analisis residu insektisida, fosfat dan klorida pada

8
Repository FMIPA 1 ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. Grup Italica) DI PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT Riana Zulfa 1 , Itwawita 2 , Ganis Fia Kartika 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau 2 Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia [email protected] ABSTRACT Chemical insecticides have been widely employed for effective controlling of insect, but their indiscriminate use may create health hazards due to toxic residue that may persist on broccoli. The aims of this study was to analyze the levels of pesticide residues in broccoli with and without rinse with normal and hot water. Diazinon, chlorpyrifos and cypermethrin residues in broccoli were analyzed by gas chromatography, phosphate content by UV Vis spectrophotometry and and Argentometry titration for chloride. The results showed that concentration of diazinon was ranged from 0.4321 to 0.4509 mg/kg, while residues of chlorpyrifos and cypermethrin were not detected. Normal and hot water rinse treatment could reduce 12.5 76.2% and 79.2 89.9% of diazinon residue, respectively. Based on MRL, the level of diazinon residue was under the standard (0.5 mg/kg). The rinse water treatment for phosphate were in the range of 2.2385 6.9725 ppm (normal water) and 46.3305 49.0825 ppm (hot water), while the chloride concentration were 0 0.1258 ppm (normal water) and 0.6296 1.0073 ppm (hot water). It could be concluded that hot water rinse treatment was effectively reduce the level pesticide residues in broccoli. Keywords : broccoli, pesticide residues, washing effect ABSTRAK Insektisida kimia telah banyak digunakan sebagai cara yang efektif untuk pengendalian serangga, namun penggunaaan yang tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan akibat residu beracun yang tertahan pada brokoli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat residu pestisida dalam brokoli dengan dan tanpa pencucian menggunakan air biasa dan air panas. Residu diazinon, klorpirifos dan sipermetrin dalam brokoli dianalisis dengan kromatografi gas, uji fosfat dengan spektrofotometri UV - Vis dan uji klorida dengan titrasi Argentometri (Mohr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi diazinon yang diperoleh berkisar antara 0,4321 0,4509 mg/kg, sedangkan residu klorpirifos dan sipermetrin tidak terdeteksi. Pencucian dengan air biasa dan air panas dapat mengurangi residu diazinon masing masing

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 1

ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA

PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. Grup Italica) DI

PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT

Riana Zulfa1, Itwawita2, Ganis Fia Kartika2

1Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau 2Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau

Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia [email protected]

ABSTRACT

Chemical insecticides have been widely employed for effective controlling of insect, but

their indiscriminate use may create health hazards due to toxic residue that may persist

on broccoli. The aims of this study was to analyze the levels of pesticide residues in

broccoli with and without rinse with normal and hot water. Diazinon, chlorpyrifos and

cypermethrin residues in broccoli were analyzed by gas chromatography, phosphate

content by UV – Vis spectrophotometry and and Argentometry titration for chloride.

The results showed that concentration of diazinon was ranged from 0.4321 to 0.4509

mg/kg, while residues of chlorpyrifos and cypermethrin were not detected. Normal and

hot water rinse treatment could reduce 12.5 – 76.2% and 79.2 – 89.9% of diazinon

residue, respectively. Based on MRL, the level of diazinon residue was under the

standard (0.5 mg/kg). The rinse water treatment for phosphate were in the range of

2.2385 – 6.9725 ppm (normal water) and 46.3305 – 49.0825 ppm (hot water), while the

chloride concentration were 0 – 0.1258 ppm (normal water) and 0.6296 – 1.0073 ppm

(hot water). It could be concluded that hot water rinse treatment was effectively reduce

the level pesticide residues in broccoli.

Keywords : broccoli, pesticide residues, washing effect

ABSTRAK

Insektisida kimia telah banyak digunakan sebagai cara yang efektif untuk pengendalian

serangga, namun penggunaaan yang tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan

akibat residu beracun yang tertahan pada brokoli. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis tingkat residu pestisida dalam brokoli dengan dan tanpa pencucian

menggunakan air biasa dan air panas. Residu diazinon, klorpirifos dan sipermetrin

dalam brokoli dianalisis dengan kromatografi gas, uji fosfat dengan spektrofotometri

UV - Vis dan uji klorida dengan titrasi Argentometri (Mohr). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa konsentrasi diazinon yang diperoleh berkisar antara 0,4321 –

0,4509 mg/kg, sedangkan residu klorpirifos dan sipermetrin tidak terdeteksi. Pencucian

dengan air biasa dan air panas dapat mengurangi residu diazinon masing – masing

Page 2: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 1

sebesar 12,5 – 76,2 % dan 79,2 – 89,9 %. Berdasarkan BMR, tingkat residu diazinon

masih berada di bawah standar yaitu 0,5 mg/kg. Kandungan fosfat pada air pencucian

brokoli dengan air biasa berkisar 2,2385 – 6,9725 ppm dan dengan air panas berkisar

antara 46,3305 – 49,0825 ppm, sedangkan kandungan klorida dalam sampel air

pencucian brokoli dengan air biasa berkisar antara 0 – 0,1258 ppm dan dengan air panas

berkisar antara 0,6296 – 1,0073 ppm. Dapat disimpulkan bahwa pencucian dengan air

panas efektif mengurangi residu pestisida tingkat dalam brokoli.

Kata kunci : brokoli, residu pestisida, efek pencucian

PENDAHULUAN

Brokoli merupakan salah satu

sayuran yang mengalami banyak

diminati. Menurut United States Agency

International (USAID) chapter

Indonesia, peningkatan pangsa pasar

brokoli di Indonesia dengan sasaran

pasar modern meningkat 15 – 20

%/tahun (Asril, 2009). Hal ini

dikarenakan sayuran ini memiliki

kandungan antioksidan cukup tinggi

yang dapat melindungi tubuh dari

serangan penyakit.

Peningkatan permintaan terhadap

brokoli menuntut para petani untuk

dapat mempertahankan maupun

meningkatkan kualitas dan kuantitas

produksi brokoli. Namun proses

produksi sayuran ini tidak terlepas dari

faktor pembatas produktivitas yaitu

serangan hama dan penyakit tanaman

yang. Salah satu cara untuk mengatasi

gangguan hama dan meningkatkan

produktivitas adalah penggunaan

pestisida.

Berdasarkan hasil survey

(wawancara dan kuisioner) pada tanggal

25 Oktober 2014 di Padang Laweh,

khususnya terhadap petani brokoli

diketahui bahwa dari tujuh orang petani

semuanya menggunakan pestisida

sebagai tindakan yang paling tepat

untuk menghilangkan hama tanaman.

Namun dalam penggunaannya tidak

sesuai aturan yang ditetapkan. Tindakan

ini akan menyebabkan kekebalan dan

imunitas dari hama semakin meningkat,

sehingga serangan hama akan terus

bertambah. Hal inilah yang

menyebabkan 71,43% petani akan

mempertinggi dosis pestisida. Dengan

demikian diduga bahwa sayuran

brokoli memiliki banyak residu

pestisida yang terperangkap di

dalamnya.

Jenis petisida yang sering

digunakan di daerah Padang Laweh

terdiri dari beberapa golongan seperti

organofosfat dan piretroid yang

mengandung beberapa jenis bahan

kimia yang sangat beragam seperti

diazinon, sipermetrin dan klorpirifos.

Organofosfat adalah insektisida yang

paling toksik diantara jenis pestisida

lainnya (Hartini, 2014). Sedangkan

piretroid mempunyai sifat sebagai

iritan, tidak mudah teradsorbsi ke kulit,

tetapi mudah teradsorbsi melalui

membran pencernaan dan pernafasan

(Narwanti, dkk, 2012). Selain terdiri

dari berbagai jenis bahan kimia,

pestisida juga mengandung ion-ion

seperti klorida dan fosfat. Klorida dan

fosfat sangat bermanfaat bagi tubuh.

Akan tetapi jika penggunaannnya

berlebihan maka akan menyebabkan

penyakit misalnya kelebihan klorida

Page 3: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 3

dapat mengiritasi sistem pernafasan

(Agung, 2009) dan kelebihan fosfat

akan meyebabkan iritasi, serta dapat

merusak hati dan ginjal (Agnestisia,

dkk, 2012).

Meskipun diduga residu pada

tanaman brokoli cukup tinggi, maka

dengan cara pengolahan yang benar,

konsentrasi residu dapat diperkecil

sehingga aman dikonsumsi masyarakat.

Melalui penelitian ini pengolahan yang

dilakukan adalah dengan proses

pencucian menggunakan air biasa dan

air panas.

METODE PENELITIAN

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Spektrofotometer

UV-Vis (Thermoscientific Genesys 20),

Kromatografi Gas (Shimadzu GC-2010)

dengan detektor FPD dan ECD, ultra

turaks (Heidolph Silentcrusher M),

rotavapor (Heidolph WB ECO),

timbangan analitik (Mettler tipe

AE200), spatula, pisau, talenan, hot

plate, buret 50 mL dan peralatan gelas

yang umum di laboratorium.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel sayur

brokoli, larutan standar pestisida

(diazinon, klorpirifos dan sipermetrin),

aseton, diklorometana, petroleum

benzen, isooktana, toluena, akuades,

asam sulfat (H2SO4) 5 N, kalium

antimonil tartrat (K(SbO)C4H4O6.

1/2H2O), ammonium molibdat ((NH4)6

Mo7O24.4H2O), asam askorbat (C6H8O6)

0,1 M, kalium dihidrogen fosfat

anhidrat (KH2PO4), natrium klorida

(NaCl) 0,0141 N, kalium kromat

(K2CrO4) 5%, perak nitrat (AgNO3)

0,0141 N, dan indikator fenolftalein.

b. Pengambilan dan Persiapan

Sampel

Sampel diambil dari 3 orang

petani brokoli yang siap panen di

daerah Padang Laweh, Sumatera Barat.

Sampel dari masing- masing petani

dipotong ± 2 cm dan dihomogenkan,

kemudian dipisahkan menjadi 3

perlakuan, yaitu untuk analisis tanpa

pencucian, dicuci dengan air biasa, dan

dicuci dengan air panas. Setelah itu

dilanjutkan dengan proses ekstraksi.

c. Proses pencucian sampel dengan

air biasa dan air panas

Sampel brokoli yang telah

dipotong ± 2 cm ditimbang masing –

masing sebanyak 100 gram dan

direndam dalam 200 mL air biasa atau

air panas selama 5 menit, setelah itu

dilakukan penyaringan sehingga

diperoleh filtrat hasil pencucian dengan

volume akhir kurang dari 200 mL.

Filtrat ini dimasukkan ke dalam labu

takar 200 mL dan dipaskan hingga

tanda batas. Filtrat hasil pencucian

brokoli tersebut digunakan untuk uji

fosfat dengan spektrofotometer UV –

Vis dan klorida dengan titrasi

Argentometri (Mohr).

d. Analisis Residu Pestisida

(Direktorat Jenderal Bina

Produksi Tanaman Pangan)

Sampel brokoli yang telah

dipotong ± 2 cm, dipotong lagi lebih

kecil dan ditimbang sebanyak 15 gram,

lalu ditambahkan dengan aseton,

diklorometan dan petroleum benzen

masing – masing sebanyak 30 mL,

campuran tersebut dilumatkan selama ±

60 detik dan disaring. Selanjutnya filtrat

Page 4: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 4

yang dihasilkan dipipet 25 mL ke dalam

labu bulat dan dipekatkan dalam

rotavapor pada suhu tangas air 40oC

sampai kering, dan residu tersebut

dilarutkan dalam 5 mL iso oktana :

toluena (9 : 1, v/v). Ekstrak yang

diperoleh diinjeksikan sebanyak 1 μL

ke dalam Kromatografi Gas.

e. Analisis fosfat (SNI 06 – 6989. 31 –

2005)

Air pencucian sayuran brokoli

dipipet sebanyak 50 ml secara duplo

dan masukkan masing – masing ke

dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 1

tetes indikator fenolftalein. Jika

terbentuk warna merah muda,

tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N

sampai warna hilang, lalu tambahkan 8

ml larutan campuran dan dihomogenkan

hingga terbentuk larutan berwarna biru.

Larutan ini dimasukkan ke dalam kuvet

pada dan dibaca serapannya, lalu dicatat

pada panjang gelombang 665 nm dalam

kisaran waktu antara 21 – 27 menit.

Kandungan fosfat dalam sampel

dihitung dengan menggunakan kurva

kalibrasi yang telah diperoleh.

f. Analisis klorida (SNI 06 – 6989.19

– 2004

Air pencucian sayuran brokoli dan

larutan blanko diambil sebanyak 5 mL

dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

Kemudian masing – masing

ditambahkan 0,2 mL larutan indikator

K2CrO4 5% b/v dan diaduk. Kedua

larutan ini dititrasi dengan AgNO3

hingga titik akhir titrasi dengan

pengulangan tiga kali dan dicatat

volume AgNO3 yang digunakan,

kemudian dirata – ratakan dan dihitung

kandungan klorida dalam sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis residu insektisida

pada tanaman brokoli dan

penurunannya terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis residu insektisida pada sampel brokoli pasca panen dan setelah

proses pencucian dengan air biasa dan air panas

Keterangan :

ttd : tidak terdeteksi

Insektisida Sampel

Brokoli

Residu

(mg/kg)

Pencucian Air Biasa Pencucian Air Panas

BMR

(mg/kg) Residu

(mg/kg)

Residu yang

hilang

(%)

Residu

(mg/kg)

Residu yang

hilang

(%)

Diazinon

A 0,4443 0,3629 18,3 0,0449 89,9

0,5 B 0,4321 0,3782 12,5 0,0881 79,6

C 0,4509 0,1073 76,2 0,0937 79,2

Klorpirifos

A ttd ttd ttd ttd ttd

2,0 B ttd ttd ttd ttd ttd

C ttd ttd ttd ttd ttd

Sipermetrin

A ttd ttd ttd ttd ttd

1,0 B ttd ttd ttd ttd ttd

C ttd ttd ttd ttd ttd

Page 5: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 5

Sampel brokoli yang dianalisis

merupakan brokoli siap panen yang

diambil secara acak dari tiga lahan

petani di daerah Padang Laweh,

Sumatera Barat. Pada Tabel 1

menunjukkan bahwa pada ketiga

sampel brokoli positif mengandung

residu insektisida dengan bahan aktif

diazinon, sedangkan klorpirifos dan

sipermetrin tidak terdeteksi. Hal ini

terbukti dari hasil survei pada tanggal

25 oktober 2014, ketiga petani dominan

menggunakan insektisida dengan bahan

aktif diazinon dibandingkan dengan

insektisida klorpirifos dan sipermetrin

Kandungan residu diazinon yang

diperoleh dari ketiga sampel brokoli

berkisar antara 0,4321 – 0,4509 ppm.

Adanya perbedaan kandungan residu

dari setiap petani dikarenakan para

petani tidak menggunakan insektisida

diazinon dengan takaran atau kuantitas

yang sama, selain itu juga dipengaruhi

oleh waktu aplikasi insektisida yang

berbeda, yaitu pada petani A dan B

penyemprotan dilakukan seminggu

sebelum pengambilan sampel,

sedangkan petani C tiga hari sebelum

pengambilan sampel. Waktu

penyemprotan mempengaruhi proses

degradasi pestisida, semakin lama

selang waktu penyemprotan dilakukan,

maka semakin banyak pestisida yang

terdegradasi.

Kandungan residu diazinon yang

diperoleh dari penelitian ini cukup

tinggi, hal ini disebabkan oleh

penggunaan insektisida diazinon yang

intensif oleh petani, sehingga

kemungkinan akumulasi residu diazinon

pada tanah yang ditanami brokoli cukup

besar. Meskipun demikian, kandungan

residu diazinon pada sayur brokoli ini

masih berada di bawah Batas Maksimun

Residu (BMR) yang ditetapkan oleh

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7313:

2008 yaitu sebesar 0,5 mg/kg (BSN,

2008), sehingga masih dikategorikan

aman untuk dikonsumsi.

Tidak terdeteksinya insektisida

klorpirifos dan sipermetrin pada

tanaman brokoli ini mengandung

beberapa kemungkinan, yaitu pada

brokoli tidak ditemukan residu

insektisida yang diukur, atau

kemungkinan ada residu tetapi di bawah

batas pelaporan (reporting limit) dari

alat Kromatografi Gas terhadap bahan

aktif yang digunakan, yaitu untuk

klorpirifos 0,0128 ppm dan sipermetrin

0,0985 ppm. Selain itu juga dipengaruhi

oleh kondisi cuaca, yaitu satu hari

sebelum pengambilan sampel terjadi

hujan yang cukup deras di daerah

perkebunan brokoli, sedangkan

penyemprotan dilakukan seminggu

sebelum hujan. Hal ini juga sejalan

dengan rendahnya kandungan diazinon

yang ditemukan. Menurut Pradina

(2012), residu pestisida pada umumnya

berasal dari residu permukaan, sehingga

pestisida yang diaplikasikan pada

tanaman brokoli akan mengalami

pencucian (washing – off) oleh air

hujan, sehingga kandungan yang

diperoleh masih di bawah BMR.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Himawan, dkk (2012) yang melaporkan

adanya residu diazinon pada stroberi

dari petani dan pasar di daerah

Tawangmangu Karanganyar, serta pada

kubis dan kacang panjang di pasar

Badung Denpasar oleh Sudewa, dkk

(2008), meskipun masih di bawah

BMR. Keberadaan klorpirifos pada

sayuran telah banyak dilaporkan oleh

para peneliti, seperti yang dilakukan

Lozowicka, dkk (2014) yang

menunjukkan bahwa dalam brokoli

Page 6: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 6

terdapat residu klorpirifos sebesar 1,04

mg/kg. Sedangkan untuk kandungan

sipermetrin cukup tinggi ditemukan

pada tomat, kubis, selada dan sawi oleh

Choy, dkk (1998), serta pada bawang

merah oleh Narwanti, dkk (2012), akan

tetapi untuk sayuran brokoli

berdasarkan penelitian Bima dalam

Yenita, dkk (2012) diperoleh

kandungan sipermetrin sebesar 0,5129

ppm yaitu masih di bawah BMR.

Proses pencucian dapat

mengurangi bahkan menghilangkan

kandungan residu insektisida diazinon

dalam sayuran brokoli seperti yang

terlihat pada Tabel 1. Pada proses

pencucian menggunakan air biasa,

kandungan residu dari ketiga sampel

mengalami penurunan sebesar 12,5 % –

76,2 %. Jika dibandingkan dengan

pencucian menggunakan air panas

terlihat bahwa penurunan diazinon jauh

lebih besar yaitu berkisar antara 79,2 –

89,9 %. Besarnya Penururan ini

berkaitan dengan suhu pada proses

pencucian, dengan adanya panas maka

akan menurunkan energi aktivasi

sehingga proses kelarutan semakin

besar, selain itu pestisida akan mudah

terurai seperti yang dijelaskan oleh

Tarumingkeng (1992), panas akan

mempercepat penguapan yang

menyebabkan penghancuran insektisida

yang lebih cepat. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Alsuhendra (1998) yang menemukan

bahwa residu pestisida yang terkandung

dalam sayuran mentah akan mengalami

penurunan dan bahkan ada yang bisa

dihilangkan setelah sayuran tersebut

mengalami pengolahan baik dengan

pemanasan (perebusan, penumisan,

pembuatan sop dan sayur asam)

maupun yang hanya dengan pencucian.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

ditunjang oleh penelitian yang

dilakukan oleh Sudibyaningsih (1990)

dalam Ameriana, dkk (2000) yang

memberikan informasi bahwa

pencucian pada kubis dapat

menurunkan residu diazinon sekitar

55%. Selain itu Chandra, dkk (2014)

menyatakan pencucian dengan air panas

mampu mengurangi kadar residu

pestisida monokrotofos dan klorporifos

dalam bunga kol dan cabai sebanyak 35

– 74 % dari keadaan awal.

Pada air hasil pencucian ternyata

ditemukan kandungan fosfat dan klorida

seperti yang terlihat pada Tabel 2. Hal

ini membuktikan bahwa di dalam air

cucian brokoli ada fosfat dan klorida

yang terurai. Kandungan fosfat yang

diperoleh dalam air biasa adalah sekitar

2,2385 – 6,9725 ppm dan kandungan

tertinggi terdapat pada air panas yaitu

sekitar 46,3305 – 49,0825 ppm.

Tingginya kandungan fosfat pada air

panas sejalan dengan hilangnya residu

diazinon pada pencucian menggunakan

air panas yang disebabkan oleh

meningkatnya kelarutan.

Tabel 2. Hasil Analisis kandungan fosfat dan klorida pada air pencucian sampel brokoli

Preparasi Kode Sampel Konsentrasi PO43- (ppm) Konsentrasi Cl- (ppm)

Air Biasa

A 6,9725 0,1258

B 2,2385 0,1258

C 3,1192 0

Air Panas

A 49,0825 0,8812

B 48,6240 1,0073

C 46,3305 0,6296

Page 7: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 7

Pada pengujian klorida dalam air

cucian brokoli, diperoleh konsentrasi

klorida yang yaitu untuk air biasa 0 –

0,1258 ppm dan untuk air panas sekitar

0,6296 – 1,0073 ppm. Ditemukannya

klorida dalam air cucian ini bisa

disebabkan oleh kondisi sampel brokoli

saat pemanenan yang masih terdapat

partikel tanah yang menempel pada

permukaan bunga brokoli yang sangat

rapat, sehingga pada saat pencucian

partikel – partikel tanah ini akan masuk

ke dalam air pencucian sampel. Adanya

kandungan klorida pada tanah yang

ditanami brokoli ini bisa berasal dari

rotasi tanaman yaitu penanaman

berbagai jenis tanaman secara bergiliran

di satu lahan sehingga memungkinkan

penggunaan pestisida dengan jenis yang

beragam, dengan demikian

memungkinkan akumulasi residu

pestisida yang mengandung klorida

belum terdegradasi dalam tanah.

Berdasarkan hasil penelitian ini

dapat digambarkan bahwa proses

pencucian dapat menurunkan

kandungan residu pestisida pada

sayuran, sehingga jika brokoli

dilakukan pengolahan lebih lanjut

seperti dimasak akan aman untuk

dikonsumsi, karena beberapa komponen

pestisida yang cukup berbahaya seperti

fosfat dan klorida juga ikut terlarut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa tanaman brokoli

positif mengandung residu pestisida

dengan bahan aktif diazinon sebesar

0,4321 – 0,4509 mg/kg, sedangkan

untuk klorpirifos dan sipermetrin tidak

terdeteksi. Proses pencucian dengan air

panas lebih baik dibandingkan dengan

air biasa. Air panas mampu

menurunkan residu diazinon sebesar

79,2 – 89,9%, sedangkan air biasa

hanya sebesar 12,5 – 76,2% dari

keadaan awal. Kandungan fosfat dan

klorida dalam air cucian sampel brokoli

berkisar antara 2,2385 – 6,9725 ppm

dan 0 – 0,1258 ppm untuk air biasa, dan

untuk air panas sekitar 46,3305 –

49,0827 ppm dan 0,6296 – 1,0073 ppm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima

kasih kepada pembimbing penelitian

Ibu Dra. Itnawita, M.Si dan Ibu Ganis

Fia Kartika, M.Si beserta seluruh pihak

yang telah mambantu sehingga

penelitian ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agnestisia, R., Komari, N., Sunardi.

2012. Adsorpsi Fosfat (PO43-)

Menggunakan Selulosa Purun

Tikus (Eleocharis dulcis)

Termodifikasi Heksadesil

Trimetilammonium Bromida

(HDTMABr). Sains dan Terapan

Kimia. 6 (1): 71 – 86.

Agung, T.U. 2009. Analisis Kadar

Klorida pada Air dan Air Limbah

dengan Metode Argentometri.

Karya Ilmiah. USU, Medan.

Alsuhendra. 1998. Studi Residu Petisida

Pada Bahan Makanan Dan

Pengaruhnya Terhadap Keaadan

Biokimia Darah Dan Organ

Tubuh Tikus. Tesis. Program

Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Page 8: ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA

Repository FMIPA 8

Ameriana, M., Basuki, R.S.,

Suryaningsih, E., Adiyoga, W.

2000. Kepedulian Konsumen

Terhadap Sayuran Bebas Residu

Pestisida (Kasus pada Sayuran

Tomat dan Kubis). Jurnal

Hortikultura. 9(4): 366-377.

Asril, Z. 2009. Analisis Kondisi dan

Desain Indikator Kinerja Rantai

Pasokan Brokoli (Brassica

oleracea) di Sentra Hoktikultura

Cipanas – Cianjur, Jawa Barat.

Skripsi. IPB, Bogor.

BSN. 2008. Standar Nasional Indonesia

batas maksimum residu pestisida

pada hasil pertanian. Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Chandra, S., Kumar, M., Mahindrakar,

A. N., Shinde, L. P. 2014. Effect

of Washing on Residues of

Chlorpyrifos and Monocrotophos

in Vegetables. International

Journal of Advanced Research. 2

(12): 744 – 750.

Choy, L. H. L. F., Seeneevassen, S.

1998. Monitoring Insecticide

Residue In Vegetables and Fruits

at The Market Level. Food

Agricultural Research Council.

Himawan, H., Santoso, B., Suhendi, A.

2012. Penetapan Kadar Residu

Diazinon pada Buah Stroberi

(Fragaria Sp.) Setelah Pencucian

Dengan Metode GC. Naskah

publikasi. UMS, Surakarta.

Łozowicka, B., Jankowska, M. 2014.

Effects of Technological

Processing on Levels of Fungicide

and Insecticide Residues in

Broccoli. Dubai, 21 – 22 Maret

2014.

Narwanti, I., Eko, S., Chairil, A. 2012.

Residu Pestisida Piretroid pada

Bawang Merah di Desa Srigading

Kecamatan Sanden Kabupaten

Bantul. Jurnal Ilmiah

Kefarmasian. 2 (2): 119 – 128.

Pradina, E.L. 2012. Aplikasi Metode

GC-MS untuk Penetapan Kadar

Residu Profenofos pada Buah

Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah

Pencucian. Naskah publikasi.

Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Surakarta.

Sudewa, K. A., D.N Suprapta., M.S.

Mahendr, A. 2008. Residu

Pestisida Pada Sayuran Kubis

(Brassica oleracea L.) dan Kacang

Panjang ( Vigna sinensis L.) yang

Dipasarkan Di Pasar Badung

Denpasar. Ecothrophic. 4 (2): 125

– 130.

Tarumingkeng, R C. 1992. Insektisida;

Sifat, Mekanisme Kerja dan

Dampak Penggunaannya. Skripsi.

Universitas Kristen Krida

Wacana, Jakarta.

Yenita, R.N., Amin, B., Jose, C. 2012.

Analisis Kadar Residu Pestisida

Organofosfat dan Antioksidan

Pada Bayam (Amaranthus sp) di

Perkebunan Kartama Kecamatam

Marpoyan Damai Pekanbaru.

Tesis. UR, Pekanbaru.