analisis semiotika film taare zameen par

85
ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR Oleh: ABDILLAH HAFIED NIM : 208051000034 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2011

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

Oleh:

ABDILLAH HAFIED

NIM : 208051000034

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2011

Page 2: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ABDILLAH HAFIED

NIM : 208051000034

Pembimbing

Dra, Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 196104221990032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 3: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR
Page 4: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Mei 2013

Abdillah Hafied

Page 5: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

i

ABSTRAK

ABDILLAH HAFIED,

Analisis Semiotika Film “Taare Zameen Par”

Setiap film yang dibuat atau diproduksi pasti menawarkan suatu pesan kepada

para penontonnya. Jika dikaitkan dengan kajian komunikasi, suatu film yang

ditawarkan harusnya memiliki efek yang sesuai dengan pesan yang diharapkan,

jangan sampai inti pesan tidak tersampaikan tapi sebaliknya efek negatif dari film

tersebut justru secara mudah diserap oleh penontonnya.

Salah satu film mendidik dan bermanfaat adalah film india yang berjudul

Taree Zameen Par, film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini adalah film edukasi

yang ditujukan kepada orang tua yang ada. Dalam film Taree Zameen Par banyak

pesan komunikasi, pendidikan dan moral yang ingin disampaikan kepada para

penonton.

Dari latar belakang masalah di atas maka timbul rumusan masalah sebagai

berikut: Bagaimana makna denotasi dalam film Taree Zameen Par? Bagaimana

makna konotasi dalam film Taree Zameen Par? Bagaimana makna mitos dalam film

Taree Zameen Par?

Landasan teori yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu teori semiotika

Roland Barthes, yaitu pesan-pesan tersusun atas seperangkat tanda untuk

menghasilkan makna tertentu. Makna tersebut bukanlah innate meaning (makna

bawaan alamiah), melainkan makna yang dihasilkan oleh sistem perbedaan atau

hubungan tanda-tanda.

Metodologi penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode

kualitatif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi

dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa makna makna denotasi pada film

Taree Zameen Par adalah adalah tentang seorang anak yang menderita penyakit

disleksia. Makna konotasinya adalah hubungan komunikasi ayah dengan keluarga

yang tidak berjalan dengan baik. Sedangkan makna mitosnya adalah gambaran dari

dinamika keluarga Asia secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan

Page 6: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

ii

sebagaimana mestinya, dan secara tradisional masih disandarkan pada jenis kelamin.

Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu

berperan sebagai isteri yang siap melayani suami dan memenuhi seluruh kebutuhan

anak, membimbing dan mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol

semua urusan anak.

Page 7: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke

Hadirat Allah SWT. Karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi

Muhammad SAW, yang senantiasa menuntun kita kejalan yang di ridhai Allah SWT.

Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan, bantuan dari semua pihak,

skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka haturan terimakasih penulis sampaikan

kepada pihakpihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komuniasi. Sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya di tengah kesibukan dan tidak bosan berhenti memberi

ide, bimbingan, nasihat, kritik, dan motivasi yang diberikan kepada penulis,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Drs. Jumroni, M.SI dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua Jurusan dan

Sekretaris Jurusab Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Almarhumah Dra. Hj. Asriati Jamil selaku ketua Kordinator Program Non

Reguler sekaligus dosen pembimbing yang selalu meluangkan banyak waktu,

tenaga dan pikiran, serta memberikan pengarahan dengan penuh kesabaran

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekretaris Program Non Reguler yang

selalu memberi dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi.

Page 8: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

iii

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teruntuk yang mulia kedua orang tuaku, Ayahanda H. Drs. Syamsuddin M.A

dan ibunda Hj. Yunelmiza, yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih, dan

sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang.

Membantu dengan segenap kemampuan dan doa-doa dalam setiap shalatnya,

doa yang selalu mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara-saaudaraku Meliza Syamsiatul Munawaroh Amd.Keb, Azwar Syarief

Amd.M, dan Habib Amiruddin Hazazi, kalian semua adalah inspirasi dalam

hidupku untuk terus menjadi Adik dan Kakak yang sukses dan dapat menjadi

inspirasi untuk kalian

9. Terima kasih penulis sampaikan sebesar-besarnya untuk Ate Dila (Rizqa

Fadilah S.Sos.I) dan Igel (Haidar Rigel Putra Anza) yang senantiasa

menghibur dalam keadaan apapun.

10. Sahabat-sahabat KPI Non-Reg 2008 terima kasih atas motivasi, doa, bantuan

dan semangat yang kalian berikan untuk penulis yang tidak tidak bisa

disebutkan satu persatu, jazakallah atas dukungannya.

Page 9: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

iv

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dan

berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi

dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik

mereka dengan balasan yang setimpal.

Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca,

khususnya mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak. Amin…

Jakarta, 27 Mei 2013

ABDILLAH HAFIED

Penulis

Page 10: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

BAB I: Pendahuluan ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 5

F. Metodologi penelitian ................................................................... 7

1. Metode Penelitian .................................................................... 7

2. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 7

3. Teknik Analisis Data ............................................................... 8

4. Objek Penelitian dan Unit Analisis .......................................... 9

5. Pedoman Penulisan .................................................................. 9

G. Kajian Teoritis .............................................................................. 9

H. Sistematika penulisan .................................................................... 11

BAB II: Tinjauan Teoretis ............................................................................... 13

A. Tinjauan Umum Tentang Film ..................................................... 13

1. Sekilas Sejarah dan Perkembangan Film ................................. 13

2. Definisi Film ............................................................................ 13

3. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ................................. 15

4. Jenis dan Klasifikasi Film ........................................................ 17

a. Jenis-jenis Film .................................................................. 17

b. Klasifikasi Film ................................................................. 18

Page 11: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

vi

5. Unsur-unsur Pembentukan Film .............................................. 20

6. Sinematografi ........................................................................... 21

7. Struktur Film ............................................................................ 23

B. Tinjauan Umum Semiotika ........................................................... 24

1. Konsep Semiotika .................................................................... 24

2. Konsep Semiotika Roland Barthes .......................................... 27

BAB III: Profil Singkat Film Taare Zameen Par ............................................ 33

A. Ringkasan Film ............................................................................. 33

B. Nominasi dan Penghargaan .......................................................... 37

BAB IV: Analisis Semiotik Film Taare Zameen Par ...................................... 41

A. Makna Denotasi dalam Film Taree Zameen Par .......................... 41

B. Makna Konotasi dalam Film Taree Zameen Par .......................... 49

C. Makna Mitos dalam Film Taree Zameen Par ............................... 56

BAB V: Penutup ................................................................................................. 61

A. Kesimpulan ................................................................................... 61

B. Saran ............................................................................................. 62

Daftar Pustaka .................................................................................................... 63

Lampiran-lampiran

Page 12: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Dialog ketika Ishaan pulang dari sekolah ...................................... 43

Gambar 1.2 : Dialog di ruang dapur ..................................................................... 44

Gambar 1.3 : Adegan saat Ishaan di tegur oleh Ibu Guru .................................... 46

Gambar 1.4 : Ishaan ketika menjawab pertanyaan guru ...................................... 46

Gambar 1.5 : Dialog Ishaan dengan ibunya ketika sedang belajar menulis ......... 48

Gambar 1.6 : Penolakan Ishaan ketika ibunya menyuruh berkonsentrasi

dalam belajar ................................................................................... 48

Gambar 2.1 : Adegan yang menggambarkan tentang karakter ayah ................... 51

Gambar 2.2 : Salah satu adegan yang menegaskan tentang pembagian peran .... 53

Gambar 2.3 : Beberapa adegan yang menjelaskan tentang potensi dan

keunikan seorang anak .................................................................... 55

Gambar 3.1 : Adegan saat kepala yayasaan menjelaskan tentang aturan

yang ada di sekolah asrama ............................................................. 59

Gambar 3.2 : Perbedaan cara pandang beberapa guru mengenai gaya

mengajar di sekolah ........................................................................ 60

Page 13: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era reformasi seperti saat ini, media komunikasi telah menjadi suatu

hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial

yang selalu berinteraksi dalam kehidupannya, manusia membutuhkan informasi

untuk menunjang proses interaksi dengan manusia lain. Informasi yang

dibutuhkan oleh manusia tersebut dapat diperoleh dari media massa yang setiap

harinya memproduksi dan menyebarluaskan informasi tersebut melalui berbagai

bentuk media informasi yang tergolong dalam media massa umum. Mulai dari

media cetak, media elektronik dan juga media online yang akhir-akhir ini menjadi

pilihan masyarakat modern karena kecepatan akses informasi yang dapat

diperoleh.

Namun, penyampaian sebuah informasi tidaklah hanya terbatas melalui

media-media umum seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Film yang

dianggap oleh banyak orang hanya sebagai media hiburan, sebenarnya adalah

salah satu media yang juga digunakan untuk menyampaikan informasi kepada

khalayak luas. Seperti yang telah terjadi pada era Perang Dunia I sampai Perang

Dunia II.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki

sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee (1965)

misalnya, meyebutkan “Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul

Page 14: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

2

di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada abad ke-19, dengan perkataan

lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar telah

dibikin lenyap. Ini berarti bahwa permulaan dari sejarahnya, film dengan lebih

mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami

unsur-unsur teknis, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi surat

kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19”.

Fim kata Oey Hong Lee mencapai puncaknya antara Perang Dunia I hingga

Perang Dunia II, namun merosot tajam setelah munculnya medium televisi.1

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi

dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.2 Film

merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya

sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi

yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat

menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai

penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.3 Film bisa disebut sebagai sinema atau

gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari

hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir

dari proses kreatifitas yang menuntut kebebasan berkreatifitas.4

Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik

diantara media komunikasi lainnya. Selain dipandangsebagai media komunikasi

1 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya 2006) h.12.

2. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008) h.

136. 3 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi, (Jakarta: Panitia hari Film

Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010), h.26. 4 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, h. 40.

Page 15: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

3

yang efektif dalam penyebarluasan ide dan gagasan, film juga merupakan media

ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan kreatifitas, dan media budaya

yang melukiskan kehidupan manusia dan kepribadian suatu bangsa. Perpaduan

kedua hal tersebut menjadikan film sebagai media yang mempunyai peranan

penting di masyarakat. Di satu sisi film dapat memperkaya kehidupan masyarakat

dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, namun di sisi lain film dapat

membahayakan masyarakat. Film yang mempunyai pesan untuk menanamkan

nilai pendidikan merupakan salah satu hal yang baik dan bermanfaat, sedangkan

film yang menampilkan nilai-nilai yang cenderung dianggap negatif oleh

masyarakat seperti kekerasan, rasialisme, diskriminasi dan sebagainya akan

membahayakan jika diserap oleh audience dan diaplikasikan dalam

kehidupannya.

Karena setiap film yang dibuat atau diproduksi pasti menawarkan suatu

pesan kepada para penontonnya. Jika dikaitkan dengan kajian komunikasi, suatu

film yang ditawarkan harusnya memiliki efek yang sesuai dan sinkron dengan

pesan yang diharapkan, jangan sampai inti pesan tidak tersampaikan tapi

sebaliknya efek negatif dari film tersebut justru secara mudah diserap oleh

penontonnya.5 Salah satu film yang mendidik dan bermanfaat adalah film india

yang berjudul Taree Zameen Par, film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini

adalah film edukasi yang ditujukan kepada seluruh orang tua yang ada diseluruh

negara yang menyaksikan film ini. Dalam film Taree Zameen Par banyak pesan

komunikasi, pendidikan dan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.

5 http:www.sinarharapan.co.id/hiburan/budaya/2002/03/4bud02.html

Page 16: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

4

Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk

mengetahui makna denotasi dan konotasi serta pesan mitos pada film Taree

Zameen Par. Karena, penonton terkadang kurang memperhatikan pesan-pesan

pada sebuah film. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita dan

visualisasi film tersebut. Padahal jika kita perhatikan secara seksama, suatu film

dapat menjadi inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat mengambil hikmah,

serta pelajaran berharga dari film tersebut, yang dapat direalisasikan dalam

kehidupan nyata.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penulis sangat tertarik untuk

mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: “ANALISIS

SEMIOTIK FILM TAARE ZAMEEN PAR.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi

permasalahan pada makna dan pesan-pesan yang terdapat pada film Taree

Zameen Par dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi dalam film Taree Zameen Par?

2. Bagaimana makna konotasi dalam film Taree Zameen Par?

3. Bagaimana makna mitos dalam film Taree Zameen Par?

C. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 17: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

5

1. Untuk mengetahui makna denotasi film Taree Zameen Par.

2. Untuk mengetahui makna konotasi film Taree Zameen Par.

3. Untuk mengetahui makna mitos dalam film Taree Zameen Par.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademisi

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah dan dapat

menambah kajian ilmu komunikasi massa melalui film, terutama untuk

Fakultas Ilmu Komunikasi khusunya Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi positif bagi para

tim produksi, sutradara dan akademisi yang mengambil bidang komunikasi

khususnya yang berminat di dunia perfilman.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang menginspirasi peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu

di antaranya:

1. “Analisis semiotik film A Mighty Heart,” oleh Risky Akmalsyah, tahun 2010,

jururan Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika

Nasional (BBN),” oleh Afaf Sholihin, 2010, Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

6

3. “Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo 2009,”

oleh Aida Islamie, 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ketiga skripsi di atas memiliki objek yang berbeda. Pada skripsi nomor

satu dan dua menggunakan objek film, sedangkan yang ketiga menggunakan

objek poster, serta terakhir menggunakan objek foto. Masing-masing

menggunakan teknik analisis Roland Barthes.

Walau dalam penelitian ini penulis merujuk pada skripsi di atas, namun

tetap ada perbedaan. Dari objek penelitian saja sudah berbeda walaupun sama-

sama meneliti film, gambar dan poster serta menggunakan teori Roland Barthes

tapi gambar-gambar yang dianalisis berbeda-beda.

Film Taree Zameen Par sengaja dipilih penulis untuk diteliti, karena

menurut penulis banyak pesan komunikasi dan edukasi yang terdapat dalam film

ini. Salah satunya adalah bentuk komunikasi dan pendidikan yang seharusnya

dilakukan dalam sistem keluarga yang kaku dan tradisional. Dan, Pesan-pesan

yang ada pada film ini bisa dijadikan hasil karya yang menarik, contohnya novel,

cerpen dan buku bahkan film. Seperti halnya film Taare Zameen Par yang

diangkat dari kisah nyata. Harapan penulis semoga penelitian ini bisa menambah

referensi penelitian film, Khususnya film-film berskala Internasional.

Page 19: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

7

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang

memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan

secara simbolis dalam film Taare Zameen Par.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif

yang menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan

tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana

signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer (penanda) dan

signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.

Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda.

Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi

tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda

bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan

menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala

alam.6

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, yaitu:

6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.127-128.

Page 20: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

8

1) Observasi, yaitu secara langsung peneliti menonton dan mengamati

dialog-dialog peradegan dalam film Taare Zameen Par. Kemudian

mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian

yang digunakan.

2) Studi dokumentasi, yakni penulis mengumpulkan data-data melalui telaah

dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian

untuk dijadikan bahan argumentasi, seperti DVD film Taree Zameen Par,

arsip, majalah, surat kabar, buku, catatan perkulihan, internet dan lain

sebaginya.

3. Teknik analisis Data

Setelah data-data terkumpul, data-data tersebut diklasifikasikan sesuai

dengan pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian,

dilakukan analisi data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland

Barthes. Yang mana Roland mengembangkan semiotik menjadi dua, yakni

denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna secara objektif untuk

memahami makna tersirat dalam film Taare Zameen Par yang menjadi objek

dalam penelitian ini.

Yaitu análisis tentang hubungan tanda dan análisis mitos. Dalam

pendekatan semiotika Barthesian ini ada tiga tahap analisis yang digunakan,

yaitu:

1) Deskripsi makna denotatif, yakni menguraikan dan memahami makna

denotatif yang disampaikan oleh sesuatu yang tampak secara nyata atau

materiil dari tanda.

Page 21: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

9

2) Identifikasi sistem hubungan tanda dan corak gejala budaya yang

dihasilkan oleh masing-masing tersebut. Ada tiga bentuk hubungan yang

dianalisis yaitu hubungan simbolik, hubungan paradigmatik, dan

hubungan sintagmatik.

3) Analisis mitos, yaitu sebuah film menciptakan mitologi dan ideologi

sebagai sistem konotasi. Apabila dalam denotasi teks mengekspresikan

makna alamiah, maka dalam level konotasi mereka menunjukkan ideologi

atau sebuah makna yang tersembunyi. Semiotika berusaha menganalisis

teks film sebagai keseluruhan struktur dan memahami makna yang

konotatif dan tersembunyi.

4. Objek Penelitian dan Unit analisis

Adapun objek penelitian ini ialah film Taare Zameen Par. Sedangkan

unit analisnya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film

Taare Zameen Par yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

5. Pedoman Penulisan

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II Tahun 2007.

G. Kajian Teoritis

Untuk mendefinisikan konstruksi dan mengungkap makna dari realitas

yang ditampakkan, penulis menggunakan pendekatan analisis semiotika dengan

Page 22: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

10

pertimbangan analisis semiotik (film) lebih memungkinkan bagi upaya

pembongkaran ideologi dalam teks dan gambar film dan menitikberatkan pada

“pesan tersembunyi” dari film.

Makna denotatif pada film adalah makna apa adanya dari film tersebut,

artinya disini makna lahir pada diri petanda atau interpretan sebagai proses

transformasi pengetahuan, isi film, secara utuh dari penanda, yaitu si pembuat

film. Makna denotatif lebih menekankan pada kedalaman untuk menceritakan

kembali isi film. Makna yang lahir secara denotatif tersebut tidak boleh terlepas

atau keluar dari apa yang tampak secara nyata pada rangkaian film secara

keseluruhan.

Sementara itu makna secara konotasi dari film adalah sebuah makna yang

tidak terlihat. Makna-makna yang hadir adalah makna secara implisit atau sebuah

makna tersembunyi dari apa yang tampak secara nyata dalam film tersebut.

Sementara itu makna secara konotasi dari film adalah sebuah makna yang

tidak terlihat. Makna-makna yang hadir adalah makna secara implisit atau sebuah

makna tersembunyi dari apa yang tampak secara nyata dalam film tersebut. Untuk

untuk mendefinisikan konstruksi dan mengungkap makna dari realitas yang

ditampakkan.

Proses interpretasi makna konotasi ini senantiasa berkaitan dengan

subjektifitas individu yang melakukan pemaknaan. Hasil pemaknaan tersebut

akan berhubungan dengan latar belakang sosial dari individu tersebut. Oleh sebab

itu bisa jadi sebuah tanda yang sama akan dimaknai secara berbeda oleh individu

dengan latar belakang sosial yang berbeda.

Page 23: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

11

Semiotika dalam penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan melalui

gagasan signifikasi dua tahap Roland Barthes. Semiotika mengasumsikan pesan

medium tersusun atas seperangkat tanda untuk menghasilkan makna tertentu.

Makna tersebut bukanlah innate meaning (makna bawaan alamiah), melainkan

makna yang dihasilkan oleh sistem perbedaan atau hubungan tanda-tanda. Barthes

menciptakan peta tentang bagaimana tanda-tanda tersebut bekerja 7

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (Lima) bab, dan

masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dibahas Latar belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat

Penelitan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, menjelaskan

Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik analisis

Data, Objek Penelitian dan Unit analisis, dan Pedoman Penulisan.

Kajian Teoritits, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoretis, yang meliputi, Tinjauan Umum Tentang Film

menjelaskan tentang Sekilas Sejarah dan Perkembangan Film,

Definisi Film, Film Sebagai Media Komunikasi Massa, Jenis dan

Klasifikasi Film, Unsur-unsur Pembentukan Film, Sinematografi

dan Struktur Film. Kemudian dilanjutkan dengan Tinjauan Umum

7 Cobley & Jansz, dalam Sobur, Semiotika Komunikasi. h. 69.

Page 24: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

12

Semiotika yang menjelaskan tentang Konsep Semiotika dan

Konsep Semiotika Roland Barthes.

BAB III : Profil Singkat Film Taare Zameen Par. Ringkasan Film dan

Nominasi serta Penghargaan.

BAB IV : Analisis Semiotik Film Taare Zameen Par. Menjelaskan,

Makna Denotasi dalam Film Taree Zameen Par, Makna Konotasi

dalam Film Taree Zameen Par dan Makna Mitos dalam Film Taree

Zameen Par

BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 25: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Film

1. Sekilas Sejarah dan Perkembangan Film

Pada awal sejarah film, para sutradara semacam Lumiere yang membuat

film hanya merekam realitas secara bersahaja seperti para pekerja yang

meninggalkan pabrik, tanpa menceritakan suatu kisah atau cerita. Sebaliknya

George Millies mengubah kenyataan yang naif ini menjadi kisah dengan

bumbu fantasi yang menarik. Film Voyage of the moon yang dibuat pada

1902, menjadi contoh klasik atas kemauan Millies menghipnotis penonton

dengan impian dan fantasi yang memukau. Kemudian ada Edwin S. Porter.

Beliau memperkaya bidang sinematografinya dengan menemukan sistem

editing sejajar (paralel editing) yang amat terkenal dalam sejarah film dunia.1

2. Definisi Film

Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai

teknologi dan unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda

dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang

1 Askurifai Baksin. Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung: Kataris, 2003), cet. Ke-1 h.

3.

Page 26: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

14

muncul sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi baik sebagai

bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonnya.2

Film disebut juga sebagai moving image (gambar gerak).3 Film dalam

pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam

pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan televisi.4

Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film atau gambar hidup merupakan

gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui

lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya tarik

tersendiri.5

Film adalah selaput seloloid yang memuat gambar negatif.6 Film juga

memiliki pengertian sebagai media untuk merekam gambar yang

menggunakan seloloid sebagai bahan dasarnya. Memiliki berbagai macam

ukuran lebar pita, seperti 16 mm dan 35 mm.7 Film mengandung dua jenis

pengkodean atau rekaman; gambar dan suara (nada). Dalam film terpadukan

tindakan, bahasa, bunyi, dan musik. Yang pertama ialah gambar yang

2 Askurifai Baksin. Membuat Film Indie Itu Gampang, h. 3.

3 John Vivian. Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8, (Jakarta: Kencana Media Group, 2008)

cet. Ke-1, h. 6. 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) cet.

Ke-6, h. 126. 5 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), cet. Ke-5, h. 48.

6 Pius A Partono dan M Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),

h. 178. 7 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: panduan dan

Pustaka Konfiden, 2008), cet. Ke-6, h. 137.

Page 27: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

15

bergerak, penyusunan “teks gambar” yang meningkatkannya menjadi media

tersendiri.8

Sedangkan menurut UU perfilman No. 8 tahun 1992, film adalah karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita

seloloid, pita video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau

proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau

ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya.9

Dapat disimpulkan bahwa film adalah bentuk media komunikasi massa

audiovisual yang mengandung unsur-unsur teknologi dan kesenian, yang

didalamnya terdapat kode-kode atau simbol-simbol yang dapat melukiskan

pesan atau ideologi dari si pembuat film.

3. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

„tengah‟, „peranta‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah

perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

8 Kurt Franz Bernhard Meier, Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparmo, (Bandung:

Remaja Karya, 1983), cet. Ke-1, h. 181 9 UU Republik Indonesia No 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. Bab I, Pasal 1, Ayat 1.

Departemen Penerangan RI.

Page 28: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

16

pesan. Televisi, film, radio, rekaman audio, foto, gambar yang diproyeksikan,

bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.10

Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang

satu arah. Kedua, selalu ada proses seleksi, misalnya setiap media memilih

khalayaknya. Dilain pihak, khalayak juga menyeleksi media. Ketiga, mampu

menjangkau khalayak secara luas. Keempat, memiliki program yang menarik

dan menyebarluaskannya kepada sasaran tertentu. Kelima, ada interaksi

tertentu yang berlangsung antara media dan masyarakat.11

Untuk memahami media dengan baik, kita harus memahami pula

lingkungan atau masyarakat dimana media (dalam hal ini film) itu berada.

Sedangkan untuk memahami sebuah masyarakat, kita harus menelaah latar

belakang, asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu,

diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologis, ilmu ekonomi, dan filsafat,

demi memahami media secara benar.12

Media massa (dalam hal ini adalah film) merupakan sarana dari

komunikasi massa. Media massa (film) menjadi sumber dominan bukan saja

individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi

masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang

juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan.13

10

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, h. 3-4. 11

Wiliam L. Rivers, Jay W. Jensen dan Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern, edisi ke-2, (Terj) oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna, (Jakarta: Prenada Media,2004), cet.

Ke-2, h. 19-20. 12

Wiliam L. Rivers, Jay W. Jensen dan Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern, h. 20. 13

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.

Page 29: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

17

Film sebagai media komunikasi massa selain berfungsi sebagai hiburan

dan informasi juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal, melalui

isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu

disampaikan. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-

nilai tertentu, seperti bias ideology atau politik dari si pembuat film tersebut.14

Film pada umumnya berfungsi untuk memberikan hiburan, informasi,

pendidikan, dan dokumentasi. Tetapi kebanyakan masyarakat menonton film

untuk mendapatkan hiburan semata.

4. Jenis dan Klasifikasi Film

a. Jenis-jenis film

Secara umum pembagian jenis film didasarkan atas cara bertuturnya,

yakni naratif (cerita) seperti film fiksi dan non-naratif (non-cerita) seperti

film dokumenter dan film eksperimental. Berikut penjelasan jenis-jenis

film:

1) Film Dokumenter, adalah film dengan penyajian fakta berhubungan

dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, danlokasi yang nyata. Film

dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan

tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan,

sosial, politik (propaganda), dan lain-lain.

2) Film Fiksi, adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar

kejadian nyata, terikat oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan

14

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, h. 22.

Page 30: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

18

yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat

hukum kausalitas. Cerita fiksi sering kali di angkat dari kejadian nyata

dengan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya

(fiksi-dokumenter).

3) Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak berplot.

Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti naratif) dan semua

adegannya menentang logika sebab akibat (anti-rasionalitas).15

b. Klasifikasi film

Menurut Himawan pratista dalam buku Memahami Film, metode yang

paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasikan film adalah

berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki

karakter atau pola yang sama sebagai berikut:

1) Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan fisik, seru,

meneganggkan, berbahaya, dan nonstop dengan tempo cerita yang

cepat.

2) Drama, yaitu film yang kisahnya sering kali menggugah emosi,

dramatik, dan mampu mengundang air mata penontonnya. Pada

umumnya tema mengangkat tema isu-isu sosial, seperti kekerasan,

ketidakadilan, masalah kejiwaan, penyakit, dan sebagainya.

15

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. Ke-1, h.

4-8.

Page 31: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

19

3) Epik Sejarah, yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah)

dengan latar belakang sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh besar

yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblikal.

4) Fantasi, ialah film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa, dan

karakter yang tidak nyata, dengan menggunakanunsur magis, mitos,

imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.

5) Fiksi Ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan

kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang artifisial.

6) Horor, yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atau sisi

gelap manusia. Biasanya menggunakan karakter antagonis non-

manusia yang berwujud fisik menyeramkan.

7) Komedi, yaitu jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa

penontonya. Biasanya memiliki ending cerita yang memuaskan

penontonnya (happy ending).

8) Krimunal dan Gangster, yaitu film yang berhubungan dengan aksi

kriminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar

yang diinspirasi dari kisah nyata.

9) Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari,

serta gerak (koreografi).

10) Petualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi,

atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.

Page 32: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

20

11) Perang, yaitu film yang mengangkat tema kengerian serta teror yang

ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan, dan

perjuangan.

12) Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik dan

jahat berisi aksi bsaku tembak, aksi berkuda, dan aksi duel. 16

5. Unsur-unsur Pembentukan Film

Film secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur pembentuk, yakni

unsur naratif dan unsur senematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi

dan berkesinambungan satu sama lain. Unsur naratif adalah materi yang di

olah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, terdiri dari unsur-unsur

seperti: tokoh, masalah, konflik, lokasi, dan waktu. Sedangkan unsur

sinematik adalah cara untuk mengolahnya. Dalam film cerita unsur naratif

adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau

gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.

Unsur sinematik erdiri dari empat elemen pokok, yaitu:

a) Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera.

b) Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta

hubungan kamera dengan obyek yangdi ambil.

c) Editing, yaitu transisi sebuah gambar ke gambar lainnya.

d) Suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui

indera pendengaran.

16

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 13-20.

Page 33: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

21

Film juga mengandung unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik dalam

istilah lain disebut dramaturgi, yakni unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya, antara

lain: konflik, suspense, curiosity, dan surprise. Konflik adalah sesuatu

pertentangan yang terjadi dalam sebuah film misalnya, pertentangan antar

tokoh. Suspense adalah ketegangan yang dapat menggiring penonton ikut

berdebar menantikan adegan selanjutnya. Coriosity adalah rasa ingin tahu atau

penasaran penonton terhadap jalannya cerita sehingga penonton terus

mengikuti alur film sampai selesai. Surprise adalah kejutan. Kejutan ini

biasanya digunakan pada alur film yang sulit ditebak.17

6. Sinematografi

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah

tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap

inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum dapat

dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi

gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan

melalui kamera dan persediaan filmnya, seperti warna, penggunaan lensa,

kecepatan gerak gambar, dan sebagainya.

Framing adalah hubungan kamera dengan obyek yang akan diambil,

seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan

17

Elizabet Luters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet. Ke-3 h.

100-103.

Page 34: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

22

kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah

obyek diambil gambarnya oleh kamera.18

Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam

sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of shot), yaitu:

a. Extrem long shot, yaitu jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya.

Wujud manusia nyaris tidak nampak. Teknik ini umumnya untuk

menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

b. Long shot, yaitu sosok manusia telah tampak jelas namun latar belakang

masih dominan. Long shot sering sekali digunakan sebagai establising

shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak

lebih dekat.

c. Medium Long shot, yaitu tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai

ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan relatif seimbang.

d. Medium shot, yaitu pada jarak ini memperlihatkan dari bawah pinggang

ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai

dominan dalam frame.

e. Medium close-up, pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada

ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak

lagi dominan. Adegan percakapan normal biasannya menggunakan jarak

medium close up.

f. Close up, umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah

objek kecil lainnya. Teknik ini mempu memperlihatkan ekspresi wajah

18

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 89.

Page 35: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

23

dengan jelas serta gestur yang mendetail. Close-up biasannya di gunakan

untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga emperlihatkan sangat

mendetail sebuah benda atau obyek.

g. Ektreme close-up, pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih

mendetilebagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau

bagian dari sebuah obyek.

7. Struktur Film

Seperti halnya sebuah karya literatur yang dapat dipecah menjadi bab

(chapter), alinea, dan kalimat, film jenis apapun, panjang atau pendek, juga

memiliki struktur fisik. Secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi unsur-

unsur sebagai berikut:19

a. Shot merupakan unsur terkecil dari film, yakni proses perekaman gambar

atau perekaman gambar (satu kali take) sejak kamera diaktifkan (on)

hingga di matikan (off). Dalam novel, shot bisa diibaratkan satu kalimat.

Sekumpulan shot biasannya dapat di kelompokkan menjadi subuah

adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu

shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.

b. Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,

waktu isi (cerita), tema, karakter, atau motif, satu adegan umumnya terdiri

19

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

Page 36: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

24

dari beberapa shot yang saling berhubungan, biasannya film cerita terdiri

30-50 adegan.

c. Sequence (sekuen) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu

rangkaian peristiwa yang utuh atau sequence adalah sebuah rangkaian

adegan.20

Satu sequence umumnya terdiri dari beberapa adegan yang

saling berhubungan. Dalam karya literatur, sequence bisa diibaratkan bab

atau sekumpulan bab. Film cerita biasannya terdiri dari 8-15 sequence.

B. Tinjauan Umum Semiotika

1. Konsep Semiotika

Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu

yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di eropa sedangkan

semiotika lazim dipakai oleh ilmuan Amerika. Istilah yang berasal dari kata

yunani yaitu semeion yang berarti „tanda‟ atau „sign‟ dalam bahasa Inggris itu

adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan

sebagainya.

Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika

mempelajari sistem-sistem, atau aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang

mungkin tanda-tanda tersebut mempunyai arti.21

Dalam pengertian yang

hampir sama disebutkan bahwa semiotika adalah bagaimana bentuk-bentuk

20

Heru Effendy, Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Pustaka

Konfiden, 2008) cet. Ke-6, h 149. 21

Rachmat Kristianto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Ed I, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2006), cet ke-2 h. 261.

Page 37: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

25

simbolik diinterpretasikan. Kejadian ilmiah mengenai pembentukan makna.

secara subtansial, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia

symbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa

(verbal), sementara itu bahasa merupakan dunia simbolik.22

Semiotik seperti yang kita kenal dapat di katakan baru karena berkembang

sejak awal abad ke-20, memang pada abad ke-18 dan ke-19 banyak ahli teks

(khususnya jerman) berusaha mengurai barbagai masalah yang berkaitan

dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotis.

Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam

Course in General Linguistic, sebagai “ilmu yang mengkaji tanda sebagai

bagian dari kehidupan sosial. Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes

adalah ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang

terpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak hannya meneliti mengenai

signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, tanda

yang berhubungan secara keseluruhan.23

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de

Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Kedua tokoh

tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal

satu sama lain. Saussure di eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar

22

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 140. 23

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, h. 123.

Page 38: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

26

belakang keilmun Saussure adalah linguistik sedangkan Pirce filsafat.

Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiiology).

Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya diadikan dasar bagi

penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda menurut Ferdinand de

Saussure dan Charles Sanders Peirce filsuf sekaligus ahli logika. Berapa

konsep dasar dari pemikiran Saussure dan juga pengikutnya, termsuk Barthes,

yaitu:

1) A signifier (significant) – forma atau citra tanda tersebut, misalnya: tulisan

di kertas, atau suara di udara. Kata lain, wujud fisik dari tanda.

2) The signified (signifie) – konsep yang direpresentasikan atau konsep

mental.

Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Tanda

adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau

petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna”

atau “coretan yang bermakna.24

Semetara itu Charles Shanders Peirce dikenal dengan teori segitiga makna

nya (triagle meaning). Berdasarkan teori tersebut, simiotika berangkat dari

tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda (object),

pengguna tanda (interpretant). Menurut Peirce. Salah satu bentuk tanda

adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatau yang rujuk tanda. Sementara

interpretan adalah tanda yang ada di benak seseorang tentang objek yang di

24

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada

Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008). h. 11.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

27

rujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam benak

seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang di wakili oleh tanda

tersebut.

2. Konsep Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang

mempraktikkan model linguistic dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat

bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari

suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes membahas sistem

pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada

sebelumnya. Menurut Barthes, sistem kedua ini disebut sebagai konotatif,

yang secara tegas dibedakan dari denotatif atau system pemaknaan tataran

pertama. Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertanda (staggered

system) yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga

bertingkat-tingkat, yaitu denotasi dan konotatif.25

Denotasi adalah tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan antara

penanda dan petanda, atau aturan dan rujukannya pada realitas, yang

menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi

dalam hal ini adalah makna yang tampak. Konotasi adalah tingkat petanda

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya

beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya

25

Tommy Cristomy dan Untung Yuwono (ed.), Semiotika Budaya, (Jakarta: PPKB-LPUI,

2004), h. 94.

Page 40: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

28

terbuka berbagai kemungkinan). Barthes menciptakan makna lapis kedua,

yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis,

seperti perasaan, emosi, dan keyakinan. Konotasi dapat menghasilkan makna

Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, tetapi lebih

bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang berkaitan dengan mitos.

Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan

nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang

dianggap alamiah. Tingkatan tanda dan makna Barthes dapat digambarkan

dalam bagan berikut ini:

Bagan 1: Tingkatan Tanda dan Makna Barthes26

1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)

3. .Denotative sign (tanda denotatif)

4. Connotative signifier

(penanda konotatif)

5. Connotative Signified

(petanda konotatif)

6. Connotative sign (tanda

konotatif)

Bagan 2: Peta Tanda dan Makna Barthes27

26

Tommy Cristomy dan Untung Yuwono (ed.), Semiotika Budaya, h. 95. 27

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, h. 69.

Tanda Konotasi (Kode) Denotasi Mitos

Page 41: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

29

Dari peta Barthes tersebut dapat terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri

atas penanda (1) dan petanda (2) namun pada saat bersamaan, tanda denotatif

adalah juga penanda konotatif (4). Dalam konsep Barthes, tanda konotatif

tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua

bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Dibukanya tanda pemaknaan konotatif ini memungkinkan pembicaraan

tentang metafora dan gaya kiasan lainnya yang hanya bermakna apabila

dipahami pada tataran konotatif. Roland Barthes, membuat sebuah model

sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian

Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of

significations) seperti terlihat pada bagan di bawah ini:

Bagan 3: signifikasi dua tahap Roland Barthes28

28

John Fiske dalam Sobur, Analisis Teks Media, h. 127.

Page 42: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

30

Berdasarkan gambar di atas Barthes, seperti dikutip Fiske, signifikasi

tahap pertama merupakan hubungan signifier dan signified di dalam sebuah

tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu

makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan

Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan

interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari

pembaca serta nilai-nilai kebudayannya. Dengan kata lain, denotasi adalah apa

yang digambarkan tanda terhadap suatu objek. Sedangkan konotasi adalah

bagaimana menggambarkannya.

Barthes menjelaskan tahap kedua dari signifikasinya, pada signifikasi

tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos

(myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami

beberapa aspek realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial

yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya, mengenai

hidup dan mati, manusia dan dewa dan sebagainya. Sedangkan mitos masa

kini misalnya mengenai feminitas dan maskulinitas, ilmu pengetahuan dan

kesuksesan.

Lebih lanjut, menurut Barthes, mitos terletak pada sistem tanda tingkat

dua penandaan. Setelah sistem tanda-penanda-petanda terbentuk, tanda

tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudia memiliki petanda kedua

dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan pertama adalah bahasa,

sedang konstruksi penandaan kedua merupakan mitos. Konstruksi penandaan

tingkat kedua ini dipahami Barthes sebagai metabahasa.

Page 43: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

31

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang

disebutnya sebagai “mitos”, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu

periode tertentu.29

Dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,

petanda, dan tanda. Namun sebagai sebuah sistem yang unik, mitos dibangun

oleh suatu mata rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya, atau dengan

kata lain, mitos adalah juga suatu sisetem pemaknaan tataran kedua. Di dalam

mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Imperialisme

Inggris misalnya, ditandai oleh berbagai ragam penanda, seperti teh (yang

menjadi minuman wajib bangsa Inggris, namun di negeri itu tidak ada satu

pun pohon the yang ditanam), bendera Union Jack yang lengan-lengannya

menyebar ke delapan penjuru, bahasa Inggris yang kini telah

menginternasional. Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya

daripada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah

konsep secara berulang-ulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mitologi

mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam

wujud berbagai bentuk tersebut.30

Seperti halnya Marx, Barthes juga

memahami ideologi sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di

dunia yang imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya

tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada. Kebudayaan

mewujudkan dirinya di dalam teks-teks, dan dengan demikian, ideologi pun

29

Kaelan, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, (Yogyakarta: PARADIGMA,

2009), h. 206. 30

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 71

Page 44: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

32

mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam

teks dalam bentuk penanda-penanda pentingm seperti tokoh, latar, sudut

pandang dan lain-lain.31

31

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 64-70.

Page 45: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

33

BAB III

PROFIL SINGKAT

FILM TAARE ZAMEEN PAR

तारेज़मीनपर

A. Ringkasan Film

Film Taare Zameen Par – untuk versi luarnya judul film ini adalah Like Stars

on Earth/ bintang di bumi – dirilis pada 21 Desember 2007, sedangkan untuk

DVDnya dirilis pada 25 Juli, 2008. Film ini disutradarai langsung oleh Aamir

Khan. Film ini sangat cocok untuk ditonton oleh anak-anak dan keluarga, karena

film ini mengajarkan tentang komunikasi dan pendidikan yang baik.

Film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang bernama Ishaan

Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary). Seorang anak berumur sembilan tahun

yang menderita penyakit disleksia, yaitu susah untuk menangkap perintah dan

kata-kata orang lain. Setiap kata-kata dan tulisan yang dilihatnya, seolah-olah

tulisannya itu seperti menari-nari.1 Ayahnya bernama Nandkishore Awasthi

(Vipin Sharma) sedangkan Ibunya bernama Maya Awashi (Tisca Chopra) dan

kakaknya bernama Yohaan Awasthi (Sachet Engineer).

1 tetapi perlu diperhatikan juga, kalau penyebabnya karena retardasi mental, tidak diajar

membaca, tidak mendapat kesempatan belajar atau ada penyakit fisik tidak termasuk dalam disleksia,

http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/disleksia.pdf, lihat juga Pusat Kurikulum Badan

Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Model Kurikulum Bagi

Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar dari www.puskur.net/download/prod2007/13_model

kesulitan belajar. pdf.

Page 46: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

34

Meskipun sudah berusia sembilan tahun Ishaan masih duduk dibangku

kelas 3, sebab nilai-nilai sekolah Ishaan sangat buruk dan tidak mengalami

peningkatan selama 2 tahun. Sehingga bagi Ishaan sekolah merupakan tempat

yang menakutkan, karena disana dia dijadikan bahan ejekan oleh guru dan teman-

temannya atas ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran. Gurunya sering

memarahinya karena dia mempunyai kekurangan tersebut. Akan tetapi, dibalik

ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran, Ishaan memiliki imajinasi yang

tinggi dan berbakat dalam bidang seni, terutama seni lukis.

Di rumah pun dia tertekan oleh orang tua, terutama oleh ayahnya yang

selalu beranggapan bahwa Ishaan anak yang nakal. Hal ini justru berbeda dengan

kakaknya (Yohaan) yang selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya dan selalu

menuruti perintah dari kedua orang tuanya. Sehingga Ayahnya selalu

membanding-bandingkan dia dengan kakaknya, ayahnya selalu menekan dia

untuk selalu belajar sesuai dengan orang normal yang lainnya. Ketika dia salah

ayahnya selalu memarahinya. ayahnya tidak tahu kondisi yang terjadi kepadanya.

Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun sering merasa kebingungan dalam

mengajari Ishaan ketika di rumah. Ishaan selalu melakukan kesalahan yang serupa

baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan

keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan

sangat mudah, sedangkan Ishaan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping

itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian,

berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan oleh guru.

Page 47: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

35

Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Ishaan, kemudian

ayahnya mengirimkan Ishaan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari rumah.

Ketika mengetahui niat itu, Ishaan menunjukkan sikap berontak kepada ayahnya.

Dia juga meminta tolong kepada ibunya, agar ayahnya mengurungkan niatnya itu.

Usaha yang dilakukan oleh Ishaan tidak membuat niat ayahnya berubah, Iapun

tetap dibawa ke asrama dan berpisah dengan keluarganya.

Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang

diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut.

Anggapan itu kemudian diperkuat dengan sikap dan gaya mengajar guru di

sekolah yang cenderung keras dengan alasan demi menegakkan kedisiplinan

siswa. Suasana kelas dan kegiatan asrama sama sekali tidak dapat dinikmati oleh

Ishan, dan semua guru tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh. Berbagai

hukumanpun diterima sebagai bentuk konsekuensinya. Ishaan diselimuti oleh

ketakutan dan kesedihan yang dalam, sehingga membuat dia tidak bersemangat

dan tidak mau melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi

aktifitas yang Ia gemari.

Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni pengganti yang

bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Ram mempunyai cara mendidik

yang baru, tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam

mendidik anak-anak. Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, di

luar empat dinding kelas dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon

dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Sebab itulah, Ram mencoba

mengamati dan mencari tahu masalah yang dihadapi oleh Ishaan, termasuk juga

Page 48: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

36

tanggapan orang tua tentang keadaannya, akhirnya dia mengetahui bahwa Ishaan

adalah anak yang mengalami Disleksia. Walaupun pada awalnya kedua orangtua

Ishaan tidak menerima apa yang telah dikatakan oleh Ram, namun setelah Ram

menunjukan hasil lukisan Ishaan, baru mereka menyadari bahwa yang diutarakan

oleh Ram tersebut adalah benar. Ram terkejut melihat semua hasil karya Ishaan

yang ternyata bakat Ishaan sangat luar biasa, imajinasi seorang anak seperti

Ishaan dicurahkan kepada gambar-gambar dan lukisan-lukisan yang sangat indah.

Ram pun mengerti apa yang harus dia lakukan terhadap Ishaan.

Ram kemudian menjelaskan kepada kedua orang tua dan guru lainnya,

bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan

bakat sendiri. Berkat waktu, kesabaran dan perawatan, Ram berhasil dalam

mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi

masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaannya yang hilang, serta

mau kembali aktif dalam menuangkan imajiansinya dalam lukisan-lukisan yang

selama ini menjadi dunianya. Sedikit demi sedikit Ram mengajari Ishaan menulis,

membaca dan berhitung. Akhirnya, Ishaan pun dapat membaca menulis juga

berhitung seperti teman-temannya. Dan dalam sebuah perlombaan melukis yang

diadakan oleh Ram, Ishaan mendapatkan juara 1, mengalahkan Ram sendiri.

Orang tua, guru-guru dan orang-orang disekitar Ishaan menyadari bahwa Ishaan

bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat seni

yang luar biasa. Akhirnya Ishaan menjadi anak yang periang dan bisa bergaul

dengan teman-teman lainnya.

Page 49: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

37

Film ini disutradarai langsung oleh Aamir Khan. Pesan yang ingin

disampaikan Aamir Khan (sutradara) dalam kisah ini setiap anak adalah

pahlawan. Selain itu membantu kita melihat seorang anak dalam diri kita sendiri.

Tidak ada manusia yang sempurna tak peduli apa posisi dia dalam masyarakat.

Setiap anak dengan kemampuan mereka adalah khusus dan berbakat dengan cara

mereka sendiri. Film ini bukan hanya tentang penderitaan anak disleksia tetapi

juga tentang bagaimana orangtua terbawa oleh perkembangan dunia saat ini dan

gagal untuk memahami mimpi anak mereka serta mengembangkan bakat bawaan

mereka.

Selama proses pendidikan dan kehidupan, biarkan menjadi diri sendiri.

Jangan menjadikan kesuksesan dan posisi dalam masyarakat menjadi patokan.

Biarkan berkarya sesuai dengan dirinya sendiri, karena bakat dan kemampuan

seseorang itu berbeda-beda. Selain itu, orang tua harus tahu kondisi

perkembangan anaknya. Dengan selalu berinterkasi dan berkomunikasi dengan

anaknya. Sehingga orangtua memahami dan mengetahui apa kemampuan dan

bakat yang dimiliki oleh si anak.

B. Nominasi dan Penghargaan

1. 2008 Filmfare Awards2

1) Pemenang : Best Movie - Aamir Khan (producer)

2) Pemenang : Best Director - Aamir Khan

2 http://www.southdreamz.com/2008/02/53rd-filmfare-awards-2008-winners-list.html, lihat

juga http://www.awardsandshows.com/features/filmfare-awards-2008-65.html (diakses 10 Mei 2013).

Page 50: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

38

3) Pemenang : Best Story - Amole Gupte

4) Pemenang : Critics Award Best Performance - DarsheelSafary

5) Pemenang : Best Lyricist - Prasoon Joshi

6) Nominasi : Best actor in a leading role (male) - DarsheelSafary

7) Nominasi : Best actor in a supporting role (male) - Aamir Khan

8) Nominasi : Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra

2. 2008 Star Screen Awards3

1) Pemenang : Best Director - Aamir Khan (shared with Shimit Amin for

Chak De India)

2) Pemenang : Best Debut Director - Aamir Khan

3) Pemenang : Best Supporting Actor - Aamir Khan

4) Pemenang : Special Jury Award - DarsheelSafary

5) Pemenang : Best Child Artist - DarsheelSafary

6) Pemenang : Best Story - Amole Gupte

7) Pemenang : Best Dialogue - Amole Gupte

8) Pemenang : Best Lyricist - Prasoon Joshi

9) Nominasi : Best film

10) Nominasi : Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra

11) Nominasi : Best playback singer (male) - Shankar Mahadevan (title song

and Maa)

12) Nominasi : Best background music - Shankar-Ehsaan-Loy

3 http://www.awardsandshows.com/features/star-screen-awards-2008-135.html (diakses 10

Mei 2013).

Page 51: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

39

13) Nominasi : Best music - Shankar-Ehsaan-Loy

14) Nominasi : Best screenplay - Amole Gupte

15) Nominasi : Best special effects - Tata Elxsi

3. 2008 V. Shantaram Awards4

1) Pemenang : Best Film (Gold)

2) Pemenang : Best Director (Silver) - Aamir Khan

3) Pemenang : Best Actor in a lead role - DarsheelSafary

4) Pemenang : Best Writer - Amole Gupte

5) Nominasi : Best artist in a supporting role - Tisca Chopra

6) Nominasi : Best music - Shankar-Ehsaan-Loy

7) Nominasi : Best debut director - Aamir Khan

8) Nominasi : Best debut artist in a leading role - DarsheelSafary

4. 2008 Zee Cine Awards5

1) Pemenang : Zee Cine Award for Best Director - Aamir Khan

2) Pemenang : Zee Cine Award for Most Promising Director - Aamir Khan

3) Pemenang : Zee Cine Award for Best Lyricist - Prasoon Joshi, Maa

4) Pemenang : Zee Cine Award - Critics' Choice Best Actor - DarsheelSafary

5) Pemenang : Most Promising Debut (Child Artiste) - DarsheelSafary

6) Pemenang : Zee Cine Award for Best Story - Amole Gupte

4. http://www.bharatstudent.com/cafebharat/photo_gallery_2-Hindi-Events-

V_Shantaram_Awards_2008-photo-galleries-1,8,2974.php, lihat juga http://www.mid-

day.com/entertainment/2008/dec/271208-Taare-Zameen-Par-wins-V-Shantaram-award.htm (diakses

11 Mei 2013). 5 http://www.indicine.com/movies/bollywood/zee-cine-award-winners-2007-08/,

http://www.whereincity.com/movies/bollywood/zee-cine-awards-2008.php, http://www.india-

forums.com/forum_posts.asp?TID=923281, http://www.awardsandshows.com/features/zee-cine-

awards-2008-472.html (diakses 11 Mei 2013).

Page 52: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

40

7) Nominasi : Best film

8) Nominasi : Best actor in a supporting role (male) - Aamir Khan

9) Nominasi : Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra

5. 2009

1) 2009 Academy Awards Best Foreign Film Submission6

6 http://www.oscars.org/press/pressreleases/2008/08.10.17.html, (diakses 12 Mei 2013).

Page 53: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

41

BAB IV

ANALISIS SEMIOTIK FILM TAARE ZAMEEN PAR

A. Makna Denotasi dalam Film Taree Zameen Par

Secara sederhana makna denotasi dapat dikatakan makna yang paling

harfiah dan berada pada signifikasi tingkat pertama. Pada film Taare Zameen Par,

dengan demikian, makna denotasinya adalah “seorang anak yang menderita

penyakit disleksia.” Sebelum penulis menganalisis makna denotasi pada film

Taare Zameen Par. Penulis ingin menjelaskan beberapa gejala dan tanda bahwa

seorang anak menderita penyakit disleksia, yaitu:1

1. Kesulitan mengucapkan kata atau mengeja.

2. Tidak sinkron dalam membunyikan ejaan.

3. Kesulitan mempelajari huruf, angka dan sesuatu yang berurutan seperti nama

hari.

4. Kesulitan membaca jam.

5. Kesulitan menulis.

6. Daya ingat rendah.

7. Kesulitan menjelaskan hal-hal yg bersifat abstrak.

8. Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat.

9. Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang

bersamaan.

1 Endah dan Ghozali W. Kesukaran Pelajar, Cermin Dunia Kedokteran No. 35 (1984). h. 40-

45.

Page 54: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

42

10. Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk “was”)

Berdasarkan gejala dan tanda di atas, dalam alur cerita film Taare Zameen

Par, terdapat beberapa dialog yang menunjukkan penanda dan petanda seorang

anak yang menderita penyakit disleksia. Beberapa dialog tersebut dapat menjadi

denotasi dalam tingkatan pertama dari sistem tanda seorang anak yang menderita

penyakit disleksia. Beberapa dialog tersebut seperti di bawah ini:2

Dialog Ishaan dengan Ibunya (menit ke 00.09.56 sampai menit ke

00.10.03).

“Masuk dan bersihkan badanmu…

Simpan Tas di kamarmu...

di atas tempat tidur!”

2 Dialog-dialog ini di kutip secara langsung dari film Taare Zameen Par.

Page 55: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

43

Gambar 1.1 Dialog ketika Ishaan pulang dari sekolah

Dialog ini terjadi ketika Ishaan pulang dari sekolah dengan kondisi baju

yang kotor. Karena sebelumnya Ishaan bermain di selokan yang ada di halaman

sekolah untuk mengambil ikan yang ada di dalamnya. Melihat kondisi Ishaan

yang demikian, maka ibunya segera menyuruh Ishaan untuk segera

membersihkan badannya. Mendengar perintah ibunya tersebut Ishaan segera

menuju ke dapur untuk membersihkan dirinya. Namun ketika melihat Ishaan

menuju ke dapur dengan tas yang masih menempel dibadannya. Maka ibunya pun

segera menyuruh Ishaan untuk segera menaruh tasnya tersebut ke dalam

kamarnya. Pada adegan di atas Ishaan memang segera menuju kamar untuk

menaruh tasnya. Akan tetapi tas tersebut tidak diletakkan pada tempat yang benar,

yaitu di atas tempat tidurnya.

Dialog Ishaan dengan ibunya kemudian berlanjut di ruang dapur (menit

00.10.29 sampai dengan menit 00.10.52),

“Cuci tanganmu dulu

Taruh!!!

Taruh!!!

Apa yang kamu lakukan di sekolah?

Lihat di tanganmu, lihat wajahmu”

Page 56: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

44

Gambar 1.2 Dialog di ruang dapur

Pada adegan di atas ibu sangat marah kepada Ishaan. Karena melihat

Ishaan memakan roti yang ada di dapur tanpa membersihkan tangan dan wajah

terlebih dahulu. Dan, saat dialog-dialog di atas terjadi, Ishaan memperlihatkan

wajah yang bingung karena harus menerima beberbagai macam perintah dan

instruksi lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan. Sebab seorang yang

menderita penyakit disleksia sulit dalam memahami secara utuh instruksi yang

cepat. Apalagi instruksi tersebut lebih dari satu dan pada waktu yang bersamaan.

Dialog antara Ishaan dengan gurunya, ketika sedang mempelajari kata

sifat (menit 00.22.28 sampai menit 00.24.54).

Page 57: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

45

“...Lanjutkan ke halaman 38, bab 4, paragraf 3.

Kita akan menandai kata sifat hari ini.

Itu berlaku juga bagi kamu, Ishaan Awasthi...!

Halaman 38, bab 4, paragraf 3.

Bisakah kau memperhatian saya, Ishaan?

Aku katakan, buka halaman 38, bab 4, ayat 3.

Baca kalimat pertama dan tunjukkan kata sifat.

Halaman 38, lshaan!

Coba Adit Lamba, bantu dia!”

Page 58: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

46

Gambar 1.3 Adegan saat Ishaan di tegur oleh Ibu Guru

Saat dialog ini berlangsung Ishaan sedang melihat pemandangan yang ada

di luar kelas melalui jendela kelas. Padahal gurunya sedang menjelaskan pelajaran

tentang kata sifat. Dan, ketika gurunya melihat Ishaan tidak memperhatikan

pelajaran, maka gurunya segera menegur Ishaan, serta memberikan perintah untuk

membaca pelajaran yang sedang dipelajari.

Mengetahui hal tersebut Ishaan hanya bisa memperlihatkan wajah yang

bingung. Karena Ishaan memiliki sebuah kesulitan dalam mengucapkan kata atau

mengeja, tidak sinkron dalam membunyikan ejaan, kesulitan mempelajari huruf,

angka dan sesuatu yang berurutan seperti nama hari. Oleh sebab itu Ishaan

mengatakan kepada gurunya bahwa “mereka… (huruf-huruf yang ada dalam

kalimat tersebut)... Menari. Huruf-huruf itu menari.”

Gambar 1.4 Ishaan ketika menjawab pertanyaan guru

Page 59: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

47

Dialog Ishaan dengan ibunya ketika sedang belajar menulis (menit

00.34.27 sampai menit 00.35.23).

“Selesai? Sini ku periksa.

Tulisan apa ini??

Apa ini?

Setiap ejaannya salah?

Tabel kamu ganti “Tabl” dan “Tabel”???

Kata “THE” kamu ganti menjadi huruf “D”..?

Apa ini? Berapa kali kamu mengulangi ini?

Baru kemarin kamu mempelajarinya.

Bagaimana kamu bisa lupa begitu cepat?

Cukup main-main...!! Kamu akan gagal lagi tahun ini.”

Page 60: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

48

Gambar 1.5 Dialog Ishaan dengan ibunya ketika sedang belajar menulis

Dalam dialog di atas terlihat sekali kalau Ishaan mengalami kesulitan

dalam menulis dan memiliki daya ingat rendah. Hal ini mengakibatkan Ishaan

sering salah dalam menuliskan ejaan dan huruf. Oleh karena itu Ishaan hanya bisa

menjawab berbagai macam pertanyaan ibunya dengan kalimat “tidak”.

Gambar 1.6 Penolakan Ishaan ketika ibunya

menyuruh berkonsentrasi dalam belajar

Sebenarnya masih banyak cerita dalam film Taare Zameen Par yang

menggambarkan bahwa Ishaan memiliki penyakit disleksia. Tetapi disini penulis

Page 61: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

49

hanya menampilkan beberapa adegan dialog saja. Karena menurut hemat penulis

beberapa adegan dialog di atas sudah bisa mewakili pertanda dan penanda makna

denotasi dalam film Taare Zameen Par.

Hal ini sesuai dengan ungkapan, makna denotasi merupakan makna dari

sebuah kata yang tidak mengandung arti atau perasaan tambahan. Pada saat

seseorang hanya ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, khususnya

dalam bidang ilmiah, maka kata-kata yang digunakan cenderung yang bersifat

denotasi. Karena tujuan utama dari penyampaian informasi tersebut adalah

pengarahan yang jelas terhadap fakta tanpa adanya interpretasi tambahan. Selain

itu makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, yang pertama adalah

relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan yang

kedua adalah relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari

barang yang diwakilinya.

B. Makna Konotasi dalam Film Taree Zameen Par

Konotasi atau makna konotasi disebut juga makna konotasional, makna

emotif, atau makna evaluatif. Makna konotasi adalah suatu jenis makna dimana

stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotasi sebagian

terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-

tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang

Page 62: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

50

dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang

sama.3

Makna konotasi merupakan makna yang mengandung arti tambahan,

perasaan, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Dalam

memilih kata-kata konotasi untuk digunakan bukanlah suatu hal yang mudah,

tidak sama seperti dalam memilih kata-kata yang bersifat denotasi. Pengetahuan

akan pilihan kata yang tepat sangatlah diperlukan, oleh karena itu pilihan kata

atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotasi.

Apabila sebuah kata mengandung konotasi yang salah, seperti contohnya kata

kurus-kering digunakan untuk menggantikan kata ramping dalam sebuah konteks

yang saling melengkapi, maka kesalahan semacam itu mudah diketahui dan

diperbaiki.4

Konotasi pada dasarnya timbul karena masalah hubungan sosial atau

hubungan interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Oleh karena

itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotasi saja.

Berdasarkan hal tersebut, makna konotasi yang ada pada film Taare Zameen Par

adalah “hubungan komunikasi ayah dengan keluarga yang tidak berjalan dengan

baik.” Sebab pada film Taare Zameen Par, penulis melihat kurangnya keterlibatan

ayah dalam membimbing dan berkomunikasi dengan anak-anak. Sebagaimana

diungkapkan oleh Allen dan Daly dalam Sri Muliati, keterlibatan ayah lebih dari

sekedar melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka. Tetapi juga

3 Keraf Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 29.

4 Keraf Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa, h. 29.

Page 63: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

51

memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, dapat memahami, dan

menerima anak-anak mereka. Sehingga membuat anak menjadi dekat dan

nyaman jika bersama sang ayah. Oleh sebab itu keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian.5

Sedangkan dalam film Taare Zameen Par, sosok ayah digambarkan

sebagai pihak yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memiliki harapan yang

tinggi untuk kedua anaknya. Selain itu, ayah juga digambarkan sebagai sosok

pribadi yang tegas, keras, dan cukup ringan tangan ketika berhadapan dengan

masalah-masalah yang dihadapi oleh anak.

Gambar 2.1 Adegan yang menggambarkan tentang karakter ayah

5 Sri Muliati Abdullah, Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Paternal Involvement):

Sebuah Tinjauan Teoritis, (Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta, tt), h. 1.

Page 64: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

52

Sikap semacam inilah yang menurut penulis, menyebabkan anggota

keluarga lain seperti; Ibunya (Maya), Yohan dan Ishaan kurang dapat

mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.6

Berdasarkan hal di atas, peran-peran anggota keluarga dalam film Taare

Zameen Par menggambarkan dimensi psikologis peran laki-laki dan perempuan

secara tradisional. Pembagian peran itulah yang pada akhirnya menghalangi

keluarga berfungsi secara baik, karena adanya halangan-halangan yang dihadapi

oleh masing-masing subsistem untuk mengembangkan potensinya. Berikut ini

adalah peran suami dan isteri (laki-laki dan perempuan) secara tradisional:7

1. Peran isteri; berorientasi rumah dan anak, hangat dan penuh kasih sayang,

peka dengan perasaaan anggota keluarga, perhatian dan bijaksana, emosional,

lemah (rapuh), penurut dan cenderung tergantung dengan apa yang

diungkapkan oleh suami.

2. Peran suami: ambisius, kompetitif, kurang berperasaan, tangguh, dominan

dalam menentukan dan membuat keputusan, kasar (keras) dan otokratik

(kaku).

6 Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melihat film Taare Zameen Par secara

langsung. 7 Sri Muliati Abdullah, Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak, h. 5, lihat juga Papalia &

Feldman, Human Development (Psikologi Perkembangan) (terjemahan). Jilid 1 (bagian I-IV), edisi

kesembilan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).

Page 65: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

53

Gambar 2.2 Salah satu adegan yang menegaskan tentang pembagian peran

Disfungsi komunikasi pada keluarga Nandkishore Awasthi tersebut

menyebabkan ketidaktahuan orang tua terhadap masalah yang dihadapi anak

(Ishaan) yang mengalami krisis perkembangan. Sebagai akibatnya, orang tua

(ayah) menganggap bahwa Ishaan adalah anak yang malas, nakal dan tidak dapat

diatur. Posisi Ishaan juga cenderung semakin sulit karena keadaannya bertolak

belakang dengan apa yang ada pada diri kakak (Yohan). Sebab disfungsi peran

keluarga memiliki korelasi yang kuat dengan krisis perkembangan, baik

perkembangan keluarga itu sendiri maupun perkembangan setiap anggota

keluarga, orangtua maupun anak.

Ayahnya menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar dan sukses secara

akademik sehingga mereka dapat menjawab tantangan zaman yang terus

menuntut persaingan. Keinginan ayahnya nampaknya tidak begitu sulit bagi

kakaknya (Yohan) karena dia memang anak yang cerdas dan memiliki self-

regulasi yang baik. Sedangkan bagi Ishaan, harapan itu adalah hal yang sangat

sulit untuk dilakukan. Bukan karena dia malas ataupun nakal seperti yang

dipahami oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Semua itu disebabkan oleh

gangguan kesulitan belajar (disleksia) yang cukup terlambat diketahui baik oleh

Page 66: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

54

orang tua maupun sekolah. Akibatnya, anaklah yang menjadi korban, dan

masalah-masalah perilaku yang ditunjukkan olehnya adalah bentuk pelarian dari

ketidakmampuannya, bukan karena dia ingin melakukannya.

Beberapa tanda dari keluarga yang disfungsi dalam film Taare Zameen

Par, adalah sebagai berikut:8

1. Pola komunikasi yang patologis; digambarkan oleh adanya komunikasi yang

retak dengan sedikitnya kontrol emosi dari masing-masing anggota keluarga

khususnya ayahnya.

2. Tidak terlibat dan menjaga jarak; ciri ini lebih ditekankan kepada ayah, yang

kurang menunjukkan keterlibatan secara langsung dalam urusan pendidikan

dan pengarahan anak. Kepedulian dan perhatian orang tua dipahami sebatas

terhadap pemenuhan kebutuhan fisik anak maupun laporan keberhasilan

belajarnya. Sehingga sentuhan, perhatian dan penghargaan terhadap prestasi

kecil yang dapat diraih oleh anak kurang begitu dipentingkan, bahkan tidak

pernah ditunjukkan. Kasih sayang orang tua nampak muncul sebagai bentuk

penerimaan bersyarat atas kemampuan mereka.

3. Terjadi kekerasan; Dalam film itu ada beberapa adegan yang menunjukkan

sikap marah ayah, yang disertai dengan pemukulan kepada anak.

Walaupun menggambarkan keluarga yang disfungsi, film ini juga

menggambarkan tentang proses dan upaya dari orang tua untuk mencoba

mengerti dan memahami kebutuhan dan keadaan anak. Hal ini menunjukkan

8 Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melihat film Taare Zameen Par secara

langsung..

Page 67: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

55

bahwa tidak sepenuhnya apa yang terjadi dalam keluarga itu adalah salah, karena

semuanya berangkat dari ketidaktahuan mereka. Orang tua mau merubah dan

menghargai impian dan keinginan anak dengan bantuan dari guru di sekolah. Jadi,

interaksi yang baik antara orang tua dan guru tentang perkembangan ataupun

problem yang dialami oleh anak, akan menjadi cara yang bijak dalam memahami

permasalahan anak.

Setiap anak adalah spesial dengan berbagai keunikan harapan dan impian

yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat kiranya jika kita (para orang tua

dan guru) memasung impian dan harapan mereka. Ijinkan mereka hidup dengan

potensi dan keunikan, hargailah apa yang mereka lakukan, maka mereka pun akan

tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan cerdas serta

mengesankan semua orang.9

Gambar 2.3 Beberapa adegan yang menjelaskan

tentang potensi dan keunikan seorang anak

9 http://blog.unm.ac.id/rusli/about/artikel-publikasi/ (diakses 8 Mei 2013).

Page 68: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

56

C. Makna Mitos dalam Film Taree Zameen Par

Sebagaimana di jelaskan oleh Barthes, bahwa perkembangan konotatif

yang terus menerus akan melahirkan mitos dalam masyarakat. Dalam kerangka

Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai

“mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi

nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos

juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda.

Namun, sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai

pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga

suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat

memiliki beberapa penanda. Dibalik tanda-tanda tersebut terdapat makna yang

misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos. Jadi intinya, mitos-mitos

tersebut muncul dari balik tanda-tanda dalam komunikasi sehari kita, baik tertulis

maupun melalui media cetak.

Berdasarkan hal di atas, makna mitos yang ada dalam film Taare Zameen

Par, munculnya anggapan bahwa keluarga yang ideal dan sukses dapat dinilai

dalam suatu sistem yang didalamnya memiliki serangkaian aturan, dengan

berbagai batasan untuk masing-masing subsistem yang ada didalamnya.

Subsistem merupakan unit yang ada dalam sebuah sistem yang secara

keseluruhan memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda. Hal yang perlu

ditekankan adalah kejelasan atas batasan dari masing-masing subsistem guna

menciptakan keluarga yang berfungsi secara efektif dan dapat bertumbuh

bersama.

Page 69: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

57

Konsekuensi logis dari fungsi dan peran yang berbeda-beda di atas,

seorang ayah adalah pihak yang harus sibuk dengan urusan pekerjaan dan materi.

Sedangkan ibu adalah pihak yang selalu berorientasi pada segala kesibukan di

rumah, seperti menyiapkan makanan suami dan anak, mengurus anak,

menyiapkan segala keperluan suami ketika hendak pergi ke kantor, menyiapkan

pakaian sekolah untuk anak-anaknya dan lain-lain. Sedangkan tugas anak adalah

mengikuti perintah orangtua, belajar dan membuat prestasi. Oleh karena itu,

seorang ayah menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar, dan sukses.

Hal ini digambarkan dalam film pada menit ke 17:36 sampai 20:24, alur

cerita dimulai dengan bunyi alarm pada jam 05:00. Bertepatan dengan bunyi

alarm tadi diikuti oleh terbangunnya si ayah karena mendengar suara alarm

tersebut, kemudian terbangunnya sang istri. Adegan selanjutnya si ayah pergi

mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan si istri (ibu) menyiapkan segala

pakaian dan perlengkapan suami untuk pergi ke kantor. Dan, memasak sarapan

pagi untuk si ayah. Tepat pukul enam kurang sepuluh menit si istri (ibu)

membangunkan anak-anaknya untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk

berangkat sekolah. Sedangkan si istri sekali lagi memasak sarapan pagi untuk

anak-anaknya.

Adegan-adegan selanjutnya di lanjutkan dengan rutinitas masing-masing,

ayah dengan kesibukannya sebagai tulang punggung keluarga. Anak-anaknya

dengan kesibukannya belajar di sekolah, dan ibu dengan pekerjaannya mengurus

rumah. Aktifitas-aktifitas tersebut selalu terulang dalam hari-hari berikutnya.

Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya interaksi dan komunikasi di antara

Page 70: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

58

anggota keluarga. Dampak yang muncul, sosok ayah digambarkan sebagai sosok

pribadi yang tegas, keras dan cukup ringan tangan ketika berhadapan dengan

masalah-masalah yang dihadapi oleh anak.

Makna mitos yang lainnya, mengikuti perintah orangtua, belajar dan

membuat prestasi = cerdas, pintar dan sukses. Sehingga muncul sebuah

kesimpulan bahwa anak yang suka membantah orang tua, malas belajar,

mendapatkan nilai ujian yang jelek = nakal, bodoh, tidak sukses. Padahal Setiap

anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri. Mereka memiliki

impian dan ketertarikan yang berbeda. Dan, tentu tidak sama dengan orang lain

termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena

lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap

egois yang ada pada orang tua, sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan

apa yang dirasakan oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, masih banyak orang tua

yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa

yang dapat diraih oleh orang lain secara umum. 10

Mitos lainnya mengenai realitas dalam praktik pendidikan yang terjadi di

sekolah, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Segala macam

disiplin dan aturan yang ketat serta hukuman yang keras akan dapat membuat

siswa menjadi anak yang penurut. Belum lagi dalam melaksanakan tugas sebagai

10

Edi Warsidi dan Farik, Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3 untuk Kelas III

Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan

Nasional, 2008), h. 113. Lihat juga http://blog.unm.ac.id/rusli/about/artikel-publikasi/

(diakses 8 Mei 2013) dan https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/dedi-wijaya/tidak-ada-anak-

bodoh (diakses 9 Mei 2013),

Page 71: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

59

pengajar, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang

datang dari para siswa. 11

Gambar 3.1 Adegan saat kepala yayasaan

menjelaskan tentang aturan yang ada di sekolah asrama

Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalah pihak yang

paling tahu dalam proses pembelajaran. Zaman telah berubah, sumber informasi

ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh

sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa

terjadi dengan pola interaksi dan komunikasi yang timbal balik antara guru

dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Pertukaran informasi itulah, yang

nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa.

11

Edi Warsidi dan Farik, Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3 untuk Kelas III

Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, h. 120.

Page 72: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

60

Gambar 3.2 Perbedaan cara pandang beberapa guru

mengenai gaya mengajar di sekolah

Kemampuan mengelola proses pembelajaran juga harus disertai dengan

kemampuan guru dalam memahami karakteristik setiap siswa. Pemahaman

terhadap karakter setiap siswa dapat membantu guru dalam menentukan metode

dan strategi belajar yang tepat. Setiap anak itu unik, mereka memiliki cognitive

style yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,

tidak sepatutnya jika guru menerapkan metode yang selalu sama dalam proses

pembelajaran. Jika keadaan ini terus dilakukan, maka penyampaian informasi

dalam dunia pendidikan tidak akan merata, sebagian pihak diuntungkan dengan

metode itu, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar.

Sedangkan siswa yang lain akan nampak sebagai siswa yang tidak mampu,

terbelakang, malas dan berbagai labeling negatif lainnya, yang belum tentu tepat

dengan keadaan mereka sesungguhnya.

Page 73: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menjabarkan secara panjang lebar hasil penelitian pada film

“Taree Zameen Par”, Penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna denotasi pada film Taree Zameen Par adalah adalah tentang

seorang anak yang menderita penyakit disleksia.

2. Makna konotasi pada film Taree Zameen Par adalah hubungan

komunikasi ayah dengan keluarga yang tidak berjalan dengan baik.

3. Makna mitos pada film Taree Zameen Par adalah gambaran dari dinamika

keluarga Asia secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan

sebagaimana mestinya, dan secara tradisional masih disandarkan pada

jenis kelamin. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna

menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani

suami dan memenuhi seluruh kebutuhan anak, membimbing dan

mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol semua urusan

anak.

B. Saran

1. Metode dialog dan komunikasi dalam mendidik anak yang menderita

penyakit disleksia harus berbeda dengan anak yang normal. Karena

seorang anak yang menderita penyakit disleksia mempunyai daya ingat

Page 74: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

62

yang rendah, sulit memahami secara utuh instruksi yang cepat dan sulit

mempelajari huruf, angka dan sesuatu yang berurutan.

2. Dalam sistem keluarga hubungan komunikasi ayah dengan anak harus

terjalin dengan baik. Sebab ikatan antara ayah dan anak akan memberikan

warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Jika pada umumnya

ibu memerankan sosok yang memberikan perlindungan dan keteraturan,

sedangkan ayah membantu anak bereksplorasi dan menyukai tantangan.

Jika anak diasuh oleh keduanya secara optimal, maka akan terbentuk rasa

aman dan percaya dalam diri anak.

3. Pada dinamika keluarga yang kaku dan tradisional, perlu ditumbuh

kembangkan proses dialog dan komunikasi antar anggota keluarga.

Terutama sekali antar orangtua dan anak-anak, sehingga orang tua dapat

memahami dan mengetahui bakat dan minat yang ada pada anaknya.

Page 75: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sri Muliati. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Paternal

Involvement): Sebuah Tinjauan Teoritis. Yogyakarta: Universitas Mercu

Buana Yogyakarta, tt.

Alwasilah, A. Chaedar. Linguistik suatu Pengantar. Bandung: Angkasa, 1993.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rhineka Cipta, 1998.

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Azwar, Syaifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Baksin, Askurifai. Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung: Kataris, 2003.

Barthes, Roland. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Yogyakarta: Jalasutra,

2007.

Barthes, Roland. Petualangan Semiologi. Terjemahan oleh Stephanus Aswar

Herwinarko, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Bertens, K. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1985.

Budianto, Irmayanti M. Aplikasi Semiotika pada Tanda Nonverbal. Makalah pada

Pelatihan Semiotika, 23-26 September 2001. Jakarta: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitan Universitas Indonesia

(LPUI), 2001.

Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2003.

Page 76: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

64

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2001.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Cristomy, Tommy dan Yuwono, Untung (ed.). Semiotika Budaya. Jakarta: PPKB-

LPUI, 2004.

Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra,

2010.

Djajasudarman, T. Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan

Kajian. Bandung: PT. Eresco, 2006.

Djuroto, Totok. Management Penerbitan Pers. Bandung: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2000.

Eco, Umberto. Teori Semiotika:Signifikasi Komunikasi, Teori kode, Serta Teori

Produksi-tanda. Terjemahan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2009.

Effendy, Heru, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, Jakarta: Panduan

dan Pustaka Konfiden, 2008.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003.

Fiske, John. Cultural And Communication Studies. Cetakan kelima terjemahan oleh

Drs. Yosal Iriantara & Idy Subandi. 2010. Yogyakarta: Jalasutra, 1990.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 2001.

Page 77: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

65

Hoed, Benny. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu,

2011.

Imanjaya, Ekky. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan, 2006.

Irwansyah, Ade. Seandainya Saya Kritikus Film. Yogyakarta: CV. Humorian

Pustaka, 2009.

John, Little. Teori Komunikasi. Terjemahan oleh Moh. Yusuf Hamdan. Jakarta:

Salemba Humanika, 2009.

Kaelan. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: PARADIGMA,

2009.

Kasali, Rhenald. Management Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.

Jakarta: Grafiti, 1995.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Keraf, Gorys. Diksi dan Retorika. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Pustaka Utama, 1983.

Kristianto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Ed I, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006.

Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Yayasan Indonesiatera, 2001.

Kusrianto, A. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2007.

Luters, Elizabet. Kunci Sukses Menulis Skenario, Jakarta: Grasindo, 2004.

Madjadikara, Agus S. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005.

Martinet, Jeanne. Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran. Terjemahan oleh

Stephanus aswar. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Page 78: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

66

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Kedua.

Terjemahan oleh Agus Dharma & Aminuddin Ram. 1994. Jakarta: Erlangga,

1987.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga, 1996.

Meier, Kurt Franz Bernhard. Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparmo, Bandung:

Remaja Karya, 1983.

Muis, A. Indonesia di Era Dunia Maya: Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa

Batas. Bandung: Remaja Rosdakarya2001.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Papalia & Feldman. Human Development (Psikologi Perkembangan) (terjemahan).

Jilid 1 (bagian I-IV), edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008.

Partono, Pius A dan Al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,

1994.

Piliang, Yasraf Amir. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.

Yogyakarta: Jalasutra, 2003.

Piliang, Yasraf Amir. Memahami Kode-kode Budaya. Makalah disampaikan dalam

In House Training Semiotika dan penerapannya dalam kajian Bahasa, Sastra

dan Budaya”, Fakultas Sastra UNDIP Semarang. 22-23 September, 2004.

Pratista, Himawan. Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Rivers, Wiliam L. Jensen, Jay W dan Peterson, Theodore. Media Massa dan

Page 79: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

67

Masyarakat Modern, edisi ke-2, (Terj) oleh Haris Munandar dan Dudy

Priatna, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Riyanto, Bedjo. Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa

Widyaparwa. Yogyakarta: Tarawang, 2000.

Santana, Septiawan. Menulis Ilmiah: Metode Penelitan Kualitatif. Jakarta: Yayasan

Obor, 2007.

Siagian, Gayus. Menilai Film. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana,Analisis

Semiotik, dan Analisis framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya,

2006.

Sudaryanto. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press, 1993.

Sudjiman, Panuti dan Van Zoest, Aart. Serba Serbi Semiotik. Jakarta: Gramedia,

1996.

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna

pada Karya Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Suprayogo, Imam dan Ms. Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2001.

Suryapati, Akhlis. Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, Jakarta: Panitia ari

Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010.

Susanto, Astrid. Komunikasi dalam Teori dan Praktik I. Bndung: Bina Cipta, 1977.

Page 80: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

68

Teeuw, A. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia, 1983.

UU Republik Indonesia No 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. Bab I, Pasal 1, Ayat 1.

Departemen Penerangan RI.

Van Zoest, Aart. Semiotika. Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1996.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8. Jakarta: Kencana Media Group,

2008.

Wardoyo, Subur. Semiotika dan Struktur Narasi di Kajian Sastra, Vol. 29, No. 1,

Januari 2005.

Warner, Severin. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media

Massa. Jakarta: Kencana, 2009.

Sumber lain:

Media Online

http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/disleksia.pdf

http://insearching.tripod.com/tokoh.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2011.

http://oase.kompas.com/read/2009/05/26/02000865/film.independen.cinta.diluncurka

n.di.inggris, diakses pada tanggal 9 Juli 2011.

http://www.antaranews.com/view/?i=1243947502&c=SBH&s=SIN, 9 Juli 2011.

http://www.awardsandshows.com/features/filmfare-awards-2008-65.html

http://www.awardsandshows.com/features/star-screen-awards-2008-135.html

http://www.awardsandshows.com/features/zee-cine-awards-2008-472.html

Page 81: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

69

http://www.bharatstudent.com/cafebharat/photo_gallery_2-Hindi-Events-

V_Shantaram_Awards_2008-photo-galleries-1,8,2974.php

http://www.ebooklibs.com/teori_pendekatan_semiotik_roland_barthes.html diakses

pada tanggal 27 Mei 2011.

http://www.india-forums.com/forum_posts.asp?TID=923281

http://www.indicine.com/movies/bollywood/zee-cine-award-winners-2007-08/

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiot

ik.pdf, diakses pada tanggal 10 Juni 2011.

http://www.lalightsindiefest.com/index.php/article/read/1389/Profil-Sammaria-

Simanjuntak, diakses pada tanggal 10 Juni 2011.

http://www.mid-day.com/entertainment/2008/dec/271208-Taare-Zameen-Par-wins-

V-Shantaram-award.htm

http://www.oscars.org/press/pressreleases/2008/08.10.17.html

http://www.southdreamz.com/2008/02/53rd-filmfare-awards-2008-winners-list.html

http://www.whereincity.com/movies/bollywood/zee-cine-awards-2008.php

http://www.zimbio.com/member/y4nc3/articles/p0G6iGe8ukO/Teori+teori+Semiotik

a, diakses pada tanggal 10 Juni 2011.

http:www.sinarharapan.co.id/hiburan/budaya/2002/03/4bud02.html

www.puskur.net/download/prod2007/13_model kesulitan belajar. pdf.

Jurnal

Endah dan Ghozali W. Kesukaran Pelajar. Cermin Dunia Kedokteran No. 35 1984.

Page 82: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

Lampiran

Poster

Page 83: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR
Page 84: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR
Page 85: ANALISIS SEMIOTIKA FILM TAARE ZAMEEN PAR

Screenshot