analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG
PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA
GENYAS KATALINGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi
dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu,
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, November 2013
Genyas Katalinga
NIM H44090123
iv
ABSTRAK
GENYAS KATALINGA. Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan
Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta. Dibimbing oleh METI
EKAYANI dan NUVA.
Pulau Pari yang dikenal sebagai kawasan penelitian dan konservasi terumbu
karang oleh P2O LIPI, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata alam.
Hal ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Nelayan di Pulau Pari saat
ini mengalami permasalahan penurunan hasil tangkapan ikan akibat overfishing.
Oleh karena itu, sektor pariwisata diharapkan dapat berkontribusi terhadap
penghasilan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung daya dukung
kawasan Pulau Pari untuk aktivitas wisata pantai dan snorkling, mengestimasi
nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, serta menghitung besarnya kontribusi sektor
pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Hasil perhitungan di lokasi
penelitian menunjukkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan daya dukung
kawasan berada pada kategori sesuai. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari yang
diestimasi menggunakan motode biaya perjalanan menunjukkan hasil sebesar Rp
152.627.300.000,00/tahun. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari juga
memberikan kontribusi sebesar 70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat
lokal. Besarnya nilai ekonomi dan kontribusi pariwisata terhadap penghasilan
masyarakat secara tidak langsung menunjukkan bahwa keberadaan sektor
pariwisata di Pulau Pari memiliki nilai penting baik bagi masyarakat maupun
lingkungan. Dengan demikian, aktivitas wisata di Pulau Pari perlu terus
dikembangkan secara lestari, salah satunya dengan batasan daya dukung kawasan.
Kata kunci: Pulau Pari, daya dukung kawasan, nilai ekonomi wisata, kontribusi
sektor pariwisata, wisata berkelanjutan
v
ABSTRACT
GENYAS KATALINGA. The Economic and Carrying Capacity Analysis of
Ecotourism Development in Pari Island Kepulauan Seribu, Jakarta. Supervised
by METI EKAYANI and NUVA.
Pari Island wich is known as research and conservation area of coral reefs
by P2O LIPI, now also developed as a natural tourism area. One of the purposes
of tourism development in Pari Island is to increase local economy. Most of the
local people in Pari Island work in fisheries sector which now face a fish stock
depletion due to the overfishing problem. Thus the tourism sector is expected to
contribute to the local community income. This study was conducted to calculate
the carrying capacity of Pari Island for beach and snorkeling activities,
estimating the economic value of tourism in Pari Island, and the contribution of
the tourism sector to local community income. Based on calculation, the value of
tourism suitability index and carrying capacity of the location are in the category
suitable. The economic value of tourism in Pari Island are estimated using
individual travel cost method and show the results Rp 152.627.300.000,00/year.
The existence of the tourism sector in Pari Island also contributed 70,12 percent
to local community income. The number of economic value and tourism
contribution to the local community income are indirectly indicate that tourism
sector in Pari Island is important for society and the environment. Thus, tourist
activity in Pari Island can be developed with limit of environmental carrying
capacity.
Keywords: Pari Island, the environmental carrying capacity, the economic value
of tourism, tourism contribution, sustainable tourism
vi
vii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG
PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA
GENYAS KATALINGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
viii
ix
Judul Skripsi: Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata
Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta
Nama : Genyas Katalinga
NIM : H44090123
Disetujui oleh
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc
Pembimbing I
Nuva, S.P, M.Sc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
x
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan
Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta” ini disusun sebagai suatu syarat
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya Pulau
Pari sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kepulauan Seribu. Penelitian ini
memberikan gambaran mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata
snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta, estimasi nilai
ekonomi wisata Pulau Pari dengan menggunakan biaya perjalanan, serta
kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Meti Ekayani S.Hut,
M.Sc dan Ibu Nuva S.P, M.Sc selaku pembimbing, serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, dan para sahabat atas segala do’a,
dukungan, dan kasih sayangnya. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dari skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bogor, November 2013
Genyas Katalinga
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Pariwisata......................................................................................... 6
2.2 Ekowisata......................................................................................... 7
2.3 Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan.................................. 7
2.4 Nilai Ekonomi Wisata...................................................................... 8
2.5 Penelitian Terdahulu........................................................................ 9
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 12
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis........................................................... 12
3.1.1 Individual Travel Cost Method (ITCM)................................. 12
3.1.2 Daya Dukung Kawasan Wisata.............................................. 14
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional..................................................... 15
IV. METODE PENELITIAN........................................................................ 17
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 17
4.2 Jenis dan Sumber Data..................................................................... 18
4.3 Metode Penentuan Sampel............................................................... 18
4.4 Metode Analisis Data....................................................................... 19
4.4.1 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari........................................ 20
4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan............................................ 22
4.4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Wisata............................................. 24
4.4.4 Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan
Masyarakat.............................................................................. 25
ix
V. GAMBARAN UMUM............................................................................ 27
5.1 Gambaran Umum Pulau Pari........................................................... 27
5.2 Kondisi Demografi Pulau Pari......................................................... 27
5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari............................. 28
5.4 Sarana dan Prasarana........................................................................ 30
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 31
6.1 Karakteristik Wisata di Pulau Pari................................................... 31
6.2 Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari.......................... 31
6.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari................... 33
6.4 Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari.......................................... 35
6.5 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari........ 39
6.6 Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari................................................ 40
6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat..... 44
VII. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 47
7.1 Simpulan.......................................................................................... 47
7.2 Saran................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 49
LAMPIRAN................................................................................................... 52
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 61
x
DAFTAR TABEL
1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
tahun 2007 – 2011................................................................................ 1
2 Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun
2011 dan 2012...................................................................................... 2
3 Penelitian terdahulu.............................................................................. 9
4 Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan
metode analisis data.............................................................................. 19
5 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata
pantai..................................................................................................... 21
6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt).............. 23
7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata............ 23
8 Kondisi demografi Pulau Pari............................................................... 28
9 Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari................................... 29
10 Sarana/prasarana di Pulau Pari............................................................. 30
11 Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari................................ 32
12 Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari... 34
13 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau
Pari........................................................................................................ 36
14 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai
Pasir Perawan........................................................................................ 37
15 Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata
pantai di Pulau Pari............................................................................... 38
16 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari................. 39
17 Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan
individual travel cost method................................................................ 42
18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di
Pulau Pari.............................................................................................. 45
19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang
wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari............................................. 46
x
xi
DAFTAR GAMBAR
1 Surplus konsumen...................................................................................... 13
2 Bagan alir kerangka pemikiran.................................................................. 16
3 Peta kawasan Pulau Pari............................................................................ 17
4 Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari........................ 38
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data responden wisatawan di Pulau Pari .................................................. 53
2 Hasil analisis regresi linear berganda........................................................ 54
3 Data responden masyarakat Pulau Pari..................................................... 56
4 Perhitungan besarnya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia
fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan........................................ 57
5 Foto kawasan wisata Pulau Pari................................................................ 58
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya
merupakan perairan. Lebih kurang terdapat 13.466 pulau memiliki kekayaan
sumber daya alam dan keanekaragaman hayati (Badan Koordinasi Kehumasan
Pemerintah, 2012). Hal tersebut merupakan potensi besar bagi Indonesia yang
dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian, salah satunya adalah
potensi wisata. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, budaya, dan
peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia, merupakan daya tarik dalam
pengembangan wisata Indonesia.
Wilayah Indonesia yang sebagian besar perairan tersebut, merupakan aset
bagi pengembangan wisata bahari. Taman laut nasional seperti Bunaken, Banda
Neira, Kepulauan Togean, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Seribu sudah
dikenal secara internasional. Berbagai kegiatan bahari pun terus berkembang,
diantaranya adalah renang, permainan pantai, memancing, makan, sunbathing,
skimboarding, sightseeing, snorkeling, diving, surfing, dan para-sailing. Selain
itu, wisata minat khusus seperti wisata mangrove, menikmati keindahan terumbu
karang, dan mengunjungi pulau-pulau kecil di tengah laut menjadi kegiatan yang
juga diminati wisatawan (Wisata Edukasi Bahari, 2011).
Wilayah kepulauan Indonesia yang sudah dikembangkan sebagai objek
wisata salah satunya adalah Kepulauan Seribu di Jakarta. Kunjungan wisatawan
ke Kepulauan Seribu secara umum terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Tabel 1 adalah data kunjungan wisatawan Kepulauan Seribu tahun 2007-2011.
Tabel 1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu tahun
2007 – 2011
Wisatawan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Mancanegara 19.223 3.009 3.316 4.786 6.692
Nusantara 111.355 129.734 137.910 226.234 552.306
Total 130.578 132.743 141.226 231.020 558.998
Sumber: BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2012
Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu banyak didominasi untuk
daerah tujuan pulau penduduk dan pulau resort. Pulau penduduk adalah pulau-
2
pulau yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk yang
pengelolaannya dapat dilakukan untuk pemanfaatan kawasan dan potensi dalam
bentuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam/bahari. Sementara itu,
pulau resort adalah pulau-pulau yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan
kunjungan wisata yang sebagian besar tidak berpenduduk dan hanya dihuni oleh
pemilik dan pengelola resort tersebut.
Tren yang terjadi saat ini, kunjungan ke pulau penduduk lebih diminati
dibandingkan dengan pulau resort. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahun
2011 sampai 2012, kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu untuk kategori
pulau penduduk mengalami peningkatan jumlah kunjungan, sedangkan untuk
kategori pulau resort mengalami penurunan jumlah kunjungan. Perubahan tren
kunjungan ini terjadi karena wisata ke pulau-pulau penduduk relatif lebih murah
dan mudah dilakukan dibandingkan dengan pulau-pulau resort yang bersifat lebih
eksklusif. Jumlah transportasi untuk tujuan pulau-pulau penduduk pun lebih
banyak dan tersedia setiap hari.
Tabel 2 Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun 2011
dan 2012
No Objek
Wisman Wisnus Total
2011
(orang)
2012
(orang)
2011
(orang)
2012
(orang)
Jumlah
2011
(orang)
Jumlah
2011
(orang)
Perubahan
Nilai %
I. PULAU PENDUDUK
1 Pulau Pramuka 1.214 1.781 50.279 57.855 51.493 59.636 8.143 15,81
2 Pulau Tidung 858 1.784 214.712 217.948 215.570 219.732 4.162 1,93
3 Pulau Untung Jawa 79 55 214.738 275.943 214.817 275.998 61.181 28,48
4 Pulau Harapan 127 33 8.098 17.105 8.225 17.138 8.913 108,36
5 Pulau Kelapa 25 - 1.190 4.789 1.215 4.789 3.574 294,16
6 Pulau Pari/ Lancang 16 112 9.366 36.120 9.382 36.232 26.850 286,19
JUMLAH 2.319 3.765 498.383 609.760 500.702 613.525 112.823 22,53
II. PULAU RESORT
1 Pulau Ayer 495 94 15.732 12.045 16.227 12.139 (4.088) (25,19)
2 Pulau Bidadari 199 - 28.566 25.041 28.765 25.041 (3.724) (12,95)
3 Pulau Kotok Tengah 1.064 858 901 600 1.965 1.458 (507) (25,80)
4 Pulau Sepa 1.368 750 3.810 1.719 5.178 2.469 (2.709) (52,32)
5 Pulau Putri 1.024 1.370 4.475 963 5.499 2.233 (3.266) (59,39)
6 Pulau Macan 223 1.585 439 1.209 662 2.794 2.132 322,05
JUMLAH 4.373 4.657 53.923 41.477 58.296 46.134 (12.162) (20,86)
TOTAL 6.692 8.422 552.306 651.237 558.998 659.659 100.661 18,01
Sumber : Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu, 2013
Salah satu pulau penduduk yang mulai dilirik oleh wisatawan adalah Pulau
Pari. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan
nusantara (wisnus) ke Pulau Pari/Lancang (Kelurahan Pulau Pari) pada tahun
2011 sampai 2012 mengalami peningkatan sebanyak 26.850 orang atau setara
dengan 286,19 persen. Peningkatan jumlah kunjungan Pulau Pari yang cukup
3
besar pada tahun 2012 dikarenakan masyarakat Pulau Pari mulai menawarkan
objek wisata unggulan Pulau Pari, yaitu Pantai Pasir Perawan.
Keindahan Pulau Pari dengan kekayaan sumber daya alamnya merupakan
potensi wisata yang saat ini sudah mulai dikembangkan, terlebih setelah Pantai
Pasir Perawan menjadi icon Pulau Pari. Selain menjadi tujuan wisata, Pulau Pari
juga dikenal sebagai tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau
Kecil, 2012).
Penduduk Pulau Pari yang mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan
saat ini juga turut berkontribusi di sektor pariwisata melalui usaha pelayanan jasa
wisata dan penginapan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari
untuk aktivitas wisata bahari diduga dapat memberikan dampak positif bagi
penghasilan masyarakat dan juga dampak negatif terhadap sumber daya alam dan
lingkungan (SDAL) karena peningkatan jumlah kunjungan dapat berpotensi
melebihi daya dukung kawasan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kajian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata
bahari di Pulau Pari, mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata di Pulau Pari,
serta besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat
Pulau Pari. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Pulau Pari merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Bagi masyarakat Pulau Pari,
sektor perikanan menjadi salah satu usaha yang menunjang perekonomian
masyarakat. Kondisi saat ini, usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami
penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Usaha budidaya
rumput laut sendiri bahkan sudah tidak ada karena penurunan kualitas perairan
dan penyakit ice ice yang menyerang rumput laut di Pulau Pari, sehingga sebagian
produk tidak dapat dipanen dan mengakibatkan masyarakat yang memiliki usaha
budidaya rumput laut mengalami kerugian (Amiluddin NM, 2007). Sementara itu,
4
penurunan usaha perikanan terjadi karena adanya overfishing (Terumbu Karang
Jakarta, 2009).
Di sisi lain, Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar. Karakteristik
perairan dan pantai di Pulau Pari berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata.
Oleh karena itu, pada tahun 2012 masyarakat Pulau Pari secara inisiatif membuka
kawasan Pulau Pari sebagai salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.
Sebelumnya, Pulau Pari hanya difungsikan sebagai pemukiman penduduk dan
kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang oleh Pusat Penelitian
Oseanografi (P20) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Walaupun baru berjalan satu tahun, lonjakan pengunjung yang datang ke
Pulau Pari sangat tinggi. Hal ini dikhawatirkan berpotensi over carrying capacity
dan membahayakan fungsinya sebagai kawasan penelitian dan konservasi
terumbu karang, mengingat wisata di Pulau Pari yang masih bersifat open access.
Jenis wisata yang bersifat open access pada umumnya lebih banyak menimbulkan
dampak negatif seperti terjadinya degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
Berdasarkan survey awal penelitian, pengelolaan wisata di Pulau Pari yang
dilakukan oleh pengelola objek wisata dan Forum Peduli Pesisir (FORSIR)
sebagai organisasi masyarakat, saat ini belum menerapkan konsep wisata
berwawasan lingkungan, seperti menerapkan konsep daya dukung kawasan.
Secara ekonomi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari
diduga dapat membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan
potensi perikanan. Sektor pariwisata di Pulau Pari menjadi alternatif penghasilan
masyarakat selain penghasilan dari pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan wisata yang tidak merusak lingkungan, yaitu
wisata yang tidak melebihi daya dukung kawasan dan dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan
permasalahan yang akan dikaji, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau
Pari?
2. Berapa besar nilai ekonomi wisata di Pulau Pari?
3. Berapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat
di Pulau Pari?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan umum dari penelitian adalah
mengetahui potensi ekowisata di Pulau Pari. Sedangkan, tujuan khusus penelitian
adalah :
1. Menghitung daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau
Pari.
2. Mengestimasi nilai ekonomi wisata di Pulau Pari.
3. Menghitung besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan
masyarakat di Pulau Pari.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam melakukan
perencanaan, pembangunan, dan pengembangan ekowisata di Pulau Pari.
2. Menjadi salah satu masukan bagi pengelola untuk pengembangan ekowisata
di Pulau Pari.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi pengukuran daya dukung untuk aktivitas wisata
bahari yang dilihat dari aspek fisik, nilai ekonomi wisata, dan dampak ekonomi.
Dampak ekonomi dibatasi hanya dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap
penghasilan masyarakat di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Perhitungan daya
dukung kawasan dibatasi hanya pada aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai.
Penentuan responden pengunjung adalah mereka yang datang untuk tujuan wisata,
baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Biaya perjalanan pengunjung
yang berasal dari luar negeri dihitung dari tempat di mana pengunjung tersebut
menetap di Indonesia.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Pariwisata adalah segala hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk
rekreasi, pelancongan, dan hiburan, yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat
sementara serta didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (KBBI 2012, UU No.
10 Tahun 2009). Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung
tinggi norma agama dan nilai budaya, HAM, memberikan manfaat bagi rakyat,
serta menjamin keterpaduan antarsektor.
Menurut Spillane (1991), ada enam jenis pariwisata, yaitu pariwisata untuk
menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan,
pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan dagang besar, dan pariwisata
untuk konservasi. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)
adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, menikmati keindahan
alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan dan
sebagainya. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites) adalah jenis pariwisata
yang dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk
istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan
menyegarkan keletihan dan kelelahan. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural
tourism) merupakan jenis pariwisata yang ditandai dengan adanya rangkaian
motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk
mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain, dan sebagainya.
Jenis pariwisata untuk olahraga (sport tourism) bertujuan untuk tujuan olahraga
serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri. Pariwisata
untuk urusan dagang besar (business tourism) adalah jenis pariwisata di mana
unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan
yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai
wisatawan dengan mengunjungi berbagai obyek wisata, sedangkan pariwisata
untuk konservasi adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh seseorang dengan
tujuan untuk kegiatan dalam hal pelestarian alam.
7
2.2 Ekowisata
Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat
yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk setempat (TIES, 1990). Ekowisata yang dimaksud dalam
kriteria ini adalah ecological tourism, yaitu suatu model pengembangan pariwisata
yang bertanggung jawab ke daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang
dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam dan segala
bentuk budaya yang menyertainya yang mendukung konservasi, melibatkan unsur
pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif
sosio ekonomi masyarakat setempat (Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan
Keanekaragaman Hayati, 2001). Prinsip dan kriteria ekowisata harus memiliki
kepedulian, tangung jawab, dan komitmen dalam pelestarian alam dan budaya
dalam pengembangannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain
itu, dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan terbukanya
kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat (Direktorat Jenderal
Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, 1999).
2.3 Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan
Wisata perairan dapat dibagi menjadi dua bagian (Hall, 2001) yaitu wisata
pesisir dan wisata bahari. Wisata pesisir meliputi kegiatan leisure dan aktivitas
yang dilakukan di perairan lepas pantai, seperti berperahu, memancing, snorkling,
dan menyelam, sedangkan wisata bahari lebih mengarah pada perairan laut,
seperti memancing di laut dan berlayar dengan kapal pesiar. Pengembangan
kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik
potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata
dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati
secara terpadu. Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan
wisata yang berorientasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007 dalam Kurnianto,
2008).
Gunawan, et al (2000) dalam Kurnianto (2008) juga menyatakan bahwa
pengembangan industri pariwisata berkelanjutan berarti mengitegrasikan
pertimbangan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan ke dalam proses
8
pengambilan keputusan pengelolaan/manajeman di seluruh komponen industri
pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut; (1)
pengembangan sistem manajemen pariwisata berkelanjutan, (2) pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam, (3) minimisasi dan pengelolaan limbah, (4)
perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan, (5) pelestarian sumber daya alam
dan warisan budaya, serta (6) pengembangan sistem dan mekanisme keamanan
dan keselamatan. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan untuk kategori
wisata pesisir menurut Yulianda, 2007 adalah rekreasi pantai, berenang,
berjemur, olahraga pantai, berperahu, memancing, wisata mangrove, wisata
selam, dan wisata snorkling.
2.4 Nilai Ekonomi Wisata
Nilai (value) merupakan persepsi seseorang yang menunjukkan harga yang
diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Pada kenyataannya, tidak semua barang mempunyai nilai pasar, yaitu tidak
dinyatakan dalam satuan mata uang (harga). Oleh karena itu, untuk barang-barang
yang tidak memiliki nilai pasar dilakukan penilaian ekonomi. Barang-barang
tersebut merupakan barang-barang yang dihasilkan sumber daya alam dan
lingkungan, seperti suatu objek wisata (Adrianto, 2006).
Penilaian ekonomi suatu sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat
diperlukan. Salah satu jasa lingkungan adalah wisata alam. Kegiatan wisata alam
merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
mengekstrak sumber daya alam, tetapi hanya memanfaatkan keindahan alamnya.
Penilaian ekonomi wisata perlu dilakukan untuk memberikan nilai yang
sebenarnya terhadap lingkungan sebagai pemberi jasa. Dengan mengetahui
besarnya nilai ekonomi wisata, maka ada dasar untuk memelihara lingkungan
tersebut agar tetap lestari, karena lingkungan tersebut memiliki nilai yang tinggi.
Penilaian ekonomi berdasarkan preferensi dibedakan menjadi dua, yaitu
revealed preferences dan direct preferences yang menggunakan pendekatan
secara langsung, salah satunya dengan willingness to pay. Penilaian ekonomi
untuk aktivitas wisata dilakukan dengan menggunakan revealed preferences.
Teknik yang digunakan untuk penilaian wisata ini adalah dengan travel cost
9
method yang diperoleh dengan mengetahui pola pengeluaran konsumen untuk
mengunjungi suatu objek wisata. Nilai ekonomi wisata dihitung menggunakan
surplus konsumen yang diestimasi menggunakan preferensi individual dengan
metode biaya perjalanan. (Freeman III, 2003 dalam Mendes I, Proenca I, 2005).
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian untuk menghitung daya dukung ekowisata, estimasi nilai
ekonomi wisata menggunakan travel cost method, dan kontribusi sektor
pariwisata terhadap penghasilan masyarakat telah banyak dilakukan oleh para
peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Ketjulan
(2010)
Analisis
Kesesuaian dan
Daya Dukung
Ekowisata Bahari
di Pulau Hari
Kecamatan Laonti
Kabupaten Konawe
Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara
Penelitian ini menggunakan rumus daya
dukung kawasan untuk mengetahui
jumlah maksimum wisatawan yang dapat
ditampung oleh kawasan wisata secara
lestari, serta menggunakan metode biaya
perjalanan untuk mengetahui nilai
ekonomi wisata. Berdasarkan hasil
penelitian, hasil analisis IKW
menunjukkan bahwa Pulau Hari tergolong
sesuai untuk kegiatan wisata selam dan
snorkling, dengan luas area yang dapat
digunakan 11,82 ha untuk wisata selam
dengan daya tampung wisata 472
orang/trip dan 12,82 ha untuk wisata
snorkling dengan jumlah wisatawan 513
orang/trip. Nilai ekonomi wisata sesuai
daya dukung kawasan Pulau Hari adalah
sebesar Rp 236.979.180,00 per tahun.
2. Baksir A
(2010)
Pengelolaan Pulau-
Pulau Kecil untuk
Pemanfaatan
Ekowisata
Berkelanjutan di
Kecamatan Morotai
Selatan dan
Morotai Selatan
Barat, Kabupaten
Pulau Morotai
Provinsi Maluku
Utara
Daya dukung KP2K MS2B untuk
ekowisata sangat ditentukan oleh luas area
yang dapat dimanfaatkan. Kondisi
kualitas lingkungan saat ini berada dalam
keadaan sedang-baik. Wisata rekreasi
yang mempunyai panjang pantai 58.809
meter, memiliki daya dukung 2.353
orang/hari. Kawasan yang dimanfaatkan
untuk wisata snorkling yaitu 226,9 ha,
memiliki daya dukung 7.624 orang/hari.
Sementara, untuk wisata selam dengan
luas pemanfaatan 1.248 ha, memiliki daya
dukung 39.942 orang/hari, dan wisata
lamun yang memiliki luas kawasan102 ha,
memiliki daya dukung 4.733 orang/hari.
Perhitungan total manfaat nilai wisata
10
KP2K MS3B dilakukang dengan
menghitung konsumen surplus yang
diperoleh dengan membagi total jumlah
kunjungan wisata dengan nilai regresi
biaya perjalanan. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh konsumen surplus
sebesar 2.614, sehingga dengan tingkat
kunjungan sebesar 26.455 orang/tahun,
maka nilai ekonomi wisata diperoleh
sebesar 69.153.370,00.
3. Mendes I dan
I.Proenca
(2005)
Estimating the
Recreation Value of
Ecosystems by
Using A Travel
Cost Method
Approach
Penelitian ini menghitung willingness to
pay rata-rata pengunjung ke PGNP saat
wisatawan menggunakan ekosistem taman
sebagai modal alam untuk menghasilkan
arus jasa rekreasi di luar ruangan. Definisi
teori tersebut berasal dari aplikasi empiris
di mana individual TCM didasarkan pada
model data yang digunakan untuk
memperkirakan fungsi permintaan PGNP
dan ukuran surplus konsumen.
Satu hari rekreasi di PGNP diperoleh nilai
124€ untuk rata-rata sampel pengunjung,
dan 593€ per masing-masing rata-rata
lima hari kunjungan. Jika rata-rata
pengunjung akan terus mengunjungi
taman selama 50 tahun lebih, nilai total
rekreasi setiap hari kunjungan akan
menjadi 3.874€ dan 17.896€ untuk
masing-masing rata-rata lima hari lama
kunjungan.
4. Sobari, et al
(2006)
Analisis Nilai
Ekonomi Taman
Wisata Alam Laut
Pulau Weh di Kota
Sabang
Perhitungan nilai ekonomi TWA Laut
Pulau Weh dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Individual
Travel Cost Method (ITCM) karena lebih
akurat dibandingkan dengan
menggunakan Zonal Travel Cost Method
(ZTCM). Berdasarkan hasil perhitungan,
nilai ekonomi wisata TWA Pulau Weh
sebesar Rp 30.902.587.657,26.
5. Kaharuddin A
(2003)
Kontribusi
Subsektor
Pariwisata Bahari
terhadap
Kesempatan Kerja
dan Tingkat
Penghasilan
Keluarga Nelayan
di Pantai Tanjung
Bayan Keluarahan
Tanjung Merdeka,
Kota Makassar
Kontribusi penghasilan subsektor
pariwisata bahari dihitung dengan cara
membandingkan penghasilan usaha dari
usaha pariwisata terhadap pendpaatan
total keluarga. Berdasarkan hasil analisis,
usaha perikanan masih memberikan
kontribusi terbesar terhadap total
penghasilan keluarga nelayan-pariwisata,
yaitu sebesar 57,74%. Kontribusi usaha
pariwisata terhadap penghasilan keluarga
diperoleh sebesar 37,64%.
11
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu.
Perbedaan tersebut adalah penelitian ini dilakukan pada lokasi yang sebelumnya
bukan diperuntukkan bagi kegiatan wisata melainkan untuk perumahan dan
tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh P2O LIPI. Oleh karena itu
diperlukan suatu analisis untuk menghitung daya dukung lingkungan,
mengestimasi nilai ekonomi dari kegiatan wisata tersebut, serta dampaknya bagi
masyarakat setempat, sehingga ada dasar untuk melakukan pengembangan wisata
dan untuk tidak menghentikan kegiatan wisata ke lokasi penelitian.
12
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari teori Indivual
Travel Cost Method (ITCM) dan daya dukung kawasan wisata.
3.1.1 Individual Travel Cost Method (ITCM)
Biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari
penggunaan barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilai fasilitas rekreasi.
Biaya perjalanan ini dapat dipakai sebagai pengganti nilai pasar dari suatu
lingkungan (Adrianto et al, 2004). Jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya
pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang dihabiskan untuk perjalanan dari
rekreasi tersebut.
Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh
para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin
jauh jarak wisatawan ke tempat wisata, akan semakin rendah permintaannya
terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi
wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan
adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang
dikeluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh
dengan biaya perjalanan yang besar akan mendapatkan surplus konsumen yang
rendah, begitu pun sebaliknya (Igunawati, 2010).
Fungsi permintaan yang dibangun dalam Travel Cost Method (TCM)
memerlukan asumsi dasar agar penilaian tersebut tidak bias. Menurut Grigalunas
dan Congar (1995) dalam Adrianto et al. (2004), pendekatan TCM didasarkan
pada dua asumsi penting, yaitu pengunjung menempuh perjalanan dengan satu
tujuan dan pengunjung tidak mendapat manfaat tertentu selama perjalanan,
kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju. Pendekatan TCM dalam
kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dapat digunakan dalam beberapa
konteks kebijakan seperti manfaat ekonomi apa yang dihasilkan dari pengingkatan
kualitas lingkungan dari pembangunan lokasi baru dan seberapa besar biaya
13
ekonomi yang timbul akibat penutupan sebuah lokasi pantai dari kegiatan
pariwisata akibat berubahnya kualitas lingkungan.
Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan
nilai ekonomi berdasarkan TCM (Fauzi, 2006), teknik tersebut adalah:
1. Pendekatan sederhana melalui zonasi
2. Pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM) dengan menggunakan
data sebagian besar dari survei.
Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata
dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Secara
sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut (Fauzi, 2006):
Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )
di mana:
Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi
lokasi j
Tij :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Qij :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang
dikunjungi
Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain
Mi :pendapatan individu i
Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Surplus konsumen
14
Surplus konsumen dapat diketahui dengan menghitung luas daerah di bawah
kurva permintaan. Sehingga, berdasarkan hal tersebut, maka persamaan surplus
konsumen (CS) diperoleh segabai berikut:
Dengan demikian, nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat diketahui
dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan selama satu
tahun terakhir.
3.1.2 Daya Dukung Kawasan Wisata
Daya dukung kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini
perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan,
sehingga kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya.
Menurut Knudson (1980), hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu
kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi,
vegetasi, hewan, iklim dan air.
2. Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan.
3. Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan
pola penggunaan.
Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan
kegiatan wisata, daya dukung lingkungan mempunyai tiga elemen yang harus
diperhatikan, yaitu elemen ekologis yang terkait dengan lingkungan alamiah
destinasi wisata; sosiokultural, terkait dengan dampak wisata terhadap masyarakat
dan budayanya; serta fasilitas yang terkait dengan kebutuhan wisatawan. Batasan
daya dukung untuk jumlah wisatawan merupakan jumlah individu yang dapat
didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera.
Daya tampung dan pengembangan fasilitas sebaiknya menperhatikan daya dukung
sebagai batas pemanfaatan. Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata
dirumuskan sebagai berikut (Yulianda, 2007):
DDK =
15
keterangan:
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari
WP : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pulau Pari memiliki panorama alam dan bawah laut yang sangat indah.
Kondisi perairan yang bersih dan berpasir putih dengan kemiringan pantai yang
landai sangat mendukung bagi kegiatan wisata snorkling dan wisata pantai.
Keberadaan Pantai Pasir Perawan yang saat ini menjadi wisata unggulan Pulau
Pari merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Hal ini mengakibatkan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari semakin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Pulau Pari, semakin
banyak pula penawaran jasa wisata ke Pulau Pari. Selain itu, para penduduk juga
turut menawarkan pelayanan jasa wisata. Berdasarkan hal tersebut, aktivitas
wisata di Pulau Pari diduga memberikan manfaat ekonomi bagi operator wisata
dan juga masyarakat, namun peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Pari dalam
jangka panjang juga dapat berpotensi melebihi daya dukung kawasan di wilayah
tersebut.
Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Pari saat ini belum menerapkan konsep
wisata berwawasan lingkungan, seperti pengaturan jumlah pengunjung/jumlah trip
yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Hal ini perlu menjadi perhatian,
mengingat Pulau Pari yang juga merupakan tempat penelitian dan konservasi
terumbu karang. Oleh karena itu, Pulau Pari harus tetap terjaga kelestariannya.
Lokasi wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks
Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai yang
kemudian dihitung daya dukungnya. Berdasarkan aktivitas wisata tersebut
kemudian dilakukan estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan metode biaya
16
perjalanan. Dampak ekonomi dari aktivitas wisata di Pulau Pari dilihat dari
kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Dengan
menganalisis dari ketiga aspek tersebut, diharapkan dapat melihat potensi
ekowisata di Pulau Pari dengan pola pengembangan wisata yang baik, sehingga
dapat menjadi suatu masukan bagi pengelola objek wisata di Pulau Pari agar
pengembangan wisata di Pulau Pari dapat berkelanjutan. Diagram alir kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran
Potensi Wisata
Potensi Over Carrying Cappacity
Analisis Indeks Kesesuaian Wilayah
Tidak Sesuai Sesuai
Pengembangan Kawasan Pulau Pari sebagai
Daerah Tujuan Wisata (DTW) di
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Peningkatan Jumlah Kunjungan
Potensi Ekonomi
Nilai Ekonomi
Wisata
Dampak
Wisata
Kontribusi
Sektor
Pariwisata
terhadap
Penghasilan
Masyarakat
Daya Dukung
Kawasan terhadap
Aktivitas Wisata
Pengembangan Wisata
Pulau Pari yang tidak
melebihi carrying
cappacity
Pengembangan Wisata
Pulau Pari yang tidak
melebihi daya dukung
kawasan dan dapat
memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat
setempat
17
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan
Pulau Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dan dilatarbelakangi
oleh kondisi Pulau Pari yang merupakan kawasan penelitian dan konservasi
terumbu karang, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata untuk
membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan sektor
perikanan. Pulau Pari sebagai salah satu bentuk wisata alam termasuk rentan
terhadap over carrying capacity, terlebih pengelolaan wisata di Pulau Pari belum
menerapkan konsep daya dukung kawasan. Selain itu penilaian ekonomi wisata di
Pulau Pari juga belum dilakukan. Oleh karena itu, pengambilan lokasi penelitian
dilakukan di Pulau Pari. Pengambilan data dilakukan di empat lokasi wisata yang
terdiri dari satu lokasi wisata pantai, yaitu Pantai Pasir Perawan, dan tiga lokasi
wisata snorkling, yaitu Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan
Dermaga. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013.
Sumber : PKSPL, 2013 Keterangan : □ Lokasi penelitian
Gambar 3. Peta kawasan Pulau Pari
18
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
yang terdiri dari wisatawan dan masyarakat melalui kuesioner (survey), serta
diskusi mendalam dengan key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari,
ketua Forum Peduli Pesisir (FORSIR), Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas
Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kepulauan Seribu. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi
terkait yaitu FORSIR Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Suku Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pulau Pari, dan studi pustaka.
4.3 Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel pengunjung dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan teknik non probability sampling. Teknik non probability sampling
yaitu pemilihan sampel secara tidak acak, sehingga setiap unsur atau anggota
populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari wisatawan lokal dan asing,
masyarakat, dan key person. Banyaknya sampel wisatawan yang dijadikan
responden dalam periode waktu penelitian yaitu selama satu bulan adalah
sejumlah 76 orang. Penentuan responden wisatawan ini dilakukan secara
purposive berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan
dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata, dan atraksi wisata.
Penentuan responden masyarakat juga dilakukan secara purposive, di mana
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja atas dasar pertimbangan peneliti,
yaitu masyarakat lokal yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam kegiatan di sektor pariwisata. Responden masyarakat dipilih sebanyak 30
orang, di mana jumlah tersebut diasumsikan sudah dapat mewakili jumlah
keseluruhan. Selain pengunjung dan masyarakat, dilakukan pula diskusi
mendalam kepada 6 orang key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari,
ketua FORSIR, Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI
Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.
19
4.4. Metode Analisis Data
Tahap analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-
teknik analisis yang sudah ada, sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai
harapan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, variabel yang akan diukur, dan
metode analisis data disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan metode
analisis data
No. Tujuan
Penelitian Komponen Data Sumber Data
Metode
Analisis Data
1 Menghitung
daya dukung
kawasan untuk
aktivitas wisata
bahari di Pulau
Pari
- Komponen biofisik
berupa kedalaman
perairan, tutupan
komunitas karang, jenis
pertumbuhan terumbu
karang (life form), jenis
ikan karang, kecepatan
arus, kecerahan perairan,
kedalaman terumbu
karang, dan lebar
hamparan datar karang.
- Luas area yang
dimanfaatkan untuk
aktivitas wisata
Data primer melalui
pengukuran langsung
dan wawancara kepada
pengelola objek wisata di
Pulau Pari.
Data sekunder berupa
luas area yang
dimanfaatkan untuk
aktivitas wisata diperoleh
dari FORSIR.
Analisis
kesesuaian
wisata dan
analisis daya
dukung kawasan
menggunakan
benefit transer
dari Yulanda
(2007) dengan
penyesuaian
dalam hal nilai
parameter yang
diukur secara
langsung
2 Mengestimasi
nilai ekonomi
wisata di Pulau
Pari
- Banyaknya kunjungan
yang dilakukan
- Biaya perjalanan
- Karakteristik wisatawan
- Jumlah wisatawan ke
Pulau Pari pada satu
tahun terakhir
Data primer diperoleh
dari hasil wawancara
dengan wisatawan.
Data sekunder berupa
data jumlah wisatawan
diperoleh dari Suku
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kepulauan
Seribu.
Metode biaya
perjalanan
3 Menghitung
besarnya
kontribusi
sektor
pariwisata
terhadap
penghasilan
masyarakat di
Pulau Pari
- Data mata pencaharian
masyarakat di Pulau Pari
- Data penghasilan
masyarakat yang bekerja
di sektor pariwisata dan
non-pariwisata
Data primer diperoleh
dari hasil wawancara
dengan masyarakat serta
wawancara mendalam
dengan stakeholder
terkait.
Data sekunder berupa
data mata pencaharian
dan penghasilan
masyarakat diperoleh
dari beberapa instansi
terkait yaitu data
FORSIR, Kelurahan
Pulau Pari dan Suku
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kepulauan
Seribu.
Analisis
kontribusi
sektor
pariwisata
terhadap
penghasilan
masyarakat
20
4.4.1 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari
Pengembangan objek wisata yang baik haruslah disesuaikan dengan kondisi
sumberdaya yang ada di lapangan. Kesesuaian wisata merupakan kriteria
sumberdaya dan lingkungan terhadap kebutuhan akan pengembangan ekowisata
(Yulianda, 2007). Kategori kesesuaian wisata bahari untuk aktivitas wisata di
Pulau Pari dilakukan untuk kategori wisata pantai dan wisata snorkling, sesuai
dengan karakteristik wisata yang dominan di Pulau Pari.
Analisis kesesuaian wisata pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata pantai dan
wisata snorkling. Dalam menentukan IKW diperlukan beberapa parameter
kesesuaian yang dijadikan sebagai suatu dasar perhitungan. Penelitian ini
menggunakan metode benefit transfer, yaitu menggunakan hasil penelitian
Fredinan Yulianda tahun 2007 mengenai Ekowisata Bahari sebagai Alternatif
Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Hasil penelitian ini
digunakan sebagai suatu acuan dasar dalam menentukan daya dukung kawasan
dan indeks kesesuaian wisata yang disajikan dalam matriks kesesuaian lahan.
Parameter yang digunakan terdiri dari kecerahan perairan, tutupan komunitas
karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu
karang, lebar hamparan datar karang, tipe pantai, lebar pantai, material dasar
perairan, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan
ketersediaan air tawar. Parameter-parameter tersebut diukur secara langsung di
lapangan dengan menggunakan bantuan alat berupa secchi disk untuk mengukur
kecerahan perairan, data tutupan komunitas karang, jenis life form, dan jenis ikan
karang menggunakan transek kuadrat, kecepatan arus menggunakan floating
object dan stopwatch, serta kedalaman perairan menggunakan tali meteran.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
melakukan pembobotan, skoring, dan penentuan peringkat pada setiap kategori
yang dinilai dengan memperhatikan kesesuaian lahan yang dikembangkan sebagai
kawasan wisata. Perhitungan analisis kesesuaian wisata dilakukan berdasarkan
hasil perkalian bobot dan skor untuk setiap parameter sebagaimana yang
ditampilkan pada Tabel 5. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorikan
dengan klasifikasi yang terdiri dari empat kelas kesesuaian, yaitu:
21
S1 (sangat sesuai) : IKW 83-100 %
S2 (sesuai) : IKW 50 - <83 %
S3 (sesuai bersyarat) : IKW 17 - <50 %
TS (tidak sesuai) : IKW <17 %
Tabel 5 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata
pantai
Parameter
Bo
bo
t Kategori dan Skor
S1
Sk
or
S2
Sk
or
S3
Sk
or
TS
Sk
or
Wisata Snorkling
Kecerahan perairan
(%)
5 100 3 80-<100 2 20-<80 1 <20 0
Tutupan komunitas
karang (%)
5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0
Jenis life form 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0
Jenis ikan karang 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 <10 0
Kecepatan arus
(cm/dt)
1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0
Kedalaman terumbu
karang (m)
1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10
<1
0
Lebar hamparan datar karang (m)
1 >500 3 >100-500 2 20-100 1 <20 0
Parameter
Bo
bo
t
Kategori dan Skor
S1
Sk
or
S2
Sk
or
S3
Sk
or
TS
Sk
or
Wisata Pantai
Kedalaman perairan
(m)
5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0
Tipe pantai 5 Pasir putih
3 Pasir putih,
sedikit
karang
2 Pasir hitam, berkarang,
sedikit terjal
1 Lumpur, berbatu,
terjal
0
Lebar pantai (m) 5 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0
Material dasar perairan
3 Pasir 3 Karang berpasir
2 Pasir berlumpur
1 Lumpur 0
Kecepatan arus (m/s) 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0
Kemiringan pantai (0) 3 <10 3 10-25 2 >25-45 >45
Kecerahan perairan
(%)
1 80-100 3 50-<80 2 20-<50 1 <20 0
Penutupan lahan pantai
1 Kelapa, lahan
terbuka
3 Semak belukar
rendah,
savana
2 Belukar tinggi
1 Hutan bakau,
pemukima
n, pelabuhan
0
Biota berbahaya 1 Tidak
ada
3 Bulu babi 2 Bulu babi,
ikan pari
1 Bulu babi,
ikan pari, lepu, hiu
0
Ketersediaan air tawar
(km)
1 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2 1 >2 0
Sumber : Yulianda, 2007
Keterangan : Ni maks wisata snorkling : 57, Ni maks wisata pantai : 84
22
Jika suatu lokasi memiliki nilai IKW yang berada pada kategori sesuai
(sesuai bersyarat, sesuai, sangat sesuai), maka selanjutnya harus dilakukan
perhitungan daya dukung kawasan. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk
aktivitas wisata pantai dan wisata snorkling tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut (Yulianda, 2007):
IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100% .............................................(1)
dimana:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai bobot untuk setiap faktor berpengaruh
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Sebagai contoh perhitungan untuk wisata snorkling, misal diketahui suatu
kawasan perairan mempunyai kecerahan perairan sebesar 75%. Maka, dapat
dilihat pada matriks kesesuaian bahwa parameter tersebut berada pada kategori S2
yang memiliki nilai skor 2. Dengan demikian, maka Ni untuk parameter
kecerahan perairan dapat dihitung dengan mengalikan bobot dan skornya, yaitu
5x2, sehingga diperoleh nilai Ni sebesar 10. Perhitungan Ni untuk parameter
lainnya dilakukan dengan hal yang sama, sedangkan Nmaks untuk kedua kategori
wisata tersebut, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai, diperoleh dari hasil
perkalian antara bobot dan skor tertinggi pada setiap parameter (Skor S1) yang
ditunjukkan dengan skor bernilai 3.
4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan
Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung
kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung
yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu
tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun rumus
yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, mengacu pada
formulasi rumus dari Yulianda (2007) yaitu :
DDK =
..................................................................................(2)
di mana:
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
23
Lp : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Potensi ekologis pengunjung merupakan jumlah maksimum wisatawan yang
dapat diterima dalam satu satuan unit area. Luas suatu area yang digunakan untuk
kegiatan wisata harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir
jumlah pengunjung agar sumberdaya tetap tejaga (Ketjulan, 2010). Potensi
ekologis pengunjung dan luas area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari
ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis Kegitan ∑ pengunjung
(K)
Unit area
(Lt)
Keterangan
Selam 2 2000 m2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m
Snorkling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m
Wisata lamun 1 500 m2 Setip 1 orang dalam 100 m x 5 m
Wisata mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap 1
orang sepanjang 50 m
Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai
Wisata olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai
Sumber: Yulianda, 2007
Menurut Yulianda (2007), waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung
berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan
kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang
disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka
dalam satu hari dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 7).
Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
No. Kegiatan
Waktu yang
Dibutuhkan
(Wp) – jam
Total Waktu 1 Hari
(Wt) – jam
1. Selam 2 8
2. Snorkling 3 6
3. Berenang 2 4
4. Berperahu 1 8
5. Berjemur 2 4
6. Rekreasi Pantai 3 6
7. Olahraga Air 2 4
8. Memancing 3 6
9. Wisata Mangrove 2 8
10. Wisata Lamun dan Ekositem Lainnya 2 4
11. Wisata Satwa 2 4
Sumber: Yulianda (2007)
24
4.4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Wisata
Nilai ekonomi wisata dihitung dengan pendekatan permintaan wisata
berdasarkan nilai surplus konsumen dengan menggunakan teknik valuasi non
market, dalam hal ini Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM digunakan
untuk menganalisis fungsi permintaan wisata. Rumus ITCM menurut Fauzi
(2006) adalah sebagai berikut: Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )..................................(1)
di mana:
Vij :jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi
lokasi j
Tij :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Qij :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang
dikunjungi
Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah
penghasilan (income) dari individu i.
Mi :pendapatan individu i
Perhitungan nilai ekonomi wisata dilakukan dengan beberapa langkah,
yaitu:
a. Menentukan fungsi persamaan jumlah kunjungan yang dirumuskan sebagai
berikut:
V = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + β7x7 + β8x8 + β9x9............(2)
di mana, V adalah jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Pari , β0 adalah
konstanta, X1,2,3,...,9 adalah variabel-variabel yang mempengaruhi persamaan
yang terdiri dari variabel biaya perjalanan, pendapatan pengunjung, jumlah
tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jarak tempuh, lama perjalanan,
umur pengunjung, lama mengetahui keberadaan objek wisata Pulau Pari,
dan lama kunjungan, sedangkan β0- β9 adalah koefisien regresi.
b. Menyederhanakan model persamaan (1) ke dalam bentuk dasarnya yaitu
V = β0 + β1x1. Sesuai dengan prinsip ekonomi, cateris paribus, maka
persamaan (1) disederhanakan dengan membuat variabel lain menjadi
konstanta, dengan memasukkan rataan dari masing-masing variabel,
sehingga diperoleh persamaan:
25
V = β0 + β1x1 + α...................................................................(3)
di mana α adalah hasil penjumlahan dari setiap koefisien regresi dengan
rataan dari masing-masing variabel, yaitu β2xx2, β3 x3, ..., β9 x9.
c. Persamaan (3) menghasilkan dua buah konstanta, yaitu β0 dan α. Kedua
konstanta ini dapat dijumlahkan menjadi β, menghasilkan bentuk persamaan
V = β + β1x1. .......................................................................(4a)
Variabel X1 pada persamaan tersebut menunjukkan variabel biaya
perjalanan (TC), sehingga persamaan (4a) dapat ditulis pula sebagai berikut:
V = β + β1TC. .....................................................................(4b)
d. Selanjutnya, persamaan (4b) diubah ke dalam bentuk persamaan TC
menjadi:
TC =
.............................................................................(5)
e. Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen. Surplus
konsumen dapat diketahui melalui persamaan berikut:
Persamaan tersebut merupakan hasil substitusi dari persamaan 5, dimana TC
rata-rata diperoleh saat V rata-rata, sedangkan TCmax diperoleh saat V = 0.
f. Berdasarkan persamaan (6), nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat
diketahui dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan
selama satu tahun terakhir, sehingga diperoleh:
Nilai ekonomi wisata = CS x jumlah kunjungan satu tahun terakhir......(7)
4.4.4 Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat
Penghasilan merupakan gaji seseorang yang diterima dalam satu bulan.
Penghasilan seseorang dapat berasal dari berbagai macam bidang pekerjaan.
Sumber penghasilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penghasilan yang berasal dari usaha di sektor non-pariwisata dan penghasilan dari
usaha di sektor pariwisata. Analisis terhadap penghasilan masyarakat diperlukan
untuk mengetahui dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Pulau Pari yang dilihat
dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat dengan
.....................................................(6)
26
pendekatan penghasilan rumah tangga. Penghasilan masyarakat tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
Y = Y1 + Y2..........................................................................(1)
di mana:
Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan)
Y1 : penghasilan rumah tangga dari sektor non-pariwisata (Rp/bulan)
Y2 : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan)
Perhitungan kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan rumah tangga
dirumuskan sebagai berikut:
K = (Y2 / Y) x 100%...........................................................(2)
di mana:
K : kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat (Rp/bulan)
Y2 : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan)
Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan)
Dari hasil perhitungan akan dilihat tipologi usaha berasarkan tingkat
penghasilannya sesuai dengan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto
(2002) yaitu sebagai berikut:
kontribusi penghasilan < 30% : usaha sambilan
kontribusi penghasilan < 30-70% : usaha sampingan
kontribusi penghasilan < 70-100% : usaha utama
27
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Pulau Pari
Pulau Pari berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun
2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah
salah satu pulau di Gugusan Pulau Pari yang terletak di Kelurahan Pulau Pari,
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Secara astronomis, letak Pulau Pari berada
pada 050
46’ 15”- 050
59’ 30” LS dan 1060
57’ 40” - 1060
34’ 22” BT. Secara
administrasi, Pulau Pari yang memiliki luas wilayah sebesar 41,32 ha ini terdiri
dari 4 RT dan 1 RW, yaitu RW 04.
Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, Pulau Pari difungsikan untuk
perumahan, walaupun pengembangan Pulau Pari saat ini lebih mengarah pada
wisata. Hal ini terjadi karena usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami
penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012).
5.2 Kondisi Demografi Pulau Pari
Kondisi demografi masyarakat Pulau Pari merupakan persoalan dan
keadaan yang menggambarkan perubahan penduduk Pulau Pari. Komponen-
komponen yang berhubungan dengan perubahan tersebut diantaranya adalah
kelahiran, kematian, dan migrasi, sehingga menghasilkan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.
Data statistik Kelurahan Pulau Pari (2013), mencatat jumlah penduduk
Pulau Pari adalah 940 jiwa yang terdiri dari 477 orang laki-laki dan 463 orang
perempuan. Jumlah ini menunjukkan proporsi penduduk berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan yang hampir seimbang. Adapun jumlah kepala keluarga (KK)
di Pulau Pari adalah sebanyak 265 KK. Berdasarkan data tersebut, maka
kepadatan penduduk di Pulau Pari adalah sebesar 23 penduduk/hektar. Tabel 8
menunjukkan kondisi demografi Pulau Pari.
28
Tabel 8 Kondisi demografi Pulau Pari A. Jumlah penduduk Pulau Pari
RW RT KK
Jumlah Dewasa Anak-Anak Jumlah
Total L P L P L P L P
04 01 58 6 64 91 72 36 32 127 104 231
02 63 5 68 79 85 41 43 120 128 248
03 65 3 68 71 67 44 49 115 116 231
04 63 2 65 76 69 39 46 115 115 230
Jumlah 249 16 265 317 293 160 170 477 463 940
B. Mobilitas penduduk Pulau Pari
RW RT Lahir Datang Mati Pindah
Keterangan L P L P L P L P
04 01 - 1 - - - - - -
02 - 1 - - - - - -
03 - - - - - - -
04 1 - - - - - - -
Jumlah 1 2 0 0 0 0 0 0
Sumber : Kelurahan Pulau Pari, 2013
5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari
Karakteristik responden masyarakat diperlukan untuk melihat kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Pulau Pari. Untuk itu, diperlukan data dari 30 orang
responden masyarakat dengan karaktersitik sebagaimana tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk merupakan
penduduk asli yang berusia produktif, yaitu antara 35-39 tahun. Para pendatang
pada umumnya berasal dari daerah Tangerang dan sekitarnya, yang menetap di
Pulau Pari dengan alasan untuk bekerja dan ikut suami/istri. Kondisi sosial
ekonomi masyarakat lainnya digambarkan dari tingkat pendidikan masyarakat, di
mana sebagian besar responden masyarakat Pulau Pari mengenyam pendidikan
hingga jenjang SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
sudah memahami pentingnya pendidikan, walaupun tidak banyak yang
melanjutkan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi tersebut dapat
dimengerti karena faktor jarak dan keterbatasan biaya.
29
Pulau Pari yang memiliki karakteristik perairan yang baik membuat
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Namun, keberadaan objek
wisata di Pulau Pari membuka peluang kepada masyarakat untuk memiliki mata
pencaharian alternatif di sektor pariwisata melalui penyediaan jasa dan fasilitas
wisata. Mata pencaharian alternatif di sektor pariwisata tersebut menjadi salah
satu penunjang perekonomian masyarakat Pulau Pari. Hal ini terbukti dengan
jumlah responden masyarakat yang sebanyak 70 persen bekerja pada sektor
pariwisata.
Tabel 9 Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1. Struktur Usia 20-24 4 13,33
25-29 4 13,33
30-34 4 13,33
35-39 13 43,33
40-44 2 6,67
45-49 1 3,33
50-54 1 3,33
55-59 0 0,00
60-64 1 3,33
Jumlah 30 100,00
2. Status Kependudukan
Penduduk asli 25 83,33
Pendatang 5 16,67
Jumlah 30 100,00
3. Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD 2 6,67
Tamat SD 10 33,33
Tamat SLTP 4 13,33
Tamat SLTA 13 43,33
Perguruan Tinggi 1 3,33
Jumlah 30 100,00
4. Mata Pencaharian
- Wisata
Nelayan + wisata 18 60,00
Pemandu wisata 3 10,00
Jumlah 21 70,00
- Non-Wisata
Pegawai swasta 2 6,67
Buruh 1 3,33
IRT 5 16,67
Lainnya 1 3,33
Jumlah 9 30,00
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
30
5.4 Sarana dan Prasarana
Demi menunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Pulau Pari,
pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana yang ada di Kelurahan Pulau Pari. Sarana dan prasarana yang terdapat
di Pulau Pari dapat dikelompokkan ke dalam sarana dan prasarana sektor wisata
dan non-wisata, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sarana/prasarana di Pulau Pari No. Sarana/prasarana Jumlah Rincian
A. Wisata
Homestay 80 buah
Kapal snorkling 30 buah
Alat snorkling 17 penyewaan
Kamera underwater 7 penyewaan
Sepeda 11 penyewaan
Banana boat 2 buah
B. Non-wisata
1. Pendidikan
TK/ PAUD 2 buah TK Al-Hijrah II dan PAUD Assyakur
SD/ MD 2 buah SD 1 Pagi dan Madrasah Diniyah Nurul
Ulul Pulau Pari
SLTP 1 buah SMP Satu Atap 01
2. Keagamaan
Mesjid 1 buah Mesjid Al-Ikhlas
Musholla 2 buah Musholla Bahlul Ulum
Musholla Itihad
3. Kesehatan
Puskesmas P.Pari 1 buah
Sumber: A. FORSIR, 2013
B. Kelurahan Pulau Pari, 2013
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa sarana/prasarana wisata di Pulau Pari
cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keterlibatan
yang cukup tinggi di sektor pariwisata. Sarana dan prasarana pendidikan di Pulau
Pari hanya terdapat sampai jenjang SLTP, sedangkan jenjang pendidikan SLTA
terdapat di Pulau Pramuka, sehingga masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang SLTA harus menetap di Pulau Pramuka. Sarana/prasarana keagamaan
yang di Pulau Pari adalah sarana keagamaan bagi umat Islam. Hal ini karena 100
persen penduduk Pulau Pari beragama Islam (Kelurahan Pulau Pari, 2013). Selain
di bidang pendidikan dan keagamaan, terdapat juga sarana/prasarana di bidang
kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sebuah Puskesmas di Pulau Pari.
Kondisi ini sangat membantu warga dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang baik.
31
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Wisata di Pulau Pari
Pulau Pari memiliki karakteristik kawasan yang berpotensi sebagai tempat
wisata. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini Pulau Pari mulai banyak
dikunjungi wisatawan, terlebih setelah dibukanya Pantai Pasir Perawan.
Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai yang ada di Pulau Pari
yang semula merupakan pantai yang penuh dengan semak belukar. Sekitar akhir
tahun 2012, masyarakat secara inisiatif membersihkan lahan tersebut dan
menatanya sehingga terdapat akses menuju sebuah pantai yang bersih dan berpasir
putih yang saat ini dikenal dengan nama Pantai Pasir Perawan. Pantai Pasir
Perawan dikelola secara swadaya oleh masyarakat Pulau Pari dengan bantuan
Forum Peduli Pesisir (FORSIR) sebagai organisasi masyarakat yang mendukung
pengembangan objek wisata dan kesejahteraan masyarakat Pulau Pari.
Selain pantai, perairan Pulau Pari juga kaya akan keanekaragaman bawah
lautnya. Kondisi sumber daya alam yang mendukung bagi kegiatan wisata di Pulau
Pari tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Aktivitas wisata yang
dominan diminati oleh para wisatawan di Pulau Pari adalah aktivitas wisata pantai
dan wisata snorkling. Beberapa perairan Pulau Pari yang sering dijadikan lokasi
snorkling adalah Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan area sekitar
dermaga. Lokasi tersebut termasuk ke dalam zona pemanfaatan kawasan ekowisata
bahari yang ditujukan untuk pengembangan pariwisata alam. Selain itu, lokasi
tersebut juga dinilai memiliki keindahan bawah laut yang baik dan berada pada
daerah yang terlindung dengan kondisi perairan yang cukup tenang.
6.2 Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari
Untuk mengetahui karakteristik responden wisatawan diperlukan data dari 76
orang responden wisatawan dengan karakteristik seperti yang disajikan pada Tabel
11.
32
Tabel 11 Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1. Daerah Asal
Jakarta 33 43,42
Tangerang 9 11,84
Bekasi 14 18,42
Depok 7 9,21
Bogor 11 14,47
Bandung 2 2,63
Jumlah 76 100,00
2. Umur
15-19 12 15,79
20-24 37 48,68
25-29 16 21,05
30-34 6 7,89
35-39 4 5,26
40-44 1 1,32
Jumlah 76 100,00
3. Pekerjaan
Buruh 6 7,89
IRT 1 1,32
Mahasiswa 23 30,26
Pegawai swasta 30 39,47
Pelajar 9 11,84
PNS 5 6,58
Lainnya 2 2,63
Jumlah 76 100,00
4. Cara Kedatangan
Keluarga 9 11,84
Rombongan 17 22,37
Teman 49 64,47
Sendiri 1 1,32
Jumlah 76 100,00
5. Waktu Berkunjung
Akhir pekan 59 77,63
Hari kerja 7 9,21
Libur sekolah 10 13,16
Jumlah 76 100,00
6. Sumber Informasi
Brosur 1 1,32
Internet 16 21,05
Radio 1 1,32
Teman/ keluarga 58 76,32
Jumlah 76 100,00
7. Tujuan
Bekerja 1 1,32
Berekreasi 70 92,11
Lainnya (survey) 5 6,58
Jumlah 76 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa wisatawan yang datang ke
Pulau Pari berasal dari wilayah Jabodetabek dan Bandung dengan jumlah terbesar
berasal dari Jakarta. Kondisi ini sangat memungkinkan, melihat lokasi Jakarta yang
cukup dekat dengan Pulau Pari dan dapat diakses dari luar melalui beberapa
33
pelabuhan, yaitu Rawa Saban, Tanjung Kait, Tanjung Pasir dan Kali Adem (Muara
Angke). Rute pelayaran dari Kali Adem menggunakan kapal Kerapu dan Lumba-
Lumba, sedangkan tiga pelabuhan lainnya menggunakan rute pelayaran angkutan
tradisional masyarakat. Sebagian besar wisatawan menggunakan rute pelayaran dari
Kali Adem untuk mencapai Pulau Pari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
wisatawan berasal dari Jakarta, dan pelabuahan Kali Adem mempunyai jarak yang
paling dekat dengan Jakarta.
Pulau Pari yang merupakan pulau yang baru dikembangkan sebagai objek
wisata menarik minat kalangan muda untuk berwisata ke tempat ini, ditunjukkan
dengan banyaknya wisatawan berusia muda yaitu antara 20-24 tahun yang sebagian
besar berprofesi sebagai pegawai swasta. Pada umumnya, wisatawan tersebut
datang secara berkelompok, yaitu bersama teman dengan menggunakan jasa agen
wisata. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan saat berwisata.
Wisatawan tersebut sebagian besar berkunjung pada waktu akhir pekan. Minat
wisatawan untuk datang ke Pulau Pari pada waktu akhir pekan memang
menunjukkan angka yang cukup tinggi, namun, penginapan yang tersedia
jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, pengelola jasa wisata membuat kebijakan
dengan membuka hari kunjungan pada waktu hari kerja. Sehingga, selain akhir
pekan, wisatawan juga dapat berkunjung pada hari kerja.
Kondisi Pulau Pari yang nyaman dan tidak terlalu padat menjadi salah satu
alasan wisatawan memilih Pulau Pari sebagai daerah tujuan wisata. Aktivitas yang
dilakukan oleh wisatawan pun bermacam-macam, terdiri dari snorkling, bersepeda,
berperahu, menikmati pantai, memancing, dan belajar.
6.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari
Persepsi wisatawan merupakan penilaian wisatawan terhadap berbagai
kondisi yang ada di objek wisata Pulau Pari. Hal ini sangat penting diketahui
sebagai informasi bagi pengelola dalam melakukan pengembangan wisata di Pulau
Pari. Kondisi yang aman, nyaman, dan teratur, dapat menjadi sebuah daya tarik
bagi wisatawan yang telah datang untuk berkunjung kembali ataupun bagi
wisatawan yang belum pernah datang ke Pulau Pari, sehingga memberikan kesan
34
yang baik atas kunjungannya. Tabel 12 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap
objek wisata di Pulau Pari.
Tabel 12 Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari No Persepsi Jumlah
1.Kebersihan Lokasi Pantai Lokasi Wisata Sepeda Area Pemukiman Penduduk
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Bersih 25 32,89 20 26,32 35 46,05
Cukup bersih 46 60,53 50 65,79 40 52,63
Tidak bersih 5 6,58 6 7,89 1 1,32
Jumlah 76 100,00 76 100,00 76 100,00
2.Keindahan Panorama Alam Pantai Panorama Bawah Laut
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Menarik 76 100 76 100 74 97,37
Tidak
Menarik 0 0 0 0 2 2,63
Jumlah 76 100,00 76 100,00 76 100,00
3.Fasilitas Memadai Tidak Memadai Tidak Tersedia
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Toilet/mushola 68 89,47 8 10,53 0 0,00
Tempat makan/warung 60 78,95 16 21,05 0 0,00
Toko cenderamata 45 59,21 29 38,16 2 2,63
Penginapan 66 86,84 10 13,16 0 0,00
Petunjuk arah 60 78,95 16 21,05 0 0,00
Pelayanan informasi 59 77,63 17 22,37 0 0,00
Rata-rata persentase
78,51
21,05
0,44
Jumlah Persentase (%)
4.Keamanan
Aman 76 100,00
Tidak aman 0 0,00
Jumlah 76 100,00
5.Aksesibilitas
Sangat mudah 21 27,63
Mudah 50 65,79
Sulit 5 6,58
Jumlah 76 100,00
6.Kondisi jalan
Bagus 25 32,89
Cukup bagus 50 65,79
Rusak 1 1,32
Jumlah 76 100,00
35
Persepsi Jumlah Persentase (%)
7.Keramahan petugas/pengelola objek wisata
Ramah 76 100,00
Tidak ramah 0 0,00
Sangat tidak ramah 0 0,00
Jumlah 76 100,00
8.Tingkat Kepuasan
Puas 71 93,42
Sangat puas 5 6,58
Jumlah 76 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pengunjung menyatakan
puas terhadap objek wisata di Pulau Pari. Hal ini tergambar pula dari penilaian
terhadap kebersihan, keindahan, fasilitas, keamanan, aksesibilitas, kondisi jalan,
dan keramahan petugas/pengelola objek wisata yang juga menunjukkan persepsi
yang baik. Tingkat kepuasan responden wisatawan ini juga disebabkan oleh
kondisi SDAL Pulau Pari yang masih asri dan tidak terlalu padat, sehingga
memberikan tingkat kenyamanan yang baik bagi para wisatawan.
6.4 Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari
Kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari dianalisis dengan
menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Penelitian ini menilai dua aktivitas
wisata, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai. Kedua aktivitas wisata tersebut
memiliki parameter yang berbeda. Penentuan lokasi untuk aktivitas wisata
snorkling dilakukan pada tiga lokasi yang lazim digunakan untuk aktivitas wisata
snorkling di Pulau Pari, yaitu Area Perlindungan Laut (APL) yang terletak pada
koordinat 5052’8,80” LS 106
036’46,54” BT, Bintang Rama pada koordinat 50
51’5,36”
LS 106035’0,16” BT, dan Dermaga pada koordinat 50
51’37,93” LS 106037’17,19” BT,
sedangkan untuk wisata pantai dilakukan pada satu lokasi penelitian, yaitu Pantai
Pasir Perawan. Untuk menghitung Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) perlu diukur
langsung di lapangan beberapa parameter (Nilai) yang kemudian dicocokkan
dengan matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pada Tabel 5 untuk
memperoleh bobot dan skor. Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata ini
diperlukan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata sebagaimana ditampilkan
pada Tabel 13.
36
Tabel 13 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau Pari I. Area Perlindungan Laut (APL)
No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks
A b c a x c a x 3
1 Kecerahan perairan (%) 5 100 3 15 15
2 Tutupan komunitas karang (%) 5 95 3 15 15
3 Jenis life form 3 5 1 3 9
4 Jenis ikan karang 3 12 1 3 9
5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 18 2 2 3
6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3
7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 350 2 2 3
Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3
Total 43 57
Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 75,44
Kategori S2
II. Bintang Rama
No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks
A b c a x c a x 3
1 Kecerahan perairan (%) 5 100 3 15 15
2 Tutupan komunitas karang (%) 5 75,57 3 15 15
3 Jenis life form 3 5 1 3 9
4 Jenis ikan karang 3 15 1 3 9
5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 15 3 3 3
6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3
7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 600 3 3 3
Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3
Total 45 57
Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 78,95
Kategori S2
III. Dermaga
No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks
A b c a x c a x 3
1 Kecerahan perairan (%) 5 80 2 10 15
2 Tutupan komunitas karang (%) 5 90 3 15 15
3 Jenis life form 3 5 1 3 9
4 Jenis ikan karang 3 10 1 3 9
5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 20 2 2 3
6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3
7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 200 2 2 3
Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3
Total 38 57
Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 66,67
Kategori S2
Sumber :
* Bobot dan skor menggunakan matriks kesesuaian lahan pada Tabel 5 (Yulianda, 2007)
** Hasil pengukuran langsung (Data Primer, 2013)
37
Tabel 13 menunjukkan bahwa ketiga lokasi snorkling masuk ke dalam
kategori S2 yang berarti sesuai untuk digunakan sebagai tempat wisata snorkling.
Indeks kesesuaian wisata terbesar terdapat di Lokasi II, yaitu Bintang Rama. Hal ini
didukung oleh banyaknya jumlah parameter yang berada pada kategori sangat
sesuai, ditandai dengan skor bernilai 3. Selama ini, Bintang Rama memang menjadi
tempat paling favorit untuk melakukan snorkling.
Selain aktivitas wisata snorkling, Pulau Pari juga didominasi oleh aktivitas
wisata pantai. Berbeda halnya dengan Lokasi I, II, dan III, yang berada pada
kategori sesuai, Lokasi IV berada pada kategori sangat sesuai. Lokasi IV, yaitu
Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai, sehingga parameter-
parameter yang terdapat dalam indeks kesesuaiannya berbeda dengan ketiga lokasi
lainnya. Hampir semua parameternya berada pada kategori sangat sesuai, seperti
yang disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Pasir
Perawan No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks
A b c a x c a x 3
1 Kedalaman perairan (m) 5 3 3 15 15
2 Tipe pantai 5 Pasir putih 3 15 15
3 Lebar pantai (m) 5 23,5 3 15 15
4 Material dasar perairan 3 Pasir 3 9 9
5 Kecepatan arus (m/s) 3 0,15 3 9 9
6 Kemiringan pantai (0) 3 15 2 6 9
7 Kecerahan perairan (%) 1 80 3 3 3
8 Penutupan lahan pantai 1 Pandan laut, lahan
terbuka
3 3 3
9 Biota berbahaya 1 Bulu babi 2 2 3
10 Ketersediaan air tawar (km) 1 <0,5 3 3 3
Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3
Total 80 84
Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 95,24
Kategori S1
Sumber : * Yulianda, 2007
** Data Primer, 2013
Pantai Pasir Perawan merupakan lahan terbuka dengan lebar pantai lebih dari
15 meter. Tipe pantainya berpasir putih dengan kecerahan 80 persen dan material
dasar perairan berupa pasir. Kondisi ini sangat cocok digunakan untuk aktivitas
wisata.
38
Menurut Dahuri et al, 2004, pembangunan berkelanjutan suatu wilayah
kepulauan secara ekologis, salah satunya harus memenuhi persyaratan yaitu
ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik “sesuai”. Persyaratan ini dapat dilihat
dari peta kesesuaian lahan. Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, maka dapat dilihat
bahwa kriteria kesesuaian tersebut telah terpenuhi. Secara keseluruhan, indeks
kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari
ditunjukkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata
pantai di Pulau Pari No Lokasi IKW (%) Kategori Keterangan
1 Area Perlindungan Laut (APL) 75,44 S2 Sesuai
2 Bintang Rama 78,95 S2 Sesuai
3 Dermaga 66,67 S2 Sesuai
4 Pantai Pasir Perawan 95,24 S1 Sangat sesuai
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Peta kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di
empat lokasi penelitian seperti digambarkan pada Gambar 4.
Sumber: PKSPL Diolah, 2013
Gambar 4. Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari
39
6.5 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari
Penilaian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau
Pari dilakukan pada empat lokasi penelitian yang terdiri dari tiga lokasi snorkling
dan satu lokasi pantai. Berdasarkan hasil analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW),
keempat lokasi tersebut berada pada kategori sesuai, oleh karena itu selanjutnya
harus dilakukan perhitungan daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung ini
diperlukan untuk mengetahui batasan maksimum pengunjung yang dapat
ditampung di lokasi tersebut agar lokasi wisata tetap lestari. Perhitungan daya
dukung kawasan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu potensi ekologis
pengunjung (K), luas atau panjang area yang dimanfaatkan (Lp), unit area (Lt),
waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata (Wt), dan waktu yang dihabiskan
pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata (Wp). Daya dukung kawasan untuk
aktivitas wisata di Pulau Pari ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari No Lokasi K* Lp** Lt* Wp* Wt* DDK
a B c d e a x (b/c) x (e/d)
Wisata Snorkling 1 APL 1 3500 m
2 500 m
2 3 jam 6 jam 14 orang/hari
2 Bintang Rama 1 9000 m2 500 m
2 3 jam 6 jam 36 orang/hari
3 Dermaga 1 2000 m2 500 m
2 3 jam 6 jam 8 orang/hari
Wisata Pantai 4 Pantai Pasir
Perawan
1 7500 m 50 m 3 jam 6 jam 300 orang/hari
Sumber : * Yulianda, 2007
** FORSIR, 2013
Potensi ekologis pengunjung untuk aktivitas wisata snorkling adalah 1 orang
dengan unit area 500 m2. Artinya, setiap satu orang dalam 500 m
2. Sedangkan,
untuk aktivitas wisata pantai, potensi ekologis pengunjung adalah 1 orang dengan
unit area 50 m, atau dengan kata lain 1 orang setiap 50 m panjang pantai. Waktu
yang dibutuhkan pengunjung untuk kegiatan snorkling adalah 3 jam dengan total
waktu dalam 1 hari adalah 6 jam. Untuk aktivitas wisata pantai, waktu yang
dibutuhkan pengunjung adalah 3 jam dengan total waktu dalam sehari adalah 6 jam.
Lokasi I memiliki luas area pemanfaatan 3500m2. Dengan luas area
pemanfaatan sebesar ini, daya dukung kawasan Lokasi I adalah 14 orang/hari.
Artinya, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan
waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan snorkling selama 3 jam, maka
40
jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 14 orang
dalam satu hari. Hal ini menjadi dasar perhitungan daya dukung kawasan untuk
aktivitas wisata snorkling. Namun, berdasarkan lamanya waktu penyewaan alat
snorkling yaitu alat selam dasar (ADS), rata-rata pengunjung hanya memanfaatkan
waktu selama 1 jam dari waktu maksimal yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas
wisata snorkling yaitu selama 3 jam, sehingga daya dukung kawasannya dapat lebih
dari 14 orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan total waktu yang
disediakan untuk aktivitas snorkling dalam satu hari yaitu selama 6 jam, di Lokasi I
masih bisa menampung hingga 84 orang dalam waktu yang berbeda, dengan asumsi
setiap orang hanya menggunakan waktu 1 jam untuk snorkling.
Lokasi II dan III masing-masing memiliki luas area pemanfaatan sebesar
9000 m2
dan 2000 m2. Berdasarkan hasil perhitungan, daya dukung kawasan di
Lokasi II adalah 36 orang/hari dan di Lokasi III 8 orang/hari. Seperti halnya Lokasi
I, daya dukung kawasan di Lokasi II dan III juga dapat lebih dari daya dukung
dasar tersebut. Jika diasumsikan setiap pengunjung hanya menggunakan waktunya
selama 1 jam, maka dalam satu hari di Lokasi II masih dapat menampung hingga
216 orang dalam waktu yang berbeda, sedangkan untuk Lokasi III masih dapat
menampung hingga 48 orang dalam waktu yang tidak bersamaan. Daya dukung
kawasan di Lokasi II adalah yang paling besar. Hal ini sesuai dengan luas area
pemanfaatannya yang juga lebih besar dibandingkan dua lokasi lainnya.
Lokasi IV, yaitu Pantai Pasir Perawan yang memiliki area pemanfaatan seluas
7500 m2 memiliki daya dukung kawasan sebesar 300 orang/hari. Artinya, dalam
waktu yang bersamaan, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama
satu hari, dan waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan wisata pantai
selama 3 jam, maka jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut
adalah 300 orang dalam satu hari.
6.6 Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari
Jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari yang semakin meningkat setiap
waktunya, menjadi salah satu hal yang menarik untuk ditetiti untuk dihitung nilai
ekonominya. Jumlah kunjungan wisatawan selama satu tahun terakhir digunakan
sebagai dasar dalam perhitungan ini.
41
Penelitian dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel biaya perjalanan,
pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama
mengetahui objek wisata, dan lama kunjungan sebagai variabel yang
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, seperti yang terlampir pada Lampiran
1. Variabel biaya perjalanan merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan
pengunjung untuk mencapai lokasi wisata dan biaya yang dikeluarkan selama
berada di lokasi wisata. Variabel pendapatan merupakan besarnya pendapatan
pengunjung dalan satu bulan. Variabel jumlah tanggungan adalah banyaknya
jumlah tanggungan pengunjung. Variabel pendidikan adalah lamanya pendidikan
(tahun) yang ditempuh oleh pengunjung. Variabel jarak merupakan jarak tempuh
dari lokasi asal pengunjung ke lokasi tujuan wisata. Variabel lama perjalanan
merupakan waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk tiba di lokasi tujuan wisata.
Variabel umur menunjukkan umur pengunjung (tahun). Variabel lama mengetahui
menunjukkan sudah berapa lama pengunjung mengetahui keberadaan lokasi wisata,
sedangkan variabel lama kunjungan menunjukkan berapa lama pengunjung tersebut
berada di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi linear dari data pada
Lampiran 1, maka diperoleh model persamaan sebagai berikut:
Jumlah Kunjungan = 1,113 - 0,0000001187 Biaya Perjalanan - 0,00000003786 Pendapatan + 0,139
Jumlah Tanggungan + 0,032 Pendidikan + 0,000629 Jarak - 0,080 Lama
Perjalanan - 0,017 Umur + 0,026 Lama Mengetahui + 0,108 Lama
Kunjungan
Hasil regresi dari persamaan linear di atas dapat dilihat pada Tabel 17 dan
selengkapya terdapat pada Lampiran 2. Pada hasil perhitungan di Tabel 17, variabel
jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama mengetahui, dan lama kunjungan
menunjukkan tanda positif (+). Hal ini berarti bahwa secara umum, semakin
meningkat variabel-variabel tersebut maka akan meningkatkan jumlah kunjungan.
Variabel biaya perjalanan, pendapatan, lama perjalanan, dan umur menunjukkan
tanda negatif (-) yang berarti bahwa secara umum, semakin meningkat variabel-
variabel tersebut maka akan menurunkan jumlah kunjungan.
Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R-Sq sebesar 17,6 persen,
menunjukkan bahwa keragaman jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari hanya
mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model sebanyak 17,6
persen. Sisanya sebesar 82,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
42
tidak dimasukkan ke dalam model. Variabel-variabel tersebut diperkirakan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari.
Pulau Pari yang merupakan objek wisata alam, khususnya wisata pulau memang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis wisata lainnya. Pulau Pari sebagai
salah satu objek wisata pulau sangat dipengaruhi oleh alam. Kondisi alam
diantaranya seperti cuaca, kecepatan angin, dan ketinggian ombak, sangat
mempengaruhi aktivitas kunjungan wisata ke Pulau Pari, karena setiap pengunjung
yang datang ke Pulau Pari diharuskan untuk menyebrang menggunakan kapal, dan
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam.
Tabel 17 Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan individual
travel cost method
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF
Constant 1.113 .660 1.687 .096
Biaya
Perjalanan -1.187E-7 .000 -.043 -.310 .757 .638 1.568
Pendapatan -3.786E-8 .000 -.092 -.537 .593 .422 2.369
Jumlah
Tanggungan .139 .092 .262 1.522 .133** .420 2.379
Pendidikan .032 .052 .113 .608 .545 .360 2.779
Jarak .000 .004 -.029 -.162 .872 .399 2.507
Lama
Perjalanan -.080 .088 -.162 -.911 .366 .397 2.521
Umur -.017 .023 -.181 -.767 .446 .223 4.474
Lama
Mengetahui .026 .011 .325 2.355 .022* .654 1.529
Lama
Kunjungan .108 .152 .096 .708 .481 .677 1.478
R-sq = 17,6 persen R-Sq (adj) = 6,4 persen DW = 1,755
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Keterangan :
*) signifikan pada taraf nyata α = 0,05 (5 persen)
**) signifikan pada taraf nyata α = 0,15 (15 persen)
Variabel-variabel yang merupakan kondisi alam seperti cuaca, kecepatan
angin, dan ketinggian ombak tersebut bukan merupakan data time series. Selain itu,
secara konsep variabel-variabel tersebut cenderung homogen di setiap responden,
karena merupakan pendapat seseorang. Contohnya, mengenai kondisi cuaca baik
dan buruk. Pada saat yang sama, jika kondisi cuaca memang buruk, maka semua
orang akan menganggap bahwa cuaca tersebut buruk dan tidak memungkinkan
43
untuk melakukan aktivitas wisata, misalnya untuk wisata snorkling. Oleh karena
itu, variabel-variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model persamaan,
namun variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah
kunjungan wisata di Pulau Pari.
Pada hasil regresi di Tabel 17 dapat dilihat hasil uji t dengan taraf nyata 5
persen dan 15 persen, diperoleh terdapat dua variabel bebas yang berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah kunjungan di Pulau Pari. Variabel lama
mengetahui berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dan jumlah tanggungan
berpengaruh pada taraf nyata 15 persen. Koefisien lama mengetahui bernilai positif,
yaitu 0,026. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 bulan
lama mengetahui objek wisata, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke
Pulau Pari Kepulauan Seribu sebesar 0,26, dengan asumsi cateris paribus.
Sedangkan koefisien jumlah tanggungan bernilai 0,139, artinya setiap penambahan
1 orang jumlah tanggungan, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke
Pulau Pari, sebesar 1,39, dengan asumsi cateris paribus.
Hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 17 diperoleh nilai VIF
masing-masing variabel kurang dari 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya
multikolinearitas dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilihat dengan
melihat pola penyebaran titik. Hasil regresi menunjukkan titik-titik yang menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, artinya output regresi (pada Chart
Lampiran 2) tidak membentuk pola yang jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji autokorelasi diketahui dengan
membandingan nilai Durbin-Watson (DW) dengan DW tabel. Nilai DW dari hasil
regresi diperoleh 1,755. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel DW untuk
signifikansi 0,05 dengan n (jumlah data)=76 dan k (jumlah variabel independen)=9.
Didapatkan nilai dL adalah 1,3747 dan dU adalah 1,8989, jadi nilai 4-dU=2,1011
dan 4-dL=2,6253. Hal ini berarti nilai DW (1,755) berada pada daerah antara dL
dan dU, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Berdasarkan hasil regresi tersebut, dengan memasukkan nilai rata-rata
pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama
mengetahui, dan lama kunjungan, maka dapat diperoleh fungsi :
JK = 1,113 - 0,0000001187 TC + 0,233483
44
JK = - 0,0000001187 TC + 1,346483
Persamaan di atas lalu ditransformasikan dalam bentuk TC menjadi:
TC =
Biaya perjalanan rata-rata dapat diperoleh ketika jumlah kunjungan rata-rata,
sehingga dengan memasukkan nilai rata-rata jumlah kunjungan, diperoleh
persamaan :
Rata-rata TC =
=
= 2.919.000
Sementara itu, TC maksimum diperoleh saat jumlah kunjungan=0, sehingga
dapat diperoleh nilai TC maksimum sebesar:
TC maks =
= 11.344.000
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka surplus konsumen dapat diketahui
dengan membagi dua hasil perkalian antara jumlah kunjungan rata-rata dengan
selisih TC maksimum dan TC rata-rata, sehingga diperoleh estimasi nilai surplus
konsumen per individu sebesar Rp 4.212.500,00. Dengan demikian, berdasarkan
jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tahun 2012
yang berjumlah 36.232 kunjungan, maka nilai ekonomi wisata di Pulau Pari adalah
sebesar Rp 152.627.300.000,00/tahun.
6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat
Hidupnya aktivitas wisata di Pulau Pari memberikan dampak positif terhadap
penghasilan masyarakat di Pulau Pari. Pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan
dapat terbantu dengan adanya kegiatan di sektor pariwisata. Keberadaan objek
wisata Pulau Pari mengakibatkan adanya perubahan pada penghasilan masyarakat
setempat. Besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat
diestimasi dari 30 orang responden masyarakat Pulau Pari seperti yang terlampir
pada Lampiran 3. Data tersebut dihitung dengan pendekatan penghasilan rumah
tangga, dan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa keterlibatan masyarakat dalam
pekerjaan di sektor pariwisata memberikan kontribusi rata-rata sebesar 70,12 persen
terhadap penghasilannya. Artinya sudah termasuk ke dalam penghasilan utama
45
berdasarkan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002). Hasil tersebut
menjunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian
masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi di lapangan di mana banyak
masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata. Kontribusi sektor pariwisata
terhadap penghasilan masyarakat disajikan dalam Tabel 18.
Tabel 18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau
Pari
Ju
mla
h
resp
on
den
Rata-rata penghasilan (Rp per bulan) Total
Penghasilan Kontribusi sektor
wisata (%) Non-wisata Wisata
A B c = a + b (b/c) x 100%
30 615.667 1.445.000 2.060.667 70,12
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Perubahan penghasilan karena adanya objek wisata Pulau Pari terjadi pada
setiap tenaga kerja dan unit usaha. Tanpa adanya sektor pariwisata di Pulau Pari,
rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp 615.667,00 yang diperoleh dari
penghasilan sebagai nelayan, buruh, penjaga sekolah, IRT, dan pegawai swasta.
Jumlah ini hanya sekitar 30 persen dari penghasilan mereka dengan adanya objek
wisata Pulau Pari. Pekerjaan masyarakat pada sektor pariwisata di Pulau Pari terdiri
dari tenaga kerja yaitu sebagai pemandu wisata, dan unit usaha, yaitu penyewaan
homestay, kapal snorkling, alat snorkling, kamera underwater, sepeda, banana
boat, dan catering. Keberlangsungan pengembangan wisata di Pulau Pari
Kepulauan Seribu ini didukung oleh adanya sebuah organisasi pemuda Pulau Pari
yang dinamakan FORSIR (Forum Pesisir). FORSIR merupakan suatu organisasi
masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan Pulau
Pari, khususnya dalam pengembangan objek wisata dan kegiatan sosial masyarakat.
Keterlibatan masyarakat pada sektor pariwisata bukan hanya menguntungkan
bagi perekonomian mereka saja. Namun, dari hasil penghasilan masyarakat yang
terlibat pada setiap pekerjaan di sektor pariwisata ini, mereka turut menyumbang
untuk keberlanjutan wisata di Pulau Pari melalui pungutan yang dikelola oleh
FORSIR, sehingga sektor pariwisata juga turut menyumbang penghasilan daerah
setempat. Berikut ini disajikan besarnya sumbangan masyarakat dari penyediaan
fasilitas penunjang objek wisata di Pulau Pari. Perhitungan besarya kontribusi
46
penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan
Pulau Pari disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata
terhadap lingkungan di Pulau Pari Fasilitas Biaya pungutan/bulan Rata-rata jumlah
penggunaan/bulan
Jumlah
Homestay Rp 15.000,00/rumah 80 Rp 1.200.000,00
Kapal snorkling Rp 10.000,00/minggu/kapal 30 Rp 1.200.000,00
Alat Snorkling
(ADS)
Rp 1.000,00/set yang dipakai 3000 Rp 3.000.000,00
Sepeda Rp 500,00/kepala 2500 Rp 1.250.000,00
Banana Boat Rp 500,00/kepala 500 Rp 250.000,00
Catering Rp 500,00/kepala 3000 Rp 1.500.000,00
Total Penerimaan Rp 8.400.000,00
Sumber: FORSIR, 2013
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dengan rata-rata jumlah
penggunaan fasilitas wisata per bulan seperti yang tertera pada Tabel 19, FORSIR
berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp 8.400.000,00 dalam satu bulan.
Dana tersebut merupakan kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas
penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari. Penghasilan ini digunakan
untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata, kebersihan dan perawatan,
pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pembiayaan kegiatan sosial
masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak sekedar
mementingkan perekonomiannya saja, tetapi turut berkontribusi juga terhadap
keberlanjutan lingkungannya.
47
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Pulau Pari memiliki
potensi ekowisata yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Lokasi yang digunakan untuk objek wisata snorkling dan wisata pantai di
Pulau Pari sudah memenuhi kriteria kesesuaian daya dukung kawasan.
Keempat lokasi penelitian berada pada kategori Indeks Kesesuaian Wisata
(IKW) yang sesuai untuk digunakan sebagai lokasi wisata. Daya dukung
kawasan untuk keempat lokasi tersebut adalah sebanyak 14 orang/hari di
lokasi APL, 36 orang/hari di lokasi Bintang Rama, 8 orang/hari di lokasi
Dermaga, dan 300 orang/hari di lokasi Pantai Pasir Perawan.
2. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari untuk tingkat kunjungan sebesar 36.232
pada satu tahun 2012 diperoleh sebesar Rp 152.627.300.000,00/tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar.
Kegiatan wisata di Pulau Pari sangat tergantung dengan alam. Oleh karena
itu, untuk menjamin keberlangsungan sumber daya alam dan lingkungan,
serta mempertahankan nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, maka kondisi di
Pulau Pari harus tetap terjaga, sehingga konservasi di Pulau Pari sangat
diperlukan karena memberikan nilai ekonomi yang besar.
3. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari memberikan kontribusi sebesar
70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat. Artinya, penghasilan dari
sektor pariwisata yang semula sebagai penghasilan alternatif karena
menurunnya penghasilan dari sektor perikanan dan budidaya rumput laut,
sekarang sudah menjadi penghasilan utama, sehingga masyarakat sudah
mulai tergantung pada sektor pariwisata.
7.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan objek wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
harus mulai menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, yaitu
dengan menerapkan konsep daya dukung kawasan. Pengaturan jumlah trip
48
untuk aktivitas wisata snorkling harus lebih diperhatikan dan diatur sesuai
dengan konsep daya dukungnya. Begitu pula dengan jumlah pengunjung
yang akan melakukan wisata, khususnya snorkling harus diatur sesuai
dengan daya dukung kawasan.
2. Perlu dilakukan pendataan jumlah kunjungan wisata, per jenis atraksi
wisata, per lokasi, per hari, untuk memastikan bahwa jumlah kunjungan
tidak melebihi daya dukung kawasan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberlakukan tarif tiket masuk kawasan wisata untuk membantu proses
penerapan wisata yang berkelanjutan.
3. Peran kelembagaan (FORSIR, LIPI, pemerintah, dan masyarakat setempat)
perlu diarahkan untuk pembentukan community based ecotourism. FORSIR
yang dibina oleh LIPI dan pemerintah berperan dalam pengaturan trip atas
dasar daya dukung kawasan. LIPI berperan dalam pemberian informasi
kepada masyarakat terkait dengan kelestarian alam. Masyarakat lokal perlu
diberdayakan dalam rencana program konservasi dan pengembangan wisata
di Pulau Pari. Pemerintah berhak untuk mengatur pengembangan wisata di
Pulau Pari yang mendorong pada paket-paket wisata bermuatan lingkungan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto L, Fahrudin A, Wahyudin Y. 2004. Modul Pengenalan Konsep dan
Metodologi Valuasi Ekonomi SumberdayaPesisir dan Laut. Bogor (ID):
PKSPL IPB.
Adrianto L. 2006. Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor (ID): PKSPL IPB.
Amiluddin NM. 2007. Kajian Pertumbuahan dan Kandungan Karaginan Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice Ice di Perairan
Pulau Pari Kepulauan Seribu. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB
Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah. 2012. Badan Informasi Geospasial
[internet].[diacu 5 Februari 2013]. Tersedia dari:
http://bakohumas.kominfo.go.id/news.php?id=1000.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kepulauan Seribu dalam Angka 2012. Jakarta
(ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Dahuri R., Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ. 2004. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya
Paramita.
Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. 1999. Garis Besar
Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia [internet]. [diacu 5 Februari
2013]. Tersedia dari: http://ekowisata.info/pedoman_ekowisata.html.
Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati. 2001.
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Ekowisata [internet]. [diacu 5 Februari
2013]. Tersedia dari: http://ekowisata.info/tujuan_dan_sasaran_ekowisata.
Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil. 2012. Direktori Pulau-Pulau Kecil
Indonesia [internet]. [diacu 18 Mei 2013]. Tersedia dari: http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/370.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
[FORSIR] Forum Peduli Pesisira. 2013. Data sarana/prasarana wisata di Pulau
Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei
2013.
50
__________________________b. 2013. Data luas/panjang area yang
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pulau Pari. Hasil wawancara
langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei 2013.
_______________________________c. 2013. Data kontribusi penghasilan
masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di
Pulau Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14
Mei 2013.
Hall CM. 2001. Trends in ocean and coastal tourism. Ocean and Coastal
Management Vol. 44, Issues 9-10: 601-618.
Igunawati D. 2010. Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban,
Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
[KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Pengertian Pariwisata [internet].
[diacu 22 Februari 2013]. Tersedia dari: http://kbbi.web.id.
Kelurahan Pulau Pari. 2013. Laporan bulanan Kelurahan Pulau Pari Kecamatan
Administrasi Kepulauan Seribu. Jakarta (ID): Kelurahan Pulau Pari.
Ketjulan R. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari
Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. London (GB): Mac Millan Publishing
Co, Inc.
Kurnianto IR. 2008. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban,
Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Mendes I, Proenca I. 2005. Estimating the Recreation Value of Ecosystems by
Using A Travel Cost Method Approach. Lisbon (PT): Technical University
of Lisbon.
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2001. Pembentukan Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Nomor 4.
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1999. Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Nomor 6.
[PKSPL] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. 2013. Peta Pulau Pari.
Bogor (ID): PKSPL IPB.
51
Soetanto H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi
Tepat Guna Pertanian untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi
Potong. Malang (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
Spillane JJ. 1991. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.
2013. Perbandingan Kunjungan Wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun
2012 dan 2011. Jakarta (ID): Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.
Terumbu Karang Jakarta. 2009. Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang
Kepulauan Seribu (2003-2007). Jakarta (ID): Yayasan Terumbu Karang
Indonesia.
[TIES] The International Ecotourism Society. 1990. What is Ecotourism
[internet]. [diacu 4Februari 2013]. Tersedia dari:
http://www.ecotourism.org/what-is-ecotourism.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Kepariwisataan. Nomor 10.
Wearing S, Neil J. 1999. Ecotourism: Impact, Potential and Possibilities. Great
Britain (GB): Butterworth and Heinemann.
Wisata Edukasi Bahari. 2011. Wisata Bahari di Indonesia [internet]. [diacu 18
Februari 2013]. Tersedia dari: http://wisata-edukasi-
bahari.com/index.php?option=com_content&view=article&id=111:widuric.
Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber
Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): FPIK IPB.
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1 Data responden wisatawan Pulau Pari
No.
y x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9
JK TC INC TANGGUNGAN EDU JARAK LPJ UMUR LM LK
1 1 403.500 700.000 0 15 42 2 23 3 2
2 1 1.600.000 3.000.000 0 16 61 2 25 24 3
3 1 420.000 1.500.000 0 16 53 2 25 6 2
4 1 500.000 2.600.000 0 16 88 4 23 6 2
5 1 600.000 700.000 0 16 67 5 22 12 2
6 1 378.500 850.000 0 17 88 4 26 3 2
7 1 540.000 800.000 0 16 88 2 23 12 2
8 1 450.000 2.500.000 0 16 56 2 23 6 2
9 1 600.000 1.000.000 0 16 88 5 22 1 2
10 1 660.000 3.200.000 0 16 65 4 24 4 2
11 1 412.000 2.100.000 0 15 88 4 27 3 2
12 1 550.000 2.200.000 0 15 45 2 22 1 2
13 1 364.000 3.000.000 3 16 62 2 29 5 2
14 1 350.000 3.000.000 2 16 45 2 35 2 2
15 1 360.000 3.500.000 2 16 45 2 37 12 2
16 1 390.000 1.750.000 0 15 61 2 24 1 2
17 1 464.000 3.000.000 3 19 55 3 43 5 2
18 1 290.000 800.000 0 14 62 3 20 1 2
19 1 330.000 750.000 0 13 54 2 19 3 2
20 2 845.000 1.000.000 0 13 42 2 21 2 2
21 1 710.000 850.000 0 14 61 2 25 5 2
22 1 350.000 1.655.000 0 15 45 3 21 2 2
23 1 430.000 1.800.000 0 16 64 3 24 4 2
24 1 308.000 1.200.000 2 15 42 2 29 1 2
25 1 377.000 3.000.000 3 12 62 2 23 4 2
26 1 430.000 1.000.000 0 15 88 4 21 6 2
27 1 350.000 1.800.000 0 16 42 3 25 6 2
28 1 930.000 5.000.000 0 15 167 5 23 1 3
29 1 552.500 900.000 0 16 88 4 21 2 2
30 2 348.500 1.500.000 0 16 43 2 23 2 2
31 1 488.500 4.500.000 0 18 42 2 30 3 3
32 1 340.000 500.000 0 12 42 2 17 2 2
33 1 380.000 850.000 0 15 42 2 22 1 2
34 1 217.500 700.000 0 13 88 5 17 1 1
35 1 370.000 750.000 0 14 61 3 20 2 2
36 1 600.000 2.300.000 3 16 54 2 25 1 2
37 2 510.000 1.000.000 3 14 54 2 28 10 1
38 1 550.000 4.000.000 0 18 65 3 30 24 2
39 1 680.000 2.200.000 0 14 62 4 20 2 2
40 1 500.000 2.200.000 0 12 42 4 28 1 2
41 1 600.000 3.000.000 0 16 61 4 33 8 2
42 1 650.000 5.000.000 1 18 61 3 31 30 1
43 1 336.500 500.000 0 12 55 2 17 3 3
44 1 395.000 700.000 0 12 55 2 17 6 3
45 1 585.000 5.000.000 0 16 42 2 23 12 2
46 1 653.500 2.000.000 0 16 45 2 24 3 2
47 4 500.000 5.000.000 3 19 42 2 37 36 2
48 1 450.000 1.200.000 2 14 55 3 21 1 1
49 1 650.000 750.000 0 15 167 5 21 2 2
50 1 550.000 2.500.000 0 16 42 2 23 1 2
51 2 650.000 2.000.000 0 16 65 2 23 1 3
52 3 451.500 800.000 0 13 62 2 20 3 2
53 2 306.000 4.000.000 2 18 42 2 30 3 1
54
54 1 380.000 500.000 0 12 42 2 16 1 2
55 1 400.000 2.300.000 1 16 65 3 25 12 1
56 1 430.000 850.000 0 16 88 5 22 5 2
57 1 453.500 3.000.000 2 16 55 2 35 3 2
58 2 380.000 850.000 0 14 42 2 20 5 2
59 1 273.500 2.500.000 2 16 42 2 28 2 1
60 1 360.000 2.100.000 0 16 61 2 25 2 2
61 1 520.000 1.000.000 1 15 42 2 28 1 3
62 1 380.000 800.000 0 16 42 2 22 2 2
63 1 520.000 2.300.000 1 16 88 5 29 3 2
64 1 340.000 500.000 0 12 42 2 17 6 2
65 2 480.000 1.500.000 0 16 42 2 24 2 2
66 1 430.000 1.000.000 0 13 42 3 20 3 2
67 1 360.000 800.000 0 14 45 2 20 1 2
68 2 380.000 500.000 0 13 45 2 18 2 2
69 1 350.000 450.000 0 11 61 3 16 1 2
70 2 350.000 500.000 0 12 42 2 18 2 3
71 1 203.500 850.000 0 12 61 3 18 1 1
72 1 360.000 400.000 0 11 88 5 17 3 2
73 1 370.000 700.000 0 14 42 2 20 2 2
74 1 600.000 800.000 0 15 42 2 22 1 2
75 1 383.500 750.000 0 16 42 2 23 1 2
76 2 680.000 3.000.000 2 18 65 3 31 2 2
Ra
ta-
ra
ta 1 474.875 1.790.197 1 15 60 3 24 5 2
Keterangan:
JK : Jumlah kunjungan
TC : Biaya perjalanan
INC : Pendapatan
EDU : Pendidikan
LPJ : Lama perjalanan
LM : Lama mengetahui
Lampiran 2 Hasil analisis regresi linear berganda
Regression Variables Entered/Removed
b
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .420a .176 .064 .50005 1.755
a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur
b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan
55
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.536 9 .393 1.571 .142a
Residual 16.503 66 .250
Total 20.039 75
a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur
b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.113 .660 1.687 .096
Biaya Perjalanan -1.187E-7 .000 -.043 -.310 .757 .638 1.568
Pendapatan -3.786E-8 .000 -.092 -.537 .593 .422 2.369
Jumlah Tanggungan
.139 .092 .262 1.522 .133 .420 2.379
Pendidikan .032 .052 .113 .608 .545 .360 2.779
Jarak .000 .004 -.029 -.162 .872 .399 2.507
Lama Perjalanan -.080 .088 -.162 -.911 .366 .397 2.521
Umur -.017 .023 -.181 -.767 .446 .223 4.474
Lama Mengetahui .026 .011 .325 2.355 .022 .654 1.529
Lama Kunjungan .108 .152 .096 .708 .481 .677 1.478
a. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan
56
Lampiran 3 Data responden masyarakat Pulau Pari R
esp
on
den
Jen
is K
ela
min
Um
ur
(ta
hu
n)
Pen
did
ika
n
(ta
hu
n)
Sta
tus
Perk
aw
ina
n
Ju
mla
h
an
ggo
ta
kelu
arga
Ju
mla
h
tan
gg
un
ga
n
Ala
ma
t (R
T)
Pekerjaan
utama
Penghasilan
Jumlah Non-
wisata Wisata
1 1 45 0 1 4 2 1 Penjaga sekolah 350.000 1.650.000 2.000.000
2 1 38 6 1 4 3 3 Nelayan 500.000 500.000 1.000.000
3 1 35 12 1 4 3 2 Guide - 2.700.000 2.700.000
4 1 38 12 1 5 4 2 Nelayan 1.500.000 900.000 2.400.000
5 0 32 12 0 9 8 4 Buruh 1.650.000 - 1.650.000
6 1 40 12 1 4 4 3 Nelayan 600.000 1.100.000 1.700.000
7 1 29 9 1 3 3 3 Nelayan 400.000 1.300.000 1.700.000
8 1 37 6 1 5 5 2 Nelayan 1.000.000 600.000 1.600.000
9 1 21 12 1 3 2 4 Guide 420.000 1.000.000 1.420.000
10 1 28 9 1 3 1 2 Pegawai swasta 700.000 - 700.000
11 1 41 6 1 4 4 4 Nelayan 600.000 1.400.000 2.000.000
12 1 39 6 1 4 7 4 Nelayan 500.000 1.200.000 1.700.000
13 0 35 6 1 5 5 3 IRT 1.000.000 2.500.000 3.500.000
14 1 50 6 1 4 3 3 Nelayan 700.000 1.500.000 2.200.000
15 1 35 6 1 4 3 3 Nelayan 800.000 2.000.000 2.800.000
16 1 29 12 1 2 1 3 Nelayan 1.000.000 600.000 1.600.000
17 1 60 5 1 4 3 2 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000
18 0 23 6 1 5 3 2 IRT - 2.000.000 2.000.000
19 1 38 6 1 6 5 3 Nelayan 1.500.000 3.500.000 5.000.000
20 1 39 9 1 4 3 3 Nelayan 1.000.000 2.200.000 3.200.000
21 1 33 12 1 5 4 4 Nelayan 600.000 1.500.000 2.100.000
22 1 30 12 1 4 3 3 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000
23 1 33 6 1 5 2 4 Nelayan 500.000 1.300.000 1.800.000
24 0 21 12 1 3 1 4 IRT 750.000 1.300.000 2.050.000
25 0 39 12 1 3 2 4 IRT - 1.500.000 1.500.000
26 1 39 9 1 3 2 4 Nelayan 300.000 1.200.000 1.500.000
27 1 27 14 1 4 3 2 Pegawai swasta - 1.500.000 1.500.000
28 1 23 12 0 - - 4 Guide - 2.100.000 2.100.000
29 1 38 12 1 4 3 3 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000
30 0 38 12 1 3 1 4 IRT 600.000 1.800.000 2.400.000
Rata-Rata: 615.667 1.445.000 2.060.667
Keterangan :
Jenis kelamin : 0 = Perempuan ; 1 = Laki-laki
Status perkawinan : 0 = Belum menikah ; 1 = Menikah
57
Lampiran 4 Perhitungan besarnya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia
fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan
1. Homestay
a. Jumlah homestay di Pulau Pari = 80 rumah
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 15.000,00/rumah/bulan
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia homestay
= 80 x Rp 15.000,00 = Rp 1.200.000,00
2. Kapal Snorkling
a. Jumlah kapal snorkling di Pulau Pari = 30 kapal
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 10.000,00/kapal/minggu
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia kapal snorkling
= 30 x Rp 10.000,00 x 4 = Rp 1.200.000,00
3. Alat snorkling (ADS)
a. Rata-rata penggunaan alat snorkling per bulan = 3000 set
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 1.000,00/set yang dipakai
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia alat snorkling (ADS)
= 3000 x Rp 1.000,00 = Rp 3.000.000,00
4. Sepeda
a. Rata-rata jumlah pengguna sepeda per bulan = 2500 orang
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia sepeda
= 2500 x Rp 500,00 = Rp 1.250.000,00
5. Banana Boat
a. Rata-rata jumlah pengguna banana boat per bulan = 500 orang
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia banana boat
= 500 x Rp 500,00 = Rp 250.000,00
58
6. Catering
a. Rata-rata jumlah pemesan catering per bulan = 3000 orang
b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala
c. Penghasilan FORSIR dari penyedia catering
= 3000 x Rp 500,00 = Rp 1.500.000,00
Total dana lingkungan FORSIR/bulan
= Penghasilan FORSIR dari penyedia homestay + kapal snorkling + alat
snorkling + sepeda + banana boat + catering
= Rp 1.200.000,00 + Rp 1.200.000,00 + Rp 3.000.000,00 + Rp 1.250.000,00 +
Rp 500.000,00 + Rp 1.500.000,00
= Rp 8.400.000,00
Jadi, kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata
terhadap lingkungan di Pulau Pari adalah sebesar Rp 8.400.000,00/bulan.
Lampiran 5 Foto kawasan wisata Pulau Pari
A. Pantai Pasir Perawan
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Jalan masuk Pantai Pasir Perawan
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Fasilitas tempat duduk
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Fasilitas tempat makan
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Fasilitas kios/warung
59
B. Panorama alam di objek wisata Pulau Pari
C. Aktivitas wisatawan di Pulau Pari
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Panorama alam Pantai Pasir Perawan
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Panorama alam bawah laut APL
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Panorama alam bawah laut Bintang Rama
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Panorama alam bawah laut Dermaga
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Wisata pantai 1
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Wisata pantai 2
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Snorkling 1
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Snorkling 2
60
D. Fasilitas penginapan di Pulau Pari
E. Kondisi lingkungan Pulau Pari
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Sampan
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Banana boat
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Penginapan LIPI Pulau Pari
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Homestay penduduk
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Dermaga Pulau Pari
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Jalan menuju pemukiman penduduk
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Papan petunjuk arah
Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti
Angkutan transportasi Pulau Pari
61
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 3 Maret 1991. Penulis
merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ano Karsana dan
Ibu Eulis Hendrayani Saputra. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
di SD Negeri Baros 1 Cimahi pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP Negeri 1 Cimahi dan pendidikan
Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung. Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa
Gentra Kaheman dan menjabat sebagai pengurus divisi Profesi dan Keahlian
periode 2011/2012. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2009-2013.