analisis faktor-faktor kinerja teknologi...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan)
ISMAIL
104081002434
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Ismail NIM:104081002434
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Arief Mufraini, Lc, Msi NIP 150317955 NIP 150330729
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M Hari ini Selasa Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Ismail NIM:104081002434 dengan judul Skripsi ”ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan).Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 27 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Ismail, NIM: 1040810024343 dengan judul skripsi. ”ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan). Memperhatikan kemampuan keilmuan di bidang manajemen, hasil ujian skripsi
anda dinyatakan lulus, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 27 Agustus 2008
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini, Lc, Msi
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ABSTRACT The purpose of this research is to analysis factors in Information Technology
consisting of Technological Factor, Factor Behavior of Client, Competitor Factor, Factor Internal Bank for knowing which factor very important role in supporting Office Channeling at BNI Syariah. Data which applied is primary data. Sample which checked counted 140 respondent. Number of variables which checked counted 16 variables. Data which obtained counted 40 respondent in test with validity test. Validity test result indicate that out of 16 variable only 15 variable available for analysed furthermore. The rest of one variable is spent by not be valid or cannot be applied by the correlation coefficient worth is less than r table ( 0.312) that is variable Service of Mobile Banking ( A4) with worth of 0.132 or the significant is more than 0.05 that is 0.418, though rule of significant for validity is less than 0.05. Data which obtained counted 100 respondent with amount of variables counted 15 variables then analysed with factor analysis at programs SPSS 16.0 For Windows.
Research earnings yield indicate that result out of 15 variable spread over into 4 factor, from factor analysis test obtained by earnings yield that out of 15 variable which analysed with model and grouped into 4 factor which is factors in Technology Information supporting Office Channeling. The factors is Information Technology factor with eigen value 5.878, Technological factor with eigen value 1.303, factor Internal Bank and Competitor with eigen value 1.235, Competitor factor with eigen value 1.106. The 4 factor is obtained based on at worth eigen value bigger than one. The factor which dominate is Information Technology factor with eigen value 5.878 and presentase variant of 39,188%. Keyword : Information Technology, Technological Factor, Factor Behavior of Client,
Competitor Factor, Factor Internal Bank, Office Channeling.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dalam Teknologi Informasi
yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor Pesaing, faktor Internal Bank untuk mengetahui faktor yang paling berperan penting dalam menunjang Office Channeling pada BNI Syariah. Data yang digunakan adalah data primer. Sampel yang diteliti sebanyak 140 responden. Jumlah variabel yang diteliti sebanyak 16 variabel. Data yang diperoleh sebanyak 40 responden di uji dengan uji validitas. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 16 variabel hanya 15 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Sisanya 1 variabel dikeluarkan karena tidak valid atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien korelasinya kurang dari r tabel (0.312) yaitu variabel Pelayanan Mobile Banking (A4) dengan nilai 0.132 atau signifikansinya lebih dari 0.05 yaitu 0.418, padahal ketentuan signifikan untuk validitas adalah kurang dari 0.05. Data yang diperoleh sebanyak 100 responden dengan jumlah variabel sebanyak 15 variabel selanjutnya dianalisis dengan analisis faktor pada program SPSS 16.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 15 variabel tersebar ke dalam 4 faktor. Dari uji analisis faktor diperoleh hasil bahwa dari 15 variabel yang dianalisa dengan model dan dikelompokkan ke dalam 4 faktor yang merupakan faktor-faktor dalam teknologi informasi yang menunjang Office Channeling. Faktor-Faktor tersebut adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878, faktor Teknologi dengan eigen value 1.303, faktor Internal Bank dan Pesaing dengan eigen value 1.235, faktor Pesaing dengan eigenvalue 1.106. ke 4 faktor diperoleh berdasarkan pada nilai eigen value lebih besar dari satu. Faktor yang mendominasi adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878 dan presentase varian 39,188%. Kata kunci :Teknologi Informasi, Faktor Teknologi, Faktor Perilaku Nasabah, Faktor
Pesaing, Faktor Internal Bank, Office Channeling.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Kinerja Teknologi Informasi
Dalam Usaha Bank”, semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih
baik, mereka adalah:
1. Orang tuaku tersayang, ayahanda H. Abdussamad dan Ibunda Hj. Faridah yang senantiasa
memberikan doa, motivasi, dan menyediakan apa yang dibutuhkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen, selaku pembimbing I
dan selaku pembimbing II Bpk Arief Mufraini Lc,Msi, Bpk Indoyama SE.,MAB yang
selalu memberikan inspirasi-inspirasi bermakna kepada penulis dalam segala waktu dan
kesempatan.
3. Bapak Drs. Moh Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
dan Bapak Dr. Abdul Abdul Hamid, Ms., selaku pembantu dekan akademik yang telah
memberikan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis dan mebimbing
para mahasiswanya untuk menjadi yang terbaik
4. Kakak-kakakku, dingsanak-dingsanakku, dan adding-adingku terima kasih buat semua
sayang dan dukungannya selama ini sampai akhirnya ismail dapat menyelesaikan kuliah
Ismail.
5. Sahabatku beserta keluarga besar mereka yang selalu ada setiap kubutuhkan. Dan yang
spesial tak lupa Dony, Abi, Miftah, Faridz, Agung, Badai, Abud, Akbar, Taufik.dan lain-
lain yang tidak bias disebutkan namanya satu persatu.
6. kakek Thamrin dan nini, OmYusuf dan Mbak Tati, Akh, Om Thabrani, Om Ishak,Om
Nang Subhan beserta keluarga, Wahyuni, dan yang lainnya yang turut memberikan
motivasi dan saran dalam penul;isan skripsi ini. I v U all.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, dengan itu diharapkan sarannya
dan semoga dapat berguna kepada siapa saja yang membutuhkan. “:Sesungguhnya hanya
Allah SWT yang memiliki Maha Kesempurnaan dan Kebenaran, dan hanya manusialah letak
beribu kekurangan dan kesadaran”. Wassallumualaikum…
Daftar Isi
Hal Daftar Riwayat Hidup....................................................................................... i
Abstract............................................................................................................. ii
Abstrak.............................................................................................................. iii
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Isi............................................................................................................ vi
Daftar Tabel....................................................................................................... viii
Daftar Gambar................................................................................................... x
Daftar Lampiran................................................................................................ xi
BAB I Pendahuluan.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian..................................................................... 1
1. Identifikasi Masalah......................................................................... 6
2. Batasan Masalah.............................................................................. 7
B. Perumusan Masalah............................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat............................................................................. 8
BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................................ 10
A. Pengertian Bank Syariah........................................................................ 10
B. Pengembangan Office Channeling......................................................... 11
1. Arah Kebijikan Bank Syariah......................................................... 14
2. Office Channeling dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
Bank Syariah...................................................................................
17
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channeling.................... 19
b. Pandangan Negatif Terhadap Kebijakan Office Channeling... 22
C. Peran Teknologi Informasi Dalam Usaha Bank..................................... 28
1. Perubahan Teknologi...................................................................... 29
2. Perubahan Perilaku Nasabah.......................................................... 32
3. Perubahan Pesaing.......................................................................... 34
4. Kondisi Internal Bank..................................................................... 36 D. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 39 E. Kerangka Pemikiran............................................................................... 39 F. Hipetesis................................................................................................. 42
BAB III Metodologi Penelitian..................................................................................... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 43 B. Metode Penentuan Sampel..................................................................... 43 C. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 46
D. Metode Analisis Data............................................................................. 51 E. Operasional Variabel Penelitian............................................................. 62
BAB IV Penemuan dan Pembahasan........................................................................... 64
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian............................................. 64 1. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk............................................... 64 2. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk. (KCS) Jakarta Selatan.......... 66 3. Visi dan Misi PT.BNI (Persero) Tbk Divisi Unit Usaha Syariah....... 67
a. Visi................................................................................................ 67 b. Misi................................................................................................ 67
B. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................... 67 1. Validitas................................................................................................ 67 2. Reliabilitas............................................................................................ 69
C. Penemuan dan Pembahasan...................................................................... 69 1. Analisis Deskriptif Statistik.................................................................. 69 2. Hasil analisis Faktor............................................................................. 84
BAB V Kesimpulan dan Implikasi.............................................................................. 103
A. Kesimpulan............................................................................................... 103 B. Implikasi................................................................................................... 104
Daftar Pustaka................................................................................................... 109 Lampiran-Lampiran.......................................................................................... 113
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Moment Terpenting Kebijakan pengembangan Bank Syariah
Di Indonesia...................................................................................................... 17
Gambar 2.2 Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya
suatu transaksi................................................................................................... 24
Grafik 4.1 Scree Plot..................................................................................... 92
DAFTAR TABEL Hal
Tabel 4.1 Uji Validitas..................................................................................... 68
Tabel 4.2 Reliability Statistics......................................................................... 69
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Statistik Jenis Kelamin...................................... 70
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Statistik Periode Menjadi Nasabah................... 70
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Statistik Kualitas Layanan Perbankan
(Teknologi)........................................................................................................ 71
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Statistik Perkembangan Layanan perbankan
(Teknologi)........................................................................................................ 72
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Statistik Transaksi Perbankan (Teknologi)....... 72
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Statistik Produk-Produk Perbankan (Perilaku
Nasabah)........................................................................................................... 73
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Statistik Perluasan Akses Nasabah (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................ 74
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Statistik Kebutuhan Produk perbankan
(Perilaku Nasabah)............................................................................................ 75
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Statistik Layanan Jasa Keuangan (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................ 76
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Statistik Pelayanan yang Istimewa (Pesaing).. 77
Tabel 4.13 Analisis Deskriptif Statistik Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)... 78
Tabel 4.14 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan Bersaing (Pesaing)........ 78
Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan mengungguli (Pesaing). 79
Tabel 4.16 Analisis Deskriptif Statistik Reputasi Bagus (Internal Bank)......... 80
Tabel 4.17 Analisis Deskriptif Statistik Semakin Dikenal Masyarakat
(Internal Bank).................................................................................................. 81
Tabel 4.18 Analisis Deskriptif Statistik Mengedepankan Prinsip Syariah
(Internal Bank)................................................................................ 82
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Statistik Maksimalisasi Pelayanan
(Internal Bank)..................................................................................................
83
Tabel 4.20 KMO and Bartlett’s Test................................................................ 84
Tabel 4.21 Communalities............................................................................... 87
Tabel 4.22 Total Variance Explained............................................................... 90
Tabel 4.23 Component Matrix......................................................................... 93
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix............................................................ 96
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix ............................................... 101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama Lengkap : Ismail
Tempat/Tanggal Lahir : Muara teweh, 22 April 1985
Alamat : Jl.Ciputat Raya,No 1,Rt 05 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp & HP : (021) 70503705 & 085283251322
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Moto Hidup : “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat
bagi manusia yang lainnya”.
II. PENDIDIKAN
1. Madrasah Ibtidayah Negeri Muara Teweh
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Teweh
3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri Martapura
4. UIN (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Menjadi Bendahara pada OSIS Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN)
martapura
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal
25 Maret 1992 menandai adanya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia untuk
menerapkan dual banking system atau sistem perbankan ganda di Indonesia. Sejak saat itu
semestinya semua instansi terkait menyesuaikan diri dalam segala kegiatannya dengan
paradigma baru ini termasuk di dunia pendidikan.
Bisa dibayangkan, betapa memalukannya ketika suatu institusi pendidikan
melepaskan lulusannya ke masyarakat, dan ternyata mantan anak didiknya itu
mendapatkan bahwa di dunia nyata ada yang namanya lembaga keuangan syariah yang
tidak pernah mereka kenal sebelumnya sewaktu mereka masih duduk dibangku kuliah.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 10 November 1998
menunjukkan semakin mantapnya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan
system perbankan ganda yang telah berlaku sejak lebih dari enam tahun sebelumnya.
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah, Bank
Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu
bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat memberikan
pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu familiar dengan istilah
office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office channelling ini mirip
dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system) yang berlaku di Malaysia.
Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling
dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki
Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows
system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang
tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim
syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem
layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional.
Menurut Rio Eldianson(2007:1)Perbankan syariah Indonesia kini dituntut untuk
melakukan akselerasi. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter telah memberikan
target kepada bank syariah untuk mencapai market share pada level 5,25% pada akhir
tahun 2008. Hal ini merupakan program BI untuk meningkatkan peran perbankan syariah
di kancah perekonomian nasional serta tingkat signifikansi manfaat perbankan syariah
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hingga akhir tahun 2006, bank syariah telah mencapai market share sebesar 1,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bank syariah yang dicapai masih menyisakan
target sebesar 3,65%. Dari market share tersebut, bank syariah memiliki asset sebesar Rp.
26,95 triliun. Target market share sebesar 5,25% menuntut bank syariah harus
mewujudkan assetnya lebih dari Rp. 90 triliun pada akhir tahun 2008, dengan begitu bank
syariah memiliki sisa target sebesar Rp. 63.05 triliun. Dalam memenuhi sisa tersebut,
bank syariah harus meningkatkan pertambahan assetnya mencapai rata-rata sebesar Rp. 7
triliun per triwulan, dalam kurun waktu tahun 2007 sampai akhir tahun 2008. Jumlah
yang tidak sedikit bagi bank syariah untuk memenuhi keinginan dari BI.
(H,Nadratuzzaman dalam artikel Rio Eldianson,2007)
Jumlah bank syariah yang saat ini terdiri dari 3 Bank Umum Syariah (BUS),
ditambah 20 Unit Usaha Syariah (UUS) yang menjadi cabang Bank Konvensional dinilai
masih sulit untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Besarnya target yang
ditentukan dengan waktu yang tidak begitu lama akan menyebabkan langkah bank
syariah terasa begitu berat untuk mewujudkannya. (Rio Eldianson:2007:3)
Untuk mencapai market share 5,25% pada akhir tahun 2008 bukanlah perkara
mudah, dibutuhkan peran strategis dari dua pelaku utama yaitu pihak pemerintah dan
pihak perbankan (praktisi). Dua pihak inilah yang menjadi kunci penting akselerasi
perbankan syariah Indonesia menuju market share 5,25 % pada tahun 2008. (Rio
Eldianson:2007:3)
Adapun perkembangan Office Channeling tentu saja ditunjang berbagai faktor-
faktor perbankan yang mendukung program tersebut, salah satunya faktor-faktor
teknologi informasi pada suatu bank yaitu faktor teknologi yang tersedia, faktor nasabah
pada suatu bank, faktor pesaing,serta faktor internal bank.pada BNI Syariah telah
menerapkan program Office Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia, namun
belum maksimal karena masih banyak kekurangan yang ada, oleh karena itu diperlukan
faktor-faktor pendukung program Office Channeling. Adanya berbagai faktor tersebut
membuat Office Channeling semakin berkembang.
Oleh sebab itu penulis mengambil judul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA
TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK ”, karena penulis
mencoba meneliti apakah faktor-faktor teknologi informasi tersebut menunjang
diberlakukannya Office Channeling. Penulis juga ingin mengetahui faktor mana saja yang
sangat berperan penting terhadap program Office Channeling dan melakukan studi
kasusnya di BNI Syariah cabang Jakarta Selatan .
Kelebihan dari penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini dilakukan
terhadap sesuatu yang baru dan masih hangat diperbincangkan oleh pakar-pakar
perbankan syariah dan masih menjadi kontroversi bagi sebagian kecil kalangan perbankan
syariah dan mencakup ruang lingkup yang sangat luas yaitu perkembangan perbankan
syariah secara nasional, sedangkan penelitian yang terdahulu yang telah dilakukan
meskipun menggunakan metode penelitian dan analisis yang sama namun penelitian
tersebut cuma membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup yang sempit yaitu
tentang kepuasan konsumen Warung Internet, Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Fajar Suryo Saputro (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Memilih Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau
dipakai. Dan juga penelitian yang terdahulu dilakukan terhadap pembahasan yang bukan
sesuatu permasalahan yang baru.
Disamping itu penelitian ini meninjau bagaimana tanggapan masyarakat atau
nasabah tentang Office Channeling, karena yang banyak berkomentar tentang Office
Channeling adalah cuma para praktisi perbankan syariah dan pihak bank syariah yang
terkait dengan program Office Channeling. Oleh sebab itu peneliti ingin menekankan
penelitian tentang Office Channeling menurut pendapat para nasabah bank syariah,
terutama nasabah BNI Syariah.
Pentingnya penelitian ini bahwa sistem Office Channeling yang dikeluarkan oleh BI
sebagai Bank Sentral dalam membantu perkembangan perbankan syariah dapat
diterapkan secara maksimal oleh bank terkait dan dapat memudahkan nasabah bank
tersebut dalam melakukan transaksi perbankan secara syariah karena tujuan BI dalam
menetapkan peraturan sistem Office Channeling adalah untuk mengembangkan dunia
perbankan syariah agar dapat lebih maju dan dapat bersaing dengan perbankan
konvensional.
1. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti, ada beberapa identifikasi
masalah dalam penelitian ini, yakni :
a. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia,
two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
b. Rencana teknologi informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan
rencana bisnis bank tersebut. Bank yang telah memiliki rencana strategi baik,
belumlah menjamin akan keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap
berikutnya yang tidak kalah pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu
tahap implementasi strategi (strategic implementation) atas rencana strategi yang
telah dibuat, yang harus dilakukan dengan baik dan konsisten,guna untuk
mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari kondisi lingkungan
bank tersebut.
c. Seberapa jauh perkembangan program Office Channeling dinilai dari kinerja
perencanaan teknologi informasi suatu bank.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan diatas, maka peneliti
memberikan batasan, antara lain:
1. Hanya mencakup bahasan tentang faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office
Channeling secara umumnya (menentukan faktor utama dan faktor penunjang
lainnya terhadap perkembangan Office Channeling) dan tidak membahas terlalu
mendalam, adapun pembahasan yang penulis uraikan adalah:
a) Faktor teknologi
b) Faktor nasabah
c) Faktor pesaing
d) Faktor internal bank
2. Penelitian dilakukan hanya kepada nasabah BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
”Faktor-faktor apa saja yang akan terbentuk dari faktor-faktor Teknologi Informasi
dalam usaha bank yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor
Pesaing, faktor Internal Bank dalam menunjang program Office Channeling”.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
dalam teknologi informasi pada suatu bank (yaitu teknologi, perilaku nasabah,
pesaing dan internal bank) supaya mengetahui faktor yang paling berperan
penting terhadap office channeling pada bank syariah.
2. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
a) Penulis.
Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah pada
program S1 jurusan manajemen perbankan.
b) PT.Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini dan
semoga dapat dijadikan gambaran dalam menerapkan sistem Office
Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama BNI Syariah cabang Jakarta
Selatan.
c) Bagi masyarakat (nasabah bank syariah).
Sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam hal
menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan dengan menggunakan
program Office Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah cabang Jakarta Selatan.
d) Perguruan tinggi.
Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu
studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BANK SYARIAH
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an
dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya yang disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan antara Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Syari’ah adalah (1)
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam; (2) bank yang tata
cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank yang
beroperasinya sesuai prinsip syari’ah Islam adalan bank yang beroperasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-
praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary.
Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan
masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang
yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha
bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain : (1) Memindahkan uang; (2)
Menerima dan membayarkan kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat
berharga; dan (4) Menerima jaminan bank.
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam lahir
sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bak dan
riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari
persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya Bank Syari’ah. Bank Syari’ah
lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada
Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.
10 tahun1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil
atau bank syari’ah.(Muhammad:1:2005)
B . PENGEMBANGAN OFFICE CHANNELING
Rasanya tidak ada yang membantah bila dikatakan negeri ini memiliki potensi pasar
domestik yang begitu besar untuk industri perbankan syariah. Gambaran kasar yang bisa
digelar adalah fakta 80% lebih dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta
merupakan umat Islam. Dengan ceruk pasar yang menganga lebar ini, harapan besar
layak disematkan kepada para stakeholder perbankan syariah untuk lebih berkembang,
berdampingan dengan bank konvensional. (Dadang Romansyah: 1:2004)
Tapi mengapa euforia yang terbentuk setelah tahun 1999 dengan berdirinya Bank
Syariah Mandiri (BSM) mendampingi Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang lebih dulu
tujuh tahun, justru jauh dari harapan. Angka mungkin tidak bisa berbohong dengan
melihat pangsa pasar perbankan syariah yang tak sampai 2% dibandingkan total
perbankan nasional, baik dari sisi perolehan dana pihak ketiga maupun total aset.
Di lapangan, upaya memacu industri perbankan syariah untuk bersaing di level yang
setara dengan perbankan konvensional justru melahirkan para pemain semu yang
terwujud dalam maraknya pembentukan divisi atau unit usaha syariah (UUS). Bank
Indonesia pun mafhum bila membentuk bank baru untuk menemani Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) masih
terkendala aspek permodalan. Dalam UU No.10/ 1998 tentang Perbankan memang
disyaratkan modal pendirian suatu bank umum adalah sebesar Rp 3 triliun (Fahmi Ahmad
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Berinvestasi mendirikan bank dengan dana minimum Rp 3 triliun di tengah upaya
konsolidasi perbankan nasional yang lebih dari 130 bank ini, mungkin dinilai investor
lokal sebagai hal yang penuh risiko. Alternatif lain adalah bekerja keras mempercantik
diri agar investor asing mau menyuntikkan dana segar ataupun langsung berinvestasi
membentuk bank syariah baru di Indonesia. Wacana ini merupakan buah pemikiran
adanya momentum pengalihan dana negara-negara petro dollar dari lahan ekonomi
Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara Asia.
Lalu Indonesia sendiri kapan. Ironis memang. Padahal indikasi minat investor asing
dari dunia Arab sebenarnya memang cukup riil dengan terbukti pada masuknya Boubyan
Bank dan Kuwait Finance House dalam rencana penambahan kepemilikan saham Bank
Muamalat. Sebelumnya pun, Islamic Development Bank (IDB) telah berpartisipasi
sebagai pemegang saham dalam pendirian bank syariah pertama ini. Karena selebihnya
hanya merupakan portofolio investasi oleh pemodal asing yang masuk ke industri
perbankan syariah lebih bersifat tidak langsung. Faktanya, Commerce Asset Berhad lebih
memilih mengembangkan usaha syariah di Bank Niaga melalui unit usaha syariah, begitu
pula dengan Standard Chartered Plc yang mengembangkan Bank Permata Syariah.
Kondisi tersebut membuat Bank Indonesia pun mengatur ulang kebijakannya. Sasaran
target penguasaan pangsa pasar perbankan syariah tahun 2011 yang dipatok awalnya 9%
direvisi menjadi 5%-7%.
Ini mungkin lebih membumi, tapi tak hanya itu yang dilakukan Bank Indonesia.
Pertengahan tahun ini, bank sentral setelah berembuk dengan para praktisi mengeluarkan
wacana pemisahan unit usaha syariah (UUS) sebagai entitas tersendiri yang lepas dari
gandengan bank umum konvensional. Awal Oktober 2005, BI mengeluarkan kebijakan
terbaru yang lebih tepat dinilai sebagai insentif dengan melonggarkan peraturan
pembentukan bank syariah baru ataupun untuk kegiatan spin off (pemisahan) UUS. Syarat
modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun menjadi Rp1 triliun,
begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang hendak melepaskan diri
dari induk perusahaan.
Kelonggaran juga diberikan Bank Indonesia kepada bank umum konvensional yang
hendak melakukan konversi atau perubahan core business menjadi bank syariah cukup
menyetor modal minimum Rp 100 miliar. Gayung pun bersambut dengan rumor pasar
bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) segera melepas
unit syariahnya menjadi entitas tersendiri.
1. Arah Kebijakan Pengembangan Bank Syariah
Industri perbankan masih menjadi sendi terpenting dalam perekonomian nasional.
Untuk menuju perbankan yang semakin baik, dalam konteks ini, sejak dua tahun lalu
Bank Indonesia telah menggariskan sebuah arah kebijakan yang disebut sebagai Arsi-
tektur Perbankan Indonesia (API). Sebagai sebuah rancangan bentuk industri yang
ingin dicapai di masa depan, API memuat berbagai program yang terfokus pada upaya
pembentukkan industri perbankan melalui langkah-langkah penguatan pada semua
sendi-sendi fundamental. Penguatan aspek kelembagaan, penyiapan infrastruktur
pendukung, peningkatan pelaksanaan fungsi perbankan dalam melayani masyarakat,
peningkatan kemampuan institusi dan sumber daya, peningkatan kualitas pengawasan
dan pengaturan perbankan, sampai dengan menarik peran serta masyarakat dalam
menjaga ketahanan dan daya saing perbankan telah digariskan sebagai pilar-pilar yang
harus dimiliki oleh industri perbankan Indonesia ke depan.
Diawali dengan lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Pada saat itu, bank Islam yang pertama kali muncul di Indonesia adalah Bank
Muamalat Indonesia. Selanjutnya, kekuatan hukum pendirian bank Islam tersebut
diperkuat dengan adanya undang-undang nomor 10 tahun 1998, sebagai revisi
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992. Awal Oktober 2005, Bank Indonesia
mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005
tentang perubahan modal dasar pendirian bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Syarat modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun
menjadi Rp1 triliun, begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang
hendak melepaskan diri dari induk perusahaan.
Kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa saat ini pemahaman masyarakat akan
perbankan syariah memang terus mengalami peningkatan. Namun demikian, di sisi
lain minat untuk bertransaksi secara syariah masih rendah. Kondisi ini terjadi, antara
lain karena masih terbatasnya jaringan layanan perbankan syariah.
Oleh karena itu, peningkatan minat masyarakat untuk bertransaksi melalui
perbankan syariah ini harus difasilitasi oleh adanya kemudahan akses kepada jasa
perbankan syariah. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menempuh upaya
yang jauh lebih berat agar mereka dapat bertransaksi melalui perbankan syariah,
karena kemudahan akses pelayanan perbankan syariah yang sebanding dengan
perbankan konvensional.
Atas dasar hasil kajian ini pula, maka Bank Indonesia telah mencoba memikirkan
berbagai alternatif yang diharapkan dapat menjadi terobosan untuk secara signifikan
meningkatkan kemampuan perbankan dalam melayani dan menyediakan kemudahan
bertransaksi syariah kepada masyarakat.
Oleh karena itu maka pada akhir bulan Januari 2006 Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan baru yaitu PBI No.8/3/PBI/2006 tentang PERUBAHAN
KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM
SYARIAH & PEMBUKAAN KANTOR SYARIAH OLEH BANK UMUM
KONVENSIONAL, yaitu sebuah ketentuan yang memperbolehkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah untuk juga melayani transaksi
syariah (office channelling). Dengan menyediakan layanan office chanelling di
cabang konvensionalnya, Bank tidak perlu lagi membuka cabang Unit Usaha Syariah
di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Tentu saja
layanan office chanelling membutuhkan dukungan jaringan teknologi informasi serta
instalasi perangkat lunak perbankan syariah di cabang-cabang bank yang akan
menyediakan jasa office chanelling untuk transaksi perbankan syariah.
Dengan segala upaya dan kerja keras para stakeholder perbankan syariah ini
semoga dapat mengantarkan industri perbankan syariah ini berada berdampingan
dengan perbankan konvensional di jalur yang sama. Publik pun menanti agar bank
syariah tidak hanya menebar pesona religius sebagai pembeda dalam pemberian
layanan maksimum kepada nasabah maupun solusi bagi perekonomian nasional.
Gambar 2.1
Moment Terpenting Kebijakan Pengembangan Bank Syariah di Indonesia
Sumber : Dadang Romansyah, Strategi Pengembangan Bank Syariah Melalui Office
Channeling.
2. Office Channelling dan Implikasinya terhadap Pengembangan Bank Syariah
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah,
Bank Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit
Usaha Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling).
Dengan begitu bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk
dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu
familiar dengan istilah office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office
channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system)
yang berlaku di Malaysia. Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar
antara office channelling dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
Tentang Perbankan
UU No. 7 /1992
UU No. 10/1998
Dual Banking System
Fatwa DSN-MUI
Fatwa Bunga Bank Haram
PBI No.7/13/PBI/2005
Th. 1992
Th. 1998
Th. 2006
Th. 2005
Th. 2003
Modal Minimum Bank Syariah
PBI No.8/3/PBI/2006
Layanan Syariah (Office Channelling)
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two
windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
Bank Indonesia saat ini baru mengizinkan transaksi penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK). Sedangkan untuk transaksi pembiayaan, untuk sementara, tetap harus
dilakukan di kantor UUS atau kantor cabang syariah dan untuk kebijakan manajemen
dan sumberdaya manusia (SDM) tetap ditentukan oleh kantor pusat bank
bersangkutan. Dengan kata lain, bank yang memiliki UUS tersebut hanya dapat
memanfaatkan tempat yang ada pada kantor konvensional untuk melakukan transaksi
dengan skim syariah. Berbeda dengan office chanelling ini, konsep two windows
system yang selama ini dipopulerkan Malaysia, mengizinkan semua transaksi syariah
dilayani oleh kantor bank umum konvensional, termasuk dalam hal kebijakan
manajemen dan SDM (Sunarsip dalam Dadang Romansyah, 2006).
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channelling
Diberlakukannya sistem office channelling ini, diperkirakan akan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan industri bank syariah
di masa mendatang. Pertama, dengan diberlakukannya office channelling, tentu
akan semakin memudahkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi syariah.
Dengan kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi
kendala bagi nasabah untuk mendapatkan fasilitas transaksi syariah akan dapat
teratasi. Selama ini masyarakat yang akan bertransaksi dengan bank syariah
mengalami kesulitan karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di
Indonesia.
Kedua, dengan semakin mudahnya para nasabah untuk mendapatkan akses
layanan perbankan syariah, diperkirakan perkembangan Dana Pihak Ketiga akan
semakin besar. Dengan demikian, peran perbankan syariah dalam melayani
kebutuhan masyarakat dalam melayani penyimpanan DPK akan semakin
membaik. Ditinjau dari karakteristik assets dan liabilities bank syariah,
kebijakan office channeling berpeluang diterapkan untuk sisi liabilities (dana).
Penghimpunan dana baik tabungan, giro dan deposito dapat dipasarkan massal
melalui cabang konvensional. Sedangkan produk assets (pembiayaan) butuh
desain yang bersifat tailor made sesuai kebutuhan nasabah (mudharib) sehingga
lebih sulit dipasarkan melalui cabang konvensional. Kecuali, terbatas pada
produk murabahah dan ijarah konsumtif.
Umumnya kantor cabang syariah (KCS) memasarkan produk assets dan
liabilitiesnya. Kecuali kantor cabang pembantu (KCPS) yang biasanya fokus
pada penghimpunan dana. Dengan office channeling, penghimpunan dana dapat
dilakukan cabang konvensional yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan,
dibandingkan cabang syariah yang baru satuan atau belasan. Cabang syariah
bisa lebih fokus pada pembiayaan. Secara otomatis cabang syariah
bertransformasi menjadi semacam Sentra Pembiayaan Syariah (Wahyu Avianto
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Dengan fokus pada pembiayaan, diharapkan kualitas pembiayaan makin
baik, baik dari sisi analisa kelayakan, implementasi kepatuhan aspek syariah,
dan pemantauan kinerja mudharib. Sepintas, office channeling hanya dapat
dimanfaatkan oleh UUS saja. Namun, kedepan office channelling sebetulnya
bisa juga dilakukan oleh bank syariah dengan PT. Pos atau dengan antar induk
yang berbeda, selama memenuhi ketentuan dan persyaratan office channelling
baik dari Bank Indonesia maupun Dewan Syariah Nasional. Office Channeling
akan meningkatkan penghimpunan dana dan kemudian kualitas pembiayaan
yang berujung pada aset dan pertumbuhan bank syariah yang makin baik.
Berikutnya adalah bagaimana agar bank syariah bisa mempengaruhi kebijakan
ekonomi nasional sehingga bisa membawa dampak pada kesejahteraan umat.
Ketiga, office channelling diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar
(market share) perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Dengan semakin
mudahnya mendapatkan informasi dan akses terhadap kantor bank syariah,
diharapkan market share yang saat ini baru sekitar 1,35% akan semakin besar.
Keempat, dengan menerapkan office channelling yang mencakup ko-lokasi
fisik gedung, satu pekerja yang diperbolehkan melakukan transaksi baik syariah
maupun konvensional, maka efisiensi yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah
akan menjadi sangat luar biasa.
Layanan Syariah untuk mendorong akselerasi pertumbuhan Bank Syariah.
Suatu bank seperti BRI, BNI, Permata, Niaga yang mempunyai jaringan sangat
luas, sekaligus akan segera dapat berfungsi sebagai Bank Syariah. Dalam ukuran
waktu kurang dari tahunan, Indonesia akan mempunyai Bank Syariah yang
jangkauannya tidak saja mencapai kabupaten atau kecamatan, tapi malah sampai
ke tingkat kelurahan. Sebuah perkembangan yang maha dahsyat, sehingga
wilayah darurat atas fatwa DSN tentang pengharaman bunga bank yang
dikecualikan untuk daerah-daerah yang belum ada bank syariah, bisa direvisi
dan ditinjau ulang.
b. Pandangan Negatif terhadap Kebijakan Office Channelling
Istilah office channelling sendiri tidak terdapat satupun dalam Peraturan
Bank Indonesia tentang office channelling atau PBI No. 8/3/PBI/2006. Yang ada
hanya tentang Layanan Syariah (LS). Layanan Syariah dapat dibuka dalam satu
wilayah kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang (KC) Syariah Induknya,
dengan menggunakan pola kerja sama antara KC Syariah Induknya dengan KC
dan atau KC Pembantu, atau dengan menggunakan sumber daya manusia sendiri
Bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional Bank
Syariah.
Selanjutnya Layanan Syariah wajib memiliki pembukuan yang terpisah
dari Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu, menggunakan standar
akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah, dan laporan keuangan
Layanan Syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan Kantor Cabang
Syariah Induknya pada hari yang sama.
Kebijakan office channelling ini, tentunya harus disikapi secara
proporsional. Hal ini penting, sebab jangan karena saking semangatnya
menyambut kebijakan yang positif ini, kita lupa dengan isu-isu lain yang bisa
menghambat penerapan office channelling tersebut.
Dengan ketentuan Layanan Syariah seperti di atas, timbul beberapa catatan
pertanyaan yang mengemuka dan belum terjawab berdasarkan hitam putih
sesuai ketentuan yang ada. Beberapa pertanyaan yang mengemuka dan bersifat
detail operasional office channelling dimaksud adalah (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006) :
Pertama, Full one person dedicated. Pemahanan yang timbul tentang
office channelling adalah tentang Full one person dedicated, artinya seorang
pekerja secara khusus hanya boleh melayani transaksi satu jenis bank saja,
syariah atau konvensional. Apabila seorang pekerja telah melayani transaksi
syariah, maka orang tersebut tidak boleh melayani transaksi konvensional, dan
sebaliknya. Sementara itu, PBI tentang office channelling memungkinkan bahwa
Layanan Syariah dapat dibuka dengan cara pola kerja sama antara Kantor
Cabang Syariah Induk dengan Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang
Pembantu konvensional.
Kemungkinan pelayanan rangkap dimaksud timbul dengan dasar
pemikiran bahwa yang membuat suatu transaski menjadi syariah atau tidak
bukanlah orang atau siapa yang melakukan traksaksi, tetapi tergantung pada
bagaimana transaksi dijalakankan. Artinya selama transaksi telah memenuhi
syarat dan rukun yang telah ditetapkan terlepas dari siapa yang melakukan,
transaksi tersebut tetap menjadi syariah. Halal dan haramnya suatu transaksi
tergantung dari pada beberapa kriteria, yaitu pertama, objek yang dijadikan
transaksi apakah objek halal atau objek haram. Kedua, cara bertransaksi
menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (transaksi halal) atau
transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006). Berikut ini gambaran dalam penentuan halal dan
haramnya suatu transaksi :
Gambar 2.2
Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi
Cara Halal Cara Haram
A
TRANSAKSI
HALAL
B
TRANSAKSI
HARAM
Objek Halal
Objek Haram
Sumber: Slamet Wiyono(2006), , Cara Mudah Memahami Akuntansi
Perbankan Syariah.
Kedua, Integrated Core Banking System. Core Banking System (CBS)
adalah aplikasi utama yang digunakan untuk mencatat dan membukukan semua
transaksi yang dilakukan bank. Dalam PBI, diatur bahwa Layanan Syariah harus
memiliki pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari Kantor Cabang dan atau
KC Pembantu konvensional, yang selanjutnya laporan atas transaksi harian
tersebut wajib digabungkan dengan laporan Kantor Cabang Syariah induknya.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah diperbolehkan transaksi Bank Syariah dan
Bank Konvensional dibukukan dan diproses dalam satu Core Banking System
yang sama.
Hal ini sangat dimungkinkan mengingat perkembangan aplikasi Core
Banking System dewasa ini mampu meng-handle transaksi yang bersifat multi-
bank atau multicompany. Dengan Core Banking System yang mempunyai
kemampuan multi-bank maka CBS bisa mencatat dan mengadministrasikan
secara bersamaan baik produk dan jasa Bank Syariah maupun Bank
Konvensional, tetapi tetap mampu memisahkan mana transaksi Bank Syariah
dan mana transaksi Bank Konvensional. Oleh karena itu CBS multi-bank bisa
menghasilkan accounting entity yang berbeda antara Bank Syariah dan Bank
C
TRANSAKSI
HARAM
D
TRANSAKSI
HARAM
Konvensional, sehingga laporan-laporan yang dihasilkan oleh perusahaan yang
berdiri sendiri seperti Neraca, Laba Rugi, dan laporan lainnya juga dapat
dihasilkan dan terpisah secara otomatis antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional (Sutrisno Mukayan dalam Dadang Romansyah, 2006).
Ketiga, perlu dipahami bahwa pola office channelling, kemungkinan baru
akan teruji pada sisi liabilities-nya neraca bank, yaitu sisi funding. Yang menjadi
masalah, setelah funding diperoleh, pekerjaan selanjutnya adalah bagaimana
mengalokasikan dana tersebut kedalam bentuk pembiayaannya (financing).
Padahal, kalau dana dari skim syariah dialokasikan dalam kredit berbentuk
konvensional adalah tidak diperbolehkan alias haram dalam konsep bank
syariah. Dengan kata lain, selain pola ini bisa mendorong pertumbuhan
perbankan syariah dari sisi funding, pola office channelling juga memunculkan
tantangan tersendiri bagi para bankir untuk penempatan dananya pada sektor
dan skim yang halal.
Keempat, perlu diperhatikan adalah jangan sampai pola office channelling
ini merusak citra positif (terutama aspek kehalalannya) dari perbankan syariah.
Perlu diketahui, pola two windows system yang selama ini diterapkan di
Malaysia masih diperdebatkan (debatable) keberadaanya oleh para syariah
scholars baik di Timur Tengah, maupun di Malaysia sendiri. Inti yang
diperdebatkan adalah kehalalan praktik mencampuradukkan antara praktik
syariah dan praktik konvensional dalam 'satu keranjang'. Dengan kata lain,
karena pola office chanelling ini ada kemiripan dengan two windows system di
Malaysia, maka aspek kehalalan produk dan praktik perbankan yang sesuai
syariah harus diutamakan.
Logika percampuran uang dianalogikan dengan restoran yang menjual
masakan babi yang haram dan makanan halal. Sehingga, memungkinkan terjadi
percampuran baik melalui wadah penggorengan, sisa minyak, tangan koki dan
lainnya. Percampuran tersebut dimungkinkan, karena baik babi, makanan halal
maupun media perantara, secara substansi bersifat riil (ada unsur atau senyawa
kimiawi yang menyusun materi). Sedangkan sistem keuangan tidak dapat
dianalogikan seperti itu karena bersifat abstrak.
Uang yang digunakan sekarang ini, jika ditelurusi sejarah uang kertas,
adalah dipersamakan dengan catatan berisi janji dari penerbit yang menyatakan
lembaran itu dapat ditukar dengan emas senilai nominal yang tertera. Pada era
modern, kertas janji-janji tersebut, oleh bank disimpan dalam memory dan hard
disk komputer. Kapan janji baru diterima, kapan janji itu akan diperjanjikan lagi
kepada pihak lain, dan sebagainya. Sehingga yang ada pada bank adalah sekedar
catatan-catatan atau ingatan janji-janji saja. Dengan demikian karena uang pada
bank bersifat abstrak dan tidak bersifat benda kimiawi, maka logika
penggorengan tersebut kurang tepat (Wahyu Avianto dalam Dadang
Romansyah, 2005).
Kelima, yang merupakan kekhawatiran berikutnya adalah pendapatan
bunga kredit yang mungkin nyasar ke bank syariah. Hal ini sebenarnya diatur
dalam sistem akuntansi perbankan syariah berdasarkan PSAK 59. Peraturan
tersebut tidak mengakui pendapatan bunga atau pendapatan non-halal lainnya
sebagai pendapatan bank syariah. Dana syariah tidak boleh disalurkan ke
konvensional dan juga sebaliknya. Laporan keuangan bank syariah pun
disajikan tersendiri bahkan oleh bank konvensional yang memiliki UUS,
masyarakat dapat memantaunya.
Terakhir, jika ke depan dengan pola office channelling ini akan berlanjut
untuk menyatukan dua model pembiayaan, yaitu: syariah dan konvensional
dalam satu kantor, maka yang perlu diperhatikan adalah aspek kepatuhan
terhadap syariah (syariah compliance). Pengalaman di Malaysia dalam
mengelola industri perbankan syariah, sarat dengan kontroversi. Hal ini
mengingat, regulasi yang dijalankan sangat longgar terhadap kepatuhan syariah
(syariah compliance), yang hingga kini diperdebatkan oleh syariah scholars.
C. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM USAHA BANK
Keberhasilan kinerja suatu bank, baik konvensional maupun bank syariah, sangat
ditentukan oleh bagaimana bank tersebut membuat rencana jangka panjang, rencana
jangka menengah dan rencana jangka pendek, yang biasanya tertuang dalam bentuk
rencana bisnis (Business Plan) dan rencana strategi (strategi plan). Rencana teknologi
informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan rencana bisnis bank
tersebut.
Bank yang telah memiliki rencana strategi baik, belumlah menjamin akan
keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap berikutnya yang tidak kalah
pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu tahap implementasi strategi (strategic
implementation) atas rencana strategi yang telah dibuat, yang harus dilakukan dengan
baik dan konsisten, guna untuk mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari
kondisi lingkungan bank tersebut.
Ada empat kekuatan perubahan (force of changes) yang dapat mempengaruhi
kinerja suatu bank, yaitu: perubahan teknologi (technology changes), perubahan perilaku
nasabah (customers behavior changes), perubahan pesaing (competitors changes) dan
kondisi internal perusahaan itu sendiri (company condition). (Tim Pengembangan
Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:296 ).
1. PERUBAHAN TEKNOLOGI
Dalam usaha perbankan teknologi selain berpengaruh besar terhadap kualitas jasa
layanan yang diberikan, juga sekaligus menjadi ancaman kelangsungan usaha suatu
bank. Pengaruh besar teknologi terhadap kualitas layanan akan terlihat pada saat bank
mulai berkembang, jumlah nasabah semakin meningkat, jenis transaksi semakin
banyak dan semakin kompleks, saat itulah bank mulai kewalahan, sistem teknologi
informasinya mulai jatuh bangun karena kapasitas telah dilewati,apalagi bicara soal
”respons time” pastilah tidak akan memenuhi ekspektasi nasabah. Ancaman dari
perkembangan dan penerapan teknologi informasi terhadap kelangsungan usaha bank
terlihat dari munculnya ”Global Information Network and Financial Service” (Tim
Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:296 ).
Pengaruh paling besar bagi bank adalah adanya perkembangan dan penerapan
dalam bidang teknologi informasi yang melibatkan perangkat teknologi (hardware
dan software) dan teknologi komunikasi. Melalui penerapan teknologi informasi
seluruh bank, baik bank konvensional maupun dalam bidang syariah di dunia, berpacu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan memperbaiki kinerja operasionalnya
dan pengelolaan manajemennya dengan dengan penerapan teknologi mutakhir.
Berbagai bank asing dan bank nasional,misalnya Citibank dan BCA, telah
menempatkan teknologi informasinya sebagai Point Of Differentiation dan kunci
Competitive Advantage dalam persaingan dengan bank lain. Mereka telah mampu
melakukan konversi dari keunggulan teknologi informasi yang dimilikinya menjadi
lahan Fee Based Income dan Funding. (Tim Pengembangan Perbankan Syariah
Institute Bankir Indonesia,2001: 297).
Beberapa kemajuan teknologi informasi yang saat ini sangat berpengaruh dan
mungkin akan tetap bertahan hingga dekade mendatang adalah layanan jasa
perbankan berbasis internet (internet banking/web banking) dan layanan jasa
perbankan berbasis teknologi telepon seluler (mobile banking) baik dengan dukungan
teknologi Wireless Aplication Protocol (WAP) maupun dengan dukungan Short
Message Services (SMS). Penerapan teknologi informasi tersebut mampu
meningkatkan jasa layanan perbankan kepada nasabah dan dapat memberikan
delivering value yang lebih tinggi kepada nasabah.
Berbagai kemajuan teknologi informasi ini harus terus dipantau arah dan
kemungkinan penerapannya dalam layanan perbankan. Penerapan teknologi informasi
menjadi semakin penting bagi kelangsungan usaha suatu bank, mengingat bank-bank
diseluruh dunia saat ini tengah berpacu untuk menerapkan berbagai kemajuan
teknologi informasi. Keterlambatan dalam penerapan teknologi informasi dapat
berdampak luas bagi bank, terutama dalam posisi (positioning) bank dalam
persaingan.
Penerapan teknologi informasi dalam usaha selalu memiliki dua implikasi yang
saling bertolak belakang, satu sisi penerapan teknologi informasi yang memberikan
delevery value yang lebih tinggi kepada nasabah, tapi disisi lain penerapan teknologi
informasi tersebut mengandung pula risiko, baik risiko finansial maupun risiko
nonfinansial, semakin canggih teknologi informasi yang diterapkan, akan semakin
tinggi pula risiko yang harus dihadapi. Semakin kecil tingkat risiko yang diinginkan
akan berdampak kepada biaya pengamanan yang semakin tinggi.
Oleh karena itu penerapan teknologi informasi dalam usaha bank harus
dilakukan secara profesional, dengan pengendalian yang memadai untuk tingkat risiko
yang masih dapat diterima dan biaya yang tidak terlalu tinggi. Penerapan prinsip
operasional perbankan mutlak harus diterapkan, diantaranya adalah:
1. Prinsip tiga pihak terkait, maker, checker dan authorizer.
2. Prinsip pengendalian ganda (dual control).
3. Prinsip pemisahan tugas (segregation of duties).
4. Prinsip pendokumentasian yang memadai (good records).
Lingkup manajeman teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi tiga
functional area, yaitu:
1. Pengembangan sistem (systems development).
2. Dukungan teknis (technical support).
3. Operasional pusat pengolahan data (data center operation).
Fungsi ketiga tersebut walaupun secara fisik dapat berada dalam ruang yang
saling bersebelahan, saling menempel bahkan mungkin berada dalam satu ruang yang
sama, namun secara logika harus tetap dikelola secara terpisah. Diperlukan suatu
pihak antar muka yang dapat menjembatani antara ketiga fungsi tersebut.
Fungsi antarmuka tersebut dilakukan oleh dukungan teknis (technical support),
guna untuk menjaga independensi pemisahan tugas dan agar tetap dapat menjaga
kelancaran hubungan dan kerja antara fungsi pengembangan sistem (system
development) dalam fungsi operasional pusat pengolahan data (data center operation)
(Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:298 ).
2. PERUBAHAN PERILAKU NASABAH
Krisis yang terus berkepanjangan melanda kawasan Asia seperti juga melanda
Indonesia hingga kini, telah merubah perilaku konsumen. Daya beli konsumen
semakin menurun, konsumen semakin kritis dan cenderung value oriented dalam
memiliki produk maupun layanan jasa. Terdapat kecenderungan terjadinya market
downscaling yaitu konsumen yang dulunya quality oriented turun posisi menjadi
value oriented, sementara konsumen yang dulunya value oriented beralih menjadi
price oriented. Menurunnya daya beli konsumen ini menjadikan konsumen semakin
selektif, hanya barang-barang dan jasa yang mampu memberikan value yang tinggi
saja yang akan dibeli.
Dalam usaha perbankan fenomena tersebut terlihat dari penurunan yang sangat
tajam pengguna kartu kredit, sebagai gantinya penggunaan kartu debet semakin
meningkat, karena nasabah dapat lebih mengatur sendiri penggunaannya dan mampu
memberikan kemudahan dalam pengambilan uang kapanpun dan dimana saja berada.
Nasabah perbankan menjadi semakin pintar dan mulai tumbuh rasa kebutuhan
dukungan keuangan yang memberikan mamfaat jangka panjang. Kondisi ini
mendorong meningkatnya kebutuhan invesment oriented dalam layanan jasa
keuangan, baik dari sisi funding maupun lending.
Kebutuhan pembiayaan usaha semakin sulit kalau hanya mengandalkan sistem
perbankan konvensional, selain mahal ternyata juga terbatas dan jika kondisi tingkat
suku bunga tinggi, akan sangat memberatkan bagi nasabah penerima kredit
perbankan. Oleh sebab itu timbullah kebutuhan alternatif jasa layanan pembiayaan
dari perbankan syariah yaitu berupa produk pembiayaan dari bank syariah. Perubahan
perilaku konsumen yang perlu mendapat perhatian juga adalah adanya apresiasi
terhadap ajaran agama Islam.
Gejala ini mulai timbul sejak tahun 80-an, dimana orang mulai berani secara
terbuka menunjukkan ketaatan dalam menjalankan syariat Islam. Pada mulanya
apresiasi terhadap ajaran agama Islam ini hanya terkait pada aspek ritual, tetapi
kemudian pelan tapi pasti, kecenderungan ini telah berkembang kepada aspek
muamalah. Hal inilah yang mendorong munculnya bank-bank syariah baru di
Indonesia (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir
Indonesia,2001:299 ).
3. PERUBAHAN PESAING
Perubahan yang dipicu oleh teknologi, ekonomi, pasar, sosial budaya, kondisi
politik terutama yang berkaitan dengan perundang-undangan dan regulasi perbankan.
Pada gilirannya menyebabkan berubahnya kondisi persaingan. Persaingan ini bukan
hanya ditingkat nasional namun juga ditingkat global. Dengan tingginya persaingan
ini, berbagai langkah dan gerak pesaing harus terus-menerus dicermati dan dipantau,
agar bank dapat memilih langkah dan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Berbagai dinamika yang terjadi dalam persaingan usaha perbankan syariah nasional
dapat digolongkan kedalam empat aspek berikut :
a. Kehadiran para pemain baru di perbankan syariah, setelah diberlakukannya
Undang-Undang No. 7 tahun 1992. undang-undang ini memberi kesempatan
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan usaha bank yang
operasionalnya berdasarkan syariah (Sistem Bank Tanpa Bunga), termasuk
didalamnya kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka kantor
cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut, berarti pemerintah tidak
lagi memberikan hak eksklusif kepada Bank Muamalat. Undang-undang
tersebut telah merubah posisi Bank Muamalat menjadi dalam tekanan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Disisi lain munculnya para pemain
baru dalam perbankan syariah, akan menciptakan noise dan pada akhirnya
justru akan membesarkan pangsa pasar perbankan nasional termasuk pangsa
pasar perbankan syariah nasional.
b. Kebutuhan akan jumlah jaringan outlet. Menyebabkan semakin pentingnya
skala perusahaan ( size ) dan franchise-value untuk dijadikan sebagai
komponen keunggulan bersaing sebuah bank. Dengan size yang besar,
diharapkan bank akan memiliki modal besar dan rasio kecukupan modal
(CAR) lebih baik, lebih leluasa melakukan ekspansi dan memiliki cadangan
cukup besar pula untuk non performing loans. Size yang besar saja tidak
cukup, karena size yang besar yang dimiliki bank nasional tidak akan banyak
berarti dihadapan bank-bank global. Oleh karena itu dukungan kuat dana
pihak ketiga baru akan terwujud jika bank tersebut telah memiliki franchise
value yang tinggi. Selain merger dengan bank lain untuk menciptakan size
yang besar dapat dilakukan dengan jalan aliansi strategi (strategic alliance).
c. Terkait dengan urgensinya untuk memiliki franchise value yang kuat, bank-
bank global telah memiliki franchise value yang kuat, bank-bank global telah
memiliki keunggulan supply chain management and global network
management yang baik, sehingga bank global memiliki kemampuan untuk
melayani nasabah hingga melewati batas wilayah dan negara secara efektif
dan efisien.
d. Keberadaan bank-bank global di pasar domestik, bahkan mereka diberi
keleluasaan untuk beroperasi keseluruh wilayah Indonesia, yang didukung
dengan supply chain management dan market based asset management yang
kuat, benar-benar menjadi ancaman yang serius bagi bank-bank maupun
lembaga keuangan nonbank nasional termasuk bagi bank-bank syariah di
Indonesia.
4. KONDISI INTERNAL BANK
Dari berbagai kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja suatu bank
tersebut diatas, kinerja suatu bank juga sangat ditentukan oleh kondisi internal bank
tersebut, terutama dalam upayanya untuk mengantisipasi semua perubahan
lingkungan tersebut. Kinerja suatu bank sangat ditentukan oleh upaya bank tersebut
dalam usaha merebut market share sesuai dengan potensi market size yang dapat
dibidik.
Karena keterbatasan jaringan, banyak kendala yang dihadapi bank dalam upaya
untuk meningkatkan kegiatan funding, lending dan fee based income. Selain terdapat
kendala umum yang juga dialami oleh perbankan konvensional, perbankan syariah
memiliki kendala yang bersifat khusus, yaitu bank syariah harus mampu
menunjukkan emotional maupun functional benefit.
Kondisi internal suatu bank sangat menentukan akan keberhasilannya dalam
tahap implementasi rencana strategis. Keberhasilan strategi suatu bank, selain
memiliki strategi yang baik, masih diperlukan 6 ”S” lainya yaitu : Structure, System,
Style, Staff, Skills dan Share value(Mckinsey 7-S Model).
Structure dicerminkan oleh struktur organisasi yang sesuai dengan rencana
strategi (strategic plan). Systems mencakup sistem dan prosedur serta sistem dan
teknologi informasi yang diterapkan. Style adalah gaya dalam memberikan jasa
pelayanan kepada nasabah. Staff sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki oleh bank. Skills adalah keterampilan dan kompetensi sumber
manusia yang ada di dalam bank. Shared Value adalah nilai-nilai bersama yang dianut
oleh seluruh anggota organisasi.
Elemen-elemen ”S” tersebut dapat dipakai sebagai landasan untuk mewujudkan
misi dan visi bank dan diharapkan dapat menjadi corporate culture organisasi. Yang
perlu digarisbawahi disini adalah Staff, Style, dan Skills. Dimulai dari rekruitment
yang tepat, pengembangan dan pelatihan yang memadai guna untuk meningkatkan
kompetensi, hingga penempatan yang tepat pula, hal ini perlu dibentuk melalui
pelatihan yang tepat dan berkesinambungan, sehingga dapat mewujudkan Style yang
diinginkan dan memiliki nilai-nilai bersama (Shared Value) yang diinginkan, pada
gilirannya nanti dapat dibentuk suatu corporate culture yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
Selain itu ada yang perlu digarisbawahi juga yaitu Systems. Sistem yang
dimaksud disini adalah teknologi sistem informasi yang digunakan untuk mendukung
operasional bank syariah, baik dari sisi funding maupun lending atau sisi pembiayaan.
Modul-modul syariah dari sistem tersebut harus benar-benar dirancang dan dibuat
dengan menggunakan dasar prinsip-prinsip adanya akuntansi syariah, bukan sekedar
mengadopsi sistem konvensional yang disyariahkan.
Hal ini disebabkan karena konsep sistem konvensional menggunakan prinsip
accruals dan interest basis system, sedangkan sistem syariah menggunakan prinsip
cash basis dan non interest basis systems. Konsep loan system dalam sistem bank
konvensional sama sekali berbeda dengan konsep pembiayaan dalam sistem
perbankan syariah. Cakupan produk bank syariah, mulai dari Ijarah (leasing),
pembiayaan syariah, misalnya : hawalah, hingga rahn atau pegadaian
(security/mortgage).
D. PENELITIAN TERDAHULU.
Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, maka penelitian menggunakan Fajar Suryo Saputro
(2007) sebagai acuan perbandingan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fajar Suryo Saputro (2007) dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih
Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis yang digunakan adalah
analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau dipakai.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang
dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari
kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah
yang ditetapkan.(Abdul Hamid :2007:26 ).
Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka
berpikir sebagai berikut:
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 16 variabel yang telah
disebutkan diatas , maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kualitas jasa layanan yang diberikan.
2. Kelangsungan usaha suatu bank .
3. Jenis transaksi semakin meningkat.
4. Jenis transaksi semakin kompetitif.
5. Produk-produk perbankan kompetitif.
6. Memperluas akses nasabah. 7. Memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap produk-produk perbankan.
8. Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat.
9. Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah yang lainnya.
10. Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah outlet atau jaringan.
11. Kemampuan bersaing. 12. Kemampuan mengungguli
dalam hal produk-produk perbankan.
13. Reputasi semakin bagus. 14. Semakin dikenal masyarakat. 15. Mengedepankan prinsip-
prinsip syariah. 16. Maksimal dalam pelayanan.
Analisis
Faktor ke-1
Faktor ke-2
Faktor ke-3
Faktor ke-n
1. Teknologi
1) Kualitas jasa layanan yang diberikan.
2) Kelangsungan usaha suatu bank.
3) Jenis transaksi semakin meningkat.
4) Jenis transaksi semakin kompetitif.
2. Perilaku nasabah
5) Produk-produk perbankan kompetitif.
6) Memperluas akses nasabah.
7) Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk perbankan.
8) Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat.
3. Pesaing
9) Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah lain.
10) Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah jaringan outlet.
11) Kemampuan bersaing.
12) Kemampuan mengungguli dalam hal produk-produk perbankan.
4. Internal bank
13) Reputasi semakin bagus.
14) Semakin dikenal masyarakat.
15) Mengedepankan prinsip-prinsip syariah.
16) Maksimal dalam memberikan pelayanan.
F. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang
diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empirik kebenarannya. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis membuat kesimpulan sementara bahwa faktor teknologi,
perilaku nasabah, pesaing dan kondisi internal bank itu sendiri adalah faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam melakukan program Office Channeling.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN.
Lokasi penelitian dilakukan di daerah Jakarta Selatan, lebih tepatnya Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah Cabang Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan selama kurang
lebih dua (2) minggu. Penelitian ini dilakukan di Jakarta Selatan karena peneliti merasa di
kantor cabang syariah (KCS) Bank Negara Indonesia (BNI) yang menjadi syarat dalam
membolehkan suatu bank dalam melaksanakan program Office Channeling.
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor Teknologi Informasi pada
suatu bank dari sudut pandang nasabah dalam menunjang program Office Channeling
terutama dalam hal pelayanan perbankan.
B. METODE PENENTUAN SAMPEL.
1. Populasi
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
supaya dapat dipelajari.populasi pada penelitian ini adalah nasabah bank yang
menggunakan jasa-jasa perbankan yang salah satunya program Office Channeling.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah data dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut berupa anggapan atau persepsi dari nasabah bank yang diperoleh melalui
kuisioner dengan bentuk pertanyaan yang bersifat tertutup. Sampling banyak
dilakukan di dalam penelitian-penelitian, disebabkan karena adanya kebaikan-
kebaikan. Diantaranya adalah menghemat waktu, biaya dan tenaga. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data
primer yang penulis peroleh adalah berasal dari survey yang penulis lakukan secara
langsung kepada responden. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara
langsung dari sumbernya, dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder
yang penulis dapat dari internet,jurnal dan internal bank.
Disadari bersama bahwa suatu sampel yang baik harus memenuhi syarat baik
ukuran atau besarnya memadai untuk meyakinkan kestabilan ciri-ciri
populasi.beberapa jumlah atau besar sample yang memadai tergantung pada sifat
populasi dan tujuan penelitian. Semakin besar sampel akan semakin kecil
kemungkinan salah menarik kesimpulan tentang populasi. (Sukandarrumudi, 2002;53)
Baiky (1982) mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan
analisis data dengan statistik, jumlah sampel paling sedikit adalah 30, walaupun
diakui juga bahwa banyak penelitian menganggap jumlah sampel sebesar 100
merupakan jumlah yang minimum (Irawan dalam Sukandarrumudi, 2002;54)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel Non Probability
Sampling, dalam Non Probability Sampling, kemungkinan sesuatu untuk terpilih
menjadi anggota sampel tidak diketahui. Oleh karenanya sampel yang diambil tidak
dapat dikatakan sebagai sampel yang mewakili sehingga sulit apabila dipergunakan
untuk melakukan generalisasi diluar sampel yang diteliti. (Sukandarrumudi, 2002;63)
Teknik Non Probability Sampling pada metode Judgement Sampling atau
Purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden yang
dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian, tanpa memperhatikan segi
hubungannya dengan interviewer, maka pihak interviewer dapat memilih langsung
calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan,
siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dijadikan
sebagai elemen-elemen sampel penelitian.(Abdul Hamid :2007:29 ).
Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 140 orang nasabah
(terdiri atas 40 responden untuk uji Validitas dan Reliabilitas, 100 responden untuk uji
Analisis Faktor) yang menerapkan office channeling pada Bank Negara Indonesia
(BNI) Syariah terutama BNI Syariah cabang Jakarta Selatan.
Pada cara ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada
pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangannya sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian. Beberapa pedoman yang perlu dipertimbangkan
dalam mempergunakan cara ini adalah :
a. Pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.
b. Jumlah dan ukuran sampel tidak dipersoalkan.
c. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan peneliitian. (Sukandarrumudi, 2002;65)
C. METODE PENGUMPULAN DATA.
Ada dua cara yang ditempuh untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Riset lapangan (field research)
Riset lapangan digunakan untuk mendapatkan data primer yang bersumber dari
angket/kuesioner. Cara ini dilakukan dengan menyebarkan angket kepada nasabah
BNI Syariah untuk memperoleh data tentang Office Channeling dan faktor-faktor
teknologi informasi pada suatu bank yang mendukung serta menunjang program
Office Channeling.
Angket ini diberikan kepada responden berupa pertanyaan terstruktur yaitu
suatu bentuk pertanyaan, dimana daftar pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya, dan
responden memberikan jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda
melingkar ( O ) atau checklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai. Kuesioner terstruktur
ini dipilih agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih akurat dan efektif sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
seperangkat pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk memperoleh data
yang diinginkan.
Teknik pengumpulan data kuesioner dalam penelitian ini penulis gunakan
sebagai masukan atau input variabel yang dilakukan kepada nasabah yang melakukan
transaksi perbankan dalam memilih atau menggunakan Office Channeling,
pengambilan data ini dilakukan dengan jalan menyebarkan kuesioner pada nasabah
bank yang menerapkan Office Channeling.
Model survey yang dilakukan oleh penulis adalah :
a. Penentuan instrumen
b. Konfirmasi bank
c. Pre test
Pre test atau Tryout Preliminer disarankan, sebelum kuesioner dikirim kepada
responden yang sesungguhnya akan lebih baik diadakan percobaan (tryout).
Tryout dilakukan dengan meminta teman dekat untuk mencermati adakah hal-
hal yang kurang dimengerti dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk :
1. Menghindari pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
2. Meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik
sehingga menimbulkan kesan curiga.
3. Memperbaiki pertanyaan yang dirasa dilewati atau hanya menimbulkan
jawaban yang dangkal.
4. Mana items yang sangat perlu atau meniadakan items yang sangat tidak
relevan dengan tujuan penelitian.
Semuanya itu bertujuan untuk menyempurnakan kuesioner yang sudag
diuji dengan tryout preliminer pada umumnya lebih mudah dimengerti oleh
responden. (Sukandarrumudi, 2002;85)
Oleh sebab itu penulis melakukan pre test atau tryout terlebih dahulu
kepada 5 nasabah.
d. Penyebaran questioner
e. Validitas
f. Coding
Teknis pemberian kode (Coding) dapat dilakukan sebelum atau setelah
pengisian kuesioner, maka penulis melakukan pemberian kode pada saat
sebelum pengisian kuesioner untuk memudahkan dan meningkatkan efisiensi
proses data entry ke dalam komputer.
Penulis memberikan kode sebagai berikut:
A : KRITERIA TEKNOLOGI
A1 : Dengan Office Channeling Kualitas jasa layanan yang diberikan oleh BNI
Syariah semakin bagus
A2 : Perkembangan BNI Syariah semakin meningkat dengan
adanya layanan syariah Office Channeling
A3 : Dengan Office Channeling pelayanan perbankan BNI Syariah (phone
banking ,internet banking,dan lain-lain) semakin kompetitif
A4 : Dengan Office Channeling membuat transaksi perbankan BNI Syariah
semakin meningkat
B : KRITERIA PERILAKU NASABAH
B1 : Dengan Office Channeling produk-produk perbankan BNI Syariah
semakin kompetitif
B2 : Dengan program Office Channeling dapat memperluas akses nasabah
BNI Syariah terhadap layanan perbankan
B3 : Kebutuhan masyarakat atau nasabah BNI Syariah akan produk-produk
(berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain) terhadap layanan jasa
keuangan akan lebih meningkat dengan hadirnya program Office
Channeling
B4 : Dengan Office Channeling dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain)
yang ditawarkan oleh BNI Syariah
C : KRITERIA PESAING
C1 : Kehadiran Office Channeling nasabah BNI Syariah mendapatkan
pelayanan yang istimewa dibandingkan bank syariah yang lain
C2 : Dengan Office Channeling nasabah BNI Syariah memperoleh
kemudahan dalam bertransaksi
C3 : Dengan Office Channeling BNI Syariah mengungguli bank-bank
global atau asing dalam hal produk-produk perbankan yang ditawarkan
kepada nasabahnya
C4 : Dengan Office Channeling BNI Syariah mampu bersaing dengan
bank-bank global atau asing dalam hal pelayanan kepada nasabahnya
D : KRITERIA INTERNAL BANK
D1 : Dengan Office Channeling reputasi BNI Syariah semakin bagus
D2 : Dengan Office Channeling BNI Syariah semakin dikenal oleh
masyarakat
D3 : Dengan Office Channeling meski dilayani di cabang konvensional,
BNI Syariah tetap menjaga amanah nasabah dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah
D4 : Dengan Office Channeling BNI Syariah dapat maksimal dalam
memberikan pelayanan perbankan kepada nasabah
g. Input
Inilah proses terakhir yang meng-input data yang telah diperoleh untuk dapat
dianalisis lebih lanjut.
2. Riset kepustakaan (library research)
Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahan-
bahan tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel, jurnal-jurnal, surat
kabar, internet dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan
pembahasan dalam skripsi ini. Melalui riset ini akan didapat konsep, toeri, dan
defenisi-defenisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berfikir dan analisa
dalam proses penulisan. Data yang diperoleh melalui pendekatan ini adalah data
sekunder.
D. METODE ANALISIS DATA.
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah bersifat eksplorasi yang gunanya untuk
menjawab pertanyaan apa, sehingga dengan memperoleh jawaban atas pertanyaan
tersebut akan memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu
objek.
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam pengukuran, sehingga bila alat ukur itu
digunakan dalam pengukuran maka akan bisa menghasilkan data kuantitatif. Dengan
skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Cara
yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan skala
Likert. Cara pengukurannya adalah dengan memberikan jawaban,skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial.
Koesioner menggunakan skala Likert dengan rumusan sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju diberi skor 5
S = Setuju diberi skor 4
R = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket atau kuesioner, yaitu
Validitas dan Reliabilitas :
1. Uji Validitas
Menurut Masri Singarimbun (1995:124), validitas menunjukkan sejauhmana
suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya pengukur
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang
disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Untuk mengukur validitas,
instrumen menggunakan rumus teknik korelasi produk moment yang rumusnya
sebagai berikut :
xyr = ∑ ∑ ∑− ))(()( yxxyn
} }{{ ∑ ∑ ∑ ∑−− 2222 ))( yynxxn
Dimana :
r = korelasi produk moment
Σxy = jumlah perkalian skor item dengan skor
Σx² = jumlah skor kuadrat item
Σy² = jumlah skor kuadrat item
n = jumlah sampel
Uji hipotesis untuk validitas tiap butir suatu angket atau kuesioner adalah
sebagai berikut :
a) Hipotesis
0H = skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya (butir tidak valid
)
1H = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya (butir valid)
b) Tingkat signifikan = 5 %
c) Daerah kritis
,tabelifhasilposit RR ≤ maka 0H tidak ditolak
ifhasilpositR > tabelR , maka 0H ditolak
d) Uji statistik = dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu dapat dilihat pada
kolom Pearson Correlation pada output.
e) Kesimpulan
,tabelifhasilposit RR ≤ maka 0H pertanyaan tidak valid
ifhasilpositR > tabelR ,maka 0H pertanyaan valid
Jika terdapat butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut harus
dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk butir yang valid saja.
2. Uji Reabilitas
Menurut Azwar (2003), bahwa reabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama
memperoleh hasil yang sama pula, selama aspek dalam diri subjek yang diukur belum
berubah. Reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi Instrumen pengukuran
dan mengukur konsep studi. Uji ini digunakan untuk menguji seberapa konsisten satu
atau seperangkap pengukuran mengukur secara konsisten suatu konsep yang diukur.
Untuk melihat reliabilitas instrumen akan dihitung Cronbach’s Alpha masing-
masing instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach’s Alpha
> dari 0,6 (Nunnaly dalam Fajar Suryo Saputro,2007).
3. Analisis Faktor.
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan, alat analisis data yang penulis
gunakan adalah analisis faktor. Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh
Charles Spearman untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di
American Jounal Of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan
pengukuran intelektual. Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam
dan kompleks pada set data atau variabel amatan dengan menyatukan faktor atau
dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi ke dalam suatu struktur
data yang baru, yang mempunyai set faktor yang lebih kecil, analisis faktor adalah
istilah umum untuk bagian dari teknik analisis statistik mengenai pengurangan
(reduction) sesuatu kelompok variabel yang tampak dari sedikit jumlah faktor yang
tersembunyi. Tujuan utama dari analisis faktor yang menjelaskan hubungan diantara
banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut
merupakan besaran acak (random Quantities) yang tidak dapat diamati atau diukur
secara langsung (Gasperz dalam Fajar Suryo Saputro,2007)
Rumus dari analisis faktor adalah :
iX = iiiiii UVFAFAFAFA +++++ .........11332211
Dimana :
iX = Variabel terstandar ke-i
1iA = Koefisien regresi dari variabel ke-1 pada common faktor-i
F = Common faktor
iV = Koefisien regresi terstandar dari variabel ke-1 pada common faktor unik ke-i
iU = variabel unik untuk variabel ke-i
M = jumlah common faktor
Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut :
kikiiii XWXWXWXWF ++++= .............332211
Dimana :
iF = faktor ke-i estimasi
Wi = bobot faktor atau skor koefisien faktor
K = jumlah variabel
Menurut Wibisono (2006:153) fungsi dari analisis faktor adalah sebagai berikut
:
a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam himpunan
variabel (R factor analysis).
b. Mengelompokkan orang-orang (misalnya responden kuis) ke dalam kelompok-
kelompok yang berbeda di dalam populasi (Q factor analysis).
c. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis
lanjutan (regresi,korelasi atau diskriminan).
d. Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah yang lebih sedikit) untuk
menggantikan (sebagian atau seluruh himpunan variabel awal).
e. Menganalisis suatu fenomena dengan data yang sangat besar.
f. Menjabarkan atau menguraikan suatu kaitan yang kompleks diantara fenomena ke
dalam fungsi kesatuan-kesatuan atau ke dalam bagian-bagiannya dan dapat
mengidentifikasi pengaruh dari luar (independen).
Menurut Singgih Santoso (2003:95) unrtuk menganalisis faktor ada beberapa
proses dasar,yaitu:
a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan menggunakan MSA
(Measure Of Sampling Adequacy).
c. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni faktoring atau menurunkan satu
atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel
sebelumnya.
d. Melakukan proses Factoring Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah
dibentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam
faktor tertentu, beberapa metode rotasi, yaitu:
1) ORTHOGONAL ROTATION, yakni memutar sumbu 090 , orthogonal
rotation digunakan apabila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah variable
tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraksi.
Menurut Wibisono (2006:160), proses rotasi dengan metode orthogonal masih
bisa dibedakan menjadi :
(a) QUARTIMAX, metode ini bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil
ekstraksi, hingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi, dimana setiap
variabel memberi bobot yang tinggi di satu faktor dan sekecil mungkin
pada faktor lainnya.
(b) VARIMAX, bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi,
sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi, dimana dalam satu kolom
nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hal ini berarti di dalam
setiap faktor mencakup sedikit mungkin variabel.
(c) EQUIMAX, bertujuan untuk mengkombinasikan metode quartimax dan
varimax. Dalam penelitian ini penulis menggunakan VARIMAX.
2) OBLIQUE ROTATION, yakni memutar sumbu kanan, namun tidak harus
090 . Dengan rotasi ini, korelasi antar faktor masih diperhitungkan, karena
sumbu faktor tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Oblique
rotation digunakan untuk memperoleh sejumlah faktor yang teoritis cukup
berarti. Proses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi:
OBLIMIN, PROMAX, ORTHOBLIQUE dan lainya.
e. Interpretasi atas faktor yang telah dibentuk, khususnya memberi nama atas faktor
yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota
faktor tersebut.
Menurut Wibisono (2006:160) terdapat empat tahapan dalam
menginterpretasikan sebuah faktor yang terbentuk,yaitu:
1) Dimulai dari variabel urutan pertama. Interpretasi dimulai dengan bergerak
dari faktor paling kiri ke faktor paling kanan pada setiap baris untuk mencari
bilangan yang nilai mutlaknya paling besar dalam baris tersebut.
2) Bilangan yang paling besar menunjukkan dalam faktor mana setiap variabel
termasuk, dengan demikian dapat diketahui variabel-variabel mana yang
masuk dalam suatu faktor.
3) Poin 1 dan 2 digunakan berulang kali, sehingga semua variabel telah tercakup
dalam faktor-faktor ekstraksi.
4) Bila ada variabel yang belum termasuk dalam salah satu faktor (karena
bobotnya kurang dari batas keberartian), terdapat dua pilihan yang bisa
dilakukan, yaitu:
(a) Menginterpretasikan solusi apa danya tanpa mengikutkan variabel yang
bobotnya tidak signifikan.
(b) Mengevaluasi variabel yang tidak memiliki bobot signifikan tersebut.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui relevansi variabel
dalam penelitian yang dilakukan.
f. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah
valid. Validasi analisis faktor dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil
analisis tersebut bisa digeneralisasikan ke populasi. Validasi bisa dilakukan
dengan berbeberapa cara, yaitu:
1) Menjadi dua bagian, kemudian membandingkan hasil faktor sampel satu
dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, bisa dikatakan faktor
yang terbentuk telah valid.
2) Dengan melakukan metode Comfirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
cara Stuctural Equation Modelling. Proses ini bisa dibantu dengan
menggunakan software khusus seperti LISREL.
g. Setelah faktor terbentuk dikatakan stabil dan bisa untuk menggeneralisasikan
populasinya, maka selanjutnya bisa dilakukan pembuatan Faktor Scores. Faktor
Scores pada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variabel
yang lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada.
Pembuatan faktor Scores akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan
seperti analisis regresi atau analisis diskriminant.
Dalam penelitian ini proses analisis dilakukan hanya sampai pada langkah
menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk dan memberikan nama atas faktor
terbentuk. Penulis tidak melanjutkan pada langkah validasi dan faktor Scores, karena
kedua langkah tersebut diperlukan jika ingin melakukan analisis regresi dan analisis
diskriminant. Sedangkan tujuan dalam penelitian ini hanya sebatas ingin mengetahui
faktor-faktor yang akan terbentuk atas variabel-variabel yang telah ada.
Menurut Ety Rochaety dkk (2007:186) ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam melakukan analisis faktor, yaitu:
a. KMO dan Bartlett Test.
KMO merupakan indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi
dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien
korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil daripada jumlah
kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang
menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor. (Menurut Kaiser dalam
Wibisono, 2006:153) :
Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan
Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan
Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah
Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup
Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan
Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima
Angka KMO dan Bartlett’s Test harus diatas 0,5. ketentuan tersebut didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
Jika probabilitas (Sig) < 0,05 maka variabel penelitian dapat dianalisis lebih
lanjut.
Jika probabilitas (Sig) > 0,05 maka variabel penelitian tidak dapat dianalisis
lebih lanjut.
b. Anti Image Matrices.
Besarnya angka Measure Of Sampling Adequcy (MSA) berkisar antara 0-1,
dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan
oleh variabel lain
2) Jika MSA > 0.05, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisa lebih lanjut.
3) Jika MSA < 0.05, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
dianalisa lebih lanjut, sehingga variabel harus dikeluarkan
atau dibuang.
E. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN.
Perumusan operasional variabel ini berdasarkan dari tinjauan pustaka yang telah
diutarakan pada bab 2, penulis memperoleh perumusan tersebut dari buku karangan Tim
Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia dengan judul Bank Syariah:
Konsep,Produk dan Implementasi Operasional.
Maka penulis dapat menyimpulkan rumusan sebagai berikut:
1. Teknologi
1) Kualitas jasa layanan yang diberikan.
2) Kelangsungan usaha suatu bank.
3) Jenis transaksi semakin meningkat.
4) Jenis transaksi semakin kompetitif.
2. Perilaku nasabah
5) Produk-produk perbankan kompetitif.
6) Memperluas akses nasabah.
7) Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk perbankan.
8) Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat.
3. Pesaing
9) Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah lain.
10) Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah jaringan outlet.
11) Kemampuan bersaing.
12) Kemampuan mengungguli dalam hal produk-produk perbankan.
4. Internal bank
13) Reputasi semakin bagus.
14) Semakin dikenal masyarakat.
15) Mengedepankan prinsip-prinsip syariah.
16) Maksimal dalam memberikan pelayanan.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. BNI (Persero) Tbk.
BNI berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia), pada
malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan saja
pembentukannya. Sampai saat ini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan
Nasional, sementara hari pendirian BNI yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan
sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi
peranan Bank Negara Indonesia sebagai Bank Sirkulasi atau Bank Sentral. Bank
Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai Bank Pembangunan, dan kemudian
diberikan hak untuk bertindak sebagai Bank Devisa, dengan akses langsung untuk
transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal tahun 1955, status Bank Negara
Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi
pelayanan yang lebih baik dan pengungkit bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan
keputusan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank
Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Penggunaan
nama panggilan yang lebih mudah diingat – ‘Bank BNI’ – ditetapkan bersamaan
dengan perubahan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT. Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan
lingkungan, sosial – budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan
identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan
dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus –
menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan
untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
mengarungi masa – masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’,
sedangkan tahun pendirian – ‘46’ – digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai Bank Nasional pertama yang lahir pada era Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Sejarah Singkat PT. BNI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
Berkembangnya bank – bank syariah di Negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Ini ditandai dengan disetujuinya Undang – Undang No. 10 Tahun 1998,
yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis – jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang – Undang tersebut
juga memberikan arahan bagi bank – bank konvensional untuk membuka cabang
syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan.
Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi
para staffnya. Sebagian bank tersebut mulai membuka divisi atau cabang syariah
dalam institusinya.
Sejak pascareformasi yang mulai diperkenankannya konversi cabang bank
umum konvensional menjadi cabang syariah, maka berangkat dari semangat
perjuangan yang berakar pada sejarahnya, PT. BNI (Persero) Tbk. bertekad untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta menjadi kebanggaan. Dengan
mendirikan Cabang Syariah di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu cabangnya
berada di Jakarta Selatan .
3. Visi dan Misi PT. BNI (Persero) Tbk. Divisi Unit Usaha Syariah
a. Visi
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan
menjalankan bisnis sesuai dengan kaidah sehingga insya allah membawa berkah.
b. Misi
Secara Istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan
layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga menjadi bank syariah
kebanggaan anak negeri.
B. Uji Validitas Dan Reliabilitas
1. Validitas
Pada uji validitas digunakan 40 kuesioner dengan 16 butir pertanyaan, dan r
tabel = 0,312 (terdapat pada lampiran 7) untuk mengetahui apakah butir-butir dalam
angket tersebut valid.
Untuk mengetahui validitas ke-16 butir tersebut dapat dilihat dari nilai Corrected
Item-Total Correlation yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Uji Validitas
Konstruk Penelitian Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) N KRITERIA TEKNOLOGI Kualitas Layanan Perbankan (A1) 0.367(*) 0.020 40 Perkembangan Layanan Perbankan (A2) 0.370(*) 0.019 40 Transaksi Perbankan (A3) 0.426(**) 0.006 40 Pelayanan Mobile Banking (A4) 0.132 0.418 40 KRITERIA PERILAKU NASABAH Produk-Produk Perbankan (B1) 0.345(*) 0.029 40 Perluasan Akses Nasabah (B2) 0.530(**) 0.000 40 Kebutuhan Produk Perbankan ( B3) 0.434(**) 0.005 40 Layanan Jasa Keuangan (B4) 0.531(**) 0.000 40 KRITERIA PESAING Pelayanan yang Istimewa (C1) 0.386(*) 0.014 40 Kemudahan Bertransaksi (C2) 0.424(**) 0.006 40 Kemampuan Bersaing (C3) 0.540(**) 0.000 40 Kemempuan Mengungguli (C4) 0.442(**) 0.004 40 KRITERIA INTERNAL BANK Reputasi Bagus (D1) 0.624(**) 0.000 40 Semakin Dikenal Masyarakat (D2) 0.557(**) 0.000 40 Mengedepankan Prinsip Syariah (D3) 0.536(**) 0.000 40 Maksimalisasi Pelayanan (D4) 0.694(**) 0.000 40 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data Olahan Kuesioner SPSS.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada satu butir pertanyaan yang tidak valid
atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien korelasi kurang dari r tabel ( 0,312),
yaitu pertanyaan yang no.4 (Pelayanan Mobile Banking) pada kriteria teknologi (A4)
dengan nilai 0,132 atau signifikannya lebih dari 0,05 yaitu 0,418, padahal ketentuan
signifikan untuk validitas adalah kurang dari 0,05.
Maka untuk pertanyaan no.4 tentang pelayanan Mobile Banking tidak dapat
diproses lebih lanjut. Item pertanyaan yang valid dianggap sudah terstandarisasi
disebarkan kepada nasabah BNI Syariah sebanyak 100 responden dengan 15 variabel
yang selanjutnya akan digunakan untuk analisis faktor.
2. Reliabilitas
Suatu instumen dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha lebih besar
dari 0,6. reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.751 .750 16
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 nilai Cronbach Alpha 0,751 > 0,60. dapat disimpulkan
bahwa ke-16 variabel untuk mengukur faktor-faktor kinerja teknologi informasi
Office Channeling dalam usaha bank adalah valid dan reliabel.
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Statistik
Penelitian menggunakan sampel sebanyak 140 responden. 40 responden
diantaranya digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas, sedangkan sisanya
sebanyak 100 responden digunakan untuk analisis faktor.
Berdasarkan hasil output dari kuesioner yang telah dibagikan kepada nasabah
BNI Syariah, maka diperoleh data sebagai berikut:
a. Analisis Deskriptif Statistik Identitas Nasabah (sampel)
Dalam penelitian ini telah disebarkan kuesioner kepada 100 sampel nasabah,
berikut ini tabel serta penjelasan dari 100 sampel nasabah tersebut:
Tabel 4.3 Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Pria 37 37.0 37.0 37.0 Wanita 63 63.0 63.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Dari tabel frekuensi jenis kelamin bisa dilihat bahwa ada 37 responden
yang jenis kelamin pria dan 63 responden yang memiliki jenis kelamin wanita
Tabel 4.4 Periode menjadi nasabah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent 2005-2006 12 12.0 12.0 12.0 2006-2007 43 43.0 43.0 55.0 2007-2008 45 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Dari tabel frekuensi Periode responden menjadi nasabah bisa dilihat
bahwa ada 12 responden yang menjadi nasabah pada tahun 2005-2006 sampai
saat ini menjadi nasabah, 43 responden yang menjadi nasabah pada tahun
2006-2007 sampai saat ini menjadi nasabah, dan 45 responden yang menjadi
nasabah pada tahun 2005-2006 sampai saat ini menjadi nasabah.
b. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Teknologi
Tabel 4.5 Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 3 3.0 3.0 4.0 Ragu-ragu 12 12.0 12.0 16.0 Setuju 70 70.0 70.0 86.0 Sangat Setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Salah satu unsur-unsur dari kriteria Teknologi adalah kualitas layanan
perbankan. Yaitu bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak bank
terhadap nasabahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 yang menunjukkan
bahwa 70 % nasabah BNI Syariah berpendapat bahwa kualitas pelayanan
perbankan penting dalam menunjang program Office Channeling, agar BNI
Syariah selalu terdepan dalam urusan teknologi pelayanan.
Tabel 4.6 Perkembangan Layanan perbankan (Teknologi)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Tidak Setuju 3 3.0 3.0 3.0 Valid Ragu-ragu 7 7.0 7.0 10.0
Setuju 76 76.0 76.0 86.0 Sangat Setuju 14 14.0 14.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Adapun perkembangan layanan perbankan merupakan salah satu kriteria
teknologi pada usaha bank. Oleh karena itu BNI Syariah harus mengupdate
terus perkembangan layanan perbankan disektor teknologi, jangan sampai
ketinggalan dari bank lain terutama dalam hal menunjang perkembangan
program Office Channeling. Hal ini dibuktikan oleh jumlah responden atau
nasabah 76 % menyatakan setuju dan 14% menyatakan sangat setuju, sisanya
10% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju.
Tabel 4.7 Transaksi perbankan (Teknologi)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 3 3.0 3.0 3.0 Tidak Setuju 2 2.0 2.0 5.0 Ragu-ragu 13 13.0 13.0 18.0 Setuju 67 67.0 67.0 85.0 Sangat Setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Unsur teknologi dalam transaksi perbankan sangatlah diperlukan oleh
nasabah agar transaksi dapat efektif dan efisien. Hal tersebut dibuktikan
dengan 67% responden atau nasabah mengatakan setuju dan 15% mengatakan
sangat setuju. Untuk menciptakan transaksi perbankan yang efektif dan
efisien, maka diperlukan teknologi yang sangat mendukung dalam usaha bank
terutama dalam program Office Channeling.
c. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Perilaku Nasabah
Tabel 4.8 Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0 Tidak Setuju 3 3.0 3.0 5.0 Ragu-ragu 16 16.0 16.0 21.0 Setuju 64 64.0 64.0 85.0 Sangat Setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Salah satu faktor yang menentukan dalam kepuasan nasabah terhadap
pelayanan perbankan pada BNI Syariah adalah dengan menawarkan kepada
nasabahnya produk-produk perbankan yang menunjang transaksi bisnis
nasabah itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan 64% menjawab bahwa setuju
dengan bank yang selalu menawarkan produk-produk perbankan yang
kompetitif terutama ditunjang dengan program Office Channeling yang akan
menambah persaingan antara bank satu dengan yang lain untuk mendapatkan
dana dari nasabah baik berupa DPK(Dana Pihak Ketiga) maupun Pembiayaan
yang diajukan oleh nasabah. Apalagi dengan didukung oleh program Office
Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Tabel 4.9 Perluasan Akses nasabah (Perilaku Nasabah)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Tidak Setuju 5 5.0 5.0 5.0 Ragu-ragu 9 9.0 9.0 14.0 Setuju 64 64.0 64.0 78.0 Sangat Setuju 22 22.0 22.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Akses nasabah akan semakin luas dengan adanya program Office
Channeling, agar nasabah tidak memperoleh kendala lagi dalam bertransaksi
perbankan. Hal ini dilakukan supaya nasabah mendapat kemudahan dalam
memperoleh akses layanan perbankan, hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden atau nasabah yang menyebutkan bahwa 64% nasabah berpendapat
bahwa setuju dengan diberlakukan Office Channeling akan membuka seluas-
luasnya akses perbankan bagi nasabah terutama bagi nasabah BNI Syariah.
Tabel 4.10 Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Tidak Setuju 3 3.0 3.0 3.0 Ragu-ragu 16 16.0 16.0 19.0 Setuju 62 62.0 62.0 81.0 Sangat Setuju 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Kebutuhan nasabah akan produk-produk perbankan semakin hari
semakin meningkat, oleh sebab itu pihak bank harus selalu bersikap inovatif
dalam mengeluarkan produk-produk perbankan yang akan ditawarkan kepada
nasabah agar kebutuhan nasabah akan transaksi perbankan selalu terpenuhi,
khususnya BNI Syariah yang selalu mengedepankan kepentingan nasabah baik
dalam pengumpulan dana maupun dalam penyaluran dana ke masyarakat
terutama nasabah BNI Syariah itu sendiri.
Apalagi hal itu ditunjang dengan diberlakukannya program Office
Channeling. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden atau nasabah yang
menyebutkan bahwa 62% nasabah berpendapat bahwa setuju dengan
diberlakukannya program Office Channeling akan membuat pihak bank
semakin gencar menawarkan produk-produk perbankan kepada masyarakat
agar kebutuhan masyarakat akan produk-produk perbankan terpenuhi terutama
nasabah BNI Syariah.
Tabel 4.11 Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 3 3.0 3.0 4.0 Ragu-ragu 15 15.0 15.0 19.0 Setuju 59 59.0 59.0 78.0 Sangat Setuju 22 22.0 22.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Layanan jasa keuangan dewasa ini semakin berkembang apalagi tuntutan
nasabah yang selalu inginkan pelayanan jasa keuangan yang terbaik. Pada
tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah menyatakan setuju
dengan layanan jasa keuangan yang semakin berkembang dengan adanya
Office Channeling dengan persentase 59%. Ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengharapkan kemajuan layanan jasa keuangan dalam suatu
bank dengan ditunjang program Office Channeling akan semakin berkembang
pesat terutama pada BNI Syariah.
d. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Pesaing
Tabel 4.12
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Tidak Setuju 4 4.0 4.0 4.0 Ragu-ragu 26 26.0 26.0 30.0 Setuju 53 53.0 53.0 83.0 Sangat Setuju 17 17.0 17.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Secara rasional, nasabah pastilah mengharapkan pelayanan yang
istimewa pada setiap transaksinya yang diberikan oleh pihak bank,apalagi
pada zaman sekarang nasabah akan lebih memilih bank yang paling bagus dan
istimewa dalam memberikan pelayanan perbankan dalam melakukan semua
transaksi perbankan. Maka bank yang mampu memberikan keistimewaan
pelayananlah yang menjadi daya tarik nasabah dalam hal melakukan Funding
maupun Financing.
Hal ini akan semakin berkembang dengan diberlakukannya Office
Channeling, khususnya pada BNI Syariah. Hal ini dibuktikan dengan 53%
responden menyatakan setuju.
Tabel 4.13 Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0
Tidak Setuju 3 3.0 3.0 5.0 Ragu-ragu 12 12.0 12.0 17.0 Setuju 67 67.0 67.0 84.0 Sangat Setuju 16 16.0 16.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Kemudahan bertransaksi selalu diinginkan oleh setiap nasabah, oleh
sebab itu program Office Channeling sangat membantu bank yang kesulitan
dalam memberikan kemudahan bertransaksi kepada nasabah baik karena
fasilitas yang kurang memadai, terkendala dengan biaya operasional dalam
mendirikan kantor cabang yang baru dibeberapa daerah, dan sebagainya. Hal
ini dapat diatasi dengan diberlakukannya program Office Channeling,
terutama oleh BNI Syariah.
Pada tabel diatas menunjukkan 67 responden menyatakan setuju,16
responden menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.14 Kemampuan Bersaing (Pesaing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Ragu-ragu 20 20.0 20.0 20.0 Setuju 61 61.0 61.0 81.0 Sangat Setuju 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Persaingan antara bank itu lumrah terjadi karena masing-masing bank
akan berlomba-lomba dalam memberikan pelayanan yang bersifat kompetitif
supaya tidak tertinggal dari bank lain di segala hal.
Persaingan secara sehat akan menguntungkan pihak nasabah sebagai
orang yang diberikan pelayanan. Hal ini akan mendorong bank untuk
meningkatkan pelayanannya setiap waktu agar tidak kalah bersaing dengan
bank lain, hal ini menjadikan program Office Channeling menjadi sangat
penting dilakukan oleh pihak bank karena menjadi faktor penunjang yang
tidak kalah pentingnya dalam persaingan antar bank, terutama BNI Syariah.
Hal ini dapat kita lihat pada tabel diatas yang menunjukkan 61 responden
menyatakan setuju akan hal tersebut.
Tabel 4.15 Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0 Tidak Setuju 4 4.0 4.0 6.0 Ragu-ragu 33 33.0 33.0 39.0 Setuju 51 51.0 51.0 90.0 Sangat Setuju 10 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Salah satu yang menjadi penting dalam kriteria pesaing dalam usaha
bank adalah kemampuan mengungguli pada berbagai hal. Tentu saja pihak
bank menginginkan menjadi Leader bagi bank-bank yang lain, tapi tidak ingin
menjadi Follower, karena akan menurunkan image dan citra yang kurang baik
dimata nasabah. Dengan adanya program Office Channeling akan membuka
selebar-lebarnya persaingan antara bank di dunia perbankan, apakah bank
tersebut kurang bisa bersaing,mampu bersaing atau bahkan mampu
mengungguli bank lain yang menjadi pesaingnya, terutama BNI Syariah.
Tabel diatas menunjukkan bahwa 51% responden menyatakan setuju dan
33% menyatakan ragu-ragu, hal ini menunjukkan kemampuan mengungguli
oleh pihak bank dapat dilakukan dengan melakukan program Office
Channeling namun ada juga yang meragukan hal tersebut.
e. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Internal Bank
Tabel 4.16
Reputasi Bagus (Internal Bank)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0 Ragu-ragu 10 10.0 10.0 12.0 Setuju 71 71.0 71.0 83.0 Sangat Setuju 17 17.0 17.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa 71% responden menyatakan bahwa
setuju dengan diberlakukannya Office Channeling akan membuat reputasi
sebuah bank semakin baik dan bagus dimata nasabah. Yang ditawarkan oleh
bank bukanlah produk-produk berupa barang yang berwujud, namun berupa
pelayanan jasa karena jasa yang ditawarkan menyangkut kepercayaan
nasabah, oleh sebab itu prinsip Prudential Banking (prinsip kehati-hatian)
menjadi sektor yang sangat vital bagi kelangsungan suatu bank, khususnya
BNI Syariah.
Hal ini dibuktikan dengan 71% yang menyatakan setuju dan 17% yang
menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.17 Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Ragu-ragu 14 14.0 14.0 15.0 Setuju 59 59.0 59.0 74.0 Sangat Setuju 26 26.0 26.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Mendekatkan diri kepada masyarakat yang menjadi target suatu bank
agar mendapatkan Funding maupun menyalurkan Financing kepada seluruh
masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan hingga ke pelosok-pelosok
daerah. Masalah ini dapat terbantu dengan diberlakukannya Office Channeling
yang memudahkan bank untuk membuka cabang tanpa harus mendirikan
kantor cabang yang baru yang membuat pengeluaran bank akan biaya
mendirikan kantor cabang baru tersebut cukup besar, terutama BNI Syariah.
Melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nasabah
setuju dengan program Office Channeling yang menjadikan bank semakin
dikenal oleh masyarakat luas karena akses kepada nasabah semakin luas dan
mampu menjangkau ke daerah-daerah.
Tabel 4.18
Mengedepankan Prinsip Syari'ah (Internal Bank)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 2 2.0 2.0 3.0 Ragu-ragu 14 14.0 14.0 17.0 Setuju 59 59.0 59.0 76.0 Sangat Setuju 24 24.0 24.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Keseriusan suatu bank dimata nasabahnya maupun masyarakat dapat
dinilai dari bagaimana bank tersebut mengelola dana yang diperoleh dari
masyarakat,terutama bank syariah akan dapat dinilai oleh nasabah bank
syariah itu sendiri bagaimana bank tersebut mengelola dana yang di dapat dari
masyarakat tanpa meninggalkan prinsip-prinsip syariah yang ada dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip syariah yang menjadi keunggulan bank
syariah tersebut dari bank konvensional, terutama BNI Syariah.
Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar nasabah yaitu 59% yang
menyatakan setuju dengan Office Channeling bank syariah tetap dapat
mengedepankan prinsip-prinsip syariah yang ada tanpa mengurangi dasar-
dasar perbankan baik dalam hal pelayanan maupun menyangkut Funding
maupun Financing.
Hal tersebut diperkuat dengan 24% yang menyatakan sangat setuju akan
hal tersebut.
Tabel 4.19
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Tentunya dalam melakukan maksimalisasi pelayanan, maka bank akan
melakukan berbagai cara. Salah satunya dalam memamfaatkan program Office
Channeling agar pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya secara
khusus dan masyarakat secara umumnya dapat terpenuhi dengan baik dan
semaksimal mungkin.
Hal ini dibuktikan dengan 66% dan 23% responden yang menyatakan
setuju dan sangat setuju.
2. Hasil Analisis Faktor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0 Tidak Setuju 1 1.0 1.0 3.0 Ragu-ragu 8 8.0 8.0 11.0 Setuju 66 66.0 66.0 77.0 Sangat Setuju 23 23.0 23.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
a. Menentukan Variabel yang Akan Dianalisa
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 15 variabel yang
sebelumnya telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya.
b. Menguji Variabel-Variabel yang Telah Ditentukan
Ke-15 variabel yang telah dianggap valid dan reliabel, dimasukkan ke dalam
analisis faktor untuk diuji apakah nilai dari KMO and Barlett’s dan MSA
(Measures Of Sampling Adequacy) nya diatas 0,5. hasil dari analisis dapat dilihat
pada tabel 4.20 dibawah ini :
Tabel 4.20 KMO and Bartlett's Test
Sumber :Hasil Output dari SPSS
Angka KMO and Bartlett’s Test adalah 0.822 dengan tingkat signifikansi
0.000. oleh karena angka tersebut sudah diatas 0.5 dan signifikansi jauh dibawah
0.05 (0.000 < 0.05), maka variabel dan sampel yang ada sebenarnya sudah bisa
dianalisis lebih lanjut.
Angka MSA dalam tabel Anti-Image Matrices pada Anti-Image Correlation,
pada angka korelasi yang bertanda a (arah dari kiri atas ke kanan bawah).
Angka MSA untuk variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) adalah
0.786, untuk variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) adalah
0.831, untuk variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) adalah 0.888, untuk
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .822
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 606.811
df 105
Sig. .000
variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) adalah 0.801, untuk
variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) adalah 0.830, untuk variabel
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) adalah 0.798, untuk variabel
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) adalah 0.734, untuk variabel
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) adalah 0.829.
Untuk variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) adalah 0.891, untuk
variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing) adalah 0.686, untuk variabel
Kemampuan Mengungguli (Pesaing) adalah 0.755, untuk variabel Reputasi Bagus
(Internal Bank) adalah 0.851, untuk variabel Semakin Dikenal Masyarakat
(Internal Bank) adalah 0.927, untuk variabel Mengedepankan Prinsip-prinsip
Syariah (Internal Bank) adalah 0.843, untuk variabel Maksimalisasi Pelayanan
(Internal Bank) adalah 0.838.
Dengan kriteria angka MSA di atas 0.5 maka terlihat bahwa semua variabel
sudah memiliki MSA di atas 0.5. Dengan demikian ke-15 variabel dapat
dianalisis lebih lanjut.
c. Melakukan Faktoring dan Rotasi
Setelah semua variabel memenuhi syarat untuk dianalisis, tahap selanjutnya
adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi
terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau beberapa
faktor. Dalam melakukan proses faktor ekstraksi ini metode yang digunakan
adalah Principal Component Analysis.
Setelah empat faktor terbentuk, dengan sebuah faktor yang berisi sejumlah
variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke
dalam faktor yang mana. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan proses
rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga memperjelas posisi sebuah variabel,
akankah dimasukkan pada faktor yang satu atau ke faktor yang lain. Dalam
penelitian ini proses rotasi menggunakan metode Varimax (bagian dari
Orthogonal).
Tabel 4.21 Communalities
Initial Extraction Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
1.000 .786
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) 1.000 .783
Transaksi Perbankan (Teknologi) 1.000 .649
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) 1.000 .678
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) 1.000 .538
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) 1.000 .614
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) 1.000 .711
Pelayanan yang istimewa (Pesaing) 1.000 .543
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) 1.000 .701
Kemampuan Bersaing (Pesaing) 1.000 .644
Kemampuan Mengungguli (Pesaing) 1.000 .664
Reputasi Bagus (Internal Bank) 1.000 .714
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) 1.000 .379
Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) 1.000 .444
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) 1.000 .672
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber :Hasil Output dari SPSS
Pada tabel 4.21 dapat dilihat bahwa variabel Kualitas Layanan Perbankan
(Teknologi), angkanya adalah 0.786. hal ini menunjukkan bahwa sekitar 78.6%
varians dari variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) bisa dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk (jika pada tabel Component Matrix, ada 4 Component yang
berarti ada 4 faktor yang terbentuk).
Untuk variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi), angkanya
adalah 0.783. Hal ini berarti sekitar 78.3% varians dari variabel Perkembangan
Layanan Perbankan (Teknologi) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Transaksi Perbankan (Teknologi), angkanya adalah 0.649. Hal ini
berarti sekitar 64.9% varians dari variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Produk-produk Perbankan
(Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.678. Hal ini berarti sekitar 67.8% varians
dari variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah), angkanya adalah
0.538. Hal ini berarti sekitar 53.8% varians dari variabel Perluasan Akses
(Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.614. Hal ini
berarti sekitar 61.4% varians dari variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku
Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Layanan
Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.711. Hal ini berarti sekitar
71.1% varians dari variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing), angkanya adalah 0.543.
Hal ini berarti sekitar 54.3% varians dari variabel Pelayanan yang Istimewa
(Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kemudahan
Bertransaksi (Pesaing), angkanya adalah 0.701. Hal ini berarti sekitar 70.1%
varians dari variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) dapat dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing), angkanya
adalah 0.644. Hal ini berarti sekitar 64.4% varians dari variabel Kemampuan
Bersaing (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing), angkanya adalah
0.664. Hal ini berarti sekitar 66.4% varians dari variabel Kemampuan
Mengungguli (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk
variabel Reputasi Bagus (Internal Bank), angkanya adalah 0.714. Hal ini berarti
sekitar 71.4% varians dari variabel Reputasi Bagus (Internal Bank) dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Semakin Dikenal
Masyarakat (Internal Bank), angkanya adalah 0.379. Hal ini berarti sekitar 37.9%
varians dari variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank), angkanya
adalah 0.444. Hal ini berarti sekitar 44.4% varians dari variabel Mengedepankan
Prinsip Syariah (Internal Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk
variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank), angkanya adalah 0.672. Hal ini
berarti sekitar 67.2% varians dari variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal
Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dengan ketentuan bahwa
semakin besar nilai Communalities sebuah variabel, berarti semakin erat
hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Tabel 4.22 Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of
Variance Cumulative
% Total % of
Variance Cumulative
% Total % of
Variance Cumulative
% 1 5.878 39.188 39.188 5.878 39.188 39.188 3.626 24.171 24.1712 1.303 8.685 47.873 1.303 8.685 47.873 2.107 14.050 38.2213 1.235 8.236 56.109 1.235 8.236 56.109 1.940 12.933 51.1544 1.106 7.371 63.480 1.106 7.371 63.480 1.849 12.326 63.4805 .876 5.840 69.320 6 .753 5.020 74.341 7 .707 4.715 79.055 8 .619 4.126 83.182 9 .577 3.844 87.026 10 .493 3.286 90.313 11 .404 2.695 93.008 12 .346 2.304 95.312 13 .273 1.821 97.133 14 .246 1.640 98.773 15 .184 1.227 100.000
Sumber : Hasil Output SPSS.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 15 variabel (Component) yang
dimasukkan dalam analisis faktor, yakni variabel Kualitas Layanan Perbankan
(Teknologi), Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi), Transaksi
Perbankan (Teknologi), Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Perluasan
Akses (Perilaku Nasabah), Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah),
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah), Pelayanan yang Istimewa (Pesaing),
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing), Kemampuan Bersaing (Pesaing),
Kemampuan Mengungguli (Pesaing), Reputasi Bagus (Internal Bank), Semakin
Dikenal Masyarakat (Internal Bank), Mengedepankan Prinsip-prinsip Syariah
(Internal Bank), Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank).
151413121110987654321
Component Number
6
5
4
3
2
1
0
Eige
nvalu
e
Scree Plot
Pada tabel diatas terlihat bahwa hanya empat faktor yang terbentuk, karena
dengan satu faktor, angka eigen values diatas 1, dengan dua angka eigen values
juga masih diatas 1. Dengan tiga faktor, angka eigen values masih diatas 1,
dengan empat faktor, angka eigen values masih diatas 1, namun untuk lima
faktor, angka eigen values sudah dibawah satu, yakni 0.876. sehingga proses
factoring seharusnya berhenti pada 4 faktor saja.
Grafik 4.1
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat
dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal tersebut dengan grafik.
Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (faktor dari sumbu Component Number = 1
ke 2), arah garis menurun dengan sangat tajam. Kemudian dari angka 2 ke 3, garis
masih menurun namun tidak setajam seperti dari angka 1 ke 2. Demikian pula dari
angka 3 ke angka 4, namun kini dengan slope yang lebih kecil. Perhatikan juga
faktor 5 sudah dibawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini menunjukkan
bahwa empat faktor adalah paling bagus untuk meringkas ke 15 variabel tersebut.
Tabel 4.23 Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) .608 -.423 .372 .316Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) .635 -.423 .387 -.226Transaksi Perbankan (Teknologi) .739 -.251 -.056 -.191Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) .715 -.121 -.274 -.279Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) .695 -.071 -.172 -.146Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) .695 -.197 -.167 -.253Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) .485 -.443 -.191 .493Pelayanan yang istimewa (Pesaing) .434 .349 .466 .125Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) .721 .337 .001 -.259Kemampuan Bersaing (Pesaing) .448 .314 .570 -.141Kemampuan Mengungguli (Pesaing) .636 .320 -.002 .397Reputasi Bagus (Internal Bank) .593 .259 -.301 .452Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) .554 -.038 .202 .175Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) .576 .219 -.217 -.131Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) .737 .272 -.234 -.022
Extraction Method: Principal Component Analysis. a 4 components extracted. Sumber : Hasil Output SPSS
Setelah diketahui bahwa empat faktor adalah jumlah yang paling optimal,
maka tabel Component Matrix menunjukkan distribusi ke-15 (lima belas) variabel
tersebut pada empat faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada
tabel tersebut adalah Factor Loading, yang menunjukkan besarnya korelasi antara
suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3, faktor 4,. Proses penentuan
variabel mana yang akan masuk ke faktor mana, dilakukan dengan melakukan
perbandingan besar korelasi pada setiap baris.
1) Variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan
faktor 1 adalah +0.485 (lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan
faktor 2 adalah -0.443 (sangat lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan
faktor 3 adalah -0.191 (sangat lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan
faktor 4 adalah +0.493 (lemah karena dibawah 0.5).
Angka faktor loading yang mendekati 0.5 ada pada faktor 1 dan 4. oleh
karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, maka sulit untuk
memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Layanan Jasa
Keuangan (Perilaku Nasabah) ini.
Oleh karena masih ada beberapa variabel yang belum jelas akan
dimasukkan ke dalam faktor mana, maka perlu dilakukan proses rotasi
(rotation), agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel yang akan
dimasukkan pada faktor 1, 2, 3, atau 4.
2) Variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
Korelasi antara variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 1 adalah +0.434 (lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 2 adalah +0.349 ( lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 3 adalah +0.466 ( lemah karena dibawah 0.5).
Korelasi antara variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 4 adalah +0.125 (lemah karena dibawah 0.5).
Angka Factor Loading yang mendekati 0.5 ada pada faktor 1 dan 3.
Oleh karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, maka sulit untuk
memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Pelayanan yang
Istimewa (Perilaku Nasabah) ini. Oleh karena masih ada beberapa variabel
yang belum jelas akan dimasukkan ke dalam faktor mana, maka perlu
dilakukan proses rotasi (rotation), agar semakin jelas perbedaan sebuah
variabel yang akan dimasukkan pada faktor 1, 2, 3, atau 4.
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) .147 .824 .134 .260Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) .473 .620 -.240 .343Transaksi Perbankan (Teknologi) .682 .405 .071 .117Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) .789 .191 .141 .014
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) .656 .233 .211 .096Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) .724 .284 .077 .049Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) .168 .671 .411 -.253Pelayanan yang istimewa (Pesaing) .044 .137 .245 .680Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) .649 -.043 .263 .458Kemampuan Bersaing (Pesaing) .172 .095 .010 .778Kemampuan Mengungguli (Pesaing) .211 .200 .680 .343Reputasi Bagus (Internal Bank) .265 .149 .786 .058Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) .227 .405 .252 .317Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) .559 -.038 .322 .162Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) .616 .030 .493 .221
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 11 iterations. Sumber :Hasil Output dari SPSS
Component Matrix hasil proses rotasi (Rotated Component Matrix)
memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat
bahwa sekarang faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan
faktor loading yang besar semakin diperbesar. Dibawah ini akan dijelaskan
akan masuk ke faktor mana sebuah variabel yang ada, yaitu :
1) Variabel Kualitas Layanan (Teknologi)
Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel
Kualitas Layanan (Teknologi) dengan faktor 2 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.824.
2) Variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi)
Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) dengan faktor 2 lebih
besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.620.
3) Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Transaksi Perbankan (Teknologi) dengan faktor 1 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.682.
4) Variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 lebih
besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.789.
5) Variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.656.
6) Variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1
lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.724.
7) Variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 2 lebih
besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.671.
8) Variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)
Variabel ini masuk kedalam faktor 4, karena faktor loading variabel
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) dengan faktor 4 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.680.
9) Variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Kemudahan bertransaksi (Pesaing) dengan faktor 1 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.649.
10) Variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing)
Variabel ini masuk kedalam faktor 4, karena faktor loading variabel
Kemampuan Bersaing (Pesaing) dengan faktor 4 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.778.
11) Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
Variabel ini masuk kedalam faktor 3, karena faktor loading variabel
Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dengan faktor 3 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.680.
12) Variabel Reputasi Bagus (Internal Bank)
Variabel ini masuk kedalam faktor 3, karena faktor loading variabel
Reputasi Bagus (Internal Bank) dengan faktor 3 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.786.
13) Variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Korelasi antara variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
dengan faktor 1 yang sebelum rotasi adalah 0.554, dengan rotasi maka
semakin diperkecil menjadi 0.227. sebaliknya, korelasi antara variabel
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dengan faktor 2 adalah
0.219, namun setelah dilakukan proses rotasi maka semakin diperbesar
menjadi 0.405. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) bisa dimasukkan sebagai
komponen faktor 2, namun dengan bukti yang lebih jelas.
14) Variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) dengan faktor 1 lebih
besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.559.
15) Variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) dengan faktor 1 lebih besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.616.
Dengan demikian, ke-15 (lima belas) variabel yang telah direduksi
menjadi hanya terdiri atas 4 (empat) faktor, yaitu :
1) Faktor 1 terdiri atas Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi),
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Perluasan Akses
(Perilaku Nasabah), Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah),
Kemudahan Bertransaksi (pesaing), Mengedepankan Prinsip Syariah
(Internal Bank), Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank).
2) Faktor 2 terdiri atas Variabel Kualitas Layanan (Teknologi),
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi), Layanan Jasa
Keuangan (Perilaku Nasabah), Semakin Dikenal Masyarakat (Internal
Bank).
3) Faktor 3 terdiri atas Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing),
Reputasi Bagus (Internal Bank).
4) Faktor 4 terdiri atas Variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing),
Kemampuan Bersaing (Pesaing).
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4 1 .724 .430 .403 .359 2 -.067 -.733 .454 .502 3 -.375 .334 -.377 .779 4 -.576 .408 .699 -.114
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Sumber : Hasil Output dari SPSS
Pada tabel diatas angka-angka yang ada pada diagonal, antara
Component 1 dengan 1, Component 2 dengan 2, Component 3 dengan 3,
Component 4 dengan 4. Maka akan terlihat dua angka yang berada diatas
0.5 yaitu faktor 1 adalah 0.724 dan faktor 2 adalah -0.733 (tanda ‘-‘ hanya
menunjukkan arah korelasi). Karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan
jelas. Dan dua angka sisanya yang berada dibawah 0.5 yaitu faktor 3 adalah
-0.377 (tanda ‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi) dan faktor 4 adalah -
0.114 (tanda ‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi).
Walaupun cuma 2 faktor saja yang mempunyai korelasi diatas 0.5
(faktor 1 dan 2) hal ini sudah cukup membuktikan kedua faktor atau
Component (faktor 1dan 2) yang terbentuk cukup tepat, karena mempunyai
korelasi yang cukup tinggi, meskipun sebenarnya lebih bagus lagi kalau
semua faktor mempunyai korelasi diatas 0.5 yang dapat membuktikan faktor
atau Component yang terbentuk sangat tepat, karena mempunyai korelasi
yang sangat tinggi (semua faktor angka korelasinya diatas 0.5).
d. Interpertasi Atas Faktor yang Telah Terbentuk
Setelah dilakukan factoring dan rotasi, langkah selanjutnya adalah
menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk. Hal ini dilakukan agar bisa
mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Interpretasi didasarkan
pada nilai Loading factor dari masing-masing variabel pada faktor yang
terbentuk. Pemberian nama dan konsep tiap faktor ditentukan berdasarkan
makna umum variabel yang tercakup di dalamnya (Zaini Hasan dalam Fajar
Suryo Saputro:2007)
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data tentang faktor-faktor kinerja
teknologi informasi Office Channeling dalam usaha bank, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa melalui analisis faktor dapat diperoleh 4 faktor, faktor tersebut yaitu
:
1. Faktor ini dinamakan Faktor Teknologi Informasi terdiri atas Variabel Transaksi
Perbankan (Teknologi) dengan factor loading 0.682, Produk-produk Perbankan
(Perilaku Nasabah) dengan factor loading 0.789, Perluasan Akses (Perilaku
Nasabah) dengan factor loading 0.656, Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku
Nasabah) dengan factor loading 0.724, Kemudahan Bertransaksi (pesaing) dengan
factor loading 0.649, Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) dengan
factor loading 0.559, Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) dengan factor
loading 0.616.
2. Faktor ini dinamakan Faktor Teknologi terdiri atas Variabel Kualitas Layanan
(Teknologi) dengan factor loading 0.824, Perkembangan Layanan Perbankan
(Teknologi) dengan factor loading 0.620, Layanan Jasa Keuangan (Perilaku
Nasabah) dengan factor loading 0.671, Semakin Dikenal Masyarakat (Internal
Bank) dengan factor loading 0.405.
3. Faktor ini dinamakan Faktor Internal Bank dan Pesaing terdiri atas Variabel
Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dengan factor loading 0.680, Reputasi Bagus
(Internal Bank) dengan factor loading 0.786.
4. Faktor ini dinamakan Faktor Pesaing terdiri atas Variabel Pelayanan yang Istimewa
(Pesaing) dengan factor loading 0.680, Kemampuan Bersaing (Pesaing) dengan
factor loading 0.778.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor Teknologi Informasi, faktor
Teknologi, faktor Internal Bank dan Pesaing, serta faktor Pesaing menurut sudut
pandang nasabah menentukan perkembangan perbankan terutama dalam menunjang
program Office Channeling.
Faktor Teknologi Informasi menjadi faktor yang paling dominan dalam sudut
pandang nasabah BNI Syariah dalam mengukur kinerja program Office Channeling.
Sehingga BNI Syariah diharapkan selalu meningkatkan Teknologi Informasi
terutama dari segi pelayanan jasa perbankan. Teknologi Informasi pada BNI Syariah
dituntut untuk selalu inovatif, efektif serta efisien baik dalam hal penggunaan
teknologi yang ada, mengutamakan kepentingan pelayanan nasabah, mampu bersaing
dengan bank syariah yang lain (Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah
(BUS), serta situasi internal bank yang mendukung (Struktur organisasi, System yang
diterapkan, Style (gaya dalam memberikan jasa kepada nasabah), Staff (berkaitan
dengan kualitas SDM yang dimiliki suatu bank), Skill para karyawan, memiliki Share
Value (nilai-nilai kebersamaan) yang tinggi.
Faktor Teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha bank
karena dalam usaha perbankan teknologi selain berpengaruh besar terhadap kualitas
jasa layanan yang diberikan, juga sekaligus menjadi ancaman kelangsungan usaha
suatu bank. Pengaruh besar teknologi terhadap kualitas layanan akan terlihat pada saat
bank mulai berkembang, jumlah nasabah semakin meningkat, jenis transaksi semakin
banyak dan semakin kompleks, saat itulah bank mulai kewalahan, sistem teknologi
informasinya mulai jatuh bangun karena kapasitas telah dilewati,apalagi bicara soal
”respons time” pastilah tidak akan memenuhi ekspektasi nasabah. Ancaman dari
perkembangan dan penerapan teknologi informasi terhadap kelangsungan usaha bank
terlihat dari munculnya ”Global Information Network and Financial Service”. Faktor
Teknologi juga mendukung dalam program Office Channeling pada bank BNI
Syariah.
Faktor Internal Bank dan Pesaing yang terdiri dari Variabel Kemampuan
Mengungguli (Pesaing) dan Reputasi Bagus (Internal Bank) merupakan faktor yang
menjadi salah satu tolak ukur melihat kinerja suatu bank dimata nasabah dalam
melakukan pelayanan yang maksimal dengan program Office Channeling. Maka
menyebabkan berubahnya kondisi persaingan. Persaingan ini bukan hanya ditingkat
nasional namun juga ditingkat global. Dengan tingginya persaingan ini, berbagai
langkah dan gerak pesaing harus terus-menerus dicermati dan dipantau, agar bank
dapat memilih langkah dan strategi yang tepat untuk menghadapinya. Selain itu faktor
internal bank juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena dari berbagai kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja suatu bank tersebut diatas, kinerja suatu
bank juga sangat ditentukan oleh kondisi internal bank tersebut, terutama dalam
upayanya untuk mengantisipasi semua perubahan lingkungan tersebut. Kondisi
tersebut menjadi pertimbangan bagi BNI Syariah dalam bersaing dengan bank lain
dan selalu menjaga kondisi internal di BNI Syariah itu sendiri agar selalu kondusif.
Faktor Pesaing merupakan faktor yang juga penting dalam mendukung
program Office Channeling pada suatu bank, terutama BNI Syariah karena berbagai
dinamika yang terjadi dalam persaingan usaha perbankan syariah nasional dapat
digolongkan kedalam empat aspek berikut :
a. Kehadiran para pemain baru di perbankan syariah, setelah diberlakukannya
Undang-Undang No. 7 tahun 1992. undang-undang ini memberi kesempatan
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan usaha bank yang
operasionalnya berdasarkan syariah (Sistem Bank Tanpa Bunga ), termasuk
didalamnya kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka kantor
cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut, berarti pemerintah tidak
lagi memberikan hak eksklusif kepada Bank Muamalat. Undang-undang
tersebut telah merubah posisi Bank Muamalat menjadi dalam tekanan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.
b. Kebutuhan akan jumlah jaringan outlet.menyebabkan semakin pentingnya
skala perusahaan ( size ) dan franchise-value untuk dijadikan sebagai
komponen keunggulan bersaing sebuah bank. Dengan size yang besar,
diharapkan bank akan memiliki modal besar dan rasio kecukupan modal
(CAR) lebih baik, lebih leluasa melakukan ekspansi dan memiliki cadangan
cukup besar pula untuk non performing loans. Size yang besar saja tidak
cukup, karena size yang besar yang dimiliki bank nasional tidak akan banyak
berarti dihadapan bank-bank global. Oleh karena itu dukungan kuat dana
pihak ketiga baru akan terwujud jika bank tersebut telah memiliki franchise
value yang tinggi. Selain merger dengan bank lain untuk menciptakan size
yang besar dapat dilakukan dengan jalan aliansi strategi (strategic alliance).
c. Terkait dengan urgensinya untuk memiliki franchise value yang kuat, bank-
bank global telah memiliki franchise value yang kuat, bank-bank global telah
memiliki keunggulan supply chain management and global network
management yang baik, sehingga bank global memiliki kemampuan untuk
melayani nasabah hingga melewati batas wilayah dan negara secara efektif
dan efisien.
d. Keberadaan bank-bank global di pasar domestik, bahkan mereka diberi
keleluasaan untuk beroperasi keseluruh wilayah Indonesia, benar-benar
menjadi ancaman yang serius bagi bank-bank maupun lembaga keuangan
nonbank nasional termasuk bagi bank-bank syariah di Indonesia.
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
Respoden yang terhormat,
Dengan ini saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner berikut. Kuisioner
ini diajukan untuk mendapatkan data yang saya perlukan sebagai prasyarat kelulusan untuk
memperoleh gelar sarjana Manajemen Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kuisioner ini dipergunakan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran tentang
faktor-faktor kinerja informasi teknologi suatu bank atas nasabahnya dalam penerapan Office
Channeling.
Dalam mengisi kuisioner ini,Anda diharapkan mengisi menurut pendapat Anda
sendiri,agar sesuai dengan tujuan penelitian. Seluruh informasi yang Anda berikan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Terima kasih banyak atas kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini.
Ciputat
Ismail
(Mahasiswa FEIS UIN Jakarta)
SEKILAS TENTANG OFFICE CHANNELING
Bank Indonesia sejak setahun lalu mengeluarkan kebijakan baru bagi industri perbankan
syariah, yaitu PBI No 8/3/PBI/2006. Materi paling penting pada peraturan tersebut adalah
penerapan office channeling bagi bank-bank syari’ah. Kebijakan ini merupakan inovasi dan
terobosan baru yang bisa dibilang spektakuler bagi pengembangan industri perbankan syariah
di Indonesia.Kebijakan office channeling juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses
masyarakat kepada jasa perbankan syariah. Dengan sistem baru ini bank syariah tidak perlu
lagi membuka cabang UUS di banyak tempat dalam memberikan pelayanan perbankan
syariah. Sehingga biaya ekspansi jauh lebih efisien. Kebijakan office channeling ini juga
dimaksudkan untuk mengarahkan aktivitas perbankan agar mampu menunjang pertumbuhan
ekonomi nasional melalui kegiatan perbankan syariah.Penerapan office channeling, akan
semakin memudahkan masyarakat melakukan transaksi syariah. Dengan kata lain, akses
terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi kendala akan dapat teratasi, karena
selama ini masyarakat yang mau bertransaksi dengan bank syariah mengalami kesulitan
karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
Tanggal Kunjungan : ......./........../2008
NO RESPONDEN
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK
A. Mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberikan
tanda checklist (√ ) pada alternatif jawaban yang telah tersedia:
1. Nama : ..............................................................................
2. Usia : ..............thn
3. Jenis Kelamin : 301 □ Pria 302 □ Wanita
4. Alamat : ...............................................................................
.................................................................................
5. Periode menjadi nasabah : 501 □ 2005-2006 502 □ 2006-2007
503 □ 2007-2008
B. Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan tentang Office Channeling. Saudara/i, atau
Bapak/Ibu diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan menurut kenyataan
yang didapat tentang Office Channeling.
Berilah tanda melingkar (O) pada salah satu jawaban yang tersedia:
STS = Sangat tidak setuju TS = Tidak setuju RR = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Contoh:
NO ITEM PERTANYAAN STS
1
TS
2
RR
3
S
4
SS
5
1 Secara keseluruhan saya merasa puas dengan pekerjaan
saya 1 2 3 4 5
Adapun pertanyaan-pertanyaannya adalah:
A NO KRITERIA TEKNOLOGI STS
1
TS
2
RR
3
S
4
SS
5
A1 1 Dengan Office Channeling Kualitas jasa layanan yang
diberikan oleh BNI Syariah semakin bagus 1 2 3 4 5
A2 2 Perkembangan BNI Syariah semakin meningkat dengan
adanya layanan syariah Office Channeling 1 2 3 4 5
A3 3 Dengan Office Channeling membuat transaksi
perbankan BNI Syariah semakin meningkat 1 2 3 4 5
A4 4
Dengan Office Channeling pelayanan perbankan BNI
Syariah (phone banking ,internet banking,dan lain-lain)
semakin kompetitif
1 2 3 4 5
B NO KRITERIA PERILAKU NASABAH STS
1
TS
2
RR
3
S
4
SS
5
B1 5 Dengan Office Channeling produk-produk perbankan
BNI Syariah semakin kompetitif 1 2 3 4 5
B2 6 Dengan program Office Channeling dapat memperluas
akses nasabah BNI Syariah terhadap layanan perbankan 1 2 3 4 5
B3 7
Dengan Office Channeling dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap produk-produk (berupa tabungan,
deposito,giro,dan lain-lain) yang ditawarkan oleh BNI
Syariah
1 2 3 4 5
B4 8
Kebutuhan masyarakat atau nasabah BNI Syariah akan
produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan
lain-lain) terhadap layanan jasa keuangan akan lebih
meningkat dengan hadirnya program Office Channeling
1 2 3 4 5
C NO KRITERIA PESAING STS
1
TS
2
RR
3
S
4
SS
5
C1 9
Kehadiran Office Channeling nasabah BNI Syariah
mendapatkan pelayanan yang istimewa dibandingkan
bank syariah yang lain
1 2 3 4 5
C2 10 Dengan Office Channeling nasabah BNI Syariah
memperoleh kemudahan dalam bertransaksi 1 2 3 4 5
C3 11
Dengan Office Channeling BNI Syariah mampu
bersaing dengan bank-bank global atau asing dalam hal
pelayanan kepada nasabahnya
1 2 3 4 5
C4 12
Dengan Office Channeling BNI Syariah mengungguli
bank-bank global atau asing dalam hal produk-produk
perbankan yang ditawarkan kepada nasabahnya
1 2 3 4 5
D NO KRITERIA INTERNAL BANK
STS
1
TS
2
RR
3
S
4
SS
5
D1 13 Dengan Office Channeling reputasi BNI Syariah
semakin bagus 1 2 3 4 5
D2 14 Dengan Office Channeling BNI Syariah semakin
dikenal oleh masyarakat 1 2 3 4 5
D3 15
Dengan Office Channeling meski dilayani di cabang
konvensional, BNI Syariah tetap menjaga amanah
nasabah dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip
perbankan syariah
1 2 3 4 5
D4 16
Dengan Office Channeling BNI Syariah dapat
maksimal dalam memberikan pelayanan perbankan
kepada nasabah
1 2 3 4 5
LAMPIRAN 2
TABEL JAWABAN
RESPONDEN Kriteria
Teknologi Perilaku Nasabah Pesaing Internal Bank No Responden A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4
1 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 6 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 7 4 3 3 5 4 4 4 2 3 4 2 1 3 3 4 4 8 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 9 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4
10 3 4 3 5 3 5 4 4 3 4 3 2 4 5 3 3 11 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 12 4 5 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 13 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 14 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 15 4 4 5 5 4 4 4 5 3 3 3 3 4 4 5 5 16 3 4 4 3 4 4 5 5 5 4 3 3 4 4 4 5 17 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 18 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 19 1 3 4 5 4 3 3 5 4 4 3 3 4 4 3 4 20 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 21 4 4 4 4 5 5 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4 22 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4 3 4 5 4 4 24 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 2 25 4 3 4 3 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 4 5 26 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 27 4 4 5 5 4 5 3 4 3 5 4 4 5 5 4 4 28 5 4 5 5 4 5 3 4 3 5 4 3 5 5 4 4 29 4 5 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 30 3 4 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 4 31 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 32 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 5 5 4
33 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 34 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 5 5 35 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 36 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 37 4 3 3 5 4 4 4 2 3 4 2 1 3 3 4 4 38 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 39 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 40 3 4 3 5 3 5 4 4 3 4 3 2 4 5 3 3 41 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 42 4 5 4 4 3 4 3 2 5 4 5 4 4 4 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 44 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 45 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4
Kriteria Teknologi Perilaku Nasabah Pesaing Internal Bank No
Responden A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 46 3 4 4 5 4 5 5 3 4 5 5 3 4 5 3 4 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 48 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 3 3 4 4 5 49 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 52 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 53 4 4 3 2 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 54 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4 3 4 4 55 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 56 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 57 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 3 4 3 4 58 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 59 3 4 4 3 3 4 3 5 2 1 3 3 4 3 5 3 60 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 4 61 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 4 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 4 5 5 5 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 66 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 67 2 2 1 1 2 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 68 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 69 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 72 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 4 5 4 5 4 73 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 74 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 5 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 5 4 5 2 4 76 4 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 77 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 78 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 79 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
80 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 81 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 82 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 83 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 5 5 84 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 85 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 86 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 5 4 5 88 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 89 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 4 3 90 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 91 3 4 4 3 4 3 4 2 4 5 4 3 4 3 4 5 92 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 93 1 2 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 3 1 94 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 95 5 3 1 5 1 3 2 5 4 1 3 2 4 3 1 2 96 5 5 5 5 3 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Kriteria Teknologi Perilaku Nasabah Pesaing Internal Bank No
Responden A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 97 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 98 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 99 4 4 3 5 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 100 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 101 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 102 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 103 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 104 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 105 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 3 3 4 5 3 106 4 4 4 5 3 5 3 3 3 4 3 3 5 4 3 4 107 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 109 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 110 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 111 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 112 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 113 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 114 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 115 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 116 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 117 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 118 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 119 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 5 5 4 4 121 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 122 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 123 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 124 4 5 3 2 1 2 3 4 3 2 4 1 1 5 3 1 125 3 4 4 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 4 2 5 126 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 127 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 128 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4
129 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 130 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 131 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 132 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 133 4 5 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 134 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 135 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 136 4 4 5 5 4 4 4 5 3 3 3 3 4 4 5 5 137 3 4 4 3 4 4 5 5 5 4 3 3 4 4 4 5 138 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 139 4 4 4 4 5 5 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4 140 4 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4 3 4 5 4 4
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Coba Validitas & Reliabilitas Instrumen
Uji Validitas
Correlations
1 .438** .275 .107 -.083 .259 -.009 -.207 -.195 .114.005 .086 .512 .609 .106 .955 .199 .228 .484
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.438** 1 .199 -.138 -.225 .022 -.090 .146 -.039 .070.005 .219 .395 .163 .895 .580 .367 .811 .666
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.275 .199 1 .083 .144 .021 -.202 .304 -.029 .077.086 .219 .611 .375 .899 .212 .057 .861 .635
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.107 -.138 .083 1 -.034 .259 -.192 -.041 .047 .191
.512 .395 .611 .836 .106 .235 .803 .773 .23740 40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.083 -.225 .144 -.034 1 .284 .234 .289 .456** .076.609 .163 .375 .836 .076 .146 .071 .003 .641
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.259 .022 .021 .259 .284 1 .324* .059 -.005 .438**.106 .895 .899 .106 .076 .041 .717 .975 .005
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40-.009 -.090 -.202 -.192 .234 .324* 1 .269 .307 .000.955 .580 .212 .235 .146 .041 .094 .054 1.000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40-.207 .146 .304 -.041 .289 .059 .269 1 .348* .000.199 .367 .057 .803 .071 .717 .094 .028 1.000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40-.195 -.039 -.029 .047 .456** -.005 .307 .348* 1 .132.228 .811 .861 .773 .003 .975 .054 .028 .417
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.114 .070 .077 .191 .076 .438** .000 .000 .132 1.484 .666 .635 .237 .641 .005 1.000 1.000 .417
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.276 .360* .130 -.163 -.015 .270 .331* .187 .074 .114.085 .022 .424 .315 .926 .093 .037 .247 .651 .483
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.105 .449** .392* -.292 -.066 -.230 -.066 .289 .192 .000.520 .004 .012 .068 .686 .153 .687 .070 .235 1.000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40-.032 .169 .245 .033 .211 .331* .137 .181 .271 .306.846 .298 .127 .841 .190 .037 .400 .264 .090 .055
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.090 .219 .010 .149 -.107 .543** .100 .303 -.051 .370*.581 .175 .951 .360 .513 .000 .539 .057 .753 .019
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.345* -.026 .211 .072 .267 .069 .377* .370* .099 .201.029 .871 .192 .660 .095 .670 .017 .019 .543 .213
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.168 .061 .355* -.028 .307 .245 .662** .411** .317* .125.300 .706 .025 .865 .054 .127 .000 .008 .046 .443
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.367* .370* .426** .132 .345* .530** .434** .531** .386* .424**.020 .019 .006 .418 .029 .000 .005 .000 .014 .006
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)
Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)
Transaksi Perbankan(Teknologi)
Pelayanan MobileBanking (Teknologi)
Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)
Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)
Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)
Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)
Pelayanan yang istimewa(Pesaing)
Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)
Kemampuan Bersaing(Pesaing)
KemampuanMengungguli (Pesaing)
Reputasi Bagus (InternalBank)
Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)
Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)
Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
TOTAL
KualitasLayanan
Perbankan(Teknologi)
Perkembangan LayananPerbankan(Teknologi)
TransaksiPerbankan(Teknologi)
PelayananMobile
Banking(Teknologi)
Produk-produk Perbankan
(PerilakuNasabah)
PerluasanAkses
(PerilakuNasabah)
KebutuhanProduk
Perbankan(PerilakuNasabah)
Layanan JasaKeuangan(PerilakuNasabah)
Pelayananyang
istimewa(Pesaing)
KemudahanBertransaksi
(Pesaing)
KemaBers(Pes
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
40 100.00 .0
40 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.751 .750 16
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Inter-Item Correlation Matrix
1.000 .438 .275 .107 -.083 .259 -.009 -.207 -.195 .114 .276 .105 -.032 .090 .345 .168
.438 1.000 .199 -.138 -.225 .022 -.090 .146 -.039 .070 .360 .449 .169 .219 -.026 .061
.275 .199 1.000 .083 .144 .021 -.202 .304 -.029 .077 .130 .392 .245 .010 .211 .355
.107 -.138 .083 1.000 -.034 .259 -.192 -.041 .047 .191 -.163 -.292 .033 .149 .072 -.028
-.083 -.225 .144 -.034 1.000 .284 .234 .289 .456 .076 -.015 -.066 .211 -.107 .267 .307
.259 .022 .021 .259 .284 1.000 .324 .059 -.005 .438 .270 -.230 .331 .543 .069 .245
-.009 -.090 -.202 -.192 .234 .324 1.000 .269 .307 .000 .331 -.066 .137 .100 .377 .662
-.207 .146 .304 -.041 .289 .059 .269 1.000 .348 .000 .187 .289 .181 .303 .370 .411
-.195 -.039 -.029 .047 .456 -.005 .307 .348 1.000 .132 .074 .192 .271 -.051 .099 .317
.114 .070 .077 .191 .076 .438 .000 .000 .132 1.000 .114 .000 .306 .370 .201 .125
.276 .360 .130 -.163 -.015 .270 .331 .187 .074 .114 1.000 .345 .308 .215 .005 .361
.105 .449 .392 -.292 -.066 -.230 -.066 .289 .192 .000 .345 1.000 .462 .237 .107 .141
-.032 .169 .245 .033 .211 .331 .137 .181 .271 .306 .308 .462 1.000 .446 .098 .360
.090 .219 .010 .149 -.107 .543 .100 .303 -.051 .370 .215 .237 .446 1.000 .298 .141
.345 -.026 .211 .072 .267 .069 .377 .370 .099 .201 .005 .107 .098 .298 1.000 .541
.168 .061 .355 -.028 .307 .245 .662 .411 .317 .125 .361 .141 .360 .141 .541 1.000
Kualitas LayananPerbankan (TeknoPerkembangan LaPerbankan (TeknoTransaksi Perbank(Teknologi)Pelayanan MobileBanking (TeknologProduk-produkPerbankan (PerilaNasabah)Perluasan Akses(Perilaku NasabahKebutuhan ProdukPerbankan (PerilaNasabah)Layanan Jasa Keu(Perilaku NasabahPelayanan yang is(Pesaing)Kemudahan Bertra(Pesaing)Kemampuan Bers(Pesaing)KemampuanMengungguli (PesReputasi Bagus (IBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternBank)Mengedepankan PSyariah (Internal BMaksimalisasi Pel(Internal Bank)
KualitasLayanan
Perbankan(Teknologi)
Perkembangan LayananPerbankan(Teknologi)
TransaksiPerbankan(Teknologi)
PelayananMobile
Banking(Teknologi)
Produk-produk Perbankan
(PerilakuNasabah)
PerluasanAkses
(PerilakuNasabah)
KebutuhanProduk
Perbankan(PerilakuNasabah)
ayanan JasKeuangan(PerilakuNasabah)
Pelayananyang
istimewa(Pesaing)
KemudahanBertransaks
(Pesaing)
KemampuanBersaing(Pesaing)
KemampuanMengunggul
(Pesaing)
ReputasiBagus
(InternalBank)
SemakinDikenal
Masyarakat(InternalBank)
Mengedepankan Prinsip
Syariah(InternalBank)
Maksimalisai Pelayanan(InternalBank)
Item-Total Statistics
57.9250 23.251 .228 .801 .750
57.8500 23.567 .259 .561 .745
57.7000 23.395 .330 .671 .740
57.5500 25.023 -.002 .417 .768
57.7750 23.820 .241 .717 .746
57.4750 21.897 .405 .895 .732
57.5750 23.020 .320 .832 .740
57.7000 22.010 .411 .656 .731
58.3500 23.362 .268 .590 .745
57.6500 23.259 .319 .503 .740
58.1000 21.938 .422 .497 .730
58.5000 22.359 .289 .720 .746
57.8000 21.549 .527 .603 .721
57.5750 22.046 .451 .825 .728
57.7000 22.421 .436 .852 .730
57.5250 21.128 .613 .773 .713
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Pelayanan MobileBanking (Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
SquaredMultiple
Correlation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
127
LAMPIRAN 5 Analysis Deskriptif Statistik
Frequencies Statistics
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.6300 2.3300 3.9300 4.0100 3.8900 3.8700 4.0300 3.9700 3.9800 3.8300 3.9200 3.9900 3.6300 4.0100 4.1000 4.0300 4.07002.0000 2.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000
2.00 3.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
.48524 .68246 .68542 .57726 .79003 .77401 .71711 .68836 .76515 .75284 .76118 .62757 .79968 .67412 .65905 .74475 .72829
-.547 -.527 -1.255 -.964 -1.557 -1.237 -.883 -.530 -.932 -.287 -1.407 .007 -.678 -1.627 -.324 -.947 -1.549
.241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241 .241
-1.736 -.762 3.844 3.643 4.228 3.067 1.554 .766 1.999 -.116 3.829 -.396 1.245 6.828 .150 2.323 5.441
.478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478 .478
1.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 2.00 2.00 1.00 2.00 1.00 3.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.002.00 3.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
163.00 233.00 393.00 401.00 389.00 387.00 403.00 397.00 398.00 383.00 392.00 399.00 363.00 401.00 410.00 403.00 407.00
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. Deviation
Skewness
Std. Error of Skewness
KurtosisStd. Error of Kurtosis
MinimumMaximumSum
JenisKelamin
Periodemenjadinasabah
KualitasLayananPerbank
an(Teknolo
gi)
Perkembangan
Layananperbank
an(Teknolo
gi)
Transaksiperbankan(Teknolog
i)
Produk-produk
Perbankan
(PerilakuNasaba
h)
PerluasanAkses
nasabah(PerilakuNasabah)
KebutuhanProduk
Perbankan(PerilakuNasabah)
LayananJasa
Keuangan(PerilakuNasabah)
Pelayananyang
Istimewa(Pesaing)
Kemudahan
Bertransaksi
(Pesaing)
Kemampuan
Bersaing(Pesaing)
Kemampuan
Mengungguli
(Pesaing)
ReputasiBagus
(InternalBank)
SemakinDikenal
Masyarakat(InternalBank)
MengedepankanPrinsipSyari'ah(InternalBank)
Maksimalisasi
Pelayanan (Internal
Bank)
Frequency Table
128
Jenis Kelamin
37 37.0 37.0 37.063 63.0 63.0 100.0
100 100.0 100.0
PriaWanitaTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
129
Periode menjadi nasabah
12 12.0 12.0 12.043 43.0 43.0 55.045 45.0 45.0 100.0
100 100.0 100.0
2005-20062006-20072007-2008Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
1 1.0 1.0 1.03 3.0 3.0 4.0
12 12.0 12.0 16.070 70.0 70.0 86.014 14.0 14.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Perkembangan Layanan perbankan (Teknologi)
3 3.0 3.0 3.07 7.0 7.0 10.0
76 76.0 76.0 86.014 14.0 14.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Transaksi perbankan (Teknologi)
3 3.0 3.0 3.02 2.0 2.0 5.0
13 13.0 13.0 18.067 67.0 67.0 85.015 15.0 15.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
130
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
2 2.0 2.0 2.03 3.0 3.0 5.0
16 16.0 16.0 21.064 64.0 64.0 85.015 15.0 15.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Perluasan Akses nasabah (Perilaku Nasabah)
5 5.0 5.0 5.09 9.0 9.0 14.0
64 64.0 64.0 78.022 22.0 22.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
3 3.0 3.0 3.016 16.0 16.0 19.062 62.0 62.0 81.019 19.0 19.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
1 1.0 1.0 1.03 3.0 3.0 4.0
15 15.0 15.0 19.059 59.0 59.0 78.022 22.0 22.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
131
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)
4 4.0 4.0 4.026 26.0 26.0 30.053 53.0 53.0 83.017 17.0 17.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
2 2.0 2.0 2.03 3.0 3.0 5.0
12 12.0 12.0 17.067 67.0 67.0 84.016 16.0 16.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
20 20.0 20.0 20.061 61.0 61.0 81.019 19.0 19.0 100.0
100 100.0 100.0
Ragu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
2 2.0 2.0 2.04 4.0 4.0 6.0
33 33.0 33.0 39.051 51.0 51.0 90.010 10.0 10.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
132
Reputasi Bagus (Internal Bank)
2 2.0 2.0 2.010 10.0 10.0 12.071 71.0 71.0 83.017 17.0 17.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
1 1.0 1.0 1.014 14.0 14.0 15.059 59.0 59.0 74.026 26.0 26.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Mengedepankan Prinsip Syari'ah (Internal Bank)
1 1.0 1.0 1.02 2.0 2.0 3.0
14 14.0 14.0 17.059 59.0 59.0 76.024 24.0 24.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
2 2.0 2.0 2.01 1.0 1.0 3.08 8.0 8.0 11.0
66 66.0 66.0 77.023 23.0 23.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
132
LAMPIRAN 6 ANALYSIS FAKTOR
Factor Analysis
KMO and Bartlett's Test
.822
606.811105.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-SquaredfSig.
Bartlett's Test ofSphericity
133
Anti-image Matrices
.443 -.171 -.081 -.002 -.072 .075 -.161 -.097 .015 -.021 -.066 -.055 -.084 .060 .084
-.171 .436 -.152 -.012 .012 -.078 .026 -.016 -.051 -.079 .046 .064 -.043 .040 .020
-.081 -.152 .419 -.054 -.027 -.019 .022 .094 -.004 .017 -.008 -.032 .042 -.121 -.074
-.002 -.012 -.054 .400 -.150 -.174 .024 -.008 -.068 .117 -.134 .063 .065 -.082 .064
-.072 .012 -.027 -.150 .462 .032 -.026 .017 .009 -.073 .111 -.044 -.046 .037 -.184
.075 -.078 -.019 -.174 .032 .421 -.178 .019 -.058 -.108 .106 -.050 -.055 .058 -.071
-.161 .026 .022 .024 -.026 -.178 .591 -.010 .133 .128 -.083 -.024 -.053 -.100 -.015
-.097 -.016 .094 -.008 .017 .019 -.010 .726 -.115 -.142 .011 -.024 -.005 .050 -.088
.015 -.051 -.004 -.068 .009 -.058 .133 -.115 .444 -.013 -.039 -.040 -.079 -.117 -.088
-.021 -.079 .017 .117 -.073 -.108 .128 -.142 -.013 .639 -.192 .112 -.018 -.134 .041
-.066 .046 -.008 -.134 .111 .106 -.083 .011 -.039 -.192 .458 -.187 -.029 .029 -.103
-.055 .064 -.032 .063 -.044 -.050 -.024 -.024 -.040 .112 -.187 .558 .002 -.085 -.056
-.084 -.043 .042 .065 -.046 -.055 -.053 -.005 -.079 -.018 -.029 .002 .713 -.046 -.036
.060 .040 -.121 -.082 .037 .058 -.100 .050 -.117 -.134 .029 -.085 -.046 .624 -.013
.084 .020 -.074 .064 -.184 -.071 -.015 -.088 -.088 .041 -.103 -.056 -.036 -.013 .385
.786a
-.390 -.188 -.006 -.159 .173 -.314 -.172 .033 -.040 -.147 -.110 -.150 .114 .204
-.390 .831a
-.355 -.030 .026 -.183 .051 -.028 -.115 -.149 .103 .130 -.078 .077 .049
-.188 -.355 .888a
-.132 -.061 -.045 .045 .170 -.008 .033 -.018 -.066 .077 -.237 -.184
-.006 -.030 -.132 .801a
-.350 -.425 .049 -.015 -.161 .231 -.314 .134 .122 -.164 .163
-.159 .026 -.061 -.350 .830a
.072 -.051 .030 .020 -.134 .241 -.086 -.081 .069 -.437
.173 -.183 -.045 -.425 .072 .798a
-.357 .034 -.134 -.209 .242 -.103 -.101 .113 -.177
-.314 .051 .045 .049 -.051 -.357 .734a
-.016 .259 .209 -.159 -.042 -.081 -.164 -.031
-.172 -.028 .170 -.015 .030 .034 -.016 .829a
-.202 -.208 .018 -.038 -.007 .075 -.167
.033 -.115 -.008 -.161 .020 -.134 .259 -.202 .891a
-.024 -.087 -.080 -.140 -.222 -.213
-.040 -.149 .033 .231 -.134 -.209 .209 -.208 -.024 .686a
-.356 .188 -.026 -.212 .083
-.147 .103 -.018 -.314 .241 .242 -.159 .018 -.087 -.356 .755a
-.369 -.051 .054 -.244
-.110 .130 -.066 .134 -.086 -.103 -.042 -.038 -.080 .188 -.369 .851a
.003 -.145 -.121
-.150 -.078 .077 .122 -.081 -.101 -.081 -.007 -.140 -.026 -.051 .003 .927a
-.070 -.069
.114 .077 -.237 -.164 .069 .113 -.164 .075 -.222 -.212 .054 -.145 -.070 .843a
-.027
.204 .049 -.184 .163 -.437 -.177 -.031 -.167 -.213 .083 -.244 -.121 -.069 -.027 .838a
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
KualitasLayanan
Perbankan(Teknologi)
Perkembangan LayananPerbankan(Teknologi)
TransaksiPerbankan(Teknologi)
Produk-produk Perbankan
(PerilakuNasabah)
PerluasanAkses
(PerilakuNasabah)
KebutuhanProduk
Perbankan(PerilakuNasabah)
Layanan JasaKeuangan(PerilakuNasabah)
Pelayananyang
istimewa(Pesaing)
KemudahanBertransaksi
(Pesaing)
KemampuanBersaing(Pesaing)
KemampuanMengungguli
(Pesaing)
ReputasiBagus
(InternalBank)
SemakinDikenal
Masyarakat(InternalBank)
Mengedepankan Prinsip
Syariah(InternalBank)
Maksimalisasi Pelayanan
(InternalBank)
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
134
Communalities
1.000 .786
1.000 .783
1.000 .649
1.000 .678
1.000 .538
1.000 .614
1.000 .711
1.000 .543
1.000 .701
1.000 .644
1.000 .664
1.000 .714
1.000 .379
1.000 .444
1.000 .672
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
135
Total Variance Explained
5.878 39.188 39.188 5.878 39.188 39.188 3.626 24.1711.303 8.685 47.873 1.303 8.685 47.873 2.107 14.0501.235 8.236 56.109 1.235 8.236 56.109 1.940 12.9331.106 7.371 63.480 1.106 7.371 63.480 1.849 12.326
.876 5.840 69.320
.753 5.020 74.341
.707 4.715 79.055
.619 4.126 83.182
.577 3.844 87.026
.493 3.286 90.313
.404 2.695 93.008
.346 2.304 95.312
.273 1.821 97.133
.246 1.640 98.773
.184 1.227 100.000
Componen123456789101112131415
Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCInitial Eigenvalues Extraction Sums of Squared LoadingsRotation Sums of Square
Extraction Method: Principal Component Analysis.
136
151413121110987654321
Component Number
6
5
4
3
2
1
0
Eige
nval
ue
Scree Plot
137
Component Matrix a
.608 -.423 .372 .316
.635 -.423 .387 -.226
.739 -.251 -.056 -.191
.715 -.121 -.274 -.279
.695 -.071 -.172 -.146
.695 -.197 -.167 -.253
.485 -.443 -.191 .493
.434 .349 .466 .125
.721 .337 .001 -.259
.448 .314 .570 -.141
.636 .320 -.002 .397
.593 .259 -.301 .452
.554 -.038 .202 .175
.576 .219 -.217 -.131
.737 .272 -.234 -.022
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
1 2 3 4Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.4 components extracted.a.
138
Rotated Component Matrix a
.147 .824 .134 .260
.473 .620 -.240 .343
.682 .405 .071 .117
.789 .191 .141 .014
.656 .233 .211 .096
.724 .284 .077 .049
.168 .671 .411 -.253
.044 .137 .245 .680
.649 -.043 .263 .458
.172 .095 .010 .778
.211 .200 .680 .343
.265 .149 .786 .058
.227 .405 .252 .317
.559 -.038 .322 .162
.616 .030 .493 .221
Kualitas LayananPerbankan (Teknologi)Perkembangan LayananPerbankan (Teknologi)Transaksi Perbankan(Teknologi)Produk-produkPerbankan (PerilakuNasabah)Perluasan Akses(Perilaku Nasabah)Kebutuhan ProdukPerbankan (PerilakuNasabah)Layanan Jasa Keuangan(Perilaku Nasabah)Pelayanan yang istimewa(Pesaing)Kemudahan Bertransaksi(Pesaing)Kemampuan Bersaing(Pesaing)KemampuanMengungguli (Pesaing)Reputasi Bagus (InternalBank)Semakin DikenalMasyarakat (InternalBank)Mengedepankan PrinsipSyariah (Internal Bank)Maksimalisasi Pelayanan(Internal Bank)
1 2 3 4Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 11 iterations.a.
139
Component Transformation Matrix
.724 .430 .403 .359-.067 -.733 .454 .502-.375 .334 -.377 .779-.576 .408 .699 -.114
Component1234
1 2 3 4
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
140
Lampiran 7
Tabel Nilai Koefisien Korelasi