analisis pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/ahmed mawardi...

168
ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN BERDASARKAN STANDAR SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT SURYA INSANI PASIR PENGARAIAN TAHUN 2019 TESIS Oleh: AHMED MAWARDI 1602011004 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI

PASIEN BERDASARKAN STANDAR SASARAN

KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

SURYA INSANI PASIR PENGARAIAN

TAHUN 2019

TESIS

Oleh:

AHMED MAWARDI

1602011004

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI

PASIEN BERDASARKAN STANDAR SASARAN

KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

SURYA INSANI PASIR PENGARAIAN

TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.)

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Oleh:

AHMED MAWARDI

1602011004

PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

HALAMAN PENGESAHAN

JudulTesis : Analisis Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi

Pasien Berdasarkan Standar Sasaran

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Surya

Insani Pasir Pengaraian Tahun 2019

Nama Mahasiswa : Ahmed Mawardi

Nomor Induk Mahasiswa : 1602011004

Minat Studi : Manajemen Rumah Sakit

Menyetujui

Komisi Pembimbing:

Medan, 8 November 2019

Pembimbing-I Pembimbing-II

Dr. Asriwati, S.Kep., Ns, S.Pd., M.Kes. dr. Jamaluddin, MARS

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia

Dekan,

( Dr. Asriwati, S.Kep., Ns, S.Pd., M.Kes )

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

Telah Diuji pada Tanggal 8 November 2019

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Asriwati, Skep, Ns, M.Kes

Anggota : 1. dr. Jamaluddin, MARS

2. Dr. Tri Niswati Utami, S.Pd, M. Kes.

3. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H.

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Penelitian saya (Tesis) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di

Institut Kesehatan Helvetia maupun di perguruan tinggi lain.

2. Penelitian ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan

Tim Penelaah/ Tim Penguji.

3. Dalam penulisan tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, 8 November 2019

Yang membuat pernyataan

Ahmed Mawardi

NIM. 1602011004

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI

Sebagai sivitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan

Helvetia Medan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmed Mawardi

Nim : 1602011004

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Fakultas Kesehatan Masyarakat Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non

Exclusive Royalty Freeb Right) atas tesis saya yang berjudul :

ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

BERDASARKAN STANDAR SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT SURYA INSANI PASIR PENGARAIAN TAHUN 2019

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan

berhak menyimpan, mengalih media format, mengelola dalam bentuk pangkalan

data (Database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta izin dari

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian persyaratan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 8 November 2019

Yang menyatakan,

(Ahmed Mawardi)

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

i

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF THE ACCURACY

OF PATIENT IDENTIFICATION BASED ON OBJECTIVE

STANDARDS OF PATIENT SAFETY AT SURYA

INSANI HOSPITAL PASIR PANGARAIAN

IN 2019

AHMED MAWARDI

1602011004

Patient identification is one of the goals of patient safety at the hospital.

Misidentification of patients at the beginning of the service will continue to the

next service error. Errors due to erroneous patient identification occur in almost

all aspects or stages of diagnosis and treatment thus the accuracy of patient

identification is required.

This research is a qualitative descriptive study, aimed to analyze the

implementation of the accuracy of patient identification at Surya Insani Hospital.

Data collection was done by interview, observation, and document review. The

informants were patient safety team, nursing manager, room head, registration

officer, nurse, midwife, patient and their companion.

The results showed that the implementation of patient identification at the

Hospital was running but not in accordance with standards. Health worker

knowledge as still lacking; the officer did not verify patient data; and the patient

was not well educated regarding the implementation of patient identification that

did not run well because of frequent employee changes, the lack of socialization

provided to the officers, the compliance of officers at the SOP was still lacking,

and there was no reporting of it.

Suggestion for hospitals to control and prevent employee turnover

intentions; the hospital patient safety team needs to disseminate the patient

identification procedure; provide punishment and reward to health workers

related to the implementation of patient identification; recording and reporting

the implementation of the accuracy of patient identification; and the need to

emphasize the officer's responsibility in explaining the importance of patient

identification and the use of identity bracelets when installing it.

Keywords: Patient Identification, Patient Safety, Hospital

The Legitimate Right by:

Helvetia Language Center

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

ii

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

BERDASARKAN STANDAR SASARAN KESELAMATAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT SURYA INSANI PASIR PENGARAIAN

TAHUN 2019

AHMED MAWARDI

1602011004

Identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah

sakit. Kesalahan identifikasi pasien di awal pelayanan akan berlanjut pada

kesalahan pelayanan berikutnya. Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien

terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga

diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan untuk

menganalisis pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya

Insani. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah

dokumen. Informan yang menjadi narasumber yaitu tim keselamatan pasien,

manajer keperawatan, kepala ruangan, petugas pendaftaran, perawat, bidan, pasien

dan pendamping pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan identifikasi pasien di

Rumah Sakit Surya Insani sudah berjalan tetapi belum sesuai standar.

Pengetahuan petugas kesehatan masih kurang; petugas tidak melakukan verifikasi

data pasien; dan pasien tidak teredukasi dengan baik terkait pelaksanaan

identifikasi pasien. Pelaksanaan identifikasi pasien tidak berjalan dengan baik

karena karyawan yang sering berganti, kurangnya sosialisasi yang diberikan

kepada petugas, kepatuhan petugas pada SPO masih kurang, dan tidak ada

pelaporan pelaksanaan identifikasi pasien.

Beberapa saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah rumah

sakit perlu melakukan pengendalian dan pencegahan terhadap turnover intention

karyawan; tim keselamatan pasien rumah sakit perlu melakukan sosialisasi

prosedur identifikasi pasien; memberikan punishment dan reward kepada petugas

kesehatan terkait pelaksanaan identifikasi pasien; melakukan pencatatan dan

pelaporan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien; dan perlunya menekankan

tanggung jawab petugas dalam menjelaskan pentingnya identifikasi pasien dan

kegunaan gelang identitas pada saat pemasangan gelang identitas.

Kata kunci : Identifikasi Pasien, Keselamatan Pasien, Rumah Sakit

Daftar pustaka : 15 buku, 3 artikel, 19 jurnal, 3 undang-undang

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

iii

KATA PENG ANTAR

Puji dan syukur dengan penuh kerendahan hati dipanjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, dan tidak

lupa shalawat beriring salam senantiasa disampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan hasil tesis dengan judul

“Analisis Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Berdasarkan Standar Sasaran

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Surya Insani Pasirpengaraian Tahun 2019”.

Penulisan tesis ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia. Tesis ini dapat diselesaikan setelah mendapat

bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes, selaku Pembina Yayasan

Helvetia Medan.

2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan

Helvetia Medan.

3. Dr. H. Ismail Effendi, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

4. Ibu, Dr. Asriwati, S.Kep., Ns, S.Pd., M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan juga sebagai

Dosen Pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan.

5. Bapak Dr. Anto, SKM, M.Kes., M.M., selaku Ketua Program Studi S2

Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.

6. Bapak dr. Jamaluddin, MARS, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

iv

7. Ibu Dr. Tri Niswati Utami, S.Pd, M. Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan pemikiran dalam memberi masukan tesis ini.

8. Bapak Dr. Mappeaty Nyorong, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan Tesis ini.

9. Ibu, Evi Juliana, SE, MM, selaku Pemilik RS Surya Insani beserta direktur

dan seluruh jajaran manajemen RS Surya Insani yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di RS Surya Insani.

10. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan

semangat selama masa perkuliahan hingga masa penyelesaian perkuliahan.

11. Istri tersayang, dr. Lusy Elwinda yang telah memotivasi dan memberikan

semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.

12. Teman-teman seperjuangan seangkatan yang ikut memberikan motivasi

kepada penulis sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

13. Semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian ini, khusus buat

karyawan/karyawati RS Surya Insani yang ikut langsung membantu

penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan penguji yang

dapat membangun kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2019

Peneliti

Ahmed Mawardi

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

AHMED MAWARDI, lahir di Pulodogom 03 Mei 1989, anak ketiga dari

bapak Julkarnaen dan ibu Suryani. Peneliti beragama islam dan beralamat di Desa

Pulodogom, Kecamatan Kualuhhulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Peneliti menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 112296 Pulodogom pada

tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SLTP Negeri 6 Londut dan tamat tahun 2004. Pada tahun itu juga peneliti

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 9

Kualuhhulu dan tamat pada tahun 2007. Padat tahun 2008 peneliti melanjutkan

pendidikan di perguruan tinggi negeri, tepatnya di Program Studi Pendidikan

Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyelesaikan

kuliah S1 pada tahun 2012. Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan Profesi

Dokter di Universitas Sumatera Utara dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun

2015 melanjutkan Internsip di RSUD Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dan pada

tahun 2016 peneliti melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi S2 Kesehatan

Masyarakat di Institut Kesehatan Masyarakat Helvetia Medan.

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRACT ........................................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3. Pertanyaan penelitian .......................................................................... 8

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10

2.1. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 10

2.2. Telaah Teori ........................................................................................ 12

2.3. Landasan Teori ................................................................................... 15

2.3.1. Rumah Sakit ............................................................................. 15

2.3.2. Keselamatan Pasien .................................................................. 17

2.3.2.1. Standar Keselamatan Pasien .......................................... 17

2.3.2.2. Sasaran Keselamatan Pasien .......................................... 21

2.4. Identifikasi Pasien ............................................................................... 25

2.5. Pengetahuan ........................................................................................ 29

2.6. Kerjasama Tim.................................................................................... 35

2.7. Fokus Penelitian.................................................................................. 38

2.8. Kerangka Pikir .................................................................................... 39

2.9. Definisi Operasional ........................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 42

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................. 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 43

3.3. Informan Penelitian ............................................................................ 43

3.4. Instrumen Penelitian ......................................................................... 43

3.5. Sumber Data ...................................................................................... 44

3.6. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 45

3.7. Teknik Analisis Data ......................................................................... 46

3.8. Pengecekan validasi Temuan .............................................................. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 49

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 49

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

vii

4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Surya Insani .............................. 49

4.1.2. Gambaran Umum Rumah Sakit surya Insani ........................... 50

4.1.3. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Surya Insani ...................... 51

4.1.4. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................ 51

4.1.5. Struktu Organisasi ................................................................... 53

4.1.6. Karakteristik Informan ............................................................. 54

4.2. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 56

4.2.1. Gambaran Kebijakan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Surya

Insani ........................................................................................ 58

4.2.2. Gambaran Pengetahuan Petugas tentang Identifikasi Pasien ... 65

4.2.3. Gambaran Kemampuan Petugas dalam Melakukan Identifikasi

Pasien ........................................................................................ 70

4.2.4. Gambaran Edukasi Pasien tentang Identifikasi Pasien ............. 74

4.2.5. Gambaran Kerjasama Tim dalam Pelaksanaan Identifikasi

Pasien ........................................................................................ 77

4.3. Pembahasan ........................................................................................ 80

4.3.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di Rumah Sakit Surya

Insani ........................................................................................ 80

4.3.2. Pengetahuan Perawat dalam Ketepatan Identifikasi Pasien ..... 83

4.3.3. Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien .. 86

4.3.4. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien ............. 89

4.3.5. Kerjasama Tim dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien ........... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 96

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 96

5.2. Saran ................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 99

LAMPIRAN ....................................................................................................... 103

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Alur identifikasi pasien pada saat pasien masuk ke rumah sakit ........ 26

2.2. Tahapan Identifikasi Pasien ................................................................ 28

2.3. Kerangka Pikir .................................................................................... 39

4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Surya Insani ................................. 54

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Karakteristik Informan ................................................................... 55

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Inform Consent ............................................................................ 103

2. Form Identitas Informan .............................................................. 104

3. Pedoman Wawancara .................................................................. 105

4. Pedoman Observasi ..................................................................... 107

5. Transkrip Wawancara ................................................................. 108

6. Hasil Observasi Ketepatan Identifikasi Pasien ............................ 121

7. Matriks Wawancara ..................................................................... 122

8. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 132

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak negara di dunia yang sedang berusaha membangun untuk

meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan masyarakat. Rumah Sakit

merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat.

Pelayanan Rumah Sakit yang bermutu sesuai standar profesi dan standar

pelayanan merupakan harapan semua masyarakat pengguna Rumah Sakit. Tidak

lepas dari pengaruh meningkatnya perkembangan teknologi informatika yang saat

ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi,

termasuk informasi tentang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan semakin bertambah.

Di era globalisasi ini Indonesia belum mampu bersaing dengan rumah sakit di

luar negeri. Fokus permasalahan yang menyebabkan hal tersebut salah satunya

yaitu dengan krisis ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap mutu pelayanan

kesehatan dimana semakin seringnya muncul dugaan malapraktik dan salah

diagnosis oleh petugas kesehatan (1). Untuk itu perlunya peningkatan keselamatan

pasien rumah sakit dengan harapan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan

rumah sakit dapat meningkat. Hal ini karena dengan adanya program keselamatan

pasien dapat mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD), yang dapat

berdampak pada peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara

petugas kesehatan dengan pasien, menimbulkan tuntutan hukum, tuduhan

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

2

malpraktik, yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah

sakit(2). Sehingga banyak Rumah Sakit berlomba-lomba bagaimana

memenangkan persaingan dengan cara memberikan rasa kepuasan pada pasien.

Saat ini isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan adalah keselamatan

pasien. Keselamatan pasien merupakan masalah global yang sangat serius.

Menurut Nursalam (2011), Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu

variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang

berdampak terhadap pelayanan kesehatan (3). Menurut Sumarianto et al (2013)

keselamatan pasien merupakan sistem yang dibentuk rumah sakit untuk mencegah

dan mengurangi kesalahan dalam perawatan terhadap pasien akibat dari kelalaian

atau kesalahan asuhan yang diberikan. Keselamatan pasien rumah sakit

merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit yang

aman dan tidak merugikan pasien. Semua komponen pelayanan kesehatan rumah

sakit meliputi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya (4). Menurut WHO

(2009) pasien rawat inap beresiko mengalami kejadian tidak diharapkan (KTD).

Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan memiliki peranan penting dalam memberikan

2 asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga menjamin keselamatan pasien dan

menurunkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di rumah sakit (16).

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assessment risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

3

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

Dalam Permenkes no 11 Tahun 2017 menyatakan bahwa setiap rumah sakit

wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran

Keselamatan Pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi pasien,

peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,

pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko

pasien jatuh (11).

Keselamatan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan

identifikasi pasien. Karena salah identifikasi pasien diidentifikasi sebagai akar

penyebab banyak kesalahan yang terjadi. Identifikasi Pasien merupakan sasaran

keselamatan pasien yang pertama. Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien

terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga

diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan

pada saat sebelum melakukan tindakan keperawatan atau prosedur lain, pemberian

obat, transfusi darah atau produk darah, pengambilan darah dan pengambilan

spesimen lain untuk uji klinis. Cara identifikasi pasien yaitu dengan tanggal lahir,

nama pasien, nomor rekam medis dan gelang berkode batang. Nomor kamar atau

tempat tidur tidak dapat digunakan untuk identifikasi. Kesalahan identifikasi

pasien dapat terjadi hampir di banyak aspek, yang dapat mengakibatkan dampak

yang serius bagi pasien seperti medication errors, kesalahan pemberian obat,

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

4

salah dalam transfusi darah, pemberian prosedur pengobatan pada orang yang

salah, bahkan bisa menyebabkan penyerahan bayi pada keluarga yang salah (6).

Standar keselamatan pasien yang telah ditetapkan oleh JCI (Joint Comission

International) adalah sasaran pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit atau

disebut dengan National Patient Safety Goals for Hospital meliputi identifikasi

pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi efektif, menggunakan obat secara

aman, kepastian tepat lokasi, prosedur dan tepat pasien, menurunkan risiko

infeksi, dan mengidentifikasi risiko jatuh pasien (7). Program keselamatan pasien

bertujuan menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi

pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien

sendiri dan pihak rumah sakit.

Dalam beberapa tahun terakhir ini negara-negara telah menyadari pentingnya

keselamatan pasien. Keselamatan pasien merupakan hak pasien yang dijamin

dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, untuk itu pihak rumah sakit

perlu meminimalkan kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi dalam setiap

tindakan yang dilakukan terhadap pasien di rumah sakit. Salah satu upaya

meminimalkan kejadian-kejadian tersebut adalah dengan membentuk Tim

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit yang bertugas mengidentifikasi dan mengkaji

kejadian – kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

Berdasarkan penelitian Anggraeni dkk (2014), menyatakan bahwa perawat

tidak selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan tindakan

keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat serta

menghindari kebosanan pasien. Ketika terjadi kesalahan dalam identifikasi pasien

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

5

atau ketidaktepatan pelaksanaan prosedur identifikasi, perawat tidak mencatat dan

melaporkan karena masih ada rasa tidak enak atau sungkan pada petugas lain yang

tidak melaksanakan prosedur identifikasi dengan benar (8). Penelitian terdahulu

ini memperihatkan bahwa kesalahan dalam identifikasi pasien dapat

mengakibatkan kesalahan lainnya dalam pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan

laporan yang mengejutkan banyak pihak (“wake up call”) : “TO ERR IS

HUMAN”, Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan

penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan

Colorado ditemukan kejadian tidak diharapkan (KTD) atau Adverse Event sebesar

2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York, KTD

adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat

KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per

tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,

mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara; Amerika,

Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD denganrentang 3,2 – 16,6 %.

Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan

mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (2). Dari hasil survei internasional

lima negara yang dilakukan oleh Communio Lectures, Ramsay Health Care

Clinical Governance Unit tahun 2002, pada pasien dewasa yang sakit dan dirawat

menunjukkan 19% percaya bahwa suatu kesalahan telah dibuat, 11% percaya

terjadi kesalahan obat atau dosis, dan 13% percaya bahwa masalah kesehatan

yang serius diderita disebabkan oleh kesalahan dalam pelayanan atau perawatan.

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

6

Di Indonesia gerakan keselamatan pasien dimulai ketika Perhimpunan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengambil inisiatif membentuk Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada tahun 2005, kemudian berubah menjadi

Institut Keselamatan Pasien Rumah Sakit (IKPRS). Pada tahun 2012, Menteri

Kesehatan membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) (2).

Laporan Insiden Keselamatan Pasien di Indonesia berdasarkan jenisnya dari 145

insiden yang dilaporkan didapatkan kejadian nyaris cidera (KNC) sebanyak 69

kasus (47,6%), KTD sebanyak 67 kasus (46,2%), dan lain-lain sebanyak 9 kasus

(6,2%). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masih banyaknya masalah

patient safety yang seharusnya dapat dicegah dengan penerapan IPSG

(International Patient Safety Goal). Walaupun telah ada laporan insiden yang

diperoleh, perhitungan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien

masih sangat terbatas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau pada tahun 2015 jumlah

rumah sakit di provinsi Riau sebanyak 67 rumah sakit. Laporan keselamatan

pasien di provinsi Riau sulit didapatkan karena tidak tercatat dan terlapor secara

administrasi. Hal ini karena rumah sakit enggan untuk melakukan pelaporan

insiden keselamatan pasien. Penelitian Ismaniar (2012) di salah satu rumah sakit

swasta di Riau menunjukkan hasil dari 42 kasus laporan insiden, terjadi 45,22%

medication error, 2,38% mengakibatkan kematian dan 50% kasus tidak dilakukan

analisis. Tidak ada laporan internal dan eksternal yang dilakukan oleh tim KP-RS

(25).

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

7

Sama halnya dengan data di tingkat provinsi, laporan keselamatan pasien di

tingkat kabupaten juga tidak tercatat dan terlapor. Di Kabupaten Rokanhulu

terdapat sebanyak 6 rumah sakit, dimana salah satunya adalah Rumah Sakit Surya

Insani. Dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Surya

Insani, dari enam sasaran keselamatan pasien, pelaksanaan identifikasi masih

belum mencapai target yang ditetapkan. Dari jumlah pasien yang dirawat inap tiap

hari rata-rata 20-30 pasien, persentase pelaksanaan standar identifikasi pasien

pada pemberian identitas pasien untuk pasien rawat inap sebanyak 90%. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan identifikasi pasien belum terlaksana dengan

baik dari target pelaksanaan identifikasi pasien 100%. Hal ini juga yang

mendasari peneliti untuk melakukan analisis terhadap pelaksanaan identifikasi

pasien di Rumah Sakit Surya Insani.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa keselamatan pasien

merupakan isu penting saat ini, dimana kesalahan dalam mengidentifikasi pasien

merupakan salah satu penyebab Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Hal ini karena

kesalahan dalam mengidentifikasi pasien akan menyebabkan kesalahan pada

pengobatan selanjutnya. Rumah Sakit Surya Insani juga memiliki resiko terhadap

insiden keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan dalam

mengidentifikasi pasien. Hal ini karena peraturan terkait ketepatan identifikasi

pasien belum terlaksana dengan baikoleh petugas yang sering berhubungan

dengan pasien.

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

8

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kebijakan identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya

Insani ?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan perawat dalam pelaksanaan identifikasi

pasien di Rumah Sakit Surya Insani ?

3. Bagaimana gambaran kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani ?

4. Bagaimana gambaran edukasi pasien terhadap identifikasi pasien di Rumah

Sakit Surya Insani ?

5. Bagaimana analisis kerja tim dalam penerapan keselamatan pasien di

Rumah Sakit Surya Insani ?

1.4 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tentang pelaksanaan identifikasi pasien di Rumah Sakit

Surya Insani .

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran dan informasi mendalam tentang kebijakan

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani .

2. Mengetahui gambaran dan informasi mendalam terhadap pengetahuan

petugas kesehatan dalam pelaksanaan identifikasi pasien di Rumah Sakit

Surya Insani .

3. Mengetahui gambaran dan informasi mendalam terhadap kemampuan

petugas kesehatan dalam identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani .

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

9

4. Mengetahui gambaran dan informasi mendalam terhadap edukasi pasien

terhadap identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani .

5. Mengetahui gambaran dan informasi mendalam tentang kerja tim dalam

penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit Surya Insani .

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan wacana yang memperkaya pengetahuan

penulis dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan keilmuan yang

telah didapatkan dibangku kuliah.

2. Bagi Rumah Sakit Surya Insani

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan monitoring

terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya

Insani .

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Tesis ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen

mengenai pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di rumah sakit.

4. Bagi Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakan tentang

pelaksanaan identifikasi pasien di rumah sakit, serta dapat menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya dalam hal keselamatan pasien di

rumah sakit, khususnya identifikasi pasien.

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

(1). Lukman Hakim, 2014, “Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit”, Penelitian ini merupakan studi

kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan

dengan focus group discussion (FGD), wawancara, pengamatan serta

studi dokumen. Tesis, secara struktur sistem identifikasi pasien cukup

lengkap, pengetahuan perawat tentang sistem identifikasi pasien cukup

baik, sikap perawat dan petugas lain terhadap pelaksanaan prosedur

identifikasi pasien adalah positif namun tidak selalu melakukan prosedur

verifikasi sesuai ketentuan.

(2). Rio Hardiatma, 2016, “Analisis Implementasi Sasaran Keselamatan

Pasien Dalam Upaya Menghadapi Akreditasi Di Klinik Trio Husada Kota

Batu”. Jenis penelitian kulitatif dengan tindakan (action research),

responden pada penelitian ini 20 orang ditambah 3 informan dari internal

dan 2 dari independen. Analisis data dengan pengumpulan data, reduksi

data, display data, dan penarikan kesimpulan. Tesis terdapat peningkatan

sikap dan perilaku dalam implementasi 6 sasaran keselamatan pasien di

klinik trio husada. Kesiapan klinik trio husada dalam menghadapi

akreditasi klinik mendapatkan hasil nilai skor dan capaianyang baik.

(3). Ade Triani Utami Pasaribu, 2017,“Gambaran Pelaksanaan Ketepatan

Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat Inap kelas III RSUD

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

11

Pasar Minggu Tahun 2017” merupakan penelitian deskriptif kualitatif

dan pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan telaah

dokumen. Informan yang menjadi narasumber yaitu tim keselamatan

pasien, 10 perawat, dan 10 pasien. Tesis ini menujukkan bahwa

kebijakan dan prosedur tentang identifikasi pasien sudah dibuat oleh

tim keselamatan pasien sesuai dengan standar akreditasi RS versi

2012. Namun kebijakan dan prosedur tersebut belum disosialisasikan

kepada perawat secara resmi, hanya sebagian kecil perawat yang

mengetahui prosedur identifikasi pasien dengan tepat, sebagian besar

perawat tidak sesuai prosedur dalam mengidentifikasi pasien, sebagian

besar pasien tidak dijelaskan tujuan identifikasi pasien dan gelang

identitas oleh petugas.

(4). Syifa Sakinah, Putri Asmita Wigati, Septo Pawelas Arso, 2017, “Analisis

Sasaran Keselamatan Pasien Dilihat Dari Aspek Pelaksanaan Identifikasi

Pasien Dan Keamanan Obat Di RS Kepresidenan Rspad Gatot Soebroto

Jakarta”, jenis penelitian yang digunakan adalah Exploratory Research

dengan pendeketan kualitatif, responden yang dijadikan sebagai

informan utama adalah perawat rawat inap yang terdapat KNC, Perawat

rawat inap yang tidak terdapat KNC dan salah satu anggota keselamatan

pasien. Dan untuk menguji validitas data, dipilih informan triangulasi

yaitu kepala Kepala perawat di unit rawat inap yang pernah ada KNC,

Kepala perawat di unit rawat inap yang tidak ada KNC dan Sekertaris

Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

12

(5). Reno Afriza Neri, 2018, “Analisis Pelaksanaan Sasaran Keselamatan

Pasien Di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman”,

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara

mendalam, Focus Group Discussion, observasi dan telaah dokumen.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara lima belas orang

informan. Komponen yang diteliti mengenai input (kebijakan, pedoman

dan Standar Prosedur Operasional (SPO), tenaga, metode, dana, sarana),

proses yaitu pelaksanaan sasaran keselamatan pasien, dan output

dari capaian penerapan. Tesis menunjukkan bahwa pelaksanaan sasaran

keselamatan pasien di rawat inap RSUD Padang Pariaman tahun

2018 belum maksimal dan hasil belum mancapai target.

2.2. Telaah Teori

Salah satu cara dalam penulisan tesis ini adalah peneliti selalu berawal dari

pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, yaiu dengan melakukan

penelitian terhadap pustaka yang ada berupa karya-karya ilmiah maupun jurnal yang

memiliki relevansi dengan topik yang akan diteliti. Pada umumnya semua ilmuwan

memulai penelitiannya dengan menggali hal-hal yang sudah ditemukan oleh para

ahli-ahli yang lain. Dari apa yang telah ditemukan para ahli tersebut dapat dilakukan

dengan memahami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi hasil penelitian

dalam bentuk jurnal, skripsi, thesis atau karya ilmiah yang ada. Adapun telaah

pustaka yang dilakukan oleh peneliti adalah menggali hal-hal apa yang sudah

dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, beberapa diantaranya adalah sepeti yang

sudah dipaparkan di atas.

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

13

Penelitian yang dilakukan Hakim (2014) merupakan studi kasus dengan

pendekatan kualitatif dengan focus group discussion (FGD), wawancara,

pengamatan serta studi dokumen. Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap

sistem identifikasi pasien, kemudian pengetahuan dan sikap perawat dan petugas

lain terhadap identifikasi pasien. Hasil penelitian menunjukkan secara struktur

sistem identifikasi pasien cukup lengkap, pengetahuan perawat tentang sistem

identifikasi pasien cukup baik, sikap perawat dan petugas lain terhadap

pelaksanaan prosedur identifikasi pasien adalah positif namun tidak selalu

melakukan prosedur verifikasi sesuai ketentuan.

Penelitian oleh Hardiatma (2016) melakukan analisis implementasi sasaran

keselamatan pasien dalam upaya menghadapi akreditasi di Klinik Trio Husada

Kota Batu. Variabel yang digunakan adalah sikap dan perilaku terhadap

implementasi 6 sasaran keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat peningkatan sikap dan perilaku dalam implementasi 6 sasaran

keselamatan pasien di klinik trio husada. Kesiapan klinik trio husada dalam

menghadapi akreditasi klinik mendapatkan hasil nilai skor dan capaian yang baik.

Penelitian selanjutnya oleh Pasaribu (2017) menujukkan bahwa kebijakan dan

prosedur tentang identifikasi pasien sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien

sesuai dengan standar akreditasi RS versi 2012. Namun kebijakan dan prosedur

tersebut belum disosialisasikan kepada perawat secara resmi, hanya sebagian kecil

perawat yang mengetahui prosedur identifikasi pasien dengan tepat, sebagian besar

perawat tidak sesuai prosedur dalam mengidentifikasi pasien, sebagian besar pasien

tidak dijelaskan tujuan identifikasi pasien dan gelang identitas oleh petugas.

Penelitian ini mengunakan variabel pengetahuan dan kemampuan perawat terhadap

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

14

pelaksanaan identifikasi pasien. Pada penelitian ini lokasi yang menjadi penelitian

hanya di ruang rawat inap.

Selanjutnya penelitian Sakinah, dkk (2017) jenis penelitian yang digunakan

adalah Exploratory Research dengan pendeketan kualitatif. Penelitian ini melakukan

analisis sumber daya, kebijakan dan SOP, sarana dan prasarana, pengorganisasian,

pelaksanaan identifikasi pasien, komitmen petugas dan pelaporan insiden

keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan identifikasi

pasien dan keamanan obat (waspada tinggi) telah dilaksanakan tetapi belum

sepenuhnya dipenuhi sebagaimana diatur dalam PMK 1691/MENKES/PER/VII/2011.

Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang tidak memadai, kurangnya pelatihan

tentang perawat pelaksana, perawat kurang sesuai dengan SOP yang ditetapkan,

kurangnya komitmen perawat yang melaksanakan tugas, keterlambatan penyerahan

laporan keselamatan pasien ke KMKP.

Kemudian penelitian Neri (2018) menggunakan metode kualitatif melalui

wawancara mendalam, Focus Group Discussion,observasi dan telaah dokumen.

Komponen yang diteliti mengenai input (kebijakan, pedoman dan Standar Prosedur

Operasional (SPO), tenaga, metode, dana, sarana), proses yaitu pelaksanaan

sasaran keselamatan pasien, dan output dari capaian penerapan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di rawat inap

RSUD Padang Pariaman tahun 2018 belum maksimal dan hasil belum mancapai

target.

Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa

perbedaan terhadap penelitian ini. Seperti misanya pada penelitian tersebut di atas

melakukan penelitian terhadap sasaran keselamatan pasien secara keseluruhan yaitu 6

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

15

sasaran, sementara penelitian ini hanya terfokus pada pelaksanaan identifikasi pasien,

dan variabel yang diteliti adalah kebijakan, pengetahuan, kemampuan, kerja sama tim

petugas, dan edukasi pasien dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Selanjutnya yang

menjadi pembed pada penelitian ini adalah lokasi penelitian pada beberapa lingkup

kegiatan rumah sakit, yaitu dari IGD, Pendaftaran, Poliklinik, dan Rawat Inap

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan sebuah organisasi pelayanan kesehatan yang

memiliki banyak komponen yang saling berinteraksi, dengan demikian diperlukan

tata kelola atau governance. Rumah sakit memiliki elemen-elemen yang membuat

rumah sakit menjadi organisasi yang penuh dengan risiko, antara lain:

1. Pasien, yang memiliki banyak variabel antara lain jenis penyakit, umur, ras,

sex, pendidikan, ekonomi, budaya, dan sosial.

2. Staf, antara lain memiliki variabel kompetensi, keterampilan, pendidikan,

motivasi, dan kesesuaian

3. Proses, yang meliputi perbedaan, pedoman, guideline, dan prosedur

4. Sumber daya,

5. Informasi, yang harus memperhatikan kualitas dan sesuai bila diperlukan, siap

untuk dimanfaatkan

6. Organisasi; yang meliputi elemen filosofi, visi, misi, dukungan untuk

perbaikan pelayanan.

Keenam elemen di atas akan berdampak pada profesionalitas pelayanan yang

berujung pada risiko, terutama bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

16

memerlukan tatakelola dalam menjalankan organisasinya. Tata kelola atau

governance adalah tindakan atau sikap dalam membentuk kebijakan dan

keseteraan (sebuah organisasi, atau kumpulan orang). “Governance is the action

or manner of conducting the policy and affairs of (a state, organisation, or people)

– Concise Oxford Dictionary (10th Edition)”

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (9). Menurut Cahyono (2008), terdapat

empat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit dalam rangka

menjamin kemanan pasien, yaitu:(5)

1. Kewajiban untuk menjaga dan menyediakan fasilitas dan peralatan yang selalu

siap pakai pada saat yang diperlukan.

2. Kewajiban untuk melakukan seleksi dan mempekerjakan dokter yang

kompeten.

3. Kewajiban untuk menjaga semua personel di lingkungan rumah sakit agar

selalu memberikan pelayanan yang aman.

4. Kewajiban untuk membuat, mengadopsi, dan memberlakukan aturan dan

kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien.

Dalam upaya menerapkan Standar Keselamatan Pasien, terdapat tujuh langkah

yang dilakukan rumah sakit menuju keselamatan pasien, yaitu :(10)

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

2. Memimpin dan mendukung staf.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko.

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

17

4. Mengembangkan sistem pelaporan.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

2.3.2. Keselamatan pasien

2.3.2.1. Standar Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil(10). Berikut tujuh standar

keselamatan yang harus diterapkan oleh rumah sakit :

1. Hak pasien

Pasien dan keluarga memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Rumah sakit memberikan didikan kepada pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Hal tersebut

karena keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

melibatkan pasien dalam proses pelayanan. Untuk meningkatkan keselamatan,

pasien harus dilibatkan dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, rumah sakit

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

18

harus memiliki sistem dan mekanisme dalam mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Rumah sakit harus menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria dalam keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan sebagai

berikut :

1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan

pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien

dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada

seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik

dan lancar.

3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,

pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan

tindak lanjut lainnya.

4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan

efektif.

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

19

4. Penggunaan metode-metode peningkatn kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien.

Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis

secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja

serta keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program implementasi

program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi.

2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi

risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.

3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi koordinasi antar unit

dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang kuat untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan

keselamatan pasien.

5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

20

2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan indisipliner dalam pelayanan pasien.

3) Rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok guna mendukung pendekatan indisipliner dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal. Serta melakukan transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan

akurat.

Rumah sakit harus membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKP-

RS) dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Tim ini ditetapkan oleh kepala rumah

sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien. Anggota tim keselamatan

pasien rumah sakit terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi

kesehatan di rumah sakit. Tugas dari tim ini adalah :

1. Membangun program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan

kekhususan rumah sakit tersebut.

2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien

rumah sakit.

3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,

pemantauan, dan penilaian tentang terapan program keselamatan pasien rumah

sakit.

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

21

4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk

melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit.

5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden, dan

mengembangkan solusi untuk pembelajaran.

6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam

rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit membuat

laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Tujuan dari sistem keselamatan pasien rumah

sakit adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3. Menurunnya kejadian tak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi KTD.

2.3.2.2. Sasaran Keselamatan Pasien

Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan

pasien (Permenkes, 20l1). Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya hal-

hal berikut:

1. Mengidentifikasi pasien secara benar.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.

3. Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi.

4. Mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, dan

kesalahan prosedur operasi.

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

22

5. Mengurangi resiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

6. Mengurangi resiko pasien terluka karena jatuh.

Kegiatan yang dilakukan dalam ketepatan identifikasi pasien adalah sebagai

berikut: (26)

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien (nama pasien, nomor

rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan barcode), tidak

boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur,

5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten

pada semua situasi dan lokasi.

Kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan komunikasi yang efektif adalah

sebagai berikut: (26)

1. Perintah lengkap secara lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan

dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali

secara lengkap oleh penerima perintah.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang

menyampaikan hasil pemeriksaan

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan

komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

23

Kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai adalahsebagai berikut: (26)

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,

menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.

2. lmplementasi kebijakan dan prosedur.

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika

dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian

yang kurang hati­hati di area tersebut sesuai kebijakan.

4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi

label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

Kegiatan yang dilakukan dalam kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan

tepat-pasien adalah sebagai berikut: (26)

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk

identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.

2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk

memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien

dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan

fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/

time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/ tindakan pembedahan.

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang

seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,

termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

24

Kegiatan yang dilakukan dalam pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan adalahsebagai berikut: (26)

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru

yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety).

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan

secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengurangan risiko pasien jatuh adalah

sebagai berikut: (26)

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko

jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi

perubahan kondisi atau pengobatan,dan lain-lain.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang

pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera

akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan

Kesalahan dalam pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang bersifat tidak

sengaja, karena tidak ada seorang pun petugas kesehatan, baik dokter, perawat,

farmasi, laboratorium, radiologi, dan sebagainya, berniat melakukan kesalahan.

Berikut merupakan Sembilan solusi keselamatan pasien di Rumah Sakit, yaitu :

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names);

2. Pastikan identifikasi pasien;

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

25

3. Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan pasien;

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar;

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat;

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan;

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang;

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai;

9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial.

2.3.3. Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (11). Untuk

itu sebelum melakukan tindakan, pasien harus diidentifikasi terlebih dahulu,

pasien harus diidentifikasi dengan dua kali pengecekan, yaitu : pertama, untuk

identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan dan

pengobatan, dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap

individu tersebut.

Rumah sakit perlu menyediakan kebijakan atau prosedur yang secara

kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi (12).

Identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat, darah atau produk darah,

pengambilan darah atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan

dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan identitas berbeda di lokasi yang

berbeda di rumah sakit seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau

ruang operasi, termasuk identifikasi pasien koma tanpa identitas. Risiko terhadap

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

26

keselamatan pasien terjadi apabila ada ketidakcocokan antara pasien dengan

komponen perawatan yang diberikan, baik itu komponen diagnostik, terapeutik

maupun pendukung (6). Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien

dapat terjadi pada saat pasien terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar,

bertukar tempat tidur/ lokasi/ kamar di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau

akibat situasi lain (12).

Gambar 2.1. Alur identifikasi pasien pada saat pasien masuk ke rumah sakit

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

27

WHO menyarankan tindakan terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di

pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : (6)

1. Memastikan bahwa organisasi pelayanan kesehatan tersebut memiliki sistem.

a. Menekankan tanggung jawab kepada petugas kesehatan untuk memeriksa

identitas pasien dan mencocokkan pasien dengan perawatan yang benar

(misalnya hasil lab, spesimen, prosedur) sebelum perawatan diberikan.

b. Menggunakan setidaknya dua pengenal (misalnya nama dan tanggal lahir)

untuk memverifikasi identitas pasien saat masuk atau pindah ke rumah

sakit lain atau perawatan lainnya dan sebelum mengurus perawatan. Tidak

boleh dari pengidentifikasian menggunakan nomor kamar pasien.

c. Standarisasi pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas dalam

sistem layanan kesehatan. Misalnya, penggunaan pita putih, dimana

bentuk atau penanda terstandar dan informasi spesifik (misalnya nama dan

tanggal lahir) dapat ditulis, atau menerapkan teknologi biometrik.

d. Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien yang tidak

memiliki identitas atau membedakan identitas pasien dengan nama yang

sama. Kemudian juga mengembangkan dan menggunakan pendekatan non

verbal untuk mengidentifikasi pasien koma atau pasien yang bingung.

e. Mendorong pasien untuk ikut berpartisipasi terhadap semua tahap proses.

f. Melakukan pelabelan wadah yang digunakan untuk darah dan spesimen

lainnya dihadapan pasien.

g. Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien

selama proses pra-analisis, analisis, dan paska-analisis.

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

28

h. Membuat protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil laboratorium

atau temuan uji lainnya yang tidak sesuai dengan riwayat klinis pasien.

2. Melakukan pelatihan tentang prosedur untuk memeriksa identitas pasien ke

dalam orientasi dan melanjutkan pengembangan professional untuk petugas

kesehatan.

3. Mengedukasi pasien/ keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya

identifikasi pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga menghormati

privasi pasien/ keluarga pasien tersebut.

Berikut tahapan identifikasi pasien menurut WHO: (6)

Gambar 2.2. Tahapan Identifikasi Pasien

Kebijakan

Tekankan bahwa penyedia layanan kesehatan memiliki tanggung

jawab utama untuk memeriksa/memverifikasi identitas pasien,

sementara pasien harus terlibat secara aktif dan harus menerima

edukasi tentang pentingnya identifikasi pasien yang benar

Admisi Setelah masuk dan sebelum menjalani perawatan, gunakan

setidaknya dua identitas untuk memverifikasi identitas pasien, dan

tidak boleh menggunakan nomor kamar

Petugas

identifikasi

pasien

- Standarkan pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas

dalam sistem layanan kesehatan

- Kembangkan protokol organisasi untuk mengidentifikasi pasien

tanpa identitas atau pasien dengan nama yang sama

- Gunakan pendekatan non-verbal lainnya, seperti biometrik, untuk

pasien koma

Intervensi Bahkan jika mereka akrab dengan penyedia layanan kesehatan,

periksa rincian identifikasi pasien untuk memastikan pasien yang

tepat menerima perawatan yang tepat.

Pasien Libatkan pasien dalam proses identifikasi pasien

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

29

Dalam identifikasi pasien, bukan hanya petugas kesehatan yang terlibat

namun juga melibatkan pasien/keluarga pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan

untuk melibatkan pasien/ keluarga pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

melibatkan pasien/keluarga dalam kegiatan identifikasi pasien sebagai berikut :

1. Mengedukasi pasien tentang resiko yang berhubungan dengan kesalahan

dalam mengidentifikasi pasien.

2. Meminta pasien atau keluarga pasien untuk memverifikasi informasi identitas

untuk memastikan itu benar.

3. Meminta pasien untuk mengidentifikasi diri mereka sebelum menerima

pengobatan dan sebelum menerima pengobatan atau sebelum melakukan

intervensi diagnostik atau terapeutik.

4. Mendorong pasien atau keluarga pasien untuk menjadi peserta aktif dalam

identifikasi, untuk mengungkapkan kekhawatiran terhadap potensial

kesalahankeamanan, dan untuk mengajukan petanyaan tentang ketepatan

perawatan medis.

2.3.4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

30

memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari

pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (23).

Pengetahuan merupakan bagian dari domain kognitif dalam sistem taksonomi

yang dikemukakan oleh Bloom. Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku

menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang

lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif berturut-turut dari yang paling

sederhana sampai yang paling kompleks terdiri atas: (1) pengetahuan (knowledge);

(2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis

(analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation) (24).

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:

1. Pengetahuan tentang hal-hal pokok;

2. Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok; dan

3. Pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi. Pengetahuan tentang hal-

hal pokok yaitu mengingat kembali hal-hal yang spesifik, penekanannya pada

simbol-simbol dari acuan yang konkret.

Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1)

pengetahuan tentang terminologi, yaitu pengetahuan tentang acuan simbol yang

diterima banyak orang, misalnya kata-kata umum beserta makna-maknanya yang

lazim; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus, yaitu pengetahuan

tentang tanggal, peristiwa, orang, tempat.

Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok yaitu pengetahuan

tentang cara-cara untuk mengorganisasi, mempelajari, menilai, dan mengkritik.

Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok dibagi menjadi lima

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

31

yakni: (1) pengetahuan tentang konvensi, yaitu pengetahuan tentang cara-cara

yang khas untuk mempresentasikan ide dan fenomena misalnya cara untuk

mempresentasikan puisi, drama, dan makalah ilmiah.; (2) pengetahuan tentang

kecenderungan atau urutan, yaitu pengetahuan tentang proses, arah, dan gerakan

suatu fenomena dalam kaitannya dengan waktu; (3) pengetahuan tentang

klasifikasi dan kategori, yaitu pengetahuan tentang kelas, divisi, dan susunan yang

dianggap fundamental bagi suatu bidang, tujuan, argumen, atau masalah; (4)

pengetahuan tentang tolok ukur, yaitu pengetahuan tentang kriteria-kriteria untuk

menguji atau menilai fakta, prinsip, pendapat, dan perilaku; dan (5) pengetahuan

tentang metodologi, yaitu pengetahuan tentang metode-metode penelitian, teknik-

teknik, dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam suatu bidang dan untuk

menyelidiki suatu masalah dan fenomena.

Pengetahuan tentang hal yang umum (universalitas) dan abstraksi dalam suatu

bidang yaitu pengetahuan tentang skema-skema dan pola-pola pokok untuk

mengorganisasi fenomena dan ide. Pengetahuan tentang hal yang umum dan

abstraksi dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi, yaitu pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang

merupakan rangkuman atas hasil pengamatan terhadap suatu fenomena; dan (2)

pengetahuan tentang teori dan struktur, yaitu pengetahuan tentang sekumpulan

prinsip dan generalisasi beserta interelasi yang membentuk suatu pandangan yang

jelas, utuh, dan sistematis mengenai sebuah fenomena, masalah, atau bidang yang

kompleks (24).

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

32

Taksonomi Bloom pada ranah kognitif telah direvisi dengan diterbitkannya

sebuah buku: A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of

Bloom‟s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W.

Anderson dan David R. Krathwohl pada tahun 2001, menempatkan pengetahuan

dalam dimensi tersendiri. Dalam dimensi ini pengetahuan dibagi menjadi empat

kategori.

1. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para

pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu

mereka. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan

tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen

yang spesifik.

Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan

simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian

mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang

merujuk pada makna-makna tertentu. Pengetahuan tentang detail-detail dan

elemen-elemen yang spesifik merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi,

orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi

semua informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah

peristiwa.

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang

mempresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

33

ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan

secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama.

Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu:

(1). Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori;

Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi,

dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu.

(2). Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi;

Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan

generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan

digunakan untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut.

Prinsip dan generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang

spesifik, mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta

dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi

dan kategori.

(3). Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan

tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan

dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami,

menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Contoh pengetahuan tentang teori,

model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-

prinsip dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika,

pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan kota setempat.

3. Pengetahuan Prosedural

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

34

Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan

sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma,

teknik, dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur. Pengetahuan

prosedural berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini

terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam

bidang tertentu dan algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam

bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan

harus menggunakan prosedur yang tepat.

4. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.

Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu:

(1) Pengetahuan strategis;

Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan

berpikir serta pemecahan masalah. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan

menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi

pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk

memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai

teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam

teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran,

membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan.

(2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan

kontekstual dan kondisional.

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

35

Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan

bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan

strategi-strategi kognitif (24).

(3) Pengetahuan diri.

Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan,

minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar (24).

2.3.5. Kerjasama Tim

Ada beberapa definisi mengenai tim dari berbagai literatur. Stueart dan

Moran (2002) mendefinisikan bahwa tim kerja adalah sekelompok orang yang

saling berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka agar tercapai tujuan

kerja secara spesifik (22). Francis and Young menjelaskan tim sebagai kumpulan

dari orang-orang yang penuh semangat dan memiliki tanggung jawab untuk

mencapai tujuan bersama, yang saling bekerja sama dan senang melakukan tugas-

tugasnya, serta mampu menghasilkan hasil yang terbaik. Suatu tim kerja

membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya

individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada

jumlah masukan individual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerja sama

tim adalah usaha untuk bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif dan

menjadi bagian dari kelompok. Bukan bekerja secara terpisah atau saling

berkompetisi. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu

kelompok dapat dikatakan tim apabila terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih, saling

berinteraksi dan bekerja sama antara anggota dalam suatu pekerjaan bersama,

serta terdapat suatu tujuan bersama (kolektif) yang ingin dicapai.

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

36

Tim kerja biasanya dipimpin satu dari dua cara, self-managed dan self-

directed team. Self-managed team adalah tim yang secara mandiri menyediakan

poses kepemimpinannya sendiri. Self directed-team memiliki seorang pimpinan

yang bertugas mengkoordinasikan segala aktifitas yang dilakukan oleh tim

tersebut.

Lebih lanjut, Robbins (2005) menjelaskan empat tipe tim yang biasa

ditemukan dalam sebuah organisasi, yaitu:(17)

1. Pemecahan Masalah

Anggota tim ini biasanya berbagi gagasan atau menawarkan saran mengenai

bagaimana proses dan metode kerja dapat diperbaiki. Tim melakukan

pertemuan beberapa jam setiap minggu untuk berdiskusi mengenai cara-cara

meningkatkan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

2. Tim Kerja Pengelolaan-Diri

Tim ini biasanya menjalankan berbagai tanggung jawab dari atasan, meliputi

perencanaan, dan penjadwalan pekerjaaan, penentuan tugas untuk para

anggota, menjalankan keputusan, mengatasi permasalahan, hingga bekerja

dengan pelanggan.

3. Tim Lintas Fungsional

Tim ini terdiri dari para anggota yang berasal dari level pekerjaan yang sama,

tapi berasal dari area kerja yang berbeda, yang saling bekerja sama untuk

menyelesaikan sebuah tugas.

4. Tim Virtual

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

37

Tim yang menggunakan teknologi komputer sebagai sarana untuk

menghubungkan anggota yang berjauhan secara fisik dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Menggunakan jaringan, video conference, atau email untuk

saling berkomunikasi.

Melakukan perekrutan terhadap orang-orang untuk saling bekerja sama

bukanlah sebuah jaminan bahwa suatu tim kerja dapat terbentuk dengan baik.

Sebuah tim haruslah dibangun atau dikembangkan. Wilson (1996) dalam Stueart

(2002) menguraikan langkah awal yang harus diikuti oleh setiap pimpinan tim

dalam suatu tim kerja, agar tercipta suatu tim kerja yang sukses, yaitu: (22)

1. Fokus pada kompetensi (keahlian) dalam memberi tugas kepada anggota tim

2. Bangunlah suatu tujuan tim yang jelas serta segera komunikasikan tujuan

utama yang hendak dicapai

3. Bangunlah suatu deadline (batas waktu) serta peraturan dasar ketika pertama

kali melakukan pertemuan.

4. Pelihara suatu orientasi hasil dari struktur tim

5. Bekali tim dengan iklim kolaborasi/kerja sama serta berbagi kekuasaan (share

power)

6. Upayakan konsensus/kesepakatan.

7. Usahakan menjaga agar tim tetap termotivasi

8. Bangunlah rasa kepercayaan diri bagi tiap tim

9. Bangunlah rasa percaya dan saling menghormati

10. Jadilah fleksibel

11. Lengkapi dengan dukungan eksternal dan apresiasi terhadap prestasi tim.

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

38

Sedangkan Goetsch (2004) memperkenalkan Ten-Step Model yang patut

diikuti untuk efektifnya suatu tim kerja, yaitu:

1. Menetapkan arah dan tujuan yang jelas untuk setiap tim

2. Menetapkan peran dan peraturan dasar yang jelas bagi setiap tim

3. Menetapkan akuntabilitas untuk setiap kinerja tim

4. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan bagi tim

5. Mengembangkan kemampuan komunikasi, baik untuk pemimpin maupun

anggota tim

6. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah bagi pemimpin maupun

anggota tim

7. Menetapkan jabaran definisi terhadap proses pengambilan keputusan, dan

usahakan agar setiap tim berpartisipasi dalam setiap prroses tersebut.

8. Membangun perilaku tim yang positif, ber-etika serta rasa percaya di antara

anggota tim.

9. Memberikan pengakuan dan penghargaan bagi performa (kinerja) tim yang

efektif

10. Evaluasi berkelanjutan, mengembangkan, dan memperkuat tim.

2.3.6. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan Identifikasi pasien

berdasarkan standar sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit Surya Insani

Pasirpengaraian. Pelaksanaan identifikasi pasien tersebut meliputi kebijakan dan

SPO rumah sakit tentang identifikasi pasien, pengetahuan dan kemampuan

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

39

Kebijakan/Peraturan

Pengetahuan Petugas

Kemampuan Petugas

Edukasi Pasien

Kerjasama Tim

petugas kesehatan, dan edukasi pasien terhadap identifikasi pasien, serta melihat

kerjasama tim dalam penerapan keselamatan pasien.

2.4. Kerangka Pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam melihat pelaksanaan ketepatan

identifikasi pasien rawat inap di Rumah sakit Surya Insani maka disusun sebuah

kerangka pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan solusi

keselamatan pasien oleh WHO, yang disesuaikan dengan Akreditasi Rumah Sakit

versi 2012 dan Permenkes No. 11 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien,

dimana dalam melaksanakan ketepatan identifikasi pasien di rumah sakit harus

memiliki kebijakan/peraturan, standar prosedur operasional (SPO), pengetahuan

perawat terhadap prosedur, kemampuan perawat dalam mengidentifikasi pasien,

edukasi pasien dalam memahami pentingnya identifikasi pasien, dan kerjasama

tim dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien. Berikut kerangka pikir yang

dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir dan pemaparan tesis ini :

Gambar2.3. Kerangka Pikir

2.5. Definisi Operasional

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Tepat dalam identifikasi pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit 2012)

yaitu :

Identifikasi Pasien

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

40

a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk

darah.

c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis.

d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatandan tindakan/

prosedur

2. Kebijakan/ Peraturan

Kebijakan/ peraturan Rumah Sakit Surya Insani tentang identifikasi

pasien.

3. SPO (Standar Prosedur Operasional)

Prosedur identifikasi pasien yang mengarahkan pelaksanaan identifikasi

pasien yang konsisten pada semua situasi dan lokasi di Rumah Sakit Surya

Insani

4. Pengetahuan Petugas

Pengetahuan petugas kesehatan tentang prosedur dan kapan waktu

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani

5. Kemampuan petugas

Kemampuan petugas kesehatan dalam menjalankan prosedur identifikasi

pasien di Rumah Sakit Surya Insani

6. Edukasi Pasien

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

41

Edukasi/ pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang

manfaat identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan

pengobatan/perawatan di Rumah Sakit Surya Insani.

7. Kerjasama Tim

Kerjasama antar petugaskesehatan dalam menjalankan prosedur

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari segi prosedur dan pola yang ditempuh oleh peneliti, penelitian

ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor seperti yang

dikutip oleh Meleong, mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Jadi penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan kesimpulan data yang menggambarkan secara rinci,

bukan menghasilkan data yang berupa angka-angka (14). Dalam penelitian

kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat

sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau

konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitaif

itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif

bersifat menemukan teori (15).

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,

wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode penelitian kualitatif ini digunakan

karena beberapa pertimbangan, pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih

mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden,

ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi (14).

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

43

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Surya Insani Pasirpengaraian.

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan dimulai sejak bulan

Agustus hingga September 2019.

3.3. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan

informasi terkait apa yang diteliti. Informan penelitian dalam penelitian ini adalah

orang yang mengetahui permasalahan secara mendalam, dimana informan

tersebut mampu dan memiliki pengetahuan luas serta bersedia memberikan

informasi dengan baik dalam proses kegiatan penyelenggaraan identifikasi pasien.

Pada penelitian ini informan penelitian dibagi menjadi informan utama dan

informan pendukung.

Informan yang menjadi informan utama adalah:

1. Ketua Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

2. Petugas yang terlibat langsung dalam proses kegiatan identifikasi pasien,

yaitu petugas admisi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya yang

berhubungan langsung dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah Pasien, dan Keluarga

pasien.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk mewawan-

carai informan terkait ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani.

Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

44

serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat

bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara

untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat

memperkuat akurasi data.

3.5. Sumber Data

1. Data Primer, data yang didapat dari obyek penelitian melalui :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap informan yang mengetahui permasalahan

secara mendalam, dimana informan tersebut mampu dan memiliki

pengetahuan luas serta bersedia memberikan informasi dengan baik yaitu:

Tim Keselamatan PasienRumah Sakit Surya Insani yang terlibat langsung

dalam proses kegiatan penyelenggaraan identifikasi pasien. Perawat,

Bidan, dan tenaga kesehatan lainnya, dimana mereka yang terlibat

langsung pada proses identifikasi pasien.

b. Pengamatan (observasi)

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati langsung terhadap

keseharian informan dalam melaksanakan tugasnya, dimana metode ini

dapat membantu menjelaskan data yang didapatkan melalui teknik

wawancara atau dengan kata lain sebagai suatu bentuk triangulasi guna

menjamin validitas data yang telah didapatkan.

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari hasil pemerikasaan dokumen dan laporan-laporan yang

terkait dengan obyek penelitian berupa :

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

45

(1). SK Direktur tentang kebijakan identifikasi pasien

(2). SPO identifikasi pasien

(3). Panduan tatalaksana identifikasi pasien

3.6. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini,

dimana pewawancara menggali secara mendalam kepada informan tentang

segala sesuatu tentang masalah penelitian. Wawancara mendalam dilakukan

kepada tim Keselamatan pasien Rumah Sakit Surya Insani, petugas kesehatan

yang telah diobservasi saat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan

pemberian obat atau pengambilan darah pasien, serta pasien / pendamping

pasien.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data secara langsung dari

lapangan. Objek dalam penelitian yang diamati yaitu petugas kesehatan yang

mengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan kepada pasien, seperti

pemberian obat atau pengambilan sampel darah.

3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Dokumen disini adalah SK

Direktur terkait identifikasi pasien, SPO identifikasi pasien, serta panduan

tatalaksana identifikasi pasien.

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

46

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh

suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Dalam

penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama

dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution seperti yang

dikutip oleh Sugiyono menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai

penulisan tesis (15).

Lebih lanjut Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (15). Teknik

analisis data dalam penelitian ini mengikuti petunjuk Miles dan Huberman (1994)

yang melalui tiga alur sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Pertama-tama adalah melakukan pemilahan, pemusnahan, penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada yang ditemukan di

lapangan, memilih dan mengkelompokkan data, serta membuang data yang

tidak diperlukan.

2. Penyajian Data

Alur analisis yang kedua adalah menyajikan data yang telah dianalisis pada

alur pertama, kemudian disajikan dalam bentuk naratif. Penyajian data ini

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

47

dapat memudahkan untuk melihat dan memahami gambaran pelaksanaan

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani .

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data yang valid dan

konsisten untuk menghasilkan kesimpulan yang kredibel. Penarikan

kesimpulan menggunakan analisis konten untuk memastikan kecenderungan

pada informasi yang didapat. Dari informasi yang didapat dari wawancara,

observasi, dan telaah dokumen dilihat kecenderungan informasi tersebut untuk

melihat gambaran pelaksanaan identifikasi pasien Rumah Sakit Surya Insani.

3.8. Pengecekan Validasi Temuan

Kebenaran tesis kualitatif banyak yang diragukan, karena (a) subjektivitas

penelitian berpengaruh besar dalam penelitian kualitatif, (b) instrumen penelitian

mengandung banyak kelemahan, terutama bila melakukan wawancara secara

terbuka dan tanpa kontrol, dan (c) sumber data kualitatif yang kurang dapat

dipercaya sehingga kurang mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk

mengatasi kelemahan tersebut, maka dibutuhkan beberapa cara menentukan

keabsahan data (14).

Untuk menjamin keabsahan data, maka peneliti melakukan pengumpulan data

dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan terhadap data itu (14). Dalam penelitian ini,

peneliti akan menggunakan teknik triangulasi data (sering kali juga disebut

dengan triangulasi sumber), yaitu cara membandingkan dan memeriksa kembali

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

48

derajat kepercayaan suatu informasi atau data yang telah diperoleh melalui

wawancara dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait, dan hasil

observasi. Dari sini, peneliti akan sampai pada salah satu kemungkinan: data yang

diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan. Dengan cara

begini peneliti kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai

(beragam perspektif) mengenai gejala yang diteliti.

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan

berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan

profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial

(Undang-undang no 44 tentang Rumah Sakit, 2009).

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak

dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan

amanat UUD 1945 pasal 28 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Dalam indeks pembangunan manusia (IPM) status kesehatan merupakan salah

satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan perkapita. Dengan

demikian pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dalam mendukung percepatan pembangunan

Nasional.

4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Surya Insani

Pada Tahun 2003-2004 pelayanan Jasa Kesehatan dan pengawasan obat-

obatan di Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian khususnya masih sangat

minim, di tahun 2004 di bukalah Apotek pertama di Pasir Pengaraian Kabupaten

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

50

Rokan Hulu Propinsi Riau yaitu Apotek Surya Farma yang beralamat di Jalan

Riau nomor 10. Selain menjual obat-obatan, apotek juga melayani pelayanan

kesehatan berupa Praktik Dokter Spesialis dan Dokter Umum.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan Apotek saat itu sangat pesat dan

respon masyarakat sangat baik. Pada tahun 2010 Apotek Surya Farma

berkembang menjadi Klinik, yaitu Klinik Surya Medika yang beralamat di Jalan

Tuanku Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau, dan juga merupakan

Klinik swasta pertama di Pasir Pengaraian. Klinik Surya Medika yang juga

melayani pasien rawat inap mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat,

baik masyarakat setempat maupun dari luar daerah.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pelayanan kesehatan

yang juga meningkat, maka pada tahun 2013 didirikanlah Rumah Sakit Surya

Insani yang berlokasi di wilayah utara kota Pasir Pengaraian, tepatnya di Jalan

Diponegoro KM 4 Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Rumah Sakit Surya

Insani merupakan rumah sakit swasta pertama dikota Pasir Pengaraian yang terdiri

dari 2 (dua) lantai dengan kapasitas tempat tidur 50 (lima puluh) tempat tidur.

4.1.2. Gambaran Umum Rumah Sakit surya Insani

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Surya Insani Pasir Pengaraian

Alamat : Jl. Diponegoro KM. 4 Pasir Pengaraian

No. Telp : (0762) 91765

Kode Pos : 28557

Kecamatan : Rambah

Kabupaten : Rokan Hulu

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

51

Propinsi : Riau

Jumlah Tempat Tidur : 51 tempat tidur

Pemilik Pengelola : PT. Surya Insani

4.1.3. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Surya Insani

Visi : Menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan

berkualitas.

Misi :

1. Memberikan pelayan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan pasien dan keluarga

2. Bekerja dengan team yang professional, dinamis, inovatif dan berdedikasi

tinggi.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan disemua

bidang secara terus menerus dan berkesinambungan.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis.

Motto :“KESEHATAN ANDA, PRIORITAS KAMI”

4.1.4. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Fasilitas Pelayanan

Rumah Sakit Surya Insani melayani 7 (tujuh) poliklinik dokter spesialis,

klinik gigi dan klinik umum yaitu :

a. Klinik Kebidanan dan Kandungan

b. Klinik Bedah

c. Klinik Penyakit dalam

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

52

d. Klinik Anak

e. Klinik Mata

f. Klinik Paru

g. Klinik Kulit dan Kelamin

h. Klinik Gigi

i. Klinik Umum (24 Jam)

2. Pelayanan Rawat Inap

Rumah Sakit Surya Insani menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap

sebagai berikut:

a. Kamar Kelas III : 12 tempat tidur

b. Kamar Kelas II : 8 tempat tidur

c. Kamar Kelas I : 12 tempat tidur

d. Kamar VIP : 11 tempat tidur

e. Kamar Grand VIP : 2 tempat tidur

f. Isolasi : 2 tempat tidur

g. Perinatologi : 4 tempat tidur

Dengan semua total tempat tidur 51 tempat tidur

3. Pelayanan Penunjang Klinik

a. IGD (Instalasi Gawat Darurat)

b. Ruang Bersalin

c. Kamar Operasi

d. Perinatologi

e. Gizi

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

53

f. Farmasi

g. Rekam Medik

h. Laboratorium

i. Radiologi

j. Sterilisasi Instrumen

4. Fasilitas Penunjang Non Klinik

a. Ruang Pengaduan Keluhan

b. Kamar Jenazah

c. Pojok Laktasi

d. Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas

e. Pengelolaan Limbah

f. Pengelolaan Gas medik

g. Loundry

h. Jasa Boga / Dapur

i. Gudang

j. Ambulance

k. Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher)

l. Penampungan Air Bersih

m. Wifi

4.1.5. Struktur Organisasi

Organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang di bangun oleh suatu

elemen perusahaan atau dari rumah sakit tersebut yang memiliki tingkatan-

tingkatan dan juga memiliki tugas masing-masing dan saling membutuhkan satu

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

54

sama lain. Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang rumah sakit,

setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.

Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi

umum dan keuangan (10).

Berikut adalah struktur organisasi Rumah Sakit Surya Insani:

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Surya Insani

4.1.6. Karakteristik Informan

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Surya Insani dengan jumlah 30

informan. Informan dipilih secara purposive sampling dengan menyesuaikan pada

tujuan penelitian. Informan tersebut antara lain Ketua Tim Keselamatan Pasien

Rumah Sakit yang juga Manajer Pelayanan Medik, Anggota Tim Keselamatan

Pasien, Manajer Keperawatan, Kepala Ruangan Rawat Inap, Kepala Ruangan

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

55

Rawat Jalan, Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD), Kepala Ruangan

Informasi dan Pendaftaran, Petugas Admisi (Pendaftaran), Petugas Rawat Jalan,

Petugas Instalasi Gawat Darurat, Petugas Instalasi Rawat Inap, Petugas

Laboratorium.

Adapun untuk lebih jelasnya karakteristik informan dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian

No. Inisial Jenis

Kelamin Usia Jabatan

Lama

Bekerja

Jenis

Informan

1 TKP1 Lk 30 th

Ketua Tim Keselamatan

Pasien Rumah Sakit/

Manejer Pelayanan

Medik

3 tahun Utama

2 TKP2 Lk 26 th

Sekretaris Tim

Keselamatan Pasien

Rumah Sakit

3 tahun Utama

3 KEP1 Pr 27 th Manajer Keperawatan 2,5 tahun Utama

4 KRU1 Pr 25 th Kepala Ruangan Rawat

Inap 2 tahun Utama

5 KRU2 Pr 29 th Kepala Ruangan Rawat

Jalan 3 tahun Utama

6 KRU3 Pr 32 th Kepala Ruangan IGD 3 tahun Utama

7 KRU4 Pr 32 th

Kepala Ruangan

Informasi dan

Pendaftaran

4 tahun Utama

8 PER1 Lk 26 th Perawat Rawat Inap 2 tahun Utama

9 PER2 Pr 25 th Perawat Rawat Inap 8 bulan Utama

10 PER3 Pr 24 th Perawat Rawat Inap 5 bulan Utama

11 PER4 Lk 29 th Perawat Rawat Inap 1 tahun Utama

12 BID1 Pr 25 th Bidan Rawat Inap 4 bulan Utama

13 BID2 Pr 25 th Bidan Rawat Inap 8 bulan Utama

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

56

14 PER5 Pr 26 th Perawat Rawat Jalan 5 bulan Utama

15 PER6 Pr 26 th Perawat Rawat Jalan 1 tahun Utama

16 BID3 Pr 27 th Bidan Rawat Jalan 2 tahun Utama

17 PER7 Lk 27 th Perawat IGD 1 tahun Utama

18 PER8 Lk 25 th Perawat IGD 4 bulan Utama

19 BID4 Pr 27 th Bidan IGD 4 tahun Utama

20 PET1 Pr 27 th Petugas Admisi 1 tahun Utama

21 PET2 Pr 26 th Petugas Laboratorium 2 tahun Utama

22 PET3 Lk 27 th Petugas Laboratorium 3 tahun Utama

23 PAS1 Pr 32 th Pasien Pendukung

24 PAS2 Pr 45 th Pasien Pendukung

25 PAS3 Lk 52 th Pasien Pendukung

26 PAS4 Lk 31 th Pasien Pendukung

27 PAS5 Pr 42 th Pendamping Pasien Pendukung

28 PAS6 Pr 55 th Pendamping Pasien Pendukung

29 PAS7 Pr 26 th Pendamping Pasien Pendukung

30 PAS8 Pr 34 th Pendamping Pasien Pendukung

4.2. Analisis Data Penelitian

Ketepatan identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan

pasien dalam akreditasi SNARS edisi 1. Kesalahan identifikasi pasien dapat

terjadi di semua aspek diagnosis dan tindakan. Keadaan yang dapat membuat

identifikasi tidak benar adalah jika pasien dalam keadaan terbius, mengalami

disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma, saat pasien berpindah

tempat tidur, berpindah kamar tidur, berpindah lokasi di dalam lingkungan rumah

sakit, terjadi disfungsi sensoris, lupa identitas diri, atau mengalami situasi lainnya.

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

57

Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini: pertama, memastikan ketepatan

pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, untuk

menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. Proses

identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2

(dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor

rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau

barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk identifikasi pasien.

Dua bentuk identifikasi ini digunakan di semua area layanan rumah sakit seperti

di rawat jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, unit layanan diagnostik,

dan lainnya (26).

Terdapat lima elemen yang harus dipenuhi pada sasaran ketepatan identifikasi

pasien, yaitu :

1. Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien.

2. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 (dua) identitas

dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat

sesuai dengan regulasi rumah sakit.

3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur

diagnostik, dan terapeutik.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah,

pengambilan spesimen, dan pemberian diet.

5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan

intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

58

untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik,

dan identifikasi terhadap pasien koma

4.2.1. Gambaran Kebijakan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Surya Insani

Elemen pertama pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu ada regulasi

yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. Rumah Sakit Surya Insani sudah

menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran

ketepatan identifikasi pasien, seperti Peraturan Direktur, Standar Prosedur

Operasional (SPO), dan Panduan Identifikasi Pasien.

Rumah Sakit Surya Insani sudah membuat kebijakan terkait Ketepatan

Identifikasi Pasien, yaitu Peraturan Direktur Nomor 009/RSSI/PER-DIR/III/2017

tentang Identifikasi Pasien Rumah Sakit Surya Insani. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh ketua tim keselamatan pasien sebagai berikut :

“kebijakannya sudah ada berupa perdir” (TKP1)

Kebijakan tentang ketepatan identifikasi pasien mengatur tentang identifikasi

pasien harus menggunakan minimal dua identitas (nama dan tanggal lahir pasien).

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh ketua dan sekretaris tim keselamatan

pasien yaitu :

“dalam peraturan direktur diatur masalah identifikasi pake

minimal dua identitas...” (TKP1)

“ada diatur identifikasi pasien menggunakan dua identitas...”

(TKP2)

Menurut tim keselamatan pasien, kebijakan tersebut sudah berjalan, tetapi

belum semua terbiasa melakukan ketepatan identifikasi pasien sesuai dengan

peraturan yang ada. Pasien rawat inap sudah menggunakan gelang identitas

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

59

dengan minimal tiga identitas, yaitu nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam

medis. Identifikasi pasien sudah dilakukan oleh perawat, tetapi terkadang mereka

lupa untuk menggunakan dua identitas. Pencatatan dan pengawasan juga belum

dijalankan oleh tim keselamatan pasien terhadap pelaksanaan ketepatan

identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien

mengenai pelaksanaan Peraturan Direktur tentang Identifikasi Pasien :

“Pelaksanaannya sudah berjalan pasien diberikan gelang

identitas yang berisi tiga identitas disana, nama, nomer rekam medis

sama tanggal lahir. Identitas itu yang nulis petugas pendafataran

baru kemudian diberikan ke perawat igd atau poliklinik untuk

dipakekan gelangnya kalau pasien rawat inap. Nah perawatpun ketika

memasang infus, memberikan obat atau mengambil darah memang

sudah kroscek minimal nama sama tanggal lahir. Kalau secara

praktek mungkin sudah jalan, pencatatannya kita yang belum.”

(TKP1)

“Sudah dijalankan, cuma memang belum semuanya kebiasaan

seperti itu..... masih ada yang belum melakukan pake dua identitas.

Identifikasi mungkin mereka sudah melakukan, tapi kadang mereka

lupa kalau harus menggunakan tanggal lahir sama nomor RM....

kebanyakan memang hanya menanyakan nama pasien saja.” (TKP2)

Perawat dan bidan merupakan petugas yang akan sering melakukan

identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan kepada pasien. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap perawat dan bidan yang ditanyakan mengenai kebijakan

ketepatan identifikasi pasien, beberapa perawat dan bidan mengatakan bahwa

peraturan terkait ketepatan identifikasi ada berupa SPO dan ditempatkan di nurse

station. Perawat lainnya mengatakan bahwa peraturan ketepatan identifikasi

pasien dilakukan sesuai dengan ketentuan akreditasi. Kemudian ada juga perawat

yang tidak mengetahui tentang peraturan mengenai identifikasi pasien baik berupa

peraturan direktur ataupun SPO, tapi tetap melakukan identifikasi pasien sesuai

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

60

arahan kepala ruangan dan manajer keperawatan, dan perawat lainnya

mengatakan tidak tahu tentang peraturan identifikasi pasien, yang ada hanya

kesepakatan saat melakukan tindakan ke pasien dengan menanyakan nama dan

tanggal lahir pasien. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“SPO nya ada, pemakaian gelang, namanya ditulis sama orang

pendaftaran, kadang-kadang pake stiker” (PER7)

“SPO nya ada, semua SPO kita buatkan file seperti ini dan

disimpan di masing masing Nurse Station, di IGD ada di poli ada, di

rawat inap juga ada” (BID4)

“kalo di rumah sakit ini ada sih kemarin disampaikan sama karu

waktu masih baru masuk sama teman-teman juga disampaikan,

kebetulan saya bidan masih baru, tapi sebelumnya pernah di rumah

sakit lain udah tau kalo kayak gitu kan udah standar akreditasi”

(BID1)

“sesuai SPO... waktu itu pernah disosialisasikan sama tim SKP

waktu mau akreditasi” (PER2)

“Sesuai prosedurnya, kebetulan saya perawat baru jadi tidak tau

ada SPO identifikasi pasien, tapi kalo mau ngasi injeksi tetap ditanya

ke pasiennya nama sama tanggal lahir sesuai yang dibilang sama bu

karu dan senior-senior perawat disini” (PER3)

“sebenarnya sih kalo kayak SK atau peraturan direktur saya

kurang tau, tapi kita udah kesepakatan gitu, kalo misalkan ngasi obat,

nanya nama, tanggal lahir...” (PER4)

Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan salah satu dokumen yang

juga dibutuhkan untuk memenuhi elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien.

Tim keselamatan Rumah Sakit Surya Insani juga sudah membuat SPO tentang

Identifikasi Pasien. Terdapat sepuluh SPO yang dibuat untuk ketepatan

identifikasi pasien, yaitu SPO Pemasangan gelang identifikasi, SPO penggelangan

ulang pasien SPO identifikasi pasien rawat inap dan pasien yang melakukan

tindakan di kamar operasi, SPO identifikasi melakukan tindakan medis, SPO

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

61

Identifikasi pasien poliklinik, SPO identifikasi pasien sebelum pemberian

pengobatan dan tindakan, SPO identifikasi sebelum pemberian darah dan atau

produk darah, SPO identifikasi sebelum pemberian obat, SPO identifikasi

sebelum pengambilan darah dan spesimen klinis, dan SPO pasien menolak

pemasangan gelang identifikasi. Secara keseluruhan, SPO identifikasi pasien yang

dibuat oleh tim keselamatan sudah sesuai dengan standar akreditasi versi 2012.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh tim keselamatan pasien sebagai

berikut :

“SPO kita juga sudah punya, pokja SKP yang membuat sesuai

dengan elemen akreditasi, semua elemen akreditasi dimasukkan di

SPO itu” (TKP1)

SPO identifikasi pasien sudah disosialisasikan kepada perawat secara resmi

oleh tim keselamatan pasien. Namun menurut ketua tim keselamatan pasien

sosialisasi tersebut dilakukan dua tahun yang lalu saat persiapan akreditasi

sehingga banyak perawat dan bidan yang baru belum tersosialisasi langsung

mengenai SPO identifikasi pasien dari tim keselamatan pasien. Namun demikian,

SPO ini telah dijelaskan kepada kepala ruangan yang juga sebagai tim

keselamatan pasien, yang nantinya akan menjelaskan kepada perawat di ruangan

agar menerapkan identifikasi pasien sesuai dengan SPO yang ada. Berikut kutipan

wawancara mengenai sosialisasi SPO ketepatan identifikasi pasien :.

“Sosialisasi SPO secara menyeluruh sudah pernah kita lakukan

saat persiapan akreditasi, itu sekitar dua tahun yang lalu tahun 2017,

sementara perawat dan bidan kita sudah banyak yang baru jadi belum

dapat sosialisasi dari kita langsung. tapi, kan karena kepala ruangan

juga merupakan bagian dari tim keselamatan pasien, jadi mereka

yang mensosialisasi kan sendiri ke perawat ruangan mereka.” (TKP1)

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

62

Sosialisasi terhadap peraturan, terutama prosedur perlu dilakukan kepada

perawat agar perawat mengetahui prosedur identifikasi pasien sesuai dengan

peraturan yang ada. Berdasarkan wawancara, sebagian kecil perawat mengatakan

bahwa belum pernah mendapat sosialisasi tentang ketepatan identifikasi pasien.

Berikut kutipan wawancara kepada beberapa perawat :

“kalo di sini ngga pernah ada sosialisasi. Cuma dari rumah sakit

sebelumnya sudah tau begitu” (BID2)

“enggak pernah ada yang begitu” (PER8)

“hmm kalo pas aku masuk, kayaknya belum, tapi sebelumnya

mungkin udah ya.” (PER5)

“gak sih, kalo kayak gitu kan istilah nya udah ada ini, istilahnya

setiap rumah sakit sih beda-beda tapi pas kita kuliah gitu udah ada....”

(BID1)

Sedangkan sebagian besar perawat lainnya mengatakan pernah mendapat

sosialisasi terkait ketepatan identifkasi pasien. Ada perawat yang mengatakan

mengetahui hal tersebut sudah disosialisasikan oleh tim keselamatan pasien, ada

juga yang mengetahui SPO pada saat orientasi pertama kali bekerja, dan yang

lainnya mendapat penjelasan langsung dari kepala ruangan. Berikut kutipan

wawancara kepada beberapa perawat :

“ada dulu waktu mau akreditasi disosialisasikan sama tim SKP”

(PER2)

“emm pernah, pas awal masuk kerja ada orientasi” (PER4)

“udah, kita disosialisasikan sama tim skp waktu mau akreditasi,

SPO nya juga di satndby kan di nurse station dibuat satu file dengan

SPO lainnya” (BID4)

“ee.. awalnya sih disosialisasikan tapi harus baca SPO dulu

setiap perawat masuk, pas orientasi sih ada juga” (PER6)

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

63

“Hmm kalo dari awal masuk belum, paling sosialisasi aja sama

kepala ruangan” (PER3)

Untuk memenuhi standar akreditasi pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,

Rumah Sakit Surya Insani telah membentuk tim Keselamatan Pasien yang

anggotanya melibatkan semua unit. Tim ini merupakan tim yang berfungsi untuk

menyiapkan dokumen-dokumen persiapan akreditasidan peraturan-peraturan yang

sudah ditetapkan. Semua unit yang berhubungan dengan pasien dilibatkan

menjadi tim keselamatan pasien. Hal ini dilakukan agar semua unit melakukan

identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan. Setiap kepala ruangan menjadi

tim keselamatan pasien, agar memudahkan dalam sosialisasi, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap ketepatan identifikasi pasien Berikut kutipan wawancara

dengan tim keselamatan pasien :

“tim keselamatan pasien sudah ada, sebelumnya pokja SKP

waktu mau kreditasi tugasnya untuk persiapkan berkas, panduan,

SPO, terus kebijakan, sama persiapkan semua lah form-form... kita

yang mensosialisasikan juga, kepentingannya untuk akreditasi.

Setelah akreditasi selesai pokja ini dijadikan tim anggotanya

ditambah dengan karu-karu pelayanan, igd, poliklinik, dan rawat

inap.... yang akan melaksanakan isi dari berkas-berkas yang sudah

dibikin oleh pokja dan itu akan terus, walaupun sudah selesai

akreditasi tim ini akan tetap ada. jadi agar untuk sosialisasi ke

ruangan lebih gampang, karena kan mereka yang punya power ya

diruangan, jadi untuk sosialisasi dan untuk pelaksanaan itu lebih

terawasi, lebih cepat, dan untuk pengawasan pun lebih jalan.”

(TKP1)

“tim tim keselamatan pasien ya dibentuk kita melibatkan semua

ya, kayak tadi saya bilang semua pemberi asuhan harus melakukan

identifikasi, jadi tim tim keselamatan pasien hampir semua unit kita

masukin, termasuk labor, jadi semua yang bersentuhan dengan

pasien, yang memberikan asuhan mau di poli, igd, atau di rawat

inap. Ya kalau tim kita kan sudah melibatkan semua, jadi tujuannya

semua dilibatkan jadi semua menjalani apa yang ada disitu, karena

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

64

kan mereka termasuk timnya. Terutama kita di rawat inap ya....”

(TKP2)

Panduan identifikasi pasien juga sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien.

Panduan ini dibuat untuk tatalaksana identifikasi pasien secara rinci yang sudah

disesuaikan dengan Rumah Sakit Surya Insani, panduan tersebut diperlukan

karena Peraturan Direktur tentang identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani

tidak membahas secara rinci tatalaksana identifikasi pasien. Hal tersebut sesuai

dengan yang diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai berikut :

“panduan kita sudah ada juga, yang membuat tim pokja SKP”

(TKP1)

“...kalau panduan juga ada. Kalau perdir hanya memberitahukan

kapan identifikasi pasien sama pake apa. Nah kalau disitu ada

semuanya, mulai di rawat jalan gimana, terus kapan dipakein gelang

identitas yang mana, di panduan begitu, lebih detail sih” (TKP2)

Dengan adanya peraturan yang dibuat tentang identifikasi pasien, ada

perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan identifikasi pasien. Petugas yang

berhubungan dengan pasien harus melakukan identifikasi pasien sebelum

melakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang ada. Berikut kutipan

wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“signifikan yaa, kalau gak ada akreditasi gitu ya, perawat, semua

tenaga medis belum tentu akan melakukan identifikasi pasien, mereka

merasa jadi terpaksa ngelakuinnya, karena kalau mereka tidak

melakukan akan terbentur dengan akreditasi. Kan ada monitoring kita,

dia gak ngelakuin jadi di monitoring akan terpantau. Makanya

jadinya setelah akreditasi ini mereka lumayan, jadi lumayan patuh

yaa. Nah, sejak itu, karena adanya akreditasi mereka jadi pake

sekarang.” (TKP1)

Pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi pasien belum

dilakukan untuk mengawasi perawat dalam menjalankan identifikasi pasien,

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

65

Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien mengatakan bahwa

belum ada dilakukan pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi

pasien. Formulir pencatatan dan pelaporan sudah ada dan sudah berjalan pada saat

akreditasi dan beberapa bulan setelah akreditasi. Namun setelah akreditasi,

pencatatan dan pelaporan tidak lagi dilakukan karena tidak ada tindak lanjut dari

laporan tersebut. Dari hasil pelaporan juga menunjukkan semua petugas sudah

melakukan identifikasi pasien sehingga kepala ruangan merasa tidak perlu lagi

melakukan pencatatan. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan

pasien :

“untuk pencatatan memang belum jalan, kemaren sempat

berjalan waktu mau akreditasi dan beberapa bulan setelah akreditasi

itu tapi sekarang sudah enggak jalan lagi. Sekarang sih baru mau

dimulai ditekankan lagi bener-bener monitoring.....form nya sudah

ada. Semua karu kan sudah kita masukkan ke tim ya, jadi lebih

gampang untuk koordinasinya, karena mereka juga tim keselamatan

pasien nanti rencanya semua lembar monitoring ini akan kita kasi ke

karu-nya, nanti mereka yang monitoring baru diserahin ke kita”

(TKP1)

“ya masih belum (sistem pelaporan).......nanti kita akan sebarkan

lagi ke kepala ruangan ada lembar monitoring evaluasi, nah itu kan

yang bertanggung jawab kepala ruangan. Mereka yang

mengobservasi.” (TKP2)

4.2.2. Gambaran Pengetahuan Petugas tentang Identifikasi Pasien Rumah

Sakit Surya Insani

Pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien harus sesuai

dengan regulasi yang sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien. Berdasarkan SPO

identifikasi pasien, perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum

melakukan tindakan dengan membandingkan dengan gelang identitas pasien.

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

66

Berdasarkan wawancara kepada perawat, beberapa perawat kurang tepat dalam

menjelaskan SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Sebagian perawat

mengatakan bahwa prosedur ketepatan identifikasi pasien yang mereka tahu yaitu

identifikasi pasien dilakukan setiap akan melakukan tindakan, serta menanyakan

nama pasien dan tanggal lahir. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa

perawat rawat:

“Kayak manggil nama pasien, tanggal lahir, kalo nomor rm pasti

pasiennya gak ngerti. Jadi biasanya nama pasien sama tanggal lahir”

(PER2 )

“setiap tindakan, pemberian obat, terus observasi tanda-tanda

vital kita identifikasi juga, apalagi yaa pemberian obat, pengambilan

darah, terapi medikasi semua kita identifikasi itu sih”(PER3)

“jadi kan karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat

keluar dariigd, ya itu sebelum melakukan tindakan, ngambil darah,

kasi obat”(PER4)

Sebagian perawat lainnya menjelaskan SPO sesuai dengan yang telah dibuat

oleh tim pokja SKP. Mereka mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi pasien

sebelum melakukan tindakan harus melihat gelang pasien juga, terutama untuk

melihat nomor rekam medis karena nomor rekam medis jarang dihapal oleh

pasien. Hal tersebut dikatakan oleh perawat sebagai berikut :

“nanya nama, kita tanya, konfirmasi, sebenernya sih ada sama

nomor rm, cuman kan, nomor rm pasien suka gak hapal, kita suka liat

di gelang pasien”(PER5)

“isinya.. yang ditanya nama pasien, sesuaikan sama gelangnya

terus tanggal lahir, biasanya. Tapi sih maksimal 2, ada 2, nama sama

rm”(BID2)

“Kalo disini sih kayak biasa, biasanya kalo identifikasi pasien

kalo mau kasih obat, mau transfusi juga sama, mau nganter dokter

buat visit juga sama. Sama sih pake nanya namanya siapa, karena

kalo kita cuma sebutin namanya siapa, misalnya “Sri”, dan „Sri‟nya

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

67

banyak, kadang pasien suka bilang iya-iya aja pasiennya, pasien

cenderung ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-kadang pasien juga

lupa tanggal lahirnya. Kan kita suruh pake gelang”(BID1)

Sedangkan sebagian kecil perawat lainnya tidak tepat dalam menjelaskan

SPO identifikasi pasien. Satu perawat mengatakan bahwa yang penting dalam

mengidentifikasi pasien hanya menanyakan nama pasien. Berikut kutipan

wawancara dengan perawat :

“...tapi enaknya aja kayak gimana. Yang penting namanya sesuai

gitu, terserah mau dipanggil atau pasiennya nyebutin nama, enaknya

kita aja...”(PER7)

Berdasarkan panduan identifikasi pasien Rumah Sakit Surya Insani bahwa

pada saat melakukan identifikasi pasien, perawat harus melakukan verifikasi

dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan dengan

gelang identitas yang digunakan pasien. Perawat juga harus menanyakan identitas

pasien dengan pertanyaan terbuka, contohnya: “siapa nama bapak/ibu?”, dan

tidak boleh menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah nama anda Sri?”.

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa perawat tentang bagaimana

mereka melakukan identifikasi pasien, sebagian besar mengetahui bahwa setiap

kali melakukan tindakan/asuhan harus mengidentifikasi terlebih dahulu. Sebagian

besar perawat yang diwawancara juga mengatakan bahwa mereka biasanya

melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien,

ada juga mengatakan bahwa nomor rekam medis juga harus diperiksa. Hal ini

sesuai dengan elemen dua pada sasaran ketepatan identifikasi pasien dan panduan

identifikasi pasien bahwa harus menggunakan dua identitas pasien saat melakukan

Page 84: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

68

identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa perawat

mengenai pengetahuan mereka terhadap ketepatan identifikasi pasien :

“kalo misalkan kita mau tindakan ya kita nanya pasiennya

namanya, tanggal lahirnya, kalo misalkan tindakannya mau dilakukan

ya tujuannya apa, misalkan ada efek samping ya jelasin efek

sampingnya”(PER3)

“Biasa nanya nama, tanggal lahir. Tanggal lahir sih tergantung

pasiennya, kalo pasiennya kooperatif sih tanggal lahir, atau

keluarganya juga bisa menjawab bisa tanya keluarganya

langsung,”(PER8)

“biasanya nanya nama sama tanggal lahir, karena kalo nomor

rm dia kan gak hapal”(BID1)

“ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat, mau ada tindakan,

tindakan lah pokoknya, terus nanya tiga, nama, tanggal lahir, sama

nomor rm”(PER4)

“biasanya nanya nama pasien, umur pasien, kayak gitu”(BID2)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa untuk menjelaskan SPO

kepada perawat yaitu melalui kepala ruangan. Dari hasil wawancara dengan

kepala ruangan juga didapatkan keterangan bahwa petugas kesehatan baik perawat

atau bidan yang bekerja di Rumah Sakit Surya Insani sering berganti. Menurut

kepala ruangan bahwa menjelaskan sistem di rumah sakit, termasuk ketepatan

identifikasi pasien kepada perawat dilakukan pada saat orientasi dilaksanakan dan

hari penempatan perawat tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan kepala

ruangan:

“semua di awal masuk kan ada orientasi, orientasi itu tentang

sistem yang ada disini,... iya, terus juga pas hari penempatan disini

kami juga orientasi di ruangan, seputar ruangan, seputar sistem,

seputar ya kebiasannya disini. Karena memang perawat bidan kita

banyak yang baru baru ada yang baru tamat juga dari pendidikan,

jadi ya itu harus disosialisasikan lagi waktu orientasi” (KRU1)

Page 85: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

69

“perawat kita disini rata-rata baru, jadi harus disosialisasikan

lagi mengenai identifikasi pasien” (KARU2)

“kebetulan memang perawat perawat kita banyak yang baru jadi

waktu mulai masuk kerja disini ada orientasi ruangan dulu, termasuk

kita sosialisasikan mengenai identifikasi pasien” (KARU3)

Wawancara lebih lanjut terhadap informan manajer keperawatan dan kepala

ruangan mengenai penyebab tingginya pergantian perawat diperoleh informasi

yang beragam. Menurut manajer keperawatan perawat yang baru tersebut karena

untuk memenuhi standar jumlah tenaga kesehatan dibandingkan jumlah tempat

tidur sesuai permenkes, kemudian beberapa karyawan juga yang sudah habis

kontrak tidak diperpanjang, dan alasan lain karena tempat tinggal yang jauh.

Berikut kutipan wawancara dengan manajer keperawatan dan kepala ruangan:

“iya memang perawat kita dan bidan disini banyak yang baru

karena memang untuk memenuhi ketentuan akreditasi, jadi pada saat

akreditasi kemaren jumlah tenaga kesehatan kita masih kurang,

belum sesuai permenkes jadi bertahap kita tambah. Kemudian juga

beberapa perawat yang kita kontrak sudah habis kontraknya tidak

dilanjutkan. Kalo alasannya kita tanya kebanyakan karena menikah,

setelah menikah ikut suami, dan ada yang tidak diizinkan suami

bekerja. Kebanyakan alasannya begitu sih. Ada juga karena masalah

tempat tinggal karena disini banyak dari luar kota banyak yang dari

sumbar, jadi disuruh pulang oleh orang tuanya. Kalo untuk

kesejahteraan disini kayanya bukan jadi penyebab utama mereka

keluar karena kita sudah lumayan tinggi kalo gaji, tekanan juga disini

tidak terlalu, kita cukup santai pekerjaan di surya insani.” (KEP1)

“iya biasanya karena menikah, setelah menikah gak kerja lagi.

Kalo masalah gaji mungkin bisa jadi, tapi sebenarnya gaji perawat

disini uda besar dibanding rumah sakit lain di riau.” (KARU 1)

“kalo untuk alasan pastinya kenapa mereka keluar ya mereka la

yang tahu, tapi biasanya karena alasan pulang kampung karena

banyakan dari sumbar, uda dapat ilmu disini pergi ke tempat lain.”

(KARU3)

Page 86: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

70

Berdasarkan wawancara, cara yang dilakukan tim keselamatan pasien untuk

mengetahui bahwa perawat sudah mengetahui prosedur identifikasi pasien, yaitu

dari kepala ruangan, dan juga dari laporan kesalahan identifikasi pasien saat

petugas melakukan tindakan kepada pasien. Sedangkan, kepala ruangan

melakukan juga supervisi untuk melihat serta mengawasi perawat-perawat dalam

melakukan tindakan kepada pasien. berikut kutipan wawancara dengan tim

keselamatan pasien :

“caranya tau ya, yaa, sebenernya ya awalnya ada identifikasi,

kayak giniini supaya tidak ada salah identifikasi ya, jadi ketika kita

udah kayak gini akan minimal nih orang yang salah pemberian obat,

salah tranfusi jadi dengan kayak gini pasti kejadian kayak gitu

menurun”(TKP1)

“saya melakukan, apa ya istilahnya itu, eeh pokoknya kan saya

cek sambil saya liat. Kan saya perhatikan cara mereka pas penyiapan

obat, saya amati, saya supervisi. Setiap tindakan yang mereka

lakukan saya supervisi, walaupun supervisinya tanpa mereka sadari.

Saya ikutin, saya perhatikan”(KEP1)

4.2.3. Gambaran Kemampuan Petugas dalam Melakukan Identifikasi Pasien

Elemen kedua pada sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu identifikasi

pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 (dua) identitas dan tidak boleh

menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan

regulasi rumah sakit. Regulasi yang ada di Rumah Sakit Surya Insani tentang

Identifikasi Pasien berupa Peraturan Direktur tentang Identifikasi Pasien mengatur

kebijakan identifikasi pasien menggunakan dua identitas yaitu nama dan tanggal

lahir. Berdasarkan observasi kepada perawat, tidak ada perawat yang

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien saat mengidentifikasi pasien.

Sebagian besar perawat mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua

Page 87: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

71

identitas, yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien. Sedangkan sebagian perawat

lainnya hanya mengidentifikasi pasien dengan satu identitas yaitu nama pasien.

Elemen ketiga dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu identifikasi

pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, dan terapeutik.

Untuk elemen ini, pada saat observasi semua petugas baik perawat ataupun bidan

melakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik,

dan terapeutik.

Elemen keempat dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu pasien

diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan

spesimen, dan pemberian diet. Berdasarkan observasi terhadap perawat yang akan

memberikan obat kepada pasien, semua perawat melakukan identifikasi pasien

saat memberikan obat kepada pasien, baik obat tablet maupun obat dalam bentuk

lain.

Elemen kelima dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu pasien

diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena,

hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan

identifikasi terhadap pasien koma. Berdasarkan observasi terhadap perawat yang

akan memberikan cairan intravena, seperti cairan infus, semua perawat melakukan

identifikasi pasien saat memberikan cairan infus. Observasi juga dilakukan pada

petugas laboratorium pada saat mengambil sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium. Petugas yang melakukan pengambilan darah, melakukan

Page 88: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

72

identifikasi pasien sebelum mengambil darah, tetapi hanya menanyakan nama

pasien, tidak menanyakan dua identitas pasien seperti ketentuan pada elemen satu.

Berdasarkan observasi kepada perawat saat melakukan asuhan/ tindakan

kepada pasien, sebagian kecil perawat yang diobservasi sudah sesuai dengan

prosedur identifikasi pasien, yaitu mengidentifikasi pasien dengan

membandingkan identitas pada gelang identitas. Sedangkan sebagian besar

perawat tidak melakukan semua prosedur dengan benar. Tahapan prosedur

identifikasi pasien yang biasa tidak dilakukan oleh perawat yaitu memeriksa dan

membandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Sebagian besar

perawat melakukan identifikasi pasien hanya dengan menanyakan nama pasien,

tanpa membandingkan dengan gelang identitas. Saat mengidentifikasi pasien juga

terkadang perawat menanyakan nama pasien dengan pertanyaan tertutup.

Kemudian juga perawat terkadang tidak selalu menanyakan nama pasien karena

merasa sudah mengenal pasien, dan juga agar pasien tidak merasa bosan ditanya

terus-menerus. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa perawat :

“nanya namanya siapa, tapi kalo setiap hari kita sama kayak

gitu,pasiennya ngerasa susternya gak kenal-kenal nihsama kita, aku

jarang-jarang sih ya, paling 3 sampe 5 kali ketemu masih aku tanya

tapi kalo udah 5 kali lebih udah langsung ke pasiennya. Karena kalo

sering ditanya siapa namanya, pasiennya ngomong susternya gak

hapal-hapal nih”(PER6)

“Yang penting namanya sesuai gitu, terserah mau dipanggil atau

pasiennya nyebutin nama, enaknya kita aja, takutnya ada yang ke

pasiennya, “suster saya udah lama disini tapi gak kenal-kenal.”

(PER2)

Tim keselamatan pasien harus memastikan bahwa perawat selalu melakukan

identifikasi pasien sebelum tindakan. Berdasarkan wawancara dengan tim

Page 89: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

73

keselamatan pasien bahwa untuk mengetahui kemampuan perawat dalam

menjalankan prosedur yaitu dari kepala ruangan yang melakukan observasi

terhadap perawat-perawat di ruangan rawat inap. Kemudian tim keselamatan

pasien juga mengatakan bahwa seharusnya dilakukan kegiatan pengamatan

terhadap perawat, namun hingga saat ini tim keselamatan pasien belum pernah

memantau langsung sasaran keselamatan pasien. Jadi untuk saat ini hanya

memantau perawat melalui kepala ruangan saja. Berikut kutipan wawancara

dengan tim keselamatan pasien :

“kepala ruangannya, iya mereka punya lembar monitoring gitu,

jadi mereka pilih dari ruangan itu berapa orang, mereka ngambil

sampel gitu”(TKP1)

Berdasarkan wawancara dengan pasien rawat inap, sebagian besar pasien

mengatakan bahwa saat perawat akan melakukan tindakan/ asuhan hanya

menanyakan nama pasien, dan tidak mencocokkannya dengan gelang identitas

pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien :

“gak sih, orang itu kan udah punya datanya, jadi pas awal juga

dia gak nanya...iya gak pernah liat gelang identitas, langsung aja”

(PAS2)

“enggak pernah, ditanyain namanya aja, jadi setiap mau ngasi

obat atau periksa-periksa, ditanyain namanya siapa” (PAS7)

“iya biasanya suka nanya nama aja, kadang-kadang ngecek,

kadang gak susternya udah hapal. Biasa sih udah hapal sih”(PAS6)

“enggak, mereka langsung tanya aja gitu , ibunya namanya siapa

gitu”(PAS8)

Sedangkan sebagian kecil pasien lainnya mengatakan bahwa perawat melihat

gelang identitas saat akan memberikan obat. Berikut kutipan wawancara dengan

pasien :

Page 90: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

74

“iya ditanyain terus kalo mau masukin obatnya terus dia lihat

gelang yang dipake sesuai atau tidak, kadang saya bosen juga

ditanyain terus tapi mungkin sudah prosedurnya begitu”(PAS3)

“Diliat sih, diliat ama perawat, terus nanya namanya siapa sama

perawatnya”(PAS5)

4.2.4. Gambaran Edukasi Pasien tentang Identifikasi Pasien

Edukasi pasien tentang identifikasi pasien merupakan bagian dari

pelaksanaan ketepatanidentifikasi pasien. Berdasarkan SPO pemasangan gelang

identitas bahwa selain memakaikan gelang identitas, petugas admisi juga memiliki

tugas untuk menjelaskan gelang identitas. Pasien harus memahami tujuan dari

identifikasi pasien sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit agar

memudahkan dalam mengenali pasien yaitu dengan menggunakan gelang

identitas. Untuk itu, berdasarkan prosedur pemakaian gelang, pasien/ keluarga

pasien harus diberikan penjelasan terkait kegunaan dipakaikan gelang identitas.

Berdasarkan wawancara dengan pasien, hanya sebagian kecil pasien yang

mengatakan bahwa petugas menjelaskan fungsi gelang tersebut sebagai tanda

pengenal pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien:

“iya, katanya biar mudah gitu, mudah nyarinya, untuk pengenal

juga kanpasien banyak gitu”(PAS4)

Sedangkan sebagian besar pasien/keluarga pasien lainnya

mengatakanbahwa perawat tidak pernah menjelaskan tujuan dari gelang

identitas yang dipakaioleh pasien. Mereka mengatakan bahwa gelang hanya

dipakaikan saja oleh perawat. Berikut kutipan wawancara dengan

pasien/keluarga pasien :

“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(PAS3)

Page 91: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

75

“mereka gak jelasin sih, cuma saya udah tau guna ya untuk eeh

tau identitas”(PAS2)

“enggak dijelasin, cuma bilang pake gelang aja, dokternya

nyuruh pakein gelang”(PAS5)

“enggak cuma dipakein aja”(PAS6)

“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(PAS7)

“gak ada, saya pikir gelang ini cuma buat tanda pasien

disini”(PAS8)

Pemakaian gelang identitas dilakukan oleh perawat IGD. Petugas admisi

tidak melakukan pemakaian gelang identitas dan mengedukasi pasien tentang

kegunaan gelang identitas. Hal tersebut karena yang biasanya melakukan

pendaftaran untuk dirawat inap adalah keluarga pasien. Oleh karena itu,

pemakaian gelang identitas dipakaikan pada saat pasien berada di IGD, bahkan

ada pasien yang tidak sadar saat dipakaikan gelang identitas. Berdasarkan

wawancara, sebagian besar pasien/ keluarga pasien mengatakan bahwa yang

memakaikan gelang identitas adalah perawat IGD. Berikut kutipan wawancara

dengan pasien :

“oh ini di UGD, perawatnya, saya gak tau udah dipakein

aja”(PAS3)

“udah dari IGD ini, perawatnya”(PAS4)

“di bawah, di IGD, susternya kayaknya, tau-tau udah

pake”(PAS2)

“perawatnya yang masang, tapi pas daftar mau rawat inap dikasi

sama petugasnya nanti dipasangin sama perawat”(PAS5)

“susternya, pas masuk IGD”(PAS7)

Untuk gelang identitas pasien, berdasarkan observasi terhadap gelang

identitas pasien terhadap pasien, gelang identitas ditulis lengkap dengan

Page 92: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

76

mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Identitas yang ada

pada gelang identitas ditulis manual oleh perawat yang terkadang tidak terbaca

jelas. Berdasarkan wawancara, identitas pada gelang identitas harusnya memakai

stiker, tetapi karena stok stikernya habis jadi ditulis manual. Berikut kutipan

wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“sebenarnya kita udah pakai stiker untuk identitas pasien, nah itu

juga yang ditempelkan di gelang pasien. Cuma memang mungkin uda

berapa bulan ini stoknya habis dan belum ada pengadaan lagi jadinya

sementara pake manual dulu ditulis tangan. Yang nulis petugas

pendaftaran make spidol yang permanen jadi bacaannya jelas dan

gak mudah luntur.”(TKP2)

Pemakaian gelang dilakukan oleh perawat juga disampaikan oleh tim

keselamatan pasien. Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien

mengatakan bahwa memakaikan dan menjelaskan fungsi gelang identitas yaitu

perawat, terutama perawat di IGD, bukan petugas admisi. Hal ini sesuai dengan

yang disampaikan tim keselamatan pasien sebagai berikut :

“Yang menjelaskan perawat, jadi gelang dikasi dari pendaftaran,

pada saat pasien daftar mau rawat inap ya...Identitasnya sudah

dituliskan oleh petugas pendaftaran ditempelkan stiker barcode tapi

kadang kadang pas waktu stikernya habis ditulis tangan. Nanti

pendaftaran ngasi di dalam berkasnya itu, nanti perawat yang akan

memasangkan. Karena yang ke pendafatarankanbukan pasien tapi

keluarganya, jadi nanti perawat yang akan memasangkan dan

perawat yang akan mengedukasi, fungsinya ini apa jadi nanti jangan

bosen-bosen nanti tiap apa pasti akan ditanyain terus-menerus.

Karena kan nanti ada beberapa pasien yang risih ya kita tanyain

terus”(TKP1)

“ada di SOP pemasangan gelang identitas”(TKP2)

“gelang identitas ketika pasien masuk melalui UGD....tetap ada

kewajiban, kita jelasin ulang. Identitas pasien yang terutama, kasi tau

itu fungsinya apa, pada saat pasien kesini. Pasien datang kita lakukan

Page 93: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

77

edukasi, salah satunya itu tentang gelang pasien, tentang hand

hygiene juga, terus orientasi ke ruangan oleh perawat.”(KEP1)

Berdasarkan wawancara dengan perawat rawat inap, sebagian kecil perawat

mengatakan bahwa perawat di rawat inap memiliki tanggung jawab untuk

menjelaskan identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas, karena terkadang

pasien dari IGD belum menggunakan gelang identitas. Berikut kutipan wawancara

dengan perawat :

“iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru,

tujuannya apa gitu”(PER6)

“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi nanti

jangan bosen kalo bidannya nanya-nanya”(BID1)

“iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai

identitas pasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih sebenernya,

ada yang alergi, resiko jatuh”(BID2)

Namun beberapa perawat lainnya mengatakan bahwa yang seharusnya

menjelaskan fungsi dari gelang identitas adalah yang memakaikan gelang tersebut.

Perawat di rawat inap tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan fungsi dari

gelang identitas tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu

pasti dari IGD, kecuali dari pasien poli pun perawatnya harusnya

makein gelangnya sebelum kesini”(PER2)

“Ngga.. kita ngga punya kewajiban, yang punya kewajiban itu

biasanya yang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan kegunaan

gelang itu, kenapa dipakein gelang itu sama tujuannya, biasanya dari

tugas yang pasangin gelang”(PER3)

4.2.5. Gambaran Kerjasama Tim dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Tim adalah unsur kehidupan oraganisasi karena suatu pekerjaan melibatkan

orang-orang dengan berbagai macam keahlian untuk berkerjasama untuk satu

Page 94: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

78

tujuan. Hampir semua pekerjaan rumah sakit dilakukan oleh berbagai disipilin

ilmu, contohnya tim ruang pembedahan, shift antar pekerja, dan unit medis dan

perawatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan

mendukung rumah sakit dalam meningkatkan program keselamatan pasien yang

lebih baik khususnya mengenai ketepatan identifikasi passien yaitu semua

informan menyatakan bahwa mereka sangat mendukung rumah sakit dalam

meningkatkan program keselamatan pasien yang lebih baik karena penerapan di

rumah sakit belum maksimal.

“Kalau yang masalah begitu saya sangat mendukung, ini juga

kan untuk kenyamanan pasien saat berada disini” (TKP1)

“Semua staf disini sangat mendukung apabila dilakukan

peningkatan program keselamatan pasien, kan belum maksimal agar

lebih baik lagi”. (KRU2)

“Saya sebagai kepala ruangan sangat mendukung program

keselamatan pasien untuk lebih meningkatkan kepuasan pasien”

(KRU4)

Mengenai koordinasi dengan direktur dan manajer terhadap kegiatan yang

terkait dengan peningkatan program keselamatan pasien, semua kepala ruangan

menyatakan bahwa mereka selalu berkoordinasi apabila terkait dengan

peningkatan program keselamatan pasien. Wawancara tentang koordinasi dengan

kepala ruangan terhadap kegiatan yang terkait dengan peningkatan program

keselamatan pasien, diperoleh informasi:

“Setiap ada masalah selalu kami berkoordinasi dengan manajer”

(KRU1)

“Saya merasa kami sering berkoordinasi apalagi untuk

meningkatkan program keselamatan pasien” (KRU2)

Page 95: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

79

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat tentang kemampuan

berkordinasi dengan baik untuk mewujudkan pelayanan pasien yang sesuai

dengan prosedur keselamatan pasien yaitu sebagian besar perawat menyatakan

bahwa mereka mampu berkoordinasi dengan baik karena hal tersebut sudah

menjadi kewajiban mereka untuk mewujudkan pelayanan pasien yang sesuai

dengan prosedur keselamatan pasien. Sebagian kecil perawat merasa takut untuk

bertanya jika sesuatu hal yang terlihat tidak benar dalam pelaksanaan identifikasi

pasien. Karena tidak semua orang memiliki keberanian untuk berbicara dan

memiliki perasaan takut untuk disalahkan namun biasanya mereka akan

menyampaikannya kepada temannya untuk kemudian di teruskan kepada

pimpinan.

“kita selalu koordinasi dengan karu, kalo ada masalah kita selalu

sampaikan ke karu” (PER2)

“kita tetap berusaha supaya gak terjadi kesalahan, karena kan

yang kita rawat ini nyawa manusia jadi gaak main main. Kalo ada

sesuatu kita saling koordinasi, saling mengingatkan, waktu operan

juga kita sampaikan” (BID1)

“biasanya kalau ada kesalahan saya diam dulu baru nanti cerita

ke teman yang saya percaya, karena takut nanti kena sp apa lagi

sampai berakibat sama pasien”(PER3)

Tim keselamatan pasien harus memastikan bahwa perawat tidak merasa takut

melaporkan jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan identifikasi pasien

Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien menyatakan bahwa

petugas sering merasa kesalahan-kesalahan ditimpakan kepada mereka, namun

sudah mulai di bangun sistem untuk tidak menyalahkan orangnya melainkan

Page 96: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

80

memperbaiki sistem. jika suatu kejadian dilaporkan, lebih dituliskan masalahnya

bukan orangnya.

“Ada juga yang takut, mereka memilih untuk menceritakan

kepada temannya, kemudian diungkapkan oleh temannya ke kepala

ruangan, karena tidak semuanya bisa berkomunikasi dengan baik,

dan memiliki perasaan takut di salahkan” (TKP1)

“kami lebih mengutamakan untuk membahas masalahnya,

pelapor atau orang ditulis hanya sebagai pihak yang akan

bertanggungjawab akan laporan yang diberikan”(KEP1)

4.3. Pembahasan

4.3.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di Rumah Sakit Surya Insani

Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (12).

Ketepatan dalam mengidentifikasi pasien merupakan upaya untuk mengurangi

kesalahan dalam melakukan tindakan terhadap pasien (7). Dalam sasaran

keselamatan pasien, terdapat lima elemen ketepatan identifikasi pasien (26).

Untuk elemen pertama pada sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu ada

regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. Rumah Sakit Surya Insani

telah membuat dokumen-dokumen yang diperlukan untuk ketepatan identifikasi

pasien, mulai dari Kebijakan/ Peraturan Direktur, SPO, dan Panduan Identifikasi

Pasien. Semua dokumen tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS untuk

sasaran ketepatan identifikasi pasien.

Kebijakan dan prosedur merupakan salah satu elemen ketepatan identifikasi

pasien dalam memenuhi standar akreditasi. Tim keselamatan pasien sudah

membuat kebijakan sesuai dengan ketentuan standar akreditasi RS versi 2012

Page 97: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

81

Peraturan Direktur Nomor 009/RSSI/PER-DIR/III/2017 tentang Identifikasi

Pasien Rumah Sakit Surya Insani. Menurut Guwandi dalam rangka menjamin

keamanan pasien, rumah sakit wajib membuat dan memberlakukan aturan dan

kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien (5). Hal ini

sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakukan rumah sakit menuju

keselamatan pasien, dimana langkah pertama yaitu rumah sakit harus memiliki

kebijakan dan menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada

insiden (11).

Untuk elemen kedua pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, petugas

medis diharuskan mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua identitas

pasien, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien (26).

Kebijakan yang telah dibuat oleh tim keselamatan pasien mengatur tentang

identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua identitas dan kapan saja

dilakukan identifikasi pasien. Berdasarkan panduan identifikasi pasien Rumah

Sakit Surya Insani, dua identitas yang ditanyakan pada saat mengidentifikasi

pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien, kedua identitas tersebut juga

harus ada pada gelang identitas pasien. Kebijakan dan panduan yang telah dibuat

tim keselamatan pasien sudah sesuai dengan ketentuan standar akreditasi.

Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang identifikasi pasien di Rumah

Sakit Surya Insani telah dibuat dan sudah disesuaikan dengan elemen-elemen

pada sasaran ketepatan identifikasi pasien sesuai standar akreditasi RS versi 2012.

Prosedur ini belum disosialisasikan kepada perawat secara keseluruhan. Akan

tetapi, kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan pasien memiliki

Page 98: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

82

tanggung jawab untuk melakukan sosialisasi kebijakan serta SPO kepada perawat.

Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mendapatkan sosialisasi dari kepala

ruangan terkait SPO ketepatan identifikasi pasien. Beberapa perawat mengatakan

pernah dilakukan sosialisasi saat orientasi, atau langsung mendapat sosialisasi dari

kepala ruangan, namun beberapa perawat lainnya mengaku belum pernah

mendapat sosialisasi terhadap SPO ketepatan identifikasi pasien. Oleh karena itu,

prosedur identifikasi pasien tidak diketahui secara keseluruhan oleh perawat.

Sosialisasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh perawat

agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan dengan optimal. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Yudhawati dan Listiowati, menyatakan bahwa

sosialisasi dan SPO yang belum optimal menjadi hambatan dalam pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien oleh perawat (30).

Untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien dapat dilakukan secara

menyeluruh oleh petugas medis yang berhubungan dengan pasien, tim pokja SKP

melibatkan semua instalasi yang berhubungan dengan paisen untuk menjadi tim

keselamatan pasien. Maka setiap instalasi memiliki perwakilan yang menjadi tim

keselamatan pasien. Hal ini merupakan pengelolaan tim yang dilakukan tim

keselamatan pasien agar peraturan terkait ketepatan identifikasi pasien berjalan

dengan optimal. Hal ini sesuai dengan penelititan Sunarti bahwa ada hubungan

antara faktor manajemen dan organisasi dengan ketepatan identifikasi pasien (29).

Menurut Yudhawati dan Listiowati, bahwa kebijakan dan SPO identifikasi

pasien belum budaya bagi petugas, evaluasi identifikasi belum dilaksanakan

secara rutin oleh manajemen, menyebabkan pelaksanaan identifikasi pasien tidak

Page 99: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

83

optimal (30). Berdasarkan penelitian, dengan adanya kebijakan/peraturan yang

telah dibuat oleh tim pokja keselamatan pasien terkait ketepatan identifikasi

pasien, lebih menekankan petugas medis agar menjadi patuh dalam melakukan

identifikasi pasien sebelum tindakan. Namun belum ada pencatatan dan pelaporan

sebagai bahan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh tim keselamatan

pasien terhadap ketepatan identifikasi pasien oleh perawat. Hal ini perlu dilakukan

agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan optimal.

4.3.2. Pengetahuan Petugas Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien

Pengetahuan perawat terhadap prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Surya

Insani tentang ketepatan identifikasi pasien perlu diketahui secara maksimal oleh

perawat. Menurut WHO, perlu dilakukan pelatihan atau sosialisasi tentang

prosedur untuk memverifikasi pasien (7). Untuk itu, SPO yang telah dibuat

seharusnya dijelaskan kepada perawat agar mengetahui isi dari SPO tersebut dan

melaksanakannya sesuai dengan prosedur tersebut. Sesuai dengan elemen kedua

sasaran ketepatan identifikasi pasien standar akreditasi, perawat harus melakukan

identifikasi pasien dengan dua identitas pasien (13). Berdasarkan SPO identifikasi

pasien yang ada di Rumah Sakit Surya Insani bahwa pada saat melakukan

identifikasi pasien, perawat harus membandingkan data pasien dengan gelang

identitas pasien. Namun, tidak semua perawat yang diteliti mengetahui dengan

tepat prosedur identifikasi pasien.

Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mengetahui dengan tepat SPO

identifikasi pasien yang ada di Rumah Sakit Surya Insani. Hanya sebagian kecil

perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur dalam mengidentifikasi pasien.

Page 100: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

84

Sebagian besar perawat tidak mengetahui dengan tepat prosedur identifikasi

pasien yang sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien. Prosedur yang sering

terlewat oleh perawat saat melakukan identifikasi pasien yaitu mengidentifikasi

pasien dengan dua identitas pasien dan melakukan verifikasi dengan

membadingkan data pasien dengan gelang identitas yang digunakan pasien.

Kurangnya pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di

Rumah Sakit Surya Insani, dapat membuat pelaksanaan ketepatan identifikasi

pasien tidak berjalan dengan optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Sitorus

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan

identifikasi pasien secara tepat (28). Oleh karena itu, dengan kurangnya

pengetahuan perawat terhadap SPO identifikasi pasien, tim keselamatan pasien

perlu melakukan sosialisasi terkait prosedur identifikasi pasien agar pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien dapat berjalan optimal.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan

perawat dan petugas kesehatan lain dalam identifikasi pasien disebabkan oleh

sering terjadi pergantian karyawan. Hal ini menyebabkan perawat atau bidan yang

baru bergabung belum mendapatkan sosialisasi terkait pelaksanaan identifikasi

pasien. Tingginya turnover karyawan ini kemungkinan disebabkan karena

tingginya nilai turnover intention di Rumah Sakit Surya Insani. Tingginya

turnover intention karyawan di Rumah Sakit Surya Insani akan berpengaruh

terhadap beberapa aspek terkait pekerjaan karyawan. Hal ini sesuai dengan

penelitian Asmara (2017) di Rumah Sakit Bedah Surabaya bahwa turnover

intention berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Turnover yang tinggi akan

Page 101: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

85

berbahaya bagi keberlangsungan organisasi dan dapat mengurangi produktivitas

organisasi (38). Nilai turnover yang terus meningkat akan menyebabkan kerugian

bagi Rumah Sakit Surya Insani. Salah satu dampak dari turnover yang tinggi

adalah adanya pemborosan biaya yang digunakan untuk orientasi, lembur, dan

pengawasan (39). Pendapat lain mengatakan bahwa turnover memiliki dampak

positif bagi organisasi, yaitu membawa organisasi pada tingkat efisiensi yang

lebih tinggi (40). Turnover dibutuhkan terhadap karyawan yang memiliki kinerja

rendah. Turnover perlu diwaspadai apabila mayoritas karyawan yang

meninggalkan pekerjaan merupakan sumber daya manusia yang berkompeten.

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mencegah meningkatnya

turnover intention adalah pemberian motivasi, pemberian kompensasi yang sesuai

bagi karyawan, dan perbaikan proses perekrutan. Karyawan akan bertahan di

organisasi apabila organisasi dapat memberikan apa yang karyawan inginkan,

Manajemen dapat memberikan motivasi yang efektif apabila telah mengetahui apa

yang diinginkan, dibutuhkan, dan berharga bagi karyawan. Kompensasi yang

dimaksud bukan sekedar kompensasi finansial namun juga kompensasi

nonfinansial seperti kenyamanan tempat kerja, jaminan kesehatan, dan bonus

liburan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan karyawan merasa perlu

untuk tetap tinggal di perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan. Jaminan

kesehatan diidentifikasi menjadi faktor yang mencegah karyawan untuk keluar

dari pekerjaan atau organisasi (38).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyebab tingginya turnover perawat

diperoleh informasi yang beragam. Menurut informan perawat yang baru tersebut

Page 102: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

86

karena untuk memenuhi standar jumlah tenaga kesehatan dibandingkan jumlah

tempat tidur sesuai permenkes, beberapa karyawan juga yang sudah habis kontrak

tidak diperpanjang, kemudian karena tempat tinggal yang jauh, karena alasan

menikah dan setelah menikah tidak diizinkan suami bekerja. Menurut informan

kesejahteraan atau masalah gaji bukan menjadi penyebab utama tingginya

turnover intention di Rumah Sakit Surya Insani. Semua karyawan di Rumah Sakit

Surya Insani telah didaftarkan menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan

diberikan hak cuti tahunan.

Kompensasi finansial saja tidak terbukti memberikan dampak terhadap

kesejahteraan karyawan. Pengendalian dan pencegahan terhadap turnover

intention juga dapat dilakukan sejak dini yaitu awal proses perekerutan. Tindakan

yang dapat dilakukan adalah menjelaskan kondisi kerja pada karyawan, memilih

karyawan dengan spesifikasi yang sesuai, dan proses orientasi yang berjenjang

bagi karyawan (38).

4.3.3. Kemampuan Petugas dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Kemampuan perawat dalam melakukan ketepatan identifikasi pasien harus

sesuai dengan regulasi tentang identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani.

Perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/ asuhan

kepada pasien. Elemen ketiga dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu

identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik,

dan terapeutik. Untuk elemen ini, pada saat observasi semua petugas baik perawat

ataupun bidan melakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan,

prosedur diagnostik, dan terapeutik.

Page 103: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

87

Untuk elemen keempat pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, pasien

harus diidentifikasi sebelum diberikan tindakan seperti pemberian obat, darah,

produk darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet (26). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, perawat sudah melakukan identifikasi pasien sebelum

melakukan pemberian obat, namun sebagian besar perawat mengidentifikasi

pasien hanya dengan menanyakan nama pasien. Hal tersebut tidak sesuai dengan

elemen kedua sasaran ketepatan identifikasi pasien yang mengharuskan

mengidentifikasi dengan dua identitas pasien.

Untuk elemen kelima pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, pasien harus

diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena,

hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan

identifikasi terhadap pasien koma (26). Berdasarkan penelitian, perawat yang akan

memberikan cairan intravena, seperti cairan infus, semua perawat melakukan

identifikasi pasien saat memberikan cairan infus. Petugas laboratorium pada saat

mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, sebagian besar

melakukan identifikasi pasien tetapi hanya menanyakan nama pasien. Hal tersebut

tidak sesuai dengan ketentuan elemen dua yang mengatakan harus melakukan

identifikasi dengan dua identitas pasien.

Berdasarkan SPO identifikasi pasien, setelah menanyakan data identitas

pasien, perawat harus melakukan verifikasi data kembali dengan membandingkan

pada gelang identitas pasien. Berdasarkan penelitian, sebagian besar perawat tidak

melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur identifikasi pasien Rumah

Page 104: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

88

Sakit Surya Insani. Tahapan prosedur identifikasi pasien yang sering terlewat oleh

perawat yaitu membandingkan data pasien dengan gelang identitas yang

digunakan pasien. Sebagian besar perawat juga hanya menanyakan nama pasien,

sedangkan seharusnya menggunakan dua identitas, yaitu nama dan tanggal lahir

pasien. Perawat juga sering tidak menanyakan identitas pasien dengan pertanyaan

terbuka jika sudah mengenal pasien atau pasien tersebut sudah lama dirawat di

rumah sakit. Hal ini karena beberapa perawat berpikir agar pasien tidak merasa

bosan ditanya terus-menerus oleh perawat saat melakukan tindakan/asuhan pada

pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggreani dkk yang menyatakan bahwa

perawat tidak selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan

tindakan keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat

serta menghindari kebosanan pasien (8).

Identifikasi pasien yang tidak sesuai dengan SPO identifikasi yang dilakukan

oleh perawat sesuai dengan pernyataan pasien yang ditanyakan mengenai

identifikasi pasien oleh perawat. Berdasarkan penelitian, sebagian besar pasien/

keluarga pasien menyatakan bahwa perawat hanya menanyakan nama pasien pada

saat identifikasi pasien, tanpa menanyakan dua identitas pasien dan melakukan

verifikasi data pasien.

Untuk melakukan pengawasan terhadap identifikasi pasien yang dilakukan

oleh perawat, tim keselamatan pasien menyerahkan tanggung jawab kepada

kepala ruangan. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi

kepada perawat saat melakukan tindakan/asuhan kepada pasien. Namun hal

tersebut belum berjalan dengan baik dikarenakan form pemantauan belum selesai

Page 105: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

89

dibuat oleh tim keselamatan pasien. Hal tersebut dapat membuat pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan

penelitian Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa belum optimalnya pelaksanaan

sistem identifikasi pasien berhubungan dengan supervisi terhadap pelaksanaan

prosedur identifikasi yang belum optimal (8).

4.3.4. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien

Edukasi pasien mengenai pentingnya identifikasi pasien sebelum dilakukan

tindakan/asuhan oleh perawat merupakan hal yang perlu dilakukan agar pasien

paham pentingnya identifikasi pasien dengan tepat. Menurut WHO, perlu untuk

mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya identifikasi

pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga menghormati privasi

pasien/keluarga pasien tersebut (7). Hal tersebut sudah ada prosedurnya dalam

SPO pemasangan gelang identitas, dimana pasien harus dijelaskan terkait

ketepatan identifikasi pasien yang akan dilakukan berulang-ulang oleh perawat

untuk memastikan bahwa pasien yang menerima tindakan sudah tepat.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar pasien/keluarga pasien mengatakan

tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang identifikasi pasien dan kegunaan

gelang identitas. Berdasarkan SPO pemasangan gelang, bahwa petugas admisi

merupakan petugas yang memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kegunaan

gelang identitas dan pentingnya identifikasi pasien. Namun, pada praktiknya, yang

memakaikan gelang identitas kepada pasien yaitu perawat, tetapi perawat tidak

memberikan penjelasan saat memasangkan gelang identitas. Sedangkan pasien

harus ikut terlibat dalam ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan

Page 106: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

90

tahapan identifikasi pasien yang disarankan oleh WHO bahwa untuk menghindari

kesalahan identifikasi, pasien dan keluarga dilibatkan secara aktif dengan

memberikan edukasi tentang risiko jika terjadi kesalahan identitas dengan

meminta pasien dan keluarga untuk bertanya dan mencocokkan data identitas

pasien (6).

Pemakaian gelang identitas pasien sudah berjalan di Rumah Sakit Surya

Insani, semua pasien rawat diwajibkan untuk memakai gelang identitas pasien.

Berdasarkan panduan identifikasi pasien, data identitas pada gelang identitas juga

harus minimal dua yaitu nama dan tanggal lahir. Menurut WHO hal ini perlu

dilakukan untuk menstandarisasi pendekatan identifikasi pasien, dimana bentuk

atau penanda terstandar dan informasi spesifik dapat ditulis (misal nama dan

tanggal lahir) atau menerapkan teknologi biometrik (7).

4.3.5. Kerjasama Tim dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Tim adalah unsur kehidupan oraganisasi karena suatu pekerjaan melibatkan

orang-orang dengan berbagai macam keahlian untuk berkerjasama untuk satu

tujuan. Hampir semua pekerjaan rumah sakit dilakukan oleh berbagai disipilin

ilmu, contohnya tim ruang pembedahan, shift antar pekerja, dan unit medis dan

perawatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Tim

1) Tujuan bersama – pengertian bersama tentang tujuan dan betapa pentingnya

komitmen semua anggota dalam mencapai

2) Komunikasi – saluran amna yang dipilih dan bagaimana grup terhubung.

Page 107: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

91

3) Manajemen konflik – bagaimana konflik dan perbedaan pendapat diatasi.

Apakah konflik tersebut mendukung atau/tidak.

4) Pembuat keputusan – bagaimana dan oleh siapa

5) Evalusi performa – bagaimana anggota dihargai, secara formal atau informal

6) Divisi pekerja – bagaimana pekerjaan ditugaskan

7) Kepemimpinan – bagaimana pemimpin dipilih dan apa fungsinya

8) Monitor proses – bagaimana tugas diproses dan diperiksa

9) Bagaimana umpan baliknya

Tim dan kerja tim di rumah sakit memiliki definisi tergantung bagaimana

profesi yang berbeda-beda mengatur pekerjaannya. Makary et al (2006)

melaporkan bahwa dokter melakukan kerja tim dengan baik jika suster juga

mengantisipasi kebutuhan dokter dan dapat mengikuti instruksi dengan baik.

Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan

menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko

tinggi terhadap terjadinya Insiden keselamatan pasien yang diakibatkan oleh

kesalahan manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling sering disebabkan

oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal keselamatan, dan hal ini

disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (20).

Keselamatan pasien adalah usaha suatu tim, tim yang paling efektif

mempunyai tujuan yang sama dalam bekerja, dan adanya kerja tim yang tidak

efektif menciptakan berbagai peluang untuk terjadinya kesalahan. Kesenjangan

komunikasi di antara anggota tim adalah dasar dari kebanyakan kesalahan medis

yang terjadi.

Page 108: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

92

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang dukungan untuk

rumah sakit ini dalam meningkatkan program keselamatan pasien yang lebih baik

yaitu bahwa mereka sangat mendukung rumah sakit dalam meningkatkan program

keselamatan pasien yang lebih baik karena penerapan dirumah sakit belum

maksimal. Peningkatan keselamatan pasien (patient safety) dapat dilakukan

dengan melakukan pelatihan kepada para perawat. Hal ini sesuai dengan

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang

bermakna dari pelaksanaan timbang terima dan penerapan keselamatan pasien

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan timbang terima. Pada penelitian ini juga

diketahui bahwa sebuah komitmen penting untuk meningkatkan pelaksanaan

timbang terima dan penerapan keselamatan pasien melalui kebijakan dalam

bentuk standar dan prosedur timbang terima, pengarahan dan evaluasi

pelaksanaan timbang terima, untuk kesinambungan asuhan keperawatan yang

berdampak pada peningkatan keselamatan pasien.

Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien merupakan suatu cara

bagaimana menciptakan kepemimpinan dan budaya terbuka dan adil yang artinya

rumah sakit mempunyai kebijakan apa yang mesti dilakukan staf segera setelah

insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta dan dukungan apa yang

diberikan kepada staf, budaya pelaporan dan belajar dari insiden serta melakukan

penilaian keselamatan pasien (19). Pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu

pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai

dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Pelayanan

Page 109: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

93

perawatan yang sesuai dengan standar memiliki dampak yang lebih besar terhadap

citra pelayanan rumah sakit.

Kerjasama dalam tim adalah salah satu pilar mutu selain scientific approach

dan continuous quality improvement dalam memberikan pelayanan yang bersdifat

customer focus, termasuk dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien.

Pekerjaan yang besar dan berat dapat diselesaikan dengan baik bila ada kerjasama

dalam tim (17). Sesuai dengan laporan AHRQ, tentang Hospital Survey on Patient

Safety Culture tahun 2009 Comparative Databased Report bahwa team work pada

tingkat unit di rumah sakit yang diteliti sebagai salah satu area kekuatan dalam

patient safety culture. Kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien

merupakan proses belajar untuk lebih menjadi baik. Perawat merupakan bagian

dari budaya keselamatan pasien mampu belajar dari laporan kejadian keselamatan

pasien baik itu kejadian tidak diinginkan dan kejadian nyaris cidera.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang koordinasi dengan

kepala ruangan terhadap kegiatan yang terkait dengan peningkatan program

keselamatan pasien yaitu bahwa mereka selalu berkoordinasi dengan kepala

ruangan apabila terkait dengan peningktan program keselamatan pasien. Tesis

Apriningsih (2013) Dalam team work di unit RS menunjukkan sejauh mana

anggota suatu divisi kompak dan bekerja sama dalam tim. Juga adanya

keterbukaan yang menunjukkan sejauh mana keterbukaan antar-anggota dan

pimpinan. Ada pula umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan yang

menunjukkan sejauh mana umpan balik diberikan para pimpinan. Kemudian,

Page 110: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

94

respon non-punitif terhadap kesalahan: menunjukkan sejauh mana pengakuan

akan kesalahan tidak ditanggapi dengan hukuman.

Kerjasama tim yang dilakukan oleh pemimpin dengan bawahan merupakan

suatu kelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang

berkomitmen pada tujuan bersama, sasaran-sasaran kinerja dan pendekatan yang

mereka jadikan tanggung jawab bersama (33).

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang padat karya, padat

modal, padat teknologi serta mempunyai peranan melaksanakan kesehatan

paripurna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadi dengan upaya peningkatan dan pencegahan

serta melaksanakan rujukan dan menyelenggarakan pendidikan dan penelitian.

Aditama (2009) menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan tugasnya rumah

sakit mempunyai fungsi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan

perawatan pelayanan rehabilitasi dan pencegahan serta peningkatan kesehatan.

Sehubungan dengan pelayanan di rumah sakit, sistem yang bagian-bagiannya

adalah unit yang ada harus berfungsi dengan baik. Fungsi ini memungkinkan

adanya kesatuan, keterpaduan antar unit, antar pejabat serta keharmonisan antar

organisasi. Agar Rumah sakit dapat mencapai tujuannya, maka fungsi koordinasi

memegang peranan penting dalam prosesnya, sehingga mampu menciptakan

kualitas pelayanan yang optimal bagi para pasien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang kemampu

berkordinasi dengan baik untuk mewujudkan pelayanan pasien yang sesuai

dengan prosedur keselamatan pasien yaitu dapat disimpulkan bahwa mereka

Page 111: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

95

sangat mampu berkoordinasi dengan baik dengan saling membantu rekan kerja

karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban mereka untuk mewujudkan

pelayanan pasien yang sesuai dengan prosedur keselamatan pasien.

Page 112: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini mengenai analisis pelaksanaan ketepatan

identifikasi pasien di Rumah Sakit Surya Insani Pasirpengaraian Tahun 2019,

peneliti merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari kelima elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien sesuai standar

akreditasi SNARS edisi 1, hanya elemen pertama yang sudah sesuai. Untuk

elemen kedua hingga elemen kelima belum sesuai dengan ketentuan yang

sudah ditetapkan.

2. Kebijakan/ peraturan terkait pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di

Rumah Sakit Surya Insani sudah dibuat sesuai dengan standar akreditasi RS

versi 2012. Namun sosialisasi, pencatatan, dan pelaporan pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien belum dilakukan oleh tim keselamatan pasien.

3. Pengetahuan petugas kesehatan terkait identifikasi masih kurang. Hanya

beberapa perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur identifikasi pasien.

Sebagian besar perawat mengetahui bahwa identifikasi pasien dilakukan

sebelum melakukan tindakan/asuhan kepada pasien, namun tidak mengetahui

harus mengidentifikasi pasien dengan dua identitas dan verifikasi data pasien.

4. Sebagian besar perawat tidak melakukan identifikasi pasien sesuai prosedur.

Tahapan yang sering dilewatkan oleh perawat yaitu melakukan verifikasi data

Page 113: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

97

dengan membandingkan data pasien dengan gelang identitas pasien, serta

hanya menanyakan nama pasien saja.

5. Pasien tidak teredukasi dengan baik terkait pelaksanaan identifikasi pasien.

Hampir semua pasien tidak mengetahui fungsi dari gelang identitas pada saat

pemakaian.

6. Tingginya turnover karyawan menjadi salah satu penyebab kurangnya

pengetahuan karyawan terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.

5.2. Saran

Beberapa saran yang peneliti rekomendasikan bagi pihak Rumah Sakit Surya

Insani dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlunya melakukan pencatatan dan pelaporan oleh tim keselamatan pasien

terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.

2. Perlunya dilakukan sosialisasi untuk menjelaskan kebijakan/peraturan dan

prosedur terkait ketepatan identifikasi pasien oleh tim keselamatan pasien

kepada perawat dan petugas kesehatan agar seluruh perawat memiliki

pemahaman yang sama terkait ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit

Surya Insani.

3. Perlu adanya punishment dan reward kepada petugas kesehatan yang

melakukan/ tidak melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur yang

telah dibuat.

4. Perlunya menekankan tanggung jawab petugas dalam menjelaskan pentingnya

identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas pada saat pemasangan

gelang identitas kepada pasien.

Page 114: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

98

5. Perlunya pengendalian dan pencegahan terhadap turnover intention sejak dini

yaitu awal proses perekerutan dengan menjelaskan kondisi kerja pada

karyawan dan memilih karyawan dengan spesifikasi yang sesuai, sebaiknya

ada perjanjian kerja/ kontrak karyawan, dan perlunya menerapkan gaya

kepemimpinan yang sesuai dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja untuk

meningkatkan kinerja karyawan.

Page 115: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

99

DAFTAR PUSTAKA

1. Adisasmito W. Kesiapan Rumah Sakit Dalam Menghadapi Globalisasi. Case

Studi: Analisis Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia. 2008.

2. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 3rd ed.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.

3. Nursalam. (2007). Proses dan dokumen keperawatan konsep dan praktik.

Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.

4. Setiowati, Dwi. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse dengan

Penerapan Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RSUPN

DR. Cipto Mangkusumo.Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.

5. Cahyono, J. B Suharjo B. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam

Praktek Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Kanisius; 2008.

6. Abdellatif A, Bagian JP, Barajas ER, Cohen M, Cousins D, Denham CR, et al.

Patient Identification: Patient Safety Solutions, Volume 1, Solution 2, May

2007. Jt Comm J Qual Patient Saf. 2007;33(7):434–7.

7. Abdellatif A, Bagian JP, Barajas ER, Cohen M, Cousins D, Denham CR, et al.

Patient Safety Solutions Preamble - May 2007. Jt Comm J Qual Patient Saf.

2007 Jul 1;33(7):427–9.

8. Anggraini D, Hakim L, Imam CW. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi

Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. J Kedokt Brawijaya.

2014;28(1):99–105.

9. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Binarupa

Aksara; 1996.

10. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit. 2009.

11. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 11 Tahun

2017 tentang Keselamatan Pasien. Berita Negara Republik Indonesia, 308

2017.

Page 116: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

100

12. Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. National Safety

and Quality Health Service Standards. 2nd ed. Sydney: ACSQHC; 2017.

13. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit.2011.

14. Moleong LJ. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya; 2017.

15. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta; 2017.

16. WHO. (2009). Human Factors in Patient Safety Review of Topics and Tools ;

Report for Methods and Measures Working.

17. Robbins SP, Judge TA. Perilaku organisasi (Organizational behavior). 16th

ed. Suslia A, editor. Jakarta: Salemba Empat; 2018.

18. Wilson M, M. A. (1997). The implementation of hazard analysis and critical

control points in hospital catering.

19. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Pedoman Pelaporan

Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report). 2nd ed.

Jakarta: Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit; 2008

20. Depkes RI, 2011. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit.Jakarta: Depkes RI

21. Goetsch, David L. (2004). Effective teamwork: ten steps for

technicalprofessionals. New Jersey: Prentice Hall.

22. Stueart RD, Moran BB. Library and Information Center Management Seventh

Edition. Libraries Unlimited. Libraries Unlimited; 2007.

23. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2018.

24. Gunawan I, Palupi AR. Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif: Kerangka

Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Prem Educ J

Pendidik Dasar dan Pembelajaran. 2016 Nov 14;2(02).

25. Ismainar H, Dahesihdewi A, Dwiprahasto I. Efektivitas Kepemimpinan dan

Komunikasi Tim Keselamatan Pasien di RSI Ibnu Sina Pekanbaru Riau.

2012;2(1):2–8.

26. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

Edisi 1.2017.

Page 117: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

101

27. Chinta GLM, Suryoputro A, and Jati SP. Analisis Pelaksanaan Idenifikasi

Pasien Dalam Rangka Keselamatan Pasien Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2016:

Volume 4, Nomor 4.

28. Sitorus S. Analisis Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Identifikasi

Pasien Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Siloam Hospitals Lippo Village. 2014.

29. Sunarti S. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganPelaksanaan

Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RS X Pekanbaru.

2016.

30. Aditama TJ. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.

Jakarta:Universitas Indonesia. 2008.

31. Yudhawati DD, and Listiowati E. Evaluasi Penerapan IdentifikasiPasien Di

Bangsal Rawat Inap RSI Siti Aisyah Madiun. 2016.

32. Cahyono A. Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Perawat

terhadap Pengelolaan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. J Ilm Widya.

2015;3:97–102.

33. Ismaniar H. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Rachmawati DN, editor.

Yogyakarta: Deepublish; 2015.

34. Iskandar H, Maksum H, Nafisah N. Faktor Penyebab Penurunan Pelaporan

Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit. J Kedokt Brawijaya.

2014;28(1):72–7.

35. Keles AW. Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Unit

Gawat Darurat RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano Sesuai dengan Akreditasi

Rumah Sakit Versi 2012. JIKMU. 2015;5(3).

36. Apriningsih D. Joesto M. Kerjasama tim dalam budaya keselamatan pasien di

RS X (studi kualitatif di suatu RSUD di Provinsi Jawa Barat). J Ilm Kesehat.

2013;5(3).

37. Arini TP, Yulia S, Romiko R. Hubungan Kerjasama Tim Dengan Penerapan

Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara

Palembang Tahun 2018. Masker Med. 2018;6(2):406–16.

Page 118: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

102

38. Asmara AP. Pengaruh Turnover Intention terhadap Kinerja Karyawan di

Rumah Sakit Bedah Surabaya. J Adm Kesehat Indones. 2018;5(2):123.

39. Suryani, R. Analisis Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi terhadap

Turnover Intention dengan Peran Komitmen Keorganisasian sebagai Mediasi.

Jakarta: Universitas Indonesia. 2011.

40. Riley, D. Turnover Intentions: The Mediation Effect of Job Satisfaction,

Affective Commitment, and Continuance Commitment. In Thesis. Jepang:

University of Wakaito.2006.

Page 119: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

103

Lampiran 1

Inform Consent

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,

Saya Ahmed Mawardi, mahasiswa Program Studi S2Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan. Saat ini, saya

sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis

Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Berdasarkan Standar Sasaran

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Surya Insani Pasir PengaraianTahun 2019”.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk

menjadiinforman dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam,

benar, dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan

digunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di RS

Surya Insani. Peneliti memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses

wawancara berlangsung dan peneliti menjamin kerahasiaan isi informasi yang

diberikan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terima

kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

Ahmed Mawardi

Page 120: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

104

Lampiran 2

FORM IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan/Pekerjaan :

Lama Kerja :

Hari/Tanggal Wawancara :

Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai “Analisis

Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Berdasarkan Standar Sasaran

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Surya Insani Pasir PengaraianTahun 2019”

Pasirpengaraian,………............2019

(……..............................)

Page 121: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

105

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

Pertanyaan pemandu wawancara

Tim Keselamatan Pasien RS Surya Insani

1. Bagaimana kebijakan/ peraturan mengenai identifikasi pasien di RS Surya

Insani?

2. Apa saja yang telah dilakukan terkait identifikasi pasien? ada tim khusus yang

dibentuk?

3. Apakah di RS Surya Insani ada buku pedoman tentang identifikasi pasien

yang dibuat rumah sakit sendiri?

4. Bagaimana dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di RS Surya

Insani? (Apakah sudah berjalan? Jika belum, mengapa? Apakah dibuat dalam

bentuk SPO?)

5. Apakah kebijakan tentang identifikasi pasien disosialisasikan kepada

petugas?

6. Bagaimana sistem pelaporan terhadap keselamatan pasien di RS Surya

Insani? (Apakah ada format pelaporan, tim pengolah data, dan peraturan

khusus pelaporan? Jika tidak ada sistem pelaporan, kenapa?)

7. Menurut anda, bagaimana budaya keselamatan pasien khususnya identifikasi

pasien di RS Surya Insani?

8. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien ?

9. Apa yang dilakukan untuk mengetahui bahwa petugas kesehatan telah

mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan identifikasi pasien di RS

Surya Insani? (Apakah semua petugas sudah mendapatkan pengetahuan

tentang identifikasi pasien?)

10. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien mengetahui kemampuan petugas

kesehatan dalam menjalankan prosedur ketepatan identifikasi pasien? (Apa

yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan perawat? Jika tidak ada,

kenapa?)

11. Bagaimana peraturan terkait gelang identifikasi pasien rawat inap di RS

Surya Insani? (siapa yang mengisi identitas dan memberikan gelang

identifikasi pasien?)

12. Apa yang dilakukan oleh tim Keselamatan Pasien untuk memberikan

pemahaman kepada pasien terkait gelang identifikasi yang harus digunakan

oleh pasien selama dirawat inap di RS Surya Insani?

Page 122: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

106

Petugas Kesehatan RS Surya Insani

1. Bagaimana kebijakan/peraturan tentang ketepatan identifikasi pasien di rawat

inap RS Surya Insani ?

2. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang identifikasi pasien ?

3. Bagaimana dengan SPO pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di RS

Surya Insani ? (Apakah sudah berjalan? Jika belum, kenapa?)

4. Kapan saja anda melakukan identifikasi pasien ?

5. Identitas apa yang harus ada pada gelang identitas pasien ?

6. Bagaimana cara anda melakukan identifikasi pasien ? (sesuai SPO identifikasi

pasien RS Surya Insani )

7. Siapa yang memakaikan gelang identitas ? dan siapa yang menuliskan

identitas pada gelang identitas?

8. Apakah ada penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang kepada pasien?

Bagaimana penjelasannya?

Pasien

1. Siapa yang memakaikan dan mengisi identitas pada gelang identitas ?

2. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat gelang identitas pasien? (Jika

iya, apa manfaat gelang yang dipasang di tangan anda?)

3. Apakah nama dan tanggal lahir pada gelang sudah benar identitas anda?

4. Apakah petugas selalu melihat gelang yang anda pakai? Pada saat melakukan

apa?

Page 123: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

107

Lampiran 4

Pedoman Observasi

Ketepatan Identifikasi Pasien

No.

Nama Pasien

Pasien diidentifikasi

menggunakan dua

identitas pasien, tidak

boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi

pasien

Pasien diidentifikasi

sebelum

dilakukan tindakan,

prosedur diagnostik, dan

terapeutik.

Pasien diidentifikasi

sebelum pemberian obat,

darah, produk darah,

pengambilan spesimen,

dan pemberian diet.

Pasien diidentifikasi

sebelum pemberian

radioterapi, menerima

cairan intravena,

hemodialisis, pengambilan

darah atau pengambilan

spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis,

katerisasi jantung,

prosedur radiologi

diagnostik, dan identifikasi

terhadap pasien koma

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 124: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

108

Lampiran 5

TRANSKRIP WAWANCARA

Tim Keselamatan Pasien

Pertanyaan Jawaban

TKP1 TKP2

Bagaimana kebijakan/ peraturan

mengenai identifikasi pasien di RS

Surya Insani?

“kebijakannya sudah ada berupa perdir”

“dalam peraturan direktur diatur masalah

identifikasi pake minimal dua identitas”

“kebijakannya perdir identifikasi pasien.ada

diatur identifikasi pasien menggunakan dua

identitas”

Apa saja yang telah dilakukan terkait

identifikasi pasien? ada tim khusus

yang dibentuk?

“tim keselamatan pasien sudah ada, sebelumnya

pokja SKP waktu mau kreditasi tugasnya untuk

persiapkan berkas, panduan, SPO, terus kebijakan,

sama persiapkan semua lah form-form... kita yang

mensosialisasikan juga, kepentingannya untuk

akreditasi. Setelah akreditasi selesai pokja ini

dijadikan tim anggotanya ditambah dengan karu-

karu pelayanan, igd, poliklinik, dan rawat inap....

yang akan melaksanakan isi dari berkas-berkas

yang sudah dibikin oleh pokja dan itu akan terus,

walaupun sudah selesai akreditasi tim ini akan

tetap ada. jadi agar untuk sosialisasi ke ruangan

lebih gampang, karena kan mereka yang punya

power ya diruangan, jadi untuk sosialisasi dan

untuk pelaksanaan itu lebih terawasi, lebih

“tim tim keselamatan pasien ya dibentuk kita

melibatkan semua ya, kayak tadi saya bilang

semua pemberi asuhan harus melakukan

identifikasi, jadi tim tim keselamatan pasien

hampir semua unit kita masukin, termasuk labor,

jadi semua yang bersentuhan dengan pasien,

yang memberikan asuhan mau di poli, igd, atau

di rawat inap. Ya kalau tim kita kan sudah

melibatkan semua, jadi tujuannya semua

dilibatkan jadi semua menjalani apa yang ada

disitu, karena kan mereka termasuk timnya.

Terutama kita di rawat inap ya....”

Page 125: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

109

cepat,dan untuk pengawasan pun lebih jalan.”

Apakah di RS Surya Insani ada buku

pedoman tentang identifikasi pasien

yang dibuat rumah sakit sendiri?

“pandua kita sudah ada juga, yang membuat tim

pokja SKP”

“...kalau panduan juga ada. Kalau perdir hanya

memberitahukan kapan identifikasi pasien sama

pake apa. Nah kalau disitu ada semuanya, mulai

di rawat jalan gimana, terus kapan dipakein

gelang identitas yang mana, di panduan begitu,

lebih detail sih”

Bagaimana dengan pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien di RS

Surya Insani? (Apakah sudah

berjalan? Jika belum, mengapa?

Apakah dibuat dalam bentuk SPO?)

“Pelaksanaannya sudah berjalan pasien diberikan

gelang identitas yang berisi tiga identitas disana,

nama, nomer rekam medis sama tanggal lahir.

Identitas itu yang nulis petugas pendafataran baru

kemudian diberikan ke perawat igd atau poliklinik

untuk dipakekan gelangnya kalau pasien rawat

inap. Nah perawatpun ketika memasang infus,

memberikan obat atau mengambil darah memang

sudah kroscek minimal nama sama tanggal lahir.

Kalau secara praktek mungkin sudah jalan,

pencatatannya kita yang belum.”

“SPO kita juga sudah punya, pokja SKP yang

membuat sesuai dengan elemen akreditasi, semua

elemen akreditasi dimasukkan di SPO itu”

“Sudah dijalankan, cuma memang belum

semuanya kebiasaan sepertiitu..... masih ada

yang belum melakukan pake dua identitas.

Identifikasi mungkin mereka sudah melakukan,

tapi kadang mereka lupa kalau harus

menggunakan tanggal lahir sama nomor RM....

kebanyakan memang hanya menanyakan nama

pasien saja.”

“SPO juga ada kita buat dan diletakkan di

masing masing pos perawat”

Apakah kebijakan tentang identifikasi

pasien disosialisasikan kepada

petugas?

“Sosialisasi SPO secara menyeluruh sudah pernah

kita lakukan saat persiapan akreditasi, itu sekitar

dua tahun yang lalu tahun 2017, sementara

perawat dan bidan kita sudah banyak yang baru

jadi belum dapat sosialisasi dari kita langsung.

tapi, kan karena kepala ruangan juga merupakan

bagian dari tim keselamatan pasien, jadi mereka

“pernah dilakukan sosialisasi waktu mau

akreditasi, setelah itu belum ada lagi sosialisasi

dari tim SKP, tapi harusnya kepala ruangan

yang terus mensosialisasikan kepada

anggotanya”

Page 126: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

110

yang mensosialisasi kan sendiri ke perawat

ruangan mereka.”

Bagaimana sistem pelaporan terhadap

keselamatan pasien di RS Surya

Insani? (Apakah ada format

pelaporan, tim pengolah data, dan

peraturan khusus pelaporan? Jika

tidak ada sistem pelaporan, kenapa?)

“untuk pencatatan memang belum jalan, kemaren

sempat berjalan waktu mau akreditasi dan

beberapa bulan setelah akreditasi itu tapi sekarang

sudah enggak jalan lagi. Sekarang sih baru mau

dimulai ditekankan lagi bener-bener

monitoring.....form nya sudah ada. Semua karu kan

sudah kita masukkan ke tim ya, jadi lebih gampang

untuk koordinasinya, karena mereka juga tim

keselamatan pasien nanti rencanya semua lembar

monitoring ini akan kita kasi ke karu-nya, nanti

mereka yang monitoring baru diserahin ke kita”

“ya masih belum (sistem pelaporan).nanti kita

akan sebarkan lagi ke kepala ruangan ada

lembar monitoring evaluasi, nah itu kan yang

bertanggung jawab kepala ruangan. Mereka

yang mengobservasi.”

Menurut anda, bagaimana budaya

keselamatan pasien khususnya

identifikasi pasien di RS Surya

Insani?

“signifikan yaa, kalau gak ada akreditasi gitu ya,

perawat, semua tenaga medis belum tentu akan

melakukan identifikasi pasien, mereka merasa jadi

terpaksa ngelakuinnya, karena kalau mereka tidak

melakukan akan terbentur dengan akreditasi. Kan

ada monitoring kita, dia gak ngelakuin jadi di

monitoring akan terpantau. Makanya jadinya

setelah akreditasi ini mereka lumayan, jadi

lumayan patuh yaa. Nah, sejak itu, karena adanya

akreditasi mereka jadi pake sekarang.”

“sebenernya sudah, secara umum sih sudah ya,

untuk identifikasi pasien dimulai dari pemakaian

gelang identitas dibawah, itu sudah standar,

begitu pasien masuk sudah pakai gelang, untuk

pasien rawat inap ya, yang dari IGD maupun

yang dari rawat jalan misalkan yang sudah

direncanakan untuk dirawat misalnya, pasti kita

pasangkan gelang.”

Siapa saja yang terlibat dalam

pelaksanaan ketepatan identifikasi

pasien ?

“Semua unit yang melakukan asuhan ke pasien,

mulai dari pendaftaran, IGD, poliklinik, rawat

inap, kemudian petugas penunjang medik juga

seperti labor dan ronsen”

“admission, perawat, IGD,

kepala ruangan, orang lab juga”

Apa yang dilakukan untuk

mengetahui bahwa petugas kesehatan

“untuk sekarang dari kepala ruangan, mereka

harusnya punya lembar monitoring gitu,”

“dari kepala ruangan, kita minta lembar

monitoring dari mereka terkait pelaksanaan

Page 127: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

111

telah mengetahui dan memahami

prosedur pelaksanaan identifikasi

pasien di RS Surya Insani? (Apakah

semua petugas sudah mendapatkan

pengetahuan tentang identifikasi

pasien?)

identifikasi pasien”

Bagaimana cara tim Keselamatan

Pasien mengetahui kemampuan

petugas kesehatan dalam menjalankan

prosedur ketepatan identifikasi

pasien? (Apa yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan perawat?)

“iya observasi dari kepalaruangan begitu, dari

lembar monitoring tadi, saya juga biasanya turun

ke ruangan sambil mengecek pelayanan karena

saya juga kan yanmed jadi sambil saya perhatikan

kemampuan perawat bidan melakukan identifikasi

pasien begitu juga pengetahuannya tadi”

“iya itu tadi, dari kepala ruangan,”

Bagaimana peraturan terkait gelang

identifikasi pasien rawat inap di RS

Surya Insani? (siapa yang mengisi

identitas dan memberikan gelang

identifikasi pasien?)

Apa yang dilakukan oleh tim

Keselamatan Pasien untuk

memberikan pemahaman kepada

pasien terkait gelang identifikasi yang

harus digunakan oleh pasien selama

dirawat inap di RS Surya Insani?

“Yang menjelaskan perawat, jadi gelang dikasi

dari pendaftaran, pada saat pasien daftar mau

rawat inap ya... Identitasnya sudah dituliskan oleh

petugas pendaftaran ditempelkan stiker barcode

tapi kadang kadang pas waktu stikernya habis

ditulis tangan. Nanti pendaftaran ngasi di dalam

berkasnya itu, nanti perawat yang akan

memasangkan. Karena yang ke pendafataran kan

bukan pasien tapi keluarganya, jadi nanti perawat

yang akan memasangkan dan perawat yang akan

mengedukasi, fungsinya ini apa jadi nanti jangan

bosen-bosen nanti tiap apa pasti akan ditanyain

terus-menerus. Karena kan nanti ada beberapa

pasien yang risih ya kita tanyain terus”

“ada di SOP pemasangan gelang identitas”

“sebenernya kita udah pakai stiker untuk

identitas pasien, nah itu juga yang ditempelkan

di gelang pasien. Cuma memang mungkin uda

berapa bulan ini stoknya habis dan belum ada

pengadaan lagi jadinya sementara pake manual

dulu ditulis tangan. Yang nulis petugas

pendaftaran make spidol yang permanen jadi

bacaannya jelas dan gak mudah luntur, nanti

petugaas di igd yang memasngkan gekang itu

dan dijelaskan ke pasien tujuan

pemasangannya.”

Apakah tim keselamatan pasien

mendukung rumah sakit ini dalam

meningkatkan program keselamatan

“Kalau yang masalah begitu saya sangat

mendukung, ini juga kan untuk kenyamanan pasien

saat berada disini”

“tentu kita sangat mendukung”

Page 128: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

112

pasien yang lebih baik?

Bagaimana peran tim keselamatan

pasien terkait kerjasama tim dalam

penerapan identifikasi pasien?

“kita selalu koordinasi dengan kepala ruangan

terkait penerapan ketepatan identifikasi pasien”

“tentunya dengan koordinasi dengan pihak

pihak yang terkait dengan penerapan identifikasi

pasien”

Bagaiman koordinasi pelaporan saat

terjadi kesalahan identifikasi pasien?

“Ada juga yang takut, mereka memilih untuk

menceritakan kepada temannya, kemudian

diungkapkan oleh temannya ke kepala ruangan,

karena tidak semuanya bisa berkomunikasi dengan

baik, dan memiliki perasaan takut di salahkan”

Petugas Kesehatan

Informan Pertanyaan

Bagaimana kebijakan/peraturan

tentang ketepatan identifikasi pasien di

rawat inap RS Surya Insani ?

Bagaimana dengan SPO pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien di RS

Surya Insani ? (Apakah sudah

berjalan?)

Apakah anda pernah mendapatkan

sosialisasi tentang identifikasi pasien ?

PER1 “kebijakan sesuai dengan SPO” “SPO nya setiap melakukan tindakan

harus ditanya nama pasien dan tanggal

lahir, kemudian kita pastikan dengan

gelang pasien”

“pernah waktu mau akreditasi dari tim

SKP”

PER2 “sesuai SPO... waktu itu pernah

disosialisasikan sama tim SKP waktu

mau akreditasi”

“isinya.. yang ditanya nama pasien,

sesuaikan sama gelangnya terustanggal

lahir, biasanya. Bisa juga nama sama

nomor rm”

“ada dulu waktu mau akreditasi

disosialisasikan sama tim SKP”

PER3 “Sesuai prosedurnya, kebetulan saya “Kayak manggil namapasien, tanggal “Hmm kalo dari awal masuk belum,

Page 129: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

113

perawat baru jadi tidak tau ada SPO

identifikasi pasien, tapi kalo mau ngasi

injeksi tetap ditanya ke pasiennya nama

sama tanggal lahir sesuai yang dibilang

sama bu karu dan senior-senior perawat

disini”

lahir,kalo nomor rm kebetulankan

pasiennyagak hapal. Jadi biasanyanama

pasien samatanggal lahir”

paling sosialisasi aja sama kepala

ruangan”

PER4 “sebenarnya sih kalo kayak SK atau

peraturan direktur saya kurang tau, tapi

kita udah kesepakatan gitu, kalo misalkan

ngasi obat, nanya nama, tanggal lahir...”

“SPO ada” “emm pernah, pas awal masuk kerja ada

orientasi”

PER5 “setiap tindakan,pemberian obat,

terusobservasi tanda-tandavital kita

identifikasi

juga, apalagi yaapemberian obat,

pengambilan darah kita identifikasi”

“SPO nya kurang tau ada atau nggak” “hmm kalo pas aku masuk, kayaknya

belum, tapi sebelumnya mungkin udah

ya.”

PER6 “kebijakannya minimal dua identitas ,

nama dan tanggal lahir atau nama

dengan nomor rm”

“SPO nya ada dan sudah dijalankan” “ee.. awalnya sih disosialisasikan tapi

harus baca SPO dulu setiap perawat

masuk, pas orientasi sih ada juga”

PER7 “kurang tau pastinya cuma identifikasi

itu wajib kalo tindakan ke pasien”

“SPO nya ada, pemakaian gelang,

namanya ditulis sama orang pendaftaran,

kadang-kadang pake stiker”

“gak ada sosialisasi, cuma kepala

ruangan pernah sampaikan waktu awal

masuk kerja”

PER8 “enggak tau, cuma disuruh sama kepala

ruangan kalo mau tindakan ke pasien

harus nanya nama dan tanggal lahir

untuk memastikan pasiennya”

“SPO saya kurang tau” “enggak tau, enggak pernah ada yang

begitu”

BID1 “kalo di rumah sakit ini ada sih kemarin

disampaikan sama karu waktu masih

baru masuk sama teman-teman juga

disampaikan, kebetulan saya bidan masih

“gak sih, kalo kayak gitu kan istilah nya

udah ada ini, istilahnya setiap rumah

sakit sih beda-beda tapi pas kita kuliah

gitu udah ada....”

Page 130: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

114

baru, tapi sebelumnya pernah di rumah

sakit lain udah tau kalo kayak gitu kan

udah standar akreditasi”

BID2 “setau saya identifikasi pasien itu untuk

memastikan pasien nya benar”

“ada mungkin SPO nya” “kalo di sini ngga pernah ada

sosialisasi. cuma dari rumah sakit

sebelumnya sudah tau begitu”

BID3 “setau saya identifikasi pasien itu dengan

dua identitas kalo gak nama dengan

tanggal lahir, nama dengan nomor rm.

itu kalo pasien mau rawat inap kita

pasang gelang, terus waktu pasang infus,

masukkan obat kita konfirmasi pasiennya

nanya namanya sama tanggal lahir”

“SPO nya ada itu di meja file, isinya ya

itu tadi”

“sosialisasi dulu dari tim SKP waktu

persiapan akreditasi”

BID4 “kebijakannya perdir kalo gak salah trus

ada pedomannya juga tentang identifikasi

pasien tapi yang kita tau hanya berupa

SPO”

“SPO nya ada, semua SPO kita buatkan

file seperti ini dan disimpan di masing

masing Nurse Station, di IGD ada di poli

ada, di rawat inap juga ada”

“udah, kita disosialisasikan sama tim

skp waktu mau akreditasi, SPO nya juga

di standby kan di nurse station dibuat

satu file dengan SPO lainnya”

PET1 “saya kurang tau masalah kebijakan atau

peraturan tentang identifikasi pasien”

“SPO mungkin ada di perawat ya, karena

kalo kita kan cuma mendaftarkan pasien

trus kasi gelang aja”

“nggak ada”

PET2 “kebijakannya ada, setiap mengambil

darah wajib melakukan identifikasi

pasien”

“SPO nya kita nanya nama pasien sama

tanggal lahir untuk mastikan pasiennya

benar”

“sosialisasi pernah dulu”

PET3 “kebijakannya melakukan identifikasi

pasien dengan minimal dua identitas”

“SPO nya uda jalan, kalo di kita waktu

ambil darah”

“sosialisasi ada sejak akreditasi itu dua

tahun lalu, setelah itu belum ada lagi”

Page 131: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

115

Informan Pertanyaan

Kapan saja anda melakukan

identifikasi pasien ?

Identitas apa yang harus ada pada

gelang identitas pasien ?

Bagaimana cara anda melakukan

identifikasi pasien? (sesuai SPO

identifikasi pasien RS Surya Insani)

PER1 “sebelum melakukan tindakan kepada

pasien?”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “tanya nama terus tanggal lahir”

PER2 “sebelum melakukan tindakan” “nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “kadang gelang, gelang itu dari UGD,

UGD itu, tulis tangan, kadang gak

kebaca. Jadi nama dipanggil, pasien

nyebutin namanya siapa, sama apa

enggak, nanti kalau misalnya di

gelangnya ada nomor rekam medisnya,

tapi kebanyakan karena tulis tangan jadi

gak enak bacanya”

PER3 “sebelum tindakan ke pasien” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “ya tergantung, kalo misalkan kita mau

tindakan ya kita nanya pasiennya

namanya, tanggal lahirnya, kalo

misalkan tindakannya mau dilakukan ya

tujuannya apa, misalkan ada efek

samping ya jelasin efek sampingnya”

PER4 “jadi kan karena kita rawat inap, yang

pertama sih pada saat keluar dari igd, ya

itu sebelum melakukan tindakan, ngambil

darah, kasi obat”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat,

mau ada tindakan, tindakan lah

pokoknya, terus nanya tiga, nama,

tanggal lahir, sama nomor rm”

PER5 “setiap tindakan, pemberian obat, terus

observasi tanda-tanda vital, pemberian

obat, pengambilan darah”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “nanya nama, kita tanya, konfirmasi,

sebenernya sih ada sama nomor rm,

cuman kan, nomor rm pasien suka gak

hapal, kita suka liat di gelang pasien”

PER6 “sebelum melakukan tindakan, memberi “nama, nomor rm, tanggal lahir” “....kayak nanya namanya siapa, tapi

Page 132: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

116

obat, injeksi, pasang ekg, pasang ngt, itu

lah”

kalo setiap hari kita sama kayak gitu,

pasiennya ngerasa susternya gak kenal-

kenal nih sama kita, aku jarang-jarang

sih ya, paling 3 sampe 5 kali ketemu

masih aku tanya tapi kalo udah 5 kali

lebih udah langsung ke pasiennya.

Karena kalo sering ditanya siapa

namanya, pasiennya ngomong susternya

gak hapal-hapal nih”

PER7 “sebelum tindakan kepada pasien” “nama, nomor rm, sama tanggal lahir” “ enaknya aja kayak gimana. yang

penting namanya sesuai gitu, terserah

mau dipanggil atau pasiennya nyebutin

nama, enaknya kita aja. takutnya ada

yang ke pasiennya, “suster saya udah

lama disini tapi gak kenal-kenal.”

PER8 “sebelum ngasi obat ke pasien” “nama, tanggal lahir, nomor rm kalo gak

salah”

“biasanya nanya namanya, udah”

BID1 “Kalo disini sih kayak biasa, biasanya

kalo identifikasi pasien kalo mau kasih

obat, mau transfusi juga sama, mau

nganter dokter buat visit juga sama.

Sama sih pake nanya namanya siapa,

karena kalo kita cuma sebutin namanya

siapa, misalnya “Sri”, dan „Sri‟nya

banyak, kadang pasien suka bilang iya-

iya aja pasiennya, pasien cenderung

ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-

kadang pasien juga lupa tanggal

lahirnya. Kan kita suruh pake gelang”

“nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “Biasa nanya nama, tanggal lahir.

Tanggal lahir sih tergantung pasiennya,

kalo pasiennya kooperatif sih tanggal

lahir, atau keluarganya juga bisa jawab

bisa tanya keluarganya langsung,”

Page 133: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

117

BID2 “sebelum periksa pasien, sebelum

tindakan ke pasien”

“nama, umur, nomor rm” “biasanya nanya nama pasien, umur

pasien, kayak gitu”

BID3 “sebelum tindakan ke pasien” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “biasanya nanya nama sama tanggal

lahir, karena kalo nomor rm dia kan gak

hapal”

BID4 “sebelum periksa pasien, sebelum

melakukan tindakan, masang infus, ambil

darah, pasang ekg, injeksi obat, pokoknya

setiap kali tindakan ke pasien kita

lakukan identifikasi”

“nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “isinya.. yang ditanya nama pasien,

sesuaiin sama gelangnya terus tanggal

lahir, biasanya.”

PET1 “kalo itu mungkin perawat yang lebih

tau, kalau saya hanya mendaftarkan

pasien”

“nama, tanggal lahir, nomor rm”

PET2 “sebelum mengambil darah” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “kita tanya pasiennya nama dan tanggal

lahir”

PET3 “waktu mengambil sampel untuk

pemeriksaan lab, seperti ambil darah,

dll”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “tanyake pasien namanya kemudian

tanggal lahir terus dicocokkan dengan

gelangnya”

Informan Pertanyaan

Siapa yang memakaikan gelang identitas? dan siapa yang

menuliskan identitas pada gelang identitas?

Apakah ada penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang

kepada pasien? Bagaimana penjelasannya?

PER1 “dari igd itu masang gelangnya” “dari igd sih itu, harusnyadijelasin ya apafungsinya

tapikebanyakan enggak, jadi kita yang jelaskan di rawat inap”

PER2 “perawat igd” “kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu

pasti dari IGD, kecuali dari pasien poli pun perawatnya

harusnya makein gelangnya sebelum kesini”

PER3 “dari bawah itu masangnya dari igd atau poli” “Nggak.. kita nggak punya kewajiban, yang punya kewajiban

Page 134: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

118

itu biasanya yang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan

kegunaan gelang itu, kenapa dipakein gelang itu sama

tujuannya, biasanya dari tugas yang pasangin gelang”

PER4 “dari UGD biasanya sudah terpasang” “guna gelangnya, iyatugasnya orang UGD sih itu”

PER5 “sebelum naik ke ruang rawat inap kalo pasien poli kita yang

masang, kalo pasien igd perawat igd yang pasang”

“iya ada, kita jelaskan tujuannya untuk apa dipakein gelang”

PER6 “kita yang pasangin sebelum dinaikkan ke rawatan” “iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru,

tujuannya apa gitu”

PER7 “masangnya disini, kita yang pasangkan” “ada, kita jelaskan ke pasien dan keluarga tujuan dari

pemasangan gelang untuk identitas pasien selama dirawat”

PER8 “dari sini kita pasang gelangnya, nulisnya orang pendaftaran” “iya sambil kita pasang kita sampekan ke pasiennya apa

tujuannya pake gelang”

BID1 “itu dari igd yang pasang” “biasanya si dijelaskan, itu orang IGD yang jelaskan”

BID2 “dari bawah biasanya yang masangkan, kalo gak igd, poli” “biasanya dijelaskan sama orang bawah, karena kalo kita

nanya nama dan tanggal lahir pasiennya uda paham”

BID3 “masangnya dari sini kalo pasien mau rawat inap, gelangnya

ambil di pendaftaran waktu mendaftar rawat inap”

“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi

nanti jangan bosen kalo bidannya nanya-nanya”

BID4 “kita yang pasangkan dari igd” “iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai

identitas pasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih

sebenernya, ada yang alergi, resiko jatuh”

PET1 “yang nulis kita terus yang masangkan nanti orang igd atau

poli”

“kurang tau, harusnya ada”

PET2 “biasanya perawat IGD yang pasang” “kayaknya ada dijelaskan”

PET3 “setau saya yang masang orang IGD kalo yang nulis di

pendaftaran”

“iya dijelaskan sama mereka”

Page 135: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

119

Pasien/ pendamping pasien

Informan Pertanyaan

Siapa yang memakaikan dan

mengisi identitas pada gelang

identitas ?

Apakah petugas

menjelaskan tentang

manfaat gelang identitas

pasien?

Apakah nama dan

tanggal lahir pada

gelang sudah benar

identitas anda?

Apakah petugas selalu melihat

gelang yang anda pakai? Pada saat

melakukan apa?

PAS1 “dari IGD, dipakein sama

perawat”

“ada tadi, tapi lupa apa aja

yang dibilang perawatnya”

“iya udah benar” “kadang-kadang dilihat”

PAS2 “di bawah, di IGD, susternya

kayaknya, tau-tau udah pake”

“mereka gak jelasin sih, cuma

saya udah tau guna ya untuk

eeh tau identitas”

“sudah” “gak sih, orang itu kan udah punya

datanya, jadi pas awal juga dia gak

nanya...iya gak pernah liat gelang

identitas, langsung aja”

PAS3 “oh ini di UGD, perawatnya,

saya gak tau udah dipakein aja”

“engga dijelasin, langsung

dipakein aja”

“uda benar kok” “iya ditanyain terus kalo mau masukin

obatnya terus dia lihat gelang yang

dipake sesuai atau tidak, kadang saya

bosen juga ditanyain terus tapi

mungkin sudah prosedurnya begitu”

PAS4 “udah dari IGD ini,

perawatnya”

“iya, katanya biar mudah gitu,

mudah nyarinya, untuk

pengenal juga kan pasien

banyak gitu”

“udah, udah benar” “iya kalo mau masukan obat biasanya

nanya dulu nama nya siapa”

PAS5 “perawatnya yang masang, tapi

pas daftar mau rawat inap

dikasi sama petugasnya nanti

dipasangin sama perawat”

“enggak dijelasin, cuma

bilang pake gelang aja,

dokternya nyuruh pakein

gelang”

“udah, sama sama

KTP”

“Diliat sih, diliat ama perawat, terus

nanya namanya siapa sama

perawatnya”

PAS6 “bidannya tadi pas dibawah” “enggak cuma dipakein aja” “udah benar” “iya biasanya suka nanya nama aja,

kadang-kadang ngecek, kadang gak

susternya udah hapal. Biasa sih udah

Page 136: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

120

hapal sih”

PAS7 “susternya, pas masuk IGD” “engga dijelasin, langsung

dipakein aja”

“udah” “enggak pernah, ditanyain namanya

aja, jadi setiap mau ngasi obat atau

periksa-periksa, ditanyain namanya

siapa”

PAS8 “dibawah dari IGD” “gak ada, saya pikir gelang

ini cuma buat tanda pasien

disini”

“sudah benar” “enggak, mereka langsung tanya aja

gitu , ibunya namanya siapa gitu”

Page 137: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

121

Lampiran 6

Hasil Observasi Ketepatan Identifikasi Pasien

No.

Nama Pasien

Pasien diidentifikasi

menggunakan dua

identitas pasien, tidak

boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi

pasien

Pasien

diidentifikasisebelum

dilakukan tindakan,

prosedur diagnostik,

dan terapeutik.

Pasien diidentifikasi

sebelum pemberian

obat, darah, produk

darah, pengambilan

spesimen, dan

pemberian diet.

Pasien diidentifikasi sebelum pemberian

radioterapi, menerima cairan intravena,

hemodialisis, pengambilan darah atau

pengambilan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis, katerisasi jantung,

prosedur radiologi diagnostik, dan

identifikasi terhadap pasien koma

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Pasien 1 √ √ √ √

2. Pasien 2 √ √ √ √

3. Pasien 3 √ √ √ √

4. Pasien 4 √ √ √ √

5. Pasien 5 √ √ √ √

6. Pasien 6 √ √ √ √

7. Pasien 7 √ √ √ √

8. Pasien 8 √ √ √ √

9. Pasien 9 √ √ √ √

10. Pasien 10 √ √ √ √

Page 138: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

122

Lampiran 7

Matriks Wawancara Tim Keselamatan Pasien

Domain Jawaban Kesimpulan

TKP1 TKP2

Kebijakan Identifikasi

pasien

Kebijakan sudah ada berupa perdir,

diatur masalah identifikasi pake

minimal dua identitas

Kebijakannyaperdir identifikasi pasien,

ada diatur identifikasi pasien

menggunakan dua identitas

Kebijakan tentang ketepatan identifikasi

pasien sudah memiliki Peraturan Direktur,

isi dari kebijakan tersebut yaitu mengatur

tentang identifikasi pasien harus

menggunakan minimal dua identitas

Tim Keselamatan Pasien Tim keselamatan pasien sudah ada,

sebelumnya pokja SKP waktu mau

kreditasi tugasnya untuk menyiapkan

berkas, panduan, SPO, kebijakan.

Kemudian mensosialisasikan juga,

kepentingannya untuk akreditasi.

Setelah akreditasi selesai pokja ini

dijadikan tim dan anggotanya

ditambah dengan kepala ruangan

pelayanan yang akan melaksanakan isi

dari berkas-berkas yang sudah dibuat.

Tim keselamatan pasien dibentuk

melibatkan semua unit, termasuk

laboratorium, poliklinik, igd, atau dan

rawat inap. Tim sudah melibatkan semua,

jadi tujuannya semua menjalani apa yang

ada disitu, karena kan mereka termasuk

dalam tim.

Tim keselamatan pasien sudah ada,

melibatkan kepala ruangan bidang

pelayanan. Kepala ruangan merupakan

tim keselamatan pasien, hal ini untuk

memudahkan dalam sosialisasi dan

pengawasan terhdap perawat.

Pedoman Identifikasi

Pasien

Panduan sudah ada, yang membuat

tim pokja SKP

Panduan juga ada. Kalau perdir hanya

memberitahukan kapan identifikasi

pasien sama pake apa. Nah kalau di

dalam pedoman ada semuanya, mulai di

rawat jalan gimana, terus kapan dipakein

gelang identitas yang mana, di panduan

begitu, lebih detail.

Tim pokja sasaran keselamatan pasien

sudah membuat panduan tentang

identifikasi pasien. Panduan tentang

identifikasi pasien dibuat dengan

menggunakan literatur-literatur dan

disesuaikan dengan rumah sakit ini.

Isinya juga lebih rinci tentang tatalaksana

identifikasi pasien.

Page 139: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

123

Pelaksanaan Ketepatan

Identifikasi Pasien di RS

Surya Insani

Pelaksanaannya sudah berjalan pasien

diberikan gelang identitas yang berisi

tiga identitas disana, nama, nomer

rekam medis sama tanggal lahir.

Identitas itu yang nulis petugas

pendafataran baru kemudian diberikan

ke perawat igd atau poliklinik untuk

dipakekan gelangnya kalau pasien

rawat inap. Perawat ketika memasang

infus, memberikan obat atau

mengambil darah kroscek minimal

nama dan tanggal lahir. Praktek sudah

jalan, pencatatannya belum.

Sudah dijalankan, namunbelum

semuaterbiasa, masih ada yang belum

melakukan dengan dua identitas.

Pelaksanaan identifikasi pasien sudah

berjalan di RS Surya insani, namun

pencatatan yang belum dilakukan.

Sosialisasi Kebijakan

Identifikasi Pasien

Sosialisasi SPO secara menyeluruh

sudah pernah dilakukan saat persiapan

akreditasi, namun perawat dan bidan

sudah banyak yang baru jadi belum

dapat sosialisasi langsung. Akan

tetapi, karena kepala ruangan juga

merupakan bagian dari tim

keselamatan pasien, jadi mereka yang

mensosialisasikan sendiri ke perawat

di ruangan.

Pernahdilakukan sosialisasi saat

akreditasi, setelah itu belum ada lagi

sosialisasi dari tim SKP, tapi harusnya

kepala ruangan yang terus

mensosialisasikan kepada anggotanya

Sosialisasi sudah pernah dilakukan oleh

tim keselamatan pasien pada saat

akreditasi. Namun saat ini sudah banyak

pergantian karyawan sehingga banyak

perawat atau bidan yang baru bergabung

belum mendapatkan sosialisasi secara

langsung dari tim. Saat ini yang

melakukan sosialisasi adalah kepala

ruangan.

Sistem Pelaporan terhadap

Keselamatan Pasien

Pencatatan sempat berjalan saat

akreditasi dan beberapa bulan

setelahnya. Tapi sekarang sudah tidak

jalan lagi dan baru akan dimulai.

Semua karu sudah dimasukkan ke

dalam tim, jadi lebih gampang untuk

System pelaporan masih belum jalan.

Akan disebarkan kembali ke kepala

ruangan ada lembar monitoring evaluasi,

Belum ada sistem pelaporan terkait

keselamatan pasien, terutama identifikasi

pasien. Tim keselamatan pasien baru akan

membuat formulir pelaporan yang akan

diserahkan kepada setiap kepala ruangan.

Formulir yang sudah ada yaitu formulir

Page 140: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

124

koordinasi, semua lembar monitoring

ini akan diberikan ke karu-nya, nanti

mereka yang melakukan monitoring

dan diserahin ke tim Keselamatan

Pasien

untuk insiden keselamatan pasien.

Budaya Keselamatan

Pasien

Ada perubahan yangsignifikan setelah

adanyakebijakan tertulis

untukakreditasi. Jadi petugasmedis

merasa terpaksamelakukan

identifikasipasien sesuai peraturan,

mereka jadi lebih patuh.

Secara umum sih sudah menjadi budaya,

untuk identifikasi pasien dimulai dari

pemakaian gelang identitas itu sudah

standar.

Identifikasi pasien perlahan menjadi

budaya bagi petugas kesehatan, dimulai

dari merasa terpaksa karena tuntutan

akreditasi.

Petugas yang terlibat

dalam Identifikasi Pasien

Semua unit yang melakukan asuhan ke

pasien, mulai dari pendaftaran, IGD,

poliklinik, rawat inap, kemudian

petugas penunjang medik juga seperti

labor dan ronsen

Admission, perawat, IGD, kepala

ruangan, laboratorium

Semua tenaga medisterlibat untuk

melakukanidentifikasi pasien

Cara tim Keselamatan

Pasien menerapkan SPO

ketepatan identifikasi

pasien

Saat ini dari kepala ruangan

Darikepala ruangan, kita minta lembar

monitoring dari mereka terkait

pelaksanaan identifikasi pasien

Cara tim menerapkan prosedur yaitu

dengan melibatkan kepala ruangan, jadi

kepala ruangan yang akan menjelaskan

kepada perawat-perawat..

Cara tim Keselamatan

Pasien mengetahui

kemampuan petugas

kesehatan dalam

menjalankan prosedur

ketepatan identifikasi

pasien

Observasi dari kepala ruangan, dari

lembar monitoring tadi. Saya juga

biasanya turun ke ruangan sambil

mengecek pelayanan karena saya juga

kan yanmed jadi sambil saya

perhatikan kemampuan perawat bidan

melakukan identifikasi pasien begitu

juga dengan pengetahuannya

Dari kepala ruangan Untuk mengetahuikemampuan

perawatdalam menjalankanprosedur yaitu

darikepala ruangan yangmelakukan

observasiterhadap perawatperawat di

ruangan. Kemudian ketua timkeselamatan

pasien yang juga Manajer Pelayanan

Medik memperhatikan secara langsung

kepada petugas di ruangan.

Edukasi pasien Yang menjelaskan perawat, gelang Ada di SPO pemasangan gelang identitas SPO terkait pemasangangelang identitas

Page 141: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

125

terhadapidentifikasipasien diberikan dari pendaftaran, pada saat

pasien mendaftar rawat inap.

Identitasnya sudah dituliskan oleh

petugas pendaftaran ditempelkan

stiker barcode, perawat yang akan

memasangkan dan perawat yang akan

mengedukasi, fungsinya apa diberikan

gelang identitas.

sudahada. Menurut timkeselamatan

pasien yangmemakaikan danmenjelaskan

fungsigelang identitas yaituperawat,

terutamaperawat di IGD, bukanpetugas

admisi.

Matriks Wawancara Petugas Kesehatan

Informan Pertanyaan

Kebijakan/peraturan tentang ketepatan

identifikasi pasien

SPO pelaksanaan ketepatan identifikasi

pasien

Sosialisasi tentang identifikasi pasien

PER1 Kebijakan sesuai dengan SPO SPO nya setiap melakukan tindakan harus

ditanya nama pasien dan tanggal lahir,

kemudian kita pastikan dengan gelang pasien

Pernah saat akreditasi oleh tim SKP

PER2 Sesuai SPO, pernah disosialisasikan tim SKP

waktu akreditasi

Isinya, yang ditanya nama pasien, sesuaikan

sama gelangnya terus tanggal lahir, biasanya.

Bisa juga nama sama nomor rm

ada dulu waktu mau akreditasi

disosialisasikan sama tim SKP

PER3 Sesuai prosedurnya, kebetulan saya perawat

baru jadi tidak tau ada SPO identifikasi

pasien, tapi kalo mau ngasi injeksi tetap

ditanya ke pasiennya nama sama tanggal lahir

sesuai yang dibilang sama bu karu dan senior-

senior perawat disini

Manggil nama pasien, tanggal lahir, kalo

nomor rm kebetulankan pasiennya gak hapal.

Jadi biasanya nama pasien sama tanggal lahir

Kalo dari awal masuk belum, sosialisasi dari

kepala ruangan

PER4 SK atau peraturan direktur saya kurang tau,

tapi kita udah kesepakatan gitu, kalo misalkan

memberi obat, nanya nama, tanggal lahir.

SPO ada Pernah, pas awal masuk kerja ada orientasi

Page 142: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

126

PER5 Setiap tindakan, pemberian obat, terus

observasi tanda-tanda vital kita

identifikasijuga, apalagi yaa pemberian obat,

pengambilan darah kita identifikasi

SPO nya kurang tau ada atau nggak Kalo pas aku masuk, kayaknya belum, tapi

sebelumnya mungkin sudah

PER6 Kebijakannya minimal dua identitas , nama

dan tanggal lahir atau nama dengan nomor rm

SPO nya ada dan sudah dijalankan Awalnya disosialisasikan tapi harus baca

SPO dulu setiap perawat masuk, pas

orientasi sih ada juga

PER7 Kurang tau pastinya cuma identifikasi itu

wajib kalo tindakan ke pasien

SPO nya ada, pemakaian gelang, namanya

ditulis sama orang pendaftaran, kadang-

kadang pake stiker

Gak ada sosialisasi, cuma kepala ruangan

pernah sampaikan waktu awal masuk kerja

PER8 Enggak tau, cuma disuruh kepala ruangan

tindakan ke pasien harus nanya nama dan

tanggal lahir untuk memastikan pasiennya

SPO saya kurang tau Enggak tau, enggak pernah ada yang begitu

BID1 Kalo di rumah sakit ini ada disampaikan karu

waktu masih baru masuk sama teman-teman

juga disampaikan, kebetulan saya bidan masih

baru, tapi sebelumnya pernah di rumah sakit

lain udah tau kalo sudah standar akreditasi

Setiap rumah sakit sih beda-beda tapi pas

kita kuliah sudah ada

BID2 Setau saya identifikasi pasien itu untuk

memastikan pasien nya benar

ada mungkin SPO nya Kalo di sini ngga pernah ada sosialisasi.

Cuma dari rumah sakit sebelumnya sudah tau

begitu

BID3 Setau saya identifikasi pasien itu dengan dua

identitas kalo gak nama dengan tanggal lahir,

nama dengan nomor rm. Itu kalo pasien mau

rawat inap kita pasang gelang, terus waktu

pasang infus, masukkan obat kita konfirmasi

pasiennya nanya namanya sama tanggal lahir

SPO nya ada itu di meja file, sosialisasi dulu dari tim SKP waktu

persiapan akreditasi

BID4 kebijakannya perdir kalo gak salah trus ada

pedomannya juga tentang identifikasi pasien

SPO nya ada, semua SPO kita buatkan file

seperti ini dan disimpan di masing masing

udah, kita disosialisasikan sama tim skp

waktu mau akreditasi, SPO nya juga di

Page 143: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

127

tapi yang kita tau hanya berupa SPO Nurse Station, di IGD ada di poli ada, di

rawat inap juga ada

standby kan di nurse station dibuat satu file

dengan SPO lainnya

PET1 Saya kurang tau masalah kebijakan atau

peraturan tentang identifikasi pasien

SPO mungkin ada di perawat ya, karena kalo

kita kan cuma mendaftarkan pasien trus kasi

gelang aja

Nggak ada

PET2 Kebijakannya ada, setiap mengambil darah

wajib melakukan identifikasi pasien

SPO nya kita nanya nama pasien sama

tanggal lahir untuk mastikan pasiennya benar

Sosialisasi pernah dulu

PET3 Kebijakannya melakukan identifikasi pasien

dengan minimal dua identitas

SPO nya uda jalan, kalo di kita waktu ambil

darah

Sosialisasi ada sejak akreditasi itu dua tahun

lalu, setelah itu belum ada lagi

Kesimpulan Kebijakan/peraturan ketepatan identifikasi

pasien, sebagian perawat mengatakan tidak

mengetahui kebijakan terkait ketepatan

identifikasi pasien berupa Peraturan Direktur

ada atau tidak, namun mengatakan bahwa

yang mereka ketahui hanya prosedur yang

biasa dilakukan saat melakukan tindakan.

Perawat mengatakan SPO terkait identifikasi

pasien sudah ada dan sudah berjalan.

Beberapa perawat mengatakan bahwa tidak

pernah mendapat sosialisasi terkait ketepatan

identifikasi pasien, beberapa lagi mengatakan

pernah mendapat sosialisasi terkait ketepatan

identifkasi pasien, ada yang pada saat

orientasi, dan ada juga yang langsung

mendapat sosialisasi dari kepala ruangan

Informan Pertanyaan

Kapan melakukan identifikasi pasien Identitas pada gelang identitas pasien Cara melakukan identifikasi pasien

PER1 “sebelum melakukan tindakan kepada

pasien?”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “tanya nama terus tanggal lahir”

PER2 “sebelum melakukan tindakan” “nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “kadang gelang, gelang itu dari UGD, UGD

itu, tulis tangan, kadang gak kebaca. Jadi

nama dipanggil, pasien nyebutin namanya

siapa, sama apa enggak, nanti kalau misalnya

di gelangnya ada nomor rekam medisnya, tapi

kebanyakan karena tulis tangan jadi gak enak

bacanya”

Page 144: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

128

PER3 “sebelum tindakan ke pasien” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “ya tergantung, kalo misalkan kita mau

tindakan ya kita nanya pasiennya namanya,

tanggal lahirnya, kalo misalkan tindakannya

mau dilakukan ya tujuannya apa, misalkan

ada efek samping ya jelasin efek sampingnya”

PER4 “jadi kan karena kita rawat inap, yang

pertama sih pada saat keluar dari igd, ya itu

sebelum melakukan tindakan, ngambil

darah, kasi obat”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat, mau

ada tindakan, tindakan lah pokoknya, terus

nanya tiga, nama, tanggal lahir, sama nomor

rm”

PER5 “setiap tindakan, pemberian obat, terus

observasi tanda-tanda vital, pemberian obat,

pengambilan darah”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “nanya nama, kita tanya, konfirmasi,

sebenernya sih ada sama nomor rm, cuman

kan, nomor rm pasien suka gak hapal, kita

suka liat di gelang pasien”

PER6 “sebelum melakukan tindakan, memberi

obat, injeksi, pasang ekg, pasang ngt, itu

lah”

“nama, nomor rm, tanggal lahir” “....kayak nanya namanya siapa, tapi kalo

setiap hari kita sama kayak gitu, pasiennya

ngerasa susternya gak kenal-kenal nih sama

kita, aku jarang-jarang sih ya, paling 3 sampe

5 kali ketemu masih aku tanya tapi kalo udah

5 kali lebih udah langsung ke pasiennya.

Karena kalo sering ditanya siapa namanya,

pasiennya ngomong susternya gak hapal-

hapal nih”

PER7 “sebelum tindakan kepada pasien” “nama, nomor rm, sama tanggal lahir” “ enaknya aja kayak gimana. yang penting

namanya sesuai gitu, terserah mau dipanggil

atau pasiennya nyebutin nama, enaknya kita

aja. takutnya ada yang ke pasiennya, “suster

saya udah lama disini tapi gak kenal-kenal.”

PER8 “sebelum ngasi obat ke pasien” “nama, tanggal lahir, nomor rm kalo gak

salah”

“biasanya nanya namanya, udah”

Page 145: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

129

BID1 “Kalo disini sih kayak biasa, biasanya kalo

identifikasi pasien kalo mau kasih obat, mau

transfusi juga sama, mau nganter dokter buat

visit juga sama. Sama sih pake nanya

namanya siapa, karena kalo kita cuma

sebutin namanya siapa, misalnya “Sri”, dan

„Sri‟nya banyak, kadang pasien suka bilang

iya-iya aja pasiennya, pasien cenderung

ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-

kadang pasien juga lupa tanggal lahirnya.

Kan kita suruh pake gelang”

“nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “Biasa nanya nama, tanggal lahir. Tanggal

lahir sih tergantung pasiennya, kalo pasiennya

kooperatif sih tanggal lahir, atau keluarganya

juga bisa jawab bisa tanya keluarganya

langsung,”

BID2 “sebelum periksa pasien, sebelum tindakan

ke pasien”

“nama, umur, nomor rm” “biasanya nanya nama pasien, umur pasien,

kayak gitu”

BID3 “sebelum tindakan ke pasien” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “biasanya nanya nama sama tanggal lahir,

karena kalo nomor rm dia kan gak hapal”

BID4 “sebelum periksa pasien, sebelum

melakukan tindakan, masang infus, ambil

darah, pasang ekg, injeksi obat, pokoknya

setiap kali tindakan ke pasien kita lakukan

identifikasi”

“nama, tanggal lahir, dan nomor rm” “isinya.. yang ditanya nama pasien, sesuaiin

sama gelangnya terus tanggal lahir, biasanya.”

PET1 “kalo itu mungkin perawat yang lebih tau,

kalau saya hanya mendaftarkan pasien”

“nama, tanggal lahir, nomor rm”

PET2 “sebelum mengambil darah” “nama, nomor rm, tanggal lahir” “kita tanya pasiennya nama dan tanggal lahir”

PET3 “waktu mengambil sampel untuk

pemeriksaan lab, seperti ambil darah, dll”

“nama, tanggal lahir, nomor rm” “tanyake pasien namanya kemudian tanggal

lahir terus dicocokkan dengan gelangnya”

Kesimpulan Sebagian besar informan mengatakan

identifikasi pasien dilakukan pada saat

melakukan tindakan kepada pasien.

Semua informan mengatakan identitas pada

gelang pasien adalah nama, tanggal lahir dan

nomor RM

Seluruh informan pada saat melakukan

identifikasi pasien akan menanyakan

namakepada pasien, sebagianakan

menanyakan tanggal lahir juga.

Page 146: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

130

Informan Pertanyaan

Yang memakaikan dan menuliskan identitas pada gelang

identitas

Penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang kepada pasien

PER1 “dari igd itu masang gelangnya” “dari igd sih itu, harusnya dijelasin ya apa fungsinya tapi kebanyakan

enggak, jadi kita yang jelaskan di rawat inap”

PER2 “perawat igd” “kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu pasti dari

IGD, kecuali dari pasien poli pun perawatnya harusnya makein gelangnya

sebelum kesini”

PER3 “dari bawah itu masangnya dari igd atau poli” “Nggak.. kita nggak punya kewajiban, yang punya kewajiban itu biasanya

yang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan kegunaan gelang itu,

kenapa dipakein gelang itu sama tujuannya, biasanya dari tugas yang

pasangin gelang”

PER4 “dari UGD biasanya sudah terpasang” “guna gelangnya, iya tugasnya orang UGD sih itu”

PER5 “sebelum naik ke ruang rawat inap kalo pasien poli kita yang

masang, kalo pasien igd perawat igd yang pasang”

“iya ada, kita jelaskan tujuannya untuk apa dipakein gelang”

PER6 “kita yang pasangin sebelum dinaikkan ke rawatan” “iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru, tujuannya

apa gitu”

PER7 “masangnya disini, kita yang pasangkan” “ada, kita jelaskan ke pasien dan keluarga tujuan dari pemasangan gelang

untuk identitas pasien selama dirawat”

PER8 “dari sini kita pasang gelangnya, nulisnya orang pendaftaran” “iya sambil kita pasang kita sampekan ke pasiennya apa tujuannya pake

gelang”

BID1 “itu dari igd yang pasang” “biasanya si dijelaskan, itu orang IGD yang jelaskan”

BID2 “dari bawah biasanya yang masangkan, kalo gak igd, poli” “biasanya dijelaskan sama orang bawah, karena kalo kita nanya nama dan

tanggal lahir pasiennya uda paham”

BID3 “masangnya dari sini kalo pasien mau rawat inap, gelangnya

ambil di pendaftaran waktu mendaftar rawat inap”

“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi nanti jangan

bosen kalo bidannya nanya-nanya”

BID4 “kita yang pasangkan dari igd” “iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai identitas

pasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih sebenernya, ada yang

alergi, resiko jatuh”

Page 147: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

131

PET1 “yang nulis kita terus yang masangkan nanti orang igd atau poli” “kurang tau, harusnya ada”

PET2 “biasanya perawat IGD yang pasang” “kayaknya ada dijelaskan”

PET3 “setau saya yang masang orang IGD kalo yang nulis di

pendaftaran”

“iya dijelaskan sama mereka”

Kesimpulan

Matriks Wawancara Pasien/ Pendamping Pasien

Informan Pertanyaan

Yang memakaikan dan mengisi

identitas pada gelang identitas

Penjelasan tentang manfaat

gelang identitas pasien

Nama dan tanggal lahir

sudah benar

Petugas selalu melihat gelang

PAS1 “dari IGD, dipakein sama perawat” “ada tadi, tapi lupa apa aja

yang dibilang perawatnya”

“iya udah benar” “kadang-kadang dilihat”

PAS2 “di bawah, di IGD, susternya

kayaknya, tau-tau udah pake”

“mereka gak jelasin sih, cuma

saya udah tau guna ya untuk

eeh tau identitas”

“sudah” “gak sih, orang itu kan udah punya

datanya, jadi pas awal juga dia gak

nanya...iya gak pernah liat gelang

identitas, langsung aja”

PAS3 “oh ini di UGD, perawatnya, saya

gak tau udah dipakein aja”

“engga dijelasin, langsung

dipakein aja”

“uda benar kok” “iya ditanyain terus kalo mau masukin

obatnya terus dia lihat gelang yang

dipake sesuai atau tidak, kadang saya

bosen juga ditanyain terus tapi

mungkin sudah prosedurnya begitu”

PAS4 “udah dari IGD ini, perawatnya” “iya, katanya biar mudah

gitu, mudah nyarinya, untuk

pengenal juga kan pasien

banyak gitu”

“udah, udah benar” “iya kalo mau masukan obat biasanya

nanya dulu nama nya siapa”

PAS5 “perawatnya yang masang, tapi pas

daftar mau rawat inap dikasi sama

“enggak dijelasin, cuma

bilang pake gelang aja,

“udah, sama sama KTP” “Diliat sih, diliat ama perawat, terus

nanya namanya siapa sama

Page 148: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

132

petugasnya nanti dipasangin sama

perawat”

dokternya nyuruh pakein

gelang”

perawatnya”

PAS6 “bidannya tadi pas di bawah” “enggak cuma dipakein aja” “udah benar” “iya biasanya suka nanya nama aja,

kadang-kadang ngecek, kadang gak

susternya udah hapal. Biasa sih udah

hapal sih”

PAS7 “susternya, pas masuk IGD” “engga dijelasin, langsung

dipakein aja”

“udah” “enggak pernah, ditanyain namanya

aja, jadi setiap mau ngasi obat atau

periksa-periksa, ditanyain namanya

siapa”

PAS8 “dibawah dari IGD” “gak ada, saya pikir gelang

ini cuma buat tanda pasien

disini”

“sudah benar” “enggak, mereka langsung tanya aja

gitu , ibunya namanya siapa gitu”

Kesimpulan

Page 149: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

133

Lampiran 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 150: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

134

Page 151: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

135

Page 152: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

136

Page 153: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

137

Lampiran 9

Peraturan Direktur RS Surya Insani tentang Identifikasi Pasien

Page 154: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

138

Page 155: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

139

Page 156: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

140

Lampiran 10

SPO Identifikasi Pasien

Page 157: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

141

Page 158: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

142

Page 159: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

143

Page 160: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

144

Page 161: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

145

Page 162: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

146

Page 163: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

147

Page 164: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

148

Page 165: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

149

Page 166: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

150

Page 167: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

151

Page 168: ANALISIS PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ...repository.helvetia.ac.id/2565/7/AHMED MAWARDI 1602011004.pdf · Pasien Berdasarkan Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah

152