analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
PADA MATERI PELUANG KELAS VIII
SMP NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Mukhammad Rif’an Alwi
NIM. 23070160022
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
PADA MATERI PELUANG KELAS VIII SMP NEGERI 1
AMBARAWA TAHUN AJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Mukhammad Rif’an Alwi
NIM. 23070160022
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
"Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di
dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil",
(Buya Hamka)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur keharidar Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Moh Thoha dan Ibunda Siti Khotimah tercinta yang senantiasa
mencurahkan kasih sayangnya, mendo’akan, membimbing, memberikan
nasihat, dan motivasi dalam kehidupan penulis.
2. Kakak Kaifiyatul Hikmah yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan.
3. Adik sepupu Ahmad Bustanul Aziz yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi.
4. Sahabat penulis Fanhary, Elfina dan DC yang selalu memberikan dukungan
dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman tim Majelis Doa “Mawar Allah” yang senantiasa memberikan
motivasi dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman kelas A Tadris matematika yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2016 khususnya jurusan Tadris
matematika.
8. Keluarga PPL SMP N 5 Salatiga dan KKN Desa Daleman Kidul yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi dengan judul Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe
Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Peluang Kelas VIII SMP Negeri
1 Ambarawa Tahun Ajaran 2019/2020. Sholawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, semoga kita semua
mendapat syafa’atnya diyaumil qiyamah kelak. Amin.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak. Prof. Dr. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak. Prof. Dr. Winarno, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Tadris
Matematika.
4. Ibu Wulan Izzatul Himmah, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan
waktunya dalam mengkoreksi skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Sumarno Widjadipa, M. Pd. yang telah
memberikan banyak pengarahan dan motivasi selama 4 tahun menjadi
mahasiswa Program Studi Tadris Matematika IAIN Salatiga.
x
6. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku penguji pertama yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Fenny Widiyanti, S.Pd., M.Pd. Selaku penguji kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh dosen di lingkungan IAIN Salatiga, khususnya dosen Program Studi
Tadris matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
9. Ayahanda Moh Thoha dan Ibunda Siti Khotimah tercinta yang tidak henti-
hentinya mendo’akan, membimbing, menasehati dan memberikan motivasi
kepada penulis.
10. Kepala SMP N 1 Ambarawa, Ibu Dra. Sriyatun, M. Si. beserta guru-guru SMP
N 1 Ambarawa yang telah mengizinkan dan membantu penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan
doronganya.
Penulis hanya bisa membalas do’a, semoga Allah SWT mencatat sebagai
amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan
penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin.
Salatiga, 29 Juli 2020
Mukhammad Rif’an Alwi
NIM. 23070160022
xi
ABSTRAK
Alwi, Mukhammad Rif’an. 2020. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Peluang
Kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2019/2020. Skrisi,
Salatiga: Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Wulan Izzatul
Himmah, M. Pd.
Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Newman, HOTS, Peluang
Masalah berupa sulitnya siswa memahami materi matematika seperti soal
berbentuk HOTS yang diambil dari materi peluang, mengakibatkan siswa
melakukan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal tersebut. Melalui
analisis kesalahan newman maka akan diperoleh gambaran rinci dari kesalahan
yang dilakukan siswa dan faktor-faktor penyebab kesalahan. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal tipe HOTS materi peluang dan mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
kesalahan tersebut.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif studi
kasus. Melibatkan 12 siswa kelas VIII C. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu metode tes, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa,
(1) pada aspek menganalisis yaitu kesalahan pemahaman, kesalahan transformasi
dan kesalahan keterampilan proses, (2) aspek mengevaluasi yaitu kesalahan
membaca dan kesalahan tranformasi, sedangkan (3) aspek mencipta yaitu kesalahan
membaca, kesalahan pemahaman dan kesalahan transformasi. Faktor-faktor
penyebab kesalahan yaitu (1) aspek menganalisis: kurang pemahaman siswa dalam
mengubah kalimat cerita menjadi bentuk model matematika, tidak tepat memilih
operasi, dan kurang teliti dalam melakukan perhitungan. (2) aspek mengevaluasi:
rendahnya kemampuan siswa memahami soal, rendahnya kemampuan siswa dalam
menafsirkan masalah matematika, (3) aspek pencipta: kemampuan siswa yang
relatif rendah dalam memahami soal, siswa tidak mampu mengembangkan
kreativitas dalam menyelesaikan soal.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................... i
LOGO IAIN SALATIGA ........................................................................... ii
JUDUL ........................................................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... v
PENGESAHAN .......................................................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
ABSTRAK .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori ................................................................................ 10
1. Analisis Kesalahan ................................................................... 10
2. High Order Thinking Skills (HOTS) ........................................ 14
3. Tinjauan Materi ........................................................................ 17
B. Kajian Pustaka ................................................................................. 19
xiii
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 26
C. Sumber Data .................................................................................... 26
D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 27
E. Analisis Data ................................................................................... 30
F. Pengecekan Keabsahan Data........................................................... 31
BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ................................................................................... 33
1. Profil SMP Negeri 1 Ambarawa .............................................. 33
2. Deskripsi Data .......................................................................... 34
a. Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 34
b. Jenis-Jenis Kesalahan Berdasarkan Analisis Newman ..... 37
c. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan
Kesalahan .......................................................................... 54
B. Analisis Data ................................................................................... 65
1. Deskripsi Jenis-Jenis Kesalahan Siswa Berdasarkan
Analisis Kesalahan Newman .................................................... 69
2. Faktor Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan
Kesalahan ................................................................................. 75
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kesalahan Newman ..................................................... 14
Tabel 4.1 Perbandingan Kesalahan Siswa .................................................. 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 25
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................... 26
Gambar 3.3 Bagan Proses Validasi Soal ..................................................... 28
Gambar 3.4 Bagan Proses Validasi Pedoman Wawancara ......................... 30
Gambar 4.1 Kesalahan Pemahaman S-01 ................................................... 38
Gambar 4.2 Kesalahan Transformasi S-03 ................................................. 40
Gambar 4.3 Kesalahan Keterampilan Proses S-09 ..................................... 42
Gambar 4.4 Kesalahan Membaca S-04 ....................................................... 45
Gambar 4.5 Kesalahan Transformasi S-07 ................................................. 47
Gambar 4.6 Kesalahan Membaca S-02 ....................................................... 49
Gambar 4.7 Kesalahan Pemahaman S-10 ................................................... 51
Gambar 4.8 Kesalahan Transformasi S-05 ................................................. 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi, Soal Tes dan Kunci Jawaban ................................. 90
Lampiran 2. Validasi Dosen Matematika IAIN Salatiga ............................ 98
Lampiran 3. Validasi Guru Matematika...................................................... 101
Lampiran 4. Jawaban Subjek Penelitian ..................................................... 104
Lampiran 5. Validasi Pedoman Wawancara ............................................... 113
Lampiran 6. Pedoman Wawancara ............................................................. 114
Lampiran 7. Transkrip Wawancara Siswa .................................................. 115
Lampiran 8. Surat keputusan penetapan pembimbing skripsi .................... 136
Lampiran 9. Surat izin penelitian ................................................................ 137
Lampiran 10. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian .................. 138
Lampiran 11. Lembar Konsultasi ................................................................ 139
Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ................................... 140
Lampiran 13. Satuan Kredit Kegiatan ......................................................... 145
Lampiran 14. Daftar Riwayat Hidup ........................................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini, dibutuhkan sumber daya manusia
yang kompetitif sehingga mampu menghadapi tuntutan perkembangan zaman
yang semakin maju. Kualitas sumber daya manusia suatu bangsa ditentukan
oleh tingkat pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan memegang peranan
penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia (Bertha, dkk. 2018:876).
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pengembangan dalam kurikulum 2013
yang berdasarkan atas landasan filosofis. Permendikbud No. 69 tahun 2013
menyatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan landasan
filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi-potensi
peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional telah
dicantumkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional RI No. 20 Tahun 2003 yaitu:
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Arifin, 2018:53).
2
Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 revisi 2017 pada pembelajaran
matematika diharapkan siswa tidak hanya dibekali dengan kemampuan
menggunakan perhitungan atau rumus dalam mengerjakan soal tes saja akan
tetapi juga mampu melibatkan kemampuan bernalar dan analitisnya dalam
memecahkan masalah sehari-hari. Pada Kurikulum 2013 mulai dikembangkan
soal-soal tipe HOTS (Higher Order Thinking Skills). Soal dengan tipe HOTS
adalah soal yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi dan melibatkan
proses bernalar, sehingga dapat mengasah kemampuan berfikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif serta melatih siswa untuk berfikir dalam level
analisis, evaluasi dan mengkreasi (Mahmudah, 2018:50) .
Dasar dari berfikir tingkat tinggi salah satunya adalah Taksonomi
Bloom. Ranah kognitif Bloom dimulai dari C1 (mengingat), C2 (memahami),
C3 (menghitung), C4 (menganalisis), C5 (membandingkan), dan C6
(mencipta). Irawati & Mahmudah (2018:3) menyatakan bahwa C4-C6
merupakan soal dengan kategori High Order Thinking (HOT) sedangkan C1-
C3 termasuk ke dalam kategori Low Order Thinking (LOT). Sementara,
Kurniawan & Fitriani (2020:226) menyatakan bahwa soal dengan kriteria
mudah (C1-C2), kategori sedang (C3-C4), sementara kategori sulit (C5-C6).
Idealnya dalam persoalan matematik jumlah perbandingan soal mudah, sedang,
dan sulit adalah 3:4:3 (Kurniawan & Fitriani, 2020:226). Namun kenyataaanya,
dalam penelitian yang dilakukan oleh Himmah, dkk (2018:2) setelah melakukan
wawancara kepada guru, diperoleh bahwa guru tidak memiliki rancangan soal
akhir matematika berdasarkan level kognitif dan permasalahan yang
3
kontekstual. Hasilnya dari soal tes akhir semester yang diberikan kepada siswa,
beberapa soal masih pada level memahami (C2), serta tidak menggunakan
pertanyaan stimulus berdasarkan permasalahan yang kontekstual.
Salah satu pokok bahasan matematika yang sukar untuk dikuasai oleh
siswa ialah topik peluang (probabilitas). Menurut Aisyah, dkk, (2014:20)
menyatakan bahwa salah satu sebab siswa lemah dalam peluang dan statistik
adalah karena mereka tidak dapat menguasai bilangan rasional, perbandingan,
pecahan yang digunakan dalam menghitung dan menentukan peluang. Menurut
Komarudin (2016:205) menyatakan bahwa siswa mengalami masalah peluang
disebabkan oleh mereka hanya menghafal persamaan (rumus) dan pola
penyelesaian yang diajarkan oleh guru tanpa berusaha memahaminya. Siswa
juga sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah peluang
disebabkan mereka tidak memahami istilah atau bahasa yang digunakan, atau
istilah dan bahasa yang digunakan sukar dipahami oleh siswa (Aisyah,dkk.
2014:22).
Menurut Komarudin (2016:205) menyatakan bahwa miskonsepsi dalam
pendekatan akan terjadi apabila siswa menganggap sesuatu peristiwa yang
terjadi, akan terjadi dengan berurutan. Padahal siswa seharusnya perlu meramal
kemungkinan sesuatu peristiwa yang terjadi pada percobaan lain daripada
menganggap mereka akan mendapatkan hasil yang sama pada percobaan
seterusnya. Disebabkan oleh miskonsepsi ini siswa tidak dapat berfikir secara
mendalam menggunakan logika mengenai peristiwa yang akan terjadi karena
4
mereka akan menganggap bahwa jika peristiwa yang sama berulang mereka
akan mendapat hasil yang sama.
Penelitian Kurnia & Yuspriyati (2020:124) sehubungan dengan hasil
penelitiannya yang menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika bertipe HOTS pada topik bangun ruang. Hasilnya siswa banyak
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal HOTS. Kesalahan yang
dominan yaitu kesalahan encoding (penulisan hasil akhir) sebesar 89%.
Penelitian terdahulu oleh Kurniawan & Fitriani (2020:231) memperoleh
kesimpulan bahwa bentuk kesalahannya cukup bervariasi, akibatnya siswa tidak
dapat menyelesaikan permasahan dengan tepat dan hasilnya pun kurang
memuaskan. Selain itu, Gais dan Afriansyah (2017:264) menyatakan bahwa
faktor yang menyebabkan siswa keliru dalam menyelesaikan soal-soal HOTS
berupa kurang telitinya siswa dalam proses mengerjakan soal, kemampuan awal
matematis siswa yang rendah, proses yang dilalui selama pembelajaran tidak
maksimal, kurangnya pemahaman siswa terhadap soal, ketidaklengkapan dalam
membaca soal, dan kurangnya perhatian dari orang tua.
Teori analisis Newman merupakan salah satu teori yang dapat
menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dalam matematika.
Menurut Teori Newman (dalam Kurnia & Yuspriyati, 2020:117-118)
menyatakan bahwa kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika meliputi
Reading Error (kesalahan membaca), Comprehension Error (kesalahan
pemahaman), Transformation (kesalahan transformasi), Processing Skill Error
5
(kesalahan keterampilan proses), Encoding Error (kesalahan penulisan jawaban
akhir).
SMP Negeri 1 Ambarawa merupakan salah satu SMP yang berada di
Kabupaten Semarang. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pembelajaran di
SMP Negeri 1 Ambarawa. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru
matematika yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dalam
pembelajarannya siswa belum terbiasa menyelesaikan soal-soal HOTS yang
mengharuskan siswa berfikir tingkat tinggi (kritis dan kreatif) dalam proses
pemecahannya. Padahal kurikulum 2013 menuntut siswa untuk berfikir kategori
tinggi atau HOTS.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh bahwa masih banyak siswa yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematis di kelas VIII pada
materi peluang. Hasil ini didukung oleh hasil wawancara dengan guru bidang
studi matematika di SMP Negeri 1 Ambarawa, mengatakan bahwa sebagian
besar siswa dapat menyelesaikan soal matematika secara bertahap tetapi masih
ada tahap kesalahannya. Menurut analisis sementara siswa mengalami kesulitan
dimungkinkan karena keterampilan dan penguasaan terhadap konsep
matematika khususnya materi peluang belum dikuasai sepenuhnya.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) Materi Peluang
Kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2019/2020”
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika tipe Higher Order Thinking Skill
(HOTS) materi peluang?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) materi peluang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti memiliki dua tujuan.
1. Mendiskripsikan jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika tipe Higher Order Thinking Skill
(HOTS) materi peluang.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mengakibatkan kesalahan
dalam menyelesaikan soal matematika tipe Higher Order Thinking
Skill (HOTS) materi peluang.
7
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan
keilmuan khususnya pada bidang matematika mengenai analisis
kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal tipe High Order
Thingking Skill (HOTS) materi peluang pada siswa SMP.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai referensi sekaligus pertimbangan guna mencegah
kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan tipe Higher
Order Thingking Skill (HOTS) pada materi peluang.
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
jenis-jenis kesalahan yang telah dilakukan siswa, sehingga
dikemudian hari ketika menemui persoalan matematika yang
serupa siswa diharapkan tidak melakukan kesalahan yang sama.
c. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan diri dan
menambah pengetahuan bagi peneliti menganalisis kesalahan-
kesalahan siswa menyelesaikan soal tipe High Order Thinking Skill
(HOTS) pada materi peluang.
8
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari ketidakjelasan
atau perbedaan pemahaman antara pembaca dan peneliti terhadap judul
penelitian. Adapun definisi operasional dalam judul.
1. Analisis Kesalahan
Analisis yang digunakan peneliti untuk menentukan penyebab
kesalahan dalam mengerjakan soal matematika yaitu Prosedur Newman
yang diperkenalkan oleh Anne Newman meliputi Reading Error
(kesalahan membaca), Comprehension Error (kesalahan pemahaman),
Transformation (kesalahan transformasi), Processing Skill Error
(kesalahan keterampilan proses), Encoding Error (kesalahan penulisan
jawaban akhir) (Kurnia & Yuspriyati, 2020: 117-118).
2. High Order Thinking Skills (HOTS)
Menurut Lewy (2009:16) indikator untuk mengukur
kemampuan berfikir tingkat tinggi meliputi: menganalisis,
mengevaluasi dan mengkreasi.
3. Tinjuan Materi
Dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan Peluang
dengan submateri Peluang Teoritis.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Tipe High Order Thinking Skills (HOTS) Materi
9
Peluang Kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2019/2020”
terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN berisi tentang: latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah
dan sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA memuat tentang: landasan teori dan
kajian pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN berisi: jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data
dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA memuat tentang:
paparan data dan analisis data.
BAB V KESIMPULAN berisi tentang: kesimpulan dan saran.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Analisis Kesalahan
Kesalahan merupakan kekeliruan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Suharsono & Retnoningsih, 2012:442) kesalahan
diartikan sebagai kekeliruan, kealpaan. Menurut Amir (2015:137)
mendefinisikan kesalahan sebagai penyimpangan terhadap hal benar
yang bersifat sistematis, konsisten, maupun insidental. Jadi kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika adalah penyimpangan
jawaban yang benar atau kekeliruan dalam menyelesaikan soal.
Kesalahan ini bisa terjadi karena siswa belum menguasai materi atau
siswa keliru dalam menentukan langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah.
Untuk itu dalam mengetahui kesalahan siswa diperlukan
analisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharsono &
Retnoningsih, 2012:37) analisis diartikan sebagai penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya). Jadi analisis kesalahan berarti
menyelidiki sebab terjadinya kesalahan siswa dalam pemecahan
masalah dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
kesalahan siswa dalam memecahkan masalah.
11
Menurut Hardiyanti (2016:78-79) kesalahan umum yang
dilakukan siswa dalam mengerjakan tugas matematika yaitu kurangnya
pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai
tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan
tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan
karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
Menurut Watson (dalam Palayukan & Pelix (2018:50-52)
mengkategorikan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika
menjadi 8 kategori. Adapun kategori kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal matematika menurut Watson dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Data tidak tepat (inappropriate data), siswa berusaha
mengoperasikan langkah-langkah yang tepat dalam penyelesaian
masalah namun pemilihan informasi atau data tidak tepat.
b. Prosedur tidak tepat (inappropriate procedure), siswa berusaha
mengoperasikan langkah-langkah penyelesaian masalah pada level
yang tepat namun penggunaan prosedur atau caranya tidak tepat.
c. Data hilang (omitted data), dalam menyelesaikan masalah siswa
kehilangan satu data sehingga penyelesaian menjadi tidak benar
namun siswa berusaha melakukan langkah-langkah penyelesaian
pada level yang tepat.
d. Kesimpulan hilang (omitted conclusion), siswa menunjukkan
alasan yang tepat namun gagal dalam penarikan kesimpulan.
12
e. Konflik level respon (responsive level conflict), dimana siswa
menunjukkan kompetensi operasi pada level tertentu kemudian
menunjukkan operasi yang lebih rendah, biasanya untuk penarikan
kesimpulan.
f. Manipulasi tidak langsung (undirected manipulation), siswa
menunjukkan langkah-langkah penyelesaian yang tidak urut, acak,
bahkan sederhana namun kesimpulan dapat ditemukan dan secara
umum data yang ada digunakan secara keseluruhan.
g. Masalah hirarki keterampilan (skills hierarchy problem), siswa
tidak dapat menyelesaikan permasalahan karena siswa tidak
terampil dalam memanipulasi angka khususnya dalam aljabar.
h. Selain ketujuh kategori diatas (above other), siswa melakukan
kesalahan diantaranya pengkopian data dan tidak adanya respon
yang dimiliki siswa.
Sedangkan menurut Newman (1983) (dalam Kurnia &
Yuspriyati, 2020:117) menyatakan bahwa kesalahan dalam
mengerjakan soal matematika terdiri dari 5 tipe yaitu: kesalahan
membaca, kesalahan pemahaman, kesalahan transformasi, kesalahan
keterampilan proses, kesalahan penulisan jawaban akhir.
Berikut pemaparan kategori kesalahan yang dijelaskan oleh
Newman (dalam Kurnia & Yuspriyati, 2020:117-118):
a. Kesalahan membaca (reading error)
13
Kesalahan yang terjadi karena siswa dalam mengartikan soal, tidak
membaca informasi secara menyeluruh, tidak menggunakan
informasi dalam soal serta tidak sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh soal.
b. Kesalahan pemahaman (comprehention error)
Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang paham terhadap konsep,
selain itu siswa tidak mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal serta menangkap informasi dalam soal
sehingga siswa tidak menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Kesalahan transformasi (transformation error)
Kesalahan ini terjadi karena siswa tidak dapat mengubah soal ke
dalam model matematika serta dalam menggunakan tanda operasi
hitung.
d. Kesalahan keterampilan proses (process skill error)
Kesalahan ini terjadi karena siswa belum terampil dalam
melakukan proses perhitungan.
e. Kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding error)
Kesalahan yang terjadi pada tahap penyelesaian masalah.
Adapun indikator-indikator kesalahan prosedur analisis newman
peneliti rangkum sebagai berikut.
Tabel 2.1 Indikator Kesalahan Newman
No. Jenis kesalahan Indikator
14
1. Kesalahan Membaca a. Tidak bisa membaca atau
memaknai simbol yang ada pada
soal
b. Salah membaca soal sehingga
menyebabkan perbedaan makna
dari yang seharusnya dimaksud.
c. Tidak dapat membaca kata-kata
yang diajukan dalam soal.
2. Kesalahan
Memahami
a. Saya menulis apa yang diketahui
soal.
b. Kesalahan memilih atau
menggunakan data dari soal yang
relevan
c. Tidak menuliskan yang
ditanyakan.
3. Kesalahan
Transformasi
a. Kesalahan mengubah informasi
pada soal ke dalam bentuk model
matematika
b. Kesalahan merencanakan solusi
c. Tidak dapat menyelesaikan atau
melajutkan solusi pemecahan
masalah.
4. Kesalahan
Keterampilan Proses
a. Kesalahan dalam komputasi.
b. Tidak dapat melanjutkan prosedur
penyelesaian.
5. Kesalahan Penulisan
Jawaban Akhir
a. Tidak dapat menuliskan jawaban
yang dimaksud soal.
b. Tidak dapat menuliskan
kesimpulan dengan tepat
berdasarkan hasil pekerjaanya.
2. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
HOTS merupakan kemampuan berpikir yang terdiri atas
berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah dan membuat
keputusan (Brookhart, 2010:7). Selanjutnya, Wibowo & Setianingsih
(2016:75) mendefinisikan HOTS yaitu memberikan pemikiran yang
15
kompleks, tidak ada algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas, ada
yang tidak dapat diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda
dengan tugas yang telah ada dan berbeda dengan contoh-contoh yang
diberikan.
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s
Taxonomy: an overview – Theory Into Practice menyatakan bahwa
indikator untuk mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi (dalam
Widodo & Setianingsih, 2016:77) meliputi:
a. Menganalisis
1) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya.
2) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan
akibat dari sebuah skenario yang rumit.
3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.
b. Mengevaluasi
1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaat.
2) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.
3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan.
16
c. Mengkreasi
1) Membuat generalisasi satu ide atau cara pandang terhadap
sesuatu.
2) Merancang suatu cara menyelesaikan masalah.
3) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi
struktur baru yang belum ada sebelumnya.
Menurut Lewy, dkk (2009:17) menyatakan bahwa untuk
mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi mempunyai indikator
sebagai berikut:
a. Non algoritmatic
b. Cenderung kompleks
c. Memliki solusi yang mungkin lebih dari satu (open ended
approach)
d. Membutuhkan usaha untuk menentukan struktur dalam
ketidakberaturan
Brookhart (2010:37) memberikan penilaian dasar untuk
mengukur Higher Order Thinking Skills sebagai berikut:
a. Menentukan konten dan jenis pemikiran apa yang dipilih, seperti
menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta.
b. Merancang soal tes yang akan diujikan yang mengharuskan siswa
untuk menggunakan jenis pemikiran yang ditargetkan dan sesuai
dengan konten.
17
c. Membuat penilaian yang akan digunakan untuk menafsirkan
jawaban dari soal tes yang telah disajikan, sehingga dapat
mengetahui kemampuan berfikir siswa.
Menurut Himmah (2019:56) menyatakan bahwa dalam
penilaian pembelajaran di kelas, soal tipe HOTS sangat
direkomendasikan. Karakteristik soal tipe HOTS yaitu: (1) mengukur
kemampuan berfikir tingakt tinggi; (2) berbasis masalah kontekstual;
(3) menggunakan bentuk soal yang beragam seperti pilihan ganda,
uraian, isian singkat, dll.
3. Tinjuan Materi
a. Pengertian ruang sampel dan titik sampel
Ruang sampel merupakan himpunan dari semua hasil
percobaan yang mungkin terjadi, biasanya dinyatakan dengan S.
Sedangkan titik sampel merupakan anggota yang ada dalam ruang
sampel. Misal, ruang sampel dari dadu bermata enam adalah
S={1,2,3,4,5,6} dan titik sampelnya adalah 1,2,3,4,5,6.
b. Peluang Empirik
Peluang empirik adalah perbandingan antara frekuensi
kejadian terhadap percobaan yang dilakukan.
Jika m menyatakan banyak percobaan, dan n menyatakan
banyak kemunculan kejadian A percobaan tersebut, Maka peluang
empirik dirumuskan:
kejadian 𝐴 = 𝑛
𝑚
18
frekuensi relatif adalah perbandingan antara frekuensi
kejadian( f ) terhadap banyak percobaan yang dilakukan (n).
Frekuensi relatif kejadian 𝑅 =𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑅 (𝑓)
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 (𝑛)
Misal pada pertandingan sepak bola yang dilaksanakan
sebanyak 30 kali, ternyata Tim Indonesia menang 18 kali, seri 8
kali dan kalah 2 kali. Dari data yang sudah ada jika Tim Indonesia
bertanding sekali lagi berapakah peluang Tim Indonesia akan
menang?
Penyelesaian:
Pertandingan sepak bola dilaksanakan sebanyak 30 kali, berarti
n(S) = 30
Sedangkan Tim Indonesia menang sebanyak 18 kali, berarti
n(A) = 12
Peluang Tim Indonesia menang = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆) =
18
30 =
3
5
Jadi Peluang Tim Indonesia menang adalah 3
5
c. Peluang teoritis
Peluang teroririk dikenal juga dengan istilah peluang klasik
(classical probability), dalam beberapa bahasan juga disebut
peluang saja.
Misalkan n(A) menyatakan banyak titik sampel kejadian A
dan n(S) adalah semua titik sampel pada ruang sampel S. Peluang
teoritik kejadian A, yaitu P(A) dirumuskan:
19
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)
Misal pada penggelindingan sebuah dadu dengan kejadian
A yaitu hasil mata dadu genap. Banyak ruang sampel n(S) adalah
6, banyak titik sampel n(A) adalah 3. Maka peluang teoritik P(A)
yaitu:
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)
= 3
6 atau
1
2
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2018:55) dalam judul
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe
HOTS Berdasar Teori Newman menyimpulkan bahwa diperoleh 4 jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang. Besar
presentase untuk setiap jenis kesalahan yaitu kesalahan pemahaman 65%,
kesalahan transformasi 30%, kesalahan keterampilan proses 8,5% dan
kesalahan notasi 10%.
Analysis of Student’s Error in Solving Higher Order Thinking Skills
(HOTS) Problem for the Topic of Fraction. Judul penelitian yang dilakukan
oleh Abdullah, dkk (2015:138). Hasilnya menunjukkan bahwa siswa
banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal HOTS. Untuk
kesalahan pemahaman sebesar 20,92%, kesalahan transformasi sebesar
21,17%, kesalahan proses sebesar 27,33%, dan kesalahan penulisan
jawaban akhir sebesar 27,58%. Kesimpulannya hampir semua jenis
20
kesalahan dilakukan oleh siswa. Hanya kesalahan membaca yang tidak
dilakukan oleh siswa.
Hadiyanto (2016:76) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Kesalahan Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi
Geometri dengan Menggunakan Newman’s Procedure menyimpulkan
bahwa jenis dan penyebab kesalahan dari subjek penelitian dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan segitiga dan segiempat yaitu (1)
kesalahan dalam membaca informasi, hal ini disebabkan karena subjek
belum pernah mendapatkan soal seperti yang diberikan peneliti; (2)
kesalahan dalam mentransformasikan kata-kata, hal ini disebabkan karena
subjek kurang teliti dalam merelasikan operasi atau soal yang diberikan; (3)
kesalahn dalam memilih strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal
cerita geometri tersebut; (4) kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir, hal
ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam mengoperasikan bilangan
yang telah didapatkan.
Surya, dkk (2019:31) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Materi Operasi Bentuk
Aljabar Berdasarkan Tahapan Newman di Kelas VII SMP NU Bululawang.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat lima kesalahan yang dilakukan
siswa yaitu kesalahan membaca soal sebesar 44,4%, kesalahan memahami
soal sebesar 72,2%, kesalahan transformasi sebesar 44,4%, kesalahan
keterampilan proses sebesar 44,4%, dan kesalahan penulisan jawaban
sebesar 77,8%. Kesalahan yang dominan dilakukan oleh subjek penelitian
21
adalah kesalahan memahami soal dan kesalahan penulisan jawaban. Faktor
penyebabnya siswa melakukan kesalahan adalah tidak mengetahui kata
kunci atau simbol yang ada pada soal, tidak menulis apa yang diketahui dan
ditanya pada soal, tidak dapat mengidentifikasi operasi atau menentukan
rumus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan, melakukan
kesalahan dalam komputasi, tidak menuliskan kesimpulan, tidak
menuliskan satuan, dan menuliskan satuan tetapi tidak sesuai.
Sa’adah, dkk (2019:62-63) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika HOTS
Bertipe PISA menyimpulkan bahwa hanya terjadi 4 jenis kesalahan dari 5
jenis kesalahan berdasarkan kategori Newman’s Error Analysis (NEA).
Jenis kesalahan yang dilakukan yaitu hanya berupa kesalahan memahami,
kesalahan transformasi, kesalahan dalam keterampilan proses dan kesalahan
penulisan jawaban. Kesalahan memahami terjadi akibat kemampuan siswa
yang lemah dalam mengidentifikasi data dalam bentuk gambar dan
formula/rumus ke dalam konsep matematika. Kesalahan transformasi
terjadi akibat kemampuan siswa yang rendah dalam konsep merubah
masalah nyata ke dalam model matematika. Penyebab kesalahan dalam
keterampilan proses adalah keterampilan hitung siswa yang lemah dalam
menerapkan perhitungan bentuk rumus/formula. Selanjutnya, penyebab
kesalahan penulisan jawaban yaitu ketidaktelitian siswa dalam menuliskan
hasil akhir jawaban. Kesalahan yang cenderung dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS pada level mudah adalah kesalahan transformasi,
22
level sedang adalah kesalahan memahami dan kesalahan dalam
keterampilan proses, kemudian level sulit adalah kesalahan transformasi
dan kesalahan keterampilan proses.
Penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan dan berbedaan.
Adapun persamaan yaitu penelitian ini menggunakan analisis kesalahan
menggunakan prosedur Newman. Sedangkan perbedaan dari penelitian
terdahulu yaitu tipe soal yang digunakan disesuaikan dengan masalah yang
ada dan prosedural , lebih menekankan pada jenis-jenis kesalahan dan
faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan, dan materi
dalam penelitian ini yaitu materi peluang
BAB III
23
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
deskriptif studi kasus. metode penelitian kualitatif sebagaimana yang
diungkapkan Moleong (2011:4) bahwa prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Sugiyono (2005:21) bahwa
penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada
kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen
kunci.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dimana peneliti berusaha untuk mengetahui secara langsung kesalahan apa
saja yang dilakukan oleh siswa dengan mempelajari kasus yang ada. Untuk
dapat mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh siswa perlu diadakan
analisis terhadap hasil pekerjaan siswa sehingga diperoleh informasi lebih
mendalam dengan tujuan mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) materi
peluang dan menganalisis faktor penyebab kesalahan siswa.
Desain penelitian yang akan dilaksanakan untuk menganalisis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tipe Higher Order Thinking
Skills (HOTS) kelas VIII materi peluang sebagai berikut.
24
1. Menyusun intrumen penelitian berupa soal tes dan pedoman
wawancara. Soal tes disusun berdasarkan kriteria soal HOTS yaitu tipe
menganalisis, tipe mengevaluasi dan tipe mencipta. Pedoman
wawancara disusun berdasarkan teori analisis kesalahan Newman
yaitu: (1) kesalahan membaca, (2) kesalahan memahami, (3) kesalahan
transformasi, (4) kesalahan keterampilan proses, dan (5) kesalahan
jawaban akhir.
2. Proses selanjutnya yiatu validasi intrumen penelitian. Intrumen soal tes
divalidasi oleh dosen jurusan tadris matematika IAIN Salatiga yaitu Ibu
Enika Wulandari M.Pd. dan guru mata pelajaran matematika SMP
Negeri 1 Ambarawa yaitu Ibu Eni Lestari, S.Pd. dan validasi pedoman
wawancara divalidasi oleh dosen jurusan tadris matematika IAIN
Salatiga yaitu Ibu Enika Wulandari, M.Pd.
3. Subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling didasarkan
pada hasil PTS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria
tinggi, sedang, dan rendah.
4. Siswa diberi soal tes dan mengerjakan secara online atau daring (dalam
jaringan).
5. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian secara tatap muka
dirumah masing-masing siswa untuk: (1) mengklarifikasi hasil jawaban
siswa, (2) menganalisis kesalahan jawaban siswa dan (3) menganalisis
faktor penyebab kesalahan siswa.
25
6. Data hasil tes dan wawancara kemudian dipaparkan dan dianalisis
berdasarkan analisis kesalahan Newman
Adapun bagan desain penelitian sebagai berikut.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Ambarawa yang
beralamat di Jalan bandungan No. 42 Kelurahan Baran, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang. Adapun pela lokasi penelitian sebagai
berikut.
26
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian
Materi peluang ditempuh oleh peserta didik kelas VIII pada semester
genap sehingga pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap
2019/2020, sedangkan SMP Negeri 1 Ambarawa dipilih sebagai tempat
penelitian dengan beberapa pertimbangan berikut.
1. Keberagaman kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah khususnya dalam mata pelajaran matematika.
2. Adanya kesediaan dari pihak sekolah dan guru mata pelajaran
matematika untuk dijadikan sebagai tempat penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data yaitu dari mana data diperoleh. Sumber data ada dua,
yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber
yang langsung diberikan kepada peneliti, sedangkan sumber sekunder
adalah sumber data yang tidak langsung diberikan kepada peneliti namun
melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2005). Sumber data dalam
27
penelitian ini adalah sumber data primer, sumber data ini diambil dari hasil
tes 12 siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Ambarawa dimana data yang
diperoleh diambil langsung oleh peneliti untuk selanjutnya akan dianalisis
berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tipe HOTS
materi peluang.
Teknik pengambilan subjek menggunakan teknik purposive
sampling. Pemilihan subjek dengan dipilih secara random. Subjek dipilih
berdasarkan nilai PTS kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi,
sedang dan rendah. Untuk kelompok nilai tinggi diambil 4 siswa dengan
kode S-03, S-10, S-11, S-12. Untuk kelompok nilai sedang/cukup diambil 4
siswa dengan kode S-05, S-06, S-07, S-08 dan untuk kelompok nilai rendah
diambil 4 siswa dengan kode S-01, S-02, S-04, S-09.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga yaitu
dokumentasi, metode tes dan metode wawancara.
1. Dokumentasi
Arikunto (2010:61) metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan melengkapi data
yang sudah ada. Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini
untuk mendokumentasikan proses dan hasil penelitian berupa foto dan
pekerjaan siswa.
28
2. Metode tes
Yang dimaksud tes dalam penelitian ini yaitu serangkaian
pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis. Pada penelitian ini tes
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi peluang tipe Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa soal-soal uraian
materi peluang tipe HOTS. Soal yang digunakan terdiri dari 3 soal, yaitu
soal nomor 1 aspek menganalisis, soal nomor 2 aspek mengevaluasi, soal
nomor 3 aspek mencipta. Soal HOTS disusun berdasarkan kontekstual
(berbasis kasus) dan prosedural (teknik, cara, langkah-langkah). Soal
tersebut divalidasi oleh dosen jurusan tadris matematika IAIN Salatiga yaitu
Ibu Enika Wulandari, M.Pd. dan guru mata pelajaran matematika SMP
Negeri 1 Ambarawa yaitu Ibu Eni Lestari S.Pd.
Proses validasi instrumen soal tes dapat dilihat pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Bagan Proses Validasi Soal
29
3. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian.
Metode wawancara dalam penelitian ini berupa wawancara
semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang bebas.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka. Subjek yang dipilih sejumlah 12 siswa berdasarkan
pada hasil tes yang dikerjakan siswa sebelumnya. Kemudian informasi yang
telah dikumpulkan dari siswa yang telah diwawancarai akan digunakan
sebagai acuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kesalahan siswa dan
menentukan faktor-faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal tipe HOTS pada materi peluang.
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada siswa atau sumber data,
maka diperlukan bantuan berupa alat bantu yaitu aplikasi perekam suara
dari ponsel dan kamera.
Indikator pedoman wawancara yang digunakan berdasarkan
prosedur Newman meliputi membaca (reading), memahami,
(comprehension), transformasi (transformation), keterampilan proses
(process skills), dan penulisan jawaban akhir (encoding).
30
Pedoman wawancara divalidasi oleh dosen jurusan tadris
matematika IAIN Salatiga yaitu Ibu Enika Wulandari, M.Pd. dengan alur
pada gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4 Bagan Proses Validasi Pedoman Wawancara
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini yaitu langkah-
langkah yang dikemukakan dalam Sugiyono (2015:337), yaitu sebagai
berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, kemudian
memfokuskan pada hal-hal penting (Sugiyono, 2015:339). Pada penelitian
ini, reduksi data dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa.
Berikut adalah langkah-langkah reduksi data penelitian ini:
31
a. Mengoreksi jawaban siswa yang sudah dikumpulkan, kemudian
melakukan pengelompokkan kesalahan berdasarkan indikator
kesalahan Newman.
b. Merangkum hasil tes dan wawancara dan memilih bagian-
bagian penting sesuai dengan kebutuhan peneliti.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat,
bagan, maupun sejenisnya (Sugiyono, 2015:341). Penyajian data dalam
penelitian ini yaitu hasil kesalahan jawaban siswa yang dikategorikan
berdasarkan kesalahan Newman dalam uraian singkat teks naratif, serta
hasil wawancara terhadap siswa berupa percakapan yang disusun secara
rapi.
Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam
mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan siswa, serta menganalisis faktor
penyebab kesalahan siswa.
3. Conclusion Drawing/verification (Verifikasi)
Pada penelitian ini penarikan kesimpulan didasarkan dengan
rumusan masalah yang ada diawal. Penarikan kesimpulan dalam penelitian
ini dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang
tinggi.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
32
pengecekan/sebagai perbandingan terhadap data itu (Sugiyono, 2015:372).
Pada penelitian ini jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. dimana triangulasi sumber yang dilakukan disini adalah
membandingkan hasil pekerjaan siswa dengan hasil wawancaranya.
33
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Profil SMP Negeri 1 Ambarawa
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ambarawa yang
beralamat di Jalan Bandungan No. 42 Baran, Ambarawa, Semarang,
Jawa Tengah. SMP Negeri 1 Ambarawa berdiri diatas tanah seluas
15.576 M2. Memiliki ruang kelas sebanyak 24 ruang, perpustakaan 1
ruang, dan 2 ruang untuk laboratorium.
SMP Negeri 1 Ambarawa tahun ajaran 2019/2020 dalam
pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013. Dasar hukum
pelaksanaan kurikulum yang digunakan mengacu pada Permendikbud
No. 58 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama. Untuk menjalakan fungsinya sebagai salah satu sekolah negeri
di Kecamatan Ambarawa. SMP Negeri 1 Ambarawa mempunyai visi
dan misi sekolah. Adapun visi dan misi SMP Negeri 1 Ambarawa
sebagai berikut.
a. Visi
“Lingkungan berbudaya pembentuk manusia berkualitas.”
b. Misi
1) Mewujudkan pelaksanaan kegiatan keagamaan untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2) Mewujudkan peningkatan kompetensi kelulusan;
34
3) Mewujudkan peningkatan prestasi akademik;
4) Mewujudkan peningkatan prestasi non akademik;
5) Mewujudkan penyusunan kurikulum (K13);
6) Mewujudkan peningkatan silabus dan RPP;
7) Mewujudkan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan;
8) Mewujudkan pengembangan dan pemenuhan keuangan dan
pembiayaan;
9) Mewujudkan terselenggaranya penyusunan penataan
pengembangan struktur organisasi sekolah dan mekanisme
kerja.
2. Deskripsi Data
a. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini membahas tentang kesalahan siswa siswa dalam
menyelesaikan soal tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) materi
peluang. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes tertulis dan
wawancara dengan siswa. Tes tertulis dilaksanakan pada tanggal 5 Juni
2020, sedangkan wawancara dilaksanakan pada tanggal 12-15 Juni
2020.
Tes tertulis diikuti oleh 12 siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
Ambarawa. Soal tes yang diujikan terdiri dari 3 soal Higher Order
Thinking Skills (HOTS) materi peluang, dimana soal nomor 1
35
merupakan soal pada aspek menganalisis, soal nomor 2 aspek
mengevaluasi, dan soal nomor 3 aspek mencipta.
Setelah diperoleh data kesalahan yang dilakukan oleh siswa
kemudian dilakukan tahap wawancara. Hasil dari wawancara ini
dijadikan acuan untuk mengetahui jenis kesalahan dan faktor penyebab
siswa melakukan kesalahan. Berikut 12 siswa sebagai subjek penelitian
yang diwawancarai.
1) Nomor 1
a) Kesalahan pemahaman
(1) S-01
(2) S-02
b) Kesalahan Transformasi
(1) S-03
(2) S-04
(3) S-05
(4) S-06
(5) S-07
(6) S-08
c) Kesalahan keterampilan proses
(1) S-09
2) Nomor 2
a) Kesalahan Membaca
(1) S-04
36
b) Kesalahan transformasi
(1) S-01
(2) S-02
(3) S-03
(4) S-05
(5) S-06
(6) S-07
(7) S-08
(8) S-09
(9) S-10
(10) S-11
3) Nomor 3
a) Kesalahan membaca
(1) S-02
b) Kesalahan pemahaman
(1) S-01
(2) S-03
(3) S-06
(4) S-07
(5) S-08
(6) S-09
(7) S-10
(8) S-11
37
c) Kesalahan transformasi
(1) S-04
(2) S-05
(3) S-12
Selanjutnya, dilakukan analisis untuk mendeskripsikan jenis-
jenis kesalahan siswa dan menganalisis faktor-faktor penyebab
kesalahan siswa. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.
b. Jenis-Jenis Kesalahan Berdasarkan Analisis Newman
1) Soal Nomor 1 (Aspek Menganalisis)
Berdasarkan hasil tes, jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 1 yaitu
kesalahan pemahaman, kesalahan transformasi, dan kesalahan
keterampilan proses. Berikut pemaparan jenis kesalahan yang
dilakukan siswa pada soal nomor 1.
a) Kesalahan Pemahaman
Kesalahan pemahaman adalah kesalahan yang
terjadi ketika siswa tidak memahami arti sebagian atau
keseluruhan kata dalam soal, sehingga siswa tidak
memahami apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal. Berikut contoh kesalahan pemahaman yang dilakukan
oleh S-01.
38
Gambar 4.1 Kesalahan Pemahaman S-01
Berdasarkan hasil pekerjaan S-01 diatas, bahwa S-
01 salah dalam menuliskan apa yang diketahui dalam soal.
S-01 hanya menuliskan anggota dari n(S) dan menuliskan
anggota himpunan ganjil dan genap. Padahal seharusnya
yang dituliskan adalah kejadian pertama dan kedua dalam
pengambilan bola, kemudian menyebutkan warna dan
nomor bola dalam pengambilan tersebut. Jadi dapat
dikatakan bahwa S-01 telah melakukan kesalahan
pemahaman.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-01 sebagai berikut.
P : “Coba kamu baca soal nomor 1”
S-01 (membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan terkait soal?”
S-01 : “Ya, ini kan pengambilan pertama muncul bola
ungu genap, berarti pas ini (menunjuk pada
kalimat soal) menjawabnya dikurangi gitu?”
P : “Iya”
39
S-01 : “Berarti jumlah semuanya dikurangi yang tidak
dikembalikan?”
P : “Iya, ada lagi?”
S-01 : “Enggak”
P : “Baik, yang diketahui disoal itu apa saja?”
S-01 : “Seluruh bola 12, yang bernomor ganjil ada 6
dan yang bernomor genap juga ada 6”
P : “Ada lagi?”
S-01 : “Tidak ada”
P : “Untuk kejadian pengambilan pertama dan
kedua itu bukan bagian diketahui?”
S-01 : “nggak faham saya Pak, saya saja baca soalnya
saja belum tau untuk memulai menjawab dari
mana.”
b) Kesalahan Transformasi
Kesalahan transformasi merupakan kesalahan yang
terjadi ketika siswa tidak mampu membuat model
matematis dari informasi dalam soal, serta tidak
mengetahui rumus dan operasi hitung yang akan digunakan
untuk menyelesaikan soal. Berikut contoh kesalahan
keterampilan proses yang dilakukan oleh S-03.
40
Gambar 4.2 Kesalahan Transformasi S-03
Berdasarkan jawaban S-03 diatas, terlihat bahwa S-
03 sudah memahami soal dengan baik. Ia juga sudah
memahami apa yang diketahui dan yang ditanyakan.
Namun S-03 tidak tepat dalam menentukan prosedur/
rumus untuk menyelesaikan karena siswa tidak tahu mana
yang seharusnya dilanjutkan dalan proses penyelesaian.
Siswa tidak mampu mengidentifikasi mana nilai peluang
yang dipakai dan mana nilai peluang yang seharusnya tidak
dipakai dalam menyelesaikan soal tersebut. Jadi dapat
dikatakan bahwa S-03 telah melakukan kesalahan
transformasi.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-03 sebagai berikut.
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana kamu mulai
menjawab dan coba jelaskan cara langkah mau
memulai menjawabnya?”
41
S-03 : “Saya menulis peluang setiap kejadian yang
diketahui. Jadi saya menulis peluang
pengambilan pertama, karena bola diambil
warna ungu bernomor genap yaitu 2. Kan ada
1 Pak, jadi peluangnya terambil bola yiatu
P(Ugenap) = 1
3. Lalu kejadian kedua diambil
bola hitam bernomor prima jadi P(Hprima) =
1
4. Terus karena sudah diambil dua, jadi peluang
ketiga diambil bola nomor ganjil yang tersisa
tinggal 1,3,5,7,9 ada 5, jadi peluang ketiga
yaitu = 5
10. Habis itu saya hitung 3 peluang itu
totalnya 1
3 𝑥
1
4𝑥
5
10terus hasilnya jadi
1
24”
P : “Lalu berapa jawaban akhir kamu?”
S-03 : “1
24%”
P : “Oke, kenapa? Apakah mencari presentase itu
seperti itu?”
S-03 : “Lupa, Pak hehehe, kan persentase…ya tinggal
dikasih % gitu aja Pak”
P : “Oke, baik. Kan itu bolanya dikembalikan,
kenapa dihitung?”
S-03 : “hehehe, memangnya tidak dikembalikan itu
tidak ikut dihitung to Pak?”
P : “Tidak dihitung. Oiya, dan cara kamu mencari
presentase juga kurang tepat. Misalnya dikali
100%”
S-03 : “Oalah, oke Pak, besok tak ingat-ingat lagi
caranya. Hehe…Oiya, berarti yang 1
3 sama
1
4 ini
nggak ikut dihitung Pak?”
42
P : “Iya, besok besok tambah belajarnya ya teliti
lagi ya…”
S-03 : “Baik Pak”
c) Kesalahan Keterampilan Proses
Kesalahan keterampilan proses merupakan
kesalahan yang terjadi ketika siswa tidak mengetahui
langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan soal, atau
siswa tidak mampu menjalankan langkah-langkah
pengerjaan soal, atau siswa tidak mampu menjalankan
langkah-langkah pengerjaan soal dengan benar. Berikut
contoh kesalahan keterampilan proses yang dilakukan oleh
S-09.
Gambar 4.3 Kesalahan Keterampilan Proses S-09
Berdasarkan jawaban S-09 diatas, bahwa S-09 sudah
memhami dan sudah mampu mentransformasikan soal.
Namun S-09 melakukan kesalahan saat mengoperasikan
43
hasil peluang ke bentuk presentase. Karena nilai peluang 5
10
seharusnya dikalikan dengan 10
10 atau dikalikan 100 % untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang ditanyakan.
Jadi dapat dikatakan bahwa S-09 melakukan kesalahan
keterampilan proses.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-09 sebagai berikut.
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana cara kamu
mulai menjawab dan coba jelaskan langkah
kamu untuk memulai menjawabnya?”
S-09 : “Saya menghitung peluang masing-masing
peluang. Peluang untuk bola ungu genap yaitu
bola nomor 2, peluang bola hitam prima yaitu
bola nomor 11, lalu kan yang ditanya peluang
ketiga kan bola bernomor ganjil yaitu 1,3,5,7,9,
karena tidak dikembalikan kan bolanya sudah
diambil dua tinggal 10. Peluang nya jadi 5
10,
terus dihitung presentasenya kan per 100 jadi
saya kalian 1
10 jadi presentasenya 5%”
P : “Oke, kok bisa 5%, apakah mencari presentase
itu seperti itu?”
S-09 : “Ya seingat saya itu, kan persen itu kan per
100”
P : “Iya per 100, tapi kan persen itu kan 100% atau
100
100 karena persen ini per 100.”
S-09 : “Ooohh. Berarti ini harusnya dikali 10
10 pak? ”
44
P : “Ya seperti itu bisa. Agar sepadan. Kalau 5%
kan 5
100 bukan
5
10, ndak sama kan?”
S-09 : “Iya, ndak sama”
2) Soal Nomor 2 (Aspek Mengevaluasi)
Berdasarkan hasil tes, jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 2 yaitu
kesalahan membaca dan kesalahan transformasi. Berikut
pemaparan jenis kesalahan siswa pada soal nomor 2.
a) Kesalahan Membaca
Kesalahan membaca adalah kesalahan yang terjadi
ketika siswa tidak memahami arti sebagian atau
keseluruhan kata dalam soal, sehingga siswa tidak
memahami apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal.
Berikut peneliti ambilkan contoh kesalahan
membaca yang dilakukan oleh S-04.
45
Gambar 4.4 Kesalahan Membaca S-04
Berdasarkan jawaban S-04 diatas, terlihat bahwa S-
04 tidak memahami soal atau salah membaca soal karena
siswa tidak dapat mengetahui kata kunci pada soal yang
menyebabkan perbedaan makna yang seharusnya
dimaksud, sehingga dari keseluruhan jawaban dari S-04
tersebut tidak sesuai dengan soal. Jadi dapat dikatakan
bahwa S-04 telah melakukan kesalahan membaca.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-04 sebagai berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 2”
S-04 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-04 : “Peluang pasangan ganda campuran yang
terbentuk dengan syarat tidak memiliki
hubungan saudara”
46
P : “Oke, kenapa yang kamu jawab tidak sesuai
yang ditanyakan? Dan yang diketahui juga
tidak sesuai yang ditanyakan?”
S-04 : “awalnya saya mencari referensi untuk
menjawab soal tersebut, saya kira soal itu
mirip, karena saya tidak paham”
P : “Kenapa?”
S-04 : “Karena saya ndak tau caranya mulai membuat
gimana, daripda ngarang salah, saya cari
referensi aja buat kira-kira”
P : “Tapi kenapa soal dan yang kamu tulis dalam
jawaban tidak sesuai?”
S-04 : “Saya kira mirip, daripada tidak saya
kerjakan”
P : “Oke, banyak belajar lagi ya, karena jawaban
yang kamu tulis tidak sesuai dengan yang
ditanyakan”
b) Kesalahan Transformasi
Kesalahan transformasi merupakan kesalahan yang
terjadi ketika siswa tidak mampu membuat model
matematis dari informasi dalam soal, serta tidak
mengetahui rumus dan operasi hitung yang akan digunakan
untuk menyelesaikan soal. Berikut contoh kesalahan
transformasi yang dilakukan oleh S-07.
47
Gambar 4.5 Kesalahan Transformasi S-07
Berdasarkan hasil pekerjaan S-07 diatas, dapat lihat
bahwa siswa sudah memahami soal dengan baik. S-07
sudah mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal dengan tepat. Namun S-07
melakukan kesalahan dalam menentukan cara yang
digunakan untuk menyelesaikan soal. S-07 langsung
menjawab 10. Padahal untuk menjawab soal ia harus
membuat model matematika yang sesuai dengan konsep
peluang untuk dapat menentukan prosedur yang tepat
dalam menyelesaikan soal tersebut. Jadi dapat dikatakan
bahwa S-07 telah melakukan kesalahan transformasi.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-07 sebagai berikut.
48
P : “Ini kenapa kok dilingkari?”
S-07 : “karena sebagai penanda kalau dia bersaudara”
P : “Oke, lalu ini yang kamu hubungkan itu apa?”
S-07 : “Ini itu saya perjelas yang menjadi pasangan ganda
campuran yang mungkin untuk peluangnya”
P : “Oke, kenapa jawabannya kok langsung 10?”
S-07 : “kan yang mungkin ada 10 Pak”
P : “Iya, kan peluang ada cara mengerjakannya? Dan
10 itu kan yang ditanyakan, lalu jumlah seluruh
pesertanya berapa?”
S-07 : “emmmm, berarti semuanya dihitung Pak?
Termasuk yang bersaudara juga?”
P : “Iya, jadinya berapa?”
S-07 : “kan tadi yang dilingkari jadi 2 terus yang ini ada
10, jadi totalnya 12 Pak”
P : “Betul, itu tahu? Kenapa tidak ditulis? Kenapa
langung dijawab 10?”
S-07 : “Hehe, iya Pak, karena saya kemarin buru-buru,
dan saya kira itu jawaban peluangnya.”
P : “Pahami lagi ya… lebih teliti supaya tau cara
menyelesaikannya.
3) Soal Nomor 3 (Aspek Mencipta)
Berdasarkan hasil tes, jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 3 yaitu
kesalahan membaca, kesalahan transformasi. Berikut
pemaparan jenis kesalahan siswa pada soal nomor 3.
49
a) Kesalahan Membaca
Kesalahan membaca adalah kesalahan yang terjadi
ketika siswa tidak memahami arti sebagian atau
keseluruhan kata dalam soal, sehingga siswa tidak
memahami apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal.
Berikut peneliti ambilkan contoh kesalahan
membaca yang dilakukan oleh S-02.
Gambar 4.6 Kesalahan membaca S-02
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diatas, terlihat
bahwa S-02 melakukan kesalahan membaca, karena
kejadian pelemparan dengan satu dadu yang menyebabkan
perbedaan makna dari yang seharusnya dimaksud. Jadi
dapat dikatakan bahwa S-02 melakukan kesalahan
membaca.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-02 sebagai berikut.
50
P : “Coba, baca soal nomor 3”
S-02 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-02 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
P : “Oke, coba jelaskan apa yang ada dalam
jawaban kamu?”
S-02 : “ini n(A) =1 dan n(S) = 6”
P : “Kenapa n(S) = 6?”
S-02 : “Karena dadunya waktu itu saya kira satu,
ternyata setelah saya baca lagi sekarang
percobaan dua buah dadu. Berarti saya salah ”
P : “Okay, kenapa kamu tidak membuat soal?”
S-02 : “ini n(A) = 1 itu saya dapat dari soal, karena
saya kira itu soal, ya saya kerjakan saja jadi
soal.”
P : “Emmmm…., lain kali teliti lagi dalam membaca
soal ya, agar tidak salah dalam memahami soal.”
b) Kesalahan Pemahaman
Kesalahan Pemahaman adalah kesalahan yang
terjadi ketika siswa tidak memahami arti sebagian atau
keseluruhan kata dalam soal, sehingga siswa tidak
memahami apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal. Berikut contoh kesalahan pemahaman yang dilakukan
oleh S-10.
51
Gambar 4.7 kesalahan pemahaman S-10
Berdasarkan hasil pekerjaan S-10 diatas, terlihat
bahwa S-10 salah dalam memahami soal. Karena yang
seharusnya diketahui adalah peluang kejadian A bukan
frekuensi harapan. Soal yang dibuat pun tidak sesuai
dengan apa yang ditanyakan. Jadi dapat dikatakan bahwa S-
10 telah melakukan kesalahan pemahaman. Adapun hasil
tersebut didukung oleh petikan wawancara dengan S-10
sebagai berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 3”
S-10 : (membaca soal)
P : “Oke, Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-10 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
52
P : “Oke, jelaskan cara kamu memulai menjawab
nya?”
S-10 : “Saya membuat soal ini browsing dulu. Lalu di
situs brainly muncul ini. Karena soalnya mirip
saya tulis saja.”
P : “Oke, tapi kan ini hasilnya beda? Kan jawaban
yang diminta peluang kejadian A = 1?”
S-10 : “Ya memang saya belum paham sama konsep
secara keseluruhan, sama seperti nomor 2 tadi
Pak. Jadi saya nggak paham banget sama
konsep peluang Pak”
P : “Berarti ini hanya menyalin dari situs itu?”
S-10 : “Iya Pak”
P : “Emmmm…., Oke, besok-besok banyak
mencari referensi supaya lebih faham lagi.
Tanya saya buat belajar juga ndakpapa.
Hehe…”
c) Kesalahan Transformasi
Kesalahan transformasi merupakan kesalahan yang
terjadi ketika siswa tidak mampu membuat model
matematis dari informasi dalam soal, serta tidak
mengetahui rumus dan operasi hitung yang akan digunakan
untuk menyelesaikan soal. Berikut contoh kesalahan
transformasi yang dilakukan oleh S-05.
53
Gambar 4.8 Kesalahan transformasi S-05
Berdasarkan jawaban S-05 diatas, terlihat bahwa S-
05 sudah memahami apa yang diketahui dan ditanyakan.
Namun S-05 tidak menuliskan argumen dan alasan, serta
soal yang dibuat S-05 kurang tepat. Karena hanya n(A) =
36 tanpa menjelaskan secara matematis untuk
mengidentifikasi serangkaian operasi dalam menjelaskan
argumen untuk pembuatan soal. Jadi dapat dikatakan bahwa
S-05 telah melakukan kesalahan transformasi.
Adapun hasil tersebut didukung oleh petikan
wawancara dengan S-05 sebagai berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 3”
S-05 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-05 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
P : “Oke, coba jelaskan cara kamu menjawab dan
langkah-langkahnya?”
S-05 : “saya kan belum tau prosesnya seperti apa, lalu
saya mencari referensi untuk mengerjakan.
Setelah mengetahui saya hanya memasukkan
54
n(A) =36 dan kalau pelemparan dua buah dadu
kan n(S) nya 36, lalu saya hitung, jadi hasilnya
1”
P : “Kenapa n(A) = 36? Apa yang menyebabkan
n(A) menjadi jumlahnya 36?”
S-05 : “karena saya fahamnya itu hasil peluangnya itu
1, tapi saya belum tau soal yang gimana biar
bisa. Tapi kayaknya begini nanti”
P : “Oke, jadi kamu belum bisa mencari cara agar
soal ini bisa dibentuk n(A) = 36 gitu?”
S-05 : “Iya Pak… hehehe”
c. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan
Kesalahan
1) Soal Nomor 1 (aspek menganalisis)
a) Kesalahan Pemahaman
Hasil petikan wawancara dengan S-01 sebagai
berikut.
P : “Coba kamu baca soal nomor 1”
S-01 (membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan terkait soal?”
S-01 : “Ya, ini kan pengambilan pertama muncul bola
ungu genap, berarti pas ini (menunjuk pada
kalimat soal) menjawabnya dikurangi gitu?”
P : “Iya”
S-01 : “Berarti jumlah semuanya dikurangi yang tidak
dikembalikan?”
P : “Iya, ada lagi?”
S-01 : “Enggak”
55
P : “Baik, yang diketahui disoal itu apa saja?”
S-01 : “Seluruh bola 12, yang bernomor ganjil ada 6
dan yang bernomor genap juga ada 6”
P : “Ada lagi?”
S-01 : “Tidak ada”
P : “Untuk kejadian pengambilan pertama dan
kedua itu bukan bagian diketahui?”
S-01 : “nggak faham saya Pak, saya saja baca soalnya
saja belum tau untuk memulai menjawab dari
mana.”
Berdasarkan petikan wawancara diatas, dapat
diketahui bahwa S-01 dalam menuliskan apa yang
diketahui dalam soal kurang lengkap, S-01 hanya
menuliskan nomor keseluruhan bola, bola ganjil dan genap.
Setelah ditanyakan penyebab siswa tidak menuliskan secara
lengkap, ternyata siswa tidak memahami konsep tentang
materi peluang teoritik dalam soal tersebut.
b) Kesalahan Transformasi
Hasil petikan wawancara dengan S-03 sebagai
berikut.
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana kamu mulai
menjawab dan coba jelaskan cara langkah mau
memulai menjawabnya?”
S-03 : “Saya menulis peluang setiap kejadian yang
diketahui. Jadi saya menulis peluang
pengambilan pertama, karena bola diambil
warna ungu bernomor genap yaitu 2. Kan ada
56
1 Pak, jadi peluangnya terambil bola yiatu
P(Ugenap) = 1
3. Lalu kejadian kedua diambil
bola hitam bernomor prima jadi P(Hprima) =
1
4. Terus karena sudah diambil dua, jadi peluang
ketiga diambil bola nomor ganjil yang tersisa
tinggal 1,3,5,7,9 ada 5, jadi peluang ketiga
yaitu = 5
10. Habis itu saya hitung 3 peluang itu
totalnya 1
3 𝑥
1
4𝑥
5
10terus hasilnya jadi
1
24”
P : “Lalu berapa jawaban akhir kamu?”
S-03 : “1
24%”
P : “Oke, kenapa? Apakah mencari presentase itu
seperti itu?”
S-03 : “Lupa, Pak hehehe, kan persentase…ya tinggal
dikasih % gitu aja Pak”
P : “Oke, baik. Kan itu bolanya dikembalikan,
kenapa dihitung?”
S-03 : “hehehe, memangnya tidak dikembalikan itu
tidak ikut dihitung to Pak?”
P : “Tidak dihitung. Oiya, dan cara kamu mencari
presentase juga kurang tepat. Misalnya dikali
100%”
S-03 : “Oalah, oke Pak, besok tak ingat-ingat lagi
caranya. Hehe…Oiya, berarti yang 1
3 sama
1
4 ini
nggak ikut dihitung Pak?”
P : “Iya, besok besok tambah belajarnya ya teliti
lagi ya…”
S-03 : “Baik Pak”
Dari hasil analisis tes dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa S-03 melakukan kesalahan
57
transformasi, faktor penyebab kesalahan siswa karena
siswa tidak teliti dalam menentukan dan mengidentifikasi
kejadian yang seharusnya dihitung sesuai dengan
pertanyaan, sehingga kejadian yang seharusnya tidak
dihitung, diikutkan dalam perhitungan, menyebabkan siswa
tidak tepat dalam menghitung presentase peluang pada soal
tersebut.
c) Kesalahan Keterampilan Proses
Hasil petikan wawancara dengan S-09 sebagai
berikut.
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana cara kamu
mulai menjawab dan coba jelaskan langkah
kamu untuk memulai menjawabnya?”
S-09 : “Saya menghitung peluang masing-masing
peluang. Peluang untuk bola ungu genap yaitu
bola nomor 2, peluang bola hitam prima yaitu
bola nomor 11, lalu kan yang ditanya peluang
ketiga kan bola bernomor ganjil yaitu 1,3,5,7,9,
karena tidak dikembalikan kan bolanya sudah
diambil dua tinggal 10. Peluang nya jadi 5
10,
terus dihitung presentasenya kan per 100 jadi
saya kalian 1
10 jadi presentasenya 5%”
P : “Oke, kok bisa 5%, apakah mencari presentase
itu seperti itu?”
S-09 : “Ya seingat saya itu, kan persen itu kan per
100”
58
P : “Iya per 100, tapi kan persen itu kan 100% atau
100
100 karena persen ini per 100.”
S-09 : “Ooohh. Berarti ini harusnya dikali 10
10 pak? ”
P : “Ya seperti itu bisa. Agar sepadan. Kalau 5%
kan 5
100 bukan
5
10, ndak sama kan?”
S-09 : “Iya, ndak sama”
Berdasarkan petikan wawancara diatas, dapat
diketahui bahwa S-09 sudah benar dalam menjawab nilai
peluang yang ditanyakan, namun dalam menghitung nilai
persentase S-09 salah menentukan cara/prosedur yang
tepat. S-09 lansung mengalikan dengan 1
10, padahal
seharusnya dikalikan dengan 10
10. Sehingga faktor yang
menyebabkan siswa melakukan kesalahan tersebut
dikarenakan siswa tidak teliti dalam proses perhitungan.
2) Soal Nomor 2 (aspek mengevaluasi)
a) Kesalahan Membaca
Hasil petikan wawancara dengan S-04 sebagai
berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 2”
S-04 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-04 : “Peluang pasangan ganda campuran yang
terbentuk dengan syarat tidak memiliki
hubungan saudara”
59
P : “Oke, kenapa yang kamu jawab tidak sesuai
yang ditanyakan? Dan yang diketahui juga
tidak sesuai yang ditanyakan?”
S-04 : “awalnya saya mencari referensi untuk
menjawab soal tersebut, saya kira soal itu
mirip, karena saya tidak paham”
P : “Kenapa?”
S-04 : “Karena saya ndak tau caranya mulai membuat
gimana, daripda ngarang salah, saya cari
referensi aja buat kira-kira”
P : “Tapi kenapa soal dan yang kamu tulis dalam
jawaban tidak sesuai?”
S-04 : “Saya kira mirip, daripada tidak saya
kerjakan”
P : “Oke, banyak belajar lagi ya, karena jawaban
yang kamu tulis tidak sesuai dengan yang
ditanyakan”
Berdasarkan petikan wawancara diatas, dapat
diketahui bahwa S-04 tidak melakukan kesalahan
membaca, Apa yang diketahui dalam soal tidak sesuai
dengan yang ia tuliskan. Setelah dilakukan wawancara,
ternyata faktor ia melakukan kesalahan, ia tidak memahami
cara mengerjakan soal dan materi peluang teoritik, sehingga
ia mencari referensi di buku yang ia kira soal tersebut mirip
dengan soal dan S-04 menyalin seluruh tulisan yang ada di
buku referensinya tanpa melihat soal yang ia kerjakan, yang
menyebabkan tidak sesuai secara keseluruhan dalam
jawaban S-04.
60
b) Kesalahan Transformasi
Hasil petikan wawancara dengan S-07 sebagai
berikut.
P : “Ini kenapa kok dilingkari?”
S-07 : “karena sebagai penanda kalau dia
bersaudara”
P : “Oke, lalu ini yang kamu hubungkan itu apa?”
S-07 : “Ini itu saya perjelas yang menjadi pasangan
ganda campuran yang mungkin untuk
peluangnya”
P : “Oke, kenapa jawabannya kok langsung 10?”
S-07 : “kan yang mungkin ada 10 Pak”
P
:
“Iya, kan peluang ada cara mengerjakannya?
Dan 10 itu kan yang ditanyakan, lalu jumlah
seluruh pesertanya berapa?”
S-07 : “emmmm, berarti semuanya dihitung Pak?
Termasuk yang bersaudara juga?”
P : “Iya, jadinya berapa?”
S-07 : “kan tadi yang dilingkari jadi 2 terus yang ini
ada 10, jadi totalnya 12 Pak”
P : “Betul, itu tahu? Kenapa tidak ditulis? Kenapa
langung dijawab 10?”
S-07 : “Hehe, iya Pak, karena saya kemarin buru-
buru, dan saya kira itu jawaban peluangnya.”
P : “Pahami lagi ya… lebih teliti supaya tau cara
menyelesaikannya.
Dari petikan diatas, dapat diketahui bahwa S-07
langsung menjawab peluangnya yaitu 10. Padahal untuk
mencari peluang dalam soal tersebut masih ada prosedur
61
yang ia harus lakukan sesuai dengan konsep peluang
teoritik pada materi peluang yaitu mencari nilai peluang
pasangan ganda campuran yang tidak memiliki hubungan
saudara. Dalam kutipan wawancara tersebut siswa juga
menyebutkan bahwa faktor penyebabnya yaitu siswa
terburu-buru untuk menyelesaikan soal dan kurang teliti
dalam memilih prosedur untuk menyelesaikannya.
3) Soal Nomor 3 (aspek mencipta)
a) Kesalahan Membaca
Hasil petikan wawancara dengan S-02 sebagai
berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 3”
S-02 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-02 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
P : “Oke, coba jelaskan apa yang ada dalam
jawaban kamu?”
S-02 : “ini n(A) =1 dan n(S) = 6”
P : “Kenapa n(S) = 6?”
S-02 : “Karena dadunya waktu itu saya kira satu,
ternyata setelah saya baca lagi sekarang
percobaan dua buah dadu. Berarti saya salah ”
P : “Okay, kenapa kamu tidak membuat soal?”
62
S-02 : “ini n(A) = 1 itu saya dapat dari soal, karena
saya kira itu soal, ya saya kerjakan saja jadi
soal.”
P : “Emmmm…., lain kali teliti lagi dalam membaca
soal ya, agar tidak salah dalam memahami soal.”
Berdasarkan petikan wawancara diatas, dapat
diketahui bahwa S-02 tidak teliti dalam membaca soal
sehingga menyebabkan perbedaan makna dari yang
seharusnya dimaksud. Saat dilakukan klarifikasi apakah
yang siswa tuliskan itu, siswa baru sadar ternyata apa yang
siswa tuliskan itu salah. Dan faktor lain yang menyebabkan
siswa tidak dapat menyelesaikan soal yaitu siswa tidak
paham materi peluang teoritik dan tidak paham langkah
awal untuk menyelesaikan soal.
b) Kesalahan Pemahaman
Hasil petikan wawancara dengan S-10 sebagai
berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 3”
S-10 : (membaca soal)
P : “Oke, Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-10 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
P : “Oke, jelaskan cara kamu memulai menjawab
nya?”
63
S-10 : “Saya membuat soal ini browsing dulu. Lalu di
situs brainly muncul ini. Karena soalnya mirip
saya tulis saja.”
P : “Oke, tapi kan ini hasilnya beda? Kan jawaban
yang diminta peluang kejadian A = 1?”
S-10 : “Ya memang saya belum paham sama konsep
secara keseluruhan, sama seperti nomor 2 tadi
Pak. Jadi saya nggak paham banget sama
konsep peluang Pak”
P : “Berarti ini hanya menyalin dari situs itu?”
S-10 : “Iya Pak”
P : “Emmmm…., Oke, besok-besok banyak
mencari referensi supaya lebih faham lagi.
Tanya saya buat belajar juga ndakpapa.
Hehe…”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, alasan S-
10 tidak memahami soal tersebut karena antara kata kunci
berupa “peluang kejadian” dan “frekuensi harapan” siswa
belum paham terhadap dua hal tersebut, sehingga apa yang
siswa kerjakan hanya mencari contoh dari internet dan
hanya menyalinnya saja karena siswa menganggap soal itu
mirip. Faktor tersebut dikarenakan siswa tidak memahami
materi peluang teoritik dan kesulitan memahami soal.
c) Kesalahan Transformasi
Hasil petikan wawancara dengan S-05 sebagai
berikut.
P : “Coba, baca soal nomor 3”
64
S-05 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-05 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua
buah dadu yang jawabannya adalah peluang
kejadian A adalah 1”
P : “Oke, coba jelaskan cara kamu menjawab dan
langkah-langkahnya?”
S-05 : “saya kan belum tau prosesnya seperti apa, lalu
saya mencari referensi untuk mengerjakan.
Setelah mengetahui saya hanya memasukkan
n(A) =36 dan kalau pelemparan dua buah dadu
kan n(S) nya 36, lalu saya hitung, jadi hasilnya
1”
P : “Kenapa n(A) = 36? Apa yang menyebabkan
n(A) menjadi jumlahnya 36?”
S-05 : “karena saya fahamnya itu hasil peluangnya itu
1, tapi saya belum tau soal yang gimana biar
bisa. Tapi kayaknya begini nanti”
P : “Oke, jadi kamu belum bisa mencari cara agar
soal ini bisa dibentuk n(A) = 36 gitu?”
S-05 : “Iya Pak… hehehe”
Berdasarkan petikan wawancara diatas, dapat
diketahui bahwa S-05 tidak dapat menentukan prosedur /
langkah untuk menjabarkan n(A) = 36. Sehingga soal yang
ia buat langsung dijawab dengan rumus peluang teoritik
tanpa argumen untuk menjabarnya alasannya. Faktor lain
yang menyebabkan siswa kelakukan kesalahan yaitu siswa
tidak mengetahui proses selanjutnya untuk menyelesaikan
65
soal. Sehingga siswa mengerjakan hanya pada pemahaman
materi yang siswa dapatkan tanpa mengembangkannya.
B. Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal tipe HOTS materi peluang pada aspek menganalisis
yaitu kesalahan pemahaman, kesalahan transformasi dan kesalahan
keterampilan proses, pada aspek mengevaluasi yaitu kesalahan membaca
dan kesalahan transformasi, sedangkan pada aspek mencipta yaitu
kesalahan membaca, kesalahan pemahaman dan kesalahan transformasi.
Perbandingan kesalahan secara umum yang dilakukan siswa
berdasarkan Prosedur Newman pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Perbandingan Kesalahan Siswa
Tipe
Soal
Prosedur
Newman
Kemampuan Siswa
Rendah Sedang Tinggi
Soal
Menga
nalisis
Membaca Pada soal menganalisis siswa tidak
melakukan kesalahan membaca
Memahami
S-01 dan S-
02 tidak
menuliskan
apa yang
diketahui dan
ditanyakan
soal
Transformasi
S-01 dan S-
02 tidak
dapat
mentransfor
masikan soal
ke dalam
bentuk
model
matematika
S-04 dan S-
05 tidak
dapat
S-06, S-07
dan S-08
tidak dapat
menentuka
n prosedur
yang tepat
dalam
menyelesai
kan soal
66
menentukan
prosedur
yang tepat
dalam
menyelesaika
n soal.
Ketrampilan
proses
Seluruh
subjek tidak
dapat
menentukan
operasi
hitung yang
tepat dalam
menyelesaika
n soal.
S-03, S-06,
S-07 dan S-
08 tidak
dapat
menentuka
n nilai yang
diikutkan
dalam
proses
penyelesaia
n.
S-09
Tidak
dapat
mengguna
kan
operasi
hitung
dengan
tepat
Penulisan
jawaban
akhir
S-02 tidak
dapat
menuliskan
jawaban
yang
dimaksud
dalam soal
S-03, S-06,
S-07 dan S-
08 tidak
dapat
menuliskan
jawaban
yang
dimaksud
dalam soal.
S-09 tidak
dapat
menulis
jawaban
akhir
dengan
tepat
Soal
Menge
valuasi
Membaca
S-04 tidak
dapat
membaca
informasi
dalam soal
Memahami
S-01 dan S-
02 tidak
menuliskan
apa yang
diketahui dan
ditanya
dalam soal
S-06 tidak
menuliskan
apa yang
diketahui
dan ditanya
dalam soal
Transformasi
S-02 Tidak
dapat
mengubah
soal menjadi
model
matematika
S-06 tidak
dapat
menyelesai
kan atau
melanjutka
n solusi
pemecahan
masalah
S-10
Menguba
h
informasi
soal
dalam
model
amtematik
Lanjutan tabel…
67
S-08 tidak
dapat
mengubah
informasi
dalam soal
kedalam
betuk
matematika
a namun
tidak tepat
S-11 tidak
tepat
dalam
menentuk
an/
merencan
akan
solusi
Ketrampilan
proses
S-01 dan S-
02 tidak
dapat
melanjutkan
prosedur
penyelesaian
S-06 dan S-
07 tidak
tepat pada
proses
komputasi
karena ada
salah
konsep
S-09 salah
dalam
menentuk
an operasi
hitung
S-11 tidak
tepat
dalam
proses
komputasi
karena
ada salah
konsep
Penulisan
jawaban
akhir
S-01 tidak
tepat dalam
menuliskan
jawaban
yang
dimaksud
soal
S-06 dan S-
07 tidak
tepat dalam
menuliskan
jawaban
yang
dimaksud
soal
S-09 dan
S-11 tidak
tepat
dalam
menuliska
n jawaban
yang
dimaksud
soal
Soal
Mencip
ta
Membaca
S-02 tidak
tepat dalam
membaca
kata-kata
yang
diajukan
dalam soal
Memahami
S-01 dan S-
02 tidak
memahami
perintah dan
hal yang
ditanyakan
dari soal
S-08 tidak
memahami
perintah
dan hal
yang
ditanyakan
Lanjutan tabel…
68
Transformasi
S-01 dan S-
02 tidak tepat
dalam
memilih
solusi
penyelesaian
soal.
S-05 sudah
mengubah
informasi ke
dalam bentuk
matematika,
tetapi tidak
dapat
menuliskan
secara
lengkap
S-04 tidak
dapat
merencanaka
n solusi
S-03, S-06
dan S-07
melakukan
kesalahan
dalam
menentuka
n solusi
S-08 tidak
dapat
menyelesai
kan atau
melanjutka
n solusi
S-09 tidak
dapat
mengubah
informasi
dalam
soal
kedalam
bentuk
matematik
a
S-12 tidak
dapat
merencan
akan
solusi
penyelesai
an
Ketrampilan
proses
S-01 dan S-
02 tidak
dapat
menentukan
solusi yang
tepat
S-03, S-06,
S-07, S-08
kesalahan
dalam
memilih
operasi
dalam
menyelesai
kan soal
S-10 dan
S-11
kesalahan
dalam
memilih
operasi
dalam
menyelesa
ikan soal
S-12 tidak
dapat
melanjutk
an proses
komputasi
Penulisan
jawaban
akhir
S-04 dan S-
05 tidak
dapat
menuliskan
argumen dan
alasan yang
sesuai
S-03, S-06,
S-07, S-08
tidak dapat
menuliskan
jawaban
sesuai yang
dimaksud
soal
S-10 dan
S-11 tidak
dapat
menuliska
n jawaban
sesuai
yang
dimaksud
dalam
soal.
Lanjutan tabel…
69
S-12 tidak
menuliska
n argumen
sesuai
yang
dimaksud
dalam
soal
Selanjutnya akan dipaparkan pembahasan mengenai deskripsi
kesalahan siswa dan faktor-faktor penyebab kesalahan siswa berdasarkan
analisis hasil tes dan wawancara sesuai kategori Newman.
1. Deskripsi Jenis-Jenis Kesalahan Siswa Berdasarkan Analisis
Kesalahan Newman
a. Soal Nomor 1 (aspek menganalisis)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bawa kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada aspek
menganalisis ini adalah kesalahan pemahaman, transformasi dan
keterampilan proses.
Pada soal aspek menganalisis siswa harus mampu
memahami informasi yang ada pada soal. Siswa juga perlu
menganalisis cara mana yang paling mudah dan tepat untuk
menyelesaikan soal. Setelah mengetahui maksud atau garis besar
masalahnya dan tahu apa yang harus dilakukan maka baru siswa
akan mencari cara untuk menyelesaikan soal tersebut. Namun
terdapat beberapa siswa mengalami kesulitan pada tahap
pemahaman soal ini. Seperti kesalahan yang ditunjukkan pada
deskripsi sebelumnya yaitu S-01 tidak dapat menuliskan apa yang
Lanjutan tabel…
70
diketahui dalam soal. Seperti penelitian Mahmudah (2018:54)
menunjukkan kesalahan terbesar yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika tipe HOTS yaitu kesalahan
pemahaman.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penemuan dari
Surya, dkk (2019:29) yang menunjukkan salah satu kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal karena siswa tidak
menuliskan hal yang diketahui dan ditanyakan.
Berikutnya kesalahan yang dilakukan siswa pada tahap ini
yaitu kesalahan transformasi. Siswa harus mampu menentukan cara
yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Seperti kesalahan
yang ditunjukkan pada deskripsi sebelumnya yaitu S-03. Siswa
tidak dapat menentukan nilai peluang yang diikutkan dalam proses
penyelesaikan soal. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan &
Fitriani (2020:231) menyatakan bahwa siswa melakukan kesalahan
dalam membuat rumus penyelesaian atau kesalahan konsep untuk
menentukan prosedur penyelesaian. Selain itu hasil penelitian
Suciati & Wahyuni (2018:140) juga meyatakan bahwa kesalahan
tersebut terjadi karena siswa langsung mengerjakan dan
menghitung tanpa memperhatikan syarat-syarat yang perlu
diperhatikan dalam menyelesaikan soal.
Kesalahan lain yang dilakukan siswa pada aspek
menganalisis yaitu kesalahan keterampilan proses. Ketika siswa
71
sudah mengetahui cara maupun rumusnya terkadang juga siswa
masih mengalami kendala pada proses pengerjaanya. Kendala
tersebut dapat berupa siswa tidak dapat menjalankan prosedur
dengan benar maupun siswa tidak mengetahui cara yang dilakukan
sehingga mengalami kesalahan keterampilan proses. Adapun
bentuk kesalahan keterampilan proses dapat dilihat dari hasil
pekerjaan S-10 yaitu siswa tidak dapat menjalankan prosedur
dengan benar. Hasil penelitian Fitriatien (2019:60) menyatakan
bahwa kesalahan kesalahan keterampilan proses disebabkan karena
siswa tidak teliti dalam menjalankan rumus atau cara sehingga
jawaban akhirnya salah.
b. Soal Nomor 2 (aspek mengevaluasi)
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada aspek
mengevaluasi ini adalah kesalahan membaca dan kesalahan
transformasi.
Dalam mengerjakan soal ini siswa harus memahami kata-
kata yang ada dalah soal untuk menemukan hal-hal yang diketahui
dan ditanya. Namun berdasarkan deskripsi sebelumnya, S-04
melakukan kesalahan membaca. Hal ini sejalan dengan penelitian
Amalia, dkk (2018:172) bahwa faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesalahan membaca: (1) siswa tidak mampu mengenal
72
simbol-simbol dalam soal, (2) siswa tidak mampu memaknai arti
setiap kata, istilah atau simbol dalam soal.
Berikutnya, setelah siswa memahami apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, siswa harus mampu menentukan cara yang
akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Namun ada siswa yang
kesulitan dalam menentukan cara atau rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan soal. Selain itu siswa juga tidak dapat
mengidentifikasi dan menggunakan operasi dengan benar sehingga
kesalahan transformasipun terjadi. Seperti halnya deskripsi
sebelumnya dimana siswa melakukan kesalahan transformasi yaitu
siswa tidak dapat mengubah soal menjadi bentuk matematis dan
siswa tidak dapat menentukan rumus yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal.
Hasil penelitian Hadiyanto (2019:75) menyatakan bahwa
siswa melakukan kesalahan transformasi disebabkan karena siswa
tidak mampu mengubah informasi soal kedalam bentuk model
matematika.
c. Soal Nomor 3 (aspek mencipta)
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada aspek
mengevaluasi ini adalah kesalahan membaca dan kesalahan
transformasi.
73
Pada soal ini siswa diharapkan mampu memahami tentang
konsep pelaung teoritik. Siswa dapat menerapkan pengetahuan
yang sudah dimiliki untuk menganalisis masalah pada soal. Namun
berdasarkan deskripsi sebelumnya, ada siswa yang melakukan
kesalahan membaca karena hanya memperhatikan angka dalam
soal. Sehingga siswa tidak menyebutkan yang diketahui dalam soal
dengan tepat. Hasil penelitian Utami (2016:91) menyatakan bahwa
kesalahan membaca yang dilakukan siswa yaitu tidak teliti dalam
membaca soal dan hanya memperhatikan angka dalam soal saja
tanpa membaca soal sampai selesai. Selain itu Zaenal & Kania
(2018:7) juga menyatakan bahwa kesalahan pada level membaca
yaitu karena siswa cenderung salah dalam memahami makna yang
dimaksud dalam soal.
Selanjutnya, setelah siswa sudah menemukan yang
dimaksud dalam soal. Siswa menuliskan apa yang diketahui dari
soal, namun terdapat siswa tidak mengetahui apa yang ditanyakan
dalam soal, sehingga prosedur dalam menyelesaikan soal tidak
tepat. Seperti kesalahan yang ditunjukkan pada deskripsi sebelumya
yaitu S-10 tidak dapat menjelaskan apa yang ditanya dalam soal.
Hasil penelitian Suciati & Wahyuni (2018:135) menyatakan bahwa
siswa melakukan kesalahan pemahaman disebabkan karena siswa
tidak mengetahui cara menyelesaikan soal dan tidak memahami
perintah dalam menyelesaikan soal. Selain itu hasil penelitian
74
Utami (2016:91) menyatakan bahwa kesalahan terjadi karena tidak
utuh dalam mengidentifikasi ha-hal yang ditanyakan dan hanya
memahami satu masalah tanpa memahami masalah dalam soal
secara komprehensif.
Kesalahan lain yang dilakukan siswa pada soal aspek
mencipta yaitu kesalahan transformasi. Pada aspek ini siswa juga
harus mampu menentukan rumus atau langkah yang tepat untuk
menyelesaikan soal. Soal ini juga termasuk soal terbuka (open
ended) karena menghasilkan jawaban lebih dari satu. Jawaban yang
diperoleh siswa tentunya berbeda-beda, sehingga diperlukan
kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal ini. Kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal ini terletak pada penentuan
rumus atau cara yang akan digunakan. Adapun bentuk dari
kesalahan transformasi dapat dilihat dari hasil pekerjaan S-05 yaitu
siswa tidak dapat menentukan rumus dalam menyelesaikan soal.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fatahillah, dkk (2017:46)
menyatakan bahwa siswa melakukan kesalahan transformasi karena
tidak menggunakan operasi yang tepat dalam menyelesaikan soal.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan Kesalahan
a. Soal Nomor 1 (aspek menganalisis)
Pada soal aspek menganalisis siswa harus mampu
memahami informasi yang ada pada soal. Siswa juga perlu
75
menganalisis cara mana yang paling mudah dan tepat untuk
menyelesaikan soal. Setelah mengetahui maksud atau garis besar
masalahnya dan tahu apa yang harus dilakukan maka baru siswa
akan mencari cara untuk menyelesaikan soal tersebut. Namun
terdapat beberapa siswa mengalami kesulitan pada tahap
pemahaman soal ini. Seperti kesalahan yang ditunjukkan pada
deskripsi sebelumnya yaitu S-01 tidak dapat menuliskan apa yang
diketahui dalam soal. Faktor penyebab kesalahan siswa karena
siswa kurang teliti dalam menjawab. Faktor lain disebabkan oleh
rendahnya kemampuan siswa dalam memahami soal cerita.
Hasil penelitian Kurnia & Yuspriyanti (2020:121)
menyatakan bahwa faktor siswa melakukan kesalahan pemahaman
yaitu siswa cenderung langsung melakukan proses pencarian
jawaban, siswa hanya melihat angka-angka yang diketahui dari soal
yang diberikan kemudian langsung mengoperasikan semua angka
yang ada pada soal tanpa melihat keterangan dari angka-angka
tersebut.
Berikutnya kesalahan yang dilakukan siswa pada tahap ini
yaitu kesalahan transformasi. Siswa harus mampu menentukan cara
yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Seperti kesalahan
yang ditunjukkan pada deskripsi sebelumnya yaitu S-03. Siswa tidak
dapat menentukan nilai peluang yang diikutkan dalam proses
penyelesaikan soal. Kesalahan tersebut disebabkan oleh siswa gagal
76
menafsirkan masalah matematika. Faktor lainnya karena
kemampuan siswa dalam mengubah informasi pada soal ke dalam
bentuk matematika yang masih rendah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, dkk (2015:137)
yang menunjukkan bahwa siswa memiliki masalah dalam
menafsirkan masalah matematika, gagal untuk merancang strategi
dan mengembangkan rencana strategis, yang akhirnya menyebabkan
kesalahan dalam memilih operasi dan gagal untuk menyatakan
jawaban.
Kesalahan lain yang dilakukan siswa pada aspek
menganalisis yaitu kesalahan keterampilan proses. Ketika siswa
sudah mengetahui cara maupun rumusnya terkadang juga siswa
masih mengalami kendala pada proses pengerjaanya. Kendala
tersebut dapat berupa siswa tidak dapat menjalankan prosedur
dengan benar maupun siswa tidak mengetahui cara yang dilakukan
sehingga mengalami kesalahan keterampilan proses. Adapun bentuk
kesalahan keterampilan proses dapat dilihat dari hasil pekerjaan S-
10 yaitu siswa tidak dapat menjalankan prosedur dengan benar.
Penyebab siswa kelakukan kesalahan ini adalah siswa kurang teliti.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriatien (2019:62) menyatakan
bahwa siswa tidak teliti dalam menghitung sehingga mengakibatkan
kesalahan pada penulisan jawaban akhir. Anderson & Krathwohl
(2010:79) meyatakan bahwa dalam menyelesaikan soal aspek
77
menganalisis, seseorang juga harus mampu menemukan prosedur
penyelesaian soal yang tepat.
b. Soal Nomor 2 (aspek mengevaluasi)
Dalam mengerjakan soal ini siswa harus memahami kata-
kata yang ada dalah soal untuk menemukan hal-hal yang diketahui
dan ditanya. Namun berdasarkan deskripsi sebelumnya, S-04
melakukan kesalahan membaca. Faktor yang menyebabkan siswa
melakukan kesalahan membaca karena subjek tidak dapat
menyebutkan kata kunci dalam soal, siswa hanya menyalin dari
referensi yang menurutnya sama tanpa memperhatikan soal yang
sedang dikerjakan. Hasil penelitian Suci (2016:22) menyatakan
bahwa faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan
karena kurang menguasai materi.
Berikutnya, setelah siswa memahami apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, siswa harus mampu menentukan cara yang
akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Namun ada siswa yang
kesulitan dalam menentukan cara atau rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan soal. Selain itu siswa juga tidak dapat
mengidentifikasi dan menggunakan operasi dengan benar sehingga
kesalahan transformasipun terjadi. Seperti halnya deskripsi
sebelumnya dimana siswa melakukan kesalahan transformasi yaitu
siswa tidak dapat mengubah soal menjadi bentuk matematis dan
siswa tidak dapat menentukan rumus yang akan digunakan untuk
78
menyelesaikan soal. Penelitian Sa’adah (2019:63) juga
menunjukkan salah satu kesalahan dalam menyelesaikan soal
matematika dimana faktor penyebab kesalahan siswa yaitu siswa
masih belum memahami konsep bentuk pemisalan bentuk
matematis. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan &
Fitriani (2020:230) yang menunjukkan bahwa kesalahan siswa pada
tahap tranformasi yaitu tidak dapat menentukan strategi dan
menjalankan rencana dengan tepat, karena siswa kesulitan dalam
memahami konsep materi.
c. Soal nomor 3 (aspek mencipta)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada aspek
mencipta adalah kesalahan membaca, kesalahan memahami dan
kesalahan transformasi.
Pada soal ini siswa diharapkan mampu memahami tentang
konsep pelaung teoritik. Siswa dapat menerapkan pengetahuan
yang sudah dimiliki untuk menganalisis masalah pada soal. Namun
berdasarkan deskripsi sebelumnya, ada siswa yang melakukan
kesalahan membaca karena hanya memperhatikan angka dalam
soal. Sehingga siswa tidak menyebutkan yang diketahui dalam soal
dengan tepat. Faktor yang menyebabkan siswa melakukan
kesalahan membaca adalah siswa terburu-buru mengerjakan soal,
sehingga tidak teliti dalam memahami soal. Hal ini sejalan dengan
79
penelitian Safitri, dkk (2019:46) yang menyatakan bahwa kesalahan
membaca disebabkan karena siswa sudah lancer membaca namun
tidak dapat mengatahui maksud soal, ketidaktelitian siswa, siswa
tergesa-gesa dalam membaca.
Selanjutnya, setelah siswa sudah menemukan yang
dimaksud dalam soal. Siswa menuliskan apa yang diketahui dari
soal, namun terdapat siswa tidak mengetahui apa yang ditanyakan
dalam soal, sehingga prosedur dalam menyelesaikan soal tidak
tepat. Seperti kesalahan yang ditunjukkan pada deskripsi sebelumya
yaitu S-10 tidak dapat menjelaskan apa yang ditanya dalam soal.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sa’adah (2019:62)
menyatakan faktor penyebab terjadinya kesalahan pemahaman
karena kemampuan penalaran siswa yang masih rendah dan siswa
yang lemah mengidentifikasi soal ke dalam konsep matematika.
Kesalahan lain yang dilakukan siswa pada soal aspek
mencipta yaitu kesalahan transformasi. Pada aspek ini siswa juga
harus mampu menentukan rumus atau langkah yang tepat untuk
menyelesaikan soal. Soal ini juga termasuk soal terbuka (open
ended) karena menghasilkan jawaban lebih dari satu. Jawaban yang
diperoleh siswa tentunya berbeda-beda, sehingga diperlukan
kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal ini. Kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal ini terletak pada penentuan
rumus atau cara yang akan digunakan. Adapun bentuk dari
80
kesalahan transformasi dapat dilihat dari hasil pekerjaan S-05 yaitu
siswa tidak dapat menentukan rumus dalam menyelesaikan soal.
Faktor penyebab kesalahan siswa karena kemampuan siswa yang
relatif rendah dalam memahami konsep peluang. Faktor lain karena
siswa tidak mampu mengembangkan kreativitasnya dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Hasil penelitian ini tampak sejalan dengan penemuan dari
Abdullah, dkk (2015:140) yang menunjukkan bahwa siswa
memiliki masalah dalam menafsirkan masalah matematika, gagal
untuk merancang strategi dan mengembangkan rencana strategis,
yang akhirnya menyebabkan kesalahan dalam memilih operasi dan
gagal untuk menyatakan jawaban. Faktor penyebab kesalahan siswa
menurut hasil penelitian dari Mahmudah (2018:55) yaitu
kemampuan penalaran dan kreativitas siswa yang rendah.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta mengacu pada
fokus penelitian pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal
berikut.
1. Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan
soal tipe HOTS materi peluang adalah:
a. Aspek Menganalisis
Jenis kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal
tipe HOTS materi peluang aspek menganalisis yaitu kesalahan
pemahaman, kesalahan trasformasi dan kesalahan keterampilan
proses. Kesalahan pemahaman yang dilakukan siswa yaitu tidak
menulis dengan tepat apa yang diketahui dalam soal. Kesalahan
transformasi yang dilakukan siswa yaitu kesalahan tidak dapat
menentukan solusi untuk menyelesaikan soal. Kesalahan
keterampilan proses yang dilakukan siswa yaitu kesalahan proses
komputasi tetapi tidak tepat karena ada salah konsep.
b. Aspek Mengevaluasi
Jenis kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal
tipe HOTS materi peluang aspek mengevaluasi yaitu kesalahan
membacan dan kesalahan transformasi. Kesalahan membaca yang
dilakukan siswa yaitu kesalahan memahami soal sehingga
82
menyebabkan perbedaan makna dari yang seharusnya dimaksud.
Sedangkan kesalahan transformasi yang dilakukan siswa yaitu
kesalahan tidak dapat mengubah informasi pada soal ke dalam
bentuk model matematika.
c. Aspek Mencipta
Jenis kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal
tipe HOTS materi peluang aspek mencipta yaitu kesalahan
membaca, kesalahan memahami dan kesalahan transformasi.
Kesalahan membaca yang dilakukan siswa yaitu kesalahan tidak
teliti membaca kata-kata yang diajukan dalam soal. Kesalahan
pemahaman yang dilakukan siswa yaitu kesalahan memahami
perintah dan hal yang ditanyakan dalam soal. Kesalahan
transformasi yang dilakukan siswa yaitu keslahn tidak dapat
menentukan prosedur penyelesaian soal.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal tipe HOTS materi peluang adalah:
a. Aspek Menganalisis
1) Kurangnya pemahaman siswa tentang konsep peluang dalam
mengubah kalimat cerita menjadi bentuk model matematika.
2) Tidak tepat dalam memilih operasi yang digunakan untuk
menyelesaikan soal
3) Siswa kurang berhati-hati dalam memasukkan rumus dan
melakukan perhitungan.
83
b. Aspek Mengevaluasi
1) Kemampuan siswa dalam memahami soal yang relatif rendah.
2) Rendahnya kemampuan siswa dalam menafsirkan masalah
matematika.
3) Siswa kurang teliti dalam proses perhitungan
c. Aspek Mencipta
1) Kemampuan siswa yang relatif rendah dalam memahami soal.
2) Siswa tidak mampu mengembangkan kreativitasnya dalam
menyelesaikan soal.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka perlu disampaikan saran sebagai
bahan pertimbangan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal tipe (High Oerder Thinking Skills) HOTS materi
peluang sebagai berikut.
1. Bagi Guru
a. Menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
b. Menerapkan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kontekstual yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan soal-soal yang bervariasi, yang memicu siswa
untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya.
84
2. Bagi Siswa
a. Dalam mengerjakan soal, hendaknya siswa lebih teliti sehingga
meminimalisir kesalahan.
b. Berlatih untuk mengerjakan soal-soal konstektual sesuai kehidupan
sehari-hari yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi siswa.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. H., Abidin, N. L., & Ali, M. 2015. Analysis of Students Error in
Solving Higher Order Thinking Skills (HOTS) Problems for the Topic of
Fraction. Asian Social Science Vol 11 (21).
Aisyah, M. N., Sumintono, B., & Ismail, Z. 2014. Pemahaman Siswa Pada Pokok
Bahasan Peluang: Studi Kasus di Satu Sekolah Menengah Di Johor Bahru,
Malaysia. JPMIPA, 19 (1).
Amalia, R., Aufin, M., & Khusiah, R. 2018. Analisis Kesalahan dalam
Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Persamaan Linier
Berdasarkan Newman Kelas X-Mia di SMA Bayt Al-Hikmah Kota
Pasuruhan. Prosiding SNMPM11, Prodi Pendidikan Matematika,
Unswagati.
Amir, M. F. 2015. Analisis Kesalahan Mahasiswa PGSD dalam Menyelesaikan
Soal Pertidaksamaan Linear. Jurnal Edukasi.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2010. A Taxonomy for Learning, Teaching
and Assesing: a Revision of Bloom's Taxonomy. New York: Longman.
Arifin, Z. 2018. Pengembangan Instrumen Analisis Kesalahan Untuk Mengukur
Critical Thinking Skill Berdasarkan Kompetensi Inti Kurikulum 2013.
EduMa Vol. 7.
Arifin, Z., Kania, N. 2018. Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Prosedur
Newman. Procediamath Vol. 2.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bertha, Kurnia, S., Wardhono, & Kartono. 2018. Analisis Soal-Soal Matematika
Tipe Higher Order Thingking Skill (HOTS) pada Kurikulum 2013 untuk
Mendukung Kemampuan Literasi Siswa. PRISMA I.
Brookhart, S. M. 2010. How To Asses Higher Order Thinking Skills In Your
Classroom. USA: ASCD.
Fatahillah, A. Wati N. T., F. Y. Susanto. 2017. Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Tahapan Newman
Beserta Bentuk Scaffolding yang Diberikan. Kadikma Vol. 8(1).
Fitriatien, S. R. 2019. Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Berdasarkan Newman. jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
4 (1).
86
Gais, Z., & Afriansyah, E. A. 2017. Analisis Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thiking Skill ditinjau dari Kemampuan
Awal Matematis Siswa. Jurnal Mosharafa.
Hadiyanto, F. R. 2019. Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan
Soal Cerita pada Materi Geometri dengan Menggunakan Newman’s
Procedure. JKPM Vol 3 (2).
Hardiyanti, A. 2016. Analisis Kesulitan Siswa Kelas IX SMP dalam Menyelesaikan
Soal pada Materi Barisan dan Deret. Konferensi Nasional Penelitian
Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) (hal. 78-88). Surakarta:
UMS.
Hasyim, M., & Andreina, F. K. 2019. Analisis High Order Thinking Skill (HOTS)
Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Matematika. FIBONACCI,
5 (1).
Himmah, W. I. 2019. Analisis Soal Penilaian Akhir Semester Mata Pelajaran
Matematika Berdasarkan Level Berfikir. Journal of Medives: Journal Of
Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 3(1).
Himmah, W. I., Nayazik, A., & Setyawan, F. 2019. Revised Bloom's taxonomy to
analayze the final mathematics examination problems in Junior High
School. Journal of Physics: Conference Series.
Irawati, T. N., & Mahmudah, M. 2018. Pengembangan Instrumen Kemampuan
Berfikir Analisis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan
Masalah Matematika. Kadikma, 9 (2).
Komarudin. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika pada Materi Peluang Berdsarkan High Order Thinking dan
Pemberian Scaffolding. Jurnal Darussalam, VIII (1).
Kurnia, L., & Yuspriyati, D. N. 2020. Analisis Kesulitan Siswa SMP Dalam
Menyelesaikan Soal Aritmatika Sosial Berdasarkan Analisis Newman.
Jurnal Mathematics Paedagogic, 4 (2).
Kurniawan, A., & Fitriani, N. 2020. Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Aritmatika Sosial. Journal On Education, 2 (2).
Lewy, Zulkardi, & Nyimas A. 2009. Pengembangan Soal untuk Mengukur
Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret
Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2).
Mahmudah, W. 2018. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Bertipe Hots Berdasar Teori Newman. Unisda Journal of
Mathematic and Computer Science.
87
Moleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Palayukan, H., & Pelix, L. 2018. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-Siku Berdasarkan
Kriteria Watson di Kelas X SMA Katolik Rantepao. Inspiramatika, 4 (1).
Permana, N. N. 2019. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Matematika. Prosiding DPNPM Unidra, 2
(1).
Sa'adah, A., Misri, M. A., & Darwan. 2019. Analisis Kesalahan dalam
Menyelesaikan Soal Matematika HOTS Bertipe PISA. Jurnal For Islamic
Social Sciences.
Safitri, A. S., Sugiarti, T., & Hutama, F. S. 2019. Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Datar Berdasarkan Newman’s Error
Analysis (NEA). JPK 5(1).
Setiawati, W., Asmira, O., Ariyana, Y., Bestary, R., & Pudjiastuti, A. 2019. Buku
Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills. Jakarta: Direktorat
Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.
Suci, Ayu D. K. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman. Ekuivalen, Vol 20
(1).
Suciati, I., Wahyuni, D. S. 2018. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Matematika pada Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN
Pengawu. JPPM, 11(2).
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suharsono, & Retnoningsih, A. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
Surya, I. T., & Suatika, K. N. (2019). Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Materi Operasi bentuk Aljabar Berdasarkan
Tahapan Newman di Kelas VII SMP NU Bululawang. Jurnal Terapan
Sains & Teknologi (RAINSTEK).
Susanto, E., & Retnawati, H. 2016. Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan
PBL untuk Mengembangkan HOTS Siswa SMA. 3 (2).
Utami, A. D. 2016. Tipe Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Geometri Berdasar Newman's Error Analysis (NEA). Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 4 (2), .
88
Wibowo, P. H., & Setianingsih, R. 2016. Pemberian Scaffolding Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order
Thinking Skills) Kelas X SMA Berdasarkan Kemampuan Matematika
Siswa. MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2 (5).
89
LAMPIRAN
90
Lampiran 1.
KISI-KISI SOAL TES
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Ambarawa
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Peluang
Kompetensi Dasar Indikator Nomor
Soal
Level
HOTS
Bentuk
Soal
4.11 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
peluang empiris
dan teoritis suatu
kejadian dari
suatu percobaan
Disajikan permasalahan
yang berkaitan dengan
peluang teoritis, siswa
dapat menarik
kesimpulan dari masalah
yang ada.
1 C4 Uraian
Disajikan permasalahan
yang berkaitan dengan
peluang teoritis, siswa
dapat membuat suatu
keputusan berdasarkan
kriteria tertentu.
2 C5 Uraian
Disajikan permasalahan,
perserta didik dapat
menciptakan sebuah
pertanyaan terkait sebuah
kejadian yang telah
ditetapkan dan
menjabarkan argumen
atau menjabarkan alasan
dari pertanyaan yang
disusun siswa.
3 C6 Uraian
91
SOAL TES
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Ambarawa
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Peluang
Petunjuk:
a. Sebelum mengerjakan soal awali dengan membaca do’a
b. Tuliskan identitas Anda.
c. Bacalah soal dengan teliti sebelum Anda menjawabnya.
d. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikumpulkan.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
a. Dalam kantong terdapat tiga bola berwarna ungu diberi nomor 1-3, lima
bola berwarna oranye diberi nomor 4-8, dan empat bola berwarna hitam
diberi nomor 9-12. Tiga bola diambil satu persatu secara acak dari dalam
kantong. Pengambilan pertama, muncul bola ungu genap dan tidak
dikembalikan. Pengambilan kedua, muncul bola berwarna hitam bernomor
prima dan tidak dikembalikan. Berapa persen peluang terambilnya bola
bernomor ganjil pada pengambilan ketiga?
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena menggunakan stimulus yang
kontekstual dan mengukur level kognitif penalaran siswa yaitu aspek
menganalisis. Siswa terlebih dahulu menganalisis setiap tahapan yang
terjadi pada pengambilan bola. Dari hasil analisis terhadap pengambilan
bola, siswa selanjutnya memprediksi kemungkinan bola bernomor ganjil
mana yang terambil.
b. Pada suatu kompetisi bola tenis dalam lomba Hari Olahraga Nasional
terdapat peserta 4 pria dan 3 wanita, akan tetapi salah satu peserta wanita
masih bersaudara dengan 2 peserta pria. Tentukan peluang pasangan ganda
campuran yang terbentuk dengan syarat tidak memiliki hubungan saudara!
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena menggunakan stimulus yang
kontekstual dan mengukur level kognitif penalaran siswa yaitu aspek
92
mengevaluasi. Pada soal ini siswa terlebih dahulu mengambil keputusan
manakah peserta wanita yang bersaudara dengan peserta pria.
c. Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua dadu yang jawabannya adalah
peluang kejadian A adalah 1. Jelaskan alasan/argumen Anda!
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena menggunakan stimulasi yang
menarik, bersifat terbuka dan mengukur level kognitif penalaran siswa yaitu
aspek mencipta. Pada soal ini siswa harus mampu merencanakan prosedur
yang tepat untuk menentukan peluang kejadian A adalah 1. Soal ini bersifat
terbuka sehingga jawaban dan pembuktian yang diperoleh lebih dari satu.
Karena bersifat terbuka, maka masing-masing siswa akan befikir kritis dan
kreatif untuk menentukan jawabannya masing-masing.
93
KUNCI JAWABAN
No. Soal Kunci Jawaban
1. Diketahui:
3 bola ungu yaitu U1, U2, U3
5 bola oranye yaitu O4, O5, O6, O7, O8
4 bola hitam yaitu H9, H10, H11, H12
Diambil 3 bola secara acak:
a. Pada pengambilan pertama tanpa pengembalian, diperoleh
bola berwarna ungu bernomor genap
b. Pada pengambilan kedua, tanpa pengembalian, diperoleh
bola berwarna hitam bernomor prima
Ditanya:
Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga?
Jawab:
Menganalisis
Diambil 3 bola secara acak
a. Pada pengambilan pertama tanpa pengembalian, diperoleh
bola berwarna ungu bernomor genap yaitu U2
b. Pada pengambilan kedua, tanpa pengembalian, diperoleh
bola berwarna hitam bernomor prima yaitu H11
Maka, peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada pengambilan
ketiga adalah:
Misalkan K adalah kejadian terambilnya bola bernomor ganjil
Misalnya model pengisian tempat yaitu 1 x 1 x 5, dimana pengisian
pertama adalah bola U2, pengisian kedua H11 dan pengisian ketiga
dengan syarat bernomor ganjil maka bola dan nomor yang mungkin
yaitu: U1, U3, O5, O7, dan H9 sehingga diperoleh:
n(K) = 5
Karena pengambilan bola pada perngambilan pertama dan kedua
tidak dikembalian, maka sisa bola pada pengambilan ketiga yaitu:
12 – 2 = 10
Sehingga diperoleh jumlah bola tersisa yaitu:
U2 H11 K
94
n(S) = 10
sehingga dapat diperoleh cara menemukan presentase peluang bola
ketiga bernomor ganjil, yaitu:
P(K) = 𝑛(𝐾)
𝑛(𝑆) =
5
10 𝑥 100% = 50%
Jadi presentase peluang terambilnya bola bernomor genap pada
pengambilan ketiga adalah 50%
2. Diketahui:
4 peserta pria (P)
3 peserta wanita (W)
Diketahui pula salah satu peserta wanita masih bersaudara dengan 2
peserta wanita
Ditanya:
Tentukan peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan
syarat tidak memiliki hubungan saudara?
Jawab:
Dalam menentukan pasangan, ditentukan dulu kemungkinan
pasangan ganda campuran dalam bentuk tabel berikut:
Mengevaluasi
P1* P2 P3* P4
W1* (W1*, P1*) (W1*, P2) (W1*, P3*) (W1*, P4)
W2 (W2, P1*) (W2, P2) (W2, P3*) (W2, P4)
W3 (W3, P1*) (W3, P2) (W3, P3*) (W3, P4)
Keterangan:
(*) adalah saudara
Misalkan X adalah kejadian terbentuknya pasangan ganda campuran
tidak memiliki hubungan saudara.
Maka yang memenuhi syarat tersebut yaitu: (W1*, P2), (W1*, P4),
(W2, P1*), (W2, P2), (W2, P3*), (W2, P4), (W3, P1*), (W3, P2),
(W3, P3*), (W3, P4), sehingga diperoleh:
n(X) = 10
Jumlah total kemungkinan dalam tabel sejumlah 12, sehingga
diperoleh:
n(S) = 12
95
P(X) = 𝑛(𝑋)
𝑛(𝑆) =
10
12 =
5
6
Jadi peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan
syarat tidak memiliki hubungan saudara adalah 5
6
3. Diketahui:
Peluang kejadian A adalah 1
Ditanya:
Kemungkinan bentuk pertanyaan yang dapat ditemukan? (beserta
alasan/argumen).
Jawab:
Diubah terlebih dahulu apa yang diketahui menjadi bentuk
matematis.
P(A) = 1
Mencipta
A merupakan sebuah kejadian. Untuk menemukan peluangnya, kita
dapat melihat dari tabel kejadian dua buah dadu.
1 2 3 4 5 6
1 (1, 1) (1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
2 (2, 1) (2, 2) (2, 3) (2, 4) (2, 5) (2, 6)
3 (3, 1) (3, 2) (3, 3) (3, 4) (3, 5) (3, 6)
4 (4, 1) (4, 2) (4, 3) (4, 4) (4, 5) (4, 6)
5 (5, 1) (5, 2) (5, 3) (5, 4) (5, 5) (5, 6)
6 (6, 1) (6, 2) (6, 3) (6, 4) (6, 5) (6, 6)
Tabel 1. tabel kejadian pelemparan dua buah dadu
Misal suatu pertanyaan:
“Tentukan peluang kedua mata dadu muncul bilangan asli
dalam pelemperan dua buah dadu!”
Alasan/argumen:
Karena dalam dua buah dadu, seluruh angka dalam mata
dadu yaitu: 1,2,3,4,5,6 merupakan bilangan asli. Sehingga
diperoleh:
Misalkan A merupakan kejadian pelemparan dua buah dadu,
dengan syarat mata dadu muncul bilangan asli,
Maka kejadian yang memenuhi syarat kejadian dalam tabel 1
memenuhi, sehingga diperoleh:
n(A) = 36
96
jumlah dalam kejadian tabel 1 sejumlah 36, sehingga
diperoleh:
n(S) = 36
Maka diperoleh cara untuk menetukan peluang pelemparan
dua buah dadu, dengan mata dadu muncul bilangan asli
yaitu:
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)
= 36
36
= 1
Jadi pertanyaannya untuk peluang kejadian A adalah 1 yaitu
“Tentukan peluang kedua mata dadu muncul bilangan asli
dalam pelemperan dua buah dadu!”
Misal suatu pertanyaan lain:
“Tentukan peluang pelemparan dua buah dadu dengan hasil
penjumlahan dua mata dadu merupakan bilangan asli!”
Alasan/argumen:
Sudah jelas bahwa penjumlahan 2 mata dadu yang muncul
pada pelemparan dua buah dadu merupakan bagian dari
bilangan asli, maka diperoleh:
Misalkan A merupakan kejadian pelemparan dua buah mata
dadu dengan hasil penjumlahan dua mata dadu merupakan
bilangan asli.
Dari tabel 1 diperoleh kejadian pelemparan dua buah dadu,
jika masing-masing kejadian dijumlahkan, maka hasilnya
merupakan bilangan asli,
Contoh:
(1, 1) = 1 + 1 = 2 (merupakan bilangan asli)
(3,4) = 3 + 4 = 7 (merupakan bilangan asli)
(5,6) = 5 + 6 = 11 (merupakan bilangan asli)
Dst.
Sehingga seluruh kejadian dalam tabel 1 memenuhi syarat
bahwa hasil penjumlahan dua mata dadu merupakan bilangan
asli, sehingga diperoleh:
n(A) = 36
jumlah dalam kejadian tabel 1 sejumlah 36, sehingga
diperoleh:
n(S) = 36
97
maka diperoleh cara menentuka peluang dua buah mata
dadu, dengan hasil penjumlahan dua mata dadu merupakan
bilangan asli yaitu:
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)
= 36
36
= 1
Jadi, pertanyaannya untuk peluang kejadian A adalah 1 yaitu:
“Tentukan peluang pelemparan dua buah dadu dengan hasil
penjumlahan dua mata dadu merupakan bilangan asli!”
Catatan: siswa dapat menggunakan cara lainnya asalkan syarat
bahwa eksperimen pelemparan dua buah dadu dan hasil peluang
kejadian A adalah 1 harus terpenuhi.
98
Lampiran 2.
LEMBAR VALIDASI SOAL TES
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Peluang
Petunjuk:
1. Berikan Penilaian dengan cara memberi tanda (√) dalam kolom penilaian
yang sesuai menurut pendapat Anda.
2. Keterangan:
1 : Tidak Sesuai
2 : Kurang Sesuai
3 : Sesuai
No Aspek yang dinilai
Penilaian
Soal1 Soal 2 Soal 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
A.
1.
Materi
Soal sesuai dengan indikator
(menurut tes tertulis bentuk uraian)
√
√
√
2. Soal tidak mengandung unsur
SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
Antargolongan, Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kebencian)
√ √ √
3. Soal menggunakan stimulus yang
menarik (baru, mendorong peserta
didik untuk membaca)
√ √ √
4. Soal menggunakan stimulus yang
konstektual (sesuia dengan dunia
nyata)
√ √ √
5. Soal mengukur level kognitif
penalaran:
99
a. Menganalisis
b. Mengevaluasi
c. Mencipta
√
√
√
6. Jawaban tersirat pada stimulus √ √ √
B.
7.
Konstruksi
Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan menggunakan kata-kata
tanya atau perintah yang memuat
jawaban terurai
√
√
√
8. Memuat petunjuk yang jelas tentang
cara mengerjakan soal
√ √ √
9. Ada pedoman penskoran/rubric
sesuai dengan kriteria/kalimat
mengandung kata kunci
√ √ √
10. Butir soal tidak bergantung pada
jawaban soal lain
√ √ √
C.
11.
Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia,
untuk bahasa daerah dan bahasa asing
sesuai kaidahnya.
√
√
√
12. Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu
√ √ √
13. Soal menggunakan kalimat yang
komunikatif
√ √ √
100
Saran Perbaikan:
1. Pada bagian pedoman penskoran, Anda perlu memberikan informasi yang
lebih lengkap pada bagian :“diketahui”, perlu menjabarkan proses
penyelesaian masalah yang menunjukkan proses kognitifnya. Saya beri
contoh untuk noimor 1 di file soal. Silakan disesuaikan juga untuk nomer 2
dan 3
2. Perbedaan antara soal no.1 (menganalisis) dengan soal no.2 (mengevaluasi)
tipis. Pada soal no.2 siswa harus memeriksa dan mengambil keputusan juga
mengenai bola mana yang memenuhi kriteria pada pengambilan pertama
dan kedua. Pada soal no.3 siswa harus memeriksa dan mengambil keputusan
juga mengenai siswa perempuan yang bersaudara dengan siswa laki-laki.
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……....
Salatiga, 3 Juni 2020
Validator
Enika Wulandari, M.Pd.
NIP. 19860415 201801 2 001
101
Lampiran 3
102
103
104
Lampiran 4.
JAWABAN SUBJEK PENELITIAN
1. Hasil Pekerjaan siswa S-01
2. Hasil Pekerjaan siswa S-02
105
3. Hasil Pekerjaan siswa S-03
106
4. Hasil Pekerjaan siswa S-04
107
5. Hasil Pekerjaan siswa S-05
108
6. Hasil Pekerjaan siswa S-06
7. Hasil Pekerjaan siswa S-07
109
8. Hasil Pekerjaan siswa S-08
110
9. Hasil Pekerjaan siswa S-09
10. Hasil Pekerjaan siswa S-10
111
11. Hasil Pekerjaan siswa S-11
112
12. Hasil Pekerjaan siswa S-12
113
Lampiran 5.
Lembar Validasi Pedoman Wawancara
Petunjuk:
1. Berikan Penliaian dengan cara memberi tanda (√) dalam kolom penilaian
yang sesuai menurut pendapat Anda
2. Keterangan:
1 : memenuhi aspek yang diamati
2 : ada aspek yang memenuhi
3 : memenuhi semua aspek yang diamati
Aspek yang diamati Penilaian
1 2 3
Apakah pertanyaan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia
√
Apakah kalimat pertanyaan tidak menimbulkan penafsiran
ganda?
√
Apakah kalimat pertanyaan menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah difahami?
√
Apakah kalimat pertanyaan menggunakan tanda baca yang
tepat?
√
Apakah pertanyaan sesuai dengan indikator Teori Newman
dalam menganalisis kesalahan?
√
Saran perbaikan:
Sudah baik.
Salatiga, 12 Juni 2020
Validator
Enika Wulandari, M.Pd.
NIP. 19860415 201801 2 001
114
Lampiran 6.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Tujuan : Untuk mengklarifikasi hasil jawaban siswa dan menganalisis faktor
penyebab kesalahan siswa.
Berikut butir pertanyaan untuk semua soal yang menjadi gambaran secara umum
pedoman wawancara setelah tes tertulis.
1. Membaca (reading)
Silahkan baca terlebih dahulu soal tersebut!
2. Memahami (Comprehension)
a. Apa saja yang diketahui dalam soal tersebut?
b. Apa yang ditanyakan dalam soal tersebut?
3. Transformasi (Transformation)
Bagaimana kamu memulai menjawab soal tersebut?
4. Keterampilan proses (Process Skills)
a. Bagaimana langkah kamu untuk menyelesaikan soal tersebut?
b. Apakah langkah yang kamu gunakan sudah tepat?
5. Penulisan jawaban akhir (Encoding)
a. Bagaimana jawaban akhir dari soal yang sudah kamu selesaikan?
b. Apakah jawaban akhir yang kamu peroleh sudah sesuai dengan apa
yang ditanyakan dalam soal tersebut?
115
Lampiran 7.
TRANSKRIP WAWANCARA SISWA
S-01 : Cholifatu Saniyah
P : Peneliti
P : “Coba kamu baca soal nomor 1!”
S-01 : (membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan terkait soal?”
S-01 : “Ya, ini kan pengambilan pertama muncul bola ungu genap, berarti
pas ini (menunjuk pada kalimat soal) menjawabnya dikurangi gitu?”
P : “Iya “
S-01 : “Berarti yang jumlah semuanya itu dikurangi yang tidak
dikembalikan?”
P : “Iya, ada lagi?”
S-01 : “Enggak”
P : “Yang diketahui disoal itu apa saja?”
S-01 : “Seluruh bola 12, yang bernomor ganjil ada 6 dan yang bernomor
genap juga ada 6”
P : “Ada lagi?”
S-01 : “Tidak ada”
P : “Untuk kejadian pengambilan pertama dan kedua itu bukan bagian
diketahui?”
S-01 : “Nggak paham saya Pak, saya saja baca soalnya saja belum tau untuk
memulai menjawab dari mana.”
P : “Oke, lalu apa yang ditanyakan disoal tersebut?
S-01 : “Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga,”
P : “Trus, Jelaskan cara kamu memulai menjawabnya”
S-01 : “Mencari seluruh bola atau n(S) ada 12, lalu bola genap n(A) dan bola
ganjil n(B)”
P : “Lalu, jelaskan cara kamu menjawab?”
S-01 : “Pertama saya ketahui seluruhnya trus diketahui jumlah ganjil genap,
disitu jumlah ganjil dan genapnya dicari pelaung masing2.”
P : “Kan yang ditanyakan presentrase, mana? “
S-01 : “Belum tahu”
P : “Kira-kira langkahmu sudah benar?”
S-01 : “Kira-kira?, Belum…”
P : “Oke, jawaban akhirnya kok ada 2?”
116
S-01 : “Yang pertama yang ini (menunjuk jawaban pertama yaitu n(B) = 1
2)
yang tidak dikurangi jumlah total bolanya yang dikembalikan, yang
kedua yang ini (menunjuk jawaban kedua yaitu 6
10) yang dikurangi
jumlah total bolanya yang dikembalikan.”
P : “Lalu jawaban kamu yang mana? Yang pertama atau yang kedua?”
S-01 : “Yang kedua peluangnya 6
10”
P : “Okay, jawaban kamu sudah sesuai dengan yang ditanyakan belum?”
S-01 : “Belum, karena kurang menjawab presentase”
P : “Oke, sekarang dibaca soal nomor 2!”
S-01 : (siswa membaca soal)
P : “Apakah ada yang ditanyakan di soal tersebut?”
S-01 : “Ya, yang ini, dari 4 pria dan 3 wanita, tetapi salah satu peserta wanita
masih bersaudara dengan 2 peserta pria. Ndak tau caranya gimana.”
P : “Okee, yang diketahui di soal apa saja?”
S-01 : “4 pria dan 3 wanita”
P : “Cuma itu saja?”
S-01 : “Ya, “
P : “Eee.. langkah-langkah kamu memulai menjawabnya gimana?”
S-01 : “Mengetahui jumlah seluruh peserta, jumlah pria dan wanita, baru
dicari peluang masing-masing, dan caranya peluang pria dikurangi
peluang wanita”
P : “Lalu untuk yang syarat wanita bersaudara dengan pria dimana?”
S-01 : “Ndak tau.”
P : “Lalu sudah yakin dengan jawaban akhirnya?”
S-01 : “Belum,”
P : “Lalu jawaban akhirnya berapa?”
S-01 : “1
7”
P : “Sesuai dengan yang ditanyakan?”
S-01 : “Belum tau”
P : “Secara pemahaman soal nomor 2 sudah paham?”
S-01 : “Belum, karena baru ketemu soal ini dan belum paham cara
nyleseinnya.”
P : “Oke, silahkan baca soal nomor 3”
S-01 : “Ada yang ditanyakan di soal?”
P : “Nggak,”
S-01 : “Okay, apa yang diketahui di soal?”
P : “Peluang kejadian A adalah 1, Betul Pak.”
S-01 : “Ya… Lalu apa yang ditanyakan?”
P : “Membuat pertanyaan ”
S-01 : “Cara kamu memulai menjawab dan langkah-langkahnya gimana?”
P : “Langsung buat soal, dua buah dadu dilempar bersama satu kali,
peluang munculnya”
S-01 : “Jumlah kedua mata dadu 7 adalah?”
P : “Lalu?”
117
S-01 : “Jawannya n(P) = 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)=
6
36=
1
6”
P : “Ini n(P) kok dirumus berubah menjadi n(A)?”
S-01 : “Ndak tau, itu nyontek dari buku, karena belum paham rumusnya bisa
begitu,”
P : “Ndak nanya ke gurunya?”
S-01 : “Enggak, karena materi, langsung tugas, jadi penjelasan sudah ada di
materi yang dikasih guru, karena aku ndak berani nanya ke guru, kan
online. Ndak biasa chat pribadi guru kalau sama materi.”
P : “Argumenya kok ndak ada?”
S-01 : “Hehehe, ndak tahu,,”
P : “Sudah yakin dengan jawabannya?”
S-01 : “Belum tahu,,”
P : “Oke, terima kasih. Belajar lagi ya.”
S-02 : Natasya Rindu Biaz Ariyanto
P : Peneliti
P : “Silahkan dibaca soalnya nomor 1 ya!”
S-02 : “Iya Pak” (siswa membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan terkait soal?”
S-02 : “Ada”
P “Bagian yang mana?”
S-02 “Semua…”
P “Lah, masa semua, coba yang diketahui di soal itu apa aja?”
S-02 “3 bola berwarna ungu bernomor 1-4
5 bola berwarna orange bernomor 5-8
4 bola berwarna hitam bernomor 9-12”
P : Ada lagi yang diketahui di soal?
S-02 : “Itu aja kyaknya”
P : “Kenapa tidak di tulis?”
S-02 : “Ya langsung dijawab aja. Emang harus di tulis ya yang diketahui”
P : “Ya sebagai petunjuk sebelum mengerjakan, Kalau begitu yang
ditanyakan apa di soal itu?”
S-02 : “Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga.”
P : “Lalu cara kamu memulai menjawabnya dan bagaimana langkah-
langkahnya?”
S-02 : “Pertama saya menuliskan nomor bola berwarna hitam, dan mencari
nomor ganjilnya.”
P : “Kok cuman hitam?”
S-02 : “Kan yang belum diketahui yang itu”
P : “Kenapa tidak di tulis semua? Kan didalam kantong ada 3 jenis bola?”
S-02 : “Ndak tau, tak kira hitam aja, kan pengambilan ketiga.”
P : “Lalu proses kamu menjawabnya gimana?”
118
S-02 : “Langsung dicari peluang warna hitam aja, dan hasilnya 1
2”
P : “Lalu kok tidak dilanjutkan mencari presentasenya?”
S-02 : “Ndak tau, tadi jawab aja masih ragu.”
P : “Oke, berarti udah tau ya salahnya dimana?”
S-02 : “Iya, hehehehe”
P : “Oke, silahkan baca soal nomor 2!”
S-02 : (siswa membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan terkait soalnya?”
S-02 : “Emm, ada, ini dari tetapi salah satu peserta wanita masih bersaudara
dengan 2 peserta pria.”
P : “Kenapa bingungnya?”
S-02 : “Ndak tau harus gimana mulai jawabnya.”
P : “Oke, yang diketahui apa saja?”
S-02 : “Peserta 4 pria dan 3 wanita”
P : “Ada yang lain?”
S-02 : “Ndak ada.”
P : “Oke, apa yang ditanyakan dari soal tersebut?”
S-02 : “Tentukan peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan
syarat tidak memiliki hubungan saudara?”
P : “Lalu cara kamu memulai menjawab dan langkah-langkahnya
gimana?”
S-02 : “Oke, ini untuk S yaitu jumlah seluruh peserta ada 7, lalu A itu yang
ditanyakan.”
P : “Kok titik-titik kenapa?”
S-02 : “Ndak tau harus ngisi apa, tapi aku buat ada 2 karena pasangan
campuran kana ada 2.”
P : “Jadi untuk syarat tadi tidak kamu cari, kana ada yang bersaudara?”
S-02 : “Aku ndak tau caranya, jadi aku juga bingung mau jawabnya.”
P : “Oke, lalu berapa jawaban akhirnya?”
S-02 : “Jawaban akhirnya dari rumusnya, jadinya 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆)=
2
7”
P : “Yakin dengan cara dan jawaban akhir kamu?”
S-02 : “Endak, karena dari awal aja aku ndak paham untuk memulainya
gimana, aku taunya kalo pasangan ganda campuran cuman 2 gitu.”
P : “Berarti kalum belum paham cara membuat yang bersaudara dan tidak
bersaudara ya?”
S-02 : “Iya, Pak, ndak paham saya”
P : “Oke, kita lanjut, coba baca soal nomor 3”
S-02 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-02 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua buah dadu yang
jawabannya adalah peluang kejadian A adalah 1”
P : “Oke, coba jelaskan apa yang ada dalam jawaban kamu?”
S-02 : “ini n(A) =1 dan n(S) = 6”
P : “Kenapa n(S) = 6?”
119
S-02 : “Karena dadunya waktu itu saya kira satu, ternyata setelah saya baca
lagi sekarang percobaan dua buah dadu. Berarti saya salah ”
P : “Okay, kenapa kamu tidak membuat soal?”
S-02 : “ini n(A) = 1 itu saya dapat dari soal, karena saya kira itu soal, ya saya
kerjakan saja jadi soal.”
P : “Emmmm…., lain kali teliti lagi dalam membaca soal ya, agar tidak
salah dalam memahami soal.”
S-03 : Ririn Sandita
P : Peneliti
P : “Silahkan dibaca soalnya nomor 1!”
S-03 : (siswa membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal tersebut?”
S-03 : “3 bola berwarna ungu diberi nomo: 1,2,3
5 bola berwarna oranye diberi nomo: 4,5,6,7,8
4 bola hitam diberi nomor: 9,10,11,12”
P : “Itu saja yang diketahui?”
S-03 : “Iya.”
P : “Oke, apa yang ditanyakan?”
S-03 : “Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga”
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana kamu mulai menjawab dan langkah
kamu menjawabnya?”
S-03 : “Saya menulis peluang setiap kejadian yang diketahui. Jadi saya
menulis peluang pengambilan pertama, karena bola diambil warna
ungu bernomor genap yaitu 2. Kan ada 1 Pak, jadi peluangnya
terambil bola yiatu P(Ugenap) = 1
3. Lalu kejadian kedua diambil bola
hitam bernomor prima jadi P(Hprima) = 1
4. Terus karena sudah diambil
dua, jadi peluang ketiga diambil bola nomor ganjil yang tersisa tinggal
1,3,5,7,9 ada 5, jadi peluang ketiga yaitu = 5
10. Habis itu saya hitung 3
peluang itu totalnya 1
3 x
1
4x
5
10terus hasilnya jadi
1
24”
P : “Lalu berapa jawaban akhir kamu?”
S-03 : “1
24%”
P : “Oke, kenapa? Apakah mencari presentase itu seperti itu?”
S-03 : “Lupa, Pak hehehe, kan persentase…ya tinggal dikasih % gitu aja
Pak”
P : “Oke, baik. Kan itu bolanya dikembalikan, kenapa dihitung?”
S-03 : “hehehe, memangnya tidak dikembalikan itu tidak ikut dihitung to
Pak?”
P : “Tidak dihitung. Oiya, dan cara kamu mencari presentase juga kurang
tepat. Misalnya dikali 100%”
120
S-03 : “Oalah, oke Pak, besok tak ingat-ingat lagi caranya. Hehe…Oiya,
berarti yang 1
3 sama
1
4 ini nggak ikut dihitung Pak?”
P : “Iya, besok besok tambah belajarnya ya teliti lagi ya…”
S-03 : “Baik Pak”
P : “Oke, lanjut, baca soal nomor 2!”
S-03 : “Iya Pak (membaca soal)”
P : “Apa yang diketahui di soal itu?”
S-03 : “4 peserta pria dan 3 peserta wanita”
P : “Apa lagi?”
S-03 : “Salah satu peserta bersaudaran dengan dua wanita, makanya ini saya
lingkari”
P : “Kemudian apa yang ditanyakan?”
S-03 : “Peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan syarat
tidak memiliki hubungan saudara?”
P : “Oke, Lalu coba jelaskan cara kamu mulai menjawabnya dan langkah-
langkah kamu menyelesaikan soal?”
S-03 : “Saya menghubungkan antar pemain biar jadi pasangan, terus yang
tak lingkari ndak tak tulis.”
P : “Oke, baik, lalu kenapa jawabannya langsung 10?”
S-03 : “Kan jang bisa dibentuk cuman 10”
P : “Kan konsep peluang sudah ditulis di nomor 1, kenapa jawabnya tidak
sesuai konsep yang sudah kamu tulis”
S-03 : “Ooohhhhh… hla terus n(S) nya kan 10 berarti 10
10 gitu Pak?”
P : “Ya ndak gitu, kan tadi yang kamu lingkari ndak kamu pasangkan, itu
kan termasuk bagian dari keseluruhan”
S-03 : “Berarti itu kan dilingkari jadi dua, jadi jumlahnya 12 gitu pak?”
P : “Iya, betul, lalu dimasukkan di rumus yang kamu tulis diawal tadi”
S-03 : “Eeemmm, berarti hasilnya 10
12 Pak peluangnya?”
P : “Iya, Betul, itu bisa. Lain kali lebih teliti, diperhatikan yang perlu
dituliskan semua jadi pas proses penyelesaian bisa sesuai.”
S-03 : “Iya Pak, paham…paham…”
P : “Oke kita lanjut lagi, baca soal nomor 3!”
S-03 : (membaca soal)
P : “Yang diketahui disoal itu apa?”
S-03 : “Peluang kejadian A adalah 1, itu Pak?”
P : “Iya. Betul. Lalu apa yang ditanyakan?”
S-03 : “Membuat soal Pak dari yang diketahui itu.”
P : “Baik. Lalu coba jelaskan cara kamu mulai menjawab soal?”
S-03 : “Saya membuat soal: Dalam sebuah pelemparan 2 buah dadu peluang
munculnya angka ganjil ialah!. Lalu dari pertanyaan itu, jumlah
peluang muncul bilangan ganjil itu ada 16 maka n(A) = 16, karena 2
buah dadu jadi n(S) = 36. Dan, emmmm, tapi kok ini 18,. Yah salah
nulis Pak. Ya gitu pak tinggal dihitung, tapi salah ini Pak.”
P : “Oke, kamu paham peluang kejadian A adalah 1. Jawabannya
harusnya 1, Kan?”
121
S-03 : “Iya pak, tapi sepaham saya mungkin saat disederhanakan jadi 1 gitu
Pak.”
P : Bukan, hasilnya harusnya 1.”
S-03 : “Oalah, oke Pak. Saya pahamnya gitu awalnya”
P : “Lain kali teliti ya memahami soalnya, dan banyak berlatih lagi ya”
S-03 : “Iya Pak”
S-04 : Muhammad Fairuz Adhimul Arifin
P : Peneliti
P : “Silahkan soalnya nomor 1 dibaca!”
S-04 : (siswa membaca soal)
P : “Yang diketahui di soal itu apa saja?”
S-04 : “3 bola berwarna merah bernomor 1-4
5 bola berwarna kuning bernomor 5-8
4 bola berwarna hijau bernomor 9-12”
P : “Bentar, kok warnanya beda?”
S-04 : “Iya, ini itu asalnya karena saya mencari referensi di buku, lalu saya
lihat beberapa referensi soal dan saya tulis saja, tapi malah warna juga
mirip kayak dibuku”
P : “Baik, memang betul, waktu saya koreksi pun cuman salah
penyebutan warna bola saja, itu karena kalau cari dulu ya contoh
soalnya berarti?”
S-04 : “Iya Pak”
P : “Ohh gitu, terus yang ditanyakan di soal apa?”
S-04 : “Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga.”
P : “Lalu, coba jelaskan cara kamu memulai menjawabnya?”
S-04 : “Saya menuliskan jumlah bola dan nomornya, terus kan pengambilan
pertama itu kan bola merah… ehh ungu ada 3, yang nomornya genap
kan nomor 2, maka peluang bolanya (P(Mgenap) = 1
3, Banyak bola
warna…. Emmm…oranye ada 4, dan yang bernomor prima 11 ada 1.
Maka peluangnya (P(Hprima)) = 1
4, terus karena bolanya udah diambil
2 bola, sisa 10 bola, kan pengambilan ketiga ganjil yang tersisa yaitu
1,3,5,7,9 itu kan ada 5 sehingga peluangnya yaitu = 5
10. Terus tak
hitung semua peluangnya jadinya 1
3 𝑥
1
4 𝑥
5
10 hasilnya
1
24”
P : “Oke. Lalu ini 1
24% itu hasil presentasenya?”
S-04 : “Iya”
P : “Sebelumnya, kenapa ini dikalikan semuanya?”
S-04 : “Loh, memangnya ndak to Pak?.”
P : “gini Kana da perintah tidak dikembalikan, berarti kan ini tidak
dikembalikan di pecobaan pertama sama kedua”
122
S-04 : “Ooohh, iya Pak”
P : “Lalu, kok presentasenya 1
24%?, Kok ndak dikali dulu biar per 100?”
S-04 : “Ehehehehe, ndak tau Pak lupa…”
P : “Emmmm, Baik, udah tau ya salahnya dimana?”
S-04 : “Iya Pak”
P : “Nanti belajar lagi tentang cara menghitung presentase dari pecahan,
agar merefresh materi lagi ya?”
S-04 : “Iya Pak, siap”
P : “Kita lanjutkan ya…. Coba baca soal nomor 2”
S-04 : (membaca soal)
P : “Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-04 : “Peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan syarat
tidak memiliki hubungan saudara”
P : “Oke, kenapa yang kamu jawab tidak sesuai yang ditanyakan? Dan
yang diketahui juga tidak sesuai yang ditanyakan?”
S-04 : “awalnya saya mencari referensi untuk menjawab soal tersebut, saya
kira soal itu mirip, karena saya tidak paham”
P : “Kenapa?”
S-04 : “Karena saya ndak tau caranya mulai membuat gimana, daripada
ngarang salah, saya cari referensi aja buat kira-kira”
P : “Tapi kenapa soal dan yang kamu tulis dalam jawaban tidak sesuai?”
S-04 : “Saya kira mirip, daripada tidak saya kerjakan”
P : “Oke, banyak belajar lagi ya, karena jawaban yang kamu tulis tidak
sesuai dengan yang ditanyakan.”
S-04 : “Iya Pak. Sampai akhir berarti salah Pak?”
P : “Ya ini salah, saya koreksi ini saja saya bingung karena jawaban kamu
sama sekali tidak nyambung, hanya memang ada beberapa yang
mirip.”
S-04 : “Emmmm, Oke Pak”
P : “Baik. Kita lanjutkan ke soal terakhir, silahkan dibaca!”
S-04 : (siswa membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan dari soal tersebut?”
S-04 : “Tidak ada.”
P : “Lalu apa yang diketahui di soalnya?”
S-04 : “Jawaban peluang kejadian A adalah 1”
P : “Oke, Apa yang ditanyakan dari soal tersebut?”
S-04 : “Membuat soal peluang Pak.”
123
P : “Oke, coba jelaskan cara kamu memulai menjawabnya dan
bagaimana langkah-langkahnya?”
S-04 : “Soalnya itu kan: dua buah dadu ditempat secara bersamaan.
Tentukan peluang muncul mata dadu yang berjumlah lebih dari satu?,
kan percobaan dua buah dadu ada 36, nah mata dadu yang berjumlah
lebih dari satu kan kalo dihitung ada 36”
P : “Lalu kenapa kamu langsung menuliskan itu? Argumen itu kok tidak
ditulis”
S-04 : “Bingung aja Pak buatnya. Karena langsung aja, kan udah bener gitu
Pak.”
P : “Tapi yang kamu kerjakan tidak lengkap, walaupun jawaban kamu
benar. Kalau kamu bisa jelaskan kan bisa kamu tuliskan percobaan
dadu dalam bentuk tabel atau didaftar. Jadi yang membaca paham
alurnya.”
S-04 : “Ooooo, Iya Pak.”
P : “Lain kali perbaiki lagi, cari referensi juga perlu hati-hati, sambil
dipahami soalnya ya, agar lebih teliti lagi dalam mengerjakan, Oke?”
S-04 : “Oke Pak”
S-05 : Puput Siwi Juliana
P : Peneliti
P : “Silahkan soal nomor 1 dibaca dulu!”
S-05 : (siswa membaca soal)
P : “Yang diketahui di soal itu apa saja?”
S-05 : “3 bola berwarna ungu bernomor 1-4
5 bola berwarna orange bernomor 5-8
4 bola berwarna hitam bernomor 9-12”
P : “Ada lagi yang diketahui?”
S-05 : “Pengambilan petama bola warna ungu bernomor genap ada 1, terus
bola oranye ada 1 nomor prima 11”
P : “Loh kok oranye? Bukan hitam?”
S-05 : “Oiya hitam, ini aku salah tulis warna karena aku nyontek di buku jadi
warnanya nggak tak perhatiin”
P : “Ohh gitu, yang ditanyakan di soal?”
S-05 : “Berapa persen peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga?”
P : “Lalu, coba jelaskan cara kamu memulai menjawabnya?”
S-05 : “Ini aku ngambilnya… emm gimana ya.. gini bola berwarna merah
eeh ungu nomor genap diambil satu dan jumlahnya ada 3 maka
peluang P(Mgenap) =1
3, terus bola warna hijau, ehh. Hitam ada 4,
diambil 1 maka peluangnya P(Hprima) = 1
4, karena yang ditanyakan
yang ganjil, maka sisanya ada 5, dan sisa bola seluruhnya ada 10
124
karena udah diambil 2, terus total peluangnya dikalian semuanya = 1
3 𝑥
1
4 𝑥
5
10 hasilnya =
1
24”
P : “Udah yakin sama hasilnya?”
S-05 : “Yakin”
P : “Kenapa dikalikan semuanya?”
S-05 : “Dari contoh dibuku gitu caranya.”
P : “Kan tidak dikembalikan?”
S-05 : “Berarti kalo tidak dikembalikan tidak dihitung?”
P : “Iya, harusnya begitu”
S-05 : “Ooo,, berarti salah Pak…”
P : “Oke, berapa dengan jawaban akhirnya?”
S-05 : “Jawaban akhirnya jadi 1
24%”
P : “Kok gitu, udah diajari bikin presentase belum?”
S-05 : “Udah, tak kira langsung aja.”
P : “Ndak dikali dulu biar per 100?”
S-05 : “Ndak tau, saya pahamnya gitu Pak”
P : “Oke, udah tau ya salahnya dimana?”
S-05 : “Iya”
P : “Baik, lanjut ke soal nomor 2, silahkan dibaca soalnya!”
S-05 : (siswa memabca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal tersebut?”
S-05 : “4 peserta pria dan 3 wanita”
P : “Okay, bagaimana kamu memulai menjawab dan langkah-langkanya
seperti apa?”
S-05 : “Saya menentukan 2 peserta pria yang memiliki hubungan saudara
dengan mencari peluangnya yaitu P(Psaudara) = 2
4, lalu satu peserta
wanita memiliki hubungan saudara dengan peserta pria (P(Wsaudara)
= 1
3”
P : “Kenapa bisa 1
3?”
S-05 : “Karena satu wanita dan jumlah wanitanya 3 jadinya 1
3”
P : “Kan syaratnya cuman satu peserta wanita bersaudara dengan 2
peserta pria?”
S-05 : “Saya coba-coba aja dulu,”
P : “Oke, lanjutkan lagi langkahnya bagaimana,”
S-05 : “Jadi peluang pria yang tidak memiliki hubungan saudara wanita
P(Pbknsdr) = 4
2, lalu peluang peserta wanita yang tidak memiliki
hubungan saudara dengan pria P(Wbknsdr) = 3
2”
P : “Kok bisa ini 4
2 dan ini
3
2 ?”
S-05 : “Kan pria ada 4 dan pasangan ganda campuran ada 2 dan yang
perempuan juga gitu, wanitanya ada 3 dan yang pasangan ganda
campuran ada 2.”
P : “Kenapa bisa begitu?”
125
S-05 : “Kan coba aja dulu, soalnya aku belum tau gimana caranya.”
P : “Okay, selanjutnya gimana lagi?”
S-05 : “Lalu semuanya dikalian yiatu 2
4 𝑥
1
3 𝑥
4
2 𝑥
3
2 lalu diserderhanakan di
coret ini dan ini, jadi hasilnya 9
2”
P : “Okay, sudah yakin dengan langkah-langkahnya?”
S-05 : “Yakin.”
P : “Bagaimana dengan jawaban akhirnya? Sudah sesuai?”
S-05 : “Ndak tau, kan cuman coba-coba”
P : “Oke, baik. Kita lanjutkan ke soal berikutnya, silahkan dibaca!”
S-05 : (siswa membaca soal)
P : “Ada yang ditanyakan dari soal tersebut?”
S-05 : “Tidak ada.”
P : “Lalu apa yang diketahui di soal itu?”
S-05 : “Jawaban peluang kejadian A adalah 1”
P : “Apa yang ditanyakan dari soal tersebut?”
S-05 : “Membuat soal”
P : “Oke, coba jelaskan cara kamu memulai menjawabnya dan
bagaimana langkah-langkahnya?”
S-05 : “Kan awalnya aku belum paham, terus aku cari referensi soal di buku,
akhirnya aku buat soal itu, dua buah dadu dilempar bersama jika n(A)
=36 berapa nilai P(A)?”.
P : “n(A) itu apa?”
S-05 : “Banyak kejadian A”
P : “Lalu kok ndak ada A itu keterangannya apa? Misal jumlah dadu
adalah genap, atau jumlah kedua dadu prima, gtu ndak ada?”
S-05 : “Endak, hehehe”
P : “Okey, berarti tahu ya salahnya dimana?”
S-05 : “Iya,”
P : “Terima kasih ya atas waktunya…”
S-06 : Arco Ihsan Raditya
P : Peneliti
P : “Silakan dibaca soal nomor 1!”
S-06 : (membaca soal)
P : “Yang diketahui di soal itu apa? ”
S-06 : “3 bola berwarna ungu bernomor 1-4
5 bola berwarna orange bernomor 5-8
4 bola berwarna hitam bernomor 9-12”
P : “Kenapa tidak ditulis?”
S-06 : “Saya langsung jawab saja, karena disoal kan sudah ada.”
P : “Baik, coba jelaskan apa yang kamu tulis dan jelaskann cara kamu
menjawabnya?”
126
S-06 : “Peluang pengambilan pertama itu kan ada 3 bola warna ungu dan
diambil yang genap, itu ada satu. Jadi P(Mgenap) 1
3….”
P : “Sebentar, coba jelaskan maksud dari MGenap itu apa?”
S-06 : “Emmm, merah genap.”
P : “Kenapa merah,? Kan disoal warnanya tidak ada warna merah?”
S-06 : “hasil browsing Pak, makanya langsung saya jawab”
P : “Kalau browsing soalnya sambil diperhatikan. Kamu tadi
menyebutkan yang diketahui saja warnanya betul karena baca soal.
Tapi ini kamu kurang teliti ya?”
S-06 : “Hehehe, Iya Pak.”
P : “Baik, lanjutkan!”
S-06 : “kemudian dari pengambilan kedua bola warna hitam nomor prima,
dan itu ada satu bola nomor 11, jadi P(Hprima) = 1
4. Lalu pengambilan
ketiga kan nomornya ganjil, sisanya tinggal 5 dan bolanya sudah
diambil 2 tinggal 10 jadinya peluangnya 5
10, lalu semua peluang itu
dihitung semua 1
3 𝑥
1
4 𝑥
5
10, hasilnya peluagnya
1
24.
P : “Oke, kan tadi kamu sudah menghitung yang ditanyakan diambil 2
dan tidak dikembalikan. Kenapa akhirnya dihitung semua? Karena
kalau dikembalikan itu tidak dihitung?”
S-06 : “Oooh, saya lihat contohnya dihitung semua, jadinya ya saya hitung
semua aja.”
P : “Oke, lain kali dipahami lagi soalnya, dan contoh yang kamu lihat,
jadi tahu bedanya dan kamu bisa memilih cara yang tepat buat
menyelesaikan soal ini, gitu.”
S-06 : “Iya Pak”
P : “Oke kita lanjut soal berikutnya, silakan baca soal nomor 2!”
S-06 : (membaca soal)
P : “Oke, apa yang diketahui di soal?”
S-06 : “4 peserta pria, 3 peserta wanita”
P : “Oke, kenapa ndak ditulis?”
S-06 : “Saya langsung buat pasangan aja, karena melogikakan saja. Jadi kan
yang tidak memiliki hubungan saudara tidak saya tulis, lalu hasilnya
ada 10.”
P : “Oke, kan hasilnya 10, hla untuk rumus dan caranya gimana? Kan
jawabanmu betul yang ditanyakan, tapi cara menyelesaikan soalnya
ada caranya?”
S-06 : “Ndak tau. Pak. Karena kan saya juga belum paham untuk prosesnya.
Tapi yang ditanyain bener ini ya Pak?”
P : “Betul, cuman ini masih ada proses selanjutnya. Makanya kenapa kalu
menuli soal, yang diketahui perlu ditulis, supaya kamu betul-betul
paham sama soalnya, kalu begini kan akhirnya kurang lengkap dan
kamu ndak tau ini udah selesai apa belum.”
S-06 : “Terus yang betul gimana Pak?”
127
P : “Kan tadi yang diketahui sudah tau ya, terus ini memang betul
pasangan yang terjadi tanpa hubungan saudara. Nah yang tidak kamu
tulis itu, yang memiliki hubungan saudara, itu ada 2 pasangan, jadi
total seluruhnya ada 12. Setelah itu dimasukkan rumusnya. Misalkan
B ini pasangan ganda campuran yang tidak memiliki hubungan
saudara, jadi rumusnya P(B) atau peluang dengan B adalah pasangan
yang memiliki hubungan saudara. P(B) = 𝑛(𝐵)
𝑛(𝑆). Nah n(B) itu kan yang
dicari kamu tadi hasilnya 10. Lalu n(S) nya kan totalnya ada 12.
Jadinya kan10
12. Nah ini hasil peluangnya.”
S-06 : “Ooohhhh, Yayaya paham Pak.”
P : “Baik. Pahami lagi ya nanti materinya. Biar lebih paham konsepnya”
S-06 : “Baik Pak”
P : “Oke, lanjut ke soal terakhir. Dibaca dulu ya!”
S-06 : “Ya Pak” (siswa membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-06 : “Peluang kejadian A adalah 1”
P : “Baik, apa yang ditanyakan?”
S-06 : “Membuat soal.”
P : “Baik, sekarang coba jelaskan cara kamu memulai menjawab dan
langkah kamu menyelesaikannya?”
S-06 : “Soal yang saya buat itu: Arco akan melempar 2 buah dadu sebanyak
6x. peluang kejadian munculnya mata dadu sama adalah?. Kemudian
penyelesaiannya, kan mata dadu sama ada 6 {(1,1), (2,2), (3,3) , (4,4),
(5,5), (6,6)}, jadi jumlahnya ada 6, maka peluangnya 6
36
disederhanakan menjadi 1
6. Kemudian p(k) = p(a) x n =…..”
P : “Bentar. Ini rumus apa ya?”
S-06 : “Eeemmmm…. Bentar Pak. Ini itu…. rumus frekuensi harapan Pak,”
P : “Loh, kan yang ditanyakan peluang kejadian hasilnya 1, jika
pertanyaan yang kamu buat itu cara penyelesaiannya lain lagi dan
hasilnya lain lagi. Jadi cara yang kamu gunakan kurang tepat.”
S-06 : “Baik, Pak”
P : “Pahami lagi soalnya, dan banyak belajar contoh ya…”
S-07 : Chantika Dewi Puspa
P : Peneliti
P : “Silahkan dibaca soalnya nomor 1!”
S-07 : (membaca soal)
P : “ Apa yang diketahui di soal?”
S-07 : “3 bola ungu 1-3, 5 bola oranye 5-9, dan 4 bola hitam 10-12 dan
jumlah bola semua ada 12.
P : “Oke, apa yang ditanyakan disoal?”
128
S-07 : “presentase peluang terambilnya bola bernomor ganjil pada
pengambilan ketiga”
P : “Sekarang, jelaskan cara kamu memulai dan langkah-langkah kamu
mengerjakannya?”
S-07 : “percobaan pertama kan bola ungu ada 3 yang bernomor genap nomor
2, ada 1 bola. Maka peluangnya = P(UGenap) = 1
3, terus pecobaan 2
bola hitam ada 4 yang bernomor prima nomor 11, itu juga ada 1, maka
peluangnya = P(HPrima) = 1
4, kan tadi sudah diambil dua, jadi bolanya
sisanya 10 bola. Yang ditanyakan kan bola bernomor ganjul sisa
nomornya 1,3,5,7,9 ada 5 bola, jadi peluang ketiga ini 5
10. Setelah itu
saya hitung total peluang tadi = 1
3 𝑥
1
4 𝑥
5
10 =
1
24. Nah pertanyaannya
kan persentase. Jadinya hasil 1
24 𝑥 100 = 12,5% itu hasilnya”
P : “Kenapa dihitung semua?, padahal percobaan ketiga kamu betul.
Dalam soal kan bolanya dikembalikan. Dan itu tidak dihitung.”
S-07 : “Nggak tau Pak. Karena contoh dari internet begitu Pak.”
P : “Oke, besok-besok lagi pahami lagi, karena beda kalimat beda cara
penyelesaian soal.”
S-07 : “Iya Pak”
P : “Baik, kita lanjutkan, silahkan baca soal nomor 2!”
S-07 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-07 : “Ada 4 pria saya beri nomor 1,2,3,4 dan 3 wanita saya beri nomor
1,2,3”
P : “Lalu apa yang ditanyakan?
S-07 : “Peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan syarat
tidak memiliki hubungan saudara.”
P : “Ini kenapa kok dilingkari?”
S-07 : “karena sebagai penanda kalau dia bersaudara”
P : “Oke, lalu ini yang kamu hubungkan itu apa?”
S-07 : “Ini itu saya perjelas yang menjadi pasangan ganda campuran yang
mungkin untuk peluangnya”
P : “Oke, kenapa jawabannya kok langsung 10?”
S-07 : “kan yang mungkin ada 10 Pak”
P : “Iya, kan peluang ada cara mengerjakannya? Dan 10 itu kan yang
ditanyakan, lalu jumlah seluruh pesertanya berapa?”
S-07 : “emmmm, berarti semuanya dihitung Pak? Termasuk yang
bersaudara juga?”
P : “Iya, jadinya berapa?”
S-07 : “kan tadi yang dilingkari jadi 2 terus yang ini ada 10, jadi totalnya 12
Pak”
P : “Betul, itu tahu? Kenapa tidak ditulis? Kenapa langung dijawab 10?”
S-07 : “Hehe, iya Pak, karena saya kemarin buru-buru, dan saya kira itu
jawaban peluangnya.”
129
P : “Pahami lagi ya… lebih teliti supaya tau cara menyelesaikannya.
Baik, lanjutkan ke soal ketiga, silakan dibaca!”
S-07 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui dari soal itu?”
S-07 : “peluang kejadian A adalah 1”
P : “Baik, lalu apa yang ditanyakan?”
S-07 : “Membuat soal, Pak”
P : “Oke, coba jelaskan cara kamu mulai menjawab dan langkah-
langkahnya?”
S-07 : “Saya membuat pertanyaan: peluang kejadian mata dadu yang sama
jika dilempar bersamaan…..”
P : “Tunggu, Apakah ini termasuk soal?”
S-07 : “Emmm, bukan deng Pak, ini itu sebetulnya jawabannya, soalnya
belum.”
P : “Oke. Dalam jawaban kamu ada “Fh” ini apa?”
S-07 : “Itu frekuensi harapan Pak”
P : “Oke, pertanyaannya kan tentang peluang kejadian A adalah 1, tetapi
di hasil jawaban ini kamu menuliskan: jadi dilempar sebanyak 6 kali,
itu nanti kalau dibuat soal hasilnya lain. Jadi jawabannya masih
kurang tepat.”
S-07 : “berarti frekuensi harapan dan peluang kejadian itu beda Pak”
P : “berbeda, karena yang kamu kerjakan ini tentang peluang teoritik, dan
frekuensi harapan itu ada di peluang empirik.”
S-07 : “Ohh,… nggak tau soalnya. Oke Pak, paham-paham”
P : “Belajar lagi ya, banyak berlatih”
S-07 : “Oke Pak”
S-08 : Shella Wahyu Riandini
P : Peneliti
P : “Baik, kita mulai ya, silahkan baca soal nomor 1!”
S-08 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui soal?”
S-08 : “3 bola warna ungu diberi nomor 1,2,3. 5 bola warna oranye diberi
nomor 4,5,6,7,8, dan bola warna hitam diberi nomor 9,10,11,12”
P : “Baik, lalu apa yang ditanyakan disoal?”
S-08 : “Persentase peluang terambilnya bola bernomor ganjil pda
pengambilan ketiga?”
P : “Oke, lalu coba jelaskan cara kamu memulai mengerjakan dan
langkah-langkah kamu mengerjakannya?”
S-08 : “pengambilan pertama, angka genap pada bola ungu adalah 2 ada 1
bola, maka peluang terambil bola ungu bernomor genap adalah 1
3.
Terus pengambilan kedua angka prima pada bola oranye adalah 11.
Ada 1 bola. Peluang bola warna oranye bernomor prima adalah 1
4.
130
Karena sudah diambil 2bola, maka sisanya 10 bola. Dan nomor ganjil
tersisa yaitu 1,3,5,7,9 ada 5. Sehingga peluangnya 5
10.
P : “Tunggu, kan pengambilan kedua warna hitam, kenapa oranye?”
S-08 : “Ohh, Ehh, iya deng. Salah ini Pak?”
P : “Ya, pertama kesalahan kamu salah penyebutan warna. Tapi
angkanya betul. Kedua, kan kalau dikembalikan itu tidak dihitung.
Jadi proses kamu tidak tepat untuk menyelesaikan soal. Dan terakhir
presentase kok bisa dihitung seperti ini?”
S-08 : “Kan presentase tinggal dikasih persen Pak? Memangnya gimana
caranya?”
P : “Kan persentase itu bisa dikali 100% atau dikali 100
100. Pernah dengar?”
S-08 : “Ya kayaknya pernah diajari, lupa Pak, hehe.”
P : “Eeemm… lain kali diperhatikan lagi ya soalnya dan cara menghitung
persentase yang tepat.”
S-08 : “Iya Pak”
P : “Oke, lanjutkan soal nomor 2, silakan dibaca!”
S-08 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui disoal?”
S-08 : “3 wanita dan 4 pria”
P : “Ada lagi?”
S-08 : “salah satu wanita bersaudara dengan dua pria. Itu termasuk ndak
Pak?”
P : “Oke, bisa, tapi tidak kamu tulis ya?”
S-08 : “Iya Pak hehe”
P : “Oke, sekarang jelaskan cara kamu mulai mengerjakan dan langkah-
langkahnya?”
S-08 : “Emm, kalau rumus saya ndak tahu Pak, ini saya kerjakan karena
logika aja buat prosesnya, kan ini garis warna merah ini menunjukkan
yang bersaudara, dan tidak dihitung. Nah yang tidak bersaudara ada
10, jadi peluangnya 10
12 Pak”
P : “Hasilnya betul, tapi rumus atau caranya ndak pake ya? Apa karena
ndak paham soalnya atau materinya?”
S-08 : “Saya bingung memasukkan rumus di soal ini, jadi saya logikakan
saja Pak.”
P : “Oke, kita lanjut kagi ya soal berikutnya. Silakan dibaca dulu soalnya
nomor 3!”
S-08 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui?”
S-08 : “Ndak tau Pak, saya sama soalnya ndak paham”
P : “Lalu apa yang kamu tulis?”
S-08 : “Menulis aja tentang peluang kejadian, saya aja nulis itu karena hasil
browsing dan tentang peluang kejadian 1 kayak disoal, hasilnya itu,
ya saya tulis aja”
P : “Ooohh, berarti kamu ndak paham sama soalnya ya?”
S-08 : “Ya, bingung aja, ndak tahu apa yang harus dibuat.”
131
P : “Oke, tambah latihan lagi ya, semoga lebih paham, dan semangat
terus. Terima kasih ya waktunya.”
S-09 : Hanif Ainurrizqi
P : Peneliti
P : “Kita mulai ya, silahkan dibaca soalnya nomor 1!”
S-09 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui disoal?”
S-09 : Bola ungu ada 3 nomornya 1,2,3. Bola oranye ada 5 nomornya
4,5,6,7,8,. Bola hitam ada 4 nomornya 9,10,11,12”
P : “Oke, apa yang ditanya dalam soal?”
S-09 : “Peluang terambilnya bola ganjil pada pengambilan ke-3?”
P : “Baik, coba jelaskan bagaimana cara kamu mulai menjawab dan coba
jelaskan langkah kamu untuk memulai menjawabnya?”
S-09 : “Saya menghitung peluang masing-masing peluang. Peluang untuk
bola ungu genap yaitu bola nomor 2, peluang bola hitam prima yaitu
bola nomor 11, lalu kan yang ditanya peluang ketiga kan bola
bernomor ganjil yaitu 1,3,5,7,9, karena tidak dikembalikan kan
bolanya sudah diambil dua tinggal 10. Peluang nya jadi 5
10, terus
dihitung presentasenya kan per 100 jadi saya kalian 1
10 jadi
presentasenya 5%”
P : “Oke, kok bisa 5%, apakah mencari presentase itu seperti itu?”
S-09 : “Ya seingat saya itu, kan persen itu kan per 100”
P : “Iya per 100, tapi kan persen itu kan 100% atau 100
100 karena persen ini
per 100.”
S-09 : “Ooohh. Berarti ini harusnya dikali 10
10 pak? ”
P : “Ya seperti itu bisa. Agar sepadan. Kalau 5% kan 5
100 bukan
5
10, ndak
sama kan?”
S-09 : “Iya, ndak sama”
P : “Oke, paham ya? Lain kali lebih teliti dalam menyelesaikan. Dan
pahami lagi cara menentukan presentase yang tepat. Oke?”
S-09 : “Iya Pak, paham, siap”
P : “Kita lanjutkan ke nomor 2, silahkan dibaca soalnya!”
S-09 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-09 : “4 peserta pria dan 3 peserta wanita”
P : “Lalu apa yang ditanyakan soal?”
S-09 : “Peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan syarat
tidak memiliki hubungan saudara?”
132
P : “Oke, Terus bagaimana kamu mulai mengerjakan dan langkah
penyelesaiannya?”
S-09 : “pertama saya membuat pasangan dengan garis-garis dihubungkan
dengan yang berpasangan. Lalu ini saya beri centang untuk
menandakan yang bersaudara. Nah, total pasangan semua ada 12. Nah
yang bersaudara ada 3. Maka total peluangnya itu 12
12 dikurangi
bersaudara 3
12 nah hasilnya
9
12 itu hasil peluangnya.”
P : “Bentar, kok bersaudara bisa 3? Kan kalau dihubungkan kan jadi 2?”
S-09 : “Hla ini centang 3, jadi ada 3”
P : “Iya bentul, tapi coba deh dilihat lagi, kan kalau pasangan kan kan
jadinya dua, coba deh dulu, coba”
S-09 : “Eemmmm,, …. Iya Pak, hehe, betul jadinya 2 pasang”
P : “Nah, kan, jadinya harusnya dikurangi 2. Jadi hasilnya jadi 10
12, iya
kan?”
S-09 : “Iya Pak betul.”
P : “Oke, lain kali, pahami, teliti dalam menghitung. Agar tepat dalam
menyelesaikan soal.”
S-09 : “Iya Pak”
P : “Oke, kita lanjut ke soal terakhir, silahkan dibaca!”
S-09 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-09 : “Peluang kejadian A adalah 1”
P : “Apa yang ditanyakan?”
S-09 : “membuat soal?”
P : “Iya, betul, terus kenapa tidak dijawab?”
S-09 : “Saya ndak tau soal seperti apa, karena saya belum paham tentang ini”
P : “Kenapa?”
S-09 : “Ya karena saya ndak nemu, yaudah, saya kumpulin aja, karena saya
belum paham.”
P : “Oke. Banyak referensi ya biar lebih paham lagi”
S-09 : “Iya Pak”
S-10 : Medina Nuur Azziza
P : Peneliti
P : “Oke, karena soal nomor 1 sudah betul, maka saya akan menanyakan
soal nomor 2 dan 3 yang jawabannya masih belum tepat”
S-10 : “Iya Pak”
P : “Silakan dibaca soalnya nomor 2”
S-10 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-10 : “ada 4 peserta pria dan 3 peserta wanita”
P : “Oke, lalu apa yang ditanyakan di soal?”
133
S-10 : “Tentukan peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan
syarat tidak bersaudara?”
P : “Lalu coba jelaskan cara kamu mulai mengerjakan dan langkah-
langkah kamu mengerjakan bagaimana?”
S-10 : “karena salah satu wanita bersaudara dengan 2 peserta pria, tersisa 2
pria dan 2 wanita jadi total 4 peserta. Terus rumus peluangnya 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆) =
4
7. Jadi peluang syarat tidak memiliki hubungan saudara
4
7.”
P : “Oke, lalu kamu tidak memasangkan mereka? Atau kenapa bisa
dikurangi?”
S-10 : “Asalnya karena aku ndak paham, karena saya ndak tahu cara
menentukan untuk yang mana yang bersaudara dan yang mana bukan.
Makanya ini ngarang aja, Pak.”
P : “Oke. Berarti belum paham sama soalnya ya berarti?”
S-10 : “Iya Pak”
P : “Oke, kita lanjutkan ke soal berikutnya. Coba baca soal nomor 3!”
S-10 : (membaca soal)
P : “Oke, Apa yang ditanyakan dalam soal?”
S-10 : “Buatlah suatu soal tentang eksperimen dua buah dadu yang
jawabannya adalah peluang kejadian A adalah 1”
P : “Oke, jelaskan cara kamu memulai menjawab nya?”
S-10 : “Saya membuat soal ini browsing dulu. Lalu di situs brainly muncul
ini. Karena soalnya mirip saya tulis saja.”
P : “Oke, tapi kan ini hasilnya beda? Kan jawaban yang diminta peluang
kejadian A = 1?”
S-10 : “Ya memang saya belum paham sama konsep secara keseluruhan,
sama seperti nomor 2 tadi Pak. Jadi saya nggak paham banget sama
konsep peluang Pak”
P : “Berarti ini hanya menyalin dari situs itu?”
S-10 : “Iya Pak”
P : “Emmmm…., Oke, besok-besok banyak mencari referensi supaya
lebih paham lagi. Tanya saya buat belajar juga ndakpapa. Hehe…”
S-11 : Aurilya Ekawati
P : Peneliti
P : “Ini karena nomor 1 jawabannya sudah benar. Maka saya akan
menanyakan di soal nomor 2 dan 3 ya?”
S-11 : “Iya Pak”
P : “Oke, silakan baca soalnya nomor 2!”
S-11 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-11 : “4 pria dan 3 wanita”
P : “Lalu apa yang ditanyakan di soal?”
134
S-11 : “Peluang pasangan ganda campuran yang terbentuk dengan syarat
tidak memiliki hubungan saudara”
P : “Oke, coba jelaskan bagaimana cara kamu memulai menjawab dan
langkah-langkah kamu menyelesaikan soal?”
S-11 : “Ini saya mulai mengerjakannya, saya lingkari yang mereka
bersaudara. Dan saya buat garis pasangan, yang saya lingkari tidak
saya buat pasangan, dan hasilnya da 10 pasangan. Makanya hasilnya
peluang 10 pasangan.”
P : “Terus, jumlah seluruh kemungkinan berapa? Karena kan ada konsep
peluang, ada 𝑛(𝐴)
𝑛(𝑆). Kan 10 itu masih n(A). nah n(S) nya belum dicari.
Kok langsung ketemu jawaban?”
S-11 : “Oalah, tak kira peluangnya cuman yang mungkin aja, yang tidak
masuk tidak dihitung.”
P : “Ya tetap dihitung semua. Karena kan masih termasuk dalam konsep
peluangnya. Lain kali teliti lagi dan pahami betul-betul ya.”
S-11 : “Iya Pak”
P : “Oke, lanjut. Silakan baca soal nomor 3!”
S-11 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-11 : “Membuat soal”
P : “Oke, Lalu coba jelaskan cara kamu mulai menjawab dan langkah-
langkahnya bagaimana?”
S-11 : “Pertama saya membuat soal, soalnya yaitu Agus akan melempar 2
buah dadu sebanyak 6 kali. Peluang kejadian munculnya mata dadu
sama adalah?. Kemuda alasannya karena peluang kejadian mata dadu
dilempar 2 dadu bersamaan dan P(k) harus 1 maka yang sama kan ada
6, jadi n(a) = 6. P(a) = 6
36. =
1
6 . 𝑃(𝑘) = 𝑃(𝑎)𝑥 𝑛. ..”
P : “Emm, tunggu P(k) itu apa?”
S-11 : “Kemarin taunya frekuensi harapan. Bener nggak Pak?”
P : “Oke, iya betul. Tapi penyelesaian soal yang kamu buat hasilnya tidak
seperti itu. Karena hasilnya bukan peluang kejadian A adalah 1. Tapi
kamu paham dengan soalnya?”
S-11 : “Ya karena ini saya browsing saja. Jadinya saya merasa ini masuk
akal. Lalu saya kerjakan.”
P : “Oke. Lain kali pahami lagi ya. Agar bisa membedakan dan mencari
solusi yang tepat.”
S-11 : ‘Iya Pak. Siap. Terima kasih”
S-12 : Keisza Nayla Larasati
P : Peneliti
135
P : “Kita mulai ya. Ini karena jawaban kamu nomor 1 dan 2 sudah tepat.
Maka saya akan mewawancarai jawaban nomor 3 yang jawabannya
masih butuh penjelasan.”
S-12 : “Oke Pak”
P : “Oke, silakan dibaca soalnya!”
S-12 : (membaca soal)
P : “Apa yang diketahui di soal?”
S-12 : “Peluang kejadian A adalah 1”
P : “Lalu apa yang ditanyakan di soal?”
S-12 : “Membuat soal Pak”
P : “Oke. Coba jelaskan bagaimana kamu mulai menjawab dan langkah-
langkahnya?”
S-12 : “Saya membuat soal: dua buah dadu, dilempar secara bersamaan.
Tentukan peluang muncul mata dadu yang berjumlah kurang dari 37!,
maka hasilnya 36, jadi P =36
36 = 1.”
P : “Oke, Alasan apa? Karena mata dadu itu cuman sampai angka 6.
Kalau 37 itu apa? Hasil percobaan kah?”
S-12 : “Iya, jumlah percobaan kan tabelnya ada 36”
P : “Oke, kenapa tidak ditulis alasannya?”
S-12 : “Ya dalam soal itu sudah ada keterangannya.”
P : “Iya kan yang paham cuman kamu, karena kamu jawabnya kurang
lengkap dikalimat soalnya.”
S-12 : “Iya Pak”
P : “Oke, lain kali perhatikan kalimatnya ya dalam membuat soal. Agar
tidak bermakna lain. Oke?”
S-12 : “Oke Pak”
136
Lampiran 8.
137
Lampiran 9.
138
Lampiran 10.
139
Lampiran 11.
140
Lampiran 12.
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Peneliti menemui guru mapel matematika
141
3. Wawancara dengan S-01
4. Wawancara dengan S-02
5. Wawancara dengan S-03
142
6. Wawancara dengan S-04
7. Wawancara dengan S-05
8. Wawancara dengan S-06
143
9. Wawancara dengan S-07
10. Wawancara dengan S-08
11. Wawancara dengan S-09
144
12. Wawancara dengan S-10
13. Wawancara dengan S-11
14. Wawancara dengan S-12
145
Lampiran 13
146
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mukhammad Rif’an Alwi
Tempat, Tanggal lahir : Kab. Semarang, 29 Januari 1998
Alamat : Baran Jurang 2/6, Baran, Ambarawa, Kab. Semarang
No. HP : 089694655988
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
MI Baran, Ambarawa, Semarang lulus tahun 2010
SMP Negeri 1 Ambarawa, Semarang lulus tahun 2013
SMK Negeri 2 Salatiga, Salatiga lulus tahun 2016