astihome.files.wordpress.com · web viewalhamdulillah tidak henti-hentinya kita berdo’a dan...
Post on 19-Jan-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
URGENSI DAN FUNGSI SERTA PENDEKATAN STUDI FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam
Oleh:
Kelompok III
Sutarni
Asti Yuliarni
Megawati
Abudzar
Bulkis
Dosen Pengampuh:
1. Dr. Syamsir, M.Pd.I.2. Dr. Muh. Anis, M.Hum.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MAGISTER (S2)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH SINJAI
TA. 2019
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak henti-hentinya kita berdo’a dan mengharap semoga
Allah SWT. Senantiasa melimpahkan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua,
begitu pula fadhilah dan wasilah-Nya kiranya di limpahkan kepada junjungan
yang tercinta Nabi Muhammad SAW.
Salah satu bentuk kasih sayang dan rahmat yang diberikan oleh Allah
SWT kepada saya, karena segala pertolongan dan hidayaah-Nya sehingga tugas
yang kami susun dapat diselesaikan. Tugas ini disusun sebagai tugas di Pasca
Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai, oleh Bapak Dr. Syamsir,
M.Pd. dengan harapan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat untuk semua
insan. Sebagai bahan mentah pada tatap muka perkuliahan.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca tentang Urgensi dan Fungsi serta Pendekatan Studi Filsafat
Pendidikan Islam. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan,
pembahasan masalah, serta penarikan kesimpulan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kami, Aamiin...
Sinjai, 17 Maret 2019 Kelompok III
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Apa urgensi dan fungsi studi filsafat pendidikan Islam?...........................3
B. Apa saja pendekatan studi filsafat pendidikan Islam?...............................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................... 12
B. Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan Islam memperhatikan prinsip-prinsip dan konsep-
konsep yang mendasari pendidikan dalam Islam. Tugas filsafat pendidikan adalah
memonitori dan mengontrol basis-basis pendidikan. Dengan kata lain, filsafat
bekerja di luar praktek pendidikan itu sendiri, bahkan di luar prinsip dan konsep
yang dijadikan dasar pijakan bagi pelaksanaan pendidikan. Karena sesungguhnya
lembaga pendidikan bukan berarti sesuatu yang hidup dalam menara gading dan
mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat, akan tetapi sesuatu yang hidup
menyatu dengan masyarakat dan berbagai persoalannya.1
Filsafat pendidikan bekerja dalam rangka menganalisis, mengkritik,
mendekonstruksi dan mendisintegrasi infrastruktur pendidikan yang ada, serta
terus-menerus memproduksi konsep-konsep baru atau menunjukkan apa yang
semestinya dijadikan konsep. Dengan filsafat pendidikan maka dunia pendidikan
selalu diupayakan untuk progresif, menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dan
kontekstual dalam menjawab tuntutan zaman.2
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam melampaui hal-hal dan
nilainilai yang selalu bersifat absolut. Tidak ada konsep yang sakral atau prinsip
yang abadi. Seiring berjalannya waktu, konsep dan prinsip yang menjadi landasan
bagi pelaksanaan pendidikan selalu bisa dikritisi dan dievaluasi. Di level inilah
1 Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010), h. 5.2 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 12.
4
filsafat pendidikan Islam bekerja. Atau dengan kata lain filsafat pendidikan Islam
berfungsi sebagai norma pendidikan.3
Filsafat pendidikan Islam beroperasi di ruang-ruang pengetahuan Islam
maupun esensi moralitas. Pengetahuan, sains, bahkan konsep moralitas adalah
produk suatu zaman, dengan konteks dan spiritnya tersendiri. Filsafat pendidikan
Islam berupaya memahami spirit dan konteks tersebut, sehingga tidak ada yang
tak tersentuh oleh filsafat. Karenanya, filsafat pendidikan Islam mampu masuk
dalam ruang pengetahuan Islam itu sendiri dengan berbagai pendekatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan untuk dijadikan kajian utama dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa urgensi dan fungsi studi filsafat pendidikan Islam?
2. Apa saja pendekatan studi filsafat pendidikan Islam?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui urgensi dan fungsi studi filsafat pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui pendekatan studi filsafat pendidikan Islam
3 Ahmad Ali Riyadi, Ibid…, h. 15.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urgensi dan Fungsi Studi Filsafat Pendidikan Islam
1. Urgensi Studi Filsafat Pendidikan Islam
Para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang saat ini,
baik dalam pendidikan Islam pada khususnya, maupun pendidikan pada
umumnya. Menurut mereka pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak
dari atau belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga
berimplikasi pada kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan
pendidikan itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan agama Islam selama ini
berjalan melalui cara didaktis metodis seperti halnya pengajaran, dan lebih
didasarkan pedagogis umum yang berasal dari sifat pendidikan Model Barat
sehingga lebih menekankan pada “transmisi pengetahuan”. Untuk menemukan
pedagogis Islam diperlukan lebih dahulu rumusan filsafat pendidikan Islam
yang kokoh.4 Fondasi filosofis yang mendasari sistem pendidikan Islam selama
ini masih rapuh, terutama tampak pada adanya bentuk dualisme dikotomis
antara apa yang dikategorikan ilmu-ilmu agama yang menduduki fardu ‘ain
dan ilmu-ilmu sekular yang paling tinggi berada pada posisi fardu kifayah.
Yang sering kali terbaik dan bahkan terapkan. Di samping itu, kegiatan
pendidikan Islam seharusnya berorientasi ke langit (orientasi transendental).
Tampaknya belum tercermin secara tajam dan jelas dalam rumusan filsafat
pendidikan Islam, dan bahkan belum dimilikinya. Karena itu, penyusunan
suatu filsafat pendidikan Islam merupakan tugas strategis dalam usaha
4 Lihat Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 5.
6
pembaruan pendidikan Islam.5 Ilmu pendidikan di Indonesia dewasa ini
tampaknya mulai kehilangan jati diri, yang antara lain disebabkan karena
penelitianpenel itian lebih koheren dalam persoalan-persoal an praktis
operasional dan formal yang terdapat di sekolah. Sedangkan pemikiran ilmu
pendidikan yang lebih bersifat kondisional termasuk di dalamnya filsafat
pendidikan mengalami stagnasi. Demikian pula riset-riset di dalamnya.6
Berbagai keprihatinan para pakar di atas merupakan indikasi mengenai
pentingnya konstruksi filsafat pendidikan Islam, karena bagaimanapun filsafat
bukanlah penyelidikan yang terpisah dan eksklusif. Tetapi justru merupakan
bagian dari kehidupan manusia dan pendidikan.
Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan
manusia, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah
proses pendidikan. Atau meminjam istilah Lodge bahwa “live is
education and education is live”.7 Sebagai persoalan hidup, maka
pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya perlu
menggunakan sistem pemikiran filsafat tersebut di atas, yang
menyangkut metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika, karena
problem yang ada dalam lapangan pendidikan juga berada dalam
lapangan pendidikan tersebut. Karena itu, hubungan antara filsafat
dan pendidikan sangat erat.
Eratnya hubungan antara filsafat dan pendidikan ini diakui
oleh Kilpatrick sebagai berikut: “Philosophizing and education are,
then, but two stages of the same endeavor; philosophizing to think
5 Lihat A. Syafi’i Ma’arif, et al., Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1993), h. 23.
6 Lihat Mochtar Buchori, Pendidikan dalam Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 15.
7 Lihat Rupert C. Lodge, Philosophy of Education, (New York: Harper&Brothers, 1947), h. 66.
7
out better values and idealism, education to realize these in life, in
human personality”.8
Dengan demikian, berfilsafat dan mendidik adalah dua tahap
kegiatan tapi dalam satu usaha. Berfilsafat ialah memikirkan
dengan seksama nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan
mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu dalam
kehidupan dan dalam kepribadian manusia.
Sistem pemikiran filsafat tersebut jika dikaitkan dengan
pendidikan, maka dalam lapangan metafisika misalnya, antara lain
diperlukan adanya pendirian mengenai pandangan dunia yang
bagaimanakah yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dalam lapangan epi stemologi antara lain di perlukan dalam
penyusunan dasar-dasar kurikulum. Kurikulum yang biasa diartikan
sebagai serangkaian kegiatan atau sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan, diibaratkan sebagai jalan raya yang perlu dilewati oleh
peserta didik dalam usaha mengenal dan memahami pengetahuan.
Agar para peserta didik berhasil dalam mencapai tujuan itu, maka
secara bertahap mereka perlu mengenal hakikat pengetahuan.
Dalam lapangan aksiologi, yakni yang mempelajari nilai-nilai, juga
sangat dekat dengan pendidikan, karena dunia nilai (etika dan
estetika), juga menjadi dasar pendidikan, yang selalu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan. Di samping
itu, pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial, kultural dan
keagamaan, tidak dapat lepas dari sistem nilai. Dan dalam lapangan
logika, sebagai cabang filsafat yang meletakkan landasan mengenai
8 Lihat William H. Kilpatrick, Philosophy of Education, (New York: MacMillan Coy, 1957), h. 33.
8
ajaran berpikir yang benar dan valid, sangat diperlukan dalam
pendidikan kecerdasan. Pelaksanaan pendidikan menghendaki
seseorang mampu mengutarakan pendapat dengan benar dan valid
sehingga diperlukan penguasaan logika.
Karena itu, hubungan antara filsafat dan pendidikan
merupakan keharusan, terutama dalam menjawab persoalan-
persoalan pokok dan mendasar yang dihadapi oleh pendidikan. John
S Burbacher sebagaimana dikutip oleh Ozmon dan Craver9
menyarankan agar persoalan-persoalan yang mendasar tentang
pendidikan dibahas dan dipecahkan menurut teori filsafat. Sebagai
implikasinya diperlukan bangunan filsafat pendidikan yang kokoh
dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Jika tidak demikian,
dikhawatirkan akan terjadi: (1) pendidikan akan terapung-apung
(tanpa tujuan); (2) tujuan-tujuan pendidikan akan samar-samar
(meragukan), bertentangan, dan tidak menunjang kesetiaan; (3)
ukuran-ukuran dasar pendidikan menjadi sangat longgar; (4)
ketidakmenentuan peranan pendidikan dalam suatu masyarakat; (5)
sekolah-sekolah akan memberikan banyak kebebasan kepada
peserta didik dan tidak mampu memupuk apresiasi terhadap
otoritas dan kontrol; dan (6) sekolah akan menjadi sangat sekular
dan mengabaikan agama.
Ibarat sebuah bangunan rumah, maka bangunan filsafat
pendidikan Islam itu mencakup berbagai dimensi, yaitu pertama,
dimensi bahan-bahan dasar yang menentukan kuat atau tidaknya
suatu fondasi bangunan. Dalam konteks filsafat pendidikan Islam,
9 Lihat Howard A. Ozmon, et al., Philosophical and Foundations of Education, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 1995), h. 94.
9
sumber-sumber atau semangat pemikiran berasal dari para pemikir
pendidikan Islam itu sendiri. Kedua, dimensi fondasi bangunan itu
sendiri, yang berupa prinsip atau dasar dan asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar) berpikir dalam menjawab persoalan-
persoalan pokok pendi dikan yang termuat dalam si stem
(komponenkomponen pokok aktivitas) pendidikan Islam. Ketiga,
adalah dimensi tiang penyangga yang berupa struktur ide-ide dasar
serta pemikiranpemikiran yang fundamental yang telah dirumuskan
oleh pemikir pendidikan Islam itu sendiri dalam mengembangkan,
mengarahkan, dan memperkokoh bangunan sistem pendidikan
Islam.10
Dalam hubungan ini, dijumpai berbagai pendapat para ahli yang mencoba
merumuskan pengertian filsafat pendidikan Islam. Muzayyin Arifin misalnya,
mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep
berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran
agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan, serta dibimbing menjadi manusia Muslim yang seluruh pribadinya
dijiwai oleh ajaran Islam. Definisi ini memberi kesan bahwa filsafat pendidikan
Islam sama dengan filsafat pada umumnya. Dalam arti bahwa filsafat pendidikan
Islam mengkaji tentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan
pendidikan, seperti manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, kurikulum,
metode, lingkungan, guru, dan sebagainya. Bedanya dengan filsafat pendidikan
pada umumnya bahwa di dalam filsafat pendidikan Islam semua masalah
kependidikan tersebut selalu didasarkan kepada ajaran Islam yang bersumberkan
10 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 65-75.
10
al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan kata lain bahwa kata Islam yang mengiringi kata
filsafat pendidikan itu menjadi sifat, yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.
2. Fungsi Studi Filsafat Pendidikan Islam
Setiap ilmu sudah pasti memiliki fungsi dan kegunaan, termasuk juga
filsafat pendidikan. Para ahli di bidang ini telah banyak meneliti secara teoretis
mengenai kegunaan filsafat pendidikan. Umar Muhammad al-Taomi al-
Syaibani misalnya, mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat
pendidikan sebagai berikut:11
a. Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-
orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran
sehat terhadap sistem pendidikan. Di samping itu, ia dapat menolong tujuan-
tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah
pendidikan, peningkatan, tindakan, dan keputusan termasuk rancangan-
rancangan pendidikan mereka. Selain itu, ia juga berguna untuk memperbaiki
peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar
yang mencakup penilaian bimbingan dan penyuluhan.
b. Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan
dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang
perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertiannya yang terbaru
penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi secara umum untuk
mendidik angkatan baru dan warga negara dan segala yang
berkaitan dengan itu.
11 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama 2005), h. 19.
11
c. Filsafat pendidikan akan menolong dalam memberikan pendalaman
pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,
dan politik di negara kita.
Berdasarkan pada kutipan di atas, timbul kesan bahwa
kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan ternyata amat strategis. Ia
seolah-olah menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan
dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan
filsafat pendidikan itu adalah bidang filosofisnya yang menjadi akar
dari setiap permasalahan pendidikan. Dengan berpedoman kepada
filsafat pendidikan ini, setiap masalah pendidikan dapat dipecahkan
secara komprehensif, integrated, dan tidak parsial. Melihat
sebagian besar jasa yang dimainkan oleh filsafat ini, tidak
mengherankan jika al-Syaibani lebih lanjut mengatakan seharusnya
filsafat pendidikan, amaliah pendidikan, dan pengajaran mendapat
penghargaan dan penghormatan dari pihak-pihak pengajar, para
guru, dan orangorang yang berkiprah dalam bidang pendidikan.
Dengan penghargaan dalam arti memanfaatkan jasa filsafat
pendidikan ini dengan sebaik-baiknya, mereka akan memiliki
sandaran dan rujukan intelektual yang berguna untuk membela
tindakan-tindakannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.12
B. Pendekatan Studi Filsafat Pendidikan Islam
Adapun pendekatan dalam studi filsafat pendidikan Islam, yaitu;13
1. Pendekatan Normatif
12 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,… h. 19.13Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 132-133.
12
Norma, artinya nilai, juga berarti aturan atau hukum-hukum. Norma
menunjukkan keteraturan suatu sistem. Nilai juga menunjukkan baik buruk,
berguna tidak bergunanya sesuatu. Norma juga tidak menunjukkan arah gerak
suatu aktivitas.
Menurut filsafat Islam, sumber nilai adalah Tuhan dan semua bentuk
norma akan mengarahkan manusia kepada Islam. Pendekatan normatif
dimaksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan
nyata, dalam filsafat Islam bisa disebut sebagai pendekatan syar’iyah, yaitu
mencari ketentuan dan menetapkan ketentuan tentang apa yang boleh dan yang
tidak boleh menurut syar’iyah Islam. Obyeknya adalah keterkaitan dengan
tingkah laku dan amal perbuatan metode ijtihad dalam fiqh seperti istihsan,
maslahah mursalah, al-‘adah muhakkamah, adalah merupakan contoh-contoh
metode normative dalam system filsafat Islam.
2. Pendekatan Historis
Historis artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan
kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan
kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu
setting situasi kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam system pemikiran
filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidak
mungkin terjadi. Perirtiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam
membina masa depan.
Dengan demikian peristiwa-peristiwa sejarah banyak manfaatnya untuk
pendidikan. Ayat-ayat al-Qur’an banyak yang menganjurkan untuk mengambil
pelajaran dari sejarah. Dalam sistem filsafat Islam, penggunaan sunnah Nabi
SAW sebagai sumber hukum, penelitian-penelitian akan hadist-hadist yang
menghasilkan pemisahan antara hadist palsu dan hadist sahih, pada hakikatnya
13
merupakan contoh praktis dari penggunaan analisa historis dalam filsafat
pendidikan Islam.
3. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual, yang pada hakikatnya
merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berfikir rasional,
empiris dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat
dalam Islam.
Demikian, beberapa pendekatan filosofis yang mungkin digunakan dalam
memecahkan problematika pendidikan dikalangan umat islam. Adapun
pendekatan mana yang kiranya efektif dan efisien tentunya tergantung kepada
sifat, bentuk dan ciri khusus problema yang dihadapi. Yang jelas bahwa masalah
pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran Islam adalah merupakan
Khalifah Allah dan memiliki potensi-potensi manusiawi, maka pendekatan filsafat
pendidikan Islam, haruslah pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi
manusiawi.
14
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibarat sebuah bangunan rumah, maka bangunan filsafat
pendidikan Islam itu mencakup berbagai dimensi, yaitu pertama,
dimensi bahan-bahan dasar yang menentukan kuat atau tidaknya
suatu fondasi bangunan. Dalam konteks filsafat pendidikan Islam,
sumber-sumber atau semangat pemikiran berasal dari para
pemikir pendidikan Islam itu sendiri. Kedua, dimensi fondasi
bangunan itu sendiri, yang berupa prinsip atau dasar dan asas
(kebenaran yang menjadi pokok dasar) berpikir dalam menjawab
persoalan-persoalan pokok pendi dikan yang termuat dalam si
stem (komponenkomponen pokok aktivitas) pendidikan Islam.
15
Ketiga, adalah dimensi tiang penyangga yang berupa struktur
ide-ide dasar serta pemikiranpemikiran yang fundamental yang
telah dirumuskan oleh pemikir pendidikan Islam itu sendiri
dalam mengembangkan, mengarahkan, dan memperkokoh
bangunan sistem pendidikan Islam.
Berdasarkan pada kutipan di atas, timbul kesan bahwa kegunaan
dan fungsi filsafat pendidikan ternyata amat strategis. Ia seolah-
olah menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan
dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan
filsafat pendidikan itu adalah bidang filosofisnya yang menjadi
akar dari setiap permasalahan pendidikan.
2. Demikian, beberapa pendekatan filosofis yang mungkin digunakan dalam
memecahkan problematika pendidikan dikalangan umat islam. Adapun
pendekatan mana yang kiranya efektif dan efisien tentunya tergantung
kepada sifat, bentuk dan ciri khusus problema yang dihadapi. Yang jelas
bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran
Islam adalah merupakan Khalifah Allah dan memiliki potensi-potensi
manusiawi, maka pendekatan filsafat pendidikan Islam, haruslah pendekatan
yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusiawi.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini penyusun beranggapan bahwa masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu Saran, kritik dan masukan sangat penulis harapkan
dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini dan menjadi bahan
perbandingan kedepannya agar jauh lebih baik dari sebelunnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama 2005.
Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010.
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Lihat A. Syafi’i Ma’arif, et al., Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1993.
Lihat Howard A. Ozmon, et al., Philosophical and Foundations of Education, New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 1995.
Lihat Mochtar Buchori, Pendidikan dalam Pembangunan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.
Lihat Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
17
Lihat Rupert C. Lodge, Philosophy of Education, New York: Harper&Brothers, 1947.
Lihat William H. Kilpatrick, Philosophy of Education, New York: MacMillan Coy, 1957.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
18
top related