analisis faktor-faktor yang mempengaruhi …eprints.undip.ac.id/28818/1/jurnal.pdf · dari...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BANK INDONESIA
VERSI INGAT 3D DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP KHALAYAK DI KOTA SEMARANG PADA PERIODE JANUARI
HINGGA OKTOBER 2010
Disusun oleh : Aryo Sudiantoro
Pembimbing :
Drs. H. Sutopo, M.S.
ABSTRACT
Social marketing is a strategy to change society behaviour from an old attitude to a new attitude which is better. Bank Indonesia makes a social marketing program through Public Service Announcement “Ingat 3D” version in purpose to inform the society about false money crime and educates the society about how to differentiate between real money and false money with the 3D method. It is because the growth of false money circulation which founded by Bank Indonesia in January to October 2010. The purpose of this research is to analyze the effect of Bank Indonesia’s Public Service Announcement “Ingat 3D” version toward society behaviour in Semarang. There are three independent variable in this research, they are attractiveness, message quality, and broadcasting frequency. There is one intervening variable, advertisement effectiveness, and there is one dependent variable, attitude toward ad. The purpose of these variable are to explain the effectiveness of public service announcement and the effect to attitude toward ad, in this case Bank Indonesia’s Publis Service Announcement “Ingat 3D” version. Based on this research toward 97 respondent who have ever seen the Bank Indonesia’s Public Service Announcement “Ingat 3D” version ad and often do cash transaction with Rp100.000, Rp50.000, and Rp20.000 shows that attractiveness, message quality, and broadcasting frequency gives positive effect toward advertisement effectiveness partially and simultaneously. The 0,515 Adjusted R2 shows that 51,5% advertisement effectiveness can be explained by all of the independent variables and 48,5% explained by another factors. Advertisement effectiveness gives positive effect to attitude toward ad with 0,425 Adjusted R2 which shows 42,5% attitude toward ad can be explained by advertisement effectiveness and 57,5% explained by another factors. Key words : attractiveness, message quality, broadcasting frequency, advertisement
effectiveness, and attitude
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis yang bergerak secara dinamis serta
perubahan lingkungan eksternal dan teknologi dari sebuah organisasi yang berkembang
dewasa ini, peran komunikasi menjadi sebuah faktor strategis yang menentukan keberhasilan
ataupun eksistensi sebuah institusi di masyarakat. Dengan kata lain, komunikasi saat ini telah
menjadi bentuk refleksi akuntabilitas publik dari sebuah organisasi. Sehingga, kampanye
komunikasi massa dengan pengelolaan dan konsep yang baik sangat menentukan tercapainya
objektivitas organisasi.
Kondisi perkembangan dinamika bisnis yang selalu berubah pada saat ini, membuat
perusahaan memerlukan pengelolaan bauran pemasaran yang tepat. Perusahaan tidak hanya
sekedar mengembangkan produk yang baik, menawarkan dengan harga yang menarik dan
membuatnya mudah diperoleh oleh pelanggan yang membutuhkan. Perusahaan juga perlu
mengembangkan promosi (komunikasi) pemasaran yang efektif untuk stakeholder, terutama
kepada para pelanggan sasarannya (Kotler, 2003). Ferdinand (2000) mengungkapkan banyak
penelitian yang membuktikan bahwa meskipun perusahaan telah dijalankan berdasarkan
platform strategi yang baik, komunikasi pasar tetap merupakan sebuah pilihan stratejik yang
harus dipelihara antara lain untuk meningkatkan dan memelihara TOM (Top Of Mind) produk
dan merek di mata pelanggan.
Di antara alat promosi pemasaran, periklanan dipercaya sebagai pilihan yang tepat
bagi produsen yang menghasilkan consumer goods dengan frekuensi penggunaan tinggi. Hal
ini karena periklanan dalam menyampaikan informasi dapat menjangkau konsumen potensial
maupun aktual yang lebih luas dibandingkan dengan alat promosi pemasaran yang lain
(Kotler, 2003). Menurut Eka dan Saliman (2001), meskipun tidak secara langsung berakibat
pada pembelian, iklan merupakan sarana utnuk membantu pemasaran yang efektif untuk
menjalin komunikasi antar perusahaan dengan konsumen.
Namun, iklan tidak selalu menampilkan produk atau jasa yang bernuansa profit. Ada
kalanya iklan menayangkan tema sosial dimana hal ini bermanfaat bagi khalayak banyak.
Tema sosial tersebut tentunya tidak memiliki muatan komersial yang hanya menguntungkan
salah satu pihak saja.
Iklan dengan nuansa sosial biasa dikenal dengan nama Iklan Layanan Masyarakat
(ILM). Iklan ini mengajak kepada konsumen, yang notabene merupakan masyarakat, untuk
mengubah perilakunya sehubungan dengan tema tersebut. Iklan semacam ini menyajikan
pesan-pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap
3
sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian
dan kehidupan umum (Kasali, 1992).
ILM sendiri merupakan suatu tools dari kegiatan kampanye yang masuk dalam
konsep pemasaran sosial yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat. Pemasaran sosial
didefinisikan sebagai rancangan pelaksanaan dan pengawasan dari suatu program untuk
mempengaruhi penerimaan ide / gagasan sosial dan mencakup pertimbangan-pertimbangan
dari perencanaan produk, harga, distribusi, komunikasi, dan riset pemasaran (Kotler &
Roberto, 1989). Kampanye dilakukan sebagai salah satu cara untuk membuat masyarakat
memahami perilaku atau kebiasaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Perilaku yang ingin dirubah dengan pola pemasaran semacam ini adalah kegiatan
yang berhubungan dengan orang atau badan lainnya. Seperti upaya yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam mencegah peredaran uang palsu melalui penayangan Iklan Layanan
Masyarakat versi Ingat 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Iklan tersebut bertujuan untuk
mensosialisasikan cara mengidentifikasi uang palsu kepada masyarakat luas agar menyadari
bahwa bahaya kejahatan uang palsu setiap saat dapat dialami oleh setiap orang yang
melakukan transaksi secara tunai.
Bank Indonesia mengungkapkan, bahwa tren jumlah peredaran uang palsu kembali
meningkat. Sebelumnya, jumlah uang palsu rata-rata terdapat sebanyak 7 lembar dalam 1 juta
lembar uang asli sampai akhir maret 2010. Namun, data terbaru sampai akhir Juli 2010,
menunjukkan adanya peningkatan di mana terdapat 9 lembar uang palsu dalam 1 juta lembar
uang asli. Pecahan yang paling banyak dipalsukan yaitu Rp 100.000, di mana terdapat 34
lembar uang palsu diantara 1 juta lembar uang asli yang diedarkan (Purnomo, 2010).
Melalui data yang dihimpun bank sentral atas laporan pihak bank dan aparat
kepolisian, tercatat bahwa tren peningkatan jumlah uang palsu yang berhasil ditemukan terus
meningkat selama periode Januari sampai Oktober 2010. Pada awal tahun 2010, rasio uang
palsu yang berhasil ditemukan berjumlah 6 bilyet diantara 1 juta lembar uang yang diedarkan.
Kemudian jumlah tersebut cenderung naik setiap bulannya hingga kondisi terparah terjadi
pada bulan September dan Oktober dimana terdapat rata-rata 14 lembar uang palsu diantara 1
juta lembar uang.
ruang
pengeta
tergolon
secara t
(2006)
tidak d
dokume
Salah s
bersang
penting
maupun
negara.
dampak
terutam
Layanan
dampak
Sumber : w
Semakin tin
gerak keja
ahuan dan s
ng minim a
tunai.
Tim Perund
mengungka
dipandang s
en, sebab ke
satu dampa
gkutan menj
g adalah me
n internasio
Sebuah pro
k kejahatan
ma masyara
n Masyarak
k dari kejaha
www.bi.go.id
ngginya ras
ahatan uan
sikap masy
apalagi terd
dang-undan
apkan bahw
semata-mata
ejahatan pem
aknya adal
jadi pemega
enurunnya k
onal, mengg
ogram kom
n uang pal
akat sangat
kat ini, yait
atan ekonom
TemJanuari s
d, 2010
sio temuan
ng palsu m
yarakat Indo
dapat banya
ngan dan Pe
wa peningka
a sebagai s
malsuan ma
lah menuru
ang uang pa
kepercayaan
ganggu kest
munikasi ya
su. Kerjasa
t diperlukan
tu mempers
mi ini dapat
4
Tabel 1.1uan Uang Pampai Okt
uang palsu
masih rawa
onesia dalam
ak golonga
engkajian H
atan jumlah
suatu kejaha
ata uang me
unnya kem
alsu yang ti
n masyarak
tabilan ekon
ang terenca
ama dan k
n demi te
sempit ruan
t dicegah se
Palsu tober 2010
u selama tah
an. Hal in
m memaha
an masyarak
Hukum Dire
temuan ua
atan pemal
erupakan ke
ampuan ek
dak ada nila
kat terhadap
nomi nasio
ana perlu
komitmen d
rcapainya
ng gerak pen
edini mungk
hun 2010 m
ni juga me
ami ciri-ciri
kat yang m
ktorat Huku
ang palsu in
lsuan sebag
ejahatan yan
konomi kor
ainya. Dam
p uang Rup
onal, dan m
dilakukan
dari seluruh
tujuan dar
nyebaran ua
kin.
menunjukkan
enunjukkan
i uang palsu
melakukan t
um Bank In
ni sudah seh
gaimana pem
ng berdamp
rban, karen
mpak lain ya
piah baik d
menurunkan
untuk men
h pelaku e
ri kampany
ang palsu s
n bahwa
bahwa
u masih
transaksi
ndonesia
harusnya
malsuan
pak luas.
na yang
ang lebih
domestik
wibawa
ngurangi
ekonomi
ye Iklan
sehingga
5
Salah satu media yang digunakan Bank Indonesia dalam penayangan Iklan Layanan
Masyarakat versi Ingat 3D adalah menggunakan media televisi (TV). Penggunaan televisi
didasari karena televisi memiliki kemampuan menyatukan fungsi audio dan visual serta dapat
menjangkau khalayak luas dalam waktu bersamaan (Kasali, dalam Soehartami, 2006).
Apalagi populasi dari pemirsa televisi di seluruh Indonesia sampai awal tahun 2011 mencapai
angka 52.213.275 individu (Nielsen, 2011). Oleh karena itu, pesan yang disampaikan
diharapkan akan lebih menarik dan relatif mudah untuk dipahami oleh masyarakat dan dapat
menjangkau khalayak luas dalam waktu bersamaan dan singkat, kemudian akan berimplikasi
pada sikap masyarakat untuk merubah perilaku mereka sesuai pesan dalam ILM.
Terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang digunakan dalam upaya meningkatkan
efektifitas pesan ILM versi Ingat 3D kepada khalayak sasaran, antara lain dengan konsep
daya tarik iklan yang kreatif, konsep perancangan skenario penyampaian pesan iklan yang
tepat, serta penentuan jumlah frekuensi siar yang tepat. Menurut Cannon, et al (2009),
efektivitas bergantung pada sebaik apa medium tersebut sesuai dengan sebuah strategi
pemasaran yaitu, pada tujuan promosi, pasar target yang ingin dijangkau, dengan frekuensi
seberapa sering, dengan dampak apa, dan pada biaya berapa besar. Pemahaman masyarakat
terhadap pesan adalah sangat kompleks karena tidak mudah menyampaikan suatu pesan agar
diterima oleh seluruh khalayak sasaran. Oleh karena itu, pemasar maupun pengiklan harus
mengetahui informasi yang dibutuhkan dan mengetahui cara terbaik untuk
menyampaikannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan masalah peningkatan rasio temuan uang palsu di Indonesia maka
dapat disimpulkan bahwa pada saat ini masyarakat Indonesia dihadapi pada masalah
kejahatan uang palsu yang terus meningkat dalam periode tahun 2010. Hal ini harus menjadi
perhatian Bank Indonesia, sebagai instansi yang berwenang dalam melakukan pengawasan
dan peredaran uang, untuk terus memberikan kampanye sosial dalam menghimbau dan
mengedukasi masyarakat mengenai cara membedakan uang palsu dan uang asli. Dengan
demikian, masalah penelitian ini adalah “Apakah Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia
versi Ingat 3D efektif dalam meningkatkan sikap khalayak terhadap iklan dari sisi pengaruh
daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan?”
6
2. TELAAH PUSTAKA
2.1 Konsep Pemasaran Sosial
Pemasaran telah diketahui sebagai sesuatu yang diaplikasikan oleh perusahaan dalam
usaha komersial mereka. Ketika pemasaran digunakan dalam kampanye untuk menghimbau
dan mengedukasi masyarakat demi kepentingan sosial, maka disebut sebagai pemasaran
sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Andreasen (dalam Marks, 1998) :
“Social marketing is the adaptation of commercial marketing technologies to programmes designed to influence the voluntary behaviour of target audiences to improve their personal welfare and that of the society of which they are a part.”
Menurut Marks (1998), para pemasar sosial mencoba untuk memberikan himbauan
kepada masyarakat untuk merubah perilaku mereka yang berpengaruh dan berkontribusi
terhadap kesejahteraan mereka sendiri. Maka dari itu, terdapat perbedaan antara pemasar
sosial dengan pemasar lain. Pemasar sosial tidak hanya fokus pada apa yang masyarakat
butuhkan dan bagaimana mendorong minat beli masyarakat terhadap suatu produk. Mereka
mencoba untuk merubah keadaan sosial dan berkontribusi optimal dalam menyeimbangkan
masyarakat dengan kesejahteraan sosial.
2.2 Komunikasi Dalam Periklanan
Periklanan adalah salah satu elemen dalam bauran promosi yang paling dikenal dan
didiskusikan secara luas. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang ditujukan
kepada masyarakat melalui media (Kasali, dalam Soehartami, 2006). Sedangkan menurut
Jefkins (1997), periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada calon konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu
dengan biaya yang paling ekonomis.
Terdapat lima keputusan utama yang harus diambil dalam pembuatan program
periklanan, yaitu mengenai tujuan periklanan (mission), uang yang dapat dibelanjakan
(money), pesan yang disampaikan (message), media yang akan digunakan (media) dan
evaluasi hasil (measurement) (Kotler, 1996). Setiap iklan harus memiliki tujuan yang
didefinisikan secara jelas. Tujuan-tujuan ini tumbuh dari strategi pemasaran perusahaan
secara keseluruhan dan tugas promosi yang ditetapkan untuk pengiklanan. Setiap iklan harus
efektif tidak hanya untuk satu pelanggan, tetapi untuk ribuan atau jutaan pelanggan (Cannon
el al, 2009).
Sifat dan tujuan periklanan berbeda pada industri dan situasi yang berbeda pula. Pada
praktek pemasaran, meskipun cukup menyita anggaran promosi perusahaan, iklan diyakini
7
cukup efektif untuk melaksanakan fungsi-fungsi komunikasi yang kritikal, fungsi-fungsi
tersebut antara lain (Shimp, 2003) :
a. Memberikan informasi (informing)
Iklan dapat membuat konsumen aware terhadap merek, terutama merek baru,
mengedukasikan fitur dan benefit suatu merek dan memfasilitasi pembentukan brand
image yang positif.
b. Membujuk (persuading)
Iklan efektif dapat membujuk calon konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang
diiklankan.
c. Mengingatkan (reminding)
Iklan dapat membuat suatu merek tetap segar dalam ingatan konsumen dan memberikan
nilai tambah (adding value). Nilai tambah atas produk atau jasa dapat diperoleh melalui
inovasi, perbaikan mutu atau dengan mengubah persepsi konsumen.
d. Mendukung usaha-usaha lainnya yang dilakukan oleh perusahaan.
Iklan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan usaha-usaha
komunikasi pemasaran lainnya, misalnya dalam menyampaikan promotional tools
berupa kupon, potongan harga, undian dan lain-lain.
2.3 Iklan Layanan Masyarakat
Iklan Layanan Masyarakat adalah iklan yang bermanfaat untuk menggerakkan
solidaritas masyarakat ketika mengahadapi suatu masalah sosial. Iklan tersebut menyajikan
pesan-pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap
sejumlah masalah yang harus mereka hadapai, yakni kondisi yang bisa mengancam
keserasian dan kehidupan umum (Kasali,1992).
Menurut David L. Rados (dalam Soehartami, 2006), Iklan Layanan Masyarakat
adalah iklan yang mempromosikan kegiatan organisasi publik maupun organisasi non profit
dimana iklan tersebut tidak dikenakan biaya. Iklan Layanan Masyarakat merupakan suatu
pemberitahuan yang tidak dikenakan biaya dan untuk mempromosikan program, aktifitas,
atau pelayanan dari negara, atau pemerintah lokal beserta program-program dan kegiatannya;
atau pelayanan dari organisasi non profit dan pemberitahuan lainnya yang ditujukan sebagai
pelayanan kepentingan komunitas / masyarakat sekitar, tidak termasuk sinyal-sinyal bunyi,
pemberitahuan rutin tentang cuaca dan pemberitahuan promosi.
2.4 Sikap Terhadap Iklan
Menurut Markenzie & Lutz (dalam Dominanto, 2008), sikap terhadap iklan adalah
predisposisi merespon dalam cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap
8
rangsangan iklan tertentu pada saat yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap
iklan tertentu pada saat penayangan suatu iklan. Respon kognitif adalah cara konsumen
berpikir mengenai sebuah iklan, sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen
merasakan hal tersebut. Assael (dalam Dominanto, 2008) menjelaskan bahwa pemahaman
adalah proses kognitif yang melibatkan interpretasi untuk mengetahui suatu konsep,
peristiwa, objek, dan manusia dalam lingkungan
Respon kognitif yang positif (support arguments and source bolstering) umumnya
akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan. Respon kognitif yang negatif
(counterarguments and source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif. Karena
aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam afektif penerima pesan
yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif,
informatif-tidak informatif.
2.5 Efektivitas Iklan
Perencanaan dan pengendalian periklanan yang baik diukur dengan efektifitas iklan.
Umumnya pengiklan mengukur pengaruh komunikasi dengan menilai potensi pengaruhnya
terhadap kesadaran, pengetahuan, preferensi, keyakinan, selain pengaruhnya terhadap
penjualan (Kotler, 2003).
Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan
pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang
menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang baik
memahami bahwa orang-orang tidak membeli produk, tapi membeli keuntungan dari produk
tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan
diingat serta membuat orang-orang bertindak untuk melakukan pembelian (Schultz &
Tenenbaum dalam Handoko, 2006).
Menurut Cannon, et al (2009), efektivitas bergantung pada sebaik apa media tersebut
sesuai dengan sebuah strategi pemasaran yaitu, pada tujuan promosi, pasar target yang ingin
dijangkau, dana yang tersedia untuk pengiklanan, serta sifat dari media, termasuk siapa yang
akan dijangkau, dengan frekuensi seberapa sering, dengan dampak apa, dan pada biaya
berapa besar. Efektivitas iklan dinilai tinggi dapat diukur melalui brand awareness, menarik
perhatian dan mampu menyampaikan pesan mengenai merek atau produk yang diiklankan
(Till & Baack, 2005).
H4 : Semakin tinggi efektivitas iklan, maka semakin tinggi pengaruhnya pada sikap terhadap
iklan.
9
2.6 Daya Tarik Iklan
Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar
iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indriarto, 2006). Untuk menarik
pemirsanya, iklan dapat disampaikan dalam gaya penyampaian yang berbeda-beda yaitu
dengan menampilkan: cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya hidup individu,
fantasi dengan produk, suasana hati (mood) atau citra seputar produk, musik untuk lebih
menghidupkan pesan, simbol kepribadian untuk menciptakan karakter yang
mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan pengalaman perusahaan dalam
menghasilkan produk, serta bukti kesaksian dari orang-orang terkenal (Fandi Tjiptono, dalam
Riyanto, 2008).
Menurut Eka & Saliman (2001), daya tarik iklan harus mempunyai tiga sifat: Pertama,
iklan harus bermakna (meaningful), menunjukkan manfaat-manfaat yang membuat produk
lebih dinginkan atau lebih menarik bagi konsumen. Kedua, pesan iklan harus dapat dipercaya
(believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat seperti
yang dijanjikan dalam pesan iklan. Ketiga distinctive, bahwa pesan iklan lebih baik dibanding
iklan merek pesaing.
H1 : Semakin tinggi daya tarik iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan.
2.7 Kualitas Pesan Iklan
Iklan yang baik biasanya difokuskan pada satu usulan penjualan inti, yang berisi hal-
hal yang menarik dari merek yang diiklankan, menyatakan sesuatu yang eksklusif, berbeda
dan tidak akan dijumpai di merek yang lain, serta dapat meyakinkan atau dibuktikan
konsumen (Kotler, 2003). Takeuchi dan Nishio (dalam Albari, 2007), menyatakan bahwa
kualitas iklan dapat dinilai melalui pesan-pesan yang informatif, disampaikan secara familier,
dan mampu memikat keterlibatan konsumen pada saat ditayangkan.
Sedangkan menurut Durianto dan Liana (2004), memformulasikan pesan iklan harus
memperhatikan apa yang akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis
(struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa
seharusnya yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan
kalimat yang dapat menjalankan suatu sistem. Pesan iklan dapat dianalogikan sama seperti
pendorong, yaitu suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon pembeli.
Pesan iklan yang ideal menurut Kotler (1996) adalah pesan iklan harus menarik perhatian
(attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menggerakkan tindakan (action).
10
Sementara itu Menon, Block dan Ramanathan (dalam Albari, 2007) menyatakan
pengiklan perlu mendemonstrasikan isyarat pesannya, karena isyarat pesan yang diberikan
mempengaruhi estimasi mereka pada risiko diri, meningkatkan pemrosesan pesan, sikap dan
minat berperilaku. Menurut Takeuchi dan Nishio (dalam Albari, 2007), iklan yang
mempunyai muatan kognisi dan affeksi positif mampu mencapai penetrasi yang sangat
dalam. Kognisi positif menunjukkan perasaan konsumen pada iklan persuasif, sedangkan
affeksi positif mengarah pada perasaan familier. Sementara Muehling dan Sprott (dalam
Albari 2007) berpendapat bahwa pengingatan nostalgia dalam periklanan mempengaruhi pola
pikir konsumen selama penayangan iklan. Proses pikir muncul untuk mempengaruhi sikap
terhadap iklan dan merek. Dengan demikian, pesan iklan yang mampu berkomunikasi dengan
baik kepada khalayak diharapkan akan dapat meningkatkan efektivitas iklan layanan
masyarakat.
H2 : Semakin baik kualitas pesan iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan
2.8 Frekuensi Penayangan Iklan
Iklan yang semakin luas cakupan medianya dan semakin tinggi frekuensi tayangnya
memungkinkan penonton semakin sering menerima informasi iklan dan merasakan impresi
iklan tersebut (Indriarto, 2006). Pengulangan suatu pesan iklan merupakan suatu strategi
untuk mendekati khalayak sasaran. Suatu pesan yang sama senantiasa diulang-ulang pada
akhirnya akan berakibat diingatnya pesan tersebut. Sedangkan Indriyanti dan Ihalauw (2002)
menyatakan pengulangan pesan iklan cukup berpengaruh dalam menarik perhatian,
menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan
pembelian terhadap produk yang diiklankan.
Menurut Sihombing (dalam Arfianto, 2010), iklan akan memberikan hasil efektif
apabila disampaikan pada tingkat frekuensi efektif, kemudian menerpa audiens dalam jumlah
efektif, serta seharusnya dipasang pada masa pembelian. Suatu iklan baru akan efektif jika
dilihat rata-rata tiga kali. Jika hanya satu atau dua kali dianggap belum memberi dampak
signifikan karena tingkat perhatian audiens masih rendah atau belum terbentuk. Akan tetapi
terlalu banyak pengulangan dapat menimbulkan efek yang merugikan, yaitu sesudah jumlah
tertentu pengulangan maka pengulangan tambahan mungkin mengurangi keefektifan iklan
(Indriyanti & Ihalauw, 2002). Fenomena ini disebut kejemuan akan iklan (advertising
wearout). Solusi sederhana untuk masalah kejemuan adalah pemakaian iklan yang berbeda
dalam strategi pelaksanaan, tetapi membawa pesan dasar yang sama. Daripada
memperlihatkan yang sama 20 kali, dua versi yang berbeda dapat diulang masing-masing 10
kali.
11
H3 : Semakin tinggi frekuensi iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan
2.9 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tinjauan pustakan, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran
penelitian seperti yang disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2011
Efektivitas Iklan (Y1)
Sikap Terhadap Iklan (Y2)
H4
H3
H2
H1
Daya Tarik Iklan (X1)
Kualitas Pesan Iklan
(X2)
Frekuensi Penayangan Iklan (X3)
12
3. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (X),
variabel intervening (Y1), dan variabel dependen (Y2). Variabel-variabel tersebut adalah
Daya Tarik Iklan (X1), Kualitas Pesan Iklan (X2), Frekuensi Penayangan Iklan (X3),
Efektivitas Iklan (Y1), dan Sikap Terhadap Iklan (Y2). Sedangkan indikator dari variabel-
variabel tersebut seperti dalam tabel.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikator
Variabel Indikator Daya Tarik Iklan (X1)
• Meaningful • Distinctive • Believable (Eka & Saliman, 2001)
Kualitas Pesan Iklan (X2)
• Attention • Interest • Desire • Action (Kotler, 1996)
Frekuensi Penayangan Iklan (X3)
• Intensitas muncul • Bagian hari penayangan • Pemilihan stasiun TV (Indriyanti & Ihalauw (2002), Shimp (2003) dan dikembangkan dalam penelitian ini)
Efektivitas Iklan (Y1)
• Awareness • Iklan diingat • Pesan Tersampaikan (Till & Baack, 2005)
Sikap Terhadap Iklan (Y2)
• Kognitif • Afektif • Konatif / Behaviour
(Azwar, 2005)
3.2 Populasi dan Sampel
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan beberapa metode antara
lain dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Widiyanto, 2008). Apabila populasi
berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui maka digunakan rumus:
n 4
n1,964 0,1
13
96,04 97
Dimana n = Jumlah sampel
Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam
penentuan sampel 95%. Pada penelitian ini
Z pada α 0,05 adalah 1,96.
Moe = Margin of error,yaitu tingkat kesalahan
maksimum yang dapat ditoleransi,
ditentukan sebesar 10%
Dari hasil penghitungan sampel diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini
dibulatkan sebanyak 97 responden.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah judgement sampling,
dimana peneliti menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam memilih anggota
populasi yang dianggap sesuai dalam memberikan informasi yang diperlukan atau unit
sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti. Dengan cara ini hanya
masyarakat yang sebelum dilakukan wawancara, pernah melihat Iklan Layanan Masyarakat
Bank Indonesia versi 3D, serta masyarakat yang sehari-harinya sering melakukan transaksi
secara tunai dengan pecahan uang tinggi antara Rp 20.000 sampai Rp 100.000.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner (angket) tertutup dibuat dengan
menggunakan skala 1-10 untuk mendapatkan data yang bersifat interval. Contoh untuk
kategori pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju/sangat setuju :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
3.4 Metode Analisis
Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya (Rangkuti, 1997).
2. Reliabilitas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menguji sejauh mana
pengukuran memberikan hasil yang relatif stabil bila dilakukan pengukuran kembali.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memliki cronbach alpha > 0.60 (Ghozali, 2006).
14
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolineasritas. Jika pada model persamaan regresi mengandung gejala
multikolinearitas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
2. Uji Heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2006) uji heterokedastisitas menguji apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain.
3. Uji Normalitas. Bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu
atau residual normal atau tidak.
Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan Regresi Linear Berganda
Y1 = β1X1 + β2X2 + β3X3 ................................................. (1)
Y2 = β4Y1.................................................................................... (2)
Dimana ;
Y1 = Variabel intervening
Y2 = Variabel dependen
X1, X2, X3 = Variabel independen
β1, β2, β3 = Koefisien masing-masing variabel
Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Daya Tarik Iklan (X1), Kualitas
Pesan Iklan (X2), dan Frekuensi Penayangan Iklan (X3). Sedangkan variabel dependen adalah
Efektivitas Iklan (Y1), Sikap Terhadap Iklan (Y2).
Uji Goodness of Fit
1. Uji t. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y) secara terpisah.
2. Uji F. Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel X secara
bersama-sama dapat mempengaruhi variabel Y.
3. Uji Koefisien Determinasi. Koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.
15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Angka Indeks
Analisis indeks jawaban per variabel bertujuan mengetahui gambaran deskriptif
mengenai persepsi responden dalam penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel
penelitian yang digunakan. Teknik scoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
minimum 1 dan maksimum 10, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:
Nilai indeks = (%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3) + (%F4x4) + (%F5x5) + (%F6x6) + (F7x7)
+ (%F8x8) + (%F9x9) + (%F10x10) / 10
Dimana : F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner, F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2
dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan kuesioner, dan seterusnya hingga
F10 adalah frekuensi responden yang menjawab 10 dari skor yang dugunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
Dengan menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka rentang 90 dibagi
tiga akan menghasilkan rentang sebesar 30, yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi
nilai indeks yang dalam contoh ini adalah sebagai berikut: 10,00 – 40,00 = Rendah, 40,01 –
70,00 = Sedang, dan 70,01 – 100,00 = Tinggi.
Tabel 4.1 Indeks Tanggapan Responden
Variabel Indeks Kategori Daya Tarik Iklan (X1) 73,3% Tinggi Kualitas Pesan Iklan (X2) 70,38% Tinggi Frekuensi Penayangan Iklan (X3) 57,43% Sedang Efektivitas Iklan (Y1) 75,47% Tinggi Sikap Terhadap Iklan (Y2) 73,63% Tinggi Sumber : Data primer yang diolah, 2011
4.2 Uji Validitas
Dalam penelitian ini, validitas dari indikator dianalisis menggunakan df (degree of
freedom) dengan rumus df = n – k, dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel
independen. Jadi df yang digunakan adalah 97 – 3 = 94 dengan alpha sebesar 5 % maka
menghasilkan nilai rtabel dan nilai rpositif maka masing-masing indikator pertanyaan dikatakan
valid (Ghozali, 2006). Di bawah ini disajikan tabel hasil uji validitas masing-masing indikator
per variabel yaitu sebagai berikut:
16
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel
Variabel Kode r hitung r tabel Keterangan
Daya Tarik Iklan (X1) X11 0,818 0,201 Valid X12 0,840 0,201 Valid X13 0,675 0,201 Valid
Kualitas Pesan Iklan (X2)
X21 0,830 0,201 Valid X22 0,848 0,201 Valid X23 0,827 0,201 Valid X24 0,846 0,201 Valid
Frekuensi Penayangan Iklan (X3)
X31 0,847 0,201 Valid X32 0,898 0,201 Valid X33 0,825 0,201 Valid
Efektivitas Iklan (Y1) Y11 0,888 0,201 Valid Y12 0,851 0,201 Valid Y13 0,889 0,201 Valid
Sikap Terhadap Iklan (Y2)
Y21 0,794 0,201 Valid Y22 0,922 0,201 Valid Y23 0,918 0,201 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
4.3 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006), suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60. Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Nilai Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel Cronbach Alpha Interpretasi Daya Tarik Iklan 0,687 Reliabel Kualitas Pesan Iklan 0,858 Reliabel Frekuensi Penayangan Iklan 0,819 Reliabel Efektivitas Iklan 0,849 Reliabel Sikap Terhadap Iklan 0,852 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
4.4 Uji Multikolinearitas
Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinearitas dalam model regresi pada
penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance serta
menganalisis matrix korelasi variabel-variabel bebas. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10
serta nilai VIF tidak lebih dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas
antara variabel bebas dalam model regresi. Adapaun nilai VIF dapat dilihat pada tabel 4.18 di
bawah ini.
17
Tabel 4.4 Nilai Tolerance dan VIF
Variabel Tolerance VIF Keterangan Daya Tarik Iklan 0,456 2.195 Tidak Multikolinear Kualitas Pesan Iklan 0,413 2.423 Tidak Multikolinear Frekuensi Penayangan Iklan 0,782 1.279 Tidak Multikolinear
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
4.5 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran titik (scatterplot).
Berikut adalah diagram pengujian heteroskedastisitas dengan plot grafik antara ZPRED
dengan SRESID.
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas Pada Model 1 dan Model 2
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Dari grafik Scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik
menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas antara kedua model di atas.
Tabel 4.5
Uji Park Pada Model 2 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .106 1.610 .066 .948 Efektivitas Iklan
-.173 .205 -.086 -.842 .402 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LN_1
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil Uji Park model 2 yang ditampilkan dalam tabel 4.19 di atas, terlihat
bahwa koefisien parameter untuk variabel intervening tidak signifikan (0,402 > 0,05) maka
18
dapat dismpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hal ini konsisten
dengan hasil uji scatterplot.
4.6 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan cara melihat grafik normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis yang diagonal. Hasil
output SPSS for Windows versi 17.0 untuk uji normalitas ditunjukkan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Histogram Hasil Uji Normalitas Pada Model 1 dan Model 2
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
4.7 Analisis Regresi Linear Berganda
Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS for Windows
versi 17.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Pada Model 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.940 .515 5.709 .000 Daya Tarik Iklan .267 .098 .286 2.714 .008 .456 2.195
Kualitas Pesan Iklan .344 .087 .438 3.961 .000 .413 2.423
Frekuensi Penayangan Iklan
.060 .049 .099 1.234 .220 .782 1.279
a. Dependent Variable: Efektivitas Iklan Sumber : Data primer yang diolah, 2011
19
Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Efektivitas Iklan = 0,286 Daya Tarik Iklan + 0,438 Kualitas Pesan Iklan + 0,099 Frekuensi
Penayangan Iklan
Berikut adalah hasil regresi pada model 2 dengan variabel sikap terhadap iklan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Pada Model 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .798 .808 .987 .326
Efektivitas Iklan
.873 .103 .656 8.476 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Sikap Terhadap Iklan
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011 Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Sikap Terhadap Iklan = 0,656 Efektivitas Iklan
4.8 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2006).
Tabel 4.8 Hasil Uji t Pada Model 1
Variabel T Sig Daya Tarik Iklan (X1) 2,714 0,008 Kualitas Pesan Iklan (X2) 3,961 0,000 Frekuensi Penayangan Iklan (X3) 1,234 0,220
a. Dependent Variabel : Efektivitas Iklan Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
1. Nilai thitung pada variabel daya tarik iklan (X1) adalah sebesar 2,714 dengan tingkat
signifikansi 0,008. Karena nilai thitung sebesar 2,714 > nilai ttabel sebesar 1,985 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Nilai thitung pada variabel kualitas pesan iklan (X2) adalah sebesar 3,961 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena nilai thitung sebesar 3,961 > nilai ttabel sebesar 1,985 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
20
3. Nilai thitung pada variabel frekuensi penayangan iklan (X3) adalah sebesar 1,234 dengan
tingkat signifikansi 0,220. Karena nilai thitung sebesar 1,234 < nilai ttabel sebesar 1,985
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,220 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Tabel 4.9 Hasil Uji t Pada Model 2
Variabel T Sig Efektivitas Iklan (Y1) 8,476 0,000
a. Dependent Variabel : Sikap Terhadap Iklan Sumber ; Data Primer yang diolah, 2011
1. Nilai thitung pada variabel efektivitas iklan (Y1) adalah sebesar 8,476 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena nilai thitung sebesar 8,476 > nilai ttabel sebesar 1,985 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama (simultan) variabel bebas
terhadap variabel terikat. Adapun kriteria pengujian hipotesis antara lain:
Tabel 4.10 Hasil Uji F Pada Model 1
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 53.711 3 17.904 34.938 .000a
Residual 47.657 93 .512 Total 101.368 96
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Penayangan Iklan, Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan b. Dependent Variable: Efektivitas Iklan
Dari hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar 34,938
sedangkan Ftabel sebesar 2,71. Hal ini mempunyai arti Fhitung > Ftabel dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitias signifikansi tersebut kurang dari 0,05 dan
Fhitung > Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, dan
Frekuensi Penayangan Iklan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel efektivitas iklan.
4.10 Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2006). Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu, berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen.
21
Tabel 4.11 Hasil Koefisien Determinasi Pada Model 1
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .728a .530 .515 .71585
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Penayangan Iklan, Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan b. Dependent Variable: Efektivitas Iklan
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi Pada Model 2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .656a .431 .425 1.03721 a. Predictors: (Constant), Efektivitas Iklan b. Dependent Variable: Sikap Terhadap Iklan
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Dari tabel 4.25 terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R
square model 1 adalah 0,515. Hasil ini berarti ketiga variabel independen (daya tarik iklan,
kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan) mampu menjelaskan 51,5% variasi
yang terjadi dalam variabel independen efektivitas iklan, sedangkan variasi lainnya 48,5%
(100% - 51,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model regresi ini.
Sedangkan dari tabel 4.26, terlihat bahwa efektivitas iklan mampu menjelaskan variasi sikap
terhadap iklan sebesar 42,5% dan selebihnya 57,5% (100% - 42,5%) dijelaskan oleh faktor
lain.
4.11 Pembahasan
Hasil penelitian terhadap hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa daya tarik iklan
berpengaruh signifikan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi
Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukkan tingkat
signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,008 lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05.
Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,286, yang berarti semakin tinggi daya
tarik iklan maka semakin tinggi pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia
versi Ingat 3D.
Hasil penelitian terhadap Hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa kualitas pesan
iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia
versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statstik yang menunjukkan tingkat
signifikansi, dimana probabilitas variabel sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikan
22
yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,438, yang berarti semakin
tinggi kualitas pesan iklan maka semakin tinggi pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat
Bank Indonesia versi Ingat 3D.
Hasil penelitian terhadap Hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa frekuensi
penayangan iklan berpengaruh positf namun tidak signifikan terhadap efektivitas Iklan
Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian
statistik yang menunjukkan tingkat signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,220
lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif
sebesar 0,099, yang berarti semakin tinggi frekuensi penayangan iklan maka semakin tinggi
pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D.
Hasil penelitian terhadap Hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa efektivitas
iklan berpengaruh secara signifikan pada sikap tehadap Iklan Layanan Masyarakat Bank
Indonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukkan
tingkat signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat
signifikan yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,656, yang berarti
semakin tinggi efektivitas iklan maka semakin tinggi pula sikap terhadap Iklan Layanan
Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D.
23
5. SIMPULAN
Penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan
iklan, dan frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank
Indonesia versi Ingat 3D di media televisi serta pengaruhnya pada sikap terhadap iklan para
pemirsanya yang berada di Semarang.
Berdasarkan hasil dan analisis data serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut ini :
1. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada model 1 menunjukkan bahwa
variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap efektivitas iklan (Y1) adalah variabel
kualitas pesan iklan (X2) dengan koefisien sebesar 0,438. Selanjutnya variabel yang
kedua adalah daya tarik iklan (X1) dengan koefisien 0,286. Kemudian yang ketiga adalah
variabel frekuensi penayangan iklan (X3) dengan koefisien variabel sebesar 0,099.
Sedangkan hasil analisis regresi linear berganda untuk model 2 menunjukkan bahwa
variabel sikap terhadap iklan (Y2) dipengaruhi oleh variabel efektivitas iklan (Y1) dengan
nilai koefisien sebesar 0,656.
2. Secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa pada model 1, ketiga
variabel independen yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), dan frekuensi
penayangan iklan (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
sebesar 0,000 terhadap variabel intervening efektivitas iklan (Y1). Sedangkan, pada
model 2 tidak dilakukan uji F karena hanya ada satu variabel dependen yaitu variabel
efektivitas iklan (Y1) yang juga merupakan variabel intervening.
3. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa pada model
1, ketiga variabel independen yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), dan
frekuensi penayangan iklan (X3) mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel
intervening yaitu efektivitas iklan (Y1) sebesar 51,5% dan sisanya yaitu 48,5% (100% -
51,5%) efektivitas iklan dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Sedangkan hasil penghitungan koefisien determinasi pada model 2
menunjukkan bahwa variabel intervening yaitu efektivitas iklan (Y1) mampu
menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu sikap terhadap iklan (Y2)
sebesar 42,5% dan sisanya yaitu 57,5% (100% - 42,5%) sikap terhadap iklan dipengaruhi
oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Dengan keterbatasan ini,
diharapkan dapat dijadikan referensi untuk melakukan perbaikan pada penelitian mendatang.
24
Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa efektivitas iklan dipengaruhi ketiga variabel
independen sebesar 51,5% dan sisanya sebesar 48,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Walalupun cukup tinggi yaitu lebih dari 50%, tetapi masih perlu dilakukan penelitian lebih
dengan penambahan variabel baru atau indikator lain dalam penelitian yang akan datang agar
dapat menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah dalam penelitian ini.
Begitu juga dengan hasil pada model 2 yang menunjukkan bahwa sikap terhadap iklan
dipengaruhi oleh variabel efektivitas iklan sebesar 42,5% dan sisanya 57,5% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan memasukkan variabel
lain yang mungkin dapat mempengaruhi dan menyempurnakan hasil penelitian ini.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bank Indonesia sebagai social marketer dalam menyampaikan ide-ide sosialnya yaitu
berupa metode dalam memeriksa keaslian uang harus menciptakan iklan yang benar-
benar efektif, yaitu dengan memperhatikan hal-hal seperti yang telah diteliti. Karena
iklan yang efektif mampu mempengaruhi sikap khalayak sasaran terhadap iklan tersebut,
sehingga khalayak dapat mengubah perilakunya untuk mengikuti anjuran yang
disampaikan dalam iklan. Dalam meningkatkan daya tarik iklan layanan masyarakat
Bank Indonesia dapat dilakukan dengan menampilkan jalan cerita serta setting iklan
yang sesuai dengan kondisi umum yang ada di masyarakat saat ini dan menggunakan
endorser yang sesuai dengan tujuan dari penayangan iklan, sehingga masyarakat bisa
menilai bahwa iklan tersebut sangat bermakna bagi mereka dan mereka percaya terhadap
narasumber dari iklan tersebut. Daya tarik iklan juga dapat ditingkatkan dengan
menggunakan latar belakang musik yang menarik dan sesuai dengan selera masyarakat
serta menggunakan desain iklan yang menarik seperti penggunaan warna, busana para
artis, dan pernak-pernik iklan yang sesuai sehingga iklan ini bisa lebih menarik jika
dibandingkan dengan iklan layanan masyarakat lain.
Selain itu, faktor kualitas pesan dari iklan dapat menggunakan pesan-pesan yang
meyakinkan pemirsa untuk menerapkan metode 3D dalam memeriksa keaslian uang.
Bank Indonesia dapat menampilkan pesan tentang manfaat dalam menerapkan metode
ini dan juga kondisi penyebaran uang palsu yang terjadi di Indonesia saat ini. Pesan ini
juga harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana, menarik, dan mudah dimengerti
agar pemirsa tertarik untuk memperhatikan dan mudah memahami bagaimana
25
menerapkan metode 3D, sehingga pemirsa dapat menerapkan metode tersebut dengan
benar.
Frekuensi penayangan iklan dalam iklan layanan masyarakat Bank Indonesia versi Ingat
3D tidak begitu berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan. Namun, faktor
ini tetap harus diperhatikan karena tetap berpengaruh positif. Sehingga Bank Indonesia
dapat menambah frekuensi penayangan iklan di berbagai stasiun televisi dan pada waktu
yang sesuai saat masyarakat menyaksikan tayangan televisi. Dengan penayangan di
berbagai stasiun televisi yang berbeda merupakan pengulangan yang efektif agar pesan
iklan dapat tersampaikan dengan baik. Iklan dapat dibuat dalam beberapa versi agar tidak
terjadi kejenuhan. Dalam hal waktu penayangan, waktu yang paling banyak menyedot
pemirsa adalah saat prime time, yaitu pada pukul 19.00-23.00. Jadi, Bank Indonesia lebih
intensif dalam menayangkan iklannya pada prime time. Walaupun biaya yang
dikeluarkan lebih mahal, tetapi diyakini mampu menjangkau khalayak sasaran yang luas.
Sehingga diharapkan iklan layanan masyarakat ini efektif untuk mencapai seluruh
segmen masyarakat dari berbagai usia.
2. Berdasarkan temuan penelitian melalui penyebaran kuesioner, responden berpendapat
bahwa Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia saat ini sudah jarang ditayangkan.
Padahal data temuan uang palsu di Indonesia sepanjang tahun 2010 menunjukkan
peningkatan peredaran uang palsu. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia harus
kembali menayangkan Iklan Layanan Masyarakat secara intensif untuk menanggulangi
peningkatan kejahatan uang palsu, karena berdasarkan penelitian ini iklan tersebut
ternyata efektif dalam mempengaruhi sikap masyarakat untuk terus waspada terhadap
kejahatan uang palsu dengan metode 3D yang dianjurkan dalam iklan.
3. Untuk mencapai efektivitas biaya yang dikeluarkan dalam penayangan iklan, Bank
Indonesia dapat menayangkan Iklan Layanan Masyarakat secara berkala dengan
memantau perkembangan peredaran uang palsu pada saat-saat tertentu dimana
diindikasikan penyebaran uang palsu akan kembali meningkat. Contohnya pada saat
menjelang bulan puasa atau hari raya Idul Fitri dimana diindikasikan akan mengalami
peningkatan jumlah peredaran uang palsu.
26
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Yan Januar. 2010. “Analisis Pengaruh Motivasi Konsumen, Persespsi Kualitas, dan
Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda: Studi Pada Konsumen Sepeda Motor Honda di Semarang”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro
Albari. 2007. “Efektivitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Yogyakarta:
Pendekatan Consumer Decision Model”. Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 9, No. 1, h. 1-27
Arfianto, W. 2010. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Pada Media
Televisi: Studi Pada Iklan Sepeda Motor Merek Honda”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Cannon, J. P., W. D. Perault, dan E. J. McCarthy. 2009. Pemasaran Dasar: Pendekatan
Manajerial Global. 16 ed. Jakarta: Salemba Empat Dominanto, Nedi Nugraha. 2008. “Perbedaan Sikap Terhadap Iklan, Merek, dan Niat Beli
Konsumen Pada Iklan Dengan Fear Appeal Tinggi dan Rendah Pada Partisipan Wanita”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2, h. 67-75
Durianto, Darmadi dan C. Liana. 2004. “Analisis Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft &
Fresh di Jakarta dan Sekitarnya denagn Menggunakan Consumer Decision Model.” Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 11, No. 1, pp.35-55
Eka, Rita, dan AR Saliman, 2001, “Periklanan Yang Efektif”. Jurnal Ekonomi Perusahaan,
Juli, 2001 Ferdinand, Augusty. 2000. “Managemen Pemasaran: Sebuah Pendekatan Stratejik.” Research
Paper Series. No. 01/Mark/01/2000, p. 1-55. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Handoko, Rudolph S. 2006. “Analisis Pengaruh Kredibiltas Endorser dan Kreatifitas Iklan
Terhadap Efektivitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek: Studi Kasus Iklan Televisi Pada Konsumen Sepeda Motor Honda di Kota Semarang.” Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.
Indriantono, Nur dan B. Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. 1 ed. Yogyakarta: BPFE
27
Indriarto, Fidelis. 2006. “Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian
Pesan Iklan.” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No. 3, pp.243-268 Indriyarti, I. Satya dan J. J. O. I. Ihalauw. 2002. “Pengulangan Pesan Suatu Iklan dalam
Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi Pepsodent.: Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol.8, No.1, pp.36-52
Jefkins, Frank. 1996. Periklanan. 3 ed. Jakarta: Erlangga Kotler, P. 2003. Marketing Management. 11 ed. New Jersey : Prentice Hall Kotler, Philip. 1996. Manajemen Pemasaran. 6 ed. Jakarta: Erlangga Kotler, Philip dan L. Roberto, Eduardo. 1989, Social Marketing: Strategies for Changing
Public Behaviouri. New York: Free Press Marks, Amy Seidel. 1998. “Social Marketing Implications for Tobacco Control Policy”.
Paper disajikan pada The IMM South African Marketing Educators Conference, University of Cape Town, Afrika Selatan, 29-30 April 1998
Purnomo, H. 2010. “Peredaran Uang Palsu Kembali Meningkat.” http://www.detikfinance.com, diakses 23 Februari 2011. Purwantini, Sri. 2000. “Sikap Masyarakat Terhadap Iklan Shampo Clear dan Keterkaitannya
Terhadap Loyalitas Merek di Kota Semarang”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro
Rakhmat, Drs. Jalaludin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remadja Karya Rangkuti, Fredy. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Riyanto, Makmun. 2008. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas iklan dan
Implikasinya Terhadap Sikap Merrek: Studi Kasus Pada Iklan Ponds di Kota Semarang”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro
Rizal dan A. Furinto. 2009. Marketing Reloaded: Kompilasi Konsep dan Praktik Pemasaran.
Jakarta: Salemba Empat Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu. 5 ed. Jakarta: Erlangga Situmorang, J. R. 2008. ”Mengapa Harus Iklan?” Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.4, No. 1,
pp.188-200
28
Soehartami, Rima Martgiani. 2006. “Pengaruh Iklan Layanan Masyarakat pada Khalayak Sasaran: Studi Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Hemat Listrik PLN”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen, Universitas Indonesia
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Swastha, Basu dan Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Till, Brian D, and Daniel W. Baack. 2005. “Recall and Persuasion: Does Creative
Advertising Matter?” Journal of Advertising, Vol. 34, No. 3, Fall Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia. 2006. “Paradigma Baru dalam Menghadapi Kejahatan Mata Uang: Pola Pikir, Pengaturan, dan Penegakan Hukum.” http://www.bi.go.id, diakses 14 Maret 2011 The Nielsen Company. 2011. “Sinetron Kembali Lagi!” http://www.agbnielsen.co.id, diakses 17 Maret 2011 Widiyanto, Ibnu. 2008. Pointers Metodologi Penelitian. Semarang: CV Dikalia Yulistiano, Muhammad dan Retno Tanding Suryandari. 2003. “Pengukuran Advertising Response Modelling (ARM) Iklan Televisi dengan Endorser Selebritis”, Empirika, Vol. 16, No. 2, Desember 2003, UNS Surakarta