analisis kebijakan master plan xi jinping dalam bidang...

14
Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang Budaya melalui Level Analisis Individu (1966 2015) Satryatama Ekaputra ABSTRAK Penelitian ini membahas analisis kebijakan Master Plan Xi Jinping dengan menggunakan level analisis individu. Pembentukan kebijakan Master Plan ini dilatarbelakangi oleh kunjungan Xi Jinping ke berbagai negara, khususnya negara yang memiliki kultur sepakbola yang kental. Tujuan pembentukan Master Plan adalah memperkaya, menyebarkan nilai-nilai kebudayaan, dan mempromosikan semangat patriotisme dan kolektivisme. Penelitian ini berusaha untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor pembentuk kepribadian dan pola pikir Xi Jinping dalam pembuatan kebijakan Master Plan untuk meraih soft power di dunia internasional. Peneliti melihat pada aspek macrosystem Xi Jinping yakni Revolusi Budaya dalam rangka menjelaskan faktor pembentuk kepribadiannya. Hal yang ditemukan oleh peneliti adalah relasi antara Revolusi Budaya dan nilai- nilai keluarga Xi terhadap kepribadian dan pola pikir Xi dalam pembentukan kebijakan Master Plan. Peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan sepakbola sebagai soft power yang dikembangkan oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi dan perwujudan Chinese Dream dengan berfokus pada pembentukan image Tiongkok di dunia internasional. Kata Kunci: Chinese Dream, Macrosystem, Revolusi Budaya, Soft Power, Xi Jinping Secara tradisional kata power” di dalam Ilmu Hubungan Internasional didefinisikan sebagai istilah yang “hard” atau lebih mudah dimengerti apabila dikaitkan dengan kekuatan militer dan ekonomi. Hard power adalah praktik yang- bertujuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui koersi, intervensi militer, dan sanksi ekonomi. 1 Namun di abad ke-20, ada istilah baru yang dicetuskan oleh Joseph Nye yakni soft power. Istilah ini semakin populer pasca peristiwa 9/11. 2 Nye kemudian mendefinisikan soft power sebagai istilah untuk menggambarkan kemampuan negara dengan menggunakan atraksi atau persuasi demi mengejar kepentingan negara. 3 Nye melengkapi dengan menyatakan bahwa terkadang dengan menggunakan soft power, kepentingan yang diinginkan tidak dapat cepat tercapai atau membutuhkan waktu yang lama. 4 1 Jonathan McClory, The Soft Power 30: A Global Ranking of Soft Power, 2015, hlm. 8, diakses dari http://portland- communications.com/pdf/The-Soft-Power_30.pdf, pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.27. 2 Judit Trunkos, What is Soft Power Capability and How does it Impact Foreign Policy?, 2013, hlm. 1, diakses dari http://www.culturaldiplomacy.org/academy/content/pdf/participant-papers/2013-acdusa/What-Is-Soft-Power- Capability-And-How-Does-It-Impact-Foreign-Policy--Judit-Trunkos.pdf, pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.35. 3 Jonathan McClory, Op. Cit., 8. 4 Joseph S. Nye, Jr., “Chapter 4 – Wielding Soft Power”, Soft Power: The Means to Success in World Politics, 2004, hlm. 1, diakses dari http://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/joe_nye_wielding_soft_power.pdf, pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.48.

Upload: dangtruc

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang Budaya melalui Level Analisis

Individu (1966 – 2015)

Satryatama Ekaputra

ABSTRAK

Penelitian ini membahas analisis kebijakan Master Plan Xi Jinping dengan menggunakan level

analisis individu. Pembentukan kebijakan Master Plan ini dilatarbelakangi oleh kunjungan Xi

Jinping ke berbagai negara, khususnya negara yang memiliki kultur sepakbola yang kental. Tujuan

pembentukan Master Plan adalah memperkaya, menyebarkan nilai-nilai kebudayaan, dan

mempromosikan semangat patriotisme dan kolektivisme. Penelitian ini berusaha untuk melakukan

analisis terhadap faktor-faktor pembentuk kepribadian dan pola pikir Xi Jinping dalam pembuatan

kebijakan Master Plan untuk meraih soft power di dunia internasional. Peneliti melihat pada aspek

macrosystem Xi Jinping yakni Revolusi Budaya dalam rangka menjelaskan faktor pembentuk

kepribadiannya. Hal yang ditemukan oleh peneliti adalah relasi antara Revolusi Budaya dan nilai-

nilai keluarga Xi terhadap kepribadian dan pola pikir Xi dalam pembentukan kebijakan Master

Plan. Peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan sepakbola sebagai soft power yang dikembangkan

oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi dan perwujudan Chinese Dream dengan

berfokus pada pembentukan image Tiongkok di dunia internasional.

Kata Kunci: Chinese Dream, Macrosystem, Revolusi Budaya, Soft Power, Xi Jinping

Secara tradisional kata “power” di dalam Ilmu Hubungan Internasional didefinisikan sebagai

istilah yang “hard” atau lebih mudah dimengerti apabila dikaitkan dengan kekuatan militer dan

ekonomi. Hard power adalah praktik yang- bertujuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui

koersi, intervensi militer, dan sanksi ekonomi.1 Namun di abad ke-20, ada istilah baru yang

dicetuskan oleh Joseph Nye yakni soft power. Istilah ini semakin populer pasca peristiwa 9/11.2

Nye kemudian mendefinisikan soft power sebagai istilah untuk menggambarkan kemampuan

negara dengan menggunakan atraksi atau persuasi demi mengejar kepentingan negara.3 Nye

melengkapi dengan menyatakan bahwa terkadang dengan menggunakan soft power, kepentingan

yang diinginkan tidak dapat cepat tercapai atau membutuhkan waktu yang lama.4

1 Jonathan McClory, The Soft Power 30: A Global Ranking of Soft Power, 2015, hlm. 8, diakses dari http://portland-

communications.com/pdf/The-Soft-Power_30.pdf, pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.27. 2 Judit Trunkos, What is Soft Power Capability and How does it Impact Foreign Policy?, 2013, hlm. 1, diakses dari

http://www.culturaldiplomacy.org/academy/content/pdf/participant-papers/2013-acdusa/What-Is-Soft-Power-

Capability-And-How-Does-It-Impact-Foreign-Policy--Judit-Trunkos.pdf, pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.35. 3 Jonathan McClory, Op. Cit., 8. 4 Joseph S. Nye, Jr., “Chapter 4 – Wielding Soft Power”, Soft Power: The Means to Success in World Politics, 2004,

hlm. 1, diakses dari http://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/joe_nye_wielding_soft_power.pdf,

pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 22.48.

Page 2: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempraktikkan penggunaan soft power adalah melalui

olahraga, khususnya sepakbola. Pemerintah Tiongkok berusaha meraih terlebih dahulu soft power

dalam bidang olahraga, khususnya sepakbola, untuk meraih kepentingannya. Pada awalnya

bertahun-tahun sebelum Xi Jinping menjabat, sepakbola bagi Tiongkok adalah sumber yang

memalukan. Masyarakat memperdulikan olahraga ini tetapi di saat yang bersamaan menimbulkan

kemarahan. Hal yang paling “mengesankan” untuk diingat bagi tim sepakbola laki-laki adalah

selalu mengecewakan masyarakat.5 Keadaan mulai bergeser tatkala Xi Jinping memimpin

Tiongkok pada tahun 2013 – sekarang. Xi Jinping menggantikan Hu Jintao sebagai Sekretaris

Jenderal Partai dan Ketua Komisi Militer Pusat pada bulan November 2012. Xi kemudian menjadi

Presiden Tiongkok pada tanggal 14 Maret 2013.6 Pada tahun pertama kepemimpinannya, Xi

dihadapkan pada masalah di Tibet terkait penghapusan pendidikan melalui kamp kerja paksa.

Menanggapi masalah ini Xi membentuk dua kelompok yakni kelompok pertama bertugas pada

reformasi di enam sektor yakni ekonomi dan ekologi, budaya, demokrasi dan hukum, sistem sosial,

pembentukan partai, dan disiplin partai. Kelompok kedua memantau kebijakan luar negeri dan

dalam negeri terkait pertahanan dan keamanan.7 Di masa kepemimpinan Xi pula, Tiongkok

memiliki kebijakan yang dinamakan Master Plan.

Master Plan merupakan program jangka panjang yang ditetapkan oleh Xi Jinping yang bertujuan

untuk membangun masyarakat yang makmur dengan meningkatkan pendapatan perkapita hingga

$10.000 pada tahun 2021 atau bersamaan dengan perayaan 100 tahun Partai Komunis Tiongkok.

Tujuan lainnya adalah mewujudkan secara penuh bangsa yang berkembang, kaya, dan kuat pada

tahun 2049 atau bersamaan dengan 100 tahun ulang tahun Tiongkok. Apabila Tiongkok berhasil

mewujudkan Master Plan ini maka dari segi ekonomi, IMF mengestimasikan bahwa kekuatan

ekonomi Tiongkok tiga kali lebih besar daripada Amerika Serikat.8 Tidak hanya berkaitan dengan

bidang ekonomi, Master Plan juga bertujuan untuk memperkuat militer Tiongkok. Xi mengakui

bahwa militer yang kuat merupakan syarat untuk mewujudkan bangsa yang makmur serta

menjamin keamanan Tiongkok dari campur tangan bangsa asing.9 Selanjutnya Master Plan juga

bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai kebudayaan Tiongkok seperti patriotisme dan

kolektivisme dengan peningkatan kualitas sepakbola. Tujuan jangka pendeknya adalah

memperbaiki lingkungan dan atmosfer sepakbola dan berfokus pada pelatihan pemain muda.

Sementara tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan partisipasi massa dalam sepakbola,

5 William Wan, “China’s Xi Jinping Loves Football So Much He’s Put It on the National Curriculum – but Can He

Secure the World Cup?”, Independent, 25 Februari 2015, diakses dari

http://www.independent.co.uk/news/world/asia/chinas-xi-jinping-loves-football-so-much-hes-put-it-on-the-national-

curriculum-but-can-he-secure-the-10071110.html pada 21 Maret 2017 pukul 23.22. 6 Chinese Leaders, t.t., diakses dari http://chinese-leaders.org/xi-jinping/ pada 2 September 2017 pukul 11.24. 7 Ibid. 8 Graham Allison, What Xi Jinping Wants, 2017, diakses dari

https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/05/what-china-wants/528561/ pada 4 Januari 2018 pukul

10.03 9 Ibid.,

Page 3: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

menciptakan liga yang kompetitif dan atraktif bagi pemain-pemain luar negeri, meningkatkan daya

saing tim nasional sepakbola putra, hingga menjadi juara Piala Dunia.10

Sejak Xi menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis ke-18, Xi telah menempatkan perkembangan

sepakbola sebagai agenda untuk membangun Tiongkok sebagai negara olahraga yang hebat. Xi

Jinping dalam beberapa kesempatan menunjukkan bahwa industri sepakbola Tiongkok harus

dikembangkan. Selain itu, Perdana Menteri Li Keqiang juga sependapat dengan Xi bahwa

Tiongkok hendak melakukan reformasi sepakbola dan akan menjadi hal yang belum pernah terjadi

sebelumnya. Tujuan pembentukan Master Plan ini adalah untuk memperbaiki kondisi fisik

masyarakat Tiongkok, memperkaya dan menyebarkan nilai-nilai kebudayaan, mempromosikan

semangat patriotisme dan kolektivisme, menumbuhkan budaya olahraga, dan mengembangkan

industri olahraga.11 Hasil jangka panjang yang hendak dicapai oleh Tiongkok melalui

pembentukan Master Plan ini adalah menjadi tuan rumah Piala Dunia serta membawa tim nasional

Tiongkok menjuarai Piala Dunia tersebut.12 Peringkat Tiongkok dalam hal sepakbola juga menjadi

pemicu pembentukan kebijakan ini yakni peringkat ke-86 di bawah Kepulauan Faroe (82) yang

hanya memiliki populasi manusia sebanyak 49.500 jiwa.13 Berbicara mengenai patriotisme dan

kolektivitas yang tercantum dalam tujuan Master Plan ini, Xi mengatakan, “Untuk mewujudkan

impian ini, kita harus bergerak berdasarkan semangat yang dimiliki oleh Tiongkok. Ini adalah

semangat nasional yang berintikan patriotisme.”14

Proses-proses pembentukan Master Plan juga dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas Xi ke luar negeri

melalui kunjungannya ke berbagai negara yang memiliki kultur sepakbola secara kental. Pada

tahun 2009 ketika Xi masih menjadi wakil presiden, Xi diberikan seragam sepakbola dari klub

Bayer Leverkusen dengan nomor punggung 10 selama kunjungannya ke Jerman. Pada saat itu Xi

mengatakan, “Saya bertekad untuk meningkatkan peringkat tim nasional (timnas) Tiongkok

meskipun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama.” Pada tahun 2012, Xi menerima seragam

sepakbola klub La Galaxy yang ditandatangani oleh David Beckham selama kunjungannya ke

Amerika Serikat. Di tahun yang sama, Xi berkunjung ke Dublin dan mendapatkan dirinya difoto

ketika tengah menendang bola di Stadion Croke Park. Pada tahun 2013, Perdana Menteri Inggris,

David Cameron, memberikan Xi seragam sepakbola timnas Inggris beserta tanda tangan pemain-

pemain Inggris di seragam tersebut pada kunjungannya ke Tiongkok.15

10 The Guardian, China Sets Goal of Hosting World Cup with Master Plan of Football, 2015, diakses dari

https://www.theguardian.com/world/2015/mar/17/china-sets-goal-of-hosting-world-cup-with-master-plan-for-

football pada 4 Januari 2018 pukul 10.19 11 Camera Wilson, “Read Chinese Football’s 50-point Reform Plan in Full-Exclusive Translation”, Wild East

Football, 22 Februari 2016, diakses dari https://wildeastfootball.net/2016/02/read-chinese-footballs-50-point-

reform-plan-in-full-exclusive-translation/ pada 2 September 2017 pukul 11.46. 12 Ibid. 13 FIFA / Coca-Cola World Ranking, 9 Maret 2017, diakses dari http://www.fifa.com/fifa-world-ranking/ranking-

table/men/index.html pada 22 Maret 2017 pukul 00.32. 14 Joseph Fewsmiths, Xi Jinping’s Fast Start, 2013, dalam China Leadership Monitor, hlm. 3.

15 Sidney Leng, “China’s Soccer-Mad President Xi Jinping’s Passion for ‘the Beautiful Game’ Sparked while A

Child”, 2015, diakses dari http://www.scmp.com/news/china/policies-politics/article/1871444/chinas-soccer-mad-

president-xi-jinpings-passion pada 30 Oktober 2017 pukul 21.30.

Page 4: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Inisiatif Xi Jinping terhadap sepakbola “tertular” kepada juru bicara Kementrian Luar Negeri

Tiongkok, Hong Lei. Hong menyatakan bahwa Tiongkok siap untuk melalukan pertukaran dan

kerjasama dengan negara yang memiliki tradisi sepakbola kuat. Hong Lei sendiri atas nama

Tiongkok berharap kerjasama yang dilakukan dapat memberikan dampak positif melalui

hubungannya dengan luar negeri dan meningkatkan kualitas sepakbola Tiongkok itu sendiri.16

Warisan Mao Zedong dan Keluarga

Mao Zedong memiliki ruang khusus di dalam pemikiran Xi Jinping. Hal tersebut terbukti pada

pemikiran Mao yang dijadikan oleh Xi sebagai landasan untuk berinteraksi dengan pemimpin

negara lain. Salah satu dari tiga pemikiran Mao yakni kemerdekaan atau independence telah

ditunjukkan Xi sebagai dasar untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan antar

pihak yang bersangkutan. Hal ini pula yang tampak pada kerja sama antara Tiongkok dan Jerman

dalam hal sepakbola.

Pemimpin yang berkuasa di Tiongkok sebelum Xi Jinping tidak hanya Mao Zedong. Ada Deng

Xiaoping, Li Xiannian, Yang Shangkun, Jiang Zemin, dan Hu Jintao. Namun Mao Zedong

memiliki kesan tersendiri yang berbeda bagi Xi Jinping. Hal tersebut terwujud di dalam pidato Xi

yang berjudul Carry on the Enduring Spirit of Mao Zedong Thought pada tanggal 26 Desember

2013.17 Xi mengatakan dalam pidatonya bahwa semangat abadi pemikiran Mao Zedong berasal

dari tiga hal yakni mencari kebenaran dari fakta, garis massa, dan kemerdekaan. Ketiga hal ini

kemudian menjadi dasar untuk membangun partai dan semakin meningkatkan sosialisme dengan

karakteristik yang dimiliki oleh Tiongkok.18

Seperti yang telah peneliti kemukakan di awal, pemikiran ketiga yakni independence atau

kemerdekaan menjadi dasar Xi untuk berinteraksi dengan negara lain. Mao Zedong mengatakan

bahwa kemerdekaan adalah kesimpulan tak terelakkan yang dituliskan oleh partai didasarkan dari

realita di Tiongkok, khususnya setelah melalui berbagai tahapan revolusi, perkembangan, dan

reformasi dengan mengandalkan kekuatan partai dan masyarakat. Mengandalkan diri sendiri

merupakan hal penting ketika mencari perkembangan dan melindungi kebanggaan nasional.

Kedua hal tersebut merupakan jalan untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang. Tiongkok

adalah bangsa yang merdeka dan sudah selayaknya tradisi ini menjadi prinsip yang esensial bagi

partai dan masyarakat. Kesuksesan hanya dapat diraih ketika populasi yang ada di seluruh wilayah

Tiongkok mengikuti jalan mereka sendiri.19 Hal yang unik dan dikatakan oleh Xi berkaca pada

pernyataan Mao tersebut adalah model perkembangan yang ada di dunia ini berbeda-beda, oleh

karenanya tidak dapat diaplikasikan secara universal. Kondisi historis yang berbeda menentukan

pula model perkembangan yang berbeda oleh tiap-tiap negara. Di dalam sejarah umat manusia,

tidak ada negara atau bangsa yang mampu membawa negara atau bangsa tersebut bergerak maju

dengan mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan eksternal atau mengikuti langkah negara –

16 Ministry of Foreign Affairs of the People’s Republic of China, Foreign Ministry Spokesperson Hong Lei’s

Regular Conference on May 19, 2016, 19 Mei 2016, diakses dari

http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/xwfw_665399/s2510_665401/t1364924.shtml pada 6 April 2017 pukul 12.43. 17 Xi Jinping, Op. Cit., 27. 18 Ibid. at 27. 19 Ibid. at 31.

Page 5: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

bangsa lain dengan mata tertutup. Apabila hal tersebut dilakukan maka hal yang dapat ditemui

hanya satu yakni kegagalan. Bagi Tiongkok sendiri mengikuti jalan yang telah ditetapkan yakni

revolusi, perkembangan, dan reformasi adalah garansi bagi partai dan masyarakat untuk meraih

kemenangan demi kemenangan.20

Peristiwa yang membekas bagi Xi di era pemerintahan Mao Zedong adalah Revolusi Budaya.

Revolusi Budaya bagi Xi berperan sebagai macrosystem yang membuat Xi menderita akibat

kekejaman Pengawal Merah terhadap keluarganya. Penderitaan fisik dan psikis yang dialami

membuat Xi menjadi pribadi yang tangguh, meskipun adik meninggal dan ibu meninggalkan diri

Xi. Revolusi Budaya juga membuat Xi menjadi pribadi yang gemar membaca buku hingga

menjadi kutu buku demi mempelajari undang-undang pada masa pemerintahan Mao hingga larut

malam. Walaupun Xi menderita yang disebabkan oleh pemerintahan Mao, namun Xi tidak

membenci Mao justru semakin mendalami pemerintahannya. Xi kemudian dipandang peneliti

sebagai seorang generasi merah, artinya nilai-nilai selama Revolusi Budaya tertanam kuat di dalam

dirinya.

Dimulai dari tahun 1962 ketika ayah Xi, Xi Zhongxun, dianggap sebagai aib dan dianiaya oleh

pemerintah Mao membuat Xi mengalami masa-masa yang sulit. Selama Revolusi Budaya terjadi,

Xi menderita fisik dan psikis. Penderitaan fisik dialami melalui kelaparan dan tidak memiliki

tempat tinggal yang layak atau lebih tepatnya berada di dalam tahanan. Penderitaan psikis yakni

ketika dirinya dipermalukan oleh masyarakat lainnya mengingat ayahnya yang menjadi tahanan

pemerintah Mao. Peristiwa Revolusi Budaya tersebut juga membuat Xi tidak hanya kehilangan

ayahnya, namun juga saudara perempuannya yang meninggal akibat dianiaya oleh Pengawal

Merah. Xi kemudian diarak oleh Pengawal Merah sebagai lawan negara akibat keluarganya yang

menentang revolusi. Tidak hanya sampai di situ, Xi juga dikhianati oleh ibunya dan dikirimkan ke

penjara sebagai anak elit partai yang nakal.21

Bagi keluarganya, Xi adalah sosok yang pemalu dan kutu buku namun mengalami masa-masa

kelam ketika Revolusi Budaya terjadi. Xi kemudian melanjutkan lagi studinya di kelas VII yang

bertempat di sekolah tertutup, artinya sekolah tersebut hanya berisikan murid-murid yang berasal

dari keluarga partai atau militer. Seperti halnya murid lainnya, Xi juga bermain dengan teman

sebayanya. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Xi tumbuh dan berkembang di lingkungan

yang berbeda daripada lingkungan lainnya.22 Kondisi Xi juga dapat dikatakan seperti antiklimaks

mengingat sebelum peristiwa tersebut, Xi adalah anak dari elit partai yang terpandang, namun

setelah peristiwa tersebut terjadi Xi menjadi seorang remaja dengan kasta terendah di masyarakat.

Xi juga tidak dapat menjadi anggota Pengawal Merah, bukan karena tidak bersedia dan tidak

berkenan, namun karena kejatuhan ayahnya telah mencoreng keluarganya.

Tidak hanya Revolusi Budaya, melainkan juga keluarga Xi juga berpengaruh dalam kehidupan

dan pembentukan karakternya. Nilai-nilai dari keluarga seperti (1) disiplin dan suka menonton

20 Ibid. at 32. 21 Chris Buckley dan Didi Kristen Tatlow, “Cultural Revolution Shaped Xi Jinping, From Schoolboy to Survivor”,

2015, diakses dari https://www.nytimes.com/2015/09/25/world/asia/xi-jinping-china-cultural-

revolution.html?mcubz=0 pada 29 Oktober 2017 pukul 16.35. 22 Ibid.

Page 6: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

sepakbola, (2) profesional dan tidak memanfaatkan hal tertentu untuk keinginan diri sendiri, dan

(3) sederhana serta keberpihakan pada masyarakat secara luas merupakan nilai-nilai yang

diturunkan dari ayah maupun ibunya walaupun nilai yang terakhir lebih banyak dipengaruhi oleh

interaksi Xi dengan masyarakat sekitar sewaktu Xi muda. Kegemaran Xi terhadap sepakbola juga

tidak dapat dilepaskan dari ayahnya yang juga gemar menonton sepakbola melalui televisi.

Pertama. Disiplin dan suka menonton sepakbola. Ayah Xi adalah mantan pemimpin partai. Ayah

Xi percaya bahwa disiplin harus dimulai dari dirinya dan keluarganya, sebelum mendisiplinkan

anggota partai lainnya mengingat ayah Xi adalah anggota senior partai. Xi menyukai sepakbola.

Xi bahkan tidur hingga larut hanya demi menonton sepakbola di televisi.23 Apabila Xi memiliki

waktu luang, maka Xi menyempatkan untuk menonton langsung di stadion seperti yang Xi lakukan

pada tahun 1982 dan 1985 demi menyaksikan pertandingan sepakbola. Jauh sebelum tahun 1982

yakni pada tahun 1960-an, Xi juga sering bermain sepakbola dengan cucu Marskal Zhude.

Pengaruh Mao terhadap Xi dapat dikatakan sangat besar, namun tidak dipungkiri pernyataan Deng

Xiaoping bahwa sepakbola harus dimulai dari anak-anak juga Xi sisipkan di pidatonya. Hal yang

unik dari Xi adalah ketika tim dukungannya kalah maka Xi akan marah seperti yang terjadi pada

tahun 1983 ketika Xi menyaksikan tim nasional Tiongkok dikalahkan klub Inggris dengan skor 1-

5. Xi meninggalkan stadion dengan wajah muram.

Kedua. Profesional dan tidak menggunakan hal tertentu untuk keuntungan diri sendiri. Ketika Xi

mulai menjabat sebagai pengurus partai, ibu Xi mengadakan pertemuan keluarga yang membahas

bahwasanya di dalam pekerjaan atau ketika sedang mengurus partai, tidak ada yang dinamakan

relasi keluarga. Warisan lain berupa peraturan yang ketat seperti yang orang tua Xi lakukan

diteruskan Xi dalam keluarganya. Di manapun Xi bekerja, tidak ada seorang pun dari anggota

keluarganya yang diperbolehkan menggunakan namanya demi meraih keuntungan tertentu.

Apabila hal tersebut dilakukan, maka Xi akan murka.24

Ketiga. Kesederhanaan dan keberpihakan pada masyarakat luas. Kesederhanaan yang diwariskan

dari orang tuanya terlihat dari nama anak Xi, Xi Mingze, yang berarti hidup dengan jujur dan

berguna bagi masyarakat sekitar.25 Pemberian nama Xi Mingze untuk anak perempuannya dengan

makna yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan cerminan Xi pada masa mudanya. Ketika Xi

dibuang ke Shaanxi selama tujuh tahun, Xi membantu orang-orang sekitar untuk mendapatkan

akses listrik, membangun jembatan, dan merenovasi sekolah dasar. Ketika Xi telah menjadi

komandan partai di kota Fuzhou, Xi kembali ke desa ini dengan memberikan bantuan berupa uang

kepada penduduk yang tua dan memberikan bantuan peralatan sekolah untuk anak-anak seperti tas

sekolah, alat tulis, dan alarm. Xi meninggalkan desa Shaanxi ketika Xi berumur 22 tahun dan telah

membantu sebanyak yang Xi mampu lakukan. Kepedulian Xi terhadap orang lain tidak dapat

dilepaskan oleh keputusan-keputusannya seperti yang Xi lakukan pada tahun 1980. Pada saat itu

banyak teman-temannya yang lebih memilih untuk berbisnis atau melanjutkan studi ke luar negeri,

namun Xi lebih memilih bekerja sebagai wakil sekretaris partai di kota kecil, Zhengding, yang

terletak di provinsi Hebei. Pada awalnya orang-orang meragukan kemampuan Xi. Namun pada

akhirnya Xi mendapatkan kepercayaan dari penduduk setempat. Hal tersebut tidak terlepas dari

kesederhanaan Xi dengan makan di bawah pohon bersama petani sambil berbincang-bincang.

23 Xi Jinping, Op. Cit., 496. 24 Xi Jinping, Op. Cit., 496. 25 Xi Jinping, Op. Cit., 497.

Page 7: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Kebutuhan masyarakat adalah tugas Xi dan merupakan agenda rutin Xi ketika berkunjung ke desa-

desa. Ketika Xi telah memiliki jabatan tinggi di partai, Xi mencegah bawahannya untuk bertindak

di luar kepentingan atau kebutuhan masyarakatnya. Pernyataan menarik Xi ketika membela

masyarakatnya adalah “Will we offend a few hundred officials, or will we fail millions of people?”

Bagi Xi sudah menjadi kewajiban pengurus partai untuk menunjukkan cintanya terhadap

masyarakat serta bekerja dan membawa masyarakat menuju kemakmuran.26

Tujuan yang tercantum dari adanya pembentukan Master Plan oleh Xi Jinping adalah

meningkatkan kondisi fisik masyarakat Tiongkok, memperkaya kehidupan budaya masyarakat,

mempromosikan semangat patriotisme dan kolektivisme, serta menumbuhkan budaya olahraga.27

Pada bagian ini peneliti lebih menitikberatkan pada poin patriotisme dan kolektivisme. Peneliti

berargumen bahwa salah satu tujuan Master Plan yakni mempromosikan semangat patriotisme dan

kolektivisme tersebut lahir dari Revolusi Budaya di era pemerintahan Mao Zedong dan keluarga.

Tidak hanya dari kedua peristiwa tersebut, melainkan juga kepemimpinan Xi yang bercorak

sosialisme dengan karakteristik Tiongkok mendukung promosi kedua semangat tersebut. Figur Xi

yang dianggap sebagai “ayah” oleh masyarakat, membuat Xi menjadi lebih dekat dengan

masyarakat termasuk pemuda-pemudi. Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang semangat

patriotisme dan kolektivisme yang secara khusus ditujukan untuk para pemuda Tiongkok. Di

dalam pidato tanggal 21 Oktober 2013, Xi mengajak murid-murid di Tiongkok bahwa masa

mereka adalah waktu yang tepat untuk melakukan inovasi dan mewujudkan mimpi. Murid-murid

atau para pemuda merupakan patriot cinta serta ide, aspirasi, dan aksi mereka tidak hanya mampu

membuat Tiongkok menjadi bangsa yang besar, melainkan juga mewujudkan Chinese Dream

menjadi nyata. Pertama, Xi mengajak para pemuda untuk menganut patriotisme.28 Apabila

didasarkan pada argumen Chris Buckley dan Didi Kristen Tatlow, maka nilai patriotisme Xi ini

lahir ketika Revolusi Budaya telah terjadi. Pahlawan negara pada saat itu adalah dengan tidak

melawan pemerintah Mao. Xi bahkan membaca buku demi memahami undang-undang pada saat

itu dan pemerintahan Mao.29 Pengimplementasian nilai patriotisme Xi ini tampak ketika di dalam

pidatonya Xi mengatakan bahwa patriotisme adalah tali yang dapat menyatukan seluruh rakyat

Tiongkok. Di mana pun pemuda Tiongkok berada baik di dalam negeri maupun di luar negeri, Xi

mengatakan “Chinese students should always keep the home country and its people in their

hearts”.30

Impian Tiongkok oleh Xi Jinping

Impian Tiongkok ini muncul berdasar pada kesulitan di masa lalu. Xi mengatakan bahwa bangsa

Tiongkok mengalami kesulitan dan kesengsaraan yang tidak terhitung, namun jarang terlihat di

mata dunia. Pembaharuan bangsa Tiongkok juga dimulai dari kesulitan dan kesengsaraan pada

masa lalu. Fewsmith kemudian berpendapat bahwa Impian Tiongkok bukan hanya cerminan

perjuangan bangsa di masa modern, namun juga semua sejarah bangsa baik masa modern atau

lampau. Xi mengatakan bahwa ketika sejarah dilihat kembali, maka menemukan jalan yang benar

tidaklah diraih dengan mudah. Jalan tersebut diciptakan melalui eksplorasi berkelanjutan sejak

26 Ibid. at 481. 27 Camera Wilson, Op. Cit. 28 Xi Jinping, Op. Cit., 63. 29 Chris Buckley dan Didi Kristen Tatlow, Op. Cit. 30 Xi Jinping, Op. Cit., 64.

Page 8: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

negara Tiongkok berdiri atau sekitar 60 tahun lalu. Peradaban bangsa Tiongkok telah ada bahkan

sejak 5.000 tahun terakhir.

Fewsmith berpendapat bahwa Impian Tiongkok merupakan kebanggaan nasional. Orang-orang

Tiongkok tidak pernah menyerah dan selalu memberikan perlawanan sengit hingga pada akhirnya

mampu menguasai takdir mereka sendiri dan memulai perjalanan besar untuk membangun negara

mereka sendiri. Oleh karenanya di dalam Impian Tiongkok tersebut mengandung nilai patriotisme

yang menunjukkan semangat nasional. Tidak hanya peran masyarakat yang besar dalam

pembentukan Impian Tiongkok ini, melainkan juga peran Partai Komunis Tiongkok. Partai

dipandang memiliki kepemimpinan politik untuk membimbing masyarakat mewujudkan impian.31

Wacana Impian Tiongkok tersebut dipandang Fewsmith telah ada sejak lama, bahkan sejak tahun

1902 ketika Liang Qichao menyebutkan “China Dream” dalam esai yang berjudul “The Future of

New China”. Bayangan Liang yang tertuang dalam esainya tersebut adalah ada sebuah negara yang

kaya dan berkuasa. Sekitar satu dekade lalu juga ada program televisi yang berjudul “China

Dream”. Terbaru gagasan Impian Tiongkok tertuang dalam slogan olimpiade dengan nuansa lebih

kosmpolit yakni “One World One Dream”. Xi kemudian mengatakan bahwa Impian Tiongkok

merupakan impian setiap orang Tiongkok, artinya impian ini bersifat kolektif, bukan individu.

Fewsmith mengutarakan pendapatnya bahwa impian Tiongkok ini berbeda dengan Impian

Amerika. Impian Amerika lebih menitikberatkan pada perjuangan pribadi, sementara Impian

Tiongkok dibangun atas dasar patriotisme dan kolektivisme. Di dalam pidato penutupnya pada

Kongres Nasional, Xi mengatakan bahwa untuk mewujudkan impian ini, Tiongkok wajib

menunjukkan semangat orang Tiongkok, intinya adalah semangat nasional dengan berlandaskan

nilai patriotisme.32 Sementara Robert Lawrence Kuhn mencoba melengkapi pernyataan Fewsmith

dengan memberikan target waktu tercapainya Impian Tiongkok ini. Menurut Kuhn, Impian

Tiongkok yang dinyatakan oleh Presiden Tiongkok tersebut merupakan peremajaan besar bangsa

Tiongkok. Impian Tiongkok ini memiliki arti “two 100s”, artinya pada tahun 2020 Tiongkok akan

menjadi bangsa dengan masyarakat yang kaya. Pada tahun 2020 tersebut, Tiongkok memperingati

100 tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok. Angka 100 yang kedua terwujud pada tahun 2049

ketika Tiongkok menjadi bangsa yang sepenuhnya maju sekaligus menandakan 100 tahun

berdirinya negara Tiongkok.33

Konsep soft power yang dicetuskan oleh Nye memang dapat diterapkan dalam olahraga,

khususnya sepakbola. Menurut Nye, soft power adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak

lain melalui daya tarik dan persuasi. Han berpendapat bahwa strategi penggunaan soft power oleh

Tiongkok, khususnya dalam bidang sepakbola, tidak hanya digunakan untuk membentuk image

baik Tiongkok di dunia internasional, melainkan juga ada hal lain yang hendak dicapai. Hal lain

tersebut adalah untuk menunjukkan identifikasi diri Tiongkok. Olahraga dapat digunakan sebagai

kendaraan untuk strategi pencapaian soft power. Berbagai contoh turnamen olahraga yang kental

dengan pencapaian soft power adalah Piala Dunia 2002 yang diselenggarakan oleh Korea Selatan

dan Jepang, Piala Dunia 2006 oleh Jerman demi mengubah pandangan negara-negara lain terhadap

Jerman khususnya perang di masa lalu, dan Olimpiade London 2012 dengan menunjukkan Inggris

31 Ibid. at 4 32 Ibid. 33 Robert Lawrence Kuhn, “Xi Jinping’s Chinese Dream”, 2013, diakses dari

http://www.nytimes.com/2013/06/05/opinion/global/xi-jinpings-chinese-dream.html pada 25 November 2017 pukul

19.54.

Page 9: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

sebagai negara yang ramah terhadap bisnis.34 Langkah yang dapat dilakukan dalam mencapai

cultural soft power Tiongkok ini adalah dengan membentuk liga. Liga yang populer dapat

memberikan kesempatan tak ternilai bagi pemerintah untuk menarik orang lain, budaya, dan yang

terpenting adalah citra nasional.

Han berpendapat bahwa sepakbola yang digunakan oleh Xi Jinping tidak hanya diperuntukkan

meraih soft power, melainkan juga ada propaganda yang dibawa oleh Tiongkok.35 Pernyataan ini

kemudian didukung oleh Aedan Mordecai bahwa Xi mampu menyisipkan propagandanya ke

dalam sepakbola mengingat sepakbola tidak secara aktif mengkomunikasikan pesan di luar dunia

olahraga. Mordecai juga berpendapat bahwa sepakbola yang dibawa oleh Xi dapat menarik

perhatian negara-negara lain untuk bekerja sama dengan Tiongkok dalam membangun

pesepakbolaan Tiongkok. Hal ini tidak terlepas dari resonansi global. Di satu sisi banyak

masyarakat luar negeri yang mengalami kesulitan dalam memahami bahasa Mandarin. Di sisi lain

sepakbola adalah bahasa universal yang dapat melampaui hambatan komunikasi dan budaya.36

Simpulan

Pertama. Latar belakang Xi sebagai saksi hidup peristiwa Revolusi Budaya di era Mao Zedong

dan nilai-nilai keluarga yang diturunkan kepadanya. Keterlibatan Xi dalam peristiwa Revolusi

Budaya membuat Mao Zedong memiliki ruang khusus di dalam pemikiran Xi Jinping. Hal ini

tampak pada salah satu pemikiran Mao yang dijadikannya sebagai landasan untuk berinteraksi

dengan pemimpin negara lain. Salah satu dari tiga pemikiran Mao Zedong tersebut adalah

independence sebagai dasar untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak

yang terlibat. Dapat dicontohkan ketika Xi menjalin kerja sama dengan Jerman dalam sepakbola.

Anak-anak yang tengah bermain sepakbola tersebut diharapkan oleh Xi untuk menjadi generasi

mendatang yang akan mencerahkan Tiongkok dan Jerman.

Kedua. Mewujudkan Chinese Dream atau Impian Tiongkok yang menitikberatkan pada

pembentukan image Tiongkok di dunia internasional. Setiap entitas memiliki impian. Dengan

pengalamannya di masa lalu, Xi membentuk konsep Impian Tiongkok ini. Impian ini memiliki

keterkaitan yang erat dengan masyarakat, mengingat pada masa lalu Xi bergaul dengan masyarakat

luas. Tidak hanya memberikan konsep saja, melainkan juga Xi memberikan langkah-langkah

dalam mewujudkannya. Kaum muda Tiongkok menjadi sasaran untuk mengimplementasikan

langkah-langkah yang diberikan oleh Xi. Namun Xi juga merupakan sosok yang oportunis artinya

dengan menggunakan nama Impian Tiongkok, Xi menyisipkan impiannya yang berkaitan dengan

sepakbola. Sepakbola sebagai olahraga yang paling sering ditonton oleh masyarakat berbanding

lurus dengan Impian Tiongkok yang menitikberatkan pada masyarakat secara luas pula. Dengan

menggunakan sepakbola pula sebagai pemersatu masyarakat, misi pencapaian cultural soft power

dapat tercapai. Cultural soft power ini khususnya berfokus pada pembentukan image Tiongkok di

mata internasional. Image yang indah tidak dapat tercapai apabila nilai-nilai seperti patriotisme,

kolektivisme, dan sosialisme diabaikan. Penanaman nilai tersebut dilakukan sejak usia dini. Master

Plan dalam bidang sepakbola yang dibentuk oleh Xi Jinping merupakan langkah yang tepat, tidak

hanya semata-mata menjadi juara Piala Dunia, melainkan juga menjadikan Tiongkok sebagai

34 Keunsu Han, “Chinese Soccer, Soft Power and Fair Play, 2017, dalam China Policy Institute. 35 Ibid. 36 Aedan Mordecai, “Is Football the Key to China’s Soft Power Push?”, 2016, dalam The Diplomat.

Page 10: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

negara dengan memiliki image yang indah di mata internasional hingga menjadi negara socialist

cultural superpower.

Daftar Pustaka

Buku

Jinping, Xi. 2014. The Governance of China. Beijing: Foreign Languages Press Co. Ltd.

Buku Elektronik

Breuning, Marijke. 2007. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave

Macmillan.

Bronfenbrenner, Urie. 1979. The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and

Design. Harvard University Press.

Cottam, Martha. 2004. Introduction to Political Psychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum

Associates, Inc.

Wozniak, Robert H. dan Kurt W. Fischer. 1993. Development in Context: Acting and Thinking in

Specific Environments. New York: Psychology Press.

Jurnal Ilmiah

Benghida, Sonia. 2014. “World Cup Football in International Relations: The 2009 Algerian –

Egyptian football conflict”, dalam ISSR Journals, Vol. 9, No. 1, pp. 234-238.

Bonicafe, Pascal. 1988. “Football as a Factor (and Reflection) of International Politics”, dalam

The International Spectator, Vol. 33, No. 4, pp. 1-12.

Brown, Kerry. 2012. “The Communist Party of China and Ideology”, dalam International Journal,

Vol. 10, No. 2, pp. 52 – 68.

Fewsmiths, Joseph. 2013. “Xi Jinping’s Fast Start”, dalam China Leadership Monitor, Vol. 3, No.

41, pp. 1 – 7.

Han, Keunsu. 2017. “Chinese Soccer, Soft Power, and Fair Play”, dalam China Policy Institute.

Horton, Paul. 2011. “Sport in Asia: Globalization, Glocalization, Asianization”, dalam Piotr

Pachura (Ed.), 2011, New Knowledge of Globalization (Rijeka: Intech Open).

Jinxia, Dong dan J. A. Mangan. 2001. “Football in the New China: Political Statement,

Entrepreneurial Enticement and Patriotic Passion”, dalam Soccer and Society, Vol. 2, No.

3, pp. 79 – 100.

Lensing, Dexter. 2016. “From Mao to Xi: Chinese Political Leadership and the Craft of

Consolidating Power”, dalam McNair Journal, Vol. 12, No. 15, pp. 59 – 86.

Mordecai, Aedan. 2016. “Is Football the Key to China’s Soft Power Push?”, dalam The Diplomat.

Mujahidah. 2015. “Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner dalam Membangun Pendidikan

Karakter yang Berkualitas”, dalam Lentera.

Nye, Joseph. 1990. “Soft Power”, dalam Foreign Policy, Vol. 20, No. 80, pp. 153 – 171.

Stanzel, Angela. 2016. “Chinese Culture after the Cultural Revolution”, dalam China Policy

Institute: Analysis.

Page 11: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Tao, Liu dan Wang Chuanyou. 2016. “Analysis of Differences between Chinese and Western

Sport Philosophy”, dalam Philosophy Study, Vol. 6, No. 3, pp. 149 – 154.

Von Hagen-Jamar, Alexander. 2017. The Image Game: An Explanatory Case Study on Soft Power

as a Strategic Ulterior Motive in Chinese Football. Lund University Libraries.

Wang, Hongying dan Yeh-Chung Lu. 2008. “The Conception of Soft Power and Its Policy

Implications: A Comparative Study of China and Taiwan”, dalam Journal of

Contemporary, Vol. 17, No. 56, pp. 425 – 447.

Internet

Anon. t.t. Confucius 101: A Key to Understanding the Chinese Mind, dalam http://www.china-

mike.com/chinese-culture/understanding-chinese-mind/confucius/ [Diakses 30 September

2017].

Allison, Graham. 2017. What Xi Jinping Wants, dalam

https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/05/what-china-wants/528561/

[Diakses 4 Januari 2018].

Bairner, Alan. 2017. Xi Jinping’s Football Dream and the Nightmare Scenario, dalam

https://cpianalysis.org/2017/04/10/xi-jinpings-football-dream-and-the-nightmare-

scenario/ [Diakses 26 November 2017].

Bubalo, Anthony. 2005. Football Diplomacy, dalam

https://www.lowyinstitute.org/sites/default/files/pubfiles/Bubalo%2C_Football_diplomac

y_stripe_1.pdf. [Diakses pada 14 April 2017].

Buckley, Chris dan Didi Kristen Tatlow. 2015. Cultural Revolution Shaped Xi Jinping, From

Schoolboy to Survivor, dalam https://www.nytimes.com/2015/09/25/world/asia/xi-jinping-

china-cultural-revolution.html?mcubz=0 [Diakses 30 September 2017].

Cambridge Dictionary. 2017. Football, dalam

http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/football [Diakses 10 Mei 2017].

China.org.cn. 2011. Four Cardinal Principles (Mar. 1979), dalam

http://www.china.org.cn/china/CPC_90_anniversary/2011-06/22/content_22838756.htm

[Diakses 1 Desember 2017].

China.org.cn. 2012. The 18th National Congress of the Communist Party of China (CPC), dalam

http://www.china.org.cn/china/18th_cpc_congress/2012-11/16/content_27137540_3.htm

[Diakses 17 November 2017].

Chinese Leaders. t.t. 中國領導, dalam http://chinese-leaders.org/xi-jinping/ [Diakses 2 September

2017].

Collins Dictionary. t.t. Definition of ‘soft power’, dalam

https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/soft-power [Diakses 30 September

2017].

Eden, Jon Theis. 2013. Major Research Paper: Soccer and International Relations, dalam

https://ruor.uottawa.ca/bitstream/10393/26069/1/EDEN%2C%20Jon%20Theis%2020135

.pdf [Diakses pada 28 September 2017].

English Oxford Dictionaries. t.t. Soft Power, dalam

https://en.oxforddictionaries.com/definition/soft_power [Diakses 30 September 2017].

FIFA. 2017. Our Commitment, dalam

https://www.fifa.com/mm/document/footballdevelopment/education/55/95/17/fifa_brand

broschuere_23x23_e_13324%5B1%5D.pdf [Diakses 4 Januari 2018].

Page 12: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

_____________. 2017. World Ranking, dalam http://www.fifa.com/fifa-world-ranking/ranking-

table/men/index.html [Diakses 22 Maret 2017].

Hird, Derek. 2017. Xi Jinping’s Family Values, dalam https://cpianalysis.org/2017/09/22/xi-

jinpings-family-values/ [Diakses pada 30 September 2017].

Jian, Ma. 2016. Xi Jingping – A Son of the Cultural Revolution, dalam

https://www.japantimes.co.jp/opinion/2016/05/15/commentary/world-commentary/xi-

jinping-son-cultural-revolution/#.WfWwnluCzIX [Diakses 29 Oktober 2017].

Kim, Hwajung. 2011. Cultural Diplomacy as the Means of Soft Power in an Information Age,

dalam http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-

studies/Hwajung_Kim_Cultural_Diplomacy_as_the_Means_of_Soft_Power_in_the_Infor

mation_Age.pdf [Diakses pada 14 April 2017].

Kuhn, Robert Lawrence. 2013. Xi Jinping’s Chinese Dream, dalam

http://www.nytimes.com/2013/06/05/opinion/global/xi-jinpings-chinese-dream.html

[Diakses 25 November 2017].

Leng, Sidney. 2015. China’s Soccer-Mad President Xi Jinping’s Passion for ‘the beautiful game’

Sparked while a Child, dalam http://www.scmp.com/news/china/policies-

politics/article/1871444/chinas-soccer-mad-president-xi-jinpings-passion [Diakses 21

Maret 2017].

McClory, Jonathan. 2015. The Soft Power 30: A Global Ranking of Soft Power [pdf], dalam

www.softpower30.com [Diakses pada 12 September 2017].

Ministry of Foreign Affairs of the People’s Republic of China. 2016. Foreign Ministry

Spokesperson Hong Lei’s Regular Conference on May 19 2016, dalam

http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/xwfw_665399/s2510_665401/t1364924.shtml

[Diakses 6 April 2017].

Murray, Stuart. 2011. Sports-Diplomacy: A Hybrid of Two Halves, dalam

http://www.culturaldiplomacy.org/academy/content/pdf/participant-papers/2011-

symposium/Sports-Diplomacy-a-hybrid-of-two-halves--Dr-Stuart-Murray.pdf [Diakses 7

Mei 2017].

Murray, Stuart dan Geofrey Allen Pigman. 2014. Mapping the relationship between international

sport and diplomacy, dalam

http://www.repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/41884/Murray_Mapping_2014.pdf

?sequence=3 [Diakses 5 April 2017].

Nye, Joseph. 2004. Soft Power: The Means to Success in World Politics, dalam

http://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/joe_nye_wielding_soft_power.

pdf [Diakses 21 Maret 2017].

____________. t.t. Soft Power and Higher Education, dalam

https://net.educause.edu/ir/library/pdf/ffpiu043.pdf [Diakses 3 September 2017].

Paquette, Dede dan John Ryan. 2015. Bronfenbrenner’s Ecological Systems Theory, dalam

http://dropoutprevention.org/wp-

content/uploads/2015/07/paquetteryanwebquest_20091110.pdf [Diakses 30 September

2017].

People’s Republic of China. 2009. Unite as One and Work for a Bright Future, dalam

http://www.china-un.org [Diakses 1 Desember 2017].

Permanent Mission of the People’s Republic of China to the United Nations and Other

International Organizations in Vienna. 2013. President Xi Delivers Speech at Close

Page 13: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi

Meeting of 1st Session of 12th of NPC, dalam http://www.chinesemission-

vienna.at/eng/zgbd/t1022389.htm [Diakses 1 Desember 2017].

Porteus, James. 2017. Germany’s Football Diplomacy Delights Beaming Xi Jinping as Chinese

President and Angela Merkel Watch Kids, dalam

http://www.scmp.com/sport/soccer/article/2101554/germanys-football-diplomacy-

delights-beaming-xi-jinping-chinese [Diakses 29 Oktober 2017].

Roddy, Tom. 2017. The Hard Cash and Soft Power Driving China’s Footballing Ambitions, dalam

http://www.newsweek.com/sport-chinese-super-league-president-xi-jinping-568441

[Diakses 8 Mei 2017].

The Guardian. 2015. China Sets Goal of Hosting World Cup with Master Plan of Football, dalam

https://www.theguardian.com/world/2015/mar/17/china-sets-goal-of-hosting-world-cup-

with-master-plan-for-football [Diakses 4 Januari 2018].

Toktomushev, Kemel. 2016. Sports as China’s Soft Power in Central Asia, dalam

https://www.chinausfocus.com/culture-history/sport-as-chinas-soft-power-in-central-asia

[Diakses 4 Desember 2017].

Trunkos, Judit. 2013. What is Soft Power Capability and How does it Impact Foreign Policy?,

dalam http://www.culturaldiplomacy.org/academy/content/pdf/participant-papers/2013-

acdusa/What-Is-Soft-Power-Capability-And-How-Does-It-Impact-Foreign-Policy--Judit-

Trunkos.pdf [Diakses 21 Maret 2017].

Wan, William. 2015. China’s Xi Jinping Loves Football So Much He’s Put It on the National

Curriculum – but Can He Secure the World Cup?, dalam

http://www.independent.co.uk/news/world/asia/chinas-xi-jinping-loves-football-so-

much-hes-put-it-on-the-national-curriculum-but-can-he-secure-the-10071110.html

[Diakses 21 Maret 2017].

Wilson, Camera. 2016. Read Chinese Football’s 50-point Reform Plan in Full-Exclusive

Translation, dalam https://wildeastfootball.net/2016/02/read-chinese-footballs-50-point-

reform-plan-in-full-exclusive-translation/ [Diakses 8 Mei 2017].

Yutang Sports. 2015. Why CSL Keep on Sending Youth Players Abroad?, dalam

http://en.ytsports.cn/news-690.html [Diakses 8 Mei 2017].

Zhang, Yao. 2009. Nixon’s Trip to China and His Media Policy, dalam

https://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1250709340&disposition=inline

[Diakses 3 September 2017].

Page 14: Analisis Kebijakan Master Plan Xi Jinping dalam Bidang ...repository.unair.ac.id/69783/3/JURNAL_Fis.HI.22 18 Eka a.pdf · oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi