analisis faktor risiko pencemaran udara di kota palembang tahun 2012
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENCEMARAN UDARA
DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2012
BTKL PP KELAS I PALEMBANG
DIREKTORAT JENDERAL PP & PL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................... 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 4
A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara ....................................... 4
B. Sumber Pencemar Udara .......................................................... 7
C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan
Lingkungan 9
BAB III METODE ......................................................................................... 18
A. Lokasi dan Metode Sampling ................................................... 18
B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji ...................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 20
A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang ............................ 20
B. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan ....................... 25
C. Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara.................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 32
A. Kesimpulan .............................................................................. 32
B. Saran ....................................................................................... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan yang sehat merupakan salah satu target utama pemerintah di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung
bagi kehidupan mahluk hidup secara optimal.
Pertumbuhan pembangunan Kota Palembang khususnya di sektor industri dan
transportasi disamping memberikan dampak positif, disisi lain juga memberikan
dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik
yang terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan
kendaraan bermotor telah meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990
dan 10 kali pada tahun 2020.
Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan
sekitar 6 - 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah
kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan
proyeksi 6 - 8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1
kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0
kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah
dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara
perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.
Pembakaran bahan bakar fosil untuk pemanasan di rumah tangga, pembangkit
tenaga listrik, kendaraan bermotor, proses-proses industri dan penanganan limbah
padat dengan pembakaran merupakan sumber utama penghasil bahan pencemar
udara di daerah perkotaan.Pertumbuhan sektor industri dan transportasi pada
umumnya juga berdampak pada pertumbuhan penduduk kota. Jika hal ini terjadi
tanpa terkendali, maka akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar dan
tentunya akan menghasilkan pembuangan limbah/zat pencemar yang lebih banyak
pula.
2
Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah saja. Di
siang hari suhu udara di muka bumi seakan semakin panas dari hari ke hari.
Atmosfer yang terkontaminasi di luar batas toleransi, menyebabkan berbagai dampak
polusi udara khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia.
Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang
telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan
bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi
umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon monoxide/green
house gas) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya.
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan yang sangat pesat di era 90-
an diduga terkait dengan kecenderungan terjadinya urban sprawl yang tidak diikuti
dengan penyediaan sistem angkutan umum yang memadai sehingga menyebabkan
ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Berbagai studi menuding bahwa transportasi yang tidak terkendali telah
mengakibatkan penurunan kualitas kehidupan perkotaan seperti menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat, buruknya kualitas udara perkotaan, meningkatnya korban
kecelakaan lalulintas, meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan dan
berkurangnya aktivitas fisik seseorang karena lebih banyak di kendaraan. Sistem
transportasi perkotaan yang didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi telah
terbukti mengkonsumsi energi yang berlebihan, mengganggu kondisi kesehatan
masyarakat, dan tingkat pelayanan yang terus menurun walaupun dengan investasi
yang terus bertambah.
Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota
Palembang karena perubahan komposisi udara pada level tertentu dapat
membahayakan kesehatan manusia dan menjadi media penyebaran penyakit. Oleh
karena itu, pengawasan kualitas udara harus menjadi bagian terintegrasi di dalam
program pemerintah, baik sebagai bagian program kesehatan maupun lingkungan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis kualitas udara ambient di Kota Palembang dan faktor
risiko potensial gangguan kesehatan masyarakat.
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsentrasi pencemar udara SO2, CO, NO2, TSP, Pb
dan HC.
b. Untuk mengetahui titik-titik rawan pencemaran udara di Kota
Palembanvg.
c. Untuk mengetahui potensi penyakit akibat pencemaran udara perkotaan.
C. Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai kualitas udara ambient di Kota
Palembang.
4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara
1. Sulfur Dioksida (SO2)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua
komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2)
dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua
bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh
jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar.
Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi
sebagai berikut :
S + O2 < --------- > SO2
2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap
air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat
dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet
asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO3 + H2O ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4
Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari
emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari
mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi
SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik
Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum
5
sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia.
Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi
oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk
sulfat di dalam droplet.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
3. Nitrogen Dioksida (NO2)
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di
atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2).
Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang
paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen
dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar
daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan
lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen.
Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk
bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C)
keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang
digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini
6
merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan
hasil samping dari proses pembakaran.
4. Total Suspended Particulate (TSP)
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <
1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di
udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain
dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi
kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai
senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada
pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya
ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan
untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan
mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate
Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), black smoke.
5. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif
pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara
ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih
masing-masing 110°C dan 200°C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-
7
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
asam atau oksidator.
6. Hidrokarbon (HC)
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan
sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC.
HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung
berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1 - 4 atom
karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas
5 akan berbentuk cairan dan padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan
lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut
minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya
menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam
3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon
alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan
semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
B. Sumber Pencemar Udara
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.
Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.Secara detail, sumber-sumber
pencemar udara dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
8
Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara
No. Parameter Sumber Pencemar
Sumber Bergerak Sumber Tidak Bergerak 1. SO2 Kendaraan bermotor. Sumber alam seperti vulkano,
pembakaran di rumah tangga dan proses-proses industri, terutama industri peleburan baja.
2. CO Kendaraan bermotor. Pegunungan, kebakaran hutan, pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik, asap rokok dan pembakaran tungku dapur rumah tangga.
3. NO2 Kendaraan bermotor. Produksi energi dan pembuangan sampah.
4. TSP Kepadatan kendaraan bermotor
Debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi penggunaan mesin disel pembakaran batu bara yang tidak sempurna proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara.
5. Pb Kendaraan bermotor. Penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, insinerator, penggunaan pipa air yang mengandung Pb di rumah tangga serta rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb.
6. HC Kendaraan bermotor. Industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi pembuangan sampah, kebakaran hutan.
9
C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
1. Gangguan Kesehatan
Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya
kesehatan masyarakat. Standar tentang batas-batas pencemar udara secara
kuantitatif diatur dalam baku mutu udara ambient dan baku mutu emisi.
Berbagai polutan udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia
dan makhluk hidup lain antara lain :
a. Karbon monoksida
Gas CO yang terhirup dapat bereaksi dengan hemoglobin pada sel
darah merah seningga menghalangi pengangkutan oksigen yang sangat
dibutuhkan tubuh. Efek yang ditimbulkan diantaranya adalah pusing, sakit
kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan), kerusakan otak, dan kematian. Gas
CO yang terhirup dapat pula berdampak pada kulit dan menyebabkan masalah
jangka panjang pada penglihatan.
Tabel 2.1 Konsentrasi CO dan Gangguan yang Ditimbulkan Konsentrasi CO di udara (ppm)
Konsentrasi COHb dalam darah (%) Gangguan pada tubuh
3 0,98 Tidak ada 5 1,30 Belum begitu terasa 10 2,10 Gangguan sistem saraf sentral 20 3,70 Gangguan panca indra 40 6,90 Gangguan fungsi jantung 60 10,10 Sakit kepala 80 13,30 Sulit bernafas 100 16,50 Pingsan - kematian
b. Sulfur oksida, nitrogen oksida dan ozon
Gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan ozon pada konsentrasi rendah
dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan. Menghirup ketiga gas
tersebut dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan
kronis seperti bronkitis, amfisema, dan asma. Penyakit-penyakit ini umumnya
ditandai dengan kesulitan bernapas (sesak) akibat kerusakan organ pernapasan.
Gas-gas ini juga dapat memperparah gagguan pernapasan yang sedang diderita
seseorang.
10
Sulfur oksida dan ozon dapat membahayakan kehidupan tumbuhan
karena beersifat racun bagi tumbuhan. Polutan SOx mempunyai pengaruh
terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari pada yang
diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada
konsentrasi sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap
manusia seperti pada table berikut :
Tabel 2.2 Konsentrasi SOx dan Pengaruhnya Terhadap Manusia Konsentrasi SOx
(ppm) Pengaruh Terhadap Manusia
3 - 5 Dapat dideteksi dari baunya 8 - 12 Mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Mengakibatkan iritasi mata, batuk. Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu lama.
50 - 100 Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat
400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Oksida nitrogen memiliki dua macam bentuk yaitu NO dan NO2.
Penelitian terhadap aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan
NO2 empat kali lebih beracun dari pada NO, tetapi No pada konsentrasi udara
ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih
beracun terutama terhadap paru-paru.
Oksidan fotokimia seperto ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 - 3,0 ppm selama 2 jam
mengakibatkan pusing yang berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa
orang yang sensitive. Kontak dengan ozon pada konsentrasi sekitar 3,0 ppm
selama beberapa waktu mengakibatkan edema pulmonary pada kebanyakan
orang.
c. Materi partikulat
Materi-materi partikulat yang banyak terdapat di area pabrik, konstruksi
bangunan, dan pertambangan seperti serbuk batu bara, serbuk kapas, serbuk
11
kuarsa, dan serat asbes, dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Tingkat
keparahan penyakit dapat beragam, mulai dari peradangan sampai pembentukan
tumor paru-paru.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan bebagai macam penyakit saluran pernapasan atau
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam
paru-paru. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron tertahan di saluran
pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3 - 5 mikron akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran 1 - 3
mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru kemudian menempel
pada alveoli. Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas
dihembuskan.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di
daerah kegiata indutri dan teknologi antara lain :
1) Silikosis
Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO2 yang
terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi
sekitar 2 - 4 tahun. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas yang
disertai batuk namun seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah
pada stadium berat, sesak napas akan semakin parah, kemudian diikuti
dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan
kegagalan kerja jantung.
2) Asbestosis
Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran
dari berbagai macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang
ditunjukkan berupa sesak napas dan batuk dengan dahak. Pemeriksaan pada
dahak akan menunjukkan adanya debu asbes dalam dahal tersebut. Ujung-
ujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar.
3) Bisinosis
Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat
kapas. Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda awal
12
berupa sesak napas dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut
atau berat, biasanya diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin
juga disertai dengan emphysema.
4) Antrakosis
Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batu bara. Masa inkubasi debu di saluran pernapasan antara 2 - 4 tahun.
Karena pada debu batu bara terkadang juga terdapat debu silikat, penyakit
antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis sehingga disebut
silikoantrakosis.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu:
a) Antrakosis murni
b) Silikoantrakosis
c) Tuberkolosilikoantrakosis
5) Beriliosis
Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan
nesoparingitis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala
sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.
Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang menggunakan
logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang
industry nuklir, dengan masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai
dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas.
Materi partikulat lain yang dapat membahayakan kesehatan adalah timbal.
Timbal sangat beracun (toksik) dan dapat terakumulasi dalam tubuh, serta
menyerang berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan dan sistem
saraf, fungsi jantung dan ginjal.
Anak-anak lebih rentan terhadap efek timbal dibandingkan orang dewasa.
Timbal dapat menyebabkan keterbelakangan mental pada anak-anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa timbal dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada hewan.
13
d. Asap rokok
Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti benzo-α-pyrene dan
formaldehid yang berpotensi menimbulkan bermacam-macam penyakit
seperti ganggua pernapasan, penyakit jantung dan kanker paru-paru.
e. Zat-zat penyebab kanker
zat-zat penyebab kanker antara lain kloroform, para-diklorobenzena,
tetrakloroetilen, trikloroetan, dan radioaktif (misalnya radon). Zat-zat
tersebut umumnya merupakan jenis polutan udara di dalam ruangan (indoor
air pollutans).
f. Suara
Kontak dengan suara bising dalam waktu lama dapat menyebabkan
kerusakan organ pendengaran yang bersifat permanen (tuli).
Suara yang dikategorikan menimbulkan kebisingan berkekuatan di atas 50
dB. Gangguan yang timbul terutama pada system pendengaran, sedangkan
gangguan lain diantaranya :
a) Ketegangan yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur
b) Perubahan tekanan darah
c) Perubahan denyut nadi
d) Dapat mengganggu janin dalam kandungan
e) Kontraksi perut
f) Gangguan jantung
g) Gangguan ingatan
h) Gangguan kejiwaan, strees bahkan gila serta penyakit-penyakit lain.
g. Bahan radioaktif
Polusi bahan radioaktif berasal dari debu radioaktif yang berasal dari
ledakan bom dan reactor atom. Bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh α, β,
γ, serta partikel neutron hasil pembelahan inti. Dampak polusi bahan
radioaktif, antara lain:
14
1) Terjadinya perubahan struktur zat dan pola reaksi kimia sehingga dapat
merusak sel tubuh
2) Penurunan kemampuan otak
3) Penurunan sel darah putih sehingga daya tahan tubuh menurun
4) Kehilangan nafsu makan
5) Turunnya berat badan
6) Diare dan demam
7) Peningkatan denyut jantung
8) Pusing-pusing
9) Kanker darah (leukemia)
10) Kanker tulang akibat konsentrasi Sr dalam tulang yang mengandung
Ca.
2. Asbut
Istilah asbut (asap kabut) di adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke
dan fog). Istilah ini muncul sekitar awal abad ke-20, ketika asap dan kabut tebal
tampak di kota London akibat revolusi industri di kota tersebut. Berdasarkan
jenis polutan penyebabnya, asbut dapat dibedakan menjadi asbut industri dan
asbut fotokimia. Polutan utama penyebab asbut industri adalah sulfur oksida
dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh
industri, warnanya tampak keabuan. Asbut ini sering terlihat keluar dari
cerobong asap pabrik.
Polutan utama penyebab asbut fotokimia adalah nitrogen oksida yang
berasal dari kendaraan bermotor dan hidrokarbon yang berasal dari berbagai
sumber. Kedua polutan ini akan mengalami reaksi fotokimia membentuk
ozon. Ozon tersebut dapat bereaksi dengan berbagai polutan udara lainnya
membentuk ratusan jenis polutan sekunder yang membahayakan kesehatan.
Nitrogen oksida menyebabkan asbut fotokimia tampak berwarna kecoklatan.
Asbut ini sering terlihat di langit kota-kota besar, seperti Jakarta.Asbut dapat
mengganggu penglihatan sehingga menghambat berbagai aktivitas manusia,
seperti penerbangan. Selain itu, asbut juga mengganggu pernapasan sehingga
dapat menyebabkan kematian. Contoh akibat asbut yang fatal adalah asbut
15
industri yang terjadi pada tahun 1952 di kota London, yang menyebabkan
kematian 12.000 orang. Di Indonesia, kasus asbut cukup sering terjadi,
misalnya akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra atau karena
banyaknya pabrik dan kendaraan bermotor di kota-kota besar.
3. Hujan Asam
Hujan sebenarnya secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah enam)
karena CO2 dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat
untuk melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
hewan. Namun berbagai polutan udara dapat meningkatkan keasaman air
hujan, sehingga disebut hujan asam.
Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6.
Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur
dioksida. Zat-zat ini di atmosfer akan bereaksi dengan uap air, membentuk
asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh
bersama air hujan. Air hujan tersebut akan meningkatkan kadar keasaman
tanah dan air permukaan. Dampak dari hujan asam di antaranya adalah sebagai
berikut :
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang hidup di dalamnya.
Suatu penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara penurunan
pH dengan penurunan populasi ikan dan biota air lainnya di perairan.
b. Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak jaringan tanaman sehingga
menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian.
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Air yang tercemar
logam berat jika dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan.
d. Bersifat korosif, sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil dan
pagar, monumen dan patung atau komponen bangunan.
e. Menyebabkan penyakit pernapasan
f. Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.
16
4. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata bumi, akibat
efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa tertahannya atau
terperangkapnya panas matahari di lapisan atmosfer bumi bagian bawah oleh gas-
gas rumah kaca yang membentuk lapisandi atmosfer.
Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global meliputi
berbagai polutan udara, seperti :
a. Karbondioksida (CO2)
b. Metan (CH4)
c. Nitrat oksida (N2O)
d. Hidrofluorokarbon (HFC)
e. Klorofluorokarbon (CFC)
Terjadinya peningkatan suhu bumi akan mengakibatkan mencairnya es di
kutub dan meningkatkan suhu air laut. Dampak lebih lanjut antara lain:
a. Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik.
b. Menimbulkan banjir di daerah pantai.
c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau da kota-kota besar yang berada di tepi
laut.
d. Meningkatkan penyebaran penyakit menular.
e. Curah hujan di daerah yang beriklim tropis akan lebih tinggi dari normal
f. Tanah akan lebih cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Kekeringan
akan mengakibatkan banyak tanaman mati sehingga di beberapa tempat dapat
mengalami kekurangan makanan.
g. Akan terjadi angin besar di berbagai tempat.
h. Berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin.
i. Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia yang tidak mampu
berpindah atau beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi.
Meningkatnya suhu global juga diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan lain, seperti meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang
ekstrim serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
17
5. Penipisan Ozon Di Lapisan Stratosfer
Sejumlah senyawa polutan yang dapat menghancurkan ozon sehingga
jumlahnya berkurang adalah senyawa yang mengandung unsur klorin (Cl) dan
bromin (Br). Contohnya adalah klorofluorokarbon (CFC), yang berasal terutama
dari aerosol, lemari pendingin dan pendingin udara (AC).
Contoh senyawa lain adalah metil bromida yang dapat ditemukan dalam
pestisida dan metil kloroform serta karbon tetraklorida yang banyak digunakan
sebagai pelarut di industri. Penipisan lapisan ozon menyebabkan sebagian besar
radiasi sinar UV terpancar ke permukaan bumi. Sinar UV memiliki dampak yang
buruk terhadap makhluk hidup, diantaranya menimbulkan mutasi, kanker kulit,
penyakit pada tumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan populasi makhluk
hidup. Penelitian menunjukkan bahwa penuruna populasi fitoplankton dan ikan-
ikan di perairan antartika berhubungan langsung dengan penipisan ozon tersebut.
18
BAB 3
METODE
A. Lokasi dan Metode Sampling
Pemantauan kualitas udara ambient Kota Palembang dilakukan pada tanggal
21 – 23 Mei 2012. Pengukuran kualitas udara ambient dilakukan di 21 titik strategis.
Pengambilan contoh uji udara dilakukan secara purposive sampling. Pemilihan titik
sampling ditetapkan berdasarkan potensi pencemaran udara. Dalam hal ini, yang
menjadi dasar pertimbangan adalah lokasi yang padat dengan tingkat mobilitas
tinggi. Sampel diambil secara grap (selama1 jam pengukuran) untuk semua
parameter. Adapun lokasi sampling tersebut adalah sebagai berikut :
1. RS. Jiwa
2. Simpang Palembang Indah Mall
3. Pasar Cinde
4. Simpang Sekip
5. Simpang Air Mancur
6. Simpang Polda
7. Taman Makam Pahlawan
8. RSMH
9. Simpang RS. Charitas
10. Garuda Dempo
11. Punti Kayu
12. Simpang Bandara
13. Simpang Patal Golf
14. Simpang Lemabang
15. Simpang Pusri
16. Depan BKKBN
17. Simpang Poligon
18. Simpang Musi 2
19. Stasiun Kertapati
20. Simpang Hoktong
21. Jakabaring Stadium
19
B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji
Pengambilan contoh uji udara dilakukan oleh Tim Pemantauan Kualitas
Lingkungan BTKL PP Kelas I Palembang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kota Palembang. Pemeriksaan parameter uji contoh udara sebagian dilakukan
langsung di lapangan dan sebagian lagi di Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara
BTKL PP Kelas I Palembang. Selanjutnya, contoh uji udara diuji dengan metode
sebagaimana tertera dalam Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Metode Pengujian Contoh Uji Udara No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Uji 1. Sulfur Dioksida
(SO2) µg/Nm³/1 jam 900 SNI 19-7119.7-
2005 2. Karbon Monoksida
(CO) µg/Nm³/1 jam 30.000 NDIR
3. Nitrogen Dioksida (NO2)
µg/Nm³/1 jam 400 SNI 19-7119.2-2005
4. TSP µg/Nm³/24 jam 230 SNI 19-7119.3-2005
5. Hidrokarbon µg/Nm³/24 jam 160 Flame Ionization Detector (FID)
6. Pb µg/Nm³/24 jam 2 SNI 19-7119.4-2005
Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang
Pemeriksaan kualitas udara ambient yang telah dilakukan di 21 titik
menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitas udara Ambient Kota Palembang
No. Titik Parameter Pencemar
Sampling SO₂₂₂₂ CO NO₂₂₂₂ TSP Pb HC
1 RS. Jiwa 189,0 6.571,4 92,3 104,2 <0,0015 8,2
2 Simpang PIM 187,4 4.571,4 90,9 108,3 <0,0015 10,4
3 Pasar Cinde 269,9 8.000,0 122,8 129,2 <0,0015 10,3
4 Simpang Sekip 211,6 5.714,3 102,0 104,2 0,2746 10,4
5 Simpang Air Mancur 270,9 3.387,1 132,9 154,2 0,1385 10,3
6 Simpang Polda 266,8 9.142,9 118,9 95,8 0,0825 8,2
7 Taman Pahlawan 273,2 19.428,6 133,2 145,8 0,0834 9,3
8 RSMH 191,3 5.714,3 98,3 100,0 0,0024 10,3
9 Simpang RS. Charitas 258,8 8.000,0 143,5 137,5 <0,0015 10,2
10 Garuda Dempo 219,2 6.857,1 106,7 112,5 0,0019 8,2
11 Punti Kayu 216,1 8.000,0 104,7 91,7 <0,0015 9,2
12 Simpang Bandara 226,5 4.571,4 120,8 141,7 0,0600 10,2
13 Simpang Patal - Golf 179,3 6.857,1 85,5 137,5 <0,0015 10,4
14 Simpang Lemabang 206,9 2.332,6 100,2 129,5 <0,0015 9,3
15 Simpang Pusri 158,1 2.255,4 73,9 187,5 0,0972 10,2
16 Depan Bkkbn 157,9 3.348,6 73,1 136,5 <0,0015 8,2
17 Simpang Poligon 216,9 2.285,7 105,1 125,0 <0,0015 8,2
18 Simpang Musi 2 215,4 2.185,4 104,8 103,8 <0,0015 10,2
19 Stasiun Kertapati 219,8 3.428,6 106,5 120,8 <0,0015 10,3
20 Simpang Hoktong 190,8 12.571,4 97,1 116,7 <0,0015 10,3
21 Jakabaring Stadium 163,3 3.418,6 79,8 91,7 <0,0015 4,1
Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012
Dari data di atas diperoleh gambaran mengenai kualitas udara ambient Kota
Palembang sebagai berikut :
1. Sulfur Dioksida (SO2)
Konsentrasi tertinggi SO2 tercatat pada pengukuran di Taman Makam Pahlawan.
Di titik ini konsentrasi SO2 mencapai 273,2 µg/Nm3/jam. Meskipun di titik ini
konsentrasi SO2 tergolong tinggi namun masih berada di bawah baku mutu
21
lingkungan, yaitu 900 µg/Nm3/jam. Hasil pengukuran SO2 selengkapnya dapat
dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran SO2
2. Karbon Dioksida (CO)
Konsentrasi tertinggi CO tercatat pada pengukuran di lokasi Taman Makam
Pahlawan. Konsentrasi CO di titik ini sebesar 19.428,6 µg/Nm3/jam. Meskipun
tergolong tinggi, namun hasil ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan
yang berada pada angka 30.000 µg/Nm3/jam. Berikut ini gambaran konsentrasi
CO di udara ambient pada 21 titik pengukuran :
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran CO
22
3. Nitrogen Dioksida (NO2)
Konsentrasi tertinggi NO2 tercatat pada pengukuran Simpang RS. Charitas, yaitu
mencapai 143,5 µg/Nm3/jam. Meskipun konsentrasi NO2 tersebut tergolong
tinggi, namun angka ini masih di bawah baku mutu lingkungan, yaitu 400
µg/Nm3/jam. Hasil pengukuran NO2 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut ini :
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran NO2
4. Total Suspended Particulate (TSP)
Hasil pengukuran TSP di 21 titik sampling menunjukkan angka pada kisaran
91,7 – 187,5 µg/Nm3/24 jam. Konsentrasi tertinggi TSP tercatat pada
pengukuran di Simpang Pusri. Konsentrasi TSP sebesar 187 µg/Nm3/24 jam di
titik ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan yang mencapai 230
µg/Nm3/24 jam. Pada gambar 4.4 di bawah ini dapat dilihat konsentrasi TSP di
udara ambient pada 21 titik pengukuran.
23
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran TSP
5. Timah Hitam (Pb)
Berdasarkan hasil pengukuran di 21 titik, konsentrasi tertinggi Pb tercatat pada
pengukuran di Simpng Sekip. Di titik ini, konsentrasi Pb mencapai 0,2746
µg/Nm3/24 jam. Hasil pengukuran Pb selengkapnya dapat dilihat pada gambar
4.5 berikut ini :
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Pb
6. Hidrokarbon (HC)
Konsentrasi yang tercatat pada pengukuran Simpang Palembang Indah Mall,
Simpang Sekip dan Simpang Patal Golf tergolong cukup tinggi yaitu sebesar
24
10,4 µg/Nm3/24 jam. Gambaran konsentrasi HC di udara ambient pada 21 titik
pengukuran adalah sebagai berikut :
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran HC
Berdasarkan hasil pengukuran di atas, terlihat bahwa kualitas udara di Kota
Palembang relatif cukup baik. Hasil pengukuran di 21 titik sampling menunjukkan
bahwa semua parameter pencemar udara memiliki konsentrasi di bawah nilai baku
mutu lingkungan. Dengan kata lain, meskipun terdapat kandungan pencemar udara,
namun secara umum kualitas udara ambient di Kota Palembang masih berada pada
level aman.
Namun demikian, mengingat pesatnya kemajuan Kota Palembang ke depan
dan besarnya dampak perkembangan kota terhadap kualitas udara, maka dibutuhkan
program pengendalian kualitas udara yang baik sehingga kondisi saat ini dapat
dipertahankan atau bahkan diperbaiki.
Untuk menyusun program pengendalian kualitas udara, maka yang harus
menjadi pertimbangan utama adalah faktor-faktor yang mempengaruhi panyebaran
dan transportasi dari zat-zat pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak
topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Perlu diketahui pula
bahwa pada kota-kota yang bersuhu relatif panas dimana sinar matahari cukup
maksimal sepanjang tahun dan dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung
25
mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi
polutan.
Masalah kependudukan, khususnya tingkat pertumbuhan penduduk juga tidak
kalah pentingnya untuk segera ditangani. Jumlah penduduk yang terus meningkat
dan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka akan mendorong
terjadinya peningkatan permintaan kendaraan. Dengan demikian beban pencemar
udara akan terus meningkat dari tahun ke tahun bersamaan dengan peningkatan
jumlah kendaraan.
Peningkatan jumlah kendaraan tersebut pada hampir semua daerah tidak
diimbangi dengan peningkatan ruas jalan sehingga mendorong terjadinya
peningkatan tingkat kemacetan lalu lintas. Dengan peningkatan tingkat kemacetan
serta jumlah kendaraan mau tidak mau akan terjadinya peningkatan polusi udara dan
polusi suara oleh sumber yang bergerak. Demikian pula halnya pembangunan
infrastruktur ekonomi, terutama aktivitas industri secara langsung juga berpengaruh
pada polusi udara. Terjadinya polusi udara juga diperparah oleh celah hukum
(ketidaklengkapan/kurang sempurnanya perangkat hukum) yang dapat mendorong
meningkatnya polusi. Dengan memahami rangkaian sebab-akibat di atas, maka
Program Pengendalian Kualitas Udara dapat direncanakan dengan lebih terarah dan
pengambilan keputusan menjadi lebih tepat.
B. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan
Dampak pencemaran udara memberikan pengaruh yang sangat merugikan
bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan
cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui
kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi
sistem pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian
dan adanya gangguan fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat
SO2, TSP, NO2 dan HC yang juga mempengaruhi sistem pernafasan. Pemaparan
yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang permeabel,
fungsi paru menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Pengaruh-pengaruh
langsung dari polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada intensitas
dan lamanya pemaparan, juga status kesehatan penduduk yang terpapar.
26
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,
kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan
Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau
lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.
SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap
kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada
saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan
CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi
seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5 – 10%. Pengaruh CO kadar tinggi
terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui.
Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah
dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para
petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya
perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus,
dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan
sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing
sebesar 80 dan 35 mg/m3).
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari
100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari
kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari).
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-
binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam
bernafas.
Untuk partikulat debu dimana komposisinya cukup rumit, dan pentingnya
ukuran partikulat dalam menentukan jenis pajanan, maka banyak istilah yang
27
digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Partikulat debu ada pula yang
dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap di
saluran pernafasan bagian bawah, yaitu di bawah pangkal tenggorokan (larynx).
Selain dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan juga membentuk berbagai reaksi kimia
di udara.
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan.
Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb dalam partikel juga harus
dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3 dan dengan asumsi
30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 mg/per hari. Pb
menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum tulang, merusak
fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Gejala klinis keracunan timah
hitam pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam
darah di bawah 80 mg Pb/100 g darah, namun hambatan aktivitas enzim untuk
sintesa haemoglobin sudah dapat terjadi pada kandungan Pb normal (30 – 40 mg).
Oleh karena timah hitam dapat berakumulasi di rambut, maka rambut dapat dipakai
sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb dalam
tubuh.
Hidrokarbon di udara juga dapat bereaksi dengan bahan-bahan lain dan dapat
membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di kawasan industri dan jalur padat lalulintas. Bila PAH ini masuk
dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
kanker.
C. Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
Mengingat tingginya tingkat risiko pencemaran udara terhadap kesehatan
sebagaimana dibahas bagian di atas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di
daerah untuk mengetahui teknik pengendalian dampak pencemaran udara dalam
rangka meminimalkan terjadinya dampak terhadap kesehatan. Pada tabel 4.2 berikut
ini tertera teknik pengendalian pencemaran udara, baik cara pencegahan maupun
penanggulangaannya.
28
Tabel 4.2 Teknik Pengendalian Pencemaran Udara
No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran
Pencegahan Penanggulangan
1. SO2 a. Untuk sumber bergerak
dilakukan perawatan mesin
kendaraan bermotor agar
tetap berfungsi baik,
pengujian emisi dan KIR
kendaraan secara berkala,
dan pemasangan filter pada
knalpot.
b. Untuk sumber tidak
bergerak, dilakukan
pemasangan scruber pada
cerobong asap, perawatan
mesin industri agar tetap
baik dan pengujian secara
berkala serta penggunaan
bahan bakar minyak atau
batu bara dengan kadar
Sulfur rendah.
c. Apabila kadar SO2 dalam
udara ambien telah melebihi
Baku Mutu (365 mg/Nm3
udara dengan rata-rata waktu
pengukuran 24 jam) maka
untuk mencegah dampak
kesehatan, dilakukan upaya-
upaya, seperti penggunaan
alat pelindung diri (APD
berupa masker gas dan
mengurangi aktifitas diluar
rumah.
a. Memperbaiki alat yang
rusak
b. Penggantian saringan/filter
c. Bila terjadi/jatuh korban,
maka lakukan :
1. Pindahkan korban ke
tempat aman/udara
bersih.
2. Berikan pengobatan atau
pernafasan buatan.
3. Kirim segera ke rumah
sakit atau Puskesmas
terdekat.
2. CO a. Untuk sumber bergerak,
dilakukan perawatan mesin
kendaraan bermotor agar
tetap baik, pengujian emisi
dan KIR kendaraan secara
berkala dan pemasangan
filter pada knalpot.
b. Untuk sumber tidak
bergerak, dilakukan
pemasangan scruber pada
cerobong asap, perawatan
mesin industri agar tetap
baik dan lakukan pengujian
secara berkala dan
a. Mengatur pertukaran udara
didalam ruang seperti
mengunakan exhaust-fan.
b. Bila terjadi korban
keracunan maka lakukan :
1. Berikan pengobatan atau
pernafasan buatan.
2. Kirim segera ke rumah
sakit atau puskesmas
terdekat.
29
No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran
Pencegahan Penanggulangan
penggunaan bahan bakar
minyak atau batu bara
dengan kadar CO rendah.
c. Apabila kadar CO dalam
udara ambien telah melebihi
baku mutu ( 10.000 ug/Nm3
udara dengan rata-rata waktu
pengukuran 24 jam ) maka
untuk mencegah dampak
kesehatan dilakukan upaya-
upaya seperti penggunaan
alat pelindung diri ( APD )
berupa masker gas dan
menutup / menghindari
tempat-tempat yang diduga
mengandung CO seperti
sumur tua , goa, terowongan
dll.
3. NO2 a. Untuk sumber bergerak
dilakukan perawatan mesin
kendaraan bermotor agar
tetap baik, pengujian emisi
dan KIR kendaraan secara
berkala, dan pemasangan
filter pada knalpot.
b. Untuk sumber tidak
bergerak, dilakukan
penggantian peralatan yang
rusak, pemasangan scruber
pada cerobong asap dan
modifikasi pada proses
pembakaran.
c. Apabila kadar NO2 dalam
udara ambien telah melebihi
baku mutu ( 150 mg/Nm3
dengan waktu pengukur 24
jam) maka untuk mencegah
dampak kesehatan dilakukan
upaya-upaya seperti
penggunaan alat pelindung
diri berupa masker gas dan
pengurangan aktifitas di luar
rumah.
a. Mengatur pertukaran udara
di dalam ruang, seperti
mengunakan exhaust-fan.
b. Bila terjadi korban
keracunan, maka lakukan :
1. Berikan pengobatan atau
pernafasaan buatan.
2. Kirim segera ke Rumah
Sakit atau Puskesmas
terdekat.
4. TSP a. Dengan melengkapi alat
penangkap debu ( Electro
Memperbaiki alat yang rusak
30
No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran
Pencegahan Penanggulangan
Precipitator ).
b. Dengan melengkapi water
sprayer pada cerobong.
c. Pembersihan ruangan
dengan sistim basah.
d. Pemeliharaan dan perbaikan
alat penangkap debu.
e. Menggunakan masker.
5. Pb a. Untuk sumber tidak
bergerak, dilakukan
pemasangan scruber pada
cerobong asap dan modfikasi
pada proses pembakaran.
b. Apabila kadar timah hitam
dalam udara ambien telah
melebihi baku mutu (2
ug/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam) maka
untuk mencegah dampak
kesehatan dilakukan upaya-
upaya seperti penggunaan
alat pelindung diri berupa
masker dan mengurangi
aktifitas diluar rumah.
a. Memperbaiki alat yang
rusak
b. Bila terjadi keracunan
maka lakukan :
1. Pemberian pengobatan.
2. Kirim segera ke rumah
sakit atau puskesmas
terdekat.
6. HC a. Untuk sumber bergerak
dilakukan perawatan mesin
kendaraan bermotor agar
tetap baik, pengujian emisi
secara berkala dan KIR
kendaraan dan pemasangan
filter pada knalpot.
b. Untuk sumber tidak
bergerak, dilakukan
pemasangan scruber pada
cerobong asap dan
modifikasi pada proses
pembakaran.
c. Apabila kadar oksidan dalam
udara ambien telah melebihi
baku mutu (235 mg/Nm3
dengan waktu pengukuran
1jam) maka untuk mencegah
dampak kesehatan dilakukan
upaya-upaya seperti
penggunaan alat pelindung
a. Mengganti peralatan yang
rusak.
b. Mengatur pertukaran
udara didalam ruang,
seperti menggunakan
exhaust-fan.
c. Bila jatuh korban
keracunan maka lakukan :
1. Berikan pengobatan
atau pernafasan buatan.
2. Kirim segera ke Rumah
Sakit atau Puskesmas
terdekat.
31
No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran
Pencegahan Penanggulangan
diri berupa masker gas dan
mengurangi aktifitas di luar
rumah.
32
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Masalah pencemaran udara di perkotaan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta
tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi.
Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk
perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk
yang terpapar polusi udara juga meningkat.
2. Zat-zat pencemar udara yang paling banyak dijumpai adalah SO2, NO
dan NO2, Pb, TSP, O3 dan CO. Zat-zat ini berasal dari pabrik-pabrik di
kawasan industri, aktivitas kendaraan bermotor, proses pembakaran
rumah tangga dan pembuangan limbah padat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat pencemar
udara adalah letak topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah
angin, suhu dan cuaca.
4. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia yang paling
utama adalah terhadap sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan,
hati dan ginjal.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan surveilans dan monitoring untuk mendapatkan informasi
yang lengkap dan akurat mengenai zat-zat pencemar udara dan dampak
kesehatan masyarakat.
2. Perlu dikembangkan suatu konsep transportasi berkelanjutan agar
menjadi antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek dan kinerja
sistem transportasi yang berkembang saat ini. Sistem transportasi
berkelanjutan merupakan gerakan yang mendorong penggunaan
teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan
transportasi masyarakat. Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini
diterjemahkan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas
33
bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi, maupun penyediaan
transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan seperti KA
listrik maupun angkutan umum lainnya yang dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
Palembang, Agustus 2012
Kepala BTKL PP Kelas I Palembang
Dr. Amar muntaha, S.K.M., M.Kes.
NIP. 1961021819840301001