analisis buku sekolah elektronik depdiknas ips kelas viii...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK DEPDIKNAS IPS
KELAS VIII SMP/MTs OLEH SUTARTO KOMPETENSI
DASAR MENDESKRIPSIKAN KONDISI FISIK WILAYAH
DAN PENDUDUK
Muhammad Luthfi Arrohman
Universitas Negeri Malang
E-mail:[email protected]
ABSTRACT : the increasing on the Textbook price causes the government in
providing the quality textbooks called Electronic School Book (BSE). In fact
and however, there are still many errors in the book’s content. Therefore, this
study analyzes a descriptive approach by using content analysis technique
aimed to describe the content quality on the electronic text book towards the
basic competence from Ministry of Education by Sutarto Et al. The result
shows the content is much different from the curriculum. The truth of failrly
well-defined concept is good enough and the concrete concept is less than
expected. Furthermore, the use of language is less precise and the media is
only used as an illustration.
Keywords: analysis, Electronic School Book (BSE), the material
suitability, truth concept, the language use, the function of media
Buku teks memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Bagi siswa buku
teks bermanfaat untuk menyiapkan diri menghadapi evaluasi dan aktif belajar
mandiri menghadapi pembelajaran keesokan harinya. Keberadaan buku teks yang
sangat erat dengan pembelajaran mengharuskan tiap siswa untuk memilikinya.
Namun, tidak semua siswa dapat memiliki buku teks karena harga yang mahal.
Pengadaan BSE sebagai buku teks murah berkualitas merupakan program
pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Buku yang berkualitas dapat
diukur dari kesesuaian materi yang disajikan dengan kurikulum, kebenaran
konsep, kebenaran bahasa dan fungsi media. Pada kenyataannya dalam BSE yang
diteliti terdapat ketidaksesuaian materi dengan kurikulum, kesalahan konsep,
kesalahan bahasa dan fungsi media. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis guna
mengetahui kualitas BSE oleh Sutarto, dkk.
2
Permasalahan yang akan diteliti yaitu: (1) kesesuaian materi dengan
kurikulum, (2) kebenaran konsep, (3) kebenaran bahasa, dan (4) fungsi media.
Pengukuran Kesesuaian materi dengan kurikulum dengan cara membandingkan
indikator pembelajaran materi BSE pada peta pikiran di awal materi yang
disajikan dengan indikator yang dirumuskan bersama dengan ahli kurikulum.
Pengukuran kebenaran konsep dilakukan dengan cara membandingkan konsep-
konsep yang disajikan dalam BSE yang diteliti dengan konsep-konsep yang benar.
Pengukuran kebenaran bahasa dilakukan dengan cara membandingkan
penggunaan bahasa (tanda baca, kosa kata, kalimat, dan paragraf) dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) dan buku-buku terkait analisis bahasa yang relevan.
Pengukuran fungsi media berdasarkan tingkatannya yaitu: peningkatan
pemahaman, informasi tambahan, ilustrasi, dan tidak berfungsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian materi
dengan kurikulum, kebenaran konsep, bahasa, dan fungsi media. Manfaat
penelitian terdapat dua sudut padang yakni bagi guru akan membantu guru bidang
studi IPS tingkat SMP karena di beberapa sekolah, mata pelajaran IPS diajarkan
oleh seorang guru yang mungkin hanya menguasai satu disiplin ilmu cabang ilmu
sosial, misal: Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Selain itu, penelitian ini akan
mampu membantu guru menyampaikan ilmu sesuai dengan konsep yang benar
dan lebih berhati-hati dalam memilih bahan ajar. Bagi peneliti lain hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan penelitian yang sama dengan
materi, jenjang kelas, buku teks IPS, pengarang, dan penerbit yang berbeda.
Buku teks harus disusun berdasarkan kurikulum. Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat standar isi yang didalamnya memuat
Kompetensi dasar. Mulyasa (2006:139) menyatakan bahwa, ”Kompetensi Dasar
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu…”. KTSP memberikan keleluasaan pada tiap satuan pendidikan
untuk mengembangkan materi. Dalam pengembangannya, guru harus mampu
menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam indikator kompetensi. Agar dapat
secara tepat menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator, guru harus benar-
benar memahami materi-materi yang dimaksudkan Kompetensi Dasar sehingga
materi tepat sasaran. Materi yang tepat sasaran dapat berupa kecukupan dan
3
urutan yang baik. Oleh karena itu penyusunan buku teks harus berpedoman pada
kurikulum.
Materi dalam buku teks juga harus menyajikan konsep-konsep. Dahar
(1989:79) menyatakan pentingnya belajar konsep yaitu untuk membantu siswa
mengetahui aturan-aturan relevan yang didasarkan pada konsep-konsep yang telah
dipelajarinya dalam pemecahan sebuah masalah. Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa belajar konsep sangat dibutuhkan oleh siswa karena dalam kehidupan
sehari-hari siswa pasti menghadapi banyak permasalahan. Belajar konsep juga
dibutuhkan dalam pembelajaran geografi karena selain memberikan pengetahuan-
pengetahuan dalam pembelajaran geografi juga disajikan permasalahan-
permasalahan lingkungan yang harus dicari solusinya.
Pada kenyataannya terdapat beberapa kesalahan konsep pada buku teks.
Purwanto (2002:102) berpendapat bahwa, ”Setiap konsep yang salah akan
menganggu pembaca memahami isi teks, menimbulkan kerancuan berfikir dan
menyulitkan memahami atau menyusun sendiri generalisasi”. Penyajian konsep-
konsep dalam buku teks hendaknya tepat dalam pendefinisiannya. Karena
kesalahan konsep yang terjadi akan menganggu efektivitas belajar dan
menimbulkan pengetahuan yang salah. Apabila terjadi kesalahan konsep pada
siswa, maka akan sulit untuk meluruskannya kembali.
Gambaran kualitas buku teks selanjutnya yakni terkait penggunaan bahasa.
Setyawati (2010:19) berpendapat bahwa, ”Analisis kesalahan berbahasa pada
buku teks sangat berguna untuk mengatasi tingkat keruwetan bidang bahasa yang
dihadapkan pada siswa”. Pendapat tersebut sudah tepat karena penggunaan bahasa
dalam penyajian materi perlu memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Oleh
karena itu, analisis kebenaran bahasa dalam buku teks perlu dilakukan. Hal
tersebut bertujuan untuk mengukur apakah penggunaan bahasa dalam buku teks
dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi yang disajikan. Jika
penggunaan bahasa mudah dipahami, maka akan memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
Hal keempat yang dapat dijadikan pengukur kualitas buku adalah media
yang disajikan. Arsyad (2009:15), ”Fungsi utama media yaitu sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang
4
ditata dan diciptakan oleh guru”. Media mutlak diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Media berfungsi sebagai pendukung uraian materi yang
disampaikan saat pembelajaran berlangsung. Media juga dapat menumbuhkan
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang
memiliki semangat belajar tinggi tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
METODE
Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen berupa buku teks (BSE)
IPS untuk SMP/MTs kelas VIII karangan Sutarto, dkk. yang diterbitkan oleh
pusat perbukuan Depdiknas pada tahun 2008. Materi BSE yang akan dianalisis
yakni Kompetensi Dasar ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”
yang selanjutnya disebut BSE yang diteliti.
Pengumpulan data dan Analisis dilakukan dengan instrumen penelitian.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pedoman penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan permasalahan: (1)
Kesesuaian materi dengan kurikulum, pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengamati peta konsep dan materi pada sub bab apakah mendukung Kompetensi
Dasar, (2) Kebenaran konsep, pengumpulan data dilakukan dengan cara
menghitung jumlah konsep, baik konsep terdefinisi maupun konkret yang ada
pada materi Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan
penduduk”. (3) Kebenaran bahasa, pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengamati berapa banyak kesalahan penggunaan bahasa, baik terkait penggunaan
tanda baca, kosa kata, penyusunan kalimat, dan paragraf. (4) Fungsi media,
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung banyak
media yang disajikan apakah sudah tepat penggunaannya dan mendukung uraian
materi dan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif yakni menjelaskan
suatu permasalahan, gejala atau keadaan sebagaimana adanya dan bukan menguji
hipotesis. Data merupakan kebenaran konsep, kebenaran bahasa yang digunakan,
dan fungsi media yang digunakan. Langkah analisis data antara lain sebagai
berikut: (1) Mendeskripsikan kesesuaian materi BSE dengan kurikulum pada
5
Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”, (2)
Mendeskripsikan kebenaran konsep pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan
kondisi fisik wilayah dan penduduk” terbagi menjadi dua yakni konsep konkret
dan konsep terdefinisi. (3) Mendeskripsikan penggunaan bahasa pada Kompetensi
Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”, (4)
Mendeskripsikan fungsi media pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan
kondisi fisik wilayah dan penduduk” dengan cara mengukur sejauh mana media
yang disajikan mendukung uraian materi dan meningkatkan pemahaman siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi dalam kompetensi dasar BSE
yang dipilih untuk diteliti terdapat ketidaksesuaian dengan kurikulum, kesalahan
konsep, bahasa dan fungsi media. Materi tidak sesuai dengan kurikulum karena
tidak mencantumkan materi terkait penduduk. Kesalahan konsep terdefinisi
sebanyak 1 dan kesalahan konsep konkret sebanyak 12 yang didominasi oleh
pendefinisian. Tingkat kebenaran konsep terdefinisi cukup dan kebenaran konsep
konkret kurang. Kesalahan bahasa meliputi penggunaan tanda baca, kosa kata,
penyusunan kalimat, dan paragraf. Jumlah kesalahan tanda baca yakni 73,
kesalahan kosa kata sebanyak 15, kesalahan kalimat sebanyak 89, dan keslahan
paragraf sebanyak 5. Dari jumlah kesalahan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat kebenaran bahasa pada BSE yang diteliti kurang. Hasil analisis
terkait fungsi media, dari jumlah keseluruhan 3 media berfungsi meningkatkan
pemahan, 2 media berfungsi sebagai tambahan informasi, 6 media berfungsi
sebgai ilustrasi, dan 1 media tidak berfungsi. Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa media dalam BSE yang diteliti sebagian besar berfungsi
sebagai ilustrasi dan bermanfaat.
Pembahasan
Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa materi BSE yang diteliti
tidak sesuai dengan kurikulum. Materi yang tidak mengacu pada kurikulum tidak
6
akan tepat sasaran. Materi yang tidak tepat sasaran dapat bersifat terlalu luas
maupun urutan penyajian yang tidak runtut. Materi terlalu luas akan menghambat
pencapaian kompetensi lain yang harus dicapai, sedangkan materi yang tidak
runtut akan menyulitkan siswa dalam membangun pengetahuan.
Materi BSE yang diteliti menunjukkan beberapa penyimpangan. Materi
dianggap menyimpang karena tidak sesuai dengan Kompetensi Dasar.
Penyimpangan-penyimpangannya yakni penyajian peta konsep yang seharusnya
menjadi gambaran awal materi yang akan dipelajari siswa justru tidak ada
hubungannya dengan Kompetensi Dasar. Penyimpangan yang kedua yakni materi
tentang peduduk. Materi tentang penduduk sama sekali tidak dibahas pada bab
satu yang merupakan bagian utuh dari Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan
kondisi fisik wilayah dan penduduk”. Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut,
materi penduduk yang disajikan seharusnya terkait kondisi fisik wilayah yang
memengaruhi peduduk. Penyimpangan selanjutnya yakni terkait penyajian materi
Jenis-jenis dan Penyebaran Flora dan Fauna di Indonesia. Materi tersebut tidak
mendukung Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan
penduduk.
Selain itu, materi yang disajikan dalam BSE yang diteliti juga masih
berupa geografi lama dan ilmu bantu geografi. Materi pada BSE yang diteliti
hanya memaparkan kondisi fisik saja, padahal geografi menekankan pada
hubungan manusia dengan lingkungan (Rijanta, 2010:2). Selain itu materi yang
disajikan juga masih berupa ilmu bantu geografi, sebagai contoh materi perubahan
musim dan jenis-jenis angin (meteorologi) dan jenis-jenis tanah (ilmu tanah).
(1) Konsep Terdefinisi
BSE karangan Sutarto, dkk. Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi
fisik wilayah dan penduduk” menyajikan 12 konsep terdefinisi dengan satu
kesalahan, berikut contohnya.
• … garis ekuator (0˚) atau disebut dengan garis khatulistiwa yang terletak di
antara 0˚LU - 23�
�˚LU dan 0˚LS - 23
�
�˚LS.
Kalimat di atas menjelaskan konsep garis ekuator/khatulistiwa. Konsep
garis ekuator menurut kalimat tersebut dinilai kurang tepat karena menunjuk garis
0˚ sebagai garis ekuator. Permukaan bumi memiliki dua garis 0˚, yakni garis
7
lintang dan bujur. Garis bujur 0˚ bukanlah garis ekuator. Selain itu, letak
khatulistiwa yang dijelaskan pada kalimat tersebut lebih menunjukkan pada
kawasan permukaan bumi yang beriklim tropis. Jadi, konsep yang benar
seharusnya, ”...garis ekuator (lintang 0˚) atau yang disebut dengan garis
khatulistiwa”.
(2) Konsep Konkret
BSE karangan Sutarto mengandung kesalahan konsep konkret yang berupa
pendefinisian. Konsep konkret benar jika diwakili oleh gambar, berikut beberapa
contoh konsep konkret yang didefinisikan.
• Angin darat yaitu angin yang berasal dari darat menuju ke laut, berhembus
pada malam hari.
• Angin laut yaitu angin yang berasal dari laut ke daratan. Angin laut
berhembus pada siang hari.
Poin pertama dan kedua menunjukkan kesalahan konsep konkret terkait angin
darat dan angin laut. Sutarto mendefinisikan angin darat dan angin laut berupa
asal, arah tiupan, dan waktu terjadinya. Seharusnya konsep angin darat tersebut
disajikan berupa gambar. Oleh karena itu, konsep angin darat dan angin laut
seharusnya Gambar 1.1 berikut.
•
•
•
•
•
Berdasarkan deskripsi terkait kesalahan berbahasa, BSE yang diteliti
terdapat banyak kesalahan terkait penggunaan Bahasa Indonesia ragam bahasa
tulis. Kesalahan-kesalahan dapat berupa tanda baca, kosa kata, kalimat, dan
paragraph. Kesalahan tanda baca diakibatkan ketidaktepatan penggunaan dan
penghilangan yang seharusnya digunakan. Kesalahan kosa kata diakibatkan oleh
Gambar 4.1 Angin Darat dan Angin Laut
Sumber: http://www.google.co.id/geografi2j.jpg
8
penggunaan kosa kata yang tidak sesuai dengan logika bahasa dan tidak sesuai
dengan konsep yang benar. Kesalahan kalimat diakibatkan oleh ketidakefektifan,
struktur, logika, dan diksi. Kesalahan paragraf dapat berupa lebih dari satu ide
pokok maupun terdiri dari satu kalimat.
Penggunaan tanda baca pada BSE yang diteliti bervariasi, namun tidak
semuanya menunjukkan kesalahan. Kesalahan tanda baca terbanyak pada
penggunaan tanda koma dan tanda titik. Analisis kebenaran tanda baca
berpedoman pada Ejaan Yang Disempurnakan. Dari semua kesalahan bahasa yang
dideskripsikan akan dijelaskan lebih detail dalam Tabel 1.1 berikut.
Kesalahan tanda baca dapat berupa penggunaan maupun penghilangan
tanda baca yang seharusnya digunakan, salah satu contohnya yakni, ” Jika
dijadikan dalam satuan kilometer, maka panjang kepulauan Indonesia menjadi 46˚
x 111km/˚ = 5106 km.” Kalimat tersebut menunjukkan kesalahan berupa
penghilangan tanda titik. Kesalahan kalimat pertama terdapat pada penulisan
bilangan ribuan. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya. Oleh karena itu, angka ribuan pada kalimat tersebut seharusnya
dipisahkan oleh tanda titik.
BSE karangan Sutarto, dkk. juga terdapat kesalahan tanda baca koma (,).
Kesalahan tersebut berupa penghilangan tanda koma yang seharusnya digunakan.
Jenis kesalahan bahasa Bentuk kesalahan
Tanda baca Tanda baca titik (.) Tanda baca koma (,) Tanda pisah (-) Tanda garis miring (/) Tanda kurung ((…))
Kosa kata Tidak sesuai dengan logika bahasa Tidak sesuai dengan konsep yang benar
Kalimat Logika kalimat Struktur kalimat Diksi
Paragraf Terdiri dari satu kalimat Terdapat lebih dari satu ide pokok
Tabel 1.1 Jenis Kesalahan Bahasa
9
Salah satu contohnya yakni, ”Maka angin pasat dari Samudera Pasifik yang
seharusnya arahnya ke barat, membelok ke selatan di sebelah barat wilayah
Indonesia, kemudian tersedot ke arah timur menjadi angin muson barat”. Kalimat
tersebut menunjukkan penghilangan tanda koma. Tanda koma seharusnya
diletakkan setelah kata maka dan selanjutnya. Setyawati (2010:185) berpendapat,
”Tanda koma (,) digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat di awal kalimat, misal: maka, selanjutnya, jadi, dll.”
Dalam BSE karangan Sutarto, dkk. juga ditemukan kesalahan bahasa
berupa kosa kata. Kesalahan kosa kata meliputi penggunaan kata yang tidak
sesuai logika bahasa dan konsep yang benar. Kesalahan kosa kata yang tidak
sesuai dengan konsep yang benar lebih banyak daripada kesalahan kosa kata yang
menyalahi kaidah logika bahasa. Salah satu contoh kesalahan kosa kata yang
menyalahi kaidah logika bahasa yakni, ”Tanah merupakan lapisan bagian atas
bumi tempat tumbuhnya tanaman”. Kesalahan kosa kata pada kalimat tersebut
yakni bagian atas bumi. Penggunaan frase kata tersebut dalam pendefinisian
tanah akan merancukan siswa karena bagian atas bumi yang sebenarnya adalah
atmosfer atau lapisan udara. Jadi, kata bagian atas bumi seharusnya diganti
dengan lapisan terluar bumi.
Dalam BSE yang diteliti juga ditemukan berupa ketidaksesuaian kata
dengan konsep yang benar. Salah satu contohnya yakni, ” Sedangkan daerah di
antara Dataran Sunda dan Dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah
Wallace atau derah peralihan”. Kata yang dicetak tebal seharusnya biogeografi.
Selain itu, kesalahan kalimat dalam BSE karangan Sutarto, dkk. yakni dari
segi struktur. Contoh kesalahan struktur yakni, ”Ada di Jawa bagian Timur,
Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku”. Kalimat tersebut tidak memiliki subjek
sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebuah kalimat. Oleh karena itu,
pada kalimat pertama harus diberikan subjek atau diikutsertakan pada kalimat
sebelumnya.
Kesalahan kalimat selanjutnya yakni terkait penalaran kalimat (logika),
salah satu contohnya yakni, ”Letak geografis adalah letak suatu wilayah sesuai
dengan kondisi wilayah yang sebenarnya dimuka bumi.” Kalimat tersebut tidak
10
mendifinisikan/menjelaskan apapun. Agar memenuhi kaidah logika bahasa, kata
letak setelah kata adalah diganti dengan kata posisi/kedudukan.
Kesalahan kalimat selanjutnya terkait ciri-ciri kalimat efektif yakni
kehematan, Salah satu contohnya yakni, ”Pada waktu bulan September hingga
Desember matahari bergerak ke bagian selatan,…”. Kalimat tersebut
menunjukkan pemborosan kata dalam pengulangan makna. Kata September
sudah mengandung makna bulan, jadi kata bulan seharusnya dihilangkan.
Kesalahan bahasa dalam BSE yang diteliti selanjutnya yakni terkait
penyusunan paragraf. Sebuah kalimat dapat dianggap sebagai paragraf apabila
letak awal kalimat menjorok ke dalam. Terdapat dua jenis kesalahan penyusunan
paragraf dalam BSE yang diteliti, yakni paragraf yang memiliki lebih dari satu ide
dan terdiri dari satu kalimat. Kesalahan berbahasa dalam penyusunan paragraf
berupa lebih dari ide 1 ide pokok ditemukan dalam BSE yang diteliti.
Selanjutnya terkait fungsi media sebagaimana dijelaskan pada deskrispsi
dan analisis data, fungsi media terbagi menjadi empat bagian yang meliputi:
pemantapan pemahaman, informasi tambahan, ilustrasi, dan tidak berfungsi,
berikut beberapa contohnya.
Gambar 1.2 merupakan salah satu contoh media yang berfungsi sebagai
pemantapan pemahaman. Gambar tersebut disajikan pada sub bab perubahan
musim di Indonesia. Dengan penyajian gambar di atas, siswa akan mengerti
bahwa perubahan musim di
Indonesia dipengaruhi oleh
Gambar 1.2 Penyinaran Matahari terhadap Bumi
Sumber: Sutarto (2008:6)
11
intensitas penyinaran matahari pada bumi yang mengalami gerakan pada bulan-
bulan tertentu.
Gambar 1.3 merupakan contoh media yang berfungsi sebagai tambahan
informasi. Gambar tersebut menjelaskan pembagian iklim di dunia berdasarkan
garis astronomis. Penyajian gambar diharapkan mampu menambah wawasan
siswa tentang pembagian iklim di dunia.
Gambar 1.4 merupakan contoh media yang berfungsi sebagai ilustrasi.
Media dikatakan berfungsi sebagai ilustrasi jika hanya sekadar memberikan
gambaran secara umum tentang materi yang dibahas.
Gambar 1.3 Pembagian Iklim di Dunia
Sumber: Sutarto (2008:5)
Gambar 1.4 Fauna Asiatis
Sumber: Sutarto (2008:12)
12
Gambar 1.5 merupakan contoh media yang tidak berfungsi. Gambar
tersebut dicantumkan pada sub bab perubahan musim Indonesia. Gambar
dianggap tidak berfungsi karena tidak ada kaitan dengan materi yang dibahas.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisis, dan pembahasan dapt ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain sebagai berikut. (1) Materi BSE karangan Sutarto, dkk.
Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” tidak
sesuai dengan kurikulum.
(2) Kesalahan konsep pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik
wilayah dan penduduk” BSE karangan Sutarto, dkk. didominasi oleh konsep
konkret yang didefinisikan.
(3) Kesalahan bahasa pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik
wilayah dan penduduk” BSE karangan Sutarto , dkk. sangat banyak. (4)
Kesalahan terbanyak berupa kesalahan tanda baca dan kalimat.Media gambar
pada BSE karangan Sutarto, dkk. Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi
fisik wilayah dan penduduk” sebagian besar berfungsi sebagai ilustrasi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas d\maka saran yang diajukan sebagai
berikut. Bagi penulis, sebaiknya BSE untuk SMP/MTs direvisi karena masih
Gambar 1.5 Sirkulasi Angin di Bumi
Sumber: Sutarto (2008:7)
13
banyak kesalahan terkait kesesuaian materi dengan kurikulum, kebenaran konsep,
bahasa, dan fungsi media. Penulis sebaiknya juga harus teliti dalam menyajikan
konsep-konsep dalam buku teks. Sebelum disajikan hendaknya dipastikan terlebih
dahulu kebenarannya.
Bagi Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya lebih
teliti dan profesional dalam menyaring buku teks untuk siswa dan tidak serta
merta menyetujui penerbitan buku teks tanpa diketahui kebenaran isinya. Bagi
guru hendaknya dapat memilih buku teks yang materinya sesuai dengan
kurikulum dan sesuai dengan konsep yang benar. Selain itu, akan lebih baik jika
guru mampu membuat bahan ajar sendiri yang berpedoman pada kurikulum.
DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Rijanta, R. 2010. Kemanfaatan Pendidikan dan Riset Geografi dalam
Pembangunan Nasional. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 16 Oktober.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Purwanto, Edy. 2002. Validasi Bahan Ajar Geografi SMU Berdasarkan Kurikulum 1994 di Kota Malang. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang.
Sutarto, dkk. 2008. IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional.