analisa perhitungan overall equipment effectiveness …
TRANSCRIPT
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 35
ojs-unita.com
ANALISA PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA
PROSES AWAL PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV GUNUNG BAYU
Pitro Simamora 1)
, Bungaran Tambun 2)
1 Fakultas Teknik, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli
email: [email protected] 2 Fakultas Teknik,, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli
Abstract - This study aims to determine the effectiveness of the use of production machinery / equipment
using the Overall Equipment Effectiveness method. PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu is a
company engaged in the production of Crued Palm Oil (CPO) and kernels. In the production process the
engine is inseparable from problems related to the effectiveness of the machine / equipment caused by
losses. This can be seen with the occurrence of unplanned shutdown which resulted in not achieving the
production target. Therefore we need effective and efficient steps in maintaining machinery and
equipment to overcome and prevent these problems. Overall Equipment Effectiveness (OEE) is one of the
tools to determine the effectiveness of equipment utilization. OEE is known as one of the application
programs from Total Productive Maintenance (TPM). This study measures the value of OEE in one of the
production lines of palm oil processing in PT Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu in 5 months,
followed by calculating losses from the OEE. The conclusions that can be drawn based on the results of
OEE calculations on the sterilizer during the period July-November 2017 obtained OEE values ranging
from 70.11% to 88.54%. This value is close to a good OEE value of 85%. And from the research
conducted the factors that most influence the loss factors are Reduced Speed Losses by 67.54%, then
Breakdown Lossses by 18.48%, Set Up and Adjustment Losses by 9.35%, Yield / Scrap Losses by 4.69 %,
Idling And Minor Stoppages by 0% and Rework Loss by 0%
Keywords: Total Productive Maintenance (TPM), Overall Equipment Effectiveness (OEE)
1. PENDAHULUAN
PT. Perkebunan Nusantara IV Gunung
Bayuadalah salah satu perusahaan yang
mengelola kelapa sawit menjadi minyak Crude
Palm Oil (CPO) dan kernel yang kemudian
diolah menjadi minyak goreng.Perkembangan
produksi dan konsumsi yang setiap tahunnya
meningkat, baik dari konsumsi domestik
maupun dari luar negeri maka dibutuhkan
efektifitas mesin atau peralatan yang ada
seoptimal mungkin.Maka perawatan mesin
mengenai pembersihan (cleaning), dan
maintenance harus dilakukan dengan
maksimal.Selain itu, tindakan perbaikan perlu
dilakukan dengan benar untuk memperbaiki
tingkat efektifitas mesin dalam berproduksi.
Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan
yang dilakukan tersebut tidak menyentuh akar
permasalahan yang sesungguhnya.Untuk itu
diperlukan suatu metode yang mampu
mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar
dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan
dengan optimal. Salah satu metode pengukuran
kinerja dan efektifitas mesin yang digunakan
adalah Overall Equipment Effectiveness(OEE).
Metode pengukuran ini terdiri dari tiga faktor
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 36
ojs-unita.com
utama yang saling berhubungan yaitu
ketersediaan (avaibility), kemampuan
(performance), kualitas (quality). Metode ini
merupakan bagian utama dari sistem
pemeliharaan yaitu Total Preventive
Maintenance.
Dari latar belakang masalah ini, maka penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan
metode OEE untuk memberikan masukan
terhadap permasalahan yang dihadapi melalui
analisa dan perhitungan Overall Equipment
Effectiveness (OEE) serta mengungkapkan
penyebab masalahnya.
2.TINJAUAN PUSTAKA
Maintenance merupakan suatu kombinasi dari
setiap tindakan untuk menjaga suatu peralatan,
untuk memperbaikinya sampai kondisi tersebut
dapat diterima. Suatu peralatan yangakan di
operasikan akan mengalami perubahan dari
keadaan awalnya. Perubahan ini dapat berupa
ausnya peralatan yang bergerak akibat gesekan
satu dengan yang lainnya, memburuknya
bagian-bagian lain secara alamiah akibat
bertambahnya waktu penggunaannya dan
menurunnya efesiensi energi.
Tingkat memburuknya peralatan/mesin ini
sangat tergantung dari sistem pemeliharaan yang
dilakukan, oleh karena itu pemeliharaan
terhadap peralatan/ mesin yang dioperasikan
sangat perlu.Maintenance merupakan suatu
fungsi dalam suatu industri manufaktur yang
sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain
seperti produksi. Karena apabila perusahaan
mempunyai mesin/peralatan, maka biasanya
perusahaan selalu berusaha untuk tetap dapat
mempergunakan mesin/peralatan,sehingga
kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar.
Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus
mesin/peralatan agar kontinuitas produksi dapat
terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :
a. Kegiatan Pengecekan
b. Meminyaki (lubrication).
c. Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan
yang ada.
d. Penyesuaian/penggantian spare part atau
komponen.
Menurunnya kemampuan mesin/peralatan
ada dua jenis yaitu :
e. Natural Deterioration(deteriorasi alami)
yaitu menurunnya kinerja
mesin/peralatansecara alami akibat terjadi
pemburukan/keausan pada fisik
mesin/peralatan selama waktu pemakaian
walaupun penggunaan secara benar.
Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari
kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan
(equipment maintenance) mencakup dua hal
sebagai berikut²:
1. Condition maintenance yaitu
mempertahankan kondisi mesin/peralatan
agar berfungsi dengan baik sehingga
komponen-komponen yang terdapat dalam
mesin juga berfungsi dengan umur
ekonomisnya.
2. Replecement maintenance yaitu melakukan
tindakan perbaikan dan penggantian
komponen mesin tepat pada waktunya
sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan sebelum kerusakan terjadi.
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara
lain :
1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai
dari mesin/peralatan
2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam
kondisi baik dan dalam keadaan dapat
berfungsi dengan baik
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 37
ojs-unita.com
3. Dapat menjamin ketersediaan optimum
peralatan yang dipasang untuk produksi
4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari
seluruh peralatan yang diperlukan dalam
keadaan darurat setiap waktunya
5. Memaksimumkan ketersediaan semua
peralatan sistem produksi (mengurangi
downtime).
6. Untuk menjamin keselamatan orang yang
menggunakan sarana tersebut
7. Dapat mendukung upaya memuaskan
pelanggan
Secara umum, ditinjau dari pelaksanaan
pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua
cara :
1. Perawatan yang direncanakan
(Planned Maintenance).
2. Perawatan yang tidak
direncanakan (unplanned
Maintenance).
Tujuan OEE dapat digunakan dalam beberapa
jenis tingkatan pada sebuah lingkungan
perusahaan.
1. OEE dapat digunakan sebagai “Benchmark”
(patokan) untuk mengukur rencana
perusahaan dalam performansi.
2. Nilai OEE, perkiraan dari suatu aliran
produksi, dapat digunakan untuk
membandingkan garis performansi melintang
dari perusahaan, maka akan terlihat aliran
yang tidak penting.
3. Jika proses permesinan dilakukan secara
individual, OEE dapat mengidentifikasi
mesin mana yang mempunyai performansi
buruk, dan bahkan mengindikasikan fokus
dari sumber daya TPM.
Hal-hal yang diperlukan dalam aplikasi Overall
Equipment Effectiveness diperusahaan adalah
dengan menghitung komponen OEE, yaitu ;
1. Availability Ratio (Rasio Ketersediaan)
Elemen Availability Ratio yang digunakan
untuk mengukur nilai OEE adalah dengan
memperhatikan total waktu kerusakan yang
dihasilkan dari unscheduled downtime(waktu
henti tidak terjadwal), proses set-up(proses
pengaturan) dan kerusakan yang tidak
direncanakanlainnya. Faktor penting
Availability adalah loading time dan
operating time.Loading time adalah total
waktu produksi dalam sehari, yang dapat
dipisahkan dalam beberapa aktivitas yaitu:
1. Menunggu untuk penyelesaian pesanan.
2. Tenaga kerja yang tidak tersedia untuk
menggantikan operator yang istirahat.
3. Aktivitas rencana pemeliharaan.
4. Proses perbaikan.
5. Perawatan mesin oleh operator
6. Pelatihan operator.
Dengan demikian formula yang digunakan untuk
menghitung availability ratio adalah :
2. Performance Ratio (Rasio Kinerja)
Performance merupakan ukuran
perbandingan actual speed (kecepatan
sebenarnya) dari peralatan untuk kecepatan
yang ideal.Performance merupakanbagian
dari OEE yang mungkin dikalkulasikan
dalam beberapa cara yang berbeda. Kesulitan
jumlah ukuran output dan defenisi
performance merupakan petunjuk dari actual
deviation(deviasi sebenarnya) dalam
produksi dari idealcycle time.
Performance merupakan hasil net operating time
(waktu pengoperasian bersih) dan operating time
(waktu operasi). Operating time merupakan
peralatan yang menunjukkan pada
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 38
ojs-unita.com
ketidakcocokan antara ideal speed dengan actual
operating. Net operating time merupakan ukuran
yang diperoleh dari kecepatan proses yang stabil
dari waktu tertentu dan merupakan perkalian
antara jumlah produksi dengan actual cycle
time(waktu siklus actual) dibagi dengan
operating time, dengan formulasi :
Performance Ratio
=
3. Quality Ratio (Rasio Kualitas)
Quality Ratio dapat digunakan untuk
menunjukkan proporsi produksi yang tidak
sempurna dengan volume produksi
total.Quality meliputi kegagalan pada tahap
produksi biasanya pada mesin khusus atau
garis produksi.Processed amount (jumlah
yang diproses) adalah hasil dari proses
produksi yang berlangsung. Kalkulasi
Quality diidentifikasikan dari kegagalan
kualitas, jumlah produk cacat
untukkegagalan kualitas selama proses
produksi. Departemen membuat sebuah
target untuk Quality adalah 99.5%. Hal ini
merupakan catatan penting bahwa sebuah
target dianggap dari kegagalan produk yang
diidentifikasikan selama proses permesinan.
Pengumpulan data secara efektif dianggap
sebagai kunci untuk memperbaiki
pengukuran kualitas .
Quality Ratio =
4. Overall Equipment Effectiveness
OEE = Availability Ratio (%) x
Performance Ratio (%) x Quality Ratio (%)
5. Down Time Losses = Equipment Failure
Losses + setup & adjustment losses
6. Equipment Failure Losses =
7. Setup & Adjustment Losses =
8. Speed Losses = idle & minor stoppage
losses + reduced speed losses
9. Recuded Speed Losses =
10. Defect Losses =
Dengan terindentifikasinya enam kerugian
tersebut perencanaan program yang sistematis
dan jangka panjang dengan tujuan meminimasi
losses dapat dilaksanakan yang secara langsung
akan mempengaruhi elemen-elemen penting dari
perusahaan seperti produktivitas yang meningkat
karena berkurangnya kerugian, kualitas juga
meningkat sebagai dampak pengurangan
kerusakan peralatan sehingga biaya juga
menurun dengan turunnya kerugian-kerugian
yang terjadi serta menurunnya angka kerusakan
produk. Dengan demikian waktu penyerahan
dapat dijamin lebih tepat waktu karena proses
produksi dapat direncanakan tanpa ganguan
permesinan.
Standar Overall Equipment Effectiveness
(OEE)
Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM)
telah menetapkan standar benchmark yang telah
dipraktekkan secara luas diseluruh dunia.
Berikut OEE Benchmark (patokan) tersebut15
:
Jika OEE = 100% produksi dianggap sempurna :
hanya memproduksi produk tanpa cacat, bekerja
dalam performance yang cepat, dan tidak ada
downtime.
Jika OEE = 85% produksi dianggap
bagus. Bagi banyak perusahaan, skor ini
merupakan skor yang cocok untuk dijadikan
goal jangka panjang.
Jika OEE = 75% produk diterima.
Lanjutan perbaikan diatas 85%. Sedikit kerugian
ekonomi dan daya saing sedikit rendah.
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 39
ojs-unita.com
Jika OEE = 60 % produksi dianggap
wajar,tapi menunjukkan ada ruang yang besar
untuk improvement(perbaikan).
Jika OEE = 40% produksi dianggap
memiliki skor yang rendah, tapi dalam
kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-
improve melalui pengukuran langsung (misalnya
dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan
menangani sumber-sumber penyebab downtime
secara satu per satu).
Sterilizer Station (stasiun perebusan)
Pada pabrik pengolahan kelapa sawit sterilizer
adalah bejana uap bertekanan yang berfungsi
untuk merebus/memasak tandan buah sawit
(TBS) dengan uap (steam). Uap yang digunakan
adalah uap saturated(jenuh) dengan tekanan 1,5-
3,0 bar dengan temperature 120-140oC yang
diinjeksikan dari back pressure valve (katup
tekanan balik), untuk mencapai suatu kondisi
tertentu pada buah yang dapat digunakan untuk
mencapai suatu kondisi tertentu pada buah yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan proses
berikutnya.
Tujuan perebusan TBS adalah sebagai berikut :
Menghentikan proses perkembangan
Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Melunakkan lapisan mesocarp FFB,
sehingga akan mempermudah proses digestion
dan proses pressing.
Melepaskan ikatan antara tandan buah
dengan buah (Nut), sehingga mudah dalam
proses pemipilan/pemisahan janjangan dengan
brondolan(Nut).
Untuk mengurangi kadar air dan
melepaskan serat dan biji sawit, sehingga akan
meningkatkan efisiensi pemecahan biji.
Mekanisme Proses Perebusan Pada Sterilizer
Secara umum pada pabrik pengolahan kelapa
sawit digunakan banyak bermacam-macam jenis
sterilizer yaitu :vertical sterilizer, horizontal
sterilizer, continuous sterilizer, dimana semua
jenis sterilizer ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Namun untuk saat
ini yang umum digunakan adalah jenis vertical
sterilizer dan horizontal sterilizer.
Pola perebusan yang digunakan pada sebuah
PKS harus disesuaikan dengan kemampuan
boiler untuk memproduksi uap, agar tujuan dari
perebusan tersebut dapat tercapai dengan baik.
Pola perebusan pada PKS yang lazim dikenal
adalah sistem single peak, sistem double peak,
sistem single peak, namun untuk saat ini yang
umum digunakan adalah sistem triple peak
dengan berbagai macam modifikasi tergantung
dari kondisi pabrik, buah yang diolah, kapasitas
lori dan kebijakan dari manajemen operasional.
3. METODE PENELITIAN
Data yang dibutuhkan dalamtugas akhir ini
adalah data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari
pengamatan dan penelitian secara langsung
dilapangan.Pengumpulan data primer ini
dilakukan dengan jalan mengamati secara
langsung pada pabrik dan meminta
keterangan serta mewawancarai karyawan
yang terlibat langsung secara operasional.
Adapun data yang diambil adalah :
Data waktu downtime
Planned downtime
Data produksi
Data waktu available
Data waktu setup
Data non productive time
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang
tidaklangsung diamati oleh peneliti.Data ini
merupakan dokumentasi perusahaan atau,
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 40
ojs-unita.com
penelitian yang sudah lalu dan data lainnya.
Data yang diperoleh antara lain :
Sejarah dan gambaran umum
perusahaan
Organisasi dan manajemen
Tenaga kerja, jam kerja dan sistem
pengupahan tenaga kerja
Kegiatan proses produksi
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan
pengolahan data dengan mengukur nilai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin
sterilizer yang digunakan pada pengolahan
kelapa sawit di pabrik kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu. Tahap
pengolahan data dapat dilihat pada gambar
dibawah :PenentuanIdeal Cycle Time(Waktu
Siklus Yang Ideal)
Ideal Cycle Time ditentukan berdasarkan pada
lama/waktu mesin dalam menghasilkan produk.
Maka perhitungan Ideal Cycle Time adalah
sebagai berikut :
Ideal Cycle Time =
1. Perhitungan availability ( Ketersediaan)
Availability adalah rasio waktu
operation time ( waktu operasi)
terhadaploading time-nya (waktu
pemuatan). Untuk menghitung hasil nilai
availability digunakan rumusan sebagai
berikut :
Availability =
x
100%
2. Perhitungan Performance Efficiency
(Efisiensi Kinerja)
Performance Efficiency adalah
rasio kuantitas produk yang dihasilkan
dikalikan dengan waktu siklus idealnya
terhadap waktu yang tersedia untuk
melakukan proses produksi (operation
time). Untuk menghitung hasil nilai
performance efficiency digunakan rumusan
sebagai berikut :
Performance Efficiency =
x 100%
3. Perhitungan Rate Of Quality Product
Rate Of Quality Product adalah
rasio produk yang baik (good products)
yang sesuai dengan spesifikasi kualitas
produk yang telah ditentukan terhadap
jumlah produk yang diproses.
Rate OF Quality Product =
x 100%
4. PerhitunganOverall Equipment Effectiveness
(OEE)
Setelah nilai
availability,Performance Efficiency dan
Rate OF Quality Product diketahui maka
dilakukan perhitungan nilai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) untuk
mengetahui besarnya efektivitas
penggunaan mesin. Perhitungan OEE
adalah perkalian nilai-nilai
availability,performance efficiency dan rate
of quality product yang sudah diperoleh.
OEE (%)=Availability(%)x Performance
Efficiency (%) x Rate Of Quality Product
(%)
Kemudian melakukan perhitungan
losses( kerugian)yaitu :
Breakdown Loss (kerugian kerusakan)
Setup and Adjusment Lossess
Idling and Mirror
Stoppages(pemalasan dan penghentian
cermin)
Reduced Speed Losses(mengurangi
kehilangan kecepatan)
Rewok Loss (mengolah kerugian)
Yield/Scrap Losses (kehilangan
hasil/skrap)
Analisa dilakukan setelah didapat dari
pengolahan data, analisa hasil penelitian akan
diuraikan dengan membuat analisa dari nilai
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 41
ojs-unita.com
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan
penyebab rendahnya nilai OEE pada mesin yang
digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan
pembimbing lapangan, maka mesin yang
menjadi objek penelitian adalah mesin sterilizer
di stasiun perebusan kelapa sawit. Mesin
sterilizer berfungsi untuk merebus kelapa sawit
untuk mengurangi kadar air yang terkandung di
dalamnya.
Data yang dikumpulkan adalah data selama 5
bulan terakhir, yaitu mulai dari bulan Juli 2017
sampai dengan bulan November 2017. Adapun
data tersebut sebagai berikut:
1. Data waktu downtime
2. Planned downtime
3. Data produksi
4. Data waktu available
5. Data waktu setup
6. Data non productive
1. Data Waktu Downtime (Waktu Henti)
Waktu downtime adalah waktu yang
seharusnya digunakan untuk melakukan proses
produksi akan tetapi dikarenakan adanya
kerusakan atau gangguan pada mesin
mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan
proses produksi sebagaimana mestinya.
Kerusakan (breakdown) atau kegagalan proses
pada mesin/peralatan yang terjadi tiba-tiba.
Downtime merupakan kerugian yang dapat
terlihat dengan jelas karena terjadi kerusakan
mengakibatkan tidak adanya output yang
dihasilkan disebabkan mesin tidak berproduksi.
Data waktu downtime adalah sebagai berikut :
4.1. Tabel Data Waktu Kerusakan
Periode
2017
Total
Downtime Tanggal
Downtime
(Jam)
(Jam)
Juli 6.50 9 3
22 3.5
Agustus 9.42 3 4.5
18 4.92
September 8.25 4 4.15
18 4.10
Oktober 7.90 8 3.5
16 4.4
November 5.50 9 3
26 25
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV
Gunung Bayu
2. Planned Downtime (Waktu Henti Yang
Direncanakan)
Planned downtime merupakan waktu yang
sudah dijadwalkan dalam rencana produksi.
Termasuk pemeliharaan terjadwal dan
kegiatan manajemen yang lain seperti
pertemuan. Pemeliharaan terjadwal
dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
menjaga agar mesin tidak rusak saat proses
produksi berlangsung. Pemeliharaan ini
dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal
yang dibuat oleh departemen maintenance.
Data waktu planned downtime perusahaan
adalah delapan (8) jam untuk setiap
bulannya.
3. Data Produksi
Total broke adalah produk yang tidak
sempurna akibat tidak sempurnanya perebusan.
Adapun data produksinya adalah sebagai berikut
:
Table 4.2.data produksi sterilizer
Periode 2017 Total
Processed
(Ton)
Total
Broke
(Ton)
Juli 3607.80 50.10
Agustus 3644.90 40.15
September 2450.20 30.80
Oktober 3200.30 20.90
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 42
ojs-unita.com
November 3504.20 20.70
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV
Gunung Bayu
4. Data Waktu Available Time (Waktu
Tersedia)Dan Setup Time (Waktu
Penyetelan)
Total available time adalah waktu yang tersedia
perhari atau perbulan dikurangi dengan
downtime mesin yang direncanakan. Setup time
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
perlengkapan, memindahkan bahan baku dan
bergerak cepat untuk mengakomodasikan
produk.
Adapun data available dan setup time adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Data Waktu Available Time,
Setup Time
Periode 2017 Total
Available
Time (Jam)
Setup
Time
(Jam)
Juli 252 3.58
Agustus 256 3.83
September 215 4.30
Oktober 230 4.83
November 244 2.50
Pengolahan Data
Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan
data ini yaitu menentukan nilai ideal cycle time,
setelah nilainya diperoleh maka selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai
dari Availability, Performance dan Quality.
Setelah nilai ratio diperoleh maka dilanjutkan
keperhitungan OEE.Setelah nilai OEE didapat,
maka dilakukan pengolahan terhadap nilai losses
(kerugian) sebagaimana yang telah diuraikan
pada metodologi penelitian.
Penentuan Ideal Cycle Time (Waktu Siklus
Yang Ideal)
Ideal Cycle Time ditentukan berdasarkan pada
lama/waktu mesin dalam menghasilkan produk.
Maka perhitungan Ideal Cycle Time adalah
sebagai berikut:
=
= 6 Menit/Ton
Availability merupakan rasio waktu operation
time terhadap loading time-nya. Untuk
menghitung nilai availability digunakan rumus
sebagai berikut :
Loading time adalah waktu yang tersedia perhari
atau perbulan dikurangi dengan downtime mesin
yang direncakan. Perhitungan loading time ini
dapat dituliskan dalam formula matematika,
sebagai berikut:
Loading time = Total available time –
planned downtime
Downtime mesin merupakan waktu dimana
mesin tidak dapat melakukan operasi
sebagaimana mestinya karena adanya gangguan
terhadap mesin/peralatan pada mesin
sterilizer.Operation time adalah total waktu
proses yang efektif. Dalam hal ini operation
time adalah hasil pengurangan loading time
dengan downtime mesin.
Adapun formulanya sebagai berikut:
Operation time = loading time –
downtime
Nilai availability mesin sterilizer untuk bulan
juli 2017 adalah sebagai berikut.
Loading time = 252 Jam – 8
Jam = 244 Jam
Downtime = 6.50 Jam
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 43
ojs-unita.com
Operation time = 244 Jam –
6.50 Jam = 237.50 Jam
Availability =
x
100% = 97.33%
Dengan perhitungan yang sama untuk melihat
presentase Availability periode Juli 2017-
November 2017 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Persentase Availability
Sumber : Hasil pengolahan data
Perhitungan Performance Efficiency(Efisiensi
Kinerja)
Performanceefficiency adalah rasio kuantitas
produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu
siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia
untuk melakukan proses produksi (operation
time). Untuk menghitung nilai performance
efficiency digunakan rumusan sebagai berikut:
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:
= 91.14%
Dalam perhitungan yang sama untuk melihat
presentase Performance efficiency periode Juli
2017 – November 2017 dapat dilihat pada tabel
4.5.
Tabel 4.5. Presentase Performance Efficienc
Sumber : Hasil pengolahan data
Perhitungan Rate Of Quality Product
Rate of quality product adalah rasio produk baik
(good product) yang sesuai dengan spesifikasi
kualitas produk yang telah ditentukan terhadap
jumlah produk yang diproses.Perhitungan rate of
quality product menggunakan data produksi
pada tabel 4.3.yaitugross product(produk kotor)
dan defect amount(jumlah produk yang cacat)
dalam perhitungan rasio rate of quality product
ini. Proses amount adalah total product
processed(total produk yang diproses)
sedangkan defect amount adalah total
broke(total rusak). Dengan rumusan sebagai
berikut :
Bula
n
Loading
Time
(Jam)
Total
Downtime
(Jam)
Operation
Time
(Jam)
Availa
bility
(%)
Juli 244 6.50 237.50 97.33
Agus
tus 248 9.42 238.52 96.20
Septe
mber 207 8.25 198.75 96.01
Okto
ber 222 7.90 214.1 96.44
Nove
mber 236 5.50 230.5 97.66
Bula
n
Total
Product
Processed
(Ton)
Ideal
Cycle
Time
(Jam/Ton
)
Operati
on Time
(Jam)
Perform
ance
Efficien
cy (%)
Juli 3607.80 0.06 237.50 91.14
Agust
us 3644.90 0.06 238.52 91.68
Septe
mber 2450.20 0.06 198.75 73.96
Oktob
er 3200.30 0.06 214.1 89.69
Nove
mber 3504.20 0.06 230.5 91.21
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 44
ojs-unita.com
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:
= 98.61%
Dengan perhitungan yang sama untuk melihat
presentase Rate of quality products pada mesin
sterilizer periode Juli 2017 – November 2017
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Presentase Rate of Quality Product
Bulan
Total
Product
Processed
(Ton)
Total
Broke
(Ton)
Rate of
Quality
Products
(%)
Juli 3607.80 50.10 98.61
Agustus 3644.90 40.15 98.89
September 2450.20 30.80 98.74
Oktober 3200.30 20.90 99.34
November 3504.20 20.70 99.40
Sumber : Hasil pengolahan data
Perhitungan Overall Equipment Effectiveness
(OEE)
Setelah nilai availability, performance efficiency
dan rate of quality product pada mesin sterilizer
diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai
Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk
mengetahui besarnya effectivitas penggunaan
mesin sterilizer di PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV GUNUNG BAYU.
Perhitungan OEE adalah perkalian nilai-nilai
availability, performance efficiency dan rate of
quality product yang sudah diperoleh.
OEE (%) = (availability (%) x
performance efficiency (%) x rate of quality
product (%) x 100%
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :
OEE = (0.9733 x 0.9114 x
0.9861) x 100%
Dengan perhitungan yang sama maka nilai OEE
mesin sterilizer pada Juli 2017 – November
2017 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Presentase Overall Equipment
Effectiveness (OEE)
Bulan Availabilit
y(%)
Performa
nce
Efficienc
y(%)
Rate
of
Quali
ty
Produ
cts
(%)
OE
E
(%
)
Juli 0.9733 0.9114 0.986
1
87.
47
Agustu
s 0.9620 0.9168
0.988
9
87.
72
Septem
ber 0.9601 0.7396
0.987
4
70.
11
Oktobe
r 0.9644 0.8969
0.993
4
85.
91
Novem
ber 0.9766 0.9121
0.994
0
88.
54
Sumber : Hasil pengolahan data
Perhitungan Losses
Perhitungan losses dilakukan untuk melihat
hubungan dari nilai losses (kerugian) terhadap
nilai OEE serta kecenderungan dari nilai losses
tersebut.
Downtime Losses(Kerugian Waktu)
Downtime losses adalah waktu yang seharusnya
digunakan untuk melakukan proses produksi
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 45
ojs-unita.com
akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin
(equipment failures) mengakibatkan mesin tidak
dapat melaksanakan proses produksi
sebagaimana mestinya. Dalam perhitungan
Overall Equipment Effectivenes
(OEE).Equipment failures(kegagalan peralatan)
dan waktu setup and adjusment dikategorikan
sebagai kerugian waktu downtime (downtime
losses).
1. Equipment failures (breakdown)
Kegagalan mesin melakukan proses (equipment
failures) atau kerusakan (breakdown) yang tiba-
tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah
penyebab kerugian yang terlihat jelas. Karena
kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin
tidak menghasilkan output.
Besarnya persentase efektivitas mesin yang
hilang akibat faktor breakdown loss dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dengan menggunakan rumus di atas, maka
diperoleh perhitungan breakdown loss(kerugian
kerusakan) sebagai berikut :
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017:
Dengan cara yang sama maka nilai
presentase breakdown loss mesin sterilizer dapat
dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Presentase Breakdown Loss
2. Setup and adjustment (Penyiapan Dan
Penyetelan)
Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan
mesin secara keseluruhan akan mengakibatkan
mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu.
Sebelum mesin difungsikan kembali akan
dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin
tersebut yang dinamakan dengan waktu setup
and adjustment mesin. Dalam perhitungan setup
and adjustment loss dipergunakan data waktu
setup mesin yang mengalami kerusakan dan
pemeliharaan mesin secara keseluruhan di mesin
sterilizer.
Untuk mengetahui besarnya presentase
downtime loss yang diakibatkan oleh waktu
setup and adjustment tersebut digunakan rumus
sebagai berikut :
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :
Bulan
Total
Brea
kdow
n
(Jam
)
Loading
Time
(Jam)
Breakdown
Loss (%)
Juli 6.50 244 2.66
Agustus 9.42 248 3.79
Septem
ber 8.25 207 3.98
Oktober 7.90 222 3.55
Novem
ber 5.50 236 2.33
Bulan Setup Time
(Jam)
Loading
Time
(Jam)
Setup And
Adjustment
Loss (%)
Juli 3.58 244 1.46
Agust
us 3.83 248 1.54
Septe
mber 4.30 207 2.07
Oktob
er 4.83 222 2.17
Nove
mber 2.50 236 1.05
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 46
ojs-unita.com
Dengan cara yang sama nilai presentase Setup
and adjustment loss mesin sterilizer dapat dilihat
pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Presentase Setup And Adjustment
Loss
Sumber : Hasil pengolahan data
Speed Loss
Speed loss terjadi pada saat mesin tidak
beroperasi sesuai dengan kecepatan produksi
maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin
yang dirancang.Faktor yang mempengaruhi
speed losses ini adalah idling and mirror
stoppages dan reduced speed.
1. Idling And Minor Stoppages (Pemalasan
Dan Penghentian Kecil)
Idling and minor stoppages terjadi jika
mesin berhenti secara berulang-ulang atau
mesin beroperasi tanpa menghasilkan
produk.Jika idling and minor stoppages
sering terjadi maka dapat mengurangi
efektivitas mesin. Untuk mengetahui
besarnya faktor efektivitas yang hilang
karena faktor idling and minor stoppages
digunakan rumus sebagai berikut :
Dikarenakan Non productive time tidak ada
maka nilai untuk Idling and minor stoppages
adalah 0.
Reduced Speed (Kecepatan Berkurang)
Reduced speed adalah selisih antara waktu
kecepatan produksi aktual dengan kecepatan
produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui
besarnya presentase faktor reduced speed yang
hilang maka digunakan rumus sebagai berikut :
Untuk mesin sterilizer bulan Juli 2017 :
= 8.41%
= 20.53 Jam
Dengan cara yang sama nilai presentase
Reduced speed loss mesin sterilizer dapat dilihat
pada tabel 4.10
Tabel 4.10. Presentase Reduced Speed Loss
Bula
n
Tota
l
Prod
uct
Proc
esse
d
(To
n)
Oper
atio
n
Tim
e
(Ja
m)
Ideal
Cycl
e
Time
(Jam
/Ton
)
Loa
din
g
Tim
e
(Ja
m)
Red
uce
d
Tim
e
(Ja
m)
Red
uce
d
Spe
ed
Los
s
(%)
Juli 3607
.80
237.
50 0.06 244
20.5
3 8.41
Agus
tus
3644
.90
238.
52 0.06 248
19.8
2 7.99
Sept
emb
er
2450
.20
198.
75 0.06 207
51.7
3
24.9
9
Okto
ber
3200
.30
214.
1 0.06 222
21.9
8 9.90
Sumber : Hasil pengolahan data
Defect Loss( Kehilangan Cacat)
Defect Loss artinya adalah mesin tidak
menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
dan standar kualitas produk yang telah
ditentukan dan scrap sisa hasil proses selama
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 47
ojs-unita.com
produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke
dalam defect loss adalah rework loss dan
yield/scrap loss.
1. Rework loss(kerugian pengerjaan ulang)
Rework loss adalah produk yang tidak
memenuhi spesifikasi kualitas yang telah
ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki
ataupun dikerjakan ulang. Untuk mengetahui
presentase faktor rework loss yang
mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin,
digunakan rumus sebagai berikut :
Dikarenakan rework tidak ada maka nilai
rework loss adalah 0.
2. Yield/scrap loss (hasil/rugi skrap)
Yield/scrap loss adalah kerugian yang
timbul selama proses produksi belum
mencapai keadaan produksi yang stabil pada
saat proses produksi mulai dilakukan sampai
terjadinya keadaan proses yang stabil.
Sehingga produk yang dihasilkan pada awal
proses sampai keadaan proses stabil dicapai
tidak memenuhi spesifikasi kuantitas yang
diharapkan. Untuk mengetahui presentase
faktor yield/scrap loss yang mempengaruhi
efektivitas penggunaan mesin, digunakan
rumusan sebagai berikut:
Untuk mesin sterilizer bulsan Juli 2017:
= 1.22
%
Yield/scrap loss time = 0.06 Jam/Ton x 50.1 Ton
= 3 Jam
Dengan cara yang sama nilai presentase
yield/scrap loss mesin sterilizer dapat dilihat
pada tabel 4.11
Tabel 4.11. Presentase Yield/Scrap Loss
Bulan
Load
ing
Time
(Jam
)
Ideal
Cycle
Time
(Jam/
Ton)
Tot
al
Scr
ap
(To
n)
Scr
ap
Tim
e
(Ja
m)
Yield/S
crap
Loss
(%)
Juli 244 0.06 50.
10
3.0
0 1.22
Agust
us 248 0.06
40.
15
2.4
0 0.96
Septe
mber 207 0.06
30.
80
1.8
4 0.90
Oktob
er 222 0.06
20.
90
1.2
5 0.56
Nove
mber 236 0.06
20.
70
1.2
4 0.52
Sumber : Hasil pengolahan data
Analisa perhitungan Overall Equipment
Effectiveness (OEE) dilakukan untuk
mengetahui tingkat efektivitas penggunaan
mesin Sterilizer selama periode Juli 2017 –
November 2017.
Selama periode Juli 2017 – November 2017
Nilai Overall Equipment Effectiveness yang
diperoleh mesin Sterilizer adalah:
1. Nilai Overall Equipment Effectiveness
(OEE) berkisar antara 70.11% - 88.54%.
Nilai rata-rata OEE selama lima bulan
adalah 83,95%, nilai ini sudah mendekati
standar OEE yang baik yaitu 85%.
2. Nilai OEE tertinggi pada mesin sterilizer
dicapai pada bulan November sebesar
88,54% dengan rasio availability 97,66%,
performance efficiency 91,21% dan rate of
quality product 99,40%.
3. Pada bulan Juli nilai OEE mesin yaitu
sebesar 87,47%. Hal ini dipengaruhi oleh
menurunnya performance efficiency mesin
yaitu sebesar 91,14%.
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 48
ojs-unita.com
4. Pada bulan Agustus nilai OEE mesin yaitu
sebesar 87,72%. Hal ini juga dipengaruhi
menurunnya rate of quality product mesin
yaitu sebesar 98,89%.
5. Pada bulan September nilai OEE mesin
yaitu sebesar 70,11%. Hal ini dipengaruhi
menurunnya performance efficiency mesin
yaitu sebesar73,96%. Menurunnya
performance disebabkan oleh nilai
operation time yang cukup rendah.
6. Pada bulan Oktober nilai OEE mesin yaitu
sebesar 85,91%. Hal ini dipengaruhi
menurunnya performance efficiency mesin
yaitu sebesar 89,68%.
Analisa Perhitungan Losses
Analisa Losses dilakukan agar perusahaan
mengetahui faktor apa yang paling besar
berpengaruh dari keenam losses, yang
mengakibatkan rendahnya efektivitas
penggunaan mesin sterilizer dan kemudian
mendapatkan perhatian khusus untuk diperbaiki.
Tabel 5.1 Presentase losses mesin sterilizer
periode Juli 2017 – November 2017
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor
yang memiliki presentase terbesar dari keenam
faktor tersebut adalah reduced speed losses
sebesar 67,54%. Untuk melihat urutan
presentase keenam faktor tersebut mulai yang
terbesar dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Pengurutan Presentase losses mesin
sterilizer periode Juli 2017-November 2017
Untuk mempermudah menganalisa nilai losses
maka disajikan dalam bentuk grafik berikut ini:
No Losses
Total
Time
Loss
(Jam)
Presentase
(%)
Presentase
Kumulatif
(%)
1
Reduced
speed
losses
59.86 67.54
67.54
2 Breakdown
loss 16.31 18.40
85.94
3
Set up and
adjustment
losses
8.29 9.35
95.29
4 Yield/scrap
losses 4.16 4.69
100
5
Idling and
miror
stoppages
0 0
100
6 Rework
loss 0 0
100
Jumlah 86.62 100
Vol. 2, No. 1, August’19 - February‘20
ISSN 2622-8823
Page | 49
ojs-unita.com
Grafik 5.1. Grafik Faktor Losses Berdasarkan
Nilai Tertinggi
\Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa losses
yang dominan mempengaruhi adalah reduced
speed losses sebesar 67,54%. Kemudian
Breakdown loss sebesar 18,40%. Set up and
adjustment losses sebesar 9,35%. Yield/scrap
lossessebesar 4.69%, Idling and miror stoppages
sebesar 0% dan Rework loss sebesar 0%.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan uraian hasil
pengukuran OEE di mesin Sterilizer PT.
Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu, dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu :1) Nilai
OEE pada mesin sterilizer pada periode bulan
Juli 2017 adalah 87,47%, Agustus adalah
87,72%, September adalah 70,11%, Oktober
adalah 85,91% dan November adalah 88,54%..2)
Nilai rata-rata OEE pada periode Juli 2017 –
November 2017 adalah 83,95%. Nilai ini sudah
mendekati nilai OEE yang baik sebesar 85%.
REFERENSI
[1] As. Corder, Teknik Manajemen
Pemeliharaan, penerbit Erlangga, Jakarta,
1992
[2] Leflar, James A, Practical Tpm Succesful
Equipment At Agileent Technologies,
Cambridge, MA, 1998
[3] Supandi, Manajemen Perawatan Industri,
Ganeca Exact, Bandung, 1998
[4] http://www.leanproduction.com//,
Tangen, S, 2004
[5] http://www.Overall Equipment
Effectiveness.com//, Betrianis, 22 Mei
2014
[6] http://www.Overall Equipment
Effectiveness.com//, Jetta Anwar Sijabat,
27 September 2014
[7] http://www.Total Produktice
maintenance.com//
0
10
20
30
40
50
60
70
Grafik faktor penyebab losses
Presentase (%)