analisis bahan kimia obat dalam obat tradisional
DESCRIPTION
Analisis terhadap kandungan Bahan Kimia Obat Tradisional yang dijual dipasaranTRANSCRIPT
Mata Kuliah Farmakognosi Analitik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
TUGAS FARMAKOGNOSI ANALITIK
OLEH
NAMA : SYARFINA SAFIRAHIDZNI
NIM : N111 12 274
KELAS : A
FAKULTAS : FARMASI
MAKASSAR
2013
Obat Tradisional “Gemuk Sehat kapsul” Ditarik dari Pasaran karena Mengandung Bahan Kimia Obat (Antalgin)
I. KASUS
BPOM menyatakan bahwa suatu obat dapat digolongkan dalam
obat-obatan tradisional atau herbal jika pertama: obat tersebut
mengandung unsur alam 100% tanpa adanya tambahan bahan kimia
sedikit pun.
Namun khasiat alamiah dan kemurnian obat-obatan tradisional
(herbal) seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Hal terutama dilakukan produsen obat tradisional
yang hanya mencari keuntungan finansial tanpa memperhatikan
kemurnian dan risiko dari kandungan obat tradisional. Banyak dari
para produsen dengan sengaja mencampur kandungan herbal dari
obat tradisional dengan obat modern yang secara kimiawi jika
dosisnya tidak tepat akan berbahaya.
Bukan yang pertama kali Badan Pangan Obat dan Makanan
(BPOM) menarik obat tradisional dari peredaran. Seperti halnya dalam
artikel yang dapat diakses pada :
http://health.detik.com/read/2010/08/13/135342/1419889/763/46-
jamu-mengandung-bahan-kimia-obat, dimana sebanyak 46 macam
obat tradisional dan suplemen berkhasiat menambah stamina pria
ditarik dari peredaran.
Dalam artikel tersebut dipaparkan total 46 obat tradisional yang
ditarik dari pasaran karena mengandung bahan kimia obat. Dari 46
obat tradisional tersebut salah satunya adalah Gemuk Sehat kapsul
yang diproduksi oleh PJ. Pusakan Kraton Jawa yang ditarik dari
pasaran oleh BPOM karena mengandung bahan kimia obat Antalgin,
selain itu juga obat tradisional ini mencantumkan nomor edar fiktif.
Kemasan : 1 botol isi nya 40 butir kapsul.
Aturan pakai : di minum sehari dua kali, yaitu pada
pagi dan sore hari, yaitu satu jam setelah makan.
Khasiat : Menambah berat badan anda, yang
semula kurus akan berubah jadi padat berisi dan
naik ukurannya, Menyelaraskan semua alat alat
pencernaan tubuh anda, agar bisa menyerap gizi
dan gizi yang masuk bisa di manfaatkan oleh tubuh
untuk menjadi daging dan badan, Menghilangkan lemah, letih loyo lesu
dan kurang bersemangat, badan akan bergairah dan ringan setelah
minum jamu gemuk sehat ini.
Komposisi :
1. Curcumae Doministica Rhizoma 4. Kaempferia Aeguginosa
2. Curcumae Xanthoriza 5. Dan Bahan lain
3. Carica Papaya
II. PENDAHULUAN
Sebagian masyarakat saat ini memilih menggunakan obat tradisional
(jamu) dalam mengatasi gangguan kesehatannya. Banyak faktor yang
mendasari penggunaan jamu seperti resiko efek samping yang kecil dan
biaya yang relatif murah. Melihat cukup besarnya permintaan masyarakat
akan jamu, banyak produsen yang memanfaatkan kesempatan ini dengan
memproduksi berbagai macam produk unggulan mereka. Banyaknya
produk jamu tersebut membuat pemerintah kesulitan melakukan
pengawasan secara rutin. Hal tersebut memberi celah adanya
kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian produsen yang
kurang baik seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan
ntujuan agar jamu yang dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh
konsumen sehingga akan menyebabkan tingginya permintaan.
Obat herbal yang diproduksi dan dijual ke masyarakat umum harus
memenuhi aturan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), antara lain mengenai persyaratan obat tradisional,
aturan kemasan, serta pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik (CPOTB).
Beberapa Persyaratan Obat Tradisional (1)
Untuk serbuk (berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;
bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering):
Kadar air tidak lebih dari 10%.
Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada
permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di
olah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari 10.
Mikroba patogennya negatif/nol.
Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).
Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan
pengawet.
Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering
dan terlindung dari sinar matahari.
Untuk kapsul (obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak):
Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit.
Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%
Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10
Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj.
Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat
kering dan terlindung dari sinar matahari. (1)
Aturan Kemasan
Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM.
Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan
ditolak oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor
registrasi dan menjadi ilegal bila diedarkan. (1)
Beberapa aturan Desain Kemasan Obat Tradisional BPOM:
1. Merek.
2. Ilustrasi.
3. Khasiat.
4. Nomor regristrasi.
5. Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna
logo juga tidak bisa diubah, standar warna yang digunakan adalah warna
hijau tua.
6. Nama produsen.
7. Komposisi produk.
8. Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM).
9. Netto/Isi.
10. Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan
sertifikat yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.
11. Cantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah
kadaluarsa.
12. Dosis
13. Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek
tanggal produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari
konsumen atas ketidakpuasan isi produk.
14. Logo halal.
Aturan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
Antara lain (1):
1. Bangunan
Memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi
Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya
rembesan dan masuk dan bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung dan binatang lainnya.
Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan
pemeliharaan.
Memiliki ruangan atau tempat administrasi, ruangan atau tempat
penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok, tempat
sortasi, tempat pencucian, ruang tempat pengeringan, tempat
penyimpanan simplisia termasuk bahan baku lainnya yang telah
diluluskan, tempat penimbangan, ruang pengolahan, tempat
penyimpanan produk setengah jadi, ruang pengemasan, ruang
penyimpan bahan pengemas, ruang penyimpanan produk jadi
termasuk karantina produk jadi, laboratorium atau tempat penguji
mutu, toilet, ruang serba guna. (1)
Yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Ruangan pengolahan tidak boleh digunakan untuk lalu lintas
umum dan tempat penyimpanan bahan yang tidak termasuk
dalam proses pengolahan.
2. Ruang pengolahan produk tidak digunakan untuk kegiatan
lain.
3. Mempunyai sarana pembuangan dan atau pengolahan
limbah yang memadai dan berfungsi dengan baik.
4. Ventilasi udara serta pipa-pipa saluran dipasang sedemikian
rupa untuk mencegah timbulnya pencemaran terhadap
produk.
5. Bebas dari retakan dan sambungan terbuka serta mudah
dibersihkan dan disanitasi.
6. Ruangan atau tempat penyimpanan hendaklah cukup luas,
terang dan memungkinkan penyimpanan bahan dan produk
jadi dalam keadaan kering, bersih dan teratur, dan lain-lain.
2. Peralatan
Ketentuan untuk peralatan antara lain (1):
Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan serpihan atau akibat
yang merugikan produk.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji,
dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta
ditera menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
Penyaring yang menggunakan asbes tidak boleh digunakan.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus, seperti bahan
pelumas, bahan penyerap kelembaban, air kondensor dan
sejenisnya tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang
diolah.
Peralatan pengolahan obat herbal berbentuk kapsul, antara lain:
1. Alat ekstraksi bahan sampai mendapat ekstrak/serbuk yang
memenuhi syarat yang ditetapkan.
2. Alat atau mesin pencampur yang dapat menghasilkan
campuran yang homogen.
3. Alat atau mesin granulasi bahan untuk sediaan kapsul, bila
diperlukan
4. Alat atau mesin pengering granul, bila diperlukan.
5. atau mesin pengisi kapsul yang dapat mengisikan
campuran bahan ke dalam kapsul dengan bobot seragam.
6. Alat atau mesin pengemas primer.
Karyawan
Beberapa aturan bagi karyawan antara lain (1):
Hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan baik sebelum
diterima menjadi karyawan maupun selama menjadi karyawan
yang dilakukan secara berkala.
Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka
yang dapat menurunkan kualitas produk dilarang menangani bahan
baku, bahan yang sedang dalam proses, bahan pengemas dan
produk jadi sampai sembuh kembali.
Karyawan hendaklah mencuci tangan dengan sabun atau detergent
lain sebelum memasuki ruang pembuatan. Untuk tujuan itu perlu
dipasang tanda peringatan.
Karyawan hendaklah melaporkan kepada atasan langsung setiap
keadaan pabrik, peralatan atau personalia yang menuntut penilaian
mereka dapat menurunkan kualitas produk.
Karyawan hendaklah menggunakan seragam kerja, penutup
rambur, masker, sarung tangan, dan lain sebagainya yang bersih
sesuai dengan tugas yang dilaksanakan. Untuk tujuan itu
disediakan tempat khusus untuk ganti pakaian.
Dilarang merokok, makan dan minum serta perbuatan lain yang
dapat mencemari mutu produk didalam ruangan pembuatan dan
ruang penyimpanan. Untuk tujuan ini perlu dipasang peringatan.
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) berdasarkan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011
CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang
memastikanbahwa obat tradisional dibuat dan dikendalikan secara
konsisten untukmencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dandipersyaratkan dalam izin edar dan Spesifikasi produk.
CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Persyaratan dasar
dari CPOTB adalah:
1. Semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan
jelas,dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan
terbuktimampu secara konsisten menghasilkan obat tradisional
yangmemenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah
ditetapkan
2. Tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan,
pengawasandan sarana penunjang serta perubahannya yang
signifikan divalidasi
3. Tersedia semua sarana yang diperlukan untuk CPOTB termasuk
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan
bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara
spesifik pada sarana yang tersedia
5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur
secara benar;
6. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan
benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan
penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara
komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;
8. Penyimpanan dan distribusi obat tradisional yang dapat
memperkecil risiko terhadap mutu obat tradisional;
9. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat tradisional mana
pundari peredaran; dan
10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Obat tradisional menurut WHO adalah keseluruhan dari
pengetahuan, keterampilan, dan praktek berdasarkan teori, kepercayaan,
dan pengalaman asli setempat yang digunakan untuk pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan penyakit fisik dan mental.
Sedangkan pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan
Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan
bahwa : Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau
campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Kewajiban penulisan label dalam bahasa Indonesia adalah salah
satu bentuk perlindungan dari pemerintah terhadap konsumen seperti
yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) : “Perlindungan
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen”
Parasetamol
Parasetamol (Acetamenopen) adalah turunan dari senyawa sintetis
dari p-aminofenol yang merupakan metabolit aktif dari fenasetin, namun
tidak memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti halnya
fenasetin. Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak anti radang.
Dewasa ini pada umumnya di anggap sebagai zat anti nyeri yang paling
aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).Tetapi jika senyawa
ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
atau obat pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri
yang lebih parah. (3)
Namun senyawa obat parasetamol ini tidak seperti obat pereda
nyeri lainnya (aspirin dan ibuprofen), tidak digolongkan ke dalam obat anti
inflamasi non steroid (NSAID) karena memiliki khasiat anti inflamasi yang
relatif kecil karena itu dianggap aman. Tapi pada dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila
pasien juga meminum alkohol. Penelitian pada tahun 2008 membuktikan
bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko
terjadinya asma pada usia kanak-kanak. Tapi pada dasarnya parasetamol
memang senyawa obat yang aman di gunakan untuk antipiretis maupun
antiinflamasi (anti nyeri/radang). Bahkan ibu yang sedang hamil pun bisa
dengan aman mengkonsumsi parasetamol dengan aturan pakai yang
telah di tentukan (3)
Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh
satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para.
Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan
menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula
terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa
asetat anhidrat (3)
Struktur Parasetamol
Nama Kimia : N-acetyl-p-aminophenol atau p-
asetamedofenol atau 4’- hidroksiasetanilida
Rumus Empiris : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Pemerian : Kristal putih tidak berbau atau
serbuk kristalin dengan rasa pahit, jarak lebur atau titik lebur pada 169o-
172o
Kelarutan : 1 g dapat larut dalam kira-kira 70 ml air pada suhu 25oc, 1 g
larut dalam 20 ml air mendidih, dalam 7 ml alkohol, dalam 13 ml aseton,
dalam 50 ml kloroform, dalam 40 ml gliserin, dalam 9 ml propilenglikol,
dan larut dalam arutan alkali hidroksida. Tidak larut dalam benzen dan
eter. Larutan jenuh mempunyai pH kira-kira 6. pKa= 9,51 (4).
IV. METODE ANALISIS
Berdasarkan jurnal penelitian (5) yang saya dapatkan, untuk menganalisis
bahan kimia obat yaitu antalgin dalam sediaan obat tradisional dapat
digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) sebagai berikut :
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bejana KLT, neraca analitik
(Shimadzu), seperangkat alat Soxhlet, lampu dan alat-alat gelas yang
dipakai dalam laboratorium kimia analisis.
IV.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah produk jamu serbuk pegal
linu dengan berbagai merk, baku parasetamol, kalium hidroksida (KOH,
etanolik 10%, kloroform, etil asetat, ferri klorida (FeCl3), plat KLT silika gel
F254.
IV.2 Cara kerja
a. Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa warung jamu di
Purwokerto. Diambil sebanyak 8 (delapan) sampel jamu pegal linu
dengan berbagai merk.
b. Persiapan Bahan (Ekstraksi)
Sampel jamu (30 gram) diekstraksi dengan menggunakan metode
Soxhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak cair disisihkan
sebanyak 3 mL dan dimasukkan ke dalam flakon. Sisa ekstrak cair
ditambah 10 mL KOH etanolik 10% kemudian disaring menggunakan
glasswool. Hasil saringan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental
untuk analisis lebih lanjut.
c. Pembuatan larutan baku parasetamol
Larutan dibuat dengan menimbang 10 mg baku parasetamol dan
dilarutkan dengan etanol 96% sampai volume 50 mL.
d. Analisis Kualitatif dengan KLT
Larutan uji ditotolkan pada fase diam lempeng KLT Silike gel F254
berukuran 3x10 cm, demikian juga dengan larutan baku parasetamol
dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah lempeng. Kemudian lempeng
KLT tersebut dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi
fase gerak kloroform:etil asetat (6:4). Elusi dilakukan sampai batas
yang telah ditentukan kemudian lempeng dikeluarkan dan dikering
anginkan. Deteksi bercak dilakukan dengan pengamatan di bawah
lampu UV 254 nm dan 365 nm serta dengan direaksikan dengan
FeCl3. Bercak yang muncul dihitung nilai Rf nya dan dibandingkan
antara Rf bercak sampel dan Rf baku parasetamol.
V. PEMBAHASAN
Analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu merupakan uji
identifikasi parasetamol yang dimungkinakan terdapat dalam sediaan obat
tradisional. Menurut perundang-undangan, obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Jadi jelas bahwa idak diperkenankan bahwa di
dalam sediaan obat tradisional (jamu) terkandung bahan kimia obat
seperti parasetamol.
Sebelum dilakukan identifikasi parasetamol pada sediaan jamu,
terlebih dahulu dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhletasi. Ekstraksi
ini bertujuan untuk memisahkan parasetamol yang mungkin ada dalam
jamu dengan bahan lain. Metode Soxhletasi dipilih karena metode ini
banyak digunakan, sesuai untuk skala laboratorium, jumlah pelarut yang
digunakan sedikit, tidak terjadi kejenuhan sehingga hasil ekstraksi akan
optimal. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama yaitu sampai beberapa jam
sehingga kebutuhan energi meningkat. Pemanasan bergantung pada
lama ekstraksi, khususnya dari titik didih
bahan pelarut yang digunakan. Dengan demikian bahan terekstraksi yang
terakumulasi dalam labu mengalami beban panas dalam waktu yang lama
(6). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%.
Proses ekstraksi dilakukan sampai larutan yang mengisi Soxhlet
tidak berwarna. Untuk identifikasi digunakan metode KLT yang merupakan
metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas
butir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa
larutan yang ditotolkan berupa bercak. Setelah pelat atau lapisan
dimasukkan dalam bejana tertutup rapat yang berupa larutan (fase gerak)
yang cocok.
Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan),
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan. Deteksi
senyawa pada plat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan .
Identifikasi dengan KLT memiliki keuntungan yaitu memerlukan waktu
yang cepat dan mudah mengerjakannya serta menggunakan peralatan
yang murah dan sederhana. Cuplikan sampel yang digunakan juga sangat
sedikit serta pengerjaannya dapat diulang . Pemisahan dan identifikasi
dengan KLT digunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak
kloroform:etil asetat (6:4). Untuk menampakkan bercak dilakukan
pengamatan di bawah lampu UV 254 dan 365 nm, serta dilakukan dengan
reaksi semprot FeCl3. Berdasarkan hasil identifikasi kromatogram yang
disajikan pada tabel 1 diketahui bahwa delapan sampel jamu serbuk pegal
linu yang diteliti dalam penelitian ini tidak terdeteksi mengandung
parasetamol. Hal inindikarenakan bercak sampel tidak memiliki nilai Rf
dan warna yang sama dengan bercak baku parasetamol.
VI. KESIMPULAN
Adanya kandungan Paracetamol dalam produk Gemuk Sehat
Kapsul ini jelas merupakan golongan BKO dan tidak boleh ditambahkan
dalam produk obat tradisional apapun.
Paracetamol merupakan salah satu bahan obat yang memiliki efek
analgetik adalah. Parasetamol adalah analgetik dan antipiretik yang sudah
lama dikenal di kalangan industri dan masyarakat. Masalahnya ialah
paracetamol ini ada dalam produk Gemuk Sehat Kapsul ini dan sama
sekali tidak dituliskan juga berapa kandungannya. Penggunaan bahan
kimia Paracetamol dalam waktu lama dan kandungan yang berlebihan
bisa mengakibatkan efek samping berupa kerusakan hati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta :
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
661/MENKES/SK/VII/1994
2. Dirjen POM RI. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik (CPOTB). Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Hardman, J.G. (2001). The Pharmacological Basis of Therapeutics
10th Edition. New York : McGraw Hill Publisher.
4. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
DEPKES RI.
5. Firdaus, Irfan. 2009. ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN
JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO . avaible at
http://jurnal.ump.ac.id/index.php/pharmacy/article/download/389/36
7
6. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press