analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

29
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DEMAK ZAENIL MUSTOPA Prof. Dr. H. PURBAYU BUDI SANTOSA, MS ABSTRACT This research is aimed to know about the factors that influence to change of farming function in Demak Regency. This issue is important sice farming was the main sector and had important role for economic and also employment . On this research the independent variables are the number of population, the number of industries, and also domestic income (PDRB) The research is analized with regression by ordinary least square method and using semilog model for this estimation. Hence, the change of farming function is analized by graphical method. The result of this research shows that all the independent variables has positive relationship to the change of farming function. But only two variables are his significane, that are number of population and number industries. From the grapichal method analysis we know that the number of change of farming function is increase from year to year. Most of the phenomenom is used to housing and industrial need. Keywords : change of farming function, number of population and industries, domestic income.

Upload: hoangdang

Post on 12-Jan-2017

230 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN

PERTANIAN DI KABUPATEN DEMAK

ZAENIL MUSTOPA

Prof. Dr. H. PURBAYU BUDI SANTOSA, MS

ABSTRACT

This research is aimed to know about the factors that influence to change of farming function in Demak Regency. This issue is important sice farming was the main sector and had important role for economic and also employment . On this research the independent variables are the number of population, the number of industries, and also domestic income (PDRB) The research is analized with regression by ordinary least square method and using semilog model for this estimation. Hence, the change of farming function is analized by graphical method. The result of this research shows that all the independent variables has positive relationship to the change of farming function. But only two variables are his significane, that are number of population and number industries. From the grapichal method analysis we know that the number of change of farming function is increase from year to year. Most of the phenomenom is used to housing and industrial need. Keywords : change of farming function, number of population and industries,

domestic income.

Page 2: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Provinsi Jawa Tengah sendiri sektor pertanian dapat dikatakan menjadi

salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Bahkan Provinsi Jawa Tengah

menjadi salah satu sentra produksi padi di indonesia. Hal ini dapat kita pahami karena

wilayah ini mempunyai lahan pertanian yang luas serta memiliki tingkat kesuburan

yang tinggi jika dibandingkan daerah lainnya. Salah satu bentuk dari pentingnya

sektor pertanian di Jawa Tengah adalah pada penyerapan tenaga kerja. Pada Tabel 1.1

ini merupakan jumlah penduduk di Jawa Tengah yang bekerja menurut lapangan

usaha.

Tabel 1.1

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha Utama di Jawa Tengah pada Tahun 2004-2008

Tahun Sektor pertanian Sektor industri Gabungan Sektor lain Total

2004 6.242.391 (42%) 2.393.068 (16%) 6.294.638 (42%) 14.930.097

2005 5.875.292 (38%) 2.596.815 (17%) 7.183.196 (45%) 15.655.303

2006 5.562.775 (37%) 2.725.533 (18%) 6.922.623 (45%) 15.210.931

2007 6.147.989 (38%) 2.765.644 (17%) 7.390.425 (45%) 16.304.058

2008 5.697.121 (38%) 2.703.427 (18%) 7.063.110 (44%) 14.930.097

Sumber:BPS, Jawa Tengah dalam angka, 2009

Dari Tabel 1.1 tersebut kita melihat bahwa pada tahun 2004 sektor pertanian

menyumbang 42% tenaga kerja di Jawa Tengah, akan tetapi pada tahun 2005

mengalami penurunan menjadi 38%. Pada 2006 kembali mengalami penurunan

menjadi 37%, dan pada tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami peningkatan

menjadi 38%. Sementara di sisi lain sektor industri menunjukkan trend yang

Page 3: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

3

semakin meningkat. Pada sektor industri pada tahun 2004 menyumbang 16% tenaga

kerja di Jawa Tengah, dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 18%.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu walaupun

sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja, tapi

perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat penurunan. Hal ini

disebabkan mulai beralihnya tenaga kerja tersebut ke sektor lain seperti sektor

industri, perdagangan maupun jasa. Pada kasus ini menunjukkan jika sektor industri

dan sektor lainnya lebih disukai oleh para pekerja dari pada sektor pertanian, karena

mungkin mereka beranggapan jika sektor industri bisa memberikan penghidupan

yang lebih baik dibandingkan sektor pertanian.

Selain penyumbang tenaga kerja yang cukup besar, sektor pertanian

menempati urutan kedua dalam kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah setelah

sektor industri pengolahan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 yang tertera

berikut ini.

Tabel 1.2

PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (jutaan Rp)

Sumber: BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, 2010

Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa posisi sektor pertanian berada di posisi kedua

setelah sektor industri pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian

masih menjadi salah satu pilar penggerak utama dari perekonomian di Jawa Tengah.

Tahun Industri

pengolahan

Pertanian Perdagangan,

hotel,restoran

Jasa-jasa

2005 46.105.706,52 29.924.642,25 30.056.962,75 14.312.739,86

2006 48.189.134,86 31.002.199,11 31.816.441,85 15.442.467,70

2007 50.870.785,69 31.862.697,60 33.898.013,93 16.479.357,72

2008 53.158.962,88 33.484.068,44 35.626.196,01 17.741.755,98

2009 54.137.598,53 34.949.138,35 37.766.356,61 19.134.037,85

Page 4: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

4

Akan tetapi sektor pertanian masih kalah jauh jika dibandingkan dengan sektor

industri pengolahan, bahkan dalam dua tahun terakhir sektor pertanian kalah oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran. Yang berarti bahwa sektor pertanian mulai

ditinggalkan, dan mulai menuju pada sektor lainnya yang dianggap lebih memberikan

keuntungan. Padahal apabila dikaitkan dengan Tabel 1.1 sektor industri mempunyai

tenaga kerja yang lebih kecil dari pada sektor pertanian..

Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat yang terjadi di Jawa

Tengah ini menuntut adanya pembangunan berbagai infrastruktur sehingga

permintaan lahan pertanian yang ada menjadi cukup besar. Akibatnya banyak lahan

pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu

terjadinya alih fungsi lahan juga mungkin dikarenakan kurangnya insentif atau

perhatian sektor pertanian ini oleh pemerintah, sehingga masyarakat beralih ke sektor

lainnya seperti sektor industri maupun perdagangan. Berikut merupakan

perkembangan alih fungsi lahan tiap tahun yang terjadi di Jawa Tengah dari tahun

2003-2008.

Gambar 1.1 Jumlah Alih Fungsi Lahan di Jawa Tengah Tahun 2003-2008 (Dalam Ha)

Sumber: BPN Kanwil Jateng, 2009

Page 5: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

5

Dari Gambar 1.1 di atas kita melihat bahwa perkembangan alih fungsi lahan

di Jawa Tengah dari tahun 2003-2008 tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2003

jumlah alih fungsi lahan sebesar 545,41 Ha, kemudian pada tahun 2004 mengalami

peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 625,15 Ha. Tahun 2005 kembali

mengalami peningkatan sebesar 747,32 Ha, setelah itu alih fungsi lahan yang ada

terus mengalami penurunan sampai tahun 2008 yaitu sebesar 533,54 Ha.

Walaupun pada rentang waktu 2005 sampai 2008 jumlah alih fungsi lahan

tersebut mengalami penurunan akan tetapi adanya alih fungsi lahan di Jawa Tengah

sudah tergolong tinggi. Alih fungsi lahan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah juga

diakibatkan oleh adanya celah pada peraturan pemerintah. Kebanyakan pemerintah

kurang memberikan sanksi yang tegas terhadap alih fungsi lahan tersebut. Selain itu

kurangnya pengawasan dan kontrol dari pemerintah juga menyebabkan semakin

besarnya alih fungsi lahan ke non pertanian.

Dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terjadi di

Jawa Tengah menuntut jumlah produksi pangan yang semakin banyak. Sementara di

sisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut adanya permintaan jumlah lahan untuk

pembangunan infrastruktur. Padahal peningkatan produktifitas sangat dipengaruhi

oleh besarnya lahan yang digunakan. Disini faktor lahan pertanian mempunyai

pengaruh yang sangat penting, sehingga jika keberadaanya menurun maka akan

mengganggu jumlah produksi pangan yang ada. Sahid Susanto (2008) mengatakan

lahan sawah beririgasi mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai

pangan khususnya beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas sosial

dan ekonomi masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat

berbasis agraris.

Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah

yang memiliki sistem pertanian yang sudah baik. Hal ini dikarenakan selain jenis

tanah yang subur untuk pertanian, jumlah lahan pertanian di Kabupaten tersebut

cukup luas. Bahkan Kabupaten ini menjadi lumbung pangan untuk daerah Jawa

Page 6: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

6

Tengah khususnya untuk menyuplai daerah sekitarnya seperti Kota Semarang,

Kabupaten Kudus, bahkan mungkin bisa sampai ke luar Provinsi Jawa Tengah.

Oleh karena itu sektor pertanian ini memegang peranan penting bagi

penerimaan pendapatan daerah. Bukti jika sektor pertanian mempunyai peranan

penting bagi perekonomian Kabupaten tersebut adalah pada sumbangannya terhadap

pendapatan daerah.

Dari data Tabel 1.3 tersebut kita melihat bahwa selama lima tahun terakhir

sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Demak. Setelah itu disusul

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa. Jumlah penerimaan

PDRB di Kabupaten Demak pada sektor pertanian selalu mengalami peningkatan

yang cukup tinggi jika di bandingkan sektor lainnya.

Tabel 1.3

PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha

Di Kabupaten Demak Tahun 2005-2009 (jutaan Rp)

Sumber: BPS, Demak Dalam Angka, 2010

Peningkatan PDRB pada sektor pertanian tersebut dapat dimengerti karena

luas lahan pertanian di Kabupaten Demak sangat luas, serta memiliki tingkat

kesuburan yang tinggi. Akan tetapi seiring dengan semakin majunya perkembangan

zaman banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi non pertanian. Peralihan

lahan tersebut banyak digunakan untuk pembangunan rumah, pembangunan industri

maupun pembangunan berbagai infrastruktur yang ada di Kabupaten Demak. Berikut

Tahun Pertanian Industri

pengolahan

Perdagangan,

hotel,restoran

Jasa-jasa

2005 1.061.200,53 279.777,91 500.715,22 245.129,93

2006 1.099.489,17 283.160,99 514.949,19 277.358,19

2007 1.129.881,65 289.798,41 543.812,17 301.007,01

2008 1.176.841,83 295.965,65 562.836,51 320.956,48

2009 1.226.312,09 302.523,35 583.409,48 339.072,38

Page 7: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

7

merupakan Grafik besarnya alih fungsi lahan tiap tahun yang ada di Kabupaten

Demak mulai dari tahun 2002 sampai 2010.

Gambar 1.2 Besarnya Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Melalui IPPT

(Perijinan) di Kabupaten Demak pada Tahun 2002-2010 (m²)

Sumber : BPN Kabupaten Demak, 2010

Dari Gambar 1.2 di atas kita dapat melihat besarnya alih fungsi lahan

pertanian ke non pertanian yang terjadi di Kabupaten Demak. Pada tahun 2002

jumlah alih fungsi lahan sebesar 83363 m², kemudian dari tahun 2003 sampai tahun

2008 jumlah alih fungsi lahan mengalami fluktuasi. Akan tetapi pada tahun 2009

jumlah alih fungsi lahan meningkat sangat tajam sebesar 1078630 m². Kemudian

pada tahun 2010 juga mengalami alih fungsi yang sangat besar yaitu sebesar 1250857

m².

Page 8: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

8

Tabel 1.4 Jumlah Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Demak dan Sekitarnya

Tahun 2006-2009 ( dalam m²)

Tahun Demak Kudus Semarang Grobogan Kendal Batang

2006 150.407 193.954 305.371 179.450 429.583 132.650

2007 567.846 139.939 363.340 268.690 220.168 86.918

2008 300.161 136.539 223.239 240.722 340.525 92.999

2009 1.299.459 91.478 124.701 16.999 206.310 109.107

Jumlah 2.317.873 561.910 1.016.651 705.861 1.196.586 421.674

Sumber BPN Kanwil Jateng, 2009

Dari Tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa dalam rentang tahun 2006-2009,

jumlah alih fungsi lahan di Kabupaten Demak menduduki peringkat pertama yaitu

sebesar 2.317.873 m². Pada posisi kedua adalah Kabupaten Kendal sebesar 1.196.586

m². Selanjutnya pada posisi yang ketiga yaitu Kabupaten Semarang yaitu sebesar

1.016.651 m². Jika dilihat ketiga kabupaten tersebut mempunyai persamaan yaitu

letaknya yang langsung berbatasan dengan Kota Semarang. Akan tetapi Kabupaten

Demak yang mempunyai alih fungsi yang paling tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya alih fungsi lahan tersebut antara lain dikarenakan oleh peningkatan

jumlah penduduk, jumlah industri serta peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ketiga

faktor tersebut akan mengurangi lahan pertanian yang ada di Kabupaten Demak. Oleh

sebab itu penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Pertanyaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

beberapa tahun ke belakang yang terjadi di Kabupaten Demak?

Page 9: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

9

2. Bagaimanakah pengaruh peningkatan jumlah penduduk, jumlah industri, serta

besarnya PDRB Kabupaten Demak terhadap besarnya alih fungsi lahan yang

terjadi di Kabupaten Demak?

1.3 Tujuan dan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

beberapa tahun ke belakang yang terjadi di Kabupaten Demak

2. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah penduduk, jumlah industri,

serta besarnya PDRB terhadap besarnya alih fungsi lahan yang terjadi di

Kabupaten Demak.

Page 10: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

10

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kependudukan Thomas Robert Malthus

Dalam bukunya Deliarnov (2005), menurut Malthus dalam bukunya yang

berjudul principles of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih

cepat di bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Malthus salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan

manusia. Hal itu didasari dari kenyataan bahwa lahan pertanian sebagai salah satu

faktor produksi utama jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk produksi

pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. di lain pihak justru

lahan pertanian akan semakin berkurang keberadaanya karena digunakan untuk

membangun perumahan, pabrik-pabrik serta infrastruktur yang lainnya.

Salah satu saran Malthus agar manusia terhindar dari malapetaka karena

adanya kekurangan bahan makanan adalah dengan kontrol atau pengawasan atas

pertumbuhan penduduk. Pengawasan tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah yang

berwenang dengan berbagai kebijakan misalnya saja dengan program keluarga

berencana. Dengan adanya pengawasan tersebut diharapkan dapat menekan laju

pertumbuhan penduduk, sehingga bahaya kerawanan pangan dapat teratasi.

Kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah dengan menunda usia kawin sehingga

dapat mengurangi jumlah anak.

Dalam bukunya Michael Todaro (1995) Malthus berpendapat bahwa pada

umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan untuk bertambah

menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda tiap 30-40 tahun. Pada saat yang

sama karena adanya ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang

(deminishing return) dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap maka

persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung. Hal ini karena setiap

anggota masyarakat akan memiliki lahan pertanian yang semakin sempit, maka

Page 11: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

11

kontribusi marjinalnya atas produksi pangan akan semakin menurun. Berikut ini

adalah Gambar model jebakan populasi Malthus.

Gambar 2.1 Model Jebakan Populasi Malthus

Dari Gambar 2.1 di atas secara ringkas dapat dijelaskan bahwa pada awalnya

peningkatan jumlah penduduk yang semakin tinggi, dapat diimbangi oleh

peningkatan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Tapi karena adanya hukum yang

semakin berkurang, sementara jumlah populasi terus berkembang, maka peningkatan

jumlah penduduk lebih tinggi dari pada tingkat pertumbuhan pendapatan. Ini yang

menjadi dasar pesimisme Malthus akan kehidupan manusia di masa mendatang.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Menurut Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya

disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh

kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain

Pendapatan Per Kapita (Y/P)

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan( ∆Y/P)

Tingkat Pertumbuhan Populasi ( ∆P/P)

Y2 Y3 Y4 Y5 Y1

B C

0

Persentase Tingkat Pertumbuhan

Page 12: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

12

yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu

sendiri.

Perubahan jenis lahan merupakan penambahan penggunaan jenis lahan di satu

sektor dengan diikuti pengurangan jenis lahan di sektor lainnya. Atau dengan kata

lain perubahan penggunaan lahan merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode

waktu tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan non

pertanian. Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam

pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena

dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin

meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu

kehidupan yang lebih baik..

Menurut Irawan (2005),ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan .

Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu

lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin

kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong

meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga

lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat

merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.

Menurut Pakpahan ( dalam Fanny Anugrah K 2005), menyebutkan bahwa

konversi lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh :

a. Perubahan struktur ekonomi

b. Pertumbuhan penduduk

c. Arus urbanisasi

d. Konsistensi implementasi rencana tata ruang.

Secara langsung konversi lahan sawah dipengaruhi oleh:

a. Pertumbuhan pembangunan sarana transportasi

b. Pertumbuhan lahan untuk industri

c. Pertumbuhan sarana pemukiman

d. Sebaran lahan sawah.

Page 13: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

13

Karena adanya faktor tersebut sewa lahan (land rent) pada suatu daerah akan

semakin tinggi. Menurut Barlowe ( dalam Fanny Anugrah K, 2005) sewa ekonomi

lahan mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila

lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besaran ekonomi

lahan menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan produksi ditunjukkan sebagai

berikut :1). Industri manufaktur, 2). Perdagangan, 3). Pemukiman, 4). Pertanian

intensif, 5). Pertanian ekstensif.

Berdasarkan Gambar 2.2 yang menunjukkan hubungan antara land rent

dengan kapasitas penggunaan lahan menurut Barlowe ( dalam Fanny Anugrah K,

2005). Dapat dilihat bahwa pada industri dan perdagangan mempunyai sewa ekonomi

paling tinggi, kemudian di urutan kedua adalah pada pemukiman. Sewa ekonomi

untuk kegiatan pertanian sendiri menempati urutan ketiga

Gambar 2.2 Hubungan Antara Land Rent dengan Kapasitas Penggunaan Lahan

Sumber: Fanny Anugrah K, 2005

Pemukiman

Pertanian

Hutan Lahan Tandus

Kapasitas Penggunaan Lahan

Industri & Perdagangan

Sewa Ekonomi

Page 14: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

14

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur penelitian yang dipakai oleh seorang

peneliti. Pada kerangka pemikiran ini berisi gambaran mengenai penelitian yang akan

dilakukan. Pada penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan di Kabupaten Demak, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain

banyaknya jumlah penduduk, jumlah industri yang ada di Kabupaten Demak, dan

jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Kombinasi dari ketiga faktor

tersebut diperkirakan akan mempengaruhi jumlah alih fungsi lahan dari sektor

pertanian ke non pertanian. Kemudian nantinya akan dianalisis dampak-dampak dari

alih fungsi lahan tersebut terhadap ketahanan pangan maupun dampak negatif lainnya

yang mungkin timbul karena adanya alih fungsi lahan. Berikut merupakan Gambar

2.4 yang menunjukkan alur dari kerangka pemikiran tersebut.

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Faktor jumlah industri Kabupaten Demak

Faktor jumlah PDRB Kabupaten Demak

Faktor jumlah penduduk Kabupaten Demak

Besarnya alih fungsi lahan di Kabupaten Demak

Page 15: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

15

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan

dilakukan oleh si peneliti. Oleh karena itu jawaban sementara yang menjadi hipotesis

dari penelitian ini adalah

a. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk terhadap alih

fungsi lahan di Kabupaten Demak.

b. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah industri terhadap alih fungsi

lahan di Kabupaten Demak.

c. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah pendapatan domestik

regional bruto (PDRB) terhadap alih fungsi lahan di Kabupaten Demak.

d. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk, jumlah industri,

serta jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB) terhadap alih fungsi

lahan di Kabupaten Demak.

Page 16: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

16

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan dari masing-masing variabel

secara jelas, lengkap dan terperinci. Definisi operasional variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Besarnya alih fungsi lahan

Merupakan besarnya lahan pertanian yang beralih fungsi dari sektor pertanian

ke sektor non pertanian. Dengan kata lain lahan tersebut yang tadinya

digunakan untuk kegiatan pertanian beralih fungsi digunakan menjadi

kegiatan pembangunan seperti pembangunan pabrik, gedung, perumahan,

maupun infrastruktur lainnya yang ada di Kabupaten Demak. Satuan yang

digunakan adalah dalam hektar (Ha).

2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang tinggal dan menetap

di Kabupaten Demak. Jumlah ini terdiri dari gabungan antara penduduk laki-

laki dan perempuan yang sudah tercatat oleh pemerintah setempat. Satuan

yang digunakan adalah per satuan orang.

3. Jumlah PDRB

Jumlah PDRB merupakan banyaknya pendapatan Kabupaten Demak yang

terdiri dari sembilan sektor yang ada, baik itu sektor pertanian, industri

maupun sektor yang lainnya pada tiap tahunnya. Dari PDRB kita dapat

mengetahui apakah sektor-sektor yang di dalamnya mempengaruhi alih fungsi

lahan apa tidak. Selain itu kita juga bisa melihat pertumbuhan perekonomian

pada daerah tersebut. Satuan yang digunakan adalah jutaan rupiah pada tiap

tahun.

Page 17: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

17

4. Jumlah Industri

Jumlah industri merupakan banyaknya pertumbuhan industri yang tercatat di

dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Demak

(Disperindagkop) yang di publikasikan oleh BPS. Industri tersebut terdiri dari

industri rumah tangga (jumlah tenaga kerja < 5orang), industri kecil ( jumlah

tenaga kerja antara 6 sampai 19 orang), industri menegah (jumlah tenaga kerja

antarta 20 sampai 99 orang), serta industri besar (jumlah tenaga kerja > 100).

3.2 Metode Analisis

Metode analisis merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mencari

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Dalam penelitian ini untuk

menganalisis atau melihat pengaruh antara jumlah penduduk, besarnya PDRB, serta

jumlah industri terhadap besarnya alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Metode

yang digunakan adalah menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least-

Square). Secara matematis model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Yí = ß1 + ß2 X2 + ß3 X 3+ ß4 X4 + µ

Dimana Y = Besarnya alih fungsi lahan

ß = Konstanta

X2 = Jumlah penduduk

X3 = Besarnya pertumbuhan jumlah industri

X4 = Besarnya PDRB

Model estimasinya dilakukan dengan mentransformasikan persamaan tersebut

menjadi bentuk semi logaritma, dimana variabel dependen berbentuk logaritma

sedangkan variabel independennya tetap. Ini dilakukan karena dengan model semi

logaritma dapat menghasilkan estimasi model yang terbaik, serta mempunyai tingkat

keakuratan yang cukup tinggi. Selain itu tujuan dari bentuk semi logaritma adalah

sesuai yang dikatakan oleh Imam Ghozali (2009) yaitu hasil regresi melanggar

asumsi klasik yaitu pada autokorelasi dan heteroskedastisitas, oleh sebab itu untuk

Page 18: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

18

mengobati penyakit tersebut model regresi diubah ke dalam bentuk semi log. Berikut

adalah model OLS dengan bentuk semi logaritma:

LnYí = ß1 + ß2 X2 + ß3 X 3+ ß4 X4 + µ

Regresi tersebut akan terpenuhi jika koefisien regresinya linear, tak bias dan

mempunyai varian yang minimum atau efisien. Oleh sebab itu berbagai pengujian

sangat diperlukan untuk mengetahui apakah di dalam model tersebut terdapat

penyakit atau tidak. Dengan metode OLS dari analisis regresi linear koefisien dari

masing-masing variabel koefisien ini merupakan estimasi dari masing-masing faktor

yang berpengaruh. Serta menunjukkan sejauh mana faktor tersebut secara bersama-

sama mempengaruri besarnya jumlah alih fungsi lahan atau variabel dependen.

Page 19: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Demak

Sebelum membahas mengenai analisis dari hasil regresi, pada bagian ini akan

dibahas terlebih dahulu mengenai perkembangan alih fungsi lahan yang ada di

Kabupaten Demak dengan menggunakan data mulai dari tahun 2006 sampai 2010.

Berikut adalah data alih fungsi lahan selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan Gambar 4.5 di bawah, dapat kita lihat bahwa pada tahun 2006

jumlah alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Demak sebesar 149.157 m².

Jumlah tersebut antara lain digunakan untuk pemukiman penduduk sebesar 41.932

m², pembangunan industri sebesar 51.739 m², serta untuk penggilingan padi sebesar

55.486 m².

Gambar 4.5 Besarnya Alih Fungsi Lahan Tahun 2006-2010 di Kabupaten Demak

Sumber : BPN Kabupaten Demak, 2011

Pada tahun 2007 jumlah alih fungsi lahan sebesar 560.430 m². Jumlah alih

fungsi lahan tersebut digunakan untuk pembangunan pemukiman sebesar 270.635 m²,

untuk pembanguan industri sebesar 101.851 m², untuk pembangunan di sektor jasa

Page 20: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

20

seperti pembangunan jalan sebesar 119.896 m², serta untuk pembangunan

penggilingan padi sebesar 68.048 m².

Pada tahun 2008 jumlah alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Demak

adalah sebesar 358.705 m². Dari jumlah tersebut penggunaan yang paling besar pada

pembangunan pemukiman penduduk, yaitu sebesar 183.344 m². Kemudian digunakan

pembangunan di sektor jasa sebesar 94.790 m², untuk pembangunan penggilingan

padi sebesar 65.164 m², serta untuk digunakan untuk sektor industri sebesar 15.407

m².

Kemudian pada tahun 2009 jumlah alih fungsi lahan yang terjadi sebesar

1.078.630 m². Jumlah tersebut digunakan untuk berbagai macam, penggunaan yang

paling besar adalah untuk pembangunan di sektor industri sebesar 765.315 m².

Kemudian di urutan kedua alih fungsi lahan tersebut digunakan adalah untuk

pembangunan pemukiman sebesar 221.568 m². Untuk penggilingan padi sebesar

66.461 m², serta yang terakhir alih fungsi tersebut digunakan untuk pembangunan

sektor jasa sebesar 25.286 m².

Pada tahun 2010 jumlah alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Demak

sangatlah besar yaitu sebesar 1.250.857 m². Alih fungsi lahan sebesar tersebut paling

besar digunakan untuk pembangunan sektor industri sebesar 814.050 m². Kemudian

digunakan untuk pembangunan pemukiman penduduk sebesar 324.270 m². Pada

urutan yang ketiga digunakan untuk pembangunan penggilingan padi sebesar 76.906

m², serta untuk pembangunan di sektor jasa sebesar 35.631 m².

Berdasarkan data-data tersebut, pada lima tahun terakhir alih fungsi lahan

yang ada digunakan antara lain untuk pembangunan pemukiman, pembangunan

industri, penggilingan padi, serta untuk pembangunan di sektor jasa. Akan tetapi pada

dua tahun terakhir jumlah alih fungsi lahan yang terjadi dapat dikatakan sangat besar.

Hal ini dikarenakan semakin besarnya pembangunan sektor industri serta pemukiman

bagi penduduk yang ada di Kabupaten Demak.

Pembangunan industri tersebut dikonsentrasikan di Kecamatan Sayung. Hal

ini dikarenakan Kecamatan Sayung yang terletak di pinggir jalan pantura, sehingga

Page 21: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

21

memudahkan sektor industri untuk masalah distribusi barang. Sementara

pembangunan pemukiman penduduk merata di semua Kecamatan, tapi yang paling

besar ada di Kecamatan Demak dan Kecamatan Mranggen. Ini terjadi karena jumlah

penduduk yang ada di kedua Kecamatan ini cukup banyak.

4.2. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Alih Fungsi Lahan

Dalam penelitian ini ada empat variabel untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Empat variabel tersebut terdiri

dari satu variabel dependen, dan tiga variabel independen Variabel dependen pada

penelitian ini adalah jumlah pertumbuhan alih fungsi lahan pertanian ke non

pertanian. Pada variabel independen terdiri dari jumlah penduduk (X1), jumlah

industri (X2), serta jumlah PDRB (X3). Alat yang digunakan adalah analisis regresi

kuadrat terkecil (OLS), dengan model semilogaritma

LnYí = ß1 + ß2 X2 + ß3 X 3+ ß4 X4 + µ

Dimana LnY = Besarnya pertumbuhan alih fungsi lahan

ß = Parameter variabel bebas

X2 = Jumlah penduduk

X3 = Besarnya pertumbuhan jumlah industri

X4 = Besarnya PDRB

µ =Nilai variabel gangguan (error term)

Berikut adalah hasi regresi menggunakan SPSS yang menunjukkan setiap

variabel independen dalam pengaruhnya terhadap variabel dependen.

Page 22: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

22

Tabel 4.10

Hasil Koefisien Regresi SPSS

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3,247 ,945 -3,435 ,007

pndk 0,00000855 ,000 ,965 8,038 ,000 ,108 9,300

indstri 0,00002908 ,000 ,100 2,458 ,036 ,931 1,074

pdrb 0,00000002 ,000 ,052 ,436 ,673 ,109 9,140

Dari Tabel 4.10 di atas tersebut dapat diperoleh persamaan sebagai berikut

LnY = -3,247 + 0,000086X1 + 0,000029X2 + 0,00000002X3 + 0,072

Dari persamaan tersebut berarti dapat kita simpulkan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta adalah sebesar -3,247, ini menyatakan bahwa jika tidak

terdapat variabel-variabel independen seperti jumlah penduduk, jumlah

industri, serta jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB), maka

jumlah alih fungsi lahan akan berkurang sebesar 3,247 persen.

2. Koefisien regresi (ß1) adalah jumlah penduduk yaitu sebesar 0,000086, ini

berarti bahwa setiap ada peningkatan 100 orang penduduk maka akan terjadi

kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,085 persen.

3. Koefisien regresi (ß2) adalah jumlah industri yaitu sebesar 0,000029, ini

berarti bahwa setiap ada peningkatan 100 unit industri maka akan terjadi

kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,29 persen.

4. Koefisien regresi (ß1) adalah jumlah PDRB yaitu sebesar 0,00000002, ini

berarti bahwa setiap ada peningkatan 100.000.000 rupiah PDRB maka jumlah

alih fungsi lahan akan bertambah sebesar 0,2 persen.

Page 23: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

23

4.3. Pembahasan Hasil Regresi

Berdasarkan analisis data di atas dalam penelitian mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak, ada beberapa variabel

independen yang digunakan untuk mendukung penelitian tersebut. Variabel

independen tersebut antara lain jumlah penduduk, jumlah industri, serta jumlah

PDRB Kabupaten Demak. Adapun analisis tiap variabelnya adalah sebagai berikut.

a. Variabel Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Demak setiap tahun selalu

mengalami pertambahan. Atau dengan kata lain jumlah kelahiran lebih besar dari

pada jumlah kematian. Dengan jumlah penduduk yang selalu mengalami

penambahan, maka sangat membutuhkan rumah tempat tinggal atau pemukiman-

pemukiman baru untuk tempat tinggal. Dengan adanya pembangunan pemukiman ini,

maka secara langsung mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada di Kabupaten

Demak.

Dalam penelitian yang telah dilakukan, hasil model regresi membuktikan

bahwa penambahan jumlah penduduk berpengaruh signifikan dan positif terhadap

besarnya alih fungsi lahan di Kabupaten tersebut. Besarnya nilai koefisien parameter

jumlah penduduk sebesar 0,000086, ini berarti bahwa setiap ada peningkatan 100

orang penduduk maka akan terjadi kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar

0,085 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap.

b. Variabel Jumlah Industri

Industri merupakan salah satu penopang perekonomian di setiap negara, tak

terkecuali juga di Negara Indonesia. Besarnya sektor industri semakin lama semakin

meningkat, ini juga yang terjadi di Kabupaten Demak. Di Kabupaten Demak

banyaknya industri semakin meningkat baik itu industri besar, sedang, menengah,

maupun industri rumah tangga. Semakin banyaknya sektor industri juga berdampak

pada semakin banyaknya alih fungsi lahan. Lahan yang beralih fungsi merupakan

lahan pertanian, sehingga dengan banyaknya alih fungsi karena sektor industri maka

jumlah lahan untuk sektor pertanian semakin berkurang.

Page 24: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

24

Dalam penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi alih

fungsi lahan di Kabupaten Demak. Hasil model regresi tersebut membuktikan bahwa

dengan adanya penambahan sektor industri di Kabupaten Demak berpengaruh

signifikan dan positif terhadap alih fungsi lahan. Besarnya nilai koefisien parameter

sebesar 0,000029, ini berarti bahwa setiap ada peningkatan 100 orang penduduk maka

akan terjadi kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,29 persen dengan

asumsi variabel lainnya tetap.

c. Variabel Jumlah PDRB Kabupaten Demak

Pendapatan domestik regional bruto atau sering disingkat menjadi PDRB

merupakan pendapatan daerah yang berasal dari berbagai sektor yang ada. Besarnya

PDRB di Kabupaten Demak masih didominasi oleh sektor pertanian. Oleh sebab itu

dari hasil model regresi tersebut ternyata pengaruh PDRB di Kabupaten Demak

berpengaruh positif terhadap alih funsi lahan, akan tetapi tidak signifikan. Besarnya

koefisien parameter jumlah PDRB sebesar 0,00000002, ini berarti bahwa setiap ada

peningkatan 100.000000 rupiah PDRB maka jumlah alih fungsi lahan akan

bertambah sebesar 0,2 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap

Hal ini mungkin di karenakan jumlah PDRB merupakan gabungan dari

sembilan sektor yang ada. Dari kesembilan sektor tersebut tidak semua peningkatan

sektor yang ada mempengaruhi alih fungsi lahan. Apalagi penyumbang paling besar

merupakan sektor pertanian.

4.4. Dampak Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Demak

Alih fungsi lahan merupakan beralihnya fungsi penggunaan lahan dari sektor

pertanian ke sektor non pertanian. Alih fungsi lahan tersebut secara langsung

mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada di Kabupaten Demak. Berdasarkan

wawancara langsung kepada ketua seksi bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan

(P3) kanwil Badan Pertanahan Nasional Jawa Tengah, banyak faktor-faktor penyebab

mengapa alih fungsi lahan semakin besar di Kabupaten Demak antara lain sebagai

berikut:

Page 25: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

25

a. Jumlah penduduk yang semakin bertambah

b. Harga jual tanah yang semakin mahal

c. Adanya pertumbuhan industri

Untuk mengetahui pengaruh alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten

Demak, maka saya melakukan wawancara secara langsung kepada Bapak Rahardja

sebagai salah satu anggota di bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan (P3) yang

ada di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Demak.

Dari hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa dengan adanya alih fungsi

lahan memang secara mikro mengurangi jumlah produksi padi para petani. Akan

tetapi secara keseluruhan alih fungsi lahan tersebut tidak menimbulkan bahaya

kerawanan pangan di Kabupaten Demak, ini terbukti dengan surplus beras yang

terjadi di Kabupaten Demak. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa alih fungsi

lahan yang terjadi di Kabupaten Demak merupakan lahan yang kurang produktif,

sehingga pada sekarang ini belum mengancam ketahanan pangan di Kabupaten

Demak.

Selain itu saya juga melakukan wawancara secara langsung kepada Bapak

Untung Subagyo selaku kepala bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan (P3) di

kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) wilayah Jawa Tengah. Dari hasil

wawancara tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Dengan adanya alih fungsi lahan pada saat sekarang ini belum memberikan

dampak yang serius terhadap kerawanan pangan, akan tetapi ini bisa menjadi

masalah yang serius terhadap ketahan pangan jika semakin banyak alih fungsi

lahan ke sektor non pertanian.

b. Bahwa alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran-pengangguran

baru di sektor pertanian, hal ini dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsi

lahan ke sektor non pertanian maka sebagian orang akan kehilangan mata

pencaharian baru. Sementara sektor lain belum tentu dapat menerimanya

karena kurangnya keahlian yang ada.

Page 26: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

26

c. Jumlah angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor pertanian mungkin

dapat bertambah karena adanya alih fungsi lahan. Ini terjadi karena sebagian

dari mereka akan kehilangan mata pencahariaanya. Sehingga pendapatan

mereka secara otomatis juga akan hilang

4.5. Kebijakan Pemerintah untuk Meminimalisir Alih Fungsi Lahan

Kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir agar tidak

terlalu banyak jumlah lahan yang beralih fungsi antara lain sebagai berikut:

1. Menutup celah pada peraturan pemerintahan agar alih fungsi lahan dapat di

minimalkan.

2. Pemberian izin investasi pada sektor industri pada lahan yang kurang

produktif,.

3. Penambahan peciptaan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan.

4. Memberikan insentif dan disinsentif bagi para petani.

5. Pembatasan pertumbuhan perkotaan.

6. Jaminan harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan bagi para

petani.

Page 27: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

27

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Dari ketiga faktor yang ada yang dijadikan variabel independen seperti jumlah

penduduk, jumlah industri serta jumlah pendapatan domestik regional bruto

(PDRB), hanya variabel jumlah penduduk dan jumlah industri saja yang

memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap alih fungsi lahan

di Kabupaten Demak. Variabel jumlah PDRB tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap alih fungsi lahan, akan tetapi hubungannya masih

positif.

b. Nilai konstanta adalah sebesar -3,247, ini menyatakan bahwa jika tidak

terdapat variabel-variabel independen seperti jumlah penduduk, jumlah

industri, serta jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB), maka

jumlah alih fungsi lahan akan berkurang sebesar 3,247 persen. Variabel

jumlah penduduk mempunyai koefisien regresi sebesar 0,000086, ini berarti

bahwa setiap ada peningkatan 100 orang penduduk maka akan terjadi

kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,085 persen. Variabel

jumlah industri mempunyai koefisien regresi sebesar 0,000029, ini berarti

bahwa setiap ada peningkatan 100 unit industri maka akan terjadi kenaikan

relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,29 persen. Pada variabel jumlah

PDRB mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,00000002, ini berarti

bahwa setiap ada peningkatan 100.000.000 rupiah PDRB maka jumlah alih

fungsi lahan akan bertambah sebesar 0,2 persen.

c. Dari semua variabel independen yang ada seperti jumlah penduduk, jumlah

industri, serta jumlah PDRB arah hubungannya sesuai dengan teori dan

hipotesis yang telah diruskan.

Page 28: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

28

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Arum Laili. 2009. “Analisis pengaruh beberapa variabel terhadap alih fungsi lahan perkebunan di Kota Semarang (kasus di PT. KARYADEKA ALAM LESTARI)”. Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Anugrah, Fanny. 2005. “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang”. Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor.

Boediono. 1993. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Delliarnov. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo. Demak Dalam Angka. 1997-2010. BPS Kabupaten Demak. Dewi,Ni Putu Martini. 2008. “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi

Tanaman Pangan di Kabupaten Badung”. Denpasar: Buletin Studi Ekonomi. Fauziah, Lilis Nur. 2005. ‘Ahli Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non

Pertanian( Studi Komparatif Indonesia dan Amerika”. Yogyakarta: FH UGM. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi denagn SPSS 17.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. (Terj) Sumarmo Zain. Jakarta:

Erlangga. Irawan, Bambang dan Supeno Friyanto. 2002. “Dampak Konversi Lahan Sawah di

Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya’. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian RI ,Bogor.

Irawan, Bambang. 2005. “Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola

Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan”. Bogor: Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Jawa Tengah Dalam Angka. 2004-2010: BPS Jawa Tengah. Lembaga Demografi Fakultas Indonesia. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta:

FEUI.

Page 29: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

29

Lestari. 2009. Faktor-faktor Terjadimya Alih Fungsi Lahan. Dalam Tinjauan Pustaka

Universitas Sumatra Utara

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: LP3ES. Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya Jakarta:

Erlangga. Sahara, Dewi dan Idris. 2005. “ Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi pada Lahan

Sawah Irigrasi Teknis”. Kendari: BPTP Sulawesi Tenggara. Soekartawi. 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. Sudarman, Ari. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Yoryakarta: BPFE Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Supranto, J. 2010. Ekonometri. Bogor: ghalia Indonesia. Todaro, Michael dan Stephen C Smith. 2002. Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga. Jakarta: Erlangga. Wahyunto (Dalam Dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2001.

Pengertian Alih Fungsi Lahan. UNSU Widjanarko et al ( dalam ibrahim). 2006. Dampak Alih Fungsi Lahan.Universitas

Sumatra Utara. Witono. (dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2005. Fakta Alih

Fungsi Lahan. UNSU.