analisis cuaca terkait kejadian hujan ekstrim di … · 2016-06-28 · udara di wilayah sumatera...
TRANSCRIPT
ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI
SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR
DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016
Eka Suci Puspita W. (1) Yudha Nugraha (2)
Stasiun Meteorologi Klas II Minangkabau padang
I. DATA CURAH HUJAN
Ditakar pada 17 Juni 2016 pada pukul 00.00 UTC
Stasiun Curah Hujan (mm/24Jam) Keterangan
Stamet Minangkabau 384.1 Ekstrim
Stamar Teluk Bayur 379 Ekstrim
Stageof Padang Panjang 1.8 Hujan Ringan
Staklim Sicincin 47 Hujan Sedang
GAW 9 Hujan Ringan
II. DAMPAK
Menurut info BPBD Sumatera barat terjadi genangan air hampir di seluruh jalan di kota Padang
setinggi 30-60 cm hingga pagi hari tanggal 17 Juni 2016. Banjir terjadi di beberapa wilayah
yaitu Lubuk Buaya, Jondul, Ampalu, Penggambiran, Bada Gadang, Seberang Padang, Arai
Punang, Lolong, Tunggul Hitam dan Pampangan. Hujan ekstri juga menyebabkan terjadi
pengalihan Pendaratan pesawat tujuan Padang ke bandara Kuala Namu dan Pekanbaru hingga
pukul 23.00 WIB.
III. ANALISIS METEOROLOGI
1. Analisis MJO
Pada diagram fase MJO (sumber: www.bom.gov.au), posisi MJO sampai dengan tanggal 17
Juni 2016 berada di kuadran 2 wilayah Indian Ocean. Sehingga MJO mendukung terhadap
meningkatnya pembentukan awan hujan di wilayah Sumatera Barat pada tanggal 16 Juni 2016.
2. Analisis SST
Berdasarkan dari peta analisis Sea Surface Temperature (SST) tanggal 15 Juni 2016 (sumber:
BMKG), dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut wilayah perairan Samudera Hindia
Bagian Barat Sumatera Barat cukup hangat berkisar 30-32oC. Dimana kondisi ini mendukung
terjadinya penguapan di laut tersebut sehingga menambah kandungan uap air dan memicu
terjadinya proses pertumbuhan awan – awan konvektif di daerah tersebut.
Berdasarkan dari peta anomaly SST tanggal 15 Juni 2016 (sumber: BMKG), dapat diketahui
bahwa anomaly SST di perairan Samudera Hindia Bagian Barat Sumatera Barat berkisar antara
0.5-1.5°C yang berarti kondisi tersebut lebih hangat dari pada rata-rata klimatologisnya. Hal ini
mendukung adanya pertumbuhan awan di wilayah tersebut.
3. Analisis Pola Angin
Berdasarkan streamline tanggal 16 Juni 2016 jam 00 dan 12 UTC (sumber: www.bom.gov.au),
dapat dilihat terdapat daerah L (1006) di wilayah Samudera Hindia barat Sumatera Barat dan
adanya Eddy di wilayah Selat Karimata. Hal ini menyebabkan adnaya penumpukan massa
udara di wilayah Sumatera Barat yang mendukung terjadinya pembentukan awan hujan.
4. Analisis Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relative dari hasil pengamatan radiosonde dapat dilihat bahwa
secara umum kondisi kelembabann di Padang pada lapisan 850 mb, 700 mb dan lapisan 500 mb
umumnya bernilai 75-95%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi udara basah yang berpotensi
terhadap pertumbuhan awan-awan hujan cukup besar di wilayah tersebut.
TGL Jam RH 850 RH 700 RH 500
15-Jun 12 87 95 75
16-Jun 0 77 87 86
5. Analisis Udara Atas
Kondisi udara atas ditinjau dari labilitas atmosfer lapisan atas, yakni dengan menggunakan data
Radiosonde dari Stasiun Meteorologi Klas II Minangkabau Padang yang diolah dengan
menggunakan software RAOB 5.5 untuk mendapatkan indeks-indeks labilitas.
TGL Jam LI SI KI TT SWEAT CAPE CIN
15-Jun 12 -2.8 1.7 35.7 40.4 209.7 1374 -7
16-Jun 0 -1.3 0.8 35.8 43.2 188.4 235 -138
Berdasarkan nilai indeks LI kondisi atsmosfer di Sumatera Barat berpeluang terjadinya TS.
Untuk nilai SI, CAPE, TT, SWEAT secara umum kondisi atmosfer di Sumatera Barat tidak
begitu labil sehingga peluang terjadinya proses konvektif adalah lemah. Untuk nilai KI
menandakan peluang terjaidnya TS adalah 60-80%.
Berdasarkan data PPBB dan dianalisa menggunakan hodograph dapat dilihat bahwa massa
udara di dominasi oleh adevksi udara dingin di lapisan bawah dan adveksi udara panas di
lapisan atas. Hal ini mendukung terjadinya pertumbuhan awan hujan.
Data PPBB Tanggal 16 Juni 2016 Pukul 00.00 UTC
No Lapisan dddff Keterangan Adveksi
1 Surface 10004
2 1000 31502 Veering Cold
3 2000 32502 Veering Cold
4 4000 30507 Backing Warm
5 5000 31505 Veering Cold
6 6000 00502 Veering Cold
7 7000 08504 Veering Cold
8 8000 13006 Veering Cold
9 9000 10509 Backing Warm
10 10000 11511 Veering Cold
11 12000 0909 Backing Warm
12 15000 10010 Veering Cold
13 16000 08009 Backing Warm
14 19000 06507 Backing Warm
15 20000 08508 Veering Cold
16 21000 04507 Backing Warm
17 22000 05508 Veering Cold
18 25000 16504 Veering Cold
6. Analisis Citra Radar
Berdasarkan data radar CMAX dapat dilihat terdapat pertumbuhan awan konvektif pada pukul
07.00 UTC diwilayah Padang, Padang Pariaman, Padang Panjang, Agam dan Pesisir Selatan.
Kemudian meluas hingga pukul 20.00 UTC. Terlihat pada citra radar pukul 21.00 UTC
reflektivitas bergeser ke Samudera Hindia. Hal ini menunjukan bahwa hujan terjadi di wilayah
Sumatera Barat bagian Barat pada pukul 07.00 UTC hingga 20.00 UTC dengan intesitas
sedang-lebat yang menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa wilayah.
Berdasarkan citra radar PPI Velocity dapat dilihat bahwa pola angin pada saat kejadian hujan
adalah sikonal sehingga mendukung terjadinya pertumbuhan awan hujan.
Berdasarkan citra radar VCUT diatas dapat dilihat bahwa secara umum ketinggian sel awan
mencapai lebih dari 6 km. Pada jam 09.00 UTC terdapat refelktifitas 40 dBz di dekat radar.
Dapat dikatakan bahwa sel ini adalah Cumulonimbus. Awan bertahan di wilayah Padang
hingga pukul 19.00 UTC sehingga menyebabkan hujan yang bertahan lama dan bergerak ke
Barat menuju Laut.
Berdasarkan citra radar PAC 24 jam dapat dilihat bahwa nilai PAC di wilayah Sumatera Barat
bagian barat mencapai 100 mm. Hal ini jauh dibawah nilai curah hujan yang diukur dengan
obs. Namun hal ini dapat menggambarkan bahwa terjadi hujan lebat di wilayah Sumatera
bagian barat.
7. Analisis Citra Satelit
Berdasarkan citra satelit dapat dianalisis bahwa terlihat pertumbuhan awan pada pagi hari
diwilayah barat Mentawai dan terus berkembang meluas menuju daratan Sumatera Barat pada
sore hari dan berlangsung hingga pagi hari tanggal 17 Juni 2016.
Berdasarkan grafik suhu puncak awan di wilayah Padang dapat dilihat bahwa terdapat
penurunan suhu yang drastic dimana suhu puncak awan hampir emcapai -60 °C. Suhu puncak
awan yang sangat dingin berlangsung dari pukul 09 UTC hingga 15 UTC. Hal ini mendukung
terjadinya hujan dengan intensitas yang lebat.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hujan yang terjadi di wilayah Sumatera
Barat (hujan ekstrim di wilayah Padang) diakibatkan karena kondisi SST yang hangat dan
anomali yang positif, MJO yang aktif di wilayah Indian Ocean, adanya daerah tekanan rendah
dibarat Sumatera Barat dan adanya eddy di wilayah Selat Karimata yang menyebakan adanya
pumpunan massa udara di wilayah Sumatera Barat. Hal ini juga didukung dengan RH yang
basah hingga lapisan 500 mb dan kondisi atmosfer yang cukup labil.
V. PROSPEK 2 HARI KEDEPAN
Untuk 2 hari ke depan berdasarkan model WRF, intensitas hujan sudah mulai berkurang
dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada sore malam hari.