analisa limbah konstruksi sebagai bahan baku batako fakul… · analisa limbah konstruksi sebagai...

15
ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1) , Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop. 1) 2) Pahala Roni Pane, ST 1) Dosen tetap Universitas HKBP Nommensen 2) Alumni Teknik Sipil Univ. HKBP Nommensen ABSTRACT One alternative in the mounting wall is a wall with adobe. Utilization of construction waste material as a substitute for sand sebahagian can add to the quality of the power brick. Research on the addition of konstrusi waste in the manufacture of concrete blocks intended to determine the characteristic properties of the building blocks of brick, compressive strength and water uptake adobe. From this research is expected to note the effect of adding waste in brick-making, to develop science and technology in the brick-making, and the results of this study can be used as an alternative building materials in the world of business. In the manufacture of solid concrete brick with added material waste by reducing the amount of sand, with the addition of construction waste (against the brick volume) amounted to 0%; 20%; 30%; 40%; 50% of the composition of adobe. The results show the highest compressive strength occurred in the composition of construction waste 3.50: 1 pc: 3.50 Mkt ie an average compressive strength of 44.3 Kg / cm2 (each brick of solid concrete sign of quality II and III). At a ratio of 2.80 demolition waste: 1pc: 4.20 Mkt respective average compressive strength of 37.50 Kg / cm2 (each brick of solid concrete sign of quality III). In comparison mixture. 0.00 demolition waste: 1pc: 7.0 Mkt, 1.40 demolition waste: 1pc: 5.60 and 2.10 Mkt demolition waste: 1pc: 4.90 Mkt respectively an average compressive strength of 23 Kg / cm2, 26.43 Kg / cm2 29.5, Kg / cm2 (each brick of solid concrete grade IV). The described quality requirements are appropriate quality requirements in PUBI-1982. For water absorption value shows that the more the number of construction waste, the water uptake value increases. Low water absorption occurs in the mixing ratio, 0.00 demolition waste: 1pc: 7.0 Mkt is equal to 14.84%, and the highest water uptake occurs at a ratio of 2.80 demolition waste: 1pc: Mkt 4,20% by 17:35. The highest water uptake was still very qualified to solid concrete brick with the level of quality I and II. 1. PENDAHULUAN Timbulnya limbah dalam suatu kegiatan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Pembuangan limbah ini sering berakibat kerusakan lingkungan. Untuk mencegahnya, pembuangan limbah perlu dikelola dengan baik. Dahulu kala, upaya pengelolaan limbah hanya merupakan pembuangan ke tempat yang dianggap aman. Saat ini, upaya pengelolaan limbah industri menggunakan pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle). Dengan pendekatan 3R, upaya pengelolaan limbah disusun dalam suatu hierarki yang dikenal dengan hirarki pengelolaan limbah (Tchobanoglous et al 1994). Dalam hirarki ini pengelolaan limbah disusun dalam urutan - dari yang tertinggi sampai terendah - pencegahan, penggunaan kembali, pembuangan. Apabila limbah tidak dapat dihindarkan lagi maka diupayakan untuk menggunakannya kembali sebelum dibuang ke alam / tempat yang aman. Saat ini banyak bangunan lama direnovasi bahkan dibongkar untuk mendirikan bangunan baru. Kegiatan ini menghasilkan sangat banyak puing bongkaran. Apabila ada yang membutuhkan, bahan bongkaran tersebut biasanya digunakan sebagai bahan timbunan ataupun tambahan untuk memperbaiki kepadatan tanah lempung. Apabila tidak ada yang membutuhkan, maka puing tersebut akan dibuang secara liar/sembarangan sehingga merusak lingkungan. Untuk mencegah hal ini, perlu diteliti berbagai penggunaan puing beton. Penelitian penggunaan puing bongkaran sebagai bahan beton telah dilakukan sebelumnya oleh Beni Carlos Cibro (2012) dan Michael Situmorang (2012) di Jurusan Sipil Universitas HKBP Nommensen. Belajar dari penelitian tersebut, penulis melihat puing bangunan tidak layak digunakan sebagai bahan beton pada elemen struktural bangunan. Oleh karenanya penulis berkeinginan meneliti penggunaan puing bangunan sebagai bahan baku batako.

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI

SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc.1) , Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

2)Pahala Roni Pane, ST 1)Dosen tetap Universitas HKBP Nommensen

2)Alumni Teknik Sipil Univ. HKBP Nommensen

ABSTRACT

One alternative in the mounting wall is a wall with adobe. Utilization of construction waste material as a substitute

for sand sebahagian can add to the quality of the power brick. Research on the addition of konstrusi waste in the

manufacture of concrete blocks intended to determine the characteristic properties of the building blocks of brick,

compressive strength and water uptake adobe. From this research is expected to note the effect of adding waste in

brick-making, to develop science and technology in the brick-making, and the results of this study can be used as an

alternative building materials in the world of business. In the manufacture of solid concrete brick with added material

waste by reducing the amount of sand, with the addition of construction waste (against the brick volume) amounted

to 0%; 20%; 30%; 40%; 50% of the composition of adobe.

The results show the highest compressive strength occurred in the composition of construction waste 3.50: 1 pc: 3.50

Mkt ie an average compressive strength of 44.3 Kg / cm2 (each brick of solid concrete sign of quality II and III). At a

ratio of 2.80 demolition waste: 1pc: 4.20 Mkt respective average compressive strength of 37.50 Kg / cm2 (each brick

of solid concrete sign of quality III). In comparison mixture. 0.00 demolition waste: 1pc: 7.0 Mkt, 1.40 demolition

waste: 1pc: 5.60 and 2.10 Mkt demolition waste: 1pc: 4.90 Mkt respectively an average compressive strength of 23

Kg / cm2, 26.43 Kg / cm2 29.5, Kg / cm2 (each brick of solid concrete grade IV). The described quality requirements

are appropriate quality requirements in PUBI-1982. For water absorption value shows that the more the number of

construction waste, the water uptake value increases. Low water absorption occurs in the mixing ratio, 0.00 demolition

waste: 1pc: 7.0 Mkt is equal to 14.84%, and the highest water uptake occurs at a ratio of 2.80 demolition waste: 1pc:

Mkt 4,20% by 17:35. The highest water uptake was still very qualified to solid concrete brick with the level of quality

I and II.

1. PENDAHULUAN

Timbulnya limbah dalam suatu kegiatan adalah hal yang tidak dapat dihindari.

Pembuangan limbah ini sering berakibat kerusakan lingkungan. Untuk mencegahnya,

pembuangan limbah perlu dikelola dengan baik. Dahulu kala, upaya pengelolaan limbah hanya

merupakan pembuangan ke tempat yang dianggap aman. Saat ini, upaya pengelolaan limbah

industri menggunakan pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle). Dengan pendekatan 3R, upaya

pengelolaan limbah disusun dalam suatu hierarki yang dikenal dengan hirarki pengelolaan limbah

(Tchobanoglous et al 1994). Dalam hirarki ini pengelolaan limbah disusun dalam urutan - dari

yang tertinggi sampai terendah - pencegahan, penggunaan kembali, pembuangan. Apabila limbah

tidak dapat dihindarkan lagi maka diupayakan untuk menggunakannya kembali sebelum dibuang

ke alam / tempat yang aman.

Saat ini banyak bangunan lama direnovasi bahkan dibongkar untuk mendirikan bangunan

baru. Kegiatan ini menghasilkan sangat banyak puing bongkaran. Apabila ada yang membutuhkan,

bahan bongkaran tersebut biasanya digunakan sebagai bahan timbunan ataupun tambahan untuk

memperbaiki kepadatan tanah lempung. Apabila tidak ada yang membutuhkan, maka puing

tersebut akan dibuang secara liar/sembarangan sehingga merusak lingkungan.

Untuk mencegah hal ini, perlu diteliti berbagai penggunaan puing beton. Penelitian

penggunaan puing bongkaran sebagai bahan beton telah dilakukan sebelumnya oleh Beni Carlos

Cibro (2012) dan Michael Situmorang (2012) di Jurusan Sipil Universitas HKBP Nommensen.

Belajar dari penelitian tersebut, penulis melihat puing bangunan tidak layak digunakan sebagai

bahan beton pada elemen struktural bangunan. Oleh karenanya penulis berkeinginan meneliti

penggunaan puing bangunan sebagai bahan baku batako.

Page 2: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Maksud dan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana puing bangunan

(puing struktur dan puing non struktur ) dapat digunakan kembali sebagai bahan tambah batako.

Industri konstruksi menghasilkan banyak limbah padat berupa puing bangunan.

Pembuangan puing yang tidak baik merupakan ancaman bagi kelestarian lingkungan. Oleh sebab

itu pengelolaan puing ini harus dilakukan dengan baik. Salah satu upaya pengelolaan yang harus

diteliti sebelum membuang puing adalah mengunakan kembali puing. Dalam penelitian ini akan

ditempuh upaya menggunakan puing sebagai bahan baku batako.

Dari kedua jenis puing ini akan dicetak jenis batako untuk selanjutnya diteliti apakah jenis puing

menghasilkan karakteristik batako yang berbeda dalam hal kekuatan maupun kemudahan

pengerjaan /pembuatan batako.

Penelitiaan ini terkait dengan bidang manajemen konstruksi dan pengelolaan limbah.

Manfat penelitian ini untuk menambah literature dan pemahaman tentang limbah konstruksi dan

pemanfaatanya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum setiap pemprosesan material akan menghasilkan limbah. Pekerjaan renovasi

bangunan banyak menghasilkan limbah berupa puing beton dan material lain. Limbah tersebut

dihasilkan dari proses dekonstruksi ataupun perubuhan bangunan lama. Kondisi limbah yang

dihasilkan sangat bervariasi dan tegantung jenis bangunaan dan metode dekonstruksi. Proses

dekosntruksi / perubuhan yang dilakukan terencana dan dengan tujuan menggunakan kembali

material bekas akan lebih sedikit menghasilkan puing.

1.2. Batako

Batako merupakan balok beton cetak sebagai alternatif pengganti bata merah yang dibuat

dengan tujuan menekan biaya tetapi memiliki kualitas pasang dinding yang tidak kalah baiknya

dari bata merah. Batako merupakan bahan bangunan yang tersusun dari komposisi semen, air dan

agregat (pasir dan kerikil). Batako digunakan untuk dinding bangunan nonstruktural, yaitu sebagai

dinding pengisi yang harus diperkuat oleh rangka.

Komposisi batako sendiri merupakan bahan-bahan yang mudah diperoleh masyarakat.

Beberapa material yang dianggap limbah oleh masyarakat mempunyai karakteristik teknis sama

dengan bahan-bahan penyusun batako, misalnya puing bangunan dan limbah yang lain.

Masyarakat umum mengenal batako sebagai balok beton bahan dinding. Supribadi

menyatakan bahwa batako adalah “Semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur,

dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam

keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”. Menurut Persyaratan

Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan

mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock

(concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran

semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak

sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan

dinding”.

Page 3: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Klasifikasi batako dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

Batako dengan mutu I, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak

memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi

dari cuaca luar.

Batako dengan mutu II, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti

dalam jenis I, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak

diplester.

Batako dengan mutu III, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang

memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi dari

cuaca luar (untuk konsruksi di bawah atap).

Batako dengan mutu IV, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan

dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi.

2.3. Persyaratan Mutu Batako

a. Pandangan Luar

Syarat mutu untuk pembuatan bata beton pejal apabila ditinjau dari pandangan luar

bata beton pejal tersebut harus bebas dari retak-retak, cacat-cacat, rusaknya siku terhadap yang

lain, serta sudut rusuk tidak boleh mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

b. Persyaratan Fisik

Menurut SII 0285-80 (dalam Husin dan Suratman, 1995) bata beton harus

mempunyai sifat-sifat fisis seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Persyaratan fisik bata beton (SII 0285-80 dalam Husin dan

Suratman,1995)

Bata beton

mutu

Kuat tekan bruto minimum (Kg/cm2) Penyerapan air

maksimum

(% volume) Rata – rata dari bata Masing – masing

bata

HB20 20 17 -

HB35 35 30 -

HB 50 50 45 25

HB 70 70 65 35

*) Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan

luas ukuran nominal dari bata beton, termasuk luas lubang serta cekungan tepi.

c. Persyaratan Ukuran Standar dan Toleransi

Syarat ukuran standar dan toleransi bata beton pejal sesuai dengan SKSNI-S-04-

1989-F dapat dilihat pada Tabel 2.2 .

Tabel 2.2 Persyaratan ukuran standar dan toleransi (SK SNI S-04- 1989-F)

Page 4: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Ukuran + toleransi , mm

Panjang Lebar Tebal

390 + 3 190 + 2 100 + 2

390 - 5

2.4 Kuat Tekan Batako

Kekuatan batako juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam pembuatan batako

diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal ini memungkinkan untuk menjadikan bahan

semakin mengikat keras dengan adanya kepadatan yang lebih, serta untuk membantu merekatnya

bahan pembuat batako dengan semen yang dibantu oleh air.

Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen untuk bereaksi

secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 % berat semen maka reaksi kimia tidak selesai

dengan sempurna (A. Manap, 1987: 25). Apabila kondisi seperti ini dipaksakan akan

mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen

dan untuk memudahkan pembuatan batako, maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas

kondisi adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal.

Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran

penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar antara 0,4 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan

kondisi adukan agar mudah dikerjakan.

Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako. Oleh

karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur batako 28 hari. Bila

karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan batako pada umur 28 hari, maka dapat

dilakukan dengan menguji kuat tekan batako pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya dikalikan

dengan faktor tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari.

Tabel 2.3 Hubungan antara komposisi campuran dengan Persyaratan kuat

tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding

menurut SNI-3-0349-1989

Syarat fisis satuan Tingkat mutu bata beton pejal

I II III IV

1.kuat tekan

bruto rata –

rata min

2.kuat tekan

bruto masing-

masing benda

uji

3.penyerapan air

rata-rata,maks

Kg/cm2

Kg/cm2

%

100

90

25

70

65

35

40

35

-

25

21

-

Page 5: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

2.5. Serapan Air Batako

Serapan air pada bata beton dipengaruhi oleh porositas agregat yang dipakai dalam

pembuatan adukan beton maupun porositas pasta semen itu sendiri. Serapan air dalam agregat

adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam air.

Agregat mempunyai pori dengan ukuran yang beragam, semakin besar pori semakin besar pula

serapan air pada agregat. Pori dalam agregat tersebar di seluruh tubuh butiran, beberapa merupakan

poripori yang tertutup, beberapa lainnya terbuka pada permukaan butiran. Beberapa jenis agregat

yang sering dipakai mempunyai pori tertutup sekitar 0 % sampai 20% dari volume butirnya.

2.6. Beton

Menurut Ir. Tri Mulyono,MT , beton merupakan fungsi dari bahan penyusunan yang terdiri

dari bahan semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (zat addictive). Menurut SK

SNI 03 – 2847 – 2002, defenisi beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik

yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk masa padat.

Beton normal adalah beton yang memiliki berat satuan 2200 kg/m³ sampai 2400 kg/m³

sedangkan beton ringan memiliki berat satuan 1800 kg/cm³ sampai 2100 kg/cm³ dan dibuat

menggunakan agregat alam.

2.7. Semen

Menurut ASTM C – 150, (1985) semen Portland didefenisikan sebagai semen hidrolik

yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang

umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang

digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen Portland yang digunakan di Indonesia

harus memenuhi syarat SII.0013 – 81 atau standar uji bahan bangunan Indonesia 1986, dan harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut.

2.8. Agregat

Agregat yang digunakan, dalam campuran beton dapat berupa agregat alam dan agregat

buatan. Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan

agregat halus. Menurut standart ASTM agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih

besar dari 4.75 mm sedangkan agregat halus adalah agregat yang ukuran butirnya lebih kecil dari

4.75 mm.

Agregat merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan.

Pasir yang digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari

lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu pasir juga harus bersifat

keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik.

Agregat halus yang dipakai untuk campuran adukan bata beton pejal harus memenuhi

syarat yang ditetapkan SK-SNI-S-04-1989-F yaitu dengan modulus halus 1,5 sampai 3,8. Dilihat

dari syarat batas gradasinya agregat halus dibagi menjadi 4 zone seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 2.4. (Try Mulyono, 2003)

Page 6: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Tabel 2.4. Batas Gradasi Agregat Halus

Lubang

ayakan

(mm)

Berat temus kumuatif (%)

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zonz 4

Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas

10

4.8

2.4

1.2

0.6

0.3

0.15

100

90

60

30

15

5

0

100

100

95

70

34

20

10

100

90

75

55

35

8

0

100

100

100

100

59

30

10

100

90

85

75

60

12

0

100

100

100

100

79

40

10

100

95

95

90

80

15

0

100

100

100

100

100

50

15

Keterangan :

Zone 1 = Pasir Kasar

Zone 2 = Pasir Agak Kasar

Zone 3 = Pasir Halus

Zone 4 = Pasir Agak Halus

2.9. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton atau batako untuk memicu proses kimiawi semen,

membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air yang dapat diminum

umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa

yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam

campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang

dihasilkan.

Karena pasta semen merupaka hasil reaksi kmia antara semen dan air, maka bukan

perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting ,tetapi justru pebandingan air

dengan semen atau yang bisa disebut sebagai Faktor Air Semen. Untuk air yang tidak memenuhi

syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 28 hari tidak

boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan air yang menggunakan air

standar/suling .

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen yaitu suatu metode

penelitian untuk mengadakan kegiatan percobaan yang mendapatkan suatu hasil.

3.1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan bata beton pejal dengan campuran limbah

struktur beton, dengan jumlah benda uji 35 buah dengan ukuran bata beton pejal panjang 40 cm,

lebar 8 cm dan tinggi 20 cm dan sebahagian berbentuk silinder dengan diameter 15cm dan tinggi

30 cm.

Page 7: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Cara pengambilan sampel pasir, semen, air dan limbah konstruksi banggunan

Adalah : 1). pasir yang digunakan pasir yang diambil dari amp 2). Semen dipakai, semen Andalas

dengan berat 40 kg dalam kondisi baik, 3). air yang dipakai air artetis yang dipakai untuk

kebutuhan sehari-hari di kampus UHKBPN, 4). Limbah struktur beton yang, diambil dari

perubuhan bangunan atau renopasi banggunan yang ada di kota Medan.

Sampel dalam penelitian ini adalah berupa benda uji bata beton pejal yang terbagi dalam

dua perlakuan dengan masing-masing benda uji, perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Campuran subtitusi limbah struktur beton untuk bata beton

pejal.

No. Perbandingan

Semen : pasir

Fas Umur

Komposisi

Limbah

Sample

Uji

Kuat

Tekan

Sample

Uji

Daya

Serap

Air

1

2

3

4

5

1 : 7

1 : 7

1 : 7

1 : 7

1 : 7

0,48

0,48

0,48

0,48

0,48

28 hari

28 hari

28 hari

28hari

28 hari

0

1,4

2,1

2,8

3,5

4

4

4

4

4

3

3

3

3

3

Keterangan : Komposisi perbandingan campuran bata beton pejal dengan penambahan limbah

konstrksi dilakukan terhadap volume pasir bata beton pejal.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan

variabel kontrol.

Variable bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 1999:20). Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah subtitusi

limbah konstruksi bangunan.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 1999:20). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kuat tekan bata beton pejal.

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan dilihat konstan sehingga dapat

melakukan penelitian bersifat membandingkan (Sugiyono, 1999:20). Sebagai variabel kontrol

dalam penelitian ini adalah bata beton pejal dengan subtitusi 0% limbah konstruksi bangunan.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan sesuai dengan bagan alir Gambar 3.1

Gambar 3.1. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan

bahan

Page 8: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Faktor bentuk benda uji dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Perbandingan Kuat Tekan Beton pada Berbagai Bentuk Benda Uji

Benda Uji Perbandingan Kuat Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.00

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95

Silinder φ 15 cm h = 30 cm 0.83

Sumber : Peraturan Beton Indonesia ’71 ( PBI 1971 )

Data kuat tekan sebagai dasar perancangan, dapat menggunakan hasil uji kurang dari 28

hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi pekerjaan yang sama dengan karakteristik

lingkungan dan kondisi yang sama. Jika menggunakan hal ini, maka dalam rencana harus

disebutkan dan hasil dikonversi ke umur 28 hari berdasarkan Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Perkembangan kuat tekan untuk semen potlan tipe 1

Pengujian bahan

Pasir

1.berat jenis

2.berat

satuan

3.gradasi

Limbah konstruksi

1.gradasi

2.berat jenis

Semen

1.Kehalusan

semen

Air

1.warna

2.kejernian

Pencampuran adukan

Pencampuran bahan sesuai perbandingan

Pembuatan benda uji

Perawatan selama 28 hari

Pengujian benda uji

1.kuat tekan

2.daya resap air

Analisa hasil

kesimpulan

Page 9: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Umur beton (hari) 3 7 14 21 28

semen potlan tipe 1 0,46 0,70 0,88 0,96 1,0

4. PEMBAHASAN

4.1. Air

Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu mengamati air secara langsung

mengenai sifat-sifatnya yaitu, tidak berwarna, tidak berbau, jernih/tidak mengandung lumpur dan

benda terapung lainnya sehingga air dapat digunakan untuk campuran adukan bata beton pejal

(memenuhi syarat sesuai pada SK-SNI–S–04–1989– F).

4.2. Semen

Semen yang digunakan semen Andalas dengan kemasan 40 kg/zak yang dibeli dari toko

bangunaan yang terdekat. Dari pengamatan yang dilakukan bahwa semen memenuhi syarat SII-

0013-81, tentang “mutu dan cara uji semen” atau SK.SNI.S-04-1989-F

4.3. Pasir

Pasir yang diambil dari AMP seacara umum memenuhi syarat digunakan sebagai bahan

bangunaan. pemeriksaan sifat pasir ini meliputi pemeriksaan berat jenis, berat satuan, gradasi,

kadar air pasir dan pemeriksaan kadar lumpur pasir. Hasil penelitian masing-masing pemeriksaan

tersebut yaitu:

a. Berat jenis

Dari hasil pemeriksaan diperoleh berat jenis rata-rata pasir dari kedua sample adalah

2,56 gram/cm3. Pasir termasuk dalam agregat normal (berat jenisnya antara 2,5-2,7), sehingga

dapat dipakai untuk beton normal dengan kuat tekan 15-40 Mpa (Tjokrodimuljo 1996: 15).

b. Berat satuan

Pada penelitian ini digunakan piknometer yang berbentuk silinder dengan volume

1000 cm3 dan berat piknometer 350,70 gr. Dari hasil pemeriksaan diperoleh berat satuan pasir

1,483 gram/cm3.

c. Gradasi pasir

Dari hasil analisa saringan pasir yang dilakukan telah memenuhi syarat SK-SNI-T-15-

1990-03. Hasil pemeriksaan Modulus Halus Butir didapatkan sebesar 2,852 (batas Modulus

Halus Butir pasir yang diijinkan 1,5 - 3,8).

Dalam peraturan SK-SNI-T-15-1990-03, kekasaran pasir dibagi menjasi empat kelompok

menurut gradasinya, yaitu pasir kasar (zona I), pasir agak kasar (zona II), pasir agak halus (zona

III), dan pasir halus (zona IV). Berdasarkan pembagian gradasi tersebut pemeriksaan gradasi

pasir masuk pada zona I yaitu pasir kasar. Pemeriksaan gradasi pasir dapat dilihat dalam

Gambar 4.1.

Page 10: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

d. Kadar lumpur

Dari Pemeriksaan kadar lumpur didapatkan sebesar 4,5%, bahwa pasir ini masih

memenuhi syarat untuk penggunaan bahan campuran batako , menurut SK-SNI-S-04-1989-F

kadar lumpur maksimum pasir ialah 5%. Dengan demikian pasir dari AMP dapat digunakan

sebagai bahan susun batako, karena kandungan lumpur dibawah yang disyaratkan dibawah

5%.

Gambar 4.1. Gradasi Pasir AMP dan Batasan Gradasi Pasir Zone I

4.4. Limbah Konstruksi Bangunan

a. Gradasi puing

Puing limbah konstruksi yang digunakan dalam pembuatan batako ini berasal dari

bangunan yang sedang direnovasi. Limbah Puing bangunan yang akan digunakan sebagai bahan

baku agregat kasar dalam pembuatan batako belum memenuhi syarat, maka puing harus

dihancurkan sehingga membentuk puing dan dilakukan penyaringan.

Didalam penelitian ini Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan batako.

Gradasi yang dilakukan ini dimana ukuran dan bentuknya harus disesuaikan dengan syarat yang

diberikan oleh ASTM ,BS ataupun SNI. Agregat yang dipakai dalm percobaan pembuatan batako

0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8

zone bawah 0 5 15 30 60 90

zone atas 10 34 59 70 95 100

gradasi pasir 3,2 14,4 31,8 70,2 96 99,2

05

101520253035404550556065707580859095

100

pe

rse

nta

se lo

los

ayak

an (

%)

Lubang ayakan (mm)

gradasi pasir pada ZONE I

zonebawah

zone atas

Page 11: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

ialah agregat yang semua butirnya tertingal diatas ayakan 4,8 mm (SII.0052,980) atau 4.75 (ASTM

C33,982)

Adapun hasil dari pengujian gradasi dari jenis puing ini, didapat modulus halus butir

(MHB) 3,85. Jenis batako yang dihasilkan, selanjutnya diteliti apakah jenis puing menghasilkan

karakteristik batako yang berbeda dalam hal kekuatan maupun kemudahan pengerjaan/pembuatan

batako.

Hasil pemeriksaan gradasi puing limbah konstruk dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2. Grafik daerah gradasi puing limbah konstruksi

b. Berat satuan

Pemeriksaan berat satuan dilakukan dengan keadaan puing sudah di hancurkan terlebih

dahulu dan SSD. Pada penelitian ini digunakan piknometer yang berbentuk silinder dengan

volume 1000 cm3 dan berat piknometer 350,70 gr. Dari hasil pemeriksaan diperoleh berat

satuan pasir 1,48 gram/cm3

4.5. Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda

Uji

Sebelum melakukan pengecoran dilakukan perhitungan perbandingan bahan susunan

batako yang tepat, kebutuhan bahan susunan batako dihitung berdasarkan perbandingan berat

yang diperoleh dari konversi kebutuhan bahan dalam volume. Dalam perhitungan rencana

kebutuhan bahan, faktor air semen diambil 0,4-0,6 dan kandungan udara 1%. Rencana adukan

(mix design) benda uji batako, berbentuk silinder, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rencana adukan (mix design) benda uji batako, berbentuk

silinder

Rencana Perban

dingan campuran

Kebutuhan bahan untuk 1 silider (Kg)

Pc Puing Psr Air

9,5 12,5 16 19 25,5 31,5 37,5

gradasi puing 3,2 11,1 21,7 42,1 64,8 80,8 93,1

3,211,1

21,7

42,1

64,8

80,893,1

05

101520253035404550556065707580859095

100

Pe

rse

nta

se L

olo

s ay

akan

(%

)

lubang ayakan (mm)

gradasi puing

gradasi…

Page 12: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

1 Pc : 7 Ps 1 0,00 7,87 0,48

1 Pc : 7 Ps 1 1,27(20%) 6,6 0,48

1 Pc : 7 Ps 1 1,91(30%) 5,96 0,48

1 Pc : 7 Ps 1 2,54(40%) 5,33 0,48

1 Pc : 7 Ps 1 3,17(50%) 4,70 0,48

Keterangan : Komposisi perbandingan campuran bata beton pejal dengan penambahan limbah

konstrksi dilakukan terhadap volume pasir bata beton pejal.

4.6. Rancangan Adukan Batako

Bahan campuran bata beton pejal yang dipakai meliputi agregat halus berupa pasir, semen

portland produksi PT. Andalas, limbah konstruksi sebagai bahan penganti sebahagian dari pasir

dan air, disusun. Dalam penelitian ini nilai fas yang digunakan sebesar 0,48.

4.7. Hasil Uji Kuat Tekan Batako

Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat mortar telah berumur 28 hari, dengan 4 buah

benda uji untuk setiap penambahan limbah konstruksi dan menggunakan mesin uji desak

(Compression Tension Machine ). Sebelum dilakukan uji tekan benda, batako ditimbang terlebih

dahulu. Hasil pengujian kuat tekan bata beton pejal dengan bahan tambah limbah konstruksi ada

pada lampiran. Data yang diperoleh dari penelitian kuat tekan ditampilkan dalam bentuk grafik.

Untuk menyatakan hubungan antara persentase limbah konstruksi dengan kuat tekan bata beton

pejal, dipilih, jenis hubungan antara persentase limbah konstruksi dengan kuat tekan bata beton

pejal yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari Gambar 4.3 hubungan antara persentase limbah

konstruksi dan kuat tekan bata beton pejal, dapat dilihat, bahwa kuat tekan bata beton pejal akan

semakin bertambah dengan

Gambar 4.3. Hubungan antara Persentase limbah konstruksi dengan

Kuat Tekan

2,32,6

2,95

3,75

4,43

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Ku

atte

kan

(M

Pa)

Persentase limbah konstruksi (%)

HUBUNGAN ANTARA PERSENTASE LIMBAH KONSTRUKSIDENGAN KUAT TEKAN

Page 13: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

kandungan puing limbah konstruksi dalam campuran batako. Kuat tekan terendah terjadi pada

persentase 0 kemudian kuat tekan akan semakin bertambah kekuatannya, pada penambahan 20%,

dan 30% sampai pada persentase 50% kekuatan tekan batako tetap bertambah. Dan kuat tekan

batako tertinggi 4,43 Mpa terjadi pada penambahan limbah puing 50% dan kuat tekan terendah

2,3 Mpa terjadi pada 0% puing limbah konstruksi. Dari hasil penelitian bata beton bejal dengan

persentase limbah konstruksi 0%-30% termasuk dalam batako mutu IV sedangkan persentae 40%-

50% termasuk dalam mutu II dan III .

Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa pada persentase 0% bata beton pejal relatif lebih

lemah dibanding dengan bata beton pejal dengan penambahan limbah konstruksi. Penambahan

kuat tekan ini disebabkan adanya kekuatan dari puing limbah konstrksi. Dimana kekuatan puing

limbah konstruksi hampir sama dengan agregat kasar. Disamping itu puing limbah konstruksi

dapat bereaksi dengan semen dan pasir.

4.8. Serapan Air

Pemeriksaan serapan air pada batako dengan penambahan limbah konstruksi sebagai

pengganti sebagian dari pasir, dilakukan pada saat bata beton pejal berumur 28 hari, terhadap 3

benda uji pada setiap variasi perbandingan campuran.

Pengujian serapan air dilaksanakan dengan cara, bata beton pejal terlebih dahulu dioven

pada suhu kamar 110°C selama 24 jam. Setelah dioven bata beton pejal direndam dalam air selama

24 jam lalu ditimbang. Data yang diperoleh dari penelitian serapan air batako ditampilkan dalam

bentuk grafik dan dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4. Hubungan antara Berat limbah konstruksi dengan

Serapan Air

Dari Gambar 4.4, hubungan antara persentase limbah konstruksi dan serapan air bata beton,

dapat dilihat bahwa serapan air bata beton meningkat walaupun penambahan puing limbah

semakin banyak, resapan airnya mengalami kenaikan walupun tidak stabil. Dalam persyaratan

fisik bata beton pejal menurut SNI 03-0349-1989, tercantum bahwa bata beton pejal mutu tertinggi

14,84

17,27 17,06 17,3515,45

5

7,5

10

12,5

15

17,5

20

22,5

25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

sera

pan

air

(%

)

persentase batako (%)

HUBUNGAN ANTARA PERSENTASE LIMBAH KONSTRUKSIDENGAN SERAPAN AIR

resapan air

Page 14: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

yaitu mutu I disyaratkan serapan air maksimum sebesar 25%, sedangkan mutu bata beton pejal

dibawahnya yaitu mutu II disyaratkan serapan air maksimum 35%. dapat dilihat bahwa serapan

air tertinggi sebesar 17,35% terjadi pada perbandingan campuran. 2,80 limbah puing : 1pc :

4,20psr, pada perbandingan campuran tersebut bata beton pejal masuk dalam mutu I dan II.

Dengan demikian serapan air sebesar 17,62 % tersebut masih sangat memenuhi persyaratan fisik

bata beton pejal, karena mutu I dan II masih dibawah mutu III.

Ada bebarapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan serapan air pada bata beton

pejal yaitu antara lain sifat dari limbah konstruksi mudah menyerap air. Limbah konstruksi

merupakan bahan yang berpori, sehingga air dengan mudah terserap dan mengisi pori-pori

tersebut.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Dari penelitian ini dapat diketahui sifat karakteristik bahan susun batako, pasir AMP yaitu

modulus kehalusan pasir adalah 2,85, Berat jenis Pasir AMP adalah 2,56 dan Kadar lumpur

pasir adalah 4,5%. Berat satuan pasir AMP dilakukan dengan dua percobaan dimana

diperoleh hasil, besarnya berat satuan pasir yang dilakukan dengan pemadatan sebesar 1,

48 ton/m3 dan besarnya berat satuan pasir AMP yang diperiksa tanpa pemadatan, sebesar

1,12 ton/m3. maka pasir AMP layak untuk digunakan dalam pembuatan batako.

2. Batako yang menggunakan limbah konstrukai sebagai bahan baku, mengalami peningkatan

kuat tekan batako dengan bertambahnya persentase limbah konstruksi. Kuat tekan yang

tertinggi pada persentase penambahan limbah konstruksi 50% adalah 4,43MPa, sedangkan

kuat tekan terendah untuk penambahan limbah konstruksi pada 0% adalah 2,1 MPa. jadi

sejauh ini pengaruh dari mutu batako dengan penambahan puing konstruksi sangat

berpengaruh, dimana mutu batako mengalami peningkatan yang cukup bagus. Untuk itu

penambahan limbah konstruksi pada pembuatan batako layak untuk digunakan, sesuai

dengan SNI-3-0349-1989.

3. Batako menggunakan limbah konstruksi sebagai subsitusi semen mengalami kenaikan

serapan air dengan bertambahnya jumlah persentase puing limbah konstruksi. Serapan air

terendah untuk subsitusi semen pada persentase puing limbah konstruksi 0% adalah 14,84

sedangkan serapan tertinggi untuk penambahan puing limbah konstruksi pada 40% adalah

17,35%. Dari hasil resapan air tertinggi masih memenuhi persyaratan fisik batako sesuai

dengan SNI-3-0349-1989.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI –

1982),Bandung

Anonim, 1989, Standar Nasional Indonesia, SK SNI S – 04 – 1989 –

F,Bandung: Departemen Pekerjaan Umum

Anonim, 1990, Standar Nasional Indonesia, SK SNI S – 15 – 1990 –

F,Bandung: Departemen Pekerjaan Umum

Antoni,N,P,2007 , Teknologi Beton, Yogyakarta : penerbit Andi

Dipohusodo, 1999, Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03Departemen

Pekerjaan Umum RI, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lumbangaol,(2013), Pengelolaan Limbah di Jakarta, jurnal poliprofesi, vol.VII,no.2,pp.56-57.

Page 15: ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Fakul… · ANALISA LIMBAH KONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Ir. Ros Anita Sidabutar, MSc. 1), Ir. Patar Pasaribu,Dip.Trop.1)

Mallisa, 2011, Studi Kelayakan Batako Hasil Produksi Industri Kecil Dikota Palu, Fakultas

Teknik Universitas Tadulako, Palu.

Muliyono,T, 2003,2004, Teknologi Beton, Yogyakarta: penebit Andi

Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding menurut SNI-03-

0349-1989

Rahmah Anwar, 2007, Pemanpaatan limbakh Struktur Sebagai Alternatif Penganti Agregat

Kasar Beton, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Matara

Surbakti. S, 2009, Limbah Padat Pabrik Keramik Sebagai Bahan Campuaran Batako Ditinjau

Terhadap Kuat Tekan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.