upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis …/upaya...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
Post on 29-Oct-2019
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV
SD NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
MUTIA PRASIWI
K7108184
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mutia Prasiwi
Nim : K7108184
Jurusan/Program Studi : IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PROBLEM BASED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD
NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. selain itu sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Mei 2012
Yang membuat peryataan
Mutia Prasiwi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV
SD NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
MUTIA PRASIWI
K7108184
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Mei 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Suharno, M.Pd. Dra. Sularmi, M.Pd.
NIP. 19521129 198003 1 001 NIP. 19571101 198403 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal : Juni 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Sukarno, M.Pd.
Anggota I : Dr. Suharno, M.Pd.
Anggota II : Dra. Sularmi, M.Pd.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Mutia Prasiwi. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa . Hal itu dapat ditunjukan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilakukan tindakan. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dari kondisi awal 54,83, pada siklus I meningkat menjadi 68,17 dan pada siklus II meningkat menjadi 79,83. Pada kondisi awal ketuntasan klasikal sebesar 41,67%, pada siklus II meningkat menjadi 66,67% dan pada siklus II menjadi 87,5%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata Kunci: kemampuan berpikir kritis, model problem based learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Mutia Prasiwi. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE CRITICAL THINKING COMPETENCY USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL IN SOCIAL SCIENCE LEARNING OF THE IV GRADERS OF SD NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, The Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. June 2012.
The objective of research is to improve the critical thinking competency in Social Science Learning of the IV graders of SD Negeri (Public Elementary School) 02 Temuwangi using problem based learning model.
This study was a classroom action research (CAR) which was carried out in two cycles. Each cycle was consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the IV graders of SD Negeri 02 Temuwangi consist of 24 students, there are 14 boys and 10 girls. The data source derived from teacher and students. Techniques of collecting data used were interview, observation, test, and documentation. Techniques of validation data used were source triangulation and method triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis which consisted of three components of data reduction, data display and conclusion drawing.
Based on the result of research, it could be concluded that the application of
f Social Science learning. It could be seen from the increase of the
in prior condition; it increased to 68.17 in cycle I and to 79.83 in cycle II. The classical passing value in prior condition was 41.67%; it increased to 66.67% in cycle I, and to 87.5% in cycle II.
Thus, it could be concluded that the application of problem based learning model could improve the critical thinking competency in Social Science Learning of the IV graders of SD Negeri 02 Temuwangi of Klaten the School Year of 2011/2012.
Keywords: critical thinking competency, problem based learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa
depan.
(Mario Teguh)
Ambilah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambilah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambilah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
(Mario Teguh)
Optimis karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar.
Lakukan yang terbaik untuk hari ini dan berusaha lebih baik lagi di hari
mendatang.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Terima kasih atas doa, kasih sayang serta pengorbanan yang tak terbatas
yang selalu tercurahkan untukku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PROBLEM BASED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD
NEGERI 02 TEMUWANGI KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 .
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikanya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Suharno, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Sularmi, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Samino, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Temuwangi yang telah
memberikan ijin mengadakan penelitian di SD tersebut.
7. Bapak/Ibu guru SD Negeri 02 Temuwangi yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan dalam penelitian ini.
8. Para siswa SD Negeri 02 Temuwangi yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Adikku (Hertian dan Yonatan) serta sahabat-sahabatku (Klara, Dika, Moti) yang
telah memberikan dukungan dan motivasi tiada henti.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta , Juni 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................. . 5
D. Rumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .............................................................. ..... 6
F. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ........................................................................... 8
1. Tinjauan tentang Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran IPS .............................................................. 8
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis .................... 8
b. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ........................ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
c. Hakikat IPS ................................................................ 14
d. Karakteristik IPS Sekolah Dasar (SD) ........................ 15
e. Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD) .......... 16
2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Problem Based
Learning ........................................................................... 17
a. Pengertian Pembelajaran ........................................... 17
b. Pengertian Model Pembelajaran ................................ 20
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran .................................... 21
d. Pengertian Model Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah) ............................... 23
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 27
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 28
D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 29
BAB III METOD0LOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 30
B. Bentuk Strategi Penelitian ...................................................... 31
C. Subjek Penelitian .................................................................... 33
D. Sumber Data ............................................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34
F. Validitas Data ......................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 36
H. Indikator Pencapaian .............................................................. 37
I. Prosedur Penelitian .................................................................. 38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 45
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ......................................... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 74
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 86
B. Implikasi ................................................................................. 86
C. Saran ....................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 29
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 32
Gambar 3. Teknik Analisis Data ..................................................................... 36
Gambar 4. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 38
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kondisi
Awal ................................................................................................ 48
Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I ............... 60
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra
Siklus sampai Siklus I ..................................................................... 61
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II ............. 73
Gambar 9. Grafik Perkembangan Nilai Berpikir Kritis dari Siklus I sampai
Siklus II ........................................................................................... 74
Gambar 10. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pras
Siklus, Siklus I dan Siklus II ......................................................... 75
Gambar 11. Grafik Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................ 81
Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Tertinggi Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................ 81
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................ 82
Gambar 14. Grafik Peningkatan Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II...................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis .............................................. 11
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ..... 26
Tabel 3. Jadwal Penelitian ............................................................................... 31
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Kondisi Awal (Pra Siklus) ................................................................. 48
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Siklus I ............................................................................................... 59
Tabel 6. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Dari Pra Siklus
Sampai Siklus I .................................................................................. 60
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai kemampuan berpikir kritis siswa siklus
II ........................................................................................................ 73
Tabel 8. Perkembangan nilai kemampuan berpikir kritis dari siklus I sampai
siklus II............................................................................................... 73
Tabel 9. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 75
Tabel 10. Peningkatan Aktivitas siswa dan kinerja guru pada siklus I dan
siklus II ............................................................................................ 83
Tabel 11. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Pertemuan
Pertama ............................................................................................ 208
Tabel 12. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Pertemuan
Kedua ............................................................................................ 209
Tabel 13. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan
Pertama ............................................................................................ 213
Tabel 14. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan
Kedua ............................................................................................... 214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen ...................................................................... 91
Lampiran 2. Wawancara Sebelum Tindakan ................................................... 92
Lampiran 3. Silabus Pembelajaran .................................................................. 95
Lampiran 4. Soal, Kunci Jawaban dan Penilaian Pra Siklus............................ 97
Lampiran 5. Kisi-kisi Soal ............................................................................... 103
Lampiran 6. RPP Siklus I ................................................................................. 107
Lampiran 7. RPP Siklus II ............................................................................... 148
Lampiran 8. Pedoman Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ....................... 191
Lampiran 9. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pra Siklus .. 198
Lampiran 10. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I .... 200
Lampiran 11. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II ... 203
Lampiran 12. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pra Siklus ...... 206
Lampiran 13. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I .......... 208
Lampiran 14. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II ......... 213
Lampiran 15. Daftar Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II .................................................... 218
Lampiran 16. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I .................................. 219
Lampiran 17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ................................. 221
Lampiran 18. Pedoman Observasi Kinerja Guru ............................................. 223
Lampiran 19. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ...................................... 228
Lampiran 20. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ..................................... 231
Lampiran 21. Wawancara setelah tindakan ..................................................... 234
Lampiran 22. Dokumentasi Foto ..................................................................... 236
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar yang penting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan yang berkualitas akan membawa kehidupan manusia dapat
berkembang kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, selalu dilakukan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan agar sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
zaman. Sistem pendidikan di Indonesia pada tahun 2006 mengalami perubahan
kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dimana sekolah diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai dengan kondisi wilayahnya.
Mengembangkan materi ajar, menentukan kriteria ketuntasan minimum, sampai
dengan pembatasan program semester dapat dilakukan sendiri oleh satuan
pendidikan.
Pembelajaran seharusnya berorientasi pada Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Sehingga pembelajaran dapat
terpusat pada siswa dan melibatkan siswa secara aktif di dalam pembelajaran. Guru
berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri dengan mengetahui
berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan
pembelajaran yang inovatif dan menarik.
Pembelajaran yang baik dapat menciptakan interaksi guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa. Hasil belajar yang diperoleh sangat ditentukan dari
baik atau tidaknya proses pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang baik
dan berkualitas tidaklah mudah perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Dengan menerapakan model
pembelajaran yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pembelajaran yang masih berfokus pada guru dan kurang berfokus pada
siswa merupakan salah satu masalah yang sering ditemui. Hal ini mengakibatkan
kegiatan belajar lebih menekankan pengajaran daripada pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
faktor internal yang meliputi guru dan siswa dan faktor eksternal yang merupakan
faktor di luar guru dan siswa seperti lingkungan dan fasilitas belajar mengajar.
Kedua faktor ini sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar dapat berhasil apabila dari kedua faktor tersebut dapat dikoordinasikan
dengan baik. Menurut Slameto, belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (1991: 78). Dalam proses belajar mengajar harus terjadi
interaksi antara guru dengan siswa. Informasi yang disampaikan guru harus
mendapat umpan balik dari siswa, maksudnya siswa tidak begitu saja menerima
informasi tersebut tetapi siswa juga harus bersikap kritis. Siswa dapat
mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar mengajar. Dari proses interaksi
tersebut akan menimbulkan pengalaman sehingga akan terjadi perubahan tingkah
laku berupa pengetahuan, kompetensi, serta keterampilan.
Pembelajaran seharusnya berorientasi pada empat pilar pendidikan yang
dikemu (1) learning to know; (2) learning to be; (3)
learning to do; (4) learning to live togerher . Learning to
know, mengadung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak berorientasi
pada hanya berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus
berorientasi pada proses belajar. Learning to do, bahwa belajar itu bukan sekedar
mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pangetahuan, tetapi belajar untuk
berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam
era persaingan global. Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia
. Learning to live together adalah belajar untuk
berkerjasama.
Pembelajaran IPS pada siswa Sekolah Dasar (SD) memerlukan model yang
tepat agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena di dalam pembelajaran IPS yang diterapkan adalah teori, konsep
dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Di dalam pembelajaran IPS
diperlukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang diharapakan. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat membuat
proses pembelajaran terasa hidup dan menciptakan pembelajaran multi arah baik
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dimana siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena
mereka ikut menyumbangkan pemikirannya dan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa dapat benar-benar memahami materi yang disampaikan, dan
bukan sekedar menghafal.
Kemampuan berpikir kritis siswa perlu ditingkatkan agar siswa ikut
berpartisipasi dalam memperoleh pengetahuannya melalui berpikir. Siswa dapat
berperan serta dalam membangun pengetahuannya. Kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Melalui berpikir kritis siswa dapat menilai mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Siswa dapat menentukan tindakan yang tepat, dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandangnya dan mampu memecahkan masalah serta
menemukan solusi yang tepat. Di era persaingan global kemampuan berpikir kritis
merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan agar siswa memiliki
kemampuan untuk bersaing.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi diketahui bahwa, guru masih menggunakan model pembelajaran yang
konvensional, siswa kurang dilibatkan secara aktif di dalam pembelajaran. Siswa
cenderung pasif dan sering tidak memberi respon apa yang disampaikan guru.
Ketika pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang mau bertanya maupun
berpendapat. Siswa hanya mendengar dan melihat guru yang menjelaskan materi
pelajaran. Selama ini IPS dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Siswa hanya
menghafalkan teori atau konsep dari materi. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang
dimiliki siswa hanya berupa hafalan tanpa disertai dengan pemahaman yang lebih
lanjut. Karena pengetahuannya tersebut hanya berupa hafalan maka ketika siswa
mulai belajar dengan materi yang baru, mereka akan lupa dengan materi yang telah
diajarkan sebelumnya. Keadaan ini diperkuat oleh hasil kegiatan pra siklus dari tes
awal dan observasi pada saat pembelajaran IPS .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi dalam
pembelajaran IPS masih rendah. Berdasarkan hasil pre
tes dan observasi diketahui siswa yang memperoleh nilai 30-37 ada 3 siswa, nilai
38-45 ada 5 siswa, nilai 46-53 ada 3 siswa, nilai 54-61 ada 2 siswa, nilai 62-69 ada 8
siswa, nilai 70-77 ada 3 siswa. Dari 24 siswa yang mencapai KKM 64 ada 10 siswa
atau sebesar 41,67%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 14 siswa
atau sebesar 58,33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi dalam pembelajaran IPS pada materi
masih rendah.
Melihat permasalahan di atas, dirasa perlu dilakukan penelitian tindakan
kelas, sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran
IPS. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa perlu dibimbing secara
berkelanjutan sehingga siswa dapat mengasah kemampuan berpikirnya. Guru juga
perlu menstimulus siswa dalam berpikir kritis dengan membuat pembelajaran yang
menarik, agar dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif di dalam
pembelajaran. Dalam hal ini pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat
menentukan agar dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.
Salah satu inovasi model pembelajaran yang diduga dapat diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran IPS agar siswa dapat terlibat secara aktif dan dapat
mengasah kemampuan berpikir kritisnya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran problem based learning
merupakan pembelajaran didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan
penyelesaian masalah secara nyata. Sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara kesinambungan.
Siswa akan termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri.
Model pembelajaran problem based learning juga dianggap sebagai strategi
pemecahan masalah dengan memberdayakan karakteristik siswa yang telah
dipelajari sebelumnya. Melalui model ini siswa diharapkan dapat mengasah dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Atas dasar hal-hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui dan
mengkaitkan permasalahan tersebut dengan model pembelajaran problem based
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
learning. Apakah model pembelajaran problem based lerning dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti tertarik untuk mempelajari lebih lanjut Upaya Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis melalui Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran IPS
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi Klaten Tahun Ajaran 2011/2012 .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Di dalam pembelajaran IPS guru masih menggunakan model yang bersifat
konvensional (ceramah).
2. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya sehingga siswa kurang termotivasi dalam
pembelajaran.
3. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
4. Mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran hafalan, belum adanya
upaya untuk menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna.
5. Belum adanya pembelajaran multi arah antara guru dengan siswa, maupun
siswa dengan siswa, akibatnya siswa menjadi pasif di dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar penelitian
lebih efektif, efisien, terarah, maka peneliti membatasi masalah-masalah tersebut
sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS dilihat dari
kemampuan siswa dalam berpendapat, memberikan tanggapan dari pernyataan-
peryataan yang ada dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi
pembelajaran masalah sosial
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning merupakan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran ini
menekankan pada penyelesaian masalah dan mengorganisasikan siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi Klaten Tahun
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
melaui model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas IV SD Negeri
02 Temuwangi Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dapat memperoleh pengalaman dalam pemilihan dan pelaksanaan model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dampak pengiring
yang baik bagi siswa salah satunya adalah meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman yang baru dan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning khususnya pada
.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui hasil dari penerapan dan pengembangan model
pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran IPS khususnya
.
d. Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh referensi berkaitan dengan model pembelajaran yang
inovatif dan tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat digunakan oleh sekolah untuk
meningkatan kualitas pembelajaran khususnya di SD Negeri 02 Temuwangi
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPS
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Mengenai pengertian kemampuan berpikir kritis, Desmita berpendapat,
Ability (kemampuan, kecakapan) adalah suatu istilah umum yang berkenaan
dengan potensi untuk menguasai suatu 2008: 257). Penulis
sependapat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Desmita bahwa
kemampuan merupakan sustu potensi, kecakapan untuk menguasai sustu
keterampilan. Sehubungan dengan hal tersebut Kartono berpendapat,
Makmun berpendapat (2009), ability (kemampuan, kecakapan) dapat dibedakan
ke dalam dua kategori, yaitu:
a) Kecakapan nyata atau actual (actual ability), yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal terterntu yang telah dijalaninya (achievement, prestasi;
b) Kecakapan potensial (potensial ability), yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan yang diperolehnya secara herediter (pembawaan kelahirannya), yang mungkin dapat merupakan: a) abilitas dasar umum (general intelligence) dan b) abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat) (hlm. 54).
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kecakapan, kesanggupan ataupun potensi yang dimiliki
seseorang dari hasil belajar ataupun pembawaan dari sejak lahir.
Menurut
yang dapat meletakkan hubungan-
Pendapat Ahmadi dan Supriyono ini menyatakan bahwa berpikir merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
daya atau kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki.
aktivitas psikis yang intersional, berpikir tentang sesuatu dalam memecahkan
masalah dengan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat
simpulan berdasarkan inferensi dan perti
Peneliti setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nur bahwa berpikir
merupakan suatu keterampilan dalam menganalisis, mengkritisi dan
merumuskan simpulan berdasarkan pada pertimbangan dan kenyataan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan kemampuan untuk menganalisis, menghubungkan pengetahuan-
pengetahuan yang dimilki untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan kriteria secara objektif dan
yang dikemukakan oleh Gunawan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan
untuk menganalisis, menggunakan kriteria secara objektif dan melakukan
manfaat kriteria relevan untuk menilai gambaran informasi seperti keakuratan,
mengemukakan bahwa berpikir kritis memiliki manfaat untuk menilai
keakuratan, relevansi, keabsahan, konsistensi dan bias suatu informasi. Menurut
dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan
memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan,
koherensi dan lain- Reber
(1988) menyatakan bahwa:
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian
(how) (why).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan (Syah, 2010: 118).
Sehubungan dengan hal tersebut Glaser (1941) mengungkapkan
landasan untuk berpikir kritis, yang terdiri dari berbagai kemampuan antara lain:
1. Mengenal masalah. 2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-
masalah. 3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. 4. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas. 5. Menganalisis data. 6. Mebilai fakta dan mengevaluasi peryataan-peryataan. 7. Mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah-masalah. 8. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang
diperlukan. 9. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang
seseorang ambil. 10. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan
pengalaman yang lebih luas. 11. Membuat penilaian tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu
dalam kehidupan sehari-hari (Fisher, 2009: 7).
Penulis sependapat dengan Glaser bahwa kemampuan berpikir kritis
terdiri dari berbagai landasan yaitu siswa harus mampu untuk mengenali
masalah, siswa dapat menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk
menangani masalah, menyusun informasi yang diperlukan, dapat memahami
masalah dan menggunakan bahasa yang tepat, mampu menganalisis data,
membedakan fakta dan mengevaluasi pernyataan, dapat menghubungkan secara
logis masalah-masalah yang ada, menarik kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan, melihat kesamaan-kesamaan dari pernyataan-pernyataan dan
membuat simpulan.
Pada akhir-akhir ini semakin disadari bahwa siswa di sekolah tidak
hanya harus mengingat atau menyerap secara pasif berbagai informasi baru
melainkan mereka perlu berbuat lebih banyak dan belajar bagaimana berpikir
secara kritis. Anak harus memiliki kesadaran akan diri dan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Karena itu, pendidikan di sekolah haruslah mampu membangun kesadaran kritis
siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Sapriya (2009) mengemukakan:
beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi: (1) Mengkaji dan menilai secara kritis, (2) merencanakan, (3) merumuskan faktor sebab dan akibat, (4) memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa, (5) menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan, (6) curah pendapat (brainstorming), (7) berspekulasi tentang masa depan, (8) menyarankan berbagai solusi slternatif, (9) menyarankan berbagai solusi alternatif, (10) mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda (hlm. 52).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis merupakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis,
menarik simpulan-simpulan dan memecahan permasalahan. Agar siswa
mampu berpikir kritis maka anak harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran
sehingga mereka dapat mengorganisasikan pemikiran-pemikiran mereka. Guru
perlu mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang benar dan
mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah serta memberikan
landasan pengetahuan mereka sehingga akan memotivasi anak untuk
menggunakan keterampilan-keterampilan berpikir yang baru saja dipelajari. Jadi
guru harus menerapkan strategi yang tepat dan dapat bertindak sebagai
motivator agar anak termotivasi untuk mengasah kemampuan berpikirnya.
b. Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis terdiri dari indikator-indikator. Adapun
indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, berdasarkan tingkat
kesulitannya, kemampuan berpikir kritis dapat ditunjukan pada tabel 1 berikut
ini:
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No Kelompok KBK Indikator KBK Sub indikator 1 Memberikan
penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
a. Mengindentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis
argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengedentifikasi kalimat-
kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimat-
kalimat pernyataan bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan
e. Mencari struktur dari sebuah argumen
f. Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Memberikan penjelasan sederhana
b. Menyebutkan contoh 2 Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan keahlian
konflik c. Mempertimbangkan
kesesuaian sumber d. Mepertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan prosedur
yang tepat f. Mempertimabangkan resiko
untuk reputasi g. Kemampuan untuk
memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mepertimbangkan laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang
singkat antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi d. Menggunakan bukti-bukti
yang benar e. Menggunakan akses yang
baik f. Menggunakan teknologi g. Mempertanggung jawabkan
hasul observasi 3 Menyimpulkan Mendekduksi dan
mepertimbangkan deduksi
a. Kelas logika b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan mempertimbangkan
a. Mengemukakan hal-hal yang umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
hasil induksi b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
c. Mengemukakan hipotesis d. Merancang eksperimen e. Menarik kesimpulan sesuai
fakta f. Menarik kesimpulan dari
hasil penyelidikan Membuat dan
menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat
c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta
d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
4 Memberikan penjelasan lanjut
Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
a. Membuat bentuk definisi b. Strategi membuat definisi c. Bertindak dengan
memberikan penjelasan lanjut
d. Mengidentifikasi dan menangani ketidak benaran yang disengaja
e. Membuat definisi Mengidentifikasi
asumsi-asumsi a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkontruksi argumen
5 Mengatur strategi dan teknik
Menentukan suatu tindakan
a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan
sementara e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan orang lain
a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi
retorika d. Menunjukkan posisi, orasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
atau tulisan (Sumber: Evisapinatulbahariah, 2011: 1)
c. Hakikat IPS
Hakikat IPS adalah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kata lain
bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya
(Hidayati, Mujinem dan Senen, 2008: 1-19). Pendapat yang dikemukakan
Hidayati, Mujinem dan Senen tersebut pada intinya menyebutkan bahwa
hakikat IPS adalah tentang manusia dan lingkungannya. Menurut Samlawi dan
Maftuh, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan
yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan
humaniora untuk tujuan membina warga negara yang baik (2001: 1). Peneliti
sependapat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Samlawi dan Maftuh
bahwa IPS merupakan program studi yang bertujuan untuk membina siswa
untuk menjadi warga negara yang baik. Sehubungan dengan hal itu, mengenai
IPS Somantri (2001) menyatakan bahwa:
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendapat yang dikemukakan oleh Somantri mengemukakan bahwa IPS merupakan penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan kegiatan manusia yang terorganisir (Supriya, 2009: 11).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan ilmu yang mempelajari manusia dengan duniannya, IPS merupakan
penyederhanaan atau adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang disajikan secara ilmiah
dan pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 d. Karakteristik IPS Sekolah Dasar (SD)
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memiliki beberapa karakteristik yang
membedakan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Somantri (2001)
mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmu-ilmu sosial sebagai berikut:
1. Berbagai batang tubuh (body of knowladge) disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah.
2. Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.
3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga structure disiplin ilmu, atau ada juga yang menyebutnya dengan fundamental ideas.
4. Teori generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah conceptual syntactis
lewat proses bertanya, berhipotesis, pengumpulan data (observasi dan eksperimen).
5. Setiap teori dari generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk membantu menerangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran, sikap, tindakan terbaik (Supriya, 2009: 22).
Peneliti sependapat dengan Somantri bahwa ilmu sosial memiliki
karakteristik tersendiri. Ilmu sosial merupakan disiplin ilmu-ilmu sosial yang
diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah dan berisikan sejumlah teori dan
generalisasi yang handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hidayati, Mujinem dan Senen (2008), bahwa
karakteristik IPS Sekolah Dasar (SD) dapat dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya:
1. Materi IPS Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).
2. Strategi penyampaian pengajaran IPS Strategi penyampaian IPS sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi yaitu disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat, region, negara dan dunia (hlm. 1-27).
Sehubungan dengan karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD,
Sadeli (1986) berpendapat bahwa:
Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Bahan studi materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. Karena IPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
terdiri dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS di SD memiliki ciri-ciri khusus atau karakteristkk tersendiri. Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Sadeli ini menyatakan bahwa karakteristik IPS adalah gabungan ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak dapat dipisah-pisah (Hidayati, Mujinem dan Senen, 2008: 1-26).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
IPS di Sekolah Dasar (SD) adalah merupakan disiplin ilmu-ilmu sosial yang
diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah, materi IPS merupakan disiplin
ilmu-ilmu sosial yang tidak dapat dipisahkan, materi IPS digali dari segala
aspek kehidupan sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS
yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu
bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Mempelajari IPS pada
hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan
lingkungan (fisik dan sosial-budaya).
e. Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan nama mata pelajaran di tingkat
sekolah dasar yang memiliki tujuan yang harus dicapai. Setelah siswa
mempelajari IPS diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan serta
kemampuan tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia (Permendiknas RI) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan IPS
SD/MI ditetapkan sebagai berikut:
(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat, nasioanal dan global (Sapriya, 2009:194).
Tujuan pendidikan IPS menurut Nursid adalah membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
negara (Hidayati, Mujinem dan Senen, 2008: 1-24). Pendapat ini
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak agar
menjadi warga negara yang baik, berpengetahuan, berketerampilan dan
berkepedulian sosial.
Fenton (1967) mengemukakan, tujuan pengajaran IPS adalah
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak
didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan budaya
bangsa (Taneo, 2009: 1-26). Peneliti setuju dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Fenton yang menyatakan bahwa tujuan pengajaran IPS
adalah mendidik anak agar menjadi warga negara yang baik, mengajarkan
kemampuan berpikir dan pada akhirnya melestarikan budaya bangsa.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD) memiliki tujuan membina anak agar
berpengetahuan, berketerampilan, berkepedulian, memiliki nilai-nilai sosial dan
sikap, mempunyai kemampuan berpikir, menjadi warga negara yang baik
sehingga dapat melanjutkan dan melestarikan kebudayaan bangsa.
2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning
a. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pendukung utama dalam melaksanakan pertumbuhan dan
perkembangan individu harus melakukan kegiatan yang disebut dengan belajar.
jadi pada diri
Peneliti setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sanjaya bahwa belajar
merupakan suatu proses yang bermuara pada perubahan perilaku. Menurut
diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu
konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil
pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat
09: 164).
Peneliti sependapat dengan pandangan Yamin ini menyatakan bahwa
pembelajaran itu tidak statis akan tetapi dinamis sesuai dengan perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dikemukakan oleh Slameto ini secara garis besar sama dengan pendapat Sanjaya
bahwa belajar merupakan proses dan usaha individu untuk memperoleh
disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri,
dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi
(2008: 1-3). Peneliti setuju dengan pendapat Sidiq ini bahwa belajar akan
mengakibatkan perubahan kemampuan diri seseorang. Mengenai pengertian
belaja
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak
dengan Trianto yang menyatakan bahwa
belajar merupakan perubahan melalui pengalaman dan bukan merupakan
bawaan diri seseorang.
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is
defided as the modification or strengthening of behaviour thruogh
experiencing) (2008: 36). Peneliti sependapat dengan pendapat yang
dikemukakan Hamalik bahwa belajar merupakan proses perubahan atau
memperteguh kelakuan seseorang melalui pengalaman yang dilaluinya. Dengan
belajar seseorang akan semakin teguh dan matang perilakunya. Menurut
memperoleh kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
dapat ini menyatakan bahwa belajar merupakan
upaya seseorang untuk memperoleh kompetensi berupa keterampilan. Dari
pendapat Hamalik dan Pribadi ada perbedaan yang dapat dilihat yaitu pada
pendapat Hamalik lebih menekankan pada perubahan peilaku yang semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
teguh melalui pengalamannya. Pendapat dari Pribadi lebih menyoroti bahwa
belajar sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan. Jadi pada pendapat Hamalik
lebih menekankan pada aspek afektif, sedangkan pendapat Pribadi lebih
menekankan pada aspek kognitif dan psikomotor.
Dari berberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses dimana seseorang membangun pengetahuan,
keterampilan dan sikap berdasarkan pengalamannya. Jadi dengan belajar
seseorang dapat mengubah dirinya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari tidak bisa menjadi bisa. Sehingga akan terjadi
perubahan tingkah laku dari pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Selain
perubahan tingkah laku belajar juga akan merubah kompetensi seseorang baik
dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya.
Pembelajaran menurut UU SPN No. 20 Tahun 2003 adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkun . Disini dikemukakan bahwa belajar merupakan sustu
interaksi yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Sedangkan Sidiq, Munawaroh dan Sungkono
akukan oleh seseorang
-9).
Pendapat Sidiq, Munawaroh dan Sungkono ini melihat pembelajaran sebagai
upaya yang dilakukan pendidik untuk mengajarkan siswa belajar. Gagne (1985)
mendefinisik (a set events embedded in
purposeful activities that facilitatet learning), pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya
ndapat ini mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang akan memudahkan proses
belajar. Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Smith dan Ragan
dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bahwa pembelajaran dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan
mengembangkan cara menyampaikan informasi dan kegiatannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses mendidik dengan mengelola lingkungan dan
menggunakan berbagai media pembelajaran agar terjadi interaksi siswa dengan
lingkungannya. Dimana siswa dilibatkan secara aktif didalamnya, sehingga
siswa dapat mengkonstruksi atau membangun pengetahuannya sendiri. Siswa
tidak hanya pasif dan menerima begitu saja pengetahuan yang disampaikan oleh
gurunya. Dengan melibatkan siswa di dalam proses belajar maka akan didapat
sebuah pembelajaran yang utuh antara siswa dengan guru atau sebaliknya, serta
siswa dengan siswa, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Mengenai model
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
-6). Peneliti sependapat
dengan Abimanyu dkk, bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka
berupa prosedur sebagi pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Berkaitan
dengan hal tersebut Joyce (1992), menyatakan bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas/pembelajaran dalam tutorial dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu siswa mecapai tujuan pembelajaran (Trianto, 2011: 22).
Peneliti sependapat dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh
Joyce bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
acuan dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sehubungan dengan hal itu, Winataputra (2001) mengemukakan
bahwa:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3).
Pendapat Winataputra ini menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan sebuah kerangka konseptual berupa prosedur untuk merencanakan
dan melakasanakan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. model pembelajaran
merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat
dipisahkan. Model pembelajaran berhubungan dengan perencanaan yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu.
Model pembelajaran dipilih oleh guru dalam proses belajar mengajar, agar dapat
diberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Istilah model memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri model pembelajaran menurut Trianto (2011),
antara lain:
(1) Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. (2) Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks (pola urutan) dan sifat lingkungan belajarnnya. (3) Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukan dengan jelas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran meliputi komponen-komponen yang sama. (4) Tiap-tiap model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda (hlm. 23).
Pendapat ini mengemukakan bahwa model pembelajaran memiliki
tujuan, sintaks, sifat lingkungan belajarnya dan membutuhkan sistem
pengelolaan yang berbeda. Menurut Kardi dan Nur (2000), ciri-ciri model
pembelajaran antara lain:
(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan tercapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Trianto, 2011: 23).
Pendapat ini mengemukakan bahwa model pembelajaran harus
memiliki teoritis logis, berlandaskan pada tujuan yang akan dicapai, dengan
memanfaatkan lingkungan belajar. Sedangkan pendapat lain mengenai, ciri-ciri
model pembelajaran adalah:
a) Memiliki prosedur ilmiah Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengelola tingkah laku siswa.
b) Memiliki spesifikasi dan hasil belajar Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar mendetail mengenai penampilan siswa.
c) Menyebutkan spesifikasi lingkungan belajar Setiap model mengajar menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan, respon dari para siswa diobservasi.
d) Memiliki kriteria penampilan Suatu model pembelajaran menunjukkkan kriteria pennerimaan penampilan yang diharapkan dari para siswa. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan siswa dapat didemonstrasikan setelah langkah pembelajaran tertentu.
e) Memiliki spesifikasi cara-cara pelaksanaannya Suatu model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukan reaksi siswa dan interaksinya dengan lingkungan (Tim Dosen Strategi belajar Mengajar dan Pembelajaran, 2007: 24).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri model pembelajaran adalah memiliki spesifikasi hasil belajar dan tujuan
secara afektif, kognitif dan psikomotorik, memiliki pola urutan yang jelas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dan guru, dan membutuhkan
pengelolaan lingkungan belajar yang berbeda dari setiap model tergantung
tujuan yang ingin dicapai dan model yang digunakan. Tidak ada model
pembelajaran yang paling baik diantara model pembelajaran lainya. Karena
masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik atau tepat apabila
sudah diterapkan dalam suatu pembelajaran.
d. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Masalah)
PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokus tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan
siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang dipikirkan (kognisi mereka)
selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pembelajaran
yang berbasis masalah kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan
menjelaskan berbagai hal kepada siswa, tetapi guru harus sering memposisikan
diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Tan
(2003) berpendapat bahwa:
Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi pembelajaran karena didalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara kesinambungan (Rusman, 2011: 229).
Peneliti setuju dengan yang dikemukakan oleh Tan bahwa
pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa benar-benar
dioptimalisasi melalui kerja kelompok. Dewey (1916) mengemukakan bahwa:
PBL mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboraturium untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa diberbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah sosial dan intelektual penting. Dewey menaganjurkan bahwa pembelajaran yang purposeful itu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan memerintahkan anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri (Sugiyanto, 2009: 152).
Pendapat Dewey ini mengemukakan bahwa, di dalam pembelajaran
problem based learning guru melibatkan siswa diberbagai proyek berorientasi
masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah sosial dan intelektual
penting. Pengertian tentang pembelajaran problem based learning juga
dijelaskan oleh Flint, Problem Based Learning (PBL) is one of the learning
methods using relevant and meaningful real-life problems as its foundation .
Pendapat ini menyatakan bahwa PBL adalah salah satu metode pembelajaran
yang relevan dan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sebagai
landasannya.
Pendapat lain mengenai problem based learning menurut Mustapha
Problem based learning is a learning strategy that
incorporates specific instructional preplanned activities, focused on a relevant
learner problem, and allows for the flexibility of the situation and the learners
in the classroom . Pendapat ini menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah merupakan strategi pembelajaran yang kegiatanya direncanakan secara
spesifik, difokuskan mempelajari permasalahan yang relevan dan
memungkinkan suasana belajar yang fleksibel di kelas.
Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah, dimana siswa
diorganisir untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Sehingga
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Berkaitan dengan peran guru pada pembelajaran problem based
learning Rusman b
masalah adalah (1) menyiapkan perangkat berpikir siswa; (2) menekankan
belajar kooperatif; (3) memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam
pembelajaran berbasis masalah; (4) melaksanakan pembelajaran berbasis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menurut Tan (2000) antara lain:
a) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur. c) Permasalahan yang membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective). d) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
e) Belajar mengarahkan diri menjadi hal yang utama. f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses esensisl dalam paembelajaran berbasis masalah.
g) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berdasarkan masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
j) Pembelajaran berdasarkan masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar (Rusman, 2011: 232).
Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah yang berbeda-
beda, tergantung karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model
pembelajaran tersebut. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) menurut Ibrahim dan Nur (2000) dapat dilihat dalam
tabel 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Fase Perilaku Guru
Fase 1: memberikan orientasi tergantung permasalahan kepada siswa Fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti. Fase 3: membantu investigasi mandiri dan kelompok. Fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan hasil. Fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru memabahas tujuan pelajaran, untuk mendeskripasikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahnnya. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan inforrnasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mentiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman video dan model-model dan membantu mereka menyampaikan kepada orang lain. Guru memabantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Rusman, 2011: 243)
Setiap model pembelajaran memiliki manfaat masing-masing, adapun
manfaat model pembelajaran problem based learning menurut Ibrahim dan Nur
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar sebagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan
Adapun manfaat problem based learning menurut Smith (2005) adalah
pemahamannya meningkatkan kemampuan yang relevan dengan dunia praktik,
mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan
Peneliti sependapat dengan pendapat Smith yang menyatakan bahwa dengan
PBL dapat meningkatkan kecakapan pemecahan masalah, memudahkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
problem based learning memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak
hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkrit, tetapi lebih dari itu berpikir
terhadap ide-
Jadi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, membangun kemampuan pemikiran, kemampuan komunikasi serta
kerjasama. Model pembelajaran PBL menekankan pada pemecahan masalah
dengan menggunakan model ini maka diharapkan siswa dapat mengembangkan
kemampuanya dalam memecahkan masalah sekaligus kemampuan berpikirnya.
Dalam pembelajaran PBL siswa secara berkelompok menyelesaikan suatu
masalah, dengan berkelompok maka siswa akan meningkatkan kemampuan
dalam berkomunikasi dan berkerjasama.
B. Penelitian yang Relevan
1. Farida Rahmawati, Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis tentang Sifat-sifat
bangun ruang dengan menerapkan tipe numbered heads together pada siswa
kelas V SD Negeri Balerejo 01 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2010/2011.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tentang
sifat-sifat bangun ruang mengalami peningkatan, yaitu dari kondisi awal nilai
rata-rata siswa 45,86, pada siklus I nilai rata-rata siswa 68,90 dan nilai rata-rata
yang diperoleh pada siklus II adalah 84,09. Sebelum dilaksanakan penelitian
siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (66) sebanyak 8 siswa (38,10%), pada
silkus I siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 15 siswa (71,42%),
dan pada siklus II sebanyak 18 siswa (85,71%). Berdasarkan hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis tentang
sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Balerejo 01 Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
2. Umi Faizah, Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
SD Negeri II Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
. Hasil penelitian pada siklus I, rata-rata angket motivasi siswa
sebesar 74,85 (dalam kategori sedang), untuk materi pengaruh gaya terhadap
benda, nilai rata-rata kelas siswa 73,75 (dalam kategori cukup) dengan presentase
siswa yang memperoleh nilai di atas SKM adalah 55,88%. Pada siklus II, dengan
materi yang sama menunjukan peningkatan yaitu nilai rata-rata angket motivasi
adalah 83,56 (kategori baik) dengan nilai hasil evaluasi IPA rata-rata sebesar
81,91 dengan presentase siswa yang mendapat nilai di atas SKM adalah 88,23%.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi, bahwa pembelajaran IPA
dengan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 2 Ampel.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal dalam pembelajaran IPS guru masih menggunakan model
yang bersifat konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah yang
terkesan monoton. Sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran IPS,
sehingga kemampuan berpikir kritis siswa belum maksimal. Masih banyak siswa
yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 64. Siswa kurang terlibat didalam
pembelajaran sehingga siswa hanya pasif.
Dengan latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti akan
melakukan tindakan, dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning dalam pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
Setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning dalam
pembelajaran IPS, peneliti menerapkan indikator ketercapaian yaitu adanya
peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siklus II, yaitu siswa yang mencapai
KKM sebesar 80 %. Kondisi akhir dalam penelitian ini melalui penerapan model
pembelajaran problem based learning diduga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi
Klaten. Agar lebih jelas maka kerangka berpikir pada penelitian ini dapat
digambarkan seperti pada gambar 1 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan,
yaitu Melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV
SD Negeri 02 Temuwangi Pedan Klaten.
Di dalam pembelajaran IPS guru masih menggunakan model yang bersifat konvensional (ceramah).
Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran IPS, kemapuan berpikir kritis siswa belum maksimal.
Banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu 64.
Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.
Guru menggunakan model pembelajaran problem based learning.
Siklus I
Siklus II Indikator kecapaian kinerja pada siklus II adalah siswa yang mencapai KKM 80%.
Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi Pedan Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 02 Temuwangi Kecamatan Pedan
Kabupaten Klaten. Alasan memilih tempat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Karena di SD Negeri 02 Temuwangi kelas IV dalam mata pelajaran IPS
pembelajaran kemampuan berpikir kritis siswa masih belum maksimal dan
perlu ditingkatkan.
b. SD Negeri 02 Temuwangi belum menerapkan PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan). Guru di SD Negeri 02 Temuwangi
masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional
sehingga kurang melibatkan siswa di dalam pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Rencana penelitian dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil akan
dilaksanakan selama 6 bulan yakni mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2012.
Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Januari, tahap pelaksanaan
dimulai bulan Maret, tahap analisis data dimulai pada bulan April ,dan penyusunan
laporan akan dilaksanakan pada bulan mei, adapun rincianya pada tabel 3 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 3. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Januari
2012
Februari
2012
Maret
2012
April
2012
Mei
2012
Juni
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
dan pengajuan
proposal
X X X X X X X
2 Pengurusan izin
penelitian
X X
3
Persiapan
Penelitian
X
4 Pelaksanaan
siklus I
X
5 Pelaksanaan
siklus II
X
6 Pengumpulan
data dan
Analisis data
X X
7 Penyusunan
skripsi, sidang
skripsi, dan
penjilidan
X X X X X X X X X
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2008), penelitian tindakan
kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, berkerja sama dengan peneliti (atau
dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
proses praktis pembelajaran .
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelas. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan
praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa di dalam pembelajaran.
2. Strategi penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Arikunto,
Suhardjono dan Supardi PTK terdiri dari empat tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi . Langkah-
langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2. Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Pelaksanaan
Perencanaan
Siklus I
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
Siklus II
Apabila belum sampai pada hasil yang diharapkan yaitu 80% siswa mencapai KKM, dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai pada hasil yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi, membuat perencanaan pengajaran, membuat lembar
observasi, membuat alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi Tindakan
Tahapan ini meliputi analisis, sintesis, dan penilaian. Dimaksudkan untuk
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Kemudian
berdasarkan data yang telah terkumpul, dilakukan evaluasi untuk
menyempurnakan tindakan selanjutnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi
Kecamatan Klaten, tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 24 siswa, yang
terdiri dari14 siswa laki-laki, 10 siswa perempuan.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini sebagian besar adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan
digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Sumber data primer yaitu siswa dan guru kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi
Klaten.
2. Sumber data sekunder yaitu dokumen atau arsip, antara lain berupa kurikulum,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil tes, observasi, wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif.
Mengenai hal tersebut, Sugiyono berpendapat,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peniliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya Sugiyono (2008: 64) .Observasi ini digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut. Dengan observasi ini akan diperoleh data-data
mengenai seluruh aktivitas atau tingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu
data tentang sikap dan aktivitas siswa. Selain itu akan diperoleh seluruh
aktivitas guru dalam pembelajaran yaitu data tentang kegiatan guru dalam
pelaksanaan penelitian. Di dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk
melihat aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi serta kinerja guru selama tindakan dilaksanakan.
2. Wawancara
Menurut Dezin (1984) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu
(Wiriaatmadja, 2008: 117). Wawancara dilakukan untuk memperkaya atau
memperteguh data-data lain yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi sebelum
dilakukan tindakan untuk mengetahui kondisi awal dan sesudah dilakukan
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 3. Tes
Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi, tes adalah merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan
53). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perkembangan atau
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran problem
based learning.
4. Dokumen
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental seseorang (2009: 329). Hasil penelitian dari observasi akan lebih
kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumen.
Menurut Elliott (1991), dokumen yang ada kaitanya dengan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas misalnya: silabus dan rencana pembelajarana,
laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes,
laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang
digunakan selama pembelajaran . Adapun dokumen yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil tes dan observasi kemampuan
berpikir kritis siswa SD Negeri 02 Temuwangi.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data adalah dengan triangulasi.
Menurut Moleong (1995), triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas
data dengan memanfaatkan sarana di luar data untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu . Teknik triangulasi yang digunakan
antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber dalam penelitian.
Cara ini mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data, harus menggunakan
beragam sumber data. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang diperoleh dari teknik yang berbeda. Dalam penelitian
tentang peningkatan kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD
Negeri 02 Temuwangi dalam pembelajaran IPS ini, data yang diperoleh melalui
wawancara, tes, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian
dibadingkan dan ditarik kesimpulan agar data tersebut lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model kulitatif dengan model interaktif Miles dan Huber odel analisis
interaktif mempunyai tiga komponen pokok, yaitu data reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), conclusion drawing/verfication (Sugiyono, 2009:
338). Data yang telah dikumpulkan kemudian direduksi setelah direduksi kemudian
disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik, kemudian ditarik kesimpulan. Untuk
lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dengan model interaktif Miles dan
Huberman dapat digambarkan pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Teknik Analisis Data
Data collection
Conclusions drawing/verfication
Data reduction
Data display
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 Langkah-langkah analisis:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Jadi data yang dikumpulkan merupakan data yang benar-benar
diperlukan dan berhubungan dengan penelitian tentang peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran IPS dengan model
pembelajaran problem based learning di SD Negeri 02 Temuwangi. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya apabila diperlukan.
2. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau penyajian data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian,
tabel, grafik, bagan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami. Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa data hasil tes dan
observasi kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi.
3. Conclusion drawing/ verification
Setelah data terkumpul, direduksi dan disajikan maka tahap selanjutnya
adalah menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan ini berupa deskripsi atau
gambaran. Sehingga akan diketahui berhasil atau tidaknya penelitian ini dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV melalui model
pembelajaran problem based learning.
H. Indikator Pencapaian
Indikator keberhasilan di dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38 setelah siklus II siswa yang mencapai KKM sebesar 80%. Jika tidak mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditentukan maka dilajutkan ke siklus selanjutnya
sampai indikator keberhasilan tercapai.
I. Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi, prosedur penelitian
mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b)
pelaksanaan atau tindakan (action); (c) pengamatan (observing); dan (d) melakukan
refleksi (reflecting) (2008: 16). Dapat digambarkan pada gambar 4 berikut ini:
Gambar 4. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti telah ada dalam
permasalahan yang diteliti. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan
belum maksimalnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten dilakukan observasi dan
wawancara terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Melalui langkah-langkah tersebut dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam
rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
?
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Langkah yang diduga tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dalam pembelajaran IPS adalah dengan penanaman konsep melalui penemuan
sendiri dalam memecahkan suatu masalah yang ada dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dikuasai oleh siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
tindakan yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa adalah dengan menggunakan model problem based learning. Materi yang
akan diajarkan pada pene masalah sosial
Dengan pedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi tiap siklus.
Secara rinci Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan model pembelajaran
problem based learning, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan mengacu pada silabus.
b. Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa
dan guru serta untuk mengamati kemampuan berpikir kritis siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelompok, soal evaluasi untuk
menilai proses dan kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah kegiatan perencanaan, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan ini terdapat urutan kegiatan
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning. adapun tahapanya adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
Guru memberikan motivasi kepada siswa. Guru menginformasikan
pada siswa berkaitan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dipelajari yaitu mengenai masalah-masalah sosial Guru melakukan
apersepsi dengan bercerita mengenai masalah sosial yang sering terjadi pada
akhir-akhir ini, dengan menunjukan berbagai gambar masalah sosial yang
sering ditemui di masyarakat.
b. Kegiatan Inti
Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning. Ketika pembelajaran guru melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selain itu guru yang bertindak sebagai peneliti dan pengajar juga diamati
oleh pengamat (guru kelas) untuk mengetahui apakah pembelajaran yang
dilakukan sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Adapun langkah-langkah langkah pembelajaran dalam kegiatan inti secara
garis besar sebagai berikut:
1) Guru menggali pengetahuan siswa tentang masalah-masalah sosial
dengan bertanya jawab dengan siswa.
2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning.
3) Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan
masalah sosial
4) Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning, adalah siswa membentuk
kelompok diskusi. Guru memberikan masalah dalam bentuk Lembar
Kerja Siswa (LKS) pada tiap kelompok. Kemudian secara bekelompok
memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Setelah siswa
berhasil menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa
dari kelompok lain menanggapi hasil diskusi dengan kelompok yang
telah mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5) Guru melakukan evaluasi secara individu dengan lembar evaluasi yang
telah dipersiapkan.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan kali ini dengan
bertanya-jawab.
3. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat hasil observasi kegiatan
siswa, kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung, serta hasil dari kerja
siswa baik secara kelompok maupun individu.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap akhir pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini
dilakukan analisis dari evaluasi kegiatan, hasil analisis akan digunakan refleksi
untuk memperbaiki perencanaan dan kinerja guru pada pertemuan ataupun
siklus berikutnya. Diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus I
rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa adalah 68,17, siswa yang
mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau sebesar 66,67% , sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 8 siswa atau sebesar 33,33%. Hasil yang
diperoleh pada siklus I ini belum memenuhi indikator keberhasilan kinerja yang
telah ditetapkan yakni 80% siswa mencapai KKM. Karena indikator kinerja
belum tercapai maka dilanjutkan pada tindakan selanjutnya yaitu siklus II. Pada
tindakan siklus II akan dilakukan perbaikan-perbaikan dengan mengacu pada
masalah yang ditemui pada siklus I.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Akan tetapi dalam siklus II
ini lebih menekankan perbaikan pembelajaran pada siklus I. Adapun kegiatan
perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dengan melihat berbagai kendala dan
permasalahan yang terjadi pada siklus I, maka pada perencanaan siklus II
menekankan pada perbaikan dalam pembelajaran dengan membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perencanaan yang baru yang dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada
siklus I.
b. Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa
dan guru serta untuk mengamati kemampuan berpikir kritis siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelompok, soal evaluasi untuk
menilai proses dan kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah kegiatan perencanaan, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan siklus II ini lebih menekankan
pada perbaikan pembelajaran, dan mengupayakan agar siswa lebih aktif
sehingga hasil pembelajaran akan lebih maksimal. Dalam pelaksanaan siklus II
ini dapat diselingi dengan permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran
agar siswa tidak merasa jenuh. Adapun urutan kegiatan pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada siklus
II adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
Guru memberikan motivasi kepada siswa, dengan mengadakan
permainan kecil untuk mengasah konsentrasi siswa sebelum pembelajaran
dimulai. Guru menginformasikan pada siswa berkaitan dengan tujuan dan
materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai masalah-masalah
sosial Guru melakukan apersepsi dengan bercerita menggunakan media
wayang orang dan boneka tangan.
b. Kegiatan Inti
Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning. Ketika pembelajaran guru melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selain itu guru yang bertindak sebagai peneliti dan pengajar juga diamati
oleh pengamat (guru kelas) untuk mengetahui apakah pembelajaran yang
dilakukan sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Adapun langkah-langkah langkah pembelajaran dalam kegiatan inti secara
garis besar sebagai berikut:
1) Guru menggali pengetahuan siswa tentang masalah-masalah sosial
dengan bertanya jawab dengan siswa.
2) Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan
masalah-masalah sosial
3) Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning pada siklus II ini pada umumya
sama, yaitu siswa membentuk kelompok diskusi. Guru memberikan
masalah dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) pada tiap kelompok.
Kemudian secara bekelompok memecahkan masalah yang telah
diberikan oleh guru. Setelah siswa berhasil menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa dari kelompok lain
menanggapi hasil diskusi dengan kelompok yang telah
mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
4) Guru melakukan evaluasi secara individu dengan lembar evaluasi yang
telah dipersiapkan. Dalam evaluasi pada siklus II ini dapat diselingi
dengan permainan kecil. Agar kegiatan evaluasi tidak terkesan
menjenuhkan.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
materi pembelajaran pada pertemuan kali ini dengan bertanya-jawab.
3. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat hasil observasi kegiatan
siswa, kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung, serta hasil dari kerja
siswa baik secara kelompok maupun individu.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis dari evaluasi kegiatan, apakah dalam
siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian kinerja yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yaitu kemampuan berpikir kritis meningkat, siswa yang mencapai KKM 80%.
Dari hasil yang diperoleh pada siklus II diketahui bahwa rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis siswa adalah 79,83, siswa yang telah mencapai KKM
sebanyak 21 siswa atau sebesar 87,5%, siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 3 siswa atau sebesar 12,5 %. Sehingga dapat diketahui bahwa siswa
yang mencapai KKM > dari 80%, sehingga indikator ketercapaian kinerja sudah
tercapai. Apabila indikator kinerja yang telah ditetapkan sudah mencapai maka
tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak SD Negeri 02 Temuwangi
Sekolah Dasar Negeri 02 Temuwangi kecamatan Pedan kabupaten
Klaten Provinsi Jawa Tengahter letak sangat strategis. SD Negeri 02
Temuwangi terletak di pinggir jalan raya antar kecamatan yaitu kecamatan
Pedan dan kecamatan Cawas. Lokasi yang sangat strategis ini memberikan
kemudahan bagi siswa maupun sekolah untuk melakukan segala aktivitasnya.
Sejak berdiri SD Negeri 02 Temuwangi merupakan sekolah Negeri dengan
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031014022 dan Nomor Statistik Bangunan
(NSB) 001211820624202. Sejak berdiri pada tahun 1973 sampai sekarang SD
Negeri 02 Temuwangi telah mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun personalia. Fasilitas sekolah berupa bangunan telah beberapa kali
mengalami perbaikan. Fasilitas yang semakin baik ini mendorong sekolah untuk
melakukan berbagai perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam
pembelajaran.
2. Keadaan Personil SD Negeri 02 Temuwangi
SD Negeri 02 Temuwangi kecamatan Pedan kabupaten Klaten pada
tahun ajaran 2011/2012 dipimpin oleh Samino, S.Pd selaku kepala sekolah. SD
Negeri 02 Temuwangi memiliki tenaga mengajar sebanyak 11 orang. Dengan
rincian 8 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 guru bersatus guru
Wiyata Bakti (WB) serta 1 penjaga sekolah yang bersatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Semua personel melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya
masing-masing. Hubungan sekolah dengan komite dan masyarakat sekitar juga
berjalan dengan baik. Hal ini merupakan salah satu bentuk kesadaran bahwa
keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu,
diperlukan kerjasama yang baik antara pemangku kepentingan baik sekolah,
komite maupun masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Jumlah siswa SD Negeri 02 Temuwangi pada tahun ajaran 2011/2012
sebanyak 143 siswa yang terdiri dari 84 siswa laki-laki dan 59 siswa
perempuan. Adapun rincianya adalah sebagai berikut: siswa kelas I sebanyak
20 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 8 siswa perempuan, kelas II sebanyak
22 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, kelas III
sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan,
kelas IV sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan, kelas V sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7
siswa perempuan, kelas VI sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-
laki dan 11 siswa perempuan. Siswa SD Negeri 02 Temuwangi berasal dari latar
belakang keluarga yang berbeda-beda. Sebagian besar dari siswa berasal dari
keluarga dengan ekonomi menengah yang berkerja sebagai petani, pedagang
ataupun buruh harian.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri 02 Temuwangi
Bangunan SD Negeri 02 temuwangi terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang laboratorium,1 ruang UKS, tempat
sepeda, toilet guru dan siswa. SD Negeri 02 Temuwangi sudah memiliki
fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yaitu perpustakaan dan masjid.
SD Negeri 02 Temuwangi memiliki halaman sekolah yang luas yang biasa
dimanfaatkan untuk upacara, olah raga, kegiatan ekstrakulikuler maupun arena
bermain siswa waktu istirahat.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Pada diskripsi masalah penelitian akan dibahas diskripsi masalah pada
kondisi awal dan saat dilakukan tindakan.
1. Deskripsi kondisi awal
Sebelum melakukan tindakan peneliti melakukan kegiatan observasi
dan wawancara untuk mengetahui permasalahan dan keadaan nyata yang terjadi
di SD Negeri 02 Temuwangi. Setelah dilakukan pengamatan di lapangan dan
wawancara, peneliti menemukan beberapa permasalahan. Pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional dan kurang melibatkan siswa
secara aktif di dalam pembelajaran. hal ini mangakibatkan siswa sulit untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu pelajaran yang
dianggap siswa sulit untuk dipahami oleh siswa adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Keadaan ini terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi, siswa
sulit memahami mata
Siswa merasa kesulitan dalam menyatakan penyebab, upaya mengatasi masalah
sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Siswa juga terlihat kesulitan dalam
menyatakan pendapat mereka berkenaan dengan materi tersebut. Untuk itu
dirasa perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran IPS. Hal ini dilakukan karena belum adanya upaya guru
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. kemampuan berpikir
kritis siswa perlu dikembangkan agar siswa tidak hanya sekedar menghafal
materi pembelajaran, siswa dapat memahami materi disampaikan guru, siswa
dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran sehingga pengetahuaan
yang didapat siswa akan terasa lebih bermakana.
Permasalah yang terjadi di SD Negeri 02 Temuwangi Kelas IV dalam
pembel
kegiatan pra siklus. Dari kegiatan tersebut diketahui bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pre tes dan
observasi (lampiran 12 halaman 206-207) diketahui siswa yang memperoleh
nilai 30-37 ada 3 siswa, nilai 38-45 ada 5 siswa, nilai 46-53 ada 3 siswa, nilai
54-61 ada 2 siswa, nilai 62-69 ada 8 siswa, nilai 70-77 ada 3 siswa. Dari 24
siswa yang mencapai KKM yaitu 64 ada 10 siswa atau sebesar 41,67%,
sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 14 siswa atau sebesar
58,33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi dalam pembelajaran IPS pada materi
Agar lebih jelas maka kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa
siklus yang tergambar pada tabel 4 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4. Distribusi Frekuansi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Kondisi Awal (Pra Siklus)
Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi) fixi
Persentase
(%)
30 - 37 3 33,5 100,5 12,5
38 - 45 5 41,5 207,5 20,83
46 - 53 3 49,5 148,5 12,5
54 - 61 2 57,5 115 8,33
62 - 69 8 65,5 524 33,34
70 - 77 3 73,5 220,5 12,5
Jumlah 24 321 1316 100
Nilai rata-rata = 1316 : 24=54,83
Ketuntasan klasikal = 10 : 24 X 100% = 41,67%
Nilai tertinggi = 73,5
Nilai terendah = 30
Dari tabel 4 distribusi frekuensi nilai kemampuan berpikir kritis siswa
dalam tentang masalah sosial siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada
siklus I dapat disajikan dalam grafik pada gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Kondisi Awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49 2. Deskripsi Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang
dilaksanakan dalam waktu 1 minggu yakni pada tanggal 26 Maret dan 28 Maret
2012. Adapun tahapan-tahapan dalam siklus 1 sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Peneliti berkonsultasi dengan guru mengenai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan karakteristik siswa SD Negeri 02 Temuwangi.
Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus 1 sebagai berikut:
1) Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan model pembelajaran
problem based learning. Membuat (RPP) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (lampiran 6 halaman 107-125) dengan Mengacu pada
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (lampiran 3
halaman 95-96) kelas IV pada semester II dengan materi masalah
sosial .
2) Menyiapkan materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai bahan
ajar dengan mengacu pada berbagai sumber buku SD IPS kelas IV
semester II.
3) Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa (lampiran 16 halaman 219-220) dan kinerja guru (lampiran 19
halaman 228-230) serta untuk mengamati kemampuan berpikir kritis
siswa selama proses pembelajaran berlangsung (lampiran 10 halaman
200-202).
4) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I pertemuan pertama
(lampiran 6 halaman 126-127 ) dan pertemuan kedua (lampiran 6
halaman 137-138) untuk kelompok, soal evaluasi pertemuan pertama
(lampiran 6 halaman 133) dan pertemuan kedua (lampiran 6 halaman
143) untuk menilai proses dan kemampuan berpikir kritis siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
sebagai alat bantu agar siswa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.
6) Membagi siswa kedalam 5 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4-5 orang. Pembagian kelompok ini dimaksudkan untuk
mengorganisir siswa untuk berdiskusi secara berkelompok. Pembagian
kelompok dibagi secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa.
7) Peneliti yang dalam hal ini bertindak sebagai guru memberikan
penjelasan kepada siswa mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap
kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan masalah yang diberikan guru
dalam bentuk LKS. Masing-masing kelompok harus berlomba agar
menjadi kelompok yang terbaik, setiap anggota juga harus berperan aktif
dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Perwakilan dari
kelompok maju di depan kelas untuk melakukan presentasi dari hasil
diskusi kelompoknya. Bagi kelompok yang berhasil menjadi kelompok
terbaik akan mendapat penghargaan dari guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 6 halaman 107-
125) yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 26
maret 2012. Pada pertemuan ini membahas materi jenis masalah sosial,
bentuk masalah sosial (kependudukan, pendidikan, kesehatan,
kemacetan lalu lintas, pengangguran dan kemiskinan).
Guru mengawali pembelajaran dengan salam pembuka dan
berdoa bersama kemudian mengadakan kegiatan presensi. Guru
mengkondisikan siswa agar siap untuk melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan ini. Setelah itu guru menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
apersepsi dengan menceritakan masalah sosial yang akhir-akhir ini
terjadi di dalam masyarakat dan mengkaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari yang dialami oleh siswa. Guru melakukan tanya jawab
mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan ini. Tanya
jawab ini dilakukan untuk menggali pengetahuan siswa mengenai materi
serta kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Pada kegiatan tanya jawab
ini terlihat siswa masih ragu-ragu dalam menjawab. Kemudian guru
mencoba untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang lebih
komunikatif untuk memotivasi siswa dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan awal tentang
materi yang akan dipelajari. Setelah guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi yang akan dipelajari kemudian siswa yang telah dibagi
menjadi beberapa kelompok pada tahap perencanaan kemudian
diberikan tugas untuk didiskusikan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
(lampiran 6 halaman 126-127). Siswa yang telah mendapatkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) kemudian diorganisir untuk melakukan kegiatan
diskusi untuk memecahkan masalah di dalam Lembar Kerja siswa
tersebut. Lembar kerja siswa ini berisi gambar masalah sosial, siswa
bertugas untuk mencari masalah apa yang terjadi dan kemudian
mendiskusikan dengan kelompoknya untuk mengungkapkan penyebab
masalah dan upaya mengatasi masalah tersebut. Guru membimbing
siswa dalam kegiatan diskusi serta memberikan bimbingan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan. Disini terlihat bahwa siswa masih
belum terbiasa dengan kegiatan berdiskusi dan terlihat ada beberapa
siswa yang merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan
kelompoknya. Guru melakukan kegiatan observasi kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah dan berkerjasama dengan
kelompoknya.
Setelah semua kelompok telah selesai mengerjakan tugasnya
selajutnya perwakilan kelompok maju di depan kelas untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mempresentasikan hasil diskusinya atau melakukan orasi berdasarkan
hasil pekerjaan dari kelompoknya. Kelompok yang lain bertugas untuk
menanggapi dengan mengemukakan jawaban dari kelompoknya. Setelah
kegiatan diskusi selesai guru mengadakan permainan kecil berupa kuis,
guru mengajukan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa, kelompok
yang menjawab pertanyaan akan mendapatkan poin. Bagi kelompok
yang paling banyak mendapatkan poin dari kerja kelompok maupun kuis
akan mendapat penghargaan dari guru. Bagi kelompok yang belum
maksimal guru memberikan motivasi agar lebih baik lagi untuk
pertemuan selanjutnya.
Kegiatan selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap
materi yang telah disampaikan dengan diselingi tanya jawab dengan
siswa dari materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa diberi
kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti
berkaitan dengan pembelajaran pada hari ini. Guru memberikan soal
evaluasi (lampiran 6 halaman 132) untuk melihat kemampuan berpikir
kritis siswa secara individu.
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran pada hari ini. Guru memberikan motivasi kepada
siswa dan berpesan untuk mempelajari kembali materi yang telah
dipelajari pada pertemuan ini. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan II
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 28
maret 2012. Pada pertemuan ini membahas materi jenis masalah sosial,
bentuk masalah sosial (penyalahgunaan narkoba dan minuman keras,
kenakalan remaja, kelangkaan barang kebutuhan, pencemaran
lingkungan dan kejahatan).
Guru mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian bersama-sama siswa berdoa bersama. Guru
melakukan kegiatan presensi, dilanjutkan dengan memotivasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pembelajaran. guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan
kali ini. Guru menyampaikan apersepsi dengan menunjukan gamabar
dan menceritakam masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Setelah kegiatan apersepsi guru bertanya jawab dengan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Tanya jawab
dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa berkenaan dengan materi
pembelajaran IPS tentang masalah sosial, serta untuk melihat
kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Dalam pertemuan ini sudah
lebih baik dari pertemuan pertama dimana siswa sudah berani menjawab
pertanyaan dari guru dengan cukup baik.
Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan awal berkaitan
dengan materi yang dipelajari pada pertemuan kali ini yaitu bentuk
masalah sosial (penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, kenakalan
remaja, kelangkaan barang kebutuhan, pencemaran lingkungan dan
kejahatan). Setelah guru memaparkan materi awal kemudian guru
mengorganisasi siswa secara berkelompok untuk berdiskusi mengenai
masalah yang sering terjadi di masyarakat. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) (lampiran 6 halaman 137-138) untuk dikerjakan dan
diskusikan secara berkelompok, pada lembar kerja siswa berisi gambar-
gambar masalah sosial yang sering terjadi masyarakat. Siswa bertugas
untuk mendiskusikan penyebab masalah sosial dan cara untuk mengatasi
masalah sosial tersebut. Guru memberikan bimbingan saat siswa
berdiskusi serta melakukan pengamatan atau observasi kemampuan
berpikir kritis siswa saat diskusi berlangsung.
Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau melakukan
orasi dari hasil diskusi diskusi dengan kelompoknya. Siswa dari
kelompok lain menanggapi hasil diskusi dengan menyatakan pendapat
dari kelompoknya. kemudian siswa dan guru melakukan permainan kecil
dengan undian soal. Kelompok yang terbaik dalam mengerjakan Lembar
Kerja Siswa (LKS) (lampiran 6 halaman 137-138) dan yang memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
poin paling banyak dalam menjawab soal undian mendapat penghargaan
dari guru. Bagi kelompok yang belum maksimal, guru memberikan
penguatan dan motivasi agar siswa terpacu untuk menjadi lebih baik lagi
pada pertemuan selanjutnya. Guru memberikan penguatan materi yang
telah didiskusikan oleh siswa, dalam memberikan penguatan guru juga
melakukan tanya jawab dengan siswa. setelah guru memberikan
penguatan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan kali ini. Guru
membagikan soal evaluasi (lampiran 6 halaman 143) yang dikerjakan
secara individu untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran dan kemampuan siswa dalam berpikir kritis.
Kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan motivasi
kepada siswa dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari kembali di
rumah materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Guru mengakhiri
kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
c. Observasi
Dalam kegiatan ini peneliti berkerja sama dengan guru untuk
melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada tujuan
tindakan yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
. Dalam hal ini peneliti
berkerjasama dengan guru untuk melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi
(lampiran 16 halaman 219-220) untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I (lampiran 16 halaman
219-220) diketahui bahwa:
a) Siswa sudah mematuhi tata tertib di dalam kelas dengan sangat baik.
b) Antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c) Siswa dalam memperhatikan guru saat memberikan penjelasan masih
kurang.
d) Siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran dengan baik.
e) Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan pendapat masih belum maksimal, siswa masih kelihatan
ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan maupun mengungkapkan
gagasanya masih kurang.
f) Interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa sudah
berlangsung dengan sangat baik.
g) Siswa masih terlihat belum terbiasa dalam berkerja kelompok, siswa
terlihat belum memahami peran mereka dalam kelompok.
h) Siswa sudah dapat memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
dengan cukup baik.
i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan soal masih perlu ditingkatkan.
j) Kemandirian siswa dalam mengerjakan, memahami pertanyaan yang ada
dalam soal evaluasi sudah cukup baik.
Selain melakukan observasi terhadap aktivitas siswa, observasi juga
dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa selama
pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi (lampiran 10 halaman 200-
202) diketahui bahwa:
a) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan sudah cukup baik akan
tetapi masih perlu ditingkatkan, dalam memahami pertanyaan dalam soal
masih ada beberapa siswa yang terlihat mengalami kesulitan dan perlu
bimbingan guru.
b) Kemampuan siswa dalam mengkondisikan berpikirnya secara
keseluruhan sudah cukup baik walaupun ada beberapa siswa yang masih
kurang.
c) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan sudah cukup baik, akan
tetapi dalam bertanya masih perlu ditingkatkan.
d) Siswa sudah cukup baik dalam memberikan penjelasan sederhana dan
lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
e) Ketika menyatakan pendapat siswa sudah cukup baik dalam memberikan
alasan.
f) Melibatkan dugaan dalam menjawab pertanyaan sudah cukup baik.
g) Kemampuan menyatakan hal-hal yang bersifat umum sudah cukup baik.
h) Kemampuan menyatakan hal-hal yang bersifat khusus sudah cukup baik.
i) Kemampuan mengungkap masalah yang diberikan oleh guru dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS) cukup baik.
j) Siswa sudah baik dalam membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan masalah, akibat dan fakta.
k) Mengidentifikasi suatu definisi siswa sudah cukup baik akan tetapi
masih perlu ditingkatkan.
l) Kemampuan siswa dalam merumuskan dan mempertimbangkan solusi
masih kurang dan perlu ditingkatkan.
m) Siswa sudah dapat menyebutkan contoh dengan cukup baik.
n) Kemampuan mengkonstruksi argumen dan menggunakan argumen
masih perlu ditingkatkan.
o) Kemampuan menunjukan posisi, orasi maupun tulisan siswa masih
kurang, belum maksimal dan terlihat canggung.
Observasi juga dilakukan untuk mengamati kinerja guru dalam
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru kelas yang
bertindak sebagai observer. Observasi dilakukan dengan melihat kinerja guru
dan kecakapan guru dalam mengajar dengan mengisi lembar observasi yang
telah dipersiapkan serta berpedoman pada pedoman pengisian lembar
observasi kinerja (lampiran 18 halaman 223-227) peneliti yang bertindak
sebagai guru. Guru kelas juga melihat kesesuaian antara Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 6 halaman 107-125) dengan
proses pembelajaran. Dari hasil observasi kinerja guru pada siklus 1
pertemuan I dan II (lampiran 19 halaman 228-230) diketahui bahwa:
a) Persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), ruang belajar,
media pembelajaran dan memeriksa kesiapan siswa sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Guru sudah melakukan menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran,
dan orientasi dengan sangat baik.
c) Penguasaan materi masih perlu ditingkatkan.
d) Cara dalam menyampaikan materi masih perlu ditingkatkan.
e) Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai sudah baik.
f) Pelaksanaan pembelajaran sudah runtut.
g) Kemampuan guru menciptakan pembelajaran kontekstual yang
dihubungkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
masih perlu ditingkatkan
h) Menunjukan kemampuan mengajar dengan menggunakan berbagai
metode mengajar antara lain ceramah, diskusi, demonstrasi, penugasan
dan unjuk kerja sudah sangat baik.
i) Menciptakan pembelajaran yang efektif perlu ditingkatkan.
j) Kemampuan menumbuhkan partisipasi aktif dan kritis siswa perlu
ditingkatkan.
k) Menumbuhkan keceriaan dan atusiasme siswa dalam belajar sudah baik.
l) Guru sudah sangat baik dalam memberikan respon terbuka dari
tanggapan-tanggapan dari siswa.
m) Di dalam penggunaan bahasa sudah perlu ditingkatkan, ada kalanya guru
perlu menggunakan bahasa ibu dalam mengajar agar mudah dimengerti
siswa.
n) Guru sudah melakukan penilaian sesuai tujuan akhir akan tetapi masih
perlu ditingkatkan.
o) melibatkan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran masih perlu
ditingkatkan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti maupun guru kelas
diketahui beberapa masalah dalam siklus I antara lain. Siswa masih kurang
dalam menyampaikan gagasanya secara lisan, dalam membacakan hasil
diskusi masih terlihat malu-malu. Siswa belum terbiasa berkerja secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
berkelompok dan terlihat masih canggung dalam berkomunikasi. Masih
banyak siswa yang belum dapat mempertimbangkan solusi berdasarkan
masalah yang ditemui. Masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan
dalam merumuskan pertanyaan dari soal yang diberikan oleh guru dan belum
dapat memahami petunjuk dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Sehingga guru perlu membimbing siswa.
Dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I (lampiran 16
halaman 219-220) diketahui bahwa nilai aktivitas siswa adalah 3,15 dalam
kategori baik. Ada beberapa yang perlu diperbaiki perhatian siswa saat guru
menyampaikan materi perlu ditingkatkan, keberanian siswa dalam bertanya
masih kurang, kerjasama antar siswa dalam kelompok masih perlu
ditingkatkan, kesiapan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi juga masih
perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru siklus I
(lampiran 19 halaman 228-230) diperoleh nilai 3,4 kategori baik. Hasil
observasi ini kinerja ini sudaguru sudah baik akan tetapi ada beberapa hal
yang perlu ditingkatkan antara lain dalam penguasaan materi pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran kontekstual dan efektif, menumbuhkan
partisipasi kritis siswa, penggunaan bahasa lisan dan tulis yang jelas dan
baik. Untuk mengatasi permasalahan yang ada guru harus merancang
pembelajaran yang lebih baik lagi dan memperbaiki kinerja untuk siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa
pada siklus I (lampiran 13 halaman 208-212) pertemuan pertama dan kedua
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dengan nilai 43-49 ada 1
siswa, nilai 50-56 ada 4 siswa, nilai 57-63 ada 3 orang, nilai 64-70 ada 4
siswa, nilai 71-77 ada 6 siswa, nilai 78-84 ada 6. Siswa yang sudah mencapai
KKM (64) sebanyak 16 atau sebesar 66,67%, siswa yang belum mencapai
KKM 8 siswa atau sebesar 33,33%. Nilai rata-rata kelas 68,17, nilai tertinggi
83,75 dan nilai terendah 44,5.
Masih banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 64 pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
disebabkan oleh siswa ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan
mengidentifikasi pertanyaan, masih canggung dalam melakukan presentasi
orasi di depan kelas. Siswa belum terbiasa melakukan kerja kelompok karena
pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
masih asing bagi mereka. Siswa masih kesulitan dalam mempertimbangkan
solusi dari masalah yang ditemui.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang ditemui pada siklus I ini
peneliti harus melakukan perbaikan dalam pembelajaran serta memberikan
bimbingan yang lebih kepada siswa. Peneliti yang dalam hal ini bertindak
sebagai guru juga harus memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif
dalam pembelajaran dan kerja kelompok. Pengelolaan kelas juga harus
ditingkatkan kembali untuk pencapaian hasil yang lebih baik lagi pada siklus
II.
Adapun hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 5
dan grafik pada gambar 6 berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Siklus I
Interval
nilai Frekuensi (fi)
Nilai tengah
(xi) fixi
Persentase
(%)
43 - 49 1 46 46 4,17
50 -56 4 53 212 16,67
57 - 63 3 60 180 12,5
64 - 70 4 67 268 20,83
71 - 77 6 74 444 20,83
78 - 84 6 81 486 25
Jumlah 24 381 1636 100
Nilai rata-rata = 1636 : 24 = 68,17
Ketuntasan klasikal = 16 : 24 X 100% = 66,67%
Nilai tertinggi = 83,75
Nilai terendah = 44,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dari 5 tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan berpikir kritis siswa
tentang masalah sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada siklus I
diatas dapat disajikan dalam grafik pada gambar 6 berikut ini:
Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Siklus I
Perkembangan nilai kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah
sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Pra siklus dan Siklus I
dapat digambarkan pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra Siklus
sampai Siklus I
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 30 44,5
Nilai tetinggi 73,5 83,75
Rata-rata nilai 54,83 68,17
Ketuntasan klasikal (%) 41,67 66,67
Dari tabel 6 perkembangan nilai Perkembangan nilai kemampuan
berpikir kritis siswa tentang masalah sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi pada Pra siklus dan Siklus I di atas dapat disajikan dalam grafik pada
gambar 7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra
Siklus sampai Siklus I
Berdasarkan grafik pada gambar 7 diatas dapat dilihat adanya
peningkatan dari pra siklus ke siklus I. Nilai terendah pada pra siklus 30
sedangkan pada siklus I 44,5. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari
73,5 pada pra siklus menjadi 83,75 pada siklus I. Rata-rata nilai mengalami
peningkatan dari 54,83 pada pra siklus menjadi 68,17 siklus I. Ketuntasan
klasikal dari 41,67 pada pra siklus menjadi 66,67 pada siklus I.
3. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang
dilaksanakan dalam waktu 1 minggu yakni pada tanggal 02 April dan 04 April
2012. Adapun tahapan-tahapan dalam siklus II sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Peneliti berkonsultasi dengan guru mengenai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Peneliti dan guru berkolaborasi agar pembelajaran pada siklus
II ini dapat lebih baik dari siklus I dan dapat mengatasi permasalahan yang
muncul pada siklus I. Dari hasil pengamatan pada siklus I diketahui belum
adanya peningkatan yang signifikan apabila dibandingkan dengan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pra siklus, untuk itu perencanaan pembelajaran dilakukan dengan indikator
yang sama dengan siklus I.
Setelah melihat berbagai kendala dan masalah pada siklus I, maka
pada siklus II ini akan dilakukan upaya perbaikan pembelajaran agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan guru harus merancang
pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik, agar siswa tidak merasa bosan
dengan materi yang diajarkan. Meningkatkan penguasaan materi ajar,
memperbaiki cara penyampaian materi ajar berkaitan dengan penggunaan
bahasa agar lebih baik dan jelas sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Memberikan penguatan kepada siswa yang telah aktif dalam pembelajaran
serta memberikan motivasi kepada siswa yang keaktifannya masih kurang.
Menstimulus siswa agar dapat mengeluarkan pendapat dan ide-idenya.
Adapun tahapan perencanaan pada siklus II ini antara lain sebagai
berikut:
1) Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan model pembelajaran
problem based learning. Membuat (RPP) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (lampiran 7 halaman 148-166) dengan Mengacu pada
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (lampiran 3
halaman 95-96) kelas IV pada semester II dengan materi masalah-
masalah sosial. Skenario pembelajaran dibuat lebih inovatif dengan
menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi.
2) Menyiapkan materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai bahan
ajar dengan mengacu pada berbagai sumber buku SD IPS kelas IV
semester II.
3) Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa pada siklus II (lampiran 17 halaman 221-222) dan kinerja guru
pada siklus II (lampiran 20 halaman 231-233) serta untuk mengamati
kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran
berlangsung (lampiran 11 halaman 203-205).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) peretemuan pertama (lampiran 7
halaman 167-170) dan pertemuan kedua (lampiran 7 halaman 179-182)
untuk kelompok, soal evaluasi pertemuan pertama (lampiran 7 halaman
174) dan pertemuan kedua (lampiran 7 halaman 186) untuk menilai
proses dan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada siklus II Lembar
Kerja Siswa (LKS) dibuat berbeda dengan siklus I. Pada siklus II ini
Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih ditekankan pada fakta dengan
menggunakan beberapa artikel permasalahan dalam koran.
5) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
sebagai alat bantu agar siswa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan. Dalam siklus II ini media yang digunakan lebih bervariasi,
dengan menggunakan wayang orang dan boneka tangan.
6) Pada siklus II ini kelompok diskusi sama dengan kelompok diskusi pada
siklus I. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah berkomunikasi,
karena sudah pernah berkerja sama pada siklus I. Siswa dibagi mejadi 5
kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 7 halaman 148-
166) yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 02
April 2012. Pada pertemuan ini akan mengulangi kembali materi yang
telah disampaikan pada siklus I yaitu: jenis masalah sosial, bentuk
masalah sosial (kependudukan, pendidikan, kesehatan, kemacetan lalu
lintas, pengangguran dan kemiskinan).
Pada kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan
salam pembuka kemudisn dilanjutkan dengan berdoa setelah itu
mengadakan kegiatan presensi. Sebelum memulai menyampaikan materi
terlebih dahulu guru mengkondisikan siswa agar siap untuk
melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ini. Setelah itu
guru menyampaikan apersepsi dengan bercerita menggunakan media
wayang orang. Dalam bercerita guru juga melakukan komunikasi dengan
siswa agar siswa memperhatikan cerita yang disampaikan oleh guru.
Adapun cerita yang disampaikan oleh guru berkaitan dengan masalah
sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat dan mengkaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa. Pada kegiatan
eksplorasi guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan
disampaikan pada pertemuan ini. Tanya jawab ini dilakukan untuk
menggali pengetahuan siswa mengenai materi serta mengasah
kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Pada kegiatan tanya jawab ini
terlihat sudah dapat merespon pertanyaan dari guru dengan cukup baik.
Dalam kegiatan inti guru terlebih dahulu memberikan
penjelasan awal tentang materi yang akan dipelajari. Pada saat
menjelaskan guru menyelingi dengan tanya jawab pada siswa. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat mengasah kemampuan berpikir kritisnya.
Setelah guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan
dipelajari kemudian siswa yang telah berkelompok diberikan tugas untuk
mendiskusikan masalah sosial yang ada di dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS) (lampiran 7 halaman 167-170). Siswa yang telah mendapatkan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian diorganisir untuk melakukan
kegiatan diskusi untuk memecahkan masalah di dalam Lembar Kerja
Siswa (LKS) tersebut. Lembar kerja siswa ini berisi beberapa artikel
yang berasal dari koran, siswa bertugas untuk membaca dan memahami
masalah yang terjadi dalam artikel tersebut, kemudian mendiskusikan
dengan kelompoknya untuk mengungkapkan penyebab masalah dan
upaya mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dan memberi bimbingan kepada siswa dalam kegiatan dikusi
serta memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Disini terlihat bahwa siswa sudah mulai terbiasa dengan
kegiatan berdiskusi dan siswa yang merasa belum paham dan mengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sudah berani untuk bertanya pada guru. Selain memberikan bimbingan
guru juga melakukan kegiatan observasi kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan masalah dan berkerjasama dengan
kelompoknya. Guru mengisi lembar observasi kemampuan berpikir
kritis siklus II dengan berpedoman pada lembar pengisian observasi
berpikir kritis yang telah tersedia (lampiran 8 halaman 191-197).
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya
selajutnya perwakilan kelompok maju di depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusinya atau melakukan orasi berdasarkan
hasil pekerjaan dari kelompoknya. Kelompok yang lain bertugas untuk
menanggapi dengan mengemukakan jawaban dari kelompoknya. Untuk
meningkatkan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan guru
mengadakan permainan kecil. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
membuat pertanyaan dan kemudian dilemparkan pada kelompok lain
untuk dijawab. Bagi kelompok yang dapat menjawab akan mendapatkan
poin. Kelompok yang sudah diberikan pertanyaan kemudian bertugas
memberikan pertanyaan pada kelompok lain, kemudian kelompok lain
tersebut menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini dilakukan terus
sampai semua kelompok sudah berkesempatan memberi dan menjawab
pertanyaan. Penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik pada saat
diskusi dan pada saat kuis dengan melihat peta prestasi. Kelompok yang
memiliki paling banyak bintang pada peta prestasi dialah pemenangnya
dan berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Bagi kelompok yang
belum mendapatkan hasil yang optimal diberi motoivasi agar lebih baik
lagi. Kegiatan selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap materi
yang telah disampaikan dengan diselingi tanya jawab dengan siswa dari
materi yang telah dipelajari, untuk mengasah kemampuan berpikir kritis
siswa. setelah guru selesai memberikan penguatan materi, kemudian
siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang belum
dipahami berkaitan dengan pembelajaran pada hari ini. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
membagikan soal evaluasi (lampiran 7 halaman 174) untuk melihat
kemampuan berpikir kritis siswa secara individu.
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu guru
memberikan motivasi kepada siswa dan berpesan kepada siswa untuk
mempelajari kembali di rumah materi yang telah dipelajari pada
pertemuan ini. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 04
April 2012. Pada pertemuan ini akan mengulangi kembali materi yang
telah disampaikan pada siklus I yaitu: jenis masalah sosial, bentuk
masalah sosial (penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, kenakalan
remaja, kelangkaan barang kebutuhan, pencemaran lingkungan dan
kejahatan).
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengawali pembelajaran
dengan salam pembuka kemudian dilanjutkan dengan berdoa terlebih
dahulu, setelah diteruskan denagan kegiatan presensi. Guru terlebih
dahulu mengkondisikan siswa agar siap untuk melaksanakan
pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan kepada siswa mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini. Setelah itu
guru menyampaikan apersepsi dengan bercerita menggunakan media
boneka tangan. Boneka tangan yang digunakan merupakan boneka
binatang yang terdiri dari gajah, kodok, kuda. Dengan menggunakan
media boneka tangan tersebut guru bercerita mengenai masalah sosial
mendengarkan cerita karena mereka tertarik dengan media yang
digunakan oleh guru. Di dalam bercerita guru juga melakukan
komunikasi dengan siswa agar tercipta pembelajaran yang komunikatif.
Pada kegiatan eksplorasi guru melakukan tanya jawab mengenai materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumya dan materi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
disampaikan pada pertemuan ini. Tanya jawab ini dimaksudkan untuk
menggali pengetahuan siswa mengenai materi serta melihat kemampuan
siswa dalam berpikir kritis. Pada kegiatan tanya jawab ini terlihat siswa
sudah dapat merespon pertanyaan dari guru dengan baik.
Pada kegiatan inti guru terlebih dahulu memberikan penjelasan
awal berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Guru memberikan
penjelasan yang diselingi dengan tanya jawab dengan siswa. Tanya
jawab ini dimaksudkan untuk menggali pengetahuan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari serta mengasah kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengemukakan peryataan-
peryataan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Setelah guru
memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan dipelajari
kemudian siswa yang telah berkelompok diberikan tugas untuk
mendiskusikan masalah sosial yang ada di dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS) (lampiran 7 halaman 179-182). Siswa yang telah mendapatkan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian dibimbing untuk melakukan
kegiatan diskusi untuk memecahkan masalah di dalam Lembar Kerja
Siswa (LKS) tersebut. Lembar kerja siswa ini hampir sama dengan
Lembar Kerja Siswa pada siklus II pertemuan pertama yang berisi
beberapa artikel yang berasal dari koran, hanya berbeda masalah saja.
Siswa bertugas untuk membaca dan memahami masalah yang terjadi
dalam artikel tersebut, setelah siswa memahami isi dan mengetahui
masalah yang ada di dalam artikel kemudian siswa diorganisir untuk
mendiskusikan dengan kelompoknya untuk mengungkapkan penyebab
masalah dan upaya mengatasi masalah tersebut. Dalam kegiatan diskusi
ini guru berperan sebagai fasilitator dan memberi bimbingan kepada
siswa dalam kegiatan dikusi serta memberikan bimbingan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan. Disini terlihat bahwa siswa sudah
dapat mengerjakan tugas bersama dan melakukan kegiatan diskusi
dengan baik. Dalam kegiatan diskusi ini siswa sudah memahami peran
dan tugasnya sebagai anggota kelompok. Selain memberikan bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
guru juga melakukan kegiatan observasi kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan masalah dan berkerjasama dengan
kelompoknya, dengan mengisi lembar observasi kemampuan berpikir
kritis yang telah tersedia (lampiran 11 halaman 203-205).
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya
selajutnya perwakilan dari masing-masing kelompok maju di depan
kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya atau melakukan orasi
berdasarkan hasil pekerjaan dari kelompoknya. Kelompok yang lain
bertugas untuk menanggapi dengan mengemukakan jawaban dari
kelompoknya. Untuk meningkatkan keterampilan bertanya dan
menjawab pertanyaan guru mengadakan permainan kecil sama dengan
pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
membuat pertanyaan dan kemudian dilemparkan pada kelompok lain
untuk dijawab. Bagi kelompok yang dapat menjawab akan mendapatkan
poin. Kelompok yang sudah diberikan pertanyaan kemudian bertugas
memberikan pertanyaan pada kelompok lain, kemudian kelompok lain
tersebut menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini dilakukan terus
sampai semua kelompok sudah berkesempatan memberi dan menjawab
pertanyaan. Penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik pada saat
diskusi dan pada saat kuis dengan melihat peta prestasi. Kelompok yang
memiliki paling banyak bintang pada peta prestasi dialah pemenangnya
dan berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Bagi kelompok yang
belum mendapatkan hasil yang optimal diberi motoivasi agar lebih baik
lagi. Kegiatan selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap materi
yang telah disampaikan dengan diselingi tanya jawab dengan siswa dari
materi yang telah dipelajari, untuk mengasah kemampuan berpikir kritis
siswa. setelah guru selesai memberikan penguatan materi, kemudian
siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang belum
dipahami berkaitan dengan pembelajaran pada hari ini. Guru
membagikan soal evaluasi (lampiran 7 halaman 186) untuk melihat
kemampuan berpikir kritis siswa secara individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu guru
memberikan motivasi kepada siswa dan berpesan kepada siswa untuk
mempelajari kembali di rumah materi yang telah dipelajari pada
pertemuan ini. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui adanya
perkembangan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II. Observasi ini
dilakukan untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa (lampiran 17
halaman 221-222), kemampuan berpikir kritis siswa (lampiran 11 halaman
203-205), serta kinerja guru dalam pembelajaran (lampiran 20 halaman 231-
233). Dalam kegiatan observasi peneliti berkerja sama dengan guru kelas
yang bertindak sebagai observer. Observasi dilakukan dengan mengisi
lembar observasi dan dengan berpedoman pada pedoman pengisian lembar
observasi.
Dari hasi observasi aktivitas siswa siklus II (lampiran 17 halaman
221-222) diketahui bahwa:
a) Siswa dapat mematuhi tata tertib selama proses pembelajaran berlangsung
dengan sangat baik.
b) Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
c) Ketika guru memberikan penjelasan atau menyampaikan materi
pembelajaran siswa sudah memperhatikan dengan baik.
d) Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah terlibat secara aktif.
e) Siswa sudah menunjukkan peningkatan dalam keberanian bertanya,
menjawab pertanyaan maupun berpendapat dengan baik.
f) Interaksi yang komunikatif antara siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa sudah sangat baik.
g) Siswa terlihat sudah terbiasa dalam berkerja kelompok dan sudah
memahami tugasnya sebagai anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
h) Dalam memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran siswa sudah
menggunakannya dengan sangat baik.
i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi sudah baik.
j) Kemandirian siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru juga
sudah sangat baik.
Observasi juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan
kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil observasi kemampuan berpikir
kritis siswa pada siklus II (lampiran 11 halaman 203-205) diketahui bahwa:
a) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
sudah baik.
b) Siswa sudah dapat menjaga kondisi berpikirnya dengan berkonsentrasi
dan memperhatikan dengan baik ketika pembelajaran berlangsung.
c) Dalam bertanya dan menjawab pertanyaan sudah baik.
d) Siswa sudah baik dalam memberikan penjelasan sederhana dan
penjelasan lanjut.
e) Kemampuan memberikan alasan sudah baik.
f) Dalam menjawab pertanyaan siswa sudah dapat menggunakan sedikit
dugaan.
g) Siswa sudah dapat menyatakan hal-hal yang umum dengan baik.
h) Siswa sudah dapat menyatakan hal-hal yang khusus dengan baik
i) Kemampuan siswa dalam mengungkap masalah sudah baik.
j) Dalam membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan
masalah akibat dan fakta sudah baik.
k) Kemampuan dalam mengidentifikasi istilah dan mengembangkan suatu
definisi sudah baik.
l) Siswa sudah dapat merumuskan dan mempertimbangkan solusi dari
permasalahan yang diberikan pada saat diskusi dengan baik.
m) Siswa sudah baik dalam menyebutkan contoh.
n) Dalam mengkonstruksi argumen dan menggunakannya sudah baik.
o) Ketika menunjukan hasil diskusinya di depan kelas dengan orasi siswa
dapat melakukan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari hasil observasi kinerja guru siklus II (lampiran 20 halaman 231-
233) saat pembelajaran diketahui bahwa:
a) Dalam mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP (RPP)
(lampiran 7 halaman 148-166), mempersiapkan ruang belajar serta
memerikasa kesiapan siswa guru sudah melaksanakan dengan sangat baik.
b) Dalam menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran sudah baik.
c) Pada kegiatan inti guru sudah baik dalam menunjukan penguasaan materi
pembelajaran menunjukan adanya peningkatan dari siklus I.
d) Dalam penyampaian materi sudah dilakukan guru dengan baik dan
menyesuaikan dengan karakteristik dari siswa.
e) Guru sudah baik dalam melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai.
f) Guru sudah sangat baik dalam melaksanakan pembelajaran dengan runtut
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
g) Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
h) Dalam mengajar guru telah menggunakan metode yang bervariasi,
ceramah, demonstrasi, penugasan, unjuk kerja, dan diskusi dengan sangat
baik.
i) Guru sudah sangat baik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif.
j) Guru sudah sangat baik dalam menumbuhkan partisipasi aktif dan kritis
siswa.
k) Proses pembelajaran sudah menumbuhkan keceriaan dan atusiasme dalam
mengajar.
l) Guru menunjukan respon terbuka kepada siswa yang menanggapi,
memberikan peryataan atapun pertanyaan dengan sangat baik.
m) Guru sudah menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam
menyampaikan materi.
n) Pada kegiatan akhir guru sudah melakukan penilaian akhir yang sesuai
dengan kompetensi (tujuan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
o) Guru sudah melakukan refleksi atau membuat kesimpulan dengan
melibatkan siswa.
d. Refleksi
Dari hasil perbandingan hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 17
halaman 221-222), kinerja guru (lampiran 20 halaman 231-233) serta
kemampuan berpikir kritis siswa (lampiran 11 halaman 203-205) dapat
diketahui adanya peningkatan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat
meningkat yakni 3,65 kategori sangat baik, siswa sudah terlibat aktif di
dalam pembelajaran. Kinerja guru selama pembelajaran juga mengalami
peningkatan yakni 3,63 kategori sangat baik. Kemampuan berpikir kritis
siswa juga mengalami peningkatan yang sangat baik.
Peningkatan tersebut dapat dilihat bahwa pada siklus II (lampiran 14
halaman 213-217) siswa yang memperoleh nilai 50-57 ada 1 siswa, nilai 58-
65 ada 2 siswa, nilai 66-73 ada 1 siswa, nilai 74-81 ada 9 siswa, nilai 82-89
ada 7 siswa, nilai 90-97 ada 4 siswa. Nilai rata-rata juga mengalami
peningkatan menjadi 79,83, ketuntasan 87,5%, nilai tertinggi 92, 5 dan nilai
terendah 50,25.
Adapun hasil pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 7
dan grafik pada gambar 8 berikui ini:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang
Masalah Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Siklus
II
Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai
tengah (xi) fixi
Persentase
(%)
50-57 1 53,5 53,5 4,17
58-65 2 61,5 123 8,33
66-73 1 69,5 69,5 4,17
74-81 9 77,5 697,5 37,5
82-89 7 85,5 598,5 29,16
90-97 4 93,5 374 16,67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Jumlah 24 441 1916 100
Nilai rata-rata = 1916 : 24=79,83
Ketuntasan klasikal = 21 : 24 X 100% = 87,5%
Nilai tertinggi = 92,5
Nilai terendah = 50,25
Dari tabel 7 distribusi frekuensi nilai kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran IPS tentang masalah sosial siswa kelas IV SD Negeri 02
Temuwangi pada siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 8
sebagai berikut:
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada Siklus II
Perkembangan nilai kemampuan berpikir kritis siswa dalam tentang
masalah sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada siklus I dan siklus
II dapat digambarkan pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Siklus I sampai Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 44,5 50,25
Nilai tetinggi 83,75 92,5
Rata-rata nilai 68,17 79,83
Ketuntasan klasikal (%) 66,67 87,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari tabel 8 perkembangan nilai kemampuan berpikir kritis siswa dalam
tentang masalah sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi pada siklus I
dan siklus II diatas dapat disajikan dalam grafik pada gambar 9 sebagai berikut:
Gambar 9. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Siklus I Sampai Siklus II.
Dari grafik pada gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
dari siklus I. Nilai terendah siklus I 44,5 sedangkan nilai terendah pada siklus II
50,5. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari 83,75 pada siklus I menjadi
92,5 pada siklus II. Rata-rata nilai meningkat dari 68,17 pada siklus I menjadi
79,83. Ketuntasan klasikal meningkat dari 66,67% pada siklus I menjadi 87,5
pada siklus II.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari data yang diperoleh, dapat dilihat
adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 02
dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning. Peningkatan nilai
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran I
apat dilihat pada tabel 9 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 9. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II.
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 30 44,5 50,25
Nilai tetinggi 73,5 83,75 92,5
Rata-rata nilai 54,83 68,17 79,83
Ketuntasan klasikal (%) 41,67 66,67 87,5
Dari tabel 9 perkembangan nilai kemampuan berpikir kritis dari pra siklus,
siklus I dan siklus II diatas dapat disajikan ke dalam grafik pada gambar 10 seperti
berikut:
Gambar 10. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dari Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II.
1. Kondisi awal
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal
peneliti melakukan kegiatan pra siklus yang meliputi tes dan observasi
kemampuan berpikir kritis siswa (lampiran 12 halaman 206-207). Dari kegiatan
tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai 30-37 ada 3 siswa, nilai 38-45
ada 5 siswa, nilai 46-53 ada 3 siswa, nilai 54-61 ada 2 siswa, nilai 62-69 ada 8
siswa, nilai 70-77 ada 3 siswa. Nilai terendah kemampuan berpikir kritis siswa
30, nilai tertinggi 73,5, nilai rata-rata 54,83. Siswa belum mencapai KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
sebanyak 14 siswa atau sebesar 58,33%, siswa yang sudah mencapai KKM
sebanyak 10 siswa atau sebesar 41,67%.
Pada kondisi awal aktivitas siswa terlihat masih rendah. Siswa terlihat
belum aktif dalam pembelajaran. dalam pembelajaran guru masih terlihat
dominan dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru masih
menggunakan model mengajar yang konvensional. Kemampuan berpikir kritis
siswa masih rendah, siswa cenderung mendengarkan uraian dari guru saja.
Terlihat masih banyak siswa yang belum dapat mengkondisikan berpikirnya dan
kurang fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
2. Siklus I
Siklus I dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, berdasarkan tes dan
observasi yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama dan kedua (lampiran
13 halaman 208-212) diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pada siklus I pertemuan pertama diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai
43-49 ada 1 siswa, nilai 50-56 ada 6 siswa, nilai 57-63 ada 1 siswa, nilai 64-
70 ada 5 siswa, nilai 71-77 ada 6 siswa, nilai 78-84 ada 5 siswa. Rata-rata
yang diperoleh pada sikus I pertemuan pertama ini adalah 67. Nilai terendah
43,5 dan nilai tertinggi 84. Siswa yang mendapai nilai di bawah KKM
sebanyak 8 siswa atau sebesar 33,33%, siswa yang sudah mencapai KKM
sebanyak 16 siswa atau sebesar 66,67%.
b. Pada siklus I pertemuan kedua diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
45-51 ada 4 siswa, nilai 52-58 ada 1 siswa, 59-65 ada 4 siswa, 66-72 ada 3
siswa, 73-79 ada 6 siswa, 80-86 ada 6 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh
pada siklus I pertemuan pertama ini adalah 69,00. Nilai terendah 45,5 dan
nilai tertinggi 86. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 7 siswa
atau sebesar 29,17%, siswa yang sudah mencapai KKM ada 17 siswa atau
sebesar 70,83%.
Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua adalah 68,17. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
8 siswa atau sebesar 33,33%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM ada 16 siswa atau sebesar 66,67%.
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I (lampiran 16 halaman
219-220) diketahui sebagai berikut:
a) Siswa sudah mematuhi tata tertib di dalam kelas dengan sangat baik.
b) Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah baik.
c) Siswa dalam memperhatikan guru saat memberikan penjelasan masih
kurang, masih ada siswa yang sibuk sendiri dan kurang berkonsentrasi.
d) Siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran dengan baik.
e) Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan
pendapat masih belum maksimal dan perlu ditingkatkan.
f) Interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa sudah
berlangsung dengan sangat baik.
g) Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan tugas kelompok masih kurang.
h) Siswa sudah dapat memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran dengan
cukup baik.
i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan soal masih perlu ditingkatkan.
j) Kemandirian siswa dalam mengerjakan, memahami pertanyaan yang ada
dalam soal evaluasi sudah cukup baik.
Dari hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa siklus I (lampiran
10 halaman 200-202) secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pada siklus I
belum maksimal. Hal ini dapat dilihat bahwa:
a) Dalam mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan secara keseluruhan
sudah cukup baik, walaupun dalam memahami pertanyaan dalam soal
evaluasi maupun Lembar Kerja Siswa (LKS) siswa terlihat masih mengalami
kesulitan dan perlu bimbingan guru.
b) Kemampuan siswa dalam mengkondisikan berpikirnya keseluruhan sudah
cukup baik walaupun ada beberapa siswa yang masih kurang.
c) Kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan sudah cukup baik,
walaupun ada beberapa siswa yang belum maksimal dan masih perlu
ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
d) Kemampuan dalam memberikan penjelasan sederhana dan lanjut sudah
cukup baik.
e) Kemampuan menyatakan pendapat siswa sudah cukup baik dalam
memberikan alasan.
f) Melibatkan dugaan dalam menjawab pertanyaan sudah cukup baik.
g) Menyatakan hal-hal yang bersifat umum perlu cukup baik.
h) Menyatakan hal-hal yang bersifat khusus dengan cukup baik.
i) Kemampuan mengungkap masalah yang diberikan oleh guru dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS) cukup baik akan tetapi masih perlu bimbingan.
j) Siswa sudah cukup baik dalam membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan masalah, akibat dan fakta.
k) Dalam mengidentifikasi suatu definisi siswa cukup baik akan tetapi masih
perlu ditingkatkan.
l) Kemampuan siswa dalam merumuskan dan mempertimbangkan solusi masih
kurang.
m) Siswa sudah dapat menyebutkan contoh dengan baik.
n) Kemampuan mengkonstruksi argumen dan menggunakan argumen masih
perlu ditingkatkan.
o) Kemampuan menunjukan posisi, orasi maupun tulisan siswa masih kurang,
belum maksimal dan terlihat canggung.
3. Siklus II
Seperti halnya siklus pertama pada siklus kedua ini dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan. Dari hasil tes serta observasi pada siklus II
(lampiran 14 halaman 213-217) diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Pada siklus II pertemuan pertama diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai
48-55 ada 1 siswa, nilai 56-63 ada 2 siswa, nilai 64-71 ada 1 siswa, nilai 72-
79 ada 10 siswa, nilai 80-87 ada 4 siswa, nilai 88-95 ada 6 siswa. Nilai rata-
rata yang diperoleh adalah 78,16, nilai tertinggi 90,5, nilai terendah 48.
Siswa yang belum mencapai KKM ada 3 siswa atau sebesar 12,5%, siswa
yang sudah mencapai KKM sebanyak 21 siswa atau sebesar 87,5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2) Pada siklus II pertemuan kedua diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai
52-59 ada 1 siswa, nilai 60-67 ada 2 siswa, nilai 68-75 ada 1 siswa, nilai 76-
83 ada 6 siswa, nilai 84-91 ada 11 siswa, nilai 92-99 ada 3 siswa. Nilai rata-
rata yang diperoleh adalah 82,50, nilai tetinggi 95,5 nilai terendah 52,5.
Siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa atau sebesar 12,5%,
siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 21 siswa atau sebesar 87,5%.
Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua adalah 79,83. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada
3 siswa atau sebesar 12,5%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM ada 21 siswa atau sebesar 87,5%.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa siklus II (lampiran 17
halaman 221-222) terlihat adanya peningkatan sebagai berikut:
a) Siswa dapat mematuhi tata tertib selama proses pembelajaran berlangsung
dengan sangat baik.
b) Antusias dalam mengikuti pembelajaran sangat baik.
c) Ketika guru memberikan penjelasan atau menyampaikan materi
pembelajaran siswa sudah memperhatikan dengan baik.
d) Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah terlibat secara aktif.
e) Siswa sudah menunjukkan peningkatan dalam keberanian bertanya,
menjawab pertanyaan maupun berpendapat dengan baik.
f) Interaksi yang komunikatif antara siswa dengan guru maupun siswa dengan
siswa sudah sangat baik.
g) Kerjasama siswa dengan anggota kelompok sudah baik.
h) Siswa sudah memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran dengan
sangat baik.
i) Kesiapan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi sudah baik.
j) Kemandirian siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru juga
sudah sangat baik.
Dari hasi observasi kemampuan berpikir kritis siklus II (lampiran 11
halaman 203-205) diketahui bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
sudah baik.
b) Kemampuan siswa dalam mejaga kondisi berpikirnya sudah baik.
c) Kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan sudah baik.
d) Siswa sudah baik dalam memberikan penjelasan sederhana dan lanjut.
e) Kemampuan memberikan alasan sudah baik.
f) Dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan sedikit dugaan sudah
baik.
g) Siswa sudah dapat menyatakan hal-hal yang umum dengan baik.
h) Siswa sudah dapat menyatakan hal-hal yang khusus dengan baik.
i) Kemampuan siswa dalam mengungkap masalah sudah baik.
j) Dalam membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan masalah
akibat dan fakta sudah baik.
k) Kemampuan dalam mengidentifikasi istilah dan mengembangkan suatu
definisi sudah baik.
l) Kemampuan merumuskan dan mempertimbangkan solusi dari permasalahan
yang diberikan pada saat diskusi sudah baik.
m) Kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh sudah baik.
n) Dalam mengkonstruksi argumen dan menggunakannya sudah baik.
o) Ketika menunjukan hasil diskusinya di depan kelas dengan orasi sudah baik.
4. Hubungan antara kondisi awal, siklus I dan siklus II
Berdasarkan pengamatan dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS pada
problem based
learning.
Peningkatan nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada
n siklus II
dapat dilihat pada grafik-grafik berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a. Peningkatan nilai terendah
Peningkatan nilai terendah kemampuan berpikir kritis siswa pada pra siklus,
siklus I dan siklus II dapat disajikan pada grafik gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
b. Nilai tertinggi
Peningkatan nilai tertinggi kemampuan berpikir kritis siswa pada
pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan dengan grafik pada gambar
12 sebagai berikut:
Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Tertinggi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
c. Peningkatan nilai rata-rata
Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan pada grafik gambar 13
sebagai berikut:
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
d. Peningkatan ketuntasan klasikal
Peningkatan ketuntasan klasikal kemampuan berpikir kritis siswa
pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan pada grafik gambar 14
sebagai berikut:
Gambar 14. Grafik Peningkatan Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
e. Peningkatan aktivitas dan kinerja guru
Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada siklus I dan siklus
II dapat disajikan dengan tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Peningkatan Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Skor
Siklus I Siklus II
I II Rata-rata I II Rata-rata
Aktivitas
siswa 2,80 3,50 3,15 3,60 3,70 3,65
Kinerja guru 3,33 3,47 3,4 3,53 3.73 3,63
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa
meningkat dari siklus I (lampiran 16 halaman 219-220) pada pertemuan
pertama dengan skor 2,80 dengan kategori baik, pada pertemuan kedua
menjadi 3,50 dengan kategori sangat baik dengan rata-rata skor pertemuan
pertama dan kedua 3,15 dengan kategori baik. Pada siklus II (lampiran 17
halaman 221-222) pertemuan pertama skor yang diperoleh adalah 3,60
dengan kategori sangat baik, pada pertemuan kedua 3,70 dengan kategori
sangat baik, dengan rata-rata skor siklus pertama dan kedua 3,65 dengan
kategori sangat baik. Kinerja guru juga mengalami peningkatan pada siklus I
(lampiran 19 halaman 228-230) pertemuan pertama skor yang diperoleh
adalah 3,33 dengan kategori baik, pada pertemuan keduan 3,47 dengan
kategori baik dengan rata-rata skor pertemuan pertama dan kedua 3,4 dengan
kategori baik. Pada siklus II kinerja (lampiran 20 halaman 231-233) guru
meningkat pada pertemuan pertama skor yang diperoleh adalah 3,53,
pertemuan kedua 3,73 dengan rata-rata skor 3,63.
Banyak hambatan-hambatan yang ditemui selama peneliti
melakukan tindakan. Hambatan yang peneliti temui antara lain dalam
pengelolaan kelas yang belum sepenuhnya baik pada pertemuan pertama,
menciptakan suasana yang kondusif serta memberikan stimulus pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
untuk berpikir kritis. Akan tetapi peneliti berusaha untuk selalu memperbaiki
di setiap tindakan agar sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Dalam
mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui selama pelaksanaan tindakan
peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas untuk mencari jalan keluar
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Adapun satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
menerapkan model pembelajaran problem based learning. Hal ini sesuai atau
logis dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto bahwa problem based
learning mempunyai manfaat mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, keterampilan itelektual (Bab II Halaman 25).
Dalam pembelajaran problem based learning siswa diajak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan memecahkan masalah
yang ditemuinya, guru disini berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan
dan membimbing siswa agar dapat mengasah kemampuan berpikirnya
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Rusman, yang mengungkapkan bahwa peran guru
dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyiapkan perangkat berpikir
siswa, menekankan belajar kooperatif, memfasilitasi pembelajaran kelompok
kecil dalam pembelajaran berbasis masalah (Bab II halaman 24). Model
pembelajaran problem based learning merupakan pembelajaran berbasis
masalah yang menekankan siswa untuk mencari solusi dari suatu masalah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tan, bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu inovasi model pembelajaran
pembelajaran karena di dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan
berpikir siswa betul-betul dioptimalikan melalui kerja kelompok atau tim
yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara kesinambungan (Bab II
halaman 22).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
siswa kelas IV SD Negeri 02 Temuwangi Kecamatan Pedan Kabupaten
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam
dua siklus pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan menerapakan model pembelajaran problem based
learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS
Temuwangi tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada kondisi awal atau
pra siklus nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 54,83 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 41,67%. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
siswa meningkat menjadi 68,17 dan ketuntasan klasikal sebesar 66,67%. Pada
siklus II nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 79,83 dan
ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS materi
2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS
ajaran 2011/2012. Sehubungan dengan hasil penelitian ini dapat dikemukakan
implikasi dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan pada guru bahwa dengan menerapakan model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87 2. Melalui penerapan model problem based learning dapat melatih siswa untuk
belajar memecahkan masalah, berpendapat, berkerjasama dengan kelompok,
sehingga siswa lebih aktif di dalam pembelajaran.
3. Menunjukan bahwa pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat
menentukan hasil dari pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran
yang tepat akan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan mencapai
tujuan yang diharapkan. Salah satu model yang tepat pada pembelajaran IPS
pembelajaran problem based learning. melalui pembelajaran ini siswa dilatih
untuk memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
4. Menunjukan bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based
learning dalam pembelajaran IPS, siswa dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran. Sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa akan terasa lebih
bermakna dan tidak hanya sekedar hafalan.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 02 Temuwangi antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan sosialisasi maupun pelatihan pada guru
berkaitan dengan model pembelajaran problem based learning agar proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan
keprofesionalanya dengan selalu terbuka dengan inovasi-inovasi model
pembelajaran. Sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu inovasi model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran problem
based learning. melalui model pembelajaran problem based learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
siswa dilatih untuk memecahkan masalah, berpendapat dan berinteraksi
dengan temannya melalui kerja kelompok atau diskusi. Sehingga dapat
menciptakan suasana yang komunikatif baik siswa dengan guru maupun
siswa dengan siswa. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan, motivasi dan kemampuan
berpikir kritis siswa.
b. Hendaknya guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan
aktif baik dalam pembelajaran. Sehingga siswa ikut terlibat dalam
memperoleh pengetahuannya.
c. Hendaknya guru menggunakan model yang tepat dalam pembelajaran
IPS agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu inovasi
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS
problem based
learning. Di dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk memecahkan
masalah serta mendayagunakan kemampuan berpikir kritisnya dalam
mencari solusi dari masalah-masalah yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna.
3. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa dapat berperan lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran.
b. Hendaknya siswa dapat menciptakan interaksi yang baik dengan guru
maupun dengan siswa lainnya. Sehingga tercipta interaksi multi arah.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain
yang hendak mengkaji permasalahan yang sama. Peneliti menyadari bahwa
penelitian ini masih banyak kekurangan. Untuk itu bagi peneliti yang hendak
mengakaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat, kreatif dan lebih
luas lagi dalam mengkaji teori-teori yang berkaitan model pembelajaran
problem based learning (variabel X) dan kemampuan berpikir kritis (variabel
Y) agar dapat melengkapi kekurangan pada penelitian ini dan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
top related