analisis pendapatan usahatani pisang ambon...

103
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) SKRIPSI TEGUH PURWADI H34050065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i

Upload: vuongthuy

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI

(Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

SKRIPSI

TEGUH PURWADI H34050065

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009 

i  

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

ii

ABSTRACT

This study analyzed banana farms in Talaga Village, Cianjur District, West Java. The objectives of the study were to describe the banana farms condition, to analyze cost stucture and farmer income that cultivated banana farm by semi-intensive croping system based on standard operating procedure (SOP) from Primatani program. Data for this study were generated from 30 respondents randomly on Mei 2009. The respondents were banana farmers that joined in Primatani Program. Descriptive analysis, income analysis, and efeciency analysis were used in analyzing the data. The identification result revealed that all of farmer cultivate their banana by intercroppping system. The result of analysis showed that there were changes in cultivation methodes and farmer institution after joined in Primatani. The cost analysis suggest that the majority of cost component was natural fertilizer. The income analysis and efeciency analysis showed that the cultivation banana by SOP from Primatani profitable. It was proved by net profit value (Rp 16.945.968,69) and R/C value (more than one).

Key Word: banana farmer’s income, banana farm, primatani program.

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

iii

RINGKASAN TEGUH PURWADI. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah Bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Pisang merupakan buah dengan tingkat konsumsi paling tinggi diantara buah lainnya. Tetapi besarnya permintaan pisang belum dapat sepenuhnya dipenuhi oleh petani karena adanya persyaratan yang diinginkan oleh pasar yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Pisang produksi petani dianggap kurang berkualitas karena kulit buah yang tidak mulus dan banyak bercak-bercak, dan juga petani tidak mampu untuk berproduksi secara kontinyu dalam skala besar. Oleh karena itu pemerintah berusaha mengembangkan pisang dengan mengubah teknik budidaya sederhana tanpa aturan baku yang selama ini digunakan petani menjadi lebih intensif dengan menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO). Perubahan teknik budidaya dari teknik budidaya tradisional tanpa menerapkan SPO menjadi teknik budidaya dengan menerapkan SPO tentu akan menimbulkan biaya-biaya baru yang harus dikeluarkan petani. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kondisi usahatani pisang di Desa Talaga, serta menganalisis biaya dan pendapatan usahatani pisang dan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diterima petani dengan menerapkan SPO yang diberikan Primatani Penelitian dilakukan di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Dengan pertimbangan petani pisang di Desa Talaga sedang dibina agar bertani pisang dengan menerapkan SPO yang ada. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Mei 2009. Responden penelitian adalah petani pisang yang sedang dibina oleh Primatani dan mendapatkan bantuan Pinjaman Modal Usaha Kelompok (PMUK), sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani, efisiensi (R/C). Selain melihat pendapatan usahatani pisang dalam penelitian ini juga dilakukan analisis terhadap perubahan yang terjadi pada kondisi usahatani pisang Desa Talaga dengan adanya Primatani Perubahan-perubahan yang terjadi dengan adanya Primatani meliputi perubahan teknik budidaya pisang yang dilakukan petani yang pada awalnya budidaya dilakukan tanpa aturan baku dengan adanya Primatani petani mulai menggunakan SPO dalam menjalankan budidaya pisang. Selain perubahan pada teknik budidaya, pada beberapa kelembagaan juga terjadi perubahan. Perubahan pada kelembagaan produksi, yaitu petani pisang dihimpun dalam lima kelompok tani. Pengelompokan petani dalam kelompok tani mempermudah petani dalam memperoleh pendanaan yang dapat dilihat dari diberikannya bantuan PMUK. Pada kelembagaan pemasaran terjadi perubahan meliputi sistem penjualan yang sebelumnya menggunakan sistem ijon dan beli tandan, setelah ada Primatani berubah dengan menggunakan sistem per kg berat tandan, selain itu juga dibentuk pemasaran kelompok dengan melibatkan unsur tengkulak yang sudah ada sebelumnya. Teknik budidaya pisang yang dilakukan oleh petani adalah penerapan SPO yang ada dengan sistem penanaman tumpangsari. Hasil analisis biaya usahatani

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

iv

menunjukkan bahwa pada tahun 2008, total biaya usahatani pisang per hektar sebesar Rp. 16.991.076,49, yang terdiri dari biaya tunai sebesar Rp. 11.298.555,48 dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 5.692.521,01. Hasil analisis penerimaan usahatani menunjukkan produksi yang dihasilkan sebesar 20.526,48 kg, dengan penerimaan tunai sebesar Rp. 33.937.045,18. Pendapatan yang diperoleh selama satu tahun dari luas lahan satu hektar adalah sebesar Rp. 16.945.968,69.

Hasil analisis efisiensi menunjukkan budidaya pisang di Desa Talaga menguntungkan untuk dijalankan dengan nilai imbangan biaya dan penerimaan sebesar 3,00 terhadap biaya tunai dan 2,00 terhadap biaya total. Hasil analisis penerapan SPO menunjukkan bahwa ada beberapa SPO yang penerapannya belum maksimal diantaranya pemakaian bibit unggul, Trichoderma, plastik poliethilen biru (brongsong) dan jarak tanam

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan penulis yaitu petani harus lebih memaksimalkan penerapan SPO, terlebih lagi untuk penerapan beberapa SPO yang dinilai penting tetapi penerapannya belum maksimal seperti bibit unggul, Trichoderma, plastik poliethilen biru (brongsong) dan jarak tanam. Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan beberapa SPO yang kurang maksimal, karena penerapan SPO tersebut sebelum adanya pembinaan dari Primatani belum dilakukan oleh petani. Pemberian bantuan yang berupa dana dan saprodi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan petani, dan juga perlu adanya pengawasan, agar bantuan yang diberikan digunakan sesuai dengan tujuan pemberian bantuan, lembaga pemasaran dengan melibatkan tengkulak perlu dilakukan perubahan dalam sistem pembayaran dan bagi hasil antara tengkulak dan kelompok tani sehingga tercipta pemasaran kelompok yang menguntungkan baik bagi kelompok tani maupun tengkulak.  

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

v

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI

(Kasus : Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

TEGUH PURWADI H34050065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

vi

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui

Program Primatani (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan

Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama : Teguh Purwadi

NIM : H34050065

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001

Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

vii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani (Kasus : Desa

Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” adalah karya

saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Teguh Purwadi H34050065

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 14 April

1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak

Khodirin dan Ibunda Wibiani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Rejosari pada

tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di

SLTP Negeri 1 Bojong. Pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Pekalongan

pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2005.

Pada tahun 2006 penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen dengan kurikulum Mayor-Minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tergabung dalam organisasi

mahasiswa daerah IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan dan Batang) pada

tahun 2005-2009

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani (Kasus: Desa

Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan kondisi usahatani pisang di desa

Talaga dengan program Primatani, menganalisis penerimaan dan biaya dari

usahatani pisang, dan menganalisis pendapatan yang diterima petani dari

usahatani pisang serta menganalisis efisiensi biaya terhadap penerimaan usahatani

pisang.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009

Teguh Purwadi

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Etriya, SP. MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

3. Yeka Hendra Fatika, SP yang telah menjadi pembimbing akademik dan

seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa

yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Petani pisang, pihak Primatani, pihak Desa Talaga atas waktu,

kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 42 atas

semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta

seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

Bogor, September 2009

Teguh Purwadi

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi

I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3 1.3. Tujuan dan Kegunaan ........................................................... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7 2.1. Gambaran Komoditas Pisang ............................................... 7 2.1.1. Karakteristik Pisang .................................................... 7

2.2. Primatani ............................................................................ 9 2.3. Usahatani Pisang ................................................................... 12

III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 16 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 16 3.1.1. Usahatani .................................................................... 16 3.1.2. Penerimaan Usahatani ................................................. 16 3.1.3. Biaya Usahatani .......................................................... 17 3.1.4. Pendapatan Usahatani ................................................. 17

3.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C ratio) ....................... 17 3.4. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 18

IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 21 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 21 4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 21 4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................. 22 4.4. Metode Pengolahan Data ...................................................... 22 4.5. Analisis Pendapatan Usahatani .............................................. 22

V GAMBARAN UMUM DESA TALAGA .................................. 27 5.1 Letak dan Luas Wilayah .......................................................... 27 5.2. Kondisi Alam.......................................................................... 28 5.3. Demografi ............................................................................... 29

VI PRIMATANI DESA TALAGA ................................................. 32 6.1. Rancang Bangun Primatani Desa Talaga ............................... 32 6.1.1. Inovasi Teknologi ......................................................... 33 6.1.2. Inovasi Kelembagaan ................................................... 37 6.1.3. Skenario Model............................................................. 40 6.2. Perkembangan Primatani di Desa Talaga .............................. 42 6.2.1. Perkembangan Teknik Budidaya Pisang ...................... 42 6.2.1.1. Persiapan dan Pengolahan Lahan ................. 42 6.2.1.2. Pemeliharaan ................................................. 44 6.2.1.3. Pengendalian Hama dan Penyakit ................ 46

xi

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

6.2.1.4. Pemanenan .................................................... 48 6.2.2. Perkembangan Kelembagaan Pemasaran Pisang ......... 49 6.2.3. Perkembangan Kelembagaan Saprodi ......................... 53 6.2.4. Perkambangan Kelembagaan Produksi Pisang ............ 53

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON DESA TALAGA .......................................................... 55 7.1. Karakteristik Responden......................................................... 55 7.1.1. Umur dan Pengalaman Usahatani................................. 55 7.1.2. Tingkat Pendidikan ...................................................... 56 7.1.3. Status Usahatani .......................................................... 57 7.1.4. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Pisang................. 59 7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani .................................................... 61 7.2.1. Analisis Penerimaan .................................................... 62 7.2.2. Analisis Biaya .............................................................. 62 7.2.2.1. Bibit .............................................................. 63 7.2.2.2. Pupuk ............................................................ 63 7.2.2.3.Trichoderma .................................................. 66 7.2.2.4. Brongsong ..................................................... 66 7.2.2.5. Tenaga Kerja.................................................. 66 7.2.2.6. Alat-alat Pertanian ........................................ 67 7.2.2.7. Lahan ............................................................. 68 7.2.2.8. Disinfektan .................................................... 69 7.2.3. Analisis Efisiensi ......................................................... 73 7.2.4. Analisis Penerapan SPO .............................................. 75

VIII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 76 8.1. Kesimpulan............................................................................. 76 8.2. Saran ...................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 78

LAMPIRAN .......................................................................................... 80

xii

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konsumsi Perkapita Beberapa Buah Nasional Tahun 2003-2006 ....................................................... 1

2. Produksi dan Ekspor Pisang Nasional Tahun 2003-2007 ....................................................... 2

3. Komponen Penyusun Pendapatan Usahatani Pisang ................. 26

4. Luas Wilayah Desa Talaga Menurut Penggunaannya Tahun 2008 ....................................................... 28

5. Jenis, Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Desa Talaga Tahun 2008............................................................. 29

6. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 ....................................................................... 29

7. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Kelompok Pekerjaan Tahun 2008................................................................ 30

8. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ................................................. 31

9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Ukuran Lubang Tanam dan Jarak Tanam ............................................... 43

10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur Tahun 2008 ................................................................................. 55

11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pisang Tahun 2008........................... 56

12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ................................................. 57

13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008 ............................................ 58

14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Tanaman Sela Tahun 2008 ................................................ 59

15. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan yang Ditanami Pisang Ambon Tahun 2008.................................................................................. 60

16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun 2008 ..................................... 61

17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Penggunaan Pupuk Tahun 2008.................................................. 65

18. Jenis dan Nilai Penyusutan Peralatan Usahatani Pisang per Hektar Tahun 2008 ................................................... 68

xiii

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

19. Perbandingan Usahatani Pisang Desa Talaga dengan Penelitian Terdahulu....................................................... 72

20. Rata-rata Pendapatan Petani Responden per Hektar di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur Tahun 2008 ................................ 74

xiv

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pikir Operasional Analisis Pendapatan Usahatani Pisang di Desa Talaga, Cugenang, Cianjur melalui Program Primatani ........................................... 20

xv

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Panen Pisang Indonesia (dalam ha) Tahun 2000-2003 ..................................................... 81

2. Karakteristik Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008 ............................................................ 82

3. Jenis dan Jumlah Alat Budidaya Pisang Petani Responden Desa Talaga Per Hektar Tahun 2008 ................................................................................. 83

4. Produksi Pisang Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008 ............................................................ 84

5. Penggunaan Pupuk Anorganik per Rumpun per Tahun Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008 ............................................................ 85

6. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Petani Responden per Tahun Desa Talaga Tahun 2008 .......................................... 86

7. Penggunaan Brongsong, Trichoderma, Disinfektan Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008 ............................................................ 87

xvi

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki lahan yang cocok untuk membudidayakan pisang.

Kecocokan lahan ini dapat dilihat dari pisang dapat tumbuh di sebagian besar

propinsi di Indonesia dengan areal tanam yang semakin luas. Indonesia memiliki

lebih dari 200 jenis pisang, keragaman jenis pisang ini tentunya dapat memberikan

peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan pisang sebagai komoditas unggulan

untuk menghasilkan devisa.

Di Indonesia, pisang merupakan buah dengan tingkat konsumsi perkapita

yang paling tinggi diantara buah lainnya (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa

tingkat konsumsi per kapita tertinggi untuk pisang adalah pada tahun 2005 yaitu 8,89

kg/th. Tingginya tingkat konsumsi pisang ini disebabkan karena pisang merupakan

buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Pasokan pisang yang tidak mengenal

musiman menyebabkan harga pisang relatif stabil. Kecenderungan peningkatan

konsumsi perkapita menunjukkan bahwa untuk pasar dalam negeri pisang masih

memiliki pasar yang terbuka, ditambah lagi laju pertambahan penduduk Indonesia

yang cenderung naik.

Tabel 1. Konsumsi Perkapita Beberapa Buah Nasional Tahun 2003-2006

Konsumsi Perkapita (kg/tahun) NO Komoditas

2003 2004 2005 2006

1 Pisang 7,96 7,59 8,89 7,54

2 Nenas 0,47 0,52 0,47 0,42

3 Pepaya 2,44 2,34 3,28 2,03

Sumber : Ditjen Hortikultura, 2007 (diolah)

Budidaya pisang tidak membutuhkan investasi mahal, seperti laboraturium

ataupun rumah kaca sehingga dapat dijalankan pada berbagai skala usaha, pisang juga

dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain, hal ini cocok dengan karakteristik

petani Indonesia yang memiliki keterbatasan modal dan juga lahan yang sempit.

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

2

 

Tumpangsari pisang dengan tanaman lainnya akan memberikan tambahan pendapatan

bagi petani terlebih lagi produksi pisang yang tidak mengenal musim, pisang dapat

diandalkan sebagai sumber pendapatan selama proses menunggu waktu panen

tanaman musiman.

Selain memenuhi kebutuhan pisang dalam negeri, produksi pisang Indonesia

juga telah diekspor. Negara tujuan ekspor pisang Indonesia adalah Jepang, Singapura,

Malaysia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat dan Belanda.

Sebagian besar pisang yang diekspor adalah pisang produksi perusahaan perkebunan

swasta yang berskala besar. Sedangkan pisang produksi petani kecil sulit untuk

diekspor karena berbagai kendala seperti kualitas yang rendah dan ketidakseragaman

dalam ukuran, kualitas dan panen. Oleh karena itu meskipun terjadi peningkatan

jumlah produksi, masih terdapat selisih yang sangat besar antara jumlah produksi

dengan jumlah pisang yang diekspor. Jumlah produksi dan jumlah pisang yang

diekspor dapat dilihat di Tabel 2. Pada Tabel 2 ditunjukkan produksi pisang ditahun

2006 mencapai 5.037.472 ton tetapi hanya 4.443.188 kg pisang yang dapat diekspor.

Tabel 2. Produksi dan Ekspor Pisang Nasional Tahun 2003-2007

Tahun Produksi (ton) Ekspor (kg)

2003 4.177.155 244.652

2004 4.874.439 1.197.495

2005 5.177.608 3.647.027

2006 5.037.472 4.443.188

2007 5.454.226 -

Sumber : Ditjen Hortikultura, 2007 (diolah)

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pisang adalah rendahnya

kualitas pisang yang dihasilkan oleh petani, rendahnya kualitas produksi pisang

petani dapat dilihat dari penampilan buah yang tidak menarik, ukuran buah yang tidak

maksimal. Rendahnya kualitas akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima

petani. Rendahnya kualitas ini berkaitan erat dengan cara berproduksi dari petani.

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

3

 

Oleh karena itu untuk dapat memanfaatkan potensi-potensi yang ada sekaligus

meningkatkan pendapatan petani, perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi

sekaligus kualitas pisang, salah satunya dengan melakukan program intensifikasi

dalam budidaya pisang dan membentuk sistem agribisnis pisang yang terintegrasi.

Departemen Pertanian sebagai lembaga yang bertugas untuk memajukan

pertanian berusaha untuk selalu mendorong berkembangnya pertanian ke arah yang

lebih baik, salah satu program yang sedang dijalankan oleh Departemen Pertanian

melalui BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) adalah Program Primatani.

Primatani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi

Pertanian) yaitu program yang bertujuan untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi

tepat guna dan menciptakan pertanian yang terintegrasi, sehingga petani dapat

menghasilkan produk-produk yang memenuhi persyaratan pasar yaitu K3 (kualitas,

kuantitas dan kontinuitas), yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

petani.

Program Primatani yang dijalankan di tiap lokasi berbeda-beda komoditas

unggulannya, disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah dan tingkat

keberhasilan dari komoditas yang akan dikembangkan. Setelah dilakukan berbagai

penelitian mengenai potensi daerah yang ada dan menyelaraskan dengan program

Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur yang sedang berusaha untuk meningkatkan

kualitas dan produksi pisang Cianjur maka Primatani di daerah Cianjur mengangkat

pisang sebagai komoditas unggulan. Pisang Cianjur memiliki rasa yang khas tetapi

dalam pengelolaan usahataninya belum dilakukan secara baik sehingga kualitas yang

dihasilkan tidak maksimal dengan harga jual yang rendah. Adanya Primatani yang

membawa teknologi tepat guna di Cianjur diharapkan dapat membantu petani dalam

memproduksi pisang sesuai dengan permintaan pasar, sehingga kesejahteraan petani

pisang dapat meningkat.

1.2. Perumusan Masalah

Permintaan pisang masih sangat tinggi baik permintaan domestik maupun

permintaan dari luar negeri. Besarnya permintaan pisang ternyata belum dapat

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

4

 

dimanfaatkan oleh petani. Pisang produksi petani tidak dapat memenuhi persyaratan

yang diinginkan oleh pasar yaitu persyaratan dalam kualitas, kuantitas dan

kontinuitas. Pisang produksi petani kecil dianggap kurang berkualitas karena kulit

buah yang tidak mulus dan banyak bercak-bercak, dan juga petani tidak mampu untuk

berproduksi secara kontinyu dalam skala produksi besar, sehingga pisang produksi

petani hanya masuk ke pasar-pasar tradisional dengan harga jual ditingkat petani yang

rendah. Rendahnya kualitas menyebabkan rendahnya harga yang diterima sehingga

akan berpengaruh terhadap penerimaan petani.

Rendahnya kualitas produk-produk pertanian khususnya pisang disebabkan

karena beberapa faktor diantaranya teknik budidaya yang masih tradisional dan tidak

didukung dengan teknologi yang tepat, sehingga perlu adanya perubahan dari

berbagai segi agar pisang dari petani dapat meningkat kualitas maupun kuantitasnya.

Departemen Pertanian berusaha untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan

kuantitas produk-produk pertanian melalui berbagai program kerja, salah satunya

adalah melalui program Primatani yang dijalankan oleh BPTP sejak tahun 2005.

Primatani yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mempercepat penyerapan

teknologi tepat guna oleh petani. Selain teknologi program ini juga bertujuan untuk

membangun sistem agribisnis yang terintegrasi di tiap daerah yang menjadi lokasi

Primatani berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut.

Primatani di Cianjur diselaraskan dengan program Dinas Pertanian Kabupaten

Cianjur yang sedang berusaha untuk mengembangkan pisang sebagai komoditas

unggulan daerah. Primatani di Cianjur dipusatkan di Desa Talaga Kecamatan

Cugenang yang selanjutnya diharapkan, manfaat yang diterima petani dapat

menyebar ke petani-petani di desa lainnya. Sejak tahun 2007 Prima tani telah

melakukan berbagai program kegiatan dalam upaya meningkatkan kualitas dan

kuantitas pisang yang dihasilkan oleh petani di Desa Talaga, salah satunya dengan

memberikan pembinaan kepada petani untuk menerapkan Standar Prosedur

Operasional (SPO) dalam berbudidaya pisang. Selain dijalankan Program Primatani,

petani pisang di Desa Talaga juga diberikan bantuan modal yang disebut Pinjaman

Modal Usaha Kelompok (PMUK) yang bertujuan untuk membantu permodalan

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

5

 

petani dalam menjalankan budidaya pisang sesuai dengan SPO yang ada, tidak semua

petani pisang di Desa Talaga dapat memanfaatkan pinjaman tersebut karena adanya

keterbatasan dana dari pemerintah

Budidaya dengan menerapkan SPO akan menimbulkan penggunaan input

baru dan tambahan kegiatan baru sehingga akan meningkatkan pengeluaran petani.

Sedangkan petani sebagai produsen akan berusaha untuk menekan pemakaian input

untuk mendapat keuntungan, ditambah lagi tidak semua petani menerima pinjaman

modal sehingga mereka tidak dapat mencoba secara langsung SPO yang dianjurkan

Primatani karena adanya keterbatasan dana. Peningkatan biaya produksi yang terjadi

akan menimbulkan pertanyaan bagi petani, apakah dengan biaya yang semakin besar,

usaha yang mereka jalankan dapat memberikan keuntungan. Keraguan dan

keterbatasan modal petani akan menyebabkan petani untuk tidak menerapkan SPO

yang dianjurkan Primatani. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk

mengetahui seberapa besar pendapatan usahatani pisang di Desa Talaga dengan

menerapkan SPO.

Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan usahatani pisang dengan

menerapkan SPO maka perlu dikaji:

1. Bagaimana kondisi usahatani pisang di Desa Talaga dengan program Primatani ?

2. Bagaimana struktur penerimaan dan biaya dari usahatani pisang yang dijalankan

petani?

3. Bagaimana pendapatan usahatani pisang dengan program Primatani

4. Apakah biaya yang digunakan efisien terhadap penerimaan ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan skripsi ini sejalan dengan perumusan masalah yang

telah diuraikan diatas adalah :

1. Menggambarkan kondisi usahatani pisang di Desa Talaga dengan program

Primatani.

2. Menganalisis penerimaan dan biaya dari usahatani pisang.

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

6

 

3. Menganalisis pendapatan yang diterima petani dari usahatani pisang melalui

pendekatan usahatani.

4. Menganalisis efisiensi biaya terhadap penerimaan usahatani pisang.

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan berguna sebagai :

1. Bagi petani untuk mengetahui apakah usahatani yang dijalankan oleh petani

menguntungkan.

2. Bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan pisang dapat dijadikan

masukan dalam rangka menjalankan program-program pertanian yang

berhubungan dengan pengembangan pisang.

3. Sebagai wahana latihan peneliti dalam penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh

dibangku kuliah, serta bahan informasi bagi pembaca.  

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Komoditas Pisang

Kata pisang berasal dari bahasa Arab, yaitu maus yang oleh Linneus

dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada

Antonius Musa, yaitu seorang dokter pribadi kaisar Romawi Octaviani Agustinus

yang menganjurkan untuk memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin,

pisang disebut sebagai Musa paradisiacal.

Menurut sejarah pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar

agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Tengah yang kemudian pisang

menyebar keseluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara

penghasil pisang terkenal diantaranya adalah: Brasilia, Filipina, Panama, Honduras,

India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai.

2.1.1. Karakteristik Pisang

Pisang (Musa paradisiacal) dapat dikebunkan di dataran rendah hangat

bersuhu 21-32ºC dan beriklim lembab. Walaupun demikian pisang masih bisa

berkembang biak sampai pada ketinggian tempat 1.300 mdpl. Di dataran tinggi,

umur berbuah pisang menjadi lebih panjang dan kulit buahnya pun cenderung lebih

tebal.

Topografi yang dikehendaki tanaman pisang berupa lahan datar dengan

kemiringan 8º. Lahan tersebut terletak di daerah tropis antar 16ºLU-12ºLS. Apabila

suhu udara kurang dari 13ºC atau lebih dari 38ºC maka pisang akan berhenti tumbuh

dan kemudian mati. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak

mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat

ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.

Pertumbuhan optimal pisang dicapai di daerah yang mempunyai curah hujan

lebih dari 2.000 mm yang merata sepanjang tahun. Di daerah yang mempunyai

musim kering lebih dari 4-5 bulan, pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air

tanahnya maksimal 150 cm dibawah permukaan tanah. Pisang juga dapat tumbuh

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

baik dilahan berpasir atau berbatu kerikil, asalkan subur. Keasaman tanah (pH) yang

dikehendaki pisang adalah 5,5-7,5.

Pisang kurang baik ditanam di daerah yang anginnya bertiup kencang.

Kuatnya tiupan angin tersebut dapat mengakibatkan daun pisang sobek-sobek

sehingga akan berpengaruh terhadap buah pisang yang dihasilkan. Berdasarkan

persyaratan lingkungan tumbuh pisang tersebut, maka hampir semua wilayah di

Indonesia dapat ditanami pisang. Oleh karena itu, Indonesia tergolong potensial

sebagai penghasil pisang atau sentra produksi pisang.

Sebagai besar pisang yang dibudidayakan di dunia berasal dari dua spesies

liar, yaitu Musa acuinata dan Musa balbisiana. Pisang yang ada saat ini lebih dari

200 jenis dan setiap pisang mempunyai mutu dan rasa yang berbeda-beda. Menurut

Satuhu dan Supriyadi (1999) pisang digolongkan kedalam tiga jenis antara lain:

1) Jenis umum yaitu, tanaman pisang yang dibudidayakan untuk diambil

manfaatnya bagi kesejahteraan hidup manusia yang berasal dari jenis herba

berumpun yang hidupnya menahun, jenisnya dibagi tiga kelompok antara lain:

a) Pisang serat yaitu pisang yang diambil seratnya.

b) Pisang hias, yaitu pisang yang ditanam di muka rumah sebagai hiasan.

c) Pisang buah yang dibedakan menjadi empat golongan:

i) Pisang yang dimakan langsung setelah masak, misalnya pisang kepok,

pisang raja, pisang mas, pisang cavendish dan lain-lain.

ii) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya pisang

tanduk, pisang uli, pisang kapas, pisang bangkahalu, dan sebagainya.

iii) Pisang yang dimakan langsung setelah masak maupun diolah terlebih

dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja.

iv) Pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah, misal pisang klutuk.

2) Jenis pisang komersial banyak terdapat dipasaran, baik pasar umum maupun

supermarket. Jenis-jenis pisang ini banyak digemari masyarakat karena

keistimewaannya. Berikut jenis-jenis pisang komersial, pisang barangan, pisang

raja,pisang ambon kuning, pisang ambon lumut, pisang raja sere, pisang uli,

pisang raja jambe, pisang molo, pisang raja kul, pisang raja bulu, pisang kepok,

8  

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

pisang tanduk, pisang mas, pisang kidang, pisang lampung dan pisang tongkat

langit.

3) Jenis pisang liar seperti pisang awak, pisang barly dan sebagainya.

Di Indonesia panen pisang tidak mengenal musim, karena curah hujan

tersebar merata sepanjang tahun, dengan demikian produksi pisang dapat diatur

secara rinci sepanjang tahun sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sangat menguntungkan

petani terutama untuk ekspor (Purwanto 1994).

Tanaman pisang menghasilkan buah yang siap dipanen antara 9-18 bulan setelah

penanaman atau 80-120 hari setelah bunga pisang keluar, tergantung pada kultivar,

iklim dan cara bercocok tanam. Setelah panen pertama dilakukan, panen berikutnya

berlangsung sepanjang tahun, walaupun menghasilkan variasi musiman yang besar

(Purwanto 1994).

2.2. Primatani

Primatani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan

Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua

pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan pertanian, dalam bentuk

laboratorium agribisnis. Primatani dilaksanakan dengan empat strategi, yaitu:

1) Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan

paradigma penelitian untuk pembangunan.

2) Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis teknologi

inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem

agribisnis.

3) Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi inovatif

melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta

fasilitasi.

4) Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah

agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Tujuan utama Primatani adalah untuk mempercepat diseminasi dan adopsi

teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, serta

9  

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik

pengguna dan lokasi. Sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan

pengembangan, Primatani bertujuan untuk:

1) Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pemanggota percontohan sistem

dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif.

2) Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar, prototipe

alat atau mesin pertanian, model usaha pascapanen skala komersial) secara luas

dan desentralistis.

3) Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang untuk pemecahan

masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.

4) Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah

setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pemanggota percontohan sistem

dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara

mandiri.

Keluaran akhir Primatani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial

Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang

merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan

dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan

pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan antar subsistem, yang berbasis

agroekosistem, dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang

diperlukan. Keragaan yang dapat dilihat di lokasi AIP di antaranya adalah:

1) Sebagian besar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan mutu termasuk

konsistensinya dan dalam jumlah cukup.

2) Sebagian besar petani mengadopsi teknologi yang diimplementasikan.

3) Munculnya beberapa petani progresif sebagai agen pembaharuan pertanian.

4) Sebagian besar petani menikmati nilai tambah secara proporsional.

5) Sebagian besar petani berkembang usahanya yang dapat dilihat dari kemampuan

memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan, dan investasi.

6) Sebagian besar petani mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah

fluktuasi harga hasil usahataninya.

10  

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

7) Hasil pertanian mempunyai daya saing tinggi di pasar lokal maupun

internasional.

Primatani sebagai instrumen program pembangunan pertanian akan

memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Meningkatnya muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis.

2) Meningkatnya efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi komoditas

pertanian Indonesia.

3) Meningkatnya akuntabilitas Departemen Pertanian dalam pembangunan

pertanian melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi serta

kelembagaan pertanian.

Pengembangan agribisnis diarahkan untuk melakukan proses transformasi

struktur agribisnis dari pola dispersal menjadi pola industrial. Dalam agribisnis pola

industrial, setiap perusahaan agribisnis tidak lagi berdiri sendiri atau bergabung dalam

asosiasi horizontal. Setiap perusahaan memadukan diri dengan perusahaan-

perusahaan lain yang bergerak dalam seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur

produk vertikal (dari hulu hingga hilir) dalam satu kelompok usaha yang selanjutnya

disebut sebagai unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). AIP merupakan model

inovasi agribisnis yang digunakan dalam Primatani, dengan karakteristik utama

sebagai berikut:

1) Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam menghasilkan,

mengolah, dan memasarkan produk pertanian hingga ke konsumen akhir (alur

produk vertikal) dapat dipenuhi.

2) Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan fungsinya

secara harmonis dan dalam satu kesatuan tindak.

3) Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh komponen atau

anggota terjalin langsung melalui ikatan institusional (nonpasar).

Primatani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau

laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu :

1) Pendekatan agroekosistem, Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti

Primatani diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi

11  

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas,

dan komoditas dominan.

2) Pendekatan agribisnis, berarti dalam implementasi Primatani diperhatikan

struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani, pascapanen,

pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem.

3) Pendekatan wilayah, berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam

satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat

menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai

pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko

ekonomi akibat fluktuasi harga.

4) Pendekatan kelembagaan, berarti pelaksanaan Primatani tidak hanya

memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu

yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial,

norma, dan aturan yang berlaku di lokasi Primatani

5) pemberdayaan masyarakat. menekankan penumbuhan kemandirian petani dalam

pemanfaatan potensi desa.

Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model

pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis Industrial

Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di lokasi Primatani

yang berkelangsungan.

2.3. Usahatani Pisang

Dita (2005) melakukan penelitian tentang peranan pisang dalam ekonomi

usahatani di Desa Cilueksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peranan ekonomi pisang bagi petani di

wilayah penelitian ditinjau dari segi kontribusi pendapatannya, alokasi sumberdaya

yang dipakai, efisiensi usahataninya serta menganalisis curahan waktu pengusahaan

pisang relatif terhadap total curahan waktu. Hasil analisis dengan melihat besarnya

R/C yang diperoleh maka kontribusi pendapatan usahatani pisang terhadap

pendapatan usahatani total baik pada lahan sempit, sedang dan luas dilokasi

12  

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

penelitian relatif besar, sehingga disimpulkan bahwa dari segi pendapatan dan

efisiensi usahataninya pisang masih memiliki peranan ekonomi yang relatif tinggi

bagi petani di Desa Cilueksa sehingga layak untuk diusahakan.

Maharani (2008) melakukan analisis terhadap usahatani dan sistem tataniaga

pisang tanduk di Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Hasil

yang diperoleh dari perhitungan cabang usahatani yaitu biaya totalnya sebesar Rp.

236.492,00 dengan penerimaan sebesar Rp. 250.000,00, sehingga nilai R/C yang

dihasilkan sebesar 1,05 dari sini disimpulkan bahwa kegiatan usahatani pisang tanduk

di Desa Nanggerang hanya menghasilkan produksi yang rendah, sehingga kurang

menguntungkan untuk diusahakan.

Marhaeni (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan usahatani pisang di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan

Bogor Selatan, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan pisang

terhadap pendapatan rumah tangga petani dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan usahatani pisang. Berdasarkan analisis yang telah

dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pisang merupakan

komoditas yang masih mempunyai peran cukup besar dalam pendapatan rumah

tangga petani selain dari tanaman utamanya. Kontribusi usahatani pisang terhadap

total pendapatan petani masih relatif besar yaitu 21,33 persen untuk lahan sempit,

21,58 untuk lahan luas. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh nyata

terhadap pendapatan usahatani adalah luas lahan, tenaga kerja dan pendapatan non

pisang.

Rajagukguk (1998) menganalisis pendapatan usahatani dan pemasaran pisang

di Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur. Dalam penelitian

ini disebutkan bahwa pisang merupakan usahatani sampingan yang ditumpangsarikan

dengan tanaman lain seperti ubi kayu dan cabai keriting. Input yang digunakan

meliputi lahan (perhitungan luas lahan dengan menggunakan asumsi bahwa satu

rumpun pisang diukur dari luas kanopi yaitu 6 m2) tenaga kerja, peralatan (cangkul,

kored, golok, dan sabit) dan bibit, diantara input yang digunakan yang termasuk biaya

tunai hanyalah kewajiban atas lahan. Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pisang

13  

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan. Analisis

dibedakan berdasarkan perbedaan status lahan yaitu lahan milik dan lahan sewa,

dengan tingkat R/C petani dengan lahan sewa sebesar 6,92 dan R/C petani lahan

milik sebesar 7,35. Petani penyewa memilki R/C yang lebih besar disebabkan karena

perhatian petani kepada tanaman pisang lebih besar daripada petani milik sehingga

hasil panen yang didapatkan petani sewa lebih besar.

Manurung (1998) menganalisis pendapatan usahatani pisang di Desa Sadeng,

Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua

input yang digunakan berasal dari dalam keluarga artinya tidak ada input variabel

yang didapat dengan cara membeli. Pisang dijadikan tanaman untuk mengisi lahan-

lahan kosong dengan jarak tanam yang tidak teratur. Petani telah memberikan pupuk

kandang kepada pisang mereka. Pekerjaan untuk tanaman pisang tidak diberikan

waktu secara khusus hanya dilakukan jika petani memiliki waktu luang setelah

mengerjakan tanaman utama. Input yang digunakan meliputi lahan (perhitungan luas

lahan dengan menggunakan asumsi bahwa satu rumpun pisang diukur dari luas

kanopi yaitu 6 m2), tenaga kerja, peralatan (cangkul, kored, golok, dan sabit) dan

bibit, diantara input yang digunakan yang termasuk biaya tunai hanyalah kewajiban

atas lahan. Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pisang meliputi pengolahan

lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan. Nilai R/C yang diperoleh sebesar 6,12

jika tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung maka nilai R/C yang diperoleh

sebesar 78,53.

Keterangan diatas menunjukkan bahwa pisang dijadikan tanaman tumpangsari

yang hanya dibudidayakan di lahan-lahan kosong dengan perawatan seadanya,

dimana input yang digunakan sebagian besar merupakan input yang diperhitungkan

(tidak tunai), walaupun dibudidayakan dengan sederhana budidaya pisang selalu

dapat memberikan keuntungan bagi petani dalam menambah pendapatan usahatani

mereka. Input produksi yang digunakan dalam budidaya pisang meliputi lahan yang

menimbulkan biaya atas lahan, bibit yang sebagian besar didapatkan tanpa membeli,

peralatan meliputi cangkul, kored, golok, sabit, tenaga kerja yang semuanya berasal

dari dalam keluarga. Pada penelitian ini pisang masih dibudidayakan secara

14  

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

tumpangsari tetapi kegiatan dalam proses budidayanya, petani berupaya untuk

menerapkan SPO yang ada dengan pembinaan dari program Primatani. Dengan

penerapan SPO ini diduga akan menimbulkan cara budidaya dan biaya-biaya baru

yang berbeda pada penelitian sebelumnya.

15  

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Usahatani

Usahatani adalah bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir

faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga

memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah 2006). Menurut Soekartawi et

al. (1986) tujuan berusahatani adalah memaksimalkan keuntungan atau

meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana

mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk

mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya,

yaitu bagaimana menekan biaya sekecil mungkin untuk mencapai tingkat produksi

tertentu. Ciri usahatani Indonesia adalah : 1) sempitnya lahan yang dimilik petani, 2)

kurangnya modal, 3) terbatasnya pengetahuan petani dan kurang dinamis, dan 4)

tingkat pendapatan petani yang rendah.

Selanjutnya menurut Soeharjo dan Patong (1973) pengelolaan usahatani

bukan hanya mengemukakan tentang cara mendapatkan produksi yang maksimum

dari semua cabang usahatani yang diusahakan, akan tetapi juga bagaimana

mempertinggi pendapatan dari satu cabang usahatani.

Tingkat produksi dan produktivitas usahatani dipengaruhi oleh teknik

budidaya, yang meliputi varietas yang digunakan, pola tanam, pemeliharaan, dan

penyiangan, pemupukan serta penanganan pasca panen.

3.1.2. Penerimaan Usahatani

Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani

dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka

waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau

makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

17

 

akhir tahun (Soekartawi et al. 1986). Pendapatan kotor disebut juga dengan

penerimaan.

3.1.3. Biaya Usahatani

Soekartawi et al. (1986) biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh

terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak, penyusutan alat

produksi, bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel

merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah

produksi. Biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja.

Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak

tunai (Hernanto 1995). Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak

tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga

kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan

biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu

sewa lahan.

3.1.4. Pendapatan Usahatani

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani

disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,

pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke

dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan

usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan

usahatani (Soekartawi et al. 1986).

3.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio)

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga

petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan usahatani

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

18

 

merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan

keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga

dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R)

untuk setiap biaya (C) yang dikeluarkan (rasio R/C). Rasio R/C ini menunjukkan

pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk

memproduksi.

Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif

terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan

petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila R/C lebih

besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1,00. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil

satu (R/C<1) maka dikatakan bahwa untuk setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan

memberikan penerimanaan lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga usahatani dinilai tidak

efisien. Semakin tinggi nilai R/C, semakin menguntungkan usahatani tersebut (Gray

et al. 1992).

3.4. Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Talaga merupakan memiliki potensi untuk mengembangkan pisang

sebagi komoditas unggulan dilihat dari kondisi alam yang mendukung dan juga

kondisi sosial masyarakatnya. Pengembangan pisang di Desa Talaga terkendala

dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana sehingga kualitas pisang

yang dihasilkan rendah, dapat dilihat dari penampilan fisik pisang yang tidak menarik

dan berat pertandan pisang yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya

produktivitas yang dihasilkan. Untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada, maka

kendala-kendala yang ada perlu diatasi. Salah satu program yang dijalankan di Desa

Talaga untuk pengembangan pisang adalah Primatani. Pengembangan pisang yang

dijalankan Primatani adalah melalui dua inovasi pokok yaitu inovasi teknologi dan

inovasi kelembagaan. Pada inovasi teknologi Primatani membina petani untuk

membudidayakan pisang sesuai dengan SPO yang ada. Penerapan SPO ini tentunya

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

19

 

akan menimbulkan biaya-biaya yang sebelumnya tidak dikeluarkan oleh petani

dengan teknik budidaya tradisional. Oleh karena itu dengan mengadakan analisis

pendapatan usahatani, dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang didapat petani

dengan penerapan SPO. Selain itu, dengan melakukan analisis penerapan SPO dapat

diketahui apakah SPO yang diberikan telah dijalankan sepenuhnya oleh petani. Pada

inovasi kelembagan dilakukan perubahan-perubahan pada kelembagaan-kelembagaan

yang ada yang diharapkan menjadi perbaikan dari kondisi sebelum adanya Primatani.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada kelembagaan petani perlu dianalisis apakah

telah sesuai dengan yang direncanakan oleh Primatani. Oleh karena itu perlu dilihat

kondisi nyata yang terjadi dengan perencanaan yang dilakukan Primatani. Hasil

terhadap analisis-analisis yang dilakukan dapat dijadikan rekomendasi kepada petani

dan pemerintah. Kerangka pikir operasional disajikan pada Gambar 2.

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

20

 

Gambar 1. Kerangka Pikir Operasional Analisis Pendapatan Usahatani Pisang di Desa Talaga, Cugenang, Cianjur melalui Program Primatani.  

Rekomendasi

R/C > 1 R/C < 1

Analisis Biaya

Analisis Pendapatan Usahatani Pisang

Analisis Penerimaan

Analisis Penerapan SPO

Rugi Untung

Penerapan SPO Pelaksanaan Primatani

Potensi Pengembangan Pisang Desa Talaga

Kualitas Produksi Rendah

Perubahan Agribisnis Pisang Desa Talaga,

melalui Program Primatani

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten

Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa

Desa Talaga merupakan salah satu desa penghasil pisang di Kabupaten Cianjur dan di

desa tersebut pada tahun 2007-2008 sedang diadakan program Primatani dengan

pengembangan komoditas utama adalah pisang yang merupakan komoditas unggulan

nasional sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2009.

Topik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai, pendapatan

cabang usahatani pisang ambon (paling banyak ditanam) dengan teknik budidaya

menerapkan SPO dari Primatani.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer

yang digunakan bersumber dari data survei dan data hasil wawancara langsung. Data

survei diperoleh dengan melakukan survei langsung ke petani pisang dan melakukan

pengamatan langsung pada kegiatan Primatani. Data wawancara diperoleh dengan

melakukan wawancara kepada petani, pedagang pisang dan pihak desa serta pihak

pelaksana Primatani.

Wawancara dengan petani bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

teknik budidaya, pemasaran dan pendapatan usahatani. Pencarian informasi meliputi

karakteristik responden, program Primatani yang diikuti responden, kegiatan

budidaya, penggunaan input produksi, kendala-kendala yang dihadapi dilapangan

serta faktor-faktor produksi yang digunakan. Wawancara dengan pihak desa untuk

mendapatkan gambaran umum mengenai potensi desa yang ada. Wawancara dengan

pihak pelaksanaan Primatani untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan

Primatani.

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

22

 

Data sekunder bersumber dari instansi pemerintah, instansi swasta, penelitian

terdahulu, studi literatur di perpustakaan IPB yang mencakup skripsi, buku-buku dan

artikel yang berhubungan dengan pisang dan Primatani.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Petani pisang yang diambil sebagai sampel adalah 30 orang dari 104 petani

pisang yang menjadi anggota Primatani dan menerima bantuan dana program PMUK

(Pinjaman Modal Usaha Kelompok).

Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode acak sederhana

(random sampling). Dari sampel yang ada, data dikumpulkan dengan metode

wawancara langsung yang dipandu kuersioner. Responden yang diambil diharapkan

dapat menggambarkan kondisi usahatani pisang di Desa Talaga.

4.4. Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk dilakukan

analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat

gambaran kegiatan usahatani pisang yang dilakukan petani dan membandingkannya

dengan SPO yang diberikan Primatani..

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data-data hasil dari

identifikasi penggunaan faktor-faktor produksi dan nilai output yang dihasilkan pada

kegiatan budidaya pisang. Pengolahan data tersebut menggunakan rasio-rasio

finansial dasar yang umum digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani.

Pengolahan data untuk menganalisis pendapatan menggunakan bantuan program

Microsoft Excel.

4.5. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis Pendapatan usahatani akan menganalisis secara kuantitatif

pendapatan yang diperoleh petani dari berbudidaya pisang dengan menerapkan SPO

dibawah binaan Primatani. Jumlah pendapatan petani dihitung dengan menggunakan

analisis usahatani. Variabel-variabel yang akan dianalisis pada usahatani pisang yaitu

biaya-biaya, penerimaan dan pendapatan usaha. Biaya adalah semua pengorbanan

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

input dipergunakan untuk menghasilkan produksi. Biaya usahatani pisang pada

analisis pendapatan usahatani dikelompokkan menjadi biaya tunai dan biaya tidak

tunai atau biaya yang diperhitungkan. Perhitungan analisis usahatani tersebut

menggunakan penjabaran rumus yang diuraikan sebagai berikut:

1) Penerimaan

Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang

diterima dari penjualan produk usahatani (Soerkartawi et al, 1986). Sedangkan

penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara

tunai, tetapi digunakan untuk konsumsi sendiri dan atau untuk keperluan lain

tetapi tidak dijual secara tunai. Penerimaan total dari suatu usaha agribisnis

merupakan nilai produksi dari usahatani, yaitu harga produsen dikalikan total

produksi, dengan rumus :

TR = Py.Y

Keterangan : TR = Total Revenue (penerimaan total) Py = Harga Output (harga pisang dalam rupiah perkilogram) Y = Output (produk pisang dalam kilogram)

2) Biaya

Biaya tunai (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian barang dan jasa usahatani secara tunai (Soekartawi et al. 1986).

Biaya tidak tunai usahatani yaitu dengan memperhitungkan sumberdaya yang

digunakan tetapi tidak dihitung atau dibayar secara tunai sebagai biaya yang

dikeluarkan. Biaya tidak tunai yang dihitung yaitu penyusutan, biaya sewa lahan,

bibit yang berasal dari anakan tanaman sebelumnya dan tenaga kerja dalam

keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang menggunakan

anggota keluarga sebagai tenaga kerja untuk pengelolaan usahatani. Punyusutan

peralatan merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian

selama satu tahun pembukuan (Soekartawi et al. 1986). Penyusutan yang

digunakan yaitu :

konomisUmurSisaNilai-BeliHargaPenyusutan

E=

23

 

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

Biaya total (pengeluaran) dari suatu usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh

biaya (tunai maupun tidak tunai) yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan

budidaya dalam memproduksi pisang.

Dengan Rumus :

)(1∑=

⋅=n

xx XPTC

∑ ∑= =

⋅+⋅=n

x

n

xtunainontunainonxtunaitunaix XPXPTC

1 1)()(

Keterangan : TC = Total Cost (biaya total) X = Input Px = Harga Input

3) Pendapatan usahatani

Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan total dengan

biaya tunai.

∑=

⋅−=n

xtunaitunaixtunaibiaya XPTR

1)(π

Pendapatan total usahatani (total farm income) merupakan selisih antara

penerimaan total dengan biaya total, dengan rumus:

TCTRtotalbiaya −=π

∑ ∑= =

⋅+⋅−=n

x

n

xtunainontunainonxtunaitunaixtotalbiaya XPXPTR

1 1))()((π

Keterangan : π = Pendapatan (Rp)

4) Imbangan penerimaan dan biaya (R/C)

Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis

efisiensinya. R/C merupakan salah satu ukuran efisiensi yang menggambarkan

penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (reveneu cost ratio). Pengukuran

efisiensi masing-masing usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input

dapat digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah

biaya (R/C) yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus :

24

 

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

TunaiBiayaTotalPenerimaanCR tunai =/

TotalBiayaTotalPenerimaanCR total =/

Keterangan : R = Revenue atau penerimaan (Rp) C = Cost atau pengeluaran (Rp) Nilai R/C secara teoritis, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang

dikeluarkan akan memperoleh penerimaan, jika R/C >1 maka usaha tersebut

menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Namun apabila R/C <1 maka usaha

tersebut rugi atau tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis penerimaan, biaya

dan pendapatan dirangkum dalam bentuk tabel, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.

Analisis pendapatan usahatani tersebut dilakukan pada petani yang menjadi

responden, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari cabang

usahatani pisang, dan apakah usahatani pisang yang mereka jalankan pada tahun 2008

menguntungkan untuk dijalankan

25

 

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

Tabel 3. Komponen Penyusun Pendapatan Usahatani Pisang.

A Penerimaan Tunai Harga x Jumlah Pisang yang dijual (kg) B Penerimaan Non Tunai Harga x Jumlah Pisang yang dikonsumsi

sendiri (kg) C Total Penerimaan A+B D Biaya Tunai a. Biaya sarana produksi

- Bibit - Pupuk - Trichoderma - Brongsong

b. Upah tenaga kerja diluar keluarga c. Sewa lahan

d. Pajak E Biaya Non Tunai a. Upah tenaga kerja dalam keluarga

b. Penyusutan c. Sewa lahan d. Bibit

F Total Biaya D+E

G Pendapatan atas biaya tunai C-D

H Pendapatan atas biaya total C-F

I Pendapatan bersih H-Bunga pinjaman (jika ada bunga pinjaman)

J R/C atas biaya tunai I / G

K R/C atas Biaya total I / H

 

 

26

 

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

V GAMBARAN UMUM DESA TALAGA

5.1. Letak dan Luas Wilayah

Desa Talaga merupakan salah satu desa dari 16 desa yang terletak di

Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Secara administratif

Desa Talaga dibatasi oleh:

- Sebelah utara : Desa Sarampad

- Sebalah selatan : Desa Cirumput

- Sebelah timur : Desa Benjot

- Sebelah barat : Desa Padaluyu

Jarak desa dari ibukota kabupaten adalah 9 km dengan waktu tempuh

menggunakan kendaraan bermotor pribadi adalah 0,5 jam, dan jarak desa dengan

ibukota propinsi yaitu kota Bandung adalah sejauh 69 km dengan waktu tempuh

menggunakan kendaraan bermotor pribadi adalah 2 jam. Jarak ini dihubungkan

dengan jalan aspal dengan kondisi baik. Sarana transportasi umum berupa angkutan

pedesaan dan ojek. Letak desa sangat berpengaruh terhadap pemasaran produk-

produk yang dihasilkan dari desa tersebut. Semakin dekat dengan ibukota baik

propinsi maupun kabupaten yang biasanya dijadikan tujuan pemasaran dan saran

transportasi yang memadai maka akan mempermudah pemasaran produk-produk

yang dihasilkan dan juga akan mempunyai daya saing lebih besar dibandingkan

dengan daerah terpencil.

Luas wilayah Desa Talaga mencapai 550,155 hektar yang meliputi areal

pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran,

prasarana umum lainnya. Perincian luas wilayah Desa Talaga, dapat dilihat pada

Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa 2,90 persen digunakan untuk

pemukiman penduduk, 16,72 persen merupakan lahan persawahan yang sebagian

besar adalah sawah padi, 35,25 persen adalah perkebunan (teh, pisang, kelapa,

cengkeh). Luas lahan untuk persawahan, perkebunan dan pekarangan yang masih luas

akan mempermudah untuk mengembangkan pisang sebagai komoditas pertanian

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

28

 

unggulan dengan memperluas lahan pisang, karena pisang dapat dibudidayakan di

persawahan, perkebunan maupun di pekarangan.

Tabel 4. Luas Wilayah Desa Talaga Menurut Penggunaannya Tahun 2008

Penggunaan Lahan Luas Areal (ha) Persentase

Pemukiman 16 2,90

Persawahan 92 16,72

Perkebunan 194 35,26

Kuburan 0,17 0,03

Pekarangan 24 4,36

Taman 27,6 5,02

Perkantoran 0,14 0,02

Prasarana Umum Lainnya 196,24 35,67

550,16 100

Sumber : Laporan Tahunan Desa Talaga, 2008

5.2. Kondisi Alam

Desa Talaga terletak diketinggian 750 mdpl dengan topografi daerah berupa

lereng gunung yaitu lereng Gunung Gede Pangrango. Berada pada lereng gunung

akan menyebabkan Desa Talaga mempunyai tingkat kemiringan tanah antara 20-35

derajat, dengan tingkat erosi lahan ringan yaitu seluas 15 hektar. Suhu rata–rata

berkisar 28°C dan curah hujan rata-rata adalah 450 mm per hari dengan 6 bulan

basah dan 6 bulan kering.

Kondisi alam yang demikian berpengaruh terhadap jenis tanaman yang

dibudidayakan oleh petani, komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

adalah padi sawah dan jagung, untuk komoditas buahnya adalah pisang, alpukat,

pepaya. Sedangkan sayuran yang banyak dibudidayakan adalah ceisin. Perincian

tanaman dan produktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

29

 

Tabel 5. Jenis, Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Desa Talaga Tahun 2008

Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

Tanaman pangan

Padi Sawah 63 315

Jagung 10 8

Sayuran

Sawi 4 0,8

Buah

Pisang 55 30

Alpukat 10 0,8

Pepaya 1 0,7

Sumber : Laporan Tahunan Desa Talaga, 2008

5.3. Demografi

Penduduk Desa Talaga secara keseluruhan berjumlah 5.458 jiwa yang terdiri

dari 2.729 laki-laki dan 2.729 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 1.518

kepala keluarga. Susunan penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Kelompok Umur Tahun 2008

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase

0 – 4 163 2,97

5 – 7 256 4,69

8 – 19 1.050 19,24

20 – 57 3.060 56,06

≥ 58 929 17,02

5.458 100

Sumber : Laporan Tahunan Desa Talaga, 2008

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Talaga didominasi

penduduk dengan usia produktif (20-57 tahun) yaitu sebesar 56,06 persen dari total

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

30

 

penduduk. Jumlah penduduk yang berusia produktif ini akan berpengaruh terhadap

ketersedian tenaga kerja bagi sektor-sektor pekerjaan yang ada khususnya pertanian

yang membutuhkan banyak tenaga kerja.

Penduduk Desa Talaga sebagian besar besar bekerja pada sektor pertanian

baik sebagai petani (47,02 persen), maupun buruh tani (47,02 persen). Selebihnya

bekerja pada sektor lain seperti buruh migran 2,26 persen, PNS 0,26 persen,

TNI/POLRI 0,07 persen. Susunan penduduk desa Talaga berdasarkan jenis pekerjaan

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Kelompok Pekerjaan Tahun 2008

Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase

Petani 2.000 47,02

Buruh Tani 2.000 47,02

Buruh Migran 96 2,26

PNS 11 0,26

Pedagang Keliling 5 0,12

Peternak 120 2,82

Montir 5 0,12

Bidan 1 0,02

TNI POLRI 3 0,07

Pengusaha Kecil dan

Menengah 10 0,23

Dukun Kampung Terlatih 2 0,05

4.253 100

Sumber : Laporan Tahunan Desa Talaga, 2008

Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan yang didominasi sebagai petani

akan mempermudah dalam pengembangan pisang karena para petani telah memiliki

pengalaman dalam bertani.

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

31

 

Saat ini penduduk yang tercatat dalam laporan tahunan sedang mengikuti

pendidikan ditingkat formal dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Tabel 8 terlihat bahwa

tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk desa Talaga mayoritas sekolah

dasar sebesar 39,47 persen, SLTP sebesar 31,58 persen dan SLTA sebesar 26,31

persen. Sedangkan untuk tingkat pendidikan tinggi hanya ada 0,53 persen Diploma

dan 2,10 persen Strata. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan yang

diikuti oleh penduduk desa Talaga. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih sedikit

penduduk Desa Talaga yang mengikuti pendidikan formal jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk usia sekolah, yang jumlahnya mencapai 1.306 jiwa atau sebesar

23,93 persen dari jumlah penduduk total.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat suatu desa akan mempersulit

masuknya informasi baru ke desa tersebut, karena tidak adanya agen-agen pembawa

informasi, selain itu masyarakat akan cenderung sulit untuk menerima perubahan.

Hal ini juga akan berpengaruh pada proses penyaluran informasi pertanian, dimana

teknologi-teknologi baru tidak mudah diserap oleh petani sehingga dapat

menyebabkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.

Tabel 8. Susunan Penduduk Desa Talaga Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase

SD 75 39,47

SLTP atau sederajat 60 31,58

SLTA atau sederajat 50 26,31

Diploma 1 0,53

Strata 4 2,10

190 100

Sumber : Laporan Tahunan Desa Talaga, 2008

 

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

VI PRIMATANI DESA TALAGA

6.1. Rancang Bangun Primatani Desa Talaga

Progam Primatani dijalankan di Desa Talaga direncanakan akan berjalan

selama tiga tahun yaitu dari tahun 2007-2009, sebelum tahun 2007 atau akhir 2006

tim Primatani dan masyarakat melakukan diskusi dan kerjasama untuk

mengidentifikasi potensi dan sumber daya yang ada di desa Talaga yang akan

dikembangkan yang selanjutnya akan dirumuskan sebagai Rancang Bangun

Primatani Desa Talaga. Rancang Bangun Primatani Desa Talaga ini nantinya akan

dijadikan sebagai penuntun dalam pelaksanaan progam Primatani di Desa Talaga.

Dari hasil diskusi yang menghasilkan Rancang Bangun Primatani Desa Talaga

diketahui bahwa komoditas utama yang akan dikembangkan adalah Pisang dengan

komoditas penunjang adalah sayuran (cabai rawit, ceisin), jagung, dan ternak.

Budidaya pisang akan ditanam dengan pola tanam tumpang sari dengan komoditas

penunjang.

Sebagaimana disebutkan dalam pedoman umum Primatani bahwa keluaran

akhir Primatani adalah terbentuknya unit Agibisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan

Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan

representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi

di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan

agibisnis lengkap dan padu padan antar subsistem, yang berbasis agoekosistem, dan

mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan. Untuk

dapat mewujudkan AIP dan SUID, Primatani Desa Talaga akan mengembangkan dua

inovasi yaitu inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan. Pada penelitian ini inovasi

teknologi dan kelembagaan yang akan dibahas hanya meliputi inovasi yang dilakukan

kepada komoditas utama yaitu pisang, untuk komoditas sayuran, jagung dan ternak

tidak dibahas secara mendalam.

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

33

6.1.1. Inovasi Teknologi

Melihat kondisi usahatani pisang yang ada dimana pisang dibudidayakan

tanpa aturan, dengan tingkat produktivitas yang rendah dan dijadikan sebatas tanaman

sampingan maka inovasi teknologi yang diberikan adalah dengan membina petani

untuk melakukan budidaya pisang dengan menerapkan teknik budidaya yang benar

sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku untuk budidaya

pisang. SPO yang digunakan adalah SPO yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian,

secara garis besar SPO yang ada adalah sebagi berikut :

1. Bibit

Bibit dapat berasal dari anakan dan bonggol pisang tanaman sebelumnya

Anakan yang dianjurkan untuk digunakan sebagai bibit adalah anakan pisang

yang dipilih dari kawasan dan rumpun yang baik dan sehat, anakan diambil dari

pohon induk yang telah berproduksi, 1 tandan minimal 10 sisir. Bibit yang

berasal dari bonggol diambil dari bonggol tanaman dewasa sehat dan bebas dari

hama dan penyakit, bonggol yang sehat memiliki ciri-ciri bila dibelah berwarna

putih. Umur bibit yang dipilih antara 3-4 bulan baik untuk bibit yang berasal dari

anakan maupun bonggol. Sebelum bibit ditanam daun bibit harus dipotong,

bonggolnya dibersihkan dari tanah dan anakan yang tidak perlu, kemudian

dilakukan pencelupan kedalam larutan disinfektan selama 15 menit, setelah itu

dikeringkan, setelah kering bibit siap untuk ditanam

2. Persiapan lahan

Lahan yang digunakan untuk penanaman pisang harus dibersihkan dari benda-

benda yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, seperti gulma, kotoran-

kotoran, daun-daun dan ranting bekas pangkasan yang dapat menjadi sumber

penularan hama dan penyakit, selain itu tanaman yang sakit juga perlu dibongkar

dan dibakar agar tidak menjadi sumber penularan penyakit dan hama. Aplikasi

herbisida dilakukan untuk lahan yang luas dan berdasarkan pedoman penggunaan

herbisida yang diijinkan.

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

34

3. Penyiapan lubang tanam

Lubang tanam sebagai tempat hidup tanaman pisang perlu disiapkan dengan baik

agar bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan maksimal. Lubang tanam dibuat

dengan ukuran panjang 50-60 cm, lebar 50-60 cm dan dalam 50-60 cm. dengan

jarak tanam untuk dataran rendah 4 m x 4 m, untuk dataran tinggi 4 m x 4,25 m.

Pada saat pelubangan pisahkan tanah lapisan atas (arah timur atau kiri) dan tanah

lapisan bawah (arah barat atau kanan), kemudian isi lubang dengan pupuk

kandang sebanyak 10 kg yang telah dicampur 50 g Trichoderma hingga

setengah kedalaman lubang. Biarkan lubang tersebut terbuka selama dua

minggu. Hal ini dimaksukkan agar gas-gas racun dalam tanah keluar dan pupuk

kandang dingin.

4. Penanaman

Setelah lubang tanan siap, tahap selanjutnya adalah proses memasukkan bibit

pisang yang telah disiapkan kedalam lubang tanam. Penanaman dilakukan

dengan menggali kembali lubang tanam yang telah disiapkan dengan ukuran

yang disesuiakan dengan ukuran bonggol bibit. Bibit ditanam sampai sebatas 5-

10 cm diatas pangkal batang. Lubang ditutup kembali dengan tanah galian.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.

5. Pemupukan

Pemupukan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman

dan perakaran bisa berkembang lebih baik. Pemupukan bertujuan untuk

mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi yang tinggi dan

kualitas yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta memperkuat

pertumbuhan tanaman pisang. Pupuk yang diberikan meliputi pupuk kandang

dan pupuk kimia. Pupuk kandang yang diberikan sebanyak 10 kg perumpun

setiap 6 bulan sekali. Pupuk kimia yang diberikan merupakan pupuk Urea, KCL,

SP 36, dengan pemberian sebanyak empat kali dengan perincian sebagai berikut:

Pemupukan I dan IV dilakukan 3 dan 9 bulan setelah penanaman dengan

memberikan Urea sebanyak 100 g dan SP 36 sebanyak 50 g. Pemupukan II dan

III dilakukan 3 dan 6 bulan setelah pemupukan pertama dengan memberikan

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

35

Urea dan KCL masing-masing sebanyak 100 g. Pemupukan selanjutnya

diberikan pupuk sesuai dengan dosis seperti pola diatas. Pupuk diberikan dengan

membuat parit kecil sedalam 10-15 cm mengitari rumpum dengan jarak 50-60

cm dari pangkal rumpun, kemudian parit ditutup dengan tanah, jerami atau daun

kering.

6. Pengairan

Pengairan bertujuan untuk membantu penyediaan air untuk keperluan optimum

pertumbuhan. Air yang digunakan untuk penyiraman harus berkualitas baik,

tidak tercemar zat berbahaya, dan limbah pabrik serta bibit penyakit. Pengairan

lahan harus dilakukan paling lambat 3-4 hari setelah tanam jika ditanam pada

saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan menyiram dari atas anakan

yang masih muda secara perlahan dan mengenai semua daun pisang. Pada saat

anakan dan keluarnya bunga, kebutuhan air antara 50-90 liter/minggu sedangkan

untuk tanaman yang berbuah membutuhkan kurang lebih 200 liter/minggu.

7. Pemotongan jantung pisang

Pemotongan jantung pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur

hara oleh bakal buah dan mencegah penularan penyakit. Pemotongan jantung

dilakukan bila buah terakhir yang normal sudah melengkung keatas atau 10-15

cm dari sisir terakhir. Pemotongan jantung dilakukan dengan menggunakan

pisau, jika buah pisang terlalu tinggi dapat dibantu dengan galah dari bambu.

8. Pembrongsongan

Pembrongsongan adalah kegiatan membungkus buah yang masih dipohon

dengan menggunakan plastik polyethilene biru dengan ketebalan 0,03-0,04 mm,

panjang 150 cm dan diameter 85 cm. Pembrongsongan ini dilakukan bertujuan

untuk mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit pada buah dan

meningkatkan mutu buah. Pembungkusan atau pembronsongan dilakukan pada

saat seludang pisang pertama belum terbuka dan jantung pisang sudah mulai

merunduk. Plastik dipasang longgar dengan memperhitungkan besarnya buah

yang akan dihasilkan kemudian plastik diikatkan pada pangkal tandan.

Pemeriksaan dilakukan secara berkala untuk mencegah tersangkutnya seludang

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

36

yang sudah terlepas serta penggenangan air pada plastik agar tidak terjadi

pembusukan pada tandan buah.

9. Pengaturan jumlah daun

Tujuan pengaturan jumlah daun adalah untuk menghasilkan buah dengan ukuran

sesuai standar dan menghindari buah pecah. Pemotongan daun dilakukan sesuai

kebutuhan. Pemotongan dilakukan dengan meninggalkan 6-8 helai daun. Pilih

daun yang tua atau menguning lalu potong dengan membentuk sudut 45° dan

potong batang yang tampak menjuntai sehingga batang tampak bersih.

Kumpulkan daun yang dipotong pada tempat yang telah ditentukan, untuk daun

yang terkena penyakit pisahkan dengan yang lain untuk dibakar. Kebersihan

kebun perlu dijaga agar pohon pisang tidak mudah terserang penyakit.

10. Pengendalian hama dan penyakit terpadu

Pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah tindakan yang dilakukan untuk

mencegah kerugian yang diakibatkan oleh Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT) seperti hama, pathogen dan gulma, dengan cara memadukan satu atau

lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.

Pengendalian hama dan penyakit terpadu bertujuan untuk mengetahui jenis hama

dan penyakit yang mempunyai potensi akan merusak tanaman, meningkatkan

kualitas produksi dan melindungi tanaman dari serangan OPT. Pengendalian

hama dan penyakit terpadu menggunakan lima cara yaitu kultur teknis, fisik atau

mekanis, genetika, biologi, kimiawi. Pengendalian untuk tiap jenis OPT berbeda-

beda sehingga perlakuan yang berikan juga berbeda. Pengendalian difokuskan

kepada pencegahan dengan memberikan Trichoderma pada saat penanaman dan

memusnahkan tanaman yang telah terkena hama atau penyakit.

11. Panen

Panen adalah proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri-ciri (sifat

khusus) matang panen yaitu: Tepi buah pisang sudah tidak bersudut tetapi rata,

buah tampak berisi atau padat, bunga yang mengering pada ujung buah mudah

dipatahkan, warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijau tua, daun bendera

pada tanaman sudah mengering, telah berusia antara 90-110 hari setelah muncul

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

37

jantung. Panen dilakukan pada pagi hari (07.00-10.00) atau sore hari (15.00-

17.00) dalam keadaan cerah, pemanenan tidak dianjurkan pada waktu hujan

karena dapat meningkatkan serangan busuk buah dalam gudang penyimpanan.

Proses pemanenan adalah sebagai berikut: turunkan kayu atau bambu penyangga

tandan secara perlahan-lahan. Tebang batang pisang dengan cara menusuk

batangnya atau membacok separuh batang setinggi 2/3 dari tinggi batang agar

tandan pisang tidak menyentuh tanah, raih tandan buah kemudian dipotong

dengan golok tajam pada bagian atas buku tandan (30 cm diatas sisir pertama).

Plastik pembungkus buah dapat dibuka sebelum atau sesudah panen tergantung

kondisi. Balikkan segera tandan pisang yakni tangkai pisang menghadap

kebawah. Tujuannya agar getah yang keluar dari tangkai tandan tidak menetes

pada buah dan buah tidak tergores oleh tanah. Pada tempat pengumpulan tandan

pisang diberi alas untuk menghidari buah rusak atau tergores.

12. Pensterilan alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril untuk menghidari timbulnya

penyakit dan penularan penyakit dari satu pohon kepohon lainnya. pensterilan

dilakukan dengan merendam atau mencuci alat-alat yang akan digunakan dengan

disinfektan (bayclin, klorak) baik sebelum digunakan atau pun setelah digunakan.

Selain inovasi teknologi dalam budidaya pisang Primatani juga memberikan

Inovasi teknologi pada tahap penanganan panen dan pasca panen, yang meliputi

teknik pengemasan buah sesuai dengan lokasi pemasaran dan teknologi alat produksi

pengolahan hasil yang sesuai dengan kondisi yang ada.

6.1.2. Inovasi Kelembagaan

Berdasarkan kondisi kelembagaan yang ada serta permasalahannya, maka

dalam inovasi kelembagaan yang akan dilakukan meliputi lembaga unit saprodi,

usaha produksi, pascapanen, pemasaran, keuangan dan lembaga klinik agibisnis.

Perincian permasalahan dan teknologi yang akan diberikan kepada tiap lembaga

adalah sebagai berikut:

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

38

1. Lembaga saprodi

Kios-kios yang ada di Desa Talaga umumnya membeli sarana dari pasar Cianjur

dan menjualnya kembali kepada petani secara eceran. Permasalahan yang

dihadapi adalah omset yang sedikit dengan perputaran uang yang kurang lancar,

permasalahan ini berakar dari kurangnya modal yang dimiliki pemilik kios.

Inovasi yang dilakukan adalah dengan memperbesar omset kios tersebut dengan

memperbesar skup pelayanan yang awalnya hanya melayani petani diperbesar

menjadi melayani bagi kebutuhan kelompok tani. Kegiatan yang akan dilakukan

adalah dengan menguatkan kios-kios melalui penambahan modal dengan cara

pengelolaan saprodi untuk kegiatan teknis disalurkan terlebih dahulu kepada

kios, untuk kemudian dijual kepada petani kelompok dengan pembagian

keuntungan antara kios dan kelompok tani. Selain itu kegiatan tersebut

Primatani juga akan memfasilitasi kios yang bergabung dalam AIP untuk

menjadi kios yang menjadi tempat belanja bagi kios-kios diluar AIP.

2. Lembaga Produksi

Produksi dilakukan oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani. Pada

kondisi yang ada, lembaga kelompok tani dirasakan oleh para petani kurang

manfaatnya, sehingga petani belum merasakan kebutuhan akan berkelompok.

Masalah yang dihadapi oleh kelompok adalah fungsi kelompok belum optimal

dengan akar permasalahan manfaat kelompok belum dirasakan oleh petani.

Inovasi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan manfaat berkelompok

dengan cara mengkondisikan kelompok tani dalam rangka AIP penguatan

kelompok tani yang difokuskan kepada pengorganisasian, peningkatan manfaat

berkelompok secara partisipatif untuk meningkatkan motivasi berkelompok.

3. Lembaga pascapanen

Pengolahan pisang di Desa Talaga belum dilakukan sebagai usaha komersial,

pengolahan pisang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri

pengolahan yang dilakukan hanya sebatas pembuatan kripik pisang. Berdasarkan

kondisi yang ada yang menjadi masalah adalah usaha pengolahan belum

berkembang yang disebabkan karena kemampuan teknis yang masih rendah

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

39

dalam pengolahan pisang. Oleh karena itu inovasi yang dilakukan adalah dengan

meningkatkan kemampuan teknis terutama diversifikasi produk olahan pisang,

serta menghubungkan lembaga pengolahan pisang di Desa Talaga dengan Dinas

perindustrian Kabupaten Cianjur agar mendapat pembinaan pemasaran dan

modal.

4. Lembaga pemasaran

Sebagian besar petani menjual produknya dalam bentuk segar kepada tengkulak.

Permodalan yang rendah menyebabkan petani melakukan sistem penjualan

melalui sistem ijon dan tandanan tanpa ditimbang. Pemasaran yang tidak

terorganisasi dengan baik menyebabkan posisi tawar petani rendah sehingga

harga yang diterima petani rendah, harga yang rendah akan menyebabkan

keuntungan yang diterima juga rendah. Berdasarkan kondisi yang ada maka

dalam inovasi lembaga pemasaran kegiatan yang dilakukan Primatani adalah

memilih tengkulak untuk bergabung dalam AIP yang berfungsi memasarkan

produk. Inovasi ini dijalankan dengan melakukan dialog interatif antara petani

dan tengkulak serta pembeli dari luar untuk menbuat kesepakatan-kesepakatan

yang saling menguntungkan bagi semua pihak terutama dalam hal mekanisme

jual beli dan cara pembayaran.

5. Lembaga keuangan

Terdapat beberapa sumber keuangan yang umumnya dapat diakses oleh petani di

Desa Talaga diantaranya : Pinjaman Modal Usaha Kelompok (PMUK), Bantuan

Modal Desa (BUMDES), bank keliling dan Bank BRI. Saat ini umumnya petani

berhubungan dengan lembaga keuangan secara individual, sedangkan pihak

permodalan lebih menyukai pendanaan atas nama kelompok. Oleh karena itu

meskipun sumber keuangan sudah ada tetapi secara keseluruhan petani belum

merasakan keberadaan dan manfaat dari sumber keuangan tersebut. Oleh karena

itu untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan sumber keuangan yang telah

ada petani diarahkan untuk melalui kelompok dalam memberdayakan sumber

keuangan tersebut.

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

40

6. Klinik agibisnis

Klinik agibisnis merupakan salah satu lembaga yang akan dibangun dan

dikembangkan dalam pelaksanaan Primatani di Desa Talaga. Klinik agibisnis

merupakan lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi yang

terkait dengan pengembangan agibisnis industrial pedesaaan (AIP), sehingga

klinik dapat menjadi wadah untuk menampung permasalahan dan ketersedian

inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pelaku usahatani atau pelaku

agibisnis. Inovasi teknologi pertanian tersebut berupa teknologi produksi, panen

dan pasca panen, sosial kelembagaan sampai pemasaran. Klinik ini berperan

untuk lebih mendekatkan sumber-sumber teknologi pertanian kepada pengguna

khususnya petani dan sekaligus menjadi wahana mendapatkan umpan balik untuk

penyempurnaan penyelenggaraan penelitian, pengkajian dan diseminasi.

Pelayanan informasi melalui klinik agibsinis dilakukan melalui tiga kegiatan

utama yaitu: 1. Penyebaran informasi baik secara tertuis maupun secara lisan, 2.

Pemberian jasa konsultasi usahatani, 3. Pelayanan pemecahan dilapangan

usahatani. Pada pelaksanaannya perlu ada orang yang khusus mengelola klinik

agibisnis agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada para pengguna.

Mengingat jauhnya lokasi klinik agibisnis dengan pakar atau peneliti berada,

maka perlu dibuat jadwal kunjungan dari pakar atau peneliti yang menangani

bidang tertentu dan jadwal itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar

mereka dapat memanfaatkan kesempatan berkonsultasi sesuai permasalahan dan

waktunya.

6.1.3. Skenario Model

Pelaksanaan progam Primatani tidak dapat langsung menjangkau semua target

karena adanya berbagai keterbatasan baik sumber daya manusia maupun modal. Oleh

karena itu dalam pelaksanaannya dibuat skenario model sebagai berikut:

1. Modal usaha bantuan pertama kali dicurahkan kepada unit produksi tanaman dan

ternak.

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

41

2. Unit produksi tanaman: modal pertama, berupa bantuan bibit, pupuk, dan sarana

lainnya secara partisipatif. Hasi panen pertama, sebagian hasil untuk pengelola

dan sebagian lagi harus disetor kepada klinik agibisnis yang selanjutnya akan

dijadikan sebagai input produksi bagi input produksi pasca panen. Selain itu pada

tahun ketiga petani yang menerima bantuan bibit tanaman harus mengembalikan

bibit sebanyak bibit yang diterima untuk dikembangkan kepada peserta lain

sebagai pengembangan. Mekanisme serta besarnya persentase bagian pengelola

serta bagian untuk klinik agibisnis diatur secara partisipatif.

3. Unit produksi ternak: bibit ternak yang berupa bantuan akan digulirkan. Setiap

petani yang menerima bibit ternak, setelah berkembang harus mengembalikan

bibit kekelompok sebanyak bibit yang diterima (50 persen untuk kelompok, 50

persen untuk pengembangan). Semua kotoran ternak harus direlakan untuk

diambil oleh unit produksi tanaman dengan sistem pembagian diatur kemudian

oleh unit produksi tanaman atas dasar kesepakatan bersama dengan azas keadilan.

4. Unit produksi pasca panen: input produksi pertama, sebagian diperoleh dari

sebagian hasil unit produksi tanaman sebagai modal usaha awal. Hasil penjualan

produksi sebagian untuk pengelola pasca panen dan sebagian lagi disetor ke

klinik agibisnis yang selanjutnya akan dijadikan sebagai tabungan kelompok tani

yang akan dihimpun sebagai modal untuk pembentukan bank kelompok tani.

Mekanisme serta besarnya persentase bagian pengelola serta bagian untuk klinik

agibisnis akan diatur secara parsitisipatif.

5. Klinik agibisnis: sebagai sentral pengendalian semua sistem agibisnis

keseluruhan, harus bisa menumbuhkan motivasi dan kreativitas usaha disetiap

unit produksi. Klinik agibisnis dalam beberapa tahun harus bisa menumbuhkan

bank kelompok tani dari modal yang dihimpun dari masing-masing unit produksi.

6. Bank kelompok tani apabila sudah terbentuk, maka skim yang diharapkan

berbentuk syariah. Hasil usaha dari bank kelompok akan terbagi dua yaitu

digunakan untuk gaji pegawai dan dibagikan setahun sekali sebagai sisa hasil

usaha kepada seluruh anggota.

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

42

7. Sistem peminjaman: bagi anggota kelompok sistem pengembalian (bunga) akan

lebih ringan dibandingkan bukan anggota. Persentase ditentukan melalui rapat

anggota.

6.2. Perkembangan Primatani di Desa Talaga

Berdasarkan rancang bangun yang telah ditetapkan progam-progam yang telah

di lakukan di Desa Talaga meliputi: perbaikan yang terkait dengan teknik budidaya

pisang, kelembagaan pemasaran, pengadaan saprodi, produksi.

6.2.1. Perkembangan Teknik Budidaya Pisang

Teknik budidaya pisang yang dilakukan oleh petani pisang di Desa Talaga

yaitu kegiatan persiapan lahan dan pengolahan lahan, kegiatan penanaman, kegiatan

pemeliharaan, kegiatan pemanenan. Kegiatan persiapan dan pengolahan lahan

meliputi pembersihan lahan dan pembuatan lubang tanam. Kegiatan penanaman yaitu

kegiatan memasukkan bibit kedalam lubang tanam. Kegiatan pemeliharaan meliputi

kegiatan penyiangan rumput dan gulma lainnya, pemupukan, pemotongan jantung

dan daun kering, pemberantasan hama, dan penyakit, pembungkusan pisang

menggunakan plastik poliethilen biru. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit.

Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan mengambil buah yang sudah siap panen

dan menebang batang pisang yang telah dipanen.

6.2.1.1. Persiapan dan Pengolahan Lahan

Budidaya pisang diawali dengan persiapan lahan. Persiapan lahan yang

dilakukan oleh petani responden adalah dengan membersihkan lahan yang akan

ditanami pisang dari berbagai gulma seperti rumput atau tanaman lainnya, dengan

cara mencabut atau menggunakan kored, ada beberapa responden (20 persen) yang

menggunakan racun rumput dengan alasan karena gulma yang ada sangat sulit untuk

dibersihkan dengan cara di-kored ataupun dicabuti dengan tangan, tetapi menurut

sebagian responden penggunaan racun rumput dapat menurunkan kualitas kesuburan

tanah sehingga mereka tidak menggunakan racun rumput. Penggunaan racun rumput

ini telah dianjurkan oleh Primatani tetapi pakaiannya harus disesuaikan dengan

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

43

prosedur yang ada. Selain membersihkan gulma dalam proses persiapan lahan juga

dibuat bedengan dan saluran air. Bedengan dan saluran air yang dibuat disesuaikan

dengan jenis tanaman tumpang sari yang akan ditanam bersama pisang.

Setelah lahan dibersihkan kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran yang

bervariasi diantara responden. Sebagian besar responden (14 orang) membuat lubang

dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Ukuran lubang yang dibuat disesuaikan

dengan jumlah pupuk kandang yang akan dimasukkan. Selain ukuran lubang yang

bervariasi jarak tanam antar pohon pisang juga berbeda-beda, disesuaikan dengan

jenis tanaman sela yang telah atau akan ditanam dan juga luas lahan yang tersedia.

Sebaran jarak tanam yang dipilih responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Setelah lubang tanam selesai dibuat, lubang diberi pupuk kandang yang telah

dicampur dengan Trichoderma harzianum sebagai pengendali hayati untuk penyakit

layu Fusarium . Lubang yang telah diberikan pupuk kandang dibiarkan selama 3 hari

sampai 2 minggu dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan mengeluarkan

gas-gas beracun dan menunggu agar pupuk kandang yang diberikan dingin. Sebaran

ukuran lubang dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Ukuran Lubang Tanam dan Jarak Tanam Tahun 2008

Ukuran Lubang Jumlah (jiwa) Persentase

Jarak tanam (m)

Jumlah (jiwa) Persentase

40 cm x 40 cm x 40 cm 5 16,67 2 x 2 2 6,66

50 cm x50 cm x50 cm 14 46,67 2 x 3 5 16,67

60 cm x 60 cm x 60 cm 4 13,33 3 x 3 10 33,33

100 cm x 100 cm x 100 cm 2 6,67 4 x 3 4 13,33

Lainnya 5 16,67 4 x 4 5 17,67

Lainnya 4 13,33

30 100 30 100

Sumber : Data Primer Diolah

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

44

Beberapa perubahan yang dilakukan dengan adanya progam Primatani pada

tahap ini adalah petani membiarkan lubang selama beberapa hari dan mencampurkan

Trichoderma kedalam pupuk kadang yang akan dimasukkan kelubang tanam. Cara

ini sebelumnya tidak dilakukan, sebelum ada Primatani petani hanya membuat lubang

sesuai dengan ukuran bonggol bibit yang akan ditanam, kemudian langsung

memasukkan bibit yang diambil dari tunas tanaman pisang yang ada sekitar lubang

tersebut dan langsung menanamnya. Cara ini akan menyebabkan bibit yang ditanam

tidak dapat tumbuh dengan baik karena kondisi lubang tanam yang tidak mendukung

dengan adanya banyak gas-gas racun yang belum keluar dari lubang tanam,

minimnya unsur hara yang tersedia, dan mudah sekali terkena penyakit fusarium dan

penyakit tular tanah lainnya karena tidak diberikan agen hayati berupa Trichoderma.

Setelah dilakukan persiapan lahan dan pembuatan lubang tanam kemudian

dilakukan penanaman. Responden biasanya memilih waktu yang dianggap baik untuk

mulai menanam pisang. Sebagian besar responden melakukan penanaman bulan

Agustus atau yang biasa disebut dengan bulan Kapat. Responden meyakini kalau

penanaman dilakukan diluar bulan tersebut, hasil yang didapat biasanya kurang baik.

Pemilihan bulan Agustus oleh responden beralasan karena jika ditanamn dibulan

Agustus maka bibit tidak akan kekurangan air dan sudah siap saat kondisi air

berlebihan di waktu musim hujan. Penanaman dilakukan dilubang tanam yang sudah

disiapkan sebelumnya, dengan menggali kembali lubang yang telah disiapkan yang

ukurannya disesuaikan dengan ukuran bonggol bibit pisang yang akan ditanam.

Penanaman dilakukan dengan menanam satu bibit per lubang dengan posisi tegak

tepat ditengah lubang.

6.2.1.2. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanamanan pisang meliputi penyiangan, pemupukan,

pemotongan jantung, daun kering dan penjarangan anakan, pemupukan, dan

pemberongsongan.

Penyiangan pisang seringkali dilakukan bersamaan dengan penyiangan

tanaman sela. Dari 30 responden, 16 responden melakukan penyiangan setiap tiga

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

45

bulan sekali. Penyiangan dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma yang ada

disekitar tanaman pisang dengan kored atau pun dicabut langsung menggunakan

tangan. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan persaingan makanan antara

tanaman pengganggu dengan tanaman utama sehingga tanaman utama dapat tumbuh

dengan baik.

Pemupukan dilakukan setelah lahan disiangi. Hal ini dimaksudkan agar pupuk

yang diberikan dapat terserap secara optimal oleh tanaman budidaya. Pemupukan

yang dilakukan petani disesuaikan dengan kebutuhan dari tanaman, dan ketersediaan

dana, biasanya petani melakukan pemupukan setiap tiga bulan sekali pemupukan

untuk pisang dilakukan bersamaan dengan pemupukan tanaman budidaya lainnya,

pemupukan anorganik biasanya diberikan dengan cara ditabur atau ditanam disekitar

rumpun pisang. Sebelum adanya Primatani petani tidak secara khusus memupuk

pisangnya.

Pemeliharaan selanjutnya adalah pembersihan tanaman itu sendiri meliputi

pemotongan daun mati, pemotongan jantung, pembatasan jumlah daun, penjarangan

anakan. Daun–daun yang telah kering biasanya dipotong kemudian dijadikan

kompos, pemotongan ini bertujuan agar kebun tampak bersih dan sehat, selain daun

yang kering petani juga memotong daun yang telah tua apabila jumlah daun dalam

satu pohon berlebihan, biasanya mereka menyisakan 5-6 helai daun. Hal ini dilakukan

agar buah yang dihasilkan sesuai standar dan menghindari pecah buah. Pemotongan

jantung dilakukan setelah buah terakhir yang normal telah melengkung ke atas atau

10-15 cm dari sisir terakhir. Pemotongan jatung dilakukan agar penyerapan unsur

hara oleh bakal buah dapat optimal.

Pohon pisang mudah untuk berkembangbiak melalui tunas, tiga bulan setelah

tanam biasanya pisang sudah dapat menghasilkan tunas-tunas baru sehingga jika

dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan tanaman induk yang diharapkan untuk

berbuah lebih dulu, sehingga petani responden melakukan penjarangan dan hanya

menyisakan satu pohon induk dan dua anakan dalam satu rumpun yang akan

dipelihara. Tetapi ada beberapa petani yang membiarkan dalam satu rumpun terdiri

lebih dari 3 pohon dengan alasan tunas-tunas yang ada akan digunakan sebagai bibit

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

46

lagi. Sebelum ada Primatani, jumlah pohon pisang yang dipelihara oleh petani lebih

dari 5 dengan alasan semakin banyak pohon pisang yang dipelihara maka jumlah

tandanan pisang yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Jumlah pohon yang lebih

banyak memang akan menghasilkan jumlah tandan yang lebih banyak, tetapi kualitas

buah yang dihasilkan rendah (berat pertandan yang kecil, ukuran buah yang kecil)

karena penyerapan unsur hara ketika pohon berbuah tidak maksimal dengan adanya

pohon pisang lainnya dalam satu rumpun yang sedang berbuah juga.

Pembungkusan buah pisang menggunakan plastik poliethilen biru

(brongsong). Pemanfaatan plastik poliethilen biru ini mulai diterapkan petani sejak

adanya Primatani, sebelumnya petani tidak membungkus buah pisang sehingga

sangat rentan terkena serangan hama kudis buah yang menyebabkan timbulnya

bintik-bintik coklat pada kulit dan warna buah menjadi kusam sehingga penampilan

buah menjadi tidak menarik yang pada akhirnya akan menurunkan harga jual, selain

dari tampilan kulit, buah yang tidak dibungkus akan menghasilkan buah dengan

ukuran tidak maksimal. Penggunaan plastik poliethilen biru dapat memaksimalkan

ukuran buah dan juga melindungi buah dari serangan kudis buah sehingga buah yang

didapatkan memiliki ukuran lebih besar dengan tampilan yang lebih menarik..

Penggunaan plastik ini masih sebatas bantuan dari pemerintah, petani belum secara

swadaya membeli plastik tersebut. Pemeliharaan diatas dilakukan sesuai dengan

kebutuhan tergantung kondisi pohon pisang, tetapi paling tidak tiap bulan

pemeliharaan di atas dilakukan.

6.2.1.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit ditujukan untuk mengurangi resiko gagal

panen. Pengendalian hama dan penyakit pada pisang biasanya dilakukan sesuai

kebutuhan. Hama yang sering menyerang adalah ulat penggulung daun. Serangan

hama ini diatasi dengan memotong daun yang terkena ulat dan memusnahkan ulat

dan daun tersebut, selain ulat penggulung daun, hama lain yang sering menyerang

adalah kudis buah dan kumbang penggerek. Kudis buah diatasi petani dengan

pemasangan plastik poliethilen biru. Petani seringkali menyemprotkan obat

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

47

(insektisida dan pestisida) sisa dari tanaman sela (decis, curakon, dusban) kepada

pisang untuk mengusir hama.

Penyakit yang sering menyerang pisang adalah layu fusarium , sigatoka,

kerdil pisang, layu bakteri. Pengendalian pisang yang terkena penyakit hanya

dilakukan dengan menebang pohon yang terkena penyakit, dan apabila telah parah

biasanya petani membongkar satu rumpun yang telah terinfeksi dan

memusnahkannya. Petani jarang membeli obat untuk mengobati tanaman yang

terkena penyakit karena masih dirasa mahal dan tidak sesuai dengan penerimaan yang

didapatkan.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan petani bersamaan dengan proses

pemeliharaan yang lain ataupun saat pengendalian hama dan penyakit tanaman sela.

Sehingga petani tidak memberikan waktu khusus untuk pengendalian hama dan

penyakit pisang.

Salah satu upaya yang dilakukan Primatani untuk menanggulangi penyakit

fusarium yang merupakan masalah yang paling sering dialami petani dan belum ada

obatnya adalah dengan memcampurkan Trichoderma pada saat penanaman,

Trichoderma ini akan berfungsi sebagai pencegah pisang terkena layu fusarium dan

penyakit tular tanah lainnya. tetapi sayangnya Trichoderma ini hanya dapat berfungsi

sebagai pencegah, sehingga jika tanah sudah mengandung penyakit maka

kemungkinan besar pisang tersebut juga akan terkena fusarium apalagi penggunaan

bibit dari tunas tanaman sebelumnya yang belum dapat dipastikan apakah bebas dari

penyakit, sehingga masih ada beberapa pohon pisang petani responden yang masih

terkena penyakit fusarium .

Selain menghadapi kendala berupa hama dan penyakit, petani juga

menghadapi kendala berupa pencurian. Pencurian seringkali terjadi pada kebun-

kebun yang letaknya jauh dari pemukiman warga dengan pengawasan yang tidak

memadai.

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

48

6.2.1.4. Pemanenan

Tanaman pisang hanya berbuah sekali semasa hidup, setelah berbuah dan

dipanen maka tanaman itu akan mati, yang kemudian akan digantikan produksinya

oleh anakan yang telah disiapkan. Saat dipanen buah pisang tidak bisa langsung di

konsumsi karena kondisinya dalam tahap matang hijau, dimana buahnya masih keras.

Buah pisang baru bisa dikonsumsi setelah diperam dengan menggunakan karbit atau

gas etilen lainnya

Panen pisang tidak dapat dilakukan sekaligus karena adanya perbedaan umur

pohon pisang, sehingga kegiatan pemanenan dilakukan secara bertahap, biasanya

setiap dua minggu sampai 4 minggu sekali panen dilakukan bergantung dengan

dengan jumlah pohon pisang yang sedang berbuah. Beberapa petani ada yang

mempercayakan hasil panennya kepada tengkulak pengumpul yang telah menjadi

pembeli tetap. Ciri-ciri pisang yang siap dipanen adalah :

1. Tepi buah pisang sudah tidak bersudut tatapi rata.

2. Buah tampak berisi atau padat.

3. Bunga yang mengering pada ujung buah mudah dipatahkan.

4. Warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijau tua.

5. Daun bendera pada tanaman sudah mengering.

6. Telah berusia antara 90-110 hari setelah muncul jantung.

Pemanenan dilakukan dengan cara menebang pohon pisang, tetapi sebelum

batang pohon tumbang sepenuhnya, pohon pisang ditahan dengan tangan atau

penyangga lainnya, kemudian buah pisang dipotong. Hal ini dimaksudkan untuk

mencegah kerusakan buah pisang apabila pohon pisang langsung tumbang. Buah

pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil

adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih

waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya

getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan

posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh

gesekan antara buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi

batangnya dihilangkan sama sekali. Batang pisang bisa saja dipotong sampai

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

49

setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk

memacu pertumbuhan tunas.

Dari keterangan petani responden, tengkulak (pemasaran Gapoktan ) dan

pihak Primatani, pisang yang dihasilkan petani setelah menjalankan SPO yang

diberikan mengalami peningkatan dalam berat pertandan, sebelum penerapan SPO

berat pertandan petani rata-rata hanya 15-20 kg/tandan. Tetapi setelah menerapkan

SPO yang ada berat pisang pertandan dapat mencapai 25-30 kg/tandan. Selain dari

bobot pertandan, peningkatan juga terjadi pada penampilan buah yang semakin

menarik.

Dari analisis teknik budidaya pisang yang dilakukan petani setelah adanya

primatani, teknik budidaya yang dilakukan mengalami perubahan kearah penerapan

SPO yang diajarkan Primatani dan adanya peningkatan kualitas panen yang

dihasilkan petani hal ini menunjukkan inovasi teknologi yang diberikan berhasil

diserap oleh petani. Perbaikan dari segi budidaya tidak terlepas dari peran penyuluh

yang langsung berhubungan dengan petani. Penyuluh-penyuluh yang ada bertugas

memberikan pembinaan kepada petani baik secara teori maupun praktek dilapangan,

selain itu penyuluh juga memberikan jasa konsultasi kepada petani. Untuk

mengetahui kondisi nyata yang dihadapi petani penyuluh mengunjungi kebun-kebun

petani secara berkala.

6.2.2. Perkembangan Kelembagaan Pemasaran Pisang

Petani menjual hasil panennya dalam bentuk segar. Ada beberapa petani

responden yang tidak mengetahui hasil panennya pada saat panen dilakukan, mereka

mempercayakan urusan pemanenan dan uang hasil panen kepada tengkulak, biasanya

petani meminta uangnya ketika mereka akan melakukan pemupukan atau

membutuhkan uang dalam jumlah besar.

Sistem pemasaran yang digunakan sebelun ada Primatani adalah sistem ijon

dan sistem beli tandan. Pada sistem ijon tengkulak mendatangi petani ketika pohon

pisang baru mengeluarkan jantung (bunga pisang) dan membeli jantung tersebut,

tetapi pemanenan dilakukan ketika jantung pisang tersebut telah menjadi buah

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

50

matang, harga yang berlaku berkisar antara Rp. 5.000 sampai Rp. 7.000 per tandan,

sistem ini dipilih oleh petani karena berbagai alasan diantaranya adalah terdesak

kebutuhan ekonomi dan juga petani tidak perlu menanggung resiko kegagalan panen.

Selain sistem ijon sistem yang berlaku lainnya adalah beli tandanan, yaitu penjualan

pisang oleh petani kepada tengkulak tanpa melalui penimbangan terlebih dahulu.

Biasanya petani menjual pisangnya ketika memasuki masa panen dan tengkulak

menaksir harga pisang pada saat pisang masih dipohon, kemudian tengkulak yang

memanen buah pisang tersebut. Harga yang diterima petani untuk sistem ini berkisar

antara Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000. Kedua sistem tersebut sebenarnya dapat

merugikan kedua belah pihak, sistem ijon dapat merugikan petani karena harga beli

yang rendah dan dapat merugikan tengkulak karena pisang yang telah dibayar belum

tentu berhasil dipanen, begitu pula sistem beli tandanan yang banyak mengandung

unsur spekulasi dan ketidakpastian.

Primatani berusaha mengubah sistem yang ada dengan sistem penjualan berat

timbangan tandanan dan berdasarkan gadai. Sistem penimbangan ini akan

memberikan kepastian kepada petani berapa hasil panen mereka dan berapa uang

yang dapat mereka terima. Tengkulak juga dapat merasakan keuntungan karena tidak

terlalu banyak melakukan spekulasi. Sistem ini dijalankan dengan dukungan dana

Pinjaman bergulir yang diberikan kepada petani sehingga kebutuhan modal petani

dapat dipenuhi tanpa harus meminjam uang kepada tengkulak dengan persyaratan

menjual hasil panen mereka dengan menggunakan sistem ijon. Sistem gadai yang

diharapkan dijalankan adalah sebelum ditimbang pisang disisir terlebih dahulu

kemudian dilakukan sortasi dan gading. Agar pisang yang diproduksi petani

mendapatkan harga sesuai dengan kualitasnya. Sistem ini pada kondisi dilapangan

belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, petani hanya menimbang pisang mereka tanpa

menyisirnya terlebih dahulu, kemudian dilakukan gading berdasarkan kualitas rata-

rata satu tandan. Perbedaan harga yang terjadi adalah perbedaan antar tandan. Jadi

dalam satu tandan harga pisang untuk semua sisir adalah sama.

Anggota kelompok merupakan petani pisang yang sudah ada sebelum Progam

Primatani, termasuk dalam anggota kelompok juga merupakan petani yang

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

51

sebelumnya menjadi tengkulak yang membeli pisang dari petani lain di Desa Talaga

dan menjual langsung ke pasar ataupun pembeli lain dari luar desa. Sebagian besar

anggota kelompok yang ditunjuk sebagai bagian pemasaran kelompok adalah petani

yang dulunya bertindak sebagai petani dan tengkulak pisang di desa.

Jalur pemasaran yang disarankan oleh Primatani adalah sebagai berikut,

pertama petani menjual kepada pemasaran kelompok kemudian, dijual kepada

pemasaran Gapoktan kemudian dijual kepada pihak luar melalui informasi dari

Asosiasi. Jalur pemasaran ini dimaksudkan agar petani memiliki posisi tawar yang

tinggi dan agar petani yang menerima pinjaman dapat melunasi pinjaman dengan

mencicil pinjaman tersebut melalui pemotongan uang hasil panennya tiap melakukan

transaksi penjualan pisang. Pinjaman modal yang dikembalikan oleh petani pada

akhirnya dapat digunakan untuk modal petani lainnya.

Pemasaran Gapoktan diserahkan kepada tengkulak yang telah memiliki

pasokan yang cukup besar di Desa Talaga, pemasaran Gapoktan ini juga berperan

sebagai pemasaran kelompok pada salah satu kelompok tani yang ada. Pada empat

kelompok tani jalur pemasaran pisang dimulai dari petani kemudian dijual kepada

pemasaran kelompok kemudian dijual kepada pemasaran Gapoktan . Tetapi kadang-

kadang pemasaran Gapoktan juga mengambil langsung kepetani tetapi harus

memberikan pemasukan kepada pemasaran kelompok, dengan jalur pemasaran ini

kelompok tetap mendapatkan sumber keuangan untuk kepentingan kelompok. Jalur

pemasaran pada kelompok Intan Langsung Makmur, dipegang langsung oleh

pemasaran kelompok untuk jenis pisang selain ambon dan pisang raja, sedangkan

untuk pisang ambon dan raja ditangani langsung oleh ketua kelompok.

Tengkulak memiliki beberapa jalur pemasaran, jalur pemasaran ini dibedakan

berdasarkan kualitas pisang, menurut salah satu tengkulak. Pisang digolongkan

kedalam beberapa kualitas, kualitas satu yaitu pisang yang dijual ke suplier-suplier

pisang yang akan dibawa ke supermarket, kualitas dua pisang yang dijual kepasar-

pasar wisata disepanjang jalur wisata puncak. Kualitas tiga pisang yang dijual

kepasar-pasar tradisional seperti pasar induk Cianjur dan pasar induk Kramat Djati.

Harga pisang ambon yang diterima petani bervariasi tergantung pada kualitas dan

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

52

juga keadaan harga pasar yang cukup berfluktuasi. Rata-rata yang diterima petani

antara Rp.1500 – Rp. 2000 per kilogam.

Primatani menganjurkan kepada bagian pemasaran untuk melakukan

penjualan menggunakan sistem kontrak agar lebih menjamin kepastian pemasaran

dan harga, seperti yang dilakukan oleh kelompok Intan Langsung Makmur, kelompok

ini telah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan yaitu Superindo dan telah

memiliki kontrak harga untuk pisang ambon yaitu Rp. 1700 per kilogam. Pada

awalnya Gapoktan juga memasarkan pisang ke Superindo, tetapi karena merasa harga

yang ditawarkan tidak menarik, maka pemasaran Gapoktan memilih menjual kepada

pihak lain, yaitu kebeberapa suplier pisang supermarket. Pemasaran kepada suplier

supermaket ini dilakukan tanpa kontrak harga dan juga harga yang diberikan oleh

suplier supermarket lebih menarik bagi pemasaran Gapoktan, yaitu sekitar Rp. 2000-

2500, tergantung kualitas, terlebih lagi suplier supermarket tersebut ada yang

memberikan uang terlebih untuk membeli pisang dari petani. Harga yang lebih tinggi

yang diterima pemasaran Gapoktan maka Gapoktan juga dapat memberikan harga

yang lebih baik kepada petani.

Pemasaran ke suplier supermarket dan ke perusahaan-perusahaan besar adalah

jalur pemasaran baru setelah adanya Primatani, Primatani berusaha membuka

hubungan langsung antar kedua belah pihak baik melalui mempertemukan langsung

ataupun dengan membuat promosi melalui media informasi seperti internet. Untuk

pemasaran langsung ke supermarket tanpa melalui suplier masih dirasa sulit oleh

pemasaran Gapoktan karena petani ingin hasil panennya dibayar langsung, tetapi

kebanyakan supermarket melakukan pembayaran setelah beberapa bulan. Di sisi lain

petani belum dapat memenuhi pasokan supermarket secara konstan.

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pemasaran Gapoktan adalah beli

putus, dimana petani menjual pisangnya kepada pemasaran Gapoktan dengan tawar

menawar harga setelah terjadi kesepakatan kemudian pemasaran Gapoktan membayar

pisang yang dijual petani. Harga yang berlaku tidak melalui kesepakan kelompok

maupun Gapoktan dan tengkulak yang berperan sebagai pemasaran Gapoktan tidak

ditetapkan berapa margin keuntungan yang didapat dari penjualan pisang kelompok.

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

53

Oleh karena itu dalam sistem pemasaran dengan melibatkan tengkulak sebagai

pemasaran kelompok belum terlihat adanya pemasaran dengan sistem berkelompok,

dimana ada penetapan harga melalui keputusan kelompok, kemana pisang akan

dijual. pemasaran yang terjadi dengan pemsaran kelompok masih seperti pemasaran

kepada pihak diluar kelompok.

6.2.3. Perkembangan Kelembagaan Saprodi

Pemenuhan saprodi petani pisang masih mengandalkan keberadaan kios-kios

saprodi yang berada di desa. Petani belum memiliki kios tersendiri sebagai bagian

dari kelompok tani, atau setidaknya ada kios yang dijadikan tempat belanja bagi

kelompok tani dimana ada kerjasama dalam pengadaan saprodi dan pembagian

keuntungan antara kelompok tani dengan kios tersebut. Padahal dalam inovasi

kelembagaan disebutkan bahwa akan dilakukan kerjasama dengan kios yang ada

sehingga kios tersebut tergabung dalam AIP sehingga kebutuhan saprodi petani dapat

dipenuhi dengan mudah dan dengan harga yang lebih murah. Untuk mengatasi

masalah saprodi petani diberikan bantuan pinjaman modal yang berbentuk uang dan

saprodi tertentu. Penggunaan pinjaman yang berbentuk adalah untuk pemenuhan

kebutuhan saprodi tetapi penggunaannya belum diarahkan, yaitu kemana mereka

harus membeli saprodi sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar

dibandingkan dengan membeli ketempat lain.

6.2.4. Perkembangan Kelembagaan Produksi

Petani dalam melakukan produks tergabung dalam kelompok tani. Sebelum

adanya Primatani kelompok tani yang ada hanya satu yaitu kelompok tani Sumber

Arum. Setelah diadakan primatani kelompok tani yang ada ditambah empat kelompok

tani baru yaitu kelompok tani Intan Langsung Makmur, Sumur Tani, Jembar Tani,

Sumber Tani. Pembentukan kelompok baru ini untuk mewakili petani perdusun yang

yang ada, selain kelompok tani juga dibentuk gabungan kelompok tani yaitu

Gapoktan Talaga Makmur. Pembentukan Gapoktan ini berfungsi untuk memperkuat

jaringan antar kelompok tani yang ada. Pengelompokan petani kedalam kelompok-

kelompok tani ini akan mempermudah petani dalam mengakses informasi maupun

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

54

permodalan. Terbukti petani yang tergabung dalam kelompok mendapatkan bantuan

berupa pinjaman modal usaha kelompok pada tahun 2007.

Petani yang tergabung dalam kelompok tani mendapatkan bimbingan

mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan usahatani pisang. Bimbingan ini

diberikan oleh penyuluh dari tim primatani, selain memberikan bimbingan berupa

teori, penyuluh juga memberikan bimbingan berupa praktek langsung dilapangan

untuk kegiatan budidaya pisang dan pengolahan. Selain bimbingan teori dan praktek

untuk menambah pengetahuan petani dilakukan progam studi banding ke luar daerah

Cianjur. Petani diajak berkunjung ke lokasi Primatani daerah lain yang juga sedang

mengembangkan pisang yaitu ke daerah Lampung, Lumajang dan Sumedang.

Kunjungan ke Lampung dan Lumajang bertujuan untuk menambah pengetahuan

petani khususnya dalam teknik budidaya pisang. Sedangkan kunjungan ke Sumedang

bertujuan untuk menambah pengetahuan petani dalam pengolahan pisang. Dalam

kunjungan yang dilakukan petani bertukar pengalaman dengan petani yang

dikunjungi.

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON DESA TALAGA

7. 1. Karakteristik Responden

Petani responden di daerah penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-

beda seperti perbedaan umur, tingkat pendidikan, status usahatani, lama pengalaman

berusahatani pisang, luas lahan pengusahaan dan status kepemilikan lahan.

7.1.1. Umur dan Pengalaman Usahatani

Faktor umur akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karena tenaga

manusia akan terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu

petani yang berumur relatif muda akan relatif lebih dinamis dan mempunyai

kemampuan fisik lebih kuat dan berani mengambil resiko. Sedangkan petani yang

relatif lebih tua mempunyai pengalaman berusahatani yang relatif lebih lama

sehingga lebih matang dalam pengelolaan usahataninya.

Umur dari 30 petani responden dikelompokkan menjadi petani responden

berumur antara 31-40 tahun sebanyak 30 persen, 41-50 sebanyak 26,67 persen, 51-60

tahun sebanyak 20 persen dan responden dengan umur lebih dari 60 tahun sebanyak

23,3 persen. Dilihat dari sebaran umur, terlihat bahwa sebagian besar responden

(76,67) merupakan petani dengan umur produktif (kurang dari 60 tahun) selain itu

dapat diartikan pula bahwa untuk berusahatani pisang dapat dilakukan oleh

responden tanpa memandang faktor umur. Pembagian dan persentase dari masing-

masing kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur Tahun 2008

Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase

31-40 9 30,00

41-50 8 26,67

51-60 6 20,00

≥ 60 7 23,33

30 100,00 Sumber : Data Primer Diolah

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

56

 

Dari 30 responden yang ada 53,33 persen telah berusahatani antara 1-10

tahun, 36,67 persen telah berusahatani pisang selama 11-20 tahun dan 10 persen dari

responden telah menjalankan usahatani pisang lebih dari 20 tahun. Budidaya pisang

relatif mudah dilakukan, tidak memerlukan keahlian khusus sehingga petani dalam

menanam pisang tidak belajar secara khusus, tetapi biasanya mereka mengetahui

budidaya pisang secara turun-temurun dan belajar dari pengalaman. Petani dengan

usia lebih tua tidak selalu memiliki pengalaman bertani pisang lebih lama daripada

petani yang berumur lebih muda, hal ini disebabkan karena tidak semua petani mulai

menanam pisang pada umur yang sama. Pengalaman bertani pisang sudah dimilki

petani responden sebelum program Primatani di Desa Talaga diadakan, tetapi

bedanya adalah pengalaman yang dimiliki petani sebelum adannya Primatani adalah

teknik budidaya yang diperoleh dari pengalaman sendiri sedangkan dengan adanya

Primatani petani diberikan pengetahuan baru mengenai berbudidaya pisang melalui

pembinaan untuk melakukan teknik budidaya sesuai dengan SPO yang ada.

Pembagian dan persentase responden berdasarkan pengalaman berusahatani dapat

dilihat dalam Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pisang Desa Talaga Tahun 2008

Lama Berusahatani Pisang Jumlah (jiwa) Persentase

1 – 10 16 53,33

11 – 20 11 36,67

≥ 20 3 10,00

30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah

7.1.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Tingkat

pendidikan petani yang tinggi, akan memudahkan petani dalam mencari dan

memperoleh informasi baik yang berhubungan dengan pemasaran pisang, teknik

budidaya yang baik, serta informasi lain yang berhubungan dengan agribisnis pisang.

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

57

 

Tingkat pendidikan petani diukur melalui tingkat pendidikan formal yang pernah

diikuti.

Berdasarkan hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa 83,33 persen petani

mempunyai tingkat pendidikan sekolah dasar. Hal ini menunjukkan rendahnya

tingkat pendidikan petani responden. Rendahnya tingkat pendidikan ini dapat

mempersulit petani dalam penyerapan teknologi yang diberikan pemerintah. Sebaran

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase

Tidak Sekolah 1 3,33

Sekolah Dasar (SD) 25 83,33

SLTP atau Sederajat 0 0,00

SLTA atau Sederajat 3 10,00

D-3 1 3,33

30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah

7.1.3. Status Usahatani

Dari 30 responden yang ada, 70 persen responden menjadikan pertanian

sebagai pekerjaan utama. Sedangkan 30 persen lainnya mempunyai pekerjaan lain

selain menjadi petani yaitu perangkat Desa 2 orang, tengkulak pisang 3 orang, sopir

dan ojek 2 orang, pensiunan PNS 1 orang. Sebaran pekerjaan utama responden dapat

dilihat di Tabel 13.

Status pekerjaan akan mempengaruhi perhatian kepada usahatani pisang yang

dilakukan, hal ini disebabkan adanya pembagian curahan waktu yang dimiliki oleh

responden. Responden dengan pekerjaan utama sebagai petani akan memiliki waktu

yang lebih banyak untuk mengelola kebunnya termasuk tanaman pisang

dibandingkan dengan petani yang memiliki pekerjaan lain selain bertani.

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

58

 

Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008

Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase

Petani 21 70,00

Perangkat Desa 2 6,67

Tengkulak Pisang 3 10,00

Pedagang 1 3,33

Supir Angkot dan Ojek 2 6,67

Pensiunan PNS 1 3,33

30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah

Tanaman pisang sebagian besar ditanam bersama tanaman lain (tumpang

sari), seperti berbagai jenis sayuran, cabai, teh dan lain-lain. Tanaman sela yang

dipakai membutuhkan curahan waktu perawatan yang lebih banyak dibandingkan

tanaman pisang. Jika status usahatani pisang dilihat dari tingkat curahan waktu maka

usahatani pisang menjadi usahatani sampingan, karena pisang memerlukan tingkat

perawatan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat perawatan tanaman selanya.

Pisang ditanam secara tumpangsari dengan berbagai jenis tanaman sela. Jenis

tanaman sela yang ditanam bersama dengan pisang menyesuaikan dengan seberapa

besar ukuran pohon pisang. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan unsur hara dan

juga sinar matahari yang diterima oleh tanaman sela, karena tanaman sela ditanam

dibawah pohon pisang sehingga harus memperhatikan kebutuhan sinar matahari

tanaman sela. Jika tidak, maka tanaman sela tidak akan tumbuh dengan baik. Sebaran

jenis tanaman tumpang sari yang ditanam bersama pisang dapat dilihat pada Tabel 14.

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tanaman tumpangsari yang banyak ditanam

petani adalah cabai, sebesar 76,67 responden menanam cabai, hal ini disebabkan

karena cabai merupakan tanaman yang juga termasuk kedalam program

pengembangan Primatani dan juga dapat tumbuh dengan baik walaupun terhalang

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

59

 

oleh tanaman pisang. Tanaman teh yang ada merupakan tanaman teh yang ditanam

sejak dulu.

Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Tanaman Sela Tahun 2008

Jenis Tanaman Jumlah (jiwa) Persentase

Cabai 23 76.67

Jagung 14 46.67

Ceisin 7 23.33

Pepaya 7 23.33

Teh 8 26.67

Lainnya (talas, tomat, wortel, bengkuang, singkong, ubi, kayu, alpukat, jahe)

1 3.33

Sumber : Data Primer Diolah

7.1.4. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Pisang

Budidaya Pisang Ambon yang dilakukan petani responden merupakan

budidaya dengan sistem tumpangsari dengan berbagai jenis tanaman termasuk

berbagai jenis pisang diluar Pisang Ambon. Luas lahan yang diusahakan petani

responden untuk tanaman Pisang Ambon bervariasi, sesuai dengan jarak tanam dan

jumlah pohon yang ditanam. Sebaran luas lahan petani yang ditanami Pisang Ambon

dapat dilihat pada Tabel 15.

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa dari responden yang ada, 14 orang

menanami lahannya dengan Pisang Ambon kurang dari 1000 m2, dengan persentase

mencapai 46,67 persen dan petani yang memiliki luas lahan antara 1000-2000 m2

berjumlah 7 orang. Petani yang menggunakan lahan sebesar 1001-3000 berjumlah 4

orang dan petani yang menanami lahannya dengan Pisang Ambon lebih dari 3000

berjumlah 5 orang.

Page 76: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

60

 

Tabel 15. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan yang Ditanami Pisang Ambon Tahun 2008

Luas Lahan (meter) Jumlah (jiwa) Persentase

< 1000 14 46,67

1000–2000 7 23,33

2001–3000 4 13,33

> 3000 5 16,67

30 100

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 16 menunjukkan status kepemilikan lahan yang ditanami pisang

bervariasi. Dari 30 responden, 23 lahan berstatus milik, 2 lahan berstatus sewa, 2

lahan berstatus bagi hasil, 2 lahan berstatus gadai dan 1 lahan berstatus titipan yang

hanya berkewajiban membayar pajak atas lahan tersebut.

Status kepemilikan lahan akan membedakan kewajiban masing-masing

status. Status milik berkewajiban untuk pembayaran pajak atas lahan yang

diusahakan. Status sewa berkewajiban untuk membayar sewa kepada pemilik lahan

tanpa harus membayar pajak. Status bagi hasil berkewajiban membagi hasil usahatani

sesuai dengan perjanjian tanpa kewajiban membayar pajak bagi penggarap. Status

gadai tidak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak, sewa, maupun membagi

hasil panen. Lahan yang digadai adalah sebagai jaminan atas uang atau meteri lain

yang dipinjamkan kepada pemilik lahan, dimana selain sebagai jaminan lahan

tersebut juga dapat dimanfaatkan atau diusahakan, yang berkewajiban membayar

pajak atas tanah adalah pemilik tanah, Status gadai berakhir ketika pemilik lahan

dapat mengembalikan uang yang dipinjam. Status tanah titipan adalah berdasarkan

kesepakatan antara pemilik dan penggarap.

Page 77: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

61

 

Tabel 16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun 2008

Status Kepemilikan Jumlah (jiwa) Persentase

Milik 23 76,67

Sewa 2 6,67

Bagi Hasil 2 6,67

Gadai 2 6,67

Titipan 1 3,33

30 100

Sumber : Data Primer Diolah

Status lahan milik lebih dianjurkan oleh Primatani dalam berbudidaya pisang,

disebabkan karena jika status kepemilikan lahan sewa, gadai, bagi hasil maupun

titipan akan dapat diminta oleh pemiliknya ketika telah habis waktu yang disepakati

(bagi hasil, sewa) atau pemilik tanah telah dapat membayar uang gadai tanah,

sedangkan produksi pisang yang ada terus berjalan, sehingga dapat merugikan petani

karena telah mengeluarkan modal untuk penanaman pisang.

7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani

Analisis dilakukan dengan melihat Pisang Ambon yang ditanam serempak

pada saat bulan Agustus hingga Oktober 2007 sebagai tindak lanjut dari program

primatani. Pada kondisi dilapangan jarak tanam yang digunakan bervariasi Dalam

analisis pendapatan ini diasumsikan bahwa jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x

3 m sehingga satu pohon pisang memiliki luas 9 m2, sehingga dalam satu haktar

diasumsikan ada sebanyak 1.111 pohon pisang. Analisis dilakukan hanya dengan

melihat produksi bibit pisang yang ditanam pada agustus sampai Oktober 2007

hingga menghasilkan panen pertama yaitu sekitar 12 bulan dari penanaman. Analisis

pendapatan usahatani membutuhan dua data pokok yaitu data penerimaan dan data

pengeluaran selama periode waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu untuk dapat

mengetahui besanya pendapatan yang diterima harus diketahui terlebih dahulu data

Page 78: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

62

 

penerimaannya dan biaya, untuk mendapatkan data penerimaan dilakukan analisis

terhadap penerimaan responden per hektar. Sedangkan untuk mendapatkan data biaya

yang dikeluarkan dilakukan analisis biaya.

7.2.1. Analisis Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani Pisang Ambon hanya berasal

dari penjualan Pisang Ambon, sedangkan untuk daun, anakan tidak diperjual belikan

dan pisang yang dikonsumsi sendiri diasumsikan tidak ada karena pada kondisi di

lapangan petani responden sangat jarang mengkonsumsi Pisang Ambon hasil panen

sendiri untuk kebutuhan keluarga. Biasanya pisang yang dikonsusmi untuk keluarga

adalah pisang jenis lain yang enak untuk diolah seperti pisang nangka. Dan juga

menurut sebagian petani Pisang Ambon sayang jika dikonsumsi sendiri karena

harganya mahal.

Besarnya penerimaan adalah hasil kali antara jumlah panen yang dihasilkan

(kg) dengan harga per kg Pisang Ambon. Jumlah panen per hektar adalah banyaknya

pohon pisang yang ditaman dikurangi besarnya pohon pisang yang gagal panen baik

akibat penyakit atau pencurian. Tingkat gagal panen yang dialami petani rata-rata

sebesar 15,76 persen sehingga dalam satu hektar dengan jumlah pohon yang ditaman

sebanyak 1111 maka akan dihasilkan sebanyak 936 tandan dengan berat rata-rata per

tandan 21,93 kg. Berat panen dalam satu hektar yang ada adalah hasil kali antara

jumlah tandan yang dihasilkan dengan berat rata-rata per tandan sehingga berat panen

per hektar sebesar 20,526.48 kg.

Penerimaan yang diperoleh per haktar adalah hasil kali antara berat penen per

hektar (kg) dengan harga rata-rata yang diterima petani yaitu Rp. 1653,33/kg

sehingga besarnya penerimaan perhaktar selama 12 bulan adalah Rp. 33.937.045,18.

7.2.2. Analisis Biaya

Analisis biaya yang dikeluarkan petani dilakukan dengan menganalisis input

yang digunakan untuk usahatani Pisang Ambon meliputi bibit, pupuk, Trichoderma,

brongsong, tenaga kerja, alat-alat pertanian. Analisis input yang digunakan juga

memperhitungkan biaya input yang hanya dikeluarkan satu kali yaitu pada saat

Page 79: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

63

 

penananman tetapi penggunaannya sampai umur ekonomis pisang, sehingga besarnya

nilai input tersebut unutk 12 bulan pertama adalah besarnya nilai input tersebut dibagi

umur ekonomis pisang. Umur ekonomis pisang ditetapkan selama 5 tahun hal ini

didasarkan dari SPO yang ada dan juga dari keterangan penyuluh.

7.2.2.1. Bibit

Bibit yang digunakan sebagian besar adalah dari tanaman sebelumnya. Dari

30 responden ada beberapa responden yang pernah melakukan pembelian bibit,

karena bibit yang tersedia dikebun sendiri tidak mencukupi atau petani ingin

menanam jenis pisang yang berbeda dari jenis pisang yang sudah ada sebelumnya.

Bibit yang digunakan oleh semua responden berasal dari anakan, belum ada

responden yang menggunakan bibit yang berasal dari bonggol maupun dari kultur

jaringan. Hal ini disebabkan karena kemudahan dalam mendapatkan dan kebiasaan

petani dalam menggunakan bibit yang berasal dari anakan. Bibit yang ditanam

berusia antara 2-3 bulan dengan ukuran 50-100cm, dengan ukuran bibit yang ditanam

maka dalam dua belas bulan petani responden telah dapat memanen pisang tersebut.

Bibit yang digunakan berasal dari kebun petani sendiri maka biaya bibit digolongkan

kedalam biaya tidak tunai. Besarnya biaya bibit untuk dua belas bulan adalah harga

bibit dibagi umur ekonomis pisang yaitu lima tahun. Harga bibit yang berlaku di Desa

Talaga adalah Rp. 1.000/bibit. Sehingga nilai pada tahun pertama adalah Rp. 200/

bibit. Kebutuhan bibit untuk satu hektar dengan jarak tanam 3 m x 3 m adalah 1.111.

Biaya bibit untu satu hektar adalah jumlah bibi yang ditanam 1111 dikali dengan

beban bibit untuk tahun pertama yaitu Rp. 200, sehingga biaya bibit per hektar per

tahun adalah Rp. 222.000.

7.2.2.2. Pupuk

Pupuk adalah faktor penting bagi pertumbuhan tanaman budidaya, pupuk

yang diberikan akan memberikan unsur hara dalam tanah yang sangat dibutuhkan

bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani responden

digolongkan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik (buatan).

Page 80: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

64

 

1. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang kambing, yang sebagian

besar didapatkan dengan membeli. Hanya 5 responden yang memiliki pupuk

kandang sendiri. Semua responden menggunakan pupuk kandang saat melakukan

penanaman, tetapi hanya 43,33 persen yang mengulang setiap tahunnya.

Pengulangan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan, sebagian besar

(46,67 persen) petani yang melakukan pengulangan dilakukan sebanyak dua kali

per tahun. Pupuk kandang pada dasarnya tidak diperjual belikan, nilai yang

dikeluarkan sebatas hanya upah untuk mengumpulkan dan biaya transportasi.

Besarnya pupuk kandang yang diberikan tiap lubang tanam pada saat penanaman

berbeda-beda. Ukuran yang lazim digunakan adalah per karung dengan ukuran 50

kg, dalam satu karung pupuk kandang berisi sekitar 25-30 kg pupuk kandang.

Harga pupuk kandang perkarung adalah Rp. 5000 sehingga harga per kg pupuk

kandang adalah Rp. 200. Biasanya petani menggunakan satu karung pupuk

kandang untuk 1-5 lubang tanam. Jumlah pupuk kandang per lubang yang

diberikan rata-rata adalah 11,87 kg. pupuk kandang yang diberikan pada saat

penanaman hanya dilakukan satu kali tetapi penggunannya selama lima tahun.

Oleh karena itu besarnya penggunaan pupuk untuk penanaman per tahun adalah

besarnya pupuk yang diberikan saat penanaman dibagi umur ekonomis pisang.

Sehingga besarnya pupuk kandang yang diberikan pada saat penanaman per tahun

adalah sebesar 2,37 kg per lubang.

Jumlah pupuk kandang yang diberikan pada saat pemeliharaan sama dengan

jumlah yang diberikan pada saat penanaman yaitu satu karung digunakan untuk 1-

5 rumpun pisang. Dalam satu tahun pemupukan diberikan sebanyak dua kali.

Besarnya pupuk kandang yang diberikan pada saat pemeliharaan per tahun adalah

26.59 kg/rumpun. Total pupuk kandang yang diberikan per tahun adalah jumlah

pupuk kandang pada saat penanaman per tahun 2,37 kg/lubang ditambah jumlah

pupuk kandang saat pemeliharaan yaitu 26,59 kg/rumpun, sehingga pupuk

kandang per tahun adalah sebesar 28,98 kg/rumpun. Kebutuhan pupuk kandang

untuk satu hektar adalah 28,98 kg dikali jumlah pohon yang ada yaitu 1.111 ada

sehingga tiap hektar memerlukan 32.196,78 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk

Page 81: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

65

 

pupuk kandang per tahun adalah jumlah pupuk kandang (32.196,78) dikali harga

per kg pupuk kandang (Rp. 200) sehingga biaya yang dikeluarkan per tahun untuk

pupuk kandang adalah Rp. 6.439.356.

2. Selain pupuk kandang petani juga memberikan pupuk anorganik untuk memenuhi

kebutuhan nitrogen, fosfor, dan kalium dalam tanah. Pupuk anorganik yang

diberikan kepada pisang merupakan bagian dari pemupukan lahan total, karena

dalam melakukan pemupukan petani tidak mengkhususkan hanya untuk satu

tanaman saja, tetapi pemupukan dilakukan bersamaan antara tanaman sela dengan

tanaman pisang. Petani mengkombinasikan berbagai jenis pupuk dengan

mencampurkan dalam satu tempat, kemudian baru diberikan kepada tanaman

pisang. Kombinasi pupuk yang diberikan bervariasi tiap petani. Pemupukan

dilakukan dengan menaburkan pupuk melingkar mengitari rumpun pisang dengan

jarak antara 30-50 cm dari bonggol pisang. Besarnya pupuk yang digunakan tiap

rumpun adalah dua genggam tangan petani yang diperkirakan jumlahnya seberat

150 g. Jumlah masing-masing pupuk yang digunakan merupakan persentase dari

total pupuk dalam 150 g. Pupuk anorganik rata-rata dilakukan tiap tiga bulan

sekali. Pupuk kimia didapat petani dengan membeli ditoko-toko saprodi pertanian

di Desa Talaga atau dengan membeli ke pasar Cianjur. Sebaran petani responden

berdasarkan penggunaan pupuk dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Penggunaan Pupuk Tahun 2008

Urea TSP KCl Phoska

Harga Rata-rata (per kg) 1300 2100 1950 2300

Jumlah/rumpun/tahun (g) 322,30 104,51 126,09 225,71

Responden yang menggunakan (orang) 28 11 9 23

Persentase dari 30 orang (%) 93,33 36,67 30,00 76,67

Sumber : Data Primer Diolah

Page 82: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

66

 

7.2.2.3. Trichoderma

Trichoderma merupakan agen hayati yang berfungsi untuk mencegah

penyakit tular tanah seperti fusarium. Trichoderma yang digunakan responden

merupakan bantuan dari Primatani yang termasuk dalam bantuan PMUK.

Penggunaan Trichoderma adalah dicampurkan dengan pupuk kandang yang akan

diberikan pada saat penanaman. Dari 30 responden yang ada 26 responden

mengaplikasikan Trichoderma. Harga tiap kilogram Thricoderma adalah Rp. 20.000.

jumlah Trichoderma yang diberikan petani dalam tiap lubangnya bervariasi. Rata-rata

tiap lubang tanam diberikan Trichoderma sebanyak 36,20 g. Penggunaan

Trichoderma hanya diawal penanaman, sehingga besarnya penggunaan Trichoderma

per tahun adalah jumlah Trichoderma yang diberikan pada saat penanaman dibagi

dengan umur ekonomis pisang, besarnya penggunaan Trichoderma per tahun adalah

7,24 g.

7.2.2.4. Brongsong

Brongsong adalah plastik pembungkus buah pisang yang terbuat dari plastik

polyethilen berwarna biru, plastik ini merupakan bantuan dari Primatani. Plastik ini

berfungsi untuk meningkatkan kualitas buah dengan cara membuat buah berukuran

menjadi lebih optimal dan kulitnya bersih dari serangan hama kudis buah.

Pembungkusan atau pembrongsongan dilakukan pada saat seludang pisang pertama

belum terbuka dan jantung pisang sudah mulai merunduk. Plastik dipasang longgar

dengan memperhitungkan besarnya buah yang akan dihasilkan kemudian plastik

diikatkan pada pangkal tandan. Dari 30 responden terdapat 18 orang responden telah

menerapkan pembungkusan pada pisang mereka. Pembrongsongan tidak dilakukan

kepada semua buah pisang, karena jumlah brongsong yang terbatas. Rata-rata

penggunaan brongsong per hektar tiap tahunnya adalah 152 buah.

7.2.2.5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan untuk budidaya pisang semua berasal dari

tenaga kerja manusia yang dibagi kedalam tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja

dalam keluarga. Pemakaian tenaga kerja luar keluarga menimbulkan biaya tunai

Page 83: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

67

 

sedangkan pemakaian tenaga kerja dalam keluarga menimbulkan biaya tidak tunai.

Tenaga kerja dalam keluarga yang berperan dalam budidaya pisang sebagian besar

adalah kepala keluarga. Kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dari Desa Talaga

mengingat jumlah penduduk Desa Talaga yang sebagian besar berprofesi sebagai

petani dan buruh tani. Kebutuhan tenaga kerja tinggi pada saat musim tanam padi.

Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki rata-rata sebesar

Rp 15.000 per hari dan Rp. 10.000 untuk tenaga kerja perempuan per hari yang

dihitung selama 5 jam per hari. Petani mulai bekerja mulai pukul 07.00 hingga pukul

12.00 WIB. Petani telah mempunyai buruh yang menjadi langganan yang dipercaya

untuk mengelola kebun. Ada beberapa petani yang memiliki buruh tetap yang

bertugas mengelola kebun baik tanaman pisang maupun perawatan tanaman lainnya.

Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan untuk mengerjakan pekerjaan

penyiangan, sedangkan tenaga kerja laki-laki digunakan untuk pekerjaan diluar

penyiangan.

Nilai tenaga kerja dihitung dengan satuan hari orang kerja laki-laki (HOK

laki-laki) sehingga untuk perhitungan besarnya tenaga kerja perempuan dikonversi

kedalam nilai tenaga kerja laki-laki dengan menggunakan perbandingan upah tenaga

kerja untuk laki-laki dan perempuan. Penggunaan tenaga kerja pada saat persiapan

dan pembuatan lubang tanam dan penanaman adalah hanya dikelurkan sekali untuk

satu umur ekonomis pisang sehingga besarnya biaya yang digunakan untuk persiapan

dan pelubangan, dan penanaman per tahun adalah besarnya biaya yang dikeluarkan

pada saat pelubangan, penanaman dibagi umur ekonomis pisang. Besarnya tenaga

kerja luar keluarga yang digunakan untuk mengolah lahan satu hektar per tahun

adalah 179,24 HOK dan tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan adalah sebesar

271,93 HOK.

7.2.2.6. Alat-alat Pertanian

Alat yang sering digunakan dalam budidaya pisang adalah cangkul yang

berfungsi untuk membuat lubang tanam, menggemburkan tanah, penyiangan rumput,

tetapi dalam penyiangan dengan menggunakan cangkul harus hati-hati karena dapat

Page 84: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

68

 

memotong akar-akar dari pisang. Kored digunakan untuk penyiangan rumput. Sabit

digunakan untuk pemotongan jantung, daun. Panugar digunakan untuk membongkar

bonggol pisang dan atau mengambil bibit dari rumpun pisang. Peralatan yang dimiliki

oleh petani tidak hanya digunakan untuk tanaman pisang, tetapi digunakan untuk

mengolah semua lahan yang ditanami selain pisang. Nilai penyusutan per tahun

diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus dimana peralatan tidak

mempunyai nilai sisa pada akhir umur ekonomis. umur ekonomis peralatan yang

digunakan berkisar antara 3,8 tahun sampai 6,2 tahun. Total peralatan yang dimiliki

petani untuk mengelola lahan satu hektar adalah 22 buah. Nilai penyusutan total

untuk semua peralatan per hektar adalah Rp. 111.411,24 dengan nilai penyusutan

terbesar diperuntukkan untuk pemakaian cangkul. Jenis dan jumlah peralatan yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jenis dan Nilai Penyusutan Peralatan Usahatani Pisang per Hektar Tahun 2008

Jenis Alat Jumlah Harga Satuan (Rp)

Umur Ekonomis (Tahun)

Penyusutan Per Tahun (Rp)

Cangkul 6 30000 5,3 33.962,26

Kored 5 16100 3,8 21.184,21

Sabit 4 19400 4,4 17.636,36

Panugar 3 23100 6,2 11.177,42

Golok 4 35000 5,1 27.450,98

Total 22 111.411,24

Sumber : Data Primer Diolah

7.2.2.7. Lahan

Lahan yang digunakan untuk penanaman pisang sebagian besar berstatus hak

milik (23 responden), sehingga perhitungan biaya untuk lahan diasumsikan bahwa

lahan yang digunakan adalah hak milik sehingga akan menimbulkan biaya berupa

pajak atas lahan dan biaya pengorbanan untuk lahan. Biaya pengorbanan atas lahan

termasuk sebagai biaya karena responden mengorbankan penerimaan dari sewa lahan

Page 85: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

69

 

miliknya karena lebih memilih untuk mengolah lahan tersebut sendiri. Besarnya pajak

untuk satu hektar didapatkan dari merata-rata pajak lahan responden yang telah

dikonversi kedalam satuan hektar. Besar pajak per hektar per tahun adalah Rp.

310.636,90. Besarnya nilai pengorbanan untuk sewa lahan diperoleh dari dua

responden yang lahannya berstatus sewa. Besarnya biaya didapatkan sebesar Rp. 128/

m2, sehingga besarnya biaya pengorbanan sewa per hektar per tahun adalah sebesar

Rp. 1.280.000.

7.2.2.8. Disinfektan

Disinfektan berfungsi untuk mensterilkan alat-alat yang digunakan untuk

budidaya pisang. Pensterilan alat dilakukan sebelum dan sesudah alat tersebut

digunakan. Disinfektan yang sering digunakan adalah bahan pemutih pakaian seperti

bayclin. Pensterilan dilakukan dengan mencampurkan disinfektan secukupnya

kedalam air kemudian alat-alat yang akan dan setalah digunakan dicuci menggunakan

air yang telah dicampur dengan disinfektan. Harga per liter disinfektan adalah Rp.

10.000. Petani mendapatkan disinfektan dengan membeli di warung-warung

kelontong disekitar rumah mereka. Besarnya disinfektan yang dikeluarkan selama

satu tahun per hektar adalah sebanyak 0,77 liter, sehingga biaya yang harus

dikeluarkan sebesar Rp. 7700/ ha/tahun.

Biaya-biaya yang dikeluarkan petani digolongkan kedalam biaya tunai dan

biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petani

untuk mendapatkan input, yang termasuk input yang didapat dengan biaya tunai

adalah pupuk kandang, Trichoderma, urea, TSP, KCl, phoska, disinfektan, tenaga

kerja luar keluarga, brongsong dan pajak. Biaya tidak tunai adalah dalam

mendapatkan input petani tidak mengeluarkan uang secara tunai karena input tersebut

telah dimiliki oleh petani atau petani memperoleh input tersebut secara cuma-cuma,

yang termasuk input tidak tunai adalah tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat,

bibit, dan sewa atas lahan sendiri.

Total biaya tunai adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan secara

tunai. Total biaya tunai yang dikeluarkan per tahun per hektar adalah sebesar Rp.

Page 86: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

70

 

11.298.555,48. Sedangkan total biaya tidak tunai adalah jumlah keseluruhan biaya

yang dikeluarkan tidak secara tunai. Total biaya tidak tunai per tahun per hektar

adalah sebesar Rp. 5.692.521,01. Biaya total adalah penjumlahan dari total biaya

tunai dan total biaya tidak tunai. Biaya total yang dikeluarkan selama satu tahun per

hektar adalah sebesar Rp. 16.991.076,49.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang membahas usahatani

pisang tetapi belum menerapkan SPO, terdapat beberapa perbedaan pada komponen

penyusun biaya. Perbedaan ini ditunjukkan pada Tabel 19, dimana terlihat bahwa

petani di Desa Talaga memiliki komponen biaya yang lebih banyak, karena

menerapkan SPO. Perbedaaan yang mencolok adalah pada penggunaan pupuk, baik

pupuk kandang maupun pupuk kimia. Pada dua penelitian terdahulu yang dijadikan

pembanding, tidak terdapat biaya pupuk kimia dan biaya pupuk kandang, hal ini

disebabkan karena dalam penelitian tersebut petani memupuk lahannya, tetapi pupuk

tersebut hanya ditujukan untuk tanaman budidaya utama. Oleh karena itu biaya pupuk

hanya menjadi komponen biaya dari tanaman utama tersebut, sedangkan pupuk yang

terserap oleh pisang tidak dihitung sebagai komponen biaya produksi pisang karena

pada dasarnya pupuk tersebut bukan ditujukan untuk pisang, sedangkan pada

penelitian ini pupuk merupakan komponen biaya yang dikeluarkan untuk pisang,

meskipun pemupukan dilakukan secara bersama-sama dengan tanaman budidaya

lainnya, tetapi petani responden secara sengaja memberikan pupuk kepada rumpun

pisang dan ada tujuan memberikan pupuk tersebut untuk pisang. Pemupukan

dilakukan dengan menaburkan pupuk secara melingkar mengitari pohon pisang

dengan jarak 30-50 cm dari bonggol pisang.

Petani di Desa Talaga memiliki komponen biaya tenaga kerja yang lebih

tinggi, hal ini dikarenakan pada penelitian terdahulu proses budidaya untuk pisang

dilakukan ketika petani ada waktu luang setelah mengerjakan tanaman utama adanya

perbedaaan sudut pandang terhadap fungsi tanaman. Pada penelitian ini petani

menganggap pisang sama seperti tanaman budidaya lainnya, sehingga perhatian yang

diberikan terhadap pisang menjadi lebih besar dibandingkan dengan perhatian yang

diberikan petani pada penelitian terdahulu. Jika pada penelitian terdahulu aktivitas

Page 87: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

71

 

yang diberikan untuk pohon pisang dilakukan ketika petani ada waktu atau setelah

mengerjakan tanaman budidaya yang dianggap utama, pada penelitian ini petani

sengaja meluangkan atau memberikan waktu khusus dalam pengelolaan pisang.

Apalagi dengan upaya penerapan SPO oleh petani, yang menimbulkan kegiatan-

kegiatan baru seperti pemberian pupuk, pemasangan brongsong, pembatasan jumlah

daun atau pengintensifan kegiatan-kegiatan yang sudah ada sebelumnya seperti

penyiangan, penjarangan. Kegiatan-kegiatan ini tentunya membutuhkan tenaga kerja

yang lebih banyak.

Petani responden juga memiliki komponen yang lain yang tidak dipakai pada

penelitian terdahulu yaitu plastik pembungkus pisang (brongsong) yang merupakan

teknologi yang dikenalkan oleh Primatani. Selain brongsong petani juga telah

menerapkan penggunaan Trichoderma, yang tidak diterapkan oleh petani pada

penelitian terdahulu. Perbandingan dengan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

usahatani di Desa Talaga telah diusahakan secara komersial dengan penggunaan input

dan tingkat perhatian yang diberikan kepada pisang lebih besar.

Page 88: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

72

 

Tabel 19. Perbandingan Usahatani Pisang Desa Talaga dengan Hasil Penelitian Terdahulu

NO Talaga, Cianjur * Cikangkareng, Cianjur Sadeng, Bogor

1 Jenis pisang Ambon Ambon Ambon 3 Sistem budidaya Tumpang sari Tumpang sari Tumpang sari 4 Status Sampingan + Sampingan Sampingan

6 Tenaga kerja 281,98 HOK 217,77 HOK 214,16 HOK

7 Pupuk kandang 32.196,78 kg - -

8

Pupuk Kimia Urea TSP KCL Phonska

322,30 kg 104,51 kg 126,09 kg 225,71 kg

- -

9 Trichoderma harzianum

7,24 kg - -

10 Plastik pembungkus (Brongsong)

152 buah - -

* lokasi penelitian % dari total biaya + perhatian lebih

Data penerimaan dan biaya yang ada digunakan untuk mengetahui besarnya

pendapatan yang diterima petani. Pendapatan yang diterima dibagi dua yaitu

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Informasi Biaya tunai

yang dikeluarkan petani dan besarnya penerimaan total digunakan untuk menghitung

berapa besar pendapatan petani per tahun atas biaya tunai yang dikeluarkan.

Pendapatan atas biaya tunai rata-rata yang didapat petani responden adalah selisih

dari total penerimaan (Rp. 33.937.045,18) dengan total biaya tunai (Rp.

11.298.555,48). Jadi besarnya pendapatan atas biaya tunai adalah Rp. 22.638.489,70

Dilihat dari besarnya pendapatan atas biaya tunai yang positif berarti usahatani Pisang

Ambon ini telah dapat membayar semua biaya tunai yang dikeluarkan selama satu

tahun dan masih memberikan keuntungan bagi petani.

Page 89: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

73

 

Pendapatan atas biaya tunai belum dapat menggambarkan pendapatan yang

sebenarnya diterima petani karena petani masih mengeluarkan biaya-biaya yang

bersifat tidak tunai atau diperhitungkan. Oleh karena itu perlu dihitung berapa

besarnya pendapatan atas biaya total yang dikeluarkan.

Biaya total merupakan jumlah dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Besarnya

biaya total yang dikeluarkan petani responden adalah sebesar Rp. 16.991.076,49.

Pendapatan total diperoleh dari selisih dari biaya total yang dikeluarkan dengan

penerimaan total petani. Besar pendapatan total adalah sebesar Rp. 16.945.968,69.

Pendapatan atas biaya total yang positif berarti usahatani pisang ini telah dapat

menutupi semua biaya yang dikeluarkan petani baik biaya tunai maupun biaya tidak

tunai. Pendapatan usahatani Pisang Ambon di Desa Talaga per hektar disajikan pada

Tabel 20.

7.2.3. Analisis Efisiensi

Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi

pendapatan usahatani adalah dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan

dan biaya (R/C ratio analysis). Dari analisis R/C yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa usahatani Pisang Ambon yang dilakukan petani di Desa Talaga selama tahun

2008 memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani.

Hal ini ditunjukkan dari nilai R/C yang lebih dari satu. Nilai R/C atas biaya tunai

sebesar 3,00 yang artinya bahwa setiap Rp. 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan maka

akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 3,00 sedangkan nilai R/C biaya tunai adalah

sebesar 2,00. Perbedaan nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total tidak

berbeda jauh disebabkan karena nilai biaya yang termasuk dalam biaya

diperhitungkan tidak terlalu banyak, ini menunjukkan petani lebih banyak

menggunakan faktor produksi dengan biaya tunai, daripada biaya tidak tunai, selisih

yang kecil ini juga menunjukkan bahwa budidaya yang dilakukan petani responden

dikelola secara komersial.

Dari nilai R/C yang ada dapat disimpulkan bahwa usahatani pisang yang

dijalankan petani tahun 2008 efisien dan menguntungkan untuk dikembangkan karena

Page 90: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

74

 

penerimaannya lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan dan masih

memberikan keuntungan bagi petani.

Tabel 20. Rata-rata Pendapatan Petani Responden per Hektar di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur Tahun 2008

Uraian Volume Satuan Harga tiap

satuan Total % A Penerimaan Total Penerimaan Tunai 20.526,48 Kg 1.653,33 33.937.045,18 Biaya B Biaya tunai Pupuk kandang 32.196,78 Kg 200,00 6.439.356,00 40,99 Trichoderma 7,24 Kg 20.000,00 144.800,00 0,92 Urea 322,30 Kg 1.300,00 418.984,05 2,67 TSP 104,51 Kg 2.100,00 219.476,35 1,40 KCL 126,09 Kg 1.950,00 245.872,95 1,56 Phonska 225,71 Kg 2.300,00 519.129,19 3,30 Disinfektan 0,77 10.000,00 7.700,00 0,05 TKLK 179,24 HOK 15.000,00 2.688.600,00 17,11 Brongsong 152,00 Buah 2.000,00 304.000,0 1,93

Pajak lahan M2 310.636,94 1,98 Total biaya tunai 11.298.555,48 71,91 C Biaya tidak tunai TKDK 271,93 HOK 15.000,00 4.078.909,77 25,96 Penyusutan 22,00 Buah 111.411,24 0,71 Bibit 1.111,00 Buah 200,00 222.200,00 1,41

Sewa lahan M2 128,00 1.280.000,00 8,15 Total biaya tidak tunai 5.692.521,01 D Total Biaya (B + C) 16.991.076,49

E Pendapatan atas biaya tunai (A – B) 22.638.489,70

F Pendapatan atas biaya total (A – D) 16.945.968,69

G R/C biaya tunai(A / B) 3,00 H R/C biaya total (A / D) 2,00

Page 91: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

75

 

7.2.4. Analisis Penerapan SPO

Dari analisis pendapatan usahatani yang dilakukan dapat diketahui bagaimana

petani dalam menerapkan SPO yang diberikan Primatani. Beberapa SPO yang

penerapannya kurang maksimal adalah :

1. Penggunaan plastik poliethilen biru sebagai pembungkus buah pisang, dalam satu

hektar petani rata-rata hanya menggunakan 152 buah sedangkan kebutuhan

mencapai 936 buah (jumlah tandan yang dihasilkan). Padahal petani mengakui

bahwa penggunaan plastik tersebut dapat meningkatkan kualitas pisang baik dari

penampilan yang semakin baik maupun dari berat per tandan yang mengalami

peningkatan 5 kg dibandingkan dengan tanpa menggunakan brongsong. Saat ini

plastik yang digunakan adalah plastik bantuan dari pemerintah dan petani sampai

saat ini belum ada yang membeli secara swadaya.

2. Penggunaan agen hayati Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum ini

berfungsi untuk mencegah pisang terkena penyakit layu Fusarium. Rata-rata

penggunaan Trichoderma harzianum oleh petani hanya sebesar 36,20 g, menurut

SPO yang ada penggunaan Trichoderma adalah sebesar 50 g per rumpun.

Kurangnya penggunaan dosis menyebabkan Trichoderma tidak dapat berkerja

dengan maksimal, sehingga masih banyak pohon pisang responden yang terkena

penyakit layu fusarium yang akhirnya menyebabkan kematian pohon pisang

tersebut.

3. Penggunaan bibit unggul, Selama ini petani hanya menggunakan bibit tunas

(anakan) yang berasal dari tanaman sebelumnya dan sebagian membeli dari

petani lain disekitar lokasi kebun, yang belum dapat dipastikan kualitas dari bibit

tersebut, sehingga petani menghadapi resiko bibit yang ditanam mengandung

bibit penyakit seperti layu fusarium.

4. Jarak tanam yang digunakan petani sebagi besar adalah 3 m x 3 m bahkan ada

petani yang jarak tanamnya lebih rendah. Jarak tanam yang disarankan dalam

SPO adalah 4 m x 4 m. jarak yang telalu dekat antar pohon dapat menyebabkan

terjadinya persaingan antar pohon sehingga dapat menyebabkan buah yang

dihasilkan tidak optimal.

Page 92: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Usahatani pisang yang dikelola petani di Desa Talaga merupakan usahatani

yang sudah lama digeluti. Petani pisang Desa Talaga beberapa kali telah

mendapatkan bantuan program dari pemerintah dalam rangka pengembangan pisang.

Pada tahun 2007-2009 pisang yang dikembangkan oleh petani di Desa Talaga

merupakan binaan dari program Primatani. Petani pisang yang menjadi responden

melakukan penataan kembali dan menanam bibit pisang baru dibulan Agustus tahun

2007 sebagai tindak lanjut dari program Primatani.

Perubahan-perubahan yang terjadi dengan adanya Primatani meliputi

perubahan teknik budidaya pisang yang dilakukan petani yang pada awalnya

budidaya dilakukan tanpa aturan baku dengan adanya Primatani petani mulai

menggunakan SPO dalam menjalankan budidaya pisang. Selain perubahan pada

teknik budidaya, pada beberapa kelembagaan juga terjadi perubahan. Perubahan pada

kelembagaan produksi dimana petani pisang dihimpun dalam lima kelompok tani.

Pengelompokan petani dalam kelompok tani mempermudah petani dalam

memperoleh pendanaan yang dapat dilihat dari diberikannya bantuan yang berupa

Pinjaman Modal Usaha Kelompok. Pada kelembagaan pemasaran terjadi perubahan

meliputi sistem penjualan yang sebelumnya menggunakan sistem ijon dan beli

tandan, setelah ada primatani berubah dengan menggunakan sistem per kg berat

tandan, selain itu juga dibentuk pemasaran kelompok dengan melibatkan unsur

tengkulak yang sudah ada sebelumnya.

Hasil analisis biaya usahatani menunjukkan bahwa pada tahun 2008, total

biaya usahatani pisang per hektar sebesar Rp. 16.991.076,49 ,yang terdiri dari biaya

tunai sebesar Rp. 11.298.555,48 dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 5.692.521,01.

Dari struktur biaya yang dikeluarkan petani dapat dilihat bahwa dalam budidaya

pisang ini petani telah menjadikan pisang sebagai usahatani komersial dimana petani

lebih banyak menggunakan faktor produksi yang yang dibeli secara tunai. Hasil

analisis penerimaan usahatani menunjukkan bahwa pada tahun 2008 petani di Desa

Talaga per hektar produksi yang dihasilkan sebesar 20.526,48 kg, dari jumlah

Page 93: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

77

 

produksi petani mendapatkan penerimaan tunai sebesar Rp. 33.937.045,18.

Pendapatan yang diperoleh selama satu tahun dari luas lahan satu hektar adalah

sebesar Rp. 16.945.968,69.

Hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa budidaya yang dilakukan petani

menguntungkan untuk dijalankan dengan nilai imbangan biaya dan penerimaan

sebesar 3,00 terhadap biaya tunai dan 2,00 terhadap biaya total.

Analisis terhadap penerapan SPO menunjukkan bahwa ada beberapa SPO

yang penerapannya kurang maksimal diantaranya pemakaian bibit unggul,

Trichoderma, plastik poliethilen biru (brongsong), dan jarak tanam yang diterapkan

oleh petani.

8.2. Saran

Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dikembangkan antara

lain :

1. Petani harus lebih memaksimalkan penerapan SPO, terlebih lagi untuk penerapan

beberapa SPO yang dinilai penting tetapi penerapannya belum maksimal seperti

bibit unggul, Trichoderma, plastik poliethilen biru (brongsong), dan jarak tanam.

2. Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan beberapa

SPO yang kurang maksimal karena penerapan SPO tersebut sebelum adanya

pembinaan belum dilakukan oleh petani.

3. Pemberian bantuan yang berupa dana dan saprodi harus disesuiakan dengan

kebutuhan dan kemampuan petani, dan juga perlu adanya pengawasan, agar

bantuan yang diberikan digunakan sesuai dengan tujuan pemberian bantuan. 

4. Lembaga pemasaran dengan melibatkan tengkulak perlu dilakukan perubahan

dalam sistem pembayaran dan bagi hasil antara tengkulak dan kelompok

sehingga tercipta pemasaran kelompok yang menguntungkan baik kelompok

maupun tengkulak. 

 

Page 94: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

78

 

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2008. Laporan Tahunan Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Tahun 2008. Cianjur: Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur.

[Tim Primatani Kabupaten Cianjur]. 2006. Rancang Bangun Primatani Lahan Kering Dataran Tinggi (LKDT) Desa Talaga, Kecamatan Talaga, Kebupaten Cianjur. Lembang: Balai Pengkajian Taknologi Jawa Barat. 

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Pedoman Umum Primatani. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2005. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pisang Ambon Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jakarta: Direktorat Budidaya Tanaman Buah.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Statistik Produksi Buah-Buahan di Indonesia Periode 2003-2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [10 Maret 2009].

Dita DM. 2005. Peranan pisang dalam ekonomi usahatani di Desa Cilueksa Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gray et al.1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed ke-2. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hernanto F. 1995. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Maharani T. 2008. Analisis cabang usahatani dan sistem tataniaga pisang tanduk (studi kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Manurung SWH. 1998. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Pisang Segar [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Marhaeni HR. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pisang (Musa paradisiacal) (kasus Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purwanto R. 1994. Informasi Komoditas Pisang. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rajagukguk R. 1998. Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran pisang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rokayah E et al. 2007. Laporan Akhir Tahun 2007 Primatani Lahan Kering dataran Tinggi Kabupaten Cianjur. Lembang: Balai Pengkajian Teknologi Jawa Barat

Page 95: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

79

 

Satuhu S, Supriyadi A. 1999. Pisang Budidaya, Pengelolaan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeharjo A, Patong D. 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian IPB.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.

Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.  

Page 96: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

LAMPIRAN

Page 97: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

81

 

Lampiran 1. Luas Panen Pisang Indonesia (dalam ha) Tahun 2000-2003

Tahun Nasional/ Propinsi

2000 2001 2002 2003 NASIONAL 73539 76923 74751 85690 Nanggroe Aceh Darussalam 1096 708 562 1790 Sumatera Utara 1526 1705 2638 3118 Sumatera Barat 1434 1523 1032 715 Riau 867 787 829 1242 Jambi 438 403 533 380 Sumatera Selatan 3155 2911 2382 2760 Bengkulu 259 207 321 457 Lampung 3659 4824 5833 7587 Bangka Belitung 0 150 26 291 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 82 50 42 48 Jawa Barat 22899 19591 16347 15446 Jawa Tengah 11046 9380 8643 7981 Daerah Istimewa Yogyakarta 678 759 744 812 Jawa Timur 10265 10515 10141 15727 Banten 0 3686 4362 3532 Bali 1886 2311 2314 2524 Nusa Tenggara Barat 2980 3217 4502 1455 Nusa Tenggara Timur 2585 3846 2169 1445 Kalimantan Barat 1118 1464 635 1448 Kalimantan Tengah 448 693 679 506 Kalimantan Selatan 711 936 1380 2039 Kalimantan Timur 569 883 928 1271 Sulawesi Utara 365 388 978 988 Sulawesi Tengah 581 680 773 992 Sulawesi Selatan 4158 4281 4027 2881 Sulawesi Tenggara 482 582 514 369 Gorontalo 0 144 72 152 Maluku 193 91 127 93 Papua 59 110 307 657 Maluku Utara 0 98 911 6984

Sumber : Ditjen Hortikultura (2007) 

Page 98: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

82

 

Lampiran 2. Karakteristik Petani Responden di Desa Talaga Tahun 2008

No Umur Tingkat Pendidikan

Pengalaman (tahun)

Luas Lahan

Total (m2) Status lahan Pekerjaan Utama

1 39 SMA 11 30000 Bagi Hasil Kepala Desa

2 34 SD 6 5000 Milik Sopir Angkot

3 40 SD 5 7800 sewa Petani

4 52 SD 8 1500 Milik Petani

5 49 SD 3 400 Sewa Perangkat Desa

6 54 SD 5 20000 Milik Petani dan Pedagang

7 62 SD 20 1500 Milik Petani

8 36 SD 10 3000 Bagi Hasil Petani

9 50 SD 5 5000 Milik Petani

10 43 SD 15 10000 Milik Pedagang

11 53 SMA 13 5000 Milik Petani

12 45 SD 9 2500 Milik Petani

13 40 SMA 10 5000 Gadai Petani

14 31 SD 3 1500 Gadai Petani dan Ojek

15 70 SD 25 7500 Milik Petani

16 54 SD 14 5000 Milik Petani

17 35 SD 15 2000 Milik Petani

18 74 SARJANA 3 4000 Milik Pensiunan Guru

19 70 SD 25 2500 Milik Petani

20 55 SD 10 5000 Milik Petani

21 67 SD 20 6000 Milik Petani

22 42 SD 10 7500 Milik Petani dan Tengkulak

23 42 SD 15 6000 Milik Petani dan Tengkulak

24 32 SD 5 20000 Milik Petani

25 40 SD 8 7500 Milik Petani

26 45 SD 8 10000 Milik Petani

27 52 SD 15 2400 Milik Petani

28 50 SD 15 10000 Milik Petani

29 70 SD 20 3000 PBB Petani

30 72 TS 22 2400 Milik Petani

Sumber: Data Primer

Page 99: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

83

 

Lampiran 3. Jenis dan Jumlah Alat Budidaya Pisang per Hektar Desa Talaga Tahun 2008

No Cangkul Koret Sabit Panugar Golok 1 1 4 0 1 1 2 2 0 2 0 0 3 3 0 3 1 1 4 13 7 13 7 0 5 25 0 0 0 0 6 2 1 0 1 2 7 7 7 0 0 0 8 3 3 0 3 0 9 4 4 0 2 2

10 3 2 2 2 2 11 10 12 8 0 6 12 8 8 8 4 8 13 4 2 2 2 4 14 13 7 7 0 7 15 4 0 1 1 1 16 2 2 0 0 2 17 10 0 0 0 5 18 0 0 0 0 0 19 12 4 0 4 12 20 4 4 2 4 6 21 2 3 0 2 7 22 1 1 1 1 1 23 2 2 2 2 2 24 1 2 1 1 2 25 1 0 3 1 1 26 1 0 2 1 1 27 8 8 0 4 4 28 3 5 2 3 4 29 17 3 10 7 10 30 8 8 8 4 8

Rata-rata 6 5 4 3 4

Sumber: Data Primer  

 

Page 100: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

84

 

Lampiran 4. Produksi Pisang Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008

Jumlah Jumlah Panen Berat tiap Harga per kg Tingkat Kematian No

rumpun (tandan) Tandan (kg) (Rp) (%) 1 400 400 20 1.700 0,00 2 200 175 30 1.800 12,50 3 250 200 25 1.800 20,00 4 20 20 20 1.500 0,00 5 10 8 20 1.800 20,00 6 650 500 20 1.800 23,08 7 30 30 15 1.500 0,00 8 100 80 15 1.500 20,00 9 60 50 25 1.800 16,67

10 200 200 25 2.200 0,00 11 150 100 30 1.800 33,33 12 30 25 20 1.400 16,67 13 100 100 25 1.900 0,00 14 45 40 15 1.700 11,11 15 100 75 25 1.300 25,00 16 160 160 18 1.600 0,00 17 80 60 25 1.800 25,00 18 50 40 20 1.300 20,00 19 25 21 20 1.000 16,00 20 300 250 25 1.600 16,67 21 200 150 25 1.800 25,00 22 300 280 20 1.600 6,67 23 100 80 20 1.500 20,00 24 200 150 20 1.600 25,00 25 350 280 20 1.700 20,00 26 350 280 20 1.700 20,00 27 10 7 20 1.500 30,00 28 500 350 25 1.800 30,00 29 100 80 25 1.800 20,00 30 200 200 25 1.800 0,00

Rata-rata 21,93 1.653,33 15,76

Sumber: Data Primer  

Page 101: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

85

 

Lampiran 5. Penggunaan Pupuk anorganik per Rumpun per Tahun Petani Responden di Desa Talaga Tahun 2008

Frekuensi Urea Tsp KCl Phoska No

pemupukan (g/rumpun/tahun) (g/rumpun/tahun) (g/rumpun/tahun) (g/rumpun/tahun) 1 4 300,00 100,00 200,00 0,00 2 4 0,00 0,00 0,00 600,00 3 4 225,00 0,00 0,00 375,00 4 4 600,00 0,00 0,00 0,00 5 4 0,00 0,00 0,00 600,00 6 2 180,00 30,00 60,00 30,00 7 4 480,00 0,00 0,00 120,00 8 4 300,00 0,00 0,00 300,00 9 4 342,86 85,71 85,71 85,71

10 4 400,00 100,00 100,00 0,00 11 4 184,62 92,31 92,31 230,77 12 4 360,00 0,00 0,00 240,00 13 4 500,00 0,00 0,00 100,00 14 4 428,57 0,00 85,71 85,71 15 1 75,00 0,00 0,00 75,00 16 4 360,00 0,00 0,00 240,00 17 4 200,00 0,00 0,00 400,00 18 2 300,00 0,00 0,00 0,00 19 4 180,53 58,41 361,06 0,00 20 6 600,00 0,00 0,00 300,00 21 4 375,00 150,00 75,00 0,00 22 2 100,00 100,00 0,00 100,00 23 1 100,00 0,00 0,00 50,00 24 4 300,00 0,00 0,00 300,00 25 4 119,40 179,10 0,00 301,49 26 4 119,40 179,10 0,00 301,49 27 4 450,00 0,00 0,00 150,00 28 4 401,79 0,00 0,00 198,21 29 4 592,11 0,00 0,00 7,89 30 4 450,00 75,00 75,00 0,00

Rata-rata 322,30 104,51 126,09 225,71

Sumber: Data Primer

Page 102: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

86

 

Lampiran 6. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008

No TKLK(HOK) TKDK (HOK) Harga Tenaga Kerja (Rp) Total Biaya Tenaga Kerja (Rp)

1 165,73 0,00 15.000,00 2.485.937,50 2 234,67 145,00 15.000,00 5.695.000,00 3 233,91 104,74 15.000,00 5.079.829,06 4 0,00 708,89 15.000,00 10.633.333,33 5 0,00 634,81 15.000,00 9.522.222,22 6 163,23 0,00 15.000,00 2.448.461,53 7 14,81 555,56 15.000,00 8.555.555,55 8 6,67 357,78 15.000,00 5.466.666,66 9 104,33 133,08 15.000,00 3.561.250,00

10 314,63 0,00 15.000,00 4.719.375,00 11 80,33 127,83 15.000,00 3.122.500,00 12 199,41 261,77 15.000,00 6.917.606,83 13 43,67 99,89 15.000,00 2.153.333,33 14 145,93 238,33 15.000,00 5.763.888,89 15 10,00 104,12 15.000,00 1.711.818,18 16 317,50 321,63 15.000,00 9.586.875,00 17 0,00 763,08 15.000,00 11.446.153,85 18 196,67 0,00 15.000,00 2.950.000,00 19 0,00 446,22 15.000,00 6.693.333,33 20 129,33 132,16 15.000,00 3.922.352,94 21 23,33 265,00 15.000,00 4.325.000,00 22 240,22 0,00 15.000,00 3.603.333,33 23 84,44 135,56 15.000,00 3.300.000,00 24 734,67 0,00 15.000,00 11.020.000,00 25 266,34 6,35 15.000,00 4.090.402,93 26 199,76 12,76 15.000,00 3.187.802,20 27 200,00 203,70 15.000,00 6.055.555,56 28 241,33 84,67 15.000,00 4.890.000,00 29 130,00 106,67 15.000,00 3.550.000,00 30 0,00 576,67 15.000,00 8.650.000,00

Rata-rata 179.24 271,93 5.503.586,24

Sumber: Data Primer

Page 103: ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15227/H09tpu.pdf · Perlu adanya peningkatan pendampingan dan bantuan untuk penerapan

87

 

Lampiran 7. Penggunaan Brongsong, Trichoderma, Disinfektan Petani Responden Desa Talaga Tahun 2008

Jumlah brongsong Trichoderma Disinfektan No

(buah/ha/tahun) (g/lubang) (liter/ha)

1 78 50,00 0,52

2 63 25,00 0,00 3 222 12,00 0,65 4 0 50,00 0,00 5 0 100,00 0,00 6 0 23,08 0,00 7 222 33,33 2,78 8 111 20,00 0,93 9 156 50,00 0,31

10 156 50,00 0,26 11 13 0,00 0,00 12 111 33,33 0,00 13 125 20,00 0,69 14 93 22,22 0,00 15 83 50,00 0,38 16 391 37,50 0,00 17 250 37,50 0,00 18 0 20,00 0,00 19 222 0,00 0,00 20 0 0,00 0,59 21 0 0,00 0,00 22 83 16,67 0,00 23 222 30,00 0,56 24 133 50,00 0,83 25 0 22,86 0,85 26 0 22,86 0,64 27 0 100,00 0,00 28 0 20,00 0,83 29 0 20,00 0,00 30 0 25,00 0,00

Rata-rata 152 36,21 0,77

Sumber: Data Primer