stkipnurulhuda.ac.id · web viewkeefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara...
Post on 25-Oct-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 OKU
Sahadi, S.Pd.1
Yanti Sariasih, M.Pd.2
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa sebelum diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif dan siswa setelah diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SDN 3 OKU. Mengetahui dan mendeskripsikan keefektifitan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SDN 3 OKU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra-eksperimen dengan populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 3 OKU yang berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Teknik tes yang digunakan adalah tes berbicara.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pada tes awal sebesar 25,90 dengan nilai rata-rata tes akhir sebesar 35,87. Selain itu, uji t juga membuktikan nilai sig. hitung pada taraf signifikan nilai rata-rata kedua tes lebih kecil dari sig. tabel yaitu 0,16 ≤ 0,29. Hal yang sama juga berlaku untuk taraf signifikan keefektifitan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara yaitu 0,00 ≤ 0,29. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif dan siswa setelah diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara. Pendekatan komunikatif ini efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SDN 3 OKU. Saran dalam penelitian ini adalah guru dapat menjadikan pendekatan komunikatif ini sebegai alternatif model pembelajaran di sekolah.
Kata Kunci: Pendekatan Komunikatif, Pembelajaran Berbicara
1 Peneliti 1 adalah Guru SD Negeri 184 OKU2 Peneliti 2 adalah Dosen STKIP Nurul Huda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki
seseorang. Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun
walaupun pada dasarnya secara alami manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara
secara informal memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif sejak dini.
Pada dasarnya kemampuan berbicara sudah dimiliki siswa sebelum masuk sekolah. Dalam
menyampaikan hal-hal yang sederhana, berbicara menjadi suatu masalah bagi siswa ketika siswa
mulai berbicara untuk mengungkapkan, menerima, bahkan menolak suatu pemikiran secara lisan
dalam situasi dan kondisi tertentu.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara
merupakan kegiatan komunikasi dua arah yaitu pembicara dan pendengar. Seorang pembicara
dituntut pula untuk menyampaikan pembicaraannya dengan efektif serta dapat mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap pendengar.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa mata pelajaran
bahasa Indonesia, berbicara merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa
yang harus dimiliki dan dikuasai siswa selain mendengarkan, membaca, dan menulis
(Depdiknas, 2006:64). Sesuai dengan salah satu Standar Kompetensi pembelajaran berbicara
pada KTSP tingkat SD kelas V adalah siswa dapat mengemukakan pendapat, perasaan, dan
informasi yang dimilikinya secara lisan (Depdiknas, 2006:75).
2
Hasil wawancara peneliti dengan guru SD Negeri 3 OKU yang bernama Novariani dapat
diketahui hal-hal sebagai berikut. Pertama, kenyataannya pembelajaran berbicara belum dapat
memenuhi target kurikulum yang menuntut siswa mampu berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. Kedua, baik guru maupun siswa merasakan kesulitan dalam hal pembelajaran
berbicara di sekolah. Guru tersebut mengakui bahwa pembelajaran berbicara adalah pelajaran
yang paling sulit untuk diajarkan. Guru merasa siswa terlalu lama maju ke depan kelas apabila
diminta untuk berbicara ke depan kelas. Selain itu, guru merasa kesulitan membiasakan siswa
menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara atau mengutarakan pendapatnya dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Inti dari permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran berbicara adalah masih lemahnya kemampuan berbicara siswa dan kurang
efektifnya pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Peneliti menetapkan SD Negeri 3 OKU sebagai tempat penelitian karena dari hasil
wawancara diketahui bahwa masih lemahnya siswa dalam berbicara dan kurang tepatnya
pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru SD Negeri 3 OKU. Selain itu, di SD Negeri
3 OKU belum pernah dilakukan penelitian mengenai keefektifan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran berbicara. Siswa kelas V peneliti pilih sebagai subjek dalam penelitian ini dengan
mempertimbangkan bahwa mereka sudah mempelajari pembelajaran tentang berbicara di kelas
IV dengan pendekatan yang berbeda, tetapi pembelajaran berbicara dengan menggunakan
pendekatan komunikatif belum pernah mereka dapatkan.
Penelitian terhadap pembelajaran berbicara ini sebelumnya pernah diteliti oleh Haluwi,
Alumni FKIP Universitas Sriwijaya tahun 2010 dengan judul skripsi “Keefektifan Metode Role
Playing dalam Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 05 Inderalaya Ogan Ilir”.
Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan, bahwa Ha yang berbunyi “metode role playing lebih
3
efektif daripada metode konvensional dalam pembelajaran berbicara siswa kelas V SD Negeri 05
Inderalatya Ogan Ilir” diterima. Dengan diterimanya Ha, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode role playing dalam pembelajaran berbicara efektif digunakan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Haluwi dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama meneliti pembelajaran berbicara siswa kelas V sekolah dasar dengan
menggunakan metode penelitian eksperimen. Perbedaannya adalah a) penelitian yang dilakukan
oleh Haluwi adalah melihat perbedaan kemampuan berbicara siswa, sementra itu peneliti meniliti
hasil belajar berbicara siswa, b) penelitian yang dilakukan Haluwi dengan objek penelitian di SD
Negeri 05 Inderalaya Ogan Ilir sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
objek penelitian SD Negeri 3 OKU, dan c) penelitian Haluwi menggunakan metode eksperimen
semu, penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa setelah diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU?
3. Apakah pendekatan komunikatif efektif dalam pembelajaran berbicara siswa kelas kelas V
SD Negeri 3 OKU?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.
4
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sebelum diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan keefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis,
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi para pembaca
tentang pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara.
Secara praktis penelitian ini bermanfaat.
1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
pendekatan, metode, dan strategi guru dalam pembelajaran berbicara dengan memperbaiki
pendekatan mengajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2. Bagi siswa, untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran
berbicara sehingga keterampilan siswa dalam berbicara dapat ditingkatkan.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi
permasalahan dalam pembelajarn berbicara, sehingga dapat meningkatkan mutu SD Negeri 3
OKU.
4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan tentang pendekatan komunikatif.
5. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
5
E. Asumsi Penelitian
Surakhmad dalam Arikunto (2006:60) mengemukakan “Anggapan dasar atau postulat
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Berdasarkan
pengertian tersebut, peneliti mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut.
1. Siswa kelas V SD Negeri 3 OKU sudah mempelajari materi berbicara khususnya
mengemukakan pendapat, perasaan, dan informasi yang dimilikinya secara lisan.
2. Masih banyak siswa yang kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, perasaan, dan
informasi yang dimilikinya secara lisan.
3. Pendekatan komunikatif dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah pendekatan komunikatif lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional dalam
pembelajaran berbicara. Hipotesis akan dirumuskan dengan Mx > My. Untuk keperluan
pengujian hipotesis dirumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Berikut bunyi
hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ha : Ada perbedaan kemampuan berbicara sebelum siswa diajarkan menggunakan
pendekatan komunikatif dan setelah siswa diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif.
2. Ho : Tidak ada perbedaan kemampuan berbicara sebelum siswa diajarkan menggunakan
pendekatan komunikatif dan setelah siswa diajarkan menggunakan pendekatan
komunikatif.
6
G. Kriteria Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan tes “t” untuk dua sampel besar yang satu sama
lain saling berhubungan.
1. Apabila thitung sama dengan atau lebih besar daripada ttabel, maka Hipotesis Nol ditolak; berarti
di antara kedua variabel yang kita selidiki, terdapat perbedaan Mean yang signifikan.
2. Apabila thitung lebih kecil daripada ttabel maka Hipotesis Nol diterima atau disetujui; berarti di
antara kedua variabel yang kita selidiki tidak terdapat perbedaan Mean yang signifikan.
Kriteria pengujian hipotesis ini akan dibatasi pada taraf signifikansi 5% (Sudijono,
2006:328). Setelah hasil pengujian hipotesis didapat lalu dikonversikan dengan kriteria sebagai
berikut.
Tabel. 1 Kriteria Hasil Belajar
Nilai Angka Nilai Huruf Predikat80 ke atas
66-7956-6546-55
45 ke bawah
ABCDE
Baik sekaliBaik
CukupKurangGagal
(Sudijono, 2007:35)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Berbicara
Berbicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa yaitu setelah aktifitas mendengarkan (Nurgiyantoro, 2001:252). Power (dikutip oleh
Tarigan, 1993:9) menyatakan bahwa berbicara merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi
seseorang dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi dan
memerima, yang biasa dilakukan dalam bertelepon, wawancara, pidato, diskusi, perintah dan lain
sebagainya. Tarigan (1993:8) menyatakan bahwa berbicara adalah suatu cara berkomunikasi
yang sangat mempengaruhi kehidupan individual seseorang. dalam sistem inilah orang saling
bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut
dengan kata-kata.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan berbicara sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia dengan berbagai maksud dan
tujuannya. Untuk dapat terampil dalam berbicara seseorang harus menguasi beberapa
kemampuan. Menurut Nurgiyantoro (2001:252) kemampuan yang harus dikuasai seseorang
dalam berbicara adalah ia harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata bahasa yang
bersangkutan. Sementara itu, untuk terampil berbicara secara formal tidak mungkin didapat
tanpa adanya latihan, keberanian, dan kebiasaan.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia,
pembelajaran keterampilan berbicara mendapat waktu yang sama dengan keterampilan lainnya.
Selain itu, dalam tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia di KTSP tingkat Sekolah Dasar secara
8
tersurat maupun tersirat pembelajaran berbicara menjadi salah satu komponen keterampilan yang
penting yang harus dimiliki oleh siswa.
Hal di atas terlihat dari enam tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai KTSP tingkat
Sekolah Dasar, empat diantaranya sangat menekankan keterampilan berbicara. Berikut ini tujuan
mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan intelektual, serta
kematangan emosi dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, serta kematangan
emosinal dan sosial.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
B. Tujuan Berbicara
Tujuan umum berbicara adalah untuk berkomunikasi agar bisa menyampaikan pikiran,
gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif. Keraf (dalam Slamet, 2008:189—191)
menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut.
1. Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan, serta
menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian.
9
2. Menyakinkan; pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual
kepada para pendengarnya.
3. Berbuat atau bertindak; pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para
pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
4. Memberitahukan pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada
pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan
sebagainya.
5. Menyenangkan; pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar
terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.
C. Pentingnya Pembelajaran Berbicara bagi Siswa
Pembelajaran berbicara harus mendapat perhatian yang cukup. Salah satu diantaranya
adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara. Siswa harus dibiasakan untuk
berbicara. Siswa berbicara dalam konteks penyampaian gagasan serta proses membangun dan
meneguhkan sebuah pengertian harus diberi ruang yang seluas-luasnya. Dengan demikian,
pembelajaran berbicara di sekolah diharapkan siswa dapat berbicara dalam bentuk
mengemukakan gagasan, menjawab pertanyaan, bercakap-cakap, berwawancara dan bercerita isi
bacaan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pada perkembangannya dapat diketahui bahwa pengembangan bahasa anak memerlukan
kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan
yang memberikan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk menggunakan bahasa. Pada proses
pembelajaran, siswa dituntut untuk terampil berbicara sehingga mereka dapat mengekspresikan
pengetahuan yang telah mereka miliki secara lisan, mengajukan pertanyaan untuk menggali dan
10
mendapatkan informasi, menjelaskan persoalan dan pemecahanannya, dan untuk menarik
perhatian pendengar.
D. Pengertian Pendekatan Komunikatif
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode (Zuchdi, 1997:30). Salah satu
pendekatan yang diajarkan pada pelajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan komunikatif.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran (Djuanda, 2006:33). Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran
bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Pendekatan komunikatif siswa diajarkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, pendekatan komunikatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang
mengarahkan pada pembelajaran komunikasi yang tujuannya agar tujuan dari bahasa dapat
tercapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
E. Ciri-Ciri Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan Brumfit dan
Finocchiaro (dalam Richards dan Rogers, 1986:87), pendekatan komunikatif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bahan bahasa.
2. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur, bunyi atau
kosakata secara terpisah.
11
3. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikasi, yaitu kemampuan menggunakan
sistem bahasa secara efektif dan betul.
4. Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima, menjadi tujuan utama yang ingin
dicapai. Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks penggunaannya.
5. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi, fungsi, atau makna yang
menarik.
6. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan metodologi.
7. Apabila diperlukan dan berguna bagi siswa, penerjemah dapat dilakukan.
8. Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan.
9. Dialog, jika digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya tidak
dihafalkan.
10. Bukan ucapan yang persis seperti ucapan penutur asli yang dicari, tetapi ucapan yang
dipahami.
11. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan.
12. Bahasa yang diciptakan oleh individu-individu sering kali melalui trial and error.
13. Guru membantu siswa dengan cara apapun yang mendorong siswa menggunakan bahasa
yang dipelajari.
14. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan atau
kelompok, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan kata lain bahwa ciri dari pendekatan komunikatif adalah pembelajaran yang
mengutamakan bahasa untuk berkomunikasi. Seperti di dalam kelas, biasanya bahasa digunakan
untuk memberi sambutan, memohon, memberikan informasi, memerintahkan, dan seterusnya
walaupun pemakainya terbatas.
12
Adapun tujuan pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk
mengembangkan komunikasi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa yang
dipelajari itu untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks dan meningkatkan
penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam berkomunikasi.
F. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Komunikatif
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Komunikatif sebagai
berikut.
1. Guru melakukan apersepsi dengan cara; guru bertanya kepada siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil 3—5 orang siswa per kelompok.
4. Guru menjelaskan materi. Materi yang di ajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi yaitu
mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu
persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau wawancara. Kompetensi Dasar yaitu
menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Materi pada pertemuan pertama (pretes)
dan pertemuan keempat (postes) menanggapi peristiwa yaitu tentang banjir, pertemuan kedua
menanggapi tentang Petani dan pertemuan ketiga yaitu menanggapi tentang pemanasan global
dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
5. Guru memberikan sejumlah gambar untuk merangsang siswa menanggapi gambar yang telah
disediakan.
6. Guru mempersilakan siswa untuk menanggapi gambar yang telah diberikan.
7. Siswa diberikan waktu selama 10 menit untuk maju ke depan kelas untuk memberikan
tanggapan berdasarkan gambar.
13
8. Siswa yang lain memberikan tanggapan atau masukan kepada siswa yang telah maju ke depan
kelas.
9. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
10. Guru menutup pelajaran
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
Keefektifan adalah suatu kegiatan yang pada hakikatnya membawa hasil atau guna
terhadap kegiatan yang sedang atau telah dilakukan. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini
adalah apabila skor rata-rata tes berbicara kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan
komunikatif secara signifikan lebih tinggi daripada skor tes kelompok kelas kontrol yang tidak
menggunakan pendekatan komunikatif.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran
Pembelajaran berbicara merupakan suatu kegiatan belajar dengan mengkhususkan diri
pada kemampuan berbicara dengan tujuan siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efesien.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
berbicara siswa kelas V SD Negeri 3 OKU adalah keberhasilan pembelajaran berbicara yang
ingin dicapai dengan menggunakan pendekatan komunikatif pada siswa kelas V SD Negeri 3
OKU.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2006: 99). Variabel adalah pengelompokkan yang lebih dan dua atau lebih (Margono,
2005: 118). Menurut hubungan antara satu variabel satu dengan variabel yang lain maka
15
variabel dapat dibedakan menjadi varibel terikat, variabel bebas, variabel moderator, variabel
intervening, dan variabel kontrol (Sugiyono, 2010: 4—6).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penelitian ini menggunakan variabel bebas dan
variabel terikat, yaitu:
Variabel bebas : Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 OKU pada keterampilan berbicara
sebelum menggunakan pendekatan komunikatif (X).
Variabel terikat : Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 OKU pada keterampilan berbicara
setelah menggunakan pendekatan komunikatif (Y).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan data atau subjek yang akan diteliti dengan karakteristik
tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:115) yang menyatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri 3 OKU. Siswa kelas V SD Negeri 3 OKU memiliki kelas paralel yaitu kelas V.A, V.B,
V.C, dan V.D yang berjumlah 126 orang dengan berincian sebagai berikut.
Tabel 1. Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah1. V.A 322. V.B 323. V.C 324. V.D 32
Jumlah 126(sumber: Tata Usaha SD Negeri 3 OKU Tahun Pelajaran 2012/2013)
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi, dimana
pengambilan yang dilakukan harus mewakili populasi (Sugiyono, 2008:118). Sampel dalam
16
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 OKU. Pengambilan sampel menggunakan teknik
simple random sampling atau sampel acak sederhana.
Teknik ini dilakukan dengan asumsi bahwa kelas yang dijadikan sampel memiliki
kehomogenan yang sama. Pengambilan sampel penelitian ini mengacu pada pendapat Sugiyono
(2010:120) yang menyatakan bahwa dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan anggota populasi dianggap
homogen. Adapun prosedur penarikan sampel yang peneliti lakukan sebagai berikut.
a. Semua kelas V dijadikan sampel.
b. Menulis semua kelas mulai V.A sampai V.D pada gulungan kertas.
c. Gulungan kertas dimasukan ke dalam gelas lalu dikocok.
d. Gulungan kertas yang keluar merupakan kelas yang kemudian dijadikan sebagai objek
penelitian.
Berdasarkan prosedur penarikan sampel yang telah dilakukan sesuai maka terpilihlah kelas
V.A sebagai kelas uji coba. Dengan demikian, terdapat 32 orang siswa uji coba dalam penelitian
ini. Berikut tabel sampel penelitian ini.
Tabel 2. Sampel Penelitian
No. Kelas Jumlah1. V.A 32
Jumlah 32(sumber: Tata Usaha SD Negeri 3 OKU Tahun Pelajaran 2011/2012)
D. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode pra-eksperimen. Penelitian eksperimen ini
dilakukan untuk memperoleh jawaban atas hipotesis yang disusun, yaitu apakah pendekatan
komunikatif efektif dalam pembelajaran berbicara. Hal ini juga mengacu pada pendapat
17
Syamsudin dan Vismaia (2006:150) yang menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan
suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab suatu pertanyaan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah bentuk one group pretest postets. Rancangan
ini meliputi satu kelompok saja yang diberikan pretes dan postes (Sevilla, dkk., 1993:106).
Rancangan penelitian ini hanya melibatkan satu kelompok (kelas). Selain itu, rancangan ini dapat
mengendalikan perbedaan antar subjek serta variabel situasional (Ary, dkk., 2007:374). Berikut
ini desain yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3. Desain Penelitian
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Nilai pretes (sebelum diberikan perlakuan)
O2 : Nilai postes (setelah diberikan perlakuan)
X : Perlakuan
Berikut ini akan dijabarkan prosedur rancangan penelitian berdasarkan tabel di atas.
1. Menentukan subjek penelitian atau kelas V.A menggunakan pendekatan komunikatif.
2. Memberikan tes awal untuk mengukur kemampuan awal pada kelas V.A dan menghitung
mean tes awal.
a. Mempertahankan semua kondisi pada kelas V.A agar tetap sama dalam jangka waktu tertentu
yaitu 2 x 35 menit atau 4 kali tatap muka.
b. Memberikan perlakuan kelas V.A yaitu dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
c. Memberikan tes akhir pada kelas V.A untuk mengukur kemampuan tes akhir, lalu
menghitung meannya.
18
d. Menghitung perbedaan skor antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelas V.A.
e. Membandingkan perbedaan selisih rata-rata skor tes awal dan tes akhir ketika siswa diajarkan
menggunakan pendekatan komunikatif dengan siswa yang diajarkan menggunakan
pendekatan konvensional untuk menentukan apakah penerapan perlakuan keduanya mendapat
perubahan yang lebih besar.
f. Menggunakan tes statistik yang cocok, gunanya untuk menentukan apakah perbedaan dalam
skor seperti perhitungan pada langkah ketujuh signifikan dan apakah perbedaan tersebut
cukup besar untuk menolak hipotesis.
g. Perbedaan tersebut diinterpretasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran kelas V.A (kelas yang dipilih sebagai
subjek penelitian).
Tabel 4. Langkah-Langkah Pembelajaran di Kelas Uji Coba
No. Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Alokasi waktu
1. Pendahuluan 1. Guru melakukan apersepsi dengan cara; guru bertanya kepada siswa apakah siswa pernah memberikan tanggapan berdasarkan gambar yang ditunjukkan oleh guru.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5 menit
5 menit
2. Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil 3—5 orang siswa per kelompok.
2. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu berbicara dengan pendekatan komunikatif.
3. Guru memberikan sejumlah gambar untuk merangsang siswa menanggapi gambar yang telah disediakan.
4. Guru mempersilakan siswa untuk menanggapi gambar yang telah diberikan.
5. Siswa diberikan waktu selama 10 menit untuk maju ke depan kelas untuk memberikan tanggapan berdasarkan gambar.
6. Siswa yang lain memberikan tanggapan atau masukan kepada siswa yang telah maju kedepan
5 menit
20 menit
5 menit
5 menit
10 menit
5 menit
19
kelas.
3. Penutup 1. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap berbicara dengan pendekatan komunikatif yang telah dilakukan.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
3. Guru menutup pelajaran
5 menit
3 menit
2 menit
E. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk mengumpulkan data. Tes ialah seperangkat
rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang
akan dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono, 2005:170). Menurut Arikunto
(dikutip oleh Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 179) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-
keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat.
Tes berbicara dengan menggunakan gambar sebagai media penyampaian materi melalui
pendekatan komunikatif dilakukan sebanyak dua kali. Pertama, tes dilakukan sebelum siswa
diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif. Kedua, tes dilakukan setelah siswa diajarkan
menggunakan pendekatan komunikatif. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
(pretes) dan kemampuan akhir (postes) siswa dalam pembelajaran berbicara. Tes awal dilakukan
untuk mengetahui nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran berbicara. Tes akhir dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata siswa setelah
menggunakan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara.
20
2. Teknik Penganalisisan Data
Data-data yang telah terkumpul kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan program
SPSS versi 17 pada taraf signifikansi 5%. Berikut ini langkah-langkah penganalisisan data.
a. Memberi skor hasil jawaban siswa berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.
Agar tes berbicara siswa ini valid, hasil tes siswa (tes awal dan tes akhir) dinilai oleh guru dan
peneliti. Dengan demikian, nilai yang diperoleh setiap siswa adalah skor dari guru ditambah
dengan skor peneliti dibagi dua. Berikut ini adalah format penilaian berbicara siswa kelas V.
Tabel 5. Kriteria Penilaian Berbicara
Penilaian Sub Penilaian Bobot Jumlah Skor Aspek Kebahasaan
Lafal Tidak jelasKurang jelasJelasSangat jelas
1234
Intonasi Tidak jelasKurang jelasJelasSangat jelas
1234
Jeda Tidak jelasKurang jelasJelasSangat jelas
1234
Nada Tidak jelasKurang jelasJelas Sangat jelas
1234
Diksi (pilihan kata)
Tidak tepatKurang tepatTepatSangat Tepat
1234
Aspek Non Kebahasan
Variasi Kata Tidak jelasKurang jelasJelasSangat bervariasi
1234
Kelancaran Tidak lancar 1
21
Kurang lancarLancarSangat lancar
234
Mimik/Gerak Tidak sesuaiKurang sesuaiSesuaiSangat sesuai
1234
Penguasaan Topik Bahasan
Tidak menguasaiKurang menguasaiMenguasaiSangat menguasai
1234
Penalaran Tidak sesuaiKurang sesuaiSesuaiSangat sesuai
1234
Jumlah 40 40(Akhadiah, dkk., 1993:88—92 kriteria penilaian ini telah dimodifikasi guna kepentingan penelitian ini)
Kriteria aspek kebahasan meliputi lafal, intonansi, jeda, nada, dan diksi. Aspek
nonkebahasaan meliputi variasi kata, kelancaran, mimik muka/gerak, penguasaan topik bahasan,
dan penalaran. Berikut ini deskripsi skor tiap aspek.
Tabel 6. Deskripsi Kriteria Penilaian
Penilaian Sub Penilaian Bobot DeskripsiAspek Kebahasaan
Lafal Tidak jelas
Kurang jelas
Jelas
Sangat jelas
1
2
3
4
Lafal siswa tidak jelas terdengar, suara tidak jelas sama sekaliLafal siswa kurang jelas terdengar, suara samar-samarLafal siswa jelas, suara tegas dan jelas terdengarLafal siswa sangat jelas, suara terdengar sangat jelas tidak terdapat kesalahan pelafalan
Intonasi Tidak tepat
Kurang tepat
1
2
Intonasi tidak tepat, pengucapan tidak terlihat tinggi rendahnya nada.Intonasi kurang tepat, pengucapan tinggi rendahnya nada kurang terlihat jelasIntonasi tepat, pengucapan tinggi
22
Tepat
Sangat tepat
3
4
rendahnya nada tepatIntonasi sangat tepat, pengucapan tinggi rendahnya nada sangat tepat.
Jeda Tidak tepat
Kurang tepat
Tepat
Sangat tepat
1
2
3
4
Tidak ada jeda sama sekali dalam pengucapan.Jeda dalam pengucapan dilakukan kurang tepat.Jeda dalam pengucapan dilakukan dengan tepat.Jeda dalam pengucapan dilakukan dengan sangat tepat.
Nada Tidak jelas
Kurang jelas
Jelas
Sangat jelas
1
2
3
4
Nada pengucapan tidak jelas dan tidak tepat.Nada pengucapan kurang jelas.
Nada pengucapan terdengar jelas.Nada pengucapan terdengar sangat jelas.
Diksi (pilihan kata)
Tidak tepat
Kurang tepat
Tepat
Sangat Tepat
1
2
3
4
Pilihan kata yang digunakan tidak tepat, hampir seluruh pembicaraan banyak menggunakan kata tidak baku.Pilihan kata yang digunakan kurang tepat, sebagian pembicaraan menggunakan kata tidak bakuPilihan kata yang digunakan tepat, hampir tidak menggunakan kata tidak baku dalam pembicaraanPilihan kata yang digunaka sangat tepat, tidak terdapat kesalahan penggunaan kata dalam pembicaraan.
Aspek Non Kebahasan
Variasi Kata Tidak bervariasi
Sedikit bervariasi
Banyak variasi
Sangat bervariasi
1
2
3
4
Tidak terdapat variasi kata, pemakaian kata dilakukan berulang-ulang.Terdapat sedikit variasi kata yang digunakan, sebagian besar pemakaian kata dilakukan berulang-ulang.Banyak variasi kata yang digunakan, sebagian kecil pemakaian kata dilakukan berulang-ulangKata yang digunakan sangat bervariasi, tidak ada lagi pemakaian kata yang berulang-ulang.
Kelancaran Tidak lancar 1 Pengucapan tidak lancar, terputus-putus, terbata-bata, suara tidak jelas
23
Kurang lancar
Lancar
Sangat lancar
2
3
4
sama sekali.Pengucapan kurang lancar, terbata-bata, suara kurang jelas terdengar.Pengucapan lancar, tidak terputus-putus, tidak terbata-bata, suara terdengar jelas.Pengucapan sangat lancar, tidak terputus-putus, tidak terbata-bata, suara terdengar sangat jelas.
Mimik/Gerak Tidak sesuai
Kurang sesuai
Sesuai
Sangat sesuai
1
2
3
4
Mimik muka tidak ada dan tidak tepat.Mimik muka kurang sesuai pengucapan.Mimik muka sesuai dengan pengucapan.Mimik muka sangat sesuai dengan pengucapan.
Penguasaan Topik Bahasan
Tidak menguasai
Kurang Menguasai
Menguasai
Sangat menguasai
1
2
3
4
Siswa tidak menguasai topik bahasan, pemibcaraan terkesan asal-asalan.Siswa kurang menguasai topik bahasan, pembicaraan kurang tepat.Siswa menguasai topik bahasan, pembicara terarah dengan baik.Siswa sangat mengusai topik bahasan, pembicaraan terarah sangat baik.
Penalaran Tidak sesuai
Kurang sesuai
Sesuai
Sangat sesuai
1
2
3
4
Tidak mengunakan penalaran, penalaran tidak sesuai dengan topik pembicaraan.Penalaran yang digunakan tidak sesuai dan kurang sesuai dengan topik pembicaraan.Penalaran yang digunakan sesuai dengan topik pembicaraan.Penalaran yang digunakan sangat sesuai dengan topik pembicaraan.
Jumlah 40
b. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh dari prestes (tes awal) dan posttes (tes akhir) di
kelas V.A dengan mengunakan program SPSS versi 17.
24
c. Menentukan signifikasi hasil dari prestes (tes awal) dan posttes (tes akhir) pada kelas V.A
dengan menggunakan program SPSS versi 17.
d. Menghitung taraf signifikansi efektif tidaknya pendekatan komunikasi dengan menggunakan
uji t yang ada di dalam program SPSS versi 17.
e. Mengkonfirmasikan dengan hasil t hitung t tabel.
f. Menginterpretasikan hasil dari uji t hitung.
g. Menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 sampai dengan tanggal 9
Agustus 2012. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri 3 OKU adalah tes berbicara.
Tes awal (pretes) dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2012. Tes awal diberikan kepada siswa
sebelum siswa diberikan perlakuan berupa pendekatan komunikatif. Tes akhir (postes) dilakukan
pada tanggal 9 Agustus 2012. Pada tes akhir ini, siswa telah diberikan perlakuan yaitu
pendekatan komunikatif. Penilaian terhadap masing-masing tes dilakukan oleh guru dan peneliti
sendiri. hal ini dilakukan untk menghindari subjektifitas penilaian.
Berikut ini dipaparkan deskripsi data yang berkenaan dengan nilai tes awal (pretes), nilai
tes akhir (postes), nilai rata-rata tes awal dan tes akhir, signifikansi tes awal dan tes akhir, dan
efektifitas pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara. Deskripsi data tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Deskripsi StatistikDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pretest 32 20.00 33.00 25.9063 3.46745 12.023
Postest 32 30.00 40.00 35.8750 3.09787 9.597
Valid N (listwise) 32
2. Analisis Data
Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis data. Analaisis data pada
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Berikut ini dipaparkan analisis data
yang berkaitan dengan penelitian ini.
a. Nilai Tes Awal (Pretest)
26
Tes awal diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum
diberikan perlakuan berupa pendekatan komunikatif. Tes ini dilakukan pada tanggal 24 Juli
2012. Berikut ini adalah hasil nilai pada tes awal siswa.
Tabel 8. Nilai Tes Awal Siswa
No. Nomor Urut Responden
Peneliti Guru Jumlah
1 01 25 25 252 02 22 20 213 03 26 28 274 04 30 28 295 05 27 29 286 06 30 26 287 07 26 30 288 08 21 23 229 09 24 30 2710 10 30 28 2911 11 24 28 2612 12 24 28 2613 13 28 26 2714 14 27 25 2615 15 32 30 3116 16 27 29 2817 17 29 31 3018 18 24 22 2319 19 29 27 2820 20 27 27 2721 21 23 23 2322 22 21 25 2323 23 29 29 2924 24 19 21 2025 25 20 20 2026 26 21 19 2027 27 29 27 2828 28 20 24 2229 29 29 21 2530 30 20 22 2131 31 33 33 3332 32 29 29 29
27
Berdasarkan tabel di atas dan tabel deskripsi statistik, diketahui bahwa nilai terendah pada
tes awal ini adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 33. nilai terendah didapat oleh nomor urut
responden 24, 25, dan 26. Sementara itu, nilai tertinggi didapatkan oleh nomor urut responden
31. Untuk lebih mengetahui jumlah frekuensi nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tes Awal
Pretest
Frekuensi(Frequency)
Persentase(Percent
%)
Persentase Valid
(Valid Percent)
Persentase Komulatif
(Cumulative Percent)
Valid 20 3 5.0 9.4 9.4
21 2 3.3 6.2 15.6
22 2 3.3 6.2 21.9
23 3 5.0 9.4 31.2
25 2 3.3 6.2 37.5
26 3 5.0 9.4 46.9
27 4 6.7 12.5 59.4
28 6 10.0 18.8 78.1
29 4 6.7 12.5 90.6
30 1 1.7 3.1 93.8
31 1 1.7 3.1 96.9
33 1 1.7 3.1 100.0
Total 32 53.3 100.0
Missing System 28 46.7
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, diketahui bahwa banyaknya siswa yang
memperoleh nilai terendah 20 sebanyak 3 orang (5%). Siswa yang mempeoroleh nilai 21
sebanyak 2 orang (3,3%). Siswa yang memperoleh nilai 22 sebanyak 2 orang (3,3%). Siswa yang
memperoleh nilai 23 sebanyak 3 orang (5%). Siswa yang mmperoleh nilai 25 sebanyak 2 orang
(3,3%). Siswa yang memperoleh nilai 26 sebanyak 3 orang (5%). Siswa yang memperoleh nilai
28
27 sebanyak 4 orang (6,7%). Siswa yang memperoleh nilai 28 sebanyak 6 orang (10%). Siswa
yang memperoleh nilai 29 sebanyak 4 orang (6,7%). Siswa yang memperoleh nilai 30 sebanyak
1 orang (1,7%). Siswa yang memperoleh nilai 31 sebanyak 1 orang (1,7%). Siswa yang
memperoleh nilai 33 sebanyak 1 orang (1,7%). Untuk melihat lebih jelas distribusi frekuensi
nilai tes awal (pretes) siswa ditunjukkan pada histogram berikut.
Gambar 1. Histogram Nilai Tes Awal
b. Nilai Tes Akhir (Postest)
Tes akhir dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012. Tes akhir (postes) ini dilakukan
setelah siswa mendapatkan perlakuan berupa pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
berbicara. Berikut ini adalah tabel nilai tes akhir siswa.
Tabel 10. Nilai Tes Akhir Siswa
No. Nomor Urut Responden
Peneliti Guru Jumlah
1 01 41 39 402 02 39 37 383 03 38 38 384 04 36 34 355 05 35 35 356 06 32 34 337 07 37 39 38
29
8 08 36 40 389 09 37 35 3610 10 33 33 3311 11 40 36 3812 12 35 39 3713 13 34 36 3514 14 35 37 3615 15 40 40 4016 16 38 38 3817 17 39 37 3818 18 39 37 3819 19 34 32 3320 20 33 35 3421 21 38 38 3822 22 29 33 3123 23 39 39 3924 24 30 32 3125 25 31 31 3126 26 33 33 3327 27 31 33 3228 28 30 30 3029 29 40 40 4030 30 35 31 3331 31 40 40 4032 32 40 38 39
Berdasarkan tabel di atas dan tabel deskripsi statistik, diketahui bahwa nilai terendah pada
tes akhir ini adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 40. Nilai terendah didapat oleh nomor urut
responden 28. Sementara itu, nilai tertinggi didapatkan oleh nomor urut responden 1, 15, 29, dan
31. Untuk lebih mengetahui jumlah frekuensi nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir
Postest
Frekuensi(Frequency)
Persentase(Percent
%)
Persentase Valid
(Valid Percent)
Persentase Komulatif
(Cumulative Percent)
30
Valid 30 1 1.7 3.1 3.1
31 3 5.0 9.4 12.5
32 1 1.7 3.1 15.6
33 5 8.3 15.6 31.2
34 1 1.7 3.1 34.4
35 3 5.0 9.4 43.8
36 2 3.3 6.2 50.0
37 1 1.7 3.1 53.1
38 9 15.0 28.1 81.2
39 2 3.3 6.2 87.5
40 4 6.7 12.5 100.0
Total 32 53.3 100.0
Missing System 28 46.7
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, diketahui bahwa banyaknya siswa yang
memperoleh nilai terendah 30 sebanyak 1 orang (1,7%). Siswa yang memperoleh nilai terendah
31 sebanyak 3 orang (5%). Siswa yang memperoleh nilai terendah 32 sebanyak 1 orang (1,7%).
Siswa yang memperoleh nilai terendah 33 sebanyak 1 orang (1,7%). Siswa yang memperoleh
nilai terendah 34 sebanyak 1 orang (1,7%). Siswa yang memperoleh nilai terendah 35 sebanyak 3
orang (5%). Siswa yang memperoleh nilai terendah 36 sebanyak 2 orang (3,3%). Siswa yang
memperoleh nilai terendah 37 sebanyak 1 orang (1,7%). Siswa yang memperoleh nilai terendah
38 sebanyak 9 orang (15%). Siswa yang memperoleh nilai terendah 39 sebanyak 2 orang (3,3%).
Siswa yang memperoleh nilai terendah 40 sebanyak 4 orang (6,7%). Untuk melihat lebih jelas
distribusi frekuensi nilai tes akhir (postes) siswa ditunjukkan pada histogram berikut.
31
Gambar 2. Histogram Nilai Akhir
c. Nilai Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini memuat nilai tes awal
(pretes) dan nilai tes akhir (postes). Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mencari nilai
rata-rata (mean) dari masing-masing tes. Berikut ini adalah tabel deskriptif statistik yang
memberikan gambaran mengenai mean masing-masing tes.
Tabel 12. Deskripsi Statistik Tes
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pretest 32 20.00 33.00 25.9063 3.46745 12.023
Postest 32 30.00 40.00 35.8750 3.09787 9.597
Valid N (listwise) 32
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean dari tes awal (pretes) adalah 25,90 dengan
standar deviasi sebesar 3,46 dan mean dari tes akhir (postes) adalah 35,87 dengan standar deviasi
sebesar 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa mean dari tes awal lebih kecil dari mean pada tes akhir
atau dengan kata lain 25,90 ≤ 35,87 dengan selisih angka sebesar 9,96.
32
d. Taraf Signifikan Tes Awal dan Tes akhir
Taraf signifikan yang dicari adalah untuk menentukan sekaligus menjawab rumusan
masalah yang telah dikemukakan pada bab awal dan menjawab hipotesis yang telah dirumuskan.
Untuk mencari taraf signifikan data tes awal dan tes akhir, peneliti menggunakan uji t yang ada
dalam program SPSS versi 17. Berikut ini adalah hasil penghitungan uji t dengan menggunakan
program SPSS versi 17.
Tabel 13. Uji t Pada Tes Awal dan Tes Akhir
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 25.9062 32 3.46745 .61296
Postest 35.8750 32 3.09787 .54763
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Postest 32 .422 .016
Berdasarkan tabel uji t di atas, diketahui bahwa mean tes awal sebesar 25,90 dan mean tes
akhir sebesar 35,87. Untuk mengetahui taraf signifikan suatu data, maka kita harus fokus ke
kolom signifikan (sig.) pada tabel uji t di atas. Taraf signifikan ini dijadikan pondasi untuk
menjawab rumusan masalah atau hipotesis yang telah dirumuskan. Suatu data dikatakan
signifikan apabila sig. hitung lebih kecil dari sig. tabel. Sig. hitung diperoleh sebesar 0,16 dan
sig. tabel sebesar 0,29 atau 0,16 ≤ 0,29.
Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi ada perbedaan kemampuan
berbicara sebelum siswa diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif dan setelah siswa
diajarkan menggunakan pendekatan komunikatif terbukti kebenarannya. Dengan kata lain, Ha
diterima dan Ho ditolak. Diterimanya Ha sekaligus menjawab rumusan masalah dalam penelitian
33
ini yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran berbicara siswa kelas 5 SD Negeri 3 OKU.
e. Taraf Signifikan Efektifitas Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Berbicara
Sama halnya dengan mencari taraf signifikan tes awal dan tes akhir pada halaman
sebelumnya, untuk mencari taraf signifikan efektifitas pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran berbicara juga menggunakan uji t pada program SPSS versi 17. Berikut ini adalah
hasil uji t untuk efektifitas pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara.
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)MeanStd.
DeviationStd. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest - Postest-9.96875 3.54223 .62618 -11.24586 -8.69164 -15.920 31 .000
Tabel 14. Uji t Efektifitas Pendekatan Komunikatif
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa selisih mean tes awal dan tes akhir sebesar 9,96
dengan standar deviasi sebesar 3,54. Untuk mengetahui taraf signifikan suatu data, maka kita
harus fokus ke kolom signifikan (sig.) pada tabel uji t di atas. Taraf signifikan ini dijadikan
pondasi untuk menjawab rumusan masalah atau hipotesis yang telah dirumuskan. Suatu data
dikatakan signifikan apabila sig. hitung lebih kecil dari sig. tabel. Sig. hitung diperoleh sebesar
0,00 dan sig. tabel sebesar 0,29 atau 0,00 ≤ 0,29.
Dengan demikian, rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab awal yaitu terdapat
pengaruh atau efektifitas pendekatan komunikatif dalam meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas kelas V SD Negeri 3 OKU terjawab. Berdasarkan penghitungan sig. hitung di atas,
34
maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif ini efektif dalam pembelajaran
berbicara siswa kelas 5 SD Negeri 3 OKU.
f. Normalitas Data Tes
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.
Arikunto (2001:314) menyatakan bahwa uji normalitas data merupakan salah satu pengujian sifat
data. Berdasarkan pengujian normalitas data ini dapat ditentukan apakah data memiliki sebaran
normal atau tidak.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 17 dengan bantuan alat uji
kenormalan kolmogorov—Smirnov dan Shapiro—Wilk. Selain itu, uji normalitas dalam
penelitian ini juga menggunakan uji Q-Q Plots dan P-P Plots. Kenormalan suatu data dengan
menggunakan Q-Q Plots dan P-P Plots dengan ketentuan suatu data dianggap normal apabila
data tersebar disekeliling garis. Berkaitan dengan hal tersebut, pengujian normalitas data dalam
penelitian ini dilakukan terhadap nilai tes awal dan tes akhir. Berikut ini disajikan grafik
normalitas tiap-tiap data.
Gambar 2. Normalitas Data Tes Awal Q-Q Plots
Gambar 3. Normalitas Data Tes Akhir Q-Q Plots
35
Kedua gambar uji normlaitas dengan menggunakan Q-Q Plots dan P-P Plots
menunjukkan seluruh nilai berada di sekitar garis lurus. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa data berasal dari ditribusi data normal.
B. Pembahasan
1. Perbedaan Nilai Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara nilai rata-rata pada tes awal dan tes akhir yaitu 25,90 < 35,87 dengan selisih 9,96. Hal
tersebut berarti pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara siswa kelas V
memberikan pengaruh (signifikan) yang lebih baik daripada pendekatan konvensional.
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang
mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pada pendekatan komunikatif siswa
diajarkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tujuan pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif yaitu untuk
mengembangkan komunikasi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa
yang dipelajari itu untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks dan
meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam
berkomunikasi.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tes awal dan tes akhir yang telah dikemukakan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa sebelum menggunakan pendekatan komunikatif dan hasil belajar siswa setelah
menggunakan pendekatan komunikatif. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan
yaitu terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa sebelum menggunakan pendekatan
komunikatif dan setelah menggunakan pendekatan komunikatif diterima. Dengan kata lain
Ha diterima dan Ho ditolak.
36
2. Taraf Signifikan Tes dan Taraf Signifikan Keefektifan Pendekatan Komunikatif
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan terhadap nilai tes awal dan tes akhir siswa
diperoleh fakta bahwa sig. hitung lebih kecil dari sig. tabel. Adapun nilai sig. hitung yang
didapat adalah 0,16 dan nilai sig. tabel adalah 0,29. Suatu data dianggap signifikan apabila
sig. hitung lebih kecil dari sig. tabel. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sig. hitung
lebih kecil dari sig. tabel yaitu 0,16 ≤ 0,00. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara
kemampuan berbicara siswa kelas V SD negeri 3 OKU sebelum menggunakan pendekatan
komunikatif dan sesudah menggunakan pendekatan komunikatif.
Penghitungan uji t juga dilakukan terhadap keefektifan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran berbicara. Hal ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua
yang terdapat pada bab awal penelitian ini. Diketahui bahwa nilai uji t yang dilakukan untuk
mengetahui keefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara memiliki
besaran sig. hitung yaitu 0,00.
Sama halnya dengan uji t yang dilakukan terhadap tes awal dan tes akhir, suatu data
dianggap signifikan apabila sig. hitung lebih kecil dari sig. tabel. Hasil penghitungan
menunjukkan bahwa nilai sig. hitung yaitu 0,00 dan nilai sig. tabel 0,29 dengan kata lain,
0,00 ≤ 0,29. Dengan demikian, rumusan masalah yang diajukan pada bab sebelumnya
terjawab bahwa pendekatan komunikatif efektif dalam pembelajaran berbicara siswa kelas V
SD negeri 3 OKU.
Pada pembahasan yang telah dilakukan, maka rumusan masalah yang terdapat dalam
penelitian ini terjawab. Pertama, terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa sebelum
menggunakan pendekatan komunikatif dan setelah menggunakan pendekatan komunikatif.
Hal ini dibuktikan dengan hasil hitung nilai rata-rata pada tes awal dan tes akhir yaitu 25,90
< 35,87 dengan selisih 9,96. Kedua, pendekatan komunikatif efektif digunakan dalam
37
pembelajaran berbicara dikelas V SD Negeri 3 OKU. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang
dilakukan diperoleh nilai sig. hitung 0,16 dan 0,00. Nilai sig. hitung lebih kecil dari nilai sig.
tabel yaitu 0,16 < 0,29 dan 0,00 < 0,29.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum
menggunakan pendekatam komunikatif dan sesudah menggunakan pendekatan komunikatif
dalam pembelajaran berbicara siswa kelas V SD Negeri 3 OKU. Hal ini dibuktikan dengan
nilai rata-rata (mean) tes awal yaitu 25,90 dan nilai rata-rata tes akhir yaitu 35,87. Nilai rata-
rata pada tes akhir lebih besar daripada nilai rata-rata pada tes awal atau dengan kata lain,
nilai rata-rata tes awal lebih kecil dari nilai rata-rata tes akhir yaitu 25,90 ≤ 35,87.
Hasil analisis data juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
nilai rata-rata tes awal dengan nilai rata-rata tes akhir. Penghitungan uji t membuktikan
bahwa nilai sig. hitung lebih kecil dari nilai sig. tabel yaitu 0,16 ≤ 0,29. Seperti halnya
dengan taraf signifikansi pada nilai rata-rata kedua tes, penghitungan uji t juga membuktikan
taraf signifikansi terhadap keefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara
dengan nilai sig. hitung 0,00 dan nilai sig. tabel 0,29. Hal ini berarti 0,00 ≤ 0,29. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif efektif digunakan dalam
pembelajaran berbicara.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen ini, disarankan kepada guru kelas, khususnya
kelas V agar menjadikan pendekatan komunikatif ini sebagai alternatif pendekatan
pembelajaran dalam mengajarkan mata pelajaran khususnya berbicara. Pendekatan
komunikatif ini dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran berbicara.
39
Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian yang serupa dalam waktu
yang panjang sehingga dapat menemukan permasalahan baru yang lebih kompleks dan
menemukan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan pendekatan komunikatif
dalam pembelajaran berbicara.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1993. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ary, Donald, Luchy Cheser Jacobs, dan Asghar Razavieh. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif danMenyenangkan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Haluwi. 2010. “Keefektifan Metode Role Playing dalam Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 05 Inderalaya Ogan Ilir”. Skripsi. Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Richard, Jack C. dan Rogers, Theodore S. 1986. Approaches and Methods in Language Teaching: A Description and Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sevilla, Consuelo, Jesus, Twila, Bella dan Gabriel. 1993. Pengantar Metode Penenlitian. Terjemahan. Jakarta: UI.
Slamet, S. Y. 2008. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta:UNS Press.
Syamsuddin dan Damianti, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda
41
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pendidikan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Angkasa
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuchdi, Umiyati. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
42
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk1. Perhatikanlah gambar-gambar yang ada pada lembar soal.2. Kerjakanlah soal secara berkelompok sesuai kelompokmu.3. Ungkapkanlah pikiran, ide, atau gagasanmu sesuai dengan gambar pada lembar soal di
depan kelas.4. Waktu yang diberikan guru untuk mengungkapkan ide, pikiran, atau gagasanmu tentang
gambar pada lembar soal adalah 20 menit 5. Adapun yang akan dinilai pada saat kamu berbicara di depan kelas antara lain:a
a. Lafal,b. Intonansi,b. Jeda,c. Nada,d. Diksi (pilihan kata),e. Variasi kata,f. Kelancaran dalam berbicara,g. Mimik muka (ekspresi),h. Penguasaan topik bahasan, dan i. Penalaran.
43
Soal
1. Perhatikanlah gambar-gambar berikut ini.
2. Berikanlah pendapat dan komentarmu tentang keempat gambar tersebut.
SELAMAT BEKERJA
44
top related