analisis penentuan tarif jasa pemeriksaan

30
ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN LABORATORIUM MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (Studi Kasus: Pada Arafah Medical Centre Bandar Lampung) ABSTRAK Oleh DWI KURNIA PALUPI NPM: 044031147 No Telepon: 081279010722 Email: [email protected] Pembimbing 1: Drs. A. Zubaidi Indra, M.M.,C.P.A Pembimbing 2: Reni Oktavia, S.E., M.Si. Seiring dengan diberlakukannya era pasar bebas baik regional maupun internasional, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses usahanya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dampak dari kemajuan teknologi kesehatan tersebut memunculkan persaingan yang semakin tajam dalam perusahaan jasa seperti rumah sakit atau dalam lingkup kecil seperti balai pengobatan. Untuk menghindari terjadinya distorsi biaya produk dan memenangkan persaingan global, perlu sistem akuntansi biaya baru yang dapat mengatasi kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah instalasi laboratorium memiliki kriteria yang diperlukan untuk menerapkan activity based costing juga untuk memberikan gambaran dan mengenalkan konsep activity based costing dalam penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada balai pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus. Analisis data menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium Arafah Medical Centre Bandar Lampung Tahun 2009. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan tarif sebelumnya. Perbedaan tarif pemeriksaan tersebut terjadi karena beberapa aktivitas yang mendukung pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya. Oleh karena itu terdapat beberapa yang mengalami over cost ataupun under cost. Dan penentuan tarif pemeriksaan laboratorium dengan sistem ABC dapat dipertimbangkan untuk diterapkan karena instalasi laboratorium memenuhi syarat dalam penerapan sistem ABC. Kata kunci: Activity Based Costing, Cost Pool, Cost Driver

Upload: phungnga

Post on 21-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

LABORATORIUM MENGGUNAKAN METODE

ACTIVITY-BASED COSTING

(Studi Kasus: Pada Arafah Medical Centre Bandar Lampung)

ABSTRAK

Oleh

DWI KURNIA PALUPI

NPM: 044031147

No Telepon: 081279010722

Email: [email protected]

Pembimbing 1: Drs. A. Zubaidi Indra, M.M.,C.P.A

Pembimbing 2: Reni Oktavia, S.E., M.Si.

Seiring dengan diberlakukannya era pasar bebas baik regional maupun internasional, maka sudah

menjadi keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas

dalam proses usahanya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dampak dari

kemajuan teknologi kesehatan tersebut memunculkan persaingan yang semakin tajam dalam

perusahaan jasa seperti rumah sakit atau dalam lingkup kecil seperti balai pengobatan. Untuk

menghindari terjadinya distorsi biaya produk dan memenangkan persaingan global, perlu sistem

akuntansi biaya baru yang dapat mengatasi kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional, maka

digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing

(ABC) yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih

akurat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah instalasi laboratorium memiliki

kriteria yang diperlukan untuk menerapkan activity based costing juga untuk memberikan

gambaran dan mengenalkan konsep activity based costing dalam penentuan tarif jasa

pemeriksaan laboratorium pada balai pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,

dengan rancangan studi kasus. Analisis data menggunakan pendekatan analisis deskriptif

kuantitatif. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium Arafah Medical Centre

Bandar Lampung Tahun 2009.

Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan tarif sebelumnya.

Perbedaan tarif pemeriksaan tersebut terjadi karena beberapa aktivitas yang mendukung

pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya. Oleh

karena itu terdapat beberapa yang mengalami over cost ataupun under cost. Dan

penentuan tarif pemeriksaan laboratorium dengan sistem ABC dapat dipertimbangkan

untuk diterapkan karena instalasi laboratorium memenuhi syarat dalam penerapan sistem

ABC.

Kata kunci: Activity Based Costing, Cost Pool, Cost Driver

Page 2: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin ketatnya persaingan usaha dewasa ini, memunculkan motivasi tersendiri dalam segala

bidang usaha. Seiring dengan diberlakukannya era pasar bebas baik regional maupun

internasional, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan

efisiensi dan efektifitas dalam proses usahanya guna meningkatkan daya saing perusahaan

tersebut.

Dalam penentuan jasa misalnya laboratorium rumah sakit, distorsi biaya dapat saja terjadi.

Pemakaian alat-alat canggih dalam instalasi laboratorium menyebabkan produk jasa pemeriksaan

yang dihasilkan mengkonsumsi aktivitas-aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda

karena satu alat diagnostik dapat digunakan untuk beberapa jenis produk dan jasa pemeriksaan.

Distorsi produk jasa pemeriksaan laboratorium dapat terjadi dalam bentuk pembebanan biaya

overhead yang terlalu tinggi untuk produk yang bervolume banyak dan pembebanan biaya

overhead yang terlalu rendah untuk produk jasa yang bervolume sedikit.

Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan dengan jumlah unit

yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak sumber daya-sumber daya atau biaya-biaya

yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Sehingga,

sistem tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari

waktu ke waktu.

Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya

produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) yang akan membantu pihak

manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya

berdasarkan aktivitas diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di

mana tempat penampungan biayaoverhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan

volume.

Page 3: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

“Analisis Penentuan Tarif Jasa Laboratorium Dengan Menggunakan Metode Activity-

Based Costing (Studi Kasus: Kemungkinan Penerapannya pada Arafah Medical Centre

Bandar Lampung)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam organisasi nirlaba seperti rumah sakit, dikenal dengan istilah break even, artinya secara

umum dalam jangka panjang pendapatan harus mampu menutupi semua pengeluaran (biaya)

yang digunakan rumah sakit dalam memberi pelayanan kesehatan.

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Arafah Medical Centre

HEMATOLOGI KIMIA KLINIK DAN KIMIA

RUTIN

IMUNOLOGI/

SEROLOGI

1. Darah Rutin

2. PPT

3. APPT

4. Fibrinogen

5. Haemoglobin

6. AL (∑ Leukosit)

7. Hemogram

8. AT (∑ Trombosit)

9. Darah Tepi

10. Malaria

11. LE Sel

12. Retikulosit

13. HMT (Hematokrit)

14. CT

15. Protein Plasma

16. Golongan Darah

17. Rhesus

1. Glukosa

2. Bilirubin Total

3. Bilirubin Direk/In

4. Protein Total

5. Albumin/Globulin

6. SGOT

7. SGPT

8. Alkali Fosphatase

9. Gamma GT

10. Ureum

11. Creatin

12. Asam Urat

13. Kolesterol Total

14. HDL-Kolesterol

15. LDL-Kolesterol

16. Trigliserida

17. LDH

18. Calcium (Ca)

19. Iron (Fe)

20. TIBC

21. PP Test

22. Reduksi

23. Urin Rutin

1. HBsAg

2. Anti HBsAg

3. Widal

4. VDRL

5. TPHA

6. Anti HIV

7. Anti HCV

8. ASTO

9. CRP

10. Rheumatoid Factor

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada Arafah

Medical Centre dan membandingkan dengan tarif yang dihitung dengan menggunakan Metode

Activity-Based Costing. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang ingin diangkat dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana menentukan tarif jasa pemeriksaan laboratorium dengan

menggunakan Metode Activity-Based Costing di Arafah Medical Centre?

Page 4: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium. Hal ini dikarenakan

instalasi laboratorium merupakan bagian dari balai pengobatan yang memiliki diversitas

produk yang relatif tinggi, yang menjadi syarat dari penerapan activity based costing

dalam penentuan tarif jasanya.

2. Data yang digunakan adalah data realisasi biaya tahun 2009 dan laporan keuangan dan

laboratorium tahun 2009, karena data tersebut dianggap bisa merepresentasikan keadaan

balai pengobatan saat ini.

3. Penelitian ini mengacu pada perhitungan unit cost dengan tujuan mengevaluasi tarif jasa

pemeriksaan laboratorium yang dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based

Costing.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah instalasi laboratorium memiliki kriteria yang diperlukan

untuk menerapkan activity based costing.

2. Untuk memberikan gambaran dan mengenalkan konsep activity based costing dalam

penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada balai pengobatan.

3. Untuk mengetahui besarnya tarif jasa pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan

activity based costing.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Balai Pengobatan

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Men.Kes/Per/XII/86 tentang upaya Palayanan

Kesehatan Swasta di bidang medik, Balai Pengobatan Arafah atau Arafah Medical Centre adalah

sarana upaya kesehatan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat

dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kerja dan pelatihan. Seperti halnya rumah sakit, balai

pengobatan memiliki fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pencegahan dan

peningkatan kesehatan, juga sebagai tempat pendidikan atau tempat penelitian, pengembangan

ilmu serta teknologi kesehatan.

Page 5: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2.2 Instalasi Laboratorium

Instalasi laboratorium adalah salah satu pelayanan medik dalam balai pengobatan, merupakan

sarana screening penyakit, diagnosa, penentuan dan pemantauan terapi, pemantauan dan

pencegahan penyakit.

2.3 Konsep Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang sudah terjadi atau yang akan terjadi

yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu. Dalam pembebanan biaya dikenal

konsep biaya. Konsep biaya menyatakan, ”Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.”

Konsep tersebut bermakna bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan dan

pembebanan yang berbeda. Untuk tujuan pelaporan keuangan pada pihak eksternal biasanya

digunakan pembebanan biaya tradisional (traditional costing) yang umumnya berdasarkan pada

pembebanan biaya penuh (full costing), untuk tujuan analisis profitabilitas jangka pendek atau

taktis digunakan pembebanan biaya (variable costing) dan untuk tujuan analisis profitabilitas

strategis digunakan pembebanan biaya rangkaian nilai (value chain costing). Value chain costing

adalah pembebanan biaya pada rangkaian aktivitas-aktivitas pembentuk nilai bagi konsumen.

Activity-Based Costing merupakan alat untuk membebankan biaya aktivitas-aktivitas pada

rangkaian nilai. (Supriyono, 1999)

Penggunaan activity-based costing yang pada mulanya diterapkan untuk perusahaan manufaktur

dapat pula diterapkan untuk organisasi jasa. Organisasi jasa seperti juga organisasi manufaktur

mempunyai serangkaian nilai yang mencakup aktivitas-aktivitas dari tahap pendesainan produksi

sampai pemasaran dalam menghasilkan jasa.

2.4 Sistem Akuntansi Biaya Pada Rumah Sakit

2.4.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (2005), akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara

tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya. Sedangkan menurut Bastian (2008) dalam bukunya

akuntansi kesehatan, akuntansi biaya merupakan proses penentuan biaya penuh maupun biaya

tambahan bagi penyediaan layanan serta barang untuk pasien dan masyarakat.

Page 6: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2.4.2 Penentuan Pusat Biaya

Setiap tingkatan manajemen pada rumah sakit merupakan pusat biaya yang akan dibebani

dengan biaya yang terjadi didalamnya.

2.4.2.1 Jenis-Jenis Pusat Biaya

Menurut Bastian (2008), pusat biaya ada dua bagian yaitu:

a. Pusat biaya yang berpenghasilan (revenue producing cost center), yaitu pusat biaya yang

dapat diidentifikasikan langsung kepada unit-unit fungsional yang menyediakan jasa untuk

pasien, sehingga dapat dibebankan kepada pasien guna mendapatkan pembayaran kembali

berupa pendapatan. Contoh: Operating Room dan Recovery (patient Service Revenue),

Laboratory, Radiology, farmasi dan lain-lain.

b. Pusat Biaya Tidak Berpenghasilan (Non-revenue Producing Cost Center), yaitu pusat biaya

yang tidak bisa diidentifikasi langsung kepada jasa yang diterima pasien, dan berfungsi untuk

membantu unit fungsional yang menyediakan jasa untuk pasien. Contoh: Depreciation,

maintenance, administration, housekeeping dan lain-lain.

2.4.2.2 Unsur-unsur biaya pada Pusat Biaya Rumah Sakit

Dalam kegiatan operasionalnya rumah sakit menyediakan berbagai bentuk pelayan kesehatan

antara lain, rawat inap, rawat jalan dan pelayanan medis lainnya. Menurut Bastian (2008), biaya

yang terdapat pada rumah sakit adalah biaya bahan, biaya karyawan dan tenaga ahli, biaya

adminisirasi dan biaya overhead. Pendapatan dari jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit

didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pengguna layanan tersebut.

2.4.2.3 Sistem Akuntansi Biaya Rumah Sakit

Akuntansi biaya rumah sakit paling sedikit mampu menghasilkan:

a. informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan; dan

b. informasi tentang analisis varian (perbedaan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya).

2.4.2.4 Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya

Page 7: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Para akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan

yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Terdapat dua istilah yang sering digunakan oleh

akuntan manajemen, yaitu: biaya (cost) dan beban (expense).

Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangakan data biaya yang dapat membantu

pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut Mulyadi (2005) terdapat lima cara

penggolongan biaya yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran:

Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari:

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja langsung

c. Biaya overhead

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:

a. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk.jadi yang siap untuk dijual.

b. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan

kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya:

a. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut

tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

b. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya

dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead

pabrik (factory overhead costs).

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume

aktivitas:

a. Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan

Page 8: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

b. Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

c. Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

a. Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi

adalah satu tahun kalender).

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya

yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran

tersebut.

2.5 Activity Based Costing

2.5.1 Pengertian Activity Based Costing

Activity Based Costing merupakan sistem akuntansi biaya yang terdiri atas dua tahap yaitu

melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Aktivitas biaya

berbasis aktivitas mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang

menjadi penyebab timbulnya biaya. (Supriyono, 1999)

Menurut Hansen and Mowen (2004), pengertian ABC System adalah suatu sistem kalkulasi biaya

yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

Dalam bukunya, Hongren dan Foster mendefinisikan sistem ABC merupakan sistem yang

membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas tertentu, yang merupakan pemicu biaya (cost

driver) untuk kelompok biaya tersebut.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001) yang dikutip dari Sukmawati (2007), Activity Based

Costing (ABC) merupakan sistem yang dirancang atas dasar landasan pikiran bahwa cost object

memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya.

Page 9: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2.5.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing

Menurut Hansen (2000), yang dikutip dari Royani (2009), Activity Based Costing System adalah

suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan

produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan

sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah

setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak

sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

menjadi titik perhimpunan biaya.

Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC

mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya

produk. Berikut gambar konsep dasar Metode ABC:

Gambar 1. Konsep Dasar Activity Based Costing

2.5.3 Struktur Sistem ABC

Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi

sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya

departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami,

memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.

Menurut Cookins (1996), ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based

Costing, yaitu:

1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya

Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung

menyediakan kemampuannya.

Cost Driver

Resources

Activities

Cost Object

Performance

Page 10: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2. Produk atau pelanggan jasa

Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa

yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan

aktivitas tersebut.

2.5.4 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing

Menurut Supriyono (2002), syarat penerapan sistem ABC dalam penentuan

harga pokok antara lain:

1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi

Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk yang

diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan

menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.

2. Tingkat persaingan industri yang tinggi

Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam

persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan

persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin

penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan

manajemen.

3. Biaya pengukuran yang rendah

Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang

akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

2.5.5 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC

Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC meliputi dua tahap menurut

Supriyono (1999), yaitu:

1. Prosedur tahap pertama

Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah

sebagai berikut:

a. Penggolongan pusat aktivitas

Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas. Aktivitas

adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi. Berbagai aktivitas

Page 11: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok aktivitas yang mempunyai hubungan

fisik yang jelas dan mudah ditentukan.

Aktivitas dapat digolongkan menjadi : (1) penggolongan level aktivitas, dan (2)

penggolongan driver aktivitas. Sesuai dengan levelnya, aktivitas-aktivitas tersebut

dapat digolongkan menjadi :

a) Aktivitas-aktivitas berlevel unit

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan

setiap kali satu unit diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh

jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam

mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk yang

dihasilkan.

b) Aktivitas-aktivitas berlevel batch

Batch-level activities adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch

produk diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah

aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan.

c) Aktivitas berlevel produk

Product-level activities atau aktivitas penopang produk (product sustaining

activities) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk

yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh aktivitas yang termasuk dalam

kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan

proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.

d) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas

Fasility-level activities meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan

secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik

untuk memproduksi produk. Namun, banyak sedikitnya aktivitas ini tidak

berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Contoh

aktivitas ini mencakup misalnya manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,

keamanan, penerangan pabrik, kebersihan, serta depresiasi pabrik.

b. Pengasosian biaya dengan aktivitas

Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah berikutnya adalah

menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas berdasar pelacakan

Page 12: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

langsung dan driver-driver sumber atau mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam

berbagai aktivitas. Sesuai dengan level aktivitas, biaya aktivitas digolongkan ke

dalam empat level biaya yaitu level unit (unit level activity costing), level batch

(batch related activity costing), level produk (product sustaining activity costing),

dan level fasilitas (facility sustaing activity costing).

c. Penentuan kelompok-kelompok biaya homogen dan mengidentifikasi cost driver

Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen dan penentuan cost

driver yang sesuai. Selanjutnya biaya aktivitas yang telah digolongkan ke dalam

empat level aktivitas akan dikelompokkan dalam kelompok biaya homogen (cost

pool homogeneous) dan akan dilakukan penentuan cost driver yang sesuai.

d. Penentuan tarif per unit cost driver

Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang

dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif biaya tetap merupakan hasil bagi

biaya aktivitas tetap suatu cost pool dengan cost driver di cost pool tersebut,

sedangkan tarif biaya variabel adalah hasil bagi biaya aktivitas variabel suatu cost

pool dengan cost driver di cost pool tersebut.

2. Prosedur tahap kedua

Dalam tahap kedua, biaya overhead setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis

produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk.

Pembebanan biaya overhead pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BOP yang dibebankan = tarif per unit CD x unit CD yang digunakan

Karena tarif kelompok terdiri atas tarif tetap dan tarif variabel, maka besarnya biaya overhead

yang dibebankan sebesar :

(Tarif tetap x Konsumsi Cost Driver) + (Tarif variabel x Konsumsi Cost Driver)

Tarif per unit Cost Driver =

Jumlah Aktifitas

Cost Driver

Page 13: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2.5.6 Manfaat Activity Based Costing

Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan

menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya. Menurut

Supriyono (2002), hal ini perlu dilakukan karena akan bermanfaat sebagai berikut:

1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan

2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk

3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.

2.5.7 Keunggulan Metode Activity Based Costing

Amin (2003), dikutip dari Royani (2009), mengemukakan tentang keunggulan ABC, adalah

sebagai berikut:

1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil

sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat

berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi

biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses

manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,

memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.

2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan

3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang

lebih wajar

4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih

akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang

bervolume rendah.

5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai

merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang

lebih efisien d.an lebih tinggi.

2.6 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa

Pada prinsipnya menggunakan ABC pada perusahaan jasa sama halnya dengan perusahaan

manufaktur. Mengidentifikasi jenis aktivitas, membebankan sumber daya ke dalam aktivitas,

Page 14: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

menentukan cost driver, menghitung tarif cost drive, membebankan biaya aktivitas ke dalam

produk dan pelanggan.

Menurut William Rotch (2000), yang dikutip dari Sukmawati (2007), karakteristik yang

membedakan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur adalah:

1. Output dalam perusahaan jasa lebih sulit didefinisikan

Output atau keluaran dalam perusahaan jasa biasanya digambarkan sebagai satu paket

manfaat jasa dan manfaat tersebut tidak berwujud, seperti kecepatan pelayanan,

kualitas informasi, atau kepuasan konsumen. Sedangkan dalam perusahaan

manufaktur, keluaran lebih mudah diukur dalam bentuk produk berwujud yang

diproduksi.

2. Aktivitas untuk memenuhi permintaan jasa tertentu sulit diprediksi.

3. Cost kapasitas gabungan memiliki proporsi yang tinggi dalam total cost dan sulit

menggabungkannya dengan aktivitas yang berkaitan dengan output.

2.7 Tarif

2.7.1 Pengertian Tarif

Departemen Kesehatan mengartikan tarif sebagai nilai suatu jasa pelayanan rumah sakit

dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut, rumah sakit bersedia memberikan

jasa kepada pasien. Menurut Gani (2000), yang dikutip dari Royani (2009), tarif atau “price”

adalah harga nilai uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh atau

mengkonsumsi suatu komoditi yaitu barang atau jasa.

2.7.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan tarif

a. Jenis Pelayanan

Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam penetapan tarif adalah kebijakan yang

telah ditetapkan manajemen rumah sakit tentang besaran marjin laba yang diharapkan,

juga tentang besarnya subsidi untuk kelas pelayanan pasien tidak mampu.

b. Tingkat Kemampuan Masyarakat.

Kemampuan masyarakat juga turut menjadi pertimbangan manajemen dalam penetapan

tarif. Bila besarnya pengeluaran masyarakat dalam pengeluaran non primer mengalami

surplus maka kemungkinan tarif akan dapat ditingkatkan.

Page 15: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

c. Elastisitas

Perubahan tarif akan menyebabkan perubahan permintaan atau perubahan jumlah output.

d. Cost Recovery Rate

Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukan berapa besar

kemampuan menutupi biaya dengan penerimaan. Karena tarif merupakan suatu sistem

atau model pembiayaan yang paling utama pada sebuah rumah sakit. Maka sebaiknya

tarif yang ditetapkan tidak memiliki cost recovery yang terlalu rendah.

e. Tarif Pelayanan Pesaing Yang Setara

2.8 Cost Driver

Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output.

Menurut Hongren, Datar dan Foster (2000), cost driver adalah suatu variabel seperti tingkat

aktivitas atau volume, yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu tertentu.

Dalam menentukan cost driver yang tepat perlu adanya pertimbangan yang matang dalam

menetapkan penimbul biayanya atau cost driver, diantaranya:

1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan

Menurut Cooper dan Kaplan (1991), penentuan banyaknya cost driver yang

dibutuhkan berdasarkan keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan

kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang

digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi

tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2. Pemilihan cost driver yang tepat

Menurut Cooper dan Kaplan (1991), dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga

factor yang harus dipertimbangkan:

a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost

driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran

lebih rendah akan dipilih.

b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih

dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang

dimiliki korelasi tinggi akan dipilih.

Page 16: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

c. Perilaku yang disebabkan oleh cost drver terpilih (behavior effect). Cost driver

yang menyebabkan perilaku yang diingikan yang akan dipilih.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus. Analisis data

menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian adalah petugas balai

pengobatan, terdiri dari: bagian keuangan, bagian administrasi, instalasi radiologi, instalasi

laboratorium, instalasi pemeriksaan umum, bagian kebersihan, pemeliharaan, dan keamanan

serta direktur balai pengobatan. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium.

3.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Arafah Medical Centre (Balai Pengobatan Arafah). Berdasarkan

Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan No. HK.00.SJ.IV.0814 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Laboratorium Kesehatan Swasta butir III B.2 telah ditetapkan dan siap melakukan

kegiatan jasa pemeriksaan laboratorium.

3.3 Data Penelitian

Data yang digunakan adalah data realisasi biaya tahun 2009 dan laporan keuangan dan

laboratorium tahun 2009, karena data tersebut dianggap bisa merepresentasikan keadaan balai

pengobatan saat ini.

3.4 Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menghitung unit cost dalam skripi ini adalah metode

Activity-Based Costing. Sistem ABC pada instalasi laboratorium dihitung dengan prosedur

sebagai berikut:

a. Penggolongan pusat aktivitas

b. Pengasosian biaya dengan aktivitas

c. Penentuan kelompok-kelompok biaya homogen dan mengidentifikasi cost driver

d. Penentuan tarif per unit cost driver

Tarif per unit Cost Driver =

Jumlah Aktifitas

Cost Driver

Page 17: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Dalam tahap kedua, biaya overhead setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk

dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan biaya

overhead pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BOP yang dibebankan = tarif per unit CD x unit CD yang digunakan

Karena tarif kelompok terdiri atas tarif tetap dan tarif variabel, maka besarnya biaya overhead

yang dibebankan sebesar :

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Tarif Jasa Pemeriksaan Laboratorium Pada Arafah

Medical Centre menggunakan Metode Activity-Based Costing

Kondisi instalasi laboratorium Arafah Medical Centre memenuhi syarat untuk melakukan

perhitungan tarif jasa dengan menggunakan metode Activity-Based Costing, yaitu:

1. Diversitas produk relatif tinggi

Instalasi laboratorium Arafah Medical Centre melayani banyak jenis pemeriksaan yang

terbagi ke dalam empat kelompok pemeriksaan yaitu pemeriksaan hematologi, kimia klinik,

kimia rutin, dan imunologi/serologi.

2. Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat

Sekarang ini persaingan antar laboratorium semakin ketat, baik dengan laboratorium milik

swasta maupun laboratorium rumah sakit pemerintah. Hal ini menyebabkan pihak manajemen

Arafah Medical Centre harus menetapkan tarif jasa dengan tepat agar dapat bertahan dan

unggul dalam persaingan.

3. Biaya pengukuran relatif rendah

Biaya pengukuran relatif rendah karena informasi yang dibutuhkan untuk sistem ABC telah

tersedia.

Dengan menggunakan metode ABC, manajemen dapat memperoleh informasi yang lebih akurat

mengenai unit cost sehingga dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan usulan tarif

secara lebih bijaksana. Perhitungan unit cost dengan menggunakan metode ABC dapat dibagi

menjadi dua tahapan. Masing-masing tahapan akan diuraikan sebagai berikut:

(Tarif tetap x Konsumsi Cost Driver) + (Tarif variabel x Konsumsi Cost Driver)

Page 18: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

1. Tahap Pertama

Dalam tahap awal metode ABC ini, yang akan dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi

aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses perhitungan unit cost, menentukan cost driver yang

tepat, dan mengalokasikan biaya tidak langsung ke aktivitas berdasarkan cost driver. Tahap-

tahap penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium menggunakan Activity-Based Costing

meliputi:

1. Mengumpulkan sumber-sumber biaya untuk instalasi laboratorium

Sumber-sumber instalasi laboratorium adalah elemen-elemen ekonomis yang diarahkan pada

kinerja aktivitas-aktivitas pemeriksaan laboratorium. Sumber-sumber untuk instalasi

laboratorium meliputi biaya-biaya sebagai berikut

a. Biaya Bahan (anfragh)

Biaya bahan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas pemakaian bahan-bahan

farmasi (reagen) untuk melakukan pemeriksaan. Aktivitas ini meliputi biaya penggunaan

reagen untuk pemeriksaan, penggunaan reagen untuk aktivitas calibrator (cfas) dan control

mesin/alat pemeriksaan, serta biaya penggunaan alat-alat kesehatan seperti kapas, tabung,

plester, dan lain-lain.

b. Biaya Pelayanan Pasien

Biaya pelayanan pasien meliputi aktivitas penerimaan pasien, pengadministrasian

pasien, pengambilan sampel dan pengolahan sampel. Biaya pelayanan pasien

berhubungan dengan biaya gaji pegawai/karyawan bagian laboratorium dengan

pemicu biayanya adalah jumlah pemeriksaan.

c. Biaya Pemeriksaan

Biaya pemeriksaan adalah biaya yang berhubungan dengan jumlah aktivitas

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh jasa medis laboratorium (dokter).

d. Biaya Depresiasi Peralatan Medis

Dalam biaya depresiasi peralatan medis, pemicu biayanya adalah jam penggunaan

peralatan medis tersebut.

e. Biaya Listrik

Besarnya KWH yang terpakai yang benar-benar menjadi penentu besarnya biaya

listrik yang digunakan.

Page 19: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

f. Biaya Telepon

Jumlah pemeriksaan laboratoriun pada Arafah Medical Centre memicu besarnya biaya

telepon yang digunakan pada instalasi ini.

g. Biaya Air

Semakin banyaknya jumlah pemeriksaan yang dianalisis dalam instalasi laboratorium,

maka semakin banyak pula pemakaian air yang digunakan.

h. Biaya Sewa Gedung

Pemicu biaya ini adalah luas lantai. Semakin luas lantai, maka semakin besar biaya

yang dibayar untuk penyewaannya.

i. Biaya Kebersihan dan Keamanan

Sama halnya dengan biaya sewa gedung, pemicu biaya kebersihan dan keamanan

adalah besaran dari luas lantainya.

j. Biaya Administrasi Pasien

Biaya administrasi pasien meliputi biaya pemakaian alat tulis kantor dan percetakan..

Jumlah pasien menentukan besarnya biaya administrasi yang harus dikeluarkan.

k. Biaya Akuntansi dan Keuangan

Biaya ini dipicu oleh jumlah pasien, biaya yang digunakan meliputi biaya untuk

menyelenggarakan kegiatan akuntansi dan keuangan.

l. Biaya Rekam Medis

Biaya rekam medis merupakan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pencatatan

medis sejumlah pasien.

m. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan

Semakin banyak jumlah pemeriksaan laboratorium akan semakin sering dan semakin

dibutuhkan biaya pemeliharaan dan perbaikannya.

n. Biaya Manajemen dan Sekretariat

Besarnya biaya manajemen dan sekretariat ini dipicu seberapa banyak pasien yang

diperiksa pada instalasi laboratorium ini.

2. Menggolongkan aktivitas yang terjadi di instalasi laboratorium dan menentukan

pusat aktivitasnya

Page 20: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Beberapa aktivitas yang terdapat dalam instalasi laboratorium Arafah Medical Centre

digolongkan untuk ditentukan pusat aktivitasnya.

Tabel 4.1 Aktivitas dan Pusat Aktivitas di Instalasi Laboratorium

Aktivitas Pusat Aktivitas

Menerima pasien, pengadministrasian pasien

dan pengambilan sampel

Pelayanan Pasien

Menggunakan peralatan medis Depresiasi Peralatan Medis

Menggunakan bahan habis pakai untuk

administrasi laboratorium

Administrasi Pasien

Melakukan olah data dan interpretasi hasil

pemeriksaan

Pemeriksaan

Mencatat hasil laporan Rekam Medis

Melakukan pemeliharaan dan perbaikan Pemeliharaan dan Perbaikan

Peralatan

Menggunakan listrik Listrik

Menggunakan telepon Telepon

Menggunakan air Air

Melakukan kegiatan akuntansi dan keuangan Akuntansi dan Keuangan

Melakukan kegiatan administasi, koordinasi

praktik dan tata usaha

Manajemen dan Sekretariat

Menggunakan bangunan laboratorium Sewa Gedung

Menjaga kebersihan dan keamanan Kebersihan dan Keamanan

3. Menggolongkan pusat aktivitas

Pusat-pusat aktivitas yang ada kemudian digolongkan atau dikelompokkan ke dalam level unit,

batch dan fasilitas. Dalam hal ini, tidak ada penggolongan pusat aktivitas ke dalam level produk

karena pada tahun 2009 tidak ada aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung produk, seperti

aktivitas penelitian maupun perekayasaan produk.

Tabel 4.2 Level Aktivitas dan Pusat Aktivitas di Instalasi Laboratorium

Level Aktivitas Pusat Aktivitas

Unit Pelayanan Pasien

Depresiasi Peralatan Medis

Pemeriksaan

Listrik

Administrasi Pasien

Batch Akuntansi dan Keuangan

Rekam Medis

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan

Telepon

Air

Page 21: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Fasilitas Sewa Gedung

Manajemen dan Sekretariat

Kebersihan dan Keamanan

Tabel 4.3 Biaya Aktivitas Instalasi Laboratorium

Level Aktivitas Pusat Aktivitas Biaya Aktivitas (Rp)

Unit Pelayanan Pasien 23,400,000

Depresiasi Peralatan Medis 96,000,000

Pemeriksaan 42,120,000

Listrik 6,037,704

Administrasi Pasien 24,827,000

Jumlah biaya berlevel unit 192,384,704

Batch Akuntansi dan Keuangan 14,528,327

Rekam Medis 14,320,000

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan 18,600,000

Telepon 4,006,910

Air 1,500,000

Jumlah biaya berlevel batch 52,954,910

Fasilitas Sewa Gedung 10,280,374

Manajemen dan Sekretariat 25,204,851

Kebersihan dan Keamanan 6,000,000

Jumlah biaya berlevel fasilitas 41,485,225

TOTAL 286,825,166

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali

5. Menentukan cost driver tiap pusat aktivitas

Langkah berikutnya adalah menentukan cost driver tiap pusat aktivitas. Cost driver atau pemicu

biaya adalah faktor-faktor penyebab yang menjelaskan biaya overhead.

Tabel 4.4 Cost Driver

Pusat Aktivitas Kategori Biaya Cost Driver

Pelayanan Pasien Langsung Jam Pemeriksan

Depresiasi Peralatan Medis Langsung Jam Penggunaan Peralatan

Pemeriksaan Langsung Jumlah Pemeriksaan

Listrik Langsung Jumlah Kva

Administrasi Pasien Langsung Jumlah pasien

Akuntansi dan Keuangan Tidak Langsung Jumlah Pasien

Rekam Medis Tidak Langsung Jumlah Pasien

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Langsung Jumlah Pemeriksaan

Telepon Langsung Jumlah Pemeriksaan

Air Langsung Jumlah Pemeriksaan

Sewa Gedung Tidak Langsung Luas Lantai

Manajemen dan Sekretariat Tidak Langsung Jumlah Pasien

Kebersihan dan Keamanan Tidak Langsung Luas Lantai

Page 22: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

6. Menentukan cost pool yang homogen (homogenous cost pool)

Homogenous cost pool atau kelompok biaya homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang

terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut

dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan

yang erat.

Seperti halnya dalam instalasi laboratorium Arafah Medical Centre, ada 3 (tiga) level aktivitas yang di

dalamnya terdapat dalam 13 (tiga belas) pusat aktivitas yang masing-masing memiliki cost driver. Pusat-

pusat aktivitas tersebut dapat ditentukan menjadi 9 (Sembilan) kelompok biaya homogen (cost pool).

Cost pool dalam level aktivitas unit dikelompokan menjadi 5 (lima) kelompok biaya homogen, karena

kelima pusat aktivitas dalam level unit tersebut biayanya tidak saling memiliki hubungan erat yang

diterangkan dengan cost driver tunggal. Maka tetap dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok biaya

homogen (cost pool). Diantaranya cost pool yang pertama adalah biaya pelayanan pasien sebesar

Rp23.400.000 dengan cost drivernya adalah jam pemeriksaan. Cost pool yang kedua dengan jam

penggunaan peralatan yang menjadi pemicu biayanya adalah biaya depresiasi peralatan medis sebesar

Rp96.000.000, dan seterusnya.

Tabel 4.5 Cost Pool

Level Cost Pool Keterangan Jumlah (Rp) Total (Rp)

Unit

Cost Pool 1 Biaya pelayanan pasien 23,400,000

Jumlah cost pool 1 23,400,000

Cost Pool 2 Biaya Depresiasi Peralatan Medis 96,000,000

Jumlah cost pool 2 96,000,000

Cost Pool 3 Biaya pemeriksaan 42,120,000

Jumlah cost pool 3 42,120,000

Cost Pool 4 Biaya listrik 6,037,704

Jumlah cost pool 4 6,037,704

Cost Pool 5 Biaya administrasi pasien 24,827,000

Jumlah cost pool 5 24,827,000

Batch

Cost Pool 6

Biaya akuntansi dan keuangan 14,528,327

Biaya rekam medis 14,320,000

Jumlah cost pool 6 28,848,327

Cost Pool 7 Biaya pemeliharaan dan perbaikan

peralatan 18,600,000

Page 23: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Biaya telepon 4,006,910

Biaya air 1,500,000

Jumlah cost pool 7 24,106,910

Fasilitas

Cost Pool 8

Biaya sewa gedung 10,280,374

Biaya kebersihan dan keamanan 6,000,000

Jumlah cost pool 8 16,280,374

Cost Pool 9 Biaya manajemen dan secretariat 25,204,851

Jumlah cost pool 9 25,204,851

TOTAL 286,825,166

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali

Tabel 4.6 Kapasitas Cost Diver

Jenis cost driver Jumlah

Jam pemeriksaan 60.847 jam pemeriksaan

Jam penggunaan peralatan medis 13.150 jam pemakaian peralatan

Jumlah pemeriksaan 65.165 pemeriksaan

Jumlah pasien 6.144 pasien

Jumlah beban KVA 1.200 KVA

Luas lantai 110 m2

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 1)

Tabel 4.7 Pemakaian Cost Diver

Pusat Aktivitas Kapasitas

Cost Driver

Jenis Pemeriksaan

Haematologi Kimia Klinik dan

Kimia Rutin

Imunologi/

Serologi

Pelayanan pasien 60,847 22,310 7,893 30,644

Depresiasi peralatan medis 13,150 5,216 1,465 6,469

Pemeriksaan 65,165 24,977 7,308 32,880

Listrik 1,200 346 279 575

Administrasi pasien 6,144 2,446 547 3,151

Akuntansi dan keuangan 6,144 2,446 547 3,151

Rekam medis 6,144 2,446 547 3,151

Pemeliharaan dan

perbaikan peralatan

65,165 24,977 7,308 32,880

Telepon 65,165 24,977 7,308 32,880

Air 65,165 24,977 7,308 32,880

Sewa Gedung 110 36 54 20

Manajemen dan

Sekretariat

6,144 2,446 547 3,151

Kebersihan dan Keamanan 110 36 14 60

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 1)

Page 24: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

7. Menentukan perilaku biaya aktivitas

Untuk memisahkan biaya aktivitas menjadi biaya tetap dan biaya variabel menurut Supriyono (1999) ada

3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan intuisi, pendekatan enjinering, dan pendekatan perilaku biaya

sesungguhnya.Biaya pelayanan pasien, biaya depresiasi peralatan medis, biaya sewa gedung, biaya

kebersihan dan keamanan merupakan biaya tetap karena biaya-biaya ini jumlah totalnya tetap meskipun

terjadi perubahan volume aktivitas. Sedangkan biaya administrasi pasien, biaya listrik, biaya telepon,

biaya air, biaya akuntansi dan keuangan, biaya rekam medis, biaya pemeliharaan dan perbaikan serta

biaya manajemen dan sekretariat merupakan biaya variabel karena biaya-biaya ini berubah sesuai dengan

perubahan volume aktivitas. Jumlah biaya aktivitas tetap yang berasal dari penambahan pusat aktivitas

yang termasuk di dalamnya sebesar Rp135.680.374. Dan jumlah biaya aktivitas variabel yang dihasilkan

sebesar Rp151.144.792. Maka biaya total yang didapat adalah sebesar Rp286.825.166.

Tabel 4.8 Pemisahan Biaya Aktivitas

Cost Pool Keterangan

Biaya Aktivitas

Tetap

Biaya Aktivitas

Variabel Biaya Total

(Rp) (Rp) (Rp)

Cost Pool 1 Biaya pelayanan pasien 23,400,000 23,400,000

Cost Pool 2 Biaya Depresiasi Peralatan Medis 96,000,000 96,000,000

Cost Pool 3 Biaya pemeriksaan 42,120,000 42,120,000

Cost Pool 4 Biaya listrik 6,037,704 6,037,704

Cost Pool 5 Biaya administrasi pasien 24,827,000 24,827,000

Cost Pool 6 Biaya akuntansi dan keuangan dan

Biaya rekam medis 28,848,327 28,848,327

Cost Pool 7 Biaya pemeliharaan dan perbaikan,

biaya telepon, dan biaya air 24,106,910 24,106,910

Cost Pool 8 Biaya sewa gedung dan Biaya

kebersihan dan keamanan 16,280,374 16,280,374

Cost Pool 9 Biaya manajemen dan sekretariat 25,204,851 25,204,851

TOTAL 135,680,374 151,144,792 286,825,166

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali

8. Menentukan tarif tiap cost pool

Untuk menghitung tarif cost driver setiap pusat aktivitas ditentukan dengan membagi biaya

aktivitas dengan kapasitas cost driver. Untuk tarif tetap cost pool yang pertama dengan pusat

aktivitas pelayanan pasien adalah sebesar Rp384 (Rp23.400.000/60.867 jam pemeriksaan).

Page 25: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Tabel 4.9 Cost Pool Rate

Cost

Pool Keterangan

Biaya

Aktivitas

Tetap

Biaya

Aktivitas

Variabel Kapasitas Cost Driver

Tarif

Tetap

Tarif

Variabel

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Cost

Pool 1 Biaya pelayanan pasien 23,400,000 60,867

jam

pemeriksaan 384 -

Cost

Pool 2

Biaya Depresiasi

Peralatan Medis 96,000,000 13,150

jam

pemakaian

peralatan

7,300 -

Cost

Pool 3 Biaya pemeriksaan 42,120,000 65,165 pemeriksaan - 646

Cost

Pool 4 Biaya listrik 6,037,704 1,200 KWH - 5,031

Cost

Pool 5

Biaya administrasi

pasien 24,827,000 6,144 pasien - 4,041

Cost

Pool 6

Biaya akuntansi dan

keuangan dan Biaya

rekam medis

28,848,327 6,144 Pasien - 4,695

Cost

Pool 7

Biaya pemeliharaan dan

perbaikan, biaya

telepon, dan biaya air

24,106,910 65,165 pemeriksaan - 370

Cost

Pool 8

Biaya sewa gedung dan

Biaya kebersihan dan

keamanan

16,280,374 110 m2 148,003 -

Cost

Pool 9

Biaya manajemen dan

sekretariat 25,204,851 6,144 Pasien - 4,102

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali

9. Pembebanan Biaya Overhead dengan sistem ABC

Tabel 4.10 Pembebanan Biaya Aktivitas Pemeriksaan Kelompok Hemotologi

Cost

Pool Keterangan

Tarif

Tetap

Tarif

Variabel Kapasitas Cost Driver

Biaya

Aktivitas

Tetap

Biaya

Aktivitas

Variabel

Total

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Cost

Pool 1 Biaya pelayanan pasien 384 22,310

jam

pemeriksaan 8,567,040 - 8,567,040

Cost

Pool 2

Biaya Depresiasi Peralatan Medis

7,300 5,216

jam pema-

kaian

peralatan

38,076,800 - 38,076,800

Cost

Pool 3 Biaya pemeriksaan 646 24,977

pemeriksaan - 16,135,142 16,135,142

Cost

Pool 4 Biaya listrik 5,031 346 KWH - 1,740,726 1,740,726

Cost

Pool 5 Biaya administrasi pasien 4,041 2,446 pasien - 9,884,286 9,884,286

Cost

Pool 6

Biaya akuntansi dan

keuangan dan Biaya 4,695 2,446 pasien - 11,483,970 11,483,970

Biaya tetap = tarif tetap cost pool x jumlah konsumsi cost driver

Biaya variabel = tarif variabel cost pool x jumlah konsumsi cost driver

Page 26: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

rekam medis

Cost

Pool 7

Biaya pemeliharaan dan

perbaikan, biaya telepon, dan biaya air

370 24,977

pemeriksaan - 9,241,490 9,241,490

Cost

Pool 8

Biaya sewa gedung dan

Biaya kebersihan dan

keamanan

148,003 36 m2 5,328,108 - 5,328,108

Cost

Pool 9

Biaya manajemen dan

sekretariat 4,102 2,446 pasien - 10,033,492 10,033,492

TOTAL 51,971,948 58,519,106 110,491,054

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali

Perhitungan biaya tetap didapat dari perkalian antara tarif tetap dan jumlah konsumsi atau

pemakaian cost driver. Begitupun dengan perhitungan biaya variabel. Jumlah biaya tetap dalam

kelompok haemotologi adalah sebesar Rp51.971.948 dan biaya variabelnya sebesar Rp58.519.106,

maka total biaya adalah sebesar Rp110.491.054. Perhitungan diatas juga diberlakukan bagi

pembebanan biaya aktivitas pemeriksaan kelompok kimia klinik dan rutin juga imunologi dan

serologi.

4.3 Perbandingan Tarif Yang Berlaku Dengan Tarif Hasil Perhitungan Dengan Menggunakan

Metode Activity-Based Costing

Tabel 4.11 Perbandingan Tarif Arafah Medical Centre dengan Tarif ABC

Jenis Pemeriksaan

Tarif AMC

Tahun 2009 Tarif ABC

OverCost/

Under Cost

(Rp) (Rp) (Rp)

HEMATOLOGI

Darah Rutin 39,500 31,373 8,127

PPT 38,500 26,010 12,490

APPT 38,500 28,199 10,301

Fibrinogen 46,000 70,898 -24,898

Haemoglobin (HB) 7,000 5,570 1,430

Jumlah Lekosit (AL) 8,000 3,040 4,960

Hemogram (Diff) 8,000 7,062 938

Jumlah Trombosit (AT) 8,000 6,093 1,907

Darah Tepi 35,000 10,502 24,498

Malaria 15,000 9,618 5,382

LE Sel 23,500 20,534 2,966

Retikulosit 16,500 9,546 6,954

Hematokrit (HMT) 7,000 4,822 2,178

CT 10,000 18,393 -8,393

Protein Plasma 7,000 7,753 -753

Gol Darah 7,000 6,189 811

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 4)

Page 27: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa terdapat tarif yang over cost dan juga tarif yang under cost.

Untuk pemeriksaan glukosa, menurut tarif awal ditentukan sebesar Rp. 11.000,00 sedangkan menurut

tarif ABC pemeriksaan glukosa adalah sebesar Rp. 10.331 sehingga terjadi over cost sebesar Rp.

669. Ada juga beberapa tarif pemeriksaan yang terjadi under cost seperti pemeriksaan fibrinogen.

Menurut tarif awal ditentukan sebesar Rp. 46.000,00 sedangkan menurut tarif ABC pemeriksaan

fibrinogen sebesar Rp. 70.898,00 sehingga terjadi under cost sebesar Rp. 24.498,00.

Tabel 4.12 Perbandingan Tarif Arafah Medical Centre dengan

Tarif hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC

Jenis Pemeriksaan

Tarif AMC

Tahun 2009

(Rp)

Tarif ABC

(Rp)

OverCost/

Under Cost

(Rp)

KIMIA KLINIK

Glukosa 11.000 10.331 669

Bilirubin Total 16.000 9.995 6.005

Bilirubin Direk/Indirek 19.000 10.707 8.293

Protein Total 14.000 6.565 4.435

Albumin/Globulin 14.000 9.707 4.293

SGOT 15.500 11.064 4.436

SGPT 15.500 11.066 4.434

Alkali Fosfatase 16.500 11.734 4.766

Gamma GT 38.500 17.401 21.099

Ureum 18.500 12.946 5.554

Kreatinin 14.000 9.707 4.293

Asam Urat 16.000 10.925 5.075

Kolesterol Total 20.500 12.079 8.421

HDL Kolesterol 30.000 25.461 4.539

LDL Kolesterol 53.000 46.141 6.859

Trigliserida 27.000 15.065 11.935

LDH 35.000 12.875 22.125

Calcium 25.000 14.342 10.658

Iron/Fe 34.000 22.272 11.728

TIBC 37.500 16.532 20.968

KIMIA RUTIN

PP Test 19.500 13.958 5.542

Urin Rutin 16.000 10.506 5.494

Reduksi 6.000 5.087 913

IMUNOLOGI/SEROLOGI

HBsAg 73.000 78.394 (5.394)

Anti HBsAg 88.000 98.830 (10.830)

Widal 31.000 30.849 151

ASTO 35.500 20.685 14.815

Rheumatoid F (RF) 33.000 16.983 16.017

CRP 33.000 17.371 15.629

VDRL 23.000 14.797 8.203

TPHA 33.000 91.124 (58.124)

Anti HIV 90.000 108.079 (18.079)

Anti HCV 210.000 162.600 47.400

Page 28: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 4)

Alasan mengapa perbedaan tarif pemeriksaan tersebut terjadi adalah ada beberapa aktivitas yang

mendukung pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya.

Misalnya berbagai aktivitas yang terkait pasien seperti rekam medis. Alasan yang lain adalah analisis

biaya yang dipergunakan sebagai dasar penetapan tarif oleh balai pengobatan kurang akurat. Oleh

karena itu terdapat beberapa yang mengalami over cost ataupun under cost.

Dengan adanya perbedaan antara tarif awal dengan tarif hasil perhitungan (ABC), penentuan tarif

pemeriksaan instalasi laboratorium yang selama ini berlaku perlu ditinjau kemhali dan penentuan

tarif pemeriksaan laboratorium dengan sistem ABC dapat dipertimbangkan untuk diterapkan

karena instalasi laboratorium memenuhi syarat dalam penerapan sistem ABC.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat dua sistem pembebanan biaya yaitu sistem biaya tradisional dan sistem biaya

berbasis aktivitas (activity based costing)

2. Sistem akuntansi biaya tradisional adalah sistem akuntansi biaya yang hanya membebankan

biaya pada produk sebesar biaya produksinya dan hanya memusatkan ukuran-ukuran output

3. Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi biaya yang terdiri atas dua tahap,

yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk.

Akuntansi biaya berbasis aktivitas mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi

tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.

1. Sistem akuntansi biaya di Arafah Medical Centre Bandar Lampung memerlukan

beberapa perbaikan. Hal ini dikarenakan pengklasifikasian biaya masih kurang tepat.

Sebagai contohnya adalah jenis biaya yang dikeluarkan untuk keperluan setup mesin

dimasukkan ke dalam kategori biaya anfragh (reagen) dengan asumsi bahwa sama-sama

menggunakan reagen untuk aktivitas setup mesin.

Page 29: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

2. Terdapat perbandingan tarif antara penentuan tarif yang berlaku di Arafah Medical

Centre Bandar Lampung dengan penentuan tarif berdasarkan ABC sistem. Perbedaan

tersebut terjadi karena ada beberapa aktivitas yang mendukung pelayanan jasa

laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya.

5.2 Saran

Berdasarkan analisa data hasil penelitian dengan metode ABC sebagai alternatif penentuan

tarif di Instalasi Laboratorium Arafah Medical Centre Bandar Lampung, saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Manajemen Arafah Medical Centre sebaiknya mulai melakukan pengkajian kembali

terhadap sistem biaya yang telah diterapkan selama ini. Pihak manajemen rumah sakit

juga perlu memperhatikan aktivitas-aktivitas produksi yang sedang berlangsung dan

melakukan analisis terhadapnya karena dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa

aktivitas merupakan faktor potensial yang menimbulkan biaya. Dengan melakukan

pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, maka rumah sakit akan dapat beroperasi

dengan lebih efisien.

2. Arafah Medical Centre sebaiknya mendesain kembali sistem akuntansi keuangannya.

Seperti melakukan revaluasi terhadap aktiva tetap yang biaya depresiasinya nol. tetapi

aktiva tetap tersebut masih dipergunakan untuk kegiatan rumah sakit.

3. Apabila sistem ABC untuk instalasi laboratorium akan diteliti kembali, maka disarankan

untuk menganalisis adanya aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai

tambah.

Page 30: ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Erlangga. Yakarta

Carter dan Usry. 2004. Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi 13. Salemba Empat. Yogyakarta

Cookins. 1996. Sistem ABC. Pustaka Binaman Persindo. Jakarta

Cooper, R dan Kaplan Robert S. 1991. The Design of Cost Management System Text, Cases &

Reading. Prentice-Hall International Editions Englewood Cliffs. New Jersey

Dedy. 2008. ‘Penerapan Activity Based Costing Untuk Meningkatkan Akurasi Dalam

Perhitungan Harga Pokok Konstuksi di PT X’. Skripsi. Indoskripsi

Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M.. 2000. Manejemen Biaya. Edisi I. Salemba Empat.

Jakarta

Hongren, et al. 2000. Cost Accounting: A Manajerial Approach. Tenth edition. Prentice-Hall

Publishing Company. USA

Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya

Edisi 6. UPP AMP YKPN. UGM. Yogyakarta

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 6. STIE YKPN. Yogyakarta

Mulyadi dan Setyawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Sistem

Pelipatgandaan Kinerja Perusahaan. Salemba Empat. Yogyakarta

Royani, S. 2009. ‘Evaluasi Penentuan Tarif Kamar Dengan Metode Activity Based Costing

System Terhadap Tarif Kamar Rawat Inap Pada RSUD Pringsewu’. Skripsi. Fakultas

Ekonomi Unila

Sukmawati, M. 2007. ‘Penerapan Activity-Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa

Laboratorium’. Skripsi. Fakultas Ekonomi UGM

Supriyono.1999. Manajemen Biaya : Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. BPFE UGM.

Yogyakarta

-------, R.A. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan

Globalisasi. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta

Tanubrata, M. 2008. ‘Pendukung Sistem Informasi Biaya Produk Dengan Activity-Based

Costing Di Preusan Manufaktur’. Theses. Program Pasca Sarjana ITB

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar

Lampung