analisis resiko usahatani tanaman pangan lahan kering
TRANSCRIPT
ANALISIS RESIKO USAHATANI TANAMAN PANGAN LAHAN KERING DIKECAMATAN SEMANU
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
A. Pendahuluana. Latar Belakang
Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan
pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak
krisis pangan. Tanaman pangan yang banyak diusahakan di Indonesia berupa
padi, singkong, kedelai, kacang tanah, ubi-ubian dan lainnya. Sebagian wilayah
Indonesia sangat cocok untuk ditanami tanaman pangan dan tanaman hortikultura
akan tetapi sebagian tidak cocok untuk ditanami tanaman hortikultura tetapi cocok
untuk tanaman pangan. Hal ini tergantung jenis tanah yang di daerah masing-
masing pertanian sehingga tanaman yang akan ditanampun berbeda.
Pada pertanian lahan kering tidak banyak jenis tanaman yang tumbuh pada
lingkungan ini karena minimnya air dan unsure hara yang dimiliki tanah. Menurut
Notohadiprawiro (2006), lahan kering atau upland mempunyai cirri-ciri
produktivitas yang rendah dengan resiko yang tinggi. Resiko tersebut berupa
iklim, bencana kekeringan, hama dan lainnya nanti yang mengakibatkan gagal
panen atau panen kurang optimal. Hal tersebut dapat menimbulkan resiko dalam
berusahatani.
Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga oetani umumnya mempunyai
dua tujuan yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk keamanan
dengan cara miminimalkan resiko termasuk keinginan untuk memiliki persediaan
pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya dijual,
Soedjana, Tjeppy (2007).
Pada kabupaten Gunungkidul termasuk dalam pertanian lahan kering
dimana ketersediaan air tergantung pada hujan dan pompa pada sungan yang
terdekat, dan apabila lahan pertanian tersebut jauh dari sumber air maka lahan
tersebut tidak dapat diolah sehingga petani pada saat musim kemarau akan
mempunyai resiko yang tinggi untuk gagal panen karena kekeringan. Pada
pertanian Kabupaten Gunungkidul ini lebih dominan adalah tanaman pangan
dimana padi saat musim hujan, palawija saat musim kemarai1 dan musim
kemarau 2. Dengan kondisi Kabupaten gunungkidul dengan pertanian lahan
kering ini maka petani akan menghadapi resiko saat musim kemarau tiba. Dimana
resiko tersebut berpengaruh pada biaya usahatani, dan hasil yang diperoleh
tersebut berpengaruh pada pendapatan. Diketahuinya biaya usahatani yang
dikeluarkan, penerimaan dan pendapatn yang diterima petani akan diketahui besar
resiko yang dihadapi petani untuk usahatani tanaman pangan lahan kering.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui biaya, penerimaan dan
pendapatan usahatani tanaman pangan pada lahan kering serta mengetahui tingkat
resiko usahatani pada lahan kering.
c. Kegunaan Penelitian
1. Bagi petani diharapkan dengan diketahui tingkat resiko maka petani dapat
meminimalkan resiko.
2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk penelitian.
3. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan bagi petani.
B. Kerangka Pendekatan Teori
a. Tinjauan Pustaka
1. Pertanian Lahan Kering
Lahan atau tanah merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai
peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah
diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya.
(Hasnudin dan Enzia, 2004). Lahan kering uang digunakan Kelompok Penelitian
Agroekosistem (KEPAS,1986) dalam (Notohadiprawiro, 2006) sebagai padanan
dry land.
Ciri-ciri usahatani lahan kering adalah sebagai berikut (i) Produktifitas yang
sangat rendah; (ii) tanaman yang ditanam adalah jagung, padi lading, ubi-ubian
dan kacang-kacangan (umumnya jagung merupakan tanaman utama); (iii) Mixed
cropping sebagai strategi antisipasi gagal panen; (iv) teknologi berasaskan low
input; (v) budidaya yang tradisional (manual); (vi) penguasaan lahan yang terbatas
karena kendala tenaga kerja; serta (vii) cenderung menerapkan lading berpindah
yang berotasi sebagai upaya penyembuhan lahan secara tradisional (Basuki, 2005
dan Notohadiprawiro, 1989) dalam penelitian Beny (2009).
Pertanian lahan kering atau lahan tadah hujan adalah pertanian yang
diusahakan tanpa penggenangan lahan garapan. Maka padi sawah dan perikanan
kolam (air tawar dan tambak) tidak termasuk, akan tetapi padi gogo, palawija,
perumputan pakan, perkebunan dan pekarangan termasuk pertanian lahan kering.
(Notohadiprawiro, 2006)
2. Usahatani
Usahatani merupakan organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau
sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus,2008)
Biaya
Menurut Soekartawi (1995) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) sehingga dapat
ditulis dengan rumus :
TC = FC+VC
Dimana TC = Total Cost,
FC = Fixed cost dan
VC=Variabel cost.
Menurut Sugiarto (2007) biaya dari input diarahkan sebagai balas jasa dari
input tersebut pada pemakaian terbaiknya. Biaya ini tercermin dari biaya korbanan
(opportunity cost) yang terdiri dari biaya eksplisit (TEC) dan biaya implicit (TIC)
sehingga dapat ditulis dengan rumus :
TC = TEC+TIC
Penerimaan
Penerimaan merupakansejumlah uang yang diterima petani dari penjualan
hasil produksi kegiatan usahatani. Dapat dihitung dengan jumlah output yang
dihasilkan (Y) dengan harga jual (Py). Dimana besarnya penerimaan tergantung
pada jumlah output yang diproduksi (Y) semakin besar Y maka semakin besar
penerimaannya. Dapat ditulis dengan rumus
TR=Y.Py
Pendapatan dan keuntungan
Pendapatan usahatani (NR) merupakan selisih antara penerimaan dengan
total biaya eksplisit, sedangkan keuntungan (π) adalah selisih antara penerimaan
total (TR) dengan biaya total (TC) dimana biaya yang dikeluarkan adalah biaya
yang dikeluarkan baik eksplisit maupun implicit dalam proses produksi. Dapat
ditulis dengan rumus NR = TR-TEC dan Π= TR-TC.
3. Resiko
Menurut kamus Webster’s Third News International Dictionary (1963)
dala Soekartawi, dkk (1993), istilah resiko atau risk dimaksudkan kepada
“terjadinya kemungkinan merugi” atau possibility of loss, jadi peluang akan
terjadinya diketahui terlebih dahulu. Dalam pertanian misalnya adanya musim
kemarau yang melanda daerah tersebut atau gagal panen.
Setiap aktivitas manusia selalu mengandung resiko karena ada
keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan dating.
Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya resiko) tidak
dapat dikontrol dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan
resiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk
menanggulanginya artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar
akibat yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dihilangkan (Soemarno,
2007)
Menurut Soenaryo (2007) salah satu ukuran resiko adalah simpangan
baku. Ukuran resiko yang lazim adalah simpangan baku (standart deviasi).
Standart deviasi adalah akar dari varian (variance).
σ x=√∑i=1
n
( X i−X )2
n
Dimana σ x = simpangan baku
X i = nilai pengamatan ke i
X = nilai rata-rata
n = jumlah sampel
Menurut Darmawi, Herman (2004), belum ada alat ukur yang disarankan
untuk mengukur resiko, tetapi hubungan terhadap probabilitas telah diketahui.
Secara tehnik statistic, variasi nilai-harapan dapat diukur selain menggunakan
standar deviasi juga dapat dihitung dengan menggunakan koefisien variasi.
Formula dari koefisien variasi adalah membagi standar deviasi dengan rata-rata.
koefisien variasi= standar deviasirata−rata
Besar resiko yang akan dihadapi dapat dilihat dengan membandingkan
koefisien variasi dari dua usahatani. Semakin besar koefisien variasi dari
usahatani maka semakin besar pula resiko yang akan dihadapi petani dan
sebaliknya.
4. Hasil Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian Pramudiyanthi (2006) menganalisis resiko tiap kegiatan
produktih petni lahan tadah hujan di kabupaten Klatem. Hasil penelitiaanya
menyatakan pada pendapatan off farm mempunyai resiko yang paling besar yang
harus ditanggung oleh petani dibanding resiko pada kegiatan on farm.
Berdasarkan studi kasus yang diklakukan Irianto (2007) menyatakan lahan
kering Gunungkidul merupakan areal pertanian yang kurang produktif sehingga
pertaniannya didominasi tegalan berupa ubi kayu, kacang tanah, kedelai, dan
sebagian padi pada musim hujan. Resiko gagal panen yang tinggi akibat
kekeringan karena ketersediaan air yang terbatas terutama musim kemarau.
Pada penelitian yang dilakukan Istiyanti (1999) menyatakan bahwa
koefisien variasi pendapatan dan probabilitas memperoleh pendapatan dibawah
harapan minimum sehingga resiko usahatani bawang merah lebih besar dari pada
usahatani cabai merah dan semangka.
b. Kerangka Pemikiran
Petani dalam pemenuhan keutuhan sehari-hari dituntut untuk melakukan
kegiatan ushatani yakni dengan mengelola sumber daya sebagai input menjadi
hasil produksi sebagai output. Usahatani tanaman pangan lahan kering pada saat
musim kemarau 1 desa Ngeposari tidak banyak tanaman pangan yang hidup disaat
musim ini, hanya tanaman kacang tanah dan kedelai yang mampu masih
diusahakan. Dalam melakukan usahatani, petani membutuhkan input yakni benih,
pupuk, dan tenaga kerja yang dibebankan dengan harga tertentu oleh petani yang
akan menjadikan Total Cost. Dengan proses input tersebut petani akan
mendapatkan output dan dengan adanya harga yang berlaku dipasar maka petani
akan mendapatkan penerimaan dimana bila penerimaan tersebut dikurang dengan
Total Cost maka akan mejadikan pendapatan bagi petani. Biaya total dan
pendapatan mengadung resiko karena dalam meminimalkan resiko gagal panen
karena kekeringan pada saat musim tersebut maka petani akan memerlukan biaya
yang lebih dibanding musim-musim sebelumnya. Dengan besarnya biaya total
yang diterima petani akan berdampak pada besar pendapatan yang akan diterima
petani. Selain total biaya dan pendapatan, penerimaan juga mengandung resiko
karena perbedaan harga yang berlaku dipetani dan tergantung pula pada jumlah
panenan yang dihasilkan petani.
C. Metode Penelitian
a. Tehnik pengambilan Sampel dan pengumpulan data
Jenis penelitian adalah penelitian survey dengan metode diskriptif analisis
yang dilaksanakan di Dusun Kalang Bangi Lor B, Desan Ngeposari, Kabupaten
Gunung Kidul. Tempat dipilih secara purposive karena Kalang Bangi Lor B
sering dijadikan tempat untuk percobaan dan pelatihan pertanian dan Desa
Ngeposari mempunyai produksi tanaman pangan tertinggi pertama adalah kedelai
dan kacang tanah tertinggi kedua di Gunungkidul. Sampel yang diambil dengan
menggunakan metode sensus yakni dengan mengambil seluruh populasi yang
berjumlah 56 petani Dusun Kalang Bangi Lor B yang tergabung dalam kelompok
tani Buga Kisma. Data yang diambil adalah data primer yang diambil dari hasil
wawancara dengan petani dan observasi objek penelitian serta data sekunder yang
didapat dari lembaga-lembaga yang terkait dengan tujuan penelitian.
b. Asumsi dan Pembatasan Masalah
Asumsi
1. Harga factor produksi dan hasil produksi merupakan harga pada saat peneltian.
2. Tingkat teknologi petani dianggap sama selama penelitian
3. Biaya penyusutan alat-alat yang sama pada kegiatan usahatani dianggap sama.
Pembatasan masalah
Penelitian dilakukan pada usahatani tanaman kedelai dan kacang tanah pada saat
musim kemarau pertama pada tahun 2009.
c. Definisi Operasional
1. Lahan kering adalah pertanian yang tidak mempunyai system pengairan dan
ketersediaan air tergantung dari curah hujan dalam luasan hektar (ha).
2. Usahatani adalah suatu usaha mengolah tanah untuk ditanami kemudian
hasilnya dijual atau dikonsumsi.
3. Petani adalah pelaku dalam kegiatan usahatani.
4. Tanaman pangan adalah tanaman yang dimana hasilnya dapat dikonsumsi
manusia, kacang tanah dan kedelai dihitung dalam satuan kg.
5. Faktor produksi adalah bahan atau alat yang digunakan dalam proses
produksi.
6. Benih adalah biji yang telah dipilih yang akan digunakan dalam proses
kegiatan usahatani (kg/musim)
7. Pupuk adalah bahan kimia atau organism yang meyediakan unsure hara bagi
kebutuhan tanaman.
8. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dalam kegiatan usahatani dalam
satuan hko.
9. Harga output adalah harga penjualan produksi yang diterima oleh petani
dalam satu kali tanam dalam satuan rupiah (Rp/kg)
10. Biaya Total adal biaya yang dikeluarjkan petani
11. Produksi adalah hasil dari usahatani yang ditanam petani diukur dalam (kg)
12. Penerimaan (TR) adalah hasil kali dari hasil yang diperoleh dari pertanian
dengan harga produk (Rp)
13. Pendapatan (NR) adalah total penerimaan yang dikurangi dengan biaya total
(Rp)
14. Resiko adala suatu kondisi tidak pasti dengan peluang kejadian tertentu yang
menimbulkan konsekuensi yang tidak menguntungkan.
d. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis usahatani dan analisis resiko.
1. Usahatani
Biaya, penerimaan dan pendapatan
Total biaya (TC) dinyatakan dalam rumus sebagai berikut
TC = TIC+TEC
Penerimaan dapat dihitung dengan
TR=Y.Py
Dalam perhitungan pendapatan yang telah dicapai petani dapat dihitung dengan
rumus :
NR = TR-TEC
2. Resiko
Untuk mengukur resiko digunakan koefisien variasi. Formula dari koefisien
variasi adalah dengan membagi standar deviasi denga rata-rata.
koefisien variasi= standar deviasirata−rata
Standar deviasi adalah akan dari varian (variance).
σ x=√∑i=1
n
( X i−X )2
n
Besarnya resiko dapat dilihat dari koefisien variasi dari usahatani. Bila
koefisien variasi dari usahatani semakin besar maka semakin besar pula resiko
yang akan dihadapi petani dan sebaliknya.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Profil Petani Lahan kering
Sebagian besar petani dari 56 petani pada penelitian sebanyak 66.07 persen
berusia produktif dan sisanya 33.93 persen berusia non produktif sehingga BDR
yang diperoleh 51.35 persen. Arti dari BDR tersebut adalah setiap 100 penduduk
produktif terdapat 51 penduduk nonproduktif sehingga 1 penduduk produktif
terdapat 2 penduduk nonproduktif. Sebagian besar berjenis kelamisn pria
sebanyak 98.21 persen dan lainnya berjenis kelamin perempuan.
Tingkat pendidikan petani didesa Ngeposari 73.21 persen berpendidikan
SD, 17.86 persen berpendidikan SMP dan 8.93 berpendidikan SMA. Pekerjaan
sampingan yang deikerjakan petani sebanyak 58.93 persen mempunyai pekerjaan
sampingan buruh tani dilahan orang lain, 19.64 persen tidak mempunyai
pekerjaan sampingan dan sisanya bekerja sampingan sebagai pengrajin batu,
pedagang, tukang bangunan, makelar tanah.
Pada saat musim kemarau I dari 56 petani sebanyak 29 petani mempunyai 2
lahan yang diatanami 2 komoditas yaitu kacang tanah dan kedelai, 18 petani
hanya menanam kedelai saja dan 9 lainnya menanam kacang tanah. Dengan luas
lahan garapan yang dikelola petani untuk komoditas kedelai sebesar 48.94 persen
petani mengelola luas 0.12-0.21 ha, 40.43 oersen 0.02-0.11 ha dan sisanya
menggarap lahan seluas 0.22 ha. Komoditas kacang tanah 39.47 persen mengelola
lahan 0.19-0.27 ha, 34.21 persen dengan luas 0.1-0.18 ha dan lainnya mengarap
lahan dengan luas 0.28 ha. Dengan kepemilikan lahan sebesar 97.87 persen petani
mempunyai sendiri lahan tersebut dan 21.28 persen bukan kepemilikna sendiri
atau menyewa.
b. Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering
1. Analisis biaya usahatani lahan kering
Biaya usahatani yang dikeluarkan petani meliputi biaya sarana produksi,
biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya lain-lain. Dimana biaya satu
dengan biaya yang lain tidak sama.
Penggunaan biaya dan sarana produksi
Tabel 1 Biaya Sarana Produksi kegiatan usahatani tanaman pangan Musim Kemarau 1 per 0.2 ha
komponen Kedelai Kacang TanahJumlah Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Benih (Kg)Phonska (Kg)
8,0329,57
45.36351.753
15,9219,79
97.45734.631
97.116 132.088Sumber : Data Primer 2009
Dalam usahatani benih yang dipakai petani dalam 0,2 ha sebanyak 8.03 kg
dan kacang tanah sebanyak 15,92 kg. untuk pemakaian pupuk phonska dalam
sekali musim tanam sebanyak 29,57 untuk usaha tani kedelai dan 19,79 kg untuk
usahatani kacang tanah.
Tenaga kerja usahatani tanaman pangan lahan keringTabel 2 Penggunaan tenaga kerja kegiatan usahatani tanaman pangan musim
kemarau 1 per 0.2 haKomponen Kedelai Kacang Tanah
DK LK Biaya (Rp) DK LK Biaya (Rp)TanamPenyianganPemupukanPanenPasca Panen
3,196,871,492,914,03
1,772,44
02,651,71
35.48736.630
079.46125.688
413,871,542,086,66
4,050,37
04,051,87
81.0535.526
0121.57928.026
Jumlah 18,50 8,58 177.267 28,14 10,34 236.184Sumber : Data Primer 2009
Pada usahatani dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu tenaga kerja
dalam keluarga (DK) dan tenaga kerja luar keluarga (LK) tenaga kerja luar
keluarga akan dibebankan sebagai biaya yang harus dikeluarkan petani dimana
termasuk dalam biaya explicit petani. Perbedaan perlakuan dalam tiap usahatani
mengakibatkan perbedaan dalam pemakaian tenaga kerja.
.Biaya lain-lainTabel 3 Biaya lain-lain Usahatani Musim Kemarau 1 usahatani per 0.2 ha.
Komponen Kedelai Kacang TanahBiaya Depresiasi
CangkulBajakGAruAritGathulLengisHandprayerTeserTotal
Biaya Sewa tanah
1.0381.277
01.5341.434
46778
1.2777.106
58.173
1.019351
3.5091.7011.480
48448
7899.382
29.47465.279 38.856
Sumber : Data Primer 2009Pada biaya lain-lain ini terdiri dari dua variable utama yaitu biaya
depresiasi yang berasal dari alat-alat digunakan dalam kegiatan usahatani dan
biaya sewa tanah. Dari table 3 dapat dilihat biaya lain-lain pada kedelai sebesar
Rp 65.279 dan kacang tanah sebesar Rp 38.856.
Biaya totalTable 4 Biaya total kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I
komponen Kedelai (Rp) Kacang Tanah (Rp)Sarana produksiTenaga Kerja HKOBiaya lain-lain
97.166177.26765.279
132.088236.18438.856
Total 339.662 407.128Sumber : Data Primer 2009
Total biaya dari biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani diperoleh Rp 339.662 untuk kedelai dan Rp 407.128 untuk kacang tanah.
2. Produksi dan penerimaan usahatani tanaman pangan lahan keringTable 5 penerimaan kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I
komponen Kedelai Kacang TanahJumlah (kg) Nilai (Rp) Jumlah (Kg) Nilai(Rp)
Produk Limbah
148,10172,05
923.552126.942
200,00325,29
1.353.355160.666
1.050.494 1.514.021Sumber : Data Primer 2009
Output yang diterima petani berupa hasil dari produk dan limbah dari
usahatani tersebut. Dari penerimaan tersebut diperoleh sebesar Rp 1.050.494
untuk kedelai dan kacang tanah sebesar Rp 1.514.021.
3. Pendapatan usahatani tanaman pangan lahan keringTable 6 Pendapatan kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I
komponen Kedelai (Rp) Kacang Tanah (Rp)PenerimaanBiaya Total
1.050.494339.662
1.514.021407.128
Pendapatan 710.832 1.106.893Sumber : Data Primer 2009
Dari penerimaan hasil yang dijual petani dan biaya total yang dikeluarkan
petani maka diperoleh pendapatan sebesar Rp 710.832 untuk kedelai dan Rp
1.106.893 untuk kacang tanah.
c. Analisis ResikoTabel 7 koefisien variasi biaya total, penerimaan dan pendapatan petani kedelai
dan kacang tanah lahan kering di Desa Ngeposari tahun 2009 (per 0,2 ha)Uraian Kedelai Kacang Tanah
Rata-rata (Rp)
Standar deviasi (Rp)
Koef. variasi
Rata-rata (Rp)
Standar Deviasi(Rp)
Koef. variasi
Biaya TotalPenerimaanPendapatan
339.6621.050.494
710.832
159.797229.740232.270
0.470.220.33
407.1281.514.0211.106.893
229.596623.270463.654
0.560.410.42
Sumber : Data Primer 2009Dari biaya total rata-rata, penerimaan dan pendapatan dapat dihasilkan
standar deviasi dimana standar deviasi tersbut digunakan untuk mendapakan
koefisien variasi. Koefisien variasi terbesar adalah koefisien variasi kacang tanah
baik biaya total, penerimaan dan pendapatan sehingga dapat disimpulkan bahwa
resiko yang ditanggung petani kacang tanah lebih besar dibandingkan petani
kedelai.
E. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1. Usahatani tanaman pangan lahan kering di desa Ngeposari dengan luas 0.2ha
pada musim kemarau 1 mengeluarkan biaya eksplisit sebesar Rp 407.128 untuk
kacang tanah dan Rp 339.662 untuk kedelai.
2. Penerimaan terbesar usahatani tanaman pangan lahan kering pada musim
kemarau 1 sebesar Rp 1.514.021 untuk kacang tanah dan Rp 1.050.494 untuk
kedelai.
3. Pendapatan petani tanaman pangan lahan kering sebesar Rp 1.106.893 untuk
kacang tanah dan kedelai sebesar Rp 710.832
4. Koefisien variasi lebih tinggi yaitu usahatani kacang tanah baik koefisien
variasi untuk biaya, koefisien variasi untuk penerimaan maupun koefisien
variasi untuk pendapatan sehingga resiko yang lebih besar yang harus
ditanggung petani adalah usahatani kacang tanah dari pada usahatani kedelai.
b. Saran
1. Masyarakat Kecamatan Semanu agar lebih aktif dalam kelompok tani agar
kegiatan usahatani menjadi lebih terkoordinasi, baik pengadaan sarana
produksi, teknik budidaya maupun pemasaran hasil panen sehingga pertanian
menjadi lebih maju dan terencana dengan baik.
2. Adanya peran pemerintah dalam pengadaan sarana produksi dengan pemberian
subsidi agar terjangkau oleh petani, pemerintah juga berperan dalam
penyebaran informasi harga pasar hasil pertanian kepada petani. Perlunya
peningkatan tehnologi benih dan budidaya agar hasil usahatani meningkat serta
resiko gagal panen dapat dikurangi.
3. Adanya kerjasama BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) dengan petani
guna penyebaran informasi cuaca sehingga petani dapat memperkirakan
tanaman yang akan ditanam untuk mengantisipasi gagal panen akibat
kekeringan.
Daftar Pustaka
Beny. Ulu Meak. 2009. Penanganan dan Pengolahan Lahan Kering di Desa Dampingan Program Pidra. Timor-Timor
Damanik, MN.2007.Analisis Resiko dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Dengan Pola Tanam Tumpangsari di Desa Sinar Harapan KEcamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan. Kumpulan Abstrack Jurusan social ekonomi pertanian. Universitas Lampung. Lampung
Darmawi, Hermawan.2004. Manajemen Resiko. Bumi Aksara. Jakarta
Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisinis. Bumu Aksara. Jakarta.
Hasnudin dan Ezia.2004. Rencana Pemanfaatan Lahan Kering Untuk Pengembangan Usaha Peternakan Ruminansia Dan Usahatani Terpadu Di Indonesia. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Hernanto,F. 1995. Ilmu Usahatani. PEnebar Swadaya. Jakarta.
Istiyanti, Eni. 1999. Analisis Pendapatan Dan Resiko Usahatani Bawang Merah Dan Tanaman Alternatif. Jurnal Agr-UMY. VII(2):1-5
Notohadiprawiro,T. 2006. Pertanian Lahan Kering Di Indonesia : Poetensi, Prospek, Kendala Dan Pengembangannya. UGM. Yogyakarta
RINGKASAN SKRIPSI
ANALISIS RESIKO USAHATANI TANAMAN PANGAN LAHAN KERING DIKECAMATAN SEMANU
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Disusun oleh Kartika Wulandari H451114011
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AGRIBISNISSEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012