upaya pembentukan kemandirian belajar anak yatim...
Post on 02-Nov-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
LUKLUUM MAKNUN
NIM: 111-12-245
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan naskah skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa.
Nama : Lukluum Maknun
NIM : 111-12-245
Judul : UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
untuk ditujukan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 20 Februari 2017
Pembimbing,
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga Telp. (0298) 323706
Website : www.iainsalatiga.ac.id e-mail : administrasi@stainalatiga.ac.id
iv
SKRIPSI
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK
YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG
Oleh
LUKLUUM MAKNUN
NIM : 11112245
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut
Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal Maret 2017 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd ..........................................
Sekertaris Penguji : Dr. Muna Erawati, M.Si ..........................................
Penguji I : Dr. Miftahuddin, M.Ag ..........................................
Penguji II : Drs. Wahyudhiana, M.M.Pd ..........................................
Salatiga, 22 Maret 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 kode Pos 50721 Salatiga
Website : http://iainsalatiga.ac.id e-mail : administrasi@stainalatiga.ac.id
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Lukluum Maknun
NIM : 111-12-245
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Februari 2017
vi
MOTTO
ر فى علم اللة إىتدى بو الى سائر العلوم من ت بح
“Barang siapa yang menguasai ilmu alat (Nahwu Sharaf) maka ia akan mendapatkan
petunjuk untuk mencapai ilmu-ilmu yang lain”
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak H. Aziz Muslikhin S.Pd dan Ibu Hj. Siti Karimah S.Pd.i yang senantiasa
memberikan nasehat dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati
kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk
menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.
2. Adik tersayang Laily Ikrima dan Ahmad Lubab Al-Farih yang selalu
memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Keluarga Besarku yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a.
4. Keluarga Besar RA Az-zahra yang telah membimbing dan memberikan
inspirasi kepadaku.
5. Seluruh sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.
6. Keluarga PAI G, Keluarga PPL MTS N Salatiga dan Kelompok KKN yang
telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBENTUKAN
KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN
AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Ibu Muna Erawati S.Psi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
ix
7. Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang telah memberikan ijin
serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di tempat tersebut.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 20 Februari 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Maknun, Lukluum. 2017. “Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak
Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang”. Skripsi
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing : Dr.Muna Erawati, S.Psi, M.Si.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Anak Yatim Putri, Panti Asuhan
Kehidupan anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang
Kab.Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa status subjek
penelitian berusia anak-anak, berjenis kelamin putri dan tidak memiliki sosok
ayah menjadikan betapa rentannya terhadap persoalan sosial. Seorang individu
untuk tumbuh kembang secara baik memerlukan materil, emosional, sosial dan
spiritual dari kedua orang tuanya. Ketika anak yatim putri panti asuhan ini
kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah permasalahan sosial dan
psikologis, antara lain: 1). Bagaimana kondisi sosial emosional anak yatim putri
Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 2). Bagaimana upaya panti dalam pembentukan
kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 3). Apa
saja hambatan pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan
Aisyiyah Tuntang? Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab
perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok. Melalui
panti asuhan anak yatim putri dididik, dibina dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka
kehadiran peneliti di lapangan sangatlah penting. Data yang terbentuk kata-kata
diperoleh dari informan sedangkan data tambahan diperoleh dari dokumen.
Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang ada kemudian melakukan
reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan data.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kondisi sosio-emosional anak
yatim putri. a). Perkembangan sosio-emosional anak-anak (6-12) belum stabil,
disebabkan lingkungan karena penyesuaian diri pada situasi baru yang ada
dikehidupannya. Kondisi sosial ditandai dengan adanya perluasan hubungan, ia
mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya. Remaja (13-18) b).
perkembangan emosional remaja sudah stabil. Perkembangan sosial ditandai
dengan banyaknya kegiatan sosial yang diikuti, sehingga dapat menilai karakter
sosial temannya. 2. Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak yatim putri
ada dua cara yaitu Memberikan pendidikan agama Islam dan Keterampilan
kepada anak sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri. 3. Hambatan
pengurus dalam membentuk kemandirian belajar anak yatim putri panti asuhan
Aisyiyah Tuntang antara lain: a). Kurangnya pemahaman dalam menerima materi
belajar b). Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelajaran c). Kurangnya
efisiensi waktu dalam beraktifitas sehingga anak yatim putri sulit membagi waktu
antara kegiatan panti dengan kegiatan sekolah.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. v
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 9
F. Penegasan Istilah .................................................................... 11
G. Metode Penelitian .................................................................... 16
H. Sistematika Penulisan .............................................................. 26
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 27
A. PANTI ASUHAN .................................................................... 27
xii
1. Pengertian Panti Asuhan .................................................... 27
2. Landasan Hukum Didirikannya Panti Asuhan .................. 28
3. Tujuan Panti Asuhan ......................................................... 31
4. Fungsi Panti Asuhan .......................................................... 32
B. Anak Yatim .............................................................................. 33
1. Pengertian Anak Yatim ...................................................... 33
2. Batasan Usia Anak Yatim ................................................. 34
3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim ............................ 35
C. Kemandirian Belajar ................................................................ 38
1. Pengertian Kemandirian Belajar ....................................... 38
2. Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar ................................ 40
3. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar ........................................... 41
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar ............. 52
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN .............................................. 58
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ....... 58
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah .............. 58
2. Tujuan Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah .............. 59
3. Letak Geografis ................................................................ 60
4. Visi Dan Misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah ..................... 61
5. Tata Tertib Dan Peraturan Panti Asuhan Putri Aisyiyah .. 61
6. Sarana Dan Prasarana ....................................................... 66
7. Struktur Organisasi ........................................................... 67
8. Anggaran Dana ................................................................ 68
xiii
9. Anggota Binaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah ................. 69
10. Sumber Data ...................................................................... 71
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 75
A. Kondisi Sosio-Emosional Dan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri
PA Aisyiyah ............................................................................ 75
1. Anak-Anak ....................................................................... 75
2. Remaja .............................................................................. 80
B. Upaya Panti Asuhan Dalam Membentuk Kemandirian Belajar Anak
Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang .......................... 85
1. Pendidikan Agama (Islam) ............................................... 86
2. Pendidikan Moral (Akhlak) .............................................. 87
3. Keterampilan-Keterampilan ............................................. 89
C. Hambatan Yang Diperoleh Dalam Pembentukan Kemandirian Belajar
Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang ................ 100
BAB V PENUTUP .................................................................................... 102
A. Kesimpulan .............................................................................. 102
B. Saran ....................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Transkip Wawancara
8. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah pembimbing pertama dan utama, karena dari keluarga
anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan untuk menanamkan
kemandirian dalam dirinya yang penting bagi perkembangan pribadi maupun
psikologis anak. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua
melalui pendidikan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama yang
diterima anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan kemandirian
anak. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar anak dalam keluarga.
Hal ini disebabkan pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap
pendidikan anak selanjutnya, dan hasil pendidikan dari orang tua sangat
menentukan perkembangan anak dimasa depan.
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
2
(perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahrim:6)
Setiap anak pastilah menginginkan memiliki keluarga yang
sempurna, dimana dalam satu keluarga terdapat seorang kepala keluarga
yang sering disebut ayah, terdapat sosok seorang perempuan lembut dan
penuh dengan kasih sayang kepada semua anggota keluarga yang tidak
lain adalah ibu dan seorang buah hati atau anak. Tetapi dalam kenyataan
yang terjadi di masyarakat tidak semua anak memiliki keluarga yang
sempurna yang dapat membimbing, mengarahkan dan memberikan
pengawasan secara langsung dari kedua orang tuanya.
Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adanya salah satu
orang tuanya telah tiada, kedua orang tuanya telah meninggal dunia atau
mereka memiliki kedua orang tua, namun kedua orang tuanya memiliki
kehidupan perekonomian terbatas, sehingga mereka hidup tanpa
bimbingan orang tua. Karena itulah mereka dituntut untuk memiliki
kemandirian dalam belajar tanpa bimbingan orang tuanya.
Herman Holstein (1987: 5) berpendapat bahwa dengan
kemandirian belajar bukan berarti bahwa setiap anak belajar secara
individualistik, bahkan sebaliknya, situasinya dibina untuk belajar
kelompok dan setiap anak menjadi partner bagi temannya. Kemandirian
belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa
belajar sendiri maupun belajar kelompok. Sejauh ada motivasi dari diri
3
sendiri yang mendorong pada kegiatan belajar, di situlah terjadi
kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar, selain memperoleh
kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif yang tinggi, Ini
disebabkan karena anak terbiasa dalam menghadapi tugas serta mencari
pemecahan sendiri dengan menggali sumber-sumber belajar yang ada dan
berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menghadapi kesulitan
belajarnya.
Panti asuhan adalah salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak yang telah banyak membantu anak asuhnya dalam melaksanakan
kewajiban menuntut ilmu. Bukan hanya itu, Panti Asuhan juga
memberikan pendidikan agama, pengarahan dan pembinaan anak sebagai
pembentukan kemandirian anak agar menjadi anak yang mandiri tanpa
bergantung pada orang lain dan dapat membantu orang tuanya untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya. (Muntaha, 2012 : 2)
Anak-anak yang berada di suatu lembaga sosial atau panti asuhan
diharapkan untuk bisa mandiri dalam hal apapun baik dalam aktivitas
sehari - hari maupun belajar. Dengan belajar anak mampu mengetahui
segala sesuatu, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memiliki
kepribadian yang tangguh.
Belajar adalah kegiatan yang disengaja dan terarah untuk menuju
suatu tujuan. Kegiatan belajar dilakukan dengan kesadaran dan dilandasi
oleh beberapa pertimbangan yang matang. Tanpa kesadaran yang baik dan
aspek - aspek kejiwaan yang berkaitan, maka kegiatan belajar
4
kemungkinan kurang atau bahkan tidak akan memberi hasil yang
memuaskan. Di samping itu kondisi lingkungan, faktor kemauan dan
ketangguhan hati dari anak tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari anak
sendiri masih memerlukan bimbingan, pengarahan dan pengawasan dari
orang dewasa yang berada di panti asuhan tersebut.
Dalam membina anak asuh, panti asuhan mengadakan kegiatan-
kegiatan rutin, seperti pengarahan serta bimbingan. Di panti asuhan
mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan saja melainkan juga
mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang baik serta fasilitas-fasilitas
yang disediakan oleh panti asuhan. Selain itu Panti Asuhan juga
memberikan perhatian dengan memberikan kasih sayang serta nasihat-
nasihat yang bermanfaat. Tidak sekedar kasih sayang dan pendidikan saja
yang diberikan namun diajarkan juga bagaimana cara berwirausaha dan
mengembangkan bakat anak asuh dalam hal kesenian.
Fungsi panti asuhan adalah sebagai lembaga sosial yang dimana
anak-anak tercukupi kebutuhan sehari-hari, dilatih dan diberikan bekal
keterampilan sesuai apa yang anak asuh miliki. Panti asuhan didirikan agar
anak-anak dapat menjadi generasi penerus bangsa dan tumbuh menjadi
anak-anak yang cerdas dan mandiri. Panti asuhan mengajarkan anak
asuhnya untuk hidup mandiri dan berdisiplin waktu.
Pada umumnya masyarakat berharap pendidikan dan pengasuhan
di lembaga panti asuhan dapat menjamin tumbuh kembang anak dengan
baik mengingat pendidikan dan pengasuhan di panti asuhan lebih
5
sistematis (sebagaimana pendidikan di pesantren). Sejak awal status anak
yang berada di panti asuhan diprediksikan dapat menumbuhkan sikap
kemandirian yang lebih awal dibandingkan anak yang mempunyai orang
tua, sebab mereka terbiasa tidak dapat menggantungkan atau bergantung
sepenuhnya pada orang lain.
Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti
menjumpai adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar,
para penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan
mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi
waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan,
sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam belajar.
Berdasarkan paparan di atas penulis bermaksud mengungkapkan
bagaimana upaya pembentukan kemandirian belajar anak yatim dipanti
asuhan putri Aisyiyah Tuntang kab. Semarang. Selanjutnya penelitian ini
penulis tuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul “UPAYA
PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM DI
PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG ”.
A. Fokus Penelitian
Kehidupan anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kec.
Tuntang Kab. Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa
anak-anak di sana memiliki kondisi atau status sebagai anak tanpa ayah,
dan mereka hidup di Panti.
6
Status subjek penelitian yang berusia anak-anak, berjenis kelamin
putri dan tidak memiliki sosok bapak menjadikan betapa rentannya mereka
terhadap persoalan-persoalan sosial. Seorang individu untuk bertumbuh
kembang secara baik memerlukan materiil, emosional, sosial dan spiritual
dari kedua orang tuanya. Ketika anak-anak Putri Panti Asuhan ini
kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah permasalahan-
permasalahan sosial dan psikologis, untuk itu penelitian ini mengungkap, “
Bagaimana kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar anak yatim
putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang?”
Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab
perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok.
Sejauh ada motivasi dari diri sendiri yang mendorong pada kegiatan
belajar, di situlah terjadi kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar,
selain memperoleh kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif
yang tinggi. Melalui panti suhan anak-anak panti asuhan dididik, dibina
dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepercayaan diri
berdasarkan pengetahuan dan berbagai aktivitas yang dilakukan secara
terus menerus sehingga psikologis anak secara tidak langsung dapat
terbentuk. untuk itu penelitian ini mengungkap “Bagaimana peran Panti
Asuhan dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri di Panti
Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?”
7
Adapun kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti menjumpai
adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar, para
penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan
mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi
waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan
misalnya, sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam
belajar. Untuk itu penelitian ini mengungkap “Apa saja hambatan dalam
membentuk kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan
Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar
anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui Peran Panti Asuhan dalam membentuk kemandirian
belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang diperoleh dari tingkat
kemandirian belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
8
C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
b. Dapat dijadikan informasi-informasi awal untuk dilakukan kajian
lebih lanjut dalam rangka penyempurnaan karya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal
kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Sosial, Pemerintah Daerah,
Kecamatan atau Organisasi Aisyiyah sebagai penanggung jawab
keberadaan panti asuhan serta semua pihak yang terkait dengan
keberadaan panti asuhan.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan hal yang penting karena akan menjadi
acuan dasar dan sebagai pembeda terhadap penelitian yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Telaah pustaka ini peneliti ambil dari buku dan
penelitian-penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu
yang penulis jadikan telaah pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
9
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muntaha dengan judul
“Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Asuhan Darul
Hadlanah Blotongan Salatiga Tahun 2012.” Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam membentuk kemandirian
anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga
tahun 2012, Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam
pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah
Blotongan Salatiga tahun 2012 dan Untuk mengetahui solusi yang
ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan
kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan
Salatiga tahun 2012.
Perbedaan skripsi Muntaha dengan skripsi ini adalah skripsi
Muntaha menjelaskan pendidikan kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu
sedangkan penelitian ini menjelaskan pembentukan kemandirian belajar
anak yatim, skripsi Muntaha subjek penelitiannya adalah Anak-Anak
Yatim Piatu Putra maupun putri sedangkan dalam penelitian ini, subjek
penelitian ini hanyalah anak Putri saja. Muntaha meneliti upaya yang
dilakukan untuk melatih kemandirian, santri asuh diberi pendidikan yang
dibutuhkan di masyarakat yang sifatnya fisik, sedangkan dalam penelitian
yang akan dilakukan ini bahwa anak asuh di beri pendidikan kemandirian
eksrakurikuler berupa keterampilan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Putri Ariani dengan judul
“Upaya Pembinaan Kemandirian Di Panti Asuhan (Sinar Melati IV)
10
Berbah Sleman Yogyakarta Untuk Mempersiapkan Masa Depan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep kemandirian yang
dilakukan oleh panti asuhan dalam pembinaan kemandirian anak yatim
piatu untuk mempersiapkan masa depan. Perbedaan skripsi Putri Ariani
dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah dalam skripsi Putri
Ariani terdapat konsep kemandirian yang diterapkan oleh pengurus panti
asuhan terhadap anak asuh. salah satu buktinya dengan pengurus panti
terbuka untuk siapa saja mengajarkan kepada anak asuhnya dalam hal apa
saja. Pengurus panti asuhan juga memberikan kesempatan untuk para
warga masyarakat dan dermawan untuk mengajarkan memasak. Pengurus
panti asuhan tidak menolak anak asuhnya tersebut diajarkan memasak oleh
warga masyarakat dan para dermawan yang berkunjung, sedangkan dalam
penelitian yang akan dilakukan ini bahwa pengurus panti hanya terbuka
kepada relawan untuk mengajarkan kepada anak asuh dalam hal apapun.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nur Habib dengan judul
“Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Piatu Putra Islam
An-Nur Bantulkarang Ringinharjo Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pembinaan keagamaan, shalat lima waktu, tahfidz, puasa
sunnah senin kamis dan lain-lain, dengan mengggunaan metode
pembinaan akhlak serta pendampingan belajar. Sedangkan perbedaan
dalam penelitian ini adalah anak-anak asuh dalam pembentukan
kemandirian belajar melalui bimbingan pengurus yang dilakukan secara
berulang-ulang.
11
Dari sejumlah kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak
menemukan kajian mengenai Pembentukan Kemandirian Belajar Anak
yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan Tuntang kabupaten
Semarang. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dan memiliki orisinilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
E. Penegasan Istilah
Dalam skripsi yang berjudul, “Pembentukan Kemandirian Anak
Dalam Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang”
ini perlu penegasan guna untuk menghindari adanya kesalahpahaman
dalam mengartikan sehingga akan lebih mudah dipahami setelah
dijelaskan lebih lanjut secara terperinci.
1. Panti Asuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) Panti
Asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim
atau yatim piatu dan sebagainya. Menurut Depsos RI (2004: 4), panti
sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial
yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan
penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan
pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,
mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas,tepat dan memadai bagi pengembangan
kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari
12
generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut
serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang
berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai
wakil orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada
anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan
diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu
melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara di dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Anak Yatim
Keluarga inti adalah suatu unit sosial yang paling kecil
dalam masyarakat. Keluarga yang beranggotakan ayah, ibu dan
anak-anaknya merupakan suatu keseluruhan yang saling
mempengaruhi diantara sesamanya. Bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga akan mempengaruhi suasana keluarga, secara
keseluruhan akan memberi dampak pada perasaan pemikiran dan
perilaku-perilaku anggotanya. Khusus mengenai kematian ayahnya,
ibu dan keduanya dengan sendirinya akan memberi pengaruh
terhadap keluarganya secara keseluruhan dan juga terhadap anak-
anak yang ditinggalkan.
Islam sangat menganjurkan untuk merawat anak-anak yang
tidak lagi mempunyai orang tua. Islam tidak hanya mewasiatkan atau
13
menjelaskan ketidakberdayaan mereka saja, tetapi juga merinci
wasiat-wasiat ini dan menyeru pada tiga hal yang berkenaan dengan
anak yatim ini, yaitu bersikap kasih sayang terhadap mereka,
melindungi kekayaan mereka apabila mereka mempunyai harta dan
memberi nafkah mereka apabila tidak mempunyai harta yang cukup.
ن يا والخرة ر وإن تخالطوىم فإخوانكم في الد ويسألونك عن اليتامى قل إصلح لهم خي
واللو ي علم المفسد من المصلح ولو شاء اللو لعنتكم إن اللو عزيز
﴾٢٢۰﴿البقرة: حكيم
Artinya:
Tentang dunia dan akhirat dan mereka bertanya kepadamu tentang
anak yatim, katakanlah : “Mengurus urusan mereka secara patut
adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka
adalah saudaramu, dan Allah mengetahui siapa yang membuat
kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah
menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-
Baqarah :220)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
anak yatim adalah anak yang telah kehilangan bapaknya disebabkan
meninggal dunia.
14
3. Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada
seseorang yang belajar karena dorongan dari dalam diri sendiri
bukan karena pengaruh luar. Dengan kemandirian seseorang mampu
menunjukkan adanya pengaruh dari dalam terhadap pengendalian
dirinya. Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan oleh diri
sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain, bahkan ia
ingin mencoba memecahkan masalahnya sendiri.
Anung Haryono (2005:75) memberikan definisi kemandirian
belajar sebagai suatu sistem belajar mandiri, merupakan sistem
pembelajaran yang didasarkan kepada kedisiplinan terhadap diri
sendiri yang dimiliki oleh siswa disesuaikan oleh keadaan
perorangan siswa, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial
ekonominya.
Sedangkan menurut Jerold E. Kemp (1994 : 154) Metode
belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri juga disebut belajar
mandiri. Pengajaran sendiri atau belajar dengan mengarahkan diri
sendiri. Siswa diharapkan lebih banyak belajar mandiri atau
kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.
Semua itu diperlukan kemampuan, kemauan yang kuat dan disiplin
yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajar. Kemauan yang
keras akan mendorong untuk tidak putus asa dalam menghadapi
15
kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya kegiatan
belajarnya sesuai dengan jadwal yang diatur sendiri.
Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab
perwujudannya dapat berupa belajar sendiri, belajar kelompok dan
klasikal. Sejauh ada motivasi diri yang mendorong kegiatan belajar
disitulah terjadi kemandirian belajar.
Herman Holstein (1987: 5) berpendapat bahwa dengan
mandiri bukan berarti murid-murid belajar secara individualistik
bahkan sebaliknya situasinya dibina untuk belajar kelompok dan
setiap anak menjadi patner temannya. Dalam belajar kelompok
ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama saling
membantu dan mengoreksi tanpa rasa tersinggung menghargai
pendapat temannya. Hal ini berarti mengarahkan anak untuk menjadi
anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta demokratis
disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah sikap yang menunjukkan pada kesadaran
belajar dari diri sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya
dengan proses belajar tersebut.
16
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Upaya Pembentukan Kemandirian
Belajar Anak Yatim Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang bertujuan untuk mengungkapkan dan
menggambarkan secara realistis dan faktual fakta-fakta yang
berkenaan dengan pelaksanaan Upaya Pembentukan Kemandirian
Belajar di Panti Asuhan Aisyiyah. Oleh karenanya pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif.
Menurut Sugiono (2006:15) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
pospositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci. Pengambilan sample, sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan
makna dari generalisasi.
2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian
17
sampai memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian
kualitatif ini seorang peneliti menjadi instrumen.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang,
Kab. Semarang. Selain letaknya yang strategis, alasan lain pemilihan
tempat penelitian adalah berkaitan dengan upaya meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap anak-anak yatim piatu dan anak-
anak yang kurang beruntung, serta menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya upaya pembentukan kemandirian belajar bagi anak-anak
yang tinggal di panti asuhan. Di Panti Asuhan Aisyiyah memiliki
kegiatan yang teratur dan struktur organisasi yang terprogram dan
berjalan dengan lancar.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut Sugiono data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitia dan juga
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data (2010: 137). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan
tindakan yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi langsung tentang Upaya Pembentukan
Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
18
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber
bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari
surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan,
sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin,
publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-
badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi,
tesis, hasil survei, studi histories, dan sebagainya. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui studi
pustaka dan wawancara langsung kepada anak asuh, pengurus dan
pengasuh yang bersinggungan dengan Upaya Pembentukan
Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan
pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber daya primer, dan
teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, berperan
serta (partisipan observation), wawancara mendalam (indepth
interview) dan dokumentasi (Sugiono, 2006:309)
Menurut Lexy J.Moleong (Moleong, 2002:125-163)
metode yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu
19
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan
dokumen. Namun demikian penggunaanya harus disesuaikan dengan
penelitian yang sedang dilakukan sehingga ada kecocokan. Dalam
penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi
Metode Observasi adalah suatu metode penelitian yang
digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh
indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
pendengaran, pengecap dan peraba (Arikunto, 1998: 146).
Teknik yang pertama digunakan sebagai alat pengumpul
data yang digunakan untuk menggali dariresponen penelitian.
Aspek sosiologis maupun keagamaan dari setiap responden akan
sangat diperhitungan guna memperoleh informasi yang jelas
terutama yang berkaitan dengan Pembentukan Kemandirian
Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan
Tuntang kabupaten Semarang.
Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama
dalam mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam
penulisan skripsi ini (Arikunto, 1998: 146). Jalan yang
dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan langsung
mengenai kegiatan belajar mengajar Pembentukan Kemandirian
Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan
Tuntang kabupaten Semarang. Lebih fokus lagi metode yang
20
digunakan adalah pendekatan pengamatan peserta yaitu,
pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi sosial
intensif antara peneliti dengan subyeknya, di dalam lingkungan
subyek tersebut.
b. Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu cara
pengumpulan data dalam penelitian, karena menyangkut data
maka wawancara menjadi elemen penting dalam proses
penelitian (Bagong, 2006:70). Wawancara bisa diartikan sebagai
cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data)
dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap
muka. Namun demikian tehnik wawancara ini dalam
perkembanganya tidak harus dilakukan secara berhadapan
langsung, melainkan dapat dengan memanfaatkan sarana
komunikasi lain.
Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
bertanya langsung kepada responden, untuk mendapatkan data
tersebut penulis menggunakan metode wawancara mendalam
kepada pengasuh, pengurus, dan para anak asuh, metode ini
digunakan peneliti sebagai metode bantu dalam melakukan
observasi (Moleong, 2002: 135), Yang bertujuan untuk
menggali ketarangan-ketarangan dan informasi yang terkait
dengan Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di
21
Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang kabupaten
Semarang.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk menggali
informasi dari media cetak, internet maupun dokumen-dokumen
kepustakaan lainya yang mendukung erat dengan kaitanya
masalah yang diteliti. Namun dalam penelitian kualitatif ini
menggunakan pendekatan dokumen pribadi yaitu tempat orang
mengungkap dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka
tentang seluruh kehidupan mereka atau beberapa aspek tentang
mereka sendiri (Furchan, 1992: 25).
Dokumen pribadi anak asuh di atas antara lain, buku
pelajaran di sekolah maupun buku pelajaran di panti yang
digunakan belajar, serta hasil tes evaluasi anak asuh baik berupa
lisan maupun tulisan.
6. Analisis Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu penelitian, sebab dari hasil analisis inilah dapat dijadikan
jawaban dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisisnya
adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam penelitian
kualitatif, proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data
sedang berlangsung.
22
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik yang dilakukan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiono
2006:337). Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut:
a. Analisis selama pengumpulan data
Kegiatan analisis data ini dapat dimulai setelah penulis
memahami fenomena sosial yang sedang diteliti. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)
2) Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data
yang telah terkumpul.
3) Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya
berdasarkan data yang telah terkumpul.
4) Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya
berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data
sebelumnya.
5) Penerapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi,
dokumen, dan lain-lain).
b. Reduksi data
Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang
telah diperoleh selama melakukan proses penelitian. Hal ini bisa
dilakukan dengan menajamkan, mengorganisasikan data
sehingga kesimpulan finalnya dapat dicek kembali.
23
c. Penyajian data
Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan
sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan
data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif
biasana berbentuk naratif, sehingga memerlukan
penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
d. Menarik kesimpulan (verifikasi)
Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi. Mulai dari mencari pola,
tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan
sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta
memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali
data yang telah diperoleh.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh dalam
penelitian kualitatif tidak menjadi biasa dan memenuhi kriteria
keilmiahan. Dalam penelitian ini kriteria keabsahan data beserta
teknik pemeriksaanya menggunakan sumber data dan teknik
pengambilan data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding itu (Moleong,
24
1989:195). Sedangkan menurut Sugiono (2009 : 372) triangulasi
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan jalan
membandingkan dan mengecek informasi atau data yang diperoleh
dari wawancara dengan hasil pengamatan. Demikian pula sebaliknya
data yang diperoleh dari pengamatan dibandingkan dan dicek
melalui wawancara.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Pra Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis mengkaji buku-
buku yang berkaitan dengan pembentukan kemandirian belajar.
Selain itu, dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yaitu
penentuan fokus penelitian, persiapan alat dan penelitian yang
mencakup observasi lapangan, serta permohonan ijin kepada
subjek yang diteliti.
b. Penelitian
Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang
pembentukan kemandirian belajar, kemudian penulis melakukan
observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung
pola pembentukan kemandirian belajar di Panti Asuhan
Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
25
c. Pelaporan
Pada tahap ini kegiatan meliputi penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi
hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang
kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut untuk
disempurnakan. Langkah terakhir melakukan penyusunan
kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman secara komprehensif, maka
dalam penulisan ini perlu adanya sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metode penlitian, dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II menjelaskan tentang Pembentukan Kemandirian
Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang yang di dalamnya meliputi, tinjauan
panti asuhan, tinjauan anak yatim dan tinjauan kemandirian belajar.
26
Bab III menjelaskan tentang gambaran umum Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dan
Pembentukan Kemandirian Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Bab IV merupakan analisis tentang Upaya pembentukan
kemandirian belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah
kecamatan Tuntang kabupaten Semarang.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
tentang Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri
Di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
27
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Panti asuhan
1. Pengertian panti asuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonsia, panti asuhan berarti
rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim atau
yatim piatu dan sebagainya (Tim penyusun kamus pusat bahasa,
2007:826).
Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) menjelaskan
bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial
yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan
penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan
pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga
memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai
bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang
akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan
adalah suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar
dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,
memelihara, merawat dan memenuhi segala kebutuhan anak asuhnya
28
sebagai pengganti orang tua dalam keluarga sehingga mereka dapat
memperoleh kesempatan yang memadai untuk perkembangan
kepribadian anak asuh.
2. Landasan hukum didirikannya panti asuhan
Landasan hukum didirikannya panti asuhan antara lain:
a. Al- Qur’an
1) QS. Al-Ma’un ayat 1-3
ين )١(فذلك الذي يدع اليتيم )٢(ولا يحض ب بالد أرأيت الذي يكذ
على طعام المسكين)٣(
Artinya:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka
itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-
Ma’un: 1-3)
Anak yatim adalah anak yang paling membutuhkan
pertolongan dan kasih sayang, karena ia telah kehilangan
seorang ayah pada saat ia membutuhkan kehadirannya. Ia
telah kehilangan sosok yang mencari nafkah untuknya.
Karena itu, Islam mendorong umatnya untuk menyayangi
anak-anak yatim (M.Alaika Salamulloh, 2008:43).
29
2) QS. An-Nisa’ ayat 58
إن اللو يأمركم أن ت ؤدوا المانات إلى أىلها وإذا حكمتم ب ين الناس أن
إن اللو كان سميعا بصير ا ا يعظكم بو إن اللو نعم تحكموا بالعدل
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (Q.S An-Nisa’ 58)
Memberikan hak fakir miskin adalah kewajiban
mutlak dan mengikat bagi setiap orang yang diberi
kelebihan rezeki oleh Allah. Maksud kelebihan rezeki disini
adalah kelebihan rezeki setelah digunakan untuk menutupi
kebutuhan pokoknya. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi
dan masih ada sisa harta, sisa harta itulah yang sepatutnya
dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya.
Termasuk yang harus diprioritaskan adalah kaum fakir
miskin (M. Alaika Salamun, 2008;61).
30
b. Undang-undang Dasar 1945
1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
Negara (Pasal 34 ayat 1).
2) Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
a) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab
atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani,
jasmani maupun sosial (Pasal 9).
b) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya
sebagaimana termaksud dalam pasal 9, sehingga
mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai
orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang
atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1).
3) Undang-undang N0. 23 tahun 2004, pasal 4 tentang
perlindungan anak
Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Departemen
Sosial Republik Indonesia, 2004:7-8)
31
3. Tujuan panti asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia (1997:6) yaitu:
a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan kepada
profesi pekerjaan sosial pada anak terlantar dengan cara membantu
dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang
wajar serta mempunyai ketrampilan kerja, sehingga mereka
menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh
tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
b. Tujuan penyelengaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di
panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang
berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan
kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti
asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan kepada anak asuh
agar memiliki kepribadian matang dan berdedikasi, dan memiliki
keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan
keluarganya.
4. Fungsi panti asuhan
32
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan
pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia (1997:7) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan
berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan
pencegah.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan
sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan
fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang
melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam
perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.
Menurut Achmadi (2003:15) Panti asuhan tidak hanya
menerima anak-anak yang tidak memiliki orang tua, atau salah satu
orang tuanya meninggal dunia tetapi panti asuhan juga menerima
anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik, psikis, dan sosialnya
diantaranya:
a. Anak yatim atau piatu atau yatim piatu.
b. Anak dari keluarga miskin.
c. Anak dari keluarga pecah (broken home).
d. Anak dari keluarga bermasalah.
e. Anak yang lahir di luar nikah atau terlantar.
f. Anak yang terlantar karena ditinggal kerja oleh orang tuanya.
33
g. Anak yang mendapatkan perlakuan salah (child abuse).
Dengan demikian, fungsi panti asuhan adalah sebagai pusat
pelayanan kesejahteraan sosial anak, sebagai pusat data, informasi dan
konsultasi kesejahteraan anak, serta sebagai pusat pengembangan
keterampilan.
B. Anak Yatim
1. Pengertian anak yatim
Menurut Raghib Al-Isfahami dalam buku Ensiklopedi hukum
Islam karya Dahlan Abdul Azizi (1996 : 1962) seseorang ahli kamus
al-Qur’an, bahwa istilah yatim bagi manusia digunakan untuk orang
yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa.
Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus bahasa
Indonesia kontemporer (1991 : 1727) mengatakan bahwa tidak beribu
atau tidak berbapak, atau tidak mempunyai ibu dan bapak, tetapi
sebagian menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah untuk anak
yang bapaknya meninggal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak
yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia belum
berada pada usia dewasa, atau belum mencapai usia baligh dan belum
dapat mengurusi dirinya sendiri dengan baik. Baligh dalam ajaran
34
islam merupakan batasan usia dari masa kanak-kanak beralih kepada
masa dewasa.
2. Batasan usia anak yatim
a. Menurut Islam
إن العهد كان وأوفوا بالعهد ه لغ أشد ول ت قربوا مال اليتيم إل بالتي ىي أحسن حتى ي ب
مسئول
Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung
jawabnya. (Q.S Al-Isra’ :34)
لايتم بعد احتلام
“Tidak ada keyatiman setelah baligh” (Hadits Sunan Abu Dawud).
Baligh menurut Islam apabila telah mengalami mimpi basah bagi
laki-laki dan telah mengalami haid bagi perempuan.
b. Menurut Psikologi
Menurut ilmu psikologi dijelaskan bahwa siklus kehidupan
manusia khususnya pada tingkatan masa kanak-kanak menuju
masa yang dapat dikatakan dewasa itu diantaranya sudah melewati
masa kanak-kanak dan masa remaja. Adapun masa kanak-kanak
dan remaja adalah terdiri dari masa kanak-kanak awal, pertengahan
dan akhir, lalu remaja awal, madya dan remaja akhir. Dan berikut
35
ini adalah batasan usia masa kanak-kanak dan masa remaja
(Gunarsa & D. Gunarsa 1989 : 88) yakni:
1) Anak-anak awal (0-3 tahun)
2) Anak-anak madya (3-7 tahun)
3) Anak-anak akhir (7-12 tahun)
4) Remaja dini (12-15 tahun)
5) Remaja madya (15-17 tahun)
6) Remaja akhir (17/18-21 tahun)
c. Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Undang - undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pasal 1 ayat (1), “Anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Artinya batas usia dewasa menurut aturan ini adalah 18
tahun ke atas.
Dengan demikian batasan usia anak yatim menurut
penelitian ini adalah yang belum berusia delapan belas tahun (di
bawah usia delapan belas tahun).
3. Pandangan Islam terhadap anak yatim
Islam memberikan perhatian khusus terhadap diri anak yatim
karena kecilnya dan ketidakmampuannya untuk menjalankan
kemaslahatan yang menjamin kebahagiaan hidup di masa depan,
dengan perhatian ini, umat dapat menghindarkan kejahatan atau
bahaya yang mengancam mereka, seperti mereka tidak bisa
36
memperoleh pendidikan karena kehilangan orang tua yang mengasuh,
mendidik dan memeliharanya (Mahmud Syaltut 1990 : 348).
Hadits riwayat Imam Bukhari
دقال:قالرسوعن نسع لب صلهىسه هوسلهم:لالله علي أناوكافلال يتيمفيالله
ئا نهماشي جبي طىوفره ابةوال وس به ةهكذا،وأشاربالسه ال جنه
Dari Sahl bin Sa’ad r.a berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Saya
dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.”
Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta
merenggangkan keduanya” (HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659).
Dalam ayat lain Allah menegaskan dalam surat An-Nisa’ ayat
36 sebagai berikut :
Artinya :
Janganlah kamu menyembah selain Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada
ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu
37
sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Pada ayat ini Allah mengisyaratkan kepada manusia agar
selalu berbuat baik kepada anak yatim, memperhatikan dan mengurus
anak-anak yatim itu berarti memperhatikan pembangunan umat, dan
ketidak pedulian terhadap mereka (anak yatim) berarti membuka pintu
masuknya kejahatan yang dapat menodai dan merusak citra dan
kehormatan umat tersebut.
Mendidik anak yatim pada dasarnya adalah memberikan
bimbingan dan pembinaan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar dan baik. Pasalnya, banyak pemelihara anak yatim yang
meremehkan masalah ini serta menzhalimi anak yatim. Keadaan
seperti inilah justru akan menimbulkan masalah sosial dalam
masyarakat (Ummu Abdillah 2004 : 55).
Demikian pandangan Islam bahwa pendidikan anak-anak
yatim itu merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian
khusus dari seluruh lapisan masyarakat, mereka adalah kelompok
anak-anak yang harus dilindungi karena statusnya yang sangat rentan
terhadap perlakuan yang tidak adil.
C. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
38
Menurut Holstein (1994 : 1), Kemandirian merupakan suatu
hal yang penting yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang
dapat berdiri sendiri dengan kaki (berdikari) tanpa harus bergantung
kepada orang lain. Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian disebut juga
sebagai kesakaryaan (kegiatan sendiri).
Thoha (1996 : 121) berpendapat, bahwa kemandirian
merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,
tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan dari
orang lain.
Sedangkan Menurut Rousseau sebagaimana dikutip
Sukmadinata (2003:168) menyatakan bahwa pengertian kemandirian
belajar yaitu, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam,
melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau
mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Anak mempunyai kekuatan
untuk mencari sendiri, mencoba, menemukan dan mengembangkan
dirinya sendiri.
Menurut Sukmadinata (2003:165-166), beberapa prinsip
belajar sebagai berikut:
39
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
2) Belajar berlangsung seumur hidup.
3) Belajar berlangsung disetiap tempat dan waktu.
4) Belajar dapat berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.
5) Belajar karena tuntutan motivasi.
Kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada anak agar
mereka mampu tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan
dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan
sendiri. Sikap tersebut perlu dimiliki anak karena hal tersebut
merupakan kedewasaan orang terpelajar.
Menurut Sumahamijaya (2001:78) menekankan bahwa
kemandirian adalah sikap mental berdiri sendiri tercermin dalam rasa
tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, dan tidak mengelak dari
keharusan mengambil resiko yang sepantasnya serta tidak mengelak
keharusan bersaing. Dijelaskan pula mengenai aspek kemandirian
yaitu:
1) Tidak tergantung pada orang lain.
2) Mempunyai kemampuan yang keras untuk mencapai tujuan
hidupnya.
3) Tidak suka menunda waktu, rajin, dan tidak mudah putus asa.
4) Mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan
argumen logisnya.
40
2. Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar
Havighurts dalam (Desmita, 2009:185) membedakan
kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:
1) Kemandirian emosional, yaitu kemampuan mengontrol emosi
sendiri dan tidak tergantungnya emosi pada orang lain.
2) Kemandirian ekonomi, yaitu mampu mengatur ekonomi sendiri dan
tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain.
3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi
dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.
Sementara itu Steinberg sebagaimana yang dikutip (Desmita,
2009:186) membedakan kemandirian menjadi tiga bentuk, yaitu:
a) Kemandirian emosional, yaitu aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu.
b) Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dan
melakukannya secara bertanggung jawab.
c) Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memakai seperangkat prinsip
tentang salah dan benar, tentang apa yang penting dan apa yang
tidak penting.
41
Dari pendapat kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk-bentuk kemandirian ada 3 yaitu kemandirian emosional,
kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai.
3. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar
Orang yang mandiri akan dapat menemukan sendiri apa yang
harus dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinan-
kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaikan sendiri
masalah-masalahnya tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Begitu
juga dalam kemandirian anak, tentunya tidak akan terlepas dari
karakteristik yang menandainya bahwa seorang anak sudah bisa
dikatakan mandiri atau belum. Seperti yang dikemukakan Thoha
(1996 : 122) sebagai berikut:
a. Seseorang mampu mengembangkan sikap kritis terhadap
kekuasaan yang datang dari luar dirinya. Artinya, tidak segera
menerima begitu saja pegaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih
dahulu segala kemungkinan yang akan timbul.
b. Adanya kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa
dipengaruhi orang lain.
Menurut pendapat Kartono (1985 : 137) keterampilan
memecahkan masalah merupakan keterampilan yang sangat penting
42
jadi, kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah banyak
penting untuk menolong orang lain tetapi juga menolong diri sendiri.
Menurut Sufyarman (2003 : 51-52) orang-orang mandiri dapat
dilihat dengan indikator antara lain:
a. Progresif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh
ketekunan
b. merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya.
c. Berinsiatif, yang berarti mampu berfikir dan bertindak secara
original, kreatif dan penuh inisiatif.
d. Pengendalian diri dalam adanya kemampuan mengatasi masalah
yang dihadapi mampu mengendalikan tindakan serta kemampuan
mempengaruhi lingkungan atas ulahnya sendiri.
e. Kemampuan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri.
f. Memperoleh kepuasan atas ulahnya sendiri.
Dari pendapat ketiga tokoh tersebut yang mengemukakan
tentang ciri-ciri kemandirian, yaitu mempunyai persamaan antar lain
adanya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan
orang lain. Artinya, anak tersebut dapat berdiri sendiri mewujudkan
cita-citanya tanpa ketergantungan kepada orang lain.
anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan
belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar
dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui ciri-ciri
43
kemandirian belajar, Sukarno (1989:6) menyebutkan ciri-ciri
kemandirian belajar sebagai berikut:
a. Siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri.
b. Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus
menerus.
c. Siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar.
d. Siswa belajar kritis, logis, dan penuh keterbukaan.
e. Siswa belajar dengan penuh percaya diri.
Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ida Farida
Achmad (2008:45) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar
yaitu meliputi:
a. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan
bertindak atas kehendaknya sendiri.
b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.
c. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk
mewujudkan harapan.
d. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif
dan tidak sekedar meniru.
e. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar.
f. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan
tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.
44
Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa kemandirian belajar
adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala
keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar
diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam
proses belajar tersebut.
kemandirian belajar pada penelitian ini berdasarkan pada faktor
internal (dari dalam diri) anak asuh yaitu percaya diri, disiplin,
motivasi, inisiatif dan bertanggung jawab.
a. Percaya diri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:85)
menyebutkan bahwa “ percaya kepada diri sendiri berarti yakin
benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan
seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapan-
harapannya)” Menurut Hakim (2002 : 6) “ Rasa percaya diri juga
dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan
di dalam hidupnya”.
Menurut Hakim (2002 : 5-6) terdapat beberapa ciri-ciri
tertentu dari orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi, yaitu:
1) Bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
45
2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
3) Mampu menetralisir ketegangan yang muncul didalam
berbagai situasi.
4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai
situasi.
5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
6) Memiliki kecerdasan yang cukup.
7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
8) Memiliki keterampilan dan keahlian yang menunjang
kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing.
9) Memiliki kemampuan bersosialisasi.
10) Memiliki latar blakang pendidikan keluarga yang baik.
11) Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya
menjadi kuat dan tahan didalam menghadapi berbagai cobaan
hidup.
12) Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai
masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam
menghadapi persoalan hidup.
Para ahli berpendapat bahwa rasa percaya diri erat
kaitannya dengan konsep diri, maka jika seseorang memiliki
konsep diri yang negatif terhadap dirinya, maka akan
menyebabkan seseorang tersebut memilki rasa tidak percaya
46
terhadap dirinya sendiri. Rasa percaya diri yang rendah akan
berakibat pada tindakan yang tidak efektif. Tindakan yang tidak
efektif tentu akan memberikan hasil yang jelek. Hasil yang jelek
akan semakin membenarkan bahwa diri tidak memiliki
kompetensi dan akan berakibat pada rasa percaya diri yang
semakin rendah.
Seseorang yang yakin terhadap dirinya, segala kegiatan
yang dilakukannya penuh dengan rasa optimis adalah seseorang
yang memiliki percaya diri. Rasa percaya diri yang tinggi
sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari
kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki
kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa bisa karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistik terhadap diri sendiri.
Dalam penelitian ini, percaya diri anak asuh dapat dilihat
pada tingkah laku yang muncul ketika proses belajar di panti.
Percaya diri anak asuh pada proses Belajar dapat diamati
berdasarkan tiga kriteria yaitu:
1) Mengikuti kegiatan belajar di panti
2) Ketenangan dalam berbicara
3) Keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan panti
b. Disiplin
47
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri atau kepatuhan seseorang untuk mengikuti
bentuk-bentuk aturan atas kesadaran pribadinya, disiplin dalam
belajar merupakan kemauan untuk belajar yang didorong oleh diri
sendiri.
Dalam penelitian ini, disiplin anak asuh dapat diamati dari
tingkah laku yang muncul selama proses belajar berlangsung.
Disiplin anak asuh pada proses belajar dapat diamati berdasarkan
lima aspek yaitu kriteria anak asuh dalam hal:
1) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
2) Semangat dan antusias dalam kegiatan belajar di panti
3) Komitmen yang tinggi terhadap tugas
4) Mengatasi kesulitan yang timbul pada dirinya
5) Kemampuan memimpin
c. Inisiatif
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005:395) “Inisiatif
adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta”. Menurut
Wollfock dalam Mardiyanto (2008:23) “Inisiatif adalah
kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru atau
asli atau suatu pemecahan masalah”. Menurut Suryana (2006:2)
mengungkapkan bahwa “Inisiatif adalah kemampuan
mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan
48
masalah dan menemukan ide dan cara-cara baru dalam
memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new
things).
Menurut Munandar (1990:48) mengungkapkan bahwa “
Inisiatif adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang
tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban dari suatu
masalah, dimana penekananya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban”.
Ciri-ciri orang yang inisiatif menurut Sund dalam Slameto
(2003:147) adalah sebagai berikut:
1) Hasrat keingintahuan yang besar
2) Bersikap terbuka dalam pengalaman baru
3) Panjang akal
4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti
5) Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit
6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7) Memiliki dedikasi bergairah secara aktif dalam melaksanakan
tugas
8) Berfikir fleksibel
9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung
memberi jawaban yang lebih banyak.
49
Sedangkan menurut Guilford dalam Mardiyanto (2008 : 24)
adalah sebagai berikut:
1) Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan
2) Keluwesan (fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam
Berkaitan dengan definisi beberapa ahli diatas maka
pengertian Inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya
nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya
dalam usaha memecahkan suatu masalah.
Inisiatif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam proses
kegiatan belajar. Inisiatif anak asuh yang diamati meliputi:
1) Memiliki dorongan rasa ingin tahu yang tinggi
2) Keterampilan berfikir luwes
3) Keterampilan berfikir lancar
4) Keterampilan berfikir orisinil
5) Berani mengambil resiko
d. Tanggung jawab
Menurut Zimmerer dalam Ikaputera Waspada (2004:6)
mengungkapkan ciri-ciri orang yang memiliki sifat tanggung
jawab sebagai berikut:
50
1) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas atau
pekerjaannya
2) Mau bertanggung jawab
3) Energik
4) Berorientasi ke masa depan
5) Kemampuan memimpin
6) Mau belajar dari kegagalan
7) Yakin pada dirinya
8) Obsesi untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Dalam penelitian ini tanggung jawab anak asuh dapat dilihat
selama proses belajar yang diamati berdasarkan tiga aspek, yaitu:
1) Keikutsertaan melaksanakan tugas yang diberikan panti
2) Keikutsertaan dalam memecahkan masalah
3) Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota panti
e. Motivasi
Menurut Suryana (2006:40) “Seseorang selalu
mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang mengutamakan
nilai-nilai motivasi, berorientasi pada ketekunan dan ketabahan,
tekad kerja keras, mempunyai energik dan berinisiatif”. Menurut
Suryana (2006 : 52)” Seseorang memiliki motivasi tinggi apabila
orang tersebut memiliki hasrat untuk mencapai hasil yang terbaik
51
guna mencapai kepuasan pribadi. Faktor dasarnya adalah adanya
kebutuhan yang harus dipenuhi”.
Menurut Suryana (2006:53)” Seseorang yang memiliki
motivasi yang tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan permasalahan
yang timbul pada dirinya
2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan
3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
4) Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan
5) Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi
adalah seseorang yang selalu melakukan sesuatu yang lebih baik
dan efisien dibanding sebelumnya.
Dalam penelitian ini anak asuh yang memiliki motivasi
tinggi dapat diamati selama proses belajar berlangsung. Indikator
yang digunakan untuk mengamati anak asuh dengan motivasi
tinggi diantaranya:
1) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
2) Semangat dan antusias saat kegiatan belajar berlangsung
3) Komitmen yang tinggi terhadap tugas
52
4) Mengatasi sendiri kesulitan yang timbul pada dirinya
5) Kemampuan memimpin
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
Banyak faktor yang memengaruhi kemandirian. Sebagaimana
aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah semata-
mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak
lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi
yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki
sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya.
Menurut Ali dan Muhammad Asrori (2006 : 118) beberapa
faktor yang disebut berhubungan dengan perkembangan kemandirian,
yaitu sebagai berikut:
a. Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki sifat mandiri juga. Namun, faktor
keturunan ini masih menjadi perdebatan karena adanya pendapat
bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang tuanya
itu menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya
muncul berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya.
b. Pola asuh orang tua
53
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
memengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang
tua yang terlalu banyak melarang kepada anak tanpa disertai
dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan
kemandirian anak. Sebaliknya, orang yang menciptakan suasana
aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong
kelancaran perkembangan anak. Demikian juga orang tua yang
cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan
yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap
perkembangan kemandirian anak.
c. Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan
demikratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi
tanpa ragu mentasi akan menghambat kemandirian anak. Demikian
juga dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya
pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya proses pendidikan
yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi
anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan
memperlancar kemandirian anak.
d. Sistem kehidupan di masyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan
pentingnya hirarki struktur sosial kurang menghargai menifestasi
54
potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, lingkungan
masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam
bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hirarki akan
merangsang dan mendorong perkembangan anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi kemandirian adalah gen atau keturunan, pola asuh orang
tua, sistem pendidikan di sekolah, sistem kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Hasan Basri (1996: 53-56) membagi
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menjadi dua,
yaitu:
a. Faktor endogen
Yang dimaksud ialah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah/ibu
dan nenek moyangnya mungkin akan didapat di dalam diri
seseorang, seperti bakat, potensi intelektual, dan potensi
pertumbuhan tubuhnya.
b. Faktor eksogen
Yang dimaksud ialah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan
faktor yang
55
memengaruhi kemandirian belajar yaitu, berasal dari dalam diri
sendiri (bakat, keyakinan diri, minat, motivasi) dan berasal dari luar
diri sendiri atau yang disebut dengan faktor lingkungan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97-100)
faktor yang memengaruhi kemandirian belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi anak asuh
b. Kemampuan anak asuh
c. Kondisi anak asuh
d. Kondisi lingkungan anak asuh
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
f. Upaya pengasuh dalam membelajarkan anak asuh
Berikut penjelaskan satu persatu faktor yang memengaruhi
kemandirian belajar tersebut di atas.
a. Cita-cita atau Aspirasi anak asuh
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil
seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan lezat, berebut
permainan, dapat membaca dapat menyanyi dan lain-lain
selanjutnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari
menimbulkan cita-cia dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita
dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan
nilai-nilai kehidupan serta kepribadian. Cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun motivasi
56
ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri.
b. Kemampuan anak asuh
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.
c. Kondisi anak asuh
Kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
memmengaruhi kemandirian belajar. Seorang anak asuh yang
sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menggangu perhatian
belajar. Sebaliknya, seorang anak asuh yang sehat, kenyang, dan
gembira akan mudah memusatkan perhatian.
d. Kondisi lingkungan anak asuh
Lingkungan anak asuh berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
anak asuh memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan,
dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi
dan perilaku budaya. Semua lingkungan anak asuh yang berupa
57
lingkungan alam, tempat tinggal, pergaulan, dan lingkungan
budaya anak asuh mendinamiskan kemandirian belajar.
f. Upaya pengasuh dalam membelajarkan anak asuh
Upaya pengasuh membelajarkan anak asuh terjadi di panti.
Upaya pembelajaran pengasuh di panti tidak terlepas dari
kegiatan luar panti. Pusat pendidikan luar panti yang penting
adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan
pemuda yang lain. Pengasuh dituntut menjalin kerja sama dengan
pusat-pusat pendidikan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan peneliti tentang unsur
yang memengaruhi kemandirian belajar dalam diri anak asuh lebih
cenderung pada pendapat Dimyati dan Mudjiono yang dirasa lebih
lengkap dan dekat dengan kehidupan Anak asuh yaitu, cita-cita,
kemampuan, kondisi diri anak asuh maupun lingkungannya dan upaya
pengasuh dalam membelajarkan anak asuh serta unsur-unsur di
dalamnya seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran
anak asuh.
58
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri „Aisyiyah Tuntang
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri „Aisyiyah
Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung
jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik,
mental, dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan
yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai
dengan ketentuan ajaran islam. Panti Asuhan berdiri dilatarbelakangi
oleh masih banyaknya anak-anak yatim dan terlantar yang tidak mampu
melanjutkan sekolah karena tidak mampu atau tidak mempunyai biaya
dan kehidupan anak yatim yang terlantar. Diharapkan dengan adanya
panti asuhan, anak-anak yatim dan terlantar dapat hidup layak. Selain itu
juga sebagai umat muslim menjalankan perintah Allah Swt dalam surat
Al-Maun yaitu perintah untuk menyantuni anak yatim.
Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya Solo-
Semarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab. Semarang,
yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah naungan
organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari rumah biasa
pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari Bogor. Ketika itu
anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang. Sedangkan Biaya asuh atau
dana berasal dari donatur-donatur yang awalnya hanya terbatas pada
pengurus dan insidentil masyarakat. Sesuai dengan perkembangan
59
zaman dan daya tampung, akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat
menampung hingga 20 anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang
tidak diinginkan terjadi.
Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran
karena konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga
bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada korban
jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti Asuhan
Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada penambahan
bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan cukup memadai.
Semua pembangunan itu tidak lepas dari sumbangan para donatur dan
dermawan. Tahun ini jumlah anak yang tinggal di panti tersebut kurang
lebih sekitar 82 anak. Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA
bahkan ada yang kuliah.
2. Tujuan Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Tujuan didirikannya Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang yang
bergerak dibidang sosial adalah:
a. Menyantuni anak-anak memberikan pendidikan formal dan non-
formal kepada anak yatim, piatu, yatim-piatu, anak-anak
terlantar serta keluarga tidak mampu.
b. Ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan
jalan memberikan bekal pendidikan jasmani dan pendidikan
rohani, sehingga terbentuk SDM yang mandiri, sehingga kelak
anak dapat kembali ke masyarakat dengan kemandiriannya.
60
c. Anak yang ditampung adalah anak usia sekolah (SD, SMP, SMA
dan Kuliah).
3. Letak Geografis
Panti Asuhan Putri Aisyiyah berada di pusat kecamatan Tuntang,
Tempatnya sangat strategis dan mudah dijangkau karena terletak di tepi
jalan raya, tepatnya di dusun Petet Desa Tuntang Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang yang berada di jalan Fatmawati No.71 Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Sedangkan identitas Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
a. Nama Panti : Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
b. Alamat : Jl. Fatmawati (Jl. Raya Tuntang) No. 71 Tuntang
Kab. Semarang
c. Tahun Berdiri : 13 Oktober 1989
d. Akta Notaris : A. Dimyati, SH No. 6 (enam) 3 Mei 1999
e. Telp : (0298) 2405639, (0298) 593759, 08122809426
f. Kontak : PIN BB 56EBEA07, WhatsApp 08122809426
g. Website : www.pantiasuhanaisyiyahtuntang.or.id
h. Email : aisyiyahtuntang@gmail.com
4. Visi, dan Misi didirikannnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
a. Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang,
perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi.
61
b. Misi
1) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik
jasmani, rohani, mental, psikososial.
2) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-
perlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan
anak.
3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
anak sesuai bakat dan minatnya.
4) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
qur’an dan Al-hadist.
5. Tata Tertib dan Peraturan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Penghuni Panti Asuhan berasal dari berbagai daerah dimana
setiap anak mempunyai sifat dan watak yang berbeda. Tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Panti Asuhan tidak lain adalah untuk
menumbuhkan dan melatih kedisiplinan anak asuh agar tidak
bergantung terhadap orang lain, yang nantinya akan sangat bermanfaat
untuk anak asuh ketika telah dewasa agar mandiri dan siap untuk
menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Tinggal di panti asuhan secara
otomatis anak yang satu dengan yang lain harus ada pengertian agar di
dalam panti asuhan terdapat keharmonisan. Karena, ketika anak sudah
masuk dalam panti asuhan merupakan satu keluarga, satu saudara yang
harus menjaga persaudaraan. Untuk mengontrol kedisiplinan, maka
dalam panti asuhan setiap anak diberi tanggungjawab untuk piket, piket
62
kamar anak masing-masing, piket untuk membersihkan panti maupun
piket memasak di dapur. Sedangkan mengenai perijinan, anak tidak
boleh meninggalkan panti asuhan tanpa adanya surat ijin dari pengurus
yang telah ditandatangani. Kecuali bagi anak yang harus mengikuti
kegiatan sekolah. Mereka cukup dengan memberikan surat pengantar
dari sekolah. Jadwal anak pulang ke rumah adalah ketika liburan
semester dan lebaran idul fitri. Kecuali anak dijemput oleh orang tuanya
atau orang yang telah diberi kuasa oleh orang tuanya atau saudara
karena ada keperluan di rumah. Misalnya, saudara dekatnya menikah
atau mempunyai hajat yang lain.
Setelah mendapat surat ijin pulang, anak harus membawa buku
pernyataan yang menyatakan bahwa anak benar-benar pulang kerumah.
Dan buku pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh orang tua atau
wali anak. Dengan adanya berbagai tata tertib atau peraturan yang
berlaku di panti asuhan, menuntut anak untuk hidup teratur, disiplin,
tanggung jawab dan memiliki rasa kebersamaan serta menjauhkan diri
dari sifat individualisme. Semua itu merupakan salah satu usaha dalam
mendidik dan merealisasikan apa yang diperolehnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Aktifitas anak Panti Asuhan Aisyiyah setiap harinya pun juga
berbeda-beda antara hari yang satu dengan hari yang lain. Berbagai
kegiatan yang diselenggarakan oleh panti bertujuan untuk menggali
potensi yang dimiliki anak sesuai dengan bakat dan minatnya. Semua itu
63
guna untuk membentuk kemandirian belajar anak asuh demi meraih
masa depan yang gemilang. Kegiatan
Adapun daftar pelajaran dan aktifitas anak Panti Asuhan
Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang selama 24 jam dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Putri
No. Hari Jenis Kegiatan Waktu Pembimbing
1. Senin Drum band 15.30 – 17.00 Bpk. Slamet
2. Selasa Fiqih 16.00 – 17.30 Ibu Atiyatun
3. Rabu Qiro’at 16.00 – 17.30 Bpk. Kasmuri
4. Kamis Aqidah Akhlaq 15.30 – 17.00 Bpk. Legiono
5. Jum’at Menjahit 14.30 –
17.00
Ibu Tri Mulyati
6. Sabtu Rebana 19.30 – 21.00 Bpk. Gunadi
7. Minggu Kerja bakti 07.00 – 08.30 Ketua Kelompok
Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri
NO HARI KEGIATAN WAKTU
1. Senin, Selasa,
Rabu, Kamis
Sholat Subuh Berjamaah
Mandi
Piket
Sarapan
04.30-05.00
05.00-05.30
05.30-06.00
06.00-06.15
64
Sekolah
Sholat Dhuhur/istirahat siang
Mengaji
Sholat Ashar Berjamaah
Kegiatan Panti (qiro’ah, drum
band,fiqih,aqidah akhlak)
Persiapan Sholat Maghrib
Tadarus al-Qur’an
Makan malam
Sholat isya’
Belajar
Tidur malam
06.15-13.00
13.00-14.00
14.00-15.30
15.30-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-19.30
19.30-20.00
20.00-21.00
21.00-04.30
2. Jum’at Sholat Subuh Berjamaah
Mandi
Piket
Sarapan
Sekolah
Bimbingan sholat
Sholat Dhuhur/istirahat siang
Sholat Ashar Berjamaah
04.30-05.00
05.00-05.30
05.30-06.00
06.00-06.15
06.15-10.00
11.00-13.00
13.00-14.00
15.30-16.00
65
Menjahit
Persiapan Sholat Maghrib
Makan malam
Sholat isya’
Belajar
Tidur malam
16.30-18.00
18.00-19.00
19.00-19.30
19.30-20.00
20.00-21.00
21.00-04.30
3. Sabtu Sholat Subuh Berjamaah
Mandi
Piket
Sarapan
Sekolah
Sholat Dhuhur/istirahat siang
Sholat Ashar Berjamaah
Persiapan Sholat Maghrib
Sholat Maghrib Berjamaah
Makan malam
Sholat isya’
Rebana
Tidur malam
04.30-05.00
05.00-05.30
05.30-06.00
06.00-06.30
06.30-11.00
13.00-15.30
15.30-16.30
16.30-17.30
18.00-18.30
18.30-19.00
19.00-19.30
19.30-21.00
21.00-04.30
4. Minggu Sholat Subuh Berjamaah 04.30-05.00
66
Mandi
Piket
Sarapan
Kerja bakti
Sholat Dhuhur/istirahat siang
Sholat Ashar Berjamaah
Persiapan Sholat Maghrib
Makan malam
Sholat isya’
Belajar
Tidur malam
05.00-05.30
05.30-06.00
06.00-07.00
08.00-11.00
12.00-15.00
16.00-17.00
17.30-18.00
19.00-19.30
19.30-20.00
20.00-21.00
21.00-04.30
6. Sarana dan Prasana
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang mempunyai sarana dan
prasarana antara lain:
Tabel 3.3 Sarana dan Prasana Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang
No Nama Gedung Jumlah
1. Gedung asrama lantai 2 8 kamar
2. Gedung asrama lantai 1 3 kamar
3. Ruang UKS 1
67
4. Ruang Komputer 1
5. Ruang Perpustakaan 1
6. Ruang Waserda dan kantor panti 1
7. Ruang jahit 1
8. Ruang kegiatan 1
9. Ruang aula 1
10. Ruang dapur 1
11. Ruang makan 1
12. Mushola 1
13. Kamar mandi 10
14. Rumah pengasuh 1
15. Ruang ketua panti 1
7. Struktur Organisasi
Untuk menunjang tercapainya kegiatan Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang terdapat struktur organisasi yang mempunyai peranan
sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraaan program-program
kegiatan panti asuhan tersebut. Adapun Struktur organisasi pengurus
panti asuhan adalah sebagai berikut:
Penanggung Jawab : Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kab. Semarang
68
DR. H. M. Saerozi, M.Ag
Penasehat : Pimpinan Daerah Aisyiyah
Kab. Semarang
Hj. DR. Ida Zahara Adibah, M.Si
Hj. Siti Ida Asrotul M., M.Pd
Pembina : PDA Majelis kesejahteraan Sosial
Hj. Sri Hartini, S.Pd
Ketua : Hj. Alimah, B.A
Wakil ketua : Hj. Endang Wiratni, B.Sc
Sekretaris : Hj. Rahmi Rahayu., S.H., M.Pd.I
Wakil Sekretaris : Khurotul Aeni Eliyah
Bendahara : Hj. Atiyatun Najah, S.Ag., M.Pd.I
Wakil Bendahara : Yatmi Sutono, S.Pd.I
Sie Pendidikan : Asrining Yunani Alisu’ad
Hj. Endang Sulistyorini Santo
Sie Usaha : Umi Salamah Saerozi
Hj. Nuryati Sarlan
Sie Kesehatan : Hj. Habibah Mutaqin, S.Kep
Hj. Yayuk Zarkoni
Pembimbing Konseling : Hj. Yuani Tri Harsini, M.Pd
Niken Wibawanti, S.Psi
Pengasuh : Sri Lestari, S.Sy.,Eka Jumiati,S.Pd.I
69
Tri Rusti Kanti, S.Pd.I
Humas : Eka Wahyu Budiati, Rachmawati
Asisten Umum : M.Suyuti
8. Anggaran Dana
Dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti asuhan
berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan adalah sebagai
berikut:
a. Donatur tetap, yaitu
1) Sumbangan dari donatur tetap dan donatur insidential
2) Sumbangan dari pemerintah lewat Kementerian Sosial
RI
3) Sumbangan dan bantuan dari Dinas Kesejahteraan
Sosial propinsi Jawa Tengah
b. Sumbangan dan bantuan dari lembaga-lembaga, organisasi-
organisasi, atau badan-badan serta perorangan yang dengan
sukarela dan tidak mengikat, baik berupa uang, barang-barang,
perlengkapan-perlengkapan maupun fasilitas-fasilitas dan
makanan.
c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, zakat, infaq dan wasiat
d. Mengajukan proposal ke instansi-instansi menjelang ulang tahun
panti asuhan, akhir tahun atau akan mengadakan kegiatan untuk
meminta sumbangan.
70
9. Anggota Binaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Anggota binaan panti asuhan adalah anak-anak yatim, anak-anak
piatu, anak-anak yatim-piatu dan anak-anak dari keluarga yang tidak
mampu serta anak-anak terlantar. Selain itu panti asuhan juga
memberikan santunan dan bantuan kepada lanjut usia yang ekonominya
sangat lemah. Santunan yang diberikan kepada anak-anak asuh adalah
berupa : kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan, dan papan), alat-alat
sekolah, seragam sekolah, biaya pendidikan dan uang saku. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar anak dapat masuk menjadi anggota
binaan panti asuhan yaitu sebagai berikut:
a. Beragama Islam
b. Anak berasal dari keluarga tidak mampu, dibuktikan dengan
surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang
c. Usia sekolah (SD, SMP, SMA, Kuliah)
d. Bersedia mentaati tata tertib dan peraturan panti asuhan
Santunan yang diberikan kepada lanjut usia berupa santunan
beras dan uang setiap bulan serta pemberian pakaian satu tahun sekali.
Anggota binaan panti asuhan Putri periode tahun 2016/2017 terdapat 82
anak yang tinggal di panti 43 anak.
Untuk lanjut usia tidak disediakan tempat tinggal akan tetapi
hanya diberikan santunan setiap bulan. Anak asuh panti asuhan tidak
hanya berasal dari Desa Petet saja tetapi juga berasal dari berbagai
71
daerah di kabupaten Semarang serta berasal dari luar kota. Khusus
untuk lanjut usia hanya berasal dari Tuntang.
Jumlah alumni yang sudah keluar adalah 236 orang, mereka
keluar karena telah menyelesaikan pendidikan yaitu telah mendapatkan
ijazah SMA atau ijasah sarjana bagi yang melanjutkan kuliah, hubungan
panti dengan alumninya berjalan baik seperti dituturkan oleh Ibu En
Selaku ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut:
Hubungan anak asuh dengan panti asuhan berjalan
baik, alumni biasanya sebulan sekali kesini nyetor
atau ngirim lewat rekening. Selain itu juga 2,5%
penghasilan mereka masuk kesini. Selain itu setiap
lebaran 3 hari mereka biasanya kumpul untuk
menengok panti dan reuni sama teman-temannya yang
pada belum keluar (20 November 2016).
10. Sumber Data
Sumber data penelitian dalam pembentukan kemandirian belajar
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang terdiri
dari dua kelompok, Pertama sumber data yang berasal dari pengurus
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yaitu:
Ibu Hj. En, beliau merupakan ketua yayasan Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang, usia beliau kurang lebih 60 tahun. Pekerjaan beliau
saat ini adalah ibu rumah tangga. Bapak Sy merupakan salah satu
pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Usia bapak Sy 40
tahun. Latar belakang pendidikan bpk Sy SMA. Pekerjaan beliau saat
ini sebagai penjahit pakaian. Bpk Sy merupakan seorang yang tekun
dan bertanggung jawab, beliau juga yang menjaga inventaris serta
72
menjaga keamanan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Sumber data
pertama seterusnya akan disebut sebagai informan.
Kedua sumber data yang berasal dari anak-anak yatim Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Beberapa anak yang berusia anak-anak
(6-12 th) adalah Pi. Ia sekarang duduk di kelas 1 SD dan berusia 7
tahun. Pi merupakan anak yatim termuda diantara anak-anak yatim
yang lain di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Pi berasal dari aceh,
Bencana alamlah yang menjadikan Pi ditinggalkan ayahnya untuk
selama-lamanya. Setelah terjadinya Bencana alam ibunda menitipkan Pi
di tempat neneknya di kota Semarang. Dikarenakan ibunda Pi bekerja
menjadi TKI di Malaysia, nenek Pi pun sudah renta dan tidak bisa
memenuhi kebutuhan sekolah Pi, akhirnya ibunda dengan berat hati
menitipkan Pi kepada panti guna untuk mendapatkan kesejahteraan dan
ilmu yang bermanfaat. Seperti yang dikatakan Pi sebagai berikut:
Saya masih bergantung dengan salah satu keluarga,
yaitu nenek. Saya masih merasa kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungan, sehingga itu yang
membuat ketidaksatbilan perkembangan emosional
dalam diri saya. Sedangkan di panti asuhan banyak
temannya, ada yang menjaga dan juga dituntut
untuk mandiri seutuhnya ( 20 November 2016).
Anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang juga
berusia anak-anak adalah Nr. Usia Nr saat ini 8 tahun. Pendidikan Nr
kelas 2 SD. Nr telah tinggal di panti selama 2 tahun, penyebab Nr
tinggal di panti adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dalam
membimbing belajar, ibundanya bekerja serabutan berangkat pagi
73
pulangnyapun tidak menentu, oleh karena itu Nr diserahkan kepada
pihak panti untuk dibina dan mendapatkan pengawasan yang baik
selayaknya anak-anak pada umumnya. Seperti yang dikatakan Nr
sebagai berikut.
Mendapatkan perhatian dari pengurus dan juga
teman-teman yang tidak saya dapatkan di rumah.
Karena kurangnya pengawasan dan bimbingan dari
orangtua sehingga menyebabkan perkembangan
emosional saya kurang stabil ( 20 November 2016).
Anak yatim selanjutnya yang masih berusia anak-anak adalah
El. Usia El 9 tahun, El tinggal di panti sudah 3 tahun yang lalu. saat ini
El duduk di kelas 3 SD. Kurangnya ekonomi keluarganyalah yang
menyebabkan El harus tinggal di panti, sehingga El harus berjauhan
dengan saudara dan ibundanya seperti yang sudah dikatakan El sebagai
berikut:
Karena kurang terpenuhinya fasilitas belajar yang
saya dapatkan di rumah, sehingga menyebabkan
perkembangan emosional saya kurang stabil.
Sedangkan di panti asuhan saya mendapatkan
fasilitas belajar yang cukup (20 November 2016).
Sedangkan anak-anak yang berusia remaja (13-21 th) adalah Nk
usia Nk saat ini 14 tahun, Menurut pengamatan penulis Nk termasuk
anak asuh yang tekun, Nk juga memiliki prestasi belajar bagus. Penulis
tertarik ketika melakukan wawancara dengan Nk. Nk salah seorang
anak yatim di Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang tekun.
Menurut Nk faktor yang membuat ia tinggal di panti adalah kurangnya
mimiliki sikap kepercayaan diri, Nk merasa kurang memiliki kelebihan
74
dalam dirinya, Dengan adanya kegiatan yang diterapkan panti Nk dapat
mengembangkan sikap percaya dirinya serta menggali potensi yang ia
sebenarnya miliki.
Anak yatim yang lain adalah Rq. Rq berusia 17 tahun yang saat
ini Rq duduk di kelas 2 SMA. Rq tinggal di panti sejak berusia 10 tahun
sampai saat ini. Hal yang menyebabkan Rq tinggal di panti adalah ingin
memiliki masa depan yang gemilang serta Rq ingin membahagiakan
ibundanya dengan menuruti keinginan ibundanya untuk menimba ilmu
di panti, sehingga Rq rela berpisah jauh dengan sang ibunda agar
ibunda bahagia kelak melihat Rq menjadi sukses dan membanggakan
keluarga. Mj merupakan salah satu anak yatim di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang, Mj berusia 18 tahun dan sekarang duduk di kelas 3
sekolah menengah atas. Mj merupakan anak asuh yang sudah memiliki
kepribadian baik, dengan kepribadian yang Mj miliki, sehingga anak-
anak asuh lainnya merasa nyaman apabila bergaul dengan Mj. Karena
bisa mengayomi dan melindungi anak-anak asuh lain, pengurus sering
menyuruhnya untuk membimbing belajar kepada anak-anak asuh yang
lebih kecil. Faktor yang menyebabkan Mj tinggal di panti adalah
banyaknya saudara kandung yang Mj miliki mengakibatkan ibunda Mj
tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibunda Mj
memutuskan untuk menitipkan Mj tinggal di panti guna mendapatkan
masa depan yang baik, sumber data kedua seterusnya di sebut sebagai
subjek penelitian.
75
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Emosional dan Kemandirian Belajar Anak Yatim di
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang
1. Anak-anak
Perkembangan anak pada usia enam sampai dua belas tahun
merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut
berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya kondisi sosial
emosionalnya. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur
pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan,
saling memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju kondisi
sosial emosional anak tersebut.
Menurut CP. Chaplin, Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-
perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan
perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Sedangkan menurut teori James dan
Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah
atau kegiatan individu. Misalnya, menangis itu karena sedih, tertawa
itu karena gembira, lari itu karena takut, dan berkelahi itu karena
marah. Berbeda halnya dengan teori Lindsley mengemukakan teorinya
yang disebut “activition theory” (teori pengerakan), menurut teori ini
emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan
76
syaraf terutama otak. Contohnya, apabila individu mengalami frustasi,
susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi
kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak,
maka hal itu menimbulkan emosi (Yusuf : 118).
Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan
jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan maupun
guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga
dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan,
rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal
sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga
adanya tindakan yang tidak dapat mempengaruhi perkembangan
emosional anak.
Menginjak usia ini, Anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang memiliki Perkembangan emosional yang belum stabil,
disebabkan karena lingkungan. Keadaan lingkungan yang
menyebabkan ketidakstabilan adalah penyesuaian diri pada situasi baru
yang ada di kehidupannya. Pada situasi ini anak cenderung cepat
marah, rewel, dan umumnya sulit dihadapi.
Misalnya ketika anak pertama kali datang ke panti, dengan
kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan meningginya
emosional anak. Mereka menjadi gelisah, tegang dan mudah
tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun. Keadaan emosi
77
yang tidak tersalurkan maka tidak menyenangkan bagi anak, seringkali
anak dengan cara coba-coba meredakan keadaan ini dengan sibuk
bermain, dengan tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan
menangis. Sekali cara meredakan emosi yang tidak tersalurkan ini
ditemukan, maka akan timbul cara baru bagi anak untuk mengatasi
ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial. Meskipun
banyak cara yang digunakan, tetapi anak menemukan melalui cara
coba-coba dan bukan melalui bimbingan, bahwa ada beberapa bentuk
yang lebih baik dan secara sosial lebih diterima daripada banyak
bentuk yang lainnya.
Misalnya ketika anak menangis, cara tersebut merupakan
pelampiasan emosi yang tertahan, namun cara tersebut biasanya
mempunyai akibat sampingan yaitu perasaan sedih yang melemahkan
tenaga bagi dirinya dan timbulnya mata memerah serta bengkak yang
menunjukkan bahwa ia baru menangis. Selain itu anak beranggapan
bahwa menangis merupakan perilaku seperti anak kecil, Walaupun
anak tersebut menangis secara sembunyi-sembunyi. Di lain pihak,
tertawa dan sibuk bermain tidak menimbulkan akibat sampingan dan
juga tidak menimbulkan penolakan sosial. Dengan demikian pada
masa ini sebagian besar anak telah menemukan bentuk cara emosional
yang memenuhi kebutuhan mereka dan membantu mereka mengatasi
pengendalian emosi seperti yang diharapkan oleh lingkungannya.
Beberapa anak yang mempunyai teman akrab, sering kali
78
membicarakan hal-hal yang menimbulkan emosi seperti perasaan
sedih, kecewa dan takut dengan teman, karena hal tersebut akan
banyak membantu. Dengan melakukan hal tersebut mereka
memperoleh pandangan baru tentang berbagai masalah emosional
sehingga setiap situasi yang membangkitkan emosi dapat dicegah atau
dikurangi. Dengan cara ini memungkinkan mereka untuk belajar
mengungkapkan emosi dengan cara yang dapat diterima
lingkungannya serta dengan ketegangan fisik atau ketegangan
emosional yang sedikit.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa
ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar. Mengingat hal tersebut, maka pengurus
hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar yang
efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan suasana panti yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan Anak asuh sebagai individu yang mempunyai
harga diri.
3. Menghargai hasil karya anak asuh.
79
Sedangkan perkembangan sosial pada anak usia enam sampai
dua belas tahun (6-12) adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak usia ini ditandai dengan
adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia
mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group),
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Anak yatim putri Aisyiyah Tuntang usia ini mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang bekerja
sama atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah
kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok serta
merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Berkat
perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungannya.
Dalam proses belajar anak yatim di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang, kematangan perkembangan sosial dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti
membersihkan panti dan halaman panti), maupun tugas yang
membutuhkan fikiran (seperti membuat tugas kelompok). Tugas-tugas
kelompok tersebut diharuskan dapat memberikan kesempatan kepada
80
setiap anak asuh untuk menunjukkan prestasinya, Tetapi juga
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan
tugas kelompok, anak asuh dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan
dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan
bertanggung jawab.
2. Remaja
Masa remaja merupakan segmen perkembangan individu yang
sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas,
1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal:12-15 tahun; (b)
remaja madya: 15-18 tahun dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun.
Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa
perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke
arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan
diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa
“Strom & Stress”, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan
teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa
(Yusuf : 184).
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-
organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-
81
perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya,
seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih
intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan
emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat
terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat
negatif dan tempramental (mudah tersinggung/marah, atau mudah
sedih/murung); sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosinya.
Gessel dkk. (dalam Hurlock 1996: 213) mengemukakan bahwa
remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang,
dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan
perasaanya. Sebaliknya remaja enam belas tahun mengatakan bahwa
mereka “tidak mempunyai keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan
tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa
remaja.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas
perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan
tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh
hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan
penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai
kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila kurang dipersiapkan
82
untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari orangtua atau pengakuan dari teman sebaya,
mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau
ketidaknyamanan emosionalnya.
Perkembangan Emosional yang di alami anak yatim putri Panti
Asuhan Aisyiyah Tuntang memiliki karakteristik anak remaja pada
umumnya diantaranya, mereka tidak lagi mengungkapkan amarah
yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau
berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang
menyebabkan amarahnya. Mereka juga iri hati terhadap anak yang
memiliki benda lebih banyak. Ia tidak menyesali diri sendiri, seperti
yang dilakukan anak-anak. Mereka suka bekerja sampingan untuk
mendapatkan uang agar dapat membeli barang yang diinginkan.
Kematangan emosional anak yatim putri Aisyiyah yang
berusia remaja tidak “meledakkan” emosinya dihadapan orang lain
melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.
Petunjuk kematangan emosional yang lain yaitu individu menilai
situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional,
tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau
orang yang tidak memiliki kematangan emosional. Dengan demikian
anak asuh mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat
menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, anak asuh yang emosinya
83
matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah
dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Untuk
mencapai kematangan emosi anak asuh harus belajar memperoleh
gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan masalah
pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah
pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial
dan sebagian oleh tingkat kesukaanya pada orang lain. Selain itu ia
juga harus belajar menggunakan cara yang tepat untuk menyalurkan
emosinya. Dengan cara bermain, melakukan kegiatan yang ada di
panti, tertawa atau menangis. Meskipun cara-cara ini dapat
menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian
ungkapan emosi, namun sikap sosial terhadap perilaku menangis
kurang baik dibandingkan dengan sikap sosial terhadap perilaku
tertawa, kecuali bila tertawa hanya dilakukan bilamana memperoleh
dukungan sosial.
Sedangkan perkembangan sosial pada masa remaja disebut
“Social Cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain,
sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat
nilai-nilai maupun perasaan. Pemahamannya ini, mendorong remaja
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka
(terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun
percintaan (pacaran) (Yusuf : 198).
84
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang
memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik
menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian. Memiliki solidaritas
yang amat tinggi dan kuat dengan kelompok sebayanya, jauh melebihi
dengan kelompok lain, bahkan dengan keluarganya sekalipun. Remaja
senantiasa mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan, apabila
tidak menemukannya cenderung menciptakan nilai-nilai khas
kelompok mereka sendiri, Mulai tampak kecenderungannya untuk
memilih karier tertentu (M.Ali & M.Asrori : 93).
Perkembangan sosial pada Anak yatim putri Panti Asuhan
Aisyiyah ditandai dengan lebih menyukai teman dari lawan jenisnya
daripada teman sejenisnya, mengikuti berbagai kegiatan sosial, baik
kegiatan dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Dengan banyaknya
kegiatan sosial yang dilakukan, maka wawasan sosial semakin
membaik pada anak asuh yang lebih besar. Sehingga anak asuh dapat
menilai teman-temannya dengan lebih baik, penyesuaian diri dalam
situasi sosial bertambah baik dan pertengkarang menjadi berkurang.
Semakin banyak partisipasi sosial, semakin besar kemampuan
sosial anak asuh, seperti terlihat dalam mengadakan pembicaraan,
dalam melakukan olah raga, permainan yang populer, dan berperilaku
baik dalam berbagai situasi sosial. Dengan demikian anak asuh
memiliki kepercayaan diri yang diungkapkan melalui sikap yang
tenang dan seimbang dalam situasi sosial.
85
Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi
selama masa ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dia berada dan
oleh sikap serta perilaku teman-teman baiknya.
Selain itu anak asuh memiliki kemampuan sosial untuk
memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut
sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya, yang
mendorong untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan
teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan
(pacaran). Seperti halnya ketika pengurus menghadapi anak asuh yang
ketahuan berpacaran, pengurus memanggil anak asuh, memberikan
nasihat serta bimbingan dan memanggil keluarganya guna
menyelesaikan masalah tersebut.
B. Upaya Panti Asuhan dalam Membentuk Kemandirian Belajar Anak
Yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang
Kemandirian belajar tidak bisa terbentuk sendiri, perlunya usaha
dari diri sendiri dan bimbingan dari orang lain, Adanya kerjasama antara
pengurus dan anak asuh. Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak
yatim ada berbagai cara yaitu dengan memberikan pendidikan dan
keterampilan kepada anak yatim sebagai usaha untuk menciptakan pribadi
yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan
visi panti asuhan yaitu terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup,
86
tumbuh kembang, perlindungan dan partipasi agar dapat meraih masa
depan yang lebih baik.
Pendidikan yang diberikan kepada anak asuh didasarkan pada
pedoman pendidikan anak yang ada dalam ajaran agama islam, karena
Panti Asuhan Putri Aisyiyah merupakan panti asuhan yang didirikan oleh
organisasi keagamaan yaitu agama Islam (organisasi Aisyiyah).
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak yatim bertujuan
agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki
kecakapan hidup dan terampil. Pendidikan-pendidikan dan keterampilan
yang diberikan kepada anak-anak yatim adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama (Islam)
Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak
sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup
manusia. Oleh karena itu pengasuh berkewajiban untuk memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak asuh, agar anak asuh menjadi
individu yang mempunyai dan memiliki kepribadian Islami sebagai
seorang muslim. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas
dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam
sejak pertumbuhannya.
Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah dan
akhlak, mengkaji kandungan Al-Qur’an dan hadits, pembacaan tilawatil
Qur’an (PTQ) dan Ke Muhammadiyah-an. Pendidikan aqidah diberikan
agar anak asuh memiliki keyakinan yang kuat atas ajaran Islam
87
sehingga anak dapat mengingat dan terikat serta dapat menjalankan
rukun islam, rukun Iman syari’at yang ada dalam agama Islam.
Dengan pendidikan akhlak, anak asuh akan memiliki budi
pekerti dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan bermasyarakat. Anak asuh juga mengkaji Al-Qur’an dan
hadits agar anak asuh bisa menjalankan hidup sesuai Al-Qur’an sebagai
petunjuk dan pedoman hidup umat muslim dan bisa mencontoh
teladannya yaitu Rasulullah Saw. Kegiatan pengajian (pendidikan
agama) dilaksanakan setelah sholat maghrib sampai waktu sholat isya’.
Kegiatan pendidikan agama Islam disusun dengan jadwal harian
(waktu, hari dan pembimbing). Pembimbing yang menyampaikan
materi kepada anak asuh setiap hari berganti-ganti atau tidak sama
sesuai dengan materi yang akan disampaikan (disesuaikan dengan
bidang kajiannya). Disamping pendidikan agama diberikan dalam
bentuk pengajian ba’da maghrib, juga diberikan dalam bentuk
penanaman pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan anak asuh setiap
hari yaitu kewajiban menjalankan ibadah sholat lima waktu, membaca
ayat suci Al-Qur’an, puasa dan lain-lain.
2. Pendidikan Moral (Akhlak)
Pengurus sebagai pengganti ayah dan ibu bagi anak asuh,
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan
moral (akhlak) yang baik kepada mereka (anak asuh) sesuai dengan
ajaran agama Islam, Misalnya yaitu: mendidik anak untuk berlaku
88
benar, dapat dipercaya, mendidik anak untuk melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang lebih menghormati, menjauhi perbuatan yang tercela,
sopan santun dalam berperilaku dan lain-lain.
Pendidikan moral (akhlak) yang diberikan kepada anak asuh
diterapkan pada kehidupan sehari-hari anak asuh. Kebiasaan-kebiasaan
baik yang dilakukan anak asuh misalnya: adap sopan santun dalam
bergaul baik dengan teman maupun dengan masyarakat, berbicara
dengan halus dan sopan dengan orang lain misalnya, berbicara dengan
orang yang lebih tua menggunakan bahasa krama inggil (bahasa jawa
halus). Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari di asrama panti asuhan
dibiasakan untuk tolong menolong dalam segala hal, baik dalam
mengerjakan tugas harian ataupun belajar anak asuh yang lebih dewasa
membimbing anak asuh yang lebih kecil. Setiap anak asuh harus pamit
atau meminta izin kepada ibu asrama atau pengasuh jika akan pergi atau
akan pulang ke rumah. Dalam bergaul dengan orang lain atau
masyarakat sopan santun anak asuh selalu dijaga, misalnya anak asuh
yang sedang bertugas untuk menarik uang sumbangan donatur tiap
bulan harus dengan “unggah-ungguh” yang baik, sopan dalam
berbicara, mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk ke
rumah dan lain-lain.
Menghindari perbuatan yang tercela, misalnya: berbohong,
mencuri, membolos sekolah, serta perbuatan-perbuatan tercela lainnya.
Untuk menghindari perbuatan-perbuatan tersebut pengasuh
89
mengajarkan dan sangat menekankan kejujuran, karena dengan
kejujuran anak asuh akan bisa bertanggung jawab dengan apa yang
diucapkan serta apa yang dilakukannya. Selain mengajarkan pendidikan
moral secara teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan
contoh yang nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang
baik dan terpuji.
3. Keterampilan-Keterampilan yang diberikan Kepada Anak yatim
Anak-anak yatim di panti asuhan selain mendapatkan
pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal
(sekolah) juga mendapatkan berbagai macam keterampilan. Dengan
kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka akan dapat
hidup mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat
yang mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan.
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh
meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan
menjahit dan kesenian. Keterampilan yang diajarkan kepada anak asuh
disampaikan oleh pembimbing yang sudah ditunjuk oleh pihak panti
asuhan yang disesuaikan dengan bidang keahliannya masing-masing.
Keterampilan membuat kerajinan tangan misalnya, membuat bros
kerudung, hasil dari kerajinan tangan tersebut ada yang di jual dan ada
juga sebagian yang dipakai sendiri oleh anak-anak asuh. Kesenian
misalnya marching band dan rebana.
90
Anak merupakan bagian yang terpenting dalam kelangsungan hidup
manusia. Karena anak sebagai generasi penerus dalam suatu lembaga. Sejak
lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma, dan nilai-nilai
budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh orang tua
dalam keluarga. Proses sosialisasi pertama kali terjadi dalam lingkungan
keluarga melalui pembinaan anak yang diberikan oleh orang tuanya. Di sini
pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting
dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan
anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
Keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam
pendewasaan anak. Kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa
kebersamaan sehingga memudahkan orang tua mewariskan nilai-nilai moral
yang dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku, sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan pertolongan dari orang dewasa yaitu melalui pendidikan dan
pelatihan dalam hal ini adalah keluarga, terutama orang tua.
Pada saat ini peran orang tua dan peran respon dari lingkungan
sangat diperlukan bagi anak sebagai “penguat” untuk setiap perilaku yang
telah dilakukannya. Berbeda halnya dengan anak yatim, adanya
disorganisasi keluarga dalam hal ini tidak adanya ayah dalam keluarganya
membuat anak menjadi kurang perhatian dan pendidikan terabaikan.
Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting dalam membentuk
kemandirian belajar anak. Tanpa mengesampingkan peran ibu yang juga
91
penting. Seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pengambil
keputusan utama memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang
anak yang dibimbing oleh ayah akan cenderung berkembang menjadi anak
yang lebih kuat, memiliki pengendalian emosional dan perilaku kemandirian
belajar yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki ayah. Dalam
sebuah keluarga ayah memainkan peranan sebagai: (1) Provider (penyedia
dan pemberi fasilitas), (2) Protector (pemberi perlindungan), (3) decision
maker (pembuat keputusan), (4) child spesialiser and edukator (pendidik
dan yang menjadikan anak sosial) dan (5) Nartured Mother (pendamping
ibu), (Dagun, 2002:12-17).
Anak yatim tidak bisa merasakan peran ayah karena mereka tidak
mempunyai ayah mereka membutuhkan sosok lain yang bisa menggantikan
peran ayah dalam keluarganya. Salah satu cara yang dilakukan agar anak
yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak
tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan guna membantu
meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat,
membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilan-keterampilan
seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga.
Para pengurus menerapkan cara-cara tertentu dalam pembentukan
kemandirian belajar anak asuh agar mereka menjadi pribadi yang mandiri
sehingga mereka memiliki pengalaman yang nantinya akan dijadikan
pedoman bagi mereka agar kelak mereka hidup di dalam lingkungan
masyarakat dan mendapatkan suatu bekal yaitu dalam bentuk pendidikan
92
yang diberikan dengan cara memberi suatu pengertian sejak dini lalu dilatih
secara berulang-ulang kemudian menjadi kebiasaan dan akhirnya
membudaya. Penanaman kemandirian belajar juga disesuaikan dengan
jenjang sekolah anak asuh. Sesuai yang dituturkan oleh Ibu En selaku ketua
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut:
Anak usia SD atau yang baru datang, dia kan belum bisa
cuci piring, cuci baju, nyetrika, ngepel, bersih-bersih panti
lah. Pengurus mendampingi mereka kalau mereka capek
istirahat terus besoknya mulai lagi begitu seterusnya
sampai mereka bisa, kalau SMP yang pertama harus
membimbing adik-adiknya dan membantu adik-adiknya
yang butuh bantuan, mereka sudah mulai kita aktifkan
pada kegiatan dan keterampilan-keterampilan yang ada
disini, kalau yang SMA sama tugasnya membimbing dan
membantu adik-adiknya sekaligus sebagai panutan adik-
adiknya terus kegiatan kita sarankan supaya lebih aktif
tapi kalau keterampilan mereka kita sarankan supaya
fokus pada salah satu bidang biar bisa bener-bener ahli di
bidang tersebut, kalau bisa semua sih tidak apa-apa ntar
malah tidak bisa semua gara-gara tidak fokus (20
November 2016).
Penanaman nilai kemandirian belajar di panti dilakukan dengan cara
membangun kesadaran anak asuh bahwa panti merupakan milik mereka
sendiri dan segala pemenuhan kebutuhan menjadi tanggung jawab mereka
sendiri, panti asuhan hanya memfasilitasi. Anak asuh mencuci pakaian
sendiri, menyetrika baju sendiri, ketika mereka membutuhkan uang panti
asuhan memfasilitasi kebutuhan tersebut. Sesuai dengan tuturan Ibu En
salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut:
Penanaman nilai kemandirian belajar dilakukan dengan
menyelesaikan segala persoalan kebutuhan mereka
sendiri, rumah ini, panti ini mereka yang merawat ada
jadwal-jadwal kegiatan sehari-hari. Jadi mengajarinya
93
tidak kamu harus begini begitu tapi mereka sudah tau,
saya harus begini saya harus begitu, nyuci baju sendiri
apa-apa sendiri pokoknya menyelesaikan semua persoalan
sendiri, pengurus hanya memfasilitasi, kamu butuhnya
uang untuk transport, butuh sabun disiapkan sabun, butuh
makan disiapkan makan tapi bagaimana bajunya harus
bersih, bagaimana mereka berangkat mereka harus
mengaturnya sendiri (pada tanggal 20 November2016).
Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian membuat
anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanak-kanakan yang terus
mengandalkan bantuan orang lain. Mereka sudah mengerti apa yang harus
mereka kerjakan untuk kehidupan mereka di panti tanpa harus meminta
bantuan orang lain. Peraturan yang ada dijalankan dengan tertib dan tegas
oleh pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang seperti yang dituturkan
oleh Ibu En selaku ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang,
peraturannya sebagai berikut:
Dulu juga pernah ada anak yang bilangnya pulang ke
rumah tetapi setelah saya menghubungi rumahnya
ternyata dia tidak di rumah, setelah kembali di panti saya
panggil dia sambil tak suruh bantu-bantu membersihkan
ruangan, saya nasehati dia kasih peringatan. Apabila dia
mengulanginya lagi maka saya kembalikan ke walinya
saja. Anak itu terus meminta maaf dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Terus biasanya kalau ada anak asuh
yang bolos sekolah, malam harinya saya panggil datang
ke ruangan pengurus biar tidak malu sama teman-
temannya, saya beri nasehat dan arahan supaya tidak
mengulangi lagi terus uang sakunya untuk sementara
waktu tidak saya berikan dulu, supaya anaknya kapok
(pada tanggal 20 November 2016).
Penanaman kemandirian belajar juga dilakukan dengan cara
memberikan keterampilan yang nantinya membuat mereka bisa mencari
penghidupan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Sesuai dengan
94
tuturan Bpk Sy salah satu pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
sebagai berikut:
Di sini mereka kita beri bermacam-macam keterampilan,
biasanya kesenian dan menjahit. Kita selama ini belum
pernah kerjasama dengan lembaga-lembaga penyalur
kerja paling Cuma menyarankan kamu sebaiknya ke sini
apa suruh kita bantu-bantu buat jadi karyawan kita tapi itu
untuk yang sudah pintar dalam bidangnya. Biasanya kita
sarankan begitu. Contoh lainnya seperti ketika mereka tak
suruh untuk belajar kesenian, agar kelak ketika mereka
suah keluar dari panti dapat memliki keahlian dalam
bidang seni. Jadi, kegiatan ini saya maksudkan untuk
melatih kemandirian anak, biar mereka tahu kalau anak
panti itu harus memiliki keahlian yang nantinya berguna
untuk masa depannya kelak. (pada tanggal 20 November
2016).
Berbagai keterampilan yang diberikan kepada anak asuh diharapkan
mereka mempunyai bekal keahlian dalam bidang-bidang tertentu sehingga
mereka bisa menggunakan keahliannya tersebut untuk kehidupannya
setelah keluar dari Panti Asuhan Putri Aisyiyah. Anak asuh juga harus
mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman mereka.
Kemampuan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial,
serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung
pribadi yang bertanggung jawab mempunyai perasaan aman dan mampu
menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan tidak mudah
menyerah akan mendukung perilaku mandiri. Sesuai dengan tuturan Ibu En
salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut:
Hubungan anak yatim dengan teman-teman lain yang
tinggal di panti baik, mereka saling melengkapi, kadang
kalau teman-temannya membutuhkan pertolongan mereka
siap membantu, mungkin ada satu atau dua anak yang
95
belum perduli dengan teman-temannya karna mungkin
anaknya pendiam atau cuek jadi mereka bingung
membantunya bagaimana, tapi kita usahakan mereka
berbaur saling melengkapi tanpa harus melihat status anak
di panti dengan memberi pengarahan bahwa kita semua
tinggal di asrama ini bersaudara tanpa memandang status,
hubungan antara pengurus dan anak asuh saling tolong
menolong dan anak asuh menghormati pengurus untuk
kepentingan bersama (pada tanggal 23 November 2016).
Menurut pandangan pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah, anak-
anak yatim Panti Asuhan Putri Aisyiyah mempunyai hubungan yang baik
kepada semua anggota yang tinggal di asrama karena menunjukkan
keramahan dan keberanian dalam bergaul tanpa diliputi rasa rendah diri.
Selain itu, mereka juga sopan dan menggunakan bahasa yang halus dalam
berbicara. Ini dibuktikan dengan contoh ketika berbicara dengan seluruh
pengurus biasanya anak menggunakan bahasa yang halus dan berperilaku
sopan. Mereka mengaplikasikan langsung pendidikan yang mereka
dapatkan di panti untuk menolong teman-temannya atau orang yang
membutuhkan pertolongannya. Namun, masih ada anak yatim panti yang
kurang mampu untuk berinteraksi dengan pengurus karena terlalu pendiam,
rendah diri dan penakut serta belum dewasa tingkat berfikirnya.
Selain itu kepribadian pengurus juga menjadi alasan anak asuh
memiliki bahasa yang halus dan perilaku yang sopan. Pengurus panti
asuhan putri Aisyiyah Tuntang memiliki suri tauladan dan budi pekerti baik
yang sangat patut ditiru oleh anak asuh, dengan adanya pengurus yang
memiliki kepribadian baik itulah tidak heran apabila ternyata anak asuh
memiliki hal yang serupa.
96
Sesuai dengan tuturan Bpk Sy salah satu pengurus di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah sebagai berikut:
Anak-anak panti sini bagus mbak, ramah sopan sama
semua pengurus, mereka gampang banget bergaul sama
semua pengurus tidak isinan lah, ditanya jawabnya pakai
bahasa kromo, anak-anaknya kepenakan artinya kalau ada
yang sambat minta tolong mereka siap membantu. Tapi
ya tidak semuanya begitu ada yang beberapa satu dua
anak yang susah buat bergaul sama pengurus, ketemu
tidak mau nyapa, mungkin anaknya memang pendiam apa
pemalu (pada tanggal 23 November 2016).
Di dalam panti mereka juga dituntut untuk menyelesaikan masalah
mereka sendiri kalau tidak bisa baru meminta bantuan sama orang lain.
Sesuai dengan tuturan Ibu En salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah sebagai berikut:
Biasanya kalau ada yang mengalami kesulitan anak yang
kecil minta bantuan yang gede kalau yang gede tidak bisa
ya kita tanya sama mbah google mbak, hehe. Yang
namanya anak mesti pernah punya kasus nggak mungkin
sempurna sekali, dipanggil orang tuanya kita pengurus
yang datang, tapi kita kalau dipanggil nggak mau datang,
kita suruh wali anaknya yang datang karena kita tahunya
si anak sekolah. Lha udah berangkat sih dari sini. Saya
suruh orang tuanya atau walinya untuk mengurusi
semuanya, biar menjadi shock terapi. Saya kira ini
merupakan pembelajaran yang luar biasa untuk si anak
(Pada tanggal 23 November 2016).
Pernyataan itu dipertegas Rq, salah satu anak asuh di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah sebagai berikut:
Kita disini disuruh untuk menyelesaikan masalah kita
sendiri mbak, kalau ada masalah sama teman kita harus
menyelesaikan secepat mungkin dan jangan sampai
pengurus turut campur dalam masalah ini. Kalau bingung
ngadepi masalah biasanya kita minta bantuan teman dulu
biasane mbak-mbakku kalau mbak-mbakku nggak bisa
97
kita minta saran sama pengurus, contohe dulu saya pas
milih jurusan di SMA saya bingung mau milih jurusan IA
atau IS terus dikasih masukan sama mereka kalau di IA tu
begini kalau di IS itu begini (Pada tanggal 23 November
2016).
Tujuan dari anak yatim menyelesaikan masalah mereka adalah
untuk mencapai tanggung jawab sosial. Hakikat tugas ini adalah agar anak
yatim mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan
bangsa dengan selalu memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah
lakunya secara pribadi. Intelegensi ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
Menurut Ibu En pengurus mengupayakan pembentukan
kemandirian belajar yang akan diberikan kepada anak asuh mencakup hal-
hal sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan belajar yang akan dilaksanakan di panti asuhan harus
berdasarkan hasil musyawarah antara pengurus dan anak asuh.
Tujuannya agar pembelajaran menghasilkan suatu kondisi yang
kondusif. Setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan
kepentingan bersama.
2. Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan terlebih dahulu dimusyawarahkan antara pengurus dan
anak asuh tentang materi yang akan dipelajari. Materi belajar bukan
semata-mata ditentukan oleh pengurus, anak asuh diberikan
kesempatan untuk menentukan materi belajar yang mereka inginkan.
98
3. Setiap anak asuh harus diberikan kesempatan untuk meningkatkan
potensi yang dimilikinya sehingga setiap anak asuh dapat membantu
mengembangkan dirinya untuk berkembang sesuai dengan kapasitas
yang dimilikinya. Prinsip ini akan menumbuhkan kemandirian belajar
pada anak asuh untuk melakukan sesuatu keputusan tanpa
ketergantungan pada pihak lain.
4. Pembelajaran yang diberikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
diupayakan dapat memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk
mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan kemampuan
masing-masing anak asuh. Misalnya, anak asuh yang mempunyai minat
menjahit maka lebih cenderung fokus pada menjahit dibandingkan
dengan kegiatan yang lainnya. Demikian pula yang mempunyai
kemampuan dan berminat dalam bidang drum band, kegiatan
belajarnya akan disesuaikan dengan minatnya dalam bidang drum
band, sedangkan anak asuh yang mempunyai kemampuan dan berminat
dalam bidang memasak kegiatan belajar disesuaikan dengan kegiatan
yang sesuai, demikian selanjutnya sesuai dengan kemampuan dan
minat yang dimiliki anak asuh.
5. Setiap anak asuh harus diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin
dalam berbagai kegiatan. Ini dilakukan untuk melatih anak asuh
menjadi berani, menimbulkan kepercayaan diri anak asuh dan
diharapkan menjadi pemimpin di lingkungan masyarakat kelak.
99
6. Dalam pembentukan kemandirian belajar anak asuh, pengurus tidak
bekerja sendiri, akan tetapi dengan melibatkan berbagai elemen
masyarakat, seperti petugas kesehatan, organisasi Muhammadiyah,
pemerintah kabupaten, Dinas sosial, dll. Masing-masing dari yang
dilibatkan dalam membelajarkan anak asuh memberikan pelayanan
kepada anak asuh yang berbeda. Misal, petugas kesehatan satu bulan
sekali mengecek kesehatan anak asuh dan memberikan pengarahan
kepada mereka untuk selalu menjaga kebersihan baik kebersihan badan
maupun lingkungan.
7. Anak asuh dengan karakter yang berbeda diarahkan untuk saling
menerima perbedaan tersebut. Anak asuh diharapkan dapat saling
berbagi dalam hal apapun. Masing-masing anak asuh mempunyai
karakter berbeda, tidak semua anak asuh memiliki kecerdasan emosi
dan sosial yang sama, ada diantara mereka sulit berinteraksi terhadap
teman-temannya, belum mampu menyesuaikan diri dengan baik, serta
kurangnya tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi, oleh karenanya dalam memberikan bimbingan kepada anak
asuh diarahkan agar anak asuh bisa saling menghargai, menghormati,
dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan
baik.
8. Prinsip belajar terus menerus harus memberikan kesempatan kepada
anak asuh untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhannya.
Konsekuensinya, kegiatan belajar harus merangsang anak asuh untuk
100
dapat memahami proses pembelajaran, bukan hanya sesaat tetapi dapat
bermakna jika dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama. Kegiatan
belajar di Panti Asuhan Aisyiyah dirancang agar anak asuh menjadi
pembelajar mandiri materi yang dipelajari harus sesuai dengan minat
dan dibutuhkan oleh anak asuh. Anak asuh akan merasa rugi apabila
tidak mengikuti kegiatan yang diajarkan oleh pengurus.
C. Hambatan Yang Diperoleh Dalam Pembentukan Kemandirian
Belajar Anak Yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang
Panti asuhan dalam memberikan kemandirian belajar kepada anak
asuh bukan tanpa hambatan. Menurut Ibu EN beberapa hambatan yang
dialami oleh panti asuhan diantaranya:
1. Kekurangpahaman anak asuh dalam menerima materi belajar. Anak
asuh sering berpura-pura sudah mengerti tentang materi belajar yang
disampaikan oleh pengurus, padahal sebenarnya belum mengerti.
Sebagai contoh, ketika guru pembimbing fiqih mempraktekkan cara
berwudhu yang baik, anak asuh menganggap sudah bisa dan tidak
memperhatikan, ketika mereka disuruh mempraktekkannya kembali
ternyata belum sempurna wudhunya.
2. Ketidakhadiran pengajar sering menjadikan hambatan dalam proses
pembelajaran, seperti halnya ketika musim hujan biasanya pengajar
101
yang tidak bermukim di asrama tidak hadir, sehingga waktu anak asuh
yang seharusnya melakukan kegiatan menjadi terhambat.
3. Banyaknya aktifitas anak asuh di sekolah menjadikan mereka
terkadang pulang ke asrama dengan tidak tepat waktu, sehingga ketika
kegiatan belajar berlangsung mereka terlambat atau bahkan tidak
mengikuti kegiatan belajar tersebut.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya pembentukan
kemandirian belajar di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perkembangan sosio-emosional dan kemandirian belajar anak yatim
putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang sudah cukup baik, tetapi perlu
dikembangkan terus-menerus. Perkembangan sosio-emosionalnya
dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Kondisi sosio-emosional anak yatim usia 6-12 (anak-anak)
1) Kondisi emosional
Pada usia ini perkembangan emosional anak belum stabil,
disebabkan karena lingkungan. Keadaan yang menyebabkan
ketidakstabilan adalah penyesuaian diri pada situasi baru yang
ada dikehidupannya.
2) Kondisi sosial
Kondisi sosial pada masa ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial pada anak usia
ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping
dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan
teman sebaya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah
bertambah luas. Anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah
103
Tuntang mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
sendiri kepada lingkungan dan teman-temannya, sehingga
terbentuknya kematangan perkembangan sosial pada diri anak.
b. Kondisi sosio-emosional anak yatim usia 13-18 (remaja)
1) Kondisi emosional
Kondisi emosional pada remaja anak yatim di panti asuhan
putri Aisyiyah Tuntang mereka tidak lagi mengungkapkan
amarah yang meledak-ledak, tetapi ia sudah dapat menahan
emosinya. Dengan demikian anak asuh mengabaikan banyak
rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi.
Akhirnya, anak asuh yang emosinya matang memberikan
reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu
emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain.
2) Kondisi sosial
Kehidupan remaja pada umumnya berusaha untuk menemukan
jati dirinya, sehingga remaja tersebut terdorong untuk
berinteraksi sosial dengan orang lain guna memahami karakter
individu yang menyangkut pribadinya maupun pribadi orang
lain. Perkembangan sosial pada anak yatim putri panti asuhan
Aisyiyah Tuntang ditandai dengan banyaknya kegiatan sosial
yang diikutinya, sehingga anak asuh dapat menilai karakter
sosial teman-temannya. Dengan banyaknya kegiatan sosial
yang dilakukan, maka wawasan sosial semakin membaik
104
bertambah. Sehingga anak asuh dapat menilai teman-temannya
dengan lebih baik, penyesuaian diri dalam situasi sosial
bertambah baik dan pertengkarang menjadi berkurang. Dengan
demikian anak asuh memiliki kepercayaan diri yang
diungkapkan melalui sikap yang tenang dan seimbang dalam
permasalahan sosial.
2. Upaya yang dilakukan pengurus dalam pembentukan kemandirian
belajar anak yatim di panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang
Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak yatim putri ada
berbagai cara yaitu dengan memberikan pendidikan agama Islam dan
keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk
menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup
(life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat meraih masa
depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan keterampilan yang
diberikan kepada anak yatim putri sebagai berikut:
a. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak sejak
dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup
manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah
dan akhlak, karena pendidikan akhlak sangatlah penting bagi
kehidupan anak sebagai pondasi sekaligus bekal bagi kehidupan
anak ke depannya. Selain mengajarkan pendidikan moral secara
teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan contoh yang
105
nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan
terpuji.
b. Keterampilan
Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan pendidikan
agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal (sekolah)
juga mendapatkan berbagai macam keterampilan. Adapun tujuan
dari keterampilan anak yatim putri adalah dengan adanya
kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka dapat hidup
mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat yang
mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan
anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan
mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah
mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
3. Hambatan yang diperoleh pengurus dalam pembentukan kemandirian
belajar anak yatim di panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang antara lain:
a. Kurangnya pemahaman pada anak yatim putri dalam menerima
materi belajar
b. Ketidakhadiran pengajar menjadikan hambatan dalam proses
pembelajaran
c. Kurangnya efisiensi waktu dalam beraktifitas sehingga anak yatim
putri seringkali kegiatan yang ada di panti asuhan tersita dengan
kegiatan yang ada di sekolahan. Dengan adanya hambatan tersebut,
106
pengurus panti belum bisa sepenuhnya menuntaskan, sehingga
kurang terbentuknya kemandirian belajar yang sempurna.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka
penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya
kearah yang lebih baik, kepada:
1. Pengurus Yayasan Aisyiyah Tuntang diharapkan dapat meningkatkan
profesionalitasnya agar mampu membimbing anak yatim putri dan
mencetak anak yatim putri yang lebih mandiri dan berkwalitas.
2. Anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang hendaknya lebih giat,
sungguh-sungguh, dan tekun dalam belajar baik di panti maupun di
sekolah formal dan mematuhi semua tata tertib dan aturan yang ada
dalam panti asuhan, karena semua itu untuk kebaikan anak asuh.
3. Pihak keluarga diharapkan untuk lebih memperhatikan tumbuh
kembang anak yang dititipkan di panti asuhan dengan ikut berperan
aktif dengan pengurus dalam merawat dan mendidik anak, sehingga
cita-cita untuk mewujudkan anak yang cerdas dan berakhlaqul karimah
dapat terwujud, karena bagaimanapun juga keluarga adalah pihak yang
bertanggung jawab atas kehidupan anak.
4. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan nasib anak-anak yang
kurang beruntung serta mengambil kebijakan guna meningkatkan
pendidikan, kelayakan dan kesejahteraan anak-anak, khususnya anak
yatim yang hidup di panti asuhan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2003. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media
Ali, M. & Asrori, M. 2005, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: Bumi Aksara.
Anung, H. 2005. Belajar Mandiri: Konsep dan Penerapannya Dalam Sistem
Pendidikan Dan Pelatihan Terbuka/Jarak Jauh, Jakarta : Seamolec.
Azizi, D. A. 1996 Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Iektiar Baru Van Hoeve
Chabib, T. 1996 Kapita Selekta Pendidikan Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dagun, SM. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Dawud, S. A. no. 2.873, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10 (Tahun
VIII/125H/2004)
Departemen Agama RI, 2010. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : Departemen
Agama RI.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,
Departemen Sosial Republik Indonesia. 2004. Pedoman Penyelenggaraan
Pembinaan Kesejahteraan Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen Sosial RI. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan
Kesejahteraan Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
108
Desmita, 2009 Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua Dan
Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA,
Bandung: Rosdakarya,
Elizabeth, H. B. 1996 Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. 1989 Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Jakarta: Gunung Mulia.
Hadits Riwayat Shahih Bukhari no. 4998 dan 5659
Herman, H. 1994 Murid Belajar Mandiri, Bandung: Rosdakarya,
Kartono, K. 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju
Kemp, J. E. 1994. Proses Perencanaan Mengajar, Bandung : ITB
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya Offset.
Muntaha, 2012. Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan
Darul Hadlanah Blotongan Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga :
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Nasution S, 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito
Nur, Habib. 2009. Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Piatu
Putra Islam An-Nur Bantulkarang Ringinharjo Bantul. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta : Jurusan Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Peter Salim & Yenny Salim, 1991 Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
Jakarta: Modern English
Putri, A. 2015. Upaya Pembinaan Kemandirian di Panti Asuhan Untuk
Mempersiapkan Masa Depan. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta :
Jurusan Sosiologi UIN Sunan Kalijaga.
109
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.
Syaltut, M. 1990, Tafsir Al-Qur’anul Karim, Bandug: CV. Diponegoro.
Syaodih, S. N. 2008 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Thursan, H. 2002 Belajar Secara Efektif, Jakarta: Pustaka pembangunan Swadaya
Nusantara
Yusuf LN, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Rosdakarya
Dokumen :
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lukluum Maknun
Tempat Tanggal Lahir : Tuntang, 22 Desember 1994
Alamat : Jl.Jawa No.8 Rt 01/Rw03 Krajan Jombor Kec.
Tuntang Kab. Semarang
Pendidikan : 1. RA Jombor 2000
2. MI Ma’arif Jombor 2006
3. MTs Sunan Pandanaran Jogjakarta 2009
4. MA Sunan Pandanaran Jogjakarta 2012
Demikian daftar biodata saya buat dengan sebenar-benarnya.
Tuntang, 20 Februari 2017
Yang bersangkutan,
LukluumMaknun
NIM. 111-12-245
111
PEDOMAN WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM
PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG
A. Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Pendidikan Terakhir :
B. Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a) Kenapa anda bisa tinggal di panti?
b) Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
c) Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
d) Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
e) Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?
f) Adakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
2. PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH
a) Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan Aisyiyah?
b) Apakah Visi dan Misi Yayasan Aisyiyah?
c) Apa bimbingan pendidikan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim?
d) Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian anak
yatim tersebut?
e) Materi keterampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah?
f) Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih
meningkatkan keterampilan bagi anak yatim?
112
TRANSKIP WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI
ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
A. Identitas Informan
a. Nama : Putri
b. Umur : 7 tahun
c. Pekerjaan : Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : -
B. Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a. Kenapa anda bisa tinggal di panti?
Pi berasal dari aceh, Bencana alamlah yang menjadikan Pi
ditinggalkan ayahnya untuk selama-lamanya. Setelah terjadinya
Bencana alam ibunda menitipkan Pi di tempat neneknya di kota
Semarang. Dikarenakan ibunda Pi bekerja menjadi TKI di
Malaysia, nenek Pi pun sudah renta dan tidak bisa memenuhi
kebutuhan sekolah Pi, akhirnya ibunda dengan berat hati
menitipkan Pi kepada panti guna untuk mendapatkan kesejahteraan
dan ilmu yang bermanfaat.
b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
Istirahat, solat dan makan.
c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
Kalau di rumah tidak ada yang menjaga, sedangkan di panti asuhan
banyak temannya dan ada yang menjaga.
d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
Ada, keberanian saya muncul setelah tinggal di panti, karena
113
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?banyak
teman sebaya yang menjadikan saya berani.
f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
Ya, nenek saya 1 bulan sekali selalu berkunjung ke panti asuhan
untuk menjenguk saya.
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
Mendapatkan kesejahteraan dan ilmu yang bermanfaat.
2. PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH
Identitas Informan
a. Nama : Hj. Endang Sulistyorini Santo
b. Umur : 60 tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan Terakhir : Sarjana Ekonomi
a. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan
Aisyiyah?
Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya Solo-
Semarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab.
Semarang, yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah
naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari
rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari
Bogor. Ketika itu anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang.
Sedangkan Biaya asuh atau dana berasal dari donatur-donatur yang
awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya
Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20 anak.
Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi.
114
Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran karena
konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga
bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada
korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti
Asuhan Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada
penambahan bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan
cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari
sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah anak
yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 82 anak.
Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang
kuliah.
b. Apakah Visi Misi Yayasan Aisyiyah?
Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang,
perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi.
Misi
5) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik
jasmani, rohani, mental, psikososial.
6) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-
perlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan
anak.
7) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
anak sesuai bakat dan minatnya.
115
8) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
qur’an dan Al-hadist.
c. Apa bimbingan pendidikan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim?
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan moral
3. keterampilan
d. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian
anak yatim tersebut?
Iya, Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian
membuat anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanak-
kanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Mereka
sudah mengerti apa yang harus mereka kerjakan untuk kehidupan
mereka di panti tanpa harus meminta bantuan orang lain.
e. Materi ketrampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah ?
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh
meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan
menjahit dan kesenian.
f. Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih
meningkatkan keterampilan bagi anak yatim?
Dengan cara memberikan pendidikan agama Islam dan
keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk
menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan
hidup (life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat
meraih masa depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan
keterampilan yang diberikan kepada anak yatim putri sebagai
berikut:
116
1. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak
sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman
hidup manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan
meliputi aqidah dan akhlak, karena pendidikan akhlak
sangatlah penting bagi kehidupan anak sebagai pondasi
sekaligus bekal bagi kehidupan anak ke depannya. Selain
mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian)
pengurus juga memberikan contoh yang nyata dengan tingkah
laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji.
2. Keterampilan
Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan
pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan
formal (sekolah) juga mendapatkan berbagai macam
keterampilan. Adapun tujuan dari keterampilan anak yatim
putri adalah dengan adanya kecakapan yang dimiliki anak asuh
diharapkan mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai
dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah
keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan anak sebagai
bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar
karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan
anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
117
TRANSKIP WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI
ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
A. Identitas Informan
a. Nama : Nia Ramadhani
b. Umur : 8 Tahun
c. Pekerjaan : Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : -
B. Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a. Kenapa anda bisa tinggal di panti?
penyebab Nr tinggal di panti adalah kurangnya pengawasan dari
orang tua dalam membimbing belajar, ibundanya bekerja serabutan
berangkat pagi pulangnyapun tidak menentu, sehingga dia tinggal
di panti.
b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
Istirahat, sholat, mengerjakan PR dan makan.
c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
Sangat berbeda, ketika di rumah tidak ada yang mengawasi, karena
ibu bekerja berangkat pagi dan pulangnya tidak menentu.
d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
Saya mendapatkan bimbingan dan pengawasan yang baik
layaknya anak-anak pada umumnya.
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?
Mendapatkan perhatian dari pengurus dan juga teman-teman.
f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
Ada, ibu saya 2 bulan sekali.
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
Mendapatkan bimbingan, binaan dan pengawasan yang lebih.
118
2. PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH
a. Nama : Suyuti
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Penjahit
d. Pendidikan Terakhir : SMA
a. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan
Aisyiyah?
Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya Solo-
Semarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab.
Semarang, yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah
naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari
rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari
Bogor. Ketika itu anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang.
Sedangkan Biaya asuh atau dana berasal dari donatur-donatur yang
awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya
Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20 anak.
Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi.
Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran karena
konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga
bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada
korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti
Asuhan Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada
penambahan bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan
cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari
119
sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah anak
yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 82 anak.
Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang
kuliah.
c. Apakah Visi Misi Yayasan Aisyiyah?
Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang,
perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi.
Misi
1) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik
jasmani, rohani, mental, psikososial.
2) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-
perlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan
anak.
3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
anak sesuai bakat dan minatnya.
4) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
qur’an dan Al-hadist.
d. Apa bimbingan pendidikan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim?
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan moral
3. Keterampilan
120
e. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian
anak yatim tersebut?
Iya, Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian
membuat anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanak-
kanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Mereka
sudah mengerti apa yang harus mereka kerjakan untuk kehidupan
mereka di panti tanpa harus meminta bantuan orang lain.
f. Materi ketrampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah ?
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh
meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan
menjahit dan kesenian.
g. Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih
meningkatkan keterampilan bagi anak yatim?
Dengan cara memberikan pendidikan agama Islam dan
keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk
menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan
hidup (life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat
meraih masa depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan
keterampilan yang diberikan kepada anak yatim putri sebagai
berikut:
1. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak
sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman
hidup manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan
meliputi aqidah dan akhlak, karena pendidikan akhlak
sangatlah penting bagi kehidupan anak sebagai pondasi
sekaligus bekal bagi kehidupan anak ke depannya. Selain
121
mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian)
pengurus juga memberikan contoh yang nyata dengan tingkah
laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji.
2. Keterampilan
Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan
pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan
formal (sekolah) juga mendapatkan berbagai macam
keterampilan. Adapun tujuan dari keterampilan anak yatim
putri adalah dengan adanya kecakapan yang dimiliki anak asuh
diharapkan mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai
dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah
keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan anak sebagai
bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar
karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan
anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
122
TRANSKIP WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI
ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Identitas Informan
a. Nama :Nurul Khamidah
b. Umur : 14 tahun
c. Pekerjaan : Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : -
Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a. Kenapa anda bisa tinggal di panti?
kurangnya mimiliki sikap kepercayaan diri, Nk merasa kurang
memiliki kelebihan dalam dirinya, Dengan adanya kegiatan yang
diterapkan panti Nk dapat mengembangkan sikap percaya dirinya
serta menggali potensi yang ia sebenarnya miliki.
b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
Istirahat, sholat dan makan.
c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
Kalau di panti saya bisa mengembangkan sikap percaya diri serta
dapat menggali potensi yang saya miliki.
d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
Ada, dengan adanya kegiatan yang ada di panti saya menjadi lebih
percya diri dan mengetahui potensi yang ada pada diri saya.
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?
Memiliki banyak teman, mandiri, dan memiliki jiwa sosial yang
tinggi.
f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
123
Ada, paman, ibu, tante 1 bulan sekali.
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
Dengan adanya kegiatan yang diterapkan panti Nk dapat
mengembangkan sikap percaya dirinya serta menggali potensi yang
ia sebenarnya miliki.
124
TRANSKIP WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI
ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Identitas Informan
a. Nama : Rizqi Fauziyah
b. Umur : 17 tahun
c. Pekerjaan : Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : -
Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a. Kenapa anda bisa tinggal di panti?
adalah ingin memiliki masa depan yang gemilang serta Rq ingin
membahagiakan ibundanya dengan menuruti keinginan ibundanya
untuk menimba ilmu di panti, sehingga Rq rela berpisah jauh
dengan sang ibunda agar ibunda bahagia kelak melihat Rq menjadi
sukses dan membanggakan keluarga.
b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
Istirahat, solat dan makan.
c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
Kalau di rumah mendapatkan ilmu hanya di sekolah, akan tetapi
ketika di panti bisa mendapatkan ilmu yang lebih yang tidak ada di
sekolah.
d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
Mendapatkan ilmu agama dan ilmu umum (ketrampilan)
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?
f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
Belajar mandiri untuk berpisah dengan orangtuanya.
125
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
Bisa mendapatkan ilmu yang banyak untuk meraih kesuksesan di
masa depan.
126
TRANSKIP WAWANCARA
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI
ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Identitas Informan
a. Nama : Miftahul Jannah
b. Umur : 18 tahun
c. Pekerjaan : Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : -
Pertanyaan
1. ANAK YATIM PUTRI
a. Kenapa anda bisa tinggal di panti?
banyaknya saudara kandung yang Mj miliki mengakibatkan ibunda
Mj tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibunda Mj
memutuskan untuk menitipkan Mj tinggal di panti guna
mendapatkan masa depan yang baik
b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah?
Istirahat solat dan makan.
c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di
rumah?
Kalau di rumah sepulang sekolah membantu ibunya bekerja,
sehingga saya tidak bisa belajar dengan maksimal.
d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti?
Saya semakin mandiri dan bisa membantu mengurangi beban
orangtua.
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?
Pengurus sering menyuruh saya untuk membimbing belajar anak-
anak panti yang lebih kecil.
f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
127
Iya ada, tapi kadang-kadang.
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang tidak saya
dapatkan ketika di rumah.
128
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Definisi Panti Asuhan “Putri Aisyiyah” Tuntang
129
Anak – Anak Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kegiatan Rebana Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
130
Kegiatan Drum Band Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Ruang Menjahit Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
131
Kegiatan Qiro’ah Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kegiatan Menyulam Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
132
Anak-Anak Panti Sedang Belajar
Anak-Anak Panti Sedang Belajar
133
Pengurus Panti Membimbing Belajar Anak Asuh
Anak-Anak Panti Sarapan Pagi
134
Kegiatan Sholat Berjamaah Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Lomba Porseni Tingkat Kabupaten Semarang
top related