analisis pengaruh faktor faktor produksi terhadap ikan …repository.ub.ac.id/7520/1/siti...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI TERHADAP IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN MINI PURSE SEINE DI UPT PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIK AGUNG REMBANG,
KABUPATEN REMBANG - JAWA TENGAH
SKRIPSI
Oleh :
SITI FATIMAH NIM. 135080201111127
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI TERHADAP IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN MINI PURSE SEINE DI UPT PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIK AGUNG REMBANG,
KABUPATEN REMBANG - JAWA TENGAH
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
SITI FATIMAH NIM. 135080201111127
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
Judul : ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI
IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN MINI PURSE SEINE
DI UPT PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIK
AGUNG, REMBANG-JAWA TENGAH
Nama Mahasiswa : SITI FATIMAH
NIM : 135080201111127
Program Studi : Pemanfaaatan Sumberdaya Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING :
Dosen Pembimbing 1 : Sunardi, ST., MT
Dosen Pembimbing 2 : Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji 1 : Arief Setyanto, S.Pi, M. App., Sc
Dosen Penguji 2 : Muhammad Arif Rahman, S.Pi., M. App., Sc
Tanggal Ujian : 29 September 2017
3
PERNYATAAN ORISINILITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya tulis
ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan terdapat hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017 Mahasiswa,
Siti Fatimah 135080201111127
4
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allat
SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor - Faktor Produksi Ikan
Hasil Tangkapan Mini Purse Seine di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik
Agung Rembang- Jawa Tengah”. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga sholawat serta
saran kita curahkan kepada nabi besar SAW.
2. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan, fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang telah
memberikan ijin serta fasilitas selama penelitian dan perkuliahan.
3. Bapak Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP selaku Ketua Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan.
4. Bapak Sunardi ST. MT selaku Ketua Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan
5. Bapak Sunardi, ST, MT selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr. Eng.
Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan-arahan serta membimbing penulis selama proses
pengerjaan proposal hingga laporan srikpsi.
6. Bapak Arief Setyanto, S.Pi., M.App., Sc dan Bapak Muhammad Arif
Rahman, S.Pi., M.App., Sc selaku dosen penguji yang memberikan
masukan dan arahan.
5
7. Kedua orang tua dan adik tercinta, Bapak Karmani, Ibu Supik dan adik
Belqis Fatikhatun Mu’asaroh tersayang yang selalau memberikan
semangat, cinta, kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya.
8. Geng Rumpik ( alia, puspita, fita, risky, tika, desi, dan tria ), serta sahabat
yang sudah seperti saudara sendiri di rumah (dodik, eko, jefi, dan bagus).
Terimakasih atas motivasi dan bantuan dari yang terkecil hingga yang tak
terhingga dari teman-teman dan terimakasih banyak telah meluangkan
waktu untuk menemani saya menjalani masa-masa sulit.
9. Teman-teman PSP 2013 yang memberikan dukungan, serta
memberikan informasi yang terkait dari penelitian ini dan semangat
untuk menyusun laporan skripsi ini.
6
RINGKASAN
Siti Fatimah. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Mini Purse Seine di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung Rembang - Jawa Tengah (di bawah bimbingan Sunardi, ST, MT dan Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT)
Kabupaten Rembang merupakan salah satu wilayah Pantai Utara Jawa yang mempunyai wilayah perairan laut sepanjang 63,5 km2. Usaha penangkapan dominan yang dilakukan di Kabupaten Rembang, khususnya Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung menggunakan alat tangkap Cantrang dan Mini Purse Seine. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang potensial dan mudah dioperasikan oleh para nelayan di Tasik Agung. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendapatan nelayan antara lain dengan meningkatakan produksi hasil tangkpannya. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ikan hasil tangkapan Nelayan Mini Purse Seine di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang-Jawa Tengah.
Purse Seine atau yang sering disebut pukat cincin merupakan alat tangkap yang terbuat dari bahan jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat tangkap ini berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap Purse Seine terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian jaring, bagian badan dan sayap.
Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017 di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang-Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan perikanan UPT Tasik Agung, buku, jurnal dan penelitian terdahulu.
Data yang sudah terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan progam SPSS. Hasil output SPSS yang didapatkan selanjutnya dilakukan analisis terhadap faktor-faktor produksi yang memepengaruhi ikan hasil tangkapan Mini Purse Seine dengan menggunakan persamaan Cobb Douglas. Dimana variabel terikat dari penelitian ini adalah produksi hasil tangkapan, sedangkan variabel bebas adalah ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah ABK, lama trip, lebar jaring, panjang jaring dan BBM.
Data hasil penelitian di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, diperoleh untuk ukuran kapal Mini Purse Seine yaitu 10 – 30 GT, kekuatan mesin yang digunakan yaitu 120 – 220 PK, jumlah ABK yang ikut melaut yaitu 20 – 25 ABK, lama trip yang digunakan yaitu 4 – 8 hari, lebar jaring Mini Purse Seine yang digunakan yaitu 70 – 87 m, panjang jaring Mini Purse Seine yaitu 200m sampai 350 m, dan konsumsi bahan bakar minyak yang digunakan pada kapal Mini Purse Seine yaitu 120 – 170 liter.
Dari hasil analisis dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas pada hasil regresi 1 diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln Y = 1,323+ 0,017 Ln x1 + 0,385 Ln x2 – 0,982 Ln x3 + 0,088 Ln x4 - 0,155 Ln x5 + 1,511 Ln x6 + 0,588 Ln x7
Dari hasil analisis dengan menggunakan fungsi Cobb Douglass pada hasil regresi 2 diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln Y = 1,071 + 0,421 Ln x2 – 0,870 Ln x3 + 1,514 Ln x6 + 0,624 Ln x7
7
Nilai koefisien regresi ukuran kapal sebesar 0,017, kekuatan mesin sebesar 0,385, jumlah ABK sebesar -0,982, lama trip sebesar 0,088, lebar jaring sebesar -0,155, panjang jaring sebesar 1,511 dan BBM sebesar 0,588. Hasil uji-t faktor produksi yang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan yaitu kekuatan mesin (PK), jumlah ABK (orang), panjang jaring (meter) dan BBM (liter). Dengan nilai F-hitung 16,404 lebih besar daripada F-tabel 2,4638 dan nilai T-tabel sebesar 2,045 dengan selang kepercayaan 95% (𝛼 = 0,05). Sedangkan ukuran kapal (GT), lama trip (hari), dan lebar jaring (meter) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan skripsi
yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan Mini Purse Seine di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik
Agung Rembang-Jawa Tengah” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,
Di bawah bimbingan :
1. Sunardi, ST. MT
2. Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT
Laporan penelitian skripsi ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang
meliputi diskripsi alat tangkap Mini Purse Seine, musim penangkapan ikan, daerah
penangkapan dan hasil tangkapan Mini Purse Seine. Tujuan dari penelitian ini
yaitu menganalisa faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap
hasil hasil tangkapan dan menganalisa seberapa besar pengaruh yang terjadi dari
masing-masing faktor produksi hasil tangkapan dengan alat tangkap Mini Purse
Seine.
Sangat disadari bahwa laporan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORSINALITAS ............................................................................. i
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
1 . PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5 Tempat dan Waktu......................................................................................... 4
1.6 Jadwal Pelaksanaan ...................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Unit Penangkapan Purse Seine ..................................................................... 5
2.1.1 Deskripsi Alat Tangkap Purse Seine ............................................. 5
2.1.2 Kontruksi Alat Tangkap Purse Seine ............................................. 6
2.1.3 Klasifikasi Alat Tangkap Purse Seine ............................................ 9
2.1.4 Alat Bantu Penangkapan Ikan ..................................................... 11
2.1.5 Pengoperasian Alat Tangkap ...................................................... 13
2.1.6 Musim Penangkapan ................................................................... 15
2.1.7 Daerah Penangkapan ................................................................. 16
2.1.8 Hasil Tangkapan ......................................................................... 16
2.2 Unit Penangkapan Ikan ................................................................................ 17
2.3 Aspek Teknis : Faktor Produksi Purse Seine ............................................... 18
2.3.1 Penentuan Faktor Produksi ......................................................... 18
2.3.2 Fungsi Produksi Cobb - Douglass ............................................... 19
2.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................. 21
2.4 Pengaruh Faktor – Faktor Produksi terhadap Hasil Tangkapan ................... 23
10
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 26
3.2 Materi Penelitian .......................................................................................... 26
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 27
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 27
3.4.1 Data Primer ................................................................................. 27
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 28
3.5 Prosedur Penelitian...................................................................................... 29
3.6 Analisis Data ................................................................................................ 32
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 37
4.1 Keadaan Umun Daerah Penelitian ............................................................... 37
4.1.1 Letak Geografis ........................................................................... 37
4.1.2 Kondisi Topografis ...................................................................... 38
4.1.3 Keadaan Iklim ............................................................................. 39
4.1.4 Fasilitas PPP Tasik Agung Rembang .......................................... 40
4.2 Keadaan Umum Perikanan Laut .................................................................. 44
4.2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan Laut .......................................... 44
4.2.2 Musim Penangkapan Ikan ........................................................... 45
4.2.3 Daerah Penangkapan Ikan .......................................................... 45
4.2.4 Nelayan ....................................................................................... 46
4.2.5 Armada Penangkapan ................................................................. 46
4.2.6 Alat Tangkap ............................................................................... 47
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................................ 48
4.3.1 Kapal Purse Seine ...................................................................... 48
4.3.2 Alat Tangkap ............................................................................... 49
4.3.3 Bahan dan Alat Penangkapan .................................................... 51
4.4 Data Hasil Penelitian Alat Tangkap Mini Purse Seine di PPP Tasik Agung .. 64
4.5 Analisis Data Hasil Penelitian ...................................................................... 67
4.6 Pembahasan Faktor – Faktor Produksi ........................................................ 77
5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 81
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 81
5.2 Saran ........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN ........................................................................................................ 85
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Skripsi ...................................... 4Error! Bookmark not defined.
2. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................................... 26
3. Bahan yang digunakan dalam penelitian .............................................................. 27
4. Jumlah Armada Perikanan Kabupaten Rembang ............................................... 47
5. Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Rembang ..................................................... 48
6. Data Hasil Penelitian Mini Purse Seine PPPTasik Agung .................................. 66
7. Hasil Analisis Hubungan Faktor Input – Output Regresi 1 Mini Purse Seine....66
8. Hasil Analisis Hubungan Faktor Input–Output Regresi 2 Mini Purse Seine.......68
9. Tabel ANNOVA Pada Regresi 1 .................................................................... 72
10Tabel ANNOVA Pada Regresi 2 .................................................................... 72
11Tabel Nilai Determinasi (R2) Pada Regresi 1 ....................................................... 74
12Tabel Nilai Determinasi (R2) Pada Regresi 2 ........................................................ 76
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jaring Purse Seine ......................................................................................... 6
2. Kontruksi Purse Seine .................................................................................... 9
3. Metode Pengoperasian Puse Seine .............................................................. 14
4. Alur Penelitian .............................................................................................. 29
5. Peta Administrasi Kabupaten Rembang ....................................................... 38
6. Kapal Purse Seine di dermaga UPT PPP Tasik Agung ................................. 49
7. Pemberat ....................................................................................................... 51
8. Pelampung .................................................................................................. 52
9. Tali ris atas .................................................................................................... 52
10.Tali ris bawah............................................... Error! Bookmark not defined.53
11.Tali pelampung ........................................... Error! Bookmark not defined.54
12.Tali pemberat ............................................... Error! Bookmark not defined.54
13.Selvedge ..................................................................................................... 55
14.Cincin ......................................................................................................... 55
15.Ikan Juwi (Sardinella fimbriata) .................................................................... 57
16.Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) .................................................................. 58
17.Ikan Layur (Trichiurus sp.) ............................................................................ 59
18.Ikan Tunul (Sphyreana barracuda) ............................................................... 61
19.Ikan Semar (Mene maculata ) ....................................................................... 62
20.Ikan Bawal Hitam ( Formio niger ) ................................................................ 63
21.Cumi – Cumi ( Loligo chinensis ) .................................................................. 64
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ................................. 85Error! Bookmark not defined.
2. Foto Lapang ................................................ 86Error! Bookmark not defined.
3. Data Faktor Produksi Mini Purse Seine di PPP Tasik Agung .............. 88Error!
Bookmark not defined.
4. Data Faktor Produksi yang Sudah di Lnkan . 89Error! Bookmark not defined.
5. Analisa Regresi Linier Sederhana ................ 92Error! Bookmark not defined.
1
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unit Penangkapan Purse Seine
2.1.1 Deskripsi Alat Tangkap Purse Seine
Diniah (2008) menyatakan bahwa pukat cincin adalah alat penangkap ikan
dari jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat
berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini
digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian
pukat cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse
line) ditarik dari kapal hingga berbentuk jaring menyerupai mangkuk. Selanjutnya
hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok atau scoop.
Von Brandt (2005) menyatakan bahwa karakteristik purse seine terletak
pada cincin dan purse line atau tali kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas
yang lebih pendek dari tali ris bawahnya. Sedangkan alat tangkap yang termasuk
kelompok ini seperti lampara memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris
bawah. Purse seine dikelompokkan kedalam kelompok surrounding nets. Ada dua
tipe purse seine yaitu purse seine tipe Amerika dan purse seine tipe Jepang. Purse
seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk
kantong terletak di bagian tepi jaring. Purse seine tipe Jepang berbentuk empat
persegi panjang dengan bagian bawah jaring berbentuk busur lingkaran dan
bagian pembentuk kantong terletak di tengah jaring.
2
Gambar 1. Jaring Purse Seine (Vont Brandt, 2005)
Menurut Sodhori (1985), purse seine disebut juga pukat atau jaring
kantong, karena bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat
tangkap ini juga disebut jaring kolor. Karena pada bagian bawah jaring dilengkapi
dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu
operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut.
2.1.2 Kontruksi Alat Tangkap Purse Seine
Menurut Syarif dan Hudring (2012), keanekaragaman istilah yang berkaitan
dengan kontruksi Purse Seine (pukat cincin) yang berkembang di masyarakat
nelayan membutuhkan perbedaan sehingga diperlukan penyeragaman. Kontruksi
Purse Seine(pukat cincin) terdiri dari beberapa komponen yang sangat penting,
diantaranya pada tepi atas diberi tali ris atas (head rope), dan ditepi bawah diberi
tali ris bawah (ground rope). Diantara tali ris bawah dan tali ris atas terdapat
komponen terrbuat dari bahan jaring yang terdiri dari sayap (wing), badan (body),
kantong (bunt), serta serampat atas (upper selvedge) dan serampat bawah (lower
selvedge). Pada umumnya kontruksi alat tangkap purse seineterdiri dari beberapa
bagian penting diantaranya sebagai berikut:
3
1. Tali Ris Atas
Tali ris atas tersusun dari dua utas tali, yaitu tali pelampung (boat line) dan
tali penguat ris atas (float side line). Pada umumnya tali pelampung dan tali
penguat ris atas terbuat dari bahan dan ukuran yang sama, namun arah
pintalannya berlawanan (S dan Z) agar tali tidak mudah kusut.
2. Pelampung
Pelampung dipasang sepanjang tali pelampung dengan jarak tertentu
untuk memberikan gaya apung pada pukat cincin. Pelampung berfungsi
agar ketika dioperasikan, kedudukan tali ris atas dan jaring bagian atas
dapat tetap berada di permukaan air dan mencegah ikan yang telah
terkurung oleh pukat cincin meloloskan diri melewati permukaan air.
3. Tali Ris Bawah
Tali ris bawah tersusun dari dua utas tali, yaitu tali pemberat (sinker line),
dan tali penguat ris bawah. Kedua tali tersebut ditempatkan berhimpitan di
sepanjang tepi bagian bawah pukat cincin.
4. Pemberat
Pemberat dipasang disepanjang tali pemberat (lead sinker) dengan jarak
tertentu. Keseluruhan pemberat tersebut memiliki gaya tenggelam
(shinking force) yang cukup untuk menenggelamkan bagian tepi bawah
pukat cincin dan mempertahankan kedudukan tali ris bawah agar
terendam. Pemberat dibuat dengan spesifikasi yang jelas agar dapat
menjamin keseragaman ukuran fisik dan daya pemberat yang diperlukan.
5. Cincin dan Tali Cincin
Cincin pada pukat cincin umumnya terbuat dari logam antara lain kuningan
dan stainless steel, atau ada pula yang memakai baja yang memakai baja
4
dilapisi dengan bahan tahan karat. Melalui lubang dari cincin – cincin
tersebut dimasukkan tali kerut.
6. Tali Kerut
Pada kapal pukat cincin yang berukuran besar dan bertekhnologi maju, tali
kerut (purse line) terbuat dari tali baja (wire rope). Dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penangkapan, tali kerut ditempatkan
pada mesin pangsi penarik tali kerut (purse line winch). Sedangkan pada
kapal pukat cincin skala kecil dan menengah, tali kerut terbuat dari tali
sintesis, digulung dengan rapi diatas geladak kapal.
7. Bagian Jaring
Jaring pada alat tangkap pukat cincin terbagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian kantong, badan dan sayap. Bagian kantong menahan berat beban
dari ikan hasil tangkapan sehingga dibuat dari bahan yang kuat, dan
diameter benangnya lebih besar serta mata jaringnya lebih kecil
dibandingkan dengan bagian lain.
Menurut Sainsburry (1986), purse seine yang beroperasi di Pantai Utara
yaitu memiliki badan jaring yang terdiri dari jaring utama, jaring sayap, dan jaring
kantong. Pada bagian – bagian badan jaring tersebut menggunakan bahan nilon.
Pada tali pelampung menggunakan bahan PE yang memiliki ukuran panjang
420m, tali ris atas menggunakan bahan PE denga panjang 420 m, tali ris bawah
menggunakan bahan PE dengan panjang 450 m, tali kolor menggunakan bahan
kuralon dengan panjang 500 m, tali pemberat menggunakan bahan PE dengan
panjang 450 m, dan tali selambar menggunakan bahan PE dengan panjang bagian
kanan 38 m dan kiri 15 m. Pada pelampung menggunkan bahan syntetic rubber
(SR) dan pemberat menggunakan bahan dari timah hitam. Pada cincin terbuat dari
besi dengan diameter lubang 11,5 cm yang digantungkan pada tali pemberat.
5
Keterangan gambar :
A. Perut (middle) G. Cincin (ring)
B. Badan (webbing) H. Pemberat
C. Sayap (wing) I. Tali Pelampung
D. Kantong (bunt) J. Tali Ris Atas
E. Pelampung (float) K. Tali Ris Bawah
F. Tali cincin (bridle ring) L. Tali Kerut (purse line)
Gambar 2. Kontruksi Purse Seine (Sodhori, 1985)
2.1.3 Klasifikasi Alat Tangkap Purse Seine
Berdasarkan standart klasifikasi alat penangkap perikanan laut, purse
seine termasuk dalam klasifikasi pukat cincin. Von Brandt (2005), menyatakan
bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap
ikan – ikan pelagis kecil di sekitar permukaan perairan. Purse seine dibuat dengan
dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih
panjang dari bagian atas. Dengan bentuk kontruksi jaring seperti ini, tidak ada
kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine. Karakteristik jaring
E
H K
I
L
F
M
G
C
J
B D B A
6
purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring sehingga
disebut pukat cincin.
Menurut Mudztahid (2003), pada dasarnya berdasarkan letak kantong
purse seine dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : (1) kantong dibagian ujung
jaring dan (2) kantong dibagian tengah. Purse seine dengan kantong di ujung
jaring biasanya dioperasikan oleh Nelayan tradisional dengan alat tangkap yang
relatif kecil. Sedangkan purse seine dengan kantong di tengah biasanya
dioperasikan oleh kapal – kapal modern yang relatif besar. Purse seine
berkembang menjadi alat tangkap ikan pelagis yang bergerombol yang paling
efektif, sehingga dapat dijumpai dengan berbagai bentuk purse seine, maka untuk
memudahkan dan memahami purse seine, maka diklasifikasikan menurut :
1. Letak kantong (bunt) pada jaring utama
a. Kantong terletak pada salah satu ujung jaring
b. Kantong terletak pada tengah – tengah ujung jaring
2. Bentuk dasar jaring utama
a. Bentuk segi empat
b. Bentuk trapesium
c. Bentuk lekuk
3. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan
a. Ikan layang
b. Ikan tongkol
c. Ikan cakalang
d. Ikan tuna dan sebagainya
4. Jumlah kapal yang dipergunakan dalam operasi penangkapan
a. Purse Seine dengan satu buah kapal
b. Purse Seine dengan dua buah kapal
7
2.1.4 Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pada umumnya alat bantu penangkapan dibedakan menjadi dua jenis yaitu
alat bantu mesin penangkapan dan alat bantu pengumpul ikan. Alat bantu mesin
penangkapan digunakan untuk membantu meringankan tenaga manusia untuk
dalam melakukan operasi penangkapan atau sebagai alat pendukung dalam
operasi penangkapan. Sedangkan alat bantu pengumpul ikan digunakan untuk
mengumpulkan ikan pada suatu area. Contoh dari alat bantu pengumpul ikan
adalah rumpon dan lampu.
a. Alat Bantu Mesin Penangkapan
Menurut Gautama (2012), Berdasarkan fungsinya alat bantu mesin
penangkapan ikan terdiri dari:
1. Winch
Winch merupakan salah satu alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi
untuk menarik tali kerut dan tali selambar pada alat tangkap purse seine.
2. Power Block
Berdasarkan fungsi kerjanya, power block digunakan untuk menarik jaring
purse seine. Beberapa kapal menggunakan power block untuk menarik jaring
insang. Sebagian besar power block digerakkan oleh tenaga hidrolik dan
memiliki daya gerak yang besar.
3. Net Hauler
Berdasarkan fungsi kerjanya, net hauler digunakan untuk menarik jaring
insang, baik jaring insang permukaan maupun dasar. Net hauler bertenaga
hidrolik banyak terdapat pada kapal penangkap ikan berskala komersial. Net
hauler bertenaga penggerak listrik memiliki daya gerak lebih kecil. Net hauler
bertenaga diesel portable merupakan rekayasa modifikasi.
8
4. Kapstan
Berdasarkan fungsi kerja, kapstan merupakan mesin bantu yang
digunakan untuk beragam keperlukan penarikan, seperti menarik tali
selambar pada jaring insang dan cantrang, menarik tali kerut pada purse seine
dan lain sebagainya.
b. Alat Bantu Pengumpul Ikan
Fungsi utama dari alat bantu ini adalah untuk mendapatkan atau
mengumpulkan gerombolan ikan sebelum melakukan penangkapan. Alat bantu
pengumpul ikan pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu rumpon dan
lampu.
1. Rumpon
Rumpon adalah alat bantu penangkap ikan yang berfungsi sebagai alat
pengikat dan penarik agar ikan – ikan terkumpul pada suatu tempat yang
ditentukan. Biasanya rumpon dipasang dilaut dangkal, sedang dan laut dalam.
Komponen dari rumpon yaitu pelampung, pemberat, tali panjang, dan atraktan.
Penggunaan rumpon mempermudah dan lebih menjamin keberhasilan usaha
penangkapan ikan, karena dapat menciptakan fishing ground baru. Dengan
demikian penggunaan rumpon ini sangat menguntungkan, karena
berpengaruh terhadap produktivitas penangkapan serta dapat menghemat
waktu dan biaya operasi penangkapan.
Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil
tangkapan dimana mempunyai kontruksi menyerupai pepohonan yang
dipasang (ditanam) disuatu tempat diperairan laut yang berfungsi sebagai
tempat berlindung, mencari makan, memijah dan berkumpulnya ikan.
Sehingga rumpon ini dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya ikan dilaut,
untuk mengefisienkan operasi penangkapan bagi para Nelayan. Rumpon juga
mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk menarik perhatian ikan agar
9
berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan
(Suwarsih, 2011).
2. Lampu
Lampu berfungsi untuk mengumpulkan kawanan ikan, kemudian dilakukan
penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap ikan seperti
payang, purse seine dan lain – lain. Jenis lampu yang biasanya digunakan
bermacam – macam antara lain : Oncor / obor, petromaks, lampu listrik dan
sebagainya.
Penangkapan dengan bantuan lampu ini banyak dilakukan dengan
penangkapan ikan lemuru didaerah Muncar. Lampu yang dipakai adalah lampu
petromaks yang diletakkan pada sebuah pelak – pelak (perahu kecil).
Intensitas cahaya sangat besar pengaruhnya terhadap kemungkinan
berkumpulnya ikan di sekitar sumber cahaya. Satuan untuk menentukan
intensitas cahaya biasanya dipergunakan lux. Satu lux sama dengan satu
lumen per meter persegi.
2.1.5 Pengoperasian Alat Tangkap
Nurmaningsih (2003), menyebutkan cara pengoperasian alat tangkap (purse
seine) dan penanganan hasil sementara di laut adalah sebagai berikut:
1. Setting
Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, sayap dan badan
sehingga melingkari gerombolan ikan. Setelah ikan berada dalam lingkaran
jaring, maka ABK menarik tali selambar kemudian menarik tali kolor
dengan bantuan gardan. Gardan adalah alat yang mempunyai sepasang
capstan dan berfungsi sebagai alat penarik tali kolor sebelum jaring ditarik
ke atas kapal.
10
2. Hauling
Hauling dilakukan apabila semua cincin bersatu dan jaring berbentuk
seperti mangkok. Pada saat penarikan tali kolor, semua Nelayan
membantu dengan pembagian tugas yang jelas. Pembagian tugas tersebut
adalah enam orang Nelayan berdiri di sebelah kiri kapal dan bertugas untuk
menarik jaring dan pelampung ke atas kapal dan dua orang Nelayan
menata kembali alat tangkap setelah cincin diangkat seluruhnya.
Selanjutnya badan jaring ditarik sedikit demi sedikit hingga ke bagian
kantong. Setelah itu hasil tangkapan diangkat dan diletakkan di bagian dek
kapal. Lama waktu haulling sekitar 45 – 50 menit, tergantung hasil
tangkapan yang diperoleh. Setelah semua jaring dingkat ke atas kapal,
maka seluruh Nelayan menata jaring kembali untuk melakukan setting
berikutnya.
Gambar 3 Metode Pengoperasian Puse Seine (Nurmaningsih, 2003)
Iriana dan Karwapi (2004), menambahkan bahwa prinsip penangkapan ikan
dengan purse seine adalah melingkari gerombolan ikan yang kemudian purse
linenya ditarik sehingga sisi jaring bagian bawah akan menguncup dan tertutup
membentuk sebuah kantong besar, ikan yang telah terkurung tidak akan dapat
11
keluar dan dengan mudah dapat ditangkap. Operasi penangkapan dengan purse
seine dapat dilakukan dengan satu kapal dan dapat puls dengan dua kapal (kapal
ganda). Jaring yang dipergunakan pada kapal ganda biasanya lebih besar
daripada kapal tunggal. Penggunaan kapal ganda ini bertujuan agar jaring dapat
dilingkarkan dengan cepat sebelum gerombolan ikan dapat meloloskan diri.
Kecepatan melingkarkan jaring sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
tangkapan, terutama jika diingat bahwa ikan yang akan ditangkap ini adalah ikan
pelagis yang mempunyai kecepatan renang yang tinggi. Untuk mengumpulkan
ikan dalam gerombolan yang besar, di Indonesia digunakan rumpon pada siang
hari dan pada malam hari menggunakan lampu. Pada kapal – kapal modern untuk
menentukan adanya gerombolan ikan biasanya menggunakan sonar dan radar.
Purse seine (jaring cincin, jaring kolor) digolongkan dalam jenis jaring lingkar
yang cara operasinya adalah dengan melingkarkan jaring pada suatu kelompok
ikan di suatu perairan, kemudian ditarik ke kapal. Alat ini merupakan jaring lingkar
yang telah mengalami perkembangan setelah beach seine(jaring tarik pantai) dan
ring net. Penangkapan dengan menggunakan purse seine memperlihatkan
beberapa faktor yaitu pencarian kelompok ikan, pengepungan gerombolan ikan,
dan pengoperasian jaring. Apabila kelompok ikan telah ditemukan maka kapal
segera melakukan pengejaran. Pada saat melakukan pengejaran diusahakan agar
kelompok ikan berada disebelah kanan kapal. Sebelum jaring digunakan harus
diperhitungkan juga arah angin, arah arus dan arah renang kelompok ikan. Hal itu
ang sangat menguntungkan bila pada waktu penebaran jaring arah angin dan arus
saling berlawanan (Genisa, 1996).
2.1.6 Musim Penangkapan
Kegiatan perikanan di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh tiga musim,
yaitu musim Barat, musim Timur, dan musim pancaroba. Pada musim Barat,
biasanya operasi penangkapan sulit dilakukan karena keadaan ombak yang besar
12
sehingga membahayakan keselamatan nelayan dilaut, terutama bagi kapal – kapal
yang tidak dilengkapi dengan peralatan yang canggih untuk mengatasi
kemungkinan kecelakaan di laut.
Musim pennagkapan di Tasik Agung berlangsung antara Bulan Maret
hingga November. Pada bulan akhir Desember hingga bulan Februari nelayan
banyak yang berhenti melaut pada bulan ini teradi angin Barat / paceklik. Pada
musim paceklik, beberapa nelayan Tasik Agung tetap melakukan penangkapan
akan tetapi jumlah kapal yang melaut tidak banyak.
2.1.7 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan atau lazim disebut “fishing ground” adalah suatu
daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan menggunkan alat tangkap agar dapat
menguntungkan bagi nelayan dan aman dilakukan operasi penangkapan. Adapun
syarat daerah penangkapan pengoperasian alat tangkap purse seine yaitu : a)
bukan daerah yang dilarang menangkap ikan, b) terdapat ikan pelagis yang
bergerombol, c) perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya
jaring (Mudztahid, 2003).
Sesuai dengan sasaran tangkapan purse seine, yaitu ikan pelagis kecil,
pemilihan daerah penangkapannya sedapat mungkin di perairan yang sesuai
dengan habitat jenis ikan tersebut. Umumnya perairan tersebut letaknya agak jauh
dari pantai ataupun muara sungai, dimana kadar garamnya cukup tinggi dan airnya
jernih serta cukup dalam.
2.1.8 Hasil Tangkapan
Ayodhoa (1981), menyatakan bahwa tujuan penangkapan ikan
menggunakan purse seine adalah ikan pelagis yang bergerombol. Ikan tersebut
harus membentuk suatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air dan
sangat diharapkan memiliki densitas shoal yang tinggi atau jarak antar ikan yang
satu dengan ikan yang lain harus sedekat mungkin. Ikan pelagis dapat
13
dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan
pelagis kecil adalah ikan yang hidup di permukaan laut atau di dekat permukaan
laut dan umumnya berukuran relatif kecil.
Hasil tangkapan kapal Purse Seine antara lain ikan layang, lemuru, semar,
tongkol, kembung, selar, tembang, bawal, dan tengiri. Tangkapan didominasi oleh
ikan layang yang terdiri dari dua jenis ikan layang yaitu ikan layang panjang dan
ikan layang pendek. Ikan layang dijual dalam keadaan segar dan selanjutnya
diolah menjadi ikan asin. Pengawetan yang digunakan menggunakan es dan
mesin pendingin (freezer) (Daniel, 2005).
2.2 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi
penangkapan ikan, terdiri atas kapal, alat tangkap dan Nelayan. Ukuran alat
tangkap, ukuran kapal dan jumlah anak buah kapal tergantung pada skala usaha.
Mini purse seine terdiri dari bagian kantong (bunt), badan jaring, sayap, jaring pada
pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (float line), tali ris bawah (lead line),
pemberat (sinkers), pelampung (floats), dan cincin (rings). (Jeujanan, 2008).
Widodo (2008), membagi kelompok Nelayan kedalam empat kelompok
yaitu :
1. Nelayan subsisten, yaitu Nelayan yang menangkap ikan hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Nelayan asli, yaitu Nelayan yang sedikit hanya memiliki karakter dengan
kelompok yang pertama, namun sedikit hak untuk melakukan aktivitas
secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.
3. Nelayan rekreasi, yaitu orang yang secara prinsip melakukan kegiatan
penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga.
14
4. Nelayan komersial, yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan
komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestic maupun pasar
ekspor. Kelompok Nelayan ini dibagi atas dua lagi yaitu Nelayan skala kecil
dan Nelayan skala besar.
2.3 Aspek Teknis : Faktor Produksi Purse Seine
2.3.1 Penentuan Faktor Produksi
Menurut Suhartati (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau
aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan
pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel
atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu
persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan
kombinasi tertentu.
Untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan secara maksimal diperlukan
armada penangkapan ikan dengan menerapkan tekhnologi penangkapan ikan
yang efektif dan efisien. Sehingga program peningkatan produksi tidak semata –
mata pada penambahan secara umum armada penangkapan ikan beserta alat
tangkapnya, namun memperhatikan variabel – variabel mana yang sangat peka
terhadap perubahan peningkatan produksi. Armada kapal pukat cincin yang
tingkat produktivitasnya cukup tinggi, ditunjukkan oleh ukuran kapal, kekuatan
mesin, konsumsi bahan bakar minyak, panjang pukat, tinggi pukat, jumlah ABK,
dan jumlah atlaktor / ponton. Armada kapal atau pukat cincin sangat terkait dengan
masalah identifikasi penggunaan faktor – faktor produksi yang mempengaruhi
hasil tangkapan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan (Soeharso et al., 2006).
15
2.3.2 Fungsi Produksi Cobb - Douglass
Hubungan teknis antara produksi yang dihasilkan per satuan waktu harga
baik harga faktor produksi maupun produksi disebut fungsi produksi. Jadi
hubungan antara produksi ikan hasil tangkapan dengan peralatan dan sarana
penunjangnya disebut sebagai suatu fungsi produksi. Secara matematika fungsi
produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, ................, Xn) ..................................................................... (1)
Dimana, X1, X2, X3,..........Xn merupakan faktor produksi yang dipakai untuk
menghasilkan produksi (Y). Fungsi diatas hanya menerangkan bahwa produksi
yang dihasilkan tergantung dari faktor – faktor produksi, tetapi belum memberikan
hubungan kuantitatif antara faktor – faktor produksi dengan produksi. Untuk dapat
memberikan hubungan kuantitatif, fungsi tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk
yang khas seperti misalnya fungsi Cobb – Douglass, fungsi linier dan fungsi
kuadratik. (Taken dan Asnawi, 1984).
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input)
dengan produksi (output). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut
variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X).
Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, di
mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian kaidah-
kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas
(Soekartawi, 2003).
Fungsi produksi Cobb-Dougals dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi,
2003):
Y = a X1b1, X2 b2, .... Xnbn ......................................................................... (2)
Di mana Y = Variabel yang dijelaskan
X = Variabel yang menjelaskan
16
a,b = Besaran yang akan diduga
Persamaan 1 sering disebut fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb Douglas
production function). Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh CharlesW. Cobb
dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk memudahkan pendugaanterhadap
persamaan di atas maka persamaan tersebut diperluas secara umum dandiubah
menjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan
tersebut(Soekartawi, 2003) yaitu:
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 +b4 ln X4 +b5 ln X5 +b6
ln X6 + b7 ln X7 ….................................................................................................. (3)
Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah
bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan fungsi tersebut
antara lain (Soekartawi, 2003) :
1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah
suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
teknologi pada setiap pengamatan.
3. Tiap variabel X dalam pasar perfect competition.
Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan (e).
Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien
regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 pada persamaan 2 adalah
angka elastisitas. Jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran returns to
scale. Dengan demikian, kemungkinan ada 3 alternatif, yaitu (Soekartawi, 2003):
1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan hasil
yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output bertambah
dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau seorang petani yang
17
menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula menghasilkan
output yang kurang dari dua kali output semula.
2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil yang
konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi yang
tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang tepat sama, jika
faktor produksi di dua kalikan maka output naik sebesar dua kalinya.
3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tanbahan hasil yang
meningkat atas skala produksi, kasus di mana output bertambah dengan
proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya bahwa seorang petani
yang merubah penggunaan semua inputnya sebesar dua kali dari input
semula dapat menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula.
Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan
menggunakan lebih dari dua input (misal modal, tenaga kerja, dan sumber daya
alam atau modal, tenaga kerja produksi, dan tenaga kerja non produksi).
Kelebihan fungsi Cobb-Douglas dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain
adalah (Soekartawi, 2003):
a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat lebih mudah ditransfer ke bentuk
linier.
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besaran elestisitas tersebut sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran
returns to scale.
2.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda
2.3.3.1 Pengertian Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika
yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
18
meramal suatu variabel. Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel
menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu menentukan satu variabel yang
disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Jika ingin
dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,
maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier sederhana.
Kemudian jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model
regresi linier berganda. Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier
sederhana maupun model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan
melakukan estimasi terhadap parameter – parameternya menggunakan metode
tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter
model regresi linier sederhana maupun regresi linier berganda adalah dengan
menggunkan metode kuadrat terkecil (Ordinary least square/ OLS) dan metode
kemungkinan maksimum (Maximum likelihood estimation / MLO). (Kurtner, 2004).
2.3.3.2 Uji Hipotesis
Santoso (2000), menyatakan bahwa uji t digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independent (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependent (Y). Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% dan taraf signifikasi 5%
dengan degree of freedom (k = 40). Uji t dengan membandingkan t hitung dengan
t tabel. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 = 0
H1 ≠ 0
• Jika Thitung > Ttabel, H1 diterima dan H0 ditolak, berarti ada pengaruh yang
signifikan dari masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
• Jika Thitung < Ttabel, H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada
pengaruh.
19
2.4 Pengaruh Faktor – Faktor Produksi terhadap Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan ikan yang menggunakan alat penangkap berupa Purse Seine
dipengaruhi oleh faktor – faktor produksi. Pada penelitian ini, faktor – faktor
produksi yang diambil adalah ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang alat
tangkap, tinggi alat tangkap, jumlah awak kapal, jumlah bahan bakar minyak, dan
jumlah atlaktor / ponton. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, faktor – faktor
yang secara simultan atau bersama – sama memberika pengaruh yang signifikan
terhadap hasil tangkapan ikan. Adapun hasil analisis faktor – faktor produksi yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan ikan adalah panjang
pukat cincin (X3).
Besarnya ukuran kapal berhubungan langsung dengan produkifitas dan
produksi tangkapan. Ukuran kapal umumnya diukur dalam satuan Gross Tonage
(GT). Untuk menduga produksi Nelayan, selain didasarkan atas tekhnologi alat
tangkap dan jumlah kapal, juga ditentukan oleh tonnage kapal yang dimiliki.
Keberhasilan dalam operasi penangkapan hendaknya didukung oleh ukuran kapal
yang sesuai dengan kebutuhan (DJPT, 2005).
Menurut Suryana, et al. (2013), bahwa semakin besar dimensi kapal maka
kemampuan kapal tersebut untuk membawa pukat dan alat bantu penangkapan
ikan lainnya semakin besar. Dengan demikian jarak jangkau fishing groundnya
akan semakin luas. Selain itu ukuran kapal berpengaruh juga terhadap pergerakan
kapal tersebut dilaut seperti gerakan memutar.
Menurut Genisa (2003), kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat
menghalangi atau menyaingi kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang
bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan
peluang tertangkapnya ikan. Kekuatan mesin yang besar, maka proses
pelingkaran gerombolan ikan juga lebih cepat sehingga kemungkinan ikan untuk
lolos juga kecil. Jika proses pelingkaran berlangsung lambat, maka kemungkinan
20
ikan banyak yang lolos. Untuk itu kecepatan menjadi faktor yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan
pukat cincin.
Semakin panjang alat tangkap pukat cincin maka luasan pelingkaran semakin
luas, sehingga diharapkan ikan yang berada dalam lingkaran tersebut akan
semakin besar jumlahnya. Namun, hal tersebut juga akan terkendala bila dalam
proses pelingkaran pukat tidak dilakukan dengan cepat karena gerombolan ikan
tersebut bisa lolos dari bagian bawah pukat apabila tidak segera dikerucutkan
pukatnya. Hal ini dapat diantisipasi dengan memperbanyak jumlah tenaga kerja
saat operasi penangkapan. Awak kapal yang berperan sebagai tenaga kerja dalam
operasi penangkapan ikan sangat dibutuhkan (Rizwan, 2011).
Suryana et al. (2003), mengatakan bahwa kemampuan Nahkoda sangat
dibutuhkan dalam menentukan fishing ground yang akan dituju. Nahkoda
merupakan pemimpin kapal dalam mengoperasikan kapal. Namun disisi lain,
pengalaman Nahkoda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan atau produksi. Hal ini dikarenakan gerombolan ikan tidak selalu berada
ditempat atau area yang sama. Awak kapal terutama diperlukan pada saat
melakukan penarikan tali pengerut pukat sehingga ikan yang berada di bagian
bawah pukat tidak meloloskan diri dari celah yang terbuka. Segala kemungkinan
kesalahan dapat diantisipasi dengan cepat karena banyaknya tenaga kerja yang
siaga dalam operasi penangkapan ikan.
Ukuran dan bentuk Purse Seine sangat beragam, tergantung pada panjang
Purse Seine, tinggi Purse Seine, ukuran mata Purse Seine, dan ikan yang menjadi
tujuan penangkapan. Walaupun ukuran panjang Purse Seine sama, namun tinggi
Purse Seine berbeda – beda. Tinggi atau kedalaman pukat cincin harus ditentukan
dengan memperhatikan perilaku dari ikan yang akan ditangkap dan kondisi
21
perairan setempat. Minimum tinggi pukat dimaksudkan untuk mengikuti
kedalaman renang dari gerombolan ikan tersebut (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Menurut Rizwan et al., (2011), penggunaan mesin dalam operasi
penangkapan ikan di laut dengan menggunakan pukat cincin tentunya
menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan mesin. BBM
merupakan salah satu faktor sarana produksi yang merupakan inti dari berbagai
faktor produksi lainnya. Tanpa tersedianya BBM maka tidak mungkin dilaksanakan
kegiatan operasi penangkapan ikan. Ketersediaan BBM dalam jumlah yang tepat
akan mempengaruhi kelancaran proses produksi dan jangkauan operasi
penangkapan lebih jauh.
Menurut Irianto dan Soesilo (2007), penggunaan BBM dalam operasi
penangkapan ikan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para Nelayan
karena tingginya biaya yang harus dkeluarkan untuk BBM (bahan bakar minyak).
Lokasi penangkapan yang semakin jauh menyebabkan biaya operasional
penangkapan yang dikeluarkan menjadi semakin besar dan justru memberatkan
pengusaha dalam bidang perikanan tangkapkarena biaya yang dikeluarkan
terkadang lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan.
1
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan pengambilan sample pada penelitian ini dilaksanakan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang, Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret sampai
dengan Bulan April 2017.
3.2 Materi Penelitian
Materi yang diteliti pada penelitian ini adalah mencakup faktor – faktor
produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan Nelayan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Faktor – faktor
produksi yang dijadikan sampel untuk variabel bebas adalah ukuran kapal,
panjang jaring, lebar jaring, lama trip, penggunaan bahan bakar minyak (BBM),
jumlah anak buah kapal (ABK), kekuatan tenaga mesin (PK). Sedangkan faktor
produksi yang dijadikan sampel untuk variabel terikatnya adalah jumlah hasil
tangkapan Nelayan (Produksi Nelayan).
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No. Alat Fungsi
1 Bolpoin Media untuk menulis
2 Buku Tulis Untuk mencatat data yang diperoleh dilapang
3 Kamera Digital Untuk memfoto hasil penelitian sebagai bukti
dokumentasi pada saat dilapang
2
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Bahan Fungsi
1. Kapal Mini Purse Seine Sebagai obyek yang akan diteliti
2. Alat Tangkap Mini Purse
Seine
Sebagai obyek yang akan diteliti
3. Data Produksi Ikan Sebagai data yang akan diolah untuk variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian
4. Aplikasi SPSS Sebagai software yang akan digunakan untuk
mengolah data yang diambil dalam penelitian
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif kuantitatif. Metode
deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, fluktual atau akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Sedangkan jenis data
yang diambil berupa data primer dan data sekunder.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian di UPTPP Tasik Agung Rembang
dilakukan dua metode pengambilan data yang dibutuhkan yaitu data primer dan
sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh peneliti. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu
atau perseorangan dengan cara :
3
(1) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses
persiapan alat tangkap mini purse seine di darat sebelum melaut dan juga
proses bongkar hasil tangkapan saat kembali dari melaut. Selain itu data yang
diambil meliputi panjang jaring, lebar jaring, ukuran kapal, kekuatan mesin,
jumlah konsumsi bahan bakar minyak, lama trip, dan jumlah ABK.
(2) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pemilik alat
tangkap mini purse seine, nahkoda, dan ABK mini purse seine, pengelola PPP
Tasik Agung Rembang, serta warga setempat. Wawancara dengan juragan
dan ABK dilakukan untuk mengetahui metode yang diterapkan dalam operasi
penangkapan ikan dan sistem bagi hasil yang diterapkan. Sedangkan
wawancara dengan pengelola PPP Tasik Agung Rembang untuk mengetahui
berapa tingkat produksi yang dihasilkan oleh Nelayan Mini purse seine.
(3) Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan merekam kegiatan operasional alat
tangkap mini purse seine dalam bentuk tulisan maupun foto saat penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder meliputi semua data yang mendukung penyusunan laporan
penelitian sampai dengan pembahasan hasil penelitian. Data sekunder
dikumpulkan dari beberapa instansi terkait seperti DKP Kabupaten Rembang dan
PPP Tasik Agung Rembang. Data ini meliputi data statistik perikanan tangkap dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, data keadaan umum
perikanan, studi pustaka dari buku penunjang, serta studi literatur pembanding dari
internet.
4
3.5 Prosedur Penelitian
1.
Gambar 1. Alur Penelitian
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ikan dengan Alat Tangkap Mini Purse Seine di UPT Pelabuhan Perikanan Tasik
Agung Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah
Data Primer
1. Hasil tangkapan 2. Ukuran Kapal 3. Kekuatan Mesin 4. Jumlah ABK 5. Lama Trip 6. Ukuran Alat Tangkap 7. BBM
Data Sekunder
1. Data perikanan UPT Tasik Agung
2. Studi pustaka dari buku
3. Literatur dari internet
4. Jurnal
Data
HASIL : Y = a +b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+b5X5+b6X6+b7X7
Atau Ln Y = ln a + b1 ln X1+ b2 ln X2+ b3 ln X3+b4 ln X4+b5 ln X5+b6 ln X6+
b7 ln X7
Faktor Produksi : 1. Produksi Ikan (Y) 2. Ukuran Kapal (X1) 3. Kekuatan Mesin (X2) 4. Jumlah ABK (X3) 5. Lama Trip (X4) 6. Lebar Jaring(X5) 7. Panjang Jaring(X6) 8. BBM (X7)
Pengolahan Data Statistik : 1. Analisis Regresi Linier 2. Analisis Fungsi Cobb -
Douglass 3. Uji Hipotesis
PEMBAHASAN
5
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi suatu masalah yang terdapat
pada lokasi penelitian untuk kemudian dilakukan pengambilan sampel berupa
pengumpulan data. Pengambilan sampel yang dijadikan penelitian sebagai
variabel bebas adalah ukuran kapal, ukuran alat tangkap (panjang jaring dan lebar
jaring), lama trip (beroperasi), penggunaan bahan bakar minyak (BBM), jumlah
anak buah kapal (ABK), dan kekuatan mesin (PK). Penelitian dilakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang, Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan mendata 30 kapal
yang menggunakan alat tangkap Mini Purse Seine.
Jenis sampel yang akan digunakan adalah jenis sampel pendataan.
Sampel pendataan dilakukan dengan mendata 30 unit kapal Mini Purse Seine
yang ada di lapang. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan. Sampel yang
diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan Aplikasi Software
SPSS untuk mengetahui faktor produksi apa yang paling memberikan pengaruh
yang kuat terhadap hasil tangkapan Nelayan Mini Purse Seine yang ada di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang, Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui sampling lapang secara
langsung. Data primer yang diperlukan terdiri dari data ukuran kapal, data ukuran
alat tangkap (panjang jaring dan lebar jaring), data lama trip (beroperasi), data
penggunaan bahan bakar minyak (BBM), data jumlah anak buah kapal (ABK),
serta data kekuatan mesin yang digunakan. Data primer lainnya yang dibutuhkan
antara lain metode pengoperasian kapal, pengoperasian alat tangkap, dan daerah
penangkapan. Sedangkan data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dari
web resmi instansi yang bersangkutan, buku, jurnal dan media internet. Data
sekunder yang diambil adalah data produksi ikan hasil tangkapan Nelayan Mini
Purse Seine
6
a) Data primer
Data primer diperoleh dari pengambilan sampel seperti data ukuran kapal,
data ukuran alat tangkap, data lama trip (operasi), data penggunaan bahan bakar
minyak (BBM), data jumlah anak buah kapal (ABK), dan data kekuatan mesin
kapal yang digunakan. Data ukuran kapal, kekuatan mesin, ukuran alat tangkap
(panjang jaring dan lebar jaring), diperoleh dari dokumen – dokumen yang ada di
kapal yang dipegang oleh pengurus kapal seperti SIPI (Surat Izin Penangkapan
Ikan), surat ukur kapal, SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan), dan Pass Besar.
Sedangkan untuk mendapatkan data jumlah konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
dan lama trip diperoleh dari hasil wawancara Nelayan secara langsung ketika
dilapang. Untuk data bahan bakar minyak (BBM) sebagai acuan Nelayan adalah
jumlah bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan ketika melakukan operasi
penangkapan sebelumnya. Untuk data hasil tangkapan diperoleh langsung dari
hasil wawancara dengan Nelayan ketika mau berangkat melakukan operasi
penangkapan berikutnya. Sebagai acuan adalah hasil tangkapan yang dihasilkan
ketika melakukan operasi penangkapan sebelumnya. Total hasil tangkapan
Nelayan adalah dihitung per kilogram. Data primer yang sudah terkumpul
kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS untuk menganalisis faktor
produksi apa yang paling mempengaruhi hasil tangkapan Nelayan Mini Purse
Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang, Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
b) Data sekunder
Data sekunder dapat diperoleh dari data penelitian yang terdahulu, serta
dapat diperoleh melalui buku, arsip milik instansi yang bersangkutan, data dari
internet. Data yang diperoleh dari instansi terkait mengenai jumlah produksi hasil
tangkapan Nelayan Mini Purse Seine selama satu tahun di Pelabuhan Perikanan
Pantai Tasik Agung Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
7
3.6 Analisis Data
Analisis Data untuk aspek teknis ini adalah untuk mengetahui input – input
penangkapan ikan dengan menggunakan mini purse seine yang berpengaruh
terhadap output. Output yaitu hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi,
kemudian input merupakan unit – unit yang terkait pada penangkapan ikan dengan
alat tangkap mini purse seine.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear dan analisis deskriptif dilakukan secara kuantitatif. Pengolahan variabel
bebas dan terikat menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution)
upaya ini untuk mengetahui peningkatan produksi ikan hasil tangkapan nelayan
mini purse seine di Tasik Agung dengan menganalisis tiap -tiap sampel yang
diperoleh dari tiap data penelitian secara deskriptif dan mendasar.
Regresi linier berganda merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui
pengaruh antara variabel bebas (independent) terhadap variabel terikatnya
(dependent). Secara sistematis rumusan regresi linier dengan beberapa variabel
dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 +b6X6 +b7X7 ............................... (4)
Dimana :
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
X = Variabel bebas (ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah ABK,
lama trip, lebar jaring, panjang jaring, BBM)
Keterangan :
X1 = Ukuran kapal (GT)
X2 = Kekuatan mesin (PK)
X3 = Jumlah ABK (Orang)
8
X4 = Lama trip (hari)
X5 = Lebar jaring (meter)
X6 = Panjang jaring (meter)
X7 = BBM (liter)
Adapun analisis yang digunakan pada metode penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Analisis ini yang merupakan variabel tetap adalah produksi
ikan hasil tangkapan nelayan mini purse seine (Y), dan variabel bebasnya adalah
ukuran kapal (X1), kekuatan mesin (X2), jumlah ABK (X3), lama trip (X4), lebar jaring
(X5), panjang jaring (X6), dan BBM (X7).
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan fungsi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara
dua atau lebih variabel independet (X1, X2,......Xn) dengan variabel dependent (Y).
Analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana upaya
meningkatkan pendapatan nelayan mini purse seine di Tasik Agung, dengan
menganalisis tiap – tiap sampel yang diperoleh dari tiap data penelitian secara
deskriptif dan mendasar, maka faktor – faktor produksi inilah yang selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglass.
3.6.1 Model Produksi
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi Cobb
Douglass. Analisis fungsi Cobb Douglass merupakan metode analisis yang
menerangkan suatu bentuk persamaan dilihat dari hubungan dan pengaruhnya
antara variabel bebas (independet) dengan variabel tidak bebas (dependent)
(Hidayah, 2012).
Secara matematis model fungsi Cobb Douglass adalah sebagai berikut :
Y = a x1b1 x2
b2....xibi....xn
b n eu .............................................................................. (5)
Dimana :
Y = Jumlah produksi hasil tangkapan
9
X1 = Ukuran kapal
X2 = Kekuatan mesin
X3 = Jumlah ABK
X4 = Lama trip
X5 = Lebar jaring
X6 = Panjang jaring
X7 = BBM
a = Intersep
b = Koefisien regeresi
eu = Kesalahan acak
Kemudian melalui transformasi ln diperoleh persamaan linier sebagai
berikut :
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 +....+ bn ln Xn ................................................... (6)
Dimana :
Y = Variabel terikat (Jumlah produksi hasil tangkapan)
X = Variabel bebas
X1 = Ukuran kapal
X2 = Kekuatan mesin
X3 = Jumlah ABK
X4 = Lama trip
X5 = Lebar jaring
X6 = Panjang jaring
X7 = BBM
a = Intersep
b = Koefisien regeresi
10
3.6.2 Uji Hipotesa
Uji hipotesa digunakan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model yang
digunakan dalam suatu penelitian, maka perlu untuk dilakukan pengujian terhadap
model dan hasil pendugaan dari parameter tersebut. Pengujian model dan
pendugaan parameter yang diperoleh dari pengujian dengan fungsi Cobb
Douglass digunakan parameter sebagai berikut :
• Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Y), maka dilakukn uji
T. Uji T digunakan untuk melihat signifikasi pengaruh variabel bebas secara
individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain bersifat
konstanta. Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% dan taraf signifikasi yang
digunakan adalah 5% dengan degree of freedom (k)= 30 (Herawati, 2011).
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
secara parsial dilakukan dengan uji – t. Uji – t dipakai untuk melihat signifikasi
pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent
dengan menganggap variabel lain bersifat konstan.
T hitung = 𝒃𝟏
√𝒗𝒂𝒓(𝒃𝟏).............................................................................................. (7)
Kriteria penerima :
1. Jika thitung < ttabel bearti terima H0 dan tolak H1
2. Jika thitung > ttabel bearti tolak H0dan terima H1
Dari hasil hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa jika t-hitung > t-tabel
pada tingkat derajat bebas tertentu, maka variabel bebas atau faktor produksi (X)
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan (Y). Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel
pada tingkat derajat bebas tertentu, maka variabel bebas atau faktor produksi (X)
tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan (Y).
11
• Uji F
Menurut Sarwono (2009), uji F dipakai untuk melihat pengaruh variabel –
variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Pengujian
ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Bearti ada satu atau
seluruh dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Nilai Fhitung diperoleh dengan rumus :
F hitung = 𝑱𝑲 𝑹𝒆𝒈𝒓𝒆𝒔𝒊/𝒌
𝑱𝑲 𝒔𝒊𝒔𝒂/(𝒏−𝒌−𝟏).....................................................................................(8)
• Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa
besar perubahan atau variabel dari variabel dependent akan bisa dijalankan oleh
perubahan variabel independent. Dengan mengetahui koefisien determinasi akan
bisa dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
dependent. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik
kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent.
R2 = 𝑱𝑲 𝑹𝒆𝒈𝒓𝒆𝒔𝒊/𝒌
𝑱𝑲 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 /𝒌...................................................................................................(9)
Dimana : k = jumlah variabel independent
Nilai R2 memiliki interval mulai dari 0 sampai 1. Semakin besar R2
(mendekati 1), semakin baik model regresi tersebut. Semakin mendekati 0 maka
variabel independent secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabilitas dari
variabel dependent (Sulaiman,2004).
1
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umun Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Rembang merupakan Kabupaten yang terletak di Pantai Utara
Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 1.014 km2 dengan panjang
garis pantai 63 km. 35 % dari luas wilayah Kabupaten Rembang merupakan
wilayah pesisir seluas 355,95 km2. Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten
Rembang, 6 diantaranya berada di tepi laut. Sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah Nelayan. Kabupaten Rembang mempunyai sektor – sektor
yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan, diantaranya perikanan,
pariwisata, pertanian, perindustrian / perdagangan, kehutanan, dan juga
pertambangan. Dari sektor – sektor tersebut, perikanan mempunyai kontribusi
yang cukup besar terhadap Kabupaten Rembang terutama dalam mendapatkan
Pendapatan Daerah untuk mengelola daerah. Sebagai implementasi dari UU No.
22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. Oleh karena itu sektor perikanan
merupakan sektor unggulan di Kabupaten Rembang.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung berada di Jalan Raya
Rembang Semarang, tepatnya terletak di Jalan Dorang, No. 02, Desa Tasik
Agung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang dengan posisi koordinat 6030’
samapi 7030’ LS dan 111000’ sampai 111030’ BT dengan area kawasan seluas 18
Ha. Dan posisi geografis yang berjarak 137,7 km dari Ibukota Provinsi Jawa
Tengah, 1,2 km dari Kabupaten, 2,5 km dari kecamatan terdekat ini sangat
strategis sebagai Pelabuhan Perikanan karena letaknya sangat dekat dengan
jalan raya pantura sehingga dalam melaksanakan kegiatan transportasi mudah
terjangkau. Batas wilayah Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut: Sebelah
2
Utara berbatasan langsung dengan Laut Utara Jawa, Sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Tuban, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora,
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pati. Sedangkan batas wilayah
Kecamatan Rembang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan
langsung dengan Laut Utara Jawa, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kaliori, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pamotan, dan Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lasem.
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Rembang (Google Earth, 2017)
4.1.2 Kondisi Topografis
Kondisi bathimetri di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa secara
umum mempunyai kondisi topografi perairan yang landai. Pada beberapa lokasi
seperti dasar perairan di Kecamatan Rembang, kedalaman 8 meter ditemui pada
3
jarak kurang lebih 7 km dari garis pantai. Meskipun demikian rata – rata kedalaman
perairan di area PPP Tasik Agung adalah -1,2 meter sampai dengan -3,4 meter.
Kondisi tinggi rendahnya pasang surut di Tasik Agung akan berpengaruh
terhadap aktivitas Pelayaran di PPP Tasik Agung. Pasang surut nilai muka laut
rerata (MSL) di PPP Tasik Agung adalah 63,29 cm, dan nilai muka laut tinggi
tertinggi (HHWL) adalah 113,19 cm, sedangkan muka laut rendah terendah
(LLWL) adalah -4,61 cm.
4.1.3 Keadaan Iklim
Pengaruh gelombang disebabkan oleh keadaan iklim yang dapat
menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh kapal, dan bangunan
dermaga sehingga dapat mempengaruhi aktivitas kapal di PPP Tasik Agung.
Perairan Tasik Agung merupakan perairan terbuka sehingga angin barat maupun
utara yang biasanya menimbulkan gelombang besar banyak mempengaruhi
perairan pantai Tasik Agung. Hanya pada musim Barat (Desember, Januari, dan
Februari) gelombang besar dapat terjadi.
Gelombang laut didaerah ini akan secara langsung dibangkitkan secara
lokal oleh angin dengan arah penjalaran gelombang mengikuti arah angin musim,
dengan hanya sedikit kontribusi gelombang besar pada saat musim timur,
memungkinkan dari arah timur laut. Secara umum laju gelombang yang terjadi di
daerah Tasik Agung dipengaruhi oleh gerakan angin musim. Pada musim barat
(Desember – Februari) arah datang gelombang berasal dari arah barat laut hingga
utara. Sedangkan pada musim timur (Juni – Agustus) arah datang gelombang
berasal dari arah timur laut dan utara. Tinggi gelombang bekisar antara 6,1 cm
sampai dengan 46,4 cm dengan periode gelombang bekisar pada nilai 3,6 detik
sampai dengan 6,1 detik.
4
4.1.4 Fasilitas PPP Tasik Agung Rembang
Sesuai peraturan menteri kelautan dan perikanan RI No. 08/MEN/2012
tentang Kepelabuhan Perikanan. Pelabuhan Perikanan diperlengkapi fasilitas
sebagai berikut:
a) Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok atau fasilitas dasar adalah fasilitas yang langsung dibutuhkan
untuk kelancaran keluar masuknya kapal perikanan sekurang – kurangnya
sebagai berikut :
1. Pelindung seperti : breakwater, revetment dan groin dalam hal secara
teknis diperlukan. PPP Tasik Agung dilengkapi dengan pelindung
bangunan pantai karena melihat kondisi arus dan gelombang yang
berpotensi merusak bangunan. Pelindung eksisting di PPP Tasik Agung
adalah berupa breakwater yang terletak di bagian barat pelabuhan dan
tegak lurus dengan sungai. PPP Tasik Agung mempunyai fasilitas Turap/
Spell dengan ukuran panjang 200 meter (barat) dan 60 meter (timur). Turap
adalah struktur perlindungan pantai yang diletakkan sejajar garis pantai
yang berfungsi untuk melindungi tanah dari gempuran gelombang juga
melindungi terjadinya kelongsoran (sliding) tanah, terutama tanah hasil
reklamasi. Bangunan ini digunakan untuk perlindungan terhadap
gelombang yang mempunyai kekuatan sedang.
2 Tambat, seperti : dermaga dan jetty. Fasilitas tambat di PPP Tasik Agung
berupa dermaga dan jetty, untuk dermaga terdiri dari dermaga bongkar dan
muat, kondisi dermaga tersebut masih layak untuk digunakan dengan
panjang masing-masing kurang lebih 625 meter dan terletak di bagian barat
dan timur. Jetty yang ada di PPP Tasik Agung merupakan bangunan
5
pelindung pantai yang diletakkan tegak lurus garis pantai, digunakan untuk
stabilisasi muara sungai dengan panjang 625 x 5 meter.
3 Perairan, seperti : kolam pelabuhan dan alur pelayaran. Kondisi PPP Tasik
Agung yang berada di pantai utara Jawa belum dilengkapi dengan kolam
pelabuhan dan alur pelayaran yang khusus, dan hanya menggunakan
pesisir pantai atau di bagian barat dan timur dermaga.
4 Penghubung, seperti : jalan, drainase, gorong-gorong dan jembatan.
Kelengkapan berupa jalan komplek sepanjang 200 meter x 12 meter dan
drainase dengan panjang 500 meter x 0,3 meter.
5 Lahan / Tanah. Fasilitas yang mutlak tersedia adalah lahan tanah
dengan luas kurang lebih 5 ha.
b) Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk mempertinggi
guna fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang diperlukan di
pelabuhan perikanan. fasilitas yang dibangun adalah untuk mendayagunakan
pelayanan yang menunjang segala kegiatan kerja di areal pelabuhan sehingga
manfaat dan kegunaan pelabuhan yang optimal dapat tercapai.
1 Pemasaran Perikanan, seperti : TPI
PPP Tasik Agung memiliki dua unit TPI dengan luas masing-masing 65 x
48 meter untuk Unit 1 dan 10 x 48 meter untuk Unit II. Kegiatan pelelangan
pada masing-masing TPI dilakukan pada waktu pagi hari (unit I) dan sore
hari (unit II). Ikan hasil tangkapan kapal mini purse seine dilelang di TPI unit
I, sedangkan ikan hasil tangkapan kapal cantrang/payang dilelang di TPI unit
II.
2 Suplai air bersih, es, dan listrik
Terdapat 1 unit tangki air dan instalasi listrik 13.000 KVA untuk suplai air
bersih dan listrik. Para nelayan menyuplai air melalui fasilitas tersebut.
6
Sedangkan untuk suplai es sebenarnya telah tersedia pabrik es (CBIP)
sebanyak 1 unit, namun pabrik tersebut tidak beroperasi sehingga suplai es
didapatkan dari luar pelabuhan.
3 Navigasi pelayaran dan komunikasi, seperti : SSB, telepon, internet,
rambu-rambu, lampu suar dan menara pengawas.
Navigasi pelayaran dan komunikasi merupakan salah satu komponen
penting dalam kegiatan pelayaran, termasuk kegiatan pelayaran kapal
perikanan. PPP Tasik Agung telah memiliki fasilitas navigasi pelayaran dan
komunikasi, diantaranya kantor SSB seluas 6 m2, 3 unit telepon, serta rambu
suar dan menara pengawas.
4 Pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan, seperti : dock/ slipway,
bengkel dan tempat perbaikan jaring.
Setelah melakukan operasional kapal di laut, sering ditemukan beberapa
alat yang rusak, baik kapal maupun alat tangkapnya. PPP Tasik Agung telah
tersedia fasilitas untuk pemeliharaan kapal alat tangkapnya. Fasilitas
tersebut berupa 4 unit bengkel dan tempat perbaikan jaring sepanjang 150
m.
5 Penanganan dan pengolahan hasil perikanan, seperti : transit sheed
dan laboratorium pembinaan mutu.
Penanganan dan pengolahan hasil perikanan yang tepat akan menjaga
mutu hasil tangkapan. Pusat penanganan dan pengolahan mutu perikanan
harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip penanganan yang baik, yaitu
bersih, cepat dan dingin. Untuk menjaga mutu hasil tangkapan dan
mengontrol mutu produk yang dihasilkan nelayan, PPP Tasik Agung belum
menyediakan fasilitas transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu.
6 Perkantoran, seperti : kantor administrasi pelabuhan
7
Fasilitas perkantoran disediakan untuk mendukung kegiatan administrasi
pelabuhan. Beberapa fasilitas tersebut seperti kantor SSB seluas 6 m2,
kantor syahbandar seluas 200 m2, dan kantor administrasi dengan luas 212
m2.
7 Transportasi, seperti : alat angkut es dan ikan
Sarana transportasi alat angkut es dan ikan diperlukan untuk mempercepat
proses distribusi es dan ikan. PPP Tasik Agung menyediakan 75 buah kereta
pengangkut untuk mengangkut hasil tangkapan nelayan ke lantai lelang.
c) Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan atau memberikan
kemudahan bagi masyarakat umum. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP
Tasik Agung adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan nelayan, seperti : balai pertemuan nelayan (wisma
nelayan)
Balai pertemuan nelayan berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi,
berkonsolidasi serta bertukar informasi yang berkaitan dengan kegiatan
operasional kapal, baik di darat maupun di laut. Kegiatan-kegiatan tersebut
secara tidak langsung akan berdampak positif terhadap produktivitas
nelayan.
2. Pengelola pelabuhan, seperti : mess operator, pos jaga dan pos
pelayanan terpadu.
Pengelola pelabuhan merupakan unsur terpenting dalam aktivitas
operasionalisasi pelabuhan perikanan. Untuk itu, diperlukan fasilitas-fasilitas
yang memadai guna membantu meningkatkan kinerja pengelola pelabuhan,
seperti mes operator, pos jaga dan pos pelayanan terpadu.
8
3. Sosial dan umum, seperti : musholla dan MCK
Beberapa tempat peribadatan sebagai sarana untuk meningkatkan
keimanan kepada Tuhan YME, beberapa tempat peribadatan seperti
mushola masih dalam kondisi yang baik. Selain itu juga terdapat fasilitas
umum lainnya seperti MCK yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan dan
masyarakat sekitar. Di PPP Tasik Agung terdapat mushola seluas 150 m2
dan MCK sebanyak 2 unit berukuran 6x3 m.
4. Kios Pertokoan
Fasilitas penunjang lain yang terdapat di sekitar PPP Tasik Agung yaitu kios
pertokoan. Kios pertokoan tersebut terdiri dari warung makan dan warung
sembako. Terdapat 24 warung makan dan 18 warung sembako. Kios
pertokoan di sekitar PPP Tasik Agung menyediakan berbagai barang-
barang kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, minuman dan lain-lain.
4.2 Keadaan Umum Perikanan Laut
4.2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan Laut
Wilayah Kabupaten Rembang mempunyai perairan laut dan panjang garis
pantai 63 km yang membentang dari arah Timur adalah Kecamatan Sarang
sampai arah Barat Kecamatan Kaliori. Nelayan mempunyai kemampuan operasi
penangkapan ikan kearah laut berjarak maksimal 80 mil dari pantai. Menurut Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, produksi ikan dari perikanan laut
Kabupaten Rembang secara berurutan dari tahun 2007 sampai dengan 2016
adalah 23.405,83 kg / tahun; 31.204,61 kg / tahun; 32.688,71 kg / tahun; 28.865,10
kg / tahun; 34.572,10 kg / tahun; 41.263,86 kg / tahun; 39.661,89 kg / tahun;
37.590,97 kg / tahun; 25.674,24 kg / tahun; 38.938,98 kg / tahun.
Untuk mendukung sektor perikanan di Kabupaten Rembang sendiri
terdapat 14 TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dimana yang secara aktif operasi ada
9
11 TPI yang tersebar di 6 Kecamatan di sekitar kawasan pesisir Kabupaten
Rembang, yaitu Kaliori, Rembang, Sluke, Kragan, Lasem, dan Sarang. Hampir
60% hasil perikanan di Kabupaten Rembang berasal dari Kecamatan Rembang.
4.2.2 Musim Penangkapan Ikan
Musim penangkapan ikan untuk wilayah perairan Rembang, khususnya
daerah PPP Tasik Agung berkisar pada bulan Agustus sampai dengan Desember,
sedangkan musim paceklik (musim sepi) yaitu pada bulan Januari dan Febuari.
Musim penangkapan dibedakan menjadi tiga yaitu musim barat, musim timur dan
juga musim peralihan.
Walaupun kegiatan penangkapan tergantung pada musim, tetapi kegiatan
penangkapan ikan di perairan wilayah PPP Tasik Agung dapat dilaksanakan
sepanjang tahun, meskipun hasil tangkapan dari melakukan operasi penangkapan
tidak sesuai yang diinginkan oleh Nelayan. Hal ini disebabkan karena beragamnya
jenis alat tangkap yang digunakan di daerah PPP Tasik Agung dan musim ikan
jenis tertentu yang berbeda – beda. Kegiatan operasi penangkapan ikan tiap alat
tangkap berbeda – beda. Untuk alat tangkap Purse Seine yang berukuran mini
rata – rata operasi penangkapan dalam setahun kurang lebih adalah 8 bulan.
4.2.3 Daerah Penangkapan Ikan
Penentuan daerah penangkapan ikan merupakan salah satu keberhasilan
dalam melaksanakan operasi penangkapan ikan. Dalam menentukan daerah
penangkapan ikan (fishing ground) harus disesuaikan dengan alat tangkap yang
digunakan dan jenis ikan yang akan ditangkap. Nelayan di daerah Tasik Agung,
Rembang menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pada pengalaman,
sedangkan jarak daerah penangkapan hanya sampai dengan 80 mil dari garis
pantai.
10
Pada saat musim ikan, Nelayan daerah Tasik Agung Rembang
mengadakan penangkapan ikan hanya sampai dengan 50 mil. Sedangkan pada
saat hasil tangkapan kurang, maka Nelayan Tasik Agung Rembang menangkap
ikan keluar daerah (andon) sampai ke daerah Bawean.
4.2.4 Nelayan
Nelayan yang melaut di Desa Tasik Agung sebagian besar menggunakan
alat tangkap Cantrang dan Mini Purse Seine. Nelayan di daerah ini hanya
menggunakan kapal dengan ukuran rata – rata 15 GT hingga 30 GT. Dalam
melakukan operasi penangkapan ikan Nelayan di daerah Tasik Agung melakukan
penangkapan paling lama hanya sampai dengan 8 hari saja, tergantung iklim
cuaca pada saat itu. Nelayan yang ada di daerah Tasik Agung tidak hanya Nelayan
lokal melainkan ada juga Nelayan andon yang berasal dari daerah lain/ provinsi
lain. Nelayan andon disini tidak untuk menetap melainkan hanya untuk melakukan
tambat labuh atau hanya sekedar menjual ikan hasil tangkapan saja.
4.2.5 Armada Penangkapan
Armada penangkapan ikan di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik
Agung, Rembang adalah armada penangkapan ikan skala kecil yakni
penangkapan ikan yang menggunakan perahu motor, perahu motor tempel atau
kapal motor berukuran kurang dari 5 GT, serta menggunakan armada
penangkapan skala menengah yakni penangkapan ikan yang menggunakan
perahu motor tempel dan kapal motor yang berukuran kurang dari 5 – 20 GT.
Jumlah perahu / kapal di Kabupaten Rembang mengalami fluktuatif. Jumlah total
perahu / kapal perikanan baik yang menggunakan kapal motor tempel maupun
kapal bermotor di Kabupaten Rembang mulai dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2016 berjumlah 188.220 buah. Jumlah perahu / kapal perikanan yang hanya
menggunakan kapal motor tempel dari tahun 2007 sampai dengan 2016 adalah
11
sebanyak 99.353 buah. Sedangkan jumlah perahu / kapal perikanan yang hanya
menggunakan kapal bermotor pada tahun 2007 – 2016 sebanyak 88.867 buah.
Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 4.
Tabel 1. Jumlah Armada Perikanan Kabupaten Rembang
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, 2016
4.2.6 Alat Tangkap
Alat tangkap yang dominan digunakan di perairan laut di Kabupaten
Rembang antara lain Payang, Cantrang, Purse Seine,Trammel net, Jaring Insang,
dan Bubu. Purse Seine merupakan alat tangkap yang paling utama digunakan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang. Jumlah alat tangkap ikan di
Kabupaten Rembang mengalami fluktuatif dari tahun 2007 hingga tahun 2016.
Jumlah alat tangkap purse seine di Kabupaten Rembang dari tahun 2007 hingga
tahun 2016 adalah sebanyak 7830 unit, jumlah alat tangkap payang di Kabupaten
Rembang dari tahun 2007 hingga tahun 2016 adalah sebanyak 669 unit, jumlah
alat tangkap cantrang di Kabupaten Rembang dari tahun 2007 hingga tahun 2016
adalah sebanyak 8516 unit, jumlah alat tangkap trammel net di Kabupaten
Rembang dari tahun 2007 hingga tahun 2016 adalah sebanyak 421 buah, dan
jumlah alat tangkap jaring insang (gill net) dan bubu di Kabupaten Rembang dari
No. Tahun jenis kapal
motor tempel kapal motor Jumlah
1 2007 5125 10587 15712
2 2008 6137 13772 19909
3 2009 4635 15673 20308
4 2010 15741 2448 18189
5 2011 9473 10147 19620
6 2012 10158 9173 19331
7 2013 13024 7522 20546
8 2014 12255 6272 18527
9 2015 10252 6383 16635
10 2016 12553 6890 19443
12
tahun 2007 hingga tahun 2016 adalah sebanyak 213 unit, serta jumlah total
seluruh alat tangkap di Kabupaten Rembang dari tahun 2007 hingga tahun 2016
adalah sebanyak 17.649 unit. Untuk lebih jelasnya jumlah alat tangkap yang ada
di Kabupaten Rembang dijelaskan pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Rembang
No. Tahun jenis alat tangkap
purse seine cantrang payang
trammel net
gillnet dan bubu jumlah
1 2007 722 788 66 15 - 1591
2 2008 780 823 75 22 - 1700
3 2009 846 862 49 18 - 1775
4 2010 757 1290 146 51 62 2306
5 2011 817 1243 68 57 84 2269
6 2012 805 914 59 55 25 1858
7 2013 856 734 41 35 11 1677
8 2014 744 677 45 57 11 1534
9 2015 693 634 47 70 10 1454
10 2016 810 551 73 41 10 1485
Jumlah 7830 8516 669 421 213 17649
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, 2016
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Kapal Purse Seine
Kapal Purse Seine yang digunakan di daerah Rembang kebanyakan dibuat
oleh Nelayan setempat, dengan pembuatan yang masih tradisional. Pembuatan
kapal Purse Seine dimulai dengan pembuatan lambung dan selanjutnya dilakukan
pemasangan gading – gading. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
kapal Purse Seine adalah Kayu Jati.
Kapal Purse Seine yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik
Agung, Rembang secara keseluruhan menggunakan one boat system atau sistem
beroperasinya menggunakan satu kapal. Kapal Purse Seine yang ada di UPT
Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang berukuran 14 hingga 30 GT.
13
Sebagian besar kapal Purse Seine yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai
Tasik Agung, Rembang memiliki tenaga dorong yang dihasilkan dari mesin jenis
FUSO dengan daya sekitar 160 – 220 PK dan mesin jenis Mitsubishi dengan daya
sekitar 120 – 150 PK.
Gambar 2 Kapal Purse Seine di dermaga UPT PPP Tasik Agung
(Dokumentasi Lapang, 2017)
4.3.2 Alat Tangkap
Alat tangkap yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung,
Rembang umumnya adalah alat tangkap Purse Seine dengan bentuk mini. Alat
tangkap ini memiliki panjang sekitar 200 depa atau 300 meter dan memiliki
kedalaman jaring hingga 40 meter. Mata jaring yang digunakan pada alat tangkap
Purse Seine dengan jenis mini yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik
Agung ini memiliki ukuran yang berbeda – beda pada setiap bagiannya. Ukura
mesh size atau mata jaring yang digunakan sekitar 1 – 3 inchi. Pada bagian
kantong jaring biasanya menggunkan ukuran mata jaring yang kecil yaitu 25 mm
atau 1 inchi. Bahan yang digunakan pada alat tangkap Purse Seine dengan bentuk
14
mini yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang adalah
Polyethilen (PE).
4.3.3 Bahan dan Alat Penangkapan
Bahan – bahan yang digunakan pada alat tangkap Mini Purse Seine di PPP
Tasik Agung Rembang adalah sebagai berikut :
1. Jaring
Sifat bahan jaring yang digunakan alat tangkap mini purse seine di Desa
Tasik Agung, Rembang adalah polyamide (PA) yang lebih dikenal dengan sebutan
nylon. Kelebihan dari bahan baku nylon antara lain :
a.Tahan terhadap sinar matahari
b. Mempunyai ketahanan terhadap pengaruh suhu
c. Daya serap air kecil
d. Daya tahan terhadap gesekan sangat tinggi
e. Berat jenis 1,14
Para Nelayan di Desa Tasik Agung menggunakan serat PA pada bagian sayap,
badan jaring, maupun kantong. Mesh size pada jaring bagian sayap, dan badan
sama yaitu 2 inchi, sedangkan pada bagian kantong ukuran mesh sizenya 25 mm
(1 inch).
2. Pemberat
Pemberian pemberat pada alat tangkap mini purse seine agar jaring lebih
cepat tenggelam, gaya ini membentuk dinding yang membatasi pergerakan ikan
agar tidak dapat melarikan diri. Terbukanya jaring ini membuat ikan tidak bisa
kabur dari arah horizontal. Pemberat yang digunakan pada alat tangkapmini purse
15
seine di Desa Tasik Agung, Rembang terbuat dari timah. Gambar dapat di lihat
pada gambar 7 :
Gambar 3. Pemberat (Dokumentasi Lapang, 2017)
3. Pelampung
Pelampung mempunyai fungsi yang penting dalam mempertahankan
jaring agar jaring terbuka dan mencegah badan jaring terendam sepenuhnya
karena pengaruh gaya pemberat. Daya apung dari pelampung dipengaruhi oleh
berat jenis, ukuran, dan jumlah pelampung itu sendiri. Ciri – ciri dari pelampung
yang baik adalah mempunyai daya apung yang besar, mudah penggunaannya,
sedikit mungkin menyerap air, tahan terhadap gesekan, tahan terhadap
mikroorganisme, dan harganya murah. Pelampung yang digunakan pada alat
tangkap mini purse seine di Desa Tasik Agung, Rembang adalah pelampung yang
terbuat dari bahan sterofom yang di letakkan di tali ris atas dan berjumlah 800
buah dengan jarak antar pelampung 11 cm. gambar pelampung dapat di lihat pada
gambar 8 :
16
Gambar 4 Pelampung (Dokumentasi Lapang, 2017)
4 Tali
Jenis tali yang digunakan pada alat tangkap minipurse seine tidak banyak
macamnya baik bahan maupun ukurannya, ada beberapa macam tali yang
digunakan yaitu :
a. Tali ris atas
Fungsi tali ris atas untuk menempatkan jaring agar berada dalam posisi
yang tepat. Tali ris atas juga berfungsi untuk meletakkan pelampung pada posisi
yang tepat. Tali ris yang digunakan di Desa Tasik Agung, Rembang terbuat dari
Poly ethilen (PE) dengan ukuran tali 5 ml dan panjang tali 270 m. gambar tali dapat
di lihat pada gambar 9 :
Gambar 5 Tali ris atas (Dokumentasi Lapang, 2017)
17
b. Tali ris bawah
Fungsi tali ris bawah untuk menempatkan jaring agar berada pada posisi
yang tepat serta juga dapat digunakan sebagai tempat meletakkan pemberat pada
posisi yang tepat. Tali ris bawah yang digunakan di Desa Tasik Agung, Rembang
terbuat dari poly ethilen (PE) Dengan ukuran tali 5 ml dan panjang 270m.
Gambar 6 Tali ris bawah (Dokumentasi Lapang, 2017)
c. Tali kerut
Tali kolor berfungsi untuk mengkerutkan jaring bagian bawah, agar
menutup dan berbentuk seperti bejana, sehingga akan terbentuk kantong semu.
Dengan terbentuknya kantong ini ikan tidak bisa lagi lolos kearah vertical. Tali kolor
yang digunakan di Desa Tasik Agung, Rembang terbuat dari kuralon (PVA)
Dengan ukuran tali 17 ml dan panjang 280 m.
d. Tali pelampung
Tali pelampung berfungsi untuk menempatkan pelampung pada jaring.
Dengan adanya tali pelampung ini maka penempatan pelampung dapat
disesuaikan dengan panjang jaring dan lebih mudah dalam penempatannya. Di
Desa Tasik Agung, Rembang tali yang digunakan biasanya terbuat dari poly
ethilen (PE) dengan panjang tali 270 meter dan ukuran tali 17 ml.
18
Gambar 7. Tali pelampung (Dokumentasi Lapnag, 2017)
e. Tali pemberat
Tali pemberat berfungsi untuk menempatkan pemberat pada jaring serta
mencegah pemberat terlepas dari jaring. Dengan adanya tali ini maka penempatan
pemberat pada jaring lebih mudah, panjang tali yang digunakan di Desa Tasik
Agung, Rembang adalah 270 meter dan tali terbuat dari poly ethilen (PE) dengan
ukuran tali 10 ml.
Gambar 8 Tali pemberat (Dokumentasi Lapang, 2017)
f. Selvedge / mata penguat
Selvage di buat dari benang PA atau niylon yang memiliki ukuran mata (mesh
size) jaring yang sama dengan jaring utama tetapi ukuran benangnya biasanya
lebih besar. Selvage merupakan jaring yang berfungsi untuk melindungi bagian
tepi jaring utama agar tidak mudah rusak. Ukuran mata jaring pada bagian ini lebih
besar yaitu 1 inc. Berikut gambar selvage dapat dilihat pada gambar 13 :
19
Gambar 9 Selvedge (Dokumentasi Lapang, 2017)
g. Cincin
Cincin atau biasa disebut ring pada umumnya berbentuk bulan, dimana pada
bagian tengahnya merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar ring terkumpul
sehingga jaring bagian bawah tertutup. Bahan yang digunakan biasanya dibuat
dari besi dan kadang – kadang kuningan tetapi di Desa Tasik Agung cincin yang
digunakan terbuat dari besi dengan diameter 8 cm . Ring ini selain memiliki fungsi
seperti di atas juga berfungsi sebagai pemberat. Gambar Ring pada gambar 14 :
Gambar 10 Cincin (Dokumentasi Lapang, 2017)
4.3.4 Hasil Tangkapan
Alat tangkap Purse Seine merupakan alat tangkap yang menangkap jenis
ikan yang bergerombol (schooling). Dalam melakukan proses penangkapan ikan
biasanya menggunakan rumpon untuk menarik perhatian ikan sehingga ikan
nantinya dapat tertangkap dan tidak dapat meloloskan diri dari jeratan jaring. Jenis
ikan hasil tangkapan Purse Seine yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai
20
Tasik Agung Rembang adalah Ikan Tembang atau orang sekitar Rembang
menyebutnya dengan nama Ikan Juwi, kemudian Ikan Layur, Ikan Selar, Ikan
Benthong, Ikan Tongkol Lurik, Ikan Bawal, Ikan Banyar, Ikan Tunul, Ikan Tengiri,
dan Cumi – Cumi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Namun, hasil tangkapan
yang paling dominan / paling utama yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Tasik Agung Rembang adalah Ikan Tembang / Ikan Juwi. Dalam sekali trip
yang biasanya dilakukan 4 – 8 hari saja dapat menangkap Ikan Tembang / Ikan
Juwi sekitar 60 basket, satu basketnya isi 40 – 50 kg. Sedangkan untuk hasil
tangkapan ikan yang lainnya hanya sekitar 30 – 50 basket.
Ikan yang menjadi tujuan utama jaring Purse Seine adalah jenis ikan
pelagis yang hidupnya selalu bergerombol (schooling) dan dekat dengan
permukaan air laut. Jika ikan belum terkumpul pada suatu penangkapan
(catchable area) atau diluar kemampuan tangkap jaring, maka harus diusahakan
agar ikan datang dan berkumpul dengan cara menggunakan bantuan cahaya dan
rumpon. Dalam sekali trip Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung,
Rembang untuk satu kapal menggunakan 50 buah rumpon bahkan bisa lebih.
Untuk biaya rumponnya adalah Rp 150.000,00 per satu buah rumpon.
4.3.4.1 Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Fillum : Chordata
Subfillum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella fimbriata
21
Gambar 11. Ikan Juwi (Sardinella fimbriata), Dokumentasi Lapang, 2017
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) atau yang biasa disebut dengan Ikan
Juwi oleh masyarakat sekitar Rembang ini merupakan hasil tangkapan utama alat
tangkap Purse Seine UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung Rembang.
Ikan Juwi adalah termasuk jenis ikan pelagis kecil yang hidupnya selalu
bergerombol di Perairan Pantai dengan makanan utamanya berupa plankton.
Pada gambar 17 dapat dilihat karakteristiknya antara lain badan memanjang, perut
bulat, dan bagian bawahnya agak cembung. Termasuk ikan komersial dengan
ukuran tangkapnya sekitar 11 – 15 cm, biasanya dijual dengan kondisi masih segar
ataupun diolah menjadi produk ikan pindang dengan harga Rp 3.000,00 – Rp
5.000,00 per kilo.
4.3.4.2 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Fillum : Chordata
Subfillum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
22
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Gambar 12 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis), Dokumentasi Lapang, 2017
Pada gambar 16 dapat dilihat bahwa Ikan Tongkol ini memiliki karakteristik
pada bagian kepala memanjang dan agak meruncing, dengan mulut yang
meruncing ke bawah. Warna tubuh bagian atas berwarna biru kehitaman dan
bagian bawah berwarna abu – abu mengkilat. Ikan tongkol merupakan jenis ikan
pelagis dan perenang cepat. Ikan tongkol biasanya hidup secara bergerombol
(schooling). Ikan ini banyak tertangkap dengan ukuran sekitar 30 – 50 cm, dengan
harga mencapai Rp 16.000,00 per kilo.
4.3.4.3 Ikan Layur (Trichiurus sp.)
Ikan Layur (Trichiurus sp.) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut
(Saanin, 1984).
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
23
Sub Ordo : Scrombroidea
Famili : Trichuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus sp.
Gambar 13. Ikan Layur (Trichiurus sp.), Dokumentasi Lapang, 2017
Pada gambar 17 dapat dilihat bahwa Ikan Layur ini memiliki karakteristik
badan sangat panjang, pipih seperti pita terutama bagian ujung belakang ekor,
dalam bahasa inggris disebut hairtail. Ikan Layur ini memiliki mulut lebar dilengkapi
dengan gigi tangkap yang kuat dan tajam. Rahang bawah lebih besar jika
dibandingkan dengan rahang atas. Sirip punggung memanjang mulai dari atas
kepala sampai pangkal ekor. Memiliki jari – jari lemah berjumlah 105 – 134. Sirip
dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari – jari lemah sejumlah 72 – 80 berupa
deretan – deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh
dibagian bawah badan. Ikan Layur dalam keadaan hidup berwarna biru kegelapan,
sedangkan dalam keadaan mati ikan ini berwarna perak keabuan atau sedikit
keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip – siripnya sedikit
kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap.
24
4.3.4.4 Ikan Tunul (Sphyreana barracuda)
Ikan Tunul (Sphyreana barracuda) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai
berikut ( Allen, 1999).
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata (Craniota)
Kelas : Fishes
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygh
Familia : Sphyreanidae
Genus : Sphyreana
Spesies : Sphyreana barracuda
Gambar 14. Ikan Tunul (Sphyreana barracuda), Dokumentasi Lapang, 2017
Pada gambar 18 dapat dilihat bahwa Ikan Tunul ini memiliki karakteristik
bentuk badan memanjang hampir sama dengan Ikan Layur akan tetapi Ikan Tunul
memiliki badan yang agak gemuk dibandingkan dengan Ikan Layur. Mulut lebar
dan berwarna putih agak kehitam – hitaman. Ikan Tunul (Sphyreana barracuda)
memiliki habitat di perairan pantai sampai dengan terumbu karang (reef).
Penyebarannya sekitar perairan Indo – Pasific. Ikan ini dapat tertangkap dengan
25
mencapai berat kurang lebih 10 kg per ekor dan panjang mencapai kurang lebih
120 cm. Ikan ini merupakan jenis ikan predator.
4.3.4.5 Ikan Semar ( Mene maculata )
Ikan Semar (Mene maculata ) menurut taksonominya diklasifikasikan
sebagai berikut ( Bloch and Schneider, 1801 ).
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Menidae
Genus : Mene
Spesies : Mene maculata :
Gambar 15. Ikan Semar (Mene maculata ), Dokumentasi Lapang, 2017
Pada gambar 19 dapat dilihat bahwa Ikan Semar ini memiliki karakteristik
bentuk tubuh pipih posisi mulut subterminal. Mulut kecil dan bisa disembulkan.
Tipe gigi viliform, gurat sisi lengkap dan tidak terputus. Sirip petoral, ventral, anal
dan caudal lengkap. Sirip ekor cagak, sirip lemak (adipose fin). Sirip ventral
26
memanjang dengan jari – jari keras yang terbagi dua. Terdapat 1 – 3 baris bintik -
bintik hitam diatas dan dibawah gurat sisi. Warna tubuh diatas gurat sisi hitam
kebiruan sementara dibawah gurat sisi berwarna keperakan. Sirip ekor dan dorsal
dan ventral berwarna hitam kebiruan sementara sirip pektoral transparan dan
sedikit berwarna coklat.
4.3.4.6 Ikan Bawal Hitam ( Formio niger )
Ikan Bawal Hitam ( Formio niger ) menurut taksonominya diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kngdom : Animalia
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Familia : Formionidae
Genus : Formio
Spesies : Formio niger
Gambar 16. Ikan Bawal Hitam ( Formio niger ), Dokumentasi Lapang, 2017
27
Pada gambar 20 dapat dilihat bahwa Ikan Bawal Hitam ini memiliki
karakteristik berbentuk sikloid, sangat kecil, gampang dikelupas dan sisik – sisik
ini meluas sampai dasar semua sirip. Sirip punggung tidak sama panjang, asalnya
didepan pertengahan badan, tetapi menjadi sirip pektoral, didahului oleh 5 – 10
duri pendek yang menyerupai pisau, berjari – jari lemah 38 – 43. Sirip dubur tidak
sama panjang. Sirip ekor berjagak kuat dengan lembaran bawah lebih panjang.
Ikan bawal termasuk ikan pemakan plankton kasar (invertebrata). Hidup di
perairan yang dasarnya berlumpur sampai dengan kedalaman 100 m, sering
masuk air payau dan membentuk gerombolan besar. Sirip – siripnya sedikit gelap.
Umumnya panjang ikan bawal hitam yang tertangkap adalah 15 – 20 cm dan
panjangnya bisa mencapai 29 cm.
Habitat dari Ikan Bawal Hitam ini sangat luas, mulai dari air laut, air payau,
dan tawar. Di sekitar muara sungai yang kadar garamnya (salinitas) sedang, Ikan
Bawal ini hidup mencari makan dengan baik. Kehidupan Ikan Bawal yang sangat
luas inilah yang memudahkan pemeliharaan diberbagai perairan yang salinitasnya
berbeda.
4.3.4.7 Cumi – Cumi ( Loligo chinensis )
Fillum : Molusca
Kelas : Chepalopoda
Ordo : Teuhoidea
Genus : Loligo
Spesies : Loligo chinensis
28
Gambar 17. Cumi – Cumi ( Loligo chinensis ), Dokumentasi Lapang, 2017
Pada gambar 21 dapat dilihat bahwa cumi-cumi memiliki karakteristik
antara lain badan lunak tidak bersisik yang memanjang dan ditutupi oleh mantel
yang mempunyai dua sirip segitiga dengan delapan lengan dan dua tentakel
panjang pada bagian ujungnya. Binatang lunak yang hidupnya bergerombol ini
bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya), oleh karena itu sering tertangkap
oleh purse seine yang menggunakan alat bantu cahaya. Ukuran cumi-cumi yang
tertangkap paling sering oleh purse seine adalah sekitar 15cm dengan harga jual
dalam keadaan segar adalah 23.000/kg.
4.4 Data Hasil Penelitian Alat Tangkap Mini Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Tasik Agung
Penelitian ini dilakukan pada alat tangkap Mini Purse Seine yang ada di
PPP Tasik Agung Rembang. Pengambilan data dilapang sebanyak 30 dengan
menggunakan beberapa variabel yang diduga dapat mempengaruhi hasil
tangkapan ikan oleh nelayan di Tasik Agung Rembang setiap kali melakukan
operasi penangkapan di laut. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah ukuran kapal (GT), kekuatan mesin (PK), jumlah ABK (orang), lama trip
(hari), lebar jaring (meter), panjang jaring (meter) dan konsumsi bahan bakar
29
minyak (liter). Untuk mengetahui apakah berpengaruh atau tidaknya variabel –
variabel tersebut terhadap hasil tangkapn Nelayan, dilakukan analisis
menggunakan persamaan fungsi Cobb-Douglass.
Data produksi dan faktor masukan dianalisis dengan menggunakan analisa
fungsi produksi, dimana fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input
dan output. Bentuk fungsi produksi yang digunakan adalah Cobb – Douglass.
Selanjutnya fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk ekonometriknya.
Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable)
terhadap variabel terikat (dependent variable) dilakukan dengan menggunakan
Log linier terhadap model regresi berganda untuk mensederhanakan data.
(Soekartawi, 1995). Data hasil penelitian pada alat tangkap Mini Purse Seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang dapat dilihat pada tabel 6
berikut ini :
30
Tabel 3. Data Hasil Penelitian Alat Tangkap Mini Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Tasik Agung
No. Nama Kapal Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 Agung Jaya 02 2500 30 210 25 5 73.91 350 113.6
2 Tunggal Jaya 3000 30 220 25 6 75.66 300 126.9
3 Bulan Baru 02 1600 29 160 25 4 83.34 350 139.8
4 Lohjinawe 2500 24 160 24 5 75.66 210 113.45
5 Anisa 05 2000 29 210 24 4 82.68 350 135.7
6 Gunung Baru 4000 29 210 23 7 72.5 300 116.4
7 Mekar Jaya 2500 25 150 25 6 75.5 220 117.45
8 Sri Kedung 2A 3000 30 220 25 5 72.5 300 153.85
9 Karya Sejati 12 1600 21 160 20 4 75.66 250 113.45
10 Sumber Baru 13A 2500 25 150 25 5 75.72 265 117.45
11 Mulia Jaya 2000 29 200 25 4 76.99 275 126.8
12 Jaya Lumintu 5000 15 160 20 7 77.24 210 157.4
13 Putra Pelor Wojo 5 1200 29 210 25 4 76.99 270 126.8
14 Manggala Satu 2800 17 190 20 5 73.04 200 121.8
15 Kaya Sakti V 1600 30 160 25 4 72.74 280 134.3
16 Sakti Agung 01 2500 26 120 20 5 73.34 280 134.05
17 Sido Lancar Baru 3000 30 190 25 5 76.75 350 155.7
18 Mandiri 2000 14 135 20 4 87.21 300 155.5
19 Mekar Sari 2 3000 30 220 20 5 73.66 350 115.75
20 Sumber Harapan 2000 19 210 20 4 80.25 210 114.8
21 Berkah Jaya Abadi 3500 15 160 20 6 78.23 200 121.05
22 Sentosa Makmur 3000 26 160 23 5 75.66 280 137.15
23 Sumber Rezeki 01 2500 30 220 25 5 72.04 300 133.5
24 Sinar Jaya Abadi 3000 17 200 20 5 82.99 200 116.5
25 Anugrah Jaya 2000 29 210 24 4 74.52 300 135.35
26 Mutiara Abadi 1200 14 125 23 4 76.99 200 119.85
27 Kasih Setia Sejati 3000 30 160 25 5 77.19 310 130.05
28 Arjuna Sakti 3500 25 160 21 6 78.3 280 151.7
29 Makmur Abadi 2800 17 200 20 4 73.34 220 136.65
30 Azzar 3500 30 200 25 6 72.45 280 165.6
Keterangan :
Y = Produksi hasil tangkapan (kg)
31
X1 = Ukuran kapal (GT)
X2 = Kekuatan Mesin (PK)
X3 = Jumlah ABK (orang)
X4 = Lama trip (hari)
X5 = Lebar jaring (meter)
X6 = Panjang jaring (meter)
X7 = BBM (liter)
4.5 Analisis Data Hasil Penelitian
Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan dari input dan
output dengan menggunakan model analisis fungsi Cobb Douglass. Sebagai
masukan (input) disini yaitu faktor - faktor produksi antara lain : ukuran kapal,
kekuatan mesin, jumlah ABK, lama trip, lebar jaring, panjang jaring, dan konsumsi
bahan bakae minyak. Sedangkan sebagai keluaran (otput) disini yaitu hasil
tangkapan dari alat tangkap Mini Purse Seine. Analisis ini dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antara input dan output.
Dimana :
Y = Hasil tangkapan ikan (kg)
X1 = Ukuran kapal (GT)
X2 = Kekuatan mesin (PK)
X3 = Jumlah ABK (orang)
X4 = Lama trip (hari)
X5 = Lebar jaring (meter)
X6 = Panjang jaring (meter)
X7 = BBM (liter)
Dan dapat dilihat pada tabel 7.
32
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Faktor Input – Output Regresi 1 pada Alat
Penangkapan Mini Purse Seine
No Variabel Koefisien Regresi
t-hitung t-tabel Signifikan
1 Ukuran kapal (X1) 0.017 0.063 2.045 0.95
2 Kekuatan Mesin (X2) 0.385 2.145 2.045 0.043
3 Jumlah ABK (X3) -0.982 -2.275 2.045 0.033
4 Lama Trip (X4) 0.088 0.305 2.045 0.764
5 Lebar Jaring (X5) -0.155 -0.201 2.045 0.843
6 Panjang Jaring (X6) 1.511 8.676 2.045 0
7 BBM (X7) 0.588 2.076 2.045 0.05
8 Konstanta 3,758
9 F Hitung 16.404
10 F Tabel 2.4638
11 R Square 0,839
Dari hasil perhitungan analisis hubungan faktor input - output pada regresi
1 diperoleh hasil bahwa variabel yang memberikan pengaruh nyata secara
signifikan adalah kekuatan mesin (X2), jumlah ABK (X3), panjang jaring (X6), dan
BBM (X7). Sedangkan variabel yang tidak memberikan pengaruh nyata secara
signifikan adalah ukuran kapal (X1), lama trip (X4), dan lebar jaring (X5). Kemudian
keempat variabel yang memberikan pengaruh nyata secara signifikan tersebut
dianalisis lagi dengan menggunakan analisis regresi 2. Pada analisis regresi 2
diperoleh hasil dan dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini :
33
Tabel 8. Hasil Analisis Hubungan Faktor Input – Output Regresi 2 pada Alat
Penangkapan Mini Purse Seine
No Variabel Koefisien Regresi t-
hitung t-
tabel Signifikan
1 Kekuatan Mesin (X2) 0,421 2.711 2.045 0.012
2 Jumlah ABK (X3) -0.87 -3.161 2.045 0.004
3 Panjang Jaring (X6) 1.514 9.906 2.045 0
4 BBM (X7) 0.624 2.597 2.045 0.016
5 Konstanta 2.920
6 F- Hitung 32.007
7 F- Tabel 2.758
8 R Square 0,837
Dari hasil analisis pada regresi 2 dengan melibatkan keempat variabel
independent (X) yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependent (Y) pada regresi 1, diperoleh persamaan dengan menggunakan fungsi
Cobb – Douglass sebagai berikut :
Ln Y = 1,071 + 0,421 Ln X2 - 0,870 Ln X3 + 1,514 Ln X6 + 0,624 Ln X7
Dimana :
X2 = Kekuatan mesin (PK)
X3 = Jumlah ABK (orang)
X6 = Panjang jaring (meter)
X7 = BBM (liter)
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien regresi kekuatan mesin (X2) sebesar 0,421, menunjukkan bahwa
kekuatan mesin dalam keadaan cateris paribus (seimbang) memberikan
pengaruh positif, artinya setiap perubahan satu satuan X2 mengakibatkan
perubahan hasil Y sebesar 0,421 satuan. Jadi apabila kekuatan mesin ditambah
34
1% akan mengakibatkan perubahan peningkatan hasil tangkapan yaitu sebesar
0,421%. Semakin kuat mesin kapal semakin cepat unit kapal mini purse seine
dalam melakukan kegiatan operasional penangkapan terutama saat melakukan
pelingkaran jaring sehingga ikan tidak terlepas. Daya mesin kapal akan
menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan ikan dan pelingkaran alat
tangkap pukat cincin mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak sehingga
Nelayan harus mengoptimalkan kekuatan mesin saat proses pelingkaran alat
tangkap.
Menurut Wijopriono dan Genisa (2003), kapal dengan kecepatan yang
relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi kecepatan renang ikan. Oleh
karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang ikan akan
meningkatkan peluang tertangkapnya ikan. Dengan kekuatan mesin yang besar,
maka proses pelingkaran gerombolan ikan juga lebih cepat sehingga kemungkinan
ikan untuk lolos juga semakin kecil. Mesin yang digunakan dalam kegiatan
penangkapan armada Mini Purse Seine bermerk Mitsubishi dan Fuso berukuran
220-375 PK.
2. Koefisien regresi jumlah ABK (X3) sebesar -0,870, menunjukkan bahwa
jumlah ABK dalam keadaan cateris paribus (seimbang) memberikan pengaruh
negatif, artinya setiap perubahan satu satuan X3 mengakibatkan perubahan hasil
Y sebesar 0,870 satuan. Jadi apabila jumlah ABK ditambah 1% akan
mengakibatkan perubahan penurunan hasil tangkapan yaitu sebesar 0,870%.
Kegiatan operasional mini purse seine di PPP Tasik Agung, Rembang
menggunakan ABK sebanyak 20 sampai dengan 25 orang, dimana tiap ABK
sudah memiliki tugas sendiri.
Banyaknya tenaga keja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan
kapasitas kapal yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut
35
(efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat karena
penambahan tenaga kerja proporsional (Masyhury, 1998).
3. Koefisien regresi panjang jaring (X6) sebesar 1,514, menunjukkan bahwa
lama trip dalam keadaan cateris paribus (seimbang) memberikan pengaruh positif,
artinya setiap perubahan satu satuan X6 mengakibatkan perubahan hasil Y
sebesar 1,514 satuan. Jadi apabila lama trip ditambah 1% akan mengakibatkan
perubahan penambahan hasil tangkapan yaitu sebesar 1,514%.
Menurut Rizwan dan Aprilia (2011), semakin panjang alat tangkap pukat
cincin maka luasan pelingkaran semakin luas, sehingga diharapkan ikan yang
berada dalam lingkaran tersebut akan semakin besar jumlahnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa panjang jaring yang digunakan dalam kegiatan operasional
penangkapan mini purse seine yaitu 200-400 m. Penetapan ukuran panjang jaring
ditentukan oleh pemilik kapal / juragan darat. Peningkatan faktor produksi panjang
alat tangkap sebesar satu meter maka akan meningkatkan hasil tangkapan
Nelayan menggunakan alat tangkap mini purse seine sebesar 0,97 kg. Perbedaan
hasil tangkapan diakibatkan oleh fishing ground yang berbeda, ukuran alat
tangkap dan kekuatan mesin yang digunakan unit penangkapan purse seine.
4. Koefisien regresi BBM (X7) sebesar 0,624, menunjukkan bahwa jumlah
BBM dalam keadaan cateris paribus (seimbang) memberikan pengaruh positif,
artinya bahwa setiap perubahan satu satuan X7 mengakibatkan perubahan hasil Y
sebesar 0,624 satuan. Jadi apabila jumlah BBM ditambah 1% maka akan
mengakibatkan perubahan penambahan hasil tangkapan yaitu sebesar 0,624%.
Dengan jumlah BBM yang lebih banyak akan mempengaruhi kemampuan
kapasitas kapal dalam membawa muatan dan mempermudah laju akselerasi pada
saat penangkapan sehingga upaya kapal dalam melakukan pelingkaran jaring
dapat dilakukan dengan cepat yang membuat hasil tangkapan ikan tidak melarikan
diri (Sismadi, 2006).
36
Nilai koefisien regresi maupun nilai t-hitung tidak selalu positif bisa juga
negatif. Nilai koefisien regresi positif maksudnya variabel produksi yang
dimasukkan dalam model akan mampu meningkatkan hasil tangkapan (walaupun
nilai tidak signifikan, pada saat tertentu masih dapat menghasilkan output yang
optimal). Nilai koefisien regeresi negatif menunjukkan bahwa pengaruh variabel
produksi cenderung mengalami penurunan, oleh sebab itu variabel produksi yang
bernilai negatif dapat dijadikan koreksi terhadap variabel-variabel lain yang diduga
dapat menurunkan hasil produksi.
Dari analisis dengan menggunakan variabel ukuran kapal, kekuatan mesin,
jumlah ABK, lama trip, lebar jaring, panjang jaring dan BBM diperoleh hubungan
seperti pada tabel 9, 10, 11, dan 12.
Tabel 9. Tabel ANNOVA Pada Regresi 1
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.703 7 .386 16.404 .000a
Residual .518 22 .024
Total 3.221 29
a. Predictors: (Constant), lnX7, lnX2, lnX6, lnX3, lnX5, lnX4, lnX1
b. Dependent Variable: lnY
Dari hasil uji ANNOVA pada regresi 1, didapatkan nilai Fhitung sebesar
16,404 dan nilai Ftabel sebesar 2,46 pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai Fhitung lebih
besar dari nilai Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa model produksi dapat
digunakan untuk menyelesaikan hubungan variabel terikat (Y) dengan variabel
bebas (X). Selain itu nilai signifikansi F (0,000) yang didapatkan pada tabel
ANNOVA menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
untuk menolak H0 yang bearti semua variabel independent secara simultan
37
mempunyai pengaruh yang signifikasi terhadap variabel dependent dan
sebaliknya. Atau dengan kata lain semua faktor produksi teknis yang ada di alat
tangkap mini purse seine yang ada di PPP Tasik Agung Rembang memberikan
pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan Nelayan pada tingkat kepercayaan 95%.
Setelah dilakukan uji ANNOVA pada regresi 1 maka dapat disimpulkan
bahwa model produksi dapat digunakan untuk menyelesaikan hubungan antara
ketujuh variabel indepentent (X) terhadap variabel dependent (Y). Kemudian untuk
membuktikan lagi bahwa model produksi yang digunakan dapat menyelesaikan
hubungan antara variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) adalah
dengan melakukan uji ANNOVA pada regresi 2. Hasil uji ANNOVA pada regresi 2
dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Tabel ANNOVA Pada Regresi 2
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.695 4 .674 32.007 .000a
Residual .526 25 .021
Total 3.221 29
a. Predictors: (Constant), x7, x2, x6, x3
b. Dependent Variable: y
Uji ANNOVA pada tahap regresi 2 dilakukan dengan cara menggunakan
empat variabel independent (X) yang diduga memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependent (Y) pada tahap regresi 1. Keempat variabel
independent tersebut adalah kekuatan mesin (X2), jumlah ABK (X3), panjang jaring
(X6), dan BBM (X7). Dari hasil uji ANNOVA pada tahap regresi 2 didapatkan hasil
nilai Fhitung sebesar 32,007 nilai Ftabel sebesar 2,76 pada tingkat kepercayaan 95%.
Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa model
38
produksi dapat digunakan untuk menyelesaikan hubungan antara variabel
dependent (Y) dengan empat variabel independent (X).
Jika F statistik < 0,05, atau F hitung > F tabel yang bearti HO ditolak artinya
semua variabel independet secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependent dan sebaliknya (Kuncoro, 2003).
Pada penelitian sebelumnya, Sofia (2010), faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang
(rengge) di Kabupaten Tanah Laut di dapatkan hasil pengujian pengaruh
keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat diperoleh nilai F hitung
sebesar 14,162. Jika dibandingkan dengan F tabel diperoleh nilai 2,82, terlihat
bahwa nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel. Berarti secara keseluruhan
variabel bebas yang dimasukkan kedalam model berpengaruh sangat nyata
terhadap produksi penangkapan ikan.
Tabel 11 Tabel Nilai Determinasi (R2) Pada Regresi 1
Regression Statistics
Multiple R 0.916086544
R Square 0.839214555
Adjusted R Square 0.78805555
Standard Error 0.153434714
Observations 30
Dari tabel diatas terlihat ada beberapa nilai hasil dari analisa pada tahap
regresi 1 yang dilakukan diantaranya adalah Multiple R yang menerangkan tingkat
hubungan linier antara variabel bebas (X) secara keseluruhan terhadap variabel
dependent (Y). Nilai Mlutiple R sebesar 0,916 yang bearti hubungan antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) sebesar 92%. Nilai R square disebut
juga koefisien determinasi, menerangkan besaran pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). Nilai R square yang dihasilkan sebesar 0,839, itu
39
artinya variabel bebas memberikan pengaruh sebesar 83,9% terhadap variabel
terikat, 16% dipengaruhi oleh faktor lain. Adjusted R square merupakan nilai R
square yang disesuaikan sehingga gambarnya lebih mendekati model dalam
populasi, nilai Adjusted R square adalah 0,79. Standart Error merupakan standart
error dari variabel terikat yang bernilai 0,15 yang artinya bahwa nilai kesalahan
dari data yang dihasilkan adalah sebesar 15%.
Berdasarkan nilai diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor produksi
memberikan pengaruh tinggi terhadap hasil tangkapan mini purse seine sebesar
0,839 dan hampir mendekati 1. Seluruh variabel bebas (Xi) yang digunakan dapat
menjelaskan nilai Y sebagai variabel terikat, yang artinya bahwa 83,9 % variasi
model produksi unit penangkapan alat tangkap mini purse seine dapat dijelaskan
dari variabel – variabel faktor produksi yang digunakan. Sehingga perubahan tiap
– tiap variabel independent secara bersama – sama dapat menyebabkan
perubahan nilai produksi unit penangkapan alat tangkap mini purse seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang.
Dari hasil analisa pada tahap regresi 2 dengan melibatkan keempat
variabel independent (X) yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependent (Y) pada tahap regresi 1, maka nilai determinasi (R2) pada
tahap regresi 2 dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini :
Tabel 12 Tabel Nilai Determinasi (R2) Pada Regresi 2
Regression Statistics
Multiple R 0.915
R Square 0.837
Adjusted R Square 0.81
Standart Error 0.14509
Observation 30
Dari tabel diatas terlihat ada beberapa nilai hasil dari analisa pada tahap
regresi 2 yang dilakukan diantaranya adalah Multiple R yang menerangkan tingkat
40
hubungan linier antara variabel independent (X) secara keseluruhan terhadap
variabel dependent (Y). Nilai Mlutiple R sebesar 0,915 yang bearti hubungan
antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) sebesar 91%. Nilai R square
disebut juga koefisien determinasi, menerangkan besaran pengaruh variabel
independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Nilai R square yang dihasilkan
sebesar 0,837, itu artinya variabel bebas memberikan pengaruh sebesar 83,7%
terhadap variabel terikat, 16,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Adjusted R square
merupakan nilai R square yang disesuaikan sehingga gambarnya lebih mendekati
model dalam populasi, nilai Adjusted R square adalah 0,81. Standart Error
merupakan standart error dari variabel terikat yang bernilai 0,145 yang artinya
bahwa nilai kesalahan dari data yang dihasilkan adalah sebesar 14,5%.
Berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap regresi 2 diatas maka dapat
disimpulkan bahwa faktor produksi memberikan pengaruh tinggi terhadap hasil
tangkapan mini purse seine sebesar 0,837 dan hampir mendekati 1. Keempat
variabel bebas (Xi) yang digunakan pada tahap regresi 2 dapat menjelaskan nilai
Y sebagai variabel terikat, yang artinya bahwa 83,7 % variasi model produksi unit
penangkapan alat tangkap mini purse seine dapat dijelaskan dari keempat variabel
faktor produksi yang digunakan pada tahap regresi 2. Sehingga perubahan tiap –
tiap variabel independent secara bersama – sama dapat menyebabkan perubahan
nilai produksi unit penangkapan alat tangkap mini purse seine di Pelabuhan
Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang.
Koefisien determinasi (R2) yang menunjukkan nilai hampir mendekati 1
menunjukkan bahwa angka tersebut tergolong berkorelasi tinggi, sedangkan
sisanya disebabkan oleh faktor – faktor lain yang tidak terdeteksi dalam penelitian.
Dalam memberi arti terhadap besarnya fungsi produksi hendaknya perlu ketelitian,
karena tidak semua variabel independent dapat dimasukkan dalam model
(Sugiyono, 2003).
41
4.6 Pembahasan Faktor – Faktor Produksi
1. Ukuran Kapal
Bentuk dan ukuran kapal akan berpengaruh terhadap kekuatan kapal
tersebut diatas laut seperti menahan suatu ombak. Selain itu ukuran kapal
umumnya berpengaruh terhadap pergerakan kapal tersebut diatas laut. GT Kapal
untuk alat tangkap mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik
Agung Rembang berkisar antara 10 – 30 GT. Dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa nilai Thitung sebesar 0,063 dan Ttabel sebesar 2,045 pada selang
kepercayaan (𝛼 = 0,05 ). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Thitung < dari nilai
Ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran kapal (GT) yang ada di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang tidak memberikan
pengaruh terhadap hasil tangkapan secara signifikan.
2. Kekuatan Mesin
Mesin merupakan penentu dalam bergeraknya suatu kapal. Tanpa mesin
maka kapal tidak akan bisa bergerak. Kekuatan mesin yang digunakan untuk kapal
mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang
adalah 160 – 220 PK, terdiri dari mesin utama dan mesin pendorong. Mesin utama
yang digunakan adalah Mitsubishi sedangkan mesin pendorong yang digunakan
adalah Fuso. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai Thitung sebesar 2,145
dan nilai Ttabel sebesar 2,045 pada selang kepercayaan (𝛼 = 0,05 ). Hasilnya
menunjukkan bahwa nilai Thitung > dari nilai Ttabel sehingga dapat disimpulkan
bahwa kekuatan mesin (PK) yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik
Agung Rembang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan
secara signifkan.
3. Jumlah ABK
Jumlah ABK adalah jumlah orang yang ikut melakukan operasi penangkapan
ikan di laut. Jumlah ABK di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung
42
Rembang berkisar antara 20 – 25 orang. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
Thitung sebesar 2,275 dan nilai Ttabel sebesar 2,045 pada selang kepercayaan
(𝛼 = 0,05 ). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Thitung > dari nilai Ttabel sehingga
dapat disimpulkan bahwa jumlah ABK (orang) yang ada di Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan ikan secara signifikan.
4. Lama Trip
Lama trip adalah lama nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan
di laut. Lama trip yang dilakukan oleh nelayan di Pelabuhan Tasik Agung adalah 4
– 7 hari trip sesuai dengan kondisi iklim yang ada. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa nilai Thitung sebesar 0,305 dan nilai Ttabel sebesar 2,045 pada
selang kepercayaan (𝛼 = 0,05 ). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Thitung < dari
nilai Ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa lama trip (hari) yang digunakan
oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan secara signifikan.
5. Lebar Jaring
Lebar jaring merupakan jarak antara ujung bagian muka hingga ujung bagian
belakang kearah vertikal. Lebar jaring yang digunakan pada alat tangkap mini
purse seine di Pelabuhan Tasik Agung berkisar antara 70 – 87 meter. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa nilai Thitung sebesar 0,201 dan nilai Ttabel
sebesar 2,045 pada selang kepercayaan (𝛼 = 0,05 ). Hasilnya menunjukkan
bahwa nilai Thitung < dari nilai Ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa lebar
jaring (meter) yang digunakan pada alat tangkap mini purse seine di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap hasil tangkapan ikan secara signifikan.
43
6. Panjang Jaring
Panjang jaring merupakan jarak antara ujung bagian muka hingga ujung
bagian belakang kearah horizontal. Panjang jaring yang digunakan pada alat
tangkap mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung
Rembang berkisar antara 200 – 350 meter. Dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa nilai Thitung sebesar 8,676 dan nilai Ttabel sebesar 2,045 pada selang
kepercayaan (𝛼 = 0,05 ). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Thitung > dari nilai
Ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang jaring (meter) yang digunakan
pada alat tangkap mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung
Rembang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan secara
signifikan.
7. BBM
Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan konsumsi dari kapal ketika
melakukan operasi penangkapan di laut. Bahan bakar minyak yang digunakan
pada kapal mini purse seine berkisar antara 113 – 165 liter. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa nilai Thitung sebesar 2,076 dan nilai Ttabel sebesar 2,045 pada
selang kepercayaan (𝛼 = 0,05). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Thitung > dari
nilai Ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi bahan bakar minyak
(liter) yang digunakan pada kapal mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Tasik Agung Rembang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan ikan secara signifikan.
Pada penelitian sebelumnya, Sofia (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang (rengge) di
Kabupaten Tanah Laut yaitu faktor ukuran kapal, pengalaman nelayan, jumlah
BBM, waktu aktual pengoperasian alat tangkap, trip penangkapan, umur kapal,
dan jumlah set alat tangkap, serta jenis bahan alat yang dipergunakan dalam
pengoperasian purse seine di Kabupaten Tanah Laut secara bersama-sama
44
berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara parsial, hanya jumlah BBM, waktu
aktual pengoperasian alat tangkap dan jumlah set alat tangkap yang berpengaruh
nyata terhadap produksi purse seine.
1
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa faktor – faktor produksi
yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan mini purse seine adalah
kekuatan mesin (PK), jumlah ABK (orang), panjang jaring (meter), dan BBM (liter).
Sedangkan faktor produksi yang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan mini purse seine adalah ukuran kapal (GT), lama trip (hari), dan lebar
jaring (meter).
2. Hasil analisis regresi 2 dengan melibatkan keempat variabel yang memberikan
pengaruh secara signifikan pada tahap regresi 1, menggunakan fungsi Cobb
Douglass diperoleh persamaan sebagai berikut :
Ln Y = 1,071 + 0,421 Ln X2 - 0,870 Ln X3 + 1,514 Ln X6 + 0,624 Ln X7, dimana
dapat dijelaskan seberapa besar pengaruh dari masing – masing faktor produksi
terhadap hasil tangkapan mini purse seine.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
Penggunaan alat bantu tidak dimasukkan dalam variabel yang
berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Jika ada penelitian yang mengambil tema
dan model yang sama, perlu menggunakan variabel alat bantu seperti
penggunaan lampu, jumlah GPS yang digunakan dan fish finder.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa A.U.1981. Metode Penangkapan Ikan . Bogor. Yayasan Dewisri. 97.Hal.
Daniel. 2005. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di
Sekitar Rumpon dan Pengembangannya Perikanan di Perairan
Pasuruan Provinsi Banten (Disersasi). Bogor (ID) : Program Studi
Tekhnologi Kelautan. Instintut Pertanian Bogor . 23 . Hal.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013 . Profil Potensi Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Rembang . 2012 . Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Jawa Tengah . Semarang.
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap Bogor : Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan :
Instintut Pertanian Bogor .
Gautama. 2012. Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Mini Purse Seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Kabupaten Rembang.
J. Fisheries Resources Utilization Management and Technology 3 (4) :
56-65.
Iriana dan Karwadi. 2004. Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Pelagis Kecil
di Perairan Utara Provinsi Aceh (Tesis). Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Instintut Pertanian Bogor.
Jejunan. 2008. Efektivitas Pemanfaatan Rumpon dalam Operasi Penangkapan
Ikan di Perairan Maluku Tenggara (Tesis). Bogor. Sekolah Pasca
Sarjana. Instintut Pertanian Bogor. 78. Hal.
Kuncoro, Mudjarat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis. Erlangga. Jakarta .
Kurtner, M. H., C. J. Nachtsheim, dan J. Neter. 2004. Applied Linier Regression
Models. 4th ed. New York: Mc Grawn Hill Comparies. Inc.
Masyhuri, 1998. Usaha Penangkapan Ikan di Jawa dan Madura : Produktifitas dan
Pendapatan Buruh Nelayan, Masyarakat Nelayan, XXIV, No. 1.
Metzner. 2003. Fishing Aspirations and Fishing Capacity : Two Key Management
Issues. Int. J. Marire and Coastal law. 20 : 3-4.
2
Mukhtar. 2008. Faktor – Faktor Produksi yang Mempengaruhi Produktivitas Kapal
Purse Seine. [Tesis]. Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana
Universitas Haluoleo. Kendari. 60 hlm.
Nurmaningsih Y. 2005. Studi Potensi Hasil Tangkapan Perikanan Mini Purse Seine
dan Pengembangannya di Kabupaten Bima. Bogor : Departement
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Instintut Pertanian Bogor. 98. Hal.
Rizwan., I.S dan R.M. Aprilia. 2011. Effect of Production Factors on Purse Seine
Fish Capture in the Fish Port Lampulo, Banda Aceh. Jurnal Natural
FMIPA Unsyiah. 11 (1) : 24-29.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS. Statistik Parametrik. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Sholicha, A.S., Rahardjo dan Sukandar. 2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran
Kapal, PK Mesin, dan Jumlah ABK terhadap Produksi Ikan pada Alat
Tangkap Purse Seine di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek, Provinsi
Jawa Timur. Jurnal Universitas Brawijaya. 1 (1) : 36 – 43.
Sismadi. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Purse Seine di
Kota Pekalongan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro. Semarang. 134 hlm.
Sodhori N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa. 161. Hal.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglass. CV Rajawali. Jakarta.
Sudirman dan Mallawa. 2004. Kajian Perikanan Mini Purse Seine di Resasathen
Kabupaten Maluku Tenggara (Thesis). Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Instintut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.
Suwarsih. 2011. Analisis Perikanan Purse Seine di Perairan Teluk Tomini (Suatu
Kajian Sistem). J. Ilmu. Ilmu Pertanian Agroland.Edisi Suplemen.
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Hal. 100-1004.
Syarif dan Hudring. 2012. Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Mengkaji
Pengaruh Perubahan Jumlah Alat Tangkap Ikan Pelagis terhadap
Industri Cold Storage di Pelabuhan Muncar.
Teken., I. B. Dan Asnawi. 1984. Teori Mikro. Departement Ilmu – Ilmu Sosial
Ekonomi. Fakultas Pertanian Instintut Pertanian Bogor. IPB.
3
Vont Brand. 2005. Studi Tentang Perikanan Mini Purse Seine di Lempasing,
Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung dan Prospek
Pengembangannya (Skripsi). Bogor: Departement Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan . Instintut
Pertanian Bogor. 92. Hal.
Wahyu., R. I. 1986. Model Penangkapan Ikan dengan Gill Net di Pelabuhan Ratu.
Karya Ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Instintut Pertanian
Bogor. Bogor.
Warsito. G. B. 1981. Penangkapan Ikan dengan Mini Purse Seine di Perairan Prigi
dan Sekitarnya (Karya Ilmiah). Bogor (ID): Instintut Pertanian Bogor
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 94. Hal.
Widodo. J. Dan Suadi. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.
Yogyakarta : Gajah Mada University. Press.
Wijopriono dan A.S. Genisa. 2003. Kajian Terhadap Laju Tangkap dan Komposisi
Hasil Tangkapan Mini Purse Seine di Perairan Pantai Utara Jawa
Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. 13 (1) : 44-50.
Wiyono, E.S. and Hufiadi. 2014. Optimizing Purse Seine Fishing Operation in The
Java Sea, Indonesia. AACL Bioflux Journal. 7 (6) : 475 – 482.