analisis kohesi dan koherensi pada wacana naskah drama
TRANSCRIPT
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA NASKAH
DRAMA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMA KELAS XI
SKRIPSI
oleh
JUHARIN VERANITA
NIM A1B117024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
37
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA NASKAH
DRAMA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMA KELAS XI
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Juharin Veranita
NIM A1B117024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajadnya jika kamu beriman.
(QS Al Imran Ayat 139)
Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan, karena kegagalan adalah
cara Tuhan mengajarkan kita tentang arti kesungguhan untuk menuju
keberhasilan, dan kebahagiaan tidak akan berwarna jika kita tidak menyertakan
orang disekitar kita.
Bingkisan kecil ini kupersembahkan untuk ayahanda tercinta Ombak Trisulo, ibunda
tercinta Narni, Nenekku Suparti serta adikku satu-satunya Jeni Oktaveni. Terima kasih
sudah berjuang keras mengantarku untuk meraih ilmu dan selalu memberikan dukungan
untuku dimasa sulitku. Cinta kasih darimu menjadikanku kuat untuk terus melanjutkan
lagkahku menyelesaikan pendidikanku. Semoga bingkisan kecil ini dapat menggantikan
sepercikan kecil dari pengorbanan dan ketulusan kalian dalam menuntunku meraih masa
depan untuk menuju sebuah kebahagiaan kita bersama
ABSTRAK
Veranita, Juharin, 2020. Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah
Drama dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI : Skripsi,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi,
Pembimbing (I) Drs. Imam Suwardi Wibowo, M.Pd., (II) Drs. Agus
Setyonegoro, M.Pd.
Kata kunci: kohesi, koherensi, naskah drama.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
Penelitian ini bermanfaat untuk keperluan pengetahuan bahasa terutama mengenai
sarana kohesi dan koherensi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal yang dideskripsikan
adalah sarana kohesi dan koherensi naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI. Data penelitian ini berupa kata-kata dan kalimat bentuk
dialog. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani.
Teknik yang digunakan yaitu teknik simak dan catat. Data yang dianalisis diuji
keabsahan datanya.
Hasil penelitian ditemukan 3 jenis sarana kohesi pada naskah drama “Panembahan
Reso” karya W.S Rendra yaitu: pada kohesi gramatikal ditemukan (1) pronomina
dan (2) konjungsi. Sedangkan pada kohesi leksikal ditemukan (1) repetisi, dan (2)
sinonimi. Kemudian ditemukan delapan sarana koherensi yaitu (1) hubungan
sebab-akibat, (2) hubungan sarana-hasil, (3) hubungan alasan-sebab, (4) hubungan
sarana-tujuan, (5) hubungan latar-kesimpulan, (6) hubungan kelonggaran-hasil,
(7) hubungan syarat-hasil, dan (8) hubungan waktu.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan peneliti, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani ditemukan 4 jenis sarana kohesi, yaitu pada kohesi
gramatikal (1) pronomina, (2) subtitusi, dan (3) konjungsi. Sedangkan pada kohesi
leksikal yaitu (1) repetisi, (2) sinonimi, dan (3) antonimi. Sarana koherensi
ditemukan tujuh jenis sarana koherensi yaitu (1) hubungan sebab-akibat (2)
hubungan alasan-sebab (3) hubungan sarana-tujuan (4) hubungan kelonggaran-
hasil (5) hubungan syarat-hasil (6) hubungan perbandingan (7) hubungan waktu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam
buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI terdapat sarana kohesi dan koherensi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah Drama dalam Buku
Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI”. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Jambi.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin berhasil tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam
Suwardi Wibowo, M.Pd. sebagai pembimbing I sekaligus dosen pembimbing
akademik atas nasihat dan bimbingan selama penulis menjalani kuliah di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Drs. Agus Setyonegoro, M.Pd. sebagai pembimbing II
atas ilmu, arahan, solusi dan waktu yang diberikan dengan ikhlas sehingga penulis
dapat menyelesaikanskripsi ini.
Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.
Aripudin, M.Hum., Bapak Dr. Rustam, M.Hum., dan Bapak Priyanto, S.Pd.,
M.Pd. selaku dewan penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua dosen di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak
memberikan bekal ilmu yang sangat berarti yang akan selalu diingat penulis ke
masa yang akan datang.
Penulis bersyukur mendapatkan kedua orangtua, Ayahanda Ombak Trisulo
dan Ibunda Narni, yang sangat meyayangi dan mencintai keluarganya, yang selalu
melimpahkan kasih sayangnya, dan bantuan moril maupun materil yang tiada
ternilai harganya. Kepada adikku satu-satunya yang sangat penulis sayangi, Jeni
Oktaveni dan nenekku Suparti.
Terima kasih penulis sampaikan kepada sahabatku Leli Ningsih, Fitria
Anisa Zahra, Elvina Agustina, Hafizah Wiranti, Delvia Azizah, Devi Ulfa
Ningsih, Ariana Ulfa, Dinda Yulia Safira, Nawang Wulan Sari, Rizky Mutia Rei,
serta teman-teman seangkatan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2017 yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan manusia
diamanahkan untuk selalu melalukan ikhtiar untuk memantapkan langkah menuju
karya yang baik. Terima kasih.
Jambi,
Desember 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORETIK
2.1 Naskah Drama .................................................................................................. 6
2.2 Analisis Wacana ............................................................................................... 7
2.2.1 Analisis Wacana dengan Pendekatan Formal .............................................. 8
2.2.2 Wacana ......................................................................................................... 9
2.2.3 Jenis Wacana ............................................................................................... 11
2.2.4 Syarat Wacana ............................................................................................. 13
2.2.5 Teks dan Konteks ........................................................................................ 14
2.3 Kohesi ........................................................................................................... 15
2.3.1.Kohesi Gramatikal ...................................................................................... 17
2.3.2 Kohesi Leksikal ........................................................................................... 25
2.4 Koherensi ....................................................................................................... 28
2.5 Penelitian yang Relevan ................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 37
3.2.Sumber Data dan Data ................................................................................... 38
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 39
3.4 Uji Validitas Data ........................................................................................... 39
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 40
3.6 Prosedur Penelitian......................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Hasil Penelitian Secara Umum ..................................................... 43
4.1.1 Sarana Kohesi Gramatikal Naskah Drama “Panembahan Reso” ................ 43
4.1.2 Sarana Kohesi Leksikal Naskah Drama “Panembahan Reso” ................... 54
4.1.3 Sarana Koherensi Naskah Drama “Panembahan Reso” ............................. 55
4.1.4 Sarana Kohesi Gramatikal Naskah Drama “Mahkamah” ........................... 62
4.1.5 Sarana Kohesi Leksikal Naskah Drama“Mahkamah” ................................ 74
4.1.6 Sarana Koherensi Naskah Drama “Mahkamah” ......................................... 78
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 91
5.2 Implikasi ......................................................................................................... 91
5.3 Saran ............................................................................................................... 92
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 93
LAMPIRAN ........................................................................................................ 95
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 152
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra .................................... 95
2. Naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani” ................................................. 98
3. Korpus data naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra ................ 105
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Salah satunya
bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Secara garis besar sarana komunikasi ada dua, yaitu verbal dan
nonverbal. Verbal juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi
yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis
(Sumarlam, 2009:1).
Dalam realita pemakaian, bahasa selalu terwujud sebagai wacana. Hal itu
sesuai dengan pengertian wacana yang dikemukakan oleh Tarigan. Menurut
Tarigan (2009:26) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, yang
berkesinambungan, memiliki awal dan akhir, dan yang secara nyata disampaikan
secara lisan maupun tulisan.
Selanjutnya, (Rani dkk, 2015:3) merumuskan bahwa wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran, bentuk lisan
atau tulisan, serta dapat bersifat transaksional ataupun interaksional. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi
antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulisan, wacana
merupakan hasil pengungkapan ide atau gagasan penyapa.
Wacana yang utuh adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung aspek-
aspek yang terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang di maksud antara lain kohesi,
koherensi, aspek leksikal, dan aspek gramatikal. Sebuah wacana terdiri dari dua
bagian yaitu bentuk dan makna. Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan
faktor penting untuk menentukan tingkat keterbacaan dan keterpahaman wacana.
Sebuah wacana dapat dikatakan baik apabila hubungan antarkalimatnya kohesif
dan koheren. Maka dari itu dibutuhkan penanda koherensi untuk mencapai
kekohesifan yang mantap sehingga wacana tersebut dapat dikatakan wacana yang
utuh karena terdapat kohesi dan koherensi yang lengkap.
Selanjutnya, naskah merupakan hasil proses penurunan dari teks aslinya
(yang mungkin hanya berupa gagasan, ide, atau kerangka). Proses penurunan teks
ini mungkin berjalan turun-temurun yang disebut tradisi. Naskah drama
merupakan gabungan dari wacana dialog yang terbentuk tulis dan wacana naratif.
Wacana dialog yaitu jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih,
sedangkan wacana naratif yaitu bentuk wacana yang dipergunakan untuk
menceritakan suatu kisah.
Peneliti tertarik untuk menganalisis naskah drama karena naskah drama
berbeda dari dibandingkan puisi/prosa. Justru perbedaan tersebut mendorong
peneliti mengkaji piranti kohesi dan koherensi yang terdapat dalamnaskah drama
Pnembahan Reso karya “W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani. Naskah
drama apabila dibandingkan dengan karya sastra lainya seperti cerpen, puisi,
novel atau yang lainya, ia memiliki spesifikasi tersendiri, yakni ada dialog yang
disampaikan oleh tokoh-tokohnya sebagai perwujudan komunikasi dalam
menyampaikan gagasan dan pesan yang terkandunng pada naskah drama tersebut.
Kohesi dan koherensi dalam naskah drama Panembahan Reso karya W.S.
Rendra dan Mahkamah karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA
kelas XI layak diteliti agar dapat ditemukan variasi penggunaan aspek kohesi dan
koherensi, yang berfungsi sebagai alat penghubung antarkalimat yang satu dengan
yang lain yang membentuk keterkaitan. Dengan demikian informasi atau hal-hal
yang ingin diungkapkan oleh penulis dapat dimengerti dengan mudah oleh
pembaca yang membaca naskah drama tersebut. Kohesi dan koherensi merupakan
bagian yang mutlak yang harus ada dalam suatu tulisan, karena kohesi dan
koherensi ini akan mencerminkan isi dari tulisan yang akan dibaca oleh pembaca.
Kohesi dan koherensi dapat pula menjadikan tulisan yang dibaca bermakna atau
memiliki ide atau informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
Adanya dugaan bahwa terdapatnya aspek kohesi dan koherensi dalam
naskah drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan Mahkamah karya Asrul
Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI, maka penelitian ini perlu
dilakukan untuk melihat penggunaan aspek kohesi dan koherensi apa saja yang
terdapat pada naskah drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan
Mahkamah karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan
analisis dalam judul: Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah Drama
dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Apa sajakah sarana kohesi pada naskah drama dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI?
2) Apa sajakah sarana koherensi pada naskah drama dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mengemukakan tujuan
penelitian sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan jenis-jenis sarana kohesi pada naskah drama dalam
buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
2) Mendeskripsikan kekoherensian pada naskah drama dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis bermanfaat untuk kegiatan belajar mengajar,
khususnya jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam naskah
drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan Mahkamah karya Asrul Sani
dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya
tentang penelitian kohesi dan koherensi. Kemudian hasil penelitian dapat
memberikan masukan bagi mahasiswa khususnya Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengembangkan keterampilanya dalam mata
kuliah wacana.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1. Naskah Drama
Naskah merupakan hasil proses penurunan dari teks aslinya (yang
mungkin hanya berupa gagasan, ide, atau kerangka). Proses penurunan teks ini
mungkin berjalan turun-temurun yang disebut tradisi. Naskah drama adalah
barang barang cetak atau naskah tertulis yang berbentuk dialog, menggambarkan
watak seseorang dalam kehidupan, memiliki kesatuan dan berfungsi sebagai
naskah sastra (untuk dibaca) maupun sebagai naskah untuk dipentaskan.
Selanjutnya, naskah drama merupakan gabungan dari wacana dialog yang
terbentuk tulis dan wacana naratif. Wacana dialog yaitu jenis wacana yang
dituturkan oleh dua orang atau lebih, sedangkan wacana naratif yaitu bentuk
wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah.
Drama merupakan salah satu gender karya sastra yang secara etimologi
berasal dari bahasa Yunani ”dran” yang berarti berbuat. Orang Yunani menyebut
kata drama “draomai” berarti perbuatan meniru. Secara sederhana, makna dapat
berupa peran. Drama merupakan mimetik, yaitu peran dalam peniruan atau
representasi tentang perilaku kemanusiaan. Drama tidak hanya sekadar bentuk
sastra, tetapi dalam drama yang terpenting adalah penggarisbawahan peran.
Perwujudan drama adalah kehadiran unsur-unsur yang terletak di luar jangkauan
kata-kata dan harus dilihat sebagai peran. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan
bahwa drama merupakan karya tulis sastra (lakon) yang dapat dipentaskan, berisi
dialog dan perbuatan dalam suatu situasi tertentu (Emzir dan Saiful, 2015:262).
2.2 Analisis Wacana
Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.
Menurut Soenjono Dardjowidjojo (Mulyana, 2005:1) analisis wacana merupakan
kajian yang meneliti bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Kajian wacana
berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan
bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Hal ini menunjukan bahwa untuk
memahami wacana dengan baik dan tepat, diperlukan bekal pengetahuan
kebahasaan, dan bukan kebahasaan (umum).
Analisis wacana sebagai sebuah kajian bahasa yang berusaha
mengiterpretasi makna sebuah ujaran atau tulisan tidak dapat dilepaskan dari
konteks yang melatarinya, baik konteks linguistik maupun konteks etnografinya.
Konteks linguistik dimaksudkan sebagai rangkaian kata yang mendahului atau
yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan konteks etnografi dimaksudkan
sebagai serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor
budaya, tradisi, dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa
yang bersangkutan (Nurlaksana, 2015:1).
Selanjutnya, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan, penggunaaan bahasa secara alamiah tersebut dimaksudkan
sebagai penggunaan bahasa yang terjadi dalam peristiwa komunikasi sehari-hari
secara nyata. Analisis wacana menekankan kajian pada penggunaan bahasa dalam
konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur yang terjadi di
masyarakat pemakai bahasa (Nurlaksana, 2015:4).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Wahab (Nurlaksana, 2015:5)
mengemukakan bahwa analisis wacana adalah analisis bahasa dalam penggunaan
yang sebenarnya. Oleh karena itu, analisis wacana tidak dapat dibatasi hanya pada
deskripsi bentuk-bentuk lingustik yang terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa
dalam proses interaksi antar manusia. Jika para linguis formal memusatkan
perhatian pada ciri-ciri formal dari suatu bahasa, para analis wacana berusaha
mencari jawaban atas pertanyaan “untuk apa bahasa digunakan oleh manusia”.
2.2.1 Analisis Wacana dengan Pendekatan Formal
Analisis wacana dengan pendekatan formal menekankan analisisnya pada
struktur wacana. Struktur wacana berkenaan dengan dua hal, yaitu (1) bagian-
bagian atau unsur langsung pembentuk wacana dan (II) hubungan bagian-bagian
wacana. Setiap wacana terdiri atas bagian-bagian dan setiap bagian masih bisa
dirinco menjadi bagian yang lebih kecil. Nama bagian-bagian itu berbeda-beda
tergantung dari jenis wacananya.
Untuk menciptakan keutuhan, bagian-bagian wacana harus saling
berhubungan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk dan
makna, hubungan antar bagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
hubungan bentuk yang disebut kohesi dan hubungan makna yang disebut
koherensi. Kohesi disebut pula perpautan dan koherensi dinamai pula perpaduan.
Berdasarkan perwujudanya, Halliday dan Hasan membedakan dua jenis
kohesi, yaitu (i) kohesi gramatikal dan (ii) kohesi leksikal. Kohesi gramatkal
adalah keterkaitan gramatikal bagian-bagian wacana. Kohesi leksikal adalah
keterkaitan leksikal bagian-bagian wacana.kohesi gramatikal kemudian dapat
dirinci lebih lanjut menjadi penunjukkan, pergantian, pelesapan, dan perangkaian.
2.2.2 Wacana
Asal mula istilah wacana berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu
wac/wak/vac yang berarti berkata atau berucap. Bila dilihat dari jenisnya, kata
wac dalam lingkup morfologi bahasa Sanskerta, termasuk kata kerja golongan III
parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu „melakukan tindakan ujar‟. Kata
tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang
muncul di belakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna „mmbedakan‟
(nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau
„tuturan‟.
Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu lingusitik yang
ditetapkan dalam satu kajian tersendiri, yaitu analisis wacana. Tarigan
(Nurlaksana, 2015:3) menyatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan dengan
koherensi dan kohesi. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, yang
berkesinambungan, memiliki awal dan akhir, dan yang secara nyata disampaikan
secara lisan maupun tulisan.
Rani dkk (Nurlaksana, 2015:3) berpendapat bahwa wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran, bentuk lisan
atau tulisan, serta dapat bersifat transaksional ataupun interaksional. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi
antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulisan, wacana
merupakan hasil pengungkapan ide atau gagasan penyapa.
Selanjutnya, Kridalaksana (Nurlaksana, 2015:2) mengemukakan wacana
(discouse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hirarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedis, dan sebagainya), paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap. Dalam pandangan ini tampak
bahwa hal utama yang menjadi pertimbangan dalam batasan wacana adalah
kelengkapan muatan amanat yang dikandung oleh satuan bahasa tertentu, baik
berupa karangan lengkap, paragraf, kalimat, maupun kata.
Istilah wacana juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris , yaitu
discourse. Kata tersebut berasal dari bahasa latin, yaitu discursus yang berarti
„lari ke sana-ke mari‟ atau „lari bolak-balik‟. Dalam kamus webster, istilah
tersebut diperluas menjadi (1) komunikasi kata-kata, (2) ekspresi gagasan-
gagasan, dan (3) risalah tulis berupa ceramah, pidato, dan lain sebagainya. Dari
ketiga makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa istilah wacana berhubungan
dengan kata-kata, komunikasi, dan ungkapan baik secara lisan dan tulis Webster
(Tarigan, 2009:22).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa wacana adalah
satuan bahasa terbesar di atas kalimat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Satuan gramatikal
b) Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
c) Memiliki hubungan proposisi
d) Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
e) Memiliki hubungan kohesi dan koherensi
f) Medium dapat lisan maupun tulis
g) Sesuai dengan konteks
Dengan demikian, dapat ditemukan bahwa wacana adalah satuan bahasa
lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau kesinambungan antarbagian
(kohesi), keterpaduan (koherensi), dan bermakna yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, persyaratan
terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat
atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran).
Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbanagkan
prisip-prinsip keutuhan dan kepaduan.
2.2.3 Jenis Wacana
Terdapat beberapa sudut pandang yang dapat digunakan orang untuk
mengklasifikasikan jenis-jenis wacana. Melalui sudut pandang tersebut, wacana
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) berdasarkan tertulis atau tidaknya
wacana (2) berdasarkan langsung atau tidaknya wacana (3) berdasarkan cara
penuturan wacana (Tarigan, 2009:48).
a) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media
tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmatinya maka para penerima
harus membacanya. Berbicara mengenai wacana tulis, ada orang mengaitkanya
dengan written text yang mengimplikasikan non-interactive monolog atau
monolog yang tidak interaktif, yaitu monolog yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat kita pahami karena apa yang disebut monolog (bicara sendiri) itu
memang selalu bersifat satu arah saja.
b) Wacana lisan atau adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui
media lisan. Untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana lisan ini
maka para penerima harus menyimak atau mendengarkanya. Dengan kata lain,
penerima adalah penyimak. Wacana lisan ini, sering pula dikaitkan dengan
interactive discourse atau wacana interaktif. Wacana lisan ini sangat produktif
dalam sastra lisan seluruh tanah air kita ini; juga dalam saran-saran televisi,
radio, khotbah, ceramah, pidato, kuliah, deklamasi, dan sebagainya.
c) Wacana langsung adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh
intonasi atau pungtuasi.
d) Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip
harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan
konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif,
kata bahwa, dan sebagainya.
e) Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan
penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian lainya diikat secara
logis.
f) Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara
tertulis ataupun lisan.
g) Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam
bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan.
2.2.4 Syarat Wacana
Untuk membentuk sebuah wacana yang utuh ada sejumlah syarat. Syarat
pertama adalah topik, kedua adanya tuturan pengungkap topik, dan ketiga adanya
kohesi dan koherensi.
a) Topik
Topik merupakan hal yang di bicarakan dalam sebuah wacana. Topik dapat
dinyatakan dengan redaksi, “tentang apa seseorang berbicara?”, “apa yang
dikatakan seseorang?”, “apa yang mereka percakapkan?”, dan sebagainya. Hal
ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana. Topiklah yang menyebabkan
lahirnya wacana dan berfungsinya wacana dalam proses komunikasi.
b) Tuturan pengungkap topik
Syarat wacana yang kedua adalah tuturan pengungkap topik. Perlu dijabarkan
sehingga makna yang disusun dari beberapa kalimat menjadi utuh karena
wujud konkret tuturan itu adalah hubungan paragraf dengan paragraf yang lain
yang membentuk teks. Teks yang dimaksud di dalam wacana tidak selalu
berupa tuturan tulis, tetapi juga berupa tuturan lisan. Karena itu, di dalam
kajian wacana terdapat teks dan teks lisan.
c) Kohesi dan koherensi
Pada umumnya wacana yang baik adalah memiliki kohesi dan koherensi.
Kohesi dan koherensi adalah syarat wacana yang ketiga. Kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
wacana sehingga terciptalah pengertian yang baik dan koheren. Kohesi
merujuk pada pertautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada pertautan
makna. Wacana yang baik pada umumnya memiliki keduanya. Kalimat atau
frasa yang satu dengan yang lainya bertautan; pengertian yang satu
menyambung dengan pengertian lain.
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak
pada bentuk). Kohesi merupakan organisasi sintaksis dan merupakan tempat
kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan
tuturan (Tarigan, 2009:93). Selanjutnya, koherensi (perpaduan yang baik dan
kompak) adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur
(kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu bagaimana hubungan
antar subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek serta
keterangan-keterangan lain unsur pokok tadi.
2.2.5 Teks dan Konteks
Banyak orang mempertukarkan istilah „teks‟ dan „wacana‟. Sebenarnya,
istilah teks lebih dekat pemaknaanya dengan bahasa tulis , dan wacana pada
bahasa lisan. Dalam tradisi tulis, teks bersifat „monolog noninteraksi‟, dan wacana
lisan bersifat „dialog interaktif‟. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan
naskah, yaitu semacam bahan tulisan yang berisi materi tertentu, seperti naskah
materi kuliah, pidato, atau lainya. Jadi, perbedaan kedua istilah itu semata-mata
terletak pada segi (jalur) pemakaianya saja. Namun demikian, atas dasar
perbedaan penekanan itu pula kemudian muncul dua tradisi pemahaman di bidang
linguistik, yaitu „analisis linguistik teks‟ dan „analisis wacana‟. Analisis linguistik
teks langsung mengandalkan objek kajianya berupa bentuk formal bahasa, yaitu
kosa kata dan kalimat. Sedangkan analisis wacana mengharuskan disertakanya
analisis tentang konteks terjadinya suatu tuturan (Mulyana, 2005:9).
Sebenarnya, teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks
direalisasi (diucapkan) dalam bentuk „wacana‟. Mengenai hal ini teks lebih
bersifat konseptual. Dari sinilah kemudian berkembang pemahaman mengenai
teks lisan dan teks tulis, istilah-istilah yang sama persis dengan wacana lisan dan
wacana tulis.
Berkaitan dengan teks, didapati pula istilah konteks, yaitu teks yang
bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainya, teks yang
satu memiliki hubungan dengan teks lainya. Teks tersebut bisa berada di depan
(mendahului) atau di belakang (mengiringi). Keberadaan konteks dalam suatu
struktur wacana menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana
menjadi utuh dan lengkap. Konteks, dengan demikian, berfungsi sebagai alat
bantu memahami dan menganalisis wacana (Mulyana, 2005:10).
2.3 Kohesi
Kohesi merupakan suatu unsur pembentuk keutuhan teks dalam sebuah
wacana. Djajasudarma (Nurlaksana, 2015:39) mengemukakan bahwa kohesi
adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dan unsur yang lain dalam
sebuah wacana sehingga tercipta sutau keutuhan makna. Kohesi wacana mengacu
pada keserasian hubungan dari segi bentuk yang tampak secara konkret dalam
wacana. Selanjutnya, kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang
ditandai oleh penggunaan unsur bahasa tertentu. Unsur pembentuk teks itulah
yang membedakan sebuah rangkaian kalimat sebagai teks atau bukan teks
(Nurlaksana, 2015: 39).
Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk.
Artinya, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun
suatu wacana memiliki keterkatan secara padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi
termasuk dalam aspek internal struktur wacana. Sehubungan dengan hal tersebut,
Tarigan (Mulyana, 2005:26) mengemukakan bahwa penelitian terhadap unsur
kohesi menjadi bagian dari kajian aspek formal bahasa. Oleh karenanya,
organisasi dan struktur kewacanaanya juga berkonsentrasi dan bersifat sintaktik-
gramatikal.
Untuk dapat memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan
dan penguasaan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada
pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi juga kepada pengetahuan
tentang realitas, dan pengetahuan tentang proses penalaran yang disebut
penyimpulan sintaktik. Dapat dikatakan bahwa suatu teks atau wacana benar-
benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa terhadap
ko-teks (situasi dalam bahasa) dan konteks (situasi di luar bahasa). Dengan kata
lain, ketidaksesuaian bentuk bahasa dengan ko-teks dan konteks akan
menghasilkan teks yang tidak kohesif (Nurlaksana, 2015:40).
Kohesi mengacu pada hubungan antar kalimat dalam wacana, baik dalam
tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal. Agar wacana itu kohesif,
pemakaian bahasa dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang tentang kaidah
bahasa, realitas, penalaran (simmpulan sintaktis). Oleh karena itu, wacana
dikatakan kohesif apabila terdapat kesesuaian bentuk bahasa baik dengan ko-teks
(situasi-dalam-bahasa) maupun konteks (situasi-luar-bahasa) (Sudaryat, 2008:
151).
2.3.1. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah hubungan antarbagian- bagian wacana karena
berlakunya prinsip-prinsipgramatikal. Misalnya hubungan antara subjek dengan
subjek, subjek dengan unsur subjek, atau subjek dengan fungsi gramatikal yang
lain (Setiyanto, 2007:20) .
2.3.1.1 Referensi
Alwi dkk, (2003:43) menyatakan bahwa “pengacuan atau refernsi ialah
hubungan antara satuan bahasa dan wujud yang meliputi benda atau hal yang
terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa itu”. Menurut Kushartanty dkk,
(2009:96) “referensi adalah hubungan di antara unsur luar bahasa yang ditunjuk
oleh unsur bahasa dengan lambag yang dipakai untuk mewakili atau
menggambarkanya”.
“secara tradisional referensi berarti hubungan antara kata dengan benda.
Misalnya : kata buku, mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid
untuk menulis dan dibaca. Referensi menggunakan pronomina persona,
pronominal penunjuk, pronominal komparatif” (Rani dkk, 2004:100).
2.3.1.1.1 Pronomina Persona
Rani dkk, (2004:100) menyatakan bahwa “pronomina persona adalah
deiktis yang mengacu pada orang secara berganti – ganti bergantung pada
“topeng” yang sedang diperankan oleh partisipan wacana. Apakah partisipan itu
sebagai pembicara (persona pertama), pendengar (persona kedua), atau yang
dibicarakan (persona ketiga)”.
1. Persona pertama
Persona pertama tunggal bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan
daku. Ketiga bentuk itu adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat
pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk formal dan umumnya
dipakai dalam tlisan atau ujaran yang resmi. Meskipun demikian, sebagian
orang memakai pula bentuk kami dengan arti saya untuk situasi tertentu.
Persona pertama aku lebih banyak dipakai dalam pembicaraan
batin dan dalam situasi yang tidak formal dan lebih banyak menunjukkan
keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Oleh karena
itu, bentuk ini sering ditemukan ddalam cerita, puisi, dan percakapan
sehari – hari, persona pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra.
2. Persona kedua
Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau,
kamu, Anda, dikau-, kau, dan –mu. Berikut ini adalah kaidah pemakaianya.
a) Persona kedua engkau, kamu, dan –mu dipakai oleh:
1) Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan
baik dan lama.
Contoh: pukul berapa kamu berangkat ke sekolah, Nak?
2) Orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Contoh : mengapa kemarin engkau tidak masuk?
3) Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa
memandang umur atau status sosial.
Contoh: baru jadi kepala seksi sebulan, kenapa rambutmu
sudah beruban?
b) Persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan
hubungan, pada saat ini pronomina Anda dipakai:
1) Dalam hubungan yang terpribadi sehingga Anda tidak
diarahkan pada satu orang khusus.
Contoh : sebentar lagi kita akan mengudara; Anda kami
mohon mengenakan sabuk pengaman.
2) Dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicaraan tidak
ingin bersikap terlalu formal ataupun akrab.
Contoh : Anda sekarang tinggal di mana
c) Seperti halnya dengan daku, dikau juga dipakai dalam ragam
bahasa tertentu, khususnya ragam sastra.
Contoh: percayalah, dikaulah yang menjadi tambatan hatiku.
3. Persona ketiga
Ada dua macampersona ketiga tunggal: (1) ia, dia, atau –nya dan
(2) beliau.meskipun ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada
kendala tertentu yang dimiliki oleh masing – masing. Dalam posisi sebagai
subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama- sama dapat dipakai. Akan
tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di disebelah kanan dari
yang diterangkan, hanya bentuk dia dan –nya yang dapat muncul.
Orang juga mulai memakai ia bukan dia untuk merujuk pada
ssesuatu yang tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya karena ada
hubungan untuk memakai pronomina yang tidak merujuk pada insan,
terutama dalam tulisan ilmiah.
Contoh : sebagai numeralia ini diletakan di muka nomina: sebagai
numeralia tingkat, ia diletakkan di belakang nomina.
2.3.1.1.2 Pronomina Penunjuk
Alwi, (2003:260) “pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga
macam, yaitu (pronomina penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan
(3) pronomina penunjuk ihwal”.
1) Pronomina Penunjuk Umum
Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini
mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/ penulis, pada masa
yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Misalnya
ini, masalah ini. Untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada
masa lampau, atau pada informasi yang sudah disampaikan, digunakan
kata itu. Misalnya, lamaran itu, jawaban itu. Kata anu dipakai bila
seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai,
padahal ujaran telah terlanjur dimulai.
2) Pronomina Penunjuk Tempat
Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini,
situ, atau sana. Titk pangkal perbedaan antara ketiganya adap ada
pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), agak jauh (sana). Karena
penunjuk lokasi, pronominaini sering digunakan dengan preposisi pengacu
arah, di/ke/dari, sehingga terdapat di/ke/dari sini, di/ke/dari sana, dan
di/ke/dari situ.
3) Pronomina Penunjuk Ihwal
Pronomina penunjuk ihwal dalam bahasa Indonesia ialah begini,
dan begitu. Titik pangkal pembedanya sama denganpenunjuk
lokasi : dekat (begini), jauh (begitu).
2.3.1.1.3 Pronomina Komparatif
Rani dkk, (2004:104) menyatakan bahwa “pronomina komparatif adalah
deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya”. Kata – kata yang masuk
kategori kompratif ialah sama, persis,identik, serupa, segit serupa, selain, dan
berbeda.
2.3.1.2 Subtitusi (penyulihan)
Subsitusi merupakan proses atau hasil pergantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau
untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Subtitusi merupakan hubungan
gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Subtitusi dalam bahasa
Indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran.
Contoh gramatikal yang digunakan untuk menciptakan subtitusi adalah
demonstrativa ini, begini, di bawah ini, dan berikut ini. Untuk menggantikan kata
yang disebut; demonstrativa itu, begitu, demikian, tersebut dan di atas
untukmenggantikan kata yang sudah disebut. (Kushartanty dkk, 2009:97).
2.3.1.3 Elipsis (Pelesapan)
Adalah penandaan kata atu satuan lain yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis dapat pula
dikatakan penggantian nol (zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau
tidak dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsis pun dapat pula
dibedakan atas elipsis nominal, elipsis verbal, elipsis klausal..
2.3.1.4 Konjungsi
Menurut Alwi dkk, (2003:296) “ konjungtor juga dinamakan kata
sambung. Adalah kata tugas yangmenghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat
dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf”. Dilihat dari perilaku sintaksisnya
dalam kalimat, konjungtor dibagi menjadi empat kelompok,
diantaranya:konjungtor koordinatif, konjungtor korelatif, konjungtor subordinatif,
dan konjungtor antarkalimat, yang berfungsi pada tataran wacana.
2.3.1.4.1 Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua
unsur atau lebih yang sama pentinngnya atau memiliki status yang sama. Kata
kata yang termasuk dalam konjungsi koordoinatif yaitu dan, serta, atau, tetapi,
melainkan, padahal, sedangkan.
2.3.1.4.2 Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata,
frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama
Partikel yang digunakan dalam konjungsi korelatif antara lain:
- Baik..., maupun...
- Tidak hanya..., tetapi juga...
- Bukan hanya..., melainkan juga...
- Demikian..., sehingga...
- Sedemikian rupa..., sehingga...
- Apa(kah... atau...
- Entah... entah
- Jangankan..., ... pun
Contoh : baik Anda, istri Anda, maupun mertua Anda akan
menerima cidera mata.
2.3.1.4.3 Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua
klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama.
Konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok, antara lain:
1) Konjugsi subordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika,
tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi,
setelah, sesduah, sebelum, sehabis,selesai, seusai, hingga, sampai.
2) Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal, bila, manakala.
3) Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan,, seandainya, umpamanya,
sekiranya.
4) Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5) Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, meski, walaupun, sekalipun,
sungguhpun, kendatipun.
6) Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan – akan, seolah – olah,
sebagaimana, seperti, laksana, ibarat, daripada, alih – alih.
7) Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8) Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai, makanya.
9) Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
10) Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
11) Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa.
12) Konjungsi subordinatif atribut: yang.
13) Konjungsi subordinatif perbandingan: sama... dengan, lebih ... dari(pada).
2.3.1.4.4 Konjungsi Antarkalimat
Alwi dkk, (2003:300) menyatakan bahwa “konjungsi antarkalimat
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain”.
Partikel yang digunakan dalam konjungsi ini diantaranya adaalah;
- biarpun demikian/begitu
- Sekalian demikian/begitu
- Walaupun demikian/begitu
- Sungguhpun demikian/begitu
- Kemudia, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
- Tambahan pula, lagi pula, selain itu
- Sebaliknya
- Sesungguhnya, bahwasanya
- Malah(an), bahkan
- (akan) tetapi, namun
- Kecuali itu
- Dengan demikian
- Oleh karena itu, oleh sebab itu
- Sebelum itu
Contoh : - Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan
menghalanginya.
- Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
akan menghalanginya.
2.3.2 Kohesi Leksikal
Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi
gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal
adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Dalam hal ini, untuk
menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya
dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang
dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan
pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara
satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana Sumarlam
(Ratnaningdyah, 2012:39).
Kohesi leksikal diperoleh dengan cara memilih kosakata yang secara
serasi. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi ini, antara lain:
2.3.2.1 Reiterasi
Rani dkk, (2004:130) menyatakan bahwa “reiterasi (pengulangan) adalah
cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif”. Sedangkan menurut
Kushartanty dkk, (2009:99) “reiterasi adalah pengulangan kata - kata pada
kalimat berikutnya untuk memberikan penekanan bahwa kata – kata tersebut
merupakan fokus pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi,
hiponimi, metomini, dan antonimi”.
2.3.2.1.1 Repetisi (Pengulangan)
Kushartanty dkk, (2009:99) “repetisi adalah pengulanangan kata yang
sama”. Sedangkan Rani dkk, (2004:1300 macam-macam ulangan atau repetisi
berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia, diantaranya adalah berikut ini:
a) Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara
penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk. Pengulangan
tersebut dapat berfungsi untuk memberi tekanan pada bagian yang
diulang.
b) Ulangan dengan Bentuk Lain
Ulangan dengan bentuk lain terjadi apabila sebuah kata diulang dengan
kontruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar
yang sama.
c) Ulangan dengan Penggantian
Ulangan dengan penggantian sama dengan penggunaan kata ganti
(subtitusi). Untuk menghubungkan kalimat dapat dilakukan dengan
mengulang bagian kalimat. Namun, pengulangan itu dapat dilakukan
dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti.
2.3.2.1.2 Sinonimi
Kushartanty dkk, (2009:99) berpendapat bahwa “sinonimi adalah
hubungan antarkata yang memiliki sama makna”. Sinonimi juga merupakan suatu
kata yang memeiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti yang sama atau
mirip. Dapat disimpulkan sinonimi adalah padanankata atau persamaan kata.
2.3.2.1.3 Hiponimi
Kushartanty dkk, (2009:99) berpendapat bahwa “hubungan antara kata
yang bermakna spesifik dan kata yang bermakna generik”. Hiponimi juga disebut
kata yang memiliki semua komponen makna kata lainya, tetapi tidak sebaliknya,
makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainya.
2.3.2.1.4 Metomini
“Metomini adalah hubungan antara nama untuk benda yang lain yang
berasosiasi atau yang menjadi atributnya” Kushartanty, (2009:99). Metomini juga
disebut majas yang menggunakan sepatah duapatah kata yang merupakan merek,
macam atau lainya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata.
2.3.2.1.5 Antonimi
“Antonimi adalah hubungan antara kata yang berposisi makna”
Kushartanty, (2009:100). Antomi juga merupakan hubungan semantik antara dua
buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau
kontras antara yang satu dengan yang lainya.
2.3.2.1.6 Kolokasi
“Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdmpingan dengan yang lain
biasanya diasosiasikan sebagai satu kesatuan. Seperti ikan dan air sering
diasosiasikan membentuk suatu kesatuan. Kalau ada ikan, selalu ada air. Kalau
keadaanya begitu, secara psikologis, akan ditarik suatu simpulan kolokasi” (Rani
dkk, 2004:133).
2.4 Koherensi
Untuk membentuk wacana yang padu dan baik tidak cukup hanya
mengandalkan hubungan kohesi saja. Penggunaan alat hohesi memang amat
penting untuk membentuk wacana yang utuh, namum ada faktor lain yang
mempengaruhi dalam menentukan keutuhan wacana, yaitu koherensi.
Istilah koherensi mengandung makna pertalian. Dalam kewacanaan, berarti
pertalian makna atau isi kalimat. (Mulyana, 2005:30). Wacana yang koheren
memiliki ciri-ciri susunanya teratur dan amanatnya terjalin rapi, sehingga mudah
diinterpretasikan. Pada dasarnya, hubungan koherensi adalah suatu rangkaian
fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi
secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang
memerlukan interpretasi. Di samping itu, pemahaman hubungan koherensi dapat
didapatkan dengan cara menyimpulkan hubungan antarpreposisi dalam tubuh
wacana itu (Mulyana, 2005:31).
Koherensi atau kepaduan makna (coherence in meaning) sebuah wacana
ditentukan oleh dua hal utama, yaitu (1) keutuhan kalimat-kalimat penjelas dalam
mendukung kalimat utama dan (2) kelogisan urutan peristiwa, waktu, tempat, dan
proses dalam wacana yang bersangkutan. (Sudaryat, 2008: 151) menyatakan
bahwa koherensi merupakan unsur isi dalam wacana, sebagai organisasi semantis,
wadah gagasan-gagasan disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai maksud
dan tuturan dengan tepat. Koherensi adalah kekompakan hubungan antarkalimat
dalam wacana.
Sementara itu, Harimurti Kridalaksana (dalam Tarigan 2009:105)
mengemukakan bahwa hubungan koherensi wacana sebenarnya adalah hubungan
semantis. Hubungan semantis yang dimaksud aantara lain, (1) hubungan sebab –
akibat, (2) hubungan sarana-hasil, (3) hubungan alasan-sebab, (4) hubungan
sarana-tujuan, (5) hubungan latar-kesimpulan, (6) hubungan kelonggaran-hasil,
(7) hubungan syarat-hasil, (8) hubungan perbandingan, (9) hubungan parafrastis,
(10) hubungan amplikatif, (11) hubungan aditif waktu, (12) hubungan aditif non
waktu, (13) hubungan identifikasi, (14) hubungan generik-spesifik, (15) hubungan
ibarat.
1. Hubungan Sebab-Akibat
Hubungan sebab-akibat ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab
dan bagian lain menjadi akibat salah satu kalimat itu menjawab
pertanyaan, “mengapa begini?” konjungsi yang digunakan, misalnya oleh
sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh karena itu, dengan
demikian. Lihat contoh berikut.
Paman sangat sibuk dengan urusanya di kota. Jadi, beliau tidak
mungkin pulang ke kampung pada hari ini.
2. Hubungan Sarana-Hasil
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagianya menjawab pertanyaan
“mengapa itu dulu bisa dicapai?” (padahal tujuan sudah tercapai)
Akhirnya, pria berkulit hitam itu menjadi Presiden ke 44 Amerika
Serikat. Obama memang terpilih dan mendapat dukungan penuh
rakyatnya.
3. Hubungan Alasan-Sebab
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagianya menjawab pertanyaan “apa
alasanya?” Konjungsi yang digunakan untuk itu, misalnya karena.
Kami terpaksa pindak dari Bogor karena anak – anak bekerja di
Jakarta. Mereka tidak sanggup harus mondar – mandir Jakarta –
Bogor setiap hari.
4. Hubungan Sarana-Tujuan
Hubungan sarana-tujuan ditandai oleh salah satu bagian menjawab
pertanyaan “Bagaimana caranya untuk mencapai tujuan?” (karena tujuan
itu belum tentu tercapai).
Anakku belajarlah engkau dengan rajin, tekun, dan jujur serta
jangangampang menyerah. Cita – cita luhurmu untuk menjadi
orang yang berguna mudah – mudahan dapat tercapai.
5. Hubungan Latar-Kesimpulan
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian menjawab pertanyaan, “Apa
yang menjadi dasar simpulan?” konjungsi yang digunakan untuk itu
seperti, singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata
lain, sebagai simpulan.
Umurnya sudah muai lanjut, tetapi fisiknya masih tetap kuat. Dia
rajin berolahraga, hidupnya teratur, makananya bergizi, berfikir
jernih, tidak menyimpan dendam. Pendek kata, ia pandai merawat
tubuh dan jiwanya dengan baik.
6. Hubungan Kelonggara-Hasil
Hubungan kelonggaran-hasil ditandai oleh salah satu bagian menyatakan
kegagalan, misalnya
Dia sudah berusaha keras agar berhasil dalam ujian. Sayangnya,
nilai yang diperolehnya belum juga menggembirakan hatinya.
7. Hubungan Syarat -Hasil
Hubungan ini ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “Apa yang harus
dilakukan untuk memperoleh hasil?” penghubung yang digunakan seperti,
untuk itu, untuk meksud itu.
Jangan khawatir neng, usahamu akan maju. Masakanmu pasti
laris asalkan tetap jaga kebersihan dan kualitas masakan serta
perhatikan agar rasanya tetap mengundang selera. Oleh karena itu
selalu berilah bumbu yang cukup dan olahlah dengan benar
8. Hubungan Perbandingan
Salah satubagian kalimat menyatakan perbandingan dengan bagian
kalimat yang lain.
Pengantin itu sangat anggun, seperti dewa – dewi dari khayangan.
9. Hubungan Parafrastis
Salah satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian kalimat lain
dengan cara lain.
Saya tidak setuju dengan penambahan anggaran untuk proyek
ini, karena tahun lalu dana juga tidak habis. Sudah saatnya kia
menghemat uang rakyat.
10. Hubungan Amplikatif
Salah satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas bagian kalimat
lainya.
Dua burung itu jangan dipisah, masukkan dalam satu kandang
saja.
11. Hubungan Aditif Waktu
Seperti sementara itu, segera, sete;ah itu, beberapa saat kemudian.
12. Hubungan Aditif Non Waktu
Para petani itu malas? Atau kurang beruntung?
13. Hubungan Identifikasi
Salah satu bagian kalimat menjadi penjelas identifikasi dari sesuatu istilah
yang ada di bagian kalimat lainya.
Tidak bisa masuk ke universitas itu tidak berarti bodoh. Kamu tahu
nggak, Einstein? Fisikawan genius itu juga pernah gagal masuk
universitas.
14. Hubungan Generik-Spesifik
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian kalimat memberikan
pernyataan generik, bagian yang lain menjelaskan detailnya.
Gadis model itu sangat cantik. Wajahnya bersih, matanya indah,
bibirnya sangat menawan. Apalagi jalanya, luar biasa.
15. Hubungan Ibarat
Hubungan ibarat ditandai oleh salah satu bagiankalimat memberikan ibarat
atau perumpamaan untuk memperjelas bagianlainya.
Setelah kematian ibunya, anak-anak itu menjadi sangat
kebingungan. Mereka menciap-ciap bagaikan anak ayam
kehilangan induknya.
2.5 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Widiatmoko (2014) dengan judul “Analisis
Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional di Majalah Online Detik”
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Diperoleh kesimpulan
bahwa wacana berita rubrik memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sumber
pembelajaran wacana. Penelitian ini menggunakan metode analisis kohesi dan
koherensi. Pada penelitian tersebut, yang dijadikan peneliti sebagai pertimbangan
dalam memilih sumber analisis dengan menggunakan teori analisis kohesi dan
koherensi.
Penelitian lain dilakukan oleh Rina Suryaningsih dengan judul Kajian
Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti. Penelitian
ini juga menggunakan metode kualitatif. Diperoleh kesimpulan bahwa ditemukan
teori yang sama dalam menganalisis naskah novel tersebut yaitu menggunakan
analisis kphesi dan koherensi, sehingga penelitian tersebut dijadikan peneliti
sebagai sumber referensi dalam memilih sumber analisis.
Penelitian yang dilakukan oleh Heri Kusuma dengan judul Analisis
Kohesi dan Koherensi Iklan dalam Surat Kabar Kompas. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dan diperoleh kesimpulan bahwa pada naskah
iklan tersebut terdapat pirannti kohesi dan koherensi yang dapat dijadikan sumber
sebagai penelitian pada analisis kohesi dan koherensi pada naskah drama.
Penelitian yang relevan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
1. Wisnu Widiamotko Analisis Kohesi dan
Koherensi Wacana
Berita Rubrik Nasional
di Majalah Online Detik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kohesi dan koherensi pada wacana
berita rubrik nasional dimajalah
Oline Detik Edisi September-
Oktober 2014 dapat disimpulkan:
kohesi leksikal yang digunakan
dalam wacana berita rubrik nasional
di Majalah Online Detik yaitu (1)
pengulangan, (2) sinonimi, (3)
kolokasi, (4) hiponimi, dan (5)
ekuivalensi. Sedangkan kohesi
gramatikal yang digunakan yaitu: (1)
pengacuan, (2) substitusi, (3)
pelesapan, (4) konjungsi, (5) inversi,
dan (6) pemasifan kalimat.
Koherensi yang digunakan yaitu :
(1) hubungan perbandingan, (2)
hubungan kelonggaran-hasil, (3)
hubungan akibat-sebab, (4)
hubungan sebab-akibat, (5)
hubungan makna alasan, (6)
hubungan latar-kesimpulan
2. Rina Suryaningsih Kajian Kohesi dan
Koherensi dalam Novel
Lintang Karya Ardini
Pangastuti.
Hasil penelitian menunjukkan, jenis
aspek kohesi gramatikal yang
terdapat pada Novel Lintang Karya
Ardini Pangastuti, meliputi:
pengacuan,penyulihan,penghilangan,
dan kata penghubung. Sedangkan
jenis aspek koherensi yangterdapat
pada Novel Lintang Karya Ardini
Pangastuti meliputi: hubungan
sebab-akibat, alasan-sebab, sarana-
tujuan, kelonggaran-hasil, syarat-
hasil, dan aditif waktu.
3. Heni Kusuma, dkk Analisis Kohesi dan
Koherensi Iklan dalam
Surat Kabar Kompas
Hasil penelitian menunjukkan,
terdapat piranti kohesi dan
koherensi. Piranti kohesi meliputi
referensi, subtitusi, pelesapan, atau
elipsis, konjungsi, dan kohesi
leksikal. Dalam aspek koherensi
terdapat lima macam hubungan
koherensi dalam wacana iklan
tersebut yaitu hubungan sarana-
hasil, amplikatif, generik-spesifik,
additif, dan syarat-hasil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini mengkaji kepaduan wacana yang ditinjau dari segi kohesi
dan koherensi yang mendukung kepaduan wacana naskah drama panembahan
Reso karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI. Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif data yang dikumpulkan
terutama berupa kata-kata, kalimat atau kata-kata, kalimat atau gambar yang
memliliki arti lebih bermakna dan memacu timbulnya pemahaman yang lebih
nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif lebih
sering disebut penelitian kualitatif deskriptif karena untuk mendukung penyajian
data peneliti menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap,
dan mendalam, yang menggambarkan situasi sebenarnya Sutopo (Sugiyono,
2016:40).
Penelitian ini memfokuskan pada analisis kohesi dan koherensi terhadap
kalimat-kalimat pada paragraf naskah drama panembahan Reso karya W.S.
Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia
SMA kelas XI. Data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan untuk keperluan
analisis. Proses ini diarahkan dalam penemuan jawaban terhadap permasalahan
yang telah dikemukanan yang berkaitan dengan kekohesian alat-alat bahasa secara
gramatikal dan leksikal, kekoherensian, serta kontekstual yang mendukung
kekohesian dan kekoherensian dalam naskah drama panembahan Reso karya W.S.
43
Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia
SMA kelas XI.
3.2 Sumber Data dan Data
Sutopo (Sugiyono, 2016:40) menyatakan bahwa sumber data merupakan
bagian yang sangat penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau
kedalaman informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya
sumber data. Adapun jenis sumber data secara menyeluruh yang biasa digunakan
dalam penelitian kualitatif, adalah sebagai berikut: narasumber atau
informan,peristiwa, aktivitas, dan perilaku; tempat atau lokasi; benda, gambar dan
rekaman; dokumen dan arsip.
Sebagaimana telah dinyatakan dalam judul bahwa penelitian ini
mengenai analisis kohesi dan koherensi pada naskah drama dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Sumber data dalam penelitian ini berupa naskah drama dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI yang dikarang oleh Suherli dkk pada tahun 2017 dengan
penerbit pusat kurikulum dan perbukuan, balitbang, kemendikbud. Naskah drama
Panembahan Reso karya W.S Rendra terdapat pada halaman 239-243 dan naskah
drama Mahkamah karya Asrul Sani pada halaman 250-259.
Data dalam penelitian ini adalah data kebahasaan, yaitu satuan-satuan
lingual yang berupa tuturan-tuturan dari aspek gramatikal, aspek leksikal, dan
kekoherensian pada naskah drama panembahan Reso karya W.S. Rendra dan
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
44
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2016:224).
Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak dan
tekhnik catat. Teknik simak atau penyimakan ini digunakan untuk menyimak
penggunaan bahasa tulis yang berkaitan dengan kepaduan wacana meliputi aspek
gramatikal, aspek leksikal, dan konteks. Sebagai instrumen kunci peneliti
melakukan penyimakan secara cermat dan teliti terhadap sumber data dalam
rangka memperoleh data yang diinginkan. Pencatatan terhadap data kebahasaan
yang relevan dilakukan dengan transkripsi tertentu lalu diklasifikasi menurut
aspek-aspek yang menjadi sarana pendukung keutuhan wacana. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara menjaring dan mencatat data dalam
naskah drama panembahan Reso karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
3.4 Uji Validitas Data
Uji validitas data sangat penting dalam suatu penelitian. Tujuanya data
yang sudah di teliti itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Uji validitas data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis dan di periksa
serta didiskusikan dengan pihak yang memahami bidang tersebut.
45
Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi. (Sugiyono,
2016:273) menyatakan bahwa triagulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, dan trangulasi teknik
pengumpulan data.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis triangulasi sebagai
berikut:
1) triangulasi Sumber, digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
dengan tiga sumber data tersebut.
2) Triagulasi Teknik, digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner. Jika dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
wacana karena kalimat-kalimat tidak dianalisis dalam satu paragraf namun
46
dianalisis berdasarkan hubungan antarkalimat yang satu dengan kalimat yang lain
di dalam wacana. Teknik analisis wacana adalah disiplin ilmu yang berusaha
mengkai penggunaan bahasa yang nyata dalam tindak komunikasi. (Rani dkk,
2004:9).
Langkah-langkah menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Dimulai dengan pemberian kode pada setiap dialog. Setelah
melakukan pengkodean kemudian membaca teks secara keseluruhan
untuk menemukan jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang
terdapat dalam teks drama tersebut.
2) Penyajian data, setelah data ditandai, kemudian data disajikan dalam
bentuk korpus data. Melalui korpus itulah data di analisis sesuai
dengan jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam
teks drama tersebut. Kemudian untuk mengetahui kebenaranya dosen
pembimbing memberikan tanda ceklis pada setiap data yang
mengandung jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat
dalam naskah teks drama tersebut.
3) Penarikan kesimpulan, setelah data ditemukan dan disajikan serta di
analisis melalui sebuah tabel barulah hasil dapat diketahui dan dapat
ditarik kesimpulan mengenai jenis-jenis saranakohesi dankoherensi
yang terdapat dalam teks drama tersebut.
47
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap demi tahap kegiatan dari awal
sampai akhir. Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data berupa naskah drama dari buku teks bahasa Indonesia
SMA Kelas XI.
2) Menganalisis data yang telah diperoleh menggunakan analisis kohesi dan
koherensi .
3) Menarik kesimpulan.
4) Membuat laporan penelitian.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Hasil Penelitian Secara Umum
Dalam bab IV ini dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan.
Penelitian ini membahas tentang sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra “Mahkamah” Karya Asrul
Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI. Hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan artinya dari data yang ada, dilakukan analisis data, selanjutnya data
diinterpretasi atau ditafsirkan kemudian disimpulkan. Hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian ini disajikan secara berurutan, pertama, disajikan
hasil dan pembahasan mengenai sarana kohesi, dan kedua, disajikan hasil dan
pembahasan mengenai sarana koherensi.
4.1.1 Sarana Kohesi Gramatikal Naskah Drama “Panembahan Reso” Karya
W.S Rendra
Hasil penelitian sarana kohesi gramatikal yang terdapat dalam naskah
drama “Panembahan Reso” Karya W.S Rendra, diklasifikasikan menurut
jenisnya, yang terdiri dari: (1) Pronomina, (2) Subtitusi, dan (3) Konjungsi.
4.1.1.1 Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Fungsi sarana kohesi gramatikal pronomina yang terdapat pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks bahasa Indonesia SMA
Kelas XI yaitu (1) Pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3)
pronomina komparatif.
4.1.1.1.1 Pronomina Persona
Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S Rendra terdapat
pronomina persona yang terdiri dari: pronomina pertama tunggal, yaitu saya,-ku
dapat terlihat pada data berikut:
SEKTI : Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman-teman Aryo, yang dulu diutus oleh
almarhum Sri Baginda Raja Tua untuk keliling kadipaten-
kadipaten, menghadap Anda. (DT 1)
RESO : Bagus! Bagus! Dengan cepat saya bisa mengumpulkan
bahwa Anda berempat abdi Raja yang tahu diri dan tahu
akan kewajiban. Bagus. Bagus. Sri Baginda pasti akan
ikhlas menerima bakti Anda semua. (DT 11).
DARA : Anakku seorang diri tak akan bisa mempertahankan
takhtanya. (DT 33).
DARA : Panembahan suamikku, ternyata Anda begitu kuat dan
kuasa, kenapa Anda tidak ingin menjadi raja? (DT 37).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronomina
persona pertama tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (12), (24), (30), dan
(35)
Pada data tersebut kata saya berfungsi sebagai kata ganti diri. Selain itu,
fungsi kata saya dapat dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan
diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, pada data tersebut tampak pada
kalimat Maharaja boneka itu tampak memuakkan saya. Selain itu, fungsi persona
–ku sebagai kata ganti diri atau kata ganti orang pertama tunggal, dari data
tersebut tampak pada kata suamiku.
Pronomina persona pertama jamak pada naskah drama “Panembahan
Reso” karya W.S. Rendra, yaitu kami, kita.
Reso : Selamat datang, para Aryo. Kedatangan Anda di ibu kota
sangat kami nantikan, terutama oleh Sri Baginda Maharaja.
(DT 2).
RESO : Sanggupkah maharaja kita menyingkirkan dia atau
sanggupkah dia menyingkirkan maharaja kita? Itu saja
persoalanya. (DT21)
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronomina
persona pertama jamak dapat dilihat di lampiran pada data (5), (7), (8), (9), (10),
(12), (14), (15), (22), (23), (24), (28), (34).
Pada data tersebut kata kami berfungsi sebagai persona pertama jamak,
pronomina ini mencakup pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi
tidak mencakup orang lain dipihak pendengar/pembacanya. Selanjutnya pada data
kita berfungsi sebagai persona pertama jamak, pronomina ini mencakup tidak saja
pembaca/penulis tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pihak lain.
Pronomina persona kedua tunggal pada naskah drama “Panembahan Reso”
karya W.S. Rendra , yaitu Anda, -mu
LEMBU : Ah, ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap
Sri Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda
dan juga Sri..... Ratu Dara? (DT 5).
RESO ; Tidak baik berkata begitu sementara Baginda ialah darah
dagingmu sendiri. (DT 36)
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronomina
persona kedua tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (1), (2), (11), (13), (22),
(23), (24), (25), (27), (28), (30), (31), (37).
Pada data tersebut kata Anda berfungsi sebagai pronomina persona kedua
yang dimaksudkan untuk menetralkan hubungan yang terpribadi sehingga Anda
tidak diarahkan pada satu orang khusus. Pada kalimat tersebut contohnya Setelah
Anda semua beristirahat beberapa hari, bantulah Sri Baginda untuk memerangi
para pemberontak. Selanjutnya pada data-mu berfungsi sebagai kata ganti orang
ke dua tunggal, dari data tersebut tampak pada kata darah dagingmu yaitu anak
kandung.
Pronomina persona ketiga tunggal pada naskah drama “Panembahan
Reso” karya W.S. Rendra , yaitu ia, dia, beliau dan-nya.
DARA : Ia bukan putra tertua dari almarhum Sri Baginda Raja
yang dulu. (DT18).
RESO : Sanggupkah maharaja kita menyingkirkan dia atau
sanggupkah dia menyingkirkan maharaja kita? Itu saja
persoalanya. (DT21).
RESO : Atas dasar kekuatan! Setiap orang yang merasa dirinya
kuat boleh saja menobatkan dirinya menjadi Raja. Seperti
juga Raja yang dulu mendirikan kerajaan ini. Tinggal
soalnya apakah ia akan bisa membuktikan bahwa dirinya
benar – benar yang terkuat di seluruh negara. Bisa tidak ia
menundukkan semua tandingan yang ada. (DT19).
JAMBU : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami. Bagaimanakah
keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa sangat kangen
dengan istri saya, setelah sekian lama dipisahkan oleh tugas
demi kerajaan. (DT 12).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data persona ketiga
tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (9), (16), (20), (22), (24), (32), (33),
(34), (38).
Pada data tersebut, kata ia berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal. Selain itu, kata ia juga dipakai untuk merujuk pada sesuatu yang tunggal
yang telah dinyatakan sebelumnya karena ada hubungan untuk memakai
pronomina yang tidak merujuk pada insan. Selanjutnya, kata Dia berfungsi
sebagai persona ketiga tunggal atau kata ganti orang ketiga, yang mengacu pada
orang yang dibicarakan, pada data tersebut yang dimaksud adalah tandingan
maharaja atau musuh maharaja. Kemudian pada data -nya berfungsi sebagai kata
ganti orang ketiga tunggal, pada data tersebut tampak pada kata : dirinya, pada
data tersebut yang dimaksud dinya adalah orang yang menganggap kuat. Pada
data kata beliau dugunakan sebagai kata ganti orang ketiga tunggal, kata beliau
digunakan untuk menyatakan rasa hormat kepada seseorang. Pada data tersebut
tampak pada kalimat Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan perhatian besar kepada para
istri kami.
Pronomina persona ketiga jamak pada naskah drama “Panembahan Reso”
karya W.S. Rendra , yaitu mereka.
JAMBU : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami. Bagaimanakah
keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa sangat kangen
dengan istri saya, setelah sekian lama dipisahkan oleh tugas
demi kerajaan. (DT 12).
RESO : Jangan khawatir, keadaan mereka sangat mewah dan
sejahtera. Mereka di bawa ke istana demi keamanan mereka
sendiri. Jangan sampai mereka menjadi korban dari
pancaroba perubahan. Nanti setelah Anda menghadap
Maharaja, pasti istri Anda akan di antar ke rumah kembali.
Sri Ratu Dara dan Sri Ratu Kenari selalu bermain-main
dengan mereka. (DT 13).
Pada data tersebut, kata mereka berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
jamak, yaitu para istri prajurit.
4.1.1.1.2 Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal. Pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra terdapat
pronomina penunjuk umum yang terdiri dari: pronomina penunjuk umum, yaitu
itu dan ini.
JAMBU : Sungguh kami sangat beruntung budi untuk kebaikan hati
semacam itu.(DT 15)
RESO : Hm! Ini bukan persoalan remeh. (DT 17)
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronimina
penunjuk umum dapat dilihat di lampiran pada data (19), (21), (23), (25), (30),
(31), (35).
Pada data kata itu berfungsi sebagai penunjuk umum, untuk menunjuk
sesuatu yang agak jauh dari pembicara atau penulis, pada masa lampau atau pada
informasi yang sudah disampaikan. Itu pada data tersebut mengacu pada kebaikan
hati seorang raja. Pada data kata ini berfungsi sebagai penunjuk umum, untuk
acuan yang dekat dari pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada
informasi yang akan disampaikan. Ini yang dimaksudkan pada data tersebut yaitu
masalah yang sedang dihadapi kerajaan.
Pronomina penunjuk ihwal pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra yaitu, begitu
JAMBU : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami. Bagaimanakah
keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa sangat kangen
dengan istri saya, setelah sekian lama dipisahkan oleh tugas
demi kerajaan. (DT 12).
RESO : Tidak baik berkata begitu sementara Baginda ialah darah
dagingmu. (DT 36).
DARA : Panembahan suamiku, ternyata Anda begitu kuat dan
kuasa, kenapa Anda tidak ingin menjadi raja? (DT 37).
Pada data tersebut kata begitu berfungsi sebagai penunjuk ihwal yang agak
jauh.
4.1.1.1.3 Pronomina Kompratif
Pronomina komparatif merupakan pronomina yang menjadi bandingan
bagi antesdesenya. Adapun penggunaan pronomina komparatif sebagai sarana
kohesi pada naskah drama „Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dapat terlihat
pada data berikut:
LEMBU : Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu
Dara, untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan
membuat kesalahan yang sama sekali tidak kami
maksudkan. (DT 7).
Pada data tersebut terdapat sarana kohesi pronomina komparatif sama,
yang digunakan untuk pembanding, selain itu juga berfungsi untuk menunjuk
suatu hal yang sama atau persis. Pada data tersebut yang dimaksud yaitu
kesalahan.
4.1.1.2 Elipsis
Pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra setelah
peneliti menganalisis data, pada korpus data yang telah peneliti siapkan ternyata
tidak ditemukan sarana kohesi gramatikal jenis elipsis (pelesapan).
4.1.1.3 Konjungsi (Konjungtor)
4.1.1.3.1 Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah kojungsi yang menghubungkan dua unsur
atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi dkk,
2003:297). Konjungsi koordinatif pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra yaitu dan.
LEMBU : Oh! Kami lebihi dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu
Dara, untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan
membuat kesalahan yang sama sekali tidak kami
maksudkan. (DT 7).
JAMBU : Pendeknya, kami mengakui kedaulatan Sri Baginda
Maharaja Gajah Jenar dan tunduk kepada semua
keputusan yang telah disabdakan oleh Sri Baginda. (DT
9).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data sarana kohesi
konjungsi koordinatif dapat dilihat di lampiran pada data prolog, (5), (10), (11),
(13), (16), (28), (29), (30), (37), (38).
Pada data tersebut kata dan berfungsi sebagai kata penghubng, untuk
menghubungkan antara dua kata. Selain itu, dan berfungsi juga sebagai kelas atau
tingkatan. Dan juga berfungsi sebagai untuk menyatakan bahwa yang satu sama
dengan yang lainya.
4.1.1.3.2 Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa
atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi dkk,
2003:299). Konjungsi Subordinatif pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra yaitu karena, sejak, sebab, yang, kalau, sebelum, seperti, dengan,
selama, sementara, setelah
JAMBU : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami. Bagaimanakah
keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa sangat kangen
dengan istri saya, setelah sekian lama dipisahkan oleh tugas
demi kerajaan. (DT 12).
LEMBU : Ah, ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap
Sri Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda
dan juga Sri..... Ratu Dara? (DT 5).
JAMBU : Pendeknya, kami mengakui kedaulatan Sri Baginda
Maharaja Gajah Jenar dan tunduk kepada semua keputusan
yang telah disabdakan oleh Sri Baginda. (DT 9).
RESO : Aryo Sumbu, apakah Anda juga mempunyai kemantapan
seperti itu? (DT 25).
BAMBU : Selama kami pergi bertugas, telah banyak terjadi
perubahan dengan menurut cara yang sah. Kami akan
menyesuaikan diri dengan perubahan ini. (DT 8).
RESO : Tidak baik berkata begitu, sementara Baginda ialah darah
dagingmu sendiri. (DT 36).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data konjungsi
subordinatif dapat dilihat di lampiran pada data (7), (8), (10), (11), (12), (13),
(19), (22), (24), (25), (27), (30), (36).
Pada data tersebut kata karena digunakan sebagai konjungsi sebab yang
berfungsi untuk menyatakan sebuah alasan. Kata sejak digunakan sebagai
konjungsi subordinatif waktu. Kata sebab digunakan merupakan konjungsi
koordinatif sebab. Kata yang merupakan konjungsi subordinatif atribut. Kata
kalau merupakan konjungsi koordinatif syarat. Kata sebelum merupakan
konjungsi koordinatif waktu. Kata seperti merupakan konjungsi koordinatif
pembanding. Kata sementara dan setelah merupakan konjungsi subordinatif
waktu.
4.1.2 Sarana Kohesi Leksikal Naskah Drama “Panembahan Reso” Karya
W.S Rendra
Rani dkk, (2004:129) menyatakan bahwa “secara umum, piranti kohesi
leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu mempertahankan hubungan
kohesif dengan kalimat mendahului atau yang mengikuti” Hasil penelitian sarana
kohesi leksikal yang terdapat dalam naskah drama “Panembahan Reso” Karya
W.S Rendra, yaitu reiterasi dapat berupa repetisi dan sinonimi.
4.1.2.1 Reiterasi
4.1.2.1.1 Repetisi
Kushartanti dkk, (2009:99) menyatakan bahwa repetisi adalah
pengulangan kata yang sama. Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S
Rendra terdapat repetisi, yaitu Pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra terdapat repetisi, yaitu teman-teman, kadipaten-kadipaten, ampun,
menghadap, perubahan, keutuhan, masing-masing, benar-benar, ragu-ragu,
pangeran, bermain- main, menyingkirkan
SEKTI : Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman-teman Aryo, yang dulu diutus oleh
almarhum Sri Baginda Raja Tua untuk keliling kadipaten-
kadipaten, menghadap Anda. (DT 1).
LEMBU : Ah! Ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap
Sri Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda
dan juga Sri...... Ratu Dara? (DT 5).
BAMBU : Selama kami pergi bertugas, telah banyak terjadi
perubahan dengan menurut cara yang sah. Kami akan
menyesuaikan diri dengan perubahan ini. (DT 8).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data repetisi dapat
dilihat di lampiran pada data (10), (13), (14), (16), (19), (21), (24).
4.1.2.1.2 Sinonimi
Kushartanty dkk, (2009:99) berpendapat bahwa sinonimi adalah hubungan
antarkata yang memiliki sama makna. Pada naskah drama “Panembahan Reso”
Karya W.S Rendra terdapat sinonimi, yaitu bencana-perpecahan.
SEKTI : Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para
Senapati sungguh sangat besar. Memang hanya Anda yang
bisa menyelamatkan kerajaan dari bencana-perpecahan.
Sekarang saya pamit dulu, Panembahan. Di rumah saya
sedang ada tamu yang menginap. Setelah minum kopi sore
hari dengan tamu itu, saya akan menghadap maharaja ke
istana. (DT 30).
4.1.3 Sarana Koherensi Naskah Drama “Panembahan Reso” Karya W.S
Rendra
Selain dapat dibentuk dengan kohesi, keutuhan wacana juga dapat
dibentuk dengan koherensi. Hubungan koherensi ialah keterkaitan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lainya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna
yang utuh. Dalam struktur wacana dalam naskah drama Panembahan Reso karya
W.S Rendra, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaanya untuk menata
pertalian antara preposisi yang satu dengan preposisi yang lainya agar tercipta
sebuah keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya
hubungan – hubungan makna yang terjadi antarunsur secara sistematis.
4.1.3.1 Hubungan Sebab-Akibat
Hubungan sebab -akibat ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab
dan bagian yang lain menjadi akibat. Salah satu kalimat itu menjawab pertanyaan
“Mengapa begini?” (Mulyana, 2005:32). Konjungsi yang digunakan, misalnya,
oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka, dengan demikian.
Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S Rendra terdapat
Hubungan sebab-akibat yaitu:
SEKTI : Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman-teman Aryo, yang dulu diutus oleh
almarhum Sri baginda Raja Tua untuk kelilin kadipaten-
kadipaten, menghadap kepada Anda. (DT 1)
Pada data tersebut terdapat konjungsi jadi yang merupakan konjungsi dari
hubungan sebab-akibat, dalam kalimat tersebut kalimat satu menyatakan sebab
dan kalimat satu nya menyatakan akibat.
4.1.3.2 Hubungan Sarana-Hasil
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagianya menjawab pertanyaan
“Mengapa itu dulu bisa dicapai?” padahal, tujuanya sudah tercapai) (Mulyana,
2005:32). Hubungan sarana-hasil pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra yaitu:
LEMBU : Begitulah. Kecuali keadaan di Telagawurung! Panji
Tumbal berhasil ditawan oleh Pangeran Kembar. Pangeran
Bindi menduduki seluruh Kadipaten Tegalwurung dan
menyatakan menentang kedaulatan Maharaja kita, Berta
menobatkan dirinya sendiri menjadi Raja. Pangeran
Kembar mendukungnya. (DT 16)
Pada kalimat tersebut merupakan sarana koherensi hubungan sarana-hasil
karena pada kalimat tersebut menjawab pertanyaan “mengapa itu dulu bisa
dicapai” dan tujuan tersebut sudah tercapai sesuai data tersebut.
4.1.3.3 Hubungan Alasan-Sebab
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
pertanyaan “Apa alasanya?” Konjungsi yang dipakai untuk itu misalnya karena
(Mulyana 2005:33)
Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S Rendra terdapat
Hubungan alasan - sebab yaitu:
JAMBU : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami. Bagaimanakah
keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa sangat kangen
dengan istri saya, setelah sekian lama dipisahkan oleh tugas
demi kerajaan. (DT 12)
Pada data tersebut terdapat konjungsi karena yang merupakan konjungsi
dari hubungan alasan -sebab dan salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan
dari “apa alasanya” terdapat pada kalimat “karena beliau telah memberikan
perhatian besar kepada para istri kami‟.
4.1.3.4 Hubungan Sarana-Tujuan
Hubungan sarana-tujuan ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
pertanyaan, “Bagaimana caranya untuk mencapai tujuan?” (karena tujuan itu
belum tentu tercapai) (Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama “Panembahan
Reso” Karya W.S Rendra terdapat Hubungan Sarana-Tujuan yaitu:
BAMBU : Dengan dukungan Anda sebagai pemangku, maharaja kita
pasti akan bisa menumpas tandinganya, di Telagawurung!
(DT 22).
RESO : Sanggupkah Maharaja kita menyingkirkan dia atau
sanggupkah dia menyingkirkan maharaja kita? Itu saja
persoalanya. (DT 21).
SEKTI : Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para
Senapati sungguh sangat besar. Memang hanya Anda yang
bisa menyelamatkan kerajaan dari bencana-perpecahan.
Sekarang saya pamit dulu, Panembahan. Di rumah saya
sedang ada tamu yang menginap. Setelah minum kopi sore
hari dengan tamu itu, saya akan menghadap maharaja ke
istana. (DT 30).
Pada data tersebut merupakan sarana koherensi hubungan sarana-tujuan
karena salah satu bagian kalimat tersebut menjawab pertanyaan “Bagaimana
caranya untuk mencapai tujuan?” yang jawabanya terdapat pada kalimat “Dengan
dukungan Anda sebagai pemangku, maharaja kita pasti akan bisa menumpas
tandinganya, di Telagawurung!” begitupun pada data (21) dan (30).
4.1.3.5 Hubungan Latar - Kesimpulan
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
pertanyaan, “Apa yang menjadi dasar simpulan?” Konjungsi yang digunakan
untuk itu, seperti singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata
lain, sebagai simpulan. Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S
Rendra terdapat Hubungan Latar-Kesimpulan yaitu:
JAMBU : Pendeknya, kami mengakui kedaulatan Sri Baginda
Maharaja Gajah Jenar dan tunduk kepada semua keputusan
yang telah disabdakan oleh Sri Baginda. (DT 9)
Pada data tersebut terdapat kata berupa “pendeknya” yang merupakan
salah satu konjungsi dari hubungan latar – kesimpulan.
4.1.3.6 Hubungan Kelonggaran-Hasil
Hubungan Kelonggaran -Hasil ditandai oleh salah satu bagian menyatakan
kegagalan (Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya
W.S Rendra terdapat Hubungan Kelonggaran - Hasil yaitu:
DARA : Anakku seorang diri tak akan bisa mempertahankan
takhtanya (DT 33).
4.1.3.7 Hubungan Syarat-Hasil
Hubungan Syarat -Hasil ditandai oleh jawaban atas pertanyaan, “Apa yang
harus dilakukan untuk memperloleh hasil?” penghubung yang digunakan seperti,
untuk, untuk itu, untuk maksud itu.(Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
“Panembahan Reso” Karya W.S Rendra terdapat Hubungan Syarat – Hasil yaitu:
SEKTI : Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman-teman Aryo, yang dulu diutus oleh
almarhum Sri Baginda Raja Tua untuk keliling kadipaten –
kadipaten, menghadap kepada Anda. (DT 1)
LEMBU : Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu
Dara, untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan
membuat kesalahan yang sama sekali tidak kami
maksudkan. (DT 7)
SUMBU : Kami telah menjalankan tugas yang justru kami anggap
penting untuk mempertahankan keutuhan kerajaan.
Sekarang kami tetap patuh dan bersedia untuk membela
keutuhan kerajaan di bawah naungan Sri Baginda Maharaja
Gajah Jenar. (DT 10)
JAMBU : Besar kepercayaan kami kepada Anda untuk bisa
mengatasi keadaan ini. Panembahan. (DT 23)
LEMBU : Dari sejak masih tinggal di istana Pangeran Bindi sangat
mengerikan tingkah lakunya. Tanpa ragu – ragu saya akan
membantu Anda untuk membela maharaja kita.(DT 24)
RESO : Setelah Anda semua beristirahat beberapa hari, bantulah
Sri Baginda untuk memerangi para pemberontak. Anda
semua mempunyai pengalaman yang luas di dalam
petempuran. (DT 27)
Pada data tersebut merupakan hubungan syarat hasil yang merupakan
jawaban atas pertanyaan “Apa yang harus dilakukan” dan terdapat penghubung
untuk.
4.1.3.8 Hubungan Waktu
Hubungan waktu ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat
itu,sesegera, setiap saat, sejak,semetara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian. Hubungan waktu pada naskah drama “Pnembahan Reso” karya W.S
Rendra yaitu:
SEKTI : Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman -teman Aryo, yang dulu diutus
oleh almarhum Sri Baginda Raja Tua untuk keliling
kadipaten-kadipaten, menghadap kepada Anda. (DT
1)
RESO : Selamat datang, para Aryo. Kedatangan Anda di
ibu Kota sangat kami nantikan. Terutama oleh Sri
Baginda Maharaja.(DT 2)
BAMBU : Selama kami pergi bertugas, telah banyak terjadi
perubahan dengan menurut cara yang sah. Kami
akan menyesuaikan diri dengan perubahan ini. (DT
8)
RESO : Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima
kasih kepada Sri Baginda karena beliau telah
memberikan perhatian besar kepada para istri kami.
Bagaimanakah keadaan mereka? Saya sendiri sudah
merasa sangat kangen dengan istri saya, setelah
sekian lama dipisahkan oleh tugas demi kerajaan.
(DT 13)
LEMBU : Dari sejak masih tinggal di istana Pangeran Bindi
sangat mengerikan tingkah lakunya. Tanpa ragu -
ragu saya akan membantu Anda untuk membela
maharaja kita. (DT 24)
RESO : Setelah Anda semua beristirahat beberapa hari,
bantulah Sri Baginda untuk memerangi para
pemberontak. Anda semua mempunyai pengalaman
yang luas di dalam petempuran. (DT 27)
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data sarana koherensi
hubungan waktu dapat dilihat di lampiran pada data (Prolog), (14), (29), (30)
4.1.4 Sarana Kohesi Gramatikal Naskah Drama “Mahkamah” Karya Asrul
Sani
Hasil penelitian sarana kohesi gramatikal yang terdapat dalam naskah
drama “Panembahan Reso” Karya W.S Rendra, diklasifikasikan menurut
jenisnya, yang terdiri dari: (1) Pronomina, (2) Subtitusi, dan (Konjungsi).
4.1.4.1 Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Fungsi sarana kohesi gramatikal pronomina yang terdapat pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA Kelas XI
yaitu (1) Pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina
komparatif.
4.1.4.1.1 Pronomina Persona
Pada naskah drama “Mahkamah” Karya Asrul Sani terdapat pronomina
persona yang terdiri dari: pronomina pertama tunggal, yaitu saya dapat terlihat
pada data berikut:
MURNI : Saya tidak perlu merenungkanya. Saya kenal sifat
suami saya. Suami saya seorang pejuang, seorang
prajurit yang setia. Tidak, dia bukan pembunuh. (DT
6).
PENUNTUT UMUM : Yang saya kemukakan bukan kesimpulan. Kalau
boleh bertanya pada saudara Pembela terhormat,
simpulan apa yang akan dimbil dari kenyataan -
kenyataan ini? (DT 22).
HAKIM KETUA :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk
bermusyawarah dan mengambil keputusan. Dengan
ini sidang saya undur beberapa saat. (DT 68).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronomina
persona pertama tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (2), (8), (12), (13),
(17), (23), (25), (32), (38), (46), (47), (49), (51), (53), (55), (56), (59), (60), (61),
(66), (67).
Pronomina pertama jamak pada naskah drama “Mahkamah” Karya Asrul
Sani yaitu kami, kita
PENUTUT UMUM : Ayolah, nyonya Murni. Menurut keterangan yang kami
peroleh Nyonya sangat cinta pada saudara Anwar. Apa
betul? (DT 16).
MURNI : Bukan karena percakapan itu percakapan rahasia, tapi
karena tuan tidak akan pernah mengerti bahasa yang kami
pergunakan. Karena bahasa yang berlaku antara suami istri
adalah bahasa khusus, yang hanya dimengerti oleh mereka
berdua. Mungkin kata-katanya sama dengan yang tuan
dengar di pasar atau baca di koran, tapi setiap kata
dibebani rasa yang tumbuh dari suka duka kehidupan
kemesraan mereka berdua. (DT43).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data Pronomina
pertama jamak dilihat di lampiran pada data (2), (34), (60), (67).
Pada data tersebut kata kami berfungsi sebagai persona pertama jamak,
pronomina ini mencakup pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi
tidak mencakup orang lain dipihak pendengar/pembacanya. Selanjutnya pada data
kita berfungsi sebagai persona pertama jamak, pronomina ini mencakup tidak saja
pembaca/penulis tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pihak lain.
Pronomina persona ketiga tunggal pada naskah drama “Mahkamah” karya
Asrul Sani yaitu ia, dia, dan -nya.
MURNI : Saya tidak perlu merenungkanya. Saya kenal sifat
suami saya. Suami saya seorang pejuang, seorang
prajurit yang setia. Tidak, dia bukan pembunuh. (DT
6).
PENUNTUT UMUM : Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara
Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari saudara
Anwar, Nyonya tolak. Saya tidak tahu pasti, biarpun
kepastian ini tidak penting, dalam bermesraan
dengan saudara Anwar tidak akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar bersimpati untuk
sehidup semati itu biasa. Memang begitu biasanya
anak – anak muda yang sedang bercinta. Lalu dia
meninggal. Berapa bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara Bahri? (DT 17).
PEMBELA : Waktu yang cukup panjang untuk mengenali
pribadi seseorang. Berdasarkan pengetahuan
Nyonya, apakah mungkin saudara Bahri
menjatuhkan hukuman pada sahabat karibnya
Anwar dengan maksud membunuhnya supaya dapat
mengawini Nyonya? Tolong Nyonya jawab dengan
sejujur – jujurnya. Cobalah Nyonya renungkan. (DT
5).
BAHRI : Katakan yang sebenarnya Murni. Hanya kebenaran
yang bisa menyelamatkan saya. (DT 53).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data Pronomina
persona ketiga tunggal dilihat di lampiran pada data (Prolog), (2), (6) ,(17), (21),
(23), (32), (38), (43), (47), (48), (53), (54), (59), (60), (65), (67).
Pada data tersebut, kata ia berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal. Selain itu, kata ia juga dipakai untuk merujuk pada sesuatu yang tunggal
yang telah dinyatakan sebelumnya karena ada hubungan untuk memakai
pronomina yang tidak merujuk pada insan. Selanjutnya, kata Dia berfungsi
sebagai persona ketiga tunggal atau kata ganti orang ketiga, yang mengacu pada
orang yang dibicarakan, pada data tersebut yang dimaksud adalah orang yang
meninggal. Kemudian pada data -nya berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal, pada data tersebut tampak pada kata : dirinya, pada data tersebut yang
dimaksud dinya adalah orang yang akan dibunuh oleh Anwar.
4.1.4.1.2 Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal. Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat pronomina
penunjuk umum yang terdiri dari: pronomina penunjuk umum, yaitu itu dan ini.
HAKIM KETUA :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk
bermusyawarah dan mengambil keputusan.
Dengan ini sidang saya undur beberapa saat. (DT
68).
PENUNTUT UMUM : Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
(DT 42).
PENUNTUT UMUM : Saya tidak memojokkan siapa-siapa. Itu adalah
prasangka saudara. Di sini...... (DT 25)
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data pronomina kata
ganti penunjuk dapat dilihat di lampiran pada data (prolog), (1), (2) ,(17), (23),
(32), (42), (43), (45), (46), (57), (59), (60), (67).
Pronomina Penunjuk tempat pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul
Sani yaitu, di sini
Pembela : Yang Mulia, saya keberatan terhadap ucapan
saudara Penuntut Umum. Di sini yang diadili adalah
saudara Bahri bukan Nyonya Murni. (DT 12).
PENUNTUT UMUM : Saya tidak memojokkan siapa- siapa. Itu adalah
prasangka saudara. Di sini.... (DT 25).
PENUNTUT UMUM : Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
(DT 42).
Pronomina penunjuk ihwal pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul
Sani yaitu, begitu
PENUNTUT UMUM : Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara
Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari saudara
Anwar, Nyonya tolak. Saya tidak tahu pasti,
biarpun kepastian ini tidak penting, dalam
bermesraan dengan saudara Anwar tidak akan
begitu aneh jika Nyonya dan saudara Anwar
bersimpati untuk sehidup semati itu biasa. Memang
begitu biasanya anak-anak muda yang sedang
bercinta. Lalu dia meninggal. Berapa bulan
kemudian Nyonya menikah dengan saudara Bahri?
(DT 17).
PENUNTUT UMUM :Kalau begitu tidak masuk akal sekali, usaha
manusia mendirikan pengadilan untuk menetapkan
suatu perceraian. (DT 44).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data subtitusi dapat
dilihat di lampiran pada data (31), (60).
4.1.4.2 Subtitusi
Subtitusi merupakan proses atau hasil pergantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau
untuk menjelaskan suatu unsur tertentu. Subtitusi dalam naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani yaitu, begitu.
PENUNTUT UMUM : Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara
Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari saudara
Anwar, Nyonya tolak. Saya tidak tahu pasti,
biarpun kepastian ini tidak penting, dalam
bermesraan dengan saudara Anwar tidak akan
begitu aneh jika Nyonya dan saudara Anwar
bersimpati untuk sehidup semati itu biasa. Memang
begitu biasanya anak-anak muda yang sedang
bercinta. Lalu dia meninggal. Berapa bulan
kemudian Nyonya menikah dengan saudara Bahri?
(DT 17).
PENUNTUT UMUM :Kalau begitu tidak masuk akal sekali, usaha
manusia mendirikan pengadilan untuk menetapkan
suatu perceraian. (DT 44).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data subtitusi dapat
dilihat di lampiran pada data (11), (31), (43), (60), (65) ,(67).
4.1.4.3 Konjungsi (Konjungtor)
4.1.4.3.1 Konjungsi Koordinatif
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sarana kohesi
konjungsi koordinatif dan, tetapi, atau,
PEMBELA : Surat ini ditulis pada malam setelah tertuduh
menyampaikan lamaranya pada saudara Murni.
Surat ini kemudian dikirimkan pada Murni dengan
bantuan seorang prajurit. Tetapi prajurit itu
terbunuh dan surat ini tidak sampai ke tangan
Murni. Surat itu ada pada saya. Saya minta supaya
yang Mulia sudi membacakanya. (DT 59).
PENUNTUT UMUM : Ada sedikit yang Mulia. Sebuah perbuatan
ditentukan oleh niat pelakunya. Dari pemeriksaan
yang dilakukan sudah cukup jelas niat apa yang
tersembunyi di balik hukuman yang dijatuhkan
oleh tertuduh. Biarpun saudara Bahri mengatakan
bahwa semuanya ia lakukan demi Tuhan, demi
bangsa dan negara, niat yang sebenarnya adalah
untuk menyingkirkan sainganya. Dengan demikian,
dia bukan orang yang melakukan tugas tetapi ia
harus dinyatakan seorang pembunuh. Terima kasih.
(DT 66).
PROLOG : Dalam ruangan ini tidak ada perbedaan antara
malam dan siang. Biarpun di kamar tidur Bahri hari
sudah malam, kualitas cahaya dalam ruang
mahkamah tetap sama. Murni datang diantarkan
seorang petugas pengadilan. Ia berhenti sebentar
untuk memandang wajah suaminya.
HAKIM KETUA :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk
bermusyawarah dan mengambil keputusan. Dengan
ini sidang saya undur beberapa saat. (DT 68).
MURNI : Bukan karena percakapan itu percakapan rahasia,
tapi karena tuan tidak akan pernah mengerti bahasa
yang kami pergunakan. Karena bahasa yang berlaku
antara suami istri adalah bahasa khusus, yang hanya
dimengerti oleh mereka berdua. Mungkin kata-
katanya sama dengan yang tuan dengar di pasar atau
baca di koran, tapi setiap kata dibebani rasa yang
tumbuh dari suka duka kehidupan kemesraan
mereka berdua. (DT43).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data konjungsi
adservatif dapat dilihat di lampiran pada data (43), (67), (2), (17), (38), (45), (46),
(48), (60), (65), (67), (59).
4.1.4.3.2 Konjungsi Subordinatif
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sarana kohesi
konjungsi subordinatif yaitu, kalau, yang, karena, setelah, dengan, sementara
PENUNTUT UMUM :Kalau begitu tidak masuk akal sekali, usaha
manusia mendirikan pengadilan untuk menetapkan
suatu perceraian. (DT 44).
PENUNTUT UMUM : Yang saya kemukakan bukan simpulan. Kalau
boleh bertanya pada saudara pembela terhormat,
simpulan apa yang akan ia ambil dari kenyataan -
kenyataan ini? (DT 23).
PENUNTUT UMUM : Bagaimana tidak?! Baru tadi pagi Nyonya
mengeluh pada suami Nyonya. Nyonya menuntut
saat – saat yang dapat dijadikan kenangan, karena
suami Nyonya adalah seorang yang menjadi hak
Nyonya. Karena suami Nyonya adalah seorang
yang tidak kenal cinta sejati yang mengawini
Nyonya karena nafsu semata. (DT 40).
MURNI : Bukan karena percakapan itu percakapan rahasia,
tapi karena tuan tidak akan pernah mengerti bahasa
yang kami pergunakan. Karena bahasa yang
berlaku antara suami istri adalah bahasa khusus,
yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.
Mungkin kata-katanya sama dengan yang tuan
dengar di pasar atau baca di koran, tapi setiap kata
dibebani rasa yang tumbuh dari suka duka
kehidupan kemesraan mereka berdua. (DT43).
PENUNTUT UMUM : Dua bulan? Hebat sekali kesetiaan Nyonya kepada
saudara Anwar. Belum lagi jasadnya membusuk
dalam kubur, Nyonya sudah berpaling dengan lelaki
lain, sainganya. Perempuan apa Nyonya sebetulnya?
Perempuan pengobral cinta yang pindah dengan
mudah dari lelaki yang satu ke lelaki yang lain?
Penjual mulut manis, pendusta, pembohong. (DT
21).
PENUNTUT UMUM : Yang saya kemukakan bukan simpulan. Kalau
boleh bertanya pada saudara pembela terhormat,
simpulan apa yang akan ia ambil dari kenyataan -
kenyataan ini? (DT 23)
HAKIM KETUA :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk
bermusyawarah dan mengambil keputusan. Dengan
ini sidang saya undur beberapa saat. (DT 68).
PEMBELA : Surat ini ditulis pada malam setelah tertuduh
menyampaikan lamaranya pada saudara Murni.
Surat ini kemudian dikirimkan pada Murni dengan
bantuan seorang prajurit. Tetapi prajurit itu terbunuh
dan surat ini tidak sampai ke tangan Murni. Surat itu
ada pada saya. Saya minta supaya yang Mulia sudi
membacakanya. (DT 59).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data konjungsi dapat
dilihat di lampiran pada data (2), (3), (5) ,(6), (7), (8), (9), (11), (12), (15), (16),
(17), (21), (27), (29), (31), (32), (37), (40), (41), (43), (46), (51), (53), (54), (55),
(57), (59), (60), (61), (65), (66, (67), (68).
4.1.5 Sarana Kohesi Leksikal Naskah Drama “Mahkamah” Karya Asrul
Sani
Hasil penelitian sarana kohesi leksikal yang terdapat dalam naskah drama
“Mahkamah” Karya Asrul Sani, yaitu reiterasi.
4.1.5.1 Reiterasi
4.1.5.1.1 Repetisi
Pada naskah drama “Mahkamah” Karya Asrul Sani terdapat repetisi, yaitu
Nyonya, satu-satunya, seorang, anak -anak, pertanyaan-pertanyaan, simpulan,
kenyataan -kenyataan, siapa -siapa, saudara-saudara, bertanya-tanya, laki-laki,
tiba -tiba, hampir-hampir, bermalam -malam, satu-satunya, hal-hal, mula-mula,
saat -saat, percakapan, kata -katanya, kakanda, bahasa, sejujur -jujurnya, saat -
saat, sedalam-dalamnya, apa-apa.
PEMBELA : Nyonya ada sedikit pengakuan yang ingin
didengarkan oleh majelis Hakim yang mulia. Kami
mengetahui, bahwa dulu Nyonya adalah kekasih
Kapten Anwar. Tapi orang yang mencintai Nyonya
bukan dia Satu-satunya. Ada lagi, yang lain, yaitu
Mayor Bahri, suami Nyonya yang sekarang juga
mencintai Nyonya. Kemudian, kapten Anwar
dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan medan
perang. Yang menjadi ketua pengadilan itu adalah
Mayor Bahri, suami Nyonya. Saya ingin
mengajukan beberapa pertanyaan. Harap Nyonya
jawab dengan jujur dan tujukan pada Majelis
Hakim.... (DT 2).
MURNI : Saya tidak perlu merenungkanya. Saya kenal sifat
suami saya. Suami saya seorang pejuan, seorang
prajurit yang setia. Tidak, dia bukan pembunuh.
(DT 6).
MURNI : Bukan karena percakapan itu percakapan rahasia,
tapi karena tuan tidak akan pernah mengerti bahasa
yang kami pergunakan. Karena bahasa yang
berlaku antara suami istri adalah bahasa khusus,
yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.
Mungkin kata-katanya sama dengan yang tuan
dengar di pasar atau baca di koran, tapi setiap kata
dibebani rasa yang tumbuh dari suka duka
kehidupan kemesraan mereka berdua. (DT43).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data repetisi atau
pengulangan kata dapat dilihat di lampiran pada data (5), (11), (16), (17), (21),
(22), (23), (25), (26), (31), (32), (40), (43), (46), (50), (60), (67).
4.1.5.1.2 Sinonimi
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sinonim, yaitu
pendusta-pembohong, bangsa- negara, pejuan- prajurit, kecewa-sedih.
PENUNTUT UMUM : Dua bulan? Hebat sekali kesetiaan Nyonya kepada
saudara Anwar. Belum lagi jasadnya membusuk
dalam kubur, Nyonya sudah berpaling dengan lelaki
lain, sainganya. Perempuan apa Nyonya sebetulnya?
Perempuan pengobral cinta yang pindah dengan
mudah dari lelaki yang satu ke lelaki yang lain?
Penjual mulut manis, pendusta, pembohong. (DT
21).
PENUNTUT UMUM : Ada sedikit yang mulia. Sebuah perbuatan
ditentukan oleh niat pelakunya. Dari pemeriksaan
yang dilakukan sudah cukup jelas niat apa yang
tersembunyi di balik hukuman yang dijatuhkan oleh
tertuduh. Biarpun saudara Bahri mengatakan bahwa
semuanya ia lakukan demi Tuhan, demi bangsa dan
negara niatnya yang sebenarnya adalah untuk
menyingkirkan sainganya. Dengan demikian dia
bukan orang yang melakukan tugas tapi ia harus
dinyatakan seorang pembunuh. Terima kasih.
MURNI : Saya tidak perlu merenungkanya. Saya kenal sifat
suami saya. Suami saya seorang pejuang, seorang
prajurit yang setia. Tidak, dia bukan pembunuh.
(DT 6).
4.1.5.1.3 Antonimi
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat antonim, yaitu
malam- siang, sehidup-semati, setia-berpaling, laki-laki- perempuan, suami- istri,
suka-duka, benar-salah.
PROLOG : Dalam ruangan ini tidak ada perbedaan antara
malam dan siang. Biarpun di kamar tidur Bahri hari
sudah malam, kualitas cahaya dalam ruang
mahkamah tetap sama. Murni datang diantarkan
seorang petugas pengadilan. Ia berhenti sebentar
untuk memandang wajah suaminya
PENUNTUT UMUM : Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara
Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari saudara
Anwar, nyonya tolak. Saya tidak tau pasti, biarpun
kepastian ini tidak penting, dalam bermesraan
dengan saudara Anwar tidak akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar bersimpati untuk
sehidup semati itu biasa. Memang begitu biasanya
anak- anak muda yang sedang bercinta. Lalu dia
meninggal. Berapa bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara Bahri? (DT 17).
Peneliti di sini hanya menyampaikan sebagian data, data antonim pada
naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani dapat dilihat di lampiran pada data
(21), (43), (67).
4.1.6 Sarana Koherensi Naskah Drama “Mahkamah” Karya Asrul Sani
Pada dasarnya, hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan
gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara
implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan
interpretasi. Di samping itu, pemahaman ihwal hubungan koherensi dapat
ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh
wacana itu. Sarana koherensi pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani
yaitu:
4.1.6.1 Hubungan Sebab-Akibat
Hubungan sebab-akibat ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab
dan bagian yang lain menjadi akibat. Salah satu kalimat itu menjawab pertanyaan
“Mengapa begini?” (Mulyana, 2005:32). Konjungsi yang digunakan, misalnya,
oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka, dengan demikian.
Hubungan Sebab-Akibat pada naskah drama “Mahkamah” Karya Asrul Sani
yaitu:
MURNI : Ia berusaha sekuatnya membahagiakan saya dan
saya memang bahagia. (DT 38)
HAKIM KETUA :Adinda Murni yang tercinta, biarpun cinta kakanda
telah adinda tolak, semoga adinda masih bersedia
membaca surat ini dan mempertimbangkan
permohonan kakanda. Kakanda minta maaf atas
ucapan yang kakanda lontarkan di hadapan adinda.
Kakanda begitu kecewa dan sedih, hingga kakanda
kehilangan kendali atas diri kakanda. Lalu kakanda
berkata: “kalau begitu tidak ada jalan lain. Salah
satu di antara kami, saya atau Anwar harus mati.”
Kakanda menyesal sedalam-dalamnya atas ucapan
itu. Kakanda malu. Kakanda kini ingin bicara dari
lubuk hati kakanda. Adinda bebas menentukan
pilihan. Jika adinda memutuskan untuk memilih
Anwar, maka kakanda akan mengucapkan syukur
dan berdoa pada Tuhan supaya kalian bahagia.
Anwar adalah sahabat kakanda. Kalau dia bahagia
maka kakanda juga bahagia. Salam kakanda. Saiful
Bahri. (DT 60)
PENUNTUT UMUM : Ada sedikit yang mulia. Sebuah perbuatan
ditentukan oleh niat apa yang tersembunyi di balik
hukuman yang dijatuhkan oleh tertuduh. Biarpun
saudara Bahri mengatakan bahwa semuanya ia
lakukan demi Tuhan, demi bangsa dan negara,
niatnya yang sebenarnya adalah untuk
menyingkirkan sainganya. Dengan demikian dia
bukan orang yang melakukan tugas tapi ia harus
dinyatakan seorang pembunuh. Terima kasih.(DT
66)
PEMBELA : Majelis Hakim yang mulia. Kini sampailah saya
pada akhir tugas saya, yaitu membantu dengan
sekuat tenaga menegakkan kebenaran dan
mengembalikan hak kepada yang berhak. Perbuatan
seseorang dinilai menurut niat pelakunya. Tetapi
siapakah yang dapat mengetahui niat seseorang.
Dan jika toh dapat kita ketahui, maka kita akan
menilainya menurut keterbatasan pribadi kita juga.
Oleh karena itu, Majelis Hakim yang mulia, satu –
satunya yang dapat menghakimi adalah pelaku itu
sendiri. Tapi itu hanya akan terjadi, jika hati
sanubari orang tersebut masih berfungsi
sebagaimana mestinya, jika suara hatinya masih
bisa membedakan yang benar dan salah. Yang
terbukti dalam mahkamah ini tidak apa-apa, kecuali
bahwa saudara Saiful Bahri yang sekarang ini
dihadapkan sebagai tertuduh, adalah seorang yang
jujur, rendah hati, percaya pada Tuhan dan seorang
yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya atas
semua perbuatanya. Oleh karena itulah pada
tempatnya, jika keputusan pengadilan ini
dikembalikan pada hati sanubari sendiri. Saya yakin
Majelis Hakim yang mulia akan
mempertimbangkan ini. Terima kasih. (DT 67)
Pada data diatas merupakan hubungan sebab-akibat karena salah satu bagian
kalimat menjawab pertanyaan “mengapa sampai terjadi begini?” dan juga terdapat
konjungsi dengan demikian, maka, oleh karena itu pada kalimat tersebut.
4.1.6.2 Hubungan Alasan-Sebab
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
pertanyaan “Apa alasanya?” Konjungsi yang dipakai untuk itu misalnya karena
(Mulyana 2005:33. Hubungan Alasan-Sebab pada naskah drama “Mahkamah”
Karya Asrul Sani yaitu:
MURNI : Saya tidak perlu merenungkanya. Saya kenal sifat
suami saya. Suami saya seorang pejuang, seorang
prajurit yang setia. Tidak, dia bukan pembunuh. (DT
6)
MURNI : Suami saya tidak membunuh Anwar karena ingin
kawin dengan saya. (DT 8)
PEMBELA : Yang mulia, saya keberatan terhadap ucapan
saudara Penuntut Umum. Di sini yang diadili adalah
saudara Bahri bukan Nyonya Murni. (DT12)
MURNI : Setelah Anwar meninggal, saya hancur luluh.
Dunia ini serasa kiamat: saya hampir-hamipr sesat.
Saya memutuskan untuk bunuh diri. Tapi Tuhan
melindungi saya. Bermalam-malam saya berjuang
melawan keinginan saya itu. Saya berhasil
mengambil keputusan. Saya akan hidup terus, saya
harus bisa melupakan. Tapi saya perempuan, sendiri
memerlukan perlindungan. Tidak ada gunanya
memerlukan perlindungan seseorang yang sudah
tidak ada. Satu -satunya orang yang mencintai saya,
kecuali Anwar, adalah Bahri. Lalu saya
membulatkan hati. Siapa tahu saya dapat belajar
mencntai dia. Karena ia lelaki yang baik, setia. Ia
juga mencintai Anwar. Tidak pernah satu katapun
keluar dari mulutnya hal-hal yang memburukkan
Anwar. Setelah kami menikah, setiap tahun ia
membawa saya ziarah ke makam Anwar. Mula -
mula saya mengira mencintai dua orang lelaki. Tapi
kenyataanya, saya mencintai seorang Bahri. (DT 32)
Peneliti di sini hanya menampilkan sebagian data, data sarana koherensi
hubungan alasan -sebab dapat dilihat di lampiran pada data (17), (22), (24), (34),
(40). (43).
4.1.6.3 Hubungan Sarana-Tujuan
Hubungan sarana -tujuan ditandai oleh salah satu bagian kalimat
menjawab pertanyaan, “Bagaimana caranya untuk mencapai tujuan?” (karena
tujuan itu belum tentu tercapai) (Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
“Mahkamah” karya W.S Rendra terdapat Hubungan Sarana-Tujuan yaitu
MURNI : Ia berkata, sekarang soalnya jelas sudah. Apa yang
menjadi niat waktu tertuduh menjatuhkan hukuman
mati sudah jelas. Ia ingin membunuh saksi yang
merupakan saingan baginya. (DT 54)
Pada data tersebut merupakan sarana koherensi hubungan sarana tujuan, karena
dalam kalimat tersebut salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan “apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu?”.
4.1.6.4 Hubungan Kelonggaran-Hasil
Hubungan Kelonggaran -Hasil ditandai oleh salah satu bagian menyatakan
kegagalan (Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya
W.S Rendra terdapat Hubungan Kelonggaran-Hasil yaitu:
PEMBELA : Surat ini ditulis malam setelah tertuduh
menyampaikan lamaranya pada saudra Murni. Surat
ini kemudian dikirimkan pada Murni dengan
bantuan seorang prajurit. Tetapi prajurit itu
terbunuh dan surat iani tidak sampai ke tangan
Murni. Surat itu ada pada saya. Saya minta supaya
Yang Mulia sudi membacakanya. (DT 59)
Pada data tersebut merupakan sarana koherensi hubunngan kelonggaran – hasil
karena salah satu bagian kalimat menyatakan kegagalan suatu usaha, dan dalam
kalimat tersebut menyatakan bahwa prajurit gagal mengirimkan surat kepada
murni karena terbunuh.
4.1.6.5 Hubungan Syarat-Hasil
Hubungan Syarat -Hasil ditandai oleh jawaban atas pertanyaan, “Apa yang
harus dilakukan untuk memperloleh hasil?” penghubung yang digunakan seperti,
untuk, untuk itu, untuk maksud itu.(Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
“Mahkamah” Karya Asrul Sani terdapat Hubungan Syarat-Hasil yaitu:
PEMBELA : Waktu yang cukup panjang untuk mengenali
pribadi seseorang. Berdasarkan pengetahuan
Nyonya, apakah mungkin saudara Bahri
menjatuhkan hukuman pada sahabat karibnya
Anwar dengan maksud membunuhnya supaya dapat
mengawini Nyonya? Tolong Nyonya jawab dengan
sejujur – jujurnya. Cobalah Nyonya renungkan. (DT
5).
PENUNTUT UMUM : Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara
Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari saudara
Anwar, nyonya tolak. Saya tidak tau pasti, biarpun
kepastian ini tidak penting, dalam bermesraan
dengan saudara Anwar tidak akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar bersimpati untuk
sehidup semati itu biasa. Memang begitu biasanya
anak- anak muda yang sedang bercinta. Lalu dia
meninggal. Berapa bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara Bahri? (DT 17)
PEMBELA : Nyonya Murni, kata Nyonya, Nyonya kawin dua
bulan setelah kekaih Nyonya meninggal. Memang
Nyonya, masyarakat umum akan bertanya-tanya
bagaimana mungkin seorang gadis yang begitu
mencintai seorang laki- laki, tiba-tiba kawin dalam
waktu begitu singkat dengan lelaki lain. Masyarakat
cenderung untuk menghukum, tetapi Nyonya berhak
untuk membela diri. Nyonya tentu punya alasan.
Apa bisa Nyonya jelaskan? (DT 31)
Peneliti disini tidak menuliskan secara keseluruhan. Hubungan syarat-hasil dapat
di lihat pada lampiran (44), (60), (66), (68).
4.1.6.6 Hubungan Perbandingan
Salah satu bagian kalimat menyatakan perbandingan dengan bagian
kalimat yang lain (Mulyana, 2005:33). Hubungan perbandingan pada naskah
drama “Mahkamah” karya Asrul Sani yaitu:
PENUNTUT UMUM : Dua bulan? Hebat sekali kesetiaan Nyonya
kepada saudara Anwar. Belum lagi jasadnya
membusuk dalam kubur, Nyonya sudah
berpaling dengan lelaki lain, sainganya.
Perempuan apa Nyonya sebetulnya?
Perempuan pengobral cinta yang pindah
dengan mudah dari lelaki yang satu ke lelaki
yang lain? Penjual mulut manis, pendusta,
pembohong. (DT 21)
MURNI : Perceraian terjadi, jika bahasa itu sudah
mati dan digantikan oleh bahasa pasar dan
bahasa koran yang jadi milik orang
banyak.(DT 45)
PEMBELA : Yang Mulia, apa pun keputusan yang akan
dijatuhkan oleh yang mulia, satu hal harus
pasti. Keputusan itu harus berdasarkan
kebenaran tersebut, dunia sudah terlalu
sarat dengan segala macam prasangka.
4.1.6.7 Hubungan Waktu
Hubungan waktu ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat
itu,sesegera, setiap saat, sejak,semetara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian. Hubungan waktu pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani
yaitu:
PROLOG :Dalam ruanagan ini tidak ada perbedaan
antara malam dan siang. Biarpun di kamar
tidur bahri hari sudah malam, kualitas
cahaya dalam ruang mahkamah tetap sama.
Murni datang diantarkan seorang petugas
pengadilan. Ia berhenti sebentar untuk
memandang wajah suaminya.
PEMBELA : Sudah berapa tahun Nyonya berumah
tangga dengan saudara Bahri? .(DT 3)
MURNI : Lebih dari tiga puluh tahun (DT 4)
Peneliti di sini hanya menampilkan sebagian data, data sarana koherensi
hubungan waktu dapat dilihat di lampiran pada data (15), (20), (21), (31), (32),
(59).
Pada data tersebut merupakan sarana koherensi hubungan waktu karena
pada kalimat tersebut menjelaskan waktu dimana keadaan atau percakapan
tersebut terjadi seperti siang, sore, malam, setelah.berapa bulan, tiga bulan.
4.2 Pembahasan
Penelitian yang berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana
Naskah Drama dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI membahas
tentang (1) jenis sarana kohesi yang terdapat pada naskah drama dalam buku teks
SMA bahasa Indonesia kelas XI, dan (2) sarana koherensi yang terdapat pada
naskah drama dalam buku teks SMA bahasa Indonesia kelas XI. Tujuanya adalah
untuk mendeskripsikan kedua hal tersebut. Untuk dapat mendeskripsikan
keduanya, peneliti melakukan pengumpulan data dengan membaca seluruh
wacana dan menandai jenis sarana kohesi dan koherensinya. Setelah itu, data
dianalisis berdasarkan teori yang sudah ada yang berkaitan dengan wacana.
Berdasarkan hasil analisis terdapat kesesuaian antara yang sudah ada dengan hasil
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan 3
jenis sarana kohesi pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra
dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu: (1) pronomina, (2)
konjungsi, dan (3) reiterasi. Pertama pronomina, pronomina persona pertama
tunggal yaitu saya, dan -ku. Pronomina persona pertama jamak yaitu kami dan
kita. Pronomina persona kedua tunggal yaitu Anda dan -mu. Pronomina persona
ketiga tunggal yaitu ia, dia, beliau dan -nya. Pronomina persona ketiga jamak
yaitu mereka. Selanjutnya pronomina penunjuk ditemukan dua pronomina yaitu
ini dan itu, berfungsi sebagai penunjuk sesuatu yang dekat ataupun yang jauh
tergantung konteksnya. Pronomina penunjuk ihwal yang ditemukan yaitu begitu.
dan Pronomina komparatif ditemukan satu pronomina yaitu sama. Kedua
konjungsi, konjungsi koordinatif ditemukan satu konjugsi koordinatif yaitu dan
berfungsi sebagai kata penghubung. Konjungsi subordinatif ditemukan sebelas
konjungsi yaitu karena, sejak, sebab, yang, kalau, sebelum, seperti, dengan,
selama, sementara dan setelah, berfungsi sebagai penghubung dua klausa atau
lebih dan tidak memiliki status sintaksis yang sama. Ketiga reiterasi, dibagi
menjadi dua yaitu repetisi yaitu berfungsi sebagai pengulangan kata yang sama
yang dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa kata- kata tersebut
merupakan fokus pembicaraan, dan sinonimi yang berfungsi agar penggunaan
kata dalam dialog bervariasi dan menarik.
Selanjutnya sarana koherensi pada naskah drama ”Panembahan Reso”
karya W.S. Rendra dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu
ditemukan delapan jenis sarana koherensi. Pertama yaitu hubungan sebab-akibat
yang ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab dan yang lain menjadi
akibat, pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra tersebut
ditemukan 1 data. Kedua yaitu hubungan sarana-hasil yang ditandai oleh salah
satu bagianya menjawab pertanyaan “mengapa itu dulu bisa dicapai?” pada
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra tersebut ditemukan 1 data.
Ketiga hubungan alasan-sebab yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat
menjawab pertanyaan “apa alasanya?” pada naskah drama tersebut ditemukan 1
data. Keempat hubungan sarana-tujuan yang ditandai oleh salah satu bagian
kalimat menjawab pertanyaan “bagaimana caranya untuk mencapai tujuan?” pada
naskah drama ditemukan tiga data. Kelima hubungan latar-kesimpulan yang
ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan “apa yang menjadi
dasar simpulan?” pada naskah tersebut ditemukan 1 data. Keenam hubungan
kelonggaran -hasil yang ditandai oleh satu bagian kalimat menyatakan kegagalan,
pada naskah tersebut ditemukan 1 data. Ketujuh hubungan syarat-hasil yang
ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “apa yang harus dilakukan untuk
memperoleh hasil?” pada naskah drama tersebut ditemukan 6 data. Kedelapan
hubungan waktu yang ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat itu,
sesegera, pada naskah drama ditemukan 10 data.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan peneliti, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks SMA bahasa Indonesia kelas XI
ditemukan 4 jenis sarana kohesi yaitu (1) pronomina, (2) subtitusi, (3) konjungsi,
dan (4) reiterasi. Pertama pronomina, pronomina persona pertama tunggal yaitu
saya berfungsi sebagai kata ganti diri atau kata ganti orang. Pronomina pertama
jamak yaitu kami dan kita. Pronomina persona ketiga tunggal yaitu ia, dia dan -
nya. Pronomia penunjuk umum ini dan itu, berfungsi sebagai penunjuk sesuatu
yang dekat ataupun yang jauh tergantung konteksnya. Pronomina penunjuk ihwal
yaitu begitu. kedua subtitusi, ditemukan satu subtitusi yaitu begitu, berfungsi
sebagai kata yang dapat digantikan oleh kata lain untuk tujuan tertentu untuk
menghindari penyebutan berulang. Ketiga konjungsi, konjungsi koordinatif
ditemukan tiga konjungsi yaitu, dan, tetapi dan atau, berfungsi sebagai kata
penghubung. Konjungsi subordinatif ditemukan enam konjungsi yaitu kalau,
yang, karena, setelah, dengan, dan sementara, berfungsi sebagai penghubung dua
klausa atau lebih dan tidak memiliki status sintaksis yang sama. Keempat reiterasi,
dibagi menjadi tiga yaitu repetisi berfungsi sebagai pengulangan kata yang sama
yang dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa kata- kata tersebut
merupakan fokus pembicaraan, sinonimi berfungsi agar penggunaan kata dalam
dialog bervariasi dan menarik, antonimi berfungsi sebagai lawan kata dan supaya
selaras membuat mitra tutur atau pembaca lebih cepat memahami dialog.
Sarana koherensi pada naskah drama ”Mahkamah” karya Asrul Sani
dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu ditemukan tujuh jenis
sarana koherensi. Pertama yaitu hubungan sebab-akibat yang ditandai oleh bagian
yang satu menyatakan sebab dan yang lain menjadi akibat, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani tersebut ditemukan 4 data.. Kedua hubungan
alasan – sebab yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan
“apa alasanya?” pada naskah drama tersebut ditemukan 10 data. Ketiga
hubungan sarana -tujuan yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
pertanyaan “bagaimana caranya untuk mencapai tujuan?” pada naskah drama
ditemukan 1 data. Keempat hubungan kelonggaran-hasil yang ditandai oleh satu
bagian kalimat menyatakan kegagalan, pada naskah tersebut ditemukan 1 data.
Kelima hubungan syarat-hasil yang ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “apa
yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil?” pada naskah drama tersebut
ditemukan 7 data. Keenam hubungan perbandingan yang salah satu kalimat
menyatakan perbandingan , pada naskah drama tersebut ditemukan 3 data.
Ketujuh hubungan waktu yang ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada
saat itu, sesegera, pada naskah drama ditemukan 9 data.
Penelitian kohesi dan koherensi wacana naskah drama “Panembahan
Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul sani merupakan
pelengkap dari penelitian-penelitian kohesi dan koherensi wacana yang telah ada.
Penelitian kohesi dan koherensi terdahulu banyak yang membahas sarana kohesi
dan koherensi dalam wacana berita, novel, dan iklan dengan tujuan untuk
menemukan perbandingan antara sarana kohesi dan koherensi yang digunakan
dalam wacana berita, novel, dan iklan dengan sarana kohesi dan koherensi yang
digunakan dalam wacana naskah drama.
Dengan adanya penelitian kohesi dan koherensi wacana di dalam naskah
drama berarti telah terwujud pengembangan penelitian kohesi dan koherensi
khususnya pada naskah wacana yang ada dalam buku teks SMA bahasa Indonesia
kelas XI yang dapat dijadikan referensi sebagai bahan ajar pada pembelajaran
naskah drama sesuai KD yang ada yaitu pada KD 3.9 mengenai menganalisis isi
dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton. Secara keseluruhan, jenis-jenis
penelitian sarana kohesi dan koherensi yang telah ada, baik itu pada wacana bukan
sastra maupun wacana sastra dapat mempeprkaya kajian bahasa khususnya di
bidang wacana.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul analisis kohesi dan koherensi
pada wacana naskah drama dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks SMA
Bahasa Indonesia kelas XI ditemukan 3 jenis sarana kohesi pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks SMA Bahasa
Indonesia kelas XI yaitu: pada kohesi gramatikal (1) pronomina, dan (2)
konjungsi. Selanjutnya pada kohesi leksikal ditemukan (1) repetisi, dan (2)
sinonimi. Kemudian, ditemukan sepuluh sarana koherensi yaitu (1) hubungan
sebab-akibat, (2) hubungan sarana-hasil, (3) hubungan alasan-sebab, (4)
hubungan sarana-tujuan, (5) hubungan latar-kesimpulan, (6) hubungan
kelonggaran-hasil, (7) hubungan syarat-hasil, (8) hubungan perbandingan, (9)
hubungan waktu, dan (10) hubungan amplikatif.
2) Kemudian hasil penelitian yang dilakukan peneliti, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks SMA bahasa Indonesia kelas
XI ditemukan 4 jenis sarana kohesi, yaitu pada kohesi gramatikal (1)
pronomina, (2) subtitusi, dan (3) konjungsi. Selanjutnya pada kohesi leksikal
yaitu (1) repetisi, (2) sinonimi, dan (3) antonimi. Sarana koherensi ditemukan
tujuh jenis sarana koherensi yaitu (1) hubungan sebab-akibat (2) hubungan
alasan-sebab (3) hubungan sarana-tujuan (4) hubungan kelonggaran-hasil (5)
hubungan syarat -hasil (6) hubungan perbandingan (7) hubungan waktu.
5.2 Implikasi
Implikasi atau keterkaitan penelitian ini adalah pada bidang pendidikan
khususnya pembelajaran naskah drama. Penelitian ini membahas analisis naskah
drama menggunakan teori analisis kohesi dan koherensi di dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI. Menemukan makna secara utuh memiliki
keterkaitan dengan KD yang ada di kelas XI SMA yaitu pada KD 3.9
menganalisis isi dan kebahasaan drama yang di tonton atau di baca. Pembelajaran
dalam menganalisis naskah drama di SMA kelas XI dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis kohesi dan koherensi.
5.3 Saran
Tercapainya hasil penelitian ini belum dapat menentukan bahwa wacana pada
naskah drama “ Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI sudah berkategori
baik sekali. Hal ini disebabkan selain sarana kohesi dan koherensi masih ada
faktor-faktor kebahasaan lain seperti pemilihan kata, paragraf, dan ejaan yang
juga dapat mewujudkan sebuah wacana yang baik. Dengan demikian, kategori
sangat baik dalam penelitian ini terbatas pada sarana kohesi dan koherensi nya
saja, karena jika ingin meneliti seluruh unsur kebahasaan yang ada maka perlu
dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil kesimpulan,
peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1) Bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia disarankan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
bahan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kohesi dan koherensi
dalam mata kuliah wacana.
2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan dapat meneliti temuan-temuan lain
mengenai sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam naskah drama.
DAFTAR RUJUKAN
Aflahah. 2012. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana. Jurnal Okara, Vol I.
Aristama Dio, Basuki Rohmat. 2018. Penggunaan Piranti Kohesi dan Koherensi
pada Naskah Drama Karangan Siswa Kelas VII. Jurnal Ilmiah Korpus,
Volume II, Nomor I.
Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakart: Balai Pustaka.
Emzir dan Saiful Rohman. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta:Rajawali
Pers.
Kushartanty., dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.
Cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta:Tiara wacana.
Moleong. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
Nurlaksana dan Eko Rusmianto.2015. Analisis Wacana. Yogyakarta:Graha Ilmu
Oktavia, Wahyu dan Diyan Zuliyandari. 2019. Analisis Wacana Tekstual dan
Kontekstual dalam Naskah Drama Bunga Rumah Makan Karya Utuy Tatang
Sontani. Lingua, Vol XV, Nomor 2. Juli 2019.
Rahayu, Siti Perdi. 2008. Kalimat Majemuk. Yogyakarta:UNY.
Rani dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Pupbhlishing.
Ratnaningdyah, Endang. 2012. “Analisis Wacana Tekstual Dan Kontekstual
Naskah Lakon Sandosa Sokrasana:Sang Manusia Karya Yanusa
Nughroho”. Tesis dipubhlikasikan , Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Setiyanto, Edi.2009. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana Dialog. Yogyakarta:
Gama Media.
95
Setiawati, Eti dan Roosi Rusmawati. Analisis Wacana. Deepubhlish. Diakses 10
Juli 2020, dari E-Book.
Sudaryat, Y. 2008. Makna Dalam Wacana.Bandung: CV Yrama Widya.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta Bandung.s
Tarigan, H. G. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa
Yendra. 2018. Linguistik. Deepubhlish. Diakses 10 Juli 2020, dari E-Book.
96
Lampiran 1: Naskah drama “Panembahan Reso”
PANEMBAHAN RESO
Karya : W.S. Rendra
Di rumah Panembahan Reso. Pagi hari. Ada Aryo Lembu, Aryo Jambu,
Aryo Bambu, Aryo Sumbu, Aryo Sekti, Ratu Dara, dan Panembahan Reso.
Sekti :Panembahan Reso, jadi saya datang kemari untuk mengantar
teman-teman Aryo, yang dulu diutus oleh almarhum Sri Baginda
Raja Tua untuk keliling kadipaten-kadipaten, menghadap kepada
Anda.
Reso :Selamat datang, para Aryo. Kedatangan Anda di ibu kota sangat
kami nantikan. Terutama oleh Sri Baginda Maharaja.
Lembu :Sebelum menghadap Sri Baginda Raja.
Sekti :Maaf, Maharaja, bukan Raja.
Lembu :Ah, ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap Sri
Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda dan juga
Sri .... Ratu Dara?
Sekti :Ya, betul! Sri Ratu Dara!
Lembu :Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu Dara,
untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan membuat
kesalahan yang sama sekali tidak kami maksudkan.
Bambu :Selama kami pergi bertugas, telah banyak terjadi perubahan
dengan menurut cara yang sah. Kami akan menyesuaikan diri
dengan perubahan ini.
Jambu :Pendeknya, kami mengakui kedaulatan Sri Baginda Maharaja
Gajah Jenar dan tunduk kepada semua keputusan yang telah
disabdakan oleh Sri Baginda.
Sumbu :Kami telah menjalankan tugas yang justru kami anggap penting
untuk mempertahankan keutuhan kerajaan. Sekarang kami tetap
patuh dan bersedia untuk membela keutuhan kerajaan di bawah
naungan Sri Baginda Maharaja Gajah Jenar.
Reso :Bagus! Bagus! Dengan cepat saya bisa mengumpulkan bahwa
Anda berempat abdi Raja yang tahu diri dan tahu akan kewajiban.
Bagus. Bagus. Sri Baginda pasti akan ikhlas menerima bakti Anda
semua.
98
Jambu :Syukurlah kalau begitu. Kami juga sangat berterima kasih kepada
Sri Baginda karena beliau telah memberikan perhatian besar
kepada para istri kami. Bagaimanakah keadaan mereka? Saya
sendiri sudah merasa sangat kangen dengan istri saya, setelah
sekian lama dipisahkan oleh tugas demi kerajaan.
Reso :Jangan khawatir. Keadaan mereka sangat mewah dan sejahtera.
Mereka dibawa ke istana demi keamanan mereka sendiri. Jangan
sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan. Nanti
setelah Anda menghadap Maharaja, pasti istri Anda akan diantar ke
rumah kembali. Sri Ratu Dara dan Sri Ratu Kenari selalu bermain-
main dengan mereka.
Dara :Kami sering bermain bersama sampai agak larut malam. Kami
saling bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing.
Jambu :Sungguh kami sangat berutang budi untuk kebaikan hati semacam
itu.
Lembu :Begitulah. Kecuali keadaan di Tegalwurung! Panji Tumbal
berhasil ditawan oleh Pangeran Kembar. Pangeran Bindi
menduduki seluruh Kadipaten Tegalwurung dan menyatakan
menentang kedaulatan Maharaja kita, Berta menobatkan dirinya
sendiri menjadi Raja. Pangeran Kembar mendukungnya.
Reso :Hm! Ini bukan persoalan remeh.
Dara :Ia bukan putra tertua dari almarhum Sri Baginda Raja yang dulu.
Reso :Atas dasar kekuatan! Setiap orang yang merasa dirinya kuat boleh
saja menobatkan dirinya menjadi Raja. Seperti juga Raja yang dulu
mendirikan kerajaan ini. Tinggal soalnya apakah ia akan bisa
membuktikan bahwa dirinya benar-benar yang terkuat di seluruh
negara. Bisa tidak ia menundukkan semua tandingan yang ada.
Dara :Jadi, ia menantang kekuasaan Maharaja kita!
Reso :Sanggupkah maharaja kita menyingkirkan dia atau sanggupkah
dia menyingkirkan maharaja kita? Itu saja persoalannya.
Bambu :Dengan dukungan Anda sebagai pemangku, maharaja kita pasti
akan bisa menumpas tandingannya, di Tegalwurung!
Jambu :Besar kepercayaan kami kepada Anda untuk bisa mengatasi
keadaan ini, Panembahan.
99
Lembu :Dari sejak masih tinggal di istana, Pangeran Bindi sangat
mengerikan tingkah lakunya. Tanpa ragu-ragu saya akan
membantu Anda untuk
membela maharaja kita.
Reso :Aryo Sumbu, apakah Anda juga mempunyai kemantapan seperti
itu?
Sumbu :(Jelas dan tegas) Ya, Panembahan!
Reso :Setelah Anda semua beristirahat beberapa hari, bantulah Sri
Baginda untuk memerangi para pemberontak. Anda semua
mempunyai pengalaman yang luas di dalam pertempuran.
Lembu :Di bawah pimpinan Anda kami semua patuh dan setia.
Reso :Silakan pulang dulu dan nanti sore menghadap Maharaja di Istana.
(Keempat Aryo mohon diri lalu keluar.)
Sekti :Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para Senapati
sungguh sangat besar. Memang hanya Anda yang bisa
menyelamatkan kerajaan dari bencana-perpecahan. Sekarang saya
pamit dulu, Panembahan. Di rumah saya ada tamu yang menginap.
Setelah minum kopi sore hari dengan tamu itu, saya akan
menghadap maharaja ke istana.
Reso :Apakah kamu itu akan tinggal lama di rumah Anda?
Sekti :Seperti biasanya, agak lama juga. Salam, Ratu Dara. Salam,
Panembahan (pergi).
Dara :Anakku seorang diri tak akan bisa mempertahankan takhtanya.
Reso :Itulah sebabnya kita harus membantu Baginda.
Dara :Maharaja boneka itu mulai memuakkan saya.
Reso :Tidak baik berkata begitu sementara Baginda ialah darah
dagingmu sendiri.
Dara :Panembahan suamiku, ternyata Anda begitu kuat dan kuasa,
kenapa Anda tidak ingin menjadi raja?
Reso :Hahahaha! Apa kurang enaknya menjadi orangtua dan pemangku.
100
Lampiran 2: Naskah drama “Mahkamah”
MAHKAMAH
Karya Asrul Sani
Dalam ruangan ini tidak ada perbedaan antara malam dan siang.
Biarpun di kamar tidur Bahri hari sudah malam, kualitas cahaya dalam
ruang mahkamah tetap sama. Murni datang diantarkan seorang petugas
pengadilan. la berhenti sebentar untuk memandang wajah suaminya.
Pembela :Nyonya Murni, silakan duduk. (Bahri melihat Murni. la
berdiri.) Murni.... Sayang! Mendengar kata sayang itu Murni
memalingkan muka lalu duduk tertunduk. Pembela mendekati
Munti lalu berkata.
Pembela :Nyonya ada sedikit pengakuan yang ingin didengarkan oleh
Majelis Hakim yang mulia. Kami mengetahui, bahwa dulu
nyonya adalah kekasih Kapten Anwar. Tapi orang yang
mencintai Nyonya bukan dia satu-satunya. Ada lagi, yang lain,
yaitu Mayor Bahri, suami Nyonya yang sekarang juga mencintai
Nyonya. Kemudian, kapten Anwar dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan medan perang. Yang menjadi ketua pengadilan itu
adalah Mayor Bahri, suami Nyonya. Saya ingin mengajukan
beberapa pertanyaan. Harap nyonya jawab dengan jujur dan
tujukan pada Majelis Hakim ..... (Murni mengangguk.)
Pembela :Sudah berapa tahun Nyonya berumah tangga dengan saudara
Bahri?
Murni :Lebih dari tiga puluh tahun.
Pembela :Waktu yang cukup panjang untuk mengenali pribadi seseorang.
Berdasarkan pengetahuan Nyonya, apakah mungkin saudara
Bahri menjatuhkan hukuman pada sahabat karibnya Anwar
dengan maksud membunuhnya supaya dapat mengawini
Nyonya? Tolong Nyonya jawab dengan sejujur-jujurnya.
Cobalah Nyonya renungkan.
Murni :Saya tidak perlu merenungkannya. Saya kenal sifat suami saya.
Suami saya seorang pejuang, seorang prajurit yang setia. Tidak,
dia bukan pembunuh.
Pembela :Tolong sampaikan dengan lebih jelas pada Majelis Hakim.
Murni :Suami saya tidak membunuh Anwar karena ingin kawin dengan
saya.
Pembela :Terima kasih, Nyonya. Untuk sementara sekian dulu yang
mulia.
Hakim Ketua :Saudara Penuntut Umum, giliran Saudara.
Penuntut Umum :Nyonya Murni, apakah Nyonya seorang yang dapat dipercaya?
Ataukah Nyonya berkata begitu hanya sekadar mimpi
memamerkan kesetiaan pada suami yang sebetulnya sama sekali
tidak Nyonya miliki.
Pembela :Yang Mulia, saya keberatan terhadap ucapan saudara Penuntut
Umum. Di sini yang diadili adalah saudara Bahri bukan Nyonya
Murni.
Penuntut Umum :Maaf, yang Mulia. Saudara Pembela terlalu terburu nafsu. Saya
belum selesai bicara. Saya tidak mengadili. Saya hanya membuat
suatu simpulan.
Hakim Ketua :Teruskan saudara Penuntut Umum.
Penuntut Umum :Setelah saudara meninggal, berapa lama kemudian nyonya
menikah dengan saudara Bahri? (Mumi diam sebentar)
Penuntut Umum :(mendesak) Ayolah, Nyonya Murni. Menurut keterangan yang
kami peroleh Nyonya sangat cinta pada saudara Anwar. Apa
betul?
Murni :(mengangguk)
Penuntut Umum :Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara Bahri yang
pangkatnya lebih tinggi dari saudara Anwar, Nyonya tolak. Saya
tidak tahu pasti, biarpun kepastian ini tidak penting, dalam
bermesraan dengan saudara Anwar tidak akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar bersimpati untuk sehidup semati-itu
biasa. Memang begitu biasanya anak-anak muda yang sedang
bercinta. Lalu dia meninggal. Berapa bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara Bahri?
Murni :(hampir-hampir tidak terdengar) Dua bulan ......
Penuntut Umum :Keras sedikit.
Murni :Dua bulan.
Penuntut Umum :(dengan sinis) Dua bulan? Hebat sekali kesetiaan Nyonya
kepada saudara Anwar. Belum lagi jasadnya membusuk dalam
kubur, Nyonya sudah berpaling dengan lelaki lain, saingannya.
Perempuan apa Nyonya sebetulnya? Perempuan pengobral cinta
yang pindah dengan mudah dari lelaki yang satu ke lelaki yang
lain? Penjual mulut manis,pendusta, pembohong?
Pembela :Saya keberatan atas pertanyaan-pertanyaan saudara Penuntut
Umum.
Penuntut Umum :Yang saya kemukakan bukan simpulan. Kalau boleh bertanya
pada saudara Pembela terhormat, simpulan apa yang akan ia
ambil dari kenyataan-kenyataan ini?
Pembela :(langsung menjawab) Cara saudara mengajukan pertanyaan
memojokkan nyonya Murni.
Penuntut Umum :Saya tidak memojokkan siapa-siapa. Itu adalah prasangka
saudara. Di sini ......(Hakim mengetuk-ngetukkan palunya melihat
Pembela dan Penuntut Umum bertengkar.)
Hakim Ketua :Saudara-saudara bicara melalui Hakim. (Keduanya diam.)
Pembela :Maaf yang Mulia.
Hakim Ketua :Saudara Penuntut Umum teruskan.
Penuntut Umum :Untuk sementara sekian dulu yang Mulia.
Hakim Ketua :Saudara Pembela, silakan.
Pembela :Nyonya Murni (menyeka air matanya), kata nyonya, nyonya
kawin dua bulan setelah kekasih nyonya meninggal. Memang
nyonya, masyarakat umum akan bertanya-tanya, bagaimana
mungkin seorang gadis yang begitu mencintai seorang laki-laki,
tiba-tiba kawin dalam waktu begitu singkat dengan lelaki lain.
Masyarakat cenderung untuk menghukum, tapi nyonya berhak
untuk membela diri. Nyonya tentu punya alasan. Apa bisa
nyonya Jelaskan?
Murni :Setelah Anwar meninggal, saya hancur luluh. Dunia ini serasa
kiamat: Saya hampir-hampir sesat. Saya memutuskan untuk
bunuh diri. Tapi Tuhan melindungi saya. Bermalam-malam saya
berjuang melawan keinginan saya itu. Saya berhasil mengambil
keputusan. Saya akan hidup terus, saya harus bisa melupakan.
Tapi saya perempuan sendiri memerlukan perlindungan. Tidak
ada gunanya memerlukan perlindungan seseorang yang sudah
tidak ada. Satu-satunya orang yang mencintai saya, kecuali
Anwar, adalah Bahri. Lalu saya membulatka hati. Siapa tahu
saya dapat belajar mencintai dia. Karena ia lelaki yang baik,
setia. la juga mencintai Anwar. Tidak pernah satu katapun keluar
dari mulutnya hal-hal yang memburukkan Anwar. Setelah kami
menikah, setiap tahun ia membawa saya ziarah ke makam
Anwar. Mula-mula saya mengira mencintai dua orang lelaki.
Tapi kenyataannya, saya mencintai seorang Bahri.
Pembela :Lalu di mana tempat Anwar.
Murni :Kami berdua mencintai Anwar sebagai kenangan.
Pembela :Terima kasih.
Hakim Ketua :Masih ada saudara Penuntut Umum?
Penuntut Umum :Ya, yang Mulia. Nyonya Murni. Apa saudara Bahri
membahagiakan Nyonya?
Murni :Ia berusaha sekuatnya membahagiakan saya dan saya memang
bahagia.
Penuntut Umum :Nyonya dusta.
Penuntut Umum :Bagaimana tidak?! Baru tadi pagi Nyonya mengeluh pada suami
Nyonya. Nyonya menuntut saat-saat yang dapat dijadikan
kenangan, karena suami Nyonya tidak memberikan waktu yang
menjadi hak Nyonya. Karena suami Nyonya adalah seorang yang
tidak kenal cinta sejati yang mengawini Nyonya karena nafsu
semata.
Murni :Oh, tuan mendengarkan sesuatu yang tidak diperuntukkan bagi
telinga.
Penuntut Umum :Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
Murni :Bukan karena percakapan itu percakapan rahasia, tapi karena
tuan tidak akan pernah mengerti bahasa yang kami pergunakan.
Karena bahasa yang berlaku antara suami istri adalah bahasa
khusus, yang hanya dapat dimengerti oleh mereka berdua.
Mungkin kata-katanya sama dengan yang tuan dengar di pasar
atau baca di koran, tapi setiap kata dibebani rasa yang tumbuh
dari suka duka kehidupan kemesraan mereka berdua.
Penuntut Umum :Kalau begitu tidak masuk akal sekali, usaha manusia mendirikan
pengadilan untuk menetapkan suatu perceraian.
Murni :Perceraian terjadi, jika bahasa itu sudah mati dan digantikan
oleh bahasa pasar dan bahasa koran yang jadi milik orang
banyak.
Penuntut Umum :Baik, saya tidak akan memasuki persoalan itu lebih jauh.
(kepada Hakim) Yang mulia, yang ingin saya buktikan ialah
bahwa saudara Bahri adalah seseorang yang dikendalikan oleh
hawa nafsunya. Nyonya! Waktu saudara Bahri melamar Nyonya
dan Nyonya menolak lamarannya apa kata-kata yang diucapkan
oleh saudara Bahri? (Murni diam sebentar, lalu berkata.)
Murni :Saya mengerti kekecewaannya. Apa yang dia ucapkan tidak
penting.
Penuntut Umum :Penting atau tidak penting adalah urusan Majelis Hakim. Apa
katanya?
Murni :Saya sudah lupa.
Penuntut Umum :Ayolah Nyonya, Nyonya tidak lupa .... (Murni memaling ke
arah suaminya. Bahri berkata pada Hakim.)
Bahri :Yang Mulia, apa boleh saya mengatakan sesuatu pada istri saya?
Hakim :Silakan.
Bahri :Katakan yang sebenarnya, Murni. Hanya kebenaran yang bisa
menyelamatkan saya. (Murni menunduk lalu berkata.)
Murni :Ia berkata, sekarang soalnya jelas sudah. Apa yang menjadi niat
waktu tertuduh menjatuhkan hukuman mati sudah jelas. la ingin
membunuh saksi yang merupakan saingan baginya. (Hakim
kelihatan berbisik.)
Pembela :Bapak Hakim yang mulia, apakah boleh saya mengajukan
sebuah barang bukti?
Hakim Ketua :Saya kira tidak perlu lagi.
Pembela :Yang Mulia, apa pun keputusan yang akan dijatuhkan oleh yang
mulia satu hal harus pasti. Keputusan itu harus berdasarkan
kebenaran tersebut -dunia sudah terlalu sarat dengan segala
macam prasangka.
Hakim :Baik, silakan. (Pembela membuka mapnya dan mengeluarkan
sepucuk surat.)
Pembela :Surat ini ditulis pada malam setelah tertuduh menyampaikan
lamarannya pada saudara Murni.Surat ini kemudian dikirimkan
pada Murni dengan bantuan seorang prajurit. Tapi prajurit itu
terbunuh dan surat ini tidak sampai ke tangan Murni. Surat itu
ada pada saya. Saya minta supaya Yang Mulia sudi
membacakannya. (Ia menyerahkan surat itu pada Hakim Ketua.
Hakim membuka sampulnya dan mulai membaca.)
Hakim Ketua :Adinda Murni yang tercinta, Biarpun cinta kakanda telah adinda
tolak, semoga adinda masih bersedia membaca surat ini dan
mempertimbangkan permohonan kakanda. Kakanda minta maaf
atas ucapan yang kakanda lontarkan di hadapan adinda. Kakanda
begitu kecewa dan sedih, hingga kakanda kehilangan kendali atas
diri kakanda. Lalu kakanda berkata: “Kalau begitu tidak ada
jalan lain. Salah satu di antara kami, saya atau Anwar harus
mati.” Kakanda menyesal sedalam-dalamnya atas ucapan itu.
Kakanda malu. Kakanda kini ingin bicara dari lubuk hati
kakanda. Adinda bebas menentukan pilihan. Jika adinda
memutuskan untuk memilih Anwar, maka kakanda akan
mengucapkan syukur dan berdoa pada Tuhan supaya kalian
bahagia. Anwar adalah sahabat kakanda. Kalau dia bahagia maka
kakanda juga bahagia. Salam kakanda Saiful Bahri
Pembela :Terima kasih yang mulia. Saya tidak akan mengajukan
pertanyaan lagi.
Hakim Ketua :Saudara Penuntut Umum masih ingin mengajukan pertanyaan
pada saksi?
Penuntut Umum :Tidak yang mulia.
Hakim Ketua :Apa ada yang saudara ingin sampaikan pada Majelis Hakim?
Penuntut Umum :Ada sedikit yang mulia. Sebuah perbuatan ditentukan oleh niat
pelakunya. Dari pemeriksaan yang dilakukan sudah cukup jelas
niat apa yang tersembunyi di balik hukuman yang dijatuhkan
oleh tertuduh. Biarpun saudara Bahri mengatakan bahwa
semuanya ia lakukan demi Tuhan, demi bangsa dan negara,
niatnya yang sebenarnya adalah untuk menyingkirkan
saingannya. Dengan demikian, dia bukan orang yang melakukan
tugas tapi ia harus dinyatakan seorang pembunuh. Terima kasih.
Hakim Ketua :Saudara Pembela, saudara saya persilakan untuk menyampaikan
pembelaan saudara yang terakhir pada Majelis Hakim.
Pembela :Majelis hakim yang mulia.Kini sampailah saya pada akhir tugas
saya, yaitu membantu dengan sekuat tenaga menegakkan
kebenaran dan mengembalikan hak kepada yang berhak.
Perbuatan seseorang dinilai menurut niat pelakunya. Tapi
siapakah yang dapat mengetahui niat seseorang. Dan jika toh
dapat kita ketahui, maka kita akan menilainya menurut
keterbatasan pribadi kita juga. Oleh karena itu, Majelis Hakim
yang mulia, satu-satunya yang dapat menghakimi adalah pelaku
itu sendiri. Tapi itu hanya akan terjadi, jika hati sanubari orang
tersebut masih berfungsi sebagaimana mestinya, jika suara
hatinya masih bisa membedakan yang benar dan yang salah.
Yang terbukti dalam mahkamah ini tidak apa-apa, kecuali bahwa
saudara Saiful Bahri yang sekarang ini dihadapkan sebagai
tertuduh, adalah seorang yang jujur, rendah hati, percaya pada
Tuhan dan seorang yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya
atas semua perbuatannya. Oleh karena itulah pada tempatnya,
jika keputusan pengadilan ini dikembalikan pada hati
sanubarinya sendiri. Saya yakin Majelis Hakim yang mulia akan
mempertimbangkan ini. Terima kasih!
Hakim Ketua :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk bermusyawarah
dan mengambil keputusan. Dengan ini sidang saya undur
beberapa saat.
Lampiran 3 : Korpus Data Naskah Drama “Panembahan Reso” Karya W.S.
Rendra
NO
KUTIPAN DATA
SARANA KOHESI
SARANA
KOHERENSI
KET
PENGECEKAN
KEABSAHAN DATA
GRAMATIKAL
LEKSIKAL
PS 1
PS 2
1. DI RUMAH
PANEMBAHAN RESO.
PAGI HARI. ADA ARYO
LEMBU, ARYO JAMBU,
ARYO BAMBU, ARYO
SUMBU, ARYO SEKTI,
RATU DARA, DAN
PANEMBAHAN RESO.
Konjungsi
koordinatif (dan)
Repetisi (Panembahan
Reso, Aryo)
Prolog
2. SEKTI : Panembahan Reso,
jadi saya datang kemari untuk
mengantar teman – teman
Aryo, yang dulu diutus oleh
almarhum Sri Baginda Raja
Tua untuk keliling kadipaten
– kadipaten, menghadap
kepada Anda.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Repetisi (teman-
teman, kadipaten-
kadipaten)
1. Hubungan Sebab-
Akibat
2. Hubungan Syarat-
Hasil
3. Hubungan Waktu
DT 1
3. RESO : Selamat datang, para
Aryo. Kedatangan Anda di
ibu Kota sangat kami
nantikan. Terutama oleh Sri
Baginda Maharaja.
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
-
Hubungan Waktu
DT 2
4. LEMBU: Sebelum
menghadap Sri Baginda Raja.
Konjungsi
Subordinatif
(Sebelum)
- - DT 3
5. SEKTI : Maaf, maharaja,
bukan Raja.
- - DT 4
6. LEMBU : Ah, ya! Ampun
seribu ampun! Sebelum kami
menghadap Sri Baginda
Maharaja, kami lebih dahulu
menghadap Anda dan juga
Sri..... Ratu Dara?
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
Subordinatif
(Sebelum)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Repetisi : (Ampun,
menghadap)
DT 5
7. SEKTI : Ya, betul! Sri Ratu
Dara
- - DT 6
8. LEMBU : Oh! Kami lebih
dahulu menghadap Anda dan
Sri Ratu Dara, untuk lebih
meyakinkan diri bahwa kami
tidak akan membuat
kesalahan yang sama sekali
tidak kami maksudkan.
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Repetisi (Lebih) Hubungan Syarat-Hasil DT 7
9. BAMBU : Selama kami pergi
bertugas, telah banyak terjadi
perubahan dengan menurut
cara yang sah. Kami akan
menyesuaikan diri dengan
perubahan ini.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
Subordinatif
Repetisi (Perubahan-
perubahan)
Hubungan Waktu DT 8
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Selama)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
10.
JAMBU: Pendeknya, kami
mengakui kedaulatan Sri
Baginda Maharaja Gajah
Jenar dan tunduk kepada
semua keputusan yang telah
disabdakan oleh Sri Baginda.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- Hubungan Latar-Simpulan DT 9
11. SUMBU : Kami telah
menjalankan tugas yang
justru kami anggap penting
untuk mempertahankan
keutuhan kerajaan. Sekarang
kami tetap patuh dan bersedia
untuk membela keutuhan
kerajaan di bawah naungan
Sri Baginda Maharaja Gajah
Jenar.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Repetisi (keutuhan-
keutuhan)
Hubungan Syarat-Hasil DT 10
12. RESO : Bagus! Bagus!
Dengan cepat saya bisa
mengumpulkan bahwa Anda
berempat abdi raja yang tahu
diri dan tahu akan kewajiban.
Bagus. Bagus. Sri Baginda
pasti akan ikhlas menerima
bakti Anda semua.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Repetisi (bagus-bagus,
tahu-tahu)
Hubungan Amplikatif DT 11
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
13. JAMBU: Syukurlah kalau
begitu, kami juga sangat
berterima kasih kepada Sri
Baginda karena beliau telah
memberikan perhatian besar
kepada para istri kami.
Bagaimanakah keadaan
mereka? Saya sendiri sudah
merasa sangat kangen dengan
istri saya, setelah sekian lama
dipisahkan oleh tugas demi
kerajaan.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Pronomina
Persona Ketiga
Jamak (Mereka)
Pronomina
Persona Orang
Ketiga tunggal
(Beliau)
Konjungsi
Subordinatif
(Kalau)
Konjungsi
Subordinatif
(Karena)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Hubungan Alasan-Sebab DT 12
Pronomina
penunjuk ihwal
(Begitu)
14. RESO : Jangan khawatir,
keadaan mereka sangat
mewah dan sejahtera. Mereka
di bawa ke istana demi
keamanan mereka sendiri.
Jangan sampai mereka
menjadi korban dari
pancaroba perubahan. Nanti
setelah Anda menghadap
Maharaja, pasti istri Anda
akan di antar ke rumah
kembali. Sri Ratu Dara dan
Sri Ratu Kenari selalu
bermain-main dengan
mereka.
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Ketiga
Jamak (Mereka)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Repetisi (Bermain-
main)
Hubungan Waktu DT 13
15. DARA : Kami sering
bermain bersama sampaai
agak larut malam. Karna
kami saling bercerita tentang
pengalaman hidup masing-
masing.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Repetisi (Masing-
masing)
Hubungan waktu DT 14
16. JAMBU : Sungguh kami
sangat berutang budi untuuk
kebaikan hati semacam itu.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
- DT 15
17.
LEMBU : Begitulah. Kecuali
keadaan di Telagawurung!
Panji Tumbal berhasil
ditawan oleh Pangeran
Kembar. Pangeran Bindi
menduduki seluruh
Kadipaten Tegalwurung dan
menyatakan menentang
kedaulatan Maharaja kita,
Berta menobatkan dirinya
sendiri menjadi Raja.
Pangeran Kembar
mendukungnya.
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Repetisi (Pangeran -
pangeran)
Hubungan Sarana -
Hasil
DT 16
18. RESO: Hm! Ini bukan
persoalan remeh.
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
- DT 17
19. DARA : Ia bukan putra tertua
dari almarhum Sri Baginda
Raja yang dulu.
Pronomina
Persona ketiga
Tunggal (Ia)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
DT 18
20. RESO : Atas dasar kekuatan!
Setiap orang yang merasa
dirinya kuat boleh saja
menobatkan dirinya menjadi
Raja. Seperti juga Raja yang
dulu mendirikan kerajaan ini.
Tinggal soalnya apakah ia
akan bisa membuktikan
bahwa dirinya benar-benar
yang terkuat di seluruh
negara. Bisa tidak ia
menundukkan semua
tandingan yang ada. (DT19).
Pronomina
Persona ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Seperti)
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
Repetisi (Benar-
benar)
Hubungan Sarana -
Tujuan
DT 19
21. DARA : Jadi ia menantang
kekuasaan Maharaja kita!
Pronomina
Persona ketiga
Tunggal (Ia)
- DT 20
22.
RESO :Sanggupkah
Maharaja kita menyingkirkan
dia atau sanggupkah dia
menyingkirkan maharaja
kita? Itu saja persoalanya.
(DT 21).
Pronomina
Persona ketiga
Tunggal (dia)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Repetisi (Sanggupkah,
menyingkirkan)
Hubungan Sarana -
Tujuan
DT 21
23. BAMBU : Dengan dukungan
Anda sebagai pemangku,
maharaja kita pasti akan bisa
menumpas tandinganya, di
Telagawurung! (DT 22)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Hubungan Sarana -
Tujuan
DT 22
24. JAMBU : Besar kepercayaan
kami kepada Anda untuk bisa
mengatasi keadaan ini.
Panembahan
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
persona pertama
jamak (kami)
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
- Hubungan Syarat -
Hasil
DT 23
25. LEMBU : Dari sejak masih
tinggal di istana Pangeran
Bindi sangat mengerikan
tingkah lakunya. Tanpa ragu
– ragu saya akan membantu
Anda untuk membela
maharaja kita.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Repetisi (Ragu – ragu) 1. Hubungan
Syarat-Hasil
2. Hubungan
Waktu
DT 24
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(sejak)
26. RESO: Aryo Sumbu, apakah
Anda juga mempunyai
kemantapan seperti itu?
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Konjungsi
Subordinatif
(Seperti)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
DT 25
27. SUMBU : Ya, Panembahan! - - DT 26
28 RESO : Setelah Anda semua
beristirahat beberapa hari,
bantulah Sri Baginda untuk
memerangi para
pemberontak. Anda semua
mempunyai pengalaman yang
luas di dalam petempuran.
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Konjungsi
Subordinatif
(yang)
1. Hubungan
Syarat-Hasil
2. Hubungan
Waktu
DT 27
29. LEMBU : Di bawah
pimpinan Anda , kami semua
patuh dan setia.
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
DT 28
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
30. RESO : Silahkan Pulang dulu
dan nanti sore menghadap
Maharaja di istana.
Konjungsi
koordinatif (dan)
Hubungan waktu DT 29
31. SEKTI : Pengaruh Anda
terhadap para Aryo, para
Panji, dan para Senapati
sungguh sangat besar.
Memang hanya Anda yang
bisa menyelamatkan kerajaan
dari bencana – perpecahan.
Sekarang saya pamit dulu,
Panembahan. Di rumah saya
sedang ada tamu yang
menginap. Setelah minum
kopi sore hari dengan tamu
itu, saya akan menghadap
maharaja ke istana. (DT 30).
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Sinonimi (bencana –
perpecahan)
1. Hubungan
sarana-tujuan
2. Hubungan waktu
DT 30
32. RESO : Apakah tamu itu
akan tinggal lama di rumah
Anda?
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
DT 31
33. SEKTI : Seperti biasanya,
agak lama juga. Salam, Ratu
Dara. Salam, Panembahan.
Konjungsi
Subordinatif
(Seperti)
DT 32
34.
DARA : Anakku seorang diri
tak akan bisa
mempertahankan takhtanya.
Pronomina
Persona Pertama
(-ku)
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Hubungan kelonggaran
- hasil
DT 33
35. RESO : Itulah sebabnya kita
harus membantu Baginda.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
DT 34
36. DARA : Maharaja boneka itu
mulai memuakkan saya.
Pronomina
Persona pertama
tunggal (Saya)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Hubungan perbandingan DT 35
37.
RESO : Tidak baik berkata
begitu, sementara Baginda
ialah darah dagingmu sendiri.
Pronomina
Persona Kedua
Tunggal (-mu)
Pronomina
penunjuk ihwal
(begitu)
Konjungsi
DT 36
subordinatif
(sementara)
38.
DARA : Panembahan
suamikku, ternyata Anda
begitu kuat dan kuasa,
kenapa Anda tidak ingin
menjadi raja?
Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Pertama
tunggal (-ku)
Pronomina
penunjuk ihwal
(begitu)
Konjungsi
koordinatif (dan)
DT 37
39. RESO : Hahahaha! Apakah
kurang enaknya menjadi
orangtua dan pemangku.
Konjungsi
koordinatif (dan)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
DT 38
Lampiran 4 : Korpus Data Naskah Drama “Mahkamah” Karya W.S Rendra
NO
KUTIPAN DATA
SARANA KOHESI
SARANA
KOHERENSI
KET
PENGECEKAN
KEABSAHAN DATA
GRAMATIKAL
LEKSIKAL
PS 1
PS 2
1. DALAM RUANAGAN INI
TIDAK ADA
PERBEDAAN ANTARA
MALAM DAN SIANG.
BIARPUN DI KAMAR
TIDUR BAHRI HARI
SUDAH MALAM,
KUALITAS CAHAYA
DALAM RUANG
MAHKAMAH TETAP
SAMA. MURNI DATANG
DIANTARKAN
SEORANG PETUGAS
PENGADILAN. IA
BERHENTI SEBENTAR
UNTUK MEMANDANG
WAJAH SUAMINYA.
Pronomina
Persona ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Antonimi ( siang –
malam) Hub waktu Prolog
2. PEMBELA : Nyonya
Murni, silahkan duduk.
Murni... Sayang!
- - DT 1
3. PEMBELA : PEMBELA:
Nyonya ada sedikit
pengakuan yang ingin
didengarkan oleh majelis
Hakim yang mulia. Kami
mengetahui, bahwa dulu
Nyonya adalah kekasih
Kapten Anwar. Tapi orang
yang mencintai Nyonya
bukan dia Satu – satunya.
Ada lagi, yang lain, yaitu
Mayor Bahri, suami Nyonya
yang sekarang juga
mencintai Nyonya.
Kemudian, kapten Anwar
dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan medan perang.
Yang menjadi ketua
pengadilan itu adalah Mayor
Bahri, suami Nyonya. Saya
ingin mengajukan beberapa
pertanyaan. Harap Nyonya
jawab dengan jujur dan
tujukan pada Majelis
Hakim.... (DT 2).
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (dia)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Repetisi ( Satu –
satunya) DT 2
4. PEMBELA : Sudah berapa
tahun Nyonya berumah
tangga dengan saudara
Bahri?
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Hubungan Waktu DT 3
5. MURNI : Lebih dari tiga
puluh tahun. - - Hubungan Waktu DT 4
6. PEMBELA : Waktu yang
cukup panjang untuk
mengenali pribadi seseorang.
Berdasarkan pengetahuan
Nyonya, apakah mungkin
saudara Bahri menjatuhkan
hukuman pada sahabat
karibnya Anwar dengan
maksud membunuhnya
supaya dapat mengawini
Nyonya? Tolong Nyonya
jawab dengan sejujur –
jujurnya. Cobalah Nyonya
renungkan. (DT 5).
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Repetisi (Sejujur –
jujurnya) Hubungan Syarat –
Hasil
Hubungan Waktu
DT 5
7.
MURNI : Saya tidak perlu
merenungkanya. Saya kenal
sifat suami saya. Suami
saya seorang pejuang,
seorang prajurit yang setia.
Tidak, dia bukan
pembunuh.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (dia)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Antonimi (Pejuang –
prajurit) Hubungan Alasan -
Sebab
DT : 6
8. PEMBELA : Tolong
sampaikan dengan lebih jelas
pada Majelis Hakim
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
DT 7
9. MURNI : Suami saya tidak
membunuh Anwar karena
ingin kawin dengan saya.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Konjungsi
Subordinatif
(Sebab)
-
Hubungan Alasan -
Sebab
DT 8
10.
PEMBELA : Terima Kasih
Nyonya. Untuk sementara
sekian dulu yang mulia.
Konjungsi
subordinatif
(Sementara)
- DT 9
11. HAKIM KETUA : Saudara
Penuntut Umum, giliran
Saudara.
- - DT 10
12. PENUNTUT UMUM :
Nyonya Murni, apakah
Nyonya seorang yang dapat
dipercaya? Ataukah Nyonya
berkata begitu hanya sekadar
mimpi memamerkan
kesetiaan pada suami yang
sebetulnya sama sekali tidak
Nyonya miliki.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Subtitusi (Begitu)
- DT 11
13. PEMBELA : Yang mulia,
saya keberatan terhadap
ucapan saudara Penuntut
Umum. Di sini yang diadili
adalah saudara Bahri bukan
Nyonya Murni.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona penunjuk
Tempat (Di sini)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Hubungan Alasan -
sebab
DT 12
14.
PENUNTUT UMUM : Maaf,
yang mulia. Saudara Pembela
terlalu terburu nafsu. Saya
belum selesai bicara. Saya
tidak mengadili. Saya hanya
membuat suatu kesimpulan.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
- DT 13
15. HAKIM KETUA: Teruskan
saudara Penuntut Umum.
- - DT 14
16. PENUNTUT UMUM :
Setelah saudara, meninggal,
berapa lama kemudian
Nyonya menikah dengan
saudara Bahri?
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(setelah)
- Hubungan Waktu DT 15
17. PENUNTUT UMUM :
Ayolah, Nyonya Murni.
Menurut keterangan yang
kami peroleh Nyonya sangat
cnta pada sudara Anwar. Apa
betul?
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- DT 16
18. PENUNTUT UMUM :
Begitu cinta padanya, hingga
lamaran saudara Bahri yang
pangkatnya lebih tinggi dari
saudara Anwar, nyonya
tolak. Saya tidak tau pasti,
biarpun kepastian ini tidak
penting, dalam bermesraan
dengan saudara Anwar tidak
akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar
bersimpati untuk sehidup
semati itu biasa. Memang
begitu biasanya anak- anak
muda yang sedang bercinta.
Lalu dia meninggal. Berapa
bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara
Bahri?
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (dia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Subtitusi (Begitu)
Pronomina
Penunjuk Umum
Repetisi : (Anak –
anak)
Antonimi (Hidup –
mati)
Hubungan Syarat -
Hasil
DT 17
(Ini)
19.
MURNI : Dua bulan... - - DT 18
20. PENUNTUT UMUM : Keras
sedikit
- - DT 19
21. MURNI : Dua bulan - - Hubungan Waktu DT 20
22.
PENUNTUT UMUM :Dua
bulan? Hebat sekali kesetiaan
Nyonya kepada saudara
Anwar. Belum lagi jasadnya
membusuk dalam kubur,
Nyonya sudah berpaling
dengan lelaki lain, sainganya.
Perempuan apa Nyonya
sebetulnya? Perempuan
pengobral cinta yang pindah
dengan mudah dari lelaki
yang satu ke lelaki yang lain?
Penjual mulut manis,
pendusta, pembohong.
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Antonimi (Kesetiaan
– berpaling)
Sinonimi (Pendusta –
pembohong)
Hubungan
Perbandingan
Hubungan Waktu
DT 21
23. PEMBELA : Saya keberatan
atas pertanyaan – pertanyaan
saudara Penuntut Umum.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Repetisi (Pertanyaan -
pertanyaan) DT 22
24. PENUNTUT UMUM : Yang
saya kemukakan bukan
simpulan. Kalau boleh
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Repetisi (Kenyataan –
kenyataan) DT 23
bertanya pada saudara
Pembela terhormat, simpulan
apa yang akan ia ambil dari
kenyataan – kenyataan ini?
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Penujuk Umum
(Ini)
Konjungsi
Subordinatif
(Kalau)
25. PEMBELA : Cara saudara
mengajukan pertanyaan
memojokkan nyonya Murni.
- - DT 24
26. PENUNTUT UMUM : Saya
tidak memojokkan siapa –
siapa. Itu adalah prasangka
saudara... Di sini.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Pronomina
Penunjuk Tempat
(Di sini)
DT 25
27. HAKIM KETUA : Saudara –
saudara bicara melalui
Hakim.
Repetisi (Saudara –
saudara) DT 26
28. PEMBELA : Maaf yang
Mulia.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- DT 27
29. HAKIM KETUA : Saudara
Penuntut Umum teruskan.
- - DT 28
30. PENUNTUT UMUM :
Untuk sementara sekian dulu
Konjungsi
Subordinatif
DT 29
yang mulia.
(Yang)
31.
HAKIM KETUA : Saudara
Pembela, silahkan
- - DT 30
32.
PEMBELA : Nyonya Murni,
kata Nyonya, Nyonya kawin
dua bulan setelah kekaih
Nyonya meninggal. Memang
Nyonya, masyarakat umum
akan bertanya – tanya
bagaimana mungkin seorang
gadis yang begitu mencintai
seorang laki – laki, tiba – tiba
kawin dalam waktu begitu
singkat dengan lelaki lain.
Masyarakat cenderung untuk
menghukum, tetapi Nyonya
berhak untuk membela diri.
Nyonya tentu punya alasan.
Apa bisa Nyonya jelaskan?
Konjungsi
subordinatif
(Setelah)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Subtitusi (Begitu)
Repetisi (Bertanya –
tanya, laki – laki, tiba
– tiba)
Hubungan Syarat –
Hasil
Hubungan Waktu
DT 31
33. MURNI : Setelah Anwar
meninggal, saya hancur
luluh. Dunia ini serasa
kiamat: saya hampir –
hamipr sesat. Saya
memutuskan untuk bunuh
diri. Tapi Tuhan melindungi
saya. Bermalam – malam
saya berjuang melawan
keinginan saya itu. Saya
berhasil mengambil
keputusan. Saya akan hidup
terus, saya harus bisa
melupakan. Tapi saya
perempuan, sendiri
memerlukan perlindungan.
Tidak ada gunanya
memerlukan perlindungan
seseorang yang sudah tidak
ada. Satu – satunya orang
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Dia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
subordinatif
(Setelah)
Konjungsi
Repetisi (Hampir –
hampir, bermalam –
malam, satu –
satunya, hal – hal,
mula – mula)
Hubungan Alasan -
Sebab
Hubungan Waktu
DT 32
yang mencintai saya, kecuali
Anwar, adalah Bahri. Lalu
saya membulatkan hati.
Siapa tahu saya dapat belajar
mencntai dia. Karena ia
lelaki yang baik, setia. Ia
juga mencintai Anwar. Tidak
pernah satu katapun keluar
dari mulutnya hal – hal yang
memburukkan Anwar.
Setelah kami menikah, setiap
tahun ia membawa saya
ziarah ke makam Anwar.
Mula - mula saya mengira
mencintai dua orang lelaki.
Tapi kenyataanya, saya
mencintai seorang Bahri.
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
34 PEMBELA : Lalu di mana
tempat Anwar.
- - DT 33
35. MURNI : Kami berdua
mencintai Anwar sebagai
kenangan.
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
- Hubungan Alasan -
Sebab
DT 34
36.
PEMBELA : Terima kasih - - DT 35
37. HAKIM KETUA : Masih
ada saudara Penuntut
Umum?
- - DT 36
38.
PENUNTUT UMUM : Ya,
yang Mulia. Nyonya Murni.
Apa saudara Bahri
membahagiakan Nyonnya?
- - DT 37
39. MURNI : Ia berusaha
sekuatnya membahagiakan
saya, dan saya memang
bahagia.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Hubungan Sebab -
Akibat
DT 38
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
koordinatif (dan)
40. PENUNTUT UMUM :
Nyonya dusta
- - DT 39
41. PENUNTUT UMUM :
Bagaimana tidak?! Baru tadi
pagi Nyonya mengeluh pada
suami Nyonya. Nyonya
menuntut saat – saat yang
dapat dijadikan kenangan,
karena suami Nyonya tidak
memberikan waktu yang
menjadi hak Nyonya. Karena
suami Nyonya adalah
seorang yang tidak kenal
cinta sejati yang mengawini
Nyonya karena nafsu semata.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Karena)
Repetisi (Saat – saat) DT 40
42. MURNI : Oh, tuan
mendengarkan sesuatu yang
tidak diperuntukkan bagi
telinga.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
DT 41
43. PENUNTUT UMUM : Itu
tidak menjadi soal. Di sini
tidak ada rahasia.
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Pronomina
Persona penunjuk
Tempat (Di sini)
- DT 42
44. MURNI : Bukan karena
percakapan itu percakapan
rahasia, tetapi karena tuan
tidak akan pernah mengerti
bahasa yang kami
pergunakan. Karena bahasa
yang berlaku antara suami
istri adalah bahasa khusus
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Pronomina
Persona Ketiga
Jamak (Mereka)
Repetisi (Kata -
katanya)
Antonimi (Suami –
istri, suka - duka)
DT 43
yang hanya dapat dimengerti
oleh oleh mereka berdua.
Mungkin kata – katanya
sama dengan yang tuan
dengar di pasar atau baca di
koran, tapi setiap kata
dibebani rasa yang tumbuh
dari suka duka kehidupan
kemesraan mereka berdua.
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjungsi
Subordinatif
(Karena)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Koordinatif
(Tetapi)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
45. PENUNTUT UMUM :
Kalau begitu tidak masuk
akal sekali, usaha manusia
mendirikan pengadilan untuk
menetapkan suatu perceraian.
Konjungsi
Subordinatif
(Kalau)
Subtitusi (Begitu)
Hubungan Syarat -
Hasil
DT 44
46. MURNI : Perceraian terjadi,
jika bahasa itu sudah mati
dan digantikan oleh bahasa
pasar dan bahasa koran yang
jadi milik orang banyak.
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Hubungan
Perbandingan
DT 45
47. PENUNTUT UMUM : Baik
saya tidak akan memasuki
persoalan itu lebih jauh.
Yang Mulia, yang ingin saya
buktikan ialah bahwa saudara
Bahri adalah seseorang yang
dikendalikan oleh hawa
nafsunya. Nyonya! Waktu
saudara Bahri melamar
Nyonya dan Nyonya
menolak lamaranya, apa kata
– kata yang diucapkan oleh
saudara Bahri?
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Repetisi (Kata – kata) DT 46
48. MURNI : Saya mengerti
kekecewaanya. Apa yang dia
ucapkan tidak penting.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Dia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- DT 47
49. PENUNTUT UMUM :
Penting atau tidak penting
adalah urusan Majelis
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
DT 48
Hakim. Apa katanya ?
50. MURNI : Saya sudah lupa. Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
DT 49
51. PENUNTUT UMUM :
Ayolah Nyonya, Nyonya
tidak lupa...
- - DT 50
52. BAHRI : Yang Mulia, apa
boleh saya mengatakan
sesuatu pada istri saya?
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
DT 51
53. HAKIM : Silahkan. - - DT 52
54.
BAHRI : Katakan yang
sebenarnya, Murni.
Hanyakebenaran yang bisa
menyelamatkan saya.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- DT 53
55. MURNI : Ia berkata,
sekarang soalnya jelas sudah.
Apa yang menjadi niat waktu
tertuduh menjatuhkan
hukuman mati sudah jelas. Ia
ingin membunuh saksi yang
merupakan saingan baginya.
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
- Hubungan Sarana -
Tujuan
DT 54
56. PEMBELA : Bapak Hakim
yang mulia, apakah boleh
saya mengajukan sebuah
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
DT 55
barang bukti?
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
57. HAKIM KETUA : Saya kira
tidak perlu lagi.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
DT 56
58. PEMBELA : Yang Mulia,
apa pun keputusan yang akan
dijatuhkan oleh yang mulia,
satu hal harus pasti.
Keputusan itu harus
berdasarkan kebenaran
tersebut, dunia sudah terlalu
sarat dengan segala macam
prasangka.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
Hubungan
Perbandingan
DT 57
59. HAKIM : Baik, silahkan. DT 58
60. PEMBELA :Surat ini ditulis
malam setelah tertuduh
menyampaikan lamaranya
pada saudra Murni. Surat ini
kemudian dikirimkan pada
Murni dengan bantuan
seorang prajurit. Tetapi
prajurit itu terbunuh dan
surat iani tidak sampai ke
tangan Murni. Surat itu ada
pada saya. Saya minta
supaya Yang Mulia sudi
membacakanya.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Pronomina
Hubungan
Kelonggaran – Hasil
Hubungan Waktu
DT 59
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjungsi
Koordinatif
(Tetapi)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
61. HAKIM KETUA: Adinda
Murni yang tercinta, biarpun
cinta kakanda telah adinda
tolak, semoga adinda masih
bersedia membaca surat ini
dan mempertimbangkan
permohonan kakanda.
Kakanda minta maaf atas
ucapan yang kakanda
lontarkan di hadapan adinda.
Kakanda begitu kecewa dan
sedih, hingga kakanda
kehilangan kendali atas diri
kakanda. Lalu kakanda
berkata: “kalau begitu tidak
ada jalan lain. Salah satu di
antara kami, saya atau Anwar
harus mati.” Kakanda
menyesal sedalam –
dalamnya atas ucapan itu.
Kakanda malu. Kakanda kini
ingin bicara dari lubuk hati
kakanda. Adinda bebas
menentukan pilihan. Jika
adinda memutuskan untuk
memilih Anwar, maka
kakanda akan mengucapkan
syukur dan berdoa pada
Tuhan supaya kalian bahagia.
Anwar adalah sahabat
kakanda. Kalau dia bahagia
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Dia)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Subtitusi (Begitu)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Pronomina
Penunjuk Umum
Repetisi (Sedalam –
dalamnya)
Sinonimi (Kecewa –
Sedih)
Hubungan Sebab –
Akibat
Hubungan Syarat -
Hasil
DT 60
maka kakanda juga bahagia.
Salam kakanda. Saiful Bahri.
(Itu)
62. PEMBELA : Terima kasih
yang mulia. Saya tidak akan
mengajukan pertanyaan lagi.
Pronomina
persona pertama
tunggal (saya)
DT 61
63. HAKIM KETUA : Saudara
Penuntut Umum masih ingin
mengajukan pertanyaan pada
saksi?
DT 62
64. PENUNTUT UMUM : Tidak
yang Mulia.
- - DT 63
65. HAKIM KETUA : Apa ada
yang saudara ingin
sampaikan pada Majelis
Hakim?
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
DT 64
66. PENUNTUT UMUM : Ada
sedikit yang mulia. Sebuah
perbuatan ditentukan oleh
niat apa yang tersembunyi di
balik hukuman yang
dijatuhkan oleh tertuduh.
Biarpun saudara Bahri
mengatakan bahwa
semuanya ia lakukan demi
Tuhan, demi bangsa dan
negara, niatnya yang
sebenarnya adalah untuk
menyingkirkan sainganya.
Dengan demikian dia bukan
orang yang melakukan tugas
tapi ia harus dinyatakan
seorang pembunuh. Terima
kasih.
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Dia)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Subtitusi
(Demikian)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Sinonimi (Bangsa –
Negara) DT 65
67. HAKIM KETUA : Saudara
Pembela, saudara saya
persilahkan untuk
menyampaikan pembelaan
saudara yang terakhir pada
Majelis Hakim.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Hubungan Sebab –
Akibat
Hubungan Syarat -
Hasil
DT 66
68. PEMBELA :Majelis Hakim
yang mulia. Kini sampailah
saya pada akhir tugas saya,
yaitu membantu dengan
sekuat tenaga menegakkan
kebenaran dan
mengembalikan hak kepada
yang berhak. Perbuatan
seseorang dinilai menurut
niat pelakunya. Tetapi
siapakah yang dapat
mengetahui niat seseorang.
Dan jika toh dapat kita
ketahui, maka kita akan
menilainya menurut
keterbatasan pribadi kita
juga. Oleh karena itu, Majelis
Hakim yang mulia, satu –
satunya yang dapat
menghakimi adalah pelaku
itu sendiri. Tapi itu hanya
akan terjadi, jika hati
sanubari orang tersebut
masih berfungsi sebagaimana
mestinya, jika suara hatinya
masih bisa membedakan
yang benar dan salah. Yang
terbukti dalam mahkamah ini
tidak apa – apa, kecuali
bahwa saudara Saiful Bahri
yang sekarang ini
dihadapkan sebagai tertuduh,
adalah seorang yang jujur,
rendah hati, percaya pada
Tuhan dan seorang yang
memiliki tanggung jawab
sepenuhnya atas semua
perbuatanya. Oleh karena
itulah pada tempatnya, jika
keputusan pengadilan ini
dikembalikan pada hati
sanubari sendiri. Saya yakin
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Karena)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Repetisi (Apa – apa)
Antonimi (Benar –
salah)
Hubungan Sebab -
Akibat
DT 67
Majelis Hakim yang mulia
akan mempertimbangkan ini.
Terima kasih.
69. HAKIM KETUA : Majelis
hakim akan mengundurkan
diri iuntuk bermusyawarah
dan mengambil keputusan.
Denganini sidang saya undur
beberapa saat.
Pronomina
Persona Pertama
Tunggal (Saya)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjunngsi
Subordinatif
- Hubungan Syarat -
Hasil
DT 68
(Dengan)
RIWAYAT HIDUP
Juharin Veranita lahir di Rimbo Bujang pada tanggal 08 Januari 1999.
Lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Ayah
Ombak Trisulo dan Ibu Narni. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SDN 208/II Sumber Harapan pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Pelepat Ilir pada tahun 2011. Pada
tahun 2017 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMAN 1 Pelepat Ilir.
Pada tahun 2017 penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Jambi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia melalui jalur SNMPTN. Memasuki semester tiga penulis memilih
bidang jurnalistik sebagai mata kuliah kepengkhususan.
Mulai mengenal organisasi sejak masuk ke Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBS) dan Himpunan Mahasiswa Bahasa
dan Sastra Indonesia (HIMABINDO) pada semester 2 hingga semester 6.
Penulis berdarah Jawa ini beralamat di Jl. Madura, Kuamang Kuning,
Kab.Bungo bersama keluarga tercinta. Penulis bercita-cita sebagai penyiar radio,
guru, dosen, dan ingin mempunyai bisnis makanan.