analisis faktor risiko pencemaran udara di kota palembang tahun 2012

35
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENCEMARAN UDARA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 BTKL PP KELAS I PALEMBANG DIREKTORAT JENDERAL PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Upload: gitarisedane

Post on 02-Aug-2015

436 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENCEMARAN UDARA

DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2012

BTKL PP KELAS I PALEMBANG

DIREKTORAT JENDERAL PP & PL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Page 2: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Tujuan ..................................................................................... 2

C. Manfaat ................................................................................... 3

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 4

A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara ....................................... 4

B. Sumber Pencemar Udara .......................................................... 7

C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan

Lingkungan 9

BAB III METODE ......................................................................................... 18

A. Lokasi dan Metode Sampling ................................................... 18

B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji ...................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 20

A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang ............................ 20

B. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan ....................... 25

C. Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara.................... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 32

A. Kesimpulan .............................................................................. 32

B. Saran ....................................................................................... 33

Page 3: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan yang sehat merupakan salah satu target utama pemerintah di

bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting perlu

dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung

bagi kehidupan mahluk hidup secara optimal.

Pertumbuhan pembangunan Kota Palembang khususnya di sektor industri dan

transportasi disamping memberikan dampak positif, disisi lain juga memberikan

dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik

yang terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan

kendaraan bermotor telah meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990

dan 10 kali pada tahun 2020.

Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan

sekitar 6 - 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah

kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan

proyeksi 6 - 8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1

kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0

kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah

dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara

perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.

Pembakaran bahan bakar fosil untuk pemanasan di rumah tangga, pembangkit

tenaga listrik, kendaraan bermotor, proses-proses industri dan penanganan limbah

padat dengan pembakaran merupakan sumber utama penghasil bahan pencemar

udara di daerah perkotaan.Pertumbuhan sektor industri dan transportasi pada

umumnya juga berdampak pada pertumbuhan penduduk kota. Jika hal ini terjadi

tanpa terkendali, maka akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar dan

tentunya akan menghasilkan pembuangan limbah/zat pencemar yang lebih banyak

pula.

Page 4: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

2  

Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah saja. Di

siang hari suhu udara di muka bumi seakan semakin panas dari hari ke hari.

Atmosfer yang terkontaminasi di luar batas toleransi, menyebabkan berbagai dampak

polusi udara khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia.

Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang

telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan

bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi

umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon monoxide/green

house gas) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya.

Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan yang sangat pesat di era 90-

an diduga terkait dengan kecenderungan terjadinya urban sprawl yang tidak diikuti

dengan penyediaan sistem angkutan umum yang memadai sehingga menyebabkan

ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.

Berbagai studi menuding bahwa transportasi yang tidak terkendali telah

mengakibatkan penurunan kualitas kehidupan perkotaan seperti menurunnya tingkat

kesehatan masyarakat, buruknya kualitas udara perkotaan, meningkatnya korban

kecelakaan lalulintas, meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan dan

berkurangnya aktivitas fisik seseorang karena lebih banyak di kendaraan. Sistem

transportasi perkotaan yang didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi telah

terbukti mengkonsumsi energi yang berlebihan, mengganggu kondisi kesehatan

masyarakat, dan tingkat pelayanan yang terus menurun walaupun dengan investasi

yang terus bertambah.

Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota

Palembang karena perubahan komposisi udara pada level tertentu dapat

membahayakan kesehatan manusia dan menjadi media penyebaran penyakit. Oleh

karena itu, pengawasan kualitas udara harus menjadi bagian terintegrasi di dalam

program pemerintah, baik sebagai bagian program kesehatan maupun lingkungan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis kualitas udara ambient di Kota Palembang dan faktor

risiko potensial gangguan kesehatan masyarakat.

Page 5: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

3  

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsentrasi pencemar udara SO2, CO, NO2, TSP, Pb

dan HC.

b. Untuk mengetahui titik-titik rawan pencemaran udara di Kota

Palembanvg.

c. Untuk mengetahui potensi penyakit akibat pencemaran udara perkotaan.

C. Manfaat

Dapat memberikan informasi mengenai kualitas udara ambient di Kota

Palembang.

Page 6: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

4  

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara

1. Sulfur Dioksida (SO2)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua

komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2)

dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur

dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar

diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua

bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh

jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar.

Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi

sebagai berikut :

S + O2 < --------- > SO2

2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap

air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat

dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet

asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :

SO3 + H2O ------------ > H2SO4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4

Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari

emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari

mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi

SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik

Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor

termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum

Page 7: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

5  

sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia.

Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi

oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk

sulfat di dalam droplet.

2. Karbon Monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon

monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon

dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida

merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal

berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai

potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang

kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

3. Nitrogen Dioksida (NO2)

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di

atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2).

Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang

paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida

merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen

dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar

daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan

oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan

lebih banyak oksigen membentuk NO2.

Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen.

Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk

bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C)

keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga

mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang

digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini

Page 8: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

6  

merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan

hasil samping dari proses pembakaran.

4. Total Suspended Particulate (TSP)

Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)

merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan

anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <

1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan

berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di

udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain

dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat

mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi

kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai

senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada

pula, tergantung dari mana sumber emisinya.

Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya

ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan

untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan

mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate

Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), black smoke.

5. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan

atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C

pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil

merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif

pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara

ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih

masing-masing 110°C dan 200°C.

Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka

penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-

Page 9: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

7  

tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan

adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen

asam atau oksidator.

6. Hidrokarbon (HC)

Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan

sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC.

HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun

padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung

berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1 - 4 atom

karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas

5 akan berbentuk cairan dan padatan.

HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan

lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut

minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya

menggumpal menjadi debu.

Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam

3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon

alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan

semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.

B. Sumber Pencemar Udara

Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut

merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.

Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,

seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari

pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang

berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.Secara detail, sumber-sumber

pencemar udara dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Page 10: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

8  

Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara

No. Parameter Sumber Pencemar

Sumber Bergerak Sumber Tidak Bergerak 1. SO2 Kendaraan bermotor. Sumber alam seperti vulkano,

pembakaran di rumah tangga dan proses-proses industri, terutama industri peleburan baja.

2. CO Kendaraan bermotor. Pegunungan, kebakaran hutan, pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik, asap rokok dan pembakaran tungku dapur rumah tangga.

3. NO2 Kendaraan bermotor. Produksi energi dan pembuangan sampah.

4. TSP Kepadatan kendaraan bermotor

Debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi penggunaan mesin disel pembakaran batu bara yang tidak sempurna proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara.

5. Pb Kendaraan bermotor. Penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, insinerator, penggunaan pipa air yang mengandung Pb di rumah tangga serta rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb.

6. HC Kendaraan bermotor. Industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi pembuangan sampah, kebakaran hutan.

Page 11: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

9  

C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

1. Gangguan Kesehatan

Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya

kesehatan masyarakat. Standar tentang batas-batas pencemar udara secara

kuantitatif diatur dalam baku mutu udara ambient dan baku mutu emisi.

Berbagai polutan udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia

dan makhluk hidup lain antara lain :

a. Karbon monoksida

Gas CO yang terhirup dapat bereaksi dengan hemoglobin pada sel

darah merah seningga menghalangi pengangkutan oksigen yang sangat

dibutuhkan tubuh. Efek yang ditimbulkan diantaranya adalah pusing, sakit

kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan), kerusakan otak, dan kematian. Gas

CO yang terhirup dapat pula berdampak pada kulit dan menyebabkan masalah

jangka panjang pada penglihatan.

Tabel 2.1 Konsentrasi CO dan Gangguan yang Ditimbulkan Konsentrasi CO di udara (ppm)

Konsentrasi COHb dalam darah (%) Gangguan pada tubuh

3 0,98 Tidak ada 5 1,30 Belum begitu terasa 10 2,10 Gangguan sistem saraf sentral 20 3,70 Gangguan panca indra 40 6,90 Gangguan fungsi jantung 60 10,10 Sakit kepala 80 13,30 Sulit bernafas 100 16,50 Pingsan - kematian

b. Sulfur oksida, nitrogen oksida dan ozon

Gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan ozon pada konsentrasi rendah

dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan. Menghirup ketiga gas

tersebut dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan

kronis seperti bronkitis, amfisema, dan asma. Penyakit-penyakit ini umumnya

ditandai dengan kesulitan bernapas (sesak) akibat kerusakan organ pernapasan.

Gas-gas ini juga dapat memperparah gagguan pernapasan yang sedang diderita

seseorang.

Page 12: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

10  

Sulfur oksida dan ozon dapat membahayakan kehidupan tumbuhan

karena beersifat racun bagi tumbuhan. Polutan SOx mempunyai pengaruh

terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari pada yang

diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada

konsentrasi sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap

manusia seperti pada table berikut :

Tabel 2.2 Konsentrasi SOx dan Pengaruhnya Terhadap Manusia Konsentrasi SOx

(ppm) Pengaruh Terhadap Manusia

3 - 5 Dapat dideteksi dari baunya 8 - 12 Mengakibatkan iritasi tenggorokan

20 Mengakibatkan iritasi mata, batuk. Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu lama.

50 - 100 Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat

400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat

Oksida nitrogen memiliki dua macam bentuk yaitu NO dan NO2.

Penelitian terhadap aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan

NO2 empat kali lebih beracun dari pada NO, tetapi No pada konsentrasi udara

ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih

beracun terutama terhadap paru-paru.

Oksidan fotokimia seperto ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata.

Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 - 3,0 ppm selama 2 jam

mengakibatkan pusing yang berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa

orang yang sensitive. Kontak dengan ozon pada konsentrasi sekitar 3,0 ppm

selama beberapa waktu mengakibatkan edema pulmonary pada kebanyakan

orang.

c. Materi partikulat

Materi-materi partikulat yang banyak terdapat di area pabrik, konstruksi

bangunan, dan pertambangan seperti serbuk batu bara, serbuk kapas, serbuk

Page 13: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

11  

kuarsa, dan serat asbes, dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Tingkat

keparahan penyakit dapat beragam, mulai dari peradangan sampai pembentukan

tumor paru-paru.

Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat

menimbulkan bebagai macam penyakit saluran pernapasan atau

pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang

disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam

paru-paru. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron tertahan di saluran

pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3 - 5 mikron akan tertahan pada

saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran 1 - 3

mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru kemudian menempel

pada alveoli. Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas

dihembuskan.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di

daerah kegiata indutri dan teknologi antara lain :

1) Silikosis

Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO2 yang

terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi

sekitar 2 - 4 tahun. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas yang

disertai batuk namun seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah

pada stadium berat, sesak napas akan semakin parah, kemudian diikuti

dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan

kegagalan kerja jantung.

2) Asbestosis

Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran

dari berbagai macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang

ditunjukkan berupa sesak napas dan batuk dengan dahak. Pemeriksaan pada

dahak akan menunjukkan adanya debu asbes dalam dahal tersebut. Ujung-

ujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar.

3) Bisinosis

Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat

kapas. Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda awal

Page 14: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

12  

berupa sesak napas dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut

atau berat, biasanya diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin

juga disertai dengan emphysema.

4) Antrakosis

Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu

batu bara. Masa inkubasi debu di saluran pernapasan antara 2 - 4 tahun.

Karena pada debu batu bara terkadang juga terdapat debu silikat, penyakit

antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis sehingga disebut

silikoantrakosis.

Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu:

a) Antrakosis murni

b) Silikoantrakosis

c) Tuberkolosilikoantrakosis

5) Beriliosis

Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida,

sulfat, maupun dalam bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan

nesoparingitis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala

sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.

Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang menggunakan

logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik

fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang

industry nuklir, dengan masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai

dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas.

Materi partikulat lain yang dapat membahayakan kesehatan adalah timbal.

Timbal sangat beracun (toksik) dan dapat terakumulasi dalam tubuh, serta

menyerang berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan dan sistem

saraf, fungsi jantung dan ginjal.

Anak-anak lebih rentan terhadap efek timbal dibandingkan orang dewasa.

Timbal dapat menyebabkan keterbelakangan mental pada anak-anak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa timbal dapat menyebabkan gangguan

kesehatan pada hewan.

Page 15: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

13  

d. Asap rokok

Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti benzo-α-pyrene dan

formaldehid yang berpotensi menimbulkan bermacam-macam penyakit

seperti ganggua pernapasan, penyakit jantung dan kanker paru-paru.

e. Zat-zat penyebab kanker

zat-zat penyebab kanker antara lain kloroform, para-diklorobenzena,

tetrakloroetilen, trikloroetan, dan radioaktif (misalnya radon). Zat-zat

tersebut umumnya merupakan jenis polutan udara di dalam ruangan (indoor

air pollutans).

f. Suara

Kontak dengan suara bising dalam waktu lama dapat menyebabkan

kerusakan organ pendengaran yang bersifat permanen (tuli).

Suara yang dikategorikan menimbulkan kebisingan berkekuatan di atas 50

dB. Gangguan yang timbul terutama pada system pendengaran, sedangkan

gangguan lain diantaranya :

a) Ketegangan yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur

b) Perubahan tekanan darah

c) Perubahan denyut nadi

d) Dapat mengganggu janin dalam kandungan

e) Kontraksi perut

f) Gangguan jantung

g) Gangguan ingatan

h) Gangguan kejiwaan, strees bahkan gila serta penyakit-penyakit lain.

g. Bahan radioaktif

Polusi bahan radioaktif berasal dari debu radioaktif yang berasal dari

ledakan bom dan reactor atom. Bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh α, β,

γ, serta partikel neutron hasil pembelahan inti. Dampak polusi bahan

radioaktif, antara lain:

Page 16: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

14  

1) Terjadinya perubahan struktur zat dan pola reaksi kimia sehingga dapat

merusak sel tubuh

2) Penurunan kemampuan otak

3) Penurunan sel darah putih sehingga daya tahan tubuh menurun

4) Kehilangan nafsu makan

5) Turunnya berat badan

6) Diare dan demam

7) Peningkatan denyut jantung

8) Pusing-pusing

9) Kanker darah (leukemia)

10) Kanker tulang akibat konsentrasi Sr dalam tulang yang mengandung

Ca.

2. Asbut

Istilah asbut (asap kabut) di adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke

dan fog). Istilah ini muncul sekitar awal abad ke-20, ketika asap dan kabut tebal

tampak di kota London akibat revolusi industri di kota tersebut. Berdasarkan

jenis polutan penyebabnya, asbut dapat dibedakan menjadi asbut industri dan

asbut fotokimia. Polutan utama penyebab asbut industri adalah sulfur oksida

dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh

industri, warnanya tampak keabuan. Asbut ini sering terlihat keluar dari

cerobong asap pabrik.

Polutan utama penyebab asbut fotokimia adalah nitrogen oksida yang

berasal dari kendaraan bermotor dan hidrokarbon yang berasal dari berbagai

sumber. Kedua polutan ini akan mengalami reaksi fotokimia membentuk

ozon. Ozon tersebut dapat bereaksi dengan berbagai polutan udara lainnya

membentuk ratusan jenis polutan sekunder yang membahayakan kesehatan.

Nitrogen oksida menyebabkan asbut fotokimia tampak berwarna kecoklatan.

Asbut ini sering terlihat di langit kota-kota besar, seperti Jakarta.Asbut dapat

mengganggu penglihatan sehingga menghambat berbagai aktivitas manusia,

seperti penerbangan. Selain itu, asbut juga mengganggu pernapasan sehingga

dapat menyebabkan kematian. Contoh akibat asbut yang fatal adalah asbut

Page 17: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

15  

industri yang terjadi pada tahun 1952 di kota London, yang menyebabkan

kematian 12.000 orang. Di Indonesia, kasus asbut cukup sering terjadi,

misalnya akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra atau karena

banyaknya pabrik dan kendaraan bermotor di kota-kota besar.

3. Hujan Asam

Hujan sebenarnya secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah enam)

karena CO2 dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat

untuk melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan

hewan. Namun berbagai polutan udara dapat meningkatkan keasaman air

hujan, sehingga disebut hujan asam.

Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6.

Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur

dioksida. Zat-zat ini di atmosfer akan bereaksi dengan uap air, membentuk

asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh

bersama air hujan. Air hujan tersebut akan meningkatkan kadar keasaman

tanah dan air permukaan. Dampak dari hujan asam di antaranya adalah sebagai

berikut :

a. Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang hidup di dalamnya.

Suatu penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara penurunan

pH dengan penurunan populasi ikan dan biota air lainnya di perairan.

b. Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak jaringan tanaman sehingga

menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian.

c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga

mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Air yang tercemar

logam berat jika dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai gangguan

kesehatan.

d. Bersifat korosif, sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil dan

pagar, monumen dan patung atau komponen bangunan.

e. Menyebabkan penyakit pernapasan

f. Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.

Page 18: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

16  

4. Pemanasan Global

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata bumi, akibat

efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa tertahannya atau

terperangkapnya panas matahari di lapisan atmosfer bumi bagian bawah oleh gas-

gas rumah kaca yang membentuk lapisandi atmosfer.

Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global meliputi

berbagai polutan udara, seperti :

a. Karbondioksida (CO2)

b. Metan (CH4)

c. Nitrat oksida (N2O)

d. Hidrofluorokarbon (HFC)

e. Klorofluorokarbon (CFC)

Terjadinya peningkatan suhu bumi akan mengakibatkan mencairnya es di

kutub dan meningkatkan suhu air laut. Dampak lebih lanjut antara lain:

a. Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik.

b. Menimbulkan banjir di daerah pantai.

c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau da kota-kota besar yang berada di tepi

laut.

d. Meningkatkan penyebaran penyakit menular.

e. Curah hujan di daerah yang beriklim tropis akan lebih tinggi dari normal

f. Tanah akan lebih cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Kekeringan

akan mengakibatkan banyak tanaman mati sehingga di beberapa tempat dapat

mengalami kekurangan makanan.

g. Akan terjadi angin besar di berbagai tempat.

h. Berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin.

i. Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia yang tidak mampu

berpindah atau beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi.

Meningkatnya suhu global juga diperkirakan akan menyebabkan

perubahan-perubahan lain, seperti meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang

ekstrim serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.

Page 19: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

17  

5. Penipisan Ozon Di Lapisan Stratosfer

Sejumlah senyawa polutan yang dapat menghancurkan ozon sehingga

jumlahnya berkurang adalah senyawa yang mengandung unsur klorin (Cl) dan

bromin (Br). Contohnya adalah klorofluorokarbon (CFC), yang berasal terutama

dari aerosol, lemari pendingin dan pendingin udara (AC).

Contoh senyawa lain adalah metil bromida yang dapat ditemukan dalam

pestisida dan metil kloroform serta karbon tetraklorida yang banyak digunakan

sebagai pelarut di industri. Penipisan lapisan ozon menyebabkan sebagian besar

radiasi sinar UV terpancar ke permukaan bumi. Sinar UV memiliki dampak yang

buruk terhadap makhluk hidup, diantaranya menimbulkan mutasi, kanker kulit,

penyakit pada tumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan populasi makhluk

hidup. Penelitian menunjukkan bahwa penuruna populasi fitoplankton dan ikan-

ikan di perairan antartika berhubungan langsung dengan penipisan ozon tersebut.

Page 20: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

 

18  

BAB 3

METODE

A. Lokasi dan Metode Sampling

Pemantauan kualitas udara ambient Kota Palembang dilakukan pada tanggal

21 – 23 Mei 2012. Pengukuran kualitas udara ambient dilakukan di 21 titik strategis.

Pengambilan contoh uji udara dilakukan secara purposive sampling. Pemilihan titik

sampling ditetapkan berdasarkan potensi pencemaran udara. Dalam hal ini, yang

menjadi dasar pertimbangan adalah lokasi yang padat dengan tingkat mobilitas

tinggi. Sampel diambil secara grap (selama1 jam pengukuran) untuk semua

parameter. Adapun lokasi sampling tersebut adalah sebagai berikut :

1. RS. Jiwa

2. Simpang Palembang Indah Mall

3. Pasar Cinde

4. Simpang Sekip

5. Simpang Air Mancur

6. Simpang Polda

7. Taman Makam Pahlawan

8. RSMH

9. Simpang RS. Charitas

10. Garuda Dempo

11. Punti Kayu

12. Simpang Bandara

13. Simpang Patal Golf

14. Simpang Lemabang

15. Simpang Pusri

16. Depan BKKBN

17. Simpang Poligon

18. Simpang Musi 2

19. Stasiun Kertapati

20. Simpang Hoktong

21. Jakabaring Stadium

Page 21: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

 

19  

B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji

Pengambilan contoh uji udara dilakukan oleh Tim Pemantauan Kualitas

Lingkungan BTKL PP Kelas I Palembang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

Kota Palembang. Pemeriksaan parameter uji contoh udara sebagian dilakukan

langsung di lapangan dan sebagian lagi di Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara

BTKL PP Kelas I Palembang. Selanjutnya, contoh uji udara diuji dengan metode

sebagaimana tertera dalam Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Metode Pengujian Contoh Uji Udara No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Uji 1. Sulfur Dioksida

(SO2) µg/Nm³/1 jam 900 SNI 19-7119.7-

2005 2. Karbon Monoksida

(CO) µg/Nm³/1 jam 30.000 NDIR

3. Nitrogen Dioksida (NO2)

µg/Nm³/1 jam 400 SNI 19-7119.2-2005

4. TSP µg/Nm³/24 jam 230 SNI 19-7119.3-2005

5. Hidrokarbon µg/Nm³/24 jam 160 Flame Ionization Detector (FID)

6. Pb µg/Nm³/24 jam 2 SNI 19-7119.4-2005

Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012

 

Page 22: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

20

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang

Pemeriksaan kualitas udara ambient yang telah dilakukan di 21 titik

menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitas udara Ambient Kota Palembang

No. Titik Parameter Pencemar

Sampling SO₂₂₂₂ CO NO₂₂₂₂ TSP Pb HC

1 RS. Jiwa 189,0 6.571,4 92,3 104,2 <0,0015 8,2

2 Simpang PIM 187,4 4.571,4 90,9 108,3 <0,0015 10,4

3 Pasar Cinde 269,9 8.000,0 122,8 129,2 <0,0015 10,3

4 Simpang Sekip 211,6 5.714,3 102,0 104,2 0,2746 10,4

5 Simpang Air Mancur 270,9 3.387,1 132,9 154,2 0,1385 10,3

6 Simpang Polda 266,8 9.142,9 118,9 95,8 0,0825 8,2

7 Taman Pahlawan 273,2 19.428,6 133,2 145,8 0,0834 9,3

8 RSMH 191,3 5.714,3 98,3 100,0 0,0024 10,3

9 Simpang RS. Charitas 258,8 8.000,0 143,5 137,5 <0,0015 10,2

10 Garuda Dempo 219,2 6.857,1 106,7 112,5 0,0019 8,2

11 Punti Kayu 216,1 8.000,0 104,7 91,7 <0,0015 9,2

12 Simpang Bandara 226,5 4.571,4 120,8 141,7 0,0600 10,2

13 Simpang Patal - Golf 179,3 6.857,1 85,5 137,5 <0,0015 10,4

14 Simpang Lemabang 206,9 2.332,6 100,2 129,5 <0,0015 9,3

15 Simpang Pusri 158,1 2.255,4 73,9 187,5 0,0972 10,2

16 Depan Bkkbn 157,9 3.348,6 73,1 136,5 <0,0015 8,2

17 Simpang Poligon 216,9 2.285,7 105,1 125,0 <0,0015 8,2

18 Simpang Musi 2 215,4 2.185,4 104,8 103,8 <0,0015 10,2

19 Stasiun Kertapati 219,8 3.428,6 106,5 120,8 <0,0015 10,3

20 Simpang Hoktong 190,8 12.571,4 97,1 116,7 <0,0015 10,3

21 Jakabaring Stadium 163,3 3.418,6 79,8 91,7 <0,0015 4,1

Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012

Dari data di atas diperoleh gambaran mengenai kualitas udara ambient Kota

Palembang sebagai berikut :

1. Sulfur Dioksida (SO2)

Konsentrasi tertinggi SO2 tercatat pada pengukuran di Taman Makam Pahlawan.

Di titik ini konsentrasi SO2 mencapai 273,2 µg/Nm3/jam. Meskipun di titik ini

konsentrasi SO2 tergolong tinggi namun masih berada di bawah baku mutu

Page 23: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

21

lingkungan, yaitu 900 µg/Nm3/jam. Hasil pengukuran SO2 selengkapnya dapat

dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran SO2

2. Karbon Dioksida (CO)

Konsentrasi tertinggi CO tercatat pada pengukuran di lokasi Taman Makam

Pahlawan. Konsentrasi CO di titik ini sebesar 19.428,6 µg/Nm3/jam. Meskipun

tergolong tinggi, namun hasil ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan

yang berada pada angka 30.000 µg/Nm3/jam. Berikut ini gambaran konsentrasi

CO di udara ambient pada 21 titik pengukuran :

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran CO

Page 24: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

22

3. Nitrogen Dioksida (NO2)

Konsentrasi tertinggi NO2 tercatat pada pengukuran Simpang RS. Charitas, yaitu

mencapai 143,5 µg/Nm3/jam. Meskipun konsentrasi NO2 tersebut tergolong

tinggi, namun angka ini masih di bawah baku mutu lingkungan, yaitu 400

µg/Nm3/jam. Hasil pengukuran NO2 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3

berikut ini :

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran NO2

4. Total Suspended Particulate (TSP)

Hasil pengukuran TSP di 21 titik sampling menunjukkan angka pada kisaran

91,7 – 187,5 µg/Nm3/24 jam. Konsentrasi tertinggi TSP tercatat pada

pengukuran di Simpang Pusri. Konsentrasi TSP sebesar 187 µg/Nm3/24 jam di

titik ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan yang mencapai 230

µg/Nm3/24 jam. Pada gambar 4.4 di bawah ini dapat dilihat konsentrasi TSP di

udara ambient pada 21 titik pengukuran.

Page 25: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

23

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran TSP

5. Timah Hitam (Pb)

Berdasarkan hasil pengukuran di 21 titik, konsentrasi tertinggi Pb tercatat pada

pengukuran di Simpng Sekip. Di titik ini, konsentrasi Pb mencapai 0,2746

µg/Nm3/24 jam. Hasil pengukuran Pb selengkapnya dapat dilihat pada gambar

4.5 berikut ini :

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Pb

6. Hidrokarbon (HC)

Konsentrasi yang tercatat pada pengukuran Simpang Palembang Indah Mall,

Simpang Sekip dan Simpang Patal Golf tergolong cukup tinggi yaitu sebesar

Page 26: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

24

10,4 µg/Nm3/24 jam. Gambaran konsentrasi HC di udara ambient pada 21 titik

pengukuran adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran HC

Berdasarkan hasil pengukuran di atas, terlihat bahwa kualitas udara di Kota

Palembang relatif cukup baik. Hasil pengukuran di 21 titik sampling menunjukkan

bahwa semua parameter pencemar udara memiliki konsentrasi di bawah nilai baku

mutu lingkungan. Dengan kata lain, meskipun terdapat kandungan pencemar udara,

namun secara umum kualitas udara ambient di Kota Palembang masih berada pada

level aman.

Namun demikian, mengingat pesatnya kemajuan Kota Palembang ke depan

dan besarnya dampak perkembangan kota terhadap kualitas udara, maka dibutuhkan

program pengendalian kualitas udara yang baik sehingga kondisi saat ini dapat

dipertahankan atau bahkan diperbaiki.

Untuk menyusun program pengendalian kualitas udara, maka yang harus

menjadi pertimbangan utama adalah faktor-faktor yang mempengaruhi panyebaran

dan transportasi dari zat-zat pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak

topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Perlu diketahui pula

bahwa pada kota-kota yang bersuhu relatif panas dimana sinar matahari cukup

maksimal sepanjang tahun dan dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung

Page 27: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

25

mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi

polutan.

Masalah kependudukan, khususnya tingkat pertumbuhan penduduk juga tidak

kalah pentingnya untuk segera ditangani. Jumlah penduduk yang terus meningkat

dan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka akan mendorong

terjadinya peningkatan permintaan kendaraan. Dengan demikian beban pencemar

udara akan terus meningkat dari tahun ke tahun bersamaan dengan peningkatan

jumlah kendaraan.

Peningkatan jumlah kendaraan tersebut pada hampir semua daerah tidak

diimbangi dengan peningkatan ruas jalan sehingga mendorong terjadinya

peningkatan tingkat kemacetan lalu lintas. Dengan peningkatan tingkat kemacetan

serta jumlah kendaraan mau tidak mau akan terjadinya peningkatan polusi udara dan

polusi suara oleh sumber yang bergerak. Demikian pula halnya pembangunan

infrastruktur ekonomi, terutama aktivitas industri secara langsung juga berpengaruh

pada polusi udara. Terjadinya polusi udara juga diperparah oleh celah hukum

(ketidaklengkapan/kurang sempurnanya perangkat hukum) yang dapat mendorong

meningkatnya polusi. Dengan memahami rangkaian sebab-akibat di atas, maka

Program Pengendalian Kualitas Udara dapat direncanakan dengan lebih terarah dan

pengambilan keputusan menjadi lebih tepat.

B. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan

Dampak pencemaran udara memberikan pengaruh yang sangat merugikan

bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan

cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui

kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi

sistem pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian

dan adanya gangguan fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat

SO2, TSP, NO2 dan HC yang juga mempengaruhi sistem pernafasan. Pemaparan

yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang permeabel,

fungsi paru menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Pengaruh-pengaruh

langsung dari polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada intensitas

dan lamanya pemaparan, juga status kesehatan penduduk yang terpapar.

Page 28: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

26

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,

kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan

Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau

lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.

SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua

dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan

kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap

kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.

Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada

saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan

CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi

seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah

apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5 – 10%. Pengaruh CO kadar tinggi

terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui.

Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah

dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para

petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya

perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat

diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus,

dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan

sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing

sebesar 80 dan 35 mg/m3).

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari

100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari

kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari).

Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-

binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan

kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam

bernafas.

Untuk partikulat debu dimana komposisinya cukup rumit, dan pentingnya

ukuran partikulat dalam menentukan jenis pajanan, maka banyak istilah yang

Page 29: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

27

digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Partikulat debu ada pula yang

dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap di

saluran pernafasan bagian bawah, yaitu di bawah pangkal tenggorokan (larynx).

Selain dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat

mengganggu daya tembus pandang mata dan juga membentuk berbagai reaksi kimia

di udara.

Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan.

Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb dalam partikel juga harus

dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3 dan dengan asumsi

30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 mg/per hari. Pb

menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum tulang, merusak

fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Gejala klinis keracunan timah

hitam pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam

darah di bawah 80 mg Pb/100 g darah, namun hambatan aktivitas enzim untuk

sintesa haemoglobin sudah dapat terjadi pada kandungan Pb normal (30 – 40 mg).

Oleh karena timah hitam dapat berakumulasi di rambut, maka rambut dapat dipakai

sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb dalam

tubuh.

Hidrokarbon di udara juga dapat bereaksi dengan bahan-bahan lain dan dapat

membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang

banyak dijumpai di kawasan industri dan jalur padat lalulintas. Bila PAH ini masuk

dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel

kanker.

C. Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara

Mengingat tingginya tingkat risiko pencemaran udara terhadap kesehatan

sebagaimana dibahas bagian di atas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di

daerah untuk mengetahui teknik pengendalian dampak pencemaran udara dalam

rangka meminimalkan terjadinya dampak terhadap kesehatan. Pada tabel 4.2 berikut

ini tertera teknik pengendalian pencemaran udara, baik cara pencegahan maupun

penanggulangaannya.

Page 30: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

28

Tabel 4.2 Teknik Pengendalian Pencemaran Udara

No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran

Pencegahan Penanggulangan

1. SO2 a. Untuk sumber bergerak

dilakukan perawatan mesin

kendaraan bermotor agar

tetap berfungsi baik,

pengujian emisi dan KIR

kendaraan secara berkala,

dan pemasangan filter pada

knalpot.

b. Untuk sumber tidak

bergerak, dilakukan

pemasangan scruber pada

cerobong asap, perawatan

mesin industri agar tetap

baik dan pengujian secara

berkala serta penggunaan

bahan bakar minyak atau

batu bara dengan kadar

Sulfur rendah.

c. Apabila kadar SO2 dalam

udara ambien telah melebihi

Baku Mutu (365 mg/Nm3

udara dengan rata-rata waktu

pengukuran 24 jam) maka

untuk mencegah dampak

kesehatan, dilakukan upaya-

upaya, seperti penggunaan

alat pelindung diri (APD

berupa masker gas dan

mengurangi aktifitas diluar

rumah.

a. Memperbaiki alat yang

rusak

b. Penggantian saringan/filter

c. Bila terjadi/jatuh korban,

maka lakukan :

1. Pindahkan korban ke

tempat aman/udara

bersih.

2. Berikan pengobatan atau

pernafasan buatan.

3. Kirim segera ke rumah

sakit atau Puskesmas

terdekat.

2. CO a. Untuk sumber bergerak,

dilakukan perawatan mesin

kendaraan bermotor agar

tetap baik, pengujian emisi

dan KIR kendaraan secara

berkala dan pemasangan

filter pada knalpot.

b. Untuk sumber tidak

bergerak, dilakukan

pemasangan scruber pada

cerobong asap, perawatan

mesin industri agar tetap

baik dan lakukan pengujian

secara berkala dan

a. Mengatur pertukaran udara

didalam ruang seperti

mengunakan exhaust-fan.

b. Bila terjadi korban

keracunan maka lakukan :

1. Berikan pengobatan atau

pernafasan buatan.

2. Kirim segera ke rumah

sakit atau puskesmas

terdekat.

Page 31: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

29

No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran

Pencegahan Penanggulangan

penggunaan bahan bakar

minyak atau batu bara

dengan kadar CO rendah.

c. Apabila kadar CO dalam

udara ambien telah melebihi

baku mutu ( 10.000 ug/Nm3

udara dengan rata-rata waktu

pengukuran 24 jam ) maka

untuk mencegah dampak

kesehatan dilakukan upaya-

upaya seperti penggunaan

alat pelindung diri ( APD )

berupa masker gas dan

menutup / menghindari

tempat-tempat yang diduga

mengandung CO seperti

sumur tua , goa, terowongan

dll.

3. NO2 a. Untuk sumber bergerak

dilakukan perawatan mesin

kendaraan bermotor agar

tetap baik, pengujian emisi

dan KIR kendaraan secara

berkala, dan pemasangan

filter pada knalpot.

b. Untuk sumber tidak

bergerak, dilakukan

penggantian peralatan yang

rusak, pemasangan scruber

pada cerobong asap dan

modifikasi pada proses

pembakaran.

c. Apabila kadar NO2 dalam

udara ambien telah melebihi

baku mutu ( 150 mg/Nm3

dengan waktu pengukur 24

jam) maka untuk mencegah

dampak kesehatan dilakukan

upaya-upaya seperti

penggunaan alat pelindung

diri berupa masker gas dan

pengurangan aktifitas di luar

rumah.

a. Mengatur pertukaran udara

di dalam ruang, seperti

mengunakan exhaust-fan.

b. Bila terjadi korban

keracunan, maka lakukan :

1. Berikan pengobatan atau

pernafasaan buatan.

2. Kirim segera ke Rumah

Sakit atau Puskesmas

terdekat.

4. TSP a. Dengan melengkapi alat

penangkap debu ( Electro

Memperbaiki alat yang rusak

Page 32: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

30

No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran

Pencegahan Penanggulangan

Precipitator ).

b. Dengan melengkapi water

sprayer pada cerobong.

c. Pembersihan ruangan

dengan sistim basah.

d. Pemeliharaan dan perbaikan

alat penangkap debu.

e. Menggunakan masker.

5. Pb a. Untuk sumber tidak

bergerak, dilakukan

pemasangan scruber pada

cerobong asap dan modfikasi

pada proses pembakaran.

b. Apabila kadar timah hitam

dalam udara ambien telah

melebihi baku mutu (2

ug/Nm3 dengan waktu

pengukuran 24 jam) maka

untuk mencegah dampak

kesehatan dilakukan upaya-

upaya seperti penggunaan

alat pelindung diri berupa

masker dan mengurangi

aktifitas diluar rumah.

a. Memperbaiki alat yang

rusak

b. Bila terjadi keracunan

maka lakukan :

1. Pemberian pengobatan.

2. Kirim segera ke rumah

sakit atau puskesmas

terdekat.

6. HC a. Untuk sumber bergerak

dilakukan perawatan mesin

kendaraan bermotor agar

tetap baik, pengujian emisi

secara berkala dan KIR

kendaraan dan pemasangan

filter pada knalpot.

b. Untuk sumber tidak

bergerak, dilakukan

pemasangan scruber pada

cerobong asap dan

modifikasi pada proses

pembakaran.

c. Apabila kadar oksidan dalam

udara ambien telah melebihi

baku mutu (235 mg/Nm3

dengan waktu pengukuran

1jam) maka untuk mencegah

dampak kesehatan dilakukan

upaya-upaya seperti

penggunaan alat pelindung

a. Mengganti peralatan yang

rusak.

b. Mengatur pertukaran

udara didalam ruang,

seperti menggunakan

exhaust-fan.

c. Bila jatuh korban

keracunan maka lakukan :

1. Berikan pengobatan

atau pernafasan buatan.

2. Kirim segera ke Rumah

Sakit atau Puskesmas

terdekat.

Page 33: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

31

No. Parameter Teknik Pengendalian Pencemaran

Pencegahan Penanggulangan

diri berupa masker gas dan

mengurangi aktifitas di luar

rumah.

Page 34: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

32

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Masalah pencemaran udara di perkotaan sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, yaitu tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta

tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi.

Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk

perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk

yang terpapar polusi udara juga meningkat.

2. Zat-zat pencemar udara yang paling banyak dijumpai adalah SO2, NO

dan NO2, Pb, TSP, O3 dan CO. Zat-zat ini berasal dari pabrik-pabrik di

kawasan industri, aktivitas kendaraan bermotor, proses pembakaran

rumah tangga dan pembuangan limbah padat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat pencemar

udara adalah letak topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah

angin, suhu dan cuaca.

4. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia yang paling

utama adalah terhadap sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan,

hati dan ginjal.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan surveilans dan monitoring untuk mendapatkan informasi

yang lengkap dan akurat mengenai zat-zat pencemar udara dan dampak

kesehatan masyarakat.

2. Perlu dikembangkan suatu konsep transportasi berkelanjutan agar

menjadi antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek dan kinerja

sistem transportasi yang berkembang saat ini. Sistem transportasi

berkelanjutan merupakan gerakan yang mendorong penggunaan

teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan

transportasi masyarakat. Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini

diterjemahkan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas

Page 35: Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012

33

bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi, maupun penyediaan

transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan seperti KA

listrik maupun angkutan umum lainnya yang dapat mengurangi

penggunaan kendaraan pribadi.

Palembang, Agustus 2012

Kepala BTKL PP Kelas I Palembang

Dr. Amar muntaha, S.K.M., M.Kes.

NIP. 1961021819840301001