analisis manajemen promosi kesehatan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat phbs tatanan...
DESCRIPTION
phbs, tatanan rumah tanggaTRANSCRIPT
1
ARTIKEL
ANALISIS MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN
DALAM PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG
TAHUN 2011
Oleh
RINI MARLINA LAMAWATI
BP. 0921219035
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2011
2
ANALISIS MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN DALAM PENERAPAN
PERLAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TATANAN UMAH TANGGA DI
KOTA PADANG TAHUN 2011
RINI MARLINA LAMAWATI,
DR.dr.Dlmi Sulastri, MS, SpGK
Kamal Kasra, SKM, MQIH
1. Pegawai BPBD Provinsi Sumatera Barat
2. Dosen Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang
ABSTRAK
Peran promosi kesehatan sangat penting dalam mengantisipasi perilaku
masyarakat untuk tahu, mau dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah, hal ini
terlihat di Kota Padang yang telah melaksanakan program PHBS baru mencapai
49,37% dengan target 65%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen
promosi kesehatan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) tatanan
rumah tangga di Kota Padang.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif dan metode penelitian kualitatif, dengan lokasi penelitian di Kota
Padang dan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2011.
Pengumpulan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner terhadap 192 orang
sampel dan pengumpulan data kualitatif menggunakan pedoman wawancara
terhadap 7 orang informan penelitian dan FGD sebanyak 9 orang. Pengolahan
data kuantitatif dilakukan secara univariat dan pengolahan data kualitatif dengan
triangulasi.
Hasil penelitian kuantitatif didapatkan cakupan PHBS 61% dan hasil
penelitian kualitatif diperoleh bahwa tenaga promkes puskesmas belum pernah
mendapat pelatihan tentang promosi PHBS, dana yang tersedia masih terbatas,
metoda yang digunakan berupa penyuluhan, sarana dan prasarana penunjang
promosi kesehatan belum mencukupi, perencanaan belum terlaksana secara
terpadu, disamping itu pengorganisasian untuk PHBS belum ada, penggerakan
masyarakat belum maksimal, dan pemantauan penilaian belum dilaksanakan
secara rutin.
Manajemen promosi kesehatan dalam penerapan PHBS rumah tangga
belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Untuk itu direkomendasikan kepada
Dinas Kesehatan Kota Padang untuk meningkatkan advokasi, pelatihan petugas
promkes, meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor, pengembangan metode,
dan perlu adanya sarana serta format pencatatan pelaporan untuk pemantauan dan
penilaian.
Daftar Bacaan : 35 (1996-2011)
Kata Kunci : Analisis Manajemen, Promosi Kesehatan, PHBS Rumah Tangga
3
POST GRADUATE PROGRAM COMMUNITY HEALTH SCIENCE FACULTY
OF MEDICINE ANDALAS UNIVERSITY PADANG
Thesis, Desember 2011
RINI MARLINA LAMAWATI
vii + 128 pages, 10 tables, 17 drawings, 20 attachment.
ABSTRAC
The role of health promotion is very important in anticipating the behavior
of the public to know, willing and able to implement a clean and healthy living
behaviors. However, the process of behavior change in society is not easy, it is
seen in the city of Padang which has been implementing the program has only
reached 49,37% Clean Living Healthy Behavior (CLHB) with a target of 65%.
The purpose of this study was to determine the management of health promotion
in the application of Clean Living Healthy Behavior (CLHB) order of the
households in the city of Padang.
The research was conducted by using methods of quantitative research and
qualitative research methods, with research sites in the city of Padang and
implemented in May to October 2011. The collection of quantitative data using a
questionnaire to 192 people werw sampled and qualitative data collection using an
interview guide included 7 research informants and 9 FGD. Quantitative data
processing performed univariate and qualitative data processing is triangulation.
Quantitative results obtaineds 61% coverage of CLHB and qualitative
research resulth obtained that the health resources have not understood about the
promotion of domestic CLHB and have never received training, funds are
available is still limited, with the method used in the form of counseling, facilities
and infrastructure supporting health promotion has not been sufficient, not yet
implemented in an integrated planning, as well was organizing for CLHB not
exist, community mobilization is not maximized, and the monitoring of
assessment has not been carried out routinely.
The management of promotion in the application of domestic CLHB
happened as expected. So, that is recommended for the Health Departement city
of Padang to improve advocacy, Promotion training officer, continuosly
improving coordination with cross-sector, development of methods and means,
necessary to recording format of reporting for monitoring and assessment..
Reading list : 35 (1996-2011)
Keywords : Analysis of Management, Health Promotion, PHBS Household
4
Latar Belakang
Promosi Kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat untuk tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Banyak permasalahan kesehatan di Indonesi dapat dicegah melalui kegiatan
promosi kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah
mudah, maka perlu dikembangkan strategi serta langkah-langkah yang dapat
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup
bersih dan sehat.
Pentingnya peranan promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
telah diakui oleh berbagai pihak, oleh sebab itu didalam Grand Strategy
Departemen Kesehatan yang tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 457 Tahun 2008, telah ditetapkan Visi pembangunan kesehatan adalah:
“Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” serta Misi: “Membuat Masyarakat
Sehat” dengan Strategi: “Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk
Hidup Sehat”. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro
berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif
melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga,
karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di
masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit
menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit
tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS
(Depkes, 2009).
Dinas kesehatan Kota Padang telah melaksanakan program PHBS pada
23.227 rumah, dan memenuhi persyaratan PHBS baru mencapai 11.468 (49,37%)
dengan target 65%. Rendahnya cakupan ini berdampak juga terhadap tingginya
angka kesakitan yang berhubungan dengan penyakit yang berorientasi lingkungan
dan perilaku, dimana kasus penyakit menular selama tahun 2009 masih cukup
tinggi, seperti DHF terdapat 1286 kasus dengan 8 kematian. Kasus terbanyak
adalah wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dan diikuti oleh wilayah kerja
5
Puskesmas Andalas. Malaria positif 195 kasus, diare 17483 kasus. Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Manajemen Promosi Kesehatan dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat
Tatanan Rumah Tangga di Kota Padang Tahun 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Manajemen Promosi
Kesehatan dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat Tatanan Rumah Tangga
dan permasalahannya di Kota Padang melalui pendekatan sistem.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui penerapan PHBS di masyarakat, dan
metode kualitatif dengan tujuan untuk dapat menggali informasi yang mendalam
tentang manajemen promosi kesehatan dalam penerapan PHBS tatanan rumah
tangga, penelitian ini dilaksanakan di Kota Padang pada tahun 2011 dengan
jumlah sampel sebanyak 192 orang sedangkan untuk kualitatif adalah Kepala
Dinas Kesehatan, Kepala BPMPK, Ketua TP PKK, Pimpinan Puskesmas Andalas
dan Penanggung jawab Promkes, serta FGD adalah kader kesehatan.
Pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder dan data primer dengan
survey menggunakan kuesioner dan untuk kualitatif menggunakan pedoman
wawancara, tustel, perekam dan kertas kerja. Hasil penelitian di analisis dengan
menggunakan univariat untuk data kuantitatif dan triangulasi untuk data kualitatif.
Hasil Penelitian
1. Hasil Survei Penerapan PHBS Rumah Tangga
1.1. Tingkat Pengetahuan masyarakat tentang PHBS
Gambar 5.1. Pengetahuan tentang PHBS menurut Responden
di Kota Padang Tahun 2011
6
Sebagian besar responden sudah tahu tentang PHBS yaitu sebanyak 164
orang (85,6 %) dan 28 orang (14,4%) belum tahu tentang PHBS.
1.2. Sumber Informasi
Gambar 1.2. Sumber Informasi PHBS menurut Responden di
Kota Padang Tahun 2011
Pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa dari 164 orang (85,6%) responden
yang tahu tentang PHBS, mengatakan mendapat informasi PHBS dari petugas
kesehatan sebanyak 62%, dan dari non kesehatan sebanyak 38%.
1.3. Cakupan PHBS
Gambar 1.3. Cakupan PHBS di Kota Padang Tahun 2011
Dari gambar 1.3 diatas dapat dilihat bahwa cakupan PHBS baru mencapai
61%.
7
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu-ibu rumah tangga
diketahui bahwa dari 10 indikator PHBS yang masih dibawah target nasional
yaitu pemberian ASI Ekslusif sebanyak 41,3%, penimbangan balita sebanyak
49,2%, cuci tangan dengan air bersih pakai sabun sebanyak 53,6%, memberantas
jentik di rumah sebanyak 43,2%, menggunakan jamban sehat sebanyak 61,5% ,
tidak merokok di dalam rumah sebanyak 33,3% , melakukan aktifitas fisik setap
hari sebanyak 61,5%.
Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa yang sering memberikan
informasi kepada masyarakat tentang penerapan PHBS rumah tangga yaitu dari
tenaga kesehatan/petugas puskesmas sebanyak 62%, dan non kesehatan sebanyak
38% (kader, PKK, RT/RW, Lurah dan LPM).
Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Komponen Input
1.1 Kebijakan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kota Padang belum memiliki
kebijakan tersendiri tentang promosi kesehatan, disamping itu buku pedoman
yang ada berupa buku panduan dan petunjuk tentang PHBS belum
tersosialisasikan secara keseluruhan kepada petugas puskesmas, buku petunjuk
tersebut tersimpan saja pada petugas promkes, sehingga petugas belum
memahami tentang langkah-langkah PHBS yang semestinya. Sedangkan untuk
terlaksananya perubahan perilaku masyarakat di bidang kesehatan, pihak Dinas
Kesehatan Kota Padang memerlukan dukungan kebijakan dari pememerintah
daerah berkaitan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan masyarakat Kota Padang sehari-hari seperti pemberian ASI eksklusif,
penimbangan balita, memberantas jentik, tidak merokok dalam rumah.
Pemerintah Kota Padang sebenarnya sudah mempunyai potensi yang kuat
untuk menerbikan kebijakan tentang Pembudayaan Hidup Bersih dan Sehat
karena Kota Padang sudah sejak lama mendapatkan predikat kota Adipura dan
Kota Sehat. Kondisi ini tentu Pemerintahan Kota Padang ingin warganya hidup
bersih dan sehat. Untuk itu dalam menciptakan perubahan perilaku supaya
8
diterapkan lebih maksimal oleh petugas kesehatan dan dinas terkait, maka perlu
pendekatan advokasi kepada pemerintah daerah dan DPR agar program Promkes
dalam penerapan PHBS ini dapat didukung oleh pemeintah kota Padang dalam
mengeluarkan suatu kebijakan pemerintah daerah yang menyangkut PHBS.
Dimana PHBS menjadi prioritas utama dalam promosi kesehatan yang perlu
didukung dengan dana dan tenaga yang terampil/ profesional.
1.2. Tenaga Kesehatan
Hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan tentang tenaga
kesehatan diketahui bahwa permasalahan sumber daya manusia atau tenaga
kesehataan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kota Padang dalam
melaksanakan promosi kesehatan, dimana masih kurangnya tenaga yang terampil
dalam promosi kesehatan. Disamping itu petugas kesehatan yang ada juga
melaksanakan tugas rangkap. Tenaga promosi kesehatan puskesmas latar
belakang pendidikan DIII perawat dan belum pernah mengikuti pelatihan promosi
kesehatan tentang penerapan PHBS, sehingga belum semuanya mengerti tentang
10 indikator PHBS atau penerapan PHBS kepada masyarakat.
Mengingat keterbatasan dari petugas karena harus mengerjakan tugas
rangkap maka untuk itu perlu dipikirkan upaya dalam meningkatkan keterampilan
petugas bidang promosi kesehatan dalam penerapan PHBS di Kota Padang. Agar
petugas kesehatan memahami pelaksanaan program PHBS dengan baik maka
perlu diberikan pelatihan atau pendidikan kepada petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga memiliki keahlian
dalam berpromosi kesehatan kepada masyarakat. Disamping itu diharapkan
petugas kesehatan lainnya harus ikut juga mendukung program PHBS ini
contohnya pada saat posyandu, kunjungan KIA, dan kunjungan rumah sanitasi
sehingga program PHBS ini dapat berjalan secara berkesinambungan.
1.3. Dana
Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen diketahui bahwa
usulan dana untuk promosi kesehatan tahun 2010 sebesar Rp. 300.000.000,00.
Ternyata yang dialokasikan pada DIPA untuk promosi kesehatan Dinas Kesehatan
9
Kota Padang Tahun 2010 hanya sebesar 0,46% dari jumlah dana keseluruhan
yaitu Rp. 69.083.000,00. Jumlah dana yang tersedia dirasa kurang dan belum
mencukupi untuk kegiatan promosi kesehatan. Kondisi ini dapat menjadi
hambatan sehingga program promosi kesehatan dalam penerapan PHBS rumah
tangga belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil penelitian Suci Hati (2008), Pelaksanaan strategi promosi kesehatan
untuk PHBS yang dilakukan puskesmas cenderung belum maksimal, yang
disebabkan adanya hambatan atau masalah keterbatasan biaya.
Untuk itu Dinas Kesehatan Kota Padang perlu mengevaluasi sudah sejauh
mana perubahan yang terjadi karena perubahan tersebut dapat dilihat langsung
oleh masyarakat, sehingga tidak mungkin hanya berupa laporan saja tapi harus
didukung dengan dokumentasi dan photo tentang perubahan atau berupa publikasi
sehingga dengan demikian kita dapat meningkatkan advokasi kepada Walikota,
DPRD, Bappeda atau para pembuat keputusan disegala tingkat agar memperoleh
komitmen dan dukungan dana yang cukup untuk kegiatan program yang akan
dilaksanakan.
1.4. Metode
Pada penelitian ini diketahui bahwa metode yang digunakan untuk
kegiatan promosi kesehatan dalam penerapan PHBS rumah tangga adalah melalui
penyuluhan langsung, kegiatan majelis taklim, dan penyuluhan tidak langsung
menggunakan media/ penyebaran brosur, leaflet, poster, pemasangan spanduk.
Sebagai penyuluh kesehatan banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
seperti cara penyampaian pesan, penguasaan materi atau pesan yang akan
disampaikan, wawasan penyuluh, dan inovasi, setelah diperoleh informasi dari
FGD ternyata penyuluh hanya bersifat monoton saja, kurang adanya dinamika
kelompok sehingga masyarakat sudah malas untuk mendengarkan penyuluhan.
Menurut Notoatmodjo (2005), metode dan media yang digunakan dalam
promosi kesehatan disesuaikan dengan kondisi sasaran, tempat dan waktu
pelaksanaan sehingga menggugah “awareness” atau kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan
perilaku.
10
Sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan adalah terjadinya perubahan
perilaku kearah budaya hidup bersih dan sehat maka yang penting adalah
memberdayakan masyarakat, biarkan masyarakat yang menentukan apa
permasalahan yang ada didaerahnya, jangan terbiasa menerapkan suatu kegiatan
sehingga akhirnya masyarakat manjadi objek saja, sehingga penyuluh bertindak
sebagai fasilitator sajas dalam mencarikan solusi bersama masyarakat. Untuk itu
dalam pemilihan media perlu dipertimbangkan secara cermat sesuai dengan sosial
budaya dan kebutuhan masyarakat misalnya pesan kesehatan disampaikan melalui
kegiatan majelis taklim, wirid pengajian, randai, saluang, dan lain-lain, sehingga
masyarakat mau melakukan perubahan perilaku kepada yang lebih baik yaitu
melalui pemberdayaan masyarakat.
5. Sarana dan prasarana
Pada penelitian ini diketahui bahwa sarana media cetak yang dibuat dan
didistribusikan untuk mendukung program Promosi Kesehatan sangat terbatas.
Selama Tahun 2010.
Menurut Terry dalam Sutopo (2000), berpendapat bahwa agar fungsi dapat
dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan adanya sumber-sumber atau sarana-
sarana yang mendukung agar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berjalan baik.
Alat peraga atau media promosi kesehatan sangat membantu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat merubah perilaku ke arah positif terhadap
kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Disamping itu untuk menyampaikan informasi
tentang perilaku hidup bersih sehat ini perlu juga dilakukan secara multi media
dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti televisi, radio, untuk dialog
interaktif atau sandiwara.
Agar pelaksanaan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik maka
harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan jumlah
puskesmas dan posyandu yang ada di Kota Padang. Dan juga disediakan sarana
pendukung lainnya seperti alat peraga, karena dengan mencontohkan lansung
kepada masyarakat akan lebih memudahkan masyarakat untuk memahami apa
yang disampaikan tentang PHBS rumah tangga.
11
2. Komponen Proses
2.1. Perencanaan
Beberapa informasi yang disampaikan oleh informan diketahui bahwa
perencanaan sudah dilaksanakan, namun perencanaan tersebut belum
dilaksanakan secara terpadu baik dengan lintas program maupun lintas sektoral.
Dalam rangka pelaksanaan program PHBS ini dinas terkait masih melaksanakan
secara sendiri-sendiri, belum terkoordinir dengan baik, sehingga sistem
perencanaannya juga belum terlaksana secara terpadu. Pada hal tujuan dan sasaran
dari kegiatan ini adalah sama antara Dinas Kesehatan, PKK dan BPMPK Padang
yaitu bertujuan untuk menerapkan Pembudayaan Hidup Bersih dan Sehat.
Tahap perencanaan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
suatu kegiatan, karena kalau perencanaan tidak matang maka tentu
pelaksanaannya juga tidak akan baik Agar pelaksanaan program promosi
kesehatan dalam penerapan PHBS, berjalan dengan baik dan berkesinambungan
perlu melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, serta melibatkan peran
serta masyarakat mulai dari perencanaan sampai tahap evaluasi. Dalam tahap
perencanaan sebaiknya di mulai dari bawah (bottom up planning) yang didukung
oleh pimpinan puskesmas. Untuk itu perlu terlebih dahulu disosialisasikan pada
tokoh masyarakat, tokoh agama, camat, lurah, dan masyarakat akan pentingnya
penerapan PHBS. jadi pihak petugas pemerintah sebagai fasilitator tidak
memaksakan keinginannya dan kehendaknya, tetapi perlu kesabaran dalam
perubahan perilaku masyarakat, karena perubahan perilaku itu membutuhkan
waktu yang lama dan pendekatan yang benar.
2.2. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan hasil diskusi dengan
para kader, bahwa pengorganisasian untuk pelaksanaan program PHBS baik pada
Dinas Kesehatan Kota Padang, Puskesmas, BPMPK maupun PKK belum ada.
Pengorganisasian yang ada pada program TP PKK pada Pokja IV bidang
kesehatan, sebenarnya sudah cukup baik karena TP PKK ini sampai ketingkat
kelurahan, sedangkan yang duduk pada Pokja IV TP PKK umumnya juga dari
12
dinas kesehatan dan BPMPK, jadi sebaiknya untuk penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat ini adalah adanya komitmen dari semua instansi terkait untuk
membina dan membentuk pengorganisasian baik di tingkat Kota maupun tingkat
kecamatan dan kelurahan, sehingga memudahkan untuk melakukan kegiatan dan
evaluasi dengan membentuk sekretariat bersama agar tim pokjanal tersebut dapat
melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi PHBS secara
kontinue dan dapat memberikan alternative pemecahan masalah yang dihadapi
masyarakat.
2.3. Penggerakan dan Pelaksanaan
Menurut pendapat beberapa informan bahwa penggerakan pelaksanaan
dalam penerapan PHBS sudah dilaksanakan sesuai perencanaan tapi koordinasi
dari masing-masing instansi baik lintas program maupun lintas sektor masih
belum optimal, dan penerapan PHBS pada masyarakat belum mencapai target
yang diharapkan.
Kegiatan ini ditentukan juga oleh kegiatan pengorganisasian dari lintas
sector, apabila sudah mempunyai secretariat bersama tentu akan memudahkan
dalam penggerakan dan pelaksanaan kegiatanPHBS. Kemudian juga perlu ada
koordinasi yang baik dan komitmen dari semua dinas terkait untuk bersama-sama
menerapkan PHBS ini dengan didukung oleh kebijakan pemerintah kota. Adanya
kordinasi dengan dinas terkait yaitu tim penggerak PKK, BPMPK dan Lembaga
Sosial Masyarakat lainnya akan dapat memotivasi masyarakat agar mau
berperilaku hidup bersih sehat. Sebaiknya penggerakan pelaksanaan dimulai dari
tingkat bawah yang lebih dekat ke masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama, RT/RW, lurah, serta kader kesehatan, sehingga PHBS dapat tercapai untuk
meningkat kesehatan masyarakat dan menuju Kota Sehat.
2.4. Pemantauan dan Evaluasi
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengatakan bahwa
pencatatan dan pelaporan PHBS belum ada. Kemudian berdasarkan telaahan
dokumen juga belum terlihat sistem pengawasan yang terpadu dan terencana dan
tidak dapat dilihat model laporan dari promkes dalam penerapan PHBS. Keadaan
13
ini disebabkan oleh belum adanya secretariat bersama dan belum adanya petugas
Pokjanal yang ditunjuk untuk melakukan pencatatan dan pelaporan, kegiatan ini
masih diserahkan pada masing-masing dinas terkait.
Disamping itu Dinas Kesehatan hanya melakukan evaluasi pada rapat atau
pertemuan dengan puskesmas yang bukan merupakan pembahasan khusus
terhadap penerapan PHBS. Informasi dari kader kesehatan/peserta FGD
mengatakan bahwa mereka belum ada membuat pencatatan maupun pelaporan
tentang PHBS karena tidak ada yang meminta dan tidak tahu juga kemana laporan
harus diberikan, karena selama ini kami tidak tahu model pencatatan dan
pelaporan khusus tentang PHBS ini. Disamping itu pemantauan PHBS oleh
BPMPK dan PKK baru pada daerah binaan yang akan dilombakan pada tahun
tersebut saja. Evaluasi belum menggunakan suatu format yang terstruktur,
sehingga sulit menentukan cakupan dari penerapan PHBS.
Mengingat perubahan perilaku membutuhkan waktu yang lama maka perlu
adanya pemantauan dan evaluasi yang rutin, sehingga setiap ditemui masalah atau
kandala dalam pelaksanaan PHBS ini dapat segera di bahas dalam pertemuan rutin
pokjanal PHBS. Disamping itu evaluasi ini perlu melibatkan dari pihak
masyarakat dan setiap evaluasi harus diikuti dengan tindak lanjut, agar kegiatan
ini manjadi berkesinambungan dan menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat.
3. Komponen Output
Untuk komponen output diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan
beberapa informan dan diskusi kelompok terarah dengan kader, bahwa penerapan
perilaku hidup bersih sehat (PHBS) rumah tangga di Kota Padang belum
terlaksana dengan baik seperti yang diharapkan dan belum mencapai target
nasional (65%). Keempat indicator tersebut adalah pemberian ASI Ekslusif
sebanyak 41,3%, penimbangan balita sebanyak 49,2%, memberantas jentik di
rumah sebanyak 43,2%, dan tidak merokok di dalam rumah sebanyak 33,3%.
Penerapan perilahu hidup bersih sehat tatanan rumah tangga terdapat persamaan
pendapat antara kelompok informan, yang mengatakan bahwa untuk dapat
berjalan dengan baik dan terlaksana program PHBS secara berkesinambungan,
perlu dukungan oleh lintas sektor untuk pemberdayaan masyarakat agar
14
masyarakat mau dan mampu berperilaku sehat (ber-PHBS), serta pembinaan
kelapangan secara bersama-sama dengan petugas kesehatan.
Untuk melihat perkembangan dan kemajuan penerapan PHBS pada
masyarakat perlu dibuat pencatatan dan pelaporan secara berkesinambungan, yang
dapat dijadikan sumber informasi untuk membuat perencanaan kedepan.
Dengan adanya program penghargaan Adipura dan Kota Sehat, maka
perhatian pemerintah terhadap perilaku hidup bersih dan sehat sebenarnya sudah
cukup tinggi juga. Hal ini merupakan kesempatan baik bagi DKK, dan lintas
sektor terkait beserta jajarannya dalam meningkatkan kemampuan meyakinkan
pemerintah dan DPRD dalam pembiayaan program promosi Kesehatan dalam
penerapan PHBS tatanan rumah tangga di Kota Padang.
1. Kesimpulan
1.1. Komponen Input
1. Pelaksanakan promosi kesehatan dalam penerapan PHBS tatanan Rumah
Tangga pada Dinas Kesehatan Kota Padang berpedoman kepada
Kepmenkes dan buku petunjuk/ buku pedoman yang dikeluarkan oleh
Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI tahun 2008 dan 2009, Dinas
Kesehatan Kota Padang belum memiliki kebijakan promosi kesehatan
PHBS seperti Instruksi, peraturan, surat keputusan.
2. Tenaga promosi kesehatan yang ada di puskesmas belum pernah
mendapatkan pelatihan tentang promosi kesehatan PHBS dan disamping
itu juga memiliki tugas rangkap. Tenaga promosi kesehatan puskesmas
latar belakang pendidikan DIII perawat.
3. Alokasi dana APBD Kota Padang Tahun 2010 untuk pelaksanaan
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Padang Rp. 69.083.000,00
(0,46% dari total anggaran yang ada), sangat kecil bila dibandingkan
dengan standar alokasi dana promosi kesehatan tingkat nasional (4-5%)
dari total anggaran per tahun.
4. Metode yang dipakai untuk promosi kesehatan dalam penerapan perilaku
hidup bersih berupa penyuluhan, ceramah.
15
5. Jumlah dan jenis sarana penunjang promosi kesehatan masih sebatas
media cetak, belum mencukupi untuk seluruh puskesmas/ posyandu yang
ada di Kota Padang.
1.2. Komponen Proses
1. Perencanaan untuk promosi kesehatan dalam penerapan PHBS belum
dilaksanakan secara terpadu baik dengan lintas program maupun dengan
lintas sektoral.
2. Pengorganisasian untuk promosi kesehatan dalam penerapan perilaku
hidup bersih sehat (PHBS) belum ada.
3. Penggerakkan Pelaksanaan promosi kesehatan dalam penerapan PHBS di
masyarakat belum terlaksana dengan maksimal.
4. Pemantauan Penilaian yang dilakukan hanya berdasarkan hasil survei
PHBS rumah tangga, sedangkan pencatatan dan pelaporan bulanan
maupun tahunan PHBS belum ada.
1.3. Komponen Output
Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga di Kota Padang Tahun 2011 belum terlaksana sesuai yang
diharapkan, dan masih rendah dibawah target (65%).
2. Saran
2.1. Dinas Kesehatan Kota Padang
1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang agar lebih
mensosialisasikan PHBS Rumah tangga kepada stakholders (Pemko,
DPRD, Bappeda) serta lintas sektor terkait (BPMPK, TP-PKK,
Kecamatan, Kelurahan) melalui kegiatan workshop/seminar, atau
pertemuan-pertemuan, supaya mendapatkan dukungan dalam
membudayakan dan menggerakkan masyarakat sehingga program
PHBS rumah tangga dapat terlaksana dengan maksimal.
2. Dinas Kesehatan Kota Padang agar mengusulkan dan meningkatkan
advokasi kepada pemerintah Kota Padang untuk mendapatkan
dukungan sumber daya, kebijakan berupa peraturan, surat keputusan
atau instruksi untuk melaksanakan PHBS rumah tangga secara
16
bersama-sama dengan lintas sektor terkait (BPMPK, TP-PKK,
Kecamatan, Kelurahan) di Kota Padang.
3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang agar
mengkoordinasikan program/ kegiatan PHBS rumah tangga kepada
lintas sektor terkait (BPMPK, TP-PKK) sehingga bersama-sama
menggerakkan masyarakat melalui camat, lurah, RT/RW agar
masyarakat mau ber-perilaku hidup bersih sehat dan petugas
puskesmas juga mudah dalam menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan PHBS rumah Tangga.
4. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang untuk meningkatkan
alokasi dana sesuai dengan standar nasional sehingga mencukupi untuk
kegiatan promosi kesehatan, pelatihan bagi petugas promkes dan
pengadaan sarana prasarana penunjang untuk puskesmas dan
posyandu.
5. Agar Dinas kesehatan Kota Padang meningkatkan keterampilan
petugas dengan mengadakan pelatihan bagi petugas promosi kesehatan
puskesmas meliputi manajemen, teknis, sehingga semua petugas
kesehatan memahami program PHBS rumah tangga.
6. Agar Dinas Kesehatan Kota Padang meningkatkan koordinasi secara
terus menerus dengan lintas program maupun lintas sektor untuk
mensinkronkan waktu melakukan pembinaan, penyuluhan PHBS
secara bersama kepada masyarakat.
7. Untuk memantau dan meningkatkan cakupan program PHBS
disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang untuk melakukan
evaluasi program minimal 2 (dua) kali setahun, membuatkan bentuk
pencatatan dan pelaporan yang baku sehingga memudahkan untuk
melakukan pemantauan dan evaluasi setiap bulan terhadap pelaksanaan
PHBS rumah tangga.
2.2 Puskesmas
1. Puskesmas perlu meningkatkan pendekatan kepada kecamatan,
kelurahan melalui pertemuan pada rapat koordinasi kecamatan setiap
bulan dengan menekan agar kehadiran pak camat, lurah tidak
17
diwakilkan sehingga dapat bersama-sama membahas kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang muncul
akibat rendahnya Perilaku Hidup Bersih Sehat masyarakat.
2. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PHBS,
maka disarankan kepada tenaga kesehatan puskesmas untuk
meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada ibu-
ibu melalui kegiatan posyandu, kegiatan majelis taklim, dan untuk
bapak-bapak melalui wirid pengajian di masjid dengan melibatkan
tokoh agama untuk menyampaikan pesan sehat sesuai sosial budaya
setempat. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan permasalahan
yang ada, antara lain pentingnya memberikan Asi Eksklusi kepada
anak, menimbang balita setiap bulan, memberantas jentik, bahaya
merokok, dan lain-lain.
3. Mengingat keterbatasan anggaran oleh pemerintah disarankan kepada
Puskesmas untuk mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang
ada di wilayah kerjanya, serta menggali sumber dana dari masyarakat
seperti arisan beras, dana sehat, dana jempitan/peduli posyandu, dan
lain-lain, yang digunakan untuk perbaikan kualitas lingkungan,
kegiatan posyandu.
2.3. Lintas Sektor
1. Dalam rangka meningkatkan perilaku hidup bersih sehat secara
maksimal disarankan kepada lintas sektor (BPMPK, TP-PKK) perlu
adanya penguatan kelembagaan untuk tingkat Kota dan Kecamatan
dengan mengaktifkan kembali tim kelompok kerja operasional
(Pokjanal), dan di tingkat kelurahan adalah Kelompok Kerja (Pokja)
atau dasawisma, serta melibatkan peran serta masyarakat, tokoh
masyarakat bersama petugas kesehatan.
2. Disarankan kepada BPMPK dan TP PKK Kota Padang untuk dapat
mendukung program promosi kesehatan PHBS rumah tangga dengan
lebih mengkoordinasikan atau menekankan kepada camat, lurah,
RT/RW, tokoh masyarakat, agar menginformasikan dan menggerakkan
masyarakat supaya berperilaku hidup bersih sehat.
18
Daftar Kepustakaan
Depkes RI, 2008 , Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Daerah,
Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI , 2008, Panduan Promkes Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Tatanan Rumah Tangga, Depkes RI, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2005, Promkes Dan Teori Aplikasi, Cetakan Pertama,
Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar,
Cetakan Kedua, Rieneka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo 2007, Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Depkes RI, 2009, Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Berbagai
Tatanan, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI 2009, Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI, 2008, Pedoman Pelaksanaan Promkes Di Puskesmas, Depkes RI,
Jakarta.
Dinkes Prov.Sumbar, 2009, Hasil Survei PHBS Kab/Kota Dalam Angka, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumbar.
Bachtiar Adang, 2000, Metode Penelitian Kesehatan, Program Pasca Sarjana
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UI, Jakarta.
Dinkes Prov. Sumbar, 2009, Survei PHBS Prov Sumbar, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat.
Dinkes Kota Padang, 2010, Profil Kesehatan Tahun 2010 Edisi 2011, Dinas
Kesehatan Kota Padang.
Dinkes Kota Padang, 2010, Laporan Tahunan Tahun 2010 Edisi 2011, Dinas
Kesehatan Kota Padang.
19
Depkes RI, 2006, Materi Pelatihan Teknik Promosi Kesehatan Bagi Tim
Fasilitasi Promosi Kesehatan, Promosi Buku I, Pusat Promosi Kesehatan, Depkes
RI, Jakarta.
Azrul Azwar, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Bina Pura
Aksara, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Sistim Kesehatan Nasional, Bentuk Dan Cara Penyelengaraan
Pembangunan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2010, Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
Depkes RI, Jakarta.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D,
Alfabeta,Bandung.
Basrowi & Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Rieneka Cipta,
Jakarta.
Depkes RI, 2006, Survei Cepat PHBS 2006, Jakarta.
Depkes RI, 2006, Panduan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK, Jakarta.
Adelima CR Simamora, 2010, Pengaruh Pengetahuan Petugas Kesehatan
Terhadap Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Di Puskesmas Di Kabupaten
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan , 2006, Pedoman Pengembangan
Kabupaten/ Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS)), Makasar.
Suci Hati, Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang 2008 (Tesis), Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
20