analisa perhitungan overall equipment effectiveness …

15
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20 ISSN 2622-8823 Page | 35 ojs-unita.com ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA PROSES AWAL PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV GUNUNG BAYU Pitro Simamora 1) , Bungaran Tambun 2) 1 Fakultas Teknik, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli email: [email protected] 2 Fakultas Teknik,, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Abstract - This study aims to determine the effectiveness of the use of production machinery / equipment using the Overall Equipment Effectiveness method. PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu is a company engaged in the production of Crued Palm Oil (CPO) and kernels. In the production process the engine is inseparable from problems related to the effectiveness of the machine / equipment caused by losses. This can be seen with the occurrence of unplanned shutdown which resulted in not achieving the production target. Therefore we need effective and efficient steps in maintaining machinery and equipment to overcome and prevent these problems. Overall Equipment Effectiveness (OEE) is one of the tools to determine the effectiveness of equipment utilization. OEE is known as one of the application programs from Total Productive Maintenance (TPM). This study measures the value of OEE in one of the production lines of palm oil processing in PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu in 5 months, followed by calculating losses from the OEE. The conclusions that can be drawn based on the results of OEE calculations on the sterilizer during the period July-November 2017 obtained OEE values ranging from 70.11% to 88.54%. This value is close to a good OEE value of 85%. And from the research conducted the factors that most influence the loss factors are Reduced Speed Losses by 67.54%, then Breakdown Lossses by 18.48%, Set Up and Adjustment Losses by 9.35%, Yield / Scrap Losses by 4.69 %, Idling And Minor Stoppages by 0% and Rework Loss by 0% Keywords: Total Productive Maintenance (TPM), Overall Equipment Effectiveness (OEE) 1. PENDAHULUAN PT. Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayuadalah salah satu perusahaan yang mengelola kelapa sawit menjadi minyak Crude Palm Oil (CPO) dan kernel yang kemudian diolah menjadi minyak goreng.Perkembangan produksi dan konsumsi yang setiap tahunnya meningkat, baik dari konsumsi domestik maupun dari luar negeri maka dibutuhkan efektifitas mesin atau peralatan yang ada seoptimal mungkin.Maka perawatan mesin mengenai pembersihan (cleaning), dan maintenance harus dilakukan dengan maksimal.Selain itu, tindakan perbaikan perlu dilakukan dengan benar untuk memperbaiki tingkat efektifitas mesin dalam berproduksi. Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya.Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan dengan optimal. Salah satu metode pengukuran kinerja dan efektifitas mesin yang digunakan adalah Overall Equipment Effectiveness(OEE). Metode pengukuran ini terdiri dari tiga faktor

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 35

ojs-unita.com

ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA

PROSES AWAL PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV GUNUNG BAYU

Pitro Simamora 1)

, Bungaran Tambun 2)

1 Fakultas Teknik, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

email: [email protected] 2 Fakultas Teknik,, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

Abstract - This study aims to determine the effectiveness of the use of production machinery / equipment

using the Overall Equipment Effectiveness method. PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu is a

company engaged in the production of Crued Palm Oil (CPO) and kernels. In the production process the

engine is inseparable from problems related to the effectiveness of the machine / equipment caused by

losses. This can be seen with the occurrence of unplanned shutdown which resulted in not achieving the

production target. Therefore we need effective and efficient steps in maintaining machinery and

equipment to overcome and prevent these problems. Overall Equipment Effectiveness (OEE) is one of the

tools to determine the effectiveness of equipment utilization. OEE is known as one of the application

programs from Total Productive Maintenance (TPM). This study measures the value of OEE in one of the

production lines of palm oil processing in PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu in 5 months,

followed by calculating losses from the OEE. The conclusions that can be drawn based on the results of

OEE calculations on the sterilizer during the period July-November 2017 obtained OEE values ranging

from 70.11% to 88.54%. This value is close to a good OEE value of 85%. And from the research

conducted the factors that most influence the loss factors are Reduced Speed Losses by 67.54%, then

Breakdown Lossses by 18.48%, Set Up and Adjustment Losses by 9.35%, Yield / Scrap Losses by 4.69 %,

Idling And Minor Stoppages by 0% and Rework Loss by 0%

Keywords: Total Productive Maintenance (TPM), Overall Equipment Effectiveness (OEE)

1. PENDAHULUAN

PT. Perkebunan Nusantara IV Gunung

Bayuadalah salah satu perusahaan yang

mengelola kelapa sawit menjadi minyak Crude

Palm Oil (CPO) dan kernel yang kemudian

diolah menjadi minyak goreng.Perkembangan

produksi dan konsumsi yang setiap tahunnya

meningkat, baik dari konsumsi domestik

maupun dari luar negeri maka dibutuhkan

efektifitas mesin atau peralatan yang ada

seoptimal mungkin.Maka perawatan mesin

mengenai pembersihan (cleaning), dan

maintenance harus dilakukan dengan

maksimal.Selain itu, tindakan perbaikan perlu

dilakukan dengan benar untuk memperbaiki

tingkat efektifitas mesin dalam berproduksi.

Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan

yang dilakukan tersebut tidak menyentuh akar

permasalahan yang sesungguhnya.Untuk itu

diperlukan suatu metode yang mampu

mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar

dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan

dengan optimal. Salah satu metode pengukuran

kinerja dan efektifitas mesin yang digunakan

adalah Overall Equipment Effectiveness(OEE).

Metode pengukuran ini terdiri dari tiga faktor

Page 2: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 36

ojs-unita.com

utama yang saling berhubungan yaitu

ketersediaan (avaibility), kemampuan

(performance), kualitas (quality). Metode ini

merupakan bagian utama dari sistem

pemeliharaan yaitu Total Preventive

Maintenance.

Dari latar belakang masalah ini, maka penulis

melakukan penelitian dengan menggunakan

metode OEE untuk memberikan masukan

terhadap permasalahan yang dihadapi melalui

analisa dan perhitungan Overall Equipment

Effectiveness (OEE) serta mengungkapkan

penyebab masalahnya.

2.TINJAUAN PUSTAKA

Maintenance merupakan suatu kombinasi dari

setiap tindakan untuk menjaga suatu peralatan,

untuk memperbaikinya sampai kondisi tersebut

dapat diterima. Suatu peralatan yangakan di

operasikan akan mengalami perubahan dari

keadaan awalnya. Perubahan ini dapat berupa

ausnya peralatan yang bergerak akibat gesekan

satu dengan yang lainnya, memburuknya

bagian-bagian lain secara alamiah akibat

bertambahnya waktu penggunaannya dan

menurunnya efesiensi energi.

Tingkat memburuknya peralatan/mesin ini

sangat tergantung dari sistem pemeliharaan yang

dilakukan, oleh karena itu pemeliharaan

terhadap peralatan/ mesin yang dioperasikan

sangat perlu.Maintenance merupakan suatu

fungsi dalam suatu industri manufaktur yang

sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain

seperti produksi. Karena apabila perusahaan

mempunyai mesin/peralatan, maka biasanya

perusahaan selalu berusaha untuk tetap dapat

mempergunakan mesin/peralatan,sehingga

kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar.

Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus

mesin/peralatan agar kontinuitas produksi dapat

terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan

pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :

a. Kegiatan Pengecekan

b. Meminyaki (lubrication).

c. Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan

yang ada.

d. Penyesuaian/penggantian spare part atau

komponen.

Menurunnya kemampuan mesin/peralatan

ada dua jenis yaitu :

e. Natural Deterioration(deteriorasi alami)

yaitu menurunnya kinerja

mesin/peralatansecara alami akibat terjadi

pemburukan/keausan pada fisik

mesin/peralatan selama waktu pemakaian

walaupun penggunaan secara benar.

Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari

kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan

(equipment maintenance) mencakup dua hal

sebagai berikut²:

1. Condition maintenance yaitu

mempertahankan kondisi mesin/peralatan

agar berfungsi dengan baik sehingga

komponen-komponen yang terdapat dalam

mesin juga berfungsi dengan umur

ekonomisnya.

2. Replecement maintenance yaitu melakukan

tindakan perbaikan dan penggantian

komponen mesin tepat pada waktunya

sesuai dengan jadwal yang telah

direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara

lain :

1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai

dari mesin/peralatan

2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam

kondisi baik dan dalam keadaan dapat

berfungsi dengan baik

Page 3: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 37

ojs-unita.com

3. Dapat menjamin ketersediaan optimum

peralatan yang dipasang untuk produksi

4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari

seluruh peralatan yang diperlukan dalam

keadaan darurat setiap waktunya

5. Memaksimumkan ketersediaan semua

peralatan sistem produksi (mengurangi

downtime).

6. Untuk menjamin keselamatan orang yang

menggunakan sarana tersebut

7. Dapat mendukung upaya memuaskan

pelanggan

Secara umum, ditinjau dari pelaksanaan

pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua

cara :

1. Perawatan yang direncanakan

(Planned Maintenance).

2. Perawatan yang tidak

direncanakan (unplanned

Maintenance).

Tujuan OEE dapat digunakan dalam beberapa

jenis tingkatan pada sebuah lingkungan

perusahaan.

1. OEE dapat digunakan sebagai “Benchmark”

(patokan) untuk mengukur rencana

perusahaan dalam performansi.

2. Nilai OEE, perkiraan dari suatu aliran

produksi, dapat digunakan untuk

membandingkan garis performansi melintang

dari perusahaan, maka akan terlihat aliran

yang tidak penting.

3. Jika proses permesinan dilakukan secara

individual, OEE dapat mengidentifikasi

mesin mana yang mempunyai performansi

buruk, dan bahkan mengindikasikan fokus

dari sumber daya TPM.

Hal-hal yang diperlukan dalam aplikasi Overall

Equipment Effectiveness diperusahaan adalah

dengan menghitung komponen OEE, yaitu ;

1. Availability Ratio (Rasio Ketersediaan)

Elemen Availability Ratio yang digunakan

untuk mengukur nilai OEE adalah dengan

memperhatikan total waktu kerusakan yang

dihasilkan dari unscheduled downtime(waktu

henti tidak terjadwal), proses set-up(proses

pengaturan) dan kerusakan yang tidak

direncanakanlainnya. Faktor penting

Availability adalah loading time dan

operating time.Loading time adalah total

waktu produksi dalam sehari, yang dapat

dipisahkan dalam beberapa aktivitas yaitu:

1. Menunggu untuk penyelesaian pesanan.

2. Tenaga kerja yang tidak tersedia untuk

menggantikan operator yang istirahat.

3. Aktivitas rencana pemeliharaan.

4. Proses perbaikan.

5. Perawatan mesin oleh operator

6. Pelatihan operator.

Dengan demikian formula yang digunakan untuk

menghitung availability ratio adalah :

2. Performance Ratio (Rasio Kinerja)

Performance merupakan ukuran

perbandingan actual speed (kecepatan

sebenarnya) dari peralatan untuk kecepatan

yang ideal.Performance merupakanbagian

dari OEE yang mungkin dikalkulasikan

dalam beberapa cara yang berbeda. Kesulitan

jumlah ukuran output dan defenisi

performance merupakan petunjuk dari actual

deviation(deviasi sebenarnya) dalam

produksi dari idealcycle time.

Performance merupakan hasil net operating time

(waktu pengoperasian bersih) dan operating time

(waktu operasi). Operating time merupakan

peralatan yang menunjukkan pada

Page 4: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 38

ojs-unita.com

ketidakcocokan antara ideal speed dengan actual

operating. Net operating time merupakan ukuran

yang diperoleh dari kecepatan proses yang stabil

dari waktu tertentu dan merupakan perkalian

antara jumlah produksi dengan actual cycle

time(waktu siklus actual) dibagi dengan

operating time, dengan formulasi :

Performance Ratio

=

3. Quality Ratio (Rasio Kualitas)

Quality Ratio dapat digunakan untuk

menunjukkan proporsi produksi yang tidak

sempurna dengan volume produksi

total.Quality meliputi kegagalan pada tahap

produksi biasanya pada mesin khusus atau

garis produksi.Processed amount (jumlah

yang diproses) adalah hasil dari proses

produksi yang berlangsung. Kalkulasi

Quality diidentifikasikan dari kegagalan

kualitas, jumlah produk cacat

untukkegagalan kualitas selama proses

produksi. Departemen membuat sebuah

target untuk Quality adalah 99.5%. Hal ini

merupakan catatan penting bahwa sebuah

target dianggap dari kegagalan produk yang

diidentifikasikan selama proses permesinan.

Pengumpulan data secara efektif dianggap

sebagai kunci untuk memperbaiki

pengukuran kualitas .

Quality Ratio =

4. Overall Equipment Effectiveness

OEE = Availability Ratio (%) x

Performance Ratio (%) x Quality Ratio (%)

5. Down Time Losses = Equipment Failure

Losses + setup & adjustment losses

6. Equipment Failure Losses =

7. Setup & Adjustment Losses =

8. Speed Losses = idle & minor stoppage

losses + reduced speed losses

9. Recuded Speed Losses =

10. Defect Losses =

Dengan terindentifikasinya enam kerugian

tersebut perencanaan program yang sistematis

dan jangka panjang dengan tujuan meminimasi

losses dapat dilaksanakan yang secara langsung

akan mempengaruhi elemen-elemen penting dari

perusahaan seperti produktivitas yang meningkat

karena berkurangnya kerugian, kualitas juga

meningkat sebagai dampak pengurangan

kerusakan peralatan sehingga biaya juga

menurun dengan turunnya kerugian-kerugian

yang terjadi serta menurunnya angka kerusakan

produk. Dengan demikian waktu penyerahan

dapat dijamin lebih tepat waktu karena proses

produksi dapat direncanakan tanpa ganguan

permesinan.

Standar Overall Equipment Effectiveness

(OEE)

Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM)

telah menetapkan standar benchmark yang telah

dipraktekkan secara luas diseluruh dunia.

Berikut OEE Benchmark (patokan) tersebut15

:

Jika OEE = 100% produksi dianggap sempurna :

hanya memproduksi produk tanpa cacat, bekerja

dalam performance yang cepat, dan tidak ada

downtime.

Jika OEE = 85% produksi dianggap

bagus. Bagi banyak perusahaan, skor ini

merupakan skor yang cocok untuk dijadikan

goal jangka panjang.

Jika OEE = 75% produk diterima.

Lanjutan perbaikan diatas 85%. Sedikit kerugian

ekonomi dan daya saing sedikit rendah.

Page 5: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 39

ojs-unita.com

Jika OEE = 60 % produksi dianggap

wajar,tapi menunjukkan ada ruang yang besar

untuk improvement(perbaikan).

Jika OEE = 40% produksi dianggap

memiliki skor yang rendah, tapi dalam

kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-

improve melalui pengukuran langsung (misalnya

dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan

menangani sumber-sumber penyebab downtime

secara satu per satu).

Sterilizer Station (stasiun perebusan)

Pada pabrik pengolahan kelapa sawit sterilizer

adalah bejana uap bertekanan yang berfungsi

untuk merebus/memasak tandan buah sawit

(TBS) dengan uap (steam). Uap yang digunakan

adalah uap saturated(jenuh) dengan tekanan 1,5-

3,0 bar dengan temperature 120-140oC yang

diinjeksikan dari back pressure valve (katup

tekanan balik), untuk mencapai suatu kondisi

tertentu pada buah yang dapat digunakan untuk

mencapai suatu kondisi tertentu pada buah yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan proses

berikutnya.

Tujuan perebusan TBS adalah sebagai berikut :

Menghentikan proses perkembangan

Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

Melunakkan lapisan mesocarp FFB,

sehingga akan mempermudah proses digestion

dan proses pressing.

Melepaskan ikatan antara tandan buah

dengan buah (Nut), sehingga mudah dalam

proses pemipilan/pemisahan janjangan dengan

brondolan(Nut).

Untuk mengurangi kadar air dan

melepaskan serat dan biji sawit, sehingga akan

meningkatkan efisiensi pemecahan biji.

Mekanisme Proses Perebusan Pada Sterilizer

Secara umum pada pabrik pengolahan kelapa

sawit digunakan banyak bermacam-macam jenis

sterilizer yaitu :vertical sterilizer, horizontal

sterilizer, continuous sterilizer, dimana semua

jenis sterilizer ini mempunyai kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Namun untuk saat

ini yang umum digunakan adalah jenis vertical

sterilizer dan horizontal sterilizer.

Pola perebusan yang digunakan pada sebuah

PKS harus disesuaikan dengan kemampuan

boiler untuk memproduksi uap, agar tujuan dari

perebusan tersebut dapat tercapai dengan baik.

Pola perebusan pada PKS yang lazim dikenal

adalah sistem single peak, sistem double peak,

sistem single peak, namun untuk saat ini yang

umum digunakan adalah sistem triple peak

dengan berbagai macam modifikasi tergantung

dari kondisi pabrik, buah yang diolah, kapasitas

lori dan kebijakan dari manajemen operasional.

3. METODE PENELITIAN

Data yang dibutuhkan dalamtugas akhir ini

adalah data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari

pengamatan dan penelitian secara langsung

dilapangan.Pengumpulan data primer ini

dilakukan dengan jalan mengamati secara

langsung pada pabrik dan meminta

keterangan serta mewawancarai karyawan

yang terlibat langsung secara operasional.

Adapun data yang diambil adalah :

Data waktu downtime

Planned downtime

Data produksi

Data waktu available

Data waktu setup

Data non productive time

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang

tidaklangsung diamati oleh peneliti.Data ini

merupakan dokumentasi perusahaan atau,

Page 6: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 40

ojs-unita.com

penelitian yang sudah lalu dan data lainnya.

Data yang diperoleh antara lain :

Sejarah dan gambaran umum

perusahaan

Organisasi dan manajemen

Tenaga kerja, jam kerja dan sistem

pengupahan tenaga kerja

Kegiatan proses produksi

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan mengukur nilai Overall

Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin

sterilizer yang digunakan pada pengolahan

kelapa sawit di pabrik kelapa sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu. Tahap

pengolahan data dapat dilihat pada gambar

dibawah :PenentuanIdeal Cycle Time(Waktu

Siklus Yang Ideal)

Ideal Cycle Time ditentukan berdasarkan pada

lama/waktu mesin dalam menghasilkan produk.

Maka perhitungan Ideal Cycle Time adalah

sebagai berikut :

Ideal Cycle Time =

1. Perhitungan availability ( Ketersediaan)

Availability adalah rasio waktu

operation time ( waktu operasi)

terhadaploading time-nya (waktu

pemuatan). Untuk menghitung hasil nilai

availability digunakan rumusan sebagai

berikut :

Availability =

x

100%

2. Perhitungan Performance Efficiency

(Efisiensi Kinerja)

Performance Efficiency adalah

rasio kuantitas produk yang dihasilkan

dikalikan dengan waktu siklus idealnya

terhadap waktu yang tersedia untuk

melakukan proses produksi (operation

time). Untuk menghitung hasil nilai

performance efficiency digunakan rumusan

sebagai berikut :

Performance Efficiency =

x 100%

3. Perhitungan Rate Of Quality Product

Rate Of Quality Product adalah

rasio produk yang baik (good products)

yang sesuai dengan spesifikasi kualitas

produk yang telah ditentukan terhadap

jumlah produk yang diproses.

Rate OF Quality Product =

x 100%

4. PerhitunganOverall Equipment Effectiveness

(OEE)

Setelah nilai

availability,Performance Efficiency dan

Rate OF Quality Product diketahui maka

dilakukan perhitungan nilai Overall

Equipment Effectiveness (OEE) untuk

mengetahui besarnya efektivitas

penggunaan mesin. Perhitungan OEE

adalah perkalian nilai-nilai

availability,performance efficiency dan rate

of quality product yang sudah diperoleh.

OEE (%)=Availability(%)x Performance

Efficiency (%) x Rate Of Quality Product

(%)

Kemudian melakukan perhitungan

losses( kerugian)yaitu :

Breakdown Loss (kerugian kerusakan)

Setup and Adjusment Lossess

Idling and Mirror

Stoppages(pemalasan dan penghentian

cermin)

Reduced Speed Losses(mengurangi

kehilangan kecepatan)

Rewok Loss (mengolah kerugian)

Yield/Scrap Losses (kehilangan

hasil/skrap)

Analisa dilakukan setelah didapat dari

pengolahan data, analisa hasil penelitian akan

diuraikan dengan membuat analisa dari nilai

Page 7: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 41

ojs-unita.com

Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan

penyebab rendahnya nilai OEE pada mesin yang

digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan

pembimbing lapangan, maka mesin yang

menjadi objek penelitian adalah mesin sterilizer

di stasiun perebusan kelapa sawit. Mesin

sterilizer berfungsi untuk merebus kelapa sawit

untuk mengurangi kadar air yang terkandung di

dalamnya.

Data yang dikumpulkan adalah data selama 5

bulan terakhir, yaitu mulai dari bulan Juli 2017

sampai dengan bulan November 2017. Adapun

data tersebut sebagai berikut:

1. Data waktu downtime

2. Planned downtime

3. Data produksi

4. Data waktu available

5. Data waktu setup

6. Data non productive

1. Data Waktu Downtime (Waktu Henti)

Waktu downtime adalah waktu yang

seharusnya digunakan untuk melakukan proses

produksi akan tetapi dikarenakan adanya

kerusakan atau gangguan pada mesin

mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan

proses produksi sebagaimana mestinya.

Kerusakan (breakdown) atau kegagalan proses

pada mesin/peralatan yang terjadi tiba-tiba.

Downtime merupakan kerugian yang dapat

terlihat dengan jelas karena terjadi kerusakan

mengakibatkan tidak adanya output yang

dihasilkan disebabkan mesin tidak berproduksi.

Data waktu downtime adalah sebagai berikut :

4.1. Tabel Data Waktu Kerusakan

Periode

2017

Total

Downtime Tanggal

Downtime

(Jam)

(Jam)

Juli 6.50 9 3

22 3.5

Agustus 9.42 3 4.5

18 4.92

September 8.25 4 4.15

18 4.10

Oktober 7.90 8 3.5

16 4.4

November 5.50 9 3

26 25

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV

Gunung Bayu

2. Planned Downtime (Waktu Henti Yang

Direncanakan)

Planned downtime merupakan waktu yang

sudah dijadwalkan dalam rencana produksi.

Termasuk pemeliharaan terjadwal dan

kegiatan manajemen yang lain seperti

pertemuan. Pemeliharaan terjadwal

dilakukan oleh pihak perusahaan untuk

menjaga agar mesin tidak rusak saat proses

produksi berlangsung. Pemeliharaan ini

dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal

yang dibuat oleh departemen maintenance.

Data waktu planned downtime perusahaan

adalah delapan (8) jam untuk setiap

bulannya.

3. Data Produksi

Total broke adalah produk yang tidak

sempurna akibat tidak sempurnanya perebusan.

Adapun data produksinya adalah sebagai berikut

:

Table 4.2.data produksi sterilizer

Periode 2017 Total

Processed

(Ton)

Total

Broke

(Ton)

Juli 3607.80 50.10

Agustus 3644.90 40.15

September 2450.20 30.80

Oktober 3200.30 20.90

Page 8: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 42

ojs-unita.com

November 3504.20 20.70

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV

Gunung Bayu

4. Data Waktu Available Time (Waktu

Tersedia)Dan Setup Time (Waktu

Penyetelan)

Total available time adalah waktu yang tersedia

perhari atau perbulan dikurangi dengan

downtime mesin yang direncanakan. Setup time

adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah

perlengkapan, memindahkan bahan baku dan

bergerak cepat untuk mengakomodasikan

produk.

Adapun data available dan setup time adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.3. Data Waktu Available Time,

Setup Time

Periode 2017 Total

Available

Time (Jam)

Setup

Time

(Jam)

Juli 252 3.58

Agustus 256 3.83

September 215 4.30

Oktober 230 4.83

November 244 2.50

Pengolahan Data

Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan

data ini yaitu menentukan nilai ideal cycle time,

setelah nilainya diperoleh maka selanjutnya

dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai

dari Availability, Performance dan Quality.

Setelah nilai ratio diperoleh maka dilanjutkan

keperhitungan OEE.Setelah nilai OEE didapat,

maka dilakukan pengolahan terhadap nilai losses

(kerugian) sebagaimana yang telah diuraikan

pada metodologi penelitian.

Penentuan Ideal Cycle Time (Waktu Siklus

Yang Ideal)

Ideal Cycle Time ditentukan berdasarkan pada

lama/waktu mesin dalam menghasilkan produk.

Maka perhitungan Ideal Cycle Time adalah

sebagai berikut:

=

= 6 Menit/Ton

Availability merupakan rasio waktu operation

time terhadap loading time-nya. Untuk

menghitung nilai availability digunakan rumus

sebagai berikut :

Loading time adalah waktu yang tersedia perhari

atau perbulan dikurangi dengan downtime mesin

yang direncakan. Perhitungan loading time ini

dapat dituliskan dalam formula matematika,

sebagai berikut:

Loading time = Total available time –

planned downtime

Downtime mesin merupakan waktu dimana

mesin tidak dapat melakukan operasi

sebagaimana mestinya karena adanya gangguan

terhadap mesin/peralatan pada mesin

sterilizer.Operation time adalah total waktu

proses yang efektif. Dalam hal ini operation

time adalah hasil pengurangan loading time

dengan downtime mesin.

Adapun formulanya sebagai berikut:

Operation time = loading time –

downtime

Nilai availability mesin sterilizer untuk bulan

juli 2017 adalah sebagai berikut.

Loading time = 252 Jam – 8

Jam = 244 Jam

Downtime = 6.50 Jam

Page 9: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 43

ojs-unita.com

Operation time = 244 Jam –

6.50 Jam = 237.50 Jam

Availability =

x

100% = 97.33%

Dengan perhitungan yang sama untuk melihat

presentase Availability periode Juli 2017-

November 2017 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Persentase Availability

Sumber : Hasil pengolahan data

Perhitungan Performance Efficiency(Efisiensi

Kinerja)

Performanceefficiency adalah rasio kuantitas

produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu

siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia

untuk melakukan proses produksi (operation

time). Untuk menghitung nilai performance

efficiency digunakan rumusan sebagai berikut:

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:

= 91.14%

Dalam perhitungan yang sama untuk melihat

presentase Performance efficiency periode Juli

2017 – November 2017 dapat dilihat pada tabel

4.5.

Tabel 4.5. Presentase Performance Efficienc

Sumber : Hasil pengolahan data

Perhitungan Rate Of Quality Product

Rate of quality product adalah rasio produk baik

(good product) yang sesuai dengan spesifikasi

kualitas produk yang telah ditentukan terhadap

jumlah produk yang diproses.Perhitungan rate of

quality product menggunakan data produksi

pada tabel 4.3.yaitugross product(produk kotor)

dan defect amount(jumlah produk yang cacat)

dalam perhitungan rasio rate of quality product

ini. Proses amount adalah total product

processed(total produk yang diproses)

sedangkan defect amount adalah total

broke(total rusak). Dengan rumusan sebagai

berikut :

Bula

n

Loading

Time

(Jam)

Total

Downtime

(Jam)

Operation

Time

(Jam)

Availa

bility

(%)

Juli 244 6.50 237.50 97.33

Agus

tus 248 9.42 238.52 96.20

Septe

mber 207 8.25 198.75 96.01

Okto

ber 222 7.90 214.1 96.44

Nove

mber 236 5.50 230.5 97.66

Bula

n

Total

Product

Processed

(Ton)

Ideal

Cycle

Time

(Jam/Ton

)

Operati

on Time

(Jam)

Perform

ance

Efficien

cy (%)

Juli 3607.80 0.06 237.50 91.14

Agust

us 3644.90 0.06 238.52 91.68

Septe

mber 2450.20 0.06 198.75 73.96

Oktob

er 3200.30 0.06 214.1 89.69

Nove

mber 3504.20 0.06 230.5 91.21

Page 10: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 44

ojs-unita.com

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:

= 98.61%

Dengan perhitungan yang sama untuk melihat

presentase Rate of quality products pada mesin

sterilizer periode Juli 2017 – November 2017

dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Presentase Rate of Quality Product

Bulan

Total

Product

Processed

(Ton)

Total

Broke

(Ton)

Rate of

Quality

Products

(%)

Juli 3607.80 50.10 98.61

Agustus 3644.90 40.15 98.89

September 2450.20 30.80 98.74

Oktober 3200.30 20.90 99.34

November 3504.20 20.70 99.40

Sumber : Hasil pengolahan data

Perhitungan Overall Equipment Effectiveness

(OEE)

Setelah nilai availability, performance efficiency

dan rate of quality product pada mesin sterilizer

diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai

Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk

mengetahui besarnya effectivitas penggunaan

mesin sterilizer di PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV GUNUNG BAYU.

Perhitungan OEE adalah perkalian nilai-nilai

availability, performance efficiency dan rate of

quality product yang sudah diperoleh.

OEE (%) = (availability (%) x

performance efficiency (%) x rate of quality

product (%) x 100%

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :

OEE = (0.9733 x 0.9114 x

0.9861) x 100%

Dengan perhitungan yang sama maka nilai OEE

mesin sterilizer pada Juli 2017 – November

2017 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Presentase Overall Equipment

Effectiveness (OEE)

Bulan Availabilit

y(%)

Performa

nce

Efficienc

y(%)

Rate

of

Quali

ty

Produ

cts

(%)

OE

E

(%

)

Juli 0.9733 0.9114 0.986

1

87.

47

Agustu

s 0.9620 0.9168

0.988

9

87.

72

Septem

ber 0.9601 0.7396

0.987

4

70.

11

Oktobe

r 0.9644 0.8969

0.993

4

85.

91

Novem

ber 0.9766 0.9121

0.994

0

88.

54

Sumber : Hasil pengolahan data

Perhitungan Losses

Perhitungan losses dilakukan untuk melihat

hubungan dari nilai losses (kerugian) terhadap

nilai OEE serta kecenderungan dari nilai losses

tersebut.

Downtime Losses(Kerugian Waktu)

Downtime losses adalah waktu yang seharusnya

digunakan untuk melakukan proses produksi

Page 11: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 45

ojs-unita.com

akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin

(equipment failures) mengakibatkan mesin tidak

dapat melaksanakan proses produksi

sebagaimana mestinya. Dalam perhitungan

Overall Equipment Effectivenes

(OEE).Equipment failures(kegagalan peralatan)

dan waktu setup and adjusment dikategorikan

sebagai kerugian waktu downtime (downtime

losses).

1. Equipment failures (breakdown)

Kegagalan mesin melakukan proses (equipment

failures) atau kerusakan (breakdown) yang tiba-

tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah

penyebab kerugian yang terlihat jelas. Karena

kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin

tidak menghasilkan output.

Besarnya persentase efektivitas mesin yang

hilang akibat faktor breakdown loss dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Dengan menggunakan rumus di atas, maka

diperoleh perhitungan breakdown loss(kerugian

kerusakan) sebagai berikut :

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:

Dengan cara yang sama maka nilai

presentase breakdown loss mesin sterilizer dapat

dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Presentase Breakdown Loss

2. Setup and adjustment (Penyiapan Dan

Penyetelan)

Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan

mesin secara keseluruhan akan mengakibatkan

mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu.

Sebelum mesin difungsikan kembali akan

dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin

tersebut yang dinamakan dengan waktu setup

and adjustment mesin. Dalam perhitungan setup

and adjustment loss dipergunakan data waktu

setup mesin yang mengalami kerusakan dan

pemeliharaan mesin secara keseluruhan di mesin

sterilizer.

Untuk mengetahui besarnya presentase

downtime loss yang diakibatkan oleh waktu

setup and adjustment tersebut digunakan rumus

sebagai berikut :

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :

Bulan

Total

Brea

kdow

n

(Jam

)

Loading

Time

(Jam)

Breakdown

Loss (%)

Juli 6.50 244 2.66

Agustus 9.42 248 3.79

Septem

ber 8.25 207 3.98

Oktober 7.90 222 3.55

Novem

ber 5.50 236 2.33

Bulan Setup Time

(Jam)

Loading

Time

(Jam)

Setup And

Adjustment

Loss (%)

Juli 3.58 244 1.46

Agust

us 3.83 248 1.54

Septe

mber 4.30 207 2.07

Oktob

er 4.83 222 2.17

Nove

mber 2.50 236 1.05

Page 12: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 46

ojs-unita.com

Dengan cara yang sama nilai presentase Setup

and adjustment loss mesin sterilizer dapat dilihat

pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Presentase Setup And Adjustment

Loss

Sumber : Hasil pengolahan data

Speed Loss

Speed loss terjadi pada saat mesin tidak

beroperasi sesuai dengan kecepatan produksi

maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin

yang dirancang.Faktor yang mempengaruhi

speed losses ini adalah idling and mirror

stoppages dan reduced speed.

1. Idling And Minor Stoppages (Pemalasan

Dan Penghentian Kecil)

Idling and minor stoppages terjadi jika

mesin berhenti secara berulang-ulang atau

mesin beroperasi tanpa menghasilkan

produk.Jika idling and minor stoppages

sering terjadi maka dapat mengurangi

efektivitas mesin. Untuk mengetahui

besarnya faktor efektivitas yang hilang

karena faktor idling and minor stoppages

digunakan rumus sebagai berikut :

Dikarenakan Non productive time tidak ada

maka nilai untuk Idling and minor stoppages

adalah 0.

Reduced Speed (Kecepatan Berkurang)

Reduced speed adalah selisih antara waktu

kecepatan produksi aktual dengan kecepatan

produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui

besarnya presentase faktor reduced speed yang

hilang maka digunakan rumus sebagai berikut :

Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :

= 8.41%

= 20.53 Jam

Dengan cara yang sama nilai presentase

Reduced speed loss mesin sterilizer dapat dilihat

pada tabel 4.10

Tabel 4.10. Presentase Reduced Speed Loss

Bula

n

Tota

l

Prod

uct

Proc

esse

d

(To

n)

Oper

atio

n

Tim

e

(Ja

m)

Ideal

Cycl

e

Time

(Jam

/Ton

)

Loa

din

g

Tim

e

(Ja

m)

Red

uce

d

Tim

e

(Ja

m)

Red

uce

d

Spe

ed

Los

s

(%)

Juli 3607

.80

237.

50 0.06 244

20.5

3 8.41

Agus

tus

3644

.90

238.

52 0.06 248

19.8

2 7.99

Sept

emb

er

2450

.20

198.

75 0.06 207

51.7

3

24.9

9

Okto

ber

3200

.30

214.

1 0.06 222

21.9

8 9.90

Sumber : Hasil pengolahan data

Defect Loss( Kehilangan Cacat)

Defect Loss artinya adalah mesin tidak

menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi

dan standar kualitas produk yang telah

ditentukan dan scrap sisa hasil proses selama

Page 13: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 47

ojs-unita.com

produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke

dalam defect loss adalah rework loss dan

yield/scrap loss.

1. Rework loss(kerugian pengerjaan ulang)

Rework loss adalah produk yang tidak

memenuhi spesifikasi kualitas yang telah

ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki

ataupun dikerjakan ulang. Untuk mengetahui

presentase faktor rework loss yang

mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin,

digunakan rumus sebagai berikut :

Dikarenakan rework tidak ada maka nilai

rework loss adalah 0.

2. Yield/scrap loss (hasil/rugi skrap)

Yield/scrap loss adalah kerugian yang

timbul selama proses produksi belum

mencapai keadaan produksi yang stabil pada

saat proses produksi mulai dilakukan sampai

terjadinya keadaan proses yang stabil.

Sehingga produk yang dihasilkan pada awal

proses sampai keadaan proses stabil dicapai

tidak memenuhi spesifikasi kuantitas yang

diharapkan. Untuk mengetahui presentase

faktor yield/scrap loss yang mempengaruhi

efektivitas penggunaan mesin, digunakan

rumusan sebagai berikut:

Untuk mesin sterilizer bulsan Juli 2017:

= 1.22

%

Yield/scrap loss time = 0.06 Jam/Ton x 50.1 Ton

= 3 Jam

Dengan cara yang sama nilai presentase

yield/scrap loss mesin sterilizer dapat dilihat

pada tabel 4.11

Tabel 4.11. Presentase Yield/Scrap Loss

Bulan

Load

ing

Time

(Jam

)

Ideal

Cycle

Time

(Jam/

Ton)

Tot

al

Scr

ap

(To

n)

Scr

ap

Tim

e

(Ja

m)

Yield/S

crap

Loss

(%)

Juli 244 0.06 50.

10

3.0

0 1.22

Agust

us 248 0.06

40.

15

2.4

0 0.96

Septe

mber 207 0.06

30.

80

1.8

4 0.90

Oktob

er 222 0.06

20.

90

1.2

5 0.56

Nove

mber 236 0.06

20.

70

1.2

4 0.52

Sumber : Hasil pengolahan data

Analisa perhitungan Overall Equipment

Effectiveness (OEE) dilakukan untuk

mengetahui tingkat efektivitas penggunaan

mesin Sterilizer selama periode Juli 2017 –

November 2017.

Selama periode Juli 2017 – November 2017

Nilai Overall Equipment Effectiveness yang

diperoleh mesin Sterilizer adalah:

1. Nilai Overall Equipment Effectiveness

(OEE) berkisar antara 70.11% - 88.54%.

Nilai rata-rata OEE selama lima bulan

adalah 83,95%, nilai ini sudah mendekati

standar OEE yang baik yaitu 85%.

2. Nilai OEE tertinggi pada mesin sterilizer

dicapai pada bulan November sebesar

88,54% dengan rasio availability 97,66%,

performance efficiency 91,21% dan rate of

quality product 99,40%.

3. Pada bulan Juli nilai OEE mesin yaitu

sebesar 87,47%. Hal ini dipengaruhi oleh

menurunnya performance efficiency mesin

yaitu sebesar 91,14%.

Page 14: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 48

ojs-unita.com

4. Pada bulan Agustus nilai OEE mesin yaitu

sebesar 87,72%. Hal ini juga dipengaruhi

menurunnya rate of quality product mesin

yaitu sebesar 98,89%.

5. Pada bulan September nilai OEE mesin

yaitu sebesar 70,11%. Hal ini dipengaruhi

menurunnya performance efficiency mesin

yaitu sebesar73,96%. Menurunnya

performance disebabkan oleh nilai

operation time yang cukup rendah.

6. Pada bulan Oktober nilai OEE mesin yaitu

sebesar 85,91%. Hal ini dipengaruhi

menurunnya performance efficiency mesin

yaitu sebesar 89,68%.

Analisa Perhitungan Losses

Analisa Losses dilakukan agar perusahaan

mengetahui faktor apa yang paling besar

berpengaruh dari keenam losses, yang

mengakibatkan rendahnya efektivitas

penggunaan mesin sterilizer dan kemudian

mendapatkan perhatian khusus untuk diperbaiki.

Tabel 5.1 Presentase losses mesin sterilizer

periode Juli 2017 – November 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor

yang memiliki presentase terbesar dari keenam

faktor tersebut adalah reduced speed losses

sebesar 67,54%. Untuk melihat urutan

presentase keenam faktor tersebut mulai yang

terbesar dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Pengurutan Presentase losses mesin

sterilizer periode Juli 2017-November 2017

Untuk mempermudah menganalisa nilai losses

maka disajikan dalam bentuk grafik berikut ini:

No Losses

Total

Time

Loss

(Jam)

Presentase

(%)

Presentase

Kumulatif

(%)

1

Reduced

speed

losses

59.86 67.54

67.54

2 Breakdown

loss 16.31 18.40

85.94

3

Set up and

adjustment

losses

8.29 9.35

95.29

4 Yield/scrap

losses 4.16 4.69

100

5

Idling and

miror

stoppages

0 0

100

6 Rework

loss 0 0

100

Jumlah 86.62 100

Page 15: ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS …

Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20

ISSN 2622-8823

Page | 49

ojs-unita.com

Grafik 5.1. Grafik Faktor Losses Berdasarkan

Nilai Tertinggi

\Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa losses

yang dominan mempengaruhi adalah reduced

speed losses sebesar 67,54%. Kemudian

Breakdown loss sebesar 18,40%. Set up and

adjustment losses sebesar 9,35%. Yield/scrap

lossessebesar 4.69%, Idling and miror stoppages

sebesar 0% dan Rework loss sebesar 0%.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan uraian hasil

pengukuran OEE di mesin Sterilizer PT.

Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu, dapat

diambil beberapa kesimpulan, yaitu :1) Nilai

OEE pada mesin sterilizer pada periode bulan

Juli 2017 adalah 87,47%, Agustus adalah

87,72%, September adalah 70,11%, Oktober

adalah 85,91% dan November adalah 88,54%..2)

Nilai rata-rata OEE pada periode Juli 2017 –

November 2017 adalah 83,95%. Nilai ini sudah

mendekati nilai OEE yang baik sebesar 85%.

REFERENSI

[1] As. Corder, Teknik Manajemen

Pemeliharaan, penerbit Erlangga, Jakarta,

1992

[2] Leflar, James A, Practical Tpm Succesful

Equipment At Agileent Technologies,

Cambridge, MA, 1998

[3] Supandi, Manajemen Perawatan Industri,

Ganeca Exact, Bandung, 1998

[4] http://www.leanproduction.com//,

Tangen, S, 2004

[5] http://www.Overall Equipment

Effectiveness.com//, Betrianis, 22 Mei

2014

[6] http://www.Overall Equipment

Effectiveness.com//, Jetta Anwar Sijabat,

27 September 2014

[7] http://www.Total Produktice

maintenance.com//

0

10

20

30

40

50

60

70

Grafik faktor penyebab losses

Presentase (%)