analisis jenis-jenis gaya bahasa dalam novel hujan · kalimat, dan paragraf yang mengandung unsur...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS JENIS-JENIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL HUJAN
KARYA DARWIS TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Mustari Peka Suban
131224056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Lewo Tana.
Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukung saya.
Keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Kesuksesan bukan akhir, kegagalan bukan hal yang fatal, hal itu adalah keberanian untuk melanjutkan apa yang penting
(Winston Churcill)
Lakukan yang terbaik, sampai kita tidak bisa menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi
(Magdalena Neuner)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Suban, Mustari Peka. 2018. Analisis Jenis-Jenis Gaya Bahasa Dalam Novel
Hujan Karya Darwis Tere Liye. Skripsi. PBSI. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan analisis jenis-jenis gaya
bahasa dalam novel Hujan karya Darwis Tere Liye
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian ini
berupa kata, frasa, kalimat atau paragraf dalam novel Hujan. Prosedur
pemerolehan data dilakukan dengan cara membaca, mencatat kata, frasa, klausa,
kalimat, dan paragraf yang mengandung unsur gaya bahasa dalam kartu data.
Prosedur analisis data dilakukan dengan cara menggolongkan data berdasarkan
jenis gaya bahasa, menelaah satu per satu data dan mencocokkan dengan teori,
kemudian mendeskripsikan data yang telah ditelaah.
Penelitian ini menemukan gaya bahasa perbandingan (perumpamaan,
metafora, personifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifasis,
antisipasi atau prolepsis), gaya bahasa pertentangan (hiperbola, litotes, oksimoron,
silepsis, satire, paradoks, klimaks atau anabasis, hiperbaton atau histeron, sinisme,
sarkasme), gaya bahasa pertautan (sinekdoke, alusi, antomasia, erotesis,
paralelisme, ellipsis, asindenton, dan polisindeton), gaya bahasa perulangan
(anafora) yang terdapat dalam novel Hujan karya Darwis Tere Liye.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan gaya bahasa memiliki
peranan yang sangat penting dalam bangunan cerita novel Hujan. Gaya bahasa
menjadi sarana penulis memberi penekanan tertentu terhadap persoalan yang ingin
disampaikan oleh penulis, memperkuat kesan pembaca terhadap suatu peristiwa
atau karakter tokoh dalam cerita, menghidupkan cerita, dan memperindah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACK
Suban, Mustari Peka. 2018. Analysis the Types of Language Style in Hujan
Novel by Darwis Tere Liye. Thesis. PBSI. Sanata Dharma University.
Yogyakarta.
This research aims to describe analysis the types of language style in
Hujan novel by Darwis Tere Liye.
This research used a qualitative approach. The object of this research is a
word, phrase, sentence or paragraph in Hujan novel. Data acquisition procedure is
by reading, noting words, phrases, clauses, sentences and paragraph that contain
elements of the language style in the data card. The data analysis procedure is
done by classifying the data based on the type of language style, studying one by
one data and matching with the theory, then describing the data already in the
study.
This research finds comparative language style (metaphorical,
personification, allegory, antithesis, pleonasme and tautology, peripasis,
anticipatory or pro-lepsis), contention language style (hyperbole, litotes,
oxymoron, silepsis, satire, paradox, climax or anabasis, hyperbaton or hysteria,
cynicism, sarcasm), interlaced language style (sinekdoke, allusion, antomasia,
erotesis, parallelism, ellipsis, asindenton, and polysindeton), the iteration language
style (anaphora). In Hujan novel by Darwis Tere Liye.
Based on the result of data analysis and discussion of the language style has a
very important role in Hujan novel story. The language style becomes the means of the
author gives a certain emphasis on the issues to be delivered by the author, reinforce the
readers impression of an event or character figures in the story, liven up the story and
beautify the story.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena kasih-Nya yang begitu besar,
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak ini.
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Budiman Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma yang
telah memberi izin penulis skripsi ini serta selalu memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian, dan perhatian membimbing dan mendampingi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd dan Rishe Budiman Dewi, S.Pd., M.Hum,
selaku pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama
menempuh studi.
5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di
Universitas Sanata Dharma yang telah berjerih payah memberikan seluruh
tenaga, ilmu, dan perhatian kepada penulis selama menempuh studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACK ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.5 Batasan Istilah ................................................................................... 5
1.5.1 Majas ..................................................................................... 5
1.5.2 Novel ..................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8
2.1 Penelitian Relevan .............................................................................. 8
2.2 Kajian Teori ..................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian majas ................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.2 Jenis - Jenis Majas ............................................................... 11
2.2.2.1 Majas Perbandingan ................................................ 11
2.2.2.2 Majas Pertentangan ................................................. 15
2.2.2.3 Majas Pertautan ....................................................... 23
2.2.2.4 Majas Perulangan .................................................... 28
2.2.2.5 Segi Nonbahasa ........................................................ 33
2.2.2.6 Segi Bahasa .............................................................. 35
2.2.3 Novel ................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 39
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 39
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ...................................................... 39
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 40
3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................... 40
3.5 Triangulasi Hasil Analisis Data ......................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42
4.1 Deskripsi Data .................................................................................... 42
4.1.1 Majas Perbandingan ................................................................ 43
4.1.2 Majas Pertentangan .................................................................. 43
4.1.3 Majas Pertautan ....................................................................... 44
4.1.4 Majas Perulangan .................................................................... 44
4.2 Analisis Data ...................................................................................... 45
4.2.1 Majas Perbandingan ................................................................ 45
4.2.2 Majas Pertentangan .................................................................. 49
4.2.3 Majas Pertautan ....................................................................... 54
4.2.4 Majas Perulangan .................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 59
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 59
5.2 Saran ............................................................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Pemakaian Gaya Bahasa
Dalam Novel HUJAN Karya Darwis Tere Liye ............................. (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan wadah komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra bukan
hanya cerita khayal semata tetapi salah satu media yang menjembatani hubungan
realita dan fiksi. Dalam kenyataannya, karya sastra bukan hanya berdasarkan
imajinatif saja. Karya sastra terinspirasi dari kenyataan dan imajinatif. Sebagai
sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai
permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan
kembali melalui sarana fiksi menurut pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai
masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama
interaksinya dengan diri sendiri dan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog,
kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Selain itu,
fiksi juga merupakan karya imajinatif yang di landasi kesadaran dan tanggung
jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni Nurgiyantoro (2007:2-3).
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa di samping cerpen.
Sebagai karya sastra, novel mempunyai peranan penting dalam menyampaikan
ide, gagasan, pengalaman, dan keyakinan pengarang. Novel tidak bergaya padat
seperti cerpen karena novel memiliki ruang lebih untuk menggambarkan setiap
situasi di dalamnya secara penuh Stanton (2007:104).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar atau
merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi
merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur- unsur yang padu Suharto
(2002:43).
Majas merupakan salah satu unsur utama dalam penciptaan karya sastra.
Melalui majas pengarang dapat membuat pembaca larut dalam karya sastra
sehingga dapat menggugah rasa keindahan berbahasa kepada pembaca. Keraf
(2010:113) menyatakan bahwa majas adalah pengungkapan pikiran melalui jiwa
secara khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian penulis. Pemajasan (figura of
thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggunaan bahasa,
pengayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata
yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna tersirat.
Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa indah yang
dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang
lebih umum. pendek kata pengunaan majas tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Tarigan (2013:6) membagi majas menjadi empat
yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, majas
perulangan.
Novel Hujan adalah novel romansa berbalut science fiction karya Darwis
Tere Liye. Novel Hujan yang ditulis singkat seperti yang dikutip disini Tentang
Persahabatan, Tentang Cinta, Tentang Perpisahan, Tentang Melupakan, Tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Hujan. Singkat namun membuat penasaran untuk membacanya. Novel ini pun
terbit Januari 2016, pada saat musim hujan sehingga tema yang diangkat pun
cukup tepat sesuai dengan cuaca dan iklim pada saat novel ini diluncurkan. Novel
ini berlatar bumi pada tahun 2050. Berawal dari seorang anak gadis bernama Lail
yang mendatangi sebuah pusat terapi saraf untuk menghilangkan kenangan pahit
dalam hidupnya dengan menggunakan teknologi canggih pada masa itu. Terapi
pun dimulai dengan memindai peta seluruh saraf otak Lail dengan ditemani
seorang fasilitator bernama Elijah. Lail harus menceritakan kisahnya dan
menjawab pertanyaan Elijah. Kisah novel ini pun dimulai dari sini dengan alur
maju-mundur.
Setelah membaca novel ini, Peneliti menemukan bahwa novel Hujan
menggunakan berbagai jenis gaya bahasa. Misalnya,
1. Dibandingkan penampilan Claudia, mereka akan terlihat akan seperti
seorang putri dan dua kurcaci Liye (2016:167).
2. Bagian bawah tangga darurat mulai runtuh, seperti remah roti yang
terlepas dan terus menjalar ke atas Liye (2016:28).
Contoh (1) mengunakan gaya bahasa alegori. Gaya bahasa alegori
menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.Tarigan
(2013:24). Dalam contoh tersebut gaya bahasa alegori di tunjukan dengan kata
“seorang putri dan dua kurcaci” dikisahkan sebagai lambang dongeng putri salju
dan tuju kurcaci. Contoh (2) menggunakan gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa
hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan
dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Dalam contoh tersebut gaya bahasa hiperbola terlihat pada penggunaan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang berlebihan sifatnya dalam menerangkan kehancuran tangga darurat. Novel
Hujan banyak mempunyai gaya bahasa, inilah suatu alasan peneliti mengambil
judul Analisis Jenis-Jenis Gaya Bahasa Dalam Novel Hujan Karya Darwis Tere
Liye.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti
adalah Jenis-jenis majas apa saja yang digunakan dalam novel Hujan karya
Darwis Tere Liye?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan diteliti
adalah mendeskripsikan jenis-jenis majas dalam novel Hujan karya Darwis
Tere Liye.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
majas. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga memberikan informasi
tentang pemakaian gaya bahasa dalam novel Hujan karya Darwis Tere
Liye.
1.4.2 Secara praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah,
bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan
tentang majas dalam novel Hujan karya Darwis Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang jenis- jenis
majas. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi acuan atau tinjauan
pustaka bagi pengembangan penelitian yang sejenis.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Majas
majas adalah pengungkapan pikiran melalui jiwa secara khas yang
memperlihatkan jiwa kepribadian penulis. Pemajasan (figura of thought)
merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggunaan bahasa,
pengayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah
kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan,
makna tersirat Keraf (2010:113).
Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. pendek kata pengunaan gaya
bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Tarigan (2013:6) membagi majas menjadi empat yaitu majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, majas perulangan.
1.5.1.1 Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain.
1.5.1.2 Majas pertautan adalah majas yang menautkan atau
menghubungkan sesuatu hal dengan sesuatu hal yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5.1.3 Majas pertentangan adalah majas yang mengandung unsur
pertentangan antara sesuatu yang akan dinyatakan dengan situasi
yang sesungguhnya.
1.5.1.4 Majas perulangan adalah majas yang mengandung unsur
perulangan bunyi, kata, suku kata, kata atau frase ataupun bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai.
1.5.2 Novel
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa di samping
cerpen. Sebagai karya sastra, novel mempunyai peranan penting dalam
menyampaikan ide, gagasan, pengalaman, dan keyakinan pengarang.
Novel tidak bergaya padat seperti cerpen karena novel memiliki ruang
lebih untuk menggambarkan setiap situasi di dalamnya secara penuh
Stanton (2007:104).
Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar
atau merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca,
tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur- unsur yang
padu Suharto (2002:43).
1.6 Sistematika Penyajian
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, ruang lingkup penelitian,
sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang meliputi tinjauan
tentang penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori. Bab III berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek penelitian,
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi deskripsi data
penelitian dan hasil analisis data. Bab V berisi penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Relevan
Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Bonifasius Martinus Bulu 2015. Judul penelitian ini adalah “Jenis-jenis Gaya
Bahasa Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer dan
Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA Kelas XII.”
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan “jenis-jenis gaya bahasa dalam
novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer serta relevansinya
dengan pembelajaran Sastra Indonesia di SMA kelas XII.” Penelitian ini
menemukan gaya bahasa perbandingan (perumpaan, metafora, personifikasi,
antitesis, pleonasme, perifrasis, dan antisipasi), gaya bahasa pertentangan
(hiperbola, litotes, oksimoran, zeugma, paradoks, klimaks, antiklimaks,
apostrof, anastrof, sinisme, dan sarkasme), gaya bahasa pertautan
(metonomia, sinekdoke, alusi, eufimisme, antonomasia, erotesis, paralelisme,
asidenton, dan polisideton), gaya bahasa perulangan (antanaklis, kiasmus,
epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, mesodilopsis, epanalepsis, dan
anadiplosis).
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anjelina Melissa Yuliyanto 2013. Judul penelitian ini adalah “Daya Bahasa
dalam Gaya Bahasa pada Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer.”
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan “daya bahasa yang
terungkap melalui gaya bahasa dalam novel Arok Dedes karya Pramoedya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Ananta Toer.” Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan yang berusaha
mendeskripsikan data yang berupa kata-kata dalam suatu dokumen.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Sumber data
penelitian adalah novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer.
Sedangkan data penelitian ini adalah kalimat dan tautan yang terdapat dalam
novel yang menggunakan gaya bahasa yang diduga mengandung daya
bahasa.
Penelitian ini memiliki relevansi dengan kedua penelitian di atas.
Bonifasius Martinus Bulu meneliti jenis-jenis gaya bahasa dalam Novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dan relevansinya dengan
pembelajaran sastra indonesia di SMA kelas XII dan Anjelina Melissa
Yuliyanto meneliti daya bahasa dalam gaya bahasa pada Novel Arok Dedes
karya Pramoedya Ananta Toer. Sejauh pengamatan peneliti, hal yang
membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada
novel dan pembelajarannya. Penelitian berjudul Analisis Jenis-Jenis Gaya
Bahasa dalam Novel Hujan Karya Darwis Tere Liye masi relevan dan masi
berguna untuk diteliti lebih lanjut.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pengertian majas
Ada beberapa pengertian tentang majas yang dikemukakan oleh
para ahli. Menurut Keraf (2010:113) majas adalah cara pengungkapan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa). Persoalan majas meliputi semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan
kalimat, bahkan mencakup sebuah wacana secara keseluruhan, malahan
nada yang tersirat di balik sebuah wacana termasuk pula sebagai persoalan
gaya bahasa Keraf (2010:112).
Keraf (2010:112) membagi jenis- jenis majas menjadi dua yaitu
dari segi non bahasa dan dari segi bahasa. Dari segi non bahasa, majas
dibagi menjadi tujuh yaitu gaya bahasa berdasarkan (1) pengarang, (2)
masa, (3) medium, (4) subyek, (5) tempat, (6) hadirin, dan (7) tujuan. Dari
segi bahasa, gaya bahasa dibagi menjadi empat yaitu (1) berdasarkan
pilihan kata, (2) nada yang terkandung dalam wacana, (3) struktur kalimat,
(4) langsung tidaknya makna.
Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. pendek kata pengunaan
majas tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Tarigan (2013:6) membagi majas menjadi empat yaitu majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, majas perulangan.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat dilihat perbedaan dalam
penggunaan istilah dan pengkategorian. Keraf menambahkan satu kategori
yaitu majas perulangan yang dalam majas berdasarkan struktur kalimat.
Sedangkan Tarigan membagi majas menjadi empat yaitu majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
majas adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara tersirat
atau kias dengan tujuan meningkatkan efek, suasana, dan kesan tertentu
atau memperindah penuturan.
2.2.2 Jenis-jenis Majas
Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pengunaan majas tertentu
dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Tarigan membagi
majas menjadi empat yaitu majas perbandingan, majas pertentangan,
majas pertautan, maja perulangan.
2.2.2.1 Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Jenis-jenis majas perbandingan
yaitu :
2.2.2.1.1 Gaya Bahasa Perumpamaan
Gaya bahasa Perumpamaan adalah perbandingan dua hal
yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap
sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian
kata seperti, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, dan
penaka, Tarigan (2013:9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Contoh
seperti air dengan minyak
ibarat mengejar bayangan
2.2.2.1.2 Gaya Bahasa Metafora
Gaya Bahasa Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan
arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan, Tarigan (2013:15).
Contoh
Nani jinak-jinak merpati
Ali mata keranjang
2.2.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Gaya Bahasa Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau sesuatu yang tidak
bernyawa memiliki sifat kemanusiaan, Tarigan (2013:17).
Contoh
Pepohonan tersenyum riang
Mentari mencubit pipiku
2.2.2.1.4 Gaya Bahasa Depersonifikasi
Gaya Bahasa Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang
membedakan manusia dengan benda mati, Tarigan (2013:21).
Contoh
Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah
Kalau dikau menjadi samudera, maka daku menjadi bahtera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.2.1.5 Gaya Bahasa Alegori
Gaya Bahasa Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam
lambang-lambang, merupakan metafora yang diperluas dan
berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-
gagasan yang diperlambangkan, Tarigan (2013:24)
Contoh
Kancil dengan buaya.
Kancil dengan harimau.
2.2.2.1.6 Gaya Bahasa Antitesis
Gaya Bahasa Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang
mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim
yaitu kata-kata yang mengandung semantik yang bertentangan,
Tarigan (2013:27).
Contoh
Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
Gadis yang secantik si Ida diperistri oleh si Dedi yang jelek itu.
2.2.2.1.7 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi
Gaya Bahasa Pleonasme adalah pemakaian kata yang
mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti menurut
sepanjang adat; saling tolong-menolong), Tarigan (2013:29).
Contoh
Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
Kami telah memikul peti jenazah itu di atas bahu kami sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2.2.1.8 Gaya Bahasa Perifrasis
Gaya Bahasa Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang
mirip dengan pleonasme, namun pada perifrasis kata-kata yang
berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata
saja,Tarigan (2013:31).
Contoh
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan
kepada gadis desa itu. (cinta).
Saya menerima segala saran, petuah, petunjuk yang sangat
berharga dari Bapak Lurah. (nasihat).
2.2.2.1.9 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
Gaya Bahasa Antisipasi atau prolepsis adalah sejenis gaya
bahasa yang mempunyai makna ‘mendahului’ atau ‘penetapan
yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau
akan terjadi”. Tarigan (2013:33).
Contoh
Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah
dari Bapak Bupati.
Jelas seluruh kaum kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol
dijebloskan ke dalam penjara karena terlibat perjualan ganja.
2.2.2.1.10 Gaya Bahasa Koreksi atau Epanortosis
Gaya Bahasa Koreksi atau epanortosis adalah adalah gaya
bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah,
Tarigan (2013:34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Contoh
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh
ribu rupiah.
2.2.2.2 Majas Pertentangan
majas pertentangan adalah majas yang mengandung unsur
pertentangan antara sesuatu yang akan dinyatakan dengan situasi
yang sesungguhnya.
2.2.2.2.1 Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya Bahasa Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya,
ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan
kesan dan pengaruhnya, Tarigan (2013:55).
Contoh
Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti
kelaparan.
Tabunganya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya
berhektar-hektar. sebagai pengganti dia orang kaya.
2.2.2.2.2 Gaya Bahasa Litotes
Gaya Bahasa Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang
sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri, Tarigan (2013:58).
Contoh
Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Hasil usahanya tidaklah mengecewakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.2.2.3 Gaya Bahasa Ironi
Gaya Bahasa Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan
makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok, Tarigan
(2013:61).
Contoh
Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas
bertebaran di lantai.
O, kamu cepat bangun baru jam sembilan pagi sekarang ini.
2.2.2.2.4 Gaya Bahasa Oksimoron
Gaya Bahasa Oksimoron adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frase yang sama, Tarigan (2013:63).
Contoh
Olahraga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat
berbahaya.
Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan manusia
tetapi dapat juga memusnahkannya.
2.2.2.2.5 Gaya Bahasa Paranomasia
Gaya Bahasa Paranomasia adalah gaya bahasa yang berisi
penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain,
Tarigan (2013:64).
Contoh
Oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung
hatimu.
Di samping menyukai susunan indah, saya pun mendambakan
susunan indah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.2.2.6 Gaya Bahasa Paralipsis
Gaya Bahasa Paralipsis adalah gaya bahasa yang
merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk
menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat
dalam kalimat itu sendiri, Tarigan (2013:66).
Contoh
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, (maaf)
bukan maksud saya mengabulkannya.
Biarlah masyarakat mendengar wasiat itu, (maaf) maksud saya
membacanya.
2.2.2.2.7 Gaya Bahasa Zeugma
Gaya Bahasa Zeugma adalah gaya bahasa yang
menggunakan gabungan gramatikal dua buah kata yang
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan, Tarigan
(2013:68).
Contoh
Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.
2.2.2.2.8 Gaya Bahasa Silepsis
Gaya Bahasa Silepsis adalah gaya bahasa yang
mengandung konstruksi gramatikal yang benar, tetapi secara
semantik tidak benar, Tarigan (2013:68).
Contoh
Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
Kakaknya menerima uang dan penghargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.2.2.2.9 Gaya Bahasa Satire
Gaya Bahasa Satire adalah ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu, Tarigan (2013:69).
Contoh
Cerita Kosong
jemu aku dengar bicaramu
“kemakmuran keadilan kebahagiaan”
Sudah 10 tahun engkau bicara
aku masih tak punya celana
2.2.2.2.10 Gaya Bahasa Inuendo
Gaya Bahasa Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa
sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, Tarigan
(2013:73).
Contoh
Jadinya sampai kini Neng Syafirah belum mendapat jodoh kerena
setiap ada jejaka yang meminang ia sedikit jual mahal.
Pada pesta tadi malam ia agak sedikit sempoyongan karena terlalu
banyak meminum minuman keras.
2.2.2.2.11 Gaya Bahasa Antifrasis
Gaya Bahasa Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa
penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, Tarigan
(2013:75).
Contoh
Mari kita sambut kedatangan sang Raja. (maksudnya si Jongos).
Memang engkau orang pintar! (maksudnya orang bodoh).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.2.2.12 Gaya Bahasa Paradoks
Gaya Bahasa Paradoks adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada,
Tarigan (2013:77).
Contoh
Aku kesepian di tengah keramaian.
Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.
2.2.2.2.13 Gaya Bahasa Klimaks atau Anabasis
Gaya Bahasa Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa
yang terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin
meningkat kepentingannya, Tarigan (2013:78).
Contoh
Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui,
memahami, serta menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar, pembimbing,
penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik
yang sejati.
2.2.2.2.14 Gaya Bahasa Antiklimaks
Gaya Bahasa Antiklimaks adalah gaya bahasa yang berisi
gagasan-gagasan yang berturut-turut semakin berkurang
kepentingannya, Tarigan (2013:80).
Contoh
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya
kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah
perjuangan para pemimpin kita melawan serdadu penjajah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.2.2.15 Gaya Bahasa Dekrementum
Gaya Bahasa Dekrementum adalah sejenis antiklimaks
yang berwujud penambahan gagasan yang kurang penting pada
gagasan yang penting, Tarigan (2013:81).
Contoh
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya
kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah
perjuangan para pemimpin kita serta pertumbuhan darah para
prajurit kita melawan serdadu penjajah.
Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka,
apabila mereka mengenangkan penderitaan, kegigihan orang tua
itu mengasuh dan mendidik mereka.
2.2.2.2.16 Gaya Bahasa Katabasis
Gaya Bahasa Katabasis adalah semacam antiklimaks yang
mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting,
Tarigan (2013:81).
Contoh
Penataran P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi,
para guru SMA, SMP, SD, dan TK.
Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota
Negara, ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa
di seluruh Nusantara ini.
2.2.2.2.17 Gaya Bahasa Batos
Gaya Bahasa Batos adalah sejenis antiklimaks yang
mengandung penukikan tiba-tiba dari gagasan yang sangat penting
ke gagasan yang tidak penting, Tarigan (2013:82).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Contoh
Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani
oleh anak buahmu, seorang suami yang diperintah dan diperbudak
oleh istrimu dalam segala hal.
2.2.2.2.18 Gaya Bahasa Apostrof
Gaya Bahasa Apostrof adalah gaya bahasa yang berupa
pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir,
Tarigan (2013:83).
Contoh
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas,
tengah, dan bawah, lindungilah warga desaku ini.
2.2.2.2.19 Gaya Bahasa Anastrof
Gaya Bahasa Anastrof adalah gaya bahasa yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat,
Tarigan (2013:84).
Contoh
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa ucapan sepatah
kata.
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan apa-apa.
2.2.2.2.20 Gaya Bahasa Inversi
Gaya Bahasa Inversi adalah gaya bahasa yang merupakan
permutasi urutan SP (subjek-predikat) menjadi PS (predikat-
subjek) Tarigan (2013:84).
Contoh
Kubaca surat itu berulang-ulang, kucoba menangkap makna yang
tersirat di dalamnya.
Kupilih warna yang serasi bagi kain kebaya kakakku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.2.2.21 Gaya Bahasa Apofasis atau preteresio
Gaya Bahasa Apofasis atau preteresio adalah gaya bahasa
yang menegaskan sesuatu tetapi nampaknya menyangkalnya,
Tarigan (2013:86).
Contoh
Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu
telah berbadan dua.
Kami tidak tega mendengar cibiran tetangga bahwa kamulah yang
mencuri mobil sedan itu.
2.2.2.2.22 Gaya Bahasa Hiperbaton atau histeron proteron
Gaya Bahasa Hiperbaton atau histeron proteron adalah gaya
bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis/wajar,
Tarigan (2013:87).
Contoh
Pidato yang berapi-api pun keluarlah dari mulut orang yang
berbicara terbata-bata itu.
Dia membaca cerita itu dengan cepat dengan cara mengejanya
kata demi kata.
2.2.2.2.23 Gaya Bahasa Hipalase
Gaya Bahasa Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan
kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen
gagasan, Tarigan (2013:89).
Contoh
Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah
aku, bukan kendaraan).
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah
ia, bukan bangku).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2.2.2.24 Gaya Bahasa Sinisme
Gaya Bahasa Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan
terhadap keikhlasan dan ketulusan hati, Tarigan (2013:91).
Contoh
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga
keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu
menundukkan segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero
dunia ini.
2.2.2.2.25 Gaya Bahasa Sarkasme
Gaya Bahasa Sarkasme adalah gaya bahasa yang
mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati,
Tarigan (2013:92).
Contoh
Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakumu memalukan kami.
Cara dudukmu menghina kami.
2.2.2.3 Majas Pertautan
majas pertautan adalah majas yang menautkan atau
menghubungkan sesuatu hal dengan sesuatu hal yang lain.
2.2.2.3.1 Gaya Bahasa Metonimia
Gaya Bahasa Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai
nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang lain,
barang, atau hal, sebagai penggantinya, Tarigan (2013:122).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Contoh
Terkadang pena justru lebih tajam daripada pedang.
Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu
sedangkan teman saya perak.
2.2.2.3.2 Gaya Bahasa Sinekdoke
Gaya Bahasa Sinekdoke adalah gaya bahasa yang
menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama
keseluruhaannya atau sebaliknya, Tarigan (2013:124).
Contoh
Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di
Tanah Air kita ini.
Dalam pertandingan final besok malam di Stadion Siliwangi
Bandung berhadapanlah Medan dengan Jakarta.
2.2.2.3.3 Gaya Bahasa Alusi
Gaya Bahasa Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk
secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan
praanggapan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh pengarang
dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk
menagkap pengacuan itu, Tarigan (2013:126).
Contoh
Dapatkah kamu bayangkan perjuangan KAMI dan KAPPI pada
tahun 1966 menetang rezim Orde Lama dan menegakkan keadilan
di tanah air kita ini?
2.2.2.3.4 Gaya Bahasa Eufemisme
Gaya Bahasa Eufemisme adalah gaya bahasa yang
mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu, Tarigan (2013:128).
Contoh
tunaaksara pengganti buta huruf
tunanetra pengganti buta; tidak dapat melihat
tunawisma pengganti gelandangan
2.2.2.3.5 Gaya Bahasa Eponim
Gaya Bahasa Eponim adalah gaya bahasa yang
mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan
dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu, Tarigan (2013:130).
Contoh
Hercules menyatakan kekuatan
Dewi Sri menyatakan kesuburan
Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan
2.2.2.3.6 Gaya Bahasa Epitet
Gaya Bahasa Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung
acuan yang mengatakan sesuatu atau ciri khas dari seseorang atau
suatu hal, Tarigan (2013:131).
Contoh
Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyonsong
mentari bersinar menerangi alam.
(lonceng=ayam jantan)
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang
diamuk asmara.
(putri malam=bulan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.2.2.3.7 Gaya Bahasa Antonomasia
Gaya Bahasa Antonomasia adalah gaya bahasa yang
menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama
diri, Tarigan (2013:132).
Contoh
Pangeran menandatangani surat penghargaan tersebut.
Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.
2.2.2.3.8 Gaya Bahasa Erotesis
Gaya Bahasa Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa
pertanyaan yang dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang
bertujuan unutuk mencapai efek yang lebih mendalam dan
penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu
jawaban, Tarigan (2013:134).
Contoh
Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pelajaran. Herankah kita
jika nilai pelajaran Bahasa Indonesia pada EBTANAS tahun 1985
ini sangat merosot??
2.2.2.3.9 Gaya Bahasa Paralelisme
Gaya Bahasa Paralelisme adalah gaya bahasa yang
berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau
frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama, Tarigan (2013:136).
Contoh
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan
kewajiban yang sama secara hukum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Bukan saja korupsi itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas
di Negara Pancasila ini.
2.2.2.3.10 Gaya Bahasa Elipsis
Gaya Bahasa Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya
dilaksanakan penanggalan atau penghilangan salah satu atau
beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap,
Tarigan (2013:138).
Contoh
Mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat: pergi,
berangkat).
Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot
rumah tangga. (penghilangan subjek: mereka, dia, saya, kami,
dan lain-lain).
2.2.2.3.11 Gaya Bahasa Gradasi
Gaya Bahasa Gradasi adalah gaya bahasa yang
mengandung suatu rangkaian atau urutan paling sedikit tiga kata
atau istilah yang secara sintaksis mempunyai satu atau beberapa
ciri semantik secara umum dan yang di antaranya paling sedikit
satu ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat
kuantitatif, Tarigan (2013:140).
Contoh
“Kita malah bermegah juga alam kesengsaraan kita, karena kita
tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan
ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan
harapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.2.3.12 Gaya Bahasa Asindeton
Gaya Bahasa Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa
acuan di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat
tidak dihubungkan dengan kata sambung, Tarigan (2013:142).
Contoh
Ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga.
Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nenas, kentang, kol, tomat,
bawang, sayur putih, jagung, padi.
2.2.2.3.13 Gaya Bahasa Polisindeton
Gaya Bahasa Polisindeton adalah gaya bahasa (yang
merupakan kebalikan dari asindeton) yang berupa acuan di mana
beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu
sama lain dengan kata-kata sambung, Tarigan (2013:143).
Contoh
Istri saya menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan pepaya di
pekarangan rumah kami.
Polisi menangkap Pak Ogah beserta istrinya beserta anak-
anaknya beserta pembantunya dan membawanya ke penjara.
2.2.2.4 Majas Perulangan
majas perulangan adalah majas yang mengandung unsur
perulangan bunyi, kata, suku kata, atau bagian kalimat untuk
memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.2.2.4.1 Gaya Bahasa Aliterasi
Gaya Bahasa Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi
yang berwujud perulangan konsonan yang sama, Tarigan
(2013:181).
Contoh
Dara damba daku
datang dari danau
Duga dua duka
diam di diriku
Kalau ‘kanda kala kacau
biar bibir biduan bicara
2.2.2.4.2 Gaya Bahasa Asonansi
Gaya Bahasa Asonansi adalah semacam gaya bahasa
repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, Tarigan
(2013:182).
Contoh
Muka muda mudah muram
tiada singa tiada biasa
jaga harga tahan harga
Kura-kura dalam perahu
sudah gaharu cendana pula
Pura-pura tidak tahu
Sudah tahu bertanya pula
2.2.2.4.3 Gaya Bahasa Antanaklasis
Gaya Bahasa Antanaklasis adalah sejenis gaya bahasa
repetisi yang berwujud perulangan kata yang sama bunyi dengan
makna yang berbeda, Tarigan (2013:185).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Contoh
Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir-hampir
kelihatan.
Saya selalu membawa buah tangan buat buah hati saya, kalau
saya pulang dari luar kota. \
2.2.2.4.4 Gaya Bahasa Kiasmus
Gaya Bahasa Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan
perulangan dan sekaligus merupakan inversi antara dua kata
dalam satu kalimat, Tarigan (2013:187).
Contoh
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru
merasa dirinya kaya.
Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh,
tetapi orang bodoh merasa dirinya pintar.
2.2.2.4.5 Gaya Bahasa Epizeukis
Gaya Bahasa Epizeukis adalah semacam gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan langsung atas kata yang
dipentingkan beberapa kali berturut-turut, Tarigan (2013:188).
Contoh
Ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat, agar
dosa-dosamu diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Anak-anakku semua, kalian memang harus rajin belajar, ya rajin
belajar, agar kalian lulus dalam ujian.
2.2.2.4.6 Gaya Bahasa Tautotes
Gaya Bahasa Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang
berupa perulangan atas sebuah kata dalam sebuah konstruksi,
Tarigan (2013:190).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Contoh
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda
dan adinda saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.
Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling
menuduh, kamu dan aku berseteru.
2.2.2.4.7 Gaya Bahasa Anafora
Gaya Bahasa Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang
berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap
kalimat, Tarigan (2013:192).
Contoh
Lupakah engkau bahwa mereka yang membesarkan dan
mengasuhmu? Lupakah engkau bahwa keluarga itulah yang
menyekolahkanmu sampai ke Perguruan Tinggi? Lupakah engkau
bahwa mereka pula yang mengawinkanmu dengan istrimu?
Lupakah engkau akan segala budi baik mereka kepadamu?
2.2.2.4.8 Gaya Bahasa Epistrofa
Gaya Bahasa Epistrofa adalah semacam gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris
atau kalimat berurutan, Tarigan (2013:194).
Contoh
Kehidupan dalam keluarga adalah sandiwara
Cintamu padaku pada prinsipnya hanyalah sandiwara
Seminar lokakarya, simposium adalah sandiwara
Proses belajar mengajar di dalam kelas adalah sandiwara
Pendeknya hidup kita ini adalah sandiwara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.2.2.4.9 Gaya Bahasa Simploke
Gaya Bahasa Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi
yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau
kalimat berturut-turut, Tarigan (2013:196).
Contoh
Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah kau katakan
aku wanita mesum. Aku katakan biarlah. Kau katakan aku sampah
masyarakat. Aku katakan biarlah kau katakan aku penuh dosa.
Aku katakan biarlah.
2.2.2.4.10 Gaya Bahasa Mesodilopsis
Gaya Bahasa Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa
repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah baris
atau beberapa kalimat beruntun, Tarigan (2013:198).
Contoh
Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Para petani harus meningkatkan hasil sawah ladang
Para pengusaha harus meningkatkan hasil usahanya
2.2.2.4.11 Gaya Bahasa Epanalepsis
Gaya Bahasa Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan kata pertama menjadi terakhir
dalam klausa atau kalimat, Tarigan (2013:201).
Contoh
Saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya.
Kami sama sekali tidak melupakan amanat nenek kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.2.2.4.12 Gaya Bahasa Anadiplosis
Gaya Bahasa Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa
repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau
kalimat menjadi frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya,
Tarigan (2013:203).
Contoh
dalam raga ada darah
dalam darah ada tenaga
dalam tenaga ada daya
dalam daya ada segala
Keraf (2010:112) membagi jenis-jenis majas menjadi dua yaitu
dari segi non bahasa dan dari segi bahasa. Dari segi non bahasa, majas
dibagi menjadi 7 (tujuh) yaitu gaya bahasa berdasarkan (1) pengarang, (2)
masa, (3) medium, (4) subyek, (5) tempat, (6) hadirin, dan (7) tujuan. Dari
segi bahasa, gaya bahasa dibagi menjadi 4 (empat) yaitu (1) berdasarkan
pilihan kata, (2) nada yang terkandung dalam wacana, (3) struktur kalimat,
(4) langsung tidaknya makna.
2.2.2.5 Segi Nonbahasa
Pengikut Aristoteles menerima style sebagai hasil dari bermacam-
macam unsur. Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai
berikut, Keraf (2010:115).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.2.5.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Pengarang
Gaya yang di sebut sesuai dengan nama pengarang dekenal
berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis
dalam karangannya, Keraf (2010:116).
2.2.2.5.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Masa
Gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal karena ciri-ciri
tertentu yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu. Misalnya
ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra moderen, dan sebagainya.
Keraf (2010:116).
2.2.2.5.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Medium
Yang di maksud dengan medium adalah bahasa dalam arti alat
komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial
pemakaiannya, dapat memilki corak tersendiri. Sebuah karya yang
ditulis dalam Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila di tulis
dalam bahasa Indonesia, Prancis, atau Jepang, Keraf (2010:116).
2.2.2.5.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Subyek
Subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah karangan
dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan. Berdasarkan
hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra, dsb),
populer, didaktik, dan sebagainya, Keraf (2010:116).
2.2.2.5.5 Gaya Bahasa Berdasarkan Tempat
Gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis, karena ciri- ciri
kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau ekspresi bahasanya. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
gaya Jakarta, gaya Jogja, gaya Medan, gaya Ujung Pandang, dan
sebagainya, Keraf (2010:116).
2.2.2.5.6 Gaya Bahasa Berdasarkan Hadirin
Seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau jenis pembaca
juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang pengarang. Ada
gaya populer atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat banayak.
Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau lingkungan
yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok untuk
lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab, Keraf (2010:116).
2.2.2.5.7 Gaya Bahasa Berdasarkan Tujuan
Gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanyadari maksud yang
ingin disampaikan oleh pengarang, di mana pengarang ingin
mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimental, ada gaya
sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau
informasional, dan ada gaya humor, Keraf (2010:116).
2.2.2.6 Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan,
maka majas dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang
dipergunakan, yaitu, Keraf (2010:116).
2.2.2.6.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana
yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat,
serta tepat tidaknya pengunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menhadapi situasi-
situasi tertentu, Keraf (2010:117).
2.2.2.6.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang
dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah
wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan
sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa
lisan, Keraf (2010:118).
2.2.2.6.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk
menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di
sini adalah kalimat bagaiaman tempat sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat
periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat
penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat
kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan
ditempatkan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian- bagian yang
kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah
bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat
berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau
lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat, Keraf
(2010:119).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.2.2.6.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya
makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan
makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang
digunakan itu masi mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu
masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah
berubah makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna
denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai
yang dimaksudkan di sini, Keraf (2010:120).
Pengertian majas yang dirumuskan berdasarkan pendapat para ahli
tersebut akan peneliti gunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam
menentukan kategori jenis-jenis majas dalam penelitian ini. Peneliti
menggunakan kategori jenis-jenis majas menurut Tarigan karena
menurut pengamatan peneliti kategori tersebut cukup lengkap dan
lebih muda dipahami.
2.2.3 Novel
Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar
merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi
merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu,
Suharto (2002:43).
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa di samping
cerpen. Sebagai karya sastra, novel mempunyai peranan penting dalam
menyampaikan ide, gagasan, pengalaman, dan keyakinan pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Novel tidak bergaya padat seperti cerpen karena novel memiliki ruang
lebih untuk menggambarkan setiap situasi di dalamnya secara penuh,
Stanton (2007:104).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan. Menurut
Moh. Nazir (2014:111) mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang
ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Tujuan penelitian ini
adalah memberikan gambaran atau deskripsi serta analisis gaya bahasa
dalam novel Hujan. Objek penelitian ini bukan berupa perilaku manusia
tetapi berupa frasa, kalimat atau paragraf dalam novel Hujan. Peneliti akan
mendeskripsikan frasa, kalimat dan paragraf yang berupa gaya bahasa
dalam novel Hujan Karya Darwis Tere Liye.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh, Arikunto
(2006:129). Sumber data penelitian ini adalah novel Hujan karya Darwis
Tere Liye yang pertama kali terbit tahun 2016 oleh penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan
edisi cetakan ke-25, Mei 2017 yang diterbitkan oleh PT Gramedia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa frasa,
kalimat dan paragraf yang mengandung unsur gaya bahasa dalam novel
Hujan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-
hal atau keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen yang
akan menunjang atau mendukung penelitian, Hasan (2002:83).
Langah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.3.1 Peneliti membaca novel Hujan karya Darwis Tere Liye.
3.3.2 Peneliti memberi tanda frasa, kalimat atau paragraf dalam novel
Hujan yang mengandung unsur gaya bahasa.
3.3.3 Peneliti mencatat frasa, kalimat, atau paragraf dalam novel Hujan
yang mengandung unsur gaya bahasa dalam kartu data.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, memutuskan apa
yang diceritalan kepada orang lain, Bogdan dan Biklen dalam Moeloeng
(2006:248).
Peneliti melakukan langkah-langkah untuk menganalisis data
sebagai berikut.
3.4.1 Peneliti menggolongkan data yang telah diperoleh berdasarkan
jenis majas yaitu, majas perbandingan, majas pertentangan, majas
pertautan, dan majas perulangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.4.2 Peneliti menelaah satu per satu data dan mencocokkan dengan
teori-teori yang sudah didapatkan.
3.4.3 Peneliti mengisi kartu data dengan hasil telaah data, yang berguna
untuk mempermudah proses mndeskripsikan data.
3.4.4 Peneliti mendeskripsikan data yang telah ditelaah dalam bab IV.
3.5 Trianggulasi Hasil Analisis Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu unutk keperluan
pengecekan atau sebagai perbanding terhadap data itu, Moeloeng
(2006:330). Moeloeng (2006:195) membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode,
triangulasi penyidik, triangulasi teori. Triangulasi yang digunakan untuk
memeriksa keabsahan penelitian ini adalah triangulasi sumber dan
triangulasi penyidik.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif, Moeloeng (2006:330). Dalam
penelitian ini, peneliti meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk
mengecek keabsahan penelitian. Triangulasi penyidik adalah teknik
triangulasi yang memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Dalam penelitian
ini, peneliti meminta bantuan dosen untuk mengecek dan penelitian
dengan cara mencocokkan dengan teori yang sudah didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
diperoleh dari novel Hujan karya Darwis Tere Liye. Data yang diteliti berupa
gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam Novel Hujan karya Darwis Tere
Liye.
Analisis majas didasarkan atas penggolongan menurut Tarigan (2013).
majas menurut Tarigan di bagi dalam empat kelompok besar yaitu majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
Majas perbandingan memiliki jenis-jenis gaya bahasa yaitu: gaya bahasa
perumpaman, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
depersonifikasi, gaya bahasa alegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa
pleonasme dan tautologi, gaya bahasa perifrasis, gaya bahasa antisipasi atau
prolepsis, dan gaya bahasa koreksio atau epanortesis. Majas pertentangan
memiliki jenis-jenis gaya bahasa yaitu : gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa
litotes, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa satire, gaya
bahasa paradoks, gaya bahasa klimaks atau anabasis, gaya bahasa inversi,
gaya bahasa hiperbaton atau histeron, gaya bahasa sinisme, gaya bahasa
sarkasme, gaya bahasa ironi, gaya bahasa paranomasia, gaya bahasa paralipsis,
gaya bahasa zeugma, gaya bahasa inuendo, gaya bahasa antifrasis, gaya
bahasa antiklimaks, gaya bahasa dekrementum, gaya bahasa katabasis, gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bahasa batos, gaya bahasa apostrof, gaya bahasa anastrof, gaya bahasa
apofasis atau preteresio, dan gaya bahasa hipalase. Majas pertautan memiliki
jenis-jenis gaya bahasa yaitu : gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa alusi, gaya
bahasa eponym, gaya bahasa antomasia, gaya bahasa erotesis, gaya bahasa
paralelisme, gaya bahasa ellipsis, gaya bahasa asindenton, gaya bahasa
polisindeton, gaya bahasa metonemia, gaya bahasa eufemisme, gaya bahasa
epitet, dan gradasi. Majas perulangan memiliki jenis-jenis gaya bahasa yaitu :
gaya bahasa anafora, gaya bahasa aliterasi, gaya bahasa asonansi, gaya bahasa
antanaklasis, gaya bahasa kiasmus, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa
tautotes, gaya bahasa epistrofa, gaya bahasa simploke, gaya bahasa
mesodilopsis, gaya bahasa epanalepsis, dan gaya bahasa anadiplosis.
4.1.1 Majas Perbandingan
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jenis-jenis majas perbandingan
dalam novel Hujan. Jenis majas tersebut adalah gaya bahasa perumpamaan,
gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa alegori, antitesis,
gaya bahasa pleonasme dan tautologi, gaya bahasa perifasis, gaya bahasa
antisipasi atau prolepsis, sedangkan gaya bahasa depersonifikasi dan koreksi
atau epanortosis tidak ditemukan.
4.1.2 Majas Pertentangan
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jenis-jenis gaya bahasa
pertentangan dalam novel Hujan. Gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa
hiperbola, gaya bahasa litotes, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa silepsis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
gaya bahasa satire, gaya bahasa paradoks, gaya bahasa klimaks atau anabasis,
gaya bahasa hiperbaton atau histeron, gaya bahasa sinisme, gaya bahasa
sarkasme. Sedangkan gaya bahasa ironi, gaya bahasa paranomasia, gaya bahasa
paralipsis, gaya bahasa zeugma, gaya bahasa inuendo, gaya bahasa antifrasis,
gaya bahasa inverse, gaya bahasa antiklimaks, gaya bahasa dekrementum, gaya
bahasa katabasis, gaya bahasa batos, gaya bahasa apostrof, gaya bahasa
anastrof, gaya bahasa apofasis atau preteresio, dan gaya bahasa hipalase tidak
ditemukan.
4.1.3 Majas Pertautan
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jenis-jenis majas pertautan dalam
novel Hujan. majas tersebut adalah gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa alusi,
gaya bahasa antomasia, gaya bahasa erotesis, gaya bahasa paralelisme, gaya
bahasa ellipsis, gaya bahasa asindenton, dan gaya bahasa polisindeton,
sedangkan gaya bahasa metonemia, gaya bahasa eponim, gaya bahasa
eufemisme, gaya bahasa epitet, dan gaya bahasa gradasi tidak ditemukan.
4.1.4 Majas Perulangan
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jenis-jenis majas perulangan
dalam novel Hujan. majas tersebut yaitu gaya bahasa anafora, sedangkan gaya
bahasa aliterasi, gaya bahasa asonansi, gaya bahasa antanaklasis, gaya bahasa
kiasmus, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa tautotes, gaya bahasa epistrofa,
gaya bahasa simploke, gaya bahasa mesodilopsis, gaya bahasa epanalepsis, dan
gaya bahasa anadiplosis tidak ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.2 Analisis Data
Pada bagian ini akan dikemukakan contoh dari masing-masing gaya bahasa
dari setiap sub jenis gaya bahasa.
4.2.1 Majas Perbandingan
4.2.1.1 Gaya Bahasa Perumpamaan
Gaya bahasa Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu
secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, serupa, ibarat, bak,
sebagai, umpama, laksana, dan penaka, Tarigan (2013:9)
1. Umat manusia sejatinya sama seperti virus. Mereka berkembang
biak cepat menyedot sumber daya hingga habis, kemudian tidak
ada yang tersisa (Liye,2016:16).
2. Rambut kribonya sangat lebat, mengembang seperti bola besar
(Liye,2016: 77).
Kutipan (1) hal yang diperbandingkan adalah ‘seperti virus’. Virus
merupakan sebuah bakteri yang berbahaya dan cepat merambat keseluruh
tubuh. Ungkapan umat manusia sejatinya sama seperti virus berarti
ungkapan ini mengatakan bahwa umat manusia sangat cepat berkembang
biak hingga susah menahan laju pertumbuhan penduduk dan mengalami
krisis energi sejak sumber energi fosil habis.
Kutipan (2), antara rambut keribo yang sangat lebat dan seperti bola
besar berbeda namun dianggap sama karena memiliki ciri yang sama yaitu
sangat lebat dan bola besar. Ungkapan rambut keribonya sangat lebat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mengembang seperti bola besar mengandung arti rambut keribo yang
sangat lebat besar.
4.2.1.2 Gaya Bahasa Metafora
Gaya bahasa Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan, Tarigan (2013:15).
1. Stadion ramai oleh lautan manusia saat mereka tiba (Liye,2016:
45).
2. Mereka menaiki sepeda merah, disiram matahari senja
(Liye,2016:127).
Ungkapan lautan manusia pada kutipan (1) mengandung
perbandingan dua hal yang berbeda secara implisit yaitu ‘lautan’ dengan
‘manusia’. Lautan adalah kumpulan air yang sangat banyak dan luas di
permukaan bumi sedangkan manusia adalah makhluk hidup. Ungkapan
lautan manusia berarti sekumpulan manusia dengan jumlah yang sangat
banyak yang menyerupai lautan luas.
Kutipan (2) hal yang diperbandingkan adalah disiram matahari
senja. Disiram berarti menyiram dengan air. Ungkapan disiram matahari
senja berarti disinari matahari senja
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Gaya bahasa Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau sesuatu yang tidak bernyawa
memiliki sifat kemanusiaan Tarigan (2013:17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1. Sistem Otomatis telah lumpuh (Liye,2016: 22).
2. Empat puluh detik yang terasa lama sekali, atap lorong akhirnya
berhenti mengejar penumpang. Lantai lorong kereta kembali solid,
tidak bergoyang (Liye,2016:26).
Pada kutipan (1), sifat insani dilekatkan pada ide yang abstrak yaitu
“system otomatis”. “system otomatis” seolah memiliki sifat insani yaitu
tidak dapat berjalan. Pada kutipan (2), “lantai lorong” merupakan benda
mati yang tidak memiliki perasaan. Pada benda tersebut dilekatkan sifat
insani yaitu kukuh, kuat.
4.2.1.4 Gaya Bahasa Alegori
Gaya bahasa Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-
lambang, merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,
tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang
diperlambangkan, Tarigan (2013:24).
Dibandingkan penampilan Claudia, mereka akan terlihat akan
seperti seorang putri dan dua kurcaci (Liye,2016:167).
Pada kutipan ini, “seorang putri dan dua kurcaci” dikisahkan
sebagai lambang dongeng seorang putri salju dan tuju kurcaci.
4.2.1.5 Gaya Bahasa Antitesis
Gaya bahasa Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan
komparasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang
mengandung semantik yang bertentangan, Tarigan (2013:27).
Dibandingkan penampilan Claudia, mereka akan terlihat akan
seperti seorang putri dan dua kurcaci (Liye,2016:167).
Penanda gaya bahasa antithesis pada kutipan ini, terletak pada kata
“seorang putri” yang diperbandingkan dengan kata “dua kurcaci”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.2.1.6 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi
Gaya bahasa Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat;
saling tolong-menolong) Tarigan (2013:29).
Pagi, siang, sore, langit terlihat biru sejauh mata memandang
(Liye,2016:261).
Klausa ‘sejauh mata memandang’ pada kutipan ini merupakan
klausa yang mubasir. Tanpa klausa itu, makna kalimat tetap utuh, bahwa
pagi, siang , sore langit tetap terlihat biru.
4.2.1.7 Gaya Bahasa Perifrasis
Gaya bahasa Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan
pleonasme, namun pada perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada
prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja, Tarigan (2013:31).
Fenomena itu terjadi di seluruh dunia. Dari utara hingga selatan,
dari barat hingga timur, semua penduduk melaporkan mereka tidak
pernah lagi melihat awan di langit menit (Liye,2016:261).
Pada kutipan ini gaya bahasa perifrasis terlihat pada penggunaan
kata ‘Dari utara hingga selatan, dari barat hingga timur, semua
penduduk melaporkan mereka tidak pernah lagi melihat awan di
langit’’. Tujuan gaya bahasa di atas, untuk meningkatkan kesan pembaca
dan dapat di gabungkan menjadi satu kata saja yaitu seluru dunia
4.2.1.8 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
Gaya bahasa Antisipasi atau prolepsis adalah sejenis gaya bahasa yang
mempunyai makna ‘mendahului’ atau ‘penetapan yang mendahului
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi” Tarigan
(2013:33).
Lail menatap Esok, berusaha membayangkan dunia fantasi, itu
sepertinya seru sekali (Liye,2016:63).
Pada kutipan ini, gagasan ‘membayangkan dunia fantasi’ yang
diungkapkan sebelum fakta itu terjadi.
4.2.2 Majas Pertentangan
4.2.2.1 Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya
dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi
untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya, Tarigan
(2013:55).
1. Bagian bawah tangga darurat mulai runtuh, seperti remah roti
yang terlepas dan terus menjalar ke atas (Liye,2016:28).
2. Minggu-minggu ini udara terasa menusuk tulang , menyentuh
delapan derajat celcius (Liye,2016:86).
3. Air matamu bisa membuat banjir ballroom (Liye,2016:175).
Pada kutipan (1), gaya bahasa hiperbola terlihat pada penggunaan kata-
kata yang berlebihan sifatnya dalam menerangkan kehancuran tangga
darurat. Pada kutipan (2), ungkapan ‘udara terasa menusuk tulang’
merupakan pernyataan yang berlebihan dalam mengungkapkan rasa
dingin. Pada kutipan (3) ungkapan ‘Air matamu bisa membuat banjir
ballroom’ terkesan berlebihan dalam mendeskripsikan tangisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.2.2.2 Gaya Bahasa Litotes
Gaya bahasa Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya,
misalnya untuk merendahkan diri, Tarigan (2013:58).
1. Seolah aku hanya patung di kamar ini (Liye,2016:229).
2. Semua anak laki-laki bahkan sudah mundur duluan saat melihat
rambut kriboku yang mengembang besar. Jadi, apa yang
kuharapkan? Jangan-jangan, kalaupun ada yang refleks memegang
tas punggungku, saat dia melihat rambutku, dia buru-buru
melepaskan lagi. Sambil bilang. Eeuuuhh, maaf salah orang.
(Liye,2016:272).
Pada kutipan (1), klausa ‘Seolah aku hanya patung di kamar ini’
merupakan penanda gaya bahasa litotes. Manusia yang dideskripsikan
dengan bentuk patung. Pada kutipan (2) “Pada kutipan ini “Semua anak
laki- laki bahkan sudah mundur duluan saat melihat rambut kriboku
yang mengembang besar” merupakan kalimat yang menunjukkan
merendahkan diri.
4.2.2.3 Gaya Bahasa Oksimoron
Gaya bahasa Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase
yang sama, Tarigan (2013:63).
Alat berat bekerja 24 jam mengejar dan dikejar waktu, sebelum
tubuh itu membusuk dan mendatangkan masalah baru
(Liye,2016:62).
Ungkapan ‘mengejar bertentangan dengan dikejar waktu’, dalam
kutipan ini Fakta bahwa mengejar dan dikejar waktu mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
bekerja keras menemukan korban sebelum membusuk dan mendatangkan
masalah baru.
4.2.2.4 Gaya Bahasa Silepsis
Gaya bahasa Silepsis adalah gaya bahasa yang mengandung konstruksi
gramatikal yang benar, tetapi secara semantik tidak benar, Tarigan
(2013:68).
Susah payah setahun terakhir lail menata hatinya. Berusaha
berdamai, berusaha melupakan, namun sia-sia. Semua benteng
yang dia bangun berguguran saat melihat Esok berdiri di
hadapannya (Liye,2016:275).
Kutipan di atas termasuk silepsis. Konstruksi yang lengkap adalah
“Semua benteng yang dia bangun berguguran saat melihat Esok berdiri
di hadapannya” Kalimat tersebut mengandung makna ‘Semua keputusan
Lail yang dia bangun untuk melupakan Esok berguguran atau hilang
tiba- tiba saat melihat Esok berdiri di hadapannya”
4.2.2.5 Gaya Bahasa Satire
Gaya bahasa Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak
sesuatu, Tarigan (2013:69).
Apa kamu bisa terbang ? “Tentu saja, Nona. Semua mobil keluaran
terbaru memiliki fitur itu. “Bagus. Aku ingin mobil ini terbang
menuju hotel” Maryam tertawa senang (Liye,2016:237).
Pada kutipan ini ungkapan menertawakan atau menolak sesuatu
terlihat pada kalimat, “Maryam yang menyuruh mobil itu terbang”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4.2.2.6 Gaya Bahasa Paradoks
Gaya bahasa Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada, Tarigan (2013:77).
Salah satu contoh letusan skala 8 adalah letusan 73.000 tahun lalu,
ketika gunung purba, Gunung Toba, meletus dengan kekuatan
seratus kali dibanding Tambora (Liye,2016:32).
` Pada kutipan ini, gaya bahasa paradoks terlihat pada penggunaan
kalimat yang mengandung pertentangan, ‘letusan skala 8 adalah letusan
73.000 tahun lalu, ketika gunung purba, Gunung Toba, meletus dengan
kekuatan seratus kali dibanding Tambora.’ Merupakan fakta- fakta yang
ada.
4.2.2.7 Gaya Bahasa Klimaks atau Anabasis
Gaya bahasa Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang terbentuk
dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin meningkat
kepentingannya, Tarigan (2013:78).
1. Dalam hidupnya, seluruh kejadian sedih, seluruh kejadian
bahagia dan seluruh kejadian penting terjadi saat hujan
(Liye,2016:47)
2. Seharusnya kamu ridak mengeluarkan ide gila ini, Maryam, “Lail
berlari disebelah Maryam, berseru, berusaha mengalahkan suara
hujan (Liye,2016:149).
Pada kutipan (1), gaya bahasa klimaks terbentuk dari gagasan yang
berturut-turut semakin meningkat kepentingannya yakni dari ‘kejadian
sedih, kejadian bahagia hingga ’kejadian penting’. Kutipan (2), juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengandung urutan pikiran yang meningkat dari gagasan sebelumnya
yakni ‘berseru’ hingga ‘berusaha’.
4.2.2.8 Gaya Bahasa Hiperbaton atau histeron proteron
Gaya bahasa Hiperbaton atau histeron proteron adalah gaya bahasa
yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis/wajar, Tarigan
(2013:87).
Hujan gerimis membungkus kota (Liye,2016:29).
Pada kutipan ini kalimat yang merupakan kebalikan dari sesuatu
yang logis atau wajar yaitu ‘Hujan gerimis membungkus kota’
4.2.2.9 Gaya Bahasa Sinisme
Gaya bahasa Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan
ketulusan hati, Tarigan (2013:91).
Tuan, aku harus memperingatkanmu, mengendarai mobil milik
orang lain adalah pelanggaran serius. Dikategorikan sebagai
pencurian (Liye,2016:311).
Ungkapan ‘mengendarai mobil milik orang lain adalah
pelanggaran serius’ pada kutipan ini merupakan sindiran terhadap Esok
yang membuka pintu mobil tanpa izin.
4.2.2.10 Gaya Bahasa Sarkasme
Gaya bahasa Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-
olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati, Tarigan (2013:92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kamu sudah besar, Lail. Aku bukan lagi memboncengkan anak
perempuan usia tiga belas tahun. Kini kamu lebih berat.’’ Kamu
mau bilang aku gendut?’’ Lail di jok belakang melotot, dia masi
mengenakan toga lengkap dengan topinya (Liye,2016:276).
Kata-kata dalam kutipan di atas, Kata-kata mengandung olok-olok
atau sindiran pedas dan menyakitkan hati terhadap Lail.
4.2.3 Majas Pertautan
4.2.3.1 Gaya Bahasa Sinekdoke
Gaya bahasa Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama
bagian sebagai pengganti nama keseluruhaannya atau sebaliknya, Tarigan
(2013:124).
Ibu suri yang pertama kali bicara, menyampaikan sambutan,
ucapan terimakasih kepada donator yang tlah membantu masa-
masa sulit saat salju setebal lima pulu sentimeter menyelimuti kota
(Liye,2016:267).
Ungkapan ‘sambutan,’ pada kutipan ini sudah menunjukkan
keseluruhan sambutan seperti ucapan terimakasih dan lain sebagainya.
4.2.3.2 Gaya Bahasa Alusi
Gaya bahasa Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak
langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya
pengetahuan yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya
kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu, Tarigan
(2013:126).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bias melupakan,
hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan
perna bisa melupakan (Liye,2016:18).
Pada kutipan ini, Gaya bahasa Alusi terdapat pada kalimat ‘Barang
siapa yang bisa menerima, maka dia akan bias melupakan, hidup
bahagia. Tapi jika dia tidak bias menerima, dia tidak akan perna bias
melupakan. ‘’ berdasarkan pranggapan adanya pengetahuan pengarang
4.2.3.3 Gaya Bahasa Antonomasia
Gaya bahasa Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan
gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri, Tarigan (2013:132).
Marinir itu menghela nafas menatap wajah Lail (Liye,2016:60).
Kata ‘Marinir’ pada kutipan ini menyatakan seorang Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
4.2.3.4 Gaya Bahasa Erotesis
Gaya bahasa Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang
dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai
efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali
tidak menuntut suatu jawaban, Tarigan (2013:134).
“Ya. Kamu tahu, empat puluh dua tahun lalu, saat millennium
baru, penduduk bumi hanya enam miliar. Sekarang? Tahun 2042?
Sepuluh miliar. Kita hanya butuh empat puluh dua tahun saja
(Liye,2016:11).
Pada kutipan ini, gaya bahasa erotesis terlihat pada penggunaan
kalimat ‘Sekarang? Tahun 2042? Sepuluh miliar Kita hanya butuh
empat puluh dua tahun saja’. Kalimat teersebut dipergunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mempengaruh imajinnasi pembaca. Jika dikaitkan dengan kalimat
sebelumnya, maka pertanyaan tersebut tidak membutuhkan jawaban.
4.2.3.5 Gaya Bahasa Paralelisme
Gaya bahasa Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai
kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki
fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama, Tarigan
(2013:136).
Itu berarti enam miliar orang, dan terus bertambah. Di Negara
tertentu, air bersih memicu perang saudara. Catat, kita juga terus
mengalami krisis energi sejak sumber energi fosil habis
(Liye,2016:15).
Pada kutipan ini, kesejajaran kata berupa anak kalimat yang
tergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Anak kalimat ‘Itu
berarti enam miliar orang, dan terus bertambah. Di Negara tertentu, air
bersih memicu perang saudara. dan induk kalimat Catat, kita juga terus
mengalami krisis energi sejak sumber energi fosil habis.
4.2.3.6 Gaya Bahasa Elipsis
Gaya bahasa Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya
dilaksanakan penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa
unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap, Tarigan
(2013:138).
Masih di stasiun kereta (Liye,2016:12). (penghilangan subjek:
mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pada kutipan ini, kalimat “masih di stasiun kereta” penghilangan
subjek kami yaitu Lail dan Ibunya. Kalimat yang benar adalah ‘kami
masih di stasiun kereta’ (Lail dan Ibunya).
4.2.3.7 Gaya Bahasa Asindeton
Gaya bahasa Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan di
mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan
dengan kata sambung, Tarigan (2013:142).
Sepersekian detik, penumpang telah terpelanting ke depan, rebah
rempah, berseru-seru panik, berteriak-teriak ngeri (Liye,2016:20).
Pada kutipan ini, kata-kata yang sederajat yaitu terpelanting ke
depan, rebah rempah, berseru-seru panik, berteriak-teriak ngeri . kata-
kata tersebut sederajat dan tidak dihubungkan dengan kata sambung.
4.2.3.8 Gaya Bahasa Polisindeton
Gaya bahasa Polisindeton adalah gaya bahasa (yang merupakan
kebalikan dari asindeton) yang berupa acuan di mana beberapa kata, frase,
atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata
sambung, Tarigan (2013:143).
Kita bisa menghabiskan waktu bersama selama seminggu,
mengunjungi kolam air mancur, atau taman bermain, atau Century
Mall (Liye,2016:14).
Pada kutipan ini, penanda gaya bahasa adalah kata sambung ‘atau’
yang menghubungkan dengan kata ‘kolam air mancur, taman bermain,
century mall’. Tujuannya untuk meningkatkan kesan pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.2.4 Majas Perulangan
4.2.4.1 Gaya Bahasa Anafora
Gaya bahasa Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat, Tarigan
(2013:192).
Tidak ada yang bisa menghubungi, juga tidak ada yang bisa
menghentikan terapi (Liye,2016:304).
Pada kutipan ini, gaya bahasa anafora terlihat pada penggunaan
kata ‘Tidak ada’ yang diulang-ulang pada setiap kalimat. Fungsinya
untuk memberi penekanan terhadap kenyataan yang dikemukakan.dalam
kutipan di atas bahwa tidak ada yang bisa menghubunginya dan tidak ada
yang bisa menghentikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa novel Hujan mempergunakan berbagai jenis majas. Pada majas
perbandingan, jenis gaya bahasa yang ditemukan yaitu gaya bahasa
perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
alegori, gaya bahasa antithesis, gaya bahasa pleonasme dan tautology, gaya
bahasa perifasis,dan gaya bahasa antisipasi atau prolepsis. Pada majas
pertentangan, jenis gaya bahasa yang ditemukan yaitu gaya bahasa hiperbola,
litotes, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa satire, gaya
bahasa paradoks, gaya bahasa klimaks atau anabasis, gaya bahasa inversi,
gaya bahasa hiperbaton atau histeron, gaya bahasa sinisme, dan gaya bahasa
sarkasme. Pada majas pertautan, jenis gaya bahasa yang ditemukan yaitu
gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa alusi, gaya bahasa eponim, gaya bahasa
antomasia, gaya bahasa erotesis, gaya bahasa paralelisme, gaya bahasa
ellipsis, gaya bahasa asindenton, dan gaya bahasa polisindeton. Pada majas
perulangan, jenis gaya bahasa yang ditemukan yaitu gaya bahasa anafora.
Majas memiliki peranan yang sangat penting dalam cerita novel
Hujan. majas menjadi sarana penulisan, memberikan penekanan tertentu
terhadap persoalan yang ingin disampaikan oleh penulis, memperkuat kesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pembaca terhadap suatu peristiwa atau karakter tokoh dalam cerita,
menghidupkan cerita, dan memperindah cerita.
5.2 Saran
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi oleh
faktor penguasaan kosakata. Semakin banyak kosakata yang dimiliki
sesorang maka semakin besar kemungkinan terampil berbahasa. Salah satu
cara meningkatkan penguasaan kosakata adalah dengan pembelajaran majas.
Majas dapat diperoleh di mana saja, salah satunya melalui novel.
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas,
peneliti memberikan saran yang dapat berguna bagi penelitian sejenis.
Berikut ini merupakan saran- saran dari peneliti.
1. Penelitian ini hanya membahas pemakaian gaya bahasa. Peneliti berusaha
mengembangkan penelitian ini dengan meninjaunya secara
pragmasemantik. Namun, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut,
yaitu dengan mencari keefektifan pemakaian gaya bahasa yang digunakan
penutur.
2. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan penutur menggunakan gaya bahasa dalam kalimatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Bulu, Bonifasius Martinus. 2015.”Jenis- jenis Gaya Bahasa Dalam Novel Bumi
Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA Kelas XII”. Skripsi. FKIP, Pen.
Bahasa, Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Bogor.Galia Indonesia
Keraf,Gorys. 2010. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia
Moeloeng, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Nazir, moh. Ph.D. 2014. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharto, Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tarigan, Hendry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tere Liye, Darwis. 2016. Hujan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Yuliyanto, Anjelina Melissa 2013. “Daya Bahasa dalam Gaya Bahasa pada
Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer.” Skripsi. FKIP, Pen.
Bahasa, Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GAYA BAHASA PERBANDINGAN
Tabel 1
Gaya Bahasa Perumpamaan
No Data Hlm Teori Analisis Tanggapan Komentar
Setuju Tidak
1. Umat manusia
sejatinya sama seperti
virus. Mereka
berkembang biak
cepat menyedot
sumber daya hingga
habis, kemudian tidak
ada yang tersisa.
16 Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal
yang pada hakikatnya
berlainan dan yang
sengaja kita anggap sama.
Perbandingan itu secara
eksplisit dijelaskan oleh
pemakaian kata seperti,
serupa, ibarat, bak,
sebagai, umpama, laksana,
dan penaka. (Tarigan,
2013:9)
hal yang diperbandingkan
adalah ‘seperti virus’. Virus
merupakan sebua bakteri
yang berbahaya dan cepat
merambat ke
seluruh tubuh. Ungkapan
umat manusia sejatinya
sama seperti virus berarti
ungkapan ini mengatakan
bahwa umat manusia sangat
cepat berkembang biak
hingga susah menahan laju
pertumbuhan penduduk dan
mengalami krisis energi
sejak sumber energi fosil
habis.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Rambut kribonya
sangat lebat,
mengembang seperti
bola besar.
77 rambut keribo yang sangat
lebat dan seperti bola besar
berbeda namun dianggap
sama karena memiliki ciri
yang sama yaitu sangat lebat
dan bola besar. Ungkapan
rambut keribonya sangat
lebat mengembang seperti
bola besar mengandung arti
rambut keribo yang sangat
lebat besar, berbentuk seperti
bola besar.
= Teori
Tabel 2
Gaya Bahasa Metafora
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Stadion ramai oleh
lautan manusia saat
mereka tiba.
45 Metafora adalah
pemakaian kata-kata
bukan arti yang
sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang
Ungkapan lautan manusia
pada data ini mengandung
perbandingan dua hal yang
berbeda secara implisit yaitu
‘lautan’ dengan ‘manusia’.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan persamaan
atau perbandingan.
(Tarigan, 2013:15)
Lautan adalah kumpulan air
yang sangat banyak dan luas
di permukaan bumi
sedangkan manusia adalah
makhluk hidup. Ungkapan
lautan manusia berarti
sekumpulan manusia dengan
jumlah yang sangat banyak
yang menyerupai
2. Mereka menaiki
sepeda merah, disiram
matahari senja.
127 hal yang diperbandingkan
adalah disiram matahari
senja. Disiram berarti
menyiram dengan air.
Ungkapan disiram matahari
senja berarti disinari
matahari senja
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3
Gaya Bahasa Personifikasi
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Sistem Otomatis telah
lumpuh
22 Personifikasi adalah gaya
bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-
benda mati atau sesuatu
yang tidak bernyawa
memiliki sifat
kemanusiaan.(Tarigan,
2013:17)
Pada kutipan ini, sifat insani
dilekatkan pada ide yang
abstrak yaitu “system
otomatis”. “system
otomatis” seolah memiliki
sifat insani yaitu tidak dapat
berjalan
= Teori
2. Empat puluh detik
yang terasa lama
sekali, atap lorong
akhirnya berhenti
mengejar penumpang.
Lantai lorong kereta
kembali solid, tidak
bergoyang.
26 kutipan ini, “lantai lorong”
merupakan benda mati yang
tidak memiliki perasaan.
Pada benda tersebut
dilekatkan sifat insani yaitu
kukuh, kuat.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4
Gaya Bahasa Alegori
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Dibandingkan
penampilan Claudia,
mereka akan terlihat
akan seperti seorang
putri dan dua kurcaci.
167 Alegori adalah cerita yang
dikisahkan dalam
lambang-lambang,
merupakan metafora yang
diperluas dan
berkesinambungan,
tempat atau wadah objek-
objek atau gagasan-
gagasan yang
diperlambangkan.
(Tarigan, 2013:24)
Pada kutipan ini, “seorang
putri dan dua kurcaci”
dikisahkan sebagai lambang
dongeng putri salju dan tuju
kurcaci.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5
Gaya Bahasa Antitesis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Dibandingkan
penampilan Claudia,
mereka akan terlihat
akan seperti seorang
putri dan dua kurcaci.
167 Antitesis adalah sejenis
gaya bahasa yang
mengadakan komparasi
atau perbandingan antara
dua antonim yaitu kata-
kata yang mengandung
semantik yang
bertentangan.(Tarigan,
2013:27)
Penanda gaya bahasa
antithesis ini terletak pada
kata “seorang putri” yang
diperbandingkan dengan kata
“dua kurcaci”.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6
Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Pagi, siang, sore,
langit terlihat biru
sejauh mata
memandang.
261 Pleonasme adalah
pemakaian kata yang
mubazir (berlebihan),
yang sebenarnya tidak
perlu (seperti menurut
sepanjang adat; saling
tolong-
menolong).(Tarigan,
2013:29)
Klausa ‘sejauh mata
memandang’ ini merupakan
klausa yang mubasir. Tanpa
klausa itu, makna kalimat
tetap utuh, bahwa pagi, siang
, sore langit tetap terlihat
biru.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 7
Gaya Bahasa Perifrasis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Fenomena itu terjadi
di seluruh dunia. Dari
utara hingga selatan,
dari barat hingga
timur, semua
penduduk melaporkan
mereka tidak pernah
lagi melihat awan di
langit menit.
26 1 Perifrasis adalah sejenis
gaya bahasa yang mirip
dengan pleonasme, namun
pada perifrasis kata-kata
yang berlebihan itu pada
prinsipnya dapat diganti
dengan sebuah kata
saja.(Tarigan, 2013:31)
Gaya bahasa perifrasis
terlihat pada penggunaan
kata ‘Dari utara hingga
selatan, dari barat hingga
timur, semua penduduk
melaporkan mereka tidak
pernah lagi melihat awan di
langit’’. Tujuan gaya bahasa
di atas, untuk meningkatkan
kesan pembaca dan dapat di
gabungkan menjadi satu kata
saja yaitu seluru dunia.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 8
Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Lail menatap Esok,
berusaha
membayangkan dunia
fantasi, itu sepertinya
seru sekali
63 Antisipasi atau prolepsis
adalah sejenis gaya bahasa
yang mempunyai makna
‘mendahului’ atau
‘penetapan yang
mendahului tentang
sesuatu yang masih akan
dikerjakan atau akan
terjadi”. (Tarigan,
2013:33)
Gagasan ‘membayangkan
dunia fantasi’ yang
diungkapkan sebelum fakta
itu terjadi.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GAYA BAHASA PERTENTANGAN
Tabel 1
Gaya Bahasa Hiperbola
No Data Hlm Teori Analisis Tanggapan Komentar
Setuju Tidak
1. Bagian bawah tangga
darurat mulai runtuh,
seperti remah roti
yang terlepas dan
terus menjalar ke atas
28 Hiperbola adalah sejenis
gaya bahasa yang
mengandung pernyataan
yang berlebih-lebihan
jumlahnya, ukurannya
atau sifatnya dengan
maksud memberi
penekanan pada suatu
pernyataan atau situasi
untuk memperhebat,
meningkatkan kesan dan
pengaruhnya. (Tarigan,
2013:55)
gaya bahasa hiperbola
terlihat pada penggunaan
kata-kata yang berlebihan
sifatnya dalam menerangkan
kehancuran tangga darurat.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Minggu-minggu ini
udara terasa menusuk
tulang , menyentuh
delapan derajat celcius
86 ungkapan ‘udara terasa
menusuk tulang’ merupakan
pernyataan yang berlebihan
dalam mengungkapkan rasa
dingin.
= Teori
3. Air matamu bisa
membuat banjir
ballroom
175 ungkapan ‘Air matamu bisa
membuat banjir ballroom’
terkesan berlebihan dalam
mendeskripsikan tangisan.
= Teori
Tabel 2
Gaya Bahasa Litotes
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Seolah aku hanya
patung di kamar ini
229 Litotes adalah gaya
bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil-
kecilkan, dikurangi dari
kenyataan yang
sebenarnya, misalnya
untuk merendahkan diri.
(Tarigan, 2013:58)
klausa ‘Seolah aku hanya
patung di kamar ini’
merupakan penanda gaya
bahasa litotes. Manusia yang
dideskripsikan dengan
bentuk patung.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Semua anak laki- laki
bahkan sudah mundur
duluan saat melihat
rambut kriboku yang
mengembang besar.
Jadi, apa yang
kuharapkan? Jangan-
jangan, kalaupun ada
yang refleks
memegang tas
punggungku, saat dia
melihat rambutku, dia
buru- buru melepaskan
lagi. Sambil bilang.
Eeuuuhh, maaf salah
orang.
272 Pada kutipan ini “Semua
anak laki- laki bahkan
sudah mundur duluan saat
melihat rambut kriboku
yang mengembang besar”
merupakan kalimat yang
menunjukkan merendahkan
diri.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3
Gaya Bahasa Oksimoron
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Alat berat bekerja 24
jam mengejar dan
dikejar waktu,
sebelum tubuh itu
membusuk dan
mendatangkan
masalah baru.
62 Oksimoron adalah gaya
bahasa yang mengandung
pertentangan dengan
menggunakan kata-kata
yang berlawanan dalam
frase yang sama. (Tarigan,
2013:63)
Ungkapan ‘mengejar
bertentangan dengan dikejar
waktu’, Fakta bahwa
mengejar dan dikejar waktu
mengungkapkan bekerja
keras menemukan korban
sebelum membusuk dan
mendatangkan masalah baru.
= Teori
Tabel 4
Gaya Bahasa Silepsis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Susah payah setahun
terakhir lail menata
hatinya. Berusaha
berdamai, berusaha
melupakan, namun
sia- sia. Semua
275 Silepsis adalah gaya
bahasa yang mengandung
konstruksi gramatikal
yang benar, tetapi secara
semantik tidak benar.
(Tarigan, 2013:68)
termasuk silepsis. Konstruksi
yang lengkap adalah “Semua
benteng yang dia bangun
berguguran saat melihat
Esok berdiri di
hadapannya” Kalimat
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
benteng yang dia
bangun berguguran
saat melihat Esok
berdiri di hadapannya.
tersebut mengandung makna
‘Semuakeputusan Lail
yang dia bangun untuk
melupakan Esok
berguguran atau hilang
tiba- tiba saat melihat Esok
berdiri di hadapannya”
Tabel 5
Gaya Bahasa Satire
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Apa kamu bisa
terbang ? “Tentu saja,
Nona. Semua mobil
keluaran terbaru
memiliki fitur itu.
“Bagus. Aku ingin
mobil ini terbang
menuju hotel”
Maryam tertawa
senang.
237 Satire adalah ungkapan
yang menertawakan atau
menolak sesuatu.
(Tarigan, 2013:69)
ungkapan menertawakan
atau menolak sesuatu terlihat
pada kalimat, “Maryam
yang menyuruh mobil itu
terbang”.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6
Gaya Bahasa Paradoks
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Salah satu contoh
letusan skala 8 adalah
letusan 73.000 tahun
lalu, ketika gunung
purba, Gunung Toba,
meletus dengan
kekuatan seratus kali
dibanding Tambora.
32 Paradoks adalah gaya
bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata
dengan fakta-fakta yang
ada. (Tarigan, 2013:77)
gaya bahasa paradoks terlihat
pada penggunaan kalimat
yang mengandung
pertentangan, ‘letusan skala
8 adalah letusan 73.000
tahun lalu, ketika gunung
purba, Gunung Toba,
meletus dengan kekuatan
seratus kali dibanding
Tambora.’ Merupakan
fakta- fakta yang ada.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 7
Gaya Bahasa Klimaks atau Anabasis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Dalam hidupnya,
seluruh kejadian
sedih, seluruh
kejadian bahagia dan
seluruh kejadian
penting terjadi saat
hujan.
47 Klimaks atau anabasis
adalah gaya bahasa yang
terbentuk dari beberapa
gagasan yang berturut-
turut semakin meningkat
kepentingannya. (Tarigan,
2013:78)
gaya bahasa klimaks
terbentuk dari gagasan yang
berturut-turut semakin
meningkat kepentingannya
yakni dari ‘kejadian sedih,
kejadian bahagia hingga
’kejadian penting’.
= Teori
2. Seharusnya kamu
ridak mengeluarkan
ide gila ini, Maryam,
“Lail berlari disebelah
Maryam, berseru,
berusaha mengalahkan
suara hujan.
149 mengandung urutan pikiran
yang meningkat dari gagasan
sebelumnya yakni ‘berseru’
hingga ‘berusaha’.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 8
Gaya Bahasa Hiperbaton atau histeron proteron
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Hujan gerimis
membungkus kota
29 Hiperbaton atau histeron
proteron adalah gaya
bahasa yang merupakan
kebalikan dari sesuatu
yang logis/wajar.
(Tarigan, 2013:87)
kalimat yang merupakan
kebalikan dari sesuatu yang
logis/wajar yaitu ‘Hujan
gerimis membungkus kota’
= Teori
Tabel 9
Gaya Bahasa Sinisme
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Tuan, aku harus
memperingatkanmu,
mengendarai mobil
milik orang lain
adalah pelanggaran
serius. Dikategorikan
311 Sinisme adalah gaya
bahasa yang berupa
sindiran yang berbentuk
kesangsian yang
mengandung ejekan
terhadap keikhlasan dan
Ungkapan ‘mengendarai
mobil milik orang lain
adalah pelanggaran serius’
merupakan sindiran terhadap
Esok yang membuka pintu
mobil tanpa izin.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai pencurian. ketulusan hati. (Tarigan,
2013:91)
Tabel 10
Gaya Bahasa Sarkasme
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Kamu sudah besar,
Lail. Aku bukan lagi
memboncengkan anak
perempuan usia tiga
belas tahun. Kini
kamu lebih berat.’’
Kamu mau bilang aku
gendut?’’ Lail di jok
belakang melotot, dia
masi mengenakan toga
lengkap dengan
topinya.
276 Sarkasme adalah gaya
bahasa yang mengandung
olok-olok atau sindiran
pedas dan menyakiti hati.
(Tarigan, 2013:92)
Kata-kata mengandung
olok-olok atau sindiran pedas
dan menyakitkan hati
terhadap Lail.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GAYA BAHASA PERTAUTAN
Tabel 1
Gaya Bahasa Sinekdoke
No Data Hlm Teori Analisis Tanggapan Komentar
Setuju Tidak
1. Ibu suri yang pertama
kali bicara,
menyampaikan
sambutan, ucapan
terimakasih kepada
donator yang tlah
membantu masa- masa
sulit saat salju setebal
lima pulu sentimeter
menyelimuti kota.
267 Sinekdoke adalah gaya
bahasa yang menyebutkan
nama bagian sebagai
pengganti nama
keseluruhaannya atau
sebaliknya. (Tarigan,
2013:124)
Ungkapan ‘sambutan,’
sudah menunjukkan
keseluruhan sambutan seperti
ucapan terimakasih dan lain
sebagainya.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2
Gaya Bahasa Alusi
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Barang siapa yang
bisa menerima, maka
dia akan bisa
melupakan, hidup
bahagia. Tapi jika dia
tidak bias menerima,
dia tidak akan perna
bisa melupakan.
18 Alusi adalah gaya bahasa
yang menunjuk secara
tidak langsung ke suatu
peristiwa atau tokoh
berdasarkan praanggapan
adanya pengetahuan yang
dimiliki oleh pengarang
dan pembaca serta adanya
kemampuan para pembaca
untuk menangkap
pengacuan itu. (Tarigan,
2013:126)
Gaya bahasa Alusi terdapat
pada kalimat ‘Barang siapa
yang bisa menerima, maka
dia akan bias melupakan,
hidup bahagia. Tapi jika dia
tidak bias menerima, dia
tidak akan perna bias
melupakan. ‘’ berdasarkan
pranggapan adanya
pengetahuan pengarang.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3
Gaya Bahasa Antonomasia
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Marinir itu menghela
nafas menatap wajah
Lail.
60 Antonomasia adalah gaya
bahasa yang
menggunakan gelar resmi
atau jabatan sebagai
pengganti nama diri.
(Tarigan, 2013:132)
Kata ‘Marinir’ menyatakan
seorang Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut
(TNI AL).
= Teori
Tabel 4
Gaya Bahasa Erotesis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. “Ya. Kamu tahu,
empat puluh dua tahun
lalu, saat millennium
baru, penduduk bumi
hanya enam miliar.
Sekarang? Tahun
2042? Sepuluh miliar.
11 Erotesis adalah gaya
bahasa yang berupa
pertanyaan yang
dipergunakan dalam
tulisan atau pidato yang
bertujuan untuk mencapai
efek yang lebih mendalam
gaya bahasa erotesis terlihat
pada penggunaan kalimat
‘Sekarang? Tahun 2042?
Sepuluh miliar Kita hanya
butuh empat puluh dua
tahun saja’. Kalimat
teersebut dipergunakan untuk
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kita hanya butuh
empat puluh dua tahun
saja.
dan penekanan yang
wajar, dan sama sekali
tidak menuntut suatu
jawaban. (Tarigan,
2013:134)
mempengaruh imajinnasi
pembaca. Jika dikaitkan
dengan kalimat sebelumnya,
maka pertanyaan tersebut
tidak membutuhkan jawaban.
Tabel 5
Gaya Bahasa Paralelisme
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Itu berarti enam miliar
orang, dan terus
bertambah. Di Negara
tertentu, air bersih
memicu perang
saudara. Catat, kita
juga terus mengalami
krisis energi sejak
sumber energi fosil
habis.
15 Paralelisme adalah gaya
bahasa yang berusaha
mencapai kesejajaran
dalam pemakaian kata-
kata atau frase-frase yang
menduduki fungsi yang
sama dalam bentuk
gramatikal yang sama.
(Tarigan, 2013:136)
kesejajaran kata berupa anak
kalimat yang tergantung
pada sebuah induk kalimat
yang sama. Anak kalimat
‘Itu berarti enam miliar
orang, dan terus bertambah.
Di Negara tertentu, air
bersih memicu perang
saudara. dan induk kalimat
Catat, kita juga terus
mengalami krisis energi
sejak sumber energi fosil
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
habis’
Tabel 6
Gaya Bahasa Elipsis
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Masih di stasiun
kereta.
((penghilangan
subjek: mereka, dia,
saya, kami, dan lain-
lain).
12 Elipsis adalah gaya bahasa
yang di dalamnya
dilaksanakan penanggalan
atau penghilangan salah
satu atau beberapa unsur
penting dalam konstruksi
sintaksis yang lengkap.
(Tarigan2013:138)
kalimat “masih di stasiun
kereta” penghilangan subjek
kami yaitu Lail dan Ibunya.
Kalimat yang benar adalah
‘kami masih di stasiun
kereta’ (Lail dan Ibunya).
= Teori
Tabel 7
Gaya Bahasa Asindeton
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Sepersekian detik,
penumpang telah
terpelanting ke depan,
20 Asindeton adalah gaya
bahasa yang berupa acuan
di mana beberapa kata,
kata-kata yang sederajat
yaitu terpelanting ke depan,
rebah rempah, berseru-seru
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rebah rempah,
berseru-seru panik,
berteriak-teriak ngeri.
frase, atau klausa yang
sederajat tidak
dihubungkan dengan kata
sambung.
(Tarigan,2013:142)
panik, berteriak-teriak ngeri
. kata-kata tersebut sederajat
dan tidak dihubungkan
dengan kata sambung.
Tabel 8
Gaya Bahasa Polisindeton
No Data Hlm Teori Analisis Setuju Tidak Komentar
1. Kita bisa
menghabiskan waktu
bersama selama
seminggu,
mengunjungi kolam
air mancur, atau taman
bermain, atau Century
Mall.
14 Polisindeton adalah gaya
bahasa (yang merupakan
kebalikan dari asindeton)
yang berupa acuan di
mana beberapa kata, frase,
atau klausa yang
berurutan dihubungkan
satu sama lain dengan
kata-kata sambung.
(Tarigan, 2013:143)
penanda gaya bahasa adalah
kata sambung ‘atau’ yang
menghubungkan dengan kata
‘kolam air mancur, taman
bermain, century mall’.
Tujuannya untuk
meningkatkan kesan
pembaca.
= Teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GAYA BAHASA PERULANGAN
Tabel 1
Gaya Bahasa Anafora
No Data Hlm Teori Analisis Tanggapan Komentar
Setuju Tidak
1. Tidak ada yang bisa
menghubungi, juga
tidak ada yang bisa
menghentikan terapi
304 Anafora adalah gaya
bahasa repetisi yang
berupa perulangan kata
pertama pada setiap baris
atau setiap kalimat.
(Tarigan, 2013:192)
gaya bahasa anafora terlihat
pada penggunaan kata
‘Tidak ada’ yang diulang-
ulang pada setiap kalimat.
Fungsinya untuk memberi
penekanan terhadap
kenyataan yang
dikemukakan.dalam kutipan
di atas bahwa tidak ada yang
bisa menghubunginya dan
tidak ada yang bisa
menghentikannya
= Teori
Yogyakarta, 19 Februari 2018
Triangulator
Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI