analisis kinerja saham sebelum dan sesudah …/analisis... · analisis kinerja saham sebelum dan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
ANALISIS KINERJA SAHAM SEBELUM DAN
SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2008)
Skripsi
Disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
NURUL AZIZTA NUGRAHENI
F 0207097
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
…di dunia, mereka (orang-orang bertaqwa) sedikit sekali tidur di waktu malam dan di penghujung malam mereka selalu memohonkan ampunan… (Q.S. Adz-Dzariyat : 17-18) ..dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)… (Q.S. An-Najm : 39-40) .. dan Dia dapati engkau dalam kebimbangan dan kebingungan lalu Dia menunjukan jalan… (Q.S. Ad-Dhuha : 7) ..dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik… (Q.S. Al-Ankabut : 69)
Ku persembahkan kepada
Yang teristimewa………… Ibu, ibu, ibu dan Almarhum Bapakku Untuk kakaku Perdana Adhi N yang selalu gigih Serta Listyo Cahyo Purnomo yang selalu menyemangatiku Sebagai sebuah janji Agama, almamater dan guru-guruku, Suami dan anak-anakku kelak Dan pada semua orang yang telah berbuat
baik padaku...
Semoga pahala senantiasa menyertaimu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ” ANALISIS KINERJA SAHAM SEBELUM
DAN SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar
di BEI Periode 2001-2008)”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Heru Agustanto, SE, ME, selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dan atas
segenap kesempatan yang diberikan untuk berdiskusi banyak hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
5. Ibu Siti Khoiriyah, SE, M.Si selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan masukan-masukan yang membangun, serta pengarahan yang
sangat bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
7. Seluruh keluarga di rumah atas dukungan, doa, dan semangatnya selama ini.
8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
skripsi ini.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
Nurul Azizta Nugraheni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN …..………………………...................
HALAMAN PENGESAHAN ..………………………………............
HALAMAN PERSEMBAHAN ...………………………………........
KATA PENGANTAR ..…………………………………………........
DAFTAR ISI………………………………………………………......
DAFTAR TABEL……………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ..…………………………………………..........
ABSTRAK....…………………………………………………………..
ABSTRACT……………………………………………………….........
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………...……………………………….......
B. Pembatasan Masalah..............................................................
C. Perumusan Masalah .……………………………………….
D. Tujuan Penelitian …………………………………………..
E. Manfaat Penelitian …………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
x
xi
xii
xiii
1
7
7
8
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka...……………………….............................
1. Pasar Modal…………..………………….......................
2. Teori Efisiensi Pasar Modal............................................
3. Reverse Stock Split…………...…………………………
4. Motivasi yang terkait: Reverse Stock Split......................
a. Signaling Hypothesis………………………………...
b. Liqudity Hypothesis………………………………….
5. Even Study............................…………………………...
6. Return…………………………………………………..
7. Abnormal Return….……………………………………
8. Trading Volume Activity……………………………......
B. Penelitian Terdahulu..............................................................
C. Model Penelitian....................................................................
D. Hipotesis................................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................
B. Periode Pengamatan ............................................................
C. Populasi dan Penentuan Sampel............................................
D. Sumber Data..........................................................................
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................
9
9
12
15
18
18
20
20
22
24
25
26
28
30
31
32
32
34
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
F. Metode Analisis Data............................................................
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif ...............................................................
B. Pengujian Normalitas Data....................................................
C. Pengujian Hipotesis...............................................................
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan..............................................................................
B. Keterbatasan.........................................................................
C. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
39
42
46
47
62
63
63
65
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1
IV.1
IV.2
IV.3
IV.4
IV.5
IV.6
IV.7
Kriteria Pemilihan Sampel…………………………........
Daftar Perusahaan Sampel yang Memenuhi Kriteria
yang Melakukan Reverse Stock Split 2001-2008..............
Statistik Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return dan
Trading Volume Activity .................................................
Hasil Pengujian Normalitas Data.....................................
Hasil Pengujian Rata-Rata Abnormal Return Sebelum
dan Sesudah Reverse Stock Split………….......................
Hasil Perbandingan Rata-Rata Abnormal Return
Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split…………........
Hasil Pengujian Rata-Rata Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split…………........
Hasil Perbandingan Rata-Rata Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split…………........
34
43
44
46
48
49
54
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1
III.1
Kerangka Pemikiran.............…………………………..
Periode Pengamatan Penelitian………..………………
29
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH
REVERSE STOCK SPLIT
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2008)
Nurul Azizta Nugraheni
F 0207097
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja saham
sebelum dan sesudah reverse stock split, dengan menggunakan pendekatan abnormal return sebagai proksi dari kinerja saham dan trading volume activity untuk mengukur likuiditas saham. Penelitian ini menggunakan event study dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata abnormal return dan rata-rata trading volume activity selama sepuluh hari sebelum, dan sepuluh hari sesudah pengumuman. Sampel yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001 sampai 2008, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ICMD untuk mengetahui perusahaan yang melakukan aktivitas reverse stock split. Sedangkan data harga saham harian perusahaan, volume perdagangan saham harian, jumlah lembar saham yang diperdagangkan, dan IHSG diperoleh dari database PDBE UGM. Kriteria pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling dengan kriteria tertentu dari peneliti, sehingga diperoleh 18 perusahaan yang melakukan aktivitas reverse stock split. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode uji beda, untuk abnormal return menggunakan uji paired sample t-test karena data berdistribusi normal dan untuk trading volume activity menggunakan uji wilcoxson signed-rank test karena data tidak berdistribusi normal.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Dan untuk rata-rata trading volume activity juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja saham baik sebelum maupun sesudah reverse stock split yang dilihat dari rata-rata abnormal return dan trading volume activity. Keyword: abnormal return, event study,reverse stock split, trading volume activity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
ANALISIS KINERJA SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH
REVERSE STOCK SPLIT
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2008)
Nurul Azizta Nugraheni
F 0207097
This research is aimed to investigate and find out the differences between
stock performance before and after reverse stock split. This study was using abnormal return approaching method as a proxy in stock performance and trading volume activity to determine stock liquidity. This study was classified as an event study which observe abnormal return and trading volume activity in ten days before and ten days after announcement.
The sample of this study were companies which is listed in BEI from 2001
until 2008, so the data that is applied in this research comes form ICMD to know company doing activity of reverse stock split. While, the data of this research consist of day`s closing price, daily trading volume, the number of shares of the stock, and IHSG taken away from database PDBE UGM. Sampling criteria was using purposive sampling method along with specific criteria from researcher, then collected 18 company sample which perform reverse stock split activity. The hypothesis is tested using different test method, paired sample t-test for abnormal return methods cause data distribution is normal, and wilcoxson signed-rank test for trading volume activity cause data distribution is not normal.
The results from this study showed that there is unsignificant differences in
abnormal return in before and after reverse stock split. In trading volume activity mean is also founded unsignificant between before and after reverse stock split. It could be concluded that there is no differences in stock performance before and after reverse stock split, and showed by average abnormal return and trading volume activity. Keyword: abnormal return, event study,reverse stock split, trading volume activity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan yang penting bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi. Pengambilan keputusan investasi tersebut
berkaitan dengan pemilihan portfolio investasi yang menguntungkan dengan
tingkat resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang
terjadi, sehingga apapun keputusan yang diambil oleh investor jika
berdasarkan pada informasi yang ada akan dapat mengurangi ketidakpastian
yang terjadi, dan keputusan yang diambil tersebut diharapkan akan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Fatmawati dan Marwan, 1999).
Hal ini dikarenakan harga saham merefleksikan informasi yang terdapat
di pasar modal. Dengan kata lain informasi yang masuk ke pasar akan
tercermin pada harga-harga saham. Pasar akan memproses informasi yang
relevan kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan
informasi tersebut.
Dalam pasar modal, banyak sekali infomasi yang dapat diperoleh
investor baik informasi yang tersedia di publik atau pun informasi pribadi
(privat), salah satunya adalah informasi corporate action yang dilakukan oleh
perusahaan. Salah satu informasi yang dipublikasikan di pasar modal
diantaranya adalah pemecahan saham (stock split) dan penggabungan saham
(reverse stock split). Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika
keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pasar modal, yang tercermin dalam perubahan harga saham dan volume
perdagangan.
Stock split adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go
public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham dan Gapenski,
1992 : 506, seperti dikutip di Wang Sutrisno, 2000). Aktivitas tersebut
biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan
mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dalam hal ini,
pemecahan saham mempunyai nilai bagus di pasar dan memperluas distribusi
kepemilikan saham, publik dan secara psikologis mampu menaikkan nilai
saham.
Penggabungan saham (reverse stock split) tidak dipahami
sebagaimana pemecahan saham (stock split), karena banyak yang percaya
bahwa memilih perusahaan untuk menggabungkan saham bertujuan untuk
meningkatkan image investor dan meningkatkan pemasaran saham (Han,
1995).
Reverse stock split sendiri merupakan kebalikan dari stock split, yaitu
peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham
yang beredar (Fatmawati dan Marwan, 1999). Dengan kata lain,
menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar
sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan, dengan tujuan
untuk membuat harga saham menjadi lebih tinggi dari sebelumnya,
mensejajarkan harga saham dengan saham-saham sejenis atau yang dianggap
memiliki karakteristik yang sama, dan membentuk harga saham yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
wajar. Dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan
pengurangan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah nilai ekuitas
perusahaan. Karena dalam beberapa kasus harga saham yang rendah
mengindikasikan rendahnya kualitas dari saham tersebut, hal ini berbeda
dengan stock split yang justru memecah sahamnya agar nilai nominal dari
saham tersebut menjadi lebih kecil.
Stock split dan reverse stock split sendiri merupakan fenomena yang
masih menjadi teka-teki dibidang ekonomi karena kedua perilaku perusahaan
(corporate actions) tersebut sebenarnya tidak menambah nilai ekonomis bagi
perusahaan. Dengan kata lain, tidak akan mengurangi atau menambah nilai
investasi dari pemegang saham atau investor. Tindakan perusahaan tersebut
baik stock split maupun reverse stock split merupakan suatu kosmetika
saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya
pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor.
Saham yang berada pada level yang jauh di bawah rentang harga
optimal, harga saham cenderung menunjukkan bahwa perusahaan emiten
tidak memiliki kinerja yang baik. Hal ini menyebabkan banyaknya investor
menghindari saham-saham tersebut. Untuk mencapai harga saham pada
rentang harga yang optimal, emiten dapat melakukan reverse stock split untuk
menaikan harga saham. Pada tingkat harga baru tersebut, saham dapat
menunjukkan kualitasnya sehingga dapat terdeteksi dan bisa mendapatkan
kepercayaan dari investor. Pada akhirnya, saham akan menjadi lebih likuid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Adapun beberapa penelitian mengenai reverse stock split yang
dilakukan oleh perusahaan. Han (1995) melakukan penelitian tentang reverse
split yang diukur dengan abnormal return dan trading volume activity dan
hasilnya menunjukkan abnormal return negatif pada saat dan sesudah
pengumuman dan trading volume activity meningkat sesudah reverse.
Sedangkan Masse (1997) melakukan penelitian dengan menguji reaksi pasar
terhadap pengumuman stock split dan reverse split di Canada yang diukur
dengan abnormal return, hasilnya menunjukkan bahwa pasar bereaksi positif
terhadap pengumuman stock split dan reverse split.
Lihua (2002) dalam penelitiannya, mengatakan bahwa reverse stock
split merupakan jalan lain untuk menunjukan kepesimisan para manager
terhadap kemampuan untuk meningkatkan harga saham yang merupakan
hasil dari perbaikan pendapatan, apabila mereka optimis terhadap prospek
masa depannya mereka hanya mempunyai sedikit rangsangan untuk
meningkatkan harga saham secara buatan. Pengumuman dari adanya reverse
stock split ini oleh karena itu ditafsirkan sebagai informasi yang negatif. Hasil
dari penelitian ini yaitu bahwa reverse stock split menunjukan abnormal
return perusahaan yang negatif disekitar tanggal pengumuman dan
perusahaan-perusahaan kecil memberikan reaksi negatif yang lebih kuat. Lalu
mengapa perusahaan dengan suka rela mengirim sinyal negatif pada pasar
melalui reverse stock split, alasan yang mendukung mengapa perusahaan
melakukan reverse stock split adalah pada penelitian Han (1995) yaitu bahwa
reverse stock split dapat meningkatkan likuiditas saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Menurut Han (1995) pada saat perusahaan tersebut melakukan reverse
stock split maka biaya transaksi saham perusahaan tersebut harus menurun
karena saham yang diperdagangkan harganya menjadi tinggi. Disisi lain
pengurangan biaya transaksi itu perlu menjurus kepada perbaikan dari
likuiditas saham. Secara umum harga saham di bawah $5 tidak dapat dibeli
pada nilai margin disyaratkan. Sehingga dengan peningkatan harga saham
setelah reverse stock split dapat meningkatkan margin yang disyaratkan
dimana pada akhirnya nanti akan meningkatkan likuiditas saham.
Martell dan Webb (2005) mengadakan penelitian mengenai reverse stock
split yaitu dengan membandingkan kinerja saham sebelum dan sesudah split,
dimana harga menjadi sasaran yang jelas yaitu untuk memenuhi persyaratan
harga penawaran minimum serta untuk memenuhi syarat pemeliharaan saham
dan investasi kelembagaan. Penelitian ini menemukan bahwa kinerja setelah
reverse stock split pada pasar yang lemah rata-rata lebih baik dari pada pasar
yang kuat, selain itu juga menemukan bahwa reverse stock split sedikitnya
termotivasi untuk mempertahankan atau memperoleh kembali harga
penawaran yang minimum dihadapan keseluruhan kemunduran pasar dan
tidak semata-mata oleh kinerja yang lemah.
Seoyoung Kim et al (2008) menguji mengenai kinerja jangka panjang
pengembalian dengan adanya reverse stock split, juga menguji apakah pasar
secara ekonomis efisien yaitu dengan menetapkan apakah investor akan
mendapat abnormal return dengan short-selling perusahaan, serta menguji
keanehan pada hari setelah pemecahan saham ketika abnormal return negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Selain itu penelitian ini membandingkan perusahaan satu dengan lainnya
dengan karakteristik yang sama, dimana menunjukan pergerakan harga yang
mengarah ke bawah serta juga pendapatan dan aliran kas operasi yang rendah.
Oleh karenanya pasar meng-underestimate reverse stock split untuk kinerja di
masa mendatang.
Sebagian besar reverse stock split bertujuan untuk menyelamatkan
saham dari keterpurukan karena harganya turun drastis atau harganya kurang
menarik karena terlalu kecil. Sinyal yang ingin ditunjukkan oleh emiten yang
melakukan reverse stock split adalah sinyal positif yang menandakan bahwa
sahamnya memiliki kualitas yang lebih dari harga yang ditunjukannya. Harga
yang rendah dengan mudah diasosiasikan dengan rendahnya kualitas, dengan
melakukan reverse stock split, perusahaan ingin menghindari persepsi
tersebut dan menunjukkan kinerja dan prospeknya. Di luar itu, perusahaan
kadang menggunakan reverse stock split sebagai alat untuk menarik perhatian
pasar (Melinda Safitri, 2006). Namun sinyal yang tersampaikan adalah sinyal
negatif berupa persepsi investor akan future earnings dan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan harga sahamnya di masa mendatang. Apabila
perusahaan memutuskan untuk melaksanakan reverse stock split, perusahaan
dianggap tidak optimis dalam menilai kinerjanya di masa mendatang.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian dari beberapa penelitian
terdahulu dan fakta di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
khususnya yang telah melakukan aksi korporat reverse stock split untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja saham antara sebelum dan
sesudah reverse stock split. Oleh karenanya penulis ingin melakukan
penelitian tersebut dengan judul “Analisis Kinerja Saham Sebelum dan
Sesudah Reverse Stock Split (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Periode 2001-2008)”.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi permasalahannya pada perusahaan-perusahaan
go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang melakukan reverse
stock split antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2008.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah mengenai analisis kinerja saham sebelum dan sesudah
reverse stock split sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan
sesudah reverse stock split ?
2. Apakah ada perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan
sesudah reverse stock split ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang disusun maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan
sesudah reverse stock split.
2. Mengetahui perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum
dan sesudah reverse stock split.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan,
pertimbangan dan informasi dalam mengambil kebijakan dan keputusan
mengenai reverse stock split.
2. Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan dalam mengambil keputusan pada saat melakukan pembelian
atau penjualan saham ketika terjadi peristiwa reverse stock split.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang mengenai
reverse stock split.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pasar Modal
Pasar modal secara umum diartikan sebagai pasar yang bersifat
abstrak dalam hal transaksi jual beli produknya. Dalam bentuk konkritnya,
produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga
di bursa efek.
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
dinyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Bursa efek merupakan bentuk konkrit dari pasar modal. Dalam bursa
efek pemodal besar maupun pemodal kecil, baik perseorangan atau
lembaga dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya. Bursa efek
dalam arti sebenarnya adalah suatu sistem yang terorganisir dengan
mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas
secara langsung atau melalui wakil-wakilnya (Tandelilin, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal adalah:
1) Saham
Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset – aset
perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2001). Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen. Dimana saham
biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior
jika terdapat pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Sedangkan saham
preferen merupakan saham yang memiliki karateristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendapatkan hasil yang
dikehendaki investor serta memiliki hak yang lebih dahulu
memperoleh dividen.
2) Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam
jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor
sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran kembali nilai
par (par value) pada saat jatuh tempo. Jangka waktu obligasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ditetapkan berdasarkan perjanjian, obligasi yang dapat diterbitkan oleh
pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta.
3) Derivatif dari efek
a) Right
Right menunjukkan bukti hak memesan terlebih dahulu yang
melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham
untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh emiten,
sebelum saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
b) Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh emiten yang memberi hak
kepada pemegang saham untuk memesan saham dari emiten yang
bersangkutan pada harga tertentu, umumnya untuk 6 bulan hingga
5 tahun.
c) Dividen Saham
Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun
dividen saham. Alasan emiten membagikan dividen saham karena
emiten ingin menahan labanya untuk digunakan sebagai modal
kerja.
d) Sertifikat Reksa Dana
Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat. Sedangkan yang dimaksud sertifikat reksa
dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal
menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang. Ada dua
jenis reksa dana yaitu reksa dana open end (terbuka), sertifikat ini
bisa dijual kembali pada manajer investasi, dan reksa dana close
end (tertutup), sertifikat ini tidak bisa dijual kembali pada manajer
investasi tetapi dijual ke pasar sekunder.
2. Teori Efisiensi Pasar Modal
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan atau
ketidaksediaan informasinya saja, juga dilihat dari kecanggihan pelaku
pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisa dari informasi
yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja
disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient
market), sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan
pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang
tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally
efficient market ).
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang
mungkin terjadi dengan cepat dan akurat. Pemodal selalu memasukkan
informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksikan
pada harga yang mereka transaksikan (Robert Ang, 1997). Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar
modal tersebut maka akan sangat sulit bagi para pemodal untuk
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini
sering disebut sebagai efisiensi pasar secara informasi (informationally
efficient market), yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi
yang tersedia. Jadi harga saham yang berlaku di pasar modal sudah
merefleksikan semua informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2000).
Fama (1970) dalam Jogiyanto (2000) menyajikan tiga macam
bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari
informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang
dipublikasikan, dan informasi privat, sebagai berikut:
1) Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form).
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah apabila harga – harga
dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa
lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah
terjadi. Efisiensi pasar dalam bentuk ini berkaitan dengan random
walk theory yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak
berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar dalam bentuk
efisiensi lemah, maka nilai – nilai masa lalu tidak dapat
dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa
untuk pasar yang memiliki efisiensi dalam bentuk lemah, investor
tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form).
Pasar dikatakan efisien setengah kuat apabila harga – harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan (all publicy available information)
termasuk informasi yang berada di laporan – laporan keuangan
perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat,
maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat
menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan
keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
3) Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form).
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat apabila harga – harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar
efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor
ataupun grup dari investor yang mendapatkan keuntungan tidak
normal karena memperoleh informasi privat. Sedangkan dalam
efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market)
informasi yang diperoleh harus diolah lebih lanjut, karena
ketersediaan informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien.
Untuk dapat mengolah informasi dengan benar maka pelaku pasar
harus canggih (sophisticated), harus dapat menginterpretasikan
informasi sebagai good atau bad news dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Reverse Stock Split
Penggabungan saham (reverse stock split) adalah sebuah kenaikan
harga saham perusahaan dan mengurangi jumlah saham yang beredar
(Martell dan Webb, 2005). Dengan kata lain reverse stock split
menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar
sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan, dimana
perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan pengurangan
jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah nilai ekuitas perusahaan.
Almilia dan Kristijadi (2005) menjelaskan bahwa pada dasarnya
ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan:
1. Split-up atau forward split merupakan penurunan nilai nominal per
lembar saham yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah
saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan rasio
2:1, 3:1, dan 4:1, 5:1.
2. Split-down atau reverse stock split merupakan peningkatan nilai
nominal per lembar saham sehingga mengakibatkan berkurangnya
jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan
rasio 1:2, 1:3, 1:4.
Reverse stock split melibatkan subtitusi satu saham baru dari
sejumlah outstanding share tertentu dimana harga saham akan meningkat
setelah reverse stock split. Peningkatan harga saham tersebut akan
membantu mengubah persepsi pasar terhadap saham, menggerakan harga
saham pada posisi range yang diinginkan dan akan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
marketability saham (West&Broullette (1970) dan Lakonishok & Lev
(1987) dalam Han (1995)). Peningkatan dalam marketabilty saham akan
dapat meningkatkan likuiditas saham (Demsetz (1968) dalam Han
(1995)).
Di Amerika Serikat, reverse stock split merupakan langkah
penyelamatan yang dilakukan perusahaan emiten agar bisa memenuhi
persyaratan marginability untuk tetap menjaga status listing di
perdagangan pasar modal. Peraturan ini sudah diperkenalkan sejak tahun
1991 di Nasdaq. Hal ini dilakukan dengan menetapkan harga jual saham
minimum sebesar $1.00 pada pasar modal nasional maupun pasar Small
Cap (Martell dan Webb, 2005).
Pasar modal Indonesia, tidak terdapat harga jual saham minimum
yang harus dipenuhi untuk menghindari delisting. Keputusan Direksi
Bursa Efek Indonesia nomor Kep-308/BEJ/07.2004 mengenai delisting
dan relisting memuat gambaran kondisi emiten yang akan mengalami
delisting oleh bursa, yaitu emiten yang salah satunya “mengalami
kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat baik secara finansial
atau secara hukum” (Peraturan BEI, 2004).
Penggabungan saham (reverse stock split) tidak dipahami
sebagaimana pemecahan saham (stock split), karena banyak yang percaya
bahwa memilih perusahaan untuk menggabungkan saham bertujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
untuk meningkatkan image investor dan meningkatkan pemasaran saham
(Han, 1995).
Beberapa faktor yang mendorong emiten melakukan aksi korporat
reverse stock split diantaranya adalah untuk membuat harga saham
menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, menyejajarkan harga saham
dengan saham-saham sejenisnya atau yang dianggap memiliki
karakteristik yang sama, menaikkan posisi saham dari saham yang masuk
kategori papan pengembangan ke papan utama, serta membentuk harga
saham yang lebih wajar (Susiyanto, 2004).
Menurut Amir Hamzah (2006), reverse stock split dapat
menimbulkan dampak dan risiko sebagai berikut :
1. Ada kemungkinan harga saham dipasar akan turun kembali
setelah reverse stock split. Penurunan harga saham yang
disebabkan oleh kondisi pasar adalah faktor yang tidak bisa
dihindari oleh setiap pemegang saham. Akan tetapi walaupun
terjadi penurunan harga saham karena kondisi ekonomi secara
umum, harga saham akan tetap berada diatas kriteria delisting
menurut peraturan BEI.
2. Ada kemungkinan terjadinya pecahan saham serta kepemilikan
saham kurang dari satu satuan perdagangan saham (odd lot).
Walaupun tujuan perusahaan melakukan reverse stock split bukan
hanya untuk misi penyelamatan agar terhindar dari delisting, persepsi
pasar akan hal ini adalah bahwa perusahaan yang melakukan reverse
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
stock split adalah perusahaan dengan performance yang buruk. Bagi
investor reverse stock split menggambarkan ketidakpercayaan diri
perusahaan bahwa harga sahamnya akan naik dengan sendirinya tanpa
usaha apapun dari perusahaan. Hal ini memiliki efek negatif pada harga
saham, terutama selama hari-hari menjelang pengumuman reverse stock
split. Hasilnya, sering terdapat abnormal return yang negatif menjelang
pengumuman reverse stock split.
4. Motivasi yang Terkait : Reverse Stock Split
Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan
melakukan reverse stock split serta dampak yang ditimbulkan tertuang
dalam beberapa hipotesis, yakni signaling dan liquidity (Baker & Powell,
1993).
a. Signaling Hypothesis
Signaling theory menyatakan bahwa setiap event,
announcement, corporate action atau publikasi mengenai suatu
perusahaan baik yang disengaja maupun tidak, akan memiliki
muatan informasi sebagai suatu sinyal yang disampaikan ke pasar
(Najmudin, 2002). Begitu pula dengan event reverse stock split,
menurut signaling theory, bahwa melalui reverse stock split
manajemen perusahaan berusaha menyampaikan informasi atau
sinyal kepada investor mengenai prospek positif perusahaan di
masa mendatang (Spudeck dan Moyer (1985)).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Signaling hypothesis memprediksi bahwa setelah reverse
stock split jumlah pemegang saham akan semakin meningkat
karena reverse stock split merupakan salah satu sarana manajemen
untuk menyampaikan sinyal positif tentang prospek masa depan
perusahaan. Sinyal yang mungkin saja diberikan oleh perusahaan
kepada investor karena dengan adanya peningkatan harga saham,
maka hal ini akan membantu merubah persepsi pasar terhadap
saham menjadi lebih baik, dan bagi shareholder yang tidak
melakukan transaksi odd lot volume, terlihat adanya penurunan
transaction cost sehingga para investor akan berusaha untuk
menggerakan harga pada range yang diinginkan (Han, 1995).
Sinyal positif yang ingin ditunjukkan oleh emiten yang
melakukan reverse stock split adalah menandakan bahwa sahamnya
memiliki kualitas yang lebih dari harga yang ditunjukannya. Harga
yang rendah dengan mudah diasosiasikan dengan rendahnya
kualitas, dengan melakukan reverse stock split, emiten ingin
menghindari persepsi tersebut dan menunjukkan kinerja dan
prospeknya. Di luar itu, perusahaan kadang menggunakan reverse
stock split sebagai alat untuk menarik perhatian pasar (Melinda
Safitri, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Liquidity Hypothesis
Hipotesis ini disebutkan oleh Copeland (1979) dan dijadikan
salah satu alasan pelaksanaan split yang disebutkan oleh Van
Horne (2002) dalam Melinda Safitri (2006). Likuiditas menjadi
penting karena emiten menginginkan sahamnya dapat
diperdagangkan dengan mudah dan menghindari sahamnya
menjadi saham tidur. Saham tidur dekat dengan ancaman delisting.
Penelitian yang dilakukan oleh Han (1995), dan didukung
oleh beberapa peneliti lainnya, seperti Spudeck dan Moyer (1985),
Peterson dan Peterson (1992), menyatakan bahwa likuiditas
meningkat setelah reverse stock split. Salah satu motivasi
manajemen perusahaan melakukan reverse stock split adalah untuk
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Dilaksanakannya
reverse stock split membawa saham kepada harga yang lebih
tinggi. Rentang ini, saham dapat menunjukkan kualitasnya
sehingga dapat terdeteksi dan mendapatkan kepercayaan dari
investor. Pada akhirnya, saham akan menjadi lebih likuid.
5. Event Study
Event study diartikan sebagai mempelajari pengaruh suatu
peristiwa terhadap harga saham di pasar, baik pada saat peristiwa itu
terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi (Mohamad
Samsul, 2006). Menurut Peterson (1989) dalam Poncowati (2005), event
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan saham di pasar
modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return atau excess return
earned yang diperoleh pemegang saham dari adanya peristiwa tertentu,
seperti pengumuman laba, pengumuman merger, dan lain-lain.
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa event study adalah
penyelidikan empiris terhadap hubungan antara harga-harga sekuritas
dengan kejadian-kejadian ekonomi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa event
study dapat dipergunakan untuk melihat reaksi para investor di pasar
modal (dengan pergerakan harga saham) terhadap suatu peristiwa
tertentu.
Menurut Jogiyanto (2003), apabila pengumuman mengandung
informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang
bersangkutan. Reaksi ini diukur dengan menggunakan return sebagai
perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika
menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu
pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan
abnormal return kepada pasar dan begitu pula sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
6. Return
Return saham merupakan selisih harga saham pada hari ke-t
dengan harga saham hari ke t-1. Jika selisih harga ini positif berarti
investor mendapatkan keuntungan (capital gain), sebaliknya jika selisih
harga ini negatif maka investor mendapatkan kerugian dari harga saham
(capital loss).
Return biasa diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh oleh
investor dari investasi (Jogiyanto, 2000). Return dapat berupa actual
return ataupun expected return. Actual return merupakan return yang
telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Actual return
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan serta sebagai dasar penentuan expected return untuk
mengukur risiko di masa yang akan datang. Actual return dapat diukur
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P
PPR
ti
titi
ti1,
1,,
,-
--
=
Keterangan :
Ri,t = Actual return saham i pada hari ke-t
Pi,t = Harga penutupan saham i pada hari ke-t
Pi,t-1 = Harga penutupan saham i hari ke t-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sedangkan expected return adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Penelitian Brown dan
Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa expected
return merupakan return yang harus diestimasi. Mengestimasi expected
return dapat menggunakan tiga model:
1) Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model)
Mean Adjusted Model menganggap bahwa expected return bernilai
konstan yang sama dengan rata-rata actual return sebelumnya
selama periode estimasi. Dalam model ini, expected return suatu
sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian actual
return sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi.
2) Model Pasar (Market Model)
Perhitungan expected return dengan model ini dilakukan melalui
dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi return
estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk
mengestimasi expected return pada periode jendela. Model
ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary
Least Square).
3) Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik dalam
mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar
pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama
dengan return indeks pasar.
7. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara actual return dan expected
return yang dapat terjadi sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah
terjadi kebocoran informasi sesudah informasi resmi diterbitkan
(Mohamad Samsul, 2006).
Abnormal return terdiri dari 2 macam yaitu: abnormal return
positif dan negatif. Abnormal return positif terjadi karena suatu
pengumuman dianggap mengandung informasi tentang adanya kabar
baik bagi para investor sehingga investor bereaksi positif. Reaksi positif
ini ditunjukkan dengan keputusan investor untuk melakukan pembelian /
permintaan terhadap sekuritas perusahaan yang melakukan suatu
pengumuman, akibatnya harga saham perusahaan tersebut meningkat
sehingga akan memberikan abnormal return positif. Abnormal return
positif terjadi jika actual return lebih besar daripada expected return.
Sedangkan, abnormal return negatif terjadi jika actual return lebih kecil
daripada expected return (Jogiyanto, 2003). Abnormal return negatif
terjadi ketika kandungan informasi yang terdapat pada suatu
pengumuman dinilai negatif (bad news) oleh pasar sehingga investor
bereaksi negatif. Reaksi negatif investor ditunjukkan dengan keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
investor untuk melepaskan kepemilikannya terhadap sekuritas yang
melakukan suatu pengumuman. Keputusan investor tersebut akan
menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan,
sehingga memberikan abnormal return yang negatif kepada pasar.
8. Trading Volume Activity
Dalam pasar modal terdapat berbagai macam informasi yang dapat
mempengaruhi situasi di dalamnya. Reaksi pasar modal terhadap suatu
informasi dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan trading volume
activity. Trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi
melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar
modal.
Tindakan jual beli di luar batas normal ini akan tercermin dalam
rata-rata trading volume activity saat pengumuman dan rata-rata di luar
pengumuman yang berbeda secara signifikan.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas volume
perdagangan yang signifikan antara sebelum dan sesudah reverse stock
split 2001-2008, maka digunakan kegiatan perdagangan saham melalui
indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity atau
TVA) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai reverse stock split yang telah dilakukan, antara lain
sebagai berikut:
a. Lamoureux (1987) menemukan bahwa reverse stock split berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap abnormal return. Selain itu, likuiditas
saham meningkat pada saham yang mengalami reverse stock split.
b. Han (1995) melakukan penelitian tentang pengaruh reverse stock split
terhadap likuiditas saham selama tahun 1963-1990, dengan sampel
berjumlah 136 perusahaan, terdiri dari 61 perusahaan NYSE/AMEX dan
75 perusahaan NASDAQ, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi abnormal
return negatif pada saat dan sesudah reverse stock split, dan volume
perdagangan meningkat setelah reverse stock split.
c. Masse (1997) menguji reaksi pasar terhadap pengumuman stock split dan
reverse stock split terhadap nilai perusahaan di Canada yang diukur
dengan abnormal return, dengan menggunakan sampel sebanyak 245
perusahaan yang melakukan stock split dan 59 perusahaan yang
melakukan reverse split. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar saham
Canada bereaksi positif terhadap pengumuman stock split dan reverse
stock split.
d. Lihua (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat reaksi
pasar karena adanya reverse stock split pada bursa efek Hongkong selama
1991-2001. Lihua Jing menemukan bahwa terdapat abnormal return
negatif sebesar (-1,86%) pada hari sebelum pengumuman reverse stock
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
split pada perusahaan kecil di Hongkong. Hal ini mengidentifikasikan
adanya kebocoran informasi sebelum pengumuman saham. Penelitian ini
juga menyelidiki perubahan volume perdagangan akibat reverse stock
split. Pada penelitian ini ditemukan bahwa volume perdagangan meningkat
signifikan akibat reverse stock split. Hasil ini menunjukkan bahwa reverse
split dapat meningkatkan likuiditas saham. Hal ini sesuai dengan optimal
price range dan liquidity hipotesis yang mendasari dilakukannya reverse
stock split.
e. Ana Wafiyah (2005) melakukan penelitian untuk mengetahui reaksi pasar
pada pengumuman stock split dan reverse stock split, dengan
menggunakan abnormal return dan untuk menguji likuiditas saham
dengan menggunakan trading volume activity. Penelitian ini menggunakan
pendekatan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap abnormal
return dan aktifitas volume perdagangan selama lima hari sebelum, pada
saat dan lima hari sesudah pengumuman. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman, baik stock split
maupun reverse stock split. Sedangkan penelitian tentang aktifitas volume
perdagangan juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara
aktifitas volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split maupun
reverse stock split.
f. Melinda Savitri dan Dwi Martani (2006) menyelidiki pengaruh dari stock
split dan reverse stock split terhadap return saham dan volume
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perdagangan pada Bursa Efek Jakarta selama 2001-2005. Penelitian ini
memfokuskan pada efek yang dihasilkan stock split dan reverse stock split
terhadap return saham dan volume perdagangan. Mereka menemukan
abnormal return yang positif dan signifikan pada saat hari pengumuman
dan lima hari sebelum pengumuman stock split. Sedangkan abnormal
return yang negatif dan signifikan ditemukan pada saat hari pengumuman,
tiga hari dan dua hari sebelum pengumuman, serta hari setelah
pengumuman reverse stock split. Namun, pada hari sebelum pengumuman
reverse stock split justru ditemukan abnormal return yang positif dan
signifikan. Reverse stock split sendiri tidak memberikan dampak yang
signifikan pada volume perdagangan saham walaupun tetap terjadi
penurunan.
C. Model Penelitian
Untuk memberikan landasan teoritis yang memadai bagi penelitian,
diperlukan suatu kerangka pemikiran yang bersumber dari penalaran atas
sejumlah teori dan temuan penelitian terdahulu yang ada. Kerangka
pemikiran yang bersifat konseptual tersebut perlu dioperasionalisasikan agar
terukur dan mudah diinterprestasikan. Oleh karena itu, kerangka konseptual
yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan model
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja saham
sebelum dan sesudah reverse stock split akibat reaksi pasar, yang diukur
dengan abnormal return dan trading volume activity. Pada tahap awal
penelitian ini membandingkan abnormal return sebelum dan sesudah reverse
stock split. Langkah terakhir yang dilakukan adalah membandingkan trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
Kinerja Saham
Reverse Stock Split
Abnormal Return
Sebelum dan Sesudah
Peristiwa
Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah
Peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
disebutkan di atas dapat dibuat beberapa hipotesis penelitian yaitu :
Hipotesis 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah reverse stock split.
Hipotesis 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian event study, karena penelitian
ini hanya mengamati suatu kejadian tertentu pada periode tertentu dengan
mendasarkan pada pengamatan tanggal publikasi sebagai titik krisisnya.
Event yang akan dilakukan penelitian adalah penggabungan saham (reverse
stock split). Penelitian ini bersifat panel, karena dalam penelitian ini hanya
mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu. Penelitian ini
merupakan studi kasus pada Bursa Efek Indonesia.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah saham-saham
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan merupakan saham-saham yang
aktif diperdagangkan serta mengumumkan kebijakan reverse stock split di
tahun 2001 sampai 2008 namun tidak mengeluarkan kebijakan lainnya seperti
right issue, bonus share, atau pengumuman perusahaan lainnya. Kondisi
saham perusahaan tersebut juga tidak boleh dalam keadaan tidur (tidak terjadi
transaksi perdagangan saham).
Pembatasan ini dilakukan untuk menghindari adanya ambiguitas yang
disampaikan oleh informasi-informasi tersebut (Howe & Lin, 1992, seperti
dikutip dalam Wang Sutrisno, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Periode Pengamatan
Periode waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
terdiri dari 2 periode, yakni periode estimasi (estimation period) dan
peristiwa sebelum dan sesudah peristiwa (windows period). Estimation period
itu sendiri yaitu selama 120 hari bursa, sedangkan untuk windows period
selama 20 hari, windows period ini terdiri dari dua bagian, yaitu 10 hari
sebelum pengumuman, dan 10 hari setelah pengumuman. Windows period
dipilih 20 hari karena peristiwa yang diteliti dapat ditentukan dengan mudah
nilai ekonomisnya oleh para investor sehingga investor dapat bereaksi dengan
cepat, oleh sebab itu periode tidak perlu panjang dan pergerakan harga saham
yang terjadi diharapkan hanya dipengaruhi oleh event yang diamati saja.
Gambar III.1
Periode Pengamatan Penelitian
C. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang melakukan reverse stock split selama tahun 2001 sampai
2008. Dengan demikian sampel dari penelitian ini dilakukan dengan metode
purposive sampling yaitu sampel diambil sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh peneliti.
Windows period (20 hari bursa) t-10 t0 t+10 Estimation period (120 hari bursa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah :
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari
2001 sampai dengan Desember 2008, dan datanya tersedia secara
lengkap untuk kebutuhan analisis.
2. Data yang digunakan sebagai sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
serta data tersebut merupakan perusahaan yang melakukan aktivitas
reverse stock split pada Januari 2001 sampai dengan Desember 2008.
3. Tanggal pengumuman reverse stock split tersebut dapat diketahui dengan
pasti dari Bursa Efek Indonesia baik melalui Pusat Referensi Pasar
Modal maupun dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD).
4. Perusahaan tidak melakukan kebijakan lain atau corporate action lain
(misalnya merger, pembayaran deviden, right issue) selama windows
period .
5. Perusahaan harus telah listing setidaknya satu tahun sebelum periode
penelitian, untuk memastikan ketersediaan data.
6. Perusahaan yang sahamnya pada periode penelitian sangat jarang
diperdagangkan dikeluarkan dari sampel. Saham tersebut tidak
mengalami aktivitas perdagangan selama paling tidak satu minggu
berturut-turut (lima hari perdagangan) sehingga mempengaruhi
keakuratan penelitian.
7. Sampel yang telah melakukan split lebih dari satu kali, harus memiliki
jangka waktu setidaknya satu tahun sebelum melakukan split kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Hal ini dilakukan untuk dapat menganalisis pengaruh dari reverse stock
split dalam periode satu tahun.
Perusahaan yang melakukan reverse stock split selama Januari
2001 sampai dengan Desember 2008 sebanyak 26 perusahaan, yang
kemudian diseleksi menurut kriteria-kriteria di atas sehingga menyisakan
18 perusahaan. Nama perusahaan yang termasuk ke dalam sampel dapat
dilihat pada lampiran 1 dan 2. Berikut Tabel III.1 yang menyajikan
metode kriteria pemilihan sampel.
Tabel III.1 Kriteria Pemilihan Sampel
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun
data dan sumber data yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Data tanggal pengumuman (announcement date) reverse stock split
setiap perusahaan yang menjadi sampel berasal dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) tahun 2001 sampai dengan 2008.
2. Data harga saham harian perusahaan, volume perdagangan saham
harian, jumlah lembar saham yang diperdagangkan, dan IHSG
Keterangan Jumlah
1. Perusahaan yang melakukan kebijakan reverse stock split 2001-2008
2. Perusahaan yang melakukan kebijakan lainnya (corporate action)
3. Perusahaan dengan likuiditas rendah
4. Perusahaan yang tidak mempunyai data lengkap
26
(1)
(7)
0
Total sampel yang digunakan dalam penelitian 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
diperoleh dari database PDBE UGM (Pusat Data Bisnis Ekonomi
UGM).
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah kinerja saham
(sebagai variabel dependent), sedangkan variabel independent dalam
penelitian ini adalah pengumuman reverse stock split. Variabel dependent
(kinerja saham) tersebut diproksikan dengan dua hal, yaitu abnormal
return dan trading volume activity. Menurut Jogiyanto (2000) abnormal
return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal atau return yang diharapkan (expected return).
Dengan demikian abnormal return adalah selisih dari return
sesungguhnya dengan return yang diharapkan. Return sesungguhnya
merupakan return yang terjadi pada periode tertentu yang merupakan
selisih harga sekarang terhadap harga pada periode sebelumnya.
Sedangkan return yang diharapkan merupakan return yang diestimasi.
Proksi yang kedua penelitian ini adalah aktivitas volume perdagangan
(trading volume activity). Trading volume activity merupakan suatu
instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi investor di pasar
modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume
perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsi, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa aktivitas volume perdagangan merupakan variasi dari
event study yang mencerminkan keputusan investasi para investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dan pengukuran variabel ini didasarkan agar tidak
terjadi perbedaan persepsi dari tiap variabel yang akan diuji, sehingga
penjabaran definisi dan pengukuran dari tiap variabel perlu untuk
dilakukan.
a. Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap expected return yang
merupakan return yang diharapkan oleh pihak investor. Dengan
demikian abnormal return atau return tidak normal adalah selisih
antara return yang sesungguhnya terjadi dengan expected return
(Jogiyanto, 2000).
Dalam penelitian ini untuk menghitung expected return didasarkan
pada return pasar (market model), yakni perhitungan return ekspektasi
dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk
model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama estimation
period expected return. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini
untuk mengestimasi expected return pada windows period, dengan
windows period (periode peristiwa) selama 20 hari (10 hari sebelum
dan sesudah tanggal pengumuman reverse stock split 2001-2008) dan
estimation period selama 120 hari.
Alasan menggunakan market model dalam penelitian ini adalah
karena model ini memiliki kemampuan mendeteksi abnormal return
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang lebih baik dibandingkan dengan model lainnya. Market model
memiliki potensi untuk menghasilkan tes statistik yang lebih kuat
dibandingkan dengan model statistik yang lebih sederhana (mean
adjusted model atau market adjusted model) (Jogiyanto, 2000).
Langkah-langkah untuk menghitung abnormal return dengan
market model adalah sebagai berikut:
1) Menghitung actual return saham
R ti , =1,
1,,
-
--
ti
titi
p
pp
Dimana :
R ti , = Actual return saham sekuritas i pada periode t
P ti , = Harga saham harian sekuritas i pada periode t
P 1, -ti = Harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
2) Menghitung return pasar harian. Return pasar harian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG, dengan rumus :
R tm , = 1,
1,,
-
--
ti
titi
IHSG
IHSGIHSG
Dimana :
R tm , = Return pasar pada periode t
IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
IHSG 1-t = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
3) Mengestimasi expected return selama periode estimasi. expected
return diestimasi dengan menggunakan market model, lamanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
periode estimasi adalah 120 hari. Expected return selama periode
estimasi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
R ti , = a i + b i . R tm , + e ti ,
Dimana :
R ti , = Actual return saham i pada periode estimasi t
a I = Intercept untuk saham i
b I = Koefisien slope yang merupakan beta dari saham i
R tm , = Return indeks pasar pada periode estimasi t
e ti , = Kesalahan residu saham i pada periode estimasi t
4) Menghitung expected return pada windows period dengan
menggunakan alpha dan beta yang diperoleh dari hasil regresi
antara return saham dengan return pasar. Rumus yang digunakan
adalah :
tmti RRE ,11, .)( ba +=
5) Menghitung besarnya abnormal return (AR) dengan
mengurangkan actual return dengan expected return dengan
rumus:
AR ti , = R ti , - E(R ti , )
6) Menghitung rata-rata abnormal return yang merupakan rata-rata
return tidak normal pada periode peristiwa. Rumus yang
digunakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
AAR = n
ARt
ttiå
+=
-=
10
10,
Dimana :
AAR = Rata-rata abnormal return pada hari ke-t
AR ti , = Abnormal return saham i pada hari ke-t
b. Trading Volume Activity
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan trading volume
activity sebelum dan sesudah reverse stock split, maka digunakan
kegiatan perdagangan saham melalui indikator aktivitas volume
perdagangan (Trading Volume Activity atau TVA) yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F . Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat kenormalan distribusi
data variabel sehingga diketahui alat analisis apa yang akan digunakan
dalam pengujian, apakah akan menggunakan uji parametrik ataukah non-
parametrik. Alat uji normalitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
kolmogorov-smirnov test. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua
sisi (two-tailed test) yaitu membandingkan p-value yang diperoleh dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
taraf signifikansi yang telah ditentukan (5%). Apabila p-value > 0,05 maka
data tersebut bisa dikatakan telah terdistribusi dengan normal p-value <
0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
2. Uji Beda Rata-Rata
Berdasarkan Santoso (2003), alat uji beda yang akan digunakan
tergantung dalam hasil uji normalitas data. Apabila data normal, teknik uji
beda tersebut dilakukan dengan menggunakan parametric test: paired
sample t test. Akan tetapi jika data tersebut terdistribusi tidak normal,
maka digunakan nonparametric test: wilcoxon signed rank test. Semua
program uji statistik tersebut terdapat dalam paket software SPSS 18. Data
yang diuji adalah data rata – rata abnormal return sebelum dan sesudah
peristiwa untuk hipotesis pertama, dan data rata – rata trading volume
activity sebelum dan sesudah peristiwa untuk hipotesis kedua.
3. Uji Hipotesis
Apabila setelah dilakukan uji normalitas data, dan hasilnya
menunjukan bahwa data terdistribusi normal maka untuk pengujian
hipotesisnya menggunakan statistik parametrik yakni uji paired sample t-
test, uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-
rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan).
Maksudnya disini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan
yang berbeda. Pengujian ini dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Hipotesis pertama yaitu :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah reverse stock split.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah reverse stock split.
Hipotesis kedua yaitu :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading volume
activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
Kriteria Pengujian :
1) H0 diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2) H0 ditolak jika – t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Atau bila berdasarkan probabilitas :
1) H0 diterima jika p-value > 0,05
2) H0 ditolak jika p-value < 0,05
Akan tetapi apabila setelah dilakukan pengujian normalitas dan
data terdistribusi tidak normal maka alat uji yang digunakan adalah
statistik nonparametrik yaitu wilcoxon signed-rank test, dengan kriteria
pengujian hipotesis sama seperti pada paired sample t-test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kinerja saham sebelum
dan sesudah reverse stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2001-2008. Kinerja saham perusahan diproksikan dengan abnormal return harian
saham dan trading volume activity yang diamati selama dua puluh hari periode
pengamatan (windows period) di sekitar peristiwa pengumuman reverse stock
split, yaitu pada 10-t sampai dengan 10+t .
Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan
pengujian hipotesis yang dimulai dengan deskripsi data, uji normalitas data, uji
hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pengujian hipotesis yang
digunakan adalah uji paired sample t-test atau uji wilcoxon signed rank test untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split. Pengujian data dengan
menggunakan software SPSS release 18.0 dan Microsoft Excel 2007.
A. Analisis Deskriptif
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa data
harga saham harian, indeks harga saham gabungan, volume perdagangan
saham harian, serta jumlah saham yang beredar. Berdasarkan kriteria
pengambilan sampel yang telah dikemukakan pada bab III dari 26 emiten
yang melakukan reverse stock split selama periode pengamatan (lihat
Lampiran I dan II), sesudah diseleksi menurut kriteria, maka diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sampel sebanyak 18 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut. Daftar 18
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel IV.1
sebagai berikut :
Tabel IV.1
Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria Yang Melakukan Reverse Stock Split tahun 2001 – 2008
Sumber: data sekunder yang diolah
No Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Jumlah Saham
Yang Beredar
Tanggal
Pengumuman
1 BDMN1 Bank Danamon Indonesia 24.534.610.000 17 Juli 2001
2 BNII Bank International Indonesia 9.186.552.894 13 Juni 2002
3 LPBN Bank Lippo 38.765.757.081 11 Desember 2002
4 BDMN2 Bank Danamon Indonesia 4.857.852.780 22 Januari 2003
5 SUBA Suba Indah 270.000.000 1 September 2003
6 BBNI Bank Negara Indonesia 13.148.870.526 23 Desember 2003
7 UNIT1 United Capital Indonesia 183.200.600 29 April 2004
8 BNGA Bank Niaga 7.746.360.652 21 Mei 2004
9 BNLI Bank Permata 7.743.125.924 8 Juni 2004
10 SIPD Sierad Produce 723.786.509 15 Oktober 2004
11 IIKP Inti Agri Resources 32.000.000 19 Januari 2005
12 BNBR1 Bakrie & Brothers 7.750.080.000 14 Maret 2005
13 LPLI Lippo E-net 450.166.463 28 Maret 2005
14 APIC Pan Pacific International 2.660.468.750 18 April 2005
15 UNIT2 United Capital Indonesia 183.200.600 30 Mei 2005
16 BKSL Sentul City 1.358.500.000 1 Agustus 2006
17 INPC Bank Artha Graha Internasional 29.937.859.677 10 Januari 2007
18 BNBR2 Bakri & Brothers 13.485.139.200 6 Maret 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel IV.2 berikut ini menyajikan ringkasan hasil analisis variabel
deskriptif atas variabel yang digunakan dalam penelitian. Data pada tabel
tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu rata – rata abnormal return (AAR),
dan rata-rata trading volume activity (ATVA), yang masing – masing
dirinci untuk sebelum peristiwa, sesudah peristiwa. Statistik deskriptif ini
berfungsi untuk memberikan gambaran umum tentang data yang akan
digunakan secara dasar untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return dan Trading Volume
Activity
No.
Variabel
Penelitian N Minimum Maksimum Rata – rata
Standar
Deviasi
1 AAR sebelum 18 -0,029630 0,044560 0,00064667 0,019787158
2 AAR sesudah 18 -0,025650 0,067040 -0,00237722 0,023284513
3 ATVA sebelum 18 0,000014 0,028739 0,00260327 0,006805910
4 ATVA sesudah 18 0,000001 0,037709 0,00431111 0,009484373
Sumber: data sekunder yang diolah
Pada tabel di atas terdapat rata-rata, maksimum, minimum, dan
standar deviasi dari variabel-variabel penelitian dengan periode sebelum dan
sesudah reverse stock split, penjelasannya adalah sebagai berikut :
a) Variabel rata-rata abnormal return sebelum aktivitas reverse stock split
Nilai minimum abnormal return sebelum reverse stock split
sebesar (-2,96 %) terdapat pada perusahaan Pan Pacific International
sedangkan nilai maksimum sebesar (4,45%) terdapat pada perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sierad Produce. Nilai rata-rata abnormal return sebelum reverse stock
split sebesar (0,06%) dengan nilai standar deviasi sebesar (1,98%).
b) Variabel rata-rata abnormal return sesudah aktivitas reverse stock split
Nilai minimum abnormal return sesudah reverse stock split
sebesar (-2,56%) terdapat pada Bank Artha Graha Internasional
sedangkan nilai maksimum sebesar (6,704%) terdapat pada perusahaan
Inti Agri Resources. Nilai rata-rata abnormal return sesudah reverse
stock split sebesar (-0,24%) dengan nilai standar deviasi sebesar (2,33%).
c) Variabel rata-rata trading volume activity sebelum reverse stock split
Nilai minimum trading volume activity sebelum reverse stock split
sebesar (0,000001) terdapat pada Bank Danamon Indonesia 2, sedangkan
nilai maksimum sebesar (0,028739) terdapat pada perusahaan Inti
Kapuas Arwana. Nilai rata-rata abnormal return sebelum reverse stock
split sebesar (0,00260328) dengan nilai standar deviasi sebesar
(0,006805893).
d) Variabel rata-rata trading volume activity sesudah reverse stock split
Nilai minimum trading volume activity sesudah reverse stock split
sebesar (0,000014) terdapat pada Bank Danamon Indonesia 1, sedangkan
nilai maksimum sebesar (0,037709) terdapat pada perusahaan Bakri &
Brothers 1 Nilai rata-rata abnormal return sesudah reverse stock split
sebesar (0,00431108) dengan nilai standar deviasi sebesar
(0,009484380).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Pengujian Normalitas Data
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
kolmogorov smirnov test sebagai prasyarat pengujian perbedaan dua rata-
rata dari kelompok observasi berpasangan. Jika data terdistribusi normal
dengan nilai signifikansi 2 tailed lebih besar dari α = 5% atau 0,05 maka
digunakan uji beda paired sample t test. Namun jika nilai signifikansi 2
tailed lebih kecil dari α = 5% atau 0,05 maka data tidak terdistribusi
normal, sehingga digunakan uji wilcoxon signed rank test. Hasil pengujian
normalitas data ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel IV.3 Hasil Pengujian Normalitas Data
Sumber : data sekunder yang telah diolah
Sesudah dilakukan uji normalitas pada data rata-rata abnormal
return diperoleh nilai p (asymptotic significant) sebesar 0.915 untuk
periode sebelum reverse stock split dan 0.281 sesudah reverse stock split.
Karena nilai kedua p (0.915 dan 0.281) > 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa rata – rata abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split
berditribusi normal. Sedangkan pada data rata-rata trading volume activity
diperoleh nilai p (asymptotic significant) sebesar 0.005 untuk periode
One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan
Rata-rata AR Sebelum 0.915 Normal
Rata-rata AR Sesudah 0.281 Normal
Rata-rata TVA Sebelum 0.005 Tidak normal
Rata-rata TVA Sesudah 0.010 Tidak normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebelum peristiwa dan 0.010 sesudah peristiwa. Karena nilai kedua p
(0.005 dan 0.010) < 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa rata – rata
trading volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split
berditribusi tidak normal.
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-Rata Abnormal Return Sebelum
dan Sesudah Reverse Stock Split
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal
return saham sebelum dan sesudah reverse stock split.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return
saham sebelum dan sesudah reverse stock split.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menguji perbedaan rata – rata
abnormal return sebelum reverse stock split dan rata - rata abnormal
return sesudah reverse stock split. Hipotesis pertama ini akan diuji
dengan menggunakan pendekatan uji beda rata – rata atau mean yaitu
dengan mempergunakan paired sample t-test, karena berdasarkan uji
kolmogorov smirnov data kedua rata – rata tersebut terdistribusi secara
normal. Hasil uji perbedaan rata – rata abnormal return yang
diperoleh oleh investor sebelum dan sesudah reverse stock split dapat
dilihat pada tabel IV.4 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel IV.4 Hasil Pengujian Rata-Rata Abnormal return Sebelum dan Sesudah
Reverse Stock Split
Keterangan Av. Abnormal
Return Sebelum Av.Abnormal
Return Sesudah
Mean 0.0006467 0.0197871
-0.0023772 0.0232845 Std. Deviation
t 0.431
Sig.(2-tailed) 0.672
Kesimpulan Ho diterima
Sumber : data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel IV.4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan rata – rata abnormal return sebelum reverse
stock split dengan rata – rata abnormal return sesudah reverse stock split.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 2-tailed yang memiliki nilai
(0.672) lebih besar dari a = 5% atau 0.05.
Hal ini berarti bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata – rata abnormal
return sebelum reverse stock split tidak berbeda secara signifikan dengan
rata – rata abnormal return sesudah reverse stock split.
Tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan tersebut berarti
pengumuman reverse stock split tidak mempengaruhi keputusan investor
dalam melakukan transaksi di pasar modal, yang dilihat dari rata-rata
abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman. Hal ini berarti
investor telah lebih dahulu mengantisipasi adanya informasi baru yang
dipublikasikan ke pasar, sehingga tidak mengubah preferensi investor
terhadap keputusan investasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Secara rata-rata dari keseluruhan sampel ditemukan bahwa rata-rata
abnormal return sesudah reverse stock split sebesar (-0,24%) lebih kecil
dibandingkan dengan nilai rata-rata dari abnormal return sebelum reverse
stock split yang hanya sebesar (0,06%). Hal ini menunjukkan secara
keseluruhan abnormal return mengalami penurunan, namun secara
statistik penurunan tersebut tidak menunjukkan angka yang signifikan.
Dapat dilihat perbedaan yang tampak yang terjadi antara rata-rata
abnormal return per saham sebelum dan sesudah reverse stock split pada
tabel berikut:
Tabel IV.5 Perbandingan Rata-Rata Abnormal Return (AAR)
Sebelum dan Sesudah Reverse stock split
Kode Perusahaan
AAR Sebelum
AAR Sesudah
Tanda Keterangan Sig.2-tailed
Keterangan
BDMN1 -0,01126 0,00694 + meningkat ,567 Tidak signifikan
BNII 0,03797 -0,02080 - menurun ,287 Tidak signifikan
LPBN -0,00269 -0,01003 - menurun ,755 Tidak signifikan
BDMN2 -0,01644 -0,02103 - menurun ,856 Tidak signifikan
SUBA 0,01369 0,00123 - menurun ,859 Tidak signifikan
BBNI -0,00709 -0,00679 + meningkat ,983 Tidak signifikan
UNIT1 -0,00630 -0,00345 + meningkat ,944 Tidak signifikan
BNGA -0,00390 -0,01648 - menurun ,579 Tidak signifikan
BNLI -0,02672 0,00024 + meningkat ,507 Tidak signifikan
SIPD 0,04456 -0,01460 - menurun ,414 Tidak signifikan
IIKP 0,02084 0,06704 + meningkat ,695 Tidak signifikan
BNBR1 -0,01729 0,03999 + meningkat ,224 Tidak signifikan
LPLI 0,01136 0,00627 - menurun ,836 Tidak signifikan
APIC -0,02963 -0,01973 + meningkat ,775 Tidak signifikan
UNIT2 0,00286 -0,01489 - menurun ,086 Tidak signifikan
BKSL 0,00519 0,00647 + meningkat ,750 Tidak signifikan
INPC 0,00293 -0,02565 - menurun ,119 Tidak signifikan
BNBR2 -0,00644 -0,01752 - menurun ,328 Tidak signifikan
Sumber: data sekunder yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dalam tabel tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa semua
perusahaan yang melakukan reverse stock split mengalami penurunan
abnormal return. Dari 18 perusahaan yang dijadikan sampel hanya
terdapat delapan perusahaan saja yang mengalami peningkatan abnormal
return yakni Bank Danamon Indonesia 1, Bank Negara Indonesia , United
Capital Indonesia 1, Bank Permata, Inti Agri Resources, Bakrie &
Brothers 1, Pan Pacific Internasional, dan Sentul City.
Penurunan abnormal return pada perusahaan Sierad Produce lebih
besar dibandingkan dengan penurunan perusahaan lain yang melakukan
reverse stock split yakni sebesar (-5,91%). Abnormal return Sierad
Produce sebelum reverse stock split adalah sebesar (4,45%) menjadi
sebesar (-1,46%) sesudah reverse stock split.
Bank International Indonesia mengalami penurunan abnormal return
sebesar (-5,58%). Abnormal return Bank International Indonesia sebelum
reverse stock split adalah sebesar (3,79%) menjadi (-2,08%) sesudah
reverse stock split.
Bank Lippo mengalami penurunan abnormal return (-0,73%),
sebelum reverse stock split adalah sebesar (-0,26%) menjadi (-1,003%)
sesudah reverse stock split.
Bank Danamon untuk kedua kalinya pada tahun 2003 melakukan
reverse stock split mengalami penurunan abnormal return (-0,45%),
sebelum reverse stock split adalah sebesar (1,64%) menjadi (-2,1%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Namun pada tahun 2001 untuk pertama kalinya melakukan reverse stock
split terjadi kenaikan abnormal return sebesar (1,82%).
Perusahaan Suba Indah mengalami penurunan abnormal return
sebesar (-1,24%), sebelum reverse stock split adalah sebesar (1,36%)
menjadi (0,12%) sesudah reverse stock split.
Perusahaan United Capital Indonesia pada tahun 2004 mengalami
peningkatan abnormal return sebesar (0,28%), sebelum reverse stock split
adalah sebesar (-0,63%) menjadi (-0,34%) sesudah reverse stock split,
kemudian untuk kedua kalinya melakukan reverse stock split pada tahun
2005 terjadi penurunan abnormal return sebesar (-1,77%).
Bank Niaga mengalami penurunan abnormal return (-1,26%),
sebelum reverse stock split adalah sebesar (0,39%) menjadi (-1,65%)
sesudah reverse stock split. Perusahaan Lippo E-net mengalami penurunan
abnormal return sebesar (-0,509%) sebelum reverse stock split adalah
sebesar (1,13%) menjadi (0,62%). Bank Artha Graha Internasional
mengalami penurunan abnormal return sebesar (-2,85%), sebelum reverse
stock split adalah sebesar (0,29%) menjadi sebesar (-2,56%) sesudah
reverse stock split.
Kenaikan abnormal return paling besar dibanding dengan
perusahaan lainnya terjadi pada perusahaan Bakrie & Brothers sebesar
(5,73%) ketika melakukan reverse stock split untuk pertama kalinya pada
tahun 2005. Kenaikan abnormal return dari (-1,73%) menjadi sebesar
(3,99%). Sedangkan untuk kedua kalinya melakukan reverse stock split
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pada tahun 2008 terjadi penurunan abnormal return dari (-0,64%) menjadi
(-1,75%). Kenaikan abnormal return paling rendah dialami oleh Bank
Negara Indonesia yakni sebesar (0,003%).
Bank Permata mengalami kenaikan abnormal return sebesar
(2,69%), sebelum reverse stock split adalah sebesar (-2,67%) menjadi
(0,02%) sesudah reverse stock split. Perusahaan Inti Agri Resources
mengalami kenaikan abnormal return sebesar (4,62%), sebelum reverse
stock split adalah sebesar (2,08%) menjadi (6,7%) sesudah reverse stock
split. Perusahaan Pan Pacific International mengalami kenaikan abnormal
return sebesar (0,99%), sebelum reverse stock split adalah (-2,96%)
menjadi (-1,97%) sesudah reverse stock split.
Perusahaan Sentul City mengalami peningkatan abnormal return
sebesar (0,13%), sebelum reverse stock split adalah sebesar (0,51%)
menjadi (0,64%).
Meskipun diketahui terdapat perbedaan rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah reverse stock split pada masing-masing saham,
namun perubahan tersebut menunjukkan angka yang tidak signifikan baik
dilihat secara rata-rata keseluruhan sampel maupun masing-masing saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-Rata Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading volume
activity saham sebelum dan sesudah reverse stock split.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode uji
wilcoxon signed rank test. Metode tersebut digunakan karena data-data
yang dianalisis merupakan data-data yang berdistribusi tidak normal.
Hipotesis yang kedua menguji perbedaan rata-rata trading volume activity
sebelum dan sesudah reverse stock split menggunakan alat uji non-
parametik yaitu wilcoxon signed rank-test. Dengan kriteria pengujian
untuk nilai asymptotic significance yaitu < 0.05 maka hipotesis nol akan
ditolak dan hipotesis alternatif 2 akan diterima atau dengan kata lain ada
perbedaan. Begitu pula sebaliknya jika asymptotic significance yaitu >
0.05, maka hipotesis nol akan diterima dan hipotesis alternatif 2 akan
ditolak maka dikatakan tidak ada perbedaan. Hasil pengujian perbedaan
rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split
ditunjukkan dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Rata-Rata Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split
Keterangan
Av. Trading Volume Activity Sebelum – Av. Trading Volume Activity Sesudah
Z -1.154
Asymp. Sig. (2-tailed) Kesimpulan
0.248 Ho diterima
Sumber : data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas menunjukkan
perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah reverse
stock split secara statistik tidak signifikan dimana nilai signifikansi 2 tailed
(0.248) lebih besar dari α=5% atau 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan H0
diterima bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split.
Meskipun terjadi kenaikan rata-rata trading volume activity sebelum
dan sesudah reverse stock split dari 0,0026033 menjadi 0,0043111, akan
tetapi, secara statistik kenaikan tersebut tidak menunjukkan angka yang
signifikan. Dapat dilihat perbedaan yang tampak yang terjadi antara rata-
rata trading volume activity per saham sebelum dan sesudah reverse stock
split pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel IV.7 Perbandingan Rata-Rata Trading Volume Activity ( ATVA) Sebelum
dan Sesudah Reverse stock split
Kode Perusahaan
ATVA Sebelum
ATVA Sesudah
Tanda Keterangan Sig 2-tailed
Signifikansi
BDMN1 0,0000177 0,0000014 - menurun 0,017 Signifikan
BNII 0,0000244 0,0007085 + meningkat 0,005 Signifikan
LPBN 0,0014581 0,0002064 - menurun 0,013 Signifikan
BDMN2 0,0000141 0,0000172 + meningkat 0,959 Tidak signifikan
SUBA 0,0007866 0,0031456 + meningkat 0,059 Tidak signifikan
BBNI 0,0000456 0,0000437 - menurun 0,241 Tidak signifikan
UNIT1 0,0006635 0,0020510 + meningkat 0,139 Tidak signifikan
BNGA 0,0015864 0,0012964 - menurun 0,799 Tidak signifikan
BNLI 0,0000400 0,0000502 + meningkat 0,575 Tidak signifikan
SIPD 0,0003212 0,0004419 + meningkat 0,169 Tidak signifikan
IIKP 0,0287391 0,0012120 - menurun 0,074 Tidak signifikan
BNBR1 0,0022676 0,0377091 + meningkat 0,007 Signifikan
LPLI 0,0014493 0,0005529 - menurun 0,037 Signifikan
APIC 0,0009082 0,0013039 + meningkat 0,721 Tidak signifikan
UNIT2 0,0000159 0,0123804 + meningkat 0,005 Signifikan
BKSL 0,0000556 0,0000893 + meningkat 0,386 Tidak signifikan
INPC 0,0001228 0,0000044 - menurun 0,037 Signifikan
BNBR2 0,0083428 0,0163856 + meningkat 0,093 Tidak signifikan
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa sebanyak sebelas
perusahaan yang melakukan reverse stock split mengalami kenaikan
trading volume activity yang berarti juga peningkatan likuiditas saham,
dan terdapat tujuh emiten yang mengalami penurunan trading volume
activity yakni Bank Danamon Indonesia I, Bank Lippo, Bank Negara
Indonesia, Bank Niaga, Inti Agri Resources, Lippo E-net, Bank Artha
Graha Internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari 18 sampel, terdapat tujuh emiten yang ditemukan memiliki
perbedaan trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan
sesudah dilakukannya reverse stock split. Bank International Indonesia,
Bakrie & Brothers 1 dan United Capital Indonesia 2 mengalami kenaikan
trading volume activity yang signifikan. Perusahaan Lippo-E net, Bank
Artha Graha International, Bank Danamon Indonesia 1, dan Bank Lippo
mengalami penurunan trading volume activity yang signifikan.
Peningkatan trading volume activity Bakrie & Brothers 1 pada
tahun 2005 lebih besar dibandingkan dengan emiten lain yang juga
mengalami peningkatan. Trading volume activity Bakrie & Brothers I
sebelum mengalami reverse stock split adalah sebesar 0,0022676, sesudah
mengalami reverse stock split trading volume activity -nya meningkat
menjadi 0,0377091. Pada tahun 2008 ketika Bakrie &Brothers 2
melakukan reverse stock split untuk kedua kalinya terjadi kenaikan trading
volume activity sebesar 0,008 lebih kecil dibandingkan dengan ketika
pertama kalinya melakukan reverse stock split pada tahun 2005 mengalami
kenaikan sebesar 0,03544. Kenaikan trading volume activity paling rendah
dialami oleh Sentul City Tbk yakni sebesar 0,0000337.
Bank International Indonesia mengalami kenaikan trading volume
activity sebesar 0,0006841, sebelum reverse stock split adalah sebesar
0,0000244 menjadi 0,0007085 sesudah reverse stock split. Perusahaan
Suba Indah mengalami kenaikan trading volume activity sebesar 0,02359,
sebelum reverse stock split adalah sebesar 0,000078 menjadi 0,0031456
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sesudah reverse stock split. Bank Permata mengalami kenaikan trading
volume activity sebesar 0,0000102, sebelum reverse stock split adalah
sebesar 0,00004 menjadi 0,0000502 sesudah reverse stock split.
Perusahaan Sierad Produce mengalami kenaikan trading volume activity
sebesar 0,0000102, sebelum reverse stock split adalah sebesar 0,0003212
menjadi 0,0004419 sesudah reverse stock split. Perusahaan Pan Pacific
International juga mengalami kenaikan trading volume activity sebesar
0,0003957.
Bank Danamon 2 mengalami kenaikan trading volume activity
sebesar 0,0000031 pada tahun 2003, sebelum reverse stock split adalah
sebesar 0,0000244 menjadi 0,0007085 sesudah reverse stock split. Namun
pada tahun 2001 ketika pertama kalinya melakukan reverse stock split
terjadi penurunan trading volume activity sebesar -0,0000163.
Perusahaan United Capital Indonesia mengalami dua kali kenaikan
trading volume activity sesudah melakukan reverse stock split yakni pada
tahun 2004 dan 2005. Pada tahun 2004, United Capital Indonesia 1
kenaikan trading volume activity adalah sebesar 0,013876, sedangkan pada
tahun 2005 adalah sebesar 0,01236.
Perusahaan Inti Agri Resources mengalami penurunan trading
volume activity paling besar dibandingkan emiten lainnya yakni -0,02752,
sebelum reverse stock split adalah sebesar 0,0287 menjadi 0,001212
sesudah reverse stock split. Bank Lippo mengalami penurunan trading
volume activity sebesar -0,001251. Bank Negara Indonesia mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
penurunan trading volume activity sebesar -0,00000019. Bank Niaga
mengalami penurunan trading volume activity sebesar -0,00029. Lippo E-
net mengalami penurunan trading volume activity sebesar -0,000896.
Bank Artha Graha Internasional mengalami penurunan trading volume
activity sebesar -0,0001184.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa
tidak ditemukan perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah reverse stock split. Tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock
split, karena informasi yang tersedia terserap dengan baik oleh pasar
sehingga pasar cenderung melakukan penyesuaian terhadap
perkembangan informasi, karena informasi tersebar dengan baik dan
merata sehingga tidak ada yang dapat mempengaruhi pasar. Informasi
tersebut tercermin dalam pergerakan harga saham yang menyebabkan
rata-rata abnormal return yang diperoleh investor cenderung tidak
berbeda dengan rata-rata abnormal return sebelum reverse stock split.
Sehingga dapat dikatakan aktivitas reverse stock split tidak berpengaruh
terhadap abnormal return saham tersebut.
Berdasarkan nilai rata-ratanya, rata-rata dari abnormal return
sebelum reverse stock split adalah sebesar (0,06%), lebih besar
dibandingkan dengan nilai rata-rata dari abnormal return sesudah reverse
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
stock split yang sebesar (-0,24%). Keadaan tersebut menunjukkan adanya
penurunan abnormal return sesudah pengumuman tersebut. Penurunan
ini terjadi karena investor menganggap bahwa reverse stock split adalah
berita buruk sehingga merespon pengumuman reverse ini sebagai
informasi negatif dan menjual sahamnya, sehingga mengakibatkan harga
saham turun dan pada akhirnya menurunkan return saham.
Namun penurunan abnormal return tersebut secara statistik
menunjukkan angka yang tidak signifikan, dengan demikian
pengumuman reverse stock split tidak mempengaruhi investor dalam
melakukan transaksi di pasar modal yang dilihat dari rata-rata abnormal
return saham sebelum dan sesudah reverse stock split.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ana Wafiyah (2005) dimana
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah peristiwa reverse stock split.
Dari hasil uji beda rata-rata trading volume activity sebelum dan
sesudah reverse stock split menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah
reverse stock split. Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara
trading volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split ini dapat
disebabkan karena preferensi investor mengenai informasi kebijakan
reverse stock split dianggap tetap, baik sebelum maupun sesudah reverse
stock split. Sehingga reverse stock split tidak memberikan dampak yang
berarti terhadap trading volume activity tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan nilai rata-rata, trading volume activity setelah reverse
stock split lebih besar (0,002603) daripada sebelum reverse stock split
(0,004311) kenaikan trading volume activity disebabkan karena transaksi
menjadi lebih menarik karena dilaksanakannya reverse stock split
membawa saham kepada harga yang lebih tinggi. Namun kenaikan
tersebut secara statistik menunjukkan angka yang tidak signifikan.
Hasil pengujian trading volume activity ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Han (1995) dan Lihua Jing (2002) dimana
volume perdagangan meningkat signifikan setelah adanya reverse stock
split. Namun penelitian ini sejalan dengan Ana Wafiyah (2005) dimana
tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading volume activity
sebelum dan sesudah reverse stock split.
Dengan demikian secara keseluruhan uji hipotesis, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja saham baik sebelum
maupun sesudah reverse stock split yang dilihat dari rata-rata abnormal
return dan trading volume activity. Aktivitas reverse stock split ini tidak
mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi di pasar
modal, karena investor telah lebih dulu mengantisipasi adanya informasi
baru yang dipublikasikan ke pasar, sehingga tidak mengubah preferensi
investor terhadap keputusan investasinya.
Meskipun secara rata-rata keseluruhan menunjukan tidak adanya
perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan
sesudah reverse stock split dan rata-rata trading volume activity sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dan sesudah reverse stock split. Tetapi pada pengujian secara individual
mengenai trading volume activity ditemukan beberapa perusahaan yang
menunjukan adanya perbedaan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang menyajikan seluruh rangkuman hasil
perhitungan dan analisis data sebagai suatu kesimpulan. Bab ini juga menyajikan
keterbatasan penelitian serta saran-saran yang dapat digunakan sebagai solusi
pengembangan penelitian mendatang.
A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hipotesis yang dirumuskan
maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil uji beda rata-rata abnormal return, menunjukkan bahwa secara
statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah reverse stock split pada tingkat a = 5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa reverse stock split tidak mempengaruhi keputusan
investor dalam melakukan transaksi di pasar modal yang dilihat dari rata-
rata abnormal return saham sebelum dan sesudah reverse stock split.
2. Dari hasil uji beda rata-rata trading volume activity, menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading
volume activity sebelum dan sesudah reverse stock split pada tingkat a = 5
%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas reverse stock split tidak
berpengaruh terhadap trading volume activity saham tersebut sehingga
tidak mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pasar modal yang dilihat dari rata-rata trading volume activity saham
sebelum dan sesudah pengumuman.
B. Keterbatasan
Dalam penelitian ini dihadapai beberapa keterbatasan yang perlu menjadi
perhatian pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu :
1. Penelitian ini hanya melihat perbedaan kinerja saham antara sebelum dan
sesudah reverse stock split yang diproksikan dengan abnormal return dan
trading volume activity, belum mempertimbangkan variabel bid-ask
spread.
2. Sampel yang digunakan terlalu sedikit dikarenakan langkanya kebijakan
reverse stock split yang dilakukan oleh suatu emiten di Indonesia.
C. Saran
Dengan mempertimbangkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian di
atas, maka saran yang dapat direkomendasikan bagi penelitian selanjutnya
dan pihak-pihak yang terkait, antara lain :
1. Bagi emiten, karena investor menganggap tindakan reverse stock split
sebagai sinyal negatif, sebaiknya ketika memutuskan untuk melakukan
reverse stock split diikuti dengan tindakan yang mampu mengurangi sinyal
negatif tersebut. Beberapa contoh tindakan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut: (1) Mengembangkan dan melaksanakan rencana bisnis
yang tepat dan realistis, (2) Pengambilan keputusan rasio reverse stock
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
split, sebaiknya disesuaikan dengan tujuan perusahaan, (3) Melakukan
komunikasi yang efektif dengan investor baik sebelum dan sesudah
reverse stock split, mengenai perkembangan perusahaan dalam konteks
rencana jangka panjang.
2. Bagi para investor, sebenarnya peristiwa reverse stock split tidak
mempunyai nilai ekonomis atau pengaruh terhadap kinerja investasinya,
sehingga disarankan agar investor tidak merespon peristiwa tersebut secara
berlebihan.
3. Untuk penelitan selanjutnya, dapat dilakukan dengan memperpanjang
periode estimasi dan menambah variabel bid-ask spread untuk mengukur
likuiditas.