analisis naratif idealisme wartawan...

120
ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh Reza Armanda NIM 1112051100005 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H./2019 M.

Upload: others

Post on 25-Jun-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM

FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh

Reza Armanda

NIM 1112051100005

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H./2019 M.

Page 2: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER
Page 3: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER
Page 4: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER
Page 5: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

i

ABSTRAK

Nama : Reza Armanda NIM : 1112051100005

Analisis Naratif Idealisme Wartawan Dalam Film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover

Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover merupakan film

yang diangkat dari buku fenomenal karya Moammar Emka dengan

judul sama. Emka yang dulu berprofesi sebagai wartawan

menginvestigasi tempat-tempat hiburan malam yang menawarkan jasa

seksual di Jakarta. Film ini menggunakan metode pencarian berita yang

dilakukan Emka sebagai benang merahnya.

Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini yaitu

bagaimana alur awal, alur tengah, dan alur akhir film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover? Dan bagaimana idealisme seorang

wartawan dinarasikan dalam film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover?

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode penelitian analisis narasi yang dikembangkan oleh

Tzvetan Todorov. Todorov membagi narasi menjadi tiga bagian yakni

alur awal, tengah dan akhir. Karena narasi tidak cukup hanya

menganalisis teks, beberapa komponen dapat diinterpretasikan melalui

unsur-unsur sinematografi dalam adegan-adegan yang diteliti.Teknik

pengumpulan data, secara primer dengan observasi film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover didukung data sekunder.

Tema utama dalam film ini adalah tentang pengkhianatan.

Seorang jurnalis dicap sebagai pengkhianat karena idealisme yang ia

pegang. Dalam film ini, peneliti menemukan sembilan prinsip

jurnalisme menurut Bill Kovach, yakni: kewajiban pada kebenaran,

loyalitas pada warga, disiplin verifikasi, independen dari sumber berita,

memantau penguasa, sebagai wadah forum publik, membuat tulisan

yang menarik dan relevan, menjaga berita komprehensif dan

proporsional, dan mendengarkan hati nurani.

Film ini menunjukkan dilema seorang wartawan. Saat seorang

wartawan tidak memiliki pendirian yang kuat, hal itu akan berujung

pada pelanggaran kode etik yang berlaku. Pelanggaran seperti

merahasiakan identititas pada narasumber dan tidak menghormati

ketentuan embargo.

Kata kunci: Jakarta Undercover, idealisme, wartawan, narasi, Tzvetan

Todorov

Page 6: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur

peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas nikmat

dan karunia-Nya penelitian skripsi ini dapat berjalan

dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta

salam juga tidak lupa ditujukkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW.

Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, maka

penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

banyak kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, bimbingan, doa serta dorongan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Orangtua tercinta, Ayahanda Syafriadi dan Ibunda

Eva Yanti yang sangat luar biasa memerjuangkan dan

mendukung peneliti untuk bisa meraih pendidikan

setinggi-tingginya, memberikan kasih sayang doa

yang tak terhingga sehingga peneliti bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar

Lubis, Lc., M.A.

Page 7: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

iii

3. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Suparto, M.Ed.,

Ph.D., Wakil Dekan I Bidang Akdemik Dr. Siti

Napsiyah, Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum Sihabuddin Noor, M.Ag., Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan Cecep Sastra Wijaya MA.

4. Ketua Jurusan Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si.,

Serketaris Jurusan Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah

Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya

untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan

dalam hal perkulihan.

5. Ade Masturi, MA. sebagai Dosen Pembimbing yang

telah begitu bijaksana memberikan ilmunya kepada

peneliti di tengah kesibukan yang padat, serta

membimbing peneliti dengan sabar agar skripsi ini

selesai dengan baik dan juga bermanfaat.

6. Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing

akademik Jurnalistik A 2012 yang telah membimbing

selama kurang lebih 5 tahun perkuliahan.

7. Kepada kedua dosen penguji skripsi, Dr. Tantan

Hermansah, M.Si dan Rubiyanah, MA. terima kasih

atas penilaian dan masukan untuk perbaikan

penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah mengajari dan memberi ilmu

kepada peneliti. Mohon maaf apabila ada kesalahan

kata atau sikap yang menyinggung selama perkulihan.

Page 8: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

iv

9. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang tela berbaik hati dalam memberikan

buku-buku yang dibutuhkan oleh peneliti.

10. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk nenek Ny.

Ratnawati dan dan datuk Nur Muhammad (alm) yang

telah merawatku dari kecil hingga dewasa. Serta

kepada tante Yurviani dan paman Mukhfiadi yang

selalu memberikan nasihat dan dukungan materi

kepada penulis. Teruntuk kakak Rian Fadli dan adik

Ulfa Afriliani yang selalu memberi motivasi dan

semangat setiap harinya.

11. Untuk rekan-rekan wisuda 100 Badruz, Oji,

Bongkeng, Tincup, Angga, Alip, Tray terima kasih

atas masukan dan kritiknya serta Lukman, Pian,

Hapis, Yasir, Soyi, Firman, Eva terima kasih telah

menemani di masa-masa akhir kuliah.

12. Teman-teman di Jurnalistik A 2012 terima kasih atas

pelajarannya, kebersamaan, dan kekompakan selama

menjalani kuliah.

13. Untuk kawan-kawan DPR (dibawah pohon rindang),

keluarga besar FKMA At-Taqwa, keluarga besar

MAKO, dan KKN Parahita. Terima kasih telah

memberikan banyak moment yang menyenangkan

sehingga kuliah ini berkesan.

Page 9: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

v

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah

membantu. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian

semua. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang telah

peneliti lakukan dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Aamiin Ya Rabbal Alamiiin

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta,5 Juli 2019

Reza Armanda

Page 10: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian............................. 7

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 13

F. Sistematika Penulisan......................................................... 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis Naratif .................................................................. 16

B. Teori Narasi Menurut Tzvetan Todorov ............................. 17

Page 11: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

vii

C. Idealisme Wartawan ........................................................... 21

D. Jurnalisme Investigasi ........................................................ 39

E. Konseptualisasi Film .......................................................... 41

F. Film Sebagai Media Penyampai Nilai ................................ 52

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Tentang Jakarta Undercover ................................... 57

B. Sinopsis Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover ........ 60

C. Tokoh Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover ........... 62

D. Profil Moammar Emka ....................................................... 66

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover .............................. .70

1. Analisis Alur Awal .......................................................... 70

2. Analisis Alur Tengah Cerita ............................................. 79

3. Analisis Alur Akhir Cerita ............................................... 84

B. Idealisme Wartawan Dalam Alur Film “Moammar Emka’s

Jakarta Undercover” ........................................................... 86

Page 12: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

viii

C. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Dalam Narasi Film

"Moammar Emka's Jakarta Undercover" ............................ 96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 101

B. Saran ................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 103

Page 13: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Struktur Narasi Lacey Gillespie ........................ 18

2. Tabel 4.1 Adegan Pertama Alur Awal .............................. 72

3. Tabel 4.2 Adegan Kedua Alur Awal ................................ 72

4. Tabel 4.3 Adegan Pertama Alur Tengah ........................... 81

5. Tabel 4.4 Adegan Kedua Alur Tengah ............................. 82

6. Tabel 4.5 Elemen Jurnalisme dalam Alur Film ................. 87

Page 14: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

x

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Poster Film Jakarta Undercover .................... 39

2. Gambar 3.2 Pemeran Pras ................................................ 62

3. Gambar 3.3 Pemeran Awink ............................................ 64

4. Gambar 3.4 Pemeran Yoga .............................................. 64

5. Gambar 3.5 Pemeran Djarwo ........................................... 65

6. Gambar 3.6 Moammar Emka ........................................... 66

Page 15: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika pertama kali dirilis pada tahun 2003, buku

Jakarta Undercover karangan Moammar Emka berhasil

menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan pecinta

literatur Indonesia. Khususnya karena buku tersebut berisi

kumpulan cerita yang dengan berani mengangkat berbagai

sisi kehidupan seksual warga Jakarta yang selama ini masih

belum banyak diketahui atau malah dianggap tabu untuk

dibicarakan.

Dengan bantuan penulis naskah Joko Anwar, versi

film dari Jakarta Undercover yang diarahkan oleh Lance

dan dibintangi Luna Maya, Lukman Sardi, Fachri Albar

serta Christian Sugiono akhirnya dirilis pada awal tahun

2007.Kini, sepuluh tahun semenjak perilisan versi film dari

Jakarta Undercover, sutradara Fajar Nugros menghadirkan

interpretasinya sendiri atas buku tulisan Emka tersebut. Jika

Jakarta Undercover arahan Lance mengadaptasi cerita yang

ada di dalam buku Jakarta Undercover, maka adaptasi film

Jakarta Undercover arahan Nugros – yang diberi judul

Moammar Emka’s Jakarta Undercover – mencoba

mengisahkan bagaimana cerita-cerita yang ada dalam buku

tersebut didapatkan penulisnya. Film Moammar’s Emka

Jakarta Undercover bukanlah sekuel maupun remake dari

film pendahulunya. Susanti Dewi selaku produser

Page 16: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

2

menjelaskan bahwa film ini adalah tentang Jakarta dari

kaca mata Emka dengan cerita yang relevan dengan

keadaan sekarang.1

Film ini diperspektifkan oleh seorang bernama Pras,

pemuda desa yang merantau ke Jakarta untuk menjadi

wartawan. Cita-cita tersebut berhasil diraihnya. Namun

kejenuhan muncul dalam benak Pras yang merasa bosan

hanya menulis berita titipan dan pencitraan pejabat. Pras

ingin melakukan sesuatu yang signifikan dengan karirnya.

Dimulailah dari memanfaatkan pertemanannya dengan

Yoga juga Awink, Pras mendapat akses untuk menjelajah

kehidupan malam Jakarta. Jiwa jurnalismenya membuatnya

menulis catatan akan setiap aktifitas kehidupan malam.

Disinilah dilema yang akan dihadapi Pras. Pelaku dunia

malam yang tidak ingin kehidupan mereka diekspos,

hubungan Pras dengan teman-temannya, serta idealisme

jurnalisme Pras sendiri.

Film ini diperankan oleh Oka Antara sebagai Pras,

Baim Wong sebagai Yoga, Tiara Eve sebagai Laura,

Ganindra Bimo sebagai Awink, Tio Pakusadewo sebagai

pejabat, Lukman Sardi sebagai Djarwo, Richard Kyle

sebagai Ricky, Nikita Mirzani sebagai Sasha, Edo Borne

sebagai Frans, Agus Kuncoro sebagai Mama San. Beberapa

pemeran Moammar Emka’s Jakarta Undercover berhasil

1kilasdaerah.kompas.com/read/emka.film.jakarta.undercover.tak.melulu

.tentang.sisi.gelap.jakarta.html

Page 17: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

3

masuk nominasi aktor pendukung pria terbaik. Dalam

Indonesia Movie Aktor Awards 2017, Agus Kuncoro

meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung pria

terbaik sedangkan Baim Wong masuk nominasi. Lalu

Ganindra Bimo juga menjadi pemenang dalam kategori

pemeran pendukung pria terpuji dalam ajang Festival Film

Bandung 2017.

Tema dasar film ini yaitu pengkhianatan. Dimana

Jakarta adalah tempat berkumpul bagi orang-orang dari

daerah yang ingin mengejar asa dan cita. Mereka berlomba-

lomba ingin sukses dan menjadi nomor satu. Namun dalam

prosesnya terjadi persinggungan hingga akhirnya

menghalalkan segala cara termasuk mengkhianati teman

dekat agar bisa sukses.2 Profesi yang ditekankan dalam film

ini adalah wartawan. Profesi yang memang diemban

Moammar Emka saat menulis Jakarta Undercover di tahun

2003. Emka lebih cenderung menggunakan metode

investigasi partisipatif untuk mendapatkan bahan

tulisannya. Alasan Emka menggunakan metode investigasi

partisipatif yaitu kedekatan yang lebih dengan narasumber

dan lebih banyak menggunakan pendekatan penulisan dari

sisi bagaimana (how) dibanding apa (what), kapan (when),

ataupun siapa (who).3

2Wawancara Fajar Nugros via WhatsApp 3 Prasetya.ub.ac.id/berita/Workshop-Jurnalistik-LPM-Techno-3098-

id.html

Page 18: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

4

Wartawan adalah orang-orang yang terlibat dalam

pencarian, pengolahan, dan penulisan berita, yang nantinya

dimuat di media massa. Kehidupan wartawan menyimpan

banyak sisi menarik. Sisi yang tak terlepas dari sifat

manusiawinya, baik yang berupa hal positif maupun

negatif. Tak semua orang mengerti bahwa pekerjaan ini

mengandung risiko yang besar, bahkan terkadang sampai

taruhan nyawa. Sebagai manusia biasa wartawan pun

memiliki perasaan takut, misalnya ketika mencari berita di

tempat-tempat yang berbahaya. Tak jarang pekerjaan ini

juga memunculkan pertentangan batin antara

mempertahankan idealisme atau menjadi realistis. Sudah

bukan rahasia lagi bahwa media-media yang ada sekarang

ini telah dikuasai oleh kepentingan pemodal.4

Kode etik jurnalistik disusun guna menjadi

bimbingan moral dan pedoman kerja wartawan.

Profesionalisme kewartawanan diukur dari kepatuhannya

mengikuti kode etik. Tidak sedikit pula wartawan di

Indonesia mengabaikan salah satu kode etik yang

mengharuskan memberi identitas diri ketika wawancara.

Dalam Kode Etik Persatuan Wartawan Indonesia Bab III

pasal 9 mengharuskan wartawan Indonesia selalu

menyatakan identitas pada narasumber dan pasal 14 yang

melarang menyiarkan pernyataan off the record. Hal-hal

4plimbi.com/article/167652/menguak-sisi-manusiawi-wartawan

Page 19: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

5

inilah yang memicu konflik-konflik dalam film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover.

Film merupakan salah satu media massa yang

mengandung pesan sosial di dalamnya, itu dikarenakan film

adalah sebuah gabungan pemikiran dan keyataan sosial

yang dirasakan oleh seseorang dan dituangkan pada sebuah

gambar audio visual dalam bentuk cerita. Pesan sosial yang

terdapat dalam film dapat merubah perilaku, cara pikir,

style (gaya), hingga cara berbicara seseorang. Kekuatan dan

kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas

membuat para ahli berpendapat bahwa film memiliki

potensi untuk mempengaruhi khalayak. Sejak saat itu,

banyak penelitian yang mengangkat tema dari film atau

hendak melihat dampak dari film terhadap masyarakat.5

Juga beberapa tahun belakangan banyak film yang kembali

mengangkat jurnalisme sebagai konsentrasi temanya. Sebut

saja film Spotlight, A Mighty Heart, Kill The Messenger,

The Bang-Bang Club, The Post, All President Men,

Nightcrawler dan lain-lain. Namun untuk Indonesia sendiri,

film dengan tema wartawan masih jarang diproduksi.

Untuk menilai tindakan seorang jurnalis, tidak hanya

sekedar apakah ia patuh dan taat pada kode etik. Semuanya

harus dikaji secara kritis dari berbagai aspek. Seperti

tingkat kepentingan berita dan keselamatan jurnalis.

5 Alex Sobur ,Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), h. 127

Page 20: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

6

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik

meneliti aspek cerita film ini. Karena film ini menceritakan

realitas kehidupan wartawan di Indonesia yang

memperjuangkan idealismenya. Berdasarkan pemaparan di

atas, penulis memilih judul skripsi Analisis Naratif

Idealisme Wartawan Dalam Film “Moammar Emka’s

Jakarta Undercover”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada narasi film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover karya Fajar

Nugros dengan menggunakan klasifikasi narasi

menurut Tzvetan Todorov.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok permasalahan, penulis

merumuskan rincian permasalahan yang diangkat

dalam penulisan skripsi ini. Adapun perumusan

masalahnya sebagai berikut:

a. Seperti apa alur narasi menurut awal, tengah, dan

akhir film Moammar Emka’s Jakarta Undercover?

b. Bagaimanakah idealisme wartawan dinarasikan

dalam alur film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover?

Page 21: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah

diuraikan diatas, maka tujuan penelitiannya adalah:

a. Untuk mengetahui alur cerita awal, tengah, dan

akhir film Moammar Emka’s Jakarta Undercover.

b. Untuk mengetahui narasi mengenai idealisme

wartawan yang direpresentasikan dalam film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover.

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, manfaat yang diharapkan

adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu studi naratif model Tzvetan Todorov

yang fokus pada pengembangan alur cerita sebuah

film.

b. Manfaat Praktis

Penelitian terkait wartawan ini penting bagi

jurusan Jurnalistik. Karena mahasiswa Jurnalistik

diarahkan untuk bekerja di bidang media massa.

Kemungkinan dari sebagian mahasiswa akan ada

yang berminat menjadi wartawan atau jurnalis.

Dengan mengetahui bagaimana wartawan yang

idealis, peneliti berharap penelitian ini bisa

bermanfaat khususnya untuk mahasiswa Jurnalistik,

karena film Moammar Emka’s Jakarta Undecover ini

Page 22: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

8

bisa dijadikan salah satu acuan oleh mahasiswa untuk

menjadi wartawan idealis.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini

yaitu paradima konstruktivis. Menurut Weber,

paradigma konstruktivis melihat bentuk kehidupan di

masyarakat tidak hanya dari bentuk penilaian

objektif, namun juga dari tindakan perorangan yang

timbul karena alasan subjektif. Weber juga melihat

bahwa setiap individu akan memberikan pengaruh

pada masyarakat sekitarnya. Dengan tindakan sosial

yang dilakukan individu tersebut harus berdasarkan

rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari

melalui penafsiran dan pemahaman.6

Peneliti berusaha menempatkan posisi yang

sama dengan subjek yang diteliti. Agar dapat

memahami dan mengkonstruksikan pemahaman dari

subjek terkait situasi yang dihadapi, peneliti

mengandalkan berbagai macam pandangan. Dalam

konteks konstruktivisme, tujuan utama peneliti yaitu

berusaha menafsirkan makna-makna berdasarkan

pandangan orang lain tentang dunia ini.7 Penggunaan

6 Onong Uchana Efendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007) h.72 7 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 11-12.

Page 23: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

9

paradigma ini dimaksudkan untuk menjelaskan

realitas yang diciptakan oleh individu. Istilah

konstruksi merupakan buah pemikiran dari Peter L.

Berger dan Thomas Luckman. Ia menggambarkan

proses sosial merupakan hasil dari tindakan dan

interaksi dimana individu sebagai makhluk kreatif

menciptakan terus menerus suatu realitas.8

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dan analisis narasi yaitu studi tentang struktur pesan

atau telaah mengenai aneka fungsi bahasa

(pragmatic).9 Dalam pendekatan ini, penulis

menggunakan metode yang langsung menarasikan

dalam bentuk penjelasan kualitatif tentang fenomena

yang dibahas. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian

kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang

proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif

dari sesuatu yang diteliti. 10

Analisis naratif dapat pula dipakai untuk

mengkaji struktur cerita dari narasi fiksi (seperti

8Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masa. (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), h. 12 9 Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotic, Dan Analisis Framing (Bandung: PT. Reamaja

Rosdakarya, 2001). 10Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan.

(Bandung: Pustaka Setia, 1998), h, 56.

Page 24: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

10

novel dan film).11 Naratif (narasi) representasi dari

peristiwa-peristiwa. Dipilih sebagai metode penelitian

karena analisis naratif melihat teks berita sebuah

cerita, yang di dalam cerita ada plot, adegan, tokoh,

dan karakter. Selain itu analisis naratif membantu kita

untuk memahami bagaimana pengetahuan, makna dan

nilai diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat.

Secara umum teknik analisis datanya menggunakan

alur yang lazim digunakan dalam metode penelitian

kualitatif yakni mengidentifikasi objek yang diteliti

untuk dipaparkan, dianalisis, kemudian ditafsirkan

maknanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang

akan di teliti, penelitian ini mempunyai teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi atau pengamatan yaitu metode pertama

yang digunakan dalam penelitian ini dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan dalam

fenomena-fenomena yang diselidiki pada setiap

adegan film. Disini peneliti mengklasifikasikan

adegan dan dialog yang mengandung unsur kerja

jurnalistik pada film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover. Setelah itu peneliti mengutip kemudian

11 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2013),

h.9.

Page 25: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

11

mencatat dialog ataupun paragraf yang mengandung

pesan pada film ini.12

b. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, buku-buku dan

sumber lain yang berhubungan langsung dengan

objek penelitian. Dokumentasi yang menjadi acuan

awal penelitian ini adalah materi film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover yang rilis awal 2017.

c. Studi Kepustakaan, peneliti melakukan studi

kepustakaan dengan membaca buku-buku yang

berkaitan dengan jurnalistik, pers, analisis naratif,

komunikasi, film, dan media massa serta hasil-hasil

dari penelitian yang sebelumnya yang juga

menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov

dalam mengkaji film.

Lalu digunakan juga data pendukung yang

diperoleh dari transkrip pernyataan sutradara Fajar

Nugros, dokumen-dokumen atau literatur-literatur

yang mendukung data primer seperti buku-buku,

artikel, catatan kuliah, kamus, internet, dan lain

sebagainya yang membahas film secara umum dan

khusus, maupun tentang narasi dan idealisme.

Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data

yang diperoleh dari hasil pemilihan dialog, artikel,

serta dokumentasi. Lalu mengolah hasil temuan atau

12Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta; UIN

Jakarta Press, 2006). Cet. Ke-1

Page 26: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

12

data dan meninjau kembali data yang telah terkumpul.

Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan

dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi

pustaka yang kemudian dianalisis.

4. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah film “Moammar

Emka’s Jakarta Undercover”, dengan observasi

terhadap potongan adegan visual yang terdapat dalam

film “Moammar’s EmkaJakarta Undercover”, juga

dari dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan

rumusan masalah penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul,

kemudian diklasifikasikan sesuai pertanyaan yang

terdapat pada rumusan masalah. Peneliti

menggunakan analisis narasi. Narasi adalah suatu

bentuk wacana yang berusaha menggambarkan

dengan sejelas- jelasnya kepada pembaca suatu

peristiwa yang telah terjadi. Titik perhatian dari

analisis narasi adalah menggambarkan tokoh, alur,

dan sifat secara bersama-sama dalam suatu proses

komunikasi. Analisis narasi yang digunakan sebagai

metode dalam penelitian ini adalah model Tzvetan

Todorov. Menurut Todorov, narasi memiliki tiga alur,

yaitu alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Dimana

biasanya diawali dengan keseimbangan yang

kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat.

Page 27: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

13

Narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan

gangguan sehingga keseimbangan tercipta kembali.13

6. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai

dengan Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

E. Tinjauan Pustaka

Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang

banyak kemiripan dengan judul-judul skripsi lainnya yang

mencoba menganalisis film-film dan objek lainnya, seperti

skripsi berikut ini:

Analisis Narasi Film “My Name Is Khan” Dalam

Perspektif Komunikasi Antar Budaya. Ditulis oleh Mega

Nur Fitriana, mahasiswa jurusan Komunikasi Dan

Penyiaran Islam, fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2014.

Skripsi dengan judul “Analisis Naratif Peran Bapak

Dalam Film Sabtu Bersama Bapak” yang ditulis oleh

Rusnawati Sani. Skripsi ini sama halnya dengan skripsi

sebelumnya yang sama-sama menggunakan analisis naratif

13Eriyanto, Analisis Naratif Dasar-dasar dan penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2013)

h.46

Page 28: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

14

Tzvetan Todorov. Namun skripsi ini lebih menekankan

kepada peran seorang bapak.

Skripsi oleh Lilis Suryaningsih mahasiswa

konsentrasi jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Representasi Citra

Wartawan Dalam film All President’s Men” yang

menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Meskipun penelitian ini merujuk dari skripsi atau

jurnal di atas, namun ada perbedaan dengan penelitian yang

akan dilakukan, yaitu pada bahan penelitian, perumusan

masalah,fokus penelitian,dan teorinya.Sejauh ini belum ada

yang meneliti film Moammar Emka’s Jakarta Undercover

dengan fokus permasalahan pada idealisme wartawan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat

gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan

tertentu dalam skripsi, maka dari itu peneliti menyusun

sistematika penelitian ini ke dalam lima bab. Dalam bab-

bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan

dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penelitian

dapat dilihat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini akan dikemukakan Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan

Sisematika Penulisan

Page 29: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

15

BAB II Landasan Teori

Landasan teori yang meliputi, pengertian analisis naratif,

terdiri dari konsep analisis naratif Tzvetan Todorov,

tinjauan umum tentang film yang meliputi konseptualisasi

film, dan film sebagai media komunikasi massa. Serta

penjabaran sembilan elemen jurnalisme sebagai indikator

menjadi wartawan yang idealis.

BAB III Gambaran Umum Film Moammar Emka’s

Jakarta Undercover

Dalam BAB III berisi gambaran Film Moammar’s Emka

Jakarta Undercover, yang meliputi Sinopsis Film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover, Tim Produksi Film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover. Serta biografi dari

Moammar Emka.

BAB IV Analisis Data Film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover

Pada BAB IV ini menjabarkan temuan dan analisis narasi

idealisme dalam Film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover. Didalamnya membahas tentang temuan naratif

idealisme wartawan serta pelanggaran kode etik dalam film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover yang diperoleh

peneliti dari hasil penelitiannya. Dengan terlebih dahulu

menjabarkan alur dalam film.

BAB V Penutup

Pada BAB ini berisi penutup mengenai kesimpulan dan

saran.

Page 30: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Analisis Naratif

Analisis naratif pada dasarnya adalah analisis

mengenai cara dan struktur bercerita dari suatu teks.

Berasal dari kata latin narre, yang berarti “membuat tahu”,

narasi bermaksud untuk memberitahu atau mengungkapkan

sesuatu atau peristiwa. Namun tidak semua informasi atau

peristiwa bisa dikategorikan narasi. Sebuah teks dapat

disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa

atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa.1

Menurut Braston dan Stafford, teori narasi mencoba

memahami tanda dan hubungan yang mengatur bagaimana

cerita dibentuk secara berurutan. Hal ini memungkinkan

khalayak untuk terlibat dan masuk ke dalam cerita

tersebut.2 Teori narasi terdiri atas empat model, yaitu:

1. Narasi menurut Tzvetan Todorov, suatu cerita

memiliki alur awal, tengah, dan akhir.

2. Narasi menurut Vladimir Propp, suatu cerita memiliki

klasifikasi karakter tokoh.

3. Narasi menurut Levis Strauss, suatu cerita memiliki

sifat-sifat oposisi.

1 Eriyanto, Analisis Naratif (Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media), (Jakarta:Prenada Media Group, 2013) h.2 2Gill Braston and Roy Stafford, The Media Student’s book (London and

New York: Routledge, 2003), h. 32

Page 31: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

17

4. Narasi menurut Joseph Campbell, membahas

hubungan narasi dengan mitos.

Naratif berfokus pada penelitian soal manusia. Setiap

manusia memiliki beragam kisah. Setiap kisah terkandung

nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup sang manusia

terhadap dunia sehingga membentuk karakter sebagai tokoh

dalam kisahnya. Metode naratif berusaha memaknai

beragam kisah hidup manusia dengan beragam sudut

pandang.

Kisah dituangkan dalam bentuk narasi pada sebuah

film. Narasi yang terstruktur memungkinkan kisah tersebut

dimengerti dan dikaitkan dengan nilai dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Onong Uchana Effendy, narasi berisi

penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana

materi dari suatu cerita dipilih, dan disusun untuk mencapai

efek tertentu pada khalayak.3

B. Teori Narasi Menurut Tzvetan Todorov

Pada narasi terdapat urutan kronologis, motif, plot

atau alur, yang menghasilkan hubungan sebab akibat akan

suatu peristiwa. Todorov membagi narasi menjadi tiga alur

utama yaitu awal, tengah, dan akhir. Diawali dengan suatu

bentuk keseimbangan atau keharmonisan. Lalu muncul

konflik yang disebabkan oleh seorang tokoh. Diakhiri

dengan upaya untuk menyelaraskan kembali selayaknya

awal.

3 Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 214

Page 32: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

18

Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita

dimulai dengan “keseimbangan” di mana beberapa potensi

pertentangan berusaha “diseimbangkan.” Ada bagian yang

mengawali narasi, ada bagian yang merupakan

perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian

yang mengakhiri narasi tersebut. Alurlah yang menandai

kapan sebuah narasi itu dimulai dan kapan berakhir.4

Struktur narasi todorov kemudian dimodifikasi oleh

Nick Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian.5

Tabel 2.1

Lacey Gillespie

Kondisi keseimbangan dan

keteraturan Eksposisi, kondisi awal

Gangguan (disruption)

terhadap keseimbangan Gangguan, kekacauan

Kesadaran terjadi gangguan Komplikasi, kekacauan

makin besar

Upaya untuk memperbaiki

gangguan Klimaks, konflik memuncak

Pemulihan menuju

keseimbangan Penyelesaian dan akhir

Kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan

4Gill Braston and Roy Stafford, The Media Student’s book (London and

New York: Routledge, 2003), h. 36 5Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media, (Jakarta:Prenada Media Group, 2013) h.47

Page 33: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

19

Umumnya narasi diawali dari sebuah keteraturan,

situasi yang berjalan normal seperti biasa, dan

keseimbangan. Misalnya hubungan keluarga yang

harmonis, kota yang damai, pekerjaan lancar, dan

sejenisnya.

Gangguan terhadap keseimbangan

Situasi pada kondisi awal terganggu dengan adanya

tindakan atau tokoh yang merusak keteraturan,

keseimbangan, dan keharmonisan. Kehidupan normal

berubah menjadi tidak normal setelah adanya tindakan atau

tokoh tertentu. Dalam cerita fiksi, ini ditandai dengan

munculnya villain yang menimbulkan rasa tidak aman. Bisa

juga dengan adanya perasaan kekecewaan, egoisme

maupun hasrat menyimpang dari sang tokoh utama. Atau

dengan situasi yang secara tidak sengaja membawa sang

tokoh utama keluar dari zona nyamannya.

Kesadaran terjadi gangguan

Pada tahap ini, gangguan makin besar hingga

menimbulkan konflik yang menyerang fisik ataupun batin

sang tokoh utama. Villain yang mendapat kekuatan besar

dan hampir berhasil mencapai tujuannya. Rumah tangga

yang benar-benar akan hancur karena hubungan yang tidak

harmonis. Atau tokoh utama yang terlalu tenggelam dalam

kegelapan. Intinya, konflik ini yang menjadi nyawa suatu

cerita. Karena dari sinilah narasi akan mencapai klimaks

dari cerita.

Upaya untuk memperbaiki gangguan

Page 34: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

20

Pada tahap ini hadir tokoh yang berusaha

memperbaiki keadaan. Dengan melakukan perlawanan

terhadap villain.Tokoh utama mendapatkan motivasi agar

terus berjuang. Adanya kesadaran akan salahnya idealisme

yang dianut tokoh. Namun upaya tersebut tidaklah dilalui

dengan mudah. Ada hambatan, kelemahan, bahkan

kegagalan yang didapat.

Pemulihan menuju keseimbangan

Gangguan dan konflik yang dihadapi berhasil

diatasi.Kehidupan menjadi harmonis bahkan lebih dari

sebelumnya. Narasi kembali menjadi keseimbangan yang

teratur. Bisa happy ending yang didapat, misalnya villain

yang menjadi baik, kota yang tenteram dari serangan teror,

dan cita-cita tokoh utama yang berhasil diraihnya. Namun

bisa juga sad ending atau bad ending yang terjadi. Disinilah

plot twist biasanya muncul. Twist ini biasanya digunakan

pada genre fiksi thriller atau horor. Bisa juga untuk

keperluan sequel cerita selanjutnya.

Narasi memiliki tiga (3) karakteristik.(a). Narasi

harus terdiri atas beberapa peristiwa yang kemudian

dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa tersebut disusun secara

beraturan, tidak acak, dan menghasilkan makna tertentu.

(c). Terdapat pemilihan peristiwa yang dirangkai. Pada

karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang

diangkat dan bagian mana yang dibuang sangatlah

Page 35: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

21

berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan oleh

pembuat narasi.6

C. Idealisme Wartawan

Idealisme ialah suatu keyakinan atau prinsip yang

dianggap benar oleh individu lalu diwujudkan dalam bentuk

perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Menurut KBBI,

idealisme adalah berusaha hidup menurut cita-cita, menurut

patokan yang dianggap sempurna. Sedangkan kontradiksi

dari idealime adalah realisme. Realisme adalah suatu sikap

yang mengikuti arus. Pola pikir realistis cenderung bersikap

mengikuti lingkungan dengan mengabaikan keyakinan yang

dimiliki. Di tengah kondisi yang terkadang menuntut

seseorang untuk realistis, sangat sulit mempertahankan

suatu idealisme.

Wartawan adalah profesi melakukan kegiatan

jurnalistik mencari, mengolah, dan menyampaikan

informasi kepada perusahaan pers untuk dipublikasikan

kepada masyarakat umum.7 Agar masyarakat memperoleh

informasi yang benar, akurat dan objektif. Kebebasan pers

tidak berarti bahwa wartawan dalam menjalankan tugasnya

dapat berbuat semaunya. Dalam menjalankan profesinya

6Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h

2. 7 Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, (Yogyakarta: UII

Pers,2004),h. 40

Page 36: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

22

tersebut, wartawan terikat dengan peraturan perundang-

undangan yang menyangkut delik pers.8

Bill Kovach dan rekannya Tom Rosenstiel menulis

buku fenomenal berjudul The Elements of Journalism.

Kovach memulai karirnya sebagai wartawan pada 1959 di

sebuah perushaan surat kabar kecil sebelum bergabung

dengan The New York Times, salah satu surat kabar terbaik

di Amerika Serikat, dan membangun karirnya selama 18

tahun di sana. Dalam buku ini, Bill Kovach dan Tom

Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme.

Kesimpulan ini didapat setelah Committee of Concerned

Journalists mengadakan banyak diskusi dan wawancara

yang melibatkan 1.200 wartawan dalam periode tiga tahun.

Ke-sembilan elemen jurnalisme ini memiliki kedudukan

yang sama kuat.9

Idealisme berkenaan dengan buah pikiran, ide-ide dan

pendapat yang terdapat dalam sebuah lembaga pers,

termasuk wartawan. Agar idealisme wartawan tetap terjaga,

maka sembilan elemen jurnalisme ini bisa dijadikan sebagai

semacam pedoman wartawan. Berikut sembilan elemen

jurnalisme menurut Kovach dan Thomas Rosentiel:10

8Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), hal. 86 9Andreas Harsono, Agama Saya Adalah Jurnalisme, (Yogyakarta:

Kanisius, 2010), hal. 16 10Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003) hal. 6

Page 37: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

23

1. Pencarian kebenaran.

Kebenaran adalah suatu hal yang bisa bias

pengertiannya, definisinya bisa berbeda – beda

sesuai dengan bidangnya. Dalam hal ini

kebenaran secara fungsional yang tentunya

sesuai dengan tugasnya seorang wartawan.

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan

kebenaran, sehingga masyarakat bisa

memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

Kebenaran oleh seorang wartawan itu sendiri

adalah penyajian fakta yang sesungguhnya

tanpa melebih-lebihkan ataupun mengurangi.

Walter Lippman, penulis buku Publik

Opinion, membedakan berita dan kebenaran

sebagai dua hal yang mempunyai fungsi yang

berbeda. Fungsi berita adalah menandai sebuah

peristiwa, sedangkan fungsi kebenaran

menerangi fakta- fakta tersembunyi,

menghubungkannya satu sama lain, dan

membuat sebuah gambaran realitas yang dari

sanalah orang dapat bertindak.11

Kovach menjelaskan, untuk memahami

sebuah kebenaran dalam proses jurnalisme

adalah dengan memahami kebenaran sebagai

sebuah proses, yakni perjalanan berkelanjutan

11 Cassandra Tate, What Do Ombudsmen Do, Colubia Journalism

Review, Mei 1984, h.37.

Page 38: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

24

menuju suatu pemahaman.12 Sebagai contoh,

pada satu peristiwa yag baru akan dijadikan

sebuah berita, wartawan memulainya dengan

melaporkan sesuatu yang sederhana. Sebuah

kecelakaan lalu lintas, misalnya, akan dicatat

waktu dan tempat kecelakaan, kerusakan yang

ditimbulkan, jenis kendaraan, kondisi cuaca dan

hal lain yang terlihat dari fisik luar sebuah

kasus dan semua fakta ini dapat dicatat dan

diperiksa kebenarannya. Begitu mereka

memverifikasi fakta-fakta, para wartawan akan

menyampaikan laporan yang jujur dan valid

untuk saat itu dan dapat dijadikan subjek untuk

reportase lebih lanjut.

2. Loyalitas pada warga negara.

Seorang wartawan harus berani

menyajikan berita tanpa rasa takut dan

memihak, maka mereka harus menjaga

kesetiaan kepada warga negara dan

menempatkan berita untuk kepentingan publik

di atas yang lainnya. Komitmen kepada warga

ini mengarah pada independensi jurnalistik. Hal

ini melegalitas moral kewartawanan di berbagai

dimensi dan aktifitas jurnalisme.13

12 Kasemin, Kasiyanto. Sisi Gelap Kebebasan Pers. (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014) 13Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017), h. 273.

Page 39: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

25

Dalam bisnis media, loyalitas jurnalis

dihadapkan pada tiga sisi, media, warga, dan

pemodal.14 Diantara ketiganya, Kovach

menyebut kedudukan wargalah yang paling

diutamakan.15 Jurnalis bekerja untuk

kepentingan warga atau masyarakat yang

menerima berita aktual dan terpercaya yang

disajikan. Loyalitas kepada publik bukan berarti

media memosisikan masyarakat sebagai

pelanggan, sebab apa yang diinginkan

masyarakat tidak lantas menjadi berita.

Wartawan tidak menjajakan produk kepada

audiens.

Menurut Kovach, bagaimanapun

pendekatan yang diambil organisasi media,

masalah loyalitas pers kepada warga sangatlah

penting dan jangan sampai diabaikan ataupun

disalahpahami. Jika ini tidak dilakukan,

ketidakpercayaan publik kepada pers semakin

besar; warga tidak berharap kesempurnaan

wartawan, setiap kata tereja dengan benar

misalnya, masalahnya ada pada hal yang lebih

14Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2010), h.245. 15Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003)h. 54

Page 40: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

26

mendasar. Masyarakat melihat sensasionalisme,

eksploitasi dan lebih parah lagi seperti

berbahagia di atas penderitaan orang lain adalah

hal yag sedang dilakukan para wartawan saat

ini.16

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

Disiplin verifikasi inilah yang

membedakan jurnalisme dengan hiburan,

propaganda, fiksi atau seni. Verifikasi adalah

proses menyaring isu, desas-desus, prasangka

yang keliru, kebohongan dan semacamnya.

Karena wartawan adalah pencari dan penyaji

kebenaran, verifikasi merupakan bentuk dari

tanggung jawab wartawan. Jurnalisme

menyampaikan berita, bukan cerita, karena

fokus jurnalisme adalah menceritakan kejadian

setepat-tepatnya. Prinsip ini perlu diperhatikan

untuk menghindari kasus yang menimpa atau

yang dibuat oleh wartawan, bahkan hal-hal fatal

seperti pelanggaran kode etik dan perkara delik

pers, karena pada hakikatnya verifikasi

merupakan jaminan akurasi bagi jurnalis.17

16Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003) h.52-57 17M. Djenar Amar, Hukum Komunikasi Jurnalistik, (Bandung: Penerbit

Alumni,1984), h.110.

Page 41: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

27

Tentunya dalam pencarian sumber berita,

wartawan harus benar – bebar melakukan

verifikasi yang benar. Dengan adanya disiplin

verifikasi yang dilakukan wartawan, fiktifisasi

narasumber tidak akan terjadi. Disiplin

verifikasi berfokus untuk menceritakan apa

yang terjadi sebenar-benarnya. Dengan displin

melakukan verifikasi, maka berita yang diliput

akan mengangkat kebenarannya ke permukaan.

Berikut ini merupakan lima konsep

verifikasi menurut Kovach dan Rosenstiel;

jangan menambah atau mengarang apapun,

jangan menipu atau menyesatkan pembaca,

pemirsa, maupun pendengar, bersikap

setransparan dan sejujur mungkin, bersandar

pada hasil reportase sendiri, dan bersikap

rendah hati.

4. Jurnalis harus menjaga indepedensi dari objek

liputanya.

Jurnalis tetap independen dari pihak yang

diliput namun bukan berarti netral. Independen

yang berarti memiliki kebebasan dari

narasumber, walaupun orang tersebut teman,

saudara dan orang terdekat. Wartawan haruslah

berpihak pada kebenaran. Dengan prinsip

tersebut diharapkan media tidak menjadi ajang

komersialisme, alat politik atau penyajian-

Page 42: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

28

penyajian kebenaran yang bias oleh media demi

kepentingan-kepentingan tertentu.18

Sesuatu baru dapat dikatakan kegiatan

jurnalisme jika kejujuran dan komitmen kepada

warga ada dan menjadi bagian di dalamnya.

Wartawan benar – benar harus melakukan suatu

peliputan dengan objektif. Tidak terpengaruh

pada apapun, kepentingan siapapun, kecuali

kepentingan bahwa wartawan harus

menyampaikan kebenaran pada masyarakat.

Wartawan harus bertanggung jawab pada

publik. Prinsip wartawan harus bersikap

independen terhadap orang yang mereka liput.

Independen ini juga untuk menghindari

terjadinya hal seperti membuat berita untuk

memenuhi pesanan narasumber atau pesanan

pemilik media tempat ia bekerja, menyebarkan

informasi hanya untuk menyenangkan salah

satu pihak. Kejadian-kejadian seperti itu

membuat wartawan menjadi tidak memiliki

sikap independen.

Wartawan boleh mengemukakan

pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam

berita). Namun, wartawan yang beropini tetap

18 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 54

Page 43: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

29

harus menjaga akurasi dari data-datanya.

Mereka harus tetap melakukan verifikasi,

mengabdi pada kepentingan masyarakat dan

memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus

ditaati seorang wartawan.

Usaha untuk memperoleh dan

meyampaikan kebenaran mestilah dilakukan

tanpa ada intervensi dari pihak mana pun.

Untuk itu jurnalis dan media menegakkan

keindependenan dalam melakukan aktivitas

jurnalisme.19 Independensi menurut Kovach

berbeda dengan netralitas. Netral atau

ketidakberpihakan wartawan bukanlah konsep

jurnalisme karena konsep jurnalisme bukanlah

sikap tidak berpihak sama sekali. Wartawan

diwajibkan memihak pada masyarakat. Dalam

konsep jurnalisme independensi adalah

keberpihakan kepada warga. Menjadi netral

bukanlah prinsip dasar jurnalisme.

5. Jurnalis sebagai pemantau kekuasaan.

Demokrasi sebagai suatu sistem telah

dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan

aktivitas bermasyarakat dan bernegara di

beberapa negara, termasuk memberikan ruang

19Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h.

120-122.

Page 44: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

30

bagi media massa yang bebas untuk

menjalankan fungsi persnya. Salah satu konsep

dari sistem negara yang demokratis, menurut

Huntington, adalah adanya peran media massa

yang bebas. Bebas di sini berarti tanpa adanya

intervensi dari pihak manapun serta tidak takut

akan tuntutan dan hukuman sehingga hak

publik untuk tahu dapat tersampaikan dengan

baik melalui media massa.

Biasanya persoalan kekuasaan sangat

memengaruhi banyak kalangan termasuk

wartawan. Namun dalam memantau kekuasaan,

bukan berarti wartawan menghancurkan

kekuasaan. Tugas wartawan sebagai pemantau

kekuasaan yaitu turut serta dalam penegakkan

demokrasi. Jurnalis independen memantau

terhadap kekuasaan, yang berarti jurnalis tidak

boleh berpihak pada penguasa. Namun berpihak

pada rakyat yang tidak bisa mengungkapkan

aspirasi mereka. Hal ini bertujuan agar

pemerintah atau penguasa bekerja lebih

transparan.

Prinsip ini, menurut teori Kovach,

bermakna tidak sekadar memantau

pemerintahan, namun juga meluas hingga pada

semua tatanan lembaga yang dianggap kuat dan

mempunyai peran di masyarakat. Berfungsi

Page 45: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

31

untuk mengawasi mereka yang memiliki

kekuasaan baik dalam bidang politik

(pemerintah), organisasi nirlaba maupun dalam

sektor swasta.

6. Jurnalis sebagai forum publik

Apapun media yang digunakan,

jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan

forum di mana publik diingatkan pada masalah

yang benar-benar penting. Sehingga mendorong

warga untuk membuat penilaian dan mengambil

sikap. Seorang wartawan tidak selamanya benar

atau menyampaikan kebenaran. Seorang

wartawan yang bertanggung jawab pada publik,

juga harus mendengarkan apa keinginan publik

itu sendiri.

Konsep forum atau ruang publik

merupakan bagian vital, dimana setiap orang

mempunyai kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi menyampaikan idenya. Rasa

ingin tahu yang menurut Kovach dianggap

sebagai sifat manusiawi publik nantinya akan

membuat mereka mengolah informasi yang

mereka dapatkan dari media menjadi

pertanyaan-pertanyaan bahkan kesimpulan

sebagai bentuk reaksi.

7. Jurnalis harus berusaha membuat hal yang

penting menjadi menarik dan relevan.

Page 46: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

32

Wartawan harus melakukan penggalian

suatu kejadian agar beritanya berbeda dengan

berita di media massa lain, sehingga memiliki

kelebihan dan daya tarik tersendiri. Fakta yang

tersembunyi hanya bisa diketahui dengan

menggali pada berbagai sumber, seperti

wawancara dengan orang yang mengetahui

kasus itu, berita surat kabar yang pernah ada,

ulasan di majalah dan buku, dan sebagainya.20

Wartawan harus bisa menyajikan informasi

semenarik mungkin sehingga tidak

menimbulkan kebosanan publik terhadap berita

itu. Ketika jurnalis melaporkan sesuatu, maka

sesuatu itu baru dapat dikatakan berita apabila

yang ia laporkan berupa informasi yang

memiliki daya tarik dan dianggap penting oleh

masyarakat.21

Kovach menjelaskan, elemen ketujuh ini

untuk mengingatkan jurnalis bahwa jurnalisme

adalah seni mendongeng dengan sebuah tujuan,

tujuan menyampaikan informasi yang

dibutuhkan publik dalam memahami dunia di

sekelilingnya. Menurutnya, inilah yang menjadi

tantangan bagi seorang jurnalis, menemukan

20 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005),

h. 25 21Mitchel V. Charnley, Reporting Third Edition, (New York: Holt

Reinhart & Winston, 1975), h. 44

Page 47: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

33

apa yang dibutuhkan publik dan membuatnya

bermakna dan menarik sehingga mudah dan

enak disimak.22

Berita yang dibuat oleh wartawan jangan

sampai membosankan bagi pembaca. Jangan

sampai berita yang penting jadi tidak penting

karena pembaca bosan. Singkatnya, jurnalis

harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu

menyediakan informasi yang dibutuhkan orang

untuk memahami dunia, dan membuatnya

bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini,

terkadang ada godaan ke arah infotainment dan

sensasional.

8. Jurnalis harus membuat berita yang

komprehensif dan proporsional.

Keharusan menjaga berita agar

komprehensif dan proporsional didasarkan pada

terbatasnya ruang dan sumber daya media yang

membuat media tidak dapat meliput dan

menyajikan semua peristiwa yang terjadi.

Dalam teori Kovach, menjaga berita

komprehensif dan proporsional merupakan

tugas jurnalis yang bersifat subjektif, berita

yang besar dan penting bagi sejumlah orang

22Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003) h.192

Page 48: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

34

belum tentu penting bagi sebagian yang lain.

Namun, ketika khalayak sudah menaruh

keyakinan pada jurnalis bahwa mereka bekerja

untuk kepentingan khalayak, maka khalayak

akan berusaha memahami bahwa itulah yang

dibutuhkan dan layak untuk diketahui.

Proporsional adalah sesuatu yang

seimbang disusun secara rapi untuk

mendapatkan suatu berita yang sesuai dan

komprehensif adalah mudah diterima dengan

baik oleh masyarakat. Perlu banyak hal yang

dilakukan untuk mendapatkan berita yang

seperti ini. Menjaga berita agar tetap

proposional dan tidak menghilangkan hal-hal

penting termasuk dasar dari kebenaran. Jurnalis

harus menampilkan pandangan dan fakta yang

berimbang antara dua atau lebih pihak yang

terkait dengan peristiwa yang akan diberitakan.

9. Jurnalis harus mendengarkan hati nurani

Memihak pada kebenaran dan hati nurani

merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh

wartawan sebab hati nuranilah yang akan

menjadi portal bagi setiap wartawan dalam

menjalankan profesinya.23 Elemen ini

mewajibkan jurnalis agar menggunakan nurani

23Sirikit Syah, Rambu-rambu Jurnalistik: dari undang-undang Hingga

Hati Nurani, (Pustaka Belajar, 2011), h. 156

Page 49: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

35

mereka dalam setiap proses jurnalisme mereka,

karena menurut Kovach dalam aktivitas

jurnalisme tidak ada peraturan, tidak ada hukum

jurnalisme, bahkan tidak ada pengaturan

tentang kepribadian jurnalis.

Segala sesuatu yang berasal dari hati

nurani akan lebih baik dari apapun. Persoalan

yang terjadi di dalam kehidupan wartawan

umumnya bersumber pada hati nurani.

Wartawan yang berbohong, melakukan

fiktifisasi narasumber atau apapun kejahilan

seorang wartawan semuanya berkaitan dengan

komitmennya pada hati nuraninya.

Wartawan juga manusia yang dapat

memilah antara baik dan buruknya

sesuatu.Maka wartawan harus mengikuti nurani

mereka. Dimana yang bersifat kebaikan

haruslah ditegakkan sehingga meminimalisir

kebohongan dalam penulisan berita. Karena

pada awalnya nuranilah yang membuat

seseorang memilih profesi menjadi seorang

jurnalis.

Elemen terakhir dari teori Kovach ini

diukur dengan aspek moralitas sebab tidak ada

pengaturan resmi tentang kepribadian jurnalis.

Meski ini adalah prinsip yang paling sulit,

Page 50: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

36

namun prinsip inilah yang menyatukan semua

prinsip yang sudah dijabarkan sebelumnya.24

Masalahnya, menurut Kovach,

membiarkan setiap wartawan menyuarakan hati

nurani mereka akan membuat urusan

manajemen menjadi lebih kompleks. Namun

menurutnya, tugas setiap redakturlah untuk

memahami persoalan ini, redaktur memang

mengambil keputusan akhir tapi redaktur harus

senantiasa membuka diri agar tiap orang yang

hendak memberi kritik atau komentar bisa

datang langsung padanya.25

Dari ruang redaksi hingga ruang direksi,

semua wartawan harusnya punya pertimbangan

pribadi tentang etika dan tanggung jawab sosial.

Wartawan juga manusia yang dapat memilah

antara baik dan buruknya sesuatu maka

wartawan harus mengikuti nurani mereka.

Dimana yang bersifat kebaikan haruslah

ditegakkan sehingga meminimalisir

kebohongan dalam penulisan berita.

Wartawan profesional, kompeten, kredibel dan

berintegritas, mendahulukan loyalitas kepada warga

24Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h.236 25Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 172-175

Page 51: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

37

(pembaca, pendengar, pemirsa). Inilah yang membuat

jurnalis harus memilih kepentingan yang lebih besar dan

luas, ketimbang kepentingan pemilik modal.

Beberapa media di negeri ini dikuasai oleh para elit

politik yang bertujuan untuk membesarkan namanya,

koleganya, atau partainya. Para jurnalis yang bekerja

ditempatnya bisa dikatakan dikendalikan oleh konglomerat

media tersebut. Jurnalis-jurnalis itu tak bisa bertindak apa-

apa. Sekalinya ada sebuah tindakan yang bersinggungan

dengan misi media yang dimiliki para konglomerat itu,

yang ada malah sebuah tindakan tak mengenakan yang

akan mengancam. Campur tangan pemilik media dalam

perusahaan surat kabar, mulai dari rekrutmen pekerja

media, penetapan struktur organisasi media, penetapan

standar pemberitaan, sampai pada pengambilan keputusan

dalam ruang sedaksi pemberitaan menjadi hal yang tak

terhindarkan. Akibatnya, ideologi pemilik media akan

mempengaruhi isi pemberitaaan.26

Salah satu faktor penyebab goyahnya idealisme

jurnalis adalah konglomerasi media. Ketika konglomerasi

media tersebut mengintervensi ruang redaksi, maka hal itu

juga akan membahayakan idealisme sebagai jurnalis

independen. Jika idealisme media memangkas idealisme

26Juni Wati Sri Rizki, Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan:

Kajian Ekonomi Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana

Pembentukan Provinsi Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar

Indonesia Baru. (Deepublish: Yogyakarta, 2012), h. 2.

Page 52: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

38

jurnalis, maka jurnalis akan menyensor beritanya sendiri

agar sejalan dengan idealisme media tersebut. Masyarakat

akan kehilangan haknya untuk menerima pemberitaan yang

berdasarkan fakta. Selain konglomerasi media, faktor

kesejahteraan juga menjadi salah satu alasan wartawan

meninggalkan idealismenya. Banyak media yang tidak

menyuplai wartawannya dengan fasilitas yang layak.

Sehingga muncullah istilah wartawan amplop, wartawan

bodrex, wartawan pispot, dan wartawan kloningan.

Wartawan membutuhkan fasilitas seperti alat transportasi

dan akomodasi saat bertugas. Jika tidak dipenuhi

perusahaan, mungkin saja wartawan akan mudah menerima

amplop dari pihak lain. Dengan begitu, isi pemberitaan

wartawan tersebut akan mudah berubah dan hilanglah

independensinya.

Kebebasan pers merupakan salah satu dimensi hak

asasi manusia, yaitu hak manusia untuk membentuk

pendapatnya secara bebas.27 Berupa hak untuk memperoleh

informasi (right to know) yang diperlukan dalam

membentuk dan membangun secara bebas pemikiran dan

pendapatnya di satu pihak, dan hak untuk menyatakan

pikiran dan pendapat di pihak lain (right to speech). Media

27Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 19 dan Kovenan Hak-

hak Sipil dan Politik Pasal 19

Page 53: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

39

pers dan jurnalis hanya salah satu di antara sekian banyak

pelaksana bagi kedua hak asasi ini.28

D. Jurnalisme Investigasi

Jurnalisme investigasi memang berbeda dengan

kegiatan jurnalisme pada umumnya. Kisah-kisahnya pun

memiliki perbedaan dengan pola kisah berita jenis lain.

Liputan berita investigasi bukan lagi berdasarkan agenda

pemberitaan yang terjadwal di ruang redaksi. Kerja

peliputannya (harusnya) tidak lagi dibatasi tekanan-tekanan

waktu. Para wartawan investigasi memaparkan kebenaran

yang mereka temukan, melaporkan adanya kesalahan-

kesalahan, serta menyentuh dan mengafeksi masyarakat

terhadap persoalan yang dikemukakan. Wartawan

investigasi mencoba mendapatkan kebenaran yang tidak

jelas, samar, atau tidak pasti. Topik- topik investigasi

mereka mengukur moralitas benar atau salah, dengan

pembuktian tak memihak yang didapat melalui riset. Bukan

sekedar menolak kesepakatan, tetapi menyatakan apakah

sesuatu yang terjadi itu sesuai dengan moral atau tidak.

Tujuan kegiatan jurnalisme investigasi adalah

memberitahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang

telah berbohong dan menutup-nutupi kebenaran.

Masyarakat diharapkan waspada terhadap pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan berbagai pihak. Dari tujuan

tersebut, dapat dilihat bahwa ada tujuan moral. Segala yang

28https://dewanpers.or.id/publikasi/opini_detail/53/Metode_dan_Analisi

s_terhadap_Pemberitaan

Page 54: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

40

dilakukan wartawan investigasi dimotivasi oleh hasrat

untuk mengoreksi keadilan dan menunjukkan adanya

kesalahan. Pada akhirnya, pekerjaan jurnalisme investigasi

mengajak masyarakat untuk memerangi pelanggaran yang

tengah berlangsung dan dilakukan oleh pihak-pihak

tertentu.

Terdapat dua bentukan umum kerja jurnalisme

investigasi, yaitu terkait dengan pekerjaan menginvestigasi

dokumen-dokumen, serta penyelidikan terhadap subjek-

subjek individu yang terkait dengan permasalahan.

Penelusuran dokumen merupakan sarana untuk mengecek

kebenaran dari apa yang dikatakan narasumber terhadap

suatu peristiwa. Sedangkan penelusuran orang terkait

dengan kegiatan mendapatkan keterangan dari narasumber

yang berwenang dan kredibel untuk memperkuat

pembuktian dari fakta yang hendak dilaporkan.

Andreas Harsono mengindikasikan kerja liputan

investigasi yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:

Riset dan reportase yang mendalam dan berjangka

waktu panjang untuk membuktikan kebenaran atau

kesalahan hipotesis.

Paper trail yang dilakukan untuk mencari

kebenaran dalam mendukung hipotesis.

Wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang

terkait dengan investigasi.

Pemakaian metode penyelidikan polisi dan

peralatan anti-kriminalitas. Dalam hal ini termasuk

Page 55: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

41

melakukan metode penyamaran serta memakai

kamera tersembunyi

Manakala reporter mengerjakan liputan investigasi,

terkadang mereka melakukan penyamaran dan tidak

mengungkapkannya pada narasumber bahwa mereka adalah

reporter. Berkaitan dengan penyamaran ini, tidak pernah

ada kesepakatan soal apakah hasil akhir kerja wartawan,

atas nama kepentingan publik, dapat membenarkan segala

cara dalam meliput termasuk menipu jati diri. Beberapa

kalangan pers menyepakati bahwa tindakan penyiasatan

seperti penyamaran merupakan sebuah upaya mendapatkan

berita yang tidak melanggar etika. Mereka masih melihat

hal tersebut sebagai taktik jurnalistik, bukan tindak

pelanggaran.

E. Konseptualisasi Film

1. Definisi Film

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

film adalah selaput tipis yang dibuat dari bahan tipis

berbentuk seluloid untuk tempat menyimpan gambar

negatif dan positif dari sebuah objek (yang akan

dimainkan di bioskop).29 Dalam mendefinisikan film,

Oey Hong Lee menyebutkan, film sebagai alat

29 Situs KBBI.or.id

Page 56: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

42

komunikasi massa kedua yang muncul di dunia

setelah cetak.30

Film secara fisik berbentuk pita seluloid, namun

secara makna film merupakan rangkaian gambar yang

tersusun secara berurutan dan kemudian

menimbulkan sebuah ilusi gerak dengan perpaduan

suara atau sound effect. Film dibuat melalui proses

rekaman menggunakan kamera, dengan objek berupa

orang atau benda, yang kemudian disusun sehingga

memiliki alur dan cerita yang dapat menggugah rasa

bagi siapapun yang menontonnya. Film merupakan

teknologi hiburan massa dan untuk menyebarluaskan

informasi dan berbagai pesan dan skala luas di

samping pers, radio, dan televisi.31

Film adalah media komunikasi yang paling

efektif untuk menyampaikan suatu pesan sosial

maupun moral kepada khalayak banyak dengan

tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu yang

tentunya bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan

didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni

tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk

dijadikan sebuah cerita.Film juga merupakan ekspresi

atau pernyataan dari sebuah kebudayaan. Ia juga

mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang

30 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009) h. 126 31Sean McBridge, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa

Depan: Aneka Suara Satu Dimensi (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), h. 20.

Page 57: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

43

kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam

masyarakat.32

Film adalah bentuk seni kerjasama dimana

sejumlah orang, dengan bidang keahlian yang

berbeda, melakukan peran-peran yang penting.

Disana terdapat para aktor dan artis yang menjadi

pelaksana seni. Ada editor film, penulis lagu dan

musik latar, operator kamera, penanggung jawab

kostum, ahli tata lampu, dan sejumlah orang yang

dapat digolongkan sebagi artis pendukung produksi.

Ada juga seorang produser yang mengelola keuangan

dan penulis (atau beberapa) yang membuat skenario

dalam penelitian, peran utama dimainkan oleh

sutradara yang bertanggung jawab atas jalannya

proses pembuatan.

Tujuan utama menonton film adalah ingin

memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film akan

terkandung fungsi informatif maupun edukatif,

bahkan persuasif. Karena terkadang, film diangkat

dari kisah nyata yang memiliki banyak hikmah untuk

diambil. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman

nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai

media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai

32 Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, (Jakarta:

Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992), h. 6.

Page 58: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

44

media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam

rangka pembangunan karakter dan bangsa.33

Film memiliki realitas dalam bentuk imajinasi

ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Dalam

perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha

menampilkan “Citra Bergerak” (Moving Images).

Namun telah diikuti oleh muatan-muatan kepentingan

tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi

manusia, atau gaya hidup. Jadi, menurut peneliti

bahwa film adalah cerita atau gambaran kehidupan

nyata sehari-hari yang digambarkan melalui media

elektronik baik audio maupun visual untuk

disampaikan dan disajikan kepada khalayak banyak

agar dapat dinikmati dan tersampaikan makna yang

hendak ingin diungkapkan oleh pembuat film.

2. Unsur-Unsur Film

Unsur pembentuk film dapat dibagi menjadi

dua, unsur naratif dan unsur sinematik. Dalam

pembentukan film, kedua unsur ini saling berkaitan.

Unsur naratif merupakan materi atau bahan cerita

yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik

merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mengolah

materi cerita atau teknis pembentuk film. Unsur

sinematik ini terbagi menjadi empat elemen pokok,

33Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 136.

Page 59: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

45

yaitu mise-en-scene, sinematografi, editing dan

suara.34

1. Unsur Naratif

Dalam pembentukan film, unsur naratif

merupakan unsur dasar yangharus

dibutuhkan.Unsur naratif berhubungan dengan

aspek cerita atau tema film.Di dalam cerita pasti

memiliki elemen-elemen seperti tokoh,

masalah, konflik, lokasi, waktu ataupun lainnya.

Elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain

untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang

memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan

perisitiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan

yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat).

2. Unsur Sinematik

Unsur ini merupakan unsur pembentuk

film yang menentukan bagaimana materi akan

diolah menjadi sebuah cerita. Dengan kata lain,

unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis

produksi dalam membuat sebuah film. Aspek

teknis dalam produksi memiliki empat elemen

pokok, pertama Mise-en-scene, elemen ini

memuat segala hal yang berada di depan

kamera, seperti latar (setting), tata cahaya,

kostum, make up, serta pergerakan pemain.

34Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka,

2008). h. 1-2.

Page 60: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

46

Elemen kedua adalah sinematografi, elemen ini

merupakan bagaimana perlakuan terhadap

kamera dan filmnya serta hubungan kamera

dengan obyek yang di ambil. Ketiga adalah

editing, elemen ini adalah transisi sebuah

gambar ke gambar lainnya.Dan elemen yang

terakhir adalah suara, elemen ini memuat segala

hal dalam film yang mampu kita tangkap

dengan indera pendengaran kita.Sama seperti

halnya dengan unsur naratif, seluruh elemen

pokok dalam unsur sinematik ini saling

berkaitan untuk membentuk unsur sinematik

secara keseluruhan.

3. Jenis dan Klasifikasi Film

Jenis-jenis film dibedakan menurut sifatnya, yaitu

sebagai berikut:

a. Film Cerita

Film cerita adalah film yang menyajikan

kepada publik sebuah cerita, sebagai cerita

harus mengandung unsur-unsur yang dapat

menyentuh rasa manusia. Cerita dalam film ini

diambil dari kisah-kisah sejarah, cerita nyata

dari kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang

diolah untuk menjadi film.35 Film cerita

diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide,

35Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi

(Bandung : Cipta Aditya Bakti, 2007), h. 211.

Page 61: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

47

dengan pertolongan gambar-gambar, gerak dan

dikemas yang memugkinkan pembuat film

melahirkan realitas rekaan yang merupakan

suatu alternatif dari realitas nyata bagi

penikmatnya. Ide atau pesan cerita mengunakan

pendekatan yang bersifat membujuk.Oleh

karena itu film cerita dapat dipandang sebagai

wahana penyebaran nilai-nilai.

b. Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta,

peristiwa yang benar-benar terjadi. Kamera

sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya

berita, film ini disajikan kepada publik harus

bernilai berita (newsvalue), film berita menitik

beratkan pada segi pemberitaan kejadian aktual,

misalnya dokumentasi peristiwa perang, dan

dokumentasi upacara kenegaraan.36

c. Film Dokumenter

Istilah dokumentari awalnya digunakan

oleh seorang (sutradara director) Inggris Jhon

Grierson. Film dokumenter didefenisiskan oleh

Grierson sebagai karya ciptaan mengenai

kanyataan. Titik berat dalam film dokumenter

adalah fakta atau peristiwa yang terjadi.

Raymond Spottiswoode dalam bukunya A

36Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta : PT Grasindo, 1996),

h. 13

Page 62: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

48

Grammar of the Film menyatakan “Film

dokumenter dilihat dari segi subjek dan

pendekatannya adalah penyajian hubungan

manusia yang didramatis dengan kehidupan

kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial,

maupun politik.Dan dilihat dari segi teknik

merupakan bentuk yang kurang penting

dibandingkan dengan isinya.37

Film dokumenter, selain mengandung

fakta, juga mengandung subjektivitas pembuat.

Subjektivitas diartikan sebagai sikap atau opini

terhadap peristiwa. Jadi, ketika faktor manusia

berperan, persepsi tentang kenyataan akan

sangat bergantung pada manusia pembuat film

documenter itu. Dengan kata lain, film

dokumenter bukan cerminan pasif dari

kenyataan, melainkan ada proses penafsiran

atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat

film dokumenter.38 Ada banyak tipe, kategori,

dan bentuk penuturan dalam dokumenter.

Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan;

yang membedakan adalah spesifikasinya.

37Effendy, Ilmu Teori, h. 212-214. 38Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta : PT Grasindo, 1996)

h. 14.

Page 63: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

49

Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan

bentuk bertutur itu antara lain:39

1. Laporan Perjalanan

Umumnya setiap perjalanan

ekspedisi dibuat dokumentasinya, baik

berupa film maupun foto.Sekarang ini,

tipe laporan perjalanan memiliki variasi

yang tidak selalu berupa rekaman

perjalanan petualangan tetapi juga

perjalanan seseorang ke berbagai negara

yang dianggap memiliki panorama dan

budaya unik.

2. Sejarah

Umumnya dokumenter sejarah

berdurasi panjang.Dengan adanya siaran

televisi, dokumenter sejarah dapat

direpresentasikan secara utuh, mengingat

lewat tayangan televisi dokumenter

tersebut dapat ditayangkan secara

terperinci tanpa terikat oleh waktu

sebagaimana film.

3. Biografi

Isi film jenis ini merupakan

representasi kisah pengalaman hidup

seorang tokoh terkenal ataupun anggota

39Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi,

(Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008), h.41-53.

Page 64: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

50

masyarakat biasanya yang riwayat

hidupnya diangap hebat,menarik, unik,

atau menyedihkan. Bentuk potret pada

umunya berkaitan dengan aspek human

interest, sementara isi tuturan bisa

merupakan kritik, penghormatan, atau

simpati.

4. Kontradiksi

Dari sisi bentuk maupun isi, tipe

kontradiksi memiliki kemiripan dengan

tipe perbandingan.Hanya saja tipe

kontradiksi cenderung lebih kritis dan

radikal dalam mengupas permasalahan.

Perbedaan jelas anatara perbandingan dan

kontradiksi adalah: tipe perbandingan

hanya memebrikan alternative saja,

sedangkan tipe kontradiksi lebih

menekankan pada visi dan solusi

mengenai proses menuju suatu inovasi.

5. Ilmu Pengetahuan

Dokumenter tipe ilmu pengetahuan

terbagi dalam dua bentuk kemasan,

dengan tujuan publik berbeda.Bila

ditunjukan untuk publik khusus bisa

disebut film edukasi, sedangkan jika

ditunjukan untuk publik umum dan luas

disebut film instruksional.

Page 65: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

51

6. Rekonstruksi

Pada umunya, dokumenter bentuk

ini dapat ditemui pada dokumenter

investigasi dan sejarah, termasuk pula

pada film etnografi dan antropologi

visual.Dalam tipe ini, pecahan- pecahan

atau bagian–bagian peristiwa masa

lampau maupun masa kini disusun atau

direkontruksi berdasarkan fakta sejarah.

7. Investigasi

Dokumenter invetigasi mencoba

mengungkap misteri sebuah peristiwa

yang belum atau tidak pernah terungkap

jelas. Yang dipilih biasanya berupa

peristiwa besar yang pernah menjadi

berita hangan dalam media massa. Tipe

ini disebut pula investigative journalism,

karena metode kerjanya dianggap

berkaitan erat dengan jurnalistik, karena

itu ada pula yang menyebutnya

dokumenter jurnalistik.

8. Buku Harian

Dokumenter jenis ini disebut juga

diary film. Dari namanya, buku harian

jelas bahwa bentuk penuturannya sama

seperti catatan pengalaman hidup sehari-

hari dalam buku harian pribadi. Karena

Page 66: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

52

buku harian bersifat pribadi, tak

mengherankan bila terlihat pula penuturan

dokumenter sangat subjektif, karena

berkaitan dengan visi atau pandangan

seseorang terhadap komunitas atau

lingkungan tempat dia berada.

9. Dokudrama

Jenis dokumenter ini merupakan

bentuk dan gaya bertutur yang memiliki

motivasi komersial. Karena itu subjek

yang berperan di sini adalah artis

film.Cerita yang disampaikan merupakan

rekonstruksi suatu peristiwa atau potret

mengenai sosok sesorang, apakah seorang

tokoh atau masyarakat awam.

F. Film Sebagai Media Penyampai Nilai

Cerita yang disuguhkan di dalam layar tidak hanya

berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari yang tumbuh

dan berkembang dalam masyarakat, tetapi juga bisa berasal

dari imajinasi para pembuat cerita.40 Tak hanya itu, dimensi

waktu dalam film pun tidak terbatas, cerita yang

disampaikan bisa berasal dari kisah masa lalu, masa

sekarang atau gambaran mengenai masa depan.

Film juga dapat menyatukan spektrum kepekaan

manusia, mulai dari yang paling lembut, kejam hingga

40Budi Irawanto, Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer dalam

Sinema Indonesia, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h.13

Page 67: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

53

memuakkan. Selain itu, film yang baik senantiasa dapat

menimbulkan ilusi kejadian filemis yang berlangsung

dalam batas waktu lebih lama dari waktu menonton film

tersebut.Bahwa dalam kejadian itu ada permulaan,

pengembangan dan akhir, serta mempunyai jangka waktu

tertentu.41

Sebagai media komunikasi, film digunakan sebagai

bentuk penyampaian pesan moral maupun kritik sosial

melalui visualisasi gambar ataupun cerita yang dinarasikan

narator. Cerita yang dibuat pun bisa berdasarkan pada masa

lalu, kejadian pada masa sekarang atau pun penggambaran

masa depan, dengan kata lain film digunakan sebagai media

yang merefleksikan realitas atau bahkan membentuk sebuah

realitas.

Sebagai media komunikasi massa yang bersifat audio-

visual, film memiliki kekuatan dan kemampuan yang

mampu menjangkau banyak segmen sosial, yang mana

menjadikan film sebagai alat komunikasi yang lebih

berpotensi untuk memengaruhi khalayaknya dibandingkan

dengan media massa lainnya.42 Karakteristik film sebagai

media massa juga mampu membentuk semacam

kesepakatan publik secara visual, hal ini dikarenakan film

selalu bertautan dengan nilai-nilai yang hidup dalam

41D.A, Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.

5. 42 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 127

Page 68: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

54

masyarakat dan selera publik, dengan kata lain film

merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakat.43

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak

segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki

potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan

dimasyarakat dengan muatan pesan di dalamnya.Hal ini

didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari

realitas di masyarakat.Film selalu merekam realitas yang

tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan

kemudian memproyeksikanya ke dalam layar.44

Film bisa dimanfaatkan secara positif guna memenuhi

kebutuhan ril manusia. Salah satu pemanfaatannya adalah

film sebagai media informasi yang di dalamnya terdapat

pesan nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat dan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Film secara teoritis

merupakan alat komunikasi yang paling dinamis, apa yang

terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih

lebih cepat dan mudah masuk akal dari pada apa yang

hanya dibaca. Film sebagai media massa, dapat dimainkan

peran dirinya sebagai saluran menarik untuk

menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk

manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan atau pesan

moral.45

43Budi Irawanto, Budi Irawanto, Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni

Militer dalam Sinema Indonesia, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h.13 44Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2009), h. 15 45Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 95.

Page 69: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

55

Dengan demikian film bisa menjadikan alternatif

sebagai media yang dapat menyampaikan nilai-nilai sesuai

dengan kehidupan masyarakat.Selain sebagai media

hiburan, film juga untuk penerangan dan pendidikan.

Dalam ceramah-ceramah penerangan dan pendidikan kini

banyak digunakan film sebagai alat pembatu untuk

memberikan penjelasan.46 Dengan film, kita dapat

memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas

tertentu, realitas yang sudah terseleksi. Dan pada gilirannya

akan membentuk sikap dan prilaku khalayak yang

menyaksikan.

Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi

Komunikasi, menyatakan bahwa fungsi utama komunikasi

massa adalah salah satunya sebagai Social Learning yaitu

media massa bertugas memberikan pendidikan sosial atau

pencerahan-pencerahan kepada seluruh masyarakat.Hal ini

selaras juga dengan teori belajar sosial yang dikeluarkan

oleh Badura menurutnya “kita belajar bukan saja dari

pengalaman langsung, tetapi dari peniruan dan

peneladanaan (modeling)”.

Dalam teori ini ada empat tahap proses belajar sosial :

proses perhatian, proses pengingatan, proses reproduksi

motoris, dan proses motivational.47 Misalnya ketika

menonton film, orang akan melihat tindakkan tokoh atau

46Effendy,IlmuTeori,h.211 47Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi (Bandung :

Remaja Rosda Karya , 2005), h. 240.

Page 70: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

56

adegan pemain, melalui pengamatan penonton film diberi

rangsangan. Dan tahap berikutnya hasil pengamatan

disimpan dalam pikiran penonton dan akan kembali lagi

ketika seseorang melakukan tindakan sama seperti apa yang

pernah mereka amati. Setelah itu sampailah pada, proses

reproduksi motoris, yakni menghadirkan kembali prilaku

dan tindakan dalam kehidupan sesuai dengan apa yang

pernah diamatinya, namun proses motivasi juga

mempengaruhi kondisi personal manusia.48

Dengan mengunakan metode belajar sosial ini,

penyampaian pesan moral atau dakwah yang dilakukan oleh

film akan lebih efektif. Karena film mempunyai kelebihan

bermain pada sisi emosional, ia mempunyai pengaruh yang

lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda

dengan buku yang memerlukan daya pikir aktif dan

penonton bersifat pasif. Hal ini tentuya dikarenakan sajian

film adalah sajian yang siap dinikmati.

48Asep S. Muhtadi, dkk, Dakwah Kontemporer, h. 97

Page 71: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

57

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Tentang Jakarta Undercover

Gambar 3.1

Film 'Moammar Emka’s Jakarta Undercover' adalah

sebuah film dari adaptasi novel karya Moammar Emka

yang bercerita tentang seorang jurnalis dari pedesaan yang

menemukan lika-liku 'dunia malam' sebagai wajah Jakarta.

Semenjak Moammar Emka mengeluarkan buku Jakarta

Undercover di tahun 2003, seolah membuka wajah Jakarta

dari sudut yang mungkin masih banyak orang belum tahu.

Buku Jakarta Undercover merupakan kumpulan artikel

yang ditulis Moammar Emka tentang kehidupan malam di

Jakarta. Artikel-artikel tersebut sebagian termuat di Majalah

Popular di akhir 90an. Pada masanya, buku ini menjadi

Page 72: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

58

fenomena karena cerita tentang gaya hidup dan seks masih

tabu dibicarakan.

Sebelumnya, film Jakarta Undercover sudah pernah

dirilis pada tahun 2006 yang diperankan oleh Luna Maya,

Lukman Sardi, Fachry Albar, Christian Sugiono, Verdi

Solaiman dan sederet aktor lainnya. Jika film pertama

Jakarta Undercover disutradarai oleh Lance dengan penulis

naskah Joko Anwar, sekarang kedua posisi itu digantikan

Fajar Nugros dan Piu Syarif. Para pemainnya juga berbeda

dari film terdahulu. Film kali ini layaknya biopik mengenai

latar belakang terciptanya buku-buku Jakarta Undercover

yang ditulisnya. Benang merahnya masih tentang

kehidupan malam yang diwakili tokoh Pras yang

diperankan Oka Antara.

“Sudah lebih dari 12 tahun buku Jakarta

Undercover 1: Sex 'n The City hadir untuk memotret

kehidupan kota Jakarta, terutama dari sisi perilaku

dan gaya hidup "miring"-nya. Buku tersebut telah

dicetak lebih dari 65 kali dan terjual ratusan ribu

kopi di pasaran dan diterjemahkan dalam bahasa

Inggris dan Belanda dengan rata-rata cetak ulang

tiga sampai lima kali dalam enam bulan. Tahun 2005

Emka merilis Jakarta Undercover 2: Karnaval

Malam, diikuti dengan sekuel ketiganya Jakarta

Undercover 3: Forbidden City tahun 2007. Kedua

buku ini mengalami cetak ulang puluhan kali dan

mendapat respons positif.

Beberapa alasan inilah yang menginspirasi

Emka untuk meneruskan Jakarta Undercover ke

dalam sebuah film dengan judul Moammar Emka's

Jakarta Undercover. Pencantuman nama Emka

dalam judul film untuk menegaskan identitas dan

orisinalitas. Dari sisi cerita, drama kehidupan yang

Page 73: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

59

kental dengan gaya hidup malam Jakarta dan konflik

para pelaku. Cinta segitiga, persahabatan, keluarga,

pencitraan pejabat korup, dan gaya hidup

kemunafikan. Film Moammar Emka's Jakarta

Undercover diproduksi oleh Grafent Pictures bekerja

sama Demi Istri Productions”.1

Film ini menampilkan paradoks antara pesta harian

masyarakat kelas atas dengan suasana rumah susun yang

sempit. Selain itu, terdapat beberapa adegan dewasa dalam

film Jakarta Undercover. Karena tema bukunya

mengangkat hal tersebut. Jakarta Undercover

memperlihatkan sudut pandang dari orang-orang yang

terlibat di dunia hiburan malam, seperti pelacur, mucikari,

dan bandar narkoba. Filmnya mewakili potret kehidupan di

Jakarta yang tidak pernah terlihat sebelumnya.

“Kenapa sex? Karena itu adalah subjek yang

tabu untuk dibicarakan dan saat itu tidak banyak

buku yang menyinggung subjek ini. Jika nanti bukuku

digunakan sebagai panduan sex, itu terserah

pembaca. Aku berusaha menyamarkan semua nama

dan tempat. Disamping itu, tujuan buku itu adalah

untuk menjelajah isu industri sex bukan

mempromosikannya. Tidak ada bab dalam buku yang

berisi adegan sex, dan siapapun yang membaca

bukunya akan tahu itu”.2

Buku Jakarta Undercover Sex 'n the city sendiri tak

kurang menawarkan 24 tulisan yang membahas dunia

seksualitas Jakarta yang sangat bebas dan berani.

Sedangkan Jakarta Undercover Karnaval Malam

menyuguhkan 24 pula cerita yang tak kalah mengejutkan

1 Moammar Emka, Jakarta Undercover 4in1, (Gagas Media: Jakarta, 2016)h.18

2 Moammar Emka, jakarta Undercover 2, Electronic Edition published

2011, (Monsoon Books: Singapore 2007)h. 1-4

Page 74: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

60

pembaca tentang Ibu Kota Negara ini. Pun dengan Jakarta

Undercover Forbidden City yang menyuguhkan liputan

investigasi penulis tentang Sexual Lifestyle dan

Entertainment orang-orang Ibu Kota.

“Aku mengibaratkan realitas kehidupan malam

Jakarta dalam satu kalimat: di depan mata ada panti

pijat plus, di samping kiri ada sauna plus, di samping

kanan ada karaoke plus dan di belakang ada salon

plus. Inilah potret tentang realitas kehidupan yang

ada dan terjadi di sekitar kita”.3

B. Sinopsis Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover

Dalam film Jakarta Undercover versi Fajar Nugros,

diceritakan Pras (Oka Antara) adalah seorang wartawan

sebuah majalah ibukota yang berasal dari kampung di Jawa.

Dengan hanya berbekal cita-cita dan idealisme, ia datang

ingin mencoba mencicipi bagaimana rasanya menaklukkan

kota Jakarta yang katanya keras dan kejam itu. Dengan

penuh dedikasi pula ia datang ke Jakarta menjadi wartawan

untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Pejabat

demi pejabat sudah sering ia temui untuk dimintai

keterangan. Namun, dalam menjalani pekerjaannya itu, ia

kemudian jenuh karena selalu dituntut menulis artikel-

artikel pencitraan pejabat negara. Ia merasa ragu tentang

dirinya lagi; ia merasa hanya seperti pegawai yang diperalat

oleh penguasa media tempatnya bekerja, atau dalam bahasa

film ini, "merasa tidak signifikan".

3 Moammar Emka, Jakarta Undercover 4in1. (Gagas Media: Jakarta,

2016) h. 15

Page 75: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

61

Di Jakarta, dengan logat dan sikap kedaerahannya

yang masih melekat, Pras tak segan menolong orang-orang

yang ia temui. Di tengah kejaran deadline, suatu kali Pras

tanpa sengaja menolong penari malam bernama Awink

(Ganindra Bimo). Perjumpaan dengan pria tersebut

membawa Pras masuk ke dunia "bawah" Jakarta. Pras

menggagas ide investigasi tentang kehidupan malam

Jakarta. Itu bermula ketika suatu hari, tanpa sengaja, ia

menolong Yoga (Baim Wong) yang babak belur dihajar

preman. Pras membawanya ke rumah sakit. Ia pun

berkenalan dan menjalin persahabatan dengan Yoga,

seorang 'party planner' yang disegani di seantero kota.

Berada di pusaran baru dan mencengangkan, insting

Pras sebagai jurnalis tergelitik. Pikirnya, kisah di sudut lain

Jakarta itu bisa membuat hidupnya lebih bermakna dari

sekadar menghasilkan tulisan "pesanan". Namun, yang

paling berkesan bagi Pras adalah saat ia tak sengaja

bertemu dengan Laura (Tiara Eve), seorang model

merangkap PSK kelas atas. Mereka bertemu di sebuah

family mart. Mereka seperti dua orang asing gagal yang

ditakdirkan bertemu, gagal mewujudkan cita-citanya, gagal

merenungi arti hidup sebenarnya. Dalam kecanggungan

dari balik kaca supermarket mereka terlihat saling bercerita,

ketika Pras kemudian bertanya kepada Laura tentang "apa

yang membuatmu signifikan?" Lalu, Laura menjawab,

bahwa yang membuatnya signifikan adalah ketika ia bisa

melihat keluarganya cukup dan bahagia, itu saja.

Page 76: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

62

Pertemanan dengan Yoga dan Awink berikut

hubungannya dengan Laura yang malu-malu mau, membuat

Pras melihat sisi liar Ibu Kota. Termasuk, narkoba dan

prostitusi kelas atas. Pras kemudian penasaran pada sebuah

nama, Mama-san (Agus Kuncoro). Ia mencoba melacak

keberadaan Mama-san dengan mengorek keterangan dari

prostitusi bernama Sasha (Nikita Mirzani).

Kemudian melalui pertemuan-pertemuan sederhana

selajutnya, masih di family mart, Pras dan Laura semakin

dekat dan nyaman satu sama lain. Mereka juga tak malu

menjadi diri sendiri, dan akhirnya pun menemukan sinyal-

sinyal cinta. Sayang, kehidupan Laura tak sederhana seperti

yang Pras kira. Di sisi lain, kehidupan Pras sendiri juga

mulai pelan-pelan berubah, menyangkut idealisme yang

dulu ia junjung untuk selalu ia perjuangkan, kini menjadi

pertaruhan, termasuk teman-teman baru yang ia kenal, juga

akan terkena imbasnya..

C. Tokoh Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover

Oka Antara sebagai Pras

Gambar 3.2

Page 77: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

63

Oka Antara mengawali kariernya di perfilman

Indonesia pada tahun 2006 melalui film Gue Kapok Jatuh

Cinta. Ia semakin dikenal luas setelah bermain dalam film

sukses Ayat-Ayat CInta arahan Hanung Bramantyo. Oka

sendiri sebelumnya pernah disiapkan sebagai tokoh utama

film tersebut sebelum kemudian diberikan kepada Fedi

Nuril. Oka sempat bermain dalam film drama Hari Untuk

Amanda dimana ia mendapat beberapa nominasi dan

sebuah penghargaan untuk perannya.

Oka memerankan Pras, seorang pria yang merantau

ke Jakarta untuk menjadi jurnalis. Kala itu, kondisi politik

di tahun 2000-an sedang tawar, sehingga dia tidak bisa

menulis sesuatu yang bersifat revolusioner. Hingga

akhirnya, Pras menemukan sesuatu yang akan menjadi

bahan tulisannya. Pesta, drugs, dan prostitusi, tiga elemen

penting di balik gemerlapnya dunia malam kota Jakarta.

Tiara Eve sebagai Laura

Tiara memulai kariernya di dunia musik sejak remaja,

sebagai seorang Disc Jockey (DJ).Kini selama berkarier di

dunia DJ, Tiara berhasil meraih Best DJ Female of The

Year dari Paranoia Award dan Ravelex. Saat ini, tak hanya

dunia DJ saja yang digeluti oleh Tiara, namun mulai

merambah ke bidang lain seperti bermain film, dan

membuat lagu bersama musisi Glenn Fredly. Tiara

memerankan Laura, seorang model sekaligus pelacur.

Sebenarnya, Laura tidak ingin menjual dirinya. Namun, apa

daya, dia harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Page 78: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

64

Ganindra Bimo sebagai Awink

Gambar 3.3

Ganindra Bimo (lahir 29 Maret 1988; umur 31 tahun)

adalah seorang aktor dan presenter berkebangsaan

Indonesia. Selain sebagai aktor, ia juga merupakan salah

satu presenter Entertainment News di NET. Bimo

mengawali kariernya sebagai finalis MTV VJ Hunt pada

tahun 2008 mewakili kota Bandung, namun ia gagal

menjuarai kontes yang dimenangi oleh Rizky Kinos

tersebut. Bimo memerankan Awink, seorang penari

striptease di kehidupan malam Jakarta. Sosoknya

menyenangkan, sederhana, dan setia kawan.

Baim Wong sebagai Yoga

Gambar 3.4

Page 79: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

65

Baim pertama kali berkarier tahun 2001 sebagai

pemain sinetron. Namun saat itu Baim tidak begitu serius

menjalaninya. Baim memutuskan serius di dunia sinetron

tahun 2005. Pertama kali berperan dalam sinetron Cinta

Hilang Cinta Kembali. Setelah itu ia banyak berperan

dalam sinetron. Film perdananya adalah Dilema pada tahun

2012, dan lewat film debutnya itu ia langsung diganjar

penghargaan Aktor Pendatang Baru Terfavorit di

Indonesian Movie Awards 2012. Sejak itu tawaran bermain

film mulai berdatangan pada Baim Wong. Di Jakarta

Undercover, Baim memerankan Yoga, pria yang tak

memiliki hubungan sosial. Hidupnya pun berubah ketika

dia bertemu Laura. Yoga jatuh cinta pada Laura dan ingin

membebaskan Laura dari pekerjaan yang menyiksa

hidupnya.

Lukman Sardi sebagai Jarwo

Gambar 3.5

Lukman memerankan Jarwo, teman Pras yang

berprofesi sebagai jurnalis yang idealis sekaligus sosok

Page 80: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

66

atasan yang dikagumi Pras.Jarwo, jurnalis yang

idealismenya luntur karena bersikap realistis.4

D. Profil Moammar Emka

Gambar 3.6

“Moammar Emka lahir di desa Jetak, Montong,

Tuban, Jawa Timur, 13 Februari 1974. Pernah

bekerja sebagai wartawan di sejumlah media cetak,

seperti Prospek dan Popular. Selama rentang waktu

lima tahun, dia telah merilis lebih dari 13 buku, baik

fiksi maupun non-fiksi. Karya-karyanya adalah

Jakarta Undercover 4in1, Red Diary, Ade Ape

Dengan Mak Erot, Beib...Aku Sakau, 365 Hari 3

Cinta 2 Selingkuhan, Siti Madonna, 132 KM SMS

Cinta Abisss, SMS Lovaholic, Tentang Dia, Gue

Kapok Jatuh Cinta, In Bed With Models, dan Kamus

Gaul Hare Gene!!! Buku pertamanya, Jakarta

Undercover (sex 'n the city) edisi bahasa Inggris yang

diterbitkan Moonson Book Singapura telah beredar

di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina”.5

Moammar Emka telah menulis puluhan buku. Namun

buku tulisannya yang paling laris dan mengangkat namanya

adalah Jakarta Undercover. Buku ini menceritakan sisi

4 Kumparan.com artikel “Mengenal Lebih Dalam Para Pemain Jakarta Undercover” 5 Sampul belakang buku Jakarta Undercover 3 :Forbidden City

Page 81: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

67

gelap hiburan seks 'liar' yang ada di kota Jakarta. Buku ini

juga mengalami cetak ulang sebanyak 55 kali dari 2003-

2010. Selain itu juga dilakukan gubahan dalam bentuk

bahasa Inggris dan Belanda yang dipasarkan di kota-kota

besar Asia, dan Eropa, Buku tersebut juga telah mengalami

cetak ulang beberapa kali. Karya itu kemudian diangkat ke

dalam cerita film layar lebar berjudul Jakarta Undercover,

dengan dibintangi Luna Maya, Fachry Albar, Lukman

Sardi, Christian Sugiono, dan Fauzi Baadila yang

diproduksi dan beredar 2006.

Emka menulis buku-bukunya dengan investigasi

secara mendalam selama bertahun-tahun. Berbagai metode

pun dia gunakan untuk mendapatkan informasi seperti

pendekatan personal, clubbing, nongkrong bareng, curhat,

sampai wawancara. Menuliskan cerita mengenai gemerlap

dunia malam Jakarta bukanlah hal mudah bagi Moammar

Emka yang notabene lulusan pesantren di Jombang.

Buku tulisan Emka kebanyakan mengupas sisi

seksualitas yang terjadi di masyarakat, seperti Siti

Madonna, Jakarta Undercover 2 (Karnaval Malam),

Jakarta Undercover 3 (Forbidden City), Ade Ape Dengan

Mak Erot?, 3 Cinta 2 Selingkuhan, dan In Bed with Models.

Buku In Bed with Models dirilis pertengahan 2006 dan

edisi revisinya dirlis akhir 2014, yang mengisahkan lika-

liku sisi gelap para selebriti Indonesia dalam mencari

'pendapatan tambahan' dengan 'menceburkan diri' dalam

transaksi seks kelas atas.

Page 82: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

68

Selain Menulis buku, Emka juga seorang pebisnis

penerbitan. Lini bisnisnya memiliki 16 perusahaan

penerbitan yang setiap bulan bisa menerbitkanrata-rata 300

judul buku. Hampir semua genre dimasuki oleh jaringan

bisnisnya. Target pembaca beragam dari anak-anak hingga

dewasa. Emka juga pernah tampil sebagai cameo di film

Koper garapan sutradara Richard Oh, Novel Tanpa Huruf R

dengan sutradara John de Rantau, Claudia Jasmine

sutradara Awi Suryadi dan tiga film: Cinta Brontosaurus,

Cinta Selamanya, Gangster yang disutradarai Fajar Nugros.

Saat ini, Emka juga aktif di televisi dengan menjadi

narasumber untuk acara-acara yang bertemakan selebritas

dan gaya hidup.

“Dunia jurnalislah yang membuka mataku. Dan

harus kuakui bahwa aku tergoda untuk tahu lebih jauh.

Hasilnya adalah bukuku, kuharap bisa membantu

siapapun yang membacanya. Setidaknya untuk

membuka mata terhadap kenyataan industri seks dan

mendorong orang-orang muncul dengan solusi

membuat dunia kita menjadi lebih baik”.6

6 Moammar Emka, Jakarta Undercover 2, Electronic Edition published

2011, (Monsoon Books: Singapore 2007) h. 1-4

Page 83: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

69

BAB IV

TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

Peneliti menggunakan analisis narasi Tzvetan Todorov

untuk menganalisis seperti apa alur cerita film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover. Dalam model analisis narasi ini,

film terbagi menjadi tiga bagian, yakni:alur awal, alur

tengah, dan alur akhir, yang semuanya saling berhubungan

dan saling melengkapi. Penelitian ini memilih untuk berfokus

hanya pada level individu, yakni dengan mengidentifikasi

bagaimana wartawan investigasi membangun,

mengembangkan dan memelihara prinsipnya dalam film.

Berdasarkan hasil pengamatan dari tayangan film

terkait dengan idealisme wartawan, terlihat bahwa alur dapat

memengaruhi ideologi seseorang. Terlihat juga bahwa

pemberitaan investigasi yang dirilis suatu media memberikan

dampak sosial. Berita Jakarta Undercover dilakukan untuk

menguak aktivitas amoral di Jakarta.

Berita Jakarta Undercover yang ditulis oleh Pras

menyita perhatian publik.Sebab pemberitaan Jakarta

Undercover merupakan pemberitaan yang sensitif yang dapat

mengancam kebebasan pelaku dunia malam.Film ini

termasuk film drama yang fokus pada aspek-aspek human

interest agar penonton dapat merasakan setiap kejadian

dalam adegan film Moammar Emka’s Jakarta Undercover.

Dari ketiga alur tersebut ditemukan enam elemen

idealisme wartawandisertai dua pasal pelanggaran kode etik.

Page 84: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

70

Setelah beberapa data terkumpulkan, peneliti melakukan

analisis mengenai konfirmasi temuan penelitian dengan teori

yang digunakan. Berdasarkan temuan data dan analisis yang

dihasilkan, maka ditemukan hasil seperti berikut:

A. Analisis Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover

1. Analisis Alur Awal

Alur awal adalah bagian pendahuluan dari

sebuah film yangmengantarkan penonton untuk

mengikuti alur-alur berikutnya. Todorov berpendapat

bahwa umumnya naratif diawali dengan adanya

situasi normal, tertib dan seimbang yang ia sebut

ekuilibrium (keseimbangan).1

Pada alur ini berisi latar belakang kehidupan

masing-masing tokoh dan perkenalan karakter. Di

dalam narasi terdapat karakter, yakni orang atau

tokoh yang mempunyai sifat dan perilaku tertentu.2

Kesimbangan pada film ini bukanlah kehidupan

normal yang bahagia. Para tokoh dihadapkan dengan

permasalahan hidup masing-masing. Dari

permasalahan hidup inilah penonton dituntun untuk

1 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2013)

hal. 47 2 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam

Analisis Teks Berita Media, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2013)

hal. 65

Page 85: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

71

memaklumi motivasi para pelaku sehingga terjerumus

dalam kehidupan malam.

Layar film ini dibuka ini dibuka dengan

seseorang yang mencitrakan dirinya sebagai sosok

yang nasionalis, baik, dan berbudi pekerti luhur

dalam sebuah sesi wawancara. Dia adalah Tyo

Pakusadewo yang memerankan tokoh pejabat publik

tanpa nama. Sang pejabat menyanggah dugaan

korupsi pada dirinya.Ia menganggap bahwa semua

yang ia lakukan adalah untuk kesejahteraan rakyat.

Diawal frame ditampilkan kondisi rumah susun

(rusun) di kota Jakarta dengan latar tahun 2016.

Digambarkan suasana rusun yang sempit dengan

tingkat ekonomi yang rendah. Ada satu tokoh yang

sedang tertidur di unitnya. Tokoh tersebut adalah

Pras, seorang wartawan yang sedang mengerjakan

transkrip wawancara. Ia terbangun karena ditelefon

oleh ibunya yang ingin mengetahui kabar anaknya.

Hal ini sesuai dengan kebiasaan Emka yang sampai

sekarang masih sering dihubungi ibunya setiap jam

tujuh malam.

Adegan beralih ke ruang redaktur. Dimana

Djarwo sedang menunggu hasil tulisan Pras yang

selalu melebihi deadline. Pras datang dari Jawa Timur

ke Jakarta untuk menjadi wartawan karena kagum

dengan tulisan-tulisan Djarwo (Lukman Sardi). Pras

pun diakui oleh Djarwo memiliki kemampuan seni

Page 86: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

72

menulis dan instingnya sebagai jurnalis memang

hebat. Namun Pras merasa jenuh dengan

kewajibannya menulis berita pencitraan yang

menurutnya tidak signifikan.

Tabel 4.1

Adegan pertama alur awal

Visualisasi

Durasi Menit 0:05:30

Dialog

Percakapan via telepon antara Jarwo dan Pras.

Djarwo: hallo, Pras?

Pras : mas, iya?

Djarwo: masih ingat kan cita-cita lu apa? Jadi ada cowok

nih, dari Jawa Timur datang ke meja redaksi

Page 87: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

73

bawa map cokelat terus dia bilang “saya mau

jadi…”

Pras : jadi wartawan.

Djarwo: nah, selamat ya Pras. Sekarang lu udah hidup di

cita-cita lu.

Pras : tapi mas…

Djarwo: tapi kenapa ya? Orang yang hidup di cita-

citanya masih telat ngirim tulisan.

Pras : ….

Djarwo: Pras? Pras? lu kemana sih?

Pras : mas ada sejarah yang lu lupa deh. Lu inget gak

dulu gua pernah cerita sama lu? Gimana gua

kuliah di Tuban dulu gua ngefans banget sama

wartawan yang menurut gua tulisannya keren.

Saking kerennya sampai bikin gua pengen

berangkat ke Jakarta dengan modal nekat.

Djarwo: iya terus lu nyamperin tuh wartawan, dan lu

bilang lu mau jadi seperti dia.

Pras : nah, itu lu masih ingat mas. Se-signifikan itu

pengaruh lu buat gua.

Djarwo: lu tau ga Pras, lu itu punya kemampuan seni

menulis. Insting jurnalis lu itu hebat. Majalah ini

membutuhkan elu Pras.

Pras : gua jenuh ngomong sendiri mas. Bantulah gua.

Djarwo: oke oke begini deh, nanti itu kita omongin lagi

ya. Sekarang please Pras gua butuh tulisan lu

dikirim sekarang ya.

Di perjalanan, Pras bertemu seorang waria yaitu

Awink. Secara tidak sengaja Pras yang tidak berniat

menolong Awink malah menjadi korban pemukulan

oleh preman-preman yang mengejar Awink. Disini

terlihat Awink hanya mementingkan keselamatan

pribadinya dengan kabur meninggalkan Pras yang

sedang dipukuli. Padahal Pras hanya korban yang

terjebak di lingkaran konflik kehidupan Awink.

Page 88: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

74

Laura adalah seorang model yang punya karir

lumayan di ibu kota. Tiba-tiba ia mendapat kabar

kalau bapaknya ditangkap polisi karena terjerat kasus

korupsi dan ibunya masuk rumah sakit. Dalam

keadaan depresi menghadapi masalah yang menimpa

keluarganya, Sasha mengenalkannya pada Mama-

San, seorang waria sosialita sekaligus mucikari.

Dengan iming-iming akan mendatangkan banyak

uang untuk mengatasi masalah keuangan keluarga

Laura.

Pada adegan ini dapat dilihat jika perekrutan

pekerja prostitusi tidak begitu rumit. Sebagai model,

Laura tentu mempunyai wajah yang cantik dan juga

penampilan yang menarik. Selanjutnya hanya perlu

seseorang yang mengenalkannya pada mucikari atau

biasa dipanggil mami. Seperti manajemen artis, mami

juga bekerja dengan sistem yang sama yaitu sebagai

perantara yang memasarkan artisnya pada klien. Ia

menyediakan jasa wanita penghibur yang dapat

digunakan dari sekedar ladies company hingga

menjurus kebutuhan seksual.

Laura yang telah resmi menjadi pekerja seks

komersial (PSK) berkenalan dengan Pras di sebuah

minimarket. Tanpa saling mengetahui latar belakang

keduanya semakin akrab, hingga tumbuh perasaan

saling menyayangi.

Page 89: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

75

Tabel 4.2

Adegan kedua alur awal

Visualisasi

Durasi

Menit 0:26:03

Dialog

Pras : thanks ya Ra udah nelpon.

Laura : ngapain make thanks sih.

Pras : ya thanks lah udah nyelametin gua dari

kemandekan pekerjaan.

Laura : kamu kerja apa?

Pras : kebetulan pekerjaan yang sudah gua idam-

idamkan dari dulu.

Laura : seneng pastinya yah.

Pras : yah Alhamdulillah meskipun sebenarnya…

Laura : kenapa sih?

Pras :enggak ah, bawaannya curhat melulu.

Laura : cerita dong, gua pengen denger.

Pras : oke, lu pernah ga sih Ra, berharap cita-cita lu

bermanfaat buat orang? Maksud gua gini, terus

terang gua ngiri bangetsama profesi-profesi

tertentu. Dokter gitu misalnya jelas

signifikansinya menyembuhkan orang. Gua tuh

pengen ngerasa di posisi seperti itu. Bermanfaat

secara langsung.

Laura : emang yang sekarang kurang bermanfaat?

Pras: bermanfaat sih tapi…

Laura : kalau versi gua sih, yang penting keluarga gua

udah cukup terpenuhi, itu udah cukup signifikan

buat gua. Tapi itu gua ya. Tapi kalau lu baik-baik

Page 90: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

76

aja, keluarga lu ga ada yg harus ditolong atau

dibantu ya lu harus kejar cita-cita lu Pras.

Karena merasa bersalah atas insiden yang

menimpa Pras karena dirinya, Awink menawarkan

bantuan untuk mambersihkan kamar Pras yang

berantakan dan mengajaknya minum-minum sebagai

permintaan maaf. Awalnya Pras mengacuhkan ajakan

Awink. Namun karena masih merasa jenuh dengan

tugas kewartawanannya, akhirnya ia menerima ajakan

tersebut. Ini dapat mengindikiasikan jika klub malam

memang jenis hiburan untuk menghilangkan penat

dan stress bagi orang-orang yang menjalankan

rutinitas di siang hari.

Adegan pengenalan karakter Yoga dimulai di

dalam ruang perkuliahan.Yoga berkelakar bahwa orde

baru itu bahaya karena melahirkan orang-orang

seperti mereka (Yoga dan dosen) pada para

mahasiswa. Maksud kedatangan Yoga untuk

memberikan penawaran pada jalur distribusi narkoba

milik dosen. Yoga adalah seorang bandar narkoba dan

bisnis illegal lainnya. Ia selalu ditemani oleh Ricky

sebagai mitra. Bisnis yang dijalankan oleh Yoga dan

Ricky ini adalah peninggalan orang tua mereka.

Adegan ini mensiratkan bahwa bisnis hitam ini sudah

mendarah daging di setiap golongan masyarakat.

Dosen/guru yang sejatinya memiliki tugas mulia

Page 91: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

77

membimbing generasi muda juga bisa memiliki sisi

lain sebagai perusak moral bangsa.

Pertemuan awal Pras dan Yoga terjadi di

diskotik tempat kerja Awink. Saat itu Yoga sedang

dipukuli oleh ajudan pemilik diskotik. Awalnya Pras

berpura-pura tidak melihat Yoga dan ingin segera

pergi. Namun Pras terciduk oleh supir taksi yang

kebetulan ada di dekat situ. Pras berdalih kalau ia

memang baru mau akan menolong Yoga yang terluka.

Setelah membawa Yoga ke rumah sakit, Pras

menolak untuk mengisi formulir lalu memberikan

handphone Yoga agar pihak rumah sakit dapat

menghubungi kerabat Yoga.

Disini individualitas Pras diperlihatkan dengan

sifat apatisnya. Ia melihat pemukulan itu tidak

berusaha memisahkan karena tidak ingin kembali

menjadi korban seperti saat menolong Awink. Dan ia

berpura-pura tidak melihat Yoga yang pingsan dan

tidak mengisi data personal di rumah sakit. Hal itu ia

lakukan karena tidak ingin direpotkan dan dipaksa

bertanggung jawab untuk orang yang tidak

dikenalnya. Interaksi Pras dengan supir taksi juga

menarik karena mensiratkan seseorang berusaha

berkelakuan baik karena merasa tidak enak dan tidak

ingin dianggap jahat oleh orang lain.

Setelahnya, atas bantuan Awink, Yoga berhasil

menemui penolongnya yaitu Pras. Dari sini

Page 92: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

78

dimulailah lembaran baru persahabatan Pras, Awink,

dan Yoga. Atau secara naïf dapat dibilang hanya

Awink dan Yoga yang menganggap begitu. Ketiga

sosok inilah (Pras, Yoga, dan Awink) yang membuka

konflik pada alur tengah. Dimana Pras sudah

diingatkan oleh Awink bahwa mereka harus menjaga

kepercayaan Yoga. Semua hal yang akan Pras dengar

dan saksikan harus terus dirahasiakan.

Namun prinsip idealismenya membuat Pras

melakukan investigasi dengan metode partisipatif.

Seperti yang dilakukan oleh Moammar emka untuk

mendapatkan bahan menulis keempat seri buku

Jakarta Undercover. Karena menurutnya dengan cara

ini, ia dapat menjalin kedekatan personal dengan

narasumber. Juga pendekatan penulisan yang

cenderung menjawab pertanyaan bagaimana (how)

dibanding apa (what), kapan (when), ataupun siapa

(who).3

Menurut Emka hal-hal yang ia alami seperti

dalam film yang memotivasinya untuk menulis buku

Jakarta Undercover.

“Aku kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah

selama empat tahun. Aku menulis Jakarta

Undercover semata-mata untuk memberitahu

pembaca tentang realitas industri sex di Indonesia.

3https://prasetya.ub.ac.id/berita/Workshop-Jurnalistik-LPM-Techno-3098-id.html

Page 93: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

79

Latar belakang agama membuatku ingin tahu

lebih dalam tentang kehidupan malam yang tak

pernah kurasakan”. 4

2. Analisis Alur Tengah Cerita

Alur tengah cerita berisi rangkaian tahapan-

tahapan yang membentuk seluruh proses narasi.

Bagian ini merupakan pengembangan dari situasi di

alur awal. Jika biasanya pada alur tengah terdapat

konflik yang menimpa pemeran utama, di film ini

pemeran utama lah penyebab konflik bagi karakter

lain.

Jika melihat suatu kebenaran yang akan

berdampak pada masyarakat secara luas, tanpa

memedulikan hal-hal yang akan ia korbankan dalam

prosesnya. Sesuatu yang dianggap tabu untuk

diberitakan, namun tetap dipublikasikan. Seperti

itulah jalan cerita alur tengah film Moammar Emka’s

Jakarta Undercover ini. Adegan-adegan pada alur ini

berfokus pada proses investigasi Pras.

Kisah yang akan ditulis dengan judul Jakarta

Undercover: Pesta Yang Tak Pernah Usai ini,

dianggap Pras dapat menjadi pondasi untuk

signifikansi karirnya. Judul ini digunakan oleh Emka

untuk buku Jakarta Undercover jilid pertama.

“Aku menggunakan sudut pandang "aku"

dalam buku dan film sebagai peran pengamat tapi

4 Moammar Emka, Jakarta Undercover 2, Electronic Edition published 2011, (Monsoon Books: Singapore 2007) h.1-4

Page 94: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

80

dalam kenyataannya "aku" juga berpartisipasi.

Tergantung kebutuhan plot dan setting”.5

Untuk merampungkan tulisan Jakarta

Undercover, Pras menggali informasi dari Awink,

Sasha dan wanita penghibur lain dengan wawancara

off the record. Metode pengumpulan informasi yang

dilakukan Pras tergolong melanggar etika wawancara.

Karena Pras tidak pernah memberitahu teman-

temannya bahwa ia seorang wartawan dan pernyataan

narasumber direkam tanpa persetujuan mereka yang

mana hal itu dianggap melanggar privasi.

Dalam investigasinya, Emka menemukan motif

sebenarnya dibalik pekerjaan pelaku hiburan malam.

Tanpa verifikasi, informasi seperti ini akan sulit

didapat.

“Selama riset, aku dihadapkan dengan

banyak wanita pekerja seks komersial, dan tidak

semua melakukannya demi uang. Contohnya

Vonnie yang melakukannya untuk membiayai

pengobatan anaknya dari Down Syndrome. Lalu

Lina yang dijual orang tuanya dan Susi yang

bekerja sebagai mami untuk menghidupi tiga

anaknya”.6

5 Moammar Emka, jakarta Undercover 2, Electronic Edition published 2011,

(Monsoon Books: Singapore 2007)h. 1-4 6 Moammar Emka, jakarta Undercover 2, Electronic Edition published

2011, (Monsoon Books: Singapore 2007) h. 1-4

Page 95: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

81

Tabel 4.3

Adegan pertama alur tengah

Visualisasi

Durasi

Menit 0:46:55

Menit 0:50:19

Dialog

Pras : Ini aslinya tempat parkir padahal ya.

Awink : Bingung ya? Kamu tahu kan baru baru ini

gubernur Jakarta nutup tempat-tempat party di

Jakarta. Tapi yang namanya the power of party,

bisnis akan jalan terus. Pras disini yang

underground bukan cuma tempat doang. Lihat

cewek-cewek yang ada disana.

Pras : Yang itu? (sambil menunjuk sekumpulan

cewek)

Awink : ih jangan ditunjuk dong.

Pras : iya kenapa? Lo suka?

Awink : ya enggak lah. Perhatiin mereka lagi ngapain.

Page 96: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

82

Mereka itu lagi transaksi barang yang bikin (nge-

fly/teler).

Pras : Astaghfirullahalazim

Tabel 4.4

Adegan kedua alur tengah

Visualisasi

Durasi

Menit 0:53:30

Dialog

Awink : party semalam itu gokil banget ya. Bayangin

nih ya, minumannya itu gak ada dijual di

supermarket. Terus barang-barangnya juga gak

dijual sama bandar-bandar kelas teri. Belum lagi

perempuan-perempuannya kok bisa ya kayak

bidadari.

Pras : nah itu dia.

Awink : itu dia itu dia apa sih?

Pras : gua mikirnya gini nih.

Awink : ini sok teori lagi nih. Capek teori terus deh.

Pras :minuman, drugs dari Yoga. Perempuan dari

Mama-San. Itukan perannya Mama-San kan. Kan

lu bilang berdua.

Awink : Mama-san itu penjual jasa kelas atas di Jakarta.

Dan ia melepas dahaga bagi semua orang-orang

Jakarta yang haus akan hiburan. Apapun

imajinasi yang ada di kepala orang-orang berduit

di Jakrta, imajinasi tentang perempuan apapun

tentang tempat bercinta dimanapun, Mama san

Page 97: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

83

bisa mewujudkannya Pras asal ada duitnya. Tapi

ini rahasia loh ya, awas kalau dibocorin.

Konflik internal dalam perusahaan media massa

yang disebabkan perbedaan idealisme antara

wartawan, redaktur dan pemodal sering terjadi. Para

wartawan menuntut agar diberi kebebasan

memberitakan kebenaran dan hal-hal penting untuk

khalayak. Sedang disisi lain, jajaran redaksi yang

mengkhawatirkan kesejahteraan media lebih

memprioritaskan kepentingan pemodal atau pengiklan

agar perusahaan terus mendaparkan keuntungan. Jika

mengabaikan keinginan pemodal sebagai pemasok

utama pada perusahaan, kemungkinan besar mereka

tidak akan bisa bertahan dalam arus industri media

massa.

Alur tengah ini diakhiri dengan konflik batin

dalam diri Pras. Awink menceritakan masa lalu dan

cita-citanya yang ingin menjadi penari latar. Lalu ia

juga mengingatkan jika di Jakarta banyak orang yang

mengorbankan pertemanannya demi keuntungan

pribadi. Dari sini Pras mulai menunjukkan sikap

realistis. Pras merasa dilema dalam mengambil

keputusan untuk mempublikasikan berita tersebut

atau tidak.

Ada perasaan bersalah karena sudah

mengkhianati kepercayaan teman-temannya, demi

Page 98: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

84

kepentingan pribadi, dari kisah mereka yang

terbelenggu oleh pahitnya kehidupan di Jakarta. Jika

tulisannya diterbitkan, Pras akan meraih signifikansi

yang selama ini ia dambakan. Sebaliknya, berita

tersebut akan merenggut kebebasan teman-temannya.

Saat sudah memantapkan keputusannya, situasi

menjadi semakin rumit karena Pras sudah sangat

terlambat untuk mengubahnya.

3. Analisis Alur Akhir Cerita

Alur akhir biasanya berupa pemulihan dari alur

tengah.Pada tahap ini identik dengan penyelesaian

konflik atau kekacauan yang terjadi dalam cerita.

Penulis cerita biasanya menyajikan akhir cerita

dengan benar-benar menyelesaikan masalah hingga

tidak ada lagi konflik atau dibuat menggantung

dengan berbagai tujuan seperti untuk dibuat sekuel

atau bagian dari plot twist. Konflik dari film ini ialah

keinginan Pras memberitakan fenomena hiburan

malam. Tidak ada pembagian karakter protagonis dan

antagonis dalam film ini. Pun juga benar dan salah

tergantung perspektif penonton. Pada alur akhir film

ini menceritakan bahwa apapun usaha yang

dilakukan, Pras tidak bisa membatalkan penerbitan

berita Jakarta Undercover.

Esoknya tulisan itu terbit dengan judul “Jakarta

Undercover : Seksualitas Membabi Buta di Ibu Kota”

Page 99: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

85

pada tabloid Merah Putih. Respon dari beberapa

pembaca dan dampak terbitnya Jakarta Undercover

diperlihatkan.

Jakarta Undercover memberi pengetahuan pada

masyarakat tentang maraknya gaya hidup tak lazim di

sekitar mereka. Disisi lain, memberi efek waspada

terhadap pelaku dan pengguna jasa prostitusi tersebut.

Selayaknya mendapat sanksi sosial berupa aib yang

akan mencoreng nama baik karena sebagian yang

terlibat termasuk kaum elit dan terpandang.

Upaya penyelesaian masalah pada alur akhir ini

dilakukan oleh Djarwo dan Awink. Djarwo

merahasiakan nama Pras dengan memberi inisial MK

sebagai penulis Jakarta Undercover. Hal ini

merupakan bentuk perlindungan media kepada

jurnalisnya. Sedangkan Awink menyadari bahwa Pras

yang menulis Jakarta Undercover, berbohong pada

Ricky dan Yoga bahwa ia yang menulis berita itu.

Sampai disini digambarkan perkembangan karakter

Awink adalah yang paling signifikan. Dari karakter

yang hanya peduli pada diri sendiri, hingga ia rela

berkorban untuk keselamatan Pras. Selain itu ia juga

menjaga persahabatan antara Yoga dengan Pras.

Ending dari film ini mengandung plot twist,

yaitu perubahan mendadak dari alur plot atau cerita.

Page 100: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

86

Setelah adanya upaya penyelesaian masalah dan alur

cerita menuju keseimbangan kembali. Di penghujung

cerita pejabat (Tyo Pakusadewo) menjebak Pras,

Yoga dan Laura untuk saling bertemu. Disini Pras

jadi mengetahui kalau Laura adalah seorang PSK.

Yoga juga akhirnya mengetahui kalau Pras adalah

seorang wartawan serta Laura yang menjalin cinta

segitiga dengan keduanya.

Pada akhirnya, pekerjaan jurnalisme investigasi

mengajak masyarakat untuk memerangi pelanggaran

yang tengah berlangsung dan dilakukan oleh pihak-

pihak tertentu. Idealisme akan ditantang oleh

realisme. Pras dihadapkan pada pilihan untuk menjadi

signifikan atau tidak signifikan. Pras adalah sosok

wartawan idealis di awal hingga pertengahan cerita

tapi berubah menjadi sosok yang realistis di akhir

cerita.

B. Idealisme Wartawan Dalam Alur Film “Moammar

Emka’s Jakarta Undercover”

Moammar Emka's Jakarta Undercover merupakan

film biografi drama pengalaman Moammar Emka sebagai

penulis. Dalam film ini memiliki beberapa point yang

berkenaan dengan prinsip-prinsip jurnalisme. Dengan

adanya prinsip-prinsip jurnalisme memberi gambaran

bahwa jurnalis memiliki pedoman untuk menjalankan

profesinya secara ideal. Namun terkadang dalam

Page 101: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

87

praktiknya, terjadi benturan antar prinsip yang

mengorbankan idealisme jurnalis. Film Moammar Emka's

Jakarta Undercover melukiskan idealisme wartawan Pras

yang melakukan investigasi kehidupan seksualitas dan

narkoba sebagai bisnis hiburan ilegal di daerah

metropolitan Jakarta.

Peneliti menggunakan teori analisis cerita model

Tzvetan Todorov menjelaskan prinsip-prinsip jurnalisme

yang terjadi melalui tiga tahap yakni keseimbangan di alur

awal, dilanjutkan munculnya gangguan di alur tengah dan

diakhiri dengan keseimbangan kembali di alur akhir. Tiga

tahap ini terjadi antara tokoh utama maupun pendukung

dalam cerita. Dalam film Moammar Emka’s Jakarta

Undercover, bentuk idealisme wartawan dinarasikan

sebagai berikut:

Tabel 4.5

Penerapan elemen jurnalisme dalam alur film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover

Kewajiban pertama jurnalistik adalah kebenaran

Alur Awal

Adegan perayaan persahabatan Yoga, Pras dan

Awink.

Menit 33:05

Page 102: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

88

Pras : (Dalam hati) Untuk pertama kalinya,

aku tahu ada cara makan sushi yang

tidak biasa. Untuk pertama kalinya pula,

aku berkenalan dengan wajah-wajah

Jakarta yang belum pernah kulihat

sebelumnya. Yoga dan dunianya. Awink

dan aktifitasnya. Inikah wajah lain

Jakarta, wajah yang tak semua orang

lihat setiap waktu. Ini yang harus aku

ceritakan. Ini yang akan buat aku

menjadi signifikan.

Alur Tengah

Adegan Pras mencari informasi awal pada

Awink.

Menit 45:30

Pras : …Yoga kalau ngundang-ngundang,

pasti dia EO (event organizer) dong.

Nama EO-nya apa?

Awink: (tertawa)

Pras : apa sih? Ya gua ga tau.

Awink: ya enggaklah. Gini ya, Yoga itu king of

party di Jakarta.

Pras : king of party berarti dia sendiri dong

ngadainnya?

Awink: ngga sih, berdua sama Mama-San.

Pras : Mama-San nyokapnya?

Awink: bukan dong, masa mamanya.

Alur Akhir (Tidak ada)

Page 103: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

89

Loyalitas pertama kepada warga negara

Alur Awal

Adegan Pras sedang kencan dengan Laura di

Minimart.

Laura : kamu kerja apa?

Pras : kebetulan pekerjaan yang sudah gua

idam-idamkan dari dulu.

Laura : seneng pastinya yah.

Pras : lu pernah ga sih Ra, berharap cita-cita

lu bermanfaat buat orang? Maksud gua

gini, terus terang gua ngiri banget sama

profesi-profesi tertentu. Dokter gitu

misalnya jelas signifikansinya

menyembuhkan orang. Gua tuh pengen

ngerasa di posisi seperti itu. Bermanfaat

secara langsung.

Alur Tengah (Tidak ada)

Alur Akhir (Tidak ada)

Disiplin Melakukan Verifikasi

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah

Adegan Pras sedang berdua dengan Metha di

Party Yoga.

Menit 49:17

Pras : Metha, ngomong-ngomong yang

namanya Mama-San yang mana ya? Dari

tadi ga kelihatan ada ibu-ibu.

Metha : oh mama, mama mah ga pernah ikut

Page 104: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

90

party kayak gini. Bos mah di rumah aja.

Pras : Bos? Mama-San bos lu maksudnya?

Metha : iya. Bos gue, kenapa?

Pras : Bosnya Yoga juga bukan?

Metha : bukan, Yoga ga ada urusannya sama

cewek-cewek. Yoga yang bikin

acaranya. Nah yang ngurusin cewek-

cewek ya Mama-San.

Adegan Pras sedang mewawancarai Sasha di

dalam kamar secara off the record.

Sasha : …lu lihat ini badan gue. Ini semua

investasi gue.

Pras : Sorry, maksudnya investasi itu gimana

ya? Lu investasi ke diri lu sendiri pake

uang lu?

Sasha : ya gua ga punya duit sebanyak itu. Ya

Mama-San lah yang bikin gua kayak

gini. Kan gua jualannya dia.

Pras : berarti Mama-San yang investasi ke elu

ya? Angka kisarannya gua boleh tahu

ga? Soalnya Yoga sama Ricky ga pernah

cerita.

Sasha : 500 juta-an gitu.

Pras : enak banget dong ya?

Sasha : enak darimana? Gua harus balikin duit

dari dia beserta bunga-bunganya Pras.

Pras : oh itu dibalikin?

Sasha : sekarang mendingan lu pake gue,

karena gua mesti kerja, kalo lu ga make

gua sekarang gua ga bakal dapat duit.

Nanti gua ga bisa bayar hutang ke

Mama-San, masa lu ga kasihan sama

gue?

Alur Akhir (Tidak ada)

Independensi Dari Sumber Liputan

Alur Awal (Tidak ada)

Page 105: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

91

Alur Tengah

Pras sebagai wartawan berteman sangat dekat

dengan Yoga yang menjalankan bisnis illegal,

Awink sebagai penari striptease, dan Laura

sebagai model prostitusi. Hubungan mereka

terbentuk karena adanya rasa percaya

khususnya Yoga dan Awink kepada Pras.

Pada adegan ketiga alur tengah, Awink

memercayakan rahasianya pada Pras.

Hubungan pertemanan ini tidak menyurutkan

naluri jurnalis Pras untuk mengungkap kegiatan

teman-temannya ke publik.

Alur Akhir (Tidak ada)

Jurnalis Sebagai Pemantau Kekuasaan

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah

Adegan Pras berdebat dengan Djarwo perihal

kebijakan perusahaan yang mementingkan

pemodal sebagai prioritas pemberitaan media.

Menit 54:57

Pras : Materi yang lu cari selama ini mas

Djarwo: Pras, Pras. Urusan begini aja lama

banget sih lu.

Pras : eh tapi itu bukan tentang pejabat ya.

Djarwo: Maksud lu?

Pras : Tulisan baru gua, insha Allah lu bakal

suka.

Djarwo: Gua ga perlu itu. Lu tau kan yang gua

perluin sekarang apa?

Page 106: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

92

Pras : Mas, mas. Lu ga capek ya nulis tulisan

kayak begini, tulisan-tulisan titipan.

Gua aja capek apalagi elu mas. Gua tau

kita ngelakuin ini semua demi

kepentingan perusahaan. Tapi

masalahnya lu mesti punya time table

kapan lu harus berhenti. Nah waktu

untuk berhenti gua rasa sekarang nih

mas. Okelah susah untuk buat perubahan

total. Sedikit demi sedikit gimana? Satu

dua halaman untuk tulisan ini. Yang

diatas aja belum tau bakal di-approve

apa engga masa udah takut.

Djarwo: Jangan ngomong takut sama gua. Ini

tulisan gua jamin seratus persen ga bakal

diterima sama mereka-mereka yang

diatas. Gua lebih tau Pras. Bisnis media

cetak sekarang lagi sekarat. Hidup segan

mati tak mau. Kita butuh survive.

Pras : yaa makanya kita nulis berita titipan,

dapat dana dari pencitraan.

Djarwo: Gua ingetin sebagai teman lu, jangan

penah lewatin garis Pras. Hati-hati kalau

bicara.

Pras : Yaudah, tapi coba dibaca dulu jangan

langsung nolak. Gua masih lanjutin

investigasi. Artikel pejabat juga ada

disitu.

Alur Akhir (Tidak ada)

Menyediakan Forum Publik

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah (Tidak ada)

Alur Akhir

Artikel Jakarta Undercover menjadi bahan

diskusi para pembacanya. Adegan Perwira

polisi dan istrinya.

Page 107: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

93

Menit 01:14:27

Istri : Jakarta makin menyeramkan ya pa.

Prostitusi dari tingkat bawah sampai tingkat

atas. Ini lagi narkoba terselubung. Sebenarnya

kerja papa di kantor itu apa sih pa?

Adegan seseorang membatalkan pesanan

booking out karena adanya berita yang akurat

tentang aktifitas mereka.

Mama-san : untuk sementara bisnis mama

tutup. Semua klien kita takut dan ini klien

terakhir kita, beliau tidak takut.

Membuat Hal Penting Menjadi Menarik dan Relevan

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah (Tidak ada)

Alur Akhir

Pras menulis Jakarta Undercover dengan judul

“Pesta Yang Tak Pernah Usai” sama seperti

judul buku aslinya.

Page 108: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

94

Di film, judul headline diubah menjadi

Jakarta Undercover: Seksualitas Membabi Buta

di Ibu Kota setelah melalui proses editing.

Membabi buta, menurut KBBI, berarti

melakukan sesuatu secara nekat, tidak peduli

apa-apa lagi. Membabi buta identik dengan

dampak buruk yang akan timbul setelahnya

karena hal-hal yang dilakukan diluar kontrol dan

tanpa peduli risiko. Hal ini relevan dengan gaya

hidup seksual di ibu kota yang meresahkan dan

tidak pandang norma, setidaknya di film.

Untuk gaya penulisannya, Pras

menggunakan teknik menulis feature dengan

sudut pandang orang pertama pelaku sampingan

dan sudut pandang orang ketiga pengamat pada

tulisan yang lain. Dengan menggunakan gaya

penulisan seperti ini, Pras mengajak pembaca

untuk dapat mengimajinasikan apa yang dilihat,

dialami, dan dipikirkan Pras saat meliput

investigasi Jakarta Undercover.

Menjaga Berita Komprehensif dan Proporsional

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah

Tulisan Jakarta Undercover yang pada masanya

sangat fenomenal karena berani menguak

aktifitas harian hiburan malam Jakarta. Karena

masih tergolong baru dan out of the box serta

mengedepankan sisi humanis para pekerjanya,

Djarwo berinisiatif menerbitkan tulisan itu

secara berkala. Hal ini guna menjaga porsi

Page 109: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

95

berita berimbang dan juga agar topiknya tetap

aktual.

Adegan Djarwo menyetujui tulisan Pras.

Djarwo: kayaknya ini kalau jadi series keren

sih.

Pras : mau banget gue. Ayo dong mas.

Djarwo: bener ya? Tapi ada syaratnya.

Pras : apa saja lo sebutin deh.

Djarwo: begini, si pejabat yang lu interview,

ngundang lu makan malam.

Pras : mau ngapain lagi sih ketemu gue?

Aduh gua males banget, gua udah

ngintilin dia semingguan penuh mas.

Djarwo: ini terbit atau enggak terbit? Lu jadi

signifikan atau lu gak jadi signifikan?

Alur Akhir (Tidak ada)

Jurnalis Harus Mendengarkan Hati Nurani

Alur Awal (Tidak ada)

Alur Tengah (Tidak ada)

Alur Akhir

Adegan Pras menyusup ke meja Djarwo untuk

menghapus file Jakarta Undercover namun

ketahuan.

Menit 01:11:46

Pras : Mas, gua ga pengen Jakarta

Undercover terbit.

Djarwo: lu kayak anak magang yang ga tau

sistem kerja di kantor ini. Gua ingetin

waktu pertama kali lu ke sini lu bilang

Page 110: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

96

“tolong dong kasih kesempatan buat

gua”. Lu sama aja kayak putra-putra

daerah lain yang datang ke Jakarta punya

idealisme, punya semangat pengen

sukses pengen berkuasa apapun itu

bentuknya. Tapi abis itu lu termasuk

golongan orang lupa.

Pras : Intinya gua minta tolong sama lu,

jangan terbitin Jakarta Undercover.

Tolong.

Djarwo: Lupa lu, biasanya gua yang minta

tolong sama lu. Pras, tolong dong

tulisannya yang bagus, tolong dong udah

deadline. Pras tolong dong pake baju

yang rapi kalau mau interview pejabat.

Lu yang maksa-maksa gua untuk

nerbitin Jakarta Undercover. Sekarang

lu minta tarik. Gua bos lu disini. Lebih

dari itu, gua yang bikin lu jadi wartawan.

Gua yang ngadepin bos-bos itu untuk

nerima tulisan lu. Sekarang tulisan itu

udah siap terbit dan lu minta tarik? Siapa

yang tanggung jawab? Gua Pemred Pras,

gua yang tanggung jawab. Kalau gua

dipecat, anak-anak gua makan apa? Dan

lu sekarang masuk ruangan gua kayak

maling. Elu keblinger!

C. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Narasi Film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta

terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu

landasan moral/etika yang bisa menjadi pedoman

operasional dalam menegakkan integritas dan

Page 111: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

97

profesionalitas wartawan.7 Idealisme tanpa mengindahkan

hatu nurani, hanya akan berujung pada pelanggaran-

pelanggaran. Kode etik wartawan ada untuk menjaga

profesionalitas pekerja media. Berikut adalah bentuk

pelanggaran kode etik jurnalistik pada film Moammar

Emka’s Jakarta Undercover.

1. Tidak Menyatakan Identitas Kepada Sumber

Berita

Kode Etik Jurnalistik PWI Bab III pasal 9 berbunyi:

“Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan

terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik

(tulisan, suara, dan gambar) dan selalu menyatakan

identitasnya kepada sumber berita.”

Menyamar untuk mendapatkan informasi merupakan

salah satu bentuk pelanggaran kode etik. Pada umumnya,

teknik penyamaran digunakan sebagai jalan terakhir,

setelah para editor, direktur berita, dan reporter

menyimpulkan sebuah kisah begitu signifikan dan tidak ada

cara lain untuk mengetahuinya.8 Adapun bila di kemudian

hari timbul gugatan dari narasumber, maka gugatan bisa

diselesaikan di Dewan Pers. Nanti Dewan Pers yang

memutuskan apakah penyamaran yang dilakukan wartawan

sebagai bentuk pelanggaran atau bukan9

7 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005),

h. 178 8 Kasiyanto Kasemin, Sisi Gelap Kebebasan Pers, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 74 9https://tangerang7.com/wartawan-boleh-menyamar-saat-liputan-

investigasi/ diakses pada 5 Mei 2019

Page 112: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

98

Dalam film, Pras tidak pernah memberitahu apa

pekerjaanya saat ditanya oleh Laura. Bahkan saat tulisan

Pras dicetak, identitas Pras dirahasiakan oleh Jarwo dengan

diberi inisial MK alias Mas Keren. Hal ini adalah salah satu

bentuk perlindungan media kepada wartawannya. Namun di

sisi lain, pembaca berita tidak dapat mengetahui siapa yang

bertanggung jawab atas tulisan tersebut.

Kovach dan Rosenstiel menuliskan setidaknya tiga

langkah pengujian sebelum wartawan melakukan

penyamaran. Penyamaran dibenarkan jika informasi yang

akan digali merupakan hal yang benar-benar vital.

Selanjutnya penyamaran dibenarkan jika tidak ada jalan

lain untuk mendapatkan informasi. Kemudian langkah

selanjutnya wartawan harus menerangkan kepada publik

tentang metode pencariannya, menjelaskan kepada publik

mengapa mereka melakukan penyamaran termasuk alasan

mengapa laporan mereka dibenarkan walaupun melalui

proses ketidak transparanan.10

2. Menyiarkan Keterangan Off The Record

Kode Etik Jurnalistik PWI Bab III pasal 14 berbunyi:

“Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo,

bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi

yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan

berita serta tidak menyiarkan keterangan off the record.”

10Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-elemen Jurnalisme,

Terj.Yusi A. Pareanom, (institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar

Amerika Serikat di Jakarta, 2003) h.102-103.

Page 113: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

99

Pras tidak menjelaskan identitas dan tanpa

sepengetahuan narasumber merekam ucapan mereka.Tentu

menyalahi dari yang namanya etika profesi dan indikasi

mengganggu privasi seseorang. Namun dalam investigasi,

cara ini merupakan alternatif paling terakhir yang dapat

ditempuh jika wawancara normal dirasa akan mempersulit

wartawan dalam menggali informasi.

Kode etik media massa, di antaranya, memberikan

beberapa jenis keterangan yang mesti diperhatikan

wartawan, dan sumber-sumbernya di masyarakat luas:11

On the record. Semua pernyataan boleh langsung dikutip

dengan menyertakan nama serta jabatan orang si sumber.

On background. Semua pernyataan boleh dikutip

langsung, tapi tanpa menyebutkan nama sumber.

On deep background. Semua pernyataan sumber boleh

digunakan tapi tidak dalam kutipan langsung.

Off the record. Informasi yang diberikan secara off the

record hanya diberikan kepada reporter dan tak boleh

disebarluarkan dengan cara apa pun.

Hal ini pula yang memicu fenomena narasumber

rahasia. Menurut Eriyanto, sumber anonim tak diharamkan

dalam jurnalisme. Joe Lelyved, pimpinan redaksi New

York Time, mengajukan dua syarat pemakaian sumber

anonim. Pertama keterlibatan sumber berita terhadap

peristiwa yang ditulis wartawan.kedua, motivasi

11http://www.pantau.or.id/index.php/?/=d/108 diakses pada 5 Mei 2019

Page 114: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

100

narasumber, apakah ada fakta penting yang dihilangkan

oleh sumber. Sementara Deborah Howell, redaktur

kelompok raksasa media Newhouse, menetapkan dua

aturan pemakaian sumber anonim: tak menggunakan

sumber anonim untuk komentar terhadap orang lain dan tak

menggunakan sebagai kutipan pertama dalam berita.12

12 Kasiyanto Kasemin, Sisi Gelap Kebebasan Pers, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 71

Page 115: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover

menceritakan bagaimana di tengah wajah minusnya gaya

hidup hiburan malam Jakarta tetap memiliki sisi

humanisme. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, secara

garis besar film ini menggambarkan tentang pengembangan

karakter seorang wartawan dari idealis menjadi lebih

manusiawi. Secara rinci, film ini menunjukkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Sesuai dengan teori narai Tzvetan Todorov, film

ini terbagi menjadi tiga alur, dimana pada alur awal

disajikan situasi dasar yang harus memungkinkan penonton

memahami alur-alur berikutnya. Bagian pendahuluan dari

film ini berupa pengenalan karakter. Pras sebagai wartawan

harus menghadapi agenda kepentingan komersil medianya.

Laura menjadi artis prostitusi untuk membantu

keluarganya. Yoga sebagai bandar narkoba menghadapi

perebutan wilayah operasi. Pada alur ini juga

memperlihatkan prinsip idealisme yang dipegang teguh

oleh Pras dengan menolak menulis berita titipan.

2. Prinsip-prinsip idealisme yang terdapat pada film

Moammar Emka’s Jakarta Undercover, dibagi kedalam

tiga alur. Prinsip tersebut merujuk pada elemen jurnalisme

oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Film ini

Page 116: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

102

menunjukkan bahwa penerapan sembilan elemen

jurnalisme akan memberi kepuasan moral pada jurnalis.

Sebaliknya, mengabaikan satu saja akan bermuara pada

pelanggaran etika serta memunculkan konflik berkelanjutan

pada diri jurnalis.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini

adalah: saat menonton sebuah film sibutuhkan sikap kritis

tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan dengan apa

adanya. Penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-

pesan yang ada di dalam film baik pesan tersirat maupun

tersurat. Diharapkan penonton tidak menjadi korban cerita

tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang

disampaikan.

Untuk itu, setiap jurnalis khususnya di Indonesia

hendaknya menjaga konsistensi idealismenya. Serta selalu

bersikap sesuai dengan kode etik yang ada dalam

menjalankan profesinya. Kemudian jurnalis Indonesia juga

ikut mengambil bagian untuk mengembangkan jurnalisme

investigasi

Page 117: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

103

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amar, M. Djenar. Hukum Komunikasi Jurnalistik. (Bandung:

Penerbit Alumni,1984)

Ayawaila, Gerzon R. Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi.

(Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008)

Braston, Gill and Roy Stafford. The Media Student’s book.

(London and New York: Routledge, 2003)

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masa. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008)

Chamley, Mitchel V. Reporting Third Edition. (New York: Holt

Reinhart & Winston, 1975)

Cresswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Effendy, Onong Uchana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007)

Emka, Moammar. Jakarta Undercover 2. Electronic Edition

published 2011, (Monsoon Books: Singapore 2007)

Emka, Moammar. Jakarta Undercover 4in1. (Gagas Media:

Jakarta, 2016)

Page 118: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

104

Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya

dalam Analisis Teks Berita Media. (Jakarta :Kencana

Prenada Media Group, 2013)

Hadi, Amirul dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan.

(Bandung: Pustaka Setia, 1998)

Harsono, Andreas. Agama Saya Adalah Jurnalisme. (Yogyakarta:

Kanisius, 2010)

Irawanto, Budi. Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer

dalam Sinema Indonesia. (Yogyakarta: Media Pressindo,

1999)

Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Cetakan ke-1.

(Jakarta; UIN Jakarta Press, 2006).

Kasemin, Kasiyanto. Sisi Gelap Kebebasan Pers. (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014)

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. Elemen-elemen Jurnalisme.

Terj. Yusi A. Pareanom, (Institute Studi Arus Informasi dan

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003)

Masduki. Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik,

(Yogyakarta: UII Pers,2004)

McBridge, Sean. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan

Masa Depan: Aneka Suara Satu Dimensi (Jakarta: Balai

Pustaka, 1983)

Page 119: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

105

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. (Jakarta: Salemba

Humanika, 2010)

Peransi, D.A. Film/Media/Seni. (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS,

2005)

Pranajaya. Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar. (Jakarta:

Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992)

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi

(Bandung : Remaja Rosda Karya , 2005)

Rizki, Juni Wati Sri. Kepemilikan Media & Ideologi

Pemberitaan: Kajian Ekonomi Politik Komunikasi terhadap

Kepemilikan Media dan Wacana Pembentukan Provinsi

Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar

Indonesia Baru. (Yogyakarta: Deepublish, 2012)

Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Edisi Kedua.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017)

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk

Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing

(Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya, 2006).

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009)

Sumarno. Dasar-Dasar Apresiasi Film. (Jakarta : PT Grasindo,

1996)

Page 120: ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47284...ANALISIS NARATIF IDEALISME WARTAWAN DALAM FILM MOAMMAR EMKA’S JAKARTA UNDERCOVER

106

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011)

Syah, Sirikit. Rambu-rambu Jurnalistik: dari undang-undang

Hingga Hati Nurani (Pustaka Belajar, 2011)

Tate, Cassandra. What Do Ombudsmen Do. (Columbia

Journalism Review, Mei 1984)

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. (Ciputat: Kalam Indonesia,

2005)

Internet

https://kilasdaerah.kompas.com/read/emka.film.jakarta.undercove

r.tak.melulu.tentang.sisi.gelap.jakarta.html diakses pada 5 Mei

2019 pukul 23:30

https://prasetya.ub.ac.id/berita/Workshop-Jurnalistik-LPM-

Techno-3098-id.html diakses pada 26 April 2019 pukul 14.41

https://plimbi.com/article/167652/menguak-sisi-manusiawi-

wartawan diakses pada 26 April 2019 pukul 15:05