analisis bahan kimia obat dalam obat tradisional

24
Mata Kuliah Farmakognosi Analitik Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin TUGAS FARMAKOGNOSI ANALITIK OLEH NAMA : SYARFINA SAFIRAHIDZNI NIM : N111 12 274 KELAS : A FAKULTAS : FARMASI MAKASSAR

Upload: syarfina-safirah

Post on 29-Dec-2015

610 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Analisis terhadap kandungan Bahan Kimia Obat Tradisional yang dijual dipasaran

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Mata Kuliah Farmakognosi Analitik

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

TUGAS FARMAKOGNOSI ANALITIK

OLEH

NAMA : SYARFINA SAFIRAHIDZNI

NIM : N111 12 274

KELAS : A

FAKULTAS : FARMASI

MAKASSAR

2013

Page 2: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Obat Tradisional “Gemuk Sehat kapsul” Ditarik dari Pasaran karena Mengandung Bahan Kimia Obat (Antalgin)

I. KASUS

BPOM menyatakan bahwa suatu obat dapat digolongkan dalam

obat-obatan tradisional atau herbal jika pertama: obat tersebut

mengandung unsur alam 100% tanpa adanya tambahan bahan kimia

sedikit pun.

Namun khasiat alamiah dan kemurnian obat-obatan tradisional

(herbal) seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab. Hal terutama dilakukan produsen obat tradisional

yang hanya mencari keuntungan finansial tanpa memperhatikan

kemurnian dan risiko dari kandungan obat tradisional. Banyak dari

para produsen dengan sengaja mencampur kandungan herbal dari

obat tradisional dengan obat modern yang secara kimiawi jika

dosisnya tidak tepat akan berbahaya.

Bukan yang pertama kali Badan Pangan Obat dan Makanan

(BPOM) menarik obat tradisional dari peredaran. Seperti halnya dalam

artikel yang dapat diakses pada :

http://health.detik.com/read/2010/08/13/135342/1419889/763/46-

jamu-mengandung-bahan-kimia-obat, dimana sebanyak 46 macam

obat tradisional dan suplemen berkhasiat menambah stamina pria

ditarik dari peredaran.

Dalam artikel tersebut dipaparkan total 46 obat tradisional yang

ditarik dari pasaran karena mengandung bahan kimia obat. Dari 46

obat tradisional tersebut salah satunya adalah Gemuk Sehat kapsul

yang diproduksi oleh PJ. Pusakan Kraton Jawa yang ditarik dari

pasaran oleh BPOM karena mengandung bahan kimia obat Antalgin,

selain itu juga obat tradisional ini mencantumkan nomor edar fiktif.

Page 3: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Kemasan : 1 botol isi nya 40 butir kapsul.

Aturan pakai : di minum sehari dua kali, yaitu pada

pagi dan sore hari, yaitu satu jam setelah makan.

Khasiat : Menambah berat badan anda, yang

semula kurus akan berubah jadi padat berisi dan

naik ukurannya, Menyelaraskan semua alat alat

pencernaan tubuh anda, agar bisa menyerap gizi

dan gizi yang masuk bisa di manfaatkan oleh tubuh

untuk menjadi daging dan badan, Menghilangkan lemah, letih loyo lesu

dan kurang bersemangat, badan akan bergairah dan ringan setelah

minum jamu gemuk sehat ini.

Komposisi :

1. Curcumae Doministica Rhizoma 4. Kaempferia Aeguginosa

2. Curcumae Xanthoriza 5. Dan Bahan lain

3. Carica Papaya

Page 4: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

II. PENDAHULUAN

Sebagian masyarakat saat ini memilih menggunakan obat tradisional

(jamu) dalam mengatasi gangguan kesehatannya. Banyak faktor yang

mendasari penggunaan jamu seperti resiko efek samping yang kecil dan

biaya yang relatif murah. Melihat cukup besarnya permintaan masyarakat

akan jamu, banyak produsen yang memanfaatkan kesempatan ini dengan

memproduksi berbagai macam produk unggulan mereka. Banyaknya

produk jamu tersebut membuat pemerintah kesulitan melakukan

pengawasan secara rutin. Hal tersebut memberi celah adanya

kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian produsen yang

kurang baik seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan

ntujuan agar jamu yang dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh

konsumen sehingga akan menyebabkan tingginya permintaan.

Obat herbal yang diproduksi dan dijual ke masyarakat umum harus

memenuhi aturan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM), antara lain mengenai persyaratan obat tradisional,

aturan kemasan, serta pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang

Baik (CPOTB).

Beberapa Persyaratan Obat Tradisional (1)

Untuk serbuk (berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;

bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering):

Kadar air tidak lebih dari 10%.

Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada

permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di

olah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari 10.

Mikroba patogennya negatif/nol.

Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).

Page 5: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan

pengawet.

Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering

dan terlindung dari sinar matahari.

Untuk kapsul (obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau

lunak):

Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit.

Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%

Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10

Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj.

Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat

kering dan terlindung dari sinar matahari. (1)

 Aturan Kemasan

Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM.

Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan

ditolak oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor

registrasi dan menjadi ilegal bila diedarkan. (1)

Beberapa aturan Desain Kemasan Obat Tradisional BPOM:

1.       Merek.

2.       Ilustrasi.

3.       Khasiat.

4.       Nomor regristrasi.

Page 6: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

5.       Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna

logo juga tidak bisa diubah, standar warna yang digunakan adalah warna

hijau tua.

6.       Nama produsen.

7.       Komposisi produk.

8.       Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM).

9.       Netto/Isi.

10.   Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan

sertifikat yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.

11.   Cantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah

kadaluarsa.

12.   Dosis

13.   Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek

tanggal produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari

konsumen atas ketidakpuasan isi produk.

14.   Logo halal.

Aturan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

Antara lain (1):

1. Bangunan

Memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi

Page 7: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya

rembesan dan masuk dan bersarangnya serangga, binatang

pengerat, burung dan binatang lainnya.

Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan

pemeliharaan.

Memiliki ruangan atau tempat administrasi, ruangan atau tempat

penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok, tempat

sortasi, tempat pencucian, ruang tempat pengeringan, tempat

penyimpanan simplisia termasuk bahan baku lainnya yang telah

diluluskan, tempat penimbangan, ruang pengolahan, tempat

penyimpanan produk setengah jadi, ruang pengemasan, ruang

penyimpan bahan pengemas, ruang penyimpanan produk jadi

termasuk karantina produk jadi, laboratorium atau tempat penguji

mutu, toilet, ruang serba guna. (1)

Yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Ruangan pengolahan tidak boleh digunakan untuk lalu lintas

umum dan tempat penyimpanan bahan yang tidak termasuk

dalam proses pengolahan.

2. Ruang pengolahan produk tidak digunakan untuk kegiatan

lain.

3. Mempunyai sarana pembuangan dan atau pengolahan

limbah yang memadai dan berfungsi dengan baik.

4. Ventilasi udara serta pipa-pipa saluran dipasang sedemikian

rupa untuk mencegah timbulnya pencemaran terhadap

produk.

5. Bebas dari retakan dan sambungan terbuka serta mudah

dibersihkan dan disanitasi.

6. Ruangan atau tempat penyimpanan hendaklah cukup luas,

terang dan memungkinkan penyimpanan bahan dan produk

jadi dalam keadaan kering, bersih dan teratur, dan lain-lain.

Page 8: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

2. Peralatan

Ketentuan untuk peralatan antara lain (1):

Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan serpihan atau akibat

yang merugikan produk.

Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji,

dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta

ditera menurut suatu program dan prosedur yang tepat.

Penyaring yang menggunakan asbes tidak boleh digunakan.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus, seperti bahan

pelumas, bahan penyerap kelembaban, air kondensor dan

sejenisnya tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang

diolah.

Peralatan pengolahan obat herbal berbentuk kapsul, antara lain:

1. Alat ekstraksi bahan sampai mendapat ekstrak/serbuk yang

memenuhi syarat yang ditetapkan.

2. Alat atau mesin pencampur yang dapat menghasilkan

campuran yang homogen.

3. Alat atau mesin granulasi bahan untuk sediaan kapsul, bila

diperlukan

4. Alat atau mesin pengering granul, bila diperlukan.

5. atau mesin pengisi kapsul yang dapat mengisikan

campuran bahan ke dalam kapsul dengan bobot seragam.

6. Alat atau mesin pengemas primer.

Karyawan

Beberapa aturan bagi karyawan antara lain (1):

Hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan baik sebelum

diterima menjadi karyawan maupun selama menjadi karyawan

yang dilakukan secara berkala.

Page 9: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka

yang dapat menurunkan kualitas produk dilarang menangani bahan

baku, bahan yang sedang dalam proses, bahan pengemas dan

produk jadi sampai sembuh kembali.

Karyawan hendaklah mencuci tangan dengan sabun atau detergent

lain sebelum memasuki ruang pembuatan. Untuk tujuan itu perlu

dipasang tanda peringatan.

Karyawan hendaklah melaporkan kepada atasan langsung setiap

keadaan pabrik, peralatan atau personalia yang menuntut penilaian

mereka dapat menurunkan kualitas produk.

Karyawan hendaklah menggunakan seragam kerja, penutup

rambur, masker, sarung tangan, dan lain sebagainya yang bersih

sesuai dengan tugas yang dilaksanakan. Untuk tujuan itu

disediakan tempat khusus untuk ganti pakaian.

Dilarang merokok, makan dan minum serta perbuatan lain yang

dapat mencemari mutu produk didalam ruangan pembuatan dan

ruang penyimpanan. Untuk tujuan ini perlu dipasang peringatan.

Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011

CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang

memastikanbahwa obat tradisional dibuat dan dikendalikan secara

konsisten untukmencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan

penggunaan dandipersyaratkan dalam izin edar dan Spesifikasi produk.

CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Persyaratan dasar

dari CPOTB adalah:

1. Semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan

jelas,dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan

terbuktimampu secara konsisten menghasilkan obat tradisional

Page 10: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

yangmemenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah

ditetapkan

2. Tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan,

pengawasandan sarana penunjang serta perubahannya yang

signifikan divalidasi

3. Tersedia semua sarana yang diperlukan untuk CPOTB termasuk

4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan

bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara

spesifik pada sarana yang tersedia

5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur

secara benar;

6. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat

selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang

dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan

benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang

dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan

dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan

penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara

komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;

8. Penyimpanan dan distribusi obat tradisional yang dapat

memperkecil risiko terhadap mutu obat tradisional;

9. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat tradisional mana

pundari peredaran; dan

10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan

pencegahan pengulangan kembali keluhan.

Page 11: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

III. TINJAUAN PUSTAKA

Obat tradisional menurut WHO adalah keseluruhan dari

pengetahuan, keterampilan, dan praktek berdasarkan teori, kepercayaan,

dan pengalaman asli setempat yang digunakan untuk pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan penyakit fisik dan mental.

Sedangkan pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan

Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan

bahwa : Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau

campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Kewajiban penulisan label dalam bahasa Indonesia adalah salah

satu bentuk perlindungan dari pemerintah terhadap konsumen seperti

yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) : “Perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen”

Parasetamol

Parasetamol (Acetamenopen) adalah turunan dari senyawa sintetis

dari p-aminofenol yang merupakan metabolit aktif dari fenasetin, namun

tidak memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti halnya

fenasetin. Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak anti radang.

Dewasa ini pada umumnya di anggap sebagai zat anti nyeri yang paling

aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).Tetapi jika senyawa

ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)

atau obat pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri

yang lebih parah. (3)

Namun senyawa obat parasetamol ini tidak seperti obat pereda

nyeri lainnya (aspirin dan ibuprofen), tidak digolongkan ke dalam obat anti

Page 12: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

inflamasi non steroid (NSAID) karena memiliki khasiat anti inflamasi yang

relatif kecil karena itu dianggap aman. Tapi pada dosis tinggi dapat

menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila

pasien juga meminum alkohol. Penelitian pada tahun 2008 membuktikan

bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko

terjadinya asma pada usia kanak-kanak. Tapi pada dasarnya parasetamol

memang senyawa obat yang aman di gunakan untuk antipiretis maupun

antiinflamasi (anti nyeri/radang). Bahkan ibu yang sedang hamil pun bisa

dengan aman mengkonsumsi parasetamol dengan aturan pakai yang

telah di tentukan (3)

Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh

satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para.

Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan

menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula

terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa

asetat anhidrat (3)

Struktur Parasetamol

Nama Kimia : N-acetyl-p-aminophenol atau p-

asetamedofenol atau 4’- hidroksiasetanilida

Rumus Empiris : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Pemerian : Kristal putih tidak berbau atau

serbuk kristalin dengan rasa pahit, jarak lebur atau titik lebur pada 169o-

172o

Kelarutan : 1 g dapat larut dalam kira-kira 70 ml air pada suhu 25oc, 1 g

larut dalam 20 ml air mendidih, dalam 7 ml alkohol, dalam 13 ml aseton,

dalam 50 ml kloroform, dalam 40 ml gliserin, dalam 9 ml propilenglikol,

dan larut dalam arutan alkali hidroksida. Tidak larut dalam benzen dan

eter. Larutan jenuh mempunyai pH kira-kira 6. pKa= 9,51 (4).

Page 13: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

IV. METODE ANALISIS

Berdasarkan jurnal penelitian (5) yang saya dapatkan, untuk menganalisis

bahan kimia obat yaitu antalgin dalam sediaan obat tradisional dapat

digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) sebagai berikut :

IV.1 Alat dan Bahan

IV.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah bejana KLT, neraca analitik

(Shimadzu), seperangkat alat Soxhlet, lampu dan alat-alat gelas yang

dipakai dalam laboratorium kimia analisis.

IV.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah produk jamu serbuk pegal

linu dengan berbagai merk, baku parasetamol, kalium hidroksida (KOH,

etanolik 10%, kloroform, etil asetat, ferri klorida (FeCl3), plat KLT silika gel

F254.

IV.2 Cara kerja

a. Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa warung jamu di

Purwokerto. Diambil sebanyak 8 (delapan) sampel jamu pegal linu

dengan berbagai merk.

b. Persiapan Bahan (Ekstraksi)

Sampel jamu (30 gram) diekstraksi dengan menggunakan metode

Soxhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak cair disisihkan

sebanyak 3 mL dan dimasukkan ke dalam flakon. Sisa ekstrak cair

ditambah 10 mL KOH etanolik 10% kemudian disaring menggunakan

glasswool. Hasil saringan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental

untuk analisis lebih lanjut.

c. Pembuatan larutan baku parasetamol

Larutan dibuat dengan menimbang 10 mg baku parasetamol dan

dilarutkan dengan etanol 96% sampai volume 50 mL.

Page 14: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

d. Analisis Kualitatif dengan KLT

Larutan uji ditotolkan pada fase diam lempeng KLT Silike gel F254

berukuran 3x10 cm, demikian juga dengan larutan baku parasetamol

dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah lempeng. Kemudian lempeng

KLT tersebut dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi

fase gerak kloroform:etil asetat (6:4). Elusi dilakukan sampai batas

yang telah ditentukan kemudian lempeng dikeluarkan dan dikering

anginkan. Deteksi bercak dilakukan dengan pengamatan di bawah

lampu UV 254 nm dan 365 nm serta dengan direaksikan dengan

FeCl3. Bercak yang muncul dihitung nilai Rf nya dan dibandingkan

antara Rf bercak sampel dan Rf baku parasetamol.

V. PEMBAHASAN

Analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu merupakan uji

identifikasi parasetamol yang dimungkinakan terdapat dalam sediaan obat

tradisional. Menurut perundang-undangan, obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan-bahan

tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman. Jadi jelas bahwa idak diperkenankan bahwa di

dalam sediaan obat tradisional (jamu) terkandung bahan kimia obat

seperti parasetamol.

Sebelum dilakukan identifikasi parasetamol pada sediaan jamu,

terlebih dahulu dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhletasi. Ekstraksi

ini bertujuan untuk memisahkan parasetamol yang mungkin ada dalam

jamu dengan bahan lain. Metode Soxhletasi dipilih karena metode ini

banyak digunakan, sesuai untuk skala laboratorium, jumlah pelarut yang

digunakan sedikit, tidak terjadi kejenuhan sehingga hasil ekstraksi akan

optimal. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan yaitu waktu

yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama yaitu sampai beberapa jam

Page 15: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

sehingga kebutuhan energi meningkat. Pemanasan bergantung pada

lama ekstraksi, khususnya dari titik didih

bahan pelarut yang digunakan. Dengan demikian bahan terekstraksi yang

terakumulasi dalam labu mengalami beban panas dalam waktu yang lama

(6). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%.

Proses ekstraksi dilakukan sampai larutan yang mengisi Soxhlet

tidak berwarna. Untuk identifikasi digunakan metode KLT yang merupakan

metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas

butir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,

logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa

larutan yang ditotolkan berupa bercak. Setelah pelat atau lapisan

dimasukkan dalam bejana tertutup rapat yang berupa larutan (fase gerak)

yang cocok.

Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan),

selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan. Deteksi

senyawa pada plat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan .

Page 16: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

Identifikasi dengan KLT memiliki keuntungan yaitu memerlukan waktu

yang cepat dan mudah mengerjakannya serta menggunakan peralatan

yang murah dan sederhana. Cuplikan sampel yang digunakan juga sangat

sedikit serta pengerjaannya dapat diulang . Pemisahan dan identifikasi

dengan KLT digunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak

kloroform:etil asetat (6:4). Untuk menampakkan bercak dilakukan

pengamatan di bawah lampu UV 254 dan 365 nm, serta dilakukan dengan

reaksi semprot FeCl3. Berdasarkan hasil identifikasi kromatogram yang

disajikan pada tabel 1 diketahui bahwa delapan sampel jamu serbuk pegal

linu yang diteliti dalam penelitian ini tidak terdeteksi mengandung

parasetamol. Hal inindikarenakan bercak sampel tidak memiliki nilai Rf

dan warna yang sama dengan bercak baku parasetamol.

VI. KESIMPULAN

Adanya kandungan Paracetamol dalam produk Gemuk Sehat

Kapsul ini jelas merupakan golongan BKO dan tidak boleh ditambahkan

dalam produk obat tradisional apapun.

Paracetamol merupakan salah satu bahan obat yang memiliki efek

analgetik adalah. Parasetamol adalah analgetik dan antipiretik yang sudah

lama dikenal di kalangan industri dan masyarakat. Masalahnya ialah

paracetamol ini ada dalam produk Gemuk Sehat Kapsul ini dan sama

sekali tidak dituliskan juga berapa kandungannya. Penggunaan bahan

kimia Paracetamol dalam waktu lama dan kandungan yang berlebihan

bisa mengakibatkan efek samping berupa kerusakan hati.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Analisis Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional

1. Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta :

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

661/MENKES/SK/VII/1994

2. Dirjen POM RI. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Obat

Tradisional Yang Baik (CPOTB). Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

3. Hardman, J.G. (2001). The Pharmacological Basis of Therapeutics

10th Edition. New York : McGraw Hill Publisher.

4. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :

DEPKES RI.

5. Firdaus, Irfan. 2009. ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN

JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO . avaible at

http://jurnal.ump.ac.id/index.php/pharmacy/article/download/389/36

7

6. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press