analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing …

22
263 Jurnal Akuntansi Trisakti ISSN : 2339-0832 (Online) Volume. 6 Nomor. 2 September 2019 :213-234 Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jat.v6i2.5573 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA Himawan Budi Kuncoro 1* Rossje V Suryaputri 2 12 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti *Korespondensi: [email protected] Abstract This study aims to analyze the effect of debt to equity ratio, underwriter reputation, company age, type of industry, return on equity, company size, inflation rate on underpricing of shares in the initial public offering on the IDX. The data used is secondary data obtained from the financial statements of companies listed on the IDX. this study used purposive sampling technique with 3 years observation that is 2015-2017 in order to obtain a sample of 59 observing companies. The analysis technique used in this study is multiple linear regression. The analytical tool used to test the hypothesis is SPSS 22. The results of this study showed that the variabel underwriter reputation, return on equity, and company size negatively affect underpricing, while the debt to equitry ratio, company age, industry type and inflation rate have no effect on underpricing Keywords: Debt to Equity Ratio, Underwriter Reputation, Company Age, Type of Industri, Return on Equity, Company Size, Inflation Level, Underpricing. Submission date: 2019-09-24 Accepted date: 2019-09-26 PENDAHULUAN Pasar modal merupakan pasar yang terdiri dari sejumlah instrument keuangan berjangka yang melakukan proses jual beli dalam bentuk utang atau modal. Pasar modal itu juga merupakan perantara atau penghubung antara dua pihak yakni pihak yang membutuhkan dana serta pihak yang akan meminjamkan dana pihak tersebut yaitu emiten dan investor. Para emiten dan investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam bentuk surat berharga. Baik yang berupa saham maupun obligasi dan memberikan tingkat keuntungan yang menarik Dalam aktivitas pasar modal kedua belah puhak yang memliki dana (investor) dan yang membutuhkan dana (emiten) akan memiliki perbedaan kepentingan yang berbeda.

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

263

Jurnal Akuntansi Trisakti ISSN : 2339-0832 (Online)

Volume. 6 Nomor. 2 September 2019 :213-234

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jat.v6i2.5573

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM

PADA PENAWARAN UMUM PERDANA

Himawan Budi Kuncoro1*

Rossje V Suryaputri2 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti

*Korespondensi: [email protected]

Abstract This study aims to analyze the effect of debt to equity ratio, underwriter reputation,

company age, type of industry, return on equity, company size, inflation rate on

underpricing of shares in the initial public offering on the IDX. The data used is

secondary data obtained from the financial statements of companies listed on the IDX.

this study used purposive sampling technique with 3 years observation that is 2015-2017

in order to obtain a sample of 59 observing companies.

The analysis technique used in this study is multiple linear regression. The

analytical tool used to test the hypothesis is SPSS 22. The results of this study showed

that the variabel underwriter reputation, return on equity, and company size negatively

affect underpricing, while the debt to equitry ratio, company age, industry type and

inflation rate have no effect on underpricing

Keywords: Debt to Equity Ratio, Underwriter Reputation, Company Age, Type of

Industri, Return on Equity, Company Size, Inflation Level, Underpricing.

Submission date: 2019-09-24 Accepted date: 2019-09-26

PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan pasar yang terdiri dari sejumlah instrument keuangan

berjangka yang melakukan proses jual beli dalam bentuk utang atau modal. Pasar modal

itu juga merupakan perantara atau penghubung antara dua pihak yakni pihak yang

membutuhkan dana serta pihak yang akan meminjamkan dana pihak tersebut yaitu

emiten dan investor. Para emiten dan investor dapat menanamkan kelebihan dananya

dalam bentuk surat berharga. Baik yang berupa saham maupun obligasi dan memberikan

tingkat keuntungan yang menarik

Dalam aktivitas pasar modal kedua belah puhak yang memliki dana (investor) dan

yang membutuhkan dana (emiten) akan memiliki perbedaan kepentingan yang berbeda.

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

264 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

Bagi emiten, pasar modal adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan tambahan dana,

tambahan dana tanpa perlu menunggu hasil dari kegiatan operasional, sedangkan bagi

investor pasar modal adalah salah satu alternatif untuk melakukan investasi dan

mendapatkan keuntungan yang optimal.

Go Public merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungsan perusahaan melalui pasar perdana yang biasa dikenal dengan isitilah

Initial Public Offering (IPO). Initial Public Offering (IPO) yaitu kegiatan perusahaan di

pasar modal ketika menjual sahamnya untuk pertama kali atau biasa disebut sebagai

penawaran umum perdana yang dilakukan di pasar perdana (primary market), pasar

perdana yakni pasar bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum (emiten) untuk

menjual sahamnya pertama kali kepada investor. Modal dapat diperoleh perusahaan

dengan cara perusahaan tersebut menjual surat berharganya di pasar modal.

Sumber pendanaan bisa ditingkatkan dengan dukungan informasi akuntansi dan

informasi non akuntansi (Saifudin dan Rahmawati, 2016). Informasi akuntansi yaitu

informasi yang didapatkan dari suatu proses penyusunan laporan finansial perusahaan

dimana laporan finansial tersebut terdiri atas ukuran perusahaan (size), ROE, DER

sebaliknya informasi non akuntansi atau informasi yang tidak berkaitan dengan akuntansi

terdiri atas reputasi underwrtiter, umur perusahaan (age), jenis industri, dan inflasi.

Underpricing adalah penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah

dibanding harga saham di pasar sekunder. Sehingga pihak investor mempunyai

kesempatan dalam memperoleh keuntungan dari selisih harga tersebut, dan juga

sebaliknya bila harga saham perdana ditetapkan overpricing, maka hal ini dapat

merugikan investor karena mereka tidak menerima initial public offering return.

Akibatnya investor cenderung menjauhi saham-saham yang overpricing. Besar

underpricing diukur dengan initial pubic offering, yakni return yang diperoleh pemegang

saham dan aktiva di penawaran perdana mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai

pertama kali didafatrkan di pasar sekunder (Nurfauziah dan Safitri, 2013).

Kemungkinan terjadinya fenomena underpricing tidak hanya dipengaruhi oleh

informasi keuangan saja seperti analisa laporan keuangan, tetapi juga faktor-faktor non-

keuangan yang masih harus diteliti lebih lanjut walaupun sudah banyak penelitian

tentang underpricing dan menunjukkan hasil yang berbeda, maka kemungkinan adanya

faktor lain yang menyebabkan underpricing masih sering terjadi.

Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Sulistyawati dan Wirajaya (2017), bahwa

finansial leverage berpengaruh positif terhadap underpricing pada penawaran saham

perdana, reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing dan inflasi tidak

berpengaruh terhadap underpricing pada penawaran saham perdana. Maolaa Taufani

(2017), bahwa umur perusahaan, debt to equity ratio, return on asset, earning per share,

kepemilikan publik, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

underpricing. Hanya variabel return on asset yang berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing. Saputra dan Suaryana (2016), bahwa umur perusahaan tidak

berpengaruh pada underpricing, sebaliknya ukuran perusahaan dan Return on Assets

berpengaruh negatif pada underpricing, serta finansial leverage berpengaruh positif pada

underpricing. Purbarangga dan Yuyetta (2013) bahwa Return on Assets dan finansial

leverage tidak mempengaruhi tingkat Underpricing. Junaeni dan Agustian (2013),

bahwa terdapat pengaruh secara simultan reputasi underwriter, finansial leverage,

proceeds dan jenis industri terhadap tingkat underpricing saham, secara parsial diperoleh

hasil bahwa reputasi underwriter mempengaruhi initial return, sebaliknya variabel

finansial leverage, proceeds dan jenis industri tidak mempengaruhi tingkat underpricing

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 265

saham secara signifikan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah

menggabungkan penelitian dari Sulistyawati dan Wirajaya (2017) yaitu variabel tingkat

inflasi dan debt to equity ratio, penelitian dari Haska (2017) yaitu variabel return on

equity, penelitian dari Junaeni dan Agustian (2013) yaitu jenis industri dan reputasi

underwriter, dan penelitian dari Taufani (2017) yaitu variabel ukuran perusahaan dan

umur perusahaan. Periode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dari tahun 2015-

2017 dan di tahun 2017 merupakan tahun dimana jumlah perusahaan yang melakukan

IPO terbanyak sejak 20 tahun terakhir yakni 35 perusahaan yang melakukan IPO.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Teori Keagenan

Teori ini dapat menjelaskan penyebab fenomena underpricing pada saat IPO.

Teori agensi dapat juga dipakai untuk menjelaskan model proses yang terjadi dalam

suatu kontrak antara dua pihak atau lebih. Karena di dalam suatu kontrak masing-

masing pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang terbaik untuk dirinya,

maka teori agensi ini juga dapat menjelaskan konflik yang terjadi, kebijakan

perusahaan sangat dipengaruhi teori agensi yang menggambarkan top manajer sebagai

agen yang mempunyai kepentingan berbeda dengan principal, tetapi sama-sama

berusaha memaksimalkan kepuasannya masing-masing (Jensen & Meckling, 1976).

Dalam agency theory pada kasus underpricing ini, underwriter adalah pihak

yang bertugas sebagai agen dan emiten merupakan pihak yang berperan sebagai

principal. Principal sebagai pemilik modal mempunyai akses pada informasi internal

perusahaan sebaliknya agen sebagai pelaku dalam praktek operasional perusahaan

mempunyai informasi tentang kinerja dari perusahaan secara menyeluruh tentang

tujuan, fungsi, dan latar belakang principal. Oleh karena itu kepentingan sebagai

pemilik modal dan agen yang berbeda tersebut akan menimbulkan sebuah pertentangan

dan pengaruh satu sama lain.

Dalam meminimalkan risiko diambil alihnya hak kendali penuh atas perusahaan,

saham-saham yang dijual pada saat IPO lebih banyak dibeli oleh pemegang saham

pengendali. Hal itu disebabkan karena harga saham pada penawaran umum perdana di

pasar primer dijual dengan harga yang murah, fenomena tersebut memberi kesempatan

pemegang saham pengendali untuk mempertahankan kontrol yang efektif atas

perusahaan dengan menambah kepemilikan jumlah saham perusahaan tersebut. Hal itu

dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya pergeseran hak kendali atas perusahaan dari

pemegang saham pemegang saham pengendali oleh investor baru yang potensial,

sehingga pemegang saham pengenali cenderung lebih menerima penetapan harga

saham perdana dengan harga yang lebih murah (underpricing).

Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori Sinyal merupakan informasi mengenai perusahaan sebagai pemberi sinyal

bagi investor dalam keputusan berinvestasi. Sinyal ini dapat berupa informasi yang

bersifat keuangan maupun non keuangan. Teori ini menekankan pada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar

perusahaan. Informasi yang diungkap oleh manajemen selalu menerangkan informasi

yang diinginkan oleh investor, terutama apabila informasi tersebut merupakan

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

266 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

informasi yang baik (good news).

Menurut Allen dan Fauhlber (1989), perusahaan yang berkualitas buruk tidak

mudah untuk meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan underpricing,

hal ini disebabkan karena cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe

perusahaan tersebut (baik atau buruk). Sinyal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru

oleh perusahaan yang nilai perusahaannya lebih rendah karena faktor biaya.

Underpricing

Underpricing merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam pasar modal disaat

emiten melakukan penawaran saham perdana sebelum saham tersebut melantai di pasar

sekunder. Menurut Junaeni dan Agustian (2013) mendefinisikan underpricing

merupakan fenomena dimana penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah

dibanding harga saham pasar sekunder untuk saham perusahaan yang sama. Selisih harga

itulah yang biasa dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor.

Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Kasmir (2015:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang dipakai

untuk menilai utang dengan ekuitas.” Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana

yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau untuk

mengetahui jumlah rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan uang. DER juga

memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan dijamin modal sendiri

perusahaan yang dipakai sebagai sumber pendaan usaha. Semakin besar nilai DER

menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang

relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang

relatif tinggi, akibatnya para investor menghindari saham-saham yang mempunyai nilai

DER yang tinggi.

Reputasi Underwriter

Menurut Fahmi (2015:53) “Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap

perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. Penentuan harga saham

pada saat IPO ditentukan oleh emiten dengan underwriter” Dalam hal ini tugas

underwriter adalah menjamin terjualnya efek yang ditawarkan dalam penawaran umum

sesuai dengan yang diekspektasikan.

Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan oleh kesepakatan antara

underwriter dengan perusahaan emiten, sebaliknya harga saham di pasar sekunder

ditentukan oleh sistem mekanisme pasar yaknibersumber pada permintaan dan

penawaran. Dalam hal ini underwriter memperoleh informasi lebih banyak berkenaan

tentang permintaan saham-saham emiten, dibandingkan dengan emiten itu sendiri.

Jenis Industri

Jenis industri dipakai sebagai variabel independen untuk melihat apakah

underpricing terjadi pada hampir semua jenis industri yang IPO atau hanya

industri tertentu saja karena jenis industri perusahaan saat IPO sangat banyak dan

faktor ini yang dapat membuat keinginan seorang investor berminat untuk

menanamkan modal pada sektor industri yang bergerak dibidang apa. Perusahaan

publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 2

kelompok besar (Lestari dkk, 2015), yakni: Pertama, Perusahaan manufaktur

adalah perusahaan yang menjalankan proses pembuatan produk. Sebuah

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 267

perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila mempunyai tahapan

input-proses-output yang akhirnya menghasilkan barang jadi. Kedua, Perusahaan

non manufaktur adalah perusahaan yang tidak menjalankan proses pembuatan produk.

Umur Perusahaan Menurut Saputra dan Suaryana (2016) umur perusahaan menunjukkan seberapa

lama perusahaan telah menjalankan sahanmya sehingga berpengaruh pada tingkat

pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi persaingan. Perusahaan yang

beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan

informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang baru saja

berdiri. Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak pula informasi yang diperoleh

masyarakat mengenai perusahaan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa terjadinya

underpricing salah satunya disebabkan karena adanya asimteri antara emiten dengan

investor.

ROE (Return on Equity)

ROE dapat menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu menghasilkan laba pada

masa yang akan datang. Kapabilitas perusahaan menghasilkan laba bersumber pada aset

yang perusahaan miliki dilihat dari ROE, karena laba ini yang merupakan informasi

penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Menurut

Kasmir (2015:114) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kapabilitas

perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini

juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang

ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.

Ukuran Perusahaan Firm Size atau ukuran peursahaan merupakan nilai dimana perusahaan dapat

diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan dengan nilai total aset, nilai saham dan

sebagainya. Bersumber pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

No.46/M-DAG/PER/9/2009, perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Klasifikasi perusahaan kecil, adalah untuk perusahaan yang mempunyai

kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan maksimum Rp

500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan omzet

lebih dari Rp 300.000.000 sampai dengan Rp 2.500.000.000

2. Klasifikasi perusahaan sedang, adalah untuk perusahaan yang mempunyai

kekayaan bersih lebh dari Rp 500.000.000 sampai dengan maksimum Rp

10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan omzet

lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000 3. Klasifikasi perusahaan besar, adalah untuk perusahaan yang mempunyai kekayaan

bersih lebih dari Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha dengan omzet di atas Rp 50.000.000.000

Tingkat Inflasi Menurut Halim (2015:39) “Inflasi dapat menyebabkan terjadinya risiko daya beli

karena terjadi peralihan. Hal ini akan menimbulkan daya beli uang yang diinvestasikan

ataupun bunga yang diterima menurun, sehingga nilai riil pendapatan akan berkurang.”

Sebaliknya, jika tingkat inflasi dari suatu Negara mengalami penurunan, maka hal ini

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

268 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

dapat menjadi sinyal yang positif seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan

risiko pendapatan yang turun.

Hipotesis Penelitian

Underpricing dapat terjadi karena adanya selisih antara harga saham pada saat

IPO dengan harga saat penutupan di pasar sekunder. Dimana harga penawaran saham

di pasar perdana ditawarkan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan

harga saham di pasar sekunder. Fenomena underpricing ini dapat mengakibatkan

kerugian yang akan didapatkan oleh perusahaan yang tidak memanfaatkan situasi saat

penawaran harga di pasar perdana.

Berdasar kepada landasan teori, beberapa penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti, dan rumusan masalah diatas maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut:

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Underpricing

Debt to Equity Ratio merupakan salah satu informasi internal yang dapat

menunjukan kapabilitas perusahaan dalam membayar hutangnya dengan aktiva atau

asset yang perusahaan tersebut miliki rasio ini diukur dengan membandingkan rasio

antara total hutang dan total aktiva. Dalam kaitannya dengan teori sinyal pada umumnya

investor sangat memperhatikan ini karena DER yang tinggi dapat menunjukkan risiko

dari kegagalan sebuah perusahaan dalam pengembalian pinjamannya begitu pula

sebaliknya. keputusan investor dalam melakukan investasinya akan mempertimbangkan

nilai DER, jika tingkat ketidakpastiannya tinggi akan semakin tinggi pula nilai

underpricing.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, tingkat kewajiban yang tinggi membuat

perusahaan menjadi lebih sulit dalam memprediksi jalannya perusahaan di masa depan.

Investor yang mengetahui suatu perusahaan memiliki banyak hutang akan

mempertimbangkan lagi keputusan untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu

underwriter akan memperkecil risiko dengan menjual saham perdana dengan harga yang

rendah, yang pada akhirnya menyebabkan underpricing.

Saputra dan Suaryana (2016) menerangkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh

positif terhadap tingkat underpricing. Dengan demikian hipotesis dapat dinyatakan

sebagai berikut:

H1: DER berpengaruh positif terhadap underpricing.

Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing

Dalam penentuan harga di pasar perdana, underwriter mempunyai peran yang

penting karena underwriter merupakan pemberi saran kepada perusahaan yang akan

melakukan penawaran saham perdana jadi underwriteryang mempunyai reputasi baik

pasti bisa memahami kondisi pasar dan melihat kapan emiten dapat dinilai layak dan

emiten mana yang mempunyai masa depan yang baik.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, reputasi underwriter dapat menjadi sinyal

positif bagi investor karena dari faktor ini investor dapat menemukan harga yang paling

optimal dan bisa melihat kemungkinan risiko yang akan dihadapi karena adanya bantuan

dari underwriter, informasi tersebut akan lebih dipercaya oleh investor jika underwriter

mempunyai reputasi yang baik. Hal ini yang merupakan sinyal investor dalam

keputusannya berinvestasi.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, investor dengan peusahaan mempunyai

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 269

kepentinganya masing-masing. Sebagai investor pasti mereka ingin membeli saham

dengan risiko yang rendah tetapi dengan harga yang paling optimal, sebaliknya bagi

perusahaan yang akan go public pasti ingin menjual harga saham dengan harga tinggi

karena dengan cara menjual saham harga tinggi maka akan mendapatkan jumlah yang

maksimum. Tidak lakunya efek yang tidak terjual merupakan risiko yang akan dihadapi

oleh underwriter dan risiko ini yang dapat membuat underwriter merugi karena harus

menanggung atas tidak lakunya efek yang diperdagangkan tetapi risiko tersebut sering

didapatkan oleh underwriter dengan reputasi rendah, karena itu reputasi yang baik dari

underwriter maka tingkat underpricing akan lebih rendah.

Junaeni dan Agustian (2013) menerangkan bahwa reputasi underwriter

berpengaruh terhadap underpricing saham dengan arah negatif, serta penelitian yang

dilakukan Risqi dan Harto (2013) membuktikan bahwa reputasi underwriter berpengaruh

negatif signifikan terhadap pengungkapan underpricing. Dengan demikian, hipotesis

dapat dinyatakan sebagai berikut:

H2: Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Underpricing

Umur perusahaan menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut menjalankan

usahanya secara berkelanjutan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat bertahan

menghadapi persaingan, semakin lama perusahaan tersebut berdiri maka akan semakin

banyak pula pengalaman yang perusahaan tersebut miliki. Umumnya investor melihat

reputasi dari perusahaan yang telah lama beroperasi dan dapat dijadikan indikator bagi

investor dalam menilai faktor munculnya risiko yang mungkin akan timbul dimasa yang

akan datang.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, informasi umur perusahaan dapat menjadi

sinyal positif bagi investor, jika perusahaan tersebut telah berdiri sejak lama maka dapat

diperkirakan informasi mengenai keuangan perusahaan yang dilaporkan akan semakin

lengkap dan terperinci dengan adanya penungkapan penuh atas laporan keuangan

perusahaan maka akan semakin kecil risiko yang diterima oleh investor dan investor

tersebut akan merasa aman untuk menanmkan modalnya dan dapat menimbulkan

penawaran saham perdana yang semakin tinggi.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, antara emiten dan investor mereka

mempunyai kepentingan yang berbeda. Investor menginginkan pengembalian yang

optimum dengan risiko yang seminimal mungkin, sedangkan perusahaan yang telah lama

berdiri percaya bahwa penawaran saham perdananya akan tinggi sehingga menginginkan

harga saham perdana yang maksimal. Underwriter yang memiliki informasi yang lebih

luas akan mempertimbangkan informasi kedua pihak. Semakin lama perusahaan berdiri

maka informasi laporan keuangan yang dilaporkan semakin baik, hal ini dapat

mengurangi terjadinya asimetri informasi antara perusahaan dengan investor.

Penelitian yang dilakukan Taufani (2017) menerangkan bahwa umur perusahaan

berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing yang diproxykan dengan intial

return. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purbarangga dan Yuyetta

(2013) yang juga menerangkan bahwa umur perusahaanmempunyai pengaruh negatif

terhadap underpricing. Dengan demikian hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:

H3: Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

270 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

Pengaruh Jenis Industri Terhadap Underpricing

Variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap

industrimempunyai tingkat risiko dan tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga

dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Dalam

kaitannya dengan teori sinyal adalah variabel jenis industri dapat menjadi sinyal positif

bagi investor yang akan menanamkan modalnya apakah setiap industri mempunyai risiko

yang sama dalam mengalami underpricing atau tidak.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, investor mempunyai kepentingan yakni

mereka akan menanamkan modalnya didalam industri yang mempunyai tingkat

underpricing yang lebih tinggi karena lebih murah dibandingkan harga pada pasar

sekunder dan pemerintah umumnya menetapkan peraturan yang lebih spesifik dalam

pengawasan pada sekelompok perusahaan di suatu Negara. Investor tidak mau dengan

perusahaan yang terlalu diatur pemerintah karena kebijakan dari pemerintah sewaktu-

waktu dapat berubah dan merubah harga saham, maka jenis industri yang lebih banyak

diautr pemerintah cenderung mempunyai tingkat underpricing yang lebih tinggi

dibandingkan yang tidak terlalu diatur oleh pemerintah atau perusahaan yang memiliki

aturan fleksibel. Junaeni dan Agustian (2013) menerangkan bahwa jenis industri

mempunyai pengaruh terhadapunderpricing dengan arah positif tingkat underpricing.

Dengan demikian hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

H4: Jenis industri berpengaruh positif terhadap underpricing.

Pengaruh ROE (Return on Equity) Terhadap Underpricing

ROE (Return on Equity) merupakan salah satu informasi internal dari perusahaan

yang menunjukkan tentang kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi

karena dapat dilihat bagaimana perusahaan dapat mengelola modalnya sendiri untuk

menghasilkanlaba yang tinggi. Dalam kaitannya dengan teori sinyal maka variabel ROE

memberikan sinyal positif bagi investor karena laba merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi bagaimana investor mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya

di suatu perusahaan dengan mengetahui nilai ROE dari perusahaan maka investor dapat

mengetahui besar kecilnya suatu keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari

modalnya sendiri di masa yang akan datang.

Dalam kaitannya dengan teori agensi bahwa investor dan perusahaan mempunyai

kepentingannya masing-masing yakni jika investor menanamkan modal disuatu

perusahaan bersumber pada faktor dari berapa estimasi keuntungan yang mungkin akan

investor dapatkan dimasa yang akan datang, sebaliknya disisi perusahaan faktor ROE

(return on equity) sangat menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut menghasilkan

seberapa besar tingkat laba karena hasil dari laba yang perusahaan hasilkan akan menarik

lebih banyak investor yang akan melakukan penanaman modal. Menurut Haska (2017)

menerangkan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dengan demikian

hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:

H5: ROE (Return on Equity) berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Karena masyarakat

mengenal perusahaan dari seberapa besarnya perusahaan tersebut karena perusahaan

yang besar secara tidak langsung menyediakan informasi yang banyak pula kepada

investor jadi semakin kecil ketidakpastian yang dimiliki oleh investor .Dalam kaitannya

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 271

dengan teori sinyal, ukuran perusahaan merupakan sinyal positif bagi investor karena

ukuran perusahaan yang berskala besar maka pengalamannya lebih besar dibandingkan

dengan perusahaan dengan skala kecil secara tidak langsung maka laba yang dilaporkan

oleh perusahaan dengan ukuran skala besar lebih dapat dipercaya.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, maka investor yang baru akan menanamkan

modal di pasar modal akan lebih memilih perusahaan dengan ukuran skala besar karena

lebih menarik dari perusahaan yang berukuran kecil. Untuk meanamkan modalnya

investor sangat waspada dengan kondisi perusahaan dan mempertimbangkan pada waktu

yang akan datang, sehingga pada saat itu perusahaan menginginkan harga saham

seoptimal mungkin. Dengan berinvestasi di perusahaan besar maka kekhawatiran yang

akan dihadapi investor akan berkurang dan investor dapat mengambil sebuah keputusan

yang tepat dengan sudah tersedianya informasi yang mencukupi di masyarakat. Menurut

Taufani (2017)menerangkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

underpricing begitu pula penelitian yang dilakukan Purbarangga dan Yuyetta (2013)

yang menerangkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

underpricing, dengan demikian hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut :

H6: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing

Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Underpricing

Inflasi merupakan terjadinya dimana terdapat peningkatan harga produk-produk

secara bersamaan sehingga terjadi penurunan daya beli uang Tingkat inflasi ini adalah

suatu informasi yang didapatkan dari luar perusahaan dan merupakan salah satu

informasi eksternal yang berkaitan dengan ekonomi makro dari suatu Negara.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, Tingkat inflasi dapat menjadi sinyal positif

bagi inevestor karena jika nilai inflasi dari suatu Negara ini menurun maka akan banyak

investor yang menanamkan modalnya karena nilai uang yang dimiliki mempunyai daya

beli yang lebih tinggi dibandingkan dengan saat tingkat inflasi sedang tinggi. Informasi

dari tingkat inflasi ini yang dapat membuat kita melihat banyak atau tidaknya investor

dari suatu Negara karena jika tingkat inflasi semakin tinggi maka dapat juga

kemungkinan naiknya tingkat suku bunga, penanaman modal semakin tidak pasti dengan

pengembalian modalnya, ketidakstabilan ekonomi dan akan menyebabkan juga

menurunnya kesejahteraan masyarakat dimana investor tersebut merupakan bagian dari

masyarakat.

Astuti dan Syahyunan (2012) membuktikan bahwa variabel inflasi terhadap

underpricing menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif pada saham perusahaan yang

melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Serta penelitian yang

dilakukan oleh Saifudin dan Rahmawati (2016) mempunyai hasil yang sama seperti

penelitian yang dilakukan Astuti dan Syahyunan (2012) bahwa tingkat inflasi

mempunyai pengaruh positif terhadap underpricing. Dengan demikian, hipotesis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

H7: Tingkat Infasi berpengaruh positif terhadap underpricing.

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

272 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

Sumber: Data diolah, 2018

Gambar 1

Kerangka Konseptual

METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel, Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini objek penelitian adalah Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek

Indonesia (BEI) atau dapat juga disebut Indonesia Stock Exchange (IDX). Populasi

dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di

BEI periode 2015-2017 sebanyak 67 perusahaan. Pemilihan perusahaan secara

purposive sampling diantaranya publish Laporan Tahunan secara konsisten selama

periode penelitian, menggunakan Rupiah dalam pelaporannya dan data tidak ekstrem.

Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian menjadi sebanyak 59 perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan

perusahaan beserta pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI

periode 2015-2017. Sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling. Metode

analisis data yang digunakan terdiri dari antara lain: analisis statistik deskriptif, analisis

uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, analisis koefisien determinasi dan

koefisien korelasi, dan uji hipotesis.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Underpricing

Underpricing ini dihitung dengan cara penghitungan initial return dari perusahaan-

perusahaan yang melakukan Initial Public Offering, yakni adalah selisih harga antara

penutupan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham

penawaran (Taufani, 2017)

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 273

𝐼𝑅 = 𝑃1 − 𝑃0

𝑃0 𝑥 100%

Keterangan:

IR = Intial Return

P1 = Harga penutupan saham pada hari pertama di pasar sekunder (Closing Price).

P0 = Harga penawaran saham perdana.

DER (Debt to Equity Ratio)

Debt to Equity Ratio adalah rasio hutang terhadap ekuitas yang dmiliki oleh

perusahaan, rasio ini mencerminkan kapabilitas perusahaan dalam membayar hutang

dengan modal yang dimilikinya. Jika rasio hutang rendah terhadap kekayaan pemilik,

maka semakin rendah proporsi modal pinjaman. Menurut Kasmir (2015:157) rumus

dalam mencari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut:

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐋𝐢𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐢𝐞𝐬

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐪𝐮𝐢𝐭𝐲 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Reputasi Underwriter

Pengukuran reputasi Underwriter menggunakan metode yang dilakukan oleh

Haska (2017) mengukurnya dengan cara memberikan perangkingan terhadap

underwriter dengan nilai 0 sampai 9 dan perangkingan ini dihitung berdasarkan dengan

jumlah trading value yang dilakukan Bursa Efek Indonesia melalui factbook tahunan.

Berikut ini adalah pengelompokan trading value underwriter:

Tabel 1

Trading Value Underwriter

Total Trading Value Nilai

> Rp 125,001 milyar 9

Rp 110,001 milyar - Rp 125,000 milyar 8

Rp 95,001 milyar - Rp 110,000 milyar 7

Rp 80,001 milyar - Rp 95,000 milyar 6

Rp 65,001 milyar - Rp 80,000 milyar 5

Rp 50,001 milyar - Rp 65,000 milyar 4

Rp 35,001 milyar - Rp 50,000 milyar 3

Rp 20,001 milyar - Rp 35,000 milyar 2

Rp 5,001 milyar - Rp 20,000 milyar 1

< Rp 5,000 milyar atau tidak termasuk dalam 50

most active IDX members 0

Sumber: Haska (2017)

Umur Perusahaan

Umur perusahaan dihitung berdasarkan lama dari perusahaan tersebut beroperasi

sejak didirikan didasarkan pada akte pendirian sampai dengan perusahaan tersebut

melakukan penawaran umum perdana (IPO), Variabel umur perusahaan diukur dengan

lamanya perusahaan beroperasi yakni sejak perusahaan itu didirikan (established date)

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

274 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

bersumber pada akta pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO (Saifudin

dan Rahmawati, 2016).

𝐴𝑔𝑒 = 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝐼𝑃𝑂 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑖𝑟𝑖

Jenis Industri

Variabel independen jenis industri dipakai untuk melihat apakah underpricing

terjadi pada hamper semua jenis indsutri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu

saja.Jenis industri merupakan variabel dummy. Pada hakekatnya variabel dummy ini

dimaksudkan untuk menunjukkan apakah tingkat underpriced perusahaan industri

manufaktur berbeda dengan perusahaan industri non manufaktur. Kelompok perusahaan

manufaktur diberi nilai 1 dan untuk kelompok perusahaan non manfuaktur diberi nilai 0

(Junaeni dan Agustian, 2013).

ROE (Return on Equity)

Return on equity (ROE) merupakan persentase keuntungan yang ditampilkan

perusahaan kepada investor mengenai seberapa besar tingkat pengembalian modal

investor dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.

Variabel ini dipakai dalam mengukur tingkat profitabilitas karena mengukur tingkat

keuntungan dengan modal sendiri, pengukuran dengan membandingkan antara laba

bersih dengan total ekuitas (Risqi dan Harto 2013). Menurut Kasmir (2015:204) rumus

untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

Total 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%

Ukuran Perusahaan

Besarnya skala atau ukuran dari sebuah perusahaan dapat diukur dengan cara

melihat total aktiva perusahaan dengan nilai asset yang dimilikinya. Ukuran perusahaan

merupakan cerminan potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Variabel ukuran

perusahaan diukur dengan menghitung log natural total aktiva tahun terakhir sebelum

perusahaan tersebut (Aini, 2013)

𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan

secara terus menerus. Tingkat inflasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat

inflasi yang ditetapkan oleh Bank Sental satu bulan sebelum emiten melakukan IPO

(Saifudin dan Rahmawati, 2016)

Metode Analisis Data

Sebelum diolah dalam suatu persamaan matematis, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik pada data yang akan dianalisis, yaitu uji normalitas dengan Kolmogorov-

Smirnov, uji heterosekedasitas dengan uji Glejser, dan uji autokorelasi dengan Durbin

Watson (D-W). Selanjutnya data akan dianalisis faktor, dan menguji pengaruh variabel

independen terhadap dependen dengan regresi sederhana, dengan persamaan regresi

yang digunakan sebagai berikut:

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 275

UP = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5+β5 X6+β5 X7

Keterangan :

UP = Underpricing

α = Konstanta

X1= Debt to Equity Ratio (DER)

X2= Reputasi Underwriter

X3= Umur Perusahaan

X4= Jenis Industri

X5= Return on Equity (ROE)

X6= Ukuran Perusahaan

X7= Tingkat Inflasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 perusahaan yang merupakan

perusahaan-perusahaan dari semua sektor yang mempunyai kelengkapan

informasi yang dipakai peneliti. Data sampel yang dipakai adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Sampel Perusahaan No. Keterangan Jumlah

1. Jumlah perusahaan yang IPO selama 2015 – 2017 67

2. Sampel yang dikeluarkan karena overpricing atau IR nol (6)

3. Data outliers (2)

Jumlah pengamatan yang dipakai 59

Sumber: Data diolah, 2018

Hasil Uji Stastika Deskriptif

Tabel 3

Hasil Statistik Deskriptif

Variabel Minimum Maximum Mean Standar

Deviasi

DER 0,010 8,880 1,08102 1,413640

RU 0 9 3,92 3,092

AGE 2 65 18,90 14,652

ROE -0,223 0,365 0,07689 0,106606

SIZE Rp. 50.765.000.000 Rp. 17.074.637.000.000 27,6554 1,23467

INFLASI 0,03 0,08 0,0448 0,01440

UP 1,32 70,00 38,1989 27,01670

Sumber: Data diolah (2018)

Pada tabel 2, diperoleh rata-rata (mean), tingkat penyimpangan penyebaran data

(standar deviasi) serta jumlah total populasi untuk setiap variabel penelitian. Nilai rata-

rata (mean) diperoleh dari jumlah data penelitian keseluruhan dibagi dengan jumlah

sampel. Sehingga diperoleh nilai minimum DER nilai minimum 0,010 dan nilai

maksimum sebesar 8, nilai rata-rata yang dimiliki adalah sebesar 1,08102 dan standar

deviasi sebesar 1,413640, untuk variabel umur perusahaan nilai minimum 2 dan nilai

maksimum sebesar 65 nilai rata-rata yang dimiliki adalah sebesar 18,9 dan standar

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

276 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

deviasi sebesar 14,652, untuk variabel ROE mempunyai nilai minimum -0,223 dan

nilai maksimum sebesar 0,365 nilai rata-rata yang dimiliki adalah sebesar 0,07689 dan

standar deviasi sebesar 0,106606, untuk variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai

minimum total asset Rp. 50.765.000.000 dan nilai maksimum total asset Rp.

17.074.637.000.000 nilai rata-rata yang dimiliki adalah sebesar 27,65 dan standar

deviasi sebesar 1,23467. Untuk variabel inflasi mempunyai nilai minimum 0,03 dan

nilai maksimum sebesar 0,08 nilai rata-rata yang dimiliki adalah sebesar 0,0448 dan

standar deviasi sebesar 0,01440. Dan untuk variabel underpricing mempunyai nilai

minimum 1,32 dan nilai maksimum sebesar 70 Nilai rata-rata yang dimiliki adalah

sebesar 38,19 dan standar deviasi sebesar 27,01.

Variabel Dummy

Tabel 4

Komposisi Reputasi Underwriter Total Trading Value Kategori Frekuensi Presentase

> Rp 125,001 milyar 9 9 15.30

Rp 110,001 milyar - Rp 125,000 milyar 8 1 1.69

Rp 95,001 milyar - Rp 110,000 milyar 7 5 8.47

Rp 80,001 milyar - Rp 95,000 milyar 6 2 3.38

Rp 65,001 milyar - Rp 80,000 milyar 5 5 8.47

Rp 50,001 milyar - Rp 65,000 milyar 4 7 11.86

Rp 35,001 milyar - Rp 50,000 milyar 3 7 11.86

Rp 20,001 milyar - Rp 35,000 milyar 2 7 11.86

Rp 5,001 milyar - Rp 20,000 milyar 1 5 8.47

< Rp 5,000 milyar atau tidak termasuk

dalam 50 most active IDX members 0 11 18.64

Total 59 100

Sumber: Data diolah, 2018

Variabel reputasi underwriter diukur dengan menggunakan skala nominal

berbentuk dummy dengan memberikan skor 0 – 9 , dalam penelitian ini terdapat 9

perusahaan yang termasuk kategori 9 atau 15.30%, 1 perusahaan termasuk kategori 8

atau 1.69%, 5 perusahaan termasuk kategori 7 atau 8.47%, 2 perusahaan kategori 6 atau

3.38%, 5 perusahaan kategori 5 atau 8.47 % , 7 perusahaan kategori 4 atau 11.86%, 7

perusahaan kategori 3 atau 11.86%,7 perusahaan kategori 2 atau 11.86%, 5 perusahaan

kategori 1 atau 8.47 %, dan 11 perusahaan kategori 0 atau 18.64%

Jenis Industri

Tabel 5

Komposisi Jenis Industri

Frequency Percent

PERUSAHAAN NON

MANUFAKTUR 39 66,1

PERUSAHAAN

MANUFAKTUR 20 33,9

Total 59 100,0

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 277

Sumber: Data diolah, 2018

Variabel jenis industri diukur dengan menggunakan skala nominal berbentuk

dummy dengan skor 0-1, perusahaan dengan jenis industri non manufaktur diberi nilai

0 sebaliknya perusahaan dengan jenis industri manufaktur diberi nilai 1. Dalam

penelitian ini, terdapat 66.1% perusahaan dengan kategori jenis industri non

manufaktur dan 20% perusahaan dengan jenis industri manufaktur.

Analisis Uji Asumsi Klasik

Hasil penelitian ini dari pengujian Regresi Linier Berganda akan dapat

digunakan sebagai alat prediksi yang tepat apabila memenuhi uji asumsi klasik

sebagai berikut:

Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Normalitas distribusi data

penelitian ini dapat dilihat dari normal probability plot, jika data menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dikatakan

memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika tersebar acak dan tidak berada

disekitar garis diagonal maka asumsi normalitas tidak terpenuhi (Ghozali, 2013).

Uji Multikolenieritas

Tabel 6

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Data diolah, 2018

Bersumber pada tabel 6 diketahui bahwa seluruh variabel tidak terdapat

multikolinearitas. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan antar variabel dalam

penelitian ini. Karena nilai VIF dari seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10.

Variabel VIF Kesimpulan

DER

RU

AGE

TYPE

ROE

SIZE

INFLASI

1,280

1,238

1,156

1,045

1,085

1,352

1,063

Tidak terdapat multikolinieritas

Variabel Tolerance Kesimpulan

DER

RU

AGE

TYPE

ROE

SIZE

INFLASI

0,781

0,808

0,865

0,957

0,922

0,739

0,940

Tidak terdapat multikolinieritas

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

278 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

Uji Heterokedastisitas

Tabel 7

Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Signifikansi Kesimpulan

DER

RU

AGE

TYPE

ROE

SIZE

INFLASI

0,178

0,136

0,696

0,105

0,506

0,714

0,688

Tidak ada heterokedastisitas

Dependent Variabel : ABS

Sumber: Data diolah, 2018

Bersumber pada tabel 7 diketahui bahwa seluruh variabel independen mempunyai

nilai signifikansi > 0,05. Dengan demikian, model regresi penelitian ini terbebas dari

heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi

Tabel 8

Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson Keterangan

1 2,018 Tidak terdapat autokorelasi

Sumber: Data diolah, 2018

Bersumber pada tabel 8 diketahui bahwa terdapat 59 pengamatan dan 7 variabel

independen. Hasil pengujian ini disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat

autokorelasi.

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 9

Hasil Uji Hipotesis Variabel Prediksi β Sig Keputusan

(Constant)

DER

RU

AGE

TYPE

ROE

SIZE

INFLASI

-

Positif

Negatif

Negatif

Positif

Negatif

Negatif

Positif

308,978

1,053

-2,780

-0,201

-1,944

-62,664

-9,218

109,115

0,000

0,677

0,008

0,330

0,745

0,025

0,001

0,583

-

𝐻1 ditolak

𝐻2 diterima

𝐻3 ditolak

𝐻4 ditolak

𝐻5 diterima

𝐻6 diterima

𝐻7 ditolak

Adj. R²

F. test

Sig.

0,386

6,219

0,000

Sumber: Data Diolah, 2018

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 279

Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel diatas, dapat dibuat persamaan regresi untuk

model penelitian sebagai berikut:

UP = 308,978 + 1,053 DER – 2,780 RU – 0,201 AGE -1,944 TYPE – 62,644 ROE –

9,218 SIZE + 109,115 INFLASI

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi diamati melalui nilai adjusted R². Bersumber padat tabel hasil

uji hipotesis diketahui bahwa model regresi pada penelitian ini mempunyai koefisien

determinasi yang dinyatakan pada Adjusted R² adalah sebesar 0,386. Hasil ini

menunjukan bahwa seluruh variabel independen dapat menjelaskan 38,6% variabel

dependen. Dengan demikian, sisanya atau 61,4% mampu dijelaskan oleh faktor lain.

Uji Simultan (Uji F)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji F yakni adalah hipotesis diterima apabila nilai

signifikansi F < 0,05. Bersumber pada tabel hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai

signifikansi F adalah sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa berarti

terdapat pengaruh secara bersama-sama antara seluruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

Pengaruh DER terhadap Underpricing

Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,677 lebih besar dari 0,05

dengan β = 1,053, maka Ha gagal diterima yang berarti debt to equity ratio tidak

berpengaruh terhadap underpricing. Pada umumnya, investor akan tertarik dengan

tingkat leverage. Karena berhubungan dengan pengembalian yang diharapkan dapat

semakin tinggi. Namun dalam penelitian ini, DER tidak berpengaruh terhadap

underpricing. hal ini disebabkan karena besarnya risiko yan dihadapi investor akan

berdampak pada semakin tinggi financial leverage, dan tidak semua investor berani

untuk menghadapi risiko yang tinggi.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, tingkat kewajiban yang tinggi membuat

perusahaan menjadi lebih sulit dalam memprediksi jalannya perusahaan di masa depan.

Investor yang mengetahui suatu perusahaan memiliki banyak hutang akan

mempertimbangkan lagi keputusan untuk menanamkan modalnya. Tidak

berpengaruhnya variabel ini dapat disebabkan oleh ketidakpercayaan investor atas

informasi keuangan yang disajikan oleh emiten, sebagaimana ketidakpercayaan investor

pada informasi DER yang disajikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufani (2017)

yang menerangkan variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Hasil ini tidak sejalan dengan penelittian yang dilakukan Sulistyawati dan

Wirajaya (2017), Saputra dan Suaryana (2016) yang menerangkan debt to equity ratio

berpengaruh positif terhadap underpricing.

Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing

Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,008 lebih kecilr dari 0,05

dengan β = -2,780, maka Ha diterima yang berarti reputasi underwriter mempunyai

pengaruh negatif terhadap underpricing.

Dalam kaitannya dengan teori agensi, investor dengan perusahaan mempunyai

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

280 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

kepentingannya masing-masing. Sebagai seorang calon investor mereka ingin membeli

saham dengan harga paling optimal dan dengan risiko yang paling rendah, sebagai

underwriter risiko yang akan dirasakan adalah kemungkinan untuk tidak terjualnya efek

sehingga menyebabkan underwriter tersebut merugi karena harus menanggung sebagian

efek yang tidak terjual. Sebaliknya perusahaan yang akan melakukan penawaran saham

perdana juga ingin menjual harganya dengan harga yang tinggi karena dengan begitu saat

penawaran saham perdana perusahaan dapat langsung mendapatkan dana dengan jumlah

yang maksimum. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi dapat menekan konflik

yang terjadi dengan menetapkan harga saham perdana sesuai dengan kondisi perusahaan,

oleh karena itu reputasi baik dari underwriter, maka tingkat underpricing akan lebih

rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaeni

dan Agustian (2013) yang menerangkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh

negaitf terhadap pengungkapan underpricing. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan Nurfauziah dan Safitri (2013) yang menerangkan reputasi underwriter

tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Underpricing Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,330 lebih besar dari 0,05 dengan

β = -0,201, maka Ha gagal diterima yang berarti umur perusahaan tidak berpengaruh

terhadap underpricing.

Dalam penelitian ini umur perusahaan tidak menjadi faktor utama yang

dipertimbangkan oleh investor sehingga umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Perusahaan yang beroperasi lebih lama belum terbukti menyediakan

informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas dari pada perusahaan yang baru saja

berdiri. Semakin lama perusahaan berdiri maka informasi laporan keuangan yang

dilaporkan belum tentu semakin baik, hal ini dapat terjadi asimetri informasi antara

perusahaan dengan investor. Dengan semikiran penawaran saham perdana semakin

tinggi, tidak menyebabkan tingkat underpricing semakin rendah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Taufani (2017), Saputra dan

Suaryana, Purbarangga dan Yuyetta (2013) yang menerangkan umur perusahaan tidak

berpengaruh terhadap underpricing. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Saifudin dan Rahmawati (2016) yang menerangkan umur perusahaan berpengaruh

positif terhadap underpricing.

Pengaruh Jenis Industri terhadap Underpricing Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,745 lebih besar dari 0,05 dengan

β = -1,944, maka 𝐻𝑎 gagal diterima yang berarti jenis industri tidak berpengaruh terhadap

underpricing.

Dalam penelitian ini, tidak semua investor membedakan jenis indsutri dalam

melakukan investasi. Risiko investasi saham biasa terjadi pada semua jenis industri, oleh

sebab itu peluang iinvestor dalam memperoleh keuntungan pun dimiliki oleh semua jenis

industri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaeni dan

Agustian (2013) yang menerangkan bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap

underpricing.

Pengaruh Return on Equity terhadap Underpricing

Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,025 lebih kecil dari 0,05 dengan

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 281

β = -62,644, maka 𝐻𝑎 diterima yang berarti rerturn on equity berpengaruh negaitf

terhadap underpricing.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, perusahaan akan memberikan sinyal positif

kepada investor mengenai tentang tingkat keuntungan yang bisa dihasilkan perusahaan

di masa yang akan dating. ROE yang disajikan perusahaan menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan tersebut, sehingga dapat menarik calon investor untuk membeli

sahamnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Haska (2017) yang

menerangkan bahwa return on equity berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Purbarangga dan Yuyetta (2013)

yang menerangkan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,01 lebih besar dari 0,05dengan

β = -9,218, maka 𝐻𝑎 diterima yang berarti ukuran perusahaan berpengaruh negatif

terhadap underpricing.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, ukuran perusahaan dapat memberikan sinyal

yang positif kepada investor dikarenakan perusahaan yang berskala besar biasanya

melaporkan kinerja keuangannya secara lebih terpercaya dan laporan keuangan tersebut

lebih mudah didapatkan oleh calon investor, besarnya skala perusahaan biasanya

berbanding lurus dengan intial return yang akan didapatkan dan perusahaan yang

berskala besar bisa memberikan informasi yang memadai dan dapat mengurangi tingkat

ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan, besarnya total asset yang

dimiliki perusahaan bisa meyakinan investor dalam menilai masa depan perusahaan

tersebut di masa yang akan datang dan mengurangi tingkat risiko perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan

Suaryana (2016) yang menerangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

underpricing. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh

Purbarangga dan Yuyeta (2013) yang menerangkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Underpricing Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi 0,583 lebih besar dari 0,05 dengan

β = 109,115, maka Ha gagal diterima yang berarti tingkat inflasi tidak berpengaruh

terhadap underpricing.

Dalam kaitannya dengan teori sinyal, tingkat inflasi bisa menjadi sinyal positif

yang akan diterima oleh investor yang akan melakukan investasi dalam pembelian saham

karena tingkat inflasi ini menggambarkan keadaan makro ekonomi di suatu negara pada

periode tertentu. Dalam penelitian ini tidak terbukti inflasi menentukan investor

membuat keputusan berinvestasi. Investor yang ingin berinvestasi pada saham perdana

bias saja lebih memperhatikan analisis teknikal dan fundamental dari perusahaan dengan

demikian inflasi tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati dan

Wirajaya (2017) yang menerangkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Yandes

(2013) yang menerangkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap

underpricing.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

282 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, reputasi

underwriter, umur perusahaan, jenis industri, return on equity, ukuran perusahan, dan

tingkat inflasi terhadap underpricing saham pada seluruh perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017. Bersumber pada analisis data dan

pembahasan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut.

Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufani (2017) yang

menerangkan variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaeni dan Agustian (2013) yang

menerangkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negaitf terhadap pengungkapan

underpricing.

Umur perusahaan (Age) tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Taufani (2017), Saputra dan Suaryana, Purbarangga dan

Yuyetta (2013) yang menyatakan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap

underpricing.

Jenis industri tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Junaeni dan Agustian (2013) yang menyatakan bahwa jenis industri tidak

berpengaruh terhadap underpricing.

Return on Equity (ROE) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Haska (2017) yang menyatakan bahwa return on equity

berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan Suaryana (2016)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat

underpricing.

Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati dan Wirajaya (2017) yang

menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan antara lain adalah sedikitnya perusahaan

yang melakukan IPO sehingga perusahaan yang diteliti tidak cukup banyak.

Saran

Bersumber pada simpulan penelitian dan dengan mempertimbangkan keterbatasan

penelitian diperoleh saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan

variabel lain selain variabel yang dipakai dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih

luas mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi underpricing, misalnya proceeds atau

earning per share. Selain itu untuk Para investor atau calon investor sebelum membeli

saham perdana sebaiknya mempertimbangkan reputasi underwriter, return on equity,

ukuran perusahaan karena terbukti berpengaruh terhadap underpricing.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

_____________________________Himawan Budi Kuncoro/Rossje V Suryaputri 283

DAFTAR PUSTAKA

Aini, S. N. (2013). Faktor-Faktor YAng Mempengaruhi Underpricing Saham Pada

Perusahaan IPO Di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 1 No.1

Januari.

Allen, F., & Faulhaber, G. (1989). Signaling by Underpricing in the IPO Market. Journal

Of Financial Economics Vol. 23 No. 2, 303-323.

Amelia, J. M., & Saftiana, Y. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal

Penelitian dan Penembanan Akuntansi Vol. 1 No. 2 Juli.

Awalia, A., & Daljono. (2014). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan

Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2012). Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 3 No. 3 , 1-13.

Fahmi, I. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Hair, J. F. (1998). In Multivariate Data Analysis. London: Pretince Hall.

Halim, A. (2015). In Analisis Investasi Di Aset Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Haska, D. (2017). Pengaruh Risiko Investasi, Return On Equity (ROE) Dan Proceeds

Terhadap Underpricing Dengan Reputasi Underwriter Sebagai Variabel Moderasi

Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang IPO Di BEI Periode 2010-2014. JOM

Fekon Vol. 4 No. 1 Februari.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-

360.

Junaeni, I., & Agustian, R. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering DI

BEI. Junral Ilmiah WIDYA Vol. 1 No. 1 Mei-Juni.

Kartika, G. S., & Putra, I. D. (2017). Faktor-Faktor Underpricing Initial Public Offering

Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 19 No. 3,

2205-2233.

Kasmir. (2015). In Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kurniawan, L. (2014). Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Pada Fenomena

Underpricing Yang Terjadi Saat Penawaran Umum Saham Perdana Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi/Volume

XVIII No.3 September, 371-382.

Lestari, A. H., Hidayat, R. R., & Sulasmiyati, S. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana Di BEI

Periode 2012-2014 (Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan IPO Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 25 No.

1 Agustus.

Nalurita, Y. (2017). Pengaruh Kuantitas Penawaran Saham, Umur Perusahaan, Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Initial Return Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Lampung.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING …

284 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing___________________

Ningsih, R. A., & Soekotjo, H. (2017). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan

Likuiditas Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu dan Riset Manejemen Vol. 6 No.1

Januari, 1-17.

Nurfauziah, & Safitri, R. E. (2013). Pengaruh Reputasi Underwriter Dan Reputasi

Auditor Terhadap Underpricing. Jurnal Siasat Bisnis Vol.17 No. 1 Januari, 80-89.

Purbarangga, A., & Yuyetta, E. A. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Saham Perdana. Diponegoro Journal of

Accounting Vol. 2 No. 3, 1-7.

Retnowati, E. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham

Pada Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi

Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Negeri Semarang.

Risqi, I. A., & Harto, P. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia.

Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 2 No. 3, 1-7.

Saifudin, & Rahmawati, D. (2016). Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi

Terhadap Underpricing Ketika Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis Vol.1 No.1 , 33-46.

Saputra, A. C., & Suaryana, I. N. (2016). Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, Retrun On Assets Dan Financial Leverage Pada Underpricing

Penawaran Umum Perdana. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 15 No.2

Mei.

Sulistyawati, P. I., & Wirajaya, I. A. (2017). Pengaruh Variabel Keuangan, Non

Keuangan dan Ekonomi Makro Terhadap Underpricing Pada IPO di BEI. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana, Vol.20 3 September.

Taufani, M. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat

Penawaran Perdana (Initial Public Offering) DI Bursa Efek Indonesia. Vol VIII No

2 Oktober.

Yandes, J. (2013). Fenomena Underpricing Saham Yang Dipengaruhi Faktor Internal

Dan Eksternal (Studi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di BEI Tahun

2007-2010). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung.