analisis perbandingan pendapatan usahatani...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI
PADI (Oryza sativa) JAJAR LEGOWO BIASA DAN JAJAR
LEGOWO SUPER (STUDY KASUS DI DESA AMAN DAMAI
KEC. SIRPAIT KAB. LANGKAT)
S K R I P S I
Oleh:
FAHMI AZIZI
NPM : 1504300287
Program Studi : Agribisnis
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI
PADI (Oryza sativa) JAJAR LEGOWO BIASA DAN JAJAR
LEGOWO SUPER (STUDY KASUS DI DESA AMAN DAMAI
KEC. SIRPAIT KAB. LANGKAT)
S K R I P S I
Oleh:
FAHMI AZIZI
NPM : 1504300287
Program Studi : Agribisnis
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Strata 1 (S1) pada
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Komisi Pembimbing
Mailina Harahap, S.P., M.Si. Surnaherman, S.P., M.Sc.
Ketua Anggota
DisahkanOleh:
Dekan
Ir. Asritanarni Munar, M.P.
Tanggal Lulus: 15 Maret 2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan penting yang
telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia,
padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi
tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu,
kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian.
Menurut data BPS (2011), konsumsi beras pada tahun 2011 mencapai 139 kg
kapita-1 tahun-1 dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras
nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton. Kebutuhan akan beras terus
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari
pertumbuhan produksi pangan yang tersedia (Fita Anggraini, 2013).
Produktivitas pertanian merupakan perbandingan antara hasil yang
diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan luas lahan atau
biaya yang dikorbankan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
produktivitas pertanian nasional selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan
meskipun lahan pertanian semakin berkurang. Permasalahan yang dihadapi dalam
upaya peningkatan produksi pangan di Indonesia adalah berkurangnya areal baku
sawah beirigasi teknis dan lahan pertanian lainnya. Lahan pertanian yang semakin
berkurang disebabkan oleh alih fungsi lahan, dimana lahan pertanian dialihkan
menjadi tempat perumahan atau pusat perbelanjaan, Faktor utama yang
menyebabkan banyaknya lahan pertanian dijual dan dijadikan perumahan serta
tempat industri karena pendapatan yang diperoleh masyarakat dari bertani lebih
sedikit dibandingkan pendapatan dari sektor industri, produksi beras di Indonesia
pertahun telah mencapai 38 juta ton, jumlah ini telah melebihi kebutuhan beras di
Indonesia yaitu sebesar 34 juta ton dan terjadi surplus 4 juta ton, namun target
surplus yang ingin dicapai oleh presiden setiap tahunnya adalah sebesar 10 juta
ton, sehingga diperlukan impor beras untuk memenuhi target kebutuhan stok
digudang bulog (Suswono, 2012).
Sistem tanam padi yang biasa diterapkan petani adalah sistem tanam tegel
dengan jarak 20 X 20 cm atau lebih rapat lagi. Namun, saat ini telah
dikembangkan sistem penanaman yang baru yaitu sistem jajar legowo merupakan
perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel
yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa,
Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti
memanjang (Agus Suryanto, 2013).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada
setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir.
Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman
yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat
dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan
yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis,
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih
mudah dilakukan di dalam lorong – lorong (Menurut Pahruddin, 2004),
Selain itu, cara tanam padi sistem legowo juga meningkatkan populasi
tanaman, sedangkan system tanam jarwo super hanya berbeda di perlakuannya
Teknologi padi jajar legowo (jarwo) super merupakan teknologi budi daya padi
secara terpadu berbasis cara tanam jajar legowo. Dalam implementasinya di
lapangan, teknologi padi Jarwo Super menggunakan: (1) benih bermutu varietas
unggul baru dengan potensi hasil tinggi, (2) biodekomposer pada saat pengolahan
tanah, (3) pupuk hayati sebagai seed treatment dan pemupukan berimbang, (4)
teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu, dan
(5) alat mesin pertanian terutama untuk tanam dan panen (Permana, 1995).
Dalam upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan
Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk
diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem
tanam jajar yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal
dengan “Sistem Tanam Jajar Legowo” baik jajar legowo biasa maupun
menggunakan jajar legowo super, penerapan sistem tanam jajar legowo biasa dan
super terbukti dapat meningkatkan nilai produksi dikarenakan rumpun padi yang
berada pada barisan pinggir hasilnya lebih besar dibandingkan produksi rumpun
padi yang berada di bagian dalam. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis perbandingan usaha tani padi melalaui sistem tanam jajar legowo
biasa dan jajar legowo super.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani padi dengan jajar legowo super?
2. Bagaimana tingkat pendapatan ushatani padi dengan jajar legowo biasa?
3. Seberapa besar perbedaan pendapatan usahatani dengan menggunakan
sistem tanam jajar legowo biasa dan sistem tanam jajar legowo super?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat pendapatan ushatani padi jajar
legowo super!
2. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat pendapatan ushatani padi jajar
legowo biasa!
3. Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan pendapatan usahatani
menggunakan jajar legowo biasa dengan jajar legowo super!
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Sebagai bahan untuk melengkap proposan dan skripsi yang merupakan
salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi yang mmembutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Klasifikasi Tanaman Padi Sawah
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan
morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya
memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan
membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase
generatif.Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan karbohidrat di daun,
menjaga hidrasi protoplasma, pengangkutan dan mentranslokasikan makanan
serta unsur hara dan mineral. Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji.
Pengisapan air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan
di dalam biji.Berdasarkan klasifikasinya, maka tanaman padi sawah termasuk ke
dalam:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
Sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji
melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah
selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain
membentuk sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian:
bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan
bagian dalam disebut endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm
yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embryo (lembaga) yang
terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma. Pada lembaga terdapat daun
lembaga dan akar lembaga. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang
diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta
zat-zat anorganik (Sanur, 2009).
Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo
Sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling
antara dua ataulebih(biasanya duaatauempat)baristanamanpadidansatubaris
kosong.IstilahLegowodiambildaribahasa jawa,yaituberasaldarikata”lego”
berartiluasdan”dowo”berartimemanjang.Legowo diartikanpula sebagaicara tanam
padi sawah yang memiliki beberapabarisan dan diselingi satu barisan
kosong.Baristanaman (dua ataulebih)danbariskosongnya(setengahlebardi kanan
dan di kirinya) disebut satu unit legowo.
Secaraumumjarak tanamyang dipakaiadalah 20x20cmdanbisa
dimodifikasi menjadi 22,5 x 22,5 cm atau 25 x 25 cm sesuai pertimbangan
varietas padiyangakanditanamatau tingkatkesuburantanahnya.Jaraktanam
untukpadiyangsejenisdenganvarietasIR-64sepertivarietasciherangcukupdengan
jarak tanam 20 x20 cm sedangkan untuk varietas padiyang memiliki
penampilanlebatdantinggiperludiberijaraktanamyanglebihlebarmisalnya 22,5
sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup
digunakanjaraktanam 20x20cmsedangkanpadatanahyang lebihsuburperlu
diberijarakyanglebihlebarmisal22,5cmataupadatanahyangsangatsubur jarak
tanamnyabisa 25 x25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanaminibertujuan agar
mendapatkanhasilyang optimal.Semakinsubur tanahnyamakansemakinbanyak
jumlahanakanpadiyang tumbuh.Padasistem tanaminiprosespenanamanbibit
padidapatdilakukandengancara tanammajudantanammiring ataumenyamping hal
ini bertujuan agargarisyangsudah dibuat tidak rusak.
Adabeberapatipe cara tanamsistemjajarlegowoyang secaraumumdapat
dilakukanyaitu;tipelegowo(2 : 1), (3:1),(4 :1), (5 :1),(6 :1)dantipelainnya yang
sudahadasertatelahdiaplikasikanolehsebagianmasyarakatpetanidi Indonesia. Tipe
sistem tanamjajar legowo terbaikdalam memberikan hasil
produksigabahtinggiadalahtipe jajarlegowo(4:1)sedangkandaritipe jajar legowo(2
:1) dapatditerapkanuntukmendapatkanbulir gabahberkualitasbenih.
Pengertian Sistem Tanam Konvensional
Pengertian sistem tanampadikonvensionalatau lebihdikenaldengan sistem
tanampadibiasa adalahsistemtanampadiyangditerapkanolehpetanidengan
mengatursamajaraknyaantar baristanamansehingga tanamanterlihatberbaris
rapidanlahanterisipenuh.Teknikpenanamaninisudahlamaditerapkanoleh
kebanyakanpetanitanpa menggunakanpolasepertiteknikpenamanpadiyang yang
telahberkembangsaatiniyaitusistemtanamjajarlegowo.Padaproses
penanamanbibitpadidilakukandengancaramundurmenggunakanalatbambuataukayu
yang sudahditentukanjarakantarbaristanamanagartanaman berbaris
denganrapidanteratur.Prinsipdarisistem tanampadikonvensionaladalah
mengoptimalkanluaslahandenganditanamipadidanmengatur jaraktanamnya
tergantung darivarietaspadiyang digunakan.Jarakantartanamandapatdivariasi
tergantung daritingkatkesuburantanahdanjenisbenihpadiyang digunakanyaitu
20x20cm,22,5 x22,5 cmdan25x25cm.
Penerapansistem tanaminidilakukan olehpetanidengan mengatur jarak
tanamanyangsamaantar barisanmaupunantarrumpunnyayaitu25x25cm bertujuan
agar pertumbuhan anakan dapat berkembang secara optimal sertamudah
dalammengendalikangulma.Selainitudiperlukan juga perawatanyang
tepatmelaluipemberianasupanpupukyang berimbangpadatanamanpadiserta
pemberian obat-obatanuntukmengantisipasidanmenanggulangihama agar
memperoleh hasilproduksi dan produktivitas padi yangtinggi.
Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga meberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
pengaruh faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefisien mungkin
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin, dengan
melalui produksi pertanian yang berlebih maka diharapkan memperoleh
pendapatan tinggi. Dengan demikian harus dimulai dengan perencanaan untuk
menentukan dan mengkoordinasikan pengguna faktor-faktor produksi pada waktu
yang akan datangsecara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang
maksimal. Dari defenisi tersebut juga terlihat ada pertimbangan ekonomis
disamping pertimbangan teknis (Suratiyah K, 2015 ).
Biaya Usahatani
Biaya di dalam usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap pada umunya di definisikan sebagai biaya
yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan meskipun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya
jumlah yang di keluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jumlah total biaya tetap
ditambah dengan total biaya variabel di namakan dengan total biaya.
Menurut soekartawi (2006), biaya di dalam usahatani di golongkan
menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai di definisikan sebagai
jumlah uang yang di bayarkan untuk pembelian barang dan jasabagi usahatani.
Biaya tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman
pokok. Adapun biaya tidak tunai adalah nilai barang dan jasa untuk keperluan
usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit yang dimasukan
kedalam pengeluaran. Apabila didalam usahatani itu digunakan mesin-mesin
pertanian, maka harus dihitung penyusutannya dan dianggap biaya tidak tunai.
Biaya totalusahatani adalah jumlah dari biaya tunai dengan biaya tidak tunai
usahatani.
Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Dalamsuatuusahatani para petanimemperolehhasildariusahanyadengan
cara menjualhasilproduksinyasesuaidenganhargapasaranagarmemperoleh
penerimaan.Menurut Suratiyah(2011),penerimaanusahataniadalahjumlah hasil
perkalianantara produksi(output)yangdiperolehdenganjumlah produkyang
dihasilkan atau dijual. Pendapatan usahataniadalah selisihantarapendapatan
kotor(output) dan biayaproduksi (input)yangdihitungdalam
perbulan,pertahun,per musimtanam.
Produksiberkaitandenganpenerimaandanbiayaproduksi,penerimaan tersebut
diterimapetani karenamasih harus dikurangi dengan biayaproduksiyaitu
keseluruhan biayayang dipakai dalam proses produksi tersebut.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Dewi Puspita Hasanah (2014) dengan judul Analisis
Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan
Sistem Tegel (studi kasus Kelurahan Situmekar, Sukabumi),dengan menggunakan
analisis data secara kualitatf dan kuantitatif, diperoleh hasil total biaya yang
dikeluarkan dalam usaha tani padi sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam
tegel pada musim 1 memiliki perbedaan sebesar 2,56% dan pada musim kedua
sebesar 0,70%. Produksi yang dihasilkan pada ushatani padi sistem tanam jajar
lebih besar dari produksi yang dihasilkan pada sistem tanam tegel, selain itu
produktivitas usahatani padi sistem tanam jajar legowo lebih besar 14,06%
dibandingkan dengan produktivitas usahatani padi sistem tanam jajar legowo.
Ayudya Melasari (2011) Dengan Judul Analisis Komparasi Usahatani Padi
Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar
Legowo (Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau,
Kabupaten Deli Serdang), dengan menggunakan metode perhitungan pendapatan
dan menggunakan metode Independent sample t-test. Dengan menghasilkan
Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan produktivitas sebesar 6.485,17
Kg/Ha dengan pendapatan sebesar Rp. 11.627.931,11 sedangkan dengan
menggunakan sistem tanam non jajar legowo menghasilkan produktivitas sebesar
5.573,11 Kg/Ha dengan pendapatan sebesar Rp. 9.839.868,83. Hasil analisis
produktivitas yang menggunakan sistem tanam jajar legowo (6.485,13 Kg/Ha)
lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas pada sistem tanam non jajar
legowo (5.573,13 Kg/Ha), sedangkan pendapatan pada sistem tanam jajar legowo
( Rp. 11.627.931) lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan pada sistem
tanam non jajar ( Rp. 9.839.869).
Fatimah (2016) Dengan Judul Perbandingan Pendapatan Sitem Tanam
Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Di Lahan Kering ( Studi Kasus: Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya),dengan analisis regresi linear berganda, dengan
hasil jumlah produksi padi sawah yang diperoleh petani lahan sawah rata-rata
sebesar Rp 10.433.294 per musim tanam. Pendapatan yang diperoleh petani lahan
kering rata-rata sebesar Rp 10.470.930 per musim tanam.
Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga meberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
pengaruh faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefisien mumgkin
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Di Kecamatan Percut Sei Tuan tepatnya di Desa Tanjung Rejo petani
adalah mata pencarian pokok. Salah satuya adalah pada usahatani tanaman padi.
Pada usahatani padi, petani menerapkan dua sistem tanam yaitu sistem tanam jajar
legowo dan sistem tanam konvensional.
Olehkarenaitupenelitianiniakanmengidentifikasimengenaistrukturpenerima
anbiayapadausahatanipadidenganmenggunakansistemtanamjajarlegowo dengan
sistemtanamkonvensional.Setelahdilakukanidentifikasiterhadappenerimaandanbia
ya yang meliputi beberapa variabel yaitu, luas lahan, benih, pupuk dan traktor
(alat). Kemudian
dilakukananalisispendapatanberdasarkaninformasimengenaipenerimaantunai dan
tidaktunaisertabiayatunaidantidaktunaiyangdikeluarkanolehpetani.Analisis
pendapatan digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang
diperoleh dalammenjalankanusahatanitersebut.Setelahdiketahuianalisis
pendapatan, maka dilakukanperbandingan pendapatanantara
petanipadidenganmenggunakansistemtanamjajarlegowodengansistemtanam
konvensional. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di skema kerangka berfikir.
Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
Keterangan :
: Menyatakan hubungan
: Menyatakan perbandingan
METODE PENELITIAN
Usahatani padi
Penerimaan
Biaya
Produksi
Pendapatan
Jajar Legowo Konvensional
Harga
Jual
Penerimaan
Produksi Produksi
Harga
Jual
Pendapatan
Biaya
Produksi
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (Case Study)
yaitu penelitian yang dilakukan melihat langsung ke lapangan. Karena studi kasus
merupakan metode yang menjelaskan jenis penelitian mengenai suatu objek
tertentu, atau suatu fenomena yang ditemukan pada suatu tempat yeng belum
tentu sama dengan daerah lainnya. Metode ini akan melibatkan penelitian secara
mendalam dan menyeluruh terhadap objek penelitian (Hikmat, 2011).
Metode Penentuan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah
penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena desa tersebut merupakan
salah satu sentra produksi padi yang cukup besar serta mempertimbangkan waktu
dan kemampuan dari jangkauan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani
dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data
sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, instansi
terkait lainnya, buku serta literaturliteratur yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu
meningkatkan pendapatan petani menggunakan metode perhitungan pendapatan :
I= TR – TC
Dimana :
I : Income (pendapatan bersih usaha tani)
TR : Total Reveneu (penerimaan usaha tani)
TC : Total Cost (total biaya)
Untuk menghitung besarnya penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus :
TR = Y . Py
Dimana :
TR =Total penerimaan (Rp)
Y = Jumlah produksi (Kg)
Py = Harga jual produk (Rp/Kg) Untuk menghitung pendapatan bersih usahatani
dapat dihitung dengan rumus :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan suatu usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan
semua biaya (Soekartawi, 1995). Dengan kata lain, pendapatan ini meliputi
pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Penerimaan total
adalah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi total biaya produksi
atau disebut juga total penerimaan (Total Revenue, TR). Total penerimaan (TR)
hasil perkalian harga jual (Rp/unit) dengan produksi atau output yang diperoleh
(unit). Pendapatan bersih adalah nilai produksi secara keseluruhan sesudah
dikurangi total biaya produksi (Total Cost, TC), dengan rumus sebagai berikut:
NR = TR – TC
Keterangan :
NR : Pendapatan bersih
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya
Uji Beda Dua Sampel Bebas
Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan analisis statistik uji beda
rata-rata atau t-hitung (independent sample t-test) dengan uji satu arah yang
digunakan untuk penelitian yang membandingkan dua variabel. Menurut
Sugiyono (2010) bila jumlah sampel berbeda (n₁ ≠ n₂) dan varians homogen
(∝12=∝2
2)sehingga dapat digunakan rumus pooled varian, derajat kebebasan (dk)
= n₁ + n₂ - 2. Secara matematis rumus pooled varian adalah :
𝑡 =𝑥 1−𝑥 2
𝑛1−1 𝑠1
2+ 𝑛2−1 𝑠22
𝑛1+𝑛2−2 1𝑛1+ 1𝑛2
Keterangan :
𝑥 1 = Pendapatan rata-rata teknik konvensional
𝑥 2 = Pendapatan rata-rata teknik jajar legowo
S12= Varians dari sampel teknik konvensional
𝑠22
= Varians dari sampel teknik jajar legowo
n₁ = Jumlah sampel tenik konvensional
n₂ = Jumlah sampel tenik jajar legowo
Dengan dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig (2-tailed) > 0,05, maka Ho ditolak dan H₁ diterima.
Jika Sig (2-tailed)< 0,05, maka Ho diterima dan H₁ ditolak.
Untuk menegetahui apakah hipotesis nol (Ho) di terima atau di tolak,
maka di bandingkan nilai sig (2-tailed) dengan α (0,05). Jika Sig (2-tailed) > 0,05
maka Ho ditolak atau pendapatan usahatani sistem tanam jajar legowo sama
dengan pendapatan usahatani sistem tanam konvensional, jika sebaliknya maka
Ho di terima atau pendapatan usahatani sistem tanam jajar legowo lebih besar
dibandingkan dengan sistem tanam konvensional.
Defenisi Operasional
1. Analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau
benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau
penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut.
2. Jajar legowo adalah salah satu sistem tanam yang pada intinya dilakukan
dengan mengatur jarak tanam.
3. Konvensional adalah sistem tanam pola jarak yang dilakukan para petani
padi dengan jarak tanam tunggal.
4. Komparasi adalah membandingan dua nilai atau lebih dari suatu besaran
yang sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana.
5. Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan
cara dalam pertanian.
6. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu di lakukan untuk sustu proses
produksi, yang di nyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
7. Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau
menambah nilai/guna atau manfaat baru.
8. Penerimaan adalah seumlah hasil yang di terima oleh usahatani atas
penjualan produk yang dihasilkan.
9. Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,
bunga, komisi, ongkos dan laba.
Batasan Operasional
1. Responden dalam penelitian ini merupakan petani padi sawah sistem
tanam jajar legowo dan sistem tanam konvensional.
2. Responden yang diteliti merupakan responden yang memilki sistem tanam
jajar legowo dan sistem tanam konvensional.
3. Padi yang diteliti merupakan jenis padi sawah irigasi (Oryza sativa L.)
4. Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung kepada petani dengan
menggunakan kuisioner yang telah disediakan.
Penelitian dilakukan di Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Letak dan Luas Daerah
Desa Aman Damai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat memiliki luas
wilayah 19.00 Km², dengan suhuberkisar antara 270C-33
0C. Adapun batasan-
batasan dari Desa Aman Damai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka
2. Sebelah Barat berbatas dengan Desa Tanjung Selamat
3. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Percut
4. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Saentis
Keadaan penduduk
Penduduk di Desa Tanjung Rejoberjumlah 10.797 Jiwa yang terdiri dari
penduduk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara terperinci keterangan
mengenai penduduk Desa Tanjung Rejo dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tanjung
Rejo
No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) persentase %
1 Laki-laki 5.555 51,45
2 Perempuan 5.242 48,55
Jumlah 10.797 100
Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka 2017
Dari Tabel 5 diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
sedikit yaitu 5.242 jiwa atau 48,55% dari 10.797 jiwa sedangkan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 5.555 jiwa atau 51,45% dari 10.797 jiwa.
Prasarana Desa
Ketersediaan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam
pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi perkembangan dan
masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik prasarana akan mengakibatkan
penyediaan prasarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar,
yang secara tidak langsung akan mempercepat laju pembangunan. Keadaan
prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6.Prasarana di Desa Tanjung Rejo
No Fasilitas Prasarana Jumlah Bangunan
1 Pendidikan SD 3
SMP -
SMA 1
2 Kesehatan Posyandu 6
Puskesmas 1
3 Peribadatan Mesjid 6
Surau 14
Gereja 3
Vihara -
Sumber: BPS Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka 2017
Tabel 6 menunjukkan ketersediaan fasilitas desa penelitian dibidang pendidikan,
kesehatan, peribadatan, dan sosial cukup baik, dimana di desa ini telah tersedia
fasilitas pendidikan seperti SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah
Pertama)
Di desa ini hanya memiliki 1 unit Puskesmas dan 6 Posyandu, padahal
pusat kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat
maupun untuk mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana
kesehatan masih kurang memadai, harapan masyarakat kepada pemerintah agar
menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai supaya
kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas
hidup penduduk desa tersebut. Fasilitas peribadatan dan sosial keberadaannya
cukup tersedia bagi masyarakat, dan agar menjaga fasilitas tersebut dan di
pergunakan sebagaimana fungsinya sehingga berguna bagi masayarakat ataupun
pendatang.
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Umur
Umur dalam suatu usaha sangat berpengaruh dalam memperlancar usaha
yang akan dijalankan mulai dari proses pemikiran sampai pada proses berjalannya
usaha yang dijalankan. Dengan tingkat umur yang masih produktif akan membuat
usaha yang dijalankan sesuai dengan pola pemikiran yang baik untuk
keberlangsungan usaha yang dijalankan.
Lebih rinci pada tabel dibawah ini akan diterangkan tingkat umur pada
masyarakat penduduk desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang.Berikut tabel distribusi umur penduduk desa Tanjung Rejo,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Umur di Desa Tanjung Rejo.
Nomor Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
1 0 – 4 594 6,96
2 5 – 9 620 7,26
3 10 – 14 512 6,00
4 15 – 19 559 6,55
5 20 – 24 1005 11,77
6 25 – 29 914 10,70
7 30 – 34 772 9.04
8 35 – 39 724 8,48
9 40 – 44 670 7,85
10 45 – 49 589 6,90
11 50 – 54 482 5,64
12 55 – 59 399 4,67
13 60 – 64 260 3,04
14 65 – 69 439 5,14
Jumlah 8.539 100
Sumber:BPSKecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka 2017
Tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur
(kelompok 20–24) dengan jumlah sebesar 1.005 jiwa atau 11,77 %. Sedangkan
kelompok umur terendah adalah pada kelompok umur (kelompok 60 –64) dengan
jumlah sebesar 260 jiwa atau 3,04 %.
Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian
terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), perdagangan, angkutan, industri
RT, dan jasa untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian di Desa
Tanjung Rejo
No Uraian Jumlah Penduduk (KK) Persentase (%)
1 PNS/TNI/POLRI 46 1,70
2 Petani 2.333 86,60
3 Perdagangan 168 6,24
4 Angkutan 23 0,85
5 Industri RT 26 0,97
6 Jasa 98 3,64
Total 2.694 100
Sumber: BPS Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka 2017
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa mayoritas penduduk desa penelitian
adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu 2.333 orang, penduduk yang
berdagang adalah sebanyak 168 orang, sementara penduduk yang mempunyai
mata pencaharian bidang jasa adalah 98 orang, yang mempunyai mata
pencaharian sebagai industri RT sebesar 26 orang, yang mempunyaimata
pencaharian angkutan adalah 23 orang dan penduduk yang bermata pencaharian
sebagai PNS/TNI/POLRI sekitar 46 orang atau 1,70% dari total jumlah penduduk.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani responden akan di uraikan berdasarkan umur petani,
pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan dapat di jadikan sebagai tolak ukur
dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja. Umur seseorang menentukan
prestasi kerja kinerja orang tersebut. Umur petani sampel secara keseluruhan
dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Sistem Konvensional dan Jajar Legowo
Berdasarkan Umur di Desa Tanjung Rejo
Umur
(Tahun)
Konvensional Jajar Legowo
Jumlah (Jiwa) Persentasi (%) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
30 – 44 8 26,67 4 13,33
45 – 49 10 33,33 8 26,67
50 – 54 9 30 10 33,33
55 – 60 3 10 8 26,67
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2018)
Tabel di atas terlihat bahwa petani sampel sistem konvensional
berdasarkan umur dengan tingkat sampel pada umur 30-44 tahun dengan jumlah
sebanyak 8 jiwa atau 26,67%. Sedangkan tingkat sampel pada umur 45-49 tahun
dengan jumlah sebanyak 10 jiwa atau 33,33% kemudian tingkat sampel pada
umur 50-54 tahun dengan jumlah sebanyak 9 jiwa atau 300% dan tingkat sampel
pada umur 55-60 tahun dengan jumlah sebanyak 3 jiwa atau 10%. Dan untuk
sistem jajar legowo berdasarkan umur dengan tingkat sampel pada umur 40-44
tahun dengan jumlah sebanyak 4 jiwa atau 13,33%. Sedangkan tingkat sampel
pada umur 45-49 tahun dengan jumlah sebanyak 8 jiwa atau 26,67% kemudian
tingkat sampel pada umur 50-54 tahun dengan jumlah sebanyak 10 jiwa atau
33,33% dan tingkat sampel pada umur 55-60 dengan jumlah sebanyak 8 jiwa atau
26,67%.
Tingkat Pendidikan Petani Sampel
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting, di mana dengan adanya
pendidikan yang pernah di ikuti oleh seseorang secara langsung akan
mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan. Dalam hal ini pendidikan yang di
maksud adalah pendidikan yang bersifat formal. Untuk lebih jelasnya sebaran
pendidikan formal pada petani sampel dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 10. Distribusi Petani Sistem Konvensional dan Sistem Jajar Legowo
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Rejo
Tingkat
pemdidikan
Konvensional Jajar Legowo
Jumlah
(Jiwa) Persentasi (%)
Jumlah
(Jiwa) Persentasi (%)
SD 9 30 6 20
SMP 15 50 10 33,33
SMA/SMK 6 20 14 46,67
Perguruan Tinggi - - - -
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2018)
Tabel di atas terlihat bahwa petani sampel konvensional berdasarkan
tingkat pendidikan dengan rentang 6 tahun atau tingkat pendidikan SD dengan
jumlah sebanyak 9 jiwa atau 30%, tingkat pendidikan petani sampel pada tingkat
9 tahun atau tingkat SMP dengan jumlah terbanyak yakni 15 jiwa atau 50%,
tingkat pendidikan petani sampel pada tingkat 12 atau SMA dengan jumlah
terendah yakni 6 jiwa atau 20%. Sedangkan untuk petani jajar legowo terlihat
bahwa petani sampel berdasarkan tingkat pendidikan dengan rentang 6 tahun atau
tingkat pendidikan SD dengan jumlah terendah yakni 6 jiwa atau 20%, tingkat
pendidikan petani sampel pada tingkat 9 tahun atau tingkat SMP dengan jumlah
sebanyak 10 jiwa atau 33,33%, tingkat pendidikan petani sampel pada tingkat 12
atau SMA dengan jumlah terbanyak yakni 14 jiwa atau 46,67%.
Pengalaman Bertani Petani Sampel
Pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima
inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman cukup lama akan lebih
mudah dalam menerapkan inovasi. Pada dasarnya semakin lama pengalaman
seorang petani terhadap bidang pertanian, maka tingkat keterampilan maupun
pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan produksi akan lebih maksimal.
Pengalaman bertani petani sampel dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Distribusi Petani Sistem Kovensional dan Sistem Jajar Legowo
Berdasarkan Tingkat Pengalaman di Desa Tanjung Rejo
Pengalaman
(Tahun)
Konvensional Jajar Legowo
Jumlah
(Jiwa) Persentasi (%)
Jumlah
(Jiwa) Persentasi (%)
10-20 12 40 10 33,33
21-30 15 50 17 56,67
31-40 3 10 3 10
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data Primer (Diolah 2018)
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa pengalaman bertani petani
konvensional terbesar terdapat pada pengalaman 21-30 tahun dengan jumlah 15
jiwa atau 50%. Dan sedangkan petani yang memiliki pengalaman terendah
terdapat pada pengalaman 31-40 tahun dengan jumlah 3 jiwa atau 10%.
Sedangkan untuk jajar legowo pengalaman bertani petani terbesar terdapat pada
pengalaman 21-30 tahun dengan jumlah 17 jiwa atau 56,67%. Dan sedangkan
petani yang memiliki pengalaman terendah terdapat pada pengalaman 31-40 tahun
dengan jumlah 3 jiwa atau 10%.
Dari keseluruhan konvensional dan jajar legowo pengalaman bertani para
petani paling dominan berjumlah 21-30 tahun. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap wawasan, pengetahuan serta cara berfikir petani untuk dapat bertindak
dan mengelolah usahataninya untuk menghasilkan produksi yang baik. Hal ini
tentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas petani karena dengan
pengalaman petani memiliki pengetahuan yang baik.
Tabel 12. Distribusi Luas Lahan Petani Sistem Konvensional dan Jajar
Legowo di Desa Tanjung Rejo
No Sistem Tanam Rata-rata Luas Lahan
(Rante)
1 Konvensional 8,10
2 Jajar Legowo 8,13
Sumber : Data Primer (di olah 2018)
Luas lahan yang di gunakan oleh para petani dalam penelitian ini memiliki
luas lahan yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi jumlah biaya produksi dan
penerimaan pendapatan di para petani di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Usahatani Padi Jajar Legowo Biasa dan Jajar Legowo Super
Biaya usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
melakukan ushatani padi sawah permusimnya. Biaya produksi terdiri dari bibit,
tenaga kerja, pupuk dan obat-obatan . Jumlah biaya produksi tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah.
Tabel 13. Biaya Usahatani Padi Jajar Legowo Biasa dan Jajar Legowo Super
Permusim Tanam
No. Luas Lahan (Rante)
Konvensional Jajar Legowo
Total Biaya
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
1. Biaya Variabel (VC)
Benih 24.000,- 24.000,-
Pupuk
Urea 51.833.- 54.000,-
Za 32.750.- 30.000,-
Phoska 44.280,- 48.600,-
Pestisida
Tridaksan 10.800,- 10.800,-
Tricin 30.000,- 30.000,-
Upah Tenaga Kerja
Olah Lahan 60.000,- 60.000,-
Penanaman 75.000,- 75.000,-
Pemupukan 20.000,- 20.000,-
Pemanenan 65.000,- 65.000,-
2. Biaya Tetap (FC)
Penyusutan Alat
Hand Sprayer 29.856,- 32.532,-
Total (Rp) 443.519,- 449.932,-
Sumber: Data Primer (Diolah 2018)
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa biaya usahatani yang terbesar
terdapat pada usahatani padi sistem jajar legowo sebesar rata-rata Rp. 449.932,-,
di bandingkan dengan biaya usahatani padi sistem konvensional dengan rata-rata
sebesar Rp.443.519,-. Pada biaya benih kedua sistem tanam sama dengan jumlah
Rp. 24.000 dikarenakan sistem konvensional menggunakan jarak tanam 20 cm x
15 cm, dengan jumlah bibit 1-3 per lubang tanam, sedangkan jajar legowo
menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm, dengan jumlah bibit 3-6 per lubang
tanam. Pada biaya tenaga kerja mulai dari pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan, dan pemanenan memiliki jumlah biaya yang sama di karenakan
menggunakan tenaga kerja dengan tarif upah yang sama per sistem tanamnya.
Sedangkan pada pemupukan dan penyusutan alat mengalami perbedaan biaya, di
mana pada pemupukan sistem konvensional lebih banyak menggunakan pupuk za
namun pada pupuk urea dan phoska lebih sedikit. Ini dikarenakan sistem tanam
konvensional melakukan usahatani menurut pengalaman mereka bertani,
sedangkan sistem tanam jajar legowo mengikuti anjuran penyuluh/pemerintah.
Pada total biaya penyusutan alat sistem jajar legowo biaya yang dikeluarkan
petani lebih besar di bandingkan dengan sistem konvensional yaitu Rp. 32.532,-
per masa tanam,hal ini di karenakan jumlah dan harga alat yang bervariasi. Pada
daerah penelitian, usahatani padi sawah sistem jajar legowo dan sistem
konvensional di kembangkan dan di budidayakan pada lahan milik petani sendiri.
Rata-rata pembudidayaan dilakukan diatas lahan milik sendiri dan sebagian
pekerjaan juga dilakukan oleh tenaga kerja keluarga dalam kelacaran
usahataninya.
Penerimaan Usahatani Sistem Konvensional dan Sistem Jajar Legowo
Penerimaan usahatani padi sistem konvensional dan padi sistem jajar
legowo diperoleh dari hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual.
Dari penelitian yang telah dilakukan di Desa Tanjung Rejo diketahui harga gabah
padi yaitu Rp. 4.700/kg. Untuk melihat lebih jelas berapa besarnya penerimaan
usahatani padi sistem konvensional dan padi sistem jajar legowo dapat dilihat
tabel dibawah ini.
Tabel 14. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Padi Sistem Konvensional dan
Sistem Jajar Legowo Permusim Tanam
Keterangan Konvensional
(Rante)
Jajar Legowo
(Rante)
Produksi (Kg) 257,83 296,33
Harga (Rp) 4.700 4.700
Total Penerimaan (Rp) 1.211.816 1.392.766
Sumber: Data Primer (diolah 2018)
Dari Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa penerimaan dari usahatani
padi sistem konvensional didaerah penelitian sebesar 257,83 kg/rante dengan
harga gabah sebesar Rp.4.700/kg, maka total rata-rata penerimaan usahatani padi
sistem konvensional sebesar Rp.1.211.816. Sedangkan untuk usahatani padi
sistem jajar legowo sebesar 296,33 kg/rante dengan harga gabah Rp. 4.700/kg,
maka total rata-rata penerimaan usahatani padi sistem jajar legowo sebesar Rp.
1.392.766. Produksi dan peneriman sistem tanam jajar legowo lebih besar di
karenakan pada sistem tanam jajar legowo menggunakan jarak tanam yang lebih
lebar yaitu 20 cm x 20 cm, sedangkan konvensional menngunakan jarak tanam 20
cm x 15 cm. Jarak tanam yang lebih lebar dapat mengahsilkan jumlah anakan
yang banyak di karenakan persaingan makanan yang tidak terlalu ketat.
Pendapatan Bersih Usahatani Padi Sawah Sistem Konvensioal dan Jajar
Legowo
Pendapatan usahatani padi sawah sistem konvensional dan jajar legowo di
peroleh dari hasil rata-rata total penerimaan di kurangi rata-rata total biaya
produksi. Untuk melihat lebih jelas berapa besarnya pendapatan usahatani padi
sawah sistem konvensional dan jajar legowo dapat di lihat tabel di bawah ini.
Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sistem Konvensional dan
Jajar Legowo Permusim Tanam
Keterangan Konvensional (Rante) Jajar Legowo (Rante)
Penerimaan (Rp) 1.211.816 1.392.766
Total Biaya (Rp) 443.519 449.932
Total Pendapatan (Rp) 768.297 942.834
Sumber: Data Primer (diolah 2018)
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa total penerimaan usahatani padi
sawah sistem konvensional permusim tanam sebesar Rp.1.211.816,- dan total
biaya produksi usahatani padi sistem konvensional permusim tanam
sebesarRp.443.519,- dan pendapatan yang diterima oleh petani padi sawah sistem
konvensional sebesar Rp.768.297,-, sedangkan usahatani padi sistem jajar legowo
dapat di lihat bahwa total penerimaan rata-rata permusim sebesar Rp. 1.392.766.-
dan total biaya produksi usahatani padi sistem jajar legowo dengan rata-rata
permusim sebesar Rp.449.932.- dan pendapatan usahatani padi sistem jajar
legowo sebesar Rp.942.834,-. Pendapatan sistem jajar legowo lebih besar di
karenakan jumlah produksi dan penerimaannya juga lebih besar di bandingkan
sistem konvensional.
Uji Beda Rata-rata
Uji beda rata-rata pada penelitian ini menggunakan teknik statistik
independent-sampel T Test dengan bantuan SPSS versi 20 for windows. Hasil uji
beda rata-rata data penelitian di tampilkan pada tabel di bawah ini
Tabel 16. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-rata
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
pendap
atan
petani
Equal
variances assumed
1,787 ,187 -10,067 58 ,000 -178005,89 17681,60 -213399,46 -142612,32
Equal
variances not
assumed
-10,067 58,809 ,000 -178005,89 17681,60 -213415,26 -142596,52
Sumber : Data Primer (Diolah 2018)
Dari hasil perhitungan uji beda rata-rata data yang disajikan pada tabel 18
di ketahui pada kolom sig (2 tailed) < dari 0,05, maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara pendapatan usahatani padi sistem konvensional dengan usahatani
padi sistem jajar legowo. Dan di tunujukan Sig (2-tailed) < 0,05 pendapatan
usahtani padi sistem tanam jajr legowo lebih besar di bandingkan pendaptan
usahatani sistem tanam konvensional maka Ho di terima H1 di tolak.
Dimana pendapatan sistem jajar legowo lebih besar karena petani
mengaplikasikan teknik tanam jajar legowo menggunakan jarak tanam yang lebih
lebar di bandingkan sistem konvensional dan ini berpengaruh pada pertumbuhan
jumlah anakan pada tanaman padi. Dan jumlah produksi dan penerimaan sistem
tanam jajar legowo lebih besar di karenakan sistem tanam jajar legowo lebih
banyak membentuk anakan dan produksi gabah lebih besar. Pada perawatan
seperti pemupukan sistem tanam jajar legowo mengikuti anjuran pemerintah dan
lebih teratur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang dilakukan di lapangan, maka dapat
disimpulkan :
1. Total biaya usahatani padi sawah sistem jajar legowo lebih besar di
bandingkan total biaya usahatani padi sawah sistem konvensional.
2. Penerimaan usahatani padi sawah jajar legowo lebih besar di bandingkan
penerimaan usahatani padi sawah sistem konvensional.
3. Pendapatan usahatani padi sawah sistem jajar legowo lebih besar di
bandingkan pendapatan usahatani padi sawah sistem konvensional
4. Berdasarkan uji beda rata-rata di tunjukkan Sig (2-tailed) 0,00 < 0,05 maka
H0 di terima dan H1 di tolak.
Saran
1. Kepada petani sistem konvensional diharapkan dapat mengembangkan
usahatani sistem jajar legowo agar memperoleh keuntungan yang maksimal.
2. Kepada petani agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik dari
pelatihan maupun penyuluhan dari pertanian sehingga dapat meningkatkan
produksi usahatani padi dengan mengaplikasikan sistem tanam jajar legowo .
3. Kepada pemerintah diharapkan lebih sering memberikan penyuluhan kepada
petani yang menggunakan sistem tanam konvensional agar mau untuk
mencoba sistem tanam jajar legowo untuk memperoleh produksi yang lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Purwa, Nugraha. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode SRI
dan Padi Konvensional. Skipsi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi
Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka. BPS
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Eko, Maidarto. 2016. Perbandingan Tingkat Produktivitas Padi Sawah Milik
Sendiri Dengan Padi Sawah Sistem Sakap. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Pangaraian.
Hasanah, Dewi, Puspitasari. 2014. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani
Padi Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tegel. Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Departemen
Agribisnis.
Melasari, Ayudya., Tavi, Supriana., Rahmanta, Ginting. 2012. Analisis
Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo
Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo. Jurnal Agribisni Fakultas
Pertanian. Unversitas Sumatera Utara.
Permata, Ayu, Lia. 2016. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sistem Tanam
Jajar Legowo Dengan Sistem Tegel. Skripsi Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung Bandar Lampung.
Sanur. 2009.Morfologi Tanaman Padi. Diakses pada tanggal 22 februari 2018
(http://hirupbagja.blogspot.co.id/2009/09/morfologi-tanaman-padi.html).
Singgih,2016.Studi KomparatifUsahatani AntaraSistemTanamPadi Jajar
LegowoDan SistemTanamPadi Konvensional. Skripsi
ProgramStudiAgribisnis Fakultas PertanianUniversitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.
, 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press.
Jakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Suratiyah,Ken,2015.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta
Triono Agung. 2016. Perbandingan Tingkat Produktifitas Padi Sawah Dan Padi
Gogo. Skripsi S1 Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Universitas Pasir Pengaraian.