analisis sebaran logam mercuri (hg) disekitar …
TRANSCRIPT
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
470
ANALISIS SEBARAN LOGAM MERCURI (Hg) DISEKITAR
PERAIRAN PANTAI TANJUNG BUNGA KOTA MAKASSAR
Achmad Zubair*, Mary Selintung, Roslinda Ibrahim, Batari Sulfi Ramadhani
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171
*E-mail: [email protected]
Abstract
The coastal region of Makassar City is one of urban area that have high population density.
The complex activities in the coastal waters of Makassar city causes coastal waters of
Makassar city polluted. The sources of Makassar’s coastal region pollutant are
commercial/industrial sites, fishery, hotels, seaport, marine tourism, and household waste.
The study aims to analysis quality of saltwater in the Tanjung Bunga coastal areas of
Makassar city, coastal reclamation, and bio concentration of heavy metal mercury (Hg) to
coastal ecosystem as well as aquatic biota and sedimentation. The method used in this study
was purposive sampling. Sampling was conducted in the 3 stations where each station
consist of 3 points by measuring the physical-chemical parameters (temperature, pH, TSS,
salinity) of water and concentration of heavy metal mercury (Hg) in water, sedimentation,
and aquatic biota then analyzed by bio concentration method. The results showed that the
quality of saltwater in the Tanjung Bunga coastal area and coastal reclamation was under
government regulation limit in saltwater <0,0005 mg / l. Bio concentration of heavy metal
mercury (Hg) in fish both in saltwater and sedimentation is in the middle accumulative
category. Whereas bio concentration of mercury in snails of saltwater and sedimentation is
high accumulative category, indicated by the value of bio concentration factor (FBo-w)
between 0,044-1,013 and sedimentation (FBo-s) between 147-5046,8.
Keywords: Bio concentration factor, coastal ecosystem, heavy metal mercury, saltwater,
sedimentation
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir Kota Makassar merupakan daerah perkotaan yang padat penduduk. Keadaan geografis Kota
Makassar yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar membuat sebagian besar penduduk di kota ini
tinggal di kawasan pesisir. Kompleksnya aktivitas di perairan pesisir Kota Makassar dan sekitarnya merupakan
penyebab tercemarnya perairan pesisir Kota Makassar. Bahan pencemar yang mencemari perairan pesisir Kota
Makassar berasal dari kegiatan industri, perikanan, pelabuhan, perhotelan, pariwisata bahari dan rumah tangga
(Sudding et.al., 2012). Selanjutnya (Hamzah, 2007), mengemukakan bahwa pencemaran di perairan pesisir
Kota Makassar diduga sangat tinggi karena terdapat dua sungai besar yakni Sungai Jenneberang dan Sungai
Tallo serta kanal dan drainase kota yang semuanya bermuara di perairan pesisir Kota Makassar.
Perairan pesisir merupakan salah satu tipe perairan yang rentan terhadap bahaya pencemaran, karena perairan
ini merupakan tempat bermuaranya sungai dan tempat berkumpulnya zat-zat pencemar yang terbawa oleh aliran
sungai. Dari sekian banyak limbah yang ada di laut, limbah logam berat merupakan limbah yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Logam berat yang ada pada perairan, suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar
perairan, membentuk sedimentasi dan hal ini akan menyebabkan biota laut yang mencari makan di dasar
perairan (udang, kerang, kepiting) akan memiliki peluang yang sangat besar untuk terkontaminasi logam berat
tersebut. Jika biota laut yang telah terkontaminasi logam berat tersebut dikonsumsi, dapat merusak sistem
biokimia, dan merupakan ancaman serius bagi kesehatan manusia dan hewan (Khan et al., 2009).
Pengertian Pencemaran Air Laut
Pencemaran dapat diartikan sebagai bentuk Environmental impairment, yakni adanya gangguan, perubahan,
atau perusakan. Pencemaran Laut merupakan masalah yang dihadapi bersama oleh masyarakat. Pengaruhnya
bukan saja menjangkau seluruh kegiatan yang berlangsung di laut, melainkan juga menyangkut kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di wilayah pantai, termasuk muara-muara sungai yang berhubungan dengan laut.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
471
Sumber Pencemaran Air Laut
Berdasarkan penyebab sumber pencemaran air dibagi menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan
sebagainya. Sedangkan sumber tidak langsung ialah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah,
atau atmosfer berupa hujan (Sumantri, 2010).
Sumber pencemar di daerah laut dalam dengan laut dangkal biasanya berbeda. Laut dangkal memiliki
konsentrasi pencemar yang lebih tinggi dibandingkan laut dalam.. Daerah pantai, terutama daerah muara sungai
sering mengalami pencemaran berat yang disebabkan karena proses pencemaran yang berjalan sangat lambat
(Darmono, 2001).
Logam Berat Merkuri (Hg) Merkuri merupakan senyawa alami, oleh karena itu sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang
ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan senyawa lainnya, dan jarang ditemukan dalam
bentuk senyawa terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di tanah, udara, air dan organisme hidup melalui
proses fisik, kimia, maupun biologi kompleks (Fardiaz, 1992).
Dampak Merkuri terhadap Kesehatan Manusia
Merkuri (Hg) akan sangat berbahaya terutama apabila terlepas di lingkungan. Menurut Sartono (2002) bahwa
efek merkuri pada kesehatan sangat besar terutama berkaitan dengan sistem saraf yang sangat peka terhadap
toksikan.Toksisitas merkuri pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg, yaitu anorganik dan organik.
Selain toksisitas Hg anorganik, bentuk Hg organik juga menimbulkan toksisitas yang sangat berbahaya. Kasus
toksisitas metil merkuri pada orang, baik anak maupun orang dewasa, diberitakan besar-besaran pasca-Perang
Dunia ke-2 di Jepang, yang disebut “Minamata Disease”.
Faktor Parameter Air yang Mempengaruhi Logam Berat Merkuri (Hg)
Dalam lingkungan laut terdapat faktor-faktor pembentuk suatu ekosistem yang sekaligus sebagai faktor penentu
perubahan ekosistem lautan diantaranya:
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme lautan, karena suhu
mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.
Setiap perubahan suhu cederung mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada
jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan (Hutabarat dan Evans,
1986).
pH
Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH dengan kisaran toleransi antara
asam lemah sampai basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar
antara 7 – 8,5.
Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Penurunan kadar salinitas akan
menyebabkan peningkatan daya toksis logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar.
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended solid (TSS) menunjukkan nilai banyaknya zat-zat yang terlarut dalam suatu perairan. Besar
kecilnya nilai TSS dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam perairan. Semakin sedikit bahan organik
maka semakin kecil nilai TSS dan begitu pula sebaliknya.
Bioakumulasi dan Biomagnifikasi Logam Berat pada Rantai Makanan
Air laut merupakan suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan. Selain itu, air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung
polutan kemudian masuk kedalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk kedalam jaringan tubuh organisme laut
(termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
472
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi
diantara organisme laut. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut
tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi
kesehatan mannusia (Purnomo, 2009).
Sedimen
Sedimen merupakan partikel-partikel tanah yang terbawa ke dasar sungai, danau maupun laut, juga dapat
menjadi pencemar bila kehadirannya berada dalam jumlah besar.
Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di sungai ataupun di laut akan dipindahkan dari badan airnya
melalui beberapa proses, yaitu: pengendapan dan terserap oleh organisme-organisme perairan. Perubahan pH,
akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah yang
merupakan bahan pencemar dan akan memberikan sifat toksik terhadap organisme hidup bila ada dalam jumlah
yang berlebih (Connell dan Miller, 1995).
Biota Laut
Kebanyakan logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh organisme, menetap untuk waktu yang lama
dan berfungsi sebagai racun kumulatif (Darmono, 2001). Keberadaan logam berat dalam perairan akan
berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota.
Baku Mutu Lingkungan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan karena berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Tabel 1. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan Biota Laut
No Parameter Baku Mutu
Wisata Bahari Biota Laut
1
2
FISIKA
Suhu (⁰C)
Padatan Tersuspensi Total (mg/l)
Alami
20
Alami
20
1
2
KIMIA
pH
Salinitas (%)
7 – 8,5
alami
7 – 8,5
alami
1 LOGAM TERLARUT
Raksa (Hg) (mg/l)
0,002
0,001
Sumber:Kep-MENLH No. 51-2004
Tabel 2. Batas Maksimum Cemaran Logam Hg dalam Pangan
Produk Perikanan Konsentrasi Maksimum
Ikan dan hasil olahannya 0,5 mg/kg
Ikan Predator seperti Cucut, tuna, marlin dan
lain-lain 1,0 mg/kg
Kekerangan (bivalve) Moluska dan Teripang 1,0 mg/kg
Sumber:SNI 7387:2009 Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
473
METODOLOGI
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan cara survei yang bersifat Deskriptif Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan untuk
menganalisis sebaran logam berat khususnya merkuri (Hg) pada air laut, sedimen, dan biota laut yang berlokasi
di Pantai Tanjung Bunga dan sekitar Pantai Reklamasi Makassar dengan parameter pendukung yaitu suhu, pH,
salinitas, TSS.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pantai Tanjung Bunga dan sekitar Pantai Reklamasi Kota Makassar.
Mulai
Studi literatur dan Studi Lapangan
Persiapan Alat dan Bahan
Pengambilan data:
1. Penentuan Titik Koordinat pengambilan sampel
2. Pengambilan sampel air laut (SNI 6964.8:2015), sedimen dan biota laut
Pengujian sampel:
1. Sampel parameter air (pH, suhu, salinitas, dan TSS)
2. Sampel air logam merkuri (Hg)
3. Sampel sedimen dan biota laut
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Selesai
1. Kualitas air laut dengan parameter pH, suhu, salinitas,
dan TSS
2. Konsentrasi logam merkuri pada air laut, sedimen dan
biota laut
3. Peta distribusi penyebaran logam berat dengan
Software Arcgis
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
474
Gambar 2. Peta Lokasi Titik Pengambilan Sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu Air Laut
Dari sudut ekologi, energi panas ini dan hubungannya dengan hal-hal yang terjadi di dalam air, merupakan
faktor yang sangat penting dalam mempertahankan air sebagai suatu lingkungan hidup bagi hewan dan
tumbuhan. Hasil penelitian yang penulis lakukan, suhu air di perairan Tanjung Bunga berkisar antara 28-29 °C.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan
perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan.
Penurunan suhu air laut akan meningkatkan penyerapan ion logam pada sedimen menjadi senyawa logam,
sehingga logam akan mengendap pada sedimen. Sedangkan kenaikan suhu air laut mengakibatkan senyawa
logam yang telah terserap di sedimen akan melarut kembali di air, sehingga ion logam hanya akan berada di
badan air dalam waktu sesaat dan kemudian mengendap (Palar, 1994). Pada Gambar 3 menunjukkan peta
penyebaran suhu.
Gambar 3. Peta Penyebaran Suhu
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
475
Pada gambar peta penyebaran suhu dapat dilihat bahwa kondisi suhu di area sampling masih tergolong normal
untuk perairan tropik yaitu 28 – 29 °C. Variasi suhu perairan tropik tergolong normal apabila nilainya berkisar
antara 25,6-32,3 °C (Illahude dan Liasaputra, 1980).
Derajat Keasaman (pH) Air Laut
Nilai pH merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan. Biasanya angka pH dalam
suatu perairan juga dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
vegetasi akuatik. Kisaran nilai derajat keasaman yang didapatkan di lokasi penelitian, nilainya antara 7,5 – 7,83.
Derajat keasaman (pH) perairan dipengaruhi oleh suhu, fotosintesa, respirasi, oksigen terlarut, dan keberadaan
ion-ion dalam perairan tersebut. pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai
pH semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah karbondioksida bebas. Grafik derajat keasaman (pH) di
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 5.
Gambar 4. Grafik Parameter Derajat Keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kandungan unsur ataupun senyawa kimia yang terdapat di perairan, diantaranya
mempengaruhi kandungan logam berat yang ada di perairan. Toksisitas logam berat juga dipengaruhi oleh
perubahan pH, toksisitas dari logam berat akan meningkat bila terjadi penurunan pH.
Gambar 5. Peta penyebaran Derajat Keasaman (pH)
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
476
Menurut Palar (1994) jika pH air turun, maka logam akan larut ke dalam air dalam bentuk ion, sehingga
semakin mudah masuk ke dalam tubuh hewan akuatik sedangkan jika pH dalam kondisi basa maka logam akan
mengendap pada sedimen.
Salinitas Air Laut
Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan, dimana
secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik organisme tersebut. Faktor–faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya salinitas diantaranya penguapan, curah hujan, dan banyak sedikitnya
sungai yang bermuara di laut tersebut. Hasil pengukuran parameter nilai salinitas berkisar antara 29- 33‰.
Pada umumnya perairan laut lepas (off shore) memilki salinitas sebesar 35‰. Salinitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan pembentukan ion khlorida yang berakibat pada penurunan konsentrasi ion logam
berat pada perairan karena bereaksinya ion logam tersebut dengan ion khlorida (Mance (1987). Grarik salinitas
dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 6. Grafik Parameter Salinitas
Rendahnya nilai salinitas menunjukan adanya pengaruh dari daratan seperti pencampuran dengan air tawar
yang terbawa aliran kanal. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin
rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi.
Gambar 7. Peta Penyebaran Salinitas
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
477
Salinitas juga dapat mempengaruhi keberadaan logam berat di perairan. Jika terjadi penurunan salinitas maka
akan menyebabkan peningkatan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar
(Rusila, 1999).
Total Suspended Solid (TSS) Air Laut
Sastrawijaya (2000) menyatakan bahwa konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari fitoplankton,
zooplankton, limbah manusia, limbah hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah industri. Bahan-
bahan yang tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air.
Gambar 8. Grafik Parameter TSS
Konsentrasi TSS yang tinggi secara tidak langsung dapat membatasi produktifitas perairan akibat partikel-
partikel yang melayang di perairan menghalangi penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan air, sehingga
proses fotosintesis menjadi terganggu. Secara langsung, tingginya konsentrasi TSS dapat mengganggu respirasi
biota laut dan menyebabkan infeksi pada biota laut. Adapun peta penyebaran TSS yang telah disajikan pada
Gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Peta Penyebaran TSS
Nilai TSS akan semakin rendah ke arah laut lepas disebabkan karena laut lepas jauh dari pengaruh daratan yang
banyak menyumbang padatan tersuspensi.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
478
Tingkat Pencemaran Logam Merkuri (Hg) pada Air Laut Merkuri merupakan bahan tercemar yang sangat beracun. Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit
dalam air secara alamiah, yaitu kurang dari 1 μg/L. Kadar ini dapat meningkat jika terjadi peningkatan limbah
yang mengandung logam berat masuk ke dalam laut.
Tabel 3. Hasil Pengujian Parameter Logam Merkuri (Hg) pada Air Laut
Lokasi Merkuri dalam Air Laut (mg/l)
Hasil Baku Mutu
Stasiun 1
Titik 1 <0,0005
0,002 Titik 2 <0,0005
Titik 3 <0,0005
Stasiun 2
Titik 1 <0,0005
0,002 Titik 2 <0,0005
Titik 3 <0,0005
Stasiun 3
Titik 1 <0,0005
0,002 Titik 2 <0,0005
Titik 3 <0,0005
Sumber: Hasil Pengujian Balai Laboratorium Kesehatan Makassar
Kadar logam merkuri dalam air laut di lokasi penelitian sangat rendah dan angka tersebut berada dibawah baku
mutu yang telah ditetapkan oleh KEP-MENLH No 51 tahun 2004 untuk kawasan bahari yaitu sebesar 0,002
mg/l dan untuk biota laut yaitu sebesar 0,001 mg/l.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemekatan, pengenceran dan penyebaran logam merkuri diperairan
laut salah satunya adukan turbulensi dan arus laut. Dikatakan bahwa fluktuasi merkuri di lingkungan laut,
terutama di daerah estuari dan daerah pantai ditentukan oleh proses presipitasi, sedimentasi, flokulasi dan reaksi
adsorpsi desorpsi. Selain itu logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan juga akan mengalami
pengendapan, dan kemungkinan diserap oleh organisme yang hidup diperairan tersebut.
Rendahnya kandungan logam merkuri dalam air laut dapat berubah bergantung pada lingkungan dan iklim.
Penyebab logam berat merkuri tidak terdeteksi di perairan karena merkuri memiliki sifat yang mudah mengikat
dengan bahan organik dan mengendap di dasar perairan.
Tingkat Pencemaran Logam Merkuri (Hg) Pada Sedimen Sedimen meliputi tanah dan pasir, bersifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir dan
pada dasarnya tidaklah bersifat toksik (Effendi, 2000). Mengendapnya logam berat bersama-sama dengan
padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di dasar perairan dan juga perairan di sekitarnya.
Tingginya kadar merkuri dalam sedimen di lokasi penelitian karena dipicu oleh tingginya partikel organik
maupun anorganik yang ada lalu berikatan dengan banyaknya kadar merkuri yang sifatnya mudah terendapkan
dan bersifat akumulatif sehingga meningkatkan massa jenis dan akhirnya mengendap ke dasar perairan. Hal ini
berbanding lurus dengan nilai TSS yang melampaui baku mutu di lokasi penelitian. Perbedaan pencemaran
kadar logam berat merkuri antara air laut dan sedimen terlihat bahwa yang paling tinggi terdapat pada sedimen,
hal ini menunjukkan terjadinya akumulasi logam berat merkuri dalam sedimen sehingga terjadi penumpukan di
dasar perairan dikarenakan sifat logam berat yang akan mengalami pengendapan/sedimentasi.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
479
Gambar 10. Grafik Parameter Logam Merkuri pada Sedimen
Kandungan logam berat di dalam sedimen merupakan indikator dari kondisi lingkungan perairan di dalam air,
logam berat lebih cenderung terakumulasi di dasar perairan. Tingginya konsentrasi kandungan logam berat
dalam sedimen diduga telah terjadi pengendapan yang tinggi akibat masuknya logam berat ke perairan pantai
yang terus menerus, baik limbah dari darat seperti limbah perkotaan, rumah tangga maupun limbah transportasi
dan industri (Connel and Miller, 1995).
Tingkat Pencemaran Logam Merkuri (Hg) Pada Biota Laut Kadar merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat
mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh
organisme air. Kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan
tubuh organisme air, baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan.
Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan,
yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi
darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Gambar 11. Grafik Parameter Logam Merkuri pada Biota Laut
Internalisasi senyawa Hg dari air ke dalam tubuh ikan pertama-tama melalui insang, dimana air memasuki
insang dan memfasilitasi pertukaran gas dan mempertahankan proses osmosis. Senyawa Hg yang terkandung
dalam air masuk ke jaringan internal ikan melalui epitel insang selama berlangsungnya respirasi.
Menurut Supriyanto, et. al. (2007) menyatakan bahwa banyaknya kadar logam besar merkuri yang terserap dan
terdistribusi dalam tubuh biota bergantung pada bentu senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas
mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis biota yang hidup dilingkungan tersebut.
Faktor Biokonsentrasi Adanya logam berat di perairan berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
480
yaitu sulit terdegradasi sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara
alami sulit terurai (dihilangkan), dapat terakumulasi dalam organisme laut termasuk ikan dan siput, serta
membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi organisme tersebut. Berikut disajikan tabel yang berisi
hasil nilai faktor biokonsentrasi logam merkuri pada biota laut.
Tabel 4. Nilai Faktor Biokonsentrasi Logam Hg pada Biota Laut
Lokasi Nama Biota
Merkuri
pada Biota
Laut
(mg/kg)
Merkuri
pada Air
Laut
(mg/l)
Merkuri
pada
Sedimen
Laut
(mg/kg)
Nilai
BCF
(b-a)
Nilai
BCF
(b-s)
Stasiun 1 Leiognathus
Ecuulus 0,09 0,0005 0,98 183,8 0,094
Stasiun 2 Trachinotus
Carolinus 0,07 0,0005 0,41 147 0,178
Stasiun 3
Rastrelliger
Kanagurta 0,11 0,0005
2,49 217,8 0,044
Littorina Sp. 2,52 0,0005 5046,8 1,013
Ket: BCF=Bioconcentration Factor
Sumber: Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF(b-s)) yaitu rasio antara konsentrasi logam
merkuri pada sedimen dengan konsentrasi merkuri pada biota laut untuk ikan kurang dari 1 dan untuk siput
lebih dari 1. Dapat disimpulkan bahwa siput laut lebih mampu mengakumulasi logam berat merkuri
dibandingkan ikan. Kemampuan siput mengakumulasi logam berat lebih tinggi karena siput merupakan biota
yang habitatnya berada di sedimen.
Faktor Biokonsentrasi (BCF(b-a)) yaitu rasio antara konsentrasi logam merkuri pada air laut dengan konsentrasi
merkuri pada ikan adalah berada pada range 100 s/d 1000 yang berarti bahwa ketiga ikan tersebut termasuk
dalam kategori akumulatif sedang. Sedangkan nilai Faktor Biokonsentrasi untuk biota laut siput adalah lebih
dari 1000 yang menandakan bahwa siput laut termasuk dalam kategori akumulatif tinggi. Dengan kata lain,
siput laut lebih besar mengakumulasi logam berat merkuri dibandingkan dengan ikan.
Gambar 12. Grafik Parameter Logam Merkuri pada Air, Sedimen, dan Biota Laut
Biota laut yang hidup dalam perairan tercemar logam berat dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam
jaringan tubuhnya sehingga terjadilah proses bioakumulasi dan biomagnifikasi yang dimana dapat berdampak
kepada manusia, karena manusia merupakan pemegang posisi puncak pada semua rantai makanan dalam
ekosistem.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS I ON AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
481
KESIMPULAN
Kualitas air laut di Perairan Tanjung Bunga dan sekitaran Pantai Reklamasi ditinjau dari parameter pendukung
masih dalam batas normal kecuali parameter TSS yang telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan Kep-
MENLH No.51-2004.
Biokonsentrasi logam merkuri pada ikan baik pada air laut dan sedimen berada pada kategori akumulatif
sedang. Sedangkan biokonsentrasi logam merkuri pada siput dengan air laut dan sedimen berada pada kategori
akumulatif tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Connel, D.W dan Miller, J.G, 1995. Kimia dan ekotoksikologi Pencemaran.Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI-
Press. Jakarta.
Effendi, H., 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Fardiaz, Srikandi, 1992. Polusi Air Dan Udara. Kanisius. Yogyakrta.
Hamzah, 2007. Model Pengelolaan Pencemaran Perairan Pesisir Bagi Keberlanjutan Perikanan Dan
WisataPantai Kota Makassar. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hutabarat, Sahaladan Stewart M. Evans, 1986. Pengantar Oseanografi, cet III. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Ilahude, A.G. dan Liasaputra, 1980. Sebaran normal parameter hidro-logi di Teluk Jakarta. Dalam : Teluk
Jakarta. Penyajian fisika, kimia, biologi dan geologi (A. Nontji, A. Djamali, eds.). LON-LIPI: 1-40.
Khan, S. Farooq, R. Shahbaz, S. Khan, M.A. and Sadique, M., 2009. Health Risk Assessment Of Heavy Metals
For Population Via Consumption Of Vegetables. World Appl. Sci. J., 6 (12) : 1602-1606.
Rusila, N. Y., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PHKA/WI-IP. Bogor.
Palar, H., (1994). Pencemaran dan Toksikologi logam berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Purnomo, H., 2009. Penyakit yang paling mematikan (hipertensi). Buana Pustaka.Jakarta.
Sartono, Agus, 2002. Manajemen Keuangan; Aplikasi Dan Teori. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sudding Side, S. dan Dewi, A., 2012. Analisis kadar Timbal (Pb) pada akar api-api putih (A. alba) di saluran
pembuangan Jongaya Jalan Metro Tanjung Bunga Kota Makassar. Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Kencana.Jakarta
Supriyanto C, Samin, Zainul Kamal. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, Dan Cd Pada Ikan Air
Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Seminar Nasional III SDM Teknologi
Nuklir.Yogyakarta.