analisis risiko produksi tomat cherry pada pd … · tujuan dari penelitian ini ... seperti...
TRANSCRIPT
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY
PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS,
KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
ASHABUL YAMIN
H34104022
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
RINGKASAN
ASHABUL YAMIN. Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry Pada PD Pacet
Segar , Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang
pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan
menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Pertanian terbagi atas tiga
sub sektor yaitu perkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura. Holtikultura
menjadi salah satu pusat perhatian karena berdasarkan data ekspor impor tahun
2008 dan 2009 menunjukkan bahwa sub sektor hortikultura mengalami
peningkatan dalam hal impor. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pasokan
hortikultura dari dalam negeri dan tingginya minat masyarakat dalam
mengkonsumsi produk impor. Sayuran adalah salah satu produk hortikultura.
Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi
ini memiliki risiko yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara
pasar dengan konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan
makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang
memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Kandungan vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak
mengandung serat menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan
bergizi yang dapat menunjang kesehatan (Rahardi et al. 2001).
Pengelolaan usaha pertanian khususnya budidaya sayuran dihadapkan
pada risiko produksi. Salah satu jenis sayurannya adalah tomat cherry. Budidaya
tomat cherry dihadapkan pada risiko produksi. Risiko produksi ini disebabkan
oleh beberapa faktor sehingga terjadinya fluktuasi produksi setiap periodenya.
Oleh karena itu, pelaku bisnis diharapkan dapat meminimalisir risiko tersebut agar
dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah (1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD
Pacet Segar, (2) Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko
produksi tomat cherry terhadap pendapatan PD Pacet Segar, (3) Menganalisis
alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi
oleh usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.
Penelitian ini dilaksanakan di PD Pacet Segar Cianjur. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Maret – Mei 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner.
Proses wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan terhadap pimpinan yang
sekaligus penanggung jawab produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
skripsi, jurnal, Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik, buku-buku pendukung
dalam penyusunan skripsi.
Hasil analisis risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar ditemukan
lima sumber risiko produksi yaitu pengaruh cuaca, hama, penyakit, kualitas bibit,
dan sumber daya manusia. Sumber risiko pengaruh cuaca memiliki probabilitas
dan dampak paling besar diantara sumber-sumber risiko lainnya. Probabilitas dari
iii
sumber risiko ini adalah 44 persen dan nilai dampaknya yang dihitung dengan
metode VaR dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah Rp 9.722.492,00. Nilai
probabilitas dan dampaknya berurutan setelah sumber risiko perubahan cuaca
adalah kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap sumber-sumber risiko, maka
dilakukan pemetaan risiko yang akhirnya didapatkan alternatif strategi
penanganan terhadap sumber risiko tersebut. Sumber risiko yang penanganannya
dengan strategi preventif adalah penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit.
Sumber risiko ini berada pada kuadran I dan II yang mana memiliki probabilitas
yang tinggi. Sumber risiko yang dilakukan penanganan dengan strategi mitigasi
adalah kualitas bibit dan perubahan cuaca. Sumber risiko tersebut memiliki
probabilitas dan dampak yang besar.
Strategi penanganan risiko yang diusulkan untuk sumber risiko pengaruh
cuaca adalah melakukan budidaya dengan menggunakan greenhouse, sehingga
probabilitas dan dampak risiko dapat diminimalkan. Budidaya dengan
meggunakan greenhouse dapat meminimalkan kematian tanaman yang
disebabkan oleh perubahan cuaca dan juga meminimalkan sumber risiko lainnya
seperti serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produktivitas tanaman
tomat.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen perusahaan, strategi
penanganan terhadap sumber risiko kualitas bibit dilakukan dengan melakukan
kerja sama dengan ICDF dalam menghasilkan bibit yang berkualitas dan juga
pihak perusahaan khususnya penanggung jawab prosuksi ikut mempelajari
bagaimana melakukan pembenihan tomat cherry yang baik. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap bibit dari ICDF, karena
bibit tomat cherry tidak dijual di pasaran.
Penanganan terhadap sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit
dilakukan dengan melakukan penyemprotan fungisida ganda, khususnya pada
musim hujan. Penyemprotan ini bertujuan agar tanaman tidak mudah terserang
penyakit, khususnya penyakit layu fusarium. Selain itu, penanganan juga
dilakukan dengan pembuatan drainase yang bagus dan bedengan dengan tinggi
25–30 cm dari permukaan tanah. Pembuatan bedengan yang tinggi ini bertujuan
untuk mengurangi kelembaban tanah sehingga tanaman tidak terjangkit penyakit
layu fusarium.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY
PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS,
KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
ASHABUL YAMIN
H34104022
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
Nama : Ashabul Yamin
Nrp : H34104022
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc.
NIP. 19630228 199003 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Ashabul Yamin
H34104022
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Kota
Payakumbuh pada tanggal 18 November 1988 sebagai putera dari Bapak Syahrial
dan Ibu Nelia Irawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Islam Raudhatul Jannah, kota
Payakumbuh dan lulus pada tahun 1995. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar
(SD Islam Raudhatul Jannah, kota Payakumbuh) dan selesai pada tahun 2001.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pada tahun 2004 di MTsN
Limbanang, Kecamatan Suliki Gunung Mas, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
Pada tahun 2007 penulis dapat menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada
SMAN 1 Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Pada tahun yang sama (2007)
penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis
Direktorat Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB) dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis melanjutkan studi ke jenjang
strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko
Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi tomat cherry yang
dihadapi oleh PD Pacet Segar. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2012
Ashabul Yamin
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kapada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk meberikan nasehat, masukan dan ilmunya
selama penulisan skripsi.
2. Eva Yolynda Aviny, SP. MM dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, bimbingan
selama perkuliahan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian
Bogor.
3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah
memberikan ilmu, kritik, masukan, dan saran untuk perbaikan penulisan
skripsi ini.
4. Dra. Yusalina, MS sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan ilmu, kritik, masukan, dan saran untuk perbaikan penulisan
skripsi ini.
5. Tintin Sarianti, SP. MM sebagai dosen evaluator yang telah memberikan
saran, kritik, dan masukan untuk perbaikan penulisan proposal penelitian.
6. Ayahanda Syahrial dan Ibunda Nelia Irawati serta keluarga besar atas
perhatian, kasih sayang, doa, dan semangat yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Friska J Kembaren sebagai pembahas yang teelah memberikan masukan
kepada penulis.
8. Seluruh pihak PD Pacet Segar atas waktu, kesempatan, informasi, dan
dukungan yang diberikan.
9. Leo J.E. Nugroho, Ak., CFE. sebagai Pimpinan LPP Pengadaan Intens dan
seluruh keluarga besar LPP Pengadaan Intens yang telah memberikan
semangat, dukungan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
10. Bona Pinto, SE. terima atas waktu dan bimbingannya selama penulisan
skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan program Alih Jenis Agribisnis angkatan 1 atas
semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi dan
seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut
andil membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Ashabul Yamin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry ............................................ 8
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................. 8
III KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 13
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 13
3.1.1 Konsep Risiko .......................................................... 13
3.1.2. Jenis dan Sumber Risiko .......................................... 14
3.1.3 Analisis Risiko.......................................................... 15
3.1.4 Manajemen Risiko .................................................... 17
3.2 Teknik Pemetaan ................................................................... 19
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 21
IV METODE PENELITIAN .............................................................. 22
4.1 Lokasi dan waktu ................................................................. 22
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 22
4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................. 22
4.4 Metode Analisis Data ........................................................... 23
4.4.1 Analisis Deskriptif .................................................... 24
4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ................ 24
4.4.3 Analisis Dampak Risiko ........................................... 25
4.4.4 Pemetaan Risiko ....................................................... 26
4.4.5 Penanganan Risiko ................................................... 27
V KERAGAAN PERUSAHAAN ...................................................... 29
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................... 29
5.2 Lokasi Perusahaan ................................................................ 31
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................ 32
5.4 Deskripsi Kegiatan Bisnis .................................................... 34
5.4.1 Pengadaan Input ....................................................... 34
5.4.2. Proses Produksi ........................................................ 35
5.4.3 Pemasaran .................................................................. 36
5.4.5 Deskripsi Keuangan Perusahaan ................................. 37
5.5. Deskripsi Sumber Daya Perusahaan..................................... 37
5.5.1 Sumber Daya Fisik ................................................... 37
5.5.2. Sumber Daya Modal ................................................. 38
xii
5.5.3. Sumber Daya Manusia ............................................. 38
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY ............... 40
6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko ........................................... 40
6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi ........................................ 45
6.3 Analisis Dampak Risiko Produksi .............................................. 52
6.4 Pemetaan Risiko Produksi .......................................................... 58
6.5 Strategi Penanganan Risiko Produksi .................................. 61
VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 66
7.1 Kesimpulan ........................................................................... 66
7.2 Saran ..................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................................ 69
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia
Tahun 2008 – 2009 ...................................................................... 1
2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan
ton) ................................................................................................ 3
4. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
dari Mei 2010 – Februari 2012 ..................................................... 5
5. Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan
Dalam Penelitian .......................................................................... 23
6. Sumber Daya Fisik PD Pacet Segar Tahun 2012 .......................... 37
7. Peralatan Budidaya yang digunakan oleh PD Pacet Segar ........... 38
8. Hasil Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko
Produksi Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar ............. 46
9. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca ................ 46
10. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kualitas Bibit ..................... 48
11. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit ............................. 49
12. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama .................................. 50
13. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Sumber Daya Manusia ....... 51
14. Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca ..................... 53
15. Analasis Dampak Sumber Risiko Kualitas Bibit .......................... 54
16. Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit .................................... 55
17. Analisis Dampak Sumber Risiko Hama......................................... 56
18. Analisis Sumber Risiko Sumber Daya Manusia ............................ 57
19. Dampak dari Masing-Masing Sumber Risiko Produksi ................ 58
20. Status Risiko untuk Setiap Sumber Risiko Produksi ..................... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Hubungan Antara Varian Return dengan Expected Return dan
Utilitas dengan Marginal Utility. ................................................. 16
2. Hubungan Risiko dengan Return .................................................. 17
3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ......................................... 18
4. Peta Risiko .................................................................................... 20
5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 21
6. Peta Risiko .................................................................................... 26
7. Preventif Risiko ............................................................................ 27
8. Mitigasi Risiko .............................................................................. 28
9. Struktur Organisasi PD Pacet Segar Tahun 2012 ......................... 32
10. White Fly pada Daun Tomat ......................................................... 42
11. Serangan Leafminer pada Daun Tomat ......................................... 42
12. Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi ........................ 60
13. Penangaan Risisko dengan Strategi Preventif ............................... 64
14. Penanganan Risiko dengan Strategi Mitigasi................................ 65
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produksi Tomat Cherry (2000 tanaman/periode) selama 10
Periode Terakhir (satuan kg) ..................................................... 70
2. Besarnya Kehilangan Produksi yang Disebabkan oleh
Masing- Masing Sumber Risiko ................................................ 71
3. Kehilangan Produksi Tomat Cherry yang Disebabkan
Perubahan Cuaca ....................................................................... 72
4. Kehilangan Produksi yang disebabkan Penyakit ....................... 73
5. Kehilangan Produksi yang Disebabkan Sumber Risiko Hama .. 74
6. Proses Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar ............... 75
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang
pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan
menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Salah satu sektor pertanian
yang menjadi pusat perhatian adalah sub sektor hortikultura. Hal ini disebabkan
komoditi hortikultura satu-satunya yang volume impornya meningkat dari tahun
2008 ke tahun 2009.
Tabel 1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia Tahun
2008 – 2009
No Sub Sektor 2008
(US$000)
2009
(US$000)
Perkembangan
(%)
1
Tanaman
Pangan
Ekspor 348.883 321.261 -8,60
Impor 3.526.957 2.737.862 -28,82
2
Hortikultura
Ekspor 433.921 379.739 -14,27
Impor 926.045 1.077.463 14,05
3
Perkebunan
Ekspor 27.369.363 21.581.669 -26,82
Impor 4.535.918 3.949.191 -14,86
Sumber : Departemen Pertanian, 2011 (diolah)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan nilai impor dari tahun
2008 sampai tahun 2009 untuk setiap sub sektor pertanian cenderung menurun,
hal ini juga diikuti oleh penurunan nilai ekspor. Berbeda dengan sub sektor
hortikultura mengalami peningkatan nilai impor sebesar 14,05 persen.
Peningkatan impor di sub sektor hortikultura ini perlu dilakukan analisis, untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan impor tersebut.
Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen
domestik yang lebih menyukai produk luar negeri, juga disebabkan
ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti
produksi menurun dan terjadinya gagal panen.
Sub sektor hortikultura terbagi atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias
dan tanaman biofarmaka. Beberapa produk hortikultura seperti sayuran, buah-
2
buahan, dan tanaman biofarmaka sangat berguna bagi kebutuhan tubuh seperti
sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan
kesehatan. Oleh karena itu produk-produk hortikultura perlu ditingkatkan maupun
dikembangkan selain untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin
meningkat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan.
Sayuran adalah salah satu produk hortikultura. Sayuran memiliki
karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki risiko
yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara pasar dengan
konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting
serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi
agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kandungan
vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat
menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi yang dapat
menunjang kesehatan (Rahardi et al. 2001).
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil komoditi
sayuran di Indonesia. Dengan dukungan kondisi alamnya, Jawa Barat menjadi
salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia. Daerah Jawa Barat memproduksi
beberapa jenis sayuran diantaranya adalah tomat, wortel, kentang, kol, bawang
merah, dan bawang putih. Berdasarakn data yang diperoleh dari Departemen
Pertanian, dari keenam komoditi diatas, hanya komoditi tomat yang produksinya
relatif meningkat setiap tahun, yaitu 1,31 persen per tahun. Peningkatan produksi
ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu peningkatan luas lahan yang dipanen dan
peningkatan produktivitas tanaman. Berdasarkan data statistik Departemen
Pertanian, peningkatan produksi tomat di daerah Jawa Barat disebabkan oleh
produktivitas tomat dari tahun 2000 – 2010, yaitu dari 21,5 ton/ha pada tahun
2000 menjadi 30,5 ton/ha pada tahun 2010. Data produksi keenam jenis sayuran
tersebut dari tahun 2000 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan ton)
Tahun Tomat Wortel Kentang Kol
(Kubis)
Bawang
Merah
Bawang
Putih
2000 291.036 157.830 462.800 501.381 122.389 1.374
2001 264.894 153.854 385.618 490.449 103.326 177
2002 313.926 144.703 363.327 431.208 96.619 1.311
2003 261.493 182.683 375.167 438.091 120.219 1.415
2004 240.605 203.591 418.230 454.815 121.194 1.331
2005 286.285 215.177 359.891 434.576 118.795 579
2006 241.091 192.964 349.158 351.092 112.964 751
2007 267.220 130.659 337.368 369.517 116.142 549
2008 269.404 136.378 292.253 280.362 116.929 460
2009 309.653 128.253 320.542 298.332 123.587 10
2010 304.774 113.576 275.101 286.647 116.396 73
2011 354.832 115.296 220.155 270.780 101.273 892
% rata-rata
pertumbuhan 1,31 - 2,07 - 4,59 - 4,89 - 0,04 101,78
Sumber : Deptan, 2012 (diolah)
Data pada Tabel 2 merupakan data produksi tomat secara keseluruhan.
Berdasarkan bentuknya, tomat dibedakan menjadi lima, yaitu :
1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. Commune Bailey).
Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat
tangkai. Tomat jenis ini banyak ditemui di pasar-pasar lokal.
2. Tomat apel/pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. Pyriforme Alef).
Berbentuk bulat seperti buah apel atau pir.
3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill, var.
Grandifolium Bailey). Berbentuk bulat besar, padat dan kompak. Ukuran
buahnya lebih besar dibandingkan tomat apel.
4. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. Validum Bailey).
Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. Sementara itu,
daunnya rimbun, berbentuk keriting, berwarna kelam. Pertumbuhan
tanaman agak tegak dengan percabangan mengarah ke atas
4
5. Tomat cherry (lycopersicum esculentum Mill, var. Cerasiforme Alef).
Buahnya berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang.
Warnanya merah atau kuning. Tomat mungil ini berasal dari Ekuador atau
Peru.
Diantara kelima jenis tomat di atas, tomat cherry memiliki keunggulan
ekonomis dibandingkan tomat jenis lain. Keunggulan terletak pada harga jual
yang tinggi dan relatif stabil. Perusahaan/petani yang membudidayakan tomat
cherry sedikit, karena benihnya tidak dijual umum dipasaran, sehingga harga jual
tomat cherry relatif stabil, karena tidak pernah terjadi panen raya atau panen
secara besar-besaran seperti tomat sayur. Harga jual tomat cherry dalam periode 2
tahun terakhir berkisar antara Rp 7.500,00 – Rp 8.500,00 per kg (PD Pacet Segar
2012).
Teknologi budidaya yang digunakan dalam membudidayakan tomat cherry
yaitu secara konvensial dan greenhouse. Tomat cherry merupakan salah satu jenis
tomat yang lebih banyak dibudidayakan dengan sistim hidroponik di greenhouse
karena hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan sehingga dapat
meminimalisir tanaman terserang hama dan penyakit. Namun untuk
membudidayakan secara hidroponik itu harus memiliki keahlian khusus dan
membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga beberapa perusahaan/petani
yang memiliki modal yang tidak terlalu besar lebih memilih membudidayakan
tomat cherry dengan sistim konvensional.
PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan
tomat cherry. Selain PD Pacet Segar, PT Saung Mirwan juga membudidayakan
tomat cherry di kawasan Cipanas. Namun kedua perusahaan ini membudidayakan
tomat cherry dengan sistim yang berbeda. PT Saung Mirwan membudidayakan
tomat cherry dengan sistim hidroponik menggunakan greenhouse, sedangkan PD
Pacet Segar membudidayakannya dengan sistim konvensional. Membudidayakan
tomat cherry dengan sistim konvensional tidak berbeda dengan membudidayakan
tomat jenis lain.
Budidaya tomat cherry secara konvensional ini sangat bergantung dengan
alam sehingga menyebabkan fluktuasi produktivitas tomat cherry. Adanya
5
fluktuasi tersebut, maka diidentifikasi perusahaan menghadapi risiko produksi
dalam membudidayakan tomat cherry.
1.2. Perumusan Masalah
PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
Provinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya perusahaan yang membudidayakan
tomat cherry dengan sistim konvensional. Dalam satu siklus produksi, tomat
cherry yang dibudidayakan adalah 2000 tanaman. Dalam melakukan budidaya,
perusahaan menghadapi risiko produksi. Berdasarkan informasi dari pihak
manajemen perusahaan, risiko produksi berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan perusahaan, namun penanganan terhadap risiko belum dilaksanakan
dengan baik, hal ini terbukti dari produksi yang masih berfluktuasi. Data produksi
dan produktifitas tomat cherry 10 periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar dari Mei
2010 – Februari 2012
Periode Waktu
Produksi
2000 tanaman
(kg)
Produktivitas
(kg/tanaman)
1 Mei - Agustus 2010 3184 1,59
2 Juli - Oktober 2010 4538 2,27
3 September - Desember 2010 2095 1,05
4 November 2010 - Februari 2011 1268 0,63
5 Januari - April 2011 540 0,27
6 Maret - Juni 2011 2168 1,08
7 Mei - Agustus 2011 3520 1,76
8 Juli - Oktober 2011 5304 1,66
9 September - Desember 2011 2360 1,18
10 November 2011 - Februari 2012 626 0,31
Sumber : PD Pacet Segar, Februari 2012
Berdasarkan data pada Tabel 4, produksi dan produktivitas tomat cherry
pada PD Pacet Segar mengalami fluktuasi dalam 10 periode terakhir (Mei 2010 –
Februari 2012). Namun pada kenyataannya produktivitas tomat cherry pada PD
Pacet Segar mengalami penurunan pada musim tanam tertentu. Budidaya tomat
cherry dilakukan dengan sistim pola tanam dengan tujuan panen dapat kontinu
setiap tiga hari sekali. Pengaturan pola tanam ini dilakukan setiap selang dua
bulan sekali karena proses budidaya tomat cherry sebelum dimulai proses tanam
6
adalah dua bulan. Selanjutnya proses pemanenan juga dilakukan selama dua bulan
dengan jangka waktu pemanenan tiga hari sekali atau dua kali dalam satu minggu.
Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Produktivitas
normal untuk tomat cherry yang dibudidayakan secara konvensional adalah
1,5 – 2,5 kg/tanaman (kasie produksi PD Pacet Segar). Fluktuasi ini menunjukkan
adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang
dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan. Dampak tersebut bisa berdampak
positif maupun negatif. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap peluang
dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan.
Besarnya peluang dan dampak sumber risiko terhadap pendapatan
menuntut perusahaan untuk lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi risiko agar perusahaan dapat berproduksi optimal dan memperoleh
keuntungan.
Dengan mempertimbangkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet
Segar?
2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi
tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar?
3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko
produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD
Pacet Segar.
2. Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi
tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar.
3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko
produksi yang dihadapi oleh usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet
Segar.
7
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, diantaranya :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam
mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian
selanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiah
tentang risiko produksi tomat cherry.
3. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry
Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae.
Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati
tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di
beberapa negara tropis menjadi berkembang secara alami (Harjadi 1989). Tomat
cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang
berdiameter 3.1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 - 2.5 cm,
Oregon Cherry yang diameternya 2.5 - 3.5 cm dengan bobot 10 - 20 g, serta
Golden Pearl yang bobotnya 8 - 10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g
diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono 2008)
Tomat merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah.
Daunnya berbentuk segitiga. Bunganya berwarna kuning. Buahnya buah buni,
hijau waktu muda dan kuning atau merah waktu tua. Berbiji banyak, berbentuk
bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Perbanyakan dengan biji kadang-
kadang dengan setek batang cabang yang telah tua. Tomat secara umum dapat
ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya. Namun,
kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran
tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu
optimal untuk pertumbuhannya adalah 23° C pada siang hari dan 17° C pada
malam hari. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah itu banyak
mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman
tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6-7.
Proses budidaya tomat cherry tidak berbeda dengan budidaya tomat jenis
lain, yaitu dimulai dari persiapan media tanam, pemeliharaan pembibitan/
penyemaian, pemindahan bibit / transplanting, persiapan media tanam, teknik
penanaman dan penentuan pola tanam, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit
tanaman dan panen.
2.2 Penelitian Terdahulu
Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan
dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu
9
mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko
merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis
yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat
membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Sumber-sumber risiko pada usaha
produksi pertanian sebagian besar berasal dari faktor-faktor teknis seperti
perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari
tenaga kerja.
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi
hortikultura seperti Purwanti (2011), Situmeang (2011), Cher (2011), Parengkuan
(2011), Ginting (2009), Tarigan (2009), dan Wisdya (2009) yang masing masing
menemukan sumber risiko pada produksi sayuran hidroponik, cabai merah
keriting, sayuran organik, jamur putih, jamur tiram, dan Anggrek Phaleonopsis.
Risiko produksi pada umumnya meliputi teknik budidaya, human error, serangan
hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi irigasi (hidroponik) dan
cuaca/iklim yang tidak pasti.
Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran coeffisient variation
(Purwanti 2011) adalah 0,28 yang artinya untuk setiap satu kilogram hasil yang
diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,28 kg. Perhitungan expected return
sebesar 4,67 yang artinya perolehan hasil sebanyak 4,67 kg/m2.
Situmeang (2011) memperoleh perhitungan coefficient variation besaran
risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah
keriting yaitu 0,5, artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang
dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi.
Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko
dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko.
Strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi
dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu
dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian
sampai panen. Strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan
karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu
sebesar 0,5.
10
Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan (Cher 2011)
dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi
berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi
dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Selain itu, juga dapat
dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah
komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient
variation sebesar 0,241. Tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan
terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan
penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan
komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli.
Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel,
pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran
wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik
sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam
usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio
berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin
dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Dari hasil analisis portofolio
tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi.
Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko jamur putih (Parengkuan
2011) menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak risiko terbesar ada pada
sumber risiko kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log dengan nilai
sebesar 45,2 persen, sedangkan perubahan suhu udara merupakan merupakan
sumber risiko yang memberikan dampak terbesar dengan nilai Rp 17.053.516,00
Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses
sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat
gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit.
Penilaian risiko pada jamur tiram (Ginting 2009) diperoleh nilai coefficient
variation sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang
diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar
0,32 satuan. Nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru
dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap
kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal
11
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi
harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram
putih.
Analisis spesialisasi risiko produksi (Tarigan 2009) berdasarkan
produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko
yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang
artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar
0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang
artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar
0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama
pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang
paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya
setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80.
Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu
rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini
dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan
tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio
menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.
Analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas (Wisdya
2009) pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone
diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu
sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang
dihadapi akan sebesar 0,078.
Pembahasan beberapa penelitian di atas, diperoleh variabel yang menjadi
sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk
hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi
budidaya, dan human error. variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi
sumber risiko pada budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.
Pengukuran terhadap risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-
sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat
analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko
adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan
12
baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika
nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil.
Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Purwanti (2011), Cher (2011),
Situmeang (2011), Tarigan (2009), Wisdya (2009) dan Ginting (2009) dalam
penelitiannya. Berbeda dengan Pinto (2011), Dewiaji (2011), dan Parengkuan
(2011) menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation,
z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya
dilakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko yang akhirnya muncul
strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Silaban (2011), Widsya
(2009), dan Tarigan (2009) menggunakan perhitungan tambahan terhadap nilai
coefficient variation, variance dan standard deviation untuk spesialisasi dan
diversifikasi.
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas merupakan
referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum sumber risiko
produksi yang dihadapi oleh perusahaan/petani untuk komoditas hortikultura
adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama, penyakit tanaman, kesalahan
teknologi budidaya, dan sumber daya manusia. Dalam pengukuran risiko, alat
analisis yang banyak digunakan adalah coefficient variation, variance dan
standard deviation. Namun dalam pengukuran probabilitas dan dampak dari
sumber risiko digunakan alat analisis Z-score dan VaR. Berdasarkan referensi
penelitian terdahulu, peneliti akan menggunakan alat analisis z-score dan VaR.
Setelah diperoleh nilai z-score dan VaR, maka selanjutnya akan dilakukan
pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko dan dilanjutkan dengan
perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko sehingga tujuan penelitian
dapat terjawab.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Risiko
Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan
dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut
diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil
keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan
juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Risiko berhubungan
dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2008), yaitu
ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi
menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.
Robinson dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu
kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan
dalam bisnis. Secara umum peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat
ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman
selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif
terhadap pelaku bisnis. Sedangkan menurut Harwood, et al. (1999), risiko
menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku
bisnis yang mengalaminya.
Basyib (2007) mendefinisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya
hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang
memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan
memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan
kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang
diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-
finansial.
14
3.1.2. Jenis dan Sumber Risiko
Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang
dapat dihadapi oleh petani, yaitu :
1. Risiko produksi
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah
gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan
oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan
sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
2. Risiko Pasar atau Harga
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat
dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah,
ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan
lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain
harga dapat naik akibat dari inflasi.
3. Risiko Kebijakan
Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya
kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai
pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu
usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha
tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.
4. Risiko Finansial
Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha
terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis
ekonomi dan sebagainya.
Kountur (2006) mengelompokkan jenis risiko berdasarkan sundut
pandang. Risiko berdasarkan sudut pandangnya dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu risiko berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan berdasarkan penyebab
timbulnya risiko tersebut.
15
Risiko yang dilihat dari akibat yang ditimbulkan dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang berakibat merugikan atau
sebaliknya memberikan keuntungan.
2. Risiko murni adalah jenis risiko yang akibatnya tidak memungkinkan
untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kerugian.
Pengelompokan risiko berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu :
1. Risiko Keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan
perubahan tingkat suku bunga.
2. Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor operasional seperti faktor manusia, teknologi, dan alam.
3.1.3 Analisis Risiko
Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan
(decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam
mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam
menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko
yaitu expected utility model. Analisis mengenai pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini
digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model,
yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan
kepuasan (utility).
Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dan expected return dengan
varian return menggambarkan bagaimana perilaku seorang pelaku bisnis dalam
mengambil keputusan terhadap risiko yang dihadapi. Hubungan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.
16
Gambar 1. Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan
Utilitas dengan Marginal Utility.
Sumber : Debertin 1986
Berdasarkan pada Gambar 1, perilaku seseorang pelaku bisnis dalam
menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai
berikut:
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan
jika U1 diasumsikan kurva isouliti pembuat keputusan maka adanya varian
return yangmerupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan
kenaikan retur yang diharapkan. Pada kurva U(y)1 menunjukkan kepuasan
marginal utiliti yang semakin menurun dari pendapatan. Meskipun
tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, namun demikian
kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang
mendekati titik original akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena
kenaikan pendapatan berikutnya.
2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) menunjukkan
jika U2 diasumsikan kurva isoulatiliti pembuat keputusan maka adanya
kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan
diimbangi dengan menaikkan returnyang diharapkan. Pada kurva U(y)2
menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang tetap terhadap penigkatan
pendapatan.
3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker) menunjukkan
jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya
kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan
U(y)1
U(y)2 U(y)3
Utility(U)
Y
U3
Expected Return
VaRian Return
U1
U2
17
diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima return
yang diharapkan lebih rendah. Sedangkan pada kurva U(y)3 menunjukkan
kepuasan marginal utiliti yang semakin meningkat dari pendapatan.
Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi
pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang
dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya
(variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per
periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat
ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Hubungan Risiko dengan Return
Sumber : Hanafi 2006
Beberapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance,
standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil
pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai
variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard
deviation dengan expected return (Hanafi 2006).
3.1.4 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu
memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang
luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan
defenisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).
Return Expected Return
Risiko
18
Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen
risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh
kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala
kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan
sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani
risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan
istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi
perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk
mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar
konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani
risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko
perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan
Sumber : Kountur 2008
Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan
cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko
dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan
meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat
dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging,
leasing, outsourcing dan kontrak.
Evaluasi
Penanganan Risiko
Pengukuran Risiko
Identifikasi Risiko
19
Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang
besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai
dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Sedangkan
leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun
kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada
asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset
tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada
pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak
tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu
menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk
menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging
menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi
harga
Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak
produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.
3.2 Teknik Pemetaan
Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya
risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan
dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin
tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian.
Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula
kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang
bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya
yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian
khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka
semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya
untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi
20
menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada
pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4 .
Gambar 4. Peta Risiko
Sumber : Kountur 2008
Berdasarkan pada Gambar 4, ada empat kuadran utama pada peta risiko.
Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi,
namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak
terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang
terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan.
Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.
Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai
tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan
kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada
kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul
pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu
mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam
kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam
Probabilitas (%)
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Kuadran 2
Dampak (Rp)
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang Rendah Tinggi
21
kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun
internal yang signifikan.
Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara
rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko
dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tomat cherry merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial
untuk dikembangkan, khususnya bagi PD Pacet Segar karena memilki nilai
eknomis dan tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi
risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Untuk mengetahui tingkat risiko
prduksi yang dihadapi oleh perusahaan, maka dilakukan analisis risiko dengan
mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan
risiko produksi yang ada, maka dilakukan analisis risiko produksi dengan
menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan
pihak perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis strategi yang dilakukan untuk
mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi perusahan PD Pacet Segar.
Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tomat
Cherry
Fluktuasi produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar
Risiko produksi tomat cherry
Pemetaan Risiko
Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi tomat cherry pada Pacet Segar
Analisis Risiko
1. Z-score
2. VaR
Analisis Deskriptif (sumber risiko)
1. pengaruh cuaca
2. hama
3. penyakit
4. pemupukan
5. kualitas bibit
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan waktu
Penelitian ini dilakukan di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur
Fuad yang beralamat di Jalan Raya Ciherang no 48 Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan PD Pacet Segar ini merupakan satu-
satunya produsen tomat cherry di Kecamatan Cipanas. Pengumpulan data ini
dilakukan pada PD Pacet Segar mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh
dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk
memperoleh informasi tentang perusahaan dan alternatif strategi yang diambil
untuk menangani risiko adalah pemimpin perusahaan, sedangkan untuk
memperoleh informasi tentang budidaya tomat cherry, wawancara dilakukan
dengan bagian produksi. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko
atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh
dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung
penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Departemen
Pertanian, internet, dan literatur yang relevan dengan penelitian.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang
diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan kuisioner dengan phak
perusahaan. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan pencatatan secara
langsung tentang aktifitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam produksi
tomat cherry. Wawancara akan dilakukan dengan pihak perusahaan yaitu bagian
produksi tentang risiko yang biasa muncul/dihadapi oleh perusahaan dalam proses
budidaya tomat cherry. Proses pengambilan data dan penentuan responden
dilakukan dengan metode judgement/purposive sampling dengan pertimbangan
responden memiliki kapabilitas dalam memberikan data-data yang akurat.
23
Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas
tentang produksi tomat cherry dan risiko yang dihadapi perusahaan.
4.4 Metode Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai
acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui
beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 4. Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam
Penelitian
No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode
Analisis
1 Mengidentifikasi sumber-
sumber risiko budidaya tomat
cherry
Kualitatif Wawancara,
kuesioner,
diskusi
Analisis
Deskriptif
2 Menganalisis seberapa besar
probabilitas dan dampak risiko
produksi pada budidaya tomat
cherry
Kuantitatif Laporan
keuangan dan
produksi
tomat cherry
PD Pacet
Segar
Analisis
Risiko
3 Menganalisis alternatif
manajemen risiko yang
diterapkan untuk mengatasi
risiko yang dihadapi
Kualitatif Wawancara,
kuesioner,
diskusi
Analisis
Deskriptif
Berdasarkan informasi pada Tabel 5, metode analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar probability dan
dampak risiko produksi pada usaha budidaya tomat cherry, data untuk analisis ini
menggunakan data kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan keuangan
perusahaan dan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar.. Laporan ini dapat
memberikan informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko
digunakan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu asset.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan
ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada budidaya tomat
cherry dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko
24
yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data
kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
dengan pihak perusahaan
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko
dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan untuk
meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang
diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan
secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko
yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada
tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan
besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah
besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas
risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat
digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada
penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada
kegiatan produksi adalah data produksi tomat cherry pada 10 periode terakhir.
Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan
perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan
aplikasinya pada budidaya tomat cherry ini adalah:
1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi tomat
cherry)
Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penururnan produksi
tomat adalah:
x = xin
i=1
n
Dimana: = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko
xi = Nilai per periode kejadian berisiko
n = Jumlah data
25
2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko
𝑠 = 𝑥𝑖 − 𝑥 𝑛
𝑖=1
𝑛 − 1
Dimana: s = Standar deviasi dari kejadian berisiko
xi = nilai per periode dari kejadian berisiko
= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko
n = Jumlah data
3. Menghitung z-score
𝑧 =𝑥 − 𝑥
𝑠
Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko
x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal
= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko
s = Standar deviasi dari kejadian berisiko
Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada
di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai
z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z
(normal).
4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi
Setelah nilai z-score dari budidaya tomat cherry diketahui, maka
selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari
Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan
terjadinya keadaan dimana produksi tomat cherry yang mendatangkan kerugian.
4.4.3 Analisis Dampak Risiko
Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko
adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi
dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan
apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur
dampak dari risiko pada kegiatan budidaya tomat cherry. kejadian yang dianggap
merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-
sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan
26
produksi tomat cherry setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas
normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama
dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat
angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung
rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau
penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari
nilai VaR. Nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : (Kountur 2006).
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥 + 𝑧 𝑠
𝑛
Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko
= Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko
z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%
s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko
n = Banyaknya kejadian berisiko
4.4.4 Pemetaan Risiko
Menurut Kountur 2006, sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih
dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran
mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang
menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan
dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada
Gambar 6.
Besar
Kecil
Kecil Besar
Gambar 6. Peta Risiko
Sumber : (Kountur 2006)
Probabilitas (%)
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Kuadran 2
Dampak (Rp)
27
Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua
bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian,
yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil
ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20
persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20
persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2006).
4.4.5 Penanganan Risiko
Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan
strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat
dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:
1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang
berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi
preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3
dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur
2006). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada
Gambar 7.
Probabilitas (%)
Besar
Kecil
Kecil Besar Dampak (Rp)
Gambar 7. Preventif Risiko
Sumber : (Kountur 2006)
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Kuadran 2
28
2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang
terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan
dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki
dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko
yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat
dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko
(Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 8.
Probabilitas (%)
Besar
Kecil
Kecil Besar Dampak (Rp)
Gambar 8. Mitigasi Risiko
Sumber : (Kountur 2006)
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Kuadran 2
V KERAGAAN PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan Dagang (PD) Pacet Segar, merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang budidaya dan pemasaran komoditas holtikultura,
khususnya sayuran segar. PD Pacet Segar didirikan oleh Alm. Bapak H. Mastur
Fuad pada tahun 1970. Pada awalnya PD Pacet Segar merupakan suatu usaha
dengan skala kecil yang dilakukan pada sebidang lahan seluas 400 m2 dan
merupakan suatu usaha produksi pertanian yang dikelola secara kekeluargaan.
Seiring dengan perjalanan waktu, pada waktu 1975 PD Pacet Segar bergabung
dengan petani-petani daerah sekitar dan membentuk sutu kelompok tani bersama
yang beranggotakan 20 orang, kelompok bersama tersebut di bentuk atas anjuran
dan binaan Dinas Pertanian Pangan Dati II Cianjur. Tujuan dengan bergabungnya
PD Pacet Segar dengan petani-petani tersebut adalah untuk menjalin kerjasama
diantara sesama petani sayuran, baik dalam aspek budidaya, pasca panen, maupun
pemasaran sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu sayuran yang dihasilkan
agar lebih menguntungkan.
PD Pacet Segar memiliki visi yaitu, menjangkau kesejahteraan khalayak
banyak, meningkatkan kesejahteraan petani dan konsumen, meningkatkan
pendapatan para petani. Selain itu, PD Pacet Segar juga memiliki misi untuk
mencapai visinya, yaitu memberi pelayanan yang terbaik untuk konsumen,
mengutamakan kualitas produk yang optimal dan menjadikan karyawan sebagai
aset (bagian) dari perusahaan.
Modal awal yang digunakan untuk mendirikan PD Pacet Segar berjumlah
Rp. 5.000.000,00 yang berasal dari dalam keluarga. Aset awal yang dimiliki
perusahaan berupa lahan kebun milik pribadi seluas 400 m², yang digunakan
untuk menanami jenis sayuran lokal. Seiring dengan perkembangan perusahaan,
lahan kebun yang dimiliki meningkat seluas 4 hektar, dengan jenis sayuran yang
diusahakan adalah jenis sayuran lokal, seperti wortel, buncis, baby buncis, tomat
cherry, selada, selada air, timun Jepang dan brokoli.
Mulai Tahun 1980, PD Pacet Segar mulai menjalin kerjasama dengan
beberapa perusahaan, diantaranya dengan PT Brassica dan CV Mekar. Kerjasama
30
yang terjalin tersebut, mempermudah PD Pacet Segar dalam memasarkan
sayurannya ke sebagian daerah yang ada di Jakarta, seperti Pasar Mayestik, Pasar
Blok M, Pasar Cikini, dan lain-lain. Pada tahun 1983, PD Pacet Segar dapat
menembus Pasar Swalayan yaitu PT.HERO Supermarket di Jakarta. Pada saat itu
PD Pacet Segar ditetapkan sebagai pemasok tetap sampai dengan tahun 2008.
Saat itu belum banyak pengusaha lokal yang dapat memasukan produknya ke
pasar swalayan, sehingga PD Pacet Segar selain memasok sayuran segar, juga
memasok sayuran olahan seperti timun asinan. Pada tanggal 1 September 1991
dalam acara yang di prakarsai oleh Dapertemen Perdagangan dan AP3I (Asosiasi
Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan Indonesia ) di Jakarta, PD Pacet Segar
menandatangani kontrak kerjasama dengan PT Fine Food Corporation (PT
FFCo), dalam pembuatan sayuran acar. Selain itu PD Pacet Segar melakukan
kerjasama lebih lanjut dengan HIPPI dan HERO Supermarket itu dikukuhkan
dengan ditandatanganinya pada tanggal 5 September 1991 di JDC (Jakarta
Desaign Center), kerjasama ini ditandai dengan penyerahan dua buah traktor oleh
PT. HERO Supermarket kepada PD Pacet Segar.
Seiring dengan peningkatan penjualan produk sayuran, PD Pacet Segar
sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran, untuk lebih memperkenalkan produk
sayuran yang dihasilkannya. Melalui kegiatan pameran tersebut, akhirnya PD
Pacet Segar menjadi ” Tenant of Incubator of Agribusiness ” IPB pada tahun
1995. Selama kurang lebih 4 tahun, PD Pacet Segar berada dalam pengawasan
PIAA-IPB untuk memperoleh bimbingan manajemen, pemasaran, adiministrasi
dan keuangan. Melalui PIAA-IPB inilah Pacet Segar mendapat perhatian dari
lembaga keuangan seperti BNI dan Telkom.
Pada tanggal 31 Januari 1995 PD Pacet Segar mendaftarkan usahanya pada
Dinas Perdagangan Kabupaten Cianjur, sehingga badan hukum yang dimilki
perusahaan berupa PD Pacet Segar dengan nomor : SIUP 003/10.7/PM/B/I/1995.
Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi perusahaan dengan harapan memperoleh
kemajuan usaha yang lebih baik. Pada tanggal 28 Januari 1995 PD Pacet Segar
tercatat dalam sertifikat keanggotaan pada Inkubator Agribisnis dan Agroindustri
Institut Pertanian Bogor.
31
Adanya kontrak kerjasama PD Pacet Segar dengan beberapa perusahaan,
membawa pengaruh yang baik, hal ini terbukti dengan banyaknya tawaran
bekerjasama dengan pihak-pihak perusahaan besar yang diterima oleh PD Pacet
Segar. Sehingga perusahaan mendapatkan peningkatan omset penjualan mencapai
7 ton per minggu. PD Pacet Segar terus melakukan pengembangan pemasaran,
selain HERO yang menjadi pasar utama, pada saat ini perusahaan juga
bekerjasama dengan Makro yang ditandai dengan adanya penandatangan kontrak
kerjasama pada tanggal 27 November 1997. Selain itu, pada tahun 2002 PD Pacet
Segar juga menjalin kerjasama dengan PT. Wiguna Makmur dan PT. Simplot
Agritama (Mc Donalds), serta pada bulan Desember 2003 perusahaan
bekerjasama dengan Wendy’s akhir tahun 2009.
Pada akhir tahun 2009, PD Pacet Segar memutuskan penjualannya dengan
swalayan dan Mc Donald karena adanya pelanggaran kesepakatan oleh pihak
tersebut. Diantara pelanggaran tersebut adalah adanya keterlambatan jangka
waktu pembayaran tagihan. Pada awalnya jangka waktu pembayan yang
disepakati adalah dua minggu setelah barang dikirim, namun pada kenyataannya
pembayaran diundur sampai 3 bulan. Hal ini menyebabkan perputaran uang dalam
bisnis sedikit tersendat, sehingga PD Pacet Segar memutuskan untuk
menghentikan kerjasama dengan Swalayan dan Mc Donald. Pada tahun ini (2012)
PD Pacet Segar hanya mendistribusikan sayuran segar yang dihasilkan ke ICDF
(International Cooperation Development Fund) Bogor, industri pengolahan (PD.
Pusaka Tani) dan pasar tradisional.
5.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi PD Pacet Segar berada di Desa Ciherang No. 48, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. Wilayah ini merupakan daerah dataran tinggi yang termasuk
ke dalam kawasan Gunung Gede Pangrango. Desa Ciherang terletak pada
ketinggian 1.100 m dpl, dengan topografi berbukit 82 persen, landai 18 persen dan
tingkat kemiringan 50-60 persen. Wilayah dataran tinggi Kecamatan Pacet
merupakan daerah bersuhu antara 16,30-24,2
0C, serta kelembaban udara 66
persen. Curah hujan 3.402 mm/tahun dengan hari hujan 263 hari/thn. Jenis tanah
adalah Andosol dengan pH 5,5-6,2 sehingga daerah ini merupakan daerah sentra
produksi pertanian khususnya sayuran.
32
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan
PD Pacet Segar merupakan perusahaan keluarga yang pengelolaannya pun
dilakukan secara kekeluargaan, sehingga manajemen perusahaan dikendalikan
oleh anggota keluarga. Struktur organisasi yang diterapkan oleh masih sederhana,
dimana pembagian kerja yang ada dalam struktur organisasi PD Pacet Segar,
terdiri dari pimpinan, sekretaris, bendahara, dan 4 kepala seksi, yaitu kepala seksi
pengadaan dan produksi, kepala seksi pasca panen, kepala seksi pemasaran dan
kepala seksi transportasi. PD Pacet Segar merupakan perusahaan dengan skala
kecil dan pembagian kerjanya masih sederhana, sehingga PD Pacet Segar
menggunakan tipe organisasi garis atau tipe organisasi lini (line organization).
Tipe organisasi lini memiliki ciri-ciri, antara lain organisasi masih berskala kecil
dan spesialisasi kerja masih terbatas. Struktur organisasi PD Pacet Segar dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Struktur Organisasi PD Pacet Segar Tahun 2012
Tugas dari masing-masing jabatan tersebut adalah :
1. Pimpinan
Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas dan kegiatan operasional
perusahaan, mengawasi seluruh kegiatan di perusahaan, baik itu di kebun
Pimpinan
(H. Abdul Halim)
Sekretaris
(Lilis Sumiati)
Bendahara
(Hj. Wawa Wapiroh)
Kasie Pengadaan
dan Budidaya
(H. Abdul Halim)
Kasie Pasca
Panen
(H.Abdul Halim)
Kasie
Transportasi
(H. Dadang)
Kasie
Pemasaran
(H.Unang)
Karyawan Harian
33
tempat budidaya, di gudang tempat pengemasan maupun pada kegiatan
pemasaran.
2. Sekretaris
Bertugas mencatat semua pesanan sayuran yang masuk dan yang akan
dikirim. Di samping itu, sekretaris juga bertugas mencatat pembukuan dan
penyampaian informasi yang diterima dari luar perusahaan, serta sebagai
wakil pimpinan apabila pimpinan tidak berada di tempat.
3. Bendahara
Bertugas mencatat laporan keuangan secara teratur dan berkala sehingga
posisi keuangan perusahaan dapat diketahui, menerima hasil pembayaran
dari penjualan, mengurus upah dan gaji pegawai, menyimpan uang yang
diterima perusahaan serta mencatat administrasi dari seluruh kegiatan yang
ada di perusahaan.
4. Kepala Seksi Pengadaan dan Budidaya
Bertugas menangani pengadaan input, mulai dari kegiatan produksi
tanaman seperti, persiapan lahan, pengolahan lahan, penyediaan saprotan,
pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta pemeliharaan sampai siap
untuk dipanen.
5. Kepala Seksi Pasca Panen
Bertugas menangani hasil produksi sampai pemasaran, mengendalikan
seluruh kegiatan yang terkait dengan ketersediaan pasokan di gudang
pengemasan dan penyimpanan.
6. Kepala Seksi Transportasi
Bertugas menangani pengiriman barang hingga sampai ke tangan
konsumen dan bertanggung jawab atas ketepatan pengiriman barang ke
konsumen.
7. Kepala seksi Pemasaran
Bertugas memasarkan produk yang dihasilkan, menjajaki dan mencari
kemungkinan untuk memperluas jangkauan pemasaran serta bertugas
menangani penerimaan permintaan dan pemenuhan sayuran sesuai dengan
permintaan konsumen.
34
5.4 Deskripsi Kegiatan Bisnis
PD Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang memiliki
unit bisnis yang lengkap, mulai dari kegiatan budidaya, penanganan pasca panen
hingga pemasaran komoditas holtikultura khususnya sayuran. Seiring dengan
perkembangan usaha di bidang budidaya sayuran dan semakin ketatnya
persaingan diantara perusahaan yang bergerak dalam usaha yang sejenis, maka PD
Pacet Segar bekerja sama dengan anak perusahaan yaitu Pusaka Tani untuk
menambah unit bisnis yaitu bisnis pengolahan sayuran.
5.4.1 Pengadaan Input
Dalam hal pengadaan sarana produksi seperti bibit, pupuk, peralatan
pertanian seperti cangkul, bambu, mulsa, ajir, hand sprayer, serta obat-obatan, PD
Pacet Segar memperolehnya dari berbagai pemasok di daerah sekitar Cipanas dan
Cianjur. Sedangkan dalam hal pengadaan pupuk kandang yang terbuat dari
kotoran ayam, diperoleh dari peternak di Daerah Ciherang dan Cugenang.
Kegiatan pengadaan sarana produksi dilakukan ketika akan memulai kegiatan
budidaya sayuran.
Dalam mendistribusikan sayuran, PD Pacet Segar tidak hanya memperoleh
hasil budidaya dari kebun sendiri, melainkan juga mendapatkan tambahan
pasokan sayuran segar dari petani yang berasal dari sekitar Daerah Cipanas dan
Cianjur. Hal ini dikarenakan PD Pacet Segar yang hanya membudidayakan
beberapa jenis sayuran saja seperti baby buncis, buncis, tomat cherry, brokoli,
timun jepang dan selada air, serta faktor luas lahan yang digunakan dalam proses
budidaya yang tidak terlalu besar dan belum terpenuhinya permintaan dari
konsumen Dikarenakan PD Pacet Segar hanya bisa menghasilkan dan
menyediakan sebagian dari jumlah permintaan konsumen, maka dalam hal
pemenhuhan kebutuhan konsumen tehadap sayuran, PD Pacet Segar juga
mempunyai pemasok utama yang disebut mitra tani yang memiliki peranan dalam
hal pengadaan dan penambahan bahan baku. Pada Tahun 2012 jumlah mitra tani
bahan baku sayuran ke PD Pacet Segar berjumlah 20 orang.
Kemitraan yang dilakukan PD Pacet Segar terbagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
35
1. Mitra Tani Tetap, terdiri dari sekumpulan petani yang merupakan pemasok
tetap dan terikat, yang tergabung secara resmi pada kelompok tani Pusaka
Tani, dengan jumlah sebanyak 20 orang. Kewajiban yang yang harus
dipenuhi oleh mitra tani tetap ini adalah senantiasa harus memenuhi
pasokan sayuran secara kontinyu yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar
untuk memenuhi permintaan pasar. Selain kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan, mitra tani tetap berhak mendapatkan hak nya
yaitu mendapatkan pembayaran setiap 1 minggu, atas hasil panen yang
diberikan kepada PD Pacet Segar.
2. Mitra Tani Lepas, terdiri dari sekumpulan petani diluar anggota kelompok
tani Pusaka Tani. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh mitra tani lepas ini
adalah menyediakan sayuran yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar apabila
pasokan dari mitra tani tetap kurang mencukupi, sehingga pengiriman
yang dilakukan oleh mitra tani lepas bersifat tidak kontinyu. Hak dari
kelompok mitra tani lepas ini adalah hasil panen yang diperoleh, bukan
hanya untuk PD Pacet Segar saja, mereka berhak untuk memasok ke
perusahaan lain atau tempat pemasaran lain, dan juga transaksi
pembayaran dilakukan langsung pada hari dimana sayuran selesai dipasok.
5.4.2. Proses Produksi
PD Pacet Segar menggunakan teknik budidaya semi tradisional, dimana
perusahaan tidak menggunakan greenhouse dalam membudidayakan sayurannya.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya juga tergolong masih
sederhana seperti cangkul, golok dan garpu tanah. Dalam kegiatan budidaya
sayuran, PD Pacet Segar meggunakan lahan seluas 4 hektar untuk kegiatan
budidaya, dengan perincian 5000 m2 berlokasi di Desa Mekar Sari, 15.000 m
2
berlokasi di Desa Cugenang dan 20.000 m2 berlokasi di Desa Ciherang. Jenis
sayuran yang dibudidayakan pada tahun 2012, antara lain wortel, buncis, baby
buncis, tomat cherry, selada, selada air, timun jepang dan brokoli. Tomat cherry
ditanam di Desa Cugenang karena lokasi yang dekat dengan perusahaan, sehingga
kegiatan budidayanya dapat dengan mudah dikontrol.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan budidaya tomat
cherry adalah :
36
1. Persiapan Lahan
Dalam hal persiapan lahan untuk ditanami, diperlukan adanya kesesuaian
pemakaian lahan dengan syarat tumbuh tanaman. Beberapa langkah dalam
persiapan lahan antara lain penentuan lokasi, pengolahan lahan
(pencangkulan, penggemburan dan pembuatan bedengan).
2. Penanaman
Setelah dilakukannya persiapan lahan, maka langkah selanjutnya adalah
penanaman. Siklus satu kali produksi tomat cherry adalah empat bulan,
tanaman baru bisa dipanen pada bulan ke-3. Masa panen normal tomat
cherry adalah dua bulan atau 15 kali panen. Pemanenan dilakukan setiap
tiga hari sekali.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, pengairan, penyiangan
serta pengendalian hama dan penyakit.
4. Panen
Sebelum melakukan pemanenan, hal yang perlu diperhatikan adalah waktu
dan cara pemanenan. Waktu pemanenan harus disesuaikan dengan
keadaan dan sifat hasil panen yang diinginkan, harus mempertimbangkan
apabila pemanenan dilakukan lebih awal, atau melewati waktu seharusnya,
apakah berdampak pada mutu sayuran yang dipanen. Pemanenan terhadap
tomat cherry dilakukan setiap 2-3 hari sekali.
5.4.3 Pemasaran
Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.
PD Pacet Segar menjalin kerjasama dengan ICDF (International
Cooperation Development Fund) Bogor. Bibit tomat cherry yang dibudidayakan
didapatkan langsung dari ICDF dan tomat hasil budidaya dipasarkan langsung ke
ICDF. Harga ditetapkan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, apabila ada
kenaikan biaya produksi atau perubahan harga pasar, maka kedua pihak ini akan
mendiskusikan dan menetapkan harga tomat sesuai kesepakatan.
37
5.4.5 Deskripsi Keuangan Perusahaan
PD Pacet Segar, masih menggunakan sistem pencatatan keuangan yang
masih sederhana, pemasukan dan pengeluaran tidak dicatat secara terperinci,
hanya secara garis besarnya saja. Sehingga dalam pencatatan keuangan yang ada
di perusahaan, masih terlihat ketidakjelasan dan terlihat seperti kekurangan data
yang diperoleh dalam mengalokasikan anggaran dana dan pemasukan perusahaan.
PD Pacet Segar, seharusnya menggunakan informasi akuntansi dalam menyusun
laporan keuangan, sehingga dapat bermanfaat dalam pengajuan kredit pada
lembaga keuangan, guna mengembangkan usaha yang ada di PD Pacet Segar.
5.5. Deskripsi Sumber Daya Perusahaan
Sumber daya perusahaan adalah semua kekayaan atau asset yang dimiliki
perusahaan dan dipergunakan dalam setiap kegiatan perusahaan, mulai dari
kegiatan produksi hingga kegiatan pemasaran. Sumber daya yang dimiliki oleh
PD Pacet Segar terdiri dari sumber daya fisik, sumber daya modal dan sumber
daya manusia.
5.5.1 Sumber Daya Fisik
PD Pacet Segar selain melakukan kegiatan sebagai petani atau penghasil
komoditas sayuran, juga bertindak sebagai pedagang pengumpul yang membeli
sayuran dari petani lain, atau kelompok tani yang kemudian perusahaan
memasarkan langsung kepada konsumen, baik kepada lembaga konsumen,
maupun konsumen perseorangan. Oleh karena itu, sumber daya fisik yang dimiliki
oleh PD Pacet Segar terdiri dari seluruh asset/ kekayaan perusahaan yang
digunakan dalam kegiatan budidaya hingga kegiatan pemasaran. Sumber daya
fisik yang dimiliki oleh PD Pacet Segar, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Sumber Daya Fisik PD Pacet Segar Tahun 2012
No Jenis Sumber Daya Fisik Jumlah Keterangan
1 Tanah 4 ha Lahan Budidaya
2 Bangunan ± 600 m2
Packing house dan tempat
penyimpanan sayuran/ ruang
pendingin
3 Kendaraan Operasional 3 unit 1 mobil pick up dan 2 mobil yang
dilengkapi dengan box pendingin.
4 Peralatan Budidaya
38
Dalam kegiatan budidaya, PD Pacet Segar menggunakan berbagai macam
peralatan untuk menunjang setiap proses budidaya yang dilakukan. Peralatan
budidaya yang digunakan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 6 Peralatan Budidaya yang digunakan oleh PD Pacet Segar
No Jenis Peralatan Jumlah ( unit ) Umur ekonomis
( tahun)
1 Sprayer Gendong 2 5
2 Generator 2 10
3 Pompa air 2 5
4 Cangkul, Golok 6 5
5 Ember 2 2
6 Mulsa Plastik - 1
Sumber : PD Pacet Segar, 2012
5.5.2. Sumber Daya Modal
PD Pacet Segar memiliki sumber daya modal yang digunakan dalam
menjalankan dan memperlancar seluruh kegiatan usahanya. Sumber daya modal
yang dimiliki perusahaan, dikatagorikan menjadi 2 jenis yaitu sumber daya modal
fisik dan sumber daya modal kerja. Sumber daya modal fisik yang dimiliki oleh
PD Pacet Segar berupa tenaga kerja yang terampil, tekun dan cekatan. Sedangkan
sumber daya modal kerja yang dimiliki perusahaan berupa modal awal perusahaan
yang berasal dari keluarga sendiri sebesar Rp 5.000.000,00. Pada Tahun 2007, PD
Pacet Segar memiliki asset/ kekayaan sebesar Rp 6 milyar. Asset tersebut
dialokasikan oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya, yaitu dengan
melakukan pembelian sejumlah tanah untuk lahan budidaya, mendirikan
bangunan packing house, pembelian mesin-mesin produksi dan pembelian
transportasi untuk pemasaran.
5.5.3. Sumber Daya Manusia
PD Pacet Segar memiliki tenaga kerja sebanyak 20 orang yang terbagi
menjadi 15 orang tenaga kerja tidak tetap dan 5 orang tenaga kerja khusus atau
tenaga kerja inti yang tergabung dalam struktur organisasi. Tenaga kerja harian
terlibat dalam seluruh kegiatan budidaya, sedangkan tenaga kerja khusus atau
tenaga kerja inti mempengaruhi jalannya perusahaan yang masing-masing
39
bertindak sebagai pimpinan yang merangkap sebagai kasie pasca panen,
pengadaan dan budidaya, bendahara, sekretaris, kasie transportasi, dan kasie
pemasaran. Tenaga kerja inti tersebut berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi manajemen. Karena
PD Pacet Segar merupakan perusahaan keluarga, maka tenaga kerja inti yang ada
di perusahaan berasal dari anggota keluarga. Sedangkan tenaga kerja harian
direkrut dari warga sekitar perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan warga sekitar.
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY
6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari
musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode tanam, PD Pacet
Segar menanam sebanyak 2000 tanaman. Pada kegiatan usaha budidaya tomat
cherry pada PD Pacet Segar terdapat beberapa risiko produksi yang dapat
menghambat jalannya usaha budidaya ini. Langkah awal yang dilakukan dalam
menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber
risiko produksi. Proses identifikasi sumber-sumber risiko ini dilakukan dengan
cara pengamatan langsung dilapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan
laporan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar. Identifikasi dengan cara
pengamatan langsung dilakukan dengan mengikuti secara langsung alur produksi
tomat cherry, yaitu mulai dari penanaman bibit tomat, penyiangan, penyulaman,
perempelan, pemupukan, pencegahan dan pemberantasan hama penyakit, panen,
penyortiran, pengepakan, dan pengiriman.
Secara umum risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet
Segar adalah matinya tanaman tomat pada masa produktifnya dan tomat busuk
atau rusak. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dilapangan,
wawancara, dan analisis laporan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar,
ditemukan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber risiko produksi tomat
cherry. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah rendahnya produksi tomat
cherry yang disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama yang mengganggu
produksi tomat cherry, penyakit tanaman, sumer daya manusia, dan kualitas bibit.
Perhitungan besarnya risiko produksi yang ditimbulkan dilihat dari produksi
normal tanaman tomat cherry per tanaman. Pada kondisi normal produktivitas
tomat cherry 2 kg/tanaman, namun dengan adanya sumber-sumber risiko yang
menyebabkan terjadinya risiko produksi, maka produktivitas tomat berfluktuasi.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, produktivitas tomat cherry pada PD
Pacet Segar dari Mei 2010 – Februari 2012 berkisar antara 0,27 – 2,27kg/tanaman.
Proses identifikasi terhadap sumber risiko dilakukan dengan cara melihat
urutan kejadian beberapa sumber risiko yang terjadi, kejadian tersebut bisa saling
41
berhubungan dan terpisah satu sama lainnya. Sebagai contoh sumber risiko yang
terjadi pada satu waktu adalah perubahan cuaca, penyakit, dan hama. Perubahan
cuaca merupakan salah satu sumber risiko yang menyebabkan tanaman tomat
terjangkit penyakit dan terserang hama. Perubahan cuaca juga berpengaruh
terhadap kematian tanaman tersebut, namun dengan adanya perubahan cuaca yang
tidak stabil menyebabkan tanaman tersebut terjangkit penyakit dan akhirnya mati.
Selain itu perubahan cuaca juga menyebabkan tanaman tomat terserang hama dan
menyebabkan tanaman tersebut mati atau buahnya rusak. Berdasarkan contoh dan
pemaparan diatas maka dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam proses
mengidentifikasi sumber risiko dan pengaruh sumber risiko terebut terhadap
kematian tomat dan kerusakan buah tomat. Penentuan sumber risiko produksi
dalam budidaya tomat cherry dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian
sumber risiko, sumber risiko yang terdekat dengan kematian atau kerusakan buah,
maka sumber risiko tersebut yang berpengaruh terhadap munculnya risiko
produksi. Penjelasan dari kelima sumber risiko yang telah teridentifikasi pada
budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar akan dijelasakan dibawah ini.
1. Perubahan cuaca
Cuaca yang tidak menentu, khususnya untuk wilayah Cipanas dan
sekitarnya berpengaruh negatif kepada budidaya tomat cherry. Dengan adanya
perubahan cuaca yang sangat signifikan menjadi salah satu sumber risiko produksi
yang sangat dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha yaitu PD Pacet Segar. Hal
tersebut disebabkan karena produktifitas tomat cherry akan mengalami gangguan
apabila dihadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu juga
menyebabkan banyaknya tanaman yang mati dan rentan terserang hama dan
penyakit.
2. Hama
Hama merupakan salah satu sumber risiko produksi pada budidaya tomat
cherry. Hama yang sering menyerang tomat cherry adalah White fly (Bemesia
tobaci), Leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).
a. White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan
menghasilkan empedu madu yang menyebabkan daun menjadi keriput
kecoklatan.
42
Gambar 10 White Fly Pada Daun Tomat
Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila
terganggu akan berhamburan seperti kabut atau kepul putih. Ciri-ciri dari kutu ini
adalah memiliki panjang ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup
tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan
bentangan ± 2 mm, dan bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar
dari pada lalat jantan. Telur berbentuk elips sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang
pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya seperti sisik pada daun.
Gejala yang ditimbulkan bagi tanaman yang terserang hama ini adalah
tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang
akan berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
terhambat/kerdil, daun mengecil, dan menggulung ke atas.
b. Hama Leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa
dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang
menyebabkan daun menjadi kuning kekeringan.
Gambar 11 Serangan Leafminer pada Daun Tomat
c. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda, bunga dan buah.
Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun.
43
Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera. Kutu
daun ini memiliki ciri dengan panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam,
bergaris merah atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau
putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips
dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti
ginjal atau oval.
Tanaman yang terserang hama ini akan mengisap cairan pada permukaan
daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena
udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan
mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.
d. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga
berbentuk lubang.
Ulat buah memiliki Ciri-ciri dengan panjang ulat ± 4 cm dan akan makin
panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-
kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan
ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda.
Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat
berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna
menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan panjang
badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan sayap belakang
berwarna putih dengan tepi coklat.
Hama ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering
membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi
pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak.
3. Penyakit
Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry merupakan salah satu
sumber risiko produksi. Penyakit pada tomat ini dapat disebabkan oleh cendawan
dan bakteri.
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas penyakit layu
(Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica), bercak daun
(Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit layu yang
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di persemaian
44
dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang
akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari
bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung
adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan
dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabuabuan. Penyakit bercak
daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna
kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk
daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan
yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi lingkungan mendukung
seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan
kematian.
Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah
penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen
dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan
hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya
mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan
berwarna putih seperti lendir.
4. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi
di perusahaan, karena sumber daya manusia menentukan baik buruknya proses
produksi. Pada budidaya tomat cherry, sumber risiko berasal dari kesalahan
tenaga kerja dalam melakukan pemupukan tanaman, sehingga tanaman mati
karena jarak antara pupuk terlalu dekat dengan tanaman tomat. Walaupun sudah
diingatkan oleh pihak penanggung jawab produksi, tapi pada setiap periode tanam
masih ada tanaman yang mati karena kesalahan pemupukan. Oleh karena itu
kesalahan pemupukan ini termasuk salah satu sumber risiko produksi pada
budidaya tomat cherry.
5. Kualitas Bibit
Kualitas bibit merupakan salah satu sumber risiko yang berpengaruh besar
pada proses budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar. Bibit yang digunakan
dalam budidaya diperoleh dari mitra yaitu ICDF (International Cooperation
Development Fund) Bogor. Kualitas bibit yang diberikan oleh ICDF tidak selalu
45
bagus, hal ini dikemukakan oleh H. Halim selaku penanggung jawab produksi.
Produktivitas normal tomat cherry adalah 1,5 – 2,5 kg/tanaman. apabila
produktifitas tanaman kurang dari batas normal tersebut, maka produksi tomat
cherry pada periode tersebut dipengaruhi oleh kualitas bibit. Mengenai bibit yang
memeiliki kualitas rendah, perusahaan sudah pernah melakukan komplain
terhadap kualitas bibit kepada ICDF, namun sampai saat ini kualitas bibit yang
dikirimkan masih ada yang kualitasnya buruk. Perusahaan masih menerima bibit
yang dikirimkan oleh ICDF karena bibit tomat cherry tidak dijual di pasaran.
6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi
Hasil identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi pada PD Pacet
Segar memberikan informasi bahwa ada lima jenis sumber risiko produksi.
Kelima risiko produksi tersebut adalah perubahan cuaca, hama, penyakit, sumber
daya manusia, dan kualitas bibit. Setelah ssmua sumber-sumber risiko
teridentifikasi, maka selanjutnya dilakukan analisis probabilitas terhadap masing-
masing sumber risiko.
Analisis probabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar
kecilnya kemungkinan terjadinya sumber risiko tersebut sehingga dapat diambil
keputusan nantinya mana sumber risiko yang akan dipriorotaskan terlebih dahulu
penanganannya. Dalam melakukan analisis ini, data yang digunakan adalah data
produksi tomat cherry (2000 tanaman/periode produksi) pada 10 periode terakhir
(Mei 2010 – Februari 2012) dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
Penentuan kondisi, batas, dan jumlah yang digunakan dalam perhitungan analisis
probabilitas dilakukan oleh perusahaan yang mengacu pada kejadian sebenarnya
pada periode sebelumnya. Perhitungan probabilitas ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi banyaknya kehilangan produksi tomat yang disebabkan oleh satu
sumber risiko. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan nilai standar
deviasi kejadian beresiko. Sebelum didapatkan nilai z-score, maka perlu
ditentukan nilai batas normal yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penentuan
angka ini sangat penting karena nilai probabilitas ini merupakan perhitungan
seberapa besar penyimpangan kehilangan produksi tomat yang disebabkan oleh
satu sumber risiko dari batas normal.
46
Hasil analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko produksi
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko Produksi
Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%)
1 Perubahan cuaca 44,00
2 Hama 25,80
3 Penyakit 38,20
4 Sumber daya manusia 6,80
5 Kualitas Bibit 42,50
Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat dilihat probabilitas dari masing-
masing sumber risiko. Probabilitas sumber risiko dari yang terbesar adalah
perubahan cuca (44,00%), kualitas bibit (42,50%), penyakit (38,20%), hama
(25,80%), dan sumber daya manusia (6,80%).
Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh
perubahan cuaca menempati urutan pertama yaitu 44,00 persen. Hasil perhitungan
probabilitas untuk sumber risiko perubahan cuaca dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca
Periode Waktu Kehilangan Produksi
Tomat (kg)
1 Mei - Agustus 2010 718
2 Juli - Oktober 2010 132
3 September - Desember 2010 1.066
4 November 2010 - Februari 2011 1.756
5 Januari - April 2011 1.762
6 Maret - Juni 2011 1.027
7 Mei - Agustus 2011 399
8 Juli - Oktober 2011 61
9 September - Desember 2011 740
10 November 2011 - Februari 2012 1.425
TOTAL 9085
Rata - Rata 909
Standar Deviasi 614
X (batas normal) 1000
Z 0,15
Nilai Pada Tabel Z 0,44
Probabilitas Risiko 44,00%
47
Berdasarkan Tabel 9, batas normal kehilangan produksi tomat cherry yang
ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 1000 kg. Angka ini ditetapkan oleh
perusahaan berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 25 persen pada
setiap periode. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Z sebesar 0,15 menunjukkan
bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila
nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,44.
Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan iklim
adalah 44 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan
produksi tomat yang melebihi 1000 kg adalah 44 persen. Besarnya probabilitas
yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang signifikan sehingga menyebabkan
tanaman rusak dan mati.
Besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber risiko
perubahan cuaca pada periode-periode tertentu jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan periode yang lainnya. Sebagai contoh pada periode 1, 2, 7, dan 8.
Pada periode ini besarnya kehilangan produksi relatif sedikit daripada periode
lainnya. Hal ini disebabkan oleh cuaca pada periode tersebut relatif stabil, karena
intensitas hujan dan pananya seimbang, sehingga risiko produksi yang disebabkan
oleh perubahan cuaca relatif sedikit. Pada periode 4 dan 5 merupakan periode
yang jumlah kehilangan produksi tomat yang paling besar, hal ini disebabkan oleh
cuaca yang ekstrim dan angin kencang, sehingga tanaman tomat banyak yang
mati.
Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh
kualitas bibit menempati urutan kedua, yaitu sebesar 42,50 persen. Batas normal
kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 400 kg per periode.
Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi
sebesar 10 persen pada setiap periode produksi.
Berdasarkan Tabel 10 hasil perhitungan probabilitas sumber risiko yang
disebabkan oleh kualitas bibit, nilai Z sebesar 0,19 menunjukkan bahwa nilai
tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini
dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,425. Angka ini
menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan kualitas adalah 42,50
persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat
48
yang melebihi 400 kg adalah 42,50 persen. Sumber risiko produksi yang
disebabkan oleh kualitas bibit dipengaruhi oleh keempat sumber risiko produksi
lainnya.
Tabel 9 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kualitas Bibit
Periode Waktu Kehilangan Produksi
Tomat (kg)
1 Mei - Agustus 2010 -
2 Juli - Oktober 2010 -
3 September - Desember 2010 235
4 November 2010 - Februari 2011 380
5 Januari - April 2011 979
6 Maret - Juni 2011 115
7 Mei - Agustus 2011 -
8 Juli - Oktober 2011 -
9 September - Desember 2011 413
10 November 2011 - Februari 2012 1.099
TOTAL 3.220
Rata - Rata 322
Standar Deviasi 410
X (batas normal) 400
Z 0,19
Nilai Pada Tabel Z 0,425
Probabilitas Risiko 42,50%
Besarnya risiko yang dihadapi diperoleh dari hasil pengurangan besarnya
kehilangan produksi dikurangi dengan besarnya risiko yang disebabkan perubahan
cuaca, hama, penyakit, dan sumber daya manusia. Sebagai contoh pada periode
satu, dua, tujuh, dan delapan, risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit
adalah 0. Hal ini disebabkan karena produktivitas tanaman tomat berada pada
batas normal, yitu antara 1,5 – 2,5 kg/tanaman, sehingga pada periode ini tanaman
tomat tidak terkena risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit. Berbeda
dengan periode 10. Kehilangan produksi pada periode ini adalah sebesar 3.374 kg.
Dari 3.374 kg, kehilangan produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah
1,099 kg. Pada periode ini kehilangan risiko yang disebabkan oleh kualitas bibit
sangat tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor perubahan cuaca yang tidak
menentu, sehingga produktivitas tanaman menurun. Selain itu, kualitas bibit yang
49
diperoleh dari ICDF tidak sebagus biasanya (Halim)1. Secara umum kualitas bibit
ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sehingga produktivitas menurun.
Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh
penyakit menempati urutan ketiga yaitu sebesar 38,20 persen. Batas normal
kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 320 kg per periode.
Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi
sebesar 8 persen pada setiap periode produksi. Hasil perhitungan probabilitas
sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit
Periode Waktu Kehilangan Produksi
Tomat (kg)
1 Mei - Agustus 2010 376
2 Juli - Oktober 2010 109
3 September - Desember 2010 322
4 November 2010 - Februari 2011 333
5 Januari - April 2011 363
6 Maret - Juni 2011 313
7 Mei - Agustus 2011 169
8 Juli - Oktober 2011 15
9 September - Desember 2011 299
10 November 2011 - Februari 2012 482
TOTAL 2.781
Rata - Rata 278
Standar Deviasi 139
X (batas normal) 320
Z 0,30
Nilai Pada Tabel Z 0,382
Probabilitas Risiko 38,20%
Berdasarkan data pada Tabel 11, nilai Z sebesar 0,30 menunjukkan bahwa
nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z
ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,382. Angka
ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan penyakit adalah
38,20 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi
tomat yang melebihi 320 kg adalah 38,20 persen. Besarnya probabilitas yang
disebabkan oleh penyakit yang juga dipicu oleh iklim yang ekstrim sehingga
1 Penanggungjawab Produksi PD Pacet Segar
50
tanaman terserang penyakit, khususnya penyakit layu fusarium, busuk buah.
Sumber risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dipengaruhi oleh
perubahan cuaca. Apabila curah hujan tinggi, maka tanaman akan rentan terserang
penyakit. Berdasarkan pada Tabel 15, besarnya kehilangan produksi yang
disebabkan oleh penyakit pada periode 8 sangat rendah, yaitu 15 kg. Hal ini pada
periode ini (Juli – Oktober 2011) curah hujan sangat rendah, sehingga tanaman
sedikit yang terserang oleh penyakit. Sedangkan pada periode 10, besarnya
kehilangan produksi yang disebabkan oleh penyakit sangat tinggi, yaitu sebesar
482 kg. Hal ini disebabkan pada periode ini curah hujan sangat tinggi, sehingga
banyak tanaman yang terserang penyakit dan akhirnya mati.
Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh hama
menempati urutan keempat yaitu sebesar 25,80 persen. Batas normal kehilangan
tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 300 kg per periode. Penetapan
angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 7,5
persen pada setiap periode produksi. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko
yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 11 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama
Periode Waktu Kehilangan Produksi
Tomat (kg)
1 Mei - Agustus 2010 254
2 Juli - Oktober 2010 96
3 September - Desember 2010 258
4 November 2010 - Februari 2011 236
5 Januari - April 2011 334
6 Maret - Juni 2011 353
7 Mei - Agustus 2011 223
8 Juli - Oktober 2011 26
9 September - Desember 2011 164
10 November 2011 - Februari 2012 350
TOTAL 2.294
Rata - Rata 229
Standar Deviasi 108
X (batas normal) 300
Z 0,65
Nilai Pada Tabel Z 0,258
Probabilitas Risiko 25,80%
51
Berdasarkan data pada Tabel 12, nilai Z sebesar 0,65 menunjukkan bahwa
nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z
ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,258. Angka
ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan hama adalah
25,80 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi
tomat yang melebihi 300 kg adalah 25,80 persen. Kehilangan produksi yang
disebabkan oleh serangan hama dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Cuaca yang
buruk, menyebabkan tanaman mudah terserang hama. Berdasarkan Tabel 17,
dapat dilihat pada periode 2 dan 8, kehilangan produksi lebih sedikit dibandingkan
periode lainnya. hal ini disebabkan karena pada periode ini curah hujan relatih
sedikit, sehingga hama tidak menyerang tanaman. berbeda halnya pada periode
laiinnya, kehilangan produksi lebih banyak. Rata-rata kehilangan produksi
disebabkan oleh hama busuk buah, sehingga banyak buah yang tidak bisa dipanen.
Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang paling rendah
disebabkan oleh sumber daya manusia yaitu 6,80 persen. Hasil perhitungan
probabilitas sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Sumber Daya Manusia
Periode Waktu Kehilangan Produksi
Tomat (kg)
1 Mei - Agustus 2010 22
2 Juli - Oktober 2010 26
3 September - Desember 2010 24
4 November 2010 - Februari 2011 28
5 Januari - April 2011 22
6 Maret - Juni 2011 24
7 Mei - Agustus 2011 28
8 Juli - Oktober 2011 12
9 September - Desember 2011 24
10 November 2011 - Februari 2012 18
TOTAL 228
Rata - Rata 23
Standar Deviasi 5
X 30
Z 1,49
Nilai Pada Tabel Z 0,068
Probabilitas Risiko 6,80%
52
Berdasarkan data pada Tabel 13, batas normal kehilangan tomat yang
ditetapkan oleh perusahaan adalah 30 kg per periode. Penetapan angka batas
normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 0,75 persen pada
setiap periode produksi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Z sebesar
1,49. Angka menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva
distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka
akan menunjukkan nilai 0,068. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber
risiko yang disebabkan human error adalah 6,80 persen. Angka ini memiliki arti
bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat yang melebihi 30 kg adalah 6,80
persen. Kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumberdaya manusia ini
disebabkan kesalahan pada saat pemupukan. Pemupukan yang dekat dengan
tanaman menyebakan kematian pada tanaman. Penanggungjawab produksi selalu
mengingatkan tenaga kerjanya bagaimana pemupukan yang benar, tapi pada
kenyataannya masih ada yang tidak melaksanakan dengan baik. Ciri-ciri tanaman
yang mati karena kesalahan pemupukan adalah pangkal tanaman tersebut akan
lunak dan menyebabkan tanaman mati.
6.3 Analisis Dampak Risiko Produksi
Sumber-sumber risiko produksi tomat cherry yang sudah teridentifikasi
pada PD Pacet Segar memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Dampak negatif
yang dirasakan oleh perusahaan adalah berupa kerugian finansial yang disebabkan
oleh sumber-sumber risiko yang dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah sebagai
mata uang negara Indonesia. Apablia terjadi risiko produksi yang diakibakan oleh
sumber-sumber risiko tersebut, maka dapat dilakukan perkiraan kerugian.
Perkiraan kerugian tersebut tidak 100 persen sesuai dengan kejadian di lapangan.
Oleh karena ini dibutuhkan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat
keyakinan.
Perhitungan dampak risiko produksi tomat cherry dilakukan dengan
metode Value at Risk (VaR). Perhitungan yang dilakukan menggunakan tingkat
keyakinan 95 persen dan sisanya 5 persen adalah error. Proses perhitungannya
dapat dilihat pada Lampiran. Tujuan dilakukan perhitungan dampak dari masing-
masing sumber risiko ini adalah untuk mengetahui perkiraan kerugian yang
diderita oleh pihak perusahaan. Data yang digunakan dalam perhitungan ini
53
adalah data produksi 10 periode terakhir (Mei 2010 – Februari 2012) dan hasil
pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Pihak perusahaan
yang saya wawancara adalah pimpinan perusahaan selaku pembuat keputusan dan
penanggung jawab produksi.
Urutan hasil perhitungan analisis dampak risiko produksi tomat cherry
pada PD Pacet Segar berdasarkan masing-masing sumber risiko dari urutan
terbesar adalah perubahan cuaca, kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya
manusia. Berikut pemaparan dari hasil perhitungan tersebut.
Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh perubahan
cuaca dalam 10 periode terakhir adalah Rp 9.722.492,00 dengan tingkat
keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang
disebabkan oleh perubahan cuaca dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 13 Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca
No Waktu
Kehilangan
Produksi
Tomat (kg)
Harga
Jual
(Rp)
Kerugian
(Rp)
1 Mei - Agustus 2010 718 7.500 5.385.000
2 Juli - Oktober 2010 132 7.500 992.000
3 September - Desember 2010 1.066 7.500 7.998.000
4 November 2010 - Februari 2011 1.756 7.500 13.167.000
5 Januari - April 2011 1.762 8.000 14.096.000
6 Maret - Juni 2011 1.027 8.000 8.215.467
7 Mei - Agustus 2011 399 8.000 3.188.267
8 Juli - Oktober 2011 61 8.000 484.267
9 September - Desember 2011 740 8.500 6.287.733
10 November 2011 - Februari 2012 1.425 8.500 12.114.200
TOTAL 71.927.933
Rata - Rata 7.192.793
Standar Deviasi 4.862.984
Nilai Z (α = 5%) 1,645
VaR 9.722.492
Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah
Rp 9.722.492,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh
perusahaan akibat adanya pengaruh perubahan cuaca. Namun ada kemungkinan
sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 9.722.492,00.
Pada periode empat, lima, dan sepuluh, dampak kerugian yang disebabkan oleh
54
perubahan cuaca relatif tinggi dibandingkan periode lainnya, hal ini disebabkan
pada periode ini curah hujan sangat tinggi dan tidak menentu, sehingga banyak
tanaman tomat yang rusak diakibatkan hujan dan angin kencang. Sebaliknya pada
periode dua dan delapan (Juli – Oktober), dampak risiko yang disebabkan oleh
perubahan iklim relatif kecil dibandingkan dengan periode lainnya. Hal ini
disebabkan karena pada periode ini kondisi cuaca relatif stabil, sehingga risiko
yang disebabkan oleh perubahan cuaca sangat kecil.
Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh kualitas
bibit dalam 10 periode terakhir adalah Rp 4.391.618,00 dengan tingkat keyakinan
95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan
oleh kualitas bibit dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 14 Analsis Dampak Sumber Risiko Kualitas Bibit
No Waktu
Kehilangan
Produksi
Tomat (kg)
Harga
Jual
(Rp)
Kerugian
(Rp)
1 Mei - Agustus 2010 - 7.500 -
2 Juli - Oktober 2010 - 7.500 -
3 September - Desember 2010 235 7.500 1.762.500
4 November 2010 - Februari 2011 380 7.500 2.847.000
5 Januari - April 2011 979 8.000 7.829.333
6 Maret - Juni 2011 115 8.000 917.867
7 Mei - Agustus 2011 - 8.000 -
8 Juli - Oktober 2011 - 8.000 -
9 September - Desember 2011 413 8.500 3.509.933
10 November 2011 - Februari 2012 1.099 8.500 9.343.200
TOTAL 26.209.833
Rata - Rata 2.620.983
Standar Deviasi 3.403.793
Nilai Z (α = 5%) 1,645
VaR 4.391.618
Berdasarkan data pada Tabel 15, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah
Rp 4.391.618,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh
perusahaan akibat danya pengaruh kualitas bibit. Namun ada kemungkinan
sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 4.391.618,00.
Pada periode satu, dua, tujuh, dan delapan perusahaan tidak mengalami dampak
kerugian yang disebabkan oleh kualitas bibit, karena pada musim ini produktivitas
55
tanaman tomat berkisar dibatas ambang normal, yaitu antara 1,5 – 2,5 kg/tanaman.
Metode perhitungan dampak kerugian yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah
total risiko produksi dikurangi risiko yang disebabkan perubahan cuaca, penyakit,
hama, dan sumber daya manusia. Setelah didapatkan maka dikaliakan dengan
harga yang berlaku pada saat itu.
Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh penyakit
dalam 10 periode terakhir adalah Rp 2.801.957,00 dengan tingkat keyakinan 95
persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh
penyakit dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 15 Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit
No Waktu
Kehilangan
Produksi
Tomat (kg)
Harga
Jual
(Rp)
Kerugian
(Rp)
1 Mei - Agustus 2010 376 7.500 2.823.000
2 Juli - Oktober 2010 109 7.500 815.000
3 September - Desember 2010 322 7.500 2.412.000
4 November 2010 - Februari 2011 333 7.500 2.496.000
5 Januari - April 2011 363 8.000 2.906.667
6 Maret - Juni 2011 313 8.000 2.506.667
7 Mei - Agustus 2011 169 8.000 1.349.333
8 Juli - Oktober 2011 15 8.000 119.467
9 September - Desember 2011 299 8.500 2.544.333
10 November 2011 - Februari 2012 482 8.500 4.093.600
TOTAL 22.066.067
Rata - Rata 2.206.607
Standar Deviasi 1.144.477
Nilai Z (α = 5%) 1,645
VaR 2.801.957
Berdasarkan data pada Tabel 16, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah
Rp 2.801.957,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh
perusahaan akibat adanya pengaruh penyakit yang menyerang tanaman tomat.
Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih
besar dari Rp 2.801.957,00. Pada periode dua dan delapan, dampak risiko yang
disebababkan oleh penyakit relatif lebih kecil dibandingkan periode lainnya. Hal
ini disebabkan pada musim ini curah hujan relatif stabil, sehingga tanaman yang
terjangkit penyakit juga sedikit, karena salah satu faktor penyebab tanaman
56
terserang penyakit adalah perubahan cuaca. Namun pada periode sepuluh
(November 2011 – Februari 2012) dampak risiko yang disebabkan oleh penyakit
sangat besar, yaitu sebesar Rp 4.093.600,00 , hal ini disebabkan karena pada
periode ini curah hujan sangat tinggi, sehingga menyebabkan lahan menjadi
lembab dan tanaman mudah terserang penyakit, khususnya penyakit layu
fusarium.
Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh hama dalam
10 periode terakhir adalah Rp 2.280.154,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen.
Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh hama
dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16 Analisis Dampak Sumber Risiko Hama
No Waktu
Kehilangan
Produksi
Tomat (kg)
Harga
Jual
(Rp)
Kerugian
(Rp)
1 Mei - Agustus 2010 254 7.500 1.905.000
2 Juli - Oktober 2010 96 7.500 720.000
3 September - Desember 2010 258 7.500 1.935.000
4 November 2010 - Februari 2011 236 7.500 1.770.000
5 Januari - April 2011 334 8.000 2.672.000
6 Maret - Juni 2011 353 8.000 2.824.000
7 Mei - Agustus 2011 223 8.000 1.784.000
8 Juli - Oktober 2011 26 8.000 208.000
9 September - Desember 2011 164 8.500 1.394.000
10 November 2011 - Februari 2012 350 8.500 2.975.000
TOTAL 18.187.000
Rata - Rata 1.818.700
Standar Deviasi 887.080
Nilai Z (α = 5%) 1,645
VaR 2.280.154
Berdasarkan data pada Tabel 17, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah
Rp 2.280.154,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh
perusahaan akibat adanya pengaruh hama yang menyerang tanaman tomat.
Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih
besar dari Rp 2.280.154,00. Sama seperti dampak risiko yang disebabkan oleh
perubahan cuaca dan penyakit, dampak risiko yang disebabkan oleh hama pada
periode dua dan delapan memiliki dampak yang relatif kecil, karena cuaca relatif
57
stabil. Perubahan cuaca merupakan salah satu penyebab tanaman terserang hama,
karena hama tanaman tomat suka terhadap kondisi lembab. Beda halnya dengan
periode sepuluh, curah hujan pada periode sangat tinggi, sehingga tanaman tomat
banyak yang terserang hama seperti hama busuk daun dan busuk buah.
Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh sumber daya
manusia dalam 10 periode terakhir adalah Rp 198.339,00 dengan tingkat
keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang
disebabkan oleh sumber daya manusia dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 17. Analisis Dampak Sumber Risiko Sumber Daya Manusia
No Waktu
Kehilangan
Produksi
Tomat (kg)
Harga
Jual
(Rp)
Kerugian
(Rp)
1 Mei - Agustus 2010 22 7.500 165.000
2 Juli - Oktober 2010 26 7.500 195.000
3 September - Desember 2010 24 7.500 180.000
4 November 2010 - Februari 2011 28 7.500 210.000
5 Januari - April 2011 22 8.000 176.000
6 Maret - Juni 2011 24 8.000 192.000
7 Mei - Agustus 2011 28 8.000 224.000
8 Juli - Oktober 2011 12 8.000 96.000
9 September - Desember 2011 24 8.500 204.000
10 November 2011 - Februari 2012 18 8.500 153.000
TOTAL 1.795.000
Rata - Rata 179.500
Standar Deviasi 36.216
Nilai Z (α = 5%) 1,645
VaR 198.339
Berdasarkan data pada Tabel 18, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah
Rp 198.339,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh
perusahaan akibat adanya kesalahan sumber daya manusia dalam melaksanakan
budidaya tomat cherry. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan
menderita kerugian lebih besar dari Rp 198.339,00. Dampak kerugian yang
disebabkan oleh sumber risiko sumber daya manusia jauh lebih kecil
dibandingkan sumber risiko yang lainnya. Walaupun dampak kerugiannya kecil,
namun selalu ada disetiap periode, sehingga berdasarkan hasil diskusi dengan
58
pihak perusahaan, sumber daya manusia termasuk salah satu sumber risiko
produksi.
Setelah dampak masing-masing sumber risiko diperoleh, maka nilai VaR
akan lebih memiliki makna apabila diplotkan ke dalam peta risiko. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pihak manajemen perusahaan dalam mengambil
keputusan dalam penanganan risiko produksi. Perbandingan nilai VaR untuk
masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 18. Dampak dari Masing-Masing Sumber Risiko Produksi
No Sumber Risiko Nilai VaR (dampak Rp)
1 Perubahan cuaca 9.722.492
2 Kualitas bibit 4.391.618
3 Penyakit 2.801.957
4 Hama 2.280.154
5 Sumber daya manusia 198.339
Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat dilihat besarnya dampak dari
masing-masing sumber risiko produksi. Setelah diketahui nilai VaR untuk
masing-masing sumber risiko, maka sebelum dilakukan penanganan terhadap
masing-masing risiko produksi dilakukanlah pembuatan peta risiko. Pembuatan
peta risiko ini bertujuan untuk menunjukkan posisi dari sumber risiko sehingga
strategi penanganan lebih efektif.
6.4 Pemetaan Risiko Produksi
Pemetaan risiko dilakukan dengan cara memplotkan dampak dan
probabilitas dari masing-masing sumber risiko ke dalam peta risiko.
Penggabungan antara dampak dan probabilitas tersebut akan diketahui status dari
risiko tersebut. Status risiko menunjukkan urutan kejadian-kejadian berisiko.
Status risiko yang besar menunjukkan risiko yang besar dan sebaliknya status
risiko yang kecil menunjukkan risiko yang kecil. Status risiko merupakan
perkalian antara probabiliti dan dampak. Status risiko tidak memiliki satuan.
Angka yang dihasilkan dari status risiko hanya menunjukkan urutan risiko saja.
Status risiko dari masing-masing sumber risiko produksi tomat cherry pada PD
Pacet Segar dapat dilihat pada Tabel 20.
59
Tabel 19. Status Risiko untuk Setiap Sumber Risiko Produksi
No Sumber Risiko Dampak
(Rp)
Probabilitas
(%) Status Risiko
1 Perubahan cuaca 9.722.492 44,00 4.277.896
2 Kualitas Bibit 4.391.618 42,50 1.866.438
3 Penyakit 2.801.957 38,20 1.070.348
4 Hama 2.280.154 25,80 588.280
5 Sumber daya manusia 198.339 6,80 13.487
Berdasarkan data pada Tabel 20 dapat terlihat jelas urutan tingkatan status
sumber dari masing-masing risiko. Perubahan cuaca merupakan sumber risiko
yang memiliki dampak dan status risiko terbesar. Selanjutnya diikuti oleh sumber
risiko kualitas bibit, penyakit, hama, dan terakhir adalah sumber daya manusia.
Setelah status risiko diketahui, maka selanjutnya dilakukannlah pemetaan risiko.
Pembuatan peta risiko ini untuk mengetahui posisi risiko yang berguna dalam
penentuan alternantif strategi penaganan risiko. Peta risiko merupakan gambaran
tentang posisi risiko pada suatu peta. Peta risiko memilik dua sumbu vertikal dan
horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal
merupakan dampak. Kedua sumbu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu besar
dan kecil. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil
ditentukan oleh pihak manajemen PD Pacet Segar. Untuk penentuan batas tengah
dari probabilitas dilakukan dengan menghitung rata-rata dari ke-5 probabilitas
masing-masing sumber risiko dan diperoleh nilai 31,46 persen. Setelah
didiskusikan lebih lanjut dengan pihak perusahaan, maka ditetapkan batas tengah
dari probabilitas adalah 30 persen. Nilai batas tengah untuk dampak ditentukan
oleh perusahaan yaitu Rp 3.000.000,00. Jadi sumber risiko yang memiliki dampak
lebih dari Rp 3.000.000,00 akan masuk kedalam kategori dampak yang besar dan
sebaliknya. Penggolongan risiko berdasarkan peta risiko dapat dilihat pada
Gambar 12.
60
Gambar 12 Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi
Berdasarkan pada Gambar 12, dapat dilihat posisi dari hasil pemetaan
masing-masing sumber risiko. Pada kuadran I terdapat sumber risiko Penyakit.
Sumber risiko penyakit dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang
memiliki peluang yang besar tetapi berdampak yang kecil bagi perusahaan.
Sumber risiko perubahan cuaca dan kualitas bibit terdapat pada kuadran II yang
merupakan sumber risiko yang dianggap oleh perusahaan yang memiliki
kemungkinan terjadinya dan dampaknya yang besar. Pada kuadran III ditempati
dua sumber risiko yaitu hama dan sumber daya manusia. Sumber risiko ini
dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang terjadi
dan dampaknya yang kecil. Sumber risiko produksi budidaya tomat cherry pada
PD Pacet segar tidak ada yang menempati kuadran ke IV, karena perusahaan
menganggap tidak ada sumber risiko yang mempunyai probabilitas kecil
sedangkan memiliki dampak yang besar. Hasil dari pemetaan risiko ini dilakukan
untuk menentukan strategi yang tepat untuk penanganan risiko produksi budidaya
tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar.
Besar Kecil
Kecil
Besar
Rp 3.000.000
30
Dampak
(Rp)
Probabilitas
(%)
Perubahan
cuaca Kualitas Bibit Penyakit
Hama
SDM
61
6.5 Strategi Penanganan Risiko Produksi
Tahap akhir yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi tomat
cherry pada PD Pacet Segar adalah penentuan strategi penanganan terhadap risiko
produksi yang dihadapi. Alternaif strategi yang dilakukan erat kaitannya dengan
pemetaan risiko yang telah dihasilkan. Dalam penanganan risiko ini ada 2 strategi,
yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Sumber risiko yang berada pada
kuadran I dan II ditangani dengan strategi preventif, sedangkan risiko yang berada
pada kuadran II dan IV ditangani dengan strategi mitigasi. Sumber risiko yang
disebabkan oleh perubahan cuaca dan kualitas bibit berapa pada kuadran II.
Berdasarkan teori, sumber risiko yang berada pada kuadran II, dilakukan
penanganan dengan strategi preventif dan mitigasi. Sedangakan untuk sumber
risiko penyakit berada pada kuadran I, strategi penanganannya dilakukan dengan
strategi preventif. Berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen perusahaan,
usulan strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Sumber risiko penyakit
Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry yang menyebabkan
terjadinya kehilangan produksi adalah layu fusarium. Layu fusarium ini
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sehingga kandungan air di dalam tanah
meningkat. Untuk menghindari tanaman terserang penyakit layu fusarium, maka
dilakukan penyemprotan fungisida secara ganda, terutama pada saat musim hujan.
Pemberian fungisida ganda ini dilakukan dengan cara manambah frekuensi
penyemprotan, yang biasanya dilakukan hanya sekali, sekarang dilakukan
sebanyak dua kali dengan jarak waktu satu minggu. Pemberian fungisisda ganda
ini diharapkan daya tahan tanaman lebih kuat terhadap serangan penyakit. Selain
itu, untuk mengurangi kelembaban tanah, dilakukan pembuatan bedengan dengan
ukuran lebih tinggi dari ukuran biasa. Tinggi bedengan biasanya dibuat 10 – 15
cm dari permukaan tanah. Namun untuk mengurangi kelembaban, dibuatlah
bedengan dengan tinggi 25 – 30 cm dari permukaan danah dan dibuat drainase
yang bagus, sehingga saluran air lebih lancar. Usulan kedua strategi diatas
diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang
disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko penyakit yang disebabkan oleh penyakit
62
diharapkan bergeser kebawah, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat
berkurang.
2. Sumber risiko perubahan cuaca
Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca terletak pada
kuadran II pada peta risiko. Strategi penanganan terhadap sumber risiko ini
dilakukan dengan preventif dan mitigasi. Perubahan cuaca yang tidak menentu
menyebabkan tanaman tomat cherry banyak yang mati dan produktivitasnya
menurun. Stategi penanganan terhadap sumber risiko perubahan cuaca dilakukan
dengan menggunakan teknologi baru, yaitu budidaya dengan menggunakan
greenhouse. Budidaya dengan menggunakan greenhouse dapat dilakukaan dengan
sistim hidroponik irigasi tetas dan sistim manual. Sistim hidoponik irigasi tetes
membutuhkan investasi yang sangat besar, namun kelebihannya adalah
meningkatkan produktivitas tomat dan memperpanjang umur siklus budidaya.
Budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse dengan sistim irigasi manual
tidak membutuhkan investasi yang besar, hanya membutuhkan investasi
greenhouse saja. Namun budidaya dengan sistim irigasi manual ini
produktivitasnya relatif lebih rendah dibanding dengan sistim irigasi tetes, karena
sistim irigasi tetes pemberian nutrisinya lebih intensif dan langsung ke daerah akar
tanaman, sehingga nutrisinya lebih banyak terserat oleh tanaman. Media tanam
yang digunakan untuk budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse adalah
arang sekam. Penggunaan media tanam ini bertujuan untuk mengurangi
probabilitas tanaman terserang penyakit fusarium. Usulan strategi penanganan
risiko dengan menggunakan teknologi budidaya dengan menggunakan
greenhouse diharapkan dapat mengurangi dampak dan probabilitas dari sumber
risiko tersebut, sehingga posisi sumber risiko pada peta risiko bergeser ke arah
bawah dan kiri dari peta risiko.
3. Sumber risiko kualitas bibit
Bibit tomat cherry yang digunakan oleh PD Pacet Segar berasal dari ICDF
Bogor. Sebagai informasi, benih/bibit tomat cherry tidak ada dijual di pasaran.
Sehingga PD Pacet Segar bergantung pad ICDF dalam mendapatkan bibit.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen, penanganan risiko produksi
yang disebabkan oleh kualitas bibit harus dilakukan evaluasi dari pihak pemberi
63
bibit (ICDF). Sebagai mitranya, PD Pacet Segar diundang oleh pihak ICDF untuk
melakukan evaluasi terhadap kerja samanya. Dalam pertemuan dengan pihak
ICDF, PD Pacet Segar mengutarakan keluhan terhadap kualitas bibit tomat cherry
yang diberikan. Pihak ICDF memberikan tanggapan dan akan berusaha untuk
memperbaiki kualitas bibit sehingga bibit yang diberikan kualitasnya sesuai
dengan yang diharapkan. Dilain sisi, pihak manajemen perusahaan PD Pacet
Segar sedang berusaha melakukan pembenihan sendiri. Pembenihan dilakukan
dengan cara mengeringkan biji tomat yang matang. Setelah biji kering, lalu
disemaikan di pesemaian. Namun benih yang disemaikan memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi. Berdasarkan data dilapangan, persentasi benih yang dibuat
sendiri hanya tumbuh 50 persen. Pihak perusahaan sangat tertarik untuk
melakukan pembenihan sendiri agar tidak terikat pada ICDF. Untuk bisa
melakukan pembenihan yang sesuai standar, penanggung jawab produksi (Halim)
sebaiknya melakukan pelatihan bagaimana cara mendapatkan benih yang
berkualitas. Pelatihan ini bisa juga dilakukan di ICDF yang melakukan
pembenihan sendiri maupun di tempat lain yang melakukan pembenihan,
khususnya pembenihan sayur-sayuran yang menggunakan biji seperti cabe,
keylan, brokoli, wortel, dan sebagainya. Usulan strategi untuk sumber risiko ini
akan bisa dilaksanakan secara bertahap, karena pada saat ini perusahaan masih
bergantung pada ICDF. Pihak perusahaan harus mempelajari bagaimana cara
melakukan pembenihan tomat cherry yang baik, sehingga dihasilkan benih yang
memiliki kualitas yang bagus, produktivitas tinggi dan tahan terhadap serangan
hama dan penyakit. Sehingga sumber risiko produksi ini dapat bergeser ke bawah
dan kiri dari peta risiko.
Berdasarkan pemaparan dari usulan strategi penganan terhadap sumber
risiko penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit diatas, diharapkan probabilitas
dan dampak yang dirasakan oleh perusahaan dapat berkurang, sehingga
keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat meningkat. Usulan strategi
penanganan risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 13.
64
Gambar 13 Penangaan Risiko dengan Strategi Preventif
Berdasarkan pada Gambar 13, diharapkan usulan strategi yang telah
dimusyawarahkan dengan pihak manajemen perusahaan dapat mengurangi
probabilitas dari masing-masing sumber risiko, sehingga sumber risiko tersebut
bergerak dari atas kebawah.
Berdasarkan Gambar 14, dapat dilihat ada tiga usul yang diberikan kepada
perusahaan yang diharapkan dapat meminimalkan dampak kerugian yang diderita
oleh perusahaan akibat risiko produksi. Penerapan usulan strategi ini sebaiknya
dilakukan oleh pihak perusahaan dimulai dari sumber risiko yang mempunyai
status risiko yang paling tinggi, yaitu perubahan cuaca. Dilanjutkan dengan
penanganan sumber risiko kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya
manusia. Usulan penanganan risiko dengan strategi mitigasi dilakukan untuk
mengurangi dampak dari sumber risiko dapat dilihat pada Gambar 14.
Besar Kecil
Kecil
Besar
3.000.000
30
Probabilitas
(%)
1. Budidaya menggunakan
greenhouse
2. Pelatihan cara
pembenihan yang baik
3. Bekerjasama dengan
ICDF untuk mendapatkan
bibit berkualitas
1. Pemberian fungisida
ganda
2. Pembuatan bedengan
dengan tinggi 25-30 cm
dari permukaan tanah dan
drainase yang baik
Dampak
(Rp)
65
Gambar 14 Penanganan Risiko dengan Strategi Mitigasi
Sumber risiko lainnya hama dan sumber daya manusia juga dilakukan
penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalisir. Sumber risiko hama dalan
dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara teratur khususnya pada musim
hujan sehingga tanaman tidak terserang hama. Penanganan risiko terhadap hama
ini relatif lebih mudah dilakukan. Kenyataannya di lapangan pada saat ini,
penanganan terhadap hama dilakukan setelah ditemukan indikasi risiko yang
disebabkan oleh hama baru dilakukan penyemprotan sehingga masih banyak
ditemukan kehilangan produksi yang disebabkan oleh hama. Untuk sumber risiko
sumber daya manusia dilakukan dengan pengawasan yang insentif sehingga
kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber daya manusia dapat dikurangi.
Dampak
(Rp)
Besar Kecil
Kecil
Besar
3.000.000
30
Probabilitas
(%) 1. Budidaya menggunakan
greenhouse
2. Pelatihan cara
pembenihan yang baik
3. Bekerjasama dengan
ICDF untuk mendapatkan
bibit berkualitas
-
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian kajian analisis risiko produksi budidaya tomat cherry pada
PD Pacet Segar adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat lima sumber risiko produksi
pada budidaya tomat cherry yaitu perubahan cuaca, serangan hama,
penyakit, kualitas bibit, dan sumber daya manusia.
2. Sumber risiko yang disebabkan perubahan cuaca memiliki probabilitas
dan dampak yang paling besar, yaitu 44 persen dan Rp 9.722.492 dan
sumber risiko sumber daya manusia memiliki probabilitas dan dampak
paling kecil, yaitu 6,8 persen dan Rp 198.339.
3. Alternatif strategi yang diusulkan kepada pihak perusahaan terhadap
penanganan ketiga jenis sumber risiko penyakit, pengaruh cuaca, dan
kualitas bibit adalah :
a. Pemberian fungisida ganda pada tanaman tomat agar tidak mudah
terserang penyakit, khususnya pada musim hujan. Selanjutnya
pembuatan bedengan yang memiliki tinggi 25-30 cm dari permukaan
tanah dan drainase yang baik agar kelembaban tanah berkurang.
b. Melakukan budidaya dengan menggunakan greenhouse agar tanaman
dapat dikontrol terhadap penyakit, hama, dan perubahan cuaca.
c. Melakukan kerja sama dengan ICDF untuk menghasilkan bibit yang
berkualitas. Melakukan pelatihan bagaimana menghasilkan benih yang
berkualitas guna mengurangi ketergantungan pasokan bibit dari ICDF.
7.2 Saran
Manajemen perusahaan sebaiknya segera melakukan penanganan terhadap
risiko produksi. Penerapan usulan strategi yang telah dimusyawarahkan dengan
pihak perusahaan sebaiknya dilaksanakan secara bertahap. Penanganan risiko
sebaiknya dilakukan dari sumber risiko yang mempunyai status risiko paling
tinggi sampai paling rendah. Penanganan risiko dimulai dari sumber risiko
perubahan cuaca, kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Sayuran Di Indonesia. Statistik
Indonesia : BPS Indonesia.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2012. Produksi Sayuran di Propinsi Jawa Barat.
Statistik Departemen Pertanian : Deptan Indonesia.
Agromedia, Redaksi. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Jakarta :
Agromedia.
Basyib F. 2007. Manajemen Risiko. Jakarta: Pt. Grasindo.
Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani, dan Penanganan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta. 136 hal
Cher P. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Pt Masada
Organik Indonesia Di Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Darmawi H. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara.
Dewiaji T. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus) Di Cv Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Fariyanti A, Sarianti T, Tinaprila N. Konsep Risiko dan Ketidakpastian. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Ginting L. 2009. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Usaha Cempaka Baru
Di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Harjadi S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor : Jurusan Budidaya Tanaman,
Institut Pertanian Bogor.
Harwood, J, R. Heifner and K. Coble, J, Perry and A, Somwaru. 1999. Market
and Trade Economics Division and Resource Economic Division, Economic
Research Service. US Department of agriculture. Agricultural economic
report no. 774.
Hanafi M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan
Sekolah Tinggi Manajemen Ykpn.
Kountur R. 2006. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional Perusahaan). Jakarta : Ppm.
68
Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta :
Ppm.
Mujiburrahmad. 2011. Analisis Produktivitas Usahatani Tomat Berbasis
Agroklimat, (Kasus Dataran Medium dan Dataran Tinggi). Sains Riset
Volume 1 - No. 2.
Parengkuan H. 2011. Analisis Risiko Produksi Jamur Tira Putih Pada Yayasan
Paguyuban Ikhlas Di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Pinto B. 2011. Analisis Risiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler Milik
Bapak Restu Di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Puryanti Y. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Hidroponik Pada Pt
Momenta Agrikultura (Amiazing Farm) Lembang, Jawa Barat. [Skripsi].
Bogor : Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Robinson, L.J. and P.J Berry. 1987. The Competitive Firm’s response to risk.
New York. Macmillan Publising Company
Silaban F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada Pt Taufan Fish Farm
Di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Situmeang H. 2011. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada
Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Suarni S. 2006. Aplikasi Nitrobenzen Pada Tomat Cherry (Lycopersicon
Esculentum VaR. Cerasiforme) Dalam Sistem Hidroponik. [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tarigan P. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organikpada Permata Hati
Organic Farm di Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Wisdya S. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada Pt
Ekakarya Graha Flora Di Cikampek Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Produksi Tomat Cherry (2000 tanaman/periode) selama 10 Periode
Terakhir (satuan kg)
Panen
ke-
Periode ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 231 196 121 70 74 67 116 203 51 69
2 201 267 97 56 41 98 203 121 74 105
3 278 333 136 151 78 190 198 231 96 87
4 197 312 267 124 133 382 365 375 134 132
5 296 448 305 189 37 256 312 439 285 79
6 386 351 211 178 57 125 339 412 403 58
7 337 467 275 152 19 178 254 342 186 32
8 235 384 204 78 34 201 287 476 263 17
9 276 302 199 47 11 159 367 307 214 11
10 201 364 92 98 9 134 296 498 197 5
11 214 397 43 52 4 151 216 382 98 8
12 103 279 55 11 6 89 105 338 131 4
13 131 205 24 24 9 38 201 297 114 2
14 67 166 35 20 13 27 164 317 64 4
15 31 67 31 18 15 73 97 126 52 13
Total 3184 4538 2095 1268 540 2168 3520 4864 2362 626
71
Lampiran 2. Besarnya Kehilangan Produksi yang Disebabkan oleh Masing-
Masing Sumber Risiko
Periode
Sumber Risiko
TOTAL Perubahan
Cuaca Hama Penyakit SDM
Kualitas
Bibit
Mei - Agustus
2010 718 254 376 22 - 1.370
Juli - Oktober
2010 132 96 109 26 - 363
September -
Desember 2010 1.066 258 322 24 235 1.905
November 2010 -
Februari 2011 1.756 236 333 28 380 2.732
Januari - April
2011 1.762 334 363 22 979 3.460
Maret - Juni 2011 1.027 353 313 24 115 1.832
Mei - Agustus
2011 399 223 169 28 - 818
Juli - Oktober
2011 61 26 15 12 - 113
September -
Desember 2011 740 164 299 24 413 1.640
November 2011 -
Februari 2012 1.425 350 482 18 1.099 3.374
TOTAL 9.085 2.294 2.781 228 3.220
Lampiran 3 Kehilangan Produksi Tomat Cherry yang Disebabkan Perubahan Cuaca
No Waktu
Kehilangan Produksi yang disebabkan Perubahan Cuaca pada panen ke-
(kg) TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Mei - Agustus 2010 176 121 54 85 62 31 37 44 27 26 17 10 15 7 6 718
2 Juli - Oktober 2010 42 15 5 27 0 0 11 0 0 0 21 0 0 7 5 132
3 September - Desember 2010 174 138 113 142 66 73 44 78 40 30 51 45 40 18 13 1066
4 November 2010 - Februari 2011 512 287 300 134 69 103 83 67 40 30 27 41 36 14 13 1756
5 Januari - April 2011 462 245 189 184 138 105 119 79 79 44 29 30 34 17 8 1762
6 Maret - Juni 2011 334 183 175 90 51 39 41 12 19 44 14 13 6 3 4 1027
7 Mei - Agustus 2011 106 88 38 62 4 32 0 27 8 0 14 0 7 9 3 399
8 Juli - Oktober 2011 6 2 5 6 3 4 6 1 3 6 1 5 4 4 4 61
9 September - Desember 2011 190 82 62 72 107 68 44 28 18 23 29 5 6 3 1 740
10 November 2011 - Februari 2012 154 110 64 74 98 95 76 546 55 35 25 27 30 26 11 1425
73
Lampiran 4 Kehilangan Produksi yang disebabkan Penyakit
No Waktu Kehilangan Produksi yang disebabkan Penyakit pada panen ke- (kg)
TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Mei - Agustus 2010 68 39 47 21 60 37 13 7 28 30 14 6 3 1 1 376
2 Juli - Oktober 2010 18 9 10 3 9 13 8 10 1 6 2 7 6 4 1 109
3 September - Desember 2010 38 22 29 34 48 28 13 21 12 33 13 9 10 6 5 322
4 November 2010 - Februari 2011 68 49 31 35 23 37 16 15 20 12 3 9 9 4 1 333
5 Januari - April 2011 56 60 59 42 18 36 20 20 7 16 8 8 3 6 4 363
6 Maret - Juni 2011 82 43 19 43 21 19 12 25 17 10 3 11 4 3 3 313
7 Mei - Agustus 2011 22 17 9 22 13 8 16 18 18 4 5 6 8 2 1 169
8 Juli - Oktober 2011 2 0 2 3 1 0 1 0 0 2 1 1 0 0 1 15
9 September - Desember 2011 50 39 40 19 32 13 22 29 4 7 8 12 16 6 2 299
10 November 2011 - Februari 2012 82 62 33 53 32 37 19 60 30 35 19 7 1 8 2 482
74
Lampiran 5 Kehilangan Produksi yang Disebabkan Sumber Risiko Hama
No Waktu Kehilangan Produksi yang disebabkan Hama pada Panen ke- (kg)
TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Mei - Agustus 2010 19 9 7 14 1 3 6 23 31 26 42 14 12 17 30 254
2 Juli - Oktober 2010 13 8 10 9 7 3 2 8 6 4 1 5 2 9 9 96
3 September - Desember 2010 13 10 7 9 6 20 14 19 26 16 21 24 13 27 33 258
4 November 2010 - Februari 2011 9 6 5 12 11 18 9 21 30 16 23 13 8 21 34 236
5 Januari - April 2011 27 22 15 31 13 17 8 24 43 23 12 33 21 29 16 334
6 Maret - Juni 2011 6 21 33 27 15 38 22 43 27 17 21 19 6 32 26 353
7 Mei - Agustus 2011 12 4 22 9 16 11 10 23 13 12 9 6 27 16 33 223
8 Juli - Oktober 2011 3 2 1 1 2 3 1 3 1 2 2 1 1 1 2 26
9 September - Desember 2011 9 7 6 11 15 10 9 8 14 11 9 9 6 19 21 164
10 November 2011 - Februari 2012 21 17 33 12 18 19 21 13 47 35 19 31 26 9 29 350
75
Lampiran 6. Proses Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
Lahan Budidaya Tomat Cherry Bibit Tomat Cherry
Tomat Cherry yang Dibudidayakan Tomat Cherry yang Terserang
Penyakit
Hasil Budidaya Tomat Cherry di PD Pacet Segar