analisis finansial bengkel mobil

Upload: mason-pamela

Post on 07-Jul-2018

352 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    1/111

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    2/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 95

     

    POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    3/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA i

    KATA PENGANTAR

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

    memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki

    kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan

    usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami

    kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,

    misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya

    keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku

    UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untukkomoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi

    tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

    Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi

    perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan

    informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan

    usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan

    untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas(lending model ). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola

    pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan

    konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan

    lending model   tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah

    dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)

    yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses

    melalui internet di alamat www.bi.go.id.

    Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

    bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    4/111

    ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    buku lending model . Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan

    bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku

    ini dapat menghubungi:

    Direktorat Kredit, BPR dan UMKMBiro Pengembangan UMKMTim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKMJl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta PusatTelp. (021) 381.8922 atau 381.7794Fax. (021) 351.8951

    Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola

    pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasipembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.

    Jakarta, Desember 2008

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    5/111

    BANK INDONESIA iii

    RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECILBENGKEL MOBIL

    SKENARIO 1

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    1 Jenis usaha Usaha Bengkel Mobil (UBM)

    2 Lokasi usaha Jakarta Utara

    3 Dana yang digunakan Investasi : Rp.1.259.000.000

    Modal Kerja : Rp. 440.200.000

    Total : Rp.1.699.200.000

    4 Sumber dana

    a. Modal Sendiri Rp. 1.549.200.000

    b. Kredit Modal Kerja: Rp. 150.000.000

    Suku Bunga : 26,5%

    Jangka Waktu : 5 tahun

    5 Periode pembayaran kreditAngsuran bunga dibayarkan setiap bulan, angsuranpokok pada akhir tahun ke 5, tetapi dievaluasisetiap tahun

    6 Kelayakan usaha

    A Periode proyek 5 tahun

    B Produk Pelayanan jasa bengkel

    C Skala proyek Pendapatan kotor per tahun : Rp 1.010.700.000

    D Teknologi Bengkel dengan peralatan standard yang mutakhir

    E Pemasaran ProdukKonsumen langsung, perusahaan swasta danperkantoran pemerintah

    7 Kriteria kelayakan usaha

    NPV Rp. 718.629.458

    IRR 34,02%Net B/C Ratio 1,57Pay Back Period 3,19 tahun (39 bulan)

    BEP Penjualan rata-rata Rp. 683.598.100

    Penilaian Layak dilaksanakan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    6/111

    iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    8 Analisis sensitivitas

    (1) Biaya variabel

    a Biaya variabel naik 5% - Tidak peka

    NPV Rp. 715.652.977 (-0,4%)

    IRR 33,94% (-0,2%)

    Net B/C Ratio 1,57(tetap)

    Pay Back Period 39 bulan (tetap)

    Penilaian Layak

    b Biaya variabel naik 10% - Tidak peka

    NPV Rp. 712.676.495 (-0,8%)IRR 33,86% (-0,5%)

    Net B/C Ratio 1,57(tetap)

    Pay Back Period 39 bulan (tetap)

    Penilaian Layak

    (2) Pendapatan

    a Pendapatan turun 5% - Peka

    NPV Rp. 545.38.711 (-23,7%)

    IRR 29,34% (-13,7%)

    Net B/C Ratio 1,43 (-8,9%)

    Pay Back Period 44 (lebih lama 5 bulan)

    Penilaian Masih Layak

    b Pendapatan turun 20% - Ambang kritis

    NPV Rp. 24.666.470

    IRR 14,72

    Net B/C Ratio 1,02

    Pay Back Period 60

    Penilaian Tidak Layak

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    7/111

    BANK INDONESIA v

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    (3) Biaya variabel dan pendapatan

    Biaya variabel naik 5% dan pendapatan turun 5% - Peka

    NPV Rp. 542.162.223 (-24,6%)

    IRR 29,26% (-14,0%)

    Net B/C Ratio 1,43 (-8,9%)

    Pay Back Period 44 (lebih lama 5 bulan)

    Penilaian Masih Layak

    Biaya variabel naik 10% dan pendapatan turun 5% - Peka

    NPV Rp. 539.185.748 (-25,0%)

    IRR 29,18% (-14,2%)Net B/C Ratio 1,43 (-8,9%)

    Pay Back Period 44 (lebih lama 5 bulan)

    Penilaian Masih Layak

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    8/111

    vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    SKENARIO 2

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    1 Jenis Usaha Usaha Bengkel Mobil (UBM)2 Lokasi Usaha DKI Jakarta Utara

    3 Dana yang digunakan Investasi awal : Rp.1.259.000.000

    Investasi perluasanusaha (thn 3)

    Rp.1.250.000.000

    Modal Kerja : Rp. 440.200.000

    Total : Rp.2.949.200.000

    4 Sumber dana

    a. Modal Sendiri Rp. 2.449.200.000b. Kredit Investasi: Rp. 500.000.000

    Suku Bunga : 18%

    Jangka Waktu : 5 tahun

    5 Periode pembayaran kreditAngsuran bunga dibayarkan setiap bulan,angsuran pokok dibayarkan setelah masa grasi 6bulan

    6 Kelayakan usaha

    A Periode proyek 7 tahun

    B Produk Pelayanan jasa bengkel

    C Skala proyekPendapatan kotor per tahun : Rp. 1.010.700.000tahun 1, berkembang menjadi Rp. 2.021.400.000tahun 7

    D Teknologi Bengkel dengan peralatan standard yang mutakhir

    E Pemasaran ProdukKonsumen langsung, perusahaan swasta danperkantoran pemerintah

    7 Kriteria kelayakan usaha

    NPV Rp. 867.507.061

    IRR 29,32%

    Net B/C Ratio 1,69

    Pay Back Period 61 bulan

    BEP Penjualan rata-rata Rp. 1.003.042.857

    Penilaian Layak dilaksanakan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    9/111

    BANK INDONESIA vii

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    8 Analisis sensitivitas

    (1) Biaya variabel

    a Biaya variabel naik 5% - Tidak peka

    NPV Rp. 858.078.719 (-1,1%)

    IRR 29,16% (-0,5%)

    Net B/C Ratio 1,68 (-0,6%)

    Pay Back Period 62 bulan (lebih lama 1 bulan)

    Penilaian Layak

    b Biaya variabel naik 10% - Tidak peka

    NPV Rp. 853.364.548 (-1,6%)IRR 29,08% (-0,8%)

    Net B/C Ratio 1,68(-0,6%)

    Pay Back Period 62 bulan(lebih lama 1 bulan)

    Penilaian Layak

    (2) Pendapatan

    a Pendapatan turun 10% - Peka

    NPV Rp. 317.955.463 (-63,3%)

    IRR 19,79% (-32,5%)

    Net B/C Ratio 1,25 (-26,0%)

    Pay Back Period 75 bulan (lebih lama 14 bulan)

    Penilaian Masih Layak

    b Pendapatan turun 15% - Ambang kritis

    NPV Rp. 43.179.664

    IRR 14,8%Net B/C Ratio 1,03

    Pay Back Period 82 bulan

    Penilaian Tidak layak

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    10/111

    viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    No Unsur Pembiayaan Uraian

    (3) Biaya variabel dan pendapatan

    Biaya variabel naik 5% dan pendapatan turun 10% - Peka

    NPV Rp. 308.527.122 (-64,4%)

    IRR 19,62% (-33,1%)

    Net B/C Ratio 1,25 (-26,0%)

    Pay Back Period 76 bulan (lebih lama 15 bulan)

    Penilaian Masih Layak

    Biaya variabel naik 10% dan pendapatan turun 10% - Peka

    NPV Rp. 303.812.951 (-64,9%)

    IRR 19,54% (-33,4%)Net B/C Ratio 1,24 (-26,6%)

    Pay Back Period 76 bulan (lebih lama 15 bulan)

    Penilaian Masih Layak

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    11/111

    BANK INDONESIA ix

    DAFTAR ISI

    Hal

    KATA PENGANTAR …………………………………………………......... i

    RINGKASAN ……………………………………………………………….. ii

    DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii

    DAFTAR GAMBAR …………………….................................................. xi

    DAFTAR PHOTO …………………….................................................... xi

    DAFTAR TABEL …………………………………………………............... xii

    BAB I PENDAHULUAN …………………………………….............. 15

    BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN  19

    2.1 Profil Usaha ………………………………......……....... 19

    2.2 Pola Pembiayaan Bank ……………………......…......... 20

    BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN  23

    3.1 Aspek Pasar ……………………………………............. 233.1.1 Permintaan ……………………………......…...... 23

    3.1.2 Penawaran ……………………………......…...... 25

    3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar .............. 25

    3.2 Aspek Pemasaran …………………………......…......... 27

    3.2.1 Harga ………………………………......……....... 27

    3.2.2 Jalur Pemasaran dan Promosi ..……................... 28

    3.2.3 Kendala Pemasaran ……………......………........ 29

    BAB IV ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

    4.1 Lokasi Usaha …………………………………............... 31

    4.2 Fasilitas dan Peralatan Pelayanan Jasa ………….....…. 31

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    12/111

    x POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    4.3 Bahan Penunjang dan Suku Cadang ……………............ 34

    4.4 Tenaga Kerja ………………………………….................. 34

    4.5. Teknologi …………………………………………............ 36

    4.6 Proses Pelayanan Jasa .……………………...................... 36

    4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Pelayanan Jasa ......................... 36

    4.8 Produksi Optimum ……………………………................. 38

    4.9 Kendala Pelayanan Jasa …………………………............. 38

    BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha …………………………................ 41

    5.2 Skenario 1: Kredit Modal Kerja …………………............. 41

    5.2.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .. 41

    5.2.2 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan BiayaOperasional …………………................................ 42

    5.2.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ......... 44

    5.2.4 Produksi Jasa dan Pendapatan ……...................... 46

    5.2.5 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point ... 475.2.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ............. 48

    5.2.7 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha……............. 49

    5.2.8 Hambatan dan Kendala …….............................. 52

    5.3 Skenario 2: Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha ........ 52

    5.3.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .. 52

    5.3.2 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan BiayaOperasional ………………………........................

    53

    5.3.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ......... 54

    5.3.4 Produksi Jasa dan Pendapatan ……...................... 55

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    13/111

    BANK INDONESIA xi

    5.3.5 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point…. 56

    5.3.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ............... 57

    5.3.7 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha …............ 58

    5.3.8 Hambatan dan Kendala ……........................... 60

    BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

    6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ……………….......……..... 61

    6.2 Aspek Dampak Lingkungan ……………......……........ 62

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan ……………………………………............. 657.2 Saran ……………………………........…..................... 67

    DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………...................... 69

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    14/111

    xii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Hal

    4.1 Tata letak bangunan bengkel mobil ............................................... 35

    4.2 Diagram alir pelayanan jasa bengkel mobil ..................................... 37

    6.1 Skema penanganan limbah air pencucian mobil ............................. 62

     

    DAFTAR PHOTO

    Photo Hal

    1.1 Usaha Bengkel Mobil skala kecil menengah …………………....…… 15

    3.1Dua UBM bersebelahan tidak mendatangkan dampak pendapatanyang buruk bagi UBM ………………………………..........................

    27

    4.1 Jalur kerja untuk spooring ............................................................... 32

    4.2 Lift cuci (kiri) dan reparasi (kanan) untuk mengangkat mobil ........... 32

    4.3 Ruang penjualan suku cadang ........................................................ 33

    6.1 Bak pengendapan pasir dan pasir yang telah dikarungkan ............ 62

    6.2Bak perlakuan 1 dan 2 untuk pemisahan minyak dan oli bekas dari airpencucian mobil …………………………………...............................

    63

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    15/111

    BANK INDONESIA xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Hal

    3.1 Pertumbuhan jumlah mobil penumpang di Indonesia ...................... 23

    3.2 Jenis dan frekuensi kebutuhan pelayanan jasa UBM oleh konsumen 24

    3.3 Pertumbuhan jumlah unit UBM di DKI Jakarta Utara ....................... 25

    3.4 Jenis dan harga pelayanan jasa UBM …………………...................... 28

    4.1 Jenis peralatan standar yang diperlukan UBM ................................. 33

    4.2 Jumlah dan jenis tenaga kerja serta pendidikannya …………........... 35

    4.3 Rincian luasan komposisi bangunan bengkel ………...................…. 36

    4.4 Jumlah dan jenis pelayanan jasa UBM ............................................. 38

    5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan : Skenario 1 ………………............ 42

    5.2 Komposisi Biaya Investasi : Skenario 1 …………………………......... 43

    5.3 Komponen Biaya Operasional (Rp) : Skenario 1 ............................... 44

    5.4 Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 1 .......................... 45

    5.5 Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 1 ..................... 45

    5.6 Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan : Skenario 1 ……………...... 46

    5.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (juta Rp) : Skenario 1 ..... 475.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 1 ………...………..... 48

    5.9 Kelayakan UBM : Skenario 1 ........................................................... 48

    5.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 1 ........................ 49

    5.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 1 ..………............. 50

    5.12 Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 1 …………………............ 51

    5.13 Asumsi untuk Analisis Keuangan : Skenario 2 ................................. 53

    5.14 Komposisi Biaya Investasi : Skenario 2 ............................................. 53

    5.15 Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 2 .......................... 55

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    16/111

    xiv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Tabel Hal

    5.16 Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 2 ..................... 55

    5.17 Proyeksi Pendapatan : Skenario 2 ................................................... 56

    5.18 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Isaha (Rp Juta) : Skenario 2....... 56

    5.19 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 2 ………………........ 57

    5.20 Kelayakan UBM : Skenario 2 ........................................................... 57

    5.21 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 2 ........................ 58

    5.22 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 2 ......................... 59

    5.23 Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 2 ..................................... 59

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    17/111

    BANK INDONESIA 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pola pembiayaan usaha bengkel mobil (UBM) ditujukan untuk bengkel mobil

    penumpang (passenger car) dan tidak termasuk bengkel kendaraan umum seperti

    bus dan angkutan kota, serta tidak termasuk pula bengkel kendaraan angkutan

    barang seperti mobil boks, truk dan truk gandengan. Ditinjau dari aspek pengelolaan,

    UBM yang dikaji untuk pola pembiayaan ini adalah UBM perorangan (individual) dan

    tidak termasuk UBM dealer merk kendaraan tertentu seperti Auto 2000, Honda dan

    BMW.

     Skala usaha yang diliput oleh kajian pola pembiayaan UBM adalah skala kecil

    dan menengah yang merupakan bengkel dengan aneka pelayanan seperti pencucian

    mobil, ganti oli, tune-up, penambalan dan ganti ban, serta perbaikan ringan, dan

    pengecatan mobil (Photo 1.1). Pola pembiayaan UBM ini tidak ditujukan untuk

    bengkel skala mikro yang membatasi pelayanan untuk satu jenis saja misalnya tambal

    ban atau dua jenis saja seperti pencucian mobil dan ganti aki.

    Photo 1.1. Usaha Bengkel Mobil Skala Kecil Menengah.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    18/111

    2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    UBM perlu pula dibedakan dari toko suku cadang yang terkadang memasangkan

    suku cadang yang ringan seperti penyapu kaca depan  (windshield wiper), dealer

    aki yang melakukan pula ganti aki dan oli, atau toko asesori yang memasangkan

    asesori mobil dan terkadang mengerjakan pula pekerjaan bengkel ringan. Sebaliknya,UBM pada umumnya memiliki pula persediaan suku cadang yang sering dibutuhkan

    konsumen, seperti penyapu kaca depan, saringan bahan bakar, saringan udara, tali

    kipas, dan aki untuk menunjang pelayanannya sekaligus meningkatkan pendapatan.

    Di samping itu, biasanya UBM mempunyai jejaring dengan toko suku cadang untuk

    mendapatkan akses yang lancar apabila membutuhkan suku cadang yang tidak terlalu

    sering diperlukan konsumen.

    Jumlah mobil penumpang di Indonesia terus meningkat dari 3.261.807 buah

    dalam tahun 2001 menjadi 6.228.772 buah dalam tahun 2007 (BPS, 2008) atau

    dengan tingkat pertumbuhan sebesar rata-rata 13% per tahun. Di Jakarta, jumlah

    mobil penumpang adalah sekitar 40% dari populasi mobil di Indonesia atau berkisar

    2.400.000 buah dalam tahun 2008. Jumlah mobil penumpang di wilayah Jakarta

    Utara tidak diketahui, tetapi jumlah UBM menurut keterangan data dari Suku Dinas

    Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara (2008) tumbuh dari 100 unit dalam

    tahun 2004 menjadi 180 unit dalam tahun 2008.

      Apabila diperkirakan jumlah mobil penumpang di Jakarta Utara seperlima

    dari jumlah mobil penumpang di DKI Jakarta yang terbagi ke dalam lima wilayah

    yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat,

    maka jumlah mobil di Jakarta Utara diduga 480.000 buah. Dengan demikian secara

    teoretis, setiap UBM di Jakarta Utara mempunyai peluang untuk melayani kebutuhan

    2.600 buah mobil.

      UBM dapat disimpulkan merupakan usaha yang menarik ditinjau dari pasar

    dan permintaan pasar. UBM akan terus berkembang selama terjadi peningkatan

     jumlah penjualan mobil penumpang dan jumlah populasi mobil penumpang yangmasih beroperasi di jalan. Apabila UBM difokuskan pada mobil penumpang, maka

    tingkat prospek UBM mobil penumpang lebih tinggi dari UBM kendaraan umum dan

    angkutan karena UBM mobil penumpang melayani golongan menengah ke atas yang

    mampu membeli mobil pribadi, dan konsekuensinya akan membutuhkan perawatan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    19/111

    BANK INDONESIA 3

    dan perbaikan mobil milik pribadi mereka secara periodik  selama mobil tersebut masih

    digunakan. Peningkatan jumlah pembelian mobil penumpang dan jumlah populasi

    mobil penumpang yang beroperasi di jalan akan mendorong pula peningkatan

    volume penjualan jasa tiap-tiap UBM, namun perlu disadari bahwa hal tersebutmendorong pula tumbuhnya UBM baru. Selama jumlah mobil yang membutuhkan

     jasa pelayanan melebihi kapasitas total dari jumlah UBM yang beroperasi maka UBM

    masih merupakan usaha yang layak.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    20/111

    4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    PENDAHULUAN 

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    21/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 5

    BAB II

    PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

    2.1. Profil Usaha

    Usaha Bengkel Mobil (UBM) adalah usaha yang melayani jasa untuk perawatan

    dan perbaikan (maintenance and repair)  mobil penumpang. Jasa perawatan dan

    perbaikan termasuk antara lain pencucian, ganti oli, ganti suku cadang, penambalan

    dan ganti ban, pemeriksaan dan ganti aki, serta perbaikan dan pengecatan badan

    mobil. Skala UBM adalah usaha kecil dengan omzet lebih kecil atau sama dengan Rp

    2,5 milyar/tahun.Lokasi UBM umumnya di kawasan bisnis atau di kompleks perumahan (real

    estate) dengan tidak mengganggu ketentraman lingkungan terutama tetangga yang

    bersebelahan.

    Konsumen adalah pemilik mobil penumpang, perusahaan dan kantor

    dinas pemerintah yang pada umumnya berlangganan dengan UBM. Pemilik mobil

    penumpang yang merawat dan memperbaiki mobil secara periodik biasanya termasuk

    golongan ekonomi menengah atas. Di wilayah Jakarta Utara pertumbuhan Usaha

    Bengkel Mobil (UBM) selama 5 tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut100 UBM pada tahun 2004, 110 UBM tahun 2005, 120 UBM tahun 2006, 140 UBM

    tahun 2007 dan 180 UBM tahun 2008 (Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan

    Jakarta Utara, 2008).

    Usaha Bengkel Mobil di wilayah Jakarta Utara umumnya merupakan usaha

    milik perorangan berbentuk PT atau CV yang dapat merupakan cabang usaha dari

    usaha induk seperti cabang usaha dari pengecer suku cadang, usaha baru yang berdiri

    sendiri, atau usaha lama warisan keluarga. Mesin dan peralatan bengkel tersedia di

    pasar di Jakarta. Pemasok mesin dan peralatan biasanya dapat pula menyediakan jasa

    untuk memasang mesin dan peralatan tersebut di UBM yang bersangkutan misalnya

    mesin dan peralatan untuk pencucian mobil. Teknologi utama yang dibutuhkan

    UBM adalah keterampilan karyawan UBM yang diperoleh dari pengalaman SDM dari

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    22/111

    6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    pekerjaan sebelumnya serta pelatihan pendidikan berjenjang yang banyak diberikan

    melalui ASBEKINDO (Asosiasi Bengkel Kendaraan Indonesia) oleh perusahaan suku

    cadang, agen (dealer) mobil, serta agen (dealer) oli dan pelumas.

    Kepemilikan lahan untuk tempat usaha atau bangunan bengkel yangrepresentatif merupakan modal awal, walaupun beberapa UBM mengawali

    usaha dengan penyewaan tempat usaha. Penyewaan tempat usaha untuk UBM

    memperhatikan kriteria seperti lokasi di kawasan bisnis, lokasi perumahan yang tidak

    mengganggu lingkungan, ijin untuk memasang mesin dan peralatan yang berpeluang

    mengubah fondasi bangunan, serta keamanan lingkungan.

    2.2. Pola Pembiayaan

    Pola pembiayaan UBM untuk investasi awal dalam bentuk pembelian tanah,

    pendirian bangunan dan pengadaan peralatan bengkel pada saat ini berasal dari

    pengusaha sendiri atau keluarga pengusaha. Pola pembiayaan dari bank terdiri dari

    dua skenario yaitu Skenario 1 Kredit Modal Kerja, dan Skenario 2 Kredit Investasi

    untuk Perluasan Usaha.

    2.2.1. Skenario 1 : Kredit Modal Kerja

    Kredit Modal Kerja diberikan dalam bentuk plafon dana yang ditempatkan di

    rekening giro nasabah dan dievaluasi tiap tahun berdasarkan arus uang di rekening

    giro tersebut. Selama arus uang dianggap layak, kredit dapat diteruskan ke tahun

    berikutnya. Jumlah kredit berkisar antara Rp 150 – Rp 300 juta dan ditentukan juga

    berdasarkan arus uang di rekening giro tersebut.

    UBM membayar bunga bulanan pada tingkat bunga sebesar 26,5%/tahun.

    Pinjaman pokok dikembalikan sekaligus pada tahun terakhir sesuai perjanjian misalnyaakhir tahun ke 5, dengan syarat hasil evaluasi tahunan UBM menunjukkan kinerja

    keuangan yang baik. Semua transaksi UBM diwajibkan melalui rekening giro di bank

    yang memberikan kredit.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    23/111

    BANK INDONESIA 7

    2.2.2. Skenario 2 : Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha

    Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha diberikan berdasarkan evaluasi rencana

    pengembangan usaha yang akan dilakukan dan nilai agunan yang akan diberikan.

    Umumnya bank memberikan batas maksimum kredit investasi senilai 70-75% hargataksiran aset (tanah dan bangunan) yang dijadikan agunan oleh nasabah. Jumlah

    kredit yang diberikan dapat berkisar antara Rp 500 juta – Rp 1 milyar melalui skema

    kredit yang tersedia di bank pemberi kredit. Tingkat suku bunga yang dikenakan

    adalah 18%/tahun. Pembayaran kredit berlangsung secara konvensional yaitu

    angsuran bunga dan angsuran pokok (setelah masa grasi/grace period) setiap bulan.

    Kedua kredit ini hanya diberikan kepada UBM yang telah beroperasi dua

    tahun, dinilai layak (feasible) dan bankable, serta memenuhi syarat 5K yang umum

    diterapkan oleh bank yaitu karakter, kapital, kapasitas, kondisi, dan kolateral

    (agunan). Nilai agunan dapat diperoleh dari hasil evaluasi lembaga appraisal   yang

    diakui bank atau berdasarkan evaluasi oleh bank sendiri. Meskipun persyaratan

    yang dikemukakan merupakan prosedur standar, kelonggaran dapat diperoleh oleh

    calon nasabah apabila sejarah hubungan nasabah dengan bank seperti kepemilikan

    deposito, kepemilikan rekening giro dan keadaan arus uang di rekening giro tersebut

    berjalan dengan baik.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    24/111

    8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    25/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 9

    BAB III

    ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

    3.1. Aspek Pasar

    3.1.1. Permintaan

    Permintaan pelayanan jasa UBM terkait dengan jumlah mobil penumpang

    yang ada. Data yang diperoleh adalah data mobil penumpang di Indonesia (Tabel 3.1),

    meskipun demikian diketahui bahwa dari jumlah tersebut 40% berada di Jakarta.

      Tabel 3.1. Pertumbuhan Jumlah Mobil Penumpang di Indonesia

    Tahun Jumlah Mobil Penumpang

    2001 3.261.807

    2002 3.403.433

    2003 3.885.228

    2004 4.464.281

    2005 5.494.034

    2006 5.813.014

    2007 6.228.772

    Jumlah penjualan mobil penumpang meningkat 48%dalam Januari – Agustus 2008 (411 984) dibandingkanJanuari – Agustus 2007 (277 272)

      Sumber : BPS (2008)

      Jumlah mobil penumpang selalu tumbuh dengan peningkatan rata-rata

    sebesar 13% per tahun dalam kurun waktu dari tahun 2001 – 2007. Meskipun

    demikian pertumbuhan meningkat lebih tinggi dari 13% per tahun mulai tahun2003 sampai 2005 yaitu berturut-turut 14%, 15% dan 23% per tahun. Kemudian

    turun menjadi 6% per tahun dalam tahun 2006 tetapi naik lagi sejak tahun 2007.

    Kenaikan dalam tahun 2008 dalam bentuk penjualan mobil penumpang diduga lebih

    tinggi 50% dari kenaikan 2007.

    PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    26/111

    10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Dari hasil pendapatan dan jumlah klien yang memakai jasa UBM ternyata

    bahwa kenaikan harga energi tidak berimbas pada penurunan permintaan jasa

    perawatan dan perbaikan mobil,

    Tabel 3.2. Jenis dan Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Jasa UBM Oleh Konsumen

    No Jenis Pelayanan Jumlah Pelayanan Berkala Minimal

    1 Pencucian mobil 2 minggu sekali

    2 Spooring dan balancing Tiap 5000 km atau 3 bulan

    3 Ganti oli Tiap 5000 km atau 3 bulan

    4 Ganti saringan oli Tiap 10.000 km atau 6 bulan

    5 Busi Tiap 20.000 km atau 12 bulan

    6 Ganti saringan bensin Tiap 80.000 km atau 24 bulan

    7 Ganti saringan solarTiap ketika lampu peringatan menyala atau12 bulan

    8 Ganti saringan udaraMobil bensin tiap 40.000 km atau 24 bulan,mobil diesel tiap 30.000 km atau 18 bulan

    9 Pemeriksaan aki dan ganti akiPemeriksaan tiap bulan, ganti aki palinglambat 70.000 km atau 42 bulan

    10Ganti oli gigi differensial , ganti oli transmisimanual

    Tiap 40.000 km atau 24 bulan

    11

    Tune-up chasis  dan bodi: pedal rem dan remparkir, pelapis sepatu rem dan tromol rem, padrem dan piringan rem, minyak rem, minyakkopling, minyak power steering, roda kemudi,tekanan ban, lampu dan wiper, sedimenter air

    Tiap 10.000 km atau 6 bulan

    12

    Tune-up  2: tali kipas, sistem pendingin danpemanas, cairan pendingin mesin, pipagas buang, refrigeran, suspensi   depan danbelakang

    Tiap 20.000 km atau 12 bulan

    13 Pengujian emisi gas buangTiap 6 bulan untuk mobil tua (ketentuanpemerintah)

    14 Jasa insidental  : las ketok, cat duko Tiap terjadi kecelakaan ringan atau berat

    Sebaliknya peningkatan penjualan modil penumpang mendorong peningkatan

    permintaan jasa perawatan dan perbaikan mobil penumpang. Di samping jumlah

    mobil, penawaran dalam hal UBM perlu dianalisis dari sisi jenis dan jumlah pelayanan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    27/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 11

     jasa berkala yang dibutuhkan oleh konsumen. Tabel 3.2 menggambarkan jenis dan

     jumlah pelayanan jasa berkala UBM yang dibutuhkan oleh konsumen.

    3.1.2. Penawaran

    Data dari Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara (Tabel

    3.3) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kapasitas 180 unit UBM dengan jumlah

    tenaga kerja 1.500 orang mampu melayani 360.000 buah mobil penumpang.

    Tabel 3.3. Pertumbuhan Jumlah Unit UBM di Jakarta Utara

    TahunJumlah unit

    UBMKapasitas pelayanan, x

    1000 buah mobil

    2004 100 2002005 110 220

    2006 120 240

    2007 140 280

    2008 180 360

      Sumber : Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara

      Peningkatan jumlah unit UBM terjadi rata-rata 10% per tahun dari tahun

    2004 – 2006, kemudian melonjak menjadi 20% pada tahun 2007 dan 30% pada

    tahun 2008. Hal ini didorong oleh pertumbuhan jumlah mobil penumpang yang

    mempunyai kecenderungan terus meningkat rata-rata 13% per tahun dari tahun

    2001 sampai tahun 2007 (Tabel 3.1).

    3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

    Persaingan yang terjadi antara UBM terutama dalam hal memuaskan

    pelanggan, karena para UBM umumnya telah mempunyai pelanggan tetap.

    Upaya yang dilakukan pengusaha adalah menjaga mutu pelayanan jasasehingga pelanggan puas dan tidak pindah ke UBM lain. Ketersediaan ruang

    yang nyaman untuk pelanggan yang menunggu perawatan dan perbaikan

    mobil mereka merupakan model yang akhir-akhir ini dikembangkan untuk

    memuaskan pelanggan.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    28/111

    12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Usaha yang dilakukan UBM untuk menjaga mutu pelayanan adalah

    dengan mendidik keterampilan karyawan dan staf manajemen mereka

    melalui pelatihan berjenjang yang sering ditawarkan oleh konsultan otomotif

    (Hanindo), dan dalam jumlah terbatas oleh dealer merk kendaraan tertentuserta dinas pemerintah. Jenis pelatihan yang diberikan lembaga-lembaga

    tersebut antara lain adalah kepemimpinan, customer services,  bengkel

    berkualitas, emisi gas buang, teknis dasar bengkel. Di samping itu sudah

    merupakan hal yang umum bahwa UBM melakukan komputerisasi pada

    pelayanan jasa yang membantu usaha dalam kepemilikan data base yang

    menunjang: sejarah perawatan dan perbaikan setiap mobil agar konsumen

    tidak merasa dicurangi (ganti suku cadang yang sama berkali-kali sebelum

    waktunya), inventori stok, rekaman data pemasukan pendapatan danpengeluaran bahan penunjang serta suku cadang.

    Peluang pasar masih terbuka karena jumlah kapasitas mobil

    penumpang yang membutuhkan pelayanan jasa diduga 2.660 buah per

    UBM di DKI Jakarta (1/5 dari 40% dari 6 juta mobil penumpang di Indonesia

    dibagi dengan 180 UBM), sedangkan rata-rata kapasitas pelayanan UBM di

    DKI Jakara adalah 2.000 buah mobil penumpang. Di samping itu pelanggan

    dapat pula berasal dari daerah lain di luar Jakarta Utara, seperti Jakarta Pusat,

    Jakarta Timur, Jakarta Barat dan wilayah sekitar Jakarta seperti Tangerangdan Bekasi.

    Antar UBM tidak selalu terjadi persaingan, sebaliknya dapat pula

    bekerjasama terutama dalam hal UBM tidak memiliki semua fasilitas dan

    mesin bengkel yang lengkap. Sebagai contoh untuk spooring UBM yang

    tidak memiliki fasilitas tersebut dapat mengirimkan ke UBM lain yang

    memiliki dengan mendapatkan pembagian keuntungan. Keberadaan UBM

    lain dengan lokasi bersebelahan (Photo 3.1) tidak mendatangkan dampakyang buruk bagi UBM bersangkutan karena masing-masing UBM memiliki

    pelanggan tetap. Di samping itu seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

    kapasitas dari jumlah bengkel yang ada di DKI Jakarta masih berada di

    bawah kapasitas jumlah mobil penumpang yang perlu dilayani.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    29/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 13

    Photo 3.1. Dua UBM Bersebelahan Tidak Mendatangkan

      Dampak Pendapatan yang Buruk Bagi UBM

    3.2. Aspek Pemasaran

    3.2.1. Harga

    Penentuan harga pelayanan jasa terutama memperhatikan harga standar

    yang umum di pasaran seperti harga pencucian mobil, jumlah waktu pengerjaan

    seperti untuk pemeriksaan dan penggantian suku cadang, mutu bahan penunjang

    (oli) dan merk suku cadang (saringan oli, saringan udara, wiper, aki) yang diminta

    konsumen, serta jasa tambahan yang diminta konsumen (pemakaian shampoo dalam

    pencucian mobil). Bengkel yang telah lama beroperasi dan memiliki tenaga teknisi

    yang terampil serta diakui konsumen dapat mengenakan harga pelayanan jasa di atas

    harga pasar, namun harga bahan penunjang dan suku cadang biasanya dipasangserendah mungkin untuk menarik pelanggan.

    Jenis dan harga pelayanan jasa diuraikan dalam Tabel 3.4. Harga suku cadang

    dan bahan penunjang mengikuti daftar harga dari agen dan distributor. Keuntungan

    rata-rata yang diambil UBM adalah sebesar 15% dari harga barang.

     ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    30/111

    14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Tabel 3.4. Jenis dan Harga Pelayanan Jasa UBM

    No Jenis Pelayanan Jasa Satuan Harga Rp/satuan

     1 Spooring Unit 125,000

     2 Balancing Unit 80,000

     3 Pencucian mobil Unit 25,000

     4 Perawatan mobil Unit 100,000

     5 Perbaikan mobil Unit 100,000

     6 Ganti oli Unit 15,000

     7 Uji emisi Unit 350,000

    8Pendapatan dari penjualanbahan penunjang dan suku

    cadang

     15% dari nilaipenjualan rata-rata :

    Rp 900 juta/tahun

    3.2.2. Jalur Pemasaran dan Promosi

      Pemasaran umumnya dilakukan ke perusahaan swasta dan kantor pemerintah

    dengan memberikan diskon sebesar 10% untuk semua pelayanan, di samping

    menunggu pelanggan perorangan. Pada bulan-bulan tertentu, misalnya bulan

    yang dianggap kurang pengunjung yang jauh dari hari raya dan hari libur sekolah

    dilakukan diskon untuk pelayanan jasa tertentu bagi pelanggan perorangan yang

    besarnya dapat mencapai 50% seperti diskon tune-up komponen dasar mesin 50%

    dalam bulan April, dan diskon servis rem 50% dalam bulan Mei. UBM mencetak pula

    brosur sampai berjumlah 3.000 lembar per tahun yang disebarkan dalam kesempatan

    pameran otomotif, di plaza dan di lingkungan perumahan.

     

    Komposisi pelanggan UBM pada saat ini adalah pelanggan perorangan sebesar

    50%, pelanggan perusahaan swasta sebesar 40%, dan pelanggan kantor pemerintah

    sebesar 10%.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    31/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 15

    3.2.3. Kendala Pemasaran

    Secara umum, UBM tidak menghadapi kendala pemasaran yang nyata

    walaupun terjadi peningkatan harga bahan bakar minyak dan suku cadang. Hal inidisebabkan mobil penumpang membutuhkan perawatan dan perbaikan berkala agar

    tidak menimbulkan kerusakan dengan biaya yang lebih besar, sedangkan pemilik

    mobil penumpang adalah golongan menengah atas atau perusahaan dan perkantoran

    pemerintah yang mampu membiayai jasa perawatan dan perbaikan mobil.

    Apabila pelanggan memilih menggunakan suku cadang yang lebih murah

    karena memperhitungkan keadaan keuangan mereka, hal ini bahkan akan menambah

    frekuensi kedatangan pelanggan tersebut akibat mutu suku cadang dengan harga

    murah lebih cepat aus. Pembayaran dilakukan secara tunai untuk pelanggan

    perorangan dan bulanan untuk perusahaan dan perkantoran pemerintah. Selama

    ini, tidak ada permasalahan pembayaran perusahaan dan perkantoran pemerintah,

    karena mereka membutuhkan pelayanan kendaraan mereka setiap bulan. Penundaan

    pembayaran dapat mengakibatkan penghentian pelayanan jasa oleh UBM, dan

    berakibat pada biaya yang lebih besar bagi pelanggan sebab tertundanya perawatan

    dan perbaikan akan meningkatkan biaya di kemudian hari.

     ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    32/111

    16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    33/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 17

    BAB IV

    ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

    4.1. Lokasi Usaha

    Lokasi UBM berorientasi pada pelanggan sehingga kawasan bisnis dan

    kawasan perumahan golongan menengah atas merupakan kawasan yang ideal

    karena mempunyai populasi sasaran pelanggan UBM yang tinggi. Bengkel UBM perlu

    mudah dijangkau dan berada di tepi jalan raya agar mudah terlihat dan mobil dapat

    masuk ke area kerja UBM dengan lancar (Photo 1.1 dan 3.1). Kawasan bisnis dan

    kawasan golongan menengah atas pada umumnya menyediakan akses jalan raya,listrik, air dan jaringan telkom yang diperlukan oleh UBM. Persyaratan lain adalah

    tidak mengganggu tetangga sekitar baik untuk polusi suara, maupun polusi limbah

    bengkel padat, cair maupun gas.

     Lokasi usaha yang berdekatan dengan UBM lain tidak merupakan masalah

    selama UBM dapat memberikan jasa pelayanan teknis bengkel yang memuaskan

    pelanggan (Gambar 3.1). Pelanggan akan lari ke UBM lain walaupun sarana dan

    akses lengkap apabila pelayanan teknis bengkel tidak memuaskan.

    4.2. Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Jasa

    Ruangan bengkel perlu memenuhi persyaratan standar bengkel kerja seperti

    pencahayaan yang cukup, lantai dibuat dari beton yang mampu menahan beban

    kendaraan dan tidak mudah licin apabila terkena minyak dan oli. Di samping itu, perlu

    dibuat jalur kerja khusus untuk spooring (Photo 4.1), atau jalur kerja dengan saluran

    bawah lantai untuk perbaikan bagian bawah mobil atau sebagai pilihan memiliki liftcuci dan reparasi untuk mengangkat mobil (Photo 4.2).

     ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    34/111

    18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Photo 4.1. Jalur Kerja untuk Spooring

    Ruangan bengkel terbagi menjadi bagian administrasi dan keuangan tempat

    penerimaan pelanggan dan pembuatan data base pelanggan, jalur kerja perawatan

    dan perbaikan termasuk  spooring  dan balancing, jalur pencucian mobil, ruangan

    penyimpan dan penjualan suku cadang (Photo 4.3), ruangan penyimpan dan penjualan

    bahan penunjang seperti minyak dan oli, ruang tunggu pelanggan, serta toilet dan

    loker karyawan.

    Photo 4.2. Lift Cuci (kiri) dan Reparasi (kanan) untuk Mengangkat Mobil

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    35/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 19

    Photo 4.3. Ruang Penjualan Suku Cadang

    Peralatan standar yang banyak digunakan oleh UBM dirinci dalam Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Jenis Peralatan Standar yang Diperlukan UBM

    No Jenis Peralatan

    1 Lift cuci

    2 Mesin semprot

    3 Lift reparasi

    4 Mesin balancing

    5 Lift spooring

    6 Mesin spooring 

    7  ATF changer 

    8  Tyre changer 

    9  Scanner engine

    10  Injector cleaner 

    11  Kompresor

    12  Tool kit 

    13  Genset

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    36/111

    20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    4.3. Bahan Penunjang Dan Suku Cadang

    Bahan penunjang UBM adalah berbagai jenis oli yaitu oli transmisi manual dan

    oli gigi differential dari berbagai merk, berbagai jenis minyak yaitu minyak kopling,minyak rem, dan minyak power steering, dan refrigeran pengisi AC. Di samping itu

    terdapat pula bahan penunjang habis pakai seperti rinso dan shampoo untuk bahan

    pencucian mobil, timah balancing untuk balancing, serta amplas untuk pengerjaan

    bengkel.

    Suku cadang disediakan pula oleh bengkel. Penjualan suku cadang dapat

    membantu mendatangkan pendapatan bengkel karena menghasilkan keuntungan

    yang berkisar antara 10 – 20%. Suku cadang yang khas adalah antara lain velg ban

    dan ban mobil (Gambar 4.1). Suku cadang yang umum adalah windshield wiper , tali

    kipas, kanvas rem, sepatu rem, kopling, kaca spion, dan aki.

    4.4. Tenaga Kerja

    Tenaga kerja yang diperlukan dalam UBM sebanyak 17 orang dengan upah di

    tambah bonus Rp 1.200.000 – Rp 3.300.000 per bulan (Tabel 4.2), terdiri dari 1 orang

    manager dengan upah dan bonus sebesar Rp 3.300.000 per bulan, 2 orang  service adviser   masing-masing Rp 2.800.000 per bulan, 2 orang foreman masing-masing

    Rp 1.900.000 per bulan, 8 orang mekanik masing-masing Rp 1.350.000 per bulan,

    2 orang tenaga administrasi untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap

    keuangan umum dan data base dengan upah Rp 1.650.000 per bulan dan 2 orang

    customer service untuk menerima pelanggan dengan upah Rp 1.200.000 per bulan.

    Atas dasar pertimbangan gaji yang diterima, pada umumnya tenaga kerja tersebut

    disarankan berasal dari daerah sekitar lokasi usaha dan tidak mempunyai hubungan

    keluarga dengan pemilik.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    37/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 21

    Jalan Raya

    Toilet

    dan

    Loker 

    Ruang

    Tunggu

    Ruang

    Kantor 

    Kasir Toko

    Suku

    Cadang

    Gudang4 m

    11 m

    20 m

    Jalur kerja (termasuk

    spooring dan balancing)

    Bak penanganan

    limbah (2 m x 6 m)

    3 m 5 m 3 m 3 m 3 m 3 m

    Gambar 4.1. Tata Letak Bengkel Mobil

    Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Tenaga Kerja Serta Pendidikannya

    No Jenis Jumlah PendidikanUpah + Bonus, (Rp/

    bln)

    1 Manager  1 STM 3.000.000 + 300.000

    2 Service Adviser  2 STM 2.500.000 + 300.000

    3 Foreman 2 STM 1.700.000 + 200.000

    4 Mekanik 8 STM 1.200.000 + 150.000

    5 Administrasi 2 Akademi, SMEA 1.500.000 + 150.000

    6 Customer Service 2 SMA, SMEA 1.200.000

    Semua karyawan kecuali tenaga administrasi dan customer

     service  diikutkan pelatihan yang diselenggarakan oleh konsultan

    otomotif untuk bengkel otomotif seperti pelatihan kepemimpinan

    khusus untuk manager , bengkel berkualitas dan teknik dasar bengkel.

     ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    38/111

    22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    4.5. Teknologi

      Teknologi untuk bengkel adalah pengetahuan teknik bengkel mobil seperti

    sistem mesin mobil penumpang, teknik bongkar pasang, perawatan dan perbaikan,

    penggantian oli mesin, mesin AC,  spooring  dan balancing, penggantian dan

    penambalan ban mobil, pengujian emisi gas buang dan pencucian mobil.

      Tata letak bengkel diuraikan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4. Bangunan

    bengkel dibuat secara terbuka di sisi depan tempat jalur kerja perbaikan dan perawatan

    mobil. Dengan demikian biaya konstruksi bangunan per m2 lebih murah dari biaya

    bangunan kantor atau perumahan.

    Tabel 4.3. Rincian Luasan Komposisi Bangunan Bengkel

    No Ruangan Luasan (m2)

    1 Kantor 12

    2 Ruang Kasir 12

    3 Toko Suku Cadang 12

    4 Gudang 12

    5 Ruang Tunggu Pelanggan 20

    6 Toilet dan Loker 12

    7 Jalur kerja perawatan dan perbaikan 220Jumlah 300

    4.6. Proses Pelayanan Jasa

    Mobil pelanggan yang datang untuk mendapatkan perawatan dan perbaikan

    mengikuti jalur pelayanan jasa seperti pada Gambar 4.5.

    4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Pelayanan Jasa

      Jumlah dan jenis pelayanan jasa dirinci dalam Tabel 4.4. Jumlah pelayanan

     jasa yang diberikan sebenarnya berfluktuasi dari bulan ke bulan, tetapi dalam hal

    ini diambil jumlah rata-rata untuk per bulan. Jenis pelayanan terdiri dari 7 kegiatan

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    39/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 23

    yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mutu pelayanan diusahakan standar untuk semua

    pelanggan. Tetapi bahan pendukung seperti minyak dan oli, serta suku cadang seperti

    ban mobil, dan pelat kopling dipilih oleh pelanggan sesuai dengan kemampuan

    keuangan mereka dan bukan ditentukan oleh UBM. Pelanggan yang memilikikemampuan keuangan yang tinggi akan selalu memilih bahan pendukung yang lebih

    mahal serta suku cadang asli sesuai dengan merk mobil mereka.

     M obil P elanggan

     T awar

    Customer Service

    Servi ce A dvis er

    Mek anik

    For eman M engatur

    pembagian kerja

    M obil selesai

    dilayani

    Servi ce A dvis er membuat

    WO ( Wor ki ng O rder)

    Administrasi

    Gambar 4.2. Diagram Alir Pelayanan Jasa Bengkel Mobil

     ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    40/111

    24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Tabel 4.4. Jumlah dan Jenis Pelayanan Jasa UBM

    No Jenis Pelayanan Jasa Satuan Jumlah

    1 Spooring Unit/bulan 65

    2 Balancing Unit/bulan 250

    3 Pencucian mobil Unit/bulan 300

    4 Perawatan mobil Unit/bulan 150

    5 Perbaikan mobil Unit/bulan 150

    6 Ganti oli Unit/bulan 140

    7 Uji emisi Unit/bulan 15

    8Penjualan bahan pendukungdan suku cadang

     Rata-rata Rp

    900 juta/tahun

    4.8. Produksi Optimum

      Produksi optimum dianggap tercapai bila UBM dapat melayani 70% dari

    kapasitas terpasang 1.500 mobil pelanggan per bulan atau 1.050 mobil per bulan.

    UBM adalah usaha pelayanan jasa sehingga jumlah pelanggan yang datang akan

    menentukan volume pendapatan. Disamping itu, kembalinya seorang pelangganuntuk merawat mobilnya secara berkala tergantung pada banyak faktor seperti

     jumlah pemakaian mobil yang berubah-ubah sepanjang tahun dan keadaan keuangan

    pelanggan. Oleh karena itu, UBM sebaiknya berusaha memperoleh pelanggan tetap

    dari perusahaan dan perkantoran yang mencapai 50% volume pelayanan jasa.

    Namun kebijakan mempunyai langganan perusahaan dan perkantoran menyebabkan

    pendapatan UBM berkurang 10% dibandingkan dengan pelanggan perorangan.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    41/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 25

    4.9. Kendala Pelayanan Jasa

      Tidak ada kendala yang berarti untuk UBM kecuali kendala umum yang

    terjadi pada semua jenis usaha seperti pemasokan listrik PLN yang tidak stabil,tetapi UBM telah menyediakan genset sebagai cadangan energi listrik apabila terjadi

    pemutusan arus tiba-tiba oleh PLN. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah

    keterampilan mekanik yang telah dibahas sebelumnya. Untuk meningkatkan keahlian

    dan keterampilan mekanik agar pelanggan merasa puas, UBM telah mengikutsertakan

    karyawan pada pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan.

     ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    42/111

    26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    43/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 27

    BAB V

    ASPEK KEUANGAN

    Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari

    sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang

    diperoleh dari bank. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam

    perencanaan dan pengelolaan UBM.

    5.1. Pemilihan Pola Usaha

      Pola usaha yang dipilih adalah UBM untuk bengkel mobil penumpang dengan

    aneka jenis pelayanan jasa untuk perawatan dan perbaikan mobil termasuk pencucian,

     spooring dan balancing, serta mengikuti program pemerintah sebagai bengkel untuk

    uji emisi gas buang. Skala usaha UBM adalah usaha kecil dengan omzet lebih kecil

    atau sama dengan Rp 2,5 Milyar/tahun.

    Kapasitas terpasang UBM yang dinilai cukup adalah apabila UBM dapat

    melayani 1.500 mobil penumpang per bulan. Produksi dianggap optimum apabila

    UBM melayani 70% dari kapasitas terpasang yaitu sekitar 1.050 mobil penumpang

    per bulan.

    Di samping itu UBM menjual bahan penunjang dan suku cadang yang

    dibutuhkan pelanggan. Bahan penunjang dan suku cadang diambil dari dealer dan

    agen distributor, sedangkan promosi usaha dilakukan sendiri melalui penyebaranbrosur dan pencarian pelanggan ke perusahaan swasta dan kantor pemerintah.

     

    5.2. Skenario 1 : Kredit Modal Kerja

     ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    44/111

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    45/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 29

      Komponen biaya dalam analisis kelayakan UBM dibedakan menjadi dua yaitu

    biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang

    diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi

    lahan/areal usaha, bangunan, peralatan dan sarana pengangkutan. Biaya operasional

    adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses pelayanan jasa.

    a. Biaya Investasi

    Biaya investasi di luar tanah yang dibutuhkan pada tahap awal UBM (Tabel

    5.2) adalah bangunan, peralatan dan prasarana angkutan, dengan total biaya sebesar

    Rp. 1.259.000.000. Komponen terbesar adalah peralatan bengkel (60,5%) yang terdiri

    dari lift cuci, mesin semprot, lift  reparasi, mesin balancing, lift  dan mesin spooring, ATF

    dan tyre changer , scanner engine, injector cleaner, kompresor, tool kit  dan genset.

    Investasi yang juga besar adalah pendirian bangunan (35,7%). Pembelian

    kendaraan berupa 3 buah motor hanya mencapai 3,5% dari jumlah biaya investasi.

    Rincian biaya investasi dimuat dalam Lampiran 2.

    Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi : Skenario 1

    No Komponen Biaya Jumlah Nilai (Rp) Persentase

    1 Perijinan 2.500.000 0,3

    2 Bangunan (300 m2) 450.000.000 35,7

    3 Peralatan bengkel (masing-masing 1 unit) 762.400.000 60,5

      a. Lift cuci 35.000.000

      b. Mesin semprot 8.400.000

      c. Lift reparasi 120.000.000

      d. Mesin balancing 60.000.000

      e. Lift spooring * 75.000.000

      f. Mesin spooring * 125.000.000

      g. ATF changer 30.000.000

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    46/111

    30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

      h. Tyre changer 60.000.000

      i. Scanner engine 60.000.000

      j. Injector cleaner 45.000.000

      k. Kompesor 20.000.000

      l. Tool kit 64.000.000

      m. Genset 25.000.000

      n. Komputer + jaringan 25.000.000

    o. Lain-lain (alat pemadam kebakaran dll) 10.000.000

    4 Kendaraan motor 3 buah 44.100.000 3,5

    Jumlah 1.259.000.000 100,0

    * Lift dan mesin spooring tidak perlu dibeli pada tahap awal usaha, tetapi perlu tetap direncanakan karena

    keberadaannya dapat menarik pelanggan. Kerjasama pelayanan jasa spooring dengan UBM lain dapat mendorong

    pelanggan pindah ke UBM lain.

    b. Biaya Operasional

    Biaya operasional UBM meliput biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya

    operasional pertahun sebesar Rp 451.900.000 dengan asumsi bahwa pada dua tahun

    pertama usaha ini sudah dapat beroperasi dengan volume penjualan yang sama

    dengan ketiga tahun berikutnya. Biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetapRp 434.560.000 dan biaya variabel Rp 17.340.000. Selengkapnya rincian kebutuhan

    biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 3 dan 4.

    Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) : Skenario 1

    No Komponen Biaya Perbulan Pertahun

    1 Biaya Variabel 1.445.000 17.340.000.

    2 Biaya Tetap* 32.760.000 422.860.000

    Jumlah Biaya Operasional 440.200.000* Jumlah biaya tetap per tahun tidak sama dengan 12 x biaya per Bulan karena dalam biaya tetap terkandung

    upah karyawan yang memperoleh THR satu bulan gaji.

    5.2.3. Kebutuhan Dana Modal Kerja

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    47/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 31

    Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah

    sebesar Rp 1.699.200.000. Sebesar 8,8% dari total biaya proyek (atau 35,6% dari

    total biaya operasional) yaitu sebesar Rp 150.000.000 diproyeksikan dapat diperoleh

    dari bank dalam bentuk kredit modal kerja (Tabel 5.4) dan selebihnya 91,2% baikberupa biaya investasi sebesar Rp 1.259.000.000 maupun biaya operasional sebesar

    Rp 440.200.000 datang dari modal sendiri.

    Modal kerja yang dibutuhkan untuk produksi dan penjualan UBM adalah

    sebesar Rp 440.200.000 per tahun. Sebesar Rp 150.000.000 (35,6%) diperoleh dari

    kredit bank dengan jangka waktu pinjaman selama 5 tahun dan suku bunga 26,5%

    pertahun. Kebutuhan modal kerja tersebut dihitung dari kebutuhan biaya variabel dan

    biaya tetap selama sekitar 4 bulan yaitu Rp 150.633.333. Penetapan jangka waktu

    tersebut didasarkan atas perhitungan bahwa pendapatan bersih UBM setelah 4 bulan

    akan menghasilkan jumlah yang setara yaitu Rp 144.089.167.

    Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 1

    No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya (Rp)

    1 Biaya Investasi 1.259.000.000

    Kredita. 0%

    Modal Sendirib. 100% 1.259.000.000

    2 Biaya Modal Kerja 440.200.000

    Kredita. 35,6% 150.000.000

    Modal Sendirib. 64,4% 250.200.000

    3 Total Biaya Proyek 1.699.200.000

    Kredita. 8,8% 150.000.000

    Modal Sendirib. 91,2% 1.549.200.000

    Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran bunga sebesar 26,5%

    setahun dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Angsuran pokok dilakukan

    pada tahun terakhir (tahun ke-5) dengan asumsi hasil evaluasi bank setiap tahun

    selama 5 tahun memberikan rekomendasi perpanjangan waktu kredit untuk tahun

    berikutnya. Rekapitulasi jumlah angsuran bunga dan kredit pertahun disajikan pada

    Tabel 5.5, sedangkan perhitungan jumlah angsuran bunga perbulan dan angsuran

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    48/111

    32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    pokok selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5.

    Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 1

    Tahun

    Angsuran

    Pokok

    Angsuran

    Bunga Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir

    - - - 150.000.000 150.000.000

    1 0 39.750.000 39.750.000 150.000.000 150.000.000

    2 0 39.750.000 39.750.000 150.000.000 150.000.000

    3 0 39.750.000 39.750.000 150.000.000 150.000.000

    4 0 39.750.000 39.750.000 150.000.000 150.000.000

    5 150.000.000 39.750.000 189.750.000 150.000.000 0

    5.2.4. Produksi Jasa dan Pendapatan

      Berdasarkan kapasitas yang ada, produksi jasa UBM per bulan dirinci dalam

    Tabel 5.6 terdiri dari 7 jenis pelayanan jasa dengan volume pekerjaan yang berbeda-

    beda. Dalam model ini diasumsikan jumlah volume pekerjaan tiap bulan adalah sama,

    walaupun sebenarnya berfluktuasi, yaitu rata-rata kegiatan bulanan dari rentang

    waktu satu tahun. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal

    mulai tahun pertama hingga akhir tahun kelima (sesuai umur proyek). Pendapatan

    per bulan dan per tahun diuraikan untuk masing-masing jenis pelayanan jasa.

    Tabel 5.6. Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan : Skenario 1

    NoProduk

    Jasa

    Volumepekerjaan,unit per bln

    Biaya persatuan

    (Rp)

    Pendapatanper bulan

    (Rp)

    Pendapatanper tahun (Rp)

    1 Spooring 65 125.000 8.125.000 97.500.000

    2 Balancing 250 80.000 20.000.000 240.000.000

    3 Pencucian mobil 300 25.000 7.500.000 90.000.000

    4 Perawatan mobil 150 100.000 15.000.000 180.000.000

    5 Perbaikan mobil 150 100.000 15.000.000 180.000.000

    6 Ganti oli 140 15.000 2.100.000 25.200.000

    7 Uji emisi 15 350.000 5.250.000 63.000.000

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    49/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 33

    8Pendapatan dari penjualanbarang (15% total penjualanRp 900 juta/thn)

      135.000.000

      Jumlah 1.010.700.000

      Di samping ke 7 jenis pelayanan jasa, UBM memperoleh pendapatan yang

    nyata dari keuntungan penjualan barang yaitu oli dan suku cadang. Jumlah rata-rata

    penjualan barang dari 3 tahun terakir adalah Rp 900 juta per tahun, sedangkan UBM

    memperoleh keuntungan sebesar 10 – 20%. Oleh karena itu dalam perhitungan ini

    diambil nilai 15% dari hasil penjualan barang. Proyeksi produksi jasa dan pendapatan

    usaha secara lebih rinci dimuat dalam Lampiran 6.

    5.2.5. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point

    Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan UBM telah menghasilkan laba

    (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 298.766.500

    dengan nilai profit on sales 29,56% dengan jumlah laba pada tahun kedua, ketiga dan

    keempat yang tetap sama seperti tahun pertama, tetapi menurun pada tahun kelima

    yaitu sebesar Rp 171.266.500 pada waktu UBM membayarkan kembali angsuran

    pokok sebesar Rp 150.000.000 secara sekaligus (Tabel 5.7).

    Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp 000) : Skenario 1

    No UraianTahun

    1 2 3 4 5

    1 Total Penerimaan 1.010.700 1.010.700 1.010.700 1.010.700 1.010.700

    2 Total Pengeluaran 659.210 659.210 659.210 659.210 809.210

    3Laba/Rugi SebelumPajak

    351.490 351.490 351.490 351.490 201.490

    4 Pajak (15%) 52.723,5 52.723,5 52.723,5 52.723,5 30.223,5

    5 Laba Setelah Pajak 298.766,5 298.766,5 298.766,5 298.766,5 171.266,5

    6 Profit on Sales,% 29,56 29,56 29,56 29,56 16,95

    7 BEP (Rp) 653.074,4 653.074,4 653.074,4 653.074,4 805.692,8

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    50/111

    34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Tabel 5.8 menunjukkan UBM akan menghasilkan keuntungan bersih rata-

    rata selama kurun waktu 5 tahun proyek sebesar Rp 273.266.500 per tahun dan

    profit margin rata-rata 27,04%. Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya

    tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi padapenjualan senilai Rp 653.074.423 pada tahun ke-1 hingga tahun ke-4 dan sebesar

    Rp 805.692.809 pada tahun ke-5, dengan BEP rata-rata sebesar Rp. 683.598.100.

    Proyeksi rugi laba usaha ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 7.

    Tabel 5.8. Rata-Rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 1

    Uraian Nilai

    Laba setelah pajak per tahun Rp 273.266.500

    Profit Margin 27,04%

    BEP : Rupiah Rp 683.598.100

    5.2.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

    Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,

    yaitu arus masuk (cash inflow ) dan arus keluar (cash outflow ). Arus masuk diperoleh

    dari pendapatan jasa UBM selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya

    investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga danpajak penghasilan.

    Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria

    investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present

    Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Dengan

    menggunakan asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya, UBM menghasilkan NPV

    Rp 718.629.458 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 34,02% dan Net

    B/C Ratio 1,57. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang telah ditetapkan ternyata UBM

    ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 3 tahun 3 bulan.Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri UBM ditampilkan secara lengkap pada

    Lampiran 8.

    Tabel 5.9. Kelayakan UBM : Skenario 1

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    51/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 35

    No Kriteria NilaiJustifikasiKelayakan

    1. NPV (Rp) 718.629.458 > 0

    2. IRR 34,02 > 14%

    3. Net B/C Ratio 1,57 > 1,00

    4. Pay Back Period3,19 tahun(39 bulan)

    < 5 tahun

    5.2.7. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

    Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan

    biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal

    tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwakomponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi

    sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi

    resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat

    sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola

    pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:

    (1). Kemungkinan 1

    Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat

    perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan

    asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap

    tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan

    penunjang dan suku cadang maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan.

    Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel

    5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran

    9 dan 10.

    Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 1

    No Kriteria Naik 5% Naik 10%

    1. NPV (Rp) 715.652.977 712.676.495

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    52/111

    36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    2. IRR (%) 33,94 33,86

    3. Net B/C Ratio 1,57 1,57

    4. Pay Back Period (bulan) 39 39

    Analisis sensitivitas Kemungkinan 1 dilakukan berdasarkan biaya variabel

    mengalami kenaikan 5% dan 10% dengan asumsi pendapatan tetap. Ternyata

    bahwa kenaikan biaya variabel 5% untuk UBM tidak sensitif dan tidak memberikan

    dampak penurunan yang berarti bagi nilai NPV yaitu 0,4%, sedangkan nilai IRR,

    B/C ratio dan PBP tidak berubah dibandingkan dengan sebelum kenaikan (Tabel

    5.9). Kenaikan biaya variabel 10% juga tidak memberikan dampak nyata dengan

    hanya menurunkan NPV sebesar 0,8% dan IRR 0,2%, sedangkan B/C Ratio dan

    PBP tidak berubah. Dengan demikian keduanya tetap menunjukkan bahwa proyek

    ini masih layak dilaksanakan. Batas toleransi adalah kenaikan biaya variabel 20%

    yang masih menunjukkan kelayakan usaha.

    (2). Kemungkinan 2

    Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan

     jumlah pelanggan yang datang dan jenis permintaan jasa dari UBM, sedangkan

    biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat

    penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas

    untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 12 dan 13.

    Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 1

    No Kriteria Turun 5% Turun 20%

    1. NPV (Rp) 545.138.711 24.666.470

    2. IRR (%) 29,34 14,723. Net B/C Ratio 1,43 1,02

    4. Pay Back Period (bulan) 44 60

    Analisis sensitivitas berdasarkan Kemungkinan 2 menunjukkan bahwa

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    53/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 37

    UBM peka terhadap penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan sebesar

    5% akan menurunkan NPV, IRR dan B/C Ratio berturut-turut sebesar 23,7%,

    13,7% dan 8,9% sedangkan PBP menjadi lebih lama 5 bulan. Pada penurunan

    pendapatan 20% projek ini menjadi tidak layak dengan nilai NPV hanya mencapaiRp 24.666.470, IRR 14,71%, B/C Ratio 1,02 dan PBP 60 bulan.

    (3). Kemungkinan 3

    Sensitivitas ini dengan melakukan kombinasi terhadap sensitivitas pada

    skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan.

    Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan

    secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk

    sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 14 dan 15.

    Analisis sensitivitas menurut Kemungkinan 3 dilakukan dengan asumsi

    terjadi penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya variabel 5% serta 10%.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa keadaan kombinasi memberikan pengaruh

    yang nyata akibat penurunan pendapatan meskipun kenaikan biaya variabel

    tidak memberikan dampak yang nyata. Nilai NPV, IRR, berturut-turut turun dalam

    kisaran 24,6 – 25,0% dan 14,0 – 14,2% untuk kenaikan biaya variabel 5 dan

    10%, sedangkan B/C Ratio dan PBP sama yaitu turun 8,9% dan lebih lama 5 bulan

    (Tabel 5.12). Walaupun demikian, proyek ini masih dapat dianggap layak untuk

    kedua keadaan kombinasi tersebut. Batas toleransi untuk kombinasi kenaikan

    biaya variabel dan penurunan pendapatan 5% adalah kenaikan biaya variabel

    20% dan penurunan pendapatan 5% yang masih menunjukkan kelayakan

    usaha.

    Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 1

    No Kriteria

    Biaya VariabelNaik 5% danPendapatanTurun 5%

    Biaya VariabelNaik 10% danPendapatanTurun 5%

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    54/111

    38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    1. NPV (Rp) 542.162.223 539.185.748

    2. IRR (%) 29,26 29,18

    3. Net B/C Ratio 1,43 1,43

    4. Pay Back Period (bulan) 44 44

    5.2.8. Hambatan dan Kendala

    Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha UBM adalah kebutuhan

    modal investasi awal yang cukup besar sekitar Rp 1,7 milyar. Sedangkan bank baru

    berani memberikan kredit apabila UBM telah beroperasi minimal 2 tahun. Dalam

    kasus yang dipelajari selama penulisan model ini, pengusaha UBM tidak sekaligus

    mengeluarkan modal investasi pada tahun ke nol, tetapi menambah modal investasi

    sedikit demi sedikit sampai tahun kedua. Setelah investasi mencapai puncak pada

    tahun kedua, UBM memperoleh kredit modal kerja dari bank dalam tahun ketiga.

    5.3. Skenario 2: Kredit Investasi Untuk Perluasan Usaha

      UBM yang telah beroperasi beberapa tahun dan ingin memperbesar volume

    usaha dan bengkelnya akan membutuhkan kredit investasi untuk membeli tanah,

    memperluas bangunan atau menambah peralatan yang baru. Besar permintaan kredit

    investasi dapat mencapai jumlah Rp 500 juta sampai Rp 1 milyar rupiah tergantung

    dari kebutuhan UBM. Hal ini sesuai dengan investasi UBM pada keadaan awal yang

    mencapai nilai sebesar Rp 1,7 milyar rupiah seperti yang diuraikan dalam Tabel 5.2.

      Analisis keuangan skenario 2 menggunakan dasar-dasar yang sama dengan

    skenario 1 kecuali hal-hal yang diuraikan dalam sub-sub-bab berikut.

    5.3.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

    Asumsi dan parameter pada umumnya sama dengan Skenario 1 kecuali

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    55/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 39

    periode proyek 7 tahun dan tingkat suku bunga 18%/tahun (Tabel 5.13). Penentuan

    usia proyek selama 7 tahun didasarkan atas pertimbangan perluasan usaha baru

    dilakukan pada tahun ke 3. Kredit investasi yang diambil dari bank (Rp 500 juta) pada

    awal tahun ke 3 dianggap membutuhkan waktu untuk berkembang selama 5 tahun,sehingga total lama proyek adalah 7 tahun sejak usaha UBM didirikan. Lampiran 15

    memuat rincian asumsi dan parameter analisis keuangan.

    Tabel 5.13. Asumsi Untuk Analisis Keuangan : Skenario 2

    No Asumsi Satuan Nilai/jumlah

    1 Periode proyek tahun 7

    2 Bulan kerja tahun bulan 12

    3 Spooring Rp/bulan 8.125.0004 Balancing Rp/bulan 20.000.000

    5 Pencucian mobil Rp/bulan 7.500.000

    6 Perawatan mobil Rp/bulan 15.000.000

    7 Perbaikan mobil Rp/bulan 15.000.000

    8 Ganti oli Rp/bulan 2.100.000

    9 Uji emisi Rp/bulan 5.250.000

    10Pendapatan dari penjualan sukucadang (15% total nilai penjualan)

    Rp/tahun 135.000.000

    11 Suku Bunga per Tahun % 1812 Jumlah Kredit Investasi Rp 500.000.000

    13Jangka Waktu Kredit(dievaluasi setiap tahun)

    tahun 5

    5.3.2. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

    Biaya investasi (Tabel 5.14 dan Lampiran 16) yang dibutuhkan UBM untuk

    perluasan usaha adalah sebesar Rp 1.500.000.000. Komponen terbagi rata antara

    pembelian tanah, pendirian bangunan dan pengadaan peralatan tambahan yang

    masing-masing besarnya Rp 500 juta.

    Tabel 5.14. Komposisi Biaya Investasi : Skenario 2

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    56/111

    40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    No Komponen biayaJumlah Biaya

    (Rp)Penyusutan Rp

    (5 tahun)Nilai sisa

    1 Beli tanah (400 m2) 500.000.000 500.000.000 0

    2 Bangunan (200 m

    2

    ) 300.000.000 200.000.000 100.000.0003 Peralatan bengkel 450.000.000 337.500.000 112.500.000

      a. Lift cuci 35.000.000

    b. Mesin semprot 10.000.000

    c. Lift reparasi 120.000.000

    g. ATF changer 30.000.000

    h. Tyre changer 60.000.000

     j. Injector cleaner 45.000.000

    k. Kompessor 20.000.000

    l. Tool kit 70.000.000

    m. Genset 30.000.000

    n. Komputer + jaringan 30.000.000

    Jumlah 1.250.000.000 1.037.500.000 212.500.000

    Biaya Operasional

    Biaya operasional UBM meningkat setelah perluasan usaha (tahun ke 4)

    yaitu menjadi 125% dari tahun-tahun sebelumnya (tahun ke 1 s/d 3) dan kemudian

    menjadi 150% pada tahun ke 5, 175% pada tahun ke 6 dan 200% pada tahun ke 7

    (Lampiran 17).

     

    5.3.3. Kebutuhan Dana

    Total kebutuhan biaya perluasan usaha (untuk investasi dan modal kerja)

    adalah sebesar Rp 1.690.200.000 pada tahun ke 4, yang terdiri dari biaya investasi

    Rp 1.250.000.000 dan biaya operasional sebesar Rp 440.200.000. Sebesar 40%

    dari total biaya investasi yaitu sebesar Rp 500.000.000 diproyeksikan diperoleh dari

    bank dalam bentuk kredit investasi (Tabel 5.15) dan selebihnya Rp 1.190.200.000

    berupa biaya investasi sebesar Rp 750.000.000 ditambah biaya operasional sebesar

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    57/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 41

    Rp 440.200.000 datang dari modal sendiri. Biaya operasional pada tahun ke 5 dan

    seterusnya akan meningkat lagi menjadi 125 - 200% dari biaya tahun ke 1 - 3 yaitu

    sebesar Rp 550.250.000 – 880.400.000.

    Tabel 5.15. Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 2

    No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya (Rp)

    1 Biaya Investasi 1.250.000.000

    Kredita. 40% 500.000.000

    Modal Sendirib. 60% 750.000.000

    2 Biaya Modal Kerja (thn 4) 440.200.000

    Kredita. 0%

    Modal Sendirib. 100% 440.200.000

    3 Total Biaya Proyek 1.690.200.000

    Kredita. 29,6% 500.000.000

    Modal Sendirib. 70,4% 1.190.200.000

    Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan bunga sebesar

    18% setahun dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit (tahun 3 – 7) sesudahmasa grasi 6 bulan. Rekapitulasi jumlah angsuran pokok ditambah bunga pertahun

    disajikan pada Tabel 5.16, sedangkan perhitungan jumlah angsuran bunga perbulan

    dan angsuran pokok selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 19.

    Tabel 5.16. Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 2

    TahunAngsuran

    PokokAngsuran

    BungaTotal

    AngsuranSaldo Awal Saldo Akhir

    . . . 500.000.000 500.000.000

    3 55.555.556 90.000.000 145.555.556 500.000.000 444.444.444

    4 111.111.111 90.000.000 201.111.111 444.444.444 333.333.333

    5 111.111.111 90.000.000 201.111.111 333.333.333 222.222.222

    6 111.111.111 90.000.000 201.111.111 222.222.222 111.111.111

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    58/111

    42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    7 111.111.111 90.000.000 201.111.111 111.111.111 0

    5.3.4. Produksi Jasa dan Pendapatan

      Produksi jasa dan pendapatan meningkat pada tahun ke 4 sebesar 125%

    produksi jasa dan pendapatan dari tahun-tahun 1- 3, dan kemudian meningkat 25%

    setiap tahun sampai tahun ke 4 mencapai 200% dari pendapatan tahun-tahun 1- 3

    (Tabel 5.17 dan Lampiran 18).

    Tabel 5.17. Proyeksi Pendapatan : Skenario 2

    Tahun Pendapatan, Rp

    1* 1.010.700.000

    2* 1.010.700.0003* 1.010.700.000

    4 1.263.375.000

    5 1.516.050.000

    6 1.768.725.000

    7 2.021.400.000

      * Sama dengan skenario 1

    5.3.5. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point

    Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan UBM telah menghasilkan laba

    (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 332.554.000 dengan

    nilai profit on sales 32.9% dengan jumlah laba sama pada tahun kedua, menurun

    pada tahun ketiga dan keempat karena perluasan investasi usaha, tetapi meningkat

    lagi pada tahun ke 5 – 7, walaupun profit on sales masih lebih rendah yaitu sekitar

    28 - 30% karena UBM baru melunasi kredit pada akhir tahun ke 7 (Tabel 5.18).

    Tabel 5.19 menunjukkan UBM akan menghasilkan keuntungan bersih rata-

    rata selama kurun waktu 5 tahun proyek sebesar Rp 378.200.000 per tahun dan

    profit margin rata-rata 21,7%. Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya

    tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    59/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 43

    penjualan senilai Rp 612,6 juta pada tahun ke-1 dan 2, Rp 971,8 juta pada tahun ke

    3, Rp 1.135,9 juta, Rp 1.243,5 juta, Rp 1.168,7 juta, dan Rp 1.276,2 juta pada tahun

    ke 4 -7. Proyeksi rugi laba usaha ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 20.

    Tabel 5.18. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp Juta) : Skenario 2

    UraianTahun

    1 2 3 4 5 6 7

    Total Penerimaan 1.010,7 1.010,7 1.010,7 1.263,4 1.561,1 1.768,7 2.021,4

    Total Pengeluaran 619,5 619,5 972,5 1.138,1 1.248,1, 1.179,0 1.289,0

    Laba/RugiSebelum Pajak

    391,2 391,2 381,8 125,3 267,9 589,8 932,4

    Pajak (15%) 58,7 58,7 57,3 18,8 40,2 64,6 109,9

    Laba Setelah Pajak 332,5 332,5 324,5 106,5 227,7 501,2 822,5

    Profit on Sales,% 32,9 32,9 3,21 8,43 15,02 28,34 30,8

    Tabel 5.19. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 2

    Uraian Nilai

    Laba setelah pajak per tahun Rp 378.200.000

    Profit Margin 21,7%

    BEP: Rupiah Rp 1.003.042.857

     

    5.3.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

    Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria

    investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present

    Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio).  Dengan

    menggunakan asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya, UBM menghasilkan NPV

    Rp 867.507.061 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 29,32% dan Net

    B/C Ratio 1,69 (Tabel 5.20). Berdasarkan kriteria dan asumsi yang telah ditetapkan

    ternyata UBM ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 5,1

    tahun. Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri UBM ditampilkan secara lengkap

    pada Lampiran 21.

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    60/111

    44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Tabel 5.20. Kelayakan UBM : Skenario 2

    No Kriteria NilaiJustifikasi

    Kelayakan1. NPV (Rp) 867.507.061 > 0

    2. IRR 29,32 > 14%

    3. Net B/C Ratio 1,69 > 1,00

    4. Pay Back Period 5.1 thn (61 bulan) < 7 tahun

    5.3.7. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

     (1). Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik

    Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dengan pendapatan

    tetap ditampilkan pada Tabel 5.21, sedangkan perhitungan arus kas untuk

    sensitivitas ini selengkapnya dimuat pada Lampiran 22 dan 23.

    Tabel 5.21. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 2

    No Kriteria Naik 5% Naik 10%

    1. NPV (Rp) 858.078 .719 853.364.548

    2. IRR (%) 29,16 29,08

    3. Net B/C Ratio 1,68 1,68

    4. Pay Back Period (bulan) 62 62

    Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan biaya variabel 5 dan

    10% untuk UBM tidak sensitif dan tidak memberikan dampak yang berarti

    dibandingkan dengan sebelum kenaikan (Tabel 5.20). Penurunan nilai NPV, IRR,

    B/C ratio hanya berkisar masing-masing antara 1,1 -1,6%, 0,5 – 0,8% dan 0,6%

    sedangkan PBP bertambah 1 bulan baik untuk kenaikan biaya 5% maupun

    10%. Keduanya tetap menunjukkan bahwa proyek ini masih layak dilaksanakan.

    Batas toleransi adalah kenaikan biaya variabel 20 % yang masih menunjukkan

    kelayakan usaha.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    61/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 45

    (2). Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun

    Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan jumlah

    pelanggan yang datang dan jenis permintaan jasa dari UBM, sedangkan biayapengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan

    pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.22 serta perhitungan arus kas untuk

    sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 24 dan 25.

    Tabel 5.22. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 2

    No Kriteria Turun 10% Turun 15%

    1. NPV (Rp) 317.955.463 43.179.664

    2. IRR (%) 19,79 14,8

    3. Net B/C Ratio 1,25 1,03

    4. Pay Back Period (bulan) 75 82

    Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa pada saat pendapatan turun

    sebesar 10% proyek masih layak dilaksanakan tetapi NPV, IRR dan B/C Ratio

    memperlihatkan penurunan yang nyata sedangkan PBP menjadi lebih lama. Nilai

    masing-masing adalah Rp 317.955.463, 19,79%, 1,25 dan 75 bulan. Sedangkan

    pada saat pendapatan turun 15%, proyek ini menjadi kritis untuk dilaksanakan,seperti terlihat bahwa NPV menjadi Rp 43,2 juta, IRR 14,8%, B/C ratio 1,03 dan

    PBP 82 bulan mendekati umur projek 84 bulan dan 63 bulan. 

    (3). Analisis Sensitivitas Kombinasi

    Analisis sensitivitas ini dengan melakukan kombinasi terhadap peningkatan

    biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan

    biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada

    Tabel 5.23 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada

    Lampiran 26 dan 27.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya variabel tidak memberikan

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    62/111

    46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    pengaruh yang nyata meskipun pada tingkat penurunan pendapatan 10%.

    Nilai NPV, IRR, B/C Ratio dan PBP tidak berbeda nyata dengan nilai penurunan

    pendapatan 10% tanpa adanya kenaikan biaya variabel (Tabel 5.22). Batas

    toleransi untuk kombinasi kenaikan biaya variabel dan pendapatan rurun 10%adalah kenaikan biaya variabel 20% dan pendapatan turun 10% yang masih

    menunjukkan kelayakan usaha.

    Tabel 5.23. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 2

    No Kriteria

    Biaya VariabelNaik 5% danPendapatan

    Turun 10%

    Biaya VariabelNaik 10% danPendapatan

    Turun 10%1. NPV (Rp) 308.527.122 303.812.951

    2. IRR (%) 19,62 19,54

    3. Net B/C Ratio 1,25 1,24

    4. Pay Back Period (bulan) 76 76

    5.3.8. Hambatan dan Kendala

    Bagi UBM yang berhasil tidak ada hambatan dan kendala yang berarti.

    Disarankan bank dapat memberikan kredit investasi yang lebih besar dari Rp 500 juta

    apabila nilai agunan UBM memenuhi syarat. Hal ini mengingat bahwa besar investasi

    yang diperlukan UBM adalah Rp 1.690.200.000.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    63/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 47

    BAB VI

    ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN

    DAMPAK LINGKUNGAN 

    6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial

      UBM memberikan kesempatan pekerjaan bagi tenaga lulusan kejuruan

    walaupun jumlah karyawan yang ditampung relatif terbatas (17 orang) karena

    teknologi yang digunakan bukan teknologi padat karya. Meskipun demikian, jumlah

    upah yang dibayarkan oleh UBM cukup besar yaitu Rp 348.600.000 per tahun atau

    77,1% dari biaya operasional UBM. Kesempatan lapangan kerja ini membantukehidupan masyarakat di Jakarta Utara, apalagi kehidupan di DKI Jakarta sebagai ibu

    kota negara dikenal dengan persaingan yang keras.

      UBM membantu menggerakkan barang produksi dari industri perminyakan

    dan suku cadang dengan menjadi salah satu outlet mereka. Jumlah total penjualan

    barang suku cadang dan oli mencapai rata-rata Rp 900 juta per tahun. Secara

    tidak langsung, UBM membantu kehidupan karyawan industri suku cadang dan

    perminyakan domestik yang biasanya memiliki jumlah karyawan yang besar.Di samping itu, UBM secara tidak langsung pula membantu mengurangi

    dampak polusi lingkungan akibat emisi gas buang mobil penumpang dengan

    memberikan jasa pelayanan perawatan dan perbaikan. Mobil penumpang yang tidak

    dirawat dan dalam keadaan rusak akan mengeluarkan emisi gas buang yang lebih

    berbahaya untuk masyarakat. Dengan mengikuti program pemerintah untuk uji

    emisi gas buang yang merupakan kewajiban bagi pemilik mobil penumpang untuk

    memperbarui STNK di DKI Jakarta, maka UBM telah membantu menjaga kelestarian

    lingkungan dari emisi gas buang.

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    64/111

    48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    6.2. Aspek Dampak Lingkungan

      Pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dari bengkel mobil adalah

    polusi suara sehingga UBM sebaiknya berada di kawasan bisnis atau perlu beradacukup jauh dari tetangga bila berada di lokasi perumahan, serta memperoleh ijin kerja

    dari lingkungan pemukinan. Selain polusi suara, pencemaran terjadi terutama pada

    air pencucian mobil dan tumpahan oli, serta oli dan minyak sisa yang perlu dibuang.

    Berikut adalah sistem penanganan limbah yang dilakukan oleh salah satu responden

    dan dapat dijadikan model bagi UBM lain.

    Limbah sisa minyak dan oli bekas dari mobil pelanggan langsung ditampung1.

    ke dalam drum dan dibuang ke tempat pembuangan minyak dan oli sesuai

    Peraturan Daerah.

    Penanganan limbah air pencucian mobil dan bengkel yang mengandung pasir2.

    dan oli bekas dilakukan melalui tiga bak perlakuan dengan skema seperti dalam

    Gambar 6.1.

     A ir cuci an mobil

    B ak p engendapan Pasir

    B ak p erlakuan 1Li mbah oli dan

    minyak 1

    B ak p erlakuan 2Li mbah oli dan

    minyak 2

    Air hasil perlakuan

    Gambar 6.1. Skema Penanganan Limbah Air Pencucian Mobil.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    65/111

    USAHA BENGKEL MOBIL

    BANK INDONESIA 49

    Air cucian mobil masuk ke bak pengendapan untuk memisahkan pasir dari air.3.

    Pasir akan dikuras sebulan sekali dan dikumpulkan dalam karung (Photo 6.1).

    Air yang melimpah dari bak pengendapan kemudian ditampung dalam bak4.

    perlakuan 1 di mana limbah minyak dan oli akan terpisah (Photo 6.2).

    Air yang melimpah dari bak perlakuan 1 akan ditampung dalam bak perlakuan5.

    2 yang berfungsi sama dengan bak perlakuan 1 (Photo 6.2).

    Air yang keluar dari bak perlakuan 2 sudah merupakan air hasil perlakuan dan6.

    dapat dibuang ke saluran pembuangan air.

    Ketiga bak akan dikuras sebulan sekali mulai dari belakang yaitu bak perlakuan7.

    2, kemudian bak perlakuan 1, dan bak pengendapan. Cemaran minyak dan oliakan ditampung ke dalam drum.

     

    Photo 6.1. Bak Pengendapan Pasir dan Pasir yang Telah Dikarungkan

     ASPEK KEUANGAN 

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    66/111

    50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

     

    Photo 6.2. Bak Perlakuan 1 dan 2 untuk Pemisahan Minyak dan Oli Bekas dari Air

    Pencucian Mobil.

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    67/111

  • 8/18/2019 Analisis Finansial Bengkel Mobil

    68/111

    52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

    Analisis keuangan dan kelayakan Skenario 1 dari UBM, sesuai asumsi yangf.

    digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 718.629.458

    pada