analisa perilaku lalu lintas pengguna jalan di …eprints.ums.ac.id/62155/13/naskah...

26
ANALISA PERILAKU LALU LINTAS PENGGUNA JALAN DI SEKITAR SIMPANG GENDENGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: AGUNG ERWANDA D 100 120 041 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: trinhkhue

Post on 20-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISA PERILAKU LALU LINTAS PENGGUNA JALAN DI SEKITAR

SIMPANG GENDENGAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Oleh:

AGUNG ERWANDA

D 100 120 041

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Senin 9 April

1

ANALISA PERILAKU LALU LINTAS PENGGUNA JALAN DI SEKITAR

SIMPANG GENDENGAN

Abstrak

Perilaku pengendara di jalan sering kali menjadi hal yang terabaikan. Hal ini terlihat

dari masih adanya pengendara/pengemudi yang menyimpang dari aturan berlalu lintas.

Peningkatannya pelanggaran lalu lintas dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe pelanggaran yang terjadi di Simpang Gendengan,

penyebab dan dampak dari pelanggaran tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang

memaparkan berbagai data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner, sedangkan

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara

(kuesioner), dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode interaksi dengan tahap-tahap analisis data adalah mengumpulakan data, reduksi data,

analisis dan penyajian data, verifikasi data yang mengacu pada Undang-Undang No.22 Tahun

2009.

Hasil analisis menunjukkan pelanggaran yang terjadi di Simpang Gendengan

disebabkan oleh tipe pelanggaran paling banyak adalah penggunaan lampu sein mencapai

angka 2.659 (39,88 %) pelanggaran. Tipe pelanggaran paling sedikit dengan angka 1 (0,015

%) pelanggaran adalah terkait kendaraan tidak bermotor yang sengaja berpegang pada

kendaraan bermotor dan pelanggaran tidak memberi isyarat saat berhenti. Faktor pelanggaran

lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 3.222

(48,32 %) pelanggaran, faktor kendaraan dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 1.001

(15,01 %) pelanggaran, dan faktor jalan mencapai angka 2.445 (36,67 %) pelanggaran. Dari

kurun waktu 5 tahun jumlah kecelakaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak

2.858 kasus. Kasus kecelakaan tersebut mengakibatkan 324 korban meninggal, 13 korban

luka berat, dan 2.912 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materiil sebanyak Rp.

1.808.500.000,00.

Kata kunci: Perilaku, Pelanggaran, Kecelakaan Lalu Lintas

Abstract

The behavior of motorists on the street is often neglected. This is evident from the

presence of drivers / drivers who deviate from the rules of traffic. Increased traffic violations

can cause traffic accidents. This study aims to determine the types of violations that occurred

in Simpang Gendengan, the causes and impacts of the violations.

The research method used is descriptive quantitative research that describes various

data obtained from the observations and questionnaires, while the data collection methods

used in this study are observation, interview (questionnaire), and documentation. Data

analysis method in this research using interaction method with stages of data analysis is

collecting data, data reduction, analysis and presentation of data, data verification refers to the

Act No.22 of 2009.

2

The result of the analysis shows that the violation that occurred at Simpang

Gendengan caused by the most violation type is the use of light sein reached 2,659 (39,88%)

violation. The least violation type with the number 1 (0.015%) violation is related to non-

motorized vehicles that deliberately hold on to motor vehicles and the violation does not give

a signal when stopped. The traffic violation factor was caused by human factor with number

of violation reached 3,222 (48,32%) violation, vehicle factor with number of violation

reached 1,001 (15,01%) violation, and road factor reached 2,445 (36,67%) violation. From the

period of 5 years the number of accidents from 2012 to 2016 as many as 2858 cases. Cases of

the accident resulted in 324 victims died, 13 seriously injured, and 2912 victims of minor

injuries and resulted in material losses of Rp. 1.808.500.000,00.

Keywords: Behavior, Violation, Traffic Accident.

1. PENDAHULUAN

Kendaraan menjadi penyebab utama kemacetan dan cenderung berbahaya. Dimana

para pengguna jalan mengabaikan peraturan-peraturan yang berlaku, dan mengabaikan

keselamatan. Perilaku pengendara di jalan sering kali menjadi hal yang terabaikan, secara

sadar sesungguhnya hal tersebut merupakan hal yang penting untuk disikapi dengan cermat.

Perilaku yang menyimpang banyak didominasi oleh pengendara sepeda motor. Kelengkapan

pengendara sepeda motor sangat menentukan perilaku si-pengendara, seperti jika tanpa helm

maka akan gelisah dan khawatir karena takut akan bertemu dengan petugas polisi di jalan.

Bahkan pengendara yang secara terang-terangan mengendarai kendaraan tanpa

memiliki atau lupa membawa Surat Ijin Mengemudi (SIM) juga sering sekali melakukan hal

yang seperti di atas. Serta pengendara juga seringkali lupa membawa Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK) oleh pengendara bermotor yang di atur dalam UU No.22 Tahun 2009.

Simpang gendengan termasuk simpang yang berada di tengah Jl. Slamet Riyadi, di simpang

yang saya teliti ini terdapat pusat keramaian kota Surakarta, misalkan mall, rumah sakit,

tempat ibadah, dll.

Sistem satu arah ini akan mempengaruhi kepadatan lalu lintas di ruas jalan lain.

Penataan ini muaranya agar kepadatan lalu lintas tidak terkonsentrasi di titik-titik tertentu

yang padat kendaraan. Kecelakaan fatal face to face rawan terjadi di jalan dua arah dengan

kepadatan tinggi (solopos.com, 2016).

Melanggar sama dengan menubruk, menabrak, menumbuk, menyalahi, melawan,

melewati atau melalui secara tidak sah. Sedangkan Pelanggar yaitu orang yang melanggar.

Berarti pelanggaran menurut KBBI adalah perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang

lebih ringan dari kejahatan. Pelanggaran lalu lintas juga dapat menyebabkan terjadinya

3

kecelakaan lalu lintas. Menurut Warpani (1988), kecelakaan disebabkan oleh banyak faktor,

tidak sekedar oleh pengendara yang buruk, atau pejalan kaki yang tidak berhati-hati.

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi tipe-tipe pelanggaran di Simpang Gendengan.

2) Mengetahui penyebab dari pelanggaran.

3) Mengetahui dampak dari pelanggaran.

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah metode kuantitatif

deskriptif dengan pendekatan survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei

langsung di lokasi penelitian, meminta data dari Satlantas Surakarta berupa data pelanggaran

dan kecelakaan lalu lintas dan penyebaran kuesioner sejumlah 400 sampel yang mewakili

populasi sekitar 515.549 jiwa. Data tersebut kemudian akan diolah untuk mengetahui tipe-

tipe pelanggaran, penyebab pelanggaran, dan dampak dari pelanggaran. Metode penelitian

dan langkah-langkah penelitian ini dirumuskan dalam bagan alir penelitian yang dapat dilihat

pada Gambar 1 sebagai berikut:

4

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah dan Penetapan Tujuan

Penyusunan Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer

1. Geometrik Jalan

2. Volume Lalu Lintas

3. Koesioner

4. Pelanggaran Pengguna

Jalan

Data Sekunder

1. Data Pelanggaran Lalu

Lintas

2. Data Kecelakaan Lalu

Lintas

Kompilasi Data

Pengolahan Data

Analisis dan Pembahasan

1. Tipe-tipe pelanggaran

2. Dampak pelanggaran

3. Penyebab pelanggaran

Kesimpulan dan Saran

Selesai

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Tipe-Tipe Pelanggaran

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari Satlantas Polresta Surakarta pelanggaran

lalu lintas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe-tipe seperti yang dapat dilihat dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Kendaraan Bermotor di Surakarta

Tahun P

Jumlah Pelanggaran

Faktor Manusia Faktor Kendaraan

KP SS RM C KK LO PN

2012 37.305 7.571 3.847 22.178 0 2.182 1.238 289

2013 38.270 2.601 5.181 26.145 90 944 2.679 630

2014 39.175 5.486 7.489 19.536 0 1.611 4.701 352

2015 39.655 1.090 6.351 27.351 56 712 3.975 120

2016 45.510 9.091 406 31.419 3 3.528 498 565

Jumlah 199.915 25.839 23.274 126.629 149 8.977 13.091 1.956

Sumber: Satlantas Polresta Surakarta

Keterangan:

P : Pelanggar C : Cepatan

KP : Kelengkapan Pengendara KK : Komponen Kendaraan

SS : SIM dan STNK LO : Light On

RM : Rambu dan Marka PN : Plat Nomor

Selain data yang berasal dari Satlantas Polresta Surakarta. Adapula data yang telah

didapatkan sewaktu survei, sebagai berikut:

3.1.1. Volume lalu lintas

Hasil observasi (14 Agustus 2017) yang dilakukan di sekitar Simpang Gendengan

dengan periode waktu 6 jam (06:00-12:00 WIB) dapat dilihat pada Tabel 2 dan Grafik 1.

Tabel 2. Jumlah Kendaraan di Simpang Gendengan

No Kendaraan Volume

Kend./6 Jam %

1 Tak Bermotor (UM) 972 1,74

2 Sepeda Motor (MC) 39.637 70,83

3 Kendaraan Ringan (LV) 15.204 27,17

4 Kendaraan Berat (HV) 148 0,26

Jumlah 55.961 100,00

6

Gambar 2. Grafik Volume Kendaraan di Simpang Gendengan

3.1.2. Data perilaku pengguna jalan

Berdasarkan data yang diperoleh waktu observasi, disamping data volume kendaraan

juga mengindentifikasi bagaimana perilaku pengendara melakukan pelanggaran. Identifikasi

tipe-tipe pelanggaran berdasarkan faktornya, dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Gambar 3

Tabel 3. Jumlah Pelanggaran di Simpang Gendengan

No Tiap Faktor Pelanggaran

Jumlah %

1 Faktor Manusia 3.222 48,32

2 Faktor Kendaraan 1.001 15,01

3 Faktor Jalan 2.445 36,67

Jumlah 6.668 100,00

Gambar 3. Grafik Jumlah Faktor Pelanggaran

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

UM MC LV HV

Volu

me

Tipe Kendaraan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Manusia Kendaraan Jalan

Jum

lah

Pel

ang

gar

Faktor Pelanggaran

7

Berdasarkan dari beberapa faktor di atas, berikut rinciannya dapat dilihat dalam Tabel

4, Tabel 5, dan Tabel 6:

Tabel 4. Faktor Manusia

No Tipe Pelanggaran Pelanggaran

Jumlah %

1 Parkir sembarangan 3 0,09

2 Akan berpindah lajur atau bergerak ke samping tanpa

memberi isyarat 1.573 48,82

3 Berbelok/berbalik arah tidak memberi isyarat 1.086 33,71

4 Pengendara tidak berkonsentrasi (penggunaan HP,

mengobrol) 413 12,82

5 Motor yang mengangkut penumpang lebih dari satu 51 1,58

6 Pengemudi atau penumpang yang duduk di samping

pengemudi tidak menggunakan sabuk pengaman 45 1,40

7

Menaikkan dan/atau menurunkan penumpang

sembarangan atau kendaraan angkutan tidak sesuai

dengan angkutan

2 0,06

8 Angkutan umum tidak menggunakan lajur yang telah

ditentukan atau tidak menggunakan lajur paling kiri 3 0,09

9

Kendaraan tidak bermotor yang dengan sengaja

berpegang pada kendaraan bermotor untuk ditarik,

menarik benda-benda yang dapat membahayakan

1 0,03

10 Tidak mengenakan helm 45 1,40

Total 3.222 100,00

Tabel 5. Faktor Kendaraan

No Tipe Pelanggaran Pelanggaran

Jumlah %

1 Tidak menyalakan lampu di siang hari 977 97,60

2 Tidak ada Plat No 16 1,60

3 Melanggar aturan tata cara penggandengan dan

penempelan dengan kendaraan lain 5 0,50

4

Tidak memasang segitiga pengaman, lampu isyarat

peringatan bahaya, atau isyarat lalu lintas pada saat

berhenti atau parkir dalam keadaan darurat

1 0,10

5 Memodifikasi kendaraan (merubah dimensi, mesin

dan kemampuan, daya angkut) 2 0,20

Total 1.001 100,00

8

Tabel 6. Faktor Jalan

No Tipe Pelanggaran Pelanggaran

Jumlah %

1 Melanggar lampu merah 790 32,31

2 Melanggar marka membujur 407 16,65

3 Melanggar marka lambang sepeda 206 8,43

4 Melanggar marka yellow box juction 388 15,87

5 Melanggar rambu larangan belok kanan 8 0,33

6 Melanggar lajur belok kiri langsung 579 23,68

7 Melanggar lajur contra flow 67 2,74

Total 2.445 100,00

Dari tabel-tabel tersebut dapat diketahui pelanggaran yang paling banyak dari masing-

masing faktor, yaitu faktor manusia dengan pelanggaran terkait akan berpindah lajur atau

bergerak ke samping tanpa memberi isyarat sejumlah 1.573 (48,82 %), faktor kendaraan

terkait tidak menyalakan lampu utama di siang hari sejumlah 977 (97,60 %), dan faktor

kendaraan yang terkait melanggar lampu lalu lintas sejumlah 790 (32,31 %).

3.2. Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pengguna Jalan

Kurangnya pengetahuan pengguna jalan adalah salah satu penyebab terjadinya

pelanggaran lalu lintas. Menyebarkan kuesioner kepada pengguna sepeda motor dan mobil

khususnya. Data pengguna jalan diperoleh dengan mengambil sampel sebesar 400 orang yang

mewakili populasi sebanyak 515.549 orang. Menurut Sugiyono (2013), teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan cara tidak acak dan tidak memberi kesempatan bagi semua

masyarakat untuk menjadi sampel penelitian.

Dari hasil kuesioner yang telah di rekab, dapat diketahui karakteristik responden

sebagai berikut:

3.2.1. Karakteristik Identitas Responden

Gambar 4. Grafik Umur Responden

0

50

100

150

< 17 17-20 21-25 26-30 31-40 >40

Jum

lah

Res

pon

den

Umur

Frekuensi

9

Gambar 5. Grafik Jumlah Jenis Kelamin

Responden

Gambar 6. Grafik Jumlah Kendaraan Responden

3.2.2. Karakteristik Pengetahuan Responden

Tabel 7. Karakteristik Pengetahuan Responden

No Karakteristik Responden Pengetahuan Jumlah %

1 Marka Lalu Lintas

Ya 293 73,25

Tidak 107 26,75

Jumlah 400 100

2 Rambu Lalu Lintas

Ya 396 99

Tidak 4 1

Jumlah 400 100

3 Yellow Box Juction

Ya 167 41,75

Tidak 233 58,25

Jumlah 400 100

4 Lampu Lalu Lintas

Ya 396 99

Tidak 4 1

Jumlah 400 100

5 Zebra Cross

Ya 391 97,75

Tidak 9 2,25

Jumlah 400 100

0

50

100

150

200

250

Laki-Laki Perempuan

Jum

lah

Res

pon

den

Jenis Kelamin

180

185

190

195

200

205

210

Mobil Sepeda Motor

Jum

lah

Res

pon

den

Kendaraan

10

Gambar 7. Grafik Karakteristik Responden Yang Mengetahui (Ya)

Gambar 8.Grafik Karakteristik Responden Yang Tidak Mengetahui (Tidak)

3.2.3. Karakteristik Pengalaman Responden

Tabel 8. Karakteristik Pengalaman Responden

No Karakteristik Responden Pengalaman Jumlah %

1 Menerobos Lampu

Merah

Ya 268 67

Tidak 132 33

Jumlah 400 100

2 Tidak Membawa STNK

Ya 188 47

Tidak 212 53

Jumlah 400 100

3 Tidak Membawa SIM

Ya 227 56,75

Tidak 173 43,25

Jumlah 400 100

4 Berbelok Tidak Memberi

Isyarat (Lampu Sein)

Ya 245 61,25

Tidak 155 38,75

Jumlah 400 100

5 Berkebutan di Jalan

Ya 172 43

Tidak 228 57

Jumlah 400 100

050

100150200250300350400

Marka LaluLintas

Rambu LaluLintas

Yellow BoxJuction

Lampu LaluLintas

Zebra Cross

Res

pon

den

Karakteristik Responden

0

50

100

150

200

250

Marka LaluLintas

Rambu LaluLintas

Yellow BoxJuction

Lampu LaluLintas

Zebra Cross

Res

pon

den

Karakteristik Responden

11

Gambar 9. Grafik Jumlah Karakteristik Responden yang Pernah Mengalami (Ya)

Gambar 10. Grafik Jumlah Karakteristik Responden yang Tidak Pernah Mengalami (Tidak)

3.2.4. Karakteristik Kebiasaan Responden

Tabel 9. Karakteristik Kebiasaan Responden

No Karakteristik

Responden Kebiasaan Jumlah %

1

Pengendara Mobil

Berhenti Tanpa

Memberi Isyarat

Ya 115 28,75

Tidak 76 19

Jumlah 191 47,75

2

Pengendara Mobil

Tanpa Menggunakan

Sabuk Pengaman

Ya 121 30,25

Tidak 70 17,5

Jumlah 191 47,75

3

Pengendara Sepeda

Motor Berkendara

Tanpa Helm (SNI)

Ya 128 32

Tidak 81 20,25

Jumlah 209 52,25

4

Pengendara Sepeda

Motor Berkendara

Menumpangi Lebih

dari 1 Orang

Ya 169 42,25

Tidak 40 10

Jumlah 209 52,25

050

100150200250300

MenerobosLampuMerah

TidakMembawa

STNK

TidakMembawa

SIM

BerbelokTidak

MemberiIsyarat(Lampu

Sein)

Berkebutandi Jalan

Jum

lah

Res

pon

den

Karakteristik Responden

050

100150200250

MenerobosLampuMerah

TidakMembawa

STNK

TidakMembawa

SIM

BerbelokTidak

MemberiIsyarat

(Lampu Sein)

Berkebutandi Jalan

Jum

lah

Res

pon

den

Karakteristik Responden

12

Lanjutan Tabel 9.

No Karakteristik

Responden Kebiasaan Jumlah %

5

Pengendara Sepeda

Motor Berkendara

Tidak Menyalakan

Lampu Utama di

Siang Hari

Ya 169 42,25

Tidak 40 10

Jumlah 209 52,25

Gambar 11. Grafik Jumlah Karakteristik Kebiasaan Responden (Ya)

Gambar 12. Grafik Jumlah Karakteristik Kebiasaan Responden (Tidak)

020406080

100120140160180

PengendaraMobil BerhentiTanpa Memberi

Isyarat

PengendaraMobil Tanpa

MenggunakanSabuk

Pengaman

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraTanpa Helm

(SNI)

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraMenumpangiLebih dari 1

Orang

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraTidak

MenyalakanLampu Utamadi Siang Hari

Jum

lah

Res

pon

den

Karakteristik Responden

0102030405060708090

PengendaraMobil BerhentiTanpa Memberi

Isyarat

PengendaraMobil Tanpa

MenggunakanSabuk

Pengaman

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraTanpa Helm

(SNI)

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraMenumpangiLebih dari 1

Orang

PengendaraSepeda Motor

BerkendaraTidak

MenyalakanLampu Utama di

Siang Hari

Jum

lah

Res

pon

den

Karakteristik Responden

13

Pelanggaran lalu lintas juga tercermin dari perilaku pengendara kendaraan di jalan

raya yang lebih condong mementingkan kepentingan individu pengendara dari pada

keselamatannya. Hal ini mengakibatkan pengendara menjadi cenderung mengabaikan

peraturan lalu lintas dan minimnya sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama

pengguna jalan.

3.3. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas

3.3.1. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Surakarta

3.3.1.1. Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surakarta

Pihak kepolisian merupakan instansi pertama tempat melaporkan terjadinya suatu

tindak pidana dalam masyarakat. Untuk mengetahui tingkat suatu kejahatan mengalami

peningkatan atau penurunan dapat dilihat dari angka-angka statistik yang dibuat oleh pihak

kepolisian.

Berikut ini data jumlah pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan di Kota

Surakarta tahun 2012-2016.

Tabel 10. Data Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surakarta

Tahun Jumlah Jumlah Korban Kerugian

Kasus MD LB LR Materiil (Rp)

2012 583 67 1 599 349.050.000

2013 533 69 2 544 356.250.000

2014 503 68 4 505 412.300.000

2015 558 61 4 572 354.400.000

2016 681 59 2 692 336.500.000

Jumlah 2.858 324 13 2.912 1.808.500.000

Sumber : Unit Laka Lantas Polresta Surakarta

Gambar 13.Grafik Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surakarta

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2012 2013 2014 2015 2016

Jum

lah

Kas

us

Tahun

14

Dari Tabel 10 dan Grafik 9 diketahui bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi

di kota Surakarta dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 2.858 kasus yang

mengakibatkan 324 korban meninggal dunia, 13 korban luka berat, dan 2.912 korban luka

ringan serta mengakibatkan kerugian materiil sebanyak Rp. 1.808.500.000,00. Terlihat bahwa

jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Surakarta mengalami peningkatan

yakni pada tahun 2012 terdapat 583 kasus, tahun 2013 terdapat 533 kasus, tahun 2014

terdapat 503 kasus, tahun 2015 terdapat 558 kasus dan pada tahun 2016 terdapat 681 kasus

kecelakaan lalu lintas.

3.3.1.2. Tindak Pidana Berdasarkan Tipe-Tipe Pelanggaran Yang Terjadi di Simpang

Gendengan

Terjadinya berbagai bentuk pelanggaran lalu lintas oleh pengendara kendaraan

bermotor di simpang Gendengan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai

berikut:

3.3.1.2.1. Faktor Manusia

Jumlah pelanggaran yang terjadi di simpang Gendengan selama dilakukannya survei

mencapai angka 6.668 tindak pelanggaran, 3.222 diantaranya disebabkan oleh faktor manusia

atau dengan kata lain jumlah pelanggarannya yang terjadi di simpang Gendengan setengah

jumlah pelanggarannya diakibatkan oleh faktor manusia.

Dari Tabel V.8 tipe pelanggaran lalu lintas terkait faktor manusia yang terjadi di simpang

Gendengan diantaranya terdiri dari:

3.3.1.2.1.1. Tipe pelanggaran karena parkir sembarangan

Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlah pelanggaran

tekait pengendara yang parkir sembarangan sejumlah 3 pelanggaran. Pada dasarnya setiap

orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi

jalan.

Pemerintah daerah menentukan fasilitas parkir berdasarkan kawasan (zoning)

pengendalian parkir. Bagi pengguna fasilitas parkir di luar jalan yang ditentukan itu,

dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.

500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) yang di atur dalam Pasal 298 UU No.22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi "Setiap orang yang mengemudi

Kendaraan Bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan

bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat di Jalan".

15

3.3.1.2.1.2. Pelanggaran yang berkaitan dengan penggunaan lampu sein

Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlah pelanggaran

tekait pengendara kendaraan akan berpindah jalur atau bergerak ke samping,

berbelok/berbalik arah tanpa menyalakan lampu sein mencapai angka 2.659 pelanggaran.

Pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pengendara dan perilaku ini membahayakan.

Pasalnya, bila asala berbelok tanpa isyarat bisa menyebabkan terjadi kecelakaan. Lain halnya

jika sudah menyalakan lampu sein, maka kendaraan lain akan menurunkan kecepatan, atau

menguah arah kendaraan untuk memberi kesempatan untuk berbelok.

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 112 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:

"Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah, wajib mengemati

situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan

isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan. Sebagaimana dimaksud

dalam pasal 294 dan 295 dikatakan bila ada pengemudi yang tidak memberikan

isyarat ketika akan berbelok, maka yang bersangkutan tersebut akan dipidana dengan

kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua

ratus lima puluh ribu rupiah)".

3.3.1.2.1.3. Pelanggaran pengendara yang tidak berkonsentrasi (SMS/telepon,

mengobrol, dll)

Ada beberapa perilaku pengendara yang asik mengobrol yang menimbulkan kerugian

bagi pengguna jalan lain. Misalnya si pengendara dengan tiba-tiba memperlambat bahkan

mempercepat laju kendaraannya. Tak jarang pula si pengendara keluar dari jalur jalannya,

misalnya ada pada jalur tengah dan tiba-tiba tak sadar berpindah ke jalur kanan atau kirinya.

Kemungkinan lainnya yang terjadi pada pengendara berbeda kendaraan yang mengobrol di

jalan, tentu kendaraan mereka akan berjajar berdampingan dan itu cukup mengganggu

pengguna jalan lain. Bagaimana tidak, sudah mengobrol di jalanan, berdampingan, dan

terkadang memperlambat laju kendaraan yang menyebabkan kemacetan.

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 283 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar

dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh sesuatu keadaan yang

mengakibatkan ganggunaan konsentrasi dalam mengemudi, akan dipidana dengan

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling anyak Rp. 750.000,00 (tujuh

ratus lima puluh ribu rupiah)".

16

3.3.1.2.1.4. Pelanggaran karena jumlah penumpang sepeda motor lebih dari 1 (satu)

Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran terkait

penumpang leih dari satu mencapai angka 51 pelanggaran.

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 292 Undang-

Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudi Sepeda Motor tanpa kereta samping yang

mengengkut Penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

106 ayat 9 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh riu rupiah)".

3.3.1.2.1.5. Pelanggaran tidak mengenakan sabuk pengaman

Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran terkait

pengemudi kendaraan roda 4(empat) atau lebih yang tidak mengenakan sabuk pengaman

mencapai angka 45 pelanggaran. Pemerintah telah mewajibkan kepada setiap pengemudi

kendaraan beroda empat atau lebih serta penumpang disampingnya agar mengenakan sabuk

keselamatan.

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 289 Undang-

Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor atau Penumpang yang duduk

di samping Pengemudi yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 106 ayat 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah)".

3.3.1.2.1.6. Tipe pelanggaran karena tidak mengenakan helm

Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran karena tidak

menggunakan helm sejumlah 45 pelanggaran. Pelanggaran ini terjadi karena kurangnya

masyarakat untuk mementingkan keamanan dalam berkendara serta kurangnya pengetahuan

akan fungsi helm tersebut.

Dalam tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara montor telah melanggar pasal

106 ayat 8 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

berbunyi:

''Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor

wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI)".

17

Hal tersebut dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 291 ayat (1) Undang-

Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima

puluh ribu rupiah)".

3.3.1.2.2. Faktor Kendaraan

Kendaaan merupakan salah satu faktor yang secara langsung terlibat dalam dinamika

lalu lintas jalan raya dengan dikendalikan oleh manusia, interaksi antara manusia dan

kendaraan dalam satu kesatuan gerak di jalan raya memerlukan penanganan khusus baik

terhadap mental, pengetahuan dan keterampilan pengemudi maupun kesiapan (laik jalan)

kendaraan tersebut untuk dioperasionalkan di jalan raya. Berdasarkan data yang didapatkan di

lapangan, pelanggaran terkait dengan faktor kendaraan mencapai angka 1.001 pelanggaran.

Dari Tabel V.9 tipe pelanggaran lalu lintas terkait faktor kendaraan yang terjadi di

simpang Gendengan diantaranya terdiri dari:

3.3.1.2.2.1. Tipe pelanggaran karena tidak menyalakan lampu utama di siang hari (light

on)

Dari hasil pengamatan, pelanggaran yang berkaitan dengan faktor kendaraan sering

terjadi adalah terkait pelanggaran tidak menyalakan lampu utama di siang hari (light on)

mencapai angka 977 pelanggaran. Dari tipe pelanggaran tersebut tentunnya pengendara

motor telah melanggar pasal 107 ayat 2 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi:

"Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari".

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 292 ayat 2

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudi Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu

utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana

kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp. 100.000,00

(seratus ribu rupiah)".

3.3.1.2.2.2. Jenis pelanggaran karena mengenai komponen kendaraan

Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlahnya mencapai 23

pelanggaran, terdiri dari tidak memasang plat nomor kendaraan, penggandengan/penempelan

18

kendaraan, memodifikasi kendaraan. Rata-rata tipe pelanggaran ini terjadi pada pengendara

usia muda yang hobi memodifikasi namun tidak mengindahkan peraturan tentang

kelengkapan komponen kendaraan.

Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 48

ayat 3 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

berbunyi:

"Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja

minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:

i. emisi gas buang

ii. kebisingan suara;

iii. efiensi sistem rem utama;

iv. efisiensi sistem rem parkir;

v. kincup roda depan;

vi. suara klapson;

vii. daya pancar dan arah sinar lampu utama;

viii. radius putar

ix. akurasi alat penunjuk kecepatan;

x. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan

xi. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan."

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 285 ayat 1

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klapson, lampu utama,

lampu rem, lampu penunjuk arah, arah pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,

knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3)

juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah)."

3.3.1.2.3. Faktor Jalan

Kondisi jalan dapat menjadi salah satu sebab terjadinya pelanggaran dan kecelakaan

lalu lintas seperti jalan rusak, kurangnya rambu lalu lintas, akan tetapi faktor jalan dapat

dikurangi dengan rekayasa jalan dengan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi

19

perilaku para pengguna jalan dan mengurangi serta mencegah tindakan yang membahayakan

keselamatan dalam berlalu lintas.

Jumlah pelanggaran yang terjadi di simpang Gendengan mencapai angka 6.668 tindak

pelanggaran, 2.445 diantaranya disebabkan oleh faktor jalan. Pelanggaran lalu lintas yang

disebabkan faktor jalan merupakan pelanggaran terbanyak kedua setelah faktor manusia.

Jajaran Satlantas Polresta Surakarta sering melakukan pengamatan terhadap prasarana

jalan terkait rambu-rambu lalu lintas hal ini berfungsi untuk mengontrol apabila rambu-

rambu lalu lintas yang kurang ataupun sudah rusak. Dari Tabel V.10 tipe pelanggaran lalu

lintas terkait faktor jalan yang terjadi di simpang Gendengan diantaranya terdiri dari:

3.3.1.2.3.2. Tipe pelanggaran karena menerobos lampu merah

Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran karena

pengguna jalan yang menerobos lampu merah mencapai angka 977 pelanggaran. Banyak

pelanggar yang beranggapan karena sedang dalam keadaan terburu-buru dan ingin cepat

sampai tujuan.

Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106

ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi

ketentuan:

i. rambu perintah atau rambu larangan;

ii. Marka Jalan;

iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

iv. gerakan Lalu Lintas;

v. berhenti dan Parkir;

vi. peringatan dengan bunyi dan sinar;

vii. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

viii. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain"

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 287 ayat 1

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar

aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana

20

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah)".

3.3.1.2.3.3. Tipe pelanggaran karena marka lalu lintas

Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran terkait marka

jalan di simpang Gendengan mencapai angka 1.001, diantaranya 407 marka membujur, 206

marka lambang sepeda, dan 388 marka yellow box juction.

Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106

ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi

ketentuan:

i. rambu perintah atau rambu larangan;

ii. Marka Jalan;

iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

iv. gerakan Lalu Lintas;

v. berhenti dan Parkir;

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 275 ayat 1

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar

aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah)".

3.3.1.2.3.4. Tipe pelanggaran karena rambu lalu lintas

Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran terkait marka

jalan di simpang Gendengan mencapai angka 654 pelanggaran. Diantaranya pelanggaran

rambu larangan belok kanan, 579 pelanggaran lajur belok kiri langsung, 67 pelanggaran lajur

contra flow.

Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106

ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

21

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi

ketentuan:

i. rambu perintah atau rambu larangan;

ii. Marka Jalan;

iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

iv. gerakan Lalu Lintas;

v. berhenti dan Parkir;

vi. peringatan dengan bunyi dan sinar;

vii. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

viii. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain"

Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 275 ayat 1

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan:

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar

aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah)".

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penelitian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Tipe pelanggaran paling banyak yang terjadi di Simpang Gendengan adalah

penggunaan lampu sein mencapai angka 2.659 (39,88 %) pelanggaran. Pelanggaran

yang terkait dengan lampu sein, diantaranya berpindah jalur atau bergerak kesamping

dan berbelok atau berbalik arah. Tipe pelanggaran paling sedikit dengan angka 1

(0,015 %) pelanggaran adalah terkait kendaraan tidak bermotor yang sengaja

berpegang pada kendaraan bermotor dan pelanggaran tidak memberi isyarat saat

berhenti.

2) Faktor yang melatarbelakangi pelanggaran lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia

dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 3.222 (48,32 %) pelanggaran, faktor

kendaraan dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 1.001 (15,01 %) pelanggaran,

22

dan faktor jalan mencapai angka 2.445 (36,67 %) pelanggaran. Kurangnya kesadaran

akan peraturan berlalu lintas dan kepentingan manusia yang berlainan menyebabkan

manusia ceroboh, lalai, bahkan kesengajaan menjadi faktor dominan terjadinya

pelanggaran lalu lintas.

3) Dampak terjadinya pelanggaran adalah kecelakaan lalu lintas. Dari kurun waktu 5

tahun jumlah kecelakaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 2.858

kasus. Kasus kecelakaan tersebut mengakibatkan 324 korban meninggal, 13 korban

luka berat, dan 2.912 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materiil

sebanyak Rp. 1.808.500.000,00. Konsekuensi pengguna jalan yang melanggar

peraturan berlalu lintas berupa sangsi berupa hukuman denda atau penjara.

4.2. Saran

Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1) Untuk penelitian diperlukan jumlah surveyor yang memadai, sehingga didapatkan hasil

yang lebih spesifik.

2) Sebaiknya persoalan-persoalan kuesioner lebih mengacu pada kebiasaan dan

pengalaman pengguna jalan dalam berlalu lintas.

3) Data-data yang diperoleh sebaiknya dihitung kembali.

DAFTAR PUSTAKA

, 2009. Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Jakarta

Michael H. Walizer & Paul L Wienir, 1987. Metode dan Analisis Penelitian:

Mencari Hubungan, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Noor, Juliansyah, 2011. Metodelogi Penelitian:Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan

R&D). Bandung: Alfabeta.

Suwardjoko Warpani, Ir. 1988, Rekayasa Lalu Lintas, Bharata, Jakarta.