. F Hitung = 2,266667
0,375
= 2,518519
Tabel Sidik Ragam
SK Db jk kt
F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 6,8 2,26667 2,518519 tn 3,238872 5,292214
Galat 16 14,4 0,9 Total 19 21,2
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Uji Organoleptik parameterpemberian ekstrak
jeruk purut berdasarkan kemasiran
48
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 2 3 2 4 3 14 2,8
Jeruk purut
10 %
4 3 3 2 3 15 3
Jeruk purut
20 %
3 2 2 4 3 15 3
Jeruk purut
30 %
4 2 4 4 5 19 3,8
Total 13 10 11 14 14 63 12,4
Rata-rata6 3,25 2,5 2,75 3,5 3,5 3,8
Perhitungan
(63)2
1. Faktor Koreksi =
20
= 192,2
2. JK Total = (2)2
+ (3)2
+ ............... (5)2
- FK
= 9,8
(14)2 + (15)
2 + (15)
2 + (19)
2 - FK
3. JK Perlakuan =
4
= 3,4
4. JK Galat = 9,8–3,4
= 6,4
5. KT Perlakuan = 3,4
3
= 1,13
49
6. KT Galat = 6,4
16
= 0,7
7. F Hitung = 1,13
0,4
= 1,462
Tabel Sidik Ragam
SK Db Jk kt
F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 3,4 1,13333 1,462366 tn 3,238872 5,292214
Galat 16 12,4 0,775 Total 19 15,8
50
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Organoleptik parameter pemberian ekstrak
jeruk purut berdasarkan rasa
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 3 5 4 4 4 20 4
Jeruk purut
10 %
4 3 3 3 4 17 3,4
Jeruk purut
20 %
4 3 3 5 3 18 3,6
Jeruk purut
30 %
4 4 4 5 4 21 4,2
Total 15 15 14 17 15 76 15,2
Rata-rata 3,75 3,75 3,5 4,25 3,75 4,75
Perhitungan
(76)2
1. Faktor Koreksi =
20
= 288,8
2. JK Total = (3)2
+ (5)2
+ ............... (4)2
- FK
= -12,8
(20)2 + (17)
2 + (18)
2 + (21)
2 - FK
3. JK Perlakuan =
4
= 2
4. JK Galat = -12,8 - 2
= 14,8
5. KT Perlakuan = 2
3
= 0,5
51
6. KT Galat = 14,8
16
= 0,925
7. F Hitung = 0,5
0,925
= 1,481481
Tabel Sidik Ragam
SK db jk kt
F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 2
0,66667 1,481481 tn
3,238872
5,292214
Galat 16 7,2 0,45 Total 19 9,2
52
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji Organoleptik parameterpemberian ekstrak
jeruk purut berdasarkan warna yolk
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol P0 3 4 3 5 5 20 4
Jeruk purut
10 % (P1)
4 3 3 4 3 17 3,4
Jeruk purut
20 % (P2)
5 3 3 4 4 19 3,8
Jeruk purut
30 % (P3)
4 4 4 4 4 20 4
Total 16 14 4,25 4 15,2 76 15,2
Rata-rata6 4 3,5 3,25 4,25 4 4,75
Perhitungan
(76)2
1. Faktor Koreksi =
20
= 288.8
2. JK Total = (3)2
+ (4)2
+ ............... (4)2
- FK
= 12.8
(20)2 + (17)
2 + (19)
2 + (20)
2 - FK
3. JK Perlakuan =
4
= 1.2
4. JK Galat = 12.8 – 1.2 = 14
5. KT Perlakuan = 1.2
3
= 0.4
53
6. KT Galat = 14
16
= 0.5
7. F Hitung = 0.4
0.375
= 0,8
Tabel Sidik Ragam
SK db Jk kt
F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 1,2 0,4 0,8 tn 3,238872 5,292214
Galat 16 8 0,5 Total 19 9,2
54
LAMPIRAN 5
Proses alat dan bahan
Gambar 1 Alat
Gambar 2. Bahan penelitian
55
LAMPIRAN 6
Proses pemilihan telur
Gambar 3 Proses pemilihan telur
Gambar 4 Proses pencucian telur
56
Gambar 5 proses pengeringan telur
Gambar 6 Proses pengamplasan telur
LAMPIRAN 7
57
Proses penambahan ekstrak jeruk purut
Gambar 7 proses biji jeruk purut di buang
Gambar 8 prosses jeruk purut di belender
58
Gambar 9 proses pencampuran ekstrk jeruk purut
Gambar 10 pembagian ekstrak jeruk purut ke dalam toples
59
LAMPIRAN 8
Proses perendaman menggunakan ekstrak jeruk purut
Gambar 11 proses perendaman selama 10 hari
60
LAMPIRAN 9
Proses setelah perendaman selama 10 hari
Gambar 12 proses telur asin dikukus
Gambar 13 proses setelah dikukus, telur asin didinginkan selama 15 menit
61
Gambar 14 proses uji organoleptik
62
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Rezkiyanti Isnani dilahirkan di Bulukumba
pada tanggal 20 Mei 1996. Anak ke dua
dari empat bersaudara, buah hati dari
pasangan H. Alimuddin, S.Pd. .M.M. dan
Hj. Suraedah, S.Pd,. M.M. Peneliti
menyelesaikan pendidikan dasar pada
tahun 2008 di SDN 13 Salemba,
Bulukumba. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMPN) 3
Bulukumba dan lulus pada tahun 2011. Setelah itu Peneliti melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Ujung Loe hingga lulus pada tahun 2014. Peneliti melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar Fakultas Sains dan Teknologi pada program studi Ilmu Peternakan
melalui jalur SPAN-PTAIN. Berkat kerja keras dan kegigihannya peneliti akan
menyelesaikan kuliah Strata satu (S1) pada tahun 2018.
top related