analisis efisiensi rumah sakit berdasarkan...
TRANSCRIPT
ISSN : 2089-4228
ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK
BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI
RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum
1), Soffi Handayani2)
1), 2) Program Studi D3 Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
STIKes Widya Cipta Husada Malang
ABSTRACK
Efficiency is one of the parameters /
performance indicators that theoretically
underlies the entire performance of an
organization in this case is the hospital service.
One of the services provided in the hospital is
hospitalization. Assessment of hospital
efficiency, can use Barber Johnson chart.
In this graph there is an area called the
efficiency area. Gondanglegi Islamic Hospital
in 2017 still does not meet the predefined
Barber Johnson chart standards and in 2017
decreased bed usage levels. The purpose of this
study is to analyze the efficiency of
Gondanglegi Islamic Hospital service in
2017 through the Barber Barber approach. The
research method is using descriptive research
with quantitative approach. The results explain
that the meeting point at Barber Johnson Graph
is outside the efficiency area. Factors that cause
services in Gondanglegi Islamic Hospital is not
efficient is the utilization of SIMRS less than
the maximum, the number of patients is still a
little because of the promotion of the
management is still minimal.
Keywords: Efficiency analysis, hospital, barber
charts johnson
PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Adapun tujuan rumah sakit,
rumah sakit mempermudah akses masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
memberikan perlindungan terhadap keselama-
tan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit,
meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit dan memberikan
kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah
Sakit. Namun untuk menjaga kelangsungan
hidupnya supaya dapat menjalankan kegiatan
dan pengembangan rumah sakit diperlukan
surplus atau pemasukan yang lebih dan
penggunaan sarana pelayanan kesehatan
yang efisien[1]. Efisiensi merupakan salah satu
parameter indikator kinerja yang secara teorits
mendasari seluruh kinerja suatu organisasi
dalam hal ini rumah sakit. efisiensi dapat
digunakan untuk pengalokasian sumber daya
dengan lebih tepat sasaran sehingga sumber
daya yang datang dari pemegang saham dapat
dioptimalkan[2].
Pemanfaatan sumber daya yang berdaya guna
dan berhasil guna juga berpengaruh terhadap
efisiensi rumah sakit. Menurut George R. Terry
Sumber daya tersebut meliputi : man, metode,
materials, machines, money, markets. Man
adalah faktor dari manusia yang bekerja pada
rumah sakit tersebut. Pada petugas pelaporan
terdapat 2 petugas di RSI Gondanglegi.
Methode yaitu suatu tata cara yang diperlukan
untuk memperlancar suatu usaha atau
pekerjaan. Pelaporan/pembuatan Grafik Barber
Johnson RSI Gondanglegi tidak dilakukan
secara rutin (tiap bulan). Salah satu yang juga
berpengaruh terhadap efisiensi yaitu teknologi.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan
bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup
manusia[3].
Oleh karena itu, nilai efisiensi sangat penting
untuk diukur dan diketahui oleh manajemen
rumah sakit, untuk mengukur tingkat efisiensi
rumah sakit yang biasa digunakan adalah grafik
Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat
suatu daerah yang disebut sebagai daerah
efisien. Daerah efisien digunakan untuk
membantu pembaca untuk menentukan apakah
dengan nilai-nilai keempat parameter tersebut,
ISSN : 2089-4228
pemakaian tempat tidur di sebuah rumah sakit
sudah efisien atau tidak. Grafik Barber Johnson
sebagai salah satu indikator efisiensi
pengolahan rumah sakit berguna untuk
membandingkan tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur, memonitor perkembangan target
efisiensi penggunaan tempat tidur dan
membandingkan tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur antar unit. Indikator yang dapat
dgunakan untuk mengukur efisiensi yaitu
dengan menggunakan parameter BOR (Bed
Occuparty Rate), LOS (Lenght of Stay),
TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed
Turn Over). Apabila titik temu keempat
garis tersebut berada pada daerah efisien,
maka pemanfaatan tempat tidur sudah
efisien, begitu pula sebaliknya.
Grafik Barber Johnson memiliki indikator yang
sama dengan yang telah ditetapkan Depkes RI
(2005) dan Sudra (2010), namun memiliki
standar yang berbeda. Menurut Depkes RI yaitu
BOR 60-85%, ALOS 6-9 hari, TOI 1-3 hari,
dan BTO 40-50 kali. Sedangkan menurut
Sudra (2010), BOR 75-85%, ALOS 3-12
hari, TOI 1-3 hari, dan BTO 30 kali.
2. Rumusan Masalah Bagaimana tingkat efisiensi Rumah Sakit
Islam Gondanglegi berdasarkan Grafik
Barber Johnson di Rumah Sakit Islam
Gondanglegi ?
3. Tujuan
3.1. Tujuan Umum Menganalisa efisiensi pelayanan rawat inap
berdasarkan Grafik Barber Johnson pada
Rumah Sakit Islam Gondanglegi.
3.2. Tujuan Khusus 1. Analisa Tingkat Efisisensi Rumah Sakit
Islam Gondanglegi Tahun 2016
Berdasarkan Grafik Barber Johnson.
(Indikator BOR, ALOS, TOI, dan BTO)
2. Identifikasi faktor pemanfaatan efisiensi
sumber daya di Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016 (Man, Methode,
dan Teknologi) dalam pembuatan laporan.
4. Manfaat
4.1 Manfaat bagi STIKes Widya Cipta
Husada
Sebagai acuan dan kajian untuk mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian lebih
lanjut tentang Grafik Barber Johnson.
4.2. Manfaat bagi Rumah Sakit Sebagai bahan analisa pihak Rumah Sakit
Islam Gondanglegi dalam efisiensi
pelayanan rawat inap serta dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk memenuhi
standar mutu pelayanan rawat inap.
5. Batasan Penelitian Faktor yang mempenggaruhi efisiensi
rumah sakit yaitu man, money,
methode, machine, material, market, dan
teknologi. Namun karena keterbatasan
waktu peneliti hanya meneliti tiga faktor
yaitu man, methode, dan teknologi.
TINJAUAN PUSTAKA 1 Konsep Dasar
1.1 Rumah sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
1.2 Pelayanan rawat inap Menurut Rustiyanto (2010), pelayanan
Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien
yang melakukan observasi, diagnosis,
terapi atau rehabilitasi yang perlu menginap
dan menggunakan tempat tidur serta
mendapat makanan dan pelayanan perawat
terus menerus.
1.2 Pelaporan rumah sakit Menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) RI No 1711
/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem
Informasi Rumah Sakit pada tanggal 15
juni 2011 bahwa setiap rumah sakit wajib
untuk membuat pelaporan rumah sakit,
pelaporan rumah sakit adalah suatu alat
organisasi yang bertujuan untuk dapat
ISSN : 2089-4228
menghasilkan laporan secara cepat, tepat
dan akurat. Jenis pelaporan di rumah sakit
dibedakan menjadi 2 yaitu laporan intern
rumah sakit dan laporan ekstern rumah
sakit.
1. Laporan Intern rumah Sakit Yaitu
laporan yang dibuat sebagai masukan
untuk menyusun konsep rancangan
dasar sistem informasi manajemen
rumah sakit. Jenis laporan tersebut
adalah :
a. Sensus harian
b. Perhitungan statistik rumah sakit
c. Kegiatan persalinan
d. Kegiatan rawat jalan
2. Laporan Ekstern rumah Sakit Yaitu
laporan yang wajib dibuat oleh rumah
sakit sesuai dengan peraturan yang
berlaku, ditujukan kepada Departemen
Kesehatan (Depkes) RI, Kanwil
Depkes RI. Jenis laporan tersebut
adalah:
a. Data kegiatan rumah sakit
Rekapitulasi Laporan (RL 1)
b. Data keadaan morbiditas pasien
rawat inap (RL 2a)
c. Data keadaan morbiditas penyakit
khusus pasien rawat inap (RL 2a1)
d. Data keadaan morbiditas pasien
rawat jalan (RL 2b)
e. Data keadaan morbiditas penyakit
khusus pasien rawat jalan (RL 2b1)
f. Data status imunisasi (RL 2c)
g. Data individual morbiditas pasien
rawat inap pasien umum (RL 2.1)
h. Data individual morbiditas pasien
rawat inap pasien obstetri (RL 2.2)
i. Data individual morbiditas pasien
rawat inap bayi baru lahir/lahir mati (RL 2.3)
j. Data dasar rumah sakit (RL 3)
k. Data ketenagaan rumah sakit (RL 4)
l. Data peralatan medik rumah sakit dan
data kegiatan kesehatan lngkungan (RL
5)
m. Data infeksi nosokomial rumah sakit
(RL 6)
1.4 Statistik rumah sakit
Statistik rumah sakit menurut Sudra (2010)
yaitu “statistik yang menggunakan dan
mengolah sumber data dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit untuk
menghasilkan informasi, fakta dan
pengetahuan berkaitan dengan pelayanan
kesehatan di rumah sakit”. Dalam
pelayanan pasien di rumah sakit, data
dikumpullkan setiap hari dari pasien rawat
inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Data
tersebut berguna untuk memantau
perawatan pasien setiap hari, mingguan,
bulanan dan lain-lain. Menurut Sudra
(2010:3) informasi dari statistik rumah sakit
digunakan untuk berbagai kepentingan,
antara lain :
1. Perencanaan, pemantauan pendapatan
dan pengeluaran dari pasien oleh pihak
manajemen rumah sakit
2. Pemantauan kinerja medis
3. Pemantauan kinerja non medis.
1.5 Rekam medis
Menurut PERMENKES No. 269/MENKES
/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Menurut Hatta (2011),
rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain kepada pasien pada
sarana pelayanan kesehatan.
1.6 Efisiensi Menurut Hatta (2011) efisiensi merupakan
salah satu parameter/indikator kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja
suatu organisasi dalam hal ini adalah rumah
sakit. Tanpa pengawasan terhadap efisiensi,
masalah dapat muncul dari sisi manajemen
yang berujung pada tindakan-tindakan
penyimpangan. Begitu pula efisiensi dapat
digunakan untuk mengalokasikan sumber
daya dengan lebih tepat sasaran sehingga
sumber daya yang datang dari pemegang
saham dapat dimanfaatkan secara optimal.
ISSN : 2089-4228
METODE PENELITIAN 1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode penelitian deskriptif
merupakan metode yang memberikan
gambaran secara tepat tentang gejala-gejala
dari obyek yang diteliti, sedangkan metode
penelitian kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positifme karena pada data penelitian
berupa angka-angka dan analisa data
menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).
Metode penelitian ini bertujuan untuk
memberiakan gambaran tentang analisa
indikator efisiensi rumah sakit di unit rawat
inap RSI Gondanglegi.
2 Kerangka Operasional
2.1 Tahap persiapan Pada tahap persiapan ini penelitian dimulai
dengan menentukan topik penelitian yang
akan diteliti, kemudian mengajukan surat
ijin studi pendahuluan agar dapat
melakukan studi pendahuluan di Rumah
Sakit Islam Gondanglegi. Peneliti
mempersiapkan alat untuk penunjang
dalam melaksanakan penelitian.
2.2 Tahap pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April sampai dengan Juli di Rumah Sakit
Islam Gondanglegi yang memfokuskan
pada analisa 30 indikator efisiensi rumah
sakit di unit rawat inap pada tahun 2016
ditinjau dari parameter Barber Johnson
yaitu BOR, ALOS, TOI dan
BTO. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi
observasi, pengumpulan data dan
pengolahan data.
2.3 Tahap penyusunan laporan Tahap penyusunan laporan dilakukan
dengan cara menganalisa dan mengolah
data yang telah diperoleh dan disajikan
dalam bentuk grafik yang menggambarkan
efisiensi indikator rumah sakit pada rawat
inap tahun 2016 sesuai dengan parameter
statistik Rumah Sakit Islam Gondanglegi.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1 Tempat pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Rekam
medis bagian pelaporan rawat inap RSI
Gondanglegi yang beralamat di Jalan
Hayam Wuruk no. 66 Gondanglegi Malang.
3.2 Waktu pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2017 sampai bulan Juni 2017.
4. Subjek dan Objek Penelitian
4.1 Subjek Subjek yang digunakan pada peneliatian ini
adalah 2 orang petugas yang bekerja di
bagian pelaporan rekam medis dan staf
penunjang medis di RSI Gondanglegi.
4.2 Objek Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah pelaporan yang ada pada
RSI Gondanglegi meliputi data sensus
harian pasien rawat inap ( Hari Perawatan/
HP, jumlah pasien keluar (hidup+mati),
jumlah tempat tidur) pada tahun 2016.
5. Variabel Penelitian Menurut Notoadmojo (2010), variabel
merupakan sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh
suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. Variabel pada
penelitian ini menggunakan variabel bebas
atau independent karena dalam penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif,
yaitu hanya menceritakan atau
menggambarkan variabel tersebut yang
akan diteliti. Adapun variabel yang akan
diteliti adalah tingkat efisiensi berdasarkan
Grafik Barber Johnson dengan 4 indikator BOR, ALOS, TOI dan BTO.
ISSN : 2089-4228
6 Definisi Operasiaonal
Tabel 3.1 Definisi Operasional
N
o
Var
iab
el
Defi
nisi
Cara
ukur
Hasil
ukur
Sk
ala
1 Pelap
oran
ruma
h
sakit
(Graf
ik
Barb
er
johns
on)
Pengol
ahan
data
yang
bersum
ber
dari
sensus
harian
dan
progra
m
Obser
vasi
- BOR
-
ALOS
- TOI
- BTO
Wawa
ncara
Efisien,
jika
sesuai
dengan
standar
BOR
60%-
80%
ALOS
6-9 hari
TOI 1-
3 hari
BTO
40-50
kali
Tidak
efisien,
jika
melebihi
atau
kurang
dari
standar
Nom
inal
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai proses yang
menggambarkan pengumpulan data yang
dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif.
7.1 Observasi Observasi dalam penelitian ini adalah
peneliti melakukan pengamatan langsung
di Rumah Sakit Islam Gondanglegi
khususnya pelaporan di unit rekam medis.
7.2 Wawancara Menurut Sugiyono (2011), wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun
tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon. Pada
penelitian ini wawancara dilakukan dengan
tatap muka dengan memberikan beberapa
pertanyaan langsung kepada kepala unit
rekam medis untuk menunjang data-data
terkait pemakaian Tempat Tidur (TT).
7.3 Instrumen penelitian
1. Checklist Checklist merupakan suatu
daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya (Sugiyono, 2010). Checklist juga
berfungsi untuk memperoleh data secara
mudah.
8. Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa univariat atau
analisa deskriptif. Analisa univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian, dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian (Notoadmojo,
2010).
8.1. Tabulasi Analisa data dalam bentuk tabel atau daftar
untuk memudahkan pengamatan dan
evaluasi. Tabulasi data berupa data sensus
pasien rawat inap di RSI Gondanglegi.
8.2 Editing Hasil dari data yang dikumpulkan harus
dilakukan penyuntingan (editing). Editing
adalah kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan suatu data (Notoadmodjo, 2012).
Peneliti melakukan pengecekan kembali
data-data yang tidak lengkap dan
memperbaiki data yang dibutuhkan.
8.3 Penyajian Penyajian data merupakan salah satu
kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan agar dapat
dipahami dan di analisa sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Data yang
disajikan harus sederhana dan jelas agar
mudah dibaca. Penyajian data juga
dimaksudkan agar para pengamat dapat
dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan
penilaian atau perbandingan dan lain lain.
9. Etika Penelitian Dalam penelitian penulis berusaha untuk
memperhatikan etika yang harus dipatuhi
dalam pelaksanaanya, mengingat bahwa
penelitian kesehatan akan berlangsung
dengan manusia. Masalah etika kesehatan
meliputi :
ISSN : 2089-4228
1. Right to full disclosure (hak untuk
mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan) Penelitian akan memberikan
penjelasan secara rinci tentang penelitian
yang akan dilakukan serta bertanggung
jawab kepada subyek penelitian jika ada
sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang
dilakukan.
2. Inform consent (lembar persetujuan)
Merupakan lembar persetujuan yang
memuat penjelasan-penjelasan tentang
maksud dan tujuan penelitian. Apabila
responden telah mengerti dan bersedia
maka responden diminta menandatangani
surat persetujuan menjadi responden.
Namun apabila responden menolak, maka
peneliti tidak akan memaksa.
3. Confidentiality (kerahasiaan) Informasi
yang diberikan oleh rumah sakit serta
semua data yang terkumpul akan dijamin
kerahasiannya dan hanya menjadi koleksi si
peneliti. Informasi yang diberikan oleh unit
rekam medis tidak akan di sebarluaskan
atau diberikan kepada orang lain tanpa
seijin rumah sakit.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
a. Analisa tingkat efisisensi Rumah
Sakit Islam Gondanglegi
berdasarkan Grafik Barber Johnson
Tabel 4.1 Data Sensus Harian Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit
Gondanglegi Tahun 2016
Dari data diatas dapat diketahui jumlah tempat tidur yang dimliki oleh Rumah Sakit
Islam Gondanglegi tahun 2016 yaitu
sebanyak 1017 buah. Dengan jumlah pasien
keluar sebanyak 6011 pasien. Hasil
perhitungan BOR, ALOS, TOI dan BTO
adalah sebagai berikut :
1. Analisa Indikator BOR
BOR merupakan persentase pemakaian
tempat tidur pada periode
waktu tertentu. Hasil perhitungan BOR
Rumah Sakit Gondanglegi
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 BOR Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016
BOR (Bed Occupancy Rate) adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan TT rumah sakit. Dari
hasil diatas, bahwa BOR atau jumlah
prosentase pemakaian tempat tidur di
Rumah Sakit Gondanglegi yaitu 56%.
BOR pada tahn 2016 ini belum efisien
karena belum memenuhi standar yang telah
ditentukan oleh Barber Johnson yaitu 75-
85% maupun menurut Depkes RI yaitu 60-
85 %.
2. Analisa ALOS
ALOS merupakan rata-rata jumlah hari
pasien dirawat inap yang tinggal di rumah
sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Hasil
perhitungan ALOS Rumah Sakit
Gondanglegi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 ALOS Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016
Dari hasil diatas, bahwa ALOS atau jumlah
rata-rat pasien dirawat di Rumah Sakit
Gondanglegi yaitu 2,8 hari. ALOS pada
tahun 2016 ini belum efisien karena belum
ISSN : 2089-4228
memenuhi standar yang telah ditentukan
oleh Barber Johnson yaitu 3-12 hari
maupun menurut Depkes yaitu 6-9 hari.
3. Analisa TOI
TOI merupakan rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat untuk TOI terisi
berikutnya. Hasil perhitungan
TOI Rumah Sakit Gondanglegi adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4 TOI Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016
Dari hasil perhitungan diatas, bahwa TOI
atau rata-rata waktu luang tempat tidur
tidak terisi di unit rawat inap Rumah Sakit
Islam Gondanglegi yaitu 2,3 hari. Dari
hasil perhitungan menunjukkan TOI sudah
efisien karena sudah sesuai standar yang di
tentukan oleh Barber Johnson yaitu 1-3
hari maupun dari Depkes RI yaitu 1-3 hari.
4. Analisa BTO
BTO merupakan frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu
periode, beberapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu
tertentu. Hasil perhitungan TOI Rumah
Sakit Gondanglegi adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.5 BTO Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016
Dari hasil perhitungan diatas, bahwa BTO
atau frekuensi pemakaian tempat tidur di
unit rawat inap rumah sakit gondanglegi
yaitu 70 kali dan dari hasil perhitungan
menunjukan BTO tidak efisien karena lebih
dari batas yang ditentukan oleh Barber
Johnson 30 kali maupun menurut Depkes
RI yaitu 40-50 kali.
5. Analisa Barber Johnson
Tabel 4.6 Indikator Efisiensi dan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Islam
Gondanglegi
Sumber : Indikator Efisiensi dan Mutu
Pelayanan RS Islam Gondanglegi
Dari analisa Grafik Barber Johnson diatas
dapat diketahui bahwa indikator rumah
sakit yang terdiri dari BOR 54,9 %, ALOS
2,8 hari, TOI 2,3 hari dan BTO 70 kali tidak
bertemu satu titik di daerah efisien.
b. Identifikasi faktor pemanfaatan
efisiensi sumber daya (man, methode dan
teknologi) Dalam hal ini man, methode dan teknologi
hanya dari sisi pembuatan pelaporan
statistik rumah sakit.
1. Man (manusia/petugas) Faktor sumber daya manusia Jumlah
sumber daya manusia yang ada di Rumah
ISSN : 2089-4228
Sakit Islam Gondanglegi adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Data SDM Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016
No Data Jumlah Pernah
pelatihan
Jumlah SDM yang
ada di RSIG
Medis 32 32
Perawat 112 112
Bidan 14 14
Apoteker 3 3
Asisten apoteker 11 11
Perekam medis 14 14
Radiografer 3 3
Analisa 9 9
Sanitarian 1 1
Teknik elektromedik 1 1
Gizi 3 3
Non kesehatan 105 105
Jumla
h
300 300
Sumber : Data sekunder jumlah karyawan
RSIG tahun 2016
Dari data diatas dapat diketahui jumlah
SDM yang terdapat di RSIG sebanyak 300
orang. Dari 300 orang yang pernah
mengikuti pelatihan ada 300 orang. Dari
tabel diatas terdapat petugas rekam medis
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.8 Data SDM Unit Rekam Medis
di Rumah Sakit Islam Gondanglegi
Tahun 2016
N
o
Data Juml
ah
Pendidikan Perna
h
pelati
han
SMA D3
RMIK
Jumlah SDM yang
ada di RSIG
Kepala unit 1 1 1
Pendaftaran
umum 7 5 2 7
Pendaftaran BPJS 1 1 1
Filing 2 2 2
Pengolahan klaim
BPJS 1 1 1
Pelaporan 2 1 1 2
Jumlah 14 8 6 14
Sumber :data sekunder karyawan yang ada di unit RM
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah
SDM di unit Rekam Medis terdapat 14
orang, yang pernah mengikuti pelatihan ada
14 orang.
Faktor sumber daya yang terlibat dalam
pembuatan statistik rumah sakit yaitu
perawat dan perekam medis. Perawat dalam
hal ini bertugas sebagai pembuatan sensus
harian di ruang rawat inap Rumah Sakit
Islam Gondanglegi. Sedangkan perekam
medis bertugas sebagai merekap sensus
harian yang sudah di kerjakan oleh setiap
perawat ruangan dan perekam medis juga
bertugas entri data dan mengolah data.
Dalam pembuatan laporan statistik petugas
tidak membutuhkan waktu yang lama dan
tidak mengalami kesulitan untuk
menyelesaiakannya. Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara tentang berapa lama
petugas menyelesaiakan pelaporan statistik
dan apakah ada kesulitan? Dan responden
menyatakan “ tidak membutuhkan waktu
yang lama, lima menit selesai karena sudah
menggunakan komputer jadi tinggal
memasukkan data dari rekapitulasi sensus
harian rawat inap”.
Dalam merekapitulasi sensus harian
petugas tidak melakukan secara teratur
karena perawat yang tidak menyetorkan
kepada petugas rekam medis. Dalam
pembuatan pelaporan petugas tidak
mengalamai kesulitan dan tidak
membutuhkan waktu yang lama.
2. Methode Metode atau cara yang
digunakan petugas untuk pembuatan
laporan.
Tabel 4.9 Hasil Observasi Metode
Pembuatan Laporan di Rumah
Sakit Islam Gondanglegi Tahun 2016
ISSN : 2089-4228
Dari hasil penelitian, dalam pembuatan
sensus harian rawat inap dan rekapitulasi
sensus harian rawat inap petugas sudah
melakukannya sesuai dengan SPO yang ada
di Rumah Sakit Islam Gondanglegi
begitupun juga dalam pembutana grafik
Barber Johnson yaitu sensus harian dari
masing-masing ruang rawat inap disetorkan
ke bagian pelaporan unit rekam medis
setiap hari. Petugas pelaporan melakukan
kroscek ketepatan pengisian data sensus
harian untuk selanjutnya dilakuakan
rekapitulasi. Apabila terdapat ketidak
tepatan pengisisan, maka petugas pelaporan
melakukan konfirmasi ke ruang perawatan
terkait. Hasil dari rekapitulasi harian
direkap kembali menjadi rekapitulasi
bulanan. Pastikan data rekapitulasi telah
terhitung dengan benar. Data hasil
rekapitulasi bulanan digunakan untuk
perhitungan BOR, ALOS, TOI,
BTO, NDR, GDR. Namun dalam
pembuatan laporan statistik masih belum
ada SPO tentang pembuatan laporan
statistik rumah sakit. Dari hasil wawancara
laporan statistik tidak dibuat secara rutin
termasuk grafik barber johnson. Grafik
Barber Johnson hanya di buat jika
dibutuhkan atau diminta oleh direktur.
Pembuatan sensus harian dan rekapitulasi
sensus harian rawat inap sudah sesuai
dengan SPO namun tidak dengan
pembuatan laporan statistik karena belum
ada SPO, grafik Barber
Johnson tidak dibuat secara rutin.
3. Teknologi Teknologi disini meruakan pemanfaatan
komputer dan SIMRS di Rumah Sakit
Islam Gondanglegi
Tabel 4.9 Data Jumlah Komputer di
Unit Rekam Medis dan
Rawat inap di Rumah Sakit Islam
GondanglegiTahun 2016
Sumber : data sekunder jumlah komputer pada unit
RM dan ruang perawatan di RSIG
Dari hasil penelitian saat ini di Rumah Sakit
Islam Gondanglegi sudah menggunakan
sistem informasi rumah sakit, dimana
komputer di pendaftaran sudah terhubung
dalam setiap komputer di rawat inap yang
masing-masing ruang rawat inap memiliki
satu unit komputer. Namun dalam
pembuatan laporan atau sensus harian
masih manual dan untuk informasi laporan
statistik rumah sakit juga belum
terkomputerisasi. Dalam pembuatan
laporan statistik rumah sakit petugas tidak
ada kesulitan dalam penggunaan komputer
dan menurut mereka dengan menggunakan
komputer lebih memudahkan. Pembuatan
laporan statistik rumah sakit sudah
menggunakan komputer namun dalam
pengambilan data masih manual dan belum
bisa terkomputerisasi. Dalam pembuatan
laporan statistik rumah sakit belum bisa
secara otomatis dimana SIMRS masih
belum bisa digunakan secara maksimal
namun dalam pembuatannya sudah
menggunakan komputer dan petugas tidak
kesulitan untuk itu.
2. Pembahasan
a. Analisa tingkat efisisensi Rumah Sakit
Islam Gondanglegi tahun 2016 berdasar-
kan Grafik Barber Johnson
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa
rata-rata tempat tidur yang dimiliki oleh
Rumah Sakit Islam Gondanglegi sebanyak
85 buah dan rata-rata tempat tidur terisi
ISSN : 2089-4228
sebanyak 47 buah. Dengan jumlah pasien
keluar sebanyak 6011 pasien dan jumlah
hari perawatan sebanyak 17105 hari dalam
tahun 2016. Analisa indikator efisiensi
adalah sebagai berikut :
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR merupakan angka yang menunjukan
persentase tingkat penggunaan tempat tidur
pada satuan waktu tertentu pada unit rawat
inap. Dengan rata-rata tempat tidur terisi di
Rumah Sakit Islam Gondanglegi yaitu 47
TT dan Jumlah tempat tidur yaitu 85 buah,
maka dapat di hasilkan indikator BOR yaitu
54,9 %, hasil tersebut menunjukan bahwa
indikator BOR belum efisien karena belum
memenuhi standar yang telah ditentukan
oleh Barber Johnson yaitu 75-85% maupun
menurut Depkes RI yaitu 60-85 %. Menurut
Depkes RI (2005), BOR merupakan
persentase pemakaian tempat tidur pada
periode waktu tertentu. Indikator ini
berfungsi untuk memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur (TT) rumah sakit. Nilai ideal
untuk BOR adalah 60%-80%. Sedangkan
menurut Sudra (2010) BOR merupakan
angka yang menunjukkan persentase
penggunaan tempat tidur di unit rawat inap
(bangsal). Secara statistik semakin tinggi
BOR berarti semakin tinggi pula
penggunaan tempat tidur yang ada untuk
perawatan pasien. Disisi lain, semakin
rendah BOR berarti semakin sedikit tempat
tidur yang digunakan untuk merawat pasien
dibandingkan dengan tempat tidur yang
telah disediakan. Jumlah pasien yang
sedikit dapat 49 menimbulkan kesulitan
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal untuk BOR adalah 75%-
85%. Dari hasil diatas BOR 54,9% yang
berarti rata-rata pemakaian tempat tidur
yang rendah. Hal ini sependapat dengan
Sudra (2010) bahwa semakin tinggi BOR
berarti semakin tinggi pula penggunaan
tempat tidur yang ada untuk perawatan
pasien. Disisi lain, semakin rendah BOR
berarti semakin sedikit tempat tidur yang
digunakan untuk merawat pasien
dibandingkan dengan tempat tidur yang
telah disediakan. Menurut Dwianto dalam
jurnal Sari (2015) nilai BOR yang
semakin rendah maka semakin sedikit tempat
tidur yang digunakan pasien. Penggunaan
tempat tidur yang rendah menyebabkan
kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi
bagi pihak rumah sakit. Maka dari itu agar
BOR efisien perlu dilakukan peningkatan
BOR dengan cara mempromosikan rumah
sakit lebih luas lagi agar ada peningkatan
dalam jumlah pasien atau dengan
pengalokasian tempat tidur.
2. ALOS (Average Lenght Of Stay)
ALOS merupakan jumlah rata-rata pasien
dirawat. Dengan ratarata tempat tidur terisi
47 buah dan jumlah pasien keluar (H+M)
6011 pasien dalam waktu 366 hari maka
dapat diperoleh hasil ALOS yaitu 2,8 hari.
ALOS pada tahun 2016 ini belum efisien
karena belum memenuhi standar yang telah
ditentukan oleh Barber Johnson yaitu 3-12
hari maupun menurut Depkes yaitu 6-9
hari. Menurut Depkes RI (2005) ALOS
merupakan rata-rata jumlah hari pasien
dirawat inap yang tinggal di rumah sakit,
tidak termasuk bayi baru lahir. Indikator ini
berfungsi untuk memberikan gambaran
tingkat mutu pelayanan. Nilai ideal ALOS
adalah 6-9 hari. Sedangkan menurut Sudra
(2010) ALOS merupakan jumlah kalender
dimana pasien mendapat perawatan rawat
inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai
pasien rawat hingga keluar dari rumah
sakit. ALOS ini dapat digunakan untuk
menghitung tingkat penggunaan sarana dan
untuk kepentingan finansial. Dilihat dari
aspek medis, semakin panjang ALOS maka
bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang, sedangkan dari aspek
ekonomis semakin panjang ALOS berarti
semakin tinggi biaya yang akan diterima
oleh rumah sakit. Dari aspek medis,
semakin rendah LOS maka menunjukan
kinerja kualitas medis yang kurang baik
karena pasien dirawat sebentar. Dari aspek
ekonomis, semakin rendah LOS
berarti semakin rendah biaya yang nantinya
harus dibayar oleh pasien (Sudra, 2010).
Nilai ideal untuk ALOS adalah 3-12 hari.
ISSN : 2089-4228
Dari hasil diatas ALOS 2,8 hari belum
efisien karena masih di bawah standar.
Maka dari itu perlu adanya peningkatan
pelayanan perawatan. Agar memperoleh
nilai LOS yang sesuai standar sehingga
menimbulkan efisiensi pelayanan dapat
dilakukan melalui penetapan standar
pelayanan yang disepakati oleh dokter yang
bekerja di Rumah Sakit Islam Gondanglegi.
Standar pelayanan ini mencakup indikasi
perawatan rumah sakit, prosedur dan proses
pelayanan yang selayaknya harus
dilaksanakan.
3. TOI (Turn Over Interval)
TOI merupakan rata-rata waktu luang
tempat tidur tidak terisi di unit rawat inap.
Dengan rata-rata tempat tidur terisi 47 buah
dari jumlah tempat tidur 85 buah dan
jumlah pasien keluar (H+M) 6011 pasien
dalam waktu 366 hari dapat diperoleh hasil
TOI yaitu 2,3 hari. Dari hasil perhitungan
menunjukkan TOI sudah efisien karena
sudah sesuai standar yang di tentukan oleh
Barber Johnson yaitu 1-3 hari maupun dari
Depkes RI yaitu 1 -3 hari. Menurut Depkes
RI (2005) TOImerupakan rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat untuk TOI terisi
berikutnya. Indikator ini berfungsi untuk
memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Nilai ideal TOI
adalah 1 -3 hari. Sedangkan menurut Sudra
(2010) TOI merupakan rata-rata jumlah hari
sebuah tempat tidur tidak ditempati untuk
perawatan pasien. Nilai ideal untuk TOI 1-
3 hari, semakin besar angka TOI berarti
tempat tidur tidak produktif, dari kondisi
tersebut dilihat dari segi ekonomi sangat tidak menguntungkan untuk manajemen
rumah sakit, sedangkan semakin kecil
angka TOI maka semakin singkat saat
tempat tidur menunggu pasien berikutnya.
Hal ini berarti tempat tidur sangat
produktif, hal ini sangat menguntungkan
secara ekonomi bagi pihak manajemen
rumah sakit. Akibatnya, kejadian infeksi
nosokomial mungkin bisa meningkat
sehingga beban kerja tim medis semakin
meningkat. Dari hasil diatas TOI 2,3 hari
sudah efisien. Karena TOI 2 hari berarti
pemakaian tempat tidur sudah produktif
dan infeksi nosokomial bisa dihindari.
Maka dari itu mempertahankan dan
meningkatkan angka TOI dengan cara
melakukan manajemen organisasi yang
baik yaitu menyesuaikan besarnya kegiatan
dan beban kerja rumah sakit. Disamping itu
pembagian tugas dan fungsi rumah sakit
dan melakukan promosi kepada masyarakat
agar jumlah permintaan tempat tidur dapat
ditingkatkan.
4. BTO (Bed Turn Over)
BTO merupakan frekuensi pemakaian
tempat tidur di unit rawat inap Rumah Sakit
Gondanglegi. Dengan jumlah pasien keluar
(H+M) 6011 pasien dan jumlah tempat
tidur 85 buah dapat diperoleh hasil BTO
yaitu 70 kali. Dari hasil perhitungan
menunjukan BTO tidak efisien karena lebih
dari batas yang ditentukan oleh Barber
Johnson 30 kali maupun menurut Depkes
RI yaitu 40-50 kali. BTO merupakan
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, beberapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Nilai
ideal BTO adalah 40-50 kali (Depkes RI,
2005). Sedangkan menurut Sudra (2010),
BTO merupakan rata-rata jumlah pasien
yang menggunakan setiap tempat tidur
dalam periode tertentu. Secara logika,
semakin tinggi angka BTO berarti setiap
tempat tidur yang tersedia digunakan oleh
banyak pasien bergantian. Hal ini tentu
menguntungkan bagi pihak rumah sakit,
tetapi disisi lain bila dalam 1 bulan 1 tempat
tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-
rata setiap pasien menggunakan tempat tidur tersebut adalah 2 hari dan tidak ada
hari dimana tempat tidur tersebut
menganggur. Hal ini berarti semakin 53
menambah beban kerja tim perawatan dan
tempat tidur tidak sempat dibersihkan
karena terus digunakan pasien secara
bergantian. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan ketidakpuasan pasien,
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan
dapat meningkatkan infeksi nosokomial.
Dari hasil diatas BTO 70 kali tidak efisien.
ISSN : 2089-4228
Sedangkan menurut Depkes RI pemakaian
tempat tidur dipakai 40-50 kali dan menurut
Barber Johnson 30 kali. Maka dari itu perlu
adanya pengurangan angka BTO, yaitu
dengan selalu melihat laporan statistik agar
pemakaian tempat tidur bisa terkontrol dan
dengan cara pengalokasian tempat tidur. 5.
Grafik Barber Johnson Dari analisa grafik
Barber Johnson diatas dapat diketahui
bahwa indikator rumah sakit yang terdiri
dari BOR 54,9 % yang masih di bawah
standar dari Depkes RI yaitu 60-85% dan
dari Barber Johnson yaitu 75- 85%, ALOS
2,8 hari yang masih dibawah standar dari
Depkes RI yaitu 6-9 hari dan dari Barber
Johnson yaitu 3-12 hari, TOI 2,3 dimana
sudah sesuai dengan standar dari Depkes RI
yaitu 1-3 hari dan dari Barber
Johnson yaitu 1-3 hari dan BTO 70 kali
yang melebihi dari standar dari dari Depkes
RI yaitu 40-50 hari dan dari Barber
Johnson 30 kali, maka dalam titik pada
grafik barber johnson tidak bertemu di
dalam daerah efisien. Barry Barber, M.A,
Ph.D, Finst P, AFIMA dan David Johnson
M.sc pada tahun 1973 berusaha
merumuskan dan memadukan empat
parameter untuk memantau dan menilai
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur
untuk bangsal perawatan pasien. Keempat
parameter yang 54 dipadukan tersebut yaitu
BOR, ALOS, TOI, BTO. Perpaduan
keempat parameter tersebut lalu
diwujudkan dalam bentuk grafik yang
akhirnya dikenal sebagai grafik Barber
Johnson (Sudra, 2010). Menurut
Rustiyanto (2010), grafik Barber Johnson
digunakan untuk memantau dan menilai
tingkat efisiensi rawat inap dan mengetahui tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit.
Apabila titik Barber Johnson berada di luar
daerah efisien maka pelayanan kesehatan
belum efisien. Menurut Rustiyanto (2010),
grafik Barber Johnson digunakan untuk
memantau dan menilai tingkat efisiensi
rawat inap dan mengetahui tingkat efisiensi
pelayanan rumah sakit. Apabila titik Barber
Johnson berada di luar daerah efisien maka
pelayanan kesehatan belum efisien.
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui
bahwa penggunaan tempat tidur tidak
efisien karena titik koordinat grafik Barber
Johnson berada di luar daerah efisien, hal
ini didasari oleh teori dari Rustiyanto
(2010), grafik Barber Johnson digunakan
untuk memantau dan menilai tingkat
efisiensi rawat inap dan mengetahui tingkat
efisiensi pelayanan rumah sakit. Apabila
titik Barber Johnson berada di luar daerah
efisien maka pelayanan kesehatan belum
efisien. Kondisi tidak efisien ini
diakibatkan oleh jumlah pasien yang sedikit
dan kurangnya pengalokasian tempat tidur.
Maka dari itu perlu adanya promosi kepada
masyarakat dan pembuatan laporan statistik
rumah sakit secara teratur agar dapat
digunakan untuk mengontrol pemakaian
tempat tidur.
b. Identifikasi faktor pemanfaatan
efisiensi sumber daya (man, methode
dan teknologi)
1. Man / Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di
Rumah Sakit Islam Gondanglegi yaitu 300
orang. Yang terdiri dari medis 32 orang,
perawat 112 orang, bidan 14 orang,
apoteker 3 orang, asisten apoteker 11 orang,
perekam medis 14 orang, radiografer 3
orang, analisa 9 orang, sanitarian 1 orang,
teknik elektromedik 1 orang, gizi 3 orang
dan non kesehatan 105 orang, dengan
jumlah yang pernah mengikuti pelatihan
yaitu 300 orang. Berdasarkan hal diatas
jumlah pelatihan untuk SDM di Rumah
Sakit Islam Gondanglegi sudah sesuai
dengan Kepmenkes Nomor 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal rumah
Sakit. SPM adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Juga
merupakan spesifikasi teknis tentang tolak
ukur pelayanan minimum yang diberikan
oleh Badan Layanan Umum kepada
masyarakat. Dimana pada SPM unit
administrasi dan manajemen disebutkan
bahwa karyawan mendapat pelatihan
minimal 20 jam setahun. Dalam hal ini
ISSN : 2089-4228
rumah sakit lebih meningkatkan lagi dalam
pelatihan SDM dan lebih mewajibkan
pelatihan bagi SDM sesuai dengan bidang
pekerjaan SDM dan diutamakan mengikuti
pelatihan tentang komunikasi efektif,
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI), KPRS 56 dan tanggap bencana sesuai
dengan peraturan yang terdapat pada KARS
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit) tahun
2013. Berdasarkan dari hasil penelitian
yang terlibat dalam pembuatan pelaporan
statistik rumah sakit yaitu perawat ruangan
dan 2 petugas pelaporan di bagian unit
rekam medis. Dalam hal ini 1 petugas
bertugas dalam rekapitulasi sensus harian
rawat inap dengan latar belakang
pendidikan SMA namun memiliki
pengalaman kerja yang cukup lama dan 1
petugas bertugas dalam input data dan
pembuatan pelaporan statistik rumah sakit
dengan latar belakang pendidikan D3
Rekam Medis. Ditinjau dari segi kualitas
SDM baik perawat dan perekam medis
telah sesuai dengan kompetensi karena latar
belakang pendidikan mendukung jabatan
atau tupoksinya Kualitas SDM perawat dan
perekam medis sejalan dengan teori
manajemen oleh Hasibuan dalam jurnal
Sari (2015), yaitu dalam asas pengisian
jabatan, penempatan orang-orang yang
tepat pada tempat yang tepat dan
penempatan orangorang yang tepat pada
pekerjaan yang tepat untuk menghindari
terjadinya kesalahan pengelolaan.
Penempatan orang-orang yang terlibat
dalam pembuatan statistik dasar Rumah
Sakit Islam Gondanglegi berpedoman
kepada job description atau uraian
tugastugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan pada jabatan itu. Petugas
rekam medis dalam mengerjakan
rekapitulasi sensus harian tidak dilakukan
setiap hari karena perawat ruangan tidak
memberikan sensus harian kepada petugas
rekam medis setiap hari dikarenakan
perawat ruangan tidak sempat membuat
sensus harian dan petugas rekam medis
tidak mengambilnya dan juga dalam
pembuatan Grafik Barber Johnson tidak di
buat secara teratur. Berdasarkan hal diatas
pelaksanaan sensus harian, rekapitulasi
sensus harian, dan pembuatan grafik
Barber Johnson tidak dilaksankan secara
teratur. Hal itu tidak sejalan dengan teori
dari Depkes (1994) yaitu sensus harian
rawat inap adalah kegiatan pencacahan atau
penghitungan pasien rawat inap yang
dilakukan setiap hari pada suatu ruang
rawat inap. Sensus harian berisi tentang
mutasi keluar masuk pasien selama 24 jam
mulai dari pukul 00.00 s/d 24.00.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
memperoleh informasi semua pasien yang
masuk dan keluar rumah sakit selama 24
jam (Depkes RI, 1994). Rekapitulasi sensus
harian rawat inap adalah formulir perantara
untuk menghitung dan merekap pasien
rawat inap setiap hari yang diterima dari
masing-masing ruang rawat inap.
Tujuannya adalah untuk memperoleh
informasi semua pasien yang dirawat inap
di rumah sakit secara keseluruhan maupun
pada masing-masing ruang rawat inap
dalam menunjang perencanaan,
pengawasan dan evaluasi (Depkes, 1994).
Kegunaan dari rekapitulasi sensus harian
rawat inap menurut Depkes (1994) adalah
untuk : 1. Mengetahui jumlah pasien
dirawat pada hari yang bersangkutan. 2.
Mengetahui tingkat penggunaan tempat
tidur. 58 Merupakan data dasar mengenai
pasien dirawat pada hari yang bersangkutan
yang harus segera dikirim kepada Direktur
Rumah Sakit, Bidang Perawatan dan unit
lain yang membutuhkan. Agar informasi
tentang pasien dan tingkat penggunaan
tempat tidur pada rawat inap dapat
diketahui dan kemudian dapat dilakukan
evaluasi jika terdapat masalah penggunaan tempat tidur, maka dari itu seharusnya
petugas rekam medis lebih memperhatikan
rekapitulasi sensus harian dan mengambil
sensus harian di setiap ruangan rawat inap
dan membuat Grafik Barber Johnson
secara rutin agar pemakaian tempat tidur
bisa terkontrol.
2. Methode
Methode / cara atau langkah dalam
pembuatan pelaporan statistik rumah sakit
ISSN : 2089-4228
di Rumah Sakit Islam Gondanglegi pada
pembuatan sensus harian rawat inap dan
rekapitulasi sensus harian rawat inap sudah
sesuai dengan SPO yang ada di Rumah
Sakit Islam Gondanglegi yaitu sensus
harian dari masing-masing ruang rawat inap
disetorkan ke bagian pelaporan unit rekam
medis setiap hari. Petugas pelaporan
melakukan kroscek ketepatan pengisian
data sensus harian untuk selanjutnya
dilakuakan rekapitulasi. Apabila terdapat
ketidaktepatan pengisian, maka petugas
pelaporan melakukan konfirmasi ke ruang
perawatan terkait. Hasil dari rekapitulasi
harian direkap kembali menjadi
rekapitulasi bulanan. Pastikan data
rekapitulasi telah terhitung dengan benar.
Data hasil rekapitulasi bulanan digunakan
untuk perhitungan BOR, ALOS, TOI, BTO,
NDR, GDR. Namun dalam pembuatan
pelaporan statistik belum ada SPO nya.
Dalam pembuatan laporan statistik Rumah
Sakit Islam Gondanglegi belum ada
metode/ cara yang mengatur karena di
Rumah Sakit Islam Gondanglegi belum ada
SPO tentang pembuatan pelaporan rumah
sakit dengan adanya SPO tentang
pembuatan laporan statistik rumah sakit
akan mempermudah petugas dalam
pembuatannya. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dari George R Terry di kutip Dinkes
Lumajang (2013) dalam pelaksanaan kerja
diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata
cara kerja yang baik akan memperlancar
jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan
waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan
orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya sendiri.
Tidak adanya SPO tentang pembuatan
laporan statistik rumah sakit, maka dari itu
seharusnya kepala unit rekam medis
membuat SPO tentang pembuatan laporan
statistik rumah sakit agar memudahkan
petugas dalam pembuatannya dan petugas
mempunyai acuan untuk membuat
pelaporan statistik rumah sakit.
3. Teknologi Teknologi disini yaitu teknologi yang
berhubungan dengan pelaporan statistik
rumah sakit, yaitu tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit. Komputer yang ada di
Rumah Sakit Islam Gondanglegi dalam
ruang lingkup pembuatan laporan statistik
berjumlah 10 komputer dimana setiap
ruang rawat inap memiliki satu unit
komputer dan pada bagian unit rekam
medis terdapat 4 unit komputer. Komputer
yang ada pada pendaftaran sudah terhubung
ke setiap komputer yang ada di ruang rawat
inap. Namun dalam pembuatan sensus
harian dan rekapitulasi sensus harian masih
menggunakan manual dan juga untuk
informasi yang berhubungan dengan
indikator efisiensi rumah sakit dan
pelaporan satistik rumah sakit belum bisa
didapatkan secara online dan
perhitunganpun masih manual. Sedangkan
Rumah Sakit Islam Gondanglegi sudah
menggunakan SIMRS. Petugas dalam
pembuatan laporan statistik rumah sakit
yang manual tidak mengalami kesulitan
karena sudah menggunakan komputer.
Berdasarkan hal diatas bahwa pembuatan
sensus harian dan rekapitulasi masih
menggunakan manual. Pembuatan sensus
harian dan rekapitulasi sensus harian yang
manual ini membutuhkan waktu yang lama.
Dalam penyajian laporan statistik rumah
sakit dan grafik Barber Johnson masih menggunakan manual belum bisa
didapatkan secara online. Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit belum di
manfaatkan secara maksimal. Hal ini tidak
sependapat dengan teori dari Rustiyanto
(2011) tujuan SIMRS yaitu memberikan
informasi yang akurat, tepat waktu untuk
pengambilan keputusan diseluruh tingkat
administrasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian
dan penilaian (evaluasi) di rumah sakit.
ISSN : 2089-4228
Manfaat SIMRS digunakan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal
memberikan nilai tambah dengan
meningkatkan kemudahan pekerjaan
administrasi. Peranan TI (Teknologi
Informasi) yaitu membantu dalam proses
pengolahan informasi, dengan TI untuk
melakukan proses mengolah suatu data
menjadi informasi dapat dilakukan dalam
hitungan perhari atau setelah pelayanan
kesehatan kepada pasien selesai langsung
dapat diketahui informasi yang ada tanpa
harus menunggu lama. Menurut Sunyoto
(2014), sistem informasi manajemen
berjalan baik apabila semua proses
didukung dengan teknologi yang tinggi,
sumber daya yang berkualitas, dan yang
paling penting komitmen perusahaan.
Sistem informasi berfungsi untuk
pengendalian operasional yaitu proses
pemantapan agar kegiatan operasional
dilaksanakan secara efektif dan efisien
menggunakan prosedur dan aturan khusus
yang sudah ditentukan. Peranan TI
(Teknologi Informasi) menurut teori
Rustiyanto (2011) yaitu membantu dalam
proses pengolahan informasi, dengan TI
untuk melakukan proses mengolah suatu
data menjadi informasi dapat dilakukan
dalam hitungan perhari atau setelah
pelayanan kesehatan kepada pasien selesai
langsung dapat diketahui informasi yang
ada tanpa harus menunggu lama.
Pembuatan sensus harian dan rekapitulasi
sensus harian dengan cara manual hal itu
membutuhkan waktu yang cukup lama
dibandingkan yang sudah menggunakan
SIMRS. Begitupun dalam pembuatan
laporan statistik rumah sakit dan pembuatan grafik barber johnson. Maka dari itu
seharusnya pemanfaatan SIMRS lebih
ditingkatkan lagi dan sistem SIMRS lebih
diperbaiki lagi dari pembuatan maupun dari
pengunaannya.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Analisa Tingkat Efisisensi Rumah Sakit
Islam Gondanglegi Tahun 2016
Berdasarkan Grafik Barber Johnson yaitu
Jumlah BOR di Rumah Sakit Islam
Gondanglegi yaitu 56%. ALOS di Rumah
Sakit Gondanglegi yaitu 2,8 hari. TOI yaitu
2,3 hari. BTO 70 kali. Dari data indikator
tersebut didapatkan titik grafik Barber
Johnson tidak berada di daerah efisien yang
artinya pemanfaatan tempat tidur belum
maksimal.
2. Identifikasi faktor pemanfaatan efisiensi
sumber daya di Rumah Sakit Islam
Gondanglegi Tahun 2016 ( Man, Methode,
dan Teknologi) dalam pembuatan laporan
yaitu man/sumberdaya manusia petugas
dalam melakukan merekapitulasi sensus
harian dan pembuatan Grafik Barber
Johnson tidak melakukan secara teratur,
untuk metode pembuatan sensus harian
rawat inap maupun rekaptulasi sensus
harian rawat inap sudah sesuai dengan SPO
yang ada di RSIG namun untuk pembuatan
laporan belum ada SPO yang mengatur,
dalam hal teknologi, komputer setiap unit
sudah terhubung, namun untuk pembuatan
sensus harian dan rekapitulasi masih
manual, dalam hal ini SIMRS masih belum
dipergunakan dengan maksimal.
5.2 Saran 1. Dari analisa tingkat efisisensi Rumah
Sakit Islam Gondanglegi Tahun 2016 titik
grafik Barber Johnson tidak berada di
daerah efisien maka perlu dilakukan : a.
Mempromosikan Rumah Sakit lebih luas
lagi agar ada peningkatan dalam jumlah
pasien atau dengan pengalokasian tempat
tidur. b. Penetapan standar pelayanan yang
disepakati oleh dokter yang bekerja di
Rumah sakit Islam Gondanglegi. Standar pelayanan ini mencakup indikasi perawatan
rumah sakit, prosedur dan proses pelayanan
yang selayaknya harus dilaksanakan. c.
Melakukan manajemen organisasi yang
baik yaitu menyesuaikan besarnya kegiatan
dan beban kerja rumah sakit dan pembagian
tugas. d. Melihat laporan statistik agar
pemakaian tempat tidur bisa terkontrol dan
cara pengalokasian tempat tidur. e.
Membuat laporan statistik rumah sakit
ISSN : 2089-4228
secara teratur agar dapat digunakan untuk
mengontrol pemakaian tempat tidur.
2. pemanfaatan efisiensi sumber daya di
Rumah Sakit Islam Gondanglegi Tahun
2016 agar berjalan dengan baik maka perlu
dilakukan : a. Peningkatan pelatihan SDM.
b. Pembuatan rekapitulasi sensus harian
rawat inap secara rutin. c. Membuat SPO
tentang cara pembuatan laporan statistik.
Meningkatkan sistem SIMRS dan lebih
memanfaatkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2005 Tentang Statistik rumah
Sakit
Dewi, Maya. 2016 Analisa Efisiensi
Pengelolaan tempat Tidur rumah sakit
Berdasarkan Grafik Barber Johnson di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
tahun 2015. Media Ilmu Kesehatan,
Volume 5, No.3, Desember 2016.
Dinkes Lumajang http://dinkes.lumajang
kab.go.id/pengantar-manajemenkese-
hatan/
Dwianto, dan Lestari. 2013. Analisa
Efisiensi Pelayanan Rawat Inap
Berdasarkan Grafik Barber Johnson
pada Bangsal Kelas III di RSUD
Pandan Arang Boyolali Periode
Triwulan tahun 2012.
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.1,
No.2, Oktober 2013
Edi, Susilo. Efisiensi Pendayagunaan
Tempat Tidur dengan Metode Grafik
Barber Johnson di Rs Lancang
Kuning. Vol. 1, No. 4, Mei 2012. Hatta, Gemala, 2012. Pedoman Manajemen
Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta :UI-
Press
Indriani, Peni dan Sugiarti, Ida. 2014.
Gambaran Effisiensi Penggunaan
Tempat Tidur Ruang Perawatan Kelas
III di Rumah Sakit Umum Daerah
Tasikmalaya Tahun 2011 dan 2012.
Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia. Volume 2, No.1,
Hal 72.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129
tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 340
Tahun 2010 Tentang Klasifikasi
Rumah Sakit. Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1711
/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
tahun 2008 Tentang Rekam Medis
Rinjani, Viki. 2016.Analisa Efisiensi
Penggunaan Tempat Tidur Per
Ruangan Berdasarkan Indikator
DEPKES dan Barber Johnson di
rumah sakit Singaparna Medika Citra
Utama Kabupaten Tasikmalaya
Triwulan 1 Tahun 2016. Vol 4, No.2
Oktober 2016
Rustiyanto, Eri. Statistik Rumah Sakit
Untuk Pengambilan Keputusan.
Jakarta: Graha Ilmu. 2010
Sari. 2015. Analisis Pelaksanaan Hospital
Information System Dalam Pelaporan
Statistik Dasar Rumah Sakit di Rumah
Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2014.
Sudra, Rano Indradi, 2010. Statistik Rumah
Sakit. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta,cv.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta
Verawati, Bertha Rosanica. 2009.
Gambaran Manajemen Pelatihan
Tenaga Perawat di Bidang
Keperawatan RSU Kabupaten
Tangerang Tahun 2008. Depok : FKM
UI.