analisis penerimaan grup whatsapp sebagai sarana...
TRANSCRIPT
1 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Analisis Penerimaan Grup WhatsApp Sebagai Sarana
Komunikasi dan Pembelajaran dari Perspektif Mahasiswa
Tikno
Universitas Internasional Semen Indonesia; Jl. Veteran – Gresik 61122
e-mail: [email protected]
Abstrak
Pengaruh penggunaan teknologi dalam pembelajaran banyak dibahas para
peneliti, termasuk penggunaan media sosial. Aplikasi grup WhatsApp (WA) sebagai
salah satu media social dengan pengguna terbesar di Indonesia telah digunakan secara
tidak resmi oleh beberapa dosen di Universitas X sebagai media komunikasi dan
pembelajaran dengan para mahasiswa. Penelitian ini ditujukan untuk menguji faktor
apa saja yang mempengaruhi mahasiswa di Universitas X untuk mau menggunakan
grup WA sebagai media komunikasi dan pembelajaran dengan dosen. Penelitian ini
mengadopsi Technologu Acceptance Model (TAM) sebagai kerangka kerja penelitian
dan mengujinya dengan metode Partial Least Square (PLS) menggunakan SmartPLS
v3.2.6. Sebanyak 122 responden dari mahasiswa Universitas X yang pernah
menggunakan grup WA di kelasnya, telah berpartisipasi dalam penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan persepsi kebermanfaatan berpengaruh signifikan terhadap
kebiasaan yang mengarah kepada penggunaan, yang mana merupakan variabel yang
secara signifikan mempengaruhi penerimaan teknologi. Penelitian ini menunjukkan
bahwa adopsi grup WA dapat diterima oleh mahasiswa karena dirasa bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan pembelajaran antara dosen dan
mahasiswa.
Kata kunci: Technology Acceptance Model, grup WhatsApp, Partial Least Square
Abstract
Many researchers investigated The influence of technology use in learning
systems, including social media. WhatsApp (WA) group as one of the largest social
media in Indonesia was used by some lecturers in X University as communicating
and learning media with their students in the class. The purpose of this study was to
examine the factors influencing the usage of the WA grup by the students. This study
adopted technology acceptance model (TAM) as a research framework and test it
using Partial Least Square (PLS) with SmartPLS v3.2.6. One hundred and twenty two
students of X University who ever used a WA group in their class, participated in this
study. The findings suggest that attitude towards use which leads to actual system
use, is significantly influenced by perceived of usefulness. The study proved that
2 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
students were adopting the WA group because it is usefull to enhance the quality of
communication and learning among the lecturers and their students.
Keywords: Technology Acceptance Model, WhatsApp Group, Partial Least Square
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini memberikan kemudahan dalam berbagai
bidang, diantaranya dalam proses pembelajaran dan komunikasi yang ada di
dalamnya. WhatsApp (WA) sebagai salah satu aplikasi media sosial yang paling
banyak digunakan di Indonesia setelah Facebook [1], menjadi sarana yang cukup
efisien dalam hal komunikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
[2], menyatakan bahwa para pengajar saat ini perlu untuk menggunakan teknologi
yang bermacam-macam dalam proses pembelajarannya karena para pelajar makin
akrab dengan teknologi terkini.
Pengajar dianjurkan untuk melakukan transformasi dari cara pembelajaran tradisional
menjadi metode pembelajaran yang mengadopsi teknologi untuk memastikan agar
para pelajar tetap tertarik dan mengikuti dengan baik proses pembelajaran yang
dilakukan.
Hal inilah yang menyebabkan berkembang pesatnya teknologi pembelajaran
melalui media elektronik (e-learning) dan melalui media telepon pintar (m-learning),
dimana teknologi menjadi faktor kunci yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih
dalam dan menarik [3]. Banyak penelitian yang menyelidiki pengaruh penggunaan
teknologi terutama media social dalam pembelajaran seperti dilakukan dalam [4] [5]
[6] [7] dan secara spesifik aplikasi WA seperti dalam [8]. Namun belum ditemukan
penelitian yang secara khusus menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
diterimanya penggunaan grup WA oleh mahasiswa sebagai media komunikasi dan
pembelajaran dengan dosennya. Penelitian ini akan menyelidiki bagaimana
penerimaan grup WA dari perspektif mahasiswa dengan menggunakan teori
Technology Acceptance Model (TAM).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 WhatsApp dalam pembelajaran
Penelitian ini menitik-beratkan pada penggunaan teknologi, khususnya grup
WA, sebagai media sosial dalam konteks pembelajaran. Penelitian sebelumnya
menemukan bahwa penggunaan media sosial terus meningkat dalam proses
pembelajaran di perguruan tinggi [4]. Juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh [5] yang menunjukkan meningkatnya kecenderungan kalangan muda,
khususnya mahasiswa perguruan tinggi, untuk memanfaatkan media sosial sebagai
3 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
sarana komunikasi dengan dosen dan teman sekelas untuk mendapatkan informasi
yang terkait dengan akademik. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan
teknologi bergerak semacam telepon genggam dan tablet dalam pembelajaran, yang
dikenal kemudian sebagai m-learning, meningkat dalam lingkup lokal maupun
global.
Hal ini terutama disebabkan karena m-learning memungkinkan pembelajaran
yang dapat dipersonalisasi dari manapun dan kapanpun, serta memfasilitasi
pengalaman belajar secara individu maupun kolaboratif dengan banyak pihak.
Penggunaan teknologi ini juga memungkinkan pergeseran proses pembelajaran yang
sebelumnya dibatasi oleh ruang kelas menjadi lebih luas dan bebas secara ruang [6].
Layanan pesan di Grup WA meningkatkan pengalaman pelanggan, dalam hal ini
dosen dan mahasiswa, yang dipertemukan secara virtual, dimana mereka dapat
langsung berkomunikasi dan melakukan aktivitas pembelajaran [7].
Fitur grup WA terkait dengan perizinan yang diberikan di dalam grup
memungkinkan dosen dan mahasiswa untuk membuat grup WA khusus kelas
tertentu, yang menghadirkan diskusi langsung terkait akademik dan non-akademik
antara dosen dan mahasiswanya secara aman. Juga fitur untuk dapat berbagi tulisan,
fitur pesan suara, dan pesan video, yang memungkinkan dosen untuk memberikan
umpan balik kepada mahasiswa serta dapat digunakan untuk komunikasi sosial
dengan teman-temannya [8].
Penelitian yang lain juga menemukan korelasi langsung antara kesediaan
dosen dalam diskusi bersama dengan mahasiswanya terhadap peningkatan kognitif,
afektif dan motivasi dari mahasiswanya [9]. Selain itu, media sosial juga
menguntungkan untuk pengguna, terutama yang memiliki kepercayaan diri yang
rendah, Karena mereka lebih memilih untuk menghindari pertemuan tatap muka jika
merasa ada kesulitan dalam hal akademik [10]. Media ini juga dapat memotivasi
anggota grup untuk lebih bersemangat belajar Karena adanya diskusi di dalam grup
menggunakan telepon genggam mereka [2]. Bukti selanjutnya diberikan oleh [11],
dimana siswa dapat belajar dari kelas online sebaik dalam pembelajaran tatap muka
di kelas, Karena mereka tetap dapat berinteraksi secara cepat dan langsung dengan
komunitas di grup WA.
Dalam riset yang dilakukan oleh [12] ditemukan bahwa mahasiswa
menunjukkan sikap belajar yang lebih baik dalam proses pembelajaran ketika
memanfaatkan aplikasi WA dalam kegiatan belajarnya. Sebagai tambahan, [13] juga
membenarkan bahwa responden mereka yang menggunakan aplikasi WA dalam
proses pembelajarannya merasa sangat terbantu dan meningkatkan semangat belajar,
saling bertukar pengalaman dan ide, mendiskusikan terkait akademik dan sosial, serta
mencari atau membantu jika ada kesulitan dalam hal pembelajaran. Secara alamiah,
siswa tidak akan menemui kendala dalam menggunakan grup WA untuk
mengirimkan tulisan, berbagi informasi dan berdiskusi secara online. Setiap tulisan
dari anggota grup WA akan langsung dapat dilihat baik oleh dosen maupun siswa
lainnya secara langsung dimanapun mereka berada.
4 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Manfaat penggunaan grup WA dalam pembelajaran diantaranya: (i) dapat
digunakan sebagai alat kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dimanapun mereka
berada; (ii) teknologi ini gratis dan mudah untuk digunakan; (iii) grup WA dapat
digunakan secara segmentatif per kelas kuliah yang diajarkan; (iv) memiliki
kapabilitas untuk mempublikasi tugas dari mahasiswa dan dikritisi oleh mahasiswa
lainnya; (v) informasi dan pengetahuan dari dosen dapat dengan dimudah dibagi
melalui grup WA (jain) [14]. Kolaborasi pembelajaran melalui grup WA bukan hanya
menjadi kepentingan dari pengajar, namun juga bagi mahasiswanya, untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Meskipun banyak keuntungan yang didapatkan dari teknologi WA, ada
beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam penggunaannya, antara lain
masalah kognitif yang berlebihan [8], potensi awalnya yang menganggu [15],
keterbatasannya dalam hal privasi dan kekhawatiran bercampurnya kehidupan
professional dengan pribadi [16].
2.2 Technology Acceptance Model (TAM)
TAM dikembangkan untuk merumuskan teori tentang perilaku penggunaan
teknologi computer [17]. TAM diadopsi dari teori sebelumnya yang popular disebut
sebagai Theory of Reasoned Action (TRA) yang berasal dari disiplin psikologi sosial
yang menjelaskan perilaku seseorang berdasarkan niatan yang ditunjukkan. Niat ini
dikonstruksikan menjadi dua bagian yang menentukan, yaitu kebiasaan individu yang
mengarah pada suatu perilaku dan norma sosial yang dipercayai oleh individu
tersebut yang menentukan apakah perilaku tersebut dapat diterima atau tidak [18].
Jika TRA sebagai teori menjelaskan tentang perilaku manusia secara umum, maka
TAM lebih spesifik menyelidiki faktor yang menentukan penerimaan suatu teknologi
dan kemampuan untuk menjelaskan perilaku pengguna dari berbagai latar belakang
pengguna akhir teknologi computer ini dalam populasi yang diamati.
TAM membagi konstruk “attitude” pada TRA menjadi dua konstruk yang
berbeda, yaitu “perceived usefulness (PU)” dan “perceived ease of use (PEOU)”
dalam menjelaskan perilaku penggunaan computer [17]. PU diterjemahkan sebagai
tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi tersebut akan
dapat meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dalam konteks organisasi, peningkatan
kinerja ini dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung dari peningkatan
manfaat finansial maupun non finansial. Sedangkan PEOU diartikan sebagai tingkat
kepercayaan seseorang bahwa menggunakan teknologi tersebut sangat mudah
dilakukan [19]. PU dan PEOU secara bersama akan mempengaruhi perilaku
seseorang yang ingin menggunakan teknologi tersebut (behavioral intention to
use/BITU) dan kebiasaan yang mengarah pada penggunaan teknologi (attitude
towards using/ATU). Dan menurut teori TAM, BITU dan ATU akan memicu
penggunaan sistem atau teknologi yang dimaksud (actual system use/ASU).
Berikut adalah model TAM yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan
mengacu pada model yang dikembangkan dalam [19]:
5 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Gambar 1 Technology Acceptance Model
Indikator-indikator yang digunakan untuk menjelaskan konstruk dalam model
di atas terutama diambil dari penelitian [20] yang menggunakan TAM untuk
menginvestigasi perilaku pengguna sistem informasi. Penelitian ini bersesuaian
dengan konteks yang akan diteliti dalam penelitian ini sehingga layak untuk
digunakan dengan beberapa penyesuaian pada pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden.
2.3 Pengembangan Hipotesis
Struktur TAM dikembangkan dengan mempertimbangkan variabel-variabel
yang dapat mempengaruhi penerimaan penggunaan grup WA sebagai sarana
komunikasi dan pembelajaran di Universitas X. Variabel terikat (dependent variabel)
yang digunakan adalah variabel ASU dan terdapat beberapa variabel bebas
(independent variabel) yang mempengaruhi variabel terikat yang telah didefinisikan
yaitu PU, PEOU, ATU, dan BITU. Kelima variabel ini kemudian saling berhubungan
untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya satu sama lain. Dari model struktural pada
Gambar 1 akan diturunkan menjadi beberapa hipotesis yang akan diuji seperti berikut
ini :
Hipotesis 1 : PEOU berpengaruh secara positif terhadap PU
Hipotesis 2 : PEOU berpengaruh secara positif terhadap ATU
Hipotesis 3 : PU berpengaruh secara positif terhadap ATU
Hipotesis 4 : PU berpengaruh secara positif terhadap BITU
Hipotesis 5 : ATU berpengaruh secara positif terhadap BITU
Hipotesis 6 : ATU berpengaruh secara positif terhadap ASU
Hipotesis 7 : BITU berpengaruh secara positif terhadap ASU
3. METODE PENELITIAN
3.1 Responden
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas X dan ditujukan hanya
untuk yang memiliki grup WA dengan dosennya pada kelas yang diikuti pada
semester terakhir (purposive sampling). Dari dua kali pengumuman melalui grup WA
PU
PEOU
BITU
ATU ASU
6 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
program studi yang ditujukan pada 527 mahasiswa tingkat pertama, sebanyak 144
orang yang ikut berpartisipasi dengan mengisi survey online yang disediakan.
Sebanyak 112 tanggapan menyatakan memiliki grup WA di kelas, sedangkan 32
lainnya menyatakan tidak memiliki grup WA sehingga tidak diikutkan dalam analisis.
Dari 112 responden, 60% berjenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 40%
adalah laki-laki.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner tertutup dengan
mengadopsi skala Likert, dan disusun dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sesuai dengan indikator-indikator penelitian yang didapatkan dari hasil studi pustaka
yang telah dilakukan, terutama diambil dari [20] yang telah disesuaikan dengan
bahasa yang digunakan dengan konteks penelitian yang dilakukan.
3.3 Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan partial least square (PLS) sebagai
metode untuk pembangunan model dan dihitung dengan bantuan perangkat lunak
SmartPLS V3.2.6 [21]. Dengan menggunakan metode PLS dapat diketahui
kompleksitas hubungan suatu konstruk dan konstruk yang lain, serta hubungan suatu
konstruk dan indikator-indikatornya. PLS dibentuk oleh dua persamaan, yaitu inner
model yang menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan konstruk yang
lain, serta outer model yang menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan
indikator-indikatornya. Konstruk terbagi menjadi dua yaitu, konstruk eksogen yang
merupakan konstruk penyebab dan tidak dipengaruhi oleh konstruk lainnya, serta
konstruk endogen yang merupakan konstruk yang dijelaskan oleh konstruk eksogen.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan SmartPLS V3.2.6
untuk menganalisis struktur TAM yang digunakan dengan hasil sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 2. Selanjutnya dapat dihitung nilai validitas konvergen,
validitas diskriminan, dan reliabilitas dari konstruk dan variabel yang digunakan
dalam model.
Validitas konvergen digunakan untuk mengukur nilai dari korelasi antara skor
indikator dengan skor konstruknya. Pada SmartPLS, nilai korelasi ini ditunjukkan
oleh nilai outer loading, yang ukurannya secara reflektif individual dikatakan tinggi
apabila nilainya lebih dari 0,7 dengan konstruk yang diukur [22].
7 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Gambar 2 Hasil analisis SmartPLS Hasil iterasi algoritma PLS ditampilkan dalam
tabel 1.
Tabel 1. Nilai Validitas Konvergen
VARIABEL INDIKATOR
OUTER
LOADING KET.
PEOU
PEOU1 0,856 VALID
PEOU2 0,551 TIDAK VALID
PEOU3 0,826 VALID
PEOU4 0,873 VALID
PEOU5 0,856 VALID
PEOU6 0,842 VALID
PU
PU1 0,811 VALID
PU2 0,751 VALID
PU3 0,816 VALID
PU4 0,881 VALID
PU5 0,869 VALID
PU6 0,875 VALID
PU7 0,867 VALID
8 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
VARIABEL INDIKATOR
OUTER
LOADING KET.
ATU
ATU1 0,909 VALID
ATU2 0,820 VALID
ATU3 0,929 VALID
ATU4 0,917 VALID
ATU5 0,918 VALID
BITU
BITU1 0,920 VALID
BITU2 0,951 VALID
BITU3 0,933 VALID
BITU4 0,943 VALID
BITU5 0,954 VALID
ASU
ASU1 0,944 VALID
ASU2 0,955 VALID
ASU3 0,954 VALID
ASU4 0,945 VALID
ASU5 0,974 VALID
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hanya ada 1 indikator yang memiliki nilai
kurang dari 0,7 sehingga dikatakan tidak valid, dan oleh karenanya tidak dijadikan
indikator dalam kuisioner. Sedangkan semua indikator lainnya memiliki nilai di atas
0,7 sehingga dinilai valid untuk menguji konstruk dalam penelitian ini.
Pengukuran validitas diskriminan digunakan untuk menguji ketepatan antara
indikator dengan variabel latennya, yang dihitung dengan membandingkan nilai akar
kuadrat dari Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan nilai korelasi
antara konstruk tersebut dengan konstruk lainnya sehingga dapat memperlihatkan
nilai validitas diskriminan yang baik yaitu lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian
ditunjukkan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2. Nilai Validitas Diskriminan
VARIABEL NILAI
PEOU 0,809
PU 0,840
ATU 0,900
BITU 0,940
ASU 0,954
Tabel 3. Nilai Pengujian Reliabilitas
VARIABEL Cronbach’s
Alpha
Composite
Reliability
PEOU 0,891 0,917
PU 0,930 0,943
ATU 0,941 0,955
BITU 0,967 0,974
ASU 0,975 0,981
9 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa semua konstruk memiliki nilai validitas
diskriminan yang lebih besar dari 0,5 sehingga dikatakan valid untuk digunakan
dalam penelitian ini.
Pengujian reliabilitas variabel dapat dilakukan dengan mengukur kriteria
composite reliability dan cronbach’s alpha. Variabel dapat dikatakan reliabel jika
nilai kedua kriteria tersebut di atas 0,7. Perhitungan nilai cronbach’s alpha dan
composite reliability yang didapatkan dari SmartPLS disajikan dalam tabel 3. Dari
nilai yang ditunjukkan pada tabel 3 di atas, semua indikator pada semua konstruk
memiliki nilai cronbach’s alpha dan composite reliability di atas 0,7 yang artinya,
seluruh indikator yang ada dinilai reliabel atau konsisten untuk dijadikan alat ukur
pada kondisi yang sama.
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas di atas, selanjutnya dapat
dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dibuat pada perumusan masalah
sebelumnya, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel pada model TAM
yang dibuat terhadap penerimaan grup WA sebagai media komunikasi dan
pembelajaran.
Dari tujuh hipotesis yang diuji untuk masing-masing responden, dilakukan
kalkulasi nilai t-hitung melalui fungsi bootstrapping pada SmartPLS untuk
menentukan apakah variabel penerimaan memperoleh pengaruh yang signifikan dari
variabel lainnya. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Nilai t-table didapatkan
sebesar 1,98, sehingga agar hipotesis diterima, maka t-hitung harus lebih besar dari
1,98. Hasil perhitungan dan penarikan kesimpulan disajikan dalam tabel 4 berikut:
Tabel 4. Nilai t-hitung dan Hasil Uji Hipotesis
JALUR
t-tabel t-hitung Hasil pengujian
a=0,05 DARI KE
H1 PEOU PU 1,98 7,62 Signifikan
H2 PEOU ATU 1,98 0,09 Tidak Signifikan
H3 PU ATU 1,98 2,85 Signifikan
H4 PU BITU 1,98 0,94 Tidak Signifikan
H5 ATU BITU 1,98 6,85 Signifikan
H6 ATU ASU 1,98 2,05 Signifikan
H7 BITU ASU 1,98 4,60 Signifikan
Hasil akhir pengujian hipotesis di atas menunjukkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Persepsi mudah digunakan (PEOU) berpengaruh signifikan terhadap persepsi
kebermanfaatan (PU) teknologi grup WA dalam komunikasi dan pembelajaran.
10 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
2. Persepsi mudah digunakan (PEOU) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU)
3. Persepsi kebermanfaatan (PU) berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan yang
mengarah pada penggunaan (ATU)
4. Persepsi kebermanfaatan (PU) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan
yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU)
5. kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU) berpengaruh signifikan
terhadap kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU)
6. kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU) berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan penggunaan secara nyata (ASU)
7. kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU) berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan penggunaan secara nyata (ASU)
Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, mahasiswa tidak terlalu
mempermasalahkan kemudahan penggunaan grup WA untuk mempengaruhi
kebiasaan mereka dalam menggunakannya, namun mempersepsikan apakah aplikasi
ini bermanfaat untuk mereka atau tidak. Persepsi tentang apakah grup WA ini
bermanfaat atau tidak ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa
yang mengindikasikan keinginan mereka untuk menggunakannya, namun lebih
dipengaruhi oleh faktor kebiasaan semata. Sehingga alurnya dapat dijelaskan sebagai
berikut: (i) Persepsi mudah digunakan akan mendorong persepsi bahwa teknologi ini
bermanfaat; (ii) Persepsi kebermanfaatan ini memicu kebiasaan mahasiswa untuk
mencoba menggunakan; (iii) Kebiasaan ini lalu mempengaruhi perilaku mahasiswa
yang menunjukkan keinginan menggunakan aplikasi; (iv) Dan secara bersama atara
kebiasaan dan perilaku yang menunjukkan intensi ini mempengaruhi secara
signifikan penggunaan grup WA secara nyata bagi mahasiswa.
8. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat menjawab faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi diterimanya teknologi grup WA sebagai sarana komunikasi dan
pembelajaran, serta membuktikan bahwa di Universitas X, teknologi tersebut dapat
diterima oleh mahasiswa. Faktor paling kuat yang mempengaruhinya yaitu kebiasaan
yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan grup WA. Adapun dari uji
validitas konvergen yang dilakukan, ditemukan bahwa mahasiswa merasa diskusi di
grup WA belum bisa menggantikan diskusi langsung dengan dosen yang
bersangkutan.
Penelitian ini dilakukan terbatas pada mahasiswa tahun pertama di Universitas
X sehingga hasilnya belum bisa menjadi kesimpulan umum untuk setiap mahasiswa
di Indonesia. Untuk itu dimungkinkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan
memperluas cakupan responden dan mempertimbangkan faktor lain yang dapat
memperkuat penerimaan teknologi grup WA ini dalam pembelajaran di perguruan
tinggi.
11 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tikno, 2016, "Measuring Performance of Facebook Advertising Based on Media Used: A Case Study on Online Shops in Indonesia," in 8th International Conference on Advances Information Technology, Macau, December 22.
[2] Bansal, T., and Joshi, D., 2014, "A study of students’ experiences of mobile learning," Global Journal of HUMAN-SOCIAL SCIENCE, vol. 14, no. 4, pp. 27-33.
[3] Barhoumi, C., and Rossi, P. G., 2013, "The Effectiveness of Instruction-Oriented Hypertext Systems Compared to Direct Instruction in e-learning Environments," Contemporary Educational Technology, vol. 4, no. 4, pp. 281-308.
[4] Johnson, L., Becker, S. A., Estrada, V., and Freeman, A., 2014, "NMC Horizon Report: 2014 Higher Education Edition," The New Media Consortium, Austin, Texas.
[5] Madge, C., Meek, J., Wellens, J., and Hooley, T., 2009, "Facebook, social integration and informal learning at university: ‘It is more for socialising and talking to friends about work than for actually doing work’," Learning, Media and Technology, vol. 34, no. 2, pp. 141-155.
[6] Rajasingham, L., 2011, "Will Mobile Learning Bring a Paradigm Shift in Higher Education?," Education Research International, Vols. Volume 2011, Article ID 528495, 10 pages, no. http://dx.doi.org/10.1155/2011/528495.
[7] Herrington, J., Revees, T. C., and Oliver, R., 2010, A Guide to Authentic e-Learning, Routledge, New York.
[8] Church, K. and Oliveira, R. d., 2013, "What's up with whatsapp?: comparing mobile instant messaging behaviors with traditional SMS," in 15th international conference on Human-computer interaction with mobile devices and services, Munich, Germany.
[9] Bower, M., 2008, "Affordance analysis – matching learning tasks with learning technologies," Educational Media International , vol. 45, no. 1, pp. 3-15.
[10] Ellison, N. B., Steinfield, C., and Lampe, C., 2007, "The Benefits of Facebook ‘‘Friends:’’ SocialCapital and College Students’ Use ofOnline Social Network
12 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Sites," Journal of Computer-Mediated Communication, vol. 12, pp. 1143-1168.
[11] Holmes, K., Preston, G., Shaw, K., and Buchanan, R., 2013, "Follow me: Networked professional learning for teachers," Australian Journal of Teacher Education, vol. 38, no. 12.
[12] Cheung, W. S., Hew, K. F., and Ng, C. S. L., 2008, "Toward an Understanding of Why Students Contribute in Asynchronous Online Discussions," Journal of Educational Computing Research, vol. 38, no. 1, pp. 29-50.
[13] Bertelsen, O. W. and Bødker, S., 2003, "Activity theory," HCI models, theories, and frameworks: Toward a multidisciplinary science, pp. 291-324.
[14] Jain, J., Luaran, J. @. E., and binti Abd Rahman, N., 2016, "Learning Beyond the Walls: The Role of WhatsApp Groups," in Envisioning the Future of Online Learning, Singapore.
[15] Yeboah, J. and Ewur, G. D., 2014, "The Impact of Whatsapp Messenger Usage on Students Performance in Tertiary Institutions in Ghana," Journal of Education and Practice, vol. 5, no. 6, pp. 157-164.
[16] Rambe, P. and Bere, A., 2013, "Using mobile instant messaging to leverage learner participation and transform pedagogy at a South African University of Technology," British Journal of Educational Technology, vol. 44, no. 4, pp. 544-561.
[17] Davis, F. D., 1989, "Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology," MIS Quarterly, vol. 13, no. 3, pp. 319-340.
[18] Ajzen, I., and Fishbein, M., 1980, Understanding attitudes and predicting social behavior, Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey.
[19] Venkatesh, V., and Davis, F. D., 2000, "A Theoretical Extension of the Technology Acceptance Model: Four Longitudinal Field Studies," Management Science, vol. 46, no. 2.
[20] Wibowo, A., 2014, "Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) [Online]. Available: http://www.academia.edu/download/30907586/arif_wibowo.pdf. [Accessed 1
13 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Mei 2017].
[21] Ringle, C. M., Wende, S., and Becker, J.-M., 2015, "SmartPLS 3. Bönningstedt: SmartPLS," http://www.smartpls.com.
[22] Ghozali, I., 2014, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS Ed.4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.