analisis keterpaduan jaringan sungai dan sistem drainase

6
169 Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase Sebagai Solusi Banjir Kota Cimahi Ariani Budi Safarina, Ramli Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Sudirman, Cimahi [email protected], [email protected] AbstrakBencana banjir kota Cimahi dalam penelitian ini dianalisis dengan mensinergikan wilayah sungai dan wilayah perkotaan. Debit maksimum sungai Cimahi di ruas kota Cimahi sebesar 556 m3/s merupakan kapasitas yang cukup besar untuk menampung debit rencana dengan periode ulang 25 tahun sebesar 165 m3/s dan debit drainase kota Cimahi sebesar 0.37 m3/s.. Solusi banjir kota Cimahi dilakukan dengan membuat lima zona drainase sebagai upaya distribusi aliran drainase secara merata ke lima sungai utama di kota Cimahi yaitu sungai Cimahi, sungai Cibaligo, sungai Cibeureum, sungai Cisangkan dan sungai Cibangkok. Pengelolaan drainase dapat lebih optimal dengan koordinasi lima lembaga terkait dalam masalah banjir kota Cimahi yaitu pemerintah Kota Cimahi, pemerintah Kabupaten Bandung Barat, pemerintah Kabupaten Bandung, pemerintah Provinsi jawa Barat dan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. Kata kuncidebit banjir; debit drainase;debit maksimum;wilayah sungai; zona drainase I. PENDAHULUAN Banjir di ruas jalan utama Cimahi seringkali terjadi terutama pada saat puncak total rainfall sekitar bulan Desember hingga Pebruari. Pada 19 Desember 2013 Kelurahan Cigugur terkena dampak banjir dari luapan air yang menggenangi jalan Amir Machmud. Tinggi genangan mencapai 50 cm sehingga tidak ada kendaraan yang dapat melintas jalan propinsi tersebut Demikian juga banjir jalan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi karena luapan sungai Cibaligo yang berdampak terputusnya akses ke kota Bandung karena jalan sepanjang 500 m tergenang air setinggi 1 m [1]. Kejadian banjir juga melanda Kampung Gombong Marga Mulya Kecamatan Cimahi Tengah pada 21 Januari 2014 yang disebabkan oleh meluapnya kali Cimahi di daerah Pemkot Cimahi yang juga dipicu oleh adanya balai Perikanan. Tinggi genangan mencapai 1 m hingga 1,5 m . Jalan Cibabat di bawah jalan penyebrangan juga merupakan kawasan yang sering terjadi banjir walaupun durasi hujan kurang dari 1 jam. Akibatnya sejumlah jalan protokol kota Cimahi berubah menjadi selokan besar dengan ketinggian genangan mencapai 1 m [2] Daerah aliran sungai (DAS) Cimahi dengan sungai utamanya Sungai Cimahi, membentang sepanjang Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan kabupaten Bandung Barat. Ketiga wilayah padat pemukiman ini membutuhkan perencanaan tata ruang yang baik untuk dapat menjadi wilayah yang bebas bencana terutama bencana banjir. Kota Cimahi terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan dengan luas wilayah 40,25 km 2 . Secara geografis, wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara 1.040 meter dpl yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar 685 m dpl yang mengarah ke Sungai Citarum [3]. Bencana banjir kota Cimahi selain berasal dari meluapnya muka air sungai juga berasal dari aliran lahan (overland flow) yang tidak tertampung dengan baik oleh sistem drainase sehingga menimbulkan genangan di beberapa titik antara lain jalan raya, pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Perbedaan batas wilayah sungai dan batas wilayah perkotaan adalah salah satu pemicu utama yang menjadi kendala dalam membuat solusi yang terpadu. Dengan direncanakan desain penanggulangan yang mengintegrasikan wilayah sungai dan wilayah regional baik dalam desain engineering maupun dalam pola koordinasi antar lembaga terkait, dapat menjadi solusi yang signifikan untuk menanggulangi banjir kota Cimahi [4]. Tujuan penelitian ini adalah membuat desain terpadu penanggulangan banjir kota Cimahi yang

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

169

Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan

Sistem Drainase Sebagai Solusi Banjir Kota

Cimahi

Ariani Budi Safarina, Ramli

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Universitas Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Sudirman, Cimahi

[email protected], [email protected]

Abstrak—Bencana banjir kota Cimahi dalam

penelitian ini dianalisis dengan mensinergikan

wilayah sungai dan wilayah perkotaan. Debit

maksimum sungai Cimahi di ruas kota Cimahi

sebesar 556 m3/s merupakan kapasitas yang cukup

besar untuk menampung debit rencana dengan

periode ulang 25 tahun sebesar 165 m3/s dan debit

drainase kota Cimahi sebesar 0.37 m3/s.. Solusi

banjir kota Cimahi dilakukan dengan membuat

lima zona drainase sebagai upaya distribusi aliran

drainase secara merata ke lima sungai utama di

kota Cimahi yaitu sungai Cimahi, sungai Cibaligo,

sungai Cibeureum, sungai Cisangkan dan sungai

Cibangkok. Pengelolaan drainase dapat lebih

optimal dengan koordinasi lima lembaga terkait

dalam masalah banjir kota Cimahi yaitu

pemerintah Kota Cimahi, pemerintah Kabupaten

Bandung Barat, pemerintah Kabupaten Bandung,

pemerintah Provinsi jawa Barat dan Balai Besar

Wilayah Sungai Citarum.

Kata kunci— debit banjir; debit drainase;debit

maksimum;wilayah sungai; zona drainase

I. PENDAHULUAN

Banjir di ruas jalan utama Cimahi seringkali terjadi terutama pada saat puncak total rainfall sekitar bulan Desember hingga Pebruari. Pada 19 Desember 2013 Kelurahan Cigugur terkena dampak banjir dari luapan air yang menggenangi jalan Amir Machmud. Tinggi genangan mencapai 50 cm sehingga tidak ada kendaraan yang dapat melintas jalan propinsi tersebut Demikian juga banjir jalan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi karena luapan sungai Cibaligo yang berdampak terputusnya akses ke kota Bandung karena jalan sepanjang 500 m tergenang air setinggi 1 m [1].

Kejadian banjir juga melanda Kampung Gombong Marga Mulya Kecamatan Cimahi Tengah pada 21 Januari 2014 yang disebabkan oleh meluapnya kali Cimahi di daerah Pemkot Cimahi yang juga dipicu oleh adanya balai Perikanan. Tinggi genangan mencapai 1 m hingga 1,5 m . Jalan Cibabat di bawah jalan

penyebrangan juga merupakan kawasan yang sering terjadi banjir walaupun durasi hujan kurang dari 1 jam. Akibatnya sejumlah jalan protokol kota Cimahi berubah menjadi selokan besar dengan ketinggian genangan mencapai 1 m [2]

Daerah aliran sungai (DAS) Cimahi dengan sungai utamanya Sungai Cimahi, membentang sepanjang Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan kabupaten Bandung Barat. Ketiga wilayah padat pemukiman ini membutuhkan perencanaan tata ruang yang baik untuk dapat menjadi wilayah yang bebas bencana terutama bencana banjir. Kota Cimahi terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan dengan luas wilayah 40,25 km2. Secara geografis, wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara 1.040 meter dpl yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar 685 m dpl yang mengarah ke Sungai Citarum [3].

Bencana banjir kota Cimahi selain berasal dari meluapnya muka air sungai juga berasal dari aliran lahan (overland flow) yang tidak tertampung dengan baik oleh sistem drainase sehingga menimbulkan genangan di beberapa titik antara lain jalan raya, pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Perbedaan batas wilayah sungai dan batas wilayah perkotaan adalah salah satu pemicu utama yang menjadi kendala dalam membuat solusi yang terpadu. Dengan direncanakan desain penanggulangan yang mengintegrasikan wilayah sungai dan wilayah regional baik dalam desain engineering maupun dalam pola koordinasi antar lembaga terkait, dapat menjadi solusi yang signifikan untuk menanggulangi banjir kota Cimahi [4].

Tujuan penelitian ini adalah membuat desain terpadu penanggulangan banjir kota Cimahi yang

Page 2: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

170

mengintegrasikan batas wilayah sungai dan batas regional perkotaan.

II. METODE

A. Metode Analisis Hidrograf dan Batas

Wilayah

Pada penelitian ini untuk menghitung debit banjir digunakan analisis hidrograf satuan yaitu dengan perkalian konvolusi ordinat hidrograf satuan kali Cimahi dan curah hujan efektif.

Analisis hidrograf adalah metode estimasi aliran sungai yang merupakan sebuah model matematik dari rainfall (curah hujan) dan runoff (limpasan). Suatu hidrograf merupakan sebuah grafik yang merepresentasikan debit sungai terhadap waktu. Hidrograf aliran merupakan hasil dari proses limpasan (runoff) yang terdiri dari aliran lahan (overland), interflow dan aliran dasar (baseflow) yang dihasilkan dari curah hujan [5]

Hidrograf satuan adalah hidrograf untuk nilai ordinat tiap 1 mm hujan efektif. Hidrograf satuan sintetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrograf satuan untuk DAS tak terukur. Metode sintetik untuk menghitung hidrograf satuan DAS Cimahi adalah metode Nakayasu, karena DAS Cimahi memenuhi criteria DAS yang sesuai dengan metode Nakayasu (ariani, ijera). Persamaan metode Nakayasu adalah sebagai berikut [6]

)3,0(6,3 3,0TT

CARQ

p

op

(1)

Dimana,

Qp = debit puncak (m3/s)

A = luas DAS(km2)

Ro = hujan satuan (mm)

Tp = waktu dari awal hujan hingga

terjadinya debit puncak (jam)

T0,3=waktu yang diburtuhkan untuk

penurunan debit dimulai sejak terjadinya

debit puncak (jam)

C = koefisien debit terkalibrasi = 0.9

Tp = tg + 0,8 tr

tr = 0,5 tg

tg = 0,4 + 0,058L

T0,3 =0.5 tg

Gambar 1. Hidrograf Satuan Nakayasu

Curah hujan efektif dihitung berdasarkan curah hujan harian maksimum 24 jam stasiun Dago Pakar dengan periode ulang 25 tahun.

Metode yang digunakan untuk analisis wilayah yaitu dengan menggunakan peta berbasis SIG untuk menentukan batas wilayah sungai dan batas wilayah kota. Dari batas wilayah sungai didapatkan debit banjir dan dari batas wilayah kota didapatkan debit aliran lahan. Kedua aliran ini didesain sebagai beban yang diterima oleh kali Cimahi dan kali besar lainnya di kota Cimahi.

Debit banjir sungai Cimahi bagian tengah didapat dengan perkalian konvolusi sebagai berikut [7]:

mn

m

mnmUPQn1

1 (2)

Dimana Q adalah hidrograf limpasan langsung, P curah hujan efektif dan U adalah ordinat hidrograf satuan. Dengan menambahkan Qbaseflow sungai Cimahi bagian tengah sebesar 0.79 m3/s [8], maka dapat diketahui debit sungai Cimahi bagian tengah dengan periode ulang 25 tahun.

Curah hujan yang turun di lahan dapat diintersepsi oleh tanaman , menjadi aliran lahan di atas permukaan tanah, terinfiltrasi ke dalam tanah, mengalir melaluimtanah sebagai aliran subsurface, dan menjadi debit di sungai sebagai limpasan permukaan [7]. Menurut Chow, kedalaman aliran lahan ditentukan dengan persamaan sebagai berikut,

3/1

0

2

0 ]8

[gS

fqy

(3)

Dimana f = CL/Re dan CL=96+108i0.4 dan Re = 4qo/ν

B. Tahap Pekerjaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut:

1. Menentukan batas wilayah sungai dan batas wilayah perkotaan

Lengkung Naik Lengkung Turun

Qp

tr

0.8trtg

0.3Qp0.32Qp

Tp T0.3 1.5T0.3

Q

t

Page 3: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

171

2. Menentukan debit banjir kali Cimahi yang direpresentasikan oleh debit kali Cimahi di ruas kantor Pemerintah Kota Cimahi pada koordinat 06o52’16,54” LS dan 107o33’08.88” BT

3. Menentukan debit aliran lahan kota Cimahi dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum 24 jam stasiun Dago Pakar selama 12 tahun.

4. Mendesain pola distribusi aliran lahan ke sungai Cimahi, sungai Cibaligo,sungai Cibeureum, sungai Cisangkan dan sungai Cibangkok.

5. Membuat pola koordinasi antara Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Pemerintah Kota Cimahi, pemerintah kabupaten Bandung dan pemerintah kabupaten Bandung Barat.

III. HASIL DAN DISKUSI

Hasil penelitian terdiri dari peta dan hasil perhitungan yang akan digunakan untuk desain. Peta yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta DAS Cimahi, peta Kota Cimahi dan jaringan sungai dan peta tataguna lahan kota Cimahi.

Hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hidrograf satuan, curah hujan rencana, debit banjir rencana, koefisien pengaliran dan debit aliran lahan kota Cimahi. Dari hasil peta dan perhitungan dibuat desain distribusi aliran lahan ke sungai dan desain pola koordinasi lembaga terkait dalam penanggulangan banjir.

A. Peta DAS, Peta Kota dan Peta Tataguna

Lahan

Peta DAS Cimahi yang digunakan adalah peta berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) DAS Citarum dengan skala dasar 1:25000 yang telah diedit dan didigitasi ulang berdasarkan kebutuhan penelitian.

Peta DAS Cimahi

Dari peta DAS Cimahi diukur karakteristik DAS yaitu luas DAS Cimahi 72.7 km2, panjang sungai utama 30.6 km, kemiringan rata rata 17.84% dan keliling DAS 66 km.

Peta Kota Cimahi dibuat dengan mengedit peta dasar DAS Citarum berbasis SIG skala dasar 1:25000. Layer yang ditambahkan adalah batas kota Cimahi dan desa/kelurahan yang terdapat di kota Cimahi.

Peta Kota Cimahi

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa sungai sungai besar yang melalui kota Cimahi adalah sungai Cimahi, sungai Cibaligo dan sungai Cibeureum.

Batas Kota Cimahi dan Kelurahan

Pemkot Cimahi

Peta Daerah Aliran Sungai Cimahi

Page 4: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

172

Peta tataguna lahan kota Cimahi dibuat dengan melakukan overlapping antara peta kota Cimahi dengan peta tata guna lahan propinsi Jawa Barat skala 1:250000 tahun 2005 Peta yang dihasilkan adalah sebagai berikut,

.

Landuse Kota Cimahi

Berdasarkan peta tataguna lahan di atas, dihitung koefisien pengaliran kota Cimahi adalah 0.56

B. Debit Banjir kali Cimahi

Debit banjir kali Cimahi yang digunakan sebagai desain adalah debit di ruas kali Cimahi bagian tengah yaitu di kantor Pemerintah kota Cimahi pada koordinat 06o52’16,54” LS dan 107o33’08.88” BT. Penampang Kali Cimahi di ruas ini adalah sebagai berikut,

Penampang Melintang Kali Cimahi

Berdasarkan pengukuran di lapangan pada musim kering debit kali Cimahi di ruas ini adalah 8.27 m3/s dan debit maksimumnya adalah 556 m3/s. Debit banjir rencana pada periode ulang 25 tahun dengan metode analisis adalah 165 m3/s. Dari data debit ini dapat dilihat bahwa kapasitas kali Cimahi di ruas tengah kota Cimahi

mempunyai kapasitas tampung yang cukup besar.

C. Debit Aliran Lahan Kota Cimahi

Debit aliran lahan kota Cimahi dihitung berdasarkan kedalaman aliran lahan pada persamaan (3) di atas dan menggunakan curah hujan rencana dengan periode ulang 25 tahun. Kedalaman aliran lahan diperoleh sebesar 8.68 mm. Dengan waktu konsentrasi sebesar 0.26 jam, maka diperoleh debit aliran lahan adalah 0.37 m3/s. Hasil ini menunjukkan bahwa debit tersebut masih cukup tertampung pada kali Cimahi dan tidak menyebabkan overtopping.

D. Desain Pola Distribusi Aliran Lahan Kota

Cimahi

Berdasarkan perhitungan debit banjir rencana dapat dianalisis bahwa kapasitas maksimum kali Cimahi cukup besar untuk dapat menampung seluruh aliran drainase kota Cimahi. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa banjir kota Cimahi bukanlah berasal dari luapan kali Cimahi tetapi karena tidak optimalnya fungsi drainase lokal.

Berdasarkan Gambar 3, aliran lahan kota Cimahi secara geografis dapat didistribusikan ke tiga sungai besar yaitu Cimahi yaitu sungai Cimahi, sungai Cibeureum dan sungai Cibaligo dan dua sungai kecil yaitu sungai Csangkan dan sungai Cibangkok.

TABEL I. ZONA DRAINASE KOTA CIMAHI

Pola distribusi aliran lahan yang akan dialirkan melalui saluran drainase kota Cimahi, pada penelitian ini dibagi dalam lima zona drainase, seperti ditunjukkan pada Tabel I.

Beberapa wilayah yang terletak di perbatasan seperti Paku Haji dan Tani Mulya untuk zona 1,

24 cm 32 cm 32 cm 38 cm 26 cm

B =

HB = 1,68 m HA = 2,46 m

1,5 m

Zona Drainase Pembuangan Drainase Daerah Layanan Debit(m3/s)

1 Sungai Cibangkok Cipageran 0.05

sebagian paku haji

sebagian Tani Mulya

2 Sungai Cimahi Citeureup 0.09

Cimahi

Padasuka

Setiamanah

Sebagian baros

Sebagian Leuwigajah

Sebagian Karang Mekar

3 Sungai Cisangkan Cibeber 0.05

Sebagian Leuwigajah

4 Sungai Cibaligo Cibabat 0.09

Sebagian Karang Mekar

Sebagian Baros

Sebagian Cugugur tengah

Utama

5 Sungai Cibeureum Pasrkaliki 0.09

Sebagian Cigugur tengah

Cibeureum

Melong

Page 5: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

173

pelayanan drainase wilayah tersebut sebagian oleh Kota Cimahi dan bagian lainnya oleh kabupaten Bandung Barat tetapi pembuangan drainase dialirkan ke wilayah sungai yang secara geografis sesuai dengan topografinya. Prinsip dasar desain drainase kota adalah setiap kota memahami beban yang diberikan wilayah kotanya untuk pembuangan drainase ke wilayah sungai sehingga dapat berkoordinasi dengan pengelolaan Balai Besar Wilayah Sungai,

Kelima zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Desain Pola Distribusi Aliran Drainase Kota

Cimahi

Daerah yang sering terjadi banjir seperti jalan raya Cibabat, Karang Mekar dan Cigugur Tengah beberapa penyebabnya adalah drainase jalan tidak berfungsi, daerah bantaran sungai drainase pemukiman tidak optimal menampung aliran dari daerah hulu seperti Cihanjuang, Ciwaruga dan Gegerkalong dengan kemiringan sungai yang cukup tinggi yaitu mencapai 17%.

Konsep penanganan banjir kota Cimahi yang optimal adalah dengan mengurangi beban drainase yang hanya terkumpul pada satu titik outlet ke sungai, sehingga penumpukkan titik titik outlet tersebut yang membuat beban saluran drainase primer yang menuju sungai menjadi sangat besar dan mengakibatkan meluapnya saluran tersebut sebelum masuk ke sungai.

Banjir daerah Melong yang sudah berlangsung cukup lama, berdasarkan kondisi topografi, analisis penyebabnya adalah tidak lancarnya aliran ke hilir yaitu ke arah kabupaten

Bandung antara lain daerah Margasih, Cigondewah kaler dan Gempolsari yang padat dengan pemukiman penduduk. Permasalahan banjir akan terjadi jika pemukiman di daerah hilir aliran sungai tidak memiliki jaringan drain ase yang tertata dengan baik dan terintegrasi dengan wilayah aliran sungai.

E. Pola Koordinasi Antar Lembaga Terkait

Pengelolaan wilayah sungai merupakan otoritas Balai Wilayah Sungai yang berada di bawah Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Kementrian Pekerjaan Umum [9]. Balai tersebut merupakan unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air.

Dalam SNI Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan [10], kriteria umum perencanaan drainase perkotaan adalah harus memperhatikan faktor keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota. Selain itu juga harus didasarkan pada konsep kelestarian lingkungan dan konservasi sumberdaya air agar lebih banyak air yang menyerap ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan. Dalam kaitannya dengan pembangunan antar kota, pada masalah banjir kota Cimahi ini secara regional kota yang terkait adalah Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan kabupaten Bandung. Dalam hal administrasi pemerintahan, koordinasi antar kota akan melibatkan pemerintahan prospinsi dalam hal ini adalah propinsi Jawa Barat. Dengan demikian terdapat lima lembaga pemerintahan yang terkait dalam permasalahan banjir kota Cimahi.

Pola koordinasi antar lembaga terkait dalam pengelolaan Banjir kota Cimahi dapat dilihat pada Gambar 7.

Balai Besar Wilayah Sungai Citarum sebagai pengelola wilayah sungai Citarum yang termasuk didalamnya sungai Cimahi, Sungai Cibaligo, sungai Cibeureum, sungai Cisangkan dan sungai Cibangkok bertugas sebagai pengendali daya rusak air dalam hal ini banjir di wilayah sungai Citarum. Kabupaten Bandung Barat yang merupakan daerah hulu DAS Cimahi berkoordinasi dengan BBWS Citarum dalam setiap kebijakan daerah yang berhubungan dengan pengendalian sumberdaya air, daya rusak air dan konservasi sumberdaya air. Demikian juga halnya dengan kabupaten Bandung sebagai wilayah yang berada di bagian hilir DAS Cimahi berkewajiban berkoordinasi dengan BBWS Citarum dalam setiap kebijakan yang berkaitan dengan tugas BBWS tersebut. Kota Cimahi bertanggung jawab atas pengaliran drainase ke wilayah sungai dalam sistem drainase utama dan juga drainase tersier dari pemukiman,

Desain Pola Distribusi Aliran Drainase Kota Cimahi

1

2

3 4

5

Page 6: Analisis Keterpaduan Jaringan Sungai dan Sistem Drainase

174

perkantoran dan instansi lainnya yang berada di wilayah kota Cimahi.

Lembaga Terkait Banjir Kota Cimahi

IV. KESIMPULAN

Banjir kota Cimahi berasal dari aliran lahan yang tidak tertampung dengan optimal pada drainase lokal. Kapasitas maksimum sungai Cimahi cukup besar dan masih memadai menampung aliran pembuangan drainase kota Cimahi. Solusi banjir kota Cimahi dapat dilakukan dengan membuat pola distribusi aliran drainase yang terintegrasi optimal dengan sistem jaringan sungai. Outlet drainase kota didistribusikan secara merata sesuai dengan kapasitas penampungan sungai dan mekanisme pengaliran air di lahan. Drainase utama kota Cimahi merupakan tanggung jawab pemerintah Kota Cimahi dan dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum sebagai pengendali wilayah sungai terhadap daya rusak air. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum melakukan pengendalian wilayah sungai dari hulu ke hilir karena itu dalam pengelolaan DAS Cimahi, BBWS perlu berkoordinasi dengan daerah hulu yaitu Kabupaten Bandung Barat dan daerah hilir yaitu Kabupaten Bandung. Koordinasi antar kota kabupaten dapat dilakukan dengan sinergis jika dikoordinasikan bersama dengan pemerintah Propinsi Jawa Barat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah mendanai penelitian ini dan kepada Pemerintah Kota Cimahi yang telah memfasilitasi dan member ijin dalam observasi lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] T. liputan/Sup, "ruas-jalan-terendam-genangan- banjir," Kamis Desember 2013. [Online]. Available: http://www.indosiar.com/fokus/ruas-jalan-terendam-genanga- banjir101268.html. [Accessed Senin Januari 2015].

[2] Bubun, "http://kabar.cimahicybercity.com," Senin Nobember 2013. [Online]. Available: http://kabar.cimahicybercity.com/2012/04/kota-cimahi-dilanda-banjir-cileuncang.html. [Accessed Selasa Maret 2014].

[3] G. Cimahi, "Data of Geography," Monday January 2013. [Online]. Available: http://www.cimahikota.go.id/page/detail/4. [Accessed Saturday March 2014].

[4] A. B. Safarina, "Pengembangan peta Hidrologi Daerah Aliran Sungai Cimahi Berbasis SIG dan pengukuran Penampang Melintang Sungai Cimahi," LPPM UNJANI, Cimahi, 2012.

[5] R. S. Gupta, Hydrology and Hydraulic System, New Jersey: Prentice Hall, 1989.

[6] C. Soemarto, Hidrologi Teknik, Surabaya: Usaha Nasional, 1987.

[7] V. Chow, Maidment and M. L.W, Applied Hydrology, Illinois: McGraw-Hill International, 1988.

[8] A. B. Safarina, "Hidrograf Satuan Kali Cimahi Di Daerah Hulu Tengah dan Hilir Sebagai Benchmarking Banjir Kota Cimahi," LPPM UNJANI, Cimahi, 2014.

[9] H. Waluyo, "Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Air di Wilayah Sungai," in Keterpaduan Dalam Pengelolaan Wilayah Sungai, Bandung, 2007.

[10] SNI, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 1991.

BBWS CITARUM

Kabupaten Bandung Barat

Kabupaten Bandung Barat

Kabupaten Bandung

Propinsi Jawa Barat

Lembaga Terkait Banjir Kota Cimahi

Kota Cimahi