analisis pendapatan pedagang sayur keliling ...repository.utu.ac.id/529/1/i-v.pdfditawarkan oleh...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING
DI DESA PURWODADI KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD SAPARI
09C10404031
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2016
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING
DI DESA PURWODADI KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
MUHAMMAD SAPARI
09C10404031
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sayuran bagi masyarakat Indonesia tidak bisa ditinggalkan dalam
kehidupan sehari-hari karena manfaatnya yang begitu banyak diantaranya adalah
sebagai sumber vitamin dan protein. Di Indonesia, sayuran hampir dijumpai pada
semua makanan. konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan penduduk Indonesia
baru sebesar 95 kkal/kapita/hari, atau 79 % dari anjuran kebutuhan minimum
sebesar 120 kkal/kapita/hari. Konsumsi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya kemampuan ekonomi, ketersediaan dan pengetahuan tentang manfaat
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan yang sangat berpengaruh terhadap
pola dan perilaku konsumsi (Prajnanta, 2007).
Sektor informal sebagai sebuah bentuk ekonomi bayangan dalam negara.
Ekonomi bayangan digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang tidak mengikuti
aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kegiatan ekonomi bayangan
merupakan bentuk kegiatan ekonomi yang bergerak dalam unit-unit kecil
sehingga bisa dipandang efisien dalam memberikan pelayanan. Dilihat dari sisi
sifat produksinya, kegiatan ini bersifat subsistem yang bernilai ekonomis dalam
pemenuhan kebutuhan sehari hari khususnya bagi masyarakat yang ada
dilingkungan sektor informal (Alisjahbana, 2003).
Pedagang kecil secara substansial diartikan sebagai usaha kecil
masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dengan lingkungan usaha yang
relatif kecil, terbatas dan tidak bersifat tetap. Dalam pengertian ini pedagang kaki
lima sering dilekati ciri-ciri perputaran uang lambat, tempat usaha yang tidak
2
tetap, modal terbatas, segmen pasar pada masyarakat kelas menengah ke bawah
dan jangkauan usaha yang tidak terlalu luas (Gulo, 2002).
Pedagang kecil sudah ada dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan
suatu kota terutama pada Negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini
disebabkan oleh kesempatan kerja yang tidak seimbang dengan tuntutan
masyarakat untuk memperoleh pekerjaan. Sebagian dari pedagang kecil yang
bergerak di sektor informal adalah orang-orang yang tidak memiliki kesempatan
dan kemampuan yang memadai untuk tertampung bekerja di sektor formal.
Orang-orang yang tidak tertampung di sektor formal tersebut membuat kegiatan
ekonomi di sektor informal menjadi alternatif terbaik. Sektor informal dicirikan
sebagai produsen skala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk produksi
barang serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan penyediaan
jasa (Sumarti, 2003).
Perdagangan kecil terdiri dari pedagang yang membuka tempat berjualan
sederhana yang didatangi oleh konsumen atau pedagang keliling yang mendatangi
konsumennya. Salah satu dari pedagang keliling yaitu pedagang sayur keliling.
Pedagang sayur keliling adalah pedagang yang produknya berupa berbagai jenis
sayuran yang dibawa kerumah-rumah guna memenuhi kebutuhan konsumen.
Pedagang sayur keliling mempunyai peran yang penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi. Para pedagang sayur keliling ini berkembang seiring
dengan perkembangan ritel modern. Perbedaan keduanya terletak pada cara
menjangkau konsumen, teknologi dan sumberdaya manusianya serta kemampuan
dana. Ritel modern seperti swalayan, supermarket, dan lain-lain, umumnya
menunggu konsumen untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, menggunakan
3
teknologi tinggi, sumberdaya manusianya yang relatif berkualitas dan memiliki
sumber dana yang kuat dalam melakukan pemasaran sedangkan pemasaran
sayuran tradisional seperti pedagang sayur keliling mengunjungi konsumen ke
rumah-rumah sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen, teknologi yang
digunakan masih tradisional, kurang memperhatikan kualitas sumberdaya manusia
dan terbatasnya modal yang dimiliki.
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu kawasan dengan
penduduk padat di Kabupaten Nagan Raya. Hal ini menjadikan Kecamatan Kuala
Pesisir sebagai salah satu sentra pedagang sayur keliling di Kabupaten Nagan
Raya. Ada beberapa daerah yang menjadi sentra pedagang sayur keliling di
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya diantaranya Desa Purwodadi.
Tabel 1. Luas Lahan Pertanian Sayuran di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya
No Nama Desa Luas Lahan (Hektar)
1 Jatirejo 1,0
2 Purwosari 2,5
3 Purwodadi 4,0
4 Lueng maneh 2,0
Sumber: BP3K Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016.
Tabel 1 menjelaskan bahwa luas lahan terluas adalah pada desa
Purwodadi, dimana luas lahannya sebesar 4 hektar. Sedangkan luas laha terendah
adalah di desa Jatirejo dengan luas lahan sebesar 1 hektar.
Pedagang sayur keliling di Desa Purwodadi mendatangi konsumennya
pada pagi sampai siang hari. Tidak jarang beberapa pedagang datang pada waktu
yang sama dengan pedagang lainnya sehingga konsumen bebas memilih produk
yang mereka butuhkan dari beberapa pedagang sekaligus. Produk yang
ditawarkan oleh pedagang sayur keliling sesuai dengan kebutuhan konsumen dan
harga yang dibeli juga tidak jauh berbeda dengan di pasar. Para pedagang keliling
4
ini membeli sayur-sayur dagangannya dari para petani, yaitu dari 9 petani yang
ada di Desa Purwodadi.
Tabel 2. Nama Petani dan Luas Lahan Pertanian Sayuran di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
No Nama Luas Lahan
(Rante)
Luas Lahan
(Hektar)
Jenis Sayuran
1 Aten 7,0 0,4 Sawi, bayam
2 Mak Ida 8,0 0,5 Kangkung
3 Sulasi 9,0 0,6 Kangkung, kacang panjang
4 Paimen 6,0 0,4 Bayam, kangkung, gambas
5 Rahmat 6,5 0,4 Sawi,kangkung, bayam
6 Sareng 5,5 0,3
Kangkung, daun katuk,
daun ubi
7 Ranto 7,5 0,5 Daun ubi, kangkung
8 Jumari 6,0 0,4 Sawi
9 Sudero 8,5 0,5 Daun ubi, kacang panjang
Jumlah 64,0 4,0
Sumber: BP3K Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016.
Tabel 2 menjelaskan bahwa luas lahan pertanian sayuran di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya adalah seluar 64 rante atau 4
hektar, dengan jumlah petani sayuran sebanyak 9 orang. Penanaman sayuran
tersebut dilakukan mulai tahun 1990. Para petani tersebut menjual hasil panen
sayurannya kepada para pedagang keliling yang sudah menjadi pelanggan setia
mereka untuk kemudian dijualkan kepada konsumen.
Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian yang meyangkut pendapatan pedagang sayur keliling yaitu
dengan judul “Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Desa
Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya”. Penelitian ini
dilkakukan di Desa Purwodadi karena desa tersebut merupakan desa yang paling
luas lahan pertanian sayurnya.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besar Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Bagaimana kelayakan usaha Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Berapa besar Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Bagaimana kelayakan usaha Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai wahana bagi peneliti dalam penerapan ilmu pengetahuan
yang dimiliki dengan kenyataan yang ada dilapangan khususnya usaha
pedagang sayur keliling, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
2. Bagi pedagang sayur keliling hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pemikiran dalam peningkatan usaha sehingga mampu
memberikan pendapatan yang lebih baik.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran
dan pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan menyangkut usaha
pedagang sayur keliling dapat membantu perekonomian daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sayuran
2.1.1 Bayam
Merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya
sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang
tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi
yang penting. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena
merupakan tumbuhan C4. Batang berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai,
berbentuk bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga
tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian
atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan.
Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras. Bayam sebagai sayur hanya umum
dikenal di Asia Timur dan Asia Tenggara, sehingga disebut dalam bahasa Inggris
sebagai Chinese amaranth. Di Indonesia dan Malaysia, bayam sering
disalahartikan menjadi "spinach" dalam bahasa Inggris (mungkin sebagai akibat
penerjemahan yang dalam film kartun Popeye), padahal nama itu mengacu ke
jenis sayuran daun lain - lihat Bayam (Spinacia). Di tingkat konsumen, dikenal
dua macam bayam sayur: bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun
lebar dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter) dan daun mudanya dimakan
terutama sebagai lalapan(misalnya pada pecel, gado-gado), urap, serta digoreng
setelah dibalur tepung (Hadisoeganda, 1996).
7
2.1.2 Kangkung
Kangkung adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan
ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung
banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai
hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Ada dua bentuk kangkung yang
dijual di pasaran. Yang pertama adalah kangkung berdaun licin dan berbentuk
mata panah, sepanjang 10-15 cm. Tumbuhan ini memiliki batang berongga yang
menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun.
Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang
menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Jenis kedua adalah
dengan daun sempit memanjang, biasanya tersusun menyirip tiga. Kangkung
memiliki kandungan klorofil yang relatif rendah yaitu setara dengan daun
kemangi. Hal ini diduga klorofil pada tanaman kangkung tersebar, tidak hanya
pada organ daun saja namun juga dijumpai pada bagian batang. Hal ini
menyebabkan laju fotosintesis berlangsung lama karena tidak efisien dalam
menangkap energi radiasi cahaya (Djuariah, 2007).
2.1.3 Katuk
Katuk merupakan tumbuhan sayuran yang banyak terdapat di Asia
Tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai cekur manis
(bahasa Melayu) dan rau ngót (bahasa Vietnam). Daun katuk merupakan sayuran
minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran ASI. Semak, tinggi dua
sampai tiga meter, tumbuh di dataran rendah hingga 1.300 di atas permukaan laut.
Daun kecil, berwarna hijau gelap dengan panjang lima 8 sampai enam cm.
Bunganya berwarna merah gelap atau kuning dengan bercak merah gelap dan
8
berbunga sepanjang tahun. Tumbuhan ini termasuk dalam suku menir-meniran
(Phyllanthaceae), dan berkerabat dengan menteng, buni, dan ceremai. Ia termasuk
dalam tribus Phyllantheae dan subtribus Flueggeinae. Tanaman ini banyak
ditanam di pekarangan karena mudah diperbanyak dan biasa dijadikan pagar
hidup (Santoso, 2008).
2.1.4 Kacang Panjang
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat
kejenuhan cahaya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman C4. Sehingga
tanaman ini mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan pada kondisi
intensitas cahaya rendah seperti tumpangsari, baik dengan tanaman pangan seperti
jagung, ubi kayu maupun dengan tanaman perkebunan terutama di bawah
tanaman perkebunan yang masih muda. Menurut Buranatham et al., (1992) dalam
titik sundari et al., (2005). Lahan perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai lahan
tanaman pangan.
2.1.5 Sawi
Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung,
sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain)
5 memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun
panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang
pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan
sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap
(Rukmana, 1994 dalam Fahrudin, 2009).
9
2.1.5 Daun Ubi
Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Cranz atau Manihot
utilissima Pohl) termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, mempunyai daun
berbentuk tangan, batang beruas-ruas dan bercabang, tumbuh tegak, serta
ketinggiannya dapat mencapai tiga meter (Badeges, 1989). Daunnya menjari
dengan variasi panjang, elip dan melebar, dengan warna hijau kuning dan hijau
ungu serta warna tangkai hijau, merah, kuning atau kombinasi dari ketiga warna
tersebut (Mahmud, dkk, 2003).
2.1.6 Gambas
Tumbuhan gambas berasal dari India kemudian menyebar ke berbagai
negara yang beriklim tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Cina, Jepang
serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan
Filipina (Rukmana, 2000) Tumbuhan gambas berbatang lunak dengan bentuk segi
lima, tumbuh merambat atau menjalar, serta mempunyai sulur yang digunakan
sebagai alat untuk merambat. Sulur muncul dari ketiak daun, berbentuk spiral dan
mempunyai bulu yang lebih panjang dari pada bulu-bulu batang. Daunnya tunggal
berwarna hijau tua, bentuk lonjong (silindris) dengan pangkal mirip bentuk
jantung, puncak daun meruncing dan permukaan daun kasar. Daun berukuran
panjang 10 cm - 25 cm dan bertangkai sepanjang 5 cm – 10 cm, tulang daun
menonjol pada permukaan bawah. Bunganya berkelamin satu (monoecus) yaitu
bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Bunganya berwarna kuning,
dapat menyerbuk sendiri (self pollination) dan menyerbuk silang (cross
pollination). Buah gambas berbentuk bulat panjang dengan bagian pangkal kecil.
Buah berukuran panjang 15–60 cm, lebar 5–12 cm dengan diameter 5–8 cm. Tiap
10
buah berbiji banyak dan tiap biji berukuran 11-13 mm x 7–9 mm dengan struktur
kulit agak keras (Rukmana, 2000).
2.2. Pedagang Sayur Keliling
Menurut Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2005 tentang penataan
pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima adalah penjual barang atau jasa yang
secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang
tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat
sementara atau tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun
tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang mudah dipindahkan
dan dibongkar pasang.
Menurut Gulo (2002), pedagang kaki lima diartikan sebagai usaha kecil
masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dengan lingkungan usaha yang
relatif kecil, terbatas dan tidak bersifat tetap. Dalam pengertian ini, pedagang kaki
lima sering dilekati oleh ciri-ciri perputaran uang kecil, tempat usaha yang tidak
tetap, modal terbatas, segmen pasar pada masyarakat kelas menengah ke bawah
dan jangkauan usaha yang tidak terlalu luas.
Karakter utama dari pedagang sayuran adalah:
1. Mengusahakan agar barang dagangannya habis terjual pada hari itu juga.
Hal ini karena dagangannya bersifat tidak tahan lama atau jumlahnya
sedikit hingga diharapkan ada perputaran modal. Akibatnya pedagang
sayur akan berusaha sedekat mungkin dengan calon pembelinya.
2. Bekerja setiap hari selama kondisinya memungkinkan.
11
3. Cara penyajian dan pengemasan barang sangat sederhana. Pengemasan
cenderung meninggalkan sampah dan menurunkan kualitas produk baik
secara fisik maupun estetika.
4. Biasanya jenis sayuran yang dijajakan berbeda beda sesuai dengan musim
tanam sayuran.
5. Harga yang ditawarkan fluktuatif karena menyesuaikan dengan kondisi
komoditi, dagangan dan waktu berdagang serta kelangkaan barang serta
daya tawar menawar
2.3 Usaha Informal
Menurut UndangUndang Republik Indonesia no.9 tahun 1995 tentang
usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan per
tahun sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (3) milik warga Negara
Indonesia, (4) berdiri sendiri, dan (5) bentuk usaha perorangan.
Ciri-ciri sektor informal adalah produsen berskala kecil, menggunakan
tenaga kerja sendiri untuk produksi barang, serta berkecimpung dalam kegiatan
bisnis, transportasi dan penyedia jasa (Sumarti, 2003).
Sektor informal merupakan komponen ekonomi lokal dan nasional yang
tumbuh secara cepat. Walaupun pendapatan secara individu rendah, secara
kolektif pendapatan tersebut relatif tinggi (Syaukat dan Sutara, 2004).
12
Sektor informal bukan hanya menjadi pilihan bagi pencari kerja yang
kurang terdidik atau terlatih dari kalangan miskin, tetapi juga menjadi pilihan
beberapa pencari kerja terdidik atau terlatih dari kalangan menengah yang sulit
menembus kesempatan kerja pada sektor formal. Sektor informal dapat secara
langsung berkontribusi terhadap penurunan dan pengentasan kemiskinan (Syaukat
dan Sutara, 2004).
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa sektor informal menjadi
tumpuan ekonomi dari banyaknya penduduk di kota-kota Negara berkembang
yang sebagian besar penduduknya berada pada kategori menengah dan miskin
seperti pada kelompok pedagang sayur keliling di lokasi pengkajian.
2.4 Biaya
Pengertian Cost (Biaya) adalah kas yang di korbankan untuk barang dan
jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat atau dimasa yang akan datang
bagi organisasi. Opportunity Cost adalah manfaat yang hilang atau dikorbankan
apabila suatu biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sebagai akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter atas
pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat dimasa kini atau masa
yang akan datang.
Konsep dasar perilaku biaya input aktivitas adalah sumber daya yang
dikosumsi /digunakan oleh suatu aktivitas untuk menghasilkan output. Input
aktivitas dapat berupa bahan, energi, tenaga kerja serta modal. Sedangkan output
aktivitas merupa-kan hasil atau produk suatu aktivitas yang dijalankan( Sukirno
,2013).
13
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan
pengorbanan fisik dan non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa di
perlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan
ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat
berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya
pembelian peralatan dan sebagainya (Mubyarto, 2005).
Biaya merupakan nilai dari semua masukan ekonomis yang diperlukan,
yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk.
Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktu dapat dibedakan menjadi
dua yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek
berkaitan dengan penggunaan biaya dalam waktu atau situasi yang tidak lama,
jumlah masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun
demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap
dan biaya variable, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi
adalah biaya variabel (lipsey et al., 2002).
Menurut Gasperz (2004) pada dasarnya yang diperhitungkan dalam jangka
pendek adalah biaya tetap (fixed costs) dan biaya variabel (variable costs).
a. Biaya tetap (fixed costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran input- input tetap dalam proses produksi jangka pendek.
Perlu dicatat bahwa penggunaan input tetap tidak tergantung pada
kuantitas output yang diproduksi. Dalam jangka panjang yang termasuk
biaya tetap adalah biaya untuk membeli mesin dan peralatan, pembayaran
upah dan gaji tetap untuk tenaga kerja.
14
b. Biaya variabel (variable costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran input–input variabel dalam proses produksi jangka pendek
perlu diketahui yang bahwa penggunaan input variabel tergantung pada
kuantitas output yang di produksi dimana semakin besar kuantitas output
yang diproduksi, pada umumnya semakin besar pula biaya variabel yang
digunakan. Dalam jangka panjang, yang termasuk biaya variabel adalah
biaya atau upah tenaga kerja langsung, biaya bahan penolong dan lain -
lain sebagainya.
Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun
bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan usaha
secara langsung bisa berpengaruh pada produktifitas dalam menjalankan usaha
(Supari, 2001).
Menurut (Mulyadi, 2005) biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap
konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai
tingkat kegiatan tertentu. Selain itu mulyadi juga mengemukakan Biaya yang
relative tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan
banyak atau sedikit. contohnya; gaji direktur produksi sedangkan biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan
volume kegiatan atau aktivitas. Selain itu biaya tidak tetap sifatnya berubah-ubah
tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya sebagai suatu
nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin
perolehan manfaat. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran. contoh; biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
15
2.5 Penerimaan
Penerimaan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan
usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode
yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama usaha.
TR = Q x P ........................ (Sumber: Sukirno, 2013)
Keterangan :
TR = Total pendapatan
P = Harga pokok per kg
Q = Jumlah produk
Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per
unit produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan
semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya
rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil.
Penerimaan total yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang
merupakan keuntungan yang diperoleh produsen.
2.6 Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi
investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan
jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan
16
pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan
jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga
pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik
melalui usaha untuk menarik investor. pendapatan usaha tani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan (2007), kata income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue
sebagai pendapatan, penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue)
maupun keuntungan (gain).
Menurut Dyckman (2001), pengertian pendapatan dikemukakan oleh
bahwa pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah
entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu
periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung.
Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang
diterima oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya- biaya produksi, atau
dengan kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya
–biaya produksi. Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara
penerimaan yang diterima produsen dari penjualan sumber yang digunakan untuk
membuat atau membeli barang tersebut. Jika biaya lebih besar dari pada
penerimaan berarti labanya negatif, situasi seperti disebut rugi (Lipsey et al,
2002).
Menurut Soekarwati (2003), pendapatan dibedakan atas tiga pengertian
yaitu sebagai berikut:
17
1. Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan
harga dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang
dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada
digudang pada akhir tahun pendapatan adalah jumlah uang yang diterima
oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
dan/atau jasa kepada pelanggan.
2. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor
dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Secara harfiah
pendapatan dapat diartikan sebagai hasil kerja atau usaha yang dilakukan
oleh seseorang. Para ahli juga memberikan batasan-batasan akhir dari
pendapatan yang cukup berbeda-beda menurut disiplin ilmu yang mereka
miliki. Namun tujuan akhir dari arti pendapatan yang mereka berikan
mempunyai prinsip dan pandangan yang sama.
3. Pendapatan perkapita rata-rata masyarakat kita sampai saat ini masih
tergolong rendah sehingga hampir seluruh pendapatan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah pendapatan seseorang
yang diperoleh sehari-hari sangat tergantung dari jenis pekerjaan itu
sendiri dan tingkat pendidikannya juga.
Membahas dan membicarakan masalah pendapatan pemikiran orang
selalu tertuju pada nilai uang yang diterima oleh seseorang bahkan masih banyak
pengertian lain yang timbul dalam diri seseorang. Pengertian pendapatan yang
dimaksud disini adalah semua barang-barang dan jasa jasa serta uang yang
diterima baik secara individu maupun golongan masyarakat dalam jangka waktu
tertentu. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang sangat tergantung pada
18
ketrampilan, keahlian, luasnya kesempatan kerja dan besarnya modal yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut dalam suatu periode tertentu
yang juga sering disebut dengan investasi, jadi jika investasi besar maka
pendapatan mereka juga akan bertambah.dengan rumus sebagai berikut:
Π = TR–TC ……..........(Sumber: Sukirno, 2013)
Keterangan :
π = Keuntungan/Laba usaha pedagang sayur keliling (Rp)
TR = Penerimaan usaha pedagang sayur keliling (Rp)
TC = Biaya total usaha pedagang sayur keliling (Rp)
2.7 Return Cost Ratio (R/C)
Menurut Supriono (2000) Return Cost Rasio (R/C) adalah perbandingan
antara total penerimaan dari hasil jual suatu produksi dengan total biaya produksi
yang dikeluarkan. Rasio ini banyak dinikmati oleh para pengusaha atau orang-
orang yang menjalankan usaha. Dengan demikian rasio ini merupakan indikator
penting bagi para pengusaha untuk mengukur kemampuan atau kelayakan usaha
yang dijalaninya.
Return Cost Ratio (R/C) merupakan penghitungan yang penting dilakukan
bagi siapa saja yang menjalankan suatu usaha baik usaha tani maupun usaha
lainnya. Hal ini dilakukan agar siapa saja yang menjalankan usaha dapat
mengukur kemampuan atau kelayakan usaha yang jalankan. Maka dapat
disimpulkan bahwa Return Cost Ratio (R/C) perhitungan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu usaha yang dijalankan sudah layak untuk di lanjutkan
keepannya atau tidak.
19
Menurut Noor (2007) untuk melihat perbandingan antara penerimaan
total dan biaya total, digunakan rumus sebagai berikut :
TR
R/C =
TC
Keterangan :
TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
TC (Total Cost) = Total Biaya Produksi (Rp)
Kriteria Penelitian R/C Ratio
R/C <1 = Usaha yang dijalankan Mengalami Kerugian
R/C >1 = Usaha yang dijalankan Mengalami Keuntungan
R/C =1 = Usaha yang dijalankan Mencapai Titik Impas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya yang dipilih dengan pertimbangan bahwa didesa tersebut
pedagang sayur keliling dikawasan tersebut dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Juli- 15 Agustus
2016.
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
objek yang memiliki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2008), populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang sayur keliling yang berjumlah 9
orang. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dan sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang pedagang
sayur keliling yang ada di Desa Purwodadi penarikan sampel dilakukan dengan
cara tota sampling, di mana populasi sekaligus menjadi sampel dalam penelitian
ini karena jumlah populasi yang sedikit.
3.3 Data Penelitian
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Untuk melengkapi kegiatan ini data yang di kumpulkan atau di pakai
sebagai bahan penyusunan skripsi adalah:
21
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung dari
pedagang sayur keliling seperti jenis sayuran yang di jual, harga penjualan,
dan biaya penjualan, dari tanggal 15 Juli sampai dengan 15 Agustus 2016.
b. Data Sekunder
Data dari berbagai buku dan literatur yang berkaitan dengan sekunder
merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dan berbagai
media cetak dan media online beserta penelitian ini, seperti data gambaran
umum daerah penelitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Library Research (Riset Kepustakaan)
Kegiatan penggumpulan data secara ilmiah dan teoritis, yaitu dengan
membaca dan mengutipnya secara langsung dari beberapa buku yang berkaitan
dengan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar
data yang didapatkan lebih relevan.
b. Field Research (Riset Lapangan)
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan para pedagang
sayur keliling.
22
3.2 Metode Analisis Data
Data yang di peroleh dan di analisis dalam bentuk tabel dan uraian untuk
mengetahui berapa besar pendapatan pedagang sayur keliling di Desa Purwodadi
Kabupaten Nagan Raya dapat di gunakan rumus sebagai berikut:
3.4.1. Analisis Biaya Dan Pendapatan
1. Biaya
Untuk menghitung total biaya usaha dagang dapat di hitung dengan
menggunakan rumus
TC = TFC + TVC.................( Sumber: Sukirno, 2013 )
Keterangan :
TC = Biaya total usaha pedagang sayur keliling (Rp)
TFC = Biaya tetap usaha pedagang sayur keliling (Rp)
TVC = Biaya variabel usaha pedagang sayur keliling (Rp)
2. Penerimaan
Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rumus : TR = Q x P .................( Sumber: Sukirno, 2013 )
Keterangan :
TR = Penerimaan total usaha pedagang sayur keliling (Rp)
Q = Jumlah produk pedagang sayur keliling
P = Harga sayuran (Rp)
23
3. Pendapatan
Pendapatan di hitung melalui pengurangan antara penerimaan dan total
biaya untuk satu kali proses produksi di hitung dengan menggunakan
rumus :
π = TR – TC .................( Sumber: Sukirno, 2013 )
Keterangan :
π : total pendapatan (Rp)
TR : total penerimaan (Rp)
TC : total biaya (Rp)
4. Return Cost Ratio (R/C)
Menurut Noor (2007) untuk melihat perbandingan antara
penerimaan total dan biaya total, digunakan rumus sebagai berikut :
TR
R/C =
TC
Keterangan :
TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
TC (Total Cost) = Total Biaya Produksi (Rp)
Kriteria Penelitian R/C Ratio
R/C <1 = Usaha pedagang sayur keliling Mengalami Kerugian
R/C >1 = Usaha pedagang sayur keliling Mengalami Keuntungan
R/C =1 = Usaha pedagang sayur keliling Mencapai Titik Impas
24
3.3 Batasan Variabel
1. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli segala
keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usaha dalam satuan
rupiah.
2. Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya yaitu biaya tetap dan biaya
variable dalam satuan rupiah.
3. Biaya total merupakan penjumlahan total biaya tetap dan total biaya
variable dalam satuan rupiah
4. Penerimaan merupakan hasil produksi dikali dengan harga jual dalam
satuan rupiah .
5. pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya total dalam satuan rupiah.
6. R/C adalah pembagian antara penerimaan dan biaya sehingga usaha di
katakan layak atau tidak untuk dijalankan
25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Nagan Raya. Jarak lokasi penelitian dengan Ibukota Suka Makmue - Nagan Raya
30 km. Luas Daerah Kabupaten Nagan Raya seluruhnya ± 3.363,72 km².
Kecamatan Kuala Pesisir dengan ibukota Padang Rubek dengan luas Kecamatan ±
76,34 km², persentase luas kecamatan terhadap luas kabupaten 2,15 persen,
Kecamatan Kuala Pesisir memiliki jumlah penduduk laki-laki 8.053 jiwa dan
perempuan 7.619 jiwa, total jumlah keseluruhan penduduk 15.672 jiwa, yang
tersebar dalam 3 mukim yaitu Mukim Kuala Trang, Kuala Tuha, dan Kuala Baro.
Jumlah desa di Kecamatan Kuala Pesisir adalah sebanyak 16 desa, dan salah
satunya adalah Desa Purwodadi. Secara geografis kecamatan Kuala Pesisir
terletak pada ketinggian 0,6-1 m dpl dengan suhu rata-rata 21-330C. Adapun
batas-batas Wilayah Kecamatan Kuala Pesisir sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuala
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya
Desa Purwodadi merupakan salah satu desa dalam wilayah kecamatan
Kuala Pesisir, dengan jarak tempuh ke ibukota kecamatan 6 Km, Purwodadi
memiliki luas wilayah ± 150 ha, terbagi dalam 5 dusun, dengan topografi wilayah
desa adalah dataran, terletak pada ketinggian rata-rata 9 (m) dpl, berpenduduk
26
padat laki-laki 716 jiwa, perempuan 723 jiwa total keseluruhan penduduk 1.439
jiwa tingkat kepadatan penduduk 959 jiwa/Km2.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berada dalam wilayah Desa
Purwodadi kecamatan Kuala Pesisir, khususnya pada Analisis pendapatan
Pedagang Sayur Keliling di Purwodadi kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya.
4.2 Deskripsi Responden
Deskripsi responden dalam penelitian ini adalah gambaran/keadaan atau
ciri-ciri para responden yang menjadi sampel yaitu para pedagang sayur keliling
yang melakukan pekerjaan sebagai tukang sayur keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Adapun deskripsi sampel
meliputi umur, pendidikan, pengalaman, modal dan jenis sayuran dalam hal ini
pedagang sayur keliling.
a. Umur
Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur dapat
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini;
Tabel 3. Karakteristik Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir, Tahun 2016 berdasarkan umur
No Kelompok Umur (Th) Jumlah Responden Persentase
1 31-40 6 67
2 41-50 3 33
Jumlah 9 100 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Jumlah responden secara
keseluruhan adalah 9 orang responden atau sampel, dimana sebanyak 6 orang atau
56 persen sampel berumur antara 31-40 tahun dan sebanyak 3 orang sampel atau
27
33 persen sampel berumur 41-50 tahun. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik
responden dari segi umur dapat dilihat pada lampiran 2.
b. Pendidikan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4 dibawah ini;
Tabel 4. Karakteristik Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir, Tahun 2016 berdasarkan pendidikan.
No Tingkat pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1 SMA 6 67
2 SMP 1 11
3 SD 2 62
Jumlah 9 100 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dijlaskan bahwa pendidikan sampel
adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh setiap sampel yang mana di
buktikan dengan ijazah. Karakteristik sampel dari segi pendidikan dapat dilihat
bahwa sebanyak 6 orang sampel atau 67 persen sampel yang berpendidikan SMA,
kemudian sampel yang berpendidikan SMP adalah sebanyak 1 orang sampel atau
11 persen, dan kemudian sampel yang berpendidikan SD adalah sebanyak 2 orang
sampel atau 22 persen. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi
pendidikan dapat dilihat pada lampiran 2.
c. Pengalaman pedagang sayur keliling
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman berdagang
sayuran keliling dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini;
28
Tabel 5. Karakteristik Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir, Tahun 2016 berdasarkan pengalaman. No Pengalaman berdagang sayur Jumlah Responden Persentase
1 5-10 tahun 5 56
2 11-20 tahun 4 44
Jumlah 9 100 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Pengalaman berdagang sayur keliling adalah lamanya para responden
menjalankan usahanya dalam hal berdagang sayur keliling, dimana sebanyak 5
orang atau 56 persen responden memiliki pengalaman selama 5-10 tahun dan
sebanayak 4 orang responden atau 44 persen responden yang memiliki
pengalaman selama 11-20 tahun. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik
sampel dari segi pengalaman usaha dapat dilihat pada lampiran 2.
d. Modal
Jumlah dan persentase responden berdasarkan modal berdagang sayuran
keliling dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini;
Tabel 6. Karakteristik Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir, Tahun 2016 berdasarkan modal. No Modal usaha (Rp) Jumlah Responden Persentase
1 1.000.000-3.500.000 5 56
2 3.600.000-5.500.000 4 44
Jumlah 9 100 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Modal usaha dalam berdagang sayur keliling adalah modal yang
dipergunakan untuk membeli sayuran dan peralatan berdagang responden
menjalankan usahanya dalam hal dagang sayur keliling, dimana sebanyak 5 orang
atau 56 persen responden memiliki modal sebanyak Rp. 1.000.000-3.500.000,-
dan sebanayak 4 orang responden atau 44 persen responden yang memiliki modal
berdagang sebanyak Rp. 3.600.000-5.500.000,-. Untuk lebih jelasnya tentang
karakteristik sampel dari segi modal usaha dapat dilihat pada lampiran 2.
29
4.3 Jenis Biaya
Biaya yang dikeluarkan oleh para pedagang sayur keliling per sekali
dagangan/sekali jalan untuk menjual daganganya terdiri dari beberapa jenis biaya
yaitu biaya yang dikeluarkan antara lain untuk membeli sepeda motor, keranjang,
premium, service kenderaan, biaya konsumsi dan bermacam jenis sayurn. Biaya-
biaya tersebut di kelompokkan dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Jumlah biaya tetap (penyusutan) keranjang sayur dan oli. Rata-rata biaya
tetap yang dikeluarkan untuk berdagang sayur keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya adalah sebesar Rp. 878.539,-
Per bulan.
Sedangkan jumlah biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pedagang
sayur keliling berbeda-beda tergantung pada jumlah sayuran yang di bawa dan
harga beli sayur di tingkat produsen, Jumlah rata-rata biaya tidak tetap (variabel)
pedagang sayur keliling untuk membeli bermacam jenis sayuran (daun ubi,
bayam, kangkung, kacang panjang, tempe, tahu, toge, tape, sawi, pakis, genjer dan
daun katu). Biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk berdagang sayur keliling di
Desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya adalah sebesar
Rp. 5.535.000,- perbulan. Dengan demikian rata-rata total keseluruhan biaya yang
dikelurkan pedagang sayur keliling di Desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya adalah sebesar Rp. 6.416543,- perbulan. Untuk lebih
jelasnya tentang biaya yng dikeluarkan pedagang sayur keliling dapat dilihat pada
lampiran 3, 4 dan 5.
30
4.4 Analisis Penerimaan
Analisis penerimaan usaha berdagang sayur keliling adalah penerimaan
yang didapatkan oleh pedagang dalam menjalankan usahanya dalam berdagang
sayur keliling atau hasil penjualan sayuran yang dihasilkan per bulan jualan.
Penerimaan pedagang didapat dari hasil penjualan sayuran di kalikan
dengan harga penjualan per bulan jualan, dimana penerimaan pedangan sayur dari
hasil penjualan sayuran berbeda-beda menurut jumlah sayur yang dibawa dan
harga jual. Jumlah rata-rata penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran daun
ubi perbulan adalah Rp. 9.610.000,-, selanjutnya jumlah rata-rata penerimaan dari
hasil penjualan jenis sayuran bayam per bulan adalah Rp. 1.355.556,-, kemudian
rata-rata penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran kangkung perbulan jualan
adalah Rp. 1.125.000,-, selanjutnya rata-rata penerimaan dari hasil penjualan
jenis sayuran kacang panjang per bulan adalah Rp. 953.333,-, selanjutnya rata-rata
penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran tempe per bulan adalah Rp.
1.773.333,-, selanjutnya rata-rata penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran
tahu per bulan adalah Rp. 833.333,-, selanjutnya rata-rata penerimaan dari hasil
penjualan jenis sayuran toge per bulan adalah Rp. 596.667,-, selanjutnya rata-rata
penerimaan dari hasil penjualan jenis panganan tape per bulan adalah Rp.
138.889,-, selanjutnya rata-rata penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran sawi
perbulan jualan adalah Rp. 1.070.000,-, selanjutnya rata-rata penerimaan dari
hasil penjualan jenis sayuran pakis perbulan jualan adalah Rp. 505.000,-,
selanjutnya rata-rata penerimaan dari hasil penjualan jenis sayuran genjer
perbulan adalah Rp. 373.333,-, dan terakhir rata-rata penerimaan dari hasil
penjualan jenis sayuran daun katu perbulan adalah Rp. 142.222,-.
31
Dengan demikian total keseluruhan penerimana per bulan yang diperoleh
pedagang sayur keliling di Desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya adalah sebesar Rp. 9.510.000,-. Untuk lebih jelasnya tentang
penerimaan pedagang sayur keliling dapat dilihat pada lmpiran 6.
4.5 Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan pedagang sayur keliling adalah hasil pengurangan
antara total penerimaan yang diterima pedagang sayur keliling per sekali jualan
dengan total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang tersebut per sekali jualan.
Jumlah pendapatan pedagang sayur keliling berbeda-beda antara satu pedagang
dengan pedagang lainnya tergantung pada besarnya jumlah penerimaan dan biaya
pedagang pada hasil penjualan sayuran per sekali jualan.
Tabel 7. Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir, Tahun 2016.
Nomor Total Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan
Sampel Per Bulan Per Bulan Per Bulan
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 = (2 - 3)
1 10.635.000 7.810.000 2.825.000
2 1.295.000 7.299.630 3.995.370
3 8.520.000 6.006.667 2.513.333
4 9.360.000 6.416.667 2.943.333
5 8.330.000 5.905.833 2.424.167
6 9.725.000 6.598.333 3.126.667
7 9.145.000 7.101.667 2.043.333
8 8.940.000 5.215.556 3.724.444
9 9.640.000 7.487.500 2.152.500
Jumlah 85.590.000 57.748.889 27.561.111
Rata-rata 9.510.000 6.416.543 3.062.346 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
32
Penerimaan rata-rata hasil penjualan pedagang sayur keliling adalah
sebesar Rp. 9.510.000,- dengan biaya yang dikeluarkan untuk berdagang sayur
keliling tersebut adalah sebesar Rp. 6.416.543,- per bulan. Maka pendapatan rata-
rata pedagang sayur keliling di Desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Rp. 3.06.346,-.
4.6 Total R/C
Untuk melihat kelayakan usaha dapat dihitung dengan menggunakan
rumus return Cost Ratio (R/C) dimana untuk menghitung R/C dilakukan dengan
membagi antara penerimaan yang diterima oleh dari hasil penjualan sauran
dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang sayur keliling itu sendiri. Jika
didapat hasil R/C lebih besar dari 1, maka usaha dagang sayur keliling di Desa
Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya sudah layak untuk
dijalankan, akan tetapi jika R/C lebih kecil dari 1, maka usaha dagang sayur
keliling di Desa Purwodadi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
tidak layak untuk dijalankan.
33
Tabel 8. R/C Pedagang Sayur Keliling di Desa Purwodadi Kecamatan Kuala
Pesisir, Tahun 2016
Nomor Total Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan
Sampel Per Bulan Per Bulan Per Bulan R/C
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 = (2 - 3) 5 = (2 : 3)
1 10.635.000 7.810.000 2.825.000 1,36
2 11.295.000 7.299.630 3.995.370 1,55
3 8.520.000 6.006.667 2.513.333 1,42
4 9.360.000 6.416.667 2.943.333 1,46
5 8.330.000 5.905.833 2.424.167 1,41
6 9.725.000 6.598.333 3.126.667 1,47
7 9.145.000 7.101.667 2.043.333 1,29
8 8.940.000 5.215.556 3.724.444 1,71
9 9.640.000 7.487.500 2.152.500 1,29
Jumlah 85.590.000 57.748.889 27.561.111 1,48
Rata2 9.510.000 6.416.543 3.062.346 1,48 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil R/C pada para pedagang sayur
keliling adalah jumlah hasil pembagian dari jumlah total penerimaan dengan
jumlah total biaya, dimana jumlah total penerimaan rata-rata pedagang sayur
keliling adalah sebesar Rp. 9.510.000,- sedangkan jumlah total biaya rata-rata
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 6.416.543,-, dengan demikian maka jumlah
total rata-rata R/C pedagang adalah 1,48. Hal ini berarti para pedagang sayur
keliling dalam menjalankan usaha dagangan sayur kelilingya akan mendapatkan
penerimaan sebesar 1,48 rupiah untuk setiap 1 rupiah yang dikeluarkan (usaha
pedagang sayur keliling sudah layak karena R/C dari keseluruhan pedagang sama
dengan lebih besar dari 1 ). Maka usaha dagang sayur keliling di Desa Purwodadi
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya sudah layak untuk dijalankan.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilkukan dalam penelitian ini, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha berdagang sayur keliling
oleh masing-masing pedagang berkisar Rp. 6.416.543,-, sedangkan
penerimaan yang diperoleh oleh masing-masing pedagang berkisar Rp.
9.510.000,- dan pendapatan atau keuntungan yang diperoleh oleh masing-
masing pedagang per bulan berkisar Rp. 3.062.346,-
2. Kelayakan usaha dagang sayur keliling rata-rata adalah sebesar 1,48. Hal ini
berarti para pedagang sayur keliling dalam menjalankan usaha dagangan
sayur kelilingya akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,48 rupiah untuk
setiap 1 rupiah yang dikeluarkan (usaha pedagang sayur keliling sudah
layak karena R/C dari keseluruhan pedagang sama dengan lebih besar dari
1).
5.2 Saran
Disarankan bagi para pedagang sayur keliling dapat lebih memperhatikan
kesegaran sayuran, kebersihan dagangan, tepat waktu dan melayani konsumen
dengan baik, lebih memperbanyak jenis sayuran sehingga akan meningkatkan
pendapatan usaha yang dijalankan lebih menguntungkan dan berkelanjutan.
35
35
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Ir. H. MA. (2003). Urban Hidden Economy Peran tersembunyi
Sektor Informal Perkotaan, Lembaga Penelitian ITS: Surabaya.
Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.
Dyckman, Dukes, dan Davis. 2001. Akuntansi Intermediate. Edisi 3. Jakarta :
Erlangga
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk
Kascing. (Skripsi). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.
Hadisoeganda, A. W. W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia.
Monograft No. 4, Bandung.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Lipsey, G. R., Peter, O. S. dan Douglas, D. P. 2002. Pengantar Mikroekonomi 1
Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan Kirbrandoko. Erlangga.
Jakarta
Mahmud, Mien K. dkk. 2003. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mubyarto. 2005. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi kelima, Cetakan ketujuh. Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta.
Noor. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2005 tentang penataan pedagang kaki lima
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso, H.B.2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Cetakan I. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
36
Soekarwati. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Sukirno, S. 2013. Mikro Ekonomi (Teori Pengantar). PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sumarti. 2003. Ekonomi Lokal. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Supari. 2001. Manajemen Produksi dan Operasi Agribisnis Hortikultura. Seri
Praktek Ciputri Hijau. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Syaukat dan Sutara, (2004). Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Jurusan
Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil
37
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian.
DAFTAR PERTANYAAN (QUISIONER)
ANALISIS PENDAPATAN USAHA SINGKONG GAUL DI DESA
IDENTITAS RESPONDEN
Nomor Responden : ..........................................................................
Nama : ..........................................................................
Jenis Usaha : Pedagang Sayur Keliling
Modal :
Pengalaman Usaha :.........................................................................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenankanlah kami mengajukan beberapa pertanyaan dibawah ini sebagai
bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi pada
program Sarjana Pertanian Universitas Teuku Umar
Nama : MUHAMMAD SAPARI
NIM : 09C10404013
Program Studi : Agribisnis
Judul Penelitian : Analisis pendapatan pedagang sayur keliling di Desa
Purwodadi Kabupaten Nagan Raya
Kami ucapkan terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr memberikan jawaban
dengan baik terhadap daftar pertanyaan ini.
38
Uraian Fisik Satuan Volume Biaya Satuan
(Rp)
1. Biaya Tetap
2. Biaya Variabel
3. Penerimaan
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50