analisis efektivitas program pemberdayaan …
TRANSCRIPT
ANALISIS EFEKTIVITAS
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BERBASIS LINGKUNGAN
(Studi Kasus: Persepsi Nasabah Bank Sampah Malang
Terhadap Program Pemberdayaan Melalui Pengolahan
Sampah)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Mimain Dafiq
125020500111007
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS EFEKTIVITAS
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS
LINGKUNGAN
(Studi Kasus: Persepsi Nasabah Bank Sampah Malang Terhadap Program
Pemberdayaan Melalui Pengolahan Sampah)
Yang disusun oleh :
Nama : Mimain Dafiq
NIM : 125020500111007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Maret 2017.
Malang, 24 Maret 2017
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. M. Umar Burhan., SE., MS
NIP. 19460810 197412 1 002
ANALISIS EFEKTIVITAS
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LINGKUNGAN
(Studi Kasus: Persepsi Nasabah Bank Sampah Malang Terhadap Program Pemberdayaan
Melalui Pengolahan Sampah)
Mimain Dafiq
Prof. Dr. M. Umar Burhan., SE., MS
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
.Salah satu permasalahan besar yang dialami kota-kota besar di Indonesia adalah
Persampahan, tidak dapat dipungkiri bahwa sampah akan selalu ada selama aktivitas kehidupan
masih terus berjalan. Setiap tahun dapat dipastikan volume sampah akan selalu bertambah seiring
intensitas kehidupan yang semakin meningkat. Data statistik sampah Indonesia yang dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup mencatat jumlah sampah yang muncul di Indonesia mencapai
38,5 juta ton per tahun dengan dominan sampah berada di Pulau Jawa sebesar 21,2 juta ton per
tahun. Sebagai solusinya Kementerian Lingkungan Hidup mendorong untuk meningkatkan
pengembangan Bank Sampah, kegiatan yang bersifat “social engineering” bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat untuk bisa mengolah sampah di tingkat rumah tangga. Di Kota Malang
sendiri volume sampah juga semakin tidak terkontrol, total jumalah sampah di kota Malang menurut
data Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang sebesar 607,44 ton per hari, bahkan 4 TPA
yang dimiliki kota Malang harus ditutup karena tidak mampu manmpung volume sampah yang
masuk. Kemudan dibentuklah Bank Sampahp Malang sebagai respon atas permasalahan sampah
yang ada di Kota Malang sebagai wadah untuk membina, mengumpulkan, dan mengelola sampah
rumah tangga yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekaligus menekan jumlah
sampah dengan harapan kesejahteraan masyarakat bertambah seiring dengan jumlah sampah yang
bisa di olah masyarakat di tingkat rumah tangga. . Data yang digunakan adalah data primer
menggunakan kuisioner. Hasil penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan kinerja fasilitator terhadap
efektivitas program pemberdayaan berbasis lingkungan dengan menerapkan pengolahan sampah
rumah tangga yang dijalankan oleh Bank Sampah Malang.
Kata Kunci : Efektivitas, Pemberdayaan, Lingkungan
_______________________________________________________________________________
A. PENDAHULUAN
Masalah sampah sudah menjadi permasalahan yang serius dan menjadi topik pembahasan
yang sering dibicarakan, pembangunan yang banyak dilaksanakan secara besar-besaran, di daerah
perkotaan di Indonesia telah membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah di daerah
perkotaan telah menyebabkan sarana perkotaan seperti jalan dan saluran-saluran air menjadi
terganggu. Sampah tersebut menjadi pemandangan yang kurang sedap terhadap kebersihan dan
keindahan kota. Apalagi penambahan jumlah penduduk kota berbanding lurus dengan peningkatan
volume sampah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Di Kota Malang sendiri volume sampah beberapa tahun belakangan semakin meningkat,
bahkan 4 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dimiliki kota Malang harus ditutup karena tidak
mampu menampung volume sampah yang masuk, hanya TPA Supiturang yang saat ini masih
beroperasi di kota Malang. Dan selama ini, tak banyak usaha pengelolaan sampah di TPA
Supiturang, sampah hanya dimanfaatkan menjadi sumber listrik dan bahan bakar gas. Menggunakan
sistem open dumping atau sistem terbuka yakni pengambilan gas metana sampah yang ditumpuk di
lahan terbuka tanpa diolah.
Tabel 1.1 : Timbunan Sampah Kota Malang
No Asal Sampah Jml (Ton)
1 Penduduk Kota Malang : 895.339 x 0.5 Kg 447.67
2 Warga yang bukan sebagai penduduk : 200.000 x 0.5 Kg 100.00
3 Jalan , Komersial /Pasar dan Industri (10 % x Pddk) 44.77
4 Sampah dari sumber lain 15.00
Jumlah 607.44 Sumber: Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
Untuk itulah perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan yang nantinya
akan memberi kemaslahatan bagi masyarakat itu sendiri. Di kota Malang, dalam hal ini DKP (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan) Kota Malang dan Kader Lingkungan Kota Malang, bersama-sama
dengan Tim Penggerak PKK Kota Malang, mereka langsung terjun ke masyarakat untuk mengajak
menumbuh kembangkan kepedulian sosial untuk lingkungan dengan dilakukannya sosialisasi dan
pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah. Masyarakat diajari mengelola sampah mulai dari hulu,
yaitu sampah rumah tangga, dengan pemilahan sampah organik (basah) dan sampah an-organik
(kering). Selain itu, dilatih pula pemanfaatan sampah, yaitu sampah basah untuk dijadikan kompos
dan biogas, sementara sampah kering digunakan untuk kerajinan daur ulang dan dijual untuk didaur
ulang oleh pabrik (plastik, kertas, botol, besi, dan lain sebagainya).
Setelah dilakukan pemberdayaan berbasis lingkungan ini, muncul persoalan lain, yakni
belum adanya pasar untuk menampung atau membeli sampah an-organik. beranjak dari tantangan
tersebut akhirnya disepakati pembentukan Bank Sampah Malang atau disingkat BSM pada tanggal
26 Juli 2011 dengan bentuk kelembagaan koperasi. BSM diaktekan ke Notaris pada tanggal 12
Agustus 2011 dan mendapat pengesahan dari Walikota Malang pada tanggal 16 Agustus 2011,
sebelum diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup pada tanggal 15 November 2011.
Terdapat aspek pemberdayaan di semua unsur di tingkat keluarga sampai di tingkat
lingkungan RT/RW dengan bergabung dalam unit BSM dalam pengelolaan sampah, semua
kalangan masyarakat yang tergabung dalam unit BSM terdapat sistem tabungan sampah. Selain itu,
sistem akan menambah lapangan pekerjaan baru berkat pengelolaan sampah tersebut.
B. KAJIAN PUSTAKA
Teori Pembangunan
Klasik
Adam smith berpendapat bahwa dalam pengembangan ekonomi perlu adanya spesialisasi.
Spesialisasi dalam produksi akan meningkatkan ketrampilan tenaga kerja, mendorong
ditemukannya lat baru yang akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.
Post-Keynesian
Harrod dan Domar berpendapat pentingnya peranan akumulasi capital dalam proses
pertumbuhan. Didasarkan bahwa akumulsi capital mempunyai peran ganda, yaitu menimbulkan
pendapatan dan menaikkan kapasitas produksi dengan cara meningkatkan persediaan capital.
Pembentukan capital yang tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan yang ada akan
menimbulkan pengangguran capital dan tenaga kerja. Oleh karena itu kenaikan pendapatan
diperlukan untuk menghindari pengangguran capital dan tenaga kerja.
Dengan demikian tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk menemukan keadaan-
keadaan yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pengerjaan penuh dalam waktu yang lama,
yaitu perkembangan pendapatan untuk memelihara pendapatan pada tingkat penuh (Irawan dan
Suparmoko, 1990).
Konsep Efektivitas
Konsep Efektivitas
Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki. Kalua
seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendaki, maka
orang itu akan dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana
yang dikehendakinya (Gie, 1992).
Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bias dilaksanakan dan bukan atas
konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil
mencapai tujuan yang layak dicapai ( Steers, 1984).
Dari beberapa pengertian di atas maka efektivitas disini digunakan untuk mengukur
hubungan antara hasil (pengolahan sampah terhadap pemberdayaan masyarakat). Apabila konsep
efektivitas dikaitkan dengan pengolahan sampah, maka efektifitas yang dimaksud adalah seberapa
besar realisasi pemberdayaan masyarakat yang dijalankan dari pengelolaan sampah pada periode
tertentu.
Konsep Ekonomi Hijau (Green Economic)
Pengertian ekonomi hijau bisa dimaknai secara sederhana sebagai kegiatan perekonomian
yang tidak merugikan atau merusak lingkungan. United Nation Environment Programme (UNEP)
mengartikan pengertian ekonomi hijau sebagai ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan
dan keadilan dengan memberi pengertian sebagai berikut:
“Greening the economy refers to the process of reconfiguring business and infrastructure
to deliver better returns on natural, human and economic capital investments, while at the same
time reducing greenhouse gas emissions, extracting and using less natural recources, creating less
waste and reducing social disparities”
Dengan demikian ekonomi hijau merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan tidak hanya
pada kesejahteraan tetapi juga tercapainya keadilan bagi masyarakat maupun lingkungannya.
Filosofi konomi hijau adalah terciptanya keseimbangan antara kesejahteraan ekonomi rakyat dan
keadilan social dengan mengurangi kerusakan-kerusakan lingkungan. Dalam hal ini dalah esensi
eonomi hijau sebagai model pengembangan ekonomi masyarakat bebasis lingkungan.
Pemberdayaan Masyarakat
Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang artinya kekuatan atau
kemampuan. Berangkat dari pengertian tersebut maka pemberdayaan bisa diartikan sebagai
rangkaian proses untuk membentuk “daya” kekuatan atau kemampuan dalam suatu hal tertentu, atau
rangkaian proses untuk pemberian “daya” kekuatan atau kemampuan dari pihak yang mempunyai
“daya” kepada pihak yang kurang ataupun belum berdaya (Sulistiyani, 2004).
Sedangkan (Sumodiningrat, 2004) berpendapat bahwa: pemberdayaan sebenarnya
merupakan isilah yang lebih familiar di Indonesia daripada di negara Barat. Di Barat istilah
pemberdayaan diterjemahkan sebagai empowerment, dari istilah tersebut memang benar tapi kurang
tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan”. Empowerment
dalam dunia barat lebih menitik beratkan pada “pemberian kekuasaan” daripada “pemberdayaan”
itu sendiri. Mungkin istilah yang lebuh tepat adalah “energize” atau dalam Bahasa kita “memberi
energi”. Pemberdayaan adalah memberi energi agar masyarakat yang diberdayakan memperoleh
kekuatan untuk bergerak secara mandiri.
Islam Terhadap Pemberdayaan Ekonomi
Islam menganggap hal yang paling penting bagi masyarakat untuk menjadi lebih sejahtera
memang berasal dari diri mereka sendiri. Tetapi untuk menumbuhkan kesadaran dan
mengoptimalkan potensi masyarakat tentu membutuhkan fasilitas dari puhak luar. Dari sini lah
peran program pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai sarana untuk menjadi masyarakat yang
lebih sejahtera.
Islam Terhadap Kelestarian Lingkungan
Islam menganjurkan manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dan semua itu
bertujuan untuk kebaikan manusia itu sendiri, yaitu agar mereka terhindar dari mara bahaya yang
diakibatkan oleh rusaknya lingkungan. Islam memberikan pandangan yang jelas bahwa lingkungan
merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia yang harus dijaga dandipelihara dengan sebaik-
baiknya. Jika tidak, musibah akan dating menghampiri manusia seperti banjir, longsor, kebakaran,
kekeringan dan juga berbagai macam bahaya yang diakibatkan oleh rusaknya lingkungan karena
ulah tangan manusia.
Jadi, didalam berinteraksi dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya, manusia harus
memperhatikan pokok-pokok yang telah diberikan Allah dan juga dicontohkan Rasulullah sebagai
rambu-rambu dalam kehidupannya. Pertama, al-intifa’ yaitu Allah mempersilahkan mnusia untuk
mengambil dan mendayagunakan manfaat yang bisa mereka ambil dari lingkungannya untuk
memenuhi kemaslahatannya. Kedua, al-I’tibar yaitu manusia dianjurkan untuk terus menggali
rahasia Allah dibalik penciptaan alam lingkungannya seraya mengambil pelajaran dari berbagai
kejadian dan peristiwa alam yang dilihatnya. Ketiga, al-ishlah yaitu manusia diwajibkan untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan tempat tinggalnya agar tidak terjadi kerusakan dan
menimbulkan mara bahaya yang dapat menimpa mereka.
Persepsi
Persepsi merupakan proses tentang reaksi-reaksi inderawi dengan pengalaman masa silam
yang sejalan kemudian diteruskan kepada diri melalui gambaran yang tersusun dan mempunyai
makna pada satu situasi tertentu terhadap lingkungan tempat individu berada. Atau dengan kata lain
adalah suatu pesan yang masuk kedalam otak manusia yang terjadi akibat proses dari stimulasi yang
diterima.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif atau data yang diukur dalam suatu skala
numerik atau angka (Kuncoro, 2013). Penelitian ini juga akan menggunakan metode diskriptif,
dimana peneliti akan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta dari hubungan antar
fenomena yang akan diteliti (Usman, 2009). Selanjutnya pembahasan penelitian akan mengacu pada
hasil estimasi data yang diperoleh, yang kemudian dipaparkan sesuai dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan alat analisis. Lalu digunakan metode analisis data untuk menjawab rumusan
masalah sebelumnya.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dengan cara menyebar kuisioner kepada
100 nasabah Bank Sampah Malang dapat diambil gambaran tentang karakteristik responden sebagai
berikut :
A. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 27 27%
Perempuan 73 73%
Total 100 100% Sumber: Data Primer Penulis, 2017
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah Perempuan yaitu sebanyak
73 responden (73%) sedangkan responden yang berjenis kelamin Laki-Laki sebanyak 27 responden
(27%).
B. Usia Responden
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
21-25 3 3%
26-30 15 15%
31-35 28 28%
36-40 37 37%
41-45 17 17%
>45 - -
Total 100 100% Sumber: Data primer penulis, 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari total 100
responden, usia nasabah yang berumur antara 20-25 tahun sebanyak 3 orang (3%). Kemudian
nasabah yang berumur antara 26-30 tahun sebanyak 15 orang (15%). Selanjutnya nasabah yang
berumur antara 31-35 tahun sebanyak 28 orang (28%). Lalu nasabah yang berumur antara 36-40
tahun sebanyak 37 orang (37%). Nasabah yang berumur antara 41-45 tahun sebanyak 17 orang
(17%). Dan yang terakhir tidak ada nasabah yang berumur lebih dari 45 tahun.
C. Lama Menjadi Nasabah
Lama (tahun) Frekuensi Persentase (%)
> 5 Tahun 50 50%
< 5 Tahun 50 50%
Total 100 100% Sumber: Data primer penulis, 2017
Berdasarkan tabel diatas, responden yang diambil masing-masing terdiri dari 50 nasabah
yang sudah tergabung dalam program pengolahan sampah selama lebih dari 5 tahun dan 50 nasabah
yang sudah tergabung dalam program pengolahan sampah selama kurang dari 5 tahun.
Hasil Analisis Regresi
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diperoleh model regresi sebagai berikut :
Y = -1.603 + 0.270 X1 + 0.237 X2 + 0.346 X3 + ei
Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut :
1. β0 = -1.603. Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa tanpa adanya pegaruh dari variabel-
variabel bebas terhadap variabel Y, maka skor total dari variabel Y sudah menurun
(variabel efektivitas sudah menurun sebelumnya atau dapat dikatakan berawal dari 0).
2. β1 = 0.270. Koefisien yang bernilai positif memiliki arti pengaruh searah antara variabel
X1 (tahap perencanaan) terhadap variabel Y (efektivitas), yang artinya apabila terjadi
peningkatan pada variabel X1, maka variabel Y akan meningkat, dan sebaliknya bila terjadi
penurunan pada variabel X1, maka variabel Y akan menurun pula.
3. β2 = 0.237. Koefisien yang bernilai positif memiliki arti pengaruh searah antara variabel
X2 (tahap pelaksanaan) terhadap variabel Y (efektivitas), yang artinya apabila terjadi
peningkatan pada variabel X2, maka variabel Y akan meningkat, dan sebaliknya bila terjadi
penurunan pada variabel X2, maka variabel Y akan menurun pula.
4. β3 = 0.346. Koefisien yang bernilai positif memiliki arti pengaruh searah antara variabel
X3 (kinerja fasilitator) terhadap variabel Y (efektivitas), yang artinya apabila terjadi
peningkatan pada variabel X3, maka variabel Y akan meningkat, dan sebaliknya bila terjadi
penurunan pada variabel X3, maka variabel Y akan menurun pula.
Pengujian Asumsi Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
X1 (Tahap perencanaan) 0.870 1.150
X2 (Tahap pelaksanaan) 0.805 1.242
X3 (Kinerja fasilitator) 0.724 1.380 Sumber: Data primer diolah (2017)
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila nilai VIF >10 maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Dan apabila
sebaliknya VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel
diatas masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka
asumsi tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
Pengujian Asumsi Heterodaskisitas
Berdasarkan grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model Regresi.
Uji Asumsi Normalitas
Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov di atas, didapatkan nilai signifikan sebesar
0,679 dimana nilai tersebut lebih besar daripada α = 0,05. Karena nilai signifikansi lebih besar
daripada α = 0,05, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas residual
terpenuhi. Jika menggunakan grafik PP-Plot dapat dilihat bahwa titik-titik dari data mendekati garis
diagonal sehingga dapat dinyatakan bahwa model tersebut menyebar secara normal.
Dan jika nilai residual dikelompokkan dalam sebuah histogram, maka residual-residual
tersebut akan membentuk suatu pola kurva distribusi normal, yakni residual tersebut mengelompok
pada bagian tengah dengan titik puncaknya berada pada rata-rata sama dengan 0,000 seperti pada
gambar berikut ini.
Koefisien Determinasi
berdasarkan hasil perhitungan pada tabel dengan nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0.711. Hasil tersebut menjelaskan sumbangan atau kontribusi dari variabel-variabel bebas
X1 (tahap perencanaan), X2 (tahap pelaksanaan), dan X3 (kinerja fasilitator) yang disertakan dalam
persamaan regresi terhadap variabel Y (efektivitas) adalah sebesar 71.1%, sedangkan 28.9% lainnya
disumbangkan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan ini.
.
Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Variabel t hitung t tabel 5% Sig. t Keterangan
a. X1 Y 6.152 1.985 0.000 Signifikan
b. X2 Y 5.043 1.985 0.000 Signifikan
c. X3 Y 7.008 1.985 0.000 Signifikan Sumber: Data primer diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel X1 (tahap perencanaan) memiliki statisitik uji t sebesar 6.152 dengan
signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada
ttabel (6.152 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X1
(tahap perencanaan) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap variabel Y
(efektivitas).
2. Variabel X2 (tahap pelaksanaan) memiliki statisitik uji t sebesar 5.043 dengan
signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada
ttabel (5.043 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X2
(tahap pelaksanaan) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap variabel Y
(efektivitas).
3. Variabel X3 (kinerja fasilitator) memiliki statisitik uji t sebesar 7.008 dengan
signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada
ttabel (7.008 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X3
(kinerja fasilitator) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap variabel Y
(efektivitas).
Jadi berdasarkan pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial terlihat bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
Efektivitas adalah variabel X3 (kinerja fasilitator) dengan nilai t hitung yang lebih besar
dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa diperoleh nilai Fhitung (78.712) lebih besar
dari Ftabel dan memiliki nilai signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari α (0.05). Artinya bahwa secara
simultan / serentak, variabel bebas yaitu X1 (tahap perencanaan), X2 (tahap pelaksanaan), dan X3
(kinerja fasilitator) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (efektivitas).
Pengaruh Tahap perencanaan, Tahap pelaksanaan, dan Kinerja Fasilitator secara simultan
terhadap Efektivitas Pemberdayaan Berbasis Lingkungan.
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien regresi secara simultan diperoleh hasil bahwa
perencanaan, pelaksanaa, dan kinerja fasilitator berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektivitas pemberdayaan berbasis lingkungan. Yang berarti semakin semakin matang perencanaan,
semakin baik kualitas pelaksanaan program, dan semakin intensif kinerja fasilitator maka semakin
tinggi pula pendapatan maupun tingkat kebersihan lingkungan masyarakat yang menjadi tolak ukur
dari efektivitas pemberdayaan berbasis lingkungan dengan pengolahan sampah rumah tangga yang
di lakukan Bank Sampah Malang (BSM)
Dan berdasarkan perhitungan regresi linier berganda dengan bantuan SPSS menghasilkan
nilai konstanta sebesar -1.603 (negatif), ini berarti variabel X berpengaruh penting bagi peningkatan
pendapatan maupun tingkat kebersihan lingkungan masyarakat karena apabila variabel X nya tidak
ada maka efektivitas pemberdayaan menurun sebesar nilai tersebut.
Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Efektivitas Pemberdayaan Berbasis Lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dari perencanaan memiliki statisitik uji t
sebesar 6.152 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar
daripada ttabel (6.152 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa perencanaan berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap efektivitas
pemberdayaan berbasis lingkungan.
Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Efektivitas Pemberdayaan Berbasis Lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dari pelaksanaan memiliki statisitik uji t
sebesar 5.043 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar
daripada ttabel (5.043 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap efektivitas
pemberdayaan berbasis lingkungan.
Pengaruh Kinerja Fasilitator terhadap Efektivitas Pemberdayaan Berbasis Lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dari kinerja fasilitator memiliki statisitik uji
t sebesar 7.008 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar
daripada ttabel (7.008 > 1.985) dan nilai signifikan t lebih kecil dari α (0.05). Pengujian ini
menunjukkan bahwa kinerja fasilitator berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap efektivitas
pemberdayaan berbasis lingkungan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tahap perencanaan (X1), tahap
pelaksanaan (X2), dan kinerja fasilitator (X3), secara simultan berpengaruh terhadap
efektivtas pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan dengan tolak ukur
peningkatan pendapatan dan kebersihan masyarakat yang ikut serta dalam program
pemberdayaan melalui pengolahan sampah
2. Tahap perencanaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pemberdayaan
berbasis lingkungan (Y). Artinya semakin berjalan baik dan efektif tahap perencanaan,
maka akan berdampak positif pada peningkatan efektivitas pemberdayaan berbasis
lingkungan. Bisa dilihat dari tahapan perencanaan pemberdayaan yang dilakukan
seperti sosialisasi program pengolahan sampah untuk mengedukasi masyarakat
tentang tata cara pengolahan sampah yang baik dan benar, kemudian pelatihan kepada
masyarakat tentang aplikasi pengolahan sampah, dan tahapan-tahapan itu harus
dilakukan oleh lembaga yang bisa dipercaya oleh masyarakat agar meningkatkan
antusiasme masyarakat dalam mengikuti sosialisasi dan pelatihan.
3. Tahap pelaksanaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pemberdayaan
berbasis lingkungan (Y). Artinya semakin berjalan baik dan efektif tahap pelaksanaan,
maka akan berdampak positif pada peningkatan efektivitas pemberdayaan berbasis
lingkungan. Agar tahapan pelaksanaan ini berjalan dengan baik di lapangan diperlukan
rancangan program yang sesuai dengan masyarakat untuk selanjutnya di adakan
pengawasan secara rutin terhadap program yang telah dilaksanakan.
4. Kinerja fasilitator (X3) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pemberdayaan
berbasis lingkungan (Y). Artinya semakin berjalan baik dan efektif kinerja fasilitator,
maka akan berdampak positif pada peningkatan efektivitas pemberdayaan berbasis
lingkungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kinerja
fasilitator dalam hal ini adalah Bank Sampah Malang berpengaruh sangat dominan dan
signifikan terhadap efektivitas program pemberdayaan berbasis lingkungan. Fasilitator
sebagai penggerak program pemberdayaan berbasis lingkungan mampu memberikan
informasi yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat tentang manfaat
pengolahan sampah, juga merangsang dan mendorong masyarakat untuk menggali
potensi yang ada pada lingkungan tempat tinggalnya.
Saran
1. Perencanaan program pemberdayaan melalui pengolahan sampah di tingkat rumah tangga
sudah berjalan dengan cukup baik, tetapi perlu adanya peningkatan karena selama ini
mayoritas masyarakat yang mengikuti program ini adalah perempuan. sehingga dengan
peningkatan perencanaan yang lebih dikembangkan masyarakat yang ingin bergabung
dalam program pemberdayaan bisa meningkat lagi dan tidak hanya di dominasi oleh
perempuan.
2. Dalam rangka pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang lebih optimal lagi
perlu adanya teknologi dalam pengolahan sampah agar sampah yang diolah mempunyai
nilai ekonomis yang lebih tinggi lagi, karena selama ini pengolahan yang dilakukan Bank
Sampah Malang mayoritas sebatas pencacahan plastik untuk dijadikan bahan baku pabrik.
Sehingga dengan adanya teknologi persampahan baru diharapkan bukan hanya sampah
plastik yang bisa di olah Bank Sampah Malang.
3. Mengingat peran fasilitator (Bank Sampah Malang) sebagai penggerak utama program,
diharapkan peningkatan dukungan terhadap Bank Sampah Malang baik berupa pinjaman
modal dan juga regulasi dari pemerintah daerah untuk membantu pengembangan Bank
Sampah Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoso, Wignyo. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Jakarta: ITS Press.
Ambar Teguh Sulistyani, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Arief, Sofyan. 2013. Pengelolaan Sampah Malang Raya Menuju Pengelolaan Sampah Terpadu
Yang Berbasis Partisipasi Masyarakat. Malang. Jurnal Humanity Volume 8, Nomor 2.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asfi, Nuskhiya dan Holi Bina Wijaya.2015.Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengentasan Kemiskinan Pada Program Gerdu Kampling Di Kelurahan Kemijen Kota
Semarang.Semarang.Jurnal Teknik PWK Universitas Diponegoro, Vol 04, (No:2) : 256
Bank Sampah Malang. “profil”. www.banksampahmalang.com/profil/regulasi/ (diakses tanggal 6
November 2016)
Ding, Damianus. 2014. Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Noha Boan Kecamatan Long Apari Kabupaten
Mahakam Ulu. Samarinda. eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 2 Nomor 2.
Dokumen Bank sampah Malang. Malang: Oktober 2015
Drucker, Peter F. 1982. Pengantar Manajemen (terjemahan). PT. Jakarta: Binaman Pressindo-
LPPM.
Fernandi, Shandy Dwi. 2011. Analisis Efektivitas Pemberdayaan Dana Zakat, Infaq, Sedekah, Dan
Wakaf (ZISWAF) Lembaga Amil Zakat Nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)
Cabang Semarang Pada Promisiling Terpadu Dan Program Klinik Peduli. Semarang.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson. James, L., et. All. 1998. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alih bahasa : Djarkasih.
Jakarta : Erlangga.
Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hikam, Muhammad. 2008. Islam, Demokratisasi Dan Pemberdayaan Civil Society. Jakarta:
Erlangga.
Huzein, Fariz. 2013. Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus Persepsi
Masyarakat Miskin Terhadap PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel.
Skripsi diterbitkan. Jember : Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan. Universitas Jember.
Irawan, Suparmoko M., 1992, Ekonomika Pembangunan, Edisi Kelima, Yogyakarta: BPFE.
Istiqomah, Supriyantini. 2008 Pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat islam.
Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Volume 4, Nomor 1, Juni, Halaman
65-78.
Nugraha, Winardi Dwi, Denok Ambun Sari dan Syafrudin. 2007. Studi Potensi Pemanfaatan Nilai
Ekonomi Sampah Anorganik Melalui Konsep Daur Ulang Dalam Rangka Optimalisasi
Pengelolaan Sampah. Magelang. Jurnal Teknik Vol. 28 No.01.
Richard, M. Steers, 1980, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta.
Ridwan. 2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
Rosalina, Iga. 2012. Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Mantren Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Magetan. Surabaya. Jurnal Volume 01 Tahun 2012, 216.
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom Dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
The Liang Gie, 1992. Ensklopedia Administrasi, Jakarta : CV. Haji Masagung.
Wrihatnolo, R.R & Riant, N.D. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan
Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia.