analisis semiotik pesan dakwah islam dalam tari...
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH ISLAM DALAM
TARI SUFI PONDOK RUMI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
PUTRI AYU SILMI AFIFAH
NIM: 1112051000094
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH ISLAM DALAM
TARI SUFI PONDOK RUMI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
PUTRI AYU SILMI AFIFAH
NIM: 1112051000094
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH ISLAM DALAM
TARI SUFI PONDOK RUMI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Putri Ayu Silmi Afifah
NIM: 1112051000094
Pembimbing:
Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag
NIP: 19600720 199103 1 001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
iv
i
ABSTRAK
Putri Ayu Silmi Afifah, Analisis Semiotik Pesan
Dakwah Islam dalam Majelis Dzikir Tari Sufi Pondok Rumi,
2012
Tari Sufi Pondok Rumi adalah sebuah Lembaga Majelis
Dzikir yang berada di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta
Selatan. Majelis Dzikir memberikan warna di daerah tersebut,
karena bukan hanya orang tua yang berdizikir, tetapi anak-anak
pun ikut berdzikir. Banyaknya masyarakat yang ikut berdzikir di
Majelis Dzikir tersebut adalah bukti bahwasanya diterimanya
dakwah Majelis Dzikir Tari Sufi Pondok Rumi di masyarakat
Pondok Indah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang
gerakan dan busana dengan analisa berdasarkan teori Roland
Barthes yang mengemukakan denotasi dan konotasi. Serta
karakteristik pesan dakwah dalam Tari Sufi. Dengan rumusan
masalah Bagaimana unsur kebenaran, pesan perdamaian, nilai-
nilai universal yang terkandung dalam Tari Sufi Pondok Rumi,
kemudahan yang di terima oleh penerima pesan terhadap Tari
Sufi Pondok Rumi, dan pesan tentang equality/kesamaan dalam
Tari Sufi Pondok Rumi?
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
yang bersifat deskriptif. Dengan teknik pengambilan data berupa
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di jalan sufi ini,
Islam sesungguhnya diajarkan. Bahwa Islam itu lemah lembut,
saling mencintai, dan saling menjaga adab terhadap siapapun dan
menggambarkan begitu damai dan indahnya Islam. Tari Sufi bisa
menjadikan solusi untuk sebuah kedamaian dan menunjukkan
kalau islam itu memiliki rasa toleransi yang besar terhadap umat
yang berbeda keyakinan. Tari sufi menyebarkan ajaran Islamnya
dengan cara yang halus, yaitu dengan tariannya. Sehingga
dakwah menurut pandangan orang lain tentang Islam adalah
bukan agama yang kaku. Ajaran Islam tersebar di tempat-tempat
selain masjid, dengan cara yang unik dan dapat diterima oleh
semua kalangan dari berbagai agama.
Kata kunci: Majelis, Dzikir, Tari Sufi, Pondok Rumi, dan
Dakwah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala rahmat,
hidayah, serta kemudahan yang telah diberikan dalam proses
penulisan skripsi ini hingga selesai. Sholawat dan salam semoga
selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW., kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita sebagai umatnya
mendapat safaatnya kelak.
Alhamdulillah, skripsi dengan judul Analisis Semiotik
Pesan Dakwah Islam dalam Majelis Dzikir Tari Sufi Pondok
Rumi, ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan yang
telah ditentukan dalam menempuh program strata satu (S1) dan
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam prosesnya, peneliti mandapatkan banyak
bimbingan, nasihat, motivasi baik secara moral maupun materiil.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Dr Suparto, S.Ag, M.Ag Selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. H. Roudhonah,
M.Ag, Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Dr. Suhaimi, M.Si, Selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, beserta Fita Fathurokhmah, M.Si,
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
3. Umi Musyarofah, MA, Dosen penasihat akademik yang
senantiasa memberikan nasehat serta arahan bagi peneliti.
4. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing skripsi saya, Prof.
Dr. Asep Usman Ismail M. Ag, yang yang telah
memberikan banyak ide, gagasan serta kritik yang
membangun semangat belajar penulis selama masa
penulisan skripsi ini. Lebih dari itu, beliau senantiasa sabar
membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
membantu peneliti untuk menemukan referensi buku yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Staf TU (Tata Usaha) Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam
kepengurusan terselesaikannya skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
8. Kepada Papah, Bapak H. Saiful Mujab (selaku Kakanwil
Kemenag Prov. DKI Jakarta), dan Mamah, Dian Nur Ilahi
terima kasih karena tidak pernah lelah mendoakan anakmu
ini, untuk menyelesaikan skripsi ini, dan melihat anaknya
sukses dan menjadi sarjana.
9. Kepada Bunda, Ade Komaria, terima kasih juga karena
tidak pernah lelah mendoakan anakmu ini, untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan melihat anaknya sukses dan
menjadi sarjana.
iv
10. Kepada Umi, Hj. Nani Maryani, dan Almarhum Abah, H.
Abdul fatah terima kasih karena tidak pernah lelah
mendoakan cucumu ini, untuk menyelesaikan skripsi ini,
dan melihat cucunya sukses dan menjadi sarjana.
11. Kepada adik-adik saya Putri Dini, Sophie Andriani, Alam
Pamungkas, Shania Andriana, dan Putri Balqis, yang selalu
mendoakan kakaknya sukses, dan menjadi sarjana.
12. Kepada Om Rozak dan Bunda Yeni, terima kasih juga
karena tidak pernah lelah membantu dan mendoakan
keponakannya ini, untuk menyelesaikan skripsi ini, dan
melihat keponakannya sukses dan menjadi sarjana.
13. Keluarga besar saya yang di Pekalongan, di Bogor, di
Jakarta, di Cirebon, dan di Riau yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa-doa kalian.
14. Terima kasih banyak kepada Majelis Dizkir Tari Sufi
Pondok Rumi, Syekh Arief, Ka Nadia, Yuzi, Teddy, Reji,
Asep, Ari, Pak Budiman, Syekh Affan, Pak Taufik, Bu
Rosanah, Mbak Wiwik, Mbak Rita dan semua yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih karena mau
menjadi narasumber dalam penelitian skripsi ini, dan juga
telah bersedia memberikan waktu, dan banyak informasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat CAPOLISTA yang sudah penulis anggap
sebagai keluarga kedua- tempat penulis melepaskan penat,
keluh kesah, dan berbagi kebahagiaan.
16. Keluarga besar UKM Bahasa-FLAT, terima kasih atas
pengalaman dan motivasi yang selama ini di berikan.
v
17. Teman-teman KPI C 2012, Wiji, Syipaw, Nufus, Gita,
Rara, Anggita, Atha, Lidya, Sari, Dika, Syifais, Icha, Haris
Mauludin, Abdul Haris, Doni, Zoupi, Alim, Galih, Abitu,
Kemal, Hamzah, Luthfi, Macky, Rifqy, Zein, Ardi. Terima
kasih untuk masa-masa kuliah bersama.
18. Teman-teman satu kosan Via, Nurfi, Firda Aulia, dan
Yeyet, terimakasih untuk kebersamaannya.
19. Teman-teman KKN RUN yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terimakasih atas pengalaman kkn nya.
20. Keluarga besar ASOFA TOUR, Pak Ade Sofyan dan Bu
Fatmawati, ka Irma, ka Mutti, ka Krisna, dan Angga, terima
kasih atas pengalaman dan kesempatan yang selama ini
diberikan.
21. Dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa di sebutkan
satu persatu, dan tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti membutuhkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
Jakarta, November 2018
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................ vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 8
D. Metodologi Penelitian ....................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ............................................... 13
F. Sistematika Penulisan ........................................ 15
BAB II KERANGKA TEORITIS ...................................... 17
A. Tinjauan Umum Semiotik ................................. 17
B. Pesan Dakwah Islam.......................................... 24
BAB III TINJAUAN UMUM ............................................... 29
A. Tari Sufi Pondok Rumi ...................................... 29
B. Data Kegiatan Tari Sufi Pondok Rumi .............. 30
C. Tari Sufi ............................................................. 33
D. Prosesi Tarian Sufi ............................................ 36
E. Biografi Maulana Jalaluddin Rumi ................... 39
vii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ................................... 51
A. Temuan .............................................................. 51
1. Gerakan ...................................................... 51
2. Kostum ....................................................... 56
3. Alat Musik atau Iringan .............................. 62
4. Pola Lantai .................................................. 63
5. Panggung Pertunjukan ................................ 64
B. Analisis Karakteristik Pesan Dakwah Islam
dalam Tari Sufi 0Pondok Rumi ......................... 65
BAB V PENUTUP ............................................................... 70
A. Kesimpulan ........................................................ 70
B. Saran .................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 73
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan
(baca: Islam), alih aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan.
Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi, aturan yang berkaitan
dengan alih aksara ini penting diberikan.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya
dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ث
ts te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis dibawah ط
ix
z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ھـ
Apostrof ` ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan
vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan
alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
x
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ـــي
au a dan u ـــو
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam
Bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ــا
ي î i dengan topi di atas ــ
و û u dengan topi di atas ــ
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab
dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi
huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( dalam alih aksara ini (ـــ
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
xi
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-darûrah melainkan
al-darûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah).
Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طریقت 1
al-jâmî‟ah al-islâmiyyah الجامعتاإلسالمیت 2
wahdat al-wujûd وحدةالوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
xii
sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga
dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan
mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold).
Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian
seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan
tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari
bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak „Abd alSamad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi„l), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Penulisan nama
orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama
orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr
Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm;
Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peta Barthes............................................................... 21
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sikap pertama (silang tangan) ......................... 53
Gambar 4.2 Sikap kedua (hormat) ...................................... 54
Gambar 4.3 Sikap Ketiga (Cinta Kasih) ............................. 54
Gambar 4.4 Sikap Keempat (Sema) .................................... 54
Gambar 4.5 Sikap kelima (berputar) ................................... 55
Gambar 4.6 Topi (Sikke) .................................................... 57
Gambar 4.7 Jubah Hitam (Hirqa) ........................................ 57
Gambar 4.8 Jubah Putih (Tennur) ....................................... 58
Gambar 4.9 Baju Luar Lengan Panjang .............................. 58
Gambar 4.10 Baju Dalam Lengan Pendek ............................ 58
Gambar 4.11 Celana Panjang ................................................ 59
Gambar 4.12 Ikat Pinggang (Kendhit) .................................. 59
Gambar 4.13 Kaos Kaki (Quff)............................................. 59
Gambar 4.14 Kostum Berwarna Putih .................................. 60
Gambar 4.15 Kostum Berwarna Merah ................................ 60
Gambar 4.16 Kostum Berwarna Hijau .................................. 60
Gambar 4.17 Kostum Berwarna Kuning............................... 61
Gambar 4.18 Kostum Berwarna Coklat ................................ 61
Gambar 4.19 Kostum Berwarna Biru ................................... 61
Gambar 4.20 Alat atau Iringan Musik Tari Sufi ................... 62
Gambar 4.21 Pola Lantai LIngkaran (Pementasan di
International Sufi Festival at Stekpi Jakarta
Indonesia) ....................................................... 63
xv
Gambar 4.22 Pola Lantai Berjejer (Pementasan di
International Festival Performance,
International Islamic Expo, Jakarta
Convention Center) ........................................ 63
Gambar 4.23 Panggung Pertunjukkan Outdoor
(Pementasan di Epiwalk Epicentrum Grand
Festival) .......................................................... 64
Gambar 4.24 Panggung Pertunjukkan Proscenium
(Pementasan dalam acara Halal bi Halal
Anjungan Jawa Barat di TMII ........................ 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah adalah berbicara tentang komunikasi, karena
komunikasi merupakan kegiatan informatif, yakni agar orang
lain mengerti dan memahami kegiatan persuasif, menerima
maupun melakukan paham atau keyakinan, dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari paham atau keyakinan yang
diperolehnya.1
Dakwah merupakan syi'ar ajaran agama Islam dan
memiliki potensi yang sangat penting sekali, karena melalui
dakwahlah Islam dikenal oleh dunia. Setiap muslim memiliki
kewajiban, salah satuya kewajiban untuk berdakwah. Oleh
karena itu, dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan
saja tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan dan perbuatan
yang ditunjukkan dalam rangka menumbuhkan
kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Dakwah bisa
dilakukan dengan berbagai macam cara dan dapat
menggunakan media apa saja seperti ceramah di atas
mimbar, dakwah bisa melalui kesenian, musik atau lagu
bahkan di televisi pun sudah banyak menayangkan film-film
yang berisikan pesan dakwah.
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: Rosdakarya, 2002), hal. 9
2
Dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125 dan Ali-
lmran ayat 110 Allah Swt menegaskan :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl ayat 125). 2
Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka; di antara mereka ada yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S
Ali-lmran 110). 3
2 Lihat Q.S An-Nahl ayat 125 tentang perintah untuk melaksanakan
dakwah islam “berdakwahlah” 3 Lihat Q.S Ali Imran ayat 110 tentang suatu dorongan kepada kaum
mukminin supaya tetap memelihara sifat-sifat utama yang disebutkan dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
3
Ayat tersebut menegaskan bahwa karakteristik umat
Islam sebagai umat yang mengemban Dakwah untuk seluruh
manusia, sekaligus menandaskan bahwa Islam adalah agama
yang universal yang harus disebarluaskan keseluruh dunia.
Misi dakwah tersebut diemban oleh setiap orang di atas
dunia ini. Baik dilakukan secara perorangan maupun
dilakukan secara kelompok dimanapun mereka berada, sesuai
dengan ilmu yang dia miliki.
Mengerjakan atau melaksanakan kegiatan dakwah
merupakan usaha mengajak orang lain kepada kebaikan dan
meninggalkan kejahatan melalui berbagai cara, baik secara
lisan, tulisan ataupun secara bilhal (perbuatan) menjadi
kewajiban bagi setiap Muslim. Para Da'i yang menjalankan
kewajiban Dakwah kepada umat manusia untuk
melaksanakan „amar makruf nahi mungkar dengan tujuan
akhir untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Islam adalah agama Dakwah.4 Artinya agama yang
selalu mendorongpemeluknya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan Dakwah, bahkan majumundurnya
ummat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan
kegiatan dakwah yang dilakukannya.Implikasi dari
pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut
umatnyaagar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan
ini merupakan aktivitas yangtidak pernah usai selama
4 M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin
Press, 1997) hal. 8.
4
kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terusmelekat
dalam situasi dan kondisiapapun bentuk dancoraknya.
Salah satu media pesan dakwah yang akan diteliti oleh
penulis adalah berdakwah menggunakan kesenian atau
kebudayaan. Karena dalam kebudayaan tersebut
mengandung unsur tentang kesenian juga sekaligus terdapat
unsur religi. Kesenian merupakan peninggalan budaya di
setiap daerah yang memiliki karakteristik masing-masing di
setiap daerah. Selain hal tersebut, dalam kesenian
mengandung nilai-nilai moral yang ditujukan demi kebaikan
masyarakat, yang dikemas dalam bentuk hiburan. Media
kesenian memang tidak seperti media yang lainnya. Memiliki
banyak manfaat akan tetapi tidak mengurangi kelemahan
yang ada, dikemas dalam bentuk hiburan yang saat ini mulai
mengesampingkan hal-hal yang disampaikan dalam kesenian
tersebut baik melalui lagu, atau dalam gerakan.
Kebanyakan kesenian sekarang ini mulai
mengedepankan gerakan atau tarian yang sudah di inovasi
sedemikian rupa dan syair-syair lagu yang mulai
meninggalkan pesan moral atau religi di dalamnya. Kesenian
terbentuk untuk berbagai macam kepentingan salah satunya
untuk menyiarkan ajaran agama Islam.
Seni adalah membingkai perasaan dengan bunyi,
gambar ataupun gerak hingga memiliki nilai yang dikenal
dengan istilah estetika. Estetika merupakan nilai yang perlu
5
diperhatikan dalam membuat karya seni. Salah satu karya
seni yang dimaksud yaitu seni tari. Seni tari adalah seni yang
membingkai perasaan melalui gerak. Gerak dalam tari
merupakan bagian dari proses komunikasi. Menurut Drs.
Sudarsono dalam buku Muhammad Arief Saenong
mengatakan bahwa “seni tari adalah ekspresi jiwa manusia
yang diwujudkan dalam bentuk gerak ritmis yang indah”.5
Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang
mengekspresikan setiap substansi gerak yang terungkap
melalui gerakan manusia.
Setiap negara memiliki ciri khas dalam kesenian,
khususnya seni tari. Turki merupakan salah satu negara yang
memiliki tarian yang khas yaitu Tari Sufi (Whirling
Dervishes). Di sini peneliti akan mengangkat tentang pesan
dakwah dalam Tari Sufi Pondok Rumi.
Tarian ini bermula ketika seorang pandai besi membuat
Rumi mulai menari. Bunyi dari pukulan besi itu membuat
Rumi ekstase dan tanpa sadar melantunkan puisi-puisi
mistisnya.6 Tarian ini dilakukan oleh Rumi ketika dia
kehilangan guru spriritualnya yakni Syamsuddin Tabriz. Dia
menari karena ingin mengekspresikan rasa kecewa dan
kesedihan kehilangan orang yang dicintainya. Tarian sufi
juga memiliki sarana untuk menyampaikan makna pesan
5 Muhammad Arief Saenong, Ragam Budaya Ara: Sejarah, Tradisi dan
Profesi, Gorontalo: CV. Cahaya Patra, 2017, h.71 6https://www.liputan6.com/news/read/354053/tarian-rumi-bercinta
dengan-illahi yang diakses pada 27 September 2017 pukul 10.05
6
yang ingin disampaikan dalam sebuah gerakan dan busana
yang digunakan.
Tari Sufi merupakan sebuah Majelis Dzikir di daerah
Pondok Indah yang telah berdiri kurang lebih 7 tahun. Alasan
dipilih tema tari Sema adalah pertama gerak tari Sema yang
tergolong unik, gerakan tersebut hanya berputar-putar
berlawanan arah jarum jam selama waktu yang telah
ditentukan. Kedua, Majelis Dzikir tari sufi di Masjid Raya
Pondok Indah telah mengenalkan tarian sufi ke berbagai
negara selain Indonesia diantaranya Turki, Jepang, Malaysia
dan Singapura. Ketiga, Majelis Dzikir Tari Sufi ini sudah
terpublikasi secara massif di media massa baik nasional
maupun internasional diantaranya Metro TV, SCTV, RCTI,
Trans 7, O Chanel, Trans TV, Indosiar, TPI dan TV Luar
Negeri: National Geography, AFP dan Turky TV.7
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin
mengungkapkan cara mengekspresikan cinta kepada Allah
lewat media tarian dan ingin mendeskripsikan makna pesan
yang ingin disampaikan baik itu dari segi gerak dan busana
yang dikenakan sarat akan makna yang juga ingin
disampaikan. Maka, dapat dikatakan bahwa tarian sufi
mempunyai fungsi untuk berdakwah dan menyiarkan agama
islam. Maka peneliti menjadikan tarian sufi sebagai objek
utama dalam penelitian ini.
7 www.pondokrumi.blosgpot.com
7
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut hal tersebut, yang dituangkan dalam skripsi dengan
judul Analisis Semiotik Pesan Dakwah Islam dalam Tari
Sufi Pondok Rumi.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan agar arah
pembahasan skripsi ini menjadi lebih spesifik. Peneliti
akan membahas tentang gerakan dan busana dengan
analisa berdasarkan teori Roland Barthes yang
mengemukakan denotasi dan konotasi. Serta
karakteristik pesan dakwah dalam Tari Sufi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini
sebagai berikut :
a. Bagaimana unsur kebenaran dalam Tari Sufi
Pondok Rumi?
b. Bagaimana pesan perdamaian dalam Tari Sufi
Pondok Rumi?
c. Bagaimana nilai-nilai universal yang terkandung
dalam Tari Sufi Pondok Rumi?
8
d. Bagaimana kemudahan yang di terima oleh
penerima pesan terhadap Tari Sufi Pondok Rumi?
e. Bagaimana pesan tentang equality/kesamaan dalam
Tari Sufi Pondok Rumi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dari
penelitian ini ialah Mendeskripsikan makna dari busana
yang dikenakan dan mengungkapkan makna pesan yang
ingin disampaikan dalam setiap gerakan Tari Sufi dan
menjelaskan karakteristik pesan dakwah dalam Tari Sufi.
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka sangat
diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat untuk mengetahui ajaran yang
diajarkan oleh Jalaluddin Rumi. Mengetahui makna tari
sufi Turki dalam hal gerakan yang ditarikan oleh penari
dan mengethaui makna busana yang dipakai oleh penari.
Mampu menambah ilmu pengetahuan agar bisa menjadi
manusia yang berfikir terbuka dengan sebuah pemikiran
yang digagas oleh Jalaluddin Rumi yang diekspresikan
lewat tarian yang disebut dengan Tari Sufi Turki.
9
D. Metodologi Penelitian
Secara sederhana metode penelitian menguraikan
secara detail cara kerja dan prosedur penelitian.8 Terdapat
berbagai metode yang dapat digunakan dalam penelitian,
beberapa diantaranya ialah metode eskperimen, observasi,
statistik, dan lain sebagainya.9
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Field research adalah pengamatan terhadap fenomena
yang diamati didasarkan pada fakta-fakta atau data yang
dikumpulkan di lapangan.10
Penelitian ini dikembangkan
menjadi penelitian kualitatif yakni proses penelitian
yang difokuskan untuk menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari narasumber dan
perilaku yang dapat diamati,11
untuk penganalisaan data
secara non-statistik. Penelitian ini bersifat deskriptif,
yaitu suatu penelitian yang hanya menggambarkan,
melukiskan, memaparkan, dan melaporkan suatu
keadaan objek penelitian.12
8 Muhammad Amin Suma (dkk), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta:
PPJM Fakultas Syariah dan Hukum, 2012), h. 13-14 9 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Galia Indonesia, 2001) Cet.
Ke-7, hlm. 45. 10
Atwar Bajari. Metode Penelitian Komunikasi, Prosedur, Tren, dan Etika. (Bandung: Simbiosa Rakatama Media, 2015). Hal: 58
11 Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-
Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) h. 92. 12
M. Ahmad Anwar, Prinsip-prinsip Metodologi Research, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1975), h. 22.
10
Data-data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata
melalui informasi dari para pendukung, tulisan dan foto-
foto yang diolah sedemikian rupa dari bentuk aslinya
sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk deskriptif dan
gambar secara sistematis, faktual, dan akurat.
2. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Agustus sampai
dengan penulisan laporan penelitian ini selesai. Lokasi
atau tempat penelitian dilakukan di Masjid Raya Pondok
Indah yang terletak di Jl. Sultan Iskandar Muda No.1,
RT.1/RW.16, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta
Selatan.
3. Sumber data
a. Primer
Data yang diperoleh peneliti secara langsung.
Dikumpulkan oleh penulis sendiri, dengan cara
mengamati proses saat latihan dan melakukan
wawancara mendalam ke pelaku seni.13
b. Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Data ini merupakan data tambahan untuk
13
Rosady Ruslan. Penelitian Public Relation dan Komunikasi. 2010. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal: 29
11
melengkapi data yang sudah ada. Data ini berupa
buku dan referensi lainnya.14
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini
untuk mengumpulkan data sebagai berikut:
a. Observasi
Merupakan salah satu cara penelitian ilmiah
pada ilmu-ilmu sosial. Cara ini hemat biaya dan
dapat dilakukan oleh seorang individu dengan
mengunakan mata sebagai alat melihat data serta
menilai keadaan lingkungan yang dilihat,
pengamatan atau observasi bermaksud
mengumpulkan fakta, yaitu mengumpulkan
pernyataan-pernyataan yang merupakan deskripsi,
penggambaran dari kenyataan yang menjadi
perhatiannya.15
Observasi ini dilakukan untuk
melihat interaksi sosial atau aktivitas yang terjadi di
Majelis Dzikir Tari Sufi yang tidak didapatkan
melalui wawancara mendalam.
14
Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. 2004 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004). Hal: 19
15 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: logos), h. 78
12
b. Wawancara
Merupakan percakapan dengan maksud
tertentu. Dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan
yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut.16
Dalam melakukan wawancara
untuk mengumpulkan data yang akurat, peneliti
peneliti telah menyiapkan beberapa daftar
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
narasumber Syekh Arief Hamdani selaku pemimpin
Majelis Dzikir Tari Sufi Pondok Indah, penari tari
sufi, dan jamaah majelis dzikir. yaitu terdiri dari
pemimpin Majelis Dzikir Tari Sufi, penari Tari Sufi
dan jamaah Majelis Dzikir Tari Sufi.
c. Dokumentasi
Merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.17
Informasi diperoleh berupa foto,
dokumen audio visual, dan catatan lagu iringan tari.
Dalam penelitian ini dokumentasi dibutuhkan untuk
memperoleh data tambahan serta untuk memperkuat
data-data yang yang telah diperoleh pada saat
observasi dan wawancara.
16
Moeleng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). h. 186
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2008). h. 329
13
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun penelitian ini, penulis mengadakan
tinjauan kepustakaan referensi penelitian terdahulu yang
terkait dan relevan dengan fokus kajian permasalahan yang
peneliti lakukan, di antaranya sebagai berikut:
1. Skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Islam dalam Seni
Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten.”18
Pada skripsi ini membahas tentang Kesenian Tradisional
Debus yang tumbuh dan berkembang yang awalnya
digunakan sebagai media penyebaran agama Islam di
Banten. Permainan Debus merupakan peninggalan
sejarah yang masih hidup hingga sekarang. Simbolisasi
keagamaan dalam kesenian debus menumbuhkan sikap
religius bagi para pemainnya, karena keyakinan mereka
bahwa suatu pelanggaran norma agama akan
menghilangkan kemampuan yang telah mereka miliki.
2. Skripsi yang berjudul“Praktik Dzikir Sufi Tarekat
Maulawiyyah Dalam Perspektif Hukum Islam.”19
Pada
skripsi ini membahas tentang metode zikir tarekat
maulawiyyah yang menggunakan tarian dilihat dari
sudut pandang hukum Islam dan juga makna yang ada
18
Iis Sulastri, Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2014.
19 Anisul Muttaqien, Praktik Dzikir Sufi Tarekat Maulawiyyah Dalam
Perspektif Hukum Islam. Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2011.
14
dalam tarian itu sendiri, kenapa para pengikut tarekat
maulawiyyah menggunakan metode tarian untuk
melakukan sebuah ritual zikir.
3. Skripsi yang yang berjudul “Kontekstualisasi Sufisme
dalam Kemodernan dan KeIndonesiaan (Studi atas
Relevansi Pemikiran Sufistik Nurcholish Majid)”.20
Pada Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas
pemahaman Nurcholish Majid tentang sufisme dan
relevansinya dalam konteks kemodernan dan
keIndonesiaan. Perbedaan penelitian ini yakni terletak
pada perumusan masalahnya. Peneliti membahas tentang
karakteristik pesan dakwah melalui tarian Rumi yang
disebut sufi sebagain saran untuk mendekatkan diri pada
Tuhan.
4. Makalah yang ditulis dengan judul Seni Ala Sufi Dalam
Pendekatan Diri Kepada Tuhan dan Implikasinya
Dalam Psikoterapi Islam.21
Penelitian ini bertujuan
untuk merepresentasikan dan mengkombinasikan ajaran
sufi dengan seni. Peneliti membahas tentang sarana atau
media dalam mendekatkan dengan Tuhan dengan cara
menari.
20
M. Leliyanto, Kontekstualisasi Sufisme dalam Kemodernan dan KeIndonesiaan (Studi atas Relevansi Pemikiran Sufistik Nurcholish Majid). Jurusan Aqidah-Filsafat dan Hukum Fakultas Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010.
21 Nuraini A. Mawan, Seni Ala Sufi Dalam Pendekatan Diri Kepada
Tuhan dan Implikasinya Dalam Psikoterapi Islam. Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2012.
15
F. Sistematika Penulisan
Guna mendapat hasil yang jelas dam terarah dalam
penyusunannya, secara sistematis penulisan penelitian ini
penulis bagi dalam 5 (lima) bab dengan beberapa sub-bab.
Dengan adanya sub-bab pada setiap babnya akan
memberikan gambaran yang lebih spesifik, dan diharapkan
akan menjadi lebih mudah untuk dipahami. Berikut penulis
paparkan penjelasan mengenai sitematis pembahasan lebih
lengkapnya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat pertama, latar belakang masalah.
Kedua, batasan dan rumusan penelitian. Ketiga, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Keempat, metodologi
penelitian. Kelima, tinjauan pustaka. Dan terakhir yaitu
sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORITIS
Bab ini membahas tentang makna teori semiotika
model Roland Barthes dan Pesan Dakwah Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan mengenai latar belakang Tari Sufi
Pondok Rumi, Membahas tentang biografi Jalaluddin Rumi.
Selanjutnya tentang prosesi tarian Sufi.
16
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL
PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan temuan Makna Gerak Tarian
Sufi, Makna Busana penari dengan pendekatan Roland
Barthes yang mengemukakan denotasi dan konotasi.
Selanjutnya analisis hasil penelitian dari karakteristik pesan
dakwah.
BAB V PENUTUP
Sebagai bab terakhir yang merupakan penutup memuat
kesimpulan dari hasil penelitian, serta terdapat saran bagi
akademisi dan praktisi atau terhadap berbagai pihak yang
terkait di dalam penelitian ini.
17
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Umum Semiotik
1. Konsep Semiotik
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat
yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia.22
Menurut Preminger (2001), ilmu ini menganggap
bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan
itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.23
Saussure mendefinisikan „semiotika‟ (semiotics) di
dalam Course in General Linguistics, sebagai “ilmu
yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari
kehidupan sosial”. Implisit dalam definisi tersebut
adalah prinsip bahwa semiotika sangat menyandarkan
dirinya pada aturan main atau kode sosial yang berlaku
di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami
maknanya secara kolektif.24
Sedangkan menurut Charles
Sanders Peirce berpendapat semiotika adalah konsep
22 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 15 23
Rachmat Kriyantono, Ph.D, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta, 2012), cet-6, h. 265
24 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung:
Matahari, 2012), cet-4, h.300
18
tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi
yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu
sendiri pun- sejauh terkait dengan pikiran manusia-
seluruhnya terdiri atas tanda-tanda.25
Ada dua pendekatan penting atas tanda-tanda.
Pertama, pendekatan yang didasarkan pada pandangan
Ferdinand de Saussure yang mengatakan bahwa tanda-
tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang
bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan
sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan.26
Bagi Saussure, hubungan antara penanda dan
petanda bersifat arbiter (bebas), baik secara kebetulan
maupun ditetapkan. Pendekatan kedua adalah
pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan
seorang filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles
Sanders Pierce (1839- 1914). Peirce menandaskan
bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang
menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan
sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan
konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia
menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks
untuk hubungan sebab- akibat, dan simbol untuk asosiasi
konvensional.27
25
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Op,Cit, h.13 26
Ibid, h. 31 27
Ibid, h. 34
19
2. Konsep Semiotik Roland Barthes
Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas
menengah Protestan di Cherbourgh dan dibesarkan di
Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah
barat daya Perancis.28
Semiotika dalam pandangan
Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-
objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.29
Roland Barthes adalah penerus pemikiran
Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat
menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada
kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang
berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan
pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara
konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini
dikenal dengan “Order of Significations”.30
28
Ibid, h.65 29
Ibid, h.15 30
Rachmat Kriyantono, Ph.D, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Op,Cit,h. 272
20
Salah satu area penting yang dirambah Barthes
dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the
reader). Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda,
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.
Barthes menjelaskan apa yang disebut sebagai sistem
pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem
lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh
Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam
Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif
atau sistem pemaknaan tataran pertama.31
Roland Barthes mengembangkan dua sistem
pertandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi
dan konotasi.32
Barthes menggunakan istilah “orders of
signification”. First order of signification adalah
denotasi. Sedangkan konotasi adalah second order of
signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda
dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang
disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut
muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang
melekat pada tanda (yang kemudian dianggap sebagai
penanda). Pemaknaan baru inilah yang kemudian
menjadi konotasi”.33
Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat
pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda,
yakni hubungan materialitas penanda dan konsep abstrak
31
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Op,Cit, h.69 32
Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. Op.Cit, h.159 33
Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 56-57
21
yang ada di baliknya. Pada sistem konotasi- atau sistem
penandaan tingkat kedua- rantai penanda/petanda pada
sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya
berkaitan dengan penanda yang lain pada rantai
pertandaan lebih tinggi.34
Denotasi merujuk pada apa yang diyakini akal
sehat/orang banyak (common-sense), makna yang
teramati dari sebuah tanda.35
Makna denotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya
pada realitas, yang menhasilkan makna yang eksplisit,
langsung dan pasti.36
Konotasi dibentuk oleh tanda-tanda (kesatuan
antara penanda dan petanda) dari sitem denotasi.37
Petanda konotasi bersifat umum, global, dan tersebar,
boleh juga disebut sebagai fragmen dari ideologi.38
Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan
peta tentang bagaimana tanda bekerja:
Tabel 2.1 Peta Barthes
1. Signifier (Penanda) 2. Siginified (Petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4.Connotative Signifier (Penanda Konotatif) 5. Connotative Siginified
(Petanda Konotatif)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
34
Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. Op.Cit, h.159 35
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta,PTRaja Grafindo Persada, 2012), Cet ke-1, h. 140
36 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. Op.Cit, h.304
37 Roland Barthes, Elemen-elemen Semiologi. (Yogyakarta: Jalasutra,
2012), h. 93 38
Ibid, h. 94
22
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda
denotasi (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).
Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah
juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal
tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda
mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.39
Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak
sekedar memiliki makna tambahan namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah
sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi
penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada
penandaan dalam tataran denotatif.40
Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan
konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi
dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam
pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai
makna harfiah, makna yang “sesungguhnya,” bahkan
kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau
acuan. Proses signifikasi tingkat pertama, sementara
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini
denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan
makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis.
Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan
39
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Op,Cit, h.69 40
Ibid, h.69
23
keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes
mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya,
yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini
mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna
sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna
“harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan
operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟, dan
berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam
suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola
tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun
sebagai suatu yang unik, mitos dibangun oleh suatu
rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,
dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem
pemaknaan tataran ke- dua. Di dalam mitos pula sebuah
petanda dapat memiliki beberapa petanda.41
Mitos adalah sebuah cerita di mana suatu
kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa
aspek dari realitas atau alam. Mitos primitif adalah
mengenai hidup dan mati, manusia dan Tuhan, baik dan
buruk. Sementara mitos terkini adalah soal maskulinitas
dan feminitas, tentang keluarga, tentang kesuksesan,
tentang polisi Inggris, tentang ilmu pengetahuan. Mitos
bagi Barthes, sebuah budaya cara berfikir tentang
sesuatu, cara mengonseptualisasi atau memahami hal
41
Ibid, h.71
24
tersebut. Barthes melihat mitos sebagai mata rantai dari
konsep-konsep yang berelasi.42
Barthes menempatkan ideologi dengan mitos
karena, baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan
antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi
secara termotivasi. Barthes juga memahami ideologi
sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di
dalam dunia yang imajiner dan ideal, meski realitas
hidupnya yang sesungguhnya tidaklah demikian.
Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah
sebabnya di dalam S/Z Barthes berbicara tentang
konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan
mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan, dengan
demikian ideologi pun mewujudkan dirinya melalui
berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks
dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh,
latar, sudut pandang, dan lain-lain.43
B. Pesan Dakwah Islam.
Pengertian Pesan Dakwah itu sendiri menurut Onong
Uchjana Effendy adalah merupakan terjemahan dari bahasa
asing “Message‟‟ yang artinya adalah lambang bermakna
(meaningful symbol) , yakni lambang yang membawakan
fikiran atau perasaan komunikator.44
42
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi.Op.Cit, h. 143 43
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Op,Cit, h.69 44
Onong uchjana effendy, dinamika komunikasi, (bandung: remaja rosda karja, 2002), hal.39
25
Pesan dakwah tidak hanya mengandung kata-kata saja,
tetapi juga mengandung makna dan dimensi penerimaan
pesan dakwah oleh mad‟u. Selanjutnya, pesan dakwah tidak
hanya bersifat verbal saja, tetapi juga bersifat non-verbal.45
Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua,
yaitu pesan utama (Al-Qur‟an dan Hadits) dan pesan
tambahan atau penunjang (selain Al-Qur‟an dan Hadits).46
a. Ayat-ayat Al-Qur‟an
b. Hadits Nabi SAW.
c. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW.
d. Pendapat Para Ulama
e. Hasil Penelitian Ilmiah
f. Kisah dan Pengalaman Teladan
g. Berita dan Peristiwa
h. Karya Sastra
i. Karya Seni
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pesan dakwah
terdiri dari ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah
Saw., kepada umatnya, baik termaktub dalam Al-Qur‟an
maupun hadits. Untuk membedakan pesand akwah dengan
pesan lainnya, seperti pesan dalam komunikasi, karakteristik
pesan dakwah yang diamksud tidak dibedakan secara spesifik
45
Abdul Basit, Pesan Dakwah, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), h. 142
46 Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), h. 319
26
antara karakteristik dakwah yang bersifat verbal maupun
non-verbal.47
a. Mengandung Unsur Kebenaran
Karakteristik pertama dan utama dalam pesan dakwah
Islam adalah adanya kebenaran dalam setiap pesan yang
disampaikannya. Kebenaran yang dimaksud dalam pesan
dakwah adalah kebenaran yang bersumber dari Allah
Swt., sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
Artinya: “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu,
sebab itu jangan sekali-kali engkau termasuk orang-
orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147).
b. Membawa Pesan Perdamaian
Sesuai dengan namanya Islam yang berkata dasar salam
artinya damai. Perdamaian menjadi unsur penting yang
harus dikembangkan dalam penyampaian pesan dakwah.
Perdamaian berawal dari individu, kemudian
berkemvbang ke keluarga dan ke kehidupan sosial.48
Ucapan assalammu‟alaikum (semoga kedamaian untuk
kalian) yang diucapkan seseorang merupakan pesan
dakwah yang terus digulirkan oleh setiap individu
Muslim.
47
Abdul Basit, Pesan Dakwah, Op.cit, h. 142-146 48
Hassan Hanafi, Agama, Kekerasan, dan Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela, 2001), h. 129
27
c. Tidak Bertentangan dengan Nilai-Nilai Universal
Pesan dakwah hendaknya disampaikan dalam konteks
lokalitas dari mad‟u yang menerima pesan. Ayat Al-
Qur‟an yang berbunyi:
Artinya :"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung".(Q.S.Ali Imran 104).49
d. Memberikan Kemudahan Bagi Penerima Pesan
Memberikan kemudahan dalam menyampaikan pesan
dakwah merupakan sesuatu yang dianjurkan dan bahkan
menjadi tujuan syariat Islam, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur‟an
Artinya:“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah:
185)
Memudahkan dalam pesan dakwah tidak diartikan
memilih-milih hukum yang ringan-ringan saja dari
berbagai pendapat ulama fikih. Memudahkan yang
dimaksud sebagai kemudahan dalam pengamalan ajaran
agama yang tidak bertentangan dengan nash-nash dan
kaidah syariat Islam.
49
Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Madinah: Komplek Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd, 1413 H), hal. 538.
28
e. Mengapresiasi Adanya Perbedaan
Islam melarang umatnya untuk melakukan pemaksaan
dalam beragama “یه ٱلد فى إكراه Artinya: “Tidak ada ”ل
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” (QS. Al-
Baqarah: 256), bercerai-berai atau berpecah belah,
قوا“ تفره ول جمیعا ٱلله بحبل Artinya: “Dan ”وٱعتصموا
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai” (QS. Ali-Imran: 103),
saling mengenal,
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-
Hujurat: 13)
Perbedaan merupakan sunatullah yang harus dikelola
dengan baik. Oleh karena itu, tugas seorang da‟i bersama
masyarakat dalam mengelola perbedaan-perbedaan yang
ada sehingga menjadi kekuatan-kekuatan yang dapat
meningkatkan kualitas umat dan kesejahteraan
masyarakat.
29
BAB III
TINJAUAN UMUM
A. Tari Sufi Pondok Rumi
Tari Sufi Pondok Rumi ini dimulai dari tahun 2002 dan
masih berjalan sampai saat ini. Saat itu Syekh Arief berumur
39 tahun. Beliau bertemu dengan Maulana Syekh Nazim,
cucu dari Maulana Jalaludin Rumi pada tahun 2001.
Tari Sufi Pondok Rumi dikenal sebagai Majelis Dzikri
dan Sholawat yang diadakan di Masjid Raya Pondok Indah.
Berawal dari sebagian jamaah mengikuti sholat Isya
berjamaah di Masjid, setelah selesai bersama-sama ke
pelataran halaman Masjid untuk memulai Majelis Dzikir ini.
Dan siapapun dapat mengikutin kegiatan ini. Kebiasaan
setiap malam jumat yang dilakukan masyarakat tersebut
antara lain dimulai dari sholawatan; Subhanallah, Ya Hanaa
Naa, Qul Yaa Adzim, Yaa Imamar Rusli, Yaa Rasulullah
Salaamun Álaik, dan Allahumma Sholli Ala Muhamad.50
Dan para penari mulai menarikan tarian Sufi secara
bergantian atau bersama-sama diiringi dengan sholawat-
sholawat tersebut.
Sholawat selesai dan dilanjutkan pembacaan surat
yasin bersama-sama. Setelah itu dimulainya dzikir Khatm
50
Qasidah Sholawat Nabi, Majelis Dzikir & Sholawat Pondok Rumi
30
Khwajagan,51
dan dilanjutkan kembali bershalawat;
Shollallaahu Ala Muhammad dan Mahallul Qiyam – Yaa
Nabi Salam Alayka. Dan para penari mulai menarikan tarian
Sufi secara bergantian atau bersama-sama diiringi dengan
sholawat-sholawat tersebut. Pada sholawat tahap kedua, para
jamaah berdiri dan melakukan salam hormat dengan tetap
mengikuti bacaan sholawat. Setelah itu duduk kembali dan
ditutup dengan Doa Bersama, lalu diakhiri dengan Shalawat;
Solatun Bissalami Mubini dan Burdah.
Tari Sufi Pondok Rumi ini berlokasi di daerah Pondok
Indah Jakarta selatan lebih tepatnya Jl. Sultan Iskandar Muda
No.1, RT.1/RW.16, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta
Selatan. Untuk bisa mencapai ke lokasi Majelis Dzikir Tari
Sufi Pondok Rumi dari arah Lebak Bulus Jakarta Selatan
kurang lebih 9,4 km, begitupun dari arah UIN Jakarta kurang
lebih 10,9 km. Untuk mencapai ke lokasi Majelis Dzikir Tari
Sufi Pondok Rumi bisa mengunakan kendaraan roda dua,
maupun roda empat.
B. Data Kegiatan Tari Sufi Pondok Rumi
Tari Sufi Pondok Rumi dikenal dengan berbagai
kesenian Islam, Turkey, Arabian, Tarian Sufi. Whirling
51
Dalam Tarekat Naqsybandi, latihan spiritual harian dan zikir bersama mingguan yang dikenal sebagai Khatmu ‟l-Khwājagān merupakan praktik yang penting yang tidak boleh ditinggalkan oleh murid. Zikir Khatmu ‟l-Khwājagān dilakukan dengan posisi duduk bersama Syekh dalam suatu majelis. Zikir ini dilakukan seminggu sekali, khususnya pada Kamis atau Jumat malam, dua jam sebelum matahari terbenam.
31
Tarian Sufi dan Hadrah Sufi Dance, Big Band Sufi Rumi
untuk Acara Ramadhan, Gala Wedding, Company Event,
Rumi Sufi Band (Arabian Turkish Band) dengan Pemusik,
Penyanyi, dan Penari.
1. Untuk 3 Penari tanpa Band hanya dengan CD (1 kali
tampil 7 menit)
2. Untuk 3,5,7 Penari dengan Full Sufi Band (Band 40
menit, tarian 2x5 mnt)
3. Hadrah Sufi Dance Profesional 13 - 15 Penari (7 menit 1
kali tampil)
4. Marawiz Anak-anak dan Whirling Anak (15 anak) (20
menit)
5. Marawiz Anak dan Hadrah Dance Anak-anak +
Whirling Anak (20 menit)
6. Full Big Band Rumi Sufi Band (10 pemusik dan
penyanyi)
7. Rampak Gendang (5-7 Pemusik)
Dan berikut inilah daftar kegiatan foto dan video di
dalam dan di luar negeri, antara lain:52
A. Perfromance Experience
1. Grand Indonesia: Company Event dan Ramadhan
Performance
2. Ritz Carlton Ballroom: Turkish Night, Gala Wedding
3. Grand Melia Ballroom: Gala Wedding, Company
Events
52
www.pondokrumi.blogspot.com
32
4. Gedung Kesenian Jakarta : World Sufi Festival
5. Four Season Hotel: International Islamic Event
6. Sangri-La Ballroom: World Islamic Seminar, Gala
Wedding, Company Events
7. Pondok Indah Mall 2: Ramadhan Festival dan
Lebaran
8. Penampilan Diluar Negeri: Istanbul, Turky,
Singapore, Kuala Lumpur
9. Homan Preanger Bandung, Company Event
B. TV Performance
1. Metro TV, Oasis dan Liputan Whirling di Gedung
Kesenian Jakarta
2. SCTV Whirling Dervishes Rumi dan Dewa Band,
Padi Band, Opick, Melly
3. RCTI with Opick, Dewa, Melly dan Program
Ramadhan
4. Trans 7, Empat Mata with Tukul, Cici Paramida dan
Liputan Ramadhan
5. O Chanel
6. Trans TV, Trans 7: Liputan di berbagai Mall, Margo
City, Planet Hollywood, Botani Garden, Kelapa
Gading, Senayan City, Pacific Place
7. Indosiar with Dewa, Sulis, Opick dll
8. TV Luar Negeri: National Geography, AFP dan
Turky TV
9. TPI with Dewa dll
33
C. International Event & Performance
1. Penampilan Di Jepang: Tokyo (Ueno Park, Waseda
University, Odaiba Deck, Meiji Temple), Kyoto
(Inari Temple, Sanjusangendo, Kyomizudera,
Imperial Palace), Osaka, Mount Fuji dan Kawaguchi
Lake.
2. Istanbul, Konya dan Lefke Cyprus: May Juni 2011
3. Malaysia 2010
4. Singapore 2009.
C. Tari Sufi
Dalam dunia sufi ada yang kurang pesta minum tanpa
musik, tarian dan musik yang dipakai kaum sufi adalah tari
sema, untuk di Indonesia tarian sema Jalaludin Rumi lebih
dikenal atau populer dengan nama tari Sufi, karena dulu di
Turki penari tarian ini adalah Orang-orang Sufi. Nama tarian
itu adalah Mevlevi Sema Ceremony atau lebih akrab disebut
Sama‟ (dalam bahasa Arab berarti “mendengar”, atau jika
diterapkan dalam definisi lebih luas adalah bergerak dalam
suka cita sambil mendengarkan nada-nada musik sembari
berputar-putar sesuai dengan arah putaran alam semesta).
Dalam bahasa arab sema berarti mendengar atau jika di
terapkan dalam definisi yang lebih luas bergerak dalam suka
cita-cita sambil mendengarkan nada-nada musik sambil
berputar-putarsesuai dengan arah putaran alam semseta. Di
barat tarian ini lebih dikenal sebagai “Whirling Dervishe”,
34
atau para darwis yang berputar-putar dan digolongkan
sebagai devine dance.53
Sema adalah wujud proklamasi dan pernyataan tekstual
kepada semesta, bahwa dimensi sakral, atmosfir wilayah
cinta Tuhan dan kesadran atas kefanaanseorang hamba dapat
dijelajahi lewat sebuah tarian dan nyanyian syair. Ia
merupakan seni perasaan yang ditransfer melalui gerak tubuh
dan lantunan syair. Semuanya akan bermuara pada
perubahan yang memabukkan dari dimensi trans, gelombang
ekstase. Di sinilah manusia menemukan kedamaian hakiki
yang tak dapat dirasakan di luar sana.54
Jalaluddin Rumi, menurut Profesor Zaki Saritoprak,55
berpandangan bahwa kondisi dasar semua yang ada di dunia
ini adalah berputar. Tidak ada satu benda dan makhluk yang
tidak berputar.“Keadaan ini dikarenakan perputaran elektron,
proton, dan neutron dalam atom yang merupakan partikel
terkecil penyusun semua benda atau makhluk, jelasnya.
Dalam pemikiran Rumi, perputaran partikel tersebut sama
halnya dengan perputaran jalan hidup manusia dan
perputaran bumi. “Manusia mengalami perputaran, dari tidak
ada, ada, kemudian kembali ke tiada”. Manusia yang
53
Chittikc, C. William. Jalan Cinta Sang Sufi: Ajaran-ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi. Yogyakarta, 2000. h. 19
54 Fanani, Zainal. Sema (whirling Dervis Dance) Tarian Cinta Yang
Hilang. DIVA Pres. 2011. Yogyakarta, h. 26 55
Zaki Saritoprak merupakan pakar dan pemerhati pemikiran Jalaluddin Rumi dari Monash University, Australia.
35
memiliki akal dan kecerdasan membuatnya berbeda dan lebih
utama dari ciptaan Allah SWT yang lain.56
Tarian ini berasal dari seorang darwis bernama
Shalahuddin Faridun Zarkub. Dia adalah seorang pandai besi.
Ketika dia memukul besi yang membentuk irama musik
seketika itu Rumi menari dalam keadaan ekstase karena
beliau kecewa dan sedih ditinggal gurunya. Karena Rumi
menjadikan Shalahuddin sebagai wakil dari Syam yakni guru
Rumi yang meninggal. Tarian ini dilakukan Rumi setelah
salat isya‟ usai dan dilakukan di Konya dan diikuti oleh
darwis yang lainnya.
Tarian ini juga disebut sebagai sama‟. Tarian ini
dilakukan oleh penari dalam keadaan merindu dengan sang
kekasih terlebih mencapai cinta ilahi secara murni. Tarian
Whirling Dervish dapat menarik siapa saja baik yang
beragama islam atau yang tidak beragama islam. Karena
Tarian ini memiliki keindahan putarannya yang dapat
menyentuh kalbu lewat sentuhan spiritual yang tersirat di
dalamnya. Di zaman sekarang, dimana islam sudah dianggap
agama teroris, dan tidak lagi dipercaya sebagai agama
pembawa kedamaian yang dibawa oleh Sayyidina Rasulullah
Muhammad SAW.
Samâ' bukanlah sembarang tarian, melainkan tarian
yang memuat konsep spiritual didalamnya. Samâ' bisa
dikatakan sebagai sebuah metode intuitif untuk membimbing
setiap Individu untuk membuka jalan jiwanya menuju Tuhan.
56
Iqbal M. Ambara, Rumi sang Sufi Humanis. Lukita, 2010. Hal. 85
36
Ketika akal pikiran tak sanggup lagi menjangkau Tuhan,
maka metode semacam ini ditempuh. Lewat samâ‟, para
dervishes‟ atau darwis melakukan perjalanan mistis
spiritual57
menuju kesempurnaan, untuk meleburkan jiwanya
dengan Tuhan.58
Dengan membuang segala ego,
menghampiri kebenaran hingga tiba di gerbang
kesempurnaan.
Setelahnya, mereka kembali lagi sebagai seorang
dengan tingkat kesempurnaan yang meningkat, sehingga
mampu menebar cinta kepada seluruh makhluk ciptaan
Tuhan tanpa membedakan keyakinan atau ras.
D. Prosesi Tarian Sufi
a. Ritual/Persiapan Sebelum Menari
Menurut peneliti, ketika akan menari tarian sufi
seorang penari dituntut untuk mampu dan memahami
setiap gerak ataupun makna tarian yang ditarikan.
Sebelum melakukan sebuah tarian yang sakral dan syarat
akan makna. Maka seorang penari harus melakukan
sebuah ritual atau prosesi. Arti ritual dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan berkenaan dengan ritus:
hal ihwal ritus: tari bali juga bersumber dari gerak.
Ritus tata cara di upacara keagamaan. Hal-hal yang
dilakukan penari sebelum menari yakni pertama,
berwudhu seperti saat akan salat. Wudhu berarti
57
Misitis Spiritual disini yang dimaksud adalah perjalan untuk mencitai Tuhan dengan benar.
58 Meleburkan cinta manusia kepada kecintaan terhadap Tuhannya
37
membasuh atau mengusap sejumlah anggota badan
tertentu dengan air untuk menyucikan dari hadats kecil.59
Kemudian setelah berwudhu maka hal yang
dilakukan kedua yakni melakukan salat sunah syukur
wudhu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti.Kaitannya prosesi diatas yakni melakukan salat
sulat sunah syukur.Salat sunah syukur wudhu dilakukan
untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas
nikmat yang diberikan.Ketika mendirikan salat tempat
yang digunakan untuk salat harus bersih dan seorang
yang melakukan salat baik itu pria atau wanita harus
menutup aurat.60
Setelah semua selesai barulah memulai dzikir.
Konteks istighfar para sufi, istighfar berbeda dengan
taubat. Istighfar berarti memohon maghfirah kepada
Allah. Maghfirah berasal dari kata ghafara yang berarti
menutupi sesuatu yang melindunginya dari kotoran.61
b. Bacaan Ketika Menari
Bacaan ketika penari menarikan tarian sufi adalah
dzikir. Penari sufi ketika akan melakukan sebuah tarian
sufi, mereka akan membaca bacaan-bacaan yang
menurut mereka benar dan tidak benar. Ada sebuah
59
Thalib, Muhammad, Tuntunan Thaharah, Wudhu, Mandi dan Tayamum. Surakarta: Kaffah Media. .
60 Frager, Robert. Psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Jiwa dan Ruh.
Jakarta: Penerbit Zaman. 61
Ghazali, Imam.. Rahasia Segala Rahasia: Intisari Pemikiran Sufistik –Terjemahan. Yogyakarta: Fatiha Media, 2014, h. 47
38
perkataan dari sufi yang dianggap bertentangan dengan
syari‟ah.
Mereka mengucapkan Syath dalam keadaan Kufr-
i-thariqat, yakni dalam keadaan mabuk dan tidak
mampu membedakan. Adapun perkataan Syath tersebut
yakni Sorga masih lebih rendah dari Arsy, Tetapi ia
masih lebih tinggi ketimbang bumi, Namun seorang sufi
dengan islam yang benar. Mereka akan berucap sesuatu
sesuai dengan syari‟at yang dituntunkan oleh Rasul dan
senantiasa menjaga kehidupannya.
Berdasarkan hasil wawacara yang dilakukan oleh
peneliti. Seorang penari akan membaca اھلل اھلل اھلل
ketika dia akan menari. Penari beranggapan bahwa
Allah akan senantiasa menjaga mereka ketika
mengucapkan kata tersebut di atas.
c. Kondisi Psikologis Penari
Konon, ketika menari seperti itu, para penari
mengalami ekstase yang di kalangan para sufi dipahami
sebagai tingkat pencapaian perasaan penyatuan dengan
Tuhan. Bahkan, ada pula yang mengaku gerakan yang
tercipta „‟seolah-olah” bukan dari diri si penari. Dari
kasih inilah yang membuat seorang pencari seperti Rumi
memiliki jiwa sangat lembut, dirinya tidak lagi bisa
membenci atau melihat perbedaan suku, ras maupun
agama.
Satu hal yg paling menarik adalah para penari2 ini
berputar terus menerus tanpa berhenti selama berjam-
39
jam dan gerekan mereka tetap seimbang, bahkan sampai
tarian berhenti tidak membuat para penari oleng
(kehilangan keseimbangan) karna akibat dr gerakan
tubuh berputar itu.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti tentang keadaan batin seorang penari sufi yakni
mereka harus mampu menyambungkan atau meleburkan
diri dengan Mursyid Mawlana Syaikh Muhammad Adil
Haqqani hingga ke Mawlana Rumi dan Mawlana Samsi
Tabriz. Mursyid Mawlana Syaikh Muhammad Adil
Haqqani adalah pimpinan tertinggi dan guru dari
Syamsuddin sedangkan Mawlana Rumi adalah seorang
sufi yang humanis dan misitikus dengan Gurunya
Mawlana Syamsudin Tabriz.62
E. Biografi Maulana Jalaluddin Rumi
Jalaluddin Rumi Muhammad bin Bahauddin Walad bin
Hasin bin Al-Khattabi al-Bakri lahir pada 6 Rabi‟ul Awal
604 H atau 30 September 1207 M di kota Balkh, sebuah
kawasan yang termasuk ke dalam wilayah Kerjaan
Khawarizm di Persia Utara. Saat ini Balkh masuk ke dalam
wilayah Negara Afganistan, terletak di sebelah timur laut
Kabul, antara Kabul dan Samarkand. Sang Ayah bernama
Muhammad atau lebih dikenal dengan nama Bahauddin
Waalad, seorang tokoh ulama dan guru besar di negerinya
62
Arief Hamdani merupakan pimpinan di Pondok Rumi Jakarta, wawancara yang dilakukan melalui email pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 10.00
40
masa itu. Karena keilmuwannya yang sangat besar, ia pun
digelari dengan Sultanul Ulama‟. Menurut catatan, nasab
sang ayah sampai pada Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Sefik Can menyebutkan nasab Rumi sebagai berikut:
Rumi - Baha al din Valad - Huseyin Khatibi – Ahmed
Khatibi – Mahmud – Mavdud – Husayyib – Mutahhar –
Hammad – Abdurrahman – Abu Bakar.63
Sedangkan dari garis keturunan ibunya, Jalaluddin
Rumi merupakan keturunan sepupu, sahabat, dan menantu
Nabi Muhammad Saw, Ali bin Abi Thalib yang merupakan
khalifah Islam yang keempat.64
Sang ibu merupakan anggota
kerajaaan Khawarizm,65
bernama Mu‟mina Khatun. Dengan
demikian, Rumi berasal dari keluarga yang terhormat,
terpandang, dan berpengaruh besar dalam sejarah
kehidupannya.
Meski terlahir di Balkh, Rumi justru menghabiskan
sebagian besar hidupnya di kota lain. Saat usianya menginjak
3 tahun, ia sudah diungsikan oleh ayahnya ke Khurasan. Dari
Khurasan, Rumi kemudian berpindah menuju Nishapur. Di
kota inilah, ia berjumpa dengan Fariduddin al-Attar, seorang
bijak dan penyair sufi terkemuka pada masa itu. Al-Attar
lantas meramalkan Rumi bahwa kelak akan menjadi seorang
63
Sefik Can, Fundamentals of Rumi‟s Thougt, (New Jersey: The Light Publishing, 2004), h. 12 dalam buku Chindi Andriyani, Jejak Langkah Sang Sufi Jalaluddin Rumi” h. 12
64 Lebih lanjut bisa dilihat pada Syamsudin Ahmad Al-Aflaki, Tebaran
Hikmah: Hikayat-Hikayat di Seputar Jalaluddin Rumi, (Bandung: Sl-Bayan, 1998), h. 15-16
65 Haidar Baqir, Belajar Hidup dari Rumi, (Jakarta: Mizan, 2015), h.281
41
masyhur yang berhasil menyalakan api gairah ketuhanan ke
seluruh penjuru dunia.
Di kota Nishapur, Rumi mendengar bahwa tanah
kelahirannya, Balkh, sudah berhasil dihancurkan oleh tentara
Mongol. Oleh sebab itu, dengan amat terburu-buru, Rumi
dan keluarganya besarnya bergerak mengungsi lebih jauh
lagi hingga akhirnya sampai di Hijaz, tepatnya di kota Suci
Makkah. Dari Makkah, perjalanan “hijrah” dilanjutkan
menuju Damaskus. Kemudian, dari Damaskus menuju
Armenia. Di sebuah tempat perbatasan Turki dan Rusia,
keluarga Rumi tinggal selama empat tahun, yakni antara
tahun 1211-1215.
Setelah di perbatasan Turki dan Rusia, Rumi dan
keluarganya menuju Laranda, Turki. Di kota inilah Rumi dan
keluarga tinggal selama sebelas tahun, yakni sampai 1226. Di
kota ini juga, saat Rumi berusia 21 tahun, ia mempersunting
seorang gadis bernama Jauhar Khatun, putri dari sahabat
Bahauddin yang bernama Shafaruddin, yang juga ulama
terkemuka disana.
Beberapa saat setelah pernikahan tersebut, Mu‟mina
Khatun, Ibunda Jalaluddin Rumi meninggal dunia. Ia
menghembuskan nafas terakhirnya di Karaman/Laranda
karena sakit. Ia dimakamkan di samping ibu dari Bahauddin.
Kepergian Mu‟mina Khatun diikuti oleh anak sulungnya,
Alauddin Muhammad, kakak dari Jalaluddin Rumi. Tidak
hanya itu, ibu mertua Jalaluddin Rumi pun turut pergi
menghadap Sang Khaliq. Ia dimakamkan di Karaman, di
42
samping makan ibu dari Sultan Shafaruddin, ibunda
Jalaluddin Rumi, dan kakak Jalaluddin Rumi.
Setelah tiga orang dicintainya pergi, Allah Swt.,
memberikan Rumi dua anak laki-laki. Anak pertama dinamai
dengan Sultan Walad, yang merupakan nama kakeknya,
Bahauddin Walad. Sedangkan anak kedua ia beri nama
Alauddin Syalbi, yang merupakan nama saudara laki-laki
Rumi yang meninggal di Laranda. Alauddin Kaiqibad,
seorang raja Saljuk menewarkan tempat tinggal untuk
Bahauddin dan sebuah kedudukan di Madrasah (Universitas)
Konya. Kemudian, Bahauddin memboyong keluarganya
pindah ke Konya, ibu kota Turki di bawah Dinasti Saljuk.
Konya terletak di Asia kecil. Kota ini menjadi pusat
peradaban Islam setelah Bagdad berhasil dihancurkan oleh
tentara Mongol. Konya juga menjadi tempat bertemunya
peradaban Barat dan Timur, serta pertemuan berbagai
agama.66
Di kota inilah filosof Yunani pertama, Thales
dilahirkan. Sebagai kota tempat pengajian, Konya memang
menarik banyak kaum terpelajar. Berbagai madrasah dan
seminar Kristen pun ada di kota tersebut.67
Karena Konya
juga disebut Rum, maka Jalaluddin mengadopsi nama Rum
sebagai namanya. Hingga kini ia pun lebih dikenal dengan
nama Rumi.
Bahauddin menjadi seorang guru yang disegani di
madrasah yang diamanatkan oleh sang raja. Madrasah
66
Ibid., h. 282 67
Abdul Hadi W.M, Rumi: Sufi dan Penyair, (Bandung: Pustaka, 1985), h.XVI
43
sebagai tempat untuk mengaji dan belajar berbagai disiplin
ilmu pengetahuan pun berkembang pesat dan mempunyai
ratusan hingga ribuan murid. Namun, pada awal Januari
tahun 1231 H atau 1331 M, ketika usianya telah mencapai
lebih dari 85 tahun, Bahauddin mengalami sakit dan pada
hari ketiga saat sakit, ia meninggal dunia. Bahauddin harus
menghadap Sang Pencipta dan meninggalkan Rumi dengan
tugas menggantikan ayahnya sebagai guru di madrasah
tersebut yang kala itu ia masih berusia 24 tahun. Namun
hanya setahun ia mengajar. Saat Burhanuddi Tirmidzi, salah
seorang murid ayahnya dari Khurasan berkunjung dan
menyatakan kesediaan untuk membimbing perjalan rohani
Rumi. Rumi menjadi murid dari Burhanuddi selama tiga
tahun dan mendalam tasawuf secara intensif.
Dibawah bimbingan Burhanuddin, Rumi mengalami
transformasi diri. Dengan cepat ia menemukan berbagai
pengalaman rohani yang menakjubkan. Alhasil, di usianya
yang relative cukup muda, ia telah berhasil menjadi seorang
sufi yang masyhur. Perjalanan atau pengembaraan sering
dilakukannya untuk menambah pengalaman rohani. Ia sering
berkunjung ke sebuah tempat untuk bersilaturahmi dengan
ulama sufi yang terkemuka pada masa itu. Tempat terakhir
yang dikunjunginya adalah Damaskus. Disana, ia berjumpa
dengan sufi besar dari Andalusia, Ibnu Arabi.68
Selepas mengembara ke berbagai tempat, Rumi
kembali ke Konya saat usianya menginjak 31 tahun. Ia
68
Haidar Baqir, Belajar Hidup dari Rumi, (Jakarta: Mizan, 2015), h.284
44
kembali mengajar di madrasah, menggantikan ayahnya.
Murid-murid Rumi berdatangan dari banyak negeri. Rumi
juga banyak bergaul dengan orang-orang Turki, Arab, Persia,
dan Yunani. Pergaulan yang amat laus inilah menumbuhkan
kesadaran pada diri Rumi bahwa pengetahuan (teoritis) saja
tidak akan mampu merubah dan mengembangkan
kepribadian seseorang. Tingkah laku manusia hanya bisa
berubah apabila sikapnya juag berubah. Pikiran dan jiwa
seseorang yang berubah juga akan mempengaruhi perubahan
perilaku pada diri seseorang.69
Karena kesadaran tersebut, rumi lantas berguru pada
seorang sufi besar dari Tabriz, yaitu Syamsuddin at-Tibrizi.
Di bawah didikan Syamsuddin, Rumi merubah jalan
hidupnya. Ia yang semula dikenal sebagai pencinta musik,
sastra, dan seni telah menjadikan dirinya sebagai pencinta
Tuhan yang penuh totalitas.
Selain menikah dengan Jauhar Khatun, Rumi juga
menikah dengan seorang wanita Turki yang memiliki nama
seperti nama orang Rum, Karra Khatun. Rumi menikah
dengan Karra Khatun setelah meninggalnya Jauhar Khatun.
Saat Rumi menikah dengan Karra Khatun, ia telah memiliki
seorang anak dari suami pertamanya yang bernama
Shamsuddin Yahya. Pernikahan Rumi dengan Karra
69
Ibid., h. 285
45
dikarunia seorang anak laki-laki bernama Amir Muzaffar dan
seorang anak perempuan bernama Malika Khatun.70
Masa kecil Rumi mengharuskan ia dan keluarganya
berhijrah dari kota ke kota, namun tak menyurutkan
semangatnya untuk belajar dan menuntut ilmu. Sejak umur
belia Rumi telah menguasai tata bahasa Arab, ilmu
persajakan, Al-Qur‟an, ilmu hukum, Hadits, uraian tentang
Al-Qur‟an, sejarah, dogma-dogma, teologi, logika, filsafat,
matematika, dan astronomi. Adapun pendidikan Rumi dan
guru-gurunya sebagai berikut:71
1) Bahauddin Walad
Sebagai seorang ayah, Bahauddin adalah orang
pertama yang berkontribusi bagi sosok Rumi. Ia seorang
ahli fiqih yang mengajarkan syariat-syariat dan
kewajiban beragama Islam. ia juga salah satu pemimpin
teolog dan guru sufisme di Balkh. Sebagai pemimpin
sufi, ia mengajarkan bagaimana caranya menyucikan diri
dan meraih kesempurnaan rohani melalui disiplin-
disiplin tertentu. Hingga akhir hayatnya, ia mengabdikan
dirinya untuk beribadah dan mengajar ilmu Allah Swt.
2) Burhanuddin At-Tirmidzi
Pasca sepeninggal ayahnya, Rumi berguru pada
Burhanuddin, salah seorang murid terpintar ayahnya di
Balkh. Ketika masih di Balkh, ia juga dipercaya untuk
70
Sefik Can, Fundamentals of Rumi‟s Thougt, (New Jersey: The Light Publishing, 2004), h. 12 dalam buku Chindi Andriyani, Jejak Langkah Sang Sufi Jalaluddin Rumi, h. 21
71 Chindi Andriyani, Jejak Langkah Sang Sufi Jalaluddin Rumi,
(Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia, 2017), cet. ke-1, h. 23
46
mendidik Rumi kecil hingga keluarga Bahauddin
meninggal Balkh. Mulanya ia datang ke Konya untuk
mengunjungi gurunya, akan tetapi setelah tahu bahwa
sang guru telah tiada, ia menerima tugas untuk mengajari
Rumi prinsip-prinsip jalan sufi. Di bawah bimbingannya,
Rumi belajar dunia sufi dan memperoleh banyak
pengetahuan tentang berbagai hal mengenai spiritual. Ia
mengenalkan Rumi beberapa tokoh-tokoh sufi besar dan
tokoh-tokoh besar tasawuf yang sudah ada sebelumnya.
Ia pun tetap memberikan ajaran sufisme kepada Rumi
hingga wafat pada tahum 1241 M. ia dimakamkan di
Kaisari.
3) Syamsuddin At-Tabriz
Pasca kepergian Burhanuddin, pendidikan Rumi
berlanjut dengan seorang guru yang menjadi idolanya.
Guru tersebut bernama Muhammad bin Ali bin Malik
Daad, yang lebih dikenal dengan sebutan Syamsi at-
Tabriz atau Syamsuddin.72
Ia merupakan seorang ulama
sufi dari Tabriz, sebuah daerah di wilayah Iran. Ia,
seorang sufi yang tidak mengindahkan pandangan umum
ataupun kaum ulama atas tindakan-tindakannya yang
murni didorong oleh cinta kepada Tuhan.73
Ia terus
72
Syamsuddin juga memiliki beberapa julukan lain, seperti Sultan Pengemis, misteri Allah di muka bumi, yang sempurna kata dan perbuatannya, penerbang (karena kerap melakukan perjalanan), dan si sempurna dari Tabriz. Lihat Syamsuddin Ahmad Alfaki, h. 119
73 Mojdeh Bayat dan Muhammad Ali Jamnia, Telaga Cinta Para Sufi
Agung, (Yogyakarta: Saufa, 2015), h. 214-215
47
melakukan pencariannya, hingga suatu hari tiba di
daerah Konya dan bertemu dengan Jalaluddin Rumi.
Salah satu cerita tentang perjumpaan Rumi dengan
sang guru, menyebutkan bahwa suatu pagi yang dingin,
ketika Rumi tengah mengajar datanglah seorang laki-laki
yang tak lain adalah Syamsuddin, bertanya: “Apa yang
dimaksud dengan riyadlah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan
tersebut Rumi terkesima. Ia merasa bahwa apa yang
dikemukakan Syamsuddin tepat mengenai sasaran. Ada pula
yang mengisahkan bahwa kedatangan Syamsuddin disaat
Rumi mengajar, bertanya: “Siapakah yang lebih agung,
Muhammad Rasulullah atau sufi dari Persia, Bayazid
Bistami? Bayazid pernah mengatakan, „subhani (mahasuci
diriku)‟, sementara Rasulullah telah mengucapkan dalamn
doanya kepada Allah Swt, „kami tidak mengenal-Mu seperti
seharusnya.‟74
Sejak saat itu Rumi mulai dekat dengan Syamsuddin
dena kemudian menjadikannya sebagai gurunya. Baginya,
Syamsuddin itu adalah segalanya, semangatnya. Karena ia
yang banyak menunjukkan berbagai kebenaran. Hingga
dalam sebuah sajaknya Rumi menulis, “Sesungguhnya
Syamsi Tabriz itulah yang menunjukkan jalan kebenaran.
Dialah yang mempertebal keyakinan dan keimananku.”
Rumi adalah seorang sufi yang produktif. Disamping
menjadi pendakwah dan guru, Rumi juga aktif menulis
74
Annemarie Schimmel, Akulah Angin dan Engkaulah Api, (Bandung: Mizan, 1993), h. 26
48
karya-karya sufisme yang mengupas tentang sastra. Diantara
kitabnya ada yang berbentuk prosa maupun berbentuk
nazam.75
1) Masnawi76
Nazam berbahasa Persia yang dalam bahasa Arab
searti dengan kata biner. Sebuah karya agung Jalaluddin
Rumi yang bagi generasi berikutnya menjadi sebuah
ensiklopedia elok tentang ajaran Sufi. Karya ini berisi
ajaran-ajaran pokok tasawuf Rumi yang sangat mendalam
dan membahas berbagai macam tema berhubungan
dengan manusia, dunia, dan akhirat, yaitu karangan
bersajak tentang makna-makna atau rahasia terdalam
ajaran agama. Masnawi merupakan karya terbesar Rumi
dengan ketebalan sekitar 2000 halaman yang dibagi
menjadi 6 jilid. Para pengikut Rumi menganggapnya
sebagai penyibak makna batin Al-Qur‟an. Karya ini ia
sampaikan dalam bahasa puisi yang kreatif melalui
apologi, anekdot, dan legenda.
2) Diwan Syamsi Tabris77
Sebuah antologi puisi yang ia sandarkan kepada
kecintaannya terhadap sang guru. Memuat syair-syair
75
Abd. Kholiq, The Meaning Life with Rumi, (Yogyakarta: Forum, 2016), h. xxxvii
76 Bait-bait Masnawi diambil dari buku Senandung Cinta Abadi
Jalaluddin Rumi yang merupakan terjemahan dari The Mathnawi of Jalaluddin Rumi Vol.1, dengan penerjemah Abdul Hadi W.M, lebih lanjut pada Senandung Cinta Abadi Jalaluddin Rumi.
77 Bait-bait Diwan Syamsi Tabriz diambil dari buku lain milik Abdul hadi
W.M, yang berjudul Rumi: Sufi dan Penyair, yang merupakan terjemahan dari terjemahan paling akhir dari A.J. Arberry, Mystical Poems of Rumi. Lebih lanjut lihat pada Rumi: Sufi dan Penyair.
49
yang sangat indah dan mendalam, khususnya tentang
fungsi guru spiritual dan hubungan guru dengan murid.
Kitab ini berisi ghazal sufi yang jumlahnya hampir
mendekati 3500 ghazal. Diwan ini digubah dengan
mengikuti bahar-bahar yang bervariasi dengan jumlah
baitnya mencapai 43.000 bait.
3) Ruba‟iyyat78
Karya Rumi yang tak kalah indah dari dua karya
besar Rumi, Masnawi dan Diwan Syamsyi Tabris. Dalam
Ruba‟iyatnya ini Rumi menuangkan pandangan-
pandangannya mengenai beberapa tema tasawuf, seperti
iman, cinta, pengasingan diri, akal, dan persatuan. Dalam
kitab ini terdapat 1.659 bait yang wazannya berbentuk
rubai atau kuatrian (sajak empat baris). Sementara
keseluruhan baitnya mencapai 3.3.18 bait.
4) Fihi Ma Fihi
Sebuah karya sastra terbesar Rumi dalam bentuk
prosa, yang dikumpulkan anak dan para muridnya dari
perbincangan informal ketika para sufi berkumpul. Dalam
karya ini diselipkan pula hikayat dan analogi sebagaimana
dalam Masnawi. Singkatnya, karya ini adalah kitab yang
membahas masalah sekitar akhlak dan tasawuf yang
dilengkapi dengan tafsir Al-Qur‟an dan Hadits. Dalam
karya inilah terlihat jelas pandangan dan ajarannya
tentang ketuhanan, ilmu keagamaan, dan berbagai
78
Rumi: Ruba‟iyat dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry dalam Ruba‟iyat of Jalal al-Din Rumi, 1949 dalam http://ngrumi.blogspot.com
50
pemikiran Rumi yang mungkin sulit ditemukan dalam
karya puisinya. Fihi Ma Fihi, seperti karya besar Rumi,
Masnawi, cenderung bersifat didaktif (pengajaran),
sehingga sering menjadi rujukan bagi orang-orang yang
belajar tasawuf.
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Temuan
1. Gerakan
Pada dasarnya, tarian sufi memiliki gerakan yang
lebih sederhana dibandingkan dengan gerakan tarian pada
umumnya. Gerakan tarian sufi hanyalah gerakan memutar
di tempat ke arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam. Dalam berputar, penari tidak memiliki patokan waktu
tentang berapa lama ia harus berputar atau seberapa cepat
putarannya, tetapi penari dituntut terus berputar hingga
kehilangan emosi dan menyerahkan diri sepenuhnya pada
yang maha kuasa.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Arief Rumi,
sebagai berikut bahwa makna gerakan dalam tarian sufi,
Ketika Jalaludin Rumi berputar searah tawaf, berlawanan
dengan arah jarum jam, sama halnya putaran surgawi
semua seperti itu, jadi ke kiri, seperti kita tawaf. Ketika
kita berputar sebenarnya sebagai harmonisasi ke alam
semesta, harmonisasi daripada kedekatan kita menuju
Allah”79
.
Untuk keberhasilan dalam tari sufi maka penari
harus memenuhi syarat-syarat dan teknik gerak sebelum
79
Wawancara dengan Syeikh Arief.
52
melakukan tarian tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:80
a) Harus suci dari Hadats besar maupun kecil.
b) Membacakan Surat Al-Fatihah (Tawasul) yang
ditujukan kepada guru-guru tarikat khususnya Nabi
Muhammad SAW dan Syeikh Jalaluddin Rumi.
c) Menyilangkan kedua tangan didepan dada dengan
penuh kepasrahan lalu membungkuk dengan posisi
rukuk untuk memberi hormat atau minta ijin kepada
guru.
d) Ketika memasuk tempat pertunjukkan, penari
memakai kostum lengkap dan saat menari jubah
hitam dilepaskan.
e) Kemudian berdiri tegak dengan tetap tangan
menyilang didada dan mengatur nafas, dan
menghirup udara dalam hati berdzikir “Hu” dan
mengeluarkan nafas dalam hati berdzikir “Allah”.
Kemudian berdo‟a “Madad Ya Allah… Madad Ya
Rasullullah”.
f) Kemudian tubuh berputar berlawanan arah jarum jam
secara perlahan-lahan. Telapak tangan sebelah kanan
menghadap keatas, sedangkan tapak tangan sebelah
kiri menghadap kebawah.
80
Wawancara dengan Syeikh Arief.
53
g) Padangan mata dan konsentrasi tertuju pada telapak
tangan sebelah kanan, terus berputar, serta terus
berdzikir dalam hati dengan mengucapkan “Allah”
h) Ketika hampir selesai, posisi kedua tanggan, seperti
awal yaitu menyilang didepan dada dan ketika selesai
membungkuk seperti orang rukuk untuk memberikan
memberi hormatan dan sebagai tanda bahwa tarian
telah selesai.
i) Adab penutup, penari memakai jubah hitam,
kemudian berdiri, syeikh memberi salam. Penari
menjawa. Syeikh meninggalan tempat disusul oleh
penari.
Berdasarkan uraian teknik gerak di atas maka sikap
dasar gerak tari sufi yang dapat diuraikan ada 5, yaitu:
Gambar 4.1 Sikap pertama (silang tangan)
Gerakan Denotasi Konotasi
Penari menyilangkan tangan
di depan dada /
mencengkram bahu, kedua
kaki dalam posisi rapat dan
jempol kaki bertumpu pada
jempol kaki kiri, posisi
badan tegak, dan pandangan
lurus ke depan. Mereka juga
mengisyaratkan tanda
bahwa pertunjukkan tarian
sufi akan segera dimulai
Sikap ini memiliki
makna
kemahatunggalan
Tuhan atau keesaan
Allah Swt.
54
Gambar 4.2 Sikap kedua (hormat)
Gerakan Denotasi Konotasi
Penari membungkukkan
badan dengan tangan, kaki
tetap pada posisi seperti
bentuk pertama, badan
membungkuk (memberi
hormat) kepada Syeikh dan
juga penonton, pandangan
lurus ke bawah.
Sikap ini memiliki
makna menundukkan
segala sesuatu yang
ada pada diri dan yang
dimilki semata-mata
karena semua itu pasti
kembali pada Allah.
Gambar 4.3 Sikap Ketiga (Cinta Kasih)
Gerakan Denotasi Konotasi
Penari meletakkan kedua
tangannya di depan pusar
dengan posisi semua jari
menghadap ke bawah,
kecuali jari jempol. Posisi
kedua jari jempol dan
telunjuk menempel dan
membentuk segitiga. Posisi
kaki melebar satu jengkal.
Sikap ini memiliki
makna untuk
mengungkapkan cinta
kasih kepada Tuhan.
Gambar 4.4 Sikap Keempat (Sema) Gerakan Denotasi Konotasi
Posisi tangan kanan penari membuka ke atas dengan telapak tangan
menghadap ke atas, dan posisi tangan kiri juga
membuka ke atas tetapi dengan posisi telapak menghadap ke bawah.
Sikap ini memiliki makna sang penari mendapatkan
hidayah dari Allah, kemudian tangan kiri menghadap
kebawah memiliki makna untuk menyebarkan hidayah yang telah diterima. Hal ini,
menyimbolkan bahwa adanya hubungan yang baik antar sesama manusia atau
sering disebut dengan Habluminannas sedangkan
hubungan baik dengan Tuhannya sering disebut dengan Habluminallah.
55
Gambar 4.5 Sikap kelima (berputar)
Gerakan Denotasi Konotasi
Penari melakukan
gerakan berputar
berlawanan arah jarum
jam atau dari kiri ke
kanan. Perputaran dari
kiri ke kanan memiliki
makna perputaran alam
semesta atau perputaran
bumi.
Sikap ini memiliki makna
bahwa putaran tubuh
mengibaratkan elektron yang
bertawaf mengelilingi intinya
menuju Sang Maha Kuasa.
Harmonisasi perputaran di
alam semesta dari sel terkecil
hingga ke sistem solar. Hal
itu dimaknai sebagai
keberadaan Sang Maha
Pencipta.
Firman Allah yang terdapat dalam Qs. At-Taghabun
ayat 1 yang berbunyi:
Artinya :
Apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi
senantiasa bertasbih kepada Allah: milik-Nya semua
kerajaan dan bagi- Nya(pula)segala puji; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS. At-Taghabun : 1)81
Seperti yang telah dijelaskan dari paparan diatas,
bahwa dalam gerak berputar ini mereka mengibaratkan hal
yang sama dengan sebuah elektron yang mengitari bumi.
Sang darwis berputar-putar seperti orang yang bertawaf dan
mereka tidak pusing karena mereka senantiasa dijaga oleh
Allah. Gerakan berputar juga diidentikan dengan
81
Lihat surat At-Taghabun ayat 1 tentang sejumlah sifat-sifat Allah yang agung.
56
perkembangan manusia. Perkembangan manusia dimulai
dari dua fase yakni fase kelahiran dan fase kematian.82
Kondisi ketika penari melakukan gerakan berputar,
maka seorang penari dalam keadaan ekstase. Keadaan
ekstase yang biasa disebut dengan kondisi seolah-olah tidak
sadar diri karena menikmati sebuah tarian suci dengan
alunan musik yang mengiringi sang penari.83
Bahwasanya dalam kondisi manusia normal ketika
berputar-putar akan mengalami pusing. Hal itu, karena
dalam saluran telinga ada cairan klokea yang berfungsi
untuk mengatur keseimbangan tubuh dan menghubungkan
ke syaraf otak, ketika dengan gerakan kepala berputar
megalami pusing maka keseimbangan yang ada dalam otak
tidak seimbang.84
2. Kostum
Berdasarkan hasil wawancara dengan Syekh /
Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi, Arief Rumi, dibawah
ini adalah makna kostum yang digunakan saat
menampilkan tarian tersebut. Tarian Maulana Jalaludin
Rumi memiliki simbol-simbol. Jadi pakaiannya jubah
hitam hitam disebut Hirqa, menandakan alam kubur.
Kemudian, kain putih yang bentuknya panjang melebar
disebut tenun berwarna putih, melambangkan kain kafan.
82
Sayyed Hosein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritual Islam, Bandung: Mizan 2003. H. 177
83 Ibid, h. 170
84 Iqbal M. Ambara, Rumi sang Sufi Humanis. Lukita, 2010. Hal. 75
57
Kemudian, topi yang tinggi disebut Sikke, melambangkan
batu nisan. Maka, filsafat dari tarian ini adalah
perwakilan sebelum mati.85
Pada tari Sufi, para penari atau biasa disebut
Dervishe tidak menggunakan riasan seperti halnya tari-tari
lain (natural). Para penari Sema hanyalah menggunakan
busana atau kostum tertutup.
Berikut kostum yang dipakai oleh penari Sufi,
antara lain:
Gambar 4.6 Topi (Sikke)
Kostum Denotasi Konotasi
Topi atau biasa disebut
sikke berbentuk panjang
dan berwarna coklat dan
berbentuk batu nisan.
Terbuat asli dari kulit
domba.
Melambangkan
kematian, yaitu
kematian sang ego.
Karena perjalanan
spiritual tidak mungkin
bisa dilakukan jika ego
masih ada.
Gambar 4.7 Jubah Hitam (Hirqa)
Kostum Denotasi Konotasi
Jubah berwarna hitam
yang digunakan sebagai
pakaian luar. Penari
akan melepas jubah
hitam ini ketika akan
dimulai.
Melambangkan alam
kubur yang ketika
dilepaskan
melambangkan
kelahiran kembali
menuju kebenaran. Dan
juga melambangkan
pemisahan ego saat
menuju cinta Sang
Maha Kuasa.
85
Wawancara dengan pemimpin atau Syeikh Arief.
58
Gambar 4.8 Jubah Putih (Tennur)
Kostum Denotasi Konotasi
Jubah panjang dengan
bawahan lebar
melingkar yang akan
berputar diibaratkan
seperti bunga melati
mekar di atas air.
Melambangkan kain
kafan yang membungkus
ego. Maknanya agar
manusia senantiasa
mengingat kematian.
Gambar 4.9 Baju Luar Lengan Panjang
Kostum Denotasi Konotasi
Semacam jaket
pendek berwarna
putih yang talinya
diikat di pinggang.
Melambangkan kain
kafan.
Gambar 4.10 Baju Dalam Lengan Pendek
Kostum Denotasi Konotasi
Semacam baju koko
berwarna putih
berlengan pendek
yang dipakai untuk
bagian dalam.
Melambangkan kain
kafan.
59
Gambar 4.11 Celana Panjang
Kostum Denotasi Konotasi
Celana panjang yang
seperti celana kenji
berwarna putih.
Melambangkan kain
kafan.
Gambar 4.12 Ikat Pinggang (Kendhit)
Kostum Denotasi Konotasi
Ikat pinggang yang
berbahan dasar kain
dan berwarna hitam.
Melambangkan tali
pengikat ego.
Gambar 4.13 Kaos Kaki (Quff)
Kostum Denotasi Konotasi
Penari menggunakan
alas kaki khusus
berwarna hitam.
Jika digunakan
melambangkan untuk
menghindari menjejak
bumi karena bumi
negatif, penuh dengan
sifat keduniawian.
60
Adapun makna kostum keseluruhan yang dikenakan oleh
penari berdasarkan warna yang dikenakannya, sebagai berikut:
Gambar 4.14 Kostum Berwarna Putih
Kostum Denotasi Konotasi
Busana penari sufi berwarna
putih adalah busana paling
sering digunakan, karena
busana ini merupakan
lambang tangga keempat
yang berarti menunjukkan
kebenaran sejati. Warna
putih melambangkan
kesucian.
Baju putih ini sering
digunakan kaum sufi
ketika ingin
beribadah dengan
menghindarkan diri
dari kehidupan
duniawi guna
mencapai pahala
akhirat.
Gambar 4.15 Kostum Berwarna Merah
Kostum Denotasi Konotasi
Salah satu kostum penari
sufi yang berwarna merah.
Warna merah
melambangkan sebuah
keberanian. Busana warna
merah ini merupakan
lambang tangga ketiga
atau pengetahuan yang
bersifat mistis.
Ketika seorang penari
memakai pakaian
berwarna merah, ada
sisi lain pada diri
penari yang ingin
ditunjukkan, yakni
keberanian penari
dalam menyampaikan
rasa cinta yang dalam
kepada Allah.
Gambar 4.16 Kostum Berwarna Hijau
Kostum Denotasi Konotasi
Salah satu warna kostum
penari sufi yang sudah di
kreasi modifikasi. warna
hijau juga bisa
mengartikan seseorang
yang sedang dalam proses
penyembuhan fisik.
Ketika seorang penari
memakai pakaian
berwarna hijau,
melambangkan
ketenangan yang
berkelanjutan untuk
menyerahkan diri kepada
Allah.
61
Gambar 4.17 Kostum Berwarna Kuning
Kostum Denotasi Konotasi
Warna kuning mempunyai
arti kegembiraan, terang
dan cerah.
Ketika seorang penari
memakai pakaian
berwarna kuning,
melambangkan tangga
kedua atau tarekat dalam
ajaran sufi.
Gambar 4.18 Kostum Berwarna Coklat
Kostum Denotasi Konotasi
Coklat merupakan warna
bumi dan sangat banyak
dialam, contohnya kulit
pohon. Warna coklat
juga dapat
direpresentasikan
kesemua orang
merupakan warna yang
memberikan kehangatan,
membuat nyaman,
kesederhanaan dan dapat
dijadikan untuk relaksasi.
Ketika seorang penari
memakai pakaian berwarna
coklat, penari mampu
memberikan sebuah
kehangatan ke semua orang
yang melihatnya dan
mampu memberikan sebuah
kenyamanan. Dan penari
ingin mensyukuri segala
sesuatu yang telah dimiliki,
baik itu materi dan non-
materi. Rasa syukur itu
ingin ditunjukkan lewat
sebuah tarian yang
membuat jiwa menjadi
tenang lahir dan batin.
Gambar 4.19 Kostum Berwarna Biru
Kostum Denotasi Konotasi
Salah satu warna kostum
penari sufi yang sudah di
kreasi modifikasi. Warna
biru memberikan kesan
yang tenang, damai dan
memiliki arti kebijakan,
serta kepercayaan.
Ketika seorang penari
memakai pakaian berwarna
biru, melambangkan
keagungan, kasih sayang
Tuhan dan kepercayaan diri
sang penari.
62
3. Alat Musik atau Iringan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Syekh /
Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi, Arief Rumi, dibawah
ini adalah musik atau iringan yang digunakan saat
menampilkan tarian tersebut. Tarian Maulana Jalaludin
Rumi menggunakan iringan musik, yaitu Sholawat Nabi
SAW, musik-musik religi. Dan jika sedang performance,
musik yang digunakan yaitu musik dari band di acara
tersebut. .86
Pada Tari Sufi Pondok Rumi, untuk alat musik
atau iringan menggunakan rebana, gambus (hadroh) dan
sholawat berupa dzikir yang mengandung puji-pujian
kepada Rasulullah beserta keluarga, para auliya dan
permohonan doa kepada Allah Swt.
Berikut alat musik atau iringan sholawat yang
digunakan oleh Tari Sufi Pondok Rumi, antara lain:
Gambar 4.20 Alat atau Iringan Musik Tari Sufi
86
Wawancara dengan pemimpin atau Syeikh Arief.
63
4. Pola Lantai
Pola lantai pada Tari Sufi pondok rumi memiliki
beberapa variasi sesuai dengan panggung pertunjukan,
tetapi ada satu pola lantai biasa saja ataupun tergantung
tempat acara yang telah disediakan.
Gambar 4.21 Pola Lantai Lingkaran (Pementasan di International Sufi Festival at Stekpi Jakarta Indonesia)
87
Gambar 4.22 Pola Lantai Berjejer (Pementasan di International Festival Performance, International Islamic Expo, Jakarta
Convention Center)88
87
Pondok Rumi Indonesia, 2007 88
Pondok Rumi Indonesia, 2012
64
5. Panggung Pertunjukan
Panggung pertunjukkan pada Tari Sufi Pondok
Rumi tidak ada aturan khusus harus berbentuk
proscenium,89
arena, pendopo dan sebagainya, karena
semua tergantung pada acara pementasannya. Pada
kelompok Tari Sufi Pondok Rumi biasanya lebih sering
menggunakan panggung proscenium maupun outdoor.
Gambar 4.23. Panggung Pertunjukkan Outdoor (Pementasan di
Epiwalk Epicentrum Grand Festival)90
89
Panggung Teater Kuno 90
Pondok Rumi Indonesia, 2012
65
Gambar 4.24. Panggung Pertunjukkan Proscenium (Pementasan
dalam acara Halal bi Halal Anjungan Jawa Barat di TMII91
B. Analisis Karakteristik Pesan Dakwah Islam dalam Tari
Sufi Pondok Rumi
1. Mengandung Unsur Kebenaran
Al-Qur‟an merupakan sumber kebenaran mutlak
yang perlu disampaikan oleh da‟i kepada manusia. Jika
ada kebenaran-kebenaran di dunia yang bersifat relative
dan pragmatis bisa dijadikan pesan dakwah selama
kebenaran tersebut tidak bertentangan dengan kebenaran
yang ada di dalam Al-Qur‟an92
.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penari Tari
Sufi Pondok Rumi, menurutnya: Jalan sufi di kehidupan
modern mengembalikan manusia untuk kembali pada
jalan awal. Allah menciptakan manusia adalah untuk
91
Pondok Rumi Indonesia, 2017 92
Abdul Basit, Pesan Dakwah, Op.cit, h. 143
66
beribadah kepada-Nya. Dengan tari sufi dapat membawa
kaum muslimin untuk mencintai dzikir dan shalawat
terutama untuk anak pemuda saat ini. Karena banyak
anak muda yang tertarik ikut tari sufi ini. Mereka yang
suka dengan buku-buku Jalaludin Rumi menjadi tertarik
untuk belajar dzikir tari sufi.
Dzikir kepada Allah SWT merupakan salah satu
meditasi komunikasi antara hamba dan Tuhan. Dzikir
kepada Allah SWT bernilai tidak lebih besar dibanding
ibadah lainnya, sebab dzikir itu sendiri merupakan ibadah
dan bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada sebagian dari anak muda yang awalnya tidak
terlalu tertarik dan hanya sekedar ikut-ikutan, tetapi
seiring berjalannya waktu mereka merasakan bahwa jalan
sufi ini tepat untuk diikuti. Di jalan sufi ini, Islam
sesungguhnya diajarkan. Bahwa Islam itu lemah lembut,
saling mencintai, dan saling menjaga adab terhadap
siapapun.
Tari Sema Jalaluddin Rumi ini untuk menghibur
hati yang gelisah menjadi tenang, mententramkan, dan
membawa para masyarakat untuk berdzikir. Tari ini
memiliki spiritual yang kuat untuk mengingat Allah.
Karena lewat tarian sufi ini dan berdzikir kita dapat
berinteraksi dan berkomunikasi lebih dekat kepada Allah
SWT.
67
2. Membawa Pesan Perdamaian
Sisi positif dalam tari Sufi, untuk menggambarkan
begitu damai dan indahnya Islam bagi mereka. Tari Sufi
bisa menjadikan solusi untuk sebuah kedamaian.
Menerangkan ke Barat, bahwa islam dengan peradaban
dan seninya bisa dinikmati dengan penuh ketenangan.
Tidak harus dihantui perasaan takut, dan mengerikan
sekeliling Islam, karena seni bisa dinikmati oleh semua
kalangan, tidak hanya khusus golongan-golongan tertentu.
Dengan demikian, perdamaian bisa diciptakan
dengan baik, lewat budaya tari Sema. Di mana orang-
orang yang menganggap negatif dan kurang paham
tentang agama islam tidak melihat lagi peradaban Islam
yang mengerikan, tetapi mereka tertarik dengan
peradaban islam yang kaya dengan seni budaya. Semoga,
tari Sema bisa membangkitkan peradaban Islam yang
damai, penuh kecintaan, penuh persahabatan, dan penuh
kasih sayang. Karena memang, pendahulunya
mengajarkan seni itu untuk ilustrasi kasih sayang dan
cinta. Terhadap Sang Pencipta yang Maha Tinggi.
3. Tidak Bertentangan dengan Nilai-nilai Universal
Tidak hanya untuk berdzikir, Tari Sufi ini juga
digunakan untuk berdakwah. Banyak sekali nilai-nilai
yang terkandung di dalam tari sema ini, salah satu nya
nilai pendidikan. Dakwah tersebut juga terlihat pada
pementasan kelompok Tari Sufi yang tidak hanya
ditempat acara islami ini menunjukkan kalau islam itu
68
memiliki rasa toleransi yang besar terhadap umat yang
berbeda keyakinan.
4. Memberikan Kemudahan bagi Penerima Pesan
Tari Sufi memiliki magnet tersendiri untuk
diperhatikan. Melalui kostum, lagu, dan gerakan membuat
setiap orang menjadi penasaran dan terpesona, kemudian
berhenti untuk melihat dan mendengarkan sholawat atau
lagu religi. Karena tanpa tari sufi, jika hanya shalawat dan
band saja, orang-orang hanya lewat dan tidak berhenti
untuk melihat dan mendengarkannya.
Ada juga sebagian yang memang tertarik dengan
tari sufi ini. Mereka dapat melihatnya di youtube ataupun
facebook. Tarian sufi itu unik, berbeda dari yang lain dan
tidak bisa semua orang dengan mudah dapat
melakukannya. Tari ini memiliki daya spiritual yang
begitu kuat terhadap Allah SWT.
Ketika kesibukan kota terus berjalan, tetapi tetap
ada sebuah tempat untuk beribadah dan berdzikir dengan
cara yang berbeda. Dengan menghadiri Majelis Dzikir
Tari Sufi ini kita dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Jalan sufi adalah jalan cinta. Tari sufi menyebarkan ajaran
Islamnya dengan cara yang halus, yaitu dengan tariannya.
Sesuai makna dalam gerakan tari sufi, tangan kanan
menerima hidayah dari Allah dan tang kiri menyebarkan
hidayah tersebut kepada masyarakat. Sehingga dakwah
menurut pandangan orang lain tentang Islam adalah
69
bukan agama yang kaku. Menari dengan berdzikir dapat
tetap mendekatkan diri kepada Allah, bahkan lebih dekat.
5. Mengapresiasi adanya Perbedaan
Majelis Dzikir Tari Sufi menyebarkan tari sufi ini di
berbagai Masjid, di berbagai Mall, dan juga di berbagai
stasiun TV. Karena jika hanya menyebarkan ajaran Islam
di Masjid itu sudah menjadi hal yang biasa. Akan tetapi
jika menyebarkan ajaran Islam di mall-mall, cafe-cafe,
bukan hanya orang Islam saja, tetapi banyak dari non-
Islam, sehingga mereka tertarik dan meninggalkan
tempat-tempat yang buruk menuju ke tempat yang baik.
Ajaran Islam tersebar di tempat-tempat selain masjid,
dengan cara yang unik dan dapat diterima oleh semua
kalangan dari berbagai agama.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan temuan data yang peneliti dapatkan,
maka peneliti mengambil sebuah kesimpulan, antara lain
sebagai berikut:
1. Tari Sufi dikenali sebagai tarian cinta dan memiliki
fungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
menyebarkan cinta Allah SWT, Nabi SAW, dan para
Masyaikh kepada seluruh manusia. Di jalan sufi ini,
Islam sesungguhnya diajarkan. Bahwa Islam itu lemah
lembut, saling mencintai, dan saling menjaga adab
terhadap siapapun.
2. Sisi positif dalam tari Sufi, untuk menggambarkan
begitu damai dan indahnya Islam bagi mereka. Tari Sufi
bisa menjadikan solusi untuk sebuah kedamaian.
Menerangkan ke Barat, bahwa islam dengan peradaban
dan seninya bisa dinikmati dengan penuh ketenangan.
3. Tidak hanya untuk berdzikir, Tari Sufi ini juga
digunakan untuk berdakwah. Banyak sekali nilai-nilai
yang terkandung di dalam tari sema ini, salah satu nya
nilai pendidikan. Dan menunjukkan kalau islam itu
memiliki rasa toleransi yang besar terhadap umat yang
berbeda keyakinan.
4. Ketika kesibukan kota terus berjalan, tetapi tetap ada
sebuah tempat untuk beribadah dan berdzikir dengan
71
cara yang berbeda. Tari sufi menyebarkan ajaran
Islamnya dengan cara yang halus, yaitu dengan
tariannya. Sehingga dakwah menurut pandangan orang
lain tentang Islam adalah bukan agama yang kaku.
Menari dengan berdzikir dapat tetap mendekatkan diri
kepada Allah, bahkan lebih dekat.
5. Ajaran Islam tersebar di tempat-tempat selain masjid,
dengan cara yang unik dan dapat diterima oleh semua
kalangan dari berbagai agama.
B. Saran
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Majelis Dzikir Tari Sufi Pondok Rumi, agar lebih
dikembangkan dan eksis untuk masyarakat umum,
sehingga dalam berdakwah bisa lebih masive lagi, dan
masyarakat lebih merasakan dampak yang lebih besar
dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dan juga untuk lebih
meningkatkan pengetahuan tentang tari sufi, agar
nantinya dapat mengetahui lebih jauh tentang pesan dan
sasaran yang disampaikan melalui tarian tersebut.
2. Bagi Masyarakat, khususnya masyarakat di kota Jakarta
hendaknya belajar tentang tari sufi dan mau bergabung
dengan majelis dzikir tari sufi pondok rumi, agar
nantinya ada kegiatan positif yang berkaitan dengan
agama khususnya agama Islam.
72
3. Bagi Pemerintah khususnya Akademisi, melalui
Universitas hendaknya lebih memperhatikan keberadaan
majelis dzikir tari sufi pondok rumi, agar dapat
melakukan kajian lebih mendalam melalui kerjasama
antara Universitas dan Majelis Dikir Tari Sufi Pondok
Rumi, sehingga tari sufi lebih dikenal dan akrab pada
mayoritas orang Indonesia.
73
DAFTAR PUSTAKA
AL-QUR’AN
QS. Al-A‟raf ayat 26
QS. Ali-Imran ayat 104
Q.S Ali Imran ayat 110
QS. An-Nahl ayat 125
QS. At-Taghabun ayat 1
BUKU
Abdi Guru, Tim. Seni Budaya SMP Jilid 1. Jakarta: Erlangga,
2007.
Abdul, Hadi W. M, Rumi: Sufi dan Penyair, Bandung: Pustaka,
1985.
Ahmad Al-Aflaki, Syamsudin . Tebaran Hikmah: Hikayat-
Hikayat di Seputar Jalaluddin Rumi. Bandung: Sl-Bayan,
1998.
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Amin, M. Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-
Amin Press, 1997
Andriyani, Chindi. Jejak Langkah Sang Sufi Jalaluddin Rumi.
Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia, 2017.
Arief Saenong, Muhammad, Ragam Budaya Ara: Sejarah, Tradisi
dan Profesi, Gorontalo: CV. Cahaya Patra, 2017
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenadamedia Group,
2015.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:
Logos, 1997.
74
Bagir, Haidar. Belajar Hidup dari Rumi. Jakarta: Mizan, 2015.
Bajari, Atwar. Metode Penelitian Komunikasi, Prosedur, Tren,
dan Etika. Bandung: Simbiosa Rakatama Media, 2015.
Barthes, Roland, Elemen-elemen Semiologi. Yogyakarta:
Jalasutra, 2012
Basit, Abdul. Filsafat Dakwah. Depok: PT Rajagrafindo Persada,
2013.
Bayat, Mojdeh dan Ali Jamnia, Muhammad. Telaga Cinta Para
Sufi Agung. Yogyakarta: Saufa, 2015.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013.
Can, Sefik. Fundamentals of Rumi‟s Thougt. New Jersey: The
Light Publishing, 2004.
Chindi, Andriyani, Jejak Langkah Sang Sufi Jalaluddin Rumi,
Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia, 2017
Chittikc, C. William. Jalan Cinta Sang Sufi: Ajaran-ajaran
Spiritual Jalaluddin Rumi. Yogyakarta, 2000.
Edi, Sedyawati, Dkk, Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa
Masalah Tari, Direktorat Kesenian: 1986.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: Rosdakarya, 2002)
Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan
Filosofis dan Praktis. Bandung: Widya Padjajaran, 2009.
Fanani, Zainal. Sema (Whirling Dervis Dance) Tarian Cinta Yang
Hilang. DIVA Pres. 2011. Yogyakarta,
Fiske, John, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2012
75
Frager, Robert. Psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Jiwa dan
Ruh. Jakarta: Penerbit Zaman.
Fritz, Meier, Sufisme Merambah ke Dunia Mistik Islam, terj.
Sunarto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.
Ghazali, Imam.. Rahasia Segala Rahasia: Intisari Pemikiran
Sufistik –Terjemahan. Yogyakarta: Fatiha Media, 2014
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Hadi, Abdul. Rumi: Sufi dan Penyair. Bandung: Pustaka, 1985.
Haidar Baqir, Belajar Hidup dari Rumi, Jakarta: Mizan, 2015.
Hanafi, Hassan. Agama, Kekerasan, dan Islam Kontemporer.
Yogyakarta: Jendela, 2001.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-
ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Iqbal M. Ambara, Rumi sang Sufi Humanis. Lukita, 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I, Balai Pustaka,
Jakarta,1998.
Khan, Hazrat Inayat. The Heart of Sufism: Terj. Andi Haryadi.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Kholiq, Abd. The Meaning Life With Rumi. Yogyakarta: Forum,
2016.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2006.
Latief, Nasarudin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah. Jakarta:
Firma Dara, 1998.
Manurung, Pappilon, Editor: M. Antonius Birowo, Metodologi
Penelitian Komunikasi
76
Mawardi Labay El sulthani, Zikir dan Doa Dalam Kesibukan,
Departemen Penerangan RI 1992.
Mojdeh Bayat dan Ali Jamnia, Muhammad, Telaga Cinta Para
Sufi Agung, Yogyakarta: Saufa, 2015.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Munir Amin, Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia, 2001.
Piliang, Yasraf Amir, Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung:
Matahari, 2012
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Atma Kencana
Publishing, 2013.
Ruslan, Rosady. Penelitian Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu dakwah. Jakarta: Rajawali
Pres, 2011.
Seyyed, Hossein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj. A.
Nashir Budiman, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1985
Seyyed, Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam
Manifestasi, terj. Tim Penerjemah Mizan, Mizan,
Bandung, 2003
Schimmel, Annemarie. Akulah Angin dan Engkaulah Api.
Bandung: Mizan, 1993.
Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Sapardi
Djoko Damono, dkk., Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000.
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, juz 2. Jakarta: Lentera Hati,
2008.
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009
77
Suma, Muhammad Amin (dkk), Pedoman Penulisan Skripsi,
Jakarta: PPJM Fakultas Syariah dan Hukum, 2012
Syamsudin Ahmad Al-Aflaki, Tebaran Hikmah: Hikayat-Hikayat
di Seputar Jalaluddin Rumi, Bandung: Sl-Bayan, 1998.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta, 2009.
Thalib, Muhammad. Tuntunan Thaharah, Wudhu, Mandi dan
Tayamum. Surakarta: Kaffah Media
Toha, Yahya Umar. Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Wijaya, 1971.
Windahl, Sven and Benno H. signitzer with T. Olson, Jean.
Using Communication Theory. London: Sage
Publications, 1992.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif &
Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Zuhriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan:
Teori-Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
DOKUMEN ELEKTRONIK DARI INTERNET
Artiket diakses pada 24 Februari 2017 dari
https://quraishshihab.com/article/islam-dan-seni
Artikel diakses pada 25 September 2017 dari
http://islamind.blogspot.co.id/2011/12/seni-dalam-
perspektif-islam.html
Artikel diakses pada 25 September 2017 dari
https://www.sayanda.com/seni-tari/
Artikel diakses pada 25 September 2017 dari
http://rifdadenita.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tentang-
seni-tari-lengkap.html
Artikel diakses pada 25 September 2017 dari
https://mozaiksufi.blogspot.co.id/2009/12/whirling-
dervishes.html
78
Artikel diakses pada 27 September 2017 dari
https://www.liputan6.com/news/read/354053/tarian-rumi-
bercinta-dengan-illahi
www.pondokrumi.blosgpot.com
SKRIPSI
Iis Sulastri, “Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di
Menes Pandeglang Banten”. Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2014.
Anisul Muttaqien, “Praktik Dzikir Sufi Tarekat Maulawiyyah
Dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurusan Perbandingan
Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tahun 2011.
M. Leliyanto, Kontekstualisasi Sufisme dalam Kemodernan dan
KeIndonesiaan (Studi atas Relevansi Pemikiran Sufistik
Nurcholish Majid). Jurusan Aqidah-Filsafat dan Hukum
Fakultas Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010.
Nuraini A. Mawan, Seni Ala Sufi Dalam Pendekatan Diri Kepada
Tuhan dan Implikasinya Dalam Psikoterapi Islam.
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2012.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Panduan Wawancara
A. Tujuan
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil analisa karakteristik pesan dakwah dalam
Tari Sufi.
B. Narasumber
1. Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi.
2. Penari Tari Sufi Pondok Rumi.
3. Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi.
C. Pedoman Wawancara
Pertanyaan untuk Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi
(Mursyid/Syeikh).
1. Apakah Bapak dapat menjelaskan apa yang menjadi latar
belakang berdirinya tari sufi ini? Dan kapan berdirinya?
2. Mengapa Bapak memilih tari sufi untuk dikembangkan di
Indonesia, khususnya di Masjid Raya Pondok Indah?
3. Bagaimana Bapak memahami para budaya sufi yang
berkembang di dunia Islam, terutama di Indonesia?
4. Apakah manfaat dan kegunaan bagi kehidupan modern?
5. Bagaimana hubungan tari sufi dengan agama islam?
6. Bagaimana Bapak mengajak anak muda untuk gabung
dalam majelis dzikir tari sufi?
7. Bagaimana keseluruhan media tari sufi, seperti kostum,
gerakan, simponi, dan lagu menjadi pesan dakwah?
8. Apakah ada dukungan dari pemerintah atau warga
setempat dalam upaya melestarikan tari sufi ini pak?
9. Apakah harapan Bapak ke depan untuk kelompok majelis
dzikir tari sufi ini?
Pertanyaan untuk Penari Tari Sufi Pondok Rumi.
1. Mulai kapan anda menggeluti dunia tari sufi?
2. Apa yang membuat anda tertarik untuk melakukan tari
sufi atau pun menjadi grup rebana tersebut?
3. Anda seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak
yang kurang tau tari sufi itu apa, menurut anda apa itu
tari sufi? Dan bagaimana perkembangan tari sufi yang
ada di kalangan masyarakat?
4. Bagaimana bisa di lakukan tari semacam itu dengan
berputar tidak mengalami pusing?
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bisa menari
dengan sempurna?
6. Bagaimana caranya anda supaya dapat menghayati
gerak, simponi dan lagu dalam tari sufi?
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang anda dapatkan
dari tari sufi?
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum
dalam tarisufi bernilai dakwah?
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk
tari sufi?
10. Pada acara apa aja tari sufi dipentaskan?
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti
tari sufi sudah semakin dikenal dong ya?
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, simponi dan
lagu dalam tari sufi?
Pertanyaan untuk Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi.
1. Apakah yang mendorong atau memotivasi
Bapak/Ibu/Saudara dalam menonton tari sufi?
2. Apa makna tari sufi menurut Bapak/Ibu/Saudara?
3. Bagaimana kesan Bapak/Ibu/Saudara dalam
menyaksikan Tari Sufi?
4. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah ada pesan dakwah
dalam pertunjukkan tari sufi?
5. Apa harapan Bapak/Ibu kedepannya untuk Tari Sufi ini?
LAMPIRAN 2
Panduan Studi Dokumentasi
A. Tujuan
Studi dokumentasi ini bertujuan untuk menambah
kelengkapan data penelitian.
B. Pedoman Dokumentasi
No Indikator Aspek-aspek
1. Foto-foto
Temuan
Gerakan
Kostum
Alat Musik
Pola Lantai
Panggung Pertunjukkan
2. Foto-foto
Lainnya
Wawancara dengan Narasumber
Tari Sufi Pondok Rumi
Suasana Kegiatan Tari Sufi Pondok
Rumi
Lokasi, Laman Website, dan Laman
Youtube Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 3
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 1
Tanggal Wawancara : 25 Januari 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 1
1. Nama : Arief Ludiantoro Hamdani
2. Umur : 55 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Syekh/Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi
5. Pekerjaan : Arsitek
Hasil Wawancara
1. Apakah Bapak dapat menjelaskan apa yang menjadi latar
belakang berdirinya tari sufi ini? Dan kapan berdirinya?
Jawab: Kunjungan Mawlana Syaikh Nazim ke Indonesia pada
tahun 2001. Beliau adalah Mursyd tariqah naqsbandi aliyya
dan beliau merupakan keturunan Mawlana Jalaludin Rumi.
Karena saya juga menjadi murid beliau, maka kami
berdakwah di kalangan anak muda dengan tari sufi. Maka
dari itu, tari sufi ini berkembang. Berdiri pada tahun 2002 di
Jakarta.
2. Mengapa Bapak memilih tari sufi untuk dikembangkan di
Indonesia, khususnya di Masjid Raya Pondok Indah?
Jawab: Para Sufi berdakwah dengan lembut, jadi sayang dan
cinta seperti dakwah Nabi Saw, sahabat RA, dan wali Allah.
Di Indonesia, Islam berkembang oleh wali songo. Dari
youtube, fb, twitter, karena itulah banyak yang melihat
akhirnya datang untuk ikut dzikir di masjid Pondok Indah.
3. Bagaimana Bapak memahami para budaya sufi yang
berkembang di dunia Islam, terutama di Indonesia?
Jawab: Jalan tariqah sangat dibutuhkan untuk
mengembalikan islam yang rahmatan lil alamin. Apalagi
dengan berkembangnya kelompok radikal. Intinya banyak
yang mengetahui tarikat nasqbandi dengan mursid mawlana
syaikh nazim qs dan syaikh muhammad adil qs yang sudah
mendunia dan tersebar di 5 benua sehingga banyak ulama
kyai bergabung dengan tarikat naqsbandi dan salah satunya
melalui tari sufi yangg tersebar di 5 benua. Syaikh Nazim dan
Syaikh Muhammad adalah cucu Rumi dan Sultan Awliya
Syaikh Abdul Qadir Jailani sehingga ajaran tariqah ini kuat.
4. Apakah manfaat dan kegunaan bagi kehidupan modern?
Jawab: Jalan sufi di kehidupan modern mengembalikan
manusia untuk kembali pada tujuan awal, Allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Sufi juga
banyak tafakur/meditasi dzikir yang dapat mengendalikan ego
dibawah bimbingan mursyid.
5. Bagaimana hubungan tari sufi dengan agama Islam?
Jawab: Tari sufi dapat membawa kaum muslimin mencintai
dzikir dan salawat, terutama untuk anak pemuda saat ini.
6. Bagaimana Bapak mengajak anak muda untuk gabung dalam
majelis dzikir tari sufi?
Jawab: Banyak anak muda yang tertarik ikut tariqah karena
ada tari sufi ini. Mereka yang suka dengan buku-buku rumi
maka mereka tertarik untuk belajar dzikir dan tari rumi. Kami
sering diundang tv, shoping mall dan acara-acara maka
banyak yang ingin gabung. Kami juga sering diundang ke
berbagai sekolah dari sd, smp, sma, sampai universitas
bahkan pesantren di berbagai kota di indonesia maka banyak
yang ikut. Banyak pemusik band di jakarta yang ikut tariqah
ini sehingga fansnya jadi gabung dan tertarik dengan
idolanya.
7. Bagaimana keseluruhan media tari sufi, seperti kostum,
gerakan, simponi, dan lagu menjadi pesan dakwah?
Jawab: Dengan tari sufi melalui kostum lagu gerakan putaran
membuat orang terpesona dan berhenti untuk melihat
mendengarkan salawat. Tanpa tari sufi jika hanya salawat
band saja orang cuma lewat dan tidak berhenti untuk melihat
dan mendengar.
8. Apakah ada dukungan dari pemerintah atau warga setempat
dalam upaya melestarikan tari sufi ini pak?
Jawab: Banyak publik figur dari presiden, wapres, menteri,
artis yang gabung sehingga mempercepat perkembangan.
9. Apakah harapan Bapak ke depan untuk kelompok majelis
dzikir tari sufi ini?
Jawab: Membawa lebih banyak anak kecil, remaja, untuk
dapat menyenangi dzikir dan shalawat sambil menari sema
tumi. Dan mengenalkan tari rumi di berbagai daerah di
Indonesia dan luar negeri.
Jakarta, 25 Januari 2018
Arief Ludiantoro Hamdani
Syekh/Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 4
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 2
Tanggal Wawancara : 30 Desember 2017
Tempat : Tigaraksa
Identitas Informan 2
1. Nama : Yuji Noer Siswanto
2. Umur : 17 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Anggota Penari
5. Pekerjaan : Siswa SMK Peka Kesatuan
Hasil Wawancara
1. Mulai kapan kamu menggeluti dunia tari sufi?
Jawab: sekitar kurang lebih 6 tahun saya sudah mulai
mengikuti jalan sufi ini
2. Apa yang membuat kamu tertarik untuk melakukan tari sufi
atau pun menjadi grup rebana tersebut?
Jawab: Awalnya sih saya tidak terlalu tertarik, tetapi seiring
berjalannya waktu saya merasakan bahwa jalan ini sangat
tepat untuk saya ikuti. Jalan ini benar - benar membuat saya
bahagia. Di jalan ini, Islam sesungguhnya diajarkan. Bahwa
Islam itu diajarkan lemah lembut, saling mencintai, dan saling
menjaga adab terhadap siapapun.
3. Kamu seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak yang
kurang tau tari sufi itu apa, menurut kamu apa itu tarisufi? Dan
bagaimana perkembangan tari sufi yang ada dikalangan
masyarakat?
Jawab: Di berbagai Masjid kita menyebarkan tarian ini, di
berbagai mall kita menyebarkan tarian ini, di berbagai stasiun
TV kita juga menyebarkan tarian ini. Jika kita menyebarkan
ajaran Islam di Masjid itu sudah biasa karena di Masjid
sudah tentu orang islam semua. Akan tetapi mall - mall, cafe -
cafe, bukan hanya orang islam saja, tetapi banyak non-muslim
juga pergi ke sana, di sana kita menyebarkan Islam, sehingga
orang - orang tertarik dan meninggalkan tempat - tempat
buruk menuju ke tempat yang baik.
4. Bagaimana bisa melakukan tari semacam itu dengan berputar
dan tidak mengalami pusing?
Jawab: Sebelum saya menari, saya berdoa kepada Allah,
Nabi SAW, para Masyaikh Naqshabandi untuk diberikan
power atau kekuatan Ilahiah agar saat menari diberikan
cahaya dan dapat menarik orang cinta terhadap Islam.
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bias menari dengan
sempurna?
Jawab: Alhamdulillah saya tidak merasakan pusing lagi, saya
dapat menari dengan baik, dan banyak berbagai kenikmatan
yang saya rasakan setelah bisa menari tarian ini.
6. Bagaimana caranya kamu supaya dapat menghayati gerak,
Simponi dan lagu dalam tari sufi?
Jawab: Saya tidak memikirkan apapun selain Allah, Nabi
SAW, para Masyaikh Naqshabandi. Fikiran tempatnya setan.
Oleh karena itu saya harus bisa menyingkirkan fikiran buruk
dan membuat fikiran baik sehingga saat saya menari bisa
menghayati.
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang kamu dapatkan dari
tari sufi?
Jawab: Makna tarian ini adalah tarian cinta. Fungsi tarian ini
adalah menyebarkan cinta Allah, Nabi SAW, para Masyaikh
kepada seluruh manusia. Ketika manusia mencintai Allah,
Nabi SAW, para Masyaikh maka Allah akan mencintai orang
tersebut dengan cintanya. Sangat sulit untuk mendapatkan
cinta Allah sebelum kita mencintai apa yang Allah cintai.
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum dalam tari
sufi bernilai dakwah? Jika iya, berikan alasannya!
Jawab: Iya bernilai, topi panjang berwarna coklat ini
melambangkan batu nisan, tenur putih ini melambangkan kain
kafan, sabuk hitam ini untuk membataskan antara hawa nafsu
dengan hati, dan jubah hitam ini melambangkan alam kubur.
Apa maknanya? Maknanya adalah sebuah kematian.
Kematian selalu mengintai kita setiap hari, jadi ingaltah
kematian ajan datang dan itu pasti. Jadi persiapkanlah diri
kita untuk akhirat kita. Mawlana Rumi mengatakan,"Matilah
sebelum kau mati". Apa maknanya? Maknanya adalah
bunuhlah egomu, jangan kau ikuti keburukan egomu, karena
ego akan selalu mengajak kita ke jalan yang buruk. Oleh
karena itu, jagalah diri kita dari keburukan ego.
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk tari
sufi?
Jawab: Kita biasa menggunakan musik Sholawat Nabi SAW,
musik - musik religi. Jika kita sedang live perfomance,
biasanya kita live musik dari band yang ada pada acara itu.
10. Pada acara apa saja tari sufi dipentaskan?
Jawab: Paling sering tarian ini dipentaskan pada acara Halal
Bihalal, buka puasa bersama, santunan, wedding, syuting,
atau acara - acara islami lainnya.
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti tari
sufi sudah semakin dikenal dong ya? Jelaskan tanggapanmu!
Jawab: Alhamdulillah saya sangat senang jika tarian ini
semakin banyak dikenal baik dilkalangan orang islam maupun
non-Muslim. Banyak orang non-muslim masuk ke dalam Islam
setelah melihat tarian ini. Dari berbagai negara, pergi
mengunjungi Mawlana Syaikh Nazim di Turki untuk masuk
Islam dan belajar tarikat sufi ini
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, Simponi dan
lagu dalam tari sufi?
Jawab: Jalan ini adalah jalan cinta. Tidak semua orang dapat
mengikuti jalan ini. Kenapa? Karena sebuah permata tidak
diberikan kepada sembarang orang. Jika seseorang
menginginkan permata ini, kalian harus menyelam ke dalam
samuderayang dalam. Permata ini memiliki harga. Dan
harganya adalah Cinta
Tigaraksa, 30 Desember 2017
Yuji Noer Siswanto
Anggota Penari Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 5
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 3
Tanggal Wawancara : 30 Desember 2017
Tempat : Tigaraksa
Identitas Informan 3
1. Nama : Ari Rahman
2. Umur : 17 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Jabatan : Anggota Penari
5. Pekerjaan : Siswa SMK Peka Kesatuan
Hasil Wawancara
1. Mulai kapan kamu menggeluti dunia tari sufi?
Jawab: Saya mulai mengikuti tari sufi ini 2012.
2. Apa yang membuat kamu tertarik untuk melakukan tari sufi
atau pun menjadi grup rebana tersebut?
Jawab: pertama saya hanya ikut-ikutan saja, tapi rasanya
jalan sufi ini membuat saya bahagia. Di jalan ini saya
diajarkan adab. Itu alasan saya.
3. Kamu seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak yang
kurang tau tari sufi itu apa, menurut kamu apa itu tarisufi? Dan
bagaimana perkembangan tari sufi yang ada dikalangan
masyarakat?
Jawab: Kitakan setiap malam jum'at ba'da Iysa di Masjid
Raya Pondok Indah, di Masjid ini banyak masyarakat yang
sholat, selesai sholat itu kita mulai dan orang-orang juga
pada melihat kita walaupun hanya sebentar. Begitulah kita
menyebarkan tarian ini.
4. Bagaimana bias melakukan tari semacam itu dengan berputar
dan tidak mengalami pusing?
Jawab: Kita berdzikir, memohon dukungan Allah, Nabi
Muhammad SAW, para Masyakih Naqshabandi untuk
diberikan kekuatan saat menari.
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bias menari dengan
sempurna?
Jawab: Saat saya sudah bisa, sudah tidak pusing lagi dan
cinta Rumi semakin dalam saya rasakan.
6. Bagaimana caranya kamu supaya dapat menghayati gerak,
Simponi dan lagu dalam tari sufi?
Jawab: Selain berdzikir, saya juga menghayati iringan
musiknya. Karena musik adalah gerbangnya cinta.
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang kamu dapatkan dari
tari sufi?
Jawab: Makna tari sufi ini adalah tarian cinta. Banyak tarian
di dunia ini, tetapi tidak semua tarian dapat menarik cinta
seseorang. saya mendapatkan berbagai macam kenikmatan,
terutama kenikmatan rezeki di dunia maupun di akhirat.
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum dalam tari
sufi bernilai dakwah? Jika iya, berikan alasannya!
Jawab: iya, topi tinggi melambangkan batu nisan, tenur putih
melambangkan kain kafan dan jubah hitam melambangkan
alam kubur. Apa maksudnya? Maksudnya adalah matilah
sebelum engkau mati. Ingatlah kematian senantiasa
mengikutimu, jadilah hamba yang baik agar saat kembali kita
dalam keadaan baik.
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk tari
sufi?
Jawab: Kita menggunakan Sholawart Nabi SAW atau musik -
musik religi lainnya.
10. Pada acara apa aja tari sufi dipentaskan?
Jawab: Acara TV, Wedding, Buka Bersama, Halal Bihalal,
Santunan, dan masih banyak lagi.
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti tari
sufi sudah semakin dikenal dong ya? Jelaskan tanggapanmu!
Jawab: Alhamdulillah di 5 benua tarian ini sudah dikenal.
Banyak orang non-muslim mengikuti jalan ini karna
keberkahan Allah, Nabi SAW, dan Para Awliyanya.
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, Simponi dan
lagu dalam tari sufi?
Jawab: Kostum seperti pertanyaan sebelumnya. Gerakan tari
sufi adalah tangan kanan ke atas artinya memohong Blessing
atau Hidayah Ilahiah dan tangan kiri ke bawah artinya
menyalurkan Hidayah tadi ke seluruh umat manusia. Kita
menggunakan sholawat Nabi SAW agar orang - orang yant
melihat tarian ini ikut mendengarkan sholawat Nabi SAW.
Tigaraksa, 30 Desember 2017
Ari Rahman
Anggota Penari Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 6
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 4
Tanggal Wawancara : 30 Desember 2017
Tempat : Tigaraksa
Identitas Informan 4
1. Nama : Asep Suherlan
2. Umur : 18 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Anggota Penari
5. Pekerjaan : Siswa SMK Peka Kesatuan
Hasil Wawancara
1. Mulai kapan kamu menggeluti dunia tari sufi?
Jawab: Saya mengikuti kurang lebih 7 tahun.
2. Apa yang membuat kamu tertarik untuk melakukan tari sufi
atau pun menjadi grup rebana tersebut?
Jawab: Tarian ini unik, berbeda dari yang lain, memiliki daya
spritual yang begitu kuat terhadap Allah SWT.
3. Kamu seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak yang
kurang tau tari sufi itu apa, menurut kamu apa itu tari sufi?
Dan bagaimana perkembangan tari sufi yang ada dikalangan
masyarakat?
Jawab: Kita biasa tampil di berbagai mal - mal besar. Banyak
orang pergi ke mal. Ketika kita perfomance banyak orang
berjalan lalu berhenti saat melihat kita menari. Seperti kita
tampil di Grand Indonesia, dari lantai dasar sampai atas full
orang melihat ini.
4. Bagaimana bias melakukan tari semacam itu dengan berputar
dan tidak mengalami pusing?
Jawab: Berdzikir, Bersholawat, memohon izin dan dukungan
kepada Allah, Nabi SAW, para masyaikh.
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bias menari dengan
sempurna?
Jawab: Sudah tidak jatuh lagi akibat kepusingan menari.
Semakin dapat menghayati.
6. Bagaimana caranya kamu supaya dapat menghayati gerak,
Simponi dan lagu dalam tari sufi?
Jawab: Saya berusaha untuk tidak mengingat apapun kecuali
mengingat Allah, Nabi SAW, dan para Masyaikh.
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang kamu dapatkan dari
tari sufi?
Jawab: Untuk menyebarkan islam yang lembut kepada semua
orang, belajar adab.
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum dalam tari
sufi bernilai dakwah?
Jawab: iya, topi panjang melambangkan batu nisan. Jubah
hitam melambangkan alam kubur. Tenur putih melambangkan
kain kafan. Itu semua melambangkan kematian. Kematian itu
pasti dan kita harus mempersiapkan akhirat kita.
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk tari
sufi?
Jawab: Sholawat, lagu lagu islami.
10. Pada acara apa aja tari sufi dipentaskan?
Jawab: Wedding, Syuting, Halal Bihalal, Buka puasa bersama
dan lain lain.
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti tari
sufi sudah semakin dikenal dong ya?
Jawab: saya sangat senang, karena orang banyak menjadi tau
tentang tarian ini.
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, Simponi dan
lagu dalam tari sufi?
Jawab: gerakan tangan kanan ke atad artinya memohon
ampunan Allah atau memohon hidayah dan tangan kiri ke
bawah artinya kita sebarkan kepada umat manusia.
Tigaraksa, 30 Desember 2017
Asep Suherlan
Anggota Penari Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 7
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 6
Tanggal Wawancara : 30 Desember 2017
Tempat : Tigaraksa
Identitas Informan 6
1. Nama : Teddy Saputra
2. Umur : 18 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Penari
5. Pekerjaan : Siswa SMK YPK Kesatuan
Hasil Wawancara
1. Mulai kapan kamu menggeluti dunia tari sufi?
Jawab: mulai umur 12 thn saat smp sekitar tahun 2012.
2. Apa yang membuat kamu tertarik untuk melakukan tari sufi
atau pun menjadi grup rebana tersebut?
Jawab: tariannya unik, awal mulanya dari youtube, dan saya
ikut gabung di majelis dzikir pondok rumi ini.
3. Kamu seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak
yang kurang tau tari sufi itu apa, menurut kamu apa itu tari
sufi? Dan bagaimana perkembangan tari sufi yang ada di
kalangan masyarakat?
Jawab: tari sufi bermakna ktika berputar seperti putaran
tawaf dan kita seperti mendapatkan cahaya ilahi, pandangan
masyarakat sudah cukup bagus karena mereka berpikir
tarian ini berbeda dengan tarian lain, dan juga banyak
kemajuan ke beberapa negara dan beberapa kota di
Indonesia.
4. Bagaimana bisa di lakukan tari semacam itu dengan berputar
tidak mengalami pusing?
Jawab: sebelumnya awal mula menari merasa pusing, dan
akhirnya setelah berlatih minimal 7x jadi terbiasa. Dan
ketika menari itu dengan berdzikir membaca allah allah
sampai lagu habis.
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bisa menari dengan
sempurna?
Jawab: ketenangan dan kenyamanan karena mendekatkan
diri kepada pencipta.
6. Bagaimana caranya kamu supaya dapat menghayati gerak,
simponi dan lagu dalam tari sufi?
Jawab: awal mula memahami gerakan, dan mulai mencoba,
akhirnya menjadi bisa. Menari dengan berdzikir. Dari segi
gerak tari sufi ciri utamanya yaitu berputar, putaran tawaf
melawan aruh jarum jam, putaranny ke kiri. Dan makna
dibalik gerak merupakan tangan diatas meminta hidayah
kepada allah, dan tangan kiri menyebarkam hidayah
tersebut.
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang kamu dapatkan dari
tari sufi?
Jawab: untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum dalam
tari sufi bernilai dakwah? Jika iya, berikan alasannya!
Jawab: Iya bernilai, warna dasarnya yaitu putih
melambangkan kain kafan, sikke melambangkan batu nisan,
dan jubah hitam melambangkan alam kubur yg gelap.
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk tari
sufi?
Jawab: Sholawatan atau bisa juga lagu-lagu band islami
saat ada pementasan.
10. Pada acara apa aja tari sufi dipentaskan?
Jawab: Pernikahan, Buka Bersama, Reuni, Hotel, Tv
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti tari
sufi sudah semakin dikenal dong ya? Jelaskan
Tanggapanmu!
Jawab: Iya. Latar belakang tari sufi ini dari turki,
penciptanya adalah Maulana Jalaluddin Rumi yang masih
keturunan Muhammad Saw. Semakin banyak juga
masyarakat yang tertarik untuk dating dan ikut kegiatan
majelis dzikir tari sufi di masjid sini. Saya senang
mengenalkan tarian ini kepada masyarakat.
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, simponi dan lagu
dalam tari sufi?
Jawab: pesan dakwahnya sangat bagus karena di majelis
dzikir ini kita bisa mendekatkn diri kepada ilahi. Dan banyak
perubahan kebaikan yang saya alami setelah mengikuti
majelis disini.
Tigaraksa, 30 Desember 2017
Teddy Saputra
Anggota Penari Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 8
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 6
Tanggal Wawancara : 22 Februari 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 6
1. Nama : Muhammad Rezi
2. Umur : 17 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Jabatan : Anggota Penari
5. Pekerjaan : Siswa SMK Triguna
Hasil Wawancara
1. Mulai kapan anda menggeluti dunia tari sufi?
Jawab: Tahun 2008.
2. Apa yang membuat anda tertarik untuk melakukan tari sufi
atau pun menjadi grup rebana tersebut?
Jawab: Karena tarian ini unik dan tidak bisa semua orang
bisa melakukannya. Makannya saya mencoba tarian sufi ini.
Sekisar 4 bulan untuk belajar tarian sufi. Tarian ini juga
mengajarkan ego/sifat manusia dari yang buruk menjadi
baik.
3. Anda seorang penari Tari Sufi, tapi masyarakat banyak yang
kurang tau tari sufi itu apa, menurut anda apa itu tari sufi?
Dan bagaimana perkembangan tari sufi yang ada di kalangan
masyarakat?
Jawab: Tari sufi itu nama aslinya adalah tari sema rumi
yang dalam bahasa Inggrisnya "derwish yang berputar"
sema berasal dari kata "ya-sami" allah yang maha
mendengarkan. Jadi tarian ini diiringi oleh lagu shalawat,
dan saat menari kita mendengarkan shalawat. Maulana
jalaludin rumi pada tahun 1207 beliau ketika ditinggalkan
oleh gurunya yang dicintai Maulana syams tabdiz beliau
seperti memendam kerinduan yg amat sangat, kemudian
beliau wujudkan dalam berputar. Jadi, tari sema rumi ini
sebuah bentuk tafakur atau dalam bahasa modernnya
meditasi sufi. Perkembangan tari sufi ini dalam kalangan
masyarakat sudah banyak di kenal. Dan grup kita juga udah
menunjukan tari sufi ini di beberapa daerah, bahkan guru
kita juga menampilkan tarian sufi di luar negeri seperti turki,
konya, jepang.
4. Bagaimana bisa di lakukan tari semacam itu dengan berputar
tidak mengalami pusing?
Jawab: Karena di saat sebelum menari kita zikiran. Dan
pada saat berputar juga berzikir dengan menyebut "allah"
sampai lagu/shalawat tersebut selesai.
5. Apa yang kamu rasakan ketika sudah bisa menari dengan
sempurna?
Jawab: Tidak ada rasa apa-apa. Mungkin kalo yg pertama
menari sufi ini akan terasa pusing hingga mual.
6. Bagaimana caranya anda supaya dapat menghayati gerak,
simponi dan lagu dalam tari sufi?
Jawab: Pada saat berputar, saya pejamkan mata saya dan
mendengarkan lagu supaya kita menghayati putaran dari
tari sufi tersebut, maka itu akan terasa di putaran cinta.
7. Memangnya apa makna dan fungsi yang anda dapatkan dari
tari sufi?
Jawab: Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena tarian
ini penuh dengan cinta. Siapa yang melihat tarian ini akan
jatuh cinta pada tarian ini. Ketika jatuh cinta baru kita patuh
sama yang kita cintai.
8. Lalu bagaimana dengan kostumnya, apakah kostum dalam
tarisufi bernilai dakwah? Jika iya, berikan alasannya!
Jawab: Topi/sike melambangkan batu nisan. Baju putih
melambangkan kain kafan. Sabuk melambangkan
memisahkan antara nafsu dan hati. Tali melambangkan
pengikat antara nafsu dan hati.
9. Untuk iringan lagu, biasanya lagu apa yang dipilih untuk tari
sufi?
Jawab: Lagu shalawat.
10. Pada acara apa aja tari sufi dipentaskan?
Jawab: Buka Bersama, Halal bi Halal, Nikahan, Haulnya
guru-guru kita, Acara santunan yatim piatu, Zikir mingguan
di masjid raya pondok indah.
11. Setelah pertunjukkan dipentaskan kemana saja, berarti tari
sufi sudah semakin dikenal dong ya? Jelaskan tanggapanmu!
Jawab: Iya sudah. Karena saya sudah menyebarkan tarian
cinta dan membuat orang yang melihat menjadi jatuh cinta
dan membuat orang mendapatkan hidayah ilahiyah.
12. Jelaskan pesan dakwah dari kostum, gerak, simponi dan lagu
dalam tari sufi?
Jawab: Matilah sebelum mati. Maksudnya jangan turutin
kemauan egomu, sesungguhnya ego itu yang membuat kita
jauh dari Allah, maka berputarlah, karena berputar kita
menyebarkan cahaya cinta ilahiyah. Karena cinta kita bisa
dekat dengan Allah. Putaran tari sufi ini ke kiri dengan
maksud seperti orang tawaf, karena putaran surgawi itu ke
arah kiri. Dan lagu shalawat adalah supaya kita lebih dekat
lagi dengan Allah SWT.
Jakarta, 22 Februari 2018
Muhammad Rezi
Anggota Penari Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 9
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 7
Tanggal Wawancara : 18 Januari 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 7
1. Nama : Nadia Adisti A.
2. Umur : 24 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
5. Pekerjaan : Pegawai Swasta
Hasil Wawancara
1. Apakah yang mendorong atau memotivasi kakak dalam
menonton tari sufi?
Jawab: karena selain untuk ibadah juga, gaya berdzikirnya
tidak bosan, ada suara gendang, hadroh, tarian, membuat
ibadah menjadi lebih rileks. Dan tetap mendekatkan diri
kepada Allah.
2. Apa makna tari sufi menurut kakak?
Jawab: tari sufi itu seperti tarian cinta jadi melalui tari ini,
mereka yang menari sambil berdzikir, dan kita yang
menonton juga ikut mebacakan sholawat-sholawat nabi.
3. Bagaimana kesan kakak menyaksikan Tari Sufi?
Jawab: Dengan waktu seminggu sekali berkumpul di majelis
ini bareng anak-anak yang kurang mampu, sama halnya
berkesempatan untuk sedekah, dapat juga lebih deket sama
orang-orang yang beragama, jadi lebih bahagia bisa tetap
deket sama Allah.
4. Menurut kakak, apakah ada pesan dakwah dalam
keseluruhan pertunjukkan tari sufi?
Jawab: Tari sufi menyebarkan islamnya dengan cara halus
yaitu dengan tariannya itu sendiri, Tangan kanan menerima
hidayah dari Allah dan tangan kiri menyebarkan hidayah
tersebut kepada masyarakat. Dakwah dengan cara yang
halus, dan menurut pandangan orang lain tentang islam itu
bukan agama yg kaku, menari dengan berdzikir dapat tetap
mendekatkan diri kepada Allah, bahkan lebih dekat.
5. Apa harapan kakak kedepannya untuk Tari Sufi ini?
Jawab: Semoga partisipasi jamaah yang ikut hadir menonton
dan berdzikir di majelis dzikir ini akan terus bertambah
karena lebih banyak akan lebih rame dan bersamaan
bersholawat.
Jakarta, 18 Januari 2018
Nadia Adisti A.
Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 10
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 8
Tanggal Wawancara : 25 Januari 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 8
1. Nama : Rita Subekti
2. Umur : 32 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
5. Pekerjaan : Karyawati Swasta
Hasil Wawancara
1. Apakah yang mendorong atau memotivasi adik dalam
menonton tari sufi?
Jawab: Saya tertarik dengan penampilan Tari Sufi Whirling
Dervishes.
2. Apa tari sufi menurut adik?
Jawab:Menurut saya sangat menghibur apalagi dengan
nuansa islami.
3. Bagaimana kesan adik menyaksikan Tari Sufi?
Jawab: Saya sangat senang dapat berkumpul di majelis
pengajian disini.
4. Menurut adik, apakah ada pesan dakwah dalam keseluruhan
pertunjukkan tari sufi?
Jawab: Ada, dengan adanya pengajian ini juga sudah
termasuk dakwah.
5. Apa harapan adik kedepannya untuk Tari Sufi ini?
Jawab: Semoga semakin lebih baik kedepannya.
Jakarta, 25 Januari 2018
Rita Subekti
Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 11
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 9
Tanggal Wawancara : 15 Maret 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 9
1. Nama : Rosanah
2. Umur : 52 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Jabatan : Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
5. Pekerjaan : Buruh
Hasil Wawancara
1. Apakah yang mendorong atau memotivasi ibu dalam
menonton tari sufi?
Jawab: Saya tertarik dengan lantunan sholawat-sholawat nabi
sehingga saya dapat menghadiri pengajian ini, insya allah di
setiap malam jumat.
2. Apa tari sufi menurut ibu?
Jawab: Tarian dengan berdzikir dapat mengena di hati,
mendekatkan diri kepada Allah.
3. Bagaimana kesan ibu menyaksikan Tari Sufi?
Jawab: Saya sangat senang dapat berkumpul di pengajian ini,
ikut baca yasin, berdzikir, membaca sholawat.
4. Menurut ibu, apakah ada pesan dakwah dalam keseluruhan
pertunjukkan tari sufi?
Jawab: Ada, karena tari sufi ini juga kan berdizkir hanya saja
dengan menari untuk menarik masyarakat ikut berdzikir,
terutama untuk anak-anak berdzikir dari kecil.
5. Apa harapan ibu kedepannya untuk Tari Sufi ini?
Jawab: Semoga tari sufi di Indonesia dapat mendunia dan
dikenal banyak masyarakat lainnya.
Jakarta, 15 Maret 2018
Rosanah
Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 12
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 10
Tanggal Wawancara : 05 April 2018
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah
Identitas Informan 10
1. Nama : Afan Prasetyo Wibowo
2. Umur : 41 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Jabatan : Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
5. Pekerjaan : Engineering PT. Jaya Kontruksi MP, Tbk
Hasil Wawancara
1. Apakah yang mendorong atau memotivasi bapak dalam
menonton tari sufi?
Jawab: Saya sudah 3 tahun ikut majelis ini. Saya tertarik
karena dengan tuntunan Syeikh Memed, guru saya dan syeik
arif juga.
2. Apa tari sufi menurut bapak?
Jawab: Tarian yang dapat belajar lebih mendekatkan diri
kepada Allah.
3. Bagaimana kesan bapak menyaksikan Tari Sufi?
Jawab: Terus belajar dan latihan untuk istiqomah.
4. Menurut bapak, apakah ada pesan dakwah dalam keseluruhan
pertunjukkan tari sufi?
Jawab: Hikmah bagi rahmatnya Allah, dan juga mendapatkan
rahmat dari Allah.
5. Apa harapan bapak kedepannya untuk Tari Sufi ini?
Jawab: Semoga tetap terus berkembang majelis dzikir ini ke
depannya.
Jakarta, 05 April 2018
Afan Prasetyo Wibowo
Jamaah Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 13
Dokumentasi Wawancara dengan Narasumber Tari Sufi
Pondok Rumi
Gambar 1
Penulis bersama Syekh Arief
(Pemimpin Majelis Dzikir)
Gambar 2
Penulis bersama
Saudara Yuzi Nur
(Anggota dan Penari
Majelis Dzikir)
Gambar 3
Penulis bersama Saudari Nadia
(Jamaah Wanita Majelis Dzikir)
Gambar 4
Penulis bersama
Bapak Affan
(Jamaah Laki-laki
Majelis Dzikir)
LAMPIRAN 14
Dokumentasi Suasana Kegiatan Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 15
Lokasi, Laman Website, dan Laman Youtube Tari Sufi
Pondok Rumi
LAMPIRAN 16
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
SURAT PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :
Nama : Putri Ayu Silmi Afifah
NIM : 1112051000094
Jurusan/Fakultas : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Asal Kampus :UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bahwa yang bersangkutan telah melakukan penelitian guna
penyusunan skripsi mulai bulan Agustus 2017 – Oktober 2018
dengan judul “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Islam Dalam
Tari Sufi Pondok Rumi”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 07 Oktober 2018
Arief Hamdani
Pemimpin Tari Sufi Pondok Rumi
LAMPIRAN 17
Dokumentasi Sidang Munaqosyah (08 Januari 2019)