analisa dan evaluasi hasil inspeksi besar bendungan salomekko
DESCRIPTION
Inspeksi Besar WadukTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
BAB 8
EVALUASI DAN ANALISA KEAMANANAN PARTIAL
8.1 UMUM
Guna menyimpulkan status keamanan bendungan yang sesuai dengan Pedoman
Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan, maka harus melakukan analisa dan
evaluasi kondisi bendungan terlebih dahulu terhadap aspek-aspek sebagai berikut:
1. Hidrologi
2. Instrumentasi
3. Keamanan Struktur
4. Peralatan Hidromekanik dan Elektromekanik
5. Manajemen Operasi, Pemeliharan dan Pemantauan
6. Recana Tindak Darurat
7. Lingkungan
Dari masing-masing analisa dan evaluasi tersebut mungkin ditemukan potensi
bahaya terhadap tubuh bendungan. Sehingga hasil masing-masing analisa dan
evaluasi tersebut digunakan sebagai dasar mengevaluasi keamanan bendungan.
8.2 ANALISIS DAN EVALUASI HIDROLOGI
8.2.1 Umum
Analisa dan evaluasi hidrologi ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Hidrologi, meliputi: debit banjir dan sedimentasi.
2. Sistim telemetri monitoring hidrologi.
3. Sistim peringatan dini (warning system).
8.2.2 Analisis Dan Evaluasi Hidrologi
1. Debit banjir
a. Umum
Bendungan Salomekko memiliki luas daerah pengaliran seluas 13,2 km2
yang mana di dalamnya terdapat stasiun hujan terdekat dengan DAS
Bendungan Salomekko yaitu Stasiun Palattae, Biringere dan Caming.
Analisis dan evaluasi debit banjir dilakukan berdasarkan teori empiris
dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari data curah hujan
8-1
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
harian untuk DAS Bendungan Salomekko (Sta. Palattae, Sta. Biringere
dan Sta. Caming). Peta stasiun curah hujan DAS Salomekko dapat dilihat
pada Gambar-8.1.
Curah hujan desain untuk periode ulang tertentu secara statistic dapat
diperkirakan berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan
(maximum annual series) jangka panjang (> 20 tahun) dengan analisis
distribusi frekuensi. Curah hujan desain ini biasanya dihitung untuk periode
ulang tertentu (5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 tahun).
Disamping curah hujan desain dengan periode ulang tersebut di atas,
untuk keperluan desain bangunan pelimpah perlu dihitung pula curah
hujan maksimum boleh jadi (CMB) atau “Probable Maximum Precipitation”
(PMP).
Untuk evaluasi keamanan Bendungan Salomekko maka dilakukan
perhitungan dengan menggunakan Stasiun Camming berdasarkan data
perencanaan ditambah data pengamatan tahun 1988 s.d 2010.
Dan sebagai pembanding dilakukan analisis berdasarkan stasiun curah
hujan terdekat yaitu Sta. Palattea dan Sta.Salomekko dengan data
pengamatan selama 22 tahun dari tahun 1988 s.d 2010.
8-2
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Gambar-8.1 Lokasi Stasiun Hujan Bendungan Salomekko
8-3
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Hasil perhitungan PMP adalah sebagai berikut :
Tabel 8-1 Perbandingan Curah Hujan Rancangan Bendungan
Salomekko
KALAULANG
CURAH HUJAN RANCANGAN (mm)
ST. CAMMING(Desain)
ST. CAMMING(Evaluasi)
ST. PALLATEA + SALOMEKKO
10 255 205.40 193.42
25 270 260.82 218.43
50 310 305.31 235.79
100 355 352.54 252.23
1000 530 533.42 302.54
PMP 1.020 1011.66 504.60
b. Perhitungan debit banjir
Karena tidak tersedianya data banjir di lokasi bendungan, maka untuk
perhitungan hidrograf banjir digunakan hidrograf satuan sintetik. Dalam
studi ini dilakukan perhitungan hidrograf banjir dengan metode hidrograf
satuan sintetik Nakayasu untuk membandingkan besaran debit banjir
rancangan dengan studi terdahulu, pada Sta. Camming.
Setelah melakukan analisis hidrograf satuan maka kemudian dilakukan
analisis hidrograf banjir rancangan untuk berbagai kala ulang. Debit banjir
rencana untuk berbagai kala ulang seperti pada Tabel 8-2.
Sedangkan perhitungan hidrograf satuan sintetik hingga menjadi hidrograf
banjir rancangan secara lengkap dapat dilihat pada Laporan Pendukung :
Laporan Evaluasi dan Analisis Hidrologi.
8-4
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Tabel 8-2 Debit Banjir Rancangan Bendungan Salomekko(Sta. Camming)
KALAULANG
DEBIT BANJIR (m3/dt)
Desain Evaluasi
10 116 115
25 159 145
50 189 170
100 224 192
1000 356 293
PMF 743 715
Hidrograf banjir rencana Bendungan Salomekko seperti pada Gambar-8.2
beikut:
Gambar-8.2 Hidrograf Banjir Rencana Bendungan Salomekko
8-5
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
c. Hasil Penelusuran Banjir
Routing banjir dilakukan berdasarkan data-data curah hujan stasiun
Camming. Hasil perhitungan dan grafik untuk banjir rencana 1000 tahun
dan PMF masing-masing dapat dilihat pada Tabel 8-3 dan Tabel 8-4 serta
Gambar-8.3.dan Gambar-8.4 berikut:
1) Routing 1000 tahun
Data Routing Q 1000 (Tampungan 50%)
Routing
Tipe : Ambang
At : 0.25 jamEl. Mercu : 76.00 m
Tabel 8-3 Routing Banjir 1000 Tahun
No. t
(jam)
I
(m3/dt)
( I1+I2 ) / 2
(m3/dt)
y
(m3/dt)
j
(m3/dt)
H
(m)
Q
(m3/dt)
H
(m)
0 0.00 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 76.00
1 0.25 40.10 21.55 0.00 0.00 0.95 40.10 76.95
2 0.50 77.21 58.66 9514.36 9573.02 0.97 41.67 76.97
3 0.75 147.15 112.18 9531.35 9643.53 1.06 47.80 77.06
4 1.00 217.09 182.12 9595.73 9777.86 1.24 60.19 77.24
5 1.25 255.09 236.09 9717.67 9953.76 1.47 77.72 77.47
6 1.50 293.10 274.10 9876.04 10150.14 1.73 98.89 77.73
7 1.75 267.50 280.30 10051.25 10331.55 1.96 119.82 77.96
8 2.00 241.91 254.71 10211.73 10466.44 2.14 136.17 78.14
9 2.25 217.19 229.55 10330.27 10559.82 2.26 147.87 78.26
10 2.50 192.48 204.84 10411.95 10616.79 2.33 155.15 78.33
11 2.75 176.89 184.68 10461.64 10646.32 2.37 158.97 78.37
12 3.00 161.29 169.09 10487.35 10656.44 2.38 160.28 78.38
13 3.25 141.38 151.34 10496.16 10647.50 2.37 159.12 78.37
14 3.50 121.47 131.43 10488.38 10619.81 2.33 155.54 78.33
15 3.75 102.41 111.94 10464.27 10576.21 2.28 149.95 78.28
16 4.00 83.35 92.88 10426.26 10519.14 2.20 142.72 78.20
17 4.25 71.25 77.30 10376.43 10453.73 2.12 134.59 78.12
18 4.50 59.14 65.20 10319.13 10384.33 2.03 126.14 78.03
No. t I ( I1+I2 ) / 2 y j H Q H
8-6
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m) (m3/dt) (m)
19 4.75 52.24 55.69 10258.19 10313.88 1.94 117.73 77.94
20 5.00 45.33 48.78 10196.16 10244.94 1.85 109.67 77.85
21 5.25 39.64 42.48 10135.27 10177.75 1.76 101.99 77.76
22 5.50 33.94 36.79 10075.75 10112.54 1.68 94.71 77.68
23 5.75 30.26 32.10 10017.83 10049.93 1.60 87.87 77.60
24 6.00 26.57 28.42 9962.07 9990.48 1.52 81.55 77.52
25 6.25 23.64 25.11 9908.94 9934.05 1.44 75.69 77.44
26 6.50 20.71 22.17 9858.36 9880.53 1.37 70.25 77.37
27 6.75 18.23 19.47 9810.28 9829.75 1.31 65.19 77.31
28 7.00 15.75 16.99 9764.56 9781.55 1.24 60.54 77.24
29 7.25 14.08 14.92 9721.01 9735.92 1.18 56.21 77.18
30 7.50 12.41 13.25 9679.71 9692.96 1.13 52.25 77.13
Gambar-8.3 Grafik Hubungan Outflow dan Inflow Bendungan Salomekko
(Debit Banjir 1000 Tahun)
2) Routing PMF
8-7
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Data Routing Q pmf (Tampungan 50%)
8-8
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Routing
Tipe : Ambang
At : 0.50 jamEl. Mercu : 76.00 m
Tabel 8-4 Routing Banjir PMF
No.t
(jam)
I
(m3/dt)
(I1+I2) / 2
(m3/dt)
(m3/dt)
(m3/dt)
H
(m)
Q
(m3/dt)
H
(m)
0 0.00 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 76.00
1 0.50 185.10 94.05 0.00 0.00 2.36 185.10 78.36
2 1.00 528.58 356.84 5187.91 5544.75 2.70 285.75 78.70
3 1.50 715.59 622.08 5258.99 5881.08 3.29 527.72 79.29
4 2.00 590.47 653.03 5353.36 6006.39 3.49 629.70 79.49
5 2.50 469.26 529.87 5376.69 5906.56 3.33 547.92 79.33
6 3.00 392.60 430.93 5358.64 5789.57 3.13 456.99 79.13
7 3.50 294.60 343.60 5332.58 5676.18 2.94 374.21 78.94
8 4.00 200.74 247.67 5301.97 5549.64 2.70 288.89 78.70
9 4.50 141.16 170.95 5260.75 5431.70 2.48 217.34 78.48
10 5.00 107.16 124.16 5214.36 5338.52 2.29 168.07 78.29
11 5.50 79.14 93.15 5170.44 5263.59 2.13 135.03 78.13
12 6.00 61.01 70.07 5128.56 5198.63 1.98 112.18 77.98
13 6.50 46.56 53.79 5086.45 5140.24 1.84 99.56 77.84
14 7.00 34.38 40.47 5040.68 5081.15 1.69 87.30 77.69
15 7.50 26.17 30.27 4993.85 5024.12 1.55 75.94 77.55
16 8.00 22.60 24.38 4948.18 4972.56 1.42 66.14 77.42
17 8.50 17.30 19.95 4906.42 4926.37 1.30 57.93 77.30
18 9.00 12.22 14.76 4868.44 4883.20 1.20 50.39 77.20
19 9.50 10.48 11.35 4832.81 4844.16 1.10 44.16 77.10
20 10.00 9.47 9.98 4800.00 4809.98 1.01 38.70 77.01
21 10.50 8.65 9.06 4771.27 4780.33 0.93 34.32 76.93
22 11.00 5.18 6.92 4746.01 4752.93 0.86 30.32 76.86
23 11.50 4.38 4.78 4722.60 4727.39 0.80 26.61 76.80
24 12.00 3.82 4.10 4700.78 4704.89 0.74 23.80 76.74
No.t
(jam)
I
(m3/dt)
(I1+I2) / 2
(m3/dt)
(m3/dt)
(m3/dt)
H
(m)
Q
(m3/dt)
H
(m)
25 12.50 3.38 3.60 4681.09 4684.69 0.69 21.28 76.69
8-9
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
26 13.00 3.00 3.19 4663.41 4666.60 0.64 19.02 76.64
27 13.50 3.00 3.00 4647.58 4650.58 0.60 17.02 76.60
28 14.00 3.00 3.00 4633.55 4636.55 0.56 15.58 76.56
29 14.50 3.00 3.00 4620.98 4623.98 0.53 14.28 76.53
30 15.00 3.00 3.00 4609.70 4612.70 0.50 13.11 76.50
Gambar-8.4 Grafik Hubungan Outflow dan Inflow Bendungan Salomekko
(Debit Banjir PMF )
d. Hasil evaluasi dan analisis
Bendungan Salomekko direncanakan mampu untuk melewatkan banjir
maksimum boleh jadi (QPMF) sebesar 743 m3/dt. Sedangkan dari hasil
perhitungan debit banjir rencana untuk PMF sebesar 715 m3/dt, sehingga
kondisi masih aman terhadap kapasitas maksimum bangunan pelimpah.
e. Saran dan rekomendasi
8-10
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Mengingat sampai dengan saat ini belum ada stasiun pengamat hujan
yang ada di daerah pengaliran bendungan maka diperlukan stasiun
pengukuran curah hujan yang sekaligus akan brfungsi sebagai sarana
untuk peringatan dini banjir.
Disamping pencatatan pada debit banjir dengan periode jam-jam perlu
dilakukan sebagai bahan evaluasi tentang pola (hydrograf) banjir yang
terjadi.
2. Sedimentasi
a. Analisis dan evaluasi
Analisis dan evaluasi sedimentasi bertujuan untuk mengevaluasi apakah
usia guna / umur (life-time) waduk yang direncanakan masih dapat dicapai
berdasarkan laju sedimentasi yang masuk ke waduk.
Umumnya yang perlu diketahui adalah kapan tampungan mati waduk akan
dipenuhi sedimen, karena hal ini dapat mengganggu operasi waduk
terutama dalam rangka memenuhi tujuan utama pembangunan waduk.
Menetapkan umur layanan waduk, lebih dulu harus diketahui pola sebaran
pengendapan sedimen di waduk.
Sedimen yang terbawa aliran masuk kedalam waduk, kenyataannya tidak
akan langsung diendapkan di tampungan mati waduk, namun akan
diendapkan tersebar melalui bagian hulu dimulut waduk sampai bagian
hulu membentuk delta, sedang material yang lebih halus akan terbawa
aliran dan diendapkan semakin jauh ke bagian hilir waduk.
Pada waduk kecil, sedimen yang masuk kedalam dapat dianggap
langsung diendapkan secara merata di bagian tampungan mati. Namun
bagi waduk besar, umur layanan waduk harus diperkirakan berdasarkan
sejumlah sedimen yang masuk ke waduk yang diendapkan secara
tersebar mulai dari bagian hulu waduk sampai bagian hililr di tampungan
mati. Penyebaran sedimen di waduk sangat tergantung pada faktor-faktor
berikut :
8-11
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
1) Sistem operasi waduk,
2) Bentuk waduk,
3) Ukuran dan tekstur partikel sedimen,
4) Volume sediment
Hasil pengukuran sedimentasi (Echo Sounding) serta hasil pengukuran
topografi permukaan waduk berikut:
Berdasarkan hasil pengukuran pada tahun 2011 maka terjadi perubahan
volume sedimen pada kondisi waduk normal dibandingkan dengan hasil
pengukuran pada saat awal operasi (1998) yaitu sebesar 140.000 m3.
Dengan demikian selama operasional volume waduk telah berkurang
sebesar 140.000 m3 atau 10.770 m3/tahun ( dengan perhitungan selama
13 tahun) lebih rendah dari yang direncanakan sebesar 22.178 m3/tahun.
Dengan pendekatan pola perhitungan tingkat erosi seperti dalam
perencanaan maka tingkat erosi adalah 0,73 mm/tahun.
Dengan demikian dari sisi sedimentasi kondisi waduk masih cukup aman
khususnya kapasitas waduk untuk mereduksi banjir tidak berkurang.
8.2.3 Analisis Dan Evaluasi Sistem Telemetri Monitoring Hidrologi
1. Umum
Sistim telemetering bendungan belum terpasang. Analisis dan evaluasi hanya
dilakukan pada peralatan hidroklimatologi saja.
Hasil pengamatan visual pada peralatan hidroklimatologi bendungan adalah
sebagai berikut:
a. Kondisi lokasi stasiun curah hujan yang tidak terawat dan banyak
ditumbuhi oleh semak-semak.
b. Kondisi peralatan yang tidak terpelihara dengan baik.
2. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :
a. Telemetering system tidak ada.
b. Peralatan hidroklimatologi dalam kondisi tidak terawat dan belum
berfungsi dengan baik.
8-12
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
c. Sistem pengiriman data, tidak dapat disajikan dengan baik dan sesuai
dengan kebutuhan operasi dan pemeliharaan bendungan.
3. Rekomendasi
a. Pemasangan instrumen telemetri seperti stasiun curah hujan otomatis
dan pos duga muka air otomatis (AWLR) diperlukan untuk perkiraan banjir
dan kalibrasi dalam rangka kegiatan monitoring hidrologi (debit banjir) dan
evaluasi kapasitas bangunan pelimpah banjirnya seiring dengan tendensi
meningkatnya debit banjir pasca konstruksi sebagai akibat dari terjadinya
perubahan tata guna lahan di DAS Salomekko.
b. Operasi dan pemeliharaan peralatan hidroklimatologi harus dilakukan
secara berkala, sehingga pengukuran atau pencacatan data baik hidrologi
maupun klimatologi dapat terlaksana dengan baik dan data dapat tersajikan
sesuai dengan kebutuhan.
c. Sistem pengamanan peralatan perlu ditingkatkan dengan melibatkan Muspika
setempat serta lebih seringnya dilakukan sosialisasi kepada penduduk
setempat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manfaat serta akibat
yang ditimbulkannya jika instrument bendungan tersebut hilang/dicuri.
8.2.4 Analisis Dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini (Warning System)
1. Umum
Peralatan warning system juga system telemetering tidak tersedia.
2. Hasil inspeksi
Peralatan sistem peringatan dini tidak ditemukan, sehingga inspeksi terhadap
peralatan tersebut tidak dapat dilakukan.
3. Kesimpulan
Karena warning system tidak tersedia, maka jika terjadi banjir yang akan
melimpah melalui bangunan pelimpah tidak dapat diantisipasi dan
diinformasikan kepada penduduk yang ada di hilir waduk.
4. Rekomendasi
a. Sebagai pengganti warning system dapat digunakan sirene yang di pasang di
bangunan pelimpah, sehingga pada saat terjadi limpasan air yang
kemungkinan membahayakan masyarakat di hilir petugas mengetahui
terlebih dahulu, yang kemudian diinformasikan kepada masyarakat di hilir..
8-13
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
b. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka merekondisi warning system
adalah:
1) Melakukan studi warning system.
2) Desain warning system.
c. Pengadaan fasilitas warning system yang lebih mudah dalam
pemeliharaannya.
d. Pelatihan.
8.3 ANALISIS DAN EVALUASI DATA PEMBACAAN INSTRUMENTASI
8.3.1 Pembacaan Piezometer
Berdasarkan laporan dan inspeksi di lapangan dari 9 (sembilan) buah Piezometer
yang ada di bendungan utama 2 buah ( yaitu P7 dan P8) dilaporkan rusak.
Sedangkan piezometer yang dipasang di bendungan pelana sebanyak 5 buah
semuanya dalam kondisi rusak.
Seperti dilaporkan “Evaluasi Perilaku Bendungan Salomekko pada saat Pengisisian
Pertama“ (PT. Puri Fajar Mandiri, Januari 2000) yaitu 2 tahun setelah beroperasi
dari 9 buah piezometer yang terpasang di bendungan utama hanya 2 buah (P1 dan
P2) yang terbaca dengan baik dan menunjukkan adanya respon terhadap fluktuasi
kenaikan muka air waduk, walaupun sangat kecil dan tidak menunjukkan pola yang
seirama. Sedangkan lainnya menunjukkan angka nol.
Hasil dan perhitungan pembacaan piezoemeter pada tahun 2011 seperti pada
Tabel 8-2. Sedangkan grafik hubungan antara elevasi muka air waduk dan elevasi
muka air piezometer Bendungan Salomekko adalah sebagai berikut :
8-14
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Gambar-8.5 Grafik Hubungan Antara EL.MA Waduk &El. MA Piezometer Tahun 2011
di Main Dam Bendungan Salomekko
1. Hasil evaluasi
a. Main Dam
- Kondisi piezemeter no P7 dan P8 rusak, P9 hanya terbaca beberapa saat
sedangkan waktu lainnya nol.
- Dari hasil pembacaan P1, P2, P3, P4, P5, P6 hanya P4 yang
memberikan informasi respon terhadap kondisi muka air di waduk
sedangkan di lokasi lainnya hasil pembacaan ada beberapa saat muka air
menuunjukan diatas muka air waduk.
b. Bendungan Pelana Kanan
- Kondisi piezometer yang ada di bendungan pelana semua rusak.
2. Kesimpulan
a. Jadwal pengukuran belum dilakukan secara rutin.
b. Data yang ada di lokasi tidak lengkap.
3. Rekomendasi
Mengganti fungsi peralatan piezometer dengan stand pipe di 2 (dua) titik, lokasi
dekat degan OP7A dan OP 7B.
8-15
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Tabel 8-5 Pembacaan Piezometer Bendungan Salomekko-Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Tahun 2011
8-16
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
8.3.2 Rembesan (Seepage)
1. Hasil evaluasi
Pemantauan seepage di titik-titik seperti: main dam, saddle dam pada kondisi
normal, naik turunnya debit (Q) pada V-Notch dipengaruhi oleh elevasi muka air
waduk dan tingginya curah hujan. Dari hasil pengamatan besarnya debit
berkisar antara 1,20 s.d 1,70 l/dt.
2. Kesimpulan
Pondasi dan tubuh main dam dan saddle dam tidak terdapat rembesan yang
sangat berarti dan mempengaruhi stabilitas keamanan bendungan.
8-17
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
3. Saran/rekomendasi
Sistem pencegahan terhadap rembesan perlu diefektifkan kembali guna
menjaga stabilitas keamanan bendungan.
8.3.3 Settlement Survey
1. Tujuan
Pelaksanaan pengukuran/settlement point bertujuan untuk mengukur penurunan
tubuh bendungan.
2. Berdasarkan hasil pengukuran penurunan yang terjadi berkisar antara 5-20 cm
di bendungan utama dimana pada puncak bendungan angka penurunan berkisar
antara 12 – 20 cm sedangkan pada pelana kanan 4 – 20 cm. Dengan standar
penurunan 1% dari tinggi (tinggi bendungan maks. 30 m) maka batas toleransi
penurunan adalah 30 cm. Dengan demikian penurunan yang terjadi masih
dalam batas normal. Dari sisi elevasi dari titik setlement yang berada di puncak
bendungan masih berada di atas rencana elevasi puncak bendungan ( El. 80.00)
sehingga masih aman.
8.4 ANALISIS DAN EVALUASI KEAMANAN STRUKTUR
8.4.1 Umum
Analisis dan evaluasi keamanan struktur bangunan Bendungan Salomekko
dilakukan dengan uji coba beton (Smiths Hammer Test), pada lokasi : dinding
pelimpah dan lantai pelimpah. Sedangkan pada lokasi yang lain, karena
keterbatasan waktu pelaksanaan, evaluasi hanya dilakukan dengan pengamatan
secara visual di lapangan.
8.4.2 Hasil Uji Test Beton
Perhitungan test beton untuk lokasi dinding pelimpah dalam kondisi kurang normal,
sedangkan pada lantai pelimpah dalam kondisi normal. Dari hasil evaluasi jenis dan
struktur beton dapat diperkirakan bahwa pada dinding pelimpah kurang kokoh
karena tidak memenuhi syarat beton K175, sedangkan pada lantai pelimpah kokoh
dan stabil sehingga menjamin tidak terjadi penurunan dan cukup kedap air.
8-18
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
8.4.3 Tubuh Bendungan
1. Puncak bendungan
a. Tidak ditemukan retakan ataupun gelombang yang mengindikasikan adanya
punurunan/ settlement
b. Tiang-tiang listrik tetap tegak, namun kondisi rusak kabel-kabel terkelupas
sehingga tidak ada penerangan.
c. Pada aspal permukaan jalan rata, sedikit ada kerusakan aspal jalan namun
tidak dijumpai retakan baik melintang maupun memanjang as jalan.
Maka secara visual, hal ini menunjukkan bahwa puncak bendungan dalam
kondisi stabil.
2. Lereng hilir
a. Pada kondisi fisik teknis dari hasil inspeksi lapangan visual tidak ditemukan
penggelembungan dan cekungan serta tidak ada batu berserakan.
b. Kondisi stabil menunjukkan keberhasilan pelaksanaan, terpenuhi syarat
gradasi batuan dan dengan cara penyiraman air bertekanan tinggi dan
pemadatan, ruang pori antara batuan telah terisi padat dengan batuan
bergradasi kecil.
3. Lereng hulu
a. Dari hasil inspeksi dilapangan secara visual pada lereng hulu bendungan
tidak nampak adanya penurunan, permukaan lereng hulu relatif masih dalam
keadaan rata.
b. Pada lereng hulu juga tidak ditemukan tanda-tanda retakan atau longsoran,
hal ini menunjukkan bahwa lereng bagian hulu relatif dalam keadaan baik.
c. Concrete face dalam keadaan kondisi stabil dan kedap air. Sambungan
masih homogin.
d. Kondisi concrete stabil menandakan kestabilan embankment zone
penyangga dan filter, yang berarti keberhasilan pelaksanaan penimbunan
memenuhi syarat desain.
Kondisi tubuh bendungan, hasil evaluasi dari masing-masing puncak
bendungan, lereng hilir, lereng hulu dan embankment zones menyimpulkan
8-19
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
bahwa tubuh bendungan secara keseluruhan dalam kondisi stabil dan masing-
masing bagian berfungsi sesuai desain.
8.4.4 Bangunan Pelimpah (Spillway)
Bangunan pelimpah terdiri dari bagian-bagian: saluran pengarah aliran, saluran
pengatur aliran, saluran peluncur dan peredam energi.
Dari hasil pemeriksaan secara visual diketahui bahwa kondisi dinding pelimpah
mengalami kekeroposan sampai terlihat tulangannya dan hasil uji hammer test
struktur beton tidak memenuhi standart baku mutu yang disyaratkan yaitu K175,
namun masih dalam kondisi normal dan tidak terdapat kebocoran.
8.4.5 Bangunan Pengeluaran Bawah (Bottom Outlet)
Pada kondisi fisik teknis, hasil inspeksi lapangan visual tidak menemukan retakan
ataupun bocoran, namun banyak ditumbuhi semak dan tanaman keras.
8.4.6 Abutment
Kondisi fisik teknis abutment kanan maupun kiri, hasil inspeksi lapangan visual
tidak menemukan tanda-tanda potensi bahaya seperti retakan ataupun bocoran.
8.4.7 Bangunan Terowongan/ Conduit
Kondisi fisik teknis terowongan hasil inspeksi menemukan adanya aliran air di
dalam terowongan.
8.4.8 Saluran Drainasi di Kaki Bendungan
Kondisi fisik teknis saluran drainasi di kaki bendungan hasil inspeksi secara visual
menemukan rembesan atau daerah basah di dua lokasi, yaitu: 1 (satu) titik dibekas
sungai lama dan 1 (satu) titik dikaki pelana kanan.
8.4.9 Bangunan V-Notch
Kondisi fisik teknis bangunan kolam penampungan rembesan dan alat ukur V-
Notch dalam kondisi cukup baik, tidak terdapat retakan, namun perlu pemeliharaan
dan pengamanan dengan dipasang pagar dan rambu larangan.
8-20
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
8.4.10 Bangunan Talang Air
Kondisi fisik teknis bangunan talang air tidak menemukan tanda-tanda retakan atau
bocoran.
8.4.11 Bangunan Syphon
Kondisi fisik teknis bangunan menemukan tanda-tanda rembesan atau daerah
basah, hal ini perlu dicari penyebab dari rembesan tersebut.
8.4.12 Jalan Hantar (Access Road)
Tidak ada handrail di sepanjang jalan sehingga digunakan oleh penduduk setempat
untuk menggembala ternak.
8.4.13 Kolam, Pelimpah Samping dan Pintu Irigasi
Kondisi fisik teknis bangunan kolam olakan dan pelimpah samping dalam keadaan
baik, namun pada pintu irigasi (house hydraulic) bocor, panel pintu operasi dan
pintu darurat tidak berfungsi dan perlu perbaikan.
8.4.14 Waduk dan Lereng Sekeliling Waduk
a. Kondisi sabuk hijau waduk perlu diperhatikan kekerapatan pepohonan yang ada
karena hal ini akan berpengaruh pada kecepatan sedimentasi yang berasal dari
erosi lereng.
b. Tidak ditemukan keramba ikan.
c. Tidak ditemukan peralatan pemeriksaan lereng disekeliling waduk seperti
perahu.
d. Tidak ditemukan warung-warung liar disekitar waduk.
e. Tidak ditemukan peralatan keamanan dan keselamatan seperti K3 seperti
pelampung.
8.5 ANALISIS DAN EVALUASI STABILITAS KEAMANAN BENDUNGAN
8.5.1 Umum
Berdasarkan hasil kajian terhadap fisik bendungan yang didasarkan kepada
pengamatan di lapangan serta evaluasi terhadap tubuh bendungan pada kondisi
purna laksana, maka dilakukan evaluasi stabilitas keamanan bendungan, analisa
stabilitas bendungan dengan menggunakan koefisien gempa sesuai dengan Peta
8-21
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Zona Gempa untuk Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Puslitbang Pengairan
1996.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada laporan dan
studi-studi terdahulu, yaitu dari Konsultan Nippon Koei Co. Ltd.
Untuk memudahkan pengerjaan analisa stabilitas maka digunakan perangkat lunak
komputer GeoStudio. GeoStudio adalah suatu program analisa keseimbangan
batas, yang dapat menganalisa permukaan suatu geseran baik bentuk lingkaran
ataupun bukan.
8.5.2 Data yang Tersedia
1. Data bahan timbunan dan tanah pondasi
Data yang tersedia berdasarkan pada Laporan Kajian Desain Dan Pelaksanaan
Konstruksi Bendungan Salomekko-Sulawesi Selatan, Maret 1998. Parameter
tanah urugan tubuh dan pondasi bendungan adalah seperti pada Tabel 8-4
berikut:
Tabel 8-6 Parameter Tanah Urugan Tubuhdan Pondasi Bendungan Salomekko
NO.TUBUH BENDUNGAN
d
(kN/m3)
Sat
(kN/m3)
TEGANGAN TOTAL TEGANGAN EFEKTIF
C (kN/m3) ᴓ C (kN/m3) ᴓ
1. Inti kedap air 18,1 19,2 28,0 12,8 29,0 17,8
2. Zona Semi Lulus Air 19,3 20,3 13,0 17,7 8,0 30,5
3. Zona Random 18,0 19,0 25,0 15,0 20,0 25,0
4. Filter Halus 19,7 21,0 0 35,0 0 35,0
5. Filter Kasar 20,0 22,1 0 37,0 0 37,0
. Pondasi
1. Tanah (A) 17,7 18,6 18,3 18,0 33,0 25,0
2.Basalt Lava Lapuk
Tinggi s.d. Lapuk (B)19,3 20,3 13,0 17,7 8,0 30,5
3.Basalt Lava Lapuk
Tinggi s.d Moderat (C)19,7 22,0 0 40,0 0 40,0
4.Basalt Lava Lapuk
Moderat s.d Segar (D)25,0 26,0 0 35,0 0 35,0
Sumber : Laporan Kajian Desain Dan Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Salomekko-Sulawesi Selatan, Maret 1998
8-22
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Tubuh bendungan bertumpu pada lapisan C (Basalt Lava Lapuk Tinggi s.d
Moderat). Tebal lapisan C ini berkisar antara 5 s.d 10 meter, lapisan berikutnya
adalah lapisan D.
2. Data gempa
Data gempa yang digunakan dalam analisa perencanaan adalah menggunakan
koefisien gempa (kh) 0,05 untuk kala ulang 20 tahun dan 0,1 untuk kala ulang
1.000 tahun. Namun demikian berdasarkan Peta Zona Gempa yang dikeluarkan
oleh Perencanaan Bangunan Tahan Gempa oleh Puslitbang Pengairan, maka
bendungan Salomekko masuk dalam zona dengan koefisien z = 0,8 s.d 1,20.
Untuk kala ulang 200 tahun diperoleh kh = 0,16 s.d 0,24.
Sehingga analisa selanjutnya dilakukan dengan menggunakan koefisien gempa
kh = 0,16 s.d 0,24.
8.5.3 Evaluasi Stabilitas Tubuh Bendungan
1. Arah hilir
Berdasarkan pada pendekatan awal dimana koefisien gempa yang diambil
adalah 0,1, maka sebagai langkah awal akan disampaikan juga analisa stabilitas
bendungan dengan menggunakan koefisien gempa 0,1. Hal ini dilakukan
sebagai kontrol terhadap parameter tanah yang akan diambil adalah sama
dengan pendekatan analisa sebelumnya.
Hasil analisa untuk stabilitas lereng di hilir bendungan pada saat kondisi air
tampungan penuh (+76.00 m) sebagai kondisi yang paling bahaya, dengan
metode Bishop maka diperoleh bahwa angka keamanan minimumnya adalah
1,394 dengan garis geseran memotong tubuh bendungan, nilai ini adalah kurang
lebih sama dengan hasil analisa sebelumnya dan ini memperlihatkan bahwa
parameter yang diambil adalah sudah sesuai.
Hasil keluaran dari analisa tersebut disajikan secara grafis dalam Gambar-8.4
sebagai berikut:
8-23
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Gambar-8.6 Stabilitas Bendungan Salomekko Arah Hilir (dg Koefisien Gempa 0,1)
Dengan menggunakan parameter tanah sesuai data tersebut diatas, berikut ini
disampaikan analisa bendungan menggunakan parameter yang sama namun
koefisien gempa yang digunakan adalah 0,2 (diambil nilai antara 0,16 dan 0,24).
Alasan pengambilan nilai koefisien gempa 0,2 adalah bahwa nilai iini mewakili
rentang antara 0,16 dan 0,24 dan juga tahap ini merupakan evaluasi terhadap
desain rencana.
Hasil analisa menghasilkan suatu angka keamanan minimum 1,119. Nilai ini
kurang dari nilai keamanan yang diijinkan yaitu 1,2, namun demikian nilai
keamanan 1,119 adalah cukup aman mengingat nilai parameter tanah yang
digunakan adalah nilai pada saat perencanaan, sedangkan saat ini konstruksi
timbunan telah mengalami penurunan konsolidasi yang lajimnya akan diikuti
penguatan antar butiran material akibat proses pemadatan, sehingga hal ini
merupakan nilai keamanan tambahan.
Hasil analisa stabilitas disajikan dalam bentuk grafis dalam Gambar-8.5 sebagai
berikut:
8-24
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Gambar-8.7 Stabilitas Bendungan Salomekko Arah Hilir(dengan Koefisien Gempa 0,2)
Analisa diatas juga memperlihatkan bahwa stabilitas pondasi bendungan adalah
aman, hal ini dapat diperhatikan bahwa garis geseran untuk nilai keamanan
bendungan minimum tidak pernah mencapai daerah pondsi bendungan.
Namun demikian analisa dengan nilai koefisien yang lebih besar dari 2, tentunya
akan menghasilkan faktor keamanan yang lebih kecil lagi.
2. Arah hulu
Sama seperti analisa bendungan arah hilir, maka berikut ini disampaikan
stabilitas arah hulu, analisa menghasilkan angka keamanan 1,371 pada
koefisien gempa 0,1, sedangkan pada koefisien gempa 0,2 diperoleh angka
keamanan 0,982.
Hasil masing-masing analisa stabilitas ditunjukkan secara grafis dalam Gambar-
8.6 dan Gambar-8.7 berikut:
8-25
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Gambar-8.8 Stabilitas Bendungan Salomekko Arah Hulu(dg Koefisien Gempa 0,1)
Gambar-8.9 Stabilitas Bendungan Salomekko Arah Hulu(dengan Koefisien Gempa 0,2)
Dari hasil analisa diketahui bahwa kondisi ini tidak aman, hal ini disebabkan
karena data-data yang diperoleh dari pembacaan pizometer tidak diketahui
karena alat rusak.
Hasil analisa untuk stabilitas lereng di hilir dan di hulu dapat dilihat pada
Tabel 8-6.
8-26
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Tabel 8-7 Hasil Analisa Stabilitas Lereng
Kondisi2000 2011
Hulu Hilir Hulu HilirNormal 0 0 2,334 1,814Gempa Kh = 0.1 1,523 1,407 1,371 1,394Gempa Kh = 0.2 1,090 1,133 0,982 1,119
8.6 ANALISIS DAN EVALUASI PERALATAN HIDROMEKANIK & ELEKTRIK
8.6.1 Umum
1. Peralatan yang dipasang di bendungan antara lain:
a. Panel distribusi genset
Secara keseluruhan sistem bisa dioperasikan, kondisi alat baik, namun
kondisi ciscuit cukup.
b. Generator set
- Generator : tegangan 220/380 V, frekwensi 50 Hz.
- Sistem bisa dioperasikan, kondisi alat baik, namun BBM sangat minim.
- Sistem panel distribusi tidak bisa dioperasikan.
2. Bangunan pelimpah/spilway
a. Kondisi peralatan pengangkat dan sistem kontrol
- Kondisi cabin control panel tidak bisa dioperasikan, kondisi ciscuit tidak
berfungsi dan perlu perbaikan.
- Kondisi monorail baik, namun hoist tidak bisa dioperasikan, motor tidak
berfungsi
- Kondisi stop log baik.
b. Operasi peralatan
- Peralatan dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik, sumber listrik
dari (Generator Set).
- Peralatan dapat dioperasikan secara manual.
3. Peralatan pintu operasi
a. Secara keseluruhan sistem tidak bisa dioperasikan.
b. Kondisi alat rubber seal yang bocor dan sudah berkarat.
c. Terdapat kebocoran pada house hydraulic.
d. Hydraulic cylinder sudah berkarat.
8-27
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Secara keseluruhan peralatan pintu operasi perlu perbaikan.
4. Peralatan keluaran irigasi
a. Secara keseluruhan peralatan bisa dioperasikan, namun kondisi coating yang
mengelupas dan hydraulic cylinder yang berkarat dan bocor.
b. Operasi peralatan
- Peralatan dioperasikan dengan menggunakan tenaga generator set.
- Peralatan tidak dapat dioperasikan secara manual.
Semua peralatan perlu dilakukan perawatan dan perbaikan.
5. Instalasi kabel dan penerangan
a. Penerangan jalan semua mati
b. Kondisi instalasi listrik, sambungan banyak yang mengelupas.
Secara keseluruhan instalasi listrik untuk penerangan perlu dilakukan perbaikan
dan penggantian.
8.6.2 Hasil Analisis Dan Evaluasi
Analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi yang ada baik dari hal desain,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan termasuk hasil uji-coba operasi yang
dilaksanakan Tim Konsultan Pelaksana secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar peralatan hidromekanik dan elektrik yang dipasang di
Bendungan Salomekko dalam kondisi yang tidak terawat dan perlu perbaikan.
2. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian :
a. Hampir seluruh peralatan hidromekanik dan elektrik belum dipelihara dengan
baik dan belum sesuai dengan buku Manual OM dari pabrik, indikasinya.
b. Peralatan yang terpasang tidak diuji operasi secara periodik, sehingga
banyak komponen tidak dapat dideteksi kondisinya, terutama komponen yang
ada didalam air.
c. Dari hasil diskusi dengan para operator, dapat diperoleh informasi bahwa
mereka kebanyakan kurang menguasai cara pengoperasian alat, sehingga
perlu mendapat pelatihan O & P.
d. Perlu disusun buku petunjuk operasi dan pemeliharaan yarig lengkap, yang
telah disesuaikan dengan kondisi setempat dan berbahasa Indonesia,
sehingga mudah dipahami oleh para operator.
8-28
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
e. Seluruh peralatan hidromekanik dan elektrik diharapkan dalam kondisi siap
operasi setiap saat diperlukan.
8.6.3 Saran Yang Disampaikan
Agar supaya peralatan hidromekanik dan elektrik dalam kondisi siap operasi dan
untuk menjaga supaya tidak terjadi gagal fungsi, perlu dilakukan :
1. Pintu dan katup harus dioperasikan minimal sekali setahun.
2. Pemeliharaan harus dilakukan sesuai petunjuk dari buku manual OM yang
disediakan oleh pabrik.
3. Operator harus familier dengan setiap peralatan hidromekanik dan elektrik dan
harus menguji dan mengoperasikan semua peralatan pada kala ulang yang
tetap.
4. Guna meningkatkan kemampuan dan untuk menambah pengalaman, sangat
menguntungkan bila para operator berkunjung ke lokasi bendungan lain (studi
banding) yang sudah melakukan O & P bendungan sesuai prosedur.
Adapun uraian rinci analisa dan evaluasi, dituangkan dalam Laporan Penunjang:
Laporan Evaluasi Keamanan Bendungan.
8.7 ANALISIS DAN EVALUASI MENEJEMEN OPERASI, PEMELIHARAAN DAN
PEMANTAUAN
8.7.1 Manajemen Pelaksanaan Proyek
1. Umum
Gagal dan tidaknya pemanfaatan pembangunan Bendungan Salomekko sangat
tergantung dari bagaimana cara mengelola bendungan paska pembangunan fisik
bendungan. Prinsip dasar konservasi alam yang harus dipahami oleh semua
pengelola adalah memanfaatkan fungsi bendungan untuk masyarakat
(penduduk) sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu selama-lamanya dengan
resiko sekecil-kecilnya.
Manfaat tersebut antara lain adalah :
a. Harus dapat dirasakan masyarakat/penduduk sebanyak-banyaknya baik
di sekitar bendungan, petani, pencari ikan ataupun wisatawan.
b. Harus dapat dirasakan masyarakat/penduduk selama-lamanya.
Sehingga bagaimana menjaga fungsi bendungan agar dapat bertahan sesuai
8-29
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
umur rencana atau bahkan lebih lama. Penjagaan fungsi bendungan meliputi
penjagaan fungsi konstruksi bendungan dan kelengkapannya, fungsi jaringan
irigasi di bawahnya dan fungsi daerah aliran sungai di atasnya.
c. Harus dapat dirasakan masyarakat/penduduk dengan resiko yang
sekecil-kecilnya. Hal ini dimaksudkan supaya resiko yang timbul dapat ditekan
seminimal mungkin, misalnya resiko akibat gagalnya fungsi konstruksi, resiko
akibat kesalahan prediksi musim atau resiko lainnya.
Supaya tujuan tersebut di atas tercapai, maka sangat perlu dibentuknya
organisasi satuan pelaksana kegiatan O dan P Sumber Daya Air Balai Wilayah
Sungai Pompengan Jeneberang.
2. Pembentukan satuan tugas
Struktur organisasi dan uraian jabatan telah disusun berdasarkan Keputusan
Kepala Satuan Pelaksana Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Sumber
Daya Air II No: 384/SKP/O&P SDA II/2007 tanggal 4 April 2007 tentang
Hubungan Kerja, Susunan Organisasi dan Tata Laksana Antara Kepala
Satuan Pelaksana Kegiatan dengan PUMC (Pemegang Uang Muka Cabang),
Pelaksana Urusan Administrasi, Pelak-sanaan Urusan Kepegawaian,
Pelaksana Urusan Teknik, Pelaksana Kegiatan dan Petugas Pelaksana.
3. Analisis dan evaluasi
a. Manajemen operasi dan pemeliharaan
Temuan serta hasil analisis dan evaluasi mengindikasikan bahwa Menejemen
Operasi dan Pemeliharaan telah dilaksanakan, namun kurang terintegrasi
dengan baik.
b. Manajemen pemantauan (monitoring)
Inspeksi dapat dilaksanakan dengan data dan informasi yang sangat minim,
hal ini karena belum adanya struktur organisasi pemantauan pelaksanaan
kegiatan O & P sehingga laporan secara periodik belum ada.
8.7.2 Manajemen Keamanan Bendungan
Pembangunan bendungan mempunyai masalah yang sangat kompleks baik pada
saat pembangunan maupun sesaat setelah bendungan dioperasikan. Kegagalan
pembangunan bendungan akan berakibat fatal terutama pada penduduk dan
8-30
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
infrastuktur di sekitar bendungan. Keamanan bendungan harus mendapat
perhatian besar dalam pengoperasian dan pemeliharaan waduk dan bendungan.
Oleh karena itu fungsi pemantauan adalah penting dan harus dilaksanakan.
Pemantauan disini dengan pengertian termasuk evaluasi keamanan bendungan.
Fungsi-fungsi ini adalah juga merupakan usaha pengawasan dan penjagaan
keamanan bendungan.
8.7.3 Pentingnya Fungsi Pemantauan
Bendungan adalah bangunan hidup, dengan pengertian hidup adalah bergerak dan
berubah. Maka bendungan dan bangunan-bangunan pelengkap memiliki perilaku
(behaviour). Gerak dan perubahan ini dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :
1. Perubahan bahan alami, seiring umur.
2. Peristiwa/kejadian alami (banjir, gempa).
3. Sikap, tindak orang yang tidak tepat, tidak benar (dalam masa desain/
pelaksanaan/pengoperasian/pemeliharaan/ pemantauan/ pengamatan/
penjagaan).
Perilaku ini (gerakan dan perubahan) harus dipantau untuk dapat diketahui indikasi/
tanda/ gejala selanjutnya diinterpretasi dan dievaluasi sehingga diketahui perilaku
apakah merupakan potensi bahaya terhadap keamanan bendungan atau tidak.
Atau apakah akan berkembang menjadi potensi bahaya. Sehingga setelah
diketahui kondisi, akan dapat diambil tindakan yang perlu dan tepat sebagai usaha
mencegah timbulnya potensi bahaya.
8.7.4 Pelaksanaan Pemantauan
1. Perilaku (behaviour)
Sejak awal pembangunan bendungan, banyak instrument dipasang guna
memantau perilaku pondasi, bagian-bagian tubuh bendungan dan tumpuan.
Demikian pula pada bangunan-bangunan pelengkap dan tebing-tebing.
Kegiatan yang harus dilakukan guna memahami perilaku adalah sebagai
berikut : pemasangan instrumentasi, pencatatan data bacaan, plotting grafik,
interpretasi/ evaluasi. Data bacaan instrumentasi tersebut harus mencakup data
sejak awal pelaksanaan konstruksi.
8-31
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
2. Kondisi fisik teknis
Kondisi fisik teknis perlu dilakukan pemeriksaan/ inspeksi secara berkala.
Sehingga kondisi fisik-teknis dan perkembangannya dapat diketahui dan dapat
digunakan untuk melengkapi evaluasi perilaku.
3. Macam kegiatan
a. Pemantauan data pembacaan instrumentasi (harian, mingguan, bulanan),
dan pemantauan kondisi fisik teknis (aspek geodetik, geoteknik, hidrolik,
hidrologi, gempa dll).
b. Plotting grafik dan interpretasi/evaluasi.
c. Pemeliharaan instrumentasi.
d. Pelaporan.
e. Inspeksi tahunan.
f. Inspeksi besar- 5 tahunan.
g. Inspeksi luar biasa (banjir, gempa bumi).
h. Penyusunan program
i. Penyediaan dana.
4. Sumber daya manusia.
Pengawasan dan koordinasi guna pelaksanaan macam-macam kegiatan
tersebut diperlukan personil yang mewakili kemampuan untuk memahami:
maksud desain tiap bagian bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya,
batasan desain dan permasalahan serta penyebabnya.
8.7.5 Bahan Analisis Dan Evaluasi
Temuan dalam pelaksanaan inspeksi
1. Dokumen data dan informasi tidak lengkap serta tidak tersimpan
dengan baik.
2. Kerusakan atau tidak berfungsinya instrumen belum dipahami
akibat/ kerugiannya.
3. Belum pernah dilakukan inspeksi berkala maupun inspeksi besar.
8.7.6 Hasil Analisis Dan Evaluasi
1. Manajemen operasi dan pemeliharaan
8-32
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Manajemen operasi dan pemeliharaan telah dilaksanakan, namun kurang
terintegrasi dengan baik.
2. Manajemen pemantauan (monitoring)
Belum adanya struktur organisasi pemantauan pelaksanaan kegiatan operasi
dan pemeliharaan.
8.8 ANALISIS DAN EVALUASI RENCANA TINDAK DARURAT
8.8.1 Umum
Rencana Tindak Darurat (RTD) khususnya untuk Bendungan Salomekko belum
pernah dibuat. Dokumen yang ada adalah Buku Panduan/ Manual OP Bendungan
Salomekko.
8.8.2 Hasil Analisis dan Evaluasi
Belum disiapkan Rencana Tindak Darurat sehingga bila mengalami keadaan
darurat yang mengancam keamanan bendungan, tidak dapat diambil tindakan
darurat secara efektif.
8.9 EFEK KONDISI LINGKUNGAN
8.9.1 Umum
Skope analisis dan evaluasi adalah faktor sosial dan lingkungan di sekitar waduk.
Potensi bahaya terhadap keamanan bendungan dapat pula timbul dari faktor sosial
dan lingkungan yang tidak terkendali. Di samping itu faktor ini adalah salah satu
faktor dari 3 faktor yang dikaji dalam penetapan tinggi muka air waduk yang
feasible. Survai sosial dan lingkungan tidak ada dalam skope pekerjaan inspeksi
besar ini.
8.9.2 Pertimbangan Penetapan Tinggi Muka Air Waduk
Dari laporan desain, penetapan tinggi muka air waduk yang feasible berdasarkan
kajian faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kondisi topografi dan geologi.
2. Sosial dan lingkungan yang menggunakan data sensus dan
data land use
3. Pemanfaatan secara optimal air Waduk Salomekko.
8-33
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
Untuk faktor sosial dan lingkungan rnasalah utama yang menentukan adalah hal--
hal sebagai berikut :
1. Umur waduk.
2. Pembinaan perikanan waduk.
3. Kesempatan kerja adanya waduk.
4. Kendali tanaman air.
8.9.3 Bahan Analisis dan Evaluasi
Bahan evaluasi dan analisis diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Pengukuran sedimen.
2. Inspeksi lapangan visual daerah waduk (dengan menggunakan perahu
bermotor untuk daerah waduk).
3. Inspeksi lapangan visual daerah sekitar bendungan dan daerah hilirnya.
8.9.4 Analisis dan Evaluasi
1. Umur waduk berdasarkan laju sedimen.
Umur waduk sangat dipengarui oleh seberapa besar sedimen yang masuk ke
dalam waduk itu sendiri, sedangkan besarnya sedimen itu sendiri sangat
dipengaruhi oleh besarnya curah hujan dan kondisi daerah tangkapan hujannya,
baik jenis dan kemiringan tanah, cara pengolahan tanah serta kondisi tutupan
lahannya.
Besarnya sedimen yang masuk ke waduk dapat dihitung dengan pendekatan
formulasi tertentu atau dengan melakukan pengukuran sedimen di beberapa
anak sungai yang masuk ke waduk atau dengan cara mengukur langsung
besarnya sedimentasi yang berada di waduk (echo sounding).
Namun demikian berdasarkan hasil survai lapangan dengan cara menelusuri
keliling waduk tidak didapatkan adanya akumulasi sedimen, baik di muara anak-
anak sungai yang ada maupun pada seluruh tepian waduk. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sedimen yang masuk ke waduk belum menjadikan kendala
operasional waduk.
2. Perikanan waduk.
Usaha keramba ikan belum ada, namun untuk dikemudian hari perlu diwaspadai
dan diperlukan usaha pengendaliannya. Salah satunya adalah dengan
8-34
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
dibentuknya zona pemanfaatan sumber air, yaitu ruang pada sumber air yang
dialokasikan, baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi budidaya.
Tujuan dibentuknya zona tersebut adalah sebagai upaya untuk pencegahan,
penang-gulangan dan pemulihan kerusakan sumber air akibat dari
kegiatan/usaha yang berpengaruh terhadap konservasi sumber daya air.
Zona pemanfaatan sumber air meliputi :
a. Zona I yaitu Zona Bahaya
Setiap orang dilarang memasuki dan atau melakukan kegiatan/ usaha di
dalam zona bahaya.
b. Zona II yaitu Zona Suaka
Dapat dilakukan kegiatan/usaha dengan pertimbangan teknis dan
persetujuan tertulis dari instansi terkait yang meliputi transportasi air,
olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau
dilindungi, dan/atau pelestarian cagar budaya.
c. Zona III yaitu Zona Pengusahaan
Dapat dilakukan kegiatan/usaha dengan pertimbangan teknis dan
persetujuan tertulis dari instansi terkait antara lain dialokasikan untuk
budidaya perikanan, penambangan bahan galian golongan C, transportasi air,
olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau
dilindungi, dan/atau pelestarian cagar budaya.
3.Kesempatan kerja adanya waduk.
Dalam inspeksi lapangan visual ditemukan usaha pemancingan dan rekreasi
perahu. Sampai dengan saat sekarang tampak terkendali dari segi kebersihan
dan erosi permukaan.
4.Tanaman air.
Di seluruh permukaan air waduk tidak ditemukan adanya tanaman air.
5.Daerah sekitar waduk.
Tanaman keras tumbuh dengan baik dan rapat di seluruh bagian sekitar waduk.
Di daerah sabuk hijau (green belt) dibeberapa tempat yang gundul dan
digunakan untuk aktifitas orang (menggembala ternak) perlu dijaga terhadap
bahaya erosi tanah permukaan.
8-35
LAPORAN AKHIRInspeksi Besar Evaluasi Keamanan Bendungan Salomekko
6.Daerah aliran sungai
Meskipun perkiraan laju sedimen sekarang lebih kecil (sedikit) terhadap
perkiraan desain, lahan gundul perlu diwaspadai dan dijaga, minimal tidak
berkembang lebih luas.
7.Keamanan lingkungan
Di dekat daerah sekitar bendungan dan daerah hilir bendungan belum
diketemukan papan-papan peringatan dan larangan di tempat-tempat yang
memang memerlukan.
Daerah sekitar waduk perlu ditingkatkan lagi pengamanannya karena
kesempatan kerja yang ada membuat jumlah orang dan aktifitas kehidupan
makin tinggi. Hal ini merupakan salah satu usaha peningkatan penjagaan dan
kewaspadaan.
Sistim peringatan untuk keamanan terhadap orang atau penduduk pada saat
pengeluaran air besar, air operasi maupun pelimpah banjir, perlu ditingkatkan
yaitu dengan membuat warning system pada bendungan.
8.9.5 Kesimpulan
Keadaan lingkungan sekarang tidak memiliki potensial bahaya terhadap keamanan
bendungan. Namun usaha peningkatan kewaspadaan dan penjagaan perlu
dilakukan untuk keamanan bendungan dalam jangka panjang.
8-36