analisis hubungan tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergantungan penduduk...
TRANSCRIPT
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
DAN RASIO KETERGANTUNGAN PENDUDUK TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
PERIODE 1981 – 2018
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Mala Hayati
11140840000043
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
DAN RASIO KETERGANTUNGAN PENDUDUK TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
PERIODE 1981 – 2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mala Hayati
NIM. 11140840000043
Di bawah Bimbingan:
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 11 April 2018 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
nama mahasiswi:
1. Nama : Mala Hayati
2. NIM : 11140840000043
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : “Analisis Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
dan Rasio Ketergantungan Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1981 –
2018”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiwi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2018
1.
Muhammad Irfan, SE., M.Si
NIP.
Penguji I
2.
Najwa Khairina, S.E., M.A.
NIP: 198711132018012001
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Senin, 18 November 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama
2. NM
3. Jurusan
4. Judul Skripsi
: Mala Hayati
: 11140840000043
: Ekonomi Pembangunan
: Analisis Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Dan
Rasio Ketergantungan Penduduk Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia Periode 1981 – 2018
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mala Hayati
NIM : 11140840000043
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidaklakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Mala Hayati
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 22 Desember 1995
Alamat : Jl. Kembang GG. Sri Rejeki
RT.002 RW.019. NO. 28 Depok
Telepon : 082124532494 - 083874211995
Email : [email protected]
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Zulkifli Rani
Tempat, Tanggal Lahir : Aceh, 12 Juni 1959
Ibu : Surati
Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 28 Januari 1966
III. PENDIDIKAN
1. TK Aisyiah 4 Bustanul Atfal : 2001-2002
2. SDN Anyelir 1 : 2002-2008
3. MTs. Al-Hamidiyah : 2009-2011
4. MA. Al-Hamidiyah : 2011-2014
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014-2019
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2015 Anggota Divisi Pendidikan HMJ Ekonomi Pembangunan
2. 2016 Sekretaris Koordinator Divisi Eksternah HMJ Ekonomi
Pembangunan
vii
ABSTRACT
The aims of this research is to analyse the influence of Labor Force
Participation Rate and Dependency Ratio to Economic Growth in Indonesia. This
research uses economic growth as dependent varibel, while Labor Force
Participation Rate and Dependency Ratio as independent varibels. This research
uses time series data from 1981 to 2018 and Ordinary Least Square (OLS) as an
analysis method. The results show that all independent varibels simultaneously
influenced the economic growth in Indonesia. Partially, Labor Force Participation
Rate has a positive and significant effect on economic growth in Indonesia and
Dependency Ratio has a negative and significant effect on economic growth in
Indonesia.
Key Words: Labor Force Participation Rate, Dependency Ratio, Economic
Growth, OLS
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat partisipasi
angkatan kerja dan rasio ketergantungan penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan rasio ketergantungan penduduk. Penelitian ini
menggunakan data deret waktu dari tahun 1981 hingga 2018 dan menggunakan
Ordinary Least Square (OLS) sebagai metodenya. Hasil penelitian menunjukan
bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu, Tingkat Partisipasi angkatan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
dan rasio ketergantungan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Kata Kunci: Tinngkat Partisipasi Angkatan Kerja, Rasio Ketergantungan
Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, OLS
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke
zaman terang benderang. Penelitian yang berjudul Analisis Hubungan Fertilitas,
Mortalitas, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Periode 1981 – 2018 ditujukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini juga tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya
keterlibatan orang lain. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih atas semua bentuk bantuan, dukungan hingga
semangat dan doa yang telah diberikan selama proses studi penulis di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berlangsung. Secara khusus, penulis ingin berterima kasih
kepada:
1. Allah SWT, tanpa nikamat, karunia, dan juga rahmat yang begitu melimpah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.AK., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP, selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta.
4. Bapak Fahmi Wibawa M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, pemikiran dan ilmu yang
berharga, serta solusi kepada penulis sehingga penulis dapat menselesaikan
skripsi dengan baik. Semoga segala amal kebaikan dan juga ketulusan yang
bapak berikan menjadi amal sholeh, dan dibalas soleh Allah SWT.
5. Ibu Najwa Khairina, S.E., M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, pemikiran dan ilmu yang
x
berharga, serta solusi kepada penulis sehingga penulis dapat menselesaikan
skripsi dengan baik. Semoga segala amal kebaikan dan juga ketulusan yang ibu
berikan menjadi amal sholeh, dan dibalas soleh Allah SWT.
6. Bapak Aizirman Djusan M.Sc.Ecom selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama menjalani perkuliahan.
7. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bayak ilmu
dan juga pengalaman.
8. Orang tua tercinta, Ayahanda Zulkifli Rani dan Ibunda Surati, yang tidak
pernah berhenti memberikan cinta, kasih sayang, do’a dan juga semangat yang
begitu besar untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skirpsi ini.
9. Abang tercinta Fadhrul Rahman, yang telah memberikan kasih sayang dan
pembelajaran, serta dukungan moral yang begitu besar kepada penulis hingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
10. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan, Nurul Istiqomah dan M. Malik
Ibrahim. Terimakasih sudah menjadi sahabat penulis, yang selalu menemani
baik saat susah dan senang. Terimakasih sudah menjadi mentor belajar yang
sangat sabar dan pemberi semangat yang sangat berharga kepada penulis.
11. Terimakasi kepada sahabat sepermainan satu dekade, Azzahra jasmine, Almira
Putri, Rizka Nurjannah, dan Eggy Nuraprilidhia, yang telah menjadi teman
berbagi sejak labil hingga menuju stabil, dan selalu memberikan masukan-
masukan berharga kepada penulis.
12. Terimaksih kepada Hana Qonita, Fuzia Ikramina, Lulu ulma’rufah, dan
Geanida yang selalu memberikan masukan serta semangat kepada penulis.
13. Terimkasih kepada genk griya hijau Alida Zia, Syavira Nadya, dan Christina
yang sudah menjadi teman berkumpul saat kuliah.
xi
14. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan KKN Maisa Firas dan Umdatul
Banat yang selalu memberikan semgat serta waktu untuk terus mendukung
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
15. Terima kasih kepada teman-teman ekonomi pembangunan 2014 yang sudah
menjadi teman seperjuangan selama perkuliahan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan akibat terbatasnya pengalaman dan sumber daya penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengapresiasi segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga
memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan yang menyinggung pihak
tertentu. Pada akhirnya, penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi para
pembaca.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Jakarta, Oktober 2019
Mala hayati
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
LAMPIRAN .................................................................................................. xviii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11
E. Manfaat penelitian ......................................................................................... 11
BAB II .............................................................................................................. 12
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 12
A. Ilmu Kependudukan dan Demografi .............................................................. 12
B. Transisi Demografi ........................................................................................ 13
C. Bonus demografi ........................................................................................... 15
D. Rasio Ketergantungan Penduduk ................................................................... 16
xiii
E. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .................................................. 18
F. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. 19
1. Perhitungan Pendapatan Nasional ......................................................... 20
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi .................. 22
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................ 25
G. Penelitian Terdahulu...................................................................................... 31
H. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 37
I. Hiotesis penelitian ......................................................................................... 38
BAB III ............................................................................................................. 39
METODELOGI PENELITIAN ...................................................................... 39
A. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 39
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 39
D. Metode Analisis Data .................................................................................... 40
1. Pengujian Asumsi Klasik...................................................................... 41
a. Uji Mulitkolinearitas ..................................................................... 41
b. Uji Autokorelasi ............................................................................ 42
c. Uji Heterokadastisitas .................................................................... 43
d. Uji Linearitas................................................................................. 43
e. Uji Normalitas ............................................................................... 43
2. Pengujian Statistik ................................................................................ 44
a. Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 44
b. Uji F (Uji Simultan) ...................................................................... 44
c. Uji T (Uji Parsial) .......................................................................... 45
BAB IV ............................................................................................................. 47
PEMBAHASAN ............................................................................................... 47
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 47
xiv
B. Analisis Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Rasio
Ketergantungan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......... 52
a. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 52
1. Uji Multikolinearitas ..................................................................... 53
2. Uji Autokorelasi ............................................................................ 53
3. Uji Heterokadastisitas .................................................................... 54
4. Uji Linearitas................................................................................. 55
5. Uji Normalitas ............................................................................... 56
b. Pengujian Statistik ................................................................................ 57
1. Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 58
2. Uji Simultan (Uji F) ...................................................................... 59
3. Uji Parsial (Uji t) ........................................................................... 59
BAB V ............................................................................................................... 63
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................... 63
B. Saran .................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Perkapita di Indonesia Tahun 2000 –
2018 (persen)............................................................................. 2
Grafik 1.2 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000 – 2018 (Juta
Jiwa).......................................................................................... 3
Grafik 1.3 Jumlah Penduduk Usia Produktif (15 – 64 Tahun) dan
Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 2000-2018 (juta
jiwa)...........................................................................................
5
Grafik 1.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia
Tahun 2000-2018 (persen)....................................................... 6
Grafik 1.5 Persentase Rasio Ketergantungan Penduduk di Indonesia
Tahun 2000-2018....................................................................... 9
Grafik 4.1 Gross Domestic Product (GDP) Percapita Indonesia Tahun
1981-2018 (US Dollar).............................................................. 49
Grafik 4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia
Periode 1981-2018 (persen)....................................................... 51
Grafik 4.3 Rasio Ketergantungan Penduduk Total di Indonesia Periode
1981-2018 (persen).................................................................... 52
Grafik 4.4 Hasil Uji Normalitas.................................................................. 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Piramida Penduduk Indonesia Menurut Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 1971, 2010, dan 2018......................................
7
Gambar 2.1 Model Tahapan Transisi Demografi........................................ 14
Gambar 2.2 Kerangka berfikir Analisis TPAK dan Rasio Ketergantungan
Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Tahun 1981-2018......................................................................
38
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Tahun 1970-2018
(persen)............................................................................... 4
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu........................................................... 34
Tabel 3.1 Variabel-Variabel Yang Digunakan Pada Penelitian.......... 40
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas.................................................. 54
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi........................................................ 55
Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokadastisitas................................................ 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas............................................................. 56
Tabel 4.5 Hasil Regresi Ordinary Least Square (OLS)...................... 58
xviii
LAMPIRAN
Lampiran I : Hasil Estimasi VECM
A. Hasil Uji Multikolinearitas
B. Hasil Uji Autokorelasi
C. Hasil Uji Heterokadastisitas
D. Hasil Uji Linearitas
E. Hasil Uji Normalitas
Lampiran II : Data Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia hakikatnya berdiri untuk melakukan satu tujuan
yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Kesejahteraan
tersebut dapat dilihat dari kehidupan sosial dan ekonomi yang berkualitas.
Untuk mewujudkan penduduk yang sejahtera tersebut maka negara berusaha
menciptakan proses pembangunan yang baik. Pembangunan sendiri
merupakan suatu proses multidimensional yang saling berkaitan (Syamsuddin,
2013: 74). Salah satu indikator dari proses pembangunan yang baik dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Boediono (1981:1) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
proses jangka panjang dari kenaikan output perkapita pada suatu negara. Untuk
melihat apakah perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan dapat
dilihat melalui meningkatnya pendapatan riil masyarakat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Boediono juga berpendapat pertumbuhan yang tinggi dan
stabil dari tahun ketahun menandakan bahwa terjadinya peningkatan tingkat
kesejahteraan ekonomi pada suatu negara, dan juga sebaliknya apabila
pertumbuhan ekonomi menurun menandakan bahwa terjadi penurunan tingkat
kesejahteraan ekonomi pada suatu negara. Dengan demikian dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kesejahteraan ekonomi dari suatu masyarakat dapat dilihat
melalui meningkat atau menurunnya laju pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari data Produk
Domestik Bruto (PDB). Terdapat dua cara untuk melihat PDB suatu negara
yaitu, PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam suatu
perekonomian dan PDB sebagai pengeluaran total atas total output barang dan
jasa pada suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional. Adapun
pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada Grafik 1.1.
2
Grafik 1.1
Laju Pertumbuhan PDB Perkapita di Indonesia Tahun 2000 – 2018
(persen)
Sumber: World Bank 2018 (data diolah)
Grafik 1.1 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
memiliki perkembangan yang berfluktuatif. Adapun tahun 2000-2010
pertumbuhannya cenderung meningkat sebagai hasil dari pemulihan dan
percepatan ekonomi pasca krisis keuangan Asia akhir tahun 1990an. Namun
tahun 2011-2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan,
penurunan tersebut dikarenakan krisis keuangan Asia. Selanjutnya
pertumbuhan ekonomi mulai membaik pada tahun 2018 yaitu menjadi 5,17
persen.
Perkembangan dari pertumbuhan ekonomi tersebut tentu tidak terlepas
dari peran penduduk terhadap kegiatan ekonomi. Menurut Adam Smith, jumlah
penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi selain faktor lainnya, yaitu jumlah pesediaan barang-barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan
(Budiono, 1981:7).
Berdasarkan data World Bank (2018), Indonesia menduduki peringkat
ke empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Dunia setelah
Republik Rakyat Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia
juga menjadi negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara
4.92 4.78
5.696.01
6.22
5.56
4.885.17
0
1
2
3
4
5
6
7
2000 2003 2005 2008 2010 2013 2015 2018
3
dengan total jumlah penduduk adalah sebesar 262 juta pada tahun 2018.
Adapun jumlah penduduk di Indonesia dapat dilihat lebih jelas pada Grafik 1.2
Grafik 1.2
Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000 – 2018 (Juta Jiwa)
Sumber: World Bank, 2018 (data diolah)
Berdasarkan Grafik 1.2 terlihat bahwa selama periode tahun 2000-
2018, jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari 212 juta
penduduk ditahun 2000 menjadi 262 juta penduduk di tahun 2018. Adapun
populasi yang tinggi tersebut dapat menjadi suatu peluang maupun masalah
bagi suatu negara. Dalam melihat pengaruh jumlah penduduk terhadap suatu
negara tersebut, maka terdapat dua aliran yang saling bertolak belakang yaitu,
aliran pesimis dan alisan optimis.
Aliran pesimis yang dikemukakan oleh Malthus berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk hanya akan menjadi masalah bagi suatu negara karena
nantinya jumlah penduduk akan mengalahkan jumlah pasokan makanan yang
tersedia (Rusli, 2012:4). Sedangkan aliran optimis yang dikemukakan oleh
Herman Khan berpendapat apabila manusia dapat melipat gandakan produksi
pertanian dan bahan pangan lainnya dengan memanfaatkan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya.
BPS (2012: 4) berpendapat aspek terpenting yang perlu diperhatikan
dalam melihat pengaruh jumlah penduduk terhadap suatu negara adalah
berdasarkan struktur umur penduduk. Ketika penduduk usia produktif
0
50
100
150
200
250
300
2000 2003 2005 2008 2010 2013 2015 2018
212 221 227 236 243 252 258 262
4
menempati porsi terbesar dalam struktur umur penduduk, maka lebih banyak
penduduk yang berkualitas dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi
sehingga berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi negara. Menurut
Julian Simon seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka akan
meningkat pula masyarakat cerdas dan produktif yang akan memanfaatkan
sumber daya alam secara lebih optimal serta mengembangkan teknologi
sehingga output perekonomian meningkat. Oleh karena itu, jumlah penduduk
yang tinggi belum tentu menjadi masalah apabila struktur umur penduduk
didominasi oleh penduduk usia produktif.
Dominasi penduduk produktif dalam struktur umur penduduk
disebabkan oleh perubahan demografi atau biasa disebut dengan transisi
demografi yang mulai terjadi sejak 1980an, sebagai hasil dari keberhasilan
Program keluarga Berencana (KB) yang diresmikan pada tahun 1971 (World
Bank, 2011: 18). Siregar (1992: 4) mendefinisikan transisi demografi sebagai
suatu proses perubahan kematian dan kelahiran yang berlangsung dari
tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang lebih rendah dalam satu kurun waktu
tertentu dan masyarakat tertentu. Berdasarkan definisi tersebut maka transisi
demografi ditandai dengan terjadinya penurunan pada tingkat kematian dan
tingkat kelahiran (lihat Tabel 1.1).
Tabel 1.1
Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Tahun 1970-2018 (persen)
Tahun Fertilitas Mortalitas
1970 5.4 13.3
1980 4.4 9.8
1990 3.1 7.9
2000 2.5 7.3
2010 2.4 7.1
2018 2.1 7.0
Sumber: World Bank (2018)
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa terjadi penurunan pada tingkat
fertilitas dan mortalitas di Indonesia. Pada tahun 1970, tingkat kelahiran di
Indonesia adalah sebesar 5.4 persen yang mana terus menurun hingga tahun
5
2018 menjadi 2.1 persen, di mana disebabkan atas keberhasilan Program KB
yang dilaksanakan pada tahun 1971 dan dampaknya masih kita rasakan hingga
saat ini. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat mortalitas di Indonesia, terlihat
pada tahun 1970 tingkat kematian di Indonesia adalah sebesar 13.3 persen yang
juga terus menurun hingga menjadi 7.0 persen pada tahun 2018. Penurunan
tingkat fertilitas dan mortalitas akhirnya berdampak pada meningkatnya
angkatan kerja di Indoensia. Hal tersebut dikarenakan bayi-bayi yang lahir dari
periode kelahiran tinggi mulai beranjak dewasa dan memasuki kelompok usia
kerja. Adapun pertumbuhan angkatan kerja dapat dilihat Grafik 1.3.
Grafik 1.3
Jumlah Penduduk Usia Produktif (15 – 64 Tahun) dan Angkatan Kerja
di Indonesia Tahun 2000-2018 (juta jiwa)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2018 (data diolah)
Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif maka jumlah
angkatan kerja juga akan ikut meningkat. Ketersediaan angkatan kerja yang
melimpah tersebut dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menyerap
sebanyak-banyaknya angkatan kerja demi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Lembaga Demografi FEUI (2010: 200) mengatakan, bahwa besaran
jumlah angkatan berdasarkan demografis dapat terlihat dari Tingkat Partisipasi
Angkatan kerja (TPAK). TPAK menunjukan berapa persen angakatan kerja
144 151 158 166 172 179 186 194
95 102 105 111 116 120 122131
0
50
100
150
200
250
2000 2003 2005 2008 2010 2013 2015 2018
Penduduk Usia Produktif Angkatan Kerja
6
dari total tenaga kerja yang tersedia. Mankiw mendefinisikan TPAK sebagai
persenan dari banyaknya total penduduk produktif yang dapat menghasilkan
output produksi (Sari, 2018: 33).
Menurut BPS peningkatan yang terjadi pada persentase TPAK
mencerminkan semakin meningkatnya jumlah ketersediaan tenaga kerja yang
berguna untuk memproduksi output dalam perekonomian. Bapenas juga
berpendapat bahwa TPAK dapat jadikan suatu indikator yang digunakan untuk
melihat seberapa lapangan kerja yang tersedia mampu menyerap angkatan
kerja yang ada. Dapat disimpulkan bahwa TPAK yang terus meningkat dapat
mencerminkan ketersediaan kesempatan kerja yang semakin meluas. Adapun
persentase TPAK di Indonesia terlihat pada Grafik 1.4.
Grafik 1.4
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia
Periode 2000-2018 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2018)
Dari Grafik 1.4 terlihat bahwa Tingkat Partsipasi Angkatan Kerja
(TPAK) terus mengalami kenaikan, pada tahun 2000 persentase TPAK di
Indonesia adalah sebesar 67,76 persen yang terus meningkat hingga 2018
menjadi 69,50 persen walapun persentase tersebut sempat menurun
sebelumya pada tahun 2008, yang dikarenakan oleh kurangnya lapangan
pekerjaan untuk menyerap seluruh angkatan kerja yang tersedia akan tetapi
persentase tersebut kembali meningkat pada periode setelahnya.
67.76 67.8668.02
67.33
67.83
69.15 69.2069.50
66.00
66.50
67.00
67.50
68.00
68.50
69.00
69.50
70.00
2000 2003 2005 2008 2010 2013 2015 2018
7
Sebagaimana sebelumnya disebutkan diawal bahwa perubahan
demografi atau transisi demografi menyebabkan perubahan struktur umur
penduduk di Indonesia, perubahan tersebut dapat terlihat jelas pada bentuk
piramida penduduk Indonesia tahun 1971, 2010, dan 2018 sebagai berikut.
Gambar 1.1
Piramida Penduduk Indonesia Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun
1971, 2010, dan 2018
(Tahun 1971) (Tahun 2010)
(Tahun 2018)
Sumber: Lembaga Demografi FE UI (2010)
Berdasarkan gambar piramida di atas terlihat bahwa terjadi perubahan
struktur penduduk menurut umur sejak tahun 1971 hingga 2018. Terlihat bahwa
pada tahun 1971, mayoritas penduduk dari total populasi indonesia masih
ditempati oleh penduduk belum produktif yaitu usia 0 sampai 14 tahun.
Kemudian pada tahun yang sama pemerintah menggalakkan program nasional
8
yaitu Keluarga Berencana atau biasa disebut Program KB yang dimaksudkan
untuk menurunkan pertumbuha penduduk yang lajunya sangat tingg ketika itu.
Setelah 10 tahun pasca program tersebut dikeluarkan, terlihat bahwa Program
KB berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk saat itu melalui penurunan
angka kelahiran, yang terasa hingga kini dampaknya. Alhasil, perubahan
demografi di Indonesia membuat mayoritas proporsi penduduk Indonesia di
tempati oleh penduduk usia kerja, seperti terlihat pada piramida penduduk tahun
2010 dan 2018. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada jangka panjang
transisi demografi dapat menghasilkan ledakan jumlah penduduk usia kerja
yaitu usia 15 sampai 64 tahun sehingga jumlah tersebut lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk usia belum produktif yaitu 0 sampai 14 tahun,
sehingga berimplikasi terhadap penurunan persentase rasio ketergantungan.
United Nation mendefinisikan rasio beban ketergantugan penduduk
sebagai jumlah penduduk yang belum produktif yaitu usia 0 sampai 14 tahun
dan tidak produktif yaitu usia di atas 65 tahun dibandingkan dengan jumlah
penduduk produktif yaitu usia 15 sampai 64 tahun (BPS, 2012: 15). Mantra
(2004) berpendapat bahwa rasio ketergantungan yang tinggi dapat menjadi
salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Hal tersebut
dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk produktif sebagain
besar harus digunakan untuk membeli kebutuhan dari penduduk yang belum
dan tidak lagi produktif.
Negara yang mempunyai persentase rasio ketergantugan yang tinggi
biasanya ialah negara berkembang yang mempunyai tingkat fertilitas yang
tinggi, yang disebabkan oleh banyaknya penduduk yang belum produktif usia
0-14 tahun. Mantra dalam Aditia (2008: 35) mengatakan semakin rendah
tingkat persentase rasio ketergantungan pada suatu wilayah maka menadakan
bahwa ekonomi suatu wilayah tersebut juga semakin baik. Adapun persentase
rasio ketergantungan di Indonesia dapat terlihat pada Grafik 1.5.
9
Grafik 1.5
Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia Tahun 2000-2018 (persen)
Sumber: World Bank, 2018 (data diolah)
Terlihat pada Grafik 1.5 bahwa terjadi penurunan rasio ketergantungan
setiap tahunnya di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2018. Penurunan
persentase rasio ketergantungan masih akan berlanjut hingga tahun 2020 hingga
2030 sebagai fase titik terendahnya. Adapun rasio ketergantungan yang terus
menurun akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan untuk
penduduk melalui penurunan biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan
penduduk yang belum dan tidak lagi produktif. Ketika rasio ketergantungan
berada pada titik terendahnya maka terbukalah jendala peluang (window of
opportunity). Peluang inilah yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,
menurut world bank ketika suatu negara dapat meraih window of opportunity
maka mereka sudah berhasil melewati bonus demografi dengan baik.
54.7
53.753
51.551
49.748.8
47.9
44
46
48
50
52
54
56
2000 2003 2005 2008 2010 2013 2015 2018
10
B. Rumusan Masalah
Jumlah penduduk terus meningkat saat ini di Indonesia, peningkatan
tersebut selalu dikaitkan dengan beban yang dapat menurunkan performa
pertumbuhan ekonomi. Bahkan sejak dulu malthus telah mengatakan bahwa
pertumbuhan penduduk hanya akan menjadi masalah bagi suatu negara karena
nantinya jumlah penduduk akan mengalahkan jumlah pasokan makanan yang
tersedia (Rusli, 2012:4). Akan tetapi populasi penduduk Indonesia saat ini di
dominasi oleh penduduk produktif sehingga meningkatkan jumlah pekerja di
Indonesia, sebagai akibat dari perubahan demografi yang sedang terjadi di
Indonesia. Perubahan tersebut mengakibatkan tidak hanya peningkatan tenaga
kerja hingga dua kali lipat tetapi juga penurunan rasio ketergantungan hingga
titik terendahnya yang biasa disebut dengan bonus demografi.
Akan tatapi bonus demografi tersebut dapat tidak selamanya menjadi
sebuah bonus bagi suatu negara, ketika peningkatan jumlah tenaga kerja
tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan kapasitas lapangan
pekerjaan yang memadai maka bonus tersebut akan menjadi petaka bagi
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa penting untuk
dilakukan penelitian terkait dengan peningkatan tingkat partisipasi angkatan
kerja dan penurunan rasio ketergantungan peduduk di Indonesia, hal tersebut
dilakukan untuk melihat apakah fenomena-fenomena tersebut dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau hanya akan menjadi beban
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, maka dapat dijabarkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1981-2018?
2. Seberapa besar pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1981-2018?
3. Seberapa besar pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan
rasio ketergantungan secara besama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia pada periode 1981-2018?
11
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Didapatkan tingkat pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1981-2018.
2. Didapatkan tingkat pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1981-2018.
3. Didapatkan tingkat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan rasio
ketergantungan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada periode 1981-2018.
E. Manfaat penelitian
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi semua pihak yang
akan melakukan analisis mengenai hubungan fertilitas, mortalitas, tingkat
partisipasi angkatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Sebagai salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk menyusun
perencanaan dan strategi pembangunan dalam upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan mengoptimalkan perubahan
demografi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ilmu Kependudukan dan Demografi
Rusli (2012: 1) berpendapat bahwa ilmu kependudukan atau studi
kependudukan adalah sebuah istilah lain darin ilmu kependudukan yang
bertujuan untuk, satu mendapatkan informasi dasar mengenai karakteristi,
distribusi, dan perubahan penduduk. Dua, menjelakan penyebab perubahan
yang terjadi pada aspek-aspek tersebut. Ketiga, menelaah kemungkinan yang
mungkin akan terjadi pada masa depan sebagai dampak peruabahan tersebut.
Menurut Rusli, (2012: 1) ilmu kependudukan digunakan dengan
maksud memberikan arti demografi yang lebih luas, hal tersebut dikarenakan
para ahli meurujuk demografi formal dengan istilah demografi. Guillard
meruapakan tokoh yang pertama kali meggunakan kata demografi sebagai
sinonim population study.
J. Bogue mendefinisikan demografi dalam bukunya yang berjudul
Principles of Demography, sebagai suatu ilmu yang mempelajari fenomena-
fenomena demografi seperti distribusi, besaran komposisi, dan perubahan
penduduk melalui komponen dasar demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan
migrasi, mobilitas sosial, dan perkawinan secara statisitik dan matematik.
Dalam perkembangannya demografi dibedakan menjadi dua yaitu Demografi
Murni (Pure Demography) atau Demografi Formal dan Ilmu Kependudukan
yang diusulkan oleh Adolphe Laundry pada kongres masalah kependudukan di
Paris tahun 1937 (Lembaga Demografi FE UI, 2004: 1).
Terdapat pemisah antara analisis demografi dan ilmu kependudukan.
Analisis demografi ialah cabang ilmu yang menganalisis hubungan antar
variable demografi, baik digunakan sebagai variable dependen maupun
variable independen. Sedangakn ilmu kependudukan merupakan cabang ilmu
yang mempersoalkan hubungan antar variable demografi dan variable non
demografi, bisa varibel demografi sebagai variebel independen dan variable
non demografi sebagai variable dependen dan bisa juga kebalikannya.
13
B. Transisi Demografi
Transisi demografi adalah sebuah ungkapan atau istilah yang mengacu
kepada transisi atau perubahan pada tingkat kematian dan tingkat kelahiran
yang pada awalnya tinggi ke tingkat kematian dan kelahiran yang lebih rendah.
Adapun pengertian transisi demografi menurut Kemal dan Agus (1992: 1)
adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang berlangsung dari
tingkatan yang tinggi ke tingkatan rendah dalam satu kurun waktu tertentu dan
juga masyarakat tertentu yang terjadi karena karena hubungan timbal balik
perubahan sosio - ekonomi dengan kesehatan. Warren Thampson
mendefinisikan transisi demografi sebagai model atau teori yang menjelaskan
perubahan populasi dari waktu ke waktu. Penekanan tentang konsep transisi
demografi adalah terletak pada aspek pertumbuhan penduduk, yang dipengaruhi
oleh penurunan fertilitas dan mortalitas. Dengan demikian pembicaraan konsep
proses demografi umumnya difokuskan pada perubahan jumlah, struktur, dan
komposisi penduduk yang mengalami perubahan selama proses transisi
berlangsung (Wilopo, 1995: 21).
Warren Thompson merupakan tokoh yang pertama kali memperkenalkan
dan juga mengembangkan model transisi demografi pada tahun 1929. Model
pemikiran tersebut merupakan bentuk refleksi dari data beberapa negara yang
berada pada periode 1908-1927. Thompson menemukan 3 pola pertumbuhan
penduduk ketika itu di negara-negara tesebut, yaitu (Junaidi, 2009: 13):
1. Kelompok A, adalah negara-negara yang mengalami penurunan
pertumbuhan penduduk yang awalnya tinggi ke pertumbuhan penduduk
yang rendah.
2. Kelompok B, adalah negara-negara yang sedang mengalami penurunan
tangkat kelahiran yang lebih lambat dibandingkan tingkat kematiannya.
3. Kelompok C, adalah negara-negara yang tingkat kelahiran dan kematiannya
belum mengalami perubahan sama sekali. Maksudnya angka kelahiran dan
angka kematiannya masih sangat tinggi.
14
Selanjutnya pada tahun 1945, Frank Noteisten memberikan penjelasan
tentang ketiga pola yang ditemukan oleh Thompson tersebut dan
menjelaskannya sebagai suatu proses dari penurunan mortalitas dan fertilitas
penduduk suatu daerah dari tingkat yang tinggi (high growth potential) menuju
ketingkat yang rendah (incipient decline) yaitu transisi demografi. Noteisten
juga membagi transisi demografi menjadi tiga tahap sebagai berikut (Lembaga
Demografi FEUI, 2010: 8).
Gambar 2.1
Model Tahapan Transisi Demografi
Sumber: Junaidi (2009: 14)
1. Hight Growth Potential (Tahap 1)
Tahap hight growth potential ditandai dengan masih tingginya tingkat
fertilitas dan mortalitas. Tingkat kematian pada tahap ini juga masih sangat
bervariasi bisa dibilang cenderung tinggi, karena pada tahap ini masih
marak terjadi perang, bencana kelaparan, dan beberapa factor lainnya.
Adapun tingkat pertumbuhan penduduk alami negara-negara yang masuk
ke dalam fase ini masihlah rendah bahkan terkadang negatif. Tahap ini juga
disebut dengan tahap Malthusian Stage, atau biasa disebut pre-industrial
stage, hal tersebut dikarenakan masyarakat pada fase ini masih berada pada
kondisi perekonomian (pra-industri economy).
15
2. Transitional Growth (Tahap 2)
Tahap transitional growth merupakan tahap yang ditandai dengan
tingkat mortalitas yang menurun lebih cepat dibandingkan dengan tingkat
fertilitas. Oleh karena itu tahap ini juga disebut dengan tahap transisi
(trantitional stage) atau celah demografi (demographic gap). Adapun
Negara-negara yang masih memiliki perekonomian pada tahap berkembang
biasanya masuk ke dalam tahap ini.
3. Incipient Decline (Tahap 3)
Tahap incipient decline ditandai dengan tingkat fertilitas dan
mortalitas yang kembali rendah, yang juga menyebabkan rendahnya
pertumbuhan penduduk. Namun, rendahnya pertumbuhan penduduk pada
tahap ini berbeda dengan tahap satu yaitu rendahnya pertumbuhan
penduduk disebabkan oleh tingginya angka fertilitas dan mortalitas yang
terjadi pada saat itu. Sedangkan pada tahap tiga ini rendahnya pertumbuhan
penduduk disebabkan oleh rendahnya angka fertilitas dan mortalitas.
C. Bonus demografi
Bonus demografi merupakan suatu kondisi sebagai hasil dari poroses
transisi demografi dikarenakan penurunan angka kelahiran dan kematian jangka
panjang yang akhirnya merubah struktur umur penduduk. Penurunan angka
kematian tersebut menyebabkan penduduk yang berumur di bawah 15 tahun
menurun jumlahnya, yang diikuti oleh meningkatnya penduduk produktif usia
15-64 tahun sebagai akibat dari tingginya kelahiran di masa lalu. Sementara itu
penduduk lansia akan semakin meningkat dikarenakan perbaikan tingkat
kesehatan, dan meningkatnya harapan hidup.
Menurut BPS (2012: 16) definisi bonus demografi merujuk pada
keuntungan ekonomis bagi perekonomian yang dikarenakan penambahan
jumlah penduduk usia kerja. Chadrasekhar mendefinisikan bonus demografi
sebagai karena meningkatnya penduduk usia kerja yang walaupun diiringi
dengan peningkatan penduduk secara total sehingga menghasilkan keuntungan
ekonomis yang tidak terelakan (BPS, 2012; 16). Tidak banyak berbeda dengan
Chadrasekhar, Adioetomo (2007 dalam BPS 2012: 16) mengartikan bonus
16
demografi sebagai penurunan angka kematian bayi dan fertilitas jangka panjang
yang berdampak pada keuntungan ekonomis. Adapun istilah keuntungan pada
bonus demografi, ialah mengacu pada penurunan rasio ketergantungan yang
merupakan konsep dasar demografi. Menrurut Adioetomo bonus demografi
hanya akan terjadi satu kali untuk setiap penduduk pada suati wilayah atau
negara yang puncaknya dapat disebut dengan Window of Opportunity, sehingga
nagara harus memanfaatkan periode tersebut dengan sebaik-baiknya.
D. Rasio Ketergantungan Penduduk
United Nation mendefinisikan rasio beban ketergantungan penduduk
sebagai suatu perbandingan antara jumlah penduduk usia 0 sampai 14 tahun
dan penduduk usia di atas 65 tahun terhadap penduduk (produktif) usia 15
sampai 64 tahun BPS, 2012: 15. Mantra dalam Aditia (2010:35) juga
mengatakan semakin rendah tingkat persentase rasio ketergantungan pada
suatu wilayah maka menadakan bahwa semakin baik pula perekonomian suatu
wilayah tersebut.
Secara kasar keadaan perekonomian suatu negara dapat ditunjukan oleh
indikator rasio ketergantungan penduduk, guna melihat apakah negar tersebut
tergolong negara maju atau sedang berkembang. Mantra (2004) berpendapat
bahwa rasio ketergantungan yang tinggi dapat menjadi salah satu benalu yang
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Hal tersebut
dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk produktif sebagain
besar harus digunakan untuk membeli kebutuhan dari penduduk yang belum
dan tidak lagi produktif. Negara-negra yang biasanya mempunyai persentase
rasio ketergantugan yang tinggi adalah negara-negara berkembang.
Ketika suatu negara sedang mengalami perubahan struktur umur
penduduk, rasio ketergantungan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dampak dari pergeseran struktur penduduk menurut umur terhadap kondisi
sosial dan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan persentase rasio
ketergantungan menjadi penghubung untuk kelompok yang tidak dan belum
produktif terhadap penduduk yang produk secara ekonomi. Rasio
ketergantungan yang tinggi mengindikasikan bahwa penduduk yang aktif
17
secara ekonomi mempunyai beban yang lebih besar untuk mendukung dan
menyediakan pelayanan sosial yang dibutuhkan oleh anak-anak (penduduk
belum produktif) dan penduduk usia lanjut (penduduk yang tidak lagi produktif)
yang bergantung kepada mereka secara ekonomi.
Rasio ketergantungan penduduk cenderung peka terhadap peruabahn
yang terjadi pada angka kelahiran. Hal tersebut dikarenakan pada saat angka
kelahiran menurun akan berdampak pada menurunya rasio ketergantungan
penduduk dikarenakan penduduk muda usia 0 sampai 14 tahun menurun
sedangkan penduduk usia tenaga kerja mengalami kenaikan. Adapun fase di
mana rasio ketergantungan penduduk berada pada titik terendahnya maka
terbukalah jendela peluang (window of oppoetunity) sehingga negara
kemungkinan dapat meraih bonus demografi (demographic dividend). Akan
tetapi setelah semua proses itu berakhir rasio ketergantungan akan kembali
meningkat, hal itu dikarenakan penduduk yang tadi berada pada kelompok usia
kerja akan bergeser dan semakin menurun jumlahnya dan masuk ke dalam
penduduk usia tua, sehingga penduduk usia meningkat tajam.
Adapun rasio ketergantungan pada suatu negara dapat dilihat melalui
tiga cara yaitu rasio ketergantungan total, rasio ketergantungan penduduk usia
muda, dan rasio ketergantungan penduduk usia tua. Dimana rumusnya adalah
sebagai berikut (World Bank):
1. Rasio Ketergantungan Penduduk Total
RKP total =P(0 − 14) + P(65+)
P(15 − 64)× 100
2. Rasio Ketergantungan Penduduk Muda
RKP muda =P(0 − 14)
P(15 − 64)× 100
3. Rasio Ketergantungan Penduduk Tua
RKP tua =P(65+)
P(15 − 64)× 100
18
Keterangan:
RKP : Rasio Ketergantungan Penduduk
P(0-14) : Penduduk usia belum produktif
P(65+) : Penduduk usia sudah tidak produktif
P(15-64) : Penduduk usia produktif
E. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut International Lobour Organization (ILO), tenaga kerja
merupakan penduduk yang sudah memaski usia kerja yaitu 15 tahun keatas.
Adapun seluruh penduduk yang ada pada suatu negara yang sudah dapat
menghasilkan atau memproduksi barang dan jasa jika terdapat permintaan
terhadap tenaga mereka, dan juga apabila mereka ingin berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut juga termasuk kedalam golongan tenaga kerja. Menurut Rusli
(2012: 116) angkatan kerja merupakan economically active population, mereka
adalah pencari nafkah atau penerima pendapatan atau yang berusaha kearah itu.
Secara demografis besarnya angkatan kerja tergantung dari tingkat partisipasi
angkatan kerja (labor force participation rate) yaitu berapa persen dari tenaga
kerja yang berpartisipasi menjadi angkatan kerja (Lembaga demograi FEUI,
2004: 206).
Menurut Lembaga Demogafi FEUI (2004: 198) pertumbuhan
angakatan kerja diakibatkan tren perubahan demografi dimasa lalu yang
merupakan respon dari kondisi perekonomian pada masanya. TPAK
merupakan cerminan dari total angkatan kerja yang berada pada kelompok
umur tertentu dengan membandingkan jumlah angkatan kerja total atau pada
kelompok umur tertentu dengan jumlah tenaga kerja.
Lewis berpendapat bahwa kelebihan tenaga kerja adalah sebuah
kesempatan bagi suatu negara. Tenaga kerja yang berlebih pada suatu sektor
akan menjadi penyedia pekerjaan untuk sektor lain sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan output. Menurut Lewis terdapat dua sektor dalam
perekonomian negara berkembang, yaitu sektor tradisional daan modern.
Adapun sektor informal disini bukan hanya sektor pertanian tetapi juga sektor
19
informal yang berada di perkotaan. Ketika terjadi kelebihan tenaga kerja
selama berlangsungnya tahap insutrialisasi maka, akan diserap oleh sektor
informal. Oleh karena itu sektor informal sering disebut sebagai katub
pengaman ketenagakerjaan, hal ini juga menyebabkan peningkatan tingkat
upah di pedesaan suatu saat nanti, peningkatan upah inilah yang mengurangi
perbedaan tingkat pendapatan antar pedesaan dan perkotaan. Sehingga
peningkatan tenaga kerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
(Novrantyo, 2016: 32).
Todaro menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk pada nantinya
akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang besar
akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif. Adapun dampak positif
atau negatif dari pertambahaan penduduk dan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada kemampuan sistem perekonomian
yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan
tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun rumus yang digunakan dalam
menghitung TPAK ialah sebagai berikut (tingkat aktivitas umum).
TPAK =Angkatan Keja
Tenaga Kerja× 100
F. Pertumbuhan Ekonomi
Boediono (1981:1) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
proses jangka panjang dari kenaikan total pendapatan perkapita pada suatu
negara. Untuk melihat apakah perekonomian suatu negara mengalami
pertumbuhan dapat dilihat melalui meningkatnya pendapatan riil masyarakat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Boediono juga berpendapat
pertumbuhan yang tinggi dan stabil dari tahun ketahun menandakan bahwa
terjadinya peningkatan tingkat kesejahteraan ekonomi pada suatu negara, dan
juga sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi menurun menandakan bahwa
terjadi penurunan tingkat kesejahteraan ekonomi pada suatu negara. Dengan
demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kesejahteraan ekonomi dari
suatu masyarakat dapat dilihat melalui meningkat atau menurunnya laju
pertumbuhan ekonomi.
20
Pertumbuhan ekonomi juga menjadi suatu indikator yang sangat penting
dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis
tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksakan suatu negara atau
daerah. Menurut Novrantyo (2016: 2) laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
haruslah diiringi dengan distribusi pendapatan dan distribusi hasil-hasil
pembangunan secara merata untuk menghindari terjadinya ketimpangan
pendapatan yang terjadi di masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari data Produk
Domestik Bruto (PDB). Terdapat dua cara untuk melihat PDB suatu negara
yaitu, PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam suatu
perekonomian dan PDB sebagai pengeluaran total atas total output barang dan
jasa pada suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional.
1. Perhitungan Pendapatan Nasional
Menurut Pratomo (2006: 11) pendapatan nasional dapat dihitung
melalui tiga pendekatan. Adapun ketiga pendekatan tersebut ialah
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, danjuga
pendekatanpengeluaran yang akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Pendekatan produksi (production approach)
Dalam pendekatan ini pendapatan nasional akan dihitung
berdasarkan perhitungan dari jumlah nilai akhir barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu perekonomian pada periode
waktu tertentu. Adapun nilai barang yang dimaksud ialah nilai akhir
barang dan jasa atau nilai tambah barang.
Nilai akhir adalah nilai barang yang siap dikonsep dan tidak lagi
digunakan dalam proses produksi berikutnya. Sedangkan nilai tambah
adalah selisih antara nilai suatu barang dengan biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi termasuk nilai bahan baku yang digunakan.
21
Pendapatanan nasional akan dihitung dengan menghitung nilai barang
akhir atau menjumlah kan semua nilai tambah.
b. Pendekatan pendapatan (income approach)
Pada pendekatan ini pendapatan nasional akan dihitung dengan cara
menghitung seluruh total pendapatan dari masing-masing faktor produksi
yaitu pendapatan dari tanah, modal, tenaga kerja, dan juga kewirausahaan.
Adapun pendapatannya ialah berupa sewa, bunga, upah, dan profit.
Dengan menghitung keempat pendapatan tersebut maka kita akan
mendapatkan pendaptan nasional dari pendekatan pendapatan. Adapun
secara matematis pendekatan pendapatan dapata diformulasikan sebagai
persamaan berikut.
GDP = R + W + I + P
Di mana:
R : rent atau sewa
W : upah
I : bunga
P : profit
c. Pendekatan pengeluran (expenditure approach)
Pada pendekatan ini pendapatan nasional akan dihitung dengan
cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh
pelaku ekonomi baik itu rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan
juga sector luar negeri. Adapun pengeluaran dari rumah tangga itu
sendiri ialah konsumsi rumah tangaa, lalu pengeluaran perusahaan ialah
investasi, sedangkan pengeluaran pemerintah ialah seluruh belanja
pemerintah, dan pengeluran luar negeri ialah ekspor netto atau selisih
dari ekspor dan impor. Adapun secara matematis pendekatanpengeluran
dapat diformulasikan sebagai persamaan berikut.
GDP = C + I + G + (X – M)
22
Di mana:
C : konsumsi rumah tangga
I : inevestasi
G : pengeluaran pemerintah
X : ekspor
M : impor
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut (Jighan, 2014: 67) terdapat dua macam faktor yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi yaitu, faktor ekonomi dan
faktor non-ekonomi. Adapun yang masuk kedalam faktor ekonomi
diantaranya ialah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan
teknologi. Sedangkan yang masuk ke dalam non-ekonomi ialah adanya
peran lembaga sosial, nilai moral, sikap budaya, dan juga kondisi politik dan
kelembaga. Hal tersebut juga sejalan dengan pemikiran Bauer dia
menunjukan bahwasanya kecakapan dan kualitas, bakat, sikap, adat-
istiadat, nilai tujuan, motivasi, serta struktur politik dan kelembagaan
merupakan penentu utama pertumbuhan ekonomi (Jighan, 2014: 67).
Berikut adalah penjabaran faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi
pertumbuhan ekonomi.
a. Faktor Ekonomi
1. Sumber Daya Alam
Adapun sumber daya alam merupakan salah satu faktor utama yang
dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Dalam ilmu ekonomi, seumber daya alam mencakup
kesuburan tanah, letak dan susunannya, mineral, kekayaan hutan,
mineral, iklim, sumber lautan, sumber air, dan sebagainya. Adapun
tersedanya sumber daya alam yang melimpah merupakan hal yang
penting untuk pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi terkadang dalam
pertumbuhan ekonomi sumber daya yang melimpah saja belum cukup,
karena yang terpenting ialah pemanfaatan yang tepat dengan teknologi
23
yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber daya dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama (Jhinghan, 2014: 67).
2. Akumulasi Modal
Faktor ekonomi selanjutnya ialah akumulasi modal. Adapun modal
merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
diproduksi kembali. Akumulasi modal itu sendiri ialah investasi dalam
bentuk barang yang berguna untuk meningkatkan stok modal, outout
nasional, dan juga pendapatan nasional. Dalam pertumbuhan ekonomi,
akumalasi modal merupakan salah satu kunci penting. Adapun
investasi di bidang barang modal tidak hanya akan meningkat produksi
tetapi juga kepada kesempatan kerja. Selanjutnya pembentukan modal
yang terjadi ini juga akan mengarah pada kemajuan teknologi, yang
kemudian kemajuan dari teknologi tersebut akan mangarah pada
spesialisasi dan juga penghematan produksi dalam skala yang luas
(Jhinghan, 2014: 69).
3. Organisasi
Salah satu bagian peting dari suatu proses pertumbuhan ialah
organisasi. Karena orgnisasi berkaitan dengan penggunaan factor
produksi pada kegiatan ekonomi. organisasi bersifat melengkapi
modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam
pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil sebagai
organisator dan pengambil resiko diantara ketidakpastian. Menurut
Schumpeter, fungsi utama wiraswastawan ialah melakukan
pembahuruan (inovasi) (Jhinghan, 2014: 70).
4. Kemajuan teknologi
Adapun keterkaitan antara perkembangan teknoogi dalam
pertumbuhan ekonomi ialah dalam perubahan metode produksi.
Perubahan yang terjadi pada tekonologi dapat meningkatkan
produktivitas buruh, modal dan juga faktor produksi lainnya
(Jhinghan, 2014: 72).
24
5. Spesialisasi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas. Keduanya dapat membawa kearah ekonomi produksi
skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. Smith
menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan
ekonomi. pembangian kerja dapat menghasilkan perbaikan
kemampuan produksi buruh, dan setiap buruh bisa menjadi lebih
efisien dari pada sebelumnya (Jhinghan, 2014: 72).
b. Faktor Non-Ekonomi
1. Faktor Sosial
Pertumbuhan ekononomi juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan
budaya. Adapun hal inilah yang menghasilkan pandangan, harapan
struktur, dan juga nilai-nilai sosial. Penduduk yang modrn dan terdidik
akan sangat mendukung terlaksananya pembangunan hal tersebut
dikarenakan mereka mempunyai sifat terbuka terhadap perubahan dan
sikpa positif dalam pembangunan. Namun sebaliknya masyarakat
yang masih tradisional dan tidak terdidik akan bersika apatis terhadap
perubahan. Hal tersebut dikarenakan mereka cenderung tidak
menyukai perubahan sehingga akan sulit memanfaatkan teknologi
yang nantunya hanya akan menghambat pembangunan.
2. Faktor Manusia
Adapun dalam pertumbuhan ekonomi manusia merupakan salah satu
faktor penting. Pertumbuhan yang terjadi serta merta tergantung pada
kuantitas akan tetapi efesiensi sumber daya mnusianya. Para ekonom
meyakini bahwa kualitas tenaga kerja seperti keterampilan,
pengetahuan, dan disiplin dari agkatan kerja merupakan unsur
terpenting dalam pertumbuhan angkatan kerja. Hal tersebut
dikarenakan tanpa tenaga kerja yang terlatih dan terampil, maka
barang modal ynag tersedia tidak akan dapat digunakan secara efektif.
25
3. Faktor Politik dan Admistratif
Faktor politik dan admistartif merupakan juga menjadi salah satu
faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi, hal ini dikarenakan
dengan lemahnya struktur politik dan administratfif merupakan
sebuah penghambat besar dalam pertumbuhan ekonomi. Lewis
mengatakan bahwa pemerintah memiliki pemerintah mempunyai
peran penting dalam memaikan perannya guna merangsang ataupun
mendorong kegiatan ekonomi. Pemerintahan yang baik akan
menetapakan kebijakan fiscal dan moneter, yang akan dapat
menunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Adam Smith
Adam Smith (1723-1790) merupakan salah satu ekonom klasik
yang yang pemikirannya sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu
ekonomi. Smith adalah ekonom yang pertam kali menjabarkan secara
sistematis pertumbuhan jangka panjang. Dia membagi pertumbuhan
ekonomi menjadi lima tahap yaitu, tahap perburuan, tahap ternak, tahap
bercocok tanam, tahap berdagang, dan terakhir tahap perindutrian.
Smith berpendapat bahwa masyarakat tradisional ke masyaralat modern
yang kapitalis (Budiono, 1981: 7).
Menurut Smith untuk memacu pertumbuhan ekonomi dapat
menggunakan sistem pembagian kerja. Adapun pembagain kerja
tersebut meruapakan inti dari teori ini, yang berguna untuk
meningkatkan produktivitas. Adapun spesialisasi yang terjadi pada
pelaku ekonomi didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan
keterampilan pekerja, dan juga penemuan mesin-mesin penghemat
tenaga. Ketika tahap pembangunan ekonomi sudah menuju ke sistem
perekonomian yang kapitalistik maka spesialisasi akan dengan
sendirinya terjadi. Hal ini dikarenakan aktivitas eknomi akan semakin
kompleks, dan juga pola produksi yang terus meningkat yang juga
disertai oleh peningkatan yang terjadi pada peningkatan kebutuhan
26
dimasyarakat akan mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi
memenuhi semua kebutuhan mereka seorang diri akan tetepi lebih
ditekankan kepada keahlian tertentu yang mereka miliki untuk mereka
geluti.
Secara garis besar pemikiran Smith bertumpu pada peningkatan
sistem produksi suatu negara yang terdiri dari tiga unsur utama, yaitu
(Budiono, 1981: 7).
1. Sumber-sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah)
2. Sumber daya manusia (jumlah penduduk)
3. Stok barang capital yang ada
Unsur pokok pertama ialah sumber alam yang tersedia, menurut
Smith unsur ini merupakan unsur yang paling dasar dari ketiga kegiatan
produksi suatu masyarakat. Pertumbuhan perekonomian suatu negara
akan dibatasi oleh sumber-sumber alam yang dimilikinya. Artinya,
apabila seluruh sumber ini belum dimanfaatkan sepenuhnya maka
pertumbuhan ekonomi masih bisa ditingkatkan, dan yang nantinya akan
memegang peran penting pertumbuhan ini adalah tenaga kerja dan stok
capital. Namun apabila sumber-sumber alam sudah sigunakan
seluruhnya maka batas daya dukung sumber alam akan menemui batas
maksimalnya dan pertumbuhan ekonomi akan terhenti (Budiono, 1981:
8).
Adapun unsur kedua ialah sumber daya manusia atau jumlah
penduduk. unsur penduduk ini dianggap mempunyai peranan pasif
dalam proses pertumbuhan output. Hal ini memiliki arti bahwa jumlah
penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja. Sebagai
contoh apabila stok capital membutuhkan pekerja sebesar 1 juta orang,
akan tetapi jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya 900 orang, maka
jumlah penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja akan
menacapai 1 juta orang untuk menepati pekerjaan tersebut (Budiono,
1981: 8).
27
Unsur yang terakhir ialah stok capital. Stok capital merupakan
unsur yang secara aktif menetukan output. Dalam proses pertumbuhan
output, smith memberikan peranan sentral kepada stok capital dan
akumulasi capital, apa yang nantinya terjadi pada tingkat output akan
tergantung pada laju pertumbuhan stok capital. Adapun pertumbuhan
tersebut akan terus berlanjut hingga pada saatnya akan dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya alam dan dukungan sumber manusia yang
terampil. Peranan sentral modal dalam teori smith biasanya
terakumulasi melalui tabungan. Menurut Smith akumulasi modal tidak
dapat terlepas dari perluasan pasar, hal ini dikarenakan pasar merupakan
tempat yang digunakan untuk mendistribusikan hasil produksi. Semakin
besar cangkupan pasar guna pemasaran hasil produksi makan semakin
besar pula perolehan laba, yang berarti semakin besar pula akumulasi
kapitalnya.
Berdasarkan besarnya arti pasar untuk proses akumulasi capital,
Smith secara khusus menunjuka bahwasanya potensi pasar akan
mencapai titik maksmalnya apabila setiap warga diberikan kebebasan
yang seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dalam kegiatan
ekonominya (Budiono, 1981: 9). Atau dengan kata lain peran atau
intervensi pemerintah harus diminimalisir. Karena menurut Smith
semakin pemeritah memrikan intervensi yang terlalu besar maka
cenderung hanya akan menghambat pertumbuhan pasar.
b. Teori Jebakan kependudukan Malthus
Robert Malthus (1766-1834) merupakan salah satu pelopor ilmu
kependudukan (population studies) pertama kali. Tulisan
monumentalnya prinsip kependudukan atau The Principle of Population
yang pertama kali terbit pada tahun 1798. Walaupun saat itu Malthus
mendapatkan banyak kritikan, akan tetapi pada dasarnya mendapatkan
banyak pengakuan yang luas dikalangan pada ahli. Malthus
menerangkan bahwasanya pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, dan
28
kebutuhan manusia akan nafsu seksual antar jenis kelamin akan tetap
sifatnya sepajang masa (Rusli, 2012: 4).
Dalam sebuah bukunya yang berjudul Essay on the Principle of
Population terbitan tahun 1798, Thomas Malthus merumuskan sebuah
konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing
returns). Malthus menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara
mempunyai kecenderungan untuk bertambah menurut suatu deret ukur
yang berlipat ganda tiap 30 sampai dengan 40 tahun, kecuali jika terjadi
bencana kelaparan. Pada saat yang sama karena adanya ketentuan
pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu factor-faktor
produksi yang jumlahnya tetap (tanah sumber daya alam) maka
persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung.
Oleh karena itu pertumbuhan pangan tidak akan bisa berpacu
dengan pesatnya pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita
(dalam masyarakat agraris, pendapatan perkapita diartikan sebagai
produksi pangan perkapita) cenderung terus mengalami penurunan
sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus
bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten (semua
penghasilan hanya cukup untuk mengganjal perut), itu pun hanya untuk
jumlah populasi tertentu. Hal tersebut dikarenakan dalam kenyataanya,
setiap anggota masyarakat hanya akan memiliki tanah yang sedikit,
maka kontribusi marginal atau produksi pangan akan terus menurun.
Sehingga lebih dari jumlah itu maka ada sebagian penduduk yang tidak
mendapat bahan pangan sama sekali (Athifah, 2018: 23).
Selanjutnya, Malthus menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk
mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis absolut tersebut
adalah dengan “penanaman kesadaran moral” (moral restraint) di
kalangan segenap penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah
kelahiran. Dengan perumusan konsep akan pentingnya pembatasan
kelahiran dan jumlah penduduk tersebut, Malthus dapat kita sebut
sebagai “bapak” atau pelopor gerakan modern pengendalian kelahiran.
29
Menurut pendukung aliran pemikiran neo-Malthus, bangsa-bangsa yang
miskin tidak akan pernah berhasil mencapai tingkat pendapatan
perkapita yang jauh lebih tinggi dari pada tingkat subsisten, kecuali
mereka mengadakan pengendalian preventif awal (preventive checks)
terhadap pertumbuhan populasi mereka, atau dengan penerapan
pengendalian kelahiran (Athifah, 2018: 23).
Akan tetapi teori Malthus juga tidak luput dari kritik yang juga
sering dipandang sebagai kelamahan dari teorinya tersebut yang salah
satunya ialah, Malthus kurang memperhitungkan bahwa penemuan
teknologi baru yang unggul dan industrialisasi dapat memberikan efek
yang cukup berarti pada peningkatan tingkat hidup. Dan, menurut
Malthus pengontrolan kelahiran merupakan sesuatu tindakan yang tidak
bermoral, dan dia juga memprediksi bahwa penggunaan alat kontrasepsi
tersebut tidak akan meluas (Rusli, 2012: 4).
c. Teori Optimis Pertambahan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Adapun pada aliran perspektif melihat bahwa terdapat korelasi
positif antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi.
Menurut aliran optimis keduanya dapat disatukan untuk menggerakan
pengembangan ekonomi. Dengan jumlah penduduk yang kian
bertambah justru dapat dimanfaatkan menjadi pangsa besar dalam
perekonomian, baik dalam produksi ataupun konsumsi. Adapun dari sisi
produksi ialah akan terjadi penambahan jumlah tenaga kerja guna
mendukung proses produksi tersebut. Dampak dari penambahan jumlah
tenaga kerja tersebut ialah meningkatnya jumlah buruh yang dapat
dibayar dengan redah, sehingga dapat menghemat biaya produksi.
Selanjutnya dengan penambahan angakatan kerja tersebut, jumlah buruh
terdidik juga akan terus ikut meningkat, hal tersebut dikarenakan
semakin tinggi kesadaran masyarakan modern terhadap tingkat
pendidikan yang tinggi (Bloom 2003 dalam Jati, 2015: 8).
Sedangkan dari segi konsumsi, jumlah penduduk yang besar
dapat dijadikan pangsa ekonomi yang besar bagi komoditas industri.
30
Naiknya pendapatan percapita yang diiringi dengan maraknya investasi
membuat perekonomian nasional semakin membaik. Hal tersebutlah
yang akan memicu terjadinya permintaan barang secara besar-besaran
terhadap komoditas barang. Sehingga keterbatasan yang dianggap
sebagai factor resistan antara pertambahan penduduk dengan
pertumbuhan ekonomi oleh pandangan teori pesimis dianggap tidak
berlaku oleh teori pandangan optimis. Karena, pada dewasa ini
keterbatasan sudah dapat diatasi dengan adanya kemajuan teknologi dan
informatika yang mampu menyediakan semua kebutuhan manusia.
Perspektif optimis pada dasarnya juga mengakui bahwa suber daya alam
dalam bentuk ekonomi kian menipis, akan tetapi semua itu dapat
disiasati dengan teknologi (Jati, 2015: 8).
Adapun dasar dari pemikiran opstimis hadir berdasarkan dari
pemikiran Amartya Sen mengenai pembangunan manusia.
Pembanguann ekonomi yang awalnya hanya diorientasikan untuk
mencari laba, sementara tidak ada timbal balik dengan manusianya, hal
inilah yang akan menimbulkan bencana ekonomi manusia seperti
bencana ketimpangan, kemiskinan, dan juga kelaparan. Karena hal
tersebutlah kemudian memicu terjadinya orientasi dalam pembangunan
yang awalnya adalah ekonomi, menjadi manusia. Peningkatan asupan
gizi, perbaikan fasilitas kesehatan, terjangkaunya fasilitas pendidikan,
maupun redistribusi pendapatan, digencarkan karena merupakan kunci
untuk menaikan optimalisasi potensi penduduk menjadi potensi
ekonomi. Dengan meningkatnya kuantitas penduduk yang diiringi
dengan kualitas penduduk itulah yang akan menjadi kunci untuk negara
dapat menaikan pertumbuhan ekonomi berbasis investasi sumber daya
manusia (Jati, 2015: 8).
31
G. Penelitian Terdahulu
Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berperan sangat
penting dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian
terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Muh Mahdi Kharis melakukan penelitin yang berjudul “Pengaruh Faktor-
Faktor Kependudukan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Pemalang” pada tahun 2011. Penelitian tersebut menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) dengan data time series periode tahun 1993-
2009. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertumbuhan penduduk, tenaga kerja, dan rasio ketergantungan penduduk
sebagai variabel independen, serta pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
dependen. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel
pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pemalang, kemudian variabel tenaga
kerja berpengaruh positif tetapi tidak signfikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pemalang, dan variabel rasio ketergantungan
penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pemalang.
2. Minh Quang Dao melakukan penelitan yang berjudul “Populatian and
Economic Growth in Developing Countries” pada tahun 2012. Penelitian
ini menggunakan metode regresi mulitivariat dengan data panel periode
tahun 1990-2008. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, tingkat kematian
sebagai variabel independen dan pertumbuhan GDP perkapita sebagai
variabel dependen. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel
pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan GDP perkapita di 43 negara berkembang, rasio
ketergantungan berpengaruh negative dan signifikan terhadap pertumbuhan
GDP perkapita di 43 negara berkembang, dan tingkat kematian juga
berpengaruh negative dan sinfikan terhadap pertumbuhan GDP perkapita di
43 negara berkembang.
32
3. Sijia Song melakukan penelitian yang berjudul “Demographic Changes and
Economic Growth: Empirical Evidence from Asia” pada tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan metode Pooled Square Regressions (PLS)
dengan data panel periode tahun 1965-2009. Variabel yang digunakan
adalah tingkat partisipasi angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan
populasi penduduk muda sebagai independen variabel, serta pertumbuhan
ekonomi sebagai variabel dependen. Adapun hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh
positif dan signifkan terhadap pertumbuuhan ekonomi pada negara
berkembang di Asia, kemudian variabel pertumbuhan penduduk
berpengaruh negative signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada
negara berkembang di Asia. Serta populasi penduduk muda juga
berpengaruh nagatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada
negara berkembang di Asia.
4. H. Syamsuddin. MH melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Faktor Kependudukan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jambi” pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode
regresi linear berganda periode tahun 2000-2012. Variabel yang digunakan
pada penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk, angkatan kerja, dan rasio
ketergantungan penduduk sebagai variabel independen serta variabel
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen. Adapun hasil penelitian
ini menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi, kemudian
variabel rasio ketergantungan penduduk juga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi, sedangkan
variabel angkatan kerja tidak berpengaruh terhadap pertumbuahan ekonomi
Provinsi Jambi.
5. Vivi Ningtia Sari melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk, Tenaga Kerja, dan Rasio Beban Ketergantungan
Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung” pada tahun
2016. Penelitian menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
33
periode tahun 1994-2014. Variabel yang digunakan pada penelitian ini
adalah pertumbuhan penduduk, rasio beban ketergantungan, dan tenaga
kerja sebagai variabel independen serta variabel pertumbuhan ekonomi
sebagai variabel dependen. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung, begitu juga dengan rasio beban
ketegantungan penduduk yang juga berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung, sedangkan tenaga
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Judul Variabel dan Metode Hasil
1. Muh Mahdi Kharis
(2011)
Judul
Pengaruh Faktor-
Faktor
Kependudukan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Kabupaten Pemalang
Pertumbuhan
Penduduk, Tenaga
Kerja, dan Rasio
Ketergantungan
Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode
Ordinary Least
Square (OLS)
Variabel pertumbuhan
penduduk dan variabel
rasio ketergantungan
penduduk berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten
Pemalang, variabel
tenaga kerja
berpengaruh positif
tetapi tidak signfikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten
Pemalang.
34
No. Nama dan Judul Variabel dan Metode Hasil
2. Minh Quang Dao
(2012)
Judul
Population and
Economic Growth in
Developing
Countries
Pertumbuhan
Penduduk, Rasio
Ketergantungan
Penduduk, Tingkat
Kematian,
Pertumbuhan GDP
Perkapita
Metode
Pooled Least Square
(PLS)
Variabel pertumbuhan
penduduk berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
GDP perkapita di 43
negara berkembang,
rasio ketergantungan
berpengaruh negative
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
GDP perkapita di 43
negara berkembang,
dan tingkat kematian
juga berpengaruh
negative dan sinfikan
terhadap pertumbuhan
GDP perkapita di 43
negara berkembang.
3. Sijia Song
(2013)
Judul
Demographic
Changes and
Economic Growth:
Empirical Evidence
from Asia
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK),
Pertumbuhan
Penduduk, Populasi
Penduduk Muda,
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode
Pooled Square
Regressions (PLS)
Tingkat partisipasi
angkatan kerja
berpengaruh positif
dan signifkan terhadap
pertumbuuhan
ekonomi pada negara
berkembang di Asia,
kemudian variabel
pertumbuhan
penduduk berpengaruh
negative signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi pada negara
35
No. Nama dan Judul Variabel dan Metode Hasil
berkembang di Asia.
Serta populasi
penduduk muda juga
berpengaruh nagatif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi pada negara
berkembang di Asia.
4. H. Syamsuddin. MH
(2013)
Judul
Analisis Pengaruh
Faktor
Kependudukan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi
Jambi
Pertumbuhan
Penduduk, Angkatan
Kerja, dan Rasio
Ketergantungan
Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode
regresi linear
berganda
Variabel pertumbuhan
penduduk berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi
Jambi, kemudian
variabel rasio
ketergantungan
penduduk juga
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi
Jambi, sedangkan
variabel angkatan
kerja tidak
berpengaruh terhadap
pertumbuahan
ekonomi Provinsi
Jambi.
36
No. Nama dan Judul Variabel dan Metode Hasil
5. Vivi Ningtia Sari
(2016)
Judul
Pengaruh
Pertumbuhan
Penduduk, Tenaga
Kerja, dan Rasio
Beban
Ketergantungan
Penduduk Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi
Lampung
Pertumbuhan
Penduduk, Rasio
Beban
Ketergantungan,
Tenaga Kerja,
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode
Ordinary Least
Square (OLS)
Pertumbuhan
penduduk berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi
Lampung, begitu juga
dengan rasio beban
ketegantungan
penduduk yang juga
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi
Lampung, sedangkan
tenaga kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi
Lampung.
37
H. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makroekonomi
yang menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, tak
terkecuali Indonesia. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi pusat perhatian
yang digunakan untuk melihat bagaimana keadaan perekonomia negara
tersebut. Pada dasarnya terdapat berbagi macam faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi terkait dengan fenomena
transisi demografi dan bonus demografi yang saat ini sedang dilalui oleh
Indonesia, maka peneliti memilih variabel yang terkena dampak dari fenomena
tersebut untuk di analisis pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergangungan
penduduk. Metode yang akan digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
untuk mengatahui pengaruh secara parsial dan juga secara simultan antara
tingkat partisipasi angakatan kerja dan rasio ketergantungan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-2018.
Gambar 2.2
Kerangka berfikir Analisis TPAK dan Rasio Ketergantungan Penduduk
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Tahun 1981-2018
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
(X1)
Rasio
Ketergantungan
Penduduk
(X2)
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(Y)
38
I. Hiotesis penelitian
Adapun hipotesis adalah jawaban sementara yang pada suatu
penelitian. Maka bedasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja
(TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-
2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja
(TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-
2018.
2. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk
(RKP) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-
2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-2018.
3. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja
(TPAK) dan Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-2018.
H1: Diduga terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja
(TPAK) dan Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1981-2018.
39
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Adapun secara umum penelitian ini mencakup Negara Indonesia. Data
sekunder pada penelitian ini di dapatkan dari web resmi World Bank dan Badan
Pusat Statistik Indonesia. Data yang dikumpulkan berupa data tingkat
partisipasi angkatan kerja, rasio ketergantungan pendududuk, dan
pertumbuhan ekonomin, jenis data yang digunakan data berdasarkan deret
waktu (time serie) periode tahun 1981 sampai dengan 2018. Adapun sumber
lain yang digunakan adalah buku bacaan sebagai referensi dan juga media
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 3.1
Variabel-Variabel yang digunakan Pada Penelitian
Variabel Sumber Simbol
Pertumbuhan Ekonomi Perkapita
Atas Dasar Harga Konstan 2010 World Bank GDPKAP
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Badan Pusat
Statistik (BPS)
Indonesia
TPAK
Rasio Ketergantungan Penduduk
Total World Bank RKP
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian menggunakan dua
cara yaitu:
1. Data sekunder
Seluruh data sekunder yag digunakan pada penelitian ini bersumber dari
website resmi serta publikasi yang dikeluarkan oleh World Bank dan Badan
Pusat Statistik Indonesia.
40
2. Studi kepustakaan
Seluruh data kepustakan yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari,
jurnal-jurnal terpublikasi, laporan dari studi terdahulu, serta beberapa
sumber lainnya yang peneliti anggap mempunyai kaitan dnegan
permasalahan yang diangkat oelh peneliti.
D. Metode Analisis Data
Model yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah
didapatkan oleh peneliti ialah mode regresi linear berganda. Regresi linear
berganda didefinisikan sebagai alat analisis statisitik yang dapat digunakan
untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variable independen terhadap
varibel dependennya. Regresi linera disebut berganda apabila variable
independen yang digunakan adalah lebih dari dua, sedangkan apabila variable
independen yang digunakan kurang dari dua atau hany satu maka akan disebut
dengan regresi linear sederhana.
Kemudiaan peneliti menetapkan Ordinary Least Square (OLS) sebagai
metode yang akan diguanakan pada penelitian ini. Adapun tokoh yang pertama
kali memperkenalkan Ordinary Least Square (OLS) adalah Carl Fredrich
Gausss yang merupakan seorang ahli matematik dari Jerman. OLS sendiri
menurut Kuncoro (2003: 4) merupakan sebuah metode yang meminimalkan
juamlah kuadrat kesalahan guna mengestimasi satu garis regresinya. OLS juga
mempunyai varianas paling sedikit dibandingkan dengan estimator-estimator
Menurut Gujarati terdapat beberapa asumsi yang harus di penuhi oleh
setiap estimator OLS yaitu:
a. Semua penaksiran tak bias linear.
b. Memenuhi asumsi homokedastisitas
c. Tidak terdapat hubungan antar obeservasi yang digunakan berdasarkan
deret waktu.
d. Tidak terdapat hubungan antar variable independen yang digunakan.
41
Menurut Gujarati (1993: 47), pada umumnya model regresi linear
berganda dituliskan seperti berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +……+ βn Xn + ε
Keterangan:
Y : Variabel endogen atau variabel tak bebas
β0 : Intersep atau nilai Y ketika X = 0
X1 , X2 , X3 , Xn : Variabel eksogen atau variabel bebas
β1 , β2 , β3 , βn : Parameter dari variabel X1 , X2 , X3 , Xn
ε : Error term atau derejat kesalahan
Sedangkan pada penelitian ini model regresi yang akan digunakan
berdasarkan model regresi yang sudah di rumuskan oleh Gujarati sebelumnya
adalah sebagai berikut:
GDPKAP = β0 + β1 TPAK + β2 RKP + ε
Keterangan:
GDPKAP : Pertumbuhan Ekonomi Perkapita
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
RKP : Rasio Ketergantungan Penduduk
ε : Error term atau derejat kesalahan
1. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengatahui model regresi yang digunakan sudah merupakan
model terbaik maka, di haruskan untuk terlebih dahulu untuk di uji
menggunakan uji asumsi klasik. Ketika model sudah lulus uji asumsi
klasik otomatis model sudah terlepas dari masalah masalah-masalah
seperti multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokadastisitas, sehingga
data bersifar BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
a. Uji Mulitkolinearitas
Suatu hubungan linear yang terjadi antar variable independen
disebut dengan hubungan multikolinearitas (Gujarati, 1999). Adapun
untuk mengetahui hubungan tersebut ialah dengan cara meguji model
42
menggunakan uji multikolinearitas. Hal itu dikarenakan, model
regresi terbaik tidak diperbolehkan mempunnyai hubungan antar
variable independennya.
Untuk mengetahuinya menurut Gujarati (1993) dapat dengan
cara melihat nilai probabilistas t statistik dari estimasi output regresi.
Apabila terdapat banyak koefisien yang tidak signifikan maka hal ini
bisa menjadi indikasi awal bahwa terdapat multikolinearitas pada
model yang digunakan. Sedangkan model regresi terbaik haruslah
terbebas dari hubungan tersebut. Oleh karena itu untuk mendeteksi
apakah terdapat hubungan multikolinearitas, dapat dilakukan dengan
menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Apabila nilai VIF >
10 atau tolarence value di bawah 0,10 maka terjadi terjadi korelasi
antar peubah bebas. Akan tatapia apabila nilai VIF di bawah nilai 10
atau tolerance value di atas 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa
model terbebas dari masalah multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Ketika observasi berurutan yang digunakan mempunyai
hubungan antar obeservasinya, maka dikatakan model tersebut
mempunyai masalah autokorelasi (Gujarati, 1993). Adapun
autokorelasi merupakan masalah yang kerap terjadi pada data time
series, namun tidak jarang masalah ini juga muncul pada data lintas
ruang (cross section). Ketidak tepatan fungsi yang dibentuk dan
terjadinya interpolasi data juga bisa menjadi penyebab terjadinya
masalah autokorelasi pada model regresi linear berganda.
Adapun untuk mengetahui hubungan teresebt dapat dilakukan
dengan menggunakan uji autokorelasi pada model. Uji autokorelasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, akan tetapi pada penelitian ini
nantinya peneliti akan menggunakan Breuch Godfrey Serial
Corelation Lagrange LM test atau biasa disebut dengan LM tes.
Apabila hasil menunjukan abhwa terjadi masalah autokorelasi pada
model, maka peneliti dapat melihat variable mana yang sebenarnya
43
tidak berpengaruh terhadap variable dependen dan kemudian
membuangnya, atau dapat dnegan mentransformasi model.
c. Uji Heterokadastisitas
Heterokadastisitas disebabkan oleh nilai residual yang memiliki
hubungan atau pola yang sama. Pola tersebut tidak hanya dibatasi oleh
hubungan linear tapi juga bisa dengan pola yang berbeda. Penaksiran
OLS akan tetapi tidak bias walaupun terdapat hubungan
heterokadastisitas, akan tetapi penaksiran yang dihasilkan sudah tidak
lagi efisien.
Adapun untuk melihat heterokadastitas dapat dilakukan melalui
beberapa cara, akan tetapi uji heterokadastisitas yang nantinya akan
digunakan oleh peneliti ialah melalui uji Breusch-Pagan-Godfrey.
Apabila niliaidari hasil Probabilitas F-stastistic lebih besar dari alpha
yaitu sebesar 0,05 (5%) maka dapat ditarik kesimpulan model sudah
terbebas dari masalah heterokadastisitas.
d. Uji Linearitas
Untuk mengetahui hubungan antara varibel terikat dengan
varibel sudah bebas bersifat linear dapat dilakukan dengan
menggunakan uji linearitas. Adapun Uji linearaitas apda penelitian ini
akan dilakukan denga menggunakan uji Ramsey Reset. Data sudah
bersifat linaer apabila nilai dari hasil probabilitas F hitumg sudah lebih
besar dibandingkan nilai alpha yang digunakan yaitu, 0,05.
e. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan sudah berdistribusi normal atau belum. Pada OLS Uji t dan
Uji F mengansumsikan, bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal, apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak
berlaku (Imam Ghazali dalam Kharis, 2011: 44).
Adapun untuk mengetahuinya apakah residual sudah
berdistribusi normal dapat dilakukan dengan menggunakan uji
44
Jarque-Bera (J-B). Data sudah berdistribusi normal ketika hasil dari
J-B hitung lebih besar dari nilai alpha yang digunakan yaitu sebesar
0,05. Kebalikannya data dikatakan tidak berdistibusi normal apabila
nilai dari hasil J-B hitung lebih kecil daripada alpha yang digunakan
yaitu sebesar 0,05.
2. Pengujian Statistik
Selain melakukan pengujian asumsi klasik, perlu dilakukan juga
pengujan statistic yang bertujuan untuk memastiakan apakah terdapat
pengaruh secara parsial dan juga simultan antara variable indepen terhadap
variable dependen. Adapun pengujian yang dimaksudkan adalah pengujian
simultan yang dilihat berdasarkan nilai signifikansi nilai F pada alpha 0,05
(5%), kemudian pengujian parsial yang dilihat berdasarkan signfikansi nilai
t pada alpha 0,05 (5%) serta determinasi dari nilai adjusted R2 untuk
mengetahui sebesarapa besar kemampuan variable independen mampu
menjelaskan variable dependen.
a. Uji Koefisien Determinasi
Untuk melihat pengaruh dari variasi variable-variabel independen
terhadap variabel dependen dapat dilakukan dengan cara melihat nilai
koefisien determinasinya. Untuk melihat koefeisen determinasi dengan
cara mengukur nilai Adjusted R-squared. Ketika varibel independen
yang digunakan pada penelitian adalah satu maka nilai yang digunakan
untuk mengukur kemampuan suatu model menerangkan varibel
depennya adalah nilai dari R2 namun, apabila varibel indepeden yang
digunakan lebih dari satu maka digunakan nilai adjusted R2 untuk
melihat seberapa besar kemampuan suatu model menerangkan varibel
depennya.
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan atau
bersama –sama terdapat pengaruh antara seluruh variable independen.
Variable-variabel independen akan dikatakan berepengaruh secara
45
bersama-sama terhadap variable dependennya ketika nilai dari hasil
probabilitas F hitung lebih kecil dibandingkan dengan alpha yang
digunkan yaitu sebesar 0,05. Dan bisa juga dikatakan bahwa model
telah layak untuk menjelaskan perubahan yang terjadi pada variable
dependen. Adapun hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
H0 = β1 , β2 > 0,05 Variable-variabel independen yang
digunakan tidak berpengaruh secara simultan
atau bersama-sama terhadap variable
dependen.
H1 = β1 , β2 < 0,05 Variable-variabel independen yang
digunakan berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap variable dependen.
c. Uji T (Uji Parsial)
Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel
dependennya. Variable-variabel independen akan dikatakan
berepengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variable
dependennya ketika nilai dari hasil probabilitas t hitung lebih kecil
dibandingkan dengan alpha yang digunkan yaitu sebesar 0,05. Adapun
hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai berikiut.
1. H0 = β1 > 0,05
Variable independen yang digunakan
(TPAK) tidak berpengaruh secara parsial
atau sendiri- sendiri terhadap variable
dependen (GDPKAP)
H1 = β1 < 0,05
Variable independen yang digunakan
(TPAK) berpengaruh secara parsial atau
sendiri- sendiri terhadap variable dependen
(GDPKAP)
46
2. H0 = β1 > 0,05 Variable independen yang digunakan (RKP)
tidak berpengaruh secara parsial atau sendiri-
sendiri terhadap variable dependen
(GDPKAP)
H1 = β1 < 0,05
Variable independen yang digunakan (RKP)
tberpengaruh secara parsial atau sendiri-
sendiri terhadap variable dependen
(GDPKAP)
47
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang sudah terkumpul,
yaitu diantaranya data tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio
ketergantungan penduduk sebagai varibel independen, dan pertumbuhan
ekonomi perkapita sebagai variabel dependen. Berikut akan dijelaskan
mengenai perkembangan dari variabel-variabel yang sudah disebutkan di atas:
1. Perkembangan Pertumbuahan Ekonomi Perkapita di Indonesai
Periode 1981-2018
Untuk mengetahui sebuah perekonomian sudah berjalan dengan
baik, terdapat satu indikator yang dapat dijadikan cerminan keaadan
perekonomian tersebut yaitu pendapatan nasional yang dapat diketahui
dari nilai Gross Domestic Product (GDP). GDP dijadikan indikator
dikarenakan menurut Sukirno (2005: 35) GPD dapat mengukur
pendapatan seluruh masyarakat yang berada pada perekonomian secara
total, serta mengukur pembelian barang dan jasa hasil dari perekonomian
sebagai total pembelanjaan negara, secara bersamaan.
GDP didefinisikan nilai dari total seluruh output yang berhasil di
produksi oleh suatu suatu negara dalam period waktu tertentu. Akan tetapi
terdapat hal-hal yang tidak disertakan dalam GDP seperti nilai dari seluruh
kegiata yang terjadi pada perekonomian di luar pasar yaitu, distribusi
pendapatam, dan kondisi lingkungan. Sehingga untuk menjadi alternative
yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada rata-
rata penduduk serta standar dari kehidupan masyarakat, dapat diketahui
melalui GDP perkapita. GDP perkapita adalah besaran GDP yang
dibandingkan dengan total populasi yang ada pada suatu negara. Adapun
GDP perkapita di Indonesia terlihat pada Grafik 4.1.
48
Grafik 4.1
Gross Domestic Product (GDP) Percapita Indonesia Tahun 1981-2018
(ribu Dolar Amerika)
Sumber: World Bank, 2018
Dari grafik 4.1 terlihat bahwa GDP perkapita di Indonesia terus
mengalami peningkatan setiap periodenya. Terlihat pada tahun1981 laju
pertumbuhan GDP per kapita di Indonesia adalah sebesar 1298 ribu Dolar
Amerika dan terus meningkat hingga menjadi 4285 ribu Dolar Amerika pada
tahun 2018. Peningkatan yang terus terjadi pada pendapatan perkapita ini
dapat juga dijadikan satu cerminan keadaan perekonomian yang terus
berkembaang menuju kearah yang lebih baik.
Seperti yang telah dikemukan oleh Boediono bahwa suatu
perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung terus mengalami
peningkatan yang sudah tercermin pada GDP per kapita Indonesia di atas.
Akan tetapi bukan berarti pendapatan tersebut harus terus meningkat, sebagai
contoh ketika suatu negara mengalami penurunan ketika terjadi musibah
seperti bencana alam dan polemik dalam ranah politik di negara tersebut yang
bersifat sementara. Selain dikarenakan perekonomian yang kian membaik,
peningkatan GDP perkapita di Indonesia tidak terlepas dari meningkatnya
TPAK yang diiringi dengan penurunan rasio ketergantungan sebagai akibat
dari perubahan demografi di Indonesia.
1298 1387 1708
2220 2144
2524
3122
3824
4285
1 9 8 1 1 9 8 5 1 9 9 0 1 9 9 5 2 0 0 0 2 0 0 5 2 0 1 0 2 0 1 5 2 0 1 8
49
2. Perkembangan Tigkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia
Periode 1981-2018
Salah satu indikator ketenagakerjaan yang digunakan untuk
mencerminkan besaran dari persentase penduduk produktif yang secara
ekonomi sudah mendapat pekerjaan dan berkeja atau yang belum dan
sedang mencari pekerjaan disebut dengan Tingkat partispasi angkatan
kerja atau TPAK. Menurut BPS peningkatan yang terjadi pada persentase
TPAK mencerminkan semakin meningkatnya jumlah ketersediaan tenaga
kerja yang berguna untuk memproduksi output dalam perekonomian.
Bapenas juga berpendapat bahwa TPAK dapat jadikan suatu indikator
yang digunakan untuk melihat seberapa lapangan kerja yang tersedia
mampu menyerap angkatan kerja yang ada. Dapat disimpulkan bahwa
TPAK yang terus meningkat dapat mencerminkan ketersediaan
kesempatan kerja yang semakin meluas.
Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena perubahan
demografi yang mengakibatkan berubahnya proporsi penduduk menurut
umur. Hal tersebut menyebabkan penduduk produktif menjadi mayoritas
penduduk di Indonesia. Dengan menigkatnya penduduk produktif
menyebabkan TPAK di Indonesia juga ikut meningkat. Adapun Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia dapat dilihat pada Grafik
4.2.
50
Grafik 4.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia
Periode 1981-2018 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistika (BPS) Indonesia (2018)
Berdasarkan Grafik 4.2 terlihat bahwa tingkat partisipasi angkatan
kerja di Indonesia terus meningkat setiap periodenya. Pada tahun 1981
TPAK di Indonesia adalah sebesar 64,37 persen yang terus meningkat
hingga tahun 2018 menjadi 69,20 persen. Menurut BAPENAS tenaga
kerja di Indonesia akan mencapai proporsi terbesarnya pada periode 2020
sampai dengan 2030 yang akan berdampak langsung pada meningkatnya
TPAK di Indonesia. Peningkatan yang terjadi pada TPAK di Indonesia
berkaitan langsung dengan perubahan demografi yang sudah terjadi sejak
tahun 1980an hingga saat ini.
Semakin besar TPAK maka semakin besar pula potensi yang
dimiliki oleh Indonesia untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut pemerintah perlu menambah
kembali lapangan-lapangan pekerjaan guna menyerap seluruh tenaga kerja
yang tersedia saat ini, untuk memaksimalkan potensi yang tersedia saat ini.
64.37
65.73
66.33
67.89 67.76 67.83 68.02
69.2069.5
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
1981 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
51
3. Perkembangan Tigkat Rasio Ketergantungan penduduk Periode
1981-2018
United Nation mendefinisikan rasio beban ketergantungan
penduduk sebagai suatu perbandingan antara jumlah penduduk usia 0
sampai 14 tahun dan penduduk usia di atas 65 tahun terhadap penduduk
(produktif) usia 15 sampai 64 tahun BPS, 2012: 15. Mantra dalam Aditia
(2010:35) juga mengatakan semakin rendah tingkat persentase rasio
ketergantungan pada suatu wilayah maka menadakan bahwa semakin baik
pula perekonomian suatu wilayah tersebut. Secara jelas perubahan
persentase rasio ketergantungan penduduk di Indonesia terlihat pada grafik
4.3.
Grafik 4.3
Rasio Ketergantungan Penduduk Total di Indonesia
Periode 1981-2018 (persen)
Sumber: World Bank, 2018
Berdasarkan Grafik 4.3 terlihat bahwa persentase rasio
ketergantungan penduduk Indonesia selalu mengalami penurunnya setiap
periodenya. Pada tahun 1981 persentase rasio ketergantungan di Indonesia
adalah sebesar 79,69 persen, yang berarti setiap 100 orang yang bekerja
mempunyai tanggungan sebanyak 79 orang yang belum dan tidak lagi
produktif. Persentase tersebut terus mengalami penurunan hingga tahun
2018 menjadi 47,95 persen yang berarti setiap 100 orang yang bekerja
79.6974.46
67.2960.82
54.78 53.10 51.04 48.89 47.95
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
1981 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
52
sekarang hanya menanggung sebanyak 48 penduduk yang belum dan tidak
lagi produktif.
Penurunan yang terjadi pada persentase rasio ketergantungan di
Indonesia disebabkan oleh perubahan demografi sebagai hasil dari tren
penurunaan kelahiran di Indonesia. Menurut BPS (2012: 6) rasio
ketergantungan penduduk cenderung sensitif terhadap angka kelahiran,
sehingga semakin tinggi angka kelahiran pada suatu wilayah atau negara
juga akan berpengaruh positif terhadap rasio ketergantungan penduduk,
dan juga sebaliknya semakin rendah angka kelahiran pada suatu negara
atau wilayah maka hal tersebut juga akan berdampak pada penurunan rasio
ketergantungan penduduk, seperti halnya yang terjadi di Indonesia saat ini.
Adapun rasio ketergantungan penduduk Indonesia diramalkan akan berada
pada titik terendahnya pada periode 2020 sampai dengan 2030, hal ini juga
menandakan masuknya Indonesia pada periode puncak bonus demografi
yang disebut dengan window of opportunity.
B. Analisis Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Rasio
Ketergantungan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Guna mengetahui pengaruh parsial dan juga simultan antara tingkat
partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergantungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Digunakanlah Ordinary Least Square
(OLS) sebagai metode untuk mengetahui pengaruh tersebut
a. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model regresi terbaik dan bersifat BLUE, maka
peneliti akan melakukan uji asumi klasik terhadap model persamaan regresi
terlebih dahulu. Apabila saat melakukan pengujian model hasil regegresi
terdapat pelanggaran asumsi maka penelit akan melakukan perbaikan model
sesuai dengan pelanggaran asumi yang terjadi. Adapun uji asumsi klasik
tersebut terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji normalitas, uji
linearitas, dan uji heterokadastisitas sebagai berikut
53
1. Uji Multikolinearitas
Sebelum masuk ke dalam estimasi model, haruslah diketahui
bahwa variable independen yang digunakan pada penelitian ini tidak
berhubungan satu sama lain. Untuk mengetahuinya dapat dilakuka
dengan menggunakan uji multikolinearitas. Model dapat dikatakan
sudag terbebas dari hubungan internal antar variable dependen ketika
hasil dari nilai Variance Inflation Factors (VIF) yang lebih besar dari
10.
Tabel 4.1
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Coefficient
Variance
Uncerterred
VIF
Certerred
VIF
C 5.41E+32 558.2485 NA
TPAK 1.04E+21 553.9624 3.238454
RKP 3.27E+34 122.5278 3.238454
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa nilai dari hasil Variance
Inflation Factors (VIF) yaitu 3.238454, lebih besar dari pada 10 (nilai
(VIF > 10). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubugan antar variable independen yang digunakan pada penelitian ini,
dan model terbebas dari masalah mulitikolinearitas.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
obeservasi beruntun sepanjang waktu yang berkaitan satu sam lain. Pada
Penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji LM
atau lengkapnya Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
54
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation Lm Test
F Statistik 1.880078 Prob. F (2,33) 0.1686
Obs*R Squared 3886978 Prob. Chi Square (2) 0.1432
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Dari tababel 4.2. dapat silihat bahwasanya nilai dari hasil
probabilitas F statistic yaitu 0,1686 sudah lebih besar dari pada nilai
alpha yang sebesar 0,05 (0,1686 > 0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model yang digunakan pada panelitian ini sudah
terbebas dari masalah autokorelasi.
3. Uji Heterokadastisitas
Uji asumsu klasik memiliki asumsi dasar mengenai standar
error, yaitu variance dari error haruslah bersifat konstan. Untuk
mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggunakan uji
heterokadsatisitas. Pada penelitian ini uji heterokadastisitas akan
dilakukan dengan menggunakan Heteroskedasticity Test: Breusch-
Pagan-Godfrey. Varians error dapat dikatakan bersifat konstan apabila
hasil dari nilai probabilitas F statistic lebih besar dibandingkan dengan
nilai alpha yang digunakan yaitu, 0,05. Dan kebalikannya varians error
dikatakan belum bersifat konstan apabila hasil dari nilai probabilitas F
statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha yang digunakan
yaitu, 0,05.
55
Tabel 4.3
Hasil Uji Heterokadastisitas
Heterokedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfey
J. Statistik 0.585570 Prob. F(2,35) 0.5622
Obs* R-Squared 1.230354 Prob. Chi-Square(2) 0.5405
Scaled Explained SS 4.325608 Prob. Chi-Square(2) 0.1150
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa variance error pada model
sudah bersifat konstan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai probabilitas
F statistic yaitu 0,5622 yang sudah lebih besar dibandingkan dengan
nilai alphanya yaitu 0,05 atau (0,5622 > 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model yang digunakan sudah terbebas dari
heterokadastisitas.
4. Uji Linearitas
Variable-variabel independen yang digunakan haruslah bersifat
linear. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Linearitas. Pada penelitian ini uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan Ramsey Reset Test. variable – variable independen sudah
bersifat linear apabila hasil dari nilai probabilitas F statistic sudah lebih
besar dari pada alpha yang digunakan yaitu, 0,05. Dan kebalikannya
variable-variabel belum berhubungan linear apabila hasil dari nilai
probabilitas F statistic masih lebih kecil dari pada alpha yang digunakan
yaitu, 0,05.
56
Tabel 4.4
Hasil Uji Linearitas
Ramsey RESET Test
Value df Probability
t-statistic 0.522384 34 0.6048
F-statistic 0.272885 (1, 34) 0.6048
Likelihood ratio 0.303772 1 0.5815
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Berdasarkn hasil uji linearitas melalui Ramsey RESET Test (lihat
tabel 4.4) terlihat bahwa nilai Prob F hitung lebih besar dari pada alpha
(0.6048 > 0,05). Oleh Karena itu dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan pada penelitian ini sudah memenuhi asumsi
linearitas.
5. Uji Normalitas
Data yang digunakan pada penelituan perlu harus lah berdistrisi
nomal, untuk mengetahuinya maka dapat dilakukan uji normalitas. Hal
tersebut dikarenakan Uji t dan Uji F pada OLS mempunyai asumsi
bahwa, nilai residual mengikuti distribusi normal, uji statistic akan
menjadi tidak berlaku ketika asumsi ini dilanggar (Imam Ghazali dalam
Kharis, 2011: 44). Pada penelitian uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan Jarque-Bera (J-B) Test. Apabila J-B hitung > nilai alpha
0,05 (5%) maka hal tersebut menunjukan bahwa data sudah berdistribusi
normal, dan juga sebaliknya apabila hasil J-B hitung < nilai alpha 0,05
(5%), maka hal tersebut menunjukan bahwa data belum berdistribusi
normal.
57
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800 1000
Series: ResidualsSample 1981 2018Observations 38
Mean -3.53e-13Median -33.26294Maximum 906.5600Minimum -729.9246Std. Dev. 393.5476Skewness 0.422160Kurtosis 2.921674
Jarque-Bera 1.138436Probability 0.565968
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Berdasarkan Grafik 4.1 terihat bahwa nilai dari probabilitas dari
J-B hitung adalah sebesar 0.56596, dibandingkan dengan alpha nilai J-
B hitung lebih besar (0,05 < 0.565968). Dengan demikian dapat ditarik
keisimpulan jika data dalam penelitian ini sudah berdistribusi normal
sehingga Uji t dan juga Uji F akan menghasilkan hasil yang falid.
b. Pengujian Statistik
Model terbaik suatu regresi akan dihasilkan setelah pengujian dasar
asumsi klasik. Peneliti menggunkan analisis ordinary least square untuk
megetahui apakah terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) dan perubahan rasio ketergantungan penduduk terhadap
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia. peneliti menggunakan Eviews. 9
sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun hasil dari
analisis ordinary least square ialah sebegai berikut.
58
Tabel 4.5
Hasil Regresi Liear Berganda
Dependent Varibel: GDPKAP
Method: Least Squares
Date: 12/15/19 Time: 11:12
Sample: 1 38
Included observations: 38
Varibel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.99E+16 2.33E+16 -2.144940 0.0390
TPAK 7.02E+10 3.23E+10 2.174102 0.0365
RKP -4.25E+12 1.81E+12 -2.352965 0.0244
R-squared 0.634592 Mean dependent var 2.31E+14
Adjusted R-squared 0.613712 S.D. dependent var 9.76E+13
S.E. of regression 6.07E+13 Akaike info criterion 66.38698
Sum squared resid 1.29E+29 Schwarz criterion 66.51627
Log likelihood -1258.353 Hannan-Quinn criter. 66.43298
F-statistic 30.39170 Durbin-Watson stat 1.311209
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data sekunder diolah (2019)
Berdasarkan hasil di atas, terdapat hal - hal yang dapat
diinterpretasikan sebagai berikut.
1. Uji Koefisien Determinasi
Untuk melihat pengaruh dari variasi variable-variabel
independen terhadap varibael dependen dapat dilakukan dengan cara
melihat nilai koefisien determinasinya. Untuk melihat koefeisen
determinasi dengan cara mengukur nilai Adjusted R-squared
berdasarkan tabel 4.5. terlihat bahwa Adjusted R-squared mempunyai
nilai sebesar 0.61371. Dengan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa variable independen yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) dan Rasio Ketergantungan Peduduk (RKP) dapat menjelaskan
variable dependenya yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 61,37 persen.
59
Artinya tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergantungan
penduduk dapat menjelaskan variable dependenya yaitu pertumbuhan
ekonomi sebesar 61,37 persen. pertumbuhan ekonomi di Indonesia
adalah sebesar 61,37% sedangkan sisanya 38,63% dijelaskan variabel
lain yang tidak terdapat di dalam model regresi.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan atau
bersama –sama terdapat pengaruh antara seluruh variable independen
yaitu TPAK dan RKP terhadap variable dependen GDPKAP.
Berdasarkan Table 4.5 dapat dilihat bahwa Probabilitas F hitung
memiliki nilai sebesar 0.000000 yang mana lebih kecil dibandingkan
dengan nilai alpha 0,05 (0.000000 < 0,05). Dengan hasil tersebut maka
H0 ditolak. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
independen yakni Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan
Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP) berpengaruh secara bersama-
sama atau simultan terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan
ekonomi (GDPKAP).
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara
parsial atau sendiri-sendiri antara variabel independen Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Rasio Ketergantungan
Penduduk (RPK) terhadap variable dependen pertumbuhan ekonomi
(GDPKAP) di Indonesia. Uji t dapat dilakasanakan dengan
membandingkan hasil nilai dari masing-masing t statisitiknya dengan t
tabel nya, yang dapat dijadikan landasan untuk meneriman ataupun
menolak hipotesis. Adapun nilai t tabel penelitian ini adalah sebesar
2.02619 pada tingkat kepercayaan 0,05.
60
1. Analisis Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai t statisitik TPAK
adalah sebesar 2.174102 dengan nilai probabilitas adalah sebesar
0.0365 atau dapat disimpulkan bahwa t-hitung lebih besar
dibandingkan dengan t-tabel (2.174102 > 2.02619) yang berarti H0
ditolak. Dengan demikian dapat disumpulkan bahwa Tingkat
Partisipasi Angaktan Kerja (TPAK) berpengaruh signfikan dan
berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
(GDPKAP). Dengan nilai koefisien sebesar 7.02E+10, maka setiap
kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 1
persen akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi
(GDPKAP) sebesar 7.02E+10 Dolar Amerika Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siji Song
tahun 2013.
Tenaga kerja merupakan salah satu komponen penggerak
ekonomi yang paling berpengaruh disuatu negara. Menurut adam
Smith tenaga kerja yang terus meningkat akan semakin memacu
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indonesia saat ini sedang
mengalami transisi demografi yang menyebabkan peningkat
terhadap jumlah penduduk usia kerja, peningkatan yang terjadi pada
usia kerja berdampak langsung pada peningkatan tingkat partisipasi
angkatan kerja. Semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja
maka menunjukan semakin besar pula pasokan tenaga kerja (labor
supply) yang tersedia untuk bekerja dalam suatu perekonomian
(BPS, 2018). Dengan semakin besarnya tingkat partisipasi angkatan
kerja, maka semakin kecil angka pengangguran, hal tersebut akan
berdampak pada semakin besar nilai investasi dalam bentuk
tabungan, yang akan meningkatkan pendapatan negara melalui pajak
(seperti pajak penghasilan). Sehingga dengan terjadinya peningkatan
pada tingkat partisipasi angkatan kerja akan menyebabkan kenaikan
61
pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Smith dalam Budiono,
1981).
2. Pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan Tabel 4.5. terlihat bahwa nilai t statisitik variabel
RKP adalah sebesar -2.352965 dengan nilai probabilitas adalah
sebesar 0.0244 yang dapat disimpulkan bahwa t statistik lebih besar
dibandingkan dengan t tabel nya (-2.352965 > 2.02619) yang berarti
H0 ditolak. Dengan demikian dapat disumpulkan bahwa Rasio
Ketergantungan Penduduk (RKP) berpengaruh signfikan dan
berhubugan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
(GDPKAP). Dengan nilai koefisien sebesar -4.25E+12, maka setiap
penurunan persentase Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP)
sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi (GDPKAP) sebesar 4.25E+12 Dolar Amerika. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Minh
Quang Dao tahun 2012.
Perubahan demografi yang diakibatkan tren penurunan angka
kelahiran membuat proporsi setiap kelompok umur ikut berubah.
pada awalnya mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh
penduduk belum produktif (penduduk usia 0-14 tahun) namun
seiring terjadinya transisi demografi di Indonesia menyebabkan
bergesernya mayoritas jumlah penduduk menjadi penduduk
produktif. Dengan mayoritasnya jumlah penduduk produktif dan
menurunya trend kelahiran menyebabkan menurunnya persentase
rasio ketergangungan penduduk di Indonesia. Dengan menurunya
persentase tersebut maka akan meringankan beban yang harus
ditanggung oleh penduduk produktif untuk membiayai penduduk
yang belum dan tidak lagi produktif. Kemudian dengan semakin
rendah rasio ketergantungan pada suatu wiliyah akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, hal tersebut dikarenakan
62
dengan menurunya beban yang harus ditanggung oleh penduduk
produktif maka akan mengangkat potensi pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kegiatan ekonomi melalui tabungan dan investasi
yang lebih tinggi dalam modal fisik (seperti infrastruktur, dan
produksi) dan juga manusia (seperti pencapaian pendidikan yang
lebih tinggi dan pelatihan bagi setiap pekerja muda (Quang Minh
Dao, 2012). Mantra dalam Aditia (2010:35) mengatakan juga
semakin rendah tingkat persentase rasio ketergantungan pada suatu
wilayah maka menadakan bahwa ekonomi suatu wilayah tersebut
semakin baik.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) dan Rasio Ketergantungan Penduduk (RKP) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode tahun 1981 sampai dengan 2018.
Berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan.
1. Tingkat partisipasi angkatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang terlihat berdasarkan nilai prob. t
hitung dari variabel bebas TPAK sebesar 0.0365 yang lebih kecil dari pada
alpha 0,05 (0.0365 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 7.02E+10. Hal
ini berari kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 1 persen akan
meningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 7.02E+10 Dolar Amerika.
2. Rasio ketergantungan penduduk secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang terlihat berdasarkan niai prob. t
hitung variabel bebas RKP adalah sebesar 0.0244 yang juga lebih kecil
dari alpha 0,05 (0.0244 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar -4.25E+12.
Hal ini menunjukan bahwa penurunan yang terjadi pada rasio
ketergantungan penduduk sebesar 1 persen akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 4.25E+12 Dolar Amerika.
3. Tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergantungan secara
bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
yang terlihat dari nilia prob F hitung sebesar 0.000000 yang lebih kecil
dibandingkan dengan alpha (0.000000 < 0,05).
64
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis
hubungan antara tingkat partisipasi angkatan kerja dan rasio ketergantungan
terhadap pertumbuha n ekonomi di Indonesia, maka terdapat beberapa saran
yang direkomendasikan.
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukan progres yang
terus meningkat sehingga memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Akan tetapi terkadang masih
terdapat beberapa periode dimana TPAK mengalami penurunan. Hal
tersebut menandakan bahwa masih terjadi kekurangan lapangan kerja
untuk menampung jumlah angakatan kerja yang tersedia. Oleh karena
itu pemerintah dan lembaga terkait diharapkan untuk dapat membuka
lapangan pekerjaan lebih banyak lagi, untuk menampung angkatan kerja
yang tersedia. Pemerintah disarankan untuk memperbanyak balai-balai
pelatihan ataupun seminar-seminar kewirausahaan, dan bantuan
pinjaman modal usaha untuk para entrepreneur muda yang ingin
membuka usaha sendiri sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan
baru dan membantu menyerap angkatan kerja yang tersedia.
2. Dengan rasio ketergantungan yang terus menurun, maka semakin
meningkatkan potensi yang dimilki oleh Indonesia untuk terus
meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Guna memaksimalkan
penurunan rasio ketergantungan tersebut maka di harapkan pemerintah
lembaga terkait diharapkan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan,
meningkatkan investasi di bidang pendidikan dengan cara menambah
sekolah menengah kejurusan, pendidikan vokasi, sarana-sarana lab
baru, program intership, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, dan
memberikan beasiswa untuk murid berprestasi, terlebih lagi untuk murid
yang kurang mampu agar tetap melanjutkan jenjang pendidikannya.
Selain itu, fasilitas dibidang kesehatan juga harus lebih ditingkatkan
kembali, seperti meningkatkan jumlah dan kualitas dari rumah sakit,
puskesmas, dan posyandu, menambah jumlah tenaga mendis dan
65
spesialis, meningkatkan kualitas lab kesehatan, serta memperbanyak
loket BPJS disetiap rumah sakit. Hal tersebut dibutuhkan agar Indonesia
dapat memaksimalkan window of opportunity dengan para SDM yang
produktif dan berkualitas.
3. Sebagai negara dengan total penduduk yang begitu besar, ditambah
dengan penduduk produktif yang mendominasi peneliti menyarakan
untuk pemerintah menggunakan strategi berupa pembangunan manusia
yang berbasis individu atau kapabilitas, untuk memfungsikan potensi
yang ada pada setiap manusia agar berkembang secara maksimal,
sehingga mereka dapat mencapai pencapaian tertinggi dalam hidupnya.
Dengan cara peningkatan layanan kesehatan seperti menambah rumah
sakit dan puskesmas, mempermudah akses untuk layanan kesehatan,
memberikan pendidikan yang sesuai dengan minat siswa, dan
menambah jurusan-jurusan keahlian (vokasi) baru yang mendukung
minat siswa, serta jaminan sosial khususnya bagi warga miskin, dan
memberikan beasiswa untuk murid-murid yang berpretasi. Terkahir,
memberikan dukungan penuh untuk setiap anak dapat meraih cita-
citanya tanpa harus selalu berorientasi kepada profit. Selanjutnya, ketika
dia mencapai capaian tertinggi dalam hidupnya, mereka bisa menjadi
SDM yang lebih kreatif dan produktif yang nantinya akan memberikan
dampak lebih besar kepada perekonomian. Karena pembangunan
manusia mempunyai hubungan simultan yang saling mempengaruhi
terhadap pertumbuhan ekonomi (Amartya Sen dalam Remi, 2017: 18).
66
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri moertiningsih dan Samosir Omas Bulan. (2004). Dasar-Dasar
Demografi. Salemba Empat, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Adioetomo, Sri moertiningsih dan Samosir Omas Bulan. (2010). Dasar-Dasar
Demografi Edisi 2. Salemba Empat, Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Aditia, Amy Purwa. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Demografi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008. [Skripisi]. Semarang: Universitas Diponogoro.
Agus, Andi Nurul Adiana Reksi. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bonus
Demografi di Indonesia Periode 2010-2014. [Skripsi]. Makasar:
Universitas Hasanudiin.
Athifah, Ayu. (2018). Pengaruh Variebel-Variabel Demografi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa. [Skripsi]. Jakarta: Universitas
UIN Syarif Hidayatullah.
Badan Pusat Statistik. (2012). “Bonus Demografi dan Pertumbuhan Ekonomi”.
BPS: Analisis statistik sosial.
Boediono. (1981). Teori pertumbuhan ekonomi. Yogyakarta, BPE UGM.
Boediono. (1992). Teori pertumbuhan ekonomi. Yogyakarta, BPE UGM.
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometri dasar. Jakarta: Erlangga.
Hardiani, Junaidi. (2009). Dasar-Dasar Teori Ekonomi Kependudukan. Hamada
Prima.
Jati, Wasisto Raharjo. (2015). Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan
Ekonomi: Jendela Peluang atau Jendela Bencana di Indonesia?.
Populasi Volume 23 No. 1.
Jighan. (2014). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
67
Junaidi, Hardiani. (2009). Dasar-Dasar Teori Ekonomi Kependudukan. Hamada
Prima.
Kharis, Muh Mahdi. (2011). Pengaruh Faktor-Faktor Kependudukan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pemalang. [Skripsi]. Semarang:
Universitas Diponogoro.
Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw N, Gregory. (2006). Makro Ekonomi. Jakarta: erlangga.
Mantra, Ida Bagoes. (2004). Demografi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Minh Quang Dao. (2012). Population and Economic Growth in Developing
Countries. International Journal of Academic Research in Business and
Social Sciences.
Novrantyo, Bilal. (2016). Pengaruh Faktor Demografi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Rahardja, Pratama. (2004). Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Remi, Sutyastie Soemitro. (2017). Strategi Optimalisasi Bonus Demografi Jawa
Barat. Program Academic Leadership Grant 1-1-6. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Rosyetti. (2009). Studi Keterkaitan Pertumbuhan Penduduk dengan Pembangunan
Ekonomi di Kabupaten Kuantan Singing. Jurnal Ekonomi Vol.17 No.
Rusli, Said. (2012). “Pengantar Ilmu Kependudukan”. LP3ES.
Sari, Vivi Ningtia. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Tenaga Kerja, dan
Rasio Beban Tanggungan Penduduk Terhadap Pertumbuahn Ekonomi
Provinsi Lampung. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
68
Siregar, Kemal N. dan Agus Suwando. (1992). Transisi Demografi di Indonesia;
Seabad?. Media Libangkes Vol. II No. 01/1992.
Song, Sijia. (2013). Demographic Changes and Economic Growth: Empirical
Evidence from Asia. Honors Projects. Paper 121.
Sukirno, Sadono. (2006).
Suliastiana, Ineu dkk. (2017). Model Vector Auto Regretion (VAR) and Vector
Error Correction Model (VECM) Approach for Inflation Relation
Analysis, Gross Regional Domestic Product (GDP), World Tin Price,
Bi Rate and Rupiah Exchange Rate. IJBE: Integrated Journal of
Busneess and Econoemics.
Syamsuddin, H. (2013). Analisis Pengaruh Faktor Kependudukan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika
Vol. 1 No. 7.
Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Wilopo, Siswanto Agus. (1995). Transisi demografi dan Pembangunan
Bekelanjutan. Populasi, 6(1) ISSN: 0853-0262.
69
LAMPIRAN
A. Lampiran I: Hasil Estimasi Ordinary Least Square (OLS)
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil uji multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 12/15/19 Time: 11:12
Sample: 1 38
Included observations: 38 Coefficient Uncentered Centered
Varibel Variance VIF VIF C 5.41E+32 5582485. NA
TPAK 1.04E+21 5539624. 3.238454
RKP 3.27E+24 122.5278 3.238454
b. Hasil uji autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.880078 Prob. F(2,33) 0.1686
Obs*R-squared 3.886978 Prob. Chi-Square(2) 0.1432
Test Equation:
Dependent Varibel: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/15/19 Time: 11:13
Sample: 1 38
Included observations: 38
Presample missing value lagged residuals set to zero. Varibel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.22E+16 2.36E+16 -0.517321 0.6084
TPAK 1.70E+10 3.28E+10 0.517715 0.6081
RKP 6.46E+11 1.81E+12 0.357474 0.7230
RESID(-1) 0.312602 0.183525 1.703322 0.0979
RESID(-2) 0.088754 0.182241 0.487015 0.6295 R-squared 0.102289 Mean dependent var 7.521382
Adjusted R-squared -0.006525 S.D. dependent var 5.90E+13
S.E. of regression 5.92E+13 Akaike info criterion 66.38434
Sum squared resid 1.16E+29 Schwarz criterion 66.59981
Log likelihood -1256.302 Hannan-Quinn criter. 66.46100
F-statistic 0.940039 Durbin-Watson stat 1.938094
Prob(F-statistic) 0.453049
70
c. Hasil uji heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.585570 Prob. F(2,35) 0.5622
Obs*R-squared 1.230354 Prob. Chi-Square(2) 0.5405
Scaled explained SS 4.325608 Prob. Chi-Square(2) 0.1150
Test Equation:
Dependent Varibel: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/15/19 Time: 11:20
Sample: 1 38
Included observations: 38 Varibel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.58E+30 3.84E+30 0.672842 0.5055
RKP -3.07E+26 2.98E+26 -1.029194 0.3104
TPAK -3.56E+24 5.32E+24 -0.669777 0.5074 R-squared 0.032378 Mean dependent var 3.39E+27
Adjusted R-squared -0.022915 S.D. dependent var 9.90E+27
S.E. of regression 1.00E+28 Akaike info criterion 131.8602
Sum squared resid 3.51E+57 Schwarz criterion 131.9894
Log likelihood -2502.343 Hannan-Quinn criter. 131.9062
F-statistic 0.585570 Durbin-Watson stat 2.029030
Prob(F-statistic) 0.562150
d. Hasil uji linearitas
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: GDPCAP C TPAK RKP
Omitted Varibels: Squares of fitted values Value df Probability
t-statistic 0.522384 34 0.6048
F-statistic 0.272885 (1, 34) 0.6048
Likelihood ratio 0.303772 1 0.5815 F-test summary:
Sum of Sq. df Mean
Squares
Test SSR 0.080555 1 0.080555
Restricted SSR 10.11726 35 0.289064
Unrestricted SSR 10.03670 34 0.295197 LR test summary:
Value df
Restricted LogL -28.77613 35
Unrestricted LogL -28.62425 34
Unrestricted Test Equation:
71
Dependent Varibel: GDPCAP
Method: Least Squares
Date: 12/15/19 Time: 11:18
Sample: 1 38
Included observations: 38 Varibel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3336.217 6641.676 0.502316 0.6187
TPAK -0.005182 0.010367 -0.499863 0.6204
RKP 0.595747 1.192360 0.499637 0.6205
FITTED^2 0.352153 0.674125 0.522384 0.6048 R-squared 0.353873 Mean dependent var 32.93503
Adjusted R-squared 0.296861 S.D. dependent var 0.647941
S.E. of regression 0.543320 Akaike info criterion 1.717066
Sum squared resid 10.03670 Schwarz criterion 1.889443
Log likelihood -28.62425 Hannan-Quinn criter. 1.778396
F-statistic 6.207071 Durbin-Watson stat 2.022745
Prob(F-statistic) 0.001768
e. Hasil uji normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800 1000
Series: ResidualsSample 1981 2018Observations 38
Mean -3.53e-13Median -33.26294Maximum 906.5600Minimum -729.9246Std. Dev. 393.5476Skewness 0.422160Kurtosis 2.921674
Jarque-Bera 1.138436Probability 0.565968
72
2. Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda (output OLS)
Dependent Varibel: GDPKAP
Method: Least Squares
Date: 12/15/19 Time: 11:12
Sample: 1 38
Included observations: 38 Varibel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.99E+16 2.33E+16 -2.144940 0.0390
TPAK 7.02E+10 3.23E+10 2.174102 0.0365
RKP -4.25E+12 1.81E+12 -2.352965 0.0244 R-squared 0.634592 Mean dependent var 2.31E+14
Adjusted R-squared 0.613712 S.D. dependent var 9.76E+13
S.E. of regression 6.07E+13 Akaike info criterion 66.38698
Sum squared resid 1.29E+29 Schwarz criterion 66.51627
Log likelihood -1258.353 Hannan-Quinn criter. 66.43298
F-statistic 30.39170 Durbin-Watson stat 1.311209
Prob(F-statistic) 0.000000
B. Lampiran II: Data Penelitian
TAHUN GDPKAP TPAK RKP
1981 1298.06599 63,37 79.69
1982 1296.895792 64,93 78.54
1983 1320.9919 65,21 77.29
1984 1382.393834 65,36 75.92
1985 1386.732772 65,73 74.46
1986 1438.627538 66,43 73.22
1987 1480.2316 66,68 71.80
1988 1536.505766 66,89 70.28
1989 1621.121658 66,04 68.76
1990 1707.818355 66,33 67.29
1991 1794.422812 65,92 65.93
1992 1878.973044 66,29 64.68
1993 1968.416471 65,6 63.46
1994 2083.362417 66,75 62.18
1995 2220.07695 67,89 60.82
1996 2358.119807 66,85 59.66
1997 2433.340736 66,32 58.39
1998 2084.142881 66,91 57.07
1999 2071.524683 67,22 55.84
73
TAHUN GDPKAP TPAK RKP
2000 2143.659504 67,76 54.78
2001 2191.574177 68,6 54.35
2002 2259.307704 67,76 54.01
2003 2335.594045 67,86 53.71
2004 2420.397182 67,55 53.42
2005 2524.222424 68,02 53.10
2006 2627.905245 66,74 52.41
2007 2757.89367 66,6 51.89
2008 2885.309275 67,33 51.51
2009 2979.004714 67,6 51.24
2010 3122.362815 67,83 51.04
2011 3270.61949 70,01 50.53
2012 3421.27352 69,59 50.13
2013 3563.299864 69,15 49.77
2014 3692.973446 69,17 49.36
2015 3824.274885 69,5 48.89
2016 3968.055911 68,06 48.71
2017 4120.428561 69,02 48.36
2018 4284.652535 69,20 47.95