analisa percepatan getaran tanah maksimum serta hubungan percepatan getaran tanah dengan intensitas...

Upload: susan-rahayu-n

Post on 07-Aug-2018

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    1/120

    ANALISA PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM

    SERTA HUBUNGAN PERCEPATAN GETARAN TANAH DENGAN

    INTENSITAS DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN METODE

    GUTENBERG RICHTER DAN METODE MUPHY O’BREIN 

    SKRIPSI

    Disusun Oleh :

    Rahmat Nurhidayat

    115.040.011

    JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

    YOGYAKARTA

    2011 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    2/120

    ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    ANALISA PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM SERTA

    HUBUNGAN PERCEPATAN GETARAN TANAH DENGAN INTENSITAS

    DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG RICHTER

    DAN METODE MUR PHY O’BREIN 

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Teknik Program S-1

    Progam Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Mineral

    Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” 

    Yogyakarta

    Oleh

    Rahmat Nurhidayat

    115.040.011

    Yogyakarta, 13 April 2011

    Telah diperiksa dan disetujui oleh:

    Pembimbing I Pembimbing II

    Ir. Agus Santoso, M.Si

    19530816.198803.1.001

    Nia Maharani, S.Si, M.Si

    280101002891Mengetahui

    Ketua

    Jurusan Teknik Geofisika

    Fakultas Teknologi Mineral

    UPN “Veteran” Yogyakarta 

    Dr. Ir. H. suharsono, MT

    19620923.199003.1001  

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    3/120

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat danhidayah-Nya penulis diberi kesehatan serta kemampuan dalam menyelesaikan

    skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Atas tersusunnya Skirpsi ini penulis

    mengucapkan terimakasih terimakasih kepada :

    1.  Bapak Dr.Ir.H. Suharsono, MT selaku Ketua Prodi Teknik Geofisika UPN

    “Veteran” Yogyakarta. 

    2. 

    Bapak Ir. Agus Santoso, Msi selaku dosen pembimbing I dalam

     penyusunan skripsi ini yang banyak memberikan masukan dan saran

    kepada penulis

    3.  Ibu Nia Maharani, Msi selaku dosen pembimbing II dalam penyusunan

    skripsi ini yang sudah meluangkan waktu serta memberikan masukan,

    saran dan motivasi kepada penulis.

    4.  Seluruh Dosen Prodi Teknik Geofisika UPN “Veteran” Yogyakarta yang

    telah banyak membagi ilmunya kepada penulis selama dibangku kuliah.

    5. 

    Staff Tata Usaha Prodi Teknik Geofisika UPN “Veteran” Yogyakarta yang

    telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.

    6.  Teman-teman Geofisika 2004 Apin,Visi, Satria, Dedi, Banria, Memet,

    Rico, Babe, dan temen-temen GF04 lainnya yang telah banyak

    memberikan motivasi,dan dukungannya

    7.  Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini baik

    secara langsung maupun tidak langsung.

    Akhir kata penulis menyadari masih ada kekurangan dan kesalahan dalam

     penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kekurangan

    atau pihak yang merasa dirugikan dalam penulisan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini

     bisa bermanfaat bagi kita semua.

    Yogyakarta, April, 2011

    Penulis

    Rahmat Nurhidayat

    115.040.011

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    4/120

    iv

    ANALISA PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM

    SERTA HUBUNGAN PERCEPATAN GETARAN TANAH DENGAN

    INTENSITAS DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN METODE

    GUTENBERG RICHTER DAN METODE MUR PHY O’BREIN

    Oleh :

    Rahmat Nurhidayat

    115.04.0011

    Abstrak

    Pulau Jawa merupakan bagian dari satuan seismotektonik busur sangat

    aktif dan busur aktif. Guna mewaspadai bencana gempa bumi di kawasan ini perlu

    dilakukan suatu kajian mendasar tentang analisa percepatan tanah maksimum,

    serta menentukan wilayah-wilayah potensi gempa bumi serta bahaya yang

    ditimbulkan. Terbatasnya peralatan jaringan accelerograf yang tidak lengkap dari

    segi periode waktu maupun tempatnya menyebabkan penentuan nilai percepatan

    getaran tanah maksimum lebih banyak menggunakan pendekatan formula empiris,

    di antaranya yaitu dengan menggunakan Metode Guterberg Richter  dan Metode 

    Murphy O’Brein. 

    Model berdasarkan titik pengukuran di setiap station pengukuran, grid

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.25° x 0.25° atau sekitar 27.75 Km x27.75 Km yang terdapat 615 titik pengukuran menggunakan data katalog gempa

    dari USGS data gempabumi selama 37 tahun, yaitu dari tahun 1973 sampai

    dengan tahun 2010 yang meliputi wilayah pulau jawa dan sekitarnya dengan

    magnitudo lebih besar dan sama dengan 5.0 SR dengan kedalaman kurang dari 70

    km serta dibatasi lintang 6.00° LS - 9.00° LS dan 105.00° BT - 115° BT.

    Hasil yang diperoleh berupa peta percepatan getaran tanah maksimum dan

     peta intensitas gempa di pulau jawa. Nilai percepatan getaran tanah maksimum

     pada metode Guterberg Richter antara 0 -500 cm/sec2 dan pada metode Murphy

    O’brein adalah  0  –   1200 Cm/Sec2. Sedangkan nilai intensitas maksimumnya

    adalah antara I sampai dengan IX MMI pada metode Guterberg Richter dan IVsampai dengan XI MMI pada metode Murphy O’brein.  Selain lebih besar nilai

     percepatan getaran tanah dan intensitas maksimumnya pada metode Murphy

    O’brein ini sifat maupun karakteristik atenuasinya cenderung lebih kecil dan lebih

    stabil dibandingjan dengan peta yang diolah dengan menggunakan metode

    Gutenberg Richter, sehingga pada metode Murphy O’brein penyebaran tingkat

    resikonya lebih luas dibandingkan dengan metode Gutenberg Richter.

    Kata Kunci  :  PGA (peak ground acceleration) , intensitas MMI, epicenter,

    atenuasi, hubungan PGA dan MMI 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    5/120

    v

    THE ANALYSIS PEAK GROUND ACCELERATION AND

    RELATIONSHIP OF THE INTENSITY WITH PEAK GROUND

    ACCELERATION IN JAVA USING METHODS GUTENBERG RICHTER

    AND MURPHY O'BRIEN

    By:

    Rahmat Nurhidayat

    115.040.011

    Abstract

    Java Island is part of the arc seismotectonic unit is very active and active

    arc. In order to be aware of the devastating earthquake in this region need to be a

    fundamental review of the analysis of maximum peak ground acceleration, and

    determine areas of potential earthquakes and the danger posed. The limited

    equipments of network accelerograf incomplete in terms of time period or place

    cause determination of the peak ground acceleration  values more empirical

    formula approach, among them is by using the method of Richter and Methods

    Guterberg Murphy O'Brien.

    Models based on the measurement point at each station of measurement,

    the grid is used in this study were 0.25° x 0.25° or approximately 27.75 km x

    27.75 km that there are 615 measurement points using the earthquake catalog datafrom the USGS earthquake data for 37 years, is that from 1973 to 2010 which

    includes the island of Java and the surrounding area with magnitude greater and

    equal to 5.0 SR with a depth of less than 70 km and is limited latitude S 6.00° –  

    9.00 ° S and 105.00 ° E –  115.00 ° E.

    Results obtained in the form of PGA maps and map seismic intensity on

    the island of Java. The maximum of peak ground acceleration values on the

    Guterberg Richter method between 0 -500 cm/sec2 and on the method of Murphy

    O'Brien is 0-1200 cm/sec2. While the value of maximum intensity is between I to

    IX MMI on the Guterberg Richter method and IV to XI MMI on the method ofMurphy O'Brien. In addition to higher peak ground acceleration  values and

    maximum intensity on the method of Murphy O'Brien is the nature of its

    attenuation characteristics tend to be smaller and more stable compared to maps

     prepared by using the method of Gutenberg Richter, so that by the method of

    Murphy O'Brien deployment risk level more broadly comparable with the method

    of Gutenberg Richter.

    Keywords: PGA (peak ground acceleration), MMI intensity, epicenter,

    attenuation, the relationship PGA and MMI

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    6/120

    vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................i 

    HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii 

    KATA PENGANTAR ......................................................................................iii 

    ABSTRAK ........................................................................................................iv 

    ABSTRACT ......................................................................................................v 

    DAFTAR ISI .....................................................................................................vi 

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ix DAFTAR TABEL ............................................................................................xii 

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii 

    BAB I. PENDAHULUAN 

    1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................1

    1.2. Perumusan masalah ..........................................................................2

    1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................2

    1.4. Batasan Masalah...............................................................................2

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kegempaan Pulau Jawa ....................................................................4

    2.1. 1. Kondisi Tektonik Indonesia ................................................4

    2.1.2. Tektonik Regional Pulau Jawa ............................................6

    2.1.2.1. Tatanan Tektonik Jawa ............................................7

    2.1.2.2. Kegempaan Regional Pulau Jawa ...........................10

    2.1.2.3. Seismotektonik Regional Pulau Jawa ......................12

    2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................13

    BAB III. DASAR TEORI

    3.1. Teori Gempa Bumi ...........................................................................18

    3.1.1. Mekanisme Terjadinya Gempa ............................................19

    3.1.2. Teori Tektonik Lempeng .....................................................20

    3.1.3. Jenis-Jenis Gempabumi .......................................................22

    3.1.4. Parameter Sumber Gempabumi ...........................................24

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    7/120

    vii

    3.1.4.1. Episenter................................................................24

    3.1.4.2. Kedalaman Hiposenter ..........................................25

    3.1.4.3. Magnitudo .............................................................25

    3.1.4.4. Waktu kejadian gempa bumi (Origin time) ..........28

    3.2. Gelombang Seismik .........................................................................28

    3.1.1. Gelombang Badan ................................................................28

    3.1.2. Gelombang Permukaan ........................................................31

    3.1.2.1. Gelombang Love .....................................................31

    3.1.2.2. Gelombang Rayleigh ...............................................33

    3.3. Intensitas Gempa Bumi ...................................................................35

    3.4. Seismisitas Gempa Bumi .................................................................37

    3.5. Percepatan Getaran Tanah Maksimum.............................................37

    3.5.1. Metode Mc. Guirre R.K. ........................................................38

    3.5.2. Metode Kawashumi (1950) ....................................................39

    3.5.3. Metode Gutenberg and Richter (1942 ,1956).........................39

    3.5.4. Metode Murphy dan O’Brein .................................................40

    3.5.5. Metode Kanai .........................................................................40

    3.6. Hubungan Percepatan Getaran Tanah dengan Intensitas

    Gempa .............................................................................................42

    3.6.1. Gutenberg and Richter (1942 ,1956) ......................................42

    3.6.2. Kawasumi (1951) ...................................................................42

    3.6.3. Neuman (1954) .......................................................................43

    3.6.4. Hershberger (1956) ................................................................43

    3.6.5. Medvedev dan Sponhouer (1968) ..........................................43

    3.6.6. Ambrasseys (1974) .................................................................433.6.7. Trifumac dan Brady (1975) ....................................................44

    3.6.8. Metode Murphy dan O’Brein .................................................44

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Daerah Penelitian .............................................................................45

    4.2. Peralatan Penelitian ..........................................................................46

    4.3. Deskripsi Data ..................................................................................46

    4.4. Pengolahan Data ...............................................................................47

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    8/120

    viii

    4.4.1. Penyeragaman magnitudo gempa...........................................47

    4.4.2. Perhitungan Intensitas Gempa Bumi ......................................48

    4.4.3. Percepatan Getaran Tanah Maksimum ..................................49

    4.4.4. Hubungan intensitas dengan percepatan getaran tanah

    maksimum ...............................................................................50

    4.5. Interpretasi ........................................................................................50

    5.6. Diagram Alir Penelitian ...................................................................51

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Percepatan Getaran Tanah Maksimum.............................................54

    5.2. Intensitas Maksimum .......................................................................60

    5.3. Perbedaan Pada Metode Gutenberg Richter dan Murphy O’brein ..64

    5.3.1. Hubungan Nilai Percepatan Getaran Tanah

    Dengan Intensitas ....................................................................64

    5.3.2. Hungungan Intensitas Dengan Jarak Epicenter ......................66

    5.3.3. Hubungan Percepatan Getaran Tanah Maksimum

    Dengan Jarak Epicenter ..........................................................72

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan .......................................................................................74

    6.2. Saran .................................................................................................75

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................76 

    LAMPIRAN .......................................................................................................80 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    9/120

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Peta tektonik Indonesia (BMG)........................................................ 4

    Gambar 2.2.Tumbukan antar lempeng samudera dan lempeng benua ................ 5

    Gambar 2.3 Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian

    lempeng aktif ......................................................................................................... 6

    Gambar 2.4.Tatanan tektonik regional Pulau Jawa .............................................. 8

    Gambar 2.5.Blok diagram morfologi kedalaman gempa bumi lajur penunjaman selatan Jawa –  Bali ........................................................................... 10

    Gambar 2.6. Peta rawan bencana gempa bumi Indonesia .................................... 11

    Gambar 2.7. Peta Seismotektonik Jawa dan Bali .................................................. 13

    Gambar 2.8. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther

    wilayah Jawa Bagian Tengah ................................................................................ 14

    Gambar 2.9. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther

    wilayah Jawa Bagian Timur .................................................................................. 15

    Gambar 2.10. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther

    wilayah Jawa Bagian Barat ................................................................................... 15

    Gambar 2.11. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien

    wilayah Jawa Bagian Tengah ................................................................................ 16

    Gambar 2.12. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien

    wilayah Bagian Timur ........................................................................................... 16

    Gambar 2.13. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien

    wilayah Jawa Bagian Barat ................................................................................... 17

    Gambar 3.1 Proses deformasi batuan yang mengakibatkan terjadinya

    gempa bumi ........................................................................................................... 18

    Gambar 3.2 Penjalaran Gelombang P ................................................................... 29

    Gambar 3.3 Penjalaran Gelombang S ................................................................... 30

    Gambar 3.4 Penjalaran Gelombang Love ............................................................. 32

    Gambar 3.5 Terbentuknya Gelombang Love ........................................................ 33

    Gambar 3.6 Penjalaran Gelombang Reyleigh ....................................................... 33

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    10/120

    x

    Gambar 4.1 Peta daerah penelitian........................................................................ 45

    Gambar 4.2 Peta sebaran episenter dan magnitudo gempa bumi......................... 47

    Gambar 4.3 Peta kedalaman sumber gempa bumi ............................................... 47

    Gambar 4.4 Posisi grid titik pengukuran .............................................................. 49

    Gambar 4.5 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 52

    Gambar 4.6 Diagram Alir Pengolahan Data ......................................................... 53

    Gambar 5.1 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    menggunakan metode Gutenberg Richter ............................................................. 54

    Gambar 5.2 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    menggunakan metode Muphy O’brein.................................................................. 55

    Gambar 5.3: Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Tengah menggunakan metode Gutenberg Richter .................................... 55

    Gambar 5.4 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Tengah menggunakan metode Murphy O’brein ....................................... 56

    Gambar 5.5 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Barat menggunakan metode Gutenberg Richter ....................................... 57

    Gambar 5.6 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Barat menggunakan metode Murphy O’brein .......................................... 57

    Gambar 5.7 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Timur menggunakan metode Guthrnburg Richter .................................... 59

    Gambar 5.8 Peta percepatan getaran tanah maksimum Pulau Jawa

    Bagian Timur menggunakan metode Murphy O’brein ......................................... 59

    Gambar 5.9 Peta intensitas maksimum dengan metode Gutenberg Richter

     pada skala MMI Pulau Jawa ................................................................................. 61

    Gambar 5.10 Peta intensitas maksimum dengan metode Murphy O’brein pada skala MMI Pulau Jawa ................................................................................. 61

    Gambar 5.11 Grafik hubungan perceptan getaran tanah maksimum dengan

    intensitas (MMI) ................................................................................................... 65

    Gambar 5.12a. Grafik hubungan intensitas maksimum dengan

     jarak epicenter pada intensitas 8 MMI .................................................................. 67

    Gambar 5.12b. Grafik hubungan intensitas maksimum dengan

     jarak epicenter pada intensitas 8 MMI .................................................................. 67

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    11/120

    xi

    Gambar 5.13. Komparasi hubungan intensitas maksimum dengan jarak

    epicenter .............................................................................................................. 71

    Gambar 5.14. Grafik hubungan PGA dengan jarak epicenter .............................. 73

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    12/120

    xii

    DAFTAR TABEL 

    Halaman

    Tabel 3.1 Magnitudo, Efek Karakteristik, Frekuensi Dan Skala MMI

    Gempa Bumi .................................................................................................... 35

    Tabel 4.1 Tingkat resiko gempa bumi.............................................................. 51

    Tabel 5.1. Tingkat resiko gempa bumi berdasarkan nilai

    intensitas dan PGA ........................................................................................... 63

    Tabel 5.2. Hubungan Intensitas Dengan PGA ................................................. 66

    Tabel 5.3. Koreksi Intensitas Terhadap Jarak .................................................. 70

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    13/120

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A DATA KATALOG GEMPA BUMI DARI USGS TAHUN

    1973-2009

    LAMPIRAN B PENYERAGAMAN MAGNITUDE GEMPA

    MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2007

    LAMPIRAN C PERHITUNGAN PGA MENGGUNAKAN MICROSOFT

    EXCEL 2007

    LAMPIRAN D HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN METODE

    GUTENBERG RICHTER KE GRID 0.25° X 0.25°

    LAMPIRAN E HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN METODE

    MURPHY O’BTRIN KE GRID 0.25° X 0.25° 

    LAMPIRAN F KOREKSI INTENSITAS MMI DENGAN JARAK

    EPICENTER METODE MURPHY O’BREIN 

    LAMPIRAN G HASIL KOREKSI INTENSITAS MMI DENGAN JARAK

    EPICENTER METODE MURPHY O’BREIN 

    LAMPIRAN H PETA SEISMISITAS PULAU JAWA TAHUN DATA USGS

    1973-2010

    LAMPIRAN I PETA KEDALAMAN GEMPA JAWA TAHUN DATA USGS

    1973-2010

    LAMPIRAN J TITIK STASIUN PENGUKURAN DI PULAU JAWA 0.25° X

    0.25°

    LAMPIRAN K PETA KONTUR PGA PULAU JAWA MENGGUNAKAN

    METODE GUTENBERG RICHTER

    LAMPIRAN L PETA KONTUR PGA PULAU JAWA MENGGUNAKANMETODE MUPHY O’BREIN 

    LAMPIRAN M PETA INTENSITAS MAKSIMUM PULAU JAWA

    MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG RICHTER

    LAMPIRAN N PETA INTENSITAS MAKSIMUM PULAU JAWA

    MENGGUNAKAN METODE MUPHY O’BREIN 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    14/120

    xiv

    LAMPIRAN O TABEL TINGKAT RESIKO GEMPA BUMI BERDASARKAN

     NILAI INTENSITAS DAN PGA METODE GUTENBERG

    RICTER

    LAMPIRAN P TABEL TINGKAT RESIKO GEMPA BUMI BERDASARKAN

     NILAI INTENSITAS DAN PGA METODE MURPHY

    O’BREIN 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    15/120

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pulau Jawa merupakan wilayah Indonesia yang paling padat penduduk dan

    infrastrukturnya. Berdasarkan tatanan seismotektoniknya, Pulau Jawa ini

    merupakan bagian dari satuan seismotektonik busur sangat aktif dan busur aktif.

    Guna mewaspadai bencana gempa bumi di kawasan ini perlu dilakukan suatu

    kajian mendasar tentang analisa percepetan getaran tanah maksimum, serta

    menentukan wilayah-wilayah potensi gempa bumi serta bahaya yang ditimbulkan.

    Risiko bahaya gempa bumi sangat ditentukan oleh kepadatan penduduk dan

    infrastruktur di suatu wilayah yang telah dinyatakan rawan bencana dan risiko

    gempa bumi.

    Dalam kegiatan analisa percepatan tanah ini terdapat dua kegiatan yaitu

     pengambilan data dan pengolahan data. Kemajuan teknologi telah menghasilkan

    data-data bawah permukaan yang dapat menampilkan gambaran bawah

     permukaan dengan keakurasian yang tinggi berupa data-data seismisitas salah

    satunya, sehingga dengan adanya data ini maka dapat digunakan untuk

    mengetahui nilai percepetan tanah di wilayah Pulau Jawa.

    Percepatan getaran tanah maksimum adalah nilai terbesar percepatan

    tanah pada suatu tempat akibat getaran gempa bumi dalam periode waktu tertentu.

    Percepatan getaran tanah maksimum merupakan salah satu parameter yang sering

    digunakan dalam mengestimasi tingkat kerusakan tanah akibat goncangan gempa.

    Percepatan tanah di suatu daerah dapat diukur langsung dengan accelerograf  atau

     strongmotion seismograf   yang dipasang pada tempat tersebut atau dengan

     pendekatan formula empiris. Terbatasnya peralatan jaringan accelerograf yang

    tidak lengkap dari segi periode waktu maupun tempatnya menyebabkan penentuan

    nilai percepatan getaran tanah maksimum lebih banyak menggunakan pendekatan

    formula empiris, diantaranya yaitu dengan menggunakan Metode Gutenberg

    Richter  dan Metode Murphy O’Brein. 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    16/120

    2

    1.2. Perumusan Masalah

    Pulau Jawa merupakan bagian dari satuan seismotektonik aktif dan terletak

    di jalur subduksi sehingga sangat berpotensi untuk terjadinya gempa bumi. Oleh

    karena itu, dalam skripsi ini rumusan masalah yang dibahas adalah menentukan

     besarnya nilai intensitas gempa bumi dan percepatan tanah maksimum di wilayah

    Pulau Jawa dilihat dari besarnya nilai percepatan getaran tanah maksimum atau

    PGA ( Peak Ground Acceleration) di daerah tersebut berdasarkan parameter

    gempa bumi berupa episenter, hiposenter dan magnitudo, serta bagaimana

    hubungan nilai percepatan getaran tanah maksimum terhadap intensitas gempa

     bumi menggunakan Metode Gutenberg Richter  dan Metode Murphy O’Brein. 

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. 

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai percepatan getaran

    tanah maksimum di tiap-tiap daerah rawan gempa serta tingkat resiko

    akibat gempa bumi di pulau Jawa dengan menggunakan metode Gutenberg

    Richter dan metode Murphy O’brein,

    2.  Mencari hubungan nilai percepatan tanah maksimum dengan intensitas

    dalam skala MMI (Modified Mercalli Intensity), dan

    3. 

    Untuk menggali perbedaan pada kedua metode tersebut.

    1.4. Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini dilakukan beberapa batasan masalah, yaitu: 

    1.  Perhitungan PGA bersifat matematis dengan asumsi bahwa sumber gempa

     bumi berupa  point source, serta asumsi bahwa kondisi tanah adalah

     bersifat homogen.

    2. 

    Model berdasarkan katalog gempa bumi dari USGS data gempa bumi 37

    tahun terakhir, yaitu dari tahun 1973 sampai dengan tahun 2010 yang

    meliputi wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya, dengan magnitudo lebih besar

    dan sama dengan 5.0 SR, dengan kedalaman kurang dari 70 km serta

    dibatasi lintang 6.00° LS - 9.00° LS dan 105.00° BT - 115° BT dengan

    menggunakan metode Gutenberg Richter  dan metode Murphy O’Brein. 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    17/120

    3

    3.  Meneliti dan menganalisa hubungan percepatan getaran tanah maksimum

    dengan intensitas pada skala MMI (Modified Mercalli Intensity) dengan

     pendekatan menggunakan rumus empiris pada kedua metode tersebut.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    18/120

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kegempaan Pulau Jawa

    2.1.1. Kondisi Tektonik Indonesia

    Indonesia merupakan jalur pertemuan tiga lempeng besar (triple junction

     plate convergence) yaitu Lempeng Indo-Australia, yang relative bergerak ke

    utara, Lempeng Eurasia, yang relatif bergerak ke selatan, dan Lempeng Pasifik

    yang relatif bergerak ke Barat Laut (gambar 2.1). Pertemuan antar lempeng

    menyebabkan sering terjadi gempa bumi karena tumbukan atau pergeseran

    lempeng (gambar 2.2). Oleh karena itu, Indonesia merupakan daerah yang secara

    tektonik bersifat labil (terutama di wilayah Indonesia tengah) dan merupakan

    kawasan pingir benua yang paling aktif di dunia.

    Gambar 2.1. Peta tektonik Indonesia (BMG)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    19/120

    5

    Gambar 2.2. Tumbukan antar lempeng samudera dan lempeng benua

    (www.indogeoart.com).

    Di bagian tengah kerak samudera India ini terbentuk suatu jalur lurus yang

    disebut  Mid Oceanic Ridge  (Pematang Tengah Samudra), sedangkan di bagian

    timurnya atau sebelah barat terbentuk jalur punggungan lurus utara –  selatan yangdisebut Ninety East Ridge (letaknya hampir berimpit dengan bujur 90 timur)

    merupakan daerah mineralisasi (Usman, 2006). Bagian yang dalam membentuk

    cekungan kerak samudera yang terisi oleh sedimen yang berasal dari dataran India

    membentuk Bengal Fan hingga ke perairan Nias dengan ketebalan sedimen antara

    2.000  –   3.000 meter (Ginco, 1999). Daerah Pematang Tengah Samudra pada

    Lempeng Indo-Australia merupakan implikasi dari proses Sea Floor Spereading

    (Pemekaran Lantai Samudera) yang mencapai puncaknya pada Miosen Akhir

    dengan kecepatan 6-7 cm/tahun, sebelumnya pada Oligosen awal hanya 5

    cm/tahun (Katili, 2008).

    Pada gambar 2.3 memperlihatkan bentuk ideal geomorfologi pada tepian

    lempeng aktif adalah mengikuti proses-proses penunjaman yaitu palung samudera

    (trench), prisma akresi (accretionary prism), punggungan busur muka ( forearc

    ridge), cekungan busur muka ( forearc basin), busur gunungapi (volcanic arc), dan

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    20/120

    6

    cekungan busur belakang (backarc basin). Busur gunung api dan cekungan busur

     belakang lazimnya berada di bagian daratan atau kontinen (Lubis et al, 2007).

    Gambar 2.3. Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian lempeng aktif

    (Hamilton, 1979)

    2.1.2 Tektonik Regional Pulau Jawa

    Tektonik regional wilayah Pulau Jawa dikontrol oleh tektonik tunjaman

    selatan Pulau Jawa. Akibat tunjaman tersebut terbentuk struktur-struktur geologi

    regional di wilayah daratan Pulau Jawa. Struktur tersebut dapat diamati di daratan

    Pulau Jawa bagian barat hingga bagian timur, diantaranya Sesar Banten, Sesar

    Cimandiri, Sesar Citarik, Sesar Baribis, Sesar Citanduy, Sesar Bumiayu, Sesar

    Kebumen  –   Semarang - Jepara, Sesar Lasem, Sesar Rawapening, Sesar Opak,

    Sesar Pacitan, Sesar Wonogiri, Sesar Pasuruan, dan Sesar Jember.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    21/120

    7

    2.1.2.1. Tatanan Tektonik Jawa

    Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola

    struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di PulauJawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi Pulau Jawa

    merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan

    dan vulkanisme di bawah pengaruh  stress regime yang berbeda-beda dari

    waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu

    arah Timur Laut  – Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah

    Utara  –   Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur  –   Barat (E-W).

    Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut  –  

    Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur  –   Barat (E-W) sejak era

    Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di

    Pulau Jawa yang sangat rumit, disamping mengundang pertanyaan

     bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat

    terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.

    Pola meratus di bagian barat terekspresikan pada sesar cimandiri,

    di bagian tengah terekspresikan dari pola penyebaran singkapan batuan pra-tersier di daerah karang sambung. Sedangkan di bagian timur

    ditunjukkan oleh sesar pembatas cekungan pati, “florence” timur,

    “central deep”. Cekungan tuban dan  juga tercermin dari pola konfigurasi

    tinggian karimun jawa, tinggian bawean dan tinggian masalembo. Pola

    meratus tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur.

    Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih

    dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.

    Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas

    Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada

    Umumnya berupa struktur regangan. Pola Jawa di bagian barat ini diwakili

    oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sesar-sesar dalam Cekungan

    Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada

    zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh

    arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Dari data

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    22/120

    8

    stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola meratus merupakan pola

    yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur kapur

    sampai paleosen dan tersebar dalam jalur tinggian Karimun Jawa menerus

    melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar

    ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola

    Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola

    Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola meratus pada

    eosen akhir hingga oligosen akhir.

    Gambar 2.4. Tatanan tektonik regional Pulau Jawa

    (www.lasonearth.files.wordpress.com)

    Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh

     pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan

     bahwa pola sesar naik dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.

    Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan

     persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu

     pula. Penampang stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    23/120

    9

    Pulunggono, 1994 menunjukkan bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu

    cekungan Jawa Utara bagian barat dan cekungan Jawa Utara bagian timur yang

    terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.

    Kelompok cekungan Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri

    memanjang relative Utara-Selatan dengan batas cekungan berupa sesar-sesar

    dengan arah utara selatan dan Timur-Barat. Sedangkan cekungan yang terdapat di

    kelompok cekungan Jawa Utara Bagian Timur umumnya mempunyai geometri

    memanjang timur-barat dengan peran struktur yang berarah timur-barat lebih

    dominan.

    Pada akhir cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah

    Karang sambung menerus hingga pegunungan meratus di Kalimantan. Zona ini

    membentuk struktur kerangka struktur geologi yang berarah timur laut-barat daya.

    Kemudian selama tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada

    di sebelah selatan Pulau Jawa. Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah

    timur-barat.

    Tumbukkan antara lempeng Asia dengan lempeng Australia menghasilkan

    gaya utama kompresi Utara-Selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser

    (oblique wrench fault) dengan arah barat laut-tenggara, yang kurang lebih searah

    dengan pola pegunungan akhir cretasisus.

    Pada periode Pliosen-Pleistosen arah tegasan utama masih sama, Utara-

    Selatan. Aktifitas tektonik periode ini menghasilkan pola struktur naik dan lipatan

    dengan arah timur-barat yang dapat dikenali di Zona Kendeng. Meskipun secara

    regional seluruh Pulau Jawa mempunyai perkembangan tektonik yang sama,

    tetapi karena pengaruh dari jejak-jejak tektonik yang lebih tua yang mengontrol

    struktur batuan dasar, khususnya pada perkembangan tektonik yang lebih muda,

    terdapat perbedaan antara Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    24/120

    10

    2.1.2.2. Kegempaan Regional Pulau Jawa

    Kegempaan regional wilayah Jawa dapat dibagi atas dua kelompok

    kegempaan, yakni kegempaan lajur tunjaman selatan Jawa dan kegempaan lajursesar aktif Jawa. Gempa bumi lajur tunjaman Jawa dijumpai berkedalaman

    dangkal hingga dalam (0 –  400 km) (Gambar 2.5).

    Gambar 2.5. Blok diagram morfologi kedalaman gempa bumi Lajur penunjaman

    selatan Jawa –  Bali (Soehaimi, 2008).

    Gempa bumi di lajur tunjaman ini umumnya tercatat berkekuatan >4 SR. Gempa

     bumi berkekuatan besar di wilayah Jawa ini dapat mencapai 8,5 SR, terutama di

    Jawa bagian barat, sedangkan yang berkekuatan 5 –  6 SR sering terjadi di wilayah

    Jawa bagian selatan (NEIC, USGS, 2006). Wilayah Jawa ini merupakan daerah

    rawan bencana gempa bumi Indonesia No. VI, VII, VIII, dan IX (Puslitbang

    Geologi, 2004) (gambar 2.6). Gempa bumi lajur tunjaman ini umumnya

    memperlihatkan mekanisme gempa bumi sesar naik, gempa bumi bermekanisme

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    25/120

    11

    sesar normal dapat juga terjadi pada lajur ini, terutama pada kedalaman >300 km

    di sebelah utara Jawa. Gempa bumi dengan mekanisme normal tersebut

    disebabkan oleh proses peregangan (extension) pada lajur di bawah rumpang

    gempa bumi ( seismic gap).

    Gambar 2.6.  Peta rawan bencana gempa bumi Indonesia (Soehaimi, 2008).

    Gempa bumi berkedalaman dangkal (

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    26/120

    12

    2.1.2.3.  Seismotektonik Regional Pulau Jawa

    Seismotektonik merupakan ilmu pegetahuan yang mempelajari tentang

    hubungan antara tektonik, khususnya struktur geologi dengan kejadian gempa bumi (seismogenetik) serta bahaya yang diikutinya (Pavoni, 1987). Berdasarkan

    kondisi hubungan antara tektonik dan kegempaannya, Pulau Jawa dapat dibagi

    menjadi dua lajur seismotektonik, yakni lajur seismotektonik tunjaman selatan

    Jawa dan lajur seismotektonik sesar sesar aktif daratan Jawa (Gambar 2.7).

    Karakteristik lajur seismotektonik tunjaman selatan Jawa ini merupakan bagian

    dari lempeng tektonik Samudra Hindia  –   Australia yang menunjam di bawah

     bagian lempeng tektonik Benua Asia  –   Eropa. Berdasarkan penampakan

    morfologi kedalaman kegempaannya, lajur tunjaman selatan Jawa ini dapat dibagi

    atas enam lajur, yakni Lajur Selat Sunda, Lajur Jawa Barat Bagian Barat, Lajur

    Jawa Barat Bagian Timur - Jawa Tengah Bagian Barat, Lajur Jawa Tengah Bagian

    Timur-Jawa Timur Bagian Barat, Lajur Jawa Timur Bagian Timur - Madura, dan

    Lajur Bali. Batas antara lajur satu dengan lajur lainnya diperlihatkan oleh

     perbedaan sudut kemiringan tunjamannya dari satu tempat ke tempat lainnya dan

    disebut sebagai rumpang gempa bumi mendatar. Dari wilayah Jawa bagian barat

    hingga Jawa bagian timur sudut tunjaman tersebut makin tegak. Rumpang gempa

     bumi tegak pada lajur tunjaman ini juga dapat ditemui pada kedalaman bervariasi

    antara 250 - 350 km. Lajur seismotektonik sesar aktif daratan Jawa berkaitan erat

    dengan keberadaan struktur sesar aktif, diantaranya lajur seismotektonik sesar

    aktif Banten, lajur seismotektonik sesar aktif Cimandiri, lajur seismotektonik

    sesar aktif Citarik, lajur seismotektonik sesar aktif Baribis, lajur seismotektonik

    sesar aktif Citanduy, lajur seismotektonik sesar aktif Bumiayu, Lajur

    seismotektonik Kebumen  –   Semarang - Jepara, lajur seismotektoniksesar aktif

    Lasem, lajur seismotektonik sesar aktif Rawapening, lajur seismotektonik sesar

    aktif Opak, lajur seismotektonik sesar aktif Pacitan, lajur seismotektonik sesar

    aktif Wonogiri, lajur seismotektonik sesar aktif Pasuruan, dan lajur

    seismotektonik sesar aktif Jember.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    27/120

    13

    Gambar 2.7. Peta Seismotektonik Jawa dan Bali (Soehaimi, 2005)

    Skala 1 : 2.750.000

    2.2.  Penelitian Terdahulu

    Perhitungan tingkat bahaya gempa bumi ditujukan untuk mengetahui

    seberapa besar tingkat bahaya yang ditimbulkan jika terjadi gempa bumi

    khususnya terhadap bangunan. Perhitungan ini melibatkan parameter-parameter

    yang terkait dengan percepatan getaran tanah maksimum atau PGA ( PeakGround Acceleration), ataupun intensitas gempa bumi. Perhitungan yang

    dilakukan bisa dengan metode deterministik maupun probabilistik.

    Perhitungan tingkat bahaya gempa bumi dengan metode probabilistik

     pertama kali diperkenalkan oleh Cornell (1968). Metode ini lalu berkembang

    cukup pesat dan banyak digunakan untuk menghitung tingkat bahaya gempa bumi

     pada daerah yang memiliki bangunan vital seperti pembangkit tenaga listrik,

     bendungan dan lain-lain. Mc Guirre (1976) membuat program komputer EQRISK

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    28/120

    14

    untuk menghitung bahaya gempa berdasarkan paper Cornell (1968). Beberapa

     peneliti menggunakan metode probabilistik untuk memetakan tingkat bahaya

    gempa bumi pada suatu area tertentu, misalnya Adnan et al. (2005) yang

    menghitung PGA di semenanjung Malaysia. Suckale et al.(2005) juga

    menggunakan metode probabilistik untuk menghitung nilai PGA di kepulauan

    Republik Vanuatu.

    Penelitian mengenai tingkat bahaya gempa bumi untuk Indonesia dan

    khususnya Jawa sebelumnya telah dilakukan oleh PT. Reasuransi Internasional

    Indonesia dan peneliti dari Badan Meteorologi dan Geofisika (2001) yang telah

    melakukan perhitungan percepatan getaran tanah secara empiris dengan

    menggunakan beberapa metode yaitu metode O’brien, metode Ricther. Hasil dari

     penelitian tersebut diantaranya untuk metode Richter mendapatkan nilai

     percepatan getaran tanah maksimum wilayah Jawa Tengah dan DIY sekitar 100  –  

    400 cm/sec2  (gambar 2.8), dan untuk wilayah Jawa Timur 200  –   300 cm/sec2 

    (gambar 2.9), serta 100  –   600 cm/sec2  pada wilayah Jawa Barat (gambar 2.10).

    Dan hasil untuk nilai percepatan getaran tanah dengan menggunakan metode

    O’Brein didapatkan nilai percepatan tanah maksimum 100  –   400 cm/sec2  pada

    wilayah Jawa bagian tengah (gambar 2.11), dan 100 –  900 cm/sec2 pada wilayah

    Jawa bagian timur (gambar 2.12) dan 100  –   1000 cm/sec2  pada wilayah Jawa

     bagian barat (gambar 2.13).

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    29/120

    15

    Gambar 2.8. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther wilayah

    Jawa Bagian Tengah

    (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/richter/jateng.html)

    Gambar 2.9. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther wilayah

    Jawa Bagian Timur

    (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/richter/jatim.html)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    30/120

    16

    Gambar 2.10. Peta percepatan getaran tanah metode Gutenberg Ricther wilayah

    Jawa Bagian Barat (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/richter/jabar.html)

    Gambar 2.11. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien wilayah

    Jawa Bagian Tengah

    (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/obrien/jateng_obrien.html)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    31/120

    17

    Gambar 2.12. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien wilayah

    Bagian Timur

    (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/obrien/jatim_obrien.html)

    Gambar 2.13. Peta percepatan getaran tanah metode Murphy O’brien wilayah

    Jawa Bagian Barat

    (http://www.reindo.co.id/gempa/Percepatan/obrien/jabar_obrien.html) 

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    32/120

    18

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1.  Teori Gempa Bumi

    Menurut Teori Elastic Rebound yang dinyatakan oleh Seismolog Amerika,

    Reid, (Bullen, 1965; Bolt 1985) menyatakan bahwa gempa bumi merupakan

    gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan, yang

    disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada lapisan lithosfer.

    Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan ( stress) dan regangan ( strain)

     pada lapisan bumi. Tekanan atau regangan yang terus-menerus menyebabkan

    daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan mulai terjadi

     pergeseran dan akhirnya terjadi patahan secara tiba-tiba. Mekanisme gempa bumi

    dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

    Jika terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada

     batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena batuan mempunyai

    sifat elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang lama dan terus

    menerus, maka lama kelamaan daya dukung pada batuan akan mencapai batas

    maksimum dan akan mulai terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami

     patahan secara tiba-tiba sepanjang bidang  fault (gambar 3.1). Setelah itu batuan

    akan kembali stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi. Pada

    saat batuan mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran batuan, energi

    stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang kita kenal

    sebagai gempa bumi.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    33/120

    19

    Gambar 3.1. Proses deformasi batuan yang mengakibatkan terjadinya

    gempa bumi (Bolt 1985).

    Garis putus-putus merupakan garis imajiner yang menunjukkan posisi batuan sebelum dan sesudah daya dukung batuan terlampaui. Garis merah

    horizontal pada akhir proses deformasi merupakan bidang sesar yang terjadi (Bolt

    1988).

    3.1.1.  Mekanisme Terjadinya Gempa

    Gempa bumi tektonik terjadi dimulai dengan adanya proses akumulasi

    energi yang diakibatkan oleh pergerakanm lempeng. Pada daearah pertemuan

    lempeng timbul suatu tegangaan yang diakibatkan oleh tumbukan dan pergeseran

    antar lempeng yang mempunyai sifat – sifat elastis batuan. Tegangan pada batuan

    akan berkumpul terus – menerus sehingga pada suatu saat sesuai dengan

    karekteristik batuannya akan sampai pada titik patah, pada saat tersebut energi yang

    terkumpul selama terjadi proses tegangan akan dilepaskan berupa deformasi

     batuan atau patahan. Energi yang dilepaskan ke segala arah berupa gelombanggempa bumi.

    Pada umumnya gempa bumi terjadi pada batas lempeng dan pada daerah

     patahan aktif. Suatu titik di sepanjang sesar tempat mulainya gempa disebut fokus

    atau hyposenter dan tititk di permukaan bumi yang tepat di atasnya disebut

    episenter.

    Gempa bumi adalah rangkaian gelombang getaran atau kejutan ( shock

    wave) yang berasal dari suatu tempat dalam mantel atau kerak bumi. Seorang

    Seismolog Amerika, Reid (Bullen, 1965; Bolt 1985) mengemukakan suatu teori

    yang menjelaskan mengenai bagaimana umumnya gempa bumi terjadi. Teori ini

    dikenal dengan nama “ Elastic Rebound Theory”.  Menurut teori ini gempa bumi

    terjadi pada daerah atau area yang mengalami deformasi. Energi yang tersimpan

    dalam deformasi ini berbentuk elastis strain dan akan terakumulasi sampai daya

    dukung batuan mencapai batas maksimum, hingga akhirnya menimbulkan rekahan

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    34/120

    20

    atau patahan. Mekanisme gempa bumi dapat dijelaskan secara singkat sebagai

     berikut:

    Jika terdapat dua buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena batuan mempunyai

    sifat elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang lama dan

    terus menerus, maka lama kelamaan daya dukung pada batuan akan mencapai

     batas maksimum dan akan mulai terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan

    mengalami patahan secara tiba-tiba sepanjang bidang  fault (gambar 3.1). Setelah

    itu batuan akan kembali stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau

     posisi. Pada saat batuan mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran

     batuan, energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang

    kita kenal sebagai gempa bumi.

    Dari penjelasan di atas (gambar 3.1) syarat terjadinya gempa bumi antara lain:

    1. Distribusi stress

    2. Pembangunan stress

    3. Adanya pergerakan relatif bumi

    3.1.2.  Teori Tektonik Lempeng

    Teori Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift   yang

    dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. Dan dikembangkan lagi dalam

     bukunya The Origin of Continents and Oceans  terbitan tahun 1915. Ia

    mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang

    muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti

     bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang

    mengambang di atas lautan  basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti

    terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan.

    Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi

    tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat

    http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Continental_Drifthttp://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Continental_Drifthttp://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Wegenerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Granithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Basal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Basal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Granithttp://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Wegenerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Continental_Drift

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    35/120

    21

     bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog

    Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini

    kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di

    dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.

    Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami

     pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam

     batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada

    sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini

    dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi,  namun selanjutnya justeru lebih

    mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran

    (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling)  batuan, tetapi

    menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau

     berekspansi (expanding earth)  dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman

    (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori

    tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang

    umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian

    lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan

    magnet bumi ( geomagnetic reversal)  oleh geolog Harry Hammond Hess dan

    oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang

    menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.

    Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan

    dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar

    laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara

    luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan

    sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama

    kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki

    kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.

    Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang

     berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam

     pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arthur_Holmes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnethttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_ekspansi_bumi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Zona_subduksihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seafloor_spreading&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geomagnetic_reversal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geomagnetic_reversal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Harry_Hammond_Hess&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ron_G._Mason&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mid-oceanic_ridgehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zona_Wadati-Benioff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_kelautanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_kelautanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zona_Wadati-Benioff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mid-oceanic_ridgehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ron_G._Mason&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Harry_Hammond_Hess&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geomagnetic_reversal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seafloor_spreading&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Zona_subduksihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_ekspansi_bumi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnethttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arthur_Holmes&action=edit&redlink=1

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    36/120

    22

    dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di

    semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan

    memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga

    implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi. 

    3.1.3.  Jenis-Jenis Gempabumi

    Menurut sumber terjadinya gempa, Hoernes (Subardjo, 2001)

    mengelompokan menjadi :

    1. Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake), ialah gempa bumi yang

    terjadi karena adanya aktifitas vulkanik.

    2.  Gempa bumi terban/runtuhan (Collapse Earthquake), yaitu gempa bumi

    yang terjadi karena adanya runtuhan atau longsoran dari massa batuan.

    3.  Gempa bumi buatan, yaitu gempa bumi yang terjadi karena adanya

    ledakan dinamit atau ledakan nuklir.

    4. Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake), yaitu gempa bumi yang

    terjadi karena adanya gejala tektonik alam misalnya adanya pergeseran

    lempeng benua atau sesar.

    Berdasarkan dalamnya sumber gempa, Howell (1969)

    mengelompokan gempa bumi menjadi :

    1.  Gempa bumi dangkal, dengan kedalaman hiposenternya kurang dari

    70 km di bawah permukaan bumi.

    2.  Gempa bumi menengah, dengan kedalaman hiposenter antara 70  –  

    300 km di bawah permukaan bumi.

    3.  Gempa bumi dalam, dengan kedalaman hiposenternya lebih dari 300 –  

    700 km di bawah permukaan bumi.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paleogeografi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paleobiologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paleobiologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paleogeografi&action=edit&redlink=1

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    37/120

    23

    Berdasarkan kekuatan, Hagiwara (Subardjo, 2001)

    mengklasifikasikan gempa bumi menjadi:

    1. 

    Gempa sangat besar, M > 8,0

    2.  Gempa besar, 7,0 < M < 8,0

    3.  Gempa sedang, 4,5 < M < 7,0

    4.  Gempa mikro, 1,0 < M < 4,5

    5.  Gempa ultra mikro, M < 1,0

    Berdasarkan urutaan waktu terjadinya, Mogi (1967) membagi tipe

    gempabumi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

    1.  Tipe I

    Yaitu gempa bumi utama dalam (mainshock) tanpa didahului gempa

     permulaan (foreshock). Tetapi diikuti dengan banyak gempa bumi susulan

    (aftershock). Gempa bumi tipe ini biasanya terjadi di daerah yangmempunyai medium homogen dengan (stress)  yang bekerja hamper

    merata (uniform) sebagian besar gempa bumi tektonik yang terjadi di bumi

    tergolong jenis ini.

    2.  Tipe II

    Yaitu gempa bumi utama (mainshock)  didahului gempa-gempa

     pendahuluan (foreshock)  kemudian diikuti gempa susulan (aftershock) 

    yang cukup banyak jumlahnya. Gempa bumi tipe ini terjadi pada daerah

    dengan struktur batuan yang tidak seragamdengan distribusi (stress) yang

     bekerja tidak seragam.

    3.  Tipe III

    Yaitu gempa bumi yang tidak terdapat gempa utama (mainshock), biasa

    disebut gempa bumi “swarm”. Gempa bumi tipe ini terjadi dalam daerah

    yang terbatas, biasanya terjadi di daerah gunung api. Gempa bumi ini

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    38/120

    24

    terjadi pada daerah yang struktur mediumnya tidak seragam dengan  stress 

    yang bekerja terkonsentrasi pada area yang terbatas.

    3.1.4. 

    Parameter Sumber Gempabumi

    Hasil rekaman getaran permukaan tanah yang diakibatkan oleh

    gempabumi baik analog maupun digital disebut  seismograph. Hasil rekaman

    tersebut dapat memberikan informasi parameter pokok mengenai gempabumi

    yang terjadi di suatu tempat. Parameter pokok gempabumi tersebut meliputi:

    1.  Waktu kejadian gempabumi (origin time)

    2. Posisi lintang dan bujur (latitude/longitude) episenter (titik pada

     permukaan bumi yang terletak vertical diatas pusat gempa / hiposenter)

    3.  Kedalaman pusat gempabumi (kedalaman hiposenter). Sering disebut juga

    dengan istilah focal depth.

    4.  Kekuatan gempabumi (magnitudo)

    Parameter origin time, episenter, dan hiposenter disebut sebagai parameter

    kinematik, karena untuk menentukannya hanya diperlikan waktu penjalaran

    gelombang. Sedangkan parameter kekuatan gempa bumi (magnitudo) berkaitan

    dengan energi yang dipancarkan oleh sumber gempa disebut sebagai parameter

    dinamik, karena untuk menentukannya diperlukan pengukuran amplitudo dan

     periode.

    3.1.4.1.  Episenter 

    Ada berbagai macam cara dalam penentuan posisi episenter yaitu:

    1.  Metode hiperbola. Metode ini menggunakan data waktu tiba gelombang P

    ditiga stasiun. Parameter yang harus diketahui adalah kecepatan

    gelombang harus konstan dan kedalamannya dianggap = 0 atau berada

    dipermukaan.

    2.  Metode lingkaran. Metode ini menggunakan prinsip lingkaran untuk

    menentukan posisi episenter, yaitu menggambar lingkaran dengan stasiun

    sebagai pusatnya dan jarak episenter sebagai jari-jarinya. Dengan

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    39/120

    25

    menggunakan data waktu tiba dari tiga stasiun, maka akan didapatkan tiga

    lingkaran yang berpotongan. Episenter didapatkan dari perpotongan antara

    ketiga lingkaran tersebut disuatu titik.

    3. 

    Metode Galitzin. Metode ini memungkinkan penentuan posisi episenter

    hanya dengan menggunakan data dari satu stasiun. Data yang digunakan

    adalah data komponen horisontal (Utara-Selatan dan Timur-Barat) dan

    komponen vertikal serta selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S.

    4.  Metode Richter. Metode ini sangat kuantitatif karena menggunakan data

    waktu tiba gelombang P dari banyak stasiun.

    3.1.4.2.  Kedalaman Hiposenter

    Kedalaman gempa atau hiposenter dapat ditentukan dengan

     berbagai cara, antara lain :

    1.  Perbandingan antara amplitudo gelombang S dan gelombang P,

    atau perbandingan antara amplitudo gelombang permukaan yang

    ditimbulkannya dengan amplitudo gelombang P (kedua parameter

    ini makin kecil bila gempanya makin dalam). Perhitungan ini hanya

    untuk memperkirakan atau membedakan gempa dangkal dangempa dalam.

    2.  Dengan mengukur beda waktu tiba antara fase gelombang P

    dengan fase gelombang pP, yang sering disebut sebagai pP-P.

    Metode ini kurang akurat untuk gempa kurang dari 100 km karena

    ralatnya yang terlalu besar.

    Dengan menggunakan fungsi parameter penerima gelombang yang

    diterima dari berbagai stasiun. Fungsi ini bersifat empiris yaitu

    hasil riset atau eksperimen.

    3.1.4.3.  Magnitudo

    Magnitudo adalah ukuran untuk menyatakan kekuatan gempabumi

     berdasarkan energi yang dipancarkan pada saat terjadinya gempabumi dan

    dinyatakan dalam Skala Richter. Magnitudo pertama kali dihitung oleh

    Richter pada tahun 1935 untuk gempa lokal di California dengan alat

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    40/120

    26

    Standart Wood Anderson yang memperhitungkan nilai pergerakan tanah

    yang terletak pada jarak tertentu pada pusat gempa. Magnitudo gempa

    dapat dibedakan atas:

    1.  Magnitudo Lokal ( MI ), Magnitudo lokal pertama kali diperkenalkan

    oleh Richter (1935) berdasarkan pengamatan gempa bumi di

    California Selatan yang direkam menggunakan seismograf Wood-

    Anderson. Secara umum Magnitudo lokal dirumuskan: 

     MI= log A + 3 log Δ - 2,92 (3.1)

    Dengan :

     MI   = magnitudo lokal,

     A  = amplitudo maksimum getaran tanah (μm) dan

     Δ  = jarak episenter dengan stasiun pengamat (km), Δ

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    41/120

    27

    3.  Magnitudo Permukaan ( Ms), Magnitudo permukaan berdasarkan

    amplitudo gelombang permukaan. Magnitudo ini digunakan untuk

    menghitung kekuatan gempa dengan jarak lebih dari 600 km, periode 20

    sekon, dan gempa dangkal (h

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    42/120

    28

    Dengan:

     Md   = magnitudo durasi,

    τ   = lamanya getaran (sekon),

     Δ  = jarak hiposenter (km), a,b,c adalah konstanta. 

    3.1.4.4.  Waktu kejadian gempa bumi (Origin time )

    Waktu kejadian gempa bumi adalah waktu saat terlepasnya akumulasi

    regangan ( strain) yang berbentuk penjalaran gelombang gempa bumi dan

    dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam , menit, detik dalam satuan

    UTC (Universal Time Coordinated).

    3.2.  Gelombang Seismik

    Gelombang seismik adalah gelombang elastic yang menjalar di dalam

    medium bumi. Gelombang elastik yang menjalar di dalam medium seperti

    gelombang suara, berdasarkan sifat-sifatnya, gelombang ini dapat dikategorikan

     juga menjadi gelombang seismik. Gelombang seismik sering timbul akibat adanya

    gempabumi atau ledakan. Gelombang seismik di ukur dengan mengunakan alat

    seismometer. Gelombang seismik di bagi menjadi dua kelompok yaitu:

    1.  Gelombang badan .

    2.  Gelombang permukaan.

    3.2.1.  Gelombang Badan

    Gelombang badan adalah gelombang yang merambat disela-sela

     bebatuan di bawah permukaan bumi. Efek kerusakan yang ditimbulkan dari

    gelombang ini cukup kecil. Gelombang badan di bagi menjadi dua bagian,

    yaitu:

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    43/120

    29

    1.  Gelombang P (Pressure Wave) atau Gelombang Longitudinal.

    Gelombang ini dapat menjalar melalui segala medium (padat, cair dan

    gas). Gerakan partikel medium yang dilewati gelombangini adalah

    searah dengan arah penjalaran gelombang (Gambar 3.2). Karena

    waktu penjalaran gelombang P lebih cepat diantara gelombang S,

    maka gelombang P merupakan gelombang yang pertama tiba pada

    detector gempa.

    Gambar 3.2. Penjalaran Gelombang P (Bolt,1978)

    Kecepatan penjalaran gelombang P dapat di kemukakan

    dengan persamaan:

      

     3

    4

    V  p   (3.6)

    Dengan :

    Vp = Kecepatan gelombang P

     μ  = Modulus geser

     ρ  = Densitas material yang dilalui gelombang

     Қ   = Modulus Bulk

    2.  Gelombang S (Shear Wave)  disebut juga sebagai Gelombang

    Sekunder atau Gelombang Transversal.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    44/120

    30

    Gelombang ini memiliki arah gerakan yang tegak lurus dengan

    arah perambatan gelombang (Gambar 3.3). Gelombang S merambat

    disela-sela bebatuan dan bergantung pada medium yang dilaluinya.

    Gelombang ini hanya dapat mkenjalar melalui medium padat karena

    cairan dan gas tidak punya daya elstisitas untuk kembali ke bentuk

    asal. Waktu penjalaran gelombang S lebih lambat dari pada

    gelombang P.

    Gambar 3.3.  Penjalaran Gelombang S (Bolt,1978)

    Kecepatan gelombang S dapat diperlihatkan dengan persamaan:

      

     Vs   (3.7)

    Dengan:

    Vs  = Kecepatan gelombang S

     μ  = Modulus geser

     ρ  = Densitas material yang dilalui gelombang

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    45/120

    31

    Gelombang S dibagi menjadi dua bagian yaitu gelombang SV dan

    gelombang SH. Gelombang SV adalah gelombang S yang gerakan partikelnya

    terpolarisasi pada bidang vertical. sedangkan gelombang SH adalah gelombang S

    yang gerakan partikelnya horizontal.

    Kegunaan gelombang P dan S dalam ilmu kegempaan adalah untuk

    menentukan posisi episenter gempa. Amplitudo gelombang P juga digunakan

    dalam perhitungan magnitudo gempa.

    3.2.2.  Gelombang Permukaan

    Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat dipermukaan

     bumi, tidak menetrasi kedalam medium bumi. Mempunyai frekuensi lebih rendah

    dari gelombang badan, sehingga sifat gelombang tersebut merusak. Amplitudo

    gelombang permukaan akan mengecil dengan cepat terhadap kedalaman. Hal ini

    diakibatkan oleh adanya dispersi pada gelombang permukaan, yaitu penguraian

    gelombang berdasarkan panjang gelombangnya sepanjang permbatan gelombang.

    Gelombang permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

    1.  Gelombang Love 

    2.  Gelombang Reyleigh 

    3.2.2.1.  Gelombang Love

    Gelombang love adalah gelombang geser (S-wave) yang

    terpolarisasi secara horizontal dan tidak menghasilkan perpindahan

    vertical (Gambar 3.4) . Gelombang love diambil dari nama seorang

    Geofisika Inggris Augustus Edward Hough Love (1863-1940). Gelombang

    love merambat pada permukaan bebas medium berlapisdengan gerak

     partikel seperti glombang SH. Kecepatan merambat gelombang love selalu

    lebih kecil dari pada gelombang P, dan umumnya lebih lambat dari

    gelombang S.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    46/120

    32

    Gambar 3.4. Penjalaran Gelombang Love (Bolt,1978)

    Kecepatan penjalaran gelombang Love dapat dikemukakan dengan persamaan :

    2

    2

    2

    2

    '

    2

    2

    1

    221

    21   11

    11

    11tan

     

      

     

     

     

     

     

     

      

     

       

       

         

    c

    c H V  L   (3.8)

    dengan :

    V  L  = kecepatan gelombang Love (m/s)

     H   = ketebalan lapisan (m)

    ω  = frekuensi angular (rad/s)

    c  = kecepatan sesaat (m/s)

     β 1  = kecepatan gelombang S pada medium 1 (m/s)

     β 2  = kecepatan gelombang S pada medium 2 (m/s)

     µ  = rigiditas medium 1 (N/m2)

     µ’   = rigiditas medium 2 (N/m2)

    Gelombang Love terbentuk karena adanya interferensi konstruktif dari

    gelombang SH pada permukaan bebas. Awal gelombang terbentuk ketika

    gelombang SH yang datang membentur permukaan bebas pada sudut poskritis

    sehingga energi terperangkap pada lapisan tersebut. Sebagian besar energi

    kemudian direfleksikan kembali menuju permukaan (SHR ), sedangkan sebagian

    kecil energi lainnya akan ditransmisikan melalui lapisan (SHT) seperti terlihat

     pada Gambar 3.5.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    47/120

    33

    Gambar 3.5. Terbentuknya Gelombang Love (Widigdo, 2006)

    3.2.2.2.  Gelombang Reyleigh

    Diambil dari nama fisikawan Inggris  Lord Reyleigh  (1842-1919).

    Gelombang reyleigh adalah gelombang yang menjalar di permukaan bebas

    medium berlapis maupun homogeny dengan pergerakan menyerupai ellip

    (Gambar 3.7). Karena menjalar di permukaan bumi, maka amplitude gelombang

    reyleigh akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Pada saat gempabumi

     besar, gelombang reyleigh terlihat pada permukaan tanah yang bergerak keatas

    dan kebawah. Kecepatan merambat gelombang reyleigh lebih lambat dari pada

    gelombang love.

    Gambar 3.6. Penjalaran Gelombang Reyleigh (Bolt,1978)

    Kecepatan penjalaran gelombang  Rayleigh  pada medium dapat diperlihatkan

    dengan persamaan (3.9) :

    SH

    SH

     

    SH

     

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    48/120

    34

     

      

     

     

     

     

     

     

      

     

    2

    22

    1

    2

    22

    2

    2

    1142 s p s

     RV 

    c

    c

    cV    (3.9)

    Dengan :

    V  R  = kecepatan gelombang Rayleigh (m/s)

    V  p  = kecepatan gelombang P (m/s) 

    V  s  = kecepatan gelombang S (m/s)

    c  = kecepatan sesaat (m/s)

    Terbentuknya gelombang Rayleigh adalah karena adanya interaksi antara

     bidang gelombang SV dan P pada permukaan bebas yang kemudian merambat

    secara parallel terhadap permukaan.

    Gerakan pertikel gelombang Rayleigh adalah vertikal, sehingga

    gelombang Rayleigh hanya ditemukan pada komponen vertikal seismogram.

    Karena gelombang rayleigh adalah gelombang permukaan, maka sumber yang

    lebih dekat dengan permukaan akan menimbulkan gelombang Rayleigh yang

    lebih kuat di bandingkan sumber yang terletak di dalam bumi (Lay dan

    Wallace,1995). Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang dispersif dengan

     periode yang lebih panjang akan mencapai material yang lebih dalam dan sampai

    sebelum periode pendek. Hal ini menjadikan gelombang Rayleigh sebagai alat

    yang sesuai untuk menentukan struktur keras atas suatu area.

    Gelombang Rayleigh yang menjalar pada permukaan medium homogen

    (tidak berlapis) tidak mengalami dispersi, yaitu pemisahan gelombang di

    sepanjang penjalarannya karena kecepatan sebagai fungsi frekuensi atau panjang

    gelombangnya. Dalam hal ini gelombang dengan frekuensi rendah menjalar lebih

    lambat dari pada kecepatan gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi,

    sehingga gelombang akan mengalami dispersi akan berubah bentuk sepanjang

     penjalarannya.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    49/120

    35

    3.3.  Intensitas Gempa Bumi

    Intensitas gempa bumi adalah skala kekuatan gempa bumi berdasarkan

    hasil pengamatan efek gempa bumi terhadap manusia, struktur bangunan, danlingkungan pada tempat tertentu. Parameter ini dinyatakan dengan skala intensitas

    yang umumnya dalam MMI.

    Intensitas merupakan hasil pengamatan visual pada suatu tempat,

    sedangkan magnitudo adalah hasil pengamatan instrumental menggunakan

    seismograf. Terdapat beberapa skala pengukuran intensitas. Skala tersebut adalah

    skala intensitas  Modified Mercalli Intensity (MMI) yang diakui sebagai standar

    internasional, skala intensitas  Medvedev-Sponheur-Karnik (MSK) yang sejak

    1992 diubah menjadi  European Macroseismic Scale (EMS) dan digunakan di

    Eropa Timur, skala intensitas  Japan Meteorological Agency (JMA) yang

    digunakan di Jepang, dan skala intensitas  Rossi-Forrel (RF) yang digunakan di

    Cina. Besarnya intensitas gempa bumi di suatu tempat tidak hanya bergantung pada

    kekuatan gempa bumi (magnitudo), namun juga kerusakan yang dirasakan.

    Besarnya intensitas sangat tergantung dari besarnya magnitudo, jarak dari sumber

    gempa, kondisi geologi, dan struktur bangunannya. Intensitas tinggi biasanyaterjadi pada daerah yang dekat sumber gempa dibandingkan tempat yang jauh dari

    sumber gempa. Tingkat intensitas gempa bumi dapat dilihat pada Tabel 3.1

     berikut ini.

    Tabel 3.1. Magnitudo, efek karakteristik, frekuensi dan skala MMI gempa bumi

    (Skinner dan Porter 1992)

    Magnitudo(Skala

    Richter)

    Efek karakteristik

    serta kerusakan yang ditimbulkan

    Jumlah

     per tahun

    Skala Intensitas

    Modified Mercalli

    (MMI)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    50/120

    36

    4,3 - 4,8 Dirasakan oleh banyak orang 4.8 IV

    4,9 - 5,4 Dirasakan oleh setiap orang 1.4 V

    5,5 - 6,1 Kerusakan bangunan kecil 500 VI dan VII

    6,2 - 6,9 Kerusakan banyak bangunan 100 VIII dan IX

    7,0 - 7,3Kerusakan serius, jembatanjembatan

    terpuntir, temboktembok retak15 X

    7,4 - 7,9Kerusakan besar, bangunanbangunan

    ambruk4 XI

    >8,0Kerusakan total, gelombanggelombangterasa di permukaan tanah, benda-benda

    terlempar

    Satu kalidalam 5-

    10 Tahun

    XII

    Intensitas terkuat terjadi di daerah episenter. Intensitas gempa bumi yang

     paling banyak digunakan adalah skala  Mercally yang biasa disebut MMI

    ( Modified Mercally Intensity). Skala ini mempunyai 12 tingkatan akibat gempa

     bumi, dimulai dari yang lemah sampai yang kuat (Tabel 3.1). Untuk mengetahui

     besarnya intensitas dapat menggunakan persamaan Gutenberg Richter yang

    menyatakan hubungan antara intensitas gempabumi dan magnitude yaitu:

     I = 1,5 (M-0,5) (3.10)

    Dengan :

     I   : adalah intensitas (MMI),

     M  : magnitudo gempa bumi (SR)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    51/120

    37

    3.4.  Seimisitas Gempa Bumi

    Seismisitas adalah frekuensi dan distribusi gempa pada suatu daerah.

    Seismisitas biasanya digambarkan pada peta dengan symbol-simbol tertentu pada peta yang menggambarkan frekuensi dan intensitas gempa pada lokasi yang di

    gambarkan pada peta. Peta yang dimaksud disebut peta seismic.

    3.5.  Percepatan Getaran Tanah Maksimum

    Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai

    dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Untuk harga percepatan

    terbagi menjadi 2 bagian yaitu percepatan tanah maksimum dan percepatan tanah

    sesaat.

    Percepatan tanah merupakan parameter yang perlu dikaji pada setiap

    terjadinya gempabumi untuk dipetakan agar bisa memberikan pengertian tentang

    efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi besar kecilnya nilai percepatan tanah pada suatu tempat, antara

    lain adalah magnitudo gempa, kedalaman hiposenter, jarak episenter, kondisi

    tanah.

    Percepatan tanah maksimum atau  Peak Ground Acceleration  (PGA)

    adalah nilai terbesar percepatan tanah pada suatu tempat akibat getaran

    gempabumi dalam periode waktu tertentu. Sedangkan untuk harga percepatan

    tanah minimum adalah pada saat terjadi gempa pada suatu titik tertentu. Nilai

     percepatan tanah yang akan diperhitungkan sebagai salah satu bagian dalam

     perencanaan bangunan tahan gempa adalah nilai percepatan tanah maksimum.

     Nilai percepatan tanah dapat dihitung langsung dengan seismograph

    khusus yang disebut  strong motion seismograph  atau accelerograph. Namun

    karena begitu pentingnya nilai percepatan tanah dalam menghitung koefisien

    seismik untuk bangunan tahan gempa, sedangkan jaringan accelerograf tidak

    lengkap baik dari segi periode waktu maupun tempatnya, maka perhitungan

    empiris sangat perlu dibuat. Oleh sebab itu untuk keperluan bangunan tahan

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    52/120

    38

    gempa harga percepatan tanah dapat dihitung dengan cara pendekatan dari data

    historis gempabumi.

    Pengukuran percepatan tanah dengan cara empiris dapat dilakukandengan pendekatan dari beberapa rumus yang diturunkan dari magnitudo gempa

    atau data intensitas. Perumusan ini tidak selalu benar, bahkan dari satu metode ke

    metode lainnya tidak selalu sama, namun cukup memberikan gambaran umum

    tentang percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA).

    Beberapa metode dalam perhitungan percepatan getaran tanah maksimum

    secara empiris dengan menggunakan data historis gempa bumi diantaranya adalah

    antara lain :

    3.5.1.  Metode Mc. Guirr e R.K.

     Log   = 472,3 100,278 M (R+25)-1,301 (3.11)

    Dengan :

       = percepatan tanah pada permukaan (gal atau cm/sec2)

     M   = magnitudo permukaan atau Ms (SR)

     R  = jarak hiposenter (km)

     ∆  = jarak episenter (km)

    h  = kedalaman sumber gempa (km)

    Pada model percepatan getaran tanah di atas menggunakan parameter-

     parameter dasar gempa yaitu :

    - Magnitudo (M)

    - Kedalaman sumber gempa (h)

    - Jarak Episenter (∆) 

    22 h R  

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    53/120

    39

    3.5.2.  Metode Kawashumi (1951).

    43429.0

    1.

    100log)100(00084.045.5

     R R M  Log        (3.12)

    Dengan :

     M   = Magnitudo gempa.

     R  = Jarak Hyposenter.

        = percepatan dalam gals.

    Penggunaan rumus Kawashumi praktis, karena hubungan antara

     percepatan permukaan setempat dan magnitudo.

    Hal terpenting adalah, akibat yang ditimbulkan oleh gempa tidak sama

    untuk setiap tempat, karena adanya faktor geometri dan struktur tanah. Untuk

    daerah dengan struktur tanah yang lembek (perioda predominan besar dan faktor

     pembesaran besar), akibat yang ditimbulkan semakin besar pula dibanding dengan

    struktur tanah yang keras.

    3.5.3.  Metode Gutenberg and Ri chter (1942 ,1956)

    log   = I /3 –  0.5 (3.13)

    Dengan: 

     M = magnitudo gempa bumi (SR)

     I   = Intensitas dalam MMI.

       = percepatan tanah pada tempat yang dicari dalam satuan

    cm/dt2 atau gal.

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    54/120

    40

    3.5.4.  Metode Murphy dan O’Brein 

    log   = 0.14 I  MM + 0.24 M - 0.68 log R + β k   (3.14)

    Dengan:

     β Western Ubited Satates  = 0.60

     β  Japan  = 0.69

     β Southern Europe  = 0.88

       = percepatan tanah pada tempat yang akan dicari

     I  MM   = intensitas gempa pada tempat yang akan dicari. ( dalam

    standar MMI)

     M   = magnitudo

     R  = jarak episenter dalam km

     βk   = tetapan untuk sumber data dari stasiun pengukuran yang

    terekam oleh seismograf (source data record) 

    2.5.5.  Metode Kanai  

    Percepatan tanah di permukaan akibat gempa tergantung pada

    karakteristik tanah di tempat tersebut. Besarnya percepatan tanah pada lapisan dan

     permukaan tanah tergantung pada periode Predominan dan periode getaran

    seismik. Model empiris percepatan tanah dari kanai adalah:

    oaT  G    ).(     (3.15)

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    55/120

    41

    Dengan:

    )/83.1167.0(log)/60.366.1(61.010.

    1   R R R Ms

      (3.16)

    22 )/(2,0

    {)/(1{

    1)(

    o

    o

    o  T T 

    T T 

    T G 

      (3.17)

     

    222 )}]/(3.0

    [{}])/{1{

    1

    1

    11)(

    o

    o

    o  T T 

    T T 

    T G  

      (3.18)

     

    dengan :

    α  = Percepatan tanah di lapisan permukaan (gal)

    G(T)  = Faktor perbesaran

    T   = Periode getaran seismik (detik)

    T o  = Periode predominan (detik)

    C   = I mpedensi antara lapisan permukaan dan lapisan dasar

    e1 ,e2 = Konstanta elastik lapisan permukaan dan lapisan dasar

     ρ1 , ρ2  = Rapat massa lapiasan permukaan dan lapisan dasar

    ao  = Percepatan tanah di lapisan dasar (gal)

     Ms  = Magnitudo gelombang di permukaan

     R  = Jarak hiposenter (km)

    Faktor perbesaran G(T) tergantung dari rapat massa antara lapisan

    itu. Apabila kontras antara kedua lapisan itu besar, maka besar pula faktor

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    56/120

    42

     perbesarannya. Percepatan tanah pada lapisan permukaan menjadi

    maksimum apabila perioda getaran seismik yang merambat pada

     permukaan sama dengan perioda predominan, harga periode predominan

    tanah dapat dicari dengan melakukan pengukuran micro tremor

    sehingga :

    )/83.116 7.0(lo g)/60.366.1(61.0

    105   R R R Ms

    oT  g 

     

      (3.19)

     

    3.6.  Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Gempa

    Hubungan percepatan getaran tanah dengan intensitas gempa bumi dapat

    di ketahui dengan pendekatan secara empiris mengunakan berapa metode di

     bawah ini yang menyatan hubungan pecepatan getaran tanah dengan intensitas

    dalam MMI.

    3.6.1.  Gutenberg and Richter (1942 ,1956)

    log α  = 0.333 I  MM   –  0.5 (3.20)

    Dengan : α  adalah percepatan tanah maksimum dan  I  MM   adalah

    Intensitas dalam MMI

    3.6.2.  Kawasumi (1951)

    log α  = 0.500 I  JMA  –  0.347 (3.21)

    Dengan : α  adalah percepatan tanah maksimum dan  I  JMA  adalah

    intensitas yang diukur dalam Agensi Meteorological Japanese

  • 8/20/2019 Analisa Percepatan Getaran Tanah Maksimum Serta Hubungan Percepatan Getaran Tanah Dengan Intensitas Di Pu…

    57/120

    43

    3.6.3.  Neuman (1954)

    Untuk jarak rata-rata 25 kilometer yaitu dengan persamaan :

    log α max = 0.308 I  MM   –  0.0