analisis kelayakan pembiayaan murabahah di bank …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/878/1/asri...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
SUKOWATI SRAGEN CABANG BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH:
ASRI FITRI ASTUTI
NIM: 201-12-001
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
KEMENTRIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMJl. Nakula Sadewa V No. 09 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
iv
PENGESAHAN
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) SUKOWATI SRAGEN
CABANG BOYOLALI
DISUSUN OLEHASRI FITRI ASTUTI
NIM: 201-12-001
Telah dipertahankan di depan Paniti Dewan Penguji Tugs Akhir FakultasEkonomi dn Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
tanggal 28 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperolehgelar Ahli Madya Ekonomi Syariah.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :Dr. Faqih Nabhan, SE, MM. __________________
Sekretaris Penguji : Hikmah Endraswati,SE, M.Si. __________________
Penguji 1 : Drs. H Alfred L., M.Si. __________________
Penguji II : Ari Setiawan, S.Pd., MM. __________________
Salatiga, 1 September 2015Dekan
Dr. Anton Bawono, M.SiNIP. 19740320 200312 1 001
KEMENTRIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMJl. Nakula Sadewa V No. 09 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama : Asri Fitri Astuti
NIM : 20112001
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujur-jujurnya, bahwa Tugas Akhir yang
berjudul “ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) SUKOWATI SRAGEN
CABANG BOYOLALI” adalah murni hasil penelitian sendiri dan bukan plagiat
hasil karya orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang disebutkan rujukannya.
Salatiga, 12 Agustus 2015Yang menyatakan
Asri Fitri Astuti
vi
MOTTO
1. Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
2. Waktu akan terus berjalan tanpa kompromi, manfaatkan waktumu sebaik mungkin.
3. Sebuah perjuangan tidak ada yang sia-sia apabila dilandasi dengan keikhlasan.
4. Jawaban dari sebuah keberhasilan adalah senantiasa belajar dan bekerja keras tanpa
pantang menyerah.
5. Setiap permasalahan selesaikanlah dengan tawakal dan iman yang tebal.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkahan rahmat dan Hidayah-
Nya tugas akhir ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT, yang telah mengabulkan di setiap do’a yang penulis ucapkan.
2. Kedua Orang Tuaku, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih
sayang
3. Kedua adikku yang ikut memberikan semangat.
4. Keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasi.
5. Sahabat-sahabatku yang memberikan kritikan dan bantuan.
6. Seluruh Staf BPRS Sragen Sukowati cabang Boyolali, terima kasih atas
bantuannya.
7. Teman spesial, yang selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, bantuan
dan semangat.
8. Teman-teman Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2012.
9. Ibu Hikmah, terima kasih atas bimbingannya dari awal pembuatan tugas
akhir hingga selesai.
10. Bapak Mifdlol, terima kasih atas motivasinya.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
judul “ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) SUKOWATI SRAGEN
CABANG BOYOLALI” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian Tugas Akhir di antaranya :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Hikmah Endraswati, SE.,M.Si selaku pembimbing dalam penulisan Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc.M.Si selaku Ketua Jurusan D III
Perbankan Syariah dan selaku DPL magang.
5. Kepada pimpinan dan semua staf BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
6. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi dan
non materi.
ix
7. Rekan-rekan seperjuangan D III Perbankan Syariah 2012, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga
penulisan Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Salatiga, 12 Agustus 2015
Asri Fitri Astuti201 12 001
x
ABSTRAK
Fitri Astuti, Asri. 2015. Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah diBank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Sukowati Sragencabang Boyolali. Tugas Akhir Diploma III. Jurusan PerbankanSyariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut AgamaIslam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: HikmahEndraswati, SE.,M.Si
Kata Kunci: Kelayakan Pembiayaan dan Murabahah
Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti proses kelayakanpembiayaan murabahah yang diterapkan BPRS Sukowati Sragen cabangBoyolali. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proseskelayakan pembiayaan murabahah di BPRS Sukowati Sragen cabangBoyolali, dan (2) Untuk mengetahui tindak lanjut setelah pembiayaandicairkan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data penelitianini diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan pihak yangterkait BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa proses kelayakanpembiayaan murabahah di BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali tidakada unsur riba dan sesuai prinsip pada umumnya yaitu denganmenggunakan prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Capital,Conditiondan Colletral. BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali akan melakukanpengawasan dan pembinaan bagi nasabah yang telah melakukan pencairan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN DAN SKEMA ............................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan Dan Kegunaan ......................................................... 7
D. Metode Penelitian ................................................................ 7
E. Penegasan Istilah ................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ..................................................................... 11
xii
B. Kerangka Teoritik ................................................................ 14
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ................................. 14
2. Pembiayaan .................................................................. 21
3. Murabahah ................................................................... 24
4. Analisis Terhadap Kelayakan Suatu Pembiayaan .......... 29
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BPRS Sukowati Sragen ........................... 40
B. Visi dan Misi ....................................................................... 41
C. Susunan Manajemen BPRS Sukowati Sragen ...................... 44
D. Tugas dan Wewenang Jabatan di BPRS Sukowati Sragen ... 45
E. Produk-produk BPRS Sukowati Sragen ............................... 65
BAB IV ANALISIS ................................................................................ 69
BAB V PENUTUP ................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................... 90
B. Saran ................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pembiayaan ......................................... 4
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Pendapatan Pembiayaan ...................... 5
Tabel 4.1 Jumlah Pencairan Pembiayaan murabahah selama 1 tahun ...... 83
Tabel 4.2 List kelayakan nasabah pembiayaan murabahah ...................... 84
Tabel 4.3 List tindakan BPRS setelah pembiayaan dicairkan .................. 87
xiv
DAFTAR BAGAN DAN SKEMA
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPRS Sukowati Sragen ............................ 43
Skema 4.1 Proses Pembiayaan di BPRS Sukowati Sragen ........................ 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam
memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor
yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan
jasa bank. Oleh karena itu saat ini dan di masa yang akan datang kita tidak
akan terlepas dari dunia perbankan, jika hendak menjalan aktifitas keuangan,
baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan (Kasmir,
2004:2).
Keberadaan perbankan dalam sistem perekonomian global telah
menjadi urat nadi bagi keberlangsungan ekonomi, baik dalam skala mikro
maupun makro. Sistem ekonomi kapitalis dalam menjalankan fungsinya,
menjadikan bunga sebagai basis aktifitasnya di perbankan (Hasan
Muhammad, Purnamasari, Zulpawati, Elbadriati, 2008:97).
Menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1998 bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang
kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat
kelebihan dana maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dana yang
disimpan di bank atau masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan
2
untuk investasi di bank. Dana yang disimpan di bank aman karena terhindar
dari kehilangan atau kerusakan, karena bank saat ini dilindungi oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Penyimpanan uang di bank di samping juga aman
juga menghasilkan bunga (Konvensional) atau bagi hasil (Syariah) dari uang
yang disimpannya. Dana masyarakat yang disimpan oleh bank disalurkan
kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana. Bagi masyarakat yang
kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha atau
kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank. Kepada
masyarakat yang akan diberi pinjaman diberikan berbagai persyaratan yang
harus segera dipenuhi. Masyarakat peminjam juga dikenakan bunga atau bagi
hasil dan biaya administrasi yang besarnya tergantung masing-masing bank
(Kasmir, 2004:4-5).
Perbankan Syariah sebagai salah satu bentuk keuangan modern telah
ada di negara-negara muslim sejak tahun 1960-an. Diawali dengan berdirinya
Mut Ghamr Local Saving Bank di Mesir. Namun akibat situasi politik saat itu,
bank ini diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Central Bank of Egypt
tahun 1967, sehingga kemudian beroperasi atas dasar riba. Pada tahun 1972
sistem bank tanpa bunga (riba) diperkenalkan lagi dengan berdirinya Nasr
Social Bank di Mesir. Tonggak sejarah lainnya bagi perkembangan bank Islam
yaitu dengan didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975
di Jeddah yang diprakarsai oleh negara anggota Organisasi Konferensi Islam
(OKI). IDB ini kemudian memainkan peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan dana negara-negara muslim untuk pembangunan. Akhirnya
3
berdirinya IDB memotivasi banyak negara lain untuk mendirikan lembaga
keuangan syariah, sehingga akhir tahun 1970-an dan awal dekade 1980-an
bank-bank Islam bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk,
Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh dan Turki. Di Indonesia, perbankan
syariah pertama adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai
beroperasi pada tahun 1992 (Hasan et. al., 2008:82).
Atas dasar dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa
Perbankan Syariah, saat ini telah berkembang menjadi Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). BUS dan UUS kegiatan operasionalnya sama yaitu menghimpun
dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa lainnya seperti transfer, kliring
dsb. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) kegiatan operasionalnya tidak
jauh berbeda dengan BUS dan UUS, ada larangan-larangan tertentu yang tidak
dapat dilakukan seperti yang telah di jelaskan dalam Undang-Undang nomor
21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 25 seperti menerima simpanan
Giro, melakukan kegiatan valuta asing dan lainnya.
BPRS Sukowati Sragen menjadi objek penelitian karena BPRS ini telah
berkembang dan maju. BPRS Sukowati Sragen mampu bersaing dengan BUS
atau UUS, hal ini dibuktikan bahwa BPRS Sukowati Sragen telah membuka
beberapa cabang di Grobogan, Gemolong, Boyolali, Wonogiri, dan
Karanganyar. BPRS Sukowati Sragen berencana akan menyediakan ATM
dalam waktu dekat.
4
BPRS Sukowati Sragen menyediakan berbagai produk pembiayaan
antara lain pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, Multijasa,
Rahn, Isthisna’,dan Ijarah. Berikut adalah perkembangan jumlah pembiayaan
yang telah disalurkan dari neraca BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
bulan Mei 2011 s/d 2015.
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pembiayaan (dalam ribuan)Jenis
Pembiayaan2011 2012 2013 2014 2015
MurabahahModal Kerja
1.105.895 4.174.988 6.072.030 5.102.073 3.054.077
MurabahahKonsumsi
16.500 568.407 1.634.231 1.984.475 1.167.259
MurabahahInvestasi
172.733 3.396.632 8.897.721 11.633.086 8.825.188
Multijasa 46.380 1.090.926 2.901.257 2.800.417 1.805.443
PembiayaanHaji
- 58.300 39.827 14.709 55.210
Mudharabah 485.416 285.417 895.833 187.500 401.389
Sumber: Neraca BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
Dilihat dari tabel di atas pembiayaan murabahah begitu mendominasi
daripada pembiayaan lainnya. Maka dari itu penulis tertarik meneliti
pembiayaan murabahah. Menurut salah satu Account Officer di BPRS
Sukowati Sragen cabang Boyolali produk murabahah adalah produk yang
paling menguntungkan karena berprinsip jual beli. Hal ini juga dibuktikan dari
laporan laba rugi per bulan Mei 2011 s/d 2015.
5
Tabel 1.2 Pekembangan Jumlah Pendapatan Pembiayaan (dalam ribuan)Jenis
Pembiayaan2011 2012 2013 2014 2015
Murabahah 11.498 91.693 172.026 240.451 208.579
Multijasa 597 8.317 30.959 44.156 15.715
Pembiayaan Haji - 465 465 231 309
Mudharabah 5.065 5.625 19.224 4.771 8.054
Sumber : Laporan Laba Rugi BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
Pembiayaan murabahah paling mendominasi dan menguntungkan,
tetapi tidak terlepas dari resiko atau masalah-masalah yang timbul pada saat
pembayaran kewajiban kepada pihak bank secara berangsur. Pembiayaan
bermasalah pada bank syariah disebut dengan Non Performing Financing
(NPF), yang terdiri dari pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Berdasarkan wawancara dengan Accounting BPRS Sukowati Sragen, rata-rata
per bulan yang masuk dalam NPF sekitar 130 orang. Dari permasalahan
tersebut maka perlu dilakukan analisis kelayakan data calon nasabah
pembiayaan. Hal itu dilakukan sebagai strategi awal untuk mengurangi
pembiayaan bermasalah atau macet. Macetnya pembiayaan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank.
Proses kelayakan pembiayaan yang berkualitas atau sehat perlu
diketahui oleh pihak bank dan nasabah, sehingga dapat mempermudah jalannya
pembiayaaan dari waktu ke waktu. Penelitian ini akan mengkaji tentang proses
kelayakan di BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali karena pada umumnya
masyarakat banyak yang belum mengetahui proses kelayakan di BPRS dan
belum mengerti maksud dan tujuan dari analisis kelayakan. Penelitian ini
6
berbeda objek dan jenis pembiayaan yang telah dilakukan sebelumnya. Objek
yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya kebanyakan pada Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan Koperasi Syariah, maka dari itu penyusun
ingin melakukan penelitian pada BPRS sebagai pelengkapnya. Penelitian ini
dilengkapi data-data seperti perkembangan jumlah pembiayaan, perkembangan
jumlah pendapatan, jumlah pencairan pembiayaan murabahah selama setahun,
list kelayakan nasabah pembiayaan murabahah bulan maret 2015, dan list
tindakan BPRS setelah pembiayaan dicairkan sebagai bukti kebenaran atas
penelitian di BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali.
Dari latar belakang masalah penulis tertarik untuk meneliti tentang
analisis kelayakan pembiayaan, yang mana di BPRS Sukowati Sragen cabang
Boyolali ada nasabah pembiayaan yang bermasalah. Penulis ingin mengetahui
apakah timbulnya nasabah pembiayaan yang bermasalah itu disebabkan oleh
kesalahan dalam menganalisis calon nasabah pembiayaan atau tidak. Maka
penulis mengambil judul “ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
SUKOWATI SRAGEN CABANG BOYOLALI”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses kelayakan pembiayaan Murabahah di BPRS Sukowati
Sragen Cabang Boyolali?
2. Bagaimana tindak lanjut setelah pembiayaan dicairkan?
7
C. Tujuan dan Kegunaan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses kelayakan pembiayaan Murabahah di BPRS Sukowati
Sragen Cabang Boyolali.
2. Mengetahui tindak lanjut setelah pembiayaan telah dicairkan.
Adapun kegunaan dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Penulis
a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam pendidikan pada program
Diploma III Perbankan Syariah
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang lebih luas tentang analisa kelayakan pembiayaan Murabahah di
BPRS Sukowati Sragen Cabang Boyolali.
2. Bagi Akademik
Kegunaan penelitian ini bagi akademik adalah sebagai sumber referensi
dan sumber informasi serta bahan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pembaca
Kegunaan bagi pembaca adalah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai sumber informasi.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan tugas akhir, penulis akan menggunakan metode
penelitian yaitu metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Denzin
dan Lincoln 1994 pada buku metodologi penelitian kualitatif adalah penelitian
8
yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Menurut Emzir (2010:38) metode pengumpulan data dengan metode
kualitatif sebagai berikut :
1. Wawancara
Merupakan interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang
dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang
diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.
2. Observasi
Merupakan perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau
sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor
penyebabnya dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.
E. Penegasan Istilah
1. BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) adalah lembaga keuangan yang
menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
2. Kelayakan Pembiayaan adalah suatu kegiatan penelitian secara mendalam
terhadap suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut
dijalankan dan menentukan seberapa besar keuntungan atau kerugian yang
akan timbul dari usaha tersebut.
9
3. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
4. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang
akan dilaporkan secara sistematis bab demi bab agar pelaporan hasil penelitian
diperoleh secara berurutan yang saling berkaitan. Adapun sistematika
penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode penelitian, penegasan istilah
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori dalam bab ini berisi tentang telaah pustaka dan
kerangka teoritik mengenai pengertian BPRS, pengertian pembiayaan,
pengertian murabahah, pengertian analisis kelayakan pembiayaan.
Bab III Laporan Objek dalam bab ini menyajikan gambaran umum BPRS
Sukowati Sragen cabang Boyolali, visi dan misi, struktur organisasi, susunan
manajemen BPRS, tugas dan wewenang jabatan, produk-produk.
10
Bab IV Analisis Dalam bab ini menyorot tentang hasil analisis kelayakan
pembiayaan Murabahah di BPRS Sukowati Sragen Cabang Boyolali.
Bab V Penutup Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Peneliti telah melakukan penelusuran pustaka yang memiliki pokok
permasalahan yang hampir memiliki kesamaan pada penelitian ini. Hal
tersebut dimaksudkan agar fokus penelitian tidak dan bukan merupakan
pengulangan atas peneliti-peneliti yang telah dilakukan sebelumnya,
melainkan untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti lebih
mendalam dan lebih efektif.
Hasil penelitian oleh Wawan Pambudi (2014) yang berjudul “Analisis
kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga”
menyatakan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri Cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi dalam
kelayakan pembiayaan yang diberikan, terdapat langkah-langkah yang sudah
sesuai dengan teori yang ada pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
Dalam penilaian kelayakan pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang
Salatiga menggunakan aspek 7A, yang belum dilakukan Bank Syariah
Mandiri Cabang Salatiga yaitu teori perbankan 5C +IS.
Penelitian Khomsatun (2010) yang berjudul “Analisis Penerapan akad
Murabahah pada Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Fajar Mulia
Kantor Operasional Ambarawa Tahun 2010” menyatakan bahwa penerapan
akad murabahah pada pembiayaan BBA sudah sesuai dengan prinsip yang
ada. Hal ini terbukti bahwa pembiayaan BBA dilakukan dengan prinsip jual
12
beli selain itu juga tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dalam ajaran
Islam. Misalnya hal-hal yang mengandung unsur riba.
Tri Murniati (2012) yang berjudul “ Prosedur Pemberian Pembiayaan dan
Upaya Mencegah Pembiayaan Bermasalah di BMT Anda Ampel Boyolali”
menyatakan bahwa proses pemberian pembiayaan yang diterapkan di BMT
Anda Ampel sudah sesuai teori yang ada berdasarkan prinsip-prinsip
pembiayaan yang diterapkan. Pengawasan atau monitoring dalam upaya
mencegah pembiayaan bermasalah perlu ditingkatkan lagi untuk mencegah
terjadinya kerugian atas pembiayaan yang telah diberikan.
Jurnal dari Ahmad Rodoni (2009) yang berjudul ”Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden dengan
jumlah variabel yang diteliti sebanyak 5 variabel terdiri dari Biaya Akad
(X1), Kecepatan Pencairan Pembiayaan (X2), Margin Keuntungan (X3),
Resiko Pembiayaan (X4), Suku Bunga Bank Konvensional (X5) dengan
menggunakan 20 item pernyataan. Data yang diperoleh sebanyak 30
responden dengan uji validitas dan reliabilitas dan 100 responden untuk uji
analisis faktor. Hasil uji analisis faktor menunjukkan bahwa dari 4 variabel
yang layak digunakan terdapat 2 faktor yaitu faktor 1 dan faktor 2. Faktor 1
dinamakan faktor Keunikan Transaksi yang terdiri dari Biaya Akad dan
13
Resiko Pembiayaan. Faktor 2 adalah kecepatan pencairan pembiayaan dan
suku bunga bank konvensional. Faktor 2 ini dinamakan sebagai faktor
pelayanan nasabah.
Jurnal oleh Bagya Agung Prabowo (2009) yang berjudul “Konsep Akad
Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi
Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)”. Ada perbedaan yang
signifikan dalam praktek skema murabahah antara Indonesia dan Malaysia.
Bank Syariah di Indonesia yang menggunakan akad murabahah dalam
transaksi jual beli sebagai salah satu bentuk produk pembiayaan, di negara
Malaysia produk ini lebih banyak diterapkan menggunakan akad ba’i Inah.
Ba’i Inah secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Salah satu bank
Islam di Malaysia menjual barang dagangannya kepada nasabah dengan harga
yang sudah disepakati yaitu RM 50.000 dan diangsur sampai batas waktu
tertentu, lalu bank membelinya kembali dari nasabah dengan harga yang lebih
murah yaitu RM 40.000. Dengan demikian barang dagangan semula tetap
kembali ke pihak penjual.
Jurnal dari Romi Yuniardi (2013) yang berjudul “Perancangan Sistem
Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Kelayakan Pemberian Pembiayaan
Nasabah Baitul Maalwat-Tamwil (BMT) Mujahidin Pontianak Dengan
Menggunakan Fuzzy Inference System Metode Tsukamoto”. Proses seleksi
kelayakan pembiayaan biasanya dilakukan oleh kepala investasi dan Account
Officer untuk menentukan layak atau tidak layak diberikan pembiayaan. BMT
Muhajidin membangun sistem yang disebut dengan metode Tsukamoto Fuzzy
14
Inference System. Sistem ini dibangun untuk membuat proses pemilihan
penyediaan pembiayaan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh kepala
investasi dan Account Officer BMT Muhajidin Pontianak. Kriteria pada
sistem ini digunakan sebagai survey, yang masing-masing diberi bobot
berdasarkan kriteria kemudian dihitung dan mendapatkan hasil akhir untuk
menentukan kelayakan pembiayaan calon nasabah. Dengan menggunakan
sistem ini proses kelayakan akan lebih cepat.
B. Kerangka Teoritik
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk pembiayaan dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat. Menurut ensiklopedia Islam, bank Islam adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam (Sumar’in, 2012:49).
Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 Tahun
1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
15
diberikan dalam umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri
(cabang). Bank umum sering disebut bank komersil.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa
perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
Menurut Kasmir (2004:5) dilihat dari segi cara menentukan harga, baik
harga jual maupun harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok
yaitu:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensional yaitu menetapkan
bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan,
deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga
ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Untuk jasa
lainnya menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu.
16
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)
Bagi bank yang berprinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip
konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya. Dalam penentuan harga atau mencari keuntungan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah:
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah);
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah);
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(Murabahah);
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni (Ijarah); dan
5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang di sewa dari pihak bank oleh pihak lain (IMBT).
Sedangkan penetuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank
yang berprinsip syariah mengharamkan penggunaan harga
produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah bunga adalah riba.
Menurut Karim (2010:37) didalam Islam istilah bunga sama dengan
istilah riba. Riba didalam bank konvensional adalah Riba Nasi’ah, yang
artinya adalah riba (tambahan) yang timbul akibat hutang, piutang yang
17
tidak memenuhi kriteria untung bersama risiko (Al Ghunmu Bil Ghurmi)
dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman).
Larangan Islam akan praktek riba bermuara pada ketentuan Al-Qur’an
melarang manusia mempraktekkan riba. Pada tahap awal, Al-Qur’an
menolak anggapan orang Jahiliyah yang mengidentifikasi riba sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selanjutnya Al-Qur’an mendudukkan
riba sebagai perbuatan buruk dan diancam keras oleh Allah SWT. Pada
tahap berikutnya, Al-Qur’an melarang praktek riba. Hanya saja, pada tahap
ini keharaman riba dalam Al-Qur’an masih dikaitkan dengan sifat tambahan
yang berlipat ganda. Akhirnya secara tegas Al-Qur’an melarang seluruh
ancaman bentuk tambahan yang diambil dari pinjaman (riba). Ketentuan
Al-Qur’an terkait dengan riba ini dipandang sebagai hanya terkait dengan
hutang piutang atau masyhur dengan sebutan riba jahiliyah. Karenanya,
keharaman riba jahiliyah dianggap sebagai keputusan hukum yang bersifat
absolut (Hasan et. al., 2008:103).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, menjelasan kegiatan usaha yang berasaskan prinsip
syariah antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam
transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah
18
penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang
tidak pasti dan bersifat untung-untungan;
c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; dan
e. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
Menurut UU No 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1) perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (7) UU
nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan bahwa Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam pasal 1 ayat (12), menyebutkan
bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-undang (UU) Perbankan No 7 tahun
1992, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah lembaga keuangan yang
19
menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan menurut pasal 1
ayat (4) no 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga
keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian, Bank Perkreditan
Rakyat Syariah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga keuangan
sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang
operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah.
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah telah dijelaskan
dalam pasal 21 UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah; dan
2. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah;
2. Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna;
20
3. Pembiayaan berdasarkan akad qardh;
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik; dan
5. Pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad
mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum
Konvensional, dan UUS;
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank
Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan
persetujuan Bank Indonesia.
Larangan kegiatan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dijelaskan pada pasal
25 dilarang:
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah;
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
21
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran
uang asing dengan izin Bank Indonesia;
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah;
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk
untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah; dan
f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21.
2. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut dalam jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
1. Jenis-jenis Pembiayaan menurut Kasmir (2013, 91-92) dapat dilihat
dari berbagai segi antara lain:
a. Dilihat dari segi kegunaan:
1. Pembiayaan Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek atau pabrik baru atau untuk keperluan
rehabilitasi.
22
2. Pembiayaan Modal Kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasinya. Sebagai contoh pembiayaan modal kerja diberikan
untuk membeli bahan baku, membayar gaji atau biaya-biaya
lainnya yang berkaitan dengn proses produksi.
b. Dilihat dari Segi Tujuan Pembiayaan:
1. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha,
produksi dan investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa.
2. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
Dalam pembiayaan ini tidak ada pertambahan barang atau jasa
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha.
3. Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan yang digunakan untuk perdagangan, biasanya
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Pembiayaan ini sering diberikan kepada supplier atau agen-
agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah
besar.
23
c. Dilihat dari segi jangka waktu:
1. Pembiayaan jangka pendek
Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang
dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan
untuk keperluan modal kerja.
2. Pembiayaan jangka menengah
Jangka waktu pembiayaan berkisar antara 1 tahun sampai
dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.
3. Pembiayaan jangka panjang
Merupakan pembiayaan yang masa pengembaliannya paling
panjang. Pembiayaan jangka panjang waktu pengembaliannya
di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya pembiayaan ini untuk
investasi jangka panjang seperti manufaktur, konsumtif dan
pembiayaan perumahan.
d. Dilihat dari Segi Jaminan
1. Pembiayaan dengan jaminan
Pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud
atau jaminan orang. Artinya setiap pembiayaan yang
dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si
calon debitur.
24
2. Pembiayaan tanpa jaminan
Merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Pembiayaan jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha dan karakter secara loyalitas atas nama
baik calon debitur selama ini.
3. Murabahah
a. Pengertian
Menurut Asytuti Rinda, Santoso, Khoiruddin, Hakim, Bahjatulloh
(2011:283) secara etimologi murabahah berasal dari kata kerja rabiha-
yarbahu yang bermakna untung. Sedangkan secara terminologi fiqh,
murabahah adalah bentuk jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan barang dan keuntungan margin yang ditentukan. Murabahah
adalah bentuk jual beli yang secara khusus masuk dalam bagian macam
jual beli atau ba’i. Dimana jual beli atau ba’i adalah proses transaksi
(ijab dan qobul) atas perpindahan harta dengan harta yang sesuai
dengan syariah.
Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip
murabahah ini bank membiayai pembelian barang yang diperlukan
nasabah dengan sistem pembayaran kemudian. Dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat kuasa kepada
nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama bank.
Selanjutnya pada saat yang sama bank menjual barang tersebut kepada
25
nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark
up untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai
kesepakatan (Martono, 2002:100).
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) No 04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam Fatwa tersebut
disebutkan ketentuan umum murabahah meliputi:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba;
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam;
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya;
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba;
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang;
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntungan. Dalam
kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan;
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati;
26
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah; dan
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Aturan yang dikenakan kepada nasabah murabahah dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) No 04/DSN-MUI/IV/2000. adalah
sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau aset kepada bank;
2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang;
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan perjanjian
tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat
kontrak jual beli;
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesan;
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut;
27
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah; dan
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka:
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga; dan
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya.
b. Dasar Hukum
Al-Qur’an
1. QS. An-Nisaa :29
...
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecualidengan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
2. QS: Al-Baqarah: 275
... ... Dan Allah SWT telah menghalalkan jual beli danmengharamkan riba.
28
Hadist
Dari Shaleh bin suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secaratangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandumdengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (H.RIbnu Majah).
Ijma’:
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli,karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkanapa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itujual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secarasah. Dengan demikian mudahlah bagi setiap individu utnukmemenuhi kebutuhannya.
c. Rukun dan Syarat
Menurut Sudirman, Mansyur, Sulhan, Zubair dan al-Hakim
(2008:159) rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu,
sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang
membentuknya. Dalam fiqh Islam, transaksi terbentuk karena adanya
unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut para ahli
hukum Islam kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada
empat, yaitu:
1. Para pihak yang membuat transaksi;
2. Pernyataan kehendak para pihak;
3. Objek transaksi; dan
4. Tujuan transaksi.
Dalam literatur fiqh Islam telah disebutkan bahwa syarat yang
dapat membentuk sebuah transaksi dalam praktik mualamah dapat
dikategorikan menjadi delapan syarat yaitu:
29
1. Tamyis;
2. Berbilang Pihak;
3. Persesuaian ijab qobul;
4. Kesatuan majelis transaksi;
5. Objek transaksi dapat diserah terimakan;
6. Objek transaksi dapat ditentukan;
7. Objek transaksi dapat ditransaksikan; dan
8. Tujuan transaksi tidak bertentangan dengan syara’.
4. Analisis Terhadap Kelayakan Suatu Pembiayaan
Menurut Kasmir (2008:110-111) analisis kelayakan pembiayaan adalah
suatu kegiatan penelitian secara mendalam terhadap suatu usaha untuk
mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan dan menentukan
seberapa besar keuntungan atau kerugian yang akan timbul dari usaha
tersebut. Pembiayaan yang diberikan kepada suatu usaha merupakan
sumber pendapatan besar dalam operasional lembaga keuangan. Namun
selain dapat mendatangkan keuntungan, pembiayaan juga mengandung
tingkat resiko yang bervariasi dan dapat mengganggu likuiditas lembaga
keuangan tersebut.
a. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan
Menurut Abdul (2008:196-198) dalam melakukan penilaian kriteria-
kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-
ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank.
Biasanya kriteria penilaian nasabah yang harus dilakukan oleh bank untuk
30
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan
analisis 5C dan 7P.
Prinsip analisis pembiayaan oleh calon nasabah 5C adalah:
1. Character atau Watak (calon) nasabah
Dilihat dari kejujuran lewat investigasi yang dilakukan oleh Maker,
keadaan lingkungan keluarga (calon) nasabah, dan riwayat
peminjaman yang telah lalu (apabila pernah melakukan pembiayaan).
Selain itu hal yang terpenting yang harus diperhatikan adalah adanya
unsur kemauan dari (calon) nasabah untuk melunasi pembiayaan yang
diberikan oleh lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan syariah
yang bersangkutan.
Menurut Zulkifli (2003: 145) untuk memperkuat data character dapat
dilakukan hal-hal:
a. BI (Bank Indonesia) Checking,
Bi Checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan
yang telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang
diterapkan oleh BI. Tunggakan pinjaman nasabah di bank lain juga
memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.
b. Bank Checking
Bank Checking dilakukan secara personal antara sesama Officer
bank, baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda.
Biasanya setiap Officer memiliki pengalaman tersendiri dalam
berhubungan dengan calon nasabah. Tunggakan pinjaman di bank
31
lain juga memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter
nasabah.
c. Trade Checking
Analisa dilakukan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing, pemasok,
dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait pasti
meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi
tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti
cara pembayaran.
2. Capital atau Modal (calon) nasabah
Dalam modal ini yang dilihat adalah jumlah dana yang diperlukannya
atau menjalankan kegiatan usahanya. Dengan kata lain, (calon)
nasabah dalam mengajukan permohonan pembiayaan pun harus
memiliki setidaknya uang muka untuk membuka rekening yang akan
digunakan sebagai cara pelunasan pembiayaan nantinya.
3. Capacity atau Kemampuan (calon) nasabah.
Kemampuan (calon) nasabah untuk melunasi pembiayaan yang
diberikan oleh LKS, dilihat dari usaha (calon) nasabah yang menjadi
sumber pelunasan pembiayaan dimaksud. Disini pihak bank harus
benar-benar memperhitungkan aspek-aspek yang ada antara lain: aspek
hukum, pemasaran, keuangan, manajemen, dan analisis mengenai
dampak lingkungan.
32
4. Condition atau Kondisi Ekonomi Makro
Melihat faktor-faktor luar (ekonomi makro) yang mungkin terjadi dan
dapat mempengaruhi kegiatan usaha calon nasabah yang menjadi
sumber pelunasan dari pembiayaan Bank/LKS (Lembaga Keuangan
Syari’ah) yang diberikan kepadanya.
5. Collateral atau agunan (calon) nasabah
Dalam hal pembiayaan murabahah yang dijadikan sebagi agunan
adalah obyek dari pembiayaan murabahah itu sendiri. Namun apabila
dari obyek pembiayaan murabahah tersebut dirasa tidak dapat
mencukupi pembiayaan, maka bank dapat meminta barang lain untuk
dijadikan agunan tambahan. Nilai dari agunan itu sendiri harus dapat
menutupi jumlah dari pembiayaan yang dimohon oleh calon nasabah.
Menurut Kasmir (2008:110-111) penilaian pembiayaan dengan metode
analisis 7P adalah:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
33
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect
atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas
pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank
yang rugi, tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian pembiayaan.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik.
Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi
oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama
atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan
yang akan diperoleh.
34
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
b. Aspek-aspek dalam Penilaian Pembiayaan
Disamping menggunakan 5C dan 7P, maka penilaian suatu
pembiayaan layak atau tidak untuk diberikan pembiayaan dapat dilakukan
dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek
yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan bisnis Islam. Penilaian
dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai
besar dan berjangka waktu.
Menurut Endraswati (2013:29-30) aspek-aspek yang dinilai antara
lain:
1. Aspek Islam (Syariah) yaitu untuk menentukan apakah produk dan
transaksi yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan Qur’an dan
Hadist;
2. Aspek Pasar yaitu untuk menentukan apakah produk atau bisnis
memiliki potensi pasar sehingga memiliki permintaan;
3. Aspek Teknik yaitu untuk menentukan apakah produk atau bisnis
memiliki ketersediaan bahan, tekhnologi, lokasi, layout yang akan
membuat proses produksi menjadi lancar;
4. Aspek Keuangan yaitu untuk menentukan apakah secara finansial,
produk atau bisnis dapat dilakukan dengan menghitung estimasi
35
pendapatan, estimasi biaya, estimasi modal yang dibutuhkan, estimasi
kelayakan bisnis dari sisi keungan, dan evaluasi operasional keuangan;
5. Aspek Sosial Ekonomi yaitu untuk menentukan kemanfaatan produk
atu bisnis pada masyarakat baik dari sisi positif ataupun sisi negatif
produk atau bisnis;
6. Aspek Manajemen yaitu untuk menetukan kelayakan usaha
berdasarkan manajemen dan fungsinya; dan
7. Aspek Dampak Lingkungan yaitu untuk menentukan kelayakan
produk atau bisnis terhadap lingkungannya secara fisik maupun non
fisik.
c. Tujuan dari analisis pembiayaan
Menurut Antonio (2001:160) tujuan dari analisis kelayakan pembiayaan
adalah:
1. Menghindari resiko kerugian
Kerugian yang akan terjadi dimasa depan merupakan suatu ketidak
pastian.
2. Memudahkan perencanaan
Segala informasi yang di dapatkan dari hasil analisis kelayakan
pembiayaan digunakan dalam proses perencanaan sampai operasional
usaha yang akan dilakukan.
3. Memudahkan pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan usaha agar tidak keluar
dari rencana yang telah diterapkan.
36
4. Memudahkan pengendalian
d. Prosedur pemberian pembiayaan
Menurut Kasmir (2008:115-119) prosedur pemberian pembiayaan secara
umum dapat dibedakan antara peminjam perseorangan dengan peminjam
oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya
apakah untuk konsumtif atau produktif.
1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini pemohon mengajukan permohonan pembiayaan yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-
berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal pembiayaan
hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut:
a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat
perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama
pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan
perusahaan serta realisasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan
swasta.
b. Maksud dan Tujuan
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan
kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta
tujuan lainnya.
c. Besarnya pembiayaan dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah pembiayaan
yang ingin diperoleh dan jangka waktu pembiayaannya. Penilaian
37
kelayakan besarnya pembiayaan dan jangka waktunya dapat kita
lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laba rugi)
tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan
permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil
analisis mereka dalam memutuskan jumlah pembiayaan dan jangka
waktu pembiayaan yang layak diberikan kepada si pemohon.
d. Cara pemohon mengembalikan pembiayaan, dijelaskan secara rinci
cara-cara nasabah dalam mengembalikan, apakah dari penjualan
atau cara lainnya.
e. Jaminan, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko
yang mungkin terjadi.
2. Penyelidikan berkas
Untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
persyaratan dan benar.
3. Wawancara 1
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah
berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan bank
inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini
dibuat serilek mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
38
4. On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau
berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian
hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara 1. Pada saat
hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada
nasabah. Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.
Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara 1
dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan
mengandung suatu kebenaran.
6. Keputusan Pembiayaan
Keputusan pembiayaan dalam hal ini adalah menentukan apakah
pembiayaan akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka
dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan pembiayaan yang
akan mencakup:
a. Jumlah uang yang diterima;
b. Jangka waktu pembiayaan; dan
c. Biaya-biaya yang harus dibayar.
39
Keputusan pembiayaan biasanya merupakan team. Begitu pula bagi
pembiayaan yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan
sesuai dengan alasan masing-masing.
7. Penandatanganan akad pembiayaan
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya pembiayaan,
maka sebelum pembiayaan dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah
menandatangani akad pembiayaan, mengikat jaminan dengan hipotek
atau surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu.
Penandatanganan dilaksanakan:
a. Antara bank dengan debitur secara langsung; dan
b. Dengan melalui notaris.
8. Penyaluran/ penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai
ketentuan sekaligus atau secara bertahap.
40
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BPRS Sukowati Sragen
BPRS Sukowati Sragen beroperasi sejak 2 Juni 2008 dengan bentuk
Badan Hukum Perusahaan Daerah (perda No 7 Tahun 2007 tentang
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (PD BPRS)
Kabupaten Sragen tanggal 15 Agustus 2007 dan keputusan gubernur Bank
Indonesia Nomor: 10/36/KEP.GBI/DGS/2008 tentang pemberian ijin usaha
PD. BPRS Sragen tanggal 12 Mei 2008, namun sejak 2 November 2009
bentuk Badan Hukum dan nama berubah menjadi Perseroan Terbatas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (PT BPRS) Sukowati Sragen berdasarkan:
a. Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
tanggal 16 Juli 2008.
b. Perda No. 4 Tahun 2009 tentang perubahan nama dan Bentuk Badan
Hukum PD BPRS Sragen menjadi PT BPRS Sukowati Sragen tanggal
16 Mei 2009.
c. Akte Nomor 15 Notaris Sunartitiningsih, SH tanggal 9 Juni 2009.
d. Pengesahan Menkum dan HAM Nomor: AHU-41113.A.H.01.01.
Tahun 2009 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan tanggal 24
Agustus 2009.
41
e. Surat Bank Indonesia Nomor 11/50/DPbS/PadBS/Slo tentang
Persetujuan Ijin Usaha Perubahan Bentuk Badan Hukum tanggal 28
Oktober 2009.
BPRS Sukowati Sragen berupaya untuk menjadi solusi dalam
bermuamalah yang berdasarkan prinsip syariah dengan terus
mengembangkan produk dan pelayanan kepada masyarakat serta
membangun kemitraan dengan Pemerintah, Swasta dan Non Pemerintah
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat bumi Sukowati dan
sekitarnya, dengan harapan dalam 7 tahun mampu membuka kantor cabang
di Eks Karisidenan Surakarta (Subosuka Wonosraten)
BPRS Sukowati Sragen telah membuka kantor cabang di beberapa
daerah. Cabang yang pertama didirikan pada tanggal 3 November 2010 di
Boyolali, kedua didirikan di Gemolong pada tanggal 28 Oktober 2011.
Ketiga didirikan di Wonogiri pada tanggal 12 Desember 2012, keempat
didirikan di kabupaten Karanganyar tanggal 12 November 2013, dan
kelima membuka kantor kas di Grobogan pada tanggal 19 Maret 2014.
B. Visi dan Misi
Visi :
“Terwujudnya Lembaga Keuangan yang Sehat, Kuat, dan Istiqomah
dengan Prinsip Syariah untuk Kemaslahatan Masyarakat.”
Misi:
1. Terciptanya tatakelola dan sistem perbankan berdasarkan prinsip
syariah yang sehat, kuat dan efisien;
42
2. Terwujudnya kesadaran umat Islam dalam menjalankan muamallah
berdasarkan prinsip syariah;
3. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan berdasarkan
prinsip syariah; dan
4. Terjalinnya kerjasama yang harmonis antara pemerintah, masyarakat
dan lembaga non pemerintah dalam rangka mempercepat
pembangunan daerah.
43
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPRS Sukowati Sragen
Sumber: SOP BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
44
C. Susunan Manajemen BPRS Sukowati Sragen
1. Dewan Komisaris
Komisaris Utama : H. Musdiman, SE. MM
Komisaris : Drs. Ruwiyatmo, MM
Soemarsono, SE.MM
2. Dewan Pengawas Syariah
Ketua : Drs. H. Soeparyo, M.Ag
Anggota : KH Minanul Aziz, S.Ag.M.Ud
3. Direksi
Direktur Utama : Sunaryo
Direktur : Fakhruddin Nur, S.Si
4. Kabag Operasional : Wulaningsih SE
5. Kabag Marketing : Adhi Haryanto
6. Kabag SDM : Hajar Faradian
7. Kacab (Pincab Boyolali) : Pariyono SE.
8. Customer service : Wahyu Nur Hidayah S.Pt
9. Teller : Nur Hidayah S.Kom
10. Accounting : Ummu Hanik SE.Sy
11. Account Officer : Effendi S.Pd
Agus Nursalim A.md
M. Rosyid A.md
Widiyanta SE
Ariyanto Momon Hanafi M.E
45
Sri Widati S.Pd
12. Cleaning service : Fian Dwi Raharjo A.md
D. Tugas dan Wewenang Jabatan di BPRS Sukowati Sragen
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas dalam pengawasan intern bank dan
memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas Direksi agar tetap
mengikuti kebijakan perseroan dan ketentuan yang berlaku.
Tugas- tugas pokok Dewan Komisaris adalah:
a. Mempertimbangkan, menyempurnakan dan mewakili pemegang
saham dalam memutuskan perumusan kebijaksanaan umum yang
baru yang diusulkan oleh Direksi untuk dilaksanakan pada masa
yang akan datang;
b. Menyelenggarakan rapat umum pemegang saham dalam hal
pembebasan tugas dan kewajiban Direksi;
c. Mempertimbangkan dan menyetujui rencana kerja tahunan yang
diusulkan Direksi;
d. Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang jumlahnya melebihi batas maksimal kewenangan Direksi;
e. Memberikan penilaian atas neraca dan perhitungan rugi/laba
tahunan, serta laporan-laporan berkala lainnya yang disampaikan
oleh Direksi;
46
f. Memberikan persetujuan tentang pengikatan perseorangan sebagai
penanggung, penggadaian serta penjualan, baik untuk barang
bergerak maupun tidak bergerak kepunyaan perseroan;
g. Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan modal dan
pembagian laba;
h. Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan modal dan
pembagian laba;
i. Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut
sesuai anggaran dasar perseroan; dan
j. Menyetujui pembagian tugas dan kewajiban diantara anggota
Direksi.
Wewenang Dewan Komisaris adalah:
a. Memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang
dipergunakan atau tempat lain yang dipergunakan atau dikuasai
oleh perseroan dan berhak memeriksa buku-buku, surat-surat,
bukti-bukti, memeriksa dana mencocokkan keadaan uang kas dan
lain sebagainya serta mengetahui segala tindakan yang telah
dijalankan oleh Direksi;
b. Membebastugaskan untuk sementara waktu seorang atau lebih
anggota Direksi, jikalau ia (mereka) bertindak bertentangan dengan
anggaran dasar atau melalaikan kewajiban atau karena hal-hal yang
penting lainnya;
47
c. Pemberhentian tugas sementara itu harus diberitahukan kepada
yang bersangkutan, disertai alasan-alasan yang menyebabkan
tindakan itu; dan
d. Melakukan kegiatan pengelolaan perusahaan atas seluruh bidang
dan aspek berdasarkan amanat komisaris dan rapat umum
pemegang saham yang dijabarkan dalam program kerja dan
anggaran.
2. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah bertugas melakukan penilaian dan
pengawasan atas seluruh kegiatan operasional perusahaan yang akan
ditawarkan dalam rangka menghimpun dan menyalurkan dana dari dan
untuk masyarakat, agar berjalan sesuai dengan syariah Islam yang
dituangkan dalam bentuk keputusan atau fatwa dengan merujuk pada
fatwa Dewan Syariah Nasional.
Tugas – tugas pokok Dewan Pengawas Syariah adalah:
a. Memberikan pedoman prinsip-prinsip muamalah sebagai landasan
operasi terutama berkaitan dengan penghimpunan dan penyaluran
dana serta kegiatan yang berkaitan dengan syariah;
b. Mengusulkan perbaikan seandainya suatu produk maupun kegiatan
operasional yang telah/sedang dijalankan dinilai bertentangan
dengan syariah;
c. Bertanggung Jawab atas pengawasan terhadap terhadap operasional
bank agar sesuai dengan syariah; dan
48
d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-
kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada Direksi, Komisaris,
Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia.
Wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya
operasional perusahaan diantaranya dengan meminta dokumen dan
penjelasan langsung dari satuan kerja BPR Syariah serta ikut dalam
pembahasan intern termasuk dalam pembahasan komite pembiayaan.
Tanggung Jawab dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas
syariah bertanggung jawab langsung kepada pemegang saham pada
saat dilakukannya RUPS.
3. Direksi
Direksi sebagai manajemen puncak bertanggung jawab dalam
pengelolaan perusahaan secara menyeluruh sebagaimana diamanatkan
oleh komisaris berdasarkan rapat umum pemegang saham, dan dengan
demikian melakukan fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tugas-tugas pokok Direksi adalah:
a. Mempersiapkan dan merencanakan program kerja dan anggaran
perusahaan berdasarkan amanat komisaris dan rapat umum
pemegang saham sesuai dengan visi dan misi perusahaan;
b. Melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan program kerja dan
anggaran yang telah disepakati, dan merupakan komitmen dan
amanat komisaris dan rapat umum pemegang saham;
49
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan
operasional perusahaan, termasuk melakukan evaluasi, analisis dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar jalannya kegiatan
usaha tidak menyimpang dari rencana kerja yang telah disepakati,
dan ketentuan-ketentuan yang tekait dengan bidang usaha
perusahaan;
d. Memberikan supervisi, koordinasi dan arahan kepada seluruh staf
karyawan dalam melakukan pengelolaan perusahaan agar dapat
mencapai hasil sebagaimana diamanatkan dalam rencana program
kerja dan anggaran perusahaan;
e. Mempersiapkan dan menyusun organisasi dan personalia dalam
rangka melakukan kegiatan perusahaan sesuai dengan target dan
sasaran yang ditetapkan;
f. Menyampaikan laporan-laporan atas pelaksanaan tugas-tugas
kegiatan operasional perusahaan kepada komisaris;
g. Bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengendalikan seluruh
biaya yang terjadi sebagai akibat kegiatan operasional perusahaan
agar terjaga efektifitas dan efisiensinya;
h. Melakukan pembinaan dan peningkatan serta pengembangan SDM
secara keseluruhan agar senantiasa terjaga kualitas dan
kuantitasnya; dan
50
i. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok di atas.
Wewenang Direksi adalah:
a. Melakukan kegiatan pengelolaan perusahaan atas seluruh bidang
dan aspek berdasarkan amanat komisaris dan rapat umum
pemegang saham yang dijabarkan dalam program kerja dan
anggaran;
b. Mewakili perusahaan baik keluar maupun ke dalam untuk urusan
atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan untuk kepentingan
perusahaan; dan
c. Membuat keputusan dan atau kebijaksanaan perusahaan dengan
tetap berpegang pada ketentuan, dan peraturan serta program kerja
dan anggaran yang telah disetujui oleh komisaris dan merupakan
komitmen seluruh staff/karyawan perusahaan.
Tanggung Jawab: Dalam melaksanakan tugasnya, direksi
bertanggung jawab langsung kepada komisaris dan rapat umum
pemegang saham.
4. Kabag Operasional
Kabag Operasional berfungsi sebagai penanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan operasional khususnya yang berkaitan dengan
pengadministrasian dan pengelolaan kegiatan tugas- tugas pokok.
51
Operasional yang meliputi kegiatan layanan nasabah/customer service,
teller/kasir, akunting serta kegiatan administrasi tabungan dan
deposito.
a. Melakukan supervisi, koordinasi dan arahan mengenai pengelolaan
pencatatan transaksi keuangan nasabah secara tertib, teratur,
sistematis dan benar yang dilakukan unit-unit kerja yang berada
dibawah supervisi nya;
b. Melakukan supervisi, koordinasi dan arahan atas pelaksanaan
pembayaran dan penyetoran uang nasabah;
c. Melakukan supervisi, koordinasi, dan arahan dalam rangka
penyediaan dan pengelolaan uang kas untuk kepentingan
operasional sesuai ketentuan yang telah dietapkan;
d. Melakukan supervisi, koordinasi, arahan dalam penyelesaian
permohonan nasabah dalam hubungannya dalam penjualan produk
dan jasa;
e. Mengusahakan secara aktif bertambahnya nasabah-nasabah baru;
f. Melakukan koordinasi, dan memberikan arahan dalam pelaksanaan
layanan kepada nasabah agar hubungan yang telah terjalin
berkesinambungan dan saling menguntungkan;
g. Melaksanakan agenda administrasi operasi di bidang tabungan,
tabungan, tagihan lainnya serta jasa-jasa lainnya;
h. Melakukan pengawasan dan penelitian atas semua kegiatan di unit
kerjanya agar sesuai dengan ketentuan, melakukan pencegahan
52
timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan tugas di unit kerjanya serta
membuat laporan atas hasil pengamatan yang dilakukan bila
dianggap perlu;
i. Bertanggungjawab untuk mengawasi dan mengendalikan biaya
yang terjadi dibawah lingkungan kewenangannya;
j. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok diatas;
k. Menghimpun data keuangan dan non keuangan dan seluruh unit
kegiatan untuk diolah menjadi sistem pusat dan informasi;
l. Membuat laporan ke manajemen/direksi dan pihak lainnya atas
pelaksanaan tugas, pertumbuhan dan perkembangan transaksi
tabungan; dan
m. Melakukan pendaftaran user profile dan user facility untuk setiap
pengguna sistem komputer perusahaan, serta fungsi-fungsi security
lainnya pada sistem komputer.
5. Kabag Marketing
Kabag Marketing bertanggung jawab dalam pengelolaan
perusahaan secara menyeluruh sebagaimana diamanatkan oleh
komisaris berdasarkan rapat umum pemegang saham, dan dengan
demikian melakukan fungsi manajemen berkaitan dengan marketing
(pembiayaan) dan adm legal.
53
Tugas – tugas pokok Kabag Marketing adalah:
a. Mempersiapkan dan merencanakan program kerja dan anggaran
perusahaan berkaitan dengan bidang marketing dan administrasi
dan legal berdasarkan amanat komisaris dan rapat umum pemegang
saham sesuai dengan visi dan misi perusahaan;
b. Melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan program kerja dan
anggaran yang telah disepakati, dan merupakan komitmen dan
amanat komisaris dan rapat umum pemegang saham;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan
operasional perusahaan di bidang marketing dan administrasi legal,
termasuk melakukan evaluasi, analisis dan tindakan-tindakan yang
harus dilakukan agar jalannya kegiatan usaha tidak menyimpang
dari rencana kerja yang telah disepakati, dan ketentuan-ketentuan
yang terkait dengan bidang usaha perusahaan;
d. Memberikan supervisi, koordinasi dan arahan kepada seluruh staf
karyawan pada unit atau divisi marketing dan administrasi legal
dalam melakukan pengelolaan perusahaan, agar dapat mencapai
hasil sebagaimana diamanatkan dalam rencana program kerja dan
anggaran perusahaan;
e. Mempersiapkan dan menyusun organisasi dan personalia dalam
rangka melakukan kegiatan perusahaan sesuai dengan target dan
sasaran yang ditetapkan;
54
f. Menyampaikan laporan-laporan atas pelaksanaan tugas-tugas
kegiatan operasional perusahaan kepada direktur utama berkaitan
dengan marketing dan adm legal;
g. Bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengendalikan seluruh
anggaran dan kegiatan marketing dan administrasi legal agar
terjaga efektifitas dan efisiennya;
h. Melakukan pembinaan dan peningkatan serta pengembangan SDM
marketing dan administrasi legal secara keseluruhan agar
senantiasa terjaga kualitas dan kuantitasnya; dan
i. Melaksanakan tugas dan pekerjaaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok di atas.
Wewenang Kabag Marketing adalah:
a. Melakukan kegiatan pengelolaan perusahaan atas bidang marketing
dan administrasi legal berdasarkan amanat komisaris dan rapat
umum pemegang saham yang dijabarkan dalam program kerja dan
anggaran;
b. Mewakili perusahaan baik keluar maupun ke dalam untuk urusan
atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan untuk kepentingan
perusahaan sesuai mandat direktur utama;
c. Membuat keputusan dan atau kebijakan perusahaan berkaitan
dengan bidang marketing dan administrasi legal dengan
persetujuan direktur utama dengan tetap berpegang pada ketentuan,
55
dan anggaran yang telah disetujui oleh komisaris dan merupakan
komitmen seluruh staf/karyawan perusahaan;
Kabag marketing bertanggung jawab langsung kepada direktur utama.
6. Kabag SDM/HRD
Kabag SDM/HRD berfungsi sebagai:
1. Sebagai unit kerja yang berfungsi dalam melaksanakan penyediaan
kebutuhan sarana dan prasarana pendukung kegiatan operasi
perusahaan; dan
2. Sebagai unit kerja yang berfungsi dalam pelaksanaan dan
pelayanan kepegawaian meliputi kegiatan sejak proses perencanaan
kebutuhan pegawai, proses rekruitment dan seleksi, penempatan
dan kesejahteraan pegawai, peningkatan kualitas pegawai melalui
pendidikan dan pelatihan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
pelayanan dan permasalahan kepegawaian, termasuk pemutusan
hubungan kerja dan akibat hukumnya.
Tugas tugas pokok Kabag SDM/HRD adalah:
a. Melakukan perencanaan penyelenggaraan program kerja dan
pengembangan di bidang kepegawaian;
b. Melakukan pembinaan dan pengelolaan segala sesuatu yang
berkaitan dengan masalah kepegawaian, mulai dari penerimaan,
pengelolaan jenjang karier, pembayaran gaji, pemberian fasilitas,
pemberiaan reward dan punishment (perhargaan dan sanksi)
56
pemberian fasilitas lain, serta pendayagunaan serta kesejahteraan
dan pemutusan hubungan kerja;
c. Mengurus dan menyelenggarakan dan pelatihan serta
pengembangan pegawai dalam rangka meningkatkan kualitas
pegawai;
d. Melakukan pembinaan dan pengelolaan budaya kerja perusahaan
dan melakukan monitoring atas pelaksanaannya;
e. Melakukan kerja sama dengan lembaga lain dalam rangka
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas;
f. Menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
operasional perusahaan melalui mekanisme pengadaan yang
obyektif dan tetap berorientasi pada kualitas yang baik;
g. Melakukan pemeliharaan dan pengendalian terhadap seluruh sarana
dan prasarana atau inventaris yang dimiliki oleh seluruh
perusahaan;
h. Menyelenggarakan administrasi dan inventarisasi aktiva tetap dan
inventaris perusahaan;
i. Mempersiapkan sarana untuk keperluan rapat, upacara ,dan
pertemuan dan keperluan lain;
j. Menyelenggarakan komisarisan dan pemeliharaan inventaris
perusahaan;
k. Mengelola barang-barang persediaan, dan mengelola barang-
barang inventaris;
57
l. Menyelenggarakan tugas-tugas keamanan dan aset perusahaan;
m. Memantau perkembangan dan pengumpulan data informasi
mengenai mutu dan harga pembekalan yang diperlukan;
n. Menyajikan data barang, antara lain mengolongkan barang dan
mengkualifikasikan barang serta menyelenggarakan pembukuan
atau standarisasi barang-barang yang digunakan;
o. Mengusahakan dan menyelenggarakan kas kecil yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku;
p. Bertanggung jawab untuk mengawasi untuk mengawasi dan
mengembalikan biaya yang terjadi di bawah lingkungan
kewenangannya;
q. Membuat laporan manajemen Direksi dan pihak lainnya atas
pelaksanaan tugas, pertumbuhan dan perkembangan unit kerjanya;
r. Melakukan pemantauan dan pengawasan serta melakukan evaluasi
atas efektifitas dan optimalisasi kegiatan unit kerjanya;
s. Melakukan penyusunan anggaran tahunan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan sesuai lingkup bidang tugasnya; dan
t. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok diatas.
Wewenang Kabag SDM/ HRD adalah:
58
a. Memberikan saran, usul, pendapat atau opini keadaan manajemen
melalui direktur operasional untuk kepentingan perbaikan,
penyempurnaan, dan peningkatan kegiatan unit kerjanya;
b. Melakukan penilaian hasil kerja terhadap staff yang berada di
bawah supervisi; dan
c. Mengajukan usulan pengeluaran biaya-biaya untuk kepentingan
perusahaan sesuai batasan-batasan yang diberikan dalam AD/ART
perusahaan dan ketentuan pengeluaran biaya yang telah digariskan
manajemen, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
peningkatan pelayanan kualitas nasabah.
Kabag SDM bertanggung jawab langsung kepada Kabag Operasional
dan Keuangan.
7. Kepala Cabang
Tugas, wewenang dan tanggung jawab Kepala cabang adalah:
a. Mewakili Direksi dan atas nama perseroan, mengikat perseroan
dengan pihak lain dan pihak lain dengan perseroan sebatas lingkup
kerja Kantor Cabang Boyolali;
b. Bertanggung jawab terhadap operasional kantor cabang dan yang
berhubungan dengan pihak intern dan ekstern perusahaan;
c. Merumuskan dan mengusulkan kebijakan umum kantor cabang
untuk program tahunan yang disetujui oleh Direksi serta disahkan
oleh Dewan Komisaris, agar tercapai tujuan serta kontuinitas
operasional perusahaan;
59
d. Menyusun dan mengusulkan rencana anggaran cabang dan rencana
kerja tahunan yang disetujui Direksi;
e. Mengajukan Neraca dan Laporan Rugi/Laba tahunan serta laporan-
laporan berkala lainnya kepada Direksi untuk mengetahui
perkembangan kantor cabang bank;
f. Memberi persetujuan atas penggunaan formulir-formulir dan
dokumen-dokumen lainnya kantor cabang;
g. Menyusun dan memutuskan pembiayaan yang diberikan sebatas
maksimum dan selebihnya atas persetujuan Direksi dan Komisaris.
h. Persetujuan pengeluaran biaya rutin maksimum dan selebihnya atas
persetujuan Direksi; dan
i. Pembelian investasi dan perlengkapan kantor cabang atas
persetujuan Direksi. Mengamankan harta kekayaan perseroan agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan
kerusakan.
8. Teller
Teller bertanggungjawab atas pelaksanaan penerimaan setoran
dan pembayaran tunai atau pemindahbukuan nasabah, dan
bertanggungjawab atas penyimpanan kas dan pengadministrasiannya.
Tugas- tugas pokok Teller adalah:
a. Melayani pembayaran dan penyetoran uang nasabah sesuai dengan
wewenang yang diberikan;
60
b. Menyediakan uang kas untuk kepentingan operasional sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
c. Membuat laporan terhadap transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas serta posisi/keadaan uang kas terakhir;
d. Menyelenggarakan kegiatan kantor kas dan penyimpan uang kas;
e. Bertanggungjawab terhadap keamanan kas teller yang menjadi
tanggung jawabnya; dan
f. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok diatas.
Wewenang Teller adalah:
a. Memberikan saran, usul, pendapat, atau opini kepada manajemen
untuk kepentingan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan
kegiatan kas dan teller cabang;
b. Menolak pengeluaran kas apabila tidak ada bukti-bukti pendukung
yang kuat dan tidak memenuhi syarat serta keabsahan transaksi;
c. Mengetahui kode brankas tetapi tidak memegang kuncinya ataupun
sebaliknya; dan
d. Mengajukan usulan pengeluaran biaya-biaya untuk kepentingan
perusahaan sesuai dengan batasan-batasan yang diberikan dalam
AD/ART perusahaan dan ketentuan pengeluaran biaya yang telah
digariskan manajemen, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan peningkatan kualitas kas dan teller.
61
Teller bertanggung jawab langsung kepada Kadiv layanan nasabah dan
operasional.
9. Layanan nasabah/ Customer Service
Customer Service bertanggung jawab atas pelayanan nasabah
dalam kepentingan pembukuan account tabungan, deposito serta
memberikan informasi berkaitan dengan produk-produk yang dimiliki
oleh perusahaan dengan mengutamakan kualitas layanan demi
kepuasan nasabah.
Tugas – tugas pokok Customer Service adalah:
a. Memberikan penjelasan, keterangan dan petunjuk bagi nasabah
yang akan dan sedang mengadakan hubungan dengan perusahaan,
mengenai jenis, persyaratan dan segala sesuatu tentang produk-
produk jasa yang disediakan oleh perusahaan;
b. Menerima keluhan nasabah dan membantu memberikan solusi
yang dihadapi nasabah dalam berhubungan dengan perusahaan;
c. Melaksanakan pencatatan, pengadministrasian, pendokumentasian,
setiap kegiatan layanan nasabah, meliputi database nasabah,
pendaftaran account tabungan/ deposito nasabah;
d. Melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
mutasi, serta kondisi semua jenis tabungan, untuk selanjutnya
melaporkan kepada manajemen;
e. Menindak lanjuti dan melaporkan komplain nasabah kepada pihak
manajemen;
62
f. Melakukan evaluasi atas efektifitas optimalisasi kegiatan layanan
nasabah; dan
g. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok di atas. Dan di setiap pelaksanaan tugasnya,
seksi layanan nasabah agar senantiasa berkoordinasi dengan unit-
unit kerja terkait di dalam kegiatan operasionalnya.
Wewenang Customer Service adalah:
a. Memberikan saran, usul, pendapat atau opini kepada manajemen
komisaris melalui kabag layanan operasional untuk kepentingan
perbaikan, penyempurnaan dan peningkatan kegiatan layanan
nasabah;
b. Memotong biaya administrasi bagi tabungan yang tidak bermutasi
6 bulan (atau sesuai dengan kebijakan);
c. Menutup rekening secara otomatis untuk rekening-rekening yang
saldo nominalnya di bawah saldo minimum;
d. Melakukan pemindah bukuan untuk kasus-kasus tertentu yang
telah ada kebijakannya; dan
e. Mengajukan usulan pengeluaran biaya-biaya untuk kepentingan
perusahaan sesuai dengan batasan-batasan yang diberikan dalam
AD/ART perusahaan dari ketentuan-ketentuan biaya yang telah
digariskan manajemen, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan peningkatan kualitas layanan nasabah.
63
Layanan nasabah (Customer Service) bertanggung jawab langsung
kepada Unit Operasional.
10. Accounting
Accounting sebagai unit kerja yang melaksanakan pencatatan
transaksi, melakukan proses jurnal, pengadministrasian serta kegiatan-
kegiatan yang menunjang proses tugas akuntansi dan penyampaian
laporan keuangan setiap transaksi kegiatan operasional perusahaan
yang menjadi tanggung jawab unit akuntansi.
Tugas-tugas pokok Accounting adalah:
a. Mendukung (support) penyelenggaraan pembukuan oleh unit-unit
kerja atas transaksi/aktifitas yang terjadi antara lain: memberikan
informasi keuangan, dan pelayanan data (print out) laporan
akuntansi yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja lain;
b. Melakukan pencatatan, proses jurnal, verifikasi terhadap transaksi
yang dilakukan bagian lain, dan melakukan proses sistem pada
akhir hari, bulan, dan proses lain yang dibutuhkan agar sistem
dapat memproses pencatatan transaksi sehingga proses posting dan
pembuatan laporan dapat dilakukan otomatis oleh sistem;
c. Menjaga keamanan arsip dan memastikan arsip tersimpan dengan
baik; dan
d. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok di atas.
64
Wewenang Accounting adalah:
a. Mengarsipkan dan mengamankan bukti-bukti pembukuan/
transaksi;
b. Meminta kelengkapan administrasi pada pertanggung jawaban
keuangan;
c. Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak- pihak yang tidak
berkepentingan; dan
d. Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan manajer untuk
keperluan publikasi.
Accounting bertanggung jawab langsung kepada unit operasional.
11. Account Officer
Account Officer bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pembiayaan sejak proses pencarian nasabah potensial, solitisasi
nasabah, proses permohonan, analisis, sampai dengan pembinaan dan
pengawasan serta pelunasannya.
Tugas-tugas pokok Account Officer adalah:
a. Melakukan kegiatan pembiayaan secara optimal meliputi:
pencairan, nasabah potensial, solitisasi nasabah, memproses
permohonan, analisa pembiayaan, survey lokasi, membuat proposal
pembiayaan dan mengajukannya kepada komite pembiayaan,
mengikuti proses komite sampai dengan kegiatan pembinaan dan
pengawasan;
65
b. Melakukan perencanaan dan penempatan target pasar sesuai arahan
atasannya;
c. Mengajukan usulan program dan strategi operasionalnya yang
berhubungan dengan pengembangan kegiatan pembiayaan, serta
kegiatan pemberian fasilitas lain yang mendukung kegiatan
perusahaan;
d. Mengusulkan anggaran tahunan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan sesuai lingkup bidang tugasnya; dan
e. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan fungsi dasar jabatannya yang belum dijabarkan dalam
tugas-tugas pokok diatas.
Wewenang Account Officer adalah:
a. Memberikan saran, usul, pendapat, atau opini kepada manajemen
berkaitan pemberian pembiayaan dan fasilitas lainya; dan
b. Mengajukan usulan pengeluaran biaya-biaya untuk kepentingan
perusahaan sesuai dengan batasan-batasan yang diberikan dalam
AD atau ART perusahaan dan ketentuan pengeluaran biaya yang
telah digariskan manajemen, khususnya yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan pemberian pembiayaan.
Account Officer bertanggung jawab langsung kepada kadiv Marketing.
E. Produk – Produk BPRS Sukowati Sragen
Sistem yang digunakan oleh BPRS Sukowati Sragen baik dalam
produk penghimpunan maupun pembiayaan adalah dengan sistem syariah
66
(bagi hasil). Produk-produk BPRS Sukowati Sragen terbagi atas produk
penghimpunan dana dan produk penyaluran dana kepada para anggota.
1. Penghimpunan Dana atau Investasi
a. Prinsip Wadiah (Titipan)
Titipan nasabah berbentuk tabungan yang sewaktu-waktu dapat
diambil oleh pemilik dan bebas dari biaya administrasi serta
mendapat bonus pada akhir bulan.
b. Prinsip Mudharabah (Bagi Hasil)
Tabungan nasabah yang dapat diambil pada waktu tertentu dan
umumnya berjangka, nasabah akan memperoleh bagi hasil terhadap
dana investasi. Pengambilan yang tidak sesuai dengan
keperuntukan dan jangka waktunya dikenakan biaya administrasi.
Produk dari prinsip mudharabah adalah deposito yang merupakan
investasi dana nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu. Nasabah mendapat bagi hasil sesuai nisbah
bagi hasil yang disepati. Adapun jangka waktunya 1, 3, 6, 12 bulan.
2. Produk – Produk Penyaluran Dana
a. Murabahah (Jual Beli)
Murabahah atau jual beli adalah perjanjian jual beli antara bank
dan nasabah di mana harga jual sebesar harga pokok ditambah
margin/keuntungan yang disepakati, dengan sistem pembayaran
secara angsuran berdasarkan jangka waktu tertentu.
67
b. Isthisna’ (Jual Beli Pesanan Untuk Manufaktur Dari Perumahan)
Adalah jual beli barang dalam bentuk pesanan pembuatan barang
dengan kriteria tertentu di mana pembayaran dapat dilakukan di
depan atau secara angsuran.
c. Salam (Jual Beli Pesanan Untuk Pertanian)
Adalah jual beli barang dalam bentuk pesanan penyediaan barang
dengan kriteria tertentu dan pembayaran dilakukan di depan.
d. Mudharabah (Bagi Hasil)
Adalah perjanjian kerja sama antara bank sebagai pemilik modal
dengan mudhorib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau
keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan
halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
e. Musyarakah (Join Venture)
Adalah bank dan nasabah memliki porsi modal tertentu untuk
bekerja sama dalam suatu proyek atau usaha tertentu, dengan porsi
nisbah bagi hasil yang disepakati kedua belah pihak.
f. Ijarah (Sewa)
Adalah perjanjian sewa menyewa barang antara bank atau pemilik
penyewa, untuk memperoleh manfaat atas barang yang disewa,
setelah masa sewa berakhir, maka barang sewaan dikembalikan ke
bank atau pemilik, kecuali sewa beli (IMBT) yaitu sewa yang
berakhir dengan kepemilikan.
68
g. Multi Jasa
Adalah perjanjian antara bank dengan nasabah untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang tidak dimungkinkan menggunakan akad
pembiayaan di atas (untuk pendidikan, kesehatan, pernikahan,dll)
h. Rahn (Gadai)
Adalah akad menggadaikan barang dari nasabah kepada bank
sehubungan dengan hutang yang diterima nasabah dari bank.
i. Qord (Pinjaman)
Adalah transaksi pinjam meminjam uang yang dapat dibayar atau
ditagih kembali sebesar sejumlah pokok pinjaman tanpa
memperjanjikan imbalan apapun dari penerima pinjaman kepada
pemberi pinjaman.
69
BAB IV
ANALISIS
A. Proses Kelayakan Pembiayaan Murabahah di BPRS Sukowati Sragen
cabang Boyolali
Dalam penelitian kelayakan pembiayaan murabahah di BPRS Sukowati
Sragen cabang Boyolali penulis melakukan wawancara dengan pihak bank
yaitu Bapak Muhammad Rosyid pada bagian Account Officer pada tanggal 5
Maret 2015. Hasil wawancara tersebut sebagai berikut.
Masyarakat banyak yang menggunakan murabahah karena pembayaran
angsuran yang mudah dan bersifat tetap setiap bulannya. Proses kelayakan
pembiayaan murabahah dan pembiayaan yang lainnya tidak jauh berbeda.
Berikut adalah proses kelayakan pembiayaan di BPRS Sukowati Sragen
cabang Boyolali.
70
Skema 4.1 Proses Pembiayaan di BPRS Sukowati Sragen
Sumber: SOP BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
1. Permohonan Pembiayaan
Nasabah mengajukan permohonan secara tertulis kepada BPRS,
pengajuan permohonan dapat dilakukan dengan menggunakan formulir
melalui kantor BPRS atau langsung dengan Acccount Officer. Formulir
untuk mengisi identitas calon nasabah, besarnya pembiayaan yang akan
diajukan, tujuan pembiayaan dan jangka waktu pelunasan. Penentuan
plafon atau jumlah pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah dapat
PermohonanPembiayaan
Pengumpulan datadan Investigasi
AnalisaPembiayaan
Persetujuan
Pengikatan
Pencairan
71
berubah, sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi. Untuk penentuan
margin ditentukan dengan berdasarkan kegunaan pembiayaan, margin
disini dapat di bernegoisasi dengan Account Officer, antara 18% s.d 20%
dari Plafon. Selain formulir, nasabah wajib melengkapi berkas-berkas
seperti berikut:
Calon nasabah adalah perorangan/karyawan
a. Copy Kartu identitas calon nasabah dan istri/suami yang masih berlaku
Data identitas nasabah dibutuhkan untuk mengetahui legalitas pribadi
serta alamat tinggal calon nasabah. Hal ini terkait dengan alamat
penagihan dan penyelesaian masalah-masalah tertentu dikemudian
hari. Identitas pasangan juga dibutuhkan untuk saksi pengeluaran
tambahan bagi keluarga. Jika nasabah belum mempunyai suami/istri
maka menggunakan KTP orang tua.
b. Copy Surat Nikah atau Cerai (bagi yang telah menikah atau bercerai)
Untuk membuktikan kebenaran ikatan perkawinan atau bercerai
keduanya
c. Copy Kartu Keluarga
Untuk mengetahui jumlah tanggungan keluarga.
d. Slip Gaji atau surat keterangan penghasilan
Sumber penghasilan karyawan adalah gaji bulanan yang sifatnya tetap.
Menganalisis kemampuan bayar calon nasabah yang bekerja sebagai
karyawan dengan melihat slip gaji atau bukti transfer gaji ke rekening
bank karyawan dalam periode minimal 3 bulan terakhir. Yang akan
72
dicermati adalah gaji yang dibawa pulang (take home pay), bukan total
gaji kotor.
e. Data Jaminan
Untuk mengetahui suatu benda yang dapat menutup jumlah seluruh
kewajiban yang harus diselesaikan serta sebagai alat untuk
menghindari resiko yang mungkin akan terjadi. Jika jaminan
menggunakan sertifikat tanah maka PBB terakhir juga dilampirkan.
Calon nasabah adalah perusahaan berbadan hukum, maka syarat-
syaratnya adalah:
a. Legalitas Usaha
Untuk mengetahui apakah perusahaan telah mendapat pengakuan dari
pemerintah. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah pembiayaan terhadap
usaha yang dilarang pemerintah seperti barang terlarang, usaha yang
merusak lingkungan dan lain-lain.
b. Akta pendirian
Untuk mengetahui orang yang berwenang mengambil keputusan
didalam perusahaan.
c. Identitas pengurus
Untuk mengetahui pengalaman para pengurus dalam usaha sejenis.
d. Data jaminan
Untuk mengetahui suatu benda yang dapat menutup jumlah seluruh
kewajiban yang harus diselesaikan serta sebagai alat untuk
menghindari resiko yang mungkin akan terjadi
73
2. Pengumpulan Data dan Investigasi
Pengumpulan data dan investigasi dilakukan oleh Account Officer
yaitu dengan melakukan wawancara, setelah pengumpulan data serta
berkas-berkas yang telah disyaratkan, pihak bank melakukan wawancara
dengan nasabah untuk mengetahui karakter nasabah secara langsung, dan
mencocokkan data yang telah ditulis dengan cara tanya jawab dengan
nasabah.
3. Analisa Pembiayaan
Analisa pembiayaan dilakukan oleh Account Officer setelah
wawancara dengan calon nasabah, menggunakan metode 5C meliputi:
a. Character (Karakter)
Menilai karakter calon nasabah dari hasil survey dari
narasumber dan dari narasumber lain, misalnya dengan melakukan
pengecekan ke rekan calon nasabah, supplier dan pelanggan, atau
bahkan ke lingkungan sekitar di mana calon nasabah tinggal atau
melakukan usaha. Hal-hal yang akan dilakukan dalam aspek ini adalah
1) Data pengecekan track record di Sistem Informasi Debitur
(SID) Bank Indonesia
Data rekam jejak (track record) kelancaran pembayaran calon
nasabah di perbankan nasional selama 2 tahun terakhir akan
muncul di data ini. Bila calon nasabah pernah mendapatkan
nilai buruk dalam hal kelancaran pembiayaan, Account Officer
harus mencari tahu lebih dalam penyebab dan cara
74
penyelesaiannya. Jika masalah bersifat sementara dan karakter
calon nasabah masih bertanggung jawab atau kooperatif, serta
sudah diselesaikan dengan bank terkait, proses pembiayaan
baru dapat dilanjutkan. Tetapi jika calon nasabah masih
mempunyai pembiayaan macet/non lancar di bank lain dan
sampai sekarang masih menggantung tidak jelas rencana
penyelesaiannya, sebaiknya usulan pembiayaan baru segera
ditolak.
2) Domisili rumah tinggal calon nasabah
Calon nasabah yang tinggal di rumah kontrakan lebih riskan
untuk berpindah atau tidak diketahui keberadaannya. Oleh
karena itu BPRS Sukowati Sragen lebih memilih nasabah yang
tinggal di rumah milik sendiri yang dibuktikan dengan
dokumen kepemilikan rumah dan pengecekan ke lingkungan
sekitarnya. Akan lebih baik lagi bilamana rumah tinggal itu
juga dijadikan tempat usaha yang sekaligus menjadi jaminan.
Dengan hal itu maka nilai keterikatan nasabah akan semakin
kuat.
3) Keterbukaan dan sikap kooperatif calon nasabah
Pada saat wawancara awal oleh Account Officer akan terlihat
keterbukaan dan kerjasama calon debitur. Dari ucapan verbal
dan sikap bahasa tubuh non-verbal (body languange) akan
75
dapat melihat tanda-tanda keterbukaan ataukah ketertutupan
calon nasabah.
4) Apakah calon nasabah memiliki hobi negatif
Hobi negatif calon nasabah dapat mempengaruhi usaha
maupun kondisi keuangan, misalnya berjudi, narkoba,
minuman beralkohol, selingkuh, dbs.
5) Keharmonisan rumah tangga calon nasabah
Kondisi rumah tangga yang tidak rukun berpotensi
mengganggu kehidupan pribadi dan usaha. Terlebih bilamana
usaha itu adalah milik suami dan istri, jika mereka bercerai atau
bersengketa di pengadilan, usaha mereka akan terkena
imbasnya, bahkan bisa jadi pembiayaan di BPRS akan macet.
6) Komitmen bayar calon nasabah (pengusaha) kepada supplier
Jika calon nasabah adalah pengusaha, maka penilaian karakter
dapat di cek melalui supplier. Pengecekan meliputi ketepatan
bayar, jumlah omset, tempo pembayaran barang dsb.
7) Kehidupan sosial di lingkungan sekitar
Pengecekan tentang hal ini dapat digali pada lingkungan
tetangga sekitar calon nasabah.
b. Capacity (Kapasitas)
Kapasitas keuangan calon nasabah dihitung dari hasil
wawancara dan pengecekan ulang dari data-data yang didapat atau dari
laporan keuangan yang diberikan. Melihat kapasitas calon nasabah
76
juga dapat dilihat dari slip gaji yang telah di kurangkan dengan berbagi
biaya yang harus dikeluarkan sehari-hari kemudian hasilnya adalah
gaji bersih. Jika calon nasabah adalah pengusaha maka dapat dilihat
dari omset usaha, dan laporan keuangan.
c. Collateral (Agunan)
Agunan adalah barang atau benda ataupun sesuatu yang dapat
disamakan dengan itu, di mana nilainya dapat diukur baik secara
kuantitatif maupun kualitatif yang diserahkan oleh calon nasabah
peminjam atau nasabah kepada BPRS sebagai jaminan atas fasilitas
pembiayaan atau fasilitas lain yang diperolehnya.
Fungsi agunan adalah alat pengaman atau alat untuk
menghindari resiko akhir yang mungkin akan terjadi atas fasilitas yang
diberikan.
Jenis Nilai jaminan adalah:
1) Nilai taksiran wajar sehat
Adalah nilai yang dihitung berdasarkan penilaian terhadap faktor-
faktor yang secara langsung mempengaruhi nilai barang tersebut.
2) Nilai pasar wajar
Adalah nilai yang terjadi di pasar diakibatkan oleh kekuatan-
kekuatan permintaan dan penawaran pasar.
3) Nilai likuidasi adalah harga yang diperoleh dari suatu aktiva atau
barang yang akan dijual dalam pasar dengan tekanan waktu yang
sangat terbatas untuk mendapatkan pembeli. Besarnya nilai
77
jaminan adalah untuk setiap pembiayaan yang diberikan nilai
jaminan minimal harus dapat menutup jumlah seluruh kewajiban
pada saat pembiayaan tersebut harus diselesaikan di mana
pencairan jaminan ini merupakan satu-satunya sumber untuk
penyelesaian atau pelunasan pembiayaan.
Jenis jaminan di BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali adalah:
1) Tanah
Sertifikat tanah biasanya digunakan untuk pembiayaan yang lebih
dari Rp 10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah) s.d maksimal nilai
jual tanah tersebut.
2) Bangunan
Sertifikat bangunan biasanya digunakan untuk pembiayaan
maksimal nilai jual bangunan tersebut. Sertifikat bangunan tersebut
berupa rumah tinggal, gedung kantor, gedung pabrik, kios atau
toko.
3) Mesin
4) Surat-surat berharga
Surat-surat berharga berupa simpanan (ATM dan Buku tabungan),
deposito berjangka, sertifikat Bank Indonesia, wesel dan promes,
surat tagihan debitur, polis asuransi.
78
5) Kendaraan bermotor
BPKB kendaraan bermotor biasanya digunakan untuk pembiayaan
maksimal Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan
berdasarkan besar nilai jaminan tersebut.
d. Capital (Modal)
Hal-hal yang dilihat dari modal calon nasabah adalah jumlah
modal calon nasabah misalkan uang, perhiasan, kendaraan bermotor,
aktiva tetap (tanah, bangunan dan inventaris).
e. Condition (Kondisi)
Kondisi calon nasabah dilihat dari jumlah tanggungan anak dan
istri, untuk calon nasabah dilihat dari jenis pekerjaan dan lama bekerja.
Jika ada keluarga yang sudah bekerja dapat dicantumkan dalam
penilaian kondisi.
Hasil analis kelayakan pembiayaan 5C tersebut, Account
Officer segera membuat Memo Proposal Pembiayaan agar tidak terjadi
kesalahan yang dapat merugikan BPRS. Memo tersebut diajukan
kepada kepala cabang dan direksi BPRS Sukowati Sragen untuk
mendapatkan persetujuan. Proses analisis kelayakan pembiayaan
tersebut dilakukan secara kualitatif berdasarkan gambaran secara
langsung.
Account Officer sangat berperan aktif dalam penilaian analisa
pembiayaan dengan calon nasabah, maka dari itu diperlukan account
79
Officer pendamping untuk kebenaran data calon nasabah. Penilaian
analisa pembiayaan sangat berpengaruh terhadap layak atau tidaknya
suatu pembiayaan. Bapak Paryono mengatakan bahwa Account Officer
wajib untuk:
a. Mengetahui harga pasar tentang legalitas jaminan;
b. Dapat menganalisa ke depan;
c. Bertanggung jawab;
d. Professional;
e. Jeli;
f. Mempunyai hubungan baik dengan nasabah; dan
g. Mengetahui kondisi nasabah.
Berikut ini penulis akan memberikan sebuah hasil analisis
pembiayaan dari nasabah BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali
yang melibatkan Bapak Suharto yang bekerja di CV Setiaji. Bapak
Suharto mengajukan pembiayaan pada tanggal 10 April 2015 sebesar
Rp 7.500.000,00 untuk membeli material yang digunakan untuk
membangun rumah yang akan diangsur selama 24 bulan. Dari
pengajuan tersebut penulis melakukan observasi langsung dengan
Account Officer pada saat survey lapangan.
Hasil observasi sebagai berikut:
a. Character = Baik
Bapak Suharto terbuka dalam memberikan informasi, informasi
yang diberikan bapak Suharto sama seperti apa yang tertulis
80
dalam pengajuan pembiayaan. Berdasarkan tanya jawab
lingkungan sekitar, bapak Suharto mempunyai kepribadian yang
baik, sosialnya tinggi dan taat beribadah.
b. Capacity = Layak
Dilihat dari slip gaji pendapatan per bulan bapak Suharto Rp
2.550.00,00, ditambah penghasilan istri per bulan Rp
1.100.000,00. Total pendapatan sebesar Rp 3.650.000,00 per
bulan. Biaya per bulan untuk makan, pulsa, transportasi, listrik
dan air, biaya anak dan lain-lain sebesar Rp2.850.000,00. Maka
total pendapatan bersih per bulan bapak Suharto sebesar Rp
800.000
c. Capital = Cukup
Kas perbulan senilai Rp 800.000,00 ditambah perhiasan Rp
1.000.00,00 ditambah 3 kendaraan senilai Rp 20.000.000,00
ditambah Aktiva tetap sebesar Rp 150.000.00,00. Total harta yang
dimiliki bapak Suharto senilai Rp 171.800.000,00.
d. Condition= Baik
Bapak Suharto mempunyai tanggungan 2 orang anak, dapat
dilihat di Kartu Keluarga. Bapak Suharto telah bekerja selama 19
tahun di CV Setiaji dan saat ini bapak Suharto sebagai
Koordinator wilayah Jawa Barat.
81
e. Collateral = Cukup
Surat potong gaji dari bendahara CV Setiaji. Sesuai dengan Mou
dengan BPRS.
4. Committe (persetujuan)
Proses persetujuan merupakan proses penentuan Memo Proposal
Pembiayaan apakah disetujui atau tidak. Jika Memo Proposal disetujui
atau dikatakan layak memo proposal akan ditandatangani oleh pihak
direksi dan pimpinan cabang dengan pertimbangan hasil analisa
pembiayaan yang telah dilakukan oleh Account Officer. Tahap selanjutnya
pihak BPRS akan membuat Surat Pemberitahuan Pembiayaan atau
Piutang (SP3) yang berisi syarat-syarat dan ketentuan yang harus
dipenuhi. SP3 berisi jenis pembiayaan, tujuan pembiayaan, plafon
pembiayaan, margin, harga jual, jangka waktu, angsuran per bulan, biaya
proses data, biaya materai atau pengikatan, asuransi jiwa dan persyaratan
misalnya, jika terlambat maka akan dikenakan denda, saldo tabungan
beku minimal Rp xxx. Berita Acara Rapat Komite Pembiayaan juga
dilampirkan, Berita Acara Rapat Komite Pembiayaan berisi ringkasan dari
SP3 yang dilengkapi dengan nama pembina pembiayaan, identitas
nasabah, jumlah pembiayaan yang diajukan, jumlah pembiayaan yang
disetujui, jenis jaminan, no SP3, dan waktu SP3.
5. Pengikatan
Tindakan selanjutnya setelah semua persyaratan dipenuhi adalah
proses pengikatan, baik pengikatan pembiayaan maupun pengikatan
82
jaminan. Pengikatan pada BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali ini
terdiri dari dua macam yaitu proses penandatanganan akad yang dilakukan
antara BPRS dengan nasabah dan penandatanganan akad yang disaksikan
oleh notaris atau penandatanganan menggunakan materai. Surat yang
perlu ditandangani saat pengikatan adalah
a. Surat pemberitahuan Persetujuan Pembiayaan/Piutang (SP3);
b. Akad Wakalah (Surat Kuasa Pembelian Barang);
c. Akad Pembiayaan Murabahah;
d. Surat Kuasa Jual;
e. Surat Kuasa Debet;
f. Surat Pengakuan Hutang; dan
g. Jadwal Angsuran.
6. Pencairan
Pencairan adalah fasilitas pembiayaan kepada nasabah. Sebelum
melakukan pencairan, maka dilakukan pemeriksaan kembali semua
kelengkapan yang harus dipenuhi. Prosedur pencairan oleh nasabah yaitu:
a. Nasabah telah menerima Surat pemberitahuan Persetujuan
Pembiayaan/Piutang (SP3);
b. Nasabah datang ke BPRS dengan membawa sebagai berikut:
1) KTP (Kartu Tanda Penduduk) Asli
2) Jaminan Asli
83
c. Nasabah membuka rekening buku tabungan IB Sukowati
Di dalam buku tersebut akan terlihat jumlah pencairan dana yang
telah diterima nasabah dan sisa angsuran atau kewajiban yang
masih harus dibayar.
d. Nasabah membayar biaya administrasi
e. Penandatangan pengikatan yang berupa:
1) Surat pemberitahuan Persetujuan Pembiayaan/Piutang (SP3)
dengan materai;
2) Akad Wakalah (Surat Kuasa Pembelian Barang);
3) Akad Pembiayaan Murabahah;
4) Surat Kuasa Jual dengan materai;
5) Surat Kuasa Debet;
6) Surat Pengakuan Hutang dengan materai; dan
7) Jadwal Angsuran.
Tabel 4.1. Jumlah pencairan pembiayaan murabahah selama 1 tahunBulan Jumlah Orang Total PembiayaanMaret 2014 45 Rp 1.113.000.000April 26 Rp 289.000.000Mei 30 Rp 1.006.000.000Juni 43 Rp 877.500.000Juli 36 Rp 328.250.000Agustus 15 Rp 1.753.500.000September 35 Rp 1.796.500.000Oktober 18 Rp 302.000.000November 14 Rp 512.335.000Desember 6 Rp 191.000.000Januari 2015 7 Rp 173.500.000Februari 12 Rp 297.000.000Maret 8 Rp 129.700.000Sumber : Monitoring BPRS Sukowati Sragen
84
Lihat di lampiran excel
85
B. Tindak Lanjut Setelah Pembiyaan Dicairkan
Pembiayaan yang telah dicairkan kepada nasabah bukan berarti dilepas
begitu saja, tetapi perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh BPRS untuk
mengamankan pembiayaan. Kepercayaan yang diberikan kepada nasabah
akan terjadi apabila pembiayaan dapat kembali lagi pada masa yang telah
disepakati antara pihak BPRS dan nasabah. Tujuan menyalurkan pembiayaan
adalah menciptakan keuntungan atas margin atau bagi hasil. Pengamanan
pembiayaan dimulai sejak BPRS merencanakan untuk menyalurkan
pembiayaan misalnya, memperhitungkan plafon, menganalisa calon nasabah
dan sebagainya.
Langkah-langkah pengamanan ini dilakukan sedemikian rupa untuk
memperkecil resiko yang mungkin timbul. Pada BPRS Sukowati Sragen
cabang Boyolali selain membuat perencanaan seperti memperhitungkan
plafon dan menganisa calon nasabah, BPRS ini mengadakan pengawasan dan
pembinaan untuk nasabah yang telah mendapat fasilitas (pencairan).
1. Pengawasan
BPRS Sukowati Sragen cabang Boyolali melakukan pengawasan
yang saksama atas perjalanan pembiayaan, baik secara keseluruhan
maupun secaara individual. Apakah pelaksanaan penyaluran pembiayaan
sesuai dengan rencana awal atau tidak dibuktikan dengan kwitansi
pembelian barang yang diserahkan kepada BPRS. Bentuk pengawasan
BPRS terdiri dari dua macam yaitu
86
a. Pengawasan aktif
Dilakukan oleh Account Officer yang bertanggung jawab dari awal
pengajuan, wawancara, dan survey (analisa calon nasabah). Account
Officer yang bersangkutan datang langsung di tempat nasabah dua
bulan sekali untuk operasional, perkembangan dan mengetahui segala
masalah yang timbul.
b. Pengawasan pasif
Pengawasan pasif dilakukan oleh Accounting dengan melakukan
monitoring atau memantau jadwal pembayaran angsuran yang telah
disepakati. Dalam monitoring ini nasabah yang lancar dan tidak lancar
akan terlihat.
Di dalam pengawasan ini Account Officer harus dapat menciptakan
hubungan yang harmonis dengan nasabahnya, yang dilandasi dengan
sikap yang saling menghormati, saling membutuhkan, dan saling
ketergantungan. Dengan hal tersebut bilamana nasabah mengalami
masalah atau kesulitan-kesulitan dalam kegiatannya, maka nasabah tidak
akan sungkan untuk meminta pertolongan dari pihak BPRS untuk
menanggulangi permasalahan tersebut.
2. Pembinaan
Account Officer melakukan pengawasan sekaligus pembinaan agar
dapat mengarahkan keberhasilan dan sesuai dengan rencana awal. Untuk
pembinaan pembiayaan murabahah modal kerja Account Officer
membantu dalam bidang administrasi, memberi masukan tentang jalannya
87
usaha saat ini. Untuk pembinaan murabahah konsumtif dan investasi
Account Officer berperan sebagai konsultan. Misalnya memberikan
informasi-informasi yang penting dan bermanfaat dalam melakukan
berbelanja yang lebih murah, hal ini tidak akan menimbulkan
pemborosan. Jika nasabah dalam angsurannya mulai tidak tepat waktu,
maka pihak BPRS membuatkan Surat Peringatan/Surat Tagihan.
Tabel 4.3. List tindakan BPRS setelah pembiayaan dicairkan
Tindakan ManajemenNo Nama Plafon Tujuan
Pembiayaan Pengawasan Pembinaan
1 Suharto Rp7.500.000 MembeliMaterial
a. BPRSmengawasipembiayaanyang telahdicairkankepada Suhartobenar-benardigunakan untukrenovasi rumah
b. BPRSmemantaujadwalpembayaranangsuran
BPRSmengarahkankepadaSuharto agarprosespembangunanberjalanlancar danmaksimal.
2 Rasidi Rp20.000.000 RenovasiRumah
a. Memantauagarpembiayaandigunakandengansemestinya
b. Memantaujadwalpembayaranangsuran
a. Memberimasukanharga materialyang murah
88
3 AgungRizki
Rp30.000.000 TambahanModal usaha
a. Memantauagarpembiayaandigunakandengansemestinya
b. Memantaujalannya usaha,apakahberkembangatau tidak.
c. Melihatkemungkinanmasalah atauresiko yangtimbul
a. Membinadalammenetapkanharga
b. Membinacaramemasarkanbarang
4 Rukimin Rp25.000.000 Investasi Memantaujadwalpembayaranangsuran
Mengusulkaninvestasi yangbaik untuksaat ini
5 SriPurwanti
Rp7.200.000 MembeliSepedaMotor
MemantauJadwalPembayaranAngsuran
-
6 Rachmad Rp20.000.000 TambahanModalUsaha mesinjahit
a. Memantaujadwalpembayaranangsuran
b. Mengawasimasalah yangmungkin timbul
c. Melihatperkembanganusaha yangdijalankan
a. Strategidalammenghadapipersaingan
b.Menentukanharga dankeuntungan
7 FitriDianaSusiani
Rp10.000.000 MembeliMaterial
Memantaujadwalpembayaranangsuran
89
8 Sunarni Rp10.000.000 MembeliPeralatanBengkel
a. memantaujadwalpembayaranangsuran
b. Melihatsistem kinerja
c. Melihatperkembanganusaha
a.Memberikanmasukantentangkepuasanpelanggan
b. Memberimasukantentang caramenghadipersaingan
Sumber: Data diolah di BPRS Sukowati cabang Boyolali
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian penelitian, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Proses kelayakan pembiayaan murabahah yang telah dilakukan oleh
BPRS Sukowati Sragen yaitu:
a. Nasabah telah memenuhi syarat yang ditetapkan BPRS;
b. Pengumpulan data dan investigasi oleh nasabah;
c. Analisa pembiayaan menggunakan metode 5C dan tidak mengandung
unsur riba;
d. Nasabah telah menerima surat pemberitahuan persetujuan piutang
(SP3);
e. Nasabah menandatangani surat pengikatan pembiayaan; dan
f. Nasabah membayar biaya administrasi sebelum melakukan pencairan.
2. Tindak lanjut setelah pencairan yang dilakukan BPRS Sukowati Sragen
cabang Boyolali adalah:
a. BPRS melakukan pengawasan kepada nasabah yaitu pengawasan aktif
dan pasif
b. BPRS melakukan pembinaan kepada nasabah supaya pembiayaan
dapat digunakan dengan efektif dan efisien.
91
B. Saran
1. Prinsip kehati-hatian dalam menganalisis calon nasabah pembiayaan perlu
ditingkatkan lagi, agar dapat meminimalkan pembiayaan bermasalah.
2. Dalam membuat hasil analisis kelayakan pembiayaan sebaiknya
dilengkapi dalam bentuk score atau nilai per aspek kemudian di total, serta
dibuatkan ketentuan jumlah minimal score yang harus didapatkan untuk
mendapatkan pertujuan dalam memberikan pembiayaan.
3. Adanya pelatihan dan pemberian ketrampilan kepada Account Officer
dalam hal penilaian kelayakan pembiayaan kepada calon nasabah, agar
Account Officer tidak salah dalam memberikan pembiayaan.
4. Adanya sanksi kepada Account Officer yang tidak professional dalam
memberikan pembiayaan, misalnya nasabah yang sebenarnya tidak layak
untuk dibiayai tetapi membuat analisis pembiayaan layak untuk tujuan
mengejar target dan lainnya.
5. Dalam membina nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan
perlu ditambahkan untuk memberikan pelatihan kepada seluruh nasabah
agar pelatihan ini dapat dipraktekkan dalam mencapai tujuan pembiayaan,
karena pembiayaan ini juga dapat mengurangi kemiskinan yang ada di
kota setempat khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
.....Al-Quran dan Terjemahannya. 2014. Jakarta: Departemen Agama RI.
Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Penerapan Prinsip Syariah. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Ascarya. 2013. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Asytuti Rinda, Santoso, Khoiruddin, Hakim, Bahjatulloh. 2011. Kajian“Pembiayaan Murabahah Antara Teori dan Praktik”. Muqtasid. JurnalEkonomi dan Perbankan Syariah
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali .
Endraswati, Hikmah. 2013. Studi Kelayakan Bisnis Islam. Salatiga:STAINSalatiga Press.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, www.dsnmui.or.id. 3April 2015
Hasan Muhammad, Purnamasari, Zulpawati, Elbadriati. 2008. “MembangunSistem Ekonomi Bebas Riba”. Istinbath. Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Herli, Ali Suyanto. 2013. Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan PembiayaanMikro. Yogyakarta: Andi Offset
Karim A, Adirwarman. 2010. Bank Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
_____. 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_____. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.
Khomsatun. 2010. “Analisis Penerapan akad Murabahah pada pembiayaan Ba’iBitsaman Ajil di BMT Fajar Mulia Kantor Ambarawa Tahun 2010”. TugasAkhir STAIN Salatiga
Martono. 2002. Bank dan lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia.
Murniati, Tri. 2012. “Prosedur Pemberian Pembiayaan dan Upaya MencegahPembiayaan Bermasalah di BMT Anda Ampel Boyolali”. Tugas AkhirSTAIN Salatiga
Pambudi, Wawan. 2014. “Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank SyariahMandiri cabang Salatiga”. Tugas Akhir STAIN Salatiga
Prabowo, Bagya Agung. 2009. Konsep Akad Murabahah pada Perbankan Syariah(Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesiadan Malaysia). Jurnal Hukum Fakultas Hukum UII Yogyakarta
Rodoni, Ahmad. 2009. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaanpembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia tbk. JurnalIlmiah dari Jakarta : Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,UIN SyarifHidayatullah
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudirman, Mansyur, Sulhan, Zubair, dan Al-Hakim. 2008. Hak Asasi Manusiadan Syari’ah. Istinbath. Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Sumar’in . 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:Gema Insani Press
UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, www.lps.go.id, 3 April 2015
UU Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 1998, www.bi.go.id, 3 April 2015
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, www.bpkp.go.id, 3 April 2015
Wirdyaningsih dkk. 2005.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana Prena media.
Yuniardi, Romi. Perancangan sistem pendukung keputusan untuk menentukankelayakan pemberian pembiayaan nasabah BMT dengan menggunakanFuzzy Inference System. Jurnal Sistem dan Tekhnologi InformasiUniversitas Tanjungpura.
Zulkifli, Sunarto. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. JakartaTimur: Zikrul Hakim
…, 2008. Standar Operasional (SOP). Boyolali: BPRS Sukowati Sragen.