analisis motivasi orang tua menyekolahkan anak ke …eprints.ums.ac.id/63233/11/naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN
ANAK KE PERGURUAN TINGGI DI DESA BRANGKAL
KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
ZENITH ARFIAN AMURWANDHINI
A 210 140 097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
ANALISIS MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK KE
PERGURUAN TINGGI DI DESA BRANGKAL KECAMATAN
KARANGANOM KABUPATEN KLATEN
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat pendidikan
pemuda, (2) untuk mengetahui motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan
tinggi, (3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua
menyekolahkan anak ke perguruan tinggi di Desa Brangkal, Kecamatan
Karanganom, Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Desain penelitian ini adalah etnografi. Subyek penelitian ini adalah orang tua yang
menyekolahkan anak ke perguruan tinggi. Obyek penelitian di Desa Brangkal,
Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Hasil penelitian adalah tingkat
pendidikan pemuda di Desa Brangkal, Karanganom, Klaten mayoritas tingkat SLTA.
Motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi ada lima alasan yaitu,
pendidikan lebih baik, mengangkat derajat orangtua, pekerjaan yang layak,
membentuk karakter, dan menunda pernikahan. Faktor yang mempengaruhi motivasi
orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi paling banyak dipengaruhi oleh
keinginan anak, sedangkan faktor yang lain meliputi ketercukupan biaya, latar
belakang pendidikan orang tua, keinginan anak serta lingkungan keluarga dan tempat
tinggal.
Kata kunci: motivasi menyekolahkan anak, orang tua, perguruan tinggi.
Abstract
The aim of this study are (1) to find out the level of youth education, (2) to find
out parents motivation who gives education to children by sending them to college,
(3) to find out the factors which influence parents motivation on sending them to
college in Brangkal Village, Karanganom Sub District, Klaten Regency. The type is
qualitative research. The design is ethnography. The subject is parents who send the
children to college. The object is located in Brangkal Village, Karanganom Sub
District, Klaten Regency. The result of this study is the education level of youth from
Brangkal Village, Karanganom Sub District, Klaten Regency is majority on senior
high school level. There are five reasons why parents send their children to college
such as to get better education, to elevate the honor of their parents, to get the
proper jobs, to form the character and to postpone the marriage life. The factors that
influence the motivation of parents to send their children to college is most
influenced by the desire of their child, meanwhile other factors are including
financial adequancy, parental education background, the desire of child, family
environment and the residence.
Keywords: motivation gives education to children, parents, college.
2
1. PENDAHULUAN
Pendidikan tinggi dapat memberikan jaminan bagi kehidupan seseorang,
terlebih semakin tinggi tuntutan dan ketatnya persaingan di dunia kerja,
walaupun pendidikan tinggi bukan merupakan suatu syarat mutlak untuk
mencapai sebuah kesuksesan. Faktanya bahwa pendidikan tinggi membantu
dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan memecahkan
masalah. Seseorang yang memiliki gelar sajana dengan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang mumpuni lebih dihargai dan dicari di dalam dunia kerja
dibandingkan dengan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat atau
tingkat pendidikan dibawahnya. Pentingnya pendidikan di perguruan tinggi untuk
anak, hendaknya didukung oleh orang tua. Rata-rata 60% dari peningkatan dan
pencapaian pendidikan hasil belajar siswa mungkin dipengaruhi oleh latar
belakang keluarga (Jencks, 1972; Willms & Somer, 2001). Ini sangat relevan
dalam konteks negara-negara berkembang seperti Meksiko, yang menghadapi
tingkat ketidaksetaraan yang tinggi dan mobilitas sosial dan ekonomi yang
rendah. Meskipun demikian, data terbaru menunjukkan bahwa mobilitas
pendidikan Meksiko telah meningkat secara signifikan, hampir setiap individu
memperoleh pendidikan lebih banyak daripada orang tua mereka (CEEY, 2013).
Mempelajari faktor-faktor yang berkontribusi untuk meningkatkan pencapaian
pendidikan dapat memberikan wawasan penting bagi para pembuat kebijakan
yang ingin meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi melalui intervensi
pendidikan (Torres, 2017).
Menurut Ahmadi (2003: 241) orang tua menjadi pendidik utama dan
pertama bagi anak-anaknya, orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan
penuh tanggung jawab. Orang tua sebagai penyedia fasilitas pendidikan anak,
motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak ke perguruan tinggi merupakan
salah satu penentu jenjang pendidikan tinggi yang akan di tempuh oleh anak.
Menurut Santrock dalam Mardianto (2012: 186), motivasi adalah proses yang
memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Motivasi didefinisikan sebagai proses dimana perilaku yang diarahkan bertujuan
3
untuk memberi energi dan berkelanjutan (Pintrich & Schunk, 2002, p. 49).
Definisi ini menekankan dua dimensi motivasi. Pertama, motivasi bekerja untuk
memulai perilaku yang diarahkan pada tujuan. Setelah perilaku dimulai, tingkat
motivasi juga menentukan keberlangsungan upaya untuk mencapai tujuan.
Meskipun kebanyakan studi dan meta-analisis telah menunjukkan bahwa
penghargaan nyata memiliki efek yang merugikan pada motivasi intrinsik siswa
(Deci, Koestner, & Ryan, 1999; Deci, Koestler, & Ryan, 1999; Deci, Ryan, &
Koestner, 2001; Deci, Koestner & Ryan, 2001) penghargaan banyak digunakan
dalam pendidikan oleh orang tua dan guru untuk meningkatkan motivasi dan
melalui motivasi, persistensi tugas (Moberly, Waddle, & Du ff, 2005; Smith,
2004; Yilmaz dan Babaoğlan, 2013).
Wahyono (2001) menyebutkan bahwa orang tua dalam hal ini sangat
berperan sebagai pengambil keputusan bagi masa depan pendidikan anak. Dalam
hal pemberian keputusan untuk memberikan pendidikan tinggi untuk anaknya,
orang tua akan memutuskan hal tersebut berdasarkan beberapa faktor yang
didasari oleh keuntungan-keuntungan yang akan diperolehnya di kemudian hari.
Menurut Nanik (2006: 194) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi antara lain: faktor kondisi sosial,
ekonomi orang tua, kecerdasan, minat dan perhatian, bakat, lingkungan, cita-cita,
kondisi siswa, dan prestasi belajar. Orang tua adalah salah satu faktor luar yang
paling penting yang dapat secara positif dan negatif mempengaruhi
perkembangan, sikap, dan perilaku anak-anak. Tingkat sosial ekonomi orang tua
(tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua) telah ditekankan sebagai salah
satu indikator kunci terpenting untuk perkembangan anak (Bradley & Corwyn,
2002). Dampak gaya pengasuhan pada kognitif anak-anak (Bee et al., 1982;
Petrill & Deater-Deckard, 2004), perkembangan sosio-emosional (Alegre, 2011;
Karavasilis, Doyle, & Markiewicz, 2003), dan prestasi akademik (Attaway &
Bry, 2004; Boon, 2007) telah didokumentasikan dengan sangat baik. Praktik
pengasuhan juga ditemukan terkait dengan perkembangan ketekunan tugas anak-
anak (Kotaman, 2018).
4
Dari hasil penelitian Andrew, dkk (2014) menunjukkan bahwa akses
pendidikan informal di Kiberia, Kenya dipengarui faktor sosial ekonomi seperti
tingkat pendapatan keluarga, tingkat orang tua pendidikan, kecukupan belajar dan
mengajar materi atau sumber daya dan pendudukan, semua mempengaruhi
kualitas dan ketersediaan pendidikan serta kemampuan pendidikan untuk
meningkatkan keadaan hidup. Seharusnya orang tua memberikan pendidikan
yang terbaik untuk kehidupan anak. Namun pada kenyataannya, pendidikan di
perguruan tinggi belum sepenuhnya dilaksanakan dan dimanfaatkan secara
maksimal dalam kehidupan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat
pedesaan pada umumnya masih rendah dimana mayoritas pendidikannya sampai
tingkat SMP sehingga pengetahuan pendidikan yang mereka ketahui juga
terbatas, hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya motivasi
orang tua menyekolahkan anak.
Kondisi tersebut terjadi di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom,
Kabupaten Klaten yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan yang
beragam. Dari hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa
sebagaian besar masyarakat di desa Brangkal sudah memahami akan pentingnya
pendidikan, meskipun masih banyak yang belum mendapatkan pendidikan yang
layak. Motivasi orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di desa
Brangkal.
2. METODE
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln dalam
Moleong (2011: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Desain
penelitian ini adalah Etnografi. Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-
perilaku pembelajaran, pengelolaan kelembagaan pendidikan, dan perilaku
manusia berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi dalam setting
sosial dan budaya tertentu. Menurut Harsono (2016: 19) istilah Etnografi berasal
dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan). Etnografi yang akarnya
5
adalah ilmu antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk
memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena
teramati kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan di Desa Brangkal,
Keacamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah orang
tua yang menyekolahkan anak ke perguruan tinggi. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dengan metode interview/ wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam keabsahan data adalah perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Kegiatan dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagai berikut:
3.1 Motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi
Tabel 1. Pengkategorian Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak ke
Perguruan Tinggi
Motivasi Orang Tua Jumlah Persentase
Pendidikan lebih baik 7 50%
Mengangkat derajat orang tua 2 14%
Pekerjaan yang layak 3 21%
Membentuk karakter 1 7%
Menuda Pernikahan 1 7%
Jumlah Orang Tua 14 100%
Sumber: Hasil wawancara yang diolah
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi orang tua menyekolahkan anak
ke perguruan tinggi mayoritas atau 50% dipengaruhi oleh keinginan orang tua
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, hal ini disebabkan karena
orangtua menginginkan pendidikan anak sebisa mungkin jauh lebih baik
daripada orangtuanya, tidak terpatok pada jenjang pendidikan orang tua, karena
dengan pendidikan anak yang baik, wawasan anak akan bertambah anak juga
mampu menghadapi persaingan di masa yang akan datang untuk kehidupan
masa depan yang lebih baik pula. Semakin tinggi pendidikan diharapkan dapat
6
mengubah pola pikir dan perilaku seseorang sesuai dengan ilmu dan kecakapan
yang didapat melalui pendidikan. Orang tua berharap pendidikan yang lebih
baik dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya atau lingkungannya, selain
untuk dirinya sendiri.
Selanjutnya, diharapkan anak mendapat pekerjaan yang layak setelah
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada 21% motivasi orang
tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi karena orang tua menginginkan
anak mendapatkan pekerjaan yang layak. Perkerjaan yang layak memotivasi
orang tua untuk menyekolahkan anak ke perguruan tinggi karena semua orang
tua mengharapkan anak mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menunjang
masa depan yang cerah dan dapat menyukupi kehidupan serta kebutuhannya
karena mempunyai pekerjaan yang layak.
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Hot
Marito Purba (2016) dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak ke tingkat
perguruan tinggi masih rendah. Dalam hal ini motivasi orang tua menjadi
faktor pendukung utama dalam meningkatkan pemenuhan hak anak atas
pendidikan dalam pemberian perhatian, motivasi dan pembiayaan kebutuhan
pendidikan anak dalam perguruan tinggi. Motivasi orang tua sangat dibutuhkan
untuk kebutuhan anak dalam pendidikan, sehingga anak menjadi termotivasi
karena diri sendiri dan dari orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut apabila dibandingkan dengan
motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi di Desa Brangkal,
Karanganom, Klaten terdapat satu motivasi yang sama yaitu pendidikan yang
lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu pada
penelitian sebelumnya motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak masih
tergolong rendah, sedangkan penelitian yang berada di Desa Brangkal,
Karanganom, Klaten motivasi orang tua sudah lebih banyak dan menyadari
akan pentingnya pendidikan tinggi bagi anak, sehingga motivasi
menyekolahkan anak juga tinggi.
7
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua menyekolahkan
anak ke perguruan tinggi
Tabel 2. Pengkategorian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Orang Tua Menyekolahkan Anak ke Perguruan Tinggi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Orang Tua
Jumlah
Orangtua
Persentase
Ketercukupan Biaya 4 24%
Latar Belakang Pendidikan Orang Tua 3 18%
Keinginan Anak 6 35%
Lingkungan Keluarga dan Tempat Tinggal 4 24%
Jumlah Keseluruhan 17 100%
Sumber: Hasil wawancara yang diolah
Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi mayoritas atau
35% dipengaruhi oleh keinginan anak itu sendiri, hal ini sebabkan karena tanpa
keinginan anak, orang tua segan untuk menyekolahkan anak sampai ke
perguruan tinggi, walaupun sebenarnya keduanya sangat mempengaruhi, yaitu
keinginan anak dan orang tua, tetapi paling utama adalah keinginan anak
terlebih dahulu, apabila anak semangat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,
sebisa mungkin orang tua akan mengusahkan untuk menyekolahkan anak
sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hasil penelitian juga
menunjukkan, ada beberapa orang tua yang sebenarnya mampu secara finansial
untuk menyekolahkan anak sampe ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
tetapi karena anak tidak mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi, maka orang tua juga mengurungkan niatnya untk
menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi, karena ditakutkan anak tidak
bersungguh-sungguh dan putus kuliah di tengah jalan. Jadi dapat dikatakan
bahwa keinginan anak sangat mempengaruhi motivasi orang tua
menyekolahkan anak ke perguruan tinggi.
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aulia Azizah
(2012) terdapat beberapa faktor yang memotivasi orang tua dalam
8
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu pandangan hidup
orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan pandangan
prospek pendidikan yang cerah. Lain halnya dengan Rahma Susilowati (2012),
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong orang tau menyekolahkan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi adalah rasa tertarik terhadap sekolah,
perasaan senang, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2016) menyimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mendorong orang tua menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi
antara lain faktor harapan orang tua terhadap anaknya, latar belakang
pendidikan orang tua, faktor lingkungan tempat tinggal orang tua, kemampuan,
keinginan, bakat anak, minat anak, kematangan anak, kemandirian anak, dan
motivasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut apabila dibandingkan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orangtua menyekolahkan anak ke
perguruan tinggi di desa Brangkal, Karanganom, Klaten terdapat tiga faktor
yang sama yaitu faktor latar belakang pendidikan orang tua, faktor
ketercukupan biaya/ pendapatan, dan faktor keinginan anak. Perbedaan
penelitian ini dengan beberapa penelitian tersebut yaitu pada penelitian
sebelumnya mempunyai lebih banyak faktor-faktor yang mengarah ke faktor
internal dan eksternal, sedangkan pada penelitian ini lebih banyak mengarah ke
faktor internal.
3.3 Tingkat pendidikan pemuda
Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Pemuda
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
SD 123 9%
SLTP 118 9%
SLTA 1.014 74%
Sarjana 107 8%
Jumlah Keseluruhan 1.362 100%
Sumber: Data monografi Desa Brangkal 2017
9
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pemuda Desa
Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten mayoritas atau 74%
adalah tingkat SLTA, hal ini sebabkan karena kebanyakan para pemuda
setelah lulus SLTA memilih untuk bekerja, mereka menganggap mempunyai
pekerjaan dan mendapatkan uang dapat memberikan kebanggaan tersendiri
daripada harus disibukkan dengan kuliah dan belajar. Apalagi tingkat
pekerjaan orang tua mayoritas adalah buruh, menganggap bahwa secara
finansial mereka tidak mampu, sehingga merasa cukup dan memutuskan
pendidikan hanya sampai tingkat SLTA. Selain itu, beberapa orang tua dan
anak itu sendiri kurang percaya kepada kemampuan akademik mereka,
sehingga menganggap dirinya tidak mampu secara IQ untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Orang tua dengan pendidikan rendah, selain berpikiran
bahwa pendidikan anak harus lebih tinggi dari orang tuanya, ada juga yang
berpikiran bahwa pendidikan anak tidak begitu penting sehingga
menyarankan anak untuk bekerja daripada kuliah.
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eny Rosyidah
(2008), dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan formal
masyarakt desa Bangelan adalah sampai tingkat SLTP. Adapun tingkat
pendidikan terendah masyarakat desa Bangelan adalah SD dengan prosentase
19,59%, sedangkan tingkat pendidikan tertinggi masyarakat desa Bangelan
adalah S1 dengan prosentase 0,36%, akan tetapi mayoritas pendidikan formal
masyarakat sampai pada tingkat SLTP dengan prosentase 21,32% dari jumlah
penduduk sebanyak 4.700 orang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut apabila dibandingkan dengan
motivasi orangtua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi terdapat
kesamaan yaitu, sama-sama di teliti di tingkat desa setempat. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu pada penelitian sebelumnya
rata-rata tingkat pendidikan di penelitian sebelumnya adalah SLTP,
sedangkan pada penelitian ini adalah tingkat SLTA. Walaupun demikian,
tingkat pendidikan di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Kabupaten
10
Klaten sudah cukup baik karena dari tahun ke tahun semakin banyak orangtua
yang menyekolahkan anaknya ke tingkat perguruan tinggi.
4. PENUTUP
Tingkat pendidikan pemuda di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom,
Kabupaten Klaten adalah tingkat SLTA. Adapun tingkat pendidikan dari paling
rendah masyarakat desa Brangkal adalah SD dengan persentase 9%, SMP dengan
persentase 9%, SMA dengan persentase 74%, dan tingkat pendidikan tertinggi
masyarakat desa Brangkal adalah S1 dengan persentase 8% dari jumlah pemuda
sebanyak 1.362 orang. Tingkat pendidikan di Desa Brangkal, Kecamatan
Karanganom, Kabupaten Klaten sudah cukup baik karena dari tahun ke tahun
semakin banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke tingkat perguruan
tinggi, karena untuk tahun ini tercatat ada 111 orang dari 240 pemuda yang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dengan demikan ada 46% atau
hampir setengah dari jumlah pemuda yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi di Desa Brangkal,
Karanganom, Klaten adalah ada lima alasan yaitu, pendidikan lebih baik 50%,
mengangkat derajat orang tua 14%, pekerjaan yang layak 21%, membentuk
karakter 7%, dan menunda pernikahan 7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi orang tua menyekolahkan anak ke perguruan tinggi di desa Brangkal,
Karanganom, Klaten adalah dipengaruhi oleh ketercukupan biaya 24%, latar
belakang pendidikan orang tua 18%, keinginan anak 35%, serta lingkungan
keluarga dan tempat tinggal 24%.
DAFTAR PUSTAKA
Alegre, A. 2011. Parenting styles and children’s emotional intelligence: What do we
know? The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and
Families, 19(1), 56-62.
Andrew, Sava & John A. O. 2014. “Socio-Economic Factors Influencing Pupils’
Access To Education In Informal Settlements: A Case Of Kibera, Nairobi
County, Kenya”. Journal of Education and Research. Vol. 2 No. 3 March
2014.
11
Aprita, Srinil. 2017. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi dan Motivasi Orang Tua
untuk Menyekolahkan Anak terhadap Tingkat Pendidikan Anak di Desa
Tanjung Belit Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo. E-skripsi. Jurusan
Pendidikan Ekonomi, FKIP, Universitas Jambi.
Attaway, M. N., & Bry, H. B. 2004. Parenting style and black adolescents’ academic
achievemnt. Journal of Black Psychology, 30(2), 229-247.
Azizah, Aulia. 2012. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Anjir Muara Kota Tengah Kecamtan Anjir Muara
Kabupaten Batola. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Tarbiyah, Universitas IAIN Antasari.
Bee, H. L., Barnard, E. K., Eyrees, J. S., Gray, A. C., Hammond, A. M., Spietz, L.
A., et al. 1982. Prediction of IQ and language skill from perinatal status,
child performance, family characteristics, and mother-infant interaction.
Child Development, 53, 1134-1156.
Boon, J. H. 2007. Low and high achieving Australian secondary school students:
Their parenting, motivations and academic achievement. Australian
Psychologist, 43(3), 212-225.
Bradley, H. R., & Corwyn, F. R. 2002. Socioeconomic status and child development.
Annual Review Psychology, 53, 371-399.
Deci, E. R, Koestler, R., & Ryan, M. R. 1999. The undermining effect is a reality
after all-extrinsic rewards, task interest, and self-determination: reply to
Eisenberger, Pierce, and Cameron (1999) and Lepper, Henderlong, and
Gingras (1999). Psychological Bulletin, 125(6), 692-700.
Deci, E. R, Koestner, R., & Ryan, M. R. 1999. A meta-analytic review of
experiments examining the effects of extrinsic rewards on intrinsic
motivation. Psychological Bulletin, 125(6), 627-668.
Deci, E. R, Koestner, R., & Ryan, M. R. 2001. Extrinsic rewards and intrinsic
motivation in education: Reconsidered once again. Review of Educational
Research, 71(1), 1-27.
Deci, L. E, Ryan, M. R., & Koestner, R. 2001. The pervasive negative effects of
rewards on intrinsic motivation: Response to Cameron (2001). Review of
Educational Research, 71(1), 43-51.
Fatimah. 2016. Profil Keluarga yang Menyekolahkan Anak ke Perguruan Tinggi
(Studi Kasus di Kampung Pantan Lues Kecamatan Gajah Putih Kabupaten
Bener Meirah. Universitas Syiah Kuala.
12
Harsono. 2016. Ethnografi Pendidikan: Suatu Desain Penelitian Kualitatif.
Sukoharjo: Jasmine.
Jencks, C. 1972. Inequality: A reassessment of the effect of family and schooling in
America. Education Resources Information Center.
Kainuwa, Ahmad & Najeemah. 2013. “Influence of Socio-Economic and
Educational Background of Parents on their Children’s Educational in
Nigeria”. Journal of Scientific and Research Publications. Vol 3 No 10
October 2013.
Karavasilis, L., Doyle, B. A., & Markiewicz, D. 2003. Associations between
parenting style and attachment to mother in middle childhood and
adolescence. International Journal of Behavioral Development, 27(2), 153-
164.
Kotaman, Hüseyin. 2018. Impact of parenting, reward, and prior achievement on
task persistence. Journal of Learning and Motivation, 63(2018), 67-76.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Petrill, A. S., & Deater-Deckard, K. 2004. Task orientation, parental warmth and
SES account for a significant proportion of the shared environmental
variance in general cognitive ability in early childhood: Evidence from a
twin study. Developmental Science, 71(1), 25-32.
Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. 2002. Motivation in education: Theory, research,
and applications (2nd ed.). Columbus, OH: Merrill Prentice Hall.
Purba, Maria Hot Marito. 2016. Motivasi Orang Tua dalam Menyekolahkan Anak ke
Tingkat Perguruan Tinggi (Studi Kasus Orangtua Mahasiswa di Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan Stambuk 2012 yang Berdomisili di Medan.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Medan.
Rosyidah, Eny. 2008. Persepsi Masyarakat Pedesaan terhadap Perguruan Tinggi.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri Malang.
Ryan, Yano J. 2010. “Factors Influencing the Choice of College Among
Undergraduate Students in Public Universities in Kenya. A Case Study of
the University of Eldoret. Dalam Australian Journal of Commerce Study.
Kenya : University of Eldoret”. Journal of Commerce Study.
Simanjuntak, Shanmada, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua
dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya ke Parguruan Tinggi di
13
SMA Xaverius II Kota Jambi. E-skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi, FKIP,
Universitas Jambi.
Suryani, Nanik. 2006. Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Orang Tua terhadap
Motivasi Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol 1 No 2.
Susilowati, Rahma. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Orang Tua
Menyekolahkan Anaknya ke Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan di
Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik
Boga dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Torres, Mariana Barragan. 2017. School and institutional effects on secondary
education transitions in Mexico. International Journal of Educational
Research, 85(2017), 68-86.
Utomo, Abdul. 2013. Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua
dengan Kesadaran Menyekolahkan Anak pada Pedagang Kaki Lima di
Belakang THR Sriwedari Surakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 3 No
2.
Wahyono, H. 2001. Pengaruh Perilaku Ekonomi Kepala Keluarga terhadap
Intensitas Pendidikan Ekonomi di Lingkungan Keluarga. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: PPs UM.