analisis nilai tambah dan strategi ......dokumentasi. metode analisis menggunakan konsep nilai...

152
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN OLAHAN TAPE PADA AGROINDUSTRI KOPLAK FOOD DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Karina Dinda Ainni NIM 141510601056 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS JEMBER 2019

Upload: others

Post on 12-Aug-2020

40 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

OLAHAN TAPE PADA AGROINDUSTRI KOPLAK FOOD

DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Oleh

Karina Dinda Ainni

NIM 141510601056

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS JEMBER

2019

Page 2: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

i

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

OLAHAN TAPE PADA AGROINDUSTRI KOPLAK FOOD

DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mnyelesaikan Strata Satu

(S1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Jember

Oleh

Karina Dinda Ainni

NIM 141510601056

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS JEMBER

2019

Page 3: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

ii

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, saya

persembahkan Skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Slamet Abdul Hadi dan Ibunda

Djamilah yang senantiasa memberikan doa, semangat, cinta dan

dukungannya yang tiada henti kepada saya.

2. Kakakku tercinta Karnila Hadi dan Rani Pratiwi serta seluruh keluarga

besar yang memberikan doa, dukungan, nasihat dan motivasi.

3. Guru dan Dosen yang telah memberikan bimbingan selama masa

perkuliahan dan selama penulisan skripsi ini serta nasehat yang berguna

bagi saya.

4. Teman-teman Program Studi Agribisnis 2014 yang telah menemani dan

mendukung saya dalam setiap langkah untuk menyelesaikan tugas akhir

kuliah.

5. Almamater yang saya banggakan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian / PS

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Page 4: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

iii

MOTTO

“Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi”

(Andrea Hirata)

“Lawan kesedihan dengan harapan. Lawan ketakutan dengan persiapan. Lawan

Kegagalan dengan Ketekunan”

(Merry Riana)

“Jangan membenci siapapun, tak peduli seberapa banyak kesalahan yang mereka

lakukan terhadapmu. Hiduplah dengan rendah hati, tak peduli seberapa banyak

kekayaanmu. Berpikirlah positif, tak peduli seberapa keras kehidupan yang kamu

jalani. Berikanlah banyak, meskipun menerima sedikit. Tetaplah menjalin

hubungan dengan orang-orang yang telah melupakanmu, maafkanlah orang yang

berbuat salah padamu, dan jangan berhenti mendoakan yang terbaik untuk orang

yang kau sayangi.”

(Ali bin Abi Thalib)

Page 5: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

iv

Page 6: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

v

SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

OLAHAN TAPE PADA AGROINDUSTRI KOPLAK FOOD

DI KABUPATEN JEMBER

Oleh:

Karina Dinda Ainni

NIM 141510601056

Pembimbing,

Dosen Pembimbing Skripsi : Titin Agustina, SP., MP.

NIP. 19820811 200604 2 001

Page 7: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

vi

Page 8: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

vii

RINGKASAN

Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember; Karina Dinda Ainni,

141510601056; 2019: 155 halaman; Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Jember.

Tape merupakan produk turunan singkong yang menjadi primadona di

Kabupaten Jember. Hampir seluruh pusat oleh-oleh khas Jember menyediakan

tape dan produk turunan tape sebagai oleh-oleh. Hal tersebut menandakan bahwa

produk olahan tape memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, sehingga

tidak sedikit agroindusri yang mengolah tape dan produk turunan tape lainnya

untuk menciptakan nilai tambah. Koplak Food merupakan agroindustri yang

melihat adanya peluang dalam mengolah tape menjadi beberapa produk olahan

yang lebih inovatif selain prol tape dan suwar-suwir, sehingga koplak food

mengolah tape menjadi ladrang tape dan keripik tape. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui (1) nilai tambah produk olahan tape pada agroindustri koplak

food di Kabupaten Jember (2) pendapatan yang diperoleh agroindustri koplak

food dari proses produksi keripik tape dan ladrang tape (3) penerapan marketing

mix dari olahan tape pada agroindustri koplak food di Kabupaten Jember (4)

strategi pengembangan usaha olahan tape pada agroindustri koplak food di

Kabupaten Jember.

Penelitian ini dilakukan pada agroindustri koplak food di Kabupaten

Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitik.

Metode pengambilan contoh menggunakan purposive sampling. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan

pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) nilai tambah yang diciptakan melalui

olahan tape menjadi ladrang tape dan keripik tape berbeda (a) nilai tambah

ladrang tape sebesar Rp 46.255,07/kg bahan baku tape dengan rasio sebesar

67,14% (b) nilai tambah keripik tape sebesar Rp 21.565,56/kg bahan baku tape

dengan rasio sebesar 60,42%. (2) berdasarkan pendekatan totalitas, dengan

Page 9: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

viii

membandingkan nilai TR dan TC diperoleh pendapatan ladrang tape dan keripik

tape (a) pendapatan ladrang tape sebesar Rp 4.868.649/bulan, dimana nilai TR dan

TC masing-masing sebesar Rp 8.130.000/bulan dan Rp 3.261.351,00/bulan (b)

pendapatan keripik tape sebesar Rp 4.814.892,14/bulan, dimana nilai TR dan TC

masing-masing sebesar Rp 10.065.000,13/bulan dan Rp 5.520.108,33/bulan. (3)

penerapan marketing mix pada agroindustri koplak food terdiri dari 4P (Product,

Price, Place, Promotion) (4) strategi pengembangan yang ditetapkan yaitu

meningkatkan kapasitas produksi olahan tape dan memperluas distribusi.

Page 10: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

ix

SUMMARY

Value Added Analysis and Development Strategy of Tape Derivative Product at

Koplak Food Agroindustry in Jember; Karina Dinda Ainni, 141510601056; 2019:

155 page; Department of Social Economics of Agriculture/Agribusiness, Faculty

of Agriculture, University of Jember

Fermented Cassava (Tape) as one of cassava derivative product having a

prominent positioning in Jember Regency. It proven by mostly shouvenir shop in

Jember not only provide Tape but also it’s derivative product. This condition

present derivative product of Tape is also having a good prospect to be developed.

Regarding on this situation, some agroindustries inisiate to produce Tape and its

derivative product also to create value added. Koplak Food is an agroindustry

which utilize its opportunity in proccessing Tape becoming more innovative, not

only as Prol Tape and Suwar-Suwir. Koplak Food processes Tape into Ladrang

Tape and Keripik Tape. The objective of this study is to find out : (1) value added

of Tape derivative products in koplak food agroindustry (2) net income of Koplak

Food agroindustry by producing Keripik Tape and Ladrang Tape (3) marketing

mix practices of Tape derivative product in Koplak Food agroindustry (4)

business strategy for developing Tape derivative product in Koplak Food

agroindustry Jember Regency.

This research was conducted at Koplak Food agroindustry in Jember

Regency. The research method used is descriptive and analytical methods. The

sampling method used purposive sampling. The data was collecter by by

interview, observation and documentation. The analytical method used value

added concepts, cost and income theory, marketing mix and SWOT.

The Results showed: (1) the added value by processing Tape into Ladrang

Tape and Keripik Tape is different (a) Ladrang Tape provide value added Rp

46.255,07/kg raw material with ratio of 67,14%. (b) meanwhile Keripik Tape is

only Rp 21.565,56/kg raw material Tape with ratio of 60,42%. (2) based on

totality approach, by comparing the TR and TC values, net income of Ladrang

Tape and Keripik Tape sequencely are (a) by processing Ladrang Tape the

obtained income is Rp 4.868.649 each month month, where the TR and TC values

Page 11: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

x

in a month are Rp 8.130.000,00 and Rp 3.261.351,00 (b) processing Keripik Tape

provide Rp 4.814.892,14 per month, where TR and TC value sequencely per

month are Rp 10.065.000,13 and Rp 5.520.108,33. (3) marketing mix practices on

Koplak Food Agroindustry consists of 4P (Product, Price, Place, Promotion) (4)

the suitable business development strategy is increasing the production capacity

and enlarge marketing scope of tape derivative product.

Page 12: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xi

PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta

hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Tertulis yang

berjudul Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Olahan Tape

pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember dapat diselesaikan.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Sarjana Strata 1

(S-1) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis pada Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

Penyusunan karya ilmiah tertulis ini banyak mendapat bantuan, arahan,

bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Moh. Hasan, MS., Ph.D., selaku Rektor Universitas Jember

2. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Jember.

3. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M., selaku Ketua Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember dan Dosen

Pembimbing Akademik.

4. M. Rondhi, SP.,MP.,Ph.D., selaku koordinator program studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Jember.

5. Titin Agustina, SP.,MP. Selaku Dosen Pembimbing Utama, Bapak Agus

Supriono, SP., M.Si. Selaku Dosen Penguji I, Bapak Dr. Ir. Joni Murti Mulyo

Aji, M.Rur.M Selaku Dosen Penguji II, yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, nasihat, saran dan pengalaman berharga sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Ayahanda Slamet Abdul Hadi dan Ibunda Djamilah,

kakakku Karnila Hadi dan Rani Pratiwi atas seluruh kasih sayang, motivasi,

materi, tenaga dan doa yang selalu diberikan dengan tulus dan ikhlas, serta

ponakanku yang banyak menghibur Elshanum Jasmin Ravani, Yasira

Azzahra Yura, dan M. Azfar Raki R. dan keluarga besar Oedjir.

Page 13: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xii

7. Keluarga Besar Agroindustri Koplak Food, Bapak Muhammad Bustomi dan

Ibu Indah Puji Lestari selaku Pemilik dan Bapak Totok dari Dinas Koperasi

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah mendukung dan membantu

pencarian data dan penelitian hingga menghasilkan skripsi ini.

8. Teman-teman dekatku Afan Taufiqurrohman, Hidayatus Sibyan, Rohmayana

Girsang, Prisya Niken Mahardika P, Muslima Kurniawati, Farah Rizqi

Fauziah, Nabilah Amaryl Ulfa, Firstyana A.P, Kurnia Anis, Bethari B, Bagus

Talijiwo, Rahmad Hidayat, Doni Septian, Razaq Arif, Danang Apriliyandi

yang telah menemani saya selama perkuliahan hingga diselesaikannya skripsi

ini.

9. Teman-teman Kos Nias Cluster D2, Fania Narulita, Serly Tri P, Ulfa,

Hestifar, Della, dan Sindi yang telah menemani saya selama tinggal di Jember

dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman HIMASETA Periode 2016/2017 yang memberikan

pengalaman dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi

11. Teman-teman Agribisnis 2014 Fakultas Pertanian Universitas Jember terima

kasih atas doa, bantuan dan semangatnya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis selama melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah tertulis ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ilmiah tertulis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang ingin mengembangkannya.

Jember, 08 Februari 2019

Penulis

Page 14: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN PEMBIMBING ........................................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

RINGKASAN ................................................................................................. vii

SUMMARY………………………………………………………………….. ix

PRAKATA ...................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8

1.3.1 Tujuan .................................................................................... 8

1.3.2 Manfaat ................................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 9

2.2 Landasan Teori .............................................................................. 15

2.2.1 Ubi Kayu ................................................................................ 15

2.2.2 Usaha Agroindustri ................................................................ 18

2.2.3 Konsepsi Nilai Tambah .......................................................... 19

2.2.4 Biaya Produksi ....................................................................... 21

2.2.5 Penerimaan……………………………………………........ 24

Page 15: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xiv

2.2.6 Teori Pendapatan .................................................................... 24

2.2.7 Teori Pemasaran ..................................................................... 26

2.2.8 Konsep Strategi ...................................................................... 28

2.2.9 Bauran Pemasaran .................................................................. 30

2.2.10 SWOT .................................................................................. 32

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 34

2.4 Hipotesis .......................................................................................... 39

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 40

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian ......................................................... 40

3.2 Metode Penelitian ........................................................................... 40

3.3 Metode Pengambilan Contoh ........................................................ 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 42

3.6 Defenisi Operasional ...................................................................... 48

BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... 50

4.1 Latar Belakang Agroindustri Koplak Food ................................. 50

4.2 Struktur Organisasi Agroindustri Koplak Food ......................... 52

4.3 Proses Produksi Ladrang Tape dan Keripik Tape ..................... 53

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 62

5.1 Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember …............... 62

5.1.1 Analisis Nilai Tambah Ladrang Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember ………………….......... 62

5.1.2 Analisis Nilai Tambah Keripik Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember ……………………...... 65

5.1.3 Analisis Nilai Tambah Ladrang Tape dan Keripik Tape

pada Agorindustri Koplak Food di Kabupaten Jember……. 68

5.2 Analisis Pendapatan Produk Olahan Tape pada Agroindustri

Page 16: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xv

Koplak Food di Kabupaten Jember ………………………….. 70

5.2.1 Analisis Pendapatan Ladrang Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember ……………………..... 70

5.2.2 Analisis Pendapatan Keripik Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember……………………….. 73

5.2.3 Analisis Pendapatan Ladrang Tape dan Keripik Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember ……....... 75

5.3 Marketing Mix Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember …….................................. 77

5.4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember ……........... 81

5.4.1 Analisis Faktor Internal Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember ……….... 81

5.4.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember ………... 86

5.4.3 Analisis Matrik Posisi Kompetitif Relatif Usaha Olahan

Tape pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember 89

5.4.4 Analisis Matrik Internal Eksternal Usaha Olahan Tape

pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember….... 90

5.4.5 Analisis Matrik SWOT Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember……….... 91

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..... 95

6.1 Kesimpulan ……………………………………………….......... 95

6.2 Saran…………………………………………………………….. 96

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 97

LAMPIRAN………………………………………………………………. 101

Page 17: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Produksi Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2016 (Ton)………………… 1

1.2 Produksi Ubi Kayu Berdasarkan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Tahun 2016 (Ton)…………………………………………………….

3

1.3 Data Jenis Usaha Berbahan Baku Singkong di Kabupaten

Bondowoso Tahun 2014-2016………………………………………..

4

1.4 Daftar Usaha Mikro Kecil dan Menengah Olahan Singkong di

Kabupaten Jember……………………………………………………

5

2.1 Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu………………….. 15

2.2 Pengelompokkan Agroindustri Berdasarkan Tingkat Perubahan

Bahan Baku…………………………………………………………..

18

3.1 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Pertama dan Kedua……. 41

3.2 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Ketiga…………………. 41

3.3 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Keempat………….……. 41

3.4 Analisis Nilai Tambah Hayami……………………………………… 43

3.5 Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). 45

5.1 Nilai Tambah Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember……………………………………………………

63

5.2 Nilai Tambah Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember…………………………………………………..

66

5.3 Nilai Tambah Ladrang Tape dan Keripik Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember………………………………….

68

5.4 Total Biaya Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember……………………………………………………

71

5.5 Total Penerimaan Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember…………………………………………..

72

5.6 Analisis Pendapatan Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember…………………………………………..

72

5.7 Total Biaya Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food Di

Kabupaten Jember……………………………………………………

73

5.8 Total Penerimaan Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak

Food Di Kabupaten Jember………………………………………….

74

5.9 Analisis Pendapatan Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember…………………………………………..

75

5.10 Perbedaan Pendapatan Ladrang Tape dan Keripik Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember ……………………

75

5.11 Marketing Mix Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food

di Kabupaten Jember…………………………………………………

78

5.12 Faktor Internal Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember……………………

82

5.13 Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember……………………

86

5.14 Matriks SWOT Usaha Produk Olahan Tape Koplak Food…………. 92

Page 18: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Diagram Flowchart Diversifikasi Vertikal Komoditas Ubi Kayu…... 17

2.2 Kurva-kurva Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel…………….. 23

2.3 Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas)…………………………… 25

2.4 Diagram Analisis SWOT….…………………………........................ 33

2.5 Kerangka Pemikiran….…………………………................................ 38

3.1 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember….………………...

46

3.2 Matriks Internal Eksternal….…………………………....................... 47

3.3 Matriks SWOT….…………………………........................................ 47

4.1 Produk Olahan Salak pada Agroindustri Koplak Food….…………... 50

4.2 Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food….…………... 51

4.3 Struktur Organisasi Agroindustri Koplak Food….………….............. 52

4.4 Tape yang Akan Digunakan Ladrang Tape….…………..................... 54

4.5 Proses Penambahan Bahan Baku Lain Untuk Ladrang Tape….…….. 54

4.6 Adonan Ladrang Tape Siap Digiling ….…………............................. 55

4.7 Proses Penggilingan Menggunakan Gilingan Kayu ….…………....... 55

4.8 Adonan Ladrang Tape Siap Dipotong….…………............................. 56

4.9 Proses Pemotongan Ladrang Tape….………….................................. 56

4.10 Ladrang Tape Siap Dikemas….…………........................................... 57

4.11 Proses Pemotongan Tape yang Akan Diolah Menjadi Keripik Tape... 58

4.12 Hasil Potongan Tape yang Sudah Beku Siap Diolah………………... 58

4.13 Proses Penataan Tape pada Vacuum frying………………………… 59

4.14 Proses Menghilangkan Minyak pada Keripik Tape Menggunakan

Spinner………………………………………………………………..

60

4.15 Proses Pengemasan Keripik Tape….…………................................... 60

4.16 Hasil Produksi Keripik Tape dan Ladrang Tape yang Sudah

Dikemas………………………………………………………………

61

5.1 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember…………………….

89

5.2 Matriks Internal Eksternal….…………............................................... 90

Page 19: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

5.1 Data Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018……………….................. 101

5.2 Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018….. 102

5.3 Rangkuman Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan

Agustus 2018…………………………………………………………….

108

5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus

2018………………………………………………………………………

108

5.5 Rangkuman Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan

Agustus 2018……………………………………………………………..

113

5.6 Data Total Biaya Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018…….... 114

5.7 Data Total Penerimaan Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus

2018………………………………………………………………………

114

5.8 Data Pendapatan Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018…….... 115

5.9 Analisis Nilai Tambah Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018… 116

5.10 Data Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018…………………………… 117

5.11 Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018…… 117

5.12 Rangkuman Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan

Agustus 2018……………………………………………………………..

120

5.13 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus

2018……………………………………………………………………….

120

5.14 Rangkuman Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada

Bulan Agustus 2018………………………………………………………

124

5.15 Data Total Biaya Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018……….. 124

5.16 Data Total Penerimaan Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018… 125

5.17 Data Pendapatan Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018……….. 126

5.18 Analisis Nilai Tambah Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018…. 127

5.19 Analisis Faktor Internal………………………………………………….. 128

5.20 Analisis Faktor Eksternal………………………………………………… 128

5.21 Pemberian Bobot Dan Rating pada Faktor Internal……………………… 129

5.22 Pemberian Bobot Dan Rating pada Faktor Eksternal……………………. 130

5.23 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember………………………...

131

5.24 Matriks Internal Eksternal……………………………………………….. 132

5.25 Matriks SWOT Usaha Produk Olahan Tape Koplak Food………………. 133

5.26 Kuisioner…………………………………………………………………. 134

5.27 Dokumentasi…………………………………………………………….. 148

Page 20: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok

masyarakat Indonesia selain padi dan sagu. Guna menekan konsumsi padi,

pemerintah terus melakukan sosialisasi dan menjadikan singkong sebagai salah

satu bentuk diversivikasi pangan, dimana singkong memiliki kandungan gizi yang

cukup lengkap bagi tubuh. Adanya kandungan gizi tersebut memunculkan

beberapa aneka olahan singkong yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Muntoha

dkk., 2015).

Menurut Saleh (2016), Ubi kayu menjadi fokus kebijakan pembangunan

pertanian 2015-2019, dimana yang menjadi fokus adalah pengembangan ubi kayu

sebagai bahan makanan pokok lokal, produk industri pertanian, dan bahan baku

industri. Fokus pengembangan ubi kayu dilakukan karena ubi kayu dapat

memberikan nilai produk lebih tinggi dan memiliki beragam produk turunan yang

sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai pangan maupun non pangan. Produk

turunan ubi kayu sebagai pangan umumnya diolah menjadi tepung tapioka, pati,

mokaf, dan kudapan sederhana lainnya sedangkan produk turunan ubi kayu

sebagai non pangan berupa bahan baku kosmetik, bioethanol, bahan kimia, dan

industri tekstil. Ubi kayu banyak tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Berikut adalah tabel produksi ubi kayu di Indonesia tahun 2016.

Tabel 1.1 Produksi Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2016 (Ton)

No Provinsi Produksi (Ton) Share Ranking

1 Aceh 24.531 0,12 30

2 Sumatera Utara 1.228.138 6,06 5

3 Sumatera Barat 201.201 0,99 10

4 Riau 105.992 0,52 14

5 Jambi 53.944 0,27 24

6 Sumatera Selatan 386.881 1,91 9

7 Bengkulu 65.693 0,32 19

8 Lampung 6.481.382 32,00 1

9 Kepulauan Bangka Belitung 61.471 0,30 21

10 Kepulauan Riau 24.012 0,12 31

11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0,00 34

Page 21: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

2

12 Jawa Barat 1.792.716 8,85 4

13 Jawa Tengah 3.536.711 17,46 2

14 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.125.375 5,56 6

15 Jawa Timur 2.924.933 14,44 3

16 Banten 90.629 0,45 17

17 Bali 99.370 0,49 15

18 Nusa Tenggara Barat 55.041 0,27 23

19 Nusa Tenggara Timur 618.281 3,05 7

20 Kalimantan Barat 163.023 0,80 11

21 Kalimantan Tengah 63.862 0,32 20

22 Kalimantan Selatan 80.904 0,40 18

23 Kalimantan Timur 56.508 0,28 22

24 Kalimantan Utara 37.262 0,18 26

25 Sulawesi Utara 45.522 0,22 25

26 Sulawesi Tengah 34.971 0,17 27

27 Sulawesi Selatan 416.553 2,06 8

28 Sulawesi Tenggara 161.492 0,80 12

29 Gorontalo 2.470 0,01 33

30 Sulawesi Barat 25.700 0,13 29

31 Maluku 151.767 0,75 13

32 Maluku Utara 98.907 0,49 16

33 Papua Barat 10.074 0,05 32

34 Papua 30.551 0,15 28

Sumber: Kementrian Pertanian (2017)

Berdasarkan data tersebut, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi

penghasil ubi kayu terbesar ke-3 setelah Lampung dan Jawa Tengah dengan nilai

share sebesar 14,44%. Menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan

Umbi (2013) terdapat perbedaan varietas ubi kayu di Lampung dan Jawa Timur.

Petani ubi kayu di Lampung hampir seluruhnya menggunakan varietas unggul

yaitu UJ-3, UJ-5 dan varietas unggul tahun 2012. Sedangkan jenis ubi kayu yang

dibudidayakan di Jawa Timur terdiri dari varietas lokal dan varietas unggul.

Varietas lokal ubi kayu di Jawa Timur meliputi pandemir, mentega, telo ijo,

gatutkoco, faroka, ganyong putih, sopongiro, putih, tenggeng kuning, dan aspen

sedangkan varietas unggul ubi kayu di Jawa Timur meliputi UJ 5, adira 4, malang

6, dan malang 4. Selain perbedaan varietas, penanaman ubi kayu di Jawa Timur

memiliki tujuan yang berbeda dari penanaman ubi kayu di Lampung. Adapun

tujuan utama penanaman ubi kayu di Lampung yaitu untuk industri oleh karena

Lanjutan tabel 1.1

Page 22: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

3

itu varietas yang dipilih yaitu ubi kayu dengan kadar pati tinggi. Sedangkan tujuan

utama penanaman ubi kayu di Jawa Timur tidak hanya untuk industri tetapi juga

dikonsumsi. Di Jawa Timur, penanaman ubi kayu tersebar di seluruh kabupaten

dan kota. Berikut adalah tabel produksi ubi kayu berdasarkan kabupaten dan kota

di Jawa Timur.

Tabel 1.2 Produksi Ubi Kayu Berdasarkan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Tahun

2016 (Ton)

No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton) Share Rangking

1 Kab. Pacitan 322.139 11,01 2

2 Kab. Ponorogo 518.565 17,73 1

3 Kab. Trenggalek 226.279 7,74 4

4 Kab. Tulungagung 160.362 5,48 5

5 Kab. Blitar 119.175 4,07 8

6 Kab. Kediri 154.787 5,29 6

7 Kab. Malang 284.783 9,74 3

8 Kab. Lumajang 32.982 1,13 21

9 Kab. Jember 17.112 0,59 25

10 Kab. Banyuwangi 23.277 0,80 23

11 Kab. Bondowoso 82.073 2,81 14

12 Kab. Situbondo 4.935 0,17 28

13 Kab. Probolinggo 79.409 2,71 15

14 Kab. Pasuruan 85.551 2,92 12

15 Kab. Sidoarjo 0 0,00 33

16 Kab. Mojokerto 15.254 0,52 26

17 Kab. Jombang 24.587 0,84 22

18 Kab. Nganjuk 64.265 2,20 16

19 Kab. Madiun 88.151 3,01 11

20 Kab. Magetan 91.351 3,12 10

21 Kab. N g a w i 136.435 4,66 7

22 Kab. Bojonegoro 82.082 2,81 13

23 Kab. T u b a n 96.976 3,32 9

24 Kab. Lamongan 35.709 1,22 20

25 Kab. Gresik 9.141 0,31 27

26 Kab. Bangkalan 36.600 1,25 19

27 Kab. Sampang 57.251 1,96 17

28 Kab. Pamekasan 17.413 0,60 24

29 Kab. Sumenep 52.203 1,78 18

30 Kota Kediri 417 0,01 31

31 Kota Blitar 0 0,00 34

Page 23: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

4

32 Kota Malang 3.857 0,13 29

33 Kota Probolinggo 0 0,00 35

34 Kota Pasuruan 0 0,00 36

35 Kota Mojokerto 0 0,00 37

36 Kota Madiun 0 0,00 38

37 Kota Surabaya 20 0,00 32

38 Kota Batu 1.792 0,06 30

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017), diolah

Berdasarkan Tabel 1.2 Kabupaten Jember merupakan kabupaten dengan

produksi ubi kayu terendah ke-13 atau urutan 25 dari daerah produksi terbesar ubi

kayu. Meski demikian terdapat banyak produk turunan ubi kayu yang dijadikan

sebagai oleh-oleh khas jember seperti tape, suwar-suwir, prol tape, tape bakar, pia

tape, brownies tape, dan dodol tape, sesuai yang dikutip oleh Kompas (2012),

terdapat dua wilayah di Jawa Timur yang menjadikan tape sebagai primadona

daerahnya yaitu Bondowoso dan Jember. Berikut adalah tabel data perusahaan

berbahan singkong di Bondowoso.

Tabel 1.3 Data Jenis Usaha Berbahan Baku Singkong di Kabupaten Bondowoso Tahun

2014-2106

Jenis Usaha Jumlah Perusahaan

2014 2015 2106

Tepung gaplek 450 450 -

Kerupuk ketela 83 83 -

Keripik singkong 58 58 -

Tape dll 506 506 18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso (2015-2017)

Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2016 terdapat 18 perusahan yang

mengolah ubi kayu menjadi tape, namun tidak tersedia data terkait variasi produk

olahan tape lainnya. Variasi olahan tape di Bondowoso tidak sebanyak di Jember.

Adapun produk olahan tape yang sering dijumpai di Bondowoso yaitu brownies

tape, prol tape dan tape bakar. Sedangkan di Jember, produk turunan ubi kayu,

khususnya olahan tape banyak dijumpai hampir di seluruh toko oleh-oleh khas

Jember, sehingga tidak sedikit agroindustri yang mengolah ubi kayu menjadi tape

dan produk olahan tape lainnya untuk meningkatkan nilai tambah. Menurut

Wardono dalam Leksana (2006), secara potensial Jember memiliki industri kecil

yang berdaya saing dan mampu untuk ditingkatkan. Berikut adalah tabel

agroindustri/UKM olahan singkong di Kabupaten Jember.

Lanjutan tabel 1.2

Page 24: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

5

Tabel 1.4 Daftar Usaha Mikro Kecil dan Menengah Olahan Singkong di Kabupaten

Jember Tahun 2016

No Nama UD / CV / Toko Jenis Usaha

1 A2 Family Produksi Kripik Singkong

2 Usaha Mikro Produksi Tape

3 UD. 96 Tape, Suwar Suwir, Prol Tape dll

4 UD. Liberty Prol Tape, Kripik Tempe, Ceker Ayam

5 UD. Super Madu Tape dan Prol Tape

6 Usaha Mikro Produksi Tape

7 Adelia Putri Jual Kripik Singkong

8 Sumber Madu Sae Tape Singkong

9 Ziza Aneka Olahan Tape

10 Usaha Mikro Krupuk dan krupuk singkong

11 Usaha Mikro Camilan (Kripik singkong)

12 Berkah Produksi Kripik Singkong

13 Makmur Jaya Produksi Kripik Singkong

14 Berkah Produksi Kripik Singkong

15 Elmalik produksi Kripik-Singkong

16 Karomah Jual Krupuk Singkong

17 Usaha Mikro Kripik Singkong

18 Adi Putra Kripik Singkong

19 Usaha Mikro Kripik Singkong – Tempe

20 Usaha Mikro Kripik Singkong dan Tempe

21 Bunda Krupuk dan Kripik Singkong

22 Putra Mandiri Produksi Kripik Pisang dan Singkong

23 Tiga Putra Produksi Kripik Pisang dan Singkong

24 UD. Mutiara Rasa Jual Suwar Suwir dan Dodol Buah

25 UD. Alianda Produksi Suwar Suwir

26 Tape Kembang Madu Produksi Tape Singkong

27 Koplak Food Produksi Olahan Salak dan Tape Singkong

28 Safira Jual Tape, Madu Mongso, Dodol Pisang, Sambal

Goreng Tempe

29 Kube (Anak Singkong) Produksi Kripik Singkong

30 Kurnia Produksi Permen Asem dan Suwar Suwir

31 Orangiro Produksi Kripik Singkong dan Jual Emping

Jagung

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Jember (2016)

Berdasarkan data tersebut, terdapat 31 UKM berbahan baku singkong di

Kabupaten Jember yang mengolah singkong menjadi beberapa produk turunannya

seperti keripik singkong, tape, prol tape, suwar-suwir, dan produk olahan tape

lainnya. Koplak food merupakan salah satu bentuk industri kreatif di Jember milik

Page 25: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

6

seorang pemuda. Menurut Setiawan (2012) agribisnis atau industri kreatif

memiliki potensi untuk penciptaan lapangan kerja dan wirausaha, pengentasan

kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Disisi lain,

agribisnis kreatif yang cenderung digeluti oleh kaum muda, secara tidak langsung

juga dapat membangkitkan kesadaran generasi muda akan potensi negaranya. Hal

tersebut penting sebagai upaya menyongsong gelombang ekonomi hijau berbasis

agribisnis.

Koplak food sebagai industri kreatif melihat adanya peluang ntuk mengolah

tape menjadi suatu produk olahan yang lebih inovatif, sehingga muncul olahan

baru tape yaitu keripik tape dan ladrang tape. Keripik tape dan ladrang tape

tergolong produk baru yang diproduksi oleh Koplak Food, dimana ladrang tape

lebih dulu diproduksi sejak 2015 sedangkan keripik tape diproduksi pada bulan

November 2017.

Proses pengolahan kedua produk tersebut diolah dengan cara berbeda, dimana

ladrang tape diolah secara tradisional menggunakan gilingan stainless sedangkan

keripik tape diolah secara modern menggunakan vacuum frying. Penggunaan

teknologi baik tradisional maupun modern dalam proses pengolahan tape tidak

diimbangi dengan skala produksi yang tinggi karena terbatasnya alat vacuum

frying dan penggunaan tenaga kerja. Terbatasnya jumlah tenaga kerja tersebut

menyebabkan agroindustri tidak dapat memaksimalkan penggunaan alat untuk

memproduksi keripik tape secara maksimal, sehingga skala produksi yang mampu

dihasilkan masih rendah.

Menurut Rachmat dalam supriyati dan suryani (2006) struktur agroindustri

berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja yaitu; (1) industri rumah tangga 1-4

orang; (2) industri kecil 5-19 orang; (3) industri Menengah 20-99 orang; dan (4)

industri Besar 100 orang ke atas. Berdasarkan referensi tersebut, penggunaan

tenaga kerja pada agroindustri koplak food sebagai industri rumah tangga sudah

sesuai namun masih dalam jumlah minimum yaitu 2 tenaga kerja untuk keripik

tape dan 1 tenaga kerja untuk ladrang tape.

Disisi lain, dengan skala produksi yang masih rendah, harga bahan baku juga

mengalami peningkatan sedangkan harga jual produk tetap. Kondisi tersebut

Page 26: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

7

menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses pengolahan tape

menjadi lebih besar. Besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan selama

proses pengolahan tape dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima

agroindustri koplak food, sehingga perincian penggunaan biaya pada suatu

agroindustri perlu diperhatikan.

Selain perincian biaya, diperlukan pula strategi pengembangan usaha yang

dimulai dari penerapan marketing mix dan menganalisis faktor internal eksternal

agroindustri menggunakan analisis SWOT. Adanya analisis strategi tersebut,

dapat membantu agroindustri meningkatkan usaha keripik tape dan ladrang tape

yang masih tergolong baru dan memiliki pesaing produk olahan tape lain yang

juga produk khas Jember. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai

tambah yang diperoleh melalui proses pengolahan tape, pendapatan yang diterima,

bauran pemasaran olahan tape serta strategi pengembangan usaha olahan tape

pada agroindustri koplak food di Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai tambah keripik tape dan ladrang tape pada agroindustri koplak

food di Kabupaten Jember?

2. Bagaimanakah pendapatan yang diperoleh agroindustri koplak food dari proses

produksi keripik tape dan ladrang tape?

3. Bagaimana penerapan marketing mix dari olahan tape pada agroindustri koplak

food di Kabupaten Jember?

4. Bagaimana strategi pengembangan usaha olahan tape pada agroindustri koplak

food di Kabupaten Jember?

Page 27: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai tambah keripik tape dan ladrang tape pada agroindustri

koplak food di Kabupaten Jember

2. Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh agroindustri koplak food dari

proses produksi keripik tape dan ladrang tape

3. Untuk mengetahui penerapan marketing mix dari olahan tape pada agroindustri

koplak food di Kabupaten Jember

4. Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha olahan tape pada agroindustri

koplak food di Kabupaten Jember

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan kebijakan komoditas ubi kayu

2. Bagi agroindustri dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan

usahanya untuk meningkatkan nilai tambah, pendapatan, serta

mengembangkan usaha olahan tape.

3. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan referensi

untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Page 28: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama yang dijadikan sebagai acuan terkait rumusan masalah

pertama mengenai nilai tambah adalah penelitian oleh Reptiana (2016) dengan

judul penelitian “Analisis Nilai Tambah Chip Ubi Kayu dan Prospek

Pengembangan Agroindustri Tepung Ubi Kayu di CV. Tulus Abadi Kabupaten

Trenggalek”. Pengolahan chip ubi kayu menjadi tepung ubi kayu merupakan suatu

upaya untuk meningkatkan nilai guna dan nilai tambah dari chip ubi kayu

tersebut. Analisis nilai tambah pengolahan chip ubi kayu menjadi tepung ubi kayu

dilakukan dengan menggunakan tabel Hayami. Berdasarkan analisis yang

dilakukan, pengolahan chip ubi kayu menjadi tepung ubi kayu memberikan nilai

tambah sebesar Rp 614,03/kg bahan baku dengan rasio 15,03%. Artinya setiap

satu kilogram input yang digunakan mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp

614,03 dimana setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp

15,03.

Penelitian kedua yang dijadikan sebagai acuan terkait rumusan masalah

pertama mengenai nilai tambah adalah penelitian oleh Adyanti (2016) dengan

judul penelitian “Analisis Harga Pokok Produksi dan Nilai Tambah pada

Agroindustri Tapioka CV. INTAF di Desa Wonorejo Kecamatan KedungJajang

Kabupaten Lumajang”. Agroindustri Tapioka CV. INTAF merupakan

agroindustri yang mengolah ubi kayu menjadi tapioca. Pengolahan ubi kayu

menjadi tapioca mampu memberikan nilai guna dan nilai tambah komoditas ubi

kayu. Proses pengolahan ubi kayu menjadi tapioca terdapat limbah onggok yang

juga memiliki nilai guna. Perhitungan nilai tambah dilakukan berdasarkan

kapasitas produksi, bahan baku yang digunakan, tenaga kerja, upah, harga input

dan output, serta input lain yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan

perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode hayami, nilai tambah yang

diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tapioca sebesar Rp 660,76/kg

dan onggok sebesar Rp 200,00/kg sehingga total nilai tambah yang dihasilkan

sebesar Rp 860,76/kg bahan baku yang digunakan.

Page 29: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

10

Penelitian ketiga yang dijadikan sebagai acuan terkait nilai tambah adalah

penelitian oleh Praptiwi dkk. (2015) dengan judul “Analisis Pendapatan dan Nilai

Tambah Agroindustri Tape Singkong di Kota Pekanbaru”. Proses pembuatan tape

singkong mampu menciptakan nilai tambah, dimana nilai tambah tersebut

dihitung menggunakan tabel hayami. Nilai tambah yang diciptakan yaitu sebesar

Rp 2.079,13/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 48,92%. Artinya

setiap satu kilogram singkong yang digunakan mampu menciptakan nilai tambah

sebesar Rp 2.079,13 dimana setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai

tambah sebesar Rp 48,92.

Penelitian keempat yang dijadikan sebagai acuan terkait nilai tambah adalah

penelitian oleh Elvia (2016) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah Ubi

Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong pada Agroindustri Pak Ali di Desa

Ujong Tanjung Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat”. Pengolahan ubi

kayu menjadi keripik singkong mampu memberikan nilai tambah. Perhitungan

nilai tambah dilakukan menggunakan tabel hayami dan diperoleh nilai tambah

sebesar Rp 4.313 /kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 43,13%. Artinya

setiap satu kilogram input singkong yang digunakan dalam pembuatan keripik

mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp 4.313 dimana setiap Rp 100 nilai

produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 43,13.

Penelitian kelima yang dijadikan sebagai acuan terkait nilai tambah adalah

penelitian oleh Leksana (2006) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah

dan Prospek Agroindustri Suwar Suwir di Kabupaten Jember”. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, pengolahan tape ubi kayu menjadi suwar-suwir mampu

menciptakan nilai tambah sebesar Rp 2.816,90/kg bahan baku. Artinya setiap satu

kilogram bahan baku tape yang digunakan untuk suwar suwir mampu

menciptakan nilai tambah sebesar Rp 2.816,90.

Penelitian keenam yang dijadikan sebagai acuan terkait nilai tambah adalah

penelitian oleh Elida dan Hamidi (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Pendapatan Agroindustri Rengginang Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Provinsi

Riau”. Kabupaten Kampar merupakan sentra ubi kayu dan berbagai produk

olahannya. Produk olahan ubi kayu yang diolah di Kabupaten Kampar yaitu

Page 30: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

11

keripik ubi, rengginang ubi, tape, dan dodol ubi. Kegiatan pengolahan ubi kayu

dilakukan karena ketersediaan ubi kayu yang melimpah dan belum dapat

meningkatkan nilai ekonominya, sehingga guna meningkatkan nilai ekonomi

tersebut ubi kayu diolah menjadi berbagai macam produk olahan, salah satunya

rengginang ubi. Pengolahan ubi kayu menjadi rengginang ubi mampu

memberikan nilai tambah sebesar Rp 7.000/kg bahan baku ubi kayu. Artinya

setiap satu kilogram ubi kayu yang diolah untuk rengginang ubi kayu mampu

menciptakan nilai tambah sebesar Rp 7.000.

Penelitian Praptiwi dkk. (2015) dengan judul “Analisis Pendapatan dan

Nilai Tambah Agroindustri Tape Singkong di Kota Pekanbaru”. Salah satunya

juga bertujuan untuk mengetahui pendapatan agroindustri tape singkong.

Pendapatan bersih atau keuntungan dapat dihitung menggunakan rumus

. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui penerimaan (TR) dari

pembuatan tape singkong sebesar Rp 18.116.343,99 dengan total biaya yang

dikeluarkan (TC) sebesar Rp 11.477.189,21 sehingga pendapatan bersih yang

diperoleh agroindustri sebesar Rp 6.764.743,66 per bulan.

Penelitian Elvia (2016) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah Ubi

Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong pada Agroindustri Pak Ali di Desa

Ujong Tanjung Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat”. Salah satunya juga

bertujuan untuk mengetahui pendapatan agroindustri keripik singkong. Biaya

produksi yang digunakan selama proses pengolahan ubi kayu menjadi keripik

singkong terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang

digunakan dalam proses pengolahan sebesar Rp 242.000 sedangkan biaya tetap

sebesar Rp 385,45 sehingga diperoleh biaya total (TC) sebesar Rp 280.545 per

bulan dengan total penerimaan (TR) sebesar Rp 320.000. Berdasarkan nilai TR

dan TC yang diperoleh dalam proses pengolahan ubi kayu menjadi keripik

singkong, maka dapat diketahui pendapatan dan efisiensi usaha tersebut.

Pendapatan atau keuntungan yang diterima dihitung dengan menggunakan rumus

π = TR – TC dan diperoleh keuntungan sebesar Rp 39.455.

Penelitian Leksana (2006) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah

dan Prospek Agroindustri Suwar Suwir di Kabupaten Jember”. Salah satunya juga

Page 31: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

12

bertujuan untuk mengetahui pendapatan agroindustri suwar-suwir. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, diperoleh biaya total (TC) yang dikeluarkan untuk

proses pengolahan tape menjadi suwar suwir sebesar Rp 353.920,66 dengan

penerimaan (TR) sebesar Rp 519.166,67 sehingga setiap proses produksi suwar-

suwir, pendapatan yang diperoleh agroindustri sebesar Rp 165.249,01 dengan

tingkat efisiensi 1,46. Efisiensi > 1 artinya usaha pengolahan tape menjadi suwar

suwir efisien, dimana setiap Rp 1.00 yang dikeluarkan dalam pembuatan suwar

suwir, dapat memberikan penerimaan sebesar 1,46 kali dari biaya yang telah

dikeluarkan.

Penelitian Elida dan Hamidi (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Pendapatan Agroindustri Rengginang Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Provinsi

Riau”. Kabupaten Kampar merupakan sentra ubi kayu dan berbagai produk

olahannya. Salah satunya juga bertujuan untuk mengetahui pendapatan

agroindustri rengginang ubi kayu. Berdasarkan analisis yang dilakukan, total

biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi rengginang ubi kayu

sebesar Rp 199.486,31 dengan pendapatan kotor sebesar Rp 420.000. Pendapatan

tersebut diperoleh melalui proses pengolahan 60 kg ubi kayu yang menghasilkan

18 kg rengginang ubi kayu (60 kotak rengginang) dengan harga per kotak Rp

7.000. Perhitungan tersebut memberikan laba/pendapatan bersih bagi agroindustri

sebesar Rp 204.513,69.

Penelitian pertama yang dijadikan sebagai acuan terkait rumusan masalah

ketiga mengenai bauran pemasaran atau marketing mix adalah penelitian oleh

Ismini (2010) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah dan Strategi

Pemasaran Keripik Singkong di Perusahaan “Mickey Mouse” di Malang”.

Marketing mix merupakan salah satu unsur dalam strategi pemasaran yang

dilaksanakan oleh perusahaan. Terdapat empat unsur strategi bauran pemasaran

yaitu strategi; (a) produk, (b) harga, (c) penyaluran, dan (d) promosi. Strategi

produk dilakukan dengan; (a) pemberian merek dagang dan kemasan, (b)

perbaikan mutu, (c) diferensiasi produk, dan (d) perbaikan pelayanan. Strategi

harga dilakukan dengan cara; (a) mempertahankan harga yang sudah diterima

konsumen, (b) keseragaman harga, (c) pemberian diskon pada pelanggan dan

Page 32: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

13

distributor, dan (d) syarat pembayaran yang disesuaikan dengan kondisi

pelanggan dan distributor. Strategi penyaluran, dilakukan dengan dua saluran

pemasaran. Strategi promosi, dilakukan kurang begitu lancar dengan

pertimbangan produk yang dipasarkan cukup lancar.

Penelitian pertama yang dijadikan sebagai acuan terkait rumusan masalah

keempat mengenai strategi pengembangan adalah penelitian oleh Mashuri (2006)

dengan judul penelitian “Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Tape

Bondowoso”. Faktor internal yang dimiliki industri dikelompokkan menjadi lima

yaitu; (1) manajemen/sumberdaya manusia, (2) pemasaran, (3) keuangan, (4)

produksi dan operasi, (5) penelitian dan pengembangan. Manajemen/sumberdaya

manusia yang dimaksudkan adalah kemampuan tenaga kerja, dimana pada

industri tape di bondowoso banyak tenaga kerja yang sudah berpengalaman.

Pemasaran merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

mengembangkan usaha, dimana terdapat beberapa aspek pemasaran yaitu produk,

harga, tempat penjualan dan promosi. Keuangan yang dimaksudkan adalah modal

awal dalam menjalankan sebuah usaha. Produksi dan operasi merupakan seluruh

aktivitas yang merubah input menjadi output. Penelitian dan pengembangan

diartikan sebagai penemuan produk baru sebelum pesaing melakukannya,

mengembangkan produk, meningkatkan mutu, memperbaiki efisiensi proses

manufaktur, dan memperdalam teknologi perusahaan.

Faktor Eksternal dikelompokkan menjadi tiga yaitu; (1) lingkungan umum,

(2) lingkungan operasional, (3) lingkungan industri. Adapun kekuatan yang

dimiliki industri tape terdiri dari rasa dan kualitas produk yang memiliki ciri

tersendiri, fasilitas perusahaan untuk menunjang kegiatan operasi, pengalaman

perusahaan, produk sangat praktis, adanya labelisasi kemasan, sudah ada job

description, adanya loyalitas pelanggan, letak perusahaan strategis. Kelemahan

yang dimiliki meliputi sumber dana yang terbatas, kurangnya promosi produk,

produksi belum optimal, daerah pemasaran masih terbatas, teknologi masih

sederhana, tingkat pendidikan pekerja rendah, produk bersifat mudah rusak.

Peluang yang dimiliki yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju, krisis

ekonomi yang berangsur pulih, adanya citra rasa sebagai makanan khas daerah,

Page 33: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

14

terbukanya pasar baik di dalam maupun luar Kabupaten Bondowoso,

pertumbuhan penduduk semakin tinggi, adanya pelatihan dan pembinaan dari

pemerintah daerah, adanya pemasok bahan baku perusahaan yang tetap. Ancaman

yang dimiliki industri meliputi adanya produk subtitusi, biaya produk yang

berfluktuasi, bahan baku besek yang sulit ketika panen tembakau, stabilitas politik

dan keamanan belum pulih, adanya pemalsuan produk, wilayah Bondowoso

kurang strategis, bahan baku bersifat musiman.

Berdasarkan perhitungan bobot dan rating, diperoleh nilai IFE sebesar 2,785

dan EFE sebesar 2,867 dan menempatkan posisi industri pada sel V. Posisi

tersebut menggambarkan bahwa industri berada pada kondisi internal rata-rata dan

respon industri terhadap faktor eksternal tergolong sedang. Strategi yang

digunakan yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Penelitian kedua yang dijadikan sebagai acuan terkait rumusan masalah

keempat mengenai strategi pengembangan adalah penelitian oleh Putra dkk.

(2015) dengan judul penelitian “Competitive Strategy of a Market Leader; Case of

UD. Primadona’s Prol Tape Jember-East Java”. Penelitian tersebut bertujuan

untuk menjaga eksistensi prol tape primadona dengan merumuskan alternatif

strategi, dimana alternatif strategi tersebut dianalisis menggunakan analisis IFE,

EFE, CPM, IE, SWOT, dan QSPM. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat faktor

internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha prol tape

primadona. Faktor Internal meliputi kekuatan dan kelemahan perusahaan

sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman perusahaan.

Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan meliputi pengaplikasian teknologi

canggih kecuali oven, pemanggangan secara tradisional, lokasi outlet strategis,

kekuatan merk, dan kemasan produk. Kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan

yaitu kegiatan promosi yang kurang intensif, implementasi dari penelitian dan

produk baru, ruang outlet yang terbatas, kecilnya kapasitas produksi, harga jual

yang tinggi dibandingkan harga pesaing, tidak tersedianya web site atau blog

perusahaan. Peluang perusahaan yaitu meningkatnya kunjungan turis dan pelajar,

mudahnya akses keuangan atau modal untuk pengembangan bisnis, melimpahnya

bahan baku, loyalitas pelanggan yang kuat, dan implementasi Jember visiting

Page 34: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

15

month (BBJ) sebagai media promosi. Ancaman bagi perusahaan yaitu banyaknya

pesaing, adanya isu bahwa prol tape makanan khas daerah lain, adanya produk

subtitusi seperti pia tape dan edamame.

Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal diperoleh nilai IFE

sebesar 2,405 dan nilai EFE sebesar 2,630. Hasil penilaian tersebut menunjukkan

bahwa prol tape primadona berada pada kuadran V (menjaga dan

mempertahankan), sehingga strategi yang dapat dilakukan yaitu strategi penetrasi

pasar dan produk baru.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Ubi Kayu

Menurut Rukmana (1997) Ubi kayu merupakan sumber pangan (karbohidrat)

nomor tiga di Indonesia setelah padi dan jagung yang berasal dari Brasil (Amerika

Selatan). Ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-18 tepatnya sejak

tahun 1852 dan mulai menyebar ke seluruh Nusantara tahun 1914 – 1918 ketika

Indonesia kekurangan bahan pangan (beras) sehingga ubi kayu menjadi alternatif

pengganti makanan pokok. Kegunaan ubi kayu sebagai bahan pangan dapat diolah

menjadi beberapa produk olahan seperti ubi kayu rebus, ubi kayu goreng, ubi

kayu bakar, kolak, keripik, tape, dan juga produk antara (Intermediet Product)

seperti tapioca dan gaplek. Ubi kayu dan berbagai produk olahannya mengandung

gizi yang cukup tinggi. Berikut adalah kandungan gizi ubi kayu.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu

No. Kandungan Gizi Ubi Kayu Biasa Ubi Kayu Kuning

1 Kalori (kal) 146,00 157,00

2 Protein (g) 1,20 0,80

3 Lemak (g) 0,30 0,30

4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90

5 Kalsium (mg) 33,00 33,00

6 Fosfor (mg) 40,00 40,00

7 Zat Besi (mg) 0,70 0,70

8 Vitamin A (SI) 0 385,00

9 Vitamin B1 (mg) 0,06 0,06

10 Vitamin C (mg) 30,00 30,00

11 Air (g) 62,50 60,00

12 Bagian yang dapat dimakan (%) 75,00 75,00

Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1981)

Page 35: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

16

Berdasarkan tabel tersebut, kandungan gizi yang terdapat pada ubi kayu

terdiri dari kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A,

vitamin B1, vitamin C, air, serta persentase bagian yang bisa dimakan. Ubi kayu

biasa dan ubi kayu kuning memiliki kandungan gizi berbeda yang terletak pada

kandungan protein, karbohidrat, vitamin A, dan air. Berdasarkan kandungan

protein dan air, ubi kayu biasa memiliki protein yang lebih tinggi yaitu 1,20 g dan

air sebanyak 62,50 g, sedangkan protein ubi kayu kuning sebesar 0,80 g dan air

60,00 g. Berdasarkan kandungan karbohidrat dan vitamin A, ubi kayu kuning

memiliki karbohidrat yang lebih tinggi yaitu 37,90 g dan vitamin A sebanyak

385,00 SI, sedangkan ubi kayu biasa memiliki karbohidrat 34,70 g dan vitamin A

0. Berikut adalah klasifikasi ubi kayu:

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot esculenta Crantz sin. Manihot utilisima Phohl.

Page 36: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

17

Gambar 2.1 Diagram Flowchart Diversifikasi Vertikal Komoditas Ubi Kayu

Sektor Pertanian Sektor Industri Konsumen

UBI KAYU

Kulit

Daging Gula Fruktosa

Etanol

Asam-asam

Organik

Senyawa

kimia lain

Gaplek

Tape

Pelet

Arang

Tapioka Plaki

Dextrin

Gula Glukosa

Onggok

Tapioka

Industri makanan

ternak

Industri makanan

ternak

Industri makanan

dan lain-lain

Industri makanan

Ind. textil, Ind.

farmasi, Ind. kimia

Industri makanan

Industri makanan

Industri kimia

Industri makanan

Industri kimia

Industri makanan

ternak

Industri makanan

Industri makanan

ternak Industri makanan

Page 37: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

18

Menurut Soetriono dkk. (2003) terdapat dua bagian ubi kayu yang diolah

pada sektor industri yaitu kulit dan daging. Dari kedua bagian tersebut, daging

merupakan bagian ubi kayu yang banyak diolah untuk industri makanan, industri

makanan ternak, industri kimia, industri textile, dan industri farmasi. Produk

daging ubi kayu untuk industri makanan terdiri dari tapioka, onggok, tapioka

plaki, gula glukosa, gula fruktosa, asam organic, gaplek, dan tape. daging ubi

kayu untuk industri makanan ternak terdiri dari arang, gaplek, dan pellet.

Sedangkan daging ubi kayu lainnya digunakan untuk industri kimia, farmasi, dan

textil.

2.2.2 Usaha Agroindustri

Agroindustri merupakan industri yang mengolah komoditas pertanian primer

menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk

akhir (finish product). Agroindustri menjadi salah satu pendukung keberhasilan

produksi pertanian, dimana adanya keterbatasan waktu untuk menjual produk

pertanian segar dapat diatasi dengan melakukan proses pengolahan pada suatu

agroindustri. Adanya proses pengolahan produk pertanian dapat menciptakan nilai

tambah dari aspek daya guna, daya simpan, dan efisiensi penyediaannya bagi

konsumen. Berdasarkan tingkat perubahan bahan bakunya, proses pengolahan

pada agroindustri terbagi menjadi empat kelompok kegiatan. Berikut adalah tabel

pengelompokkan agroindustri berdasarkan tingkat perubahan bahan baku.

Tabel 2.2 Pengelompokkan Agroindustri Berdasarkan Tingkat Perubahan Bahan Baku

I II III IV

Kegiatan Proses

Pembersihan

Penilaian

Pemisahan

Penggilingan

Pemotongan

Pencampuran

Pemasakan

Pasteurisasi

Pengalengan

Dehidrasi

Pembekuan

Penyusunan

Ekstraksi

Perakitan

Perubahan kimia

Teksturisasi

Produk Ilustratif

Page 38: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

19

Buah segar

Sayur segar

Telur

Bulir Gandum

Daging

Rempah-rempah

Makanan Hewan

Goni

Kapas

Kayu

Karet

Pabrik Susu

Produk buah dan

Sayuran

Daging

Saus

Tekstil dan Garmen

Minyak

Perabot rumah

Gula

Minuman

Makanan instan

Produk sayuran

Ban

Sumber: Austin (1993) dalam Santoso (2013)

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (2013)

Industri pengolahan berdasarkan skalanya dibagi menjadi tiga yaitu skala

mikro/rumah tangga, skala kecil dan skala sedang besar. Berdasarkan UU No.

20/2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah adalah sebagai berikut:

1. Usaha mikro, adalah usaha yang memiliki kekayaan paling banyak lima puluh

juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki

hasil penjualan tahunan paling banyak tiga ratus juta rupiah

2. Usaha kecil, adalah kegiatan usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari

lima puluh juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari tiga ratus juta rupiah hingga dua milyar lima ratus juta rupiah.

3. Usaha menengah, adalah kegiatan usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih

dari lima ratus juta rupiah sampai dengan sepuluh milyar rupiah tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari dua milyar lima ratus juta rupiah hingga lima puluh milyar rupiah. Dengan

demikian, usaha skala besar adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih

dari sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari lima puluh milyar rupiah.

2.2.3 Konsepsi Nilai Tambah

Menurut Hadi (2014), nilai tambah (value added) menggambarkan

kemampuan suatu industri untuk menciptakan pendapatan, baik bagi pelaku

usaha, wilayah, maupun negara. Semakin tinggi nilai tambah yang diciptakan,

maka daya saing komoditas yang bersangkutan di pasar global dan lokal semakin

Lanjutan Tabel 2.2

Page 39: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

20

meningkat. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk terus berupaya

meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian melalui pengembangan

agroindustri (industri pengolahan hasil pertanian).

Konsep nilai tambah adalah suatu perubahan nilai pada input akibat adanya

perlakuan yang diberikan selama proses produksi. Arus peningkatan nilai tambah

ini terjadi dari hulu hingga ke hilir, dimana pihak yang terlibat dimulai dari petani

hingga ke konsumen akhir. Nilai tambah disektor hulu dilakukan dengan

penyediaan bahan baku berkualitas dan berkesinambungan yang melibatkan para

petani, penyedia sarana prasarana pertanian, dan teknologi. Nilai tambah disektor

hilir dilakukan dengan melibatkan industri pengolahan. Pengolahan ini dilakukan

untuk komoditas pertanian khususnya komoditas yang mudah rusak, dimana

tujuan dari pengolahan ini yaitu menciptakan nilai tambah dan menciptakan

produk agar siap dikonsumsi oleh konsumen. Penciptaan nilai tambah dilakukan

dengan memberikan perlakukan. Perlakuan yang dimaksudkan antara lain seperti

pengemasan, pengawetan, pengolahan, dan manajemen mutu untuk menambah

kegunaan atau meninmbulkan nilai tambah sehingga harga produk pertanian

menjadi lebih tinggi (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Menurut Hayami et al. dalam Sudiyono (2002) nilai tambah (value added)

adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang

diberlakukan terhadap komoditas yang bersangkutan. Input fungsional yang

dimaksudkan yaitu proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat

(place utility), maupun penyimpanan (time utility). Nilai tambah dapat dihitung

dengan dua cara yaitu menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan

menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Nilai tambah dipengaruhi oleh

faktor teknis dan non teknis (faktor pasar). Faktor teknis yang dimaksudkan yaitu

jumlah bahan baku serta input lain, kualitas produk, penerapan teknologi,

kapasitas produksi, dan penggunaan unsur tenaga kerja. Faktor non teknis yang

dimaksud meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal

investasi, informasi pasar, dan nilai output lain. Adapun komponen pendukung

dalam analisis nilai tambah yaitu faktor konversi, faktor koefisien tenaga kerja,

dan nilai produk. Besarnya nilai tambah hasil pertanian karena proses pengolahan

Page 40: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

21

merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai

produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Nilai tambah memberikan

gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat

dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Keterangan:

K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan

T = Tenaga kerja yang digunakan

U = Upah tenaga kerja

H = Harga output

h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain

Nilai tambah dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

VA = NP – IC

Keterangan:

VA : Nilai tambah (Value Added)

NP : Nilai Produksi

IC : Intermediet Cost

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Apabila VA > 0 maka mampu memberikan nilai tambah

2. Apabila VA ≤ 0 maka tidak mampu memberikan nilai tambah

2.2.4 Biaya Produksi

A. Biaya Ekspilisit

Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006) biaya eksplisit merupakan biaya yang

benar-benar dikeluarkan oleh produsen untuk membeli atau menyewa inputyang

digunakan dalam proses produksi. Yang tergolong biaya eksplisit antaranya yaitu

gaji, upah pegawai, sewa tanah, bangunan, pembelian bahan baku dan lain-lain

yang idkeluarkan dalam bentuk uang.

Page 41: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

22

B. Biaya Implisit

Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006) biaya implisit merupakan biaya yang

dicerminkan oleh nilai input atau sumberdaya yang dimiliki sendiri dan yang

dipekerjakan sendiri oleh perusahaan dalam proses produksi, dimana perusahaan

tidak tidak perlu membayar atas penggunaan input karna milik sendiri, namun

tetap harus diperhitungkan dalam perhitungan biaya meskipun tidak dibayarkan

dalam bentuk uang.

C. Biaya Kesempatan

Menurut Setiyo (2018) Biaya eksplisit dan implisit merupakan komponen

dari opportunity cost atau biaya kesempatan. Biaya kesempatan tersebut diperoleh

dari penjumlahan antara biaya eksplisit dan implisit. Terdapat dua sudut pandang

untuk menghitung biaya kesempatan yaitu dari sudut pandang ekonom dengan

akuntan. Perhitungan biaya kesempatan dari segi ekonom cenderung

memperhitungkan biaya eksplisit maupun implisit karena kajian ekonomi

mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi sebuah kebijakan. Sedangkan

perhitungan biaya kesempatan dari segi akuntansi cenderung memasukkan biaya

eksplisit saja karena kajian akuntansi menitikberatkan pada aliran biaya yang

benar-benar terjadi dan pertanggungjawaban arus biaya dalam sebuah laporan

keuangan.

C. Biaya variabel (variabel cost)

Menurut Rahardja dan Manurung (2008) biaya variabel (VC) merupakan

biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi. Apabila jumlah yang akan

diproduksi bertambah, maka biaya variabel yang dikeluarkan juga akan

bertambah. Contoh biaya yang tergolong biaya variabel adalah upah buruh dan

biaya bahan baku.

D. Biaya Tetap (fix cost)

Menurut Sukirno (2010) biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang jumlahnya tidak

dapat diubah. Besar kecilnya biaya tetap yang dikeluarkan tidak bergantung pada

besar kecilnya jumlah yang akan diproduksi. Contoh biaya yang tergolong dalam

biaya tetap yaitu membeli mesin dan mendirikan bangunan pabrik.

Page 42: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

23

E. Biaya Total (total cost)

Menurut Putong (2005) Biaya total (TC) merupakan biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan, baik bersifat tetap maupun variabel. Hal tersebut

dikarenakan biaya tetap dan biaya variabel merupakan komponen dalam

perhitungan biaya total. Berikut adalah rumus perhitungan biaya total:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC : Biaya total jangka pendek

FC : Biaya tetap jangka pendek

VC : Biaya variabel jangka pendek

Gambar 2.2 Kurva-kurva Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel (Sukirno, 2010)

Berdasarkan Gambar 2.2 Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besar

kecilnya biaya tetap yang dikeluarkan, tidak bergantung dengan besar kecilnya

jumlah output yang diproduksi. Kurva VC menunjukkan bahwa besar kecilnya

biaya variabel yang dikeluarkan, bergantung pada besar kecilnya jumlah output

yang akan diproduksi. Kurva TC sejajar dengan VC menunjukkan bahwa dalam

jangka pendek, perubahan biaya total (TC) dipengaruhi oleh perubahan biaya

variabel (VC).

0

TC

VC

FC

Kuantitas

Biaya

Page 43: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

24

F. Biaya Rata-Rata

Menurut Sukirno (2010) biaya rata-rata merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata-rata dapat dihitung

melalui pembagian biaya total dengan jumlah output yang diproduksi atau

menjumlahkan biaya tetap rata-rata dengan biaya variabel rata-rata. Berikut

adalah rumus perhitungan biaya rata-rata:

AC = AFC + AVC

Keterangan:

AC : Biaya rata-rata jangka pendek

AFC : Biaya tetap rata-rata jangka pendek

AVC : Biaya variabel rata-rata jangka pendek

2.2.5 Penerimaan

Menurut Rahardja dan Manurung (2008) penerimaan merupakan suatu

konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga

jual perunitnya. Konsep penerimaan dipandang dari sisi permintaan karena tidak

semua barang yang ditawarkan akan menjadi penerimaan. Menurut Arif dan

Amalia (2010) Penerimaan total (Total Revenue) merupakan total penerimaan

produsen dari hasil penjualan produksinya (output), dimana nilai penerimaan total

diperoleh dari hasil kali jumlah produksi yang terjual (Q) dengan harga jual

produk (P). berikut adalah rumus penerimaan total:

TR = Q x P

2.2.6 Pendapatan

Menurut Rahardja dan Manurung (2008) terdapat tiga pendekatan yang

digunakan untuk menghitung laba maksimum, yaitu pendekatan totalitas (totality

approach), pendekatan rata-rata (average approach), dan pendekatan marjinal

(marginal approach). Perhitungan laba dengan pendekatan totalitas dilakukan

dengan membandingkan pendapatan total (TR) dengan biaya total (TC).

Pendapatan total merupakan perkalian antara harga output per unit (P) dengan

jumlah unit output yang terjual (Q), sehingga TR = P . Q. Biaya total (TC)

Page 44: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

25

merupakan penjumlahan dari total biaya tetap (FC) dengan total biaya variabel

(VC), sehingga TC = FC + VC. Biaya variabel per unit output dalam pendekatan

totalitas dianggap konstan, dimana biaya variabel adalah jumlah output (Q) dikali

biaya variabel per unit (v), sehingga VC = v.Q. Adapun rumus perhitungan

dengan pendekatan totalitas yaitu: π = TR – TC atau π = P.Q – (FC + vQ).

Gambar 2.3 Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas)

Berdasarkan Gambar 2.3 kurva TR dan TC dengan pendekatan totalitas, dapat

diketahui bahwa pada awalnya perusahaan mengalami kerugian dimana kurva TR

berada dibawah kurva TC (TR < TC). Kerugian tersebut dapat diminimalisir

dengan meningkatkan jumlah output yang diproduksi, dimana semakin besar

jumlah output yang di produksi, maka pendapatan total (TR) suatu perusahaan

akan meningkat. Pada saat produksi dengan jumlah tertentu, perusahaan tidak

dirugikan dan tidak diuntungkan atau perusahaan berada pada titik impas (break

event point) dimana kurva TR akan berpotongan dengan kurva TC (TR = TC).

Setelah perusahaan mencapai titik BEP (Break Even Point), maka pertambahan

output yang diproduksi akan memberikan laba pada perusahaan, dimana kurva TR

berada diatas kurva TC (TR > TC).

Kriteria Pengambilan Keputusan:

1. Apabila TR > TC maka usaha tersebut mampu memberikan keuntungan bagi

agroindustri

2. Apabila TR = TC maka usaha tersebut tidak memberikan keuntungan ataupun

kerugian bagi agroindustri

TC

TR

Titik impas

Rugi

Laba

TR = TC

Q 0

FC

VC = vQ

Rp

Kuantitas

Page 45: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

26

3. Apabila TR < TC maka usaha tersebut tidak mampu memberikan keuntungan

bagi agroindustri

2.2.7 Teori Pemasaran

Menurut Kotler (1997) Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan

manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, serta

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Berdasarkan definisi

tersebut, pemasaran tercipta melalui interaksi antara pihak satu dengan lainnya

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana interaksi tersebut dapat

menimbulkan pemikiran pada salah satu pihak untuk mendapatkan tanggapan

pihak lain sesuai dengan yang dikehendakinya, hal ini yang disebut sebagai

manajemen pemasaran. Manejemen pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyalur gagasan, barang,

dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu

dan organisasi. Terdapat lima konsep yang dapat dipilih organisasi dalam

melakukan kegiatan pemasaran, yaitu:

1. Konsep Produksi : menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang

tersedia di banyak tempat dengan harga murah. Asumsi tersebut berlaku dalam

dua situasi. Situasi pertama adalah situasi dimana permintaan produk melebihi

penawaran, pada kondisi tersebut konsumen akan tertarik untuk memperoleh

produk daripada keistimewaan produk sedangkan pemasok akan memusatkan

perhatian untuk peningkatan produksi. Situasi kedua adalah situasi ketika biaya

produk tinggi dan harus diturunkan untuk memperluas pasar, pada kondisi ini

volume produksi ditingkatkan untuk menekan biaya dan memperluas pasar.

Pada konsep ini manajer organisasi yang berorientasi produksi memusatkan

perhatian pada usaha-usaha untuk menciptakan efisiensi produksi yang tinggi

dan distribusi luas.

2. Konsep Produk : menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang

menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif terbaik. Pada konsep ini

manajer mengasumsikan bahwa pembeli menghargai produk yang di buat

Page 46: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

27

dengan baik dan mereka dapat menilai kualitas dan kinerja suatu produk,

sehingga manajer dalam organisasi berorientasi produk memusatkan

perhatiannya pada usaha untuk menghasilkan produk unggul dan terus

menyempurnakannya.

3. Konsep Menjual/penjualan : menyatakan bahwa organisasi harus melakukan

usaha penjualan dan promosi yang agresif karena jika konsumen diabaikan,

maka konsumen tersebut tidak akan membeli produk suatu organisasi dalam

jumlah yang cukup.

4. Konsep Pemasaran : menyatakan bahwa organisasi harus menjadi lebih efektif

dibanding pesaingnya dalam melakukan kegiatan pemasaran guna menetapkan

dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pasar sasaran, dengan demikian

organisasi akan lebih mudah untuk mencapai tujuannya.

5. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial : menyatakan bahwa tugas organisasi

adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan

memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada

pesainh dengan mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan konsumen

dan masyarakat.

Menurut Firdaus (2009) Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang yang

harus dilakukan oleh para pengusaha, termasuk pengusaha tani

(agribusinessman). Hal itu dikarenakan dengan adanya pemasaran, pengusaha tani

dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, mendapatkan laba, dan untuk

berkembang, dimana berhasil tidaknya suatu usaha bergantung pada keahliannya

di bidang pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia. Pemasaran

agribisnis merupakan suatu kegiatan pemasaran yang diawali dengan penyaluran

sarana produksi pertanian, produksi bahan mentah pada tingkat pengusaha tani,

dan mencapai puncak dengan produk akhir yang diinginkan ditingkat konsumen.

Pada proses pemasaran agribisnis, terdapat perubahan kegunaan dari produk

bahan mentah menjadi produk akhir yang diinginkan oleh konsumen. Adanya

perubahan kegunaan tersebut, semua bagian pemasaran memperoleh nilai tambah

(value added) karena usahanya menambah kegunaan produk. Terdapat empat

jenis kegunaan yaitu:

Page 47: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

28

1. Guna karena bentuk (form utility)

2. Guna karena waktu (time utility)

3. Guna karena tempat (place utility)

4. Guna karena hak milik (possession utility)

2.2.8 Konsep Strategi

Manajemen strategi merupakan upaya untuk mengelola strategi suatu bisnis

dalam mencapai tujuan. Strategi merupakan pola tindak manajemen untuk

mencapai tujuan badan usaha, dimana dengan berkembangnya bisnis atau badan

usaha, pemilik menyerahkan pengelolaan bisnis pada manajemen yang

professional agar lebih efisien. Adapun tugas manajemen menjadikan bisnis

tersebut mempunyai nilai seperti yang diharapkan pelanggan (Reksohadiprodjo,

2003).

Menurut Amirullah (2015), manajemen strategi merupakan suatu proses atau

tahapan yang didalamnya terdapat kerangka gabungan bagi manajer perusahaan

untuk menangani masalah, mengidentifikasi peluang baru dengan mudah dan

untuk memperkirakan kekuatan yang dapat digunakan serta kelemahan yang harus

diperbaiki. Proses tersebut bertujuan untuk memadukan misi dan tujuan yang

dihubungkan dengan lingkungan eksternal maupun internal, sehingga dalam

perumusan strategis diperlukan identifikasi dan analisis lingkungan eksternal dan

internal.

Analisis lingkungan eksternal merupakan suatu aktivitas analisis terkait

dimensi peluang (opportunity-O) dan ancaman (threats-T). Peluang merupakan

faktor lingkungan luar yang positif dan dapat serta mampu mengarahkan kegiatan

organisasi kearahnya. Sedangkan ancaman merupakan faktor lingkungan luar

yang negatif karena mampu menghambat pergerakan organisasi. Menurut Porter

(1990) peluang dan ancaman dapat diidentifikasi dengan mengidentifikasi lima

karakteristik pasar yaitu tingkat persaingan antara pesaing, kemudahan competitor

dalam memasuki pasar, kekuatan pemasok, kekuatan pelanggan, dan ketersediaan

barang pengganti.

Page 48: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

29

Analisis internal merupakan proses perencanaan strategi yang mengkaji

pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan

operasi, sumberdaya dan karyawan, serta faktor-faktor keuangan dan akuntansi

untuk mengetahui kemampuan penting yang dimiliki perusahaan sehingga

perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif serta

dapat mengatasi ancaman di dalam lingkungan (Jauch dan Glueck, 1990). Analisis

lingkungan internal penting dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kondisi

perusahaan yang mampu melaksanakan keseluruhan tugasnya dengan baik karena

memiliki sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar. Dengan kata lain, kekuatan merupakan kompetisi

khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar.

Sedangkan kelemahan merupakan kondisi dimana perusahaan kurang mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik karena memiliki keterbatasan atau

kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius

mengahmbat kinerja efektif perusahaan.

Menurut Rangkuti (1997) strategi dikelompokkan berdasarkan tiga tipe

strategi yaitu:

1. Strategi manajemen: meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen

dengan orientasi pengembangan strategi secara makro seperti strategi

pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi

pengembangan pasar, strategi terkait keuangan, dan sebagainya.

2. Strategi investasi: strategi yang kegiatannya berorientasi pada investasi seperti

usaha perusahaan dalam mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi dan sebagainya.

3. Strategi bisnis: strategi yang kegiatannya berorientasi pada fungsi-fungsi

kegiatan manajemen seperti strategi pemasaran, strategi produksi atau

operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi yang

berhubungan dengan keuangan.

Page 49: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

30

2.2.9 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran tergolong dalam salah satu unsur taktik pemasaran yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat

yang dapat membantu mencapai tujuan pemasaran (Rangkuti, 1997).

1. Produk (Product)

Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, dimana produk yang ditawarkan

tersebut dapat berupa makanan, pakaian, dan jasa. Guna mengembangkan rencana

produk suatu organisasi harus mempertimbangkan mutu, desain, fitur, ukuran,

opsi, nama, dan kemasan. Menurut Firdaus (2009) suatu perusahaan harus

memiliki orientasi yang kuat untuk memutuskan suatu produknya, karena apabila

perusahaan tidak memiliki orientasi yang kuat, maka keputusan mengenai produk

hanya berdasarkan pada tradisi, perasaan, atau coba-coba.

2. Harga (Price)

Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikorbankan oleh konsumen atau

pembeli untuk memperoleh suatu produk yang dibutuhkan atau diinginkan.

Penetapan harga produk suatu organisasi dapat mempengaruhi permintaan produk

yang ditawarkan, sehingga diperlukan metode yang tepat untuk menetapkan

harga. Menurut firdaus (2009) terdapat beberapa metode penetapan harga yang

dapat dilakukan yaitu:

a. Penetapan harga berdasar biaya (cost plus pricing), adalah penetapan

harga dengan menambahkan marjin tetap pada biaya dasar masing-

masing untuk menutup biaya tetap, biaya penanganan, dan sisanya

merupakan laba.

b. Penetapan harga bersaing adalah metode penetapan harga dengan

mengikuti harga rata-rata di pasar atau mengikuti harga dari pesaing

utama.

c. Penetapan harga penetrasi adalah metode dengan menentukan harga

rendah pada produk agar pasar terbuka luas dan penerimaan yang cepat

atas produk yang bersangkutan

Page 50: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

31

d. Penjenjangan pasar (skimming the market), adalah metode penentuan

harga dengan menetapkan harga produk tinggi untuk memperkenalkan

produk tersebut pada masyarakat kalangan atas, dimana ketika

masyarakat mulai jenuh, harga produk diturunkan secara bertahap agar

masyarakat menengah turut serta menjadi pelanggan.

e. Penetapan harga berdasar daya serap pasar adalah metode penentuan

harga dengan menawarkan berbagai tingkat harga untuk menentukan dan

membebankan harga maksimum yang disanggupi pelanggan.

f. Potongan harga adalah pemberian potongan harga (discount) dari harga

semula.

g. Penetapan harga psikologis adalah penetapan harga yang cenderung

terlihat memuaskan karena seakan-akan harga terlihat rendah, contohnya

harga barang sebesar Rp 19.900,00

h. Penetapan harga bergengsi yaitu penetapan harga tinggi untuk menarik

segmen pasar atas

3. Promosi (Promotion)

Promosi sering diartikan sebagai komunikasi membujuk atau strategi

komunikasi untuk meyakinkan konsumen tentang penawaran suatu produk agar

konsumen tersebut melakukan suatu tindakan. Promosi merupakan salah satu

variabel dari marketing mix yang sangat penting, dimana promosi dapat dilakukan

dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Periklanan, adalah komunikasi non individu dengan sejumlah biaya

melalui berbagai media (televise, radio, media cetak, dan lain-lain) yang

dilakukan oleh perusahaan.

b. Personal selling adalah interaksi antar individu dengan cara saling

bertemu untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau

mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan

dengan pihak lain.

c. Publisitas adalah penyebaran informasi suatu barang atau organisasi ke

masyarakat melalui media massa tanpa dipungut biaya secara langsung

atau tanpa pengawasan dari sponsor.

Page 51: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

32

d. Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran yang mendorong

konsumen untuk membeli melalui kegiatan peragaan, pertunjukan dan

pameran, demonstarsi dan sebagainya.

4. Tempat (Place)

Setiap agribisnis harus menetapkan cara untuk memindahkan dan

menyalurkan (distribusi) produknya ke pelanggan. Saluran distribusi berkenaan

dengan jejak penyaluran barang dari produsen hingga ke konsumen akhir.

Kegiatan distribusi melibatkan beberapa lembaga yaitu produsen, perantara, dan

konsumen akhir. Perantara dibedakan menjadi dua yaitu perantara pedagang

(merchant middleman) dan perantara agen (agent middleman). Perantara

pedagang yang dimaksudkan adalah perantara yang bertanggung jawab atas

kepemilikan dari keseluruan barang yang dipasarkannya, dimana pedagang

perantara terdiri dari pedagang besar (wholesaler) dan pengecer (retailer).

Perantara agen yang dimaksudkan yaitu perantara yang tidak mempunyai hak

kepemilikan atas semua barang yang ditanganinya, dimana perantara agen terdiri

dari agen penunjang (facilitating agent) dan agen pelengkap (suplemental agent).

2.2.10 SWOT

Menurut Rangkuti (1997) Analisis SWOT merupakan identifikasi faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, dimana analisis tersebut

didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (treaths). Dalam analisis SWOT, kinerja perusahaan

dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, sehingga kedua

faktor tersebut harus dipertimbangkan. Tahapan analisis SWOT dimulai dengan

mengidentifikasi posisi perusahaan melalui evaluasi nilai faktor internal dan

evaluasi faktor eksternal, dimana posisi perusahaan dalam analisis SWOT

dikelompokkan menjadi empat kuadran, berikut adalah diagram analisis SWOT.

Page 52: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

33

Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT

Berdasarkan diagram analisis SWOT, terdapat empat kuadran yang dapat

menggambarkan situasi suatu perusahaan sebagai berikut:

1. Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan, dimana perusahaan

memiliki peluang dan kekuatan sehingga perusahaan dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi di kuadran 1

yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

strategy)

2. Kuadran 2 merupakan suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi berbagai

ancaman tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

3. Kuadran 3 merupakan suatu kondisi dimana perusahaan memiliki peluang

besar tetapi menghadapi beberapa kendala atau kelemahan dari segi internal,

sehingga fokus strategi perusahaan yaitu meminimalkan masalah-masalah

internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran 4 merupakan suatu kondisi dimana perusahaan dangat tidak

menguntungkan karena menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan

internal.

Menurut Marimin (2004) setelah matriks internal dan eksternal terbentuk,

tahap selanjutnya dalam analisis SWOT yaitu membuat matriks SWOT yang

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KELEMAHAN

INTERNAL KEKUATAN

INTERNAL

1. Mendukung

strategi agresif

2. Mendukung

strategi

diversifikasi

3. Mendukung

strategi turn

around

4. Mendukung

strategi

defensif

Page 53: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

34

menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi perusahaan (S-O,

W-O, S-T, W-T. Dalam proses pengambilan keputusan, perlu mengkaji kembali

matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi perusahaan untuk

memperoleh kombinasi strategi yang tepat bagi perusahaan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Koplak food merupakan salah satu agroindustri di Jember yang melihat

adanya peluang dalam menciptakan produk olahan tape yang lebih inovatif,

sehingga muncul olahan ladrang tape dan keripik tape. Guna mencapai tujuan

perusahaan, ladrang tape dan keripik tape harus mampu bersaing dengan produk

olahan tape lainnya, sehingga diperlukan alternatif strategi yang cocok. Seiring

berjalannya usaha tersebut, harga bahan baku tape mengalami peningkatan dari

semula Rp 5.000/kg menjadi Rp 7.000/kg. Adanya kenaikan harga bahan baku

tersebut tidak diikuti dengan kenaikan harga produk. Hal tersebut tentunya akan

berpengaruh pada besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan serta pendapatan

yang diterima agroindustri. Berdasarkan fenomena tersebut, tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui nilai tambah, pendapatan, marketing mix, dan strategi

pengembangan usaha.

Inovasi pengolahan tape pada agroindustri koplak food diharapkan mampu

memberikan nilai tambah. Nilai tambah merupakan adanya perubahan nilai lebih

tinggi karena adanya perlakuan yang diberikan pada suatu komoditas. Nilai

tambah yang dimaksudkan pada agroindustri koplak food yaitu adanya

pertambahan nilai karena suatu perlakuan selama proses pengolahan tape menjadi

ladrang tape dan keripik tape. Berdasarkan penelitian Reptiana (2016) pengolahan

chip ubi kayu menjadi tepung ubi kayu di CV. Tulus Abadi Kabupaten

Trenggalek mampu menciptakan nilai tambah positif. Berdasarkan penelitian

Adyanti (2016) pengolahan ubi kayu menjadi tapioca mampu menciptakan nilai

tambah positif. Berdasarkan penelitian Praptiwi dkk. (2015) pengolahan ubi kayu

menjadi tape mampu menciptakan nilai tambah positif. Berdasarkan penelitian

Elvia (2016) pengolahan ubi kayu menjadi keripik mampu menciptakan nilai

tambah positif. Berdasarkan penelitian leksana (2006) pengolahan tape ubi kayu

Page 54: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

35

menjadi suwar-suwir mampu menciptakan nilai tambah positif. Berdasarkan

penelitian Elida dan Hamidi (2009) pengolahan ubi kayu menjadi rengginang ubi

kayu mampu menciptakan nilai tambah positif. Adanya inovasi pengolahan tape

menjadi ladrang dan keripik tape menarik peneliti untuk mengetahui apakah

pengolahan tape menjadi ladrang dan keripik tape mampu menciptakan nilai

tambah dan seberapa besar nilai tambah yang diperoleh dari adanya perlakuan

tersebut. Guna mengetahui nilai tambah yang diciptakan dari adanya proses

pengolahan tape pada agroindustri koplak food dilakukan analisis menggunakan

metode hayami yaitu menghitung besarnya peningkatan nilai produk per satuan

input. Apabila VA > 0 maka usaha tersebut mampu menciptakan nilai tambah,

sedangkan jika VA ≤ 0 maka usaha tersebut tidak mampu menciptakan nilai

tambah

Kenaikan harga bahan baku menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan

menjadi lebih besar, sedangkan penerimaan dari sisi harga output tetap. Hal

tersebut menarik peneliti untuk menganalisis pendapatan yang diperoleh

agroindustri koplak food dalam mengolah tape menjadi keripik dan ladrang tape.

Praptiwi dkk. (2015) pengolahan ubi kayu menjadi tape menguntungkan.

Berdasarkan penelitian Elvia (2016) pengolahan ubi kayu menjadi keripik

menguntungkan. Berdasarkan penelitian leksana (2006) pengolahan tape ubi kayu

menjadi suwar-suwir menguntungkan. Berdasarkan penelitian Elida dan Hamidi

(2009) pengolahan ubi kayu menjadi rengginang ubi kayu menguntungkan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, diharapkan adanya kenaikan harga bahan baku

tersebut agroindustri tetap dalam kondisi menguntungkan. Guna menjawab

penelitian ini, dilakukan analisis pendapatan. Apabila TR > TC maka usaha

keripik tape menguntungkan bagi agroindustri koplak food, jika TR = TC maka

agroindustri koplak food dalam keadaan break even point (BEP), dan apabila TR

< TC maka usaha keripik tape tidak menguntungkan bagi agroindustri koplak

food.

Ladrang dan keripik tape merupakan produk inovasi olahan tape yang

tergolong baru dan perlu dikembangkan, dimana produk olahan tape tersebut

harus bersaing dengan produk olahan tape lainnya yang lebih dulu dikenal oleh

Page 55: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

36

masyarakat Jember maupun luar Jember. Adanya persaingan tersebut diperlukan

strategi untuk mengembangkan usaha pengolahan tape pada agroindustri koplak

food. Strategi pengembangan usaha olahan tape dilakukan dengan merumuskan

strategi pemasaran dari produk (marketing mix) dan menganalisis faktor internal

eksternal agroindustri menggunakan analisis SWOT.

Guna mengetahui marketing mix yang diterapkan oleh agroindustri koplak

food, diperlukan identifikasi terkait dasar bauran pemasaran yaitu 4P (product,

price, place, promotion). Berdasarkan penelitian Ismini (2010) terdapat empat

unsur marketing mix, dimana dari keempat unsur tersebut product menjadi unsur

yang paling menonjol dengan beberapa atributnya. Metode analisis yang

digunakan untuk menggambarkan marketing mix koplak food adalah metode

deskriptif. Sedangkan untuk strategi pengembangan dianalisis menggunakan

SWOT.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan kondisi dilapang, diperoleh faktor

internal yang menjadi kekuatan agroindustri koplak food yaitu kemampuan tenaga

kerja dalam penggunaan teknologi (S1), kemampuan agroindustri dalam

memperoleh bahan baku berkualitas (S2), ciri khas yang unik pada produk olahan

tape (S3), promosi yang efektif (S4), dan legalitas ijin usaha serta PIRT (S5).

Kelemahan agroindustri koplak food dalam mengembangkan usaha yaitu

rendahnya skala produksi (W1), terbatasnya jumlah tenaga kerja (W2), masih

kurang dikenal masyarakat (W3), dan minimnya pencatatan keuangan (W4).

Faktor eksternal yang menjadi peluang agroindustri dalam mengembangkan usaha

yaitu pasar terbuka luas (O1), tingginya permintaan pasar (O2), produk olahan

tape merupakan produk inovasi (O3), penggunaan teknologi modern (O4), dan

adanya kerjasama dengan dosen dalam membantu penyediaan peralatan (O5).

Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi agroindustri adalah kualitas bahan

baku yang kurang konsisten (T1), harga bahan baku cenderung meningkat (T2),

adanya negosiasi persyaratan dalam memperluas pasar yang merugikan

agroindustri (T3), dan adanya produk subtitusi (T4). Adapun penelitian terdahulu

yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian keempat yaitu penelitian

Mashuri (2006) diperoleh nilai IFE sebesar 2,785 dan EFE sebesar 2,867 dan

Page 56: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

37

menempatkan posisi industri pada sel V yang menggambarkan bahwa industri

berada pada kondisi internal rata-rata dan respon industri terhadap faktor eksternal

tergolong sedang. Strategi yang digunakan yaitu strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Berdasarkan penelitian Putra dkk. (2015) diperoleh nilai

IFE sebesar 2,405 dan EFE sebesar 2,630. hasil tersebut menunjukkan bahwa prol

tape primadona berada pada posisi V (menjaga dan mempertahankan), dimana

strategi yang dipilih yaitu strategi stabilitas atau strategi pertumbuhan konsentrasi

melalui integrasi horizontal, sehingga strategi yang dapat dilakukan yaitu strategi

penetrasi pasar dan produk baru.

Page 57: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Hasil penelitian terdahulu : S1, S3, W1, O1, O4, T2, T4

Hasil penelitian lapang : S2, S4, S5, W2, W3, W4, W5,

O2, O3, O5, T1, T3

38

Tujuan ketiga:

Strategi Pemasaran

4P Marketing mix:

a. Product b. Price

c. Place d. Promotion

Hasil Penelitian terdahulu:

- Ismini (2010)

Menyatakan bahwa

marketing mix keripik

singkong meliputi 4P

(product, price, place,

promotion)

Permasalahan:

Produk baru

Adanya persaingan dengan produk

olahan tape lainnya

Harga bahan baku meningkat

Agroindustri Koplak Food

Permasalahan:

Harga produk tetap

Terdapat beraneka ragam kemasan

Skala produksi rendah

Tujuan kedua:

Pendapatan

Kriteria:

1. TR > TC = Untung

2. TR = TC = BEP

3. TR < TC = Rugi

Hasil Penelitian

terdahulu:

- Praptiwi dkk.

(2015)

- Elvia (2016)

- Leksana (2006)

- Elida dan Hamidi

(2009)

Menyatakan

bahwa usaha

produk turunan ubi

kayu

menguntungkan

Analisis Pendapatan

Tujuan pertama:

Nilai Tambah

Kriteria:

1. Positif: VA > 0

2. Negatif: VA ≤ 0

Hasil Penelitian

terdahulu:

- Reptiana (2016)

- Adyanti (2016)

- Praptiwi dkk.

(2015)

- Elvia (2016)

- Leksana (2006)

- Elida dan Hamidi

(2009)

Menyatakan

bahwa produk

turunan ubi kayu

mampu

menciptakan nilai

tambah positif

Metode Hayami

Tujuan keempat:

Strategi Pengembangan

Analisis SWOT

Hasil Penelitian

terdahulu:

- Mashuri (2006)

- Putra dkk. (2015)

Menyatakan bahwa

perusahaan berada

pada posisi V atau

kondisi

pertumbuhan/

stabilitas dengan

strategi integrasi

horizontal

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape

pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember

Faktor

Internal:

S1, S2, S3, S4,

S5

W1, W2, W3,

W4, W5

Faktor Eksternal:

O1, O2, O3, O4,

O5

T1, T2, T3, T4

Page 58: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

39

2.4 Hipotesis

1. Usaha ladrang tape dan keripik tape mampu menciptakan nilai tambah positif

2. Pendapatan yang diterima oleh Koplak Food dari produksi ladrang tape dan

keripik tape menguntungkan

3. Bauran pemasaran ladrang tape dan keripik tape yang paling menonjol adalah

Produk

4. Strategi pengembangan usaha ladrang tape dan keripik tape agroindustri

koplak food berada pada posisi V, artinya perusahaan berada pada kondisi

pertumbuhan/stabilitas sehingga strategi yang dapat dilakukan yaitu strategi

stabilitas atau pertumbuhan konsentrasi melalui integrasi horizontal.

Page 59: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

40

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan daerah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

purposive methode. Daerah yang dipilih dalam penelitian ini yaitu agroindustri

koplak food di Kabupaten Jember dengan pertimbangan bahwa terdapat inovasi

baru olahan tape yaitu keripik tape dan ladrang tape. Sementara ini hanya

agroindustri koplak food yang memproduksi tape menjadi keripik tape dan

ladrang tape, sehingga agroindustri koplak food dipilih sebagai lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode deskriptif dan analitik. Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014) Penelitian

deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk memberikan

gambaran terkait dengan fenomena yang akan diteliti. Metode deskriptif dalam

penelitian ini digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena actual yang terjadi di

daerah penelitian, mendeskripsikan bauran pemasaran produk olahan tape dan

menginterpretasikan hasil penelitian. Metode analitik digunakan untuk

membuktikan hipotesis dengan menganalisa nilai tambah, pendapatan, serta

strategi pengembangan usaha olahan tape pada agroindustri koplak food.

3.3 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Metode purposive sampling merupakan metode yang digunakan untuk mengambil

responden secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa responden tersebut

mampu memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai

tujuan penelitian terkait dengan nilai tambah dan pendapatan peneliti

menggunakan 4 responden (Tabel 3.1). Untuk mencapai tujuan terkait bauran

pemasaran peneliti menggunakan 12 responden (Tabel 3.2). Sedangkan untuk

mencapai tujuan penelitian terkait strategi pengembangan produk olahan tape

pada agroindustri koplak food, peneliti menggunakan 2 responden yang terdiri

Page 60: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

41

dari 1 responden kunci dan 1 ekspert (Tabel 3.3). Berikut adalah tabel responden

yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.1 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Pertama dan Kedua

No Sampel Jumlah (Orang)

1 Pemilik Agroindustri Koplak Food 1

2 Tenaga Kerja 2

3 Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jember 1

Total 4

Tabel 3.2 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Ketiga

No Sampel Jumlah (Orang)

1 Pemilik Agroindustri Koplak Food 1

2 Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jember 1

3 Konsumen 10

Total 12

Tabel 3.3 Daftar Responden Penelitian untuk Tujuan Keempat

No Sampel Jumlah (Orang)

1 Pemilik Agroindustri Koplak Food 1

2 Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jember 1

Total 2

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yaitu

metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode wawancara dilakukan

dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan untuk

memperoleh informasi atau data primer yang dibutuhkan melalui narasumber

(pihak agroindustri) guna mencapai tujuan penelitian. Informasi yang dibutuhkan

yaitu terkait dengan komponen dalam perhitungan nilai tambah, pendapatan, serta

efisiensi usaha keripik tape dan ladrang tape. Metode observasi dilakukan dengan

mengamati proses pengolahan keripik tape dan ladrang tape serta untuk

mengetahui kondisi internal dan eksternal agroindustri dalam menentukan strategi

Page 61: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

42

alternatif. Metode observasi juga diperlukan untuk mengetahui komponen-

komponen yang digunakan dalam proses pengolahan, dimana komponen-

komponen tersebut dapat berpengaruh terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh

agroindustri Koplak Food. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data yang dapat menunjang penelitian, dimana data tersebut diperoleh melalui

catatan-catatan yang dimiliki oleh agroindustri. Pengumpulan data sekunder

dalam penelitian ini bersumber dari jurnal, buku, dan dinas terkait untuk

mendapatkan sebuah informasi mengenai masalah yang akan dibahas oleh

peneliti.

Penelitian ini menggunakan data primer pada bulan Agustus 2018. Pada

bulan Agustus 2018, pengolahan tape menjadi ladrang tape dilakukan sebanyak 12

kali dengan satu tenaga kerja. Sedangkan pengolahan keripik tape dilakukan

sebanyak 4 kali dengan dua tenaga kerja.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis untuk menguji hipotesis pertama mengenai nilai tambah

dilakukan dengan menggunakan rumus dan tabel hayami untuk mengukur

seberapa besar nilai tambah yang diciptakan. Adapun rumus yang digunakan

dalam perhitungan nilai tambah yaitu:

VA = NP – IC

Keterangan:

VA : Nilai tambah (Value Added)

NP : Nilai Produksi

IC : Intermediet Cost

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Apabila VA > 0 maka mampu memberikan nilai tambah

2. Apabila VA ≤ 0 maka tidak mampu memberikan nilai tambah

Page 62: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

43

Tabel 3.4 Analisis Nilai Tambah Hayami

No Variabel Satuan Nilai

Output, Input, Harga

1 Output/total produksi Kg/periode (1)

2 Input/bahan baku Kg/periode (2)

3 Input TK HOK/periode (3)

4 Faktor Konversi (4) = (1) / (2)

5 Koefisien TK HOK/Kg (5) = (3) / (2)

6 Harga Produk Rp/Kg (6)

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK (7)

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku Rp/Kg (8)

9 Sumbangan input lain Rp/Kg (9)

10 Nilai produk Rp/Kg (10) = (4) x (6)

11 a. Nilai tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(8)-(9)

b. Rasio Nilai tambah % (11b) = (11a)/(10) x 100

12 a. Pendapatan TK Rp/Kg (12a) = (5) x (7)

b. Imbalan TK % (12b) = (12a)/(11a) x 100

13 a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a)

b. Tingkat keuntungan % (13b) = (13a)/(10) x 100

Balas Jasa Untuk faktor Produksi

14 Marjin Rp/Kg (14) = (10) – (8)

a. Pendapatan TK % (14a) = (12a)/(14) x 100

b. Sumbangan input lain % (14b) = (9)/(14) x 100

c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a)/(14) x 100

Sumber; Hayami et.al (1987)

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis kedua terkait

dengan pendapatan, dianalis menggunakan analisis pendapatan (Rahardja dan

Manurung, 2008). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

: Keuntungan (Rp/bulan)

TR : Total Penerimaan (Rp/bulan)

TC : Total Biaya Produksi (Rp/bulan)

Kriteria Pengambilan Keputusan:

1. Apabila TR > TC maka usaha tersebut mampu memberikan keuntungan bagi

agroindustri

Page 63: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

44

2. Apabila TR = TC maka usaha tersebut tidak memberikan keuntungan ataupun

kerugian bagi agroindustri

3. Apabila TR < TC maka usaha tersebut tidak mampu memberikan keuntungan

bagi agroindustri

Perhitungan biaya dalam analisis pendapatan dilakukan secara finansial,

dimana perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan biaya eksplisit,

sehingga tenaga kerja dalam keluarga tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya.

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis ketiga terkait

dengan strategi pemasaran produk olahan tape pada agroindustri koplak food

menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) yaitu 4P. Menurut Rangkuti

(1997) 4P meliputi:

1. Product: Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen,

2. Price: Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikorbankan oleh

konsumen atau pembeli untuk memperoleh suatu produk yang dibutuhkan atau

diinginkan.

3. Place: Tempat yang dimaksudkan terkait dengan pendistribusian suatu produk

4. Promotion: Promosi sering diartikan sebagai komunikasi membujuk atau

strategi komunikasi untuk meyakinkan konsumen tentang penawaran suatu

produk agar konsumen tersebut melakukan suatu tindakan

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis keempat terkait

dengan strategi pengembangan usaha olahan tape, dianalis menggunakan analisis

SWOT. Menurut Rangkuti (1997) untuk memperoleh keputusan strategi yang

tepat bagi perusahaan perlu dilakukan beberapa tahapan analisis SWOT sebagai

berikut:

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal

tahap pengambilan data tersebut dilakukan dengan wawancara terhadap ahli

perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan.

Page 64: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

45

2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT.

Berikut adalah tabel IFE dan EFE.

Tabel 3.5 Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Uraian Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Bobot Rating Skor

1. Kekuatan

Kemampuan TK dalam penggunaan teknologi

Kemampuan agroindustri dalam memperoleh

bahan baku berkualitas

Ciri khas yang unik pada produk olahan tape

Promosi online dan offline yang efektif

Adanya legalitas usaha (Ijin usaha dan P-IRT)

2. Kelemahan

Skala produksi rendah

Jumlah TK terbatas

Masih kurang dikenal masyarakat

Perputaran modal yang kurang cepat

Kurangnya pencatatan keuangan

Total skor faktor kekuatan-kelemahan

3. Peluang

Pasar terbuka luas

Tingginya permintaan pasar

Produk sangat inovatif

Penggunaan teknologi modern

Adanya kerjasama dengan instansi

pendidikan

4. Ancaman

Kualitas bahan baku kurang konsisten

Harga bahan baku cenderung meningkat

Adanya negosiasi perluasan pasar yang

merugikan

Adanya subtitusi produk olahan tape

Total skor faktor peluang-ancaman

Sumber: Data primer

Page 65: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

46

Adapun langkah-langkah dalam membuat matriks internal eksternal sebagai

berikut:

a. Dilakukan penyusunan semua faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan dan

membagi menjadi dua bagian pada kolom 1 yaitu faktor internal dan eksternal.

b. Memberikan bobot pada masing-masing faktor pada kolom 2 mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruhnya

terhadap strategi perusahaan, dimana bobot tersebut diperoleh melalui berbagai

teknik pembobotan.

c. Mengisi perhitungan rating di kolom 3 pada setiap faktor-faktor tersebut

berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan dengan rentang nilai

rating 1 (kurang berpengaruh) hingga 4 (sangat berpengaruh).

d. Mengisi kolom 4 dengan mengalikan bobot dan rating

e. Menjumlahkan total skor pembobotan masing-masing faktor internal

(kekuatan-kelemahan) dan eksternal (peluang-ancaman) untuk memperoleh

strategi yang tepat bagi perusahaan dengan meletakkan nilai pada kuadran

(gambar 3.1) yang sesuai kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang

akan menjelaskan alternatif strategi.

Gambar 3.1 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

4

4 2

2

0

0

WHITE AREA

GREY AREA

GREY AREA

BLACK AREA

IFAS

EFAS

Page 66: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

47

Gambar 3.2 Matriks Internal Eksternal

3. Tahap pengambilan keputusan

Kekuatan (Strength-S)

1. Kemampuan tenaga kerja

dalam penggunaan

teknologi

2. Kemampuan agroindustri

memperoleh bahan baku

berkualitas

3. Ciri khas unik pada

produk olahan tape

4. Promosi online dan offline

5. Adanya legalitas usaha

(SKU dan P-IRT)

Kelemahan (Weakness-W)

1. Skala produksi rendah

2. Jumlah tenaga kerja

terbatas

3. Kurang dikenal masyarakat

4. perputaran modal lambat

5. Kurangnya pencatatan

keuangan.

Peluang (Opportunities-O)

1. Pasar terbuka luas

2. Tingginya permintaan

pasar

3. Produk sangat inovatif

4. Penggunaan teknologi

modern

5. Adanya kerjasama dengan

instansi pendidikan

Strategi (S-O)

1. Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi (W-O)

1. Menciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan

peluang

IFAS

Kuat Rata-rata Lemah

TOTAL SKOR

T

O

T

A

L

S

K

O

R

EFAS Rendah

Menengah

Tinggi

4,0

2,0

3,0

1,0

2,0 3,0 1,0

I

Pertumbuhan

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan/

Stabilitas

VI

Divestasi

VII

Pertumbuhan

VIII

Pertumbuhan

IX

Likuiditas

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Page 67: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

48

Ancaman (Threats-T)

1. Kualitas bahan baku

kurang konsisten

2. Harga bahan baku

cenderung meningkat

3. Adanya negosiasi

perluasan pasar yang

merugikan

4. Adanya subtitusi produk

olahan tape

Strategi (S-T)

1. Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi (W-T)

1. Menciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Gambar 3.3 Matriks SWOT

3.6 Definisi Operasional

1. Output merupakan produk ladrang tape dan keripik tape yang diproduksi oleh

agroindustri koplak food dinyatakan dalam satuan kilogram

2. Input merupakan faktor produksi yang digunakan oleh agroindustri koplak

food dalam mengolah tape menjadi keripik tape dan ladrang tape dinyatakan

dalam satuan kilogram

3. Faktor konversi merupakan jumlah produk olahan tape yang dihasilkan setiap

satu satuan input

4. Koefisien tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam

mengolah satu satuan input dinyatakan dalam satuan HOK/Kg

5. Sumbangan input lain merupakan harga bahan lainnya yang digunakan dalam

proses pembuatan keripik tape dan ladrang tape, terkecuali bahan baku

dinyatakan dalam satuan Rp/Kg

6. Nilai produk merupakan harga output keripik tape dan ladrang tape per satuan

kilogram dinyatakan dalam satuan Rp/Kg

7. Nilai tambah merupakan Total biaya merupakan jumlah keseluruhan biaya

(biaya variabel dan biaya tetap) yang dikeluarkan oleh agroindustri untuk

memproduksi keripik tape dan ladrang tape dinyatakan dalam satuan Rp/Kg

8. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri untuk

memproduksi keripik dan ladrang tape, dimana biaya tersebut dikeluarkan

dalam bentuk uang.

Lanjutan Gambar 3.3

Page 68: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

49

9. Biaya variabel merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh agroindustri

untuk produksi keripik tape dan ladrang tape, dimana besarnya biaya

dipengaruhi oleh jumlah produksinya

10. Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh

agroindustri untuk produksi keripik tape dan ladrang tape, dimana besarnya

biaya relatif tetap

11. Produk merupakan sesuatu yang diproduksi oleh koplak food yaitu ladrang

tape dan keripik tape

12. Price merupakan harga yang ditawarkan oleh koplak food untuk produk

ladrang tape dan keripik tape

13. Place merupakan saluran distribusi yang dilakukan oleh koplak food dalam

menyampaikan produk ladrang tape dan keripik tape hingga ke konsumen

14. Promosi merupakan strategi komunikasi yang dilakukan koplak food dalam

menjualkan produk ke konsumen.

15. Faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh koplak

food dalam mengembangkan usaha ladrang tape dan keripik tape

16. Faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman diluar agroindustri koplak

food yang mempengaruhi pengembangan usaha ladrang tape dan keripik tape.

17. Los-losan adalah produk keripik tape yang dijual dalam bentuk kiloan pada

reseller koplak food

18. Gur-gur adalah remahan produk keripik tape yang dijual oleh koplak food

dengan ukuran keripik lebih kecil dari ukuran keripik packing dan los-losan

Page 69: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

50

BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Latar belakang Agroindustri Koplak Food

Agroindustri Koplak food terbentuk sejak 1 januari 2015, namun berdasarkan

surat keterangan usaha (SKU) Nomor: 518/3207/410/2016 secara resmi

agroindustri tersebut baru terdaftar di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

Menengah Kabupaten Jember pada tanggal 8 Maret 2016. Awal terbentuknya

usaha, agroindustri hanya mengolah salak untuk dijadikan beberapa produk

olahan, namun saat ini sudah merintis pada pengolahan komoditas lain seperti

tape dan kopi. Agroindustri ini terbentuk karena melimpahnya salak dengan grade

B dan dihargai dengan harga yang sangat murah sehingga dapat merugikan petani

salak di daerah tempat tinggal pemilik agroindustri. Hal tersebut mendorong

Muhammad Bustomi selaku pemilik agroindustri koplak food untuk mengolah

salak menjadi beberapa produk olahan seperti kurma salak, dodol salak, dan kopi

biji salak guna meningkatkan nilai jual salak grade B. Pengolahan salak tidak

hanya dilakukan pada daging buah saja, tetapi pemilik juga mengolah biji untuk

dijadikan sebagai kopi biji salak. Berikut adalah produk olahan salak yang

diproduksi oleh agroindustri koplak food.

Gambar 4.1 Produk Olahan Salak pada Agroindustri Koplak Food

Page 70: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

51

Pada pertengahan tahun 2015 selain berinovasi untuk mengolah salak,

agroindustri koplak food tertarik untuk mengolah tape menjadi produk olahan lain

yang lebih inovatif, karena menurut pemilik agroindustri terdapat peluang untuk

mengembangkan produk inovasi olahan tape selain suwar-suwir dan prol tape di

Kabupaten Jember. Tape yang digunakan agroindustri diperoleh dari pengepul

tape di daerah mumbulsari Jember, karena pihak agroindustri merasa belum

mampu jika mengolah tape sendiri. Adapun produk inovasi olahan tape yang

pertama diproduksi oleh agroindustri koplak food adalah keripik tape tradisional

dikenal dengan ladrang tape, diikuti dengan produksi keripik tape modern

menggunakan vacuum frying pada bulan November 2017. Berdasarkan Serifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Nomor 503/A.I/SPP-

IRT/0274.B/35.09.325/2018 agroindustri koplak food memiliki legalitas P-IRT

NO:5153509080132-23 dimana agroindustri dianggap telah memenuhi

persyaratan pemberian SPP-IRT berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Pedoman pemberian SPP-IRT

Nomor : HK. 03.1.23.04.12.2205. Berikut adalah produk olahan tape yang

diproduksi oleh agroindustri koplak food.

Gambar 4.2 Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food

Disisi lain, banyaknya agroindustri di Jember yang mengolah produk turunan

tape menyebabkan permintaan tape semakin meningkat dibanding dengan

persediaan tape pada pengepul, sehingga harga tape yang diperoleh agroindustri

Page 71: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

52

mengalami peningkatan pada tahun 2018. Harga awal tape yang semula hanya Rp

5.000/kg saat ini mencapai Rp 7.000/kg. Peningkatan harga tersebut tidak

merubah harga jual ladrang tape dan keripik tape dalam kemasan. Ladrang tape

kemasan 150 gram dijual dengan harga Rp 15.000, harga tersebut setara dengan

harga jual keripik tape kemasan 125 gram. Saluran pemasaran olahan tape pada

agroindustri terdiri dari 3 saluran yaitu:

Saluran I : Agroindustri koplak food – konsumen

Saluran II : Agroindustri koplak food – toko oleh-oleh – konsumen

Saluran III : Agroindustri koplak food – reseller – toko oleh-oleh – konsumen

4.2 Struktur Organisasi Agroindustri Koplak Food

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Agroindustri Koplak Food

A. Tugas dari ketua meliputi:

1. Memimpin dan bertanggung jawab seluruh kinerja dari karyawan UD.

Koplak Food

2. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi, serta menilai

kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada UD. Koplak Food

3. Memeriksa administrasi pembukuan, proses produksi dan pemasaran produk

Ketua:

Muhammad Bustomy

Wakil Ketua:

Indah Puji Lestari

Bendahara:

Istutik Ilmiah

CO Produksi:

1. M. Sulton (Keripik

Tape)

2. Jamilah (Ladrang Tape)

3. Ibu Sulastri (Salak)

CO Pengemasan:

Ahmad Nadi CO Pemasaran:

Ahmad

Sugiyanto

Page 72: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

53

B. Tugas dari wakil ketua meliputi:

1. Menggantikan posisi ketua apabila sedang berhalangan

2. Mengawasi proses produksi mulai pembuatan hingga pemasaran

C. Tugas dari bendahara meliputi:

1. Mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan

2. Menyimpan nota pembayara dari pihak pusat oleh-oleh Jember

D. Tugas dari bagian produksi meliputi:

1. Memproduksi produk olahan UD. Koplak Food

E. Tugas dari bagian pengemasan meliputi:

1. Mengemas produk yang telah diproduksi oleh bagian produksi

F. Tugas dari pemasaran meliputi:

1. Mengantar atau memasarkan produk yang telah dikemas oleh bagian

pengemasan

4.3 Proses Produksi Ladrang Tape dan Keripik Tape

A. Proses produksi ladrang tape

Ladrang tape merupakan salah satu produk inovasi olahan tape yang

diproduksi oleh agroindustri koplak food. Pengolahan ladrang tape dilakukan

seiring dengan pengolahan keripik tape, karena tape yang digunakan untuk

ladrang tape merupakan sisa potongan dari tape yang akan digunakan keripik,

kemudian ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan (sumbangan bahan lain)

seperti tepung, gula, mentega, telur dan minyak. Selain ditunjang dengan bahan

tambahan, proses pengolahan ladrang tape juga didukung dengan ketersediaan

peralatan seperti gilingan stainless, gilingan kayu, mesin sealer, baskom, nampan

plastik, timbangan, wajan penggorengan, spatula, dan saringan. Berikut adalah

tahap-tahap pengolahan ladrang tape.

1. Menyiapkan bahan baku dan alat yang akan digunakan

Tahap pertama proses pembuatan ladrang tape yaitu menyiapkan bahan-

bahan dan peralatan yang akan digunakan. Bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan ladrang tape meliputi telur, gula, mentega, minyak, tepung dan tape,

dimana tape yang digunakan cenderung yang sudah hancur seperti pada gambar

Page 73: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

54

4.4. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan ladrang tape meliputi alat

gilingan stainless, gilingan kayu, pemotong ladrang, baskom, wajan

penggorengan, spatula dan saringan.

Gambar 4.4 Tape yang Akan digunakan Ladrang Tape

2. Mencampur bahan-bahan

Tahap kedua yaitu mencampur bahan-bahan seperti telur, tepung, mentega,

gula dan tape dalam sebuah baskom. Sebelum mencampur semua bahan, terlebih

dahulu tape dihancurkan dan dihilangkan seratnya agar lembaran adonan ladrang

menjadi rata (tidak mengganjal). Setelah tape dihancurkan, bahan-bahan

tambahan pembuatan ladranng dimasukkan dan diuleni, kemudian di bentuk

menjadi beberapa bulatan besar yang nantinya akan digiling menggunakan

gilingan kayu dan gilingan stainless.

Gambar 4.5 Proses Penambahan Bahan Baku Lain Untuk Ladrang Tape

Page 74: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

55

Gambar 4.6 Adonan Ladrang Tape Siap Digiling

3. Menggiling Adonan

Tahapan berikutnya yaitu menggiling adonan dengan menggunakan gilingan

kayu terlebih dahulu agar bulatan besar tersebut berbentuk pipih untuk

memudahkan adonan masuk dalam gilingan stainless. Setelah adonan berbentuk

cukup pipih, adonan tersebut digiling menggunakan gilingan stainless, dimana

proses penggilingan dilakukan dengan 2 tahap yaitu menggiling dengan ketebalan

sedang, kemudian digiling lagi dengan ketebalan yang paling kecil untuk

membentuk adonan menjadi lembaran tipis yang siap dipotong.

Gambar 4.7 Proses Penggilingan Menggunakan Gilingan Kayu

Page 75: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

56

Gambar 4.8 Adonan Ladrang Tape Siap Dipotong

4. Pemotongan Ladrang Tape

Adonan ladrang yang siap dipotong yaitu adonan ladrang yang sudah

menjadi lembaran tipis. Ladrang tape dipotong dengan menggunakan peralatan

sederhana seperti gerigi sehingga terbentuk gerigi pada pinggiran ladrang tape.

Setelah lembaran ladrang tape dipotong, maka adonan ladrang sudah siap

digoreng.

Gambar 4.9 Proses Pemotongan Ladrang Tape

Page 76: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

57

5. Proses penggorengan ladrang tape

Adonan ladrang yang sudah dipotong kemudian digoreng menggunakan api

sedang dengan minyak yang cukup banyak agar ketika ladrang matang bisa

mengambang dan mudah untuk dibolak balikkan. Ketika proses penggorengan,

diupayakan jumlah potongan adonan ladrang yang dimasukkan tidak terlalu

banyak, menyesuaikan dengan minyak yang digunakan. Apabila sudah matang,

ladrang tape ditiriskan diatas saringan kemudian dimasukkan kedalam plastic

packing besar.

Gambar 4.10 Ladrang Tape Siap Dikemas

B. Proses produksi keripik tape

Keripik tape merupakan produk inovasi olahan tape yang diproduksi oleh

agroindustri koplak food. Pengolahan keripik tape dilakukan secara modern

menggunakan teknologi vacuum frying. Keripik tape pada proses pengolahannya

menggunakan bahan baku tape kuning. Bahan baku tersebut sangat

mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh agroindustri, karena tape

kuning dan tape putih memiliki perbedaan apabila diolah menjadi keripik tape.

Tape kuning memiliki tampilan yang lebih bagus daripada tape putih, selain itu

tape kuning juga mampu memberikan cita rasa tape yang khas (manis dan

asamnya lebih terasa) dibandingkan tape putih yang menurut pemilik dirasa

“ampyang”. Berikut adalah tahap-tahap pengolahan keripik tape.

Page 77: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

58

1. Pemotongan tape

Tahap pertama proses pengolahan tape menjadi keripik tape dilakukan

dengan memotong bahan baku tape agar produk keripik tape yang dihasilkan

seragam, baik dari segi kematangan dan ukuran. Setelah tape dipotong, tape

dimasukkan kedalam kulkas penyimpanan kurang lebih satu hari agar menjadi

beku seperti gambar 4.12.

Gambar 4.11 Proses Pemotongan Tape yang Akan Diolah Menjadi Keripik Tape

Gambar 4.12 Hasil Potongan Tape yang Sudah Beku Siap Diolah

Page 78: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

59

2. Penggorengan tape

Tahap selanjutnya yaitu menggoreng tape yang sebelumnya sudah

didiamkan dalam kulkas. Proses penggorengan tape dilakukan dengan menata rapi

tape pada vacuum frying agar tidak terdapat ruang kosong pada vacuum frying,

dimana kapasitas vacuum frying dalam satu kali penggorengan sebanyak 8 kg.

Setelah tape diproses menggunakan vacuum frying, tahap selanjutnya yaitu

meniriskan minyak dengan menggunakan spinner.

Gambar 4.13 Proses Penataan Tape pada Vacuum frying

3. Meniriskan keripik tape

Keripik tape yang sudah selesai di goreng didiamkan beberapa menit

kemudian ditiriskan menggunakan spinner. Proses penirisan dilakukan dengan

mengambil sedikit demi sedikit keripik tape yang sudah selesai di vacuum frying.

Penirisan ini bertujuan untuk menghilangkan minyak yang masih menempel agar

produk mampu bertahan lama dalam kemasan.

Page 79: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

60

Gambar 4.14 Proses Menghilangkan Minyak pada Keripik Tape Menggunakan Spinner

4. Pengemasan

Proses pengemasan dilakukan menggunakan timbangan digital. Keripik tape

dikemas dengan ukuran 125 gram tiap kemasannya sedangkan untuk ladrang tape

dikemas dengan ukuran 150 gram per kemasan.

Gambar 4.15 Proses Pengemasan Keripik Tape

Page 80: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

61

Gambar 4.16 Hasil Produksi Keripik Tape dan Ladrang Tape yang Sudah Dikemas

Page 81: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

62

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember

Nilai tambah merupakan perubahan nilai pada suatu komoditas akibat

adanya perlakuan yang diberikan pada komoditas tersebut. Pada penelitian ini

nilai tambah yang dimaksudkan adalah pertambahan nilai tape menjadi ladrang

dan keripik tape. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah

tape menjadi ladrang tape dan keripik tape yaitu metode hayami.

Ladrang tape dan keripik tape merupakan produk inovasi yang diproduksi

oleh agroindustri koplak food. Pada penelitian ini, analisis perhitungan nilai

tambah dilakukan dengan menggunakan data primer pada bulan agustus 2018.

Selama bulan Agustus 2018, pengolahan ladrang tape dilakukan sebanyak 12 (dua

belas) kali dengan menggunakan 1 (satu) orang tenaga kerja yang sistem

pengupahannya berdasarkan kilogram bahan baku tape. Pengolahan keripik tape

dilakukan sebanyak 4 (empat) kali, dimana satu proses produksi keripik tape

membutuhkan waktu 3 hari dengan 2 (dua) tenaga kerja tiap harinya.

5.1.1 Analisis Nilai Tambah Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Nilai tambah merupakan perubahan nilai pada tape yang diciptakan karena

adanya proses pengolahan tape menjadi ladrang tape, sehingga dapat

meningkatkan harga jual produk. Ladrang tape merupakan produk inovasi olahan

tape yang diproduksi oleh agroindustri koplak food selain keripik tape. Berbeda

dengan keripik tape, ladrang tape diproses secara tradisional dengan

menggunakan beberapa bahan tambahan sehingga rasa khas asam manis tape

tidak terlalu menonjol seperti keripik tape. Bahan baku lain yang digunakan untuk

campuran ladrang tape meliputi tepung, gula, telur, mentega, dan minyak. Selain

ditunjang dengan bahan tambahan, proses pengolahan ladrang tape juga didukung

dengan ketersediaan peralatan seperti gilingan stainless, gilingan kayu mesin

sealer, baskom, nampan plastik, timbangan, wajan penggorengan, spatula, dan

Page 82: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

63

saringan. Adanya pengolahan tape menjadi ladrang tape merupakan suatu upaya

untuk meningkatkan nilai tambah tape. Berikut adalah tabel analisis nilai tambah

ladrang tape pada agroindustri koplak food di Kabupaten Jember.

Tabel 5.1 Nilai Tambah Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten

Jember

No. Analisis Nilai Tambah Satuan Formulasi Nilai

Output, Input, Harga

1 Output/total produksi Kg/siklus [1] 6,775

2 Input/bahan baku Kg/siklus [2]

a. Tape

4,917

b. Tepung

4,917

Total input bahan baku

9,834

3 Input TK HOK/siklus [3] 1

4 Faktor Konversi

[4] = [1] / [2] 0,689

5 Koefisien TK HOK/Kg [5] = [3] / [2] 0,102

6 Harga Produk Rp/Kg [6] 100.000,00

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK [7] 49.170,00

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku

[8]

a. Bahan baku tape Rp/Kg

3.500,00

b. Bahan baku tepung Rp/Kg

4.500,00

Total bahan baku Rp

8.000,00

9 Sumbangan input lain

[9]

a. Biaya penolong Rp/Kg

13.367,00

b. Biaya penyusutan alat Rp/Kg

1.272,00

Total sumbangan lain Rp

14.639,00

10 Nilai produk Rp/Kg [10] = [4] x [6] 68.893,63

11 a. Nilai tambah Rp/Kg [11a] = [10] - [8] - [9] 46.255,07

b. Rasio nilai tambah % [11b] = [11a]/[10] x 100 67,14

12 a. Pendapatan Rp/Kg [12a] = [5] x [7] 5.000,00

b. Imbalan TK % [12b] = [12a]/[11a] x 100 10,18

13 a. Keuntungan Rp/Kg [13a] = [11a] - [12a] 41.255,07

b. Tingkat keuntungan % [13b] = [13a]/[10] x 100 59,88

Sumber: Data Primer Bulan Agustus 2018 (Lampiran 5.9. Halaman 116)

Pada bulan Agustus 2018, pengolahan ladrang tape dilakukan sebanyak 12

kali. Berdasarkan Tabel 5.1 terdapat dua bahan baku utama yang digunakan untuk

membuat ladrang tape yaitu tape dan tepung. Rata- rata bahan baku tape dan

tepung yang digunakan masing-masing sebanyak 4,917 kg, sehingga total bahan

baku sebanyak 9,834 kg. Rata-rata output ladrang tape yang dihasilkan dalam satu

Page 83: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

64

kali produksi sebanyak 6,775 kg. Nilai faktor konversi ladrang tape sebesar 0,689

artinya setiap 1 kilogram bahan baku tape dan tepung yang digunakan mampu

menghasilkan output sebesar 0,689 kg ladrang tape. Ladrang tape yang sudah

dikemas, dipasarkan dengan harga Rp 15.000/pcs kemasan 150 gram. Satu kali

proses produksi membutuhkan waktu 6 jam dengan 1 tenaga kerja, dimana dalam

6 jam mampu menyelesaikan 4,917 kg bahan baku tape. 1 HOK setara dengan 6

jam sehingga input tenaga kerja yang dibutuhkan setiap kali produksi sebesar 1

HOK/siklus. Upah yang diterima tenaga kerja tiap HOK sebesar Rp 49.170.

Koefisien tenaga kerja pengolahan keripik tape sebesar 0,102 artinya curahan

tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg tape dan tepung adalah 0,102

HOK dalam satu kali siklus produksi.

Proses pengolahan ladrang tape menggunakan dua bahan baku utama yaitu

tape dan tepung, dimana harga yang digunakan untuk satu kilogram campuran

tape dan tepung sebesar Rp 8.000/kg tape dan tepung. Ladrang tape diolah secara

tradisional dengan menggunakan gilingan stainless. Pengolahan ladrang tape

menggunakan beberapa bahan tambahan seperti telur, mentega, gula, dan

penunjang seperti minyak, gas, kemasan, stiker, dan tas kertas serta biaya

penyusutan alat dengan total nilai sumbangan bahan lain sebesar Rp. 14.639. Nilai

produk dari proses pengolahan tape menjadi ladrang tape sebesar Rp. 68.893,63

artinya nilai ladrang tape dalam setiap 1 kg bahan baku tape dan tepung yang

digunakan sebesar Rp. 68.893,63.

Nilai tambah merupakan hasil dari nilai produk dikurangi dengan biaya input

dan bahan baku lain selain tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan,

pengolahan tape menjadi ladrang tape dapat dikatakan mampu memberikan nilai

tambah karena nilai tambahnya lebih dari nol (0). Nilai tambah yang diciptakan

melalui proses pengolahan sebesar Rp. 46.255,07 artinya setiap 1 kg bahan baku

tape dan tepung yang digunakan mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp.

46.255,07. Rasio nilai tambah tape menjadi ladrang tape sebesar 67,14% artinya

setiap Rp. 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 67,14.

Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga

kerja dan upah tenaga kerja, sehingga diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar

Page 84: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

65

Rp 5.000,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tenaga kerja tiap

kilogram ladrang tape yang dihasilkan sebesar Rp. 5.000,00. Rasio tenaga kerja

diperoleh melalui pembagian pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah dikali

100% sehingga diperoleh rasio sebesar 10,18% artinya bagian tenaga kerja

terhadap nilai tambah sebesar 10,18% dari total nilai tambah. Keuntungan

diperoleh dari nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja, sehingga diperoleh

keuntungan pengolahan tape menjadi keripik tape sebesar Rp. 41.255,07/kg tape

dan tepung. Tingkat keuntungan merupakan keuntungan dibagi nilai produk

dikalikan 100% sehingga diperoleh nilai sebesar 59,88%. Hal ini menunjukkan

bahwa keuntungan yang diperoleh agroindustri koplak food sebesar Rp. 41.255,07

setiap kg dari total nilai output. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah, dapat

diketahui bahwa pengolahan tape menjadi ladrang tape mampu memberikan nilai

tambah karena nilai tambah lebih dari nol (VA > 0)

5.1.2 Analisis Nilai Tambah Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Keripik tape merupakan produk inovasi olahan tape dengan cita rasa asam

manis yang khas. Selama bulan Agustus 2018, pengolahan tape menjadi keripik

tape dilakukan sebanyak 4 (empat) kali proses produksi. Satu kali proses produksi

keripik tape membutuhkan waktu 3 hari setelah tape dipotong, dimana setiap

harinya menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 (dua) orang. Berbeda dengan

ladrang, keripik tape diolah menggunakan teknologi modern berupa vacuum

frying kemudian dikemas. Terdapat tiga bentuk kemasan pada keripik tape yaitu

kemasan plastik kilogram (los-losan), kemasan foil (125 gram), dan plastik gur-

gur (250 gram). Masing-masing kemasan memiliki perbedaan dari segi mutu

produk, kemasan, dan harga jual. Dari segi mutu produk, terutama ukuran keripik,

los-losan sama dan packing memiliki ukuran yang sama, sedangkan gur-gur

memiliki ukuran yang lebih kecil. Dari sisi kemasan, los-losan dikemas

menggunakan plastik kiloan sama dengan gur-gur, sedangkan keripik tape

packing dikemas dalam foil. Dari sisi produk, gur-gur memiliki ukuran lebih kecil

Page 85: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

66

daripada los-losan dan packing. Dari sisi harga, produk yang di packing memiliki

harga lebih tinggi dibandingkan kedua produk lainnya.

Tabel 5.2 Nilai Tambah Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten

Jember

No. Analisis Nilai Tambah Satuan Formulasi Nilai

Output, Input, Harga

1 Keripik tape Kg/siklus [1] 24,156

a. Los-losan 6,75

b. Packing 16,84

c. Gur-gur 0,56

2 Tape singkong Kg/siklus [2] 70,5

3 Input Tenaga Kerja HOK/siklus [3] 6

4 Faktor Konversi

[4] = [1] / [2] 0,34

5 Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg [5] = [3] / [2] 0,09

6 Harga Produk Rp/Kg [6] 104.165,59

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK [7] 61.750,00

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga tape singkong Rp/Kg [8] 7.000,00

9 Sumbangan input lain Rp/Kg [9]

a. Biaya minyak

1.223,40

b. Biaya gas

1.021,28

c. Biaya kemasan

2.596,45

d. Biaya stiker

573,40

e. Biaya penyusutan alat

1.711,39

Total input lain Rp

7.125,93

10 Nilai produk Rp/Kg [10] = [4] x [6] 35.691,49

11 a. Nilai tambah Rp/Kg [11a] = [10] - [8] - [9] 21.565,56

b. Rasio nilai tambah % [11b] = [11a]/[10] x 100 60,42

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg [12a] = [5] x [7] 5. 255,32

b. Rasio Tenaga Kerja % [12b] = [12a]/[11a] x 100 24,37

13 a. Keuntungan Rp/Kg [13a] = [11a] - [12a] 16.310,00

b. Tingkat keuntungan % [13b] = [13a]/[10] x 100 46,00

Sumber: Data Primer Bulan Agustus 2018 (Lampiran 5.18, Halaman 127)

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pada bulan Agustus 2018 rata-

rata produksi keripik tape pada agroindustri koplak food dalam satu kali proses

produksi sebesar 70,5 kilogram bahan baku dengan rata-rata output sebanyak

24,156 kilogram keripik tape. Nilai faktor konversi keripik tape sebesar 0,34

artinya setiap 1 kilogram bahan baku tape yang digunakan mampu menghasilkan

output sebesar 0,34 kg keripik tape. Keripik tape dijual dalam tiga kemasan

berbeda yaitu los-losan (kg) seharga Rp. 70.000, packing menggunakan kemasan

Page 86: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

67

foil (pcs/125gram) seharga Rp. 15.000, dan gur-gur (pcs/250 gram) seharga Rp.

10.000. Satu kali proses produksi membutuhkan waktu 3 (tiga) hari dengan 2

(dua) tenaga kerja tiap harinya, sehingga input tenaga kerja yang dibutuhkan

setiap kali produksi sebesar 6 HOK/periode. Upah yang diterima tenaga kerja tiap

HOK sebesar Rp 61.750. Koefisien tenaga kerja pengolahan keripik tape sebesar

0,09 artinya curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg tape

adalah 0,09 HOK dalam satu kali produksi.

Agroindustri koplak food memperoleh bahan baku tape dari pengepul tape di

Jember dengan harga Rp 7.000/kg. Proses pengolahan keripik tape cukup

sederhana dan tidak membutuhkan bahan campuran seperti pembuatan ladrang

tape, sehingga input lain yang digunakan hanya meliputi gas, minyak, kemasan,

stiker, dan biaya penyusutan alat dengan total nilai sumbangan bahan lain sebesar

Rp. 7.125,93. Nilai produk dari proses pengolahan tape menjadi keripik tape

sebesar Rp. 35.691,49. artinya nilai keripik tape dalam setiap 1 kg bahan baku

tape yang digunakan sebesar Rp. 35.691,49.

Nilai tambah merupakan hasil dari nilai produk dikurangi dengan biaya input

dan bahan baku lain selain tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan,

pengolahan tape menjadi keripik tape dapat dikatakan mampu memberikan nilai

tambah karena nilai tambahnya lebih dari nol (0). Nilai tambah yang diciptakan

melalui proses pengolahan sebesar Rp. 21.565,56 artinya setiap 1 kg bahan baku

tape yang digunakan mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 21.565,56.

Rasio nilai tambah tape menjadi keripik tape sebesar 60,42% artinya setiap Rp.

100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 60,42.

Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga kerja

dan upah tenaga kerja, sehingga diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar Rp

5.255,32. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tenaga kerja tiap kilogram

keripik tape yang dihasilkan sebesar Rp. 5.255,32. Rasio tenaga kerja diperoleh

melalui pembagian pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah dikali 100%

sehingga diperoleh rasio sebesar 24,37% artinya bagian tenaga kerja terhadap nilai

tambah sebesar 24,37% dari total nilai tambah. Keuntungan diperoleh dari nilai

tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja, sehingga diperoleh keuntungan

Page 87: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

68

pengolahan tape menjadi keripik tape sebesar Rp. 16.310,00/kg tape dengan

tingkat keuntungan sebesar 46%. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang

diperoleh agroindustri koplak food sebesar Rp 16.310,00 setiap kg dari total nilai

output.

5.1.3 Analisis Nilai Tambah Ladrang Tape dan Keripik Tape pada Agorindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Pengolahan tape menjadi ladrang dan keripik tape mampu menghasilkan nilai

tambah positif dimana VA > 0, artinya hipotesis pengolahan tape memberikan

nilai tambah postif diterima. Berikut adalah perbandingan nilai tambah yang

diperoleh agroindustri koplak food dalam mengolah tape menjadi ladrang dan

keripik tape.

Tabel 5.3 Nilai Tambah Ladrang Tape dan Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food

di Kabupaten Jember

No. Analisis Nilai Tambah Satuan Ladrang Tape Keripik Tape

Output, Input, Harga

1 Output/total produksi Kg/siklus 6,775 24,156

a. Los-losan 6,75

b. Packing 6,775 16,84

c. Gur-gur 0,56

2 Input/bahan baku Kg/siklus

a. Tape 4,917 70,5

b. Tepung 4,917

Total input bahan baku 9,834

3 Input TK HOK/siklus 1 6

4 Faktor Konversi 0,689 0,34

5 Koefisien TK HOK/Kg 0,102 0,09

6 Harga Produk Rp/Kg 100.000,00 104.165,59

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK 49.170,00 61.750,00

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku

a. Bahan baku tape Rp/Kg 3.500,00 7.000,00

b. Bahan baku tepung Rp/Kg 4.500,00

Total bahan baku 8.000,00

9 Sumbangan input lain

a. Biaya penolong Rp/Kg 13.367,00 5414,54

b. Biaya penyusutan alat Rp/Kg 1.272,00 1.711,39

Page 88: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

69

Total sumbangan lain Rp 14.639,00 7.125,93

10 Nilai produk Rp/Kg 68.893,63 35.691,49

11 a. Nilai tambah Rp/Kg 46.255,07 21.565,56

b. Rasio nilai tambah % 67,14 60,42

12 a. Pendapatan Rp/Kg 5.000,00 5.255,32

b. Imbalan TK % 10,18 24,37

13 a. Keuntungan Rp/Kg 41.255,07 16.310,00

b. Tingkat keuntungan % 59,88 50,00

Sumber: Data Primer Bulan Agustus 2018 (Lampiran 5.9 dan 5.18, Halaman 116 dan

127)

Agroindustri koplak food mengolah tape menjadi produk turunannya seperti

ladrang dan keripik tape. Berdasarkan Tabel 5.3 kedua produk tersebut mampu

memberikan nilai tambah positif, dimana VA > 0 artinya hipotesis terkait

pengolahan tape memberikan nilai tambah positif diterima. Ladrang tape dan

keripik tape mampu memberikan nilai tambah yang berbeda, dimana pengolahan

ladrang mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 46.255,07/kg dengan rasio

nilai tambah sebesar 67,14% sedangkan keripik tape mampu memberikan nilai

tambah sebesar Rp. 21.565,56/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 60,42%.

Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh besarnya sumbangan bahan lain atau

intermediet cost (IC) dan nilai produk (NP) dimana VA = NP – IC.

Nilai tambah ladrang tape lebih besar dibandingkan dengan keripik tape

karena ladrang tape hanya dijual dalam kemasan 150 gram dengan harga

Rp.15.000/pcs sedangkan keripik tape dijual dengan kemasan yang berbeda-beda

sehingga dapat mempengaruhi nilai produk dan nilai tambah. Berdasarkan Tabel

5.3 diperoleh nilai produk ladrang tape yaitu Rp 68.893.63 sedangkan nilai produk

keripik tape yaitu Rp. 35.691,49. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai produk

ladrang tape lebih besar meski intermediet cost juga lebih besar daripada keripik

tape. Keuntungan yang diperoleh dalam produksi ladrang tape juga lebih besar

daripada keripik tape. Satu kilogram tape dan tepung untuk ladrang tape mampu

menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 41.255,07 sedangkan keuntungan satu

kilogram tape untuk keripik sebesar Rp 16.310,00.

Menurut penelitian Leksana (2006) dengan judul “Analisis Nilai Tambah dan

Prospek Agroindustri Suwar Suwir di Kabupaten Jember”. Nilai tambah suwar-

Lanjutan Tabel 5.3

Page 89: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

70

suwir sebesar Rp 2.816,90/kg bahan baku. Artinya penerimaan yang diperoleh

agroindustri suwar suwir tiap satu kilogram bahan baku yang digunakan sebesar

Rp 2.816,90/kg. Apabila dibandingkan dengan nilai tambah produk inovasi tape

koplak food, ladrang tape dan keripik tape memiliki nilai tambah yang lebih besar

daripada suwar suwir.

5.2 Analisis Pendapatan Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember

Analisis pendapatan produk olahan tape pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh agroindustri koplak food

dalam mengolah tape menjadi produk olahan tape yang lebih inovatif. Selain itu

harga bahan baku tape yang cenderung mengalami peningkatan juga mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian terkait pendapatan, dimana perolehan

pendapatan dan keuntungan merupakan salah satu tujuan dari terbentuknya

agroindustri. Analisis pendapatan pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan perhitungan laba melalui pendekatan totalitas, yaitu

membandingkan antara pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan

total merupakan perkalian antara harga output olahan tape (Pkeripik, Pladrang) dan

jumlah produksi olahan tape (Qkeripik, Qladrang), sehingga TR = P . Q. Total biaya

merupakan penjumlahan dari total biaya tetap (TFC) dan total biaya variabel

(TVC), sehingga TC = TFC + TVC. Adapun rumus perhitungan dengan

pendekatan totalitas yaitu: π = TR – TC.

5.2.1 Analisis Pendapatan Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Ladrang tape merupakan produk olahan tape yang diproduksi agroindustri

koplak food selain keripik tape. Berbeda dengan keripik tape, ladrang tape diolah

menggunakan peralatan yang masih tradisional seperti gilingan stainless, gilingan

kayu dan di goreng menggunakan wajan alat penggorengan biasa. Proses

pengolahan ladrang tape bulan Agustus 2018 dilakukan sebanyak 12 kali

produksi. Total bahan baku tape dan tepung yang digunakan masing-masing

sebanyak 59 kg dengan rata-rata 4,917 kg tiap satu kali produksi. Output ladrang

Page 90: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

71

tape yang dihasilkan sebanyak 81,30 kg dengan rata-rata output yang dihasilkan

tiap produksi sebanyak 6,775 kg pada bulan Agustus 2018. Selama proses

produksi dilakukan, tentunya terdapat beberapa biaya yang dikeluarkan oleh

agroindustri. Berikut adalah total biaya ladrang tape pada agroindustri koplak food

di Kabupaten Jember.

Tabel 5.4 Total Biaya Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

No. Uraian Jumlah (Rp/bulan)

1 Biaya Tetap 150.056,00

2 Biaya Variabel 3.111.295,00

Total Biaya 3.261.351,00

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.6, Halaman 114)

Berdasarkan Tabel 5.4 Proses pengolahan ladrang tape dilakukan dengan

menggunakan beberapa peralatan dan bahan lain yang tentunya mempengaruhi

biaya produksi ladrang tape. Terdapat 2 jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh agroindustri,

dimana besar kecilnya biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh total output ladrang

tape yang dihasilkan. Komponen biaya yang tergolong biaya tetap adalah

peralatan yang digunakan untuk memproduksi ladrang tape, yaitu gilingan

stainless, gilingan kayu, mesin sealer, baskom, nampan plastic, timbangan, wajan

penggorengan, spatula, saringan, dan listrik. Biaya bahan lain tergolong dalam

biaya variabel yang harus dibayarkan agroindustri koplak food dalam

memproduksi ladrang tape, dimana besar kecilnya biaya variabel yang

dikeluarkan diperngaruhi oleh besar kecinya output yang diproduksi oleh

agroindustri. Adapun komponen biaya yang tergolong biaya variabel meliputi

tape, tepung, minyak, gas, telur, mentega, gula, kemasan foil, stiker, tas kertas,

dan tenaga kerja. Penyusutan biaya tetap pengolahan ladrang tape pada bulan

Agustus 2018 sebesar Rp. 150.056 sedangkan biaya variabel yang harus

dikeluarkan untuk mengolah tape menjadi ladrang tape sebesar Rp. 3.111.295,

sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik tape selama

bulan Agustus 2018 sebesar Rp. 3.261.351. Selain total biaya, komponen

Page 91: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

72

perhitungan dalam analisis pendapatan yaitu total penerimaan (TR). Berikut

adalah tabel total penerimaan ladrang tape pada bulan Agustus 2018.

Tabel 5.5 Total Penerimaan Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Produksi

ke- Total Produksi (Kg) Harga (Rp)

Total Penerimaan

(Rp/produksi)

1 8,40 100.000 840.000,00

2 6,90 100.000 690.000,00

3 4,05 100.000 405.000,00

4 5,25 100.000 525.000,00

5 2,85 100.000 285.000,00

6 10,95 100.000 1.095.000,00

7 6,90 100.000 690.000,00

8 6,90 100.000 690.000,00

9 6,90 100.000 690.000,00

10 6,90 100.000 690.000,00

11 8,40 100.000 840.000,00

12 6,90 100.000 690.000,00

Total

(Perbulan) 81,30

8.130.000,00

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.7, Halaman 114)

Berdasarkan Tabel 5.5 pada bulan Agustus 2018 agroindustri koplak food

mampu menghasilkan ladrang tape sebanyak 81,30 kg dengan harga Rp

100.000/kg yang dijual dengan kemasan 150 gram. Adapun total penerimaan

ladrang tape pada bulan Agustus sebesar Rp 8.130.000. Total penerimaan ladrang

tape diperoleh dari perkalian antara total produksi ladrang tape setiap siklus

produksi dengan harga jual ladrang tape, sehingga diperoleh total penerimaan

ladrang tape selama satu bulan produksi sebesar Rp. 8.130.000.

Tabel 5.6 Analisis Pendapatan Usaha Ladrang Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

No. Uraian Jumlah (Rp/bulan)

1 Total penerimaan (TR) 8.130.000,00

2 Total biaya (TC) 3.261.351,00

Pendapatan 4.868.649,00

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.8, Halaman 115)

Berdasarkan Tabel 5.6 total penerimaan (TR) ladrang tape yang diterima

oleh agroindustri koplak food selama bulan Agustus sebesar Rp 8.130.000,00.

Page 92: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

73

Total biaya yang dikeluarkan agroindustri koplak food untuk memproduksi

ladrang tape selama bulan Agustus 2018 sebesar Rp 3.261.351,00. Adapun total

pendapatan yang diterima agroindustri koplak food untuk ladrang tape selama

bulan Agustus 2018 sebesar Rp 4.868.649,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa

usaha ladrang tape yang dilakukan oleh agroindustri koplak food menguntungkan,

dimana nilai TR > TC.

5.2.2 Analisis Pendapatan Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Keripik tape merupakan produk inovatif olahan tape yang diproduksi oleh

agroindustri koplak food. Pengolahan keripik tape merupakan upaya untuk

meningkatan nilai tambah tape dan pendapatan agroindustri koplak food.

Pengolahan tape menjadi keripik tape dilakukan dengan menggunakan teknologi

modern vacuum frying dan spinner, dimana penggunaan teknologi tersebut tidak

diimbangi dengan skala produksi yang masih rendah. Pengolahan keripik tape

pada bulan Agustus 2018 dilakukan sebanyak 4 kali proses pengolahan. Total

bahan baku yang digunakan sebanyak 282 kg dengan rata-rata tape 70,5 kg tiap

satu kali produksi. Output keripik tape yang dihasilkan sebanyak 96,625 kg

dengan rata-rata output yang dihasilkan tiap produksi sebanyak 24,15625 kg pada

bulan Agustus 2018. Selama proses produksi dilakukan, tentunya terdapat

beberapa biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri. Berikut adalah total biaya

keripik tape pada agroindustri koplak food di Kabupaten Jember.

Tabel 5.7 Total Biaya Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten

Jember

No Uraian Jumlah (Rp/bulan)

1 Biaya Tetap 267.208,33

2 Biaya Variabel 4.982.900,00

Biaya Total 5.250.108,33

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.15, Halaman 124)

Berdasarkan Tabel 5.7 Proses pengolahan keripik tape dilakukan dengan

menggunakan beberapa peralatan dan bahan lain yang tentunya mempengaruhi

biaya produksi keripik tape. Terdapat 2 jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya

Page 93: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

74

variabel. Komponen biaya peralatan tersebut tergolong dalam biaya tetap yang

harus dibayarkan oleh agroindustri. Biaya tetap merupakan biaya yang harus

dibayarkan oleh agroindustri, dimana besar kecilnya biaya tersebut tidak

dipengaruhi oleh total output keripik tape yang dihasilkan. Biaya bahan lain

tergolong dalam biaya variabel yang harus dibayarkan agroindustri koplak food

dalam memproduksi keripik tape, dimana besar kecilnya biaya variabel yang

dikeluarkan diperngaruhi oleh besar kecinya output yang diproduksi oleh

agroindustri. Penyusutan biaya tetap pengolahan keripik tape pada bulan Agustus

2018 sebesar Rp. 267.208 sedangkan biaya variabel yang harus dikeluarkan untuk

mengolah tape menjadi keripik tape sebesar Rp. 4.982.900 sehingga total biaya

yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik tape selama bulan Agustus 2018

sebesar Rp. 5.250.108,33. Selain total biaya, komponen perhitungan dalam

analisis pendapatan yaitu total penerimaan (TR). Berikut adalah tabel total

penerimaan keripik tape pada bulan Agustus 2018.

Tabel 5.8 Total Penerimaan Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

No Total Produksi

(Kg) Harga (Rp)

Total Penerimaan

(Rp/produksi)

1 24,375 104.165,59 2.539.036,26

2 23,375 104.165,59 2.434.870,67

3 25,000 104.165,59 2.604.139,75

4 23,875 104.165,59 2.486.953,46

Total (Rp/bulan) 96,625 10.065.000,14

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.16, Halaman 125)

Berdasarkan Tabel 5.8 pada bulan Agustus 2018 agroindustri koplak food

mampu menghasilkan keripik tape sebanyak 96,625 kg dengan harga Rp

104.165,59/kg. Harga tersebut diperoleh dengan menggunakan harga rata-rata dari

penjualan keripik tape los-losan, packing, dan gur-gur. Adapun total penerimaan

keripik tape pada bulan Agustus sebesar Rp 10.065.000,14. Total penerimaan

keripik tape diperoleh dari perkalian antara total produksi keripik tape setiap

siklus produksi dengan harga jual keripik tape, sehingga diperoleh total

penerimaan keripik tape selama satu bulan produksi sebesar Rp. 10.065.000,14.

Page 94: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

75

Tabel 5.9 Analisis Pendapatan Usaha Keripik Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

No. Uraian Total (Rp/bulan)

1 Total penerimaan (TR) 10.065.000,14

2 Total biaya (TC) 5.520.108,33

Pendapatan 4.814.892,14

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.17, Halaman 126)

Berdasarkan Tabel 5.9 total penerimaan (TR) yang diterima oleh

agroindustri koplak food selama bulan Agustus sebesar Rp 10.065.000,14. Total

biaya yang dikeluarkan agroindustri koplak food selama bulan Agustus 2018

sebesar Rp 5.250.108,33. Adapun total pendapatan yang diterima agroindustri

koplak food selama bulan Agustus 2018 sebesar Rp 4.814.892,14. Hal tersebut

menunjukkan bahwa usaha keripik tape yang dilakukan oleh agroindustri koplak

food menguntungkan, dimana nilai TR > TC.

5.2.3 Analisis Pendapatan Ladrang Tape dan Keripik Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Pendapatan yang dapat diperoleh melalui pengolahan tape menjadi ladrang

tape dan keripik tape berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh biaya

yang dikeluarkan oleh agroindustri selama proses produksi dan penerimaan yang

dihasilkan oleh agroindustri, dimana keripik tape dijual dalam 3 jenis kemasan

dan ladrang tape dijual hanya dalam satu kemasan. Berikut perbedaan pendapatan

ladrang tape dan keripik tape.

Tabel 5.10 Perbedaan Pendapatan Ladrang Tape dan Keripik Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Jenis Perhitungan Ladrang Tape (Rp/bulan) Keripik Tape (Rp/bulan)

Penerimaan 8.130.000,00 10.065.000,13

Total Biaya 3.261.351,00 5.250.108,33

Pendapatan 4.868.649,00 4.814.892,14

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.17, Halaman 115 dan

126)

Berdasarkan Tabel 5.10 Pendapatan yang diperoleh agroindustri dalam

mengolah tape menjadi keripik tape sebesar Rp 4.814.892,14/bulan sedangkan

ladrang tape sebesar Rp 4.868.649,00/bulan. Hal tersebut membuktikan bahwa

pendapatan yang diterima agroindustri dalam memproduksi ladrang tape lebih

Page 95: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

76

menguntungkan daripada keripik tape, meski output keripik tape yang dihasilkan

lebih banyak. Pada Bulan Agustus 2018, output ladrang tape dan keripik tape

yang dihasilkan masing-masing sebanyak 81,30 kg dan 96,625 kg. Jumlah

produksi keripik tape lebih banyak namun pendapatan keripik tape lebih rendah

dari ladrang tape karena terdapat tiga jenis kemasan dalam penjualan keripik tape

dengan harga yang berbeda. Meski pendapatan yang diperoleh berbeda, kedua

produk olahan tape tersebut menguntungkan bagi agroindustri dengan nilai TR >

TC, sehingga hipotesis terkait pendapatan produk olahan tape menguntungkan

diterima.

Penerimaan yang diterima dalam memproduksi ladrang tape dan keripik

tape selama sebulan masing-masing sebesar Rp 8.130.000/bulan dan Rp

10.065.000,14/bulan. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan jumlah output

yang dihasilkan serta perbedaan metode penjualan. Pada bulan Agustus jumlah

output ladrang tape dan keripik tape yang dihasilkan masing-masing sebanyak

81,30 kg dan 96,625 kg. Ladrang tape dijual dalam kemasan 125 gram seharga Rp

15.000 sedangkan keripik tape dijual dengan tiga jenis kemasan yaitu los-losan,

kemasan foil, dan gur-gur dengan harga yang berbeda-beda.

Total Biaya yang dikeluarkan untuk produksi ladrang dan keripik tape

berbeda-beda karena jumlah output yang dihasilkan berbeda. Total biaya yang

dikeluarkan masing-masing sebesar Rp 3.111.295 dan Rp 5.250.108,33. Biaya

keripik tape lebih besar karena jumlah output yang dihasilkan lebih banyak,

sehingga biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi keripik tape juga

lebih banyak. Bahan baku tape yang digunakan untuk keripik tape selama bulan

Agustus 2018 sebanyak 282 kg/bulan sedangkan untuk ladrang tape sebanyak 59

kg tape/bulan dengan 59 kg tepung/bulan dan bahan baku lainnya.

Menurut penelitian yang sama terkait produk turunan ubi kayu, penelitian

Elida dan Hamidi (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pendapatan

Agroindustri Rengginang Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.

Pendapatan yang diterima agroindustri dalam mengolah rengginang ubi kayu

sebesar Rp 204.513,69. Sedangkan terkait produk olahan tape, menurut penelitian

Leksana (2006) dengan judul penelitian “Analisis Nilai Tambah dan Prospek

Page 96: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

77

Agroindustri Suwar Suwir di Kabupaten Jember”. Pendapatan agroindustri suwar

suwir sebesar Rp 165.249,01. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan

bahwa pendapatan yang diterima dalam mengolah ladrang tape dan keripik tape

lebih besar dibandingkan dengan mengolah rengginang ubi kayu dan suwar suwir.

5.3 Marketing Mix Usaha Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

Marketing mix merupakan salah satu unsur dalam pemasaran yang berkaitan

dengan 4P (product, price, place, promotion). Menurut Kotler dalam Vellas dan

Becheler (2008) bauran pemasaran didefinisikan sebagai perangkat peralatan

pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran. Dasar bauran

pemasaran meliputi 4P yang pertama kali ditemukan oleh McCarthy tahun 1970

yaitu product, price, promotion, dan place. Product yang dimaksudkan mengacu

pada pengembangan produk atau jasa, adapun atribut produk meliputi mutu, ciri

dan pilihan, gaya, merek, pencitraan produk, persepsi produk, kemasan, jaminan,

pendukung layanan, rangkaian, biaya, dan paten merek dagang atau hak cipta.

Price mengacu pada biaya produksi produk atau jasa dan permintaan pasar,

adapun atribut harga meliputi tingkat harga, kebijakan diskon, masa kredit, dan

metode pembayaran. Promotion meliputi pengkomunikasian produk yang

ditawarkan pada pasar. Place merupakan tugas untuk membawa barang ke pasar.

Adanya marketing mix pada produk olahan tape diharapkan dapat membantu

agroindustri untuk mencapai tujuan pemasaran. Berdasarkan atribut pada masing-

masing dasar bauran pemasaran, tidak semua dilakukan oleh agroindustri koplak

food. Berikut adalah tabel marketting mix produk olahan tape pada agroindustri

koplak food.

Page 97: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

78

Tabel 5.11 Marketing Mix Produk Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food di

Kabupaten Jember

No. Marketing mix

(4P) Keripik Tape Ladrang Tape

1 Product

Diproduksi menggunakan

tape singkong kuning

Memiliki ciri khas, seperti roti

kering dengan rasa asam

manis khas tape

Diproses secara modern

Bentuk kemasan masih

tergolong umum, dikemas

ukuran 125 gram

menggunakan aluminium foil,

dikemas dalam satuan

kilogram dan 250 gram

menggunakan plastik,

Masa kadaluarsa produk 1

tahun

Dilengkapi dengan legalitas

usaha berupa PIRT

Belum adanya hak paten

keripik tape

Diproduksi menggunakan

tape singkong kuning

Memiliki tekstur yang

renyah

Bentuk kemasan kurang

rapi, dikemas ukuran 150

gram menggunakan

aluminium foil yang

kemudian dimasukkan

dalam tas kertas dan diberi

stiker

Masa kadaluarsa produk

kurang dari 1 tahun

Dilengkapi dengan

legalitas usaha berupa

PIRT

Belum adanya hak paten

ladrang tape

2 Price

Harga jual keripik tape tiap

kemasan 125 gram sebesar Rp

15.000, harga los-losan Rp

70.000/kg, gur-gur p

10.000/250 gram

Harga ditentukan berdasarkan

penetapan harga bersaing

Harga jual ladrang tape

tiap kemasan 150 gram

sebesar Rp 15.000

Harga ditentukan

berdasarkan penetapan

harga bersaing

3 Place

Terdapat 3 saluran distribusi:

Koplak food – konsumen

Koplak food – pusat oleh-oleh

– konsumen

Koplak food – reseller – pusat

oleh-oleh – konsumen

Terdapat 3 saluran distribusi:

Koplak food – konsumen

Koplak food – pusat oleh-

oleh – konsumen

Koplak food – reseller –

pusat oleh-oleh – konsumen

4 Promotion

Promosi penjualan melalui

kegiatan expo atau pameran.

Pemasaran juga dilakukan

secara online menggunakan

media sosial

Promosi penjualan melalui

kegiatan expo atau

pameran. Pemasaran juga

dilakukan secara online

menggunakan media social

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Page 98: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

79

Berdasarkan Tabel 5.11 perbedaan antara keripik tape dan ladrang tape lebih

menonjol pada produk. Keripik tape lebih memiliki ciri khas unik dibandingkan

ladrang tape yang hampir sama seperti ladrang pada umumnya karena rasa asam

manis khas tape tidak terlalu menonjol seperti keripik tape. Disisi lain, bahan baku

tape yang digunakan untuk memproduksi keripik tape sangat mempengaruhi mutu

keripik tape tersebut karena hasil yang diperoleh ketika menggunakan tape

singkong putih dan kuning berbeda. Apabila proses pembuatan keripik tape

dilakukan dengan menggunakan tape singkong putih, maka mutu keripik tape

yang diproduksi akan menurun karena tape singkong putih tidak memiliki rasa

yang kompleks (kompleks dalam artian memiliki rasa asam manis) seperti tape

singkong kuning, sehingga diperlukan kemampuan agroindustri dalam perolehan

bahan baku berkualitas agar tidak merubah mutu produk. Namun untuk proses

pembuatan ladrang tape, jenis bahan baku tape tidak berpengaruh karena nantinya

tape akan dihancurkan kemudian diberi tambahan bahan lainnya. Dari segi

kemasan, kedua produk tersebut dikemas dengan model yang berbeda. Ladrang

tape dikemas dengan ukuran 150 gram menggunakan aluminium foil kemudian

dimasukkan ke dalam tas kertas dan diberi stiker. Sedangkan keripik tape dikemas

dengan berbagai ukuran dengan kemasan yang berbeda. Ukuran 125 gram

dikemas menggunakan kemasan foil dan diberi stiker, ukuran los-losan atau

kiloan dan gur-gur (250 gram) dikemas menggunakan plastik. Namun, untuk

stiker pada keripik tape hanya digunakan pada kemasan foil. Stiker pada setiap

kemasan memuat beberapa info seperti proses pengolahan yang dilakukan, ukuran

(gram), komposisi, logo agroindustri serta produk lain yang disediakan oleh

agroindustri, PIRT, dan tanggal kadaluarsa. Komponen informasi yang diberikan

sesuai dengan ciri kemasan produk yang baik, dimana menurut Utami (2018)

salah satu ciri kemasan produk yang baik yaitu menjamin keamanan produk serta

menyertakan informasi bahan dan izin terkait.

Price atau harga merupakan jumlah sejumlah uang yang harus dikorbankan

oleh konsumen dalam membeli keripik tape maupun ladrang tape. Keripik tape

memiliki beberapa variasi produk dengan harga jual yang berbeda, sedangkan

ladrang tape tidak memiliki variasi produk dan hanya dijual seharga Rp 15.000

Page 99: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

80

dengan ukuran 150 gram.. Harga tersebut ditetapkan berdasarkan harga bersaing,

yaitu penetapan harga dengan mengikuti harga rata-rata produk olahan tape

lainnya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemilik

agroindustri, dimana harga senilai Rp. 15.000 dianggap sebagai harga rata-rata

jika dibandingkan dengan harga olahan tape lainnya dan tergolong murah jika

dibandingkan dengan harga keripik buah.

Place merupakan distribusi produk olahan tape pada agroindustri koplak

food. Guna mendistribusikan produk hingga ke konsumen terdapat tiga saluran

distribusi yang dilakukan oleh koplak food. Saluran distribusi yang pertama yaitu

dari agroindustri langsung ke konsumen, baik konsumen dalam Kota Jember

maupun luar kota Jember melalui pemesanan online. Saluran distribusi kedua

yaitu dari pihak agroindustri mendistribusikan ke beberapa pusat oleh-oleh di

Kabupaten Jember dilanjutkan ke konsumen. Saluran distribusi ketiga dilakukan

dengan dua perantara yaitu reseller dan pusat oleh-oleh Jember, kemudian

dilanjutkan hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Berdasarkan beberapa

saluran tersebut, kedua produk olahan tape masih banyak di jajahkan di Jember

sedangkan untuk pembelian di luar kota dilakukan secara online maupun melalui

reseller, dimana agroindustri tidak menitipkan langsung ke pusat oleh-oleh di luar

Jember. Terdapat dua jenis reseller dalam mendistribusikan keripik tape, dimana

reseller membeli dalam bentuk los-losan kemudian mengemas ulang produk

keripik tape dan terdapat reseller yang membeli keripik tape dalam kemasan 125

gram kemudian memasarkan di toko oleh-oleh luar Jember.

Promotion merupakan bentuk komunikasi atau strategi komunikasi guna

meyakinkan konsumen terkait penawaran suatu produk dan kemudian melakukan

sebuah tindakan. Promosi yang dilakukan agroindustri koplak food dalam

meningkatkan penjualan yaitu berupa promosi penjualan melalui pameran dan

expo. Pada tahun 2018, koplak food telah mengikuti beberapa expo di luar kota

dan luar pulau, dimana expo tersebut difasilitasi oleh dinas UMKM Kabupaten

Jember dan UMKM yang terpilih adalah UMKM produk lokal jember yang

dianggap berdaya saing. Selain melalui expo dan pameran, promosi juga

Page 100: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

81

dilakukan melalui media sosial milik koplak food berupa instagram, wa, dan

facebook.

Menurut penelitian Ismini (2010), strategi produk dilakukan dengan

pemberian merek dagang dan kemasan, perbaikan mutu, diferensiasi produk, dan

perbaikan pelayanan. Strategi harga dilakukan dengan cara mempertahankan

harga yang sudah diterima konsumen, keseragaman harga, pemberian diskon pada

pelanggan dan distributor, syarat pembayaran yang disesuaikan dengan kondisi

pelanggan dan distributor. Strategi penyaluran dilakukan dengan dua saluran

pemasaran. Strategi promosi dilakukan kurang begitu lancer dengan pertimbangan

produk yang dipasarkan cukup lancar. Hal tersebut sedikit berbeda dengan bauran

pemasaran koplak food pada Tabel 5.11.

5.4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Agroindustri koplak food merupakan agroindustri yang mengusahakan

beberapa produk olahan, salah satunya olahan tape. Agroindustri koplak food

mengolah tape menjadi dua produk olahan yaitu ladrang tape dan keripik tape.

Pengolahan tape yang lebih inovatif dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

nilai tambah dan pendapatan agroindustri koplak food. Sebagai produk baru yang

inovatif, diperlukan adanya strategi pengembangan usaha dengan menganalisis

faktor internal eksternal agroindustri menggunakan analisis SWOT. Adanya

analisis strategi tersebut, diharapkan dapat membantu agroindustri meningkatkan

usaha keripik tape dan ladrang tape yang masih tergolong baru dan memiliki

pesaing produk olahan tape lain yang juga produk khas Jember.

5.4.1 Analisis Faktor Internal Usaha Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food

di Kabupaten Jember

Faktor internal merupakan faktor yang dimiliki oleh agroindustri berupa

kekuatan dan kelemahan dalam mengembangkan suatu usaha. Faktor internal

perlu diketahui guna mengembangakan usaha dan mencapai tujuan agroindustri.

Berdasarkan kondisi dilapang, terdapat 5 kekuatan dan 5 kelemahan yang dimiliki

agroindustri koplak food yang secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Page 101: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

82

Tabel 5.12 Faktor Internal Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Faktor Internal Strength Weakness

Kekuatan (Strength)

Kemampuan TK dalam penggunaan teknologi S1

Kemampuan agroindustri dalam memperoleh bahan baku berkualitas S2

Ciri khas yang unik pada produk olahan tape S3

Promosi online dan offline yang efektif S4

Adanya legalitas usaha (Ijin usaha dan P-IRT) S5

Kelemahan (Weakness)

Skala produksi rendah

W1

Jumlah TK terbatas

W2

Masih kurang dikenal masyarakat

W3

Perputaran modal yang kurang cepat

W4

Kurangnya pencatatan keuangan W5

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.20, Halaman 128)

Berdasarkan Tabel 5.12 Analisis faktor internal agroindustri meliputi

kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang dimiliki agroindustri koplak

food. Faktor internal yang tergolong kekuatan agroindustri koplak food yaitu;

kemampuan tenaga kerja dalam penggunaan teknologi (S1), kemampuan

agroindustri dalam memperoleh bahan baku berkualitas (S2), ciri khas yang unik

pada produk olahan tape (S3), promosi online dan offline (S4), dan adanya

legalitas usaha seperti ijin usaha (SKU) dan P-IRT (S5). Faktor internal yang

tergolong kelemahan agroindustri koplak food yaitu skala produksi rendah (W1),

jumlah tenaga kerja terbatas (W2), masih kurang dikenal masyarakat (W3),

perputaran modal yang kurang cepat (W4), kurangnya pencatatan keuangan (W5).

a. Kekuatan (Strength)

1. Kemampuan tenaga kerja dalam penggunaan teknologi (S1)

Proses pengolahan tape menjadi produk olahan pada agroindustri koplak

food dilakukan dengan menggunakan teknologi modern dan tradisional.

Teknologi modern yang digunakan berupa vacuum frying dan spinner untuk

mengolah tape menjadi keripik tape, sedangkan teknologi tradisional yang

digunakan berupa gilingan stainless untuk mengolah ladrang tape. Penggunaan

teknologi, khusunya teknologi modern dalam proses pengolahan keripik tape

Page 102: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

83

perlu dikontrol dan harus selalu bersih. Oleh sebab itu memiliki tenaga kerja yang

mampu mengoperasikan teknologi modern merupakan kekuatan penting bagi

agroindustri.

2. Kemampuan agroindustri dalam memperoleh bahan baku berkualitas (S2)

Bahan baku merupakan komponen paling penting dalam proses pengolahan

keripik tape dan ladrang tape, sehingga agroindustri dituntut untuk mampu

memperoleh bahan baku berkualitas. Bahan baku yang baik digunakan adalah tape

singkong kuning karena dianggap memiliki rasa yang lebih kompleks

dibandingkan tape singkong putih. Kompleks yang dimaksudkan yaitu memiliki

rasa asam manis tape yang khas, tidak hambar seperti tape singkong putih.

Berdasarkan yang dikutip oleh tribuntravel.com (2017) “beberapa orang

beranggapan, tape singkong kuning lebih enak daripada singkong putih, karena

dagingnya lebih halus tanpa ada serat-serat kasar”. Khusus untuk pengolahan

keripik tape, penggunaan bahan baku sangat mempengaruhi kualitas produk yang

dihasilkan karena tidak terdapat bahan baku tambahan lain. Berdasarkan kondisi

di lapang, agroindustri koplak food mampu memperoleh tape singkong kuning,

meski terkadang masih terdapat sedikit tape singkong putih. Hal tersebut dapat

diperoleh karena adanya komunikasi yang baik antara agroindustri dengan

pengepul tape, sehingga kemampuan agroindustri dalam memperoleh bahan baku

berkualitas merupakan suatu kekuatan yang dimiliki agroindustri dalam menjaga

kualitas produknya.

3. Ciri khas yang unik pada produk olaha tape (S3)

Produk olahan tape yang inovatif baik ladrang tape maupun keripik tape

memiliki ciri khas yaitu adanya rasa asam manis khas tape pada produk olahan.

Rasa asam manis tape tersebut lebih menonjol pada keripik tape karena tidak

terdapat bahan tambahan lain dalam proses pembuatannya. Keripik tape juga

memiliki tekstur seperti roti bolu kering dengan rasa asam manis. Sedangkan

ladrang tape memiliki rasa khas tape yang berbeda seperti ladrang secara umum

dan tekstur renyah. Hal tersebut merupakan kekuatan bagi agroindustri karena

memilliki produk yang lebih inovatif dengan ciri khas yang unik.

Page 103: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

84

4. Promosi online dan offline yang efektif (S4)

Promosi merupakan kegiatan penting dalam pemasaran produk olahan tape,

dimana untuk memperkuat promosi tersebut agroindustri koplak food bergabung

dalam suatu asosiasi UMKM. Adanya asosiasi tersebut memudahkan

penyampaian informasi suatu kegiatan pada agroindustri koplak food dan UMKM

lain. Pada tahun 2018 koplak food sering ditunjuk untuk mengikuti pameran atau

expo baik diluar kota maupun luar pulau karena produk agroindustri koplak food

dianggap unggul dan mampu bersaing. Adanya expo tersebut mampu

memperkenalkan sekaligus mempromosikan produk-produk yang diproduksi oleh

agroindustri koplak food. Selain offline, promosi juga dilakukan secara online

menggunakan beberapa media sosial koplak food seperti instagram, whatsapp,

facebook dan mulai menggunakan google bisnis. Hal tersebut menjadi kekuatan

bagi agroindustri karena tidak semua produk UMKM dipercaya untuk mengikuti

expo.

5. Adanya legalitas usaha (ijin usaha dan P-IRT) (S5)

Agroindustri koplak food telah memiliki legalitas usaha berupa surat

keterangan usaha (SKU) Nomor: 518/3207/410/2016 yang secara resmi

agroindustri tersebut terdaftar di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

Menengah Kabupaten Jember pada tanggal 8 Maret 2016. Selain itu agroindustri

koplak food juga memiliki legalitas P-IRT olahan tape P-IRT

NO:5153509080132-23. Hal tersebut menjadi kekuatan agroindustri koplak food

karena adanya legalitas dapat memudahkan agroindustri dalam mengembangkan

dan memasarkan produk melalui outlet pusat oleh-oleh khas Jember.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Skala produksi rendah (W1)

Meski telah menggunakan teknologi modern, skala produksi produk olahan

tape khususnya keripik tape masih tergolong rendah, dimana dalam bulan Agustus

hanya terdapat 4 kali produksi. Rendahnya skala produksi tersebut disebabkan

oleh terbatasnya modal dan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut menjadi kelemahan

karena bagi suatu agroindustri yang akan mengembangkan usaha tentunya harus

menjaga mutu produk dan keberlanjutan usahanya.

Page 104: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

85

2. Jumlah tenaga kerja terbatas (W2)

Tenaga kerja yang dimiliki agroindustri koplak food dalam mengolah tape

sebanyak 3 orang, dimana keripik tape diolah hanya dengan 2 orang saja dan 1

orang lain mengolah ladrang tape. Tenaga kerja yang terbatas menyebabkan skala

produksi produk olahan tape rendah, sehingga hal tersebut menjadi suatu

kelemahan bagi agroindutsri koplak food.

3. Masih kurang dikenal masyarakat (W3)

Produk olahan tape seperti ladrang dan keripik tape merupakan produk baru

yang lebih inovatif. Meski beberapa kali mengikuti expo, produk olahan tersebut

masih kurang dikenal masyarakat jika dibandingkan dengan produk olahan tape

lain yang sudah mendominasi dan menjadi oleh-oleh khas jember seperti suwar-

suwir dan prol tape. Sehingga hal tersebut menjadikan kelemahan bagi

agroindustri dan perlu ditingkatkan kegiatan promosi produk.

4. Perputaran modal kurang cepat (W4)

Produk olahan tape agroindustri koplak food cenderung dititipkan di pusat

oleh-oleh yang sistemnya penitipan. Hal tersebut menyebabkan perputaran modal

untuk memproduksi keripik dan ladrang tape menjadi terbatas, sehingga dapat

menghambat atau mengurangi kapasitas produksi olahan tape. Oleh sebab itu hal

ini menjadi kelemahan bagi agroindustri koplak food dalam pengembangan

usahanya.

5. Kurangnya pencatatan keuangan (W5)

Pencatatan keuangan tidak selalu diterapkan pada agrooindustri koplak

food, hanya saja koplak food menyimpan dalam bentuk nota pembayaran. Hal ini

menjadi kelemahan karena dengan adanya kenaikan harga bahan baku dapat

mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh agroindustri, yang nantinya juga

berpengaruh terhadap ketersediaan modal produksi. Oleh karena itu pencatatan

keuangan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh agroindustri.

Page 105: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

86

5.4.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha Olahan Tape pada Agroindustri Koplak

Food di Kabupaten Jember

Faktor eksternal merupakan faktor diluar agroindustri berupa peluang dan

ancaman dalam mengembangkan suatu usaha. Selain faktor internal, faktor

eksternal perlu diketahui guna mengembangakan usaha dan mencapai tujuan

agroindustri. Berdasarkan kondisi dilapang, terdapat 5 peluang dan 4 ancaman

bagi agroindustri koplak food yang secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.13 Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember

Faktor Eksternal Opportunities Threats

Peluang (Opportunities)

Pasar terbuka luas O1

Tingginya permintaan pasar O2

Produk sangat inovatif O3

Penggunaan teknologi modern O4

Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan O5

Ancaman (Threats)

Kualitas bahan baku kurang konsisten

T1

Harga bahan baku cenderung meningkat

T2

Adanya negosiasi perluasan pasar yang merugikan

T3

Adanya subtitusi produk olahan tape T4

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.20, Halaman 128)

Berdasarkan Tabel 5.13 Analisis faktor eksternal agroindustri meliputi

peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang dimiliki agroindustri koplak

food. Faktor eksternal yang tergolong peluang bagi agroindustri koplak food

yaitu; pasar terbuka luas (O1), tingginya permintaan pasar (O2), produk olahan

tape inovatif (O3), penggunaan teknologi modern (O4), dan adanya kerjasama

dengan instansi pendidikan (O5). Faktor eksternal yang tergolong ancaman bagi

agroindustri koplak food yaitu kualitas bahan baku kurang konsisten (T1), harga

bahan baku cenderung meningkat (T2), adanya negosiasi perluasan pasar yang

merugikan (T3), dan adanya subtitusi produk olahan tape lain (T4).

Page 106: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

87

a. Peluang (Opportunities)

1. Pasar terbuka luas (O1)

Semakin banyaknya pusat perbelanjaan, produk olahan tape koplak food

memiliki peluang pasar yang cukup baik sebagai oleh-oleh khas jember,

mengingat hanya agroindustri koplak food yang mengolah tape menjadi ladrang

dan keripik tape. Oleh karena itu menjadi peluang yang baik bagi agroindustri

koplak food dalam memperluas pasarnya.

2. Tingginya permintaan pasar (O2)

Permintaan pasar produk olahan tape cukup tinggi, khususnya keripik tape,

dimana ketika keripik tape selesai diproduksi terdapat reseller yang membeli

langsung untuk dijual kembali, dan hanya tersisa beberapa kemasan untuk di stok

di pusat oleh-oleh. Hal tersebut menjadi peluang bagi agroindustri untuk

mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kapasitas produksi.

3. Produk inovatif (O3)

Produk olahan tape yang diproduksi oleh agroindustri koplak food tergolong

produk inovatif. Mengingat hanya agroindustri koplak food yang memproduksi

ladrang dan keripik tape. Diciptakannya produk inovatif tersebut, menjadikan

peluang bagi agroindustri untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan

usaha melalui perluasan pasar.

4. Penggunaan teknologi modern (O4)

Adanya teknologi modern dalam proses produksi keripik tape dapat

memudahkan agroindustri dalam meningkatkan produksinya. Penggunaan

teknologi modern ini juga diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja dalam

mengoperasikannya. Hal tersebut tentunya menjadi peluang bagi agroindustri

untuk mengembangkan usahanya.

5. Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan (O5)

Kerjasama yang dimaksudkan adalah ketika instansi pendidikan melakukan

pengabdian masyarakat. Pengabdian tersebut membantu agroindustri dalam

menyediakan peralatan produksi. Hal tersebut menjadi peluang bagi agroindustri

dalam mengembangkan usaha melalui penyediaan peralatan yang membantu

proses produksi keripik tape.

Page 107: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

88

b. Ancaman (Threats)

1. Kualitas bahan baku kurang konsisten (T1)

Agroindustri koplak food sudah mampu memperoleh bahan baku

berkualitas, namun terkadang bahan baku tersebut kurang konsisten dalam artian

masih terdapat sedikit tape singkong putih atau terkadang terdapat tape singkong

kuning yang lembek diluar keras didalam. Hal tersebut dapat mempengaruhi

kualitas produk keripik tape yang dihasilkan. Oleh karena itu kualitas bahan baku

yang kurang konsisten menjadi ancaman bagi pengembangan usaha olahan tape

koplak food.

2. Harga bahan baku cenderung meningkat (T2)

Harga bahan baku cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2018,

dimana harga bahan baku yang semula dihargai Rp 5.000/kg meningkat menjadi

Rp. 7.000/kg. Peningkatan harga bahan baku dan lambatnya perputaran modal

dapat menghambat atau mengurangi kapasitas produksi ladrang tape maupun

keripik tape. Oleh karena itu harga bahan baku menjadi ancaman bagi agroindustri

dalam mengembangkan usaha olahan tape.

3. Adanya negosiasi perluasan pasar yang merugikan agroindustri (T3)

Dengan memasukkannya produk olahan tape di pusat perbelanjaan baru,

diperlukan promosi yang besar-besaran agar konsumen tertarik untuk membeli

produk tersebut. Promosi besar tersebut dapat berupa diskon 50% atau beli 1

gratis 1. Saat ini hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi agroindustri dalam

mengembangkan usaha karena dapat mengurangi modal usaha untuk produksi

olahan tape. Namun disisi lain, hal ini juga memiliki manfaat kedepannya bagi

agroindustri dalam meningkatkan penjualan produknya.

4. Adanya subtitusi produk olahan tape (T4)

Produk olahan tape koplak food merupakan produk innovatif, namun masih

belum tersebar secara merata disetiap outlet pusat oleh-oleh Jember. Hal itu

memungkinkan konsumen untuk menggantikan produk ladrang dan keripik tape

dengan produk olahan tape lainnya seperti prol tape dan suwar suwir. Oleh karena

itu subtitusi produk olahan tape lainnya menjadi ancaman bagi pengembangan

usaha olahan tape agroindustri koplak food.

Page 108: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

89

5.4.3 Analisis Matrik Posisi Kompetitif Relatif Usaha Olahan Tape pada

Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember.

Hasil perhitungan faktor internal dan eksternal usaha olahan tape pada

agroindustri koplak food dapat diketahui melalui diagram matriks posisi

kompetitif relative pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember (Lampiran 5.23 Halaman 131)

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat diketahui nilai IFAS dan EFAS hasil analisis

faktor internal dan eksternal agroindustri koplak food. Nilai IFAS 3,01 dan nilai

EFAS 3,37. Besarnya nilai EFAS dan IFAS yang diperoleh, menempatkan posisi

kompetitif agroindustri pada kuadran satu yaitu bidang white area (bidang kuat-

berpeluang). Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi usaha produk olahan tape

agroindustri koplak food menguntungkan, dimana usaha produk olahan tape

memiliki peluang dan kekuatan yang diharapkan dengan kekuatan tersebut

mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan usaha. Strategi

yang digunakan untuk pengembangan usaha produk olahan tape yaitu strategi

agresif, sesuai dengan kuadran posisi kompetitif, dimana kuadran satu mendukung

adanya strategi agresif.

4

4 2

2

0

0

3,01

3,37

WHITE AREA

GREY AREA

GREY AREA

BLACK AREA

IFAS

EFAS

Page 109: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

90

Terdapat lima kekuatan dan lima peluang bagi agroindustri dalam

mengembangkan usahanya. Kekuatan tersebut antara lain kemampuan tenaga

kerja dalam penggunaan teknologi (S1), kemampuan agroindustri dalam

memperoleh bahan baku berkualitas (S2), ciri khas yang unik pada produk olahan

tape (S3), promosi online dan offline (S4), dan adanya legalitas usaha seperti ijin

usaha (SKU) dan P-IRT (S5). Peluang yang dimiliki agroindustri antara lain pasar

terbuka luas (O1), tingginya permintaan pasar (O2), produk olahan tape inovatif

(O3), penggunaan teknologi modern (O4), dan adanya kerjasama dengan instansi

pendidikan (O5). Berdasarkan analisis faktor internal eksternal tersebut startegi

yang dipilih yaitu strategi agresif dengan memaksimalkan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

5.4.4 Analisis Matrik Internal Eksternal Usaha Olahan Tape pada Agroindustri

Koplak Food di Kabupaten Jember

Hasil perhitungan nilai faktor internal dan eksternal usaha olahan tape dapat

dilihat pada matriks internal eksternal gambar 5.2

Gambar 5.2 Matriks Internal Eksternal (Lampiran 5.24, halaman 132)

IFAS

Kuat Rata-rata Lemah

TOTAL SKOR

T

O

T

A

L

S

K

O

R

EFAS Rendah

Menengah

Tinggi

4,0

2,0

3,0

1,0

2,0 3,0 1,0

I

Pertumbuhan

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan/

Stabilitas

VI

Divestasi

VII

Pertumbuhan

VIII

Pertumbuhan

IX

Likuiditas

3,37

3,01

Page 110: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

91

Berdasarkan Gambar 5.2 hasil perhitungan nilai IFAS sebesar 3,01 dan

EFAS sebesar 3,37 menunjukkan posisi produk olahan tape berada pada daerah I

yaitu daerah pertumbuhan, sehingga hipotesis bahwa strategi pengembangan

produk olahan tape pada daerah V ditolak. Menurut Amirullah (2015) Strategi

pertumbuhan merupakan strategi yang dirancang untuk mencapai pertumbuhan

suatu perusahaan baik dari sisi penjualan, aktiva, laba atau kombinasi dari

ketiganya. Bagi perusahaan yang sedang tumbuh, penggunaan strategi

pertumbuhan dilakukan untuk menutupi kesalahan dan ketidakefisienan dengan

mudah dibandingkan perusahaan yang stabil. Bagi perusahaan yang sedang

berkembang, strategi pertumbuhan menawarkan banyak peluang bagi kemajuan

dan promosi.

Menurut Umar (2003) terdapat dua strategi pertumbuhan yang mendasar

yaitu strategi konsentrasi dan strategi diversifikasi. Pada gambar 5.2 strategi

konsentrasi dilakukan apabila posisi perusahaan pada daerah I, II, dan V

sedangkan strategi diversifikasi dilakukan apabila perusahaan menempati daerah

VII dan VIII. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi yang dapat dilakukan

agroindustri dalam mengembangkan usaha produk olahan tape yaitu strategi

pertumbuhan konsentrasi. Strategi pertembuhan konsentrasi merupakan strategi

dimana perusahaan berkonsentrasi dan bertumbuh kembang pada semua atau

hampir semua sumber daya yang sejenis. Strategi pertumbuhan konsentrasi dibagi

menjadi 2 yaitu integrasi horizontal dan vertikal, namun pada daerah I

pertumbuhan konsentrasi dilakukan melalui integrasi vertikal. Integrasi vertikal

dapat dilakukan dengan mengambil alih atau melakukan kerjasama dengan

pemasok atau distributor. Berikut adalah alternatif strategi yang dapat dilakukan

oleh agroindustri dalam mengembangakan usaha produk olahan tape.

5.4.5 Analisis Matrik SWOT Usaha Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food

di Kabupaten Jember

Berdasarkan analisis faktor internal maupun eksternal untuk pengembangan

usaha olahan tape pada agroindustri diperoleh beberapa alternatif strategi yang

Page 111: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

92

dapat digunakan. Berikut adalah tabel matrik SWOT usaha olahan tape pada

agroindustri koplak food di Kabupaten Jember.

Tabel 5.14 Matriks SWOT Usaha Produk Olahan Tape Koplak Food

Kekuatan (Strength-S)

1. Kemampuan tenaga kerja

dalam penggunaan

teknologi

2. Kemampuan agroindustri

memperoleh bahan baku

berkualitas

3. Ciri khas unik pada produk

olahan tape

4. Promosi online dan offline

5. Adanya legalitas usaha

(SKU dan P-IRT)

Kelemahan (Weakness-W)

1. Skala produksi rendah

2. Jumlah tenaga kerja

terbatas

3. Kurang dikenal masyarakat

4. Perputaran modal lambat

5. Kurangnya pencatatan

keuangan.

Peluang (Opportunities-O)

1. Pasar terbuka luas

2. Tingginya permintaan

pasar

3. Produk sangat inovatif

4. Penggunaan teknologi

modern

5. Adanya kerjasama dengan

instansi pendidikan

Strategi (S-O)

1. Meningkatkan kapasitas

produksi olahan tape (S1,

S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3,

O4)

2. Meningkatkan distribusi

produk (S3, S4, S5, O1, O2)

Strategi (W-O)

1. Meningkatkan kegiatan

promosi (W3, O1, O2, O3)

Ancaman (Threats-T)

1. Kualitas bahan baku

kurang konsisten

2. Harga bahan baku

cenderung meningkat

3. Adanya negosiasi

perluasan pasar yang

merugikan

4. Adanya subtitusi produk

olahan tape

Strategi (S-T)

1. Menjaga dan

mempertahankan kualitas

produk (S1, S2, S3, S4, S5,

T4)

Strategi (W-T)

1. Melakukan pencatatan

keuangan yang teratur (W5,

T2)

Sumber: Data Primer Diolah 2018 (Lampiran 5.25, Halaman 133)

1. Strategi S-O

Strategi S-O merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang sebagai upaya pengembangan usaha agroindustri koplak

food. Terdapat dua alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu:

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Page 112: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

93

a. Meningkatkan produksi olahan tape

Hal tersebut didukung dengan segala kekuatan yang dimiliki agroindustri.

Dimana dengan adanya tenaga kerja yang mampu menggunakan teknologi

modern dan kemampuan agroindutsri dalam memperoleh bahan baku berkualitas

diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi karena kedua faktor internal

tersebut nantinya juga dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan,

sehingga agroindustri koplak food mampu menghasilkan produk dengan kuantitas

dan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Peningkatan kapasitas produksi

didukung dengan peluang yaitu pasar yang terbuka luas, tingginya permintaan

pasar, serta produk inovatif. Adanya peluang tersebut diharapkan dengan

meningkatnya kapasitas produksi juga akan memperluas pasar produk olahan

tape. Hal itu didukung dengan kekuatan pada produk olahan tape yang memiliki

ciri khas unik dan legalitas usaha sehingga mampu menarik perhatian konsumen

dalam membeli produk yang nantinya juga dapat meningkatkan keuntungan

agroindustri.

b. Meningkatkan distribusi produk

Hal tersebut didukung dengan beberapa kekuatan yang dapat digunakan oleh

agroindustri untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan produk

olahan tape. Dimana dengan adanya ciri khas yang unik pada produk olahan tape,

media promosi online maupun offline, serta adanya legalitas usaha dapat

memudahkan agroindustri dalam mendistribusikan produknya hingga ke

konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan distribusi

produk juga didukung dengan adanya peluang pasar yang terbuka luas serta

tingginya permintaan pasar. Distribusi produk yang dimaksudkan adalah

memperluas jangkauan pendistribusian ladrang tape dan keripik tape. Dengan

meningkatnya distribusi produk olahan tape, diharapkan dapat memudahkan

konsumen memperoleh produk baik secara langsung membeli di agroindustri

maupun pusat oleh-oleh yang nantinya juga dapat meningkatkan keuntungan

agroindustri.

Page 113: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

94

2. Strategi W-O

Strategi W-O merupakan strategi dengan memanfaatkan peluang untuk

meminimalisir kelemahan yang dimiliki agroindustri. Adapun strategi alternatif

yang digunakan yaitu meningkatkan kegiatan promosi produk olahan tape.

Strategi tersebut didukung dengan adanya pasar yang terbuka luas, permintaan

yang tinggi serta produk inovatif, sehingga perlu ditingkatkan kegiatan promosi

agar produk tersebut lebih dikenal masyarakat. Apabila produk tersebut sudah

banyak dikenal oleh masyarakat, maka proses pemasaran produk menjadi lebih

mudah sehingga perputaran modal tidak lagi lambat.

3. Strategi S-T

Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

meminimalisir ancaman yang dapat menghambat pengembangan usaha

agroindustri koplak food. Adapun strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu

dengan menjaga dan mempertahankan kualitas produk. Strategi tersebut didukung

dengan kekuatan yang dimiliki agroindustri dimana tenaga kerja yang dapat

mengoperasikan teknologi modern dalam proses produksi dan kemampuan

agroindustri memperoleh bahan baku berkualitas dapat menghasilkan produk

dengan kualitas yang baik. Selain itu dengan nama produk dan ciri khas yang unik

dapat menarik konsumen untuk membeli produk olahan tape, sehingga meskipun

terdapat beberapa subtitusi produk olahan tape lainnya tidak akan mempengaruhi

pengembangan usaha produk olahan tape agroindustri koplak food karena tetap

menjaga dan mempertahankan kualitas produknya.

4. Strategi W-T

Strategi W-T merupakan strategi dengan menggunakan kelemahan untuk

meminimalisir ancaman yang dapat menghambat pengembangan usaha produk

olahan tape. Adapun strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu melakukan

pencatatan keuangan yang lebih teratur. Apabila pencatatan keuangan agroindustri

koplak food dilakukan dengan teratur dan konsisten maka dapat meminimalisir

ancaman seperti adanya kerugian jika harga bahan baku terus mengalami

peningkatan.

Page 114: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

95

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Produk olahan tape agroindustri koplak food memberikan nilai tambah positif

dimana VA > 0. Nilai tambah ladrang tape sebesar Rp. 46.255,07/kg bahan

baku tape dan tepung dengan rasio nilai tambah sebesar 67,14%. Sedangkan

nilai tambah keripik tape sebesar Rp. 21.565,56/kg bahan baku tape dengan

rasio nilai tambah sebesar 60,42%. Ladrang tape memiliki nilai tambah lebih

besar dari keripik tape karena faktor konfersi ladrang tape yang cukup besar

sehingga dalam satu kilogram bahan baku mampu menghasilkan output

ladrang tape lebih banyak dari keripik tape dengan harga yang hampir sama.

2. Usaha produk olahan tape pada agroindustri koplak food menguntungkan

dengan nilai TR > TC. Pendapatan yang diterima ketika memproduksi ladrang

tape sebesar Rp 4.868.649,00/bulan. Pendapatan yang diterima ketika

memproduksi keripik tape sebesar Rp 4.814.892,14/bulan. Ladrang tape

memiliki pendapatan lebih besar karena ladrang tape hanya dijual dalam

bentuk packing saja, sedangkan keripik tape dijual dalam tiga kemasan berbeda

dengan harga yang berbeda.

3. Marketing mix produk olahan tape pada agroindustri koplak food meliputi 4P

yaitu Product, Price, Place, Promotion, dimana product merupakan dasar

bauran pemasaran yang paling menonjol. Selain itu, melalui atribut product

dapat diketahui perbedaan ladrang tape dan keripik tape.

4. Berdasarkan hasil analisis SWOT, pengembangan usaha olahan tape dapat

dilakukan melalui beberapa alternatif strategi seperti meningkatan kapasitas

produksi olahan tape dan meningkatan distribusi produk.

Page 115: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

96

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, terdapat saran yang ditujukan kepada

agroindustri koplak food:

1. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah dan pendapatan, lebih baik agroindustri

meningkatkan produksi ladrang tape karena memiliki nilai tambah dan

pendapatan yang lebih besar, namun bukan berarti agroindustri harus

mengurangi produksi keripik tape.

2. Berdasarkan hasil analisis, dasar marketing mix yang mendukung strategi

adalah product dan place , sedangkan price dan promotion tidak. Price tidak

tergolong dalam strategi karena penetapan harga sudah sesuai dengan produk

subtitusi. Promotion tidak tergolong dalam strategi S-O karena promosi yang

dilakukan sudah efektif, namun perlu ditingkatkan dari segi W-O untuk lebih

mengenalkan produk tersebut ke masyarakat sebagai produk khas Jember.

3. Berdasarkan analisis SWOT, guna mendorong pengembangan usaha produk

olahan tape sebaiknya agroindustri menjalin kerjasama dengan beberapa

pemasok agar dapat meningkatkan kapasitas produksi atau bekerjasama dengan

distributor untuk meningkatkan distribusi produk.

Page 116: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

97

DAFTAR PUSTAKA

Adyanti, E. Septia. 2016. Analisis Harga Pokok Produksi dan Nilai Tambah pada

Agroindustri Tapioka CV. INTAF di Desa Wonorejo Kecamatan

Kedungjajang Kabupaten Lumajang. Skripsi. Jember: Fakultas Pertanian

Universitas Jember.

Amirullah. 2015. Manajemen Strategi Teori-Konsep-Kinerjs. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Arif, N. R. Al, dan Amalia, E. 2010. Teori Mikroekonomi. Jakarta: Prenadamedia

Group

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. 2013.

Diversifikasi Pangan dan Transformasi Pembangunan Pertanian. Jakarta:

IAARD Press.

Badan Pusat Statistik. 2017. Jawa Timur dalam Angka 2017. Surabaya: BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Bondowoso dalam Angka Tahun 2015-

2017. https://bondowosokab.bps.go.id/index.php/Publikasi. [Diakses pada 16

Februari 2019].

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Ubi Kayu:Hasil Utama

Penelitian Tahun 2013. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-

content/uploads/2015/02/pages%20from%20highlight%202013_20%20final

%2021-24.pdf. [Diakses pada 1 Oktober 2018].

Elida, S. dan W. Hamidi. 2009. Analisis Pendapatan Agroindustri Rengginang

Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Ekonomi, 17(2): 109-119.

Elvia, Rina. 2016. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Keripik

Singkong pada Agroindustri Pak Ali di Desa Ujong Tanjung Kcamatan

Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Aceh: Fakultas Pertanian

Universitas Meulaboh, Aceh Barat.

Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara

Hadi, Projogo U. 2014 Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan

Pertanian. Jakarta: Indonesian Agency For Agricultural Research and

Development (IAARD) Press.

Hamdi, A. S. dan E. Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi

dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Page 117: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

98

Ismini. 2010. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Keripik Singkong di

Perusahaan “Mickey Mouse” di Malang. Agrika, 4(2): 119-129.

Kementrian Pertanian. 2017. https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp/id/lokasi

[Diakses pada 7 Juni 2018].

Kompas. 2012. Ini Dia Tape Singkong Khas Jember.

https://edukasi.kompas.com/read/2012/02/07/1907556/read-brandzview.html.

[Diakses pada 1 Oktober 2018].

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo

Leksana, T. Putra. 2006. Analisis Nilai Tambah dan Prospek Agroindustri Suwar-

suwir di Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Pertanian Universitas

Jember.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.

Jakarta: Grasindo

Marimin dan Maghfiroh, Nurul. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan

dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor : IPB Press.

Mashuri, Fahrurozhi. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Tape

Bondowoso. Diterbitkan. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Muntoha, Jamroni, dan Riska Utami Ummayah. 2015. Pelatihan Pemanfaatan dan

Pengolahan Singkong Menjadi Makanan Ringan Tela Rasa. Jurnal Inovasi

dan Kewirausahaan, 4(3): 188-193

Pracoyo, Tri K., dan A. Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT.

Grasindo.

Praptiwi, A. N., Tety, E., dan Jumatri Yusri. 2015. Analisis Pendapatan dan Nilai

Tambah Agroindustri Tape Singkong di Kota Pekanbaru. Jom Faperta, 2(1):

1-11

Putong, Iskandar. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Putra, Adetiya P., Idqan F. dan Yossi Wibowo. 2015. Competitive Strategy Of a

Market Leader; Case Of UD. Primadona’s Prol Tape Jember-East Java.

Indonesian Journal of Business and Enterpreneurship, 1(3): 127-136.

Rahardja, P. dan M. Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &

Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.

Page 118: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

99

Rangkuti, F. 1997. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2003. Manajemen Sttrategi. Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta

Reptiana, L. Mega. 2016. Nilai Tambah Chip Ubi Kayu dan Prospek

Pengembangan Agroindustri Tepung Ubi Kayu di CV. Tulus Abadi

Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Jember: Fakultas Pertanian Universitas

Jember.

Rukmana, H. R. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta:

Kanisius.

Santoso, I. 2013. Pengantar Agroindustri. Malang: UB Press

Setiyo. 2018. Konsep Biaya (Cost) dalam Ilmu Ekonomi.

https://www.ajarekonomi.com/2018/04/konsep-biaya-cost-dalam-ilmu-

ekonomi.html. [Diakses pada 17 Februari 2019].

Setiawan, I. 2012. Agribisnis Kreatif. Jakarta: Penebar Swadaya

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press.

Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Supriyati dan Suryani E. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan

Agroindustri di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24(2): 92-106

Saleh, N., A. Taufiq, Y. Widodo, dan Titik Sundari. 2016. Pedoman Budi Daya

Ubi Kayu di Indonesia. Jakarta: Indonesian Agency For Agricultural

Research and Development (IAARD) Press.

Soetriono., Suwandari, A., dan Rijanto. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang:

Bayu Media

Tribuntravel.com. 2017. Sering Dikira Sama! Ini Perbedaan Peuyeum dan

Singkong. http://travel.tribunnews.com/2017/01/30/sering-dikira-sama-ini-

perbedaan-peuyeum-dan-singkong. [Diakses pada 24 Januari 2019]

Umar, Husein. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Utami, N. Widya. 2018. Ciri-Citi Packaging Produk yang Baik dan Berpengaruh

Terhadap Penjualan. https://www.jurnal.id/id/blog/2018-ciri-ciri-packaging-

Page 119: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

100

produk-yang-baik-dan-pengaruhnya-terhadap-penjualan/. [Diakses pada 17

Januari 2019].

Vellas, F. dan L. Becherel. 2008. Pemasaran Pariwisata Internasional Sebuah

Pendekatan Strategis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Widaningsih, R. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi

Kayu. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian.

Page 120: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

101

Lampiran 5.1 Data Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No Jumlah bahan

baku (Kg)

Harga

bahan baku

Total harga

bahan baku

(Rp)

Output Ladrang

Tape (Kg)

Total Jumlah

Kemasan (Pcs)

Harga ladrang

tape/pcs (150

gram)

Total

penerimaan

1 6 7.000 42.000 8,40 56 15.000 840.000

2 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

3 3 7.000 21.000 4,05 27 15.000 405.000

4 4 7.000 28.000 5,25 35 15.000 525.000

5 2 7.000 14.000 2,85 19 15.000 285.000

6 8 7.000 56.000 10,95 73 15.000 1.095.000

7 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

8 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

9 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

10 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

11 6 7.000 42.000 8,40 56 15.000 840.000

12 5 7.000 35.000 6,90 46 15.000 690.000

Total 59

413.000 81,30 542

8.130.000

Rata-

rata 4,917

6,775

677.500

10

1

Page 121: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

102

Lampiran 5.2. Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Jumlah

tape (Kg) Satuan

Harga

(Rp/kg) Total Harga (Rp)

Tepung

(Kg) Satuan

Harga

(Rp/kg) Total Harga (Rp)

1 6 Kg 7.000 42.000 6 Kg 9.000 54.000

2 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

3 3 Kg 7.000 21.000 3 Kg 9.000 27.000

4 4 Kg 7.000 28.000 4 Kg 9.000 36.000

5 2 Kg 7.000 14.000 2 Kg 9.000 18.000

6 8 Kg 7.000 56.000 8 Kg 9.000 72.000

7 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

8 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

9 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

10 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

11 6 Kg 7.000 42.000 6 Kg 9.000 54.000

12 5 Kg 7.000 35.000 5 Kg 9.000 45.000

Total 59

413.000 59

531.000

10

2

Page 122: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

103

Lanjutan Lampiran 5.2 Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Jumlah

Minyak (L) Satuan

Harga

(Rp/L)

Total Harga

(Rp)

Jumlah

Gas (Kg) Satuan

Harga

(Rp/kg)

Total Harga

(Rp)

1 3 Liter 11.500 34.500 1,2 Kg 6.000 7.200

2 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

3 1,5 Liter 11.500 17.250 0,6 Kg 6.000 3.600

4 2 Liter 11.500 23.000 0,8 Kg 6.000 4.800

5 1 Liter 11.500 11.500 0,4 Kg 6.000 2.400

6 4 Liter 11.500 46.000 1,6 Kg 6.000 9.600

7 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

8 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

9 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

10 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

11 3 Liter 11.500 34.500 1,2 Kg 6.000 7.200

12 2,5 Liter 11.500 28.750 1 Kg 6.000 6.000

Total 29,5 339.250 11,8

70.800

10

3

Page 123: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

104

Lanjutan Lampiran 5.2. Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Mentega (Kg) Satuan Harga

(Rp/kg) Total Harga (Rp) Telur (Kg) Satuan

Harga

(Rp/kg)

Total Harga

(Rp)

1 0,216 Kg 22.000 4.752 0,375 Kg 17.500 6.563

2 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

3 0,108 Kg 22.000 2.376 0,1875 Kg 17.500 3.281

4 0,144 Kg 22.000 3.168 0,25 Kg 17.500 4.375

5 0,072 Kg 22.000 1.584 0,125 Kg 17.500 2.188

6 0,288 Kg 22.000 6.336 0,5 Kg 17.500 8.750

7 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

8 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

9 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

10 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

11 0,216 Kg 22.000 4.752 0,375 Kg 17.500 6.563

12 0,18 Kg 22.000 3.960 0,3125 Kg 17.500 5.469

Total 2,124 46.728 3,6875 64.531

104

Page 124: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

105

Lanjutan Lampiran 5.2 Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Gula (Kg) Satuan Harga

(Rp/kg) Total Harga (Rp) Kemasan Foil Satuan

Harga

(Rp/kg)

Total Harga

(Rp)

1 0,36 Kg 10.000 3.600 56 Pcs 1.000 56.000

2 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

3 0,18 Kg 10.000 1.800 27 Pcs 1.000 27.000

4 0,24 Kg 10.000 2.400 35 Pcs 1.000 35.000

5 0,12 Kg 10.000 1.200 19 Pcs 1.000 19.000

6 0,48 Kg 10.000 4.800 73 Pcs 1.000 73.000

7 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

8 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

9 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

10 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

11 0,36 Kg 10.000 3.600 56 Pcs 1.000 56.000

12 0,3 Kg 10.000 3.000 46 Pcs 1.000 46.000

Total 3,54

35.400 542

542.000

10

5

Page 125: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

106

Lanjutan Lampiran 5.2 Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Stiker Satuan Harga (Rp/pcs) Total Harga

(Rp) Tas kertas Satuan Harga (Rp/pcs)

Total Harga

(Rp)

1 56 Pcs 300 16.800 56 Pcs 583 32.648

2 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

3 27 Pcs 300 8.100 27 Pcs 583 15.741

4 35 Pcs 300 10.500 35 Pcs 583 20.405

5 19 Pcs 300 5.700 19 Pcs 583 11.077

6 73 Pcs 300 21.900 73 Pcs 583 42.559

7 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

8 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

9 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

10 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

11 56 Pcs 300 16.800 56 Pcs 583 32.648

12 46 Pcs 300 13.800 46 Pcs 583 26.818

Total 542

162.600 542

315.986

10

6

Page 126: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

107

Lanjutan Lampiran 5.2. Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Tenaga kerja Satuan Harga (Rp/kg) Total Harga (Rp)

1 6 Kg bahan baku 10.000 60.000

2 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

3 3 Kg bahan baku 10.000 30.000

4 4 Kg bahan baku 10.000 40.000

5 2 Kg bahan baku 10.000 20.000

6 8 Kg bahan baku 10.000 80.000

7 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

8 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

9 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

10 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

11 6 Kg bahan baku 10.000 60.000

12 5 Kg bahan baku 10.000 50.000

Total 59

590.000

10

7

Page 127: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

108

Lampiran 5.3. Rangkuman Data Biaya Variabel Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Komponen Satuan Jumlah Harga Jumlah Biaya (Rp/bulan) Harga Per Kg Bahan Baku

1 Tape Kg 59 7.000,00 413.000,00 3.500,00

2 Tepung Kg 59 9.000,00 531.000,00 4.500,00

3 Minyak L 29,5 11.500,00 339.250,00 2.875,00

4 Gas Kg 11,8 6.000,00 70.800,00 600,00

5 Telur Kg 3,6875 17.500,00 64.531,00 546,88

6 Mentega Kg 2,124 22.000,00 46.728,00 396,00

7 Gula Kg 3,54 10.000,00 35.400,00 300,00

8 Kemasan foil Pcs 542 1.000,00 542.000,00 4.593,22

9 Stiker Pcs 542 300,00 162.600,00 1.377,97

10 Tas kertas Pcs 542 583,00 315.986,00 2.677,85

11 Tenaga kerja Orang 1 590.000,00 590.000,00 5.000,00

Total Variabel Cost (TVC) 3.111.295

Lampiran 5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Gilingan Stainless

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

1

Jumlah 1 133.000,00 133.000,00 5 2.216,67

Rata-

rata 1 133.000,00 133.000,00 2.216,67

10

8

Page 128: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

109

Lanjutan Lampiran 5.4. Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Gilingan Kayu

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

2

Jumlah 1 21.000,00 21.000,00 2 875,00

Rata-

rata 1 21.000,00 21.000,00 875,00

Mesin Sealer

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

3

Jumlah 1 2.500.000,00 2.500.000,00 5 20.833,33

Rata-rata 1 2.500.000,00 2.500.000,00 20.833,33

Baskom

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

4

Jumlah 1 40.000,00 40.000,00 3 1.111,11

Rata-rata 1 40.000,00 40.000,00

1.111,11

10

9

Page 129: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

110

Lanjutan Lampiran 5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Nampan Plastik

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

5

Jumlah 1 10.800,00 10.800,00 2 450,00

Rata-rata 1 10.800,00 10.800,00

450,00

Timbangan

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

6

Jumlah 1 183.000,00 183.000,00 3 2.541,67

1 89.000,00 89.000,00 3 1.236,11

Total 3.777,78

Wajan Penggorengan

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

7

Jumlah 1 69.000,00 69.000,00 3 1.916,67

Rata-rata 1 69.000,00 69.000,00

1.916,67

11

0

Page 130: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

111

Lanjutan Lampiran 5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018 Spatula

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

8

Jumlah 1 8.000,00 8.000,00 2 333,33

Rata-rata 1 8.000,00 8.000,00

333,33

Lanjutan Lampiran 5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Saringan

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

9

Jumlah 1 13.000,00 13.000,00 2 541,67

Rata-rata 1 13.000,00 13.000,00

541,67

111

Page 131: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

112

Lanjutan Lampiran 5.4 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Listrik

No. Harga

1 12.000

2 10.000

3 6.000

4 8.000

5 4.000

6 16.000

7 10.000

8 10.000

9 10.000

10 10.000

11 12.000

12 10.000

Total 118.000

112

Page 132: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

113

Lampiran 5.5 Rangkuman Penyusutan Biaya Tetap Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Komponen Biaya Total Harga Total harga per Kg bahan baku

1 Gilingan Stainless 2.217 19

2 Gilingan kayu 875 7

3 Mesin Sealer 20.833 177

4 Baskom 1.111 9

5 Nampan plastik 450 4

6 Timbangan 3.778 32

8 Wajan penggorengan 1.917 16

9 Spatula 333 3

10 Saringan 542 5

11 Listrik 118.000 1.000

Total 150.056 1.272

113

Page 133: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

114

Lampiran 5.6 Data Total Biaya Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Total Cost = TVC + TFC

TVC 3.111.295

TFC 150.056

Total Cost 3.261.351

Lampiran 5.7 Data Total Penerimaan Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Total Revenue (TR)= Harga Output (Py) x Jumlah Output (Qy)

No. Qy Py TR

1 56 15.000 840.000

2 46 15.000 690.000

3 27 15.000 405.000

4 35 15.000 525.000

5 19 15.000 285.000

6 73 15.000 1.095.000

7 46 15.000 690.000

8 46 15.000 690.000

9 46 15.000 690.000

10 46 15.000 690.000

11 56 15.000 840.000

12 46 15.000 690.000

Total 542

8.130.000

11

4

Page 134: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

115

Lampiran 5.8 Data Pendapatan Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

Pendapatan = TR – TC

TR 8.130.000

TC 3.261.351

Pendapatan 4.868.649

11

5

Page 135: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

116

Lampiran 5.9 Analisis Nilai Tambah Usaha Ladrang Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Analisis Nilai Tambah Satuan Formulasi Nilai

Output, Input, Harga

1 Output/total produksi Kg/proses [1] 6,775

2 Input/bahan baku Kg/proses [2]

a. Tape

4,917

b. Tepung

4,917

Total input bahan baku

9,834

3 Input TK HOK/proses [3] 1

4 Faktor Konversi

[4] = [1] / [2] 0,689

5 Koefisien TK HOK/Kg [5] = [3] / [2] 0,102

6 Harga Produk Rp/Kg [6] 100.000

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK [7] 49170

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku

[8]

a. Bahan baku tape Rp/Kg

3500

b. Bahan baku tepung Rp/Kg

4500

Total bahan baku Rp

8000

9 Sumbangan input lain

[9]

a. Biaya penolong Rp/Kg

13.367

b. Biaya penyusutan alat Rp/Kg

1.272

Total sumbangan lain Rp

14.639

10 Nilai produk Rp/Kg [10] = [4] x [6] 68.893,63

11 a. Nilai tambah Rp/Kg [11a] = [10] - [8] - [9] 46.255,07

b. Rasio nilai tambah % [11b] = [11a]/[10] x 100 67,14

12 a. Pendapatan Rp/Kg [12a] = [5] x [7] 5.000

b. Imbalan TK % [12b] = [12a]/[11a] x 100 10,18

13 a. Keuntungan Rp/Kg [13a] = [11a] - [12a] 41.255,07

b. Tingkat keuntungan % [13b] = [13a]/[10] x 100 59,88

Page 136: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lampiran 5.10 Data Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No

Jumlah bahan

baku Satuan

Harga

bahan baku

Total harga

bahan baku

Output Keripik

Tape (Kg)

Harga keripik

tape (Rp/kg)

Total penerimaan

(Rp)

1 71 kg 7.000 497.000 24,375 104.165,59 2.539.036,26

2 70 kg 7.000 490.000 23,375 104.165,59 2.434.870,67

3 72 kg 7.000 504.000 25 104.165,59 2.604.139,75

4 69 kg 7.000 483.000 23,875 104.165,59 2.486.953,46

Total 282 1.974.000 96,625 10.065.000,13

Rata-

rata 70,5

24,15625

2.516.250,03

Lampiran 5.11 Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Jumlah tape (Kg) Satuan Harga (Rp/kg) Total Harga (Rp)

1 71 Kg 7.000 497.000

2 70 Kg 7.000 490.000

3 72 Kg 7.000 504.000

4 69 Kg 7.000 483.000

Total 282 1.974.000

Rata-

rata 70,5

493.500

117

Page 137: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lanjutan Lampiran 5.11 Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Jumlah

Minyak (L) Satuan

Harga

(Rp/L)

Total Harga

(Rp)

Jumlah

Gas Satuan Harga (Rp/kg) Total Harga (Rp)

1 9 Kg 11.500 103.500 12 Kg 6.000 72.000

2 7 Kg 11.500 80.500 12 Kg 6.000 72.000

3 7 Kg 11.500 80.500 12 Kg 6.000 72.000

4 7 Kg 11.500 80.500 12 Kg 6.000 72.000

Total 30 345.000 48 288.000

Rata-

rata 7,5

86.250

12

72.000

No. Jumlah

Kemasan Satuan

Harga

(Rp/pcs) Total Harga (Rp) Jumlah Stiker Satuan

Harga

(Rp/pcs) Total Harga (Rp)

1 127 pcs 1.300 165.100 127 pcs 300 38.100

2 141 pcs 1.300 183.300 141 pcs 300 42.300

3 148 pcs 1.300 192.400 148 pcs 300 44.400

4 123 pcs 1.300 159.900 123 pcs 300 36.900

Total 539 700.700 539

161.700

Rata-

rata 134,75

175.175 134,75 40.425

11

8

Page 138: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

No. Plastik Los-losan

(Pcs) Harga (Rp/pcs) Total Harga (Rp)

Plastik Gur gur

(Pcs) Harga (Rp/pcs) Total Harga (Rp)

1 8 1.000 8.000 2 500 1.000

2 5 1.000 5.000 3 500 1.500

3 8 1.000 8.000 2 500 1.000

4 6 1.000 6.000 2 500 1.000

Total 27 27.000 9 4.500

Rata-

rata 6,75 6.750 2,25 1.125

Lanjutan Lampiran 5.11 Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Jenis kegiatan Jumlah

Tape Upah

Total

Upah

Jenis

kegiatan Upah

Upah 1 hari

produksi HOK

Upah 3 hari

produksi/TK

Jumlah

TK Total Upah

1 Memotong tape 71 1000 71.000 Menggoreng

+ mengemas 50.000 61.833,33333 3 185.500 2 371.000

2 Memotong tape 70 1000 70.000 Menggoreng

+ mengemas 50.000 61.666,66667 3 185.000 2 370.000

3 Memotong tape 72 1000 72.000 Menggoreng

+ mengemas 50.000 62.000 3 186.000 2 372.000

4 Memotong tape 69 1000 69.000 Menggoreng

+ mengemas 50.000 61.500 3 184.500 2 369.000

Total

282

282.000

247.000

741.000

1.482.000

Rata-rata 70,5

70.500

61.750

185.250

370.500

11

9

Page 139: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lampiran 5.12 Rangkuman Data Biaya Variabel Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Komponen Satuan Jumlah Harga Jumlah Biaya

(Rp/bulan)

Harga Per Kg

Bahan Baku

1 Tape Kg 282 7.000 1.974.000 7.000,00

2 Minyak L 30 11.500 345.000 1.223,40

3 Gas Kg 48 6.000 288.000 1.021,28

4 Kemasan foil Pcs 539 1.300 700.700 2.484,75

5 Stiker Pcs 539 300 161.700 573,40

6 Plastik Los-losan Pcs 27 1.000 27.000 95,74

7 Plastik Gur-gur Pcs 9 500 4.500 15,96

8 Tenaga kerja Orang 2 741.000 1.482.000 5.255,32

Total 4.982.900 17.669,86

Rata-

rata 1.245.725

Lampiran 5.13 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Bangunan Gedung

No. Jumlah (m2) Harga (Rp/m2) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

1

Jumlah 32 225.000,00 7.200.000,00 25 24.000,00

Rata-

rata 32 225.000,00 7.200.000,00 24.000,00

12

0

Page 140: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lanjutan Lampiran 5.13 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Vacuum frying dan spinner

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

2

Jumlah 1 20.000.000,00 20.000.000,00 10 166.666,67

Rata-

rata 1 20.000.000,00 20.000.000,00 166.666,67

Kulkas freezer

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

3

Jumlah 1 2.900.000,00 2.900.000,00 10 24.166,67

1 2.550.000,00 2.550.000,00 10 21.250,00

Total 45.416,67

Mesin Sealer

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

4

Jumlah 1 2.500.000,00 2.500.000,00 5 20.833,33

Rata-

rata 1 2.500.000,00 2.500.000,00 20.833,33

121

Page 141: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lanjutan Lampiran 5.13 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Keranjang Kecil

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

5

Jumlah 16 10.500,00 168.000,00 2 7.000,00

Rata-

rata 16 10.500,00 168.000,00 7.000,00

Keranjang Besar

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

6

Jumlah 1 79.000,00 79.000,00 2 3.291,67

Rata-

rata 1 79.000,00 79.000,00 3.291,67

Timbangan

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

7

Jumlah 1 183.000,00 183.000,00 3 2.541,67

1 89.000,00 89.000,00 3 1.236,11

Total 3.777,78

12

2

Page 142: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lampiran 5.13 Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Kompor

No. Jumlah (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp/bulan)

8

Jumlah 1 279.000,00 279.000,00 2 11.625,00

Rata-

rata 1 279.000,00 279.000,00 11.625,00

Listrik

No. Harga

1 50.000

2 50.000

3 50.000

4 50.000

Total 200.000

12

3

Page 143: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lampiran 5.14 Rangkuman Data Penyusutan Biaya Tetap Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Komponen biaya Total Biaya Biaya per kg bahan baku

1 Bangunan gedung 24.000 85

2 Vacuum frying da spinner 166.667 591

3 Kulkas freezer 45.417 161

4 Mesin sealer 20.833 74

5 Keranjang kecil 7.000 25

6 Keranjang besar 3.292 12

7 Timbangan 3.778 13

8 Kompor 11.625 41

9 Listrik 200.000 709

Total 267.208 1.711

Lampiran 5.15. Data Total Biaya Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Total Cost (TC) = TVC + TFC

TVC 4.982.900,00

TFC 267.208,33

TC 5.250.108,33

124

Page 144: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

Lampiran 5.16 Data Total Penerimaan Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

a. Los-losan

Total Revenue (TR) = Qx X Px

No. Qx (Kg) Px (Rp) TR

1 8 70.000 560.000

2 5 70.000 350.000

3 6 70.000 420.000

4 8 70.000 560.000

Total 27 1.890.000

Rata-

rata 6,75 472.500

b. Packing

Total Revenue (TR) = Qx X Px

No. Qx (Pcs/125 gram) Px TR

1 127 15.000 1.905.000

2 141 15.000 2.115.000

3 148 15.000 2.222.000

4 123 15.000 1.845.000

Total 539 8.085.000

Rata-

Rata 134,75 2.021.250

125

Page 145: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

c. Gur-gur

Total Revenue (TR) = Qx X Px

No. Qx (Pcs/250 gram) Px TR

1 2 10.000 20.000

2 3 10.000 30.000

3 2 10.000 20.000

4 2 10.000 20.000

Total 9 90.000

Rata-

rata 2,25 22.500

Lampiran 5.17 Data Pendapatan Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

Pendapatan = TR - TC

TR 10.065.000

TC 5.250.108,33

Pendapatan 4.814.892,14

12

6

Page 146: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

127

Lampiran 5.18 Analisis Nilai Tambah Usaha Keripik Tape pada Bulan Agustus 2018

No. Analisis Nilai Tambah Satuan Formulasi Nilai

Output, Input, Harga

1 Keripik tape Kg/periode [1] 24,156

a. Los-losan 6,75

b. Packing 16,84

c. Gur-gur 0,56

2 Tape singkong Kg/periode [2] 70,5

3 Input Tenaga Kerja HOK/periode [3] 6

4 Faktor Konversi

[4] = [1] / [2] 0,34

5 Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg [5] = [3] / [2] 0,09

6 Harga Produk Rp/Kg [6] 104.165,59

7 Upah rata-rata TK per HOK Rp/HOK [7] 61.750,00

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga tape singkong Rp/Kg [8] 7.000,00

9 Sumbangan input lain Rp/Kg [9]

a. Biaya minyak

1.223,40

b. Biaya gas

1.021,28

c. Biaya kemasan

2.596,45

d. Biaya stiker

573,40

e. Biaya penyusutan alat

1.711,39

Total input lain Rp

7.125,93

10 Nilai produk Rp/Kg [10] = [4] x [6] 35.691,49

11 a. Nilai tambah Rp/Kg [11a] = [10] - [8] - [9] 21.565,56

b. Rasio nilai tambah % [11b] = [11a]/[10] x 100 60,42

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg [12a] = [5] x [7] 5. 255,32

b. Rasio Tenaga Kerja % [12b] = [12a]/[11a] x 100 24,37

13 a. Keuntungan Rp/Kg [13a] = [11a] - [12a] 16.310,00

b. Tingkat keuntungan % [13b] = [13a]/[10] x 100 46,00

Page 147: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

123

Lampiran 5.19 Analisis Faktor Internal

Faktor-Faktor Strategi Internal

Strength (S) Weakness (W)

Kemampuan TK dalam penggunaan teknologi S1 Skala produksi rendah W1

Kemampuan agroindustri dalam memperoleh bahan baku

berkualitas S2 Jumlah TK terbatas W2

Ciri khas yang unik pada produk olahan tape S3 Masih kurang dikenal masyarakat W3

Promosi online dan offline yang efektif S4 Perputaran modal yang kurang cepat W4

Adanya legalitas usaha (Ijin usaha dan PIRT) S5 Kurangnya pencatatan keuangan W5

Lampiran 5.20 Analisis Faktor Eksternal

Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Opportunities (O) Threats (T)

Pasar terbuka luas O1 Kualitas bahan baku kurang konsisten T1

Tingginya permintaan pasar O2 Harga bahan baku cenderung meningkat T2

Produk sangat inovatif O3 Adanya negosiasi perluasan pasar yang

merugikan T3

Penggunaan teknologi modern O4 Adanya subtitusi produk olahan tape T4

Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan O5

12

8

Page 148: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

124

Lampiran 5.21 Pemberian Bobot Dan Rating pada Faktor Internal

Faktor-Faktor Internal Bobot

Bobot Rata-

rata

Rating

Rating

Rata-rata

Nilai (B * R) Responden Responden

Kekuatan 1 2 1 2

Kemampuan TK dalam penggunaan teknologi 0,105263 0,076923 0,091093117 4 2 3 0,273279

Kemampuan agroindustri dalam memperoleh bahan baku berkualitas 0,078947 0,076923 0,077935223 3 2 2,5 0,194838

Ciri khas yang unik pada produk olahan tape 0,105263 0,153846 0,129554656 4 4 4 0,518219

Promosi online dan offline yang efektif 0,105263 0,115385 0,110323887 4 3 3,5 0,386134

Adanya legalitas usaha (Ijin usaha dan PIRT) 0,105263 0,076923 0,091093117 4 2 3 0,273279

Total 0,5 0,5 0,5 19 13 16 1,64575

Faktor-Faktor Internal Bobot

Bobot Rata-

rata

Rating

Rating

Rata-rata

Nilai (B * R) Responden Responden

Kelemahan 1 2 1 2

Skala produksi rendah 0,09375 0,090909 0,092329545 3 2 2,5 0,230823864

Jumlah TK terbatas 0,09375 0,090909 0,092329545 3 2 2,5 0,230823864

Masih kurang dikenal masyarakat 0,09375 0,090909 0,092329545 3 2 2,5 0,230823864

Perputaran modal yang kurang cepat 0,125 0,090909 0,107954545 4 2 3 0,323863636

Kurangnya pencatatan keuangan 0,09375 0,136364 0,115056818 3 3 3 0,345170455

Total 0,5 0,5 0,5 16 11 13,5 1,361505682

129

Page 149: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

125

Lampiran 5.22 Pemberian Bobot Dan Rating pada Faktor Eksternal

Faktor-Faktor Eksternal Bobot

Bobot Rata-

rata

Rating

Rating

Rata-rata

Nilai (B * R) Responden Responden

Peluang 1 2 1 2

Pasar terbuka luas 0,131765 0,105 0,118382353 4 3 3,5 0,414338235

Tingginya permintaan pasar 0,098824 0,105 0,101911765 3 3 3 0,305735294

Produk sangat inovatif 0,131765 0,14 0,135882353 4 4 4 0,543529412

Penggunaan teknologi modern 0,131765 0,105 0,118382353 4 3 3,5 0,414338235

Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan 0,065882 0,105 0,085441176 2 3 2,5 0,213602941

Total 0,56 0,56 0,56 17 16 16,5 1,89154

Faktor-Faktor Eksternal Bobot

Bobot Rata-

rata

Rating

Rating

Rata-rata

Nilai (B * R) Responden Responden

Ancaman 1 2 1 2

Kualitas bahan baku kurang konsisten 0,125714 0,073333 0,09952381 4 2 3 0,298571429

Harga bahan baku cenderung meningkat 0,094286 0,073333 0,083809524 3 2 2,5 0,20952381

Adanya negosiasi perluasan pasar yang merugikan 0,125714 0,146667 0,136190476 4 4 4 0,544761905

Adanya subtitusi produk olahan tape 0,094286 0,146667 0,12047619 3 4 3,5 0,421666667

Total 0,44 0,44 0,44 14 12 13 1,47452381

Nilai IFAS = 3,007255

Nilai EFAS = 3,366068

130

Page 150: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

126

Lampiran 5.23 Diagram Matriks Posisi Kompetitif Usaha Olahan Tape pada Agroindustri Koplak Food di Kabupaten Jember

4

4 2

2

0

0

3,01

3,37

WHITE AREA

GREY AREA

GREY AREA

BLACK AREA

IFAS

EFAS

13

1

Page 151: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

127

Lampiran 5.24 Matriks Internal Eksternal

IFAS

Kuat Rata-rata Lemah

TOTAL SKOR

T

O

T

A

L

S

K

O

R

EFAS Rendah

Menengah

Tinggi

4,0

2,0

3,0

1,0

2,0 3,0 1,0

I

Pertumbuhan

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan/

Stabilitas

VI

Divestasi

VII

Pertumbuhan

VIII

Pertumbuhan

IX

Likuiditas

3,37

3,01

13

2

Page 152: ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI ......dokumentasi. Metode analisis menggunakan konsep nilai tambah, teori biaya dan pendapatan, bauran pemasaran dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan:

133

Lampiran 5.25 Matriks SWOT Usaha Produk Olahan Tape Koplak Food

Kekuatan (Strength-S)

1. Kemampuan tenaga kerja

dalam penggunaan

teknologi

2. Kemampuan agroindustri

memperoleh bahan baku

berkualitas

3. Ciri khas unik pada

produk olahan tape

4. Promosi online dan offline

yang efektif

5. Adanya legalitas usaha

(SKU dan P-IRT)

Kelemahan (Weakness-W)

1. Skala produksi rendah

2. Jumlah tenaga kerja

terbatas

3. Kurang dikenal masyarakat

4. perputaran modal lambat

5. Kurangnya pencatatan

keuangan.

Peluang (Opportunities-O)

1. Pasar terbuka luas

2. Tingginya permintaan

pasar

3. Produk sangat inovatif

4. Penggunaan teknologi

modern

5. Adanya kerjasama dengan

instansi pendidikan

Strategi (S-O)

1. Meningkatkan kapasitas

produksi olahan tape (S1,

S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3,

O4)

2. Meningkatkan distribusi

produk (S3, S4, S5, O1,

O2,)

Strategi (W-O)

1. Meningkatkan kegiatan

promosi (W3, O1, O2, O3)

Ancaman (Threats-T)

1. Kualitas bahan baku

kurang konsisten

2. Harga bahan baku

cenderung meningkat

3. Adanya negosiasi

perluasan pasar yang

merugikan

4. Adanya subtitusi produk

olahan tape

Strategi (S-T)

1. Menjaga dan

mempertahankan kualitas

produk (S1, S2, S3, S4, S5,

T4)

Strategi (W-T)

1. Melakukan pencatatan

keuangan yang teratur (W5,

T2)

Faktor Internal

Faktor Eksternal