analisis competitive advantage market attractiveness
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK
Dosen : Prof. Dr. Agus Rahayu H. MSI.
Kajian Studi Kasus
Competitive Advantage/Market Attractiveness
(Scott Nelson, Tony Wildman, Glenn Mansfield)
Maret 6, 2014
Oleh :
Arif Partono Prasetio - 1303193
Universitas Pendidikan Indonesia
Program Doktor Ilmu Manajemen
2014
1
Pendekatan CAMA (Competitive advantage/Market attractiveness)
Banyak ahli yang menyarankan agar perusahaan menciptakan keunggulan bersaing
yang unik. Hal ini merupakan nasehat yang baik, akan tetai sulit diwujudkan. Perusahaan
yang saat ini sudah dinilai berhasil, menjalankan bisnisnya seperti lokomotif kereta api.
Artinya, pengemudi (pimpinan) memiliki fokus ke depan, mengerahkan sumberdaya secara
efisien, sementara pemandangan (kondisi lain) berlalu lebih cepat daripada yang mampu
mereka identifikasi. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan sulit menanamkan adanya
kemungkinan jalur lain yang dapat dilakukan/dipilih. Makalah ini dirancang bagi
perusahaan berskala kecil dan menengah agar mereka bisa mengidentifikasi peluang baru
dan membuat pilihan-pilihan strategi yang tepat.
Konsep CAMA
Metodologi ini didasarkan pada gagasan bahwa posisi bersaing yang unik dihasilkan dari
kajian terhadap keunggulan bersaing dan daya tarik pasar (CAMA). Mengevaluasi kekuatan
bersaing dari suatu perusahaan tidak cukup hanya dengan menentukan keunikan perusahaan
tersebut saja, tetapi juga harus diuji berdasarkan daya tarik pasar dimana perusahaan
beroperasi. Mengapa demikian? Banyak perusahaan yang pada awalnya merupakan
penguasa pasar tetapi kemudian semakin menurun kinerjanya. Disamping itu banyak pula
perusahaan yang beroperasi dalam pasar yang tumbuh dengan cepat dan menguntungkan
tetapi gagal memanfaatkan peluang tersebut.
Berikut konsep CAMA yang disajikan dalam diagram:
Masing-masing kotak di dalam diagram menggambarkan segmen pasar dari suatu
produk, masing-masing memiliki pertimbangan keunggulan bersaing dan daya tarik pasar.
2
Segmen dimana pasar berada dalam kondisi sangat menarik dan perusahaan memiliki
kekuatan bersaing yang tinggi pula akan menjadi lebih menarik bagi perusahaan.
Proses Lima Tahap CAMA
Pembahasan tahapan ini didasarkan pada studi kasus pada perusahaan yang melakukan uji
polusi dan audit lingkungan. Perusahaan tersebut merasa hanya memiliki pilihan yang
terbatas dan alternatif strategi yang terbatas pula. Hal tersebut diperburuk dengan
pindahnya beberapa konsumen ke wilayah lain yang sulit dijangkau (luar negeri).
Tahap 1: Mengidentifikasi pilihan
Pada tahap ini dilakukan workshop dimana manajemen perusahaan dan direkturnya
melakukan brainstorming yang mengkaji semua pasar yang memungkinkan perusahaan bisa
beroperasi. Pembahasan mencakup pasar yang sekarang sedang dikelola serta yang dulu
pernah dikelola, dan juga potensi pasar lain yang mungkin bisa dioptimalkan di masa
depan. Setelah diskusi, diperoleh sebanyak 29 pasar segmen pasar potensial yang bisa
digarap, dibandingkan dengan hanya 7 pasar yang saat ini dikelola.
Tahap 2: Mengidentifikasi sumber keunggulan bersaing
Langkah berikut adalah menentukan faktor yang paling penting bagi konsumen pada saat
mereka hendak membeli. Kncinya disini adalah melihat produk perusahaan tersebut dari
mata konsumen. Setelah beberapa faktor teridentifikasi, selanjutnya dilakukan pengujian
kepada konsumen melalui survey online dan telpon. Konsumen diminta untuk memberikan
peringkat dari tidak penting hingga sangat penting untuk setiap kategori yang disajikan,
tanpa memandang siapa yang memproduksinya. Proses ini menghasilkan 6 kriteria
pembelian yang bisa dioptimalkan perusahaan tersebut menjadi keunggulan bersaing:
- Pangsa pasar
- Hubungan yang baik
- Pengalaman di dalam industri
- Keahlian tenis
- Harga
- Reputasi
Masing-masing faktor kemudian di bobot berdasarkan hasil survei dan diskusi dengan
3
beberapa staf sales dan pemasaran.
Tahap 3: Keunggulan bersaing Relatif
Keunggulan bersaing merupakan hal yang tidak absolut. Dalam persaingan pasar,
keunggulan bersaing dari sau perusahaan bersifat relatif dibandingkan dengan pesaingnya.
Mungkin saja konsumen melihat semua perusahaan yang berada di dalam pasar tersebut
sebagai perusahaan yang buruk, sehingga perusahaan yang biasa-biasa saja dinilai lebih
baik dari pesaing lainnya yang lebih buruk. Atau sebaliknya perusahaan yang dinilai telah
memberikan layanan yang optimal dinilai kurang baik jika dihadapkan pada perusahaan
yang bisa memberikan layanan lebih baik lagi. Artinya konsumen tidak melihatnya secara
absolut, mereka hanya memilih dari pilihan-pilihan yang ada. Sehingga ukuran tersebut
mengindikasikan posisi relatif dari perusahaan. Untuk mengatasi hal ini dilakukan teknik
sederhana untuk menilai masing-masing pesaing yang ada. Semakin tinggi nilainya berarti
pesaing tersebut secara relatif lebih baik. Berikut disajikan hasil penilaian tersebut:
4
Metode tersebut memberikan sudut pandang terhadap posisi bersaing relatif dari
perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan limbah dan lingkungan ini terhadap masing-
masing pasar yang saat ini dikelola dan yang mungkin di kelola di masa depan. Pada contoh
industri semen perusahaan memiliki kelemahan (2.25) karena saat ini tidak memiliki
pangsa pasar. Sebaliknya perusahaan memiliki keunggulan di sektor almunium dan
percetakan (4). Tentu saja tidak semua faktor yang mempengaruhi pembelian memiliki
kesetaraan, oleh karenanya langkah terakhir adalah dengan membobot tingkat persaingan
yang dipersepsikan untuk masing-masing perusahaan terhadap setiap kepentingan relatif
dari faktor yang mempengaruhi pembelian. Dari tabel terlihat bahwa untuk pengalaman di
bidang industri (18.8) dan pengalaman pengujian (20.1), perusahaan ini memiliki persepsi
keunggulan bersaing yang lebih tinggi.
Tahap 4: Memahami dan mengidentifikasi daya tarik pasar
Dari tabel diatas terlihat bahwa perusahaan memiliki keunggulan bersaing. Selanjutnya
perlu dilihat apakah pasar sedang tumbuh atau malah menurun. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan adalah kesulitan untuk memasukinya dan persaingan harga yang berlaku.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai relativitas daya tarik pasar. Pada riset ini
dilakukan metode yang sama dengan memberikan bobot untuk setiap kriteria yang ada.
5
Langkah pertama adalah menentukan apa yang menyebabkan pasar menarik bagi
perusahaan. Biasanya ini terdiri dari faktor-faktor:
- Ukuran pasar, besar atau kecilnya pasar
- Pertumbuhan pasar, kecenderungan untuk naik atau turun
- Marjin laba, apakah memberikan tingkat laba yang memadai
- Ketatnya persaingan, berapa banyak pesaing, persaingan harga
- Lokasi, apakah mudah atau sulit dijangkau secara geografis
Untuk mengidentifikasi faktor tersebut dilakukan diskusi dengan bagian sales dan
pemasaran serta melalui pengumpulan data demografis dan ekonomi agar informasinya
objektif. Berikut informasi yang berhasil diperoleh:
Hasil analisis di atas tidak saja menentukan peringkat untuk masing-masing segmen tetapi
juga bisa digunakan untuk melihat mengapa sektor tertentu dinilai rendah atau tinggi.
Sebaga contoh segmen Alumunium Smelting, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini
dianggap memiliki keunggulan bersaing, tetapi daya tarik pasarnya relatif rendah karena
meski memiliki pangsa yang besar saat ini perkembangan di masa depan diperkirakan akan
melambat. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang ada di dalamnya dan kapasitas yang
6
dapat dikelola sudah optimal sehingga kemungkinan sulit untuk ada perkembangan baru di
waktu dekat.
Tahap 5: Menyatukan hasil pemikiran
Setelah melakukan analisis terhadap relativitas posis bersaing disetiap pasar dan daya
tariknya, langah berikut adalah menentukan dua variabel tersebut dalam satu matriks yang
menghubungkan keunggulan bersaing dan daya tarik pasar. Berikut gambar yang
menunjukkan posisi dua variabel tersebut:
Matriks di atas menunjukkan bahwa setiap segemen sudah dievaluasi. Masing-masing
kuadran memiliki dampak strategis dan pilihan yang berbeda. Contohnya pada kuadran kiri
bawah yang menunjukkan tingkat keunggulan bersaing dan daya tarik pasar yang rendah
(kuadran yang relatif tidak baik, dengan potensi pilihan strategi untuk keluar dari pasar)
hingga kuadran kanan atas (yang lebih ideal). Tindakan yang berbeda perlu diterapkan
untuk masing-masing kuadran tersebut, atau untuk pasar yang ingin dimasuki.
7
Kesimpulan
Makalah ini memberikan pandangan konseptual terkait praktek yang membutuhkan
peratian besar dan kompleks mengenai pembahasan keunggulan bersaing dan daya tarik
pasar. Meski banyak analisis yang bisa digunakan dari kombinasi pengalaman manajemen,
untuk menghasilkan kerangka strategis yang diharapkan diperlukan kesiapan untuk
melakukan riset dan penggunaan fasilitator eksternal untuk membantu manajemen agar
mampu melihat dari sudut yang lebih luas. Di samping itu dibutuhkan juga komitmen untuk
menjalankan proses ini meski kadang hasilnya tidak sesuai dengan pandangan awal yang
dimiliki oleh perusahaan.
Matriks CAMA ini bisa memberikan kajian ringkas dalam mengamati dinamika kombinasi
pasar dan persaingan, sehingga perusahaan bisa melihat dengan lebih jelas dan mendalam
dalam memilih strategi yang akan dijalankan. Pendekatan CAMA bisa diterapkan pada
berbagai tipe perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Hasilnya
bisa digunakan juga untuk menentukan strategi untuk produk, jasa, dan pelanggan.
Pandangan Penulis
Kajian CAMA diperlukan untuk menganalisis daya saing perusahaan dikaitkan dengan
kondisi pasar yang dihadapi. Kombinasi analisis dua variabel ini sekaligus bisa digunakan
untuk mengukur potensi pasar yang ada dan potensi perusahaan untuk memasuki pasar
tersebut. Kajian ini juga membahas variabel internal dan eksternal, yang memang sudah
sesuai dengan teori kajian pemilihan strategi yang wajib memperhatikan kedua sisi tersebut.
Alat analisis yang sudah sesuai ini perlu didukung dengan hasil riset yang objektif dan
komprehensi agar tidak memberikan hasil yang keliru. Perusahaan dapat melakukan
analisis mandiri terhadap faktor-faktor yang dikaji, akan tetapi akan lebih optimal jika
mereka menggunakan sarana di luar perusahaan juga untuk menambah objektivitas hasil
yang diperoleh. Tidak bisa dipungkiri, kadangkala kita menilai kekuatan diri sendiri lebih
tinggi dari yang seharusnya, atau sebaliknya menilai rendah atau menganggap rendah
kelemahan yang kita miliki. Dengan adanya dua sisi informasi maka kecenderungan
tersebut bisa diminimalkan.
Perusahaan juga dapat mengembangkan alat ukur yang lebih lengkap (dibanding dengan
yang digunakan pada riset ini). Indikator-indikator lain yang lebih sesuai dengan industri
bisa digunakan. Faktor utama dalam riset identifikasi ini adalah objektivitas penilaian. Di
8
samping itu, perusahaan sering kali sudah memiliki hasil bayangan, yang sering juga
berbeda denga hasil yang diperoleh. Pada kondisi ini, perusahaan sebaiknya tidak
bersikukuh pada kondisi bayangan lah yang lebih tepat. Untuk memastikan kondisi yang
sebenarnya, dapat dilakukan riset lanjutan untuk mengevaluasi apakah hasil riset pertama
sudah sesuai. Sekali lagi faktor penting disini adalah kejujuran dalam menyusun indikator
yang diperlukan dan ketika menginterpretasikan hasilnya.